bab ii tinjauan pustaka 2.1 pengetahuan 2.1.1 defenisi … · 2017. 8. 2. · 8 bab ii tinjauan...

24
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Defenisi Pengetahuan Teori Bloom dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa pengetahuan merupakan penginderaan seseorang terhadap objek tertentu dan dari hasil penginderaan tersebut maka orang menjadi tahu . Manusia menjadi tahu melalui indra penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa, dan raba. pengetahuan manusia sebagian besar diperoleh melalui mata dan telinga. Bloom mengatakan pengetahuan adalah cognitive domine yaitu proses tahu terdiri dari enam tingkatan penerimaan terhadap suatu informasi, yaitu : 1. Tahu (know) Tahu yaitu mengingat kembali (recall) suatu hal atau apapun yang pernah dipelajari atau dialami sebelumnya secara spesifik. Tahu merupakan pengetahuan yang tingkatannya paling rendah. 2. Memahami (comprehension) Memahami adalah kemampuan seseorang dalam menjelaskan dan menafsirkan objek yang diketahui secara benar.

Upload: others

Post on 16-Feb-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pengetahuan

    2.1.1 Defenisi Pengetahuan

    Teori Bloom dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa

    pengetahuan merupakan penginderaan seseorang terhadap objek

    tertentu dan dari hasil penginderaan tersebut maka orang menjadi

    tahu . Manusia menjadi tahu melalui indra penglihatan, penciuman,

    pendengaran, rasa, dan raba. pengetahuan manusia sebagian besar

    diperoleh melalui mata dan telinga.

    Bloom mengatakan pengetahuan adalah cognitive domine yaitu

    proses tahu terdiri dari enam tingkatan penerimaan terhadap suatu

    informasi, yaitu :

    1. Tahu (know)

    Tahu yaitu mengingat kembali (recall) suatu hal atau apapun

    yang pernah dipelajari atau dialami sebelumnya secara spesifik.

    Tahu merupakan pengetahuan yang tingkatannya paling rendah.

    2. Memahami (comprehension)

    Memahami adalah kemampuan seseorang dalam menjelaskan

    dan menafsirkan objek yang diketahui secara benar.

  • 9

    3. Aplikasi (application)

    Aplikasi adalah kesanggupan seseorang untuk menggunakan

    materi yang sudah dipelajari pada kondisi dan situasi yang real

    (sebenarnya). Aplikasi dapat diartikan dalam penggunaan

    hukum-hukum, prinsip, rumus, metode, dan dalam konteks atau

    situasi lain.

    4. Analisis (analysis)

    Analisis adalah kesanggupan seseorang untuk menjabarkan

    materi dalam komponen-komponen, yang masih dalam satu

    struktur organisasi, dan ada kaitan satu sama lain. Kemampuan

    analisis dapat dilihat dalam penggunaan kata kerja, seperti

    membedakan, menggambarkan (membuat bagan),

    mengelompokkan dan memisahkan.

    5. Sintesis (synthesis)

    Sintesis adalah kemampuan menghubungkan atau meletakkan

    bagian-bagian dalam bentuk yang baru. Dengan kata lain

    sintesis adalah kemampuan menyusun formulasi yang baru dari

    formulasi-formulasi yang ada.

    6. Evaluasi

    Evaluasi berhubungan dengan kemampuan melakukan penilaian

    terhadap materi atau obyek tertentu. Penilaian didasarkan pada

  • 10

    kriteria yang sudah ditentukan sendiri, atau bisa juga

    menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

    2.2 Perilaku

    2.2.1 Definisi Perilaku

    Perilaku manusia adalah aktivitas maupun tindakan manusia

    yang mempunyai bentangan luas yang dapat diamati secara

    langsung, maupun tidak dapat diamati. Jika dilihat dari segi biologis,

    perilaku adalah kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup

    yang bersangkutan), dari segi kepentingan kerangka analisis,

    perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh manusia yang dapat

    diamati secara langsung maupun tidak langsung (Notoatmodjo 2007).

