bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 hakikat ......bab ii kajian pustaka . 2.1 kajian teori...

23
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA SD Manusia dalam kehidupannya senantiasa berkeinginan agar kehidupannya tidak tertinggal dengan manusia yang lain. Manusia memerlukan cara-cara untuk tetap berkembang dan maju untuk kehidupan yang lebih baik. Salah satu usaha manusia agar kehidupannya terus berkembang dan tidak tertinggal adalah dengan belajar. Menurut Slameto (2003:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Bruner dalam (Degeng, 1998) belajar dapat mengungkapkan hubungan antara kegiatan peserta didik dengan proses- proses psikologi dalam diri peserta didik. Atau belajar mengungkapkan hubungan antara fenomena yang ada dalam diri peserta didik. Belajar merupakan perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir (Trianto, 2011). Jadi belajar dapat diartikan sebagai proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru berhubungan dengan proses psikologis melalui pengalaman ataupun interaksi dengan lingkungannya. Menurut Undang-undang nomor 20 tahun 2000 pasal 1 tentang pendidikan nasional menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sudjana dan Rivai(1990:1-8) mengartikan pembelajaran adalah proses pengajaran dalam suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi peserta didik mencapai tujuan pendidikan yang telah di tetapkan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. Sedangkan pembelajaran merupakan kata jamak dari kata belajar, yang menurut

Upload: others

Post on 07-Mar-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA SD . Manusia dalam kehidupannya senantiasa berkeinginan

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA SD

Manusia dalam kehidupannya senantiasa berkeinginan agar kehidupannya

tidak tertinggal dengan manusia yang lain. Manusia memerlukan cara-cara untuk

tetap berkembang dan maju untuk kehidupan yang lebih baik. Salah satu usaha

manusia agar kehidupannya terus berkembang dan tidak tertinggal adalah dengan

belajar. Menurut Slameto (2003:2) belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Bruner dalam (Degeng, 1998) belajar

dapat mengungkapkan hubungan antara kegiatan peserta didik dengan proses-

proses psikologi dalam diri peserta didik. Atau belajar mengungkapkan hubungan

antara fenomena yang ada dalam diri peserta didik. Belajar merupakan perubahan

pada individu yang terjadi melalui pengalaman dan bukan karena pertumbuhan

atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir (Trianto,

2011). Jadi belajar dapat diartikan sebagai proses usaha yang dilakukan oleh

seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru berhubungan

dengan proses psikologis melalui pengalaman ataupun interaksi dengan

lingkungannya.

Menurut Undang-undang nomor 20 tahun 2000 pasal 1 tentang pendidikan

nasional menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik

dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sudjana dan

Rivai(1990:1-8) mengartikan pembelajaran adalah proses pengajaran dalam suatu

kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat

mempengaruhi peserta didik mencapai tujuan pendidikan yang telah di tetapkan.

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh

guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. Sedangkan

pembelajaran merupakan kata jamak dari kata belajar, yang menurut

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA SD . Manusia dalam kehidupannya senantiasa berkeinginan

9

Purwadarminta (dalam Mahfud, 2012:211) sama artinya dengan instruction atau

pengajaran yaitu cara (pembuatan) mengajar atau mengajarkan.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

adalah proses interaksi antara peserta didik dan pendidik melalui pengajaran serta

sumber belajar dalam kegiatan melaksanakan kurikulum agar mencapai tujuan

pendidikan.

IPA biasanaya disebut dengan kata “sains” yang berasal dari kata “natural

science”. Natural artinya ilmiah dan berhubungan dengan alam, sedangkan

science artinya ilmu pengetahuan. Adapaun pengetahuan itu sendiri artinya segala

sesuatu yang diketahui oleh manusia. Jadi IPA adalah pengetahuan yang rasional

dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya (Hendro Darmojo,

1992:3). Selain itu, Nash 1993 (dalam hendro Darmojo, 1993:3 ) dalam bukunya

The Nature of Science, menyatakan bahwa IPA adalah suatu cara atau metode

untuk mengamati alam. Nash juga menjelaskan cara IPA mengamati dunia itu

bersifat analitis, lengakap, cermat serta menghubungkan anatara suatu fenomena

dengan fenomena lain, sehingga keseluruhanya membentuk suatu perspektif yang

baru tentangt objek yang diamati. Dari pengertian beberapa ahli dapat

disimpulkan bahwa IPA adalah cara atau ilmu yang mempelajarai tentang

fenomena-fenomena alam.

IPA dalam disiplin ilmu dan penerapanya dalam masyarakat membuat

pendidikan IPA menjadi penting. Oleh karena struktur kognitif anak-anak tidak

dapat dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuan, padahal mereka perlu

diberikan kesempatan untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA dan

perlu dimodifikasikan sesuai dengan tahap perkembangan kognitifnya.

Keterampilan proses sains didefinisikan oleh Paolo dan Marten (dalam Carin,

1993:5) adalah mengamati, mencoba memahami apa yang diamati,

mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang terjadi, menguji

ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut

benar. Selanjutnya Paolo dan Marten juga menegaskan bahwa dalam IPA

tercakup juga coba-coba dan melakukan kesalahan, gagal dan mencoba lagi. Ilmu

pengetahuan Alam tidak menyediakan semua jawaban untuk semua masalah yang

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA SD . Manusia dalam kehidupannya senantiasa berkeinginan

10

kita ajukan. Dalam IPA kita sebagai guru harus selalu siap memodifikasi model-

model yang kita punyai tentang alam ini.

