bab ii tinjauan pustaka 2.1 2.1.1 manajemen keuangan 2.1.1

19
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Dalam hal ini dibahas dan diuraikan konsep-konsep yang mendasari penelitian. Teori-teori yang digunakan sebagai dasar untuk menganalisis permasalahan yang ada dalam penelitian ini. 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1.1 Definisi Manajemen Keuangan Dewi Utari, Ari Purwanti dan Darsono Prawironegoro (2014) menjelaskan bahwa manajemen keuangan adalah merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, mengendalikan pencarian dana dengan biaya yang serendah-rendahnya dengan menggunakan cara efektif dan efisien untuk kegiatan operasi organisasi. T.Hani Handoko, Nurul Indarti, dan Rangga Almahendra (2011) menjelaskan bahwa manajemen keuangan adalah keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan keputusan operasional yang harus diambil oleh manajer keuangan untuk mencapai tujuan memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Menurut Riyanto (2001:5) mendefinisikan manajemen keuangan sebagai keseluruhan aktivitas yang bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dana dan menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut. Pengertian manajemen keuangan menurut Weston dan Copeland yang diterjemahkan oleh Jaka. W dan

Upload: others

Post on 31-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Dalam hal ini dibahas dan diuraikan konsep-konsep yang mendasari penelitian. Teori-teori yang

digunakan sebagai dasar untuk menganalisis permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

2.1.1 Manajemen Keuangan

2.1.1.1 Definisi Manajemen Keuangan

Dewi Utari, Ari Purwanti dan Darsono Prawironegoro (2014) menjelaskan bahwa manajemen

keuangan adalah merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, mengendalikan pencarian dana dengan

biaya yang serendah-rendahnya dengan menggunakan cara efektif dan efisien untuk kegiatan operasi

organisasi.

T.Hani Handoko, Nurul Indarti, dan Rangga Almahendra (2011) menjelaskan bahwa manajemen

keuangan adalah keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan keputusan operasional yang harus diambil

oleh manajer keuangan untuk mencapai tujuan memaksimalkan kemakmuran pemegang saham.

Menurut Riyanto (2001:5) mendefinisikan manajemen keuangan sebagai keseluruhan aktivitas

yang bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dana dan menggunakan atau mengalokasikan dana

tersebut. Pengertian manajemen keuangan menurut Weston dan Copeland yang diterjemahkan oleh Jaka. W

dan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1

5

Kirbrandoko (2002) yaitu sebagai berikut : โ€œ Manajemen keuangan dapat dirumuskan oleh fungsi dan

tanggung jawab manajer keuangan. Fungsi pokok manajemen keuangan antara lain menyangkut keputusan

tentang penanaman modal, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian deviden pada suatu perusahaanโ€.

Berdasarkan definisi manajemen diatas, dapat disimpulkan secara umum bahwa :

a. Manajemen keuangan diartikan segala kegiatan yang berhubungan dengan bagaimana cara memperoleh

pendanaan modal kerja, menggunakan atau mengalokasikan dana, dan mengelola asset yang dimiliki.

b. Manajemen keuangan dituntut untuk dapat menentukan alternatif sumber dana yang menguntungkan

dengan resiko seminimal mungkin sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan.

2.1.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan

Dr. J.P Sitanggang (2014: 5) menjelaskan bahwa fungsi manajemen keuangan meliputi 3(tiga)

fungsi pokok :

a. Keputusan Investasi (Investment Decision)

Sutrisno (2012 : 5) menjelaskan bahwa keputusan investasi adalah masalah bagaimana manajer

keuangan harus mengalokasikan dana ke dalam bentuk โ€“ bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan

keuntungan dimasa-masa yang akan datang. Keuntungan yang diharapkan dari investasi tidak dapat

diperkirakan secara pasti. Sehingga investasi yang diharapkan mengandungkan resiko yang dapat

mempengaruhi nilai perusahaan di masa yang akan datang.

b. Keputusan Pendanaan (Financing Decision)

Keputusan pendanaan sering disebut sebagai keputusan yang menyangkut struktur keuangan

perusahaan (Financial Structur). Pada keputusan ini manajer dituntut untuk mempertimbangkan dan

menganalisa dari segala aspek perusahaan.

Menurut Haruman (2007) menyatakan bahwa pendapatan dapat meningkatkan nilai perusahaan.

c. Keputusan Dividen

Dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham.

Oleh karena itu dividen merupakan bagian penghasilan yang diharapkan oleh pemegang saham.

Berdasarkan fungsi diatas dana yang diperoleh dari sumber keuangan eksternal dapat dialokasikan pada

berbagai bentuk penggunaan dimana pihak penyedia dana akan menerima imbalan dalam bentuk hasil

return. Ketiga fungsi itu saling berkaitan bahwa untuk menjelaskan fungsi pokok keputusan investasi tidak

terlepas dari fungsi pokok pembiayaan dan keputusan kebijakan dividen.

2.1.2 Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk

berkomunikasi antara keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan

dengan data atau aktivitas suatu perusahaan yang terdaftar tersebut (Munawir, 2002:2)

laporan keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan

sejumlah besar pemakai. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,

laporan perubahan posisi keuangan (yang disajikan dengan berbagai cara, misalnya sebagai laporan arus kas

atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1

6

laporan keuangan. Jadi, kesimpulan dari laporan keuangan di atas adalah catatan informasi keuangan suatu

perusahaan yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut.

2.1.2.1 Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan

Pada umumnya perusahaan memiliki laporan keuangan dengan tujuan untuk :

1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi laporan keuangan, kinerja, serta perubahan posisi

keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam keputusan

ekonomi.

2. Menunjukkan apa yang dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggung jawaban manajemen

atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

Tujuan laporan keuangan menurut prinsip Akuntansi Indonesia dalam harahap (2003:125) menyatakan

bahwa tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut:

1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta

modal suatu perusahaan.

2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenal perubahan dalam aktiva netto (aktiva

dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha.

3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan dalam menaksir

potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.

4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenal perubahan dalam aktiva dan kewajiban

suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi.

2.1.2.2 Unsur-Unsur Laporan Keuangan

Secara lengkap menurut Kasmir (2014:28), menyebutkan ada lima yang termasuk ke dalam unsur

atau komponen laporan keuangan yakni:

1. Neraca

2. Laporan Laba Rugi

3. Laporan Perubahan Modal

4. Laporan Arus Kas

5. Catatan Atas Laporan Keuangan

Dari beberapa unsur-unsur laporan keuangan diatas, penulis hanya menggunakan laporanNeraca dan laporan

laba rugi.

1. Neraca

Neraca adalah laporan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (Kasmir,

2014:28). Sedangkan menurut Munawir (2010:13), neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva,

hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu.

2. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu

periode tertentu (Kasmir, 2014:29). Selisih antara pendapatan dan biaya merupakan laba yang diperoleh atau

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1

7

rugi yang diderita perusahaan. Sedangkan menurut Munawir (2010:26), Laporan laba rugi merupakan suatu

laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan.

2.1.2.3 Komponen Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang lengkap meliputi laporan neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan

ekuitas yang telah disusun atas dasar aktual, laporan arus kas yang disusun atas dasar kas dan catatan atas

laporan keuangan yang merupakan bagian integral dari laporan tersebut.

2.1.3 Analisis Laporan Keuangan

2.1.3.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan mencakup penerapan metode dan teknik analisis untuk laporan keuangan

dan data lainnya untuk melihat dari laporan itu ukuran-ukuran dan hubungan tertentu yang sangat berguna

dalam pengambilan keputusan.

Menurut Harahap (2006:189) โ€œbahwa analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan

keuangan menjadi unit-unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan

atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non

kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses

menghasilkan keputusan yang tepat".

Undefined Wild (2005:3) Analisis laporan keuangan (financial statement analysis) adalah aplikasi dari alat

dan teknik analisis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data-data yang berkaitan untuk

menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis, sedangkan Menurut

Subramanyam et al. (2005: 3) analisis laporan keuangan merupakan analisis dari alat dan teknik analitis

untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data-data yang berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan

kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis. Berdasarkan pengertian tersebut maka analisis laporan

keuangan merupakan suatu upaya untuk menggali lebih banyak informasi yang terkandung dalam laporan

keuangan serta hubungan-hubungan yang signifikan.

2.1.3.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Menurut Hanafi (2003:6) tujuan analisis laporan keuangan adalah :

1. Investasi pada saham, dengan melakukan analisis laporan keuangan dapat diketahui kinerja

perusahaan, sehingga dapat menjadi dasar pengambilan keputusan untuk melakukan investasi pada

saham suatu perusahaan.

2. Pemberian kredit, tujuan pokoknya adalah menilai kemampuan perusahaan untuk mengembalikan

pinjaman yang diberikan beserta bunga yang berkaitan dengan pinjaman tersebut.

3. Kesehatan pemasok (supplier), untuk menganalisis profitabilitas perusahaan pemasok, kondisi

keuangan dan kemampuan untuk menghasilkan kas selain itu untuk mengetahui kondisi keuangan

supplier sangat bermanfaat untuk melakukan negoisasi dengan supplier.

4. Kesehatan pelanggan (customer), untuk mengetahui informasi tentang kemampuan pelanggan dalam

memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1

8

5. Kesehatan perusahaan ditinjau dari segi karyawan, analisis laporan keuangan digunakan untuk

memastikan apakah perusahaan mempunyai prospek yang bagus untuk menjamin kesejahteraan

karyawannya.

6. Pemerintah, untuk menentukan besarnya pajak yang dibayarkan.

7. Analasis internal, untuk mengetahui kondisi keuangan untuk menentukan sejauh mana

perkembangan perusahaan.

8. Analisis pesaing, untuk menentukan sejauh mana kekuatan keuangan pesaing, informasi keuangan

pesaing dapat digunakan sebagai penentuan strategi perusahaan seperti strategi harga, strategi

merebut pangsa pasar dan lain-lain.

9. Penilaian kerusakan, kadangkala analisis keuangan dapat digunakan untuk menilai besarnya

kerusakan yang dialami perusahaan.

2.1.4 Analisis Rasio Keuangan

2.1.4.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan

Menurut Munawir (2004:37) analisis rasio keuangan adalah suatu metode analisa untuk mengetahui

hubungan posisi tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari suatu

gambaran kedua laporan keuangan tersebut

Menurut Kasmir (2008:7) rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang

ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat

dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar komponen yang

ada diantara laporan keuangan. Menurut Prastowo dan Juliaty (2005:21) analisis rasio bertujuan untuk

menilai efektivitas keputusan yang telah diambil oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas

usahanya.

Menurut (Subramanyam et al., 2005: 36). Rasio keuangan merupakan angka yang diperoleh dari

hasil perbandingan dari satu posisi laporan keuangan dengan posisi lainnya yang mempunyai hubungan yang

relevan dan signifikan, Rasio keuangan menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara

posisi tersebut. Dengan penyederhanaan ini pemakai laporan keuangan dapat menilai secara cepat hubungan

antara pos-pos tersebut dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga dapat diperoleh informasi

dan memberikan penilaian.

Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relathionship) antara

jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dengan menggunakan alat analisis yang berupa rasio ini akan

menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisis berupa rasio akan dapat menjelaskan atau

memberikan gambaran kepada penganalisis tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan

standar. Analisis rasio keuangan akan lebih berarti jika dibandingkan. Cara pertama dengan

membandingkan antara tahun-tahun yang berbeda pada suatu perusahaan, kedua adalah dengan membuat

perbandingan keuangan dengan perusahaan lain. Analisis rasio merupakan alat analisis yang berguna apabila

dibandingkan dengan rasio standar, terdapat dua macam rasio standar yang lazim digunakan:

1. Rasio yang sama dari rasio-rasio laporan keuangan dari tahun yang lampau.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1

9

2. Rasio dari perusahaan-perusahaan yang mempunyai karakteristik yang sama dengan perusahaan yang

dianalisis.

2.1.4.2 Klasifikasi Rasio Keuangan

Menurut Brigham dan Houston (2001:70-91) mengelompokkan rasio keuangan dalam lima macam

yaitu rasio likuiditas, rasio manajemen aktiva, rasio manajemen, utang rasio profitabilitas dan rasio pasar.

Sundjaja dan Berlian (2003:131) juga mengelompokkan rasio keuangan menjadi lima macam yaitu rasio

likuiditas, rasio aktivitas, rasio hutang, rasio profitabilitas, dan rasio pasar.

1. Analisis Rasio Likuiditas (Likuidity Rasio)

Rasio likuiditas yaitu rasio yang menujukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban

jangka pendeknya secara tepat waktu. Tujuan rasio ini adalah untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam membayar kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi yaitu kewajiban jangka pendek, sehingga rasio

ini dapat juga digunakan untuk mengukur tingkat keamanan kreditur jangka pendek serta untuk mengukur

apakah operasi tidak akan terganggu bila kewajiban jangka pendek harus dibayar.

Menurut Kasmir (2008:10) rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

seberapa likuidnya suatu perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan komponen yang ada di

neraca, yaitu total aktiva lancer dengan total pasiva lancar (utang jangka pendek). Terdapat dua hasil

penilaiaan terhadap pengukuran rasio likuiditas, yaitu apabila perusahaan mampu memenuhi kewajibannya,

dikatakan perusahaan tersebut dalam keadaan likuid. Sebaliknya apabila perusahaan tidak mampu memenuhi

kewajiban tersebut, dikatakan perusahaan dalam keadaan likuid. Dua rasio likuiditas jangka pendek yang

sering digunakan untuk mengukur likuiditas aktiva sehubungan dengan kewajiban jangka pendek :

a. Rasio Lancar

Rasio lancar adalah perbandingan antara aktiva lancar dengan utang lancar suatu perusahaan.

