bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 hakikat ......7 bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori...

17
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika di SD 2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran Matematika di SD Pembelajaran menurut Degeng (dalam Panawar, 2012:22) adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini, secara implisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan,dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Kegiatan-kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran.Andi Hakim Nasution (dalam Fathani, 2009: 22), menyatakan bahwa: “Istilah matematika berasal dari kata yunani, mathein atau mantheneiniyang berarti mempelajari. Kata ini memiliki hubungan yang erat dengan kata sansekerta, medha atau widya yang memiliki arti kepadaian,ketahuan, atau inteligensia. Dalam bahasa Belanda, matematika disebut dengan kata wiskunde yang berarti ilmu tentang belajar”. Johnson dan Rising (Sri Subarinah, 2006: 1) mengemukakan bahwa matematika merupakan pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian logik, pengetahuan struktur yang terorganisasi memuat sifat-sifat, teori-teori, dibuat secara deduktif berdasarkan unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya. Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya (Sri Subarinah, 2006: 1). Prihandoko (2006: 6) mengemukakan bahwa matematika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.Kitcher (dalam Fathani, 2009:19) mengungkapkan bahwa matematika terdiri atas komponen-komponen: 1) bahasa (language) yang dijalankan oleh para matematikawan, 2) pernyataan (statements) yang digunakan oleh para matematikawan, 3) pertanyaan (questions) penting yang hingga saat ini belum

Upload: others

Post on 28-Oct-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika di SD 2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran Matematika

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika di SD

2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran Matematika di SD

Pembelajaran menurut Degeng (dalam Panawar, 2012:22) adalah upaya

untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini, secara implisit dalam

pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan,dan mengembangkan

metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Kegiatan-kegiatan

ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran.Andi Hakim

Nasution (dalam Fathani, 2009: 22), menyatakan bahwa: “Istilah matematika

berasal dari kata yunani, mathein atau mantheneiniyang berarti mempelajari. Kata

ini memiliki hubungan yang erat dengan kata sansekerta, medha atau widya yang

memiliki arti kepadaian,ketahuan, atau inteligensia. Dalam bahasa Belanda,

matematika disebut dengan kata wiskunde yang berarti ilmu tentang belajar”.

Johnson dan Rising (Sri Subarinah, 2006: 1) mengemukakan bahwa

matematika merupakan pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian logik,

pengetahuan struktur yang terorganisasi memuat sifat-sifat, teori-teori, dibuat

secara deduktif berdasarkan unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau

teori yang telah dibuktikan kebenarannya. Matematika merupakan ilmu

pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada

di dalamnya (Sri Subarinah, 2006: 1). Prihandoko (2006: 6) mengemukakan

bahwa matematika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan tentang bilangan dan

kalkulasi.Kitcher (dalam Fathani, 2009:19) mengungkapkan bahwa matematika

terdiri atas komponen-komponen: 1) bahasa (language) yang dijalankan oleh para

matematikawan, 2) pernyataan (statements) yang digunakan oleh para

matematikawan, 3) pertanyaan (questions) penting yang hingga saat ini belum

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika di SD 2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran Matematika

8

terpecahkan, 4) alasan (reasonings) yang digunakan untuk menjelaskan

pernyataan, dan 5) ide (idea) matematika itu sendiri.

Berdasarkan pandangan para ahli yang telah dipaparkan,makadapat di

ambil kesimpulan bahwa matematika adalah ilmu tentang bilangan yang bersifat

abstrak yang membutuhkan kecermatan untuk mempelajarinya dengan cara

berpikir yang sistematis dan logis. Matematika merupakan ilmu secara tidak sadar

ada di berbagai cabang ilmu lainnya dan dipergunakan manusia dalam kehidupan

sehari-hari.

Menurut Rahayu (2007:2) hakikat pembelajaran matematika adalah proses

yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan

yang memungkinkan seseorang (si pelajar) melaksanakan kegiatan belajar

matematika dan pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada

siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika.

Dari berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan pembelajaran

matematika di SD adalah suatu kegiatan yang menimbulkan interaksi antara guru,

siswa, dan komponen lainnya dalam proses belajar mengajar matematika yang

saling mempengaruhi satu sama lain sehingga tujuan yang diinginkan tercapai.

