hakikat pendidikan jasmani: kolaborasi aspek belajar

21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009 1 HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI: Kolaborasi Aspek Belajar, Bermain, Dan Olahraga Untuk Pengembangan Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences) Oleh: Agus Kristiyanto Dosen Pada Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP Universitas Sebelas Maret Pendahuluan Hakikat Pendidikan Jasmani memiliki berbagai titik pandang dalam rumusannya. Salah satu benang merah yang dapat dirumuskan dari pendidikan melalui media aktivitas fisik tersebut adalah terkait dengan pengembangan kecerdasan. Kecerdasan dalam pengertian yang luas sebenarnya tercipta dari sebuah rancangan pembelajaran yang berorientasi pada gerak, permainan, dan olahraga. Gerak, permainan dan olahraga merupakan pilar penyangga dari sebuah bangunan penting yang disebut pendidikan jasmani. Kebutuhan akan gerak, permainan, dan olahraga merupakan sebuah “naluri” yang dimiliki oleh manusia dalam setiap taraf perkembangan. Artinya, Pendidikan Jasmani sebenarnya tidak hanya diperlukan untuk membentuk kecerdasan anak-anak yang sedang tumbuh, melainkan diperlukan juga untuk “memperbaiki” kecerdasan orang dewasa, bahkan bagi lansia. Dengan demikian, Pendidikan jasmani itu memiliki konsep sepanjang hayat, Life Long Physical Education. Dalam tataran budaya kita sebagian besar masyarakat masih menganut pemahaman kecerdasan dalam dimensi yang sempit. Kecerdasan dipahami dengan berfokus pada pengetahuan dan kecakapan relatif yang berguna di lingkungan sekolah semata. Kriteria dangkal kecerdasan dibangun dengan memaknai kecerdasan anak berdasarkan hasil tes standar dan tes bakat. Tes tersebut didasarkan pada kefasihan berbicara, keluasan penguasaan kosa kata, atau kecakapan dalam berhitung. Kriteria kecerdasan tersebut memang masih

Upload: dohanh

Post on 12-Jan-2017

238 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI: Kolaborasi Aspek Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009 1

HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI: Kolaborasi Aspek Belajar, Bermain, Dan Olahraga

Untuk Pengembangan Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences)

Oleh: Agus Kristiyanto

Dosen Pada Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP Universitas Sebelas Maret

Pendahuluan

Hakikat Pendidikan Jasmani memiliki berbagai titik pandang dalam

rumusannya. Salah satu benang merah yang dapat dirumuskan dari pendidikan

melalui media aktivitas fisik tersebut adalah terkait dengan pengembangan

kecerdasan. Kecerdasan dalam pengertian yang luas sebenarnya tercipta dari

sebuah rancangan pembelajaran yang berorientasi pada gerak, permainan, dan

olahraga. Gerak, permainan dan olahraga merupakan pilar penyangga dari

sebuah bangunan penting yang disebut pendidikan jasmani. Kebutuhan akan

gerak, permainan, dan olahraga merupakan sebuah “naluri” yang dimiliki oleh

manusia dalam setiap taraf perkembangan. Artinya, Pendidikan Jasmani

sebenarnya tidak hanya diperlukan untuk membentuk kecerdasan anak-anak

yang sedang tumbuh, melainkan diperlukan juga untuk “memperbaiki”

kecerdasan orang dewasa, bahkan bagi lansia. Dengan demikian, Pendidikan

jasmani itu memiliki konsep sepanjang hayat, Life Long Physical Education.

Dalam tataran budaya kita sebagian besar masyarakat masih menganut

pemahaman kecerdasan dalam dimensi yang sempit. Kecerdasan dipahami

dengan berfokus pada pengetahuan dan kecakapan relatif yang berguna di

lingkungan sekolah semata. Kriteria dangkal kecerdasan dibangun dengan

memaknai kecerdasan anak berdasarkan hasil tes standar dan tes bakat. Tes

tersebut didasarkan pada kefasihan berbicara, keluasan penguasaan kosa kata,

atau kecakapan dalam berhitung. Kriteria kecerdasan tersebut memang masih

Page 2: HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI: Kolaborasi Aspek Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009 2

relevan, tetapi kurang komprehensif terutama bila dikaitkan dengan situasi

kontemporer yang menuntut life skills hasil belajar lebih dari sekadar

kecerdasan hasil tes IQ (Intelligence Quotient).

Bagaimanakah dengan Multiple Intelligence atau Kecerdasan Majemuk?