Rasio lancar mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan

menggunakan aktiva lancar, rasio lancar dihitung dengan cara sebagai berikut :

Rasio Lancar = ๐€๐ค๐ญ๐ข๐ฏ๐š ๐‹๐š๐ง๐œ๐š๐ซ

๐Š๐ž๐ฐ๐š๐ฃ๐ข๐›๐š๐ง ๐‹๐š๐ง๐œ๐š๐ซ

Standart dari rasio lancar adalah 200% , rasio dibawah 200% mengindikasikan perusahaan kurang baik

dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, sebaliknya rasio yang terlalu tinggi diatas 200% juga tidak

baik karena mempunyai dampak negatif terhadap kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba karena

sebagaian modal kerja tidak berputar atau mengalami pengangguran.

b. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Rasio cepat merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dengan

tidak memperhitungkan persediaan, persediaan dikeluarkan dari aktiva lancar karena persediaan

memerlukan waktu yang lama untuk di realisasikan dengan uang kas, rasio cepat dihitung dengan cara atau

rumus sebagai berikut:

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1

10

Quick Ratio = Aktiva Lancar- ๐๐ž๐ซ๐ฌ๐ž๐๐ข๐š๐š๐ง

๐Š๐ž๐ฐ๐š๐ฃ๐ข๐›๐š๐ง ๐‹๐š๐ง๐œ๐š๐ซ

Standart dari rasio cepat adalah 100% nilai di atas rasio 100% mengindikasikan perusahaan dalam

keadaan baik (likuid), menunjukkan perusahaan mampu untuk membayar kewajiban jangka pendeknya

dengan menggunakan aktiva linier yang paling liquid.

2. Analisis Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas yaitu rasio yang menunjukkan ke efektifan sebuah perusahaan dalam menggunakan

aktiva yang dimilikinya, rasio ini digunakan untuk menilai seberapa efisien perusahaan dapat memanfaatkan

dan mengelola sumber daya yang dimiliki perusahaan. Rasio ini merupakan ukuran yang menunjukkan

kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti penjualan, penagihan piutang,

pengelolaan persediaan, pengelolaan modal kerja dan pengelolaan dari seluruh aktiva. Rasio aktivitas

mengukur efisien dan efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. Beberapa

aspek rasio aktivitas berhubungan dengan liquiditas. Rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terhadap

suatu keseimbangan yang layak antara penjualan dengan beberapa unsur harta antara lain adalah piutang

usaha, aktiva tetap, aktiva lainnya.

Rasio ini dapat dilihat dari beberapa aset kemudian menentukan beberapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva

tersebut pada tingkat aktiva tertentu. Rasio ini meliputi rasio perputaran piutang, rasio perputaran

persediaan, rasio perputaran aktiva tetap dan rasio perputaran total akhir.

a. Rasio Perputaran Piutang

Pada dasarnya perputaran piutang merupakan rasio yang menunjukkan nilai relativ antara nilai

penjualan kredit terhadap nilai rata-rata piutang. Penjualan kredit merupakan nilai penjualan dari barang dan

atau jasa yang dikreditkan atau diangsur, atau dibayar dengan tempo tertentu. Sedangkan piutang adalah

tagihan perusahaan kepada pihak lain dalam jangka waktu kurang dari satu tahun. Rasio perputaran piutang

merupakan ukuran efektifitas pengelolaan piutang, rata-rata umur piutang melihat beberapa lama waktu

yang diperlukan untuk melunasi piutang (mengubah piutang menjadi kas), semakin cepat perputaran piutang

semakin efektif perusahaan mengelola piutangnya. Rasio perputaran piutang dihitung dengan cara sebagai

berikut :

Rasio Perputaran Piutang = ๐๐ข๐ฎ๐ญ๐š๐ง๐ 

๐๐ž๐ง๐ฃ๐ฎ๐š๐ฅ๐š๐ง

b. Rasio Perputaran Persediaan

Rasio ini mengukur sejauh mana efektifitas persediaan perusahaan berputar setiap tahunnya,

sedangkan rata-rata umur persediaan melihat beberapa lamanya dana tertanam pada persediaan, perputaran

persediaan yang tinggi menandakan semakin tinggi persediaan berputar dalam satu tahun hal ini

menunjukkan efektifitas manajemen persediaan. Rasio persediaan dihitung dengan cara sebagai berikut :

Rasio Perputaran Persediaan = ๐‡๐๐

๐๐ž๐ซ๐ฌ๐ž๐๐ข๐š๐ง

c. Rasio perputaran Aktiva Tetap

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1

11

Perputaran aktiva tetap adalah rasio antara penjualan dengan aktiva tetap neto. Rasio ini

menunjukkan bagaimana penjualan perusahaan dikaitkan dengan penggunaan aktiva tetapnya, seperti

gedung, kendaran, mesin-mesin dan perlengkapan kantor. Menurut Hendi Somantri (2000:121) โ€œAktiva

tetap atau disebut plant assets adalah aktiva berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam kegiatan usaha

perusahaan, dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahunโ€. Rasio perputaran aktiva mengukur sejauh

mana kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan,

rasio ini melihatkan sejauh mana efektivitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio

ini, semakin efektif dan efisien perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang tersedia untuk

menghasilkan persediaan. Rasio perputaran aktiva tetap dihitung dengan cara sebagai berikut :

Rasio Perputaran Aktiva Tetap = ๐๐ž๐ง๐ฃ๐ฎ๐š๐ฅ๐š๐ง

๐“๐จ๐ญ๐š๐ฅ ๐€๐ค๐ญ๐ข๐ฏ๐š ๐“๐ž๐ญ๐š๐ฉ

d. Rasio Total Perputaran Aktiva

Total perputaran aktiva yaitu rasio keuangan yang mempresentasikan kemampuan perusahaan untuk

menciptakan penjualan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimilikinya. Rasio ini juga

memperlihatkan efektifitas perusahaan dalam mengelola perputaran komponen atau elemen aktiva itu

sendiri. Rasio ini mengukur beberapa kali dana yang tertanam pada keseluruhan aktiva perusahaan dapat

menghasilkan volume penjualan setahun, rasio ini menghitung efektivitas penggunaan total aktiva. Semakin

tinggi rasio ini semakin efektif dan efisien perusahaan dalam menggunakan seluruh aktiva yang tersedia

untuk mengahasilkan volume penjualan. Rasio total perputaran total aktiva dihitung dengan cara sebagai

berikut :

Rasio Perputaran Jumlah Aktiva = ๐๐ž๐ง๐ฃ๐ฎ๐š๐ฅ๐š๐ง

๐“๐จ๐ญ๐š๐ฅ ๐€๐ค๐ญ๐ข๐ฏ๐š

Dari formulanya dapat diketahui bahwa perputaran aktiva total menunjukkan seberapa besar perusahaan

telah melakukan penjualan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimilikinya, rasio ini memberikan

informasi seberapa besar kontribusi setiap aktiva untuk menciptakan penjualan.

