defenisi kebijakan publik menurut pakar

47
DEFENISI KEBIJAKAN PUBLIK MENURUT PAKAR Oleh: Afrizal Woyla Saputra Zaini Kebijakan Publik merupakan suatu aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah dan merupakan bagian dari keputusan politik untuk mengatasi berbagai persoalan dan isu-isu yang ada dan berkembang di masyarakat. Kebijakan publik juga merupakan keputusan yang dibuat oleh pemerintah untuk melakukan pilihan tindakan tertentu untuk tidak melakukan sesuatu maupun untuk melakukan tidakan tertentu. Dalam kehidupan masyarakat yang ada di wilayah hukum suatu negara sering terjadi berbagai permasalahan. Negara yang memengang penuh tanggung jawab pada kehidupan rakyatnya harus mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut. Kebijakan publik yang dibuat dan dikeluarkan oleh negara diharapkan dapat menjadi solusi akan permasalahan-permasalahan tersebut. Kebijakan Publik adalah suatu keputusan yang dimaksudkan untuk tujuan mengatasi permasalahan yang muncul dalam suatu kegiatan tertentu yang dilakukan oleh instansi pemerintah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan (Mustopadidjaja, 2002). Untuk memahami lebih jauh bagaimana kebijakan publik sebagai solusi permasalahan yang ada pada masyarakat, kita harus memahami dulu apa dan seperti apa kebijakan publik itu sendiri. Berikut adalah definisi-definisi kebijakan publik menurut para ahli kebijakan publik. Thomas R. Dye (1981) Kebijakan publik adalah apa yang tidak dilakukan maupun yang dilakukan oleh pemerintah. Pengertian yang diberikan Thomas R. Dye ini memiliki ruang lingkup yang sangat luas. Selain itu, kajiannya yang hanya terfokus pada negara sebagai pokok kajian. Easton (1969) Mendefinisikan kebijakan publik sebagai pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat.

Upload: muhramlanramadhani

Post on 27-Dec-2015

108 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Definisi Kebijakan mengenai Publik Menurut Pakar

TRANSCRIPT

Page 1: Defenisi Kebijakan Publik Menurut Pakar

DEFENISI KEBIJAKAN PUBLIK MENURUT PAKAR

Oleh: Afrizal Woyla Saputra Zaini

Kebijakan Publik merupakan suatu aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah dan merupakan bagian dari keputusan politik untuk mengatasi berbagai persoalan dan isu-isu yang ada dan berkembang di masyarakat. Kebijakan publik juga merupakan keputusan yang dibuat oleh pemerintah untuk melakukan pilihan tindakan tertentu untuk tidak melakukan sesuatu  maupun untuk melakukan tidakan tertentu.

Dalam kehidupan masyarakat yang ada di wilayah hukum suatu negara sering terjadi berbagai permasalahan. Negara yang memengang penuh tanggung jawab pada kehidupan rakyatnya harus mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut. Kebijakan publik yang dibuat dan dikeluarkan oleh negara diharapkan dapat menjadi solusi akan permasalahan-permasalahan tersebut. Kebijakan Publik adalah suatu keputusan yang dimaksudkan untuk tujuan mengatasi permasalahan yang muncul dalam suatu kegiatan tertentu yang dilakukan oleh instansi pemerintah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan (Mustopadidjaja, 2002).

Untuk memahami lebih jauh bagaimana kebijakan publik sebagai solusi permasalahan yang ada pada masyarakat, kita harus memahami dulu apa dan seperti apa kebijakan publik itu sendiri. Berikut adalah definisi-definisi kebijakan publik menurut para ahli kebijakan publik.

Thomas R. Dye (1981)

Kebijakan publik adalah apa yang tidak dilakukan maupun yang dilakukan oleh pemerintah. Pengertian yang diberikan Thomas R. Dye ini memiliki ruang lingkup yang sangat luas. Selain itu, kajiannya yang hanya terfokus pada negara sebagai pokok kajian.

Easton (1969)

Mendefinisikan kebijakan publik sebagai pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat. Dalam pengertian ini hanya pemerintah yang dapat melakukan sesuatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat.

Anderson (1975)

Kebijakan publik adalah kebijakan kebijakan yang dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah, di mana implikasi dari kebijakan tersebut adalah: 1) kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan; 2) kebijakan publik berisi tindakan-tindakan pemerintah; 3) kebijakan publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah, jadi bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk dilakukan; 4) kebijakan publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti merupakan tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu, atau bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu; 5) kebijakan pemerintah

Page 2: Defenisi Kebijakan Publik Menurut Pakar

setidak-tidaknya dalam arti yang positif didasarkan pada peraturan perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa.

