bab ii kajian pustaka 2.1 2.1.1 mata pelajaran ... - uksw

23
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan 2.1.1.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan kewarganegaraan secara singkat berarti mendidik warga negara untuk berkewarnegaraan, pancasila dan UUD 1945 menjadi dasar dalam muatan materi pembelajaran. Menurut Pasal 3 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Tahun 2003, tujuan Pendidikan Nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di dalamnya memuat aspek hukum, politik dan moral. Mata Pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter seperti yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006). Pendidikan kewarganegaraan adalah bidang studi yang bersifat interdisipliner ilmu-ilmu sosial yang secara struktural bertumpu pada disiplin ilmu politik, khususnya konsep demokrasi politik untuk aspek hak dan kewajiban (Abdul Aziz Wahab & Sapriya, 2011). Menurut Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005, Pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas terampil dan kerkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Menurut Ahmah Haris Bhakti (2009) Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya Indonesia yang

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Mata Pelajaran ... - UKSW

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

2.1.1.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan secara singkat berarti mendidik warga

negara untuk berkewarnegaraan, pancasila dan UUD 1945 menjadi dasar dalam

muatan materi pembelajaran. Menurut Pasal 3 Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional (Sisdiknas) Tahun 2003, tujuan Pendidikan Nasional adalah

mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di dalamnya memuat aspek

hukum, politik dan moral.

Mata Pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada

pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak

dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil,

dan berkarakter seperti yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945

(Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006).

Pendidikan kewarganegaraan adalah bidang studi yang bersifat

interdisipliner ilmu-ilmu sosial yang secara struktural bertumpu pada disiplin

ilmu politik, khususnya konsep demokrasi politik untuk aspek hak dan kewajiban

(Abdul Aziz Wahab & Sapriya, 2011). Menurut Peraturan Pemerintah No 19

tahun 2005, Pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang

memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu

melaksanakan hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang

cerdas terampil dan kerkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Menurut Ahmah Haris Bhakti (2009) Pendidikan Kewarganegaraan adalah

mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan

melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya Indonesia yang

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Mata Pelajaran ... - UKSW

8

diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari

peserta didik, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, dan

makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang secara umum

bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia,

sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang

memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung

jawab dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

(Depdiknas, 2002).

Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pendidikan

kewarganegaraan mengajarkan setiap warga negara untuk mampu demokratis dan

berpikir kritis terhadap masalah politik dan sosial yang terjadi di lingkungan

sekitar. Pembelajaran PKn mengkaji tentang sistem pemerintahan, HAM, hak dan

kewajiban warga negara serta proses demokrasi. Pada sekolah dasar pembelajaran

PKn menanamkan tentang dasar pendidikan kewarganegaraan, dalam bidang

persatuan dan kesatuan bangsa meliputi, hidup rukun dalam perbedaan, cinta

lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan

Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap

positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan

keadilan.

2.1.1.2 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun

2006 tujuan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan agar peserta didik dapat

memiliki kemampuan sebagai berikut :

a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu

kewarganegaraan,

b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara

cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-

korupsi,

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Mata Pelajaran ... - UKSW

9

c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri

berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup

bersama dengan bangsa-bangsa lainnya,

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara

langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan

komunikasi.

2.1.1.3 Ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) mengemukakan bahwa ruang

lingkup mata pelajaran PKn meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

a. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan,

cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda,

keutuhan NKRI, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap

NKRI, keterbukaan dan jaminan keadilan.

b. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tata

tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan

daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistim

hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.

c. Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban

anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan,

penghormatan dan perlindungan HAM.

d. Kebutuhan warga negara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai

warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan

pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan

kedudukan warga negara.

e. Konstitusi Negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang

pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di indonesia, hubungan

dasar negara dengan konstitusi.

f. Kekuasan dan Politik, meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan,

pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem

politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem

pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Mata Pelajaran ... - UKSW

10

g. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi

negara, proses perumusan pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-

nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi

terbuka.

h. Globalisasi meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri

Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan

organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.

2.1.1.4 Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar

Sesuai dengan pengertian, tujuan dan ruang lingkup pendidikan

kewarganegaraan di sekolah dasar, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22

Tahun 2006 menetapkan agar guru membelajarkan peserta didik untuk fokus pada

pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak

dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil,

dan berkarakter seperti yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945, hal ini

bertujuan agar peserta didik dapat berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif

dalam menanggapi isu kewarganegaraan, berpartisipasi secara aktif dan

bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi, berkembang secara positif dan

demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat

Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa lainnya, berinteraksi dengan

bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tak langsung

dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Materi pembelajaran telah di tetapkan dalam ruang lingkup sesuai dengan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006. Pembelajaran PKn

mendidik siswa berpikir kritis terhadap persoalan politik dan sosial yang terjadi di

lingkungan sekitar, mengambil keputusan secara demokratis materi dasar

pembelajaran PKn, hidup rukun dalam perbedaan cinta lingkungan, kebanggaan

sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan negara kesatuan republik

Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap negara

kesatuan republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan. Pencapaian

pembelajaran mencakup tiga aspek yaitu, kognitif, afektif dan psikomotorik.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Mata Pelajaran ... - UKSW

11

Penting bagi seorang guru dalam pembelajaran PKn memilih metode dan media

pembelajaran yang bermakna pada siswa dan mencakup ketiga aspek tersebut.