3. Rasio Hutang ( Leverage)

Syamsuddin (2002:90) mengemukakan bahwa : โ€œRasio leverage merupakan kemampuan perusahaan

untuk menggunakan aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap (fixed cost assets or funds) yang

gunanya untuk memperbesar tingkat penghasilan (return) bagi pemilik perusahaan.โ€

Menurut Martono dan Harjito (2008:295) mengemukakan bahwa : โ€Rasio leverage adalah mengacu

pada penggunaan asset dan sumber dana oleh perusahaan dimana dalam penggunaan asset atau dana tersebut

perusahaan harus mengeluarkan biaya tetap atau beban tetap.โ€

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan dana asset (aktiva) atau dana tersebut

pada akhirnya dimaksudkan untuk meningkatkan keuntungan potensial bagi pemegang saham. Dalam suatu

perusahaan dikenal dua macam macam leverage, yaitu leverage operasi (operating leverage) dan leverage

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1

12

keuangan (financial leverage). Penggunaan kedua leverage ini dengan tujuan agar keuntungan yang

diperoleh lebih besar daripada biaya asset dan sumber dananya. Ada dua rasio leverage yang sering

digunakan yaitu :

a. Rasio Hutang (Debt Ratio)

Rasio hutang merupakan prosentase jumlah dana yang digunakan untuk membiayai aktiva yang

berasal dari hutang. Standar umum rasio hutang adalah 50% semakin rendah rasio hutang menandakan

proporsi hutang perusahaan lebih kecil dibandingkan dengan kekayaan yang dimiliki perusahaan (asset),

sehingga semakin rendah nilai debt ratio maka semakin rendah pula resiko keuangan perusahaan dan kinerja

keuangan perusahaan semakin baik. Rasio hutang diperoleh perhitungan sebagai berikut :

Debt Ratio = ๐“๐จ๐ญ๐š๐ฅ ๐‡๐ฎ๐ญ๐š๐ง๐ 

๐“๐จ๐ญ๐š๐ฅ ๐€๐ค๐ญ๐ข๐ฏ๐š

b. Rasio Jumlah Hutang Atas Modal (Debt to Equity Ratio/DER)

Rasio jumlah hutang atas modal sendiri merupakan perbandingan antara hutang yang dimiliki

perusahaan terhadap modal sendiri, semakin rendah jumlah modal terhadap hutang sendiri mengindikasikan

kinerja keuangan perusahaan dalam keadaan baik dan resiko ditanggung perusahaan semakin kecil. Rasio

hutang diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut :

Debt to Equity Ratio = ๐“๐จ๐ญ๐š๐ฅ ๐‡๐ฎ๐ญ๐š๐ง๐ 

๐“๐จ๐ญ๐š๐ฅ ๐Œ๐จ๐๐š๐ฅ ๐’๐ž๐ง๐๐ข๐ซ๐ข

4. Analisis Rasio Profitabilitas

Menurut Kasmir (2008:11) rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan

perusahaan dalam mencari keuntungan. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba

dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Kondisi kemampuan

menghasilkan laba perusahaan merupakan informasi penting bagi berbagai pihak. Bagi para pekerja

merupakan gambaran besarnya kompensasi (gaji) yang akan diterima. Sedangkan pihak pemegang saham

berkepentingan guna mengetahui bagian laba yang menjadi hak pemegang saham.

Menurut Irham Fahmi (2014:81), Profitabilitas adalah rasio yang mengukur efektivitas manajemen

dapat dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Rasio profitabilitas

merupakan rasio keuangan yang menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba,

baik dalam hubungannya dengan aktiva dan ekuiditas. Untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan harus

berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable) tanpa adanya keuntungan yang cukup, akan sulit

perusahaan untuk menarik modal dari luar. Para kreditor, pemilik perusahaan terutama manajemen

perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan keuntungan karena keuntungan sangat penting bagi masa

depan perusahaan. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada tingkat penjualan,

aset dan modal saham tertentu. Semakin besar nilai rasio profitabilitas menunjukan semakin baiknya kinerja

perusahaan menghasilkan laba. Ada empat macam rasio profitabilitas yang sering digunakan:

a. Rasio Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin )

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1

13

Rasio ini merupakan prosentase laba kotor dibandingkan dengan penjualan (harga penjualan).

Semakin besar rasio ini maka semakin baik kinerja keuangan perusahaan, karena hal mengindikasikan

bahwa harga pokok penjualan lebih rendah dari harga jual. Rasio margin laba kotor diperoleh dengan

perhitungan sebagai berikut :

Gross Profit Margin = Penjualan- ๐‡๐๐

๐๐ž๐ง๐ฃ๐ฎ๐š๐ฅ๐š๐ง

b. Net Profit Margin

Rasio ini merupakan perbandingan keuangan bersih yang diperoleh perusahaan dari penjualan (

setelah dikurangi biaya-biaya termasuk pajak). Presentasi hasil menunjukkan seberapa besar hasil penjualan

yang terealisir menjadi laba bersih, semakin tinggi rasio semakin baik kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba bersih dari penjualan. Rasio margin laba bersih diperoleh dengan perhitungan sebagai

berikut :

Net Profit Margin = ๐‹๐š๐›๐š ๐’๐ž๐ญ๐ž๐ฅ๐š๐ก ๐๐š๐ฃ๐š๐ค

๐๐ž๐ง๐ฃ๐ฎ๐š๐ฅ๐š๐ง

c. Return On Asset (ROA)

Menurut I Made Sudana (2011: 22) mengemukakan bahwa โ€œReturn On Assets (ROA) menunjukan

kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba

setelah pajakโ€. Rasio ini merupakan pengukuran tingkat kemampuan perusahaan secara keseluruhan

didalam menghasilkan kinerja keuangan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia dalam perusahaan,

rasio ini Return On Asset disebut juga Return On Investment (ROI), Semakin tinggi nilai rasio ini semakin

baik pula keadaan kinerja keuangan suatu perusahaan. Rasio Return On Asset (ROA) diperoleh dengan

perhitungan sebagai berikut :

Return On Asset = ๐‹๐š๐›๐š ๐๐ž๐ซ๐ฌ๐ข๐ก

๐“๐จ๐ญ๐š๐ฅ ๐€๐ค๐ญ๐ข๐ฏ๐š

d. Return On Equity (ROE)

Menurut Gibson (2001:294) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba

berdasarkan ekuitas tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham

tetapi rasio ini tidak memperhitungkan deviden maupun capital gain untuk pemegang saham. Nilai return on

investment manunjukkan kinerja manajemen perusahaan dalam mengelola modal sendiri dan kemampuan

untuk memperoleh laba bersih dari investasi yang dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham.

