bab ii kajian teori 2.1 kajian teori 2.1.1 hakikat matematika · 2020. 1. 9. · 2.1 kajian teori...
TRANSCRIPT
-
8
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hakikat Matematika
Matematika pada bahasa latin yang berarti manthanein atau mathema
maknanya belajar atau hal yang dipelajari. Secara bahasa belanda
matematika disebut wiskunde atau secara bahasa berarti ilmu yang pasti,
yang berarti kesemuanya saling berkaitan dengan penalaran. Hakikat dalam
KBBI menunjukkan matematika merupakan suatu ilmu yang membahas
mengenai bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur tentang
operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenal
bilangan. Pendapat lain mengenai matematika diungkapkan oleh Ali
Hamzah dan Muhlisrarini (2014: 47-48) mengemukakan tentang
pendapatnya dalam hakikat matematika bahwa : (1) Matematika merupakan
salah satu bentuk ilmu yang tercabang serta terorganisasi (2) Matematika
merupakan tentang ilmu pengukuran serta letak (3) Matematika merupakan
ilmu yang membahas tentang bilangan.
Matematika merupakan suatu ilmu yang dibangun berhubungan
langsung dalam mengembangkan ide, struktur, serta yang berhubungan
diatur pada urutan logis (4) Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang
sudah terorganisasi dengan unsur yang tidak didefinisikan hingga unsur
yang didefinisikan (5) Matematka sebagai ilmu yang membahas logika serta
bentuk, susunan besaran dan konsep-konsep yang jumlahnya banyak &
terpecah ke dalam tiga bagian, yaitu aljabar, analisis, dan geometri.
Sedangkan menurut Susanto (2013: 185) matematika sebagai salah satu
ilmu pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu meningkatkan
kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan permasalahan serta
kemapuan dalam berargumentasi saat diskusi, diharapkan nantinya individu
tersebut mampu memberikan kontribusi penyelesaian masalah keseharian
dalam dunia kerja,serta memberikan dukungan pengembangan pengetahuan
-
9
dan teknologi setelah mendalami ilmu matematika. Dapat disimpulkan dari
pendapat para ahli bahwa hakikat ilmu matematika merupakan cabang ilmu
dari pengetahuan yang terorganisasi yang membahas tentang angka saling
berkaitan dengan penalaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan permasalahan serta
kemapuan dalam berargumentasi saat melakukan diskusi, diharapkan
nantinya individu tersebut mampu memberikan kontribusi penyelesaian
masalah keseharian.
2.1.2 Pembelajaran Matematika di SD
Mawardi (2017: 12) Istilah pembelajaran dalam aktivitas kegiatan
belajar bersama peserta didik merupakan segala upaya yang sudah di
siapkan dengan cara memanipulasi sumber belajar agar terjadi proses
belajar, sedangkan Susanto (2013: 186) mengungkapkan pembelajaran
matematika adalah suatu proses pembelajaran mengajar yang dirancang oleh
pendidik dengan maksud agar mengembangkan kreatvitas berpikir peserta
didik, serta nantinya dapat membantu dalam meningkatkan kemampuan
mengkonstruksi pengetahuan yang baru sebagai upaya meningkatkan
penguasaan materi matematika. Pembelajaran matematika di SD dibahas
dalam jurnal Universitas Terbuka (UT) bahwa matematika merupakan salah
satu bentuk kajian yang menyenangkan, sebab dalam matematika terdapat
karakteristik khususnya peserta didik dan hakikat matematika. Karena itu
perlu adanya sebuah alat yang mampu menetralisir perbedaan dalam
berpikirnya. Dikarenakan dalam tahap berpikir peserta didik dikatakan
belum formal. Sehingga ahli matematika melakukan pengembangan sebuah
sistem matematika.
Secara umum tujuan dalam belajar matematika pada jenjang sekolah
dasar sebagai peserta didik mampu dan terampil dalam menggunakan
matematika. Susanto (2013: 189) mengungkapkan bahwa dalam
kemampuan umum yang dimiliki peserta didik untuk pembelajaran
matematika di sekolah dasar antara lain yaitu:
a. Mampu menerakan operasi hitung beserta operasi campurannya
-
10
b. Mempelajari sifat dan dan jaring-jaring dan volume bangun ruang
c. Mengetahui sifat simetri, kesebangunan, dan sistem koordinat.
d. Menerapkan atau mengukur (satuan maupun penaksiran)
e. Memahami dan menafsirkan data sederhana (mencari rata-rata, nilai
tengah, nilai tertinggi, nilai terendah, modus) serta menyajikannya.
f. Mampu berpikir serta menalar, memecahkan masalah dan
mengkomunikasikan
Tujuan pada kurikulum menunjukkan penekanan empat kompetensi
dalam penerapannya, diantaranya sebagai berikut : (1) kompetensi sikap
spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan.
Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler,
kokurikuler, dan atau ekstrakurikuler. Pengembangan kompetensi dalam
sikap dilaksanakan dalam massa terlaksananya belajar berlangsung, dan
dapat dipakai untuk acuan pertimbangan pendidik pada mendidik serta
mengembangkan karakter individu lebih lanjut. Kompetensi Pengetahuan
dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai berikut ini.
-
11
Tabel 2.1
Pemetaan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar KOMPETENSI INTI 3
(PENGETAHUAN)
KOMPETENSI INTI 4
(KETERAMPILAN)
3. Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati
dan menanya berdasarkan rasa ingin
tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan
Tuhan dan kegiatannya, dan benda-
benda yang dijumpainya di rumah, di
sekolah, dan tempat bermain
4. Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas,
sistematis, logis dan kritis, dalam karya
yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam
tindakan yang mencerminkan perilaku
anak beriman dan berakhlak mulia
Kompetensi Dasar Kometensi dasar
3.1 Menjelaskan dan melakukan penjumlahan dan pengurangan dua
pecahan dengan penyebut berbeda
4.1 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan dua pecahan dengan
penyebut berbeda
3.2 Menjelaskan dan melakukan dan jaring-jaring dan volume bangun
ruang.
4.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan dan jaring-jaring
dan volume bangun ruang.
3.3 Menjelaskan perbandingan dua besaran yang berbeda (kecepatan
sebagai perbandingan jarak dengan
waktu, debit sebagai perbandingan
volume dan waktu)
4.3 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan dua
besaran yang berbeda (kecepatan,
debit)
4.2 Menjelaskan skala melalui denah 4.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan skala pada denah
4.3 Menjelaskan, dan menentukan volume bangun ruang dengan
menggunakan satuan volume (seperti
kubus satuan) serta hubungan
pangkat tiga dengan akar pangkat
tiga
4.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume bangun
ruang dengan menggunakan satuan
volume (seperti kubus satuan)
melibatkan pangkat tiga dan akar
pangkat tiga
4.4 Menjelaskan dan menemukan jaring-jaring bangun ruang sederhana
(kubus dan balok)
4.6 Membuat jaring-jaring bangun ruang sederhana (kubus dan balok)
4.5 Menjelaskan data yang berkaitan dengan diri peserta didik atau
lingkungan sekitar serta cara
pengumpulannya
4.7 Menganalisis data yang berkaitan dengan diri peserta didik atau
lingkungan sekitar serta cara
pengumpulannya
4.6 Menjelaskan penyajian data yang berkaitan dengan diri peserta didik
dan membandingkan dengan data
dari lingkungan sekitar dalam bentuk
daftar, tabel, diagram gambar
(piktogram), diagram batang, atau
diagram garis
4.8 Mengorganisasikan dan menyajikan data yang berkaitan dengan diri
peserta didik dan membandingkan
dengan data dari lingkungan sekitar
dalam bentuk daftar, tabel, diagram
gambar (piktogram), diagram batang,
atau diagram garis
-
12
2.1.3 Model Pembelajaran
Mawardi (2018: 29) mengungkapkan model pembelajaran adalah
suatu rancangan kerangka dalam melaksanakan pembelajaran dalam model
tersebut berisi langkah-langkah pembelajaran yang sistematis,
mengoragnisasikan dari pengalaman belajar dengan tujuan mencapai tujuan
atau kompetensi yang diharapkan, dan diajdikan pedoman dalam
pelaksanaan pembealajaran. Agar peserta didik lebih memperhatikan dalam
pembelajaran. Belajar dengan permainan yang dirancang dalam
pembelajaran kooperatif memungkinkan peserta didik dapat belajar lebih
santai disamping mampu menumbuhkan sikap tanggung jawab serta
kejujuran kemudian menumbuhkan persaingan sehat dan keterlibatan belajar
peserta didik.
