bab ii tinjauan pustaka 2.1 2.1.1 manajemen keuangan 2.1.1
TRANSCRIPT
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Dalam hal ini dibahas dan diuraikan konsep-konsep yang mendasari penelitian. Teori-teori yang
digunakan sebagai dasar untuk menganalisis permasalahan yang ada dalam penelitian ini.
2.1.1 Manajemen Keuangan
2.1.1.1 Definisi Manajemen Keuangan
Dewi Utari, Ari Purwanti dan Darsono Prawironegoro (2014) menjelaskan bahwa manajemen
keuangan adalah merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, mengendalikan pencarian dana dengan
biaya yang serendah-rendahnya dengan menggunakan cara efektif dan efisien untuk kegiatan operasi
organisasi.
T.Hani Handoko, Nurul Indarti, dan Rangga Almahendra (2011) menjelaskan bahwa manajemen
keuangan adalah keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan keputusan operasional yang harus diambil
oleh manajer keuangan untuk mencapai tujuan memaksimalkan kemakmuran pemegang saham.
Menurut Riyanto (2001:5) mendefinisikan manajemen keuangan sebagai keseluruhan aktivitas
yang bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dana dan menggunakan atau mengalokasikan dana
tersebut. Pengertian manajemen keuangan menurut Weston dan Copeland yang diterjemahkan oleh Jaka. W
dan
5
Kirbrandoko (2002) yaitu sebagai berikut : โ Manajemen keuangan dapat dirumuskan oleh fungsi dan
tanggung jawab manajer keuangan. Fungsi pokok manajemen keuangan antara lain menyangkut keputusan
tentang penanaman modal, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian deviden pada suatu perusahaanโ.
Berdasarkan definisi manajemen diatas, dapat disimpulkan secara umum bahwa :
a. Manajemen keuangan diartikan segala kegiatan yang berhubungan dengan bagaimana cara memperoleh
pendanaan modal kerja, menggunakan atau mengalokasikan dana, dan mengelola asset yang dimiliki.
b. Manajemen keuangan dituntut untuk dapat menentukan alternatif sumber dana yang menguntungkan
dengan resiko seminimal mungkin sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan.
2.1.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan
Dr. J.P Sitanggang (2014: 5) menjelaskan bahwa fungsi manajemen keuangan meliputi 3(tiga)
fungsi pokok :
a. Keputusan Investasi (Investment Decision)
Sutrisno (2012 : 5) menjelaskan bahwa keputusan investasi adalah masalah bagaimana manajer
keuangan harus mengalokasikan dana ke dalam bentuk โ bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan
keuntungan dimasa-masa yang akan datang. Keuntungan yang diharapkan dari investasi tidak dapat
diperkirakan secara pasti. Sehingga investasi yang diharapkan mengandungkan resiko yang dapat
mempengaruhi nilai perusahaan di masa yang akan datang.
b. Keputusan Pendanaan (Financing Decision)
Keputusan pendanaan sering disebut sebagai keputusan yang menyangkut struktur keuangan
perusahaan (Financial Structur). Pada keputusan ini manajer dituntut untuk mempertimbangkan dan
menganalisa dari segala aspek perusahaan.
Menurut Haruman (2007) menyatakan bahwa pendapatan dapat meningkatkan nilai perusahaan.
c. Keputusan Dividen
Dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham.
Oleh karena itu dividen merupakan bagian penghasilan yang diharapkan oleh pemegang saham.
Berdasarkan fungsi diatas dana yang diperoleh dari sumber keuangan eksternal dapat dialokasikan pada
berbagai bentuk penggunaan dimana pihak penyedia dana akan menerima imbalan dalam bentuk hasil
return. Ketiga fungsi itu saling berkaitan bahwa untuk menjelaskan fungsi pokok keputusan investasi tidak
terlepas dari fungsi pokok pembiayaan dan keputusan kebijakan dividen.
2.1.2 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk
berkomunikasi antara keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan
dengan data atau aktivitas suatu perusahaan yang terdaftar tersebut (Munawir, 2002:2)
laporan keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan
sejumlah besar pemakai. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan posisi keuangan (yang disajikan dengan berbagai cara, misalnya sebagai laporan arus kas
atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari
6
laporan keuangan. Jadi, kesimpulan dari laporan keuangan di atas adalah catatan informasi keuangan suatu
perusahaan yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut.
2.1.2.1 Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan
Pada umumnya perusahaan memiliki laporan keuangan dengan tujuan untuk :
1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi laporan keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam keputusan
ekonomi.
2. Menunjukkan apa yang dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggung jawaban manajemen
atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Tujuan laporan keuangan menurut prinsip Akuntansi Indonesia dalam harahap (2003:125) menyatakan
bahwa tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut:
1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta
modal suatu perusahaan.
2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenal perubahan dalam aktiva netto (aktiva
dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha.
3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan dalam menaksir
potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenal perubahan dalam aktiva dan kewajiban
suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi.
2.1.2.2 Unsur-Unsur Laporan Keuangan
Secara lengkap menurut Kasmir (2014:28), menyebutkan ada lima yang termasuk ke dalam unsur
atau komponen laporan keuangan yakni:
1. Neraca
2. Laporan Laba Rugi
3. Laporan Perubahan Modal
4. Laporan Arus Kas
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Dari beberapa unsur-unsur laporan keuangan diatas, penulis hanya menggunakan laporanNeraca dan laporan
laba rugi.
1. Neraca
Neraca adalah laporan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (Kasmir,
2014:28). Sedangkan menurut Munawir (2010:13), neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva,
hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu.
2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu
periode tertentu (Kasmir, 2014:29). Selisih antara pendapatan dan biaya merupakan laba yang diperoleh atau
7
rugi yang diderita perusahaan. Sedangkan menurut Munawir (2010:26), Laporan laba rugi merupakan suatu
laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan.
2.1.2.3 Komponen Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang lengkap meliputi laporan neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan
ekuitas yang telah disusun atas dasar aktual, laporan arus kas yang disusun atas dasar kas dan catatan atas
laporan keuangan yang merupakan bagian integral dari laporan tersebut.
2.1.3 Analisis Laporan Keuangan
2.1.3.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan mencakup penerapan metode dan teknik analisis untuk laporan keuangan
dan data lainnya untuk melihat dari laporan itu ukuran-ukuran dan hubungan tertentu yang sangat berguna
dalam pengambilan keputusan.
