bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 hakikat...

28
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 (2014: 4) adalah interaksi yang dilakukan antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar yang dilakukan dalam suatu lingkungan belajar. Dalam kegiatan pembelajaran guru berperan untuk membantu siswa menyalurkan atau menyampaikan pengetahuan atau informasi kepada siswa. Pembelajaran menurut Susanto (2013: 19) adalah suatu cara atau strategi yang digunakan oleh guru untuk membantu siswa agar mau belajar. Pembelajaran menurut Isjoni (2011: 11) merupakan upaya guru dalam rangka membantu siswanya melakukan kegiatan belajar. Pembelajaran menurut Sanaky (2009: 3) adalah proses komunikasi yang dilakukan antara siswa yang berperan sebagai pembelajar, guru yang berperan sebagai pebelajar dan bahan ajar. Sedangkan menurut Rahyubi (2011: 6) pembelajaran adalah interaksi atau kegiatan yang dilakukan antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Jadi dapat disimpulkan pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan interaksi yang dilakukan antara guru dengan siswa dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar untuk membantu siswa belajar. Wisudawati dan Sulistyowati (2013: 23) mengemukakan bahwa dalam IPA terdapat istilah, yaitu “ilmu”, “pengetahuan”, dan “alam”. Ilmu berarti pengetahuan yang dimiliki manusia melalui serangkaian metode ilmiah. Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh manusia. Pengetahuan alam merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh manusia tentang alam. Menurut Susanto (2013: 167) Sains atau IPA adalah suatu usaha yang dilakukan oleh manusia dengan tujuan untuk memahami alam dengan cara

Upload: ngodang

Post on 04-May-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10851/2/T1_292012046_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di SD

Pembelajaran menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20

Tahun 2003 (2014: 4) adalah interaksi yang dilakukan antara peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar yang dilakukan dalam suatu lingkungan belajar. Dalam

kegiatan pembelajaran guru berperan untuk membantu siswa menyalurkan atau

menyampaikan pengetahuan atau informasi kepada siswa. Pembelajaran menurut

Susanto (2013: 19) adalah suatu cara atau strategi yang digunakan oleh guru untuk

membantu siswa agar mau belajar. Pembelajaran menurut Isjoni (2011: 11)

merupakan upaya guru dalam rangka membantu siswanya melakukan kegiatan

belajar. Pembelajaran menurut Sanaky (2009: 3) adalah proses komunikasi yang

dilakukan antara siswa yang berperan sebagai pembelajar, guru yang berperan

sebagai pebelajar dan bahan ajar. Sedangkan menurut Rahyubi (2011: 6)

pembelajaran adalah interaksi atau kegiatan yang dilakukan antara peserta didik

dengan pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Jadi dapat

disimpulkan pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan interaksi yang

dilakukan antara guru dengan siswa dan sumber belajar dalam suatu lingkungan

belajar untuk membantu siswa belajar.

Wisudawati dan Sulistyowati (2013: 23) mengemukakan bahwa dalam IPA

terdapat istilah, yaitu “ilmu”, “pengetahuan”, dan “alam”. Ilmu berarti pengetahuan

yang dimiliki manusia melalui serangkaian metode ilmiah. Pengetahuan merupakan

segala sesuatu yang diketahui oleh manusia. Pengetahuan alam merupakan segala

sesuatu yang diketahui oleh manusia tentang alam.

Menurut Susanto (2013: 167) Sains atau IPA adalah suatu usaha yang

dilakukan oleh manusia dengan tujuan untuk memahami alam dengan cara

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10851/2/T1_292012046_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA

7

mengamati tepat sasaran, menggunakan prosedur serta dijelaskan dengan penalaran

untuk mendapatkan kesimpulan. Menurut Donosepoetro dalam Trianto (2010: 137)

IPA dipandang sebagai proses, produk, dan prosedur. IPA sebagai proses berarti

kegiatan ilmiah yang dilakukan untuk menemukan pengetahuan baru atau

menyempurnakan pengetahuan tentang alam yang sudah ada. IPA sebagai produk

berarti hasil dari kegiatan ilmiah yang dilakukan berupa pengetahuan. IPA sebagai

prosedur berarti langkah-langkah atau cara yang dilakukan untuk mendapatkan

pengetahuan yang disebut metode ilmiah.

Sedangkan menurut Prihantoro dkk dalam Trianto (2010: 137) berpendapat

bahwa IPA hakikatnya merupakan produk, proses dan aplikasi. Sebagai produk, IPA

merupakan pengetahuan. Sebagai suatu proses, IPA adalah suatu proses yang

dipergunakan untuk mempelajari, menemukan dan mengembangkan produk-produk

sains dan digunakan sebagai aplikasi, teori dalam IPA akan memunculkan teknologi

yang dapat memberi kemudahan dan keuntungan bagi kehidupan manusia.

Dari beberapa pendapat mengenai IPA dapat disimpulkan bahwa IPA

merupakan proses untuk memperoleh ilmu pengetahuan alam atau ilmu pengetahuan

yang berhubungan dengan lingkungan alam melalui suatu prosedur yang disebut

metode ilmiah. Sedangkan pembelajaran IPA merupakan interaksi yang dilakukan

antara guru dengan siswa dan sumber belajar untuk mempelajari mengenai segala

sesuatu tentang alam.

Upaya untuk mempelajari IPA dapat dilakukan dengan menggunakan model

pembelajaran yang didukung oleh media pembelajaran. Dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) siswa berpartisipasi dan aktif

untuk mencari sendiri materi atau informasi pelajaran yang akan dipelajari melalui

buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet.

2.1.2 Model Pembelajaran

Model pembelajaran menurut Suprijono (2011: 46) adalah suatu pola atau

rancangan yang akan digunakan oleh guru dalam mengajar. Model pembelajaran

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10851/2/T1_292012046_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA

8

menurut Wisudawati dan Sulistyowati (2013: 48) merupakan kerangka konseptual

yang berisi prosedur yang akan dilakukan oleh guru untuk memberikan pengalaman

belajar kepada siswa agar mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Sedangkan menurut Rahyubi (2011: 251) model pembelajaran adalah

rancangan yang digunakan sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan

pembelajaran. Berdasarkan beberapa pendapat mengenai model pembelajaran, dapat

ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran adalah sebuah rancangan

pembelajaran atau cara guru mengemas pembelajaran untuk menyampaikan materi

agar dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran menjadi pedoman bagi guru dalam melakukan kegiatan

belajar mengajar. Dengan penggunaan model pembelajaran, siswa diharapkan dapat

menerima materi pelajaran dengan mudah, siswa dapat terlibat aktif dalam kegiatan

pembelajaran dan tidak bosan dengan materi yang dipelajari karena kepandaian guru

dalam mengemas materi pembelajaran.