Dye (1978)

Mendefinisikan kebijakan publik sebagai “Whatever governments choose to do or not to do.”, yaitu segala sesuatu atau apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan. Dye juga memaknai kebijakan publik sebagai suatu upaya untuk mengetahui apa sesungguhnya yang dilakukan oleh pemerintah, mengapa mereka melakukannya, dan apa yang menyebabkan mereka melakukannya secara berbeda-beda. Dia juga mengatakan bahwa apabila pemerintah memilih untuk melakukan suatu tindakan, maka tindakan tersebut harus memiliki tujuan. Kebijakan publik tersebut harus meliputi semua tindakan pemerintah, bukan hanya merupakan keinginan atau pejabat pemerintah saja. Di samping itu, sesuatu yang tidak dilaksanakan oleh pemerintah pun termasuk kebijakan publik. Hal ini disebabkan karena sesuatu yang tidak dilakukan oleh pemerintah akan mempunyai pengaruh yang sama besar dengan sesuatu yang dilakukan oleh pemerintah.

David Easton

Mendefinisikan public policy sebagai : “The authoritative allocation of value for the whole society, but it turns out that only theg overnment can authoritatively act on the ‘whole’ society, and everything the government choosed do or not to do result in the allocation of values.” Maksudnya, public policy tidak hanya berupa apa yang dilakukan oleh pemerintah, akan tetapi juga apa yang tidak dikerjakan oleh pemerintah karena keduanya sama-sama membutuhkan alasan-alasan yang harus dipertanggungjawabkan.

Chief J.O. Udoji (1981)

Mendefinisikan kebijaksanaan publik sebagai “ An sanctioned course of action addressed to a particular problem or group of related problems that affect society at large.” Maksudnya ialah suatu tindakan bersanksi yang mengarah pada suatu tujuan tertentu yang diarahkan pada suatu masalah atau sekelompok masalah tertentu yang saling berkaitan yang mempengaruhi sebagian besar warga masyarakat.

Jonnes (1977)

Memandang kebijakan publik sebagai suatu kelanjutan kegiatan pemerintah di masa lalu dengan hanya mengubahnya sedikit demi sedikit.

Edward

Kebijakan publik didefinisikan sebagai “What governments say and do, or do not do. It is the goals or purposes of governments programs.” Maksudnya, apa yang dinyatakan dan dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah termasuk kebijakan publik. Merujuk pada definisi di atas, kebijakan publik tampil sebagai sasaran atau tujuan program-program. Edward lebih lanjut menjelaskan bahwa kebijakan publik itu dapat diterapkan secara jelas dalam peraturan

Page 3: Defenisi Kebijakan Publik Menurut Pakar

perundang-undangan dalam bentuk pidato-pidato pejabat teras pemerintah ataupun berupa program-program dan tindakan-tindakan yang dilakukan pemerintah.

Chandler dan Plano (1988)

Kebijakan publik ialah pemanfaatan yang strategis terhadap sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah. Selanjutnya dikatakan bahwa kebijakan publik merupakan suatu bentuk intervensi yang dilakukan secara terus-menerus oleh pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurang beruntung dalam masyarakat agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan secara luas.

Woll (1966)

kebijakan publik ialah sejumlah aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah di masyarakat, baik secara langsung maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam pelaksanaan kebijakan publik terdapat tiga tingkat pengaruh sebagai implikasi dari tindakan pemerintah tersebut yaitu: 1) adanya pilihan kebijakan atau keputusan yang dibuat oleh politisi, pegawai pemerintah atau yang lainnya yang bertujuan menggunakan kekuatan publik untuk mempengaruhi kehidupan masyarakat; 2) adanya output kebijakan, di mana kebijakan yang diterapkan pada level ini menuntut pemerintah untuk melakukan pengaturan, penganggaran, pembentukan personil dan membuat regulasi dalam bentuk program yang akan mempengaruhi kehidupan masyarakat; 3) adanya dampak kebijakan yang merupakan efek pilihan kebijakan yang mempengaruhi kehidupan masyrakat.

