kajian pustaka 2.1 ilmu pengetahuan sosial 2.1.1
TRANSCRIPT
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Ilmu Pengetahuan Sosial 2.1.1 pengertian Tentang IPS
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ( Student Teams Achiement Division )
merupakan Strategi pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang
memiliki tingkat yang berbeda . Dalam menyelesaikan tugas kelompok , setiap anggota
saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran .
Selama bekerja kelompok , tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan
materi yang disajikan oleh guru dan saling membantu teman dalam mencapai
ketuntasan . Unsur – unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif menurut Linda adalah
sebagai berikut : siswa harus memiliki konsepsi selalu bersama dan tanggung jawab
terhadap terhadap siswa yang lain dalam kelompok maupun terhadap dirinya sendiri
dengan tujuan yang sama , tugas dan tanggung jawab sama besar , evaluasi atau
penghargaan ikut mempengaruhi terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok
sehingga siswa memperoleh ketrampilan . bekerja sama selama belajar , siswa diminta
mempertanggung jawabkan secara individu materi yang dikerjakan dalam kelompok
kooperatif , perlu diajarkan keterampilan – keterampilan kooperatif yang meliputi (1)
Keterampilan dalam tugas , (2) Keterampilan mengambil giliran dalam berbagi tugas ,
(3) keterampilan berpartisipasi , (4) Keterampilan mendengarkan dengan aktif , serta
(5) keterampila bertanya (Linda, : 7-10)
Belajar adalah proses perubahan perilaku individu dari hasil interaksi dengan
lingkungannya yang dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik melalui
latihan atau pengalaman.
2.1.2 Hasil Belajar IPS
Dalam kamus bahasa Indonesia, hasil belajar diartikan sebagai hasil yang di capai
(dari yang telah di lakukan, di kerjakan, dan sebagainya). Menurut Tri Anni (2004:5)
hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang di peroleh pembelajaran setelah
mengalami aktiviatas belajar.
8
Gagne (1985:40) menyatakan bahwa hasil belajar dibedakan menjadi lima aspek,
yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan
keterampilan. Menurut Bloom bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu
kognitif, afektif dan psikomotorik (Sunarto:2009,dalam Error! Hyperlink reference not
valid.).
Dari pengertian di atas di simpulkan bahwa prestasi merupakan hasil dari proses
belajar.
Gagne dan Barliner ( 1983:252 ) menyatakan bahwa belajar merupakan proses
dimana suatu organism mengubah perilkuanya karena hasil dari pengalaman. Salvin
(1994:152) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang di
sebabkan oleh pengalaman. Gagne (1977:3) menyatakan bahwa belajar merupakan
perubahan disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu
tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan (Dalam Tri
Anni, 2004:2)
Cronbach menyatakan Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku
sebagai hasil dari pengalaman. Harold member batasan mengenai Belajar yaitu
mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti
petunjuk/arahan. Geoch mengatakan Belajar adalah perubahan dalam penampilan
sebagai hasil praktek (Sunarto:2009, dalam Error! Hyperlink reference not valid.)
Dari pengertian tersebut tampak bahwa konsep tentang belajar mengandung tiga
unsur utama,yaitu:
1) Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku.
2) Perubahan perilaku terjadi karena di dahului oleh proses pengalaman.
3) Perubahan perilaku karena belajar bersikap permanen
Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti
keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan
belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Sedangkan menurut S. Nasution
(1996:17) prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam
berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi
tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang
9
memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria
tersebut”(Sunarto: 2009, dalam Error! Hyperlink reference not valid. ).
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar
merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan
menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi
belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari
materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi
setelah mengalami proses belajar mengajar.
Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi
dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa. (Sunarto:
2009, dalam Error! Hyperlink reference not valid.)
