bab ii kajian pustaka 2.1 2.1.1 hakikat belajar dan hasil...

15
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar dan Hasil Belajar 2.1.2 Pengertian Belajar Nana (1989) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, sikap, tingkah laku, ketrampilan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. R. Gagne dalam Slameto (2003) memberikan 2 definisi mengenai belajar : Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh melalui interaksi. Slameto (2003) berpendapat : Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Menurut Cronbach di dalam bukunya Educational Psychology (Suryabrata, 2004 : 23) menyatakan bahwa “Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”. Artinya belajar adalah sesuatu yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman. Pernyataan senada juga diutarakan oleh Morgan, di dalam buku Introduction of Psychology (Purwanto, 2007) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, pengertian belajar adalah merupakan perubahan perilaku yang terjadi karena didahului oleh proses pengalaman dan perubahan tersebut bersifat relatif permanen.

Upload: doanquynh

Post on 03-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Hakikat Belajar dan Hasil ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/950/3/T1_292008231_BAB II.pdf · hasil belajar adalah usaha maksimal yang dicapai

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Belajar dan Hasil Belajar

2.1.2 Pengertian Belajar

Nana (1989) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang

ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai

hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti

perubahan pengetahuan, sikap, tingkah laku, ketrampilan, kebiasaan, serta

perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

R. Gagne dalam Slameto (2003) memberikan 2 definisi mengenai

belajar : Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam

pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Belajar adalah

penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh melalui interaksi.

Slameto (2003) berpendapat : Belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungan.

Menurut Cronbach di dalam bukunya Educational Psychology

(Suryabrata, 2004 : 23) menyatakan bahwa “Learning is shown by a change

in behavior as a result of experience”. Artinya belajar adalah sesuatu yang

ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman.

Pernyataan senada juga diutarakan oleh Morgan, di dalam buku

Introduction of Psychology (Purwanto, 2007) menyatakan bahwa belajar

adalah perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi

sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, pengertian belajar adalah

merupakan perubahan perilaku yang terjadi karena didahului oleh proses

pengalaman dan perubahan tersebut bersifat relatif permanen.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Hakikat Belajar dan Hasil ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/950/3/T1_292008231_BAB II.pdf · hasil belajar adalah usaha maksimal yang dicapai

7

2.1.3 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran, umumnya ditunjukkan dengan nilai test

atau nilai yang diberikan oleh guru (Depdiknas, 2005). Menurut Anni (2006)

hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang diperoleh pembelajar

setelah mengalami aktivitas belajar. Sedangkan pengertian hasil belajar

menurut Sukmadinata (2007) adalah realisasi atau pemekaran dari

kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.

Penguasaan hasil belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik

perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan berpikir

maupun ketrampilan motorik. Hasil belajar merupakan kemampuan yang

dapat diukur berupa penguasaan pengetahuan, sikap dan ketrampilan sebagai

hasil dari kegiatan pembelajaran.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (dalam Lina, 2009: 5), hasil belajar

merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari

sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan

mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Dari sisi

guru, adalah bagaimana guru bisa menyampaikan pembelajaran dengan baik

dan siswa bisa menerimanya. Menurut Winkel (dalam Lina 2009:

5),“mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang

telah dicapai oleh seseorang. Sedangkan menurut Arif Gunarso (dalam

Lina, 2009: 5),”hasil belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh

seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar”. Jadi hasil belajar

adalah hasil yang diperoleh seseorang dari proses belajar yang telah

dilakukannya.

Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik

dengan melakukan usaha secara maksimal yang dilakukan oleh seseorang

setelah melakukan usaha-usaha belajar. Hasil belajar biasanya dinyatakan

dalam bentuk nilai. Setelah mengkaji pengertian hasil belajar dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Hakikat Belajar dan Hasil ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/950/3/T1_292008231_BAB II.pdf · hasil belajar adalah usaha maksimal yang dicapai

8

setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan

penting dalam proses pembelajaran.

Nana Sudjana (dalam techonly13, 2009) menyatakan bahwa proses

penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru

tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya

melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat

menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk

keseluruhan kelas maupun individu. Setiap keberhasilan belajar diukur dari

seberapa jauh hasil belajar yang diperoleh siswa. Keberhasilan siswa dalam

mencapai tujuan pengajaran diwujudkan dengan nilai. Nana Sudjana (dalam

techonly13, 2009) menyatakan bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa

adalah sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa, harus

semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa. Proses belajar merupakan

penunjang hasil belajar yang dicapai siswa.