5. Rasio Pasar

Menurut Hanafi dan Mamduh (2009:25) rasio pasar adalah rasio yang mengukur harga pasar relatif

terhadap nilai buku. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut pandang investor (calon

investor), meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap rasio ini. Rasio pasar merupakan rasio

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1

14

yang menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba dan nilai buku perusahaan. Contoh dari rasio ini

adalah (Price Earning Ratio) PER, Deviden Yeild, Deviden Payout Ratio, EPS (Earning Per Share), Price

Book Value dan lain-lain.

a. Earning Per Share (EPS)

Menurut Brigham (2005:225) EPS mengukur seberapa besar pendapatan yang dihasilkan perusahaan

untuk tiap-tiap lembar saham yang beredar. Bagi investor, rasio ini diperlukan analisisnya untuk mengetahui

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Earning) tiap lembar sahamnya. Hal ini didasarkan pada

pemikiran bahwa nilai suatu saham pada dasarnya tergantung pada kemampuan perusahaan yang merupakan

sumber dana untuk membayar dividen. Laba perlembar saham (EPS) analisis laba dari sudut pandang

pemilik yang dipusatkan pada laba persaham dalam satu perusahaan. EPS sering dipandang sebagai angka

yang memberikan ringkasan dari berbagai data akuntansi. Angka EPS paling sering digunakan dalam

publikasi mengenai performance perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat umum, dengan

asumsi bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besar deviden

persaham dikemudian hari. Selain itu EPS dianggap relavan dalam menilai efektivitas manajemen dan

kebijaksanaan pembagian deviden. Perhitungan EPS mempunyai beberapa tujuan yaitu untuk melihat

progres atau kemajuan dari operasi perusahaan, menentukan harga pasar saham dan menentukan besarnya

deviden yang akan dibagikan.

b. Price Book Value (PBV)

PBV merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan harga saham di pasar dengan nilai buku

saham yang digambarkan di neraca. Rasio ini dapat digunakan untuk menilai apakah suatu saham

undervalued atau overvalued. Para investor memperhatikan PBV dengan tujuan untuk mengetahui apakah

harga saham yang dibeli sesuai dengan nilai kekayaan bersih perusahaan. Semakin dekat harga saham

dengan nilai kekayaan bersih perusahaan, berarti semakin baik harga saham tersebut untuk di beli. Brigham

dan Houston (2001:92) PBV diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut :

Nilai Buku Per Share = ๐„๐ค๐ฎ๐ข๐ญ๐š๐ฌ ๐’๐š๐ก๐š๐ฆ ๐๐ข๐š๐ฌ๐š

๐‰๐ฎ๐ฆ๐ฅ๐š๐ก ๐’๐š๐ก๐š๐ฆ ๐ฒ๐  ๐๐ž๐ซ๐ž๐๐š๐ซ

PBV = ๐‘ฏ๐’‚๐’“๐’ˆ๐’‚ ๐‘ท๐’‚๐’”๐’‚๐’“ ๐‘ท๐’†๐’“๐’”๐’‚๐’‰๐’‚๐’Ž

๐‘ต๐’Š๐’๐’‚๐’Š ๐‘ฉ๐’–๐’Œ๐’– ๐‘ท๐’†๐’“๐’”๐’‚๐’‰๐’‚๐’Ž

2.1.4.3. Pengaruh Analisis Rasio Terhadap Return Saham

Menurut Kasmir (2008:76) rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang

ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat

dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar komponen yang

ada di antara laporan keuangan. Dengan analisis rasio keuangan, dapat diperoleh informasi dan memberikan

penilaian terhadap kondisi keuangan suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1

15

Menurut Fahmi (2011:12) CR mampu untuk mengukur kemampuan memenuhi kewajiban lancar,

sebagai penyangga kerugian, dan merupakan cadangan dana. Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan untuk memenuhi liabilitas jangka pendeknya. Current ratio (CR) didapatkan

dengan membandingkan nilai aset lancar dengan liabilitas lancar perusahaan. Semakin tinggi nilai CR berarti

semakin baik kemampuan perusahaan untuk melunasi liabilitas jangka pendeknya. Semakin baik

kemampuan perusahaan untuk melunasi liabilitasnya berarti semakin kecil resiko liquidasi yang dialami

perusahaan, dengan kata lain semakin kecil resiko yang harus ditanggung oleh pemegang saham perusahaan.

Investor akan menganggap perusahaan beroperasi dengan baik dan menutupi liabilitas jangka pendeknya

sehingga ketika CR meningkat maka nilai return saham juga akan mengalami peningkatan. Hipotesis CR

berpengaruh signifikan terhadap return saham didukung oleh penelitian yang dilakukan Ulupui (2006).

DER merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas, yang berfungsi untuk

mengetahui setiap rupiah modal yang dijadikan untuk jaminan utang. Semakin tinggi rasio DER

menunjukkan tingkat pengembalian yang diterima investor berupa dividen semakin kecil. Resiko yang

ditanggung oleh investor akan semakin tinggi yaitu perusahaan dapat diliquidasi karena tingkat hutang yang

tinggi berarti beban bunga akan semakin tinggi yang berakibat menurunkan return saham. Hipotesis ini

didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Widyarini (2006:80), dan Thrisye (2011:90) Hasil

penilitiannya menunjukkan bahwa DER tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham.

ROE merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham yang mengkaji sejauh

mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas

ekuitas, dan berguna untuk mengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap

rupiah modal dari pemilik, return on equity (ROE) terhadap return saham baik secara parsial maupun

simultan menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh secara signifikan kinerja keuangan terhadap return

saham penelitian ini merupakan replikasi penelitian yang dilakukan oleh Nurhikmah (2012:71).

Beberapa penelitian terhadap return saham ditemukan bahwa Price to Book Value (PBV) tidak

berpengaruh signifikan terhadap return saham, menurut Tryfino,2009:10). Tidak adanya pengaruh yang

signifikan antara Price to Book Value (PBV) dengan return saham disebabkan oleh banyaknya variable-

variabel lain yang mempengaruhi return saham. Dan para investor tidak lagi beranggapan bahwa PBV dapat

digunakan sebagai patokan untuk membeli saham, tetapi investor lebih mempertimbangkan faktor-faktor

lain yang tidak dapat dikontrol seperti tingkat bunga, inflasi dan sebagainya yang berpengaruh.