Adalah Howard Gardner yang mula pertama menemukan dan mengembangkan

Teori Multiple Intelligence atau Kecerdasan Majemuk (KM). Teori KM

mengembangkan suatu kriteria yang pragmatis tentang suatu kecerdasan, yaitu

bahwa cerdas itu adalah” kemampuan untuk menyelesaikan masalah atau

menciptakan suatu produk yang bernilai dalam masyarakat”, artinya bahwa

fokus penggunaan kecerdasan berada pada tataran situasi kehidupan nyata.

Dengan demikian, kecerdasan yang sebenarnya tentu jauh lebih banyak

kriterianya dibandingkan hanya sekedar kecerdasan hasil tes IQ. Gardner

mengembangkan Multiple Intelligences ke dalam 8 (delapan) jenis kecerdasan

yang meliputi: (1) bahasa, (2) logika mathematika, (3) musikal, (4) kinestesis

tubuh, (5) spasial, (6) naturalis, (7) interpersonal, dan (8) intrapersonal. (Thomas

R Hoerr, 2007).

Rancangan belajar di sekolah seharusnya dikembangkan dengan

diilhami oleh pemahaman tentang Multiple Intelligences atau Kecerdasan

Majemuk (KM) ini. Artinya bahwa setiap anak atau siswa pada dasarnya

memiliki kecerdasan masing-masing. Sekolah tidak boleh hanya menggunakan

indikator kemampuan bahasa dan mathematik untuk memilih dan memilah

antara siswa yang cerdas dan tidak cerdas. Kecerdasan yang sebenarnya

adalah kemampuan untuk menciptakan produk dan menciptakan solusi untuk

memecahkan masalah di masyarakat. Dengan demikian rancangan kurikulum

mata pelajaran di sekolah sudah seharusnya berorientasi pada tujuan-tujuan

memfasilitasi anak agar potensi produksi dan kemampuan solusi terbentuk.

Pembelajaran di sekolah harus dirancang bagi terkembangkannya kecerdasan

majemuk pada para siswa.

Page 3: HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI: Kolaborasi Aspek Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009 3

Potensi untuk mengembangkan kecerdasan majemuk atau Multiple

Intelligences sebenarnya dimiliki oleh semua mata pelajaran yang diberikan

secara formal di sekolah untuk semua jenjang yang ada. Namun demikian,

sepertinya Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani merupakan mata pelajaran yang

memiliki potensi terbesar untuk mengembangkan kecerdasan majemuk pada

anak untuk setiap jejang pendidikan. Tujuan Pendidikan Jasmani adalah untuk

mencapai tujuan pendidikan secara umum melalui medium aktivitas jasmani.

Rumusan yang demikian memberikan konsekuensi bahwa pembelajaran

Pendidikan Jasmani dapat mencapai multiaspek tujuan belajar, yang meliputi

ranah kognitif, afektif, dan psikomotor secara simultan.

Kajian ilmiah tentang potensi Pembelajaran Pendidikan Jasmani bagi

pengembangan Multiple Intelligence atau Kecerdasan Majemuk berguna

sebagai dasar berfikir bagi diselenggarakannya riset penyusunan model

pembelajaran pendidikan jasmani. Kajian ilmiah diperlukan sebagai embrio bagi

riset penyusunan model atau prototipe pembelajaran pendidikan jasmani untuk

mengembangkan Multiple Intelligence atau Kecerdasan Majemuk.

Kajian Pustaka

Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences)

Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences) menurut Gardner meliputi

8 (delapan) jenis, yakni kecerdasan: Bahasa, Logika Matematika, Musikal,

Kinestesis Tubuh, Spasial, Naturalis, Interpersonal, Intrapersonal (Thomas R

Hoerr, 2007). Definisi Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences) model

Gardner sebagaimana dirinci dalam tabel berikut ini:

Page 4: HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI: Kolaborasi Aspek Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009 4

Tabel 1. Jenis Kecerdasan dan Definisinya (Gardner dalam Thomas R Hoerr, 2007)

Kecerdasan Definisi

Bahasa Kepekaan pada makna dan susunan kata

Logika Matematika Kemampuan untuk menangani relevansi/argumentasi serta mengenali pola dan urutan

Musikal Kepekaan terhadap pola titinada, melodi, irama, dan nada.

Kinestesis Tubuh Kemampuan untuk menggunakan tubuh dengan terampil dan memegang atau mengendalikan obyek dengan cakap.

Spasial Kemampuan untuk mengindera dunia secara akurat dan menciptakan kembali atau mengubah aspek-aspek dunia tersebut.

Naturalis Kemampuan untuk mengenali dan mengklasifikasi aneka spesies, flora dan fauna dalam lingkungan.

Interpersonal Kemampuan untuk memahami orang dan membina hubungan

Intrapersonal Akses pada kehidupan emosional diri sebagai sarana untuk memahami diri sendiri dan orang lain.

