bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 hakikat ......2.1 kajian teori 2.1.1 hakikat matematika...

47
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran maupun kehidupan, karena matematika tidak pernah lepas dari kehidupan sehari- hari. Menurut Ade Sanjaya (2011:1) dari bahasa Yunani “mathein” atau “mathenin” artinya yaitu “mempelajari”. Lampiran Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi, matematika salah satu mata pelajaran yang diajarkan di semua jenjang pendidikan dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi yang bertujuan untuk menunjukkan sikap positif bermatematika, yaitu logis, cermat dan teliti, bertanggung jawab dan tidak mudah menyerah demi menyelesaikan permasalahan sebagai wujud dari implementasi kebiasaan dalam inkuiri dan bereksplorasi matematika. Daniel Muijs dan David Reynolds (2008:332) mengatakan matematika dapat dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan kurang menyenangkan bagi peserta didik maupun orang dewasa. Hal ini dapat disebabkan karena materi matematika itu sendiri, guru sebagai calon pendidik seharusnya dapat menyampaikan konsep matematika dan membawa proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Muijs dan Reynolds (2008:333) berpendapat bahwa pada usia Sekolah Dasar atau biasa disebut dengan usia emas, anak diharuskan belajar matematika yang merupakan sarana penting untuk megembangkan keterampilan maupun kemampuan berpikir logis yang lebih tinggi. Walaupun tidak semua peserta didik dapat memahami konsep dari matematika itu sendiri sebenarnya pembelajaran matematika di Sekolah Dasar melatih peserta didik untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang sederhana. Menurut Karso (2014: 1.4) matematika merupakan mata pelajaran yang mempelajari konsep abstrak yang tersusun secara symbol, hierarkis,

Upload: others

Post on 08-Sep-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Matematika

2.1.1.1 Pengertian Matematika

Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran maupun

kehidupan, karena matematika tidak pernah lepas dari kehidupan sehari-

hari. Menurut Ade Sanjaya (2011:1) dari bahasa Yunani “mathein” atau

“mathenin” artinya yaitu “mempelajari”. Lampiran Permendikbud Nomor

21 Tahun 2016 tentang Standar Isi, matematika salah satu mata pelajaran

yang diajarkan di semua jenjang pendidikan dari Sekolah Dasar sampai

Perguruan Tinggi yang bertujuan untuk menunjukkan sikap positif

bermatematika, yaitu logis, cermat dan teliti, bertanggung jawab dan tidak

mudah menyerah demi menyelesaikan permasalahan sebagai wujud dari

implementasi kebiasaan dalam inkuiri dan bereksplorasi matematika.

Daniel Muijs dan David Reynolds (2008:332) mengatakan

matematika dapat dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan kurang

menyenangkan bagi peserta didik maupun orang dewasa. Hal ini dapat

disebabkan karena materi matematika itu sendiri, guru sebagai calon

pendidik seharusnya dapat menyampaikan konsep matematika dan

membawa proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Muijs dan

Reynolds (2008:333) berpendapat bahwa pada usia Sekolah Dasar atau

biasa disebut dengan usia emas, anak diharuskan belajar matematika yang

merupakan sarana penting untuk megembangkan keterampilan maupun

kemampuan berpikir logis yang lebih tinggi. Walaupun tidak semua

peserta didik dapat memahami konsep dari matematika itu sendiri

sebenarnya pembelajaran matematika di Sekolah Dasar melatih peserta

didik untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang sederhana.

Menurut Karso (2014: 1.4) matematika merupakan mata pelajaran

yang mempelajari konsep abstrak yang tersusun secara symbol, hierarkis,

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

10

deduktif, formal dan aksiomatis untuk melatih siswa berpikir secara logis.

Dalam hal ini yang lebih ditekankan dalam matematika adalah pada

pembentukan logika, sikap dan keterampilan yang digunakan dalam

menyelesaikan masalah.

Menurut Hamzah (2008:129) matematika suatu bidang ilmu dalam

memecahkan masalah sebagai alat pikir, komunikasi, dari berbagai

persoalan dan memiliki berbagai cabang diantaranya aritmatika, aljabar,

geometri, dan analisis. Definisi matematika sendiri lalu dipertegas lagi

oleh Hudoyo dalam Wahyudi dan Kriswandani (2013:9), yang

mengemukakan matematika ialah memiliki funsgi praktis yaitu untuk

mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan seperti dalam

membuat suatu perumusan, membuat penafsiran dan menyelesaikan

masalah model matematika, sedangkan fungsi teoritisnya untuk

memudahkan dalam berfikir.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan ternyata

matematika adalah ilmu yang sulit dan kurang menyenangkan untuk bisa

dipahami, dalam mempelajari pelajaran matematika seharusnya

memerlukan pemahaman, penalaran, logika, ketekunan, keuletan, serta

rasa cinta terhapat pelajaran matematika itu sendiri. Matematikapun dapat

dipakai sebagai pemecahan masalah atau persoalan yang memiliki

berbagai cabang dan memiliki fungsi praktis dan teoritis.

Lampiran Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar

isi, pembelajaran matematika di SD memiliki ruang lingkup materi dan

tingkat kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik disajikan dalam

tabel 2.1 berikut ini:

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

11

Tabel 2.1

Tingkat Kompetensi dan Ruang Lingkup

Materi Matematika SD

Tingkat

Kompetensi Kompetensi Ruang Lingkup Materi

Tingkat

Pendidikan

Dasar (kelas

I-VI)

Menunjukkan sikap

positif bermatematika:

logis, cermat dan teliti,

jujur, bertanggung

jawab, dan tidak mudah

menyerah dalam

menyelesaikan masalah,

sebagai wujud

implementasi kebiasaan

dalam inkuiri dan

eksplorasi matematika.

Memiliki rasa ingin

tahu, semangat belajar

yang berkelanjutan,

percaya diri, dan

ketertarikan pada

matematika, yang

terbentuk melalui

pengalaman belajar.

Bilangan asli dan

pecahan sederhana.

Geometri dan

pengukuran sederhana.

Statiska sederhana.

Bilangan bulat dan

bilangan pecahan.

Geometri (sifat dan

unsur) dan pengukuran

(satuan standar).

Statistika

(pengumpulan dan

penyajian data

sederhana).

Bilangan (termasuk

pangkat dan akar

sederhana).

Geometri dan

Pengukuran (termasuk

satuan turunan).

Statistika dan peluang.

Sumber : Lampiran Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 Tentang

Standar Isi halaman 111-114.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

12

2.1.1.2 Pembelajaran Matematika di SD

Di era sekarang ini banyak terjadi perkembangan diberbagai bidang

ilmu, salah satunya dibidang teknologi sains modern. Matematika

merupakan salah satu dasar terjadinya perkembangan, dengan seiring

berjalannya perkembangan teknologi pada perkembangan matematika

dibidang teori tentang bilangan, analisis, peluang, dan teori matematika

sampai saat ini. Oleh sebab itu maka pembelajaran matematika menjadi

salah satu mata pelajaran yang penting dan harus diberikan untuk peserta

didik dari mulai jenjang Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi yang

bertujuan supaya dapat melatih kemampuan peserta didik untuk menerima,

mengelola, memanfaatkan maupun menciptakan teknologi dimasa depan

serta bertujuan untuk membekali peserta didiksupaya berfikir secara logis,

kreatif, sistematis, kritis, dan analistis serta kemampuan untuk saling

bekerja sama.

Mawardi (2018: 29) menyampaikan bahwa tujuan yang ingin

dicapai dalam pembelajaran yaitu sasaran atau target yang akan dicapai di

suatu pembelajaran. Tujuan pembelajaran dibedakan menjadi dua kategori,

yaitu tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus. Tujuan

pembelajaran umum memiliki sifat yang masih umum, belum

menggambarkan perilaku spesifik yang akan dicapai sedangkan tujuan

pembelajaran khusus lebih spesifik dan operasional. Dalam suatu

pembelajaran haruslah terdapat materi yang akan disampaikan, karena

materi pembelajaran adalah isi suatu pembelajaran yang menjadi pokok

bahasan dan sub pokok bahasan. Mawardi dan Sulasmono (2011: 33)

menjelaskan jenis-jenis materi pembelajaran ke dalam lima kategori, yaitu

fakta, konsep, prinsip, prosedur, serta nilai dan sikap.

Lampiran Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar

Isi, Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah

Dasar yang bertujuan untuk menunjukkan sikap positif bermatematika,

yaitu logis, cermat dan teliti, bertanggung jawab dan tidak mudah

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

13

menyerah dalam menyelesaikan suatu permasalahan sebagai wujud dari

implementasi kebiasaan dalam inkuiri dan eksplorasi matematika.

Matematika merupakan ilmu yang mendunia karena mendasari

perkembangan teknologi modern, matematikapun juga memiliki peran

penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia.

Matematika sangat perlu diberikan kepada peserta didik untuk membekali

mereka dengan kemampuan berfikir analitis, sistematis, kritis, logis, dan

kreatif, serta kemampuan bekerja sama.

2.1.1.3 Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD)

Matematika salah satu ilmu universal dan merupakan mata

pelajaran yang diajarkan dari jenjang paling dasar yaitu PAUD/TK,

Sekolah Dasar, SMP, SMA hingga jenjang paling tinggi yaitu Universitas.