Mata pelajaran IPA dimasukkan di dalam suatu kurikulum sekolah yaitu:

(1) Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, karena kesejahteraan suatu bangsa

banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA, sebsb

IPA merupakan dasar teknologi dan disebut sebagai tulang punggung

pembangunan. Orang tidak menjadi insinyur elektronika atau dokter yang baik

tanpa dasar yang cukup luas mengenai Ilmu pengetahuan Alam. (2) Bila diajarkan

IPA menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang

melatih atau mengembangkan kemampuan berfikir kritis. (3) Bila IPA diajarkan

melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak maka IPA tidaklah

merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka. (4) Mata pelajaran IPA

mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu dapat membentuk kepribadian anak secara

keseluruhan.

Aplikasi teori perkembangan kognitif pada pendidikan IPA adalah sebagai

berikut:

1. Konsep IPA dapat berkembang baik, hanya bila pengalaman langsung.

2. Daur belajar yang mendorong perkembangan konsep IPA sebagai berikut:

a. Eksplorasi yaitu kegiatan dimana anak mengalami secara langsung,

anak memperoleh informasi baru sesuai dengan konsep yang telah

dimilikinya.

b. Generalisasi yaitu menarik kesimpulan dari beberapa informasi atau

pengalaman yang tampak bertentangan dengan informasi anak.

c. Deduksi yaitu mengaplikasikan konsep baru (generalisasi) pada situasi

dan kondisi baru.

Proses berfikir berkembang melalui tahap-tahap daur belajar ini

mendorong perkembangan berfikir yaitu anak dapat menganalisis objek IPA dari

pemahaman umum hingga pemahaman khusus.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA SD . Manusia dalam kehidupannya senantiasa berkeinginan

11

2.1.2 Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together)

2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together)

NHT (Numbered Heads Together) dikembangkan oleh Spencer Kagan

(1992). Teknik ini bertujuan memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling

membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain

itu tehnik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan kerja sama anatar siswa.

Menurut Anita Lie (2004:59) Numbered Heads Together (NHT) adalah

suatu tipe dari pembelajaran kooperatif pendekatan structural yang memberikan

kesempatan kepada siswa untuk saling membagiakan ide-ide dan jawaban yang

paling tepat. Dalam Aris Shoimin model NHT (Numbered head Together) adalah

suatu model pembelajaran berkelompok yang setiap anggota kelompoknya

bertanggung jawab atas tugas kelompoknya. Ahmad Zuhdi (2010:64) Numbered

Heads Together (NHT) adalah suatu model pembelajaran kooperatif dimana siswa

diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok, lalu secara acak guru memanggil

nomor dari siswa.

Jadi dapat disimpulkan bahwa NHT(Numbered Heads Together) adalah

model pembelajaran kooperatif dimana siswa diberi nomor dalam kelompok dan

menentukan jawaban yang paling tepat.

2.1.2.2 Tahap-tahap Numbered Head Together (NHT)

Tahap-tahap dalam pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)

menurut Anita Lie (2004:60) sebagi berikut:

a. Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam setiap kelompok

mendapat nomor.

b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakan.

c. Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan

setiap anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut.

d. Guru memanggil ssalah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil

melaporkan hasil kerja sama mereka.

Miftahul Huda (2013:203) menyebutkan tahap-tahap NHT (Numbered

Heads Together) sebagai berikut:

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA SD . Manusia dalam kehidupannya senantiasa berkeinginan

12

a. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. Masing-masing siswa dalam

kelompok diberi nomor.

b. Guru memberi tugas atau pertanyaan dan masing-masing kelompok

mengerjakan.

c. Setiap kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling

benar dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban.

d. Guru memanggil salah satu nomor secara acak.

e. Kemudian siswa yang dipanggil nomornya mempresentasikan hasil diskusi

kelompok mereka.

Langkah-langkah NHT (Numbered Heads Together) adalah:

1. Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam kelompok mendapat

nomor.

2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakan.

3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota

kelompok dapat mengerjakan atau mengetahui jawaban.

4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil

menjelaskan hasil kerja sama kelompok mereka.

5. Tanggapan dengan teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor lain.

6. Kesimpulan.

Dari langkah- langkah diatas maka dapat disimpulkan pembelajaran NHT

(Numbered Heads Together) ini diawali dengan penomoran siswa yaitu guru

membagi kelas menjadi kelompok kecil kemudian guru memberikan nomor pada

siswa dalam kelompok dengan nomor yang berbeda. Selanjutnya guru

memberikan pertanyaan dan harus dijawab oleh tiap kelompok dan masing-

masing anggota harus tahu jawabannya. Tahapan yang selanjutnya adalah guru

memanggil nomor siswa secara acak. Kemudian mereka menjawab pertanyaan

yang diberikan oleh guru. Siswa beserta guru menyimpulkan pembelajaran

bersama-sama.

2.1.2.2 Kelebihan Pembelajaran NHT (Numbered Head Together)

Model NHT (Numbered Heads Togheter) memiliki kelebihan diataranya

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, mampu memperdalam pamahaman

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA SD . Manusia dalam kehidupannya senantiasa berkeinginan

13

siswa, menyenangkan siswa dalam belajar, mengembangkan sikap positif siswa,

mengembangkan sikap kepemimpinan siswa, mengembangkan rasa ingin tahu

siswa, meningkatkan rasa percaya diri siwa, mengembangkan rasa saling

memiliki, serta mengembangkan keterampilan untuk masa depan.

