bab ii kajian pustaka 2.1 2.1.1 di...

17
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep- konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. IPA dapat menjadi mata pelajaran yang menarik di sekolah dasar jika siswa terlibat secara aktif, learning by doing (belajar dengan melakukan) bukannya dengan mendengarkan atau menghafal. Siswa dapat belajar dengan baik jika mengalami sendiri apa yang dipelajari (aktivitas dan pikiran). Beberapa cara belajar dalam IPA seperti mengamati, mengukur, mengoleksi dan mengelompokkan merupakan aktivitas belajar yang dapat menguatkan minat dan keingintahuan siswa. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar diharapkan dapat memberi berbagai pengalaman pada siswa dengan cara melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan. Sehingga pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Proses

Upload: hatuong

Post on 29-Apr-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 di SDrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16720/2/T1_292011220_BAB II...2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ... IPA dapat menjadi mata pelajaran

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari

tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya

penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-

konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta

didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek

pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan

sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian

pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar

menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA

diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta

didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam

sekitar.

IPA dapat menjadi mata pelajaran yang menarik di sekolah dasar

jika siswa terlibat secara aktif, learning by doing (belajar dengan

melakukan) bukannya dengan mendengarkan atau menghafal. Siswa dapat

belajar dengan baik jika mengalami sendiri apa yang dipelajari (aktivitas

dan pikiran). Beberapa cara belajar dalam IPA seperti mengamati,

mengukur, mengoleksi dan mengelompokkan merupakan aktivitas belajar

yang dapat menguatkan minat dan keingintahuan siswa.

Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar diharapkan dapat memberi

berbagai pengalaman pada siswa dengan cara melakukan berbagai

penelusuran ilmiah yang relevan. Sehingga pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) dapat menjadi wahana bagi siswa untuk

mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan

lebih lanjut dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Proses

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 di SDrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16720/2/T1_292011220_BAB II...2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ... IPA dapat menjadi mata pelajaran

8

pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung

untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan

memahami alam sekitar secara ilmiah (KTSP Standar Isi 2006).

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi

kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat di

identifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak

berdampak buruk pada lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan pada

penekanan; pembelajaran salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, dan

masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang

dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi

bekerja ilmiah secara bijaksana.

Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan

lingkungan sekitarnya. Hal ini mengakibatkan pembelajaran IPA perlu

mengutamakan peran siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga

pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa

dan guru sebagai fasilitator dalam pemebelajaran tersebut. Guru

berkewajiban untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa untuk

mencapai tujuan pembelajaran IPA.

2.1.2 Tujuan pembejaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Tujuan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD

menurut (BNSP, 2006) adalah agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut :

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang

Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam

ciptaan-Nya. 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman

konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari. 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap

positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling

mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5)

Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara,

menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 6) Meningkatkan

kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 di SDrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16720/2/T1_292011220_BAB II...2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ... IPA dapat menjadi mata pelajaran

9

sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7) Memperoleh bekal

pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk

melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

2.1.3 Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Untuk mencapai tujuan pembelajaran, perlu ada materi yang

dibahas. Materi itu dibatasi oleh ruang lingkupnya yang tertera dalam

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006, yang meliputi aspek-aspek sebagai

berikut:

1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia,

hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta

kesehatan. 2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi:

cair, padat dan gas. 3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya,

bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4)

Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan

benda-benda langit lainnya. 5) Sains, lingkungan, teknologi, dan

masyarakat yang merupakan penerapan konsep sains dan saling

keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat

melalui pembuatan suatu karya teknologi sederhana termasuk

merancang dan membuat.

2.1.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar menjadi arah atau

landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran dan

indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang

kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan Standar Proses

dan Standar Penilaian.

Tabel 1 dijelaskan tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar mata pelajaran IPA materi Sumber Daya Alam yang nantinya akan

dilaksanakan observer pada siklus I dan siklus II di Kelas V SD Negeri

Kutowinangun 07 Salatiga.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 di SDrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16720/2/T1_292011220_BAB II...2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ... IPA dapat menjadi mata pelajaran

10

Tabel 1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata

Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Kelas V Semester II

No. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Menerapkan sifat-sifat

cahaya melalui kegiatan

membuat suatu

karya/model.

