bab ii kajian pustaka 2.1. 2.1.1. mata pelajaran ipa

21
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Mata Pelajaran IPA Pembelajaran adalah proses atau cara, perbuatan untuk menjadikan seseorang lebih baik pada kehidupan masa depan. Dalam hal ini sekolah akan membentuk peserta didik menjadi manusia yang mempunyai potensi dalam kehidupan masa depan untuk lebih baik dari sebelumnya. Apabila pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya yang dibuat oleh guru untuk membuat peserta didik berminat dan mau untuk mengikuti pembelajaran. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam semesta secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Sri Sulistyorini 2007: 37). 2.1.1.1. Pengertian IPA Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 untuk SD/MI dijelaskan mengenai pembelajaran IPA yaitu : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. IPA berasal dari kata sains yang berarti alam, sains menurut Suyoso (1998:5) merupakan pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku observasi, eksperimen, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimen, observasi dan demikian seterusnya kait-mengait antar cara yang satu dengan cara yang lainnya. Sains menurut Depdiknas (2004:3) adalah ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena di alam semesta. Sains

Upload: others

Post on 02-Dec-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Mata Pelajaran IPA

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Mata Pelajaran IPA

Pembelajaran adalah proses atau cara, perbuatan untuk menjadikan

seseorang lebih baik pada kehidupan masa depan. Dalam hal ini sekolah akan

membentuk peserta didik menjadi manusia yang mempunyai potensi dalam

kehidupan masa depan untuk lebih baik dari sebelumnya. Apabila pembelajaran

dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya

yang dibuat oleh guru untuk membuat peserta didik berminat dan mau untuk

mengikuti pembelajaran. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang

alam semesta secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja,

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Sri Sulistyorini 2007: 37).

2.1.1.1. Pengertian IPA

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 untuk SD/MI

dijelaskan mengenai pembelajaran IPA yaitu : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga

IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik

untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan

lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

IPA berasal dari kata sains yang berarti alam, sains menurut Suyoso

(1998:5) merupakan pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan

dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur,

sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku observasi, eksperimen, penyimpulan,

penyusunan teori, eksperimen, observasi dan demikian seterusnya kait-mengait

antar cara yang satu dengan cara yang lainnya. Sains menurut Depdiknas (2004:3)

adalah ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena di alam semesta. Sains

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Mata Pelajaran IPA

8

memperoleh kebenaran tentang fakta dan fenomena alam melalui kegiatan

empirik yang dapat diperoleh melalui eksperimen laboratorium atau alam bebas.

Trianto (2007:102) mengatakan, IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis,

penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan

berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta

menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya.

Berdasarkan masing-masing pendapat yang berbeda-beda tentang

pengertian IPA di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan alam

(IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-

fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemua, sehingga melalui teori ilmiah dapat berkembang dengan melakukan

observasi serta eksperimen. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana

bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek

pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung

untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar

secara ilmiah

2.1.1.2. Tujuan Mata Pelajaran IPA

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memuat antara lain tujuan

masing-masing mata pelajaran (MP), standar kompetensi (SK), dan kompetensi

dasar (KD).

Tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar yang berdasarkan KTSP 2006 adalah:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan

keberanian, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya

2. Mengembangkan pengetahuan dan pengalaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikaf positif dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Mata Pelajaran IPA

9

4. Mengembangkan keterampilan proses, untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan

melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, keterampilan IPA sebagai dasar untuk

melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep-konsep

IPA yang diberikan di Sekolah Dasar secara umum bertujuan agar siswa dapat

menyadari dan ikut berpartisipasi dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan

lingkungan alam, serta menghargai alam sebagai ciptaan Tuhan. Tujuan

pembelajaran IPA akan berhasil bila dalam prosesnya melibatkan interaksi siswa

yang optimal. Interaksi tersebut meliputi interaksi guru dengan siswa, interaksi

siswa dengan guru, interaksi siswa dengan sesama siswa, juga interaksi siswa

dengan lingkungannya.

2.1.1.3. Fungsi Pembelajaran IPA

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan

manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan

Menurut Depdiknas (2004) fungsi pembelajaran IPA adalah:

1. Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan yang Maha Esa.

2. Mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah.

3. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melakukan IPA dan

teknologi.

