bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 hakikat...

27
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA Manusia akan senantiasa mengikuti perkembangan dan perubahan jaman. Untuk dapat mengikuti perkembangan dan perubahan dengan baik, maka manusia harus senantiasa untuk belajar. Pengertian dari belajar sendiri menurut Cronbach (dalam Hosnan, 2014: 3) memberi batasan bahwa, “learning is shown by change in behavior as a result of experience” (belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman). Menurut Budiningsih (dalam Suprihatiningrum, 2013: 15) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses pembentukan pengetahuan, yang mana siswa aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep, dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Sedangkan menurut Woolfolk dan Nicolish 1980 (dalam Hosnan, 2014: 3) belajar adalah perubahan tingkah laku yang ada dalam diri seseorang sebagai hasil dari pengalaman. Simpulan pengertian belajar dari yang dikemukakan beberapa tokoh tersebut adalah suatu proses kegiatan yang sengaja dilakukan untuk memperoleh perubahan cara pikir dan tingkah laku dalam mengembangkan kemampuan diri seseorang menjadi lebih baik. Pengertian pembelajaran yang merupakan kata jamak dari kata belajar menurut Slavin (dalam Hosnan, 2014: 4) pembelajaran didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku individu yang disebabkan oleh pengalaman. Achjar Chalil (dalam Hosnan, 2014: 4) mendefinisikan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sedangkan menurut Corey (dalam Hosnan, 2014: 4), pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi- kondisi khusus.

Upload: vutruc

Post on 30-Apr-2018

228 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10881/2/T1_292012086_BAB II...2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA . ... Untuk dapat mengikuti

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA

Manusia akan senantiasa mengikuti perkembangan dan perubahan jaman.

Untuk dapat mengikuti perkembangan dan perubahan dengan baik, maka manusia

harus senantiasa untuk belajar. Pengertian dari belajar sendiri menurut Cronbach

(dalam Hosnan, 2014: 3) memberi batasan bahwa, “learning is shown by change

in behavior as a result of experience” (belajar sebagai suatu aktivitas yang

ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman). Menurut

Budiningsih (dalam Suprihatiningrum, 2013: 15) menyatakan bahwa belajar

adalah “suatu proses pembentukan pengetahuan, yang mana siswa aktif

melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep, dan memberi makna

tentang hal-hal yang sedang dipelajari”. Sedangkan menurut Woolfolk dan

Nicolish 1980 (dalam Hosnan, 2014: 3) belajar adalah “perubahan tingkah laku

yang ada dalam diri seseorang sebagai hasil dari pengalaman”.

Simpulan pengertian belajar dari yang dikemukakan beberapa tokoh

tersebut adalah suatu proses kegiatan yang sengaja dilakukan untuk memperoleh

perubahan cara pikir dan tingkah laku dalam mengembangkan kemampuan diri

seseorang menjadi lebih baik.

Pengertian pembelajaran yang merupakan kata jamak dari kata belajar

menurut Slavin (dalam Hosnan, 2014: 4) pembelajaran didefinisikan sebagai

“perubahan tingkah laku individu yang disebabkan oleh pengalaman”. Achjar

Chalil (dalam Hosnan, 2014: 4) mendefinisikan pembelajaran adalah “proses

interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

belajar”. Sedangkan menurut Corey (dalam Hosnan, 2014: 4), pembelajaran

adalah “suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola

untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-

kondisi khusus”.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10881/2/T1_292012086_BAB II...2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA . ... Untuk dapat mengikuti

9

Simpulan pengertian pembelajaran dari beberapa tokoh tersebut bahwa

pembelajaran adalah suatu proses yang sengaja dilakukan dengan memadukan

berbagai macam unsur seperti sumber belajar, lingkungan belajar dan interaksi

antar individu yang diwujudkan dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan

pembelajaran tertentu yang ingin dicapai.

Pengertian dari IPA menurut Hendro Darmojo (dalam Samatowa, 2010: 2)

adalah “pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan

segala isinya”. Selain itu Nash (dalam Samatowa, 2010: 3) menyatakan bahwa

IPA itu adalah “suatu cara atau metode untuk mengamati alam”. Hal ini juga

sesuai dengan yang dikemukakan oleh Winaputra (dalam Samatowa, 2010: 3)

yang mengemukakan bahwa IPA tidak hanya kumpulan pengetahuan tentang

benda atau mahluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara

memecahkan masalah. Sementara itu Susanto (2013: 167) mengemukakan IPA

adalah “usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang

tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran

sehingga mendapatkan suatu kesimpulan”. Sedangkan menurut Permendiknas

Nomor 22 Tahun 2006 adalah “berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam

secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga

merupakan suatu proses penemuan”.

Pengertian dari beberapa tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa IPA

adalah kumpulan pengetahuan yang lahir dan berkembang dari hasil observasi,

eksperimen dan penyelidikan terhadap alam yang menghasilkan suatu kesimpulan.

Sehingga dalam pembelajaran IPA akan memberikan ruang yang lebih kepada

siswa untuk dapat mencari tahu, menggali informasi dari diri sendiri dan

lingkungan disekitarnya dan dapat membangun pengetahuan dari penemuan untuk

menunjang pengetahuannya. IPA adalah ilmu yang diterapkan dalam kegiatan dan

kehidupan sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan manusia. Penerapan IPA

secara bijaksana sangatlah penting dilakukan suapaya tidak memberikan dampak

buruk bagi lingkungan dan alam sekitar.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10881/2/T1_292012086_BAB II...2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA . ... Untuk dapat mengikuti

10

Mata pelajaran IPA pada jenjang Sekolah Dasar menurut Badan Nasional

Standar Pendidikan 2006 (dalam Susanto, 2013: 171) memiliki beberapa tujuan

agar peserta didik memiliki kemampuan antara lain sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs

IPA juga memiliki ruang lingkup tersendiri yang berkaitan dengan hal-hal

apa saja yang ada dan dipelajari dalam IPA pada tingkat Sekolah Dasar/ MI.

Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/ MI (Permendiknas No 22 Tahun

2006) meliputi aspek-aspek berikut:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan

interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan

2. Benda/ materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas

3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

langit lainnya.

Tujuan pembelajaran dan ruang lingkup IPA yang telah dipaparkan diatas,

dapat menginformasikan bahwa pembelajaran IPA di SD menuntut untuk mampu

menciptakan pembelajaran yang aktif dan berpusat pada siswa. Siswa diajak untuk

melakukan interaksi dengan lingkungan dan alam sekitarnya. Dengan demikian,

diharapkan siswa akan memiliki rasa cinta terhadap alam dan lingkungannya.

Guru lebih bertindak sebagai fasilitator yang senantiasa membimbing dan

megarahkan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan

sesuai dengan materi dan kompetensi dasar yang sedang dibahas. Dalam

pembelajaran yang diselenggarakan, guru harus dapat memadukan tujuan yang

ingin dicapai dalam mata pelajaran IPA itu sendiri dan tujuan yang tercantum

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10881/2/T1_292012086_BAB II...2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA . ... Untuk dapat mengikuti

11

dalam materi pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dirumuskan

berdasarkan materi dan tingkatan kelas yang sedang diampu.