Pada sudut pandang lain, Hakim (2003) mengemukakan bahwa Studi Kebijakan Publik mempelajari keputusan-keputusan pemerintah dalam mengatasi suatu masalah yang menjadi perhatian publik. Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah sebagian disebabkan oleh kegagalan birokrasi dalam memberikan pelayanan dan menyelesaikan persoalan publik. Kegagalan tersebut adalah information failures, complex side effects, motivation failures, rentseeking, second best theory, implementation failures (Hakim, 2002).

Berdasarkan stratifikasinya, kebijakan publik dapat dilihat dari tiga tingkatan, yaitu kebijakan umum (strategi), kebijakan manajerial, dan kebijakan teknis operasional. Selain itu, dari sudut manajemen, proses kerja dari kebijakan publik dapat dipandang sebagai serangkaian kegiatan yang meliputi (a) pembuatan kebijakan, (b) pelaksanaan dan pengendalian, serta (c) evaluasi kebijakan.

Menurut Dunn (1994), proses analisis kebijakan adalah serangkaian aktivitas dalam proses kegiatan yang bersifat politis. Aktivitas politis tersebut diartikan sebagai proses pembuatan kebijakan dan divisualisasikan sebagai serangkaian tahap yang saling tergantung, yaitu (a) penyusunan agenda, (b) formulasi kebijakan, (c) adopsi kebijakan, (d) implementasi kebijakan, dan (e) penilaian kebijakan.

Proses formulasi kebijakan dapat dilakukan melalui tujuh tahapan sebagai berikut:

Page 4: Defenisi Kebijakan Publik Menurut Pakar

1. Pengkajian Persoalan. Tujuannya adalah untuk menemukan dan memahami hakekat persoalan dari suatu permasalahan dan kemudian merumuskannya dalam hubungan sebab akibat.

2. Penentuan tujuan. Adalah tahapan untuk menentukan tujuan yang hendak dicapai melalui kebijakan publik yang segera akan diformulasikan.

3. Perumusan Alternatif. Alternatif adalah sejumlah solusi pemecahan masalah yang mungkin diaplikasikan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

4. Penyusunan Model. Model adalah penyederhanaan dan kenyataan persoalan yang dihadapi yang diwujudkan dalam hubungan kausal. Model dapat dibangun dalam berbagai bentuk, misalnya model skematik, model matematika, model fisik, model simbolik, dan lain-lain.

5. Penentuan kriteria. Analisis kebijakan memerlukan kriteria yang jelas dan konsisten untuk menilai alternatif kebijakan yang ditawarkan. Kriteria yang dapat dipergunakan antara lain kriteria ekonomi, hukum, politik, teknis, administrasi, peranserta masyarakat, dan lain-lain.

6. Penilaian Alternatif. Penilaian alternatif dilakukan dengan menggunakan kriteria dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran lebih jauh mengenai tingkat efektivitas dan kelayakan setiap alternatif dalam pencapaian tujuan.

7. Perumusan Rekomendasi. Rekomendasi disusun berdasarkan hasil penilaian alternatif kebijakan yang diperkirakan akan dapat mencapai tujuan secara optimal dan dengan kemungkinan dampak yang sekecil-kecilnya.

Page 5: Defenisi Kebijakan Publik Menurut Pakar

Pangertian Kebijakan Publik, Cirinya dan Faktornya

Pangertian Kebijakan Publik, Cirinya dan Faktornya

a.       Menurut Carl Friedrich, kebijakan publik adalah suatu arah tindakan yang diusulkan oleh

seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu yang memberikan

hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap kebijakan yang diusulkan untuk

menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan atau merealisasikan suatu

sasaran atau maksud tertentu.

b.      Menurut James, A. Anderson, “a purposive course of action followed by an actor or set of

actors in dealing with a problem or matter concern.” (serangkaian tindakan yang mempunyai

tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna

memecahkan suatu masalah.

c.       Kebijakan publik didefinisikan oleh Thomas R Dye sebagai apapun yang dipilih oleh

pemerintah untuk dilakukan atau sesuatu, maka harus ada tujuannya dan kebijakan publik atau

kebijakan negara itu harus meliputi semua tindakan pemerintah. Dengan demikian, kebijakan

publik bukan semata-mata merupakan pernyataan atau keinginan pemerintah ataupun pejabat

pemerintah saja.

d.      Fauzi Ismail, dkk dalam bukunya menyatakan bahwa kebijakan publik adalah bentuk menyatu

dari ruh negara, dan kebijakan publik adalah bentuk konkret dari proses persentuhan negara

dengan rakyatnya.

e.       Menurut Nakamura dan Smalwood, kebijakan publik berarti serangkaian instruksi dari para

pembuat keputusan kepada pelaksana untuk mencapai tujuan tersebut.