2.1.2 Metode Diskusi Kelompok

2.1.2.1 Pengertian Diskusi Kelompok

Diskusi merupakan interaksi bertukar pikiran oleh dua orang atau lebih,

dalam kamus besar bahasa Indonesia diskusi diartikan sebagai suatu pertemuan

ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah. Metode diskusi dalam

pembelajaran bertujuan agar siswa mampu memecahkan masalah, dalam

pembelajaran diskusi menjadi salah satu metode pembelajaran yang efektif karena

dari hasil diskusi akan timbul banyak solusi dan pemecahan masalah. Moh. Surya

(1975:107) mendefinisikan diskusi kelompok sebagai suatu proses bimbingan

dimana murid-murid akan mendapatkan suatu kesempatan untuk menyumbangkan

pikiran masing-masing dalam memecahkan masalah bersama. Diskusi kelompok

melatih siswa untuk dapat mengidentifikasi masalah dan mencari alternatif

pemecahan masalah. Dalam diskusi ini tertanam pula tanggung jawab dan harga

diri. Moh. Uzer Usman (2005: 94) diskusi kelompok merupakan suatu proses

yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang

informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan

atau pemecahan masalah. Menurut Subroto (2002: 179) diskusi kelompok adalah

suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang tergabung dalam suatu

kelompok untuk saling bertukar pendapat suatu masalah atau bersama-sama

mencari pemecahan mendapatkan jawaban atau kebenaran atas suatu masalah.

Menurut beberapa pendapat dari para ahli, diskusi merupakan proses

interaksi bertukar pikiran antara dua orang atau lebih, metode diskusi kelompok

melatih siswa untuk dapat mengidentifikasi masalah dengan berbagi pengalaman

dan mencari alternatif pemecahan masalah secara bersama.

2.1.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Diskusi Kelompok

Metode diskusi kelompok memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut

Haryono kelebihan diskusi kelompok sebagai berikut :

a. Siswa dapat berbagi berbagai informasi dalam menjalani gagasan baru atau

memecahkan masalah,

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Mata Pelajaran ... - UKSW

12

b. Dapat meningkatkan pemahaman atas masalah-masalah penting,

c. Mengembangkan kemampuan untuk berfikir dan berkomunikasi,

d. Meningkatkan ketertiban dalam perencanaan dan pengambilan keputusan

dan,

e. Membina semangat kerjasama dan bertanggung jawab.

Kelemahan metode diskusi kelompok menurut Wardani (Dalam Puger,

1997 : 9) sebagai berikut :

a. Diskusi kelompok memerlukan waktu yang lebih banyak daripada cara

belajar yang biasa,

b. Dapat memboroskan waktu terutama bila terjadi hal-hal yang negatif seperti

pengarahan yang kurang tepat,

c. Anggota yang kurang agresif (pendiam, pemalu) sering tidak mendapatkan

kesempatan untuk mengemukakan pendapat atau ide-idenya sehingga terjadi

frustasi atau penarikan diri dan,

d. Adakala hanya didominasi oleh orang-orang tertentu saja.

2.1.2.3 Langkah-langkah Penerapan Metode Diskusi Kelompok

Pertama Melakukan persiapan fisik, mengatur meja kursi

siswa agar siswa dapat berhadap-hadapan atau

bertatap muka. Sesuaikan dengan bentuk dan

anggota kelompok agar efisien. Misalnya satu

kelompok hanya terdiri dari 4 orang agar hasil kerja

kelompok dapat maksimal. Hal lain yang harus

diperhatikan adalah dalam satu kelompok jangan

sampai didominasi oleh anak aktif.

Kedua Membahas bersama siswa dalam memilih topik yang

akan didiskusikan. Contohnya topik yang sedang

diperbincangkan dalam masyarakat, sesuatu yang

menimbulkan perbedaan pendapat, atau isu yang

menimbulkan pro dan kontra antara kelompok

masyarakat.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Mata Pelajaran ... - UKSW

13

Ketiga Pemilihan anggota kelompok berdasarkan keaktifan

siswa yang mampu memberi motivasi kepada teman

kelompok untuk mengemukakan pendapat dan

melalui kebijakan guru.

Keempat Seluruh siswa mendiskusikan secara aktif dalam

kelompok mengenai tugas yang harus dikerjakan.

Kelima Secara bergiliran masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil kerja kelompok.

Keenam Kelompok lain memberi tanggapan dan mencatat

hasil presentasi

2.1.3 Metode Ceramah Bervariasi

2.1.3.1 Pengertian Metode Ceramah Bervariasi

Metode ceramah merupakan metode pembelajaran yang berpusat pada

guru, penguasaan kelas oleh guru, siswa hanya cukup diam dan mencatat

penjelasan dari seorang guru. Seiring dengan perubahan kurikulum, pendekatan,

metode dan tehnik pembelajaran muncul perubahan yang melatih siswa aktif

berpikir kreatif dan mandiri dalam pemecahan masalah.

Metode bervariasi pun, merupakan penambahan metode ceramah yang

selama pembelajaran berpusat pada guru diupayakan siswa terlibat dan menjadi

tidak bosan dengan berbantuan tanya jawab, pendekatan kontekstual. Pengertian

dari ceramah menurut Widi Rahardjo (2002) ialah suatu cara penyajian bahan ajar

atau mengajar melalui penjelasan atau penuturan oleh guru kepada peserta didik.

Selanjutnya Widi Rahardjo (2002) menyatakan bahwa metode ceramah ialah

suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan melalui penuturan (penjelasan lisan)

oleh guru kepada siswa. Metode ceramah bervariasi merupakan cara

penyampaian, penyajian bahan pelajaran dengan disertai macam-macam

penggunaan metode pengajaran lain, seperti tanya jawab dan diskusi terbatas,

pemberian tugas dan sebagainya (Fatonah Sismiasih, 2013).