Menurut Suprijono (2013: 46) mengatakan pada model pembelajaran
merupakan sebagai kerangka secara konseptual atau dapat diartikam sebagai
rancangan susunan yang di dalamnya berisi sesuatu yang menujukkan
prosedur sangat sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
peserta didik untuk mencapai tujuan belajar. Sedangkan arends juga dalam
Suprijono (2013: 46) bahwa model pembelajaran merupakan sebuah titik
pokok pada pendekatan yang akan digunakan dalam pelaksanaanya,
termasuk di dalamnya memiliki tujuan-tujuan pembelajaran, tahapan
kegiatan pembelajaran, lingkungan dalam pembelajaran dan pengelolaan
dalam kelas
Senada diungkapkan oleh Suprijono, Istarani (2011: 1)
mengungkapkan bahwa model pembelajaran yaitu seluruh rangkaian
kegiatan dalam pelaksanaan pembelajaran serta pada penyajian materi yang
disusun dari aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran yang
dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara
langsung maupun secara tidak langsung dalam proses pembelajaran. Dari
pendapat para ahli mengenai model pembelajaran dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran adalah suatu kerangka pembelajaran yang dibuat dari
awal hingga akhir proses pembelajaran yang di dalamnya memuat tujuan
-
13
pembelajaran, tahapan kegiatan pembelajaran serta mengorganisasikan
pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar.
Macam-macam model pembelajaran
Arends dalam trianto (2009: 25) mengungkapkan bahwa ada enam
model pengajaran praktis digunakan guru dalam mengajar, diantaranya
adalah : pembelajaran yang dilaksanakan secara presentasi, pengajaran
secara langsung, pengajaran menggunakan konsep, pembelajaran secara
kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah, dan diskusi kelas.
2.1.4 Pembelajaran Kooperatif
Arif Rochman (2009: 186) mengungkapkan Pembelajaran kooperatif
yakni model pembelajaran yang terbarukan karena menekankan untuk
saling berpikir positif antar individu dan adanya untuk saling bertanggung
jawab antar individu dalam kelompok, dan pembelajaran ini
mengembangkan karakter individu dan selalu terjadi proses evaluasi dalam
kelompok. Senada diungkapkan Arif Rochman, Slavin (2009: 178)
menyatakan bahwa Cooperative Learning merupakan pembelajaran sudah
ada sejak lama, model ini dapat mendorong peserta didik untuk bekerja
sama dalam kegiatan belajar tertentu, dalam pembelajaran ini guru bukan
sebagai pusat kegiatan kelas namun justru peserta didik yang menjadi pusat
pembelajaran, dengan demikian peserta didik dituntut untuk berbagi
informasi dengan peserta didik lain dalam pembelajarannya.
Wina Sanjaya (2008: 242) bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan pembelajaran lebih mengutamakan dalam belajar secara
kelompok karena memliki latar belakang pada kemampuan individu yang
berbeda serta serta jenis kelamin, ras dan suku budaya. Pelaksanaan
penilaian dilaksanakan bersifat kelompok, Kelompok yang mampu
menunjukan prestasi adalah kelompok yang mampu memenuhi tujuan yang
ditentukan pendidik maka peserta didik akan mendapatkan penghargaan.
Jadi dari beberapa pendapat tentang Cooperative Learning dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang
berpusat kepada peserta didik secara kelompok yang menekankan setiap
-
14
individu untuk saling berpikir positif maupun bekerja sama dalam
kelompok, dan penilaian prestasi diukur melalui pembelajaran kelompok.
Secara ringkas struktur pemikiran pembelajaran kooperatif dapat
digambarkan seperti pada gambar:
Gambar 1 Struktur Pemikiran Model Pembelajaran Kooperatif diambil
dari Suprijono (2013: 68)
Langkah-langkah atau sintaks dalam pelaksanaan model pembelajaran
kooperatif terdiri dari adanya 6 langkah. fase dapat diketahui pada bagian
tabel 2.1 dibawah ini :
Tabel 2.2
Langkah-Langkah Pembelajaran Cooperative Learning Langkah- Langkah Pelaksanaan Guru
1. Present goals and set Tahapan dimana penyampaian
tujuan serta mempersiapkan
peserta didik dalam kondisi siap
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan
mempersiapkan seluruh peserta didik untuk
bersikap siap dalam melaksanakan
pembelajaran
2. Present Information Guru menyajikan informasi
Mempresentasikan informasi awal kepada
peserta didik secara verbal
3. Organize student into learning Guru memberitahukan kepada peserta didik
Landasan Teori Teori Belajar Kontruktivis
Lingkungan Belajar dan
sistem Pengelolaan
Proses Demokrasi Dan
Peran peserta didik
Aktif
Hakikat Sosiokultural
Berpusat pada Guru
peserta didik belajar
dalam Kelompok
Kecil
Vygotsky Learning Community CTL
Hasil Belajar
peserta didik
Hasil Belajar
Akademik
Ketrampilan
Sosial
Konsep-
Konsep Sulit
Ketrampilan
Kooperatif
Sintaks Enam Fase Utama Menjelaskan dan melakukan dan
jaring-jaring dan volume bangun ruang
-
15
teams
Menggolongkan peserta didik ke
dalam beberapa kelompok kecil
tentang bagaimana cara membentuk sebuah
kelompok belajar dan membantu kelompok
melakukan transisi yang efektif
4. Assist team work and study Membantu kerja tim dan belajar
Guru membantu kelompok-kelompok dari
peserta didik dalam pengerjaan tugas belajar
5. Test on the matrials. Mengevaluasi
Menguji pengetahuan peserta didik mengenai
berbagai materi yang sudah diajarkan atau
dengan kelompok dengan cara
mempresentasikan hasil kerja
6. Provide Recognition Memberikan pengakuan atau
dengan cara memberikan
penghargaan
Guru mempersiapkan dengan cara untuk
mengakui usaha yang dilakukan peserta didik
dan presentasi individu atau kelompok
Menurut Ibrahim model pembelajaran kooperatif pada dasarnya
dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran
penting yang dirangkum yaitu: (a) Hasil belajar secara akademik (b)
penerimaan terhadap perbedaan individu (c) pengembangan sikap sosial.
Beberapa model pembelajaran kooperatif yang dapat dilakukan oleh
guru agar peserta didik tidak malas serta bosan, serta agar membuat
perubahan suasana pembelajaran di dalam kelas. Di antaranya
pembelajarannya adalah Pair Check, Jigsaw, Student Team Achievment
Division (STAD), Role Playing, Number-Heads Toghether (NHT), Teams
Games Tournament (TGT), Group Investigation, Example Non Example,
Picture and Picture, Think Pair Share dan Make A Match dan Snowball
Throwing.
