bab ii kajian teori 2.1 kajian teori - uksw

24
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1.1 Hakikat IPA Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu tentang alam atau cara mencari tahu alam secara sistematis, sehingga tujuan pembelajaran IPA tidak hanya penguasaan sekumpulan pengetahuan yang berupa fakta- fakta, konsep-konsep, tetapi untuk mengembangkan suatu ketrampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk mencapai pengetahuan itu, hal ini dikemukakan oleh Powler (Khalimah, 2010). Dengan kata lain hasil belajar IPA bukan hanya sebagai produk, tetapi juga pengembangan proses. Mata palajaran IPA di SD bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri, lingkungan, dan alam sekitar. IPA menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan potensi siswa agar mampu menjelajahi serta memahami alam sekitarnya secara ilmiah. Pada Mata pelajaran IPA, siswa diarahkan untuk dapat memperoleh suatu pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitarnya. Ilmu pengetahuan alam yang bahasa asingnya “science” berasal dari kata latin “Scientia” yang berarti saya tahu. Kata “sciencesebenarnya semula berarti ilmu pengetahuan yang meliputi baik ilmu pengetahuan sosial (Social science) maupun ilmu pengetahuan alam (natural science). Lama kelamaan, bila seseorang mengatakan “sciencemaka yang dimaksud adalah “natural science” atau dalam bahasa Indonesia disebut ilmu pengetahuan alam dan disingkat IPA. sedangkan IPA sendiri terdiri dari ilmu-ilmu fisik (Physical science) yang natara lain kimia, fisika, astronomi dan geofisika, serta ilmu-ilmu biologi (life science). 14

Upload: others

Post on 21-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori - UKSW

14

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam

2.1.1.1 Hakikat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu tentang alam atau cara

mencari tahu alam secara sistematis, sehingga tujuan pembelajaran IPA

tidak hanya penguasaan sekumpulan pengetahuan yang berupa fakta-

fakta, konsep-konsep, tetapi untuk mengembangkan suatu ketrampilan,

sikap, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk mencapai pengetahuan itu,

hal ini dikemukakan oleh Powler (Khalimah, 2010). Dengan kata lain

hasil belajar IPA bukan hanya sebagai produk, tetapi juga

pengembangan proses. Mata palajaran IPA di SD bermanfaat bagi siswa

untuk mempelajari diri sendiri, lingkungan, dan alam sekitar. IPA

menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk

mengembangkan potensi siswa agar mampu menjelajahi serta

memahami alam sekitarnya secara ilmiah. Pada Mata pelajaran IPA,

siswa diarahkan untuk dapat memperoleh suatu pemahaman yang lebih

mendalam tentang alam sekitarnya.

Ilmu pengetahuan alam yang bahasa asingnya “science” berasal

dari kata latin “Scientia” yang berarti saya tahu. Kata “science”

sebenarnya semula berarti ilmu pengetahuan yang meliputi baik ilmu

pengetahuan sosial (Social science) maupun ilmu pengetahuan alam

(natural science). Lama kelamaan, bila seseorang mengatakan “science”

maka yang dimaksud adalah “natural science” atau dalam bahasa

Indonesia disebut ilmu pengetahuan alam dan disingkat IPA. sedangkan

IPA sendiri terdiri dari ilmu-ilmu fisik (Physical science) yang natara

lain kimia, fisika, astronomi dan geofisika, serta ilmu-ilmu biologi (life

science).

14

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori - UKSW

15

Untuk mengidentifikasikan IPA dengan kata-kata atau dengan

kalimat yang singkat tidak mudah, karena sering kurang dapat

menggambarkan secara lengkap hakekat IPA tersebut.

Pada hakekatnya IPA menurut Carin & Sound (1989) adalah suatu

sistem untuk memahami alam semesta melalui observasi dan eksperimen

yang terkontrol. Sedangkan Abruscato (1996) dalam bukunya yang

berjudul “Teaching Children Science” mendefinisikan tentang IPA

sebagai pengetahuan yang diperoleh lewat serangkaian proses yang

sistematik guna mengungkap segala sesuatu yang berkaitan dengan alam

semesta. Sementara Maslichah Asy’ari (2006: 7) Ilmu Pengtahuan Alam

atau juga disebut Sains adalah pengetahuan manusia tentang alam yang

diperoleh dengan cara yang terkontrol. Penjelasan ini mengandung

maksud bahwa sains selain menjadi sebagai produk juga sebagai proses.

Sains sebagai produk yaitu pengetahuan manusia dan sebagai proses

yaitu bagaimana mendapatkan pengetahuan tersebut.

Maka berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan oleh para

ahli di atas bisa disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu yang mempelajari

tentang alam dan pengetahuan yang mempunyai rangkaian konsep dan

kontekstual yang saling berkaitan yang diperoleh dari hasil observasi dan

eksperimen yang tersusun secara sistematis dengan bukti-bukti yang

dapat diamati.

