bab ii tinjauan pustaka 2.1 manajemen aset 2.1.1

26
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Aset Pemahaman mengenai manajemen aset banyak diterapkan oleh suatu organisasi untuk mengetahui apa yang terkait dalam pengelolaan aset. Berikut penjelasan mengenai apa saja yang terkait dengan manajemen aset. 2.1.1 Pengertian Aset Menurut Sugiama (2013:15) yang dimaksud dengan aset adalah “segala sesuatu yang memiliki nilai dan/atau berguna yang dapat dimiliki baik oleh perorangan maupun organisasi swasta atau pemerintah yang dapat dinilai secara finansial”. Sementara itu menurut Siregar (2004:175), yang di maksud dengan aset yaitu: “Aset adalah barang ( thing) atau sesuatu barang (anything) yang mempunyai nilai ekonomi ( economic value), nilai komersial (commercial value) atau nilai tukar( exchange value) yang dimiliki oleh badan usaha, instansi atau individu.” Ada dua jenis aset yaitu aset berwujud (tangible ) dan aset tidak berwujud (intangible). Selain itu Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah menjelaskan bahwa: Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/ atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial dimasa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat dukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.” Sugiama (2013:15) menjelaskan bahwa aset juga dapat diartikan dari sudut pandang atau perspektif akuntansi, berdasarkan perspektif tersebut kekayaan yang

Upload: others

Post on 24-Oct-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Aset 2.1.1

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Aset

Pemahaman mengenai manajemen aset banyak diterapkan oleh suatu

organisasi untuk mengetahui apa yang terkait dalam pengelolaan aset. Berikut

penjelasan mengenai apa saja yang terkait dengan manajemen aset.

2.1.1 Pengertian Aset

Menurut Sugiama (2013:15) yang dimaksud dengan aset adalah “segala

sesuatu yang memiliki nilai dan/atau berguna yang dapat dimiliki baik oleh

perorangan maupun organisasi swasta atau pemerintah yang dapat dinilai secara

finansial”. Sementara itu menurut Siregar (2004:175), yang di maksud dengan

aset yaitu:

“Aset adalah barang ( thing) atau sesuatu barang (anything) yang

mempunyai nilai ekonomi ( economic value), nilai komersial

(commercial value) atau nilai tukar( exchange value) yang dimiliki

oleh badan usaha, instansi atau individu.” Ada dua jenis aset yaitu

aset berwujud (tangible ) dan aset tidak berwujud (intangible).

Selain itu Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

Pemerintah menjelaskan bahwa:

“Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/ atau

dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu

dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial dimasa depan

diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun

masyarakat, serta dapat dukur dalam satuan uang, termasuk sumber

daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi

masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara

karena alasan sejarah dan budaya.”

Sugiama (2013:15) menjelaskan bahwa aset juga dapat diartikan dari sudut

pandang atau perspektif akuntansi, berdasarkan perspektif tersebut kekayaan yang

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Aset 2.1.1

9

dimaksud yaitu kekayaan lancer, aset jangka panjang atau aset tetap dan harta tak

berwujud

Berdasarkan definisi mengenai aset diatas, dapat disimpulkan bahwa aset

merupakan kekayaan yang dimiliki oleh individu atau kelompok yang mempunyai

nilai ekonomi, nilai tukar yang dapat memberi manfaat tersendiri bagi individu

atau kelompok sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.1.2 Pengertian Manajemen Aset

Menurut Ismail (2010:4) , manajemen dapat didefinisikan sebagai “proses

perencanaan, pengoperasian, kepemimpinan dan pengendalian dari berbagai

sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien”.

Adapun definisi Manajemen Aset menurut Telli (2012:5) dalam jurnalnya yang

berjudul Asset Management yakni kegiatan atau praktik yang secara sistematis

serta terkoordinasi dimana suatua organisasi yang secara optimal mengelola aset

dan kinerja aset terkait pengeluaran dan resiko selama lifecycle untuk pencapaian

tujuan dari rencana strategi dari organisasi tersebut. Sedangkan menurut Sugiama

(2013:15) mendefinisikan bahwa:

“Manajemen aset adalah ilmu dan seni untuk memandu

pengelolaan kekayaan yang mencakup proses merencanakan

kebutuhan aset, mendapatkan, menginventarisasi, melakukan legal

audit, menilai, mengoperasikan, memelihara, membaharukan atau

menghapuskan hingga mengalihkan aset secara efektif dan

efesien”.