Menurut Harahap (2006:189) โbahwa analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan
keuangan menjadi unit-unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan
atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non
kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses
menghasilkan keputusan yang tepat".
Undefined Wild (2005:3) Analisis laporan keuangan (financial statement analysis) adalah aplikasi dari alat
dan teknik analisis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data-data yang berkaitan untuk
menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis, sedangkan Menurut
Subramanyam et al. (2005: 3) analisis laporan keuangan merupakan analisis dari alat dan teknik analitis
untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data-data yang berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan
kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis. Berdasarkan pengertian tersebut maka analisis laporan
keuangan merupakan suatu upaya untuk menggali lebih banyak informasi yang terkandung dalam laporan
keuangan serta hubungan-hubungan yang signifikan.
2.1.3.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Menurut Hanafi (2003:6) tujuan analisis laporan keuangan adalah :
1. Investasi pada saham, dengan melakukan analisis laporan keuangan dapat diketahui kinerja
perusahaan, sehingga dapat menjadi dasar pengambilan keputusan untuk melakukan investasi pada
saham suatu perusahaan.
2. Pemberian kredit, tujuan pokoknya adalah menilai kemampuan perusahaan untuk mengembalikan
pinjaman yang diberikan beserta bunga yang berkaitan dengan pinjaman tersebut.
3. Kesehatan pemasok (supplier), untuk menganalisis profitabilitas perusahaan pemasok, kondisi
keuangan dan kemampuan untuk menghasilkan kas selain itu untuk mengetahui kondisi keuangan
supplier sangat bermanfaat untuk melakukan negoisasi dengan supplier.
4. Kesehatan pelanggan (customer), untuk mengetahui informasi tentang kemampuan pelanggan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
8
5. Kesehatan perusahaan ditinjau dari segi karyawan, analisis laporan keuangan digunakan untuk
memastikan apakah perusahaan mempunyai prospek yang bagus untuk menjamin kesejahteraan
karyawannya.
6. Pemerintah, untuk menentukan besarnya pajak yang dibayarkan.
7. Analasis internal, untuk mengetahui kondisi keuangan untuk menentukan sejauh mana
perkembangan perusahaan.
8. Analisis pesaing, untuk menentukan sejauh mana kekuatan keuangan pesaing, informasi keuangan
pesaing dapat digunakan sebagai penentuan strategi perusahaan seperti strategi harga, strategi
merebut pangsa pasar dan lain-lain.
9. Penilaian kerusakan, kadangkala analisis keuangan dapat digunakan untuk menilai besarnya
kerusakan yang dialami perusahaan.
2.1.4 Analisis Rasio Keuangan
2.1.4.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan
Menurut Munawir (2004:37) analisis rasio keuangan adalah suatu metode analisa untuk mengetahui
hubungan posisi tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari suatu
gambaran kedua laporan keuangan tersebut
Menurut Kasmir (2008:7) rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang
ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat
dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar komponen yang
ada diantara laporan keuangan. Menurut Prastowo dan Juliaty (2005:21) analisis rasio bertujuan untuk
menilai efektivitas keputusan yang telah diambil oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas
usahanya.
Menurut (Subramanyam et al., 2005: 36). Rasio keuangan merupakan angka yang diperoleh dari
hasil perbandingan dari satu posisi laporan keuangan dengan posisi lainnya yang mempunyai hubungan yang
relevan dan signifikan, Rasio keuangan menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara
posisi tersebut. Dengan penyederhanaan ini pemakai laporan keuangan dapat menilai secara cepat hubungan
antara pos-pos tersebut dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga dapat diperoleh informasi
dan memberikan penilaian.
Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relathionship) antara
jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dengan menggunakan alat analisis yang berupa rasio ini akan
menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisis berupa rasio akan dapat menjelaskan atau
memberikan gambaran kepada penganalisis tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan
standar. Analisis rasio keuangan akan lebih berarti jika dibandingkan. Cara pertama dengan
membandingkan antara tahun-tahun yang berbeda pada suatu perusahaan, kedua adalah dengan membuat
perbandingan keuangan dengan perusahaan lain. Analisis rasio merupakan alat analisis yang berguna apabila
dibandingkan dengan rasio standar, terdapat dua macam rasio standar yang lazim digunakan:
1. Rasio yang sama dari rasio-rasio laporan keuangan dari tahun yang lampau.
9
2. Rasio dari perusahaan-perusahaan yang mempunyai karakteristik yang sama dengan perusahaan yang
dianalisis.
2.1.4.2 Klasifikasi Rasio Keuangan
Menurut Brigham dan Houston (2001:70-91) mengelompokkan rasio keuangan dalam lima macam
yaitu rasio likuiditas, rasio manajemen aktiva, rasio manajemen, utang rasio profitabilitas dan rasio pasar.
Sundjaja dan Berlian (2003:131) juga mengelompokkan rasio keuangan menjadi lima macam yaitu rasio
likuiditas, rasio aktivitas, rasio hutang, rasio profitabilitas, dan rasio pasar.
1. Analisis Rasio Likuiditas (Likuidity Rasio)
Rasio likuiditas yaitu rasio yang menujukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban
jangka pendeknya secara tepat waktu. Tujuan rasio ini adalah untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi yaitu kewajiban jangka pendek, sehingga rasio
ini dapat juga digunakan untuk mengukur tingkat keamanan kreditur jangka pendek serta untuk mengukur
apakah operasi tidak akan terganggu bila kewajiban jangka pendek harus dibayar.
Menurut Kasmir (2008:10) rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
seberapa likuidnya suatu perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan komponen yang ada di
neraca, yaitu total aktiva lancer dengan total pasiva lancar (utang jangka pendek). Terdapat dua hasil
penilaiaan terhadap pengukuran rasio likuiditas, yaitu apabila perusahaan mampu memenuhi kewajibannya,
dikatakan perusahaan tersebut dalam keadaan likuid. Sebaliknya apabila perusahaan tidak mampu memenuhi
kewajiban tersebut, dikatakan perusahaan dalam keadaan likuid. Dua rasio likuiditas jangka pendek yang
sering digunakan untuk mengukur likuiditas aktiva sehubungan dengan kewajiban jangka pendek :
a. Rasio Lancar
Rasio lancar adalah perbandingan antara aktiva lancar dengan utang lancar suatu perusahaan.