Tercapainya tujuan pembelajaran IPA seperti yang telah dirumuskan

tersebut, dapat diperoleh dalam pelaksanaan pembelajaran yang didukung dengan

penggunaan model yang sesuai dengan karakteristik IPA. Terdapat beberapa

model pembelajaran yang mendukung dengan perkembangan pembelajaran IPA.

Beberapa model pembelajaran yang dianggap mendukung sesuai dengan

perkembangan IPA adalah problem based learning dan project based learning.

Hal ini dikarenakan model problem based learning dan project based learning

memiliki karakteristik yang sesuai dengan pembelajaran IPA yang didalamnya

mengandung unsur permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, memunculkan rasa

ingin tahu dan membangun pengetahuan dari hasil pencarian/ penemuan atas

informasi yang didapat dari lingkungan dan sumber-sumber yang ada di alam

sekitar.

Kegiatan pembelajaran memuat Standar Kompetensi yang harus dicapai

oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Pengertian dari

standar kompetensi sendiri dalam Permendiknas No 41 Tahun 2007 merupakan

“kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan

pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas

dan atau semester pada suatu mata pelajaran”. Standar kompetensi (SK) dapat

dirinci ke dalam kompetensi dasar (KD). Sedangkan Kompetensi Dasar dalam

Permendiknas No 41 Tahun 2007 adalah “sejumlah kemampuan yang harus

dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan

indikator kompetensi dalam suatu pelajaran”. Secara rinci SK dan KD untuk mata

pelajaran IPA yang ditujukan bagi siswa kelas IV SD pada semester 2 disajikan

dalam tabel berikut:

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10881/2/T1_292012086_BAB II...2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA . ... Untuk dapat mengikuti

12

Tabel 2.1

SK dan KD IPA Kelas IV SD Semester 2 Sesuai

Permendiknas No 22 Tahun 2006

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Energi dan

Perubahannya

7 Memahami gaya dapat mengubah gerak dan

atau bentuk suatu benda

7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak

suatu benda

7.2 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah bentuk

suatu benda

8 Memahami berbagai

bentuk energi dan cara penggunaannya dalam

kehidupan sehari-hari

8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang

terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya

8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara

penggunaannya 8.3 Membuat suatu karya/model untuk

menunjukkan perubahan energi gerak akibat

pengaruh udara, misalnya roket dari

kertas/baling-baling/pesawat kertas/parasut 8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi melalui

penggunaan alat musik

Bumi dan Alam Semesta

9 Memahami perubahan

kenampakan permukaan

bumi dan benda langit hubungannya dengan

penggunaan sumber

daya alam.

9.1 Mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi

9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan

bumi dari hari ke hari

10 Memahami perubahan lingkungan fisik dan

pengaruhnya terhadap

daratan

10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik (angin, hujan, cahaya matahari,

dan gelombang air laut)

10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan

longsor)

10.3 Mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan lingkungan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor)

11 Memahami hubungan

antara sumber daya

alam dengan lingkungan, teknologi,

dan masyarakat

11.1 Menjelaskan hubungan antara sumber daya

alam dengan lingkungan

11.2 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan teknologi yang digunakan

11.3 Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam

terhadap pelestarian lingkungan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10881/2/T1_292012086_BAB II...2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA . ... Untuk dapat mengikuti

13

Penelitian ini hanya menggunakan 1 kompetensi dasar dari penjabaran 1

standar kompetensi yang telah dirumuskan. Standar kompetensi yang digunakan

yaitu 11. Memahami hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan,

teknologi, dan masyarakat. Sedangkan kompetensi dasarnya yaitu 11.1

Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan.

2.1.2 Model Pembelajaran Problem Based Learning

2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning

Model pembelajaran probem based learning (PBL) menurut Arends

(dalam Hosnan, 2014: 295) adalah “model pembelajaran dengan pendekatan

pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun

pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan ketrampilan yang lebih tinggi

dan inquiry, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri”.

Serafino & Cicchelli (dalam Eggen dan Kauchak, 2012: 307) adalah

“seperangkat model mengajar yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk

mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, materi dan pengaturan diri”.

Duch (dalam Riyanto, 2009: 285) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis

masalah adalah “suatu model pembelajaran yang menghadapkan peserta didik

dalam belajar untuk belajar”. Sedangkan menurut Tan (dalam Rusman 2013: 229),

pembelajaran berbasis masalah “merupakan inovasi dalam pembelajaran karena

dalam PBM kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui

proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat

memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan

berpikirnya secara berkesinambungan”.

Simpulan pengertian dari beberapa tokoh tersebut bahwa model

pembelajaran problem based learning adalah model pembelajaran dengan

menggunakan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari sebagai dasar untuk

merangsang dan mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam menemukan

informasi, memecahkan masalah dan membangun pengetahuannya sendiri sesuai

dengan materi dan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran model problem based

learning juga dapat memupuk solidaritas antar teman dengan adanya kerjasama,

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10881/2/T1_292012086_BAB II...2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA . ... Untuk dapat mengikuti

14

saling bertukar pendapat dan berdiskusi untuk mencari berbagai informasi dan

memecahkan masalah dengan pemanfaatan berbagai sumber belajar yang tersedia.

2.1.2.2 Karakteristik Model Problem Based Learning

Model pembelajaran memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain

yang dapat dijadikan sebagai pedoman atau ciri dari model pembelajaran itu

sendiri. Karakteristik yang dmiliki juga merupakan suatu gambaran umum tentang

kegiatan yang dilakukan dengan penerapan pembelajaran model itu sendiri.

Karakteristik model pembelajaran problem based learning menurut Hosnan

(2014: 300) adalah sebagai berikut:

1. Pengajuan masalah atau pertanyaan.

Pengaturan pembelajaran tertuju pada masalah atau pertanyaan yang

penting dengan memenuhi kriteria autentik, jelas, mudah dipahami dan

bermanfaat. Sehingga siswa dapat memahami permasalahan yang disajikan

dengan jelas tanpa adanya kesalahan pemahaman.

2. Keterkaitan dengan berbagai masalah disiplin ilmu.

Dalam pembelajaran ini, masalah yang diajukan dapat mengaitkan atau

melibatkan berbagai disiplin ilmu.

3. Penyelidikan yang autentik.

Penyelidikan dan penyelesaian masalah bersifat nyata. Siswa dapat

menganalisis dan merumuskan masalah, mengembangkan dan meramalkan

hipotesis, mencari dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber,

melaksanakan percobaan jika diperlukan, membuat kesimpulan dan

menggambarkan hasil ahir.

4. Menghasilkan dan memamerkan hasil/ karya.

Siswa memiliki tugas untuk menyusun hasil penyelesaian masalah dalam

pembelajaran dalam bentuk karya yang dikomunikasikan didepan kelas.

Bentuk karya yang dimaksud dapat dibuat dalam bentuk laporan.

5. Kolaborasi.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10881/2/T1_292012086_BAB II...2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA . ... Untuk dapat mengikuti

15

Pada pembelajaran berbasis masalah, penyelesaian tugas-tugas dilakukan

dengan komunikasi dan kerjasama yang baik antar teman dalam suatu

kelompok dengan bimbingan guru.

