bab ii kajian pustaka 2.1 hakikat belajar 2.1.1 ......6 bab ii kajian pustaka 2.1 hakikat belajar...

16
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Menurut Gagne (Suprijono,2009:2) belajar adalah perubahan atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Selanjutnya menurut Suprijono (2009:3) guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan atau menerimanya. Proses belajar mengajar ini banyak didominasi aktivitas menghafal. Peserta didik sudah belajar jika mereka sudah hafal dengan hal-hal yang telah dipelajarinya. Menurut Cronbach (Syaiful Bahri Djamarah, 2008: 13) belajar adalah suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Menurut Harold Spears (M.Thobroni, 2015:19) belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu. Menurut Baharuddin (2015:14) dalam bukunya Teori Belajar dan Pembelajaran. menjelaskan belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Menurut Slameto (2010:2) dalam bukunya Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menjelaskan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Belajar sebagai suatu proses artinya kegiatan belajar terjadi secara dinamis dan terus-menerus yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam diri anak. Perubahan yang dimaksud dapat berupa pengetahuan (knowledge) atau

Upload: others

Post on 09-Feb-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 6

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Hakikat Belajar

    2.1.1 Pengertian Belajar

    Menurut Gagne (Suprijono,2009:2) belajar adalah perubahan atau

    kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Selanjutnya menurut

    Suprijono (2009:3) guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan

    ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan atau

    menerimanya. Proses belajar mengajar ini banyak didominasi aktivitas menghafal.

    Peserta didik sudah belajar jika mereka sudah hafal dengan hal-hal yang telah

    dipelajarinya. Menurut Cronbach (Syaiful Bahri Djamarah, 2008: 13) belajar

    adalah suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil

    dari pengalaman.

    Menurut Harold Spears (M.Thobroni, 2015:19) belajar adalah mengamati,

    membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu.

    Menurut Baharuddin (2015:14) dalam bukunya Teori Belajar dan Pembelajaran.

    menjelaskan belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk

    mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau

    pengalaman-pengalaman.

    Menurut Slameto (2010:2) dalam bukunya Belajar dan Faktor-faktor yang

    mempengaruhinya. Menjelaskan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

    seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

    keseluruhan sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan

    lingkungan. Belajar sebagai suatu proses artinya kegiatan belajar terjadi secara

    dinamis dan terus-menerus yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam diri

    anak. Perubahan yang dimaksud dapat berupa pengetahuan (knowledge) atau

  • 7

    perilaku (behavior). Dari definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

    belajar sesungguhnya mengadung tiga unsur yaitu:

    1. Belajar merupakan perubahan tingkah laku.

    2. Perubahan tingkah laku itu terjadi karena didahului oleh proses latihan dan

    pengalaman secara berulang-ulang

    3. Perubahan tingkah laku karena belajar bersifat relative permanen dan

    secara terus menerus

    2.1.2 Pengertian Hasil Belajar

    Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah

    proses belajar berlangsung yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik

    pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan sehingga lebih baik dari pada

    sebelumya. Menurut Nana Sudjana (2014:22) hasil belajar adalah segala

    kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

    Menurut Purwanto (2014:38) hasil belajar adalah proses dalam diri

    individu yang berinteraksi dengan lingkungannya untuk mendapatkan perubahan

    dalam perilakunya yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah

    lakunya. Sedangkan meurut Dimyanti dan Mudjiono (Saur Tampubolon,

    2014:140) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak

    belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Gagne

    (Aunnurrahman, 2014:47) menyimpulkan ada lima macam hasil belajar:

    1) Keterampilan intelektual, atau pengetahuan prosedural yang mencakup

    belajar konsep, prinsip, dan pemecahan masalah yang diperoleh melalui

    penyajian materi di sekolah.

    2) Strategi kognitif, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah

    baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam

    memperhatikan, belajar, mengingat, dan berpikir.

    3) Informasi vebal, yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan

    kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan.

    4) Keterampilan motorik, yaitu kemampuan untuk melaksanakan dan

    mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot.

  • 8

    5) Sikap, yaitu suatu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku

    seseorang yang didasari oleh emosi, kepercayaan-kepercayaan serta faktor

    intelektual.

    Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

    suatu atau hasil yang dicapai atau dimiliki siswa dari suatu kegiatan atau usaha

    yang dilakukan selama mengalami aktivitas belajar yang merupakan bukti

    keberhasilan seseorang setelah mengalami proses/pengalaman dalam belajar.

    Untuk mengukur bukti keberhasilan seseorang setelah mengalami proses belajar

    digunakan alat penilaian yaitu tes evaluasi dangan hasil yang dinyatakan dalam

    bentuk nilai. Jadi, berhasil tidaknya seseorang dalam proses belajar tergantung

    dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.

    2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

    Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu dari dalam diri

    siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.

    Selanjutnya menurut Slameto (2010:54) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

    siswa yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern terdiri atas faktor-faktor

    jasmaniah, psikologi, minat, motivasi dan cara belajar. Sedangkan faktor ekstern

    terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Kedua faktor yang ada

    sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

    Selanjutnya menurut Slameto (Saur Tampubolon, 2014:142) faktor-faktor

    yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi tiga golongan yang

    ada pada diri siswa itu sendiri meliputi:

    1) Faktor biologis: meliputi kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan.

    Jika salah satu faktor biologis terganggu, hal itu akan mempengaruhi hasil

    belajar.

    2) Faktor psikologis: meliputi inteligensi, minat dan motivasi, serta perhatian

    ingatan berpikir.

    3) Faktor kelelahan: meliputi jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani ditandai

    dengan lemah tubuh, lapar, haus, dan mengantuk. Sedangkan kelelahan

  • 9

    rohani dapat dilihat dengan adanya kebosanan sehingga minat dan

    dorongan untuk menghasilkan sesuatu akan hilang.

    Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa

    faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor internal dan faktor

    eksternal. Faktor internal adalah fisiologis dan psikologis yang terdiri dari

    motivasi, minat, kebiasaan dan cara belajar. Sedangkan faktor eksternal adalah

    lingkungan dan instrumental yang terdiri dari lingkungan keluarga (suasana rumah

    dan keadaan ekonomi), sekolah (model mengajar dan alat peraga yang digunakan)

    dan masyarakat (teman bergaul). Keduanya dapat diminimalisir apabila guru

    dalam hal ini selaku pendidik mampu dan mau berusaha mengorganisir atau

    mengelola proses belajar mengajar yang tidak hanya dilakukan didalam kelas saja.

    2.2 Hakikat IPA

    2.2.1 Pengertian Pembelajaran IPA

    IPA merupakan salah satu pelajaran wajib di sekolah Dasar. Dengan

    belajar IPA siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar.

    Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pemahaman langsung dan kegiatan

    praktis untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan

    memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari

    tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman

    yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

    Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), ilmu pengetahuan

    alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran wajib disekolah. IPA merupakan

    mata pelajaran yang berhubungan dengan fenomena seluk beluk alam dan

    fenomenanya. Melalui mata pelejaran IPA siswa diharapkan mampu memahami

    manfaat alam dalam kehidupan sehari-hari.

    Samatowa, (2011) menerangkan bahwa pembelajaran IPA yang baik harus

    mengaitkan ide-ide siswa, membangun rasa ingin tahu tentang segala sesuatu yang

    ada di lingkungannya, membangun keterampilan yang diperlukan dan

    menimbulkan kesadaran siswa bahwa belajar IPA menjadi sangat perlu dan

    penting untuk dipelajari. Pembelajaran IPA di sekolah dasar seharusnya

  • 10

    difokuskan pada pengembangan kemampuan berpikir siswa dan keterlibatan siswa

    secara aktif dalam pembelajaran. Namun hal tersebut belum sepenuhnya

    dilaksanakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Menurut Wahyana (Trianto,

    2010:136) IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematis dan

    dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.

    Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan faktor, tetapi oleh

    adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.

    Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah dan

    sikap ilmiah. Menurut Trianto (2010: 141) dalam bukunya Model pembelajaran

    Terpadu dijelaskan bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang

    mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenalkan dengan

    proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud

    sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa

    konsep, prinsip dan teori yang berlaku secara universal. Menurut Kardi dan Nur

    (Trianto, 2010:136) IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang zat, baik

    makhluk hidup maupun benda mati yang diamati.

    Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA pada

    dasarnya adalah ilmu yang mempelajarai segala sesuatu yang ada di alam yang

    dibangun atas dasar sikap ilmiah yang dipandang dari segi proses, produk dan

    pengembangan sikap.

    2.2.2 Tujuan Pembelajaran IPA di SD

    Suatu tujuan pendidikan ditetapkan untuk menentukan arah dan kegiatan

    pendidikan yang dilaksanakan.Tujuan pendidikan IPA di Indonesia dinyatakan

    dalam tujuan kurikuler mata pelajaran IPA Sekolah Dasar yang dinyatakan dalam

    Permendiknas No 22 tahun 2006 Tentang Standar Isi sebagai cakupan kelompok

    mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Kelompok mata pelajaran ilmu

    pengetahuan dan teknologi pada SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk mengenal,

    menyikapi dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan

    kebiasaan berpikir dan perilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri.

  • 11

    Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006, mata pelajaran IPA di

    SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

    1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

    berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

    2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

    bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

    3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

    adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

    teknologi dan masyarakat.

    4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

    memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

    5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga

    dan melestarikan lingkungan alam.

    6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

    keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

    7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai

    dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS.

    Maksud dari tujuan tersebut adalah agar siswa dapat memiliki pengetahuan

    untuk mempelajari gejala alam, beberapa jenis perangkat lingkungan yang dapat

    ditemukan melalui pengamatan. Hal itu dilakukan agar siswa tidak buta pada

    pengetahuan dasar mengenai IPA

    2.2.3 Pembelajaran IPA di SD

    Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam

    mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban, menyempurnakan

    jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana” tentang gejala alam maupun

    karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan dalam

    lingkungan dan teknologi.

    Dalam belajar IPA peserta didik diarahkan untuk membandingkan hasil

    prediksi peserta didik dengan teori melalui eksperimen dengan menggunakan

    metode ilmiah. Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi

    peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek

  • 12

    pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari,

    yang didasarkan pada metode ilmiah.

    Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menekankan pada

    pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik

    mampu memahami alam sekitar melalui proses “mencari tahu” dan “berbuat”. Hal

    ini akan membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih

    mendalam. Keterampilan dalam mencari tahu atau berbuat tersebut dinamakan

    dengan keterampilan proses penyelidikan atau “enquiry skills” yang meliputi

    mengamati, mengukur, menggolongkan, mengajukan pertanyaan, menyusun

    hipotesis, merencanakan eksperimen untuk menjawab pertanyaan,

    mengklasifikasikan, mengolah, dan menganalisis data, menerapkan ide pada

    situasi baru, menggunakan peralatan sederhana serta mengkomunikasikan

    informasi dalam berbagai cara, yaitu dengan gambar, lisan, tulisan, dan

    sebagainya. Melalui keterampilan proses dikembangkan sikap dan nilai yang

    meliputi rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, tidak percaya tahyul, kritis, tekun,

    ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan

    kerja, dan bekerja sama dengan orang lain.

    Pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya memberikan pengalaman pada

    peserta didik untuk belajar menguji suatu pernyataan yang didapat dari

    pengamatan terhadap kejadian sehari-hari, sehingga dari hasil pengujian tersebut

    mereka dapat memperoleh jawaban sementara dari pengamatan yang dilakukan.

    Adanya jawaban sementara yang dibuat dapat membantu peserta didik untuk

    berpikir logis terhadap suatu bentuk peristiwa alam yang terjadi karena

    pembelajaran IPA dapat membantu menjawab berbagai masalah yang berkaitan

    dengan peristiwa alam yang terjadi Trianto, (2010:151-153). IPA di SD

    hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik

    secara alamiah. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan

    bertanya dan mencari jawaban berdasarkan bukti serta mengembangkan cara

    berfikir ilmiah. Fokus program pengajaran IPA di SD hendaknya ditunjukkan

    untuk memupuk minat dan pengembangan anak didik terhadap dunia mereka

    dimana mereka hidup (Samatowa, 2011:2).

