bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1...

22
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Pembelajaran adalah proses penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan melalui belajar, mengajar, dan pengalaman (Slameto,2007:4). Sedangkan menurut Poerwadarminta (2005:7) menyebutkan pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “Instructionyang dalam bahasa Yunani disebut “instructus” atau “instruere” yang berarti menyampaikan pikiran. Dengan demikian arti intruksional adalah penyampaian pikiran atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui pembelajaran. Pengertian ini lebih mengarah kepada guru sebagai pelaku perubahan. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahwa pembelajaran itu ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Senada dengan pengertian pembelajaran tersebut, Sudjana (1991:2) menyatakan bahwa pada dasarnya ada lima prinsip yang menjadi landasan pengertian pembelajaran yaitu : a. Pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku . Prinsip ini mengandung makna bahwa ciri utama proses pembelajaran itu adalah adanya perubahan perilaku dalam diri individu walaupun tidak semua perubahan perilaku individu merupakan hasil pembelajaran. b. Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan , perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran adalah meliputi semua aspek perilaku dan bukan hanya satu atau dua aspek saja. Perubahan itu meliputi aspek kognitif ,afektif dan motorik. 5

Upload: hoangminh

Post on 03-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaranrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/830/3/T1_292008070_BAB II.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... 2.1.3

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses penguasaan pengetahuan, sikap dan

keterampilan melalui belajar, mengajar, dan pengalaman

(Slameto,2007:4). Sedangkan menurut Poerwadarminta (2005:7)

menyebutkan pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “Instruction”

yang dalam bahasa Yunani disebut “instructus” atau “instruere” yang

berarti menyampaikan pikiran. Dengan demikian arti intruksional adalah

penyampaian pikiran atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui

pembelajaran. Pengertian ini lebih mengarah kepada guru sebagai pelaku

perubahan.

Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahwa

pembelajaran itu ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk

memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan

sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Senada dengan pengertian pembelajaran tersebut, Sudjana (1991:2)

menyatakan bahwa pada dasarnya ada lima prinsip yang menjadi landasan

pengertian pembelajaran yaitu :

a. Pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku . Prinsip

ini mengandung makna bahwa ciri utama proses pembelajaran itu

adalah adanya perubahan perilaku dalam diri individu walaupun tidak

semua perubahan perilaku individu merupakan hasil pembelajaran.

b. Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara

keseluruhan , perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran adalah

meliputi semua aspek perilaku dan bukan hanya satu atau dua aspek

saja. Perubahan itu meliputi aspek kognitif ,afektif dan motorik.

5

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaranrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/830/3/T1_292008070_BAB II.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... 2.1.3

6

c. Pembelajaran merupakan suatu proses, prinsip ketiga ini mengandung

makna bahwa pembelajaran itu merupakan suatu aktivitas yang

berkesinambungan didalam aktivitas itu terjadi adanya tahapan-

tahapan aktivitas yang sistematis dan terarah.

d. Proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong

dan adanya suatu tujuan yang akan dicapai . Prinsip ini mengadung

makna bahwa pembelajaran itu terjadi karena adanya kebutuhan yang

harus di puaskan dan adanya tujuan yang ingin dicapai. Belajar tidak

akan efektif tanpa adanya dorongan dan tujuan.

e. Pembelajaran merupakan bentuk pengalaman . Pengalaman pada

dasarnya adalah kehidupan melalui situasi yang ternyata dengan

tujuan tertentu , pembelajaran merupakan bentuk interaksi individu

dengan lingkungannya sehingga banyak memberikan pengalaman diri

situasi nyata.

Kelima prinsip yang menjadi landasan pengertian pembelajaran

tersebut dikatakan sebagai kondisi pembelajaran yang berkualitas lebih

lanjut. Sudjana (1991:5) mengatakan bahwa kondisi pembelajaran yang

berkualitas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tujuan pengajaran

yang jelas, bahan pengajaran yang memadai, metodologi pengajaran yang

tepat dan cara penilaian yang baik. Di dalam metodologi pengajaran ada

dua aspek yang paling menonjol yaitu metode mengajar dan media

pengajaran sebagai alat bantu mengajar, dimana metode mengajar dan

media pengajaran ini merupakan salah satu lingkungan belajar yang di

kondisikan oleh guru dan dapat memberikan motivasi dalam mengikuti

pelajaran. Sugihartono, dkk (2007:81) menyatakan bahwa pembelajaran

merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik

untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan

menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa

dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan

hasil optimal.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaranrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/830/3/T1_292008070_BAB II.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... 2.1.3

7

2.1.2 Pengertian dan Tujuan Pembelajaran Matematika

Matematika berasal dari bahasa latin manthanien atau mathema

yang berarti belajar atau hal yang dipelajari, sedangkan dalam bahasa

Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti (Depdiknas, 2001). Tim

MKPBM (2001) menyatakan bahwa matematika merupakan telaah tentang

pola dan hubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa

dan suatu alat. Depdiknas (2001) menyebutkan bahwa peran dan fungsi

matematika terutama sebagai sarana mengembangkan kemampuan

bernalar dalam memecahkan masalah baik pada bidang matematika

maupun dalam bidang lainnya.