Kerangka fikir Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences) adalah

”bahwa semua anak sebenarnya memiliki kecerdasan”. Kecerdasan yang

dimiliki oleh setiap anak berbeda-beda. Sistem sekolah selama ini hanya

menggunakan sebagian kecil indikator kecerdasan untuk menentukan cerdas

dan tidaknya anak. Indikator yang digunakan sebatas pada kecerdasan bahasa

dan kecerdasan logika mathematika. Kecerdasan yang lain, seperti kecerdasan

musikal, kinestesis tubuh, spasial, naturalis, interpersonal, dan intrapersonal

belum terakomodasi secara proporsional dalam sistem persekolahan kita.

Sekadar penjelasan tambahan, banyak tokoh-tokoh dunia yang sukses

sebagai icon dunia berdasarkan kecerdasan masing-masing,

Page 5: HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI: Kolaborasi Aspek Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009 5

Tabel 2. Tokoh Dunia dengan Kecerdasan yang berbeda (Gardner dalam Thomas R Hoerr, 2007)

Kecerdasan Tokoh Dunia

Bahasa Winston Churchil, Barbara Jordan, Doris K Goodwin

Logika Matematika Bill Gates, Stephen Hawking, Benjamin Banneker.

Musikal Ray Charles, Harry Connick Jr., Carly Simon.

Kinestesis Tubuh Michael Jordan, Michelle Kwan, Mia Hamm.

Spasial Maya Lin, Mary Angelbreit, Frank Lloyd Wright.

Naturalis Charles Darwin, Jane Goodall, George Lewis.

Interpersonal Collin Powel, Martin Luther King Jr., Deborah Tannen.

Intrapersonal Eleanor Roosevelt, Anne Frank, Bill Moyers.

Joyful Learning Pendidikan Jasmani Untuk Kecerdasan Majemuk

Dewasa ini, para praktisi pendidikan banyak yang berkonsentrasi

mengupayakan proses pembelajaran yang berpihak pada kebutuhan

pengembangan kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences) siswa. Terdapat

banyak model pembelajaran yang mungkin dapat diadopsi oleh para guru

penjas agar pembelajaran yang dikelola lebih menarik dan bermakna bagi

siswa. Salah satu bentuk pembelajaran tersebut berkonsep pada Joyful

Learning atau belajar yang menyenangkan. Disain atau rancangan

pembelajaran tersebut kemudian dielaborasi konsepnya menjadi konsep

PAIKEM ( Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).

Konsep pembelajaran Penjas yang mengandung unsur PAIKEM merupakan

prasarat dasar bagi pembelajaran yang membentuk kecerdasan majemuk

(Multiple Intelligences) siswa.

Konsep PAIKEM dalam pembelajaran penjas sebenarnya merupakan

pemaknaan tiap guru dalam mengembangkan suatu pembelajaran yang inovatif.

Page 6: HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI: Kolaborasi Aspek Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009 6

Setiap guru memiliki semacam ”hak prerogratif” agar pembelajaran yang

dikelolanya menjadi sebuah pengalaman yang menarik dan bermakna bagi

siswa-siswanya. Artinya, bahwa PAIKEM dalam pembelajaran penjas bukan

merupakan persoalan mengatur bentuk pembelajaran, melainkan sebuah ruh

atau nafas pembelajaran penjas. Bentuknya boleh bervariasi yang bergantung

pada daya kreasi guru, yang penting ruh pembelajaran hasil kreasi guru

tersebut mengandung unsur Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.

Unsur Aktif terkait dengan rancangan pembelajaran yang lebih

mengedepankan pada proporsi aktivitas yang lebih banyak kepada siswa.

Pemahaman tentang sebuah makna dan pengalaman belajar ditempuh oleh

siswa melalui aktivitas dengan waktu berpartisipasi secara optimal.

Unsur Inovatif sebenarnya bukan berkonotasi sebagai sesuatu yang

luar biasa, tetapi dipahami sebagai: ”sesuatu pekerjaan yang biasa, tetapi

dilakukan dengan cara yang tidak biasa”. Guru melakukan sesuatu yang

biasa dilakukan, namun dengan cara yang tidak biasa dilakukan. Inovasi

pembelajaran Penjas bukan merupakan sesuatu yang revolusioner, tetapi

pembelajaran yang selalu terbuka secara fleksibel untuk menerima perubahan-

perubahan pada komponen-komponen inti pembelajaran, seperti: komponen

siswa, guru, serta tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

Unsur Kreatif lebih mengarah pada persoalan ide-ide original guru

dalam mengembangkan solusi menghadapi keterbatasan dan kendala di

lapangan. Guru yang kreatif adalah guru yang mampu mengelola pembelajaran,

walau dengan keterbatasan sarana dan prasarana yang ada. Kreativitas guru

juga tampak dari kemampuannya dalam melakukan modifikasi peralatan,

lapangan, atau aturan-aturan permainan yang disesuaikan dengan kebutuhan

dan keterbatasan para siswanya.

