bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 hakikat ilmu pengetahuan...

16
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa inggris „Science‟, Trianto (2010:136). Kata „science‟ sendiri berasal dari kata dlam Bahasa Latin „Scientia‟ yang berarti tahu. Menurut Jujun Suriasumantri dalam Trianto (2010) dalam perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang bearti Ilmu Pengetahuan Alam saja. Walaupun pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan etimologi. Menurut Wahyana dalam Trianto (2010) IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik dan dalam pengguanaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Menurut Fowler dalam Trianto (2010) IPA merupakan pengetahuan sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut penulis menyimpulkan IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. 2.1.2. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Tujuan mata pelajaran IPA dalam Trianto (2010:143) adalah sebagai berikut: 1. Kesadaran akan keindahan dan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2. Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep, fakta yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan dan hubungan antara sains dan teknologi.

Upload: vuongdat

Post on 11-Apr-2018

229 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13029/2/T1... ·  · 2017-11-176 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan

atau sains yang semula berasal dari bahasa inggris „Science‟, Trianto (2010:136).

Kata „science‟ sendiri berasal dari kata dlam Bahasa Latin „Scientia‟ yang berarti

tahu. Menurut Jujun Suriasumantri dalam Trianto (2010) dalam perkembangannya

science sering diterjemahkan sebagai sains yang bearti Ilmu Pengetahuan Alam

saja. Walaupun pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan etimologi.

Menurut Wahyana dalam Trianto (2010) IPA adalah suatu kumpulan

pengetahuan tersusun secara sistematik dan dalam pengguanaannya secara umum

terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh

adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.

Menurut Fowler dalam Trianto (2010) IPA merupakan pengetahuan

sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala alam.

Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh

adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut penulis menyimpulkan IPA

merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan

penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.

2.1.2. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Tujuan mata pelajaran IPA dalam Trianto (2010:143) adalah sebagai

berikut:

1. Kesadaran akan keindahan dan dan keteraturan alam untuk

meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2. Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep,

fakta yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan dan hubungan

antara sains dan teknologi.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13029/2/T1... ·  · 2017-11-176 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian

7

3. Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan,

memecahkan masalah, dan melakukan observasi.

4. Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritis, sensitive, obyektif, jujur,

terbuka,benar dan dapat bekerja sama.

5. Kebiasaan mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan

deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk

menjelaskan berbagai peristiwa alam.

6. Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari keindahan

alam dan segala keteraturanya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 ruang

lingkup mata pelajaran IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,

tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2. Benda/ materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan

gas

3. Energi dan perubahannya, yang meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet,

listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan

benda-benda langit lainnya.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

mengajarkan IPA mempunyai tujuan untuk menanamkan sikap ilmiah

pada siswa dan nilai positif melalui proses ipa dalam memecahkan

masalah.

2.1.3. Hasil Belajar

Menurut Illeris dan Ormorod dalam Suyono (2011:11) hasil belajar

merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu siswa dan guru. Dari sisi

siswa merupakan tingkat perkembangan mental tersebut pada jenis-jenis ranah

kognitif, efektif dan psikomotor. Sedangkan dari guru hasil belajar merupakan

tercapainya tujuan pelajaran. Menurut Wordworth dalam Dimyanti (2009) hasil

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13029/2/T1... ·  · 2017-11-176 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian

8

belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar.

Hasil belajar tersebut terjadi terutama saat evaluasi dan kemampuan aktual yang

diukur langsung.

Menurut Sudjana, N (2011:22) hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Horwoks Kingsley dalam Sudjana, N (2011) membagi hasil belajar siswa kedalam

3 macam yaitu: keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan penelitian, sikap

dan cita-cita. Menurut Gagne dalam Sudjana, N (2011) membagi 5 kategori hasil

belajar yaitu: Informasi Verbal, Keterampilan intelektual, Strategi Kognitif, Sikap,

Keterampilan Motoris. Sedangkan menurut Benyamin Bloom yang secara garis

besar membagi hasil belajar kedalam tiga ranah yaitu: Kognitif, Afektif, dan

Psikomotoris.

Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima

pengalaman belajar yang diiringi oleh perubahan tingkah laku dan memiliki ranah

kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar tersebut digunakan guru untuk

mengukur kemampuan siswa dalam proses belajar.

Menurut peneliti hasil belajar yang dimaksud adalah hasil yang diperoleh

siswa dalam mengikuti proses belajar dalam suatu materi yang berupa data angka/

hasil tes. Hasil belajar akan diperoleh pada kegiatan akhir yang diisi dengan

pemberian evaluasi siswa dan dilakukan dalam kelas. Pengambilan hasil belajar

digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan belajar dan menunjukkan kompetensi

siswa melalui pengadaan tes bagi siswa.

2.1.4. Pengukuran Hasil Belajar IPA

Menurut Allen dan Yen dalam Wardani, N.S, dkk (2012:49) pengukuran

adalah penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan

individu. Untuk menetapkan angka dalam pengukuran perlu instrumen. Instrumen

dalam dunia pendidikan meliputi tes, lembar observasi, panduan wawancara, skala

sikap dan angket.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13029/2/T1... ·  · 2017-11-176 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian

9

Tes adalah salah satu instrumen atau alat pengukuran yang paling banyak

dipergunakan untuk mengetahui kemampuan intelektual seseorang. Menurut

Suryanto Adi dalam Wardani, N.S, dkk (2012) tes adalah seperangkat pertanyaan

atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait atau sifat

atau atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban

atau ketentuan yang dianggap benar.

Menurut Sudjana, N (2011) penilaian hasil belajar merupakan proses

pemberian nilai terhadap hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu.

Teknik penilaian atau penetapan angka terhadap siswa dapat dilakukan dengan

beberapa teknik baik berupa proses belajar maupun hasil belajar.

Menurut Wardani, N.S, dkk (2012:79) teknik penilaian dapat dikelompokan

menjadi 2, yaitu teknik tes dan non tes:

1. Tes

Teknik tes terdiri dari tes lisan, tes tulisan dan tes tindakan. Tes

lisan menuntut jawaban secara lisan, tes tulisan menuntut jawaban

secara tulisan, sedangkan tes tindakan menuntut jawaban secara

tindakan atau perbuatan.

2. Non tes

Teknik non tes berbentuk unjuk kerja, penugasan, tugas individu,

tugas kelompok, laporan, responsi/ ujian praktik dan portofolio.

Menurut Wardani, N.S, dkk (2012:72,73) dilihat dari tujuannya dalam

bidang pendidikan, tes dapat dibagi menjadi 7 yaitu:

1) Tes Kecepatan (Speed Test)

Tes ini bertujuan untuk mengakses peserta tes dalam hal kecepatan

berpikir atau keterampilan, baik yang bersifat spontanitas (logik)

maupun hapalan dan pemahaman dalam mata pelajaran yang

dihayati.

2) Tes Kemampuan (Power Test)

Tes ini bertujuan untuk mengakses peserta tes dalam

mengungkapkan kemampuan nya (dalam bidang tertentu) dengan

tidak dibatasi secara ketat oleh waktu yang disediakan.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13029/2/T1... ·  · 2017-11-176 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian

10

3) Tes hasil belajar (Achivement Test)

Tes ini dimaksudkan untuk mengakses hal yang telah diperoleh

dalam suatu kegiatan seperti Tes Hasil belajar (THB), Tes Harian

(formatif), dan Tes Akhir Semester (sumatif).

4) Tes kemajuan belajar (Gains/ Achievement)

Disebut juga dengan tes perolehan. Tes ini untuk mengetahui

kondisi awal testi sebelum pembelajaran dan kondisi akhir testi

setelah pembelajaran.

5) Tes Diagnotis (Diagnotic Test)

Tes yang dilakukan untuk mendiaknosis atau mengidentifikasi

kesukaran-kesukaran dalam belajar, mendeteksi faktor-faktor yang

menyebabkan terjadinya kesukaran belajar, dan menetapkan cara

mengatasi kesukaran atau kesulitan dalam belajar.