Menurut Suherman, dkk (2001:55), fungsi mata pelajaran

matematika sebagai: alat, pola pikir dan ilmu atau pengetahuan. Tujuan

pembelajaran matematika di sekolah mengacu kepada fungsi matematika

serta kepada tujuan pendidikan nasional yang telah dirumuskan dalam

Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Diungkapkan dalam Garis-

garis Besar Program Pengajaran (GBPP) matematika, bahwa tujuan umum

diberikannya matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah

meliputi dua hal, yaitu:

a. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan

di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui

latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis,

cermat, jujur, efektif dan efisien

b. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola

pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari

berbagai ilmu pengetahuan.

2.1.3 Pembelajaran Matematika Realistik

a. Hakikat Pembelajaran Matematika Realistik

Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) atau dalam bahas

Inggris Realistic Mathematics Education (RME) merupakan teori belajar

mengajar dalam pendidikan matematika. Teori PMR pertama kali

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaranrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/830/3/T1_292008070_BAB II.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... 2.1.3

8

diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut

Freudenthal. Nama institut tersebut diambil dari nama pendirinya yaitu

Profesor Hans Freudenthal (1905-1990), seorang penulis, pendidik dan

matematikawan berkebangsaan Jerman-Belanda.

Pembelajaran matematika harus dikaitkan dengan realita dan

matematika merupakan aktivitas manusia. Ini berarti matematika harus

dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-

hari. Pembelajaran matematika realistik ini tidak didalam kelas, sebaiknya

dilakukan diluar kelas. Matematika sebagai aktivitas manusia berarti

manusia harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali ide dan

konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa (Gravemeijer, 1994).

Upaya ini dilakukan melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan-

persoalan “realistik”. Realistik dalam hal ini dimaksudkan tidak mengacu

pada realitas tetapi pada sesuatu yang dapat dibayangkan oleh siswa

(Slettenhaar, 2000). Prinsip penemuan kembali dapat diinspirasi oleh

prosedur-prosedur pemecahan informal, sedangkan proses penemuan

kembali menggunakan konsep matematisasi (konsep matematika yang

dimulai dari dunia nyata).

Treffers (1978) secara eksplisit merumuskan ide tersebut dalam

dua tipe matematisasi dalam konteks pendidikan, yaitu matematisasi

horisontal dan vertikal. Pada matematisasi horizontal siswa diberi

perkakas matematika yang dapat menolongnya menyusun dan

memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari seperti

pengidentifikasian, perumusan, dan penvisualisasi masalah dalam cara-

cara yang berbeda, dan pentransformasian masalah dunia real ke masalah

matematik. Matematisasi vertikal dipihak lain merupakan proses

reorganisasi dalam sistem matematis, misalnya menemukan hubungan

langsung dari keterkaitan antar konsep-konsep dan strategi-strategi dan

kemudian menerapkan temuan tersebut. Jadi matematisasi horisontal

bertolak dari ranah nyata menuju ranah simbol, sedangkan matematisasi

vertikal bergerak dalam ranah simbol. Kedua bentuk matematisasi ini

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaranrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/830/3/T1_292008070_BAB II.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... 2.1.3

9

sesungguhnya tidak berbeda maknanya dan sama nilainya (Freudenthal,

1991). Hal ini disebabkan oleh pemaknaan “realistik” yang berasal dari

bahasa Belanda “realiseren” yang artinya bukan berhubungan dengan

kenyataan, tetapi “membayangkan”. Kegiatan “membayangkan” ini

ternyata akan lebih mudah dilakukan apabila bertolak dari dunia nyata,

tetapi tidak selamanya harus melalui cara itu.

b. Karakteristik PMR

Beberapa karakteristik PMR menurut Suryanto (2007) adalah sebagai

berikut :

1. Masalah kontekstual yang realistik (realistic contectual problems)

digunakan untuk memperkenalkan ide dan konsep matematika

kepada siswa.

2. Siswa menemukan kembali ide, konsep, dan prinsip atau model

matematika melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik

dengan bantuan guru atau temannya.

3. Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap

masalah yang mereka temukan (yang biasanya ada yang berbeda,

baik cara menemukannya maupun hasilnya).

4. Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah

dikerjakan dan apa yang telah dihasilkan ; baik hasil kerja mandiri

maupun hasil diskusi.

5. Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran matematika

yang memang ada hubunganya.

6. Siswa diajak mengembangkan, memperluas, atau meningkatkan

hasil-hasil pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip

matematika yang lebih rumit.

7. Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi

atau hasil yang siap pakai. Mempelajari matematika sebagai

kegiatan paling cocok dilakukan melalui learning by doing (belajar

dengan mengerjakan).

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaranrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/830/3/T1_292008070_BAB II.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... 2.1.3

10

Beberapa hal yang perlu dicatat dari karekteristik PMR menurut

Nyimas Aisyah (2007) adalah:

1. “Cara belajar siswa aktif” karena pembelajaran matematika

dilakukan melalui “belajar dengan mengerjakan”.

2. Pembelajaran yang berpusat pada siswa karena mereka

memecahkan masalah dari dunia mereka sesuai dengan potensi

mereka, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator.

