bab ii kajian pustaka 2.1 hakikat berbalas...

23
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas Pantun 2.1.1 Pengertian Pantun Pantun adalah puisi asli Indonesia. Hampir di semua daerah di Indonesia terdapat tradisi berpantun. Pantun tepat untuk suasana tertentu, seperti halnya juga karya seni lainnya hanya tepat untuk suasana tertentu pula. Dalam upacara perkawinan banyak digunakan pantun untuk sambutan dan penggunaan pantun disini menimbulkan suasana akrab. Gadis dan jejaka yang berkenalan, bercintaan, atau menyatakan kasihnya juga dapat menggunakan pantun karena ungkapan secara langsung dianggap kurang tepat. Ungkapan langsung dalam pantun diberi antara oleh sampiran sehingga penerima ungkapan itu tidak merasa terkejut. Tanggapan orang yang diajak bicara pun jika bersifat kasar juga tidak begitu menyakitkan hati karena tanggapan itu diperantarai oleh sampiran. Pantun juga menunjukkan ikatan yang kuat dalam hal struktur kebahasaan atau tipografik atau struktur fisiknya. Struktur tematik atau struktur makna dikemukakan menurut aturan jenis pantun. Ikatan yang memberikan nilai keindahan dalam struktur kebahasaan itu, berupa :(1) jumlah suku kata setiap baris; (2) jumlah baris setiap bait; (3) jumlah bait setiap puisi dan (4) aturan dalam hal rima dan ritma. (Herman J. Walujo, 2006:8). Menurut Van Ophuysen pantun tercipta atau lahir karena keinginan untuk mengiaskan sesuatu dengan menggunaakan benda-benda alam.Hal ini sama

Upload: lydieu

Post on 05-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas …eprints.ung.ac.id/2412/6/2013-1-86206-151411293-bab2...BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas Pantun 2.1.1 Pengertian Pantun Pantun

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hakikat Berbalas Pantun

2.1.1 Pengertian Pantun

Pantun adalah puisi asli Indonesia. Hampir di semua daerah di Indonesia

terdapat tradisi berpantun. Pantun tepat untuk suasana tertentu, seperti halnya juga

karya seni lainnya hanya tepat untuk suasana tertentu pula. Dalam upacara

perkawinan banyak digunakan pantun untuk sambutan dan penggunaan pantun

disini menimbulkan suasana akrab. Gadis dan jejaka yang berkenalan, bercintaan,

atau menyatakan kasihnya juga dapat menggunakan pantun karena ungkapan

secara langsung dianggap kurang tepat.

Ungkapan langsung dalam pantun diberi antara oleh sampiran sehingga

penerima ungkapan itu tidak merasa terkejut. Tanggapan orang yang diajak bicara

pun jika bersifat kasar juga tidak begitu menyakitkan hati karena tanggapan itu

diperantarai oleh sampiran.

Pantun juga menunjukkan ikatan yang kuat dalam hal struktur kebahasaan

atau tipografik atau struktur fisiknya. Struktur tematik atau struktur makna

dikemukakan menurut aturan jenis pantun. Ikatan yang memberikan nilai

keindahan dalam struktur kebahasaan itu, berupa :(1) jumlah suku kata setiap

baris; (2) jumlah baris setiap bait; (3) jumlah bait setiap puisi dan (4) aturan dalam

hal rima dan ritma. (Herman J. Walujo, 2006:8).

Menurut Van Ophuysen pantun tercipta atau lahir karena keinginan

untuk mengiaskan sesuatu dengan menggunaakan benda-benda alam.Hal ini sama

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas …eprints.ung.ac.id/2412/6/2013-1-86206-151411293-bab2...BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas Pantun 2.1.1 Pengertian Pantun Pantun

dengan ende-ende dalam bahasa batak yang merupakan suatu bentuk

penggunaanbenda-benda alam sebagian lambang untuk menyampaikan suatu

maksud tertentu. Kata pantun itu sendiri dijelaskan R.O.Winsted (dalam

cenderawasih 11.blogspot.com, diakses tanggal 19 April 2013) sebagai kata

pantun boleh jadi diambil dari bentuk karma bahasa jawa : pari yang sama dengan

katapari dalam bahasa sanskrerta:pribahasanya yang artinya susunan atau aturan.

Branstetter mencoba menguraikan kata pantun dari akar kata tun yang

kemudian menjadi tuntun yang artinya menyusun atau teratur. Dalam bahasa

tagalok menjadi kata tuntun yang artinya berbicara menurut aturan tertentu.

Diantara pantun lado pantunlah yang merupakan milik Indonesia sejati,pantun

digunakan dalam berbagai situasi kehidupan dalam gembira orang berpantun

dalam kesedihan orang berpantun karena itu pula kita mengenal berbagai macam

pantun (dalam cenderawasih 11.blogspot.com, diakses tanggal 19 April 2013).

Dalam pengertian umum, pantun merupakan salah satu bentuk sastra

rakyat yang menyuarakan nilai-nilai dan kritik budaya masyarakat. Pantun adalah

puisi asli Indonesia (Waluyo, 2006:9). Pantun juga terdapat dalam beberapa sastra

daerah di Indonesia seperti “parika” dalam sastra jawa atau “paparikan” dalam

sastra sunda.