Pendidikan matematika di SD memiliki suatu kompetensi yang harus

dicapai yaitu Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).Suhandi

Astuti (2017: 55) mengemukakan bahwa kompetensi adalah suatu

penguasaan pengetahuan, keterampilan, nilai serta sikap yang diterapkan

sebagai cerminan dari kebiasaan berfikir dan bertindak. Kompetensi Inti

(KI) pada kurikulum 2013 berdasarkan Permendikbud No. 24 tahun 2016

tentang KI dan KD merupakan tingkat kemampuan yang harus dimiliki

oleh peserta didik pada setiap kelas untuk mencapai standar kompetensi

lulusan. Kompetensi inti terdiri dari kompetensi sikap spiritual,

kompetensi sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi

keterampilan. Kompetensi Dasar (KD) pada kurikulum 2013 berdasarkan

Permendikbud No. 24 tahun 2016 tentang KI dan KD merupakan

kemampuan dan materi pembelajaran minimal yang harus dicapai oleh

peserta didik untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan

pendidikan yang mengacu pada kompetensi inti. Berikut ini KI dan KD

Matematika kelas IV di SD sesuai dengan Permendikbud No. 24 tahun

2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar disajikan dalam tabel

2.2.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

14

Tabel 2.2

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Matematika

Kelas IV Semester II

KOMPETENSI INTI 3

(PENGETAHUAN)

KOMPETENSI INTI 4

(KETERAMPILAN)

3. Memahami pengetahuan faktual

dengan cara mengamati dan menanya

berdasarkan rasa ingin tahu tentang

dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan

kegiatannya, dan benda-benda yang

dijumpainya di rumah, di sekolah, dan

tempat bermain.

4. Menyajikan pengetahuan faktual

dalam bahasa yang jelas, sistematis

dan logis, dalam karya yang estetis,

dalam gerakan yang mencerminkan

anak sehat, dan dalam tindakan

yang mencerminn perilaku anak

beriman dan berakhlak mulia.

3.1 Menjelaskan pecahan-pecahan

senilai dengan gambardan model

konkret.

4.1 Mengidentifikasi pecahan-

pecahan senilai dengan gambar dan

model konkret.

3.2 Menjelaskan berbagai bentuk

pecahan (biasa campuran, desimal, dan

persen) dan hubungan di antaranya.

4.2 Mengidentifikasi berbagai

bentuk pecahan (biasa, campuran,

desimal, dan persen) dan hubungan

di antaranya.

3.3 Menjelaskan dan melakukan

penaksiran dari jumlah, selisih, hasil

kali, dan hasil bagi dua bilangan cacah

maupun pecahan dan desimal.

4.3 Menyelesaikan masalah

penaksiran dari jumlah, selisih,

hasil kali, dan hasil bagi dua

bilangan cacah maupun pecahan

dan desimal.

3.4 Menjelaskan faktor dan kelipatan

suatu bilangan.

4.4 Mengidentifikasi faktor dan

kelipatan suatu bilangan.

3.5 Menjelaskan bilangan prima. 4.5 Mengidentifikasi bilangan

prima.

3.6 Menjelaskan dan menentukan

faktor persekutuan, faktor persekutuan

terbesar (FPB), kelipatan persekutuan,

dan persekutuan terkecil (KPK) dari

dua bilangan berkaitan dengan

4.6 Menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan faktor

persekutuan, faktor persekutuan

terbesar (FPB), kelipatan

persekutuan, dan persekutuan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

15

kehidupan sehari-hari. terkecil (KPK) dari dua bilangan

berkaitan dengan kehidupan sehari-

hari.

3.7 Menjelaskan dan melakukan

pembulatan hasil pengukuran panjang

dan berat ke satuan terdekat.

4.7 Menyelesaikan masalah

pembulatan hasil pengukuran

panjang dan berat ke satuan

terdekat.

3.8 Menganalisis sifat-sifat segibanyak

beraturan dan segibanyak tidak

beraturan.

4.8 Mengidentifikasi segibanyak

beraturan dan segibanyak tidak

beraturan.

3.9 Menjelaskan dan menentukan

keliling dan luas pesegi, persegi

panjang, dan segitiga serta hubungan

pangkat dua dengan akar pangkat dua.

4.9 Menyelesaikan maslaah

berkaitan dengan keliling dan luas

pesegi, persegi panjang, dan

segitiga termasuk melibatkan

pangkat dua dengan akar pangkat

dua.

3.10 Menjelaskan hubungan antar garis

(sejajar, berpotongan, berhimpit)

menggunakan model konkret.

4.10 Mengidentifikasi hubungan

antar garis (sejajar, berpotongan,

berhimpit) menggunakan model

konkret.

3.11 Menjelaskan data diri peserta

didik dan lingkungannya yang

disajikan dalam bentuk diagram

batang.

4.11 Mengumpulkan data diri

peserta didik dan lingkungannya

dan menyajikan dalam bentuk

diagram batang.

3.12 Menjelaskan dan menentukan

ukuran sudut pada bangun datar dalam

satuan baku dengan menggunakan

busur derajat.

4.12 Mengukur sudut pada bangun

datar dalam satuan baku dengan

menggunakan busur derajat.

Sumber : Lampiran Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 tentang

Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) halaman 7.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

16

2.1.2 Model Pembelajaran

Pembelajaran suatu proses interaksi antara guru dengan peserta didik

secara langsung bertatap muka maupun tidak langsung dengan

menggunakan berbagai media belajar dan model metode pengajaran yang

terdapat dan bisa dilakukan di sekolah. Miftahul Huda (2014:2)

pembelajaran bisa dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan

metakognisi yang sangat berpengaruh pada pemahaman peserta didik. Hal

seperti itu yang kerap sekali terjadi di kehidupan sehari-hari, sebab belajar

merupakan sebuah proses alamiah yang dialami oleh setiap orang.

Slameto (2007:4) pembelajaran merupakan proses penugasan

pengetahuan, keterampilan dan sikap melalui pengalaman, belajar dan

mengajar. Suatu proses pengajaran dikatakan berhasil apabila terjadi suatu

perubahan tingkah laku pada peserta didik. Proses pembelajaran yang baik

dan berhasil dapat terwujud dari perubahan tingkah laku peserta didik pada

saat proses pembelajaran, bila terlihat secara aktif baik fisik, mental,

maupun emosional. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai susunan

yang dapat dipakai untuk menyusun kurikulum, materi, dan memberikan

petunjuk bagi guru kelas.

Soekanto (2012:5) mengatakan model pembelajaran adalah sebuah

kerangka prosedur yang sistematis dalam pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar dan memiliki fungsi menjadi pedoman untuk

perancang pembelajaran supaya dapat membuat aktivitas belajar mengajar.

Joyce dan Weil seperti dikutip dalam Rusman (2011:133) berpendapat

bahwa model pembelajaran merupakan suatu rencana yang digunakan untuk

merancang kurikulum pembelajaran, bahan pembelajaran dalam

membimbing pembelajaran di kelas. Rusman (2012:133) berpendapat

bahwa model pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang tepat, sesuai

dan efisien yang digunakan oleh guru untuk tercapainya tujuan

pembelajaran.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan model

pembelajaran adalah sarana untuk membantu siswa mendapatkan informasi,

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

17

ketrampilan, meningkatkan motivasi belajar untuk mencapai tujuan

berdasarkan ruang lingkup matematika. Model pembelajaran meningkatkan

hasil belajar agar lebih baik dari sebelumnya dan model pembelajaran juga

diharapkan membuat peserta didik lebih berpikir kritis melalui proses yang

lebih baik.

2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif

2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Menyampaikan suatu materi pembelajaran pastinya deperlukan

model pembelajaran yang dapat memenuhi KI dan KD maupun indikator

pembelajaran matematika, serta harus sesuai dengan karakteristik

pembelajaran matematika. Oleh sebab itu pembelajaran matematika dapat

menggunakan model-model pembelajaran kooperatif karena model

kooperatif ini memiliki berbagai tipe yang menarik perhatian serta minat

belajar dari peserta didik serta dapat mengembangkan kemampuannya.

Misalnya tipe Numbered Head Together (NHT), Student Team

Achievement Division (STAD), Pendekatan Struktural yang meliputi Think

Pair Share (TPS) dan Investigasi Kelompok atau Team Game Tournament

(TGT), dan masih banyak lainnya. Model pembelajaran yang dipakai

haruslah memiliki potensi dalam memenuhi KI, KD, indikator pencapaian

dan juga kriteria pembelajaran matematika. Peserta didik tetap dapat

menguasai konsep-konsep dasar matematika melalui permainan-permainan

menarik sekaligus menumbuhkan kemampuannya dalam menggali dan

mencari informasi bersamak kelompok maupun individu, memiliki

pemikiran yang logis, kritis, bertanggung jawab, dan saling bekerja sama.

Guru sebagai pedoman atau tenaga pendidik memiliki peran yang

sangat aktif dalam membantu peserta didik untuk memahami mata

pelajaran. Guru memiliki berbagai inovasi dalam menyampaikan materi

pelajaran, guru yang kreatif pastinya dapat menghadapi berbagai persoalan

yang ada di dalam kelas serta dapat mencari tahu seperti apa cara

penyelesaiannya. Melalui perkembangan dibidang pendidikan di Indonesia

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

18

saat ini, banyak model dan metode pembelajaran yang dirancang dan

dibuat oleh para ahli yang dapat dipakai dan digunakan untuk

mengembangkan hasil belajar peserta didik. Terdapat beberapa model-

model pembelajaran antar lain pembelajaran klasik, individual dan

kooperatif, pembelajaran klasik dan individual dinilai kurang untuk

meningkatkan kualitas berfikir peserta didik pada pelajaran matematika

karena sangat sedikit interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan

guru. Oleh sebab itu, maka dibutuhkan model pembelajaran yang inovatif

supaya berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik.

