bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 hakikat pembelajaran bahasa … · 2019. 10. 23. ·...
TRANSCRIPT
-
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 KAJIAN TEORI
2.1.1 Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia
1. Pembelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah lingkaran
system lambang bunyi yang arbitrer (semena - mena), yang dipergunakan
oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri. Dalam percakapan (perkataan) yang baik serta
tingkah laku yang baik dan sopan santun Bahasa adalah alat komunikasi
untuk kita dapat berinteraksi dengan manusia lainnya. Tanpa bahasa tidak
mungkin kita dapat berinteraksi, karena bahasa adalah sumber untuk
menciptakan interaksi manusia dengan yang lainnya. Bahasa adalah
penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga membentuk
kata dengan aturan sintaks untuk membentuk kalimat yang memiliki arti.
Bahasa erat kaitannya dengan kognisi pada manusia, dinyatakan
bahwa. bahasa adalah fungsi kognisi tertinggi dan tidak dimiliki oleh hewan,
ilmu yang mengkaji bahasa ini disebut sebagai ilmu linguistic. Bahasa adalah
sistem lambang yang mewujudkan bunyi atau bunyi ujar. Sebagai lambang
tentu ada yang dilambangkan , maka yang dilambangkan adalah suatu
pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau suatu pikiran yang ingin
disampaikan dalam wujud bunyi itu. Karena lambinglambang itu mangacu
pada suatu konsep, idea tau pikiran, maka dapat dikatakan bahwa bahasa itu
mempunyai makna. Lambang-lambang bunyi bahasa yag bermakna itu
didalam bahasa berupa satuan-satuan bahasa yang berwujud morfem, kata,
frase, klausa, kalimat, paragraf dan wacana.
Bahasa Indonesia ialah bahasa yang terpenting di kawasan Republik
Indonesia. Pentingnya peranan bahasa itu antara lain bersumber pada ikrar
ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi : “Kami poetra dan poetri
Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia” dan pada
8
http://teoriku.blogspot.com/2013/03/pengertian-ilmu-pengetahuan-alam-ipa.html
-
9
Undang-Undang Dasar 1945 kita yang di dalamnya tercantum pasal khusus
yang menytakan bahwa “bahasa Negara ialah bahasa Inedonesia”. Penting
tidaknya suatu bahasa dapat juga didasari patokan seperti jumlah penutur,
luas penyebaran, dan perananny sebagai sarana ilmu, seni sastra, dan
pengungkap budaya. Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang lebih
penting daripada bahasa daerah. Kedudukan yang penting itu sekali-kali
bukan karena mutunya sebagai bahasa, bukan karena besar kecilnya jumlah
kosakata atau keluwesan dalam tata kalimatnya, dan bukan pula karena
kemampuan daya ungkapnya.
Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi.
Pendidikan Bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu
diajarkan kepada para siswa di sekolah. Maka mata pelajaran ini kemudian
diberikan sejak masih di bangku SD karena dari situ diharapkan siswa mampu
menguasai, memahami dan dapat mengimplementasikan keterampilan
berbahasa. Seperti membaca, menyimak, menulis, dan berbicara.
Permendiknas No. 22 Tahun 2006, Bahasa memiliki peran sentral dalam
perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan
penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.
Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya,
budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan,
berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan
menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada
dalam dirinya.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia
dengan baik dan benar. Hal tersebut dilakukan baik secara lisan maupun tulis,
serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia
Indonesia.
Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan
kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan
penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap
-
10
bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi
peserta didik untuk memahami dan merespon situasi
2. Karakteristik Bahasa Indonesia
Bahasa adalah sebuah sistem berupa bunyi, bersifat abitrer, produktif,
dinamis, beragam dan manusiawi. Dari pengertian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa di antara karakteristik bahasa adalah abitrer, produktif,
dinamis, beragam, dan manusiawi.
a. Bahasa Bersifat Abritrer
Bahasa bersifat abritrer artinya hubungan antara lambang dengan yang
dilambangkan tidak bersifat wajib, bisa berubah dan tidak dapat dijelaskan
mengapa lambang tersebut mengonsepi makna tertentu. Secara kongkret,
alasan “kuda” melambangkan ‘sejenis binatang berkaki empat yang bisa
dikendarai’ adalah tidak bisa dijelaskan.