Unsur Efektif terkait dengan persoalan kemampuan rancangan proses

pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran apa

pun bukan merupakan sesuatu yang berguna jika tidak efektif untuk mencapai

Page 7: HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI: Kolaborasi Aspek Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009 7

tujuan pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran penjas yang efektif mengandung

aktivitas yang bermakna untuk mengantarkan seluruh siswa menjadi insan yang

terdidik secara penjas.

Unsur Menyenangkan sebagaimana telah dijelaskan di depan, lebih

tergantung pada merancang cara mengajar guru. Guru adalah manager, leader,

dan decision maker atau pengambil keputusan. Guru yang bijaksana akan

mengambil keputusan untuk mengembangkan cara mengajar yang

menyenangkan bagi para siswanya. Iklim atau suasana pembelajaran yang

menyenangkan akan meningkatkan partisipasi dan hasil pembelajaran penjas.

Selanjutnya, PAIKEM dalam pembelajaran penjas tersebut harus juga

mensertakan berbagai komponen yang bervariasi yang meliputi : (1) multimedia,

(2) multimetode, (3) praktik dan bekerja dalam tim, (4) memanfaatkan sumber-

sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar, (5) kombinasi di dalam dan di

luar kelas, dan (6) pengembangan multiaspek dalam belajar yang meliputi:

logika, etika, dan sebagainya.

Gambar 1. Pendidikan Jasmani Sepanjang Hayat (Life Long Physical Education)

Page 8: HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI: Kolaborasi Aspek Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009 8

Inovasi Pembelajaran dan Pencapaian Tujuan Penjas

Inovasi pembelajaran Pendidikan Jasmani kendatipun merupakan

sebuah keharusan, namun dalam aplikasinya harus tetap mengarah pada upaya

pencapaian tujuan Pendidikan Jasmani. Jika inovasi merupakan sebuah cara,

maka cara tersebut tetap berorientasi pada pencapaian tujuan Pendidikan

Jasmani. Antara upaya inovatif dan pencapaian tujuan terjadi sebuah ikatan

yang kuat dan jelas. Inovasi dalam pembelajaran Penjas justru diharapkan

mempertegas dan memperkuat arah menuju pencapaian tujuan Pendidikan

Jasmani tersebut. Formulasi dan tujuan Pendidikan Jasmani yang relevan perlu

lebih digali dan dipahami oleh guru, untuk mempertegas pengembangan

inovasi pembelajaran yang berorientasi pada pencapaian tujuan. Berbagai

definisi dan tujuan Pendidikan Jasmani yang masih relevan dengan situasi

kekinian, dapat disajikan sebagai berikut.

Nixon dan Jewett (1990) berpendapat bahwa Pendidikan Jasmani

adalah satu fase dari proses pendidikan keseluruhan yang menggunakan

kemampuan gerak individu secara sukarela, tetapi bermakna langsung terhadap

perkembangan mental, emosional, dan sosial. Konsekwensinya, pendidikan

jasmani harus dirancang secara khusus untuk memberikan pengaruh yang baik

terhadap jasmani, emosi, sosial, dan intelektual.

Frost (1995) berpendapat bahwa Pendidikan Jasmani adalah bagian

integral dari pendidikan secara keseluruhan yang memberikan sumbangan

terhadap perkembangan individu melalui media aktivitas jasmani dan gerak

siswa. Semua urutan pengalaman belajarnya dirancang dengan hati-hati untuk

memenuhi kebutuhan pertumbuhan, perkembangan, dan perilaku setiap siswa.

Masih banyak ahli memberikan definisi dan formulasi tujuan Pendidikan

Jasmani, namun semuanya mengarah pada sebuah pengertian bahwa perilaku

fisik dan gerak yang ditunjukkan dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani

sebenarnya sekadar merupakan “alat” untuk mengembangkan potensi siswa

secara keseluruhan yang meliputi fisik, mental-kognitif, dan sosial. Sudahkah

Page 9: HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI: Kolaborasi Aspek Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009 9

pembelajaran Penjas yang selama ini kita rancang telah mengarah pada

pencapaian tujuan tersebut ? Jika jawabnya belum, maka inovasi pembelajaran

merupakan pilihan untuk lebih memperbaiki keadaan, yakni memfasilitasi para

siswa agar menjadi seorang yang terdidik dalam Pendidikan Jasmani.