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Mata Pelajaran ... - UKSW

14

2.1.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Ceramah Bervariasi

Widi Rahardjo (2002) menyatakan kelebihan dan kekurangan dari metode

ceramah. Kelebihannya adalah untuk menyampaikan pengantar atau informasi

yang baru, gunakan anak bila anak sudah mendapatkan motivasi, tepat untuk kelas

besar dan untuk menekankan hal-hal yang penting yang telah dipelajari, lebih

tepat bagi orang-orang dewasa karena dapat berkonsentrasi dalam jangka waktu

lebih lama, dapat digunakan untuk menghabiskan bahan pelajaran dengan materi

yang lebih dalam waktu yang singkat, tidak banyak menggunakan alat atau media

peraga, untuk menjelaskan bahan pelajaran yang penting yang tidak terdapat

dalam buku teks, untuk bahan pelajaran yang dirasa sukar walaupun terdapat

dalam buku teks, untuk bahan pelajaran yang dirasa sukar walaupun terdapat

dalam buku teks, tetapi guru perlu menjelaskan, untuk membangkitkan hasrat dan

minat siswa.

Kekurangan metode ceramah adalah hanya menghasilkan ingatan jangka

pendek pada siswa, kurang tepat bagi anak kecil, karena belum bisa

berkonsentrasi dalam waktu lama dan sulit menerima penjelasan guru yang terlalu

banyak mengeluarkan kalimat-kalimat. Kegiatan ini lebih berpusat pada guru,

sehingga anak pasif, dapat melemahkan perhatian siswa, membosankan siswa bila

ceramahnya terlalu lama, karena setelah 20 menit pertama perhatian siswa

menurun dan bicara guru tidak menarik, kurang tepat atau sejalan dengan sistem

pembelajaran aktif dan menimbulkan sekolah duduk & dengar, merugikan bagi

siswa yang tidak peka pendengarannya dan tidak dapat mencatat secara cepat atau

merusak tulisan, tidak tepat untuk pengajaran aspek keterampilan

(phsykomotorik).

2.1.3.3 Langkah-langkah Metode Ceramah Bervariasi

Langkah-langkah metode ceramah di dalam kelas menurut Widi Rahardjo

(2002) antara lain :

1. Persiapan

Pada tahap persiapan awal berceramah, guru melakukan kegiatan menata

secara sistematis atau mengorganisir bahan pelajaran yang akan disajikan,

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Mata Pelajaran ... - UKSW

15

menentukan urutan-urutan penyajian, agar bagi guru atau siswa dapat dengan

mudah memahami dan menguasai bahan pelajaran tersebut.

2. Awal ceramah

Pada tahap ini sebagai pengantar atau interupsi dimana guru membuka

pelajaran dengan kegiatan-kegiatan yang menumbuhkan motivasi dan

perhatian siswa yang antusias, mendorong rasa ingin tahu dengan pertanyaan

yang menantang atau merangsang berpikir siswa dengan menggunakan pokok-

pokok isi atau materi.

3. Pelaksanaan Ceramah

Tahap ini merupakan kegiatan inti, guru menyajikan bahan pelajaran yang

telah dipersiapkan pada siswa di kelas. Pokok bahasan yang akan diterangkan

sebaiknya ditulis di papan tulis atau pada bagan yang telah dipersiapkan pada

kertas manila dan jelaskan secara berurutan sehingga siswa lebih mudah untuk

memahami sambil mencatat hal-hal yang penting. Apabila siswa ada yang

belum jelas maka guru dapat mengulangi keterangan dengan menggunakan

bahasa yang lebih sederhana. Guru perlu mengatur alokasi waktu yang

tersedia, perlu diselingi pula dengan variasi metode sehingga siswa tidak

jenuh.

4. Menutup akhir ceramah.

Tahap ini merupakan kegiatan akhir dari ceramah, yaitu dengan membuat

kesimpulan secara garis besar dari pelajaran yang baru saja dijelaskan, dapat

dilakukan guru atau siswa.

2.1.4 Media Game puzzle

2.1.4.1 Pengertian Media

Media berasal dari kata latin, secara harfiah berarti perantara atau

pengantar atau sedang. Menurut kamus besar bahasa Indonesia secara pendidikan

media berarti perantara atau penghubung. Oemar Hamalik (2009) menyatakan

bahwa media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam

rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa

dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Danim (1995: 97)

menyatakan bahwa media pendidikan merupakan seperangkat alat bantu atau

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Mata Pelajaran ... - UKSW

16

pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi

dengan siswa dengan peserta didik. Selanjutnya Trini Prastati (2005: 3) memberi

makna media sebagai apa saja yang mampu menyalurkan informasi dari sumber

informasi ke penerima informasi. Pendapat lain menyatakan bahwa media adalah

suatu sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari seorang

komunikator kepada komunikan (Suranto, 2005: 18).

Dari beberapa pendapat para ahli media dapat diartikan sebagai alat untuk

menyampaikan atau menghubungkan sesuatu dalam berkomunikasi. Sebagai guru

media merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan materi dalam

pembelajaran yang berupa grafis, fotografis maupun elektronik yang mengandung

materi pembelajaran sehungga dapat merangsang siswa untuk belajar.

2.1.4.2 Fungsi Media Pembelajaran

Livie dan Lentz (1982) mengemukakan 4 fungsi media pembelajaran

yaitu:

1. Fungsi atensi berarti media visual merupakan inti, menarik dan mengrahkan

perhatian pembelajar akan berkonsentrasi pada isi pelajaran;

2. Fungsi afektif maksudnya media visual bisa dilihat dari tingkat kenikmatan

pembelajar ketika belajar membaca teks bergambar;

3. Fungsi kognitif yaitu mengungkapkan bahwa lambang visual mempelancar

pencapaian tujuan dalam memahami dan mendengar informasi;

4. Fungsi kompensatoris yaitu media visual memberikan konteks untuk

memahami teks dan membantu pembelajar yang kurang mampu dalam

membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya

kembali;

Media pembelajaran berfungsi untuk merangsang minat belajar siswa,

sehingga tercipta komunikasi dalam pembelajaran yang dapat dipahami.