2.1.1.2 Tujuan Pembelajaran Matematika di SD

Wakiman (2001: 4) mengemukakan bahwa tujuan pengajaran matematika

di Sekolah Dasar dibagi menjadi dua tujuan sebagai berikut.

a. Tujuan umum, dalam tujuan umum matematika SD bertujuan agar siswa

sanggup menghadapi perubahan keadaan, dapat menggunakan matematika

dan pola pikir matematika.

b. Tujuan khusus, dalam tujuan khusus matematika SD bertujuan menumbuhkan

dan mengembangkan, keterampilan berhitung, menumbuhkan kemampuan

siswa yang dapat dialihgunakan, mengembangkan kemampuan dasar

matematika sebagai bekal belajar di SMP, dan membentuk sikap logis, kritis,

kreatif, cermat serta disiplin.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika di SD 2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran Matematika

9

Prihandoko (2006: 5) mengemukakan tujuan pembelajaran matematika di

sekolah dasar adalah memberikan bekal yang cukup bagi siswa untuk menghadapi

materi-materi matematika pada tingkat pendidikan lanjutan. Depdiknas

(Prihandoko, 2006: 21) menguraikan bahwa tujuan pembelajaran matematika

adalah melatih dan menumbuhkan cara berpikir sistematis, logis, kritis, kreatif,

dan konsisten, serta mengembangkan sikap gigih dan percaya diri dalam

menyelesaikan masalah.

Berdasarkan paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan

pembelajaran matematika adalah melatih dan menumbuhkan cara berpikir

sistematis, logis, kritis, kreatif,dan konsisten untuk menghadapi materi-materi

matematika pada tingkat lanjut, serta mengembangkan sikap gigih dan percaya

diri dalam menyelesaikan masalah dan mempunyai nilai utama yang terkandung

sehingga matematika bermanfaat dalam membentuk pola pikir siswa.

2.1.2 Model Contextual Teaching Learning (CTL)

2.1.2.1 Pengertian Model Contextual Teaching Learning (CTL)

Menurut Hermana dkk (2010:59), model Contextual Teaching

Learning(CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses

keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari

dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong

siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Pada konsep di atas

ada hal – hal yang harus dipahami yaitu:

1) CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan

materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara

langsung.

2) CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang

dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat

menangkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah dengan

kehidupan nyata.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika di SD 2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran Matematika

10

3) CTL mendorong siswa untuk dapat menerapakannya dalam kehidupan,

artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi

yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat

mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

a. Karakteristik CTL

Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa karakteristik yang

membedakan dengan pendekatan pembelajaran yang lain. Pembelajaran

kontekstual mengembangkan level kognitif tingkat tinggi yang melatih peserta

didik untuk berpikir kritis dan kreatif.

Menurut Muslich (2011:42), karakteristik pembelajaran dengan model

CTL sebagai berikut :

1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran

yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan

nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah

(learning in real life setting).

2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan

tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning).

3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna

kepada siswa (learning by doing).

4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling

mengoreksi antar teman (learning in a group).

5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk mencipatakan rasa

kebersamaan, bekerja sama, saling memahami antar satu dengan yang lain

secara mendalam (learning to know each other deeply).

6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan

mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquri, to work together).

7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as

an enjoy activity).

b. Komponen CTL

Menurut Suhana (2014:72), model Contextual Teaching And Learning

(CTL) terdapat tujuh komponen yaitu sebagai berikut:

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika di SD 2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran Matematika

11

1) Konstruktivisme (Constructivisme)

Contextual Teaching And Learning (CTL) dibangun dalam landasan

konstruktivisme yang memiliki anggapan bahwa pengetahuan dibangun peserta

didik secara sedikit demi sedikit (incremental) dan hasilnya diperluas melalui

konteks terbatas.Peserta didik harus mengkonstruksi pengetahuan baru secara

bermakna melalui pengalaman nyata, melalui proses penemuan dan

mentranformasikan informasi ke dalam situasi lain secara konstekstual. Oleh

karena itu, proses pembelajaran merupakan proses mengkonstruksi gagasan

dengan strateginya sendiri bukan sekedar menerima pengetahuan, serta peserta

didik menjadi pusat perhatian dalam proses pembelajaran (child centre).

2) Menemukan (Inquiri)

Proses pembelajaran yang dilakukan peserta didik merupakan proses

menemukan (inquiry) terhadap sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Proses

inquiry terdiri atas: a) pengamatan (observation); b) bertanya (questioning); c)

mengajukan dugaan (hipothesis); d) Pengumpulan data (data gathering);

e)Penyimpulan (conclussion).