2.1.3 Model pembelajaran Kooperatif

Pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat memberi kemudahan bagi

peserta didik dalam menguasai materi pembelajaran yang diajarkan. Selain suka

bermain, menjadikan gurunya sebagai idola, karakter lain dari anak SD adalah suka

bekerja dalam kelompok. Anak-anak suka bekerja dalam kelompok karena mereka

dapat bekerja sama dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Model pembelajaran yang

dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok adalah model pembelajaran

kooperatif.

Menurut Slavin (2005: 24) model pembelajaran kooperatif adalah model

pembelajaran dimana siswa akan belajar dan bekerja dalam kelompok yang

beranggotakan mulai dari 4 sampai 5 siswa tanpa membedakan jenis kelamin serta

kemampuan akademik. Menurut Suprijono (2009: 54) model pembelajaran kooperatif

adalah suatu kegiatan pembelajaran dengan membagi siswa dalam kelompok

kemudian mengerjakan tugas yang dipimpin dan diarahkan oleh guru.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10851/2/T1_292012046_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA

9

Sedangkan menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2011: 12) model

pembelajaran kooperatif merupakan strategi atau rencana yang disusun oleh guru agar

siswa mau bekerja sama dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Selanjutnya Stahl

dalam Isjoni (2011: 12) berpendapat bahwa dalam kegiatan belajar mengajar guru

dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif agar dapat meningkatkan hasil

belajar dan tolong menolong antarsiswa.

Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif yaitu sebuah

model pembelajaran yang berpusat kepada siswa, mengajarkan kepada siswa untuk

bekerja dalam kelompok yang anggotanya bersifat heterogen dengan harapan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan rasa peduli dengan orang lain.

2.1.4 Model Pembelajaran Group Investigation (GI)

2.1.4.1 Pengertian Model Pembelajaran Group Investigation (GI)

Group Investigation (GI) merupakan salah satu tipe model pembelajaran

kooperatif yang melatih siswa untuk berpartisipasi aktif dalam mencari materi

pelajaran melalui buku ataupun internet, melatih siswa untuk berkomunikasi dengan

baik dan bekerjasama dalam kelompok. Model pembelajaran kooperatif tipe Group

Investigation (GI) menurut Isjoni (2011: 58) adalah model pembelajaran yang

dilakukan dengan membagi siswa yang terdapat dalam suatu kelas menjadi kelompok

belajar yang terdiri dari 4-5 siswa. Siswa diberi kebebasan untuk mencari sumber

belajar, kemudian menganalisis, menyimpulkan dan menyampaikan hasil kerja

kelompok di depan kelas. Suprijono (2009: 93) menjelaskan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dimulai dengan membagi

siswa dalam kelas menjadi kelompok-kelompok, menentukan topik, mengumpulkan

data, analisis data, sintesis, menarik kesimpulan dan presentasi hasil diskusi oleh

masing-masing kelompok. Setelah semua kelompok yang terdapat dalam kelas selesai

presentasi hasil diskusi, guru melakukan evaluasi.

Menurut Sharan dan Sharan dalam Huda (2013: 292) model pembelajaran

Group Investigation (GI) adalah suatu metode pembelajaran yang kompleks dengan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10851/2/T1_292012046_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA

10

membagi siswa dalam kelompok yang heterogen dan menekankan pada kerjasama

dan saling membantu dengan teman. Menurut Shoimin (2014: 80) model

pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) adalah suatu model

pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dari awal sampai akhir dalam

kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Sedangkan menurut Narudin dalam Shoimin

(2014: 80) mengemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif Group

Investigation (GI) merupakan “salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang

menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi

(informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misal

dari buku pelajaran atau internet”. Pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI)

menurut Slavin (2005: 215) akan mencapai hasil terbaik apabila komunikasi dan

interaksi kooperatif dilakukan dalam kelompok kecil dengan tetap mempertahankan

sikap-sikap kooperatif seperti rasa sosial dari kelompok, bertukar informasi dengan

teman dan usaha yang dilakukan oleh siswa untuk memperoleh informasi dari

berbagai sumber.

Wisudawati dan Sulistyowati (2013: 67) berpendapat bahwa “ tipe Group

Investigation memiliki efek pengiring cukup banyak, antara lain meningkatkan

kemandirian peserta didik dalam menyelesaikan masalah, meningkatkan kreativitas

peserta didik, meningkatkan kemampuan interpersonal ketika bekerja sama antara

peserta didik dan meningkatkan penalaran peserta didik”. Dari beberapa pendapat

diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Group

Investigation (GI) adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan membagi

siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen dengan mengutamakan

kerja sama antar siswa untuk menumbuhkan sikap peduli dan memberi kebebasan

kepada siswa untuk mencari materi atau informasi dari berbagai sumber.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10851/2/T1_292012046_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA

11

2.1.4.2 Peran Guru dalam Model Pembelajaram Group Investigation (GI)

Menurut Slavin (2005: 215) “guru bertindak sebagai nara sumber dan

fasilitator”. Guru memberikan informasi dan instruksi yang jelas, berkeliling dalam

kelompok-kelompok untuk melihat bahwa dalam kelompok tersebut bisa

mengerjakan dan mengelola tugas-tugasnya, membantu kesulitan yang dihadapi oleh

siswa, memberikan dorongan kepada siswa sehingga siswa semangat dalam belajar

serta guru berperan dalam memimpin diskusi pada pengambilan kesimpulan akhir.

Guru juga berperan dalam mengatur jalannya diskusi dalam kelas dan

bertanggung jawab untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang kondusif agar

pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan kegiatan diskusi yang dilakukan di

dalam kelas tidak menganggu kegiatan pembelajaran di kelas lain.

2.1.4.3 Sintak/ Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group

Investigation (GI)

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation

(GI) menurut Huda (2013: 292) sebagai berikut:

1. Seleksi Topik

Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan 2 sampai 6

orang. Kemudian menentukan topik yang sebelumnya telah digambarkan lebih

dulu oleh guru. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik

maupun kemampuan akademik.

2. Perencanaan Kerja Sama

Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus,

tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang

telah dipilih pada langkah selanjutnya.

3. Implementasi

Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah

sebelumnya. Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan

dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai

sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-

menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika

diperlukan.

4. Analisis dan sintesis

Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh

pada langkah sebelumnya dan meringkasnya untuk dibacakan di depan kelas.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10851/2/T1_292012046_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA

12

5. Penyajian hasil akhir

Semua kelompok menyampaikan presentasi atas topik-topik yang telah

dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat. Presentasi kelompok

dikoordinir oleh guru.