4. Menguasai konsep IPA untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Dari fungsi pembelajaran IPA menurut Depdiknas (2004) penulis

menyimpulkan bahwa, melalui pembelajaran IPA siswa dapat menanamkan

keyakinan kepada sang pencipta. Mengembangan keterampilan sikaf melalui

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Mata Pelajaran IPA

10

memahaman dan pengetahuan tentang IPA dan teknologi, sehingga dengan

penguasaan konsep tersebut mereka menjadi lebih memahami dan mendapatkan

pengetahuan, sehingga dalam kehidupan sehari-hari siswa dibekali potensi

sebagai bekal hidup di tengah masyarakat dan mengembangkannya pada jenjang

pendidikan yang lebih tinggi.

2.1.1.4. Perlunya IPA diajarkan di SD

Pembelajaran merupakan bagian terpenting bagi kehidupan manusia dan

sekaligus membedakan manusia dan hewan. Hewan juga belajar tetapi lebih

ditentukan dengan insting, sedangkan bagi manusia belajar berarti rangkaian

kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti. Oleh

karena itu berbagai pandangan yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan

proses budaya untuk mengangkat harkat dan martabat manusia dan berlangsung

sepanjang hayat. Dalam hal ini pembelajaran IPA juga memegang peran

menentukan perkembangan manusia .

Setiap guru harus paham akan alasan mengapa IPA diajarkan di SD.

Pembelajaran merupakan bagian terpenting bagi kehidupan manusia, belajar

berarti rangkaian kegiatan menuju kedewasaan guna menuju kehidupan yang

lebih berarti. Oleh karena itu berbagai pandangan yang menyatakan bahwa

pendidikan merupakan proses budaya untuk mengangkat harkat dan martabat

manusia dan berlangsung sepanjang hayat. Pembelajaran IPA juga memegang

peran menentukan perkembangan manusia.

Ada beberapa alasan yang menyebabkan mata pelajaran IPA dimasukan ke

dalam suatu kurikulum sekolah. Alasan itu dapat digolongkan menjadi empat

golongan yaitu: a) bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu

dipersoalkan panjang lebar. Kesejahteraan materi suatu bangsa banyak sekali

tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA, sebab IPA merupakan

dasar teknologi, yang sering disebut-sebut sebagai tulang punggung

pembangunan. Pengetahuan dasar untuk teknologi adalah IPA. Orang tidak

menjadi insinyur elektronika yang baik, atau doktor yang baik, tanpa dasar yang

cukup luas mengenai berbagai gejala alam, b) bila diajarkan IPA menurut cara

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Mata Pelajaran IPA

11

yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan

kesempatan yang berfikir kritis; misalnya IPA diajarkan dengan menggunakan

metode “menemukan sendiri”, dengan ini anak diharapkan pada suatu masalah;

umpamanya dapat dikemukakan suatu masalah demikian”. Dapatkah tumbuhan

hidup tanpa daun?”. Anak-anak diminta untuk mencari dan menyelidiki hal ini, c)

bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh

anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka,

d) mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi

yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.

Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk

mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih

lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses

pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk

mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara

ilmiah.

Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006 untuk SD/MI

dijelaskan mengenai pembelajaran IPA yaitu; Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga

IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat

membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam

tentang alam sekitar. (BNSP) (2007:13).

Dari penjelasan tersebut pendidikan IPA menekankan pada pemberian

pengalaman belajar secara langsung.

Dalam pembelajaran IPA siswa difasilitasi untuk mengembangkan sejumlah

keterampilan proses. Sebagaimana diungkapkan Edi Hendri (2006:12) bahwa,

dalam pembelajaran tersebut siswa difasilitasi untuk mengembangkan sejumlah

keterampilan proses (keterampilan atau kerja ilmiah) dan sikap ilmiah dalam

memperoleh pengetahuan ilmiah tentang dirinya dan alam sekitar. Keterampilan

proses ini meliputi: keterampilan mengamati dengan seluruh indra; keterampilan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Mata Pelajaran IPA

12

menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu mempertimbangkan

keselamatan kerja; mengajukan pertanyaan; menggolongkan data; menafsirkan

data; mengkomunikasikan hasil temuan secara beragam, serta menggali dan

memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau

memecahkan masalah sehari-hari.

Pada prinsipnya, pembelajaran IPA harus dirancang dan dilaksanakan

sebagai cara “mencari tahu dan cara mengerjakan/melakukan yang dapat

membantu siswa memahami fenomena alam secara mendalam” (Depdiknas,

2003:3). IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan

cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi.

