bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 hakikat pembelajaran ipa … · 2017. 5. 4. · bab ii...

17
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di SD IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Wahyana (dalam Trianto 2010: 136). Pendidikan IPA diharapkan dapat dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta adanya kemajuan pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya didalam kehidupan sehari-hari. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa Inggris „scince’, Trianto (2010: 136). Kata „science‟ sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin „scientia‟ yang berarti tahu. Menurut (Trianto 2010: 136) dalam perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saja. Walaupun pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan etimologi. Sejalan dengan laksmi Prihantoro ( dalam Trianto 2010:137) Mengatakan bahwa IPA hakikatnya merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk produk sains, dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberikan bagi kehidupan. Berdasarkan pengertian diatas, pada hakekatnya IPA merupakan program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, sikap dan nilai-nilai ilmiah pada siswa serta salah satu mata pelajaran yang menuntut keterlibatan siswa secara aktif.

Upload: others

Post on 27-Jan-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Teori

    2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di SD

    IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik dan dalam

    penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya

    tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah

    dan sikap ilmiah. Wahyana (dalam Trianto 2010: 136). Pendidikan IPA diharapkan

    dapat dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan

    alam sekitar, serta adanya kemajuan pengembangan lebih lanjut dalam

    menerapkannya didalam kehidupan sehari-hari.

    Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau

    sains yang semula berasal dari bahasa Inggris „scince’, Trianto (2010: 136). Kata

    „science‟ sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin „scientia‟ yang berarti tahu.

    Menurut (Trianto 2010: 136) dalam perkembangannya science sering diterjemahkan

    sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saja. Walaupun pengertian

    ini kurang pas dan bertentangan dengan etimologi.

    Sejalan dengan laksmi Prihantoro ( dalam Trianto 2010:137) Mengatakan

    bahwa IPA hakikatnya merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai

    produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan

    konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk

    mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk produk sains, dan

    sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberikan

    bagi kehidupan.

    Berdasarkan pengertian diatas, pada hakekatnya IPA merupakan program

    untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, sikap dan nilai-nilai ilmiah

    pada siswa serta salah satu mata pelajaran yang menuntut keterlibatan siswa secara

    aktif.

  • 9

    2.1.2 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD

    Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor

    22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Ruang Lingkup bahan kajian Ilmu

    Pengetahuan Alam (IPA) untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut.

    1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan

    interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan

    2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas

    3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya

    dan pesawat sederhana

    4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

    langit lainnya.

    Berhubung penulis mengadakan penelitian di kelas IV, maka ruang lingkup

    pelajaran IPA yang dikaji adalah salah satu konsep dari konsep-konsep yang dibahas

    di kelas tersebut, yang meliputi sebagai berikut::

    1. Rangka manusia

    2. Alat indera manusia

    3. Bagian tumbuhan dan fungsinya

    4. Penggolongan hewan

    5. Daur hidup hewan

    6. Hubungan antara makhluk hidup dan lingkungan

    7. Sifat dan perubahan wujud benda

    8. Gaya

    9. Berbagai bentuk energi dan penggunaannya

    10. Perubahan kenampakan permukaan bumi dan benda langit

    11. Perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan

    12. Hubungan sumber daya alam, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

    Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pengajaran

    IPA mempunyai tujuan untuk menanamkan sikap ilmiah pada siswa dan nilai positif

    melalui proses IPA dalam memecahkan masalah. Siswa akan selalu tertarik dengan

    lingkungan dan siswa akan mengenal serta dapat memanfaatkan lingkungan sebagai

    sumber ilmu dan sumber belajar. Demikian juga dalam diri siswa akan dapat

  • 10

    mengembangkan pikiran melalui lingkungan yang banyak memberikan pengalaman

    terhadap diri siswa dengan cara berinteraksi langsung dan dapat dirasakan siswa.

    Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar disusun sebagai landasan

    pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut diatas. Selain itu

    dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan ide atau

    gagasan dengan menggunakan ide atau gagasan dengan menggunakan symbol, tabel,

    diagram, dan media lain. Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang

    secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan

    kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada

    pemberdayaan siswa untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan

    pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Secara rinci SK dan KD untuk mata

    pelajaran IPA yang ditujukan bagi siswa kelas 4 SDN Sidorejo Lor 05 disajikan

    melalui tabel 2.1 berikut ini:

    Tabel 2.1

    Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA

    Kelas IV Semester 2

    Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

    7. Memahami gaya dapat

    mengubah gerak dan atau

    bentuk suatu benda

    7.1 Menyimpulkan hasil percobaan

    bahwa gaya (dorongan atau

    tarikan) dapat mengubah

    gerak suatu benda

    2.1.3 Tujuan Pembelajaran IPA di SD

    Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis

    kompetensi Menurut Depdiknas (dalam Trianto 2014:138) adalah sebagai berikut:

  • 11

    1. Menanam keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

    2. Mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah

    3. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi

    4. Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di dalam masyarakat dan

    melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

    Upaya terpenting yang bertujuan memperoleh keberhasilan proses belajar IPA

    siswa yang optimal yaitu :

    1. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

    2. Menuntaskan hasil belajar siswa secara serentak.

    3. Mencegah terjadinya miskonsepsi.

    4. Lebih memperdalam konsep pengertian dan fakta yang di pelajari.

    5. Mengembangkan pengetahuan teori, kemudian mengkaitkan dengan

    kehidupan.

    6. Memecahkan berbagai permasalahan dalam kehidupan.

    Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22

    Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

    di Sekolah Dasar (SD) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai

    berikut:

    1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

    berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya

    2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

    bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

    3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya

    hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

    masyarakat

    4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

    memecahkan masalah dan membuat keputusan

    5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan

    melestarikan lingkungan alam

  • 12

    6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

    sebagai salah satu ciptaan Tuhan

    7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar

    untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

    2.1.4 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar

    Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosial menuju ke

    perkembangan pribadi seutuhnya. Namun, realitas yang dipahami oleh sebagian besar

    masyarakat tidaklah demikian. Belajar dianggapnya property sekolah. Kegiatan

    belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas sekolah. Sebagian besar masyarakat

    menganggap belajar di sekolah adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan.

    Anggapan tersebut tidak seluruhnya salah, sebab seperti dikatakan Reber, belajar

    adalah the proces of acquiring knowledge. Belajar adalah proses mendapatkan

    pengetahuan.

    Gagne (dalam Agus Suprijono, 2009 : 2) menyatakan, bahwa belajar adalah

    disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan

    disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan sesorang secara

    alamiah.

    Menurut Baharuddin (2015:14) dalam bukunya Teori Belajar dan

    Pembelajaran. Menjelaskan “Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang

    untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau

    pengalaman-pengalaman.

    Harold Spears (dalam Agus Suprijono, 2009) mengemukankan, learning is to

    observe, to read, to imitate, to try something thenselves, to listen, to follow direction.

    (Dengan kata lain, bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba

    sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu).

  • 13

    Sedangkan Purwanto ( 2014 : 85) mengatakan bahwa belajar merupakan

    perubahan yang terjadi melalui pelatihan dan pengalaman, dalam arti perubahan-

    perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap

    sebagai hasil belajar; seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada anak bayi.

    Pendapat para ahli di atas tentang pengertian belajar dapat di simpulkan

    bahwa, belajar merupakan proses usaha yang dilakukan seseorang secara sadar untuk

    melakukan perubahan tingkah laku. Dari belajar sesorang dapat mengetahui sesuatu

    yang pada dasarnya belum mereka ketahui. Belajar merupakan proses dari tidak tahu

    menjadi tahu.

    2.1.5 Pengertian Hasil Belajar

    Menurut (Sudjana, 2008 : 22 ) Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

    yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Indikator kualitas

    dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai anak didik dalam proses belajar mengajar

    disebut juga dengan hasil belajar.

    Menurut Purwanto ( 2014 : 85) hasil belajar merupakan suatu perubahan

    dalam tingkah laku, di mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang

    lebih baik, tetapi ada juga kemungkinan mengarah kepada tingkah yang lebih buruk.

