bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 hakikat ipa sd a. … · 2018. 7. 31. · 8 bab ii...

26
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD a. Pengertian IPA Ilmu pengetahuan alam berasal dari kata-kata Inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Sedangkan scienceartinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau sciencemerupakan ilmu yang mengkaji atau belajar tentang fenomena alam yang terjadi di sekitar (Trianto, 2010:136). Berdasarkan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) tingkat SD/MI dalam lampiran Permendiknas No. 22 Th 2006 tentang Standar Isi (SI) untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, dinyatakan bahwa jika standar kompetensi (SK) IPA merupakan suatu proses penemuan yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada pengalaman langsung agar mengembangkan kompetensi untuk menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. SK dan KD IPA di SD/MI adalah standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadikan arahan dalam mengembangkan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Penguasaan IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan cara pemecahan masalah yang bisa diidentifikasikan, oleh karena itu penerapan IPA sendiri perlu dilakukan dengan bijaksana supaya tidak berdampak buruk bagi lingkungan sekitar. Bahan pembelajaran IPA pada tingkat SD/MI diharapkan adanya suatu penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada suatu pengalaman belajar untuk membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi kerja ilmiah dengan bijaksana. Pembelajaran IPA SD/MI menekankan pada suatu pemberian pengalaman belajar secara langsung dengan penggunaan dan

Upload: others

Post on 07-Feb-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Teori

    2.1.1 Hakikat IPA SD

    a. Pengertian IPA

    Ilmu pengetahuan alam berasal dari kata-kata Inggris yaitu natural

    science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Sedangkan scienceartinya

    ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau

    sciencemerupakan ilmu yang mengkaji atau belajar tentang fenomena alam

    yang terjadi di sekitar (Trianto, 2010:136). Berdasarkan Standar

    Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) tingkat SD/MI dalam

    lampiran Permendiknas No. 22 Th 2006 tentang Standar Isi (SI) untuk

    satuan pendidikan dasar dan menengah, dinyatakan bahwa jika standar

    kompetensi (SK) IPA merupakan suatu proses penemuan yang dalam

    proses pembelajarannya menekankan pada pengalaman langsung agar

    mengembangkan kompetensi untuk menjelajahi dan memahami alam

    sekitar secara ilmiah. SK dan KD IPA di SD/MI adalah standar minimum

    yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadikan

    arahan dalam mengembangkan kurikulum di setiap satuan pendidikan.

    Penguasaan IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk

    memenuhi kebutuhan manusia dengan cara pemecahan masalah yang bisa

    diidentifikasikan, oleh karena itu penerapan IPA sendiri perlu dilakukan

    dengan bijaksana supaya tidak berdampak buruk bagi lingkungan sekitar.

    Bahan pembelajaran IPA pada tingkat SD/MI diharapkan adanya suatu

    penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan

    masyarakat) yang diarahkan pada suatu pengalaman belajar untuk membuat

    suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi kerja ilmiah

    dengan bijaksana. Pembelajaran IPA SD/MI menekankan pada suatu

    pemberian pengalaman belajar secara langsung dengan penggunaan dan

  • 9

    pengembangan keterampilan proses maupun sikap ilmiah (Permendiknas

    No 22 Tahun 2006).

    Seperti yang telah diuraikan dalam BAB I, IPA merupakan ilmu

    yang berhubungan dengan cara tahu tentang alam dengan cara yang diatur

    baik-baik. IPA bukan hanya sekedar penguasaan pengetahuan yang berupa

    fakta-fakta, konsep-konsep, ataupun hanya prinsip-prinsip saja tetapi juga

    suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan mampu menjadi

    sarana bagi peserta didik untuk mempelajari tentang diri sendiri dan

    kehidupan di lingkungannya. Proses pembelajaran IPA sendiri menekankan

    pada pengalaman langsung pada peserta didik untuk mengembangkan

    kompetensinya. Namun juga penerapan IPA juga perlu dilakukan dengan

    baik agar di lingkungan tidak berdampak buruk atau negative.

    IPA adalah ilmu yang berkaitan dengan gejala alam dan suatu

    kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, dan berlaku umum

    berupa kumpulan dari suatu hasil observasi dan eksperimen (Usman

    Samatowa, 2006: 2). Dalam Pusat Kurikulum (2006: 4) IPA adalah suatu

    yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam dengan sistematis,

    jadi IPA tidak hanya penguasaan suatu kumpulan pengetahuan berupa

    fakta, konsep, ataupun prinsip tetapi juga suatu proses penemuan. Trianto

    (2011: 136-137) IPA dibangun atas dasar dari produk ilmiah, proses

    ilmiah, dan juga sikap ilmiah. Sumber yang sama dinyatakan juga bahwa

    IPA merupakan kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara

    umum terbatas pada gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode

    ilmiah seperti observasi dan eksperimen dan menuntut sikap ilmiah seperti

    rasa ingin tahu, terbuka, jujur. MaslichahAsy’ari (2006: 7) Sains

    merupakan suatu pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh

    dengan cara yang terkontrol. Sains selain sebagai produk tapi juga sebagai

    proses bagaimana untuk mendapatkan pengetahuan tersebut. Menurut

    Abdullah Aly dan Eni Rahma (2008: 18), IPA merupakan suatu pendekatan

  • 10

    teoritis yang diperoleh ataupun disusun menggunakan cara yang khas atau

    khusus yaitu melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan,

    penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan seterusnya yang saling

    berkaitan.