Selain itu Hastings (2010:4) menjelaskan bahwa manajemen aset itu

sebagai barikut:

“Manajemen Aset adalah serangkaian aktifitas yang berkaitan

dengan mengindentifikasi kebutuhan aset, mengidentifikasi sumber

pendanaan, mengadakan aset, menyediakan sistem pendukung

logistik dan pemeliharaan untuk aset, dan penghapusan atau

pembaharuan aset untuk mencapai tujuan secara efektif dan

efisien”

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

manajemen aset adalah suatu kegiatan yang dilakukan mencakup dari

perencanaan aset hingga penghapusan aset yang dilakukan secara efektif dan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Aset 2.1.1

10

efesien. Dimana manajemen aset ini merupakan faktor penentu kinerja dari suatu

organisasi.

2.1.3 Tujuan Manajemen Aset

Tujuan manajemen aset dapat ditentukan dari berbagai dimensi atau sudut

pandang. Secara umum tujuan manajemen aset menurut Sugiama (2013) adalah

untuk pengambilan keputusan yang tepat agar aset yang dikelola berfungsi secara

efektif dan efisien. Efektif adalah pencapaian hasil yang sesuai dengan tujuan

sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun efisien berarti

menggunakan sumber daya serendah mungkin untuk mendapat hasil (output) yang

tinggi.

Jika tujuan aset dinyatakan lebih spesifik dibanding dengan tujuan secara

umum, maka tujuan manajemen aset yang lebih rinci adalah agar mampu :

1. Meminimisasi biaya selama umur aset.

2. Menghasilkan laba maksimum.

3. Mencapai penggunaan serta pemanfaatan aset secara optimum.

Khususnya bagi instansi pemerintah di Indonesia, pengelolaan aset

termasuk salah satu aspek yang diaudit oleh beberapa lembaga yang bersangkutan

seperti Inspektorat pemerintahan dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Berkenaan dengan kepentingan pembentukan opini Wajar Tanpa Pengecualian,

Wajar Dengan Pengecualian, Tidak Wajar dan Disclaimer dari BPK terhadap

instansi pemerintah yang diaudit atas laporan keuangannya.

2.1.4 Siklus Manajemen Aset

Berlandaskan pada definisi manajemen aset menurut beberapa pendapat,

siklus/ alur aset terdiri dari beberapa tahapan dan gambar berikut mencerminkan

siklus alur aset yang lebih rinci dari manajemen aset. Secara umum setiap aset

yang dikelola melewati alur:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Aset 2.1.1

11

Perencanaan Kebutuhan Aset

Pengadaan Aset

Pengalihan Aset (Penjualan,

Penyertaan Modal, Hibah)

Inventarisasi Aset

Penilaian Aset

Penghapusan Aset Pembaharuan/Rejuvenasi

Aset

Pengoperasian dan

Pemeliharaan Aset

Legal Audit Aset

Pemusnahan Aset

Sumber: Sugiama, 2013:27

Gambar 2.1

Siklus Aset

a. Perencanaan kebutuhan aset.

Perencanaan kebutuhan adalah kegiatan dilakukan merumuskan rincian

kebutuhan organisasi atau individu untuk menghubungkan pengadaan

barang yang telah lalu dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar

untuk mentukan kebutuhan yang akan datang. Penganggaran adalah

kegiatan atau tindakan untuk merumuskan penentuan kebutuhan aset

dengan memperhatikan alokasi anggaran yang tersedia.

b. Pengadaan aset

Pengadaan aset adalah serangkaian kegiatan untuk pemenuhan kebutuhan

aset/barang maupun jasa baik yang dilaksanakan sendiri secara langsung

oleh pihak internal, maupun oleh pihak luar (mitra atau penyedia/pemasok

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Aset 2.1.1

12

aset bersangkutan.) berdasarkan prinsip-prinsip efektif, efesien, transparan,

bersaing, terbuka, tertib administrasi tanpa adanya tindakan deskriminatif.

c. Inventarisasi aset

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 “Inventarisasi

adalah kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan, dan pelaporan

hasil pendataan Barang Milik Negara/Daerah”.

d. Legal audit aset

Legal audit aset dilaksanakan untuk mengetahui secara pasti mengenai

kondisi aspek legal dari bersangkutan. Legal audit adalah pemeriksaan

(audit) untuk mendapat gambaran jelas dan menyeluruh terutama

mengenai status kepemilikan, sistem dan prosedur penguasaan

(penggunaan dan pemanfaatan), pengalihan aset, mengidentifikasi

kemungkinan terjadinya berbagai permasalahan hukum, serta mencari

solusi atas masalah hukum tersebut. Tujuan dari legal audit aset adalah

mengamankan kepemilikan aset sehingga dapat mencegah terjadinya

kehilangan aset.