    Sedangkan menurut Hamalik (2001: 103) hasil belajar ialah penguasan

    pelajaran, keterampilan-keterampilan belajar dan bekerja. Pengenalan dalam hal-hal

    tersebut penting artinya bagi guru, oleh sebab dalam pengenalan ini guru dapat

    membantu/ mendiagnosis kesulitan belajar siswa, dapat memperkirakan hasil dan

    kemajuan belajar selanjutnya (pada kelas-kelas berikutnya), kendatipun hasil-hasil

    tersebut dapatt saja berbeda dan bervariasi sehubungan dengan keadaan motivasi,

    kematangan, dan penyesuaian sosial.

    Pendapat beberapa para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

    adalah perubahan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

  • 14

    pengalaman belajarnya dari hal yang tidak tahu menjadi tahu. Hasil belajar digunakan

    oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan

    pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan

    diiringi oleh perubahan tingkah laku.

    Menurut peneliti hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah

    hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran

    yang berupa data angka (hasil tes) maupun proses belajar. Hasil belajar diperoleh

    pada kegiatan akhir yang diisi dengan pemberian evaluasi terhadap siswa dan

    dilakukan di dalam kelas. Pengambilan hasil belajar digunakan sebagai tolok ukur

    keberhasilan belajar dan menunjukkan kompetensi siswa melalui pengadaan tes bagi

    siswa.

    Hasil belajar merupakan tingkat kemampuan yang bisa dicapai oleh murid

    dalam mengikuti proses belajar mengajar, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

    Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu

    interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Hasil belajar bersifat kuantitatif, melalui

    pengukuran. Pengukuran menurut Wardani NS, dkk (2012: 47) adalah kegiatan atau

    upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau

    peristiwa. Pengukuran juga dapat diartikan penetapan angka dengan cara yang

    sistematik untuk menyatakan keadaan individu. Wardani NS, dkk (2012:48) Dalam

    melakukan pengukuran diperlukan alat ukur yang disebut dengan instrumen.

    Penggunaan instrumen ini tergantung dari teknik pengumpulan datanya. Teknik

    penilaian dan bentuk instrumen secara rinci disajikan dalam tabel 2.2 berikut:

  • 15

    Tabel 2.2

    Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen

    Teknik Penilaian Bentuk Instrumen

    • Tes tertulis • Tes pilihan: pilihan ganda, benar salah, menjodohkan, dan

    lain-lain.

    • Tes isian: isian singkat, dan uraian.

    • Tes lisan • Daftar pertanyaan

    • Tes praktik (tes kinerja) • Tes identifikasi • Tes simulasi

    • Penugasan individual atau kelompok

    • Pekerjaan rumah • Projek

    • Penilaian portofolio • Lembar penilaian portofolio

    • Jurnal • Buku catatan jurnal

    • Penilaian diri • Kuisioner/lembar catatan diri

    • Penilaian antar teman • Lembar penilaian antar teman

    Teknik pengukuran menurut Wardani Naniek Sulistya (2012,141) dibedakan

    menjadi tiga yakni tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan. Menurut Endang Poerwanti

    (2008:4-9) jenis-jenis tes adalah sebagai berikut:

    Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan.

    Tes Tertulis

    Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal soal maupun

    jawabannya.

    Tes Lisan

    Pada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban (response), semuanya dalam

    bentuk lisan. Karenanya, tes lisan relatif tidak memiliki rambu-rambu

    penyelenggaraan tes yang baku, karena itu, hasil dari tes lisan biasanya tidak menjadi

    informasi pokok tetapi pelengkap dari instrumen asesmen yang lain.

  • 16

    Tes Unjuk Kerja

    Pada tes ini peserta didik diminta untuk melakukan sesuatu sebagai indikator

    pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor.

    2. Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya

    a. Tes esei (essay-type test)

    Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasikan gagasan-

    gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakannya dalam

    bentuk tulisan.

    b. Tes jawaban pendek

    Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban pendek jika peserta tes diminta

    menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esei, tetapi memberikan

    jawabanjawaban pendek, dalam bentuk rangkaian kata-kata pendek, kata-kata lepas

    maupun angka-angka.

    c. Tes objektif

    Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi diperlukan untuk menjawab tes

    yang telah tersedia. Oleh karenanya sering pula disebut dengan istilah tes pilihan

    jawaban (selected response test).

