bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 pembelajaran ipa€¦ · macam ilmu diantaranya...

13
17 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA Kosasih (2013:20) mengatakan pembelajaran adalah “usaha peserta didik mempelajari materi ajar sebagai akibat perlakuan dari guru sebagai penggajar yang memberikan materi”. Komunikasi dalam pembelajaran memiliki tujuan yaitu di nyatakan dengan pesan yang harus di sampaikan. Pesan di sampaikan dari sumber dan disampaikan ke penerima. Trianto (2010: 260) menjabarkan “ IPA merupakan proses yang digunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk sains dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan”. IPA merupakan panduan dari berbagai macam ilmu diantaranya fisika, kimia, biologi dan astronomi. Peristiwa dan gejala alam di pelajari dalam pembelajaran IPA. IPA memiliki tiga istilah yaiti Ilmu, Pengetahuan dan Alam. Fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi (Depdiknas, 2003:2) sebagai berikut : 1. Menanamkan keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa 2. Menggembangkan ketrampilan, sikap dan nilai ilmiah. 3. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi. 4. Mengguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melahirkan pendidikan ke yang lebih tinggi. Dari tujuan diatas bisa disimpulkan hakikat IPA tidak hanya dari segi pengetahuan (keilmuan) namun bisa ke nilai ukhrawi. Dengan peduli kepada alam semesta akan meningkatkan keyakinan dengan adanya kekuatan Maha dasyat yaitu Allah SWT. Secara umum IPA difahami sebagai ilmu yang berkembang dan lahir melewati langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis,

Upload: others

Post on 11-Feb-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 17

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Teori

    2.1.1 Pembelajaran IPA

    Kosasih (2013:20) mengatakan pembelajaran adalah “usaha peserta didik

    mempelajari materi ajar sebagai akibat perlakuan dari guru sebagai penggajar

    yang memberikan materi”. Komunikasi dalam pembelajaran memiliki tujuan yaitu

    di nyatakan dengan pesan yang harus di sampaikan. Pesan di sampaikan dari

    sumber dan disampaikan ke penerima.

    Trianto (2010: 260) menjabarkan “ IPA merupakan proses yang digunakan

    untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk

    sains dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat

    memberi kemudahan bagi kehidupan”. IPA merupakan panduan dari berbagai

    macam ilmu diantaranya fisika, kimia, biologi dan astronomi. Peristiwa dan gejala

    alam di pelajari dalam pembelajaran IPA. IPA memiliki tiga istilah yaiti Ilmu,

    Pengetahuan dan Alam. Fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis

    kompetensi (Depdiknas, 2003:2) sebagai berikut :

    1. Menanamkan keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa

    2. Menggembangkan ketrampilan, sikap dan nilai ilmiah.

    3. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan

    teknologi.

    4. Mengguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melahirkan

    pendidikan ke yang lebih tinggi.

    Dari tujuan diatas bisa disimpulkan hakikat IPA tidak hanya dari segi

    pengetahuan (keilmuan) namun bisa ke nilai ukhrawi. Dengan peduli kepada alam

    semesta akan meningkatkan keyakinan dengan adanya kekuatan Maha dasyat

    yaitu Allah SWT. Secara umum IPA difahami sebagai ilmu yang berkembang dan

    lahir melewati langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis,

  • 18

    penggujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan serta penemuan

    teori dan konsep. Mengajar IPA lebih ditekankan pada pendekatan ketrampilan

    proses, hingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep,

    teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang dapat berpengaruh positif

    terhadap penggaruh proses pendidikan maupun produk pendidikan.

    Wisudawati dan Sulistiyowati (2015:182) menggambarkan “Penbelajaran

    IPA sebagai suatu sistim yang terdiri atas komponen masukan pembelajaran,

    proses pembelajaran dan keluaran pembelajaran”. Komponen pembelajaran tidak

    terlepas dari pelaksanaan pembelajaran, contohnya dalam pembelajaran harus ada

    interaksi antara guru dengan siswa, apabila salah satu tidak ada di dalamnya maka