3) Bertanya (Questioning)

Proses pembelajaran yang dilakukan perserta didik diawali dengan proses

bertanya. Proses bertanya yang dilakukan perserta didik sebenarnya merupakan

proses berpikir yang dilakukan peserta didik dalam rangka memecahkan masalah

dalam kehidupannya. Proses bertanya begitu berarti dalam rangka: a) Membangun

perhatian (attenton building); b) membangun minat (interest bulding); c) motivasi

(motivation building); d) Membangun sikap (apttitude building); e) membangun

rasa keingintahuan (curiusity building); f) membangun interaksi antar siswa

dengan siswa; g) membangkitkan interaksi antara siswa dan guru; h) interaksi

antara siswa dengan lingkungannya secara konstektual; i) membangun lebih

banyak lagi pertanyaan yang dilakukan siswa dalam rangka mengali dan

menemukan lebih banyak informasi (pengetahuan) dan keterampilan yang

diperoleh oleh perserta didik.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika di SD 2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran Matematika

12

4) Masyarakat Belajar (Learning Community)

Proses pembelajaran merupakan proses kerja sama antara peserta didik

dengan peserta didik, antara peserta didik dengan gurunya, dan antara peserta

didik dengan lingkunganya. Proses pembelajaran yang signifikan jika dilakukan

dalam kelompok-kelompok belajar baik secara homogen maupun secara

heterogen, sehingga didalamnya akan terjadi berbagi masalah (sharing problem),

berbagi informasi (sharing information), berbagi pengalaman (sharing

experience), dan berbagi pemecahan masalah (sharing problem) yang

memungkinkan semakin banyaknya pengetahuan dan keterampilan yang

diperoleh.

5) Pemodelan (Modeling)

Proses pembelajaran akan lebih berarti jika didukung dengan adanya

pemodelan yang dapat ditiru baik yang bersifat kejiwaan (indentifikasi) maupun

yang bersifat fisik (imitasi) yang berkaitan dengan cara untuk mengoperasikan

sesuatu aktivitas, cara untuk menguasai pengetahuan atau keterampilan tertentu.

Pemodelan dalam pembelajaran bisa dilakukan oleh guru, peserta didik, atau

mendatangkan narasumber dari luar (outsourcing) yang terpenting dapat

membantu terhadap ketuntasan dalam belajar (mastery learning) sehingga peserta

didik dapat mengalami akselerasi perubahan secara berarti.

6) Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir

ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Refleksi merupakan

respon terhadap aktivitas atau pengetahuan dan keterampilan yang baru diterima

dari proses pembelajaran.

Guru harus dapat membantu peserta didik membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan

demikian perserta didik akan merasakan memperoleh sesuatu yang berguna bagi

dirinya mengenai apa yang harus dipelajarinya.

7) Penilaian Nyata (Authentic Assessment)

Penilaian nyata adalah proses pembelajaran konvesional yang sering

dilakukan guru pada saat ini, biasanya ditekankan pada aspek intelektual sehingga

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika di SD 2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran Matematika

13

alat evaluasi yang digunakan terbatas pada penggunaan tes. Oleh karena itu, tes

dapat diketahui seberapa jauh siswa telah menguasai materi pelajaran. Dalam

CTL, keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh perkembangan

kemampuan intelektual saja, akan tetapi perkembangan seluruh aspek. Oleh sebab

itu, penilaian keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh aspek hasil belajar seperti

tes, akan tetapi juga proses belajar melalui penilaian nyata. Penilaian nyata

(Authentic Assessment) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan

informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa.

Adapun karakteristik dari penilaian autentik (authentic asessment) sebagai

berikut:

a) Penilaian dilakukan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.

b) Aspek yang diukur adalah keterampilan dan performansi, bukan mengingat

fakta apakah peserta didik belajar atau apa yang sudah diketahui peserta

didik.

c) Penilaian dilakukan secara kelanjutan, yaitu dilakukan dalam beberapa

tahapan dan periodik sesuai dengan tahapan waktu dan bahasannya, baik

dalam bentuk formatif maupun sumatif.

d) Penilaian dilakukan secara integral, yaitu menilai berbagai aspek

pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik sebagai satu kesatuan

utuh.

e) Hasil penilaian digunakan sebagia feedback yaitu untuk keperluan

pengayaan (enrinchment) standar minimal telah tercapai atau mengulangi

(remedial) jika standar minimal belum tercapai.