2.1.5 Pasar Modal

2.1.5.1 Pengertian Pasar Modal

Sunariyah (2003:4) pengertian pasar modal adalah suatu system keuangan yang terorganisasi,

termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga dibidang keuangan, serta

keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit pasar modal adalah suatu pasar yang

disiapkan untuk memperdagangkan saham, obligasi dan jenis surat berharga lainnya dengan menggunakan

jasa perantara pedagang.

Menurut Widoatmodjo (2012:15). โ€œPasar modal dapat dikatakan pasar abstrak, dimana yang diperjualbelikan

adalah dana-dana jangka panjang, yaitu dana yang keterikatannya dalam investasi lebih dari satu tahunโ€.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1

16

2.1.5.2 Instrumen Pasar Modal

Instrument pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat-surat berharga yang umum diperjual

belikan melalui pasar modal. Menurut undang-undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995 tentang pasar

modal yang dimaksud dengan efek adalah setiap surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham,

obligasi, sekuritas kredit, right, waran, opsi atau setiap derivative dari efek atau setiap instrument yang

ditetapkan sebagai efek (Sunariyah,2006:47)

Instrument yang diperjual belikan melalui bursa efek adalah :

1. Saham

Saham adalah penyertaan modal dalam pemilikan suatu perseroan terbatas (PT) atau bisa disebut

emiten.

2. Saham Preferen

Saham Preferen merupakan jenis saham lain sebagai alternatif saham biasa, disebut prefensi

karena pemegang saham preferen mempunyai hak keistimewaan diatas pemegang saham biasa, untuk

hal-hal tertentu yang di perjanjikan saat emisi saham. Keistimewaan ini bervariasi antar satu emiten

dengan emiten yang lain tetapi ada persamaan yang berlaku pada setiap saham preferen yaitu bahwa

tiap pemegang saham preferen menerima deviden terlebih dahulu dibandingkan dengan pemegang

saham biasa.

3. Obligasi

Obligasi pada dasarnya merupakan surat pengakuan hutang atas pinjaman yang diterima oleh

perusahaan penerbit obligasi dari masyarakat. Jangka waktu telah ditetapkan dan disertai dengan

pemberian imbalan bunga dengan jumlah dan saat pembayaran juga telah ditetapkan dalam perjanjian.

4. Obligasi Konversi

Sekilas obligasi konversi tidak memiliki perbedaan dengan obligasi biasa misalnya memberikan

kupon yang tetap, memiliki waktu jatuh tempo dan memiliki nilai pari.

5. Right /Klaim

Right menunjukan bukti hak memegang saham terlebih dahulu yang melekat pada saham yang

memungkinkan para pemegang saham untuk membeli saham baru yang diterbitkan oleh perusahaan.

6. Waran

Menurut peraturan Bapepam, waran adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang

memberi hak kepada pemegang saham untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada harga

tertentu untuk 6 bulan atau lebih.

7. Reksa Dana

Adalah sertivikat yang menjelaskan bahwa pemodal menitipkan uang kepada manajer investasi

sebagai pengelola dana untuk diinvestasikan baik dipasar modal maupun pasar uang.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1

17

2.1.6 Saham

2.1.6.1 Pengertian Saham

Nugroho (2005:90) menyatakan bahwa saham adalah surat bukti pemilikan bagian modal atau tanda

penyertaan modal pada perusahaan yang berhak atas deviden dan lain-lain besar kecil modal disetor. Ahmad

(2004:74) menyatakan bahwa saham merupakan surat berharga yang paling banyak dan luas

perdagangannya. Pemegang saham ini memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham yang

memperoleh bagian keuntungan (deviden) dari perusahaan juga kemungkinan adanya keuntungan atas

kenaikan modal (nilai) surat berharga tersebut (capital gain).

Jogiyanto (2011:109) Return saham adalah pendapatan yang dinyatakan dalam persentase dari

modal awal investasi. Pendapatan investasi dalam hal ini meliputi keuntungan jual beli saham, return saham

merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return juga dapat berupa return realisasi dan return

ekspektasi. Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return ekspektasi

(expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa yang akan datang.

2.1.6.2 Analisis Penilaian Saham

Analisis penilaian saham merupakan hal yang sangat mendasar yang harus dilakukan investor

sebelum melakukan investasi pada suatu saham. Perilaku investor dalam menganalisis saham sebenarnya

merupakan suatu perkembangan dari analisis keuangan dimana analisis ini berguna untuk mengetahui lebih

jauh tentang keberadaan perusahaan tersebut.

Dalam konteks teori ada dua pendekatan untuk melakukan analisis investasi dalam bentuk saham, yaitu :

1. Analisis Fundamental

Menyatakan bahwa setiap investasi saham mempunyai landasan yang kuat yang disebut nilai intrinsik

yang dapat ditentukan melalui suatu analisis yang sangat hati-hati terhadap suatu kondisi perusahaan pada

saat sekarang dan prospeknya dimasa yang akan datang. Nilai instrinsik merupakan suatu fungsi dari faktor-

faktor perusahaan yang dikombinasikan untuk menghasilkan return yang diharapkan dengan resiko yang

melekat pada saham tersebut. Nilai inilah yang diestimasikan oleh para investor untuk mengestimasi

besarnya return yang akan diperoleh .

2. Analisis Tekhnikal

Merupakan suatu teknik analisis yang merupakan data atau catatan perusahaan untuk berusaha

mengakses permintaan dan penawaran suatu saham maupun pasar secara keseluruhan. Analisis teknikal

menggunakan data pasar yang sudah dipublikasikan seperti harga saham, volume perdagangan, earning per

share, serta faktor-faktor lain yang bersifat teknis.

2.1.7 Pengaruh Variabel Terhadap Return Saham

2.1.7.1 Pengaruh Current Ratio (CR) Terhadap Return Saham

Menurut Hanafi dan Halim (2005:79), CR digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya. Hutang jangka pendek

merupakan hutang yang harus dilunasi dalam jangka waktu satu tahun atau kurang. Hutang jangka pendek

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1

18

berupa hutang wesel, hutang pajak, dan hutang gaji. Sedangkan aktiva lancar merupakan aktiva yang

manfaat ekonominya diharapkan akan diperoleh dalam waktu satu tahun atau kurang (Prastowo dan Juliaty,

2008:18). Aktiva lancar berupa kas, surat berharga, piutang, dan persediaan.

Nilai CR yang rendah atau mendekati nol menunjukkan bahwa ketidak-mampuan perusahaan dalam

pengembalian hutang jangka pendeknya. Sedangkan nilai CR yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan

mempunyai kemampuan dalam pengembalian hutang.