    tidak akan terjadi proses pembelajaran. Komponen lain yang mendukung proses

    pembelajaran diantaranya kurikulum, model pembelajaran, metode, materi, media

    dan evaluasi. Komponen tersebut saling berkaitan, sehingga dalam hal ini guru

    sebagai dasar yang paling utama dalam semua komponen untuk memandu

    mewujudkan hasil belajar siswa yang baik. Dalam pembelajaran IPA guru hanya

    memberikan tangga untuk membantu siswa mencapai tingkat pemahaman yang

    lebih tinggi namun harus diusahakan siswa dapat menaiki tangga itu. Dari teori

    pembelajaran IPA yang disampaikan penulis menyimpulkan bahwa belajar IPA

    adalah mempelajari sesuatu yang berhubungan dengan alam semesta dengan cara

    melihat secara langsung, mempraktikkan ataupun melakukan eksperimen dari apa

    yang telah diamati. Sehingga kita bisa mengetahui fungsi dari kenampakan alam

    dan cara menjaga alam semesta ini.

    Pembelajaran IPA haruslah menarik, memfasilitasi siswa untuk belajar

    terhadap lingkungan sekitar, dan belajar bersama dalam suatu kelompok. Karena

    belajar dalam suatu kelompok dapat mengintegrasi prinsip hubungan sosial

    dengan prinsip-prinsip lainnya. Oleh karena itu model pembelajaran kooperatif

    sangat sesuai dalam mata pelajaran IPA di SD. Mata pelajaran IPA di SD terdapat

    Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai oleh

    peserta didik yang merupakan standar minimum pendidikan nasional yang telah

    ditetapkan oleh Mendiknas tahun 2006. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada

    pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan

  • 19

    pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Berikut ini merupakan Standar

    Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA kelas IV di SD Negeri

    Mangunsari 2 Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga yang harus dicapai oleh

    peserta didik sebagai pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan.

    Tabel 2.1

    Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA

    Kelas IV Semester I

    Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

    6. Memahami beragam sifat dan

    perubahan wujud benda serta

    berbagai cara penggunaan benda

    berdasarkan sifatnya.

    6.1. Mengidentifikasi wujud

    benda padat, cair dan gas

    memiliki sifat tertentu.

    6.2 Mendeskripsikan terjadinya

    perubahan wujud benda cair

    padat cair ; cair

    gascair ; padatgas.

    Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA kelas

    IV semester I di atas, yang akan dilakukan penelitian adalah pada Standar

    Kompetensi (SK) . Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda

    serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya. (KD) 6.1.

    Mengidentifikasi wujud benda padat, cair dan gas memiliki sifat tertentu.

    6.2 Mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud benda cair padat

    cair ; cair gascair ; padatgas.

    Pemilihan tipe model pembelajaran kooperatif juga harus dilakukan

    untuk memfokuskan tujuan pembelajaran. Tipe model pembelajaran

    kooperatif yang dipilih haruslah mampu membuat siswa aktif melakukan

    penemuan dan pengamatan terhadap lingkungan. Tipe kooperatif yang

    tepat dari karakteristik tersebut adalah tipe Snowball Throwing .Karena

  • 20

    tipe ini menarik perhatian siswa untuk belajar dan melatih siswa untuk

    berfikir kreatif, inovatif dan mandiri. Langkah terakhir adalah melakukan

    evaluasi yang dilakukan oleh siswa yang difasilitasi oleh guru. Dalam

    evaluasi ini tugas guru adalah melakukan penilaian terhadap hasil belajar

    siswa dalam kelompok maupun secara individu.

    2.1.2 Hasil Belajar

    Belajar adalah proses kegiatan dan bukan hasil suatu tujuan

    (Hamalik, 2008:108). Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak

    belajar menggajar dan biasanya ditunjukan dengan nilai tes yang diberikan

    guru (Widoyoko 2014:160). Jadi dapat disimpulkan hasil elajar adalah

    tindakan yang sudah di lakukan melalui proses belajar. Perlu di lakukan

    pengukuran untuk mengetahui hasil belajar siswa. Guru melakukan

    pengukuran pembelajaran untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

    memahami materi yang sudah disampaikan, sehingga guru dapat

    mengetahui tujuan dari pembelajaran sudah di capai siswa atau belum.

    Sistem Pendidikan Nasional merumuskan tujuan pendidikan dengan

    menggunakan klasifikasi belajar yang didalamnya dibagi menjadi tiga

    ranah diantaranya kognitif, afektif, psikomotorik.