6. Evaluasi

Para siswa beserta bersama guru melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap

kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat

dilakukan pada setiap siswa secara individual maupun kelompok atau keduanya.

2.1.4.4 Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI)

Dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation

(GI) terdapat kelebihan dan kelemahan. Kelebihan model pembelajaran kooperatif

tipe Group Investigation (GI) menurut Shoimin (2014: 81) antara lain:

a. Secara Pribadi

Dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas.

Memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif.

Rasa percaya diri dapat lebih meningkat.

Dapat belajar untuk memecahkan dan menangani suatu masalah.

Mengembangkan antusiasme dan rasa pada fisik.

b. Secara Sosial

Meningkatkan belajar bekerja sama.

Belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guru.

Belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis.

Belajar menghargai pendapat orang lain.

Meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan.

c. Secara Akademis

Siswa terlatih untuk mempertanggungjawabkan jawaban yang diberikan.

Bekerja secara sistematis.

Mengembangkan dan melatih ketrampilan fisik dalam berbagai bidang.

Merencanakan dan mengorganisasikan pekerjaannya.

Mengecek kebenaran jawaban yang mereka buat.

Selalu berpikir tentang cara atau strategi yang digunakan sehingga

didapat suatu kesimpulan yang berlaku umum.

2.1.4.5 Kelemahan Model Pembelajaran Group Investigation (GI)

Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI)

menurut Shoimin (2014: 82) antara lain:

Sedikitnya materi yang disampaikan pada satu kali pertemuan.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10851/2/T1_292012046_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA

13

Sulitnya memberikan penilaian secara personal.

Tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran group investigation.

Model ini cocok untuk diterapkan pada suatu topik yang menuntut siswa

untuk memahami suatu bahasan dari pengalaman yang dialami sendiri.

Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif.

Siswa yang tidak tuntas memahami materi prasyarat akan mengalami

kesulitan saat menggunakan model ini.

2.1.5 Model Pembelajaran Konvensional

2.1.5.1 Pengertian Model Pembelajaran Konvensional

Model pembelajaran konvensional menurut Majid dan Rochman (2014: 184)

merupakan pembelajaran yang sudah terbiasa dilakukan oleh guru dan sifatnya

berpusat pada guru. Model pembelajaran konvensional dilakukan dengan

menggunakan cara tradisional atau cara yang lama, yaitu dalam penyampaian materi

pembelajaran masih mengandalkan ceramah. Ceramah menurut Rahyubi (2011: 236)

adalah sebuah metode atau cara mengajar yang dilakukan oleh guru dengan

menyampaikan materi, informasi atau pengetahuan secara lisan kepada siswa. Metode

ceramah menurut Ruminiati (2007: 2.4) merupakan metode mengajar yang digunakan

oleh guru dengan cara menjelaskan secara lisan disertai alat bantu visual. Sedangkan

ceramah menurut Abimanyu dkk (2009: 6.3) adalah “penyajian pelajaran oleh guru

dengan cara memberikan penjelasan secara lisan kepada siswa”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran konvensional merupakan

cara penyampaian materi atau informasi kepada siswa yang biasa dilakukan oleh guru

dengan menggunakan cara tradisional yaitu dengan mengutamakan ceramah. Dalam

kegiatan pembelajaran ini pengajar memegang peranan utama dalam menentukan

materi dan langkah-langkah dalam menyampaikan atau mengajarkan materi pelajaran

kepada siswa. Siswa di dalam kelas mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru,

mencatat hal-hal yang penting dan mengerjakan soal atau tugas yang diberikan oleh

guru. Hal ini menjadikan siswa pasif, bosan, terbiasa hanya menerima apa yang

diberikan oleh guru dan bergantung pada guru. Dengan menggunakan model

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10851/2/T1_292012046_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA

14

pembelajaran ini, siswa yang berani bertanya akan bertanya dan terlihat menonjol

dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sedangkan siswa yang tidak berani bertanya

akan diam saja entah diam dalam arti mengerti atau tidak mengerti.

2.1.5.2 Kelebihan Model Pembelajaran Konvensional

Kelebihan model pembelajaran konvensional menurut Ruminiati (2007: 2.4)

sebagai berikut:

1. Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas.

2. Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.

3. Lebih mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.

4. Biaya lebih murah dan dapat sekaligus untuk orang banyak.

5. Sangat tepat untuk guru yang akan memulai mengenalkan materi.

2.1.5.3 Kelemahan Model Pembelajaran Konvensional

Kelemahan model pembelajaran konvensional menurut Ruminiati (2007: 2.4)

sebagai berikut:

1. Siswa dengan karakteristik audutif (mendengar) dapat menyerap

informasi lebih mudah.

2. Apabila selalu digunakan dan terlalu lama maka pembelajaran akan

terkesan membosankan.

3. Tidak memberi kesempatan untuk bertukar pikiran dengan teman.

2.1.5.4 Peran Guru dalam Model Pembelajaran Konvensional

Peran guru dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran konvensional menurut Rahyubi (2012: 247) adalah “sebagai pendidik,

pengajar, pembimbing dan administrator”. Guru berperan sebagai pendidik berarti

guru berperan untuk membentuk sikap dan karakter siswa. Guru berperan sebagai

pengajar berarti guru sebagai penyalur dan penyampai informasi atau materi kepada

siswa. Guru harus dapat menguasai materi pelajaran karena dengan menguasai materi

ajar akan lebih yakin dalam merumuskan tujuan belajar mengajar di kelas sehingga

apa yang dipelajari siswa setelah selesai proses pembelajaran menjadi jelas, dapat

menyajikan materi pelajaran secara sistematis dan tidak loncat-loncat sehingga tidak

membuat siswa bingung. Guru dapat lebih kreatif dan inovatif dalam menyampaikan

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10851/2/T1_292012046_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA

15

materi ajar. Guru berperan sebagai administrator berarti dalam pelaksanaan

pembelajaran perlu diadministrasikan secara teliti dan baik. Menurut Abimanyu

(2009: 6.4) dalam menggunaan model pembelajaran konvensional agar siswa tidak

bosan dapat diselingi dengan pertanyaan-pertanyaan yang dapat membangkitkan

konsentrasi siswa, menggunakan alat peraga untuk menarik perhatian siswa dan

mempermudah siswa dalam memahami materi yang diajarkan, menciptakan interaksi

antara guru-siswa, siswa-guru, siswa-siswa dan menggunakan gaya mengajar yang

bervariasi.