2.1.2.3 Sintak atau Langkah-langkah Model Problem Based Learning

Sintak atau langkah-langkah dari model pembelajaran problem based

learning menurut Nur (dalam Hosnan, 2014: 302):

1. Mengorientasikan peserta didik terhadap masalah.

Guru memberi penjelasan tentang tujuan pembelajaran dan mengarahkan peserta didik terhadap masalah yang telah ditentukan. Guru memotivasi

peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah nyata yang

dipilih atau ditentukan. 2. Mengorganisasi peserta didik untuk belajar.

Guru dapat membantu peserta didik untuk mengorganisasi tugas belajar,

tentang kegiatan yang akan dilakukan yang berhubungan dengan masalah

yang sudah diorientasikan pada tahap sebelumnya. 3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok.

Guru membimbing peserta didik untuk mengumpulkan berbagai informasi

yang sesuai dengan masalah dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan kejelasan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Guru membantu peserta didik untuk berbagi tugas dan merencanakan atau

menyiapkan hasil karya yang sesuai dengan kegiatan pemecahan masalah dalam bentuk laporan, video atau model.

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang telah dilakukan.

Arends (dalam Warsono dan Haryanto, 2014: 151) mengemukakan

beberapa sintaks atau langkah-langkah dalam model pembelajaran problem based

learning adalah sebagai berikut:

1. Melakukan orientasi masalah kepada siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, menjelasakan logistik (bahan dan

alat) apa yang diperlukan bagi penyelesaian masalah serta memberikan

motivasi kepada siswa agar menaruh perhatian terhadap aktivitas

penyelesaian masalah. 2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar.

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan pembelajaran

agar relevan dengan penyelesaian masalah. 3. Mendukung kelompok investigasi.

Guru mendorong siswa untuk mencari informasi yang sesuai, melakukan

eksperimen, dan mencari penjelasan dan pemecahan masalahnya.

4. Mengembangkan dan menyajikan artefak dan memamerkannya.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10881/2/T1_292012086_BAB II...2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA . ... Untuk dapat mengikuti

16

Guru membantu siswa dalam perencanaan dan pewujudan artefak yang

sesuai dengan tugas yang diberikan seperti laporan, video, dan model-model

serta membantu mereka saling berbagi satu sama lain terkait hasil karyanya.

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses penyelesaian masalah. Guru membantu siswa melakukan refleksi terhadap hasil penyelidikan serta

proses-proses pembelajaran yang telah dilakukan.

John R. Savery and Thomas M. Duffy (dalam Riyanto, 2009: 293)

megidentifikasi langkah-langkah dalam model pembelajaran berbasis masalah

adalah sebagai berikut:

1. Memulai dengan masalah autentik.

Masalah yang diajukan berdasarkan kehidupan nyata yang ada

dilingkungan sekitar atau yang sering dihadapi.

2. Pemecahan masalah.

Pemecahan masalah dilakukan dengan pencarian informasi dan diskusi

kelompok yang memanfaatkan berbagai sumber belajar yang melibatkan

kerja kelompok yang aktif antar anggotanya.

3. Presentasi hasil pemecahan.

Kegiatan presentasi meliputi kegiatan mengkomunikasikan hasil

pemecahan masalah yang telah dilakukan didepan guru dan teman anggota

kelompok lain. Dalam presentasi, siswa secara berkelompok menyajikan

hasil presentasinya berupa hasil karya, baik laporan maupun karya lain

yang sesuai dengan masalah yang diajukan sebelumnya.

4. Simpulan atas pemecahan.

Simpulan diberikan dan dibuat setelah hasil presentasi. Guru dan teman

lain juga dapat berperan dalam memberikan pendapat dan saran atas hasil

presentasi.

Langkah-langkah model pembelajaran probem based learning yang

dijelaskan oleh tiga ahli secara keseluruhan, Nur dan Arends mengemukakan

langkah-langkah yang hampir sama. Berdasarkan pendapat dari tiga tokoh yang

telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran

problem based learning dengan terstruktur dan terencana adalah sebagai berikut:

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10881/2/T1_292012086_BAB II...2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA . ... Untuk dapat mengikuti

17

Tabel 2.2

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning

Fase/ Langkah-langkah Penjelasan

1. Mengorientasikan peserta didik pada

masalah yang akan

dipecahkan.

Dalam tahap pertama, guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan sarana atau sumber belajar yang

dibutuhkan untuk penyelesaian masalah sesuai materi

dan kegiatan pembelajaran dengan jelas. Guru juga harus memotivasi siswa untuk bersikap positif dan aktif dalam

pembelajaran, menjelaskan tentang aktivitas yang

diharapkan dapat dilakukan siswa dalam kegiatan

pembelajaran dan mendorong siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah nyata yang dipilih atau

ditentukan pada awal kegiatan pembelajaran.

2. Mengorganisasi dan membimbing

untuk kegiatan

belajar

Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasi tugas atau kegiatan belajar yang harus

dilakukan berhubungan dengan cara pemecahan masalah

yang sudah diorientasikan pada tahap sebelumnya.

3. Membimbing penyelidikan

pemecahan

masalah

Guru mendorong peserta didik untuk dapat melaksanakan kegiatan belajar yang telah direncanakan dan

mengumpulkan informasi yang sesuai dari berbagai

macam sumber yang berfungsi untuk memecahkan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya.

4. Membimbing

penyelesaian dan

penyajian hasil pemecahan

masalah.

Guru membimbing peserta didik untuk menyelesaikan

dan menyiapkan hasil dari kegiatan penyelidikan yang

telah dilaksanakan untuk pemecahan masalah yang telah ditentukan sebelumnya. Hasil yang dimaksudkan dapat

berupa laporan yang berisi solusi pemecahan masalah

berdasarkan hasil pencarian informasi dan penyelidikan yang telah dilakukan. Kemudian dalam kegiatan

penyajian dapat dilakukan dengan presentasi didepan

kelas.

5. Melakukan analisis dan penilaian dari

pemecahan

masalah

Dalam tahap terahir, guru membimbing dan membantu siswa untuk melakukan refleksi atau penilaian serta dapat

pula memberikan saran dan masukan terhadap hasil

penyelidikan pemecahan masalah yang telah dilakukan.

2.1.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Problem Based Learning

Model pembelajaran memiliki kelebihan yang berbeda-beda satu sama

lain. Kelebihan dari model pembelajaran problem based learning menurut

Warsono dan Hariyanto (2014: 152) adalah:

1. Siswa akan terbiasa menghadapi masalah dan merasa tertantang untuk

menyelesaikan masalah, tidak hanya terkait dengan pembelajaran dalam

kelas, tetapi juga menghadapi masalah yang ada dalam kehidupan sehari-

hari.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10881/2/T1_292012086_BAB II...2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA . ... Untuk dapat mengikuti

18

2. Memupuk solidaritas sosial dengan terbiasa berdiskusi dan bertukar

pendapat dengan teman-teman sekelompok kemudian berdiskusi dengan

teman-teman sekelasnya.

3. Semakin mengakrabkan hubungan antar guru dengan siswa. 4. Karena ada kemungkinan suatu masalah harus diselesaikan siswa melalui

eksperimen, hal ini juga akan membiasakan siswa dalam menerapkan

metode eksperimen.