Pembelajaran IPA sangat penting untuk diberikan di Sekolah Dasar, karena IPA

sangat berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

IPA melatih anak berfikir kritis dan objektif. Pengetahuan yang benar

adalah pengetahuan yang dibenarkan menurut tolak ukur kebenaran ilmu, yaitu

rasional dan objektif. Rasional artinya masuk akal atau logis, diterima oleh akal

sehat. Objektif artinya sesuai dengan objeknya, sesuai dengan kenyataan atau

sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui panca indra.

2.1.2. Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining

Dalam penyampaian pembelajaran pada siswa, seorang guru harus bisa

memilih model pembelajaran yang efektif dan dapat memotivasi siswa.

Pembelajaran yang menggunakan model tersebut akan menuntut peserta didik

untuk ikut aktif dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran ini efektif

untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide atau gagasan atau

pendapatnya sendiri, sehingga yang berperan dominan dalam kegiatan

pembelajaran adalah peserta didik. Dengan aktifnya siswa dalam berpendapat

melalui pembelajaran, maka siswa akan terlatih dari sisi mental, mereka

mempunyai keberanian yang handal, apabila suatu hari diminta untuk berbicara di

depan umum mereka sudah terlatih dan tidak canggung dalam berbicara, karena

dalam pembelajaran mereka sudah terlatih. Dalam penerapan model pembalajaran

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Mata Pelajaran IPA

13

student facilitator and explaining ini sangat berpengaruh bagi siswa. Model

pembelajaran ini juga akan menumbuhkan kepercayaan diri pada siswa, ketika

siswa melakukan tindakan dan memberikan pendapat/ penjelasan dalam kegiatan

pembelajaran, misalkan guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil

demonstrasi yang dilakukan di kelas. Tanpa ditunjuk guru, siswa mengacungkan

tangan untuk memberikan komentar tentang kesimpulan dari percobaan tersebut.

Siswa percaya diri dan berani dalam berbicara, tidak takut salah. Siswa terlatih

dari hal yang sederhana dan pada akhirnya nanti mereka dipersiapkan menghadapi

masalah yang lebih kompleks.

2.1.2.1. Pengertian Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining

Pengertian model pembelajaran Student facilitator and Explaining banyak

dijelaskan dari beberapa pendapat yaitu, menurut (Warock:2008) Model

pembelajaran Student facilitator and Explaining merupakan suatu model yang

memberikan kesempatan kepada siswa atau peserta didik untuk mempresentasikan

ide atau pendapat pada rekan atau siswa lainnya. Model Student Facilitator and

Explaining adalah merupakan pembelajaran dimana siswa/peserta didik belajar

mempresentasikan ide atau pendapat pada rekan peserta didik lainnya. (http;//ras-

eko.blogspot.com/ 2011/05/ pengertian model pembelajaran student.html).

Menurut Purnitawati (2011) model pembelajaran Facilitator and Explaining

menekankan pada pembelajaran mengaktifkan siswa dan penyajian materi yang

dilakukan dengan menghubungkan kegiatan sehari-hari dan lingkungan siswa,

sehingga siswa lebih termotivasi dalam belajar. Dalam belajar (Student Facilitator

and Explaining) ini dapat memanfaatkan pengetahuan dasar yang dimiliki siswa

dan fenomena yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan

mengaitkannya dengan konsep yang akan dibahas.

Salah satu metode yang digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar

yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa yaitu dengan menggunakan model

Student Facilitator and Explaining. Dengan menggunakan metode ini dapat

mempunyai nilai tambah yaitu (1) dapat dijamin jika seluruh siswa dapat

berpartisipasi dan mempunyai kesempatan untuk menunjukkan kemampuan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Mata Pelajaran IPA

14

dalam bekerja sama hingga berhasil. (2) dapat menambah pengalaman belajar

yang menyenangkan bagi siswa. (Prasetyo, 2001;21 dalam makalah seminar

Sholefatul Jannah ).

2.1.2.2. Langkah-Langkah Dalam Model Pembelajaran Student Facilitator

And Explaining

Pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk

meningkatkan penguasaan akademik. Salah satu model pembelajaran yang

dikemukakan oleh Adam dan Mbirimujo (1990:20) dalam Prasetyo bahwa untuk

memperbanyak pengalaman serta meningkatkan motivasi belajar yang

mempengaruhi keaktifan belajar siswa yaitu dengan menggunakan model

pembelajaran Student facilitator and explaining.