Pemerolehan hasil belajar yang baik akan memberikan kebanggaan

pada diri sendiri, dan orang lain. Untuk itu guna memperoleh hasil belajar

yang baik siswa dihadapkan dengan beberapa faktor yang bisa membuat

siswa mendapatkan hasil belajar yang baik.

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan

belajar yang kondusif, hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa.

Adapun faktor yang mempengaruhinya adalah mendapatkan pengetahuan,

penanaman konsep, keterampilan, dan pembentukan sikap. Menurut Slameto

(2003: 54-72) faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi

dua yaitu: faktor intern meliputi: faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan,

sedangkan faktor ekstern meliputi: faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Faktor-faktor tersebut akan dijelaskan dengan penjelasan sebagai berikut:

1) Faktor-faktor intern

Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri siswa. Faktor intern

ini terbagi menjadi tiga faktor yaitu : faktor jasmaniah, faktor psikologis dan

faktor kelelahan.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Hakikat Belajar dan Hasil ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/950/3/T1_292008231_BAB II.pdf · hasil belajar adalah usaha maksimal yang dicapai

9

a. Faktor jasmaniah

Pertama adalah kesehatan. Sehat yang berarti dalam keadaan baik

segenap badan serta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan

seseorang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Proses belajar

akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu ia akan cepat

lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, mengantuk jika badannya lemah,

kurang darah ataupun ada gangguan fungsi alat indera serta tubuhnya.

Kedua adalah cacat tubuh. Cacat tubuh adalah keadaan kurang baik

atau kurang sempurna mengenai tubuh. Cacat ini dapat berupa : buta, tuli,

patah kaki, patah tangan, lumpuh dan lain-lain. Jika ini terjadi maka belajar

akan terganggu, hendaknya apabila cacat ia disekolahkan di sekolah khusus

atau diusahakan alat bantu agar dapat mengurangi pengaruh kecacatan itu.

b. Faktor psikologis

Ada beberapa faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang

mempengaruhi belajar. Faktor-faktor tersebut adalah: pertama inteligensi

yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang

baru dengan cepat dan efektif, menggunakan konsep-konsep yang abstrak

secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Kedua

perhatian yaitu keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata

tertuju kepada suatu objek atau sekumpulan objek. Ketiga minat adalah

kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa

kegiatan. Keempat bakat yaitu kemampuan untuk belajar. Kemampuan ini

baru akan terealisasi menjadi kecakapan nyata setelah belajar atau berlatih.

Kelima motif harus diperhatikan agar dapat belajar dengan baik harus

memiliki motif atau dorongan untuk berfikir dan memusatkan perhatian saat

belajar. Keenam kematangan adalah suatu tingkat pertumbuhan seseorang.

Ketujuh kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau reaksi. Dari

faktor-faktor tersebut sangat jelas mempengaruhi belajar, dan apabila belajar

terganggu maka hasil belajar tidak akan baik.

c. Faktor kelelahan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Hakikat Belajar dan Hasil ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/950/3/T1_292008231_BAB II.pdf · hasil belajar adalah usaha maksimal yang dicapai

10

Kelelahan seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat

dibedakan menjadi dua macam yaitu: kelelahan jasmani dan kelelahan rohani

(bersifat praktis).

Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul

keinginan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena

kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh sehingga darah tidak

lancar pada bagian-bagian tertentu. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan

adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat untuk menghasilkan sesuatu

menjadi hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala sehingga sulit

untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja.

Kelelahan rohani dapat terjadi terus-menerus karena memikirkan masalah

yang dianggap berat tanpa istirahat, menghadapi suatu hal yang selalu sama

atau tanpa ada variasi dalam mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak

sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya.

Menurut Slameto (2003: 60) kelelahan baik jasmani maupun rohani

dapat dihilangkan dengan cara sebagai berikut: tidur, istirahat, mengusahakan

variasi dalam belajar, menggunakan obat-obat yang melancarkan peredaran

darah, rekreasi atau ibadah teratur, olah raga, makan makanan yang bergizi

yang memenuhi syarat empat sehat lima sempurna.