2.1.1.2 Ruang Lingkup IPA

Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI dikutip dari

tulisan dalam standar isi di Permendiknas no 22 tahun 2006 bahwa

mata pelajaran IPA di SD/MI meliputi beberapa aspek yaitu :

a) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia,

hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta

kesehatan, b) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya

meliputi: cair, padat dan gas, c) Energi dan perubahannya

meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori - UKSW

16

bumi dan alam semesta, d) Bumi dan alam semesta meliputi:

tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

2.1.1.3 Tujuan Pengajaran IPA

Dalam standar isi di Permendiknas no 22 tahun 2006,

disebutkan bahwa mata pelajaran IPA di SD//MI bertujuan untuk :

a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang

Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan

keteraturan alam ciptaan-Nya, b) Mengembangkan

pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-

hari, c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan

kesadaran tentang adanya hubungan yang saling

mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat, d) Mengembangkan keterampilan proses untuk

menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan

membuat keputusan, e) Meningkatkan kesadaran untuk

berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan

lingkungan alam, f) Meningkatkan kesadaran untuk

menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah

satu ciptaan Tuhan, g) Memperoleh bekal pengetahuan,

konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk

melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa

pengajaran IPA bertujuan untuk menyelidiki alam sekitar melalui

proses IPA dalam memecahkan masalah serta menanamkan sifat positif

dan mengetahui hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,

lingkungan, teknologi dan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.1.4 Manfaat Pengajaran IPA

Adapun manfaat mempelajari IPA yang dikemukakan oleh

UNESCO yang diikuti Asri Budiningsih (2002:47) sebagai berikut:

a) IPA menolong siswa untuk dapat berfikir secara logis

terhadap kejadian-kejadian sehari-hari dan memecahkan

masalah sederhana yang dihadapinya, b) Aplikasi IPA dalam

teknologi dapat menolong dan meningkatkan kualitas hidup

manusia dalam kehidupan bermasyarakat, c) Dunia semakin

berorientasi pada kehidupan dan teknologi melalui IPA siswa

memperoleh bekal yang sangat penting, d) Jika IPA diakarkan

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori - UKSW

17

dengan baik akan menghasilkan pola pikir siswa yang baik pula,

e) Melalui IPA secara positif membantu siswa untuk dapat

mempelajari mata pelajaran lain terutama bahasa dan

matematika, f) Karena sifat-sifat anak yang selalu tertarik

dengan lingkungannya, melalui IPA potensi anak akan

dikembangkan.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa

pengajaran IPA mempunyai manfaat untuk menanamkan sikap ilmiah

pada siswa dan nilai positif melalui proses IPA dalam memecahkan

masalah. Siswa akan selalu tertarik dengan lingkungan dan siswa akan

mengenal serta dapat memanfaatkan teknologi sderhana dari aplikasi

IPA.

2.1.2 Pengembangan Bahan Ajar

Menurut National Centre For Competency Based dalam Andi

(2012: 16), bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk

membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses

pembelajaran di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis

maupun tak tertulis. Panen dalam Andi Prastowo (2012: 17),

mengungkapkan bahwa bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi

pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan

peserta didik dalam proses pembelajaran.

Prastowo (2012: 17, menyimpulkan bahwa bahan ajar merupakan

segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara

sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan

dikuasai peserta didik dan digunakan didalam pembelajaran. Bahan ajar

juga dapat diartikan sebagai sekumpulan materi atau bahan-bahan

pelajaran yang disusun secara sistematis untuk digunakan dalam proses

pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai oleh peserta

didik.

Bahan cetak (printed) juga termasuk dalam bentuk bahan ajar,

yakni sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas, yang dapat

berfungsi untuk keperluan pembelajaran atau penyampaian informasi

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori - UKSW

18

(Kemp dan Dayton, 1985). Contohnya, handout, buku, modul, lembar

kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto atau gambar, dan model atau

maket.

Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan oleh para

ahli, maka dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah segala bahan

baik teks, alat, maupun informasi yang memuat materi pelajaran yang

tersusun secara sistematis dengan menampilkan sosok utuh dari

kompetensi yang akan dicapai peserta didik serta digunakan peserta

didik dan guru untuk membantu proses pembelajaran. Dengan definisi

tersebut maka peneliti mengembangkan LKS, karena LKS juga

termasuk bahan ajar yang dapat digunakan oleh guru dalam proses

pembelajaran.

2.1.3 Lembar Kerja Siswa (LKS)

2.1.3.1 Pengertian LKS

Sebagaimana diungkap dalam Pedoman Umum Pengembangan

Bahan Ajar (Diknas, 2004) Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah

lembaran- lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta

didik. LKS merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembaran berisi

tugas yang di dalamnya berisi petunjuk, langkah-langkah untuk

menyelesaikan tugas. LKS dapat berupa panduan untuk latihan

pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan

semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen dan

demonstrasi (Trianto, 2007:73).

LKS Lembar Kegiatan Siswa merupakan materi ajar yang dikemas

sedemikian rupa agar siswa dapat mempelajari materi tersebut secara

mandiri (Sutanto, 2009:1). Pengertian LKS yang dikemukakan oleh

Badjo (1993:8) yaitu LKS ialah lembar kerja yang berisi informasi dan

perintah/instruksi dari guru kepada siswa untuk mengerjakan suatu

kegiatan belajar dalam bentuk kerja, praktek, atau dalam bentuk

penerapan hasil belajar untuk mencapai suatu tujuan.

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori - UKSW

19

Hidayah (2008:7) menjelaskan bahwa LKS merupakan stimulus

atau bimbingan guru dalam pembelajaran yang akan disajikan secara

tertulis sehingga dalam penulisannya perlu memperhatikan kriteria

media grafis sebagai media visual untuk menarik perhatian peserta

didik. Sedangkan isi pesan LKS harus memperhatikan unsur-unsur

penulisan media grafis, hirarki materi (matematika) dan pemilihan

pertanyaan-pertanyaan sebagai stimulus yang efisien dan efektif.