    Dari beberapa pendapat ahli yang sudah diuraikan mengenai

    definisi IPA, dapat dirumuskan bahwa IPA merupakan ilmu yang

    mempelajari sesuatu yang terjadi di alam sekitar bisa dengan pengalaman

    secara langsung dalam kehidupan sehari-hari jadi bukan hanya sekedar

    mengetahui fakta, konsep dan prinsip tetapi juga bisa dengan cara

    menemukan sesuatu dari lingkungan sekitar dan menjadikannya sebuah

    pengalaman.

    b. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran IPA SD

    Berdasarkan Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006

    dinyatakan bahwa Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)

    IPA di SD/MI menjadi landasan atau sebagai standar minimum yang harus

    dicapai oleh peserta didik dan menjadi arah pada pengembangan kurikulum

    dalam satuan pendidikan. Ketercapaiannya didasarkan pada kemampuan

    peserta didik, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh

    guru. SK dan KD mata pelajaran IPA di kelas V SD Semester II dapat

    dilihat pada tabel 2.1 berikut:

    Tabel 2.1

    Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran

    IPA kelas 5 semester II

    Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

    Energi dan Perubahannya

    5. Memahami hubungan antara

    gaya, gerak, dan energi, serta

    Fungsinya

    5.1 Mendeskripsikan hubungan

    antara gaya, gerak dan energi melalui

    percobaan (gaya gravitasi, gaya

    gesek, gaya magnet) .

  • 11

    5.2 Menjelaskan pesawat sederhana

    yang dapat membuat pekerjaan lebih

    mudah dan lebih cepat

    6. Menerapkan sifat-sifat

    cahaya melalui kegiatan

    membuat

    suatu karya/model

    6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat

    cahaya

    6.2 Membuat suatu karya/model,

    misalnya periskop atau lensa dari

    bahan sederhana dengan menerapkan

    sifat-sifat cahaya

    Bumi dan Alam Semesta

    7. Memahami perubahan yang

    terjadi di alam dan

    hubungannya dengan

    penggunaan sumber daya alam

    7.1 Mendeskripsikan proses

    pembentukan tanah karena

    pelapukan.

    7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah

    7.3 Mendeskripsikan struktur bumi

    7.4 Mendeskripsikan proses daur air

    dan kegiatan manusia yang dapat

    mempengaruhinya

    7.5 Mendeskripsikan perlunya

    penghematan air

    7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam

    yang terjadi di Indonesia dan

    dampaknya bagi makhluk hidup dan

    lingkungan

    7.7 Mengidentifikasi beberapa

    kegiatan manusia yang dapat

    mengubah permukaan bumi

    (pertanian, perkotaan, dsb)

    c. Pembelajaran IPA SD

    Pembelajaran adalah membelajarkan peserta didik dengan

    menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar. Pembelajaran

  • 12

    merupakan penentu utama suatu keberhasilan pendidikan (Syaiful Sagala,

    2010: 61). Oemar Hamalik (2010; 57), menyatakan bahwa pembelajaran

    adalah kombinasi yang tersusun dari beberapa unsur yaitu manusiawi,

    material, fasilitator, perlengkapan dan juga proses yang mempengaruhi

    untuk ketercapaian tujuan pembelajaran. Hamzah mendefinisikan (2014;

    42) pembelajaran adalah perpaduan dari berbagai stimulus yang

    menimbulkan siswa melakukan aktivitas belajar hingga memperoleh tujuan

    yang diinginkan. Dari beberapa definisi tersebut tentang pembelajaran,

    dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya pembelajaran adalah segala

    bentuk kegiatan yang berorientasi pada proses belajar untuk mencapai

    tujuan belajar. Pembelajaran IPA di SD sangat penting bagi kehidupan

    siswa. IPA bukan sekedar penguasaan kumpulan sistematis dan IPA bukan

    sekedar penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

    konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu

    proses penemuan (Sri Sulistyorini, 2007: 39).

    Dari segi kognitifnya, peserta didik SD masih dalam tahap

    perkembangan operasional konkret (untuk kelas rendah) dan tahap

    operasional formal (untuk kelas tinggi), sehingga dalam pembelajaran dan

    diperlukan alat peraga konkret untuk melatih penalaran dengan bermain

    secara berkelompok. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41

    Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

    Menengah, menyatakan: Pemilihan metode pembelajaran harus disesuaikan

    dengan keadaan dan kondisi peserta didik, dan juga karakteristik dari setiap

    indikator dan kompetensi yang akan dicapai pada setiap mata pelajaran.

    Selanjutnya Depdiknas (2007: 9) menyatakan bahwa dalam kegiatan inti

    pada pembelajaran perlu memfasilitasi peserta didik pada pembelajaran

    kooperatif dan kolaboratif.

    d. Tujuan Pembelajaran IPA SD

  • 13

    Bersumber dalam Lampiran Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang

    Standar Isi, IPA di SD/MI memiliki tujuan supaya peserta didik mampu:

    1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

    berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya

    2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

    yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

    3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran adanya

    hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

    teknologi, dan masyarakat.

    4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

    memecahkan masalah dan membuat keputusan

    5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

    menjaga dan melestarikan lingkungan alam

    6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

    keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

    7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai

    dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS

    e. Penilaian IPA SD

    Menurut Edi Hendri Mulyana (2010) Penilaian merupakan

    penilaian yang dilakukan guru baik yang mencakup aktivitas penilaian

    untuk mendapatkan nilai kualitatif maupun aktivitas pengukuran untuk

    mendapatkan nilai kuantitatif (angka).