Esensi & Ciri Ciri Kebijakan Publik

a.    Kebijakan Publik merupakan arahan tindakan dari seseorang, kelompok ataupun pemerintah

b.    Kebijakan Publik dilakukan oleh seorang aktor

c.    Kebijakan Publik adalah sesuatu yang dikerjakan atau tidak dikerjakan pemerintah

d.   Kebijakn Publik adalah bentuk konkret negara dengan rakyatnya

e.    Kebijakan Publik merupakan serangkaian instruksi/memerintah contohnya Undang Undang

Pengertian Kebijakan Publik yang paling ideal menurut saya:

Page 6: Defenisi Kebijakan Publik Menurut Pakar

“Kebijakan Publik adalah segala sesuatu yang dikerjakan atau tidak dikerjakan pemerintah untuk

mengarahkan suatu tindakan dari permasalahan publik dengan mengeluarkan instruksi sebagai

bentuk nyata hubungan negara dengan rakyatnya”.

Adapun faktor faktor yang mempengaruhi Kebijakan adalah sebagai berikut:

a.    Faktor Faktor tekanan dari luar

Sudah jelas bahwa kebijakan lahir karena adanya suatu masalah dalam masyarakat sehingga mau

tidak mau peemerintah merasa tertekan dengan misalkan Demontrasi menuntut kebbijakan,

tekanan partai politik yang berkoalisi dll.

b.    Kebiasaan lama (konservatisme)

Biasanya ini budaya politik yang sudah menjadi kebiasaan bagaimana merumuskan suatu

kebijakan seperti sebuah sistem.

c.    Sifat sifat pribadi pembuat kebijakan

Setiap orang pasti berbeda beda baik itu sikap, kemampuan dll, jadi saat merumuskan kebijakan

pastilah berbeda beda pula sehingga mempengaruhi kebijakan yang akan dikeluarkan nanti.

d.   Keadaan masa lalu

Keadaan masa lalu menjadi tolak ukur dalam merumuskan kebijakan misalnya dulu ada masalah

yang kemudian dikeluarkan kebijakannya lalu masa skarang ada lagi masalah yang sama

sehingga pembuat kebijakn melihat kebijakan yang dikeluarkan dulu. 

Page 7: Defenisi Kebijakan Publik Menurut Pakar

CIRI-CIRI KEBIJAKAN PUBLIK YANG BAIK

Dalam kehidupan modern permasalahan menyangkut masalah publik yang dihadapi pemerintah dimanapun sama saja. Apalagi di negara berkembang seperti Indonesia yang dilihat dari sudut pandang geografis, demografi dan budaya yang berbeda-beda tentu saja permasalahan yang ada lebih kompleks. Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah terkesan kebijakan yang parsial, padahal idealnya, suatu kebijakan dibuat untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada di masyarakat dan untuk itu diperlukan kebijakan yang komprehensif. Kebanyakan kebijakan publik yang dilahirkan terkesan sepertinya kebijakan tersebut sekedar doing something bukannya problem solving. Dengan kondisi demikian memang bukanlah hal yang mudah bagi para pembuat kebijakan publik dalam merumuskan kebijakan publik yang benar-benar dapat menyelesaikan permasalahan publik.

Ketika masa orde baru, perilaku dalam politik kebijakan di Indonesia sepertinya lebih menggambarkan keinginan-keinginan Presiden daripada keingingan-keinginan otonom dari para aktor yang ada. Pada orde reformasi, para pembuat kebijakan seharusnya mampu membuat kebijakan-kebijakan yang dapat mengeluarkan masyarakat dari masalah-masalah publik yang selama ini dialaminya.

Tujuan utama penyelenggaraan pemerintahan adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat bukan membangun negara korporasi maupun negara aparatur. Untuk mewujudkan negara kesejahteraan harus didukung oleh kebijakan publik pro Rakyat, artinya kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah harus berdasarkan keinginan masyarakat dan bisa menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat. Kebijakan publik dan implementasi kebijakan publik harus sejalan dengan arus utama kepentingan publik (public mission) bukan berdasarkan keinginan elit. Tapi kenyataannya  para pejabat publik dan birokrat hanya sekedar menjalankan kebijakan-kebijakan yang diputuskan oleh para elit.

