bab ii kajian pustaka...7 bab ii kajian pustaka 2.1.kajian teori 2.1.1 hakikat ipa kata “ipa”...
TRANSCRIPT
-
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.Kajian Teori
2.1.1 Hakikat IPA
Kata “IPA” merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam. Ilmu
Pengetahuan Alam merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris yaitu Natural
Science, yang secara singkat disebut dengan Science. Natural artinya alamiah,
atau berhubungan dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi dapat
disimpulkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science secara harfiah dapat
disebut sebagai ilmu tentang alam, ilmu yang mempelajari tentang peristiwa-
pristiwa yang terjadi dialam.
Menurut kurikulum KTSP (BSNP, 2006: 161) bahwa "IPA berhubungan
dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau
prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”.
Para ahli mendefinisikan IPA sebagai berikut: Menurut Wahyana (Trianto,
2010:137) IPA adalah suatu kumpalan pengetahuan yang tersusun secara
sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala alam.
IPA adalah suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh/disusun dengan cara yang
khas/khusus, yaitu dengan melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan,
penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait-
mengkait antara antara cara yang satu dengan yang lain (Das Salirawati,2008:24).
Menurut H.W. Flower (Laksmi Prihantro,1986:1.3) Ilmu Pengetahuan Alam
adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan
gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi.
IPA adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang
dimatikan menurut Kardi dan Nur (Triyanto, 2010:136).
Robert B. Sund (Laksmi Prihantro, 1986:1.3) berpendapat bahwa IPA adalah
sekumpulan pengetahuan dan juga proses. Trianto (2013:153) mendefinisikan IPA
sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum
-
8
(universal), dan merupakan kumpulan data hasil observasi dan eksperimen.
Sedangkan James B. Conant (Laksmi Prihantro, 1986:1.3) mendefinisikan IPA
adalah suatu rangkaian konsep-konsep yang saling berkaitan dan bagian-bagian
konsep yang telah berkembang sebagai hasil eksperimen dan observasi dan
bermanfaat untuk eksperimen serta observasi lebih lanjut.
Dari beberapa definisi menurut ahli diatas penulis dapat menyimpulkan
bahwa IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari alam baik makhluk hidup
maupun benda mati yang diproleh dengan cara menggunakan metode observasi
dan eksperimen dan kemudian ditarik kesimpulan, sehingga dapat bermanfaat dan
diterapkan dalam observasi dan eksperimen yang lebih lanjut.
Hakikat ilmu pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang
fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. IPA dipandang
sebagai proses, sebagai produk, sebagai prosedur, menurut Marsetio
Donosepoetro (Triyanto,2010:137). IPA dikatakan sebagai proses karena semua
kegiatan ilmiah yang dilakukan untuk menyempurnakan penetahuan tentang alam
maupun untuk pengetahuan yang baru. IPA sebagai produk karena IPA
merupakan kumpulan hasil empirik dan kegiatan analitik yang dilakukan oleh
para ilmuan dari berabad-abad. Bentuk dari ilmu pengetahuan alam sebagai
produk adalah fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip. IPA sebagai prosedur
maksudnya adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui suatu
(riset pada umumnya) yang lazim disebut metode ilmiah.
Triyanto (2013:153) menyimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat
unsur utama, yakni :Sikap : rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam,
makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah
baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar, Proses : prosedur
pemecahan masalah melalui metode ilmiah, Produk : berupa fakta, prinsip,
teori, dan hukum, Aplikasi : penerapan metode ilmiah dan konsep IPA
dalam kehidupan sehari- hari.
Menurut Laksmi Prihantro dkk (1968:1.4) berpendapat bahwa hakikat IPA
merupakan suatu produk, proses dan penerapan. IPA sebagai produk merupakan
kumpulan pengetahuan dan kumpulan konsep-konsep dan bagan konsep yang
merupakan hasil suatu proses tertentu. IPA sebagai proses merupakan proses yang
dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan
-
9
produk-produk IPA. Penerapan teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang
dapat memberikan kemudahan bagi kehidupan. Penerapan-penerapan IPA ini juga
berguna untuk mengembangkan teori dan teknologi yang baru.
Fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi
Depdiknas 2003 (Trianto 2010: 138) adalah (1) menanamkan keyakinan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) mengembangkan keterampilan, sikap,
dan nilai ilmiah, (3) mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang
melek sains dan teknologi, (4) menguasai konsep sains untuk bekal hidup
di masyarakat dan melanjutkan ke jenjang lebih tinggi.
Dari fungsi dan tujuan diatas semakin memperjelas bahwa hakikat IPA tidak
hanya pada dimensi pengetahuan, IPA lebih menekankan pada dimensi ukhrawi,
di mana dengan memperhatikan keteraturan di alam semesta akan semakin
meningkatkan keyakinan akan adanya sebuah kekuatan yang maha dasyat yang
tidak dapat dibantah lagi, yaitu kekuatan Tuhan YME.
Menurut Laksmi Prihantro (dalam triyanto 2010:141) Merujuk pada
hakikat IPA yang telah dijelaskan diatas, maka nilai-nilai IPA yang dapat
ditanamkan dalam pembelajaran IPA sebagai berikut: (a) Kecakapan
bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut langkah-langkah
metode ilmiah, (b) Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan
pengamatan, mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan
masalah (c) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan
masalah baik dalam kaitannya dengan sains maupun dalam kehidupan.