Maka dikembangkanlah model-model pembelajaran kooperatif

yang memiliki fungsi membentuk sebuah hubungan antar peserta didik,

dan guru dengan peserta didik. Pembelajaran kooperatif bertujuan

meningkatkan sikap berfikir kritis dan meningkatkan kemampuan peserta

didik untuk menyelesaikan masalah secara bersama-sama serta

mempermudah guru dalam menyampaikan materi. Model pembelajaran

kooperatif salah satu model pembelajaran yang membentuk suatu

kelompok, dalam kelompok mempunyai krieria yang berbeda-beda dalam

tingkat berfikirnyaada yang tingkat berfikirnya tinggi, sedang, bahkan

rendah. Model kooperatif mengutamakan dibentuknya kelompok supaya

mampu bekerja sama untuk memecahkan suatu permasalah yang dihadapi,

peserta didik juga dituntut untuk mampu menerapkan pengetahuan dan

keterampilannya dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Thompson seperti dikutip dalam Isjoni (2012:14) mengemukakan

dengan model belajar secara kooperatif memberikan dampak positif pada

unsur interaksi sosial pada pembelajaran, dampak positif dari unsur

interaksi sosial dalam penerapan model belajar kooperatif ini adalah

peserta didik belajar bersama dalam kelompok yang sudah dibentuk oleh

guru dan dapat saling membantu tanpa membedakan kemampuan masing-

masing peserta didik, jenis kelamin maupun suku dalam kelompoknya.

Model pembelajaran ini juga mengajarkan kepada peserta didik dengan

keterampila khusus seperti menjadi pendengar yang baik dan menghargai

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

19

dalam mendengarkan pendapat teman sekelompoknya. Mengerjakan

lembar yang berisi pertanyaan ataupun tugas sesuai materi yang diajarkan

dan dikerjakan secara bersama-sama, hal tersebut dimaksudkan agar

peserta didik dapat membangun kerjasama dan komunikasi yang baik antar

individu untuk menuntaskan dan mengerjakan tugas yang sudah diberikan.

Nurulhayati seperti dikutip dalam Rusman (2010:203) berpendapat

pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang mengajak

siswa berpartisipasi untuk berinteraksi dalam kelompok kecil. Tom V.

Savage seperti dikutip dalam Rusman (2010:203) mengemukakan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah suatu pendekatan yang mengajarkan

mengenai kerjasama antar kelompok. Johnson seperti dikutip dalam Isjoni

(2013:16) pembelajaran kooperatif merupakan teknik pembelajaran yang

mengajarkan siswa untuk bekerja terarah dalam kelompok kecil yang

terdiri dari 4-5 orang dalam mencapai tujuan bersama.Dari pendapat para

ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah

model pembelajaran yang terbentuk dari 4-5 orang bertujuan untuk saling

berpartisipasi dan bekerja sama dalam kelompok.

2.1.3.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Arends (1997:113) terdapat 6 fase atau langkah utama

dalam pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah dalam pembelajaran

kooperatif dapat dilihat dalam tabel 2.3 berikut:

Tabel 2.3

Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Langkah Tingkah Laku Guru

Langkah 1

Menyampaikan tujuan dan

memotivasi peserta didik

Guru menyampikan tujuan pelajaran

yang akan dicapai pada kegiatan

pelajaran dan menekankan pentingnya

topik yang dipelajari dan memotivasi

peserta didik belajar.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

20

Langkah 2

Menyajikan Informasi

Guru menyajikan informasi atau

materi kepada peserta didik dengan

jalan demonstrasi atau melalui bahan

bacaan.

Langkah 3

Mengorganisasikan peserta

didik dalam kelompok-

kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada peserta

didik bagaimana caranya membentuk

kelompok belajar dan membimbing

setiap kelompok agar melakukan

transisi secara efektif dan efisien.

Langkah 4

Membimbing kelompok

bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-

kelompok belajar pada saat mereka

mengerjakan tugas mereka.

Langkah 5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar

tentang materi yang telah dipelajari

dengan mengerjakan soal evaluasi.

Langkah 6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk

menghargai baik upaya maupun

belajar individu dan kelompok.

2.1.3.3Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Wina Sanjaya (2008:249) pembelajaran secara kooperatif

memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan dalam pembelajaran, berikut

ini kelebihan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif:

a. Siswa tidak harus selalu bergantung pada penjelasan guru, akan tetapi

cara tersebut dapat membangun dan menambah kepercayaan diri,

kemampuan berfikir dan menemukan informasi dari anggota

kelompoknya,

b. Siswa mampu mengemukakan pendapatnya secara verbal dan

membandingkan pendapatnya dengan pendapat anggota kelompoknya,

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

21

c. Mengajarkan sifat menghormati pendapat orang lain dan mampu

untuk menerima perbedaan; Mengajarkan pada setiap siswa untuk

memiliki tanggungjawab,

d. Membantu peningkatan prestasi akademik setiap siswa dan menambah

kemampuan interaksi sosial tiap individu, meningkatkan kedisiplinan

dan bersikap positif terhadap sekolah,

e. Menambah kemampuan individu tiap siswa untuk menguji

pendapatnya sendiri dan mampu menerima saran dari siswa lainnya,

f. Meningkatkan kemampuan siswa untuk mencari dan menggunakan

informasi sesuai fakta yang ada dan kemampuan mempelajari hal

abstrak menjadi riil,

g. Meningkatkan motivasi dan rangsangan dalam berpikir pada tiap

siswa.

Sedangkan kekurangan model pembelajaran kooperatif adalah

sebagai berikut:

a. Dengan leluasanya pembelajaran maka apabila keleluasaan itu tidak

optimal maka tujuan dari apa yang di pelajari tidak akan tercapai.

b. Penilaian kelompok dapat membutakan peniliaan secara individu

apabila guru tidak jeli dalam pelaksanaanya.

c. Mengembangkan kesadaran berkelompok dan memerlukan waktu

yang panjang.

Berdasarkan pemaparan tentang kelebihan dan kekurangan model

pembelajaran kooperatif yang telah diuraikan tersebut, maka dalam

menerapkan pembelajaran kooperatif guru perlu memperhatikan prinsip-

prinsip, karakteristik, serta prosedur dalam menggunakan model

pembelajaran kooperatifdengan benar. Dengan begitu guru dapat

memaksimalkan penerapan model pembelajaran kooperatif dalam proses

belajar mengajar dan mengatasi kelemahan dari pembelajaran kooperatif

itu sendiri.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

22

2.1.4 Model Kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD)

2.1.4.1 Pengertian Model Pembelajaran Student Team Achievement Divisions

(STAD)

Model Student Team Achievement Division (STAD) merupakan

salah satu model atau tipe belajar yang memiliki struktur yaitu tugas,

tujuan, dan penghargaan. Pada model belajar secara kooperatif peserta

didik diberikan motivasi untuk mampu bekerjasama dan mengkoordinasi

kelompok belajarnya dalam menyelesaikan tugas yang sudah diberikan

oleh guru. Hal ini dimaksudkan untuk peningkatan kemampuan menerima

perbedaan, pendapat, keterampilan sosial, saling menghargai dan

bekerjasama.

Student Team Achievement Division(STAD) menurut Slavin

(2015:11) adalah peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok yang

memiliki berbagai tingkat kemampuan, ras, suku, dan jenis kelamin.

Trianto (2007:133) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe

Student Team Achievement Divisions menggunakan metode ceramah,

tanya jawab dan diskusi, pembelajaran ini terdiri dari 4-5 peserta didik

yang acak dalam satu kelompok.Huda (2014: 201)menyatakan bahwa

Student Team Achievement Divisions salah satu teknik pembelajaran yang

di dalamnya terdapat beberapa kelompok kecil yang saling bekerja sama

untuk menyelesaikan tugas pembelajaran dengan kemampuan yang

berbeda-beda. Menurut pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah strategi pembelajaran yang

berbentuk kelompok acak secara heterogen yang terdiri dari 4-5 orang

untuk saling bekerja sama dalam menyelesaikan tugas.

2.1.4.2 Karakteristik Model Pembelajaran Student Team Achievement

Division (STAD)

Menurut Slavin (2010:143) pada model STAD terdapat 5

komponen utama yang terkandung di dalamnya, komponen-komponen

tersebut antara lain:

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

23

a. Presentasi. Penyampaian materi pembelajaran diperkenalkan dalam

presentasi di dalam kelas. Hal ini merupakan pengajaran langsung

seperti yang pernah dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin

oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual,

sehingga dalam penyampaian materi dapat diterima dengan jelas

oleh peserta didik, dan merangsang untuk memiliki rasa ingin tahu

terhadap isi materi yang diberikan. Perbedaan antara presentasi

kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut

haruslah benar-benar berfokus pada materi pembelajaran yang

dibahas. Dengan cara ini peserta didik akan menyadari bahwa

mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama

presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu

mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan

skor kelompok.

b. Tim. Tim terdiri dari empat atau lima orang dalam kelompok

dengan karakter yang berbeda-beda, untuk hal kinerja akademik,

jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah

memastikan semua anggota kelompok benar-benar belajar, dan

mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan

baik.

c. Kuis. Setelah guru memberikan presentasi dan praktik tim, peserta

didik akan mengerjakan kuis individual. Peserta didik tidak

diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis.

Sehingga, tiap peserta didik bertanggung jawab secara individual

untuk memahami materinya.

d. Skor kemajuan individual. Poinyang akan dicapai apabila mereka

bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada

sebelumnya. Tiap peserta didik memberikan konstribusi poin yang

maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tidak ada

peserta didik yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha

mereka yang terbaik.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

24

e. Regoknisi tim. Tim mendapatkan penghargaan apabila skor rata-

rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim peserta didik dapat

juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat

mereka.

Menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah

seperti menerapkan pengajaran kelas utuh berfokus pada konsep atau

keterampilan. Mereview pelajaran, memperkenalkan pelajaran,

menjelaskan dan mencontohkan materi pelajaran, dan meminta siswa

untuk berlatih.