Setiap siswa menjadi siap karena guru memanggil acak dari nomor yang

sudah diberikan pada siswa. Dapat melakukan diskusi mengajari siswa yang

kurang pandai. Model pembelajaran ini baik digunakan karena model ini

mengajarkan kepada siswa untuk lebih siap dalam menguasai materi serta belajar

menerima keanekaragaman dengan kelompok lain, karna dalam model ini siswa

dituntut untuk berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah. Terjadinya interaksi

antara siswa melalui diskusi siswa secara bersama dalam menyelesaikan masalah

yang dihadapi. Siswa pandai maupun siswa lemah sama-sama memperoleh

manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif. Dengan bekerja secara kooperatif ini,

kemungkinan konstruksi pengetahuan akan manjadi lebih besar kemungkinan

untuk siswa dapat sampai pada kesimpulan yang diharapkan. Dapat memberikan

kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya, berdiskusi,

dan mengembangkan bakat kepemimpinan.

2.1.2.3 Kelemahan Pembelajaran NHT (Numbered Head Together)

Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru karena

banyaknya nomor yang ada dalam satu kelas. Tidak semua anggota kelompok

dipanggil oleh guru karena dalam satu kelas banyak mungkin hanya beberapa

perwakilah tiap kelompok saja yang dipanggil oleh guru. Tidak terlalu cocok

untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu yang lama. Siswa

yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap

minder dan pasif dari siswa yang lemah. Proses diskusi dapat berjalan lancar jika

ada siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki

pemahaman yang memadai. Pengelompokkan siswa memerlukan pengaturan

tempat duduk yang berbeda-beda serta membutuhkan waktu khusus.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA SD . Manusia dalam kehidupannya senantiasa berkeinginan

14

2.1.3 Model Pembelajaran Student Teams Achivement Division (STAD)

2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Student Teams Achivement Division

(STAD)

Menurut (Barlian,2009) Model pembelajaran STAD mengharuskan siswa

belajar dalam kelompok kecil. Setiap siswa akan belajar dan saling mengajarkan.

Keberhasilan yang dicapai oleh seorang siswa akan menentuka keberhasilan

kelompoknya.

Dalam Aris Soimin STAD mengacu kepada belajar kelompok siswa yang

menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan

presentase verbal atau teks.

STAD (Student Teams Achivement Division) merupakan salah satu

model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model

pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa model STAD (Student

Teams Achivement Division) adalah model pembelajaran kooperatif yang paling

sederhana dengan menggunakan kelompok- kelompok kecil yang setiap siswa

akan belajar dan saling mengajar untuk mendapatkan informasi akademik baru.

2.1.3.2 Tahap-tahap Student Teams Achivement Division (STAD)

Langkah- langkah pembelajaran dalam STAD:

a. Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai dengan

kompetensi dasar yang akan dicapai.

b. Guru memberi tes atau kuis kepada setiap siswa untuk mengetahui

keampuan individu akan diperoleh nilai awal kemampuan siswa.

c. Guru membentuk beberapa kelompok.

d. Guru memberikan tugas kepada kelompok berkaitan dengan materi yang

telah diberikan, mendiskusikan bersama-sama, saling membantu antar

anggota lain serta membahas jawaban tugas yang diberikan guru.

e. Guru memberikan tes atau kuis kepada setiap siswa secara individual.

f. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan dan

memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajarai.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA SD . Manusia dalam kehidupannya senantiasa berkeinginan

15

g. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan

nilai peningkatan hasil belajar individual.

Dalam model ini terdapat beberapa langkah pembelajaran diantaranya

sebagai berikut:

a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan

memotivasi siswa untuk belajar.

b. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dimsns setiap kelompoknya

terdiri dari 4-5 siswa

c. Guru menyampaikan materi pelajaran

d. Siswa belajar kelompok dalam tim yang sudah dibentuk. Guru

memberikan lembar kerja kepada kelompok.

e. Guru memberikan kuis kepada siswa sesuai materi yang telah dipelajari.

f. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan nilai

perorelan.

Langkah- langkah pembelajaran dalam model STAD adalah sebagi berikut:

a. Tahap 1: Pengajaran, pada tahap ini guru menyajikan materi pelajaran

biasanya dengan format ceramah atau diskusi.

b. Tahap 2: Tim Studi, pada tahap ini dibentuk anggota kelompok dan para

anggota kelompok bekerja secara kooperatif untuk menyelesaikan lembar

kerja.

c. Tahap 3: Tes, pada tahap ini setiap siswa pada secara individual

menyelesaikan kuis yang diberikan oleh guru. Kemudian guru men-score

kuis dan mencatat pemerolehan hasilnya.

d. Tahap 4: Rekognisi, pada tahp terakhir ini setiap tim atau kelompok

mendapatkan penghargaan atau reward bergantung pada nilai score rata-

rata tim atau kelompok.

