bab ii kajian pustaka 2.1 pengertian ipa 2.1.1 hakikat ......2.1.1 hakikat pembelajaran ipa menurut...

12
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian IPA 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA Menurut Wahyana (dalam Trianto 2010:136) IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa Inggris yaitu science. Menurut Trianto (2010:136) dalam perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Berdasarkan pengertian penjelasan diatas, pada hakekatnya IPA merupakan program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, sikap dan nilai-nilai ilmiah pada siswa serta salah satu mata pelajaran yang menuntut keterlibatan siswa secara aktif. 2.1.2 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Ruang Lingkup bahan kajian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut: 1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. 3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

Upload: others

Post on 09-Feb-2021

12 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 6

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Pengertian IPA

    2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA

    Menurut Wahyana (dalam Trianto 2010:136) IPA adalah suatu kumpulan

    pengetahuan tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya secara umum

    terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya

    kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Ilmu

    pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau sains yang

    semula berasal dari bahasa Inggris yaitu science. Menurut Trianto (2010:136) dalam

    perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu

    Pengetahuan Alam (IPA).

    Berdasarkan pengertian penjelasan diatas, pada hakekatnya IPA merupakan

    program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, sikap dan nilai-nilai

    ilmiah pada siswa serta salah satu mata pelajaran yang menuntut keterlibatan siswa

    secara aktif.

    2.1.2 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD

    Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor

    22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Ruang Lingkup bahan kajian Ilmu

    Pengetahuan Alam (IPA) untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

    1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan

    interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

    2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.

    3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya

    dan pesawat sederhana.

    4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

    langit lainnya.

  • 7

    Berhubung penulis mengadakan penelitian di kelas V, maka ruang lingkup

    pelajaran IPA yang dikaji adalah salah satu konsep dari konsep-konsep yang dibahas

    di kelas tersebut, yang meliputi sebagai berikut:

    1. Rangka manusia

    2. Alat indera manusia

    3. Bagian tumbuhan dan fungsinya.

    4. Penggolongan hewan

    5. Daur hidup hewan

    6. Hubungan antara makhluk hidup dan lingkungan.

    7. Sifat dan perubahan wujud benda.

    8. Gaya

    9. Berbagai bentuk energi dan penggunaannya.

    10. Perubahan kenampakan permukaan bumi dan benda langit.

    11. Perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan.

    12. Hubungan sumber daya alam, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

    2.1.3 Tujuan Pembelajaran IPA di SD

    Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis

    kompetensi Menurut Depdiknas (dalam Trianto 2014:138) adalah sebagai berikut:

    1. Menanam keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

    2. Mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah.

    3. Mempersiapkan siswa menjadi warganegara yang melek sains dan teknologi.

    4. Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di dalam masyarakat dan

    melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

    Upaya terpenting yang bertujuan memperoleh keberhasilan proses belajar IPA

    siswa yang optimal yaitu:

    1. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

    2. Menuntaskan hasil belajar siswa secara serentak.

    3. Mencegah terjadinya miskonsepsi.

    4. Lebih memperdalam konsep pengertian dan fakta yang dipelajari.

  • 8

    5. Mengembangkan pengetahuan teori, kemudian mengkaitkan dengan

    kehidupan.

    6. Memecahkan berbagai permasalahan dalam kehidupan.

    Dari pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pengajaran IPA

    untuk menanamkan sikap ilmiah pada siswa, mengembangkan rasa ingin tahu dan

    nilai positif melalui proses IPA dalam memecahkan masalah. Siswa akan selalu

    tertarik dengan lingkungan dan siswa akan mengenal, mengembangkan serta dapat

    memanfaatkan teknologi sederhana dari aplikasi IPA yang ada.

    2.2 Pengertian Model Pembelajaran

    Menurut Joice (dalam Trianto 2014:52) Model pembelajaran adalah suatu

    perencanaan atau pola yang dapat digunakan untuk mendesain pola-pola mengajar

    secara tatap muka di dalam kelas, dan untuk menentukan material dalam

    pembelajaran yang termasuk didalamnya adalah buku-buku, film-film, tipe-tipe,

    program media komputer dan lain-lain.

    Dari penjelasan diatas, maka dalam penggunaan model pembelajaran yang

    tepat memberikan materi pada siswa mampu merangsang timbulnya rasa semangat

    siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi bahkan

    keaktifan siswa dalam mencapai hasil belajar yang lebih baik lagi.