2.1.2.2 Langkah-langkah Model Contextual Teaching Learning (CTL)

Menurut Trianto (2010:75), Sintaks (pola urutan) dari suatu model

pembelajaran adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap

keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan

pembelajaran. Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran tertentu

menunjukkan dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan oleh guru

atau siswa. Setiap model pembelajaran diawali dengan upaya menarik perhatian

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika di SD 2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran Matematika

14

siswa dan memotivasi siswa agar terlibat dalam proses pembelajaran dan diakhiri

dengan tahap menutup pelajaran, didalamnya meliputi kegiatan merangkum

pokok-pokok pelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru.

Tabel 2.1

Sintaks Contextual Teaching and Learning (CTL)

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap 1

Mengembangkan pemikiran

kontruktivisme

Guru mengarahkan siswa agar mereka

bekerja sendiri dan mengkonstruksi

sendiri pengetahuan dan

kemampuannya.

Tahap 2

Melaksanakan kegiatan inkuiri

untuk semua topik.

Guru menyajikan kejadian-kejadian

yang menimbulkan konflik kognitif dan

rasa ingin tahu siswa.

Tahap 3

Mengembangkan sifat ingin

tahu.

Guru memberikan pertanyaan

berdasarkan kejadian atau topik yang

disajikan.

Tahap 4

Menciptakan masyarakat

belajar

Guru membimbing siswa untuk belajar

kelompok dan bekerjasama dengan

teman sekelompoknya dalam bertukar

pengalaman dan berbagi ide.

Tahap 5

Menghadirkan model

Guru menampilkan contoh

pembelajaran agar siswa dapat berpikir,

bekerja, dan belajar.

Tahap 6

Melakukan refleksi

Guru menyimpulkan materi

pembelajaran, menganalisis manfaat

pembelajaran, dan penindak lanjutkan

kegiatan pembelajaran.

Tahap 7

Melakukan penilaian yang

sebenarnya

Guru mengukur kemampuan dan

pengetahuan keterampilan siswa

melalui penilaian produk dan tugas-

tugas yang relevan dan kontekstual.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika di SD 2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran Matematika

15

2.1.2.3 Kelebihan Model Contextual Teaching Learning (CTL)

Menurut Rusman (2011: 199), keunggulan dalam pembelajaran CTL

sebagai berikut:

1. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih

bermakna apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan

mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang baru

dimilikinya.

2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik yang

diajarkan.

3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-

pertanyaan.

4. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok

berdiskusi, tanya jawab dan lain sebagainya.

5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi,

model, bahkan media yang sebenarnya.

6. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan

pembelajaran yang telah dilakukan.

7. Melakukan penelitian secara objektif, yaitu penilaian kemampuan yang

sebenarnya pada setiap siswa.

2.1.2.4 Kekurangan Model Contextual Teaching Learning (CTL)

Menurut Dzaki (2009), kelemahan dalam pembelajaran CTL yaitu :

1. Bagi siswa yang tidak dapat mengikuti pembelajaran, tidak mendapatkan

pengetahuan dan pengalaman yang sama dengan teman lainnya karena

siswa tidak mengalami sendiri.

2. Perasaan khawatir pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik

siswa karena harus menyesuaikan dengan kelompoknya.

3. Banyak siswa yang tidak senang apabila disuruh bekerjasama dengan yang

lainnya, karena siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa

yang lain dalam kelompoknya.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika di SD 2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran Matematika

16

2.1.3 Hasil Belajar

2.1.3.1 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Hamalik (2007:155), hasil belajar nampak sebagai perubahan

tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan di ukur dalam bentuk

perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat

diartikan terjadi peningkatan dan pengembangan yang lebih baik di bandingkan

dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan

menjadi sopan dan sebagainya.Widoyoko (2009:1) mengemukan bahwa hasil

belajar terkait dengan pengukuran, kemudian akan terjadi suatu penilaian dan

menuju evaluasi baik menggunakan tes maupun non tes. Pengukuran, penilaian

dan evaluasi bersifat hirarki. Evaluasi didahului dengan penilaian (assessment),

sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran.