Menurut Surana (2010:31), pantun ialah bentuk puisi lama yang terdiri

atas 4 larik sebait berima silang (a b a b). Larik I dan II disebut sampiran, yaitu

bagian objektif. Biasanya berupa lukisan alam atau apa saja yang dapat diambil

sebagai kiasan. Larik III dan IV dinamakan isi, bagian subjektif. Sama halnya

dengan karmina, setiap larik terdiri atas 4 perkataan. Jumlah suku kata setiap larik

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas …eprints.ung.ac.id/2412/6/2013-1-86206-151411293-bab2...BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas Pantun 2.1.1 Pengertian Pantun Pantun

antara 8-12. Namun, dalam buku Bahan Ajar Sastra Rakyat (2005:70) mengatakan

bahwa: Pantun adalah puisi melayu tradisional yang paling popular dan sering

dibincangkan. Pantun adalah ciptaan asli orang Melayu; bukan saduran atau

penyesuaian dari puisi-puisi jawa, India, cina dan sebagainya. kata pantun

mengandung arti sebagai, seperti, ibarat, umpama, atau laksana (eci-

muachpinky.blogspot.com, diakses tanggal 19 April 2013).

Sedangkan dalam Kamus Istilah Sastra (2006:173) menjelaskan bahwa:

Pantun adalah Puisi Indonesia (Melayu), tiap bait (kuplet) biasa terdiri atas empat

baris yang bersajak (a-b-a-b) tiap larik biasanya berjumlah empat kata; baris

pertama dan baris kedua biasanya tumpuan (sampiran) saja dan baris ketiga dan

keempat merupakan isi; setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata; merupakan

peribahasa sindiran; jawab pada tuduhan dan sebagainya.

Lazimnya pantun sebait terdiri atas empat larik dengan berirama a-b-a-b.

Setiap larik biasanya terdiri dari emapat kata atau delapan sampai dengan 12 suku

kata dan dengan bahwa dua larik pertemuan selalu merupakan kiasan atau

sampiran. Sementara isi atau maksud sesunggunya terdapat dalam larik ketiga dan

keempat.

Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian, yaitu sampiran dan

isi.Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam

(mencirikanbudaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya

hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk

mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan

tujuan dari pantun tersebut. Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas …eprints.ung.ac.id/2412/6/2013-1-86206-151411293-bab2...BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas Pantun 2.1.1 Pengertian Pantun Pantun

sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir. Pantun melatih

seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar. Pantun juga melatih orang

berfikir asosiatif, bahwa suatu kata bisa memiliki kaitan dengan kata yang lain.

Secara sosial, pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat, bahkan hingga

sekarang. Di kalangan pemuda sekarang, kemampuan berpantun biasanya

dihargai. Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermain-

main dengan kata. Seringkali bercampur dengan bahasa-bahasa lain. Namun

demikian, secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat

penyampaian pesan.

2.1.2 Unsur-unsur Dan Syarat Pantun

Unsur-unsur yang membangun sebuah pantun adalah sampiran dan isi.

Sampiran merupakan dua baris pantun yang memiliki saran bunyi untuk menuju

isi. Hubungan antara sampiran dengan ini hanyalah hubungan dalam hal saran dan

bunyi itu. Dua baris pantun yang menjadi sampiran saling berhubungan.

Menurut Effendy (2008:28), syarat-syarat dalam pantun adalah: (a) Tiap

bait terdiri dari empat baris; (b) Tiap baris terdiri dari empat atau lima kata atau

terdiri dari delapan atau sepuluh suku kata; (c) Sajaknya bersilih dua-dua: a-b-a-b.

dapat juga bersajak a-a-a-a; (d) Sajaknya dapat berupa sajak paruh atau sajak

penuh; (e) Dua baris pertama tanpa isi disebut sampiran, dua baris terakhir

merupakan isi dari pantun itu.

Hubungan antara sampiran dengan isi dalam sebuah pantun banyak

diselidiki oleh para ahli. Penulis melihat bahwa antara sampiran dengan isi tidak

terdapat hubungan makna atau isi, hanya terdapat saran bunyi. (Herman. J

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas …eprints.ung.ac.id/2412/6/2013-1-86206-151411293-bab2...BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas Pantun 2.1.1 Pengertian Pantun Pantun

Waluyo:2006:8) Sebait pantun terikat oleh beberapa syarat yaitu, bilangan baris

tiap bait adalah empat bersajak ab ab, banyak suku kata tiap baris 8-12 suku kata,

pantun umumnya mempunyai sajak akhir. tetapi juga bersajak awal atau bersajak

tengah, dan dua baris pertama berupa sampiran dua baris terakhir berupa isi.

2.1.3 Ciri-ciri Pantun

Abdul Rani (2006:23) mengatakan bahwa ciri-ciri pantun sebagai berikut:

(1) Terdiri atas empat baris; (2) Tiap baris terdiri atas 9 sampai 10 suku kata; (3)

Dua baris pertama disebut sampiran dan dua baris berikutnya berisi maksud si

pemantun. Bagian ini disebut isi pantun; (4) Pantun mementingkan rima akhir dan

rumus rima itu disebut dengan abjad /ab-ab/. Maksudnya, bunyi akhir baris

pertama sama dengan bunyi akhir baris ketiga dan baris kedua sama dengan baris

keempat.