Gijselaers (dalam Hosnan, 2014: 298) menyatakan sesuai dengan

penelitian yang telah dilakukannya penggunaan model pembelajaran problem

based learning dapat menjadikan peserta didik mampu mengidentifikasi informasi

yang diketahui dan diperlukan serta strategi yang diperlukan untuk menyelesaikan

masalah.

Pendapat yang dipaparkan oleh beberapa tokoh diatas dapat dirangkum

mengenai kelebihan model problem based learning sebagai berikut:

1. Membiasakan siswa untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapi baik

yang berkaitan dengan pembelajaran dikelas maupun permasalahan yang

ada dalam kehidupan sehari-hari.

2. Mampu mengembangkan kemampuan siswa untuk dapat mengidentifikasi

informasi yang diketahui dan dibutuhkan. Hal ini juga dapat

mengembangkan kemampuan siswa dalam penggunaan sumber belajar,

media dan proses pencarian informasi.

3. Membangun kerjasama yang baik anatar siswa dan guru dalam kegiatan

belajar dan mengembangkan ketrampilan dalam berdiskusi. Ketrampilan

mengkomunikasikan pendapat juga dapat dikembangkan dengan kegiatan

presentasi.

Model pembelajaran problem based learning juga memiliki kekurangan

atau kelemahan. Kelemahan dari model problem based learning menurut

Warsono dan Hariyanto (2014: 152) adalah:

1. Tidak banyak guru yang mampu mengantarkan siswa kepada pemecahan

masalah.

2. Seringkali memerlukan biaya mahal dan waktu yang panjang. 3. Aktivitas siswa yang dilaksanakan diluar sekolah, sulit dipantau guru..

Simpulan dari kelemahan yang telah dipaparkan yaitu tidak semua guru

mampu membimbing dalam kegiatan pembelajaran pemecahan masalah karena

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10881/2/T1_292012086_BAB II...2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA . ... Untuk dapat mengikuti

19

tidak terbiasa untuk menghantarkan pembelajaran berbasis masalah. Selain itu,

juga membutuhkan biaya mahal dan waktu yang panjang karena adanya proses

penyelidikan dari pemecahan masalah sehingga siswa lupa mengontrol waktu.

Kesulitan memantau aktivitas siswa terjadi disaat siswa mencari informasi atau

melakukan penyelidikan karena penyelidikan juga bisa dilakukan diluar

lingkungan sekolah. Upaya untuk dapat mengatasi kelemahan tersebut diantaranya

yaitu guru terlebih dahulu harus mempersiapkan, membuat rencana dan

mempelajari tentang langkah dan kegiatan pembelajaran problem based learning.

Supaya tidak memerlukan biaya mahal dan waktu yang lama, sebaiknya dalam

kegiatan penyelidikan dapat menggunakan sumber belajar yang ada di lingkungan

sekitar serta ditentukan atau direncanakan dahulu batasan waktu dalam

pengerjaanya. Siswa juga dapat dilatih terlebih dahulu untuk dapat mencari

informasi sendiri dengan baik dalam proses pembelajaran. Aktivitas peyelidikan

sebaiknya juga dilakukan dilingkungan sekolah atau dilingkungan terdekat saja.

2.1.3 Model Pembelajaran Project Based Learning

2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Project Based Learning

Pengertian model pembelajaran project based learning menurut Bound

dan Felleti (dalam Hosnan 2014: 320) menjelaskan bahwa project based learning

adalah “cara yang konstruktif dalam pembelajaran menggunakan permasalahan

sebagai stimulus dan berfokus aktivitas pelajar”. Menurut Thomas J. W.

Moursund, et al (dalam Hosnan, 2014: 321) adalah “model pengajaran dan

pembelajaran yang berpusat pada siswa dalam suatu proyek”. Menurut Paul

Suparno (al-Tabany, 2014: 44) mengemukakan bahwa project based learning

adalah “pembelajaran dimana peserta didik dalam kelompok diminta untuk

membuat atau melakukan suatu proyek bersama, dan mempresentasikan hasil dari

proyek itu”. Sedangkan Warsono dan Hariyanto (2014: 154) juga menyatakan

bahwa semakin tinggi kelas siswa maka semakin kompleks pula proyek yang

harus diselesaikan. Hal ini menunjukkan bahwa pembuatan proyek juga

disesuaikan dengan tingkat usia atau kelas siswa.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10881/2/T1_292012086_BAB II...2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA . ... Untuk dapat mengikuti

20

Definisi model pembelajaran project based learning dari beberapa tokoh

tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran project based learning

adalah model pembelajaran yang menuntun siswa untuk bertindak aktif dan

berpikir kritis untuk mampu memecahkan masalah atau menyelesaikan tugas yang

berkaitan dengan masalah atau kehidupan nyata sehari-hari dan menciptakan suatu

karya nyata yang berguna bagi diri sendiri atau orang lain sesuai tingkat usia atau

kemampuan siswa. Dalam model project based learning siswa dapat belajar

menemukan pengetahuannya sendiri, memunculkan dan mengembangkan ide-ide

baik secara individual maupun berkelompok. Selain mengembangkan kreativitas

dalam membuat karya, project based learning juga dapat mengembangkan

kemampuan berpikir dan kerjasama antar siswa dengan adanya pengerjaan

proyek. Sejalan dengan hal tersebut, kemampuan siswa juga akan lebih

berkembang karena adanya kerjasama dan tukar pendapat antar teman dalam

suatu kelompok.

Model pembelajaran project based learning juga menggunakan masalah

sebagai langkah awal pembelajarannya. Hanya saja masalah yang dimaksud

berupa tugas yang mengarah kepada kebutuhan siswa akan kegiatan tertentu.

Kebutuhan itulah yang kemudian dijadikan sebagai proyek, sesuatu yang harus

dikerjakan, dibuat atau dilakukan siswa melalui proses pembelajaran. Dengan

demikian, akhir dari pembelajaran dapat menghasilkan suatu produk yang berupa

kegiatan ataupun berwujud karya.

2.1.3.2 Karakteristik Model Project Based Learning

Pembelajaran dengan model project based learning memiliki potensi yang

besar untuk memberikan pengalaman belajar yang menarik dan bermakna bagi

siswa. Hal ini dikarenakan siswa dapat mengalami sendiri suatu kegiatan

pembelajaran yang menuntun untuk penyelesaian tugas dengan pembuatan suatu

karya. Menurut Buck Institute for Education (dalam Hosnan, 2014: 322)

menyatakan pembelajaran berbasis proyek memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Siswa mengambil keputusan sendiri dalam kerangka kerja yang telah

ditentukan bersama sebelumnya. 2. Siswa berusaha memecahkan sebuah masalah atau tantangan yang tidak

memiliki satu jawaban pasti.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10881/2/T1_292012086_BAB II...2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA . ... Untuk dapat mengikuti

21

3. Siswa ikut merancang proses yang akan ditempuh dalam mencari solusi.

4. Siswa didorong untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, berkolaborasi,

serta mencoba berbagai macam bentuk komunikasi.

5. Siswa bertanggung jawab mencari dan mengelola sendiri informasi yang mereka kumpulkan.

6. Siswa secara reguler merefleksikan dan merenungi apa yang telah mereka

lakukan, baik proses maupun hasilnya. 7. Produk akhir dari proyek (belum tentu berupa material, tapi bisa berupa

presentasi, drama dan lain-lain) dipresentasikan didepan umum dan

dievaluasi kualitasnya.