Dari langkah-langkah pembelajaran diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan

memotivasi siswa untuk belajar.

b. Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai dengan

kompetensi dasar yang akan dicapai.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA SD . Manusia dalam kehidupannya senantiasa berkeinginan

16

c. Guru membentuk beberapa kelompok 4-5 orang.

d. Guru memberikan tugas kepada kelompok berkaitan dengan materi yang

telah diberikan, mendiskusikan bersama-sama, saling membantu antar

anggota lain serta membahas jawaban tugas yang diberikan guru.

e. Guru memberikan kuis individu kepada siswa sesuai materi yang telah

dipelajari.

f. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan nilai

perorelan.

2.1.3.3 Kelebihan Pembelajaran Student Teams Achivement Division (STAD)

Dalam model Student Teams Achivement Division (STAD) ini memiliki

beberapa kelebihan diantaranya adalah siswa dapat bekerja sama dalam mencapai

tujuan dengan menjungjung tinggi norma-norma dalam kelompok, siswa aktif

membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama, aktif berperan

sebagai tutorial sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok,

interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam

berpendapat, meningkatkan keakapan individu, tidak bersifat kompetitif dan tidak

memiliki rasa dendam.

2.1.3.4 Kelemahan Pembelajaran Student Teams Achivement Division (STAD)

Kekurangan dalam model Student Teams Achivement Division (STAD)

adalah kontribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang, siswa berprestasi

tinggi aankan mengarahkan pada kekecewaan karena peran anggota yang pandai

lebih dominan, membutuhkan waktu yang lama sehingga sulit mencapai

kurikulum dan guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif, menuntut

sifat tertentu dari siswa dan membutuhkan kemampuan khusus dari guru yang

mengajar.

2.1.4 Hasil Belajar

Indikator untuk mengetahui tercapainya suatu tujuan pembelajaran

salah satunya adalah dengan melakukan pengukuran terhadap hasil belajar. Hasil

belajar menjadi puncak dari suatu proses pembelajaran. Hasil belajar tidak haya

terbatas pada aspek kognitif tetapi dapat juga dalam aspek afektif dan

psikomotorik.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA SD . Manusia dalam kehidupannya senantiasa berkeinginan

17

Hasil belajar merupakan suatu proses yang dilakukan guru pada akhir

kegiatan pembelajaran atau akhir program untuk menentukan angka hasil belajar

peserta didik. Hasil belajar harus diidentifikasi melalui informasi hasil

pengukuran penguasaan bidang materi dan aspek perilaku baik melalui teknik tes

dan nontes. Penguasaan materi yang dimaksud adalah derajat pencapaian

kompetensi hasil belajar seperti yang dikehendaki dalam standar proses dan

dinyatakan dalam aspek perilaku yang terbagi dalam ranah kognitif, afektif, dan

psikomotor (Wardani Naniek Sulistya, dkk: 2012: 109. Dalam Asesmen

Pembelajaran SD 2012).

Hasil belajar menurut Nana Sudjana (2005:22) adalah kemampuan

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Dimyati (dalam Setyorini, 2014:9) berpendapat bahwa hasil belajar adalah hasil

dari suatu interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar. Winkel (dalam

Setyorini, 2014:8) juga berpendapat bahwa hasil belajar merupakan salah

satu bukti yang menunjukkan kemampuan atau keberhasilan seseorang yang

melakukan proses belajar sesuai bobot atau nilai yang berhasil diraihnya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil atau bukti

keberhasilan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran berupa kemampuan

yang dimilikinya dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik.

Klasifikasi hasil belajar menurut Bloom dalam Agus Suprijono (2009: 6)

secara garis besar membagi menjadi 3 ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif,

ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual,

ranah afektif berkenaan dengan sikap, ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil

belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.

Dari pendapat yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan perkembangan pola

pemahaman siswa yang didapat setelah mengalami proses pembelajaran yang

berlangsung di kelas dan mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Ukuran hasil belajar dapat diperoleh dari aktivitas pengukuran. Secara

sederhana pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan

untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda,

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA SD . Manusia dalam kehidupannya senantiasa berkeinginan

18

sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka. Alat untuk melakukan

pengukuran ini dapat berupa alat ukur standar seperti meter, kilogram, liter dan

sebagainya, termasuk ukuran-ukuran subyektif yang bersifat relatif, seperti depan,

jengkal, “sebentar lagi” dan lain-lain ( Poerwanti, 2008: 1-4). Untuk menetapkan

angka dalam pengukuran, perlu sebuah alat ukur yang disebut dengan instrumen.

Dalam dunia pendidikan instrumen yang sering digunakan untuk mengukur

kemampuan siswa seperti tes, lembar observasi, panduan wawancara, skala sikap

dan angket.

Selain itu pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang

dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau

benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka (Wardani Naniek

Sulistya, dkk: 2012: 47). Penetapan angka dalam pengukuran memerlukan alat

ukur atau instrumen. Bentuk-bentuk instrumen adalah tes, lembar observasi,

wawancara, skala sikap dan angket. Dalam melaksanakan pengukuran dapat

digunakan butir-butir soal apabila cara pengukuran dilakukan dengan

menggunakan tes, dan apabila pengukuran dilakukan dengan cara mengamati atau

mengobservasi dapat menggunakan instrumen lembar pengamatan atau observasi,

pengukuran dengan teknik skala sikap dapat menggunakan instrumen butir-butir

pernyataan. Instrumen sebagai alat yang digunakan untuk mengukur ketercapaian

tujuan pembelajaran maupun kompetensi yang dimiliki peserta didik haruslah

valid, maksudnya adalah instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya

diukur.