Gagne dalam Abidin (2011:8) menyatakan bahwa hasil belajar matematika

adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima

pengalaman belajar matematikanya atau dapat dikatakan bahwa hasil belajar

matematika adalah perubahan tingkah laku dalam diri siswa, yang diamati dan

diukur dalam bentuk perubahan, pengetahuan, tingkah laku, sikap, dan

ketrampilan setelah mempelajari matematika. Perubahan tersebut diartikan

sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan kea rah yang lebih baik dari

sebelumnya. Berdasarkan pengertian hasil belajar menurut para ahli dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah perubahan tingkah laku yang

dapat diamati dan diukur pada diri siswa setelah menerima pengetahuan dan

kemampuan baru yang lebih baik pada proses pembelajaran matematika.

2.1.3.2 Macam-macam Hasil Belajar

Salahudin (1987: 27-28) menyatakan bahwa hasil belajar dapat muncul

dalam berbagai jenis perubahan atau pembentukan tingkah laku seseorang antara

lain:

1. Kebiasan. Kebiasaan yaitu cara bertindak yang dimiliki seseorang dan

diperoleh melalui belajar. Cara tersebut bersifat tetap dan otomatis, selama

hubungan antara individu yang bersangkutan dengan obyek tindaknya itu

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika di SD 2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran Matematika

17

konstan. Kebiasaan pada umumnya dilakukan tanpa perlu disadari

sepenuhnya.

2. Keterampilan. Keterampilan adalah perubahan tingkah laku yang tampak

sebagai akibat kegiatan otot dan digerakkan serta dikoordinasikan oleh

system syaraf. Keterampilan dilakukan secara sadar dan penuh perhatian,

tidak seragam serta memrlukan latihan yang berkesinambungan.

3. Akumulasi Persepsi. Dengan belajar sesorang dapat memperoleh persepsi

yang banyak mengenai berbagai hal, misalnya pengenalan simbol, angka

atau pengertian dengan benda yang konkrit.

4. Asosiasi dan Hafalan. Teori asosiasi mengatakan bahwa belajar terjadi

dengan ulangan atau pembiasaan, dimana anak diberikan stimulus sehingga

menimbulkan reaksi. Hafalan adalah seperangkat ingatan mengenai sesuatu

sebgai hasil dan penguatan malalui asosiasi, baik asosiasi wajar maupun

yang dibuatbuat.

5. Pemahaman dan Konsep. Konsep diperoleh melalui belajar secara

rasional. Pemahaman diperoleh dengan mencari jawaban atas pertanyaan

mengapa dan bagaimana.

6. Sikap. Sikap adalah pemahaman, perasaan, serta kecendrungan

bertindakseseorang terhadap sesuatu. Sikap terbentuk karena belajar dan

dapat terbentuk positif, netral, ataupun negatif.

7. Nilai. Nilai merupakn tolak ukur untuk membedakan yang baik dan yang

jahat. Nilai diperoleh melalui belajar yang bersifat etis. Perolehan nilai dapat

terjadi secara bertahap mulai dari kepatuhan atau mempersamakandiri dan

internalisasi.

8. Moral dan Agama. Moral merupakan penerapan nilai-nilai dalam

kaitannya dengan kehidupan bersama dengan menusia lain. Sedangkan

agama merupakan penerapan nilai-nilai yang bersifat transendal dan ghaib.

Dalam hal ini dikenal dengan konsep Tuhan dan iman kepada-Nya.

Bloom dalam Arikunto (2012:131) membagi hasil belajar dalam tiga ranah,

tiga ranah tersebut antara lain:

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika di SD 2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran Matematika

18

1) Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari

enam aspek, kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat

aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Keenam jenjang atau aspek

yang dimaksud antara lain: mengenal (recognition), pemahaman (comprehension),

penerapan atau aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis),

evaluasi (evaluation).

2) Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima

aspek. Kelima aspek dimulai dari tingkat dasar atau sederhana sampai tingkat

yang kompleks. Kelima aspek tersebut yaitu penerimaan (reciving/attending),

jawaban (responding), penilaian (assasment), organisasi, karakteristik nilai atau

internalisasi nilai.