Prinsip-prinsip penilaian prestasi belajar (Sunarto: 2009) adalah sebagai berikut:
1) Valid: artinya dapat mengukur pencapaian kompetensi yang tetapkan
2) Edukatif : untuk memotivasi siswa dalam mencapai kompetensi yang di tetapkan
3) Objektif : untuk mengukur potensi siswa yang sesungguhnya
4) Trasparan : terbuka bagi semua pihak
5) Berkesinambungan : berencana, bertahap, dan terus menerus
6) Menyeluruh: mencakup aspek kognitif, afektif, psikomotorik
7) Bermakna: mempunyai arti bagi siswa, guru, dan orang tua
8) Ketuntasan belajar: mencapai ketuntasan belajar rata-rata
Berdasarkan pengertian di atas, dapat di simpulkan bahwa prestasi belajar
merupakan tingkat kemanusiaan yang di miliki siswa dalam menerima, menolak, dan
menilai informasi-informasi yang di peroleh dalam kegiatan belajar mengajar’ prestasi
belajar dapat di ketahui setelah di adakan evaluasi.
2.2.Hakekat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Terkait belum optimalnya hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), maka dalam
pembelajaran IPS perlu diarahkan pada aktivitas-aktivitas yang mendorong siswa untuk
belajar secara aktif baik mental, fisik, maupun sosial. Maka salah satu upaya yang
dapat dilakukan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah melalui
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran
dimana siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil yang saling membantu dalam
10
belajar dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda-beda. Ada berbagai
macam tipe pembelajaran kooperatif salah satunya tipe STAD ( Student Teams
Achiement Division ) , dimana siswa mempunyai peluang yang cukup untuk
mengoptimalkan kemampuannya dalam menyerap informasi ilmiah yang dicari. Dan
dapat memotivasi siswa agar berperan aktif dalam pembelajaran di kelas serta melatih
kemampuan siswa dalam belajar mandiri sekaligus menjelaskan hasil belajar
mandirinya kepada orang lain. Oemar Malik ( 1994: 51 ) berpendapat bahwa: “ belajar
adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang
dinyatakan dalam bertingkah laku berkat pengalaman dan latihan.” Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan sosial dalam susunannya terancang secara sistematis, komprehensif,
dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam
kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut maka peserta didik akan
memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang
berkaitan. Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek : Manusia tempat
dan lingkungan, Waktu keberlanjutan dan perubahan, sistem sosial dan budaya,
perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Mata Pelajaran Ilmu pengetahuan sosial
bertujuan agar peserta didik memiliki kemempuan antara lain : mengenal konsep-
konsep myang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkunganya, memiliki
kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu ,inkuiri, memcahkan
masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, memiliki komitmen dan kesadaran
terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, memiliki kemampuan berkomunikasi,
bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,
nasional dan global.
Pada Materi Sumber Daya Alam dan Kegiatan Ekonomi Khususnya menuntut siswa
untuk memahami pengetahauan secara kompleks serta menuntut pula keterampilan
siswa dalam mengadopsi pemikiran – pemikiran imajinasi yang dikaitkan dengan
keadaan alam secara konkrit, dari itu maka dibutuhkan adanya komunikasi pemikiran
lewat metode diskusi serta media gambar untuk mengkonkritkan konsep imajinasi
karena bahwasanya kemampuan anak untuk berfikir kompleks dan real masih sangat
terbatas sehingga diharapkan metode diskusi dan media gambar dapat menjembatani
sekaligus memberi solusi terhadap kesulitan belajarb siswa korban dari penerapan
11
tekhnik pengajaran yang konvensional dan membosankan seperti yang banyak
dilakukan oleg guru-guru saat ini.