Lain halnya menurut Harun Mat Piah (2009: 123-124) membagi ciri-ciri

pantun menjadi dua aspek, yaitu aspek luaran dan dalaman. Aspek luaran adalah

dari segi struktur dan ciri-ciri visual yaitu: (1) Terdiri dari rangkap-rangkap yang

berasingan. Setiap rangkap terjadi dari baris-baris yang sejajar dan berpasangan

seperti 2,4,6,8 dan seterusnya. Rangkap yang paling umum adalah empat baris; (2)

Setiap baris mengandung empat kata dasar, dengan jumlah suku kata antara 8

hingga 10; (3) Adanya klimaks yaitu perpanjangan atau kelebihan jumlah unit

suku kata atau perkataan pada kuplet maksud; (4) Setiap stanza terbagi kepada

dua unit yaitu pembayang dan maksud; (5) Mempunyai skema rima ujung yang

tetap: a-b – a-b, dengan sedikit variasi a-a-a-a; (6) Setiap stanza pantun adalah

satu keseluruhan mengandung sifat fikiran yang bulat dan lengkap.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas …eprints.ung.ac.id/2412/6/2013-1-86206-151411293-bab2...BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas Pantun 2.1.1 Pengertian Pantun Pantun

Sedangkan menurut Sukmadinata (2009: 43), ciri-ciri pantun sebagai

berikut: (1) Pantun tersusun atas empat baris dalam tiap baitnya; (2) Baris pertama

dan baris kedua berupa sampiran; (3) Baris ketiga dan keempat merupakan isi/

maksud yang hendak disampaikan; (4) Jumlah suku kata dalam tiap baitnya rata-

rata berkisar delapan sampai dua belas.

2.2 Hakikat Berbalas Pantun

2.2.1 Konsep Mengajar Berbalas Pantun

Menurut Oktaviani (2008:7) menyatakan lima pengertian berbalas pantun

di antaranya (a) Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai positif bagi anak;

(2) Bermain tidak memiliki tujuan ekstrinsik namun motivasinya lebih bersifat

intrinsik; (3) Bersifat spontan dan sukarela tidak ada unsur keterpaksaan dan

bebas dipilih oleh anak; (4) Melibatkan peran aktif keikutsertaan anak; (5)

Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang bukan bermain,

seperti misalnya: kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangan

sosial, dan sebagainya.

Nenden Eka, (2008:2) menyatakan berbalas pantun diyakini sebagai sarana

perkembangan potensi juga dapat dijadikan sebagai media terapi. Terapi berbalas

pantun khususnya merupakan pendekatan yang sesuai untuk melakukan konseling

dengan anak karena bermain adalah hal yang alami bagi anak. Melalui manipulasi

mainan, anak dapat menunjukkan bagaimana perasaan mengenai dirinya, orang-

orang yang penting serta peristiwa dalam hidupnya secara lebih memadai daripada

melalui kata-kata.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas …eprints.ung.ac.id/2412/6/2013-1-86206-151411293-bab2...BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas Pantun 2.1.1 Pengertian Pantun Pantun

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan mengajar

berbalas pantun ialah merupakan suatu pembelajaran yang dilakukan secara sadar

tentang peran di dalam kelas, suatu masalah diperagakan secara singkat sehingga

siswa dapat mengenali karakter tokoh seperti apa yang siswa peragakan tersebut

atau yang menjadi lawan mainnya memiliki atau kebagian peran seperti apa.

Dengan demikian berbalas pantun memungkinkan anak mengatasi permasalahan

dan merupakan suatu medium bagi guru untuk menganalisis permasalahan-

permasalahan yang dihadapi anak dan cara-cara mereka mengatasinya.

Berbalas Pantun adalah pemecahan masalah yang terjadi dalam konteks

hubungan sosial dengan cara mendramakan masalah-masalah tersebut melalui

sebuah peran. Dalam kegiatan bermain peran, siswa mengamati dan menganalisis

interaksi antara pemeran sedangkan guru bimbingan merencanakan, menstruktur,

memfasilitasi dan memonitor jalannya bermain peran tersebut kemudian

membimbing untuk menindaklanjuti pembahasan tersebut. Berbalas Pantun

menuntut kualitas tertentu pada siswa, yaitu siswa diharapkan mampu menghayati

tokoh-tokoh (peran) atau posisi yang dikehendaki. “Keberhasilan siswa dalam

mengahayati peran itu akan menentukan apakah proses pemahaman, penghargaan,

dan identifikasi diri terhadap nilai berkembang (Hasan, 2006: 266).

Berbalas Pantun merupakan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya

mengharuskan siswa untuk aktif dan kreatif. Dengan berbalas pantun siswa secara

langsung memerankan tokoh hidup maupun benda mati namun tetap di bawah

pengawasan guru sehingga dalam hal pembelajaran berpusat pada siswa.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas …eprints.ung.ac.id/2412/6/2013-1-86206-151411293-bab2...BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas Pantun 2.1.1 Pengertian Pantun Pantun

Hal ini selaras dengan pengertian yang dikemukakan Mansyur (dalam

Sagala, 2011:213) bahwa berbalas pantun adalah teknik mengajar yang dalam

pelaksanaannya peserta didik mendapat tugas dari guru untuk mendramatiskan

suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem, agar peserta didik dapat

memecahkan suatu masalah yang muncul dari situasi sosial.