    2.2 Model Kooperatif Tipe Think Pair Share

    Model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think pair share ) merupakan salah

    satu model pembelajaran kooperatif yang mampu mengubah asumsi bahwa metode

    resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok secara

    keseluruhan. Karakteristik model TPS (Think pair share ) siswa dibimbing secara

    mandiri, berpasangan, dan saling berbagi untuk menyelesaikan permasalahan. Model

    Think Pair Share (TPS) merupakan teknik pembelajaran dalam pembelajaran

    kooperatif yang pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman pada tahun 1981. TPS

    merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola

  • 17

    interaksi siswa. Teknik ini menghendaki siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja

    sama saling membantu dengan siswa lain dalam suatu kelompok kecil. Dengan

    metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa yang maju dan membagikan

    hasilnya untuk seluruh kelas, teknik Think Pair Share memberi sedikitnya delapan

    kali kesempatan lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan

    partisipasi mereka kepada orang lain.

    Menurut Suprijono (2011 : 91) membuat langkah-langkah Think Pair Share,

    pertama Thinking, pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan

    atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipirkan oleh peserta didik. Guru memberi

    kesempatan kepada mereka memikirkan jawabannya. Kedua adalah Pairing, pada

    tahap ini guru meminta peserta didik berpasangan-pasangan. Beri kesempatan

    kepada pasangan-pasanagan itu untuk berdiskusi. Diharapakan diskusi ini dapat

    memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkannya dengan pasangannya.

    Ketiga adalah Sharing, hasil diskusi dari tiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan

    dengan pasangan seluruh kelas. Diharapakn terjadi tanya jawab yang mendorong

    pada pengonstruksian pengetahuan secara interaktif.

    Langkah-langkah yang di lakukan dalam model kooperative learning tipe Think

    Pair Share (Depdiknas, 2008):

    Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang akan dicapai.

    Peserta didik diminta untuk berpikir tentang materi atau permasalahan yang

    disampaikan guru.

    Peserta didik diminta berpasangan dan mengemukakan hasil pemikiran

    masing-masing.

    Guru memimpin pleno kecil dan masing-masing kelompok mengemukakan

    hasil diskusinya.

    Berawal dari hal tersebut guru mengarahkan pembicaraan pada pokok

    permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan oleh siswa.

    Guru memberi kesimpulan

  • 18

    Penutup

    Kelebihan metode pembelajaran TPS menurut Lie (2008: 58), keunggulan Think

    Pair Share (TPS) adalah: (1) meningkatkan kemandirian siswa; (2) meningkatkan

    partisipasi siswa untuk menyumbangkan pemikiran karena leluasa dalam

    mengungkapkan pendapatnya; dan (3) melatih kecepatan berpikir siswa. Adapun

    kelemahan model pembelajaran koperatif tipe Think Pair Share adalah sangat sulit

    diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang

    terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk banyak

    Menurut Lie (2008: 58), kekurangan dari kelompok berpasangan (kelompok

    yang terdiri dari 2 orang siswa) adalah:

    Kelompok yang melapor banyak dan perlu dimonitor,

    1. Lebih sedikit ide yang muncul,

    2. Tidak ada penengah jika terjadi perselisihan dalam kelompok.

    2.3 Pembelajaran IPA di SD Dengan Menggunakan Model TPS

    Model kooperative tipe TPS (Think Pair Share) berkorelasi dengan partisipasi

    dan prestasi belajar IPA? Menjawab pertanyaan ini, maka perlu untuk melihat

    bagaimana sesungguhnya manfaat model kooperative tipe TPS (Think Pair Share)

    itu sendiri. Berdasarkan pada paparan teoritis dan sintaks model kooperative tipe TPS

    (Think Pair Share) di atas, tampak bahwa model TPS merupakan salah satu strategi

    dalam pembelajaran koperatif yang dapat memberikan waktu kepada siswa untuk

    berpikir sehingga strategi ini punya potensi kuat untuk memberdayakan kemampuan

    berpikir siswa. Peningkatan kemampuan berpikir siswa akan meningkatkan hasil

    belajar atau prestasi belajar siswa dan kecakapan akademiknya.

    Siswa dilatih bernalar dan dapat berpikir kritis untuk memecahkan masalah yang

    diberikan oleh guru. Guru juga memberikan kesempatan siswa untuk menjawab

    dengan asumsi pemikirannya sendiri, kemudian berpasangan untuk mendiskusikan

  • 19

    hasil jawabannya kepada teman sekelas untuk dapat didiskusikan dan dicari

    pemecahannya bersama-sama sehingga terbentuk suatu konsep.