2.1.4.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Student Team Achievement

Division (STAD)

Sintaks model pembelajaran STAD menurut Nur seperti dikutip

dalam Chotimah (2007:162) antara lain:

a. Membentuk kelompok yang beranggotakan 4-5 peserta didik secara

heterogen,

b. Penyampaian materi oleh guru,

c. Pemberian tugas ke kelompok-kelompok belajar oleh guru,

d. Peserta didik yang mempunyai kemampuan akademik yang sudah

paham menjelaskan materi yang disampaikan kepada anggota

kelompoknya yang kurang paham sehinga seluruh anggota mengerti

dan paham,

e. Memberikan kuis kepada peserta didik secara individu,

f. Memberikan poin atau penghargaan kepada peserta didik dengan

poin tertinggi,

g. Guru memberikan evaluasi,

h. Penutup.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

25

Ridwan (2013: 134) mengemukakan langkah-langkah

pembelajaran dalam menggunakan modelStudent Teams Achievement

Divisionsadalah sebagai berikut:

a. Bentuk kelompok yang anggotanya terdiri atas 4-5 orang secara

heterogen. Campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dan

sebagainya.

b. Guru menyajikan materi pelajaran.

c. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh

anggota-anggota kelompok. Anggota yang sudah paham dapat

menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam

kelompok itu paham.

d. Guru memberikan kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik.

Pada saat menjawab kuis, peserta didik arus bekerja individu tidak

diperbolehkan saling membantu.

e. Guru memberikan evaluasi.

f. Guru memberikan penghargaan.

Menurut Ibrahim seperti dikutip dalam Trianto (2007:54) terdapat

enam langkah utama dalam pembelajaran model kooperatif tipe STAD

disajikan pada tabel 2.4 berikut ini:

Tabel 2.4

Langkah-langkah Model Pembelajaran STAD

Langkah Tingkah Laku Guru

Langkah 1

Menyampaikan tujuan dan

memotivasi peserta didik.

Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran dan

mengkomunikasikan kompetensi dasar

yang akan dicapai serta memotivasi

siswa.

Langkah 2

Menyajikan informasi.

Guru menyajikan informasi kepada

peserta didik.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

26

Langkah 3

Mengorganisasikan peserta

didik ke dalam kelompok-

kelompok belajar.

Guru menginformasikan dalam

pengelompokan peserta didik.

Langkah 4

Membimbing kelompok

belajar.

Guru memotivasi serta memfasilitasi

kerja siswa dalam kelompok-

kelompok belajar.

Langkah 5

Evaluasi.

Guru mengevaluasi hasil belajar

tentang materi pembelajaran yang

telah dilaksanakan.

Langkah 6

Memberikan penghargaan.

Guru memberi penghargaan hasil

belajar individual dan kelompok.

Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan

langkah-langkah model pembelajaran STAD sebagai berikut:

a. Guru melakukan apersepsi.

b. Guru menjelaskan materi pelajaran.

c. Guru menjelaskan metode pembelajaran Student Teams

Achievement Divisions.

d. Peserta didik dibagi kedalam kelompok yang terdiri 4-5 orang

dengan kemampuan yang heterogen atau berbeda.

e. Peserta didik mendiskusikan materi secara berkelompok

f. Peserta didik mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru

secara berkelompok.

g. Guru memberi kuis kepada masing-masing siswa secara

individual.

h. Guru membandingkan nilai rata-rata peserta didik antar setiap

kelompok.

i. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang

mendapat nilai rata-rata tertinggi.

j. Guru melakukan evaluasi.

k. Guru melakukan kesimpulan.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

27

2.1.4.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Student Team

Achievement Division (STAD)

Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang

dikemukakan oleh Shoimin (2014:189) yaitu sebagai berikut:

a. Peserta didik bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan

menjunjung tinggi norma-norma kelompok.

b. Peserta didik aktif membantu dan memotivasi semangat anggota

kelompoknya untuk berhasil bersama.

c. Aktif berperan sebagai tutor dan lebih meningkatkan keberhasilan

kelompok.

d. Interaksi antar kelompok seiring dengan peningkatan kemampuan

mereka dalam berpendapat.

e. Meningkatkan kecakapan secara individu.

f. Meningkatkan kecakapan secara kelompok.

g. Tidak bersifat kompetitif dalam kelompok.

h. Tidak memiliki rasa dendam terhadap orang lain.

Kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD

sebagai berikut:

a. Partisipasi dari peserta didik berprestasi rendah menjadi kurang.

b. Peserta didik yang berprestasi tinggi atau anggota yang pandai lebih

dominan.

c. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk peserta didik sehingga

sulit mencapai target kurikulum.

d. Membutuhkan waktu yang lebih lama sehingga pada umumnya guru

tidak mampu menggunakan pembelajaran kooperatif.

e. Membutuhkan kemampuan khusus sehingga tidak semua guru

mampu melakukan pembelajaran kooperatif.

f. Menuntut sifat tertentu dari peserta didik, misalnya sifat

bekerjasama.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

28

Sedangkan menurut Soewarso seperti dikutip dalam Hasanah

(2007:26) memiliki kelebihan dan kekurangan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD. Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif

tipe STAD sebagai berikut:

a. Membantu peserta didik dalam mempelajari materi pelajaran yang

sedang di bahas atau dipelajari.

b. Adanya anggota kelompok yang menghindari dari kemungkinan

peserta didik mendapatkan nilai rendah, karena terdapat peserta didik

lain dalam kelompoknya yang membantu dalam mengerjakan soal.

c. Mengajarkan peserta didik untuk mampu belajar berdebat,

mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang

bermanfaat untuk kepentingan bersama kelompoknya.

d. Pencapaian belajar peserta didik yang tinggi serta menambah dan

memerbaiki hubungan dengan temannya.

e. Hadiah maupun penghargaan yang diberikan akan memberikan

dorongan bagi peserta didik untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.

f. Peserta didik yang lambat dalam berfikir dapat dibantu dengan

peserta didik lainnya untuk menambah ilmu pengetahuan.

g. Memudahkan guru untuk memonitor peserta didik dalam belajar

bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil.

Kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD

sebagai berikut:

a. Ketergantungan peserta didik yang lambat berpikir tidak dapat

berlatih belajar mandiri.

b. Memerlukan waktu yang lama sehingga target pencapaian kurikulum

tidak daaat terpenuhi.

c. Tidak dapat menerapkan materi pelajaran secara cepat.

d. Menyulitkan bagi guru untuk melaksanakan penilaian terhadap

individu dan kelompok.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

29

2.1.4.5Komponen-komponen Model Pembelajaran Student Team

Achievement Division (STAD)

Menurut Slavin seperti dikutip dalam Purwati (2010:111) terdapat

5 komponen utama dalam STAD yaitu:

1. Sintagmatik

a. Persiapan

Pada tahap ini, guru adalah membuat rencana pembelajaran,

menyiapkan tugas-tugas dan kuis, mendata nama-nama peserta

didik untuk dibentuk kelompok-kelompok kecil yang heterogen

b. Presentasi materi

Pada tahap ini guru menyampaikan materi pelajaran matematika

dalam persentasi kelas. Penyajian materi pelajaran secara garis

besar dan bersifat sebagai pengantar bagi peserta didik dalam

melakukan diskusi pada masing-masing kelompok.

c. Pembentukan kelompok

Pada tahap ini guru membagikan LKS kepada setiap kelompok

sebagai bahan yang akan dipelajari peserta didik. Guru memberi

bantuan dengan memperjelas perintah, mengulang konsep dan

menjawab pertanyaan.

d. Pemberian tes/kuis

Pada tahap ini setiap selesai satu kali pertemuan akan diadakan

tes/kuis yang harus dikerjakan secara individu dan tidak

diperbolehkan saling membantu. Dengan begitu setiap peserta didik

bertanggung jawab untuk mengetahui dan memahami materi yang

telah diajarkan.

e. Pemberian poin

Perkembangan setelah tes dilaksanakan, selanjutnya guru

menghitung nilai kemajuan individu (poin perkembangan). Peserta

didik mempunyai nilai untuk tim mereka berdasarkan pada skor

peserta didik melampaui skor yang lalu. Dari hasil nilai

perkembangan, maka penghargaan pada prestasi kelompok

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

30

diberikan dalam tingkatan penghargaan seperti kelompok baik,

hebat dan super.

2. Prinsip Reaksi

Prinsip reaksi merupakan pola kegiatan yang menggambarkan

bagaimana seharusnya guru memberikan respon terhadap peserta didik.

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD, peran guru adalah

sebagai berikut:

a. Membangun ikatan emosional, yaitu dengan menciptakan suasana

belajar yang kondusif dan menyenangkan dalam kegiatan

pembelajaran.

b. Berperan sebagai pendamping, pembimbing, fasilitator dan

motivator, bukan menempatkan diri sebagai sumber pengetahuan

utama bagi peserta didik.

c. Harus mampu menciptakan suasana psikologis yang dapat

membangkitkan respon peserta didik.

d. Menekankan pentingnya bekerjasama secara kooperatif dalam

kelompok masing-masing untuk mencapai tujuan pembelajaran,

termasuk upaya meningkatkan keterampilan bekerjasama peserta

didik.

e. Memberikan bantuan terbatas pada peserta didik yang

membutuhkan bantuan. Bantuan tersebut dapat berupa pertanyan

untuk membuka wawasan peserta didik.