e. Penilaian aset

Yang dimaksud dengan penilaian aset yaitu kegiatan penilai dalam

memberikan suatu estimasi dan pendapat atas nilai ekonomis suatu

properti dengan memperhatikan metode dan prinsip penilaian, baik dalam

harta berwujud maupun harta tidak berwujud, berdasarkan hasil analisis

terhadap fakta-fakta yang objektif dan relevan..

f. Pengoperasian dan pemeliharaan aset

Aset yang telah disediakan tentu dimaksudkan untuk digunakan atau

dioperasikan, dalam penggunaan aset tersebut harus sesuai dengan tujuan

pokok dan fungsi dari aset bersangkutan. Pengoperasian aset juga harus

disertai dengan pemeliharaan aset, pemeliharaan aset adalah menjaga,

merawat dan memperbaiki seluruh bentuk aset agar dapat dioperasikan

dan berfungsi sesuai dengan harapan.

g. Pembaruan / Rejuvenasi aset

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Aset 2.1.1

13

Rejuvenasi aset adalah membangun ulang suatu aset agar memiliki fungsi

kembali sebagaimana semula dirancang dan mempertinggi fungsi dari aset

tersebut.

h. Penghapusan aset

Penghapusan aset yaitu tindakan penghapusan barang pengguna/kuasa

pengguna dari daftar inventaris dan dapat dilakukan dengan cara

dimusnahkan atau di hibahkan, namun dalam Pemerintahan penghapusan

aset biasanya dilakukan melalui lelang dan mengacu pada peraturan yang

berlaku.

i. Pengalihan aset

Pemindahtanganan aset adalah pengalihan kepemilikan aset dari suatu

pihak kepada pihak lain sebagai tindak lanjut dari penghapusan dengan

cara menjual aset, mempertukarkan aset, menghibahkannya atau

disertakan sebagai modal pada pihak lain.

1.2 Konsep Dasar Perencanaan Kebutuhan

Peran perencanaan dalam setiap aktivitas ataupun kegiatan sangat

membantu dalam menyelesaikan apa yang akan dilakukan, bagaimana hasil akhir

dan bagaimana cara untuk menyelesaikannya. Menurut Hastings (2010) tahapan

yang dilakukan dalam perencanaan kebutuhan aset sebagai berikut:

1. Memperkirakan kebutuhan aset yang ada berdasarkan kebutuhan.

2. Mengidentifikasi aset yang telah ada

3. Melakukan analisis kesenjangan antara kebutuhan dan kondisi aset yang

telah ada.

Sehingga dalam tahapan perencanaan kebutuhan terdapat komponen yang harus

diperhatikan seperti master plan dari institusi, rencana institusi, dan Rencana

Kerja dan Anggaran (RKA) sehingga dapat direalisasikan ketahap pengadaan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Aset 2.1.1

14

1.2.1 Pengertian Perencanaan

Menurut Sugiama (2013:163) yang dimaksud dengan perencanaan yaitu

penentuan target atau tujuan akhir suatu organisasi serta menentukan atau memilih

cara terbaik untuk mencapainya. Sedangkan menurut Agus dan Ryanto (2012)

Perencanaan kebutuhan adalah kegiatan dilakukan merumuskan rincian kebutuhan

organisasi atau individu untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu

dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar untuk mentukan kebutuhan

yang akan datang. Penganggaran adalah kegiatan atau tindakan untuk

merumuskan penentuan kebutuhan aset dengan memperhatikan alokasi anggaran

yang tersedia.

Menurut Victoria Government (1995) perencanaan aset adalah panduan

untuk mengambil tindakan atau keputusan yang spesifik dalam pengadaan aset

baru dan penghapusan aset yang telah usang serta pengoperasian dan

pemeliharaan aset secara efektif. Sedangkan dalam Undang-undang No 25 Tahun

2004 pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa Perencanaan adalah suatu proses untuk

menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan

memperhitungkan sumber daya yang tersedia.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa perencanaan adalah kegiatan yang akan dilakukan dimasa yang akan

datang untuk mencapai target/tujuan. Dari definisi ini perencanaan mengandung

unsur-unsur sebagai berikut:

a. Sejumlah kegiatan yang ditetapkan sebelumnya.

b. Adanya proses

c. Hasil yang ingin dicapai

d. Menyangkut masa depan dalam waktu tertentu

1.2.2 Tujuan Perencanaan Pembangunan

Berdasarkan dengan Undang-undang No 25 Tahun 2004 pasal 2 ayat 4

dalam rangka mendorong pembangunan secara terpadu memiliki tujuan sebagai

berikut:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Aset 2.1.1

15

a. Mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan

b. Menjamin terciptanya integrasi, singkronisasi dan sinergi antar pemerintah

pusat maupun daerah.

c. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,

pelaksanaan dan pengawasan.

d. Mengotimalkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan.

e. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif dan

adil.