Meskipun bersifat abritrer, tetapi juga konvensional. Artinya setiap
penutur suatu bahasa akan mematuhi hubungan antara lambang dengan yang
dilambangkannya. Dia akan mematuhi, misalnya, lambang ‘buku’ hanya
digunakan untuk menyatakan ‘tumpukan kertas bercetak yang dijilid’, dan
tidak untuk melambangkan konsep yang lain, sebab jika dilakukannya berarti
dia telah melanggar konvensi itu.
b. Bahasa Bersifat Produktif
Bahasa bersifat produktif artinya, dengan sejumlah besar unsur yang
terbatas, namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir tidak terbatas.
Misalnya, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan WJS.
Purwadarminta bahasa Indonesia hanya mempunyai kurang lebih 23.000 kosa
kata, tetapi dengan 23.000 buah kata tersebut dapat dibuat jutaan kalimat
yang tidak terbatas.
c. Bahasa Bersifat Dinamis
Bahasa bersifat dinamis berarti bahwa bahasa itu tidak lepas dari
berbagai kemungkinan perubahan sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu
dapat terjadi pada tataran apa saja: fonologis, morfologis, sintaksis, semantic
-
11
dan leksikon. Pada setiap waktu mungkin saja terdapat kosakata baru yang
muncul, tetapi juga ada kosakata lama yang tenggelam, tidak digunakan lagi.
d. Bahasa Bersifat Beragam
Meskipun bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama,
namun karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang heterogen yang
mempunyai latar belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda, maka bahasa
itu menjadi beragam, baik dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis
maupun pada tataran leksikon. Bahasa Jawa yang digunakan di Surabaya
berbeda dengan yang digunakan di Yogyakarta. Begitu juga bahasa Arab
yang digunakan di Mesir berbeda dengan yang digunakan di Arab Saudi.
e. Bahasa Bersifat Manusiawi
Bahasa sebagai alat komunikasi verbal, hanya dimiliki manusia.
Hewan tidak mempunyai bahasa. Yang dimiliki hewan sebagai alat
komunikasi, yang berupa bunyi atau gerak isyarat, tidak bersifat produktif
dan dinamis. Manusia dalam menguasai bahasa bukanlah secara instingtif
atau naluriah, tetapi dengan cara belajar. Hewan tidak mampu untuk
mempelajari bahasa manusia, oleh karena itu dikatakan bahwa bahasa itu
bersifat manusiawi.
3. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang
Standar isi menyebutkan bahwa mata pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah
Dasar memiliki tujuan sebagai berikut :
a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang
berlaku, baik secara lisan maupun tulis.
b. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan dan bahasa negara.
c. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan
kreatif untuk berbagai tujuan.
d. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.
-
12
e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas
wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan berbahasa.
f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Berdasarkan tujuan tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan
pembelajaran bahasa di Sekolah Dasar diharapkan siswa mendapat bekal
yang matang untuk mengembangkan dirinya dalam pendidikan berikutnya
dan hidup bermasyarakat. Dalam bidang pengetahuan siswa memiliki
pemahaman dasar-dasar kebahasaan terutama bahasa baku serta mempunyai
sikap positif terhadap bahasa Indonesia.
4. Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi dengan baik dan benar, baik
secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya
kesastraan manusia Indonesia. Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa
Indonesia dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mencakup komponen
kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi (a) aspek
mendengarkan, (b) aspek berbicara, (c) aspek membaca, (d) aspek menulis,
(e) kesastraan dan (d) kosa kata (Depdikbud: 2006) Keempat aspek tersebut
merupakan satu kesatuam dan erat sekali hubungannya dengan proses yang
mendasari bahasa. Dalam Penelitian ini ruang lingkup bahasa Indonesia yang
di ambil adalah ruang lingkup membaca karena sesuai dengan masalah yang
ada yakni rendahnya keterampilan membaca cerita siswa dalam proses
pembelajaran. Keterampilan membaca merupakan modal awal siswa untuk
menggali ilmu pengetahuan yang akan dikembangkan dalam pendidikan
formal (dibustom.wordpress.com).
-
13
2.1.2 Proses Pembelajaran
Proses adalah serangkaian kegiatan yang saling terkait atau berinteraksi,
yang mengubah input menjadi output. (id.wikipedia.org/wiki/Proses). (Gagne,
1977:4) dalam kutipan idsejarah.net, menjelaskan bahwa belajar merupakan
sebuah sistem yang di dalamnya terdapat pelbagai unsur yang saling kait-mengait
sehingga menghasilkan perubahan perilaku. Jadi dapat disimpulkan bahwa proses
pembelajaran adalah suatu kegiatan di mana terjadi perubahan dalam diri peserta
didik baik berupa pengetahuan, keterampilan, ataupun sikap dan perilaku yang
dilakukan dengan interaksi antara peserta didik dan pendidik/guru dengan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar.