Penggunaan media pembelajaran akan mempengaruhi hasil belajar siswa, hal ini

disebabkan karena membangkitkan minat belajar siswa dan akan mendorong rasa

keingintahuan siswa lebih besar.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Mata Pelajaran ... - UKSW

17

2.1.4.3 Macam-macam Media Pembelajaran

Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, media dalam

pembelajaran telah banyak berkembang. Dahulu jika siswa hanya dapat

menikmati media visual berupa gambar, kini telah menjadi audio visual gambar

yang dapat bergerak, hal ini akan sangat berpengaruh untuk siswa ketika

digunakan pada proses pembelajaran. Penggolongan media pembelajaran menurut

Seels & Glasgow (1990: 181-183) membagi media berdasarkan perkembangan

terknologi, yaitu media dengan teknologi tradisional dan dengan teknologi

mutakhir. Media dengan teknologi tradisional meliputi:

a. Visual diam yang diproyeksikan berupa proyeksi opaque (tak tembus

pandang), proyeksi overhead, slides, filmstrips,

b. Visual yang tidak diproyeksikan berupa gambar, poster, foto, charts, grafik,

diagram, pameran, papan info,

c. Audio terdiri dari rekaman piringan dan pita kaset,

d. Penyajian multimedia dibedakan menjadi slide plus suara dan multi image,

e. Visual dinamis yang diproyeksikan berupa film, televisi, video.

f. Media cetak seperti buku teks, modul, teks terprogram, workbook, majalah

ilmiah, berkala, dan hand out,

g. Permainan diantaranya teka-teki, simulasi, permainan papan,

h. Realita dapat berupa model, specimen (contoh), manipulatif (peta, miniatur,

boneka).

Sedangkan media dengan teknologi mutakhir dibedakan menjadi :

a. Media berbasis telekomunikasi diantaranya adalah teleconfrence dan

distance learning,

b. Media berbasis mikroprosesor terdiri dari CAI (Computer Assiated

Intruction), Games Hypermedia, CD (Compact Disc), dan pembelajaran

berbasis Web (Web Based Learning). Berbeda dengan Azhar Arsyad (2007:

29) mengelompokkan media pembelajaran menjadi empat kelompok, yaitu

media hasil teknologi cetak, media hasil teknologi audio visual, media hasil

teknologi komputer, dan media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Mata Pelajaran ... - UKSW

18

Media tradisional berkembang menjadi media modern, bertujuan untuk

mempermudah guru dan siswa dalam berkomunikasi mengikuti kebutuhan

pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.

2.1.4.4 Game puzzle

Game adalah bentuk permainan yang diadopsi guru dalam kegiatan

pembelajaran. Pemanfaatan game sebagai metode pembelajaran dalam dunia

pendidikan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dalam dunia pendidikan. Game

disajikan sebagai alat yang dapat dinikmati setiap orang. Salah satu jenis

permainan edukatif adalah permainan puzzle, menurut Andang Ismail (2006)

puzzle merupakan permainan dengan menyusun dengan menyusun gambar dan

kepingannya, semakin tinggi tingkat kesulitannya. Menurut Adenan (1989, dalam

Arief Sadiman, dkk, 2009: 70) “puzzle dan games adalah materi untuk memotivasi

diri secara nyata dan merupakan daya penarik yang kuat. Puzzle dan games untuk

memotivasi diri karena hal itu menawarkan sebuah tantangan yang dapat secara

umum dilaksanakan dengan berhasil”. Sedangkan menurut Jill Hadfield (1990:

5), puzzle adalah pertanyaan-pertanyaan atau masalah yang sulit untuk dimengerti

atau dijawab”.

Secara Etimologi (asal-usul kata), puzzle awalnya adalah sebuah kata

kerja. Kata puzzle berasal dari bahasa Perancis Kuno “Aposer“. Kata tersebut

dalam bahasa Inggris kuno menjadi “Pose” lalu berubah menjadi “Pusle” yang

merupakan kata kerja dengan arti (bewilder) atau membaurkan, mengacaukan

(confound). Sedangkan kata Puzzle secara bahasa Indonesia diartikan sebagai

tebakan atau teka-teki (Aribowo, 2012). Puzzle merupakan permainan melalui

potongan gambar, kata, dan warna serta rangkaian situasi yang membutuhkan cara

memecahkan masalah. Metode game puzzle termasuk dalam jenis simulasi

kepingan, simulasi sendiri berasal dari kata simulate yang artinya pura- pura atau

berbuat seolah- olah. Kata simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura-

pura. Dengan demikian, simulasi dalam metode pembelajaran dimaksudkan

sebagai cara untuk menjelaskan sesuatu (bahan pelajaran) melalui perbuatan yang

bersifat pura- pura atau melalui proses tingkah laku imitasi atau bermain peran

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Mata Pelajaran ... - UKSW

19

mengenai tingkah laku yang dilakukan seolah-olah dalam keadaan yang

sebenarnya (Widi Rahardjo, 2002).

2.1.4.5 Kelebihan dan Kekurangan Media Game puzzle

Kelebihan media game puzzle :

a. Meningkatkan keterampilan kognitif.

Keterampilan kognitif (cognitive skill) berhubungan dengan kemampuan

untuk belajar dan memecahkan masalah. Puzzle adalah permainan yang

menarik bagi siswa sekolah dasar karena pada dasarnya rasa keingintahuan

yang besar serta pembelajaran menggunakan teka-teki puzzle akan

memotivasi minat belajar siswa. Dengan bermain puzzle, anak dapat mencoba

memecahkan masalah yaitu menyusun gambar. Pada tahap awal mengenal

puzzle, mereka mungkin mencoba untuk menyusun gambar maupun materi

puzzle dengan cara mencoba memasang bagian-bagian puzzle tanpa petunjuk.