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu alat untuk mancapai tujuan
pendidikan nasional, maka pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah
memiliki tujuan tertentu.
Menurut Laksmi Prihanto (Dalam Triyanto, 2010:142) menyatakan tujuan
pendidikan IPA adalah sebagai berikut: (a) Memberikan pengetahuan
kepada siswa tentang dunia tempat hidup dan bagaimana bersikap, (b)
Menanamkan sikap hidup ilmiah, (c) Memberikan keterampilan untuk
melakukan pengamatan, (d) Mendidik siswa untuk menangani, mengetahui
cara kerja serta menghargai para ilmuwan penemunya, dan (e)
Menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan
permasalahan.
Kardi dan Nur (Triyanto, 2010:142) melihat tujuan pendidikan yang
dikemukakan diatas menyatakan bahwa hakikat IPA tercermin dalam tujuan
pendidikan dan metode mengajar yang digunakan. Sehingga pembelajaran IPA
-
10
pada tingkat pendidikan manapun harus dikembangkan dengan memahami
berbagai pandangan tentang makna IPA, yang dalam konteks pandangan hidup
dipandang sebagai suatu instrumen untuk mencapai kesejahteraan dan
kebahagiaan sosial manusia.
Dari hakikat dan tujuan pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan
beberapa hal, sebagai berikut: (a) Kesadaran akan keindahan dan
keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, (b) Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip
dan konsep, fakta yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan, dan
hubungan antara sains dan teknologi, (c) Keterampilan dan kemampuan
untuk menangani peralatan, memecahkan masalah dan melakukan
observasi, (d) Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritis, sensitive, obyektif,
jujur terbuka, benar dan dapat bekerja sama, (e)Kebiasaan
mengembangkan kemampuan berfikir analitis induktif dan deduktif
dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk menjelaskan
berbagai peristiwa alam, dan (f) Apresiatif terhadap sains dengan
menikmati dan menyadari keindahan keteraturan perilaku alam serta
penerapannya dalam teknologi. (Depdiknas 2003, dalam Trianto
2010:143).
Menurut Mulyasa (2010:111) adapan tujuan pendidikan mata pelajaran IPA
di Sekolah Dasar berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
agar peserta didik mampu sebagai berikut :
Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya, (b)
Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (c)
Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat, (d) Mengembangkan keterampilan proses untuk
menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan,
(e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam, (f) Meningkatkan kesadaran
untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan
Tuhan, (g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Menurut Mulyasa (2010:111) ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI
meliputi aspek-aspek, sebagai berikut:
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan
dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
-
11
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya yang meliputi: benda cair,
padat dan gas.
3. Energi dan perubahannya yang meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,
listrik, cahaya dan pesawat sederhana.
4. Bumi dan alam semesta yang meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan
benda-benda langit lainnya.
2.1.2 Pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intelectually (SAVI)
Pendekatan SAVI diperkenalkan pertama kali oleh Dave Meier. Dave Meier
(Ramani, 2002:90) mengemukakan bahwa manusia memiliki empat dimensi,
yaitu: tubuh atau somantik, pendengaran atau auditory, penglihatan atau visual,
dan pemikiran atau intelektual. Dari pendapat terebut Dave Meier kemudian
mengajukan pembelajaran aktif atau yang biasa disingkat dengan SAVI. Menurut
Dave Meier (Rahmani, 2002:90) pembelajaran aktif atau pembelajaran SAVI
adalah bergerak aktif secara fisik ketika belajar, dengan memanfaatkan indra
sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh/pikiran terlibat dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran SAVI merupakan suatu pembelajaran yang
menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki
oleh siswa, (Warta, 2010:40).
Merut Sudarni (Wahyuni, 2013:2) menyatakan bahwa model pembelajaran
SAVI dapat menciptakan suasana kelas yang menyenangkan bagi anak. Pelajaran
dikemas suasana bermain dan bereksperimen.
SAVI merupakan singkatan dari Somantik, Auditory, Visualization dan
Intelectually. Pembelajaran SAVI merupakan mempebalajaran yang menekankan
pemanfaatan semua indra yang dimiliki siswa. Teori yang mendukung
pembelajaran SAVI adalah Accelerated Learning, teori otak kanan/kiri/ teori
triune, pilihan modalitas (Visualization, auditorial dan kinestetik); teori
kecerdasan ganda, pendidikan (holistic) menyeluruh, belajar berdasarkan
pengalaman, dan belajar dengan symbol. Pembelajaran SAVI menganut aliran
ilmu kognitif modern yang menyatakan bahwa belajar yang paling baik adalah
melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap kedalaman serta
-
12
keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari
bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran SAVI
merupakan pembelajaran yang menekankan pada pemanfaatan semua indra yang
dimiliki oleh tubuh siswa dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang
berlangsung.
Menutur Dave Maier (Rahmani, 2002:91) sesuai dengan singkatan SAVI,
pembelajaran SAVI mempunyai empat unsur, yaitu:
1. Somantik
Somatic berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh- soma. Apabila
dikaitkan dengan pembelajaran berarti belajar dengan bergerak dan berbuat. Jadi
pembelajaran somatik berarti belajar dengan indra peraba, kinestetik, praktis-
melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewktu-waktu.