Terdapat 3 (tiga) faktor utama yang dapat mempengaruhi proses
pembelajaran di kelas, antara lain adalah faktor yang datang dari guru, peserta
didik, dan lingkungan. Faktor yang berasal dari guru antara lain: kondisi dalam
diri guru, kemampuan mengajar, dan kemampuan mengatur kondisi kelas. Faktor
yang berasal dari peserta didik dipengaruhi beragam aspek dari dalam diri peserta
didik dan lingkungan sekitarnya yang nantinya akan berdampak pada kesiapannya
dalam menerima pelajaran. Sedangkan faktor Lingkungan yang mempengaruhi
proses pembelajaran di dalam kelas mencakup lingkungan kelas dan lingkungan
sekitar sekolah (idsejarah.net).
2.1.3 Hasil Belajar Siswa
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah prestasi belajar yang dicapai siswa dalam
proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu perubahan
dan pembentukan tingkah laku seseorang. Untuk menyatakan bahwa
suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki
pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun untuk
menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang
berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa suatu
proses belajar mengajar tentang suatu bahan pembelajaran dinyatakan
berhasil apabila tujuan pembelajaran khususnya dapat dicapai.
-
14
Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran khusus,
guru perlu mengadakan tes formatif pada setiap menyajikan suatu
bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh
mana siswa telah menguasai tujuan pembelajaran khusus yang ingin
dicapai. Fungsi penelitian ini adalah untuk memberikan umpan balik
pada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan
melaksanakan program remedial bagi siswa yang belum berhasil.
Karena itulah, suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil
apabila hasilnya memenuhi tujuan pembelajaran khusus dari bahan
tersebut.
2. Indikator Hasil Belajar Siswa
Yang menjadi indikator utama hasil belajar siswa adalah
sebagai berikut:
a. Ketercapaian Daya Serap terhadap bahan pembelajaran yang
diajarkan, baik secara individual maupun kelompok. Pengukuran
ketercapaian daya serap ini biasanya dilakukan dengan penetapan
Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal (KKM).
b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai
oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.
3. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa di sekolah merupakan
salah satu ukuran terhadap penguasaan materi pelajaran yang
disampaikan. Peran guru dalam menyampaikan materi pelajaran dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa.
Faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa penting
sekali untuk diketahui, artinya dalam rangka membantu siswa men-
capai hasil belajar yang seoptimal mungkin. Hasil belajar yang dicapai
siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor dari dalam diri
siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa, terutama kamampuan
-
15
yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya
terhadap keberhasilan belajar siswa yang dicapai.
Di samping faktor kemampuan yang dimiliki oleh siswa, juga
ada faktor lain seperti motivasi belajar, ketekunan, sosial ekonomi,
faktor fisik dan psikis. Sungguh pun demikian, hasil yang dapat diraih
masih juga bergantung dari lingkungan, artinya ada faktor- faktor yang
berada di luar dirinya yang dapat menentukan dan mempengaruhi hasil
belajar yang dicapai. Salah satu lingkungan pelajaran yang dominan
mempe-ngaruhi hasil belajar siswa di sekolah adalah kualitas penga-
jaran. Yang dimaksud dengan kualitas pengajaran ialah tinggi
rendahnya atau pun efektif tidaknya proses pembelajaran dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu indikator kualitas pengajaran
adalah model pembelajaran yang digunakan guru (Ainamulyana, 2012).
2.1.4 Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC).
1. Pengertian dan karakteristik model pembelajaran CIRC
Pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integra-
ted Reading and Compotition) adalah sebuah program
komprehensif atau luas dan lengkap untuk pengajaran membaca
dan menulis. Dalam model pembelajaran CIRC, siswa ditempatkan
dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, yang terdiri atas
4 atau 5 siswa. Dalam kelompok ini tidak dibedakan atas jenis
kelamin, suku/bangsa, atau tingkat kecerdasan siswa. Jadi, dalam
kelompok ini sebaiknya ada siswa yang pandai, sedang atau lemah,
dan masing-masing siswa merasa cocok satu sama lain (Slavin,
2008:202).