Rasio lancar mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan
menggunakan aktiva lancar, rasio lancar dihitung dengan cara sebagai berikut :
Rasio Lancar = ๐๐ค๐ญ๐ข๐ฏ๐ ๐๐๐ง๐๐๐ซ
๐๐๐ฐ๐๐ฃ๐ข๐๐๐ง ๐๐๐ง๐๐๐ซ
Standart dari rasio lancar adalah 200% , rasio dibawah 200% mengindikasikan perusahaan kurang baik
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, sebaliknya rasio yang terlalu tinggi diatas 200% juga tidak
baik karena mempunyai dampak negatif terhadap kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba karena
sebagaian modal kerja tidak berputar atau mengalami pengangguran.
b. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio cepat merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dengan
tidak memperhitungkan persediaan, persediaan dikeluarkan dari aktiva lancar karena persediaan
memerlukan waktu yang lama untuk di realisasikan dengan uang kas, rasio cepat dihitung dengan cara atau
rumus sebagai berikut:
10
Quick Ratio = Aktiva Lancar- ๐๐๐ซ๐ฌ๐๐๐ข๐๐๐ง
๐๐๐ฐ๐๐ฃ๐ข๐๐๐ง ๐๐๐ง๐๐๐ซ
Standart dari rasio cepat adalah 100% nilai di atas rasio 100% mengindikasikan perusahaan dalam
keadaan baik (likuid), menunjukkan perusahaan mampu untuk membayar kewajiban jangka pendeknya
dengan menggunakan aktiva linier yang paling liquid.
2. Analisis Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas yaitu rasio yang menunjukkan ke efektifan sebuah perusahaan dalam menggunakan
aktiva yang dimilikinya, rasio ini digunakan untuk menilai seberapa efisien perusahaan dapat memanfaatkan
dan mengelola sumber daya yang dimiliki perusahaan. Rasio ini merupakan ukuran yang menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti penjualan, penagihan piutang,
pengelolaan persediaan, pengelolaan modal kerja dan pengelolaan dari seluruh aktiva. Rasio aktivitas
mengukur efisien dan efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. Beberapa
aspek rasio aktivitas berhubungan dengan liquiditas. Rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terhadap
suatu keseimbangan yang layak antara penjualan dengan beberapa unsur harta antara lain adalah piutang
usaha, aktiva tetap, aktiva lainnya.
Rasio ini dapat dilihat dari beberapa aset kemudian menentukan beberapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva
tersebut pada tingkat aktiva tertentu. Rasio ini meliputi rasio perputaran piutang, rasio perputaran
persediaan, rasio perputaran aktiva tetap dan rasio perputaran total akhir.
a. Rasio Perputaran Piutang
Pada dasarnya perputaran piutang merupakan rasio yang menunjukkan nilai relativ antara nilai
penjualan kredit terhadap nilai rata-rata piutang. Penjualan kredit merupakan nilai penjualan dari barang dan
atau jasa yang dikreditkan atau diangsur, atau dibayar dengan tempo tertentu. Sedangkan piutang adalah
tagihan perusahaan kepada pihak lain dalam jangka waktu kurang dari satu tahun. Rasio perputaran piutang
merupakan ukuran efektifitas pengelolaan piutang, rata-rata umur piutang melihat beberapa lama waktu
yang diperlukan untuk melunasi piutang (mengubah piutang menjadi kas), semakin cepat perputaran piutang
semakin efektif perusahaan mengelola piutangnya. Rasio perputaran piutang dihitung dengan cara sebagai
berikut :
Rasio Perputaran Piutang = ๐๐ข๐ฎ๐ญ๐๐ง๐
๐๐๐ง๐ฃ๐ฎ๐๐ฅ๐๐ง
b. Rasio Perputaran Persediaan
Rasio ini mengukur sejauh mana efektifitas persediaan perusahaan berputar setiap tahunnya,
sedangkan rata-rata umur persediaan melihat beberapa lamanya dana tertanam pada persediaan, perputaran
persediaan yang tinggi menandakan semakin tinggi persediaan berputar dalam satu tahun hal ini
menunjukkan efektifitas manajemen persediaan. Rasio persediaan dihitung dengan cara sebagai berikut :
Rasio Perputaran Persediaan = ๐๐๐
๐๐๐ซ๐ฌ๐๐๐ข๐๐ง
c. Rasio perputaran Aktiva Tetap
11
Perputaran aktiva tetap adalah rasio antara penjualan dengan aktiva tetap neto. Rasio ini
menunjukkan bagaimana penjualan perusahaan dikaitkan dengan penggunaan aktiva tetapnya, seperti
gedung, kendaran, mesin-mesin dan perlengkapan kantor. Menurut Hendi Somantri (2000:121) โAktiva
tetap atau disebut plant assets adalah aktiva berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam kegiatan usaha
perusahaan, dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahunโ. Rasio perputaran aktiva mengukur sejauh
mana kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan,
rasio ini melihatkan sejauh mana efektivitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio
ini, semakin efektif dan efisien perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang tersedia untuk
menghasilkan persediaan. Rasio perputaran aktiva tetap dihitung dengan cara sebagai berikut :
Rasio Perputaran Aktiva Tetap = ๐๐๐ง๐ฃ๐ฎ๐๐ฅ๐๐ง
๐๐จ๐ญ๐๐ฅ ๐๐ค๐ญ๐ข๐ฏ๐ ๐๐๐ญ๐๐ฉ
d. Rasio Total Perputaran Aktiva
Total perputaran aktiva yaitu rasio keuangan yang mempresentasikan kemampuan perusahaan untuk
menciptakan penjualan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimilikinya. Rasio ini juga
memperlihatkan efektifitas perusahaan dalam mengelola perputaran komponen atau elemen aktiva itu
sendiri. Rasio ini mengukur beberapa kali dana yang tertanam pada keseluruhan aktiva perusahaan dapat
menghasilkan volume penjualan setahun, rasio ini menghitung efektivitas penggunaan total aktiva. Semakin
tinggi rasio ini semakin efektif dan efisien perusahaan dalam menggunakan seluruh aktiva yang tersedia
untuk mengahasilkan volume penjualan. Rasio total perputaran total aktiva dihitung dengan cara sebagai
berikut :
Rasio Perputaran Jumlah Aktiva = ๐๐๐ง๐ฃ๐ฎ๐๐ฅ๐๐ง
๐๐จ๐ญ๐๐ฅ ๐๐ค๐ญ๐ข๐ฏ๐
Dari formulanya dapat diketahui bahwa perputaran aktiva total menunjukkan seberapa besar perusahaan
telah melakukan penjualan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimilikinya, rasio ini memberikan
informasi seberapa besar kontribusi setiap aktiva untuk menciptakan penjualan.
