bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori...make a match dan power point. 2.1.1 ilmu pengetahuan alam...
TRANSCRIPT
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung
penelitian. Beberapa teori dari para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang
mempunyai pandangan dan pendapat yang berbeda-beda. Pembahasan kajian teori
dalam penelitian ini berisi tentang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), hasil belajar,
Make A Match dan Power Point.
2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk SD/MI Pada
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
untuk Satuan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) dijelaskan bahwa
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam
kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri
dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar
Ismet dan Adeng Slamet (2008) mengemukakan bahwa “Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari
fenomena-fenomena alam yang disusun melalui tahapan-tahapan metode ilmiah
yang bersifat khas-khusus, yaitu penyusunan hipotesis, melakukan observasi,
penyusunan teori, pengujian hipotesis, penarikan kesimpulan dan seterusnya”
7
Wahyana (dalam Trianto,2014) mengatakan bahwa IPA adalah suatu
kumpulan pengetahuan secara sistematik, dan dalam penggunaannya tidak hanya
ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap
ilmiah.
Berdasarkan paparan dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan cabang ilmu
yang memperlajari alam bukan hanya mempelajari tentang fakta-fakta, konsep
dan prinsip saja namun juga mempelajari fenomena-fenomena alam yang tersusun
secara sistematis.
Dari uraian tentang pembelajaran IPA, maka Trianto (2010:143)
mengemukakan tentang hakikat dan tujuan pembelajaran IPA diharapkan dapat
memberikan antara lain sebagai berikut :
a. Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan
keyakinan terhadap Tuhan Yang MahaEsa.
b. Pengetahuan yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep, fakta
yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan, dan hubungan antara sains
dan teknologi.
c. Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan
masalah dan melakukan observasi.
d. Sikap ilmiah antara lain skeptik, kritis, sensitif, objektif, jujur. terbuka, benar,
dan dapat bekerja sama.
e. Kebiasaan mengembangkan kemampuan berfikir analisis induktif dan deduktif
dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk menjelaskan berbagai
peristiwa alam.
f. Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari keindahan
keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam teknologi.
Dengan demikian, semakin jelas bahwa proses belajar mengajar IPA lebih
ditekankan pada pendekatan keterampilan proses hingga siswa dapat menemukan
fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu
sendiri.
8
2.1.2 Hasil Belajar
2.1.2.1 Pengertian Belajar
Winkel (Jamil Suprihatiningrum, 2012: 15) berpendapat bahwa belajar
adalah suatu aktivitas mental/ psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-
pemahaman, ketrampilan, dan nilai-sikap. Belajar juga dikatakan sebagai suatu
interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud
pribadi, fakta, konsep, ataupun teori.
Hintzman (Syah, 2010) dalam bukunya the psychology of learning and
memory berpendapat leraning is a change in borganism due to experience which
can affact the organism’s behavior. Artinya belajar adalah suatu perubahan yang
terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman
yang dapat memenuhi tingkah laku organisme tersebut.
Hamali (1992 : 28) belajar adalah suatu pertumbuhan atau perubahan
dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru
berkat pengalaman dan pelatihan.
Dari pendapat para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa belajar merupakan
suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah
laku tertentu, baik yang dapat diamati secara langsung sebagai pengalaman
(latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan.
2.1.2.2 Pengertian Hasil Belajar
. Menurut Indramunawar (2010:2) hasil belajar merupakan hal yang dapat
dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Hasil belajar dari sisi
siswa merupakan hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang
lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan
mental tersebut terwujut pada jenis ranah kognitif ,afektif, dan psikomotor. Hasil
belajar dari sisi guru yaitu hasil belajar merupakan penilaian saat terselesekannya
bahan pelajaran.
9
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan (Suprijono, 2009:5). Merujuk pemikiran
Gagne (Suprijono, 2009:6) hasil belajar berupa:
1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
bahasa, baik lisan maupun tertulis
2. Ketrampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dalam
lambang.
3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri.
4. Ketrampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani
dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut.
Menurut Lindgren (Suprijono, 2009:7) hasil pembelajaran meliputi
kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Yang harus diingat, hasil belajar
adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek
kemanusiaan saja.
