bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 ......pembelajaran ipa yang dilaksanakan bagi siswa sd...

22
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD 2.1.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu pengetahuan alam adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya (Hendro Darmojo, 1992:3). Selain itu, Nash 1993 (dalam Hendro Darmojo, 1992:3 dalam bukunya The Nature of Science), menyatakan bahwa IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. IPA membahasa tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan manusia. Menurut Powler (dalam Winaputra, 1992:122) bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen, artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Sedangkan menurut Kardi dan Nur (Trianto 2010:136) IPA adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah suatu pengetahuan yang sistematis mengenai pengamatan makhluk hidup maupun benda mati”. Menurut Abruscato, Joseph dan Derosa, Donald A (2010:6) mengartikan bahwa sains adalah: (1) Sains adalah sejumlah proses kegiatan mengumpulkan informasi secara sistematik tentang dunia sekitar. (2) Sains adalah pengetahuan yang diperoleh melalui kegiatan tertentu. (3) Sains dicirikan oleh nilai-nilai dan sikap para ilmuwan menggunakan proses ilmiah dalam memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain Sains adalah proses kegiatan yang dilakukan para saintis dalam memperoleh pengetahuan dan sikap terhadap proses kegiatan tersebut (sikap ilmiah).

Upload: others

Post on 10-Dec-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......Pembelajaran IPA yang dilaksanakan bagi siswa SD harus memenuhi hakikat IPA. Hakikat IPA memiliki tiga komponen, yaitu sains sebagai

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran IPA di SD

2.1.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu pengetahuan alam adalah pengetahuan yang rasional dan objektif

tentang alam semesta dengan segala isinya (Hendro Darmojo, 1992:3). Selain itu,

Nash 1993 (dalam Hendro Darmojo, 1992:3 dalam bukunya The Nature of

Science), menyatakan bahwa “IPA adalah suatu cara atau metode untuk

mengamati alam. IPA membahasa tentang gejala-gejala alam yang disusun secara

sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan

manusia”. Menurut Powler (dalam Winaputra, 1992:122) bahwa “IPA merupakan

ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang

tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi

dan eksperimen, artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri

sendiri, satu dengan yang lainnya saling berkaitan”. Sedangkan menurut Kardi

dan Nur (Trianto 2010:136) “IPA adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk

hidup maupun benda mati yang diamati. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan

bahwa IPA adalah suatu pengetahuan yang sistematis mengenai pengamatan

makhluk hidup maupun benda mati”.

Menurut Abruscato, Joseph dan Derosa, Donald A (2010:6) mengartikan

bahwa sains adalah:

(1) Sains adalah sejumlah proses kegiatan mengumpulkan informasi secara

sistematik tentang dunia sekitar.

(2) Sains adalah pengetahuan yang diperoleh melalui kegiatan tertentu.

(3) Sains dicirikan oleh nilai-nilai dan sikap para ilmuwan menggunakan

proses ilmiah dalam memperoleh pengetahuan.

Dengan kata lain Sains adalah proses kegiatan yang dilakukan para saintis

dalam memperoleh pengetahuan dan sikap terhadap proses kegiatan tersebut

(sikap ilmiah).

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......Pembelajaran IPA yang dilaksanakan bagi siswa SD harus memenuhi hakikat IPA. Hakikat IPA memiliki tiga komponen, yaitu sains sebagai

9

Menurut Patta Bundu (2006:11) sains secara garis besar atau pada

hakikatnya IPA memiliki tiga komponen, yaitu proses ilmiah, produk ilmiah, dan

sikap ilmiah. Proses ilmiah adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka

menemukan produk ilmiah. Proses ilmiah meliputi prinsip, konsep, hukum, dan

teori. Produk ilmiah berupa pengetahuan-pengetahuan alam yang telah ditemukan

dan diuji secara ilmiah. Sikap ilmiah merupakan keyakinan akan nilai yang harus

dipertahankan ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru. Sikap

ilmiah meliputi ingin tahu, hati-hati, obyektif, dan jujur.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa IPA menurut hakikatnya

adalah suatu cara untuk memperoleh pengetahuan baru yang berupa produk ilmiah

dan sikap ilmiah melalui suatu kegiatan yang disebut proses ilmiah. Siapapun

yang akan mempelajari IPA haruslah melakukan suatu kegiatan yang disebut

sebagai proses ilmiah. Seorang dapat menemukan pengetahuan baru dan

menanamkan sikap yang ada dalam dirinya melalui proses ilmiah tersebut.

2.1.1.2 Hakikat IPA di SD

Hamalik (2009) mengemukakan: Pembelajaran adalah suatu kombinasi

yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan,

dan prosedur yang saling mempengaruhui mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan pendapatnya sebelumnya, maka pembelajaran merupakan

suatu kegiatan yang dilakukan secara sistematis yang diawali dengan persiapan

mengajar (prainstruksional), proses pembelajaran (instruksional) dan diakhiri

penilaian atau evaluasi.