Menurut Yulis Jamiah (2007 : vol 8 No 1 ) Studi ini Ditujukan untuk melihat peran
STAD ( Student Teams Achiement Division ) dalam pembelajaran kooperatif FKIP
jurusan matematika Universitas Tanjung Pura . Penelitian ini mengungkapkan bahwa
kemajuan dalam Teori grafik dilakukan melalui 2 siklus siklus 1 dan siklus 2 tiap siklus
dilakukan untuk melihat dari achievmen di seluruh siklus. Analisis menggunakan
statistik deskriptif menunjukkan bahwa dari 46 siswa, 26 atau 56,5% mencapai skor di
atas skor rata-rata 46. Hal ini berarti 55% atau 24 siswa mencapai penguasaan
pembelajaran. Analisis menggunakan statistik inferensial menunjukkan bahwa teknik
peta konsep prestasi siswa meningkat secara signifikan. Selain itu respon siswa
menunjukkan bahwa dari 50 siswa 19% atau 10 siswa sangat setuju untuk
menggunakan peta konsep. 54,5% atau 27 siswa setuju 5,25% atau 3 siswa bertanya-
tanya.
Banyak ahli ilmu-ilmu sosial berpendapat bahwa sifat-sifat kemanusiaan dipelajari.
(Perry dan Seider, 1973). Proses belajar terhadap sifat-sifat tersebut berlangsung sejak
manusia sangat muda, saat kanak-kanak. Proses tersebut berlangsung dalam interaksi
akrab antara anak dengan orang-orang dewasa sekelilingnya. Hubungan interaksi yang
akrab itu dapat berlangsung berkat adanya bahasa.
Berpusat pada pembahasan tentang manusia, IPS memperkenalkan kepada siswa
bahwa manusia dalam hidup bersama dituntut rasa tanggung jawab sosial. Mereka
akan menyadari bahwa dalam hidup bersama ini ada kalanya mereka menghadapi
berbagai masalah. Dalam konteks ini diantaranya menyangkut tentang orang-orang
yang bernasib kurang menguntungkan : karena cacat, karena tidak mempunyai orang
tua, karena terpisah dengan keluarga, bahkan dalam skala besar karena korban
perang, dan bencana alam. Dalam pembahasan tentang pemenuhan kebutuhan akan
tersembul masalah globalisasi perekonomian, hal-hal itu akan membawa dorongan
kepada siswa terhadap kepekaan sosial.
Uraian di atas tampak bahwa IPS merupakan kajian yang luas tentang manusia dan
dunianya. Hal ini dapat membawa dampak bagi siswa yang dihadapkan dengan IPS.
12
Hal demikian selanjutnya dapat membawa dampak ikutan (nurturant effect) yang baik :
perluasan wawasan tentang manusia. Sedangkan dampak yang lain ialah bahwa
dengan luasnya kajian tentang manusia itu dapat menimbulkan kesulitan pada mereka
yang menggejutinya. Oleh karena itu dalam buku Barr dan kawan-kawan (1977).
Istilah Pendidikan IPS dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia masih
relative baru digunakan. Pendidikan IPS merupakan padanan dari Social Studen dalam
konteks kurikulum Amerika Serikat. Istilah tersebut pertama kali digunakan di AS pada
tahun 1913 mengadopsi nama lembaga Social Student yang mengembangkan
kurikulum di AS ( Marsh, 1980 ; Martorella, 1976 ).
Kurikulum pendidikan IPS tahun 1994 sebagaimana yang telah dikatakan oleh
Hamid Hasan (1990 ), merupakan fusi dari berbagai disiplin ilmu. Martorella ( 1987 )
mengatakan bahwa pembelajaran Pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek “
pendidikan “ daripada “ transfer konsep “, karena dalam pembelajaran pendidikan IPS
diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan
serta melatih sikapn nilai, moral, dan ketrampilannya berdasarkan konsep yang telah
dimilikinya. Dengan demikian, pembelajaran Pendidikan IPS harus diformulasikan pada
aspek kependidikannya.
Menurut Trianto, Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) merupakan integrasi dari berbagai
cabang ilmu – ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum,
dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena
sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek cabang – cabang
ilmu – ilmu sosial ( sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya ).
IPS atau Studi Sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang di turunkan dari
isi materi cabang – cabang ilmu sosial ( sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik,
antropologo, filsafat, dan psikologi sosial ).