Di bawah ini langkah-langkah pada pembelajaran Student Facilitator and

Explaning

a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

b. Guru mendemonstrasikan atau menyajikan garis-garis besar materi

pembelajaran.

c. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kepada siswa

lainnya, misalnya melalui bagan atau peta konsep. Hal ini bisa dilakukan

secara bergilir

d. Guru menyimpulkan ide atau pendapat dari siswa

e. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu

f. Penutup

2.1.2.3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Student Facilitator

and Explaining.

Menurut Hidayanti, Charisan Nur (Purnitawati : 2011) dalam setiap

pelaksanaan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru, tentunya memiliki

kelebihan dan beragam kelemahan. Berikut ini akan dipaparkan beberapa

kelebihan dan kekurangan Facilitator and Explaining yaitu :

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Mata Pelajaran IPA

15

a. Kelebihan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining.

1. Siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain

2. Dapat mengeluarkan ide-ide yang ada pada pikirannya sehingga lebih dapat

memahami materi tersebut

3. Materi yang disampaikan lebih jelas dan kongkrit

4. Melatih siswa untuk menjadi guru, karena siswa diberi kesempatan untuk

mengulangi penjelasan guru yang telah didengar

5. Memotivasi siswa untuk menjadi yang terbaik dalam menjelaskan materi

ajar

6. Mengetahui kemampuan siswa dalam menyampaikan ide atau gagasan

7. Dapat menambah pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa

8. Peserta didik dapat aktif berperan dalam kegiatan pembelajaran dengan

terlibatnya mereka pada suatu kegiatan belajar.

9. Mendorong tumbuhnya tanggung jawab dan keberanian dalam diri siswa

untuk berbicara di depan.

Dapat disimpulkan dari kelebihan model pembelajaran di atas, bahwa

melalui Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining siswa dapat aktif

dalam mengemukakan pendapat serta ide-ide yang mereka miliki, dan dijelaskan

kepada peserta didik yang lainnya, serta aktifnya siswa berperan dalam kegiatan

pembelajaran. Menumbuhkan sikaf percaya diri siswa dalam menjelaskan

mesalah pada siswa lainnya dan bertanggung jawab atas pendapatnya, sehingga

melalui pembelajaran tersebut memberikan kesan yang menyenangkan bagi siswa

untuk berpartisifasi bersama siswa lainnya.

b. Kelemahan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining

Adanya kelebihan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining

maka akan diuraikan kelemahan-kelemahan model pembelajaran Student

Facilitator and Explaining sebagai berikut:

1. Adanya pendapat yang sama sehingga tidak semua siswa maju tampil.

2. Banyak siswa yang kurang aktif

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Mata Pelajaran IPA

16

3. Siswa yang malu tidak mau mendemonstrasikan/ menjelaskan apa yang

diperintahkan oleh guru kepadanya

4. Tidak semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk maju

menjelaskan kepada teman-temannya karena terbatasnya waktu

pembelajaran

2.1.2.4. Sintak Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining.

Pembuatan sintak model pembelajaran Student Facilitator and Explaining

harus sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran Student Facilitator and

Explaining. Sebelum memulai pembelajaran guru membagi kelas menjadi 5

kelompok, masing-masing kelompok berjumlah 6-7 siswa, ini dilakukan untuk

memudahkan penyampaian pembelajaran. Pembegian kelompok tersebut diluar

dari langkah-langkah model pembelajaran student facilitator and explaning.

1. Kegiatan awal

Membuka pembelajaran dengan salam, persensi, memeriksa kesiapan siswa.

2. Kegiantan inti

a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

b) Guru menyajikan materi atau garis-garis besar materi, yaitu tentang Bumi

dan Alam Semesta

c) Setelah itu siswa dipersilahkan menjelaskan di depan siswa lainnya

tentang materi yang disajikan guru sebelumnya melalui gambar dan peta

konsep. Hal ini dilakukan secara bergilir

d) Guru menyimpulkan pendapat siswa tentang hasil penjelasan yang sudah

disajikan siswa

e) Guru kembali menjelaskan semua materi yang disajikan saat itu mengenai

Bumi dan Alam semesta.

3. Penutup

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Mata Pelajaran IPA

17

2.1.2.5. Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining

Pada Pembelajaran IPA di SD

Dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Student

Facilitator and Explaining, peserta didik akan mempresentasikan hasil dari kerja

mereka dengan mengunakan ide dan pendapat mereka di depan teman lainnya,

sehingga pada kegiatan tersebut guru hanya sebagai pembimbing dalam

pelaksanaan kegiatan tersebut.