Kunci pokok pembelajaran ada pada guru (pengajar), tetapi bukan berarti

hanya guru yang aktif sedang murid pasif. Pembelajaran menurut keaktifan kedua

belah pihak yang sama-sama menjadi subjek pembelajaran agar proses

pembelajaran dapat berlangsung optimal dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Paolo dan Marten dalam Srini M. Iskandar (2007:15) IPA untuk

anak-anak didefinisikan mengamati apa yang terjadi, mencoba memahami apa

yang diamati, menggunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan

terjadi, dan menguji ramalan-ramalan dibawah kondisi untuk melihat apakah

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......Pembelajaran IPA yang dilaksanakan bagi siswa SD harus memenuhi hakikat IPA. Hakikat IPA memiliki tiga komponen, yaitu sains sebagai

10

ramalan tersebut benar. Jadi IPA berguna untuk menuntun anak berfikir secara

ilmiah dari kejadian alam yang terjadi disekitarnya.

Selain itu, Srini M. Iskandar (2008:16) menyampaikan beberapa alasan

pentingnya mata pelajaran IPA yaitu, “IPA berguna bagi kehidupan atau

pekerjaan anak dikemudian hari, bagian kebudayaan bangsa, melatih anak berfikir

kritis, dan mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi dapat

membentuk pribadi anak secara keseluruhan”.

Menurut Hendro Darmojo dan Jenny R.E. Kaligis (2008:6) “tujuan

pengajaran IPA bagi sekolah dasar adalah memahami alam sekitar, memiliki

keterampilan untuk mendapatkan ilmu (keterampilan proses) dan metode ilmiah,

memiliki sikap ilmiah di dalam mengenal alam sekitarnya dan memecahkan

masalah yang dihadapinya, dan memiliki bekal pengetahuan dasar yang

diperlukan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih

tinggi”.

Pembelajaran IPA yang dilaksanakan bagi siswa SD harus memenuhi

hakikat IPA. Hakikat IPA memiliki tiga komponen, yaitu sains sebagai produk,

sains sebagai proses, dan sains sebagai sikap ilmiah (Patta Bundu,2006:11). Jadi

pembelajaran IPA melingkupi hakikat IPA yang memiliki tiga komponen tersebut.

Selain itu, pelajaran IPA dalam pengembangannya untuk anak usia SD harus

disesuaikan dengan karakteristik dan perkembangan kognitifnya.

Pembelajaran IPA harus menerapkan proses ilmiah. Pembelajaran harus

berlangsung menggunakan proses-proses yang telah digunakan oleh para ilmuwan

IPA. Proses-proses tersebut dinamakan keterampilan proses. Untuk siswa SD,

keterampilan proses dapat dikembangkan dengan mengembangkan keterampilan

mengamati, mengelompokkan, mengukur, mengkomunikasikan, meramalkan, dan

menyimpulkan.

Pembelajaran yang menerapkan proses ilmiah akan membentuk suatu

sikap yang disebut sikap ilmiah. Agar pengetahuan IPA yang didapat adalah

pengetahuan ynag benar, maka siswa-siswi harus menerapkan sikap ilmiah. Sikap

ilmiah tersebut meliputi ingintahu, hati-hati, obyektif, dan jujur.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......Pembelajaran IPA yang dilaksanakan bagi siswa SD harus memenuhi hakikat IPA. Hakikat IPA memiliki tiga komponen, yaitu sains sebagai

11

2.1.1.3 Tujuan dan Ruang Lingkup IPA di SD

Berdasarkan tujuan yang tercantum dalam kurikulum Sekolah Dasar

disebutkan bahwa pengajaran IPA Sekolah Dasar mempunyai tujuan antara lain

agar siswa memahami konsep-konsep, mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi,

mampu menggunakan teknologi sederhana dan sebagainya, memberikan inspirasi

pada kita bahwa pengajaran IPA Sekolah Dasar tidak hanya menanamkan konsep-

konsep IPA tetapi juga melibatkan siswa secara fisik maupun mental dalam

mendapatkan atau dalam membangun konsep dewasa ini. Menurut Hendro

Darmojo :1992 ( dalam Usman, 2011:2) secara singkat IPA adalah pengetahuan

yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya. Selanjutnya

Winaputra (dalam Usman, 2011:3) mengemukakan bahwa tidak hanya merupakan

kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan

kerja, cara berfikir, dan cara memecahkan masalah. Perkembangan dalam

pengajaran IPA Sekolah Dasar mengalami pergeseran dari pembelajaran berpusat

pada guru (Teachaer Centered) kearah pembelajaran berpusat pada murid

(Student’s Centered), dimana pada pembelajaran Student’s Centered siswa terlibat

secara aktif dalam pembelajaran. Sehingga hasil belajar yang diharapkan bisa

tercapai secara optimal.

Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut:

a. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir kritis.

c. Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri

oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat

hafalan belaka.

d. Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu dapat

membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.

e. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......Pembelajaran IPA yang dilaksanakan bagi siswa SD harus memenuhi hakikat IPA. Hakikat IPA memiliki tiga komponen, yaitu sains sebagai

12

f. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

g. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga

dan melestarikan lingkungan alam.

Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek

berikut:

a. Gerak Benda meliputi: cara benda bergerak dan faktor-faktor yang

mempengaruhi gerak benda.

b. Energi dan Pengaruhnya dalam Kehidupan Sehari-hari, meliputi: berbagai

macam energi dan pengaruhnya, sumber energi dan kegunaannya, serta

cara menghemat energi.

c. Proyek sains, meliputi: mengubah energi angin menjadi energi gerak serta

mengubah energi air menjadi energi gerak.

d. Kenampakan permukaan bumi, meliputi: bentuk permukaan bumi dan

bentuk bumi.

e. Cuaca dan pengaruhnya bagi manusia, meliputi: kondisi cuaca, simbol

kondisi cuaca, pengaruh keadaan awan terhadap kondisi cuaca, pengaruh

cuaca terhadap kegiatan manusia serta jenis pakaian dan makanan.

f. Pemanfaatan sumber daya alam, meliputi: pemanfaatan sumber daya alam

dan melestarikan alam.

Di dalam pembelajaran IPA banyak sekali materi yang dapat diajarkan dan

dipelajari oleh siswa. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pokok

bahasan mengenai cuaca dan pengaruhnya bagi manusia. Berikut ini

merupakan SK dan KD IPA pada pokok bahasan cuaca dan pengaruhnya bagi

manusia pada kelas 3 semester II.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......Pembelajaran IPA yang dilaksanakan bagi siswa SD harus memenuhi hakikat IPA. Hakikat IPA memiliki tiga komponen, yaitu sains sebagai

13

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

6. Memahami kenampakan permukaan bumi,

cuaca danpengaruhnya bagi manusia,

serta hubungannya dengancara manusia

memeliharadan melestarikan alam

6.1 Mendeskripsikan

kenampakan

permukaan bumi di

lingkungan sekitar

6.2 Menjelaskan

hubungan antara

keadaan awan dan

cuaca

6.3 Mendeskripsikan

pengaruh cuaca bagi

kegiatan manusia

6.4 Mengidentifikasi

cara manusia dalam

memelihara dan

melestarikan alam

di lingkungan

sekitar

Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan digunakan pada

penelitian ini adalah:

1) Standar Kompetensi

Memahami kenampakan permukaan bumi, cuaca dan pengaruhnya bagi

manusia,serta hubungannya dengan cara manusia memeliharadan

melestarikan alam.

2) Kompetensi Dasar

Menjelaskan hubungan antara keadaan awan dan cuaca.

3) Materi Standar

Bumi dan alam semesta, terdiri dari hubungan keadaan langit dan cuaca.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......Pembelajaran IPA yang dilaksanakan bagi siswa SD harus memenuhi hakikat IPA. Hakikat IPA memiliki tiga komponen, yaitu sains sebagai

14

2.1.2 Hakikat Belajar IPA di SD

2.1.2.1Hakikat Belajar

Menurut Slameto dalam Hamdani (2010: 20), “belajar adalah suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya”. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.

Dalam kaitan ini, proses belajar dan perubahan merupakan bukti hasil yang

diproses. Belajar tidak hanya mempelajari mata pelajaran tetapi juga penyusunan,

kebiasaan, persepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian sosial, bermacam-

macam keterampilan lain,dan cita-cita. Dengan demikian, seseorang dikatakan

belajar apabila terjadi perubahan pada dirinya akibat adanya latihan dan

pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan.

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang

dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat

nanti.salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan

tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik

perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor)

maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).

Belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu

proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan

sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti

berubah pengetahuannya, pamahamannya, sikap dan tingkah lakunya,

keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya

penerimanya dan lain-lain aspek yang ada pada individu.

Selain itu belajar merupakan cara atau praktik untuk memecahkan masalah

dalam kehidupan sehari-hari berkenaan dengan proses pemahaman materi ajar

yang melibatkan keseluruhan indra sebagai alat penangkap dan penerima

sekaligus pemproses hingga menimbulkan kesan mendalam yang berakibat pada

perubahan tingkat kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perubahan yang terjadi

sebagai pengaruh langsung pada interaksi belajar antara siswa, guru, dan bahan

ajar. Siswa sebagai peserta belajar, sedangkan guru dan bahan ajar merupakan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......Pembelajaran IPA yang dilaksanakan bagi siswa SD harus memenuhi hakikat IPA. Hakikat IPA memiliki tiga komponen, yaitu sains sebagai

15

komponen sumber belajar dan didalam proses belajar terdapat berbagai kondisi

yang dapat menetukan keberhasilan belajar.