Karakteristik seseorang yang terdidik dalam Pendidikan Jasmani

diuraikan oleh Physical Education Outcomes Committee of The National

Association of Physical Education and Sport (NASPE) sebagaimana telah

dikutip Arma Abdullah dalam Harsuki (2003), memiliki ciri-ciri: (1) Telah

mempelajari berbagai macam keterampilan yang diperlukan untuk melakukan

berbagai aktivitas jasmani, (2) segar atau bugar secara jasmaniah, (3)

berpartisipasi secara teratur dalam aktivitas jasmani, (4) mengetahui implikasi

dan manfaat dari keterlibatannya dalam aktivitas jasmani, dan (5) menghargai

aktivitas jasmani dan sumbangannya kepada gaya hidup yang sehat.

Pembahasan

Membedah potensi pembelajaran Pendidikan Jasmani untuk

pengembangan Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences), dibangun oleh

berbagai pertimbangan logis, antara lain: (1) kebutuhan akan tahap-tahap

perkembangan berdasarkan usia kronologis anak, dan (2) konsep joyful

learning, yakni belajar yang menyenangkan dan mengandung unsur interaktif

antar siswa atau siswa dengan lingkungan belajarnya.

Page 10: HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI: Kolaborasi Aspek Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009 10

Gambar 2. Perkembangan Usia Kronologis dan Rancangan untuk Pengkondisian Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences)

Latihan-latihan (train and exercise) yang dirancang dalam aktivitas

pendidikan jasmani berorientasi pada tahap perkembangan usia kronologis

(Chronological Age), karakteristik keterampilan (Skills) untuk membentuk

perkembangan kemampuan-kemampuan yang mengarah pada kecerdasan

majemuk (Multiple Intelligences). Seperti disajikan pada Gambar 2.

Identifikasi dan mendorong penggunaan Kecerdasan Majemuk (Multiple

Intelligences) di sekolah memang bukan perkara yang mudah dilakukan. Namun

hal tersebut harus tetap diupayakan oleh setiap guru pendidikan jasmani mulai

dari hal-hal yang sederhana. Penggunaan Kecerdasan Majemuk (Multiple

Intelligences) di sekolah oleh guru telah diformulasikan dan dipraktekkan di New

City School di St Louis, Missouri, Amerika Serikat. Guru Pendidikan Jasmani

dapat membantu siswa untuk mengembangkan kecerdasan tertentu secara

sendiri-sendiri atau simultan dengan cara memodifikasi kegiatan. Contoh

modifikasi sebagaimana diilustrasikan dalam tabel 3 berikut:

Page 11: HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI: Kolaborasi Aspek Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009 11

Tabel 3. Mendorong Penggunaan Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences) di Sekolah

Kecerdasan Yang dapat dilakukan Guru

(Model New City School) Yang dapat dilakukan Guru

di kelas Penjas (Model Ilustrasi Agus

Kristiyanto)

Bahasa Mendorong penggunaan kata-kata yang tak lazim, melibatkan siswa dalam debat dan presentasi lisan, menunjukkan puisi untuk menyampaikan emosi.

Mendorong siswa dalam - penggunaan istilah teknis

olahraga dalam bahasa Inggris sejak dini, seperti: Start, Finish, In, Out, Double, Single, dll.

- Penggunaan umpan balik secara verbal atas penampilan sendiri atau penampilan teman sekelas.

Logika

Matematika

Menggunakan diagram venn untuk membandingkan, menggunakan grafik, tabel dan bagan waktu, mendemonstrasikan dengan benda-benda nyata, meminta siswa untuk menunjukkan urutan.

Mendorong siswa: - Mampu mengkomparasikan

besaran waktu, jarak, kecepatan, sudut pantulan, sudut tolakan, dsb dalam aktivitas jasmani yang dilakukan.

- Mendemonstrasikan tugas gerak dengan menggunakan benda-benda nyata (media) yang sesuai.

- Menunjukkan kemampuan menghitung pola, urutan, jumlah regu, dan jumlah anggota regu.

Musikal Mengubah lirik lagu untuk mengajarkan konsep. Mendorong siswa menambahkan musik dalam drama, menciptakan rumus atau hafalan berirama.

Mendorong siswa: - Melakukan aktivitas individu

atau kelompok dengan menggunakan instruksi lirik dan lagu melalui ekspresi gerakan tubuh secara keseluruhan atau bagian-bagian tubuh.

- Memilih iringan musik yang sesuai untuk gerakan senam dan tari.

- Mampu berkreasi tentang rumus gerakan ritmik dan

Page 12: HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI: Kolaborasi Aspek Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009 12

nilai-nilai ketukan.