    2.2.2 Jenis Perilaku Manusia

    Perilaku adalah tanggapan individu terhadap rangsangan yang

    berasal dari dalam maupun luar diri individu. Bentuk perilaku ada

    dua macam menurut (Notoatmodjo,2003) yaitu :

    1. Perilaku terbuka (overt behavior)

    Perilaku terbuka adalah respon individu terhadap rangsangan

    dalam bentuk tindakan nyata sehingga dapat diamati orang lain.

    2. Perilaku tertutup (convert behavior)

    Perilaku tertutup adalah respon individu terhadap stimulus yang

    diberikan dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert) dan

  • 11

    belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain. Respon stimulus

    ini terbatas pada perhatian, pengetahuan, dan sikap.

    2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

    Menurut Green (dalam Notoatmodjo, 2003), perilaku di pengaruhi

    oleh 3 faktor utama yaitu :

    1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)

    Faktor predisposisi mencakup pada pengetahuan dan sikap

    masyarakat terhadap kesehatan.

    2. Faktor Pendukung (Enabling Factors)

    Faktor pendukung mencakup pada ketersediaan sarana dan

    prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat.

    3. Faktor Pendorong (Renforcing Factor)

    Faktor pendorong merupakan sikap dan perilaku petugas

    kesehatan (petugas lain) yang merupakan kelompok referensi

    dari perilaku masyarakat.

    2.2.4 Proses Pembentukan Perilaku

    Penelitian Rogers (1974) yang dikutip oleh Wawan dan Dewi

    (2010) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku

    baru, dalam diri orang itu akan terjadi proses yang berurutan, yaitu:

    a. Awareness (kesadaran), yaitu sesorang menyadari dan

    mengetahui terlebih dahulu mengenai stimulus (objek).

  • 12

    b. Interest (ketertarikan), yaitu seseorang mulai tertarik

    kepada stimulus atau objek tersebut.

    c. Evaluation (evaluasi), berpikir secara rasional baik atau

    tidak stimulus bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah

    lebih baik lagi.

    d. Trial (mencoba), seseorang mulai mencoba melakukan

    tindakan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

    e. Adoption (menerima), seseorang berperilaku baru sesuai

    dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap

    stimulus.

    Apabila seseorang menerima perilaku baru dengan proses

    seperti ini, maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau

    bersifat langgeng (long lasting), (Notoatmodjo, 2003).

    2.2.5 Pengukuran Perilaku

    Pengukuran perilaku dapat dilakukan melalui dua cara, secara

    langsung dengan pengamatan (observasi), yaitu mengamati

    tindakan subyek dengan tujuan untuk memelihara kesehatannya.

    Secara tidak langsung menggunakan metode mengingat kembali

    (recall). Metode ini dilakukan dengan memberikan pertanyaan

    pertanyaan kepada subyek tentang apa yang telah dilakukan

    berhubungan dengan obyek tertentu (Notoatmodjo, 2003)

  • 13

    2.2.6 Perubahan Perilaku

    Perilaku seseorang dapat berubah sesuai dengan hal-hal yang

    memungkinkan sehingga terjadinya perubahan. Dalam

    perkembangannya dalam kehidupan, perilaku manusia dipengaruhi

    oleh faktor intern dan ekstern.

    Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku

    manusia :

    a. Faktor Internal

    Beragam tingkah laku manusia dan tingkah laku dipengaruhi oleh

    faktor yang ada dalam diri seseorang. Faktor-faktor intern yang

    dimaksud adalah jenis ras/keturunan, jenis kelamin, sifat fisik,

    kepribadian, bakat, dan intelegensia. Berikut pembahasan

    mengenai faktor-faktor tersebut :

    1) Jenis Ras/ Keturunan

    Setiap ras memiliki tingkah laku yang berbeda, karena memiliki

    ciri-ciri tersendiri. Salah satu contoh yaitu ciri perilaku ras Negroid

    yang bertemperamen keras, tahan menderita, dan menonjol dalam

    kegiatan olah raga sedangkan ras Mongolid mempunyai ciri yang

    ramah, suka bergotong-royong, sedikit tertutup/pemalu dan sering

    mengadakan upacara ritual.