1.2.3 Proses Perencanaan Kebutuhan Aset

Secara umum proses perencanaan kebutuhan aset dapat dilihat pada

gambar 2.2 dibawah ini.

Sumber: Sugiama, 2013:163

Gambar 2.2

Proses Umum Perencanaan Kebutuhan Aset

Gambar di atas menjelaskan mengenai proses perencanaan kebutuhan aset

dengan merealisasikan melalui pagu anggaran dan proposal program setiap

kebutuhan. Tahapan dalam perencanaan kebutuhan sesuai dengan master plan

organisasi, rencana organisasi, rencana kerja tahunan, rencana anggaran dan

Master Plan Institusi

Realisasi Pengadaan Aset

Rencana Anggaran

Rencana Kerja Tahunan

Rencana Institusi

Pagu Anggaran

Proposal Program

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Aset 2.1.1

16

realisasi pengadaan aset. Sedangkan menurut Banghart dan Trull proses

perencanaan melalui tahapan sebagai berikut:

a. Pendahuluan

b. Mengidentifikasi permasalahan.

c. Analisis area masalah perencanaan

d. Penyusunan konsep dan rencana

e. Mengevaluasi rencana

f. Menentukan rencana

g. Penetapan rencana

h. Umpan balik dari rencana

1.2.4 Ciri-ciri Perencanaan yang Baik

Sjafrizal (2009) berpendapat bahwa ciri-ciri perencanaan yang baik

memiliki beberapa aspek sebagai berikut:

a. Tersusun Secara Lengkap Termasuk Sektor Swasta

Karena perencanaan pembangunan pada dasarnya adalah merupakan usaha

pemerintah untuk mendorong proses pembangunan, maka banyak kalangan

beranggapan bahwa perencanaan tersebut hanya mencakup aspek-aspek yang

berkaitan langsung dan dibiayai oleh pemerintah saja. Anggapan ini

sebenarnya tidaklah tepat karena perencanaan pembangunan itu pada dasarnya

adalah sebuah perencanaan yang bersifat menyeluruh, tidak hanya mencakup

sektor pemerintah, tetapi juga meliputi sektor swasta dan masyarakat secara

keseluruhan.

b. Memasukkan Evaluasi Perekonomian Masa Lalu

Pembangunan merupakan proses yang berkelanjutan yang berarti

pembangunan yang akan direncanakan sangat ditentukan pula oleh hasil

pembangunan yang telah dilakukan di masa lalu. Hasil pembangunan berikut

permasalahan dan kendala yang dihadapi akan dapat diketahui melalui

evaluasi terhadap perekonomian di masa lalu.

c. Merinci Tujuan dan Prioritas Pembangunan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Aset 2.1.1

17

Karena tujuan pembangunan lebih bersifat prinsip dan sangat mendasar

dalam rangka mewujudkan aspirasi masyarakat secara keseluruhan. Agar

menjadi lebih operasional, maka tujuan pembangunan tersebut thjabarkan

iebih lanjut dalam bentuk prioritas pembangunan.

d. Menterjemahkan Tujuan Kedalam Target Pembangunan

Perencanaan yang baik haruslah terarah dan terukur sehingga sasaran

pembangunan menjadi jelas dan dapat dimonitor dan dievaluasi dikemudian

han untuk mengetahui tingkat capaian yang dapat dihasilkan. Untuk keperluan

ini, maka tujuan dan sasaran pembangunan perlu diterjemahkan lebih lanjut ke

daam berbagai target pembangunan. Target tersebut dapat ditentukan secara

makro mencakup perekonomian secara menyeluruh atau sektoral, maupun

secara mikro pada tingkat program dan kegiatan.

e. Strategi dan Kebijakan Bersifat Spesifik

Dalam perencanaan pembangunan yang dipersiapkan dengan baik,

biasanya strategi dan kebijakan yang dirumuskan adalah bersifat spesifik

sesuai kondisi, potensi dan permasalahan yang dihadapi oleh negara dan

daerah bersangkutan. Strategi dan kebijakan yang bersifat spesifik biasanya

akan dapat mendorong proses pembangunan secara lebih baik dan cepat

karena sesuai dengan kondisi, dan situasi pada daerah bersangkutan.

f. Berisikan Perencanaan Kebutuhan Investasi

Perkiraan investasi tersebut selanjutnya dapat dibagi atas kebutuhan

investasi pemerintah dan kebutuhan investasi swasta dan masyarakat.