Kinestesis Tubuh Mendorong siswa agar melakukan kegiatan bergerak dengan menggunakan tangan (manipulatif), kesempatan berakting, berekspresi gerak secara bebas.

Mendorong siswa: - Melakukan aktivitas

manipulatif lengan-tangan, maupun manipulatif tungkai-kaki dengan media atau alat belajar yang sesuai.

- Melakukan aktivitas lokomotor melalui berbagai aktivitas atletik maupun bentuk-bentuk permainan

Spasial Menggambarkan peta, memimpin kegiatan visualisasi, menyediakan kesempatan untuk memperlihatkan pemahaman melalui gambar, merancang bangunan dan pakaian

Mendorong siswa: - Mampu menirukan gerakan

dan mengembangkannya dengan cara mengamati foto atau gambar ilustrasi.

- Mampu memilih kostum olahraga dengan pilihan model dan warna yang sesuai (matching)

Naturalis Menggunakan alam terbuka sebagai kelas, mengadakan percobaan-percobaan, memelihara tanaman dan binatang di kelas dan siswa bertanggung jawab terhadapnya.

Mendorong siswa: - Untuk gemar

menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar yang efektif, seperti sungai, ladang, tebing, hutan.

- Melakukan outbond activity dengan memanfaatkan ternak dan tumbuh-tumbuhan sebagai media belajar.

Interpersonal Menggunakan pembelajran kerjasama, menugaskan kerja kelompok, menciptakan situasi yang membuat siswa saling mengamati dan memberi masukan.

Mendorong siswa: - Senang melakukan

kompetisi olahraga beregu. - Terbiasa bersikap terbuka

dalam memberikan dan menerima umpan balik dalam akativitas olahraga yang dilakukan dalam suatu kelompok

Intrapersonal Membiarkan siswa bekerja dengan iramanya sendiri, membantu siswa menyusun dan memonitor target-target pribadi.

Mendorong siswa: - Terbiasa dengan bentuk

pembelajaran inklusi, yakni sebuah pembelajaran Penjas yang memfasilitasi

Page 13: HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI: Kolaborasi Aspek Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009 13

setiap anak memulai dengan kemampuan awal masing-masing (Entry Behavior).

- Secara periodik melakukan battery test, yakni tes performansi olahraga yang terdiri dari beberapa item, setiap anak diberi bekal kemampuan untuk menskor sendiri untuk setiap itemnya.

Kesimpulan dan Saran

Pendidikan Jasmani adalah pendidikan yang memiliki potensi besar

untuk mencerdaskan anak secara simultan. Kecerdasan simultan mengarah

pada terbentuknya kecerdasan majemuk atau Multiple Intelligences .

Kecerdasan majemuk (KM) merupakan indikator yang didasari oleh kerangka

berfikir bahwa setiap anak sebenarnya tumbuh dan berkembang dengan

kecerdasan yang berbeda-beda. Cerdas bukan sekadar bermakna dangkal

yang terkait dengan hasil tes IQ semata, cerdas juga bukan hanya menyangkut

kemampuan bahasa dan logika matematika. Cerdas dalam pandangan Multiple

Intelligences model Gardner mencakup 8 (delapan) bidang kecerdasan yaitu: (1)

bahasa, (2) logika mathematika, (3) musikal, (4) kinestesis tubuh, (5) spasial, (6)

naturalis, (7) interpersonal, dan (8) intrapersonal.

Guru Pendidikan Jasmani sudah seharusnya memiliki kompetensi

mengajar yang mendorong para siswa mengembangkan kecerdasan majemuk.

Pendidikan Jasmani adalah pendidikan melalui medium aktivitas fisik yang

memfokus pada pencapaian seluruh ranah tujuan belajar. Ranah kognitif,

afektif, dan psikomotor, secara simultan dikembangkan dalam sebuah

rancangan belajar yang standar. Namun demikian, guru masih memerlukan

langkah tambahan untuk dapat menerapkan inovasi pembelajaran yang

mengarah pada pengembangan kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences).

Page 14: HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI: Kolaborasi Aspek Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009 14

Pengembangan kecerdasan majemuk ini sangat mungkin dilakukan

melalui pembelajaran pendidikan jasmani, karena pendidikan jasmani memiliki

nilai : (1) pendidikan yang berorientasi pada kebutuhan siswa sesuai tahap

perkembangannya, (2) pendidikan yang mengembangkan potensi fisik, kognitif,

dan sosio emosional secara simultan, dan (3) pendidikan jasmani berisi

aktivitas: Pengembangan, Permainan dan Olahraga, Aktivitas Uji Diri, Aktivitas

Ritmik, Akuatik, dan Outdoor Education.