    Penilaian merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar.

    Penilaian meliputi pengumpulan informasi melalui berbagai teknik

    penilaian dan membuat keputusan berdasar hasil penilaian tersebut.

    Penilaian memberi informasi pada guru tentang prestasi siswa terkait

    dengan tujuan pembelajaran. Dengan informasi ini, guru membuat

    keputusan berdasar hasil penilaian mengenai apa yang harus dilakukan

  • 14

    untuk meningkatkan metode pembelajaran dan memperkuat proses belajar

    siswa (Heru Kuswanto, 2008:1).

    2.1.2 Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)

    a. Pengertian

    Ridwan, (2015: 44) mengungkapkan bahwa NHT merupakan

    model pembelajaran kooperatif yang meminta siswa untuk berpikir

    bersama dengan kelompoknya. Setiap anggota kelompok diberi nomor

    dan diberi kesempatan menjawab pertanyaan dari guru. Model

    NumberedHeadsTogether (NHT) memberikan kesempatan pada peserta

    didik untuk saling bertukar gagasan dan menentukan jawaban yang paling

    benar (MiftahulHuda, 2011: 138). Anita Lie (2004: 59) NHT merupakan

    suatu tipe dari pembelajaran kooperatif pendekatan structural yang

    memberi kesempatan pada peserta didik untuk saling berbagi ide dan

    mempertimbangkan jawaban mana yang paling tepat. NHT menurut

    Trianto (2007: 62) adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang

    untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternative pada

    struktur kelas tradisional.

    Menurut Ahmad Zuhdi (2010: 64) NHT merupakan suatu

    pembelajaran kooperatif dimana peserta didik diberi nomor dan dibentuk

    suatu kelompok, selanjutnya secara acak guru memanggil nomor dari

    peserta didik. Senada dengan pendapat tersebut, Suprijono, (2013: 92)

    menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model

    NHT diawali dengan penomoran pada masing-masing peserta didik dalam

    kelompok selanjutnya guru memberikan pertanyaan secara acak dan

    peserta didik berdiskusi untuk mencari jawabannya.

    Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

    model pembelajaran NHT merupakan suatu model pembelajaran dimana

    peserta didik dibentuk menjadi beberapa kelompok sebagai sarana saling

    bertukar ide dalam mencari jawaban dari pertanyaan yang guru berikan.

  • 15

    b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Tipe NHT

    Menurut Trianto (2007: 62), berikut tahapan pembelajaran NHT :

    a. Penomoran

    Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan

    memberikan nomor kepada seluruh anggota kelompok.

    b. Pengajuan pertanyaan

    Guru mulai mengajukan pertanyaan kepada siswa.

    c. Berpikir bersama

    Siswa saling bertukar ide atau pendapat yang dimilikinya

    bersama anggota kelompok dan menentukan jawabannya.

    d. Pemberian jawaban

    Guru memanggil nomor secara acak dari masing-masing

    kelompok untuk menjelaskan jawabannya.

    e. Pemberian penghargaan

    Anggota kelompok lain bisa memberikan pendapatnya setelah

    mendengarkan jawaban yang sudah dijelaskan.

    c. Analisis unsur-unsur dalam Model Pembelajaran NHT

    Menurut Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 104-106) bahwa setiap

    model pembelajaran memiliki beberapa unsur yaitu, sintagmatis (tahap-

    tahap kegiatan), sistem social (situasi atau suasana), prinsip reaksi (perilaku

    guru kepada peserta didik), sistem pendukung (sarana dan alat), dan

    dampak instruksional dan pengiring. Unsur-unsur yang terdapat pada

    model NHT adalah:

    1. Sintagmatis

  • 16

    Menurut Trianto, (2009: 82) penerapan model NHT harus melalui 4

    fase :

    a. Fase 1 : Penomoran

    Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok yang setiap

    kelompoknya terdiri dari 3-5 peserta didik. Setiap anggota kelompok

    diberi nomor 1-5.

    b. Fase 2 : Pengajuan pertanyaan

    Guru mengajukan atau memberikan pertanyaan maupun tugas kepada

    peserta didik dalam kelompoknya.

    c. Fase 3 : Berpikir bersama

    Peserta didik saling bertukar pendapat, berdiskusi bersama untuk

    mencari jawaban dari pertanyaan yang guru berikan. Dan seluruh

    anggota kelompok harus memahami dan mengerti mengenai jawaban

    yang telah ditentukan.

    d. Fase 4 : Menjawab

    Guru memanggil nomor tertentu secara acak, selanjutnya peserta

    didik yang dipanggil nomornya menyampaikan jawaban dari

    pertanyaan yang guru berikan, selanjutnya lakukan seperti itu sampai

    seluruh nomor menyampaikan jawabannya.

    2. Prinsip Reaksi

    Peran guru dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah

    sebagai fasilitator dan terlibat secara langsung dalam pembelajaran.