8. Di dalam kelas dikembangkan suasana penuh toleransi terhadap kesalahan dan perubahan, serta mendorong bermunculannya umpan balik.

Karakteristik model project based learning yang telah dipaparkan dapat

dirangkum bahwa model pembelajaran project based learning mencakup

pembelajaran yang difokuskan dengan suatu kegiatan proyek, berupa produk yang

berdasarkan masalah awal berupa tugas atau masalah yang telah ditentukan

sebelumya. Disini, siswa juga dibimbing untuk dapat mengekspresikan

pemikirannya dengan suatu kegiatan dan dapat mencari informasi serta

memanfaatkan berbagai macam bahan dilingkungan sekitar yang dapat dirubah

menjadi sesuatu yang lebih bermakna. Namun, produk yang dihasilkan tidak

selalu berupa material tetapi juga dapat berbentuk laporan, presentasi dan lain

sebagainya.

2.1.3.3 Sintak atau Langkah-langkah Model Project Based Learning

Pembelajaran berbasis proyek menurut Hosnan (2014: 325) yang

mengadaptasi dari Keser dan Karagonca 2010 memiliki langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Penentuan proyek.

Penentuan proyek dapat berupa tugas langsung atau dari permasalahan

yang harus diselesaikan.

2. Perancangan langkah-langkah penyelesaian proyek.

Menyusun langkah kegiatan yang akan dilakukan dalam penyelesaian

tugas/ proyek.

3. Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek.

Meliputi penyusunan jadwal sesuai langkah untuk menyelesaikan tugas

atau proyek yang telah ditentukan sebelumnya.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10881/2/T1_292012086_BAB II...2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA . ... Untuk dapat mengikuti

22

4. Penyelesaian proyek dengan fasilitasi dan monitoring guru.

Meliputi penyelesaian proyek dengan melakukan aktifitas penyelesaian

proyek seperti yang telah dirancang sebelumnya dengan bimbingan dan

pengawasan guru.

5. Penyusunan laporan dan presentasi/ publikasi hasil proyek.

Penyusunan laporan dan publikasi berdasarkan penyelesaian tugas yang

dikomunikasikan kepada teman-teman lain dan juga guru.

6. Evaluasi proses dan hasil proyek.

Kegiatan ini mencakup refleksi atas aktivitas dan hasil tugas/ proyek yang

telah dikerjakan.

Warsono dan Hariyanto (2014: 158) yang mengadaptasi dari Brown dan

Campione 1994, menyatakan bahwa langkah-langkah dalam kegiatan

pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut:

1. Timbulnya masalah dari para siswa.

Dalam hal ini terkait dengan menghadapai masalah (problem facing),

mendefinisikan masalah (problem definition), dan kategori masalah (problem categorization).

2. Memunculkan adanya proyek sebagai alternatif pemecahan masalah.

3. Pembentukan tim pembelajaran kolaboratif atau kooperatif untuk

menyelesaikan masalah. 4. Setelah kajian lebih lanjut dalam tim mereka, para siswa yang cepat belajar

(expert) membantu rekannya yang lambat belajar sehingga tidak

mengganggu kelangsungan proyek.

5. Hal ini mencapai titik kulminasinya berupa pengerjaan serangkaian tugas

berkelanjutan bagi semua anggota tim yang memungkinkan terciptanya hasil

pemikiran siswa yang nyata, dapat dilihat dan dipublikasikan berupa suatu

artefak atau karya pemikiran yang bermakna.

The George Lucas Educational Foundation 2005 (dalam al-Tabany, 2014:

52) langkah-langkah project based learning adalah sebagai berikut:

1. Dimulai dengan pertanyaan yang esensial.

Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan suatu investigasi mendalam. Pertanyaan esensial diajukan untuk

memancing pengetahuan, tanggapan, kritik dan ide peserta didik mengenai

tema proyek yang akan diangkat.

2. Perencanaan aturan pengerjaan proyek. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat

mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara

mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10881/2/T1_292012086_BAB II...2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA . ... Untuk dapat mengikuti

23

3. Membuat jadwal aktivitas.

Pendidik dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas

peserta didik selama menyelesaikan proyek. Jadwal ini disusun untuk

mnegetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam pengerjaan proyek. 4. Memonitoring perkembangan proyek peserta didik.

Pendidik bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas

peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses.

5. Penilaian hasil kerja peserta didik.

Penilaian dilakukan untuk membantu pendidik dalam mengukur

ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik,

membantu pendidik dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.

6. Evaluasi pengalaman belajar peserta didik. Pada akhir proses pembelajaran, pendidik dan peserta didik melakukan

refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses

refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya

selama menyelesaikan proyek.

Langkah-langkah model Project Based Learning dalam pembelajaran yang

dijelaskan oleh tiga ahli secara keseluruhan, Hosnan yang mengadaptasi dari

Keser & Karagonca dan George Lucas mengemukakan langkah-langkah yang

hampir sama. Berdasarkan pendapat dari tiga tokoh yang telah dipaparkan, dapat

disimpulkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran project based learning

dengan terstruktur dan terencana sebagai berikut:

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10881/2/T1_292012086_BAB II...2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA . ... Untuk dapat mengikuti

24

Tabel 2.3

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Project Based Learning

Fase/ Langkah –langkah Penjelasan

1. Menentukan proyek yang akan

dikerjakan

Dalam tahap pertama, peserta didik dengan bimbingan atau kesepakatan dengan guru menentukan terlebih

dahulu proyek atau tugas yang akan dikerjakan.

2. Membuat rencana

kegiatan dalam penyelesaian

proyek

Dalam langkah kedua, siswa dibimbing membuat rencana

kegiatan penyelesaian proyek, dari awal sampai akhir secara berkelompok. Kegiatan perencanaan proyek berisi

cara pelaksanaan tugas proyek, pemilihan aktivitas dan

sarana atau bahan yang dapat mendukung penyelesaian tugas proyek. Kekompakan dan kerjasama yang baik

antar anggota kelompok juga sangat mempengaruhi

dalam penrancangan proyek.

3. Menyusun jadwal aktivitas

penyelesaian

proyek

Melalui bimbingan guru, peserta didik dapat melakukan penyusunan jadwal sesuai dengan rencana kegiatan yang

telah direncanakan sebelumnya. Jadwal tersebut dapat

menunjukkan berapa lama proyek itu dapat diselesaikan atau tahapan pelaksanaan. Jadwal yang dimaksud juga

disesuaikan dengan program yang disediakan guru itu

sendiri, alokasi waktu serta kemampuan siswa dalam menyelesaikan proyek.

4. Menyelesaikan

proyek sesuai

rencana dan jadwal dengan

bimbingan dan

pengawasan guru.

Siswa mulai melakukan aktivitas penyelesaian proyek

dengan menyesuaikan kegiatan dan jadwal yang sudah

direncanakan sebelumnya. Peserta didik juga dapat mencari berbagai informasi dari berbagai sumber. Guru

berperan untuk memotivasi, mengarahkan,

mengkoordinasikan dan membimbing siswa sehingga kegiatan dan proyek yang dikerjakan dapat berjalan

dengan baik dan tepat waktu.

5. Menyusun dan

melakukan presentasi hasil

penyelesaian

proyek.