  • 14

    2) Jenis Kelamin

    Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin yaitu cara

    berpakaian, melakukan pekerjaan, dan pembagian tugas pekerjaan.

    Perbedaan mungkin terjadi karena faktor hormonal, struktur fisik

    maupun norma pembagian tugas. Wanita sering berperilaku

    berdasarkan perasaan, sedangkan laki-laki cenderung berperilaku

    atau bertindak atas pertimbangan rasional.

    3) Sifat Fisik

    Kretschmer Sheldon membuat tipologi perilaku berdasarkan tipe

    fisiknya. Misalnya, orang yang pendek, bulat, gendut, wajah

    berlemak adalah tipe fisik. Orang dengan ciri demikian dikatakan

    senang bergaul, humoris, ramah dan banyak teman.

    4) Kepribadian

    Kepribadian adalah kebiasaan manusia yang berada dalam

    dirinya yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri

    dengan lingkungan sekitar, sehingga kebiasaan merupakan suatu

    kesatuan fungsional yang khas untuk manusia. Dapat ditarik

    kesimpulan bahwa, kepribadian seseorang sangat berpengaruh

    terhadap perilaku sehari-harinya.

    5) Intelegensia

    Intelegensia adalah kemampuan secara keseluruhan individu

    untuk berpikir dan bertindak dengan terarah dan efektif. Bertolak

    dari pengertian tersebut, tingkah laku individu sangat dipengaruhi

  • 15

    oleh intelegensia. Tingkah laku dipengaruhi oleh intelegensia

    adalah tingkah laku intelegen yang mana seseorang bertindak

    secara cepat, tepat, dan mudah terutama dalam mengambil

    keputusan.

    6) Bakat

    Bakat adalah suatu kondisi yang mana seseorang dapat

    melakukan dan memungkinkannya karena sudah melakukan latihan

    dan mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan

    khusus.

    b. Faktor Eksternal

    1) Pendidikan

    Kegiatan pendidikan berlangsung agar ada proses belajar

    mengajar. Hasil dari proses belajar mengajar adalah perubahan

    perilaku. Dengan demikian pendidikan mempunyai pengaruh yang

    besar terhadap perilaku seseorang. Seseorang yang berpendidikan

    tinggi akan berbeda perilakunya dengan orang yang berpendidikan

    rendah.

    2) Agama

    Agama akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai dengan

    norma dan nilai yang diajarkan oleh agama yang diyakininya.

    3) Kebudayaan

  • 16

    Kebudayaan merupakan suatu kesenian, adat istiadat atau

    peradaban manusia. Tingkah laku seseorang dalam kebudayaan

    tertentu akan berbeda dengan orang yang memiliki latar belakang

    kebudayaan yang berbeda, misalnya tingkah laku orang Jawa

    dengan tingkah laku orang Papua.

    4) Lingkungan

    Lingkungan adalah segala hal yang ada di sekitar individu, baik

    lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh

    mengubah sifat dan perilaku individu karena lingkungan merupakan

    lawan atau tantangan bagi individu untuk mengatasinya.

    5) Sosial Ekonomi

    Status sosial ekonomi menentukan tersedianya suatu fasilitas

    yang diperlukan untuk kegiatan atau keperluan tertentu, sehingga

    status sosial ekonomi dapat mempengaruhi perilaku seseorang.

    Santrock (2003), menyatakan faktor penyebab penyalahgunaan

    alkohol oleh remaja adalah keturunan, pengaruh keluarga,

    hubungan dengan teman sebaya, etnis, dan karakteristik

    kepribadian, faktor genetik maupun lingkungan sama-sama

    berperan.