Trianto (2008 :148) mendefinisikan bahwa Lembar Kerja Siswa

adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan

penyelidikan dan pemecahan masalah.

Lembar kerja siswa (LKS) adalah media belajar yang diberikan

oleh guru kepada setiap siswa dalam suatu kelas untuk melakukan

kegiatan belajar mengajar (Lestari, 2007:9).

Bulu ( dalam Lestari, 2007 : 9) memberikan pengertian tentang

LKS bahwa LKS adalah lembar yang berisi informasi perintah atau

instruksi dari guru kepada siswa untuk mengerjakan suatu kegiatan

belajar dalam bentuk kerja, praktek, atau dalam bentuk penerapan

belajar untuk mencapai tujuan instruksi khusus. Menurut Ratna (2004 :

2) bahwa LKS adalah salah satu media pembelajaran, yaitu guru

memberikan tugas agar siswa melakukan kegiatan belajar.

Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran yang berisi tugas

yang harus dikerjakan oleh peserta didik. LKS biasanya berupa

petunjuk, langkah untuk menyelesaikan suatu tugas, suatu tugas yang

diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang

akan dicapainya.(Depdiknas; 2004;18).

Dari definisi-definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli

tersebut dapat disimpulkan bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS)

merupakan materi ajar yang dikemas sedemikian rupa yang berisi

materi, tugas dan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa

sebagai stimulus yang efisien dan efektif sebagai informasi dan

perintah/instruksi yang akan disajikan secara tertulis serta sebagai

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori - UKSW

20

media visual untuk menarik perhatian dan menyediakan suatu pola

untuk menganalisis materi dalam proses pembelajaran.

2.1.3.2 Tujuan dan Manfaat LKS

Depdiknas dalam panduan pelaksanaan materi pembelajaran SMP

(2008:42-45) alternatif tujuan pengemasan materi dalam bentuk LKS

adalah :

1. LKS membantu siswa untuk menemukan suatu konsep LKS

mengetengahkan terlebih dahulu suatu fenomena yang

bersifat konkrit, sederhana, dan berkaitan dengan konsep

yang akan dipelajari. LKS memuat apa yang (harus)

dilakukan siswa meliputi melakukan, mengamati, dan

menganalisis.

2. LKS membantu siswa menerapkan dan mengintegrasikan

berbagai konsep yang telah ditemukan

3. LKS berfungsi sebagai penuntun belajar LKS berisi

pertanyaan atau isian yang jawabannya ada di dalam buku.

Siswa akan dapat mengerjakan LKS tersebut jika membaca

buku.

4. LKS berfungsi sebagai penguatan

5. LKS berfungsi sebagai petunjuk praktikum

Dalam hal ini, paling tidak ada empat poin yang menjadi tujuan

penyusunan LKS menurut (Andi Prastowo), yaitu:

a) Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik

untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan.

b) Menyajikan tugas- tugas yang meningkatkan penguasaan

peserta didik terhadap materi yang diberikan.

c) Melatih kemandirian belajar peserta didik.

d) Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada

peserta didik.

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori - UKSW

21

Tujuan Lembar Kerja Siswa ,menurut (Achmadi:1996:35):

a) Mengaktifkan siswa dalam proses kegiatan pembelajaran.

b) Membantu siswa mengembangkan konsep.

c) Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan

ketrampilan proses.

d) Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses

kegiatan pembelajaran.

e) Membantu siswa dalam memperoleh informasi tentang konsep

yang dipelajari melalui proses kegiatan pembelajaran secara

sistematis.

f) Membantusiswadalammemperolehcatatanmateriyangdipelajarim

elaluikegiatan pembelajaran

Dari tujuan dan manfaat yang didefinisikan oleh para ahli

disimpulkan tujuan dibuat Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah untuk

dapat membantu guru dalam mengarahkan siswanya dalam

menemukan konsep-konsep melalui aktivitasnya sendiri atau dalam

kelompok kerja. Selain itu, LKS juga bermanfaat untuk digunakan

sebagai pengembangkan ketrampilan proses, pengembangkan sikap

ilmiah serta membangkitkan minat siswa terhadap alam sekitarnya.

Pada hakekatnya LKS juga memudahkan guru untuk melihat

keberhasilan siswa dalam mencapai sasaran belajar dalam proses

pembelajaran yang dilakukan.

2.1.3.3 Unsur dan langkah membuat LKS

Unsur-unsur LKS sebagai bahan ajar (Andi Prastowo 2011:207)

bahan ajar LKS lebih sederhana daripada modul, namun lebih kompleks

daripada buku. Bahan ajar LKS terdiri atas enam unsur utama meliputi

judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi

pendukung, tugas atau langkah kerja, dan penilaian. Sedangkan jika

dilihat dari formatnya, LKS memuat paling tidak delapan unsur, yaitu

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori - UKSW

22

judul, kompetensi dasar yang akan dicapai, waktu penyelesaian,

peralatan/bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi

singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan, dan laporan yang

harus dikerjakan (Diknas, Pedoman Umum pemilihan dan Pemanfaatan

Bahan Ajar: Jakarta: Ditjen Dikdasmenum, 2004).

Langkah-langkah membuat LKS menurut Diknas (2004):

Gambar 2.1 Diagram alir langkah-langkah penyusunan LKS

1. Melakukan analisis Kurikulum

Analisis Kurikulum merupakan langkah pertama dalam

penyusunan LKS. Langkah ini dimaksudkan untuk menentukan

materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar LKS. Pada

umumnya, dalam menentukan materi, langkah analisisnya dilakukan

dengan cara melihat materi pokok, pengalaman belajar, serta materi

yang akan diajarkan.

