bab ii tinjauan pustaka 2.1 manajemen aset

42
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Aset Menurut Sugiama (2013) aset dapat dikategorikan sebagai segala bentuk atau apapun yang memiliki nilai ekonomis yang dapat dimiliki oleh perseorangan, pemerintah maupun perusahaan yang dapat diukur atau dinilai secara finansial. Menurut (Siregar,2004, hal.178) “ Pengertian aset secara umum adalah barang (thing) atau sesuatu barang (anything) yang mempunyai nilai ekonomi (economic value),nilai komersial, (commercial value) atau nilai tukar (exchange value) yang dimiliki oleh badan usaha, instansi atau individu (perorangan)”. Menurut Hastings (2010, hal.4) definisi manajemen aset adalah "asset Management is the set of activities associated with: Identifying what assets are needed, identifying funding requirements, acquiring assets, providing logistic and maintenance support system for assets, disposing or rewing assets. So as to effectively and efficiently meet the desired objective." Dilihat berdasarkan sudut pandang hukum, menurut Hidayat (2012) aset terdiri dari benda yang tidak bergerak dan benda bergerak, baik benda yang dapat dirasakan atau biasa disebut dengan berwujud seperti lahan, kendaraan, bangunan ataupun benda-benda lainnya yang tidak berwujud yang kemudian dikenal dengan istilah tangible dan intangible, yang dimana benda-benda tersebut tercakup dalam aktiva/aset atau harta aset dari suatu instansi, organisasi, badan usaha ataupun individu perorangan Menurut Sugiama (2013, hal. 27) Tahap awal dalam sebuah siklus aset adalah perencanaan kebutuhan aset kemudian dilanjutkan dengan pengadaan aset dan stserusnya. Siklus aset dapat diketahui sebagai berikut :

Upload: others

Post on 01-Dec-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Aset

Menurut Sugiama (2013) aset dapat dikategorikan sebagai segala bentuk

atau apapun yang memiliki nilai ekonomis yang dapat dimiliki oleh perseorangan,

pemerintah maupun perusahaan yang dapat diukur atau dinilai secara finansial.

Menurut (Siregar,2004, hal.178) “ Pengertian aset secara umum adalah barang

(thing) atau sesuatu barang (anything) yang mempunyai nilai ekonomi (economic

value),nilai komersial, (commercial value) atau nilai tukar (exchange value) yang

dimiliki oleh badan usaha, instansi atau individu (perorangan)”.

Menurut Hastings (2010, hal.4) definisi manajemen aset adalah "asset Management is the set of activities associated with: Identifying what assets are needed, identifying funding requirements, acquiring assets, providing logistic and maintenance support system for assets, disposing or rewing assets. So as to effectively and efficiently meet the desired objective."

Dilihat berdasarkan sudut pandang hukum, menurut Hidayat (2012) aset

terdiri dari benda yang tidak bergerak dan benda bergerak, baik benda yang dapat

dirasakan atau biasa disebut dengan berwujud seperti lahan, kendaraan, bangunan

ataupun benda-benda lainnya yang tidak berwujud yang kemudian dikenal dengan

istilah tangible dan intangible, yang dimana benda-benda tersebut tercakup dalam

aktiva/aset atau harta aset dari suatu instansi, organisasi, badan usaha ataupun

individu perorangan

Menurut Sugiama (2013, hal. 27) Tahap awal dalam sebuah siklus aset

adalah perencanaan kebutuhan aset kemudian dilanjutkan dengan pengadaan aset

dan stserusnya. Siklus aset dapat diketahui sebagai berikut :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

10

Sumber : Sugiama (2013, hal.27)

Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa setiap aset yang dimiliki oleh

perseorangan, lembaga, perusahan maupun instansi pemerintahan akan memiliki

tahap-tahap dalam proses pengelolaanya yang biasa disebut dengan siklus alur

aset. Tahap paling awal dalam siklus alur aset adalah perencanaan kebutuhan aset

yang kemudian dilanjutkan dengan pengadaan aset, inventarisasi aset hingga

penghapusan aset, sehingga aset yang dikelola akan melewati siklus tersebut.

2.1.1 Jenis Aset

Menurut Sugiama (2013) aset memiliki keberagam tersendiri, artinya aset

dapat di klasifikasikan menjadi beberapa kelompok menurut beberapa dasar.

Menurut Bentuknya, aset dapat dibagi kedalam dua bentuk :

1. Tangible assets atau yang biasa dikenal dengan sebutan aset berwujud

yang bisa dilihat, diraba dan dirasakan oleh panca indera yang dimilki

manusia . Contoh aset fisik bisa berupa :

Perencanaan Kebutuhan Aset

Pengadaan Aset

Pengalihan Aset (Penjualan, Penyertaan Modal, Hibah)

Inventarisasi Aset

Penilaian Aset

Penghapusan Aset Pembaharuan/Rejuvenasi Aset

Pengoperasian dan Pemeliharaan Aset

Legal Audit Aset

Pemusnahan Aset

Gambar 2.1

Siklus Aset

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

11

a. Lahan

b. Gedung atau Bangunan

c. Infrastruktur

d. Perlengkapan atau fasilitas baik sarana maupun prasarana industri

e. Alat tulis kantor

f. Barang persediaan

g. Kekayaan alam

2. Intangible assets atau aset tidak berwujud yang keberadaanya secara fisik

tidak bisa dirasakan oleh panca indera yakni tidak dapat dilihat, disentuh

serta tidak dapat diukur secara fisik, akan tetapi dapat dilakukan

identifikasi sebagai harta atau kekayaan secara terpisah. Selain itu,

kekayaan tersebut mempunyai nilai ekonomis serta memberikan manfaat

sebagai hasil dari proses usaha. Adapun contoh aset tidak berwujud adalah

sebagai berikut :

a. Hak paten biasanya digunakan untuk formula sebuah produk

b. Hak cipta atau copyright atas sebuah karya

c. Nama baik sebuah organisasi/perusahaan atau Goodwill

d. Hak merek dagang

e. Hak atas usaha waralaba atau franchise

Menurut Sugiama (2013) selain dilihat berdasarkan bentuknya, aset dapat di

klasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu berdasarkan tujuan penggunaan dan

pemanfaatan aset. Adapun jenis aset berdasarkan tujuan penggunaan dan

pemanfaatan adalah sebagai berikut :

1. Aset yang diperuntukan sebagai aset yang dikomersilkan atau lebih

condong kepada profit oriented yang menjadi tujuan dari halnya aset yang

dimiliki perusahaan yang berorientasi terhadap profit. Kegiatan ini

biasanya dilakukan oleh industri dan perusahaan yang tergabung dalam

BUMN dan swasta yang dimana aset-aset yang dimilikinya disiapkan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

12

untuk menunjang segala bentuk aktivitas atau kegiatan perusahaan agar

mencapai keuntungan yang setinggi-tingginya.

2. Aset yang bersifat non komersil atau dalam artian tidak diperuntukkan

sebagai aset yang menghasilkan profit bagi pengelolanya. Hal tersebut

biasanya terjadi pada aset-aset yang dimiliki oleh instansi pemerintahan

yang digunakan sebagai fasilitas publik dan memberikan kesejahteraan

pada masyarakat melaui pelayanan publik seperti infrastukur baik itu jalan,

jembatan maupun bangunan, taman kota, tempat pendidikan berupa

sekolah, rumah sakit dan lainnya yang keberadaanya di prioritaskan untuk

memberikan kesejahteraan kepada masyarakat.

Menurut MAPPI (2015) dalam SPI dijelaskan bahwa real properti merupakan

kepemilikan atas kepentingan hukum yang melekat pada real estate atau hubungan

hukum penguasaan yuridis oleh pemilik atas real estate.

Menurut MAPPI (2015) real estate dikategorikan sebagai tanah yang secara

fisik serta segala sesuatu (benda) yang melekat dan dibangun oleh manusia

sehingga menjadi satu kesatuan dengan tanahnya.

2.2 Perencanaan Kebutuhan Aset

Menurut Sugiama (2013, hal. 163) “ perencanaan adalah penentuan tujuan

akhir dan sasaran (objektif) sebuah organisasi serta menentukan cara terbaik untuk

mencapaianya”. Menurut Warman (1995) perencanaan merupakan proses

memprakirakan apa saja yang akan terjadi di masa depan serta mempersiapkan

segala sesuatu tersebut. Menurut Arsyad (1999) perencanaan merupakan proses

yang saling berkaitan dan berkesinambungan mencangkup keputusan-keputusan

atau berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu

pada masa yang akan datang. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Pasal 13 ayat 1,

pengertian perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa

depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya

yang tersedia.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

13

Sedangkan menurut Victoria (1995, hal.20) definisi perencanaan aset adalah “ asset planning is fundamental to the effective management of an entity’s business, being the first phase in the asset life cycle . Matching the asset requirements of an entity to its service delivery strategy should result in assets with the necessary capacity and performance. Asset planning also lead to specific actions to acquire any new assets that may be needed, to disposese of assets that are surplus and to operate and maintain exixting assets effectively.”