Klasifikasi hasil belajar menurut Bloom (Suprijono, 2009:7) secara garis
besar membagi menjadi 3 ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotoris.Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual.Ranah
afektif, berkenaan dengan sikap. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil
belajarketerampilan dan kemampuan bertindak.
Berdasarkan definisi para ahli, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan hasil dari tiga ranah yaitu kognitif , afektif,dan pskomotorik menjadi
lebih baik setelah mengikuti pembelajaran biasanya di ukur setelah terselenakanya
materi ajar.
2.1.2.3 Faktor – Faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Syah (2010), Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam,yaitu:
10
1. Faktor internal (faktor dalam diri siswa) yaitu keadaan jasmani dan rohani
siswa.
2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), kondisi lingkungan disekitar siswa.
3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar
siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk untuk
melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.
a. Faktor Internal Siswa
Ada dua aspek yang ada di dalam diri siswa yaitu : 1) aspek fisiologis
(bersifat jasmaniah); 2) aspek psikologis (bersifat rohaniah).
1. Aspek Fisiologis
Kesehatan siswa sangat berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam
menyerap informasi dalam belajar.
2. Aspek Psikologis
a. Inteligensi Siswa
Tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ) sangat menentukn tingkat
keberhasilan belajar siswa.
b. Sikap Siswa
Sikap (attitude) siswa yang positif dalam merespon dengan cara yang relatif
tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya merupakan pertanda awal
yang baik bagi proses belajar siswa.
c. Bakat Siswa
Kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak
bergantung pada upaya pendidikan dan pelatihan.
d. Minat Siswa
Kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu.
e. Motivasi Siswa
Keadaan internal organisme yang mendorong untuk berbuat sesuatu.
11
b. Faktor Eksternal Siswa
a. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial siswa yaitu sekolah seperti guru-guru, para tenaga
kependidikan (kepala sekolah dan wakil-wakilnya) dan teman-teman
sekelas,orang tua (keluarga) dan masyarakat dapat mempengaruhi semangat
belajar siswa.
b. Lingkungan Nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah,dan
letaknya,rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan
cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini turut
menentukan tingkat kebrhasilan belajar siswa.
c. Faktor Pendekatan Belajar
Pendekatan belajar adalah keefektifan segala cara atau strategi yang
digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses belajar materi
tertentu.
Dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil
belajar diantaranya faktor internal, eksternal dan faktor pendekatan belajar yang
perlu diperhatikan untuk memperoleh hasil belajar maksimal.
2.1.3 Make A Match
2.1.3.1 Pengertian Make A Match
Model pembelajaran make a match, atau mencari pasangan dikembangkan
oleh Lorna Curran (Lie, 2008: 55). Model pembelajaran make a match
merupakan suatu teknik pembelajaran yang memberikan tugas terstruktur kepada
siswa melalui media kartu-kartu yang berisi konsep yang berbeda dengan tema-
tema atau topik-topik yang sama, sehingga melalui kartu yang siswa dapatkan,
maka dengan sendirinya siswa membentuk kelompok-kelompok kerja
berdasarkan kecocokan konsep yang terdapat dalam kartu masing-masing, untuk
menyelesaikan satu masalah dalam tema atau topik yang sama. Sehingga, melalui
teknik ini, siswa mampu aktif dan bekerjsama dengan rekannya dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan.
12
Model pembelajaran make a match mengutamakan ketelitian dan
kerjasama dalam menyelesaikan masalah, serta memberikan kenyamanan dalam
menyelesaikan masalahnya, karena siswa mencari pasangan kelompoknya sendiri.
Seperti dikatakan oleh Lie (2008: 55), bahwa salah satu keunggulan teknik make a
match adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau
topik dalam suasana yang menyenangkan.
Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
make a match adalah teknik pembelajaran yang memberikan tugas secara
terstruktur dan melalui media kartu berisi konsep dalam penyelesaian tugas
mengutamakan ketelitian dan kerjasama untuk menyelesaikannya.
2.1.3.2 Langkah-langkah Model Make A Match
Langkah-langkah penerapan tipe make a match dipaparkan oleh Lie (2008:
55), sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik
yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu
jawaban.
2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
3. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya:
pemegang kartu bertuliskan “Gerakan Turki Muda” akan berpasangan dengan
“Mustpha Kemal Pasha”.
4. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang
kartu yang cocok.
5. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi
pelajaran.
Model pembelajaran Make A-Match atau yang lebih dikenal dengan
mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (dalam Huda 2011:135).
Dalam pengaplikasian model Make A-Match siswa mencari pasangan sambil
mempelajari suatu konsep atau topik tertentu dalam suasana yang menyenangkan.
Model ini dapat diterapkan pada semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Model
13
ini dapat membangkitkan semangat siswa dengan mengikutsertakan siswa untuk
aktif dalam proses pembelajaran.
Langkah-langkah penerapan model pembelajaran Make A-Match yang
ditulis Huda (2011, 135) sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa topik yang akan
mungkin cocok untuk sesi review (persiapan menjelang tes atau ujian).
2. Setiap siswa mendapatkan satu buah kartu.
3. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan
kartunya. Misalnya: pemegang kartu yang bertuliskan PERSEBAYA
berpasangan dengan pemegang kartu SURABAYA, atau pemegang kartu
yang berisi nama SBY berpasangan dengan pemegang kartu PRESIDEN RI.
4. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang
kartu yang berhubungan. Misalnya pemegang kartu 3+3 membentuk
kelompok dengan pemegang kartu 2 x 3 dan 12 : 2.
Menurut Agus Suprijono (2009,20), langkah-langkah model make a match
sebagai berikut:
1. Persiapkan kartu jawaban dan kartu soal.
2. Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama, kelompok
pembawa kartu berisi pertanyaan. Kelompok kedua adalah kelompok
pembawa kartu berisi jawaban, dan kelompok ketiga adalah kelompok
penilai.
3. Atur posisi kelompok tersebut berbentuk huruf U.
4. Untuk memulai permainan guru membunyikan peluit.
5. Guru sebaiknya membunyikan musik instrumental yang lembut.
6. Siswa yang sudah menemukan pasangan wajib menunjukkan pada kelompok
penilai.
7. Setelah permainan sudah selesai kelompok penilai dipecah menjadi dua
kelompok, kelompok pertama dan kelompok kedua menjadi kelompok
penilai.
Penerapan langkah-langkah model make a match di atas terdapat sedikit
perbedaan, yaitu pada pembentukan kelompok ada yang membagi dalam dua
14
kelompok dan ada yang tiga kelompok. Pembagian dua kelompok hanya terwujud
dalam kelompok soal dan kelompok pertanyaan. Sedangkan pembagian tiga
kelompok terdapat penambahan satu kelompok lagi yaitu kelompok penilai. Tugas
kelompok penilai di sini adalah memberikan poin bila pasangan soal dan jawaban
itu benar sebelum waktu yang ditentukan berakhir. Guru dalam pembelajaran
model make a match ini hanya memantau, mengarahkan dan membimbing saat
proses belajar mengajar berlangsung.
Berdasar pada beberapa langkah dalam model pembelajaran make a
match, dapat disimpulkan:
1. Guru menyiapkan dua kotak kartu yang berisi soal dan jawaban.
2. Siswa dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok soal dan jawaban.
3. Guru memberikan penjelasan tentang tata aturan di slide power point.
4. Setiap siswa dalam kelompok soal dan kelompok jawaban masing-masing
mendapat satu buah kartu.
5. Kelompok soal memikirkan kemungkinan jawaban dari kartu soal yang
mereka pegang, dan kelompok jawaban memikirkan kemungkinan soal dari
jawaban yang mereka pegang.
6. Kelompok soal dan kelompok jawaban mulai mencari pasangan dari soal atau
jawaban yang mereka pegang setelah terdengar bunyi peluit.
7. Kartu yang telah dipasangkan diberikan kepada guru.
8. Guru memberikan poin jika kelompok tersebut benar dalam memasangkan
kartu sebelum waktu yang telah ditentukan.
9. Guru meminta siswa yang mendapatkan soal dan pasangannya yang
mendapatkan jawaban membacakan dan guru membahas pasangan kartu yang
benar melalui slide power point.
10. Kemudian dilakukan pergantian peran, kelompok jawaban menjadi kelompok
soal, dan kelompok soal sebagai kelompok jawaban.