Berpartisipasi secara langsung melalui kegiatan berbalas pantun, siswa

akan lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari. Dalam suatu pembelajaran

dimana siswa berperan aktif, yakni pembelajaran yang berpusat pada siswa akan

memancing kretaivitas siswa dengan adanya aktivitas yang dilakukan melalui

kegiatan berbalas pantun. Tanpa adanya aktivitas, maka proses pembelajaran tidak

meungkin terjadi. Muslich (2011:247).

Berbalas pantun dapat memberikan kesenangan bagi siswa karena pada

dasarnya model pembelajaran ini adalah permainan. Dengan bermain, siswa akan

merasa senang karena bermain adalah dunia siswa (anak). Seperti yang

diungkapkan oleh Muslich (2011:246) bahwa berbalas pantun adalah sejenis

permainan gerak yang di dalamnya ada tujuan, aturan, dan sekaligus melibatkan

unsur senang.

Menurut Wahab, A.A (2009:109) mengemukakan bahwa “berbalas pantun

adalah berakting sesuai dengan peran yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk

tujuan-tujuan tertentu seperti menghidupkan kembali suasana historis misalnya

mengungkapkan kembali perjuangan para pahlawan kemerdekaan, atau

mengungkapkan kemungkinan keadaan yang akan datang. Pendapat di atas

didukung oleh Sanjaya (2009:70) berbalas pantun adalah pembelajaran sebagai

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas …eprints.ung.ac.id/2412/6/2013-1-86206-151411293-bab2...BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas Pantun 2.1.1 Pengertian Pantun Pantun

bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi persitiwa sejarah,

mengkreasi peristiwa- peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang muncul pada

masa mendatang.

Sedangkan menurut Suyatno (2009:70) berbalas pantun adalah suatu cara

penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan

penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa

dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

berbalas pantun adalah pembelajaran melalui pengembangan imajinasi dan

penghayatan serta penkreasian peristiwa-peristiwa yang diimajinasikan dengan

cara memerankan tokoh hidup atau mati.

Pada masa sekarang ini berbalas pantun selalu dihubungkan dengan

masalah pendidikan yang bertujuan merubah tingkah laku siswa, serta dapat

memotivasi siswa supaya dapat berbuat sesuai dengan tujuan pendidikan. Seorang

guru menurut profesinya merubah tingkah laku siswanya harus mengetahui

beberapa tuntutan, sebagaimana dikemukakan oleh Winarno Surachmat (2012)

yaitu : (a) Setiap guru harus menetapkan tujuan pengajaran yang akan dicapainya;

(b) Setiap guru memilih dan melaksanakan pembelajaran dengan

memperhitungkan kewajaran keberhasilan siswa; (c) Setiap guru memiliki

keterampilan menghasilkan dan menggunakan alat - alat bantu pengajaran untuk

memungkinkan tercapainya tujuan dengan sebaik-baiknya; (d) Setiap guru

memiliki pengetahuan dan kemampuan praktis untuk menilai setiap hasil

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas …eprints.ung.ac.id/2412/6/2013-1-86206-151411293-bab2...BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas Pantun 2.1.1 Pengertian Pantun Pantun

pengajaran baik dari sudut siswa maupun dari kemampuan guru itu sendiri

(http://www. Bpk penabur.or.id / kps-jkt/berita/200006/, diakses 29 Maret 2013).

Jusuf Djajadisastra (2006:13) mendefinisikan berbalas pantun adalah “

suatu pembelajaran dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

melakukan kegiatan memerankan peranan tertentu seperti yang terdapat dalam

kehidupan masyarakatnya atau kejadian-kejadian sosial lainnya”. Adapun

menurut oleh Roestiyah (2008:90): berbalas pantun adalah mendramatisasikan

tingkah laku, atau ungkapan gerak-gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial

antar manusia.

Berbalas pantun dalam aplikasinya melibatkan beberapa siswa untuk dapat

memainkan perananya terhadap suatu tokoh, dan di dalam memainkan peranan

siswa tidak perlu menghapal naskah, mempersiapkan diri, dan sebagainya. Pemain

hanya berpegangan pada judul dan garis besar skenarionya, dan apa yang

dikatakannya. Semua diserahkan kepada penghayatan siswa pada saat itu.

Sehingga mereka dibawa ke dalam peristiwa seperti yang pernah terjadi, dan

mereka belajar untuk memahami dan menghayati setiap kisah agar dapat

mengaplikasikan kemudian. Pemahaman ini muncul apabila seseorang setelah

beberapa kali memahami suatu masalah, untuk kemudian muncul adanya suatu

kejelasan dimana terlihat adanya hubungan antara unsur-unsur yang satu dengan

yang lainnya, dipahami sangkut pautnya, serta dimengerti maknanya. Dengan

demikian manusia akan belajar memahami dunia sekitarnya dengan jalan

mengatur dan menyusun kembali pengetahuan-pengetahuannya menjadi suatu

struktur yang berarti dan dapat dipahami.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas …eprints.ung.ac.id/2412/6/2013-1-86206-151411293-bab2...BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas Pantun 2.1.1 Pengertian Pantun Pantun

Berdasarkan pada teori psikologi Gestalt di atas, maka pelaksanaan

berbalas pantun dapat membuat siswa lebih dalam mengerti tentang suatu

permasalahan sosial. Hal tersebut dikarenakan pemahaman yang dilakukan

berulangkali sebelum diaplikasikan dalam dramatisasi maupun dalam kehidupan

sehari-hari. Penerapan berbalas pantun di sini menggambarkan suatu bentuk

peristiwa aktif yang diperankan menggunakan garis besar skenario sehingga akan

timbul penghayatan dan pemahaman siswa tentang peristiwa tersebut.