3. Sistem Sosial

Sistem sosial adalah pola hubungan antara guru dengan peserta

didik pada saat terjadinya proses pembelajaran. Dalam model

pembelajaran kooperatif tipe STAD, pola hubungan antara guru dan

peserta didik yaitu terjadi interaksi dua arah, yang artinya interaksi yang

terjadi antara guru dengan peserta didik dan antara peserta didik dengan

peserta didik yang lain. Proses pembelajaran dalam model STAD lebih

berpusat pada peserta didik (student centered approach) karena peserta

didik tidak dianggap sebagai objek belajar yang dapat diatur dan

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

31

dibatasi oleh kemauan guru, melainkan peserta didik ditempatkan

sebagai subjek yang belajar sesuai dengan bakat, minatdan kemampuan

yang dimiliki sehingga peserta didik dapat mengembangkan potensi

dirinya. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan peserta didik dalam STAD

yang belajar bersama secara berkelompok dan melibatkan peserta didik

sebagai tutor sebaya tanpa adanya tekanan dari guru. Dengan

pembelajaran seperti itu, maka akan tercipta suasana belajar yang

menyenangkan sehingga memungkinkan peserta didik dapat belajar

lebih rileks disamping menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerjasama,

persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

4. Daya Dukung

Model pembelajaran STAD dalam pelaksanaannya memerlukan

sarana, bahan dan alat yang dapat menciptakan lingkungan belajar yang

menyenangkan sehingga dapat merubah lingkungan belajar yang

semula membosankan menjadi lebih menarik dan dapat menumbuhkan

semangat belajar peserta didik. Tetapi tidak memerlukan fasilitas

pendukung khusus seperti peralatan khusus atau ruangan khusus

melainkan hanya meja-meja yang akan dipakai saat mengerjakan LKS

dan buku penunjang yang relevan.

5. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring

1) Dampak Instruksional (Instructional Effect)

Dampak instruksional adalah dampak atau hasil belajar yang

dicapai langsung dengan cara mengarahkan peserta didik untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Dampak pembelajaran yang

diperoleh dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD, yaitu sebagai berikut:

a. Kemampuan konstruksi pengetahuan

Dalam STAD peserta didik melakukan aktivitas dalam

kelompok-kelompok kecil dan berinteraksi dalam sebuah

permainan yang melibatkan peserta didik. Dengan aktivitas

semacam ini dan dilaksanakansecara rutin, kemampuan peserta

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

32

didik dalam konstruksi pengetahuan secara mandiri akan

meningkat.

b. Penguasaan bahan ajar

Dalam model STAD, informasi (pengetahuan) melalui tugas

yang dilakukan oleh kelompok. Pengetahuan yang diperoleh

sendiri dapat bertahan lama dalam memori peserta didik

sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.

c. Kemampuan berfikir kritis

Dalam model pembelajaran STAD, peserta didik dihadapkan

dengan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang pikiran

peserta didik sehingga kemampuan berpikir kritis peserta didik

dapat berkembang dengan optimal.

d. Keterampilan kooperatif

Pembelajaran dengan STAD memberikan kesempatan kepada

peserta didik dengan berbagai latar belakang kemampuan, jenis

kelamin dan suku atau ras yang berbeda untuk bekerja sama,

saling tergantung dan belajar menghargai satu sama lainnya.

Kondisi semacam ini memungkinkan berkembangnya

keterampilan-keterampilan untuk bekerja sama yang sangat

dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat.

2) Dampak Pengiring (Nurturant Effect)

Dampak pengiring yang secara khusus akan didapatkan peserta

didik dalam pembelajaran matematika materi bangun datar melalui

Model Students Teams Achievment Division (STAD) yaitu sebagai

berikut:

a. Minat (interest)

Minat yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan

sesuatu perbuatan. STAD meningkatkan minat belajar peserta

didik untuk mempelajari materi pelajaran.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

33

b. Kemandirian atau otonomi dalam belajar

Pembelajaran dengan menggunakan STAD, peserta didik tidak

menerima pengetahuan secara pasif dari gurunya, tetapi peserta

didik berupaya sendiri mengkonstruksi sendiri pengetahuannya

dalam kelompok-kelompok kecil. Kondisi semacam ini akan

menumbuhkan kemandirian atau otonomi peserta didik dalam

belajar.

c. Nilai (value)

Pada STAD terkandung nilai kejujuran dalam merahasiakan

soal masing-masing individu, keterbukaan dalam memberikan

penjelasan kepada teman lain dan demokrasinya terlihat ketika

berdiskusi untuk menyatukan pendapat yang berbeda.

d. Sikap positif terhadap suatu mata pelajaran tertentu

Adanya suasana persaingan yang kompetitif antar kelompok

akan membuat peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran,

baik dalam mempelajari bahan ajar dan membangun

pengetahuan sendiri. Kondisi ini akan membuat pembelajaran

menjadi menyenangkan. Dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka akan dapat

menumbuhkan sikap positif terhadap suatu mata pelajaran

tertentu.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

34

Bagan 2.1

Dampak Pengiring dan Dampak Instruksional Model Pembelajaran Student

Team Achievement Division (STAD)

Keterangan :

Dampak Instruksional

Dampak Pengiring

Percaya diri

Berfikir kritis

Kerja sama

Komunikatif

Tanggung jawab

Students Team

Achievement

Division

( STAD)

Menentukan sifat

bangun persegi, persegi

panjang, dan segitiga.

Menghitung keliling

dan luas persegi,

persegi panjang, dan

segitiga.

Mengidentifikasi

bangun persegi, persegi

panjang, dan segitiga.

Memecahkan masalah

tentang keliling dan

luas persegi, persegi

panjang, dan segitiga.

Menganalisis bangun

persegi, persegi

panjang, dan segitiga.

Menyelesaikan masalah

keliling dan luas

persegi, persegi

panjang, dan segitiga.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

35

2.1.4.6Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran dengan Model Pembelajaran

Student Team Achievement Division (STAD)

Materi bangun datar pada pelajaran matematika dengan

menggunakan model pembelajaran STAD adalah serangkaian kegiatan

belajar mengajar dengan model pembelajaran STAD yang telah

dilakukan sebelumnya kedalam bentuk langkah-langkah pembelajaran di

kelas. Prosedur yang harus dilakukan saat melaksanakan pembelajaran

serta cara penggunaannya dengan model pembelajaran STAD tersaji

padal tabel 2.5.

Tabel 2.5

Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Materi Bangun Datar

dengan Model Pembelajaran Students Team Achievement Division (STAD)

KEGIATAN GURU SINTAK

PEMBELAJARAN

KEGIATAN SISWA

1. Guru

menyampaikan

skenario

pembelajaran.

2. Guru

menyampaikan

informasi akan ada

tugas-tugas yang

akan dikerjakan.

3. Guru

mengidentifikasi

kondisi kemampuan

akademik siswa

untuk persiapan

membentuk

kelompok

heterogen.

4. Guru menjelaskan

materi bangun datar

secara garis besar.

5. Guru membagikan

materi secara

lengkap untuk

dibaca oleh siswa.

a. Tahap persiapan.

b. Menyampaikan

informasi

(Presentasi

klasikal).

1. Siswa

mendengarkan

informasi dari guru.

2. Siswa

mendengarkan

tugas-tugas apa

yang akan

diberikan.

3. Siswa

mendengarkan

arahan guru dalam

rangka menyiapkan

diri membentuk

kelompok

heterogen.

4. Siswa menyimak

penjelasan guru

tentang ringkasan

materi bangun

datar.

5. Siswa menerima

materi lengkap dan

membacanya

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

36

6. Guru membagi

siswa menjadi 5

kelompok

heterogen.

7. Guru memberikan

LKS serta

menjelaskan

panduan

mengerjakan.

8. Guru memberikan

skor kelompok.

9. Guru memberi

penghargaan kepada

kelompok yang

mendapat skor

tertinggi.

c. Tahap

pembentukan tim

atau

pengorganisasian

siswa

(kelompok).

d. Tahap

mengerjakan

LKS.

e. Tahap pemberian

penghargaan

kelompok.

6. Siswa berkumpul

untuk membentuk

kelompok

heterogen.

7. Siswa mengerjakan

LKS.

8. Siswa

memperhatikan

informasi guru

tentang skor yang

diperoleh dari

kelompok masing-

masing.

9. Kelompok siswa

dengan skor

tertinggi menerima

penghargaan.

2.1.5 Model Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)

2.1.5.1 Pengertian Model Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)

Terdapat berbagai macam jenis model pembelajaran, penggunaan

model pembelajaran fungsinya untuk membantu keberhasilan suatu proses

belajar mengajar. Proses pembelajaran akan berhasil dengan baik apabila

guru mempu menguasai kelas, media pembelajaran, materi pembelajaran,

model pembelajaran, metode pembelajaran dan sumber belajar yang

mendukung proses belajar.

Model kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournamen) menurut

Saco seperti dikutip dalam Rusman (2010:224) dalam TGT peserta didik

bermain permainan dengan anggota tim lain untuk mendapatkan skor bagi

tim masing-masing. Slavin (2009:14) mengatakan dalam model

pembelajaran TGT teman setim akan saling membantu mempersiapkan

diri dalam permainan dengan menjelaskan lembar kegiatan dan masalah

satu sama lain namun saat permainan berlangsung teman satu tim tidak

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

37

boleh membantu. Dalam hal ini dapat dilihat untuk memastikan telah

terjadi tanggung jawab individu. Model pembelajaran kooperatif tipe

Teams Games Tournament (TGT) diharapkan dapat menciptakan suasana

nyaman dan baru dalam pembelajaran yang menyenangkan dan

meningkatkan kemandirian belajar dan kemampuan berfikir. Rusman

(2011:224) berpendapat TGT salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang

berkelompok dengan beranggotakan 5-6 orang yang memiliki berbagai

kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras dalam belajar. Menurut

pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe

TGT adalah teknik belajar kelompok yang beranggotakan 4-6 orang

dengan kemampuan yang berbeda-beda untuk saling membantu

mempersiapkan diri dalam permainan yang menyenangkan dan

meningkatkan kemandirian belajar dan kemampuan berfikir.