2.2.1 Materi Tentang Kenampaan Alam
a) Standar Kompetensi : Memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragama
suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi.
b) Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan kabupaten/
kota dan provinsi serta hubungannya dengan keragamaan sosial dan budaya
13
2.3 metode
2.3.1 Pembelajaran Menggunakan Model STAD
2.3.1.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Model pembelajaran kooperatif atau gotong royong merupakan sebuah system
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama
dengan sesama siswa dalam tugas–tugas terstruktur.
Metode pembelajaran gotong–royong bukan sekedar kerja kelompok, melainkan
ada penstrukturanya. Jadi, sistem pengajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai
sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur yang termasuk di dalam struktur ini
adalah lima unsur pokok, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual,
interaksi personal, keahlian bekerja sama , dan proses kelompok (Slavin 2008: 144).
Wilayah Perairan
Bahasa
Pakaian Daerah
KENAMPAKAN ALAM DAN SOSIAL BUDAYA
Wilayah Daratan
Pengaruh Perilaku
Masyarakat terhadap Peristiwa
Alam
Sosial Budaya
Adat Istiadat
Peristiwa Alam dan
Pengaruhnya Terhadap Kehidupan
Sosial
Kesenian Daerah
Kenampakan Alam
Gambar 2.1 Konsep Kenampaan Alam
14
lima unsur pokok dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Saling Ketergantungan Positif
Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk
menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian
rupa, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar
bisa mencapai tujuan mereka. Penilaian dilakukan dengan cara yang unik. Nilai
kelompok dibentuk dari sumbangan masing – masing anggota. Untuk menjaga
keadilan, setiap anggota kelompok menyumbangkan poin diatas nilai rata – rata
mereka. Model evaluasi ini lebih menekankan pada semangat gotong – royong.
b) Tanggung Jawab Perorangan
Jika tugas dan penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif,
maka setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.
Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam menyusun
tugasnya.
1. Tatap Muka
Setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi.
Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima
satu sama lainnya dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi. Kegiatan interaksi
ini akan memberikan sinergi yang menguntungkan semua anggotanya. Inti dari sinergi
adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan
masing – masing anggota.
2. Komunikasi Antar Anggota
Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai
ketrampilan berkomunikasi. Tidak semua siswa mempunyai keahlian berbicara dan
mendengarkan. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para
anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan
pendapat.
3. Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi
proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja lebih
efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok,
15
melainkan bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar
terlibat dalam kegiatan pembelajaran kooperatif .
Kooperatif mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan
bersama (Hamid Hasan, 1996). Dalam kegiatan Kooperatif, siswa secara individual
mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Jadi, belajar
Kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan
siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota
lainnya dalam kelompok tersebut (Hamid Hasan, 1996). Sehubungan dengan
pengertian tersebut, Slavin (2008) mengatakan bahwa Kooperatif adalah suatu model
pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur
kelompoknya yang bersifat heterogen. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar
dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik
secara individual maupun secara kelompok (dalam Etin Solihatin, 2008:4).
Sanjaya,W (2006:242) (dalam Etin Solihatin, 2008:6) mendefinisikan bahwa
pembelajaran Kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan
sistem pengelompokan /tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang
mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang
berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok
akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi
yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai
ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan
memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan
interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu,
mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap
individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi
keberhasilan kelompok.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif adalah sistem kerja
atau belajar kelompok yaitu sistem pengelompokan /tim kecil yang berbeda
(heterogen) terstruktur yang di dalam struktur itu terdapat lima unsur pokok; saling
16
ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja
sama , dan proses kelompok yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan
meningkatkan kemampuan afektif yang ditunjang kemampuan psikomotorik.
2.3.1.2 Model Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achiement Division).
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achiement Division )
merupakan Strategi pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang
memiliki tingkat yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok , setiap anggota
saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran.