Analisis Kurikulum

Menyusun Peta Kebutuhan LKS

Menentukan judul-judul LKS

Menulis LKS

Merumuskan KD

Menentukan Alat Penilaian

Menyususn materi

Memperhatikan Struktur Bahan Ajar

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori - UKSW

23

2. Menyususn peta kebutuhan LKS

Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan untuk mengetahui

jumlah LKS yang harus ditulis serta melihat sekuensi atau urutan

LKS-nya. Sekuensi LKS sangat dibutuhkan dalam menentukan

prioritas penulisan.

3. Menentukan judul-judul LKS

Satu Kompetensi Dasar dapat dijadikan sebagai judul LKS

apabila kompetensi tersebut tidak terlalu besar. Adapun besarnya

Kompetensi Dasar dapat dideteksi, antara lain dengan cara apabila

diuraikan kedalam materi pokok (MP) mendapatkan maksimal 4 MP,

maka kompetensi tersebut dapat dijadikan sebagai satu judul LKS.

Namun, apabila kompetensi tersebut bisa diuraikan menjadi lebih

dari 4 MP, maka harus kita pikirkan kembali apakah kompetensi

tersebut perlu dipecah. Contoh menjadi dua judul LKS.

4. Penulisan LKS

Pertama, merumuskan Kompetensi Dasar. Untuk merumuskan

kompetensi dasar, dapat kita lakukan dengan menurunkan

rumusannya langsung dari kurikulum yang berlaku.

Kedua, menentukan alat penilaian. Penilaian kita lakukan

terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik.

Ketiga, menyusun materi. Untuk menyusun materi LKS, ada

beberapa hal penting yang perlu diperhatikan. Materi LKS dapat

berupa pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup

substansi yang akan dipelajari.

Keempat, memperhatikan struktur LKS. Kita harus memahami

bahwa struktur LKS terdiri atas enam komponen, yaitu judul,

petunjuk belajar (petunjuk siswa), kompetensi yang akan dicapai,

informasi pendukung, tugas-tugas dan langkah-langkah kerja, serta

penilaian. Dalam menulis LKS paling tidak keenam komponen

tersebut harus ada.

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori - UKSW

24

2.1.3.4 Langkah-langkah Pengembangan LKS

a. Menentukan tujuan pembelajaran yang akan di-breakdown

dalam LKS

b. Pengumpulan materi

c. Penyususnan elemen atau unsur-unsur

d. Pemeriksaan dan penyempurnaan.

Ada 4 variabel yang harus dicermati:

1. Kesesuaian desain dengan tujuan pembelajaran yang

berangkat dari kompetensi dasar.

2. Kesesuaian materi dan tujuan pembelajaran.

3. Kesesuaian elemen atau unsur dengan tujuan

pembelajaran.

4. Kejelasan penyampaian.

2.1.3.5 Kelebihan dan Kekurangan LKS

Kelebihan dan Kelemahan LsKS

1. Kelebihan lembar kerja siswa

a. Menunjukkan siswa lebih aktif karena harus

mengerjakan LKS.

b. Menuntut siswa lebih untuk mencapai kompetensi

dasar yang dinginkan.

c. Situasi siswa lebih demokratis, sehingga dapat

menimbulkan gairah belajar siswa.

d. Melatih dan mengembangkan cara belajar siswa untuk

dapat belajar mandiri.

e. Guru dapat mengetahui sejauh mana pencapaian siswa

dalam suatu pokok/sub pokok bahasan melalui LKS

yang diperiksa oleh guru.

2. Kelemahan lembar kerja siswa

a. Membutuhkan waktu yang relative banyak dalam

mempersiapkannya.

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori - UKSW

25

b. Siswa yang kurang akan tinggal oleh temannya yang

lebih giat belajar, sehingga untuk mengurangi

ketertinggalan siswa yang kurang dengan siswa yang

lebih, maka dalam pembagian kelompok kerja

diusahakan adanya pemerataan siswa yang pandai pada

setiap kerja.

c. Guru yang kurang kreatif dalam membuat LKS akan

mengalami kesulitan. Sehingga untuk menghinndari hal

demikian, maka guru perlu membuat pelatihan khusus

dari Dinas Pendidikan Nasional sebelum membuat LKS

yang nantinya akan digunakan sekolah ( Ratna, 2004).

2.1.4 Pengertian Inkuiri Terbimbing

Inkuiri terbimbing adalah sebagai proses pembelajaran dimana

guru menyediakan unsur-unsur asas dalam satu pelajaran dan kemudian

meminta pelajar membuat generalisasi, menurut Sanjaya (2008: 200)

pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri

yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk

cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru,

siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran

inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan

bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga

siswa yang berifikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi

rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang

dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan berpikir tinggi tidak

memonopoli kegiatan oleh sebab itu guru harus memiiki kemampuan

mengelola kelas yang bagus.

Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided inquiry) yaitu suatu model

pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan

bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori - UKSW

26

perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau

masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas

begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa (Andriani,

2011).Siswa di tingkat pemula seperti TK, SD, dan SMP cocok

diterapkan pembelajaran dengan inkuiri terbimbing, karena umumnya

siswa-siswa pada tingkat pemula tersbut masih banyak memerlukan

bimbingan dari guru dalam proses pembelajaran Suardana (dalam

Suardana, 2012).Tanggung jawab siswa dalam proses eksperimen dapat

dilihat dan berhubungan dengan refleksi personal anak tersebut dan

seberapa banyak guru memberikan bimbingan (guidance) dalam proses

instruksi (Oge & Ifeoma, 2013).