3. Pembelajaran dengan penemuan terbimbing karena siswa

dikondisikan untuk menemukan atau menemukan kembali konsep

dan prinsip matematika.

4. Pembelajaran kontekstual karena titik awal pembelajaran

matematika adalah masalah kontekstual, yaitu masalah yang

diambil dari dunia siswa

5. Pembelajaran kontruktivisme karena siswa diartikan untuk

menemukan sendiri pengetahuan matematika mereka dengan

memecahkan masalah dan diskusi.

c. Prinsip PMR

Prinsip PMR yang diturunkan dari 5 kaidah yang dikemukakan

Treffers (1987) yaitu:

1. Prinsip kegiatan

Pembelajar harus diperlakukan sebagai partisipan aktif dalam

proses pengembangan seluruh perangkat perkakas dan wawasan

matematis sendiri. Dalam hal ini pembelajaran dihadapkan pada

situasi masalah yang memungkinkan ia membentuk bagian-bagian

masalah tersebut dan mengembangkan secara bertahap algoritma,

misalnya cara mengalikan dan membagi berdasarkan cara kerja

nonformal.

2. Prinsip nyata

Matematika realistik harus memungkinkan pembelajar dapat

menerapkan pemahaman matematika dan perkakas matematikanya

untuk memecahkan masalah. Pembelajaran harus mempelajari

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaranrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/830/3/T1_292008070_BAB II.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... 2.1.3

11

matematika sedemikian hingga bermanfaat dan dapat diterapkan

untuk memecahkan masalah sesungguhnya dalam kehidupan.

Hanya dalam konteks pemecahan masalah pembelajar dapat

mengembangkan perkakas matematis dan pemahaman matematis.

3. Prinsip bertahap

Belajar matematika artinya pembelajar harus melalui berbagai

tahap pemahaman, yaitu dari kemampuan menemukan pemecahan

informal yang berhubungan dengan konteks, menuju penciptaan

berbagai tahap hubungan langsung dan pembuatan bagan; yang

selanjutnya pada perolehan wawasan tentang prinsip-prinsip yang

mendasari dan kearifan untuk memperluas hubungan tersebut.

Kondisi untuk sampai tahap berikutnya tercermin pada

kemampuan yang ditunjukkan pada kegiatan yang dilakukan.

Refleksi ini dapat ditunjukkan melalui interaksi. Kekuatan prinsip

tahap ini yaitu dapat membimbing pertumbuhan pemahaman

matematika dan mengarahkan hubungan longitudinal dalam

kurikulum matematika.

4. Prinsip saling menjalin

Prinsip saling menjalin ini ditemukan pada setiap jalur matematika,

misalnya antar topik-topik seperti kesadaran akan bilangan, mental

aritmatika, perkiraan (estimasi), dan algoritma.

5. Prinsip interaksi

Dalam matematika realistik belajar matematik dipandang sebagai

kegiatan sosial. Pendidikan harus dapat memberikan kesempatan

bagi para pebelajar untuk saling berbagi strategi dan penemuan

mereka. Dengan mendengarkan apa yang ditemukan orang lain dan

mendiskusikan temuan ini, pembelajar mendapatkan ide untuk

memperbaiki strateginya. Lagi pula interaksi dapat menghasilkan

refleksi yang memungkinkan pembelajar meraih tahap pemahaman

yang lebih tinggi.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaranrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/830/3/T1_292008070_BAB II.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... 2.1.3

12

6. Prinsip bimbingan

Pengajar maupun program pendidikan mempunyai peranan

terpenting dalam mengarahkan pebelajaran untuk memperoleh

pengetahuan. Mereka mengendalikan proses pembelajaran yang

lentur untuk menunjukkan apa yang harus dipelajari untuk

menghindarkan pemahaman semu melalui proses hafalan.

Pebelajaran memerlukan kesempatan untuk membentuk wawasan

dan perkakas matematisnya sendiri, karena itu pengajar harus

memberikan lingkungan pembelajaran yang mendukung

berlangsungnya proses tersebut. Artinya mereka harus dapat

meramalkan bila dan bagaimana mereka dapat mengantisipasi

pemahaman dan keterampilan belajar untuk mengarahkannya

mencapai tujuan pembelajaran. Dalam hal ini perbedaan

kemampuan pembelajaran harus diperhatikan, sehingga setiap

pembelajaran mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan

pengetahuannya dengan cara yang paling cocok untuk mereka

masing-masing.

d. Peran guru dalam pembelajaran matematika realistik

Peran guru dalam pembelajaran matematika realistik menurut

Treffers dan Van den Heuvel-Panhuizen dalam Suharta (2005:2):

1. Guru harus berperan sebagai fasilitator.

2. Guru harus mampu membangun pengajaran interaktif.

3. Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif

memberi sumbangan pada proses belajarnya.