Menurut Hadinata (2011) tahap awal dalam sebuah siklus manajemen aset

dimulai dari perencanaan kebutuhan aset, yang kemudian diartikan sebagai

kegiatan menentukan dan merumuskan rincian-rincian kebutuhan aset untuk

menghubungkan pengadaan aset yang telah selesai dilakukan atau telah lalu

dengan keadaan yang sedang berjalaan pada saat ini sebagai dasar dalam tindakan

yang akan datang. Perencanaan kebutuhan aset harus mampu menghubungkan

antara ketersediaan barang sebagai hasil dari kegiatan pengadaan yang telah lalu

dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar tindakan dalam rangka

pencapaian yang efektif dan efisien. Kegiatan perencanaan kebutuhan aset

bertujuan untuk mengoptimalkan aset dalam rangka mewujudkan pengelolaan aset

yang efektif, efisien dan berkesinambungan. Adapun ruang lingkup perencanaan

kebutuhan aset adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan pengadaan aset

2. Perencanaan pemeliharaan aset

3. Perencanaan pemanfaatan aset

4. Perencanaan pemindahtanganan aset

5. Perencanaan penghapusan aset

2.2.1 Tujuan dan Jenis Perencanaan Kebutuhan Aset

Menurut Watkins (2012, hal. 17) tujuan dari analisis kebutuhan sebagai

berikut :

1. Memverifikasi kemampuan dalam pencapaian hasil sesuai dengan yang

diharapkan.

2. Melakukan perbandingan antara beberapa alternatif.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

14

3. Memberikan solusi yang memiliki efek paling maksimal.

4. Memprioritaskan kebutuhan yang paling efisien dalam penggunaan sumber

daya.

Hadinata (2011, hal. 11) menyatakan bahwa tujuan perencanaan kebutuhan

BMN adalah mengoptimalkan BMN dalam rangka mewujudkan pengelolaan

BMN yang efektif, efisien, dan berkesinambungan. Menurut Sugiama (2013,

hal.157) tujuan perencanaan meliputi:

1. Memperjelas arah atau clarify direction

2. Memotivasi karyawan

3. Mempertinggi efisiensi sumber daya, dan

4. Menyediakan cara untuk menentukan kemajuan atau peningkatan.

Menurut Sugiama (2013) jenis perencanaan dikategorikan ke dalam tiga dasar

yaitu :

1. Berdasarkan cakupan luas dan sempitnya (breadth) meliputi :

a. Rencana strategik (strategic planning) yakni perencanaan untuk hal mana

organisasi meraihnya atau drive organization to achieve goals.

b. Rencana taktikal (tactical) yakni perencanaan operasional yang perlu

dijabarkan secara rinci untuk keseluruhan capaian tujuan dan dijelaskan

bagaimana upaya mencapainya.

2. Berdasarkan jangka waktu (time frame), perencanaan dapat ditujukan untuk

jangka panjang (long-term) dan jangka pendek (short-term).

3. Berdasarkan kehususannya (specifity) meliputi perencanaan :

a. Bersifat directional artinya perencanaan yang disusun secara definitif,

jelas atau clearly define of object and no misinterpretations.

b. Bersifat khusus yakni rencana disusun secara luwes, sehingga menjadi

perencanaan yang bersifat “general guideline”.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

15

2.2.2 Tahapan Perencanaan Kebutuhan Aset

Menurut Victorian Government (1995, hal.2.20) menjelaskan tahap-tahap

perencanaan aset, adapun tahapan perencanaan aset dapat dilihat pada kerangka

perencanaan aset sebagai berikut :

Sumber : Victoria Government (1995, hal.2.20)

Gambar 2.2

The Planning Stage

Proses perencanaan kebutuhan aset meliputi sebagai berikut :

1. Menentukan Kebutuhan Aset.

Hastings (2010) analisis kebutuhan dilakukan untuk mengidentifikasi

segala sesuatu yang dibutuhkan oleh sebuah organisasi atau perusahaan

terkait dengan kemampuan aset untuk mendukung rencana bisnis.

Kegiatan perencanaan kebutuhan aset harus disesuaikan untuk mencapai

strategi pelayanan berdasarkan kapasitas dan performa aset.

2. Evaluasi Kondisi Aset

Menurut Victoria Government (1995) seluruh aset yang dimiliki atau

yang sedang digunakan untuk menyampaikan layanan perlu diidentifikasi

dan dilakukan proses evaluasi mengenai efektifitas dan bagaimana aset

tersebut bekerja dalam mendukung persyaratan layanan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

16

3. Pengembangan Strategi Aset

Pengembangan strategi aset berdasarkan kebutuhan dapat dilakukan dengan

2 pendekatan melalui solusi yang berkaitan dengan aset atau non aset.

Menurut Victoria Government (1995, hal.2.22) Strategi didasarkan pada

analisis kebutuhan dan review tentang bagaimana layanan saat ini yang

sedang disediakan. meliputi :

A. Menentukan ruang lingkup, standar dan tingkat layanan yang akan

diberikan;

B. Menilai metode pelayanan dan sumber daya yang dibutuhkan,

termasuk persyaratan untuk penggunaan aset; dan

C. Mempertimbangkan metode yang mengandung permintaan dengan

menggunakan teknik manajemen permintaan.

Solusi non aset dapat dipertimbangkan untuk mendukung kebutuhan atau

perencanaan aset terhindar dari penambahan aset, dengan

mempertimbangkan:

A. Mendesain ulang layanan untuk mengurangi keperluan aset

B. Meningkatkan pemanfaatan aset yang ada,

C. Menggunakan jasa penyewaan aset.

4. Modal Pembiayaan dan Penganggaran

Menurut Victoria Government (1995) kegiatan penganggaran, entitas

harus mampu mengendalikan dan mempertimbangkan segala sesuatu

termasuk pilihan yang tersedia untuk pendanaan atau modal dan biaya

operasional untuk aset.

Menurut Permendagri No 19 Tahun 2016 perencanaan kebutuhan adalah

kegiatan merumuskan rincian kebutuhan barang milik daerah untuk

menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu dengan keadaan yang sedang

berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan yang akan datang. Perencanaan

ditujukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan. Secara umum

proses perencanaan kebutuhan aset dapat dilihat pada Gambar 2.3

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

17

Sumber : Sugiama, 2013

Gambar 2.3

Proses Umum Perencanaan Kebutuhan Aset

Gambar diatas merupakan bagan dari proses umum perencanaan

kebutuhan aset dimulai dari master plan institusi kemudian dilanjutkan dengan

rencana institusi dan tahapan-tahapan selanjutnya hingga menghasilkan sebuah

perencanan yang efektif dan efisien.

2.2.3 Kriteria Perencanaan Kebutuhan Aset

Menurut Hadinata (2011) sebagai upaya mewujudkan perencanaan

kebutuhan yang baik, perlu adanya kesesuaian dengan kebutuhan

perusahaan/instansi serta tidak berlebihan sehingga efektif dan efisien.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 06 Tahun 2006 tentang pengelolaan barang

milik Negara/Daerah yang telah diubah menjadi Peraturan Pemerintah No 38

tahun 2008, bahwa Menteri keuangan telah menetapkan standar barang dan

standar kebutuhan dalam perencanaan kebutuhan aset. Berdasarkan Peraturan

Pemerintah No 38 Tahun 2008 dalam Hadinata (2011) kriteria perencanaan

kebutuhan aset meliputi :

Master Plan Institusi

Realisasi Pengadaan Aset

Rencana Anggaran

Rencana Kerja Tahunan

Rencana Institusi

Pagu Anggaran

Proposal Program

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

18

1. Standar Kebutuhan

2. Standar Barang

3. Standar harga

Menurut Watkins et al (2012) menjelaskan bahwa langkah-langkah yang harus

dilakukan dalam perencanaan kebutuhan adalah sebagai berikut :

1. Menentukan ruang lingkup analisis kebutuhan. Artinya ruang lingkup

analisis kebutuhan terdiri dari strategi, taktik, dan operasional.

2. Merencanakan siapa saja yang akan terlibat di dalam analisis kebutuhan

3. Menentukan berapa lama analisis kebutuhan akan dilaksanakan.

4. Menentukan bagaimana cara mengelola analisis kebutuhan.

5. Menetapkan Project’s logic model yang sesuai dalam analisis kebutuhan

6. Mengumpulkan data-data

7. Menentukan alat-alat dan teknik analisis kebutuhan

8. Menentukan bagaimana menggunakan informasi yang diperoleh

9. Menetapkan kegiatan yang bisa dijadikan sebagai pertimbangan untuk

dijadikan sebuah solusi

10. Menentukan ukuran kepuasan yang akan digunakan

11. Menentukan kapan akan dilakukan solusi analisis kebutuhan

12. Laporan dan Presentasi

Selain merumuskan tahap-tahap apa saja yang akan dilaksanakan dalam

proses perencanaan kebutuhan, diperlukan juga alat-alat dan teknik analisis dalam

aktivitas perencanaan kebutuhan aset. Menurut Watkins et al (2012) menjelaskan

bahwa alat-alat dan teknik untuk menganalisis kebutuhan diklasifikasikan

kedalam dua kelompok sebagai berikut :

1. Alat dan Teknik Pengumpulan Data.

Alat dan teknik pengumpulan data digunakan untuk menganalisis

kebutuhan. Adapun alat dan teknik pengumpulan data yang digunakan

adalah sebagi berikut :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

19

a. Dokumen atau Data Review bertujuan untuk meninjau beberapa

sumber yang ada ( misalnya dokumen, laporan, file data dan

tulisan lainnya)

b. Guide Expert Review bertujuan untuk memperoleh perspektif

informasi dari para ahli yang berada di luar sistem dimana

analisis kebutuhan di fokuskan.

c. Manajemen Focus Group bertujuan untuk mengumpulkan data

dari grup kecil dan dengan format terstuktur.

d. Interview dilakukan guna mengumpulkan seluruh informasi dari

satu sumber melalui format yang dapat digunakan dimulai dari

format yang terstuktur, semi terstuktur sampai tidak terstuktur.

e. Dual Response Surveys bertujuan untuk mengumpulkan data-data

dalam jumlah yang besar dari beberapa lokasi.

f. SWOT. Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi,

mengatur dan memprioritaskan kekuatan, kelemahan, peluang

dan ancaman

g. World Café merupakan sebuah format untuk menggabungkan

desain pembicaraan yang lebih kompleks dan mendalam guna

menekan isu yang dikumpulkan.

h. Teknik Delphi

i. Observasi Kinerja. Kegiatan ini bertujuan untuk

mendokumentasikan secara akurat berupa langkah-langkah,

prosedur, alat, dan keputusan yang digunakan untuk mencapai

kinerja saat ini.

j. Analisis Tugas

k. Analisis Tugas Kognitif

2. Alat dan Teknik Membuat Keputusan

Selain alat dan teknik pengumpulan data, terdapat pula alat dan teknik

membuat keputusan adalah sebagai berikut :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

20

A. Teknik grup Nominal bertujuan untuk melakukan perencanaan

konsensus sehingga dapat memprioritaskan masalah dan membuat

keputusan

B. Analisis Multikriteria merupakan analisis melalui cara sistematis

menyediakan perbandingan kuantitatif di beberapa opsi

C. Analisis Tabletop merupakan salah satu media fasilitator, yang

dipimpin untuk diskusi yang digunakan dalam berbagai macam

pengaturan dalam mengidentifikasi kesenjangan, kinerja

defisiensi, dan masalah komunikasi dalam sistem tertentu.

D. Perbandingan Pair-Wise merupakan alat yang digunakan apabila

memiliki beberapa option untuk dijadikan sebagai prioritas.

E. 2 x 2 Matrix Decision Aids digunakan untuk memeriksa berbagai

perspektif tentang isu-isu diidentifikasi selama penilaian

kebutuhan.

F. Diagram Fishbone

G. Skenario memiliki fungsi sebegai penyedia eksplorasi kontekstual

kekuatan potensi dan kelemahan dari beberapa kombinasi

intervensi terkait dengan peningkatan kinerja.

H. Analisis Root Cause , analisis tersebut bertujuan untuk

mengidentifikasi faktor-faktor penyebab yang berkontribusi dan

menyebabkan permasalahan mengenai kinerja.

I. Analisis Fault Tree merupakan prosedur yang kemudian

digunakan untuk mengidentifikasi secara logis, mengevaluasi

kemudian mengukur potensi masalah terjadinya penyebab

kesenjangan kinerja serta menentukan strategi untuk mencegah

penyebab tersebut.

J. Konsep Mapping

K. Future Wheel merupakan teknik yang bertujuan untuk membantu

dalam menganilisis dan mengeksplorasi melalui efek-efek dari

tren suatu keadaan atau isu.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

21

L. Piramid Kinerja merupakan kerangka kerja yang digunakan untuk

memastikan bahwa analisis kebutuhan menangani kinerja yang

mendasari setiap komponen

2.3 Ruang Terbuka Hijau

Menurut (Santoso,2012, hal.2) definisi ruang terbuka adalah “ ruang yang

berfungsi sebagai wadah (container) untuk kehidupan manusia, baik secara

individu maupun berkelompok, serta wadah mahluk lainnya untuk hidup dan

berkembang secara berkelanjutan”.

Berdasarkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 (Dalam Lestari, 2014,

hal.382) “ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau

mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh

tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam”.

Menurut (Joga,2011, hal.92) “ruang terbuka hijau merupakan suatu lahan/

kawasan yang mengandung unsur dan struktur alami yang dapat menjalankan

proses-proses ekologis,seperti pengendali pencemaran udara, ameliorasi

iklim,pengendali tata air, dan sebagainya”.

Menurut Joga (2011) ruang terbuka hijau dapat dibedakan dalam berbagai

jenis dan bentuk, seperti ruang terbuka hijau pekarangan/ halaman, ruang terbuka

hijau pertanian, ruang terbuka hijau kehutanan, ruang terbuka hijau pertamanan,

ruang terbuka hijau olahraga, ruang terbuka hijau pemakaman dan jenis ruang

terbuka hijau lainnya.

Keberadaan ruang terbuka hijau dapat di klasifikasikan kedalam beberapa

kelompok. Menurut Santoso (2012) berdasarkan bobot kealamiannya bentuk

ruang terbuka hijau dapat di klasifikasikan menjadi sebagai berikut :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

22

a. Bentuk ruang terbuka hijau alami (habitat liar/alami)

b. Bentuk ruang terbuka hijau non alami atau RT binaan ( pertanian kota,

pertamanan kota, lapangan olahraga,pemakaman)

Sedangkan jika ditinjau berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya ruang

terbuka hijau dapat di klasifikasikan sebagai berikut :

a. Ruang terbuka hijau kawasan (areal)

b. Ruang terbuka jalur (koridor)

Klasifikasi ruang terbuka hijau berdasarkan penggunaan lahan atau kawasan

fungsinalnya di klasifikasikan sebagai berikut :

a. Ruang terbuka hijau kawasan perdagangan

b. Ruang terbuka hijau kawasan perindustrian

c. Ruang terbuka hijau kawasan permukiman

d. Ruang terbuka hijau kawasan pertanian

e. Ruang terbuka hijau kawasan-kawasan khusus

Sedangkan jka ditinjau berdasarkan status kepemilikannya, ruang terbuka hijau

dapat di klasifikasikan sebagai berikut :

a. Ruang terbuka hijau publik atau ruang terbuka hijau yang berlokasi pada

lahan-lahan publik atau lahan yang dimiliki oleh pemerintah, dimana

keberadaanya diperuntukkan oleh masyarakat.

b. Ruang terbuka non public (privat) atau ruang terbuka hijau yang berlokasi

di lahan-alahan miliki perseorangan atau pribadi.

2.3.1 Jenis-Jenis RTH Publik

Menurut Imansari (2015) jenis ruang terbuka hijau yang termasuk kedalam

klasifikasi ruang terbuka hijau publik sebagai berikut :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

23

1. Hutan Kota

Menurut Imansari (2015) hutan kota idealnya berupa hamparan lahan yang

ditumbuhi sejumlah tanaman dan pepohonan yang memiliki luas minimal

2500 m². Adapun tujuan keberadaan hutan kota adalah sebagai penyangga

lingkungan kota yang berfungsi untuk memperbaiki dan menjaga iklim

mikro serta memberi nilai estetika atau sebagai penambah keindahan sebuah

kota, peresapan air, menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan

fisik kota serta mendukung pelestarian dan perlindungan keanekaragaman

hayati.

2. Taman

Menurut Imansari (2015) menjelaskan bahwa taman yang keberadaanya

diperuntukan untuk publik adalah sebagai berikut :

a. Taman Kota

b. Taman RT

c. Taman RW

d. Taman Kelurahan

e. Taman Kecamatan

2.3.2 Pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau

Keberadaan ruang terbuka hijau dalam sebuah perkotaan juga memerlukan

pemeliharaan sebagai upaya agar ruang terbuka hijau dapat digunakan denagn

sebagaimana yang diharapkan. Menurut Ahmad (2014) menjelaskan bahwa

pemeliharaan ruang terbuka hijau merupakan bagian dari upaya dan segala bentuk

aktivitas untuk merawat serta mempertahankan suatu taman sehingga dapat tetap

terjaga keindahannya dari fungsi taman tersebut. Pemeliharaan taman dapat

dilakukan pada elemen atau komponen hard material maupun soft material.

Pemeliharaan taman merupakan bagian dari pemeliharaan kondisi tapak agar

selalu tampak seperti yang diharapkan secara estetik dan menyenangkan dengan

lingkup tanggung jawab pada manajemen serta pengetahuan penanganan tanaman

dan elemen lansekap lainnya. Pelaksanaan fisik pemeliharaan taman meliputi

pengerjaan pengukuran dan pematokan, pengolahan tanah, serta pelaksanaan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

24

pemeliharaan soft material dan hard material. Menurut Nugroho (2010) kualitas

suatu ruang terbuka hijau bergantung kepada pemeliharaan, pemeliharaan yang

baik dan rutin dilakukan akan menjaga keberlanjutan ruang terbuka hijau yang

ada.

Menurut Arifin (2005) dalam rangka mencapai efektivitas di dalam

pemeliharaan, hendaknya diperhatikan beberapa hal prinsip dalam pemeliharaan

taman sebagai berikut :

1. Penetapan tujuan dan standar pemeliharaan

2. Pemeliharaan harus dilakukan secara ekonomis, baik waktu, tenaga kerja,

peralatan maupun bahan.

3. Operasional pemeliharaan hendaknya didasarkan pada rencana

pemeliharaan tertulis yang logis.

4. Jadwal pekerjaan pemeliharaan taman harus didasarkan pada kebijakan

dan prioritas yang benar terkait dengan pemeliharaan taman.

5. Pemeliharaan pencegahan perlu ditekankan.

6. Pengelola pemeliharaan taman harus diorganisir dengan baik.

7. Sumber dana yang cukup mampu menciptakan dan mendukung program

pemeliharaan yang telah ditetapkan.

8. Penyediaan tenaga kerja yang cukup sangat penting untuk melaksanakan

fungsi-fungsi pemeliharaan.

9. Program Pemeliharaan taman harus dirancang untuk melindungi

lingkungan alami.

10. Pengelola pemeliharaan taman harus bertanggung jawab terhadap

keamanan umum dan para operator taman.

11. Pemeliharaan dijadikan sebagai pertimbangan utama dalam perancangan

dan pembangunan taman.

12. Para Operator pemeliharan harus bertanggung jawab terhadap pengelola

pemelihara taman.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

25

Menurut Arifin (2005) pemeliharaan dapat di klasifikasikan kedalam dua jenis

yaitu pemeliharaan ideal dan pemeliharaan fisik sebagai berikut :

1. Pemeliharaan ideal

Menurut Arifin (2005) pemeliharaan ideal berisikan kegiatan-kegiatan

pemeliharaan yang mengacu pada tujuan dan desain yang telah ditetapkan,

sehingga pada periode waktu tertentu diadakan suatu evaluasi.

2. Pemeliharaan fisik

Menurut Arifin (2005) pemeliharaan fisik merupakan kegiatan

pemeliharaan taman untuk mewujudkan pemeliharaan ideal yang

kaitannya tidak terlepas dari elemen taman yang memiliki daya hidup,

sehingga taman tetap terjaga keindahan, keasrian, kenyamanan, dan

kemananan taman. Secara umum pemeliharaan fisik untuk tanaman adalah

sebagai berikut :

a. Penyiraman

Menurut Ratnasari (2007) penyiraman merupakan kegiatan yang

berkaitan erat dengan kebutuhan air pada tanaman. Segala jenis

tanaman membutuhkan air untuk bertahan hidup, akan tetapi

dengan kadar air yang berbeda. Hal tersebut tentunya akan

mempengaruhi frekuensi dan kuantitas penyiramanya. Frekuensi

penyiraman juga akan berbeda jika dilihat berdasarkan media

tanam. Tanaman yang ditanam didalam pot akan membutuhkan

frekuensi penyiraman yang lebih sering dibanding tanaman yang

langsung tumbuh diatas tanah langsung. Secara umum, tanaman

yang diletakan di luar ruangan pada kondisi udara panas dengan

kebutuhan air yang sedang memerlukan penyiraman sehari sekali.

Sedangkan, jika kondisi cuaca mendung, tanaman tersebut

membutuhkan penyiraman 2 hari sekali. Jika ditempatkan pada

daerah yang ternaungi, tanaman dengan karakteristik yang sama

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

26

memerlukan penyiraman 2 hari sekali saat cuaca panas dan 3 hari

sekali saat cuaca mendung.

b. Pemangkasan

Menurut Ratnasari (2007) tanaman memerlukan kegiatan

pemangkasam yang bertujuan untuk pembentukan tajuk dan

pembungaan. Melalui kegiatan pemangkasan yang rutin dan teratur

akan menjadikan tanaman hias menjadi lebih rapih dan cantik.

c. Pendangiran

Menurut Mawardi (2012) pendangiran merupakan kegiatan

pemeliharaan yang bertujuan untuk menggemburkan tanah di

sekitar tanaman serta memperbaiki fisik tanah. Pendangiran

sebaiknya dilakukan empat bulan sekali bersamaan dengan

pemupukan tanaman.

d. Penyiangan

Menurut Mawardi (2012) penyiangan bertujuan untuk

membersihkan tanaman dari tumbuhan-tumbuhan yang menggangu

seperti gulma, rumput liar, alang-alang agar tidak mengganggu

pertumbuhan tanaman. Penyiangan sebaiknya dilakukan setiap tiga

bulan sekali atau disesuaikan dengan kondisi tumbuhan

penggangu. Proses penyiangan tanaman dapat dilakukan secara

manual dengan peralatan seperti cangkul atau arit.

e. Pemupukan

Menurut Lestari (2008) terdapat beberapa alternatif pemupukan

yang dapat diterapkan, diantaranya metode broadcast merupakan

pupuk yang disebarkan pada permukaan tanah, punch bar

merupakan kegiatan pemupukan yang dilakukan dengan cara

membuat lubang setiap 75 cm dengan kedalaman sekitar 20 cm dan

metode trenching metode pemupukan dengan mpembuatan parit

sedalam 20 cm dibawah lingkar tajuk pohon.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

27

f. Pengendalian hama dan penyakit lainnya

Pengendalian hama dan penyakit berguna untuk membasmi hama

dan penyakit pada tanaman. Menurut Ratnasari (2007)

pengendalian hama dan penyakit pada tanaman hias juga sama

dengan tanaman budi daya lainnya. Gulma dan rumput liar di

sekitar tanaman harus segera dibuang karena dapat menjadi sarang

hama dan penyakit atau vektor. Menurut Arifin (2005)

pengendalian dengan metode budi daya tanaman dengan cara

pengolahan tanah yang baik dan penggemburan tanah dengan

frekuensi tertentu, selain memberikan aerasi tanah yang baik juga

dapat membunuh hama lundi pada tanah. Pengendalian hama dan

penyakit juga bisa ditanggulangi dengan penggunaan pestisida nabati .

Menurut Meidiantie (2010) Pestisida nabati adalah pestisida yang

bahan aktifnya berasal dari tumbuh-tumbuhan berkhasiat

mengendalikan beragam serangan hama dan penyakit pada tanaman.

Pestisida nabati tidak meninggalkan residu berbahaya pada tanaman

maupun lingkungan sehingga ramah bagi lingkungan termasuk pada

kehidupan manusia. Berikut merupakan tanaman yang bisa diolah

menjadi pestisida Nabati :

a. Mimba (Azadirachta indica)

b. Tembakau ( Nicotina tabacum)

c. Mindi ( Melia Azedarach)

g. Pembersihan Area

Menurut Sulistyantara (2006) kegiatan pemeliharaan wajib

dilakukan secara intensif agar keindahan dan keamanan taman

tetap terjaga. Kegiatan pembersihan area adalah cara untuk

menjaga keindahan dan kenyaman taman. Adanya kotoran atau

sampah dapat menurunkan kualitas taman dan kemungkinan besar

menjadi sarang dan hama penyakit. Oleh karena itu kebersihan area

sangat menentukan terhadap lingkungan pertumbuhan tanaman

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

28

2.4 Taman Kota

Menurut Suharto (Dalam Arifianto,2014, hal.982) “taman mencakup

semua elemen yang ada, baik elemen alami (natural), elemen buatan manusia

(artificial), bahkan mahluk hidup yang ada di dalamnya, terutama manusia .

Taman kota menurut Gunarto (2015) pada dasarnya merupakan fasilitas umum

yang dapat diakses oleh setiap warga kota atau pengguna. Taman kota yang baik

dapat dikategorikan apabila taman tersebut dapat dapat mengakomodasi dari

berbagai kegiatan (fungsí) dari pengguna dan dapat dimanfaatkan oleh pengguna

dari berbagai kelompok umur, jenis kelamin dan tingkat sosial.

Menurut Imansari (2015) berdasarkan Peraturan Menteri No 05 Tahun

2008 Tentang pedoman Penyediaan Ruang terbuka hijau kawasan perkotaan

menjelaskan bahwa taman kota adalah lahan terbuka yang berfungsi sosial dan

estetik sebagai sarana kegiatan rekreatif, edukasi atau kegiatan lain pada tingkat

kota. Selain itu, taman kota merupakan taman yang memang ditujukan untuk

melayani penduduk satu kota atau bagian wilayah kota. Taman ini melayani

minimal 480.000 penduduk dengan standar minimal 0,3 m² per penduduk kota,

dengan luas taman minimal 144.000 m².

Taman menurut Imansari (2015) juga bisa berupa lapangan hijau yang

kemudian dilengkapi dengan fasilitas rekreasi dan olahraga . Segala bentuk

fasilitas yang tersedia pada taman kota tersebut bersifat terbuka, artinya dapat

digunakan oleh seluruh pengunjung taman. Sebuah taman kota dapat menciptakan

sense of place, menjadi sebuah landmark dan menjadi titik berkumpulnya sebuah

organisasi atau komunitas. Selain itu, taman kota juga berpartisipasi dalam

peningkatan nilai properti serta menjadi pendorong terlaksananya pembangunan.

Menurut Pambudi (2015, hal.4) mendefinisikan taman kota sebagai “taman kota merupakan suatu kawasan ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan, lengkap dengan fasilitas yang ada untuk kebutuhan masyarakat sebagai tempat rekreasi, selain menjadi tempat rekreasi, taman kota merupakan elemen kota yang memiliki banyak fungsi. Selain untuk mendapatkan keindahan taman juga berfungsi sebagai tempat bermain, berolahraga, pemelihara ekosistem tertentu serta pelembut arsitektur kota”

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

29

Taman kota menurut Yanti (2015) dikategorikan sebagai bagian dari ruang

terbuka hijau yang secara optimal keberadaanya digunakan untuk areal

penghijauan serta berfungsi baik secara langsung maupun tidak langsung untuk

kehidupan serta kesejahteraan warga kota.

Taman kota yang juga berfungsi sosial sering dijadikan sebagai tempat

rekreasi masyarakat kota sekitar. Untuk menunjang fungsinya, taman kota harus

nyaman untuk digunakan oleh seluruh kalangan masyarakat. Menurut Siregar

(2015) menjelaskan bahwa kriteria taman kota yang nyaman adalah sebagai

berikut :

1. Sarana dan Prasarana yang Memadai

Salah satu kriteria taman kota yang nyaman adalah tersedianya sarana dan

prasarana taman yang memadai bagi para pengunjung. Hal tersebut bertujuan

untuk menunjang kegiatan pengunjung serta memberikan kenyamanan di

taman kota melalui tersedianya sarana dan prasarana yang memadai seperti

banyak tempat duduk, toilet, terdapat fasilitas olahraga maupun fasilitas

pendukung lainnya seperti tersedianya internet/wifi gratis bagi pengunjung.

2. Unsur Vegetasi yang Mendominasi

Keberadaan vegetasi menjadi salah satu kriteria taman kota yang nyaman.

Keberadaan vegetasi yang mendominasi memberikan kenyamanan bagi

pengunjung melalui keindahan estetika yang dihadirkan melalui bunga atau

tanaman hias yang hijau dan segar, pohon peneduh yang membuat taman

menjadi rindang, serta vegetasi lainnya yang di sesuiakan dengan vegetasi

taman kota.

3. Bersih

Untuk menciptakan taman kota yang nyaman, kebersihan taman kota pun perlu

diperhatikan. Taman kota yang bersih artinya taman yang bebas dari sampah

yang berserakan, tidak kotor dan tidak terdapat genangan air yang

mengganggu.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

30

Menurut Alamo (2002) faktor penting dalam sebuah taman adalah aspek

keamanan yang meliputi kriteria sebagai berikut :

1. Lokasi, terlindung dengan pagar

2. Tata letak, adanya pemisahan zona aktivitas sehingga memudahkan

pengawasan

3. Peralatan permainan, material permukaan yang aman

4. Konstruksi, sambungan peralatan bermain dipasang dengan aman.

5. Material atau bahan yang digunakan atau bersentuhan langsung dengan

pengunjung harus berstektur halus (tidak membahayakan)

2.4.1 Fungsi Taman Kota

Taman kota memiliki beragam fungsi bagi keseimbangan lingkungan kota

Menurut Irwan (Dalam Sasongko, 2002) taman kota memiliki 3 (tiga) fungsi

sebagai berikut :

1. Fungsi Lansekap, meliputi :

a. Fungsi Fisik

Dimensi dari fungsi lanskap ini salah satunya adalah fungsi fisik. Dari

segi fisik atau keberadaanya, taman kota memiliki beragam fungsi

yang baik diantaranya vegetasi unsur struktural berfungsi sebagai

perlindungan terhadap kondisi fisik alami bagi lingkungan sekitarnya.

Bentuk perlindungan tersebut berupa halangan terpaan angin,

penyaring sinar matahari.

b. Fungsi Sosial

Keberadaan taman selain memiliki fungsi yang baik bagi

keseimbangan lingkungan alam sekitar, taman kota juga memiliki

fungsi yang tidak kalah penting, yaitu fungsi sosial. Taman berfungsi

sebagai tempat interaksi sosial yang sangat produktif antar

masyarakat. Karena taman tersebut bisa dijadikan sebagai tempat

bermain anak, olahraga, tempat merenung bagi seniman dalam

mencari inspirasi untuk menghasilkan sebuah karya. Selain itu, taman

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

31

kota juga memiliki fungsi kesehatan (Hygiene), misalnya untuk

kegiatan terapi, kegiatan olahraga melalui Jogging Track yang di

sediakan, serta dapat digunakan sebagai tempat rekreasi untuk sekedar

menghilangkan stress dan penat .

2. Fungsi Pelestarian Lingkungan , meliputi :

a. Keberadaan taman kota mampu menyegarkan udara atau sebagai

paru-paru kota, yaitu dengan menyerap Carbon Dioxida (CO²) dan

mengeluarkan Oxigen (O²) dalam proses fotosintesis.

b. Menurunkan suhu kota

c. Sebagai ruang hidup satwa (habitat).

d. Penyangga dan perlindungan permukaan air tanah dari erosi.

e. Pengendalian dan Mengurangi polusi udara dan limbah

f. Tempat pelestarian plasma nuftah dan bioindikator.

g. Menyuburkan tanah.

3. 3. Fungsi Estetika

Taman kota selalu identik dengan kesan indah, nyaman dan asri.

Keberadaan taman kota memberikan kontribusi yang penuh terhadaap

penataan kota yang menjadikan kota menjadi semakin cantik dan indah

2.4.2 Elemen Taman Kota

Dalam sebuah taman kota terdapat beberapa elemen yang mendukung

keberadaan taman kota. Menurut Hasim (2009) dalam perancangan dan

pembangunan sebuah taman, terdapat dua elemen kota yang kemudian dikenal

dengan istilah soft material dan hard material sebagai elemen-elemen pembentuk

taman. Umumnya elemen tersebut terbagi sebagai berikut:

1. Elemen lunak (Soft material),

Menurut Sintia (2004) elemen lunak atau sering dikenal dengan istilah

softmaterial merupakan sekumpulan elemen yang didalamnya terdapat

berbagai mahluk hidup dengan beragam karakteristik yang dimiliki

meliputi hewan dan tanaman. Dalam sebuah taman, elemen lunak atau

softmaterial merupakan elemen yang paling banyak digunakan atau dalam

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

32

kata lain proporsinya lebih besar dari elemen keras. Tanaman atau vegetasi

tersebut sengaja ditanam untuk memberikan kesan asri dan indah terhadap

taman itu sendiri.

Dalam elemen lunak juga dikenal dengan istilah holticulture dan

arboriculture. Dilansir dari laman www.infoagribisnis (6 November 2014)

dijelaskan bahwa holtikultura cara atau teknik bercocok tanam yang

menggunakan media pekarangan atau kebun sebagai lahan. Tanaman

holtikultura terbagi menjadi empat kelompok yaitu :

1. Sayuran, kategori sayuran yang termasuk dalam kelompok tanaman

holtikultura seperti kobis, bayam, wortel dan kangkung.

2. Buah-buahan, kategori buah-buahan diantaranya manga, papaya, jambu,

pisang, nanas, jeruk, apel, anggur.

3. Tanaman hias, seperti anggrek bulan, bunga melati, bunga tulip dan

tanaman hias lainnya yang berfungsi mempercantik lahan.

4. Obat-obatan, jenis obat-obatan yang termasuk dalam tanaman

holtikultura adalah jahe, kunyit, lengkuas, kapulaga, kumis kucing dan

beberapa tanaman obat lainnya.

Sedangkan menurut Novel (2010) arboriculture merupakan kegiatan

pembudidayaan tanaman. Adapun contoh elemen lunak dari taman kota

adalah sebagai berikut :

Sumber : Google,2016

Gambar 2.4

Tanaman Sebagai Elemen Lunak Taman Kota

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

33

Gambar 2.4 merupakan salah satu contoh elemen lunak berupa tanaman

hias yang terdapat dalam sebuah taman kota. Tanaman yang digunakan tidak

hanya tanaman hias, tanaman yang bersifat memberikan kesejukan berupa pohon-

pohon pun dapat ditanam di areal taman sehingga taman kota menjadi lebih sejuk

dan teduh.

Untuk menentukan jenis vegetasi dapat dilakukan dengan pemilihan jenis

vegetasi yang sesuai. Berdasarkan Direktorat Jenderal Bina Marga Tentang Tata

Cara Perencanaan Teknik Lansekap Jalan Nomor 033/T/BM/1996 (Dalam Lestari,

2014) pemilihan jenis tanaman ditentukan oleh kondisi iklim habitat dan areal

dimana tanaman tersebut akan diletakkan dengan memperhatikan ketentuan

geometrik jalan dan fungsi tanaman. Menurut bentuknya, tanaman dapat

merupakan tanaman pohon, tanaman perdu atau semak dan tanaman penutup

permukaan tanah. Selain pemilihan vegetasi yang disesuaikan dengan kondisi dan

iklim lingkungan, diatur pula mengenai kriteria vegetasi untuk taman lingkungan

dan taman kota. Berdasarkan Permen Pu No 05 Tahun 2008 ( Dalam wahyuni,

2013) kriteria vegetasi untuk ruang terbuka hijau taman publik pemilihan vegetasi

untuk taman lingkungan dan taman kota adalah sebagai berikut:

1. Tidak beracun, tidak berduri, dahan tidak mudah patah, perakaran tidak

mengganggu pondasi

2. Tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap;

3. Ketinggian tanaman bervariasi, warna hijau dengan variasi warna lain

seimbang

4. Perawakan dan bentuk tajuk cukup indah.

5. Kecepatan tumbuh sedang

6. Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya

7. Jenis tanaman tahunan atau musiman

8. Jarak tanam setengah rapat sehingga menghasilkan keteduhan yang

optimal

9. Tahan terhadap hama penyakit tanaman

10. Mampu menjerap dan menyerap cemaran udara;

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

34

11. Sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang burung.

2. Elemen Keras (Hardmaterial), dalam sebuah taman juga dikenal istilah

elemen keras. Menurut Hakim (2004) elemen keras dalam taman kota dapat

berupa benda atau bangunan pendukung, perkerasan, street furniture, dan

benda-benda lainnya. Elemen tersebut disebut elemen keras karna

penggunaan material yang mati dan tidak tumbuh berkembang. Adapun

material yang termasuk kedalam elemen keras adalah sebagai berikut :

a. Kolam

b. Tebing buatan

c. Batuan

d. Gazebo

e. Jalan Setapak

f. Perkerasan

g. Lampu taman

h. Dll

Adapun contoh elemen keras dari sebuah taman adalah sebagai berikut:

Sumber : Google, 2016

Gambar 2.5

Jalan Setapak Sebagai Elemen Keras Taman

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

35

Gambar 2.5 merupakan salah satu contoh dari elemen keras berupa jalan

setapak taman. Taman kota biasanya dilengkapi beragam sarana dan prasarana

untuk menunjang kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di taman kota tersebut.

Selain gazebo, patung dan jalan setapak, pagar dan pintu gerbang termasuk

kedalam elemen keras atau hard material. Menurut Amin (2009) pintu gerbang

menjadi bagian dari macam-macam pintu menurut fungsinya yang diletakan pada

posisi paling depan dalam sebuah bangunan atau rumah tinggal. Keberadaan pintu

gerbang berfungsi sebagai media keluar masuk kendaraan atau manusia. Bentuk

pintu gerbang bermacam-macam atau biasanya terdiri dari dua atau lebih daun

pintu, baik lipat maupun dorong. Bahan material utama yang digunakan pada

pintu gerbang umumya besi dengan pembagian beberapa daun pintu dan sering

kali dipadupadankan dengan beragam material lain seperti kayu yang memberikan

sentuhan berbeda pada pintu gerbang. Dimensi pintu gerbang pada umumnya

mengadopsi ukuran standar kendaraan sehingga bisa dilewati, yakni dengan lebar

pintu gerbang berkisar antara 300-500 cm dan tinggi berkisar 150-250 cm. Dilihat

dari berbagai segi, pintu gerbang dapat dibagi menjadi tiga kelompok antara lain

sebagai berikut :

1. Jenis Pintu Gerbang Menurut Arah Gerak

a. Pintu gerbang lipat

b. Pintu gerbang sorong

2. Jenis Pintu Gerban Menurut Finishing dan Bahan Material

a. Pintu gerbang besi tempa

b. Pintu gerbang cat duco polos

c. Pintu gerbang stainless steel

d. Pintu gerbang campuran

3. Jenis Pintu Gerbang Menurut Motif

a. Pintu gerbang motif alam

b. Pintu gerbang motif geometris

c. Pintu gerbang campuran alam dan geometris.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

36

Lampu taman juga menjadi salah satu dari elemen keras ruang terbuka

hijau. Berdasarkan Permen PU No 3 Tahun 2014 Tentang Pedoman Perencanaan

Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di

Kawasan Perkotaan mengatur beberapa hal sebagai berikut :

1. Lampu penerangan yang terletak di luar ruangan bebas jalur pejalan kaki

dengan jarak antarlampu penerangan yaitu 10 m. lampu penerangan dibuat

tinggi maksimal 4 meter serta menggunakan material yang memiliki

durabilitas tinggi seperti metal dan beton cetak.

2. Tempat Duduk. Tempat duduk yang terletak diluar ruang bebas

ditempatkan dengan jarak antar tempat duduk yaitu 10 m. tempat duduk

dibuat dengan dimensi lebar 0,4-0,5 meter dan panjang 1,5 meter, serta

menggunakan material yang memiliki durabilitas tinggi seperti metal dan

beton.

3. Tempat Sampah . Tempat sampah yang terletak di luar ruang bebas jalur

pejalan kaki diatur dengan jarak 20 m antar tempat sampah. Tempat

sampah dibuat dengan dimensi sesuai kebutuhan, serta menggunakan

material yang memiliki durabilitas tinggi seperti metal dan beton cetak.

4. Marka,Perambuan dan Papan Informasi. Marka, perambuan dan papan

informasi terletak di luar ruangan jalur bebas dan pejalan kaki. Marka,

perambuan dan papan informasi disediakan sesuai dengan kebutuhan, serta

menggunakan material yang memiliki durabilitas tinggi dan tidak

menimbulkan efek silau.

2.4.3 Kelengkapan Fasilitas Taman Kota Sebagai RTH Publik

Menurut Sulastiyono (Dalam Yunus, 2014) fasilitas merupakan penyediaan

perlengkapan-perlengkapan fisik yang berfungsi untuk memberikan kemudahan

kepada para pengunjung atau tamu dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas atau

kegiatan-kegiatannya sehingga kebutuhan tamu dapat terpenuhi. Semakin

berkembangnya pembangunan fisik yang cukup pesat dalam sebuah perkotaan,

adanya ruang terbuka hijau dan lingkungan yang asri sangat dibutuhkan sebagai

penyeimbang lingkungan. Untuk menunjang keberadaan taman kota, diperlukan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

37

beberapa fasilitas guna mendukung terselenggaranya kegiatan maupun

memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi para pengunjung tama kota. Ruang

terbuka publik, menurut Loukaitou (2013) menawarkan bantuan visual dan

psikologis dalam lingkungan stres dari daerah perkotaan yang tinggi-kecepatan

dan berkontribusi terhadap kualitas hidup penduduk perkotaan dan rasa

keseluruhan kesejahteraan.

Menurut Frick (2006, hal. 98) untuk menciptakan sebuah taman kota yang

nyaman dan indah serta asri untuk seluruh pengunjung, diperlukan beberapa hal

yang mendasar terkait dengan penataan dan fasilitas taman. Dalam hal ini perlu

diperhatikan juga keterkaitan antara taman kota dan elemen pelengkap/pendukung

perabotan taman kota . Elemen pelengkap dalam sebuah taman kota berfungsi

sebagai elemen penambah atau penunjang yang membantu keberadaan taman kota

menjadi lebih berkualitas dan lebih fungsional. Adapun elemen

pelengkap/pendukung taman adalah sebagai berikut :

/Pendukung Taman

Gambar 2.6

Elemen Pelengkap/Pendukung Taman

Sumber : Frick (2006, hal. 98)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

38

Gambar 2.6 menunjukan beragam elemen pelengkap atau pendukung

sebuah taman. Fasilitas tersebut berfungsi untuk menunjang kegiatan yang

dilakukan oleh para pengunjung taman mulai dari gazebo, tempat bermain anak

hingga warung makan. Sehingga taman kota semakin nyaman untuk di kunjungi

dan di tempati dengan waktu yang cukup lama.

Menurut Frick (2006) untuk menunjang fungsi-fungsi sebuah taman kota,

taman kota harus dilengkapi dengan berbagai unsur pendukung yang menunjang

terselenggaranya kegiatan kemasyarakatan termasuk dalam pemilihan vegetasi

tanaman dan pohon-pohon yang akan di tanam. Pohon-pohon yang ditanam

tersebut nantinya harus mampu menaungi tempat duduk maupun jalan setapak.

Karena taman kota merupakan ruang umum yang dapat dimanfaatkan bersama,

maka unsur-unsur penunjang pun haruslah yang dapat dimanfaatkan bersama.

Untuk menjaga berbagai unsur pendukung tersebut, diperlukan adanya kesadaran

dan kepedulian dari semua pihak baik dari pengunjung maupun pihak pengelola

taman sehingga taman kota tetap bisa di nikmati dengan aman dan nyaman oleh

para pengunjung taman.

2.5 Standar Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Green Flag Award

Menurut Kharismawan (2012) green flag award merupakan standar atau

patokan untuk taman-taman dan ruang terbuka hijau, patokan standar tersebut

digunakan untuk menganugerahkan taman atau ruang terbuka hijau terbaik. Green

flag award memiliki delapan standar indikator yang harus dimiliki oleh sebuah

taman kota sebagai berikut:

1. Keramahan ( A welcoming Place)

Sebuah taman harus mampu memberikan kesan ramah secara keseluruhan

dapat dirasakan oleh setiap anggota masyarakat, baik itu kesan nyaman,

sejuk dan memberikan relaksasi terhadap pengunjung, terlepas dari tujuan

kunjungan mereka. Dalam kriteria standar A welcoming Place harus

memuat berbagai kriteria sebagai berikut:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

39

a. Akses yang mudah dan aman

b. Memiliki penunjuk taman yang jelas

c. Kemudahan Akses yang sama bagi semua anggota masyarakat

2. Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan ( Healthy,Safe and Secure)

Sebuah taman harus menjadi tempat yang nyaman, sehat dan aman. Atinya

taman harus menjadi tempat yang sehat, aman dan menjamin keselamatan

para pengunjung yang datang dan menggunakan fasilitas taman tersebut.

Jika ada permasalahan seputar keamanan dan kesehatan harus segera

ditangani dan di benahi dengan serius. Adapun rincian komponen yang

terdapat dalam indikator kesehatan, keselamatan dan keamanan sebagai

berikut :

a. Peralatan dan fasilitas taman harus aman untuk digunakan

b. Harus menjadi tempat yang aman dan nyaman untuk semua

pengunjung taman

c. Satwa penggangu yang membahayakan harus ditangani

d. Kebijakan kesehatan dan keselamatan harus tersedia untuk

pengunjung taman ( P3K)

e. Fasilitas toilet, air minum dalam taman, peralatan pertolongan harus

tersedia dan mudah di jangkau pengunjung.

3. Bersih dan Terpelihara dengan Baik ( Clean and Well Maintained)

Taman harus bersih dan terpelihara dengan baik, hal tersebut untuk

menunjang keindahan dan kenyamanan taman bagi para pengunjung. Oleh

karenanya permasalahan mengenai pemeliharaan taman harus cukup serius

ditangani. Adapun komponen yang meliputi sebagai berikut :

a. Terkait sampah dan pengelolaan pembuangan/pengambilan sampah

b. Pemeliharaan taman, bangunan, peralatan dan fitur lainnya

c. Adanya kebijakan tentang sampah, kerusakan dan pemeliharaan

yang dilakukan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

40

4. Keberlanjutan ( Sustainability)

Metode atau cara yang digunakan dalam proses menjaga kelestarian dan

memelihara taman / ruang hijau termasuk beragam fasilitas didalamnya

harus ramah lingkungan, artinya tidak menggunakan bahan-bahan atau

alat yang mapu merusak lingkungan sekitar. Adapun komponen

didalamnya sebagai berikut :

a. Memiliki kebijakan lingkungan atau strategi pengelolaan taman

b. Meminalisir penggunaan pestisida

c. Daur ulang limbah

d. Menerapkan standar holtikultura dan arborikultura yang tinggi

e. Memiliki konsep konservasi sumber daya, pengurangan polusi,

daur ulang limbah.

5. Konservasi dan Cagar Budaya ( Conservation and Heritage )

Perhatian khusus harus diberikan untuk konservasi dan pengelolaan yang

Sesuai dengan

a. Lansekap elemen alam, flora dan fauna (soft material)

b. Elemen Bangunan dan Struktural (Hard material)

Taman harus mampu melayani fungsi tersebut dengan baik termasuk

elemen bangunan yang bersifat heritage tanpa menempatan tekanan

yang berlebih pada lingkungan sekitarnya, artinya harus sesuai dan tidak

bersifat memaksa.

6. Peran Serta Masyarakat (Community Involvement)

Peran serta masyarakat sangat berperan penting dalam proses

pengelolaan taman yang baik sehingga didapatkan taman yang bersih,

nyaman dan sehat. Untuk mencapai peran serta masyarakat, berikut

kriteria yang mungkin bisa diterapkan :

a. Pengetahuan masyarakat dan pengunjung tentang peran serta

terhadap masyarakat serta keterlibatan masyarakat dalam

pengelolaan dan pengembangan taman

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

41

b. Penyediaan fasilitas rekreasi yang tepat bagi seluruh pengunjung

taman.

7. Pemasaran ( Marketing)

Dalam konteks ini, marketing disini memiliki arti berupa publikasi

taman sehingga masyarakat tertarik untuk mengunjungi. Pemasaran

juga berarti memunculkan elemen-elemen pendukung yang kemudian

disebut dengan daya jual sehingga masyarakat maupun wisatawan

tertarik untuk mengunjungi taman. Seperti memperhatikan kriteria

berikut :

a. Strategi Pemasaran

b. Penyediaan informasi yang baik kepada pengunjung

c. Promosi

8. Pengelolaan ( Management)

Pengelolaan taman seharusnya dilakukan dengan baik dan terjadwal,

hal tersebut bertujuan agar taman yang dikelola dapat dinikmati secara

nyaman dan aman oleh para pengunjung taman baik dari dalam kota

maupun luar kota. Pengelolaan taman merupakan hal yang perlu

disadari oleh semua pihak, baik pihak pengelola maupun dari pihak

pengunjung taman, agar taman yang dimiliki bisa digunakan dengan

baik sesuai dengan harapan pengunjung dan pengelola.

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penyusunan laporan

sehingga proyek yang diteliti mendapatkan acuan, referensi dan tambahan

informasi seputar proyek yang dikerjakan. Penyusunan proposal skripsi ini pun

tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan

sebagai bahan perbandingan, acuan dan kajian lebih mendalam terkait dengan

penyusunan proyek yang tengah di kerjakan. Adapun hasil penelitian terdahulu

dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

42

Sumber : Libasta, 2017

2.7 Kerangka Berfikir

Menurut Sugiama (2008), kerangka berfikir teoritikal merupakan sebuah

model konseptual yang ditujukan untuk menggambarkan kompleksitas hubungan

antara faktor-faktor atau variabel-variabel yang diidentifikasi penting dalam suatu

permasalahan. Berikut adalah kerangka berpikir yang disajikan dalam bentuk

skema.

NO Peneliti dan Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Gunarto, Anton (2015).Pengembangan Taman Publik Kreatif Kota Pangkalan Kerinci Sebagai Instrumen Perencanaan Kota Kabupaten Palawan Riau. Arsitektur Lansekap 1-23.

1. Strategi Desain Taman Publik Kreatif Kota Pangkalan Kerinci

2. Analisis tapak 3. Konsep Perencanaan Lansekap

2 Arifianto, Rifki, Eddy Darmawan dan Bambang Suyono. (2014). Redesain Taman Sriwedari Sebagai Pusat Konvensi dan Pameran di Kota Surakarta. Jurnal IMAJI, (3) 2.

Konsep dan desain taman Sriwedari yang dijadikan sebagai pusat konvensi dan pameran di kota Surakarta.

3 Loukaitou, Anastasia. (2013). Cultural Differention in the Uses of Urban Parks. Journal of Planning Education and Research, 14;89-102.

Konsep Perencanaan Taman Kota berdasarkan penelitian terkait dengan kegiatan yang biasa dilakukan pada sebuah taman kota melalui perbedaan-perbedaan dari tiap masyarakat

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

43

INPUT

PROSES

Sumber Data

1. Data Primer

2. Data Sekunder

Landasan Teori

1. Perencanaan Kebutuhan Aset

2. Pemeliharaan Aset

3. Taman Kota 4. Green Flag

Award

Landasan Normatif

1. Permendagri No 1 tahun 2007

2. Peraturan Menteri PU No 05 Tahun 2008

3. UU No 26 Tahun 2007

4. PERMEN PU No 3 Thn 2013

5. PERMENAKERTRANS No 15 /2008

6. UU RI No 13 Thn 2010

7. PERMENSOS RI No 24 Thn 2014

OUTPUT

Gambar 2.7

Bagan Kerangka Berfikir

Sumber : Peneliti, 2017

Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi 2.Wawancara 3.Studi Dokumentasi

Menghasilkan

pengembangan aset taman alun-alun

sebagai taman kota di Kabupaten

Karawang berdasarkan Green Flag

Award melalui indikator sebagai

berikut : 1. Keramahan

2. Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan

3. Kebersihan dan Pemeliharaan

4. Keberlanjutan

5. Konservasi dan cagar Budaya

6. Peran Serta Masyarakat

7. Pemasaran

8. Pengelolaan

Perencanaan pengembangan taman alun-alun sebagai taman kota di

Kabupaten Karawang berdasarkan Green Flag award

Bagaimana perencanaan

pengembangan aset taman alun-

alun sebagai taman kota di

Kabupaten Karawang berdasarkan

Green Flag Award meliputi

indikator sebagai berikut sebagai

berikut :

1. Kermahan

2. Kesehatan , Keselamatan dan

Kemanan

3. Kebersihan dan Pemeliharaan

4. Keberlanjutan

5. Konservasi dan Cagar Budaya

6. Peran Serta Masyarakat

7. Pemasaran

8. Pengelolaan

rencana

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

44

2.8 Landasan Normatif

Landasan normatif yang digunakan untuk mendukung proyek ini akan

diuraikan sebagai berikut :

1. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 01 Tahun 2007 Tentang penataan

Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan

BAB III Pembentukan dan Jenis RTHKP . Pasal (5) Jenis RTHKP

Ruang Terbuka Hijau kawasan Perkotaan meliputi :

a. Taman Kota

b. Taman wisata alam

c. Taman rekreasi

d. Taman lingkungan perumahan dan permukiman

e. Taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial

f. Taman hutan raya

g. Hutan kota

h. Hutan lindung

i. Bentang alam seperti gunung, bukit, lereng dan lembah

j. Cagar alam

k. Kebun raya

l. Kebun Binatang

m. Pemakaman umum

n. Lapangan olah raga

o. Lapangan upacara

p. Parkir terbuka

q. Lahan pertanian perkotaan

r. Jalur dibawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET)

s. Sempadan sungai, pantai, bangunan, situ dan rawa

t. Jalur Pengaman Jalan, Median Jalan, Rel Kereta Api, Pipa Gas

dan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

45

u. Kawasan dan jalur hijau

v. Daerah penyangga (buffer zone) lapangan udara

w. Taman atap (roof garden)

2. Undang-Undang No 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang dalam

Pasal 29 Ayat (2)

Proporsi 30 (tiga puluh) persen merupakan ukuran minimal untuk

menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem

hidrologi dan sistem mikroklimat, maupun sistem ekologis lain, yang

selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan

masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota. Untuk

lebih meningkatkan fungsi dan proporsi ruang terbuka hijau di kota,

pemerintah, masyarakat, dan swasta didorong untuk menanam tumbuhan di

atas bangunan gedung miliknya.

3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M Tahun 2008

Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka

Hijau di Kawasan Perkotaan

a. BAB I Ketentuan Umum

1) Istilah dan Definisi Taman Kota

Taman kota adalah lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik

sebagai sarana kegiatan rekreatif, edukasi atau kegiatan lain pada

tingkat kota. Taman kota melayani minimal 480.000 penduduk dengan

standar minimal 0,3 m2 per pemduduk kota

2) Fungsi RTH

RTH memiliki dua fungsi, yaitu Fungsi utama (intrinsik) dan

eksterinsik. Fungsi intrinsik yaitu fungsi ekologis seperti memberi

jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara

(paru-paru kota) pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan

air secara alami dapatberlangsung lancar, sebagai peneduh, produsen

oksigen, penyerap air hujan, penyerap habitat satwa, penyerap polutan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

46

media udara, air , tanah, serta, penahan angin. Fungsi tambahan yaitu :

Fungsi sosial budaya, fungsi ekonomi dan fungsi estetika.

b. Bab 3.3 Pemanfaatan RTH pada Kota/Perkotaan

a. RTH Taman Kota

Fasilitas lapangan olahraga berupa Unit lapangan basket (14 x26)

4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik

Indonesia No:Per.15/MEN/VIII/2008 Tentang Pertolongan Pertama

pada Kecelakaan di Tempat kerja. Dalam Lampiran II

Tabel 2.2

ISI KOTAK P3K

No. Isi Kotak A Kotak B Kotak C 1 Kasa steril terbungkus 20 40 40 2 Perban (lebar 5 cm) 2 4 6 3 Perban (lebar 10 cm) 2 4 6 4 Plester (lebar 1,25 cm) 2 4 6 5 Plester Cepat 10 15 20 6 Kapas (25 gram) 1 2 3 7 Kain segitiga/mittela 2 4 6 8 Gunting 1 1 1 9 Peniti 12 12 12 10 Sarung tangan sekali pakai (pasangan) 2 3 4 11 Masker 2 4 6 12 Pinset 1 1 1 13 Lampu senter 1 1 1 14 Gelas untuk cuci mata 1 1 1 15 Kantong plastik bersih 1 2 3 16 Aquades (100 ml larutan Saline) 1 1 1 17 Povidon Iodin (60 ml) 1 1 1 18 Alkohol 70% 1 1 1 19 Buku panduan P3K di tempat kerja 1 1 1 20 Buku catatan 1 1 1 21 Daftar isi kotak 1 1 1

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

47

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2010 Tentang

Hortikultura. Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 :

a. Hortikultura adalah segala hal yang berkaitan dengan buah, sayuran,

bahan obat nabati dan florikultra, termasuk didalamnya jamur, lumut,

dan tanaman air yang berfungsi sebagai sayuran, bahan obat nabati, dan

atau bahan estetika.

b. Varietas tanaman hortikultura adalah bagian dari suatu jenis tanaman

hortikultura yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan, daun,

bunga, buah, biji dan sifat-sifat lain yang dapat dibedakkan dalam jenis

yang sama.

6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia No

03/PRT/M/2013 Tentang Penyelenggaraan dan Sarana Persampahan

Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis

Sampah Rumah Tangga dalam Lampiran II meliputi sebagai berikut :

1. Pola Pewadahan

Pola pewadahan terbagi menjadi :

a. Pewadahan Individual Diperuntukan bagi daerah permukiman

tinggi dan daerah komersial. Bentuk yang dipakai tergantung setara

dan kemampuan pengadaannya dari pemiliknya.

b. Pewadahan Komunal Diperuntukan bagi daerah pemukiman

sedang/kumuh, taman kota, jalan pasar. Bentuknya ditentukan oleh

pihak instansi pengelola karena sifat penggunaannnya adalah

umum.

2. Persyaratan Sarana Pewadahan

Persyaratan sarana pewadahan sebagai berikut :

a. Jumlah sarana harus sesuai dengan jenis pengelompokan sampah

b. Diberi label atau tanda

c. Dibedakan berdasarkan warna, bahan, dan bentuk

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

48

3. Label dan Warna Wadah

Label atau tanda dan warna wadah sampah dapat digunakan seperti

pada tabel berikut ini :

Gambar 2.8

Label dan Tanda Sampah

4. Karakteristik Wadah Sampah

Kriteria wadah sampah diuraikan dalam SNI No 19-2454-2002 tentang

Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan adalah

sebagai berikut:

1. Tidak mudah rusak dan kedap air;

2. Ekonomis dan mudah diperoleh/dibuat oleh masyarakat; dan

3. Mudah dikosongkan. Karakteristik wadah sampah yaitu bentuk, sifat,

bahan, volume, dan pengadaan wadah sampah untuk masing-masing

pola pewadahan sampah dapat dilihat pada tabel berikut ini :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

49

7. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

Tentang Standar Pengelolaan Taman Makam Pahlawan Nasional dan

Makam Pahlawan Nasional. Pasal 13 Ayat (1) dan (2)

a. Pasal 13 Ayat (1)

Tembok nama TMPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf g merupakan bangunan tembok bertuliskan nama TMPN setempat yang diletakkan di sisi luar sebelah kanan arah masuk pintu gerbang dengan susunan huruf diatur sedemikian rupa sehingga mudah dilihat dan dibaca.

b. Pasal 13 Ayat (2)

Tembok nama TMPN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berukuran 5mx2m.

8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 3 Tahun 2014 Tentang Pedoman,

Perencanaan, Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana

Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan. Dalam 3.2 Penyediaan

Sarana Jaringan Pejalan Kaki.

1. Lampu penerangan yang terletak di luar ruangan bebas jalur pejalan kaki

dengan jarak antarlampu penerangan yaitu 10 M. lampu penerangan dibuat

tinggi maksimal 4 meter serta menggunakan material yang memiliki

durabilitas tinggi seperti metal dan beton cetak.

NO Karakteristik Wadah

Pola Pewadahan Individual Pola Pewadahan Komunal

1 Bentuk Kotak, silinder, container, bin (tong) yang tertutup, kantong plastic

Kotak,silinder, container, bin (tong) yang tertutup

2 Sifat Ringan, mudah dipindahkan, dan dikosongkan

Ringan, mudah dipindahkan, dan dikosongkan.

3 Bahan Logam, plastic, fiberglass, kayu, bambu, rotan.

Logam, plastic, fiberglass, kayu, bambu, rotan.

4 Volume Pemukiman dan toko kecil (10-40) L Kantor, toko besar, hotel, rumah makan (100-500 ) L

Pinggir jalan dan taman (30-40) L Permukiman dan Pasar (100-1000) L

5 Pengadaan Pribadi, instansi, pengelola Instansi, pengelola

Tabel 2.3

Karakteristik Wadah Sampah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

50

2. Tempat Duduk. Tempat duduk yang terletak diluar ruang bebas

ditempatkan dengan jarak antar tempat duduk yaitu 10 M. tempat duduk

dibuat dengan dimensi lebar 0,4-0,5 meter dan panjang 1,5 meter, serta

menggunakan material yang memiliki durabilitas tinggi seperti metal dan

beton.

3. Tempat Sampah . Tempat sampah yang terletak di luar ruan bebas jalur

pejalan kaki diatur dengan jarak 20 m antar tempat sampah. Tempat

sampah dibuat dengan dimensi sesuai kebutuhan, serta menggunakan

material yang memiliki durabilitas tinggi seperti metal dan beton cetak.

9. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No PM 13 Tahun

2014 Tentang Rambu-Rambu Lalu Lintas.

Ukuran daun rambu mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan

Republik Indonesia Nomor PM. 13 Tahun 2014 Tentang Rambu Rambu

Lalu Lintas, dengan uraian ukuran sebagai berikut:

a. Tabel II (Rambu Peringatan) : 60 x 60 cm

b. Tabel III (Rambu Larangan) : Ø 60 cm

c. Tabel IV (Rambu Perintah) : Ø 60 cm

d. Tabel III (Rambu Petunjuk) : 50 x 60 cm (RPPJ : 120 X 180 cm)