2 ) Faktor-faktor ekstern

Faktor eksten adalah faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor

ini meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

a. Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa:

cara orang tua mendidik, hubungan antar anggota keluarga, kondisi rumah

tangga dan keadaan ekonomi keluarga. Sebagian waktu seorang siswa berada

di rumah. Oleh karena itu, keluarga merupakan salah satu yang berperan pada

hasil belajar. Oleh sebab itu orang tua harus mendorong, memberi semangat,

membimbing, memberi teladan yang baik, menjalin hubungan yang baik,

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Hakikat Belajar dan Hasil ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/950/3/T1_292008231_BAB II.pdf · hasil belajar adalah usaha maksimal yang dicapai

11

memberikan suasana yang mendukung belajar, dan dukungan baik moril

maupun materil yang cukup.

b. Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini meliputi metode

mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan

siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran,

keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Sekolah adalah

lingkungan kedua yang berperan besar memberi pengaruh pada hasil belajar

siswa. Sekolah harus menciptakan suasana yang kondusif bagi pembelajaran,

hubungan dan komunikasi perorang di sekolah berjalan baik, kurikulum yang

sesuai, kedisiplinan sekolah, gedung yang nyaman, metode pembelajaran

aktif-interaktif, pemberian tugas rumah, dan sarana penunjang cukup

memadai seperti perpustakaan sekolah dan sarana yang lainnya.

c. Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh

terhadap hasil belajar siswa. Pengaruh ini karena keberadaan siswa dalam

masyarakat. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa ini meliputi:

pertama kegiatan siswa dalam mayarakat yaitu misalnya siswa ikut dalam

organisasi masyarakat, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain,

belajar akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur

waktunya. Kedua multi media misalnya: TV, radio, surat kabar, buku-buku,

komik dan lain-lain. Semua itu ada dan beredar di masyarakat. Ketiga teman

bergaul, teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang

kita duga. Teman bergaul yang baik akan memberi pengaruh yang baik

terhadap diri siswa begitu sebaliknya. Contoh teman bergaul yang tidak baik

misalnya suka begadang, perokok, keluyuran minum-minum, lebih-lebih

pemabuk, penjinah, dan lain-lain. Keempat bentuk kehidupan masyarakat.

Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh pada hasil belajar

siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar,

penjudi, suka mencuri, dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik akan

berpengaruh jelek kepada siswa yang tinggal di situ.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Hakikat Belajar dan Hasil ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/950/3/T1_292008231_BAB II.pdf · hasil belajar adalah usaha maksimal yang dicapai

12

Melalui penjelasan faktor intern dan ekstern yang mempengaruhi

hasil belajar. Faktor intern dan ekstern akan sangat mempengaruhi hasil

belajar, dan untuk memperoleh hasil belajar yang baik atau memuaskan,

maka siswa harus memperhatikan faktor-faktor inten dan ekstern.

Jadi berdasarkan mengenai beberapa pendapat para ahli diatas tentang

belajar dan hasil belajar, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha

yang dilakukan sesoerang dengan secara sadar dan terencana untuk

memperoleh suatu pengalaman tertentu.

2.1.5 Model Pembelajaran Make-A Match

Model pembelajaran menurut Joyce & Weil adalah suatu rencana atau

pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana

pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajara, dan

membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain (Joyce & Weil, 1980:1).

Sedangkan model Make-A Match merupakan model pembelajaran aktif,

kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM), yaitu pembelajaran kooperatif

(Cooperatif Learning) yang mengutamakan kerja sama dan kecepatan di

antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda-beda dengan model

pembelajaran langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif

dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, juga efektif untuk

mengembangkan ketrampilan sosial siswa. Robert Slavin (dalam Rusman)

berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami

konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan

bahwa model pembelajaran kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian

siswa pada belajar akademik, dan perubahan norma yang berhubungan

dengan hasil belajar. Dalam banyak kasus, norma budaya yaitu budaya anak

muda sebenarnya tidak menyukai siswa-siswa yang menonjol secara

akademis. Robert Slavin dan pakar lain telah berusaha untuk mengubah

norma ini melalui penggunaan pembelajaran kooperatif.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Hakikat Belajar dan Hasil ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/950/3/T1_292008231_BAB II.pdf · hasil belajar adalah usaha maksimal yang dicapai

13

Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar,

pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa

kelompok bawah maupun kelompok atas bekerja sama menyelesaikan tugas-

tugas akademik, siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa

kelompok bawah. Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah

untuk mengajarkan kepada siswa ketrampilan kerja sama dan kolaborasi.

Ketrampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di mana

banyak kerja orang dewasa sebagian dilakukan dalam organisasi yang saling

bergantung satu sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin

beragam. Sementara itu banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang

dalam ketrampilan sosial. Situasi ini dibuktikan dengan begitu sering

pertikaian kecil antara individu dapat mengakibatkan tindak kekerasan atau

betapa sering orang menyatakan ketidakpuasan pada saat diminta untuk

bekerja dalam situasi kooperatif.

Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja.

Namun siswa juga harus mempelajari ketrampilan-ketrampilan khusus yang

disebut ketrampilan kooperatif. Ketrampilan kooperatif ini berfungsi untuk

melancarkan hubungan, kerja dan tugas. Peranan kerja dapat dibangun

dengan mengembangkan komunikasi antara anggota kelompok sedangkan

peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok

selama kegiatan.Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam

pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif, pelajaran dimulai

dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa belajar.

Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, seringkali dengan bahan bacaan

daripada secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam kelompok

belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama

untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran

kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi

tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap

usaha-usaha kelompok maupun individu. (Ahmadi, 2010) model

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Hakikat Belajar dan Hasil ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/950/3/T1_292008231_BAB II.pdf · hasil belajar adalah usaha maksimal yang dicapai

14

pembelajaran ini memiliki ciri-ciri yaitu untuk menuntaskan materi

belajarnya, siswa belajar dalam kelompok atau bersama siswa lain.

Model pembelajaran Make-A Match (mencari pasangan) merupakan

strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh Lorna Curran (1994).

Sebagaimana model yang lain, model ini merupakan model pembelajaran

berkelompok (learning community). Model ini dapat membangkitkan

semangat siswa dengan mengikutsertakan peserta didik untuk aktif dalam

proses pembelajaran. Pembelajaran kelompok dalam Make-A Match ada dua

kelompok yaitu kelompok pemegang masalah dan kelompok pemegang

jawaban. Make-A Match dapat dilakukan untuk semua mata pelajaran dan

pada semua tingkat pendidikan mulai dari SD sampai SMA. Persiapan awal

yang harus dilakukan dalam model pembelajaran ini guru harus

memberitahukan apa saja yang harus dipelajari pada pertemuan selanjutnya.

Dengan demikian siswa mempunyai modal awal dalam pembelajaran.

Dengan modal awal materi pelajaran maka proses diskusi dalam

pembelajaran Make-A Match dapat berlangsung dengan baik.

Secara rinci model pembelajaran Make-A Match mempunyai langkah-

langkah sebagai berikut :

1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik

yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu

jawaban. Kartu-kartu ini harus dirancang sedemikian rupa sehingga kartu

menarik perhatian siswa. Kita dapat menggunakan gambar kartun, atau

gambar dari majalah, internet atau sumber lain sebagai materi. Guru dapat

menyiapkan tulisan-tulisan dalam kartu yang dirancang sedemikian rupa

sehingga mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa. Tentukan bahasa yang

digunakan harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan. Jika materi ada

kaitannya dengan gambar, bagan, skema, dibuat sedemikian rupa jelas. Materi

juga dibuat dalam bentuk pertanyaan atau soal, yang berkaitan dengan

tuntutan SK atau KD yang telah ditentukan.

1) Setiap siswa mendapat satu buah kartu Sebelum kartu dibagikan kita

harus mengelompokkan siswa menjadi beberapa bagian kelompok yaitu yang

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Hakikat Belajar dan Hasil ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/950/3/T1_292008231_BAB II.pdf · hasil belajar adalah usaha maksimal yang dicapai

15

memegang kartu permasalahan atau soal dan kelompok yang memegang

kartu jawaban. Setiap kelompok ini dikelompokkan lagi sesuai dengan

kemampuan dan tingkat kesulitan masalah yang dihadapi. Siswa yang

berkemampuan tinggi akan dibagikan kartu dengan tingkat kognitif yang

lebih tinggi, demikian juga sebaliknya. Pembagian kartu harus dibuat secara

acak tetapi teratur sesuai dengan tingkatan masing-masing.