4. Guru harus secara aktif membantu siswa dalam menafsirkan

masalah-masalah dari dunia nyata ; dan

5. Guru harus secara aktif mengaitkan kurikulum matematika

dengan dunia nyata baik fisik maupun sosial.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaranrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/830/3/T1_292008070_BAB II.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... 2.1.3

13

e. Langkah-langkah pembelajaran matematika realistik

Wahyudi dan Kriswandani (2007: 52) mengemukakan bahwa

langkah – langkah pembelajaran dalam pendekatan pembelajaran

matematika realistik adalah sebagai berikut :

1. Memahami masalah/soal konteks guru memberikan

masalah/persoalan kontekstual dan meminta peserta didik untuk

memahami masalah tersebut.

2. Menjelaskan masalah konstektual, langkah ini dilakukan apabila

ada peserta didik yang belum paham dengan masalah yang

diberikan.

3. Menyelesaikan masalah secara kelompok atau individu.

4. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban. Guru

memfasilitasi diskusi dan menyediakan waktu untuk

membandingkan dan mendiskusikan jawaban dari soal secara

kelompok.

5. Menyimpulkan hasil diskusi

Langkah-langkah pembelajaran matematika realistik menurut

Zulkardi (2002):

1. Persiapan

Selain menyiapkan masalah kontekstual, guru harus benar-benar

memahami masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang

mungkin akan ditempuh siswa dalam menyelesaikannya.

2. Pembukaan

Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi

pembelajaran yang dipakai dan diperkenalkan kepada masalah

dari dunia nyata. Kemudian siswa diminta untuk memecahkan

masalah tersebut dengan cara mereka sendiri.

3. Proses pembelajaran

Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah

sesuai dengan pengalamannya, dapat dilakukan secara

perorangan maupun secara kelompok. Kemudian setiap siswa

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaranrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/830/3/T1_292008070_BAB II.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... 2.1.3

14

atau kelompok mempresentasikan hasil kerjanya di depan siswa

atau kelompok lain dan siswa atau kelompok lain memberi

tanggapan terhadap hasil kerja siswa atau kelompok penyaji.

Guru mengamati jalannya diskusi kelas dan memberi tanggapan

sambil mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik

serta menemukan aturan atau prinsip yang bersifat lebih umum.

4. Penutup

Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui

diskusi kelas, siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran

saat itu. Pada akhir pembelajaran siswa harus mengerjakan soal

evaluasi dalam bentuk matematika formal.

Adapun rencana pembelajaran matematika realistik secara rinci

sebagai berikut:

1. Guru menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan oleh siswa dan

menyiapkan permasalahan yang akan dipecahkan dalam

proses pembelajaran.

2. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang

permasalahan pembelajaran.

3. Siswa dibagi menjadi 4 kelompok.

4. Setiap kelompok mempresentasikan hasilnya di depan kelas

dan kelompok lainnya memberi tanggapan terhadap hasil

kerja kelompok tersebut.

5. Siswa diajak menarik kesimpulan dari kegiatan

pembelajaran dan siswa diberi penguatan positif oleh guru.

f. Keunggulan dan kelemahan pendekatan pembelajaran

matematik realistik

Keunggulan dan kelemahan pendekatan pembelajaran matematik

realistik adalah sebagai berikut (Asmin,2001: 9):

1. Keunggulan

a. Siswa membangun sendiri pengetahuannya sehingga siswa

tidak mudah lupa dengan pengetahuannya.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaranrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/830/3/T1_292008070_BAB II.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... 2.1.3

15

b. Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena

menggunakan realitas kehidupan, sehingga siswa tidak cepat

bosan untuk belajar matematika.

c. Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka karena setiap

jawaban siswa ada nilainya.

d. Memupuk kerja sama dalam kelompok.

e. Melatih keberanian siswa karena harus menjelaskan

jawabannya.

f. Melatih siswa untuk terbiasa berpikir dan mengemukakan

pendapat.

g. Pendidikan budi pekerti, misalnya: saling kerja sama dan

menghormati teman yang sedang berbicara.

2. Kelemahan

a. Karena sudah terbiasa diberi informasi terlebih dahulu maka

siswa masih kesulitan dalam menemukan sendiri jawabannya.

b. Membutuhkan waktu yang lama terutama bagi siswa yang

lemah.

c. Siswa yang pandai kadang-kadang tidak sabar untuk menanti

temannya yang belum selesai.

d. Membutuhkan alat peraga yag sesuai dengan situasi

pembelajaran saat itu.

Berdasarkan kajian tentang Pembalajaran Matematika Realistik

(PMR) yang telah diuraikan, maka dapat dikatakan bahwa PMR

merupakan matematika sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan

realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran.

Pembelajaran Matematika Realistik menggunakan masalah realistik

sebagai pangkal tolak pembelajaran, dan melalui matematisasi horisontal-

vertikal siswa diharapkan dapat menemukan dan merekonstruksi konsep-

konsep matematika atau pengetahuan matematikanya. Selanjutnya, siswa

diberi kesempatan menerapkan konsep-konsep matematika untuk

memecahkan masalah sehari-hari atau masalah dalam bidang lain. Dengan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaranrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/830/3/T1_292008070_BAB II.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... 2.1.3

16

kata lain, PMR berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari dan

menerapkan matematika dalam kehidupan, sehingga siswa belajar dengan

mudah diingat dan diaplikasikan ke kehidupan sehari-hari siswa.