Keberhasilan dalam pelaksanaan berbalas pantun dapat dicapai dengan

mengajukan judul yang baik untuk diperankan oleh siswa. Hal ini agar siswa yang

terlibat dalam peran bisa menghayati perannya dengan baik, sebelumnya guru

mengemukakan garis besar dari skenario tersebut. Kemudian memilih kelompok

siswa yang akan memerankan peran, serta mengatur situasi tempat bersama-sama

dengan siswa yang terlibat peran tersebut.

Siswa yang tidak ikut memerankan diminta supaya mendengarkan dan

mengikuti dengan teliti semua pembicaraan, tindakan-tindakan serta keputusan-

keputusan yang dilakukan para pemain. Setelah pementasan selesai, guru

mengatur diskusi untuk mengaplikasikan apa yang dilakukan oleh siswa tadi.

Agar siswa memperoleh manfaat yang besar dari berbalas pantun ini, haruslah

diupayakan agar mereka berperan secara wajar, dalam arti tidak dibuat-buat. Oleh

karena itu, jalan cerita dalam isi pantun tidak tertentu menjadi ikatan yang ketat

bagi siswa ketika harus memerankan perannya. Siswa diberi kesempatan untuk

mengepresikan penghayatan mereka pada saat berbalas pantun dan melaksanakan

diskusi.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas …eprints.ung.ac.id/2412/6/2013-1-86206-151411293-bab2...BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas Pantun 2.1.1 Pengertian Pantun Pantun

Tujuan berbalas pantun adalah untuk melatih anak mendengarkan dan

dapat menangkap peristiwa secara teliti Engkoswara (2010:20) mengungkapkan

tujuan berbalas pantun adalah sebagai berikut: (1) Untuk melatih siswa

mendengarkan dan menangkap cerita singkat dengan teliti; (2) Untuk memupuk

dan melatih keberanian. Pada mulanya semua anak berani tampil kemuka kelas

untuk melakukan dramatisasi masalah sedikit sekali yang mau dengan

sukarela/tanpa ditunjuk tapi lambat laun anakanak berani sendiri; (3) Untuk

memupuknya daya cipta dengan melihat cerita tadi anak-anak menyatakan

pendapat masing-masing hal ini sangat baik untuk menggali kreativitas berpikir

anak/siswa; (4) Untuk belajar menghargai dan menilai orang lain menyatakan

pendapat; (5) Untuk mendalami masalah sosial.

Adapun prinsip-prinsip penggunaan berbalas pantun adalah kelas harus

memperhatikan terhadap masalah yang dikemukakan. Secara terperinci Ras Budi

Eko Santoso (dalam (http://ras-eko.blogspot.com, diakses tanggal 1 April 2013)

mengemukakan prinsip penggunaan berbalas pantun yaitu: (a) Harus diingat siswa

belajar dari permainan dan tidak dari kata-kata yang dijelaskan oleh guru; (b)

Agar perhatian siswa tetap terjaga persoalan yang dikemukakan hendaknya

disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak-anak, baik minat maupun

kemampuan siswa;(c) berbalas pantun hendaknya dipandang sebagai alat

pelajaran dan bukan sebagai alat hiburan; (d) berbalas pantun dilakukan oleh

sekelompok siswa; (e) Siswa harus terlibat langsung sesuai peranan masing-

masing; (f) Penetuan topik yang dibicarakan bersama antar siswa dan disesuaikan

dengan tingkat kemampuan siswa dan situasi tepat; (g) Petunjuk berbalas pantun

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas …eprints.ung.ac.id/2412/6/2013-1-86206-151411293-bab2...BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas Pantun 2.1.1 Pengertian Pantun Pantun

dapat terlebih dahulu disipakan secara terperinci; (h) Dalam berbalas pantun

hendaknya dapat dicapai tujuan-tujuan yang menyangkut domein kognitif

(penambahan pengetahuan tentang berbagai konsep dan pengertian); (i) berbalas

pantun dimaksud untuk melatih keterampilan agar dapat menghadapi kenyataan

dengan baik; (j) berbalas pantun harus dapat digambarkan yang lengkap dan

proses yang berturut-turut yang diperkirakan terjadi dalam situasi yang

sesungguhnya; (k) Dalam berbalas pantun hendaknya dapat diusahakan

terintegrasi beberapa ilmu, serta terjadinya berbagai proses seperti sebab akibat,

pemecahan masalah dan sebagainya.

2.2.2 Langkah-Langkah berbalas pantun

Sanjaya (2009:159) menjabarkan langkah-langkah pembelajaran dengan

berbalas pantun sebagai berikut :

a. Persiapan terdiri atas kegiatan yaitu : (i) Menetapkan topik atau masalah serta

tujuan yang hendak dicapai; (ii) Guru memberikan gambar gambaran masalah

dalam situasi yang akan dismulasikan; (iii) Guru menetapkan pemain yang

akan terlibat dalam simulasi, peranan yang harus dimainkan pemeran, serta

waktu yang disediakan; (iv) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi.

b. Pelaksanaan terdiri atas (i) Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran;

(ii) Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian; (iii) Guru

hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan;

(iv) Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas …eprints.ung.ac.id/2412/6/2013-1-86206-151411293-bab2...BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas Pantun 2.1.1 Pengertian Pantun Pantun

untuk mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang

disimulasikan.

c. Penutup terdiri atas (i) Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi

maupun materi yang disimulasikan. Guru harus mendorong agar siswa dapat

memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi; (ii)

Merumuskan kesimpulan.