    Namun guru juga berperan sebagai pembimbing setiap kelompok

    dengan membuat suasana yang menyenangkan. Guru menjelaskan

    mengenai aturan pembelajaran yang akan berlangsung dengan baik

    supaya peserta didik mampu memahami dengan baik juga. Guru

    memberikan arahan pada peserta didik dalam membentuk kelompok

    setelah terbentuk kelompok guru mengarahkan tentang cara berdiskusi

  • 17

    dalam kelompok. Guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didik

    yang bernomor sama secara acak dan guru mengamati peserta didik

    tersebut dalam diskusinya. Pemberian pertanyaan disampaikan dengan

    jelas supaya peserta didik tidak bingung untuk menjawab

    pertanyaannya. Bila diperlukan, guru bisa membimbing dalam mencari

    jawabannya. Guru memanggil nomor kepala yang sama. Peserta didik

    menyampaikan jawabannya, guru memberikan pemantapan materi dan

    melakukan klarifikasi bila ada peserta didik mengalami Miss konsepsi.

    3. Sistem Sosial

    Sistem sosial yang terdapat pada model ini berlandaskan pada

    proses demokrasi dan keputusan kelompok. Guru dan siswa memiliki

    status yang sama, namun memiliki kedudukan peran yang berbeda

    (Joyce, Weil dan Calhoun, 2009: 323). Guru tidak selalu menjadi

    pusat perhatian, namun ada waktunya untuk menjadi pusat perhatian

    tersebut tertuju kepada peserta didik. Sistem sosial dalam

    pembelajaran ini mengenai sikap saling membantu antar teman dalam

    kelompok. Peserta didik saling bahu-membahu dalam mencari

    jawaban yang paling tepat atas pertanyaan yang diterimanya. Setiap

    anggota pasti memiliki jawaban yang berbeda-beda tentunya akan ada

    pendapat yang diterima dan ditolak. Maka disinilah peserta didik akan

    belajar saling menghargai dan menerima pendapat orang lain. Setelah

    semua jawaban dibacakan oleh peserta didik maka akan terlihat

    kelompok mana yang memiliki prestasi tertinggi dan terendah.

    Kelompok yang memiliki prestasi rendah akan menerima kemenangan

    orang lain dan juga menerima kekalahannya.

    4. Daya Dukung

    Daya dukung yang diperlukan dalam pembelajaran kooperatif

    NHT adalah kondisi lingkungan fisik sesuai kebutuhan peserta didik

  • 18

    dalam pembelajaran seperti kebersihan dan kenyamanan ruang

    kelas, adanya sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang

    proses pembelajaran yaitu meja, kursi, papan tulis, alat tulis dll.

    Selain itu, guru juga harus mempersiapkan bahan ajar yang

    digunakan yaitu berupa materi energi untuk peserta didik lengkap

    dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) atau berupa pertanyaan yang

    siap diajukan kepada peserta didik dan sumber belajar (buku dan

    lingkungan sekitar peserta didik) yang berkaitan dengan materi

    energi. Guru harus menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    (RPP) sebelum melakukan kegiatan pembelajaran.

    5. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring

    Dampak instruksional merupakan hasil belajar yang harus

    dikuasai peserta didik berupa kemampuan peserta didik setelah

    menyelesaikan pengalaman belajarnya. Secara umum, dampak

    instruksional setelah peserta didik mengikuti pembelajaran IPA

    menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu proses

    pembentukan dan pengelolaan kelompok dapat dilakukan dengan

    efisien sesuai minat peserta didik namun masih dalam kontrol guru;

    sehingga proses pembelajaran dengan berkelompok dapat berjalan

    dengan baik dan mampu mencapai tujuan yang diharapkan. Melalui

    model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini, diharapkan dapat

    membiasakan peserta didik untuk membangun pengetahuannya

    melalui diskusi kelompok, sehingga peserta didik akan lebih

    termotivasi untuk belajar. Melalui proses kerja sama dalam

    kelompok, peserta didik berlatih untuk disiplin dan tanggung jawab

    dari masing-masing anggota kelompok. Sehingga semua anggota

    kelompok mampu berpartisipasi aktif di dalam diskusi.

  • 19

    Dampak instruksional yang terdapat dalam pembelajaran IPA

    materi gaya melalui model NHT adalah kemampuan menentukan

    hubungan gaya dan menjelaskan pesawat sederhana. Dampak

    pengiring adalah hasil belajar lain yang muncul dari suasana

    pembelajaran yang dialami peserta didik diluar dari arahan guru.

    d. Kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran NHT

    Pada setiap model tentunya terdapat kelebihan maupun

    kelemahannya. Sama juga dengan model NHT, Menurut MiftahulHuda

    (2011: 39) yaitu memudahkan peserta didik dalam membagi tugas anggota

    kelompok, memudahkan peserta didik untuk melaksanakan tanggung

    jawabnya dalam mencari jawaban yang benar, juga mampu diterapkan

    dalam semua mata pelajaran da tingkatan kelas. Mampu menyampaikan ide

    atau gagasannya, saling menghargai pendapat orang lain, dan menerima

    bila ide atau gagasan yang dimiliki belum digunakan, peserta didik juga

    berlatih menjadi tutor sebaya dengan anggota yang belum paham.