Berikut hal-hal yang harus dilakukan guru dan melibatkan siswa, yaitu:

a. Pertama-tama guru membuka pembelajaran kemudian guru menyampaikan

indikator hasil belajar yang akan dicapai.

b. Kemudian guru menyampaikan garis besar materi yang akan dijelaskan, dan

menyampaikan kepada siswa apa yang harus di lakukan siswa untuk mencapai

kompetensi yang diharapkan.

c. Siswa menjelaskan materi yang sudah disajikan guru sebelumnya di depan

siswa lainnya, melalui gambar dan bagan.

d. Dengan hasil penjelasan siswa yang telah disampaikan, guru menyimpulkan ide

atau pendapat siswa tersebut.

e. Guru kembali menjelaskan materi pembelajaran yang belum selesai dijelaskan.

f. Setelah semua materi disampaikan guru menutup pembelajaran dengan

menyimpulkan pembelajaran bersama siswa

2.1.3. Hasil belajar

2.1.3.1. Pengertian hasil Belajar

a. Pengertian hasil belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian

sikap-sikap apresiasi dan keterampilan (Agus Supriyono 2013:5).

Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, (a) keterampilan dan

kebiasaan,(b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita (Nana Sudjana,

2010;22)

Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah

ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil

belajar, yaitu:

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Mata Pelajaran IPA

18

1) Informasi verbal

Yaitu merupakan kapabilitas pengungkapan pengetahuan dalam bentuk bahasa,

baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap

rangsangan spesifik.

2) Keterampilan intelektual diuraikan

Yaitu merupakan kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.

Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan

analisis-sintesis, fakta-konsep, dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.

3) Strategi kognitif

Yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas kognitifnya sendiri.

Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan

masalah.

4) Sikap

Yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan

koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5) Keterampilan motorik

Yaitu kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian

terhadap objek tersebut. (Agus Supriyono 2013:5).

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan

kurikulum maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil dari

Benyamin Bloom (Nana Sudjana, 2010:22) yang secara garis besar membaginya

menjadi tiga ranah yaitu:

1. Ranah Kognitif

Berkembang dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek,

yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis dan evaluasi.

2. Ranah Afektif

Berkenan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan,

jawaban dan reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

3. Ranah Psikomotorik

Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada

enam aspek ranah psikomotorik, yaitu (a) gerakan refleks, yaitu keterampilan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Mata Pelajaran IPA

19

pada gerakan yang tidak sadar (b) keterampilan gerakan dasar (c) kemampuan

perseptual, termaksud di dalamnya membedakan visual, audio, motorik, dan

lain-lain (d) keharmonisan atau ketepatan, kemampuan dibidang fisik (e)

gerakan keterampilan, gerakan-gerakan skill mulai dari keterampilan yang

sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks (f) gerakan ekspresif dan

interpretative, kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi seperti gerakan.

Ketiga ranah tersebut menjadi objek peneliti hasil belajar. Di antara ketiga

ranah tersebut ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di

sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi

bahan pelajaran.

Hasil belajar menurut Tu’u (2004: 75) adalah hasil yang dicapai seseorang

ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Selain itu hasil belajar adalah

penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata

pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan

oleh guru kepada siswa.

Berdasarkan hal itu, hasil belajar siswa dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Hasil belajar siswa adalah hasil yang dicapai siswa ketika mengikuti dan

mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah.

2. H a s i l belajar siswa tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya karena

bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan,

pemahaman, aplikasi, analisis dan evaluasi.

3. H a s i l belajar siswa dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau

angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa

dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya.

Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan prilaku secara

keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja, artinya hasil

pembelajaran yang dikategorikan oleh para pakar pendidikan.

2.1.3.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu:

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Mata Pelajaran IPA

20

1. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi

belajar, minat dan perhatian, sikap dan dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial

ekonomi, faktor fisik.

2. Faktor datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas

pengajaran.

Menurut Munadi (Rusman, 2012:124) faktor yang mempengaruhi hasil

belajar antara lain meliputi faktor internal dan faktor eksternal:

1. Faktor Internal

a. Faktor Fisiologis. Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang

prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat

jasmani dan sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi peserta didik

dalam menerima materi pelajaran.

b. Faktor Psikologis. Setiap indivudu dalam hal ini peserta didik pada dasarnya

memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut

mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi

intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya

nalar peserta didik.