Sudjana (2005:85) mengemukakanlam kegiatan 8 langkah dalam kegiatan

berbalas pantun sebagai berikut : (a) Menetapkan masalah-masalah sosial yang

menarik; (b) Menceritakan kepada kelas mengenai isi dari masalah-masalah dalam

konteks dari cerita tersebut; (c) Menetapkan peserta didik yang bersedia untuk

memainkan peran berlangsung; (d) Menjelaskan tugas peranan kepada mereka

waktu berbalas pantun berlangsung; (e) Memberi kesempatan kepada mereka

untuk berunding sebelum memainkan peranan; (f) Akhiri berbalas pantun apabila

situasi pembicaraan mencapai ketegangan dengan diskusi kelas untuk bersama-

sama memecahkan masalah persoalan yang ada pada kegiatan tersebut; (h)

Menilai berbalas pantun tersebut sebagai bahan pertimbangan lebih lanjut.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan langkah-langkah

pembelajaran berbalas pantun, sebagai berikut : (1) Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran; (2) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok beranggotakan 3-4

siswa; (3) Guru menyiapkan skenario/naskah dengan tema cerita yang menarik;

(4) Ketua kelompok membagi peran masing-masing sesuai yang terdapat dalam

scenario. Guru pun dapat memegang salah satu peran apabila dirasakan memang

perlu; (5) Tiap-tiap pemain menghapalkan dialog dalam skenario; (6) Guru

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas …eprints.ung.ac.id/2412/6/2013-1-86206-151411293-bab2...BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas Pantun 2.1.1 Pengertian Pantun Pantun

menunjuk salah satu kelompok yang sudah benar-benar siap untuk menampilkan

naskah pementasan; (7) Demikian seterusnya sampai seluruh kelompok tampil;

(8) Evaluasi, meliputi lafal,intonasi,ekspresi, penghayatan dan penampilan; (9)

Kesimpulan.

Beberapa pendapat di atas jelaslah menunjukkan bahwa penggunaan

berbalas pantun pada dasarnya peserta didik akan mempunyai keterampilan

tertentu yang berguna untuk kehidupan sehari-hari juga mengarah kepada

kemajuan peningkatan kualitas proses pengajaran pada kualitas hasil belajar

beserta aktivitas peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

2.3 Hakekat Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Sekolah dasar

2.3.1 Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang membelajarkan siswa

untuk berkomunikasi dengan baik dan benar. Komunikasi ini dapat dilakukan baik

secara lisan maupun tulisan. Dengan kesimpulan tersebut, maka standar

kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan

minimal siswa yang menggambarkan penugasan, pengetahuan, ketrampilan

berbahasa, sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi

ini merupakan dasar bagi siswa untuk memahami dan merespon situasi lokal,

regional, nasional, dan global.

Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia dirumuskan karena,

diharapkan mampu menjadikan: (1) siswa dapat mengembangkan potensinya

sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan

penghargaan terhadap hasil karya kesusastraan dan hasil intelektual bangsa

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas …eprints.ung.ac.id/2412/6/2013-1-86206-151411293-bab2...BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas Pantun 2.1.1 Pengertian Pantun Pantun

sendiri, (2) guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi

bahasa siswa dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa, (3) guru lebih

mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan sesuai dengan

kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan siswanya, (4) orang tua dan

masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan di

sekolah, (5) sekolah dapat menyusun program pendidikan kebahasaan sesuai

dengan keadaan siswa dengan sumber belajar yang tersedia, dan (6) daerah dapat

menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dengan kondisi kekhasan

daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional (BSNP:2006).

Bahasa Indonesia juga merupakan salah satu mata pelajaran yang harus

diajarkan di sekolah dasar. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang

dihasilkan dari alat ucap (artikulasi) yang bersifat sewenang-wenang dan

konvensional (melalui kesepakatan) yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk

melahirkan perasaan dan pikiran. Selain itu, bahasa juga merupakan percakapan

atau alat komunikasi dengan sesama manusia. Sedangkan bahasa Indonesia

merupakan alat komunikasi yang menjadi salah satu ciri khas bangsa Indonesia

dan digunakan sebagai bahasa nasional. Hal ini yang merupakan salah satu sebab

mengapa bahasa Indonesia harus diajarkan pada semua jenjang pendidikan,

terutama di SD karena merupakan dasar dari semua pembelajaran.

Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa lambang

bunyi ujaran yang di hasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa yang digunakan

sebagai alat komunikasi antaranggota masyarakat terbagi atas dua unsur utama

yakni bentuk (arus ujaran) dan makna (isi).

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas …eprints.ung.ac.id/2412/6/2013-1-86206-151411293-bab2...BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas Pantun 2.1.1 Pengertian Pantun Pantun

Fungsi bahasa, yaitu sebagai (1) fungsi informasi, (2) fungsi ekspresi diri,

(3) fungsi adaptasi, (4) fungsi kontrol sosial. Sedangkan fungsi khusus bahasa

indonesia yaitu, sebagai alat menjalankan administrasi negara, alat pemersatu dan

wadah penampung kebudayaan.