2.1.5 Snowball Throwing
Menurut Miftahul Huda (2013: 226) pembelajaran Snowball Throwing
pada implementasi pembelajarannya dengan media kertas dibentuk seperti
bola. Di dalam kertas tersebut tertulis sebuah pertanyaan dan dilemparkan
terhadap peserta didik lain, lalu peserta didik yang terkena lemparan
segumpal kertas diharuskan untuk menjawab soal. Senada diungkapkan oleh
miftahul huda, Suprijono (2013: 106) mengungkapkan model Snowball
Throwing disebut juga pembelajaran dengan penerapan melemparkan bola
yag terbentuk dari sebuah kertas. Model ini disusun agar dapat melatih
peserta didik untuk lebih tanggap secara responsif menerima pesan dari
teman lain yang terbuat dari kertas, dalam menyampaikan pesan tersebut
kepada temannya dalam satu kelompok dapat disimpulkan model Snowball
-
16
Throwing adalah pembelajaran dengan berbantuan media kertas yang
dilemparr kepada teman dengan pesan pertanyaan untuk dijawab oleh
teman kelompoknya yang lain. Kemudian menurut Komalasari (2011: 67)
Model Snowball Throwing merupakan pembelajaran yang dapat menggali
potensi kepemimpinan pada diri peserta didik serta dalam penerapan
kelompok maupun dalam keterampilan membuat menjawab pertanyaan
yang dipadukan melalui suatu permainan imajinatif dengan sintagmatik
membentuk dan melempar bola salju yang terbuat dari kertas yang di dalam
kertas tersebut terdapat pertanyaan, kemudian bola kertas tersebut
dilemparkan kepada teman lainnya. Bagi peserta didik yang terkena
lemparan bola wajib menjawab pertanyaannya
Dari beberapa pendapat tentang Snowball Throwing dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran Snowball Throwing yakni salah satu jenis
dengan penerapan pembelajaran mempadukan permainan imajinatif dengan
praktek membentuk bola yang berisikan pertanyaan, kemudian, dengan cara
melemparkan bola segumpalan kertas kepada peserta didik dengan tujuan
peserta didik menjawab soal. Model pembelajaran Snowball Throwing
memiliki ciri-ciri pada rancangan maupun pelaksanaanya. Beberapa
diantaranya adalah :
a. Karakteristik Model Pembelajaran Snowball Throwing
Model Snowball Throwing memiliki beberapa karakteristik, diantaranya
adalah:
1. Peserta didik bekerja sama dengan kelompok untuk penguasaan materi
akademis.
2. Peserta didik lebih banyak diberikan pertanyaan oleh peserta didik yang
lain sebagai latihan pemahaman dan penguasaan seputar materi.
3. Penilaian kooperatif dilaksanakan dengan dipatok pada hasil kerja
kelompok. Meski demikian, guru tetap wajib membuat penilaian
individu peserta didik.
-
17
4. Peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajar di haruskan untuk
melakukan diskusi bekerjasama, peserta didik juga harus belajar
membangun kepercayaan diri dalam pembelajarannya.
5. Sistem penghargaan yang di serahkan kepada peserta didik berorientasi
kepada kelompok daripada individu.
b. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran Snowball Throwing
Model pembelajaran Snowball Throwhing dalam implementasinya
memiliki Kelebihan dan Kekurangan. Diungkapkan oleh Komalasari (2011:
65) diantaranya kelebihan dan kekurangan tersebut adalah :
1. Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena peserta didik
seperti bermain dengan melempar bola kepada peserta didik lain.
2. peserta didik mendapat kesempatan untuk mengembangkan
kemampuan berfikir karena diberi kesempatan untuk membuat soal dan
diberikan pada peserta didik lain.
3. Membuat peserta didik siap dengan berbagai kemungkinan karena
peserta didik tidak tahu soal yang dibuat temannya seperti apa.
4. Pendidik tidak terlalu repot membuat media karena peserta didik
terlibat langsung dalam praktek.
Ketiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dapat
tercapai.Sedangkan kekurangan dalam pembelajaran ini diungkapkan oleh
Syaifullah, (2009 : 11) adalah :
1. Pengetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan peserta didik
saja
2. Dalam penerapannya kurang efektif
3. Anak didik yang nakal malah sering untuk berbuat onar.
4. Kelas sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh murid.
c. Langkah-Langkah model pembelajaran Snowball Throwing
Ada beberapa langkah dalam pembelajaran snowball throwing ini
untuk pelaksanaanya sebagai rujukan dalam pelaksanaanya. Beberapa para
ahli mengungkapkan pendapatnya, seperti :
-
18
Menurut Miftahul Huda (2013: 130) langkah-langkah pelaksanaan
model Snowball Trowing yakni sebagai berikut :
1. Pendidik menyampaikan materi pembelajaran sebagai awal membuka
pembelajaran.
2. Pendidik membentuk kelompok-kelompok dan memanggil setiap ketua
kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
3. Masing-masing pimpinan kelompok kembali terhadap kelompoknya
masing-masing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh
guru kepada teman sekelompoknya.
4. Masing-masing peserta didik diberikan satu lembar kertas kerja untuk
menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang
sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
5. Peserta didik membentuk kertas tersebut seperti bola dan dilempar dari
satu peserta didik ke peserta didik yang lain selama 15 menit.
6. Setelah peserta didik terkena lemparan bola, diberi kesempatan untuk
menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas tersebut secara
bergantian.
7. Pendidik memberikan evaluasi dan menutup pembelajaran.
Senada diungkapkan oleh Miftahul huda, M.Fathurrohman (2015: 61)
berpendapat bahwa sintagmatik pembelajaran metode Snowball Throwing
ialah :
1. Tahap 1. Pendidik menyampaikan materi dan tujuan yang akan
disajikan serta KD yang ingin dicapai. Pada praktik ini guru menyajikan
sebuah masalah yang memancing perhatian dan kehebohan peserta
didik. Penyajian masalah tersebut dapat dilakukan secara verbal dalam
bentuk cerita pengalaman atau dapat juga melalui penayangan
video/gambar
2. Tahap 2. Pendidik membentuk peserta didik menjadi beberapa
kelompok, Pada tahap ini guru membuat kelompok belajar yang
masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 peserta didik. kemudian guru
-
19
memanggil masing-masing ketua atau perwakilan kelompok untuk
memberikan penjelasan tentang materi.
3. Tahap 3. masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya
masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh
guru kepada temannya.
4. Tahap 4. masing-masing peserta didik diberikan satu lembar kertas
kerja,pada tahap ini peserta didik ditugaskan untuk menuliskan satu
pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan
oleh ketua kelompok.
5. Tahap 5. kemudian kertas yang berisi pertanyaan dibuat menjadi seperti
bola dan dilempar dari satu peserta didik ke peserta didik yang lain.
6. Tahap 6. setelah peserta didik dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang
tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian sesuai
waktu yang telah ditentukan oleh guru.
7. Tahap 7. guru bersama dengan peserta didik membuat kesimpulan
terhadap materi pelajaran.
Kemudian langkah–langkah penerapan pembelajaran Snowball
Throwing menurut Suprijono (2012: 128) diungkapkan sebagai berikut:
1. Guru memaparkan materi tentang pembelajaran hari ini.
2. Guru membuat kelompok kecil dengan jumlah 4-5 orang, lalu
memanggil masing-masing ketua kelompok untuk diberikan penjelasan
tentang materi.
3. Masing-masing pimpinan kelompok kembali kepada kelompoknya,
kemudian memaparkan materi yang diperoleh dari pendidik kepada
temannya.
4. Kemudian masing-masing individu diberikan satu lembar kertas, untuk
menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang
sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
-
20
5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan
dilempar kepada individu kelompok yang lain.
6. peserta didik yang terkena lemparan bola untuk menjawab pertanyaan
yang tertulis dalam kertas yang berbentuk bola tersebut.
7. Penutup pembelajaran dilakukan dengan evaluasi.
Dari pendapat para ahli diatas setelah di analisa atau di pahami
secara komponen pelaksanaanya terdapat beberapa pendapat yang
memiliki kesamaan seperti pada intinya dengan menggunakan lemparan
kertas, Analisis komponen-komponen Model Snowball Throwing.
Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 104) menyebutkan bahwa
pelaksanaan model terdiri dari komponen sintag atau struktur rancangan
suatu model dan diantara komponen lainnya terdapat seperti komponen
prinsip reaksi atau peran pendidik, komponen sistem sosial atau situasi
kelas pada saat model berlangsung, Komponen-komponen dari
pembelajaran Snowball Throwing yakni sebagai berikut :
1. Sintagmatik
Sintagmatik atau struktur model pembelajaran Snowball Throwing
menurut Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 318) mengungkapkan tahap
pertama dalam komponennya adalah dengan menyampaikan tujuan dan
memotivasi peserta didik, Guru memberitahukan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai pada hari ini dan pentingnya topik yang akan dipelajari.
Tahap kedua, memberikan informasi Guru menyajikan sebuah masalah
yang dapat memancing perhatian peserta didik. Penyajian masalah
tersebut dapat dilakukan secara verbal dalam bentuk cerita pengalaman
atau dapat juga melalui penayangan video/gambar. Dalam kaitan dengan
mata pelajaran matematika materi bangun ruang masalah disajikan dalam
bentuk percobaan. Tahap ketiga, mengelompokkan peserta didik ke dalam
kelompok kecil yang beranggota 5 orang untuk belajar. Guru menjelaskan
terhadap peserta didik caranya membuat kelompok belajar dan
membimbing setiap kelompok agar melakukan secara efektif.