2.1.7.2 Pengaruh Return On Equity (ROE) Terhadap Return Saham

Bagi para investor evaluasi merupakan hal yang wajib sebelum melakukan investasi. Rasio ROE

merupakan salah rasio yang sering digunakan investor dalam melakukan evaluasi sebelum melakukan

investasi. Semakin besar ROE maka semakin besar laba yang akan disediakan untuk pemegang saham. Hal

ini tentu akan menjadi daya tarik bagi para investor untuk berinvestasi pada suatu saham yang akan

memberikan return dan keuntungan yang besar. Menurut Werner R. Murhadi (2013:64) menyatakan bahwa

semakin tinggi ROE, maka akan semakin baik, artinya berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari

modal ekuitas. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Laurent Novelia dan Lina Nur

Hidayanti (2011) yang menunjukan bahwa ROE memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap return

saham. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Surini Ginting (2012) dan Yeye Susilowati dan Turyanto

(2011) yang menemukan bahwa ROE tidak berpengaruh signfikan terhadap return saham.

2.1.7.3 Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham

Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa DER memiliki pengaruh negatif dan tidak

signifikan terhadap return saham sehingga hipotesis dalam penelitian ini yang menyatakan DER

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham pada perusahaan telekomunikasi di BEI ditolak.

Hasil penelitian tersebut dapat berarti bahwa ada pandangan berbeda mengenai nilai DER. Beberapa investor

berpikir bahwa semakin tinggi DER mencerminkan tingginya sebagai akibat dari beban bunga hutang yang

ditanggung perusahaan. Melihat hal tersebut menyebabkan investor cenderung untuk tidak menanamkan

modalnya pada perusahaan tersebut sehingga terjadi penurunan harga saham yang selanjutnya berdampak

terhadap turunnya return saham perusahaan.

Investor dengan pandangan berbeda berpendapat bahwa hutang sangat dibutuhkan untuk

menambah modal operasional perusahaan dan jika penggunanya dioptimalkan oleh perusahaan seperti

melakukan pengelolaan asset, maka perusahaan memiliki kesempatan untuk meningkatkan penjualan.

Peningkatan penjualan mengakibatkan perolehan laba perusahaan juga tinggi, sehingga informasi tersebut

akan mendapat respon positif dari investor yang berakibat permintaan terhadap saham perusahaan juga akan

meningkat. Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Hanani (2011),

Malintan(2012) dan Daljono (2013) yang menyatakan bahwa DER berpengaruh negative dan tidak

signifikan terhadap return saham.

2.1.7.4 Pengaruh Price to Book Value (PBV) Terhadap Return saham

Menurut Ang (2011:11), Pada umumnya perusahaanโ€perusahaan yang dapat beroperasi dengan

baik akan mempunyai rasio Price to Book Value (PBV) diatas 1, dimana hal ini menunjukkan nilai saham

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1

19

suatu perusahaan, dihargai diatas nilai bukunya. Semakin tinggi rasio Price to Book Value (PBV) suatu

perusahaan menunjukkan semakin tinggi pula penilaian investor terhadap perusahaan yang bersangkutan,

relatif apabila dibandingkan dengan dana yang diinvestasikannya. Hal ini akan berakibat pada semakin

meningkatnya harga saham suatu perusahaan, dengan demikian diharapkan pula akan meningkat pula

tingkat kembalian (return) perusahaan yang bersangkutan. Semakin kecil nilai Price to Book Value (PBV)

maka harga dari suatu saham semakin murah. Semakin rendah rasio Price to Book Value (PBV)

menunjukkan harga saham yang lebih murah (underprice) dibandingkan dengan harga saham lain yang

sejenis. Kondisi ini memberi peluang kepada Investor untuk meraih capital gain pada saat harga saham

kembali mengalami (rebound) kenaikan harga. Oleh karena itu, didalam memilih saham dengan

pertimbangan rasio tinggi rendahnya Price to Book Value (PBV) disarankan memilih saham dengan rasio

Price to Book Value (PBV) rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Price to Book Value (PBV) memiliki

hubungan positif dengan return saham (Jogiyanto, 2003 :88)

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan return saham telah dilakukan oleh beberapa peneliti :

Muhammad Tauvik Noor (2015:80) dalam penelitian yang berjudul โ€œ Pengaruh Kinerja Keuangan

Terhadap Return Saham Perusahaan Rokok Gudang Garam Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia โ€œ dalam

hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel bebas yang meliputi Current Ratio, Return On Equity, Debt

to Equity Ratio dan Price to Book Value secara bersama-sama (secara simultan) tidak berpengaruh signifikan

terhadap variabel terikat yaitu Return Saham (Y).

Bayu Angga Rizkiyanto (2015:43) dalam penelitian yang berjudul โ€œ Pengaruh Kinerja Keuangan

Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Telekomunikasi di BEI โ€œ dalam hasil pengujian menunjukkan

bahwa Current Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan hasil pengujian menunjukkan

bahwa Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Atria Novita (2008:45) dalam penelitian yang berjudul โ€ Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap

Return Saham (Studi Empiris Pada Indutri Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia )โ€œ dalam

hasil dari pengujian membuktikan bahwa debt to equity ratio (DER), debt to total assets (DTA), return on

investment (ROI) dan return on equity (ROE) secara simultan memiliki pengaruh terhadap return saham.

Hal ini berarti debt to equity ratio (DER), debt to total assets (DTA), return on investment (ROI) dan return

on equity (ROE) secara simultan dapat menjadi dasar pertimbangan dalam return saham perusahaan

manufaktur di Indonesia selama periode penelitian.

Tiara Mega Pratiwi (2014:90) dalam penelitian yang berjudul โ€œ Analisis Pengaruh Kinerja

Keuangan Perusahaan Terhadap Return Saham โ€ dalam hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel CR

berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham, variabel ROA berpengaruh positif dan tidak

signifikan terhadap return saham ,variabel DER berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return

saham, variabel NPM berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham.

Taufik Hidayat (2010:43) dalam penelitian yang berjudul โ€œ Pengaruh Proxy Rasio Keuangan

Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia โ€œ dalam

hasil penelitian yang menunjukkan Hasil pengujian dan hipotesis menunjukkan bahwa secara simultan rasio

keuangan dengan menggunakan variabel Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Leverage Ratio

(LEV), Net Profit Margin (NMP), Return On Equity (ROE), Return On Asset (ROA), Earning Per Share

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1

20

(EPS), Total Asset Turn Over (TATO), Price To Earing Ratio (PER), Price To Book Value (PBV),

mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham.