2. Auditori
Belajar dengan berbicara dan mendengar. Pikiran auditory lebih kuat daripada
apa yang kita pelajari. Tanpa kita sadari telinga kita terus-menerus menangkap
dan menyimpan informasi auditori. Ketika kita membuat suara dengan berbicara,
beberapa area penting di otak kita menjadi aktif. Sehingga dapat kita artikan
bahwa dalam belajar hendaknya menyuruh mereka untuk menerjemahkan
pengalaman mereka dengan suara, mengajak siswa berbicara tentang apa yang
sudah dipelajari, mengajak mereka berbicara saat memecahkan masalah, membuat
model pengumpulan informasi, membuat rencana kerja, menguasai keterampilan,
membuat tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan makna-makna pribadi
bagi diri mereka.
3. Visualization
Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Di dalam otak terdapat lebih
banyak perangkat untuk memproses informasi visual dari pada indra yang lainnya.
Setiap orang (terutama pembelajar visual) lebih mudah belajar jika dapat
“melihat” apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah. Pembelajar visual
belajar paling baik jika mereka dapat melihat contoh dunia nyata, diagram, peta
gagasan, ikon, gambaran dari segala macam hal ketika mereka sedang belajar.
-
13
4. Intelectually
Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Intelektual adalah
pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk berpikir,
menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan syaraf baru, dan belajar. Ia
menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional dan tubuh untuk membuat
makna baru bagi dirinya. Hal itu merupakan sarana yang digunakan pikiran untuk
mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman,
dan pemahaman menjadi keaktifan.
Tujuan pembelajaran SAVI adalah
1. Mengaktifkan siswa dalam suatu proses pembelajaran yang melibatkan
seluruh indra yang dimiliki siswa.
2. Meningkatkan hasil pembelajaran karena pembelajaran bersifat memberikan
pengalaman belajar sehingga siswa sulit untuk melupakan.
3. Meningkatkan cara berfikir kritis.
Menurut Dave Maier (Sidjabat, 2009) mengajukan sejumlah prinsip pokok
dalam belajar dengan menggunakan pendekatan SAVI, yaitu sebagai berikut:
1. Pembelajaran melibatkan seluruh pikiran dan tubuh.
2. Pembelajaran berarti berkreasi bukan mengkonsumsi.
3. Kerjasama membantu proses pembelajaran.
4. Pembelajaran berlangsung pada benyak tingkatan secara simultan.
5. Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan umpan balik.
6. Emosi positif sangat membantu pembelajaran.
7. Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.
Dalam pembelajaran SAVI terdapat kelebihan dan kelemahan. Berikut
kelebihan dan kelemahan dalam pembelajaran SAVI.
1. Kelebihan
Menurut Sanjaya (2008:249) kelebihan pembelajaran SAVI adalah
a. Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat
menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri.
b. Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan.
c. Dapat membantu anak untuk merespon orang lain.
-
14
d. Dapat memberdayakan siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam
belajar.
e. Dapat meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial.
f. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan
pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.
g. Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan
kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.
h. Dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk
berpikir.
2. Kelemahan
Kelemahan pembelajaran SAVI, sebagai berikut:
a. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu
memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu.
b. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan
dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.
c. Saat kegiatan diskusi berlangsung, ada kecenderungan memerlukan
waktu yang cukup lama.
Langkah-langkah pembelajaran SAVI menurut Dave Meir (Rahmani,
2002:105) membagi tahapan pembelajaran SAVI sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan pembelajar untuk belajar.
Ini adalah langkah penting dalam belajar Tahap persiapan digunakan untuk
menimbulkan minat para pembelajar, memberikan perasaan positif mengenai
pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam
situasi optimal untuk belajar.
Tujuan mempersiapkan pembelajar adalah untuk:
1) Mengajak pembelajar keluar dari keadaan mental yang pasif atau
resisten.
2) Menyingkirkan rintangan belajar.
3) Merangsang minat dan rasa ingin tahu pembelajar.
-
15
4) Memberi pembelajar perasaan positif mengenai, dan hubungan yang
bermakna dengan topik pelajaran.
5) Menciptakan pembelajar aktifyang tergugah untuk berpikir, belajar,
mencipta, dan tumbuh.
6) Mengajak orang keluar dari keterasingan dan masuk ke dalam
komunitas belajar.
2. Tahap penyampaian materi
Tahap penyampaian dalam siklus pembelajaran dimaksudkan untuk
mempertemukan pembelajar dengan materi belajar yang mengawali proses
belajar secara positif dan menarik.Tahap penyampaian materi ini membantu
pembelajar menemukan materi belajar yang baru dengan cara yang menarik,
menyenangkan, relevan, melibatkan panca indera, dan cocok untuk semua
gaya belajar. Tahap penyampaian dalam belajar bukan hanya sesuatu yang
dilakukan fasilitator, melainkan sesuatu yang secara aktif melibatkan
pembelajar dalam menciptakan pengetahuan di setiap langkahnya.
3. Tahap pelatihan
Tujuan tahap pelatihan adalah membantu pembelajar mengintegrasikan dan
menyerap pengetahuan dan keterampilan.
4. Tahap penampilan
Tujuan tahap penampilan adalah membantu pembelajar menerapkan dan
memperluas pengetahuan atau keterampilan baru yang mereka miliki.
Menurut Fitriana Ella (2012) (Rizki, 2011:12) tahap pembelajaran SAVI
meliputi:
1) Tahap Persiapan (Kegiatan Pendahuluan)
Pada tahapan ini guru menggali pengetahuan siswa serta meningkatkan minat
belajar siswa agar siswa termotivasi dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran.