Pembelajaran matematika yang bersifat abstrak, dianggap tepat

apabila dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran

matematika realistik. Pembelajaran matematika yang diajarkan di SD

merupakan matematika sekolah yang terdiri dari bagian-bagian

matematika yang dipilih guna menumbuh kembangkan kemampuan-

kemampuan dan membentuk pribadi anak serta berpedoman kepada

perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Hal ini menunjukkan

bahwa matematika SD tetap memiliki ciri-ciri yang dimiliki matematika,

yaitu: (1) memiliki objek kajian yang abstrak (2) memiliki pola pikir

deduktif konsisten (Suherman, 2006: 55). Matematika sebagai studi

tentang objek abstrak tentu saja sangat sulit untuk dapat dipahami oleh

siswa-siswa SD yang belum mampu berpikir formal, sebab orientasinya

masih terkait dengan benda-benda konkrit. Mengingat pentingnya

matematika untuk siswa-siswa usia dini di SD, perlu dicari suatu cara

mengelola proses belajar-mengajar di SD sehingga matematika dapat

dicerna oleh siswa-siswa SD. Disamping itu, matematika juga harus

bermanfaat dan relevan dengan kehidupan nyata, karena itu pembelajaran

matematika di jenjang pendidikan dasar harus ditekankan pada penguasaan

keterampilan dasar dari matematika itu sendiri. Sehingga dalam

pembelajaran matematika realistik dapat digunakan alat peraga.

2.1.4 Alat Peraga

Alat peraga merupakan bagian dari media, oleh karena itu istilah

media perlu dipahami lebih dahulu sebelum membahas mengenai

pengertian alat peraga lebih lanjut. Media pengajaran diartikan sebagai

semua benda yang menjadi perantara terjadinya proses belajar, dapat

berwujud sebagi perangkat lunak, maupun perangkat keras. Berdasarkan

fungsinya, media pembelajaran dapat berbentuk alat peraga dan sarana.

(Pujiati: 2004)

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaranrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/830/3/T1_292008070_BAB II.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... 2.1.3

17

a. Pengertian dan Manfaat Media Pembelajaran

Menurut Santoso S. Hamidjojo (Darmin, 1986:14), media adalah

bentuk perantara yang dipakai orang penyebar ide, sehingga gagasannya

sampai pada penerima. Sedangkan menurut Mc. Luhan (Darmin,1986:14),

media adalah sasaran yang disebut pula Channel, karena pada hakikatnya

media telah memperluas kemampuan manusia untuk merasakan,

mendengarkan dan melihat dalam batas-batas jarak, ruang, dan waktu

tertentu. Kini dengan bantuan media batas-batas itu hampir menjadi tidak

ada.

Menurut Blake dan Horalsen (Darmin,1986:14), media adalah

saluran komunikasi atau medium yang digunakan untuk membawa atau

menyampaikan sesauatu pesan, di mana medium ini merupakan jalan atau

alat untuk lalu lintas suatu pesan antara komunikator dan komunikan.

Di dunia pengajaran, media adalah alat atau sarana yang dipakai

sebagai saluran untuk meyampaikan pesan atau informasi dari guru

(sumber) ke siswa (penerima pesan). Media pembelajaran adalah segala

sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke

penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat

serta perhatian siswa agar proses belajar terjadi (Arif Sadiman, 2009:8).

Menurut Hujair Ah. Sanaky (2009:4), media pembelajaran adalah sarana

pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses

pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam

mencapai tujuan pengajaran. Azhar Arsyad (2003: 4) mendefinisikan

media pembelajaran sebagai pembawa pesan atau informasi yang

bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran.

Dari berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam

arti luas media pembelajaran adalah alat, benda, metode atau teknik yang

digunakan untuk penyalur pesan dalam proses belajar mengajar dan

berfungsi untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi dalam mencapai

tujuan pendidikan. Media pembelajaran merupakan suatu sarana yang

digunakan dalam proses belajar mengajar. Media pembelajaran berisi

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaranrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/830/3/T1_292008070_BAB II.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... 2.1.3

18

pesan pengajaran atau informasi yang dikomunikasikan kepada peserta

didik.

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2002:2) mengemukakan bahwa

manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa adalah:

1. Pengajaran lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar,

2. Bahan belajar akan lebih jelas maknanya, sehingga akan mudah

dipahami oleh siswa dan memungkinkan menguasai materi dalam

pencapaian tujuan pembelajaran,

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi

verbal melalui penuturan katakata oleh guru, sehingga siswa tidak

merasa bosan, dan

4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya

mendengarkan uraian guru, tetapi melakukan aktivitas lain, misalnya

demonstrasi, bermain peran, mengamati dan sebagainya

Media pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting

dalam mengantarkan peserta didik pada tujuan yang diinginkan. Media

mempunyai manfaat positif dalam proses pembelajaran dan memperjelas

konsep atau materi yang disampaikan oleh guru (Ayu :2010).

b. Pengertian, Manfaat dan Kriteria Pemilihan Alat Peraga

Alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan

telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa

lebih efektif dan efisien (Sudjana, 2002 :59). Alat peraga matematika

adalah seperangkat benda konkrit yang dirancang, dibuat, dihimpun atau

disusun secara sengaja yang digunakan untuk membantu menanamkan

atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam

matematika (Djoko Iswandi, 2003:1. Dalam alat peraga hal-hal yang

abstrak dapat disajikan adalam bentuk model-model yang berupa benda

konkrit yang dapat dilihat, dipegang, diputarbalikan sehingga dapat lebih

mudah dipahami. Fungsi utamanya dalah untuk menurunkan keabstrakan

konsep agar siswa mampu menangkap arti konsep tersebut. Sebagai

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaranrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/830/3/T1_292008070_BAB II.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... 2.1.3

19

contoh benda-benda konkrit disekitar siswa seperti buah-buahan, pensil,

buku dan sebagainya (Pujiati:2004).