3. Rasio Hutang ( Leverage)
Syamsuddin (2002:90) mengemukakan bahwa : โRasio leverage merupakan kemampuan perusahaan
untuk menggunakan aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap (fixed cost assets or funds) yang
gunanya untuk memperbesar tingkat penghasilan (return) bagi pemilik perusahaan.โ
Menurut Martono dan Harjito (2008:295) mengemukakan bahwa : โRasio leverage adalah mengacu
pada penggunaan asset dan sumber dana oleh perusahaan dimana dalam penggunaan asset atau dana tersebut
perusahaan harus mengeluarkan biaya tetap atau beban tetap.โ
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan dana asset (aktiva) atau dana tersebut
pada akhirnya dimaksudkan untuk meningkatkan keuntungan potensial bagi pemegang saham. Dalam suatu
perusahaan dikenal dua macam macam leverage, yaitu leverage operasi (operating leverage) dan leverage
12
keuangan (financial leverage). Penggunaan kedua leverage ini dengan tujuan agar keuntungan yang
diperoleh lebih besar daripada biaya asset dan sumber dananya. Ada dua rasio leverage yang sering
digunakan yaitu :
a. Rasio Hutang (Debt Ratio)
Rasio hutang merupakan prosentase jumlah dana yang digunakan untuk membiayai aktiva yang
berasal dari hutang. Standar umum rasio hutang adalah 50% semakin rendah rasio hutang menandakan
proporsi hutang perusahaan lebih kecil dibandingkan dengan kekayaan yang dimiliki perusahaan (asset),
sehingga semakin rendah nilai debt ratio maka semakin rendah pula resiko keuangan perusahaan dan kinerja
keuangan perusahaan semakin baik. Rasio hutang diperoleh perhitungan sebagai berikut :
Debt Ratio = ๐๐จ๐ญ๐๐ฅ ๐๐ฎ๐ญ๐๐ง๐
๐๐จ๐ญ๐๐ฅ ๐๐ค๐ญ๐ข๐ฏ๐
b. Rasio Jumlah Hutang Atas Modal (Debt to Equity Ratio/DER)
Rasio jumlah hutang atas modal sendiri merupakan perbandingan antara hutang yang dimiliki
perusahaan terhadap modal sendiri, semakin rendah jumlah modal terhadap hutang sendiri mengindikasikan
kinerja keuangan perusahaan dalam keadaan baik dan resiko ditanggung perusahaan semakin kecil. Rasio
hutang diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut :
Debt to Equity Ratio = ๐๐จ๐ญ๐๐ฅ ๐๐ฎ๐ญ๐๐ง๐
๐๐จ๐ญ๐๐ฅ ๐๐จ๐๐๐ฅ ๐๐๐ง๐๐ข๐ซ๐ข
4. Analisis Rasio Profitabilitas
Menurut Kasmir (2008:11) rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Kondisi kemampuan
menghasilkan laba perusahaan merupakan informasi penting bagi berbagai pihak. Bagi para pekerja
merupakan gambaran besarnya kompensasi (gaji) yang akan diterima. Sedangkan pihak pemegang saham
berkepentingan guna mengetahui bagian laba yang menjadi hak pemegang saham.
Menurut Irham Fahmi (2014:81), Profitabilitas adalah rasio yang mengukur efektivitas manajemen
dapat dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Rasio profitabilitas
merupakan rasio keuangan yang menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba,
baik dalam hubungannya dengan aktiva dan ekuiditas. Untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan harus
berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable) tanpa adanya keuntungan yang cukup, akan sulit
perusahaan untuk menarik modal dari luar. Para kreditor, pemilik perusahaan terutama manajemen
perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan keuntungan karena keuntungan sangat penting bagi masa
depan perusahaan. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada tingkat penjualan,
aset dan modal saham tertentu. Semakin besar nilai rasio profitabilitas menunjukan semakin baiknya kinerja
perusahaan menghasilkan laba. Ada empat macam rasio profitabilitas yang sering digunakan:
a. Rasio Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin )
13
Rasio ini merupakan prosentase laba kotor dibandingkan dengan penjualan (harga penjualan).
Semakin besar rasio ini maka semakin baik kinerja keuangan perusahaan, karena hal mengindikasikan
bahwa harga pokok penjualan lebih rendah dari harga jual. Rasio margin laba kotor diperoleh dengan
perhitungan sebagai berikut :
Gross Profit Margin = Penjualan- ๐๐๐
๐๐๐ง๐ฃ๐ฎ๐๐ฅ๐๐ง
b. Net Profit Margin
Rasio ini merupakan perbandingan keuangan bersih yang diperoleh perusahaan dari penjualan (
setelah dikurangi biaya-biaya termasuk pajak). Presentasi hasil menunjukkan seberapa besar hasil penjualan
yang terealisir menjadi laba bersih, semakin tinggi rasio semakin baik kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih dari penjualan. Rasio margin laba bersih diperoleh dengan perhitungan sebagai
berikut :
Net Profit Margin = ๐๐๐๐ ๐๐๐ญ๐๐ฅ๐๐ก ๐๐๐ฃ๐๐ค
๐๐๐ง๐ฃ๐ฎ๐๐ฅ๐๐ง
c. Return On Asset (ROA)
Menurut I Made Sudana (2011: 22) mengemukakan bahwa โReturn On Assets (ROA) menunjukan
kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba
setelah pajakโ. Rasio ini merupakan pengukuran tingkat kemampuan perusahaan secara keseluruhan
didalam menghasilkan kinerja keuangan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia dalam perusahaan,
rasio ini Return On Asset disebut juga Return On Investment (ROI), Semakin tinggi nilai rasio ini semakin
baik pula keadaan kinerja keuangan suatu perusahaan. Rasio Return On Asset (ROA) diperoleh dengan
perhitungan sebagai berikut :
Return On Asset = ๐๐๐๐ ๐๐๐ซ๐ฌ๐ข๐ก
๐๐จ๐ญ๐๐ฅ ๐๐ค๐ญ๐ข๐ฏ๐
d. Return On Equity (ROE)
Menurut Gibson (2001:294) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
berdasarkan ekuitas tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham
tetapi rasio ini tidak memperhitungkan deviden maupun capital gain untuk pemegang saham. Nilai return on
investment manunjukkan kinerja manajemen perusahaan dalam mengelola modal sendiri dan kemampuan
untuk memperoleh laba bersih dari investasi yang dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham.