2) Tiap siswa memikirkan jawaban / soal dari kartu yang dipegang. Pada

saat kartu dibagikan, beri mereka waktu antara 10 menit sampai dengan 15

menit untuk memikirkan permasalahan dan jawaban masing-masing dari

kartu yang mereka pegang. Mereka dapat mendiskusikannya dengan anggota

kelompok sesama pemegang kartu, mencarinya di buku, internet, peta, globe,

kamus, catatan atau sumber belajar lain yang digunakan pada saat itu.

Berikan kesempatan agar semua dapat memikirkan soal dan jawaban pada

setiap permasalahan yang ada.

3) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok

dengan kartunya (soal / jawaban)

Setelah persoalan dipecahkan, peserta saling mencari pasangan. Agar tidak

terjadi kekacauan dapat dicari secara bergiliran dengan memberikan

kesempatan satu persatu kepada siswa untuk membacakan soal atau

permasalahan atau materi, setelah itu dapat mencari pasangan masing-masing.

Waktu pencarian diberikan waktu misalkan ada 10 persoalan maka diberi

point 10 sampai dengan 1. Siswa yang menemukan pasangan pada 1 menit

pertama diberi skor 10, 2 menit pertama diberi skor 9 dan seterusnya sampai

dengan 10 menit terakhir. Atau dapat juga setiap peserta yang menemukan

pasangan diberi skor 1.

4) Setiap siswa atau anggota kelompok yang dapat mencocokkan hasilnya

sebelum batas waktu dan jumlah ketepatan dalam memasangkan kartu yang

paling banyak diberi point.

Point dapat diberikan sesuai dengan metode di atas, dengan memberikan skor

secara bertingkat atau dengan memberikan skor 1 atau 0. Siswa yang dapat

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Hakikat Belajar dan Hasil ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/950/3/T1_292008231_BAB II.pdf · hasil belajar adalah usaha maksimal yang dicapai

16

menemukan pasangan sesuai dengan waktu yang diberikan diberi skor 1 dan

yang tidak berhasil menemukan jawaban diberi skor 0.

5) Setelah satu babak kartu dikocok lagi atau bertukaran antar angota

kelompok agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.

6) Demikian seterusnya, lakukan secara berulang sampai waktu

pembelajaran selesai. Siapa saja yang menjadi juara berilah mereka

apresiasi, agar di lain kesempatan lebih baik. Berilah motivasi bagi yang

belum berhasil.

7) Mengambil kesimpulan/penutup

Setelah selesai buatlah kesimpulan bersama-sama.

Model pembelajaran Make-A Match merupakan strategi yang cukup

menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan

sebelumnya. Namun demikian materi barupun tetap bisa diajarkan

menggunakan model pembelajaran Make-A Match, dengan catatan peserta

didik diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu,

sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan.

(Hisyam Zain, 2008).

Dan perbedaan antara model Make-A Match dengan kooperatif adalah

dimana dalam model Make-A Match itu lebih fokus pada pelaksanaan

kegiatan belajarnya siswa di suruh atau diarahkan untuk mencari pasangan

kartu soal dan jawaban tanpa harus membuat kelompok pun bisa dilakukan.

Sedangkan model kooperatif yaitu, dimana pelaksanaan belajar siswa

lebih ditekankan untuk membentuk kelompok terlebih dahulu untuk

menyelesaikan soal maupun materi secara bersama-sama siswa lain yang

merupakan bagian dari kelompok masing-masing yang sudah ditentukan.

2.2 Kerangka Berfikir

Selama ini proses pembelajaran matematika di SD Negeri Mangunsari

04 belum mendapatkan perhatian secara khusus. Guru masih menggunakan

pendekatan konvensional yaitu hanya dengan menggunakan metode ceramah

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Hakikat Belajar dan Hasil ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/950/3/T1_292008231_BAB II.pdf · hasil belajar adalah usaha maksimal yang dicapai

17

saja secara langsung menyuruh siswa mengerjakan. Hal ini mengakibatkan

siswa pasif dan kurang semangat mengikuti KBM (kegiatan belajar

mengajar). Serta hasil belajar siswa dalam mengerjakan soal pun masih

sangat rendah. Siswa yang belum mencapai KKM ( kriteria ketuntasan

minimal) yang sudah ditentukan 65% belum memenuhi KKM, sedangkan

yang memenuhi KKM hanya 35 % dari 65 KKM dengan jumlah keseluruhan

37 siswa.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Hakikat Belajar dan Hasil ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/950/3/T1_292008231_BAB II.pdf · hasil belajar adalah usaha maksimal yang dicapai

18

Skema Kerangka Berpikir

2.3 Hipotesa Penelitian

Berdasarkan teori – teori di atas dapat diambil suatu hipotesis bahwa

penggunaan model Make-A Macth dapat meningkatkan hasil belajar siswa

dalam pembelajaran Matemátika Kelas V di SD Negeri Mangunsari 04 pada

materi pokok Operasi Hitung Pecahan.