Ada beberapa ciri-ciri belajar seperti dikutip oleh Darsono dalam Hamdani

(2010:22) adalah sebagai berikut:

a. Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan. Tujuan ini

digunakan sebagai arah kegiatan, sekaligus tolok ukur keberhasilan

belajar.

b. Belajar merupakan pengalaman sendiri, tidak dapat diwakilkan kepada

orang lain. jadi, belajar bersifat individual.

c. Belajar merupakan proses interaksi antara individu dan lingkungan. Hal ini

berarti individu harus aktif apabila dihadapkan pada lingkungan tertentu.

Keaktifan ini dapat terwujud karena individu memiliki berbagai potensi

untuk belajar.

d. Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar.

Perubahan tersebut bersifat integral, artinya perubahan dalam aspek

kognitif, afektif, dan psikomotor yang terpisahkan satu dengan yang

lainnya.

Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan

kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin

dicapai. Untuk meningkatkan hasil belajar, guru harus memperhatikan kondisi

atau situasi yang ada dalam diri siswa, seperti kesehatan, keterampilan,

kemampuan, dan sebagainya. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar

diri pribadi siswa, misalnya ruang belajar yang bersih, sarana dan prasana belajar

yang memadai, dan sebagainya.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......Pembelajaran IPA yang dilaksanakan bagi siswa SD harus memenuhi hakikat IPA. Hakikat IPA memiliki tiga komponen, yaitu sains sebagai

16

2.1.2.2 Belajar IPA di SD

IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat

pendidikan IPA menjadi penting. Keterampilan proses sains didefinisikan oleh

“Paolo dan Marten (dalam Carin, 1993: 5) adalah: (1) mengamati, (2) mencoba

memahami apa yang diamati, (3) mempergunakan pengetahuan baru untuk

meramalkan apa yang terjadi, (4) menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-

kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar”.

Selanjutnya Paolo dan Marten juga menegaskan bahwa dalam IPA tercakup

juga coba-coba dan melakukan kesalahan, gagal dan mencoba mencoba lagi. Ilmu

Pengetahuan Alam tidak menyediakan semua jawaban untuk semua masalah yang

kita ajukan. Dalam IPA anak-anak dan kita harus tetap bersikap skeptis sehingga

kita selalu siap memodifikasi model-model yang kita punyai tentang alam ini

sejalan dengan penemuan-penemuan yang baru yang kita dapatkan.

Aspek pokok dalam pembelajaran IPA adalah anak dapat menyadari

keterbatasan pengetahuan mereka, memiliki rasa ingin tahu untuk menggali

berbagai penegtahuan baru, dan akhirnya dapat mengaplikasikannya dalam

kehidupan mereka. Ini tentu saja sangat ditunjang dengan perkembangan dan

meningkatnya rasa ingin tahu anak, cara anak mengkaji informasi, mengambil

keputusan, dan mencari berbagai bentuk aplikasi yang paling mungkin diterapkan

dalam diri dan masyarakatnya. Bila pembelajaran IPA diarahkan dengan tujuan

seperti ini, diharapkan bahwa pendidikan IPA sekolah dasar dapat memberikan

sumbangan yang nyata dalam memberdayakan anak.

Beberapa aspek penting yang dapat diperhatikan guru dalam

memberdayakan anak melalui pembelajaran IPA adalah:

(1) Pentingnya memahami bahwa pada saat memulai kegiatan pembelajarannya, anak

telah memiliki berbagai konsepsi, penegtahuan yang relevan dengan apa yang

mereka pelajari.

(2) Aktivitas anak melalui berbagai kegiatan nyata dengan alam menjadi hal utama

dalam pembelajaran IPA.

(3) Pembelajaran IPA memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan

kemampuan berfikirnya dalam menjelaskan suatu masalah.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......Pembelajaran IPA yang dilaksanakan bagi siswa SD harus memenuhi hakikat IPA. Hakikat IPA memiliki tiga komponen, yaitu sains sebagai

17

Pada pembelajaran IPA sekolah dasar diperlukan pengetahuan dasar

mengenai konsep yang terkandung dalam setiap unit pelajaran. Sebelum

pembelajaran dimulai sudah barang tentu, guru IPA memberitahu kepada peserta

didik tujuan yang diharapkannya, yang kemudian akan menjadi capaian setelah

pelajran selesai.

2.1.3 Hasil Belajar IPA di SD

2.1.3.1 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran

di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan

secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut

dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil

belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar

kelas. Semua hasil belajar tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak

belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar di akhiri dengan

proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan

berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 3).

Menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang

dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya Warsito (dalam

Depdiknas, 2006: 125) mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai

dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri

orang yang belajar. Sehubungan dengan pendapat itu, maka Wahidmurni, dkk.

(2010: 18) menjelaskan bahwa seseorang dapat dikatakan telah berhasil dalam

belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-

perubahan tersebut di antaranya dari segi kemampuan berpikirnya,

keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu objek.