Menurut Depdikbud (2006:11) “pada hakikatnya fungsi belajar Bahasa

Indonesia bagi para siswa merupakan salah satu alat melancarkan komunikasi”.

Jadi melalui bahasa siswa dapat saling berhubungan (berkomunikasi) saling

berbagi penegalaman, saling belajar dari yang lain, dan meningkatkan

kemampuan intelektual. Mata pelajaran bahasa adalah program untuk

mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap

bahsa Indonesia.

Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah dasar berdasarkan kurikulum

2006 (Depdiknas, 2006:9) yaitu “bahasa merupakan sarana untuk saling

berkomunikasi, saling berbagai pengalaman, saling belajar dari yang lain, serta

untuk meningkatkan kemampuan intelektual dan kesusasteraan merupakan satana

untuk menuju pemahaman tersebut.” Jadi, melalui bahasa serbagai sarana untuk

saling berkomunikasi siswa dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya

masing-masing.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa pengertian

pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah dasar, baik berdasarkan kurikulum

2004, maupun kurikulum 2006 menunjukkan bahasa sangat penting sebagai alat

untuk berkomunikasi dan pengembangan potensi dasar yang dimiliki masing-

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas …eprints.ung.ac.id/2412/6/2013-1-86206-151411293-bab2...BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas Pantun 2.1.1 Pengertian Pantun Pantun

masing siswa, serta sesuai dengan arah tujuan yang dicantumkan dal;am program

pembelajaran.

2.3.2 Tujuan Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang menjadi identitas

bangsa Indonesia. Untuk menjaga kelestarian dan kemurnian bahasa Indonesia

maka diperlukan berbagai upaya. Contoh upaya untuk menjaga kemurnian bahasa

Indonesia adalah dengan menuliskan kaidah-kaidah ejaan dan tulisan bahasa Indo-

nesia dalam sebuah buku yang disebut dengan Ejaan Yang Disempurnakan

(EYD). EYD dapat digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan berkomunikasi

menggunakan bahasa Indonesia dengan benar, baik komunikasi secara langsung

maupun tidak langsung. Sedangkan upaya lain yang dapat digunakan untuk

melestarikan bahasa Indonesia adalah dengan menanamkan bahasa Indonesia

sejak dini.

Penanaman bahasa Indonesia sejak dini adalah memberikan pelatihan dan

pendidikan tentang bahasa Indonesia sejak anak masih kecil. Pelaksanaan pendi-

dikan bahasa Indonesia pada anak dapat dilakukan melalui pendidikan informal,

pendidikan formal, maupun pendidikan nonformal. Pendidikan informal dilaku-

kan oleh keluarga di rumah. Pendidikan ini dilakukan saat anak berada di rumah

bersama dengan keluarganya. Sedangkan pendidikan formal dilaksanakan di

dalam lembaga pendidikan resmi mulai dari SD sampai dengan perguruan tinggi.

Dalam pendidikan formal ini gurulah yang berperan penting dalam menanamkan

pengetahuan akan bahasa Indonesia. Sedangkan pendidikan nonformal

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas …eprints.ung.ac.id/2412/6/2013-1-86206-151411293-bab2...BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas Pantun 2.1.1 Pengertian Pantun Pantun

dilaksanakan di luar rumah dan sekolah, dapat melalui kursus, pelatihan-pelatihan,

pondok pesantren dan lain sebagainya.

Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi penting yang diajarkan di

SD, karena bahasa Indonesia mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat

penting bagi kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia

sebagaimana dinyatakan oleh Akhadiah dkk. (2009:1) adalah agar siswa

”memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta dapat

menghayati bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan situasi dan tujuan

berbahasa serta tingkat pengalaman siswa sekolah dasar”. Dari penjelasan

Akhadiah tersebut maka tujuan pembelajaran bahasa Indonesia dapat dirumuskan

menjadi empat bagian yaitu (1) Lulusan SD diharapkan mampu menggunakan

bahasa Indonesia secara baik dan benar; (2) Lulusan SD diharapkan dapat

menghayati bahasa dan sastra Indonesia; (3) Penggunaan bahasa harus sesuai

dengan situasi dan tujuan berbahasa; (4) Pengajaran disesuaikan dengan tingkat

pengalaman siswa SD. Butir (1) dan (2) menunjukkan tujuan pembelajaran bahasa

Indonesia SD yang mencakup tujuan pada ranah kognitif dan afektif. Butir

(3) menyiratkan pen-dekatan komunikatif yang digunakan. Sedangkan butir

(4) menyiratkan sampai di mana tingkat kesulitan materi pelajaran Bahasa

Indonesia yang diajarkan.

Dari tujuan tersebut jelas tergambar bahwa fungsi pengajaran bahasa

Indonesia di SD adalah sebagai wadah untuk mengembangakan kemampuan siswa

dalam menggunakan bahasa sesuai dengan fungsi bahasa itu, terutama sebagai alat

ko-munikasi. Pembelajaran bahasa Indonesia di SD dapat memberikan

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas …eprints.ung.ac.id/2412/6/2013-1-86206-151411293-bab2...BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas Pantun 2.1.1 Pengertian Pantun Pantun

kemampuan dasar berbahasa yag diperlukan untuk melanjutkan pendidikan di

sekolah menengah maupun untuk menyerap ilmu yang dipelajari lewat bahasa itu.