6) Tes Formatif

Tes hasil belajar yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana

kemajuan belajar yang telah dicapai oleh peserta didik dalam suatu

program pembelajaran.

7) Tes Sumatif

Tes yang ditujukan untuk mengetahui penguasaan peserta didik

terhadap sekumpulan materi pelajaran (pokok bahasan) yang telah

dipelajari.

Menurut Wardani, N. S, dkk (2012:145,146) berbagai bentuk instrumen

penilaian:

Tabel 2.1 Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen

Teknik Penilaian Bentuk Instrumen

1. Tes Tertulis 1. Tes Pilihan : Pilihan Ganda, Benar

Salah, dan Menjodohkan.

2. Tes Isian : Isian Singkat dan Uraian

2. Tes Lisan Daftar Pertanyaan

3. Tes Prakti (Kinerja) 1. Tes Identifikasi

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13029/2/T1... ·  · 2017-11-176 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian

11

2. Tes Simulasi

3. Tes Uji Petik Kinerja

4. Penugasan Individual atau Kelompok 1. Pekerjaan Rumah

2. Projek

5. Penilaian Portofolio Lembar penilaian portofolio

6. Jurnal Buku catatan jurnal

7. Penilaian Diri Kusioner/ lembar penilaian diri

8. Penilaian Antar Teman Lembar penilaian antar teman

2.1.5. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Isjoni (2011:22) Pembelajaran kooperatif berasal dari kata “

kooperatif” yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling

membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Pembelajaran

kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil,

siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai kepada pengalaman belajar yang

berkelompok pengalaman individu maupun pengalaman kelompok ( Davidson

dan Warsham dalam Isjoni 2011:27).

Menurut Suprijono, Agus (2009: 54) Pembelajaran kooperatif adalah

konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk

yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Menurut Effendi Zakaria

(dalam Isjoni 2011:21) pembelajaran kooperatif dirancang bagi tujuan melibatkan

pelajar secara aktif dalam proses pembelajaran menerusi perbincangan rekan-

rekan dalam kelompok kecil.

Menurut Trianto (2014:108) Pembelajaran kooperatif merupakan model

pembelajaran bersama dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa

yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras/ suku,

yang berbeda (heterogen) yang saling membantu.

Dari beberapa pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa

pembeajaran kooperatif tidak hanya belajar dalam kelompok tetapi pembelajaran

kooperatif ini menekankan pada strategi belajar dengan beberapa jumlah siswa

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13029/2/T1... ·  · 2017-11-176 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian

12

sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda dalam

menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota kelompok harus saling

bekerjasama dan saling membantu guna mencapai tujuan dalam pembelajaran.

Dalam pembelajaran kooperatif ini dikatakan belum selesai jika jika salah satu

teman dalam kelompok belum menguasai bahan belajar.

2.1.6. Tujuan pembelajaran Kooperatif

Menurut Isjoni (2011:40) Tujuan penting pembelajaran Kooperatif adalah

mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerjasama dan kolaborasi.

Keterampilan ini penting untuk dimiliki oleh para siswa sebagai warga

masyarakat, bangsa dan negara, karena mengingat kenyataan yang dihadapi

bangsa ini dalam mengatasi masalah-masalah sosial yang semakin kompleks serta

tantangan bagi peserta didik supaya mampu dalam menghadapi persaingan global.

Dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya mepelajari materi saja, namun

siswa harus mempelajari keterampilan-keterampilan kooperatif. Keterampilan

kooperatif ini berfungsi untuk memperlancarkan hubungan kerja dan tugas.

Hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar

anggota kelompok, sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas

antar anggota kelompok selama proses belajar.

2.1.7. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif

Menurut Jhonson & Jhonson dan Sutton (Trianto 2009:60-61) terdapat

lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu:

1. Saling ketergantungan positif antara siswa.

Menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas

sedemikian rupa sehingga setiap anggota harus menyelesaikan tugasnya

sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan.

2. Tanggung jawab individual.

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur pertama. Jika tugas dan

pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperative

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13029/2/T1... ·  · 2017-11-176 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian

13

Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan

yang terbaik.