Ditinjau dari segi wujudnya alat peraga matematika dapat

dikelompokkan kedalam alat peraga benda asli dan alat peraga benda

tiruan (Darmin:1986). Bila benda asli. Menurut E.T ruseffendi dalam

bukunya pengajaran Matematika Modern seri keempat bahwa beberapa

persyaratan yang harus dimiliki alat peraga yaitu :

1. Tahan lama ( dibuat dari bahan-bahan yang cukup kuat)

2. Bentuk dan warnanya menarik

3. Sederhana dan mudah dikelola (tidak rumit)

4. Ukurannya sesuai (seimbang) dengan ukuran fisik anak

5. Dapat menyajikan konsep matematika, baik dalam bentuk real, gambar

atau diagram

6. Sesuai dengan konsep matematika

7. Dapat memperjelas konsep matematika dan bukan sebaliknya

(mempersulit pemahaman konsep matematika)

8. Peragaan itu supaya menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep berfikir

abstrak bagi siswa

9. Bila kita mengharapkan agar siswa belajar aktif (sendiri atau

berkelompok) alat itu supaya dapat dimanipilasikan, yaitu dapat diraba,

dipegang, dipindahkan, dimainkan, dipasangkan, dicopot (diambil dari

susunannya), dan

10. Bila mungkin alat peraga tersebut dapat berfaedah lipat (banyak).

Dalam penggunaan alat peraga tidak selamanya membuahkan hasil

belajar siswa lebih cepat, lebih meningkat, lebih menarik dan sebagainya.

Bahkan kadang akan menyebabkan sebaliknya dan bahkan mungkin

menyebabkan siswa gagal dalam pembelajaran. Adapun kegagalan

menggunakan alat peraga menurut Darhim (1986:15) akan mampak bila:

1) Generalisasi konsep abstrak dari representasi hal-hal yang konkit tidak

tercapai

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaranrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/830/3/T1_292008070_BAB II.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... 2.1.3

20

2) Alat peraga yang digunakan hanya sekedar sajian yang tidak memiliki

nilai-nilai yang tidak menunjang konsep-konsep dalam matematika

3) Tidak disajikan pada saat yang tepat

4) Memboroskan waktu

5) Diberikan kepada anak yang sebenarnya tidak memerlukannya

6) Tidak menarik, mempersulit konsep yang dipelajari, mudah rusak.

Kriteria Pemilihan Alat Peraga Menurut Darhim (1986:15-16) kriteria

pengganaan alat peraga sangat tergantung kepada :

1) Tujuan (Objektif), Tujuan tersebut disesuaikan dengan domain

kognitif, afektif atau psikomotor.

2) Materi Pelajaran, Peraga meteri yang menjadi dasar itulah yang harus

diutamakan dari pada materi atau topik selanjutnya.

3) Strategi Belajar Mengajar Pengguanan alat peraga disesuaikan dengan

metode pengajaran guru.

4) Kondisi, Penggnaan alat peraga disesuaikan dengan kondisi

(lingkungan) tersebut sesuai dengan situasi dan kondisinya.

5) Siswa Penggunaan alat peraga disesuaikan dengan kegemaran siswa

dan kebutuhan siswa akan alat peraga tertentu.

Berdasarkan kajian tentang alat peraga yang telah diuraikan , maka

dapat disimpulkan bahwa alat peraga adalah bagian dari media

pembelajaran, yang berfungsi sebagai alat atau sarana yang dipakai

sebagai saluran untuk meyampaikan pesan atau informasi dari guru

(sumber) ke siswa (penerima pesan). Alat peraga dalam mengajar

memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses

belajar mengajar yang efektif. Dalam pencapain tersebut, peranan alat

peraga memegang peranan yang penting sebab dengan adanya alat peraga

ini materi yang diajarkan dengan mudah dapat dipahami oleh siswa. Alat

peraga berguna untuk mempermudah pemahaman siswa terhadap pelajaran

yang disampaikan guru.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaranrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/830/3/T1_292008070_BAB II.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... 2.1.3

21

2.1.5 Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Sahertian (2004:20), “Hasil belajar merupakan gambaran

tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan

yang dipelajari, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban

benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar”.

Reugeluth ( dalam Nasution 2006:2) menyatakan bahwa hasil

belajar adalah perilaku yang dapat diamati yang menunjukkan kemampuan

yang dimiliki seseorang. Pendapat ini dikemukakan oleh Surya (2003:64)

bahwa hasil belajar ialah “Berbentuk perubah pada pengetahuan, sikap,

dan keterampilan.”