    2.3 Model Pembelajaran Kooperatif

    Model pembelajaran Kooperatif menurut Slavin (dalam Isjoni 2013:15),

    adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-

    kelompok kecil serta kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur

    kelompok heterogen, sedangkan Menurut Anita Lie (dalam Isjoni 2013:23)

    menyebutkan pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong-royong,

    yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja

    sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan,

    pembelajaran kooperatif hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau

    suatu tim yang didalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang

    sudah ditentukan. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang

  • 9

    saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang

    berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang

    ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak peduli pada yang lain. Model

    pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran

    dan berbagai usia. Menurut Sanjaya (2013:241) Model pembelajaran kooperatif

    adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-

    kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ada empat unsur penting

    yaitu:

    1. Adanya peserta dalam kelompok.

    2. Adanya aturan kelompok.

    3. Adanya upaya belajar setiap anggota kelompok.

    4. Adanya tujuan yang harus dicapai.

    Berdasarkan pengertian penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa

    pembelajaran Kooperatif adalah suatu model pembelajaran berkelompok atau tim

    berpusat kepada siswa yang ditentukan oleh guru.

    2.4 Metode Pembelajaran Talking Stick

    2.4.1 Pengertian Metode Talking Stick

    Menurut Suprijono (2014:128) talking stick adalah sebuah metode yang

    mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapatnya dengan permainan

    menggunakan tongkat yang guru berikan kepada setiap kelompok/individu. Menurut

    Maufur, HF (dalam Sri Wahyuni 2013:66). Metode Talking Stick adalah metode

    pembelajaran yang dipergunakan guru dengan media tongkat dalam mencapai tujuan

    pembelajaran yang diinginkan. Metode Talking Stick berguna untuk melatih

    keberanian siswa dalam menjawab dan berbicara kepada orang lain. Sedangkan

    penggunaan tongkat secara bergiliran sebagai media untuk merangsang siswa

    bertindak cepat dan tepat sekaligus untuk mengukur kemampuan siswa dalam

    memahami materi. Metode ini bisa juga dikombinasikan dengan iringan suara musik

    atau nyayian yel-yel untuk menyemangati satu sama lain sekaligus untuk menguji

    konsentrasi siswa dalam menjawab.

  • 10

    Berdasarkan pengertian diatas, disimpulkan bahwa Metode Talking Stick

    adalah suatu metode yang bertujuan melatih keberanian siswa untuk mengemukakan

    pendapat dalam permain menggunakan tongkat yang diberikan kepada siswa serta

    mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

    2.4.2 Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Talking Stick

    Menurut Suyatno (dalam Nym Kusmariyatni 2014:3), menyatakan bahwa ada

    beberapa langkah atau sintaks dari langkah model pembelajaran talking stick, yaitu

    sebagai berikut:

    a. Guru menyiapkan sebuah tongkat.

    b. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian

    memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari

    materi pada pegangan/paketnya.

    c. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya, guru mempersilahkan

    siswa untuk menutup bukunya.

    d. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru

    memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus

    menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat

    bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.

    e. Guru memberikan kesimpulan.

    f. Evaluasi.

    g. Penutup.

    Langkah-langkah penerapan metode Talking stick menurut Suprijono (2014:128)

    sebagai berikut:

    1) Pembelajaran dengan metode talking stick diawali oleh penjelasan guru

    mengenai materi pokok yang akan dipelajari

    2) Siswa diberi kesempatan membaca dan mempelajari materi tersebut

    3) Siswa diberi waktu yang cukup untuk mempelajari materi

    4) Guru selanjutnya meminta kepada peserta didik menutup bukunya

  • 11

    5) Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tongkat

    tersebut diberikan kepada salah satu siswa. Siswa yang menerima tongkat

    tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya

    6) Ketika stick bergulir dari peserta didik yang satu ke peserta didik lainnya,

    seyogyanya diiringi musik

    7) Langkah akhir dari metode talking stick adalah guru memberikan kesempatan

    kepada peserta didik melakukan refleksi terhadap materi yang telah

    dipelajarinya

    8) Guru memberikan ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan siswa,

    selanjutnya bersama-sama siswa merumuskan kesimpulan.

    Berdasarkan beberapa langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode

    talking stick yang dikemukakan dalam penelitian ini akan digunakan langkah-langkah

    yang memadukan dari kedua pendapat tersebut yaitu:

    1) Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok.

    2) Guru menyampaikan materi pembelajaran.

    3) Siswa diberi kesempatan membaca dan mempelajari materi tersebut.

    4) Siswa diberi waktu yang cukup untuk mempelajari materi.

    5) Siswa diminta untuk menutup bukunya.

    6) Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya.

    7) Tongkat diberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu siswa

    diberikan pertanyaan dan anggota kelompok yang menerima tongkat tersebut

    diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya.

    8) Siswa yang lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota

    kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.

    9) Kelompok yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar tanpa bantuan dari

    kelompok lain mendapat poin 2.

    10) Tongkat bergulir ke kelompok yang lain jika kelompok tersebut tidak dapat

    menjawab pertanyaan dengan benar.