Pembelajaran Snowball Throwing ini murid dibagi menjadi kelompok
-
21
kecil yang masing-masing kelompok diwakili ketua kelompok untuk
mendapatkan tugas dari guru.
Tahap keempat, Guru membimbing kelompok kerja peserta didik
untuk belajar dan berdiskusi. Guru memanggil ketua kelompok dan
menjelaskan materi serta pembagian tugas. Meminta ketua kelompok
untuk mendiskusikan tugas yang diberikan guru dengan anggotanya.
Guru memberikan selembar kertas kepada setiap kelompok dan
meminta kelompok tersebut menulis pertanyaan sesuai dengan materi yang
disampaikan oleh guru. Selanjutnya peserta didik diminta setiap kelompok
untuk menggulang dan melemparkan bola kertas kepada kelompok yang
lain. peserta didik diminta untuk menuliskan jawaban atas pertanyaan yang
didapat dari kelompok lainnya. Tahap kelima, evaluasi dan penutup.
peserta didik dievaluasi dengan mengetes hasil belajar tentang materi yang
telah diajarkan atau masing-masing setiap kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya. Tahap ke enam, peserta didik diberikan penghargaan oleh
Guru. Guru memberikan penilaian terhadap hasil kerja kelompok.
2. Prinsip reaksi
Peran guru dalam pelaksanaan pembelajaran Snowball Throwing ini
adalah sebagai seorang fasilitator untuk peserta didik yang secara langsung
terlibat dalam proses kelompok (membantu peserta didik dalam
merumuskan rencana, dalam bertindak, dan mengatur kelompok) serta
beberapa kebutuhan dalam sebuah penelitian.
3. Sistem sosial
Sistem sosial dalam model Snowball Throwing ini menjunjung tinggi
kerja sama dan tanggung jawab dalam kelompoknya. Dimana dapat dilihat
dari sikap saling menghargai apabila terjadi perbedaan pendapat dalam
musyawarah. Sehingga melalui kerja kelompok ini diharapkan akan
muncul sikap demokratis, kooperatif dan tanggung jawab.
4. Daya dukung
Sistem pendukung dalam model pembelajaran Snowball Throwing
ini harus sesuai dengan semua kebutuhan terhadap peserta didik.
-
22
Lingkungan harus mampu merespon berbagai tuntutan peserta didik yang
bermacam-macam. Guru dan murid diharapkan bisa menghimpun apa saja
yang dibutuhkan saat mereka membutuhkannya.
5. Dampak instruksional dan dampak pendukung
Dampak instruksional adalah dampak atau hasil belajar yang dicapai
langsung oleh peserta didik dengan cara guru mengarahkan para peserta
didik pada tujuan yang diharapkan. Adapun dampak instruksional dalam
model Snowball Throwing pada pembelajaran Matematika dengan materi
bangun ruang melalui model pembelajaran Snowball Throwing adalah
kemampuan menjelaskan melakukan dan jaring-jaring dan bangun ruang
Dampak pengiring adalah dalam penilaian hasil belajar lainnya yang
dihasilkan dapat dijadikan sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang
dialami langsung oleh para peserta didik tanpa pengarahan langsung dari
pengajar. Dampak pengiring yang didapatkan oleh peserta didik dalam
pembelajaran matematika dengan materi jaring-jaring dan volume bangun
ruang melalui model Snowball Throwing adalah demokratis, kerja sama,
tanggung jawab, komunikatif dan disiplin. Dampak pengiring mungkin
terbentuk jika kesempatan untuk mencapai/menghayati berbagai
kemampuan tersebut memang benar-benar disediakan dengan keadaan
memadai. Dampak instruksional dan dampak pengiring dalam model
Snowball Throwing digambarkan dalam bagan berikut:
-
23
Gambar 2
Dampak Pengiring dan Instruksional Pembelajaran Snowball Throwing.
Snowball
Throwing
Kemampuan identifikasi
jaring-jaring bangun
ruang kubus
Kemampuan
Mengidentifikasi jaring-
jaring balok
Kemampuan
Mengidentifikasivolume
balok
Kemampuan identifikasi
volume kubus
Bertanggung
jawab
Demokratis
Kerja sama
Komunikatif
Kemampuan menjelaskan
bangun ruang
Disiplin
Keterangan :
Dampak Instruksional
Dampak Pengiring
-
24
Dari beberapa pendapat ahli yang diungkapkan mengenai sintaks
atau langkah-langkah peneliti menyimpulkan sebagai komponen
pembelajaran Snowball Throwing yaitu :
Tabel 2.3
Sintagmatik Model Pembelajaran Snowball Throwing Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Murid
Tahap
Penyajian
Kelas
1. Guru mengkodisikan seluruh peserta didik dan
menyiapkan bahan
pembelajaran
1. Peserta didik mempersiapkan buku dan mendengarkan guru
saat menyampaikan
pembelajaran.
2. Guru menyampaikan materi dan tujuan
pembelajaran hari ini
kepada peserta didik
2. Peserta didik mendengarkan materi dan tujuan pembelajaran
hari ini
3. Guru memberikan soal pretest terhadap peserta
didik
3. Peserta didik mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.
4. Guru berusaha menggali pengetahuan dari peserta
didik mengenai jaring-
jaring dan volume bangun
ruang
4. Peserta didik mencoba berpikir serta mengaitkan pembelajaran
hari ini dengan contoh
lingkungan kehidupan sehari-
hari
5. Guru menyampaikan materi tentang jaring-
jaring dan volume bangun
ruang terhadap peserta
didik
5. Peserta didik mendengarkan penjelasan dari guru mengenai
bangun ruang dan mencoba
mengerjakan contoh soal
Tahap Belajar
Kelompok
Guru membagi peserta didik
menjadi beberapa kelompok
kecil secara heterogen :
Peserta didik bekerja secara
kelompok sesuai aba-aba yang
diperintahkan oleh guru.
6. Guru membagi peserta didik untuk membuat
kelompok yang terdiri dari
4-5 orang
6. peserta didik berkelompok sesuai arahan guru yang
beranggotakan 4-5 orang.
7. Guru memberi arahan terhadap kepada ketua
kelompok untuk
memberikan penjelasan
materi yang sudah
diberikan oleh guru
7. Ketua kelompok mendapat arahan dan aba-aba dari guru
tentang materi dan menjelaskan
kembali kepada anggota
kelompoknya
Tahap
Pembagian
tugas
(Pertemuan 2)
1. Guru memberi arahan terhadap peserta didik
untuk kembali ke
kelompoknya masing-
masing
1. Peserta didik beri arahan terhadap peserta didik untuk
kembali ke kelompoknya
masing-masing
2. Peserta didik diberi arahan
-
25
untuk memberikan penjelasan
materi yang sudah diajarkan
oleh guru
2. Guru memberikan lembar kertas kerja untuk
menuliskan pertanyaan
menyangkut materi yang
sudah dijelaskan oleh
ketua kelompok.
2. Peserta didik diberika n lembar kertas untuk menuliskan
pertanyaan sesuai dengan
materi.
Tahap Tanya
jawab 3. Kertas dibuat menjadi
seperti bola, guru
menyuruh peserta didik
melemparkan bola pada
peserta didik kelompok
lain
3. Peserta didik membuat bola dari kertas yang berisi
pertanyaan yang telah
dibuatnyaa. dan peserta didik
melamparkan pada kelompok
lain
4. Peserta didik dari kelompok lain yang
terkena lemparan kertas
diwajibkan menjawab
pertanyaan dari pelempar
4. Peserta didik mencoba mengerjakan soal sebsa
mungkin dengan individu
5. Guru memberikan waktu terhadap peserta didik
untuk saling menguji
kelompok lain selama 13
menit
5. Peserta didik saling melemparkan kertas yang berisi
pertanyaan sesuai arahan dari
guru selama 13 menit
Tahap
Kesimpulan
dan evaluasi
6. Guru memberikan kesimpulan tentang
kegiatan pembelajaran.