Memperhatikan kondisi keuangan yang ada, maka dan perkiraan kebutuhan

investasi ini akan dapat disusun anggaran yang sesuai dengan kebutuhan

investasi yang ditetapkan dalam rencana. Dengan cara demikian, akan terdapat

keterpaduan antara perencanaan, pemrograman dan anggaran (Planning,

Program and Budgeting).

g. Memuat Perkiraan atau Proyeksi Selama Periode Perencanaan

Perencanaan yang baik bersifat terukur melaluii penetapan sasaran dan

target pembangunan secara kongkrit. Karena itu, dalam perencanaan

pembangunan yang dipersiapkan dengan baik akan terdapat perkiraan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Aset 2.1.1

18

(proyeksi) masa datang yang juga dapat berfungsi sebagai sasaran dan target

pembangunan secara kuantitatif. Perkiraan dan proyeksi yang diperlukan

paling kurang adalah yang bersifat makro.

h. Mempunyai Kaitan yang Jelas dengan Perencanaan Pembangunan Lainnya

Dalam rangka mewujudkan perencanaan yang terpadu dan bersinergi antar

daerah dan tingkat pemerintahan, maka pada perencanaan yang dipersiapkan

dengan baik terlihat dengan jelas kaitan dan hubungan antara satu dokumen

perencanaan dengan dokumen perencanaan lainnya yang terkait. Untuk

mewujudkan hal ini maka penyusunan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah (RPJM) dan Renstra harus berhubungan dan terkait

1.3 Peramalan (forecasting)

Untuk menyelesaikan masalah di masa datang yang tidak dapat dipastikan,

orang senantiasa berupaya menyelesaikannya dengan model pendekatan-

pendekatan yang sesuai dengan perilaku aktual data, begitu juga dalam melakukan

prakiraan. Prakiraan diperlukan disamping untuk memperkirakan apa yang akan

terjadi dimasa yang akan datang juga para pengambil keputusan perlu untuk

membuat planning.

1.3.1 Definisi Peramalan (forecasting)

Menurut Heizer dan Render (2009:162) forecasting (prakiraan) adalah seni

dan ilmu untuk memperkirakan kejadian dimasa depan. Nawawi (2013) yang

dimaksud dengan Peramalan (forecasting) yaitu kegiatan untuk memperkirakan,

memproyeksi terhadap kemungkinan yang akan terjadi bila sesuatu dikerjakan.

Dengan demikian forecasting atau prakiraan dapat diartikan sebagai

memperkirakan sesuatu pada waktu yang akan datang berdasarkan data masa lalu

yang dianalisa secara ilmiah menggunakan metode statistika atau kegiatan yang

dilakukan untuk memprediksi peristiwa apa yang akan terjadi dimasa yang akan

datang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Aset 2.1.1

19

1.3.2 Metode Peramalan

Secara umum metode prakiraan atau forecasting menurut Heizer dan

Render (2014) dibagi dalam dua kelompok yaitu metode kualitatif dan metode

kuantitatif. Metode peramalan digunakan untuk mengukur atau menaksir

keadaan/situasi di masa datang.

1.3.2.1 Metode Peramalan Kualitatif

Menurut Heizer dan Render (2014) metode peramalan kualitatif yaitu

prakiraan yang menggabungkan faktor-faktor seperti intuisi pembuat keputusan,

emosi, pengalaman pribadi, dan sistem nilai. Peramalan kualitatif dapat

menggunakan teknik atau metode peramalan sebagai berikut:

a. Jury of executive opinion yaitu teknik peramalan yang menggunakan

pendapat sekelompok kecil manejer untuk perkiraan permintaan.

b. Delphi method yaitu teknik yang memprediksi kelompok dengan

menggunakan sebuah proses yang memungkinkan para pakar untuk

membuat perkiraan.

c. Sales force composite adalah sebuah teknik peralaman berdasarkan

perkiraan penjualan sales yang diharapkan.

d. Market survey yaitu metode perkiraan yang meminta masukan dari

pelanggan mengenai rencana di periode selanjutnya.

1.3.2.2 Metode Peramalan Kuantitatif

Menurut Heizer dan Render (2014) Metode peramalan kuantitatif yaitu

perkiraan yang digunakan model matematika untuk meramalkan permintaan. Ada

lima metode peramalan kuantitatif yang menggunakan data historis atau terbagi

menjadi dua kategori yaitu:

a. Time-series models

Dengan membuat prediksi dengan asumsi bahwa masa yang akan datang

merupakan fungsi di masa lalu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Aset 2.1.1

20

1. Naïve approach

2. Moving average

3. Exponential smoothing

4. Trend projection

b. Associative model

1. Linear regression

1.3.3 Peramalan Berdasarkan Jangka Waktu

Peramalan berdasarkan jangka waktu yang dilakukan dalam

memproyeksikan kejadian masa yang akan datang terbagi dari beberapa sebagai

berikut:

a. Peramalan jangka pendek yaitu dengan jangka waktu kurang dari satu

tahun, umumnya kurang tiga bulan sering digunakan untuk rencana

pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja dan tingkat produksi

b. Peramalan jangka menengah yaitu peramalan dengan kurun waktu tiga

bulan hingga tiga tahun, sering digunakan untuk perencanaan penjualan,

perencanaan dna penganggaran produksi dna menganalisis berbagai

rencana operasi.

c. Peramalan jangka panjang yaitu peramalan yang dilakukan dengan jangka

waktu tiga tahun atau lebih, sering digunakan untuk merencanakan produk

baru, penganggaran modal, lokasi fasilitas, atau ekspansi dan penelitian

serta pengembangan.