Model pembelajaran CIRC memiliki beberapa komponen
yaitu :
a. Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri
atas 4 atau 5 siswa.
http://ainamulyana.blogspot.com/2012/01/pengertian-hasil-belajar-dan-faktor.html
-
16
b. Placement test, misalnya diperoleh dari rata-rata nilai ulangan
harian sebelumnya atau berdasarkan nilai rapor agar guru
mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa pada bidang
tertentu
c. Student creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok
dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu
ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.
d. Team study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus
dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberika bantuan
kepada kelompok yang membutuhkannya.
e. Team scorer and team recognition, yaitu pemberian skor
terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria
penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara
cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil
dalam menyelesaikan tugas.
f. Teaching group, yakni memberikan materi secara singkat dari
guru menjelang pemberian tugas kelompok.
g. Facts test, yaitu pelaksanaan test atau ulangan berdasarkan
fakta yang diperoleh siswa.
h. Whole-class units, yaitu pemberian rangkuman materi oleh
guru di akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan
masalah
Tujuan dari pengembangan program Cooperative
Integrated Reading and Composition(CIRC) yaitu:
a. Membaca Lisan
Meningkatankan kesempatan siswa untuk membaca dengan
keras dan menerima umpan balik dari kegiatan membaca, dengan
membuat para siswa membaca untuk teman satu timnya dan
dengan melatih mereka mengenai bagaimana saling merespons
kegiatan membaca siswa.
-
17
b. Kemampuan Memahami Bacaan
Penggunaan tim-tim kooperatif utuk membantu siswa
mempelajari kemampuan memahami bacaan yang dapat
diaplikasikan secara luas.
c. Menulis dan Seni Berbahasa
Pengembangan CIRC terhadap pelajaran menulis dan seni
berbahasa adalah untuk merancang, mengimplementasikan, dan
mengevaluasi pendekatan proses menulis pada pelajaran menulis
dan seni berbahasa yang akan banyak memanfaatkan kehadiran
teman satu kelas.
2. Sintak CIRC
Sebagai suatu model pembelajaran CIRC memiliki beberapa
langkah-langkah, di antaranya:
a. Siswa dibentuk kelompok dengan anggota 4 sampai 5 orang
secara heterogen.
b. Guru memberikan wacana atau kliping yang sesuai dengan
pembelajaran.
c. Siswa bekerjasama saling membacakan dan menemukan
jawaban atau ide pokok dari permasalahan yang tersedia
kemudian memberikan tanggapan terhadap wacana atau
kliping tersebut dan di tulis di selembar kertas
d. Siswa mempresentasikan atau membacakan hasil kelompok.
e. Guru memberikan penguatan.
f. Guru dan siswa membuat kesimpulan secara bersama-sama.
g. Penutup (Suprijono, 2009:130).
3. Kelebihan dan kelemahan model CIRC
Kelebihan model CIRC diantaranya:
a. Dalam proses belajar mengajar, siswa dapat memberikan
tanggapannya secara bebas.
-
18
b. Siswa dilatih untuk dapat bekerjasama dan menghargai
pendapat orang lain.
c. CIRC amat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa
dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah.
d. Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang.
e. Siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena bekerja dalam
kelompok.
f. Para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek
pekerjaannya.
g. Membantu siswa yang lemah.
h. Meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan
soal yang berbentuk pemecahan masalah.
i. Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik akan selalu
relevan dengan tingkat perkembangan anak.
j. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik
sehingga hasil belajar anak didik akan dapat bertahan lebih
lama.
k. Membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan dan
aspirasi guru dalam proses pembelajaran (Suprijono,
2009:131).
Di samping beberapa kelebihan, metode CIRC juga memiliki
beberapa kelemahan, di antarannya:
a. Pada saat dilakukan persentasi terjadi kecenderungan hanya siswa
pintar yang secara aktif tampil menyampaikan dan gagasan.
b. Siswa yang pasif akan merasa bosan sebagai tanggung jawab
bersama (Suprijono, 2009:132).
2.1.5 Penerapan Model CIRC Dalam Meningkatkan Proses dan Hasil
Belajar Siswa mata pelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran bahasa Indonesia di SD dilaksanakan secara terpadu.
Pembelajaran secara terpadu seharusnya dilaksanakan sesuai dengan cara
-
19
anak memandang dan menghayati dunianya. Oleh karena itu dalam
pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan siswa dapat memahami secara
rasional serta konsep-konsep yang terkait dengan pembelajaran bahasa
Indonesia.