    Sikap seseorang terhadap perilaku berawal dari pengetahuan

    individu, karena individu mengetahui dan memberi tanggapan yang

    disebabkan oleh kebiasaan yang dia lakukan, atau pernah ada

  • 17

    informasi sebelumnya yang dia dapatkan. Proses yang didasari oleh

    pengetahuan dan sikap positif, maka perilaku akan bersifat sejalan

    dengan pengetahuan, Sebaliknya apabila perilaku tidak didasari

    oleh pengetahuan dan sikap yang baik maka semuanya tidak akan

    berjalan searah (Notoatmodjo,2003)

    2.3 Remaja

    2.3.1 Defenisi Remaja

    Masa remaja sering disebut juga masa peralihan dari masa

    anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa

    pubertas. Pubertas (puberty) adalah terjadinya perubahan secara

    cepat pada kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh dan

    hormonal, terutama terjadi selama remaja awal. (Santrock,

    Adolescene, 2003).

    Batasan usia remaja menurut WHO adalah remaja yang berusia

    12 sampai dengan 24 tahun. Menurut Depkes RI remaja yang berusia

    antara 10 sampai 19 tahun dan statusnya belum kawin. Menurut

    BKKBN adalah remaja yang berumur 10 sampai 19 tahun.

    (Widyastuti dkk, 2009)

    Menurut Gunarsa (2001), jika dilihat secara kronologis, remaja

    adalah individu yang berusia antara 11-12 tahun sampai 20-21 tahun.

    Secara fisik, remaja ditandai dengan terjadinya perubahan

  • 18

    penampilan fisik dan fungsi fisiologis terutama yang terkait dengan

    kelenjar seksual dan Secara psikologis, remaja merupakan masa

    dimana individu mengalami perubahan dalam aspek emosi, kognitif,

    sosial, dan moral.

    2.3.2 Tahap Perkembangan Remaja

    Petro Blos (dalam Sarwono, 2011) membagi tahap-tahap

    perkembangan remaja ke dalam 3 tahap yaitu :

    a. Remaja Awal (Early Adolensence)

    Pada tahap ini remaja akan merasa heran dengan perubahan

    yang terjadi pada tubuhnya dan timbulnya dorongan-dorongan

    yang disertai perubahan-perubahan. remaja mengembangkan

    pikran-pikran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah

    terangsang secara erotis.

    b. Remaja Madya (Middle Adolescence)

    Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman dan remaja

    akan merasa senang karena mempunyai banyak teman yang

    menyukainya. Remaja cenderung “narsistic”, yaitu mencintai diri

    sendiri, dan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat yang

    sama dengannya.

  • 19

    c. Remaja akhir (Late Adolescence)

    d. Tahap ini adalah masa konsolidasi yang mana remaja

    memperteguh atau memperkuat pertemanan untuk menuju

    periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal, yaitu :

    1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

    2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-

    orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.

    3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

    4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri

    sendiri) diganti keseimbangan antara kepentingan diri sendiri

    dengan orang lain.

    5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private

    self) dan masyarakat umum (the public)

    2.3.3 Karakteristik Umum Remaja

    Menurut Erikson (dalam Ali dan Asrori, 2005) masa remaja

    dikenal dengan masa mencari jati diri atau yang disebut dengan

    identitas ego. Semua ini terjadi kerena masa remaja merupakan

    peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan

    orang dewasa. Oleh karena itu ada sejumlah sikap yang sering

    ditunjukkan oleh remaja, yaitu sebagai berikut :

    a. Kegelisahan

  • 20

    Pada masa remaja adanya dorongan dari dalam diri untuk

    mendapat pengalaman sebanyak-banyaknya, tujuannya untuk

    menambah pengetahuan. Tetapi dilain sisi remaja merasa belum

    mampu melakukan berbagai hal dengan baik sehingga remaja

    tidak berani mengambil tindakan dengan cara mencari

    pengalaman secara langsung. Tarik-menarik antara angan-

    angan yang tinggi dengan kemampuan yang belum memadai

    sehingga remaja diliputi perasaan gelisah.