  • 13

    Jadi pembelajaran IPA di SD hendaknya membuka kesempatan kepada

    anak didik untuk memperoleh pemahaman secara mendalam dan pengalaman

    secara langsung untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar secara ilmiah

    2.3 Pengertian Pembelajaran Kooperatif

    Slavin (2015:4), mengemukakan pendapatnya bahwa pembelajaran

    kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa

    bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainya

    dalam mempelajari materi pelajaran. Hal ini bertujuan agar proses pembelajaran

    tidak didominasi oleh satu orang, melainkan setiap anggota kelompok memiliki

    kewajiban dan tanggung jawab yang sama dalam menyelesaikan masalah

    kelompoknya sehingga proses pembelajaran yang terjadi dapat berperan dalam

    mengaktifkan semua sisswa dan lebih berpusat kepada siswa.

    Koes (Isjoni, 2013:20) menyebutkan bahwa belajar kooperatif didasarkan

    pada hubungan antara motivasi, hubungan interpersonal, strategi pencapaian

    khusus, suatu ketegangan dalam individu memotivasi gerakan ke arah pencapaian

    hasil yang diinginkan. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat elemen-elemen

    yang saling terkait didalamnya, akuntabilitas individual, keterampilan untuk

    menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang sengaja diajarkan.

    Nurhadi (Isjoni,2013:20) mengemukkan bahwa keempat elemen tersebut tidak

    bisa dipisahkan dalam pembelajaran kooperatif karena sangat mempengaruhi

    kesuksesan dari pembelajaran kooperatif sendiri. Pada pembelajaran kooperatif

    diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik

    di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar

    kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan

    kepada temannya. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah

    mencapai ketuntasan.Tujuan pembelajaran kooperatif sebagai berikut: 1) untuk

    meningkatkan partisipasi siswa, 2) untuk memfasilitasi siswa dengan pengalaman

    sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, 3) memberikan

    kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang

    berbeda latar belakangnya (Trianto, 2010:42).

  • 14

    2.4 Model Pembelajaran Berbasis Masalah

    Menurut Tan, (Rusman, 2014: 229) Pembelajaran Berbasis Masalah

    merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berpikir

    siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang

    sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan

    mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambung.

    Pelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk

    pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk

    memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun

    pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajran ini

    cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.

    Dalam model ini siswa dilatih untuk berinteraktif dengan bertanya dan

    mengemukakan pendapat mengenai masalah yang dikemukakan di awal

    pembelajaran. Untuk mencapai jawaban dari permasalahan yang diajukan maka

    siswa melakukan kegiatan penyelidikan, mengumpulkan dan menganalisa

    informasi, mencari jawaban, sampai akhirnya siswa mampu menghasilkan produk

    yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian dari masalah yang mereka

    temukan. Hal itu sesuai dengan yang dikemukan Tan, (Rusman, 2014:230)

    merupakan pendekatan pembelajaran yang relevan dengan tuntutan abab ke-21

    dan umumnya kepada para ahli dan praktisi pendidikan yang memusatkan

    perhatiannya pada pengembangan dan inovasi sistem pembelajaran.

    Menurut Ibrahim dan Nur, (Rusman, 2014:241) mengemukakan bahwa

    Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan salah satu pendekatan pembelajaran

    yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi

    yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk di dalamnya belajar

    bagaimana belajar. Depdiknas, (Rusman, 2014:241) mengemukakan bahwa

    Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang

    menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar

    tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk

    memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pembelajaran

  • 15

    Mendasarkan pada pendapat para ahli di atas tentang pengertian model

    pembelajaran berbasis masalah (PBM), maka peneliti menyimpulkan bahwa

    model pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah model pembelajaran dimana

    siswa dihadapkan pada masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari,

    dimana masalah nyata ini disuguhkan pada awal pembelajaran, sehingga

    membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya

    dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.

    Dari berbagai pemaparan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

    model pembelajaran merupakan sebuah rencana atau pola yang

    mengorganisasikan pembelajaran dalam kelas dan menunjukkan penggunaan

    materi pembelajaran, dimana model pembelajaran itu sendiri berbeda dengan

    metode maupun strategi pembelajaran. Ciri mendasar yang membuat model

    pembelajaran berbeda dengan metode pembelajaran maupun strategi pembelajaran

    adalah bahwa model pembelajaran merupakan satu kesatuan yang disebut sintaks

    atau tingkah laku mengajar.