6. Peserta didik membuat rangkuman dari hasil kegiatan
pembelajaran.
7. Guru memberikan penghargaan dan
kesempatan kepada
peserta didik jika ada
materi yang kurang jelas.
7. Peserta didik melakukan tanya jawab pada guru jika ada materi
yang kurang jelas.
8. Guru memberikan soal evaluasi atau postest
8. Peserta didik mengerjakan soal evaluasi atau postest
2.1.6 Number Head Together
Model Number Head Together merupakan salah satu tipe
pembelajaran Cooperative Learning. Pembelajaran dengan model NHT
sendiri dalam pelaksanaanya mennggunakan diskusi dengan memiliki ciri
khusus, yaitu setiap anggota kelompok memiliki tugas dan wewenangnya
masing-masing. Pembelajaran kooperatif yang merangsang keaktifan
peserta didik. Pembelajaran Number Heads Together (NHT). Pembelajaran
NHT yakni model yang lebih memungkinkan dalam pelaksanaanya peserta
didik untuk lebih aktif serta bertanggung jawab penuh untuk memahami
-
26
materi pelajaran baik secara kelompok maupun individual (Kusumojanto
2009).Sedangkan menurut Kagan seperti dikutip dalam tampubolon (2014:
94) menyatakan, pembelajaran tipe NHT dalam penerapannya peserta didik
diminta menggunakan kepala bernomor merupakan hasil dari
pengembangan tipe pembelajaran TGT. Dengan ciri khusus tersebut
pembelajaran kelompok melalui penyelesaian tugas dengan saling membagi
ide atau gagasan. Setiap anggota kelompok memiliki tugas masing-masing
dan wajib memahami tugas, sehingga peserta didik memahami konsep
secara seksama.
Sementara Miftahul Huda (2011: 03) menyatakan bahwa model NHT
merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada setiap
peserta didik untuk saling mengungkapkan ide-ide kemudian
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat dan dapat meningkatkan
kerjasama peserta didik. Pada model NHT setiap murid pada kelompok
diberikan sebuah nomor yang berbeda, sehingga untuk mewakili presentasi
di depan kelas guru hanya memanggil nomor-nomor tersebut. Jadi dari
pendapat beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tipe
NHT merupakan penerapannya pada kelompok melalui penyelesaian tugas
dengan saling membagi ide yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi peserta didik untuk saling membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang tepat. Secara lebih lanjut mengenai
model pembejaran Number Head Together (NHT) memiliki karakteristik
atau ciri-ciri tersendiri
Karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran Number Head Together
menurut Rusman (2012: 206), yaitu antara lain:
1. Pembelajaran NHT dilakukan secara kelompok. Pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara kelompok. Kelompok
merupakan dimana unrtuk tempatmencapai tujuan. Oleh sebab tersebut
kelompok diharapkan mampu membuat setiap peserta didik belajar.
-
27
Setiap anggota diharapkan saling bekerjasama dan membantu untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
2. Didasarkan pada manajemen pembelajaran kooperatif mempunyai tiga
ranah fungsi , yaitu diantaranya :
a. Fungsi manajemen sebagai perencanaan
Pelaksanaan pembelajaran menunjukkan bahwa pembelajaran
kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-
langkah pembelajaran yang sudah ditentukan.
b. Fungsi manajemen sebagai organisasi
Menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan
perencanaan yang sesuai dan matang agar proses pembelajaran
berjalan dengan efektif.
c. Fungsi manajemen sebagai control
Menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu
ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun
non tes.
3. Kemauan untuk bekerjasama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan
secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerjasama
perlu ditentukan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerjasama
yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang
optimal.
4. Ketrampilan bekerjasama
Kemampuan bekerjasama dipraktikan melalui aktivitas dalam
kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, peserta
didik perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan
berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
dalam pelaksanaannya Menurut Miftahul Huda (2012: 245)
Penerapan langkah-langkah Pembelajaran NHT dapat dilaksanakan
seperti :
-
28
1. Guru menyampaikan materi serta tujuan pembelajaran sesuai
kompetensi yang akan dicapai terhadap peserta didik
2. Guru dapat memberikan kuis secara individu terhadap peserta didik
untuk mendapatkan skor awal
3. Peserta didik dibagi menjadi berbagai kelompok kecil yang setiap
kelompok anggotanya 4-5 orang
4. Setiap peserta didik dalam kelompok mendapat pin serta tugasnya
5. peserta didik diecek pemahaman dengan memanggil salah satu nomor
anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu peserta didik
yang ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban dari kelompok.
6. Peserta didik difasilitasi dalam membuat rangkuman, mengarahkan
dan memberikan pebegasan pada akhir pembelajaran.
7. Peserta didik diberikan tes/kuis kepada oleh guru seecara individual.
8. Peserta didik diberikan penghargaan kelompok melalui penghargaan
berdasarkan perolehan nilai.
Diungkapkan senada seperti Miftahul Huda, Trianto
mengungkapkan mengenai praktik pembelajaran NHT adalah :
Sedangkan menurut Spencer Kagan dalam Aqib (2013: 18) langkah-
langkah pembelajaran menggunakan model kepala bernomor atau NHT
sebagai berikut :
a. Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok kecil oleh guru yang
beranggotakan 5 orang
b. Setiap anggota kelompok mendapatkan nomor dan tugas yang berbeda
Langkah-Langkah Pelaksanaan oleh Guru Terhadap Peserta Didik
Langkah 1
Penomoran
Guru membagi seluruh peserta didik dalam kelompok kecil
yang beranggotakan 5 orang. Setiap anggota kelompok
mendapat 1 nomor yang memiliki tugas berbeda dengan anggota
lain
Langkah 2
Penga
Peserta didik diberikan beberapa pertanyaan oleh guru.
Pertanyaan tersebut dapat bentuk kalimat tanya
Langkah 3
Berpikir bersama
Peserta didik diskusi untuk menyatukan jawaban pertanyaan dan
meyakinkan tiap anggota dalam kelompok
Langkah 4
Menjawab
Guru memanggil salah 1 nomor, setelah itu peserta dengan
nomor tersebut memaparkan jawaban dari pertanyaan guru
-
29
c. Peserta didik mengerjakan tugas dan beberapa pertanyaan yang telah
diberikan oleh guru
d. Peserta didik diberikan waktu untuk diskusi dan peserta didik dalam 1
kelompok di panggil oleh guru untuk mempresentasikan hasil
diskusinya
e. Kemudian peserta didiklain menanggapi jawaban dari kelompok
tersebut dan ada yang ditunjuk oleh guru
f. kesimpulan
Selain dari langkah-langkah dari pendapat para ahli, terdapat
komponen dalam pelaksanaan pembelajaran NHT. Joyce, Weil dan
Calhoun (2009: 104) mengungkapkan mengenai model pembelajaran
terdiri dari
1. Komponen langkah-langkah dalam struktur model
2. Komponen prinsip dari reaksi peran guru dalam pembelajaran
3. Komponen tatanan sosial dalam situasi kelas pada saat pembelajaran
Daya dukung dalam pelaksanaan pembelajaran yang terdiri dari
bahan dan alat yang diperlukan, serta dampak dalam instruksional yaitu
hasil belajar peserta didik diharapkan mengarah terhadap tujuan yang
hendak dicapai dan sebagai akibat dari terciptanya suasana belajar yang
diharapkan dan sesuai. Komponen-komponen dari model pembelajaran
Number Head Together diantaranya adalah :
1. Sintagmatik
Sintagmatik atau struktur model pembelajaran NHT menurut
Ibrahim dalam Lie (2008: 59) mengungkapkan ada empat langkah dalam
yaitu penomoran, pengajuan pertanyaan, berfikir bersama, dan pemberian
jawaban. Dari ke empat langkah tersebut, selanjutnya dikembangkan
dengan kebutuhan menjadi enam langkah. Adapun dari keenam langkah
tersebut untuk pelaksanaan NHT yaitu tahap pertama, persiapan. Dalam
tahap ini guru menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Yang berkaitan dengan materi
-
30
pembelajaran yaitu jaring-jaring dan volume bangun ruang. Tahap kedua,
Penomoran. Pada tahapan ini siswa dibagi menjadi beberapa kelompok
beranggotakan 3-5 orang peserta didik. Guru memberikan nomor dan tugas
kepada setiap peserta didik dalam kelompok dan nama kelompok yang
berbeda. Tahap ketiga, Pertanyaan atau (Questioning) dan berfikir bersama
(Heads Together). Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada
setiap peserta didiksebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja
kelompok setiap peserta didik berpikir bersama meyakinkan satu sama lain
dalam kelompok bahwa setiap anggota mengetahui jawaban dari
pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah
diberikan oleh guru. Tahap ke empat, Pemberian jawaban. Dalam tahap
ini, guru menyebut satu nomor dan para peserta didik dari seluruh
kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan
jawaban kepada peserta didik di kelas. Dalam menentukan nomor yang
akan menjawab pertanyaan, guru menunjuk salah satu kelompok yang
akan menjawab.Tahap kelima, Memberi kesimpulan. Guru melibatkan
peserta didik menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang
berhubungan dengan materi yang disajikan. Tahap keenam, Memberikan
penghargaan terhadap peserta didik. Pada tahap ini, guru memberikan
penghargaan berupa kata-kata pujian ataupun simbol bintang pada peserta
didik yang kelompoknya memiliki nilai tertinggi.