2.1.6 Media Pembelajaran

Kata “media” berasal dari bahasa latin, merupakan bentuk jamak dari kata

“medium” yang berarti perantara atau pengantar. Media menurut Criticos dalam

Daryanto (2013: 4) merupakan “salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai

pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan”. Media menurut Trianto

(2010: 199) merupakan wadah dari pesan oleh sumber atau penyalurnya yang ingin

diteruskan kepada penerima pesan, materi yang ingin disampaikan adalah pesan

pembelajaran dan tujuan yang ingin dicapai yaitu terjadinya proses belajar.

Asra dkk (2007: 5.5) mengemukakan bahwa “media pembelajaran merupakan

wahana penyalur pesan atau informasi belajar untuk mengkondisikan seseorang untuk

belajar. Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung bahan belajar yang diterima

siswa diperoleh melalui media”. Menurut Susilana dan Riyana (2009:7) “media

pembelajaran merupakan wadah dari pesan, materi yang ingin disampaikan adalah

pesan pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai ialah proses pembelajaran”.

Sedangkan media pembelajaran menurut Sanaky (2009: 3) adalah “sebuah alat yang

berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran”.

Dari beberapa pendapat diatas mengenai media pembelajaran dapat

disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat bantu atau perantara yang

digunakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menyampaikan pengetahuan

atau informasi kepada siswa agar dapat dengan mudah dipahami oleh siswa.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10851/2/T1_292012046_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA

16

2.1.6.1 Jenis Media Pembelajaran

Jenis media pembelajaran menurut Brets dalam Asra dkk (2007: 5.7) ada 7

yaitu:

1. Media audio visual gerak, seperti: film bersuara, pita video, film pada

televisi, televisi dan animasi.

2. Media audio visual diam, seperti: film rangkai suara, halaman suara, dan

sound slide.

3. Audio semi gerak seperti: tulisan jauh bersuara.

4. Media visual bergerak, seperti: film bisu.

5. Media visual diam, seperti: halaman cetak, foto, microphone, slide bisu.

4. Media audio, seperti: radio, telepon, pita audio.

5. Media cetak, seperti: buku, modul, bahan ajar mandiri.

Sedangkan Klasek dalam Asra dkk (2007: 5.8) membagi media pembelajaran

sebagai berikut: “1) media visual, 2) media audio, 3) media”display”, 4)

pengalaman nyata dan simulasi, 5) media cetak, 6) belajar terprogram, 7)

pembelajaran melalui komputer”.

Dari kedua pendapat tentang pengelompokan media di atas, menunjukkan

bahwa media pembelajaran beragam. Hal ini menjadikan guru untuk menggunakan

dan memanfaatkan media pembelajaran sesuai dengan materi dan karakteristik

siswa. Asra dkk (2007: 5.8) menyimpulkan bahwa media terdiri atas:

1. Media visual: yaitu media yang hanya dilihat, yang termasuk kelompok

visul, seperti foto, gambar, poster, grafik, kartun, torso, film bisu,

diorama.

2. Media audio: yaitu media yang hanya dapat didengar saja, seperti kaset

audia, radio, MP3 Player.

3. Media audio visual: yaitu media yang dapat dilihat sekaligus dapat

“didengar sepert film bersuara, video, televisi.

4. Multimedia: yaitu media yang dapat menyajikan unsur media secara

lengkap seperti suara, animasi, video, grafis dan film. Multimedia sering

diidentikan dengan komputer, internet dan pembelajaran berbasis

komputer (CBI).

5. Media realita: yaitu semua media nyata yang ada dilingkungan alam, baik

digunakan dalam keadaan hidup maupun sudah diawetkan, seperti

tumbuhan, batuan, binatang, insectarium, herbarium, air, sawah dan

sebagainya.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10851/2/T1_292012046_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA

17

2.1.6.2 Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran

Tujuan media pembelajaran menurut Sanaky (2009: 4) sebagai alat bantu

pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Mempermudah proses pembelajaran di kelas.

2. Meningkatkan efisiensi proses pembelajaran.

3. Menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan belajar.

4. Membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran.

Manfaat Media Pembelajaran menurut Sanaky (2009: 4 adalah sebagai

berikut:

1. Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar

2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih

dipahami pembelajar, serta memungkinkan pembelajar menguasai

tujuan pembelajaran dengan baik.

3. Metode pembelajaran bervariasi, tidak semat-mata hanya komunikasi

verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajar tidak

bosan, dan pengajar tidak kehabisan tenaga.

4. Pembelajar lebih banyak melalukan kegiatan belajar, sebab tidak

hanya mendengarkan penjelasan dari pengajar saja, tetapi juga

aktivitas lain yang dilakukan seperti: mengamati, melakukan,

mendemonstrasikan dan lain-lain.

2.1.7 Media Video

Media video menurut Sanaky (2009: 102) merupakan “seperangkat alat yang

dapat memproyeksikan gambar bergerak dan bersuara”. Media ini memadukan

gambar dan suara untuk membentuk karakter yang sama dengan obyek aslinya.

Daryanto (2013: 87) mengemukakan bahwa “video merupakan bahan ajar non cetak

yang kaya informasi dan tuntas karena dapat sampai kehadapan siswa secara

langsung”.

Media video menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Prastowo (2011:

300) merupakan “tayangan gambar bergerak yang disertai dengan suara”. Media

video menurut Arsyad (2002: 94) harus mempertunjukkan sesuatu yang dapat

menarik perhatian semua siswa, jalinan logis keseluruhan program yang dapat

membangun rasa berkelanjutan, kemudian menuntun pada kesimpulan. Jadi media

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10851/2/T1_292012046_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA

18

video pembelajaran adalah media pembelajaran yang menyajikan gambar dan suara

mengenai materi pelajaran yang akan di pelajari dengan tujuan memudahkan siswa

untuk memahami dan menguasai materi pembelajaran.

2.1.7.1 Manfaat Video

Manfaat video dalam kegiatan pembelajaran menurut Prastowo (2011: 302)

adalah sebagai berikut:

1. Memberikan pengalaman yang tak terduga kepada peserta didik.

2. Memperlihatkan secara nyata sesuatu yang pada awalnya tidak mungkin

dilihat.

3. Jika dikombinasikan dengan animasi dan pengaturan kecepatan, dapat

mendemonstrasikan perubahan waktu ke waktu.

4. Menampilkan presentasi studi kasus tentang kehidupan sebenarnya yang

dapat memicu diskusi peserta didik.

5. Menunjukkan cara penggunaan alat atau perkakas.

6. Memperagakan keterampilan yang akan dipelajari.

7. Menunjukkan tahapan prosedur.

8. Menghadirkan penampilan drama atau musik.

9. Menganalisis perubahan dalam periode waku tertentu.

10. Menyampaikan objek tiga dimensi.

11. Memperlihatkan diskusi atau interaksi antara dua atau lebih orang.

12. Memberikan pengalaman kepada peserta didik untuk merasakan suatu

keadaan tertentu, contohnya keadaan di geladak kapal, di dalam kapal

selam, dan sebagainya.