Inkuiri terbimbing merupakan proses pembelajaran berdasarkan

penemuan dan pencarian melalui proses berpikir secara sistematis,

dimana guru memimpin murid-murid dengan tahapan-tahapan yang

benar, mengijinkan adanya diskusi, menanyakan pertanyaan yang

menuntun, dan memperkenalkan ide poko bila dirasa perlu. Ini

merupakan kerja sama yang semakin menyenangkan karena hasil

akhirnya dapat diperoleh (Udin Syaefudin Sa’ud, 2009: 169 dan Evan M.

Maletsky, 2004: 15)

Trianto (2007:136) lebih lanjut menyatakan bahwa untuk

menciptakan suasana inkuiri, peranan guru adalah sebagai berikut: 1)

motivator, yang memberikan rangsangan supaya siswa aktif dan gairah

berpikir. 2) Fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada

hambatan dalam proses berpikir siswa. 3) Penanya, untuk menyadarkan

siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberikan keyakinan

pada diri sendiri. 4) Administrator, yang bertanggungjawab terhadap

seluruh kegiatan di dalam kelas. 5) Pengarah, yang memimpin arus

kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan. 6) Manajer, yang

mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas. 7) Rewarder,

yang memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka

peningkatan semangat heuristik pada siswa.

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori - UKSW

27

Berdasarkan definisi-definisi dari para ahli tersebut bisa

disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah

pembelajaran yang berproses pada penemuan dan pencarian melalui

proses berpikir secara sistematis dimana pendidik dalam pelaksanaannya

guru tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai

penerima informasi, tetapi guru membuat rencana pembelajaran atau

langkah-langkah percobaan dan menyediakan bimbingan atau petunjuk

kepada siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran tentang konsep atau

suatu gejala melalui pengamatan, pengukuran, pengumpulan data untuk

ditarik kesimpulan.

Langkah-Langkah Model Inkuiri Terbimbing (dimodifikasi dari

Walker, 2007; Wenning, 2007)

Tahapan

Pembelajaran

Aktivitas

Guru Siswa

Introduction

(pembukaan)

1. 1. Memperkenalkan dan

mengarahkan siswa terhadap

topik yang akan dipelajari.

2. 2. Menemukan pengetahuan

awal yang dimiliki oleh siswa

terhadap topik.

3. 3. Menemukan kesalahan

konsep yang dimiliki oleh siswa.

1. Memperhatikan apa yang

disampaikan oleh guru.

2. Menjawab pertanyaan yang

diajukan oleh guru.

Questioning

(permasalahan)

Menuntun siswa merumuskan

permasalahan dan hipotesis.

Merumuskan permasalahan dan

hipotesis.

Planning

(perencanaan)

1. Menuntun siswa untuk

merencanakan eksperimen

dengan beberapa pertanyaan.

1. 2. Apa bahan dan alat yang

kalian butuhkan?

2. 3. Apa prosedur yang akan

kalian lakukan untuk

mengumpulkan data?

3. 4. Bagaimana kalian melakukan

observasi dan merekam data?

1. Membuat prosedur eksperimen.

2. Menentukan alat dan bahan yang

akan digunakan.

3. Menentukan teknik observasi

yang akan dilakukan.

4. Menentukan teknik merekam data

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori - UKSW

28

Implementing

(pengimplementas

ian)

1. 1. Menuntun siswa dalam

menggunakan alat dan bahan.

2. 2. Menuntun siswa dalam

melakukan prosedur eksperimen.

3. 3. Menuntun siswa dalam

mengobservasi dan merekam

data.

1. Menggunakan alat dan bahan.

2. Melakukan prosedur eksperimen.

3. Melakukan kegiatan observasi dan

merekam data yang diperoleh.

Concluding

(penyimpulan)

Menuntun siswa untuk

merumuskan suatu kesimpulan

berdasarkan bukti-bukti yang di

dapat dan hipotesis yang telah

dirumuskan.

Merumuskan suatu kesimpulan

berdasarkan bukti-bukti yang di

dapat dan hipotesis yang telah

dirumuskan.

Reporting

(pelaporan)

Menuntun siswa dalam

melaporkan hasil eksperimen

yang telah dilakukan melalui

kegiatan diskusi.

Melaporkan hasil yang telah

diperoleh dalam bentuk makalah,

dan dipresentasikan kepada teman-

temannya dengan menggunakan

media (powerpoint, gambar)

2.1.4.1 Keunggulan Metode Inkuiri Terbimbing

Suryosubroto (2009:185) mengemukakan bahwa inkuiri memiliki

keunggulan yaitu : (a) membantu siswa mengembangkan atau

memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses

kognitif siswa, (b) Pengetahuan yang diperoleh bersifat sangat kukuh;

dalam arti pendalaman dari pengertian; referensi, dan transfer, (c)

membangkitkan gairah pada siswa, (d) memberi kesempatan pada siswa

untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri (e)

menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga ia

lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, (f) membantu

memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan diri siswa,

(g) metode ini berpusat pada siswa sehingga guru hanya menjadi teman

belajar.