Page 15: HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI: Kolaborasi Aspek Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009 15

Daftar Pustaka

Agus Kristiyanto, (1997). “Spektrum Gaya Mengajar Pendidikan Jasmani”. Jurnal Dwijawarta. Edisi April-Juni: hal. 40-44.

______________, dkk, (1998). Akuntabilitas PPL Pendidikan Jasmani.

Penelitian Kelompok – Surakarta: FKIP UNS. ______________, (2000). Kompetensi Umpan Balik Mahasiswa Praktikan PPL

Pendidikan Jasmani. Penelitian Kelompok. Surakarta: FKIP UNS. ______________, (2008). “Merancang Model Pembelajaran Paikem Pendidikan

Jasmani”. Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional Pembaharuan Pendidikan Jasmani di Sekolah, Banjarmasin Kalsel 27 Nopember 2008.

Frost, R.B. (1995). Physical Education: Foundations, Practices and Principles.

Reading: Addison Wesley Publishing Company. Harsuki, (2003). Perkembangan Olahraga Terkini: Kajian Para Pakar. Jakarta:

PT Rajagrafindo Persada. Hoerr, Thomas R., (2007). Buku Kerja Multiple Intelligences: Pengalaman New

City School di St. Louis Missouri dalam Menghargai Aneka Kecerdasan Anak. Terjemahan Ary Nilandari. Bandung: Penerbit Kaifa.

Metzler, Michael W., (2000). Instructional Models for Physical Education.

Boston: Allyn and Bacon. Mosston, Muska, (1991). Teaching Physical Education. Columbus L Bell and

Howell Companies. Nixon, J.E. & Jewett, A.E., (1990). An Introduction to Physical Education.

Philadelphia: Saunders College Publishers. Santrock, John W., (2002). Life-Span Development. Dubuque: W.Mc. Brown

Communications, Inc. Siedentop, D., (1990). Physical Education: Introductory Analysis. Dubuque:

W.Mc. Brown Communications, Inc.

Page 16: HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI: Kolaborasi Aspek Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009 16

Lampiran Power Point Presentasi

HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI:

Kolaborasi Aspek Belajar, Bermain, Dan

Olahraga

Untuk Pengembangan Kecerdasan Majemuk

(Multiple Intelligences)

Oleh:

Agus Kristiyanto

Jurusan POK FKIP UNS

PERTANYAAN BESAR YG

HARUS KITA JAWAB HARI INI

• Pendidikan Jasmani itu

sebuah aktivitas BELAJAR,

BERMAIN, atau

BEROLAHRAGA ? (Hakikat

1)

• Dapatkah Pendidikan

Jasmani Mengembangkan

Kecerdasan Majemuk

(Multiple Intelegences) ?

(Hakikat 2)

ONTOLOGI PENDIDIKAN

JASMANI• Nixon dan Jewett berpendapat bahwa

Pendidikan Jasmani adalah satu fase dari proses pendidikan keseluruhan yang menggunakan kemampuan gerak individu secara sukarela, tetapi bermakna langsung terhadap perkembangan mental, emosional, dan sosial.

• Frost berpendapat bahwa Pendidikan Jasmani adalah bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan yang memberikan sumbangan terhadap perkembangan individu melalui media aktivitas jasmani dan gerak siswa.

Page 17: HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI: Kolaborasi Aspek Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009 17

KARAKTERISTIK SESEORANG

YANG TERDIDIK DALAM

PENDIDIKAN JASMANI• Telah mempelajari berbagai macam

keterampilan yang diperlukan untuk melakukan berbagai aktivitas jasmani

• Segar atau bugar secara jasmaniah,

• Berpartisipasi secara teratur dalam aktivitas jasmani,

• Mengetahui implikasi dan manfaat dari keterlibatannya dalam aktivitas jasmani, dan

• Menghargai aktivitas jasmani dan sumbangannya kepada gaya hidup yang sehat. (The National Association of Physical Education and Sport (NASPE)

DIMENSI BELAJAR

• Membentuk, Merubah, dan Meningkatkan

Kemampuan (Dalam Ranah: Kognitif,

Afektif, Psikomotor, dan Fisik),

Kemampuan yang terbentuk relatif

permanen.

• Mengoreksi (Intervensi) Kemampuan.

• Mengoptimalkan Potensi Bawaan.

DIMENSI BERMAIN

• Manusia pada hakikatnya merupakanmakhluk yang multi-interpretatif: sukamenggunakan alat (Homo Faber), sukabermain (Homo Ludens). Menggunakanalat dan bermain merupakan manifestasidorongan untuk hidup.

• Bermain itu merupakan dasar (instingtif) manusia dalam mengapresiasikan waktuluang yang dimilikinya.