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah bukti dari suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu

guna memperolah perubahan tingkah laku yang ditempatkan dalam

interksi dengan lingkungan sekitarnya. Hasil balajar dapat dipengaruhi

faktor internal dan eksternal. Salah satu faktor eksternal adalah lingkungan

sekolah yang kurang memadai, media pembelajara yang kurang tepat dan

tidak didukung alat peraga dalam pembelajaran. Sehingga melalui

pendekatan pembelajaran matematika realistik dengan menggunakan alat

peraga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Winkel (2004:162), hasil belajar dapat dipengaruhi oleh

berbagai faktor yaitu:

1. Faktor Internal

Faktor internal dalah faktor yang ada pada diri anak , misalnya

motif tertentu dalam diri siswa. Siswa yang mempunyai motif tertentu

dalam belajar akan lebih berhasil dari pada siswa yang tidak mempunyai

motif.

Seseorang melakukan aktivitas karena ada yang mendorongnya.

Dalam hal ini motivasilah sebagai dasar penggeraknya yang mendorong

seseorang untuk belajar. Seseorang yang berminat untuk belajar yang

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaranrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/830/3/T1_292008070_BAB II.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... 2.1.3

22

belum sampai pada tataran motivasi maka belum menunjukkan aktivitas

nyata. Motivasi seeorang dapat dijabarkan dalam bentuk minat. Minat

merupakan kecenderuangan psikologis yang menyenangi objek, belum

sampai melakukan kegiatan. Hal ini berarti pula bahwa minat adalah alat

motivasi dalam belajar, maka ia akan melakukan aktivitas belajar dalam

rentang waktu tertentu. Oleh karena itu, motivasi diakui sebagai dasar

penggerak yang mendorong aktivitas belajar seseorang.

2. Faktor Eksternal

Faktor Eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri anak itu

sendiri misalnya keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan

masyarakat.

Situasi keluarga yang kurang menunjang proses belajar seperti :

kekacauan rumah tangga (broken home), kurang perhatian orang tua, cara

orang tua mendidik kurang baik, kurangnya pengawasan dan perhatian

orang tua.

Faktor lingkungan sekolah yang kurang memadai, seperti kurang

memadainya sarana atau sumber belajar , alat peraga yang tidak tersedia,

cara-cara guru dalam mengajar yang kurang menarik atau monoton,

kurikulum yang dipelajari tidak sesuai dengan kemampuan peserta didik,

perlengkapan belajar yang kurang, cara evaluasi, ruang belajar, sistem

administrasi, waktu belajar, situasi sekolah dan sebagainya.

Lingkungan sosial yang kurang memadai, seperti : pengaruh

negatif dalam pergaulan, situasi masyarakat yang kacau, gangguan

kebudayaan seperti pengaruh film, bacaan-bacaan dan sebagainya

(Slameto 2003:24).

Berdasarkan kajian teori tentang hasil belajar yang telah diuraikan,

maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah gambaran tingkat

penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang

dipelajari berupa perubahan perilaku belajar siswa. Perubahan tingkah

laku ini meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaranrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/830/3/T1_292008070_BAB II.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... 2.1.3

23

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang pembelajaran matematika realistik yang relevan

dengan judul penelitian yang penulis angkat ini sesungguhnya telah banyak

dilakukan, misalnya penelitian yang dilakukan oleh Ambar Susilowati (2009)

dalam bentuk skripsi ”Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika

Melalui Model Pembelajaran Matematika Realistik Sekolah Dasar Berbasis

Media dan Berkonteks Lokal Surakarta (PTK di SDN 1 dan 2 Gentan

Sukoharjo Kelas III Semester II ). Penelitian tersebut disimpulkan bahwa nilai

rata-rata hasil belajar pada pembelajaran matematika realistik lebih meningkat

dari pada pembelajara sebelumnya. Sari Kusumaningrum (2007) melakukan

penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “Eksperimen Pembelajaran

Matematika Realistik Dengan Menggunakan Alat Peraga Pada Pokok Bahasan

Himpunan Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa”. Dalam penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa 1) Ada pengaruh penggunaan metode pembelajaran

terhadap prestasi belajar matematika. 2) Ada pengaruh antara aktivitas belajar

siswa terhadap prestasi belajar siswa. 3) Interaksi antara penggunaan metode

pembelajaran dan aktivitas belajar siswa efektif terhadap prestasi belajar

matematika.