2.1.4.2 Kelemahan Metode Inkuiri Terbimbing

Suryosubroto (2009:186) lebih lanjut menyatakan bahwa metode

inkuiri memiliki kelemahan antara lain: (a) dipersyaratkan keharusan

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori - UKSW

29

persiapan mental untuk cara belajar ini, (b) metode ini kurang berhasil

untuk mengajar kelas besar, (c) Harapan yang ditumpahkan mungkin

mengecewakan bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan

perencanaan dan pengajaran secara tradisional.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri

terbimbing adalah kegiatan inkuiri dimana masalah dikemukakan guru

kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah

tersebut dibawah bimbingan intensif guru, dengan langkah-langkah (1)

merumuskan masalah; (2) merumuskan hipotesis; (3) merancang

percobaan; (4) melakukan percobaan; (5) mengumpulkan dan

menganalisis data; (6) membuat kesimpulan.

2.1.5 Hakikat Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas psikis berupa interaksi dengan lingkungan

yang menyebabkan perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan

nilai sikap (Winkel dalam Suyono 2011: 15). Menurut Edworl L Walker

(dalam Totok Santoso, 1988: 1) mengatakan bahwa ”belajar adalah

perubahan perbuatan sebagai akibat dari pengalaman.

Aktivitas belajar antara lain mengamati, membaca, meniru, mencoba

sendiri, menyimak dan mengikuti arahan (Spears dalam Baharuddin 2010:

13-14). Selanjutnya prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan Soekanto dan

Winataputra (dalam Baharuddin 2010: 16) :

a. Siswa adalah subjek belajar, untuk itu siswa harus bertindak aktif.

b. Siswa belajar sesuai perkembangan kognitif, bahasa dan

emosionalnya.

c. Penguatan yang diberikan selama proses belajar dapat mendorong

siswa belajar dengan baik.

d. Penguasaan setiap langkah yang dilakukan siswa membuat proses

belajar lebih berarti.

e. Motivasi belajar siswa akan meningkat apabila diberi tanggung

jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori - UKSW

30

Berdasarkan uraian pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah serangkaian kegiatan dan aktivitas yang mampu

menimbulkan suatu perubahan, baik perubahan pengetahuan, pemahaman,

keterampilan atau nilai sikap.

2.1.5.1 Hasil Belajar

Menurut (Oemar Hamalik 2006:30, dalam Indra 2009) “Hasil belajar

adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada

orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak

mengerti menjadi mengerti”.

Berhubungan dengan kegiatan belajar di sekolah W.S. Winkel (dalam

Tarry 2010) mengemukakan bahwa “Hasil belajar adalah prestasi belajar

berdasarkan kemampuan internal yang diperoleh sesuai dengan tujuan

instuksional. Hasil belajar itu mengacu pada tujuan instruksional dari

pelajaran dan tujuan instruksional itu merupakan tolak ukur yang terus

dicapai oleh siswa”.

Hasil belajar menurut Gagne dan Briggs 1979 ( dalam

Suprihatiningrum, 2013:37) adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

siswa sebagai akibat perbuatan belajar yang diamati melalui penampilan

siswa (learner’s performance). Hal ini dipertegas oleh Reigeluth 1983 (

dalam Suprihatiningrum, 2013 : 37) yang mengatakan bahwa hasil belajar

adalah suatu penampilan (performance) yang diindikasikan sebagai suatu

kapabilitas (kemampuan) yang telah diperoleh. Selanjutnya hasil belajar

ditentukan dengan pemberian evaluasi. Menurut Hamalik (2011: 145)

evaluasi pengajaran berfungsi menentukan hasil urutan pengajaran berkaitan

dengan penguasaan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa.

Hasil belajar hendaknya mencakup tiga aspek (Sudjana, 2011: 22) :

a. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual meliputi

pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, evaluasi

dan kreasi.

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori - UKSW

31

b. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap meliputi aspek penilaian,

partisipasi, penilaian, organisasi dan internalisasi.

c. Ranah psikomotorik, menunjukkan adanya kemampuan fisik

seperti gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan

perseptual, ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan

ekspresif interpretatif.

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar (Wasliman dalam Ahmad

Susanto 2013: 12-13)

a. Faktor internal, merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri

peserta didik,yang mempengaruhi kemampuan belajarnya.Faktor

internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi

belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan

kesehatan.

b. Faktor eksternal, merupakan faktor yang berasal dari luar diri

peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga,

sekolah, dan masyarakat.

Dari pendapat yang dikemukakan oleh para ahli pada uraian di atas

disimpulkan bahwa, hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki individu

melalui sebuah proses aktivitas belajar untuk mencapai sebuah tujuan. Hasil

belajar mencakup aspek kognitif, afektif, psikomotorik dan terdapat faktor

yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal dan eksternal .

Namun dalam penelitian pengembangan LKS IPA berbasis inkuiri

terbimbing yang dilakukan oleh peneliti hanya mengetahui hasil belajar

melalui aspek kognitif pada uji lapangan di sekolah dasar yang digunakan

sebagai uji terbatas dan uji luas. Peneliti menggunakan instrumen soal yang

terdapat pada soal evaluasi yang telah diuji secara validitas yang terdapat

pada LKS yang dikembangkan.

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori - UKSW

32

2.2 Hasil Penelitian Relevan

Penelitian ini mengenai pengembangan Lembar Kerja Siswa

berbasis inkuiri terbimbing pada materi pesawat sederhana kelas V SD N

Simpar Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung. Berdasarkna hasil

studi literatur, peneliti menemukan beberapa tulisan atau penelitian lain

yang berkaitan dengan penelitian ini.