Dalam suatu pemerintahan yang demokratis, kondisi sosial ekonomi juga merupakan variabel yang penting dalam proses perumusan kebijakan. Para aktor/elit yang terlibat dalam perumusan kebijakan tidak bisa dilepaskan begitu saja dari situasi atau kondisi sosial ekonomi yang melingkupinya. Sangat jelas bahwa kondisi sosial ekonomi sangat berpengaruh terhadap upaya pencapaian tujuan. Untuk itu agar kebijakan dapat dilaksanakan dengan baik maka kebijakan seharusnya :

1. Dirancang sesuai dengan kerangka acuan dan teori yang kuat

2. Disusun korelasi yang jelas antara kebijakan dan implementasinya

3. Ditetapkan adanya organisasi yang mengkoordinir pelaksanaan kebijakan sehingga proses implementasi dapat berjalan baik

4. Dilakukan sosialisasi kebijakan yang akan diterapkan sampai organisasi pelaksana tingkat bawah (street level bureaucracy)

5. Dilakukan pemantauan secara terus menerus (monitoring)

Page 8: Defenisi Kebijakan Publik Menurut Pakar

6. Diberi bobot yang sama penting antara kebijakan dan implementasinya. Maksudnya, pembuat kebijakan harus menilai sama penting antara kebijakan dan implementasinya. Karena itu, pembuatan kerangka kerjanya dan tindakan lanjutnya mendapatkan perhatian dan fokus yang sama pula, sehingga antara kebijakan dengan implementasinya tidak terjadi kesenjangan yang menyulitkan dalam pelaksanaannya.

Selain itu ada dua kemungkinan kegagalan suatu kebijakan :

1. Tidak terimplementasi, maksudnya suatu kebijakan tidak dilaksanakan sesuai rencana, atau karena pelaksananya tidak menguasai permasalahan.

2. Implementasi yang tidak berhasil, biasanya terjadi manakala suatu kebijakan telah dilaksanakan sesuai rencana namun kondisi eksternal ternyata tidak menguntungkan.

Sukses tidaknya implementasi kebijakan juga dipengaruhi oleh kondisi-kondisi sebagai berikut :

1. Dukungan dan penilakan dari lembaga eksternal. Jika lembaga eksternal mendukung, maka pelaksanaan kebijakan-kebijakan akan berhasil. Sebaliknya, jika menolak maka pelaksanaan kebijakan akan gagal. Oleh karena itu, agar sukses, pengambil kebijakan dan para pelaksananya harus melakukan penyamaan visi dan persepsi dalam kebijakan yang diambil.

2. Ketersediaan waktu dan sumber daya yang cukup.

3. Dukungan dari berbagai macam sumber daya yang ada. Makin banyak yang mendukung makin tinggi tingkat kesuksesannya.

4. Kemampuan pelaksana kebijakan menganalisis kausalitas persoalan yang timbul dari pelaksanaan kebijakan. Makin mampu para pelaksana kebijakan menganalisis kausalitas antara satu kegiatan dengan kegiatan lain atau antara suatu kegiatan dengan dampaknya akan semakin tinggi tingkat keberhasilannya.

5. Kepatuhan para pelaksana kebijakan terhadap kesepakatan dan tujuan yang telah diciptakan dalam tingkat koordinasi.

Van Meter dan Van Horn menyatakan bahwa kondisi lingkungan ekonomi, sosial dan politik dari yuridiksi atau organisasi pelaksana akan mempengeruhi karakter badan-badan pelaksana, kecenderungan-kecenderungan para pelaksana dan pencapaian itu sendiri. Variabel-variabel lingkungan tersebut dipandang mempunyai pengaruh langsung pada pemberian-pemberian pelayanan publik. Variabel-variabel sebagaimana dimaksud Van Meter dan Van Horn adalah ukuran-ukuran dasar dan tujuan kebijakan, sumber-sumber kebijakan, ciri-ciri atau sifat badan/instansi pelaksana, komunikasi antar organisasi terkait dengan kegiatan-kegiatan pelaksanaan,sikap para pelaksana, lingkungan ekonomi, sosial dan politik.

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

Page 9: Defenisi Kebijakan Publik Menurut Pakar

1. Untuk mencapai tujuan yang baik, sebagaimana menurut William Dunn maka proses kebijakan yang dibuat harus memperhatikan tahapan-tahapan yaitu : Tahap penyusunan Agenda; Tahap Formulasi Kebijakan; Tahap Adopsi Kebijakan; Tahap Implementasi Kebijakan; Tahap Penilaian Kebijakan.

