manajemen aset - repository.usu.ac.id

117

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

30 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id
Page 2: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

MANAJEMEN ASET INTELEKTUAL

Isfenti Sadalia

Pustaka Bangsa press

Page 3: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Isfenti Sadalia Manajemen Aset Intelektual / Isfenti Sadalia,-Medan: Pustaka Bangsa Press

ISBN 978-602-1183-33-5 I. Judul.

Hlm. 112 Uk. 15,5 x 24 cm

© Hak cipta dilindungi berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apapun, termasuk dengan cara penggunaan mesin fotocopy tanpa izin dari penulis

Hak penerbitan pada Penerbit Pustaka Bangsa Press

Anggota IKAPI

ISI DI LUAR TANGGUNG JAWAB PENERBIT

Page 4: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

iii

KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT, atas berkah dan

rahmat Nya, sehingga buku Manajemen Aset Intelektual ini dapat

diselesaikan. Berawal dari sebuah keinginan untuk dapat memberikan

kemanfaatan lebih untuk khalayak, kami mencoba untuk berbagi ilmu

pengetahuan yang telah dititipkan-Nya melalui media buku.

Sebagian besar mahasiswa sulit untuk memperoleh buku terkait dengan

Manajemen Aset Intelektual, oleh karena itu diharapkan buku ini

mampu menjawab segala persoalan dan kebutuhan terkait dengan

pemahaman teori tentang aplikasi analisis manajemen keuangan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh rekan-rekan dosen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Kami juga

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut memberi

kontribusi dalam proses penyelesaian buku ini. Akhir kata, dengan

kerendahan hati, penulis juga mengharapkan saran dan masukan yang

konstruktif dari para pembaca. Semoga buku ini bermanfaat.

Medan, Desember 2016

Penulis

Page 5: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

iv

DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................... iii

Daftar Isi .............................................................................................. iv

BAB I Intellectual Capital .............................................................. 1

Pendahuluan ................................................................. 1

Modal Intelektual dan Kinerja Perusahaan: Bukti

Empiris.......................................................................... 2

Komponen-Komponen Intellectual Capital ................. 15

BAB II Resource Based View of The Firm Theory ..................... 29

Pendahuluan ................................................................ 29

Sumberdaya Perusahaan ............................................. 34

Jenis Resources ........................................................... 38

Karakteristik Firm Resources ...................................... 39

BAB III Manajemen Intelectual Capital ....................................... 41

Manajemen Intellectual Capital .................................. 41

Tindakan Manajemen Intellectual Capital ................... 44

BAB IV Keunggulan Kompetitif .................................................... 49

Social Capital .............................................................. 52

Dampak Modal Intelektual terhadap Keberhasilan

Organisasi ................................................................... 53

BAB V Teori Stakeholder ............................................................. 61

BAB VI Analisis Pengaruh Intellectual Capital pada Kinerja

Perguruan Tinggi Negeri di Kota Medan ....................... 76

BAB VII Pengaruh Modal Sosial, Intelectual Capital dan

Strategi Enterpreneurship terhadap Competitive

Advantage Mahasiswa Wirausaha .................................. 92

BAB VIII Intellectual Capital dan Pertumbuhan Laba Sektor

Perbankan di Indonesia ................................................. 103

Daftar Pustaka .................................................................................. 111

Page 6: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

1

BAB I

INTELLECTUAL CAPITAL

A. PENDAHULUAN

Perkembangan dalam bidang ekonomi membawa dampak

perubahan yang cukup signifikan terhadap pengelolaan suatu bisnis dan

penentuan strategi bersaing. Para pelaku bisnis mulai menyadari bahwa

kemampuan bersaing tidak hanya terletak pada kepemilikan aktiva

berwujud, tetapi lebih pada inovasi, sistem informasi, pengelolaan

organisasi dan sumber daya manusia yang dimilikinya. Oleh karena itu,

organisasi bisnis semakin menitik beratkan akan pentingnya knowledge

asset (asset pengetahuan) sebagai salah satu bentuk aset tak berwujud.

Pengetahuan diakui sebagai komponen esensial bisnis dan

sumber daya strategis yang lebih sustainable (berkelanjutan) untuk

memperoleh dan mempertahankan competitive advantage . Bahkan

pengetahuan telah menjadi mesin baru dalam pengembangan suatu

bisnis. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan

pengukuran knowledge asset (aset pengetahuan) tersebut adalah

Intellectual Capital (selanjutnya disingkat IC) yang telah menjadi fokus

perhatian dalam berbagai bidang, baik manajemen, teknologi informasi,

sosiologi, maupun akuntansi.

1.1 Pengertian Modal Intelektual

Penelitian tentang Konsep Intellectual Capital diajukan oleh

ekonom terkenal AS, James K. Galbraith pada tahun 1969 dan

menyatakan bahwa Intellectual Capital tidak hanya jenis aset tidak

berwujud statis dalam dirinya sendiri, tetapi semacam capital dinamis

tanpa bentuk capital tetap, dan merupakan proses secara efektif dalam

memanfaatkan pengetahuan, dan merupakan ukuran untuk mewujudkan

target.

Stuart mendefinisikan Intelectual capital sebagai hal-hal yang

diketahui oleh semua anggota di perusahaan dan membantu perusahaan

untuk memperoleh keunggulan kompetitif di pasar. Beliau menyatakan

bahwa capital intelektual termasuk capital manusia, capital struktural

dan capital pelanggan.

Page 7: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

2

Melalui pengukuran Intellectual Capital, Advinsson dan Marlon

mendefinisikan Intellectual Capital sebagai bagian bahwa nilai pasar

dari perusahaan melebihi nilai buku.

Sveiby menyatakan bahwa Intellectual Capital adalah jenis aset tidak

berwujud berdasarkan pengetahuan yang relatif terbatas.

Yan Ruosen menunjukkan bahwa penting bagi perusahaan

mengetahui Intellectual Capital untuk mengintegrasikan aset tidak

berwujud yang ada dalam struktur organisasi, pengaturan sistem,

perusahaan budaya, kualitas hubungan dan perusahaan manajemen

karyawan. Namun Bai Lianzhi berpendapat bahwa Intelektual capital

merupakan pengetahuan dan dianggap sebagai ukuran untuk

melaksanakan peningkatan nilai, Yuan Li berpendapat bahwa modal

Intelektual bias didefinisikan dari empat aspek seperti definisi,

representasi, fungsi dan karakter Intelektual Capital.

Berdasarkan hasil penelitian, definisi Stuart tentang Intellectual

Capital disepakati yaitu Intelektual Capital adalah merupakan hal-hal

yang diketahui oleh semua anggota di perusahaan dan dapat membantu

perusahaan untuk memperoleh keunggulan kompetitif di pasar.

Intellectual Capital didapat dari tiga sumber, yaitu:

1. Kompetensi karyawan, yaitu segala kemampuan, keahlian,

ketrampilan, pengetahuan, dan performa bisnis yang dimiliki oleh

karyawan (human capital).

2. Struktur “internal” organisasi, yaitu kemampuan, keahlian,

ketrampilan, pengetahuan, dan performa bisnis yang dimiliki oleh

perusahaan (Strctural capital)

3. Hubungan “eksternal”/pasar, antara lain, dengan konsumen, supplier,

dan pemerintah (customer capital).

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa modal intelektual

berhubungan erat dengan tiga pelaku bisnis utama, yaitu: karyawan,

perusahaan (manajer), dan pelanggan. Untuk mendapatkan modal

intelektual yang maksimal, maka perlu adanya interaksi yang positif di

antara ketiga pihak tersebut.

B. MODAL INTELEKTUAL DAN KINERJA PERUSAHAAN:

BUKTI EMPIRIS

Studi tentang aplikasi manajemen modal intelektual telah dilakukan di

beberapa negara baik di negara maju maupun di negara sedang

berkembang. Untuk mengetahui peran modal intelektual yang ditinjau

dari tiga dimensi atau indikator modal intelektual yaitu, modal sumber

Page 8: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

3

daya manusia (human capital), modal struktural (structural capital), dan

modal konsumen (customer capital), dalam meningkatkan kinerja

perusahaan. Studi ini dilakukan di negara maju seperti Inggris

(Brooking, 1996; Roos et al., 1997), Kanada (Bontis, 1997; Miller, dkk,

1999), Amerika Serikat (Stewart, 1997), sedangkan dinegara

berkembang dilakukan di Taiwan (Tsan dan Chang, 2003) dan Malaysia

(Bontis dan Richardson, 2000). Perbandingan elemen-elemen modal

intelektual berdasarkan pada studi Annie Brooking, Goran Roos,

Thomas Steward, dan Nick Bontis dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbandingan Konseptual Modal Intelektual dari para ahli Beberapa Peneliti

Annie Brooking

(UK)

Goran Roos

(UK)

Thomas Stewart

(USA)

Nick Bontis

(Canada)

Human Centred Assets

Keterampilan,kemam

puan dan keahlian,

kemampuan menye-

lesaikan masalah, dan

gaya kepemimpinan

Human Capital

Kompetensi,

sikap, dan agilitas

intelektual

Human Capital

Karyawan

merupakan aset

organisasi yang

paling penting

Human Capital

Level

pengetahuan

individual yang

dimiliki oleh

karyawan

Infrastucture assets

Semua teknologi,

proses, dan metodo-

logi yang memung-

kinkan perusahaan

untuk berfungsi

Organizational

Inovasi

organisasi,

proses,

intellectual

property, aset

budaya

Structural

Capital

Pengetahuan

yang melekat

dalam teknologi

informasi

Structural

Capital

Aset non SDM

atau kapabilitas

organi-

sasi yang

digunakan untuk

memenuhi

permintaan pasar

Intellectual Property

Know-how, trademark,

dan patent

Aset pasar

Merek, konsumen,

loyalitas konsumen dan

saluran ditribusi

Renewal and

Development

Hak paten baru

dan

Upaya pelatihan

Modal relasional

Hubungan yang

melibatkan

karyawan dari

luar dan dalam

perusahaan

Structural

Capital

Hak paten,

perusahaan, dan

trademark

Modal Konsumen

Informasi pasar

yang digunakan

untuk menjaga

hubungan dengan

konsumen

Intellectual

Property

Aset yang

diproteksi dan

memiliki definisi

legal

Modal Relasional

Bentuk

pengetahuan yang

melekat dalam

hubungan

organisasional

Meskipun definisi dan konseptualisasi modal intelektual tidak

sepenuhnya identik, studi tersebut dimulai untuk melihat titik temu

Page 9: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

4

tentang cakupan modal intelektual. Brooking (1996) mengemukakan

bahwa managerial skills dan leadership style merupakan komponen

penting dalam modal SDM, sedangkan modal struktural dapat dibagi

dalam dua komponen yaitu aset infrastruktur dan intellectual property.

Dalam kasus aset infrastruktur, Brooking juga memasukkan teknologi

dan proses yang membantu dalam proses perusahaan. Roos

menambahkan pentingnya budaya, sedangkan Stewart memasukkan

unsur trademarks dan patent. Bontis mengemukakan bahwa intellectual

property merupakan suatu “protected asset” dan memiliki definisi legal

yang merupakan komponen lain dari modal intelektual. Kesamaan

keempat peneliti itu adalah bahwa mereka memasukkan konsumen,

loyalitas konsumen, dan market intellegence sebagai bagian dari aset

konsumen.

Dari hasil penelitian tentang modal intelektual dan pengaruhnya

terhadap kinerja bisnis di Malaysia disimpulkan bahwa pengetahuan

sangat penting dan dapat digunakan sebagai alat strategik untuk

menghadapi kompetitor (Naquiyuddin et al., 1992). Jumlah pekerja

berbasis pengetahuan (knowledge-based worker) dan kesempatan

berbasis pengetahuan (knowledge-based opportunities) diharapkan

dapat meningkatkan kinerja bisnis perusahaan untuk waktu-waktu yang

akan datang. Hal penting yang diperlukan untuk mencapai kondisi

tersebut adalah pengembangan kompetensi SDM (Rischer and Fay,

1995). Perekonomian Malaysia yang sebelumnya berbasis pada

produksi telah berkembang pada fokus aktivitas yang memerlukan

keterlibatan SDM untuk mengembangkan ketrampilan (skill) yang

diperlukan.

Dengan demikian jelas terlihat peranan IC semakin strategis,

bahkan akhir-akhir ini memiliki peran kunci dalam upaya melakukan

lompatan peningkatan nilai di berbagai perusahaan. Hal ini disebabkan

adanya kesadaran bahwa IC merupakan landasan bagi perusahaan untuk

unggul dan bertumbuh. Kesadaran ini antara lain ditandai dengan

semakin seringnya istilah knowledge based company muncul dalam

wacana bisnis. Istilah tersebut ditujukan terhadap perusahaan yang lebih

mengandalkan pengelolaan IC sebagai sumber daya dan longterm

growth-nya. Knowledge based company adalah perusahaan yang diisi

oleh komunitas yang memiliki pengetahuan, keahlian, dan keterampilan.

Ciri lainnya adalah perusahaan ini lebih mengandalkan pengetahuan

dalam mempertajam daya saingnya, yaitu dengan lebih berinvestasi di

Page 10: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

5

bidang IC. Sebagai akibatnya, nilai dari knowledge based company

utamanya ditentukan oleh IC yang dimiliki dan dikelolanya.

1.1 Isi Intelektual Capital

Stuart mengusulkan struktur HSC Intelektual Capital, dan ia

berpendapat bahwa isi Intellectual Capital harus termasuk capital

manusia, capital struktural dan capital pelanggan. Capital Pelanggan

berarti aset manajemen seperti saluran pemasaran, loyalitas pelanggan

dan reputasi perusahaan. Capital manusia meliputi berbagai

keterampilan dan pengetahuan dimiliki oleh karyawan untuk

pembangunan yang berkesinambungan dari perusahaan, dan mereka

adalah dasar penting dari perusahaan Capital intelektual.

Capital struktural meliputi struktur organisasi, standar sistem dan

organisasi budaya perusahaan.

Opini Advinsson dan Sullivan berbeda dengan Stuart, dan

mereka berpendapat bahwa Intellectual Capital harus mencakup sumber

daya manusia dan Capital Struktural.

Recourse manusia termasuk semua faktor tentang manusia dalam

perusahaan, dan turun ke pemilik, karyawan, pemasok dan orang lain

yang dapat membawa mereka kemampuan, bakat dan keterampilan

untuk perusahaan. Capital struktural berarti semua kemampuan lainnya

yang tidak ada pada manusia sebagai sumber daya dalam

perusahaan.Untuk penyusunan Intelektual Capital, pendapat Stuart

disepakati dalam artikel ini, yaitu isi Capital Intelektual harus mencakup

sumber daya manusia, capital struktural dan capital pelanggan.

Apa saja yang merupakan elemen dari aset tidak berwujud

belum dapat dinyatakan memiliki kesamaan, karena beberapa peneliti

menyatakan pendapatnya masing-masing. Marr (2006) menyatakan

masih terdapat ketidak sepakatan mengenai komponen dan definisinya

(Ching et al., 2007, h.386), bahkan termasuk indikatornya atau

faktornya. Hal ini dapat dilihat dalam beberapa pendapat para ahli

seperti Andriesse & Tissen (2000) dan Leliaert et al. (2003) menyatakan

ada tiga elemen dari aset tidak berwujud, yaitu : human capital,

customer capital, dan structural/organizational capital (Thom, 2008,

h.25). Stewart (1997) menyatakan aset tidak berwujud terdiri dari

human capital,structural capital and customer capital (Martin &

Hartley, 2006, h.23).

Komponen utama dari VAIC™ yang dikembangkan Pulic

(1998) tersebut dapat dilihat dari sumber daya perusahaan, yaitu

Page 11: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

6

physical capital (VACA – value added capital employed), human

capital (VAHU – value added human capital), dan structural capital

(STVA – structural capital value added). VAIC™ juga dikenal sebagai

Value Creation Efficiency Analysis, dimana merupakan suatu indikator

yang dapat digunakan dalam menghitung efisiensi nilai yang dihasilkan

dari perusahaan yang didapat dengan menggabungkan CEE (capital

employed efficiency), HCE (human capital efficiency), dan SCE

(structure capital efficiency) (Pulic, 1998).

Lebih lanjut Pulic (1998) menyatakan bahwa intellectual ability

(yang kemudian disebut dengan VAIC™) menunjukkan bagaimana

kedua sumber daya tersebut (physical capital dan intellectual potential)

telah secara efisien dimanfaatkan oleh perusahaan. VAIC™ telah

memenuhi kebutuhan dasar ekonomi kontemporer dari “sistem

pengukuran” yang menunjukkan nilai sebenarnya dan kinerja suatu

perusahaan. Penciptaan value added pada perusahaan memungkinkan

benchmarking dan memprediksi kemampuan perusahaan di masa depan.

Hal ini berguna bagi semua stakeholder yang berada di dalam value

creation process (pemberi kerja, karyawan, manajemen, investor,

pemegang saham dan mitra bisnis) dan dapat diterapkan pada semua

tingkat aktivitas bisnis (Pulic, 2000). Hubungan antara VAIC™ dengan

kinerja keuangan telah dibuktikan secara empiris oleh beberapa peneliti

baik di Indonesia maupun luar negri, diantaranya adalah Chen et al.

(2005); Firer dan William (2003); Belkaoui (2003); Mavridis (2004);

serta Tan et. al. (2007).

Sedangkan penelitian di Indonesia antara lain dilakukan oleh:

Sampurno (2007); Ulum (2008); serta Kuryanto (2008). Penelitian

penelitian tentang pengaruh IC terhadap kinerja keuangan perusahaan

tersebut masih menunjukkan hasil yang beragam baik dalam hasil

penelitian, obyek penelitian, proksi variabel IC, maupun alat

analisisnya. Chen et al. (2005) menggunakan model Pulic (VAIC™)

untuk menguji hubungan antara IC dengan nilai pasar dan kinerja

keuangan dengan sampel 4.254 perusahaan yang go public di Taiwan

Stock Exchnge tahun 1992 2002. Hasilnya menunjukkan bahwa IC

berpengaruh secara positif terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan.

Chen et al. (2005) juga berhasil membuktikan bahwa Biaya Research &

Development merupakan informasi tambahan yang berpengaruh

terhadap kinerja keuangan. Sedangkan biaya iklan tidak berpengaruh

terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan.

Page 12: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

7

Sementara penelitian yang dilakukan Tan et al. (2007)

menggunakan sampel 150 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Singapore sebagai sampel penelitian. Hasilnya konsisten dengan

penelitian Chen et al. (2005) bahwa IC (VAIC™) berhubungan secara

positif dengan kinerja perusahaan; IC (VAIC™) juga berhubungan

positif dengan kinerja perusahaan di masa mendatang. Penelitian ini

juga membuktikan bahwa rata rata pertumbuhan IC (VAIC™) suatu

perusahaan berhubungan positif dengan kinerja perusahaan di masa

mendatang. Selain itu, penelitian ini mengindikasikan bahwa kontribusi

IC (VAIC™) terhadap kinerja perusahaan berbeda berdasarkan jenis

industrinya. Temuan dari Tan et al. (2005) tersebut selaras dengan

penelitian Bontis (2001) dan Belkaoui (2003) yang menyatakan bahwa

IC (VAIC™) berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan

perusahaan.

Di Indonesia, penelitian tentang IC diantaranya telah dilakukan

oleh Ulum (2008) yang menguji hubungan IC terhadap kinerja

perusahaan dan kinerja perusahaan masa depan. Hasil penelitian ini

membuktikan bahwa: (1) IC (VAIC ) berpengaruh terhadap kinerja

keuangan perusahaan, (2) IC (VAIC ) berpengaruh terhadap kinerja

keuangan perusahaan masa depan, (3) ROGIG tidak berpengaruh

terhadap kinerja keuangan perusahaan masa depan. Berbeda dengan

penelitian penelitian diatas, penelitian Firer dan Williams (2003)

menggunakan objek 75 perusahaan sektor bisnis yang go public di

Afrika Selatan pada tahun 2001. Dimana dalam penelitiannya, IC

diproksikan dengan VAICTM dan dianalisis menggunakan korelasi dan

regresi sederhana.

Hasil dari penelitian tersebut mengindikasikan bahwa hubungan

antara efisiensi value added dari sumber daya utama perusahaan

(VAIC™) dengan tiga ukuran kinerja perusahaan (yaitu profitabilitas

ROA, produktivitas ATO, dan MB market to book value) secara umum

adalah terbatas dan tidak konsisten. Secara keseluruhan, dari hasil

penelitan Firer dan Williams (2003) tersebut menyatakan bahwa

physical capital (modal fisik) merupakan faktor yang paling signifikan

berpengaruh terhadap kinerja perusahaan di Afrika Selatan. Sedangkan

hasil penelitian Kuryanto (2008) selaras dengan penelitian Firer dan

William (2003) tersebut, dimana hasilnya menyatakan bahwa tidak ada

pengaruh positif antara IC dengan kinerja keuanganperusahaan.

Penelitian Chen et al. (2005) tersebut merupakan

pengembangan dari penelitian Firer dan William (2003). Dimana

Page 13: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

8

pengukuran kinerja IC sebagai variable independen diantara kedua

penelitian tersebut menggunakan model yang sama yaitu VAIC™ yang

dikembangkan oleh Pulic (1998). Sedangkan variabel dependen yang

digunakan dalam kedua penelitian tersebut berbeda. Chen et al. (2005)

menggunakan variabel Market to Book Value Ratios of Equity (M/B)

dan kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan oleh return on equity

(ROE), return on asset (ROA), pertumbuhan pendapatan, dan

produktivitas karyawan.

Sementara Firer dan William (2003) menggunakan kinerja

perusahaan (profitabilitas diproxykan return on asset (ROA) ,

produktifitas diproxykan rasio penjualan dibagi total aset (ATO), dan

nilai pasar diproxykan market to book value ratio (MB). Perbedaan

penelitian yang dilakukan Chen et al. (2005) serta Firer dan William

(2003) baik dalam hal sampel penelitian, proksi variabel penelitian,

tempat penelitian serta waktu penelitian, selanjutnya mengakibatkan

hasil penelitian yang berbeda. Chen et.al (2005) berhasil membuktikan

bahwa IC berpengaruh terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan.

Sedangkan temuan Firer dan William (2003) berbanding

terbalik dengan temuan Chen et.al (2005) yaitu hubungan IC dengan

kinerja perusahaan secara umum terbatas dan tidak konsisten. Secara

keseluruhan, temuan Firer dan William (2003) tersebut menunjukkan

bahwa physical capital merupakan faktor yang paling signifikan

berpengaruh terhadap kinerja perusahaan di Afrika Selatan. Berpijak

dari hasil penelitian Chen et.al (2005) serta Firer dan William (2003)

yang menunjukkan hasil kontradiktif tersebut, maka menarik untuk

dikaji ulang dengan melakukan penelitian mengenai Modal Intelektual.

Penelitian ini berusaha mereplikasi penelitian yang pernah

dilakukan Chen et.al (2005) dengan beberapa modifikasi dan

penyesuaian dengan kondisi di Indonesia. Penelitian Chen et.al (2005)

dipilih karena merupakan penelitian terkini mengenai IC dengan metode

VAIC™ yang merupakan penyempurnaan atas penelitian Firer dan

William (2003). Penyempurnaan yang dilakukan Chen et.al. (2005)

tersebut adalah dengan memasukkan variabel nilai pasar perusahaan

dimana dalam penelitian Firer dan William (2003) belum diteliti.

Selanjutnya Penelitian ini mengukur pengaruh Intellectual

Capital (dalam hal ini diukur dengan VAIC™) terhadap kinerja

keuangan perusahaan, nilai pasar perusahaan dan pertumbuhan serta

perbedaan kinerja IC antar industri pada perusahaan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia. Beberapa penyempurnaan yang dilakukan dalam

Page 14: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

9

penelitian ini atas penelitian yang pernah dilakukan oleh Chen et al.

(2005) adalah dalam hal variabel penelitian, indikator variabel, sampel

penelitian, serta alat analisis yang digunakan. Dalam penelitian Chen et

al. (2005), pertumbuhan pendapatan (GR) menjadi salah satu indikator

kinerja keuangan perusahaan.

Dimana dalam penelitian ini pertumbuhan dijadikan variabel

independen yang terpisah, sehingga dalam penelitian ini terdapat

penambahan satu variabel independen baru yaitu pertumbuhan

perusahaan. Pemisahan variabel pertumbuhan tersebut dikarenakan

kinerja keuangan yang digunakan dalam penelitian ini diukur dengan

rasio keuangan. Dalam beberapa literatur mengenai kinerja keuangan

(Horne dan Wachowicz, 2005; Agnes, 2008) tidak memasukkan unsur

pertumbuhan dalam rasio keuangan. Penelitian ini dilakukan di Bursa

Efek Indonesia (BEI) karena sejauh ini, penelitan yang menghubungkan

Modal Intelektual terhadap nilai pasar perusahaan belum banyak

ditemukan di Indonesia.

Pemilihan sektor manufaktur sebagai sampel untuk tujuan

homogenitas sampel sehingga hasil yang bias bisa dihindari. Alat

analisis yang digunakan dalam penelitian ini juga berbeda dengan

penelitian Chen et al. (2005). Dimana dalam penelitian ini digunakan

Partial Least Square (PLS) karena seluruh variabel yang digunakan

dalam penelitian ini merupakan variabel laten yang tidak bisa diukur

secara langsung. PLS juga memungkinkan analisis sekaligus atas

variabel laten dengan beberapa indikator. Sementara dalam penelitian

Chen et al. (2005) menggunakan alat regresi berganda sehingga

pengujian harus dilaksanakan berulang untuk setiap indikator

pembentuk variabel dependennya. Pemilihan model VAIC™ sebagai

proksi atas IC mengacu pada penelitian Chen et al. (2005); Firer dan

William (2003); dan Tan et al. (2007). Kinerja keuangan yang

digunakan adalah current ratio (CR), debt to equity ratio (DER), rasio

penjualan terhadap total aset (ATO), return on investment (ROI), dan

return on equity (ROE).

Pemilihan indikator kinerja keuangan tersebut mengacu pada

penelitian Chen et al. (2005) dan Firer dan William (2003) yang telah

dikembangkan dengan menambahkan indikator likuiditas dan leverage.

Indikator pertumbuhan perusahaan yang digunakan adalah pertumbuhan

laba (EG) dan pertumbuhan aktiva (AG). Sedangkan nilai pasar

perusahaan diproksikan dengan price to book value ratio (PBV) dan

Page 15: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

10

price to earning ratio (PER), dimana indikator tersebut merupakan

pengembangan terhadap penelitian Chen et al. (2005).

Tabel 1. Perbandingan Konseptual Modal Intelektual Klasifikasi Intellectual Capital

Human Capital

Relational

(Costumer Capital)

Organizational

(Structural Capital)

know-how

pendidikan

vocational

qualification

pekerjaan dihubungkan

dengan pengetahuan

penilaian psychometric

pekerjaan dihubungkan

dengan kompetensi

semangat

enterpreneurial, jiwa

inovatif, kemampuan

proaktif dan reaktif,

kemampuan untuk

berubah

· brand

· konsumen

· loyalitas konsumen

· nama perusahaan

· backlog orders

· jaringan distribusi

· kolaborasi bisnis

· kesepakatan lisensi

· kontrak-kontrak

yang

mendukung

· kesepakatan

franchise

Intellectual property

· paten

· copyrights

· design rights

· trade secrets

· trademarks

· service marks

Infrastructure assets

· filosofi manajemen

· budaya perusahaan

· sistem informasi

· sistem jaringan

· hubungan keuangan

Banyak para praktisi yang menyatakan bahwa intellectual capital terdiri

dari tiga elemen utama (Stewart 1998, Sveiby 1997, Saint-Onge

1996,Bontis 2000) yaitu:

1. Human Capital (modal manusia)

Human capital merupakan lifeblood dalam modal intelektual.

Disinilah sumber innovation dan improvement, tetapi merupakan

komponen yang sulit untuk diukur. Human capital juga merupakan

tempat bersumbernya pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan,

dan kompetensi dalam suatu organisasi atau perusahaan. Human capital

mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan

solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang

yang ada dalam perusahaan tersebut.

Human capital akan meningkat jika perusahaan mampu

menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya. Human

Capital berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi dan pembangunan

tergantung pada fungsi dari akumulasi modal fisik. Pandangan ini

bahkan lebih umum pada saat pasar potensial yang masih tumbuh dan

ketika kompetisi terutama didasarkan pada skala ekonomi dan

spesialisasi. Untuk ekonom dan pembuat kebijakan fokusnya adalah

Page 16: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

11

pada bagaimana untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi dari

pertumbuhan dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi akumulasi modal fisik.

Dalam karya mereka, Becker (1975) dan Schultz (1969) telah

menekankan bahwa sumber daya manusia adalah faktor utama dari

faktor produksi dan karena itu berkontribusi dalam porsi besar untuk

peningkatan produktivitas. Selain itu, sebagaiuntuk modal fisik,

investasi tidak berwujud juga dapat menghasilkan eksternalitas yang

dapat memberikan biaya dan manfaat bagi masyarakat yang tidak

tercermin dalam pendapatan pribadi (ketidaksesuaian antara pribadi dan

sosial tingkat pengembalian). pendidikan umum adalah contoh dari

investasi yang memberikan eksternalitas positif dalamarti bahwa ia

mendorong akuisisi yang efisien dan transmisi pengetahuan. Misalnya,

baru-baru ini hasil penelitian Romer menemukan bahwa tingkat awal

keaksaraan tidak membantu memprediksi tingkat investasi dan laju

pertumbuhan suatu negara (Romer, 1989) .

Seperti perusahaan dalam teori modal fisik, teori human capital

menekankan gagasan bahwa individu adalah investor. Sederhananya,

diasumsikan bahwa individu akan berinvestasi dalam pendidikan

mereka, yang akan melibatkan biaya tinggi dan mengakibatkan kerugian

jangka pendek pendapatan, dalam rangka mencapai pendapatan yang

lebih tinggi di tahun-tahun mendatang.

2. Structural Capital atau Organizational Capital (modal organisasi)

Structural capital merupakan kemampuan organisasi atau

perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan

strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan

kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan,

misalnya: sistem operasional perusahaan, proses manufakturing, budaya

organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk intellectual property

yang dimiliki perusahaan.

Seorang individu dapat memiliki tingkat intelektualitas yang

tinggi, tetapi jika organisasi memiliki sistem danprosedur yang buruk

maka intellectual capital tidak dapat mencapai kinerja secara optimal

dan potensi yang ada tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal.

3. Relational Capital atau Costumer Capital (modal pelanggan)

Elemen ini merupakan komponen modal intelektual yang

memberikan nilai secara nyata. Relational capital merupakan hubungan

Page 17: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

12

yang harmonis/association network yang dimiliki oleh perusahaan

dengan para mitranya, baik yang berasal dari para pemasok yang andal

dan berkualitas, berasal dari pelanggan yang loyal dan merasa puas akan

pelayanan perusahaan yang bersangkutan, berasal dari hubungan

perusahaan dengan pemerintah maupun dengan masyarakat sekitar.

Relational capital dapat muncul dari berbagai bagian diluar lingkungan

perusahaan yang dapat menambah nilai bagi perusahaan tersebut.

Menurut Edvinsson & Malone (1999), Gallego & Rodr&guez

(2005), Green & Ryan (2005) dan Sveiby (1997) sebagaimana dikutip

St-Pierre & Audet (2011, h.203) elemen aset tidak berwujud terdiri dari

tiga, yaitu human capital, relational capital, and structural capital.

Bontis (1998) juga menyatakan ada tiga elemen aset tidak berwujud,

yaitu : human capital, structural capital dan customer capital (Ching et

al., 2007, h.388). Demikian juga Saint-Onge (1996) menyatakan tiga

elemen aset tidak berwujud, yaitu : human capital, structural capital

dan relational capital (Ching et al., 2007, h.388).

Berdasarkan pemaparan para peneliti tentang elemen aset tidak

berwujud,maka dalam penulisan ini elemen aset tidak berwujud berupa :

Human capital.

Relational capital yang mencakup customer capital karena

menurut Prahalad & Ramaswamy (2000) pelanggan menjadi

sumber kompetensi organisasi (Cabrita & Vas, 2006, h.12).

Walaupun demikian, dalam penelitian ini customer capital akan

dibahas secara terpisah agar diperoleh pemahaman yang lebih

mendalam tentangnya.

Structural/organizational capital.

Pemilihan elemen intellectual capital ini juga didasarkan kepada

rumusan Intellectual capital = human capital + structural capital +

relational capital (Ngah & Ibrahim, 2009, h.5).

Human capital secara umum didefinisikan sebagai aset yang

lebih mengarah kepada keahlian, pengetahuan, talenta, kompetensi

maupun pengalaman yang dimiliki oleh karyawan maupun manajer

yang diperlukan untuk melakukan aktivitas dalam pekerjaannya

(Longo & Mura, 2007, h.550; St-Pierre & Audet, 2011, h.203; de

Pablos,2004, h.636).

Terkait dengan pengertian capital insani ini Swart (2006)

menyatakan bahwa capital insani merupakan kontrak yang ada dalam

level individu (Cater & Cater,2009, h.191). Kapital ini dianggap banyak

Page 18: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

13

peneliti merupakan kapital yang paling penting dari kapital intelektual .

Bagi perusahaan karena manusia merupakan sumber dari kreativitas dan

inovasi (Cabrita & Vas, 2006, h.12; Longo & Mura, 2007, h.549; St-

Pierre & Audet, 2011, h.203; Bozbura, 2004, h.358; Thom, 2008, h.43;

Ul Rehman et al., 2011, h.9). Demikian hebatnya capital insani dalam

level perusahaan, maka kehebatan ini akan memberikan dampak positif

bagi perekonomian negara : capital insani merupakan penggerak

aktivitas ekonomi nasional, kompetisi dan kemakmuran (Cabrita & Vas,

2006, h.12; Abhayawansa & Abeysekera, 2008, h.55).

Dibalik hebatnya manfaat capital insani bagi perusahaan, ada

sisi lain yang perlu diperhatikan perusahaan : karena capital insani

berada pada level individu, dalam diri karyawan dan manajer, maka

resiko perusahaan atas capital insaninya adalah besar, karena karyawan

dan manajer yang memiliki capital insani dapat meninggalkan

perusahaan kapanpun, kecuali perusahaan dapat menegasinya melalui

berbagai macam cara, terutama untuk karyawan dan manajer yang telah

dilatih dan dikembangkan dengan baik oleh perusahaan.

Dimensi human capital menurut teori Barat cukup beragam,

misalnya menurut Aryee et al. (1994) human capital memiliki tiga

dimensi (Carmeli & Tishler, 2004, h.303), yaitu : pendidikan,

pengalaman kerja dan kompetensi. Sedangkan menurut Bontis & Fitz-

enz (2002), human capital terdiri dari employee satisfaction, employee

commitment company, education, employee motivation, value

alignment, retention of key people, management leadership, process

execution, knowledge generation, knowledge sharing and knowledge

integration (Bozbura, 2004, h.360-1). Bozbura (2004, h.358)

menyatakan ada beberapa dimensi dari human capital, yaitu employees’

occupational or general knowledge accumulation, the leadership

abilities, risk-taking and problem-solving capabilities.

Konteks human capital di negara-negara Barat adalah berbeda

dengan konteks di negara-negara Timur karena perbedaan budaya yang

cukup signifikan. Menyadari hal ini Ching et al. (2007, h.387)

melakukan penelitian untuk membuat klasifikasi komponen atau elemen

dari Intellectual capital yang dilakukan dengan menyebarkan kuesioner

kepada 105 perusahaan di Malaysia (Ching et al., 2007, h.389). Hasil

penelitiannya menyimpulkan bahwa human capital terdiri dari tiga

dimensi, yaitu

1. Employee capability;

2. Employee development & retention; dan

3. Employee behavior.

Page 19: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

14

Dari penelitiannya, Ching et al. (2007, h.400, 402) menyatakan

bahwa masing-masing elemen human capital ini memiliki indikator

sebagai berikut :

1. Employee capability, yaitu

- Employee work-related knowledge (pengetahuan karyawan terkait

dengan pekerjaannya).

- Employee work-related competence (kompetensi karyawan terkait

pekerjaannya).

- Employee know-how/expertise (pengalaman karyawan).

- Employee creativity/innovativeness (kreativitas/inovasi karyawan).

2. Employee development & retention, yaitu

- Employee training (pelatihan karyawan).

- Key employee turnover (tingkat terluas karyawan kunci).

- Employee recruitment costs (biaya merekrut karyawan).

- Incentive/reward/compensation scheme (skema kompensasi

insentif/reward).

- Employee profitability (e.g. revenue per employee, etc.) (profitabilitas

karyawan).

- Employee previous job experience (pengalaman karyawan

sebelumnya).

- Employees’ level education/vocational qualification (tingkat

pendidikan karyawan).

3. Employee behavior, yaitu

- Employee motivation (motivasi karyawan).

- Employee job satisfaction (kepuasan kerja karyawan).

- Employee loyalty (loyalitas karyawan).

- Leadership (kepemimpinan).

- qualities of managers Internal communication system (kualitas sistem

komunikasi internal manajer).

Pembahasan mengenai human capital di UKM masih sangat terbatas.

Martin & Hartley (2006) melakukan penelitian tentang intangible assets

di UKM Inggris. Walaupun konsep yang digunakannya berbeda dengan

Ching et al., tetapi Martin & Hartley (2006, h.18) juga membahas

human capital di UKM dengan menyatakannya sebagai konsep People-

based intangible assets, yang diidentifikasikannya sebagai karyawan

Page 20: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

15

yang memiliki pengetahuan dan kekuatan tenaga kerja yang terlatih

dengan alasan keahlian dan pengalaman ini juga tersedia bagi pesaing .

Sepertinya maksud Martin & Hartley dengan menyatakan

bahwa keahlian dan pengalaman tersedia bagi perusahaan pesaing

adalah bahwa kedua hal ini yang ada dalam diri karyawan bukan

merupakan milik perusahaan secara permanen walaupun karyawan itu

bekerja di perusahaan. Ketika karyawan pulang ke rumahnya, maka

kedua hal itu bukan milik perusahaan lagi.

Penelitian human capital di UKM juga dilakukan oleh Ngah &

Ibrahim (2009,h.8) di Malaysia dengan hasil memperlihatkan yang sama

dengan hasil penelitian Cohen Kaimnenakis (2007) bahwa human

capital merupakan elemen penting dalam intellectual capital : ukuran

UKM yang relatif kecil memungkinkan terciptanya atmosfir yang

bersahabat, karyawan yang kreatif dan jaringan yang erat antar

karyawan dalam bekerja sama.

C. Komponen-komponen Intelectual Capital

Menurut Hubert Saint-Onge (Stewart, 1997) dari Canadian

Imperial Bank Of Commerce dan Leif Edvinsson dari Skandia, modal

intelektual dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu:

1. Human Capital (Modal Manusia).

Human Capital merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan

kemampuan seseorang yang dapat digunakan untuk menghasilkan

layanan profesional dan economic rent. Menurut Coff (1997), teori

human capital dibedakan dalam 2 kategori:

a. Firm Specific Human Capital

Merupakan pengetahuan mengenai rutinitas dan prosedur yang

khas dari sebuah perusahaan, yang membatasi nilai tersebut keluar

dari perusahaan tersebut.

b. Industry Specific Human Capital

Merupakan pengetahuan rutinitas yang khas dalam suatu industri

yang tidak dapat ditransfer ke industri lain.

Perbedaaan antara keduanya yang utama adalah terletak pada

spesifitasnya. Industry Specific Human Capital kurang memiliki

spesifitas perusahaan, sehingga seorang profesional dapat pindah dari

satu perusahaan ke perusahaan lainnya di seluruh pasar (dalam industri

Kemampuan manusia merupakan sumber dari inovasi, sumber dari

pandangan. Modal manusia merupakan suatu wadah di mana

Page 21: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

16

keseluruhan jenjang atau tingkatan dimulai: sumber dari inovasi dan

awal pengetahuan. Sudut pandang kita dalam modal intelektual harus

berhubungan dengan organisasi, bukan secara individual. Perusahaan

perlu memfokuskan dirinya untuk memperoleh sebanyak mungkin

modal intelektual seperti mereka menggunakan laba. Bila tujuan utama

kita adalah inovasi, baik produk baru ataupun jasa, atau perbaikan dalam

pemrosesan bisnis, maka modal intelektual dibentuk dan disebarkan saat

kebanyakan waktu dan bakat orang yang bekerja dalam suatu

perusahaan dicurahkan pada aktivitas yang menghasilkan inovasi

(Santosa & Setiawan, 2004).yang sama) tanpa menghilangkan nilai

industry specific perusahaan sebelumnya.

Tugas dan proses modal manusia tergantung pada 3 jenis keterampilan,

yaitu:

1. Commodity Skills: kemampuan yang tidak spesifik untuk bisnis

tertentu, dapat langsung diperoleh, dan lebih kurang sama nilainya

bagi setiap bisnis. Misalnya, perawatan AC, administrasi.

2. Leveraged Skills: pengetahuan yang meskipun tidak spesifik untuk

perusahaan industri, namun relatif berharga bagi suatu perusahaan

dari pada perusahaan yang lain. Contohnya: Programmer di suatu

perusahaan komputer berbeda nilainya dengan programmer di suatu

Bank.

3. Propietary Skills: pengetahuan yang spesifik bagi suatu

perusahaan, yang menjadi sebuah nilai jual dan berharga.

Tidak semua pekerja, adalah aset penting perusahaan. Pekerja

penting adalah pekerja yang memiliki modal manusia. Pengertian modal

manusia adalah pekerja yang mampu menciptakan kekayaan (manfaat)

dan nilai tambah bagi perusahaan. Pengetahuan, kompetensi,

keterampilan, dan pengalaman seorang manajer pada umumnya

termasuk kategori modal manusia, dengan syarat pengetahuannya

memberi manfaat bagi perusahaan. Semakian tinggi posisi atau jabatan

seorang manajer semakian besar pula nilai modal manusianya. Dengan

kata lain, ketrampilan manajemen (general management) termasuk

modal manusia dan modal intelektual. Manajemen puncak memiliki

mutu modal manusia yang termasuk tinggi. Sedangkan bagi karyawan,

keahlian dan pengetahuannya dianggap sebagai modal manusia jikas

memenuhi dua kriteria penting, yaitu:

Menjadi milik property perusahaan dan dilindungi hak atas

kekayaaan intelektual (HKI), artinya, tidak ada seorangpun

Page 22: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

17

yang memiliki keahlian atau pengetahuan yang lebih baik

(berharga), dan

Memiliki nilai pasar, artinya, keahlian dan pengetahuan mampu

menciptakan nilai di mana pelanggan bersedia membeli nilai

tersebut.

Modal manusia berperan sangat penting dalam sebuah

perusahaan. Untuk itu supaya perusahaan itu bisa memiliki modal

manusia berarti perusahaan harus bisa menciptakan rasa kepemilikan

antar pekerja dan perusahaan itu.

2. Structural capital

Pemahaman structural capital secara umum dapat dinyatakan

sebagai pedoman formal dan tertulis yang berlaku bagi karyawan dalam

melakukan tugasnya, sehingga karyawan mengetahui tanggung jawab

dan wewenangnya dengan baik, termasuk berkomunikasi dengan pihak

lain secara internal (Cater & Cater, 2009, h.191; St-Pierre & Audet,

2011, h.204; Longo & Mura, 2007, h.551; Uadiale & Uwuigbe, 2011,

h.50).

Dari makna structural capital tersebut, tidak berlebihan jika

Benevene & Cortini (2010, h.125) menyatakan bahwa structural capital

merupakan infrastruktur pendukung bagi human capital. Dengan kata

lain eksistensi structural capital ini yang membuat human capital dalam

organisasi berkembang. Dengan adanya struktur organisasi, maka

wewenang dan tanggung jawab semua individu dalam perusahaan

menjadi jelas. Proses dan prosedur yang telah ditetapkan perusahaan

membuat setiap individu memiliki pedoman yang jelas agar pelaksanaan

tugasnya tidak salah.

Banyak perusahaan-perusahaan besar tidak menyadari bahwa

mereka mempunyai aset terbesar dalam kemampuan untuk memajukan

perusahaan mereka, yaitu dengan modal manusia yang telah mereka

miliki. Walaupun mereka menyadari akan hal tersebut, namun masih

sedikit perusahaan yang mampu memaksimalkan kegunaan dari modal

manusia yang mereka miliki. Seorang pemimpin perusahaan harus

mengetahui dan melaksanakan apa yang harus dilakukan dalam rangka

memunculkan suatu kepemilikan bagi perusahaan. Itulah modal

struktural.

Alasan untuk mengelola modal struktural adalah adanya

pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan, untuk

mempersingkat waktu suatu pekerjaan, dan untuk memperbanyak

Page 23: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

18

manusia yang produktif. Kunci dalam mengelola struktur ilmu

pengetahuan adalah mengingat bahwa capital organizational adalah

yang pertama dan terutama. Mengelola modal struktural bukan

merupakan sesuatu yang sulit, tetapi hal itu merupakan sesuatu yang

baru dan ada banyak hal yang dapat dipelajari dari melihat bagaimana

perusahaan yang progresif dapat melakukannya.

Pengetahuan manajemen tidak akan terjadi tanpa pengetahuan

manajer. Seperti beberapa sistem organisai, metode, dan departemen.

Struktur untuk kemampuan mengatur harus jelas maksud strateginya. Di

samping membuat peta dan memperdalam keahlian, manajemen

eksplisit dalam modal struktural dapat meningkatkan produktivitas.

Sebenarnya hal yang penting dalam modal intelektual bukanlah

teknologi atau membeli software baru untuk perusahaan. Meskipun

sepertinya dapat terbukti sendiri bahwa teknologi informasi dapat sangat

membantu dalam mengatur informasi, tetapi hal yang terpenting adalah

usaha-usaha yang jelas untuk menemukan ilmu pengetahuan yang

berguna. Kesempurnaan suatu pekerjaan dalam sebuah organisasi

datang dari kesempatan untuk membuat pilihan-pilihan yang lebih

bersangkutan dengan ilmu pengetahuan. Setiap SDM diharapkan dapat

menyadari bahwa informasi dan ilmu pengetahuan yang digunakan oleh

masing-masing orang dalam pekerjaan mereka sedikitnya dinilai sama

pentingnya dengan alat-alat atau muatan material yang mereka gunakan,

dan, seperti alat-alat atau material tersebut, dapat diatur sedemikian rupa

agar lebih produktif.

Menurut Bontis (1998) dan Cinca et al. (2003) perusahaan

dengan structural capital

yang kuat akan memiliki sebuah budaya organisasi yang suportif para

individu dalam perusahaan untuk mencoba segala sesuatu, termasuk

kegagalan dan pembelajaran, guna memberikan kontribusi bagi

perusahaan (Longo & Mura, 2007, h.551).

Pentingnya structural capital lainnya juga dinyatakan Bontis

(1998) bahwa jika structural capital yang ada dalam perusahaan tidak

baik, maka utilisasi kapital-kapital lainnya secara menyeluruh akan

terhambat (Khalique et al., 2011, h.344). Terkait dengan hal ini,

Ramesan (2011) menjelaskan mengapa structural capital ini begitu

penting bagi penyelarasan semua kapital dalam perusahaan : structural

capital terdiri dari infrastruktur, kebijakan dan prosedur sistem

perusahaan (Khalique et al., 2011,h.344).

Page 24: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

19

Tanpa ada infrastruktur dan kebijakan dan prosedur yang baik,

human capital akan sulit dikembangkan karena kebingungan yang

muncul akibat kebijakan dan prosedur yang tidak dikelola dengan baik.

Demikian juga relational capital yang merupakan kapital berkenaan

dengan pengembangan hubungan perusahaan dengan pihak eksternal

juga akan terganggu yang akibatnya citra perusahaan bisa memburuk,

terutama jika produk perusahaan tidak baik. Klein (1998) juga

menyatakan bahwa setiap perusahaan memiliki structural capitalnya

sendiri-sendiri (Zerenler et al., 2008,h.33).

Dengan demikian eksistensi kapital yang dikelola dengan baik

semakin memperjelas

kemampuannya untuk menjadi faktor pembeda dengan perusahaan

lainnya, sehingga karenanya competitive advantage akan lebih mudah

dicapai, tentu saja dengan dukungan semua kapital lainnya yang selaras.

Kaitan antara structural capital dengan kapital lainnya

dikemukakan Bontis (1998) yang menyatakan bahwa jika organisasi

memiliki kapital struktural yang buruk, maka ia akan sulit menggunakan

kapital intelektual secara menyeluruh. Demikian pula sebaliknya bahwa

jika organisasi memiliki kapital struktural yang kuat, maka ia akan

mampu mengarah kepada pemberdayaan intelektual kapitalnya secara

maksimal (Khalique et al., 2011, h.344).

Ada beberapa peneliti yang memiliki pendapat berbeda tentang

dimensi structural

capital. Edvinsson & Malone (1999) dan Egbu (2004) yang menyatakan

kapital ini mencakup paten, proses organisasi, strategi yang digunakan,

administrasi dan teknologi organisasi (St-Pierre & Audet, 2011, h.204).

Swart (2006) menyatakan kapital ini terdiri dari know-how perusahaan

(Cater & Cater, 2009, h.192).

Cakupan lain structural capital dikemukakan Longo & Mura

(2007, h.551) yang menyatakan Sumber Daya Perusahaan dalam Teori

Resource-based View bahwa structural capital terdiri dari mekanisme

dan prosedur organisasi yang mendukung karyawan dalam melakukan

tugasnya.

Sementara Cabrita & Vas (2006, h.12) dengan lebih rinci

menyatakan bahwa structural capital mencakup infrastruktur, sistem

informasi, rutinitas, prosedur dan budaya organisasi. Salleh & Selamat

(2007) dan Cabrita (2009) menyatakan bahwa structural capital terdiri

dari pengetahuan yang ada dalam organisasi, termasuk competitive

Page 25: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

20

intelligence, prosedur dan kebijakan rutin organisasi (Khalique et al.,

2011, h.254).

Walaupun belum terdapat konsensus atas cakupan structural

capital ini, pada intinya

structural capital adalah penunjang human capital dalam melakukan

tugasnya. Tidak heran jika structural capital eksis tergantung kepada

human capital, karena tanpa human capital, structural capital tidak

mungkin eksis (Chen et al., 2004, h.202).

Structural capital menurut Ching et al. (2007, h.400, 402),

berdasarkan penelitiannya di Malaysia, terdiri dari dua elemen dengan

faktornya masing-masing,yaitu :

Development of products/ideas (pengembangan produk/ide) :

Implementation of new ideas/products/services (implementasi

ide baru, produk baru).

Length of time for product design/development (lamanya

pengembangan atau rancangan produk dilakukan).

Development of new ideas/products/ services (pengembangan

ide baru,produk baru).

Exploitationand management of patents, copyrights and

trademarks (eksploitasi dan pengelolaan paten, hak cipta, dan

merk dagang).

Life-cycles of products (daur hidup produk).

Opportunities for licensing/franchising agreements (peluang

untuk mendapatkan kesepakatan melakukan lisensi atau

franchise).

Effectiveness of expenditure on R&D (efektivitas pengeluaran

akan penelitian dan pengembangan).

Favourable contracts obtained due to company’s unique

position (kontrak yang diperoleh dikarenakan posisi unik

perusahaan).

2. Organization infrastructure (infrastruktur organisasi) :

Data systems providing access to information Management

(includingfinancial) control system (sistem data memberikan

akses kepada informasi sistem kontrol manajemen, termasuk

sistem kontrol keuangan).

Documentation of knowledge in manuals, databases

(dokumentasi pengetahuan dalam bentuk manual maupun data

base).

Page 26: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

21

-IT systems and their usage in your company (sistem informasi

teknologi dan penggunaanya).

Execution of corporate strategies (eksekusi strategi

perusahaan).

Organizational culture in written form (budaya perusahaan

dalam bentuk tertulis).

3. Relational Capital

Relational Capital didefinisikan secara umum sebagai kapital

ini merupakan hubungan yang mampu dijalin perusahaan dengan pihak-

pihak eksternal perusahaan,seperti pelanggan, pemasok, partner, dan

regulator (de Castro et al., 2004, h.577;Bozbura, 2004, h.358; Srivihok

& Intrapairote, 2004, h.5). Dengan kata lain kapital ini merupakan

pengetahuan yang dilekatkan ke dalam hubungan dengan para pihak

eksternal perusahaan yang mampu mempengaruhi hidup organisasi

(Uadiale & Uwuigbe, 2011, h.50). Pengetahuan yang dilekatkan dalam

hubungan dengan pihak eksternal ini amat krusial mengingat perusahaan

tidak mungkin hidup dalam isolasinya dari lingkungan eksternalnya.

Relational capital menurut de Pablos (2004, h.637) merupakan

fungsi dari longevity : kapital ini akan memberikan nilai yang berlebih

kepada perusahaan ketika ia mampu menciptakan hubungan ’dalam

jangka panjang’ dengan para pihak di luar perusahaan. Ketika sebuah

hubungan dengan salah satu aktor di lingkungan eskternal perusahaan

sulit untuk dipertahankan, perusahaan dapat saja tidak mendapatkan

kerugian, selama aktor lainnya yang sejenis yang diperlukan perusahaan

didapatkan dengan mudah. Misalnya pemasok.

Ketika jumlah pemasok sedikit dan perusahaan sulit

mempertahankan hubungannya

dengan pemasok yang sudah ada, maka perusahaan akan membutuhkan

waktu, biaya dan tenaga ekstra untuk mendapatkan pemasok sejenis

lainnya. Pentingnya kapital ini juga dikemukakan oleh Srivihok &

Intrapairote (2004, h.5) yang menyatakan bahwa kualitas hubungan

yang mampu dijalin dengan baik, kemampuan menjaga pelanggan yang

ada dan menarik pelanggan baru merupakan kunci utama bagi

keberhasilan perusahaan.

Menurut Uadiale & Uwuigbe (2011, h.50), kekuatan yang

dimiliki para pihak di lingkungan eksternal perusahaan memiliki peran

dalam mempengaruhi pemetaan posisi perusahaan, termasuk

menentukan kekuatannya. Dengan demikian jalinan hubungan dengan

Page 27: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

22

para pihak di lingkungan eksternal perusahaan amat perlu dijalin

perusahaan dengan baik, karena dapat menentukan mati hidupnya

perusahaan.

Beberapa aktor yang perlu dijalin hubungannya oleh perusahaan

dalam kaitannya dengan relational capital adalah (de Castro et al.,

2004, h.579)

Pelanggan, adalah pihak eksternal perusahaan yang terlibat

dalam hubungan sehari-hari ketika mereka membeli produk

perusahaan. Pelanggan adalah aktor yang paling penting dalam

menentukan sukses tidaknya perusahaan dalam industrinya.

Pemasok, adalah pihak yang dapat mempengaruhi stabilitas

proses produksi perusahaan, apakah perusahaan berupa

manufaktur atau jasa.

Dalam kaitannya dengan pemasok, perusahaan perlu

menitikberatkan beberapa hal, seperti :

Struktur pasokan.

Proses hubungan dengan pemasok.

Outcome dari hubungan dengan pemasok.

Resiko individual dari masing-masing pemasok pada saat-saat tertentu.

Musuh (allies).

Musuh dalam hal ini menurut de Castro et al. bisa siapa saja,seperti

pesaing, pemasok, pusat penelitian. Mereka dapat memberikan nilai

tambah kepada perusahaan ketika perusahaan mampu melakukan kerja

sama dengan ’musuh’ ini. Kasus menarik dalam hal ini terjadi di bisnis

keripik singkong pedas di beberapa UKM di Kota Cimahi, yaitu salah

satu pengrajin keripik ini memiliki akses yang bagus kepada banyak

petani singkong di berbagai daerah. Pengrajin ini tidak sungkan untuk

membantu pesaing-pesaingnya, sesama pengrajin keripik singkong di

daerah produksinya, menyediakan pasokan singkong ketika para

pesaingnya ini kesulitan mendapatkan pasokan di saat musim paceklik.

Pemegang saham.

Pemegang saham sebagai pihak yang dapat memberikan nilai tambah

kepada perusahaan secara umum berlaku untuk perusahaan besar.

Dalam bisnis UKM, khususnya di Indonesia, pada umumnya kaitan

dengan para pemegang saham belum dapat dilakukan, karena mayoritas

UKM di Indonesia masih banyak yang belum terkait untuk menjadi

perusahaan publik.

Page 28: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

23

Pemerintah atau regulator pasar.

Nilai tambah yang dapat diperoleh perusahaan dari pemerintah atau

regulator pasar dapat berbentuk kualitas, kompetensi atau masalah

pelanggan.

Hal senada berkenaan dengan pihak-pihak yang dapat diajak

berhubungan dengan de Castro et al. di atas dikemukakan oleh Bozbura

(2004, h.358) yang menyatakan bahwa para pihak yang dapat diajak

berhubungan oleh perusahaan adalah

pelanggan,

pemegang saham,

pemasok,

pesaing,

negara,

pejabat institusi; dan

masyarakat.

Bozbura (2004, h.358) menyatakan bahwa relational capital

mencakup merk,loyalitas konsumen, citra perusahaan di mata

masyarakat dan pemasok dan sistem feedback dari pelanggan dan

ukuran baik tidaknya relational capital ini ditentukan oleh pandangan

lingkungan tentang perusahaan. Ada beberapa kriteria yang digunakan

Bozbura (2004, h.361) dalam menentukan baik tidaknya kapital ini,

yaitu

1. Kriteria berkenaan dengan pelanggan, yang mencakup :

Kepuasan pelanggan;

Waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah;

Lamanya hubungan yang terjadi;

Pelayanan yang menambah nilai;

Loyalitas pelanggan.

Kriteria berkenaan dengan pelanggan ini dikesampingkan dalam tulisan

ini mengingat kriteria ini akan dicakupkan ke dalam customer capital

dalam bahasan berikut.

2. Kriteria berkenaan dengan pasar, yang mencakup :

Pangsa pasar

Peningkatan kepemimpinan dalam pangsa pasar

Memiliki proses yang berorientasi pasar

Pemahaman karyawan atas pasar dan pelanggan

Page 29: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

24

Memiliki citra yang baik di pasar

Memiliki merk yang unggul di pasar

3. Kriteria berkenaan dengan elemen lingkungan, yang mencakup :

Partisipasi dalam aktivitas sosial yang tidak ada sponsor

Menjadi sponsor dalam berbagai kegiatan sosial

Melakukan analisis pesaing

Menjalin hubungan dengan pemasok

Memiliki kesadaran akan lingkungan

Memiliki hubungan dengan pemegang saham.

Relational capital dalam UKM dinamakan Martin & Heartley (2006,

h.18) sebagai supplier and input relationship yang diidentifikasikan

mereka sebagai:

Kontrak pasokan. Menurut penulis, beberapa pemilik UKM

yang penulis temui menyatakan tidak pernah mau

melakukan kontrak pasokan secara tertulis, karena resiko

tinggi ketika penjualan menurun. Pada umumnya mereka

melakukan kontrak pasokan ’secara batiniah’, dalam arti

saling percaya satu dengan yang lain.

Kepercayaan ini menjadi landasan mereka berbisnis sejak

lama dan hebatnya tidak pernah bermasalah.

Hubungan yang menguntungkan dengan pemasok.

Kontrak pekerjaan dengan karyawan kunci. Beberapa

pemilik UKM yang penulis temui menyatakan bahwa

mereka tidak pernah membuat kontrak secara tertulis

dengan karyawan kuncinya. Walaupun demikian ada

karyawan kunci yang tetap setia sampai sekarang karena

perhatian majikannya yang tinggi akan persoalan yang

mereka hadapi.

Customer capital

Walaupun ada yang menyamakan customer capital dengan relational

capital, misalnya Bontis (1998) yang memberikan satu definisi bagi

customer/relational capital sebagai semua hubungan yang perusahaan

jalin dengan kelompok stakeholdernya seperti pelanggan, pemasok,

komunitas dan pemerintah (Ngah & Ibrahim, 2009,h.4), dalam tulisan

ini secara khusus akan dibahas tentang customer capital yang

dipisahkan dari relational capital agar pemahaman tentang pentingnya

menjalin hubungan dengan pelanggan bagi perusahaan lebih dipahami.

Page 30: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

25

Customer capital atau modal pelanggan adalah hubungan

organisasi dengan orang-orang yang berbisnis dengan organisasi

tersebut. Saint-Onge memberi definisi customer capital sebagai

kedalaman (penetrasi), kelebaran (cakupan), dan keterkaitan (loyalti)

dari perusahaan. Edvinsson menambahkan customer capital adalah

kecenderungan pelanggan suatu perusahaan untuk tetap melakukan

bisnis dengan perusahaan tersebut (stewart, 1997).

Customer capital muncul dalam bentuk proses belajar, akses,

dan kepercayaan. Ketika sebuah perusahaan atau seseorang akan

memutuskan untuk membeli dari suatu perusahaan, maka keputusan

didasarkan pada kualitas hubungan mereka, harga, dan spesifikasi

teknis. Semakin baik hubungannya, semakin besar peluang rencana

pembelian akan terjadi, dan hal ini berarti semakin besar peluang

perusahaan belajar dengan dan pelanggan serta pemasoknya.

Pengetahuan yang dimiliki bersama adalah bentuk tertinggi customer

capital.

Modal Pelanggan adalah yang paling nyata dari ketiga jenis modal

intelektual. Fungsinya adalah menjembatani modal manusia agar

mampu menciptakan hubungan yang positif dengan konsumen, pasar,

dan lembaga-lembaga tertentu. Contohnya: loyalitas konsumen,

kekuatan brand, kepuasan pelanggan, hubungan dengan konsumen,

logo, hubungan dengan pemerintah, jaringan distribusi dan pemasaran,

hak lisensi, hak distribusi, hubungan dengan rekanan, hubungan dengan

perguruan tinggi dan lembaga riset.

Perlu diwaspadai tidak semua pelanggan menguntungkan secara

finansial. Untuk membangun modal pelanggan lebih baik diupayakan

untuk mendapatkan lebih banyak bisnis dari pelanggan-pelanggan yang

menguntungkan. ketimbang mengharapkan dari pelanggan baru yang

baelum tentu memiliki tingkat loyalitas tinggi. Untuk menumbuhkan

“pangsa pelanggan” (customer share) – bukan pangsa pasar (market

share) – perusahaan perlu memberikan respon positif dan cepat terhadap

kebutuhan pelanggan yang menguntungkan. Perusahaan perlu

mempelajari bisnis setiap pelanggan dan meneruskan informasi tersebut

kepada seluruh manajer, staf, dan karyawan perusahaan. Ingat, bahwa

pelanggan bersedia dan rela membayar harga premium bagi produk dan

jasa layanaan yang prima dan sangat mereka butuhkan.

Dari ketiga kategori aset intelektual: human capital, structural

capital, dan customer capital, maka customer capital merupakan aset

yang paling bernilai. Jejak mereka dalam laporan keuangan lebih mudah

Page 31: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

26

ditelusuri dibandingkan dengan yang ditinggalkan orang, sistem, atau

kemampuan. Walaupun banyak sistem pelaporan keuangan perusahaan

yang tidak dirancang untuk melakukan hal tersebut, sangatlah mudah

mencari indikator customer capital, seperti pangsa pasar, tingkat retensi,

dan hilangnya pelanggan, dan laba per pelanggan.

Ada 6 cara untuk berinvestasi dalam modal pelanggan (Santosa &

Setiawan, 2004):

1. Berinovasi bersama pelanggan

2. Memberikan wewenang pada pelanggan

3. Memusatkan pelanggan sebagai individual

4. Berbagi kemenangan dengan pelanggan

5. Mempelajari bisnis pelanggan dan mengajarinya bisnis anda

6. Menjadi sangat dibutuhkan

Pemahaman tentang customer capital secara umum dapat

dinyatakan sebagai pemahaman perusahaan akan pelanggan, termasuk

semua masalah dan tantangannya,di mana pelanggan adalah sumber

pendapatan perusahaan (Cater & Cater, 2009,h.192; Duffy, 2000, h.10;

Wensley et al., 2011, h.134). Tanpa pelanggan perusahaantidak mungkin

memperoleh pendapatan untuk menjaga eksistensi dan pertumbuhannya

di masa mendatang.

Dengan demikian hubungan yang dijalin dengan pelanggan

benar-benar merupakan kunci utama bagi berhasil tidaknya perusahaan

di masa sekarang dan mendatang.

Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan Cater & cater (2009,

h.192) bahwa pengetahuan yang terkait pelanggan tetap merupakan

bagian utama perusahaan. Maksudnya adalah bahwa dalam kaitannya

dengan lingkungan eksternal, customer capital merupakan kunci utama,

tapi dalam kaitan dengan lingkungan internal, human dan structural

capital merupakan kunci keberhasilan perusahaan untuk menciptakan

atau memproduksi produk yang sesuai dengan apa yang diinginkan

pasarnya.

Hal ini senada dengan apa yang diungkap Chen et al. (2004,

h.203) bahwa pengembangan customer capital bersandar kepada

dukungan human capital, structural capital dan innovation capital.

Pentingnya customer capital sebagaimana yang terkandung

dalam pemahamannya juga dinyatakan oleh Chang & Tseng (2005)

yang menyatakan bahwa customer capital merupakan sumber utama

dari competitive advantage perusahaan di era knowledge economy yang

dikarenakan tema sentral dalam customer capital terletak kepada

Page 32: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

27

pengetahuan akan saluran marketing dan customer relationship

(Wensley et al., 2011, h.134). Manfaat lain dari kapital ini diungkap oleh

Chen et al. (2004,h.203) yang menyatakan bahwa customer capital

merupakan penentu pengubahan intellectual capital yang memiliki nilai

pasar yang akan mempengaruhi kinerja bisnisnya.

Karena konsumen merupakan sumber utama perusahaan dalam

mengembangkan bisnisnya, atau menurut istilah Ross et al. (2001)

hubungan dengan pelanggan adalah penting sekali karena pelanggan

yang membeli produk perusahaan merupakan sumber utama

penghasilan perusahaan (Khalique et al., 2011, h.344), maka jelas sekali

tanpa dimilikinya customer capital perusahaan tidak mungkin akan

mampu bertahan dalam bisnisnya.

Hal ini merujuk kepada pernyataan Bontis (1996) dan Duffy

(2000) yang menyatakan

bahwa customer capital merupakan value yaitu kontribusi yang

diberikan kepada pendapatan saat ini dan masa mendatang (Chang &

Tseng, 2005, h.1469) yang berasal dari hubungan perusahaan dengan

pelanggannya (Chang & Tseng, 2005,h.1469). Alasan lain yang layak

dikemukakan dalam tulisan ini mengapa customer capital merupakan

value bagi perusahaan dikemukakan oleh :

Prahalad & Ramaswamy (2000) yang menyatakan bahwa

pelanggan merupakan sumber kompetensi yang baru bagi organisasi

karena mereka memperbaharui kompetensi keseluruhan organisasi

(Cabrita & Vas, 2006, h.12). Maksudnya adalah bahwa dengan adanya

pelanggan yang keinginannya selalu berubah, perusahaan diharuskan

untuk selalu memenuhi keinginan para pelanggannya jika ingin terus

bertahan dalam industrinya.

Upaya perusahaan untuk mencoba memenuhi keinginan

pelanggan yang terus berubah ini otomatis akan memperbaharui

kompetensi perusahaan secara keseluruhan,terutama dalam bidang

produksi dan marketing yang sebagai konsekuensinya.

Gibbert et al. (2001) yang menyatakan bahwa pelanggan

mampu meremajakan basis pengetahuan organisasi yang akan

mencegah organisasi menjadi usang dalam lingkungan yang turbulen

(Cabrita & Vas, 2006, h.12).

Turbulensi dalam tulisan ini dipahami Jaworski & Kohli (1993)

sebagai seberapa cepat pelanggan merubah preferensinya dalam kurun

waktu tertentu (Zebal & Goodwin, 2011,h.2)]. Maksudnya adalah bahwa

dengan berorientasi kepada pelanggan, maka perusahaan akan terus

Page 33: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

28

mencari informasi berkenaan dengan para pelanggan dan pesaingnya,

sehingga basis pengetahuan yang ada dalam perusahaan akan terus di up

date agar tidak ketinggalan oleh para pesaingnya dan ditinggalkan para

pelanggannya.

Dengan demikian kemampuan perusahaan dalam menjaga

hubungan jangka panjang

yang baik dengan pelanggannya akan merupakan gambaran

keberhasilan dalam pasar yang kompetitif (Chan & Wang, 2012, h.850).

Alasan untuk hal ini dikemukakan Duffy (2000, h.11) yang

menyatakan bahwa dalam hubungannya dengan pelanggan, perusahaan

memperlihatkan kemampuannya untuk membuktikan komitmennya

kepada para pelanggannya, sehingga keinginan mereka terpenuhi :

semakin puas para pelanggan, maka mereka akan terus membeli ulang

produk perusahaan, sehingga menjadi pelanggan yang loyal.

Orientasi kepada pelanggan di UKM menurut Ngah & Ibrahim

(2009, h.8) adalah penting sekali karena keterbatasannya dalam hal

finansial dan pengalaman menjadikan UKM mampu memperoleh

informasi yang diberikan pelanggannya (termasuk informasi para

pesaing) yang akan menjadi sumber pengalaman dan know-how UKM.

Menurut Khalique et al. (2011, h.344), customer capital

didasarkan kepada tiga hal, yaitu, customer satisfaction, loyalty dan

network. Ungkapan Khalique et al. ini memperkuat pandangan Amiri et

al. (2010) yang menyatakan bahwa customer capital terutama

dilandaskan kepada kapabilitas marketing, loyalitas pelanggan dan

hubungan dengan pelanggan serta kepuasan pelanggan (Khalique et al.,

2011,h.254). Apa yang dinyatakan Khalique et al. dan Amiri et al. Ini

senada dengan yangdinyatakan Bozbura (2004, h.358) dalam

menentukan customer capital, yaitu

Kepuasan pelanggan

Waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah

Lamanya hubungan yang terjadi

Pelayanan yang menambah nilai Loyalitas pelanggan.

Page 34: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

29

BAB II

RESOURCE BASED VIEW

OF THE FIRM THEORY

A. PENDAHULUAN

Resource based view menyatakan bahwa IC adalah sumber daya

perusahaan yang memegang peranan penting, sama halnya seperti

physical capital dan financial capital (Asni, 2007). Berdasarkan konteks

tersebut, perusahaan perlu mengembangkan strategi untuk dapat

bersaing dipasaran. Pada prinsipnya, sustainable dan kapabilitas suatu

perusahaan didasarkan pada IC, sehingga seluruh sumber daya yang

dimiliki dapat menciptakan value added (nilai tambah). Secara

Intellectual Capital sebagai kapabilitas organisasi untuk menciptakan,

melakukan transfer dan mengimplementasikan pengetahuan.

Teori resources-based view of the firm (RBV) adalah teori yang

menjelaskan dalam industri yang sama ada perusahaan yang sukses

sementara banyak yang tidak sukses. Menurut Barney (1991), sukses

tidaknya sebuah perusahaan akan sangat ditentukan oleh kekuatan dan

kelemahan yang ada dalam internal perusahaan, bukan lingkungan

eksternalnya, dengan asumsi

Adanya heterogenitas sumber daya di dalam perusahaan; dan

Beberapa sumber daya yang ada dalam perusahaan bersifat sulit

untuk ditiru atau tidak elastik dalam pasokannya (Ferreira et al.,

2011, h.99-100).

Heterogenitas sumber daya perusahaan memiliki arti bahwa dalam

sebuah industri tidak mungkin semua perusahaan mampu memiliki

sumber daya yang sama. Heterogenitas sumber daya ini disebabkan oleh

adanya kemampuan perusahaan, termasuk masalah finansial, dan masa

lalu perusahaan yang saling berbeda.

Perusahaan harus dapat memanfaaatkan dan mengelola segala

sumber daya yang dimilikinya untuk menciptakan keunggulan

kompetitif sehingga dapat menciptakan nilai bagi perusahaan tersebut.

Menurut Susanto (2007), agar dapat bersaing organisasi membutuhkan

dua hal utama. Pertama, memiliki keunggulan dalam sumber daya yang

dimilikinya, baik berupa aset yang berwujud (tangible assets) maupun

Page 35: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

30

yang tidak berwujud (intangible assets). Kedua, adalah kemampuan

dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya tersebut secara efektif.

Kombinasi dari aset dan kemampuan akan menciptakan kompetensi

yang khas dari sebuah perusahaan, sehingga mampu memiliki

keunggulan kompetitif di banding para pesaingnya. Hal yang paling

utama adalah menentukan sumber daya kunci yang potensial bagi

perusahaan untuk meraih keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.

Untuk itu sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan harus

diidentifikasi.

Sumber daya perusahaan dapat dibagi menjadi tiga macam,

yaitu sumber daya yang berwujud, tidak berwujud dan sumber daya

manusia. Sumber daya yang berwujud misalnya aset fisik yang dimiliki

perusahaan sedangkan sumber daya yang tidak berwujud dapat berupa

merk dagang. Masing-masing sumber daya tersebut memiliki kontribusi

yang berbeda dalam upaya mencapai keunggulan kompetitif yang

berkelanjutan sehingga perusahaan harus dapat menentukan sumber

daya kunci yang dapat menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan

yang berkelanjutan. Menurut Daft dalam Susanto (2007) dalam

menentukan sumber daya kunci RBT memberikan beberapa kriteria,

yaitu:

Sumber daya tersebut mampu mendukung kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan yang lebih

baik dibandingkan dengan perusahaan pesaing.

Sumber daya tersebut tersedia dalam jumlah terbatas atau

langka dan tidak mudah ditiru. Terdapat empat karakteristik

yang mengakibatkan sumber daya menjadi sulit ditiru, yaitu

sumber daya tersebut unik secara fisik, memerlukan waktu yang

lama dan biaya yang besar untuk memperolehnya, sumber daya

unik yang sulit dimiliki dan dimanfaatkan pesaing, dan sumber

daya yang memerlukan investasi modal yang besar untuk

mendapatkannya.

Sumber daya tersebut dapat memberikan keuntungan bagi

perusahaan. Semakin banyak keuntungan yang menjadi milik

perusahaan akibat pemanfaatan sumber daya tertentu, maka

semakin berharga sumber daya tersebut.

Durability (daya tahan sumber daya), semakin lama sumber

daya mengalami depresiasi, sehingga sumber daya tersebut

semakin berharga. Apalagi bila sumber daya mengalami

Page 36: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

31

apresiasi, seperti brand awareness reputasi, dan budaya

perusahaan.

Apabila sebuah perusahaan memiliki sumber daya yang unggul dan

perusahaan dapat mengelola sumber daya tersebut dengan baik, maka

kinerja perusahaan pun akan meningkat. Oleh karena itu, pengelolaan

sumber daya yang baik dan tepat akan meningkatkan laba yang besar

bagi perusahaan tersebut.

Ada beberapa sumber daya perusahaan yang akan sulit ditiru oleh

pesaingnya, terutama dalam masalah sumber daya manusianya. Dengan

kata lain keberhasilan perusahaan amat ditentukan oleh sumber daya

yang dimilikinya dan kapabilitas perusahaan yang mampu merubah

sumber daya itu menjadi sebuah keuntunggan ekonomis (Olalla,

1999,h.84-5; Ismail et al., 2012,h.152; Ferreira et al., 2011, h.99).

Pada dasarnya Resource-based theory (RBT) adalah suatu

pemikiran yang berkembang dalam teori manajemen strategis dan

keunggulan kompetitif perusahaan yang menyakini bahwa perusahaan

akan mencapai keunggulan apabila memiliki sumber daya yang unggul.

Dengan sumber daya yang unggul, perusahaan mampu melakukan

strategi bisnis apa saja, yang pada akhirnya membawa perusahaan

memiliki keunggulan kompetitif. Ini adalah cara pandang alternatif

terhadap market-based theory yang menjadi mainstream pemikiran

manajemen strategis saat ini.

Resource Based Theory (RBT) menganalisis dan

menginterpretasikan sumber daya organisasi untuk memahami

bagaimana organisasi mencapai keunggulan kompetitif yang

berkelanjutan. RBT berfokus pada konsep atribut perusahaan yang

difficult-to-imitate sebagai sumber kinerja yang unggul dan keunggulan

kompetitif (Barney, 1986; Hamel dan Prahalad, 1996 dalam Madhani,

2009). RBT dipelopori oleh Penrose (1959) dalam Astuti (2005),

mengemukakan bahwa sumber daya perusahaan adalah heterogen, tidak

homogen, jasa produktif yang tersedia berasal dari sumber daya

perusahaan yang memberikan karakter unik bagi tiap-tiap perusahaan.

Sumber daya harus memenuhi kriteria VRIN agar dapat

memberikan keunggulan kompetitif dan kinerja yang berkelanjutan

(Madhani, 2009). Kriteria VRIN adalah:

Berharga (VALUE): sumber daya berharga jika memberikan

nilai strategis bagi perusahaan. Sumber daya memberikan nilai

jika dapat membantu perusahaan dalam memanfaatkan peluang

pasar atau membantu dalam mengurangi ancaman pasar. Tidak

Page 37: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

32

ada keuntungan dari memiliki sumber daya jika tidak

menambah atau meningkatkan nilai perusahaan;

Langka (RARITY): sumber daya yang sulit untuk ditemukan di

antara pesaing dan menjadi potensi perusahaan. Oleh karena itu

sumber daya harus langka atau unik untuk menawarkan

keunggulan kompetitif. Sumber daya yang dimiliki oleh

beberapa perusahaan di pasar tidak dapat memberikan

keunggulan kompetitif, karena mereka tidak dapat merancang

dan melaksanakan strategi bisnis yang unik dibandingkan

dengan kompetitor lain;

Imperfect Imitability (I) : sumber daya dapat menjadi dasar

keunggulan kompetitif yang berkelanjutan hanya jika

perusahaan yang tidak memegang sumber daya ini tidak bisa

mendapatkan mereka atau tidak dapat meniru sumber daya

tersebut;

Non-substitusi (N) : non-substitusi sumber daya menunjukkan

bahwa sumber daya tidak dapat diganti dengan alternatif sumber

daya lain. Di sini, pesaing tidak dapat mencapai kinerja yang

sama dengan mengganti sumber daya dengan sumber daya

alternatif lainnya.

Lebih lanjut Madhani (2009) mengatakan bahwa menurut RBT,

sumber daya dapat secara umum didefinisikan untuk memasukkan aset,

proses organisasi, atribut perusahaan, informasi, atau pengetahuan yang

dikendalikan oleh perusahaan yang dapat digunakan untuk memahami

dan menerapkan strategi mereka (Learned, Christensen, Andrews, &

Guth, 1969; Daft, 1983; Barney, 1991; Mata et al., 1995).

Beberapa peneliti telah mengklasifikasikan sumber daya

perusahaan sebagai sumber daya yang berwujud dan tidak berwujud.

Barney (1991) mengkategorikan tiga jenis sumberdaya:

1. Modal sumber daya fisik (teknologi, pabrik dan peralatan),

2. Modal sumber daya manusia (pelatihan, pengalaman, wawasan), dan

3. Modal Sumber daya organisasi (struktur formal).

Dari penjelasan tersebut, menurut RBT, intellectual capital

memenuhi kriteria-kriteria sebagai sumber daya yang unik untuk

menciptakan keunggulan kompetitif bagi perusahaan sehingga value

bagi perusahaan dapat tercipta. Value ini berupa adanya kinerja yang

semakin baik di perusahaan.

Page 38: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

33

Apakah yang dimaksud dengan sumber daya yang unggul? Sumber

daya yang unggul adalah sumber daya yang langka serta susah untuk

ditiru oleh pesaing. Sebuah perusahaan bisa saja membeli perangkat

teknologi yang canggih, tetapi teknologi yang sama juga bisa dibeli oleh

pesaing dalam waku cepat. Dengan demikian perangkat teknologi

seperti ini bukanlah sumber daya yang mampu membawa keunggulan

kompetitif. Tetapi kompetensi manusia yang mampu mengoperasikan

teknologi tersebut lah yang merupakan sumber daya yang unggul,

sehingga dapat memanfaatkan perangkat teknologi tadi dengan

maksimal sehingga memberikan manfaat besar untuk perusahaaan.

Secara umum, sumber daya yang mampu membawa keunggulan

kompetitif tersebut adalah kompetensi sumber daya manusia, saling

percaya (trust) di dalam perusahaan, budaya organisasi, serta basis data

atau pengetahuan yang dimiliki oleh organisasi melalui teknologi

informasi.

Metode analisis yang dapat dipergunakan untuk mengetahui apakah

suatu sumber daya memiliki keunggulan kompetitif adalah dengan

menggunakan analisis VRIO (value, rarity, imitability, dan

organization).

Analisis V dilakukan dengan pertanyaan, apakah sumber daya

tersebut memungkinkan perusahaan menangkap berbagai peluang bisnis

dan mengatasi berbagai tantangan ? Jika jawabannya ya, maka sumber

daya tersebut memiliki keunggulan kompetitif.

Analisis R dilakukan dengan pertanyaan, apakah sumber daya

tersebut sukar diperoleh di pasar dan hanya dimiliki oleh beberapa

pemain bisnis semata? Jika jawabannya ya, maka sumber daya tersebut

memiliki keunggulan kompetitif.

Analisis I dilakukan dengan pertanyaan, apakah jika sebuah

perusahaan tidak memiliki sumber daya tersebut, dia akan mengalami

kesulitan untuk mengembangkan atau menirunya? Jika jawabannya ya,

maka sumber daya tersebut memiliki keunggulan kompetitif.

Analisis O dilakukan dengan pertanyaan, apakah kebijakan

perusahaan sudah mampu memanfaatkan semua sumber daya yang

memiliki karakter VRI di atas? Jika jawabannya ya, maka kebijakan

perusahaan sudah mengarah ke penciptaan keunggulan kompetitif.

Inti dari teori RBV adalah competitive advantage, ketika

perusahaan memiliki sumber daya yang unik dan sulit ditiru oleh para

pesaingnya yang kemudian diolah melalui kemampuan perusahaan yang

baik, maka perusahaan akan mampu meraih competitive advantage yang

Page 39: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

34

kemudian akan mengarah kepada kinerja unggul (Ferreira et al.,2011,

h.99; Fahy, 2000, h.94; Foss, 2011, h.5; Olala, 1999, h.85; Carmeli &

Tishler,2004, h.300).

B. Sumberdaya Perusahaan

Wernerfelt (1984) menjelaskan sumberdaya sebagai keseluruhan

tangible and intangible assets tied semi-permanently to the firm (Lo,

2012, h.151). Pengertian sumberdaya perusahaan menurut Wernerfelt

(1984) dapat dikategorikan menjadi dua hal,yaitu

Merupakan aset, baik yang berwujud maupun tidak berwujud.

Artinya resources merupakan ’harta’ perusahaan, baik yang

berwujud - seperti pabrik, kendaraan, mesin - dan tidak

berwujud - seperti merk perusahaan, reputasi perusahaan,

keahlian yang dimiliki karyawan,

Yang terikat semi permanen kepada perusahaan. Arti terikat

secara semi permanen adalah sebagian besar resources itu

secara umum dapat berpindah ke pihak lain, terutama resources

yang akan diubah wujudnya menjadi produk perusahaan.Selain

itu keahlian karyawan perusahaan juga bukan milik perusahaan

seutuhnya,karena mereka mampu memiliki mobilitasnya sendiri

untuk berpindah keperusahaan lainnya. Merk perusahaan

diharapkan permanen menjadi milik perusahaan karena merk

adalah identitas penting bagi perusahaan. Ketika merk berubah,

maka perusahaan otomatis memiliki identitas baru yang akan

memerlukan biaya dan waktu lama untuk menciptakan citra

yang baik di mata stakeholdernya, terutama konsumennya.

Pengertian resources yang agak berbeda dikemukakan oleh Amit &

Schoemaker (1993) yang menyatakan resources sebagai stocks of

available factors that are owned or controlled by the firm (Carmeli &

Tishler, 2004,h.300). Pemilikan dan pengontrolan sumber daya dalam

definisi Amit & Schoemaker yaitu perusahaan mampu memiliki dan

mengontrol seutuhnya semua sumber daya yang dimilikinya, karena ada

sumber daya tertentu tidak mungkin dimiliki dan dikontrol sepenuhnya

oleh perusahaan, tenaga kerja yang memiliki keahlian.

Komponen utama dari VAIC™ yang dikembangkan Pulic

(1998) tersebut terlihat dari sumber daya perusahaan, yaitu physical

capital (VACA – value added capital employed), human capital

(VAHU – value added human capital), dan structural capital (STVA –

structural capital value added). VAIC™ juga dikenal sebagai Value

Page 40: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

35

Creation Efficiency analisis, merupakan suatu indikator yang dapat

digunakan dalam menghitung efisiensi nilai yang dihasilkan dari

perusahaan yang didapat dengan menggabungkan CEE (capital

employed efficiency), HCE (human capital efficiency), dan SCE

(structure capital efficiency) (Pulic, 1998).

Lebih lanjut Pulic (1998) menyatakan bahwa intellectual ability

(yang kemudian disebut dengan VAIC™) menunjukkan bagaimana

kedua sumber daya tersebut (physical capital dan intellectual potential)

secara efisien dimanfaatkan oleh perusahaan. VAIC™ merupakan

kebutuhan dasar ekonomi kontemporer dari “sistem pengukuran” yang

menunjukkan nilai kinerja perusahaan. Penciptaan value added pada

perusahaan memungkinkan benchmarking dan memprediksi

kemampuan perusahaan di masa depan. Hal ini berguna bagi semua

stakeholder yang berada di dalam value creation process (pemberi

kerja, karyawan, manajemen, investor, pemegang saham dan mitra

bisnis) dan dapat diterapkan pada semua tingkat aktivitas bisnis (Pulic,

2000). Hubungan antara VAIC™ dengan kinerja keuangan telah

dibuktikan secara empiris oleh beberapa peneliti baik di Indonesia

maupun luar negeri, diantaranya adalah Chen et al. (2005); Firer dan

William (2003); Belkaoui (2003); Mavridis (2004); serta Tan et. al.

(2007).

Sedangkan penelitian di Indonesia antara lain dilakukan oleh:

Sampurno (2007); Ulum (2008); serta Kuryanto (2008). Penelitian

penelitian tentang pengaruh IC terhadap kinerja keuangan perusahaan

tersebut masih menunjukkan hasil yang beragam baik dalam hasil

penelitian, obyek penelitian, proksi variabel IC, maupun alat

analisisnya. Chen et al. (2005) menggunakan model Pulic (VAIC™)

untuk menguji hubungan antara IC dengan nilai pasar dan kinerja

keuangan dengan sampel 4.254 perusahaan yang go public di Taiwan

Stock Exchnge tahun 1992/2002. Hasilnya menunjukkan bahwa IC

berpengaruh secara positif terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan.

Chen et al. (2005) juga berhasil membuktikan bahwa Biaya Research &

Development merupakan informasi tambahan yang berpengaruh

terhadap kinerja keuangan. Sedangkan biaya iklan tidak berpengaruh

terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan.

Sementara penelitian yang dilakukan Tan et al. (2007)

menggunakan sampel 150 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Singapore sebagai sampel penelitian. Hasilnya konsisten dengan

penelitian Chen et al. (2005) bahwa IC (VAIC™) berhubungan secara

Page 41: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

36

positif dengan kinerja perusahaan; IC (VAIC™) juga berhubungan

positif dengan kinerja perusahaan di masa mendatang. Penelitian ini

juga membuktikan bahwa rata rata pertumbuhan IC (VAIC™) suatu

perusahaan berhubungan positif dengan kinerja perusahaan di masa

mendatang. Selain itu, penelitian ini mengindikasikan bahwa kontribusi

IC (VAIC™) terhadap kinerja perusahaan berbeda berdasarkan jenis

industrinya. Temuan dari Tan et al. (2005) tersebut selaras dengan

penelitian Bontis (2001) dan Belkaoui (2003) yang menyatakan bahwa

IC (VAIC™) berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan

perusahaan.

Di Indonesia, penelitian tentang IC diantaranya telah dilakukan

oleh Ulum (2008) yang menguji hubungan IC terhadap kinerja

perusahaan dan kinerja perusahaan masa depan. Hasil penelitian ini

membuktikan bahwa:

IC atau VAIC berpengaruh terhadap kinerja keuangan

perusahaan,

IC atau VAIC berpengaruh terhadap kinerja keuangan

perusahaan masa depan,

ROGIG tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan

perusahaan masa depan.

Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian

Firer dan Williams (2003) menggunakan objek 75 perusahaan sektor

bisnis yang go public di Afrika Selatan pada tahun 2001. Di dalam

penelitiannya, IC diproksikan dengan VAICTM dan dianalisis

menggunakan korelasi dan regresi sederhana.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara

efisiensi value added sumber daya utama perusahaan (VAIC™) dengan

tiga ukuran kinerja perusahaan (yaitu profitabilitas ROA, produktivitas

ATO, dan MB market to book value) secara umum adalah terbatas dan

tidak konsisten. Secara keseluruhan, dari hasil penelitan Firer dan

Williams (2003) tersebut menyatakan bahwa physical capital (modal

fisik) merupakan faktor yang paling signifikan berpengaruh terhadap

kinerja perusahaan di Afrika Selatan. Sedangkan hasil penelitian

Kuryanto (2008) selaras dengan penelitian Firer dan William (2003)

tersebut, dimana hasilnya menyatakan bahwa tidak ada pengaruh positif

antara IC dengan kinerja keuanganperusahaan.

Penelitian Chen et al. (2005) tersebut merupakan

pengembangan dari penelitian Firer dan William (2003). Pengukuran

kinerja IC sebagai variable independen pada kedua penelitian tersebut

Page 42: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

37

menggunakan model yang sama yaitu VAIC™ yang dikembangkan oleh

Pulic (1998). Sedangkan variabel dependen yang digunakan berbeda.

Chen et al. (2005) menggunakan variabel Market to Book Value Ratios

of Equity (M/B) dan kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan oleh

return on equity (ROE), return on asset (ROA), pertumbuhan

pendapatan, dan produktivitas karyawan.

Sementara Firer dan William (2003) menggunakan kinerja

perusahaan (profitabilitas diproksikan return on asset (ROA) ,

produktifitas diproksikan rasio penjualan dibagi total aset (ATO), dan

nilai pasar diproksikan market to book value ratio (MB). Perbedaan

penelitian yang dilakukan Chen et al. (2005) serta Firer dan William

(2003) baik dalam hal sampel penelitian, proksi variabel penelitian,

tempat penelitian serta waktu penelitian, selanjutnya mengakibatkan

hasil penelitian yang berbeda. Chen et.al (2005) berhasil membuktikan

bahwa IC berpengaruh terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan.

Sedangkan temuan Firer dan William (2003) berbanding

terbalik dengan temuan Chen et.al (2005) yaitu hubungan IC dengan

kinerja perusahaan secara umum terbatas dan tidak konsisten. Secara

keseluruhan, temuan Firer dan William (2003) tersebut menunjukkan

bahwa physical capital merupakan faktor yang paling signifikan

berpengaruh terhadap kinerja perusahaan di Afrika Selatan. Berpijak

dari hasil penelitian Chen et.al (2005) serta Firer dan William (2003)

yang menunjukkan hasil kontradiktif tersebut, maka menarik untuk

dikaji ulang dengan melakukan penelitian mengenai Modal Intelektual.

Penelitian ini berusaha mereplikasi penelitian yang pernah

dilakukan Chen et.al (2005) dengan beberapa modifikasi dan

penyesuaian dengan kondisi di Indonesia. Penelitian Chen et.al (2005)

dipilih karena merupakan penelitian terkini mengenai IC dengan metode

VAIC™ yang merupakan penyempurnaan atas penelitian Firer dan

William (2003). Penyempurnaan yang dilakukan Chen et.al. (2005)

tersebut adalah dengan memasukkan variabel nilai pasar perusahaan

dimana dalam penelitian Firer dan William (2003) belum diteliti.

Selanjutnya Penelitian ini mengukur pengaruh Intellectual

Capital (dalam hal ini diukur dengan VAIC™) terhadap kinerja

keuangan perusahaan, nilai pasar perusahaan dan pertumbuhan serta

perbedaan kinerja IC antar industri pada perusahaan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia. Beberapa penyempurnaan yang dilakukan dalam

penelitian ini atas penelitian yang pernah dilakukan oleh Chen et al.

(2005) adalah dalam hal variabel penelitian, indikator variabel, sampel

Page 43: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

38

penelitian, serta alat analisis yang digunakan. Dalam penelitian Chen et

al. (2005), pertumbuhan pendapatan (GR) menjadi salah satu indikator

kinerja keuangan perusahaan.

Dalam penelitian ini pertumbuhan dijadikan variabel

independen yang terpisah, sehingga terdapat penambahan satu variabel

independen baru yaitu pertumbuhan perusahaan. Pemisahan variabel

pertumbuhan tersebut dikarenakan kinerja keuangan yang digunakan

dalam penelitian ini diukur dengan rasio keuangan. Dalam beberapa

literatur mengenai kinerja keuangan (Horne dan Wachowicz, 2005;

Agnes, 2008) tidak memasukkan unsur pertumbuhan dalam rasio

keuangan. Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI)

karena sejauh ini, penelitan yang menghubungkan Modal Intelektual

terhadap nilai pasar perusahaan belum banyak ditemukan di Indonesia.

Pemilihan sektor manufaktur sebagai sampel untuk tujuan

homogenitas sampel sehingga hasil yang bias bisa dihindari. Alat

analisis yang digunakan dalam penelitian ini juga berbeda dengan

penelitian Chen et al. (2005). Penelitian ini digunakan Partial Least

Square (PLS) karena seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian

ini merupakan variabel laten yang tidak bisa diukur secara langsung.

PLS juga memungkinkan analisis sekaligus atas variabel laten dengan

beberapa indikator. Sementara dalam penelitian Chen et al. (2005)

menggunakan alat regresi berganda sehingga pengujian harus

dilaksanakan berulang untuk setiap indikator pembentuk variabel

dependennya. Pemilihan model VAIC™ sebagai proksi IC mengacu

pada penelitian Chen et al. (2005); Firer dan William (2003); dan Tan et

al. (2007). Kinerja keuangan yang digunakan adalah current ratio (CR),

debt to equity ratio (DER), rasio penjualan terhadap total aset (ATO),

return on investment (ROI), dan return on equity (ROE).

Pemilihan indikator kinerja keuangan tersebut mengacu pada

penelitian Chen et al. (2005) dan Firer dan William (2003) yang telah

dikembangkan dengan menambahkan indikator likuiditas dan leverage.

Indikator pertumbuhan perusahaan yang digunakan adalah pertumbuhan

laba (EG) dan pertumbuhan aktiva (AG). Sedangkan nilai pasar

perusahaan diproksikan dengan price to book value ratio (PBV) dan

price to earning ratio (PER), dimana indikator tersebut merupakan

pengembangan terhadap penelitian Chen et al. (2005).

C. Jenis Resources

Secara umum firm resources terdiri dari dua kategori, yaitu

tangible resources – yang terdiri dari seumber daya berwujud yang

Page 44: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

39

umumnya masuk ke dalam pembukuan perusahaan, seperti pabrik,

tanah, kendaraan, bahan baku, dan mesin - dan intangible resources -

yang terdiri dari sumber daya yang tidak berwujud dan agak sulit untuk

dimasukan ke dalam pembukuan perusahaan, antara lain seperti

keahlian karyawan, budaya perusahaan, struktur organisasi, persepsi

seluruh anggota organisasi dan proses yang terjadi dalam organisasi

(Carmeli & Tishler, 2004, h.303; Eikelenboom, 2005, h.16; L0, 2012,

h.151-2; Jardon & Martos, 2012, h.463).

Gabungan kedua jenis resources ini amat berperan penting bagi

kelangsungan dan pertumbuhan perusahaan, karena tanpa salah satu

resource, tidak mungkin ada perusahaan yang muncul, karena tidak

mungkin akan ada produk yang berhasil diproduksi untuk kemudian

dipasarkan. Tetapi walaupun demikian, dalam upaya memunculkan

keunggulan bersaing yang akan mengarah kepada kinerja perusahaan

yang tinggi, banyak ahli yang berpendapat bahwa hanya sumber daya

tidak berwujud saja yang mampu mewujudkannya, karena sumber daya

tidak berwujud saja yang sulit untuk diimitasi atau dengan kata lain

intangible resources adalah sumber daya yang bersifat strategis

terutama di era intelektual saat ini (Marr, 2005, h.147; Lo, 2012, h.152;

Aragn-Snchez & Snchez-Marn, 2005, h.288-9; Thom, 2008, h.4;

Durst,2011, h.1).

Pendapat ini diperkuat oleh Suraj & Bontis (2012, h.264) yang

menyatakan bahwa aset tidak berwujud ini lebih mampu menciptakan

nilai tambah bagi perusahaan yang memastikan tercapainya competitive

advantage. Penciptaan nilai tambah ini dimungkinkan oleh beberapa

sifat sumber daya tidak berwujud yang sulit untuk diimitasi pesaing

perusahaaan, antara lain seperti kelangkaannya. Sementara dilain pihak

sumber daya berwujud biasanya gagal memenuhi kondisi yang

diperlukan menjadi sebuah faktor kritis bagi terciptanya

sebuah competitive advantage, yaitu : bernilai, heterogenitas,

kelangkaan, durabilitas, mobilitas tidak sempurna, tidak dapat

digantikan dan sulit untuk diimitasi (Cater & Cater, 2009, h.188).

D. Karakteristik Firm Resources

Agar perusahaan mampu memenangkan persaingan, dalam arti

mampu menciptakan competitive advantage, maka menurut Barney

(2002) sumber daya perlu memiliki beberapa karakteristik yang terkenal

dengan akronim VRIO (Jugdev, 2005, h.6-7) :

Valuable. Untuk mengetahui apakah resouces yang ada valuable

atau tidak, menurut Barney perlu dipertanyakan ”do a firm’s

Page 45: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

40

resources enable the firm to respond to environmental threats

or opportunities?”. Jika jawabannya ya, maka resources itu

valuable. Artinya resources itu mampu mengeksploitasi

peluang dan menetralkan ancaman yang ada di lingkungan

perusahaan. Resources yang valuable akan mendatangkan

return yang lebih kepada perusahaan. Tetapi resources yang

valuable belum tentu mendatangkan competitive advantage.

Jika resources hanya bersifat valuable, maka menurut Barney,

resources ini hanya akan memunculkan competitive parity.

Rareness. Valuable resources saja menurut Barney belum

memenuhi syarat menjadikan perusahaan memenangkan

persaingan. Ia harus disertai dengan sifat lainnya, yaitu

rareness. Pertanyaan penting menurut Barney (2002) yang peru

diajukan berkenaan dengan langka tidaknya resources

perusahaan adalah ”Is a resource currently controlled by only a

small number of competing firms?” Jika jawabanya ya, maka

resources itu bersifat langka, artinya resources seperti ini tidak

banyak dimiliki oleh perusahaan lainnya. Rare resources

menurut Barney (2002) merupakan pertanda didapatkannya

competitive advantage temporer.

Inimitability. Agar perusahaan mendapatkan competitive

advantage, maka valuable dan rare resourcesnya perlu

ditambah dengan sifat inimitability, yaitu resources yang sulit

untuk ditiru perusahaan lain dalam jangka panjang. Pertanyaan

penting yang berkenaan dengan sifat sumber daya ini menurut

Barney (2002) adalah ”Do firms without a resource face a cost

disadvantage in obtaining or developing it?”. Jika jawabannya

adalah ya, maka resources ini sulit diimitasi pesaingnya,

sehingga perusahaan bisa mendapatkan competitive advantage.

Organizational Focus. Agar perusahaan mampu mendapatkan

sustainable competitive advantage melalui resourcesnya, maka

pertanyaan penting yang patut diajukan perusahaan adalah ”Are

a firm’s other policies and procedures organized to support the

exploitation of its valuable, rare, and costly to imitate

resources?” Jika jawabannya ya, maka atinya aktivitas

perusahaan - seperti rutinitas, leadership, proses formal dan

fungsi-fungsi manajemen - memungkinkan perusahaan

melindungi asetnya melalui praktek bisnisnya.

Page 46: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

41

BAB III

MANAJEMEN INTELECTUAL CAPITAL

A. Manajemen Intelektual Capital

Isi penting dari Manajemen intelektual Capital adalah sumber

daya heterogen, yaitu pengetahuan. Manajemen pengetahuan adalah inti

dari Manajemen Intelektual Capital, dan transfer, aliran, berbagi dan

komunikasi dengan eksterior dalam organisasi semua sangat penting

untuk meningkatkan Capital Intelektual, tetapi Manajemen Intellectual

Capital tidak hanya untuk mengelola pengetahuan, tapi untuk mengelola

perluasan pengetahuan ekspansi manajemen, yaitu untuk mengelola

evaluasi ekspansi, nilai-nilai dan peningkatan Capital Intelektual.

Seiring dengan perkembangan lingkungan bisnis, ilmu

pengetahuan pun mengalami perkembangan. Perkembangan ilmu

pengetahuan khususnya manajemen telah membawa suatu perbedaaan

dalam menawarkan solusi bagi organisasi bisnis untuk mencapai

kesuksesan melalui pencapaian keunggulan kompetitif. Salah satu

wujud perkembangan ilmu pengetahuan adalah lahirnya konsep

intellectual capital management (manajemen modal intelektual).

Kesuksesan perusahaan selalu terkait dengan adanya sharing

pengetahuan baik tentang kebutuhan konsumen, produk baru, jasa,

bahkan tentang kebijakan maupun prosedur dalam perusahaan.

Hal ini menunjukkan bahwa konsep manajemen modal

intelektual maupun knowledge management (manajemen pengetahuan)

bukan merupakan konsep baru. Hal yang baru adalah bahwa konsep

manajemen modal intelektual dan manajemen pengetahuan telah

menjadi suatu konsep yang umum diterapkan di perusahaan-perusahaan

di negara maju maupun negara sedang berkembang.

Dalam era pengetahuan saat ini, kemampuan suatu produk dan

perusahaan untuk bisa bertahan atau tidak dalam persaingan sangat

tergantung pada kapasitas untuk mengelola asset intangible,

pengetahuan, dan kapabilitas inovasi secara efektif dan efisien

menjadinilai penting bagi pengendali aktivitas perusahaan.

Perkembangan pengetahuan mengindikasikan adanya suatu variabel

baru yang diperkenalkan ketika mengembangkan dan menganalisa

rantai nilai dan strategi perusahaan. Selain itu, pengetahuan juga

Page 47: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

42

mengindikasikan bahwa pasar dan peran kompetensi telah dimodifikasi

dengan menggunakan pemikiran seluruh rantai nilai kapasitas

perusahaan untuk mengelola aset pengetahuan menjadi faktor kunci

dalam menyuseskan bisnis dan menjaga kelangsungan hidup

perusahaan.

Perubahan orientasi strategi dalam aset pengetahuan

memerlukan pemahaman bahwa penciptaan keunggulan kompetitif

perusahaan sangat tergantung pada kemampuan perusahaan untuk

menciptakan, menggunakan, dan mentransfer, dan memanfaatkan aset-

aset intangible yang bersifat langka, tidak dapat diperdagangkan dan

sangat sulit untuk ditiru.

Dalam kondisi perubahan lingkungan bisnis yang dinamis

seperti saat ini, penilaian aset berdasarkan sumber daya muncul sebagai

jawaban dalam pengelolaan bentuk-bentuk aset intelektual. Melalui

penilaian modal intelektual, perusahaan dapat mengelola dan

mengembangkan asset yang dimiliki sehingga bermanfaat bagi upaya

pencapaian keunggulan kompetitif berkelanjutan.

Manajemen Capital Intelektual harus mencakup tiga lapisan sebagai

berikut.

(1).Lapisan Inti.

Pada lapisan ini, manajemen pengetahuan dapat memberikan

platform pengetahuan untuk ekspansi dari Intellectual Capital

dengan mengasimilasi pengetahuan eksterior, mengintegrasikan

pengetahuan interior dan menciptakan pengetahuan baru.

(2) Lapisan Ekspansi.

Pada lapisan ini, perusahaan Intellectual Capital dapat

menyadari nilai peningkatan oleh ekspansi, dan sesuai

mendorong peningkatan nilai keseluruhan perusahaan.

(3) Lapisan strategi.

Sebagai subsistem dari manajemen perusahaan, manajemen

perusahaan Capital Intelektual harus sesuai dengan strategi

pengembangan perusahaan dan membuat penyesuaian yang tepat sesuai

dengan strategi perusahaan.

Seperti dilihat dari isi Manajemen Intelektual Capital, hal ini

berbeda dengan manajemen tradisional lainnya, dan perbedaan terutama

diwujudkan dalam aspek berikut.

Page 48: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

43

Berbeda dengan manajemen pengetahuan.

Seperti dilihat dari objek manajemen, manajemen pengetahuan

untuk pengetahuan, tetapi Intellectual Capital adalah untuk

mengelola pengetahuan yang telah dikonversi ke pusat.

Manajemen Pengetahuan adalah dasar manajemen Intellectual

Capital. Untuk organisasi-organisasi seperti negara dan

perusahaan, jika pengetahuan tidak bisa dikonversi menjadi

sumber daya yang tidak dapat diinvestasikan dalam produksi

(pusat), arti sebenarnya dari manajemen akan hilang.

Berbeda dengan manajemen informasi.

Kecuali untuk mengelola pengetahuan eksplisit dalam

pengetahuan perusahaan sumber daya, manajemen Intellectual

Capital terutama untuk mengelola pengetahuan implisit

perusahaan, dan merangsang karyawan untuk berkontribusi dan

berbagi akumulasi pengetahuan implisit mereka, yang

merupakan kunci untuk perusahaan pembangunan di saat

ekonomi pengetahuan.

Berbeda dengan manajemen aset.

Tujuan Manajemen Intelektual Capital adalah Kekayaan

berwujud Capital perusahaan.Di hari ketika aset pengetahuan

lebih dan lebih penting, Intellectual Capital manajemen lebih

dan lebih praktis.

Pengaruh pada pengelolaan keuangan.

Dalam pelaksanaan sistem manajemen Intellectual Capital,

indeks kendali manajemen keuangan diasumsikan oleh jaringan

pengetahuan interior dari perusahaan, dan lapisan superior dari

perusahaan dapat memperoleh data keuangan relatif (termasuk

data akuntan tradisional dan data Intellectual Capital),

mengetahui tren baru dan membuat keputusan dalam waktu.

Pengaruh pada manajemen produksi.

Platform berbagi pengetahuan yang ditetapkan oleh Intellectual

Capital manajemen bisa efektif harmoni efisiensi berbagai

bagian dan karyawan akan secara aktif berpartisipasi dalam

keputusan dari sistem manajemen produksi.

Pengaruh pada manajemen pemasaran.

Manajemen Intelektual Capital dapat melemahkan batas-batas

antar perusahaan dan lingkungan eksterior, dan konsumen dan

dealer untuk tidak pasif menerima pasokan produk perusahaan,

tetapi berpartisipasi dalam keputusan pemasaran dari

Page 49: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

44

perusahaan, dan perusahaan akan lebih mendekati ke pasar dan

konsumen, sehingga perusahaan sebagian besar akan

mengadopsi ukuran pemasaran (seperti E-bisnis) memberikan

prioritas ke jaringan.

Manajemen Intelektual Capital akan membawa banyak manfaat

bagi satu perusahaan, seperti mengurangi waktu dari pengembangan

aplikasi, menghemat biaya dan investasi, atau capital struktur daur

ulang dan capital organisasi, dan menghasilkan nilai tambah yang lebih

tinggi karena peningkatan fungsi bersama, dan menciptakan nilai-nilai

baru dengan baru asosiasi dan kombinasi baru.

Oleh karena itu, manajemen Intellectual Capital dapat

didefinisikan sebagai pengelolaan ekspansi, peningkatan dan evaluasi

nilai manajemen pengetahuan, mengambil manajemen pengetahuan

sebagai inti, mengambil peningkatan nilai perusahaan sebagai niat

bawah kondisi beradaptasi dengan strategi pengembangan perusahaan.

B. Tindakan Manajemen Intellectual Capital

Jika perusahaan ingin memperoleh keuntungan dalam

persaingan pasar, mereka seharusnya tidak hanya berinovasi pada

produk, saluran pemasaran, pasar dan pelayanan, tetapi meningkatkan

kemampuan R & D pasar dan produk, dan khusus memperhatikan untuk

budidaya dan manajemen perusahaan Capital Intelektual.

Target manajemen Capital Intelektual adalah untuk

membedakan, memperoleh, memanfaatkan dan lingkaran intelektual

Capital untuk meningkatkan kemampuan produksi nilai perusahaan.

B.1 Penguatan pengelolaan sumber daya pengtahuan perusahaan

Sumber daya pengetahuan perusahaan berarti sumber daya yang

dapat dimanfaatkan berulang kali oleh perusahaan, yang berdasarkan

informasi dan teknologi, dan membawa pertumbuhan kekayaan bagi

perusahaan. Hal ini biasanya mencakup tiga aspek,

yaitu aset tidak berwujud dibuat dan dimiliki oleh perusahaan (seperti

merek, reputasi, saluran, aliran teknis, modus manajemen dan metode,

jaringan informasi), sumber daya informasi (berbagai informasi tentang

perusahaan manajemen diakuisisi oleh jaringan informasi), sumber daya

intelijen (berbagai pengetahuan yang dapat dimanfaatkan

olehperusahaan dan dalam sumber daya manusia perusahaan, dan

kemampuan yang dapat memanfaatkan pengetahuan dengan cara yang

kreatif). Hal ini jelas bahwa sumber daya pengetahuan dapat

Page 50: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

45

menciptakan peluang pasar yang besar dan kekayaan bagi

perusahaan.Karena peran sumber daya pengetahuan dalam

kelangsungan hidup dan pengembangan perusahaan lebih dan lebih

penting, dan pengelolaan sumber daya pengetahuan telah berubah

menjadi konten yang paling penting dari manajemen perusahaan, dan

pengelolaan sumber daya pengetahuan adalah jenis manajemen yang

komprehensif, dan turun ke banyak domain seperti sebagai manajemen

sumber daya manusia, manajemen produksi, manajemen pemasaran,

perlindungan hak milik intelektual, pembentukan hubungan masyarakat,

teknologi dan manajemen informasi.Tujuan dari sumber daya

pengetahuan manajemen adalah untuk menawarkan teknologi baru,

metode dan lingkungan untuk menyelaraskan, penciptaan dukungan

buruh, distribusi dan pemanfaatan pengetahuan, dan akhirnya

meningkatkan kemampuan kompetitif inti perusahaan.

Isi utama pengelolaan sumber daya pengetahuan umum meliputi

aspek-aspek berikut, yaitu sistem dan operasi organisasi standar

menghasilkan, memanfaatkan dan mentransfer sumber-sumber

pengetahuan perusahaan, manajemen investasi sumber-sumber

pengetahuan seperti pelatihan sumber daya manusia, pengenalan

informasi dan teknologi, dan pembentukan citra perusahaan,

pembentukan repositori pengetahuan untuk meningkatkan berbagi

pengetahuan, peningkatan inovasi pengetahuan untuk mengintegrasikan

pengetahuan creationary menjadi produk, jasa dan produksi proses,

perlindungan hak milik intelektual, penilaian output, distribusi

pendapatan, konfirmasi dan evaluasi sumber daya pengetahuan.

B.2 Penguatan manajemen interior dan eksterior manajemen

pengetahuan perusahaan

Seperti dilihat dari berbagai manajemen pengetahuan,

manajemen pengetahuan datang ke interior manajemen, manajemen

eksterior pengetahuan.Manajemen interior pengetahuan termasuk

generasi, komunikasi, akumulasi dan penerapan pengetahuan di

pedalaman perusahaan. Interior manajemen pengetahuan perusahaan

harus membangun lingkungan longgar yang menguntungkan untuk

menghasilkan, berkomunikasi dengan dan memvalidasi pengetahuan

bagi karyawan, membangun jaringan informasi di pedalaman

perusahaan nyaman bagi karyawan untuk berkomunikasi dengan

pengetahuan, merupakan berbagai kebijakan dorongan untuk

Page 51: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

46

komunikasi pengetahuan antara karyawan, memanfaatkan berbagai

basis data pengetahuan dan paten database untuk menyimpan dan

mengumpulkan pengetahuan, kendurkan kontrol aplikasi pengetahuan

dan mendorong karyawan untuk mengukir mereka sendiri karir di

pedalaman perusahaan dan mempromosikan penerapan pengetahuan.

Tujuan dari eksterior manajemen pengetahuan adalah untuk

secara efektif mengelola pengetahuan dengan komunikasi dan

kerjasama antara perusahaan, dan lebih. Manajemen eksterior

pengetahuan harus membuat perusahaan untuk berkomunikasi secara

efektif dan berbagi pengetahuan dengan perusahaan lain, dan efektif

bekerja sama dengan pemasok eksterior khusus lainnya pengetahuan,

dan berbagi pengetahuan, mengembangkan dan menumbuhkan pasar

dengan pesaing bersama-sama.

B.3 Penguatan pengelolaan pengetahuan eksplisit dan

pengetahuan implisit

Seperti dilihat dari bentuk manajemen pengetahuan,

pengetahuan dapat dibagi menjadi pengetahuan eksplisit dan implisit

pengetahuan. Pengetahuan eksplisit terutama berarti pengetahuan yang

ada dengan bentuk seperti paten, penemuan ilmiah dan teknologi

khusus.

Dan pengetahuan implisit berarti pengetahuan kreatifitas

karyawan dan ide-ide, dan hanya ada di kepala karyawan, yang tidak

dapat diamati dan dipahami pasti oleh orang lain. Banyak teknologi dan

metode yang dapat digunakan untuk mengelola pengetahuan eksplisit,

misalnya, pengetahuan eksplisit seperti paten dan teknologi khusus yang

dapat disimpan dalam database, dan diperiksa dan digunakan oleh

jaringan komputer untuk berbagi dengan orang lain. Karena informasi,

listrik dapat menimbulkan hambatan yang disebabkan oleh tugas dan

kelas dalam sehari-hari, membuat komunikasi antara orang-orang secara

bebas, dan membuat efek komunikasi yang lebih efektif.

Oleh karena itu, perusahaan harus belajar untuk menggunakan

informasi dan pengetahuan pengalihan alat baru ini, memahami

pengetahuan baru, informasi baru dan trend terbaru di dunia, dan

memanfaatkan semua harta manusia dan pengetahuan untuk

mempercepat pembangunan.

Pengetahuan implisit yang ada dalam kepala karyawan, yang

tidak dapat diamati pasti, dan masing-masing perusahaan memiliki

beberapa "pengetahuan pencari jati diri" yang tidak akan mudah

Page 52: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

47

berbagi pengetahuan dengan orang lain untuk mempertahankan status

khusus mereka dalam perusahaan. Usaha ini tidak bisa menghilangkan

dan menangkap ide-ide yang ada di pikiran karyawan tersebut, serta

karyawan yang secara sadar memberikan kontribusi pengetahuan untuk

perusahaan dan berbagi dengan sebagian besar karyawan.

Pengetahuan implisit dapat dikonversi menjadi produktivitas

yang kuat dari perusahaan.Oleh karena itu, perusahaan harus secara

efektif menyesuaikan mekanisme manajemen perusahaan, dan

membentuk mekanisme manajemen yang dapat mendorong

karyawan untuk bekerja sama dalam inovasi dan berbagi pengetahuan.

B.4 Meningkatkan kualitas seluruh sumber daya perusahaan

dengan pelatihan pendidikan

Pada saat ekonomi pengetahuan, kompetisi bakat yang lebih

drastis, dan salah satu tugas penting dari sumber daya manusia

manajemen adalah untuk menarik dan mempertahankan kompetensi

sumber daya yang sangat baik. Namun, arus kuat yang tersedia

bertentangan dengan itu, dan karyawan di perusahaan selalu lebih

memperhatikan pertumbuhan kompetensi masing-masing, bukan

kebutuhan organisasi.

Berdasarkan itu, perusahaan harus terlebih dahulu

memperhatikan investasi capital manusia bagi karyawan,

menyempurnakan kompetensi, mekanisme budidaya, dan menawarkan

kesempatan belajar bagi karyawan untuk menerima pendidikan lanjutan

dan terus-menerus meningkatkan keterampilan mereka, dan membuat

mereka untuk memiliki kemampuan untuk memperoleh pekerjaan

seumur hidup.

Persyaratan karyawan untuk pertumbuhan pengetahuan,

individu dan karir akan melebihi pelaksanaan target organisasi. Ketika

karyawan merasa bahwa mereka hanya "karyawan senior" organisasi,

loyalitas mereka tidak akan terbentuk. Oleh karena itu, perusahaan tidak

hanya harus menawarkan gaji sesuai dengan kontribusi karyawan, dan

membuat mereka mau untuk berbagi kekayaan yang dimereka ciptakan,

tetapi juga sepenuhnya tahu kebutuhan individu karyawan dan

keinginan mereka tentang pekerjaan .

Hanya ketika karyawan bisa dengan jelas melihat

perkembangan mereka dalam organisasi, mereka dapat mencoba yang

terbaik untuk memberikan kontribusi kekuatan mereka dan membentuk

Page 53: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

48

kehormatan berbagi hubungan atau aib dalam kerjasama jangka panjang

dengan organisasi.

B.5 Membangun distribusi yang wajar dan sistem dorongan

Mekanisme distribusi adalah kunci untuk berinovasi pada

mekanisme perusahaan, dan dorongan untuk mengembangkan

perusahaan. Setiap terobosan mekanisme distribusi semua dapat

mendorong antusiasme dan kreativitas kerja karyawan. Pada saat

ekonomi pengetahuan, produksi masyarakat sebagian besar akan

mengkonsumsi pengetahuan dan orang-orang yang dapat

mengumpulkan lebih banyak pengetahuan dan terus-menerus

menciptakan pengetahuan baru akan mendapatkan kekayaan. Dalam hal

ini, distribusi kesejahteraan sosial akan mengambil ilmu sebagai sumber

utama, dan gaji, yang terutama ditentukan oleh pengetahuan individu

dan keterampilan, membayar lebih untuk lebih banyak pengetahuan.

Page 54: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

49

BAB IV

KEUNGGULAN KOMPETITIF

Pentingnya kewirausahaan strategis ditekankan dalam konteks

bisnis yang dinamis, seperti hal ini digunakan untuk menjadi cara

berpikir dan perilaku yang ditiru oleh manajer dan organisasi, yang

selalu berorientasi pada keunggulan kompetitif dan penciptaan

kesejahteraan. Bruton & Rubanik (2002) dalam sebuah studi pada

teknologi tinggi Rusia start-up usaha, berpendapat bahwa lebih inovatif

perusahaan memiliki lebih banyak kesempatan untuk menggunakan

peluang pertumbuhan.

Konsisten dengan penelitian sebelumnya (misalnya, Irlandia et

al, 2003;. Irlandia & Webb, 2009), studi ini mendefinisikan

kewirausahaan strategis sebagai konsep tiga faktor:

1. Pola pikir kewirausahaan,

2. Menyeimbangkan eksplorasi dan eksploitasi, dan

3. Inovasi yang berkelanjutan.

Istilah "pola pikir" mengacu untuk "kerangka kerja kognitif

melalui mana pengetahuan segar dan ada ditafsirkan dan digunakan

untuk menginformasikan keputusan seperti yang mengenai strategi dan

kewirausahaan "(Baron, 2007). Dimensi kedua kewirausahaan strategis

adalah untuk menemukan keseimbangan antara eksplorasi dan

eksploitasi (Irlandia et al., 2003). Dimensi ini adalah pusat dari strategi.

Konsep kewirausahaan dan penelitian telah menunjukkan

bahwa keseimbangan ini akan memberikan kontribusi mencapai kinerja

yang unggul (Huang, 2009). Elemen kunci ketiga adalah kontinu.

Inovasi yang terjadi ketika suatu perusahaan terus menciptakan atau

transfer nilai ekonomi. Oleh karena itu, inovasi yang berkelanjutan

secara langsung dan positif memberikan kontribusi untuk perusahaan

dalam menciptakan kesejahteraan. Singkatnya, kewirausahaan strategis

menawarkan ide-ide baru untuk mengembangkan dan mengeksploitasi

strategi perusahaan dalam mengejar keuntungan kompetitif

Dalam beberapa tahun terakhir, modal intelektual dan

pengukurannya adalah subjek penelitian bukan hanya di dikembangkan

negara, namun, saat ini merupakan topik yang menarik di seluruh dunia

(Ahagarzadeh, 2010). Dalam hal ini lingkungan bisnis dengan

Page 55: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

50

karakteristik seperti globalisasi, persaingan dan tingginya tingkat

perubahan teknologi, aset berwujud seperti modal, tanah dan material

tidak menciptakan keunggulan kompetitif untuk organisasi dan mereka

harus mengatur aset tidak berwujud sebagai dasar untuk keunggulan

kompetitif yang berkelanjutan (Shafiezadeh, 2007). Oleh karena itu,

perlu bahwa sumber daya utama, insentif kinerja dan persaingan dalam

organisasi akan ditentukan oleh manajer karena meningkatkan

pengetahuan dan penerapan aset tidak berwujud membantu perusahaan

untuk menjadi efisien, menguntungkan dan kreatif (Namazi dan

Abrahimi, 2007).

Modal intelektual merupakan pendorong utama inovasi dan

keunggulan kompetitif dalam pengetahuan berbasis ekonomi saat ini

(Bontis 2004; Yu-Shan Chen 2007). Banyak organisasi telah menyadari

fakta penting bahwa nilai riil mereka tidak tercermin di ibukota

materialistis mereka, tetapi modal intelektual mereka. Modal intelektual

termasuk modal manusia, modal struktural dan modal hubungan.

Modal manusia mengacu pada modal ide (tenaga kerja,

kemampuan karyawan dan sikap basis pengetahuan) dan modal

kepemimpinan (karakteristik ahli dan manajer); modal struktural

mengacu pada modal inovasi (Paten, merek dagang, hak cipta, basis

data pengetahuan) dan modal prosedur (prosedur kerja, rahasia dagang);

modal hubungan mengacu pada hubungan pelanggan, hubungan

pemasok, dan hubungan jaringan keanggotaan (Mahmood, Baratali &

Somayeh 2012).

Perdebatan saat ini yang ada pada manajemen modal

intelektual diatur dalam konteks model manajemen perubahan dan

struktur organisasi. Dikatakan bahwa organisasi bergerak dari komando

dan kontrol untuk delegasi, pemberdayaan dan pembinaan. Melalui ini,

setiap orang dalam organisasi memiliki kesempatan untuk membentuk

cara bekerja. Ini adalah peran manajemen untuk memanfaatkan dan

memaksimalkan potensi itu. Sudah jelas bahwa manajer yang ingin

tumbuh modal intelektual organisasi mereka harus mampu memperluas

kecerdasan, mendorong inovasi dan latihan integritas (Antonio et al

2008;. Ahangar 2011)

Dalam hari ini lingkungan bisnis dengan karakteristik seperti

globalisasi, persaingan dan tingginya tingkat perubahan teknologi, aset

berwujud seperti modal, tanah dan baku bela diri tidak menciptakan

keunggulan kompetitif untuk organisasi dan mereka harus mengatur aset

Page 56: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

51

tidak berwujud sebagai dasar untuk keunggulan kompetitif yang

berkelanjutan (Shafiezadeh, 2007).

Oleh karena itu, perlu bahwa sumber daya utama, insentif

kinerja dan persaingan dalam organisasi akan ditentukan oleh manajer

karena meningkatkan pengetahuan dan penerapan aset tidak berwujud

membantu perusahaan untuk menjadi efisien, menguntungkan dan

kreatif (Namazi dan Abrahimi, 2007). Modal intelektual (IC) merupakan

pendorong utama inovasi dan keunggulan kompetitif dalam

pengetahuan berbasis ekonomi saat ini (Bontis 2004; Yu-Shan Chen

2007).

Perdebatan saat ini pada manajemen modal intelektual diatur

dalam konteks model perubahan manajemen dan struktur organisasi.

Dikatakan bahwa organisasi bergerak dari komando dan kontrol untuk

delegasi, pemberdayaan dan pembinaan. Melalui ini, setiap orang dalam

organisasi memiliki kesempatan untuk membentuk cara bekerja. Ini

adalah peran manajemen untuk memanfaatkan dan memaksimalkan

potensi itu. Sudah jelas bahwa manajer yang ingin tumbuh modal

intelektual organisasi mereka harus mampu memperluas kecerdasan,

mendorong inovasi dan latihan integritas (Antonio et al 2008;. Ahangar

2011)

Memang, ini adalah tiga kompetensi inti dari manajemen

modal intelektual. Modal intelektual (IC) merupakan pengetahuan

kolektif yang tertanam di personil, rutinitas organisasi dan jaringan

hubungan organisasi (Stewart 1997; Bontis 2004; Christina 2006). IC

telah diakui sebagai sumber penting bahwa organisasi perlu

mengembangkan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif yang

berkelanjutan (Bramhandkar;Erickson & Applebee 2007). Modal

intelektual dapat didefinisikan sebagai 'nilai ekonomis' dari tiga kategori

aktiva tidak berwujud dari rumah sakit (Kong, 2010).

Keunggulan kompetitif terjadi ketika sebuah organisasi

memperoleh atau mengembangkan atribut atau kombinasi atribut yang

memungkinkan untuk mengungguli pesaingnya. Atribut ini dapat

mencakup akses ke sumber daya alam, seperti kelas tinggi

atau kekuasaan rendah, atau akses ke sumber daya manusia yang sangat

terlatih dan tenaga terampil baru teknologi seperti robotika dan

teknologi informasi dapat memberikan keunggulan kompetitif, baik

sebagai bagian dari produk itu sendiri, sebagai keuntungan untuk

pembuatan produk, atau sebagai alat bantu kompetitif dalam proses

bisnis (misalnya, identifikasi yang lebih baik dan pemahaman

Page 57: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

52

pelanggan) (Arend 2003; Barney 2007). Istilah keunggulan kompetitif

adalah kemampuan yang diperoleh melalui atribut dan sumber daya

untuk tampil di tingkat yang lebih tinggi daripada orang lain dalam

industri yang sama atau pasar (Beban & Proctor 2000; Cousins 2005).

Hasil kinerja yang unggul dan keunggulan sumber daya produksi

mencerminkan keunggulan kompetitif (Fahy,Farrelly&Quester2004;

Gottschalg & Zollo 2007).

Keunggulan kompetitif sebagai kemampuan untuk tetap di

depan persaingan saat ini atau potensial, sehingga kinerja yang unggul

dicapai melalui keunggulan kompetitif akan memastikan kepemimpinan

pasar. Keunggulan Kompetitif dikembangkan atas dasar tiga

karakteristik. Pertama, keunggulan kompetitif harus mampu

menghasilkan nilai pelanggan. Nilai pelanggan dapat didefinisikan oleh

pelanggan dalam hal pengiriman cepat, harga yang lebih rendah,

kenyamanan, atau karakteristik lainnya. Kedua,pelanggan harus dapat

merasakan peningkatan nilai produk atau jasa. Apakah atau tidak produk

lebih unggul kompetisi tidak sepenting apakah pelanggan merasakan

produk unggul. Ketiga, untuk keunggulan kompetitif untuk menjadi

efektif, harus sulit bagi pesaing untuk mengikuti (Burden & Proctor

2000; Barney 2007).

Langkah pertama dalam mengembangkan keunggulan kompetitif adalah

untuk mengidentifikasi pesaing yang relevan. Selanjutnya, pemilik

bisnis harus mengidentifikasi kekuatan dan sumber daya bisnis. Ini

mungkin termasuk lokasi, produk khusus barang dagangan,atau lebih

baik terlatih dan lebih karyawan berpengetahuan. Jika bisnis adalah

usaha bisnis baru, langkah ini harus fokus pada berbagai

sumber bahwa bisnis ini mampu menyatukan. Sementara ini mungkin

tampak terbatas dibandingkan dengan sumber daya pesaing yang lebih

besar, strategi bersaing lebih tentang memanfaatkan sumber daya apa

yang tersedia.

A.SOCIAL CAPITAL

Modal sosial disebut-sebut sebagai bagian integral dari

aset tidak berwujud organisasi. Referensi aset menunjukkan

memproduksi sewa potensial. Namun, modal sosial seperti tidak dapat

menghasilkan sewa, tetapi juga akan mengakibatkan maksimalisasi

sewa yang lebih besar dari sumber daya lain yang melengkapi modal

sosial. Burt (1992) menunjukkan bahwa modal sosial yang dimiliki

bersama oleh para pihak . Hubungan antara modal dan manusia adalah

Page 58: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

53

milik individu atau perusahaan. Dengan kata lain, modal sosial

tertanam dalam posisi kontak organisasi mencapai melalui jaringan

sosial (Lin, Ensel, dan Vaughn, 1981). Kedua, modal sosial terkait

dengan tingkat pengembalian dalam fungsi produksi pasar sedangkan

keuangan dan modal manusia berkaitan dengan kemampuan produksi

yang sebenarnya.

Kita harus bertanya, apa peran modal sosial dalam transaksi

ekonomi? Dalam persaingan sempurna, modal sosial tidak dapat

menghasilkan apapun peningkatan ekonomi (Burt, 1992). Namun pada

pasar hampir sempurna dan tidak kehilangan informasi, modal sosial

anggota memperkuat kemampuan perusahaannya untuk

mempertahankan klien, melakukan market intelligence, dan belajar

tentang teknologi baru.

Ini terutama berlaku dalam ekonomi pengetahuan di mana

banyak industri ditandai dengan produk atau jasa abstrak, yang kualitas

dan dimensi lain sulit untuk mengartikulasikan dan di mana pengiriman

output sangat ditambah dengan reputasi (lih Burt,1992). Seorang klien

melakukan kontak sosial pada mereka sebagai pemasok karena kriteria

penilaian untuk kualitas mungkin sulit didapat. Sementara modal sosial

bukan merupakan bagian dari fungsi produksi yang memiliki dampak

yang mendalam pada manfaat bahwa perusahaan berasal dari

kemampuan produksi. Beberapa hal itu berbeda, modal sosial membawa

peluang untuk mengeksploitasi modal keuangan dan manusia pada

keuntungan.

B. Dampak Modal Intelektual terhadap Keberhasilan Organisasi

Munculnya era informasi telah membawa dampak yang besar di

dalam dunia bisnis dan ekonomi. Modal intelektual kini memegang

peranan yang penting di dalam keberhasilan perusahaan. Secara garis

besar, modal intelektual membawa 3 dampak yang signifikan, yaitu:

1. Ekonomi Baru Dari Informasi (The New Economics of

Information)

Saat ini ekonomi tak berwujud dapat dibuktikan sama atau lebih

besar ukurannya jika dibandingkan dengan ekonomi yang berwujud.

Dunia ekonomi berwujud dan tak berwujud itu saling berdampingan,

saling berhubungan, saling melengkapi, saling berjalin, dan saling

mempengaruhi. Perwujudan aset tak berwujud, yakni modal intelektual

Page 59: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

54

manusia, struktural, dan pelanggan dapat dengan kuat mendukung

pekerjaan.

Aset intelektual adalah modal intelektual dalam diri manusia,

struktural, dan manifestasi pelanggan yang dapat mendukung suatu

pekerjaan dengan kuat. Berdasarkan teorinya, ekonomi informasi

mempunyai konsekuensi yang sangat praktis dan besar bagi manajemen

dan karir. Suatu perusahaan harus menemukan suatu cara yang baru di

dalam beroperasi di tengah-tengah bisnis dan ekonomi yang baru ini.

Hal ini diperlukan agar perusahaan dapat membuat keputusan yang

bijak dan tepat tentang bagaimana cara survive di dalam persaingan di

dalamnya.

Perusahaan harus mengetahui bahkan memahami bahwa “primadona”

dalam era informasi ini bukan lagi aset fisik, tetapi lebih kepada asset

intangible atau intellectual capital (khususnya pengetahuan dan

informasi). Informasi dan pengetahuan berbeda dengan kas, sumber

alam, tenaga kerja, dan permesinan (sumber daya fisik). Oleh karena itu

perusahaan harus mengelolanya dengan “cara“ yang berbeda pula. Tabel

1 menunjukkan perbedaan antara pengetahuan dan informasi.

Aset intelektual adalah modal intelektual dalam diri manusia,

struktural, dan manifestasi pelanggan yang dapat mendukung suatu

pekerjaan dengan kuat. Berdasarkan teorinya, ekonomi informasi

mempunyai konsekuensi yang sangat praktis dan besar bagi manajemen

dan karir. Suatu perusahaan harus menemukan suatu cara yang baru di

dalam beroperasi di tengah-tengah bisnis dan ekonomi yang baru ini.

Hal ini diperlukan agar perusahaan dapat membuat keputusan yang

bijak dan tepat tentang bagaimana cara survive di dalam persaingan di

dalamnya.

Tabel 1

Perbedaan Antara Pengetahuan dan Informasi Pengetahuan Informasi

Pengetahuan adalah apa yang para ahli

ekonomi sebut sebagai “suatu barang

publik”. Istilah itu berarti bahwa

pengetahuan dapat digunakan tanpa

dikonsumsi atau dapat digunakan tanpa

mengurangi nilainya. Hal ini

mengakibatkan biaya untuk mendapatkan

pengetahuan tidak dipengaruhi oleh

banyaknya orang yang menggunakannya.

Charles Goldfinger, seorang pemikir dan

tenaga ahli jasa keuangan dari Perancis

dalam bukunya L‟Utile Et Le futile:

L‟Economie de I‟Immaterial (Usefull and

Useless: The Intangible Economy)

mengatakan struktur informasi berlimpah-

limpah. Selalu ada banyak informasi.

Tiap-tiap kegiatan ekonomi menghasilkan

lebih banyak informasi dibandingkan

dengan yang dikonsumsi.

Page 60: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

55

Pengetahuan tidak terikat pada ruang.

Pengetahuan merupakan „wujud” dari

ruang yang independen. Pengetahuan

seperti unsur partikel, dapat berada di

lebih dari satu tempat pada waktu yang

sama.

Dalam transaksi, informasi yang sudah

dijual kepada seseorang dapat dijual lagi

kepada orang lain dalam bentuk item yang

sama.

Format pengetahuan sangat sensitif pada

waktu jika dibandingkan dengan aset fisik.

Kepekaan waktu ini menjelaskan

seluruhnya mengapa industri

menggunakan orang-orang dewasa yang

mengantisipasi, meramalkan, mencari

pendapat umum dengan menggunakan

pengetahuan.

Informasi yang telah dibeli atau

didapatkan dapat dijual kembali kepada

orang lain dengan catatan tidak melanggar

hukum apapun.

Pengetahuan lebih melimpah atau

berkuantitas besar jika dibandingkan

dengan sumber daya ekonomi lainnya.

Manusia lebih banyak membuat

pengetahuan setiap harinya dan

pengetahuan yang meningkat akan

dihargai. Menurut buku teks, nilai

ekonomi terbentuk dari kurangnya atau

sulitnya mendapatkan sesuatu. Tapi,

pengetahuan atau ilmu meningkat nilainya

karena kelebihan pada jumlahnya, bukan

kesulitan untuk mendapatkannya.

Dalam pengetahuan ekonomi, sumber

daya yang langka adalah ketidaktahuan.

Informasi memberikan muatan berlebih.

Eli Noam, Kepala Pusat Telekomunikasi

Dan Informasi Belajar Sekolah Bisnis Di

Columbia berkata: “Nilai tambah adalah

informasi yang dikurangi atau disaring”,

artinya penyaringan atau pengurangan dan

pemilihan itu menghapus pengetahun

kritis: menyaring angka-angka yang

relevan dari suatu massa data, memilih

data-data yang terbaik untuk suatu

laporan.

Pengetahuan sering digantikan.

Pengetahuan terutama yang bersifat ilmiah

tidak pernah lenyap.

Informasi tidak dapat dinilai berharga atau

tidak sampai hal tersebut dimiliki.

Informasi tidak perlu dibeli lagi setelah

dimiliki.

Kebanyakan barang dan jasa dari

pengetahuan memiliki struktur biaya yang

berbeda dari “materi yang dipadatkan”.

Dalam penerbitan buku, biaya di muka,

termasuk waktu menulis dan biaya desain

dan pengetikan, lebih tinggi dari pada

biaya kertas yang digunakan, pencetakan,

dan proses penyampulan dari seluruh kopi

yang ada.

Ketika berhubungan dengan kerja yang

kreatif, tidak ada korelasi ekonomi yang

berarti antara input dan output

pengetahuan. Nilai dari modal intelektual

tidak sepenuhnya berhubungan dengan

biaya, sehingga tidak memungkinkan

digunakan suatu standar ukuran untuk

mengukur hal-hal yang dilakukan sebagai

cara menentukan kondisi sebanarnya.

Modal tetap seperti mesin lebih dapat

diramal.

Di dalam industri yang tergantung pada komunikasi, hal luar

jaringan khususnya sangat kuat, sebab mereka menciptakan standar

yang diperlukan untuk komunikasi yang terjadi. Jaringan kuat adalah

suatu bentuk modal pelanggan. Pada era informasi, perusahaan

Page 61: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

56

memanfaatkan informasi ekonomi untuk memahami strategi yang

dimilikinya dalam menjalankan usahanya dan bersaing dengan

perusahaan-perusahaan pesaing yang ada. Pengetahuan memberikan

keuntungan tambahan dalam rumusan utama dalam suatu bisnis.

Pengetahuan juga memberikan pengaruh dalam perdagangan.

Pada masa sekarang ini pengetahuan telah tersedia dan tidak

dapat dirusak. Pengetahuan merupakan hal yang berharga, tidak dapat

disangkal dan tidak dapat dihitung. Seperti yang dikatakan mantan ketua

Citicorp, Walter Wriston, bahwa “informasi yang berhubungan dengan

uang telah menjadi lebih berharga dibandingkan dengan uang sendiri”.

Peristiwa ekonomi yang tidak tampak sekarang telah menjadi sama

besar (bahkan lebih besar) dari ekonomi konkrit.

Namun sudah tidak tepat jika dikatakan bahwa ekonomi abstrak

(yang tidak tampak) berdasarkan pada ekonomi yang konkrit. Bahan-

bahan, aset, dan output dari hasil pengetahuan atau ilmu, bagaimanapun

hal itu bergantung pada sumber yang bersifat fisik, selalu berbeda dalam

hal jenis. Banyak aspek produksi, distibusi, dan „penjualan

pengetahuan‟ mengarah pada analisis yang sama dan mengikuti hukum

yang sama sebagaimana pembelian dan penjualan mobil.

Ekonomi informasi yang baru memberikan kesesuaian suatu

satuan strategis yang baru dan tantangan manajemen kepada organisasi.

Mereka tidak bisa mengabaikan permintaan dan penawaran atau

mengurangi pengembalian – hukum ini belum pernah dicabut. Masalah

yang dihadapi, yaitu: kebutuhan untuk menempatkan investasi yang

besar di awal. Mereka telah melihat bisnis berteknologi tinggi itu sering

mendatangkan biaya-biaya awal yang sangat besar, apakah R&D atau

dalam pengembangan jaringan. Menambah, yang kaya semakin kaya.

Singkatnya, bahwa seseorang yang mengharapkan untuk menjalankan

kurva untuk meningkatkan pengembalian memerlukan perangai seorang

penjudi tetapi dalam mengantongi suatu perusahaan besar tak satu

kombinasipun sering yang ditemukan budaya perusahaan.

2. Organisasi Jaringan (Network Organization)

Dalam membangun suatu organisasi, perusahaan perlu mengetahui

bagaimana dan apa saja suatu jaringan itu dapat dibentuk. Teknologi,

terutama dalam bidang informasi dan pengetahuan dapat mengubah

hirarki. Perkembangan teknologi juga mempengaruhi pola manajemen

perusahaan, karena semenjak ditemukan komputer maka susunan hirarki

Page 62: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

57

perusaahaan semakin pendek, karena ada banyak pekerjaan yang dapat

digantikan dengan komputer.

Terdapat jejaring (networks) sebelum ada komputer. Hal yang

baru adalah organisasi yang dibentuk menurut aturan jaringan, yang

dimungkinkan karena akan menjadi cukup murah untuk menaruh sebuah

komputer di atas setiap meja tulis. Sebuah jaringan teknologi

memperlengkapi jejaring sosial. Semuanya menjadi alat-alat dengan

mana organisasi bekerja. Lagi pula, operasi-operasi yang dilakukan

perusahaan-perusahaan merupakan operasi-operasi yang kritis. Oleh

karena itu diperlukan adanya efisiensi dalam perusahaan. Itulah yang

„dibawa‟ oleh organisasi jejaring (network organization)

Organisasi jejaring telah mengubah pekerjaan para manajer.

Dalam dunia kerja pada saat ini yang dibutuhkan bukan hanya relasi

atau mitra kerja yang banyak tetapi adanya jejaring di mana para

pebisnis bisa melakukan transaksi melalui jejaring ini, dan dengan

adanya jejaring ini, banyak cara kerja manajer mulai berubah.

Tantangan yang terbesar bagi manajer di dalam menghadapi era

informasi ini adalah untuk menciptakan suatu organisasi yang dapat

berbagi pengetahuan. Jejaring yang menghubungkan orang ke orang dan

dari orang ke data. Mereka membiarkan informasi yang sekali mengalir

sampai hirarki. Untuk satu hal, jejaring menghilangkankan wewenang

manajerial. Mereka mengilhami suatu gaya atau corak informasi;

perilaku atasan – misalnya para atasan akan berbuat dengan mudah

semua urusan pekerjaan mereka. Orang-orang berkomunikasi pada

jejaring elektronik adalah lebih sedikit segan pada atasan mereka dan

lebih mungkin untuk berbicara dengan pikiran mereka, kadang-kadang

sampai melampaui batas.

Dalam dunia sekarang ini, pekerjaan-pekerjaan manajemen

dasar, misalnya perencanaan, budgeting, dan pengawasan, haruslah

dilakukan secara berbeda. Alat-alat seperti e-mail, teleconferencing

(konferensi jarak jauh), dan groupware memungkinan orang bekerja

bersama-sama kendati berada pada jarak jauh dan kebanyakan hampir

tidak memperdulikan perbatasan-perbatasan departemen atau korporat,

yang dihubungkan dengan jaringan-jaringan yang menakjubkan.

Pada sisi jaringan, yaitu bagian yang dapat mengantarkan atau

mengirimkan informasi tepat pada waktunya. Ia dapat menambah nilai-

khususnya nilai informasi, yang paling penting dan sampaikan secara

tepat dan akurat ketimbang sebuah birokrasi. Ini terjadi karena dua

alasan:

Page 63: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

58

Hirarki-hirarki dalam menyaring informasi, yaitu untuk

menjaga sistem berjalan secara berurutan dan informasi

bergerak “melalui saluran-saluran” yang naik dan turun. Ini

berarti informasi tersebut diedit, ditunda, dipolitisir, dan

kadangkala dihancurkan.

Adanya efisiensi dan efektivitas di dalam penyampaian laporan.

Pada organisasi jaringan/network, maka hanya terdapat

beberapa divisi/bagian, sehingga komunikasi antar bagian dapat

menjadi lancar dan cepat serta akurat.

Hirarki-hirarki juga menganggap pengetahuan-umpamanya

pengalaman manajemen senior. Rahasia paradoksial dalam hal

mnembangun sebuah organisasi jaringan yang efisien adalah terletak

pada adanya redudansi yang cukup untuk menjaga setiap orang masuk

dalam suatu lingkungan.

Dampak-dampak dengan munculnya teknologi informasi dan sistem

network:

Peningkatan manfaat koordinasi dalam hirarki dan keuntungan

harga dari pasar secara seimbang dan sinergis.

Penurunan biaya penjualan dan utang yang buruk.

Penurunan biaya transaksi

Munculnya pengambilan keputusan desentralisasi.

Peningkatan jangkauan transaksi dalam struktur pasar (efisiensi)

Penurunan biaya informasi (menciptakan, mnengolah, dan

mengirimkan informasi)

Peningkatan outsourcing.

Hambatan masuk ke dalam industri menurun

Peningkatan network sebagai “perusahaan yang sebenarnya”

Focus perusahaan semakin ketat.

Pemecahan perusahaaan besar.

Meningkatkan intelellctual capital dalam perusahaan.

Keuntungan modal finansial.

Modal finansial merupakan bagian terkecil; perusahaan

mempunyai pengungkit yang hebat pada modal intelektual mereka.

Perusahaan yang menyewa keahlian utama mereka adalah perusahaan

yang berada dalam bahaya untuk kehilangan. Tetapi perusahaan yang

dapat mempertahankan keahlian utama mereka mampu untuk

Page 64: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

59

mengungkit modal intelektual mereka melebihi pasar yang lebih besar

daripada perusahaan tersebut bahkan dapat untuk diraih.

Perusahaan dalam jaringan ekonomi menghadapi suatu

tantangan yang besar dan persaingan. Di mana dalam suatu jaringan,

adanya pertentangan antar masing-masing anggota yang berbeda saling

bersaing satu dengan yang lain dalam satu organisasi. Networking lebih

daripada sekadar suatu ide metafisis, suatu fenomena teknologi, atau

suatu “hot industry”. Itu merupakan perkembangan yang paling penting

dalam manajemen. Dalam perusahaan-perusahaan yang kekayaannya

adalah modal intelektual, jejaring, semuanya merupakan rancangan

organisasi yang tepat. Networking adalah „jawaban‟ bentuk organisasi

dari era informasi.

3. Karir di era informasi (Career in the information age)

Karir merupakan suatu kata yang tidak begitu diperdulikan arti

sesungguhnya oleh masyarakat beberapa dekade yang lalu, karena

kurangnya pengetahuan yang ada dalam manajemen dan dalam diri

pekerja itu sendiri. Tapi sekarang jaman telah memperlihatkan suatu hal

lain yang lebih nyata dibandingkan dengan jaman yang lalu, kata “karir”

begitu terdengar lebih berharga dan orang, khususnya pekerja lebih

memperjuangkan haknya dalam posisi di suatu perusahaan.

Kata “kepunahan” yang dikeluarkan oleh David Robinson

memang suatu kata yang tepat dan memang menggambarkan keadaan

yang sesungguhnya dalam dunia karir, tinggal bagaimana caranya kita

mengimplemantasikan strategi yang baru tersebut dalam kehidupan

yang nyata. Karir dalam kenyataan ekonomi yang ada sekarang banyak

dipengaruhi oleh berbagai faktor yang menyebabakan karir tersebut

dipenuhi oleh berbagai kontradiksi dan kebingungan dan hal ini juga

disebabkan oleh berbagai tuntutan dan persaingan yang ada, baik secara

internal maupun eksternal. Setelah lebih dari beberapa dekade

kehidupan para pekerja mengacaukan atau merubah perusahaan, karena

perusahaan tidak dapat memberikan suatu jaminan dalam bekerja tetapi

memberikan suatu tantangan yang harus dipenuhi oleh para pekerja

apabila ia ingin terus bekerja. Perusahaan sekarang banyak menuntut

suatu keahlian yang lebih dan harus selalu disesuaikan dengan keadaan

sekarang, karena pandangan tentang aset fisik mulai tergeser oleh aset

yang bersifat tidak terlihat yaitu aset intelektual. Hal itulah sebenarnya

yang dikatakan oleh David Robinson tentang “kepunahan”.

Walaupun era informasi yang sekarang ini mempunyai banyak

tuntutan tapi perusahaan yang mampu dalam memenuhi tuntutan

Page 65: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

60

tersebut akan tetap bertahan. Model baru dalam dunia karir adalah suatu

model di mana modal intelektual yang lebih ditonjolkan dibandingkan

dengan aset fisik yang dipunyai oleh perusahaan dan para pekerja akan

lebih berpikir tentang apa yang dapat mereka berikan bagi perusahaan

dan bagaimana mereka dapat meng-up-grade skill yang mereka punyai

dan bagaimana cara pengimplementasiannya dalam dunia karir ini

apabila suatu hari mereka dipekerjakan oleh perusahaan.

Perubahan model suatu karir mengikuti perubahan alami dari

suatu pekerjaan. Dinamika dan pentingnya modal intelektual, tidak

hanya modal manusia, tetapi juga struktural dan aset organisasi.

Perubahan struktur organisasi dapat memberikan dampak adanya

berbagai perubahan yang terjadi di dalam organisasi. Individu yang

kreatif akan memanfaatkan perubahan yang terjadi untuk mencapai

keberhasilan karir. Individu dapat mempergunakan kesempatan yang

ada untuk meraih keberhasilan karir, setelah mengetahui kompetensi

yang dibutuhkan pada karier tanpa batas. Namun, adanya pergeseran

dari karir terbatas menuju karir tanpa batas menghadapkan individu

pada suatu masalah di luar pengalaman yang telah dimiliki.

Pengembangan karir tanpa batas telah menuntut perlunya keahlian yang

dapat dipergunakan untuk melakukan evaluasi, perencanaan, peninjauan

ulang, dan analisis karir tanpa batas. Keahlian tradisional perlu

ditinggalkan untuk mengantisipasi dunia karir tanpa batas di mana

adaptasi terhadap kemungkinan yang akan muncul merupakan hal yang

mendesak.

Perubahan struktur organisasi telah membawa dampak pada

kompetensi yang dibutuhkan individu untuk mengembangkan karirnya.

Karir tanpa batas (the boundaryless career) menuntut individu untuk

mempergunakan leksikan dan manajemen karir untuk mencapai

keberhasilan karir. Keahlian tradisional akan ditinggalkan untuk

mengantisipasi dunia karir tanpa batas. Manajemen karir dalam karir

tanpa batas akan dipergunakan oleh individu untuk meminimalkan

ketidaksesuaian penempatan peran, meningkatkan kompetensi dan

menempatkan individu dalam posisi kunci (khususnya posisi

kepemimpinan).

Tujuan manajemen karir ini akan tercapai apabila

menghubungkan sistem tenaga kerja dan sistem pasar kerja melalui

sistem informasi manajemen. Para manajer sistem informasi manajemen

dapat membantu individu dalam mengembangkan karirnya dan secara

otomatis mempertahankannya.

Page 66: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

61

BAB V

TEORI STAKEHOLDER

STAKEHOLDER TEORI DAN NILAI PENCIPTAAN

"... Ide kunci tentang kapitalisme adalah bahwa pengusaha atau manajer

menciptakan nilai dengan

menangkap jointness kepentingan [stakeholder]. Ya, kadang-kadang

kepentingan berada dalam konflik, tapi seiring waktu mereka harus

dibentuk dalam arah yang sama. "

Freeman (2008b, hal. 165).

Kita sering membaca dalam literatur bahwa perusahaan harus

"dikelola" tidak hanya "bagi pemegang saham" tapi, lebih umum, "bagi

para stake holder" (Freeman 2008; 2007;. Harrison et al, 2010); atau

bahwa mereka harus "menciptakan nilai bagi seluruh stakeholder" (Post,

Preston, dan Sachs, 2002); atau bahkan bahwa mereka harus

"Menciptakan kemungkinan nilai terbesar bagi seluruh stakeholder"

(atau untuk beberapa kategori stakeholder, seperti karyawan atau

konsumen). Apa artinya ini? Apa "nilai" yang kita bicarakan?

Salah satu cara yang mungkin untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan ini adalah, Pertama, bagaimana nilai ekonomi diciptakan,

tidak hanya untuk pemilik tapi bagi semua stake holder - yaitu, "sosial

(Ekonomi) value "atau" total nilai jangka panjang dari perusahaan

"(Jensen, 2008, hal 167). Dan bagaimana nilai yang didistribusikan,

disesuaikan atau diambil. Setelah itu, konsep nilai diperluas dan

berakhir dengan kesimpulan.

Tema stakeholder dibahas dalam literatur tentang strategi, sosial

,tanggung jawab dan etika bisnis, seperti keuntungan yang

memperhitungkan perspektif stake holder dapat memiliki persiapan

strategi dan implementasi, atau untuk penciptaan keunggulan kompetitif

(Simon et al., 2007), atau untuk kinerja keuangan (Taylor dan Sparkes,

1977), atau kasus bisnis untuk tanggung jawab sosial perusahaan

(Kurucz et al., 2008), dan banyak lainnya.

Page 67: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

62

Nilai ekonomi Penciptaan

Dalam teori neoklasik, nilai ekonomi dibuat ketika harga yang

dibayar konsumen untuk barang-barang dan jasa lebih besar dari biaya

produksi mereka. Biaya produksi barang dan jasa adalah biaya

oportunitas dari sumber daya (yaitu, keuntungan yang bisa diperoleh

dari penggunaan alternatif terbaik dari sumber daya), dan diasumsikan

bahwa itu tidak perlu dan tidak mungkin untuk membayar lebih atau

kurang untuk sumber daya, mengingat persaingan di barang dan faktor

pasar. Satu-satunya sumber daya yang tidak menerima harga pasar

modal, yaitu, kepemilikan Perusahaan, yang bukan menerima nilai sisa

atau keuntungan.

Dalam model neoklasik, nilai ekonomi yang dihasilkan adalah

jumlah surplus konsumen dan surplus produsen. Surplus konsumen

didefinisikan sebagai selisih pasang tertinggi harga konsumen akan

bersedia membayar untuk barang atau jasa dan harga mereka benar-

benar membayar, sedangkan surplus produsen adalah selisih antara

harga di mana penjual benar-benar menjual dan biaya sumber daya yang

digunakan.

Pertanyaan maksimalisasi nilai intinya yang dari surplus

konsumen dan surplus produsen atau nilai sisa, dikaitkan dengan

pemilik. Ini bukan untuk mengatakan bahwa para stake holder lainnya

tidak juga menerima surplus, hanya bahwa tugas menentukan jumlah

surplus dan mendistribusikan ditransfer ke pasar sumber daya (Tenaga

kerja, keuangan, komoditas, dll).

Jika sebuah produk mampu memenuhi kebutuhan konsumen

saat ini lebih baik tanpa kehilangan kapasitasnya untuk memenuhi

kebutuhan masa depan, nilai kemudian lebih akan dibuat karena pembeli

akan bersedia untuk membayar harga yang lebih tinggi untuk produk.

Dan jika produser menggunakan teknologi yang lebih baik,

menggabungkan sumber daya lebih efisien atau membayar harga yang

lebih rendah bagi mereka, nilai lagi lebih ekonomis akan dibuat.

Dalam model neoklasik, oleh karena itu, masalah penciptaan

nilai terpisah dari nilai distribusi. Jika kondisi terpenuhi, konsumen

menerima surplus mereka, penyedia sumber menerima biaya

kesempatan mereka, dan pemilik perusahaan yang sesuai produser

surplus atau keuntungan, yang merupakan insentif bagi mereka untuk

membuat keputusan yang memaksimalkan keuntungan dan, juga karena

itu, efisiensi sekarang dan masa depan.

Page 68: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

63

Sebagai konsekuensi dari semua hal di atas, optimal ekonomi

dalam hal maksimalisasi "Nilai sosial" (Jensen, 2001) untuk

perekonomian secara keseluruhan dicapai. Jika konsumen

memaksimalkan utilitas dan perusahaan mereka memaksimalkan

keuntungan bagi pemiliknya (yaitu, nilai sekarang yang diharapkan dari

saham, dengan asumsi jangka panjang, lihat stochastic) (Mossin, 1977),

sosial (ekonomi) nilai dibuat akan maksimal (Williamson, 1984). Jika

hal tersebut terjadi, bagaimanapun, kondisi tertentu harus dipenuhi:

persaingan sempurna (atau persaingan yang cukup, lih. Stigler, 1957) di

semua pasar; pasar untuk semua barang dan jasa, sekarang dan masa

depan (yaitu, tidak ada barang tanpa harga); gratis masuk ke dan keluar

dari semua pasar; ketersediaan, untuk semua pihak, dari cukup

informasi tentang harga, karakteristik dan ketersediaan barang dan jasa

untuk semua untuk menjadi mampu membuat keputusan yang optimal;

tidak adanya barang publik; tidak adanya positif atau negatif .

Bowman dan Ambrosini (2000) membedakan antara nilai pakai,

seperti yang dirasakan oleh pembeli, yang subjektif dan khusus untuk

setiap individu, dan nilai tukar, yang menyatakan konsumen bersedia

untuk membayar harga yang wajar. Di sini kita tidak akan membedakan

antara berbagai jenis sewa (Peteraf, 1994), atau antara sewa (Ricardian

atau efisiensi sewa: perbedaan antara harga yang diterima dan harga

minimum yang diperlukan untuk memulai transaksi) dan quasi-sewa

(selisih antara harga aktual dan harga minimum yang diperlukan untuk

melanjutkan hubungan) (Milgrom dan Roberts, 1992; Castanias dan

Helfat, 1991). Ada juga definisi lain dari sewa dan sewa semu,

misalnya, Stigler (1966).

Jika ada eksternalitas, atau jika informasi asimetris atau tidak

cukup, yang dijanjikan sosial efisiensi tidak akan tercapai, model akan

kehilangan legitimasi, dan mengelola perusahaan akan menjadi lebih

rumit. Jika biaya kesempatan dari faktor-faktor yang digunakan dalam

produksi tidak ditentukan pada istilah kompetitif di pasar sumber daya,

pasar yang berbeda tidak dapat dianggap terpisah dari satu sama lain,

dan entitas induk kehilangan rantai nilai menjadi satu set kodrat di

perusahaan yang tidak memiliki andil. Selain itu, nilai tidak diciptakan

oleh independent kontribusi faktor terisolasi tetapi dengan kerjasama

antar faktor (Freeman et al., 2004).

Pertanyaan penciptaan nilai karena itu terjerat dengan distribusi

atau perampasan nilai. Terakhir, ada isu-isu etika dan sosial yang

mempengaruhi hasil dan legitimasi proses. Jika kita ingin nilai yang

Page 69: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

64

akan dibuat bagi para stake holder, kita perlu memperluas analisis kami

untuk memasukkan semua komplikasi ini.

Mari kita lihat contoh dari semua di atas. Proses dimulai dengan

penciptaan nilai bagi konsumen. Hal ini dapat dicapai dengan

menawarkan produk-produk berkualitas atau lebih tahan lama tinggi

yang memenuhi konsumen kebutuhan lebih lengkap; atau melalui

praktek-praktek yang mendorong konsumen untuk nilai atribut untuk

barang atau jasa (misalnya, dengan menambahkan informasi tentang

barang, atau dengan memberikan pengalaman pada saat konsumsi, dan

lain-lain), sehingga konsumen bersedia membayar lebih tinggi harga

untuk produk. Ini adalah situasi yang ideal di mana, jika ada persaingan

di barang pasar, surplus konsumen akan meningkat atau, jika tidak ada

kompetisi, surplus meningkat akan didistribusikan antara produsen dan

konsumen.

Namun, penjual juga dapat melakukan hal-hal yang, daripada

meningkatkan kepuasan konsumen, mengurangi kebebasan pilihan

konsumen, sekarang atau di masa depan atau yang menyembunyikan

informasi yang relevan dengan keputusan pembelian konsumen

(misalnya, informasi tentang risiko yang terkait dengan produk), dan

sebagainya.

Dalam semua kasus ini mungkin ada pergeseran ke atas kurva

permintaan dan peningkatan penciptaan nilai; tetapi efek ini akan

memiliki pada pembeli akan berbeda, di hal utilitas jangka panjang,

membangun kepercayaan (termasuk hubungan jangka panjang antara

penjual dan pembeli), dan sebagainya.

Surplus konsumen juga dapat meningkatkan sebagai akibat dari

perusahaan mengurangi harga menjual. Hal ini mungkin terjadi,

misalnya, jika ada persaingan di pasar barang, yang mempengaruhi baik

surplus konsumen dan surplus produsen (dan pesaing produsen itu).

Namun, perusahaan juga dapat terlibat dalam praktik yang bertujuan

untuk menutup keluar mungkin pesaing, sehingga perusahaan dapat

yang sesuai bagian dari surplus konsumen dalam jangka panjang.

Kurangnya kompetisi terbuka merupakan pintu untuk strategi lain

seperti diskriminasi harga, penciptaan pasar captive, dan sebagainya

dimana perusahaan berusaha mendekatkan diri pada surplus konsumen.

Sebagai Priem (2007) menunjukkan, penciptaan nilai terutama

proses sisi permintaan. Jika konsumen tidak mau membayar harga,

penciptaan nilai seharusnya menghilang: produk tidak memiliki nilai

built-in yang menunggu untuk diidentifikasi oleh pembeli yang akan

Page 70: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

65

membayar untuk itu. Disini ada situasi di mana konsumen menangkap

surplus produsen, hal ini mungkin terjadi karena konsumen memiliki

kekuatan pasar, baik secara spontan atau dengan desain (melalui

kelompok penekan, peraturan baru, dll); tapi mungkin juga karena

strategi perusahaan ditujukan untuk mengalahkan pesaing (tunai atau

diskon besar, potongan harga, dll), atau karena alasan lain (khusus

menawarkan untuk kelompok yang kurang beruntung, dll). Terakhir,

mungkin karena inisiatif konsumen, seperti ketika konsumen bersedia

membayar harga yang lebih tinggi untuk produk-produk perdagangan

yang adil.

Semua di atas menunjukkan bahwa gagasan "menciptakan nilai

bagi konsumen" mencakup berbagai kemungkinan situasi. Segala

sesuatu yang kita katakan di sini dalam kaitannya dengan konsumen

juga akan berlaku untuk stake holder lainnya. Misalnya, sebuah

perusahaan dapat memberikan insentif bagi karyawan untuk

memperoleh sumber daya manusia yang spesifik, yang akan

meningkatkan produktivitas karyawan dan menciptakan nilai

perusahaan secara keseluruhan. Hasilnya, bagaimanapun, mungkin gaji

yang lebih tinggi bagi karyawan, atau pengurangan kesempatan dan

peningkatan biaya beralih ke majikan yang berbeda.

Hal yang sama dapat terjadi dengan modal fisik atau organisasi

tertentu; ini bukan masalah dimana barang modal yang dimiliki oleh

perusahaan, tapi mungkin menjadi masalah jika mereka dimiliki oleh

pemasok perusahaan. Demikian pula, perusahaan dapat mentransfer

tertentu lebih atau kurang eksplisit risiko atau biaya kepada para stake

holder lainnya. Seperti yang kita sebutkan sebelumnya, semua

stakeholder dapat bersaing untuk bagian dari nilai yang diciptakan oleh

beristirahat, apakah mereka telah memberikan kontribusi untuk

menciptakan atau tidak. Serikat-serikat buruh, misalnya, dapat

menempatkan tekanan pada perusahaan dalam upaya untuk menangkap

bagian dari keuntungan yang luar biasa pemilik; atau manajemen dapat

mendistribusikan bagian dari surplus antara karyawan untuk

memastikan hubungan industrial secara damai atau memperoleh

manfaat lain (misalnya, memiliki aliansi dengan karyawan cenderung

meningkatkan manajemen tawar vis-à-vis pemilik perusahaan), atau

hanya sebagai sarana mentransfer nilai dari pemegang saham kepada

karyawan.

Masalah-masalah ini dapat mempengaruhi perantara lain yang

tidak terkait langsung dengan perusahaan proses produksi. Sebagai

Page 71: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

66

contoh, perusahaan dapat offload bagian dari biaya polusi atau

kemacetan (eksternalitas) dari agen-agen lain. Akibatnya, perusahaan

akan mendapatkan surplus dan ada yang tidak.

Dalam model stakeholder, oleh karena itu, teori penciptaan nilai

menyiratkan bahwa:

semua orang yang membuat atau menangkap nilai, atau yang

dalam hubungan mereka dengan perusahaan menanggung

risiko, baik di dalam perusahaan (pemilik, manajer, karyawan)

atau di luar perusahaan (konsumen, pemasok), atau yang

menderita dampak eksternalitas perusahaan atau kesalahan

informasi (lokal masyarakat, lingkungan, masa depan generasi,

masyarakat pada umumnya), harus dipertimbangkan para stake

holder - setidaknya untuk tujuan distribusi nilai, yang adalah

apa yang menjadi perhatian kita di sini;

memaksimalkan nilai bagi konsumen dan penyedia sumber daya

tidak cukup untuk menjamin optimum sosial, karena ada lain

yang relevan stake holder untuk dipertimbangkan, dan

dalam hubungan antara stakeholder dan perusahaan, ada yang

lain yang perlu diperhitungkan selain pertukaran barang atau

jasa untuk harga, seperti apakah ada alternatif (alternatif yang

membatasi kekuatan pasar), apakah informasi yang tersedia

(termasuk sarana untuk mengolah dan menggunakannya secara

rasional), apakah perlindungan yang tersedia terhadap

eksternalitas negatif (baik mereka yang terkena dampak

memiliki sarana untuk membela diri terhadap eksternalitas), dan

sebagainya.

Semua sewa selalu dibatasi oleh ukuran dari sewa itu sendiri;

jika hasil bagi stakeholder menjadi negatif (kurang dari biaya

kesempatan mereka, disesuaikan dengan biaya yang keluar), hubungan

akan dipatahkan. Meski begitu, memaksimalkan nilai ekonomi bagi

semua stake holder tidak menjamin nilai maksimum untuk setiap pihak

manapun; bahkan tidak menjamin distribusi yang efisien dan adil nilai.

Oleh karena itu kita perlu mempertimbangkan bagaimana nilai bersama,

didistribusikan, disesuaikan atau ditangkap.

Menangkap Nilai Ekonomi

Faktor-faktor apa menjelaskan pengambilan nilai dari proses produksi?

Kita bisa mempertimbangkan pengambilan nilai dari tiga sudut:

Page 72: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

67

sebagai hasil dari negosiasi atau konfrontasi antara stakeholder

dan perusahaan, dan dalam beberapa kasus antara beberapa

stake holder dan lain-lain, masing-masing dengan kekuatan

relatif mereka;

sebagai hasil dari sebuah perusahaan strategi untuk mencapai

hasil ekonomi atau non-ekonomi dalam jangka panjang, dan

sebagai hasil dari tindakan yang berangkat dari logika

kekuasaan dan pendekatan logika hadiah atau gratifikasi.

Dari sudut pandang, sewa dipandang sebagai hasil dari

perebutan antara perusahaan dengan stake holder, hasilnya tergantung

pada relatif kekuatan masing-masing pihak. Ekonomi menyediakan

petunjuk tentang sifat kekuasaan itu. Kekuatan karyawan, misalnya,

akan tergantung, pertama, pada karakteristik pasar barang atau jasa yang

bersangkutan, yaitu:

Elastisitas harga dari permintaan yang: di mana permintaan untuk

suatu produk adalah kaku, karyawan akan lebih mampu yang sesuai

sebagian besar konsumen surplus. Elastisitas permintaan

tergantung pada apakah, dan bagaimana mudah, barang substitusi

yang tersedia; apakah barang tersebut adalah barang mewah atau

kebutuhan primer; dan apakah harga barang merupakan besar atau

sebagian kecil pendapatan konsumen.

kekuatan pasar perusahaan: karyawan perusahaan monopoli

cenderung memiliki penghasilan yang relatif lebih tinggi.

Ruang lingkup koalisi stake holder yang bertujuan untuk

mengambil alih sewa lain stake holder, atau perusahaan (kita sudah

menjelaskan, misalnya, bagaimana manajer mungkin bergabung

dengan karyawan untuk meraih pangsa keuntungan).

Elastisitas permintaan untuk sumber daya tersebut, yang akan

tergantung pada elastisitas permintaan untuk kebaikan, keberadaan

dan kedekatan pengganti untuk sumber daya, dan pengeluaran

yang sumber daya sebagai persentase dari harga barang tersebut.

Tingkat persaingan di pasar sumber daya, yaitu, tingkat bilateral

monopoli antara sisi permintaan dan sisi penawaran, biaya penggantian

beberapa sumber daya dengan orang lain, atau meninggalkan transaksi.

Faktor-faktor ini mungkin eksogen; atau mereka mungkin

khusus untuk sumber daya, produk, atau pasar di mana perusahaan

beroperasi; atau mereka dapat dirangsang oleh perusahaan, pemilik

sumber daya, atau pihak berwenang, melalui tindakan yang bertujuan

untuk mengurangi atau meningkatkan ketergantungan pada sumber daya

Page 73: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

68

(misalnya, persyaratan untuk kualifikasi profesional tertentu); tindakan

dilakukan untuk menemukan (atau menekan) pengganti; penciptaan

(atau serangan terhadap) kartel dan serikat bahwa persaingan limit;

banyak peraturan, dan sebagainya.

Sejauh distribusi nilai adalah hasil dari konfrontasi antara relatif tawar

kekuasaan, sikap para stake holder dapat berkisar dari:

kurang lebih pasrah penerimaan kondisi saat ini urusan, di mana

tidak ada sewa sedang dibuat atau dapat dibuat dalam waktu dekat

masa depan;

pemeliharaan status quo, sehingga dapat terus yang sesuai sewa

yang sudah sedang disesuaikan, atau

konfrontasi, sehingga tercipta dan sewa menangkap yang saat ini

tidak dapat disesuaikan, atau untuk mencegah pihak lain dari

apropriasi sewa tersebut.

Ketiga dinamika cenderung untuk hadir dalam hubungan antara banyak

perusahaan dan stake holder mereka, dan akan membuat tidak mungkin

untuk melampaui nilai murni ekonomi penciptaan.

Apakah ada jalan keluar dari situasi ini? Tampaknya kita bahwa ada

dua.

adalah untuk membangun aturan yang berlaku umum keadilan yang

mengatur distribusi nilai ekonomi yang dibuat (Freeman, 2008b)

dan, bila perlu, untuk menerjemahkan aturan-aturan dalam hukum.

Masalahnya adalah bahwa aturan yang kita miliki saat ini tidak

sesuai dengan satu sama lain dan umumnya tidak diterima.

Misalnya, solusi libertarian (Freeman dan Phillips 2002;. Nozick,

1974) memerlukan penghormatan terhadap hak properti yang sudah

ada dan negara minimal yang menghormati pasar bebas dan tidak

aktif dalam redistribusi sewa; sedangkan liberal (di Eropa, kita akan

mengatakan "-Demokrasi sosial") solusi (Rawls, 1971)

mengusulkan bahwa kondisi awal yang ideal diciptakan di mana,

"di balik selubung ketidaktahuan," semua akan setuju dan yang,

dalam prakteknya, akan memberikan naik ke pilihan preferensial

mendukung lebih dirugikan. Tampaknya tidak mungkin bahwa

utilitarian, Marxis, feminis atau lainnya teori akan ada lebih

diterima secara luas, sebagai kondisi mereka menetapkan berasal

dari semacam konvensi, dialog atau aturan eksternal dan tidak

berasal dari sifat keputusan yang mereka lihat.

Page 74: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

69

Cara kedua dari konflik atas distribusi rente adalah koperasi, solusi,

yang membawa kita ke cara kedua mendekati masalah nilai

distribusi, yaitu, sebagai hasil dari strategi untuk memaksimalkan

keuntungan - atau mencapai hasil lainnya - dalam jangka panjang.

Titik utama di sini adalah untuk memikirkan stake holder

manajemen sebagai kunci untuk mencapai keunggulan kompetitif

yang akan memungkinkan pertumbuhan yang berkelanjutan dari

nilai ekonomi melalui, misalnya, biaya dan pengurangan risiko,

karyawan atau bangunan loyalitas pelanggan, perlakuan yang lebih

baik dari regulator atau opini publik, akuisisi reputasi dan

legitimasi di mata pasar keuangan, penciptaan nilai sinergis, atau

penciptaan peluang bisnis (Kurucz et al., 2008). Tindakan ini dapat

dianggap "rente", setidaknya secara umum. Argumen bahwa semua

pihak memiliki hak yang sama bukanlah panduan yang baik ketika

memilih kriteria untuk distribusi nilai (Gibson, 2000). Bahwa

semua orang memiliki martabat yang sama adalah satu hal; bahwa

mereka semua memiliki hak yang sama dengan nilai ekonomi di

mana mereka telah bekerjasama, namun secara tidak langsung (atau

bahkan tidak sama sekali), adalah hal lain.

Pendekatan ini menambah catatan optimis dengan konfrontasi

atas sewa capture: itu tidak menghilangkan konflik, tetapi itu tidak

mengurangi itu dengan menawarkan harapan, setidaknya dalam jangka

panjang, kenaikan kurang lebih kontinyu dalam kapasitas nilai-

pembangkit, sehingga stakeholder dapat cukup berharap situasi untuk

meningkatkan untuk semua orang, yaitu, pasang naik akan mengangkat

semua perahu.

Solusi ini bukan tanpa kesulitan, namun. Salah satunya adalah

bahwa ia menyediakan insentif untuk mengecualikan pihak yang lebih

lemah dari distribusi nilai, seperti ketika perusahaan dan serikat pekerja

setuju pada solusi yang memberikan hasil dengan mengorbankan

lingkungan atau minoritas.

Kesulitan lain adalah bahwa konflik akan muncul kembali secepat

harapan ini frustrasi, atau segera setelah kelompok stake holder tertentu

dipengaruhi oleh tren dalam teknologi, permintaan, persaingan, regulasi

atau faktor lain: selama hubungan stake holder diatur oleh perjuangan

atas sewa, keseimbangan apapun akan berbahaya. Dalam setiap kasus,

pendekatan ini - yang sangat luas dalam literatur dan dalam praktek

bisnis gagal melampaui murni ekonomi penciptaan nilai.

Page 75: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

70

3) Terakhir, ada situasi di mana sebuah perusahaan renounces sewa

capture, atau sukarela dan secara sepihak atribut sewa kepada

stakeholder

a. Contoh , ketika perusahaan membayar gaji di atas biaya kesempatan

penerima (pasar saat ini /upah); atau ketika mempekerjakan karyawan

cacat pada gaji di atas marginal produktivitas mereka atau ketika

membayar harga yang lebih tinggi untuk bahan baku (perdagangan yang

adil); atau jika membantu mitra rantai pasokan memenuhi persyaratan

ketat mengenai hak-hak pekerja, hak manusia , atau peduli lingkungan.

Dalam semua kasus ini, perusahaan "overinvests" di stake holder

(Freeman et al., 2007).

Pendekatan ini mungkin lebih bentuk "manusia" dari model

maksimalisasi nilai ekonomi yang sama

Menghindari konflik atas distribusi nilai dengan menawarkan

tambahan kompensasi ekonomi untuk memenangkan perusahaan

karyawan, pelanggan atau investor. Ini mungkin terjadi sebagai bagian

dari "relasional" pendekatan tindakan manusia dalam perusahaan, atau

sebagai sarana membangun hubungan yang lebih baik dengan karyawan

atau dalam rantai nilai perusahaan. Di sisi lain, perusahaan dapat

berusaha untuk mencapai sesuatu yang lebih dari hasil ekonomi,

hubungan manusia memiliki nilai dalam diri mereka sendiri (Bruni dan

Zamagni, 2007; Donati, 2009, 2010; Zamagni, 2007) 13.

Singkatnya, tindakan kita mempertimbangkan sini melarikan

logika sewa apropriasi, di mana agen tertentu mencoba untuk

menangkap nilai yang diciptakan oleh mereka atau orang lain; mereka

bahkan melarikan diri dari logika pertukaran, di mana apa yang dicari

adalah keseimbangan antara nilai yang diberikan dan nilai yang

diterima, seperti dalam pasar bebas. Sebaliknya, tindakan kita mengacu

untuk mematuhi logika hadiah atau berbagi, di mana seseorang

memberikan lebih dari yang ia terima, tanpa mengharapkan imbalan apa

pun atau lebih baik lagi, mencari timbal balik dari yang lain, bukan

untuk memulihkan surplus diberikan tetapi untuk mengembangkan

kemampuan yang lain untuk memberi, yaitu, untuk menghasilkan yang

lain nilai yang tidak hanya ekonomi (Argandoña, 2010; Bruni dan

Zamagni, 2007;. Sacco et al, 2006; Zamagni, 2007).

Dengan kata lain, ini adalah tindakan yang menciptakan (dan

menggunakan) kepercayaan dan yang berusaha untuk memperoleh kerja

sama, melampaui segala pertimbangan apakah atau tidak mereka

menghasilkan keuntungan ekonomi.

Page 76: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

71

Tentu saja, hubungan yang langgeng ini juga memiliki dimensi

ekonomi, karena mereka memungkinkan untuk membuat nilai lebih

(tetapi tidak harus yang sesuai nilai lebih) dan investasi dalam

mendukung berwujud berharga (kepercayaan, loyalitas, reputasi) dan

modal tertentu (Hillman dan Keim, 2001).

Apa yang kita maksud ketika kita mengatakan bahwa sebuah

perusahaan menciptakan, atau harus membuat, "nilai" untuk perusahaan

stake holder? Sejauh ini kita telah mengacu pada nilai ekonomis, tetapi

ada cara lain memahami apa yang "value" sebenarnya terdiri dari.

Apa yang bisa stake holder lakukan ketika ia mulai transaksi atau

hubungan yang langgeng dengan perusahaan? Mari kita mengambil

contoh seorang karyawan.

1. Seorang karyawan dapat mencari "ekstrinsik"

Hasilnya, perusahaan yang akan memberikan sebagai konsekuensi

dari hubungan dan yang mungkin menjadi barang ekonomi atau

jasa, atau sesuatu yang non-ekonomi. Dia mungkin mencari

remunerasi, atau ia mungkin mencari hasil berwujud, seperti

promosi karir (yang juga akan memiliki ekonomi konsekuensi),

pengakuan (Frey dan Neckermann, 2009), dan sebagainya.

2. Seorang karyawan mungkin mencari "intrinsik" hasil, yang tidak

disediakan oleh perusahaan tetapi yang timbul dalam karyawan

sendiri, dan yang mungkin psikologis (Kepuasan dengan pekerjaan

atau dengan hasil yang dicapai) atau operasional (operasional

belajar, yaitu akuisisi pengetahuan, kemampuan, dll).

3. Seorang karyawan mungkin mencari hasil pada orang lain

(kepuasan pelanggan dan pemasok, keberhasilan karyawan dan

manajer, dll), yang akan menimbulkan "Evaluatif" belajar pada

karyawan itu sendiri, yaitu, belajar tentang bagaimana untuk

mengambil kepentingan orang lain dan kepentingan diri sendiri.

Berdasarkan klasifikasi ini hasil dari suatu tindakan, kita dapat

mengidentifikasi enam jenis "value":

1. Nilai ekstrinsik Ekonomi (nilai ekonomi). Hal ini diciptakan

melalui kolaborasi antara karyawan dan dapat diambil oleh kedua

sisi, seperti yang kita telah dijelaskan sebelumnya.

2. Nilai ekstrinsik tidak berwujud, yang disediakan oleh perusahaan,

misalnya, pengakuan, beberapa jenis pelatihan. Ini bukan bagian

dari nilai ekonomi yang diciptakan oleh sebuah perusahaan,

meskipun mungkin bentuk partisipasi dalam nilai intangible

Page 77: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

72

(misalnya, status pribadi yang berasal dari bekerja untuk sebuah

perusahaan yang sangat dihormati). Nilai tak berwujud ekstrinsik

mungkin saling melengkapi untuk nilai ekonomi (selain gaji,

karyawan juga akan mengharapkan perusahaan untuk memberikan

pengakuan), atau pengganti untuk itu (pembedaan kehormatan

mungkin bentuk remunerasi, di tempat kenaikan gaji), meskipun

yang terakhir mungkin hanya sampai batas tertentu (pengakuan

tidak bisa sepenuhnya menggantikan remunerasi).

3. Nilai intrinsik psikologis, seperti kepuasan dengan pekerjaan yang

dilakukan.

Hal ini dihasilkan dalam agen sendiri. Hal ini bukan bagian dari

proses penciptaan rente ekonomi dan tidak dapat disesuaikan oleh

perusahaan atau para stake holder lainnya, meskipun mereka dapat

membantu untuk membuat atau menghancurkannya. Dalam seorang

karyawan, mungkin menjadi (sebagian) pengganti nilai ekstrinsik

(selain kepuasan bekerja untuk perusahaan, karyawan akan

memerlukan minimal remunerasi).

4. Nilai intrinsik yang mengambil bentuk pembelajaran operasional

(akuisisi pengetahuan dan kemampuan). Ini dibuat dalam agen,

bukan di perusahaan, tapi mungkin dengan kerjasama para stake

holder lainnya. Hal ini bukan bagian dari nilai ekonomi yang

diciptakan oleh perusahaan, meskipun mungkin berkontribusi pada

penciptaan nilai ekonomi di masa depan. Ini juga mungkin

(sebagian) pengganti nilai ekonomi.

5. Nilai transenden, yang terdiri dari evaluatif belajar (akuisisi

kebajikan atau keburukan). Hal ini dihasilkan dalam agen dirinya

sebagai konsekuensi dari keputusan sendiri. Ini mengubah

kemampuan agen untuk menilai konsekuensi dari keputusan untuk

dirinya sendiri dan untuk agen lainnya. Hal ini bukan bagian dari

nilai ekonomi yang diciptakan oleh perusahaan; itu tidak dapat

disesuaikan oleh perusahaan; dan karyawan menciptakannya dalam

diri mereka, bahkan jika mereka tidak mencari atau mengharapkan

itu. Ini mempengaruhi kemampuan agen untuk membuat keputusan

dalam waktu yang mampu menghasilkan semua jenis nilai yang

disebutkan di sini; artinya, hal itu mempengaruhi konsistensi dari

suatu tindakan (Argandoña, 2008b).

Nilai Transenden diperlukan, oleh karena itu, untuk hubungan

antara perusahaan dan karyawannya untuk berkembang dalam

seperti cara bahwa kebutuhan setiap orang terus dipenuhi di masa

Page 78: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

73

depan. Dalam hal ini, itu tidak dapat diganti dengan jenis lain dari

nilai. Nilai transenden memiliki bidang etika.

6. Nilai yang terdiri dari eksternalitas positif atau negatif, yaitu, nilai

yang dirasakan oleh seseorang selain yang dengan siapa ia

berhubungan atau transaksi dilakukan.

Sebagai contoh, hubungan antara karyawan dan perusahaan dapat

mengakibatkan kerugian bagi lingkungan hidup; atau mereka

mungkin menghasilkan pengetahuan yang diberikan kepada orang

lain; atau mereka mungkin memotivasi orang lain untuk terlibat

dalam tindakan korupsi (contoh buruk). Jenis nilai (atau disvalue)

tidak muncul langsung dalam hubungan antara perusahaan dan

karyawan; namun mempengaruhi mereka selama proses

pembelajaran yang dihasilkan secara evaluatif yang merupakan

cara internalisasi efek nilai ini.

Berbagai jenis nilai yang hadir di semua hubungan antara

perusahaan dan stake holder. Untuk tingkat yang lebih besar atau lebih

kecil mereka ditunjukkan dalam setiap tindakan, sering tanpa pihak

yang berkepentingan menyadarinya. Beberapa hal secara kumulatif,

kadang-kadang sesuai batas (operasional dan pengetahuan evaluatif

tidak memiliki hasil yang menurun, tidak seperti kepuasan berasal dari

nilai ekstrinsik dan intrinsik nilai psikologis). Mereka bisa mempunyai

nilai positif atau negatif , nilai ekonomi mungkin mengurangi biaya

kesempatan;pembelajaran evaluatif mungkin bernilai negatif dan bisa

menghancurkan kemampuan orang untuk membuat keputusan yang

konsisten di masa yang akan datang.

Dan mereka yang bisa menghasilkan lebih atau kurang suatu

nilai termasuk nilai ekonomi dalam jangka panjang, karena nilai

operasional dan pembelajaran evaluatif meningkatkan kemampuan

perusahaan dan individu untuk menghasilkan lebih nilai ekstrinsik.

Jika kita memperluas konsep nilai-nilai atau gagasan yang

bisamenciptakan nilai bagi seluruh stakeholder dengan mengambil

makna baru. Oleh karena itu, kita bisa bicara tentang proses yang

berbeda dengan jenis nilai yang diciptakan.

Teori stakeholder berdasarkan kepentingan umum (Argandoña,

1998) adalah justru sarana menjelaskan bagaimana bahwa nilai non

ekonomi diciptakan untuk yang semua berkontribusi dan yang semua

juga menerima, meskipun tanpa klaim untuk ekivalensi.

"Memaksimalkan nilai bagi seluruh stakeholder," yang merupakan tugas

yang mustahil selama kita terbatas diri untuk nilai ekonomi, sekarang

Page 79: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

74

mungkin. Dan "menyediakan nilai" sekarang juga berarti sesuatu yang

berbeda, karena beberapa jenis nilai tidak dapat disesuaikan. Semua

jenis nilai yang dihasilkan secara kooperatif, setidaknya sejauh

memproduksi barang dan jasa adalah sosial aktivitas. Beberapa dari

mereka mungkin dinikmati non-kooperatif (sewa capture), sementara

yang lain harus menjadi bersama, setidaknya dalam niat, kalau tidak

mereka tidak dapat dibuat. Nilai yang terdiri dari pembelajaran

evaluatif, misalnya, menuntut bahwa seseorang menginternalisasi efek

sendiri tindakan pada orang lain, bukan karena beberapa keganjilan dari

preferensi seseorang (altruisme) tetapi karena sangat struktur nilai yang

tercipta, dan karena permintaan konsistensi dalam tindakan. Tanpa

kemauan untuk memberi tanpa pamrih, beberapa jenis nilai tidak bisa

dibuat.Akhirnya, "mengelola perusahaan sehingga dapat melayani

semua stakeholder" sekarang mungkin karena Tantangan bukan untuk

berbagi sumber daya tetapi untuk menghasilkan nilai non-eksklusif

yang diperlukan semua orang. Dan itu adalah sebuah tantangan yang

meskipun dipercayakan kepada manajer, harus ditangani bersama oleh

semua orang.

Kesimpulan

Teori Stakeholder telah dipuji karena mengatasi pandangan sempit

yang mengatakan bahwa satu-satunya tujuan perusahaan adalah untuk

memaksimalkan nilai ekonomi bagi pemegang saham (Freeman,

2008b).

Memperkenalkan penciptaan nilai bagi seluruh stakeholder

memperluas kerangka manajemen, membawanya lebih dekat ke

optimum ekonomi yang lebih realistis, menghasilkan nilai koperasi baru

kemampuan penciptaan, dan mengatasi beberapa konflik. Selama tetap

fokus tetap pada nilai ekonomi , ada solusi yang akan diserap, karena

proses penyerapan nilai selalu disertai konflik dari segala hal. Jika

jumlah nilai ekonomi yang dihasilkan dalam peningkatan perusahaan,

orang akan bertanya-tanya mengapa mereka tidak bisa memiliki bagian

yang lebih besar dan, jika mereka tidak bisa, mengapa mereka harus

tidak mendapatkan seperti porsi orang lain. Jadi, kritik diberikan

terhadap model stakeholder (Mele, 2002, 2009) dibenarkan.

Dalam tulisan ini saya telah mengusulkan perluasan sudut pandang

teori stakeholder. Jika nilai yang diciptakan dalam perusahaan tidak

hanya dari satu jenis, tetapi beberapa, adalah lebih baik untuk

menemukan cara menciptakan nilai ekonomi dan non ekonomi dengan

Page 80: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

75

cara yang berkelanjutan, sehingga semua stake holder, yang membantu

untuk menciptakan nilai tersebut, juga berbagi dalam keuntungan ,

meskipun dalam waktu yang berbeda dan mengadakan perubahan cara

dari waktu ke waktu, sehingga nilai optimum ekonomi (kriteria

efisiensi) dijamin dan manajemen dapat ditingkatkan.

Page 81: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

76

BAB VI

ANALISIS PENGARUH INTELLECTUAL

CAPITAL PADA KINERJA PERGURUAN

TINGGI NEGERI DI KOTA MEDAN

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengetahui pengaruh intellectual

capital terhadap kinerja sebuah perguruan tinggi negeri di Kota Medan

2) mengetahui pengaruh human capital, structural capital, dan

relational capital terhadap kinerja perguruan tinggi negeri di Kota

Medan. Penelitian ini menggunakan metode action research. Metode

pengolahan data digunakan metode diskriminan dan analisis Struktural

Equation Model (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

intellectual capital khususnya human capital memiliki peran atau

mempengaruhi kinerja sebuah perguruan tinggi negeri di Kota Medan.

Human capital berpengaruh positif dan sangat signifikan terhadap

kinerja perguruan tinggi negeri di Kota Medan. Sedangkan structural

capital dan relational capital berpengaruh negatif dan tidak signifikan

terhadap kinerja perguruan tinggi negeri di Kota Medan. Intellectual

capital berkaitan dengan Tridharma perguruan tinggi akan lebih

mengarah pada pengukuran kinerja dosen sebagai unsur dari human

capital yang akan mempengaruhi kinerja perguruan tinggi negeri di

Kota Medan. Sehingga intellectual capital yang terbentuk mampu

memberikan nilai terhadap kualitas masing-masing PTN dan dapat

menjadi tolok ukur kinerja suatu perguruan tinggi negeri.

Keyword : intellectual capital, human capital, structured capital,

relational capital, work performance

PENDAHULUAN

Persaingan global, pada saat sekarang ini sudah berlaku bagi

dunia pendidikan. Tantangan terbesar bagi perguruan tinggi di Indonesia

adalah tingkat persaingan yang semakin tinggi antar perguruan tinggi

baik negeri maupun swasta. Perguruan Tinggi sebagai salah satu

lembaga pendidikan formal semakin dituntut untuk mempersiapkan

Page 82: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

77

generasi menjadi muda menjadi manusia yang sesuai dengan yang

diharapkan, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan

Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan

keterampilan yang tinggi, sehat jasmani dan rohani, mandiri dan

memiliki rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Tujuan

itu seiring dengan tujuan untuk melahirkan lulusan perguruan tinggi

yang berkualitas sehingga mampu mengisi kebutuhan akan tenaga ahli

dan tenaga profesional pada berbagai jenis bidang pekerjaan.

Di Indonesia, peran perguruan tinggi dalam memberikan jasa

pendidikan tinggi semakin meningkat. Hal ini tergambar dari

pertumbuhan jumlah perguruan tinggi yang semakin meningkat dengan

menawarkan berbagai jenis dan tingkat program studi. Tetapi

peningkatan jumlah itu terkadang tidak diiringi oleh peningkatan

kualitas pendidikan dan kualitas sumber daya manusia yang tercipta.

Tilaar (2000) menyatakan pendidikan tinggi di Indonesia masih belum

bermakna dalam peningkatan kualitas manusia Indonesia, baik moral,

etos kerja, kemampuan dan keterampilan masih jauh dari harapan yang

didambakan. Sehingga kinerja perguruan tinggi belum maksimal dalam

melaksanakan perannya.

Kehidupan global saat ini menuntut penguasaan dan penerapan

ilmu pengetahuan dan teknologi, namun upaya pendidikan tinggi masih

belum sepenuhnya memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut. Sehingga

diperlukan suatu strategi yang tepat bagi perguruan tinggi untuk mampu

memenuhi pendidikan tinggi yang berkualitas dan memiliki daya saing

tinggi.

Keunggulan daya saing yang tinggi dapat dicapai dengan

memanfaat asset organisasi yaitu (1) aset berwujud yaitu aset yang

mempunyai wujud fisik dan (2) aset tidak berwujud (intangible aset)

merupakan aset yang tidak mempunyai wujud fisik. Perkembangan

tekhnologi dan globalisasi yang ditandai dengan pergeseran teknologi,

di mana pekerjaan berubah dari yang mengandalkan otot dan

ketrampilan menjadi pekerjaan berbasis knowledge yang lebih

mengandalkan otak dan pengetahuan, sehingga intangible asset menjadi

sangat penting.

Asni (2007) dalam Subkhan dan Citraningrum (2010)

menyatakan bahwa kemampuan perusahaan untuk bertahan dalam

persaingan sangat bergantung pada kapasitas untuk mengelola

intangible asset. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam

pengukuran intangible asset adalah intellectual capital (IC).

Page 83: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

78

Intellectual capital terdiri dari 3 (tiga) elemen, human capital,

structur capital dan relational capital. sumber daya manusia (human

capital) dianggap aset perusahaan terpenting, karena human capital

yang mengendaliakan aset lain yang dimiliki oleh perusahaan. Human

capital adalah pelaksana pengelolaan atas aset perusahaan baik aset

berwujud maupun aset tidak berwujud sehingga menghasilkan laba dan

nilai tambah. Structure capital merupakan kemampuan organisasi dalam

memenuhi kebutuhan konsumen. Standard structur capital adalah

pengetahuan yang berada disekitar kegiatan rutin perusahaan,

pengetahuan tersebut bisa kepemilikan hak intelektual,teknologi,

penemuan, data, publikasi dan proses yang dapat dipatenkan, hak cipta

atau rahasia dagang (Habiburrahman, 2008). Relational capital adalah

hasil dari kemampuan organisasi untuk berinteraksi secara positif

dengan lingkungan termasuk supplier, pelanggan, competitor, pemegang

saham, dan masyarakat). Pengelolaan dari ketiga elemen intellectual

capital akan membantu

perusahaan mencapai keunggulan kompetitif sehingga dapat membantu

meningkatkan kinerja organisasi. Kinerja dipandang sebagai

kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba sedangkan intellectual

capital merupakan sarana untuk penciptaan laba dan nilai tambah bagi

perusahaan.

Pada awalnya kinerja perusahaan diukur berdasarkan nilai buku

dalam laporan keuangan . Hal ini dianggap telah mencerminkan nilai

perusahaan. Tetapi sejalan dengan perkembangan waktu hal tersebut

belum menunjukkan nilai sebenarnya karena perusahaan memiliki nilai

tersembunyi yang tidak muncul dalam laporan keuangan. Edvinsson

(1999), menyebutkan nilai tersembunyi dapat membedakan perusahaan

yang satu dengan lainnya dan memberikan keunggulan bersaing. Nilai

yang tersembunyi memiliki kontribusi terhadap kinerja perusahaan,

seperti: ide cemerlang, kompetensi para pegawai/pekerja, sistem,

infrastruktur perusahaan, serta riset dan pengembangan. Hal ini disebut

sebagai intellectual capital (IC).

Medan sebagai kota terbesar ke tiga di Indonesia juga

merupakan kota yang dipenuhi oleh mahasiswa. Artinya di kota Medan

ini terdiri dari banyak sekali perguruan tinggi baik perguruan tinggi

yang berstatus negeri maupun yang berstatus swasta. Akan tetapi dari

sekian banyak perguruan tinggi di Medan hanya tiga perguruan tinggi

negeri di Medan yaitu Unversitas Sumatera Utara (USU), Universitas

Negeri Medan (UNIMED) dan Institut Agama Islam Negeri Sumatera

Page 84: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

79

Utara (IAIN) Sumatera Utara. Ketiga perguruan tinggi negeri tersebut

mempunyai spesifikasi dan kelebihan tersendiri.

Masing-masing perguruan tinggi negeri perlu mempertahankan

kualitasnya dan memperhatikan intellectual capitalnya sebagai

gambaran dari kinerja suatu perguruan tinggi. Intellectual capital

merupakan aset yang tidak berwujud dari suatu organisasi yang dapat

digunakan untuk menciptakan nilai bagi organisasi melalui kombinasi

antara human capital, structural capital, dan relational capital. Menurut

Burr and Girardi (2002) kompetensi dan komitmen yang ada pada dosen

akan mampu menciptakan nilai bagi perguruan tinggi apabila didukung

dengan pemberian pengendalian pekerjaan atau otonomi kerja yang

memadai kepada pegawai.

Pengungkapan IC pada perguruan tinggi berguna untuk

mengungkapkan keadaan jika upaya perguruan tinggi berbeda dan

digunakan sebagai intrumen pengendali dan pengawasan untuk

mengidentifikasi struktur, kekuatan dan kelemahan pribadi (Altenburger

dan Schaffhauser-Linzatti, 2006 dalam Meilianti dan Frisko, 2013).

Mengingat belum banyak kajian IC di perguruan tinggi di Indonesia dan

juga kerangka koseptual pelaporan IC perguruan tinggi dengan

perspektif Indonesia juga jarang ditemukan. Sebagai contoh penelitian

Puspitahati et al., (2011) dan Nadia (2011) yang mengkaji pelaporan IC

pada website universitas di Indonesia menggunakan framework yang

dibangun untuk universitas di Eropa, sehingga dalam beberapa item

tidak ditemukan pada website perguruan tinggi di Indonesia, bahkan

pada PTN sekelas UGM dan ITB sekalipun.

Kondisi ini mengakibatkan peneliti ini mengkaji bagaimana

bentuk dan peran intellectual capital terhadap kinerja perguruan tinggi

negeri di Kota Medan untuk meningkatkan nilainya di masyarakat.

LANDASAN TEORI

Intellectual capital (IC) Intellectual capital adalah merupakan aset

yang tidak berwujud atau intangible asset yang dimiliki oleh

perusahaan. Intellectual capital (IC) digunakan pada literatur

manajemen, merujuk kepada hal nilai-nilai yang tidak berwujud yang

meliputi: hubungan karyawan, manajemen staff, pengguna/customer dan

stakeholder lainnya.

Model IC yang umum digunakan memiliki tiga kategori utama

dari intangible assets : human, structural and relational (Edvinsson,

1999; Sullivan, 2000; Bontis, 2001).

Page 85: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

80

Adapun beberapa definisi untuk setiap elemen dapat disimpulkan

sebagai berikut:

Human capital (HC) dapat didefinisikan sebagai susunan nilai,

sikap, kualifikasi dan keterampilan dari karyawan yang akan

menghasilkan nilai bagi organisasi (Roos et al.,1997).

Structural capital (SC) adalah nilai yang diciptakan dalam

organisasi yang akan tetap diingat oleh karyawan (Roos et al.; 1997;

Boisot, 2002).

Relational Capital (RC) adalah hasil dari nilai yang didiciptakan

oleh organisasi dalam hubungannya dengan lingkungan, termasuk

pemasok, pembeli, pesaing, pemegang saham, stakeholders dan

masyarakat (Bontis, 2001). Relational capital juga merupakan hasil

dari kemampuan organisasi untuk berinteraksi secara positif dengan

anggota dalam komunitas untuk meningkatkan kesejahteraan dengan

meningkatkan HC, dan SC (Nazari and Herremans, 2007). Allee

(1998) dalam Kok (2005) disebutkan bahwa relational capital

dipengaruhi oleh relasi dengan konsumen dan teman kerja.

Sedangkan Sveiby (1997) dalam Cahyati dan Setyawasih (2016)

menyebutkan bahwa relational capital digambarkan sebagai koneksi

perusahaan dengan masyarakat.

Kinerja

Penilaian prestasi atau kinerja suatu perusahaan (business

performance) dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan oleh

pihak internal maupun eksternal. Menurut Moeheriono (2010), kinerja

adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok

dalam suatu organisasi secara kuantitatif dan kualitatif, sesuai dengan

kewenangan dan tanggung jawab masing-masing sebagai upaya untuk

mencapai tujuan organisasi maupun etika.

Sastrohadiwiryo (2003), menyebutkan bahwa pada umumnya kinerja

dipengaruhi oleh kecakapan, ketrampilan, pengalaman dan kesanggupan

tenaga kerja yang bersangkutan, dan semuanya itu merupakan faktor

dari aset non-keuangan. Sastrohadiwiryo (2003) juga menyebutkan

penilaian kinerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan manajemen

untuk menilai kinerja tenaga kerja dengan cara membandingkan kinerja

dengan uraian diskripsi dalam suatu periode tertentu. Pengukuran

kinerja merupakan suatu proses mencatat dan mengukur pelaksanaan

kegiatan dalam arah pencapaian sasaran, tujuan, visi dan misi melalui

hasil-hasil yang ditampilkan ataupun proses pelaksanaan suatu kegiatan.

Page 86: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

81

METODE PENELITIAN

Populasi penelitian ini adalah seluruh dosen yang mengajar di

perguruan tinggi negeri di Kota Medan yaitu UIN (IAIN), USU dan

UNIMED.

Sampel penelitian ini berjumlah 300 orang yang diambil sebanyak

100 orang responden dari masing-masing perguruan tinggi tersebut.

Sampel diambil dengan metode accidental sampling.

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode

kuesioner dan nantinya akan diolah melalui metode analisis diskriminan

dan analisis Structural Equation Model.

KERANGKA KONSEPTUAL

Saat ini perguruan tinggi menjadi objek perhatian yang besar dalam

pengembangan intellectual capital diluar jalur konvensional/profit

oriented. Penyebabnya adalah fakta bahwa tujuan utama perguruan

tinggi untuk memproduksi dan menyebarkan pengetahuan, serta

aktvitas riset dan pengembangan sumber daya manusia (Canibano dan

Sanchez, 2005).

Pengetahuan dan kapasitas inovasi secara efektif menjadi nilai

penting bagi pengendalian aktivitas perusahaan sehingga perusahaan

bisa menggunakan aset lainnya secara efisien dan ekonomis pada

akhirnya perusahaan bisa mencapai keunggulan kompetitif (Ruppert

dalam Sawarjuwono, Kadir, 2003). Salah satu pendekatan yang dapat

digunakan dalam pengukuran intangible asset adalah intellectual

capital.

Intellectual capital ini mempengaruhi kinerja perusahaan/orgnanisasi

seperti dalam penelitian divianto pada tahun 2010 dengan judul

Pengaruh Faktor-Faktor Intellectual Capital (Human Capital, Structural

Capital Dan Customer Capital) Terhadap Business Performance. Hasil

penelitian nya bahwa ketiga faktor tersebut berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja bisnis.

Page 87: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

82

Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian

Dari kerangka konseptual dapat diketahui bahwa intellectual capital

yang terdiri dari human capital, structural capital dan relational capital

berpengaruh terhadap kinerja perguruan tinggi negeri di Kota Medan.

Defenisi Operasional

Variabel Independen/eksogen

Intellectual capital merupakan aset tidak berwujud perusahaan dan

digunakan untuk memperoleh kesuksesan organisasi dan memiliki daya

kompetitif yang tinggi.

Terdiri dari:

Human Capital

Merupakan seperangkat nilai, perilaku, kualifikasi, dan keahlian

yang dimiliki oleh anggota organisasi sehingga menghasilkan nilai

bagi perusahaan. Indikatornya adalah: ketersediaan profesor,

pelatihan dan pendidikan, prestasi dosen, dan kompetensi dosen.

Structural Capital

Adalah kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi

seluruh aktivitas organisasi dan struktur yang mendukung anggota

untuk menghasilkan kinerja yang optimal. Indikatornya adalah:

fasilitas akademik dan penelitian, rasio dosen per mahasiswa,

lisensi/hak paten, sistem dan program kerja, dan ketepatan visi

dengan misi perguruan tinggi.

Relational Capital

Adalah hasil dari kemampuan organisasi untuk berinteraksi secara

positif

KINERJA

INTELLECTUAL CAPITAL

HUMAN CAPITAL

STRUCTURAL

CAPITAL

RELATIONAL

CAPITAL

Page 88: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

83

dengan lingkungan termasuk pelanggan, competitor, pemegang

saham, stake holder dan masyarakat. Indikatornya adalah: hits

situs/website perguruan tinggi, seminar nasional, seminar

internasional, penelitian/pengabdian kepada masyarakat, publikasi

ilmiah, hubungan dengan lulusan perguruan tinggi.

Variabel Dependen/endogen

Kinerja perguruan tinggi yaitu hasil pencapain yang telah

diperoleh. Indikatornya adalah: daya saing, reputasi, pencapaian target,

kegiatan penelitian, tata kelola manajemen perguruan tinggi.

Pengolahan Data

Analisis Statistik Deskriptif

Kuesioner yang disebar seluruhnya dapat dipergunakan dengan

respon rate sebesar 90%. Responden penelitian secara umum

digambarkan bahwa dosen yang ada pada masing-masing perguruan

tinggi negeri di dominasi oleh dosen dengan jenjang pendidikan S2

(60%) dan dosen dengan jenjang pendidikan S3 (40%). Perguruan tinggi

negeri di Kota Medan juga didominasi oleh dosen yang masih muda

(junior) dengan jenjang usia 28-38 tahun (40%), usia 39-49 tahun (35%)

dan usia ≥ 50 tahun hanya (25%).

Analisis SEM

Pengolahan data yang diperoleh melalui kuesioner kemudian diolah

melalui metode analisis data Structural Equation Model (SEM) dengan

bantuan AMOS 18.0.

Hasil pengolahan diperoleh model penelitian berikut ini:

Gambar 2. Analisa SEM

Page 89: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

84

Hasil analisa diperoleh output pada Tabel 1. yaitu:

Tabel 1. Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate P Hasil

Kinerja <--- HC 1.203 *** Signifikansi

Kinerja <--- SC -0.158 0.309 Tidak

Signifikan

Kinerja <--- RC -0.103 0.265 Tidak

Signifikan

*** : 0,000 (highly signficant)

Sumber: Hasil Pengolahan

Data (2016)

Berdasarkan data pada Tabel 1. Regression Weight diketahui bahwa

Intellctual Capital memiliki pengaruh terhadap kinerja perguruan tinggi

negeri di Kota Medan. Tetapi dari ketiga unsur intellectual capital

hanya human capital yang berpengaruh secara positif dan signifikan

terhadap kinerja perguruan tinggi negeri di Kota Medan dengan nilai p

(0,000) dan hasil ini menunjukkan tingkat signifikansi yang sangat

tinggi dengan nilai pengaruh (1,203).

Structural capital sebagai unsur kedua dari intellectual capital tidak

memberikan pengaruh yang signifikan yaitu berpengaruh negative dan

tidak signifikan terhadap kinerja perguruan tinggi di Kota Medan

dengan nilai p (0,309) dan besar pengaruhnya hanya (-0,158).

Relational capital sebagai unsur ketiga dari intellectual capital

memberikan pengaruh negative dan tidak signifikan terhadap kinerja

perguruan tinggi di Kota Medan. Nilai signifikansinya adalah p (0,265)

dengan besar pengaruhnya hanya (-0,103).

PEMBAHASAN HASIL ANALISA DATA

Selama ini pengungkapa intellectual capital perguruan tinggi di

Indonesia masih mengadopsi dari intellectual capital yang digunakan

oleh universitas yang ada di Eropa. Konstruksinya item intellectual

capital yang digunakan merupakan konstruksi yang sesuai dengan

standar di Indonesia yang dilakukan dengan mengkolaborasi item IC

(Leitner, 2002) dan Badan Akreditasi Nasional-Perguruan Tinggi

(BAN-PT).

Intellectual capital memberikan output yang mengacu pada produk

rutin kegiatan penelitian dalam perguruan tinggi seperti publikasi,

makalah seminar, pelatihan, dan sebagainya. Hasilnya berupa prestasi

Page 90: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

85

dalam kegiatan seperti teori-teori baru, perangkat baru dan teknik

analisis Intellectual capital memberikan laporan yang memiliki potensi

sebagai alat untuk menghubungkan pengukuran kinerja dan

penganggaran. (Leitner, 2002). Persiapan IC pada perguruan tinggi lebih

sulit dibandingkan industri karena perguruan tinggi memiliki berbagai

tujuan dan sasaran yang menentukan kinerja.

Human capital adalah unsur yang paling penting bagi pembentukan

intellectual capital sebuah organisasi termasuk sebuah perguruan tinggi.

Schultz dalam Bontis (1999) menjelaskan bahwa human capital sebagai

faktor penting untuk meningkatkan aset perusahaan dan meningkatkan

produktivitas dalam rangka mempertahankan keunggulan bersaing.

Lingkungan bisnis yang terus berubah mewajibkan perusahaan terus

berjuang mencapai keunggulan kompetitif melalui strategi bisnis yang

dinamis dengan menggabungkan kretivitas dan inovasi. Selain itu

human capital dianggap penting juga karena sumber daya manusia

sebagai sumber utama dari inovasi dan kreasi, tetapi hal tersebut juga

sangat sulit untuk dinilai (Sawarjuwono dan Kadir, 2003). Sumber daya

manusia yang dimaksud adalah dosen dan tenaga kependidikan

(pustakawan, laboran, teknisi dan lain-lain (Ulum, 2012).

Sesuai dengan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa human

capital berpengaruh positif dan sangat signifikan terhadap kinerja

perguruan tinggi negeri di Kota Medan. Semakin baik human capital

sebuah perguruan tinggi maka akan semakin baik kinerja perguruan

tinggi. Human capital dianggap sebagai kompetensi yang potensial yang

dimiliki oleh perguruan tinggi seperti jumlah dosen dan professor,

pelatihan dan pendidikan, prestasi dosen, kompetensi dosen`menjadi

faktor-faktor yang akan berperan dalam meningkatkan kinerja dan

prestasi semua perguruan tinggi negeri.

Pada saat faktor-faktor human capital dapat terkoordinasi dan

terpenuhi dengan maskimal maka kinerja perguruan tinggi semakin

maksimal juga dan akhirnya memiliki daya saing tinggi. Pelatihan dan

pendidikan yang selalu diperhatikan untuk diberikan kepada para dosen

maupun staff akademik akan meningkatkan kompetensi dan keahlian

yang akan mendukung kinerja semakin baik, medukung proses belajar

mengajar semakin baik.

Kemudian perguruan tinggi yang memiliki dosen yang memiliki

prestasi yang tinggi tentu memperlihatkan sebuah perguruan tinggi yang

juga berprestasi karena mampu menghadirkan dosen-dosen yang

berkualitas bagi para peserta didik untuk mendukung kelancaran proses

Page 91: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

86

transfer ilmu pengetahuan dan melahirkan generasi yang tidak saja

berpendidikan tapi juga berbudi pekerti luhur. Prestasi juga

menunjukkan kompetensi yang tinggi dari seorang dosen. Dosen yang

memiliki bayak prestasi yang tidak hanya dalam bidang akademik tentu

menunjukkan kompetensi yang maksimal di bidang keilmuannya.

Sehingga nantinya akan mendukung proses belajar mengajar, proses

transfer ilmu untuk mendukung kinerja perguruan tinggi sebagai

lembaga yang berperan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Tentunya perguruan tinggi harus terus berupaya maksimal untuk

memenuhi kebutuhan dan memberikan dorongan atau mendukung

sarana dan prasasaran bagi faktor human capital semakin baik terutama

pengadaaan latihan dan pendidikan sehingga mendorong

kreativitas/inovasi bagi para dosen dan staff sehingga berprestasi dan

memaksimalkan kompetensinya kemudian mendukung produktivitasnya

dan akhirnya meningkatkan kinerja perguruan tinggi. Hal ini karena

kinerja perguruan tinggi ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia,

yaitu sebagai aset organisasi yang penting.

Hasil penelitian ini didukung oleh Cahyati dan Setyawasih (2016),

yaitu disebutkan bahwa human capital berhubungan signifikan terhadap

kinerja program studi terutama pada faktor pelatihan dan pendidikan

serta kreativitas dan inovasi para dosen dan staff akademiknya. Winarno

et al., (2012) juga mendukung hasil penelitian ini yang menyebutkan

bahwa modal manusia berpengaruh signifikan terhadap kinerja

perguruan tinggi yang dimediasi oleh kompetensi dan inovasi.

Kemudian hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang

dilakukan pada universitas di Cambridge dengan mengkaitkan modal

manusia dengan kinerja organisasi, hasilnya menunjukkan bahwa modal

manusia (intellectual capital, social capital, organizational capital dan

knowledge) berpengaruh signifikan terhadap kinerja universitas dan

intellectual capital merupakan faktor terpenting dari modal manusia

(Stiles and Kulvisaechana, 2004).

Human capital, juga didefinisikan sebagai seperangkat nilai,

perilaku, kualifikasi, dan keahlian yang dipunyai oleh karyawan yang

dapat menghasilkan nilai bagi perusahaan (Ross, et al., 1997). Bollen et

al., (2005) dalam penelitiannya disebutkan bahwa intellectual capital

yang dibagi atas human capital, structural capital dan relational capital

memiliki pengaruh positif dan berhubungan dengan intellectual

property yang secacara tiak langsung mempengaruhi kinerja

perusahaan.

Page 92: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

87

Structural capital sebagai faktor kedua dari intellectual capital

perguruan berpengaruh negatif dan tidak signifikan dengan kinerja

perguruan tinggi. Artinya adalah ada hubugan yang tidak searah antara

structural capital dengan kinerja perguruan tinggi yaitu pada saat

structural capital baik maka perguruan tinggi belum tentu memiliki

kinerja yang baik pula bahkan bisa jadi menurun. Kemudian

hubungannya tidak kuat sehingga tidak berperan menentukan kinerja

perguruan tinggi semakin baik.

Faktor-faktor yang membangun structural capital seperti fasilitas

akademik dan penelitian yang disediakan untuk proes belajar mengajar,

rasio dosen per mahasiswa, lisensi atau hak paten, sistem dan program

kerja, ketepatan visi dengan misi perguruan tinggi adalah beberapa

faktor yang memang harus dipenuhi sebagai standar perguruan tinggi

yang sudah ditentukan oleh Ban-PT agar perguruan tinggi bisa berjalan

dengan baik dan maksimal. Tetapi pemenuhan seluruh faktor atau media

tersebut tidak memberikan dampak yang besar atau memberikan

pengaruh untuk meningkatkan kinerja sebuah perguruan tinggi jika

sumber daya manusia sebagai pelaksana seperti dosen, staff akademik

maupun mahasiswa tidak mampu atau tidak memiliki kompetensi dalam

menggunakannnya.

Selain itu jika memang sumber daya manusia pelaksana memiliki

kompetensi untuk menggunakan sarana dan fasilitas dengan baik tetapi

perguruan tinggi tidak melakukan inovasi atau up to date dalam

memenuhi sarana dan fasilitas tentu akan menurunkan minat para dosen,

staff dan mahasiswa yang akan mengganggu proses belajar mengajar

dan menurukan kinerja perguruan tinggi untuk menghasilkan generasi

yang berkualitas dari segi moral dan pendidikan. Keadaan ini akan

menurunkan kemampuan organisasi untuk mendukung kompetensi para

anggotanya untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta

kinerja bisnis secara keseluruhan.

Program kerja dan sistem yang sudah ditentukan oleh perguruan

tinggi negeri tidak mendukung kinerja karena banyak yang tidak

terpenuhi atau terlaksana dengan baik. Kemudian adanya penepatan

misi yang tidak tepat untuk sebuah visi perguruan tinggi atau salah

strategi sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai sepenuhnya kinerja

perguruan tinggi menurun.

Hak paten sebuah perguruan tinggi negeri masih belum menjadi

faktor yang sangat penting dan mendesak untuk menjadi parameter

kinerja sebuah perguruan tinggi. Rasio dosen per mahasiswa tentu sudah

Page 93: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

88

ada standar dari Ban-PT sehingga terkadang perguruan tinggi hanya

sekedar mengejar standar tersebut tanpa memperhatikan kualitas

sehingga tidak berpengaruh pada kinerja.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Cahyati dan Setyawasih (2016) yang menyatakan bahwa

structural capital tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja program

studi. Astuti dan Sabeni (2004) dalam penelitiannya juga disebutkan

bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara structural capital

dengan kinerja perusahaan di Jawa Tengah. Tetapi hasil penelitian ini

bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bontis et al.,(2000)

yang menyatakan adanya hubungan positif signifikan antara structural

capital dan business performance pada sektor jasa di Malaysia dan tidak

signifikan pada sektor non jasa. Subkhan, Citraningrum (2010) dalam

penelitiannya tidak mendukung hasil penelitian ini yaitu dinyatakan

bahwa structural capital berpengaruh signifikan terhadap kinerja

keuangan perusahaan.

Relational capital yang terdiri dari hits situs/website perguruan

tinggi, seminar nasional, seminar internasional, penelitian/pengabdian

kepada masyarakat, publikasi ilmiah, hubungan dengan lulusan

perguruan tinggi, memiliki hubungan yang negatif dan tidak signifikan

terhadap kinerja perguruan tinggi negeri.

Relational capital merupakan hasil dari kemampuan organisasi untuk

berinteraksi secara positif dengan lingkungannya atau masyarakat

sekitar. Perguruan tinggi membutuhkan hubungan konsumen

(mahasiswa, alumni, end user), teman kerja (keanggotaan dan proyek

kerja sama eksternal), publik (merupakan relasi dengan dunis industri)

dan pendidikan lain dalam rangka untuk meningkatkan mutu pendidikan

dan daya saing lulusan. Tetapi dalam penelitian ini hubungan itu tidak

memiliki hubungan dengan kinerja perguruan tinggi. Hubungan yang

negative menunjukkan kondisi pada saat hubungan kampus dengan

lingkungan baik belum tentu menunjukkan kinerja perguruan tinggi

yang baik. Kemudian pengaruh yang tidak signifikan menunjukkan

adanya hubungan yang tidak kuat antara structural capital dengan

kinerja perguruan tinggi. Artinya structural capital yang terpenuhi tidak

memiliki dampak terlalu besar dalam menentukan kinerja perguruan

tinggi.

Banyaknya pengunjung website perguruan tinggi belum menjadi

parameter kinerja perguruan tinggi itu baik melainkan bisa jadi hanya

dijadikan informasi untuk menambah pilihan atau sumber referensi bagi

Page 94: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

89

masyarakat tentang sebuah perguruan tinggi. Kemudian seminar yang

dilakukan oleh perguruan tinggi baik itu nasional atau internasional,

penelitian atau pengabdian terkadang pelaksanaannya tidak maksimal

hanya dijadikan media untuk memenuhi target kerja tanpa memikirkan

kualitasnya yang akan meningkatkan kinerja dan nilai perguruan tinggi.

Hubungan dengan pihak luar atau eksternal dan dengan para alumni

atau lulusan tidak menjadi media untuk memperoleh masukan dan

informasi untuk lebih memahami dan memenuhi kebutuhan dari

mahasiswa, alumni dan pengguna lulusan atau masyarakat untuk

memberikan nilai kepuasan yang maksimal dan berdampak pada

peningkatan kinerja perguruan tinggi.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Cahyati dan Setyawasih (2016) yang menyatakan bahwa

relational capital tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja program

studi. Tetapi hasil penelitian ini tidak didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Bollen et al., (2005) yang menyatakan bahwa human

capital, structural capital dan relational capital yang menjadi bagian

dari intellectual capital memiliki pengaruh terhadap intellectual

property yang secara tidak langsung mempengaruhi kinerja perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Ulum (2009) juga tidak mendukung

hasil penelitian ini yaitu intellectual capital (human capital, structural

capital dan relational capital) memliki hubungan yang signifikan

dengan kinerja perusahaan.

Pada saat sekarang ini intellectual capital belum sepenuhnya

dinyatakan sebagai sebuat aset dalam conceptual framework sebuah

perguruan tinggi. Sehingga melalui penelitian ini ditemukannya

hubungan yang positif dan sangat signifikan dengan kinerja perguruan

tinggi dapat memberikan bukti bahwa intellectual capital khususnya

human capital memberikan manfaat yang sangat bernilai tinggi bagi

kinerja perguruan tinggi negeri khususnya untuk daya saing yang tinggi

di masa depan. Perguruan tinggi negeri harus terus memacu kualitas dan

kompetensinya melalui sumber daya manusia yaitu bagian dari human

capital dan menunjukkan kualitas terbaik dari kinerjanya kepada

masyarakat sebagai sumber ilmu pengetahuan atau wadah untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa.

Hartono (2001) mengemukakan bahwa intellectual capital tidak

dapat dimiliki atau dikendalikan oleh perusahaan karena pengetahuan

tetap menjadi milik pegawai. Selain itu intellectual capital berasal dari

tetapi yang dinilai sebagai aset hanya pengorbanan ekonomis untuk

Page 95: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

90

mendapatkan intellectual capital, padahal pengungkapan intellectual

capital tidak hanya dilaporkan sebesar costnya, melainkan lebih kepada

nilai yang telah diciptakan. Kemudian, intellectual capital juga tidak

memenuhi informasi yang relevance dan reliability karena adanya

ketidakpastian tentang keberadaan dan hubungan yang dapat ditelusur

antara pengorbanan ekonomis dan hasil. Hal ini menjadi tantangan bagi

perguruan tinggi untuk terus memperbaharui sistem, program dan

pengukuran kinerja, kemudian terus berinovasi dan meningkatkan

kompetensinya untuk mendapatkan nilai terbaik bagi kinerja sebuah

perguruan tinggi di hadapan masyarakat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Human capital berpengaruh positif dan sangat signifikan terhadap

kinerja perguruan tinggi negeri di Kota Medan. Pelatihan dan

pendidikan paling berperan dalam meningkatkan prestasi dan

kompetensi para dosen dan staff akademik sehingga akan

membantu kinerja sebagai sumber daya manusia perguruan tinggi

semakin baik dan kinerja perguruan tinggi secara keseluruhan.

Structural capital berpengaruh negative dan tidak signifikan

terhadap kinerja perguruan tinggi negeri di Kota Medan.

Relational capital memiliki pengaruh negative dan tidak signifikan

terhadap kinerja perguruan tinggi negeri di Kota Medan.

Intellectual capital memiliki peranan untuk mempengaruhi nilai

dan kinerja sebuah perguruan tinggi negeri di Kota Medan

khususnya human capital sebagai faktor yang paling signinifikan

dalam mempengaruhi kinerja dan memberikan nilai positif bagi

sebua perguruan tinggi negeri di Kota Medan. Intellectual capital

perguruan tinggi berkaitan dengan Tridharma perguruan tinggi

sehingga pengukurannya lebih mengarah kepada kinerja dosen

sebagai bagian dari human capital.

Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah:

Perguruan tinggi harus terus berupaya mendukung para dosen dan

staff akademik untuk meningkatkan prestasi dan kompetensinya

sebagai tenaga professional dalam melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya melalui dukungan sarana dan kesempatan

pendidikan dan pelatihan.

Page 96: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

91

Perguruan tinggi harus memberdayakan para dosen yang

berpengalaman dengan maksimal untuk internal perguruan tinggi

terutama untuk kebutuhan eksternal tetapi tetap membawa nama

perguruan tinggi tempat dosen bernaung sehingga akan berdampak

kinerja perguruan tinggi semakin baik. Tentu saja tidak lupa

memberikan reward yang baik dan sesuai dengan prestasi atau

kontribusi dosen maupun staff akademik.

Perguruan tinggi perlu fokus memperhatikan faktor-faktor

structural capital agar berperan mempengaruhi kinerja perguruan

tinggi. Misalnya melakukan pengawasan dan pengendalian

terhadap sistem dan program kerja yang tercantum dalam agar

terlaksana dengan baik dan benar sehingga visi perguruan tinggi

tercapai. Melakukan evaluasi terhadap proses dan pencapaian yang

sudah dilakukan. Kemudian memperhatikan dan meningkatkan

fasilitas akademik dan penelitian yang menunjang proses belajar

mengajar sehingga membuat para dosen dan mahasiswa merasa

nyaman dan puas. Perguruan tinggi juga perlu memperhatikan

secara seksama mengenai hak paten atau lisensi terutama terhadap

penelitian dan pengabdian masyarakat yang bisa dijadikan

parameter kinerja sebuah perguruan baik atau tidak di mata

masyarakat.

Perguruan tinggi harus fokus pada faktor-faktor yang membangun

relational capital perguruan tinggi sehingga berdampak pada

kinerja yang baik. Perguruan tinggi harus mulai menjalin kerja

sama yang baik dengan pihak eksternal atau mitra, membuat

strategi kemitraan yang tepat terutama terkait seminar, pelatihan,

penelitian atau publikasi ilmiah sehingga akan terjalin hubungan

yang baik yang akan mengakomodir kebutuha kampus dengan baik

untuk mendukung kinerja perguruan tinggi. Selain itu yang tak

kalah penting adalah perguruan tinggi harus tetap menjalin

hubungan baik dengan masyarakat, mahasiswa, ataupun alumni

untuk menggali informasi tentang kebutuhan dan keluhan mereka

terhadap perguruan tinggi atau sejauh mana pengetahuan mereka

tentang perguruan tinggi sehingga akan menjadi alat/input untuk

perbaikan kinerja semakin baik.

Page 97: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

92

BAB VII

PENGARUH MODAL SOSIAL,

INTELECTUAL CAPITAL DAN STRATEGI

ENTREPRENEURSJIP TERHADAP

COMPETITIVE ADVANTAGE

MAHASISWA WIRAUSAHA

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis social capital,

intelectual capital dan strategic entrepreneurship dalam meningkatkan

competitive advantage. Penelitian ini merupakan penelitian survei

dengan tipe eksplanatori. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah 153 mahasiswa wirausaha di Kota Medan .

Hasil penelitian menunjukkan competitive advantage dalam

berwirausaha dapat tercipta melalui modal sosial, intellectual capital

dan Strategic entrepreneurship .

Kata kunci: Modal Sosial, Modal Intelektual, Strategy

Entrepreneurship, Keunggulan Bersaing.

PENDAHULUAN

Negara yang makmur dan sejahtera rakyatnya ketika dalam

pembangunannya pemerintah memprioritaskan kewirausahaan sebagai

prioritas utama, contoh: negara Amerika, Inggris, Jerman, Kanada,

Jepang, Korea serta Singapur dan Malaysia, menjadi negara maju dan

rakyatnya makmur mengembangkan kewirausahaan.

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi generasi

muda, karena mereka yang akan menjadi penerus bangsa. Namun di

Indonesia, sebagaimana di negara berkembang lainnya, pendidikan saja

tidak akan menjamin tersedianya pekerjaan. Masih banya pemuda

Indonesia yang berpendidikan tinggi masih menganggur. Lapangan

kerja yang tersedia di pasar tidak sebanding dengan pertumbuhan

angkatan kerja. Oleh karena itu perlu upaya sehingga para pemuda

terutama yang berpendidikan tinggi mampu menciptakan lapangan kerja

untuk dirinya sendiri dan untuk orang lain dengan menjadi wirausaha

Page 98: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

93

muda. Perguruan tinggi diperlukan memberikan peranan penting dalam

informasi, pengetahuan, pemahaman tentang kewirausahaan serta

memberikan wadah bagi mahasiswa untuk berwirausaha. Dirjen

Pendidikan Tinggi (DIKTI) mencanangkan program kewirausahaan

mahasiswa yang menjadi prioritas nasional sebagai upaya pembenahan

sistem pendidikan agar terjadi keselarasan antara pendidikan dan dunia

kerja.

Universitas Sumatera Utara (USU) dan Universitas Negri Medan

(UNIMED) merupakan Perguruan Tinggi Negeri yang memperoleh

dana bantuan kegiatan PMW sejak 2009 hingga saat ini, terus berusaha

melaksanakan Program tersebut secara efektif dan efisien dengan

berbagai sumber daya yang tersedia guna menciptakan wirausaha muda

yang tangguh dan berkelanjutan.

Melalui PMW, selain terciptanya Wirausaha juga diharapkan

dapat menciptakan lapangan pekerjaan ,serta dapat menciptakan

lapangan usaha. Data pada Grafik 1 menunjukkan setiap tahun jumlah

proposal yang mengikuti PMW semakin meningkat. Hal ini

memperlihatkan masih tingginya minat mahasiswa dalam memulai

usaha pada Universitas Sumatera Utara.

Sumber: SEC USU

Namun demikian dalam perkembangannya tidak semua

penerima bantuan modal usaha mampu bertahan dengan berbagai

alasan. Berbagai upaya dilakukan agar usaha mahasiswa penerima

hibah dapat lebih bertahan, misalnya dengan melakukan beberapa

Page 99: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

94

perubahan pada proses seleksi mahasiswa penerima hibah. Dari

pengalaman tersebut dapat disimpulkan bahwa jika dilakukan suatu

kajian dan upaya penanggulangan yang lebih sistematis dan terstruktur,

maka diharapkan hasilnya akan lebih optimal.

METODOLOGI PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa

wirausaha di tiga universitas tersebut sedangkan yang menjadi sampel

purposive yaitu yang diambil adalah yang memenuhi kriteria mahasiswa

wirausaha yaitu sudah mempunyai usahaselama 1 tahun dan merupakan

binaan dari masing-masing center kewirausahaan di perguruan tinggi

masing-masing yang berjumlah 153 (seratus lima puluh tiga) orang.

Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

HC

SC

RC

Intellectual

Capital

Soc. Capital

Company

Advantage

Straytegy

Entrepreneurur

ship

- Network

- Norma

- Trust

- Entrepnurial

Mindset

- Balancing

Exploration

- Continous

Inovatrion

Page 100: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

95

Metode dan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyiapkan skala

pengukuran(kuesioner) berisi tentang Intellectual Capital, Soc. Capital,

Straytegy Entrepreneurship.Kuisioner ini bertujuan untuk mengukur

sejauh mana strategi bersaing mahasiswa dalam berwirausaha.Penelitian

ini menggunakan data primer yang dikumpulkan dengan menggunakan

kuisioner mengenai Intellectual Capital Entrepreneurship.Data Primer

diperoleh dengan memberikan kuisioner secara langsung kepada sampel

penelitian.

Defenisi Operasional Variabel

Intellectual Capital entrepreneurship diukur dengan indikator human

capital, social capital dan financial capital. Human capital

mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan

solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang–orang

yang ada dalam perusahaan tersebut.Modal sosial merupakan

kemampuan masyarakat untuk bekerjasama demi mencapai tujuan

bersama. Pada penelitian ini yang dimaksudkan pada modal finansial

adalaha modal awal mahasiswa dalam memulai bisnisnya.

Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan realibilitas dilakukan pada 30 orang responden

penelitian lalu data diproses dengan menggunakan program software

SPSS (Statistic Product and Service Solution) versi 14,0.Instrumen yang

valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil

penelitian yang valid dan reliabel. Menurut Sugiyono (2005 : 115),

instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk

mendapatkan data (mengukur) itu valid. Untuk menguji validitas

digunakan pendekatan koefisien korelasi yaitu dengan cara

mengkorelasikan antara skor butir pernyataan dengan skor totalnya. Bila

nilai korelasinya positif dan r > 0,361 maka butir pertanyaan tersebut

dinyatakan valid.Setelah dilakukan pengujian validitas, maka juga akan

dilakukan uji realibilitas. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel

jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,6.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Penelitian.

Jumlah karyawan responden terbanyak adalah antara 3-6 orang

dengan jumlah 78 orang dan persentase 51%. Sedangkan jumlah

karyawan yang dibawah 3 orang sebanyak 70 orang dengan persentase

Page 101: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

96

45.8%. Sisanya sebanyak 3.3% memiliki karyawan hanya 7-10

orang.Hal ini bisa dipahami dikarenakan usaha mahasiswa masih

bersifat merintis.Sedangkan untuk menggunakan karyawan diperlukan

usaha/bisnis yang sudah berjalan dengan baik dari segi keuangan dan

manajemen.Jumlah pendapatan mahasiswa yang dibawah

Rp.5.000.000,- sangat dominan yaitu sebsar 78.4% dari keseluruhan

responden. Sedangkan jumlah pendapatan yang diatas Rp. 15.000.000,-

hanya berjumlah 7 orang atau sekitar 4.6%.Hal ini menunjukkan bahwa

pendapatan harian mahasiswa dalam berwirausaha masih relatif kecil.

Namun masih ada bisnis mahasiswa yang jumlah pendapatannya

tergolong besar walaupun hanya beberapa orang saja.Umur perusahaan

yang dijalani mahasiswa masih relatif muda yaitu yang berada direntang

2-4 tahun sebanyak 78.4% sedangkan umur perusahaan yang diatas 4

tahun hanya sebanyak 7.8% dari keseluruhan responden.

Berikut ini diperlihatkan gambaran deskriptif rata-rata, nilai

minimun, nilai maximum jawaban masing-masing indikator variabel

dari tiap responden.

Tabel 1

Deskriptif Tiap Variabel Statistics

net

wo

rk

no

rm

a

Tingkat_

Kepercay

aan

Entreprene

urial_Mind

set

Balancing

_Explorat

ion

Continiou

s_Innovat

ion

Huma

n_Cap

ital

Struktur

al_Capi

tal

Relatio

nal_Cap

ital

Financi

al_Capi

tal

Competiti

ve_Advan

tage

Organizatio

nal_Advant

age

N Val

id

15

3

15

3

153 153 153 153 153 153 153 153 153 153

Mi

ssi

ng

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Mean 3.5

94

8

4.

50

98

4.6340 4.1438 3.9412 4.0719 4.0784 4.6275 4.4379 2.1373 3.4183 7.7647

Media

n

4.0

00

0

5.

00

00

5.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 5.0000 4.0000 2.0000 3.0000 8.0000

Std.

Deviat

ion

.61

17

0

.5

01

55

.48330 .38761 .34859 .53930 .37222 .48507 .55996 1.1358

9

.61360 .87182

Minim

um

2.0

0

4.

00

4.00 3.00 3.00 3.00 3.00 4.00 3.00 1.00 2.00 6.00

Maxi

mum

5.0

0

5.

00

5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 10.00

Berdasarkan Tabel1 dapat dilihat bahwa rata-rata penilaian

responden terhadap variabel network adalah 3.5948. penilaian terendah

responden adalah dalam skala 2 yaitu tidak setuju sedangkan penilain

Page 102: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

97

responden tertinggi dalam skala 5 yaitu sangat setuju sekali dan nilai

tengah penilaian responden terhadap variabel network dalam skala 4

yaitu sangat setuju.

Rata-rata penilaian responden terhadap variabel norma adalah

4,50. penilain terendah responden adalah dalam skala 4 yaitu sangat

setuju sedangkan penilain responden tertinggi dalam skala 5 yaitu

sangat setuju sekali dan nilai tengah penilaian responden terhadap

variabel inidalam skala 5 yaitu sangat setuju sekali.

Rata-rata penilaian responden terhadap variabel tingkat

kepercayaan adalah 4,60. penilain terendah responden adalah dalam

skala 4 yaitu sangat setuju sedangkan penilain responden tertinggi

dalam skala 5 yaitu sangat setuju sekali dan nilai tengah penilaian

responden terhadap variabel inidalam skala 5 yaitu sangat setuju sekali.

Rata-rata penilaian responden terhadap variableentrepreneurial

mindset adalah 4,14. Penilain terendah responden adalah dalam skala 3

yaitu setuju sedangkan penilain responden tertinggi dalam skala 5 yaitu

sangat setuju sekali dan nilai tengah penilaian responden terhadap

variabel inidalam skala 4 yaitu sangat setuju.

Rata-rata penilaian responden terhadap variabel balancing

exploration adalah 3,94. Penilain terendah responden adalah dalam

skala 3 yaitu setuju sedangkan penilain responden tertinggi dalam skala

5 yaitu sangat setuju sekali dan nilai tengah penilaian responden

terhadap variabel inidalam skala 4 yaitu sangat setuju.

Rata-rata penilaian responden terhadap variabel Continious

Innovation adalah 4,07. Penilain terendah responden adalah dalam skala

3 yaitu setuju sedangkan penilain responden tertinggi dalam skala 5

yaitu sangat setuju sekali dan nilai tengah penilaian responden terhadap

variabel inidalam skala 4 yaitu sangat setuju.

Rata-rata penilaian responden terhadap variabel human capital

adalah 4,07. Penilain terendah responden adalah dalam skala 3 yaitu

setuju sedangkan penilain responden tertinggi dalam skala 5 yaitu

sangat setuju sekali dan nilai tengah penilaian responden terhadap

variabel inidalam skala 4 yaitu sangat setuju.

Rata-rata penilaian responden terhadap variabel struktural

capital adalah 4,62. Penilain terendah responden adalah dalam skala 4

yaitu sangat setuju sedangkan penilain responden tertinggi dalam skala

5 yaitu sangat setuju sekali dan nilai tengah penilaian responden

terhadap variabel ini dalam skala 5 yaitu sangat setuju sekali.

Page 103: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

98

Rata-rata penilaian responden terhadap variabel Relational

Capital adalah 2,13. Penilain terendah responden adalah dalam skala 1

yaitu sangat tidak setuju sedangkan penilain responden tertinggi dalam

skala 5 yaitu sangat setuju sekali dan nilai tengah penilaian responden

terhadap variabel inidalam skala 2 yaitu tidak setuju.

Rata-rata penilaian responden terhadap variabel Competitive

Advantage adalah 3,41. Penilain terendah responden adalah dalam skala

2yaitu tidak setuju sedangkan penilain responden tertinggi dalam skala

5 yaitu sangat setuju sekali dan nilai tengah penilaian responden

terhadap variabel inidalam skala 3 yaitu setuju.

Rata-rata penilaian responden terhadap variableOrganizational

Advantage adalah 7,76. Penilain terendah responden adalah dalam skala

6 sedangkan penilain responden tertinggi dalam skala 10 dan nilai

tengah penilaian responden terhadap variabel inidalam skala 8. Hal ini

menyimpulkan bahwa responden menyadari bahwa Organizational

Advantage merupakan hal penting untuk terus dikembangkan.

Model Summary

Model

R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

dimension0 1 .510a .260 .240 .53026

a. Predictors: (Constant), GENDER, INTCAP, STRAENT, MODSOS

ANOVAb

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 14.625 4 3.656 13.003 .000a

Residual 41.615 148 .281

Total 56.240 152

a. Predictors: (Constant), GENDER, INTCAP, STRAENT, MODSOS

b. Dependent Variable: COMPADV

Coefficients

a

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -1.227 .786 -1.562 .120

MODSOS -.411 .189 -.227 -2.171 .031

STRAENT 1.419 .253 .582 5.599 .000

INTCAP .174 .208 .075 .835 .405

GENDER -.183 .088 -.148 -2.083 .039

a. Dependent Variable: COMPADV

Page 104: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

99

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah

dikemukakan sebelumnya, maka kesimpulan penelitian ini sebagai

berikut:Hasil penelitian menunjukkancompetitive advantage dalam

berwirausaha dapat tercipta melalui modal sosial, intellectual capital,

financial capitaldan Strategic entrepreneurshipyang kemudian akan

mempengaruhi organizational advantage atau organizational

performance dalam berwirausaha dalam diri seseorang. Model ini dapat

dilihat dari Strategic entrepreneurship yang dimiliki seseorang akan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatancompetitive

advantage.Sedangkan variabel lainnya yakni modal sosial, intellectual

capital, dan financial capital yang dimiliki seseorang berpengaruh

positif tetapi tidak terlalu signifikan terhadap peningkatan competitive

advantage.Modal sosial, strategic entrepreneurship, intellectual capital,

dan financial capital yang dimiliki seseorang secara serentak

berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatancompetitive

advantage suatu perusahaan.Strategic entrepreneurship dan intellectual

capital yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi organizational

advantagenamun tidak terlalu signifikan.Sedangkan modal sosial dan

financial capital berpengaruh negatif dan tidak signifikanorganizational

advantage.Modal sosial, strategic entrepreneurship, intellectual capital,

dan financial capital secara serentak juga berpengaruh positif dan

signifikan terhadap organizational advantagesuatu perusahaan.Strategic

entrepreneurship dan intellectual capital yang dimiliki seseorang akan

mempengaruhi organizational advantagenamun tidak terlalu

signifikan.Sedangkan modal sosial dan financial capital berpengaruh

negatif dan tidak signifikanorganizational advantage.

B. SARAN

Model penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan

mempertimbangkan faktor kepribadian dan demografi yang

menentukan keunikan perilaku tiap individu dan juga faktor

eksternal (akses modal, informasi dan jaringan sosial).

Bagi Pemda untuk mengembangkan perilaku kewirausahaan pada

masyarakat melalui pelatihan-pelatihan kewirausahaan.

Bagi dunia pendidikan, khususnya pendidikan kewirausahaan agar

mempertimbangkan strategic entrepreneurship dan intellectual

capital sebagai internal atau personal. Pola pendidikan perlu

menanamkan nilai inovatif dan kreatif dalam menanggapi peluang,

Page 105: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

100

menciptakan peluang serta keterampilan dan pengetahuan

berwirausaha.

Hasil penelitian menunjukkan modal intelektual dalam

berwirausaha dapat tercipta melalui learn, adopt dan aplly yang

kemudian akan membentuk pengetahuan, sikap, norma, efikasi, intensi

dan perilaku berwirausaha dalam diri seseorang. Model ini dapat dilihat

dari :Pengetahuan tentang wirausaha yang dimiliki seseorang (Learn)

akan mempengaruhi sikap seseorang dalam menangggapi peluang dan

resiko wirausaha.Pengetahuan tentang wirausaha yang dimiliki

seseorang (Learn) akan mempengaruhi dan menambah keyakinan

individu untuk mematuhi arahan atau anjuran orang sekitarnya untuk

turut dalam aktivitas berwirausaha. Pengetahuan tentang wirausaha yang

dimiliki seseorang (Learn) akan mempengaruhi kepercayaan diri

(persepsi) individu mengenai kemampuannya untuk membentuk suatu

perilaku berwirausaha.Hasil uji secara simultan atau bersama – sama

menunjukkan bahwa variabel sikap, norma subjektif dan efikasi diri

secara bersama – sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap intensi

berwirausaha.Hasil uji secara individual menunjukkan bahwa hanya

variabel norma subjektif yang tidak memiliki pengaruh secara individual

terhadap intensi berwirausaha, sedangkan variabel sikap dan efikasi diri

memiliki pengaruh secara individual terhadap intensi

berwirausaha.Intensi berwirausaha memiliki pengaruh terhadap tindakan

individu yang ditunjukkan dengan keputusan berwirausaha.Korelasi

antara variabel sikap berwirausaha dengan norma subjektif, variabel

efikasi diri dengan norma subjektif dan variabel sikap berwirausaha

dengan efikasi diri tidak ada dan tidak searah. Tidak searah berarti

apabila suatu variabel naik maka variabel yang lainnya akan turun dan

sebaliknya.Model penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan

mempertimbangkan faktor kepribadian dan demografi yang menentukan

keunikan perilaku tiap individu dan juga faktor eksternal (akses modal,

informasi dan jaringan sosial). Bagi Pemda untuk mengembangkan

perilaku kewirausahaan pada masyarakat melalui pelatihan-pelatihan

kewirausahaan.Bagi dunia pendidikan, khususnya pendidikan

kewirausahaan agar mempertimbangkan learn, adopt dan apply sebagai

internal atau personal. Pola pendidikan perlu menanamkan nilai inovatif

dan kreatif dalam menanggapi peluang, menciptakan peluang serta

keterampilan dan pengetahuan berwirausaha.

Page 106: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

101

DAFTAR PUSTAKA

Al-Tamimi Hussein A. Hassan, 2004, “Factors Influencing Individual

Investor Behavior: AnEmpirical study of the UAE Financial

Markets,” Associate Professor Department ofBusiness

Administration College of Business and Management. United

Arab Emirates:University of Sharjah, pp. 1-24

Alrock, Pamela L (2003), The Survey Research Handbook : Third

Edition : McGraw Hill Education.

Andreassen , Tor Walin, 1994, Satisfaction Loyalty and Reputation as

Indicators of Customer Orientation in The Public Sector,

International Journal of Public Sector Management, Vol. 7, No.2

Bozbura, F. Tunc. 2004. Measurement and application of Intellectual

capital inTurkey. The Learning Organization Vol. 11 No. 4/5, pp.

357-367.

Badriyah, Laela, 2013, Ciri – ciri investasi Bodong : Iming- iming tak

berpotensi rugi. ( www.metrotvnews.com/metronews/.)

Budiarta, Kustoro. 2010. Studi Eksplorasi Pengembangan

Kewirausahaan Bagi Mahasiswa FE Unimed . Laporan Penelitian

Riset Grant Unimed.

Budiarta, Kustoro. 2011. Knowledge Based Entrepreneur : Kajian

Model Pengembangan Unit Bisnis Mahasiswa FE Unimed.

Laporan Penelitian I-MHERE Unimed Bacth IV

Bloemer, Josee, Ko de Ruyter, dan Pasca Peters. 1998. Investigating

Drivers of Bank Loyalty: The Complex Relationship Between

Image, Service Quality, and Satisfaction. International Journal of

Bank Marketing Vol. 17: No.7

Brigham, Eugene F., and Phillip R. Daves (2007), Intermediate

Financial Management : Ninth Edition : Thomson – South

Western.

Chen, Tser-Yieth. 1999. Critical Success Factors For Various Strategies

in The Banking Industry. International Journal Of Banking

Marketing Vol.17: No.2

Copeland, Thomas E., J. Fred Weston., and Kuldeep Shastri (2004),

Financial Theory and Corporate Policy: International Edition :

Prentice Hall.

Page 107: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

102

Ching, Choo Huang & Luther, Robert & Tayles, Michael. 2007. An

evidence-basedtaxonomy of intellectual capital. Journal of

Intellectual Capital, Vol. 8 Iss: 3 pp.386 - 408.

Djumena, erlangga, 1 Maret 2013, “ ini daftar investasi Bodong yang

sudah makan korban., kompas , 23 maret 2013. www. Bisnis

keuangan. Kompas.com

Ferdinand, Augusty (2006), Metode Penelitian Manajemen : Edisi 2 :

Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam (2005), Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program

SPSS : Edisi 3 : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Maholtra, Naresh K (2004), Marketing Research : International Edition

: Prentice Hall.

Kotler,Phillip, Amstrong,Gary. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran.

Penerbit Erlangga

Kumar Alok, 2009, “Dynamic Style Preferences of Individual Investors

and Stock Return,“,Journal of Financial & Quantitative Analysis

Laksana, Fajar. 2008. Manajemen Pemasaran. Pendekatan Praktis.

Yogyakarta, Penerbit Graha Ilmu

M. E. Blume dan Irwin Friend, 1978, “The Changing Role of the

Individual Investor”, (New York:John Wiley and Sons

Nagy Robert A. dan Obenberger Robert W, 1994, “Factors Influencing

Individual InvestorBehavior,” Financial Analysts Journal, pp. 63-

68

Permadi, Cahya.2002. “Analisis Pengaruh Modal Sosial Organisasi &

Modal Intelektual Organisasi terhadap Keunggulan Organisasi”.

Semarang, Universitas Diponegoro.

Ritter Jay. R, “Behavioral Finance,” Pacific-Basin Finance Journal Vol.

11, No 4, (September 2003), pp. 429-437

See J. Von Neumann dan O. Morgenstern, 1947, “Theory of Games and

Economic Behavior“, Princeton: Princeton University Press

Toral Al, 2002, ‘Other Ways to Score Invesment Points”, Pure

Fundamentalist

W. E. Warren, R. E. Stevens dan C. W. McConkey, 1990, “Using

Demographic and LifestyleAnalysis to Segment Individual

Investor,” Financial Analysts Journal

W. G. Lewellen, R. C. Lease dan G. C. Schlarbaum, 1977, “Patterns

OfInvestment StrategyAnd Behavior Among Individual Investor”,

Journal Of Business, pp. 296-333

Page 108: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

103

BAB VIII

INTELLECTUAL CAPITAL DAN

PERTUMBUHAN LABA SEKTOR

PERBANKAN DI INDONESIA

Abstract :

This research to determine the influence of intellectual capital and

growth Bank in Indonesian. The independent variable in this research

is the intellectual capital as measured by vaca, vahu, stva and the

dependent variable is Growth. The obtained of data from 46 Bank, are 4

Goverment Bank, 18 Regional Development Bank, 14 Joint Bank and 10

Foreign bank, and publisher a complete the financial of reports for 5-

year periods, it starting from 2008 until 2012. This research uses The

Pulic Model (Value Added Intellectual Capital Coefficient-VAICTM

) as

the efficiency measure of intellectual capital component. The method

used is descriptive analysis and simple regression analysis with dummy

variable and use SPSS for windows to process. The result show that

vaca, vahu and stva to growth is significance difference between

goverment bank, regional bank, joint bank and foreign bank.

Keywords : intellectual capital, vaca, vahu, stva, Growth, goverment

bank, regional bank, joint bank, foreign bank

1. Pendahuluan

Modal intelektual dan teknik mengukur intellectual capital (IC)

masih terus berkembang. Sulitnya mengukur intellectual capital

sehingga Pulic (1998) menelti ukuran untuk menilai efisiensi dari nilai

tambah sebagai hasil dari kemampuan intelektual perusahaan (Value

Added Intellectual Coefficient – VAIC™). Komponen utama dari

VAIC™ yang merupakan sumber daya perusahaan, yaitu physical

capital (VACA–value added capital employed), human capital

(VAHU–value added human capital), dan structural capital (STVA–

structural capital value added). VACA merupakan indikator atau nilai

tambah yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital. VAHU

mengindikasikan seberapa besar value added yang diciptakan oleh

Page 109: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

104

setiap rupiah pengeluaran untuk pegawai (human capital) meliputi

keahlian, pengetahuan, motivasi, kompetensi dalam perusahaan,

integrasi yang dimiliki karyawan.

Chen et al. (2005) juga menyatakan bahwa IC dapat menjadi

salah satu indikator untuk memprediksi kinerja perusahaan di masa

mendatang. Mereka menganalisis pengaruh modal intelektual dengan

indikator value added capital employed (VACA), value added human

capital (VAHU), structural capital value added (STVA) terhadap value

creation di sektor perbankan di Indonesia. Pemilihan sektor perbankan

sebagai sampel karena sektor perbankan merupakan sektor yang vital

yang memiliki peranan signifikan dalam perkembangan perekonomian

suatu negara.

2. KAJIAN PUSTAKA

Komponen utama dari VAICTM

yang dikembangkan Pulic

tersebut dapat dilihat dari sumber daya perusahaan, yaitu physical

capital (VACA–Value Added Capital Employed), human capital

(VAHU–Value Added Human Capital) dan structural capital (STVA–

Structural Capital Value Added).

1. Value Added Capital Employed (VACA)

VACA adalah indikator atau nilai tambah yang diciptakan oleh

satu unit dari physical capital. Dalam proses penciptaan nilai,

intelektual potensial yang direpresentasikan dalam biaya karyawan tidak

dihitung sebagai biaya (Tan et al., 2007:79).

2. Value Added Human Capital (VAHU)

Human capital mempresentasikan kemampuan perusahaan dalam

mengelola sumber daya manusia dan menganggap manusia atau

karyawan sebagai aset strategic perusahaan karena pengetahuan yang

mereka milki. VAHU dihitung dengan membagi value added yan

diciptakan perusahaan dengan total salaries dan wages. Perhitungan ini

mengasumsikan bahwa human capital (HC) sebagai suatu investasi

daripada sebagai expenses dan akan diakui sebagai aset pada

neraca.VAHU juga sebagai kemampuan perusahaan menghasilkan nilai

tambah untuk setiap rupiah yang dikeluarkan pada HC (Kuryanto dan

Syafruddin, 2008:11).

3. Structural Capital Value Added (STVA)

Salah satu bagian dari structural capital (SC) adalah membangun sistem

seperti database yang memungkinkan orang-orang dihubungkan dan

Page 110: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

105

belajar satu sama lain, sehingga menumbuhkan sinergi karena adanya

kemudahan berbagi pengetahuan dan bekerja sama antar individu dalam

organisasi. Dalam model yang dikembangkan Pulic ini, STVA dihitung

dengan membagi structural capital (SC) dengan value added (VA).

Dalam model Pulic, SC diperoleh dari VA dikurangi dengan HC (Tan et

al., 2007:80).

2.4. Value creation

Untuk menilai value creation atau kinerja keuangan perusahaan,

dapat digunakan suatu ukuran atau tolak ukur tertentu. Adapun analisis

rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini untuk melakukan

penilaian kinerja keuangan yaitu rasio return on asset, asset turnover,

growth ratio, rasio bopo dengan keterangan berikut ini:

1. Return on Assets (ROA)

Return on asset merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan

(Brigham dan Houston, 2001:90). Semakin besar rasio ini menunjukkan

tingginya kemampuan manajemen bank dalam hal mengelola aktiva

untuk meningkatkan pendapatan dan atau menekan biaya

2. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

merupakan rasio yang digunakan untuk menggambarkan tingkat kondisi

efisiensi bank tersebut (efisiensi biaya) termasuk juga kemampuan

dalam pengelolaannya. Rasio biaya operasional ini membandingkan

antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. (Dendawijaya,

2003:119).

Rasio Perputaran Aktiva (Asset Turn Over)

Rasio perputaran aktiva merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur penggunaan semua aktiva perusahaan dalam jumlah

penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.

4. Rasio Pertumbuhan (Growth)

Growth adalah ukuran yang paling tradisional yang menunjukkan

pertumbuhan organisasi (Maditinos et al. 2011). Rasio ini mengukur

perubahan pendapatan perusahaan, yaitu seberapa baik perusahaan

mempertahankan posisi ekonominya. Peningkatan pendapatan

Page 111: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

106

perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan dapat mengelola

intellectual capital-nya dengan baik.

3. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian

kausal dan komparatif dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan

untuk menganalisis dan membandingkan intellectual capital dan Value

Creation pada sektor perbankan di Indonesia.Penelitian dilakukan di

Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia di Jakarta, juga melalui

media internet dengan situs www.bi.go.id dan www.bei.co.id. Periode

penelitian adalah tahun 2008 sampai dengan tahun 2012.

Tabel 1

Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Penarikan Sampel

No Karakteristik Perusahaan Jumlah Bank

1 Bank Pembangunan Daerah 18

2 Bank Umum Pemerintah 4

3 Bank Campuran 14

4 Bank Asing 10

Total 46

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan regresi dummy dengan model sebagai berikut :

Y = a + b1VACA + b2VAHU + b3STAVA + D + e

Yt+1 = a + b1VACA + b2VAHU + b3STAVA + D + e

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Uji hipotesis 1 untuk masing-masing sektor bank, yaitu seberapa

besar pengaruh intellectual capital yang terdiri dari variabel

VACA,VAHU dan STVA terhadap value creation yaitu ROA,

BOPO,ATO dan GR berdasarkan struktur kepemilikan Bank dengan

sektor bank lain di Indonesia.

A. Bank Pemerintah

Tabel 1 . Model Summary Dependent Variable R R2 Std. Error

ROA 0.709 0.503 1.58782

BOPO 0.724 0.524 28.195386

ATO 0.579 0.336 7.2538085

GR 0.590 0.348 2.03779

Page 112: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

107

Tabel 2. Koefisien dan signifikansi

Model Model I (ROA) Model II (BOPO) Model III (ATO) Model IV (GR)

B Sig. B Sig. B Sig. B Sig

Constant -0.632 0.539 82.710 0.000 13.298 0.003 1.872 0.127

VACA -0.389 0.332 16.716 0.020 0.579 0.746 -0.786 0.123

VAHU -0.118 0.000 -1.095 0.006 -0.272 0.008 -0.099 0.002

STVA 2.539 0.183 -51.126 0.096 -3.369 0.665 -0.390 0.859

DUMMY 0.506 0.565 -50.361 0.002 -10.49 0.11 2.203 0.54

Pada Tabel menunjukkan nilai R2 yang tertinggi adalah pada variabel

dependen BOPO yaitu 0,524. Hasil penelitian ini menunjukkan ternyata

dari ketiga indikator intellectual capital hanya variabel VAHU yang

memiliki kontribusi yang signifikan dari setiap rupiah yang

diinvestasikan dalam human capital terhadap value added organisasi.

Dilihat dari kepemilikan sahamnya, pada Bank Pemerintah hanya

human capital yang menjadi tujuan utama bank ini dalam

meningkatkan laba perusahaan karena dana yang dikeluarkan dalam

intellectual capital masih sangat dipertimbangkan. Namun hal ini tidak

membedakan antara sektor bank pemerintah dengan bank lainnya.

B. Bank Regional

Tabel 3 . Model Summary

Dependent Variable R R2 Std. Error

ROA 0.849 0.72 1.19115

BOPO 0.749 0.562 27.047983

ATO 0.728 0.531 6.097665

GR 0.941 0.886 0.85186

Tabel 4. Koefisien dan signifikansi

Model Model I (ROA) Model II (BOPO) Model III (ATO) Model IV (GR)

B Sig. B Sig. B Sig. B Sig

Constant -3.561 0.000 49.226 0.011 2.920 0.485 -2.211 0.000

VACA -0.012 0.969 25.768 0.000 2.987 0.055 0.026 0.903

VAHU -0.094 0.000 -0.325 0.387 -0.071 0.404 -0.027 0.036

STVA 4.871 0.001 -48.832 0.097 -0.744 0.909 1.271 0.170

DUMMY 2.495 0.000 37.752 0.000 11.325 0.000 4.438 0.000

Page 113: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

108

Pada Tabel menunjukkan nilai R2 yang tertinggi adalah pada Growth

yaitu 0.886 artinya bahwa kemampuan VAHU,VACA, STVA dapat

menjelaskan variasi dari GROWTH yaitu 88.6% sedangkan sisanya

dijelaskan oleh variabel independen lain yang tidak diteliti dalam

penelitian ini. Hasil penelitian ini signifikansi menunjukkan ternyata

dari ketiga indikator intellectual capital hanya variabel VAHU dan

STVA terhadap ROA, VACA terhadap BOPO, VAHU terhadap GR

yang memiliki kontribusi dari setiap rupiah yang diinvestasikan

terhadap value added organisasi. Namun hal ini terlihat yaitu variabel

independen terhadap dependen membedakan antara sektor bank regional

dengan bank lainnya.

C. Bank Campuran

Tabel 5. Model Summary

Dependent Variable R R2 Std. Error

ROA 0.938 0.881 0.77785

BOPO 0.831 0.691 22.715066

ATO 0.656 0.431 6.7157517

GR 0.685 0.469 1.83876

Tabel 6. Koefisen Model dan Signifikansi

Model Model I (ROA) Model II (BOPO) Model III (ATO) Model IV (GR)

B Sig. B Sig. B Sig. B Sig

Constant 0.879 0.097 113.337 0.000 19.031 0.000 3.367 0.005

VACA -0.664 0.001 14.399 0.013 0.232 0.889 -0.916 0.049

VAHU -0.011 0.462 0.697 0.073 0.066 0.560 -0.011 0.737

STVA 0.577 0.532 -103.64 0.000 -13.56 0.065 -2.881 0.152

DUMMY -4.493 0.000 -61.845 0.000 -11.4 0.000 -2.999 0.001

Pada Tabel menunjukkan nilai R2 tertingi adalah untuk ROA adalah

0,881 artinya bahwa kemampuan VAHU,VACA, STVA dapat

menjelaskan variasi dari ROA yaitu 88,1% sedangkan sisanya

dijelaskan oleh variabel independen lain yang tidak diteliti dalam

penelitian ini. Hasil penelitian ini secara signifikansi menunjukkan

ternyata dari ketiga indikator intellectual capital hanya variabel VACA

terhadap ROA, BOPO dan GROWTH, yang memiliki kontribusi dari

setiap rupiah yang diinvestasikan dalam human capital terhadap value

added organisasi. Dilihat dari kepemilikan sahamnya, pada Bank

Page 114: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

109

Campuran hanya human capital yang menjadi tujuan utama bank ini

dalam meningkatkan laba perusahaan karena dana yang dikeluarkan

dalam intellectual capital masih sangat dipertimbangkan. Selain itu,

intellectual capital yang telah dikeluarkan oleh perusahaan secara

langsung mempengaruhi upaya perusahaan mendapatkan kinerja yang

lebih baik. Namun hal ini membedakan antara sektor bank campuran

dengan bank lainnya.

D. BANK ASING

Tabel 7. Model Summary

Dependent Variable R R2 Std. Error

ROA 0.710 0.504 1.58487

BOPO 0.717 0.514 28.470845

ATO 0.473 0.224 7.8411407

GR 0.616 0.397 1.98794

Tabel 8. Koefisen Model dan Signifikansi

Model Model I (ROA) Model II (BOPO) Model III (ATO) Model IV (GR)

B Sig. B Sig. B Sig. B Sig

Constant -0.883 0.408 100.267 0.000 14.502 0.004 1.261 0.303

VACA -0.280 0.532 7.681 0.340 0.88 0.690 0.046 0.935

VAHU -0.125 0.000 -0.552 0.152 -0.198 0.065 -0.096 0.002

STVA 3.204 0.103 -100.637 0.002 -8.682 0.315 0.248 0.910

DUMMY -0.499 0.493 40.062 0.003 1.286 0.717 -2.218 0.018

Pada Tabel menunjukkan nilai R2 tertinggi adalah untuk variabel

dependen BOPO adalah 0,514 artinya bahwa kemampuan

VACA,VAHU,STVA dapat menjelaskan variasi dari BOPO yaitu

51,4% sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel independen lain yang

tidak diteliti dalam penelitian ini. Hasil signifikansi penelitian

menunjukkan ternyata dari ketiga indikator intellectual capital hanya

variabel VAHU terhadap ROA, STVA terhadap BOPO, VAHU

terhadap GROWTH yang memiliki kontribusi dari setiap rupiah yang

diinvestasikan dalam human capital terhadap value added organisasi.

Dilihat dari kepemilikan sahamnya, intellectual capital Bank Asing

yang telah dikeluarkan oleh perusahaan belum secara langsung

mempengaruhi upaya perusahaan mendapatkan kinerja yang lebih baik.

Page 115: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

110

Namun hal ini tidak tampak membedakan VACA, VAHU, STVA

antara sektor bank Asing dengan bank lainnya.

5.1. KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan variabel VAHU,VACA dan STVA

berpengaruh terhadap terhadap ROA, ATO, BOPO dan GR pada setiap

sektor bank di Indonesia. Pengaruh intellectual capital tersebut terhadap

ROA,ATO,BOPO dan GR berbeda untuk masing-masing struktur

kepemilikan bank di Indonesia baik pada Bank Pemerintah,Bank

Regional, Bank Asing maupun Bank Campuran.

5.2. SARAN

Bagi perusahaan perbankan sebaiknya lebih fokus untuk

meningkatkan nilai intelektual capital dengan lebih meningkatkan

pada biaya tenaga kerja khususnya untuk dana pelatihan karyawan

sehingga biaya operasional bisa lebih efektif dan tentu akan

meningkatkan laba perusahaan dan juga pertumbuhan laba (GR) dan

tentu saja hal itu akan meningkatkan Asets Turn Over juga sehingga

perputaran aset yang tidak berwujud yaitu Intellectual Capital

semakin baik.

Bagi penelitian selanjutnya, dapat melakukan penelitian Intellectual

Capital dengan mengkombinasikan data primer dan data sekunder

untuk menunjukkan perkembangan dan pertumbuhan intellectual

capital pada industri tersebut.

Page 116: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

111

DAFTAR PUSTAKA

Amilia, Luciana Spica, Nanang Shonhadji, Angraeni. 2008. Pengujian

Model Prediksi Kinerja Keuangan Pada Bank Pembangunan

Daerah Periode 1995-2005. BULETIN EKONOMI Vol.6 N0.2.

Astuti, Partiwi Dwi dan Arifin Sabeni. 2005. Hubungan Intellectual

Capital dan Business Performance. Jurnal MAKSI. Vol 5, 34-58.

Chen, M.C., S.J. Cheng, Y. Hwang. 2005. An empirical investigation of

the relationship between intellectual capital and firm market value

and financial performance. Journal of Intellectual Capital. Vol.

6 NO. 2 pp. 159-176

Firer, S dan S.M Williams. 2003. Intellectual Capital and Traditional

Measures of Corporate Performance. Journal of Intellectual

Capital. Vol 4, No. 3, 348-360.

Kuryanto, Benny dan Muchamad Syafruddin. 2008. Pengaruh Modal

Intelektual Terhadap Kinerja Perusahaan. Simposium Nasional

Akuntansi 11 (SNA 11). Universitas Tanjung Pura

Pontianak.

Purnomosidhi, Bambang. 2006. Praktik Pengungkapan Modal

Intelektual pada Perusahaan Publik di BEJ. Jurnal Riset

Akuntansi Indonesia. Vol 9, No. 1,1-20.

Sawarjuwono, T dan A.P. Kadir. 2003. Intellectual Capital: Perlakuan,

Pengukuran dan Pelaporan. Jurnal Akuntansi & Keuangan.

Vol. 5, No. 1, Mei 2003: 35 – 57.

Sudiyatno, Bambang dan Suroso, Jati. 2010. Analisis Pengaruh Dana

Pihak Ketiga, BOPO, CAR, dan LDR Terhadap Kinerja

Keuangan Pada Sektor Perbankan yang Go Public Di Bursa Efek

Indonesia (Periode 2005-2008). Dinamika Keuangan dan

Perbankan Vol. 2, No.2: 125-137.

Suhardjanto, Djoko dan Wardhani, Mari. 2010. Pratik Intellectual

Capital Disclosure Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia.. JAAI Vol 14 No. 1: 7 1 – 85

Solikhah, Badingatus, Abdul Rohman, dan Wahyu Meiranto. 2010.

Implikasi Intellctual Capital terhadap Financial Performance,

Growth and Market Value; studi empiris dengan pendekatan

simplistic. Simposium Nasional Akuntansi 13 (SNA 13).

Universitas Jendral Soedirman Purwokerto.

Page 117: MANAJEMEN ASET - repository.usu.ac.id

Manajemen Aset Intelektual

112

Ulum, Ihyaul, Imam Ghozali, dan Anis Chariri. 2008. Intellectual

Capital dan Kinerja Keuangan Perusahaan; Suatu Analisis

Dengan Pendekatan Partial Least Square (PLS). Simposium

Nasional Akuntansi 11 (SNA 11). Universitas Tanjung Pura

Pontianak.

Ulum, Ihyaul. 2009. Intellectual Capital: Konsep dan Kajian

Empiris. Graha Ilmu, Yogyakarta