Dengan sedikit arahan, maka anak sudah dapat mengembangkan kemampuan

kognitifnya dengan cara mencoba menyesuaikan bentuk, menyesuaikan

warna, atau logika. Contoh usaha anak menyesuaikan secara runtut misalnya

lembaga sistem pemerintahan dari yang terkecil.

b. Meningkatkan keterampilan sosial

Keterampilan sosial berkaitan dengan kemampuan berinteraksi dengan

orang lain. Puzzle dapat dimainkan secara perorangan. Namun puzzle dapat

pula dimainkan secara kelompok. Permainan yang dilakukan oleh anak-anak

secara kelompok akan meningkatkan interaksi sosial anak. Dalam kelompok

anak akan saling menghargai, saling membantu dan berdiskusi satu sama

lain. Jika anak bermain puzzle di rumah, maka orang tua dapat menemani

anak untuk berdiskusi menyelesaikan puzzle-nya, akan tetapi sebaiknya orang

tua hanya memberikan arahan kepada anak dan tidak terlibat secara aktif

membantu anak menyusun puzzle.

c. Melatih logika

Membantu melatih logika siswa, misalnya dengan berusaha menyusun

lembaga pemerintahan tingkat kabupaten dan kota beserta fungsinya.

d. Memperluas pengetahuan.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Mata Pelajaran ... - UKSW

20

Jika materi pembelajaran dapat dimengerti siswa maka pengetahuan siswa

akan bertambah luas karena menggunakan logika dalam pengerjaanya.

Dengan memahami kelebihan game puzzle siswa dapat mengeksplor

kemampuan berpikir serta menemukan hal baru yang dapat membantu dalam

memahami materi pembelajaran. Contoh standar kompetensi dan kompetensi

kelas 2 semester I yang sesuai :

a. Standar kompetensi

Mengenal sistem pemerintahan tingkat pusat.

b. Kompetensi dasar

Mengenal lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintahan tingkat

pusat. Menyebutkan organisasi pemerintahan tingkat pusat, seperti presiden,

wakil presiden dan para menteri.

2.1.4.6 Langkah-Langkah Menggunakan Media Game puzzle

1. Guru meminta siswa membentuk kelompok 5 orang.

2. Guru memberikan guntingan-guntingan kertas yang berisi dari bidang-bidang

Contoh daerah sesuai dengan mata pencaharian masyarakat.

3. Guntingan yang mengandung pesan tersebut diberikan secara acak kepada

siswa.

4. Siswa diminta untuk menggabungkan guntingan-guntingan tersebut sehingga

menunjukan pesan sesuai dengan yang harus dan dilanjutkan dengan diskusi.

5. Guru meminta perwakilan salah satu dari kelompok untuk mempresentasikan

hasil diskusinya.

6. Guru memberikan apresiasi pada hasil diskusi siswa.

Kartu-kartu tugas atau juga dapat didefinisikan sebagai game puzzle (Rita

dan Knenneth dalam Linda Camphell dkk, 2006) dalam bukunya “Teaching

Student Trough Their Individual Learning Styles” merekomendasikan berbagai

kreasi dari permainan karu sebagai bantuan pembelajaran. Permainan kartu dapat

memeperbesar pengajaran dari berbagai subjek dan bisa digunakan untuk

memperkenalkan, memguatkan atau mengulang pelajaran. Mudah untuk dibuat,

permainan manipulasi memuaskan hasrat untuk melihat dan menyentuh saat

bersamaan.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Mata Pelajaran ... - UKSW

21

Beberapa bahan telah tersedia membuat permaianan tugas. Kartu-kartu

catatan (3cm x 5 cm atau 4cm x 6 cm) gunting-guntung. Masing-masing kartu

dipoting menjadi dua bagian dalam sikap teka-teki menyusun gambar berbentuk

liku-liku. Bagian pertanyaan dapat dituliskan pada satu sisi dengan lebih dahulu

mencocokan liku-liku potongan padfa lembaran jawaban yang tersedia di bagian

lain.

1. Siswa diminta mengambil secara berpasangan atau berkelompok-kelompok

kecil dalam mencocokan lembaran teka-teki dan melakuakn pengulangan

terhadap masing-masing informasi.

2. Siswa diminta mejelaskan keseluruhan lembaran-lembaran untuk

memperkuat pelajaran mereka.

2.1.5 Belajar, Hasil Belajar dan Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

2.1.5.1 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar

Pendapat dari para ahli tentang arti belajar berbeda satu dengan yang lain,

hal ini timbul karena sudut pandang yang berbeda, dipengaruhi oleh kondisi latar

belakang dari beragam masalah pendidikan.

Belajar terjadi apabila suatu situasi rangsangan/ stimulus bersama dengan

isi ingatan mempengaruhi belajar sedemikian rupa sehingga kinerja/performance

berubah dari waktu sebelum individu tersebut mengalami situasi itu ke waktu

sesudah individu tersebut mengalami situasi tadi (Gagne, dalam Oemar Hamalik,

2009). Menurut Slameto (2010), belajar adalah merupakan suatu proses usaha

yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Djamarah (2006), belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman

individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif,

afektif, dan psikomotor. Menurut Hilgard dan Bower (dalam Purwanto, 2004),

belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu

situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam

suatu situasi.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Mata Pelajaran ... - UKSW

22

Perubahan perilaku itu dapat dijelaskan bukan atas kecenderungan respon,

pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaaan sesaat seseorang, misalnya

kelelahan atau pengaruh obat (Salvin dalam Prasetyo dan Sumardjono

Padmomartono, 2010). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), secara etimologis

belajar memiliki arti “berusaha memperolah kepandaian atau ilmu”. Definisi ini

memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai

kepandaian atau ilmu.