3) Ranah Psikomotor

Hasil belajar psikomor tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan

kemampuan bertindak individu. Terdapat enam tingkatan keterampilan bertindak

individu, yaitu:

a) Gerakan refleks yaitu keterampilan pada gerakan yang tidak sadar.

b) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar .

c) Kemampuan perceptual, termasuk di dalamnya membedakan visual,

membedakan auditif, motoris, dan lain-lain.

d) Kemampuan di bidang fisik, misalkan kekuatan, keharmonisan dan

ketepatan.

e) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada

keterampilan yang kompleks.

f) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non decursive seperti

gerakan ekspresif dan interpretative.

Untuk memperoleh hasil belajar tentunya ada teknik penilaiannya, yaitu

melalui teknik tes dan nontes. Menurut Naniek (2012 :72) Teknik tes jenisnya

antara lain tes tertulis, tes lisan, dan tes tindakan/perbuatan. Sedangkan teknik

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika di SD 2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran Matematika

19

nontes jenisnya antara lain unjuk kerja (performance), penugasan (proyek), tugas

individu, tugas kelompok, laporan, ujian praktik, dan portofolio.

2.1.3.3 Pengukuran Hasil Belajar

Hasil belajar peserta didik di berbagai kawasan belajar dapat diukur

dengan menggunakan bermacam-macam instrument, tergantung dari apa yang

akan diukur. Di bawah ini terdapat contoh kawasan belajar dan instrumen yang

dapat dipakai untuk mengukur hasil belajar di kawasan tersebut (Thorndike &

Hagen, 1977):

Tabel 2.2

Kawasan Belajar dan Instrumen

Kawasan Belajar Instrumen Pengukuran

Kognitif Tes :

1. Pilihan Ganda

2. Esai

3. Penjodohan

4. Betul Salah

Psikomotorik 1. Tes Tertulis

2. Laporan

3. Lembaran Observasi

4. Daftar check/rating scale

5. Lembaran kerja

Afektif Quetioner

Penilaian hasil belajar kali ini akan berfokus pada hasil belajar kognitif

siswa. Berbekal instrumen pengukuran, hasil belajar siswa dapat dilihat

perubahannya.

2.2 Hasil penelitian yang Relevan

Penelitian Mardiani (2014) dengan judul “Penerapan Contextual Teaching

Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Menyelesaikan Soal

Cerita Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Di Kelas V SDN Inpres Balaroa

Palu”. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh deskripsi penerapan

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika di SD 2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran Matematika

20

Contextual Teaching Learning (CTL) yang dapat meningkatkan hasil belajar

siswa dalam menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan pecahan di

Kelas V SDN Inpres Balaroa. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas.

Rancangan penelitian ini mengacu pada desain penelitian Kemmis and Mc

Taggart yakni perencanaan, tindakan, observasi, serta refleksi. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penerapan CTL yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa

dalam menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan pecahan

berpenyebut berbeda mengikuti komponen-komponen, yaitu 1) konstruktivis, 2)

bertanya, 3) penemuan, 4) masyarakat belajar, 5) pemodelan, 6) refleksi dan 7)

penilaian.

Penelitian Endang (2012) dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar

Matematika Melalui Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL) Berbantuan Media LKS Materi Lingkaran”. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar

matematika melalui penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL) berbantuan LKS materi lingkaran kelas VIII A Semester 2 SMP

N 3 Patebon Kendal tahun ajaran 2011/1012. Penelitian dilaksanakan di SMP N 3

Patebon, selama bulan Februari 2012. Sasaran dalam penelitian ini adalah siswa

kelas VIII A dengan jumlah siswa 31. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dua

siklus. Siklus pertama untuk materi ajar unsur-unsur lingkaran dan keliling

lingkaran; sedangkan siklus kedua untuk materi ajar luas lingkaran dan hubungan

busur, tembereng, tali busur dan titik pusat. Hasil penelitian tindakan kelas ini

menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan jumlah 31 orang pada

evaluasi siklus I dan II, hal ini dapat terlihat dari siklus I yaitu terdapat 23 siswa

yang tuntas, dengan rata-rata sebesar 74% menjadi 27 siswa pada siklus II yang

mangalami ketuntasan sebesar 84%. Disamping itu juga terjadinya peningkatan

kinerja guru dalam proses belajar mengajar, hal ini dapat terlihat dalam lembar

hasil observasi kinerja guru pada siklus I mencapai 72,2% dan meningkat pada

siklus II menjadi 80%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

penggunaan Model pembelajaran CTL Berbantuan Media LKS dalam proses

pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika di SD 2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran Matematika

21

Lingkaran Kelas VIII pada SMP N 3 Patebon Kendal tahun ajaran 2011/2012

yang ditunjukkan dari hasil ketuntasan belajar siswa dan rata-ratanya, hasil

observasi keaktifan siswa dan hasil observasi kinerja guru.