    Ranah kognitif lebih banyak digunakan oleh guru dalam

    melaksanakan proses pembelajaran. Penggunaan ranah kognitif ini dapat

    di manfaatkan guru untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan siswa

    yang sudah di dapatkan setelah melaksanakan proses pembelajaran. Bloom

    pada bukunya Taxonomi of Educational Objectives (Wardani, 2012 : 110)

    kognitif menjadi 6 tingkat yang dilambangkan dengan huruf C (cognitive)

    diantaranya :

    a. C1 (Pengetahuan/Knowledge) Pada jenjang ini menekankan pada kemampuan dalam mengingat kembali

    materi yang telah dipelajari, seperti pengetahuan tentang istilah, fakta

    khusus, konvensi, kecenderungan dan urutan, klasifikasi dan kategori,

    kriteria serta metodologi. Tingkatan atau jenjang ini merupakan tingkatan

    terendah namun menjadi prasyarat bagi tingkatan selanjutnya. Di jenjang

    ini, peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan dengan hapalan saja.

    b. C2 (Pemahaman/Comprehension)

  • 21

    Pada jenjang ini, pemahaman diartikan sebagai kemampuan dalam

    memahami materi tertentu yang dipelajari. Kemampuan-kemampuan

    tersebut yaitu :

    1. Translasi (kemampuan mengubah simbol dari satu bentuk ke bentuk lain)

    2. Interpretasi (kemampuan menjelaskan materi) 3. Di jenjang ini, peserta didik menjawab pertanyaan dengan

    kata-katanya sendiri dan dengan memberikan contoh baik

    prinsip maupun konsep.

    c. C3 (Penerapan/Application) Pada jenjang ini, aplikasi diartikan sebagai kemampuan menerapkan

    informasi pada situasi nyata, dimana peserta didik mampu menerapkan

    pemahamannya dengan cara menggunakannya secara nyata. Di jenjang ini,

    peserta didik dituntut untuk dapat menerapkan konsep dan prinsip yang ia

    miliki pada situasi baru yang belum pernah diberikan sebelumnya.

    d. C4 (Analisis/Analysis) Pada jenjang ini, dapat dikatakan bahwa analisis adalah kemampuan

    menguraikan suatu materi menjadi komponen-komponen yang lebih jelas.

    Kemampuan ini dapat berupa :

    1. Analisis elemen/unsur (analisis bagian-bagian materi) 2. Analisis hubungan ( identifikasi hubungan) 3. Analisis pengorganisasian prinsip/prinsip-prinsip organisasi

    (identifikasi organisasi)

    Di jenjang ini, peserta didik diminta untuk menguraikan informasi ke dalam

    beberapa bagian menemukan asumsi, dan membedakan pendapat dan fakta

    serta menemukan hubungan sebab akibat.

    e. C5 (Sintesis/Synthesis) Pada jenjang ini, sintesis dimaknai sebagai kemampuan memproduksi

    dan mengkombinasikan elemen-elemen untuk membentuk sebuah struktur

    yang unik. Kemampuan ini dapat berupa memproduksi komunikasi yang

    unik, rencana atau kegiatan yang utuh, dan seperangkat hubungan

    abstrak.Di jenjang ini, peserta didik dituntut menghasilkan hipotesis atau

    teorinya sendiri dengan memadukan berbagai ilmu dan pengetahuan.

    f. C6 (Evaluasi/Evaluation) Pada jenjang ini, evaluasi diartikan sebagai kemampuan menilai manfaat

    suatu hal untuk tujuan tertentu berdasarkan kriteria yang jelas. Kegiatan ini

    berkenaan dengan nilai suatu ide, kreasi, cara atau metode. Pada jenjang ini

    seseorang dipandu untuk mendapatkan pengetahuan baru, pemahaman yang

    lebih baik, penerapan baru serta cara baru yang unik dalam analisis dan

    sintesis. Menurut Bloom paling tidak ada 2 jenis evaluasi yaitu :

    1. Evaluasi berdasarkan bukti internal 2. Evaluasi berdasarkan bukti eksternal

    Di jenjang ini, peserta didik mengevaluasi informasi termasuk di dalamnya

    melakukan pembuatan keputusan dan kebijakan. Enam tingkat di atas semuanya digunakan dalam aktifitas belajar siswa

    yang melibatkan otak yang berkaitan dengan kemampuan siswa atau intelegensi

    siswa. Untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pemahaman siswa peneliti