2) Tahap Penyampaian (Kegiatan Inti)
Guru melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dengan
melibatkan semua panca indra yang dimiliki siswa berupa kegiatan
melakukan sesuatu, mendengarkan, melihat dan berfikir yang melibatkan
-
16
semua modalitas belajar siswa dalam pembelajaran SAVI sehingga
pembelajaran lebih bermakna dan membekas dibenak siswa.
3) Tahap Pelatihan (Kegiatan Inti)
Guru memberikan pelatihan keterampilan kepada siswa sehingga dapat terjadi
timbal balik positif sesuai tujuan pembelajaran.
4) Tahap Penampilan (Kegiatan Penutup)
Adanya refleksi terhadap proses pembelajaran serta penguatan terhadap
siswa.
Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran Somantic Auditory Visualization
Intellectually (SAVI) yang telah dikemukan diatas, maka penulis dapat
menyimpulkan langkah-langkah pembelajaran Somantic Auditory Visualization
Intellectually (SAVI) dalam kegiatan pembelajaran IPA adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Sintak Pembelajaran Somantic Auditory Visualization Intellectually
Langkah-
langkah
Keterangan Kegiatan
Guru Siswa
Kegiatan Awal
(Tahap
Persiapan)
Mempersiapkan
lingkungan
belajar yang
positif
Guru menyiapkan
alat dan madia
yang digunakan
unuk proses
pembelajaran
Siswa
menyiapkan
buku yang
digunakan untuk
mengikuti
pembelajaran
Guru
mengkondisikan
kelas dengan cara
memperhatikan
kebersihan kelas,
kerapian kelas dan
cara duduk siswa
Siswa memeriksa
kebersihan kelas,
kerapian kelas
dan cara duduk.
-
17
Melakukan
kegiatan motivasi
dan atau apersepsi
Guru memberikan
pernyataan yang
memberi manfaat
positif tentang
pembelajaran IPA
merupakan
pembelajaran yang
menyenangkan dan
bermanfaat dalam
kehidupan sehari-
hari
Siswa menyimak
pernyataan guru
yang
memberikan
manfaat positif
tentang
pembelajaran
IPA merupakan
pembelajaran
yang
menyenangkan
dan bermanfaat
dalam kehidupan
sehari-hari
Guru
membangkitkan
rasa ingin tahu
siswa dengan
mengajukan
pertanyaan (Audio,
intelektual)
Siswa menjawab
pertanyaan yang
diajukan oleh
guru
Menyampaikan
tujuan
pembelajaran dan
kegiatan yang
akan dilakukan
Guru memberikan
tujuan
pembelajaran dan
menjelaskan
kegiatan
pembelajaran yang
akan dilakukan
Siswa menyimak
penyampaian
tujuan
pembelajaran dan
kegiatan
pembelajaran
yang akan
dilakukan
Guru mengajak
siswa terlibat
penuh dari awal
pembelajaran
hingga akhir
pembelajaran
Siswa terlibat
penuh dalam
proses
pembelajaran
dari awal hingga
akhir
pembelajaran
Kegiatan Inti
(Tahap
Penyampaian)
Penyampaian
materi
Guru berbagi
pengetahuan
dengan cara
ceramah bervariasi
Siswa menyimak
penyampaian
materi yang
disampaiakan
Membentuk
kelompok
heterogen setiap
kelompok yang
terdiri 4-5 siswa
Guru membentuk
kelompok
heterogen masing-
masing 5 anggota
Siswa berkumpul
sesuai
kelompoknya
-
18
Bekerja kelompok
dan
menyelesaikan
soal yang
diberikan oleh
guru
Guru memberi
kesempatan kepada
siswa melakukan
pengamatan dunia
nyata (V)
Siswa melakukan
pengamatan
tentang alat dan
bahan yang akan
digunakan dalam
praktikum
Guru melaksanakan
kegiatan belajar
yang melibatkan
seluruh otak,
seluruh tunuh
(intelektual,
somantik)
Siswa melakukan
praktikum sesuai
dengan lembar
kerja yang
diberikan guru
Guru melatih siswa
memecahkan
masalah (I)
Siswa menjawab
pertanyaan pada
lembar kerja
yang diberikan
guru
Kegiatan Inti
(Tahapan
Pelatihan)
Menyampaikan
hasil diskusi
kelompok
Guru memberikan
kesempatan pada
siswa untuk
mempresentasikan
hasil belajar
Siswa
mempresentasika
n hasil diskusi
kelompoknya
kedepan kelas
Kegiatan
penutup
(Tahap
Penampilan
Hasil)
Merefleksikan
kegiatan
pembelajaran
yang telah
dilakukan
Guru bersama siswa merefleksikan
pembelajaran yang telah dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari
Kesimpulan dan
evaluasi kinerja
Guru bersama siswa menyimpulakan
materi pelajaran
Guru membagiakan
lembar evaluasi
Siswa
mengerjakan
lembar evaluasi
2.1.3 Motivasi Belajar
Motivasi adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu, Nasution (dalam Handani, 2011:142). Motivasi menurut Sadirman
(Handani, 2011:142) adalah menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau
ingin melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi menurut Ngalim Purwanto (dalam
Handani, 2011:142 ) adalah segala sesuatu yang mendorong orang untuk
melakukan sesuatu.