1.1 Mendeskripsikan sifat-

sifat cahaya.

1.2 Membuat suatu

karya/model, misalnya

periskop atau lensa dari

bahan sederhana dengan

menerapkan sifat-sifat

cahaya.

2.1.5 Belajar

A. Pengertian Belajar

Berdasarkan pengertian secara psikologis belajar merupakan suatu

proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi

dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-

perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.

Menurut Slameto (dalam Hamdani, 2011:20) menyatakan bahwa

belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku siswa untuk

memperoleh pengalaman. Menurut Ahmad Susanto (2013:4) belajar

adalah suatu aktivitas siswa untuk memperoleh pengetahuan dalam

berpikir.

Menurut Oemar Hamalik (2008:27) menyatakan bahwa belajar

adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi

lingkungan. Sedangkan menurut Gagne (dalam Catharina Tri Anni,

2005:2) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan disposisi atau

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 di SDrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16720/2/T1_292011220_BAB II...2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ... IPA dapat menjadi mata pelajaran

11

kecakapan manusia, yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan

perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan.

Nana Sudjana (2014:2) mengungkapkan bahwa “belajar mengajar

sebagai suatu proses mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan. Yakni

tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses) belajar-mengajar,

dan hasil belajar”. Hubungan ketiga unsur tersebut digambarkan dalam

diagram berikut ini:

Tujuan instruksional

(a) (c)

Pengalaman belajar (b) Hasil belajar

(proses belajar-mengajar)

Gambar 1 Hubungan Tiga Unsur Belajar

Garis (a) menunjukkan hubungan antara tujuan instruksional

dengan pengalaman belajar, garis (b) menunjukkan hubungan antara

pengalaman belajar dengan hasil belajar, dan garis (c) menunjukkan

hubungan tujuan instruksional dengan hasil belajar. Dari diagram di atas

dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan penilaian dinyatakan oleh garis

(c), yakni suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-

tujuan instruksional telah dapat dicapai atau dikuasai oleh siswa dalam

bentuk hasil-hasil belajar yang diperlihatkannya setelah mereka

menempuh pengalaman belajarnya (proses belajar-mengajar). Sedangkan

garis (b) merupakan kegiatan penilaian untuk mengetahui keefektifan

pengalaman belajar dalam mencapai hasil belajar yang optimal.

Beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah perubahan pola tingkah laku individu yang dilakukan dengan

sengaja melalui interaksi lingkungan yang berlangsung dalam periode

waktu tertentu untuk memperoleh konsep, pemahaman, atau pengetahuan

baru.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 di SDrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16720/2/T1_292011220_BAB II...2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ... IPA dapat menjadi mata pelajaran

12

2.1.6 Hasil Belajar

A. Pengertian Hasil Belajar

Nana Sudjana (2014:3) hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah

perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam

pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris.

Oleh sebab itu dalam penilaian hasil belajar, peranan instruksional yang

berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai

siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian.

Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki

siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingley

dalam Nana Sudjana (2014:22) membagi “tiga macam hasil belajar, yakni

(a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap

dan cita-cita”. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan

yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-

pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan (Suprijono, 2009:12).

Sedangkan menurut Hamalik (2006:30), perubahan tingkah laku seseorang

yang didasari oleh rasa ingin tahu, dari yang belum bisa menjadi bisa.

Perubahan tingkah laku tersebut dapat dikatakan sebagai hasil belajar.

Sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik

tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klarifikasi

hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya

menjadi tiga ranah yaitu:

1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang

teridiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan,

pemahaman, aplikasi, sistesis, dan evaluasi. Kedua aspek

pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek

berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

Menurut Supratiknya (2012:8), ranah kognitif memiliki 6

tingkatan, yang mencakup:

a. Mengingat (C1)

Mengingat diartikan sebagai mengingat kembali data atau

informasi. Kata kunci tingkatan mengingat yaitu

mendefinisikan, dan menamai.

b. Memahami (C2)

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 di SDrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16720/2/T1_292011220_BAB II...2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ... IPA dapat menjadi mata pelajaran

13

Memahami berarti menjelaskan aneka gagasan atau konsep,

memahami makna terjemahan, penafsiran, berbagai

masalah dan merumuskannya dengan kata-kata sendiri.