1.4 Parkir

Peraturan Daerah Kota Bandung No 16 Tahun 2012 menjelaskan Parkir

adalah berhentinya kendaraan untuk sementara waktu karena sementara

ditinggalkan oleh pengendaranya. Parkir dianggap sebagai penyebab kemacetan.

Pengendalian atau pengelolaan perparkiran dipergunakan untuk mencegah atau

menghilangkan hambatan lalu lintas, mengurangi kecelakaan, menciptakan

kondisi agar tempat parkir digunakan secara efektif dan efisien, memelihara

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Aset 2.1.1

21

keindahan lingkungan untuk menciptakan mekanisme penggunaan jalan secara

efektif dan efisien terutama pada luas jalan tempat terjadinya kemacetan lalu

lintas.

Parkir merupakan salah satu komponen suatu sistem transportasi yan

gperlu dipertimbangkan. Pada kota-kota besar area parkir merupakan suatu

kebutuhan bagi pemilik kendaraan. Dengan demikian perencanaan fasilitas parkir

adalah suatu metoda perencanaan dalam menyelenggarakann fasilitas parkir

kendaraan, baik di badan jalan(on street parking) maupun di luar badan jalan (off

street parking). Secara umum parkir terdiri dari 2 jenis parkir yaitu parkir di

badan jalan (on-street parking) dan parkir di luar badan jalan (off – street

parking). Parkir di badan jalan (on-street parking) adalah parkir yang lokasi

penempatan kendaraannya di badan jalan. Sedangkan parkir di luar badan jalan

(off – street parking) adalah parkir yang lokasi penempatan kendaraannya tidak

berada di badan jalan. Parkir jenis ini menggunakan tempat diperalatan umum,

tempat parkir khusus yang juga terbuka untuk umum dan tempat parkir khusus

yang terbatas untuk keperluan sendiri, seperti : kantor pemerintahan, pusat – pusat

perbelanjaan dan sebagainya.

1.5 Satuan Ruang Parkir

Satuan ruang parkir (SRP) adalah ukuran luas efektif untuk kebutuhan satu

kendaraan termasuk ruang bebas dari bukaan pintu mobil, atau digunakan untuk

mengukur kebutuhan ruang parkir. Akan tetapi untuk menentukan satuan ruang

parkir tidak terlepas dari pertimbangan-pertimbangan seperti halnya satuan-satuan

lain. Demikian juga halnya untuk menentukan satuan ruang parkir (SRP)

didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan halnya dimensi kendaraan standar

untuk mobil penumpang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Aset 2.1.1

22

Tabel 2.1

Penentuan Satuan Ruang Parkir

Jenis Kendaraan Satuan Ruang Parkir M2

1. a. Mobil Penumpang untuk Golongan I 2,30 x 5,00

b. Mobil Penumpang untuk Golongan II 2,30 x 5,00

c. Mobil Penumpang untuk Golongan III 3,00 x 5,00

2. Bus/Truk 3,40 x 12,50

3. Sepeda Motor 0,75 x 2,00

Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998:8

Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998:7

Gambar 2.3

Dimensi kendaraan Standar untuk Mobil Penumpang

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Aset 2.1.1

23

Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998

Gambar 2.4

SRP Mobil Penumpang

Untuk dimensi keterangan dari gambar 2.4 diatas dapat dilihat pada tabel

2.2 dibawah ini:

Tabel 2.2

Dimensi gambar

Gol I

B = 170

O = 55

R = 5

a1 = 10

L = 470

a2 = 20

Bp = 230 = B + O + R

Lp = 500 = L + a1 + a2

Gol II

B = 170

O = 75

R = 5

a1 = 10

L = 470

a2 = 20

Bp = 250 = B + O + R

Lp = 500 = L + a1 + a2

Gol III

B = 170

O = 80

R = 50

a1 = 10

L = 470

a2 = 20

Bp = 300 = B + O + R

Lp = 500 = L + a1 + a2

Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998:9

Sedangkan untuk SRP kendaraan bermotor dapat dilihat pada gambar 2.5

dibawah ini:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Aset 2.1.1

24

Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998:12

Gambar 2.5

SRP Sepeda Motor

1.6 Standar Kebutuhan Ruang Parkir

Abubakar (1998) menjelaskan bahwa standar kebutuhan luas tempat parkir

berbeda antara yang satu dengan yang lain, tergantung kepada beberapa kebijakan

yang diberlakukan seperti pelayanan tarif, ketersedian ruang parkir, tingkat

pemilikan kendaraan bermotor, tingkat pendapatan masyarakat.