Pelajaran bahasa Indonesia mulai dikenalkan di tingkat sekolah
dasar sejak kelas 1 SD. Mata pelajaran bahasa Indonesia diberikan
disemua jenjang pendidikan formal. Standar kompetensi mata pelajaran
bahasa Indonesia bersumber pada hakikat pembelajaran bahasa yaitu
belajar bahasa (belajar berkomunikasi) dan belajar sastra (belajar
menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaannya. Oleh karena itu,
pembelajaran bahasa Indonesia mengupayakan peningkatan kemampuan
siswa untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis serta menghargai
karya cipta bangsa Indonesia (Hartati, 2003). Berdasarkan pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia di SD
adalah pembelajaran yang dilaksanakan secara terpadu. Selain itu juga
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi peserta didik..
Penyesuaian metode belajar yang sesuai dengan materi pelajaran
sangat berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar. Seperti pada
pembelajaran Bahasa Indonesiadalam KTSP yang banyak berorientasi
pada tumbuhnya sikap ilmiah dan wawasan serta keterampilan proses yang
sangat besar hubungannya dalam pemilihan metode dan hasil. Lingkungan
anak menyediakan fenomena alam yang menarik dan penuh misteri, maka
sebagai anak “young scients” (penelitian muda) mempunyai rasa ke ingin
tahuan (coriosity) yang tinggi. Suatu keharusan bagi guru untuk
menggunakan model CIRC dalam pendekatan pembelajaran demi
membina keingin tahuan anak. Memotivasinya sehingga mendorong siswa
untuk mengajukan keragaman pertanyaan seperti “apa, mengapa dan
bagaimana” terhadap objek dan peristiwa yang ada di alam.
Penggunaan model CIRC dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di
SD akan mendorong anak untuk lebih aktif kreatif dalam menuangkan
ide-ide mereka dalam bentuk lisan maupun tulisan sehingga proses
-
20
pembelajaran menjadi lebih menarik hingga akhirnya dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Hasil Penelitian yang dilakukan Zulaekah (2012) menunjukkan
bahwa penerapan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading
and Composition (CIRC) dapat meningkatkan minat belajar dan
kemampuan menulis paragraf deskriptif pada siswa kelas IV MI Ma’arif
Klangon mata pelajaran Bahasa Indonesia. Penelitian tersebut bertujuan
untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran yang baik dengan penerapan
model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition
(CIRC) untuk meningkatkan minat dan kemampuan menulis paragraf
deskriptif mata pelajaran Bahasa Indonesia: studi kasus pada siswa kelas
IV MI Ma’arif Klangon, Kalibawang, Kulonprogo. Penelitian tersebut
merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action
Research (CAR). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV MI Ma’arif
Klangon, Kalibawang, Kulon Progo.
Data yang dikumpulkan berupa proses pembelajaran dari observasi
kelas,data minat belajar yang di dapat dari angket minat dan data nilai
siswa yang di dapat dari pemberian tugas kelompok dan individu. Data-
data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan persentase
menggunakan program SPSS versi 15. Hasil penelitian menunjukan bahwa
penerapan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC) dapat meningkatkan minat belajar dan kemampuan
menulis paragraf deskriptif pada siswa kelas IV MI Ma’arif Klangon mata
pelajaran Bahasa Indonesia. Dengan nilai signifikan minat antara pretest
dengan siklus I sebesar 0,332 atau 33,2% dan nilai signifikan minat siklus
I ke siklus II mengalami peningkatan menjadi 1,00 atau 100%. Sedangkan
angka signifikan kemampuan menulis siswa menyusun paragraf deskripsi
pretest dengan nilai kemampuan siklus satu sebesar 0,396 atau 39,6% dan
-
21
pada nilai signifikan siklus I dengan siklus II sebesar 1,00 atau 100%
dengan nilai 7,5.
Sementara penelitian Mitra Widyasari dkk (2013) menunjukan
bahwa penerapan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and
Compotition (CIRC) berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa pada mata pelajaran Geografi SMA XI IPS SMA Negeri 1 Talun
semester genap tahun ajaran 2012/2013. Pengaruh tersebut ditunjukkan
dengan rata-rata keamampuan berpikir kritis siswa yang menerapkan
model pembelajaran CIRC lebih tinggi daripada kelas yang menerapkan
pembelajaran konvensional. Siswa pada kelas eksperimen lebih banyak
yang mencapai nilai baik dan berada di atas Standar Ketuntasan Minimal
(SKM) dari pada kelas kontrol. Hasil tersebut bukan karena kebetulan dan
bukan karena perbedaan kemampuan awal siswa pada kedua kelas
tersebut, tetapi merupakan akibat dari pemberian perlakuan penerapan
model pembelajaran CIRC pada kelas eksperimen sehingga siswa
memiliki pengalaman baru dalam pembelajaran. Hal ini memberikan
gambaran bahwa model pembelajaran CIRC memiliki dampak yang positif
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Surestiani dkk (2014).