Kata kunci tangkatan memahami, yaitu memberi contoh,

membedakan, menjelaskan dengan kata-kata sendiri,

ringkasan, dan menginterprestasikan.

c. Menerapkan (C3)

Menerapkan berarti menggunakan informasi dalam

kehidupan sehari-hari. Kata kunci tingkatan menerapkan,

yaitu menerapkan, menyusun, menghitung, dan

mendemonstrasikan.

d. Menganalisis (C4)

Menganalisis diartikan menguraikan informasi kebagian-

bagian untuk menemukan pemahaman, memilih materi

sehingga struktur organisasinya dapat dipahami. Kata kunci

tingkatan menganalisis, yaitu membandingkan,

mengorganisasikan, menemukan perbedaan, dan

menjelaskan dengan ilustrasi.

e. Mengevaluasi (C5)

Mengevaluasi diartikan memberikan pembenaran terhadap

keputusan rangkaian tindakan tertentu, atau membuat

penilaian dari sebuah gagasan. Kata kunci tingkatan

mengevaluasi, yaitu menghipotesiskan, mengapresiasi,

menafsirkan, memberikan pembenaran, dan memberikan

kritik.

f. Menciptakan (C6)

Mencipta berarti menghasilakn aneka gagasan, produk atau

cara melihat persoalan baru. Kata kunci tingkatan mencipta,

yaitu merancang, merencanakan, dan membuat penemuan

baru.

2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima

aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian,

organisani, dan internalisasi.

3) Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar

keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam ranah

psikomotoris, yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan

gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan

atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f)

gerakan ekspresif dan interpretatif.

Ketiga ranah tersebut menjadikan objek penilaian hasil belajar.

Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai

oleh para guru disekolah karena berkaitan dengan kemapuan para siswa

dalam menguasai isi bahan pelajaran.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 di SDrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16720/2/T1_292011220_BAB II...2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ... IPA dapat menjadi mata pelajaran

14

Menurut pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah suatu perubahan tingkah laku dari aktivitas belajar yang

diindikasikan sebagai kemampuan yang diperoleh atau tingkat

keberhasilan siswa dalam mempelajari suatu materi yang dinyatakan

dalam bentuk skor yang dipeoleh dari hasil tes evaluasi.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Slameto, (2010:54) faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar digolongkan menjadi 2 yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

Dimana faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang

sedang belajar dan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.

Dalam faktor intern terdapat faktor jasmaniah yang meliputi kesehatan,

cacat tubuh, kemudian faktor psikologis yang meliputi inteligensi,

perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan dan yang terakhir

adalah faktor kelelahan. Selain faktor intern juga terdapat faktor eksternal

diantaranya adalah faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. Faktor

sekolah yang meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan

siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu

sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar,

dan tugas rumah.

Menurut Baharudin dan Wahyuni (2010:19) faktor yang

mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori yaitu faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor fisiologis yang

terdiri dari keadaan tonus jasmani, dan keadaan fungsi jasmani, serta

faktor psikologis seperti motivasi, minat, sikap dan bakat. Sedangkan

faktor eksternal dibagi menjadi dua golongan yaitu faktor lingkungan

sosial berupa lingkungan sekolah, masyarakat, keluargga, dan faktor

lingkungan non sosial berupa lingkungan alamiah dan faktor instrumental

atau perangkat belajar. Bloom (Sudjana, 2011:40) menyatakan bahwa “ada

3 variabel utama dalam teori belajar disekolah, yakni karakteristik

individu, kualitas pengajaran dan hasil belajar”. Hasil belajar siswa

dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualaitas pengajaran

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 di SDrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16720/2/T1_292011220_BAB II...2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ... IPA dapat menjadi mata pelajaran

15

Menurut Sudjana (2011:39) hasil belajar yang dicapai oleh siswa

dipengaruhi oleh dua faktor yakni dari faktor dari dalam siswa itu sendiri

dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau lingkungan. Faktor yang

datang dari dalam diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya besar

pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai.

Beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpuklan bahwa ada

hubungan antara kemapuan individu dan faktor lingkungan dengan hasil

belajar siswa. Hasil belajar merupakan dampak yang telah diperoleh dari

belajar atau berinteraksi dengan lingkungan dampak tersebut dapat berupa

perubahan tingkah laku yang pastinya adalah kearah positif. Jadi dapat

disimpulkan hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi pada

individu yang berinteraksi dengan lingkungan (belajar) dan tingkah laku

yang dimaksud merupakan perubahan ke arah positif.

C. Cara Mengukur Hasil Belajar

Nana Sudjana (2014:2) menjelaskan tentang kegiatan penilaian

yakni suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-

tujuan instruksional telah dicapai atau dikuasai oleh siswa dalam bentuk

hasil belajar yang diperlihatkan setelah mereka menempuh pengalaman

belajarnya (proses belajar-mengajar). Dengan demikian, kegiatan untuk

menilai hasil belajar sama artinya dengan mengukur hasil belajar siswa

yang digunakan untuk menentukan tercapai tidaknya tujuan dalam suatu

proses pembelajaran. Karena dalam kegiatan ini terdapat proses

membandingkan antara hasil belajar dengan kemampuan yang telah

dikuasai siswa untuk mengetahui pencapaian suatu tujuan dalam proses

pembelajaran.

Nana Sudjana (2014:5) mengemukakan satu dari beberapa jenis

dan sistem penilaian yang bisa digunakan untuk mengukur hasil belajar,

yaitu: Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir

program belajar-mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses

belajar-mengajar itu sendiri. Dengan demikian, penilaian formatif

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 di SDrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16720/2/T1_292011220_BAB II...2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ... IPA dapat menjadi mata pelajaran

16

berorientasi kepada proses belajar-mengajar. Dengan penilaian formatif

guru dapat memperbaiki program pengajaran dan strategi pelaksanaannya.

Keberhasilan dalam sebuah pengajaran tidak hanya dilihat dari segi

hasil belajar saja tetapi juga proses kegiatan pembelajaran. Untuk

mengukur hasil belajar dalam suatu proses pembelajaran terdapat 2 jenis

penilaian yang dapat digunakan, yaitu teknik tes tertulis dan teknik non-

tes. Tes tertulis ini digunakan untuk memperoleh seberapa nilai atau angka

keberhasilan siswa dalam proses memperoleh pengetahuan dari hasil

belajar yang telah dijalani siswa. Tes tertulis ini menuntut jawaban secara

tulisan yang dapat dikoreksi hasilnya oleh guru sehingga guru dapat

mengetahui seberapa tingkatan keberhasilan siswa dalam belajar.

Pendapat para ahli diatas dapat dikaji bahwa pengukuran hasil

belajar dapat diukur melalui tiga aspek yaitu aspek kognitif yang dapat di

ukur dengan menggunakan evaluasi melalui tes, aspek afektif dapat diukur

menggunakan observasi langsung ketika pembelajaran sedang

berlangsung, sedangkan psikomotorik dapat di ukur melalui pengamatan

ketika siswa sedang melakukan pengamatan.

2.1.7 Model Pembelajaran Scramble

Scramble merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif

yang disajikan dalam bentuk kartu. Scramble merupakan model

pembelajaran dengan membagikan lembar kartu soal dan kartu jawaban

yang jawababnya harus disusun sehingga menjadi sebuah jawaban yang

tepat atau benar. Damayanti (2010:3), menjelaskan bahwa model

pembelajaran scramble merupakan model pembelajaran yang bersifat

aktif, yaitu menurut siswa aktif bekerjasama menyelesaikan kartu soal

untuk memperoleh point bagi kelompok mereka. Siswa memopunyai

tanggungjawaab masing-masing dalam mmenyelesaikan tugasnya.