    Think Pair Share membantu menstrukturkan diskusi. Siswa mengikuti proses

    yang telah tertentu sehingga membatasi kesempatan berfikirnya yang melantur dan

    tingkah lakunya menyimpang karena mereka harus berfikir dan melaporkan hasil

    pemikirannya ke mitranya. Think Pair Share meningkatkan partisipasi siswa dan

    meningkatkan banyaknya informasi yang diingat siswa. Dengan Think Pair Share

    siswa belajar dari satu sama lain dan berupaya bertukar ide dalam konteks yang tidak

    mendebarkan hati sebelum mengemukakan idenya ke dalam kelompok yang lebih

    besar. Rasa percaya diri siswa meningkat dan semua siswa mempunyai kesempatan

    berpartisipasi di kelas karena sudah memikirkan jawaban atas pertanyaan guru, tidak

    seperti biasanya hanya siswa siswa tertentu saja yang menjawab.

    2.4 Hasil Penelitian yang Relevan

    Dari penerapan model kooperative tipe TPS (Think Pair Share) terbukti hasil

    belajar siswa meningkat,dengan adanya kerjasama antar siswa dengan pasangan

    masing-masing akan menambah pemahamannya terhadap materi operasi hitung

    bilangan bulat seperti yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya sebagai

    berikut:

    Sri Hartuti (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “ Peningkatan hasil

    belajar matematika melalui model pembelajaran Think Pairs and Share pada

    siswa kelas V SDN Karangwage 02 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati

    semester I Tahun Pelajaran 2009/2010” prosentase ketuntasan siswa dapat

    mengalami peningkatan dari 25% pada siklus I menjadi 95% pada siklus II.

    Jumadi (2011) dalam penelitiannya yang berjudul dalam penelitiannya yang

    berjudul “ Peningkatan hasil belajar matematika melalui model pembelajaran

    Think Pairs and Share pada siswa kelas V SDN Kajar 01 Kecamatan Trangkil

    Kabupaten Pati semester I Tahun Pelajaran 2011/2012” prosentase ketuntasan

  • 20

    siswa dapat mengalami peningkatan dari 35% pada siklus I menjadi 95% pada

    siklus II.

    Sri Yulikah (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Aktivitas

    dan Hasil Belajar matematika melalui model pembelajaran Think Pairs and

    Share siswa kelas V SDN Trangkil 05 semester I Tahun 2012/2113” dapat

    meningkatkan ketuntasan siswa dari 25% mencapai 90%.

    Persamaan dari hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang

    akan dilakukan peneliti.

    a. Persamaaan penelitian 1,2 dan 3 dengan penelitian yang akan dilakukan

    dengan peneliti,pertama model yang digunakan sama yaitu model TPS, kedua

    penelitian dilakukan pada semester II

    Selanjutnya berikut merupakan perbedaan dari hasil penelitian yang relevan

    dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti

    a. Perbedaan hasil penelitian 1, 2 dan 3 dengan penelitian yang akan dilakukan

    dengan peneliti,pertama kelas yang diteliti berbeda yaitu pada penelitian 1,2

    dan 3 melakukan peneltian di kelas V. Kedua mata pelajaran yang berbeda

    yaitu metematika ,ketiga sekolah yang berbeda yang menjadi tempat pemelitin

    , keempat tahun ajaran dilaksanakan penelitian.

    Dari tiga penelitian terdahulu membuktikan bahwa model kooperative tipe

    TPS (Think Pair Share) dapat membantu proses pembelajaran untuk meningkatkan

    aktifitas dan Hasil belajar matematika siswa. Mengacu pada penelitian terdahulu,

    maka peneliti ingin melakukan penelitian lagi dengan menggunakan model yang

    pembelajaran yang sama. Meskipun demikian, terdapat beberapa perbedaan antara

    penelitian yang dilakukan kali ini, dengan penelitian-penelitian terdahulu. Peneliti

    menduga dapat meningkatkan hasil belajar yang berimplikasi pada nilai rata rata

    belajar siswa, kedua subyek penelitian.