Selama bekerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan
materi yang disajikan oleh guru dan saling membantu teman dalam mencapai
ketuntasan. Unsur–unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif menurut Linda adalah
sebagai berikut: siswa harus memiliki konsepsi selalu bersama dan tanggung jawab
terhadap terhadap siswa yang lain dalam kelompok maupun terhadap dirinya sendiri
dengan tujuan yang sama, tugas dan tanggung jawab sama besar, evaluasi atau
penghargaan ikut mempengaruhi terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok
sehingga siswa memperoleh ketrampilan. Bekerja sama selama belajar, siswa diminta
mempertanggung jawabkan secara individu materi yang dikerjakan dalam kelompok
kooperatif, perlu diajarkan keterampilan–keterampilan kooperatif yang meliputi (1)
Keterampilan dalam tugas, (2) Keterampilan mengambil giliran dalam berbagi tugas, (3)
keterampilan berpartisipasi, (4) Keterampilan mendengarkan dengan aktif, serta (5)
keterampilan bertanya.
STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu:
a) Presentasi Kelas
Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas.
Pengajaran langsung seperti diskusi yang dipimpin guru atau presentasi audiovisual.
Presentasi tersebut harus berfokus pada unit STAD. Siswa harus benar-benar member
perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat
membantu siswa mengerjakan kuis-kuis.
17
b) Tim
Tim terdiri dari lima atau enam siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam
hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas.
c) Kuis
Para siswa akan mengerjakan kuis individual setelah guru memberikan presentasi.
Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis.
Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materi.
d) Skor kemajuan individual
Skor kamajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja
yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja
yang lebih daripada sebelumnya.
e) Rekognisi Tim
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor
rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu (Etin Solihatin. 2008: 4)
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD adalah pembelajaran yang dimulai dari para
siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda tingkat
kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan
pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua
anggota tim telah mengusai pelajaran. Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis
mengenai materi secara sendiri-sendiri, dimana saat itu mereka tidak diperbolehkan
saling bantu. Skor kuis para siswa dibandingkan dengan rata-rata pencapai mereka
sebelumnya, dan kepada masing-masing tim akan diberikan point berdasarkan tigkat
kemajuan yang diraih siswa dibandingkan hasil yang mereka capai sebelumnya. Point
ini kemudian dijumlahkan untuk memperoleh skor tim dan tim yang berhasil memenuhi
kriteria tertentu akan mendapatkan sertifikat/ penghargaan lainnya.
Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana memahami
kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian dari
keberhasilan kegiatan belajar mengajar . Kerangka berfikir yang demikian bukanlah
suatu hal yang aneh , tapi nyata , dan betul – betul dipikirkan oleh seorang guru . Dari
18
hasil analisis yang dilakukan , lahirlah pemahaman tentang kedudukan metode dalam
proses pembelajaran : sebagai alat ekstrinsik , sebagai strategi pengajaran , dan
sebagai alat untuk mencapai tujuan ( Syaiful Bahri Djamarah, 2002 : 82).
1) Metode Sebagai Alat Motivasi Ekstrinsik
Sebagai salah satu komponen pengajaran , metode mempunyai peranan yang
tidak kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam kegiatan belajar mengajar.
Tidak ada satupun kegiatan belajar yang tidak menggunakan metode pengajaran
Motivasi ekstrinsik menurut Sardiman (1998 : 90) adalah motif – motif yang aktif
dan berfungsi. karena adanya perangsang dari luar yang dapat membangkitkan
belajar seseorang .
Dalam penggunaan metode guru harus menyesuaikan dengan kondisi dan
suasana kelas , jumlah anak mempengaruhi penggunaan metode . Sedangkan
pedoman yang menentukan penggunaan metode adalah tujuan instruksional .
4). Metode Sebagai Strategi Pengajaran
Menurut Roestiyah 1989 ( dalam Syaiful Bahri Djamarah , 2002 ) guru harus
memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efesien ,
mengena pada tujuan yang diharapkan .