    b. Pertentangan

    Remaja berada pada situasi psikologis antara keinginan untuk

    melepaskan diri dari orang tua serta perasaan masih belum

    mampu untuk mandiri. Pada umumnya remaja mengalami

    kebingungan karena sering terjadi pertentangan antara mereka

    dengan orang tua. Pertentangan yang sering terjadi

    menimbulkan keinginan remaja untuk melepaskan diri dari orang

    tua namun ditentang oleh diri sendiri karena dalam diri remaja

    ada keinginan untuk memperoleh rasa aman.

    c. Mengkhayal

    Remaja putera biasanya mengkhayal tentang prestasi dan

    jenjang karir, sedangkan remaja puteri lebih mengkhayalkan

    romantika hidup. Khayalan seperti ini tidak selamanya bersifat

    negatif karena khayalan seperti ini kadang-kadang menghasilkan

  • 21

    sesuatu yang bersifat konstruktif (membangun), sehingga timbul

    ide-ide tertentu yang dapat direalisasikan.

    d. Aktivitas Kelompok

    Seringkali keinginan remaja tidak dapat terpenuhi karena

    berbagai kendala. Kebanyakan remaja menemukan jalan keluar

    dari kesulitan yang dihadapi setelah berkumpul dengan teman

    sebaya untuk melakukan kegiatan bersama.

    e. Keinginan Mencoba Sesuatu

    Remaja cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high

    curiousity). Rasa ingin tahu yang tinggi terjadi karena dorongan

    dari dalam diri remaja untuk mengetahui segala sesuatu yang

    ada di sekitar. Remaja cenderung ingin berpetualang dan

    mencoba segala sesuatu yang belum pernah dialaminya.

    Secara psikologi masa remaja merupakan masa peralihan dari

    masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa dewasa akan terjadi

    kematangan secara signifikan yaitu interaksi dari struktur otak yang

    telah sempurna dan lingkungan sosial semakin luas yang

    mengharuskan remaja berfikir abstrak (Hutagalung, 2008). Pada usia

    inilah berkembang sifat, sikap dan perilaku yang selalu ingin tahu,

    ingin merasakan dan ingin mencoba. Tentu apabila tidak segera

    difasilitasi atau diarahkan bukan tidak mungkin akan salah arah dan

    berdampak negatif.

  • 22

    Debesse (dalam Monks dkk, 2002) berpendapat bahwa remaja

    menonjolkan sesuatu yang membedakan dirinya dengan orang

    dewasa, yaitu orisinalitas bukan identitas. Ciri-ciri yang menonjol

    pada usia remaja terutama terlihat yaitu perilaku sosialnya.

    Pengaruh teman-teman sebaya terhadap sikap, pembicaraan, minat,

    penampilan, dan tingkah laku lebih besar daripada pengaruh

    keluarga. Hal ini disebabkan karena remaja lebih banyak berada di

    luar rumah bersama teman-teman sebaya sebagai kelompok.

    Menurut Sigelman dan Shaffer (dalam Yusuf, 2002) terdapat dua

    aspek kepribadian remaja yang berkembang secara menonjol saat

    bergaul dengan teman sebaya. Pertama social cognition yang mana

    berpengaruh kuat terhadap minat untuk bergaul atau membentuk

    persahabatan. Kedua conformity yaitu keinginan untuk menjadi sama,

    sesuai, seragam dengan nilai nilai, kebiasaan, kegemaran (hobi),

    atau budaya teman sebayanya.