    2.4.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah

    Tahapan-tahapan Model Problem Based Learning menurut Ibrahim dan

    Nur (Rusman, 2014:243) sebagai berikut.

    Tabel 2.1

    Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah

    Fase Indikator Guru

    1 Orientasi siswa pada

    masalah

    Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik

    yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah

    2 Mengorganisasi siswa

    untuk belajar

    Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan

    tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

    3 Membimbing Pengalaman

    individual/ kelompok

    Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan

    penjelasan dan pemecahan masalah

    4 Mengembangkan dan

    menyajikan hasil karya

    Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan

    karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka

    untuk berbagai tugas dengan temannya

    5 Menganalisis dan

    mengevaluasi proses pemecahan masalah

    Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi

    terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan

  • 16

    2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

    a. Kelebihan

    Sebagai suatu model pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa

    kelebihan Sanjaya, (2007) sebagai berikut:

    1. Menantang kemampuan siswa serta memberikan keluasan untuk

    menemukan pengetahuan baru bagi siswa.

    2. Meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa.

    3. Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk

    memahami masalah dunia nyata.

    4. Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan

    bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Di

    Disamping itu, PBM dapat mendorong siswa untuk melakukan

    evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.

    5. Mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis dan

    mengembangkan kemampuan mereka untuk meyesuaikan dengan

    pengetahuan baru.

    6. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengaplikasikan

    pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

    7. Mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar

    sekali pun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

    8. Memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari

    guna memecah kan masalah dunia nyata.

    b. Kelemahan

    Disamping kelebihan diatas, PBM juga memiliki kelemahan Sanjaya,

    (2007), diantaranya:

    1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau mempunyai kepercayaan

    bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka

    akan merasakan enggan untuk mencobanya.

    2. Untuk sebagian siswa beranggapan bahwa tanpa pemahaman

    mengenai materi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah

    mengapa mereka harus berusaha untuk memecahkan masalah yang

  • 17

    sedang dipelajari, maka mereka akan belajar apa yang mereka ingin

    pelajari.

    Sumber:https://www.google.com/search?q=kelebihan+dan+kekurangan+PB

    L+wikipedia&ie=utf-8&oe=utf-8

    2.4.3 Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Masalah

    Pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan berbagai macam

    kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan

    dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala suatu yang baru dan

    kompleksitas yang ada menurut Tan, (dalam Rusman, 2014:232) karakteristik

    pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:

    a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar

    b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata

    yang tidak terstruktur

    c. Permasalahan, membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective)

    d. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap,

    dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan

    belajar dan bidang baru dalam belajar

    e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama

    f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya.

    g. Belajar adalah kalaboratif, komunikkasi, dan kooperatif

    h. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama

    pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari

    sebuah permasalahan

    i. Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari

    sebuah proses belajar

    j. PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses

    belajar.

    Alur proses Pembelajaran Berbasis Masalah dapat dilihat pada flowchart

    berikut ini.

    https://www.google.com/search?q=kelebihan+dan+kekurangan+PBL+wikipedia&ie=utf-8&oe=utf-8https://www.google.com/search?q=kelebihan+dan+kekurangan+PBL+wikipedia&ie=utf-8&oe=utf-8https://www.google.com/search?q=kelebihan+dan+kekurangan+PBL+wikipedia&ie=utf-8&oe=utf-8

  • 18

    Bagan 2.1

    Bagam 2.1 Keberagaman Pendekatan PBM

    PBM digunakan tergantung dari tujuan yang dicapai apakah berkaitan

    dengan: (1) penguasaan isi pengetahuan yang bersifat multidisipliner; (2)

    penguasaan keterampilan proses dan disiplin heuristik; (3) belajar keterampilan

    pemecahan masalah; (4) belajar keterampilan kolaboratif; dan (5) belajar

    keterampilan kehidupan yang lebih luas. Ketika tujuan PBM lebih luas, maka

    permasalahan pun menjadi lebih kompleks dan proses PBM membutuhkan siklus

    yang lebih panjang. Jenis PBM yang akan dimasukkan dalam kurikulum

    tergantung pada profil dan kematangan siswa, pengalaman masa lalu siswa,

    fleksibilitas kurikulum yang ada, tuntutan evaluasi, waktu, dan sumber yang ada.