    Ada kelebihan, tentunya juga ada kekurangannya dari model NHT

    ini adalah tidak semua peserta didik mendapat giliran untuk menyampaikan

    jawabannya, peserta didik yang kurang pandai akan cenderung

    mengandalkan temannya saja sehingga tidak mau berpendapat.

    e. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

    Prosedur penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

    dijelaskan dalam tabel 2.2 ini:

    Tabel 2.2

    Prosedur Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

    Kegiatan Guru Sintaks Kegiatan Siswa

  • 20

    1. Membagi kelas

    menjadi beberapa

    kelompok dan

    membagikan nomor

    kepala pada setiap

    siswa

    2. Membacakan

    pertanyaan pada

    setiap kelompok

    3. Mendiskusikan

    jawaban bersama

    4. Menyimpulkan

    jawaban dari hasil

    diskusi

    5. Pemberian hadiah

    1. Penomoran

    2. Pengajuan

    pertanyaan

    3. Berpikir

    bersama

    4. Pemberian

    jawaban

    5. Pemberian

    penghargaan

    1. Mendengarkan

    penjelasan dari

    guru dan

    menunggu arahan

    atau perintah dari

    guru

    2. mendengarkan

    dan menulis

    pertanyaan dari

    guru

    3. mendiskusikan

    untuk

    menemukan

    jawabannya

    4. Menyampaikan

    hasil diskusinya

    sesuai dengan

    nomor yang

    dipanggil

    5. menerima

    pemberian hadiah

    dari guru

    2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

    a. Pengertian

    Menurut Slavin, (2011: 21) STAD adalah penempatan siswa ke

    dalam tim yang berbeda jenis kelamin, tingkat kinerja, suku bangsa. Guru

    memberikan materi lalu peserta didik berdiskusi untuk memahami materi

  • 21

    tersebut. Setelah seluruh anggota memahami materi, peserta didik dites

    kemampuannya secara individu. Kokom Komalasari, (2010: 63)

    menjelaskan bahwa STAD adalah suatu model pembelajaran dengan cara

    mengelompokkan peserta didik secara heterogen, selanjutnya siswa yang

    pandai menjelaskan pada anggota kelompok yang lain sampai mengerti.

    Slavin, (2009: 143) membagi STAD menjadi beberapa komponen,

    yaitu: (1) Presentasi kelas : Pada presentasi kelas, guru mengajarkan

    materi kepada peserta didik dan memberitahukan aturan pembelajaran

    STAD yang di dalamnya akan ada diskusi kelompok sebagai persiapan

    kuis individual; (2) Tim : Peserta didik akan dibentuk menjadi

    beberapa tim untuk mendiskusikan suatu materi dan mengerjakan soal

    latihan sebagai persiapan mengikuti kuis individual; (3) Kuis : Siswa

    melakukan kuis individual tanpa melalui bantuan dari timnya; (4)

    Skor kemajuan individual : Skor individual dicatat oleh guru untuk

    dibandingkan dengan skor awal. Skor kemajuan yang diperoleh akan

    digunakan dalam menghitung skor tim; (5) Penghargaan tim : Tim yang

    memperoleh poin tertinggi akan memperoleh sertifikat atau

    penghargaan lainnya.

    b. Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan STAD

    Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Model STAD

    menurut Rusman, (2013: 215).

    1) Presentasi dari Guru

    Guru menyajikan materi pembelajaran secara langsung kepada peserta

    didik.

    2) Pembagian Kelompok

    Peserta didik dikelompokkan secara heterogen terdiri atas 4-5 anggota.

    3) Kegiatan Belajar dalam Tim

  • 22

    Peserta didik menguasai materi yang diberikan oleh guru dan

    mengerjakan soal sebagai latihan sebelum melakukan kuis secara

    individual.

    4) Kuis (Evaluasi)

    Peserta didik diberikan kuis secara individual untuk mengetahui

    penguasaan materi yang dipelajari.

    5) Penghargaan Prestasi Tim

    Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja peserta didik dan

    diberikan angka dengan rentang 0-100.

    c. Analisis komponen-komponen Model Pembelajaran STAD

    Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 104-106) menyampaikan

    dalam bukunya Model of Teaching, model pembelajaran tersusun atas

    beberapa komponen. Komponen yang terdapat pada model

    pembelajaran diantaranya berupa Sintaks, komponen prinsip reaksi atau

    peran guru, komponen sistem sosial, komponen daya dukung berupa

    sarana prasarana pelaksanaan model, juga dampak instruksional yaitu

    hasil belajar peserta didik sesuai tujuan yang ingin dicapai dan dampak

    pengiring sebagai akibat lain dari terciptanya suasana belajar dalam

    model tertentu. Komponen-komponen dari model pembelajaran STAD

    adalah sebagai berikut.

    1. Sintagmatis

    Langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD ini didasarkan

    pada langkah-langkah kooperatif yang terdiri atas enam langkah atau

    fase. Menurut Trianto (2009: 70-71) terdapat 6 fase pembelajaran

    kooperatif tipe STAD.

    Fase Kegiatan Guru

    Fase 1

    Menyampaikan tujuan dan

    Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang

    ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan

  • 23

    2. Prinsip Reaksi

    Prinsip reaksi menggambarkan perilaku guru terhadap peserta

    didik saat berlangsungnya proses pembelajaran. Pada pembelajaran

    kooperatif tipe STAD yaitu guru bertindak sebagai fasilitator;

    menjelaskan aturan yang berlaku pada pembelajaran kali ini dan

    mengelompokkan peserta didik berdasarkan tingkat prestasi, jenis

    kelamin, dan ras. Lebih dari sebagai fasilitator, guru juga

    berperan sebagai konselor akademik bagi setiap kelompok sehingga

    bisa terjalin hubungan yang akrab dan hangat antara peserta didik dan

    guru. Saat proses diskusi berjalan, guru berkeliling memantau

    memotivasi siswa memotivasi siswa belajar.

    Fase 2

    Menyajikan informasi

    Menyajikan informasi kepada siswa dengan

    jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan

    bacaan.