    2.3.4 Tugas Perkembangan Remaja

    Tugas perkembangan remaja lebih fokus untuk upaya

    meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha

    untuk mencapai kemampuan untuk bersikap dan berperilaku secara

    dewasa, (Hurlock dalam Ali & Asrori, 2006). Tugas-tugas

    perkembangan masa remaja adalah :

    1. Menerima keadaan fisiknya

  • 23

    2. Menerima dan memahami peran seks usia dewasa

    3. Membina hubungan yang baik dengan anggota kelompok

    yang berlainan jenis

    4. Mencapai kemandirian emosional

    5. Mencapai kemandirian ekonomi

    6. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang

    sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota

    masyarakat

    7. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang

    dewasa dan orang tua

    8. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang

    diperlukan untuk memasuki dunia dewasa

    9. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan

    10. Mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan

    keluarga.

    2.3.5 Perkembangan Psikis Remaja

    Perkembangan Psikis Masa Remaja (Widyastuti dkk 2009)

    menjelaskan perubahan kejiwaan pada masa remaja. Perubahan-

    perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada remaja adalah:

    a. Perubahan emosi. Perubahan tersebut berupa kondisi:

    1. Sensitif atau peka misalnya cemas, mudah menangis,

    frustasi, dan sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas.

    Utamanya sering terjadi pada remaja putri.

  • 24

    2. Mudah bereaksi dan agresif dengan gangguan atau

    rangsangan luar yang mempengaruhi atau mengganggunya,

    Sehingga mudah terjadi perkelahian. Remaja lebih sering

    mencari perhatian dan bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu.

    3. Ada kecenderungan remaja tidak patuh pada orang tua, dan

    lebih senang pergi dan menghabiskan waktu bersama dengan

    teman daripada tinggal di rumah.

    b. Perkembangan intelegensia. Pada perkembangan ini

    menyebabkan remaja:

    1. Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak dan suka

    memberikan kritik.

    2. Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul

    perilaku ingin mencoba-coba. Tetapi dari semua itu, proses

    perubahan kejiwaan tersebut berlangsung lebih lambat

    dibandingkan perubahan fisiknya.

    2.3.6 Perilaku menyimpang pada remaja

    Penyimpangan/deviasi terjadi jika remaja mengalami konflik

    dalam masa perkembangannya, sehingga remaja menunjukkan

    perilaku yang tidak sesuai dengan tahap usianya atau mengalami

    hambatan dalam mencapai tugas perkembangan remaja. Hambatan

    yang terjadi dalam tahapan perkembangan remaja, jika tidak

    terselesaikan dengan baik dapat menimbulkan masalah kesehatan

  • 25

    jiwa. Masalah tersebut dapat berasal dari diri remaja sendiri,

    hubungan remaja dengan orang tua atau akibat interaksi sosial di luar

    lingkungan keluarga, sehingga terjadi masalah kesehatan jiwa

    dengan manifestasi yang bermacam-macam, seperti kesulitan

    belajar, bingung, kenakalan remaja dan perilaku seksual yang

    menyimpang (Sumiati dkk, 2009).

    Salah satu kasus perilaku menyimpang adalah penyalahgunaan

    narkoba dan minuman beralkohol. Pada hakikatnya, faktor

    kepribadian yang menyebabkan seseorang terlibat dalam

    penyalahgunaan narkoba dan minuman beralkohol tidak terpisah,

    melainkan mempunyai hubungan dari beberapa faktor kepribadian.

    Menurut para ahli sifat-sifat lain yang merupakan indikasi

    kemungkinan terlibat penyalahgunaan obat atau alkohol adalah sifat

    mudah kecewa, sifat tidak dapat menunggu dan tidak sabar, sifat

    memberontak, sifat mengambil risiko berlebihan, dan sifat mudah

    bosan dan jenuh, (Utari Hilman dalam Sarwono,2011).