Perhatikan antara kedua penelitianyang relevan dengan penelitian tindakan

kelas ini, makaterdapatpersamaandanperbedaan.Adapunpersamaannya yaitu

sama-samabertujuanuntukmeningkatkan hasil belajar siswa dengan model

Contextual Teaching and Learning (CTL). Perbedaannyayaitupenelitianhasil

temuanproses pembelajarannya menitik beratkanpada salah satu metode saja. Oleh

karena itupada penelitian tindakan kelas ini, proses pembelajarannya menitik

beratkan pada penggunaan metodepembelajaran yaitu model Contextual Teaching

and Learning (CTL).

2.3 Kerangka Berpikir

Gambar 2.1

SkemaKerangkaBerpikir

Berhasil atau tidaknya pencapaian suatu tujuan proses pembelajaran

tergantung pada bagaimana strategi yang diterapkan guru dalam menyampaikan

materi pelajaran. Rendahnya pemahaman yang berdampak hasil belajar yang

Proses Pembelajaran

Guru dalammelakukan proses

pembelajaranbelummenggunakan model

pembelajaran yang inovatif

(metodeceramah)ataubelumsesuaidengankar

akteristikmatapelajaransertakarakteristiksis

wa (siswapasif).

Hasilbelajarsiswarendah

terutamapadamatapelaj

aranmatematika.

Proses

pembelajarandenganmengg

unakanmodel Contextual

Teaching Learning

(CTL)(siswamenjadiaktif).

Hasilbelajar matematika

meningkat

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika di SD 2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran Matematika

22

rendah tentang konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat disebabkan

oleh pembelajaran yang bersifat konvensional. Proses pembelajaran berlangsung

secara monoton, yaitu menerangkan konsep dan operasi matematika, memberi

contoh mengerjakan soal, serta meminta siswa untuk mengerjakan soal yang

sejenis. Siswa belum aktif dan belum diberi kesempatan untuk menemukan dan

membangun kembali pengetahuan sendiri. Guru hanya mengaitkan materi dengan

kehidupan nyata berbatas pada kegiatan hutang piutang yang belum sesuai dengan

tahapan karakter siswa dan belum mengoptimalkan penggunaan alat peraga.

Untuk mengatasi permasalah tersebut dilakukanpenerapanmodel

Contextual Teaching Learning (CTL). Model CTL dapat memberikan kemudahan

kepada siswa dalam mempelajari konsep matematika, karena permasalahan

diambil dari pengalaman nyata yang dekat dengan kehidupan siswa. Selain itu

melatih siswa berpikir kritis dan kreatif, karena dalam pembelajaran siswa diberi

kesempatan untuk mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan penemuan dan

pengalaman sendiri. Pengetahuan yang diperoleh siswa lebih bermakna sehingga

tidak mudah hilang/bersifat tahan lama.

Dengan penerapan model CTL berdasarkan pengalaman nyata siswa,

proses pembelajaran tidak berlangsung secara monoton, tapi siswa lebih aktif,

kreatif, dan lebih mudah untuk memahami konsep matematika, khususnya

memahami konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Model CTL

pada penelitian ini dilaksanakan dengan mengaktifkan siswa dalam pembelajaran.

Siswa diberi kesempatan untuk memecahkan masalah dengan caranya sendiri,

kemudian guru mengarahkan jawaban siswa dengan mengunakan pemodelan

pasangan. Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk memecahkan permasalahan

yang lain dengan melakukan diskusi bersama kelompoknya. Kemudian setiap

kelompok diberikan kesempatan memaparkan pemodelan yang telah mereka

ciptakan di depan kelas sehingga akan terlihat banyak kreativitas pemodelan dari

setiap kelompok yang bisa diterapkan juga oleh kelompok lainnya. Pada akhir

pembelajaran siswa dapat merefleksi tentang apa yang telah dipelajarinya. Siswa

juga diberi kesempatan untuk mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika di SD 2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran Matematika

23

pengalamannya tersebut. Hal inilah yang menyebabkan pemahaman konsep

penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat pada siswa meningkat begitu juga

dengan hasil belajarnya.

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah penerapan

modelContextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar

kelas V SD N Gendongan 03 Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017.