Hasil belajar digunakan guru sebagai ukuran atau kriteria dalam mencapai

suatu tujuan pendidikan. Untuk mengukur hasil belajar siswa digunakanlah alat

penilaian hasil belajar. Teknik yang digunakan dalam asesmen pembelajaran

untuk mengukur hasil belajar siswa dapat menggunakan teknik tes dan non tes

antara lain:

1. Tes

Tes merupakan pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk

memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan yang setiap

butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA SD . Manusia dalam kehidupannya senantiasa berkeinginan

19

benar (Suryanto Adi, dkk. Dalam Asesmen Pembelajaran SD 2012). Adapun

komponen atau kelengkapan sebuah tes yaitu lembarab atau buku yang memuat

butir-butir soal tes, lembar jawaban tes, kunci jawaban tes, dan pedoman

penilaian. Dengan demikian hasil pengukuran dengan menggunakan tes termasuk

kategori data kuantitatif. Sebagai alat asesmen hasil belajar, tes mempunyai

fungsi, yaitu untuk:

a) Mengukur tingkat penguasaan terhadap seperangkat materi atau tingkat

pencapaian terhadap seperangkat tujuan tertentu.

b) Menentukan kedudukan atau perangkat peserta didik dalam kelompok,

tentang penguasaan materi atau pencapaian tujuan pembelajaran

tertentu.

Ditinjau dari tujuannya dalam pendidikan, maka tes dapat dibagi menjadi:

1) Tes Kecepatan (Speed Test)

Tes ini bertujuan untuk mengases peserta tes dalam hal kecepatan

berpikir atau keterampilan, baik bersifat spontanitas maupun hafalan dan

pemahaman dalam mata pelajaran yang telah dipelajari.

2) Tes Kemampuan (Power Test)

Tes ini bertujuan untuk mengases peserta tes dalam mengungkapkan

kemampuannya (dalam bidang tertentu) dengan tidak dibatasi secara

ketat oleh waktu yang disediakan. Kemampuan yang diases berupa

kognitif atau psikomotorik.

3) Tes Hasil Belajar (Achievement Test)

Tes ini dimaksudkan untuk mengases hal yang telah diperoleh dalam

suatu kegiatan seperti Tes Hasil Belajar (THB), tes harian (formatif) dan

tes akhir semester (sumatif). Tes ini bertujuan untuk mengases hasil

belajar setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam suatu kurun

waktu tertentu.

4) Tes Kemajuan Belajar (Gains/Achievement Test)

Tes kemajuan belajar disebut juga dengan tes perolehan. Tes ini

dimaksudkan untuk mengetahui kondisi awal testi sebelum pembelajaran

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA SD . Manusia dalam kehidupannya senantiasa berkeinginan

20

dan kondisi akhir testi setelah pembelajaran. Untuk mengetahui kondisi

awal testi digunakan pre-tes dan kondisi akhir testi digunakan post-tes.

5) Tes Diagnostik (Diagnostic Test)

Tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa

sehingga kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian

perlakuan yang tepat.

6) Tes Formatif

Tes formatif digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah

terbentuk setelah mengetahui suatu program tertentu. Tes formatif dapat

disamakan dengan ulangan harian.

7) Tes Sumatif

Tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok

program. Tes sumatif dapat disamakan dengan ulangan umum yang biasa

dilaksanakan pada skhir semester dan tengah semester.

Pada penelitian ini tes berdasarkan segi kegunaan untuk mengukur

kemampuan siswa maka digunakan tes formatif. Berdasarkan cara

mengerjakannya tes dibagi menjadi 3 yaitu sebagai berikut:

1) Tes Tertulis

Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal soal

maupun jawabannya.

2) Tes Lisan

Dalam tes lisan pertanyaan maupun jawaban semuanya dalam bentuk

lisan. Hasil dari tes lisan biasanya tidak menjadi informasi pokok tetapi

pelengkap dari instrumen penilaian.

3) Tes Unjuk Kerja

Pada tes ini siswa diminta untuk melakukan sesuatu sebagai indikator

pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor.

Berdasarkan cara mengerjakannya penelitian ini menggunakan tes tertulis

sebagai penilaian hasil belajar.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA SD . Manusia dalam kehidupannya senantiasa berkeinginan

21

Menurut Endang Poerwanti, (2008: 4-5) jenis tes berdasarkan bentuk

jawabannya, dibedakan menjadi tiga yaitu:

a) Tes essay (Essay-type test)

Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasikan

gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara

mengemukakannya dalam bentuk tulisan.

b) Tes jawaban pendek

Tes bisa digolongkan ke dalam tes jawaban pendek jika peserta tes

diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk essay, tetapi

memberikan jawaban-jawaban pendek, dalam bentuk rangkaian kata –

kata pendek, kata-kata lepas, maupun angka-angka.

c) Tes objektif

Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan

untuk menjawab tes telah tersedia. Macam-macam tes objektif antara lain

tes benar salah, tes pilihan ganda, tes menjodohkan, tes isian singkat.

Dari penjelasan mengenai macam-macam tes, penelitian ini menggunakan

tes formatif untuk mengukur kemampuan siswa dengan pokok bahasan sifat-sifat

cahaya. Tes dilakukan secara tertulis dengan bentuk tes objektif berupa pilihan

ganda.