    membutuhkan bantuan instrumen atau alat. Banyak instrumen yang dapat

    digunakan oleh peneliti dalam pengukuran belajar siswa dalam dunia pendidikan

    diantaranya instrumen tes, lembar observasi, wawancara, anket dan sikap. Pada

  • 22

    penelitian ini peneliti menggunakan instrumen tes. Instrumen tes sebagai cara

    untukmemberikan angka pada suatu gejala atau peristiwa tertentu, yang akan

    memperlihatkan pencapaian kognitif dari masing-masing siswa setelah mengalami

    proses pembelajaran. Menurut peneliti kesimpulan dari hasil belajar yang

    disampaikan pada semua teori merupakan perolehan ke arah yang lebih baik dari

    segi kognitf, afektif, maupun psikomotor melalui proses yang melibatkan

    kemampuan siswa. Hasil belajar bisa digunakan untuk mengetahui seberapa jauh

    tingkat pemahaman siswa dari materi yang didapatkan. Penelitian ini lebih

    ditakankan pada saat siswa dapat mene rapkan dan menganalisis pembelajaran

    atau lebih dominan ke c3 dan c4 supaya siswa lebih aktif dalam menerapkan dan

    menganalisis.

    2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif

    Banyak model pembelajaran yang digunakan dalam dunia pendidikan,

    model pembelajaran mempunyai fungsi penting bagi siswa dalam pencapaian

    tujuan dan hasil belajar. Model pembelajaran merupakan cara yang sistimatis

    yang digunakan guru dalam mengelola pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

    yang maksimal. Wilis (2011:97) mengatakan model pembelajaran adalah

    “kerangka konseptual yang digunakan guru sebagai acuan dalam pelaksanaan

    belajar menggajar di kelas. Suprijono (2014:218) membaginya kedalam tiga

    model pembelajaran yaitu model pembelajaran langsung, pembelajaran kooperatif

    dan model pembelajaran berbasis masalah.

    Model pembelajaran kooperatif learning merupakan bentuk pembelajaran

    dengan cara siswa belajar dan bekerja dengan klompok kecil secara kolaboratif

    yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok

    hetrogen. Hakekatnya cooperativelearning sama dengan kerja kelompok. Sanjaya

    (2008:67) mengartikan bahwa “model pembelajaran kelompok adalah rangkaian

    belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok dengan tujuan

    mencapai tujuan pembelajaran yang telah dilakukan”. Dalam pembelajaran

    kooperatif guru terlebih dahulu menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan

    dicapai. Tahapan ini diikuti penyajian informasi dengan bahan bacaan di bawah

  • 23

    bimbingan guru, kemudian siswa berkelompok menyelesaikan tugas. Tahapan

    yang terahir pada pembelajaran kooperatif ini yaitu penyajian produk oleh

    kelompok sehingga guru bisa mengevaluasi dengan kelompok dan semua siswa.

    Penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif ini lebih meningkatkan

    kerja sama dan tanggung jawab ke semua siswa untuk mendiskusikan materi

    secara bersama, sehingga antara siswa satu dengan siswa yang lain bisa saling

    melengkapi dan saling membantu satu sama lain.

    2.1.4 Model Pembelajaran Snowball Throwing

    Kosasih (2013:65) Model pembelajaran snowball throwing adalah

    pembelajaaran kooperatif yang didesain seperti permainan melempar bola. Medel

    ini mempunyai tujuan yaitu memancing kreatifitas siswa dalam membuat soal

    sekaligus menguji daya serap materi yang disampaikan oleh ketua kelompok.

    Model ini menuntut siswa untuk berperan aktif dan selalu siap dalam menjawab

    pertanyaan sehingga melatih kesiapan siswa. Suasana belajar akan lebih

    menyenangkan dengan diterapkannya model pembelajaran ini. Suprijono

    (2009:54)Dalam penerapan modelsnowball throwing ini guru membagi kelas

    menjadi beberapa kelompok terdiri dari beberapa anak. Kelompok dibentuk

    dengan mempertimbangkan tipe siswa yang bermacam-macam dan dibagi secara

    acak.

    Sintak pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing menurut Kosasih

    (2013:63) adalah sebagai berikut:

    1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan dan KD yang ingin dicapai. 2. Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing ketua

    kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.

    3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.

    4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah

    dijelaskan oleh ketua kelompok.

    5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 5 menit.

    6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola

    tersebut secara bergantian.

    7. Evaluasi. 8. Penutup.

  • 24

    Jadi, dapat disimpulkan bahwa model Snowball Throwing adalah model

    pembelajaran yang penerapannya dengan cara melempar bola atau segumpalan

    kertas yang berisi pertanyaan yang dibuat oleh siswa dan dilemparkan ke siswa

    lain untuk dijawab.