Menurut Rober B. Taylor (dalam Huda, 2001), scramble

merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan

konsentrasi dan kecepatan berpikir siswa dalam proses pembelajaran yang

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 di SDrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16720/2/T1_292011220_BAB II...2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ... IPA dapat menjadi mata pelajaran

17

menggabungkan otak kanan dan otak kiri siswa. Dalam model ini mereka

tidak hanya diminta untuk menjawab soal, tetapi juga menerka dengan

cepat jawaban soal yang sudah tersedia namun masih dalam kondisi acak.

Ketepatan dan kecepatan berpikir dalam menjawab soal menjadi salah satu

kunci permainan model pembelajarn scramble. Skor siswa ditentuka oleh

seberapa banyak soal yang benar dan seberapa cepat soal-soal tersebut

dikerjakan.

Scramble merupakan model mengajar dengan membagi lembar

soal dan lembar jawaban yang disertai dengan lembar jawaban yang

disertai dengan alternatif jawaban yang disediakan. Siswa diharapkan

mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal jawaban yang

ada. Scramble dipakai untuk jenis permainan anak-anak yang merupakan

latihan pengembangan dan meningkatkan wawasan pemikiran kosakata.

Pembelajaran model scramble, siswa dapat dilatih berkreasi

menyusun, huruf, kalimat, atau wacana yang acak susunannya sehingga

dapat menjadi susunan yang bermakna dan mungkin lebih baik dari

susunan aslinya. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran scramble berbentuk permainan acak huruf, kalimat,

atau paragraf. Pembelajaran model scramble ini adalah sebuah model yang

menggunakan penekanan latihan soal berupa permaninan yang dikerjakan

secara berkelompok. Dalam model pembelajarn ini peril adanya kerjasama

antara anggota kelompok untuk saling menbantu teman sekelompok agar

dapat berpikif kritis sehingga dapat lebih mudah mencari penyesaian soal.

Dalam permainan ini diharapkan dapat memacu hasil belajar siswa dalam

mata pelajaran IPA.

A. Langkah-langkah Model Pembelajaran Scramble

Adapun langkah-langkah model pembelajaran scramble menurut

Suyatno (2009:72) adalah sebagi berikut:

a) Buatlah kartu soal sesuai materi bahan ajar.

b) Buatlah kartu jawaban dengan diacak nomornya.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 di SDrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16720/2/T1_292011220_BAB II...2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ... IPA dapat menjadi mata pelajaran

18

c) Sajikan materi.

d) Membagi kartu soal pada kelompok dan kartu jawaban.

e) Siswa berkelompok mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk

jawaban yang cocok.

Menurut Rober B. Taylor (dalam Huda, 2001), sintaks model

pembelajaran scramble dapat diterapkan dengan mengikuti tahap-tahap

sebagai berikut:

a) Guru menyajikan materi sesuai topik, misalnya guru

menyajikan materi pelajaran tentang “Tata Surya”.

b) Setelah selesai menjelaskan tentang Tata Surya, guru

membagikan lembar kerja dengan jawaban yang diacak

susunannya.

c) Guru memberi durasi tertentu untuk pengerjaan soal.

d) Siswa mengerjakan soal berdasarkan waktu yang ditentukan

guru.

e) Guru mengecek durasi waktu sambil memeriksa pekerjaan

siswa.

f) Jika waktu pengerjaan soal sudah habis, siswa wajib

mengumpulkan lembar jawaban kepada guru. dalam hal ini,

baik siswa yang selesai maupun tidak selesai harus

mengumpulkan jawaban itu.

g) Guru melakukan penilaian, baik dikelas maupun dirumah.

penilaian dilakukan berdasarkan seberapa cepat siswa

mengerjakan soal dan seberapa banyak soal yang ia kerjakan

dengan benar.

h) Guru memberi apresiasi dan rekognisi kepasa siswa-siswa

yang berhasil, dan memberi semangat kepada siswa yang

belum cukup berhasil menjawab dengan cepat dan benar.

B. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Scramble

a. Kelebihan Model Pembelajaran Scramble

Menurut Rober B. Taylor (dalam Huda, 2001), model pembelajaran

scramble memiliki kelebihan, kelebihannya yaitu:

1) Melatih siswa untuk berpikir cepat dan tepat.

2) Mendorong siswa untuk mengerjakan soal dengan jawaban acak.

3) Melatih kedisiplinan siswa.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 di SDrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16720/2/T1_292011220_BAB II...2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ... IPA dapat menjadi mata pelajaran

19

b. Kelemahan Model Pembelajaran Scramble

Menurut Rober B. Taylor (dalam Huda, 2001), model pembelajaran

scramble memiliki kelemahan, kelemanhannya yaitu:

1) Siswa bisa saja mencontek jawaban temannya.

2) Siswa tidak dilatih untuk berpikir kreatif.

3) Siswa memerima bahan mentah yang hanya perlu diolah dengan

baik.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Febri Belandina Lay

(2011) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Scramble untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VA pada Mata Pelajaran PKn

SDN Madyopuro 4 Kecamatan Kedungkandang Kota Malang”, hasil

penelitian menunjukan bahwa nilai rata-rata pada siklus I adalah 69,54%,

11 siswa (33,33%) belum tuntas karenamasih berada dibawah kriteria

ketuntasan, sedangkan 22 siswa (66,66%) tuntas karena sudah mencapai

kriteria ketuntasan. Pada siklus II, nilai rata-rata yang diperoleh siswa

kelas VA SDN Madyopuro 4 adalah 74,54%, hanya 9 dari 33 siswa

(27,27%) yang belum mencapai kriteria ketuntasan. berdasarkan nilai rata-

rata siswa tiap siklus maka pada siklus II nilai siswa mengalami

peningkatan. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Scramble

dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas VA SDN Madyopuro 4

Kota Malang.

Penelitian yang dilakukan oleh Kusmiyati (2011) dengan judul

“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Scramble Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar PKn siswa kelas V SD Negeri 012 Sari

Makmur Kecamatan Pangkalan Lesung Kab. Palelawan”. Hasil penelitian

menunjukan bahwa terdapat peningkatan pada masing-masing rentang

nilai dari klasifikasi rendah sampai dengan klasifikasi sangat tinggi. Pada

siklus pertama pada kriteria sangat tinggi (nilai >85) pada siklus pertama

tidak diperoleh siswa, sedangakn pada siklus kedua diperoleh presentase

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 di SDrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16720/2/T1_292011220_BAB II...2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ... IPA dapat menjadi mata pelajaran

20

sebesar 35, 0%. Sedangkan pada klasifikasi tinggi pada siklus pertama

juga belum diperoleh oleh siswa, tetapi pada siklus kedua terdapat

presentase sebesar 75,0% atau 15 orang siswa serta tidak terdapat hasil

belajar siswa dengan klasifikasi rendah pada siklus kedua. Dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif teknik Scramble dapat

meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas VA SD Negeri 012 Sari

Makmur Kecamatan Pangkalan Lesung Kab. Palelawan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, penggunaan

model scramble dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara berkala

karena dengan menggunakan model scramble siswa tampak lebih aktif dan

termotivasi dalam mengikuti pembelajaran karena konsep-konsep yang

disampaikan realistik dengan kehidupan siswa. Hal ini menunjukkan

adanya perubahan pada hasil belajar siswa dan tingkat ketuntasan belajar

siswa.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Febri Belandina Lay dan

Kusmiyati dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan model

scramble untuk meningkatkan hasil belajar IPA. Dalam penelitian yang

dilakukan sebelumnya belum memanfaatkan media dalam proses

pembelajaran sedangkan dalam penelitian ini sudah memanfaatkan media

berupa video. Dalam penelitian Febri Belandina Lay hasil belajar yang

ditingkatkan hanya aspek kognitif dan afektif, maka dalam penelitian ini

hasil belajar yang ditingkatkan adalah aspek kognitif, sedangkan

peningkatan hasil belajar yang dilakukan oleh Kusmiyati adalah aspek

kognitif dan psikomotorik. Dalam penelitian ini mengembangkan

pemikiran kosakata kepada siswa, agar siswa mampu menyusun kata-kata

ataupun huruf-huruf yang telah dikacaukan letaknya sehingga membentuk

suatu kata tertentu yang bermakna. Perbedaannya dengan penelitian yang

lain terletak pada pengukuran tingkat keberhasilan penelitian yang

dilakukan, pemanfaatan media dalam proses pembelajaran, dan hasil

belajar yang ditingkatkan.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 di SDrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16720/2/T1_292011220_BAB II...2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ... IPA dapat menjadi mata pelajaran