3. Tatap muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan

berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk

membentuk kelompok yang menguntungkan semua anggota. Hasil

pemikiran anggota satu dengan anggota yang lebih banyak akan

menguntungkan kelompok.

4. Interaksi antara siswa yang semakin meningkat/ komunikasi antar anggota

Unsur ini menghendaki para siswa dibekali dengan berbagai keterampilan

berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar

perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Karena tidak semua siswa

mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara.

5. Evaluasi proses kelompok

Pengajaran perlu membuat jadwal khusus bagi kelompok untuk

mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil belajar.

Unsur pembelajaran kooperatif diatas tidak dapat tercapai jika hanya

menggunakan model pembelajaran konvensional tampa melibatkan siswa aktif.

Pembelajaran kooperatif menekankan siswa aktif berdiskusi dengan kelompok,

untuk mencapai unsr-unsur tersebut guru harus dapat menciptakan kondisi dan

situasi belajar yang aktif, kreatif dan menyenangkan sehingga siswa aktif

menemukan dan mengembangkan pengetahuannya.

2.1.8 Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

2.1.8.1 Pengertian Numbered Heads Together (NHT)

Menurut Djamarah,S.B (2010) Numbered Heads Together (NHT) pertama

kali dikembangkan oleh Spencer Kagan, pembelajaran ini memberikan

kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan

mempertimbangkan jawaban yang paling tepat dan mendorong siswa untuk

meningkatkan kerjasama siswa antar kelompok. Dalam Huda, Mifhaful

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13029/2/T1... ·  · 2017-11-176 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian

14

(2013:203) Numbered Heads Together (NHT) merupakan varian dari diskusi

kelompok.

Menurut Trianto (2009:82) Numbered Heads Together (NHT) atau

Penomoran berpikir bersama adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang

untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur

kelas tradisional. Menurut Slavin dalam Huda, Miftahahul (2013:203) Numbered

Heads Together (NHT) yang dikembangkan oleh Russ Frank ini cocok untuk

memastikan akuntabilitas individu dalam diskusi kelompok. Pembelajaran ini

selain untuk meningkatkan kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok

kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang ditentukan. Tujuan

dibentuk kelompok untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar terlibat

secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan-kegiatan belajar. Dalam

pembelajarn ini berpusat pada siswa, dan berdiskusi untuk memecahkan masalah.

Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada

struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan

memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Berdasarkan uraian

diatas yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang dibagi dalam kelompok-

kelompok kecil, dimana setiap kelompok masing-masing mempunyai nomor,

kemudian siswa yang mempunyai nomor tersebut akan dipanggil secara acak

oleh guru untuk menjawab pertanyaan.

2.1.8.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Untuk melakukan pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Huda,

Miftahul (2013:203) menjelaskan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Siswa dibagi dalam kelompok. Masing-masing siswa dalam kelompok

diberi nomor.

2. Guru memberi tugas/ pertanyaan pada masing-masing kelompok untuk

mengerjakannya.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13029/2/T1... ·  · 2017-11-176 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian

15

3. Setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban yang

dianggap paling tepat dan memastikan semua anggota mengetahui

jawaban tersebut.

4. Guru memanggil salah astu nomor secara acak. Siswa dengan nomor yang

dipanggil mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi kelompok mereka.

Adapun sintaks pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) menurut

Spenser kagan (dalam Trianto 2009:82).

Ada empat (4) Sintaks Pembelajaran Numbered Heads Together :

a. Fase I : Penomoran

Dalam Fase ini, Guru membagi siswa kedalam kelompok 3-5 orang dan

kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.

b. Fase 2 : Mengajukan Pertanyaan

Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat

bervariasi.pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat

tanya. Misalnya : “Berapakah jumlah gigi orang dewasa? atau berbentuk

arahan, misalnya : “pastikan setiap orang mengetahui 5 buah ibu kota

provinsi yang terletak di pulau sumatera.”

c. Fase 3 : Berpikir Bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan

meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.

d. Fase 4 : Menjawab

Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya

sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab

pertanyaan untuk seluruh kelas.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut terdapat persamaan pada

langkah-langkah pembelajaran metode Numbered Heads Together (NHT) yang

dikemukakan Huda, Miftahul (2013:203) dan Spenser Kagan dalam Trianto

(2009:82) yaitu siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap siswa diberi

nomor dan beberapa kelompok harus berdiskusi dan mencari jawaban yang benar.