    2.1.5 Media Belajar Konkret

    Penggunaan media akan lebih baik jika selalu di terapkan dalam

    pembelajaran, tetapi penerapan media pembelajaran akan lebih baik kalau tidak

    berdiri sendiri karena media berfungsi sebagai alat bantu pembelajaran. Kustandi

    (2011:135) mengatakan” media pembelajaran merupakan sarana untuk

    meningkatkan kegiatan kegiatan proses belajar menggajar”. Dalam pembelajaran

    media sangat mendukung proses pembelajaran. Pemilihan media harus di lakukan

    dengan cermat, teliti dan sebaik mungkin. Aspek harus di tentukan dalam

    pemilihan media dengan tujuan pembelajaran. Pemyesuaian media juga harus

    memperhatikan materi dan karakteristik siswa.

    Thoifuri (2007:136) mengatakan “media pengajaran konkret merupakan

    alat bantu belajar siswa yang berwujud benda atau gambar dengan maksud

    membantu siswa lebih mudah mengetahui, memahami dan menerapkan bidang

    studi yang dipelajari.” Media benda konkret menurut peneliti cocok digunakan

    untuk anak SD dikarenakan sesuai dengan tingkatan dan karakteristik anak SD

    yang harus diperlihatkan dengan benda nyata atau sebenarnya. Dalam

    penerapanya media konkret ini diterapkan untuk pelaksanaan dalam pembelajaran

    snowball Throwing. Ketika siswa menerapkan model pembelajaran snowiball

    throwing maka siswa akan melihat benda nyatanya yang di pelajari oleh setiap

    kelompoknya. Peneliti memilih dan menggunakan media konkret dengan alsan

    media konkret bisa menunjukan secara langsung kepada siswa saat mempelajari

    materi, dan bisa langsung digunakan untuk praktikum. Karena media konkret

    adalah media yang bisa diperlihatkan sesuai dengan materi yang di sampaikan.

  • 25

    2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

    Penelitian yang dilakukan oleh Patronela Lesa tahun( 2012 )tentang Upaya

    Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Snowball Throwing

    pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV di SDN Dukuh 02 Salatiga Semester II Tahun

    Pelajaran 2012/2013. Penelitian ini berdasarkan kenyataan ketuntasan belajar

    siswa kelas 4 SDN Dukuh 02 Salatiga, yaitu dari total 23 siswa pada kelas 4 yang

    tuntas KKM adalah 13 (56.6%). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa sebelum

    dilakukan tindakan, siswa yang tuntas belajar adalah 10 (43.4%) dari 23 siswa.

    Pada siklus I, siswa yang tuntas menjadi 17 siswa (74%). Setelah diberikan

    tindakan pada siklus II, terjadi lagi peningkatan ketuntasan belajar siswa menjadi

    23 (100%).

    Selain penelitian tersebut ada penelitian yang dilakukan oleh Eni Sri

    Wuryani tahun (2014) yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA

    Menggunakan Model Pembelajaran Snowball Throwing Bagi Siswa Kelas 3 SD

    Negeri 6 Kuripan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Semester I Tahun

    Pelajaran 2013/2014. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan hasil belajar

    siswa pada Pembelajaran IPA setelah menggunakan model pembelajaran snowball

    throwing. Pada siklus I, dengan KKM mata pelajaran IPA sebesar 68, pada

    kondisi pra siklus siswa yang tuntas sebanyak 9 siswa (35%), pada siklus I siswa

    yang tuntas sebanyak 16 siswa (62%), dan pada siklus II siswa yang tuntas

    sebanyak 22 siswa (85%). Skor rata-rata pra siklus sebesar 63. Pada pelaksanaan

    siklus I skor rata-rata meningkat menjadi 70, dan pada siklus II skor rata-rata

    meningkat menjadi 76. Dari hasil observasi menunjukkan skor pada siklus I

    sebesar 88, dan pada siklus II sebesar 94.