21

2.3 Kerangka Pikir

Keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar khususnya pada

pembelajaran IPA dapat dilihat dari tingkat pemahaman dan penguasaan

materi siswa. Keberhasilan pembelajaran IPA dapat diukur dari

kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran. Siswa dikatakan

paham apabila indikator pembelajaran tercapai. Adapun indikator yang

dijadikan sebagai tolak ukur siswa dikatakan paham menurut Abin

Syamsudin apabila siswa dapat menjelaskan, mendefinisikan dengan kata-

kata sendiri dengan cara mengungkapkannya melalui pertanyaan, tes, dan

penugasan.

Pembelajaran di sekolah dilakukan guru dan siswa dengan saling

berinteraksi dalam pertukaran ilmu (dari guru ke siswa). Dalam melakukan

interaksi guru harus menggunakan model pembelajaran yang mudah

diterima siswa dan dapat meningkatkan pemahaman konsep. Selain model

mengajar yang dilakukan oleh guru, faktor lain yang mempengaruhi hasil

belajar siswa adalah yang efektif dan efesien dilihat dari keaktifan,

kreatifitas dan kemandirian siswa. Cara belajar siswa juga harus

disesuaikan dengan materi pelajaran dan tujuan pengajarannya. Cara

belajar yang baik memungkinkan siswa untuk memperoleh hasil belajar

yang lebih baik. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu

alternatif yang dapat dilakukan untuk mengenal masalah-masalah yang

menyebabkan rendahnya kemapuan siswa dalam memahami konsep pada

pembelajaran IPA dan untuk mengetahui usaha dalam mengatasinya.

Model pembelajaran scramble diharapkan mampu melatih

diharapkan mampu melatih ketrampilan berpikir dan ketrampilan bertanya

serta mampu memunculkan aktivitas-aktivitas yang selama ini tidak

terlihat dalam kegiatan belajar mengajar. Dan diharapkan siswa

termotivasi dalam belajar dan mendapatkan kemudahan dalam menerima

dan memahami materi yang diajarkan. Dengan diterapkannya model

pembelajaran scramble ini diduga membawa siswa pada suasana yang

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 di SDrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16720/2/T1_292011220_BAB II...2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ... IPA dapat menjadi mata pelajaran

22

baru membuat perasaan menjadi senang terhadap pelajaran IPA dan dapat

mencapai hasil belajar yang maksimal.

Adapun alur kerangka pemikiran yang ditunjukkan untuk

mengarahkan jalannya penelitian adalah sebagai berikut:

Gambar 2 Kerangka Pikir Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui

Scramble

Kondisi Awal

Kondisi Akhir

Tindakan

Guru mengajar

dengan model

ceramah

Menerapkan

model

pembelajaran

Scramble

Hasil belajar

siswa rendah

Siklus I:

Menerapkan

model

pembelajaran

Scramble

dalam

pembelajaran

Siklus II:

Menerapkan

model

pembelajaran

Scramble

dalam

pembelajaran

Melalui penerapan model scramble dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. pada

mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri

Kutowinangun 07 Kecamatan Tingkir

Salatiga

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 di SDrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16720/2/T1_292011220_BAB II...2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Pembelajaran Ilmu ... IPA dapat menjadi mata pelajaran

23

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir yang telah diuraikan, maka hipotesis

dalam penelitian ini adalah:

Pembelajaran dengan model Scramble dapat meningkatkan hasil

belajar IPA tentang sifat-sifat cahaya siswa kelas V SD Negeri

Kutowinangun 07 Kecamatan Tingkir Salatiga semester genap tahun

pelajaran 2014/2015.