2. Dalam perumusan kebijakan, seharusnya para actor pembuat kebijakan memperhatikan variable-variabel lingkungan seperti : ekonomi, sosial, politik.

3. Kebijakan yang dilahirkan harus merupakan kebijakan pro Rakyat, yang dibuat berdasarkan keinginan-keinginan sebagian besar masyarakat.

4. Kebijakan publik dan implementasi kebijakan publik harus sejalan dengan arus utama kepentingan publik (public mission) bukan berdasarkan keinginan elit.

5. Menempatkan secara proporsional fungsi-fungsi apartur pemerintah sebagaimana mestinya, bahwa aparatur merupakan pelaksana kebijakan.

6. Inti dari negara kesejahteraan (welfare staate) adalah bagaimana pemerintah bisa memberikan pelayanan kepada publik (public service) secara baik dan terukur sehingga tercapai tujuan nasional yaitu kesejahteraan rakyat.

Page 10: Defenisi Kebijakan Publik Menurut Pakar

Tahap-tahap pembuatan kebijakan publik menurut William Dunn

Tahap-tahap kebijakan publik menurut William Dunn adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan Agenda

Agenda setting adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis dalam realitas kebijakan publik. Dalam proses inilah memiliki ruang untuk memaknai apa yang disebut sebagai masalah publik dan prioritas dalam agenda publik dipertarungkan. Jika sebuah isu berhasil mendapatkan status sebagai masalah publik, dan mendapatkan prioritas dalam agenda publik, maka isu tersebut berhak mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih daripada isu lain.

Dalam agenda setting juga sangat penting untuk menentukan suatu isu publik yang akan diangkat dalam suatu agenda pemerintah. Issue kebijakan (policy issues) sering disebut juga sebagai masalah kebijakan (policy problem). Policy issues biasanya muncul karena telah terjadi silang pendapat di antara para aktor mengenai arah tindakan yang telah atau akan ditempuh, atau pertentangan pandangan mengenai karakter permasalahan tersebut. Menurut William Dunn (1990), isu kebijakan merupakan produk atau fungsi dari adanya perdebatan baik tentang rumusan, rincian, penjelasan maupun penilaian atas suatu masalah tertentu. Namun tidak semua isu bisa masuk menjadi suatu agenda kebijakan.

Ada beberapa Kriteria isu yang bisa dijadikan agenda kebijakan publik (Kimber, 1974; Salesbury 1976; Sandbach, 1980; Hogwood dan Gunn, 1986)[2] diantaranya:

1. telah mencapai titik kritis tertentu à jika diabaikan, akan menjadi ancaman yang serius;

2. telah mencapai tingkat partikularitas tertentu à berdampak dramatis;

3. menyangkut emosi tertentu dari sudut kepent. orang banyak (umat manusia) dan mendapat dukungan media massa;

4. menjangkau dampak yang amat luas ;

5. mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan dalam masyarakat ;

6. menyangkut suatu persoalan yang fasionable (sulit dijelaskan, tetapi mudah dirasakan kehadirannya)

Karakteristik : Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik. Banyak masalah tidak disentuh sama sekali, sementara lainnya ditunda untuk waktu lama.

Ilustrasi : Legislator negara dan kosponsornya menyiapkan rancangan undang-undang mengirimkan ke Komisi Kesehatan dan Kesejahteraan untuk dipelajari dan disetujui. Rancangan berhenti di komite dan tidak terpilih.

Penyusunan agenda kebijakan seyogianya dilakukan berdasarkan tingkat urgensi dan esensi kebijakan, juga keterlibatan stakeholder. Sebuah kebijakan tidak boleh mengaburkan tingkat urgensi, esensi, dan keterlibatan stakeholder.