    Aruta Sema melakukan penelitian tahun (2014)berjudul Penerapan Model

    Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing sebagai Upaya untuk

    Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Watu Agung 01

    Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran

    2013/2014. . Indikator keberhasilan pada penelitian ini bila rata-rata nilai hasil

    belajar IPA siswa lebih tinggi dari KKM 65 dan ketuntasan (80%).. Hal ini

    ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar IPA siswa dari kondisi awal, siklus I

  • 26

    dan siklus II. Pada kondisi awal nilai rata-rata siswa yaitu 56, memenuhi Kriteria

    Ketuntasan Minimal (KKM=65) berjumlah 4 siswa (27%) dan yang belum

    memenuhi KKM berjumlah 11 siswa (73%). Pada pembelajaran Siklus I dengan

    menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing, siswa yang

    nilainya sudah memenuhi KKM meningkat menjadi 10 siswa (67%), sedangkan

    siswa yang belum memenuhi KKM berjumlah 5 siswa (33%). Pada pembelajaran

    Siklus II siswa yang sudah memenuhi KKM berjumlah 13 siswa (87%) dan siswa

    yang tidak memenuhi KKM berjumlah 2 siswa (13%).

    Berdasarkan bukti penelitian yang tertera diatas peneliti tertarik untuk

    melakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model snowball

    throwing karena cocok digunakan untuk pembelajaran siswa SD dan melatih

    siswa SD untuk kreatif belajar secara mandiri. Selain itu peneliti termotivasi

    dikarenakan berdasarkan penelitian sebelumnya penerapan model ini bisa

    meningkatkan hasil belajar yang lebih baik. Untuk mendampingi penggunaan

    model ini peneliti akan memadukan dengan penggunaan media konkret. Penelitian

    yang dilakukan oleh penulis berbeda dari penelitian sebelumnya atau kajian

    relevannya dikarenakan tidak hanya menggunakan model snowball throwing

    untuk meningkatkan hasil belajar tetapi dilengkapi dengan fasilitas media konkret

    yang bertujuan akan lebih meningkatkan hasil belajar yang lebih baik.Hal ini yang

    akan dijadikan khas dari penelitian ini.

    2.3 Kerangka Berfikir

    Kerangka berfikir yang digunakan untuk menjalankan penelitian agar

    sesuai dengan pokok yang di bahas, maka penulis akan membuat sekema atau

    bagan supaya penelitian yang dibuat mempunyai pandangan yang jelas dalam

    pelaksanaan penelitian. Hasil belajar siswa yang berada dibawah KKM dapat

    dipengaruhi beberapa faktor diantaranya model pembelajaran, media

    pembelajaran yang diterpkan oleh guru, dan respon siswa. Dalam menggatasi

    masalah ini perlu dilakukan perbaikan. Peneliti akan menggunakan model

    pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran tipe Snowball Throwing,

    karena dinilai pembelajaran tersebut menarik sesuai dengan karakteristik siswa

  • 27

    SD kelas IV dan menuntut siswa untuk aktif, kreatif dan mandiri. Peneliti akan

    menggunakan media untuk mempermudah penguasaan dan pemahaman siswa

    dalam belajar, media yang digunakan adalah media konkret. Dipilihnya media

    konkret karena siswa kelas IV SD ada pada tahap operasional konkret, yang

    mudah mempelajari sesuatu berdasarkan apa yang dilihat siswa. Respon siswa

    dapat mempengaruhi hasil belajar yaitu antara respon positif dan respon negatif.

    Dari diterapkannya model pembelajaran Snowball Throwing dan media konkret

    diharapkan akan menggubah hasil belajar yang semakin meningkat dan banyak

    siswa yang nilainya tuntas dari KKM atau adanya perubahan hasil belajar.

  • 28

    dipengaruhi

    dianalisis

    Keterangan :

    : Yang diteliti

    : Yang diterapkan

    Hasil Belajar Siswa di

    bawah KKM

    Respon Siswa Model

    Pembelajaran

    Media

    Pembelajaran DLL

    Positif

    Negatif

    Make a Mach

    Role Playing

    Demonstrasi

    Audio

    Visual

    Elektronik

    SNOWBALL THROWING

    BENDA KONKRET

    PENINGKATAN HASIL

    BELAJAR

  • 29

    Gambar 2.1

    Skema kerangka Berpikir

    2.4 Hipotesis Tindakan

    Mengacu pada landasan teori dan kerangka berpikir sebagaimana telah

    diuraikan, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: Melalui penggunaan model

    pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing, maka hasil belajar siswa kelas IV

    mata pelajaran IPA Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017 di SD Negeri Mangunsari

    2 Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga, pada pokok bahasan “perubahan wujud benda

    ” akan meningkat.