Yang pertama adalah penelitian dari Anis Supiati (2013) yang berjudul

“Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Konstruktivis untuk

Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Tuban”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengembangkan LKS yang dapat membantu siswa

membangun pengetahuannya sendiri dan melatihkan keterampilan sains.

Kedua, penelitian dari Nur Ana dkk (2010) yang berjudul

“Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Berbasis Pembelajaran

Kooperatif Group Investigation (GI) untuk Melatih Keterampilan Berpikir

Kritis”. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengembangkan LKS materi

Ekosistem berbasis pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) untuk

melatih keterampilan berpikir kritis siswa, dan mengetahui respon siswa

terhadap keterbacaan LKS, serta keterlaksanaan LKS. Jenis penelitian ini

merupakan penelitian pengembangan yang terdiri dari tahap pengembangan

LKS dan tahap uji coba LKS. Instrumen yang digunakan dalam penelitian

ini adalah lembar telaah LKS dan angket. Metode pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah pemberian lembar telaah LKS dan angket respon siswa

terhadap keterbacaan LKS.

Ketiga, penelitian pengembangan LKS Mata Pelajaran IPA Berbasis

Model Inkuiri Terbimbing. Hal ini pernah diteliti oleh Sidig Budisetyawan

dengan judul penelitian “Pengembangan Lembar Kerja Siswa IPA Terpadu

Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Tema Sistem Kehidupan Dalam

Tumbuhan Kelas VIII SMPN 2 Playen, Yogyakarta”. Pengembangan LKS

IPA Terpadu Berbasis Inkuiri Terbimbing, hasil pengembangan LKS

tersebut memenuhi kriteria kelayakan sebagai media pembelajaran yang

baik.

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori - UKSW

33

Perolehan penilaian dari dosen ahli, teman sejawat, dan guru IPA

termasuk dalam kategori sangat baik (A) dengan jumlah skor masing-

masing 166,5; 164; 177 . Pada uji lapangan terbatas mendapat rata-rata nilai

91,55 dan termasuk dalam kategori nilai (B) atau baik. Sedangkan pada uji

operasional kelas VIII A juga mendapat nilai 97,15 dalam kategori (B) atau

baik. Tapi pada kelas VIII B terdapat peningkatan dari kelas A, nilai yang

didapat 102,09 masuk dalam kategori nilai sangat baik atau (A).

Keempat, penelitian pengembangan yang dilakukan oleh Noviana Anjar

Hastuti dalam penelitannya yang berjudul Pengembangan Lembar Kerja

Siswa Berbasis Inkuiri Untuk Meningkatkan Aktivitas Pembelajaran IPA di

SMP ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kualitas LKS hasil

pengembangan serta peningkatan aktivitas pembelajaran IPA di SMP yang

menggunakan LKS hasil pengembangan. Penelitian ini merupakan

penelitian R&D yang menggunakan langkah pengembangan Borg and Gall

yang dibatasi hingga 5 tahap.

Pengumpulan data dilakukan melalui lembar penilaian produk dan

lembar observasi. Data yang diperoleh merupakan data kualitatif dan

kuantitatif. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan mengkonversi skor

pada lembar penilaian produk menjadi skala lima serta mempresentase skor

yang diperoleh dari lembar observasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas LKS hasil pengembangan

berdasarkan penilaian dosen ahli, peer viewer, dan guru IPA berada dalam

kategori “baik” untuk untuk aspek pendekatan penulisan, aspek penyajian

tema, aspek kejelasan kalimat, aspek kegiatan/eksperimen, dan aspek

penampilan fisik, dan berada pada kategori “sangat baik” untuk aspek

kebahasaan dan keterlaksanaan.

Kualitas LKS hasil pengembangan berdasarkan hasil uji respon siswa

berada dalam kategori “baik” untuk aspek Aspek pendekatan penulisan,

aspek penyajian tema, aspek kejelasan kalimat, aspek kebahasaan aspek

kegiatan/eksperimen, dan aspek penampilan fisik, dan berada dalam

kategori “sangat baik” untuk aspek keterlaksanaan.

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori - UKSW

34

Peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan LKS hasil

pengembangan adalah berupa berupa visual activities sebesar 3,97%, oral

activities sebesar 2,73%, listening activities sebesar 12,07%, writing

activities sebesar 13,64%, drawing ativities sebesar 19,09%, motor activities

sebesar 13,64%, mental activities sebesar 9,70%, dan emotional activities

sebesar 6,66%.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang relevan ini dapat disimpulkan

bahwa penelitian yang mengembangan LKS dalam mata pelajaran IPA

mampu menarik siswa dalam proses pembelajaran sehingga meningkatkan

dan membantu siswa membangun pengetahuannya sendiri dan melatihkan

keterampilan sains. Pada penelitian ini, peneliti meneliti mata pelajaran IPA

materi pesawat sederhana pada subyek yang berbeda namun tetap

menggunakan model serta pengembangan yang sama yaitu penelitian

pengembangan LKS mata pelajaran ipa berbasis model inkuiri terbimbing.

2.2.1 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

Asumsi Pengembangan

Pengembangan LKS IPA yang berbasis Model Inkuiri bermaterikan

tentang pesawat sederhana dapat digunakan sebagai bahan ajar

pembelajaran secara mandiri maupun secara berkelompok pada siswa SD N

Simpar Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung Kelas V Semester II

Tahun Ajaran 2014-2015.