    Pada penelitian terdahulu subyek penelitiannya adalah siswa sekolah yang

    berbeda. Penulis beranggapan bahwa perbedaan subyek didik, merupakan faktor lain

  • 21

    yang akan mempengaruhi hasil belajar. Situasi sekolah yang berbeda, fasilitas yang

    berbeda, tantangan masyarakat yang berbeda, demikian juga pola asuh dari orang tua

    yang berbeda karena budaya yang berbeda tentu berkontribusi terhadap hasil belajar

    siswa juga. Karena itu, dengan memilih subyek penelitian yaitu siswa kelas IV SDN

    Sidorejo Lor 05 Kota Salatiga, peneliti bermaksud melihat efektivitas penerapan

    model pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Artinya, jika

    model ini efektif, maka model ini akan menjadi rujukan bagi sekolah bersangkutan,

    maupun sekolah yang berbeda, karena terbukti teruji pada sekolah yang tentu saja

    memiliki situasi yang berbeda-beda.

    2.5 Kerangka Pikir

    Pada tahap awal sebelum guru menggunakan model kooperative tipe TPS (Think

    Pair Share) hasil belajar IPA siswa kelas IV SD N Sidorejo Lor 5 Salatiga masih

    rendah. Dengan rendahnya hasil belajar IPA tersebut, guru berupaya meningkatkan

    hasil belajar IPA dengan inovasi pembelajaran yang dilakukan adalah mengemas

    pembelajarannya menggunakan Model kooperative tipe TPS (Think Pair Share).

    Model kooperative tipe TPS (Think Pair Share) yang dilakukan peneliti terdiri

    dari dua siklus.

    Berdasarkan landasan teoritis maka dirumuskan kerangka pemikiran

    sebagaiberikut:

    Penerapan Model kooperative tipe TPS (Think Pair Share) diharapkan siswa

    mampu menguasai materi mengajarkan pasangannya yang kurang mampu

    untuk memahami materi pelajaran.

    Dari proses pembelajaran Think Pair Share diharapkan ada kerjasama antar

    siswa dengan pasangannya dan dapat diadakan sharing antar pasangan

    dalam kelompok.

  • 22

    Dengan adanya kerjasama yang efektif diharapkan dapat meningkatkan

    pemahaman dan hasil belajar siswa pada materi gaya dapat mengubah

    gerak dan atau bentuk suatu benda.

  • 23

    Kerangka berpikir dalam penelitian dapat di lihat pada skema di bawah ini:

    Gambar 2.1

    Kerangka Berpikir Peningkatan Hasil Belajar IPA

    Melalui Model Kooperative Tipe TPS (Think Pair Share)

    Kondisi awal Guru belum

    menggunakan model

    T P S

    Siklus II

    peningkatan hasil

    Tuntas ≥ KKM

    Hasil belajar siswa

    belum mencapai KKM

    70

    Langkah - langkah model TPS

    1) Guru menyampaikan inti materi

    2) siswa diminta untuk berpikir tentang materi

    atau permasalahan yang disampaikan guru.

    3) siswadiminta berpasangan dan

    mengemukakan hasil pemikiran masing-

    masing kemudian siswa bergabung dalam

    kelompok besar yaitu terdiri dari 4 siswa

    untuk mendiskusikan hasil pemikiran mereka.

    4) masing-masing kelompok mengemukakan

    hasil diskusinya, guru mengarahkan

    pembicaraan pada pokok permasalahan dan

    menambah materi yang belum diungkapkan

    oleh siswa.

    5) Guru memberi kesimpulan

    Tindakan

    Siklus I ada

    peningkatan hasil

    sebagian belum

    tuntas

    Melalui pembelajaran kooperatif tipe

    TPS hasil belajar siswa tuntas dalam

    pembelajaran IPA sehinngga dapat

    mencapai 80% siswa memperoleh

    hasil KKM ≥ 70.

    Kondisi akhir

  • 24

    2.6 Hipotesis Tindakan

    Berdasarkan kajian teori dari kerangka pikir di atas dapat dirumuskan

    hipotesis sebagai berikut: Melalui Model kooperative tipe TPS (Think Pair Share)

    dapat meningkatkan hasil belajar IPA Siswa Kelas IV SDN Sidorejo Lor 05

    Semester 2 Tahun Ajaran 2015/2016.