Jika dikaji lebih mendalam, maka hasil belajar dapat tertuang dalam

taksonomi Bloom, yakni dikelompokkan dalam tiga ranah (domain) yaitu domain

kognitif atau kemampuan berpikir, domain afektif atau sikap, dan domain

psikomotor atau keterampilan. Sehubungan dengan itu, Gagne (dalam Sudjana,

2010: 22) mengembangkan kemampuan hasil belajar menjadi lima macam antara

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......Pembelajaran IPA yang dilaksanakan bagi siswa SD harus memenuhi hakikat IPA. Hakikat IPA memiliki tiga komponen, yaitu sains sebagai

18

lain: (1) hasil belajar intelektual merupakan hasil belajar terpenting dari sistem

lingsikolastik; (2) strategi kognitif yaitu mengatur cara belajar dan berfikir

seseorang dalam arti seluas-luasnya termaksuk kemampuan memecahkan

masalah; (3) sikap dan nilai, berhubungan dengan arah intensitas emosional

dimiliki seseorang sebagaimana disimpulkan dari kecenderungan bertingkah laku

terhadap orang dan kejadian; (4) informasi verbal, pengetahuan dalam arti

informasi dan fakta; dan (5) keterampilan motorik yaitu kecakapan yang berfungsi

untuk lingkungan hidup serta memprestasikan konsep dan lambang.

Untuk mengetahui hasil belajar seseorang dapat dilakukan dengan

melakukan tes dan pengukuran. Tes dan pengukuran memerlukan alat sebagai

pengumpul data yang disebut dengan instrumen penilaian hasil belajar. Menurut

Wahidmurni, dkk(2010: 28), instrumen dibagi menjadi dua bagian besar, yakni tes

dan non tes. Selanjutnya, menurut Hamalik (2006: 155), memberikan gambaran

bahwa hasil belajar yang diperoleh dapat diukur melalui kemajuan yang diperoleh

siswa setelah belajar dengan sungguh-sungguh. Hasil belajar tampak terjadinya

perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur melalui

perubahan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya

peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan

sebelumnya.

Berdasarkan pendapat para ahli tentang hasil belajar dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya

salah satu aspek potensi kemanusiaan saja (mencakup aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik). Hasil belajar bergantung bukan hanya pada lingkungan atau

kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Belajar melibatkan

pembentukan makna dari apa yang mereka lakukan, lihat dan dengar.

Pembentukan makna merupakan suatu proses aktif yang terus berlanjut. Jadi

siswa memiliki tanggung jawab akhir atas belajar mereka sendiri.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......Pembelajaran IPA yang dilaksanakan bagi siswa SD harus memenuhi hakikat IPA. Hakikat IPA memiliki tiga komponen, yaitu sains sebagai

19

2.1.3.2 Hasil Belajar IPA di SD

Hasil belajar merupakan hal yang penting untuk dijadikan tolok ukur tingkat

keberhasilan siswa dalam proses belajar. Endang Poerwanti (2008)

mengungkapkan bahwa hasil belajar IPA di SD meliputi tiga ranah (domain),

yaitu (1) domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa

dan kecaerdasan logika), (2) domain afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup

kecerdasan antar pribadi dan kecerdasan intra pribadi, dengan kata lain kecerdasan

emosional), dan (3) domain psikomotor (keterampilan atau yang mencakup

kecerdasan kinestik, kecerdasan visual, dan kecerdasan musikal).

Menurut A. Supratiknya (dalam Agus Suprijono, 2012: 5), hasil belajar

yang menjadi objek penilaian kelas berupa kemampuan-kemampuan baru yang

diperoleh murid sesudah mereka mengikuti proses belajar mengajar tentang mata

pelajaran tertentu. Horward Kingsley (dalam Nana Sudjana, 2010:22) membagi

tiga macam hasil belajar, yaitu (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) penegtahuan

dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat

diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dengan kurikulum.

2.1.3.3Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Banyak faktor yang mempengaruhi belajar seseorang. Menurut Slameto

(2003:56) lebih rinci menggolongkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

belajar ke dalam dua jenis yaitu:

a. Faktor Intern yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.

Faktor intern, terbagi ke dalam tiga faktor:

1) Faktor jasmaniah, terdiri atas: faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh.

2) Faktor psikologis, meliputi: intelligensi, perhatian, minat, bakat, motif,

kematangan, kesiapan.

3) Faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......Pembelajaran IPA yang dilaksanakan bagi siswa SD harus memenuhi hakikat IPA. Hakikat IPA memiliki tiga komponen, yaitu sains sebagai

20

b. Faktor Ekstern yaitu faktor yang ada diluar individu.

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar dapat dikelompokkan

menjadi 3 faktor yaitu:

1) Faktor keluarga, seperti: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota

keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar

belakang kebudayaan.

2) Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar , kurikulum, relasi guru dengan

siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah,

standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah.