-
19
Menurut Winardi (2001:207) motivasi merupakan suatu kekuatan potensial
yang ada pada diri seseorang manusia, yang dapat dikembangkannya sendiri, atau
dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar. Motivasi adalah suatu pendorong
yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktivitas nyata
untuk mencapai tujuan tertentu (Djamarah, 2002:14). Sedangkan menurut
Suardiman (1986:9) motivasi merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan
kondisi-kondisi tertentu, bila ia tidak suka maka ia akan meniadakan atau
mengelakkan perasaan tidak seka itu.
Priyatno (1989:13) motivasi belajar adalah suatu energi yang menggerakkan
aktivitas siswa kepada tujuan belajar. Sedangkan menurut Agus Suprijono
(2013:163) motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah,
dan kegigihan perilaku.
Dari beberapa pengertian motivasi belajar menurut para ahli diatas, dapat
disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan yang ada dalam diri
seseorang yang dapat dipengaruhi oleh dirinya sendiri ataupun kekuatan luar yang
dapat menimbulkan rasa senang sehingga merasa bersemangat untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dalam pembelajaran.
Menurut Djamarah (2002: 124) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
belajar ada enam, yaitu:
1. Faktor angka atau nilai
2. Faktor hadiah
3. Faktor kompetisi
4. Faktor ego-involment
5. Faktor pujian
6. Hukuman
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 86) motivasi terdiri dari dua macam
yaitu:
1. Motivasi primer
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan motif-motif dasar. Motif-
motif dasar tersebut umumnya berasal dari biologis atau jasmani manusia.
2. Motivasi sekunder
-
20
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Misalkan seseorang yang
merasa lapar akan tertarik untuk makan tanpa belajar. Untuk memperoleh
makanan orang tersebut harus bekerja terlebih dahulu, agar dapat bekerja dengan
baik orang tersebut haruslah belajar bekerja dengan baik. “Belajar bekerja dengan
baik ” merupakan motivasi sekunder.
Selain itu, motivasi juga dibedakan menjadi dua (Dimyati, 2006: 90) adalah
sebagai beriku:
1. Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya tidak perlu
ada adanya dorongan dari luar, kerena didalam diri seseorang sudah terdapat
dorongan dari diri seseorang. Sebagai ilustrasi, seorang siswa diberi tugas untuk
membaca oleh gurunya. Siswa tersebut akan terus membaca karena siswa ingin
mengetahui kisah seorang tokoh yang ada didalamnya, bukan karena tugas yang
diberikan oleh guru. Setelah siswa menyelesaikan membaca pada buku yang
diberikan oleh guru, siswa akan mencari buku yang lain untuk memahami tokoh
yang lain. Keberhasilan membaca sebuah buku akan menimbulkan keinginan baru
untuk membaca buku yang baru.
Motivasi intrinsik dapat dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya
terdapat aktivitas belajar yang dimulai dan kemudian diteruskan berdasarkan
dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
2. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada di
luar perbuatan yang dilakukan. Orang berbuat sesuatu, karena dorongan dari luar
seperti adanya hadiah dan menghindari hukuman. Misalnya: seorang siswa akan
belajar dengan giat agar nilai ulangannya mendapatkan nilai yang terbaik, karena
apabila mendapatkan nilai baik ia akan mendapatkan hadiah dari orang tuanya.
Motivasi ekstrinsik juga dapat dikatakan sebagai bentuk motivasi yang
didalamnya terdapat aktivitas belajar yang dimulai dan kemudian diteruskan
berdasarkan dorongan dari luar yang secara mutlak tidak berkaitan dengan
aktivitas belajar.
-
21
Ditinjau dari sudut operasionalnya, motivasi terdiri atas beberapa bentuk,
yaitu (Hamdani, 2011: 290):
1. Motif
Seorang siswa yang belajar diasumsikan di dalam dirinya ada dorongan untuk
memulai, melaksanakan, dan mengatur aktivitasnya. Dorongan tersebut tergantuk
pada tiap diri siswa. Dalam hubungan ini dapat dilihat dua macam motif, yaitu
motif biogenis dan motif sosiogenis. Motif biogenis adalah motif yang berasal
dari masalah biologis, yaitu motif yang sifatnya memenuhi kebutuhan-kebutuhan
biologis. Kebutuhan biologis ini merupakan kebutuhan fundamental. Yang artinya
sebelum memenuhi kebutuhan-kebutuhan lain, seseorang harus memenuhi
kebutuhan biologis terlebih dahulu. Motif sosiogenis adalah motif yang berasal
dari segi sosial. Motif ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan hidup seseorang.
Guru harus mengetahui adanya motif ini dalam diri setiap siswa, untuk
dimanfaatkan dalam pencapaian belajar.
2. Minat
Minat mempengaruhi proses hasil belajar yang juga berpengaruh terhadap
motivasi. Kalau seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu, maka orang
tersebut tidak diharapkan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal itu. Minat
seseorang terhadap suatu hal dapat dilihat dari keinginannya untuk mengetahui
atau belajar lebih banyak.