    Fase 3

    Mengorganisasikan siswa

    ke dalam kelompok

    kooperatif.

    Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya

    membentuk kelompok belajar dan membantu

    setiap kelompok agar melakukan transisi

    secara efisien.

    Fase 4

    Membimbing kelompok

    bekerja dan belajar

    Membimbing kelompok-kelompok belajar

    pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

    Fase 5

    Evaluasi

    Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang

    diajarkan atau masing-masing kelompok

    mempresentasikan hasil kerjanya.

    Fase 6

    Memberikan penghargaan

    Mencari cara-cara untuk menghargai baik

    upaya maupun hasil belajar individu atau

    kelompok.

  • 24

    aktivitas peserta didik dalam kelompok, juga memberikan

    pengarahan apabila diperlukan. Guru mengecek kemampuan

    peserta didik dalam kelompok dengan cara memberikan

    pertanyaan/soal. Miss konsepsi sering kali dialami oleh peserta

    didik dalam melakukan kegiatan diskusi; supaya hal itu dapat

    teratasi guru sebaiknya melakukan klarifikasi atas hasil diskusi/kerja

    tim. Dalam rangka menguasai hasil belajar masing-masing peserta

    didik, guru memberikan kuis secara individual.

    3. Sistem Sosial

    Sistem sosial yang terdapat dalam model ini adalah

    kerjasama dalam kelompok. Peserta didik saling membantu dalam

    menguasai materi yang diberikan guru. Perbedaan tingkat

    intelektual, jenis kelamin, dan ras akan sangat berpengaruh dalam

    melatih peserta didik menerima perbedaan di lingkungan sekitar.

    Terbentuknya rasa tanggungjawab bersama-sama untuk

    mendapatkan prestasi kelompok terbaik. Disaat peserta didik mulai

    bingung dalam berdiskusi, guru akan bersikap menjadi teman

    sebaya yang sedang memberikan tutor kepada anggotanya.

    4. Daya Dukung

    Bahan pendukung yang utama dibutuhkan dalam

    pembelajaran STAD yaitu ketersediaan bahan ajar yang akan

    diberikan kepada peserta didik untuk setiap kelompok. Bahan

    tersebut bisa berupa materi ataupun soal latihan. Daya dukung

    yang juga tidak kalah pentingnya adalah lingkungan fisikatau

    ruang kelas yang bersih dan nyaman. Ketersediaan sarana dan

    prasarana yang berupa meja, kursi, papan tulis, dll. Guru juga harus

    mempersiapkan instrumen kuis individual. Dan guru juga harus

    mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), supaya

    kegiatan pembelajaran bisa berjalan dengan baik sehingga dapat

  • 25

    mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan dan mempersiapkan

    daftar tingkat prestasi peserta didik untuk pedoman pembagian

    kelompok.

    5. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring

    Dampak instruksional merupakan hasil belajar peserta didik

    setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Dampak instruksional

    secara umum dimiliki peserta didik setelah mengikuti pembelajaran

    IPA menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu

    peserta didik dapat bertransisi kedalam tim dengan efisien,

    menambah pengetahuannya melalui diskusi dengan teman sebaya,

    sehingga peserta didik akan lebih bebas berekspresi tanpa ada rasa

    takut. Peserta didik juga akan terbiasa untuk aktif dalam kegiatan

    pembelajaran, tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru.

    Secara khusus, dampak instruksional yang ditimbulkan dari

    pembelajaran IPA dengan materi energi melalui model STAD

    merupakan kemampuan menentukan hubungan gaya dan menjelaskan

    pesawat sederhana. Dampak pengiring adalah kemampuan lain yang

    muncul saat suasana kegiatan pembelajaran yang dialami peserta didik

    diluar arahan dari guru. Secara umum dampak pengiring yang timbul

    dari pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran

    kooperatif tipe STAD yaitu peserta didik mampu berdiskusi

    bersama kelompoknya yang heterogen, peserta didik yang memiliki

    kemampuan akademik yang tinggi akan membantu menjelaskan

    kepada anggota yang mempunyai kemampuan akademik rendah.

    Model pembelajaran ini akan mendorong peserta didik agar saling

    mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai

    keterampilan yang diajarkan guru. Adanya rasa tanggung jawab

    atas tugas yang diberikan kepada kelompoknya.Secara khusus,

    dampak pengiring yang akan didapat oleh peserta didik melalui

  • 26

    pembelajaran menggunakan model STAD adalah melatih

    ketekunan, konsentrasi, dan keaktifan peserta didik, menumbuhkan

    sikap disiplin, toleransi, kerjasama, tanggung jawab. Disamping itu,

    peserta didik akan berpikir kritis dan percaya diri untuk

    menyampaikan pendapat ketika berdiskusi maupun presentasi.

    d. Karakteristik Model Pembelajaran STAD

    Menurut Adesanjaya (2011: 68) ada beberapa kelebihan dan

    kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai

    berikut. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD,yaitu: 1.

    Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menggunakan

    keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah. 2. Memberikan

    kesempatan kepada peserta didik untuk lebih intensif mengadakan

    penyelidikan mengenai suatu masalah. 3. Mengembangkan bakat

    kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi. 4. Memberikan

    kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan rasa menghargai,

    menghormati temannya, dan mampu menghargai pendapat orang

    lain. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, yaitu:

    Kerja kelompok hanya melibatkan peserta didik yang mampu memimpin

    dan mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang

    menuntut tempat yang berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda.

    e. Penerapan Model Pembelajaran STAD

    Prosedur penerapan model pembelajaran kooperatif STAD dijelaskan

    dalam tabel 2.4

    Tabel 2.3

    Prosedur Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

    Kegiatan Guru Sintaks Kegiatan Siswa

  • 27

    1. Menyampaikan

    materi.