Selain itu pembelajaran bahasa Indonesia juga dapat membentuk sikap

berbahasa yang positif serta memberikan dasar untuk menikmati dan menghargai

sastra Indonesia. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia perlu diperhatikan

pelestarian dan pengembangan nilai-nilai luhur bangsa, serta pembinaan rasa

persatuan nasional.

Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia dalam BSNP (Rika Kusuma Dewi,

2009:18) sebagai berikut :

1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai etika yang berlaku, baik secara

lisan maupun tulisan;

2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagian bahasa

persatuan dan bahasa negara;

3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakan dengan tepat dan kreatif;

4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,

serta kematangan emosional dan sosial;

5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,

memperluas budi pekerti;

6. Menghargai dan membanggakan sastra sebagai hasanah budaya dan

intelektual.

Menurut Basiran (2006:6) bahwa tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia

adalah “keterampilan komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas …eprints.ung.ac.id/2412/6/2013-1-86206-151411293-bab2...BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas Pantun 2.1.1 Pengertian Pantun Pantun

Kemampuan yang dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir,

menilai dan mengekspresikan diri dengan bahasa”.

Berdasarkan tujuan pembelajaran di atas bahwa pembelajaran bahasa

Indonesia di SD dijabarkan menjadi beberapa tujuan. Tujuan bagi siswa adalah

untuk mengembangkan kemampuannya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan,

dan minatnya. Adapun tujuan bagi guru adalah untuk mengembangkan potensi

bahasa siswa, serta lebih mandiri dalam menentukan bahan ajar kebahasaan sesuai

dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan siswanya. Tujuan bagi orang

tua siswa adalah agar mereka dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan

program pembelajaran. Tujuan bagi sekolah adalah agar sekolah dapat menyusun

program pendidikan kebahasaan sesuai dengan keadaan siswa dan sumber belajar

yang tersedia. Sedangkan tujuan bagi daerah adalah agar daerah dapat

menentukan sendiri bahan dan sumber belajar kebahasaan dengan kondisi

kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan sosial.

2.4 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Penulis dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas ini dirmotivasi oleh

beberapa penelitian terdahulu antara lain :

Yulia Siska (2011) dalam judul skripsinya “Penerapan berbalas pantun

Dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini ” Berdasarkan

hasil penelitian tersebut yang dilaksakan di Taman Kanak-kanak Al-Kautsar

Bandar lampung dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan untuk

meningkatkan keterampilan berbicara anak di TK Al-Kautsar sebelum

diterapkannya berbalas pantun, belum begitu optimal. Pelaksanaan pembelajaran

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas …eprints.ung.ac.id/2412/6/2013-1-86206-151411293-bab2...BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas Pantun 2.1.1 Pengertian Pantun Pantun

belum terprogram dengan baik, guru melaksanakan kegiatan rutin pembelajaran

yang kurang bervariasi, seperti bercerita, bercakap-cakap dan Tanya jawab.

Penerapan berbalas pantun cukup berhasil dilaksanakan karena bagi guru dan

anak pembelajaran seperti ini belum pernah mereka gunakan dan sangat menarik,

sehingga anak dapat terlibat aktif untuk mengembangkan keterampilan berbalas

pantun anak melalui tokoh yang ia pilih untuk diperankan.

Hasil penelitian diatas dengan yang saya lakukan tidak jauh berbeda

karena memiliki kesamaan dalam model pembelajarannya yaitu berbalas

pantun,akan tetapi perbedaannya adalah pada jenjang kelas penelitian yang

dilakukan berbeda. Saya melakukan penelitian di kelas IV sedangkan Yulia Siska

melakukan penelitian di Taman kanak-kanak.

Wunarti (2013) dalam judul skripsinya “Penerapan pembelajaran berbalas

pantun Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Kelas III Sekolah Dasar Tunas Bangsa Pontionak”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kemampuan guru merencanakan pembelajaran Bahasa

Indonesia dengan materi berbalas pantun meningkat. Pada siklus I adalah 38,4

dengan rata-rata skor 3,84. Dan jumlah skor pada siklus II adalah 40 dengan rata-

rata skor 4,0. Maka, peningkatan kemampuan guru merencanakan pembelajaran

adalah 0,16. Kemampuan guru melaksanakan pembelajaran meningkat. Pada

siklus I adalah 28,46 dengan rata-rata skor 3,55. Pada siklus II adalah 31,94

dengan rata-rata skor 3,99. Maka peningkatan kemampuan guru melaksanakan

pembelajaran adalah 0,44.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas …eprints.ung.ac.id/2412/6/2013-1-86206-151411293-bab2...BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Berbalas Pantun 2.1.1 Pengertian Pantun Pantun

Hasil penelitian diatas dengan yang saya lakukan tidak jauh berbeda

karena memiliki kesamaan dalam model pembelajarannya yaitu berbalas

pantun,akan tetapi perbedaannya adalah pada jenjang kelas penelitian yang

dilakukan berbeda. Saya melakukan penelitian di kelas IV sedangkan Wunarti

melakukan penelitian di kelas III.