Dari keempat pendapat para ahli disimpulkan bahwa belajar merupakan

kegiatan dan akan mengalami perubahan perilaku baik secara kognitif, afektif dan

psikomotoriknya, kearah positif atau negatif setelah mengalami proses. Perubahan

yang dialami tidak berlangsung secara instan akan tetapi memerlikan waktu.

Situasi rangsangan, isi ingatan akan berpengaruh pada seberapa besar objek

mengalami perubahan setelah proses belajar. Minat belajar dalam lingkungan

sekolah akan timbul ketika memperoleh rangsangan dari berbagai hal seperti

kondisi lingkungan sekolah, fasilitas, sarana dan prasarana, kemudian lebih

spesifik ketika mengikuti proses pembelajaran, karena seorang guru menentukan

pendekatan dan metode belajar. Rangsangan tersebut tidak hanya timbul dari

lingkungan sekolah saja, tetapi lingkungan masyarakat seperti pengaruh pergaulan

dan keluarga yang mendukung dan memotivasi siswa. Jika semua lingkungan

sekitar siswa mendukung maka akan timbul kesadaran dari dalam diri siswa.

Belajar bukan hanya sekedar menonjolkan aspek kognitif atau pengetahuannya

saja, tetapi harus diringi dengan kemampuan afektif dan psikomotorik sebagai

aplikasi pembelajaran. Tentu tidak mudah bagi bagi seorang guru bahkan calon

guru membelajarkan aspek kognitif, afektif dan psikomotoriknya secara

seimbang, karena pelajaran pendidikan kewarganegaraan tidak hanya menitik

beratkan pada salah satu aspek saja. penilaian dilakukan untuk mengetahui sejauh

mana perubahan setelah belajar yang dialami, perubahan itu ditentukan dari

bagaimana proses belajar tersebut.

Hasil belajar ditentukan dari bagaimana proses siswa tersebut mengalami

kegiatan belajar proses adalah hal penting yang menentukan hasil belajar, selain

ditunjukan dengan nilai. Banyak cara untuk mendapat nilai atau hasil yang

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Mata Pelajaran ... - UKSW

23

memuaskan baik positif maupun negatif. Siswa adalah penentu terjadinya atau

tidak terjadinya proses belajar. Berhasil atau gagalnya pencapain tujuan

pendidikan amat tergantung dari proses belajar dan mengajar yang dialami siswa

dan pendidik baik ketika para siswa itu di sekolah maupun di lingkungan

keluarganya sendiri (Dimyati dan Mudjiono, 1996: 7). Menurut Gagne (1970)

belajar sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai

akibat pengalaman. Munculnya pendekatan dan metode pembelajaran salah satu

bukti bahwa proses pembelajaran sangat penting. Proses Belajar menurut

pandangan Jerome S. Bruner (1960) seorang ahli psikologi perkembangan dan

psikologi belajar. Bruner tidak mengembangkan suatu teori belajar yang

sistematis, yang penting baginya ialah cara-cara bagaimana orang memilih,

mempertahankan, dan mentransformasika informasi secara efektif, ialah menurut

Bruner inti dari belajar. Menurutnya dalam proses belajar dapat dibedakan

menjadi tiga fase yaitu: (1) informasi, dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah

informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang

memperhalus dan memperdalamnya ada pula informasi yang bertentangan dengan

apa yang telah kita ketahui sebelumnya, mislnya ada energi yang lenyap; (2)

transformasi, informasi itu harus dianalisis, diubah atau ditransformasikan

kedalam yang lebih abstrak, atau konseprual agar dapat digunakan untuk hal-hal

yang lebih luas dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan; dan (3) Evaluasi

kemudian kita nilai hingga manakah pengetahuan yang kita peroleh dan

transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.

Dalam proses belajar ketiga episode ini selalau ada, yang menjadi masalah

ialah berapa banyak informasi diperlukan agar dapat ditrasformasi. Lama tiap

episode tidak selalu sama, hal ini antara lain tergantung pada hasil yang

diharapkan, motivasi murid belajar, minat, keinginan untul mengetahui, dan

dorongan untuk menemukan sendiri. Proses belajar menurut pandangan Robert M.

Gagne (1970) belajar adalah proses yang kompleks, sejalan dengan itu belajar

merupakan kegiatan yang kompleks dan hasil belajar berupa kapabilitas,

timbulnya kapabilitas disebabkan; (1) stimulusi yang berasal dari lingkungan; dan

(2) proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar. Setelah belajar orang memiliki

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Mata Pelajaran ... - UKSW

24

keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Dengan demikian dapat ditegaskan,

belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulai

ligkungan, melewati pengolahan informasi, dan menjadi kapabilitas baru. Belajar

terjadi bila ada hasilnya yang dapat dipelihatkan, anak-anak demikian juga orang

dewasa dapat mengingat kembali kata-kata yang telah pernah didengar atau

dipelajari. Gagne (1970) mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan yang

terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus

menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Belajar terjadi

apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa

sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance) berubah dari waktu

sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu setelah ia mengalami situasi tadi.

Gagne berkeyakinan, bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dalam diri dan faktor

luar diri dimana keduanya saling berinteraksi. Komponen-komponen dalam proses

belajar menurut Gagne dapat di gambarkan sebagai (S) stimulus - (R) respons. S

yaitu situasi yang memberi stimulus, sedangkan R adalah respons dan garis

diantaranya adalah hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi dalam diri

seseorang yang tidak dapat kita amati, yang bertalian dengan sistem syaraf dimana

terjadi transformasi perangsang yang dierima melalui alat dria. Stimulus itu

merupakan input yang berada diluar individu, sedangkan respons adalah

outputnya, yang juga berada diluar individu sebagai hasil belajar yang dapat

diamati (Nasution, 1982).