Farhan dan Ika (2012) dalam penelitian yang berjudul โ€œ Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return

Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (Studi kasus pada perusahaan Manufaktur Sektor

Food And Beverage)โ€ dalam hasil penelitian yang menunjukkan Variabel yang digunakan meliputi

CurrenRatio (X1), Debt to Equity Ratio (X2), Total Asset Turnover (X3), Return On Asset (X4, Price

Earning Ratio (X5) terhadap Return Saham perusahaan (Y). Uji analisis data dilakukan dengan

menggunakan Analisis Regresi Linier Berganda, Uji Simultan (Uji F) dan Uji Parsial (Uji T).

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan uraian yang menjelaskan variable-variabel dan hubungan yang telah

dirumuskan dalam rumusan masalah berdasarkan teori dan konsep yang ada, dalam pergerakan harga saham

sehari-hari, informasi yang bersifat fundamental seperti laporan keuangan memegang peranan penting. Oleh

karena itu, penulis dalam penelitian ini bermaksud mengukur hubungan antara rasio-rasio dalam laporan

keuangan perusahaan telekomunikasi terhadap harga saham perusahaan telekomunikasi.

1. Hubungan Current Ratio (CR) terhadap Return Saham

Rasio likuiditas sering diasosiasikan dengan Current Ratio (CR) suatu cara untuk menguji tingkat

proteksi yang diperoleh pemberi pinjaman berpusat pada kredit jangka pendek yang diberikan kepada

perusahaan untuk mendanai kegiatan operasional perusahaan Beberapa bukti empiris mengenai pengaruh

CR terhadap return saham menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Penelitian yang dilakukan oleh Anastasia

(2009) yang menjelaskan bahwa rasio CR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai return saham

dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang โ€œpengaruh CR terhadap return sahamโ€.

Rasio Liquiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi

kewajiban (utang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, maka akan mampu untuk memenuhi

utang (membayar) tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo. Untuk mengukur likuiditas perusahaan

dalam penelitian ini menggunakan rasio current ratio (CR). Current ratio merupakan salah satu ukuran

likuiditas bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya

dengan aktiva lancar yang dimilikinya. Rasio ini dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban

jangka pendeknya. Rasio ini sering disebut dengan rasio modal kerja yang menunjukkan jumlah aktiva

lancar yang tersedia yang dimiliki oleh perusahaan untuk merespon kebutuhan. Menurut I.G.K Ulupui, CR

memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap nilai return saham.

2. Hubungan Return On Equity (ROE) terhadap Return Saham

Return on equity (ROE) merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan dengan menggunakan modal sendiri, Rasio ini diperoleh dengan membagi laba setelah pajak

dengan rata-rata modal sendiri. Semakin tinggi ROE juga menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik

dan berdampak pada meningkatnya harga saham perusahaan. Jika harga saham semakin meningkat maka

return saham juga akan meningkat,

Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri Return on Equity (ROE) yang tinggi

mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi pula bagi pemegang

saham. Semakin mampu perusahaan memberikan keutungan bagi pemegang saham, maka saham tersebut

diinginkan untuk dibeli. Dengan demikian maka Return on Equity (ROE) akan mempengaruhi perubahan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1

21

harga saham. Semakin tinggi resiko, maka return yang diharapkan juga akan semakin tinggi. Maka secara

teoritis, sangat dimungkinkan ROE berpengaruh positif terhadap return saham.

Rumus yang digunakan untuk menghitung Return On Equity (ROE) dapat digunakan sebagai berikut :

Return On Equity = Laba Bersih Setelah Pajak

Ekuitas

3. Hubungan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham

DER (Debt to Equity Ratio) Merupakan rasio yang mengukur besarnya hutang yang ditanggung

melalui modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Debt to Equity Ratio adalah instrumen untuk mengetahui

kemampuan akuitas atau aktiva bersih suatu perusahaan untuk melunasi seluruh kewajibannya. Semakin

tinggi rasio DER menunjukkan tingkat pengembalian yang diterima investor berupa dividen semakin kecil.

Resiko yang ditanggung oleh investor akan semakin tinggi yaitu perusahaan dapat di liquidasi karena tingkat

hutang yang tinggi berarti beban bunga akan semakin tinggi yang berakibat menurunkan return saham.

Hipotesis ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Widyarini (2006), dan Thrisye (2011) bahwa

Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif terhadap return saham.

4. Hubungan Price to Book Value (PBV) terhadap Return Saham

PBV adalah indikator yang dipakai untuk menilai kinerja perusahaan. Saham yang memiliki PBV

tinggi dapat dianggap sebagai saham yang harganya lebih mahal dibandingkan harga saham lain yang

sejenis. Saham yang tinggi harganya biasanya mencerminkan kualitas kinerja perusahaan tersebut yang baik

dan pertumbuhannya yang cukup pesat. Price to Book Value (PBV) ratio merupakan rasio antara harga pasar

saham terhadap nilai bukunya. Rasio ini menunjukkan seberapa jauh sebuah perusahaan mampu

menciptakan nilai perusahaan relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. Linda & Syam (2005)

menyatakan bahwa perusahaan yang dapat beroperasi dengan baik, umumnya memiliki rasio PBV diatas

satu, yang menunjukkan nilai pasar saham lebih tinggi dari nilai bukunya. Semakin tinggi rasio PBV, maka

semakin tinggi pula perusahaan dinilai oleh investor (Pancawati & Chariri, 2002) yang berakibat

berpengaruh positif pada return saham.

Berdasarkan beberapa teori dari penelitian terdahulu di atas, maka model kerangka berfikir dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir Pengaruh CR, ROE, DER,PBV Terhadap Return Saham

CR

ROE

DER

PBV

RETURN

SAHAM

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1

22

2.4 Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan secara logis atau hubungan antara dua variabel lebih yang ditunjukkan

dalam pernyataan yang diuji kebenarannya. Hipotesis selalu berupa kalimat deklaratif atau pernyatan. Dari

arti katanya memang berasal dari penggalan kata yaitu โ€œHypoโ€ yang artinya dibawah dan โ€œThesaโ€ yang

artinya kebenaran. Jadi Hipotesis adalah yang kemudian cara menulisnya disesuaikan dengan ejaan

Indonesia menjadi hipotesa dan berkembang menjadi hipotesis. Menurut Sugiyono (2010:64) โ€œHipotesis

adalah satu jawaban yang bersifat sementara terhadap penelitian permasalahan sampai terbukti melalui data

yang terkumpulโ€.

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka yang telah diuraikan diatas, maka dapat diajukan

hipotesis sebagai berikut :

H1 : Current Ratio (CR), Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), dan Price to Book

Value (PBV) secara parsial berpengaruh terhadap return saham perusahaan Telekomunikasi di

Bursa Efek Indonesia periode 2011-2016.

H2 : Current Ratio (CR), Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), dan Price to Book

Value (PBV) secara simultan berpengaruh terhadap return saham perusahaan Telekomunikasi di

Bursa Efek Indonesia periode 2011-2016.