Siswa mulai menyusun penyelesaian hasil proyek yang

telah dikerjakan dan melakukan presentasi kepada teman lain dan guru sebagai bentuk menyajikan hasil

penyelesaian proyek atau tugas. Dalam kegiatan ini siswa

dilatih untuk mempertanggungjawabkan hasil kegiatan yang telah dilakukannya.

6. Melakukan

evaluasi

pengalaman belajar dan hasil

penyelesaian

proyek

Guru dan peserta didik melakukan refleksi terhadap

aktivitas pengalaman belajar dan hasil penyelesaian

proyek yang telah dikerjakan. Siswa diberikan kesempatan untuk mengemukakan pengalamnnya berupa

kesan beserta kesulitan yang dihadapi. Guru kemudian

memberikan umpan balik berupa masukan dan saran berdasarkan kegiatan dan penyelesaian proyek/ produk

yang telah dihasilkan.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10881/2/T1_292012086_BAB II...2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA . ... Untuk dapat mengikuti

25

2.1.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Project Based Learning

Model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan atau kelemahan

sebagai suatu dampak yang mendukung dalam penggunaan model pembelajaran.

Menurut Anatta (dalam al-Tabany, 2014: 48) beberapa kelebihan dari

pembelajaran berbasis proyek, anatara lain sebagai berikut:

1. Meningkatkan motivasi

Siswa akan lebih tekun dan berusaha keras dalam mencapai proyek dan

merasa bahwa belajar dalam proyek lebih menyenangkan.

2. Meningkatkan kemampuan pemecahkan masalah

Project based learning menggunakan lingkungan belajar yang dapat

meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, membuat siswa lebih

aktif dan berhasil memecahkan masalah berdasarkan tugas yang diberikan

dengan kompleks.

3. Meningkatkan kolaborasi

Model ini juga mendukung dalam mengembangkan adanya kerjasama

yang baik antar anggota kelompok. Sehingga ketrampilan untuk

berkomunikasi, bekerjasama, berdiskusi dan saling bertukar pendapat antar

siswa juga akan meningkat. Teori-teori kignitif yang baru dan

konstruktivistik juga menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial,

dan bahwa siswa akan belajar lebih didalam lingkungan yang kolaboratif.

4. Meningkatkan ketrampilan mengelola sumber

Pembelajaran berbasis proyek dapat memberikan pengalaman dan

pembelajaran keapda siswa dalam mengorganisasikan perencanaan

penyelesaian proyek, merencanakan alokasi waktu dan sumber-sumber

lain sebagai perlengkapan menyelesaikan tugas.

Han dan Bhattacharya (dalam Warsono dan Hariyanto, 2014: 157)

mengemukakan beberapa kelebihan dari pembelajaran berbasis proyek (project

based learning) yaitu:

1. Meningkatkan motivasi belajar siswa 2. Meningkatkan kecakapan siswa dalam pemecahan masalah

3. Memperbaiki ketrampilan menggunakan media pembelajaran

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10881/2/T1_292012086_BAB II...2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA . ... Untuk dapat mengikuti

26

4. Meningkatkan semangat dan ketrampilan berkolaborasi

5. Meningkatkan ketrampilan dalam manajemen berbagai sumber daya

Kelebihan yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh diatas dapat dirangkum

bahwa model pembelajaran project based learning memiliki kelebihan yang dapat

membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah,

meningkatkan kerjasama dan komunikasi yang baik, memotivasi siswa untuk

terus belajar serta mampu mengelola sumber belajar dan media belajar dengan

baik.

Model project based learning juga memiliki kekurangan atau kelemahan.

Susanti (dalam al-Tabany, 2014: 49) mengemukakan beberapa kekuranagan dari

model pembelajaran project based learning yaitu:

1. Kondisi kelas agak sulit dikontrol dan mudah menjadi ribut saat pelaksanaan proyek, karena adanya kebebasan pada siswa sehingga memberi peluang

untuk ribut dan untuk itu diperlukannya kecakapan guru dalam penguasaan

dan pengelolaan kelas yang baik.

2. Walaupun sudah mengatur alokasi waktu yang cukup, masih saja memerlukan waktu yang lebih banyak untuk pencapaian hasil yang

maksimal.

Pendapat yang dikemukakan diatas dapat dirangkum bahwa model

pembelajaran project based learning memiliki kekurangan atau kelemahan

diantaranya memerlukan waktu yang cukup banyak mengingat kemampuan siswa

dalam menyelesaikan tugas berbeda-beda dan memerlukan berbagai macam

peralatan dan biaya yang cukup banyak. Keadaan ini dapat dimengerti dengan

adanya kegiatan pembuatan proyek yang memerlukan peralatan beraneka ragam

sesuai dengan kebutuhan dan kreasi siswa.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan dari model

pembelajaran project based learning yaitu dengan membagi siswa menjadi

kelompok yang heterogen terdiri dari beberapa siswa dengan kemampuan kognitif

yang berbeda sehingga apabila ada siswa yang ribut akan dapat saling

mengingatkan dan dapat saling membantu dalam bertukar informasi. Sedangkan

untuk mengatur waktu sebaiknya guru membuat rencana terlebih dahulu guna

memberikan arahan dalam pengerjaan proyek supaya siswa dapat mengontrol dan

menyesuaikan waktu yang telah ditentukan. Penggunaan berbagai macam bahan

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10881/2/T1_292012086_BAB II...2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA . ... Untuk dapat mengikuti

27

dan peralatan sebaiknya juga menggunakan yang telah tersedia di lingkungan

sekitar sehingga tidak menghabiskan biaya yang mahal.

2.1.4 Hasil Belajar

Indikator untuk mengetahui tercapai atau tidaknya suatu tujuan

pembelajaran salah satunya dengan melakukan pengukuran terhadap hasil belajar.

Hasil belajar menjadi puncak dari suatu proses pembelajaran. Hasil belajar

menurut Nawawi (dalam Susanto, 2013: 5) menyatakan bahwa hasil belajar dapat

diartikan sebagai “tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran

di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai

sejumlah materi pelajaran tertentu”. Menurut Gagne & Briggs 1979 (dalam

Suprihatiningrum, 2013: 37) adalah “kemampuan-kemampuan yang dimiliki

siswa sebagai akibat perubahan belajar dan dapat diamati melalui penampilan

siswa (learner’s performance)”. Sedangkan menurut Susanto (2013: 5)

menyatakan yang dimaksud dengan hasil belajar yaitu “perubahan-perubahan

yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan

psikomotor sbagai hasil dari kegiatan belajar”. Pendapat lain juga dikemukakan

oleh Reigeluth 1983 (Suprihatiningrum, 2013: 37) berpendapat bahwa “hasil

belajar atau pembelajaran dapat juga dipakai sebagai pengaruh yang memberikan

suatu ukuran nilai dari metode (strategi) alternatif dari kondisi yang berbeda”. Ia

juga mengatakan secara spesifik bahwa “hasil belajar adalah suatu kinerja

(performance) yang diindikasikan sebagai suatu kapabilitas (kemampuan) yang

telah diperoleh”.

Pengertian mengenai hasil belajar yang telah dipaparkan oleh beberapa

tokoh dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil atau bukti keberhasilan

siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang sengaja dirancang berupa

perubahan tingkah laku atau kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa.