2. Prinsip Reaksi
Peran guru dalam model pembelajaran NHT adalah memberikan
arahan atau sebagai fasilitator tentang bagaimana cara kerja dalam
kegiatan yang dilakukan meminta peserta didik berkelompok. Hal tersebut
dimaksudkan agar peserta didik secara keseluruhan memahami cara kerja
atau yang harus dikerjakan. Selain itu, peran guru adalah sebagai seorang
fasilitator yang mengarahkan peserta didik untuk dapat berdiskusi secara
kelompok dapat maksimal. Pusat dalam proses pembelajaran kemudian
beralih untuk meng kontruksikan sebuah lingkungan sosial yang kooperatif
-
31
dan mengajari keterampilan untuk saling menghargai antar teman dan
kelompok, dan menyelesaikan konflik.
3. Sistem Sosial
Sistem sosial dalam model pembelajaran ini berlandaskan pada
proses demokrasi dankeputusan bersama di dalam kelompok, dengan
struktur eksternal yang rendah. Atmosfer merupakan salah satu
bagianalasan dan negosiasi (Joyce, Weil dan Calhoun, 2009: 323). Sistem
sosial dalam pembelajaran model NHT ini berupa sikap saling membantu
teman dalam kelompok, yaitu peserta didik bebas dalam mengungkapkan
pendapatnya, bertanya maupun jawaban pertanyaan. Diharapkan dalam
pembelajaran ini peserta didik akan berpikir untuk saling menghargai
pendapat yang dikemukakan oleh setiap anggota kelompok.Setiap anggota
kelompok mempunyai kesempatan yang sama untuk mengemukakan
pendapat selain itu dalam model pembelajaran ini diharapkan dapat
menyatukan pendapatnya secara individu untuk menjadi jawaban secara
kelompok. Selainitu, ketika peserta didik yang telah ditunjuk nomornya
peserta didik harus mampu menjelaskan jawaban untuk dibacakan ke
seluruh peserta didik, dari jawaban yang dibacakan oleh kelompok tersebut
akan terlihat kelompok mana yang mempunyai hasil belajar tertinggi dan
terendah.
4. Daya Dukung
Sistem pendukung dalam model NHT ini harus responsif dalam
pelaksanaanya terhadap semua kebutuhan peserta didik. Guru dan peserta
didik harus dapat menghimpun apa saja yang dibutuhkan saat
membutuhkannya. Misalnya dalam pembelajaran Matematika tentang
materi jaring-jaring dan volume bangun ruang dibutuhkan lembar kerja
peserta didik, buku paket untuk dapat mencari jawaban dari pertanyaan
yang ada di lks, kartu bernomor, serta menambahkan media gambar
mengenai jaring-jaring dan volume bangun ruang
-
32
5. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring
Dampak instruksional yaitu dampak dari prmbelajaran yang
dilakukan hari ini dengan hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara
mengarahkan para peserta didik pada tujuan yang diharapkan. Dampak
instruksional dalam model NHT secara umum adalah melalui proses
darikerjasama dalam kelompok diharapkan adanya kedisiplinan dan
tanggung jawabdari masing-masing anggota kelompok. Sehingga semua
anggota kelompok ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan diskusi yang
dilakukan. Secara khusus dampak instruksional yang terdapat dalam
pembelajaran Matematika dengan materi tentang jaring-jaring dan volume
bangun ruang
Dampak pengiring yang secara khusus akan didapatkan peserta didik
dalam pembelajaran Matematika dengan materi dan jaring-jaring dan
volume bangun ruang melalui model NHT adalah terbentuk sikap
komunikatif, kerja sama, berfikir kritis, tanggung jawab, percaya diri,
toleransi, demokratis, sportif, rasa ingin tahu, dan memiliki keberanian
dalam mengungkapkan pendapat. Dampak pengiring hanya mungkin
terbentuk jika kesempatan untuk mencapai/menghayati berbagai
kemampuan tersebut memang benar-benar disediakan secara memadai.
Dampak instruksional dan dampak pengiring dalam model Number Head
Together digambarkan dalam bagan berikut.
-
33
Gambar 3
Dampak instruksional dan dampak pengiring dalam model Number Head
Together(NHT)
Model Number
Head Together
(NHT)
Komunikatif
Kerja sama
Berpikir kritis
Tanggung jawab
Percaya diri
Toleransi
Demokratis
Sportif
Berani
Rasa ingin tahu
Tekun
Kemampuan
mengidentifikasi bangun
ruang
Kemampuan
mengidentifikasi jaring-
jaring kubus
Kemampuan
mengidentifikasi volume
kubus
Kemampuan identifikasi
jaring-jaring balok
Kemampuan identifikasi
rusuk balok
Keterangan
Dampak Instruksional
Dampak Pengiring
-
34
dari beberapa pendapat yang telah diungkapkan oleh para ahli dapat
diambil kesimpulan menjadi komponen mengenai langkah-langkah
penerapan pembelajaran NHT adalah seperti berikut :
Tabel 2.4
Sintagmatik Model Pembelajaran Model NHT
Tahapan Kegiatan Guru Kegiatan peserta didik
Tahap 1
Persiapan
1. Guru mengkondisikan seluruh peserta didik dan
menyiapkan alat
pembelajaran
1. Peserta didik memperhatikan penjelasan dan menyiapkan
alat pembelajaran
2. Guru menyampaikan materi dan tujuan
pembelajaran hari ini
2. Peserta didik memperhatikan penjelasan dari guru
3. Guru memberikan soal pretest terhadap peserta
didik
3. Peserta didik mengerjakan soal Pretest secara individu
4. Guru berusaha memancing pengetahuan peserta didik
tentang materi jaring-jaring
dan volume bangun ruang
4. Peserta didik menanggapi pertanyaan dari guru dengan
menyebutkan jaring-jaring
dan volume bangun ruang
5. Guru menyampaikan materi jaring-jaring dan
volume bangun ruang
5. Peserta didik memperhatikan materi yang sedang dijelaskan
oleh guru
Tahap 2
Number atau
penomoran
1. Guru membentuk kelompok yang terdiri dari
4-5. dan
1. peserta didik dibagi menjadi kelompok kecil yang
beranggotakan 5 orang
2. Guru membagi kartu dan menjelaskan tugas nomor
kepada setiap peserta
didik, dan setiap anggota
kelompok mendapat nomor
yang berbeda
2. Setiap peserta didik dalam kelompok mendapat nomor
dengan tugas yang berbeda-
beda
Tahap 3
Question and
answering (
tahap tanya
jawab)
1. Guru membuat contoh soal sebagai langkah awal uji
coba dan meminta
kelompok yang dapat
menjawab pertanyaan
untuk menjawab
1. Peserta didik mendengarkan arahan dari guru, dan
mencoba menjawab soal dari
guru
2. Permainan dimulai dari guru membuat pertanyaan
danmenunjuk salah satu
nomor anggota secara acak
untuk menjawab soal
2. salah satu peserta yang ditunjuk oleh guru berdiskusi
dengan temannya dan
mempresentasikan hasil
diskusi bersama
kelompoknya.