2.1.7.2 Kelebihan Media Video

Kelebihan media video menurut Sanaky (2009: 106) adalah sebagai berikut:

1. Menyajikan obyek belajar secara konkret atau pesan pembelajaran secara

realistik, sehingga sangat baik untuk menambah pengalaman belajar.

2. Sifatnya yang audio visual, sehingga memiliki daya tarik tersendiri dan

dapat menjadi pemacu atau memotivasi pembelajar untuk belajar.

3. Sangat baik untuk pencapaian tujuan belajar psikomotorik.

4. Dapat mengurangi kejenuhan belajar, terutama jika dikombinasikan

dengan teknik mengajar secara ceramah dan diskusi persoalan yang

ditayangkan.

5. Menambah daya tahan ingatan atau retensi tentang obyek belajar yang

dipelajari pembelajar.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10851/2/T1_292012046_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA

19

2.1.7.3 Kelemahan Media Video

Kelebihan media video menurut Sanaky (2009: 106) adalah sebagai berikut:

1. Pengadaannya memerlukan biaya yang mahal.

2. Tergantung pada energi listrik, sehingga tidak dapat dihidupkan di segala

tempat.

3. Sifat komunikasi searah, sehingga tidak dapat memberi peluang untuk

terjadinya umpan balik.

4. Mudah tergoda untuk menayangkan video yang bersifat hiburan, sehingga

suasana belajar akan terganggu.

2.1.7.4 Rubrik Seleksi Video

Pemilihan media video pembelajaran dapat dilakukan dengan seleksi terhadap

berbagai video pembelajaran yang telah tersedia. Seleksi video pembelajaran ini

dilakukan agar video yang dipilih tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran serta

sesuai dengan usia siswa. Berikut ini rubrik seleksi video yang dapat digunakan untuk

memilih video menurut Smaldino dan Russel (2011: 430)

Area Penilaian Kualitas Tinggi Kualitas Sedang Kualitas Rendah

Selaras dengan

Standar, Hasil &

Tujuan

Standar/hasil/tujuan

tercapai dan

penggunaan video

meningkatkan

belajar siswa.

Standar/hasil/tujuan

sebagian tercapai

dan penggunaan

video mungkin

meningkatkan hasil

belajar.

Standar/hasil/tujuan

tidak tercapai dan

penggunaan video

sepertinya tidak

mungkin

meningkatkan belajar

siswa.

Informasi yang

Akurat & Terbaru

Informasi adalah

benar dan tidak

berisi material yang

telah usang.

Informasi adalah

benar, tetapi berisi

material yang telah

usang.

Informasi tidak benar

dan berisi material

yang telah usang.

Bahasa yang

Sesuai Usia

Bahasa yang

digunakan sesuai

Bahasa yang

digunakan hampir

Bahasa yang

digunakan tidak

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10851/2/T1_292012046_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA

20

dengan usia dan

kosakata bisa

dipahami.

sesuai umur dan

beberapa kosakata

di atas/di bawah

usia siswa.

sesuai umur dan

kosakata jelas tidak

sesuai dengan usia

siswa.

Tingkat

Ketertarikan &

Keterlibatan

Topik yang

disajikan membuat

siswa tertarik dan

aktif terlibat dalam

pembelajaran.

Topik yang

disajikan memikat

siswa di hampir

seluruh waktu dan

melibatkan

sebagian besar

siswa dalam

belajar.

Topik yang disajikan

tidak menarik para

siswa dan tidak

melibatkan mereka

dalam belajar.

Kualitas teknis Materi mewakili

teknologi media

yang terbaik yang

ada.

Materi mewakili

media yang

berkualitas baik,

meskipun terdapat

masalah

penggunaannya.

Materi mewakili

media yang tidak

dipersiapkan dengan

baik dan berkualitas

sangat buruk.

Mudah

Digunakan

(Pengguna

Mungkin Adalah

Para Siswa atau

Guru)

Materi mengikuti

pola mudah

diguankan tanpa

membingungkan

pengguna.

Material mengikuti

pola mudah

digunakan di

sebagian besar

waktu, dengan

sedikit hal yang

membingungkan

pengguna.

Material tidak

mengikuti pola dan

pengguna selalu

kebingungan.

Bebas Bias Tidak ada bukti

berupa bias atau

Terdapat sedikit

bukti bias atau

Terdapat banyak bukti

atau iklan.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10851/2/T1_292012046_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA

21

iklan yang

meragukan.

iklan.

Panduan &

Arahan Pengguna

Panduan pengguna

merupakan sumber

daya terbaik untuk

digunakan dalam

sebuah mata

pelajaran. Arahan

membantu guru

dan/atau siswa

menggunakan

materi.

Panduan pengguna

merupakan sumber

daya bagus untuk

digunakan dalam

sebuah mata

pelajaran. Arahan

mungkin membantu

guru dan/ atau

siswa menggunakan

materi.

Panduan pengguna

merupakan sumber

daya yang jelek untuk

digunakan dalam

sebuah mata pelajaran.

Arahan tidak

membantu guru dan/

atau siswa

menggunakan materi.

Melaju dengan

Sesuai

Materi video

disajikan

sedemikian rupa

sehingga sebagian

besar siswa dapat

paham dan

memproses

informasi.

Material video

disajikan

sedemikian rupa

sehingga beberapa

siswa mulai

memahami dan

memproses

informasi.

Sebagian besar siswa

tidak bisa

menggunakan materi

untuk membuat

produk asli yang

mewakili belajar.

Penggunaan Alat

Bantu Belajar

Kognitif

(Tinjauan,

Petunjuk,

Rangkuman)

Materi video diatur

dengan baik dan

menggunakan alat

bantu belajar

kognitif.

Materi video diatur

cukup baik dan

menggunakan

beberpa alat bantu

belajar kognitif.

Materi video tidak

diatur dengan baik dan

tidak menggunakan

alat bantu belajar

kognitif.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10851/2/T1_292012046_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA

22

2.1.8 Media Gambar

Dari bermacam-macam media pembelajaran yang paling sering digunakan

adalah gambar. Menurut Asra dkk (2007: 5.19) media gambar adalah “media visual

non proyeksi yang berfungsi untuk menyalurkan pesan dari pemberi ke penerima

pesan (dari guru ke siswa)”. Menurut Susilana dan Riyana (2009: 16) media gambar

merupakan “media visual yang berupa gambar yang dihasilkan melalui fotografi”.