    2. Membagi kelas

    dalam beberapa

    kelompok.

    3. Membacakan

    pertanyaan pada

    masing-masing

    kelompok.

    4. Membacakan

    pertanyaan pada

    setiap peserta

    didik.

    5. Memeriksa hasil

    kerja peserta

    didik.

    1. Presentasi dari

    guru.

    2. Pembagian

    kelompok.

    3. Kegiatan

    belajar dalam

    tim.

    4. Kuis (Evaluasi).

    5. Penghargaan

    Prestasi Tim.

    1. Mendengarkan

    penjelasan dari

    guru.

    2. Menunggu arahan

    dari guru.

    3. Tiap kelompok

    mencatat

    pertanyaan yang

    dibacakan guru

    dan

    mendiskusikan

    dengan anggota

    kelompoknya.

    4. Menulis

    pertanyaan

    individual yang

    dibacakan oleh

    guru.

    5. Menerima hadiah

    2.1.4 Hasil Belajar IPA

    a. Pengertian

    Menurut Slameto (2010: 54) terdapat berbagai faktor yang

    mempengaruhi hasil belajar antara lain : (1)faktor intern, mencakup faktor

    jasmani peserta didik, psikologi peserta didik, dan juga faktor peserta didik

    yang kelelahan; (2) faktor ekstern meliputi faktor keluarga, faktor sekolah dan

    juga faktor dari masyarakat.

  • 28

    Sumaji (2003: 41) berpendapat bahwa hasil belajar IPA memiliki 2

    aspek yaitu yang pertama aspek kognitif berkaitan dengan pengetahuan dan

    keterampilan intelektual dan yang kedua aspek nonkognitif berkaitan dengan

    sikap, keterampilan dan juga emosional. Dilihat dari berbagai segi, yang

    pertama dari segi produk peserta didik diharapkan mampu menguasai konsep

    IPA, kedua, segi sikap peserta didik diharapkan untuk mencari tahu benda-

    benda yang ada disekelilingnya secara kritis, berhati-hati dan bertanggung

    jawab.

    Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA

    adalah hasil dari suatu proses yang didapatnya dari pengalaman belajar secara

    langsung oleh peserta didik.

    b. Pengukuran hasil belajar IPA

    Menurut Sudjana (2016: 3) penilaian hasil belajar merupakan suatu

    proses penilaian terhadap hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik dengan

    ketentuan tertentu. Hal ini menandakan pada objek yang dinilainya merupakan

    hasil belajar peserta didik. Hasil belajar peserta didik pada hakikatnya yaitu

    perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam

    pengetahuan yang luas pada ranah kognitif, afektif maupun psikomotoris.

    Ranah-ranah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

    a. Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang

    memiliki enam aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, analisis,

    aplikasi, sintesis, dan evaluasi. Pada kedua aspek pertama disebut

    dengan kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya

    termasuk pada kognitif tingkat tinggi.

    b. Ranah afektif yang berkaitan dengan sikap yang memiliki lima aspek

    berupa penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, juga

    internalisasi.

    c. Ranah psikomotoris berkenaan pada hasil belajar keterampilan dan

    kemampuan dalam tindakan. Terdapat enam aspek ranah psikomotoris

  • 29

    yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan

    perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan

    kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

    Dari ketiga ranah tersebut menjadi suatu objek penilaian hasil belajar.

    Di dalam ketiga ranah tersebut, para guru lebih memilih ranah kognitif karena

    berkaitan pada kemampuan para peserta didiknya dalam menguasai isi bahan

    pelajaran. Pada penelitian ini, penulis akan meneliti pada ranah kognitif mata

    pelajaran IPA.

    Endang Purwati (2008: 4) menyatakan bahwa pengukuran bisa diartikan

    berupa kegiatan maupun upaya yang dilakukan untuk memberikan angka pada

    suatu peristiwa atau benda maka dari itu hasil pengukuran akan selalu berupa

    angka. Sedangkan menurut Kosasih (2014: 139) ada beberapa cara untuk

    mengukur hasil belajar kognitif peserta didik yang bisa digunakan guru sesuai

    dengan KD, yaitu berupa tes lisan, tes tertulis dan juga pemberian tugas.

    2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

    Hasil penelitian yang relevan dengan penerapan model NHT dan STAD

    yaitu penelitian yang dilakukan oleh Mujiono, Nugroho, E. N., Rahayu, E. S.

    (2013), yang menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran NHT

    memberikan pengaruh terhadap hasil belajar IPA peserta didik. Hasil penelitian

    Farida EstyPurwasih (2014), menujukkan adanya perbedaan pengaruh yang

    signifikan pembelajaran menggunakan model NHT dan STAD terhadap hasil

    belajar peserta didik dalam mata pelajaran IPA. Hasil belajar peserta didik yang

    menggunakan model pembelajaran NHT lebih tinggi dibandingkan STAD hasil

    penelitian GM. Putra Aristyadharma, DB.KT.Semara Putra, I M. Ardana (2014)

    menyatakan bahwa penggunaan model NHT berpengaruh positif dan signifikan

    terhadap hasil belajar IPA peserta didik kelas V SD Gugus 1 Kuta. Hasil

    penelitian Gusti Ayu Mas Eka Jayanti, Drs. I Ketut Ardana, MPd, Drs. Made

    Putra, MPd (2014) menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan

    penggunaan model pembelajaran NHT terhadap hasil belajar IPA.