11. Selanjutnya melakukan langkah seperti yang tertulis pada nomor 5.
12. Pertukaran peran dilakukan sampai semua kelompok merasakan menjadi
kelompok pemegang soal dan jawaban
13. Siswa bersama guru menyimpulkan dan menutup pelajaran.
15
Dari langkah-langkah yang harus disediakan guru adalah kartu soal dan
kartu jawaban. Pembelajaran kooperatif dengan menggunakan model make a
match ini menuntut siswa untuk dapat aktif dalam mencari pasangan kartu dalam
suasana yang menyenangkan dan penuh dengan persaingan.
2.1.3.3 Tujuan Model Pembelajaran Make A Match
Tujuan pokok model pembelajaran make a match adalah:
a. Pendalaman materi yaitu pada mulanya merancang metode ini untuk
pendalaman materi. Pengembang metode pembelajaran make a match siswa
melatih penguasaan materi dengan cara memasangkan antara kartu
pertanyaan dan kartu jawaban.
b. Menggali materi yaitu tidak perlu memebekali siswa dengan materi, karena
siswa sendiri yang akan membekali dirinya sendiri. Caranya yaitu dengan
menulis pokok-pokok materi atau dengan gambar pada potongan kertas atau
kartu lalu bagikan potongan kertas atau kartu itu kepada siswa secara acak.
Mintalah siswa untuk mencocokan atau memasangkan potongan kertas atau
kartu tersebut menjadi materi utuh.
c. Untuk selingan yaitu teknik yang dipakai sama dengan teknik mencari
pasangan untuk mendalami materi.
2.1.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Make A Match
Menurut Lie (2008:56) kelebihan dan kelemahan model pembelajaran
Make A Match dalam proses belajar mengajar yaitu sebagai berikut :
Kelebihan :
1. Siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik
dalam suasanan belajar aktif dan menyenangkan.
2. Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa.
3. Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presesntasi.
4. Model pembelajaran Make A Match bisa digunakan dalam semua mata
pelajaran.
5. Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran (Let them
move).
6. Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis.
16
7. Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh siswa.
Kelemahan :
Di samping manfaat yang dirasakan oleh siswa, model pembelajaran Make
A Match berdasarkan temuan dilapangan mempunyai sedikit kelemahan yaitu :
1. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan.
2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak
bermain-main dalam proses pembelajaran.
3. Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai.
4. Kelas yang gemuk (lebih dari 30 siswa per kelas) jika kurang bijaksana
muncul suasana seperti pasar dengan keramaian yang tidak terkendali.
Walaupun terdapat kelemahan dalam model pembelajaran make a match
tetapi metode ini lebih efektif dalam pembelajaran dibandingkan dengan metode
ceramah. Karena model pembelajaran make a match ini dapat membuat siswa
lebih aktif dan proses pembelajaran bisa menyenangkan karena ada unsur
permainan dalam model ini. Kelemahan model pembelajaran make a match ini
bisa dihindari dalam pembelajaran apabila guru merancangnya dengan baik
2.1.4 Power Point
2.1.4.1 Pengertian Power Point
Menurut Andi (2004:2), power point adalah sebuah program aplikasi
komputer yang dirancang untuk membantu membuat sebuah media penyampaian
suatu makalah atau naskah yang disajikan lewat presentasi digital. Power point
memiliki media worksheet yang terhubung dari halaman satu ke halaman
berikutnya. Dengan power point dapat menuangkan ide-ide cemerlang yang
menarik sehubungan dengan permasalahan dibidang kerja, sehingga setiap orang
yang melihat akan dapat menerima informasi yang disampaikan dengan jelas.
Menurut Purnomo (2008:1), power point adalah program aplikasi yang
banyak digunakan untuk keperluan presentasi. Presentasi power point adalah
suatu cara yang digunakan untuk memperkenalkan atau menjelaskan tentang
segala hal yang dirangkum dan dikemas kedalam beberapa slide, sehingga orang
yang menyimak (peserta presentasi) dapat lebih mudah memahami penjelasan
17
melalui visualisasi yang terangkum dalam slide, baik berupa teks, gambar/grafik,
suara, film, dan lain sebagainya.
Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa power point adalah
sebuah program aplikasi komputer yang dirancang untuk keperluan presentasi
melalui visualisasi yang terangkum dalam slide, baik berupa teks, gambar/grafik,
suara, film, dan lain sebagainya.