-
35
3. apabila terdapat guru menemukan peserta didik
yang memiliki jawaban
berbeda dapat disampaikan
hingga guru memberikan
titik kesimpulan
3. apabila terdapat peserta didik yang memiliki jawaban
berbeda dapat disampaikan
hingga menemukan titik
kesimpulan
4. guru dan peserta didik bermain hingga 10 menit
dan mencatatkan skor
akhir permainan kelompok
4. Peserta didik dan guru bermain hingga 10 menit dan
mencatatkan skor akhir
permainan kelompok
Tahap 4
Membuat
kesimpulan
5. Guru bersama peserta didik membuat
kesimpulan.
4. Peserta didik dan guru saling mengkomunikasihasil diskusi
5. Peserta didik dan guru membuat kesimpulan
pembelajaran hari ini
Tahap 5
Memberi
penghargaan
5. Guru memberikan penghargaan terhadap
kelompok
6. Peserta didik menerima penghargaan atau hadiah dari
guru
6. Guru memberikan soal evaluasi postest terhadap
peserta didik
7. Peserta didik mengerjakan soal evaluasi yang diberikan
oleh guru
Model pembelajaran NHT dalam pelaksanaanya memiliki
keunggulan atau kelebihan menurut Ahmad Zuhdu (2010: 65) menyatakan
pembelajaran kooperatif ini memiliki beberapa kelebihan dalam
pelaksanaannya, diantaranya adalah :
1. Setiap peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran ini menjadi siap
semua.
2. Dalam pembelajaran ini peserta didik diharuskan untuk berdiskusi
dengan sunguh-sunguh.
3. Dalam diskusi peserta didik dapat lebih dominan pintar dapat
mengajari peserta didik yang kurang pandai dalam pelaksanaannya.
2.1.7 Hasil Belajar Peserta Didik
Pelaksanaan pembelajaran tidak lepas dari penilaian akhir hasil belajar
dalam pembelajaran, hal tersebut sangatlah berkaitan karena untuk
mengetahui tolak ukur dalam pembelajaran seberapa jauh seorang peserta
didik dapat menguasai materi pembelajaran yang telah disampaikan oleh
guru. Suhandi (2016: 122) mengungkapkan kegiatan melaksanakan
penilaian untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam memahami
-
36
materi pembelaajaran dapat menggunakan soal yang telah di rencanan.
Maka hal tersebut tidak dapat dilepaskan dengan pelaksanaan perskoran
hasil pembelajaran. Sedangkan Ahmad susanto (2013: 5) mengungkapkan
hasil belajar peserta didik adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah
melalui pelaksanaan proses belajar. Karena pada dasarnya belajar
merupakan proses dari usaha seseorang untuk memperoleh suatu bentuk
perubahan perilaku yang relatif menetap, anak-anak yang dikatakan telah
berhasil dalam belajar adalah anak-anak yang berhasil mencapai tujuan
pembelajaran atau kriteria ketuntasan minimal yang biasanya sudah
ditetapkan oleh guru.
Berbeda diungkapkan oleh Suprijono (2013: 5) yang mengungkapkan
hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikap,
apresiasi hingga keterampilan. Hingga hal tersebut merujuk pemikiran
Gagne, hasil belajar berupa:
a. Informasi verbal yaitu kemampuan mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik secara lisan maupun tertulis.
b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan menjelaskan konsep dan
simbol.
c. Strategi kognitif yaitu kemampuan dalam menyalurkan dan
mengarahkan pada kegiatan kognitifnya. Kemampuan ini meliputi
penggunaan konsep dan aturan dalam memecahkan suatu masalah.
d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani sehingga dapat mewujudkan gerak jasmani secara otomatis.
e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebutdan kemampuan menjadikan nilai-nilai
tersebut sebagai standar perilaku.
Mawardi (2018: 29) mengungkapkan evaluasi pembelajaran
berfungsi sebagai suatu program yang direncanakan dan di terapkan untuk
melihat tercapainya atau belum tercapainya dari proses pembelajaran dan
tingkat efisiensi dari pelaksanaan pembelajaran.Dari beberapa pendapat
para ahli mengenai evaluasi hasil belajar dapat di simpulkan bahwa hasil
-
37
belajar merupakan sebuah pola yang dilakukan setelah proses
pembelajaran dimana hal tersebut dilakukan untuk mengukur seberapa
jauh pola penguasaan materi oleh peserta didik yang dibagi menjadi tiga
aspek yaitu : Kognitif, Afektif, dan Psikomotor
2.2 Kajian Penelitiann yang Relevan
Penelitian lain yang telah dilakukan oleh Nur Halimah dan Sumardjono
(2017: 274) tentang perbedaan pengaruh pembelajaran STAD dan NHT pada
hasil belajar matematika kelas V dengan menggunakan uji T memperoleh
hasil yang signifikan ditunjukan dengan signifikan probabilitas sig (2 tailed),
dari uji t/ uji beda menunjukkan sig sebesar 0,019 yang berarti kurang dari
0,05. Dengan kata lain penelitian yang telah dilakukan menunjukkan hasil
perbedaan pengaruh signifikan.
Penelitian dengan menggunakan model NHT juga dilakukan oleh oleh
Hanifah Kusumawati dan Mawardi (2016: 262) tentang perbedaan penerapan
model pembelajaran NHT dan STAD ditinjau dari hasil belajar, dalam
pelaksanaan penelitiannya menggunakan uji ANCOVA mendapat temuan
probabilitas uji 0,002 < 0,05, berarti H0 ditolak, Ha diterima. Signifikansi
didukung juga oleh rerata dari dua sampel hasil postes pembelajaran NHT
sebesar 81 dan STAD sebesar 74.
Galuh Adi Prakoso (2015: 117) dengan penelitian keefektivan
pembelajaran NHT hasil belajar IPS peserta didik kelas V dengan
menggunakan Independent Sample uji T menunjukan hasil salah satu SD
imbas mengalami peningkatan pada kelompok kontrol yaitu 100 dan nilai
terendahnya adalah 40 dengan rata-rata skor hasil belajar 83,83. Adapun dari
32 siswa kelompok eksperimen terdapat 29 siswa yang tuntas KKM mata
pelajaran IPS kelas IVA di SDN Sudirman dengan persentase 90,62% dan 3
siswa tidak tuntas KKM dengan persentase 9,38%.
Selain penelitian dari Galuh, Gina Sonia, Sofyan Iskandar dan Srie
mulyani (2017: 30) juga melakasanakan penelitian tentang penerapan model
NHT dalam pembelajaran IPS pada kelas IV yang menunjukan hasilnya
dengan menggunakan model pembelajaran NHT mampu menunjang hasil
-
38
belajar mengalami peningkatan pada setiap siklus mengalami peningkatan,
ditunjukkan dengan siklus pertama ini didapat nilai 42% dengan kategori
cukup baik, dan pada siklus kedua didapat nilai 62% dengan kategori baik,
dan pada siklus ketiga didapat 86% dengan kategori sangat baik
Dyah Kartika Sari (2017: 13) melakukan penelitian peningkatan hasil
belajar IPS menggunakan model kooperatif tipe NHT pada peserta didik kelas
6 SD. Pada penelitian ini menunjukan sebuah kenaikan presentase hasil
belajar pesera didik melebihi KKM ditunjukkan dengan pada pra siklus
ketuntasan KKM sebesar 31,25%, pada siklus I ketuntasan KKM meningkat
mencapai 56,25%, dan pada siklus II ketuntasan KKM meningkat hingga
mencapai 81,25%.
Dimas Wira Yudha (2014: 6) melakukan penelitian tentang studi
komparasi strategi dengan pembelajaran kooperatif NHT dan Snowball
Throwing ditinjau pada hasil belajar. pada penelitian ini penelitian dilakukan
menggunakan uji T yang memperoleh hasil komparasi yang signifikan yaitu
dengan model NHT peserta didik memperoleh rata-rata 83,67 sedangkan
menggunakan model Snowball Throwing peserta didik memperoleh rata-rata
77,78.