2.1.5.2 Karakteristik Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang

beranggotakan 5 sampai 6 orang dalam kelompok yang memiliki berbagai

kemampuan, jenis kelamin, suku atau ras. Guru menyajikan materi, dan

siswa bekerja dalam kelompokmasing-masing. Dalam kerja kelompok

guru memberikan lembar kerja kepada setiap kelompok. Tugas yang

diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya.

Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas

yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggungjawab

untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan

pertanyaan tersebut kepada guru.

Untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah

menguasai pelajaran, maka peserta didik akan diberikan permainan

akademik. Dalam permainan akademik peserta didik akan dibagi dalam

meja-meja turnamen, dimana setiap meja turnamen terdiri dari 5 sampai 6

orang yang merupakan wakil dari kelompoknya masing-masing. Dalam

setiap meja permainan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

38

kelompok yang sama. Peserta didik dikelompokkan dalam satu meja

turnamen secara homogen atau sama dari segi kemampuan akademik,

artinya dalam satu meja turnamen kemampuan setiap peserta diusahakan

agar sama atau setara. Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai yang

diperoleh pada saat pretest. Skor yang diperoleh setiap peserta dalam

permainan akademik dicatat pada lembar pencatat skor. Skor kelompok

diperoleh dengan menjumlahkan skor-skor yang diperoleh anggota suatu

kelompok, kemudian dibagi banyaknya anggota kelompok tersebut. Skor

kelompok ini digunakan untuk memberikan penghargaan tim berupa

sertifikat atau penghargaan lain.

2.1.5.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Teams Games Tournament

(TGT)

Terdapat beberapa langkah dalam penggunaan model

pembelajaran. Menurut pendapat Trianto (2010: 84) menjelaskan

langkah-langkah model TGT, sebagai berikut:

a. Peserta didik dipilih dan dibagi ke dalam tim/kelompok belajar

beranggotakan empat orang secara acak berdasarkan tingkat prestasi,

jenis kelamin, dan suku,

b. Guru menyiapkan materi pembelajaran, kemudian materi diberikan

kepada peserta didik untuk dikerjakan dengan cara bekerjasama

dalam tim/kelompok mereka dan memastikanbahwa setiap anggota

tim/kelompok telah memahami dan menguasi pelajaran tersebut,

c. Guru selanjutnya mengadakan kuis terhadap setiap peserta didik,

didalam pengerjaan kuis peserta didik bekerja secara perorangan

tanpa bantuan tim/kelompoknya.

Menurut Slavin (2005:170) mengemukakan langkah-langkah

TGT adalah:

a. Presentasi di kelas.

b. Belajar secara tim. Peserta didik mengerjakan lembar kegiatan dalam

tim mereka untuk menguasai materi.

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

39

c. Turnamen. Peserta didik memainkan game akademik dalam

kemampuan yang sama.

d. Rekognisi tim. Skor tim sangat diperhitungkan berdasarkan skor

turnamen anggota tim, dan tim tersebut akan direkognisi apabila

mereka berhasil melampaui kriteria yang telah ditetapkan

sebelumnya.

2.1.5.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Team Games

Tournament (TGT)

Model pembelajaran TGT memiliki kelebihan dan kekurangan,

menurut Taniredja (2012:72) kelebihan model TGT sebagai berikut:

a. Peserta didik memiliki kesempatan berinteraksi dengan peserta

didik lain dan mengutarakan pendapatnya secara verbal,

b. Menambah kepercayaan diri setiap peserta didik,

c. Perilaku suka mengganggu peserta didik lain menjadi berkurang,

d. Menambah motivasi dalam belajar,

e. Tingkat pemahaman terhadap materi mata pelajaran tertentu

bertambah karena adanya anggota kelompok yang lebih pandai,

f. Meningkatkan sifat toleransi antara peserta didik dengan guru dan

peserta didik dengan peserta didik,

g. Suasana belajar mengajar lebih hidup dan tidak membosankan.

Adapun kekurangan model TGT sebagai berikut:

a. Tidak semua peserta didik dalam kelompok aktif berpendapat

b. Waktu yang sangat kurang

c. Kemungkinan terjadinya kegaduhan karena tidak terkondisikan.

2.1.5.5Komponen-komponen Model Pembelajaran Team Games Tournament

(TGT)

Analisis komponen-komponen Model TGT Slavin (2005:170)

menjelaskan terdapat 4 komponen utama yang digunakan dalam model

TGT yaitu:

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

40

1. Sintagmatik

a. Tahap menyampaikan informasi

Pada tahap penyampaian informasi dalam materi pelajaran oleh guru

menggunakan cara diskusi, ceramah, maupun demonstrasi atau

eksperimen dan dapat dibantu dengan media-media yang ada di

sekolah guna memberikan informasi yang benar, nyata dan sesuai isi

materi mata pelajaran tertentu. Pada tahapan ini guru harus

menjelaskan secara sistematis dan jelas agar dalam penyampaian

materi dapat diterima oleh peserta didik. Selanjutnya isi materi

tersebut akan digunakan oleh peserta didik untuk menjawab kuis

yang akan diberikan pada tahap berikutnya.

b. Tahap pembentukan tim atau pengorganisasian kelompok

Pada tahap ini guru membuat kelompok-kelompok dengan

beranggotakan 4 sampai 6 orang yang memiliki kemampuan

pemahaman akademik yang berbeda-beda, dengan maksud agar

mampu mengarahkan semua tim/kelompok untuk belajar

bekerjasama untuk mengkaji materi yang diberikan oleh guru.

Dengan berdiskusi dapat membantu anggota tim/kelompok yang

berkemampuan akademik kurang sehingga secara tim/kelompok siap

mengikuti kuis dan mampu meningkatkan hubungan antar sesama

anggota tim/kelompok, meningkatkan kepercayaan diri dan

keakraban antar peserta didik.

c. Tahap permainan (Game Tournament)

Pada tahap permainan, guru membuat permainan akademik yaitu

dengan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai materi ajar sebelumnya.

Tahap ini merupakan indikator bagi guru untuk mengetahui

kemajuan pengetahuan peserta didik setelah mendapatkan informasi

secara klasikal dan hasil diskusi bersama tim/kelompoknya.

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

41

d. Tahap rekognisi tim

Tahapan ini menunjukan gambaran perbedaan peningkatan

kemampuan /prestasi peserta didik, yang diperoleh dari jumlah skor

tiap anggota tim/kelompok kemudian dicari rata - ratanya.

2. Prinsip Reaksi

Prinsip reaksi merupakan menggambarkan respon guru terhadap

TGTpeserta dididiknya, peranan guru pada model adalah sebagai

berikut: 1) Membangun ikatan emosional guna terciptanya suasana

belajar yang nyaman atau kondusif dalam kegiatan belajar-mengajar;

2) Guru tidak hanya menjadi sumber/media pengetahuan bagi

peserta didik tapi guru juga berperanan sebagai fasilitator,

pendamping, dan motivator bagi peserta didik; 3) Guru harus mampu

menciptakan suasana psikologis yang positif agar peserta didik

memberikan respon yang baik terhadap materi yang disampaikan; 4)

Guru harus mampu menjelaskan pentingnya bekerjasama agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai, dan termasuk upaya peningkatan

keterampilan kooperatif peserta didiknya; 5) Memberikan bantuan

yang terbatas, maksud dari bantuan terbatas adalah hanya pada

peserta didik yang membutuhkan bantuan. Bantuan tersebut dapat

berupa pertanyan untuk membuka wawasan peserta didik.

3. Sistem Sosial

Sistem sosial adalah pola hubungan guru dengan peserta didik pada

saat terjadinya proses pembelajaran. Dalam model pembelajaran

kooperatif tipe TGT, pola hubungan antara guru dan peserta didik

yaitu terjadi interaksi dua arah, yang artinya interaksi yang

terjadiantara guru dengan peserta didik dan antara peserta

didikdengan peserta didik yang lain. Proses pembelajaran dalam

model TGT lebih berpusat pada peserta didik (student centered

approach) karena peserta didik tidak dianggap sebagai objek belajar

yang dapat diatur dan dibatasi oleh kemauan guru, melainkan peserta

didik ditempatkan sebagai subjek yang belajar sesuai dengan bakat,

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

42

minatdan kemampuan yangdimiliki sehingga peserta didik dapat

mengembangkan potensi dirinya. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan

peserta didik dalam TGT yang belajar bersama secara berkelompok

dan melibatkan peseta didik sebagai tutor sebaya tanpa adanya

tekanan dari guru. Dengan pembelajaran seperti itu, maka akan

tercipta suasana belajar yang menyenangkan sehingga

memungkinkan peserta didik dapat belajar lebih rileks disamping

menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat

dan keterlibatan belajar.

4. Daya Dukung

Model pembelajaran TGT dalam pelaksanaannya memerlukan

sarana, bahan dan alat yang dapat menciptakan lingkungan belajar

yang menyenangkan sehingga dapat merubah lingkungan belajar

yang semula membosankan menjadi lebih menarik dan dapat

menumbuhkan semangat belajar peserta didik. Tetapi tidak

memerlukan fasilitas pendukung khusus seperti peralatan khusus

atau ruangan khusus melainkan hanya meja-meja yang akan dipakai

pada saat game tournament, buku-buku yang menyangkut materi

yang dipelajari, LKS dan buku penunjang yang relevan.