Menurut Hamdani (2011:292) fungsi motivasi yang berkenaan dengan proses
belajar mengajar, antara lain sebagai berikut:
1. Fungsi penggerak dalam motivasi
Penggerak motivasi belajar untuk siswa dapat dilakukan melalui beberapa
cara, antara lain:
a. Metode penemuan (Bruner). Metode ini dimaksudkan agar siswa
memberikan stimulan terhadap dirinya sendiri sehingga ia melakukan
fungsi penggerak motivasinya.
b. Motivasi kompetensi (Robert White). Motivasi kompetensi
menggerakkan tindakan-tindakan, seperti menyelidiki, memerhatikan,
berbicara, penalaran, dan memanipulasi.
-
22
c. Belajar terprogram (Bert Kersh). Kelompok belajar secara terbimbing
berisi serangkaian pertanyaan dan jawaban yang disusun secara terhadap
sampai pada penyelesaian masalah.
d. Prosedur brainstorming (Torranca). Prosedur ini dimaksudkan agar siswa
mampu memproduksi ide-ide yang berbobot tinggi, melalui diskusi dan
kritik.
2. Fungsi harapan
Guru memberi harapan-harapan tersebut untuk menggugah motivasi belajar.
Cara-cara yang dapat dilaksanakan untuk memenuhi fungsi harapan ini antara
lain:
a. Merumuskan tujuan instruksional sekhusus mungkin.
b. Tujuan instruksional hendaknya dibagi menjadi tiga kategori, yaitu
tujuan instruksional yang langsung, intermediete, dan jangka panjang.
c. Perubahan-perubahan harapan.
d. Tingkat aspirasi. Tingkat aspirasi dimasudkan sebagai pembangkit
motivasi dengan berpedoman bahwa keberhasilan masa lampau
mengkondisikan siswauntuk menambah harapan-harapan mereka.
Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar (Dimyati,2006: 97) adalah
sebagai berikut:
a. Cita-cita atau aspirasi siswa
b. Kemampuan siswa
c. Kondisi siswa
d. Kondisi lingkungan siswa
e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa
Menurut Mulyasa (2010: 266) terdapat beberapa prinsip yang dapat
diterapkan untuk meningkatkan motivasi peserta didik, diantaranya:
1. Peserta didik akan belajar lebih giat kompetensi dasar yang dipelajari
menarik, dan berguna bagi dirinya.
2. Kompetensi dasar harus disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada
peserta didik sehingga mereka mengetahui dengan jelas.
-
23
3. Peserta didik harus selalu diberitahu tentang hasil belajar dan pembentukkan
kompetensi pada dirinya.
4. Pemberian pujian dan hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-
waktu hukuman juga diperlukan.
5. Manfaatkan sikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu peserta didik.
6. Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individu peserta didik.
7. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dengan jalan
memperhatikan kondisi fisiknya, memperhatikan rasa aman, menunjukan
bahwa guru memperhatikan mereka, mengatur pengalaman belajar
sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik pernah memperoleh kepuasan
dan penghargaan, serta mengarahkan pengalaman belajar ke arah
keberhasilan, sehingga mencapai prestasi dan mempunyai kepercayaan diri.
Menurut Hamdani (2011: 294) beberapa teknik atau pendekatan untuk
memotivasi siswa agar memiliki gairah dalam belajar, antara lain:
1. Berikan kepada siswa rasa puas untuk keberhasilan lebih lanjut.
2. Ciptakanlah suasana kelas yang menyenangkan.
3. Aturlah tempat duduk siswa secara bervariasi.
4. Pakailah metode penyampaian yang bervariasi sesuai dengan materi yang
disajikan.
5. Kembangkan pengertian para siswa secara wajar.
6. Berikan komentar pekerjaan siswa.
2.1.4 Hasil Belajar
Menurut Reigelut (Hamzah,2007:137) Hasil belajar adalah semua efek yang
dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode di
bawah kondisi yang berbeda. Efek yang dimaksud bisa berupa efek yang sengaja
dirancang, karena merupakan efek yang diinginkan dan bisa juga efek nyata
sebagai hasil penggunaan metode pengajaran tertentu.
Dimyati dan Mudjion (1999:250) berpendapat, hasil belajar merupakan hal
yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi guru,
hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Sedangkan dari sisi
-
24
siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik
dibandingkan saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut
terwujud pada jenis-jenis ranah afektif, kognitif dan psikomotor.
Menurut Mulyono Abdurrahman (1993:31) hasil belajar adalah kemampuan
yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar yang dimaksud
merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu
bentuk perubahan prilaku yang relatif menetap.
Menurut Nasution (2003:42) hasil belajar suatu perubahan pada individu
yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk
kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Sedangkan
Nana Sudjana (2004:14) berpendapat hasil belajar adalah suatu akibat dari proses
belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun
secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan.
Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2009:5), hasil belajar berupa :
a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik
terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan
manipulasi simbol, pemecahan masalah, maupun penerapan aturan.
b. Ketrampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Ketrampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi,
kemampuan analitis-sintesis, fakta-konsep dan mengembangkan prinsip –
prinsip keilmuan. Ketrampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan
aktivitas kognitif bersifat khas.
c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah
dalam memecahkan masalah.
d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak
jasmani.
e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa menginternalisasi dan
eksternalisasi nilai – nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai –
nilai sebagai standar perilaku.
Dari pendapat tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku seseorang yang meliputi, afektif, kognitif,
-
25
dan psikomotor yang merupakan hasil dari proses pembelajaran dengan
menggunakan motode tertentu.
Menurut Nana Sudjana(2004:39) hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi
oleh dua faktor utama yaitu:
1. Faktor dari dalam diri siswa,
Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya.