Media gambar menurut Sanaky merupakan “media yang paling umum digunakan

orang, karena media ini mudah dimengerti, dapat dinikmati, mudah didapatkan dan

dijumpai di mana-mana, banyak memberikan penjelasan bila dibandingkan dengan

verbal”. Media gambar menurut Sadiman (2008: 29) merupakan “media yang paling

umum dipakai, karena merupakan bahasa yang dapat dimengerti dan dinimkati

dimana-mana”.

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai media gambar, dapat disimpulkan

bahwa media gambar merupakan media visual atau media yang hanya dapat dilihat,

tidak bergerak dan digunakan untuk menyalurkan pengetahuan atau informasi dari

guru ke siswa yang mudah dimengerti dan mudah didapatkan. Kegiatan pembelajaran

dengan menggunakan media gambar mempunyai kelebihan dan kelemahan.

2.1.8.1 Kelebihan Media Gambar

Kelebihan media gambar menurut Sanaky (2009: 70) adalah sebagai berikut:

1. Sifatnya konkret, lebih realis menunjukkan pada pokok masalah bila

dibandingkan dengan verbal semata.

2. Gambar dapat mengatasi ruang dan waktu, artinya tidak semua benda,

obyek, peristiwa dapat dibawa ke kelas dan pembelajar tidak dapat dibawa

ke obyek tersebut. Maka perlu diciptakan dengan membuat gambar atau

foto benda tersebut.

3. Gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan panca indera. Misalnya

binatang bersel satu tak mungkin dapat dilihat dengan mata telanjang,

tetapi dengan mikroskop. Apabila tidak mengguanakan mikroskop, maka

dapat direkayasa dengan bentuk gambar atau foto.

4. Memperjelas suatu sajian masalah dalam bidang apa saja dan untuk

tingkat usia berapa saja.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10851/2/T1_292012046_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA

23

5. Media ini lebih murah harganya, mudah didapatkan dan digunakan tanpa

memerlukan peralatan.

2.1.8.2 Kelemahan Media Gambar

Kelemahan media gambar menurut Sanaky (2009: 70) adalah sebagai berikut:

1. Lebih menekankan persepsi indera mata.

2. Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.

2.1.9 Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)

Berbantuan Media Video Pembelajaran dan Pembelajaran Konvensional

Berbantuan Media Gambar Berdasarkan Standar Proses

Sebelum melaksanakan pembelajaran, guru harus merancang pembelajaran

terlebih dahulu. Rancangan pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru dalam

kegiatan belajar mengajar dari awal sampai akhir disebut Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP). Guru harus merancang pembelajaran yang dapat meningkatkan

semangat siswa untuk mengikuti pembelajaran, mengaktifkan siswa dan tidak

membosankan. Langkah-langkah penerapan pembelajaran menggunakan model

pembelajaran Group Investigation dalam pokok bahasan Perubahan Kenampakan

Permukaan Bumi dan Benda Langit sesuai standar proses dikelompokkan menjadi 3

yaitu, eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.

Kegiatan Pembelajaran dengan Menggunakan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Berbantuan Media Video Pembelajaran

Langkah- langkah Pembelajaran :

1. Kegiatan Awal

- Guru menyiapkan alat-alat yang di perlukan dalam kegiatan pembelajaran

- Guru melakukan apersepsi dengan menunjukkan gambar pantai di LCD kepada

siswa kemudian menanyakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan video untuk

mengarahkan siswa kepada materi yang akan dipelajari, misalnya:

- Siapa yang pernah ke pantai?

- Siapa yang suka bermain pasir di pantai?

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10851/2/T1_292012046_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA

24

- Siapa yang pernah naik kapal?

- Menyampaikan materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai.

2. Kegiatan Inti

Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi:

Langkah 1: Seleksi Topik

a. Guru menayangkan video pembelajaran tentang perubahan kenampakan

permukaan bumi agar siswa tertarik dan mengikuti kegiatan pembelajaran

dengan aktif.

b. Guru memberikan gambaran topik kepada siswa tentang materi perubahan

kenampakan permukaan bumi akibat pasang surut air laut.

c. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok.

d. Siswa mengambil bendera yang telah disiapkan oleh guru sesuai dengan

nomer absen siswa.

e. Pembagian kelompok didasarkan pada kesamaan warna bendera yang diambil

oleh siswa yaitu merah, kuning, hijau, biru dan pink.

Langkah 2: Perencanaan Kerja Sama

f. Siswa yang mendapat bendera bertuliskan angka 1 menjadi ketua kelompok.

g. Siswa yang mendapat bendera bertuliskan angka 2 menjadi sekretaris.

h. Ketua kelompok memimpin pembagian tugas untuk anggotanya mencari

materi.

i. Sekretaris bertugas untuk menulis hasil diskusi kelompoknya.

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi:

Langkah 3 Implementasi

a. Setiap kelompok mencari informasi melalui buku paket, buku LKS maupun

materi yang diberikan oleh guru, berkaitan dengan materi yang dipelajari yaitu

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10851/2/T1_292012046_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA

25

penyebab terjadinya pasang surut air laut, pengertian pasang surut air laut,

pengaruh pasang surut air laut terhadap pantai dan dermaga.

b. Guru berkeliling dalam setiap kelompok untuk memantau kemajuan setiap

kelompok dan membantu siswa yang mengalami kesulitan.

Langkah 4: Analisis dan Sintesis

c. Setelah siswa mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, kemudian

sekretaris menuliskan informasi yang diperoleh berkaitan dengan topik yang

menjadi tugas kelompok.

Langkah 5: Penyajian Hasil Akhir

d. Perwakilan dari setiap kelompok maju ke depan kelas untuk menyampaikan

hasil kerja kelompoknya.

e. Kelompok lain menanyakan mengenai hal-hal yang kurang dipahami.

Langkah 6: Evaluasi

f. Guru memberikan penguatan tentang pekerjaan kelompok yang telah

diberikan.

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi :

a. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal – hal

yang belum dipahami.

b. Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman,

memberikan penguatan dan penyimpulan.

3. Kegiatan Akhir

a. Guru menguji pemahaman siswa dengan tanya jawab mengenai materi yang

telah dipelajari.

b. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang telah

dipelajari.

c. Guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10851/2/T1_292012046_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA

26

Kegiatan Pembelajaran dengan Menggunakan Model Pembelajaran

Konvensional Berbantuan Media Gambar

Langkah- langkah Pembelajaran :

1. Kegiatan Awal

- Guru menyiapkan alat-alat yang di perlukan dalam kegiatan pembelajaran

- Guru melakukan apersepsi dengan menunjukkan gambar pantai kepada siswa

kemudian menanyakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan gambar untuk

mengarahkan siswa kepada materi yang akan dipelajari, misalnya:

- Siapa yang pernah ke pantai?

- Siapa yang suka bermain pasir di pantai?