5. Dampak Instrusional dan Dampak Pengiring TGT

1) Dampak Instruksional (Instructional Effect)

Dampak pembelajaran yang diperoleh dari penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT, yaitu sebagai berikut: a)

Kemampuan konstruksi pengetahuan: dalam TGT peserta didik

melakukan aktivitas dalam kelompok-kelompok kecil dan

berinteraksi dalam sebuah permainan yang melibatkan peserta

didik. Dengan aktivitas semacam ini dan dilaksanakan secara

rutin, kemampuan peserta didik dalam konstruksi pengetahuan

secara mandiri akan meningkat; b) Penguasaan bahan ajar:

dalam model TGT, informasi (pengetahuan) melalui tugas

yang dilakukan oleh kelompok. Pengetahuan yang diperoleh

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

43

sendiri dapat bertahan lama dalam ingatan peserta didik

sehingga pembelajaran menjadi lebihbermakna; c)

Kemampuan berpikir kritis: dalam model pembelajaran TGT,

peserta didik dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang

merangsang pikiran peserta didik sehingga kemampuan

berpikir kritis peserta didik dapat berkembang dengan optimal;

d) Keterampilan kooperatif: pembelajaran dengan TGT

memberikan kesempatan kepada peserta didik dengan berbagai

latar belakang kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau

ras yang berbeda untuk bekerja sama, saling tergantung dan

belajar menghargai satu sama lainnya. Kondisi semacam ini

memungkinkan berkembangnya keterampilan-keterampilan

untuk bekerja sama yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan

bermasyarakat.

2) Dampak Pengiring (Nurturant Effect)

Dampak pengiring yang diperoleh dari penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT, yaitu sebagai berikut: a)

Minat (interest): minat yaitu kecenderungan seseorang untuk

melakukan sesuatu perbuatan. Adanya turnamen dalam TGT

meningkatkan minat belajar peserta didik untuk mempelajari

materi pelajaran; b) Kemandirian atau otonomi dalam belajar:

dalam pembelajaran yang menggunakan TGT, peserta didik

tidak menerima pengetahuan secara pasif dari gurunya, tetapi

peserta didik berupaya sendiri mengkonstruksi sendiri

pengetahuannya dalam kelompok-kelompok kecil. Kondisi

semacam ini akan menumbuhkan kemandirian atau otonomi

peserta didik dalam belajar; c) Nilai (value): pada TGT

terkandung nilai kejujuran dalam merahasiakan soal masing-

masing individu, keterbukaan dalam memberikan penjelasan

kepada teman lain dan demokrasinya terlihat ketika berdiskusi

untuk menyatukan pendapat yang berbeda; d) Sikap positif

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

44

terhadap suatu mata pelajaran tertentu: adanya suasana

persaingan yang kompetitif antar kelompok akan membuat

peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran, baik

dalammempelajari bahan ajar dan membangun pengetahuan

sendiri. Kondisi ini akan membuat pembelajaran menjadi

menyenangkan. Dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT, maka akan dapat menumbuhkan sikap

positif terhadap suatu mata pelajaran tertentu.

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

45

Bagan 2.2

Dampak Pengiring dan Dampak Instruksional Model PembelajaranTeam

Games Tournament (TGT)

Keterangan :

Dampak Instruksional

Dampak Pengiring

Sportif

Berfikir kritis

Kerja sama

Komunikatif

Tanggung jawab

Teams Game

Tournament

(TGT)

Menentukan sifat

bangun persegi, persegi

panjang, dan segitiga.

Menghitung keliling

dan luas persegi,

persegi panjang, dan

segitiga.

Mengidentifikasi

bangun persegi, persegi

panjang, dan segitiga.

Memecahkan masalah

tentang keliling dan

luas persegi, persegi

panjang, dan segitiga.

Menganalisis bangun

persegi, persegi

panjang, dan segitiga.

Menyelesaikan masalah

keliling dan luas

persegi, persegi

panjang, dan segitiga.

Menghargai

Antusias

Aktif

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

46

2.1.5.6 Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran dengan Model Pembelajaran

Teams Game Tournament (TGT)

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TGT

merupakan serangkaian aktivitas belajar mengajar dengan model

pembelajaran TGT yang telah direncanakan ke dalam bentuk langkah-

langkah pembelajaran di kelas. Prosedur yang harus dilakukan dalam

melaksanakan pembelajaran dan cara penggunaannya dengan model

pembelajaran TGT seperti disajikan dalam tabel 2.6.

Tabel 2.6

Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Materi Bangun Datar

dengan Model Pembelajaran Teams Game Tournament (TGT)

KEGIATAN GURU SINTAK

PEMBELAJARAN

KEGIATAN SISWA

1. Guru menjelaskan

materi bangun datar.

2. Guru menggunakan

media gambar.

3. Guru

mengidentifikasi

siswa berdasarkan

kemampuan

akademiknya.

4. Guru membagi

siswa menjadi 5

kelompok

heterogen.

5. Guru memberikan

pengarahan tentang

permainan yang

akan dilakukan.

6. Guru memberikan

pertanyaan-

pertanyaan rebutan

secara berkelompok.

7. Guru mencatat

jawaban tiap-tiap

kelompok dan

a. Tahap

menyampaikan

informasi

(Presentasi

klasikal)

b. Tahap

pembentukan

Tim atau

Pengorganisasian

siswa

(kelompok)

c. Tahap permainan

(Game

Tournament)

d. Tahap rekognisi

tim.

1. Siswa menyimak

penjelasan guru

tentang materi

bangun datar.

2. Memperhatikan

media yang

ditayangkan guru.

3. Siswa berkumpul

sesuai arahan guru

berdasarkan

kemampuannya.

4. Siswa berkumpul

menjadi 5

kelompok sesuai

kelompoknya

masing-masing.

5. Siswa

memperhatikan

arahan dari guru.

6. Siswa menjawab

pertanyaan rebutan

dalam kelompok.

7. Siswa secara

berkelompok

memantau

perolehan skor.

8. Siswa

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

47

memberikan

penilaian.

8. Guru merekap skor

dalam kelompok.

9. Guru memberi

penghargaan kepada

kelompok yang

mendapat skor

tertinggi

memperhatikan

penjelasan guru

tentang skor yang

diperoleh dari

kelompok masing-

masing.

9. Kelompok siswa

yang memperoleh

skor tertinggi

mendapat

penghargaan

2.1.6 Hasil Belajar

2.1.6.1 Pengertian Hasil Belajar

Ketercapaian kemampuan seseorang dalam mengikuti proses

belajar dapat dilihat dari hasil belajar. Hasil belajar menjadi tolak ukur

berhasil atau tidaknya suatu proses pembelajaran yang sudah dilakukan.

Hasil belajar dapat dilihat dari tercapainya kemampuan seseorang dalam

ranah pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan

(psikomotor). Hasil belajar menurut Suprijono (2009:5) dapat berupa

informasi verbal, keterampilan intelektual, keterampilan motorik, sikap,

dan strategi kognitif. Menurut Dimyanti dan Mudjiono (2009:3) hasil

belajar merupakan sebuah hasil dari suatu kegiatan yang melibatkan

interaksi belajar mengajar. Menurut Slameto (2010:2) hasil belajar

merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

interaksi dengan lingkungannya untuk dapat memenuhi kebutuhan

hidupnya.

Dari pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar adalah tolak ukur proses perubahan tingkah laku untuk dapat

mengetahui berhasil atau tidaknya suatu proses pembelajaran yang dapat

berupa keterampilan, sikap, dan pengetahuan.

2.1.6.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Dalam tercapainya hasil belajar peserta didik sebagaimana yang

diharapkan, maka perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

48

prestasi belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan

menjadi dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Baharudin,

2007:19).

a. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu

yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor internal meliputi

faktor fisiologis dan psikologis:

1) Faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi

fisik. Kondisi fisik yang baik akan memberikan pengaruh positif

terhadap kegiatan individual. Sebaliknya bila kondisi fisik yang

kurang baik maka akan menghambat tercapainya hasil belajar

yang maksimal dan mampu mempengaruhi hasil belajar

individual.Panca indera yang berfungsi dengan baik dapat

mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula.

2) Faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat

mempengaruhi dalam proses belajar dan hasil belajar

individual.Faktor psikologis yang mempengaruhi proses belajar

adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat.

b. Faktor eksternal yang mempengaruhi proses belajar dapat

digolongkan menjadi dua golongan yaitu:

1) Lingkungan sosial yang mempengaruhi proses belajar peserta

didik antara lain: guru, administrasi dan teman-teman sekelas,

lingkungan masyarakat dan keluarga.

2) Lingkungan non sosial yang mempengaruhi proses belajar peserta

didik antara lain: kondisi udara, gedung sekolah, alat-alat belajar,

fasilitas belajar, peraturan sekolah, buku panduan, lapangan

olahraga, kurikulum sekolah, metode pengajaran dan kondisi

perkembangan peserta didik.

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

49

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian eksperimen terdahulu yang membuktikan keberhasilan dari

model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division(STAD)

danTeams Game Tournament (TGT).

1. I Made Giantara (2014: 1) melakukan penelitian tentang Pengaruh

Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar

Matematika Siswa Kelas V SD Gugus V Kecamatan Marga. Berdasarkan

hasil pengujian normalitas dan homogenitas terhadap data yang didapat

dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan

homogen. Setelah dilakukan uji T maka H0 ditolak karena berada di ≤

0,05. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan tentang hasil belajar

Matematika antara siswa yang diberi perlakuan melalui model

pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division

(STAD) dengan siswa yang diberi perlakuan menggunakan pembelajaran

konvensional. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif

tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berpengaruh terhadap

hasil belajar Matematika pada siswa kelas V SD Gugus V Kecamatan

Marga.

2. Aniek Christianti Mustika (2013: 1) melakukan penelitian tentang

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif STAD Terhadap Hasil Belajar Ditinjau

dari Motivasi Belajar pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas IV SD

Saraswati Tabanan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik secara signifikan

dibandingkan dengan hasil belajar dengan model konvensional terhadap

hasil belajar Matematika. Terjadinya interaksi antara model pembelajaran

dengan motivasi dimana ditemukan model pembelajaran kooperatif STAD

lebih tepat untuk siswa dengan motivasi tinggi namun sebaliknya jika

motivasi rendah lebih sesuai menggunakan model konvensional.