2.Formulasi kebijakan

Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah yang terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan yang

Page 11: Defenisi Kebijakan Publik Menurut Pakar

ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing slternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.[3]

3. Adopsi/ Legitimasi Kebijakan

Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar pemerintahan.[4] Jika tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh kedaulatan rakyat, warga negara akan mengikuti arahan pemerintah.[5]Namun warga negara harus percaya bahwa tindakan pemerintah yang sah.Mendukung. Dukungan untuk rezim cenderung berdifusi - cadangan dari sikap baik dan niat baik terhadap tindakan pemerintah yang membantu anggota mentolerir pemerintahan disonansi.Legitimasi dapat dikelola melalui manipulasi simbol-simbol tertentu. Di mana melalui proses ini orang belajar untuk mendukung pemerintah.[6]

4. Penilaian/ Evaluasi Kebijakan

Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak.[7] Dalam hal ini , evaluasi dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalh-masalah kebijakan, program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan. [8]

Pengertian Kebijakan PublikChandler & Plano dalam kamus “wajib” Ilmu Administrasi Negara, The Public

Administration Dictionary, mengatakan bahwa: “Public Policy is strategic use of reseorces to alleviate national problems or governmental concerns”. Secara sederhana dapat diartikan bahwa kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah publik atau pemerintah. Chandler & Plano lalu membedakannya atas empat bentu, yakni: regulatory, redistributive, distributive, dan constituent.Dalam bukunya Harbani Paolong (Teori Administrasi Publik: 2007) terdapat beberapa pengertian Kebijakan Publik dari beberapa ahli. Thomas R Dye (1981), mengatakan bahwa kebijakan publik adalah “apapun yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan”. William N Dunn (1994), mengatakan bahwa kebijakan publik adalah rangkaian pilihan-pilihan yang saling berhubungan yang dibuat oleh lembaga atau pejabat pemerintah pada bidang-bidang yang menyangkut tugas pemerintahan, seperti pertahanan keamanan, energi, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan masyarakat, kriminalitas, perkotaan dan lain-lain.

Sementara itu, Shiftz & Russel (1997) mendefinisikan kebijakan publik dengan sederhana dan menyebut “is whatever government dicides to do or not to do”. Sedangkan Chaizi Nasucha (2004), mengatakan bahwa kebijakan publik adalah kwenangan pemerintah dalam pembuatan suatu kebijakan yang digunakan ke dalam perangkat peraturan hukum. Kebijakan tersebut bertujuan untuk menyerap dinamika sosial dalam masyarakat, yang akan dijadikan acuan perumusan kebijakan agar tercipta hubungan sosial yang harmonis.Menurut Carl Friedrich, kebijakan publik adalah suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu yang memberikan hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan atau merealisasikan suatu sasaran atau maksud tertentu.

Page 12: Defenisi Kebijakan Publik Menurut Pakar

Menurut James, A. Anderson, “…….a purposive course of action followed by an actor or set of actors in dealing with a problem or matter concern.” (serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah.Menurut Harold Laswell dan Abraham Kaplan, kebijakan publik hendaknya berisi tujuan, nilai-nilai dan praktika-praktika sosial yang ada dalam masyarakat.Randall B. Ripley menganjurkan agar kebijakan publik dilihat sebagai suatu proses dan melihat proses tersebut dalam suatu model sederhana untuk dapat memahami konstelasi antar aktor dan interaksi yang terjadi di dalamnya.John Erik Lane (1995) dalam Lele (1999) membagi wacana kebijakan publik ke dalam beberapa model pendekatan, yaitu (1) pendekatan demografik yang melihat adanya pengaruh lingkungan terhadap proses kebijakan. (2) model inkremental yang melihat formulasi kebijakan sebagai kombinasi variabel internal dan eksternal dengan tekanan pada perubahan gradual dari kondisi status quo. (3) model rasional. (4) model garbage can dan (5) model collective choice aksentuasinya lebih diberikan pada proses atau mekanisme perumusan kebijakan. (mencakup 2 dan 3)

Berbagai implikasi dari pengertian diatas ini adalah bahwa kebijakan publik memiliki karakteristik sebagai berikut :1. Selalu mempunyai tujuan tertentu atau merupakan suatu tindakan yang berorientasi tujuan.2. Berisi tindakan-tindakan atau pola tindakan pejabat pemerintah.3. Merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah.4. Bersifat posistif dalam arti suatu tindakan hanya dilakukan dan negatif dalam arti keputusan itu bermaksud untuk tidak melakukan sesuatu.5. Kebijakan itu didasarkan pada peraturan atau perundang-undangan yang bersifat memaksa.

DINAMIKA PELAYANAN PUBLIK

Banyak sekali definisi tentang kebijakan publik. Sebagian besar ahli memeberi pengertian kebijakan publik dalam kaitannya dengan keputusan atau ketetapan pemerintah untuk melakukan suatu tindakan yang dianggap akan membawa pengaruh positif