5. Rasio Pasar
Menurut Hanafi dan Mamduh (2009:25) rasio pasar adalah rasio yang mengukur harga pasar relatif
terhadap nilai buku. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut pandang investor (calon
investor), meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap rasio ini. Rasio pasar merupakan rasio
14
yang menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba dan nilai buku perusahaan. Contoh dari rasio ini
adalah (Price Earning Ratio) PER, Deviden Yeild, Deviden Payout Ratio, EPS (Earning Per Share), Price
Book Value dan lain-lain.
a. Earning Per Share (EPS)
Menurut Brigham (2005:225) EPS mengukur seberapa besar pendapatan yang dihasilkan perusahaan
untuk tiap-tiap lembar saham yang beredar. Bagi investor, rasio ini diperlukan analisisnya untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Earning) tiap lembar sahamnya. Hal ini didasarkan pada
pemikiran bahwa nilai suatu saham pada dasarnya tergantung pada kemampuan perusahaan yang merupakan
sumber dana untuk membayar dividen. Laba perlembar saham (EPS) analisis laba dari sudut pandang
pemilik yang dipusatkan pada laba persaham dalam satu perusahaan. EPS sering dipandang sebagai angka
yang memberikan ringkasan dari berbagai data akuntansi. Angka EPS paling sering digunakan dalam
publikasi mengenai performance perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat umum, dengan
asumsi bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besar deviden
persaham dikemudian hari. Selain itu EPS dianggap relavan dalam menilai efektivitas manajemen dan
kebijaksanaan pembagian deviden. Perhitungan EPS mempunyai beberapa tujuan yaitu untuk melihat
progres atau kemajuan dari operasi perusahaan, menentukan harga pasar saham dan menentukan besarnya
deviden yang akan dibagikan.
b. Price Book Value (PBV)
PBV merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan harga saham di pasar dengan nilai buku
saham yang digambarkan di neraca. Rasio ini dapat digunakan untuk menilai apakah suatu saham
undervalued atau overvalued. Para investor memperhatikan PBV dengan tujuan untuk mengetahui apakah
harga saham yang dibeli sesuai dengan nilai kekayaan bersih perusahaan. Semakin dekat harga saham
dengan nilai kekayaan bersih perusahaan, berarti semakin baik harga saham tersebut untuk di beli. Brigham
dan Houston (2001:92) PBV diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut :
Nilai Buku Per Share = ๐๐ค๐ฎ๐ข๐ญ๐๐ฌ ๐๐๐ก๐๐ฆ ๐๐ข๐๐ฌ๐
๐๐ฎ๐ฆ๐ฅ๐๐ก ๐๐๐ก๐๐ฆ ๐ฒ๐ ๐๐๐ซ๐๐๐๐ซ
PBV = ๐ฏ๐๐๐๐ ๐ท๐๐๐๐ ๐ท๐๐๐๐๐๐๐
๐ต๐๐๐๐ ๐ฉ๐๐๐ ๐ท๐๐๐๐๐๐๐
2.1.4.3. Pengaruh Analisis Rasio Terhadap Return Saham
Menurut Kasmir (2008:76) rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang
ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat
dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar komponen yang
ada di antara laporan keuangan. Dengan analisis rasio keuangan, dapat diperoleh informasi dan memberikan
penilaian terhadap kondisi keuangan suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu.
15
Menurut Fahmi (2011:12) CR mampu untuk mengukur kemampuan memenuhi kewajiban lancar,
sebagai penyangga kerugian, dan merupakan cadangan dana. Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan untuk memenuhi liabilitas jangka pendeknya. Current ratio (CR) didapatkan
dengan membandingkan nilai aset lancar dengan liabilitas lancar perusahaan. Semakin tinggi nilai CR berarti
semakin baik kemampuan perusahaan untuk melunasi liabilitas jangka pendeknya. Semakin baik
kemampuan perusahaan untuk melunasi liabilitasnya berarti semakin kecil resiko liquidasi yang dialami
perusahaan, dengan kata lain semakin kecil resiko yang harus ditanggung oleh pemegang saham perusahaan.
Investor akan menganggap perusahaan beroperasi dengan baik dan menutupi liabilitas jangka pendeknya
sehingga ketika CR meningkat maka nilai return saham juga akan mengalami peningkatan. Hipotesis CR
berpengaruh signifikan terhadap return saham didukung oleh penelitian yang dilakukan Ulupui (2006).
DER merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas, yang berfungsi untuk
mengetahui setiap rupiah modal yang dijadikan untuk jaminan utang. Semakin tinggi rasio DER
menunjukkan tingkat pengembalian yang diterima investor berupa dividen semakin kecil. Resiko yang
ditanggung oleh investor akan semakin tinggi yaitu perusahaan dapat diliquidasi karena tingkat hutang yang
tinggi berarti beban bunga akan semakin tinggi yang berakibat menurunkan return saham. Hipotesis ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Widyarini (2006:80), dan Thrisye (2011:90) Hasil
penilitiannya menunjukkan bahwa DER tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham.
ROE merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham yang mengkaji sejauh
mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas
ekuitas, dan berguna untuk mengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap
rupiah modal dari pemilik, return on equity (ROE) terhadap return saham baik secara parsial maupun
simultan menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh secara signifikan kinerja keuangan terhadap return
saham penelitian ini merupakan replikasi penelitian yang dilakukan oleh Nurhikmah (2012:71).
Beberapa penelitian terhadap return saham ditemukan bahwa Price to Book Value (PBV) tidak
berpengaruh signifikan terhadap return saham, menurut Tryfino,2009:10). Tidak adanya pengaruh yang
signifikan antara Price to Book Value (PBV) dengan return saham disebabkan oleh banyaknya variable-
variabel lain yang mempengaruhi return saham. Dan para investor tidak lagi beranggapan bahwa PBV dapat
digunakan sebagai patokan untuk membeli saham, tetapi investor lebih mempertimbangkan faktor-faktor
lain yang tidak dapat dikontrol seperti tingkat bunga, inflasi dan sebagainya yang berpengaruh.
2.1.5 Pasar Modal
2.1.5.1 Pengertian Pasar Modal
Sunariyah (2003:4) pengertian pasar modal adalah suatu system keuangan yang terorganisasi,
termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga dibidang keuangan, serta
keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit pasar modal adalah suatu pasar yang
disiapkan untuk memperdagangkan saham, obligasi dan jenis surat berharga lainnya dengan menggunakan
jasa perantara pedagang.