Guru memanggil nomor siswa dan nomor yang dipanggil harus mempresentasikan

hasil kerja kelompok.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13029/2/T1... ·  · 2017-11-176 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian

16

Dari sintaks pembelajaran diatas, dalam penelitian ini peneliti akan

memakai sintaks pembelajaran yang disampaikan oleh Spenser Kagan (dalam

Trianto 2008), untuk meningkatkan hasil belajar IPA.

2.1.8.3. Kelebihan dan Kekurangan Numbered Heads Together (NHT)

Number Heads Together (NHT) mempunyai kelebihan dan kekurangan

sebagaimana dikemukakan oleh Suwarno (2010) bahwa Numbered Heads

Together (NHT) memiliki kelebihan dan kelemahan sebagai berikut:

Kelebihan Numbered Head Together (NHT):

1. Terjadinya interaksi antara siswa melalui diskusi/ siswa secara bersama-

sama menyelesaikan masah yang dihadapi.

2. Siswa pandai maupun siswa lemah sama-sama memperoleh aktivitas

belajar kooperatif.

3. Dengan bekerja secara kooperatif dengan bekerja secara kooperatif,

memungkinkan pengetahuan siswa akan menjadi lebih besar untuk siswa

dapat sampai pada tujuan.

4. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan

keterampilan bertanya, berdiskusi dan mengembangkan bakat

kepemimpinan.

Kekurangan Numbered Heads Together (NHT)

1. Siswa yang pandai cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan

sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah.

2. Proses diskusi bisa berjalan lancar jika ada siswa yang sekedar menyalin

pekerjaan siswa yang pandai tampa memiliki pemahaman yang memadai.

3. Pengelompokan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang

berbeda serta membutuhkan waktu khusus.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13029/2/T1... ·  · 2017-11-176 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian

17

2.1.8.4 Penerapan pembelajaran tipe Number Heads Together (NHT) IPA di

SD

Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Heads Together (NHT) menurut Huda, Miftahul (2013) dan Spenser kagan

(dalam Trianto, 2009) adapun tahapan-tahapan dalam pelaksanaan pembelajaran

IPA dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Heads

Together (NHT) dapat dirumuskan sebagai berikut:

Tabel 2.2

Kegiatan Deskripsi

1 1. Menyiapkan kelas

2. Siswa dibentuk menjadi kelompok yang heterogen

berdasarkan akademis, gender maupun suku

3. Setiap kelompok masing-masing mendapat nomor

2 1. Menjelaskan materi secara singkat

2. Memberi pertanyaan pada setiap kelompok

3. Siswa bersama kelompok berdiskusi mencari jawaban yang

tepat

4. Guru berkeliling untuk mebantu siswa yang memerlukan

bantuan

3 1. Kegiatan interaksi antar siswa dan guru dengan memberikan

penjelasan dan menyimpulkan materi bersama-sama

2. Kegiatan evaluasi, pada kegiatan ini siswa diberikan soal

evaluasi untuk dikerjakan secara individu sebagai tolak ukur

pemahaman siswa terhadap materi

3. Setelah kegiatan evaluasi selesai pembelajaran ditutup

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13029/2/T1... ·  · 2017-11-176 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian

18

2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan telah dilakukan oleh Isyuarnisih, A pada

tahun 2011/2012 dengan judul “Upaya meningkatkan hasil belajar kognitif dan

afektif pada mata pelajaran IPA melalui penerapan model pembelajaran

Numbered Heads Together (NHT) pada siswa kelas V sekolah dasar negeri 03

ngumbul kecamatan todanan kabupaten blora tahun pelajajaran 2011/2012.