2. Nontes

Teknik non-tes berisi pertanyaan atau pernyataan yang tidak memiliki

jawaban benar atau salah.Instrumen non-tes bisa berbentuk kuesioner atau

inventori. Sangat penting dalam mengases siswa pada ranah afektif dan

psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan aspek kognitif.

Ada beberapa macam teknik nontes yaitu :

a) Unjuk kerja

Suatu penilaian/ pengukuran yang dilakukan melalui pengamatan aktivitas

peserta didik dalam melakukan sesuatu yang berupa tingkah laku atau

interaksinya seperti berbicara, berpidato, membaca puisi dan berdiskusi.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA SD . Manusia dalam kehidupannya senantiasa berkeinginan

22

b) Penugasan

Penilaian yang berbentuk pemberian tugas yang mengandung penyelidikan

(investigasi) yang harus selesai dalam waktu tertentu. Penyelidikan ini

dilakukan secara bertahap yakni perencanaan, pengumpulan data,

pengolahan data dan penyajian data.

c) Tugas individu

Penilaian yang berbentuk pemberian tugas kepada peserta didik yang

dilakukan secara individu. Tugas ini dapat diberikan pada waktu pembuatan

kliping, makalah dan lain sejenisnya.

d) Tugas kelompok

Tugas ini dikerjakan secara berkelompok. Bentuk instrument yang

digunakan salah satunya adalah tertulis dengan menjawab uraian secara

bebas dengan tingkat berfikir tinggi yaitu aplikasi sampai evaluasi.

e) Laporan

Penilaian yang berbentuk laporan atas tugas atau pekerjaan yang diberikan

seperti laporan diskusi, laporan kerja praktik, laporan praktikum dan laporan

Pemantapan Praktik Lapangan (PPL).

f) Response atau ujian praktik

Suatu penilaian yang dipakai untuk mata pelajaran yang ada kegiatan

praktikumnya seperti mata kuliah PPL.

g) Portofolio

Penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang

menunjuk perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode

tertentu.

Ketercapaian tujuan pembelajaran akan diketahui melalui teknik atau cara

pengukuran yang sistematis melalui tes, observasi, skala sikap atau penilaian

portofolio. Alat yang dipergunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan

pembelajaran dinamakan dengan instrumen. Instrumen sendiri terdiri atas

instrumen butir – butir soal apabila cara pengukuran dilakukan dengan

menggunakan tes, dan apabila pengukuran dilakukan dengan cara mengamati atau

mengobservasi dapat menggunakan instrumen lembar pengamatan atau observasi,

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA SD . Manusia dalam kehidupannya senantiasa berkeinginan

23

pengukuran dengan teknik skala sikap dapat menggunakan instrumen butir – butir

pernyataan. Instrumen sebagai alat yang digunakan untuk mengukur ketercapaian

tujuan pembelajaran maupun kompetensi yang dimiliki peserta didik haruslah

valid, maksudnya adalah instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya

diukur. Ketercapaian tujuan pembelajaran akan diketahui melalui teknik atau cara

pengukuran yang sistematis melalui tes, observasi, skala sikap atau penilaian

portofolio.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007 tentang

Standar Penilaian Pendidikan menyatakan bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) adalah kritera ketuntasan belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan

pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan pendidikan untuk kelompok mata

pelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan nilai batas ambang

kompetensi.

2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan

Dalam membuat penelitian ini tidak terlepas dari penelitian- penelitian

terdahulu yang relevan dilaksanakan saat ini. Dari Penelitian yang dilakukan oleh

Eviana Ayu Nugroho “Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Model pembelajaran

NHT (Numbered Head Together) Dengan STAD (Student Team Achievment

Division) Pada Konsep Laju Reaksi” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

perbedaan model cooperative learning tipe NHT dengan tipe STAD terhadap hasil

belajar. Penelitian ini dilakukan di MA Al-Ahliyah Kota Baru pada bulan

Oktokber hingga bulan November 2010. Metode penelitian yang digunakan

adalah quasi eksperimen, sampel diambil secara purposive sampling dari 62 siswa

dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Desain penelitian yang digunakan adalah nonequivalent control group design.

Instrument yang digunakan adalah instrument tes hasil belajar. Hasil belajar

kelompok eksperimen (rata-rata 73,9 dan simpangan baku 9,88) lebih tinggi

daripada kelompok kontrol (rata-rata 60,6 dan simpangan baku 8,68) dan setelah

dilakukan uji “t” diperoleh nilai thitung sebesar 2,40 sedangkan ttabel pada taraf

signifikansi 0,05 sebesar 1,99 atau thitung > ttabel. Maka dapat disimpulkan

menolak Ho dan Ha menyatakan terdapat perbedaan hasil belajar kimia antara

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA SD . Manusia dalam kehidupannya senantiasa berkeinginan

24

siswa yang diberi model NHT dengan STAD pada pokok bahasan laju reaksi

diterima. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran NHT

memberikan pengaruh yang signifikan dibandingkan dengan model STAD

terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi.

.