    2.4 Sopi

    2.4.1 Defenisi Sopi

    Sopi (moke atau tua menu) adalah sekian dari nama lokal untuk

    minuman tradisional yang diproduksi secara turun temurun oleh

    masyarakat yang ada di Nusa Tenggara Timur maupun Maluku (Elcid

    dkk, 2013). Minuman tradisional adalah minuman yang dihasilkan

  • 26

    dari proses pengolahan bahan yang berasal dari pohon kelapa, enau

    atau racikan lainnya seperti sopi, bobo, balo, tuak, saguer atau

    dengan nama lain. Minuman tersebut merupakan hasil fermentasi

    secara tradisional terhadap nira atau hasil sadapan perbungaan

    gewang (Corypha utan Lamk) dan lontar (Borassus flabellifer L)

    (Nailola, 2008).

    Penelitia Meiritzya Latul pada tahun 2006 mengenai kadar

    alkohol yang terkandung dalam sopi dengan menggunakan metode

    deskritif, teknik analisa kuantitatif dan sampel nira aren (Sopi)

    sebanyak 20 sampel serta menggunakan teknik sampling secara

    random atau acak. Hasil penelitian yang didapat yaitu kadar alkohol

    terendah adalah 20,13% dan kadar tertinggi adalah 71,53% dengan

    nilai rata-rata dari ke 20 sampel nira aren (Sopi) adalah 37,41%.

    Sopi berasal dari bahasa Belanda, Zoopje, yang artinya alkohol

    cair (Latief, 2011). Sopi mempunyai kadar alkahol lebih dari 50%.

    Kadar alkohol 50% dalam sopi dapat menyebabkan efek langsung

    bagi tubuh. Menurut Sarwono (2011), alkohol dapat membuat

    ketergantungan (kecanduan). Makin sering mengkonsumsi minuman

    beralkohol, makin besar ketergantungannya sehingga pada suatu

    saat tidak bisa melepaskan diri lagi. Pernyataan tersebut didukung

    oleh Widodo (2004) yang mengungkapkan bahwa alkohol adalah

    suatu zat yang berkerja secara selektif, terutama pada otak, sehingga

    dapat menimbulkan perubahan perilaku, emosi, kognitif, persepsi,

  • 27

    kesadaran seseorang yang apabila digunakan dapat menimbulkan

    kecanduan atau ketergantungan. Alkohol digolongkan dalam zat

    adiksi atau adiktif karena dapat membuat kecanduan atau

    ketergantungan.

    Gambar 1 Pohon Mayang untuk Produksi Sopi

    Sumber : Kebun Bpk. A P

    2.4.2 Proses Pembuatan Sopi

    Sopi Terbuat dari buah pohon kelapa atau dari pohon mayang

    (Enau). Di daerah Ema sopi yang dihasilkan kebanyakan yaitu sopi

    mayang karena sudah merupakan mata pencaharian dan kebiasaan

    yang ada sejak dahulu dan dipertahankan sampai sekarang.

    Proses pembuatan sopi yaitu, air dari pohon mayang di

    dikumpulkan dalam satu wadah, kemudian dimasak di atas tungku

  • 28

    selama 3 hingga 5 jam dan terjadi penguapan sehingga terbentuklah

    proses penyulingan dari hasil air mayang yang telah menguap. Dari

    hasil penyulingan air mayang tersebut maka akan menghasilkan sopi.

    2.4.3 Dampak Sopi Bagi Kesehatan

    Menurut Wiguna (2008), minuman beralkohol adalah minuman

    yang mengandung Etanol. Etanol sangat mudah diserap dalam

    saluran pencernaan yang dimulai dari mulut, esofagus, lambung,

    sampai usus halus. Daerah yang paling banyak menyerap alkohol

    adalah bagian proksimal usus halus karena yang diserap adalah

    Gambar 3 : Proses Masak

    Air Mayang

    Gambar 4 : Bambu yang

    dipakai untuk proses

    penguapan

    Gambar 5 : Bambu yang

    dipakai untuk proses

    penyulingan

    Gambar 6 : Sopi

  • 29

    vitamin B yang larut dalam air, kemudian dengan cepat beredar ke

    dalam darah. Anggur, bir, wiski, vodka adalah jenis-jenis minuman

    dengan kandungan alkohol sekitar 3% sampai 20%. Minum minuman

    alkohol berarti mengkonsumsi antara 10-12 gram etanol.