Adapun hasil belajar pada kondisi awal siswa yang tuntas ada 8 orang dengan

persentase 33,33% dan siswa yang tidak tuntas ada 16 orang dengan persentase

66,67%, pada siklus I ada peningkatan hasil belajar yaitu ada 22 orang dengan

persentase 91,67% tuntas dan 2 orang dengan pesentase 8,33% tidak tuntas

sedangkan pada siklus II semua siswa yang terdiri dari 22 siswa tuntas 100%.

Sejalan dengan penelitian ini, Winarti, Y pada tahun 2011/2012 dengan

judul “Penggunaan Metode Numbered Heads Together (NHT) Untuk

Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri

Banyumundul 02 Kabupaten Wonosobo Semester II Tahun Pelajaran

2011/2012”. Adapun hasil belajar pada siklus I hasil belajar siswa dibawah

KKM 65 ada 15 orang dengan persentase 46,87% tidak tuntas dan hasil belajar

siswa diatas KKM 65 ada 17 siswa dengan persentase 53,33% tuntas pada siklus

II semua siswa dengan jumlah 36 orang tuntas 100%.

Dari hasil penelitian diatas, peneliti mendapat gambaran untuk melakukan

penelitian dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Heads Together (NHT) untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD

Negeri Salatiga 09.

2.3. Kerangka Berpikir

Penelitian ini dilakukan dalam rangka untuk memperbaiki hasil

pembelajaran IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Salatiga 09. Fakta yang

ditemui mengenai suasana pembelajaran pada siswa disekolah ini adalah bahwa

guru masih mendominasi pembelajaran. Akibatnya siswa kurang termotivasi

dalam pelajaran IPA dan Hasil Belajarnya pun menjadi rendah. Penelitian ini

memilih pendekatan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan dua siklus,

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13029/2/T1... ·  · 2017-11-176 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian

19

dengan pemikiran bahwa evaluasi pada siklus I akan menjadi catatan untuk

dijadikan masukan pada siklus II. Namun demikian pada uji coba pembelajaran

dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together tetap

dilanjutkan hingga tercapai kriteria KKM yaitu ≥70.

Pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

dipilih berdasarkan situasi subjek penelitian yaitu siswa kelas IV. Pada usia ini

rasa ingin tahu siswa lebih tinggi, bisa bekerjasama dan berdiskusi kelompok,

dengan model kooperatif tipe Numbered Heads Together diharapkan bahwa

pembelajaran akhirnya mendorong terjadinya kerjasama diantara siswa.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13029/2/T1... ·  · 2017-11-176 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian

20

Kerangka Pikir

3.7 Mendeskripsikan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan,

teknologi dan masyarakat

4.6 menyajikan laporan hasil pengamatan tentang teknologi yang digunakan

dikehidupan sehari-hari serta kemudahan yang diperoleh oleh masyarakat

dengan memanfaatkan teknologi tersebut

Kondisi Akhir

Kondisi

Awal

Guru belum

menggunakan tipe

Numbered Heads

Together (NHT)

Siklus I

ada peningkatan

hasil belum tuntas

Siklus II

menggunakan

tipe NHT hasil

belajar sudah

Tuntas ≥ 70

Hasil belajar

siswa rendah

< KKM 70

Guru menggunakan tipe Numbered

Heads Together (NHT) dalam

pembelajaran IPA melalui 2 siklus.

Langkah-langkah NHT:

1. Siswa dibagi kelompok. Masing-

masing siswa dalam kelompok diberi

nomor.

2. Guru memberikan tugas/ pertanyaan

dan masing-masing kelompok

mengerjakannya.

3. Kelompok berdiskusi untuk

menemukan jawaban yang dianggap

paling benar

4. Guru memanggil salah satu nomor.

Siswa dengan nomor yang dipanggil

mempresentasikan jawaban hasil

diskusi kelompok

Melalui pembelajaran kooperatif tipe

NHT dapat mencapai ketuntasan hasil

belajar 80% dari ≥ 70

Tindakan

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alamrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13029/2/T1... ·  · 2017-11-176 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian

21

2.4. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis dapat

dirumuskan bahwa dengan penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV

Sekolah Dasar Negeri Salatiga 09 Semester II Tahun 2015/2016.