3. Kamaliah (2014: 1) melakukan penelitian tentang Pengaruh Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions

(STAD) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD Kelas IV di Desa

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

50

Pegayaman Kecamatan Sukasada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika siswa yang

dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe

Student Team Achievement Divisions (STAD) dengan siswa yang

dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional (t(hitung) =

2,626> t(tabel) = 2,002). Ini berartimodel pembelajaran Kooperatif Tipe

Student Team Achievement Divisions (STAD) berpengaruh signifikan

terhadap hasil belajar matematika.

4. Firosalia Kristin (2016: 74) melakukan penelitian tentang Efektivitas

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Ditinjau dari Hasil Belajar

IPS Siswa Kelas 4 SD. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa

model pembelajaran STAD lebih efektif dibandingkan model

konvensional dalam meningkatkan hasil belajar IPS. Hal itu dibuktikan

dari data yang diperoleh bahwa t(hitung) > t(tabel) yaitu 3,392 > 2,000.Hal

ini membuktikan bahwa STAD lebih efektik dibandingkan dengan

pembelajaran konvensional.

5. I Pt. Rudy Sutrisna (2013: 1) melakukan penelitian tentang Pengaruh

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan Media Sederhana

Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Pangkungparuk.

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan model pembelajaran STAD dengan berbantuan

media sederhana lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Hal ini berarti,

terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar IPA antara

kelompok model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan berbantuan

media sederhana dengan kelompok konvensional.

6. Ni L. Gd. Marheni (2013: 1) melakukan penelitian tentang Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan

Keaktifan dan Hasil Belajar IPS Kelas V SD Padangsambian Denpasar.

Berdasarkkan hasil dari penelitian ini, penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dapat meningkatan keaktifan dan hasil belajar IPS

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

51

siswa kelas V SD Padangsambian. Model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dalam proses pembelajaran lebih tinggi secara signifikan untuk

meningkatan keaktifan dan hasil belajar IPS.

7. Rani Farida (2013: 1) melakukan penelitian tentang Penerapan Model

Kooperatif Tipe STAD Dalam Peningkatan Hasil Belajar Matematika

Siswa Kelas IV SDN Borowetan. Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa penerapan model kooperatif tipe STAD pada operasi

hitung bilangan bulat siswa kelas IV SD N Borowetan mengalami

peningkatan.

8. Hanifah Kusumawati dan Mawardi (2016: 251) melakukan penelitian

tentang Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

dan STAD Ditinjau Dari Hasil Belajar Siswa. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa berdasarkan uji ANCOVA yang telah dilakukan

terhadap skor posttest kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen

2 diperoleh hasil F hitung sebesar 10,303, pada taraf

signifikansi/probabilitas 0,002, oleh karena nilai probabilitas tersebut <

0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat perbedaan hasil

belajar matematika yang signifikan pada siswa kelas 5 SD Gugus

Singoprono 1 dan 3 dalam pembelajaran menggunakan model

pembelajaran NHT dan STAD. Perbedaan hasil belajar Matematika yang

signifikan tersebut didukung oleh perbedaan rerata dua sampel penelitian,

dimana rerata hasil belajar pada penerapan model pembelajaran NHT

sebesar 81, sedangkan rerata hasil belajar pada penerapan model

pembelajaran STAD sebesar 74. Maknanya adalah bahwa perlakuan

pembelajaran dengan model NHT memberikan dampak pada hasil belajar

yang berbeda dan lebih tinggi daripada model pembelajaran STAD.

9. Juniari Purwantini (2013: 1) melakukan penelitian tentang Pengaruh

Model Pembelajaran Tipe TGT Berbantuan Media Question Box Terhadap

Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD No. 9 Jimbaran. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan hasil

belajar matematika siswa yang dibelajarkan menggunakan model

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

52

pembelajaran TGT berbantuan media question box dengan siswa yang

dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional (t(hitung) = 1,77 >

t(tabel) = 1,67). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran TGT berbantuan media question box berpengaruh signifikan

terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas V Sekolah Dasar

Nomor 9 Jimbaran Tahun Ajaran 2012/2013.

10. Siti Nurzalbiah (2013: 1) melakukan penelitian tentang Pengaruh Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar

Matematika. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa

pembelajaran kooperatif tipe TGT berpengaruh terhadap aktivitas tetapi

tidak berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII

semester genap SMP Negeri 2 Terbanggi Besar tahun pelajaran

2012/2013.

11. Ujiati Cahyaningsih (2017: 1) melakukan penelitian tentang Pengaruh

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT)

Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD. Hasil yang diperoleh yaitu

(1) Aspek kognitif dari hasil uji t diperoleh t(hitung)> t(tabel) atau

2,073>1,980 melalui SPSS 16,0 didapatkan pula nilai signifikasi sebesar

0,044. (2) Aspek afektif dari hasil uji t diperoleh t(hitung) < t(tabel) atau

1,85<1,980 melalui SPSS 16,0 didapatkan pula signifikasi 0,118. (3)

Aspek psikomotor dari hasil uji t diperoleh t(hitung)>t(tabel) atau

4,226>1,980 melalui SPSS 16,0 didapatkan pula nilai signifikasi sebesar

0,000. Jadi, ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT

terhadap hasil belajar matematika aspek kognitif dan psikomotor pada

siswa dan tidak ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT

terhadap hasil belajar matematika aspek afektif pada siswa.

12. Yuliana (2012: 1) melakukan penelitian tentang Pengaruh Penerapan TGT

Terhadap Hasil Belajar pada Pembelajaran Matematika Kelas IV SDN 11

PONKOT. Berdasarkan perhitungan statistik dari rata-rata hasil post-test

kelas kontrol sebesar 66,94 dan rata-rata hasil post-test kelas eksperimen

sebesar 83,42 diperoleh t(hitung) sebesar 3,63 dan t(tabel) (α = 5% dan dk

Page 45: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

53

= 53) sebesar 1,6755, yang berarti t(hitung) (3,63) > t(tabel) (1,6755),

dengan demikian maka Ha diterima. Dan dari perhitungan effect size,

diperoleh effect size sebesar 0,86 (kriteria tinggi). Hal ini berarti

pembelajaran dengan penerapan model kooperatif tipe teams games

tournament(TGT) memberi pengaruh yang besar terhadap tingginya hasil

belajar siswa kelas IV SDN 11 Pontianak Kota.

2.3 Kerangka Berfikir

Pembelajaran matematika pastinya memerlukan kosentrasi yang besar

dalam memecahkan masalah yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Belajar mengenai matematika adalah belajar tentang mencari hubungan antar

konsep dan struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari. Salah

satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik adalah model

pembelajaran yang digunakan dapat berpengaruh terhadap hasil belajar anak

karena model pembelajaran sangat penting dalam keberhasilan dalam belajar.

Proses pembelajaran matematika di kelas 4 SDN Gugus Sudirman Kota Salatiga

belum optimal, dikarenakan guru yang kurang menggunakan variasi model

pembelajaran yang menarik perhatian dan minat peserta didik, peserta didik yang

kurang aktif dalam proses pembelajaran, peserta didik masih berpusat kepada

guru, hasil belajar peserta didik rendah.Berdasarkan permasalahan tersebut maka

perlu dilakukan pembaharuan dalam model pembelajaran. Pembelajaran dengan

menggunakan model STAD dan TGT merupakan salah satu alternatif yang dapat

dilakukan seorang guru dalam memberikan materi pembelajaran matematika.

Model pembelajaran STAD dan TGT diharapkan peserta didik dapat

berfikir lebih kritis, aktif dan bekerjasama untuk memudahkan peserta didik

mengerti apa yang sedang dipelajari di dalam proses pembelajaran dan dapat

diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari agar menjadi pandai dan berakhlak

mulia. Tujuan akhir dari penerapan model pembelajaran tersebut diharapkan dapat

mempengaruhi kualitas belajar dan hasil belajar yang diperoleh peserta didik,

sehingga kedua model tersebut dapat efektif diterapkan dalam pembelajaran

matematika.

Page 46: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

54

Bagan 2.3

Kerangka Berpikir Penggunaan Model Pembelajaran Students Team

Achievement Division (STAD) dan Teams Game Tournament (TGT)

Model

Pembelajaran Model Pembelajaran

Student Team

Achievement

Division (STAD)

Model

Pembelajaran

Teams Game

Tournament (TGT)

Langkah-langkah

pembelajaran

Berfikir Kritis

Game Tournament Pemberian LKS

Kegiatan kelompok

Presentasi kelas

Langkah-langkah

pembelajaran

Presentasi kelas

Kegiatan kelompok

Penghargaan

kelompok

Hasil Belajar

Penghargaan

kelompok

Kerjasama

Komunikatif

tanggungjawab

Disiplin

Sportif

Page 47: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika sudah sering kita dengar dalam pelajaran

55

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berfikir diatas maka dirumuskan suatu hipotesis

yaitu sebagai berikut:

H0: Hasil belajar matematika siswa kelas 4 menggunakan model pembelajaran

Student Teams Achievement Division (STAD) tidak lebih tinggi signifikan

dibandingkan dengan hasil belajar menggunakan model Teams Game

Tournament (TGT) pada Gugus Sudirman Kota Salatiga.

Ha: Hasil belajar matematika siswa kelas 4 menggunakan model pembelajaran

Student Teams Achievement Division (STAD) lebih tinggi signifikan

dibandingkan dengan hasil belajar menggunakan model Teams Game

Tournament (TGT) pada Gugus Sudirman Kota Salatiga.