Dalam power point setiap tampilan disebut dengan slide dapat dimasukkan
gambar, suara, teks serta animasi layar monitor maupun layar lebar dengan
bantuan suatu alat yang disebut LCD.
2.1.4.2 Kelebihan Power Point
Power point memiliki beberapa keunggulan dibandingkan program lain,
antara lain sebagai berikut:
1. Menyediakan banyak pilihan media presentasi antara lain:
a. Overhead Transparencies (Transparansi Overhead): menggunakan slide
proyektor atau OHP
b. Slide Show Presentation (Presentasi Slide Show): menggunakan LCD atau
InFocus.
c. Online Presentation (Presentasi Online): melalui internet atau LAN,
d. Print Out dan Handout: presentasi dicetak dan dibagikan pada peserta.
2. Pada presentasi multimedia dapat menambahkan berbagai multimedia pada
slide presentasi, seperti : clip art, picture, gambar animasi (GIF dan Flash),
background audio/music¸ narasi, movie (video klip).
3. Pemaketan slide presentasi ke dalam CD. Power point 2007 memiliki fasilitas
untuk memaket slide presentasi ke dalam CD. Presentasi ini dapat ditampilkan
langsung (autorun) dan masih dapat ditampilkan walaupun tidak terinstall
program power point .
4. Modus Slide Show yang lengkap.
5. Powerpoint memiliki fasilitas custom animation yang sangat lengkap. Dengan
fasilitas ini, presentasi dapat menjadi lebih ’hidup’, menarik, dan interaktif
18
Pada penelitian ini, power point digunakan untuk keperluan pembelajaran
siklus I tentang materi Sifat-sifat cahaya. power point digunakan untuk keperluan
presentasi dalam menyampaikan pembelajaran materi Sifat-sifat cahaya dan
menjelaskan tata cara aturan permainan kelompok soal dan jawaban serta hasil
pencocokan kartu soal-jawaban yang tepat dalam penerapan model Make A
Match. Dengan adanya kelebihan power point, maka keterangan setiap materi
dapat ditulis dan dilengkapi media gambar kehidupan sehari-hari yang
membuktikan dari 5 sifat-sifat cahaya dan slide langkah kerja dalam membuktikan
5 sifat cahaya, dapat dimasukkan animasi, dan dapat dihubungkan dengan LCD
sehingga lebih menarik.
Sedangkan pada siklus II, power point digunakan untuk keperluan
pembelajaran materi merancang karya atau model dengan menerapkan sifat
cahaya. Power point digunakan untuk keperluan presentasi dalam menyampaikan
pembelajaran materi merancang karya atau model dengan menerapkan sifat
cahaya dan menjelaskan tata cara aturan permainan kelompok soal dan jawaban
serta hasil pencocokan kartu soal-jawaban yang sesuai dalam penerapan model
Make A Match. Dengan adanya kelebihan power point, maka keterangan setiap
materi dapat ditulis dan dilengkapi media gambar kehidupan sehari-hari
pembuatan alat atau karya yang menerapkan sifat cahaya seperti periskop,cakram
warna dan lup dan slide langkah kerja dalam pembuatan alat atau karya yang
menerapkan sifat cahaya seperti periskop,cakram warna dan lup, dapat
dimasukkan animasi, dan dapat dihubungkan dengan LCD sehingga lebih
menarik.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian pertama yang relevan dengan proposal yang penulis susun
adalah penelitian dari Biyono dalam Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul
“Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Make a Match pada Siswa Kelas I SD Madugowongjati 02 Kecamatan
Gringsing Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2011/2012”. Dalam penelitiannya
menunjukan bahwa telah terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas dari 60 pada pra
19
siklus menjadi 88 pada siklus II. Jumlah siswa yang tuntas belajar meningkat dari
8 siswa atau 44 % pada pra siklus menjadi 18 siswa atau 100 % siswa tuntas.
Karena indikator keberhasilan penelitian ini adalah 85 % siswa tuntas belajar
maka penelitian ini dianggap berhasil.