    Menetukan Masalah

    Kesimpulan, Integrasi dan Evaluasi

    Analisis Masalah dan Isu

    Belajar

    Pertemuan Solusi dan

    Laporan

    Penyajian Solusi dan

    Refleksi

    Belajar

    Pengarahan Diri

    Belajar

    Pengarahan Diri

    Belajar

    Pengarahan Diri

    Belajar

    Pengarahan Diri

  • 19

    2.5 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

    Penelitian Yang dilakukan oleh Reno, Agus (2013) yang berjudul .Upaya

    Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar IPA Menggunakan Model

    Pembelajaran Berbasis Masalah Siswa Kelas 4 SDN Tlogo Kecamatan Tuntang

    Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2012/2013. Hasil penelitian

    menunjukkan adanya peningkatan partisipasi dan prestasi belajar IPA siswa kelas

    4 SDN Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Setelah diberikan

    tindakan pembelajaran berbasis masalah, persentase partisipasi tinggi pada siklus I

    sebesar 56,7% dan siklus II 100%. Disamping itu, terjadi juga peningkatan

    prestasi belajar siswa yang ditunjukkan oleh kenaikan persentase ketuntasan

    belajar siswa. Sebelum tindakan sebanyak 7 siswa (23.3%).Setelah diberikan

    tindakan pada siklus I, terjadi peningkatan jumlah yang tuntas menjadi 17 siswa

    (56.7%). Pada siklus II terjadi peningkatan jumlah yang tuntas menjadi 30

    (100%).

    Nurhaelah, (2011). Upaya Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar

    IPA dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Siswa

    Kelas IV SDN Pagerwangi Lembang. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa

    perolehan nilai rata-rata hasil tes meningkat yaitu nilai rata-rata individu pada

    siklus I adalah 50.2, sedangkan nilai rata-rata individu pada siklus II adalah 62

    dan pada siklus III adalah 71.3. Dari perolehan ini dapat disimpulkan bahwa

    penerapan model pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan minat dan

    hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas IV SDN Pagerwangi

    Kecamatan Lembang.

    2.6 Kerangka Pikir

    Ada berbagai macam cara guru untuk meningkatkan hasil belajar

    siswanya, misalnya dengan menggunakan media yang beragam agar pembelajaran

    tidak membosankan bagi siswa. Untuk itu salah satu model yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Berbasis

    Masalah model pembelajaran ini diharapkan dapat mengubah paradigma

    pembelajaran agar media yang digunakan dapat membangkitkan semangat belajar

  • 20

    siswa serta hasil belajar siswa meningkat karena dengan menggunakan model ini

    siswa dilatih untuk berpikir kritis teliti dan melatih tanggung jawab siswa atas apa

    yang dipelajarinya.

    Bagan 2.2

    Kerangka Berfikir

    Kondisi awal Guru belum

    menggunakan model

    PBM

    Siklus II

    menggunakan model

    pembelajaran berbasis

    masalah dalam

    pembelajaran dengan

    alat peraga dan LCD

    Hasil belajar siswa belum

    mencapai KKM

    Menggunakan

    model PBM

    dalam

    pembelajaran IPA

    melalui 2 siklus

    Tindakan

    Siklus I menggunakan

    model pembelajaran

    berbasis masalah

    dalam pembelajaran

    dengan alat peraga

    dan LCD

    Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah hasil belajar

    siswa dalam pembelajaran IPA meningkat mencapai

    KKM.

    Kondisi akhir

  • 21

    2.7 Hipotesis Tindakan

    Berdasarkan uraian pada landasan teori dan kerangka berpikir

    sebagaimana yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis tindakan penelitian ini

    adalah melalui “Penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat

    meningkatkan hasil belajar IPA Siswa Kelas 4 SD N Sidorejo Lor 05 Salatiga “