Menurut Widoatmodjo (2012:15). โPasar modal dapat dikatakan pasar abstrak, dimana yang diperjualbelikan
adalah dana-dana jangka panjang, yaitu dana yang keterikatannya dalam investasi lebih dari satu tahunโ.
16
2.1.5.2 Instrumen Pasar Modal
Instrument pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat-surat berharga yang umum diperjual
belikan melalui pasar modal. Menurut undang-undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995 tentang pasar
modal yang dimaksud dengan efek adalah setiap surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham,
obligasi, sekuritas kredit, right, waran, opsi atau setiap derivative dari efek atau setiap instrument yang
ditetapkan sebagai efek (Sunariyah,2006:47)
Instrument yang diperjual belikan melalui bursa efek adalah :
1. Saham
Saham adalah penyertaan modal dalam pemilikan suatu perseroan terbatas (PT) atau bisa disebut
emiten.
2. Saham Preferen
Saham Preferen merupakan jenis saham lain sebagai alternatif saham biasa, disebut prefensi
karena pemegang saham preferen mempunyai hak keistimewaan diatas pemegang saham biasa, untuk
hal-hal tertentu yang di perjanjikan saat emisi saham. Keistimewaan ini bervariasi antar satu emiten
dengan emiten yang lain tetapi ada persamaan yang berlaku pada setiap saham preferen yaitu bahwa
tiap pemegang saham preferen menerima deviden terlebih dahulu dibandingkan dengan pemegang
saham biasa.
3. Obligasi
Obligasi pada dasarnya merupakan surat pengakuan hutang atas pinjaman yang diterima oleh
perusahaan penerbit obligasi dari masyarakat. Jangka waktu telah ditetapkan dan disertai dengan
pemberian imbalan bunga dengan jumlah dan saat pembayaran juga telah ditetapkan dalam perjanjian.
4. Obligasi Konversi
Sekilas obligasi konversi tidak memiliki perbedaan dengan obligasi biasa misalnya memberikan
kupon yang tetap, memiliki waktu jatuh tempo dan memiliki nilai pari.
5. Right /Klaim
Right menunjukan bukti hak memegang saham terlebih dahulu yang melekat pada saham yang
memungkinkan para pemegang saham untuk membeli saham baru yang diterbitkan oleh perusahaan.
6. Waran
Menurut peraturan Bapepam, waran adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang
memberi hak kepada pemegang saham untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada harga
tertentu untuk 6 bulan atau lebih.
7. Reksa Dana
Adalah sertivikat yang menjelaskan bahwa pemodal menitipkan uang kepada manajer investasi
sebagai pengelola dana untuk diinvestasikan baik dipasar modal maupun pasar uang.
17
2.1.6 Saham
2.1.6.1 Pengertian Saham
Nugroho (2005:90) menyatakan bahwa saham adalah surat bukti pemilikan bagian modal atau tanda
penyertaan modal pada perusahaan yang berhak atas deviden dan lain-lain besar kecil modal disetor. Ahmad
(2004:74) menyatakan bahwa saham merupakan surat berharga yang paling banyak dan luas
perdagangannya. Pemegang saham ini memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham yang
memperoleh bagian keuntungan (deviden) dari perusahaan juga kemungkinan adanya keuntungan atas
kenaikan modal (nilai) surat berharga tersebut (capital gain).
Jogiyanto (2011:109) Return saham adalah pendapatan yang dinyatakan dalam persentase dari
modal awal investasi. Pendapatan investasi dalam hal ini meliputi keuntungan jual beli saham, return saham
merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return juga dapat berupa return realisasi dan return
ekspektasi. Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return ekspektasi
(expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa yang akan datang.
2.1.6.2 Analisis Penilaian Saham
Analisis penilaian saham merupakan hal yang sangat mendasar yang harus dilakukan investor
sebelum melakukan investasi pada suatu saham. Perilaku investor dalam menganalisis saham sebenarnya
merupakan suatu perkembangan dari analisis keuangan dimana analisis ini berguna untuk mengetahui lebih
jauh tentang keberadaan perusahaan tersebut.
Dalam konteks teori ada dua pendekatan untuk melakukan analisis investasi dalam bentuk saham, yaitu :
1. Analisis Fundamental
Menyatakan bahwa setiap investasi saham mempunyai landasan yang kuat yang disebut nilai intrinsik
yang dapat ditentukan melalui suatu analisis yang sangat hati-hati terhadap suatu kondisi perusahaan pada
saat sekarang dan prospeknya dimasa yang akan datang. Nilai instrinsik merupakan suatu fungsi dari faktor-
faktor perusahaan yang dikombinasikan untuk menghasilkan return yang diharapkan dengan resiko yang
melekat pada saham tersebut. Nilai inilah yang diestimasikan oleh para investor untuk mengestimasi
besarnya return yang akan diperoleh .
2. Analisis Tekhnikal
Merupakan suatu teknik analisis yang merupakan data atau catatan perusahaan untuk berusaha
mengakses permintaan dan penawaran suatu saham maupun pasar secara keseluruhan. Analisis teknikal
menggunakan data pasar yang sudah dipublikasikan seperti harga saham, volume perdagangan, earning per
share, serta faktor-faktor lain yang bersifat teknis.
2.1.7 Pengaruh Variabel Terhadap Return Saham
2.1.7.1 Pengaruh Current Ratio (CR) Terhadap Return Saham
Menurut Hanafi dan Halim (2005:79), CR digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya. Hutang jangka pendek
merupakan hutang yang harus dilunasi dalam jangka waktu satu tahun atau kurang. Hutang jangka pendek
18
berupa hutang wesel, hutang pajak, dan hutang gaji. Sedangkan aktiva lancar merupakan aktiva yang
manfaat ekonominya diharapkan akan diperoleh dalam waktu satu tahun atau kurang (Prastowo dan Juliaty,
2008:18). Aktiva lancar berupa kas, surat berharga, piutang, dan persediaan.
Nilai CR yang rendah atau mendekati nol menunjukkan bahwa ketidak-mampuan perusahaan dalam
pengembalian hutang jangka pendeknya. Sedangkan nilai CR yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan
mempunyai kemampuan dalam pengembalian hutang.