Keterbatasan Pengembangan

Pengembangan LKS IPA yang berbasiskan dengan Model Inkuiri ini

hanya membahas materi pokok tentang pesawat sederhana.

Page 22: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori - UKSW

35

2.3 Kerangka Berfikir

Pada proses pembelajaran di sekolah, guru masih menggunakan

LKS konvensional dan kurang kreatif sehingga pembelajaran yang ada

disekolah kurang begitu menyenangkan dan belum membuat siswa untuk

aktif dalam pembelajaran. LKS konvensinal adalah LKS yang tinggal pakai,

tinggal beli, instan, serta tanpa upaya merencanakan, menyiapkan, dan

menyusun sendiri. LKS merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan

guru untuk meningkatkan keterlibatan siswa atau aktivitas dalam proses

belajar mengajar (Darmodjo dan Kaligis,1993:40) yang dapat membantu

guru dalam memudahkan proses belajar mengajar dan mengarahkan

siswanya untuk dapat menemukan konsep-konsep melalui aktivitasnya

sendiri dalam kelompok kerja. Untuk itu diperlukan pengembangan LKS

dalam pembelajaran. Penerapan LKS berbasis model inkuiri terbimbing

dapat membantu siswa untuk mengembangkan diri mereka khususnya

kemampuan berpikir kritis. Proses pembelajaran akan bersifat student

centered ( berpusat pada siswa) dan siswa akan menjadi lebih aktif. Dengan

demikian dengan adanya pengembangan LKS berbasis model inkuiri

terbimbing, membantu siswa menemukan dan memperoleh pengetahuan

baru berdasarkan pengalaman-pengalaman pribadi siswa masing-masing,

maka siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, keaktifan

siswa, dan meningkatkan hasil belajar. Berdasarkan alasan yang telah

disebutkan maka dilakukan perancangan produk yang sesuai dengan kondisi

siswa di kelas 5 SD. Setelah melakukan analisa kebutuhan produk di SD,

dan juga mencari referensi maka dilakukan perancangan produk, kemudian

dilakukan uji coba produk dan perbaikan.

Adapun kerangka berfikir dalam penelitian ini sebagai berikut :

Page 23: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori - UKSW

36

1) Petunjuk dan langkah-langkah

untuk memahami tugas.

2) Student Centered

3) Tugas sesuai kompetensi yang

akan dicapai.

4) Inovatif dan kreatif.

5) Sarana latihan.

6) Kegiatan diskusi.

7) Penemuan.

8) Penerapan.

9) Tulisannya yang sistematis,

berwarna dan bergambar.

10) Pembimbing siswa

LKS Inkuiri Terbimbing

1) Siswa tidak mengalami kebingungan dalam

mengerjakan tugas.

2) Siswa cenderung lebih aktif.

3) Meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi

yang diberikan.

4) Menciptakan proses pembelajaran yang lebih

menyenangkan sehingga siswa tertarik untuk

membuka dan mempelajari lembar demi lembar.

5) Dengan latihan soal siswa semakin ingat dengan

konsep-konsep yang digunakan untuk

menyelesaikan tugas pada LKS.

6) Dalam kegiatan diskusi , interaksi antara siswa

dengan guru dan siswa lainnya menyebabkan proses

pembelajaran menjadi lebih dinamis. Sejalan dengan

hal tersebut, interaksi multi arah akan dapat

mengoptimalkan proses pembelajaran.

7) Dalam LKS siswa dibimbing untuk menyelidiki

suatu situasi atau keadaan tertentu agar menemukan

pola situasi tersebut, sehingga dapat membuat suatu

hipotesa, prakiraan atau dugaan.

8) Melalui LKS, siswa dibimbing menuju suatu metode

penyelesaian soal dengan menggunakan konsep-

konsep yang dimiliki siswa. Hal ini akan berguna

untuk soal aplikasi yang memerlukan banyak

langkah atau menerangkan gambar.

9) Jika LKS disusun secara menarik seperti tulisannya

yang sistematis, berwarna dan bergambar maka akan

dapat meningkatkan minat siswa untuk

mengerjakannya.

10) Menurut Suwarti (dalam Deyanti, 2008), setiap

siswa yang mengerjakan tugas dengn menggunakan

LKS akan lebih berhasil dibandingkan dengan siswa

yang tidak menggunakan LKS. Oleh karena itu, agar

siswa menjadi terbimbing dan memperoleh hasil

belajar yang maksimal maka perlu diarahkan dengan

menggunakan LKS.

Tujuan

Hasil

belajar

Peningkatan

Gambar 1.1 Skematis kerangka berpikir

Peningkatan

H

A

S

I

L

B

E

L

A

J

A

R

Page 24: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori - UKSW

38

Dengan diketahui apa yang terkandung dalam LKS sebagai bahan

ajar dan tujuan dari siswa yang diharapkan maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa LKS inkuiri terbimbing dapat digunakan sebagaai

bahan ajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2.4 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah, kajian teori dan kerangka

berpikir maka peneliti dapat mengambil hipotesis dalam penelitian ini

adalah:

H0 : LKS berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan diduga

tidak layak digunakan dan tidak efektif untuk meningkatkan

hasil belajar dalam pembelajaran IPA materi pesawat

sederhana siswa kelas 5 Sekolah Dasar

Ha : LKS berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan diduga

layak digunakan dan efektif untuk meningkatkan hasil belajar

dalam pembelajaran IPA materi pesawat sederhana siswa

kelas 5 Sekolah Dasar