Penelitian Helga Fitriyani, Dadang Kurnia, Saur M Tampubolon yang

berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam dengan Menerapkan

Model Pembelajaran Kooperatif Numbered HeadsTogether dan Model

Pembelajaran Kooperatif Jigsaw. Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui perbedaan hasil belajar IPA dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together dan model pembelajaran

kooperatif Jigsaw. Subyek penelitian adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri

Kaumpandak 04 yang terdiri dari 96 siswa. Sebelum melakukan

penelitian,dilakukan ujicoba instrumen pada 37 orang siswa yang pernah

menerima materi pembelajaran sesuai dengan yang akan diujikan. Setelah

dilakukan ujicoba tersebut, data dihitung menggunakan Software anates,dari 40

soal diperoleh 25 soal yang valid dan memiliki reliabilitas yang tinggi. Soal

tersebut digunakan untuk penelitian dikelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah

dilakukan penelitian dengan melakukan pretes dan post tes pada jumlah sampel

yang sama sebanyak 32 orang pada kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2 dan

kelas kontrol, setelah mendapatkan hasil dilakukan analisis uji normalitas, uji

homogenitas dan uji t. Pada uji normalitas hasil belajar kelas eksperimen 1

menunjukan harga Xhitung= 0.89, dan pada kelas eksperimen 2 harga Xhitung =

3,2, sedangkan pada kelas kontrol menunjukkan harga Xhitung= 2,42. Adapun

harga Xtabel pada taraf signifikasi α=0,05 dengan n= 32 adalah 7,81. Karena

ketiga harga Xhitung hasil pengujian normalitas kurang dari Xtabel,

kesimpulannya adalah data ketiga kelas berdistribusi normal. Uji homogenitas

menunjukan harga Xhitung sebesar 2,31 sedangkan harga Xtabel pada taraf

signifikasi α=0,05 dan dk = 31 adalah 5,99. Karena Xhitung kurang dari Xtabel

(2,31,<5,99) sehingga ketiga kelas tersebut homogen. Uji hipotesis dilakukan

pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 dengan menggunakan uji-t dan

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA SD . Manusia dalam kehidupannya senantiasa berkeinginan

25

diperoleh harga thitung sebesar 2,88 sedangkan harga ttabel pada taraf signifikasi

5% dan dk = 62 adalah 2,00. Karena thitung lebih besar dari ttabel, (2,88>2,00)

maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat perbedaan hasil belajar

ilmu pengetahuan alam yang signifikasi antara siswa yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together dan Jigsaw.

Penelitian Hendra yang berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Matematika

yang diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams

Achievement Division) dan Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching And

Learning) pada Materi Kubus dan Balok Kelas IV SD Negeri 01 Sumogawe

Kecamatan Getasan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil

belajar yang signifikan antara siswa yang diajar menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dan

model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning). Penelitian ini

merupakan eksperimental yang dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri

Sumogawe 01 Kecamatan Getasan. Uji t digunakan untuk menguji signifikansi

perbedaan hasil belajar matematika diantara kedua kelas. Hasil penelitian

menunjukkan ada perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan diantara

siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan

siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran CTL. Hasil belajar siswa

yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik

dari pada siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran CTL.

Penelitian Hadi Widodo yang berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Antara

Pendekatan Matematika Realistik Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Dengan Pembelajaran Konvensional Dalam Pembelajaran Matematika Pada

Siswa Kelas IV SD Semester II Desa Sugihan Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran

2011/2012” tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar

antara pendekatan matematika realistik melalui pembelajaran kooperatif tipe

STAD dengan pembelajaran konvensional dalam pembelajaran matematika pada

siswa kelas IV SD semester II Desa Sugihan Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran

2011/2012. Jenis penelitian ekperimen yang digunakan adalah Quasi

Experimental Research dengan menggunakan desain penelitian Two-groups

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA SD . Manusia dalam kehidupannya senantiasa berkeinginan

26

posttest only design. Pemilihan ini didasarkan pada asumsi bahwa pada kedua

kelas tersebut memiliki kemampuan yang setara. Subjek penelitian terdapat dari

dua SD N 3 Sugihan dan SD N 4 Sugihan dengan masing kelas memiliki 26

siswa. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan

observasi. Dari teknik pengumpulan data dibuat intrumen pengumpulan data

berupa lembar observasi dan tes hasil belajar. Untuk menganalisis data

menggunakan tenik analisis data menggunaka uji t Independent Samples Test.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan ada perbedaan hasil belajar antara

pendekatan matematika realistik melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD

dengan pembelajaran konvensional dalam pembelajaran matematika pada siswa

kelas IV SD semester II Desa Sugihan Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran

2011/2012. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data yang telah dilakukan

menggunakan uji t Independent Samples Test menunjukkan hasil t-hitung

diperoleh signifikasi 0,031. Karena signifikasi lebih kecil dari 0,05 (0,031 < 0,05)

maka H0 ditolak. Jadi kesimpulannya Hα diterima. Dari hasil analisis data yang

diperoleh ada perbedaan hasil belajar antara pendekatan matematika realistik

melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pembelajaran konvensional

dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas IV SD semester II Desa

Sugihan Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran 2011/2012. Berdasarkan hasil

penelitian dapat disimpulkan ada perbedaan hasil belajar antara pendekatan

matematika realistik melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan

pembelajaran konvensional dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas IV

SD semester II desa sugihan kabupaten grobogan tahun ajaran 2011/2012. Hal ini

dapat dilihat dari hasil analisis data yang telah dilakukan menggunakan uji t

independent samples test menunjukkan hasil t-hitung diperoleh signifikasi 0,031.