Penelitian kedua yang yang relevan dengan proposal yang penulis susun
adalah penelitian dari Inus dalam Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul
“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran
Make-A Match pada Mata Pelajaran Matematika untuk Siswa Kelas V Sekolah
Dasar Negeri Mangunsari 04 Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga”. Pada
penelitiannya hasil evaluasi siklus I 70 % siswa tuntas atau dengan jumlah 26
siswa, dan siklus II 89 % atau 33 siswa tuntas. Sesuai dengan data temuan hasil
analisis peningkatan hasil prestasi belajar siswa, terlihat bahwa penelitian telah
dilaksanakan dengan baik karena semakin sedikit jumlah siswa yang nilai
matematikanya dibawah KKM.
Penelitian ketiga yang yang relevan dengan proposal yang penulis susun
adalah penelitian dari Rahayu dalam Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul
“Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Make A Match
Dengan Memanfaatkan LCD Siswa Kelas 5 SD Negeri Mangunlegi Kecamatan
Batangan Kabupaten Pati Tahun 2012/2013”. Pada penelitiannya hasil evaluasi
siklus I 72,2 % siswa tuntas atau dengan jumlah 18 siswa, dan siklus II 100 %
atau 18 siswa tuntas. Sesuai dengan data temuan hasil analisis peningkatan hasil
belajar siswa, terlihat bahwa penelitian telah dilaksanakan dengan baik karena
semua siswa tuntas diatas KKM pada mata pelajaran IPA materi cara tumbuhan
hijau membuat makanan..
Berdasarkan beberapa penelitian, peneliti mempunyai keyakinan bahwa
PTK Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Make A Match
Berbantuan Power Point Siswa Kelas 5 yang akan dilaksanakan di SD Negeri
Susukan 01 akan berhasil dengan baik.
20
2.3 Kerangka Pikir
Dalam pembelajaran, guru masih menggunakan model pembelajaran
konvensional yaitu guru menerangkan materi pembelajaran tanpa memberi
kesempatan kepada siswa dalam berpendapat mengenai materi yang diajarkan,
sehingga siswa terlihat pasif dalam proses pembelajaran.Dalam menyampaikan
materi, guru kurang memanfaatkan fasilitas yang disediakan sekolah yaitu berupa
multi media yang dapat menunjang proses pembelajaran.Hal ini menyebabkan
pembelajaran terkesan monoton dan membosankan, sehingga siswa gaduh dikelas
dan tidak berkonsentrasi terhadap pembelajaran. Hal ini menyebabkan hasil
belajar siswa rendah.
Guru harus memilih model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan
dalam pembelajaran dan memaksimalkan fasilitas yang diberikan oleh sekolah.
Oleh karena itu, perlu diadakan tindakan yaitu menggunakan model pembelajaran
Make A Match dengan bantuan power point. Dengan menggunakan model
pembelajaran Make A Match berbantuan power point, diharapkan pembelajaran
menjadi menyenangkan dan siswa menjadi aktif, sehingga hasil belajar IPA siswa
SD Negeri Susukan 01 dapat meningkat.
21
Berdasarkan uraian, maka secara sistematis dapat digambarkan kerangka
berfikir pada Gambar 2.1 sebagai berikut :
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir Penelitian
Guru kurang maksimal dalam mengkondisikan
kelas
Siswa kurang aktif dalam pembelajaran, KBM monoton, siswa bosan dan kelas ramai
sendiri
Hasil belajar IPA
siswa pokok
bahasan Sifat-sifat
cahaya kurang dari KKM (70)
Penggunaan Model Pembelajaran Make A Match berbantuan Power Point
Guru menyajikan materi melalui presentasi kelas dalam bentuk
slide power point
Siswa belajar dalam bentuk permainan
pencocokan kartu yang berisi kartu soal dan
kartu jawaban
Guru melakukan permainan kartu yang
berisi soal dan jawaban kepada siswa
Hasil belajar IPA pokok bahasan sifat-
sifat cahaya meningkat
Menurunnya kualitas pembelajaran IPA tentang
sifat-sifat cahaya di kelas 5 SD Negeri Susukan 01
22
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka berpikir, peneliti
merumuskan hipotesis penelitian adalah
1) Penggunaan model pembelajaran Make a Match berbantuan Power Point
dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 semester II SD Negeri
Susukan 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang tahun 2014/2015.
2) Penggunaan model pembelajaran Make a Match berbantuan Power Point
dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran meliputi aktivitas guru dan
aktivitas siswa kelas 5 semester II SD Negeri Susukan 01 Kecamatan
Susukan Kabupaten Semarang tahun 2014/2015.