1.6.1 Pusat Perkantoran

Abubakar (1998) parkir di pusat perkantoran mempunyai ciri parkir jangka

panjang oleh karena itu penentuan ruang parkir dipengaruhi oleh jumlah karyawan

yang bekerja di kawasan perkantoran tersebut, tabel 2.3 menjelaskan kebutuhan

SRP untuk pusat perkantoran.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Aset 2.1.1

25

Tabel 2.3

Kebutuhan SRP di Pusat Perkantoran

Jumlah Karyawan 1000 1500 2000 2500 3000 4000

Kebutuhan

(SRP)

Administrasi 235 237 239 240 242 246

Pelayanan

Umum 288 290 291 293 295 298

Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998:57

1.6.2 Tempat Rekreasi

Kebutuhan parkir ditempat rekreasi dipengaruhi oleh daya Tarik tempat

tersebut, biasanya pada hari-hari libur, kebutuhan parkir meningkat dari hari kerja.

Perhitungan kebutuhan didasarkan pada luas area dari tempat rekreasi tersebut,

tabel berikut menjelaskan kebutuhan SRP tempat rekreasi.

Tabel 2.4

Kebutuhan SRP di tempat rekreasi

Luas Areal Total

(100 m2)

50 100 150 200 400 800 1600 3200 6400

Kebutuhan

(SRP) 103 109 115 122 146 196 295 494 892

Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998:58

1.7 Pola Parkir dan Lebar Jalur Gang

Untuk melaksanakan suatu kebijakan yang berkaitan dengan parkir,

terlebih dahulu dipikirkan pola parkir yang akan digunakan, pola parkir tersebut

akan baik apabila digunakan sesuai kondisi yang ada.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Aset 2.1.1

26

1.7.1 Pola Parkir Kendaraan Satu Sisi

Pola parkir ini diterapkan apabila ketersediaan ruang di suatu tempat

kegiatan sangat sempit.

a. Bentuk sudut 90O

Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998:85

Gambar 2.6

Pola parkir tegak lurus

b. Bentuk sudut 30O

, 45O

, 60O

Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998:85

Gambar 2.7

Pola parkir sudut

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Aset 2.1.1

27

1.7.2 Pola Parkir Kendaraan Dua Sisi

Pola parkir ini diterapkan apabila ketersediaan ruang cukup memadai.

a. Membentuk sudut 90O

Pada pola kendaraan ini, arah gerakan lalu lintas kendaraan dapat satu

arah atau dua arah.

Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998:86

Gambar 2.8

Parkir tegak lurus yang berhadapan

b. Membentuk sudut 30O, 45

O, 60

O

Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998:86

Gambar 2.9

Parkir sudut yang berhadapan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Aset 2.1.1

28

2. Pola Parkir Pulau

Pola parkir ini diterapkan apabila ketersediaan ruang cukup luas.

a. Membentuk sudut 90O

Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998:87

Gambar 2.10

Taman parkir tegak lurus dengan 2 gang

b. Membentuk sudut 45O

1. Bentuk tulang ikan type A

Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998:87

Gambar 2.11

Taman parkir sudut dengan 2 gang type A

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Aset 2.1.1

29

2. Bentuk tulang ikan type B

Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998:88

Gambar 2.12

Taman parkir sudut dengan 2 gang type B

3. Bentuk tulang ikan type C

Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998:88

Gambar 2.13

Taman parkir sudut dengan 2 gang type C

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Aset 2.1.1

30

2.8 Perencanaan Bangunan Gedung

Dalam proses perencanaan bangunan perlu diperhatikan beberapa aspek

yang sangat berpengaruh dalam pembangunan yang telah direncanakan.

Diantaranya terkait dengan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan.

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No 28 Tahun 2002 pasal 1 ayat

1 dan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 05 Tahun 2010 pasal 1 ayat 9

tentang bangunan gedung menjelaskan bahwa

“Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi

yang menyatu dengan tempat kedudukannya,, sebagian atau

seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air,

yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya,

baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan,

kegiatan khusus, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan

khusus”.