2.1.7.2 Pengaruh Return On Equity (ROE) Terhadap Return Saham
Bagi para investor evaluasi merupakan hal yang wajib sebelum melakukan investasi. Rasio ROE
merupakan salah rasio yang sering digunakan investor dalam melakukan evaluasi sebelum melakukan
investasi. Semakin besar ROE maka semakin besar laba yang akan disediakan untuk pemegang saham. Hal
ini tentu akan menjadi daya tarik bagi para investor untuk berinvestasi pada suatu saham yang akan
memberikan return dan keuntungan yang besar. Menurut Werner R. Murhadi (2013:64) menyatakan bahwa
semakin tinggi ROE, maka akan semakin baik, artinya berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari
modal ekuitas. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Laurent Novelia dan Lina Nur
Hidayanti (2011) yang menunjukan bahwa ROE memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap return
saham. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Surini Ginting (2012) dan Yeye Susilowati dan Turyanto
(2011) yang menemukan bahwa ROE tidak berpengaruh signfikan terhadap return saham.
2.1.7.3 Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham
Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa DER memiliki pengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap return saham sehingga hipotesis dalam penelitian ini yang menyatakan DER
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham pada perusahaan telekomunikasi di BEI ditolak.
Hasil penelitian tersebut dapat berarti bahwa ada pandangan berbeda mengenai nilai DER. Beberapa investor
berpikir bahwa semakin tinggi DER mencerminkan tingginya sebagai akibat dari beban bunga hutang yang
ditanggung perusahaan. Melihat hal tersebut menyebabkan investor cenderung untuk tidak menanamkan
modalnya pada perusahaan tersebut sehingga terjadi penurunan harga saham yang selanjutnya berdampak
terhadap turunnya return saham perusahaan.
Investor dengan pandangan berbeda berpendapat bahwa hutang sangat dibutuhkan untuk
menambah modal operasional perusahaan dan jika penggunanya dioptimalkan oleh perusahaan seperti
melakukan pengelolaan asset, maka perusahaan memiliki kesempatan untuk meningkatkan penjualan.
Peningkatan penjualan mengakibatkan perolehan laba perusahaan juga tinggi, sehingga informasi tersebut
akan mendapat respon positif dari investor yang berakibat permintaan terhadap saham perusahaan juga akan
meningkat. Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Hanani (2011),
Malintan(2012) dan Daljono (2013) yang menyatakan bahwa DER berpengaruh negative dan tidak
signifikan terhadap return saham.
2.1.7.4 Pengaruh Price to Book Value (PBV) Terhadap Return saham
Menurut Ang (2011:11), Pada umumnya perusahaanโperusahaan yang dapat beroperasi dengan
baik akan mempunyai rasio Price to Book Value (PBV) diatas 1, dimana hal ini menunjukkan nilai saham
19
suatu perusahaan, dihargai diatas nilai bukunya. Semakin tinggi rasio Price to Book Value (PBV) suatu
perusahaan menunjukkan semakin tinggi pula penilaian investor terhadap perusahaan yang bersangkutan,
relatif apabila dibandingkan dengan dana yang diinvestasikannya. Hal ini akan berakibat pada semakin
meningkatnya harga saham suatu perusahaan, dengan demikian diharapkan pula akan meningkat pula
tingkat kembalian (return) perusahaan yang bersangkutan. Semakin kecil nilai Price to Book Value (PBV)
maka harga dari suatu saham semakin murah. Semakin rendah rasio Price to Book Value (PBV)
menunjukkan harga saham yang lebih murah (underprice) dibandingkan dengan harga saham lain yang
sejenis. Kondisi ini memberi peluang kepada Investor untuk meraih capital gain pada saat harga saham
kembali mengalami (rebound) kenaikan harga. Oleh karena itu, didalam memilih saham dengan
pertimbangan rasio tinggi rendahnya Price to Book Value (PBV) disarankan memilih saham dengan rasio
Price to Book Value (PBV) rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Price to Book Value (PBV) memiliki
hubungan positif dengan return saham (Jogiyanto, 2003 :88)
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan return saham telah dilakukan oleh beberapa peneliti :
Muhammad Tauvik Noor (2015:80) dalam penelitian yang berjudul โ Pengaruh Kinerja Keuangan
Terhadap Return Saham Perusahaan Rokok Gudang Garam Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia โ dalam
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel bebas yang meliputi Current Ratio, Return On Equity, Debt
to Equity Ratio dan Price to Book Value secara bersama-sama (secara simultan) tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel terikat yaitu Return Saham (Y).
Bayu Angga Rizkiyanto (2015:43) dalam penelitian yang berjudul โ Pengaruh Kinerja Keuangan
Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Telekomunikasi di BEI โ dalam hasil pengujian menunjukkan
bahwa Current Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan hasil pengujian menunjukkan
bahwa Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Atria Novita (2008:45) dalam penelitian yang berjudul โ Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap
Return Saham (Studi Empiris Pada Indutri Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia )โ dalam
hasil dari pengujian membuktikan bahwa debt to equity ratio (DER), debt to total assets (DTA), return on
investment (ROI) dan return on equity (ROE) secara simultan memiliki pengaruh terhadap return saham.
Hal ini berarti debt to equity ratio (DER), debt to total assets (DTA), return on investment (ROI) dan return
on equity (ROE) secara simultan dapat menjadi dasar pertimbangan dalam return saham perusahaan
manufaktur di Indonesia selama periode penelitian.
Tiara Mega Pratiwi (2014:90) dalam penelitian yang berjudul โ Analisis Pengaruh Kinerja
Keuangan Perusahaan Terhadap Return Saham โ dalam hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel CR
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham, variabel ROA berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap return saham ,variabel DER berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return
saham, variabel NPM berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham.
Taufik Hidayat (2010:43) dalam penelitian yang berjudul โ Pengaruh Proxy Rasio Keuangan
Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia โ dalam
hasil penelitian yang menunjukkan Hasil pengujian dan hipotesis menunjukkan bahwa secara simultan rasio
keuangan dengan menggunakan variabel Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Leverage Ratio
(LEV), Net Profit Margin (NMP), Return On Equity (ROE), Return On Asset (ROA), Earning Per Share
20
(EPS), Total Asset Turn Over (TATO), Price To Earing Ratio (PER), Price To Book Value (PBV),
mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham.
Farhan dan Ika (2012) dalam penelitian yang berjudul โ Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return
Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (Studi kasus pada perusahaan Manufaktur Sektor
Food And Beverage)โ dalam hasil penelitian yang menunjukkan Variabel yang digunakan meliputi
CurrenRatio (X1), Debt to Equity Ratio (X2), Total Asset Turnover (X3), Return On Asset (X4, Price
Earning Ratio (X5) terhadap Return Saham perusahaan (Y). Uji analisis data dilakukan dengan
menggunakan Analisis Regresi Linier Berganda, Uji Simultan (Uji F) dan Uji Parsial (Uji T).