Penerapan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC) dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran
Matematika siswa kelas IV di SD Negeri 1 Denbantas Kecamatan Tabanan
tahun pelajaran 2013/2014. Adapun data dikumpulkan dengan metode
observasi dan metode tes. Selanjutnya data dianalisis dengan
menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Sebelum penelitian,
rata-rata hasil belajar siswa sebesar 47,00. Dilihat dari Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) sebesar 60, hasil belajar siswa masih tergolong rendah.
Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata persentase hasil belajar pada
siklus I sebesar 68,00% dengan kategori sedang, rata-rata persentase hasil
belajar pada siklus II sebesar 82,17% dengan kategori tinggi. Terjadi
peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 14,50%.
-
22
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran CIRC dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas
IV SD Negeri 1 Denbantas Kecamatan Tabanan.
Berdasarkan beberapa penelitian di atas, ternyata model CIRC
mampu meningkatkan minat belajar siswa, keterampilan menulis siswa,
kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu dalam
penelitian ini juga akan dikaji bagaimanakah model CIRC mampu
meningkatkan proses dan hasil belajar Bahasa Indonesia Kelas 2 SDN
Jimbaran 02 Tahun Pelajaran 2016/2017.
2.3 Kerangka Berpikir
Kurangnya antusisme siswa dalam pembelajaran berdampak pada
rendahnya kompetensi belajar siswa khususnya muatan Bahasa Indonesia
dalam pembelajaran tematik. Untuk mengatasi persoalan tersebut perlu
model pembelajaran yang berpotensi meningkatkan proses dan kompetensi
hasil belajar siswa. Model CIRC merupakan model pebelajaran yang
mengedepankan komposisi terpadu membaca dan menulis secara
kooperatif. Sintaknya adalah dengan membentuk kelompok heterogen
empat orang, guru memberikan wacana bahan bacaan sesuai materi bahan
ajar, siswa bekerja sama (membaca bergantian, menemukan kata kunci,
memberikan tanggapan) terhadap wacana kemudian menuliskan hasil
kolaboratifnya, mempresentasikan hasil kelompoknya dan melakukan
refleksi.
Untuk memperbaiki proses dan hasil belajar Bahasa indonesia
siswa kelas 2 SDN Jimbaran 02 akan diterapkan model pembelajaran
CIRC. Diharapkan setelah tindakan pembelajaran dilakukan, rata-rata nilai
ulangan harian mata pelajaran Bahasa Indonesia meningkat menjadi
sekurang-kurangnya mencapai 80. Setelah dilakukan pembelajaran,
diharapkan persentase jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar
mata pelajaran Bahasa Indonesia meningkat menjadi 80%. Kerangka pikir
PTK ini dapat dicermati pada gambar 2.1.
-
23
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
2.4 Hipotesis Tindakan
Pembelajaran dengan menggunakan model CIRC dalam rangka
meningkatkan proses dan hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran
Bahasa Indonesia dilakukan dengan langkah-langkah : membentuk
kelompok, memberikan wacana, bekerjasama menemukan ide pokok dan
memberi tanggapan, mempresentasikan dan menyimpulkan.
Melalui model pembelajaran CIRC, siswa menjadi lebih antusias
dalam menerima pelajaran serta mampu memahami materi dengan baik
dan diduga rata-rata ulangan harian mata pelajaran Bahasa Indonesia
meningkat menjadi sekurang-kurangnya mencapai 80. Setelah dilakukan
pembelajaran, di duga persentase jumlah siswa yang mencapai ketuntasan
belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia meningkat menjadi 80%.
Pembelajaran
konvensional
Proses
pembelajaran
lebih menarik
Proses
pembelajaran
kurang
menarik
Siswa kurang
antusias
menerima
pelajaran
Pemahaman
siswa kurang
Hasil belajar
rendah
Siswa lebih
antusias
menerima
materi
Pemahaman
siswa
meningkat
Hasil belajar
meningkat
Menyimpulkan
Mempresentasikan
Bekerjasama Menemukan Ide
Pokok dan Memberi Tanggapan
Memberikan wacana
Membentuk Kelompok
Model CIRC