karena signifikasi lebih kecil dari 0,05 (0,031 < 0,05) maka h0 ditolak. Jadi

kesimpulannya hα diterima. Dari hasil analisis data yang diperoleh ada perbedaan

hasil belajar antara pendekatan matematika realistik melalui pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan pembelajaran konvensional dalam pembelajaran

matematika pada siswa kelas IV SD semester II desa sugihan Kabupaten

Grobogan Tahun Ajaran 2011/2012.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA SD . Manusia dalam kehidupannya senantiasa berkeinginan

27

Penelitian yang dilakukan oleh Ika Rinawati Dewi dengan judul

“Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams

Achievement Divisions (STAD) dan Numbered Heads Together (NHT) Pada

Materi Persamaan Linier Satu Variabel Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII

Smp Se-Kecamatan Tempuran”, tujuan penelitian ini untuk mengetahui: apakah

hasil belajar siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams Achievement Divisions (STAD) lebih baik dibandingkan dengan siswa

yang dikenai dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT) siswa kelas VII SMP Se-Kecamatan Tempuran.

Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes untuk data prestasi belajar

matematika siswa dan dokumentasi untuk data kemampuan awal siswa. Uji

hipotesis dengan uji t dengan Ú=5% menyatakan tobs sebesar 0,953 sedangkan t

0,05;57 =1,67203. Karena t obs < t tabel sehingga Ho diterima. Dengan demikian

hasil belajar siswa yang dikenai dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Student Teams Achievement Divisions (STAD) tidak lebih baik daripada hasil

belajar siswa yang dikenai dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT) pada materi persamaan linier satu variabel

terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMP Se-Kecamatan Tempuran.

2.3 Kerangka Berfikir

Pembelajaran merupakan suatu sistem yang berkesinambungan antara

pengajara dan peserta didik. Fasilitas pembelajaran berupa media pembelajaran

maupun alat peraga merupakan sarana pendukung tercapainya tujuan

pembelajaran. Keberhasilan peserta didik salah satunya ditentukan oleh gaya

mengajar guru dan metode mengajar yang digunakan oleh guru, sehingga

pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, menarik dan membangkitkan

semangat belajar siswa. Dalam melakukan kegiatan pembelajaran perlu memilih

model pembelajaran dan pendekatan pembelajaran untuk kelangsungan kegiatan

pembelajaran agar dapat mencapai kompetensi yang diharapkan.

Salah satunya penerapan model pembelajaran NHT (Numbered Heads

Together) dan Student Teams Achievement Division (STAD diharapkan

menjadikan siswa lebih mudah memperoleh informasi dan memahaminya,

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA SD . Manusia dalam kehidupannya senantiasa berkeinginan

28

karena siswa aktif menemukan pengetahuannya melalui kerja sama dengan

temanya yang lain ataupun belajar bersama. Selain itu siswa juga dapat berbagi

informasi dengan teman yang lain maupun satu kelompok maupun kelompok

lain melalui laporan diskusi atau presentasi masing-masing kelompok.

Model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) yang terdiri dari

beberapa kelompok kecil untuk mendiskusi suatu pertanyaan yang akan

dipecahkan bersama kelompok dan masing-masing siswa diberi mahkota

bernomor. Setelah itu siswa ditunjuk untuk maju mempresentasikan hasil diskusi

kelompok. Dan model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division)

model pembelajaran yang menggunakan kelompok-kelompok kecil untuk

mendiskusikan pertanyaan dari guru, kemudian siswa diberikan kuis oleh guru.

Dan kelompok yang mendapat point paling besar kelompok itu yang menang.

Dari beberapa model diatas memiliki sintak atau langkah pembelajaran

yang pada akhirnya diharapkan dapat memberikan perbedaan terhadap hasil

belajar siswa. Dengan diterapkanya model NHT (Numbered Heads Together) dan

Student Teams Achievement Division (STAD yang didukung media secara tepat

maka kemampuan siswa dapat meningkat. Kerangka dari paparan di atas dapat

dilihat pada gambar.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA SD . Manusia dalam kehidupannya senantiasa berkeinginan

29

Gambar 2.1 Skema kerangka berfikir hubungan antara model pembelajaran

NHT dan STAD.

Pembelajaran

Model NHT (Numbered

Heads Togheter)

Model STAD (Student Teams

Achievement Division)

Guru membagi kelas menjadi

kelompok kecil.

Guru memberikan tugas pada

kelompok dan diskusikan

jawabannya.

Guru memanggil salah satu

nomor siswa dan nomor yang

dipanggil menjelaskan hasil

kerja sama kelompok.

Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran dan memotivasi

siswa untuk belajar.

Guru menyampaikan materi

pembelajaran kepada siswa.

Guru membentuk beberapa

kelompok dan memberiakn tugas

sesuai materi.

Guru memberikan kuis individu

dan memberikan penghargaan

kepada kelompok berdasarkan

nilai perorelan.

Tes

Hasil Belajar

Teman yang lain menanggapi

kemudian guru menunjuk nomor

lain. Dan memberi kesimpulan.

Tes

Hasil Belajar

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ......BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA SD . Manusia dalam kehidupannya senantiasa berkeinginan

30

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka dirumuskan suatu

hipotesis sebagai berikut.

Ho : Tidak ada perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan dalam

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered

Heads Together) dan STAD (Student Teams Achievement Division)

pada siswa kelas IV SD Negeri Tuntang 02 dan 04.

Ha : Ada perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan dalam

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads

Together) dan STAD (Student Teams Achievement Division) pada

siswa kelas IV SD Negeri Tuntang 02 dan 04.