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan uraian yang menjelaskan variable-variabel dan hubungan yang telah
dirumuskan dalam rumusan masalah berdasarkan teori dan konsep yang ada, dalam pergerakan harga saham
sehari-hari, informasi yang bersifat fundamental seperti laporan keuangan memegang peranan penting. Oleh
karena itu, penulis dalam penelitian ini bermaksud mengukur hubungan antara rasio-rasio dalam laporan
keuangan perusahaan telekomunikasi terhadap harga saham perusahaan telekomunikasi.
1. Hubungan Current Ratio (CR) terhadap Return Saham
Rasio likuiditas sering diasosiasikan dengan Current Ratio (CR) suatu cara untuk menguji tingkat
proteksi yang diperoleh pemberi pinjaman berpusat pada kredit jangka pendek yang diberikan kepada
perusahaan untuk mendanai kegiatan operasional perusahaan Beberapa bukti empiris mengenai pengaruh
CR terhadap return saham menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Penelitian yang dilakukan oleh Anastasia
(2009) yang menjelaskan bahwa rasio CR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai return saham
dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang โpengaruh CR terhadap return sahamโ.
Rasio Liquiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban (utang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, maka akan mampu untuk memenuhi
utang (membayar) tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo. Untuk mengukur likuiditas perusahaan
dalam penelitian ini menggunakan rasio current ratio (CR). Current ratio merupakan salah satu ukuran
likuiditas bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya
dengan aktiva lancar yang dimilikinya. Rasio ini dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban
jangka pendeknya. Rasio ini sering disebut dengan rasio modal kerja yang menunjukkan jumlah aktiva
lancar yang tersedia yang dimiliki oleh perusahaan untuk merespon kebutuhan. Menurut I.G.K Ulupui, CR
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap nilai return saham.
2. Hubungan Return On Equity (ROE) terhadap Return Saham
Return on equity (ROE) merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan dengan menggunakan modal sendiri, Rasio ini diperoleh dengan membagi laba setelah pajak
dengan rata-rata modal sendiri. Semakin tinggi ROE juga menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik
dan berdampak pada meningkatnya harga saham perusahaan. Jika harga saham semakin meningkat maka
return saham juga akan meningkat,
Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri Return on Equity (ROE) yang tinggi
mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi pula bagi pemegang
saham. Semakin mampu perusahaan memberikan keutungan bagi pemegang saham, maka saham tersebut
diinginkan untuk dibeli. Dengan demikian maka Return on Equity (ROE) akan mempengaruhi perubahan
21
harga saham. Semakin tinggi resiko, maka return yang diharapkan juga akan semakin tinggi. Maka secara
teoritis, sangat dimungkinkan ROE berpengaruh positif terhadap return saham.
Rumus yang digunakan untuk menghitung Return On Equity (ROE) dapat digunakan sebagai berikut :
Return On Equity = Laba Bersih Setelah Pajak
Ekuitas
3. Hubungan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham
DER (Debt to Equity Ratio) Merupakan rasio yang mengukur besarnya hutang yang ditanggung
melalui modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Debt to Equity Ratio adalah instrumen untuk mengetahui
kemampuan akuitas atau aktiva bersih suatu perusahaan untuk melunasi seluruh kewajibannya. Semakin
tinggi rasio DER menunjukkan tingkat pengembalian yang diterima investor berupa dividen semakin kecil.
Resiko yang ditanggung oleh investor akan semakin tinggi yaitu perusahaan dapat di liquidasi karena tingkat
hutang yang tinggi berarti beban bunga akan semakin tinggi yang berakibat menurunkan return saham.
Hipotesis ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Widyarini (2006), dan Thrisye (2011) bahwa
Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif terhadap return saham.
4. Hubungan Price to Book Value (PBV) terhadap Return Saham
PBV adalah indikator yang dipakai untuk menilai kinerja perusahaan. Saham yang memiliki PBV
tinggi dapat dianggap sebagai saham yang harganya lebih mahal dibandingkan harga saham lain yang
sejenis. Saham yang tinggi harganya biasanya mencerminkan kualitas kinerja perusahaan tersebut yang baik
dan pertumbuhannya yang cukup pesat. Price to Book Value (PBV) ratio merupakan rasio antara harga pasar
saham terhadap nilai bukunya. Rasio ini menunjukkan seberapa jauh sebuah perusahaan mampu
menciptakan nilai perusahaan relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. Linda & Syam (2005)
menyatakan bahwa perusahaan yang dapat beroperasi dengan baik, umumnya memiliki rasio PBV diatas
satu, yang menunjukkan nilai pasar saham lebih tinggi dari nilai bukunya. Semakin tinggi rasio PBV, maka
semakin tinggi pula perusahaan dinilai oleh investor (Pancawati & Chariri, 2002) yang berakibat
berpengaruh positif pada return saham.
Berdasarkan beberapa teori dari penelitian terdahulu di atas, maka model kerangka berfikir dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir Pengaruh CR, ROE, DER,PBV Terhadap Return Saham
CR
ROE
DER
PBV
RETURN
SAHAM
22
2.4 Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan secara logis atau hubungan antara dua variabel lebih yang ditunjukkan
dalam pernyataan yang diuji kebenarannya. Hipotesis selalu berupa kalimat deklaratif atau pernyatan. Dari
arti katanya memang berasal dari penggalan kata yaitu โHypoโ yang artinya dibawah dan โThesaโ yang
artinya kebenaran. Jadi Hipotesis adalah yang kemudian cara menulisnya disesuaikan dengan ejaan
Indonesia menjadi hipotesa dan berkembang menjadi hipotesis. Menurut Sugiyono (2010:64) โHipotesis
adalah satu jawaban yang bersifat sementara terhadap penelitian permasalahan sampai terbukti melalui data
yang terkumpulโ.
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka yang telah diuraikan diatas, maka dapat diajukan
hipotesis sebagai berikut :
H1 : Current Ratio (CR), Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), dan Price to Book
Value (PBV) secara parsial berpengaruh terhadap return saham perusahaan Telekomunikasi di
Bursa Efek Indonesia periode 2011-2016.
H2 : Current Ratio (CR), Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), dan Price to Book
Value (PBV) secara simultan berpengaruh terhadap return saham perusahaan Telekomunikasi di
Bursa Efek Indonesia periode 2011-2016.