3) Faktor masyarakat, diantaranya: kegiatan siswa dalam masyarakat, teman

bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

Sedangkan menurut Sudjana (1989: 39) hasil belajar yang dicapai siswa

dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor

yang datang dari luar diri siswa atau lingkungan. Faktor yang datang dari diri

siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar

sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Selain faktor dari dalam

diri siswa faktor yang berada di luar diri siswa dapat menetukan dan

mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Salah satu lingkungan belajar yang

paling dominan mempengaruhi hasil belajar disekolah adalah kualitas pengajaran

artinya tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam

mencapai tujuan pengajaran.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......Pembelajaran IPA yang dilaksanakan bagi siswa SD harus memenuhi hakikat IPA. Hakikat IPA memiliki tiga komponen, yaitu sains sebagai

21

2.1.4 Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match (Mencari Pasangan )

2.1.4.1 Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan

metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Hal inilah yang terjadi

ketika seseorang sedang belajar, dan kondisi ini juga sering terjadi dalam

kehidupan sehari-hari, karena belajar merupakan proses alamiah setiap orang.

Wenger (1998:227; 2006:1) mengatakan, “ pembelajaran bukanlah aktivitas,

sesuatu yang dilakukan oleh seseorang ketika ia tidak melakukan aktivitas yang

lain. pembelajaran juga bukanlah sesuatu yang berhenti dilakukan oleh seseorang.

Lebih dari itu, pembelajaran bisa terjadi dimana saja dan pada level yang berbeda-

beda, secara individual, kolektif, ataupun sosial.

Menurut Suprijono (2009: 54), pembelajaran kooperatif adalah konsep

yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk

yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum

pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru

menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyan serta menyediakan bahan-bahan dan

informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik dalam menyelesaikan

masalah yang sedang dihadapi.

Selain itu pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara sadar dan

sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari

ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan,

sebagai latihan hidup di masyarakat. Pembelajaran kooperatif ini merupakan salah

satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Dalam

pembelajaran kooperatif diterapkan strategi belajar dengan jumlah siswa sebagai

anggota anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuanyya berbeda. Dalam

menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling

membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran ini, belajar

dikatakan belum menguasai bahan pelajaran.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......Pembelajaran IPA yang dilaksanakan bagi siswa SD harus memenuhi hakikat IPA. Hakikat IPA memiliki tiga komponen, yaitu sains sebagai

22

2.1.4.2 Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang ada di dalamnya

terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen pembelajaran

kooperatif menurut Lie dalam Mulyono (2011: 31) adalah sebagai berikut:

a. Saling ketergantungan positif

Pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa

merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang

dimaksud dengan saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang

optimal. Saling ketergantungan tersebut dapat dicapai melalui: (1) saling

ketergantungan pencapaian tujuan; (2) saling ketergantungan dalam

menyelesaikan tugas; (3) saling ketergantungan bahan atau sumber; (4) saling

ketergantungan peran, dan (5) saling ketergantungan hadiah.

b. Interaksi tatap muka

Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling

bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan

guru, tetapi juga dengan sesama siswa.

c. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi

Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman,

mengkritik ide dan bukan mengkritik teman , berani mempertahankan pikiran

logis.

2.1.4.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match ( Mencari Pasangan)

Model pembelajaran make a match (Mencari Pasangan) merupakan salah

satu jenis dari model dalam pembelajaran kooperatif (Rusman: 2011). Bentuk

diskusi dengan mencari pasangan adalah bentuk pembelajaran yang dilaksanakan

di dalam kelas sambil bermain dengan teman, pada suasana yang menyenangkan

tetapi mengena dan sampai pada sasaran, karena siswa berkompetisi untuk lebih

cepat menemukan pasangannya dari kartu atau jawaban yang dibawa masing-

masing siswa. Peserta didik yang mendapat kartu soal mencari peserta didik yang

mendapat kartu jawaban yang cocok, demikian pula sebaliknya. Salah satu

keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai

suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......Pembelajaran IPA yang dilaksanakan bagi siswa SD harus memenuhi hakikat IPA. Hakikat IPA memiliki tiga komponen, yaitu sains sebagai

23

Menurut Suprijono (2012), hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam jika

pembelajaran dikembangkan dengan Make a Match adalah kartu-kartu. Teknik ini

bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak

didik (Nana Sudjana, 2013: 54).

Model pembelajaran Make a Match atau mencari pasangan, guru

menyiapkan kartu yang berisi persoalan atau permasalahan dan kartu yang berisi

jawaban dari persoalan tersebut. Kemudian guru membagikan kartu tersebut

kepada siswa. Bagi siswa yang mendapatkan kartu soal maka dia harus

memikirkan apa jawabannya sedangkan yang mendapat kartu berisi jawaban maka

dia harus memikirkan soal apa yang jawabannya ada di kartu itu. Setelah siswa

diberi waktu untuk berfikir, siswa mencari pasangannya dengan waktu yang

ditentukan guru. Siswa yang berhasil mencocokan dengan cepat dan benar akan

mendapatkan poin atau nilai, kartu dikumpulkan lagi dan dikocok untuk babak

berikutnya. Pembelajaran berikutnya seperti babak pertama, kemudian

penyimpulan, evaluasi, dan refleksi.