Page 18: HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI: Kolaborasi Aspek Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009 18

DIMENSI OLAHRAGA

• Olahraga adalah pengorganisasiandimensi BERMAIN (Play) sehinggamenjadi bentuk PERMAINAN (Games) yang memiliki sifat KOMPETITIF (Contest) dan diwujudkan dalam ekspresisecara JASMANIAH (Physical).

• Penonjolan Dimensi Olahraga adalahterletak pada Kompetitif, yakni : citius, altius, fortius.

RELASI ANTARA PLAY, GAMES, DAN

SPORTS (Model Allen Guttmann)

PLAY

Spontaneous Organized

(GAMES)

Non Competitive

Competitive (Contest)

Intellectual

Physical (SPORTS)

Page 19: HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI: Kolaborasi Aspek Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009 19

KOLABORASI DIMENSI BELAJAR,

BERMAIN, DAN BEROLAHRAGA

BERMAIN BEROLAHRAGA

BELAJAR

PENDIDIKAN JASMANI

PENJAS, Play, Learning,

Sport• PENJAS – BERMAIN (PLAY): Isi Penjas bukan

bentuk permainan spontan, tetapi bermain yang di-organized menjadi permainan yang bermakna.

• PENJAS – BELAJAR (LEARNING): Penjasmengkondisikan siswa untuk belajar dalam multi ranah, bahkan didesain menuju pengembanganKecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences)

• PENJAS – OLAHRAGA (SPORT): Jika cabangolahraga Bolavoli dipilih sebagai isi kegiatanPenjas, maka bukan berarti pembelajaranpenjas itu mengajar tentang bolavoli, tetapipembelajaran penjas melalui permainan(Games) bolavoli.

BAGAIMANA MULTIPLE INTELLIGENCES

DAPAT DIKEMBANGKAN MELALUI

PENJAS?

• Hasil proses peramuan dimensi

BELAJAR, BERMAIN, DAN OLAHRAGA

memberikan konsekwensi besar bagai

terbentuknya 8 (delapan) komponen

kecardasan majemuk (Multiple

Intellegences).

• Penjas itu pada prinsipnya memilih

kandungan OLAHRAGA, kandungan

BERMAIN, dan kandungan BELAJAR

secara selektif.

Page 20: HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI: Kolaborasi Aspek Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009 20

ONTOLOGI KECERDASAN MAJEMUK

(MULTIPLE INTELLIGENCE)

• Adalah Howard Gardner yang mula pertama menemukan dan mengembangkan Teori Multiple Intelligence atau Kecerdasan Majemuk (KM). Teori KM mengembangkan suatu kriteria yang pragmatis tentang suatu kecerdasan, yaitu bahwa cerdas itu adalah” kemampuan untuk menyelesaikan masalah atau menciptakan suatu produk yang bernilai dalam masyarakat”, artinya bahwa fokus penggunaan kecerdasan berada pada tataran situasi kehidupan nyata. Dengan demikian, kecerdasan yang sebenarnya tentu jauh lebih banyak kriterianya dibandingkan hanya sekedar kecerdasan hasil tes IQ.

KERANGKA FIKIR KECERDASAN

MAJEMUK (MULTIPLE INTELLIGENCES)

• ”Bahwa semua anak sebenarnya memiliki kecerdasan”. Kecerdasan yang dimiliki oleh setiap anak berbeda-beda. Sistem sekolah selama ini hanya menggunakan sebagian kecil indikator kecerdasan untuk menentukan cerdas dan tidaknya anak. Indikator yang digunakan sebatas pada kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika mathematika. Kecerdasan yang lain, seperti kecerdasan musikal, kinestesis tubuh, spasial, naturalis, interpersonal, dan intrapersonal belum terakomodasi secara proporsional dalam sistem persekolahan kita.

Page 21: HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI: Kolaborasi Aspek Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009 21

JENIS KECERDASAN MAJEMUK

(MULTIPLE INTELLIGENCE)

• Gardner mengembangkan Multiple Intelligences

ke dalam 8 (delapan) jenis kecerdasan yang

meliputi:

o Bahasa

o Logika mathematika

o Musikal

o Kinestesis tubuh

o Spasial

o Naturalis,

o Interpersonal

o intrapersonal.

KESIMPULAN

• Pendidikan Jasmani merupakan pendidikanmelalui aktivitas gerak (Physical Activity), rancangan bermain (Play) yang dikemas dalambentuk permainan (Games) yang bersifatPhysical kemudian memiliki makna belajar(Learning) di dalamnya.

• Hasil dari aktivitas tersebut adalah untukmengembangkan Kecerdasan Majemuk(Multiple Intellegences) yang merupakanmanifestasi pencapaian insan yang terdidiksecara Penjas / Melek Penjas (Physical Education Literacy)