- Siapa yang pernah naik kapal?

- Menyampaikan materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai.

2. Kegiatan Inti

Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi:

a. Guru memberikan informasi dan penjelasan kepada siswa tentang materi

perubahan kenampakan permukaan bumi yang disebabkan oleh pasang surut air

laut.

b. Guru menunjukkan beberapa gambar tentang materi perubahan kenampakan

permukaan bumi yang disebabkan oleh pasang surut air laut.

c. Siswa mengamati gambar yang disiapkan oleh guru.

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi:

d. Siswa mengerjakan soal dengan teman sebangku untuk menyebutkan perubahan

kenampakan permukaan bumi yang disebabkan oleh pasang surut air laut serta

menyebutkan pengaruhnya.

e. Guru menjadi fasilitator dalam kegiatan kerja kelompok dengan teman

sebangku.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10851/2/T1_292012046_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA

27

f. Siswa secara perwakilan maju ke depan kelas untuk membacakan hasil kerja

dengan teman sebangku.

g. Guru memberikan penguatan tentang pekerjaan kelompok yang telah diberikan.

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi :

h. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal – hal yang

belum dipahami.

j. Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman,

memberikan penguatan dan penyimpulan.

3. Kegiatan Akhir

a. Guru menguji pemahaman siswa dengan tanya jawab mengenai materi yang

telah dipelajari.

b. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari.

c. Guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa.

2.1.10 Hasil Belajar

Hasil belajar berkaitan dengan kemampuan yang dimiliki siswa dalam

menyerap dan memahami materi yang telah diajarkan oleh guru. Hasil belajar

menurut Susanto (2013: 5) adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa, baik

aspek kognitif, afektif dan psikomotor setelah melalui kegiatan belajar. Sedangkan

hasil belajar menurut Sudjana (2005: 22) perubahan tingkah laku seseorang yang

disebabkan oleh pengalaman belajar. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi bidang

kognitif, afektif dan psikomotor. Jadi hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku

siswa meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor yang disebabkan karena

pengalaman belajar. Hasil pembelajaran akan menjadi acuan bagi guru untuk

mengetahui ketercapaian proses pembelajaran yaitu memperbaiki proses

pembelajaran atau meningkatkan proses pembelajaran. Hasil belajar yang diperoleh

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10851/2/T1_292012046_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA

28

antara siswa satu dengan siswa lain tidak sama, hal ini dipengaruhi oleh kemampuan

akademik yang berbeda dan pengalaman yang berbeda.

Jenis penilaian dilihat dari fungsinya menurut Sudjana (2005:5) dibagi

menjadi beberapa macam, yaitu:

1. Penilaian Formatif

Penilaian formatif merupakan penilaian yang dilaksanakan pada akhir

program belajar mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar

mengajar itu sendiri. Penilaian formatif berorientasi pada proses belajar

mengajar. Dengan penilaian formatif diharapkan guru dapat memperbaiki

program pengajaran dan strategi pelaksanaannya.

2. Penilaian Sumatif

Penilaian sumatif merupakan penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit

program, yaitu catur wulan, akhir semester, dan akhir tahun. Tujuannya

adalah untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa. Penilaian ini

berorientasi kepada produk, bukan kepada proses.

3. Penilaian Diagnostik

Penilaian diagnostik merupakan penilaian yang bertujuan untuk melihat

kelemahan-kelemahan siswa serta faktor penyebabnya. Penilaian ini

dilakukan untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran remedial.

4. Penilaian Selektif

Penilaian selektif merupakan penilaian yang bertujuan untuk keperluan

seleksi, misalnya ujian saringan masuk ke lembaga pendidikan tertentu.

5. Penilaian Penempatan

Penilaian penempatan merupakan penilaian yang ditujukan untuk mengetahui

ketrampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan

penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan

belajar untuk program itu. Penilaian ini berorientasi kepada kesiapan siswa

untuk menghadapi program belajar dengan kemampuan siswa.

Keberhasilan model pembelajaran Group Investigation (GI) berbantuan media

video pembelajaran dalam penelitian ini dapat dilihat dari ketuntasan perolehan hasil

belajar IPA pada materi Perubahan Kenampakan Permukaan Bumi dan Benda

Langit. Pengukuran hasil belajar tersebut diperoleh dengan menggunakan teknik tes

berupa tes formatif dalam bentuk pilihan ganda.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10851/2/T1_292012046_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA

29

2.1.11 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Wasliman dalam Susanto (2013: 12) mengemukakan bahwa hasil

belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara faktor

internal maupun ekternal.

1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta

didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal meliputi:

kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan

belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar peserta didik yang

mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Keluarga

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Sudjana dalam Susanto (2013: 15) berpendapat bahwa hasil belajar yang dicapai

oleh siswa dipengaruhi oleh faktor dalam siswa dan faktor dari luar. Faktor dari

dalam berupa kemampuan yang dimiliki siswa yaitu:

1. Kecerdasan Anak

Kecerdasan seseorang mempengaruhi cepat dan lambatnya penerimaan

informasi serta terpecahkan atau ttidaknya suatu permasalahan.

2. Kesiapan atau Kematangan

Kesiapan atau kematangan adalah tingkat perkembangan individu atau organ-

organ berfungsi sebagaimana mestinya. Kesiapan atau kematangan ini

menentukan keberhasilan dalam belajar. Kematangan ini berkaitan dengan

minat dan kebutuhan anak.

3. Bakat Anak

Bakat merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk meraih

keberhasilan. Bakat berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat

tertentu, maka bakat dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar.

4. Kemauan Belajar

Membuat anak mau belajar merupakan salah satu tugas dari guru. Kemauan

belajar yang tinggi dengan rasa tanggung jawab berpengaruh positif terhadap

hasil belajar yang diraihnya. Kemauan belajar menjadi salah satu penentu

dalam mencapai keberhasilan belajar.

5. Minat

Minat merupakan keinginan yang besar terhadap sesuatu. Siswa yang minat

terhadap mata pelajaran tertentu maka akan memusatkan perhatiannya lebih

banyak daripada siswa lain. Hal ini menyebabkan siswa lebih giat belajar dan

akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10851/2/T1_292012046_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA

30

6. Model Penyajian Materi Pelajaran

Keberhasilan proses pembelajaran tergantung pula pada penyajian materi.

Penyajian materi yang menyenangkan, tidak membosankan, menarik dan

mudah dipahami berpengaruh positif terhadap keberhasilan belajar.