  • 12

    11) Kelompok yang tidak dapat menjawab pertanyaan dengan benar mendapat

    hukuman dari kelompok yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar dan

    poinnya dikurangi 1.

    12) Kelompok lain yang membantu menjawab pertanyaan dengan benar mendapat

    poin 1.

    13) Siswa diberikan kesempatan untuk melakukan refleksi terhadap materi yang

    telah dipelajarinya.

    14) Siswa dengan bimbingan dari guru memberikan ulasan terhadap seluruh

    jawaban yang diberikan siswa.

    15) Siswa bersama-sama menentukan kelompok terbaik

    16) Siswa dengan bimbingan guru merumuskan kesimpulan.

    2.5 Hasil Belajar

    Menurut Sudjana (2016:3), Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian

    nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini

    mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Menurut

    Gagne (dalam Aunurrahman 2014:47) ada 5 macam hasil belajar

    1. Keterampilan intelektual atau pengetahuan prosedural yang mencakup belajar

    konsep, prinsip dan pemecahan masalah yang diperoleh melalui penyajian materi

    di sekolah.

    2. Strategi kognitif, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah baru dengan

    jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam memperhatikan,

    belajar, mengingat, dan berfikir.

    3. Informasi verbal, yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan kata-

    kata dengan jalan mengatur informasi yang relevan.

    4. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan untuk melaksanakan dan

    mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot.

    5. Sikap, yaitu suatu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku

    seseorang yang didasari oleh emosi, kepercayaan-kepercayaan serta faktor

    intelektual.

  • 13

    Menurut Aunurrahman (2014:109), pandangan yang dipusatkan pada hasil

    belajar dalam bentuk penambahan pengetahuan saja merupakan wujud dari

    pandangan yang sempit, karena belajar dan pembelajaran harus dapat menyentuh

    dimensi-dimensi individual anak secara menyeluruh, membutuhkan waktu yang

    cukup lama dan luput dari perhatian. Menurut Rusman (2014:13), Penilaian yang

    dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian

    kompetensi siswa serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil

    belajar, dan memperbaiki hasil proses pembelajaran. Dari beberapa pendapat para

    ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan yang

    dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya dari hal yang tidak tahu

    menjadi tahu. Hasil belajar juga digunakan oleh guru untuk menjadi ukuran atau

    kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan perubahan tingkah laku.

    2.5.1 Pengukuran Hasil Belajar IPA

    Pengukuran menurut N.S., Wardani, dkk. (2012:47) adalah kegiatan atau

    upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau

    peristiwa. Pengukuran juga dapat diartikan penetapan angka dengan cara yang

    sistematik untuk menyatakan keadaan individu. N.S., Wardani, dkk. (2012:48),

    dalam melakukan pengukuran diperlukan alat ukur yang disebut dengan instrumen.

    Penggunaan instrumen ini tergantung dari teknik pengumpulan datanya. Teknik

    penilaian dan bentuk instrumen secara rinci disajikan dalam tabel 2.1 berikut.

  • 14

    Tabel 2.1

    Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen

    Teknik Penilaian Bentuk Instrumen

    1. Tes tertulis Tes pilihan: pilihan ganda, benar salah, menjodohkan, dan lain-lain.

    Tes isian: isian singkat, dan uraian.

    2. Tes lisan Daftar pertanyaan

    3. Tes praktik (tes kinerja)

    Tes identifikasi

    Tes simulasi

    4. Penugasan individual atau kelompok

    Pekerjaan rumah

    Projek

    5. Penilaian portofolio Lembar penilaian portofolio

    6. Jurnal Buku catatan jurnal

    7. Penilaian diri Kuisioner/lembar catatan diri

    8. Penilaian antar teman Lembar penilaian antar teman

    Teknik pengukuran menurut N.S., Wardani, dkk. (2012:141), dibedakan menjadi

    tiga yakni tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan. Menurut Sudjana (2016:48),

    mengukur hasil belajar dengan bentuk soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang

    mempunyai satu jawaban benar atau paling tepat. Kebaikan bentuk soal pilihan ganda

    ini adalah:

    1. Materi yang diujikan dapat mencakup sebagian besar dari bahan pengajaran

    yang telah diberi.

    2. Jawaban siswa dapat dikoreksi (dinilai) dengan mudah dan cepat dengan

    menggunakan kunci jawaban.

    3. Jawaban untuk setiap pertanyaan sudah pasti benar atau salah sehingga

    penilaian bersifat objektif.