Hasil belajar sendiri meliputi pemahaman konsep (aspek kognitif), ketrampilan

proses (aspek psikomotor), dan sikap siswa (aspek afektif). Namun, pada

penelitian ini aspek yang akan diteliti adalah hasil belajar aspek kognitif. Hasil

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10881/2/T1_292012086_BAB II...2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA . ... Untuk dapat mengikuti

28

belajar aspek kognitif dalam penelitian ini dapat diukur melalui teknik tes dan

kegiatan pembelajaran siswa dapat diukur/ dilihat melalui teknik non tes.

Suryanto Adi, dkk (dalam Wardani, dkk, 2012: 70) tes adalah

“seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh

informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan yang setiap butir

pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar”.

Sedangkan menurut Wardani, dkk, (2012: 70) juga mengemukakan bahwa tes

merupakan “alat ukur yang standar dan objektif sehingga dapat digunakan secara

meluas untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku

individu”. Jenis tes yang digunakan berdasarkan cara pengerjaanya dalam

penelitian ini adalah tes tertulis yang harus dijawab dengan memberikan jawaban

tertulis berbentuk tes objektif pilihan ganda.

Pengukuran untuk melihat terlaksananya kegiatan pembelajaran yang

dilakukan oleh guru dan siswa pada kedua kelompok menggunakan teknik non

tes. Teknik non-tes berisi pertanyaan atau pernyataan yang tidak memiliki

jawaban benar atau salah (Wardani, dkk. 2012: 73). Jenis-jenis teknik non tes

yang digunakan adalah observasi. Pengertian dari observasi sendiri menurut

Purwanto (2012: 149) ialah “metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan

pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau

mengamati indvidu atau kelompok secara langsung”. Pada kelompok eksperimen,

guru dan siswa akan diobservasi menggunakan pertanyaan atau pernyataan sesuai

dengan sintak model pembelajaran problem based learning dan kegiatan yang ada

di RPP. Sedangkan pada kelompok kontrol juga disesuaikan dengan sintak model

pembelajaran project based learning dan kegiatan yang ada di RPP.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar menurut Wasliman

2007 (dalam Susanto, 2013: 12) antara lain:

1. Faktor Internal

Merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang memengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal meliputi: kecerdasan,

minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar,

serta kondisi fisik dan kesehatan. 2. Faktor Eksternal

Merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang

memengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10881/2/T1_292012086_BAB II...2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA . ... Untuk dapat mengikuti

29

Wasliman (dalam Susanto, 2013: 12) juga mengemukakan bahwa sekolah

merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan hasil belajar siswa. Semakin

tinggi kemampuan belajar siswa dan kualitas pengajaran di sekolah, maka

semakin tinggi pula hasil belajar siswa.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini tidak terlepas dari penelitian-penelitian terdahulu yang

menjadi acuan dalam penelitian ini. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh

Merinda Dian Prametasari (2012) dengan judul “Efektifitas Penggunaan Model

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning-PBL) Terhadap Hasil

Belajar IPA Siswa Kelas V di SD Gugus Hasanudin Salatiga Semester II Tahun

Ajaran 2011/2012” menunjukkan adanya perbedaan rata-rata dari hasil belajar

kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan perolehan rata-rata nilai tes siswa

kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional lebih rendah

daripada rata-rata nilai tes siswa kelas eksperimen yang menggunakan model

pembelajaran problem based learning, yaitu 74,53 < 83,38 dengan perbedaan

rata-rata (mean difference) sebesar 8,851. Perbedaan tersebut ditinjau dari

kesignifikansiannya nampak t hitung > t tabel (3.201 > 1.674) dengan taraf

signifikansi diperoleh angka 0,002 < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa terdapat efektifitas penggunaan model pembelajaran berbasis masalah

(problem based learning-PBL) terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V di SD

Gugus Hasanudin Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2011/2012.

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Alim (2012) dengan penelitiannya

yang berjudul "Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV

Menggunakan Metode Pembelajaran Problem Based Learning (Pbl) Dengan Teori

Dienes Dan Metode Pembelajaran Mekanistik". Hasil penelitian menunjukkan

bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar matematika siswa kelas

IV menggunakan metode pembelajaran problem based learning (PBL) dengan

teori Dienes dan metode pembelajaran mekanistik. Hasil penelitian menunjukkan

siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran problem based learning

(PBL) dengan teori Dienes lebih baik dari pada siswa yang diajar menggunakan

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10881/2/T1_292012086_BAB II...2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA . ... Untuk dapat mengikuti

30

metode pembelajaran mekanistik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata post-

test yang diperoleh siswa kelas eksperimen adalah 85 dengan standar deviasi

sebesar 9,374 sedangkan nilai rata-rata post-test siswa kelas kontrol adalah 73,9

dengan standar deviasi sebesar 14,073. Uji hipotesis menunjukkan bahwa T

Hitung sebesar 3,797 dan T Tabel 1,669, maka T Hitung ˃ T Tabel, sehingga Ha

diterima, ini berarti ada perbedaan hasil belajar matematika siswa kelas IV

menggunakan metode pembelajaran problem based learning (PBL) dengan teori

Dienes dan metode pembelajaran mekanistik.

Prisky Chitika (2012) dengan judul “Pengaruh Penggunaan Model

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Terhadap Hasil

Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN 3 Jepon Kecamatan Jepon Kabupaten Blora

Semester II Tahun Ajaran 2011/2012” juga memperoleh hasil yang menunjukkan

bahwa setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran

berbasis masalah dan metode pembelajaran konvensional ditemukan bahwa nilai t

hitung > t tabel (5.345>4660). Signifikansi (0.000<0.005). Dari perhitungan

tersebut dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak berarti Ha diterima. Dengan

demikian, penelitian yang dilakukan dapat disimpukan bahwa terdapat perbedaan

pengaruh penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran

IPA pada siswa kelas IV SD Negeri 3 Jepon semester II tahun ajaran 2011/2012.

Pembelajaran menggunakan model problem based learning terbukti lebh efektif

dilihat dari nilai rata-rata pembelajaran menggunakan model problem based

learning lebih besar dibanding dengan pembelajaran konvensional (88,6 >

714,1).

Penelitian di dalam jurnal dengan menggunakan model project based

learning yang dilakukan oleh I.A. Diyah Kamayani (2013) dengan judul

“Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Lerning Berbantuan Media Tiga

Dimensi Terhadap Hasil Belajar Ipa Di Sd Gugus IX Kecamatan Buleleng”

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPA

siswa kelas IV semester genap SD Gugus IX Kecamatan Buleleng antara siswa

yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Project Based

Learning berbantuan media tiga dimensi dan model pembelajaran konvensional

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10881/2/T1_292012086_BAB II...2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA . ... Untuk dapat mengikuti

31

(thit>ttab, t hit = 3,89 dan ttab = 2,021). Siswa yang dibelajarkan menggunakan

model pembelajaran project based learning mendapatkan nilai rata-rata yang

tergolong sangat tinggi dengan (M) 40,7 lebih tinggi dibanding siswa yang

dibelajarkan menggunakan model konvensional dengan nilai rata-rata yang

tergolong tinggi dengan (M) 29,41. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran project based

learning dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas IV Sd Gugus IX Kecamatan

Buleleng.