Model pembelajaran Make a Match merupakan model yang melibatkan

siswa ke dalam kelompok pembelajaran secara berkolaborasi, dengan

mencocokan kartu soal dan kartu jawaban untuk mencapai tujuan bersama. Model

ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi kepada siswa lan

yang berbeda latar belakang. Hal ini akan membantu siswa mengembangkan

keterampilan mereka di lingkungan masyarakat sekitar, baik di lingkungan

sekolah maupun di luar sekolah.

2.1.4.4 Langkah-langkah Penerapan Model Make A Match

Model pembelajaran mencari pasangan ini dikembangkan oleh Curran

tahun 1994 dalam Asikin (2009: 24) yang mempunyai langkah-langkah dalam

pembelajarannya. Langkah-langkah penerapan model mencari pasangan (Make A

Match) dalam Mulyatiningsih (2011: 233) adalah sebagai berikut:

a. Guru menyiapkan kartu soal dan kartu jawaban

b. Setiap siswa mendapat satu buah kartu

c. Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......Pembelajaran IPA yang dilaksanakan bagi siswa SD harus memenuhi hakikat IPA. Hakikat IPA memiliki tiga komponen, yaitu sains sebagai

24

d. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan

kartunya (soal jawaban)

e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu akan

diberi poin

f. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang

berbeda dari sebelumnya

g. Demikian seterusnya

h. Kesimpulan/ penutup

2.1.4.5 Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Tipe Make A Match

Model Make A Match atau mencari pasangan dapat digunakan untuk

membangkitkan aktivitas peserta didik dan cocok digunakan dalam bentuk

permainan karena didalam pembelajaran peserta didik kut aktif dalam proses

pembelajaran mengenai materi yang diajarkan. Selain itu, siswa menjadi lebih

senang dan tertarik untuk belajar. Keunggulan dari model Make A Match ialah:

a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik.

b. Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran.

c. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa.

d. Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi.

e. Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.

Di samping manfaat yang dimiliki, model make a match juga memiliki

kekurangan seperti:

a) diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan, waktu yang

digunakan perlu dibatasi agar tidak terlalu banyak bermain-main,

b) Pada awal-awal penerapan model, banyak siswa yang akan malu

berpasangan dengan lawan jenisnya.

c) Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa yang

kurang memerhatikan pada saat presentasi pasangan.

d) Guru harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa

yang tidak mendapat pasangan.

Solusi dari kelemahan model Make A Match adalah:

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......Pembelajaran IPA yang dilaksanakan bagi siswa SD harus memenuhi hakikat IPA. Hakikat IPA memiliki tiga komponen, yaitu sains sebagai

25

a. Sebelum melakukan model ini guru membuat kesepakatan dengan siswa

supaya siswa tertib dan tidak ramai.

b. Guru menguasai kelas dan pandai mengatur situasi (misal siswa masih ramai

guru memotivasi/ mengatur siswa menjadi tertib kembali, setelah tertib pelajaran

dimulai lagi).

c. Peneliti meluangkan waktu untuk mempersiapkan kartu-kartu yang berisi topik

yang akan dibahas terlebih dahulu sebelum pertemuan.

2.1.5 Media Gambar

Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata

medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Gagne (1970)

menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan

siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Asosiasi Pendidikan Nasional

mengaitkan media sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun

audiovisual serta peralatannya (dalam Arief S: 2008). Drs. Arief S. Sadiman, M.

Sc mengungkapkan media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang

pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa

sehingga proses belajar terjadi.

Dari berbagai pendapat mengenai media, dapat disimpulkan media adalah

segala bentuk alat perantara/ penyalur pesan dari pengirim ke penerima yang

dapat merangsang siswa untuk belajar. Dengan adanya media diharapkan

informasi yang disampaikan guru akan lebih teliti, jelas dan menarik minat serta

perhatian siswa terhadap materi yang dipelajari. Media sebagai salah satu sumber

belajar yang dapat digunakan guru untuk menunjang proses belajar mengajar agar

tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Karakteristik media ini

sebagaimana dikemukakan oleh Kemp (1975) merupakan dasar pemilihan media

sesuai dengan situasi belajar tertentu.

Diantara media pendidikan gambar adalah media yang paling umum dipakai.

Gambar merupakan media yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......Pembelajaran IPA yang dilaksanakan bagi siswa SD harus memenuhi hakikat IPA. Hakikat IPA memiliki tiga komponen, yaitu sains sebagai

26

Secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai

berikut (Sadiman dkk, 2008: 17):

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas (dalam

bentuk kata-kata tertulis atau tulisan belaka).

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.

3) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi

sikap pasif anak didik.

4) Sifatnya konkret, gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah

dibandingkan dengan media verbal semata.

Selain kelebihan-kelebihan tersebut media gambar mempunyai beberapa

kelemahan yaitu (Sadiman, 2008: 31):

1) Gambar hanya menekankan persepsi indera mata.

2) Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan

pembelajaran.

3) Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini juga didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

Sri Rejeki yang berjudul, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V

Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Model Pembelajaran Make A Match di SDN 2

Segonwetan Semester II Tahun 2009/2010”, menyimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif Make A Match mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Pada ulangan

harian awal rata-rata hasil belajar siswa mencapai 66, siklus I rata-rata 78, dan

siklus II rata-rata 88.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Edi Sukirso yang berjudul, “Upaya

Meningkatkan Prestasi Belajar PKN Melalui Teknik Make A Match Pada Siswa

Kelas IV SD Negeri 1 Kradenan Semester 2 Tahun Pelajaran 2010/2011”,

hasilnya menunjukkan bahwa prestasi belajar PKN meningkat yang pada awal

sebelum menggunakan teknik Make A Match nilai rata-ratanya hanya 54,5. Pada

siklus I nilai rata-rata naik menjadi 77 dan siklus II nilai rata-ratnya menjadi 84.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......Pembelajaran IPA yang dilaksanakan bagi siswa SD harus memenuhi hakikat IPA. Hakikat IPA memiliki tiga komponen, yaitu sains sebagai

27

Penelitian yang saya lakukan berjudul, “Upaya Meningkatkan Hasil

Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Dengan

Media Gambar Siswa Kelas III SD Negeri Purworejo Kecamatan Suruh

Kabupaten Semarang Semester II Tahun 2014/2015”, menyimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif tipe Make A Match mampu meningkatkan hasil belajar

siswa. Pada ulangan harian awal rata-rata hasil belajar siswa mencapai 60, siklus I

rata-rata 70,6, dan siklus II rata-rata 80.

2.3 Kerangka Pikir

Hasil belajar SD Negeri Purworejo Kecamatan Suruh Kabupaten

Semarang memang tergolong masih rendah. Hal ini terbukti dari hasil wawancara

peneliti dengan guru kelas yang menyatakan bahwa beliau kesulitan dalam

menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan setiap mata pelajaran yang

sedang diajarkan. Siswa kelas III SD Negeri Purworejo Kecamatan Suruh

Kabupaten Semarang masih merasakan bahwa IPA itu merupakan mata pelajaran

yang sulit untuk dipahami dan sangat membosankan. Hal ini bisa dikarenakan

guru kurang mampu menggunakan model dan alat peraga yang sesuai dengan

Mata pelajaran IPA saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam penyampaian

pembelajaran guru hanya berceramah, sehingga pembelajaran hanya berpusat

kepada guru sedangkan siswa hanya pasif saat pembelajaran berlangsung.

Cara belajar yang baik bukan hanya dengan mendengarkan saja,tetapi juga

butuh kreativitas dalam belajar. Hal ini akan berpengaruh pada hasil belajar.

Interaksi antara guru dengan murid juga masih kurang, yang akan menyebabkan

siswa tidak tertarik dengan apa yang dipelajari. Melihat permasalahan yang ada di

sini saya akan mencoba mangganti model pembelajaran yang hanya berpusat

kepada guru dengan menggunakan Model pembelajaran kooperatif tipe Make A

Match.

Model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match merupakan slah satu

model pembelajaran kooperatif sebagai alternatif bagi guru dalam mengajar siswa

dengan variasi diskusi kelompok yang ciri khasnya adalah guru membagikan

kartu soal dan kartu jawaban pada semua siswa kemudian siswa mencari

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......Pembelajaran IPA yang dilaksanakan bagi siswa SD harus memenuhi hakikat IPA. Hakikat IPA memiliki tiga komponen, yaitu sains sebagai

28

pasangannya sesuai kartu yang didapat. Cara ini menjamin keterlibatan total

semua siswa dan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab

individual dalam diskusi kelompok. Dengan adanya keterlibatan total semua siswa

tentunya akan berdampak positif terhadap hasil belajar IPA.

KERANGKA PIKIR

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir Penelitian

Guru masih

menggunakan

cara

konvensional,

penggunaan

metode kurang

sesuai

Siswa pasif

dalam

pembelajaran,

kurang tertarik

dengan materi

pembelajaran,

tidak berani

untuk bertanya.

Hasil belajar

tidak

maksimal/belum

mencapai KKM

(kurang dari 70)

Memahami konsep

cuaca dan pengaruhnya

bagi manusia melalui

gambar

Pemberian tugas

mencari pasangan kartu

soal/ jawaban

Pelaporan hasil

kerjasama pasangan di

depan kelas

Membangun konsep

sesuai kompetensi yang

akan dicapai.

Guru menerapkan model Make A

Match dengan media media gambar

dalam pembelajaran IPA

Hasil belajar

meningkat ( > 70)

Tindakan

Siswa aktif dalam

pembelajaran, siswa tertarik

dengan materi yang diajarkan,

berani untuk bertanya.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......Pembelajaran IPA yang dilaksanakan bagi siswa SD harus memenuhi hakikat IPA. Hakikat IPA memiliki tiga komponen, yaitu sains sebagai

29

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pikir yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan

hipotesis penelitian ini sebagai berikut: penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar IPA kelas III SD Negeri

Purworejo Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran

2014/2015.