Faktor kemampuan sangat mempengaruhi hasil belajar yang dicapai oleh
siswa. Selain faktor kemampuan juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar,
minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi,
faktor fisik dan praktis.
2. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan
Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil
belajar di sekolah adalah kualitas pengajaran. Yang dimaksud kualitas
pengajaran adalah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar
mengajar dalam mencapai tujuan.
Menurut Caroll dalam Nana Sudjana (2004: 40) hasil belajar yang dicapai
siswa dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu:
a. Bakat belajar
b. Waktu yang tersedia untuk belajar
c. Waktu yang diperlukan siswa unuk menjelaskan pelajaran
d. Kualitas pengajaran
e. Kemampuan individu.
2.1.5 Hubungan Pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intelectually
(SAVI) terhadap Motivasi dan Hasil Belajar IPA
Pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intelectually (SAVI)
merupakan pembelajaran yang menekankan pemanfaatan seluruh panca indra
yang dimiliki oleh siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam
pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intelectually (SAVI)
menggabungkan antara pemikiran dan gerakan. Pembelajaran Somatic Auditory
Visualization Intelectually (SAVI) dimulai dengan mengkondisikan kelas
-
26
sehingga terbentuk kondisi yang positif, kemudian menjelaskan tujuan, manfaat
dan langkah kerja yang akan dipelajari siswa. Dengan seperti itu akan membuat
siswa merasa ingin tahu materi yang akan dipelajari, sehingga siswa akan
mengikuti pembelajaran dengan semangat. Tidak hanya itu saja, ketika siswa
sudah mempunyai semangat untuk mempelajari materi yang akan disampaikan.
Tetapi guru menjelaskan hanya dengan ceramah tidak membawa alat peraga,
semangat dan rasa ingin tahu tersebut akan hilang. Pada pembelajaran Somatic
Auditory Visualization Intelectually (SAVI) setelah dikondisikan sedemikanrupa
dalam pembelajaran guru akan menjelaskan pembelajaran dengan prinsip akan
memanfaatkan seluruh panca indra yang akan miliki, dalam pembelajaran tersebut
anak dapat mendengar, berbicara, melihat dan meraba, sehingga siswa termovasi
untuk mengikuti pembelajaran tersebut. Motivasi pada anak ketika pembelajaran
akan terbentuk ketika anak mengetahui manfaat materi yang dipelajari dalam
kehidupan sehari-hari dan siswa dapat melakukan percobaan sehingga
pembelajaran menjadi konkrit tidak abstrak lagi. Ketika motivasi anak sudah
meningkat untuk mempelajari materi tersebut pasti akan berpengaruh terhadap
hasil belajar. Hal itu sejalan dengan hasil penelitian Walberg dkk yang
menimpulkan bahwa motivasi mempunyai kontribusi antara 11 sampai 20 persen
terhadap prestasi belajar. Studi yang dilakukan Suciati menyimpulkan bahwa
kontribusi motivasi sebesar 36%, sedangkan McCelland menunjukkan bahwa
motivasi berprestasi mempunyai kontribusi samapai 64% terhadap prestasi (Agus
Suprijana, 2009: 162).
Dari uraian diatas jelas bahwa ketika siswa dalam pembelajaran tersebut
dapat menarik rasa ingin tahu siswa dan dalam pembelajaran siswa dapat melihat,
mendengarkan, berbicara, meraba dan melakukan sesuatu, akan meningkatkan
motivasi siswa dalam belajar. Motivasi yang meningkat tersebut dapat
meningatkan hasil belajar terhadap mata pelajaran tersebut. Terlebih-lebih mata
pelajaran IPA, siswa menganggap IPA itu membosankan karena harus menghafal,
tetapi dengan penerapkan pembelajaran Somatic Auditory Visualization
Intelectually (SAVI) siswa dalam proses pembelajaran akan diajak untuk
memanfaatkan seluruh indra yang dimiliki anak dengan melihatkan video,
-
27
melakukan percobaan dan presentasi sehingga motivasi anak akan meningkat
untuk mempelajari IPA. Anggapan IPA itu sulit dan membosankan akan hilang,
sehingga motivasi anak meningkat dan hasil belajarnya pun dapat meningkat.
2.2.Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan
Tomi Agus (2012), dalam skripsinya yang berjudul “Peningkatan Motivasi
Dan Hasil Belajar IPA Menggunakan Model Pembelajaran SAVI Pada Siswa
Kelas V SDN Salatiga 01 Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2011/2012”. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran SAVI dapat
meningkatakan motivasi dan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA.
Hal itu dibuktikan dengan kondisi awal sebelum dikakukan tindakan total
persentasi dengan seluruh item sebanyak adalah 3,36 (84,20%), pada siklus I
menjadi 3,41 (85,47%), dan pada siklus II meningkat menjadi 3,49 (87,46%).
Sehingga dapat dilihat motivasi siswa pada kondisi awal ke siklus I terjadi
peningkatan sebanyak 0,05 (1,27%) dan siklus I ke siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 0,08 (1,99%). Peningkatan hasil belajar pada kondisi awal
persentase ketuntasan hasil belajar siswa sebanyak 20,8, sedangkan setelah
mendapatkan tindakan pada siklus I persentase ketuntasan hasil belajar siswa
menjadi 68,75, pada siklus II persentase ketuntasan hasil belajar siswa menjadi
91,67. Dari situ terlihat bahwa terdapat peningkatan persentase hasil belajar siswa,
yang semula pada kondisi awal ke siklus I mengalami kenaikan sebanyak 47,95%,
dan siklus I ke siklus II mengalami kenaikan sebanyak 22,92%. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran SAVI dapat meningkatakan motivasi dan
hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA.