Salah satu langkah untuk menguasai strategi pengajaran seseorang guru dituntut
harus mampu menguasai teknik – teknik pengajaran yang sering disebut metode
mengajar . Jadi metode pengajaran dapat diartikan sebagai alat untuk mencapai
tujuan yang diharapkan .
5) Metode Sebagai Alat Untuk Mencapai Tujuan.
Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan . Dengan memanfaatkan
metode secara akurat , guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran ( Syaiful
Bahri Djamarah, 2002 : 85 ).
Penggunaan metode belajar harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran ,
karena antara metode dan tujuan supaya disesuaikan . Jadi , guru sebaiknya
19
menggunakan metode yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar , sehingga
dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan pengajaran .
Metode mengajar yang digunakan guru dalam setiap kali pertemuan kelas bukanlah
asal pakai , tetapi melalui seleksi yang disesuaikan dengan perumusan tujuan
instruksional khusus pemilihan dan penentuan metode pembelajaran meliputi aspek
nilai sebagai metoda , efektifitas penggunaan metode , pentingnya pemilihan dan
penentuan metode , dan faktor – faktor yang mempengaruhi pemilihan metode (Syaiful
Bahri Djamarah, 2002 : 86).
2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan STAD
2.3.2.1 Kelebihan-kelebihan pembelajaran kooperatif STAD (Student Teams
Achiement Division) (HalinSimatupangBlogger9126tag. Blogger.com 1999):
a) Mengajarkan siswa lebih kreatif dan tanggap.
b) Siswa lebih kreatif untuk belajar.
c) Dapat menjalin kerjasama yang baik antara teman.
d) Memupuk sikap saling menghargai pendapat yang orang lain.
e) Hasil-hasil diskusi mudah dipahami dan dilaksanakan karena siswa ikut aktif
dalam pembahasan sampai kesuatu kesimpulan.
f) Dapat mempertinggi prestasi kepribadian individu seperti semangat toleransi,
siswa yang demokratis, kritis dalam berfikir, tekun dan sabar.
2.3.2.2 Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
a. Sering terjadi pembicaraan dalam kelompok dikuasai oleh 2 atau 3 siswa yang
memiliki kemampuan berfikir cepat
b. Kadang- kadang pembahasan dalam kelompok meluas,sehingga kesimpulan
menjadi kabur.
c. Memerlukan waktu yang cukup panjang, kadang-kadang tidak sesuai dengan
rencana.
20
d. Dalam kerja kelompok sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat
emosianal yang tidak terkontrol.
e. Akitbatnya ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu
situasi pembelajaran berlangsung.
2.3.3. Langkah-langkah Pembelajaran model Kooperatif Tipe STAD
Peran guru dalam pembelajaran kooperatif sebagai fasilitator pembelajaran
sangatlah penting. Guru yang menentukan berhasil tidaknya pembelajaran
kooperatif, sehingga guru perlu memperhatikan langkah-langkah dalam
pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah itu ditunjukan pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah laku guru Fase-1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
Fase-2 Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan proses pembelajaran materi kenampaan alam.
Fase ke-3 Mengorganisasikan siswa
ke dalam kelompok kooperatif
Guru menjelaskan kepada siwa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Fase ke-4 Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas diskusi kelompok
Fase ke-5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase ke-6 Memberikan penghargaan
Guru memberi penghargaan kepada kelompok yang paling
2.3.3.1 Lanngkah – langkah Pembelajan Model Kooperatif Tipe STAD
Siswa dikelompokan dalam kelompok kecil dimana setiap anggota kelompok saling
belajar
1. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok hiterogin baik dari jenis, kemampuan akademik.
21
2. Siswa dalam kelompok diberi tugas dan guru memotivasi langkah-langkah
pembelajaran, tugas yang dikerjakan siswa dalam kelompok ditentukan oleh guru.