Selain itu penelitian lain juga telah dilakukan oleh Heri Maria Zulfiati
(2013: 107) tentang penerapan model cooperative learning tipe Snowball
Throwing untuk meningkatkan keaktifan serta hasil belajar siswa, dengan
menunjukan kesimpulan bahwa dengan menggunakan pembelajaran Snowball
Throwing mengalami peningkatan dalam pembelajaran, ditunjukan dengan
rata-rata siklus 1 diperoleh 72,84 sedangkan siklus 2 diperoleh 83,26.
Ni Md. Seriani dan I Kt. Dibia (2017: 216) meneliti tentang penerapan
model pembelajaran Snowball Throwing meningkatkan hasil belajar IPA
peserta didik kelas V SD. Hasilnya ditunjukan Pada siklus I rata-rata hasil
belajar IPA siswa sebesar 72,42% pada kategori rendah dan meningkat
menjadi 82,58% pada siklus II yang berada pada kategori tinggi.Terjadi
peningkatan sebesar 10,16%.
-
39
Ni Komang Purmani Apriani, Ign I Wayan Suwatra dan I Gd
Mangunyasa (2016: 9) mengungkapkan hasil penelitian tentang Pengaruh
model pembelajaran Snowball Throwing yang ditinjau dari hasil belajar
peserta didik kelas V. Pada pelaksanaan peneliti menggunakan uji T sebagai
pengambilan datanya, menunjukkan hasil belajar peserta didik menggunakan
model Snowball Throwing lebih besar daripada kelas kontrol dengan
presentase sebesar 24,77 dibanding dengan 14,69.
Selain itu penelitian menggunakan model Snowball Throwing dilakukan
oleh Swara Alam Syah, Triyono, dan Harun Setyo Budi (2013: 4)
mengungkapkan penelitian tentang penggunaan model kooperatif tipe
Snowball Throwing kelas IV yang menunjukan hasilnya menunjang hasil
belajar peserta didik, dilihat dalam presentase pada siklus I dengan hasil
70,20% dan pada siklus II mendapat nilai 89,22%. Nilai rata-rata yang di
dapat oleh siswa sekitar 19,22%
2.3 Kerangka Berpikir
Penemuan dari penelitian mengenai pengetahuan oleh peserta didik
dapat diperoleh melalui pengalaman belajar yang langsung dialami peserta
didik di sekolah atau di lingkungan sekitarnya. Selain dari pengalaman
belajar langsung peserta didik juga membutuhkan cara belajar yang
diharapkan mampu membuat peserta didik terdorong untuk lebih memahami
konsep penting di dalam belajar matematika. Kemudian konsep yang diterima
oleh peserta didik diharapkan nantinya dapat di terapkan dalam kehidupan
sehari-hari
Perbedaan hasil model kooperatif Number Head Together dan Snowball
Throwing yang ditinjau dari hasil belajar peserta didik diharapkan dari
penelitian ini mampu membentuk peserta didik agar memperoleh informasi
serta memahaminya, serta diharapkan dari peserta didik berperan aktif dalam
pembealajaran dan mencari informasi. Selain itu dalam pembelajaran ini
peserta didik mampu bekerja sama didalam kelompoknya. Setelah
menemukan informasi, peserta didik juga dapat berbagi informasi atau
-
40
pengetahuan yang telah mereka miliki kepada teman-teman sekelompok
maupun kelompok lain melalui laporan diskusi masing-masing kelompok.
Model pembelajaran Number Head Together mempunyai
beberapasintak/langkah pembelajaran yang pada akhirnya diharapkan dapat
memberikanpengaruh terhadap hasil belajar Matematika. Uraian manfaat dari
masing-masing sintak meliputi: (1) Peserta didik dibagi guru menjadi
beberapa kelompok kecil yang beranggotakan 5 orang (2) Setiap peserta didik
dalam kelompok mendapat nomor dengan tugas yang berbeda-beda (3)
Peserta didik berisiap dan dan guru melemparkan beberapa pertanyaan verbal
untuk mengecek kesiapan peserta didik (4) Peserta didik diberikan pertanyaan
dan tugas oleh guru (5) Peserta didik diberikan waktu untuk diskusi untuk
mengerjakan dan mengambil kesimpulan dari setiap pertanyaan (6) Guru
menunjuk salah satu peserta untuk mempresentasikan hasil diskusi bersama
kelompoknya (7) Apabila kelompok peserta didik lain kurang setuju dapat
menyanggahnya (8) peserta didik dan guru saling mengkomunikasi hasil
diskusi (9) Kesimpulan.
-
41
Gambar 4 kerangka berpikir model NHT
Langkah-langkah/ tahap
Model Number Head Together
Persiapan
Penomoran
Pertanyaan dan
berpikir bersama
Pemberian
Jawaban
Memberikan
Kesimpulan
Penghargaan
Kelompok
Rasa ingin tahu
Tanggung jawab
Komunikatif
Percaya Diri
Berpikir Kritis
Kerja sama
Tekun
Teliti
Toleransi
Berani
Demokratis
Sportif
Kemampuan
mengidentifikasi
Bangun Ruang
Kemampuan
Mengidentifikasi
jaring-jaring kubus
Kemampuan
Mengidentifikasi
volume kubus
Kemampuan
Mengidentifikasi
jaring-jaring balok
Kemampuan
Mengidentifikasi
volume balok
Hasil
Belajar
Keterangan :
Dampak Instruksional
Dampak Pengiring
-
42
Model Snowball Throwing mempunyai beberapa sintak/langkah
pembelajaran yang pada akhirnya diharapkan dapat memberikan
pengaruhterhadap hasil belajar Matematika. Uraian manfaat dari masing-
masing sintak diantaranya: (1) Guru menyampaikan materi yang akan
disajikan, dan KD yang ingin dicapai. (2) Guru membentuk kelompok-
kelompok kemudian memanggil masing-masing ketua kelompok untuk
diberikan penjelasan tentang materi. (3) Masing-masing ketua kelompok
kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang
disampaikan oleh guru kepada temannya. (4) Kemudian masing-masing
peserta didik diberikan satu lembar kertas, untuk menuliskan satu pertanyaan
apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua
kelompok. (5) Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti
bola dan dilempar dari satu peserta didik ke peserta didik yang lain. (6)
Peserta didik yang mendapat lemparan bola diberikan kesempatan untuk
menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas yang berbentuk bola
tersebut. (7) Evaluasi. (8) Penutup.
Dampak intruksional pada penerapan model pembelajaran Snowball
Throwing yangditerapkan pada mata pelajaran materi dan jaring-jaring dan
volume bangun ruang. Berikut akan dipaparkan gambar bagan kerangka
berpikir dalam penggunaan model pembelajaran NHT dan Snowball
Throwing, yang terdiri dari sintak model,dampak intruksional, dampak
pengiring dan hasil belajar.
-
43
Gambar 5 kerangka berpikir model Snowball Throwing
Langkah-langkah/ tahap
Pembelajaran Snowball Throwing
Penyajian Kelas
Belajar
Kelompok
Pembagian Tugas
Tanya Jawab
Evaluasi
Kesimpulan
Penghargaan
Kelompok
Disiplin
Tanggung jawab
Komunikatif
Kerja sama
Demokratis
Kemampuan
mengidentifikasi
Bangun Ruang
Kemampuan
Mengidentifikasi
jaring-jaring kubus
Kemampuan
Mengidentifikasi
volume kubus
Kemampuan
Mengidentifikasi
jaring-jaring balok
Kemampuan
Mengidentifikasi
volume balok
Hasil
Belajar
Keterangan :
Dampak Instruksional
Dampak Pengiring
-
44
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut dapat ditarik hipotesis sebagai
berikut :
HO= Hasil belajar peserta didik mata pelajaran matematika kelas 5 SD
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number
Head Together (NHT) tidak lebih tinggi secara signifikan
dibandingkan dengan hasil belajar menggunakan model kooperatif
tipe Snowball Throwing di Gugus Ki Hajar Dewantoro Kabupaten
Boyolali.
= Hasil belajar peserta didik mata pelajaran matematika kelas 5 SD
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number
Head Together (NHT) lebih tinggi secara signifikan dari model
kooperatif tipe Snowball Throwing di Gugus Ki Hajar Dewantoro
Kabupaten Boyolali.