Siswa :

Banyak siswa yang

mendapat nilai di

bawah KKM

KONDISI

AWAL

Menggunakan

model Make-A

Match.

Guru : Belum

menggunakan

model Make-A

Match.

Siklus I

Menggunakan

model Make-A

Match.

TINDAKAN

Siklus II

Menggunakan model

Make-A Match.

KONDISI

AKHIR

Diduga Penggunakan model Make-A Match dapat

meningkatkan hasil belajar siswa Kelas V SD

Negeri Mangunsari 04 Salatiga mata pelajaran

Matematika Pada materi Pokok Operasi Hitung

Pecahan.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Hakikat Belajar dan Hasil ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/950/3/T1_292008231_BAB II.pdf · hasil belajar adalah usaha maksimal yang dicapai

19

2.4 Kajian Penelitian yang Relevan

Endah Sry Wulandari (2009). dalam penenlitiannya “Pengaruh

Model Make-A Match Pada Mata Pelajaran IPA Dengan Sub Pokok Bahasan

Struktur dan Bagian-Bagian Telinga. Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Kelas IV SD Negeri Kesepuhan 05 Kecamatan Jepon Kabupaten

Blora”. Dalam hasil penelitianny menyimpulkan bahwa pembelajaran model

Make-A Match dapat meningkatkan keaktifan serta semangat siswa di dalam

kelas dalam proses pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran model Make-A

Match juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA

tentang Struktur dan Bagian-Bagian Telinga siswa kelas IV SD Negeri

Kesepuhan 05 Kecamatan Jepon Kabupaten Blora. Rata – rata hasil belajar

pada pelkasanaan siklus 1 sebesar 70 dengan KKM yang ditentukan yaitu 65,

dan pada pelaksanaan siklus 2 mengalami peningkatan yang sangat signifikan

yaitu dengan rata – rata sebesar 85 dengan ketuntasan sebesar 95%. Dengan

demikian siswa kelas IV SD Negeri Kesepuhan 05 mengalami peningkatan

hasil belajar pada mata pelajaran IPA tentang Struktur dan Bagian-Bagian

Telinga. Simpulan penelitian ini adalah bahwa penerapan model

pembelajaran Make-A Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam

mata pelajaran IPA kelas IV semester 2 di SD Negeri Kesepuhan 05

Kecamatan Jepon Kabupaten Blora.

Bagus Edi Rosanto (2010). dalam penenlitiannya “Penerapan Model

Make-A Match Pada Mata Pelajaran IPS Tentang Keadaan Alam Indonesia

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri Semanggi 02

Kecamatan Jepon Kabupaten Blora”. Menyimpulkan bahwa pembelajaran

model Make-A Match dapat meningkatkan keaktifan siswa di dalam kelas

dalam proses pembelajaran IPS. Pembelajaran model Make-A Match dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS tentang keadaan

alam Indonesia siswa kelas V SD Negeri Semanggi 02 Kecamatan Jepon

Kabupaten Blora. Rata – rata hasil belajar pada siklus 1 sebesar 70,83 dengan

KKM 65 mencapai 66,66% dan pada siklus 2 mengalami peningkatan dengan

rata – rata sebesar 80 dengan ketuntasan sebesar 100%. Dengan demikian

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Hakikat Belajar dan Hasil ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/950/3/T1_292008231_BAB II.pdf · hasil belajar adalah usaha maksimal yang dicapai

20

siswa kelas V SD Negeri Semanggi 02 mengalami peningkatan hasil belajar

pada mata pelajaran IPS tentang keadaan alam Indonesia. Simpulan penelitian

ini adalah bahwa penerapan model pembelajaran Make-A Match dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS kelas V semester

1 di SD Negeri Semanggi 02 Kecamatan Jepon Kabupaten Blora.