Siswa yang berkemampuan rendah diberikan tugas yang mudah dibandingkan
dengan siswa yang kemampuan tinggi
Siswa menyampaikan pada teman kelompok hasil tugas kepada teman anggota
kelompok dengan mendiskusikan dalam kelompok.
3. Diskusi kelompok dimana salah satu kelompok memprestasikan dan siswa lain
menjadi aodi yang punya hak bertanya dan menjawab.
4. Guru dan siswa menyimpulkan hasil diskusi.
5. Selama proses diskusi keaktifan siswa dihargai oleh guru dengan diberikan tanda
penghargaan selama proses pembelajaran berlangsung (diskusi)
6. Akhir pembelajaran tanda penghargaan dihitung, kelompok yang paling aktif diberi
penghargaan.
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achiement Division )
merupakan Strategi pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang
memiliki tingkat yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok , setiap anggota
saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran.
Selama bekerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan
materi yang disajikan oleh guru dan saling membantu teman dalam mencapai
ketuntasan. Unsur–unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif menurut Linda adalah
sebagai berikut: siswa harus memiliki konsepsi selalu bersama dan tanggung jawab
terhadap siswa yang lain dalam kelompok maupun terhadap dirinya sendiri dengan
tujuan yang sama, tugas dan tanggung jawab sama besar, evaluasi atau penghargaan
ikut mempengaruhi terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok sehingga siswa
memperoleh ketrampilan. Bekerja sama selama belajar, siswa diminta
mempertanggung jawabkan secara individu materi yang dikerjakan dalam kelompok
kooperatif.
22
2.4 Penelitihan yang Relevan
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu
sosial yang dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan
satu pendekatan interdisipliner dari aspek cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi,
sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). IPS atau Studi Sosial
merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang di turunkan dari isi materi cabang-
cabang ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologo, filsafat,
dan psikologi sosial (Trianto, 2007: 124-125)
Menurut Yulis Jamiah (2007 : vol 8 No 1 ) Studi ini Ditujukan untuk melihat peran
STAD ( Student Teams Achiement Division ) dalam pembelajaran kooperatif FKIP
jurusan matematika Universitas Tanjung Pura . Penelitian ini mengungkapkan bahwa
kemajuan dalam Teori grafik dilakukan melalui 2 siklus siklus 1 dan siklus 2 tiap siklus
dilakukan untuk melihat dari achievmen di seluruh siklus. Analisis menggunakan
statistik deskriptif menunjukkan bahwa dari 46 siswa, 26 atau 56,5% mencapai skor di
atas skor rata-rata 46. Hal ini berarti 55% atau 24 siswa mencapai penguasaan
pembelajaran. Analisis menggunakan statistik inferensial menunjukkan bahwa teknik
peta konsep prestasi siswa meningkat secara signifikan. Selain itu respon siswa
menunjukkan bahwa dari 50 siswa 19% atau 10 siswa sangat setuju untuk
menggunakan peta konsep. 54,5% atau 27 siswa setuju 5,25% atau 3 siswa bertanya-
tanya.
Menurut Lambang Subagyo * ( 2007 : Vol 8 No 1 ) Studi ini bertujuan untuk
memeriksa efektivitas pembelajaran melalui model kooperatif STAD ( Student Teams
Achiement Division ) pada kompetensi dan partisipasi. Desain penelitian dengan
menggunakan tiga siklus . Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMA N 2
Samarinda jumlah siswa adalah 41 Siswa. Studi menunjukkan bahwa kompetensi
siswa yang lebih baik dilakukan pada kinematika, menunjukkan 38 siswa atau 92,5%
dari 41 siswa memperoleh skor di atas standart 82,9% kompetensi dan berpartisipasi
secara aktif dalam proses belajar di ruang kelas nilai rata-rata mencapai 70,05 studi ini
menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif STAD ( Student Teams Achiement
Division ) sesuai untuk metode pembelajaran di kelas phisics.