  • 30

    Keberhasilan model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga telah

    dibuktikan dari hasil penelitian Sudiarpa, NdaraTanggu Renda, Ni Wayan. Rati

    (2015) yang menemukan bahwa hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran

    IPA yang menggunakan model pembelajaran STAD lebih baik. Dibandingkan

    menggunakan metode ceramah. Hasil penelitian Farhan Fadoli (2012) juga

    menyatakan bahwa terdapat hasil belajar IPA yang lebih baik dalam

    pembelajaran menggunakan model pembelajaran STAD dibandingkan ceramah.

    2.3 Kerangka Pikir

    Dalam kegiatan pembelajaran perlu cara untuk menarik perhatian peserta

    didik supaya dengan senang hati ingin belajar dan memiliki rasa ingin tahu.

    Karena dalam pembelajaran IPA peserta didik diminta untuk menemukan

    pengetahuannya sendiri melalui pengalam langsung dalam kehidupan sehari-hari

    di sekolah, keluarga ataupun dilingkungan masyarakat. Pembelajaran dengan

    model STAD peserta didik akan lebih tertarik dan akan muncul rasa ingin

    tahunya. Sehingga hal tersebut dapat memudahkan peserta didik mengerti dan

    bisa mengerjakan soal ataupun dalam kegiatan sehari-hari. Pembelajaran dengan

    model NHT peserta didik diberi kesempatan untuk saling berbagi suatu gagasan

    untuk dipertimbangkan jawabannya yang paling tepat.

    Langkah pertama yang dilakukan pada pembelajaran model NHT adalah

    kegiatan penomoran yang mampu membawa dampak pengiring untuk siswa.

    Melalui kegiatan penomoran, siswa mulai belajar untuk saling menerima

    anggota kelompok yang mungkin saja tidak sesuai dengan keinginannya.

    Memasuki sesi questioning, siswa diminta untuk lebih berkonsetrasi

    memperhatikan guru memanggil nomor dan membacakan pertanyaan. Siswa

    akan berdiskusi dan berpikir menemukan jawaban yang tepat dengan

    kelompoknya. Walaupun kegiatan diskusi dalam berbentuk kelompok, setiap

    anggota kelompok mempunyai tugasnya masing-masing yang harus

    dipertanggungjawabkannya. Selanjutnya sesi answering, siswa dengan

    percaya diri menuliskan jawaban dipapan tulis dan siswa lainnya

    memperhatikan. Berikutnya langkah yang terakhir yaitu pemberian

    penghargaan untuk kelompok yang berprestasi. Pemberian penghargaan

    sangat diperlukan dalam setiap pembelajaran, tidak harus berupa hadiah benda

    namun bisa juga dengan sekedar ucapan terimakasih atau dengan tepuk tangan

    dari seluruh siswa. Dalam hal ini, akan menumbuhkan sportifitas siswa. Setelah

    melewati sintak yang terdapat pada model NHT dengan baik juga sesuai

  • 31

    prosedur, maka beberapa kompetensi tujuan pembelajaran akan tercapai

    dengan baik. Pada pembelajaran kali ini, siswa mampu mempelajari gaya

    dengan baik. Ketercapaian kompetensi inilah yang disebut hasil belajar.

    Untuk lebih jelasnya kerangka pikir model pembelajaran NHT

    digambarkan berikut ini pada gambar 2.5 berikut.

  • 32

    Gambar 2.5

    Bagan Kerangka Pikir Model Pembelajaran NHT dan STAD

    Pada model pembelajaran NHT dan STAD untuk lebih jelanya akan digambarkan

    bagan berikut ini gambar 2.6

    Penomoran

    Pengajuan Pertanyaan

    Berpikir bersama

    Pemberian jawaban

    Pemberian penghargaan

    Presentasi dari guru

    Pembagian kelompok

    Kegiatan dalam tim

    Kuis

    Pemberian penghargaan

    MODEL NHT

    SINTAK

    Toleransi

    Konsentrasi

    Kerjasama

    BertanggungJawab

    Percayadiri

    Sportif

    Toleransi

    Mampu

    menjelaskan

    hubungan

    antaragaya, gerak,

    dan energy melalui

    percobaan

    Mampu

    menjelaskan

    pesawat sederhana

    yang bisa

    mempermudah

    pekerjaan

    HASIL

    BELAJAR

    MODEL STAD

    SINTAK

    Konsentrasi

    Disiplin

    Kerjasama

    Bertanggungjawab

    Konsentrasi

    Tekun

    Sportif

    Toleransi

    Keterangan :

    Dampak Instruksional

    Dampak Pengiring ------------

  • 33

    2.4 Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan pada susunan kerangka pikir diatas, dapat dirumuskan

    suatu hipotesis sebagai berikut :

    H0 : tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan pada siswa

    kelas 5 SD Negeri Banyubiru 01 dan SD Negeri Banyubiru 03 dalam

    pembelajaran menggunakan model pembelajaran NHT dan STAD.

    Ha: terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan pada peserta didik

    kelas 5 SD Negeri Banyubiru 01 dan SD Negeri Banyubiru 03 dengan

    menggunakan model pembelajaran NHT dan STAD.