    Kelemahan bentuk soal pilihan ganda ini:

    1. Kemungkinan untuk melakukan tebakan jawaban masih cukup besar

    2. Proses berfikir siswa tidak dapat dilihat dengan nyata.

  • 15

    2.5.2 Evaluasi hasil belajar

    Menurut Sudijono (2015:30) Evaluasi terhadap hasil belajar siswa ini

    mencakup:

    a) Evaluasi mengenai tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan khusus yang

    ingin dicapai dalam unit-unit program pengajaran yang bersifat terbatas.

    b) Evaluasi mengenai tingkat pencapaian siswa terhadap tujuan-tujuan umum

    pengajaran.

    2.6 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

    Ajat Sudrajat (2015:1). Hasil belajar adalah kemauan yang dimiliki siswa

    setelah ia mengalami pengalaman belajarnya. Menggunakan metode pembelajaran

    cooperative learning type talking stick pada siswa kelas IV di SDN Pisangan Timur

    12 Pulogadung Jakata Timur, subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD yang

    berjumlah 28 siswa. Penelitian berlangsung pada semester I Tahun Ajaran 2014-

    2015. Hasil penelitian menunjukkan data yang diperoleh saat proses pembelajaran

    melalui metode talking stick pada siklus I menunjukan hasil belajar dan ranah

    kognitif, afektif dan psikomotor diperoleh hasil sebesar 71% dari keseluruhan siswa

    yang memperoleh nilai diatas KKM dan pada siklus II sebesar 89%. Hasil instrumen

    pemantauan tindakan guru yaitu 67% pada siklus I menjadi 93% pada siklus II,

    Sementara hasil instrumen pemantauan tindakan siswa sebesar 60% pada siklus I

    menjadi 90% pada siklus II. Dengan demikian metode Talking Stick merupakan salah

    satu cara yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam

    pembelajaran IPS.

    Sri Wahyuni (2013:1) Belajar merupakan suatu kegiatan yang mengakibatkan

    terjadinya perubahan tingkah laku. Tindakan hasil belajar Subjek penelitian siswa

    kelas IV SDN 2 Posona Hasil penelitian pada siklus I siswa yang tuntas 12 dari 22

    siswa, persentase ketuntasan hasil belajar klasikal 54,55% kategori kurang, sehingga

    perlu dilakukan siklus II dengan hasil penelitian siswa yang tuntas 18 dari 22 siswa,

    persentase ketuntasan hasil belajar klasikal 81,82% kategori sangat baik. Berdasarkan

    hasil penelitian dilakukan menggunakan dua siklus disimpulkan dengan penerapan

  • 16

    metode Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV di SDN 2

    Posona.

    2.7 Kerangka Pikir

    Penelitian ini dilakukan dalam rangka untuk memperbaiki situasi pembelajaran

    yang terjadi pada siswa kelas V SDN Regunung 1 Kecamatan Tengaran Kabupaten

    Semarang. Fakta yang ditemukan mengenai suasana pembelajaran pada siswa di

    sekolah ini adalah bahwa guru masih mendominasikan pembelajaran. Akibatnya

    hasil belajarnya pun menjadi rendah. Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas

    dengan menggunakan dua siklus, dengan pemikiran bahwa evaluasi pada siklus

    pertama akan menjadi catatan untuk dijadikan masukan pada siklus II. Namun

    demikian uji coba pembelajaran dengan model pembelajaran Talking Stick tetap

    dilanjutkan hingga tercapai kriteria KKM yaitu ≥ 70.

    Pemilihan model pembelajaran Talking Stick dipilih berdasarkan situasi subjek

    penelitian yaitu siswa kelas V. Pada usia ini, siswa memilki rasa ingin tahu yang

    tinggi dan sudah bisa bekerja sama dan berdiskusi dalam kelompok, dengan model

    pembelajaran Talking Stick diharapakan bahwa pembelajaran akhirnya mendorong

    agar terjadi kerja sama diantara siswa.

  • 17

    Gambar 2.1 Kerangka pikir Menggunakan Metode Talking Stick

    2.8 Hipotesis

    Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir, maka hipotesis tindakan adalah

    sebagai berikut: Melalui penggunaan Metode Talking Stick dapat meningkatkan hasil

    belajar IPA siswa kelas V SDN Regunung 1 Kecamatan Tengaran Kabupaten

    Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 ”.

    Kondisi

    Awal

    Guru belum

    menggunakan model

    Pembelajaran Talking

    Stick

    Siklus II menggunakan model

    Talking Stick dalam

    pembelajaran dengan bantuan

    alat peraga nyata (jenis-jenis

    tanah) dan tongkat.

    Hasil belajar siswa 40% belum

    mencapai KKM

    Menggunakan

    model Talking

    Stick dalam

    pembelajaran IPA

    melalui 2 siklus

    Tindakan

    Siklus I menggunakan model

    pembelajaran Talking Stick

    dengan bantuan Gambar dan

    tongkat dalam dalam proses

    belajar.

    Melalui pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick

    dari hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA

    untuk mencapai KKM.

    Kondisi

    Akhir

    akhir