7. Pribadi dan Sikap Guru

Belajar tidak hanya melalui bacaan atau melalui guru, tetapi melalui contoh

sikap, tingkah laku dan perbuatan. Guru yang kreatif dan penuh inovatif maka

siswa akan menirunya. Pribadi dan sikap guru yang baik tercermin dari sikap

yang ramah, lemah lembut, penuh perhatian, penuh kasih sayang, tidak cepat

marah, rajin, disiplin, serta bekerja dengan penuh dedikasi dan bertanggung

jawab dalam segala tindakan yang ia lakukan.

8. Suasana Pengajaran

Suasana pengajaran yang tenang, dialog yang kritis antara siswa dengan guru

dan menumbuhkan suasana yang aktif di antara siswa akan memberikan nilai

lebih pada proses pengajaran sehingga hasil belajar siswa meningkat.

9. Kompetensi Guru

Guru yang mempunyai kemampuan-kemampuan profesional tertentu

diperlukan dalam membantu siswa belajar. Keberhasilan belajar akan

dipengaruhi oleh kemampuan guru yang profesional. Guru yang professional

adalah guru yang memiliki kompeten dalam bidangnya dan menguasai dengan

baik bahan yang akan diajarkan serta mampu memilih metode belajar

mengajar yang tepat sehingga pendekatan itu bisa berjalan dengan semestinya.

10. Masyarakat

Dalam masyarakat terdapat berbagai macam tingkah laku manusia dan

berbagai macam latar belakang pendidikan. Oleh karena itu, pantas dalam

dunia pendidikan lingkungan masyarakat akan ikut mempengaruhi

kepribadian siswa.. Kehidupan modern dengan keterbukaan seta kondisi yang

luas banyak dipengaruhi dan dibentuk oleh kondisi masyarakat ketimbang

oleh keluarga dan sekolah.

2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti

antara lain : Penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi dan Nekodemus (2012) yang

berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group

Investigation Terhadap Hasil Belajar Siswa kelas IV SDN Bugel 02 semester II

tahun Pelajaran 2011/2012”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat

pengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajr siswa dalam penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI).

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10851/2/T1_292012046_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA

31

Penelitian yang dilakukan oleh Mulyani, Petra Kristi dan Wartingsih,

Agustina Sri (2012) yang berjudul “Pengaruh Metode Group Investigation Terhadap

Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa pada Mata Pelajaran IPA Kelas III SD Negeri 1

Kemiri Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2011/2012”.

Dari penelitian ini nilai post-test kelas eksperimen adalah 82 dan nilai post-test kelas

kontrol adalah 73,37. Sedangkan aktivitas siswa kelas eksperimen adalah 70,08 dan

aktivitas kelas kontrol adalah 61,48. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh metode Group Investigation (GI) terhadap hasil belajar dan

aktivitas siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Koeswanti, Henny Dewi dan Vierwinto (2012)

yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group

Investigation Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas IV

SD Negeri Gendongan 03”. Dari uji t menunjukkan bahwa Ho ditolak karena nilai t

hitung tidak berada pada posisi antara nilai t tabel dan lebih besar dari nilai t

tabelnya (t hitung > t tabel) sehingga penggunaan model pembelajaran kooperatif

tipe group investigation lebih baik untuk diterapkan dari pada model ceramah untuk

mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan kelas IV SD Negeri Gendongan 03

Salatiga. Dari analisis tersebut disimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh positif

dan signifikan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation

dengan model ceramah terhadap hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa

kelas IV di SD Negeri Gendongan Salatiga.

Penelitian yang dilakukan oleh Setyorini, Rahayu (2014) yang berjudul

“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation terhadap Hasil

Belajar Matematika pada Materi Segiempat Siswa”. Penelitian ini menunjukkan

bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penerapan pembelajaran kooperatif tipe

Group Investigation terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas VII SMP

Negeri 2 Kledung Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013 yang dibuktikan dengan

adanya perbedaan hasil belajar antara kedua kelas. Hasil post-test siswa kelas

eksperimen adalah 89,60 dan hasil post-test kelas kontrol adalah 76,30.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10851/2/T1_292012046_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA

32

2.3 Kerangka Pikir

Berdasarkan pemikiran dengan menerapkan model pembelajaran Group

Investigation (GI) siswa akan bekerja dalam kelompok yang heterogen (berbeda

jenis kelamin, karakter belajar, kepribadian dan kemampuan akademik). Melalui

kerja kelompok seperti ini akan semakin mengakrabkan peserta didik satu dengan

peserta didik lain sehingga akan berusaha saling membantu dalam menyelesaikan

tugas yang diberikan oleh guru. Selain dapat mengakrabkan, kerja kelompok akan

meningkatkan tanggung jawab siswa untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI)

dengan dipadukan menggunakan media pembelajaan berupa video yang dapat

menarik perhatian siswa. Dengan menayangkan video di dalam kelas, siswa akan

tertarik dan mengamati video yang ditayangkan oleh guru kemudian muncul

pertanyaan-pertanyaan dari siswa yang menunjukkan bahwa siswa sudah mulai aktif

berpikir dan terlibat dalam kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan program pengalaman lapangan di SD Negeri Tegalrejo 02, siswa

sangat senang dan antusias ketika bekerja dengan teman untuk menyelesaikan tugas

yang diberikan oleh guru. Dengan menerapkan model pembelajaran Group

Investigation (GI) siswa diberi kebebasan penuh untuk menggunakan segala cara

dan berbagai sumber dalam menyelesaikan topik yang harus diselesaikan. Setelah

siswa selesai mengerjakan tugas kelompoknya, siswa akan mempresentasikannya di

depan kelas dengan penyajian yang berbeda-beda karena karakter peserta didik satu

sama lain berbeda. Dengan melakukan presentasi akan melatih ketrampilan siswa

berbicara di depan temannya sehingga dapat mengurangi rasa tidak percaya diri.

Dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation (GI)

berbantuan media video pembelajaran guru berperan sebagai fasilitator dan

naraumber. Pembelajaran tidak berpusat pada guru, tetapi pembelajaran berpusat

pada siswa. Siswa bebas mencari materi dari berbagai sumber dengan dampingan

dari guru. Model pembelajaran ini akan melatih dan membiasakan siswa untuk

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10851/2/T1_292012046_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA

33

berpikir logis, kritis, mandiri dan mampu membuat siswa aktif dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran.

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka dirumuskan suatu hipotesis

sebagai berikut

H0: Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI)

berbantuan media video pembelajaran tidak efektif terhadap hasil belajar IPA

pada siswa kelas IV SD N Tegalrejo 02 dan 03 Kota Salatiga Semester II

Tahun 2015/2016.

Ha: Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI)

berbantuan media video pembelajaran efektif terhadap hasil belajar IPA pada

siswa kelas IV SD N Tegarejo 02 dan 03 Kota Salatiga Semester II Tahun

2015/2016.