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa proses belajar

merupakan komponen penting setelah mendapat motivasi, semangat belajar dan

sebelum menerima hasil belajar. Proses belajar melatih siswa untuk memiliki

keterampilan pemecahan masalah serta bertindak jujur, artinya tidak ada

kecurangan selama proses belajar.

Menurut Agus Suprijono (2009), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,

nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan.

Merujuk pemikiran Gagne (1970), hasil belajar berupa informasi verbal yaitu

kapabilitas mengungkapkan pegetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun

tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Mata Pelajaran ... - UKSW

25

Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah

maupun penerapan aturan keterampilan intelektual yaitu kemampuan

mempresentasikan konsep dan lambang. Kemampuan intelektual terdiri dari

kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitiis, sintesis, konsep, dan

menngembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Kemapuan intelektual merupakan

kemampuan melakuakan aktivitas kognitif bersifat khas, strategi kognitif yaitu

kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas kognitifnya sendiri.

Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah sendiri dalam

pemecahan masalah, keterampilan motorik yaitu kempuan melakuakan

serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud

optimisme gerak jasmani, sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek

berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemempuan

meginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan

menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Tujuan pembelajaran merupakan bentuk harapan yang dikomunikasikan

melalui pernyataan dengan cara menggambarkan perubahan yang diinginkan pada

diri siswa yakni pernyataan tentang apa yang diinginkan pada diri siswa setelah

menyelesaikan pengalaman belajar. Anni, (2004, dalam Wulandari, 2007: 15),

sedangkan Arikunto, (2006) hasil belajar adalah hasil yang dicapai seseorang

setelah melakukan kegiatan belajar dan meruakan penilaian yang dicapai sesorang

siswa untuk menetahui sejauh mana materi pelajaran atau materi yang diajarkan

sudah diterima oleh siswa. Untuk dapat menentukan tercapai atau tidaknya tujuan

pembelajaran dilakukan usaha untuk menilai hasil belajar. Penilaian bertujuan

untuk melihat kemampuan peserta didik dalam penguasaan materi yang telah

dipelajari dan ditetapkan.

2.1.5.2 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Metode mengajar adalah salah satu cara yang digunakan di dalam

mengajar. Metode mengajar harus tepat, efisien dan efek sehingga siswa dapat

memahami, mengembangkan bahan pelajaran. Menurut Slameto, (2010) faktor-

faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu faktor intern dan faktor eksteren.

Faktor intern terdiri atas faktor-faktor jasmaniah, psikologi, minat, motivasi, dan

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Mata Pelajaran ... - UKSW

26

cara belajar. Faktor-faktor yang memepengaruhi keberhasilan belajar yang

berasal dari peserta didik yang sedang belajar. Faktor dari dalam ini meliputi

kondisi fisiologis dan kondisi psikologi. Kondisi fsiologismadalah jasmani dari

sesorang yang sedang belajar, keadaan jasmani dapat dikatakan sebagai latar

belakang aktivitas belajar.

Sendangkan kondisi psikologis yang dapat memepengaruhi hasil belajar

adalah kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi, dan kemampuan kognitif.

Faktor ekstern yaitu faktor-faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat. Salah satu

faktor ekstern yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah fakor sekolah,

yang mencangkup metode mengajar, kurikulum, relasi guru siswa, sarana dan

sebagainya. Syaiful Bahri, (2004) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi

hasil belajar ada empat yaitu: faktor lingkungan, yaitu faktor lingkungan alami

dan faktor lingkungan budaya, faktor instrumental meliputi, kurikulum, program,

sarana, fasilitas dan guru, kondisi psikologis meliputi, minat, kecerdasan, bakat,

motivasi, dan kemampuan kognitif, kondisi fisiologis yaitu, keadaan jasmani dari

peserta didik (mata, telinga, dan tubuh) yang dapat bekerja dengan baik. Menurut

Slameto, (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu faktor

intern dan faktor ekstern. Faktor intern terdiri atas faktor-faktor jasmaniah,

psikologi, minat, motivasi, dan cara belajar. Faktor-faktor yang memepengaruhi

keberhasilan belajar yang berasal dari peserta didik yang sedang belajar. Faktor

dari dalam ini meliputi kondisi fisiologis dan kondisi psikologi. Kondisi

fsiologism adalah jasmani dari sesorang yang sedang belajar, keadaan jasmani

dapat dikatakan sebagai latar belakang aktivitas belajar.

Siswa datang di sekolah ingin mengikuti kegiatan pembelajaran memiliki

pemikiran yang berbeda, membawa beberapa persoalan yang terjadi di lingkungan

rumah maupun masyarakat. Persoalan dan pemikiran lain yang tidak

terkonsentrasi itulah yang memicu hasil pembelajaran yang tidak memuaskan.

2.2 Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian Fatonah Sismiasih (2013) bertujuan untuk mengetahui apakah

ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode game puzzle dan ceramah

terhadap hasil belajar PKn siswa kelas XI SMK PGRI 02 Salatiga tahun ajaran

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Mata Pelajaran ... - UKSW

27

2012/2013. Populasi berjumlah 198 orang terdiri dari enam kelas (XIA-XIF).