2. Faktor Eksternal

a. Faktor Lingkungan. Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar.

Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial.

Lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban dan lain-lain. Belajar pada

tengah hari di ruangan yang kurang akan sirkulasi udara akan sangat

berpengaruh dan akan sangat berbeda pada pembelajaran pada pagi hari yang

kondisinya masih segar dan dengan ruangan yang cukup untuk bernafas lega.

b. Faktor Instrumental. Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang

keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang

diharapkan.

Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk

tercapainya tujuan-tujuan belajar yang direncanakan. Faktor-faktor instrumental

ini berupa kurikulum, sarana dan guru.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Mata Pelajaran IPA

21

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk

dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini

dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh

perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.

2.1.4. Hubungan Antara Model Pembelajaran Student Facilitator and

Explaning (X) dan Hasil Belajar IPA(Y)

Menurut Y.W. Best yang disunting oleh Sanpiah Faisal variabel penelitian

adalah kondisi-kondisi yang dimanipulasikan oleh peneliti, dikontrol atau

diobservasi dalam suatu penelitian. Direktorat Pendidikan Tinggi departemen

menjelaskan bahwa yang dimaksut variabel penelitian adalah segala sesuatu yang

akan dijadikan objek pengamatan peneliti (Amirul Hadi 2005:204). Dari ke dua

pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa variabel penelitian tersebut meliputi

faktor-faktor yang berperan dalam pristiwa atau gejala yang akan diteliti. Pada

penelitian ini ada dua variabel yang akan diamati dan diketahui hubungan antara

kedua variabel tersebut. Hubungan timbal balik adalah hubungan dimana suatu

variabel dapat menjadi sebab dan akibat dari variabel lainnya. Artinya adalah

apabila pada suatu waktu variabel x mempengaruhi variabel y dan waktu yang

lainnya variabel y mempengaruhi variabel x. Pada penelitian ini yang menjadi

variabel x adalah model student facilitator and explaining, sedangkan yang

menjadi variabel y adalah hasil belajar IPA. Hubungan kedua variabel tersebut

adalah dimana model pembelajaran student facilitator and explaning dapat

mempengaruhi hasil belajar siswa sehingga ada perubahan yang baik pada hasil

belajar IPA, dan hasil belajar IPA dapat meningkat karena dipengaruhi oleh

adanya penerapan model pembelajaran student facilitator and explaning. Itulah

hubungan antara kedua variabel pada penelitian ini.

2.2. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian ini juga didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh beberapa

peneliti yang menggunakan model pembelajaran student facilitator and explaining

untuk mengetahui keberhasilan yang dicapai dalam presentase ketuntasan siswa

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Mata Pelajaran IPA

22

dalam KKM yaitu 65 yang disajikan dalam bentuk jurnal, penelitian ini relevan

dengan penelitian:

1. Ifan Kurniawan (2012) tentang Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Metode Student Facilitator and Explaining Pada Standar Kompetensi

Menjelaskan Dasar-Dasar Sinyal Video Di SMK Negeri 5 Surabaya. Dari

hasil penelitian yang diperoleh yaitu: (1) Perangkat pembelajaran yang

dikembangkan peneliti memiliki persentase rata-rata sebesar 76,27% dari hasil

validasi oleh para ahli, (2) Dari Hasil belajar siswa diperoleh thitung sebesar 5,43

dan ttabel sebesar 2,00. ini berarti thitung>ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar siswa berbeda antara yang menggunakan metode pembelajaran

Student Facilitator and Explaining dan model pembelajaran Konvensional, dan

(3) Respon siswa terhadap metode Student Facilitator and Explaining secara

keseluruhan adalah positif dengan rata-rata persentase respon siswa sebesar

79,39%dan termasuk dalam kriteria respon baik. (Keywords, 2012)

2. Ni Ayu Kusuma Wardani (2013), tentang Penerapan Model Pembelajaran

Student Facilitator and Explaining Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V Sdn 2 Bajur Tahun

Pelajaran 2012/2013. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan

kelas yang dilaksanakan dengan 3 siklus. Hasil penelitian siklus I, siklus II, dan

siklus III diperoleh hasil belajar siswa berturut – turut dengan nilai rata – rata

adalah 69,84, 71,41, dan 76,56 dengan presentase ketuntasan klasikal 71,88%,

84,38%, 87,50%. Sedangkan rata –rata skor aktivitas belajar siswa yang

dicapai pada siklus I, siklus II, dan siklus III berturut – turut adalah 12,33,

17,33, dan 22,18 yang memiliki kategori cukup aktif, aktif, dan sangat aktif.