Noni Dyah Ardiani melakukan penelitian dalam bentuk skripsi

dengan judul “Keefektifan Pembelajaran Matematika Realistik Menggunakan

Alat Peraga Terhadap Hasil Belajar Pada Pokok Bahasan Sifat-sifat Bangun

Ruang (Balok dan Kubus) Bagi Siswa Kelas V SD”. Dalam penelitian ini

dapat disimpulkan bahwa 1)Ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang

diajar menggunakan Pembelajaran Matematika Realistik Menggunakan Alat

Peraga dengan siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional 2)Hasil

belajar matematika siswa kelas V SD lebih baik menggunakan pembelajaran

matematika relistik menggunakan alat peraga dibandingkan dengan siswa

yang diajar dengan pembelajaran konvensional 3)Pembelajaran Matematika

Realistik Menggunakan Alat Peraga efektif terhadap hasil belajar Matematika

siswa kelas V SD.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaranrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/830/3/T1_292008070_BAB II.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... 2.1.3

24

Hasil penelitian terdahulu tersebut relevan dengan penelitian yang

akan dilakukan oleh peneliti karena sama-sama meneliti tentang pembelajaran

matematika realistik, khususnya di SD. Masalahnya yang membedakan

penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu pada pokok bahasan, jenis

penelitian (untuk penelitian yang relevan pertama karena PTK sedang pada

penelitian yang relevan keduan adalah sama yaitu eksperimen) dan media

yang digunakan dalam pembelajaran matematika realistik.

Banyaknya penelitian mengenai pembalajaran matematika realistik

yang pernah dilakukan khususnya di SD menunjukkan bahwa pembelajaran

ini dapat dilakuakn di SD dan efektif dipakai dalam pembelajaran matematika

SD. Walaupun pada pendekatan PMR memiliki kesulitan-kesulitan dalam

upaya implementasinya, namun penulis optimis bahwa kendala-kendala

tersebut hanya bersifat sementara. Hal ini sangat tergantung dari upaya dan

kemauan yang sungguh-sungguh dari guru, serta respon siswa untuk

menerapkannya pada kegiatan belajar mengajar di kelas, kiranya berbagai

kesulitan tersebut lambat laun dapat diatasi.

2.3 Kerangka Berfikir

Sebagai suatu teori pembelajaran “Pembelajaran Matematika Realistik

(PMR)” tentu saja berpengaruh dalam pembelajaran matematika dikarenakan

PMR berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari siswa.

Pembelajaran Matematika Realistik memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menemukan kembali dan merekonstruksi konsep-konsep matematika,

sehingga siswa mempunyai pengertian kuat tentang konsep-konsep

matematika. Dengan demikian, pembelajaran Matematika Realistik akan

mempunyai kontribusi yang sangat tinggi dengan pengertian siswa.

Pembelajaran Matematia Realistik menggunakan masalah realistik

sebagai pangkal tolak pembelajaran, dan melalui matematisasi horisontal-

vertikal siswa diharapkan dapat menemukan dan merekonstruksi konsep-

konsep matematika atau pengetahuan matematika formal. Selanjutnya, siswa

diberi kesempatan menerapkan konsep-konsep matematika untuk

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaranrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/830/3/T1_292008070_BAB II.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... 2.1.3

25

memecahkan masalah sehari-hari atau masalah dalam bidang lain. Dengan

kata lain, Pembelajaran Mematika Realistik berorientasi pada matematisasi

pengalaman sehari-hari.

Penggunaan alat peraga dalam Pembelajaran Matematika Realistik

sengaja digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan

konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam matematika sehingga pembelajaran

akan lebih bermakna. Dengan alat peraga hal-hal yang abstrak dapat disajikan

adalam bentuk model-model yang berupa benda konkrit yang dapat dilihat,

dipegang, diputarbalikan sehingga dapat lebih mudah dipahami. Fungsi

utamanya adalah untuk menurunkan keabstrakan konsep agar siswa mampu

menangkap arti konsep yang sedang diajarkan.

Penulis dalam penelitian ini akan melakukan penelitian mengenai

Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Matematika Relistik menggunakan alat

peraga terhadap hasil belajar. Peneliti memilih materi sifat-sifat bangun ruang

pada kelas V SD. Di dalam penelitian ini penulis akan melihat penggunaan

PMR dalam pengajaran matematika untuk mengetahui sifat-sifat bangun ruang

(balok dan kubus). Permasalahan kontekstual yang akan dipakai dalam

pembelajaran tersebut tentunya akan diambil dari dunia nyata, sesuai dengan

karakteristik PMR.

PMR dalam pembelajaran ini tentunya akan agak sulit dilakukan jika

penelitian hanya terjadi didalam kelas, karena objek yang ingin disampaikan

tentunya akan lebih banyak terdapat bila berada pada kelas terbuka. Namun

mengingat waktu yang digunakan penelitian yang singkat karena hanya dapat

dilakukan pada jam pelajaran matematika dengan alokasi waktu dua kali jam

pelajaran matematika maka, penelitian ini hanya dapat dilakukan di dalam

kelas. Untuk mensiasati obyek pembelajaran yang luas maka peneliti

menggunakan alat peraga sebagai sarana aktifitas siswa. Dari hal tersebut

penulis akan melihat sejauh mana PMR dapat terlaksana dan akan

mempengaruhi hasil belajar matematika siswa.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaranrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/830/3/T1_292008070_BAB II.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... 2.1.3

26

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan dan kajian pustaka, maka

yang menjadi hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan

dalam penelitian ini adalah: “ada pengaruh positif signifikan pendekatan

pembelajaran matematika realistik menggunakan alat peraga materi sifat-sifat

bangun ruang terhadap hasil belajar siswa kelas V SDN 2 Geneng Kecamatan

Jepon Kabupaten Blora semester II tahun ajaran 2011 / 2012”