    Alkohol merupakan zat adiktif, artinya menimbulkan adiksi

    (addiction) yaitu ketagihan dan dependensi (ketergantungan).

    Penyalahgunaan/ketergantungan minuman beralkohol dapat

    menimbulkan gangguan mental organik yaitu gangguan dalam fungsi

    berpikir, berperasaan, dan berperilaku. Gangguan mental organik ini

    disebabkan reaksi langsung alkohol pada beuro-transmitter sel-sel

    saraf pusat (otak). Karena sifat adiktif tersebut, maka orang yang

    meminumnya lama kelamaan tanpa disadari akan menambah

    takaran/dosis sampai dosis keracunan (intoksidasi) atau mabuk

    (Hawari,2006).

    Bahaya konsumsi minuman keras antara lain, dapat terjadi

    gangguan tidur, cepat tertidur tetapi tidak nyenyak, terjadi gangguan

    neuropati perifer karena penurunan fungsi saraf pusat di lengan dan

    kaki, dan keadaan ini diperberat dengan kekurangan vitamin B1

    dengan gejala kesemutan. Terjadi degenerasi serebelum yaitu otak

    kecil mengalami degenerasi sehingga menimbulkan gangguan gaya

    berjalan dan gangguan keseimbangan (Soetjiningsih,2010)

    Penggunaan alkohol dapat mengakibatkan gangguan perilaku

    serius yang mempengaruhi hubungan otak sampai 50-79%,

  • 30

    kehilangan ingatan, depresi akut atau kronis, tingkat bunuh diri yang

    tinggi, fluktuasi emosi, dan kehilangan kesadaran selama mabuk.

    Alkoholisme kronis dapat mengakibatkan infeksi pankreas dengan

    kegagalan sistem endokrin pankreas (kadang-kadang diabetes) dan

    kelenjar eksokin (kurang gizi). Hal ini menimbulkan kekurangan

    protein yang dapat menyebabkan pengurangan produksi hormon

    testosterone, yang dapat membuat impotensi pada laki-laki (Hasan,

    2008). Konsumsi alkohol kronis sebagai faktor risiko penting untuk

    perkembangan (patogenesis) dari berbagai jenis kanker, termasuk

    kanker pada organ dan jaringan pada saluran pernapasan dan

    saluran pencernaan bagian atas (saluran aerodigestive atas), hati,

    usus besar atau rektum (colorectum), dan payudara (Helmut K. Seitz

    et all,2007).

    Hawari (2006) menyatakan bahwa bagi mereka yang sudah

    ketagihan atau ketergantungan minuman beralkohol, bila

    pemakaiannya dihentikan akan menimbulkan sindrom putus alkohol,

    yaitu ditandai dengan gejala-gejala sebagai berikut :

    a. Gemetaran (tremor), kasar pada tangan, lidah dan kelopak mata.

    b. Tampak gejala fisik sebagai berikut: 1) Mual dan muntah 2)

    Lemah, letih dan lesu. 3) Hiperaktivitas saraf otonom, misalnya

    jantung berdebar-debar, keringat berlebihan dan peningkatan

  • 31

    tekanan darah. 4) Hipotensi ortostatik (penurunan tekanan darah

    karena posisi tubuh: berbaring, duduk, dan berdiri).

    c. Tampak gejala psikologik sebagai berikut : 1) Kecemasan dan

    ketakutan. 2) Perubahan alam perasaan (afektif/ mood), menjadi

    pemurung dan mudah tersinggung. Banyak diantara peminum berat

    jatuh dalam keadaan depresi berat, timbul pikiran ingin bunuh diri dan

    melakukan tindakan bunuh diri. 3) Mengalami halusinasi dan delusi.

    2.5 Kerangka Teori

    Remaja

    (Person)

    Lingkungan

    (Environment)

    Perilaku

    (Behavior)

    Pengetahuan

    (Knowledge)