Sampel penelitian adalah kelas XIB sebagai kelas kontrol yang berjumlah 32

orang dan kelas XIE sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 32 orang. Sampel

diambil secara random atau acak. Metode penelitian yang digunakan adalah

metode eksperimen dengan desain penelitian adalah „posttest only control group

design'. Instrumen pengumpulan data berupa tes hasil belajar obyektif pilihan

ganda. Teknik analisis data menggunakan uji t tes. Hasil penelitian dengan taraf

signifikan o= 5% dengan DK=62 dan Ttabel=1,658 diperoleh T Thitung= -1.890

sehingga -1,658< -1.890< 1,658. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan

pengaruh yang signifikan penggunaan metode game puzzle dan metode ceramah

terhadap hasil belajar PKn. Nilai rata-rata siswa kelas ekspeimen yang

menggunakan metode game puzzle dalam pembelajaran PKn lebih baik yaitu

sebesar 83,93 dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode

ceramah yaitu sebesar 83,93.

Penelitian Dwi Susanti (2012) bertujuan untuk meningkatkan prestasi

belajar siswa kelas XI mata pelajaran PKn melalui penerapan metode game puzzle

di SMK 2 PGRI tahun Pelajaran 2011/2012. Indikator keberhasilan dalam

penelitian ini adalah peningkatan prestasi belajar siswa dan siswa yang tuntas

(≥KKM yaitu 75) ditargetkan mencapai 85% atau 28 siswa. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa dengan menerapkan metode game puzzle secara signifikan

dapat meningkatkan prestasi belajar PKn materi budaya demokrasi menuju

masyarakat madani siswa kelas XI B di SMK PGRI 2 Salatiga. Hal ini

ditunjukkan dengan peningkatan prestasi belajar siswa sebagai berikut : 1) Pada

siklus I mengalami peningkatan prestasi belajar dari rata-rata pra siklus 67,58

menjadi 76,51 dan yang tuntas 22 siswa atau 66,67% 2) Pada siklus II terjadi

peningkatan prestasi belajar dari rata-rata 76,51 di siklus 1 menjadi 85 dan yang

tuntas 30 siswa atau 90,9%. Hal ini menunjukkan hasil yang lebih dari KKM yang

ditentukan yaitu 75 untuk rata-rata prestasi belajar dan tercapainya target

ketuntasan belajar siswa.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Mata Pelajaran ... - UKSW

28

2.3 Kerangka Berfikir

Gambar 2.1.

Gambar Kerangka Berfikir

Pembelajaran di dalam kelas melibatkan komponen pembelajaran untuk

mencapai tujuan pembelajaran, mencakup kemampuan guru dalam mengajar,

siswa, materi pembelajaran, sumber pembelajaran, sarana fasilitas sekolah, media

pembelajaran, tujuan pembelajaran.

Tujuan pembelajaran akan tercapai tidak hanya dengan komunikasi yang

baik pada saat pembelajaran, dengan metode ceramah guru dapat menguasai kelas

dan siswa akan taat pada perintah guru, akan tetapi metode ceramah hanya

berpusat pada guru, siswa hanya pasif mendengarkan materi yang disampaikan

guru, hal ini akan menimbulakan rasa bosan pada siswa. Sikap pasif siswa pada

saat pembelajaran ketika guru menggunakan metode ceramah membuat siswa

kurang kreatif dan tidak termotivasi, jika hal ini berlangsung terus-menerus maka

akan berdampak pada hasil belajar kurang optimal dan pola berpikir siswa yang

tidak kreatif.

Pretest

Pretest

Kelas eksperimen =

Metode diskusi

kelompok berbantu

game puzzle

Kelas kontrol =

metode ceramah

bervariasi berbantu

game puzzle

Posttest

Posttest

Hasil

belajar

Hasil pretest,

dilakukan uji

validitas soal

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Mata Pelajaran ... - UKSW

29

Metode diskusi kelompok mendidik siswa untuk bertukar pikiran dan

melatih bermusyawarah dalam kelompok. Komunikasi siswa dengan siswa, siswa

dengan guru akan lebih jelas, artinya pembelajaran berpusat pada siswa. Metode

diskusi kelompok bertujuan agar siswa dapat memecahkan masalah, melalui

proses komunikasi dalam kelompok akan timbul beberapa pendapat dan solusi

pemecahannya.

Penggunaan metode yang tidak berubah-ubah oleh guru, hal ini akan

mengakibatkan siswa bosan atau jenuh, pada taraf sekolah dasar siswa-siswa

cenderung lebih senang belajar sambil bermain. Media permainan seperti game

puzzle dapat memotivasi minat belajar siswa dan menggali kemampuan siswa

karena mengajak siswa aktif sehingga dapat mengeksplor kemampuan siswa.

Puzzle menuntut siswa untuk merangkai atau mencocokan kepingan menjadi satu

bagian yang sesuai, runtut atau padu. Sebelum siswa menyusun puzzle terlebih

dahulu harus memahami prosedur pengerjaan soal dan setiap kepingan puzzle,

setelah sesai menyusun puzzle dalam kelompok (metode diskusi kelompok

berbantuan game puzzle) siswa akan mendiskusikan hasil kerjanya dalam

kelompok, memahami dan berdiskusi dengan rekan kelompok akan melatih

kerjasama dan memperluas pengetahuan siswa.

2.4 Hipotesis Penelitian

Secara spesifik rumusan hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :

a. Ada pengaruh metode diskusi kelompok berbantuan game puzzle terhadap

hasil belajar siswa kelas II SDN Sidorejo Lor 04 Kota Salatiga pada mata

pelajaran PKn.

b. Ada pengaruh metode ceramah bervariasi berbantuan game puzzle

terhadap hasil belajar siswa kelas II SDN Karanggondang 1 Kab Semarang

pada mata pelajaran PKn.

c. Ada perbedaan pengaruh antara metode diskusi kelompok berbantuan

game puzzle pada siswa kelas II SDN Sidorejo Lor 04 Kota Salatiga dan

ceramah bervariasi berbantuan game puzzle pada siswa kelas II SDN

Karanggondang 1 Kab Semarang terhadap peningkatan prestasi belajar

PKn.