Dalam pelaksanaan pembangunan gedung ada beberapa syarat yang harus

dipenuhi oleh setiap melakukan pembangunan gedung seperti:

a. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) adalah perizinan yang diberikan oleh

pemerintah daerah setempat kepada pemilik bangunan untuk membangun

baru, mengubah, memperluas, mengurangi, membongkar dan memelihara

bangunan sesuai dengan persyaratan yang berlaku..

b. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang yang penggunaannya

lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik tumbuh secara alami

maupun yang sengaja ditaman dengan luas minimal 30% dari luas lahan

yang dikuasai atau dimiliki.

c. Garis Sempadan Bangunan (GSB) adalah garis pada halaman persil

bangunan gedung yang ditarik sejajar dengan garis paras jalan, tepi sungai,

atau paras pagar dengan jarak tertentu dan merupakan batas bagian

kaveling/persil yang boleh dibangun dan yang tidak boleh dibangun

bangunan gedung. GSB pada lahan bangunan yang diizinkan oleh

peraturan adalah untuk sisi depan, belakang, samping kanan dan kiri.

d. Koefisien Daerah Hijau (KDH) adalah angka persentase perbandingan

antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan yang diperuntukkan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Aset 2.1.1

31

untuk pertamanan/penghijauan dan luas tanah perencanaan yang dikuasai

sesuai dengan rencana tata ruang wilayah kota.

e. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah angka persentase perbandingan

antara jumlah seluruh luas lantai bangunan gedung dan luas lahan/tanah

perencanaan yang dikuasai.

f. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah angka presentase perbandingan

antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung dan luas lahan/tanah

perencanaan yang dikuasai.

2.9 Estimasi Biaya

Estimasi biaya dapat diartikan perkiraan biaya untuk reproduksi atau biaya

penggantian dari suatu aset. Seperti yang dijelaskan dalam buku KEPI dan SPI

2013, Biaya merupakan sejumlah uang yang diperlukan untuk memperoleh atau

mencipatakan suatu aset. sehingga dalam melakukan estimasi biaya untuk suatu

aset baik pembangunan maupun penggantian baru ada beberapa metode yang

digunakan seperti:

1. Metode Survey Kuantitias

2. Metode Unit Terpasang

3. Metode Meter Persegi

2.10 Landasan Normatif

Landasan normatif digunakan sebagai acuan atau pedoman dasar dalam

penelitian yang dilakukan. Terdapat beberapa landasan normatif yang telah

digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Permen PU Nomor : 05/PRT/M/2008 Tentang penyedia dan pemanfaatan

ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan.

2. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor : 10 Tahun 2015 Tentang RDTR

dan peraturan zonasi Kota Bandung tahun 2015-2035.

3. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor : 18 Tahun 2011 Tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung Tahun 2011-2031.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Aset 2.1.1

32

4. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor : 05 Tahun 2010 tentang

bangunan gedung.

5. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung

2.11 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan konsep yang akan digagas serta dikaitkan

dengan faktor-faktor liannya dalam suatu permasalahan. Berikut adalah kerangka

berfikir pada penelitian ini yang disajikan dalam bentuk skema yang dapat dilihat

pada gambar 2.14 di bawah ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Aset 2.1.1

33

INPUT PROSES OUTPUT

Rumusan Masalah:

1. Bagaimana ramalan jumlah

kendaraan yang parkir untuk 5

tahun kedepan dilihat atau

dihubungkan dengan rencana

penggunaan dan pemanfaatan

balaikota di masa depan.

2. Bagaimana bentuk rencana dan

luas lahan yang dibutuhkan

berdasarkan ramalan.

3. Berapa estimasi biaya yang

diperlukan untuk menanggulangi

parkir kendaraan.

Metode penelitian : Deskriptif

Teknik Pengumpulan Data :

1. Observasi

2. Wawancara

3. Studi Dokumentasi

Perencanaan Kebutuhan Lahan Parkir di Balaikota

Bandung

Landasan normatif :

1. Permen PU No: 05/PRT/M/2008

Tentang Peyedia dan

pemanfaatan ruang terbuka hijau

di kawasan perkotaan.

2. Perda Kota Bandung No:10

Tahun 2015 Tentang RDTR dan

peraturan zonasi Kota Bandung

Tahun 2015-2035

Landasan teori :

1. Perencanaan

kebutuhan aset.

2. Peramalan

(forecasting)

3. Fasilitas Parkir

4. Estimasi Biaya

Tujuan Penelitian

1. Untuk meramalkan jumlah

kendaraan yang parkir di

Balaikota 5 tahun kedepan.

2. Untuk merencanakan berapa

luas lahan yang dibutuhkan

berdasarkan ramalan.

3. Untuk mengetahui estimasi

biaya yang dibutuhkan dalam

pembangunan parkir.

Sumber : Olah data peneliti 2017

Gambar 2.14

Kerangka Berfikir