Theresia Natasian (2011), dalam skripsi yang berjudul “Penerapan Model
SAVI Untuk Meningkatkan Pembelajaran IPA Siswa Kelas IV SDN Madyopuro 1
Kecamatan Kedungkandang Kota Malang Oleh Theresia Natasian”. Hasil
penelitian ini adalah terjadinya peningkatan aktivitas dan hasil belajar pada mata
pelajaran IPA. Hasil penelitian didapatkan nilai rata-rata aktivitas siswa siklus I
pertemuan 1 69,15 termasuk kategori (rendah),dan pertemuan 2 yaitu 75,93 dan
pada siklus II pertemuan 1 yaitu 72,30 dan pertemuan kedua 82,73 kategori
-
28
(tinggi) dan hasil belajar siswa siklus I pertemuan 1 60,39 termasuk kategori
(rendah) dan pertemuan 2 hasil belajar siswa 70,65 termasuk kategori(cukup).
Pelaksanaan tindakan siklus I pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 meningkat
sebesar (10,26%). sedangkan siklus II pertemuan 1 hasil belajar siswa 72,79
termasuk kategori(cukup) dan pertemuan 2 mencapai 78,37 termasuk
kategori(tinggi). Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan 1 dan 2 mengalami
peningkatan sebesar (5,58%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan
pembelajaran SAVI dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa pembelajaran
SAVI dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. dengan demikian
penelitian tersebut mendukung penelitian ini. Pada penelitian ini menekankan
pada penerapan pembelajaran SAVI untuk meningkatkan motivasi dan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPA.
2.3.Kerangka Berpikir
Dalam kegiatan belajar mengajar di SD N Kebondowo 01 lebih berpusat pada
guru, yang mengakibatkan siswa menjadi pasif. Sehingga siswa merasa bosan
pada saat pembelajaran, rasa bosan tersebut dikarenakan siswa dalam
pembelajaran hanya duduk, diam, dan mendengarkan saja tanpa melakukan
sebuah kegiatan yang dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Dalam sebuah proses pembelajaran terutama Ilmu Pengetahuan
Alam diperlukan suatu pembelajaran yang dapat menumbuhkan motivasi siswa
untuk mengikuti pembelajaran. Pembelajaran yang dapat menumbuhkan motivasi
siswa salah satunya adalah Somatic Auditory Visualization Intelectually (SAVI).
Pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intelectually (SAVI) merupakan
pembelajaran yang memanfaatkan seluruh indra yang dimiliki siswa. Dalam
proses pembelajaran ini siswa akan dijak untuk belajar secara konkrit, kegiatan
pada awal pembelajaran adalah siswa dikondisikan pada kondisi positif untuk
mengikuti pembelajaran, kemudian guru menjelaskan tujuan pembelajaran
manfaat pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan
dalam pembelajaran tersebut. Dengan demikian siswa akan merasa tertantang
-
29
untuk mengikuti pembelajaran dan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap mata
pelajaran tersebut. Pada kegiatan inti dalam pembelajaran Somatic Auditory
Visualization Intelectually (SAVI) siswa akan diajak untuk belajar secara konkrit
dengan cara guru menjelaskan pembelajaran dengan batuan alat peraga ataupun
video, yang kemudian anak secara berkelompok melakkan percobaan yang
berkaitan dengan materi yang disampaikan. Setelah melakukan percobaan yang
dilakukan secara berkelompok dan menjawab pertanyaan yang diberikan pada
siswa, siswa akan melakukan presentasi hasil diskusi yang telah dilakukan.
Sedangkan pada tahap akhir adalah siswa dan guru merefleksi pembelajaran yang
telah dilakukan, menyimpulkan pembelajaran dan melakukan evaluasi. Dengan
penerapan pembembelajaran yang demikian maka akan meningkatkan motivasi
siswa dan materi tersebut akan lebih membekas pada ingatan siswa, karena siswa
mengalami langsung. Motivasi siswa yang meningkat tersebut, juga akan
berpengaruh terhadap hasil belajar anak. Motivasi yang meningkat akan
mengingkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran khususnya IPA
2.4.Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berfikir yang telah dijelaskan diatas, maka hipotesis
untuk jawaban sementara pada penilitian ini, sebagai berikut:
1. Pembelajaran IPA dengan menerapkan pembelajaran Somatic Auditory
Visualization Intelectually (SAVI) dapat meningkatkan motivasi belajar IPA
pada siswa kelas IV SD N Kebondowo 01 Kecamatan Banyubiru Kabupaten
Semarang Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2013/2014.
2. Pembelajaran IPA dengan menerapkan pembelajaran Somatic Auditory
Visualization Intelectually (SAVI) dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada
siswa kelas IV SD N Kebondowo 01 Kecamatan Banyubiru Kabupaten
Semarang Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2013/2014.
3. Penerapan beberapa tahapan pembelajaan Somatic Auditory Visualization
Intelectually (SAVI) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA pada
siswa kelas IV SD N Kebondowo 01 Kecamatan Banyubiru Kabupaten
Semarang Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2013/2014.