Ni Kt Nik Aris Sandi Dewi (2013) dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh

Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project- Based Learning) Terhadap Hasil

Belajar Ipa Siswa Kelas IV SD N 8 Banyuning” menunjukkan bahwa perhitungan

hasil analisis uji-t membuktikan dimana, t hitung lebih besar dari t tabel yaitu

4,48 > 2,006, dengan derajat kebebasan 57. Rata-rata skor hasil belajar IPA

dengan projek based learning adalah 22,07 yang berada pada kategori tinggi.

Rata-rata skor hasil belajar IPA siswa yang belajar dengan model pembelajaran

konvensional pada kelompok kontrol adalah 17,27 berada pada kategori sedang.

Rata-rata skor hasil belajar IPA siswa yang belajar dengan model pembelajaran

berbasis proyek pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibanding rata-rata nilai

hasil belajar siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh

penggunaan model pembelajaran project based learning dalam pembelajaran IPA

pada siswa kelas IV SD N 8 Banyuning.

Penelitian relevan yang pertama sampai ketiga diatas dapat disimpulkan

bahwa penggunaan model pembelajaran problem based learning berpengaruh

terhadap hasil belajar IPA dan juga matematika di Sekolah Dasar. Sedangkan

pada penelitian relevan keempat dan kelima dapat disimpulkan bahwa

penggunaan model pembelajaran project based learning juga berpengaruh

terhadap hasil belajar IPA di Sekolah Dasar.

Pemaparan penelitian relevan diatas menjadi salah satu faktor yang

memunculkan keinginan peneliti menggunakan kedua model pembelajaran untuk

membandingkan apakah ada perbedaan yang signifikan dalam penggunaan kedua

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10881/2/T1_292012086_BAB II...2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA . ... Untuk dapat mengikuti

32

model pembelajaran ditinjau dari hasil belajar IPA. Keinginan ini juga didasarkan

bahwa kedua model pembelajaran dalam penelitian relevan juga tidak

dibandingkan secara bersamaan. Selain itu, siswa pada kelas atau kelompok

tertentu dalam setiap sekolah memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Peneliti

juga menggunakan kedua model pembelajaran dalam mata pelajaran IPA dengan

materi yang berbeda.

2.3 Kerangka Pikir

Kegiatan pembelajaran IPA terdapat banyak suatu kegiatan yang

mendorong siswa untuk bertindak aktif dan melakukan berbagai macam

penyelidikan, pengumpulan informasi, percobaan dalam pembuktian suatu teori

atau fakta. Pembelajaran IPA juga menuntut siswa untuk dapat menemukan

sendiri pengetahuannya melalui pengalaman belajar baik di lingkungan sekolah

atau di lingkungan sekitar. Sehingga pengetahuan yang didapatkan siswa akan

terserap dengan baik dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Model pembelajaran problem based learning jika dikaitkan dengan materi

yang akan diteliti diharapkan dapat membuat siswa mampu memecahkan masalah

yang berkaitan dengan macam-macam jenis SDA, manfaat dan cara menjaga atau

melestarikannya dengan benar. Model ini dimulai dengan sintak yang pertama

adalah mengorientasikan siswa pada masalah yang akan dipecahkan, kemudian

kegiatan mengorganisasi dan membimbing perencanaan kegiatan belajar dan

melakukan penyelidikan atau pencarian informasi secara mandiri dari berbagai

sumber. Selain itu siswa juga dilatih untuk dapat bekerjasama dan berdiskusi

dengan baik untuk menemukan solusi penyelesaian masalah. Setelah itu siswa

dibimbing untuk mengkomunikasikan hasil pemecahan masalah dengan penuh

tanggung jawab dan melakukan evaluasi bersama dari hasil pemecahan masalah

yang telah diselesaikan.

Pembelajaran IPA dengan model project based learning jika dikaitkan

dengan materi yang akan diteliti, maka siswa diharapkan mampu membuat suatu

karya dari masalah atau tugas yang dipaparkan mengenai jenis SDA, manfaat dan

cara menjaga atau melestarikannya. Model dimulai dengan sintak yang pertama

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10881/2/T1_292012086_BAB II...2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA . ... Untuk dapat mengikuti

33

yaitu menentukan tugas atau proyek yang akan dikerjakan. Kemudian siswa

dibimbing untuk merencanakan langkah kegiatan penyelesaian proyek. Siswa juga

dibimbing untuk melakukan penjadwalan kegiatan penyelesaian proyek. Dalam

tahap ini siswa juga didorong untuk mampu berpikir kreatif memunculkan ide,

mencari bahan-bahan yang diperlukan dan melaksanakan penyelesaian tugas atau

proyek dengan baik. Setelah itu siswa secara berkelompok dibimbing untuk

menyusun dan melakukan presentasi/ mengkomunikasikan hasil penyelesaian

proyek/ hasil karyanya dengan penuh tanggung jawab. Dan pada kegiatan ahir,

guru dan siswa melakukan evaluasi hasil penyelesaian tugas atau proyek.

Penjelasan diatas dapat menjelasakan secara singkat perbedaan kegiatan

pembelajaran yang dilakukan dengan model pembelajaran problem based

learning dan project based learning. Namun kedua model memiliki tujuan yang

sama yaitu diharapkan mampu mempengaruhi kualitas hasil belajar siswa. Maka

dari itu penelitian ini membandingkan model pembelajaran problem based

learning dan project based learning untuk mengetahui ada atau tidaknya

perbedaan yang signifikan dari penggunaan model pembelajaran problem based

learning dan project based learning ditinjau dari hasil belajar dalam pembelajaran

IPA kelas IV SD N Plumbon 01 semsester 2 tahun ajaran 2015/2016. Namun

sebelum diberi tindakan dan dibandingkan hasilnya, terlebih dahulu kedua kelas

diukur kemampuan awalnya menggunakan pretest untuk mengetahui kesamaan

varian kedua kelompok.

Bagan kerangka pikir penelitian menggunakan model pembelajaran

problem based learning dan project based learning disajikan pada gambar

berikut:

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10881/2/T1_292012086_BAB II...2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA . ... Untuk dapat mengikuti

34

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Model Pembelajaran Problem

Based Learning dan Project Based Learning

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian masih bersifat sementara dan perlu diuji kebenaranya.

Berdasarkan kerangka pikir yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan

hipotesis penelitian ini sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan model

pembelajaran problem based learning dan project based learning ditinjau

dari hasil belajar dalam pembelajaran IPA kelas IV SD N Plumbon 01

Semester II Tahun Ajaran 2015/2016.

Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan model

pembelajaran problem based learning dan project based learning ditinjau

dari hasil belajar dalam pembelajaran IPA kelas IV SD N Plumbon 01

Semester II Tahun Ajaran 2015/2016.

Kelompok

Kontrol Pretest

Uji beda rata-rata

hasil posttest apakah terdapat

perbedaan yang

signifikan antara

penggunaan model pembelajaran PBL

dan PjBL ditinjau

dari hasil belajar

IPA kelas IV SD

Pembelajaran

IPA dengan

model pembelajaran

Problem Based

Learning

Pembelajaran

IPA dengan

model pembelajaran

Project Based

Learning

Posttest

Posttest

Kemampuan awal kedua

kelompok

sama

Kelompok

Eksperimen Pretest