Hasil ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Student

Facilitator and Explaining dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran matematika kelas V SDN 2 Bajur tahun pelajaran 2012/2013.

(Widianda,ketut.2013)

3. Erawan Kurniadi (2013), tentang Efektifitas Model Pembelajaran Student

Facilitator and Explaining (Sfae) dan The Learning Cell (Tlc) Terhadap

Hasil Belajar Siswa Ditinjau Dari Keaktifan Siswa Kelas X MAN 2

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Mata Pelajaran IPA

23

Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui: (1) perbedaan model pembelajaran Student Facilitator and

Explaining (SFAE) dan The Learning Cell (TLC) terhadap hasil belajar siswa,

(2) perbedaan keaktifan belajar siswa (keaktifan tinggi dan keaktifan rendah)

terhadap hasil belajar siswa, (3) interaksi antara model pembelajaran (Studeant

Facilitator and Explaining dan The Learning Cell) dan keaktifan belajar siswa

terhadap hasil belajar. Penelitian ini menggunakan 1 kelas sebagai kelas non

eksperimen (kelas X.8) serta 2 kelas sebagai kelas eksperimen adalah kelas X.7

(Student Facilitator and Explaining), dan X.9 (The Learning Cell). Teknik

yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah teknik cluster random

sampling. Teknik pengumpulan data untuk keaktifan menggunakan angket

yang hasilnya kemudian dikategorikan menjadi dua kategori sebagai berikut:

(1) Keaktifan tinggi dan, (2) Keaktifan rendah, Sedangkan teknik pengumpulan

data untuk hasil belajar menggunakan tes. Uji prasyarat yang digunakan

adalah uji normalitas dan uji homogenitas. Teknik analisis data menggunakan

analisis variansi (anava) dua jalan, sebagai tindak lanjut dari analisis variansi

dilakukan uji scheffe. Hasil pengujian dalam penelitian ini dengan α= 5%

didapatkan kesimpulan sebagai berikut: (1) perolehan Fhitung = 5,09 > Ftabel =

4,00, sehingga H0 ditolak yang berarti terdapat perbedaan model Student

Facilitator and Explaining (SFAE) dan The Learning Cell (TLC) terhadap hasil

belajar siswa, (2) perolehan Fhitung = 36,49 > Ftabel = 4,00, sehingga H0 ditolak

yang berarti terdapat perbedaan keaktifan tinggi dan keaktifan rendah terhadap

hasil belajar siswa, (3) perolehan Fhitung = 0,0276 < Ftabel = 4,00, sehingga H0

diterima yang berarti tidak ada interaksi antara model pembelajaran SFAE dan

TLC dengan keaktifan belajar siswa terhadap hasil belajar siswa. (Jhero. 2013)

Sedangkan di sini penulis akan akan melakukan penelitian yang berupaya

meningkatkan hasil belajar IPA dengan menggunakan model student facilitator

and explaining, sehingga melalui penerapan model tersebut hasil belajar IPA akan

lebih meningkat, karena siswa akan merasa tertarik dalam mengikuti kegiatan

belajar, dengan mengembangkan potensi mereka berupa tindakan berbicara

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Mata Pelajaran IPA

24

mengemukakan pendapat mereka masing-masing sehingga dalam belajar di kelas

peserta didik cenderung tidak pasif tetapi akan aktif. Pada penelitian ini berbeda

dengan beberapa peneliti sebelumnya, karena penelitian ini fokus pada

pembelajaran IPA SD sedangkan penelitian yang dilakukan sebelumnya mengarah

pada materi lainnya. Pada penelitian ini juga menggunakan dua variabel tidak

lebih.

Keberhasilan siswa ditandai oleh kemampuan mereka dalam berpendapat

pendapat dengan mengemukakan penjelasan tentang masalah yang diberikan

kepada mereka dan melalui penyelesaian evaluasi yang diberikan siswa

menyelesaikan dengan jawaban yang benar.

2.3. Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang, pada pembelajaran IPA peserta didik di kelas 5

SD Negeri Pingit 03, sampai saat ini peserta didik banyak mengalami kesulitan

saat belajar IPA. Salah satu kesulitan itu adalah pada materi Bumi dan Alam

Semesta. Hal ini terjadi karena dalam mengajar guru tidak menggunakan model

pembelajaran yang efektif serta kurangnya alat peraga untuk merangsang minat

belajar siswa yang akan mendukung dalam pencapaian hasil belajar siswa pada

pembelajaran IPA yang diharapkan. Peserta didik kesulitan dalam menjawab soal-

soal yang diujikan kepada mereka melalui ulangan semester yang dilakukan itu.

Hal tersebut dikarenakan pada saat kegiatan belajar berlangsung, siswa banyak

yang tidak memperhatikan penjelasan guru sehingga ketika kegiatan pembelajaran

berjalan siswa banyak yang tidak aktif, sehingga kegiatan belajar kurang efektif.

Melalui observasi yang dilakukan peneliti, masih banyak siswa yang belum tuntas

dalam KKM, sehingga hasil belajar IPA sangat menurun.

Berdasarkan uraian diatas, penulis berupaya meningkatkan hasil belajar IPA

dengan menggunakan model pembelajaran student facilitator and explaining.

Dengan model pembelajaran tersebut bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan dalam mengembangkan potensi mereka, serta aktif dalam kegiatan

pembelajaran. Dengan adanya Model pembelajaran Student Facilitator and

Explaining siswa akan terlatih dalam menungkapkan ide-ide serta pendapat

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Mata Pelajaran IPA

25

mereka secara langsung di depan kelas dan di hadapan teman yang lainnya.

Penulis berharap dengan menggunakan model pembelajaran Student Facilitator

and Explaining akan meningkatkan hasil belajar siswa serta mencapai KKM yang

ditentukan (65).

Kemungkinan besar pada kondisi awal penyajian pembelajaran yang

disampaikan guru menggunakan model pembelajaran lain yang kurang efektif

salah satunya yaitu pembelajaran konvensional. Dimana pembelajaran

menggunakan model konvensional tersebut lebih dominan kepada guru yang aktif

dalam kegiatan belajar, sedangkan siswa mendengarkan ceramah yang

disampaikan guru yang terkadang membawa dampak kebosanan bagi siswa,

sehingga pada hasil belajar IPA rendah. Untuk meningkatkan hasil belajar IPA

kembali peneliti akan menerapkan model pembelajaran student facilitator and

explaining, dan dengan hal tersebut hasil belajar IPA meningkat. Kemudian

dilakukan lagi pemantapan sehingga membawa perubahan yang sangat

memuaskan, peningkatan hasil belajar IPA semakin tinggi. Dapat digambarkan

kerangka berfikir melalui skema sebagai berikut:

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Mata Pelajaran IPA

26

Gambar 1 Kerangka pikir

2.4. Hipotesis

Dengan mengacu pada kerangka berfikir diatas, peneliti mengajukan

hipotesa sebagai berikut :

Kondisi

awal

Guru:

Pembelajaran

konvensional:

- Guru lebih

dominan

- Peserta didik fasif

- Ceramah -

Siswa:

Hasil belajar

siswa rendah

Penerapan model pembelajaran student facilitator and

explaining: Siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain

Siswa dapat mengeluarkan ide-ide yang ada pada pikirannya sehingga lebih dapat

memahami materi tersebut

Materi yang disampaikan lebih jelas dan kongkrit

Melatih siswa untuk menjadi guru, karena siswa diberi kesempatan untuk

mengulangi penjelasan guru yang telah didengar

Memotivasi siswa untuk menjadi yang terbaik dalam menjelaskan materi ajar

Mengetahui kemampuan siswa dalam menyampaikan ide atau gagasan

Dapat menambah pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa

Peserta didik dapat aktif berperan dalam kegiatan pembelajaran dengan terlibatnya

mereka pada suatu kegiatan belajar.

Mendorong tumbuhnya tanggung jawab dan keberanian dalam diri siswa untuk

berbicara di depan.

Hasil belajar

siswa

meningkat

Memantapkan

penerapan model

pembelajaran

student facilitator

and explaening

Hasil belajar

siswa lebih

meningkat

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Mata Pelajaran IPA

27

Penggunaan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining diduga

dapat meningkatkan hasil belajar IPA dengan materi Bumi dan Alam Semesta

pada siswa kelas 5 SD Negeri 03 Pingit Kecamatan Pringsurat Kabupaten

Temanggung Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.