23
Pendidikan IPS merupakan padaan dari social studies dalam konteks
kurikulum di Amerika Serikat. Istilah tersebut pertama kali digunakan di Amerika Serikat
pada tahun 1913 mengadopsi nama lembaga sosial studies yang mengembangkan
kurikulum di Amerika Serikat ( Mars, dalam Sholihatin 2005: 14).
Pembelajaran IPS lebih menekankan aspek pendidikan dari pada transfer konsep,
karena dalam pembelajaran pendidikan IPS siswa diharapkan memperoleh
pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai,
moral, dan keterampilan berdasarkan konsep yang yang telah dimilikinya (Mrtorell
dalam Sholihatin, 2005: 14). Mata pelajaran IPS di SD bertujuan agar siswa mampu
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya
dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Nursid Sumaatmadja (dalam Sholihatin, 2005:
15), Tujuan pendidikan IPS adalah membina anak didik menjadi warga negara yang
baik, memeliki pengetahuan, ketrampilan dan kepedulian sosial begi dirinya sendiri
serta bagi masyarakat dan negara. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, proses
mengajar dan membelajarkannya, tidak hanya terbatas pada aspek–aspek
pengetahuan (kognitif) dan ketrampilan (psikomotor) saja, melainkan meliputi juga
aspek akhlak (afektif) dalam meghayati serta menyadari kehidupan yang penuh dengan
masalah, tantangan, hambatan dan persaingan ini. Melalui pendidikan IPS, anak dibina
dan dikembangkan kemampuan mental–intelektualnya menjadi warga negara yang
berketrampilan dan berkepedulian sosial serta bertanggung jawab sesuai dengan nilai–
nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Uraian di atas dapat disimpulkan hakekat IPS merupakan integrasi dari berbagai
cabang ilmu-ilmu sosial yang dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang
mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek cabang-cabang ilmu-ilmu social
yang bertujuan membina anak didik menjadi warga negara yang baik, memeliki
pengetahuan, ketrampilan dan kepedulian sosial begi dirinya sendiri serta bagi
masyarakat dan Negara
24
2.5.Kerangka Berfikir
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan, diperoleh alur berfikir dalam
penelitian ini sebagai berikut:
Hasil pembelajaran IPS rendah.
1. Keterampilan guru dalam pengelolaan pembelajaran IPS masih rendah dan kurang variatif..
2. Hasil belajar siswa rendah, terlihat belum semua siswa mencapai KKM.
Penggunaan metode Kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran IPS dengan langkah pembelajaran diawali pembagian kelompok, penjelasan guru, diskusi kelompok, presentasi kelas dan pemberian penghargaan.
Proses pembelajaran efektif
dan lebih bermakna
Hasil pembelajaran IPS meningkat.
1. Keterampilan guru dalam pengelolaan pembelajaran IPS meningkat dan variatif.
2. Hasil belajar siswa meningkat mencapai KKM.
Manfaat:
a) Siswa berkesempatan
mengembangkan minatnya terhadap
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial.
b) Meningkatkan rasa suka dan
termotivasi dalam belajar IPS.
c) Siswa terlibat aktif dalam
pembelajaran IPS yang bervariasi.
d) Mengembangkan model
pembelajaran yang inovatif, kreatif,
dan terkait dengan dunia nyata siswa.
e) Guru termotivasi untuk menerapkan
model kooperatif yang bervariasi
dalam upaya peningkatan motivasi
dan hasil belajar siswa.
f) Guru mampu meningkatkan hasil
belajar bagi siswanya dalam upaya
meningkatkan kecerdasan kehidupan
bangsa
g) .Sekolah akan lebih meningkatkan
hasil belajar siswa dengan
menggunakan STAD
Gambar 2.1. bagan kerangka berfikir
25
2.6 Hipotesis tindakan
Berdasarkan uraian pada kajian pustaka, kajian empiris dan kerangka berfikir di
atas, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah melalui model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi kenampaan alam
pada siswa kelas 4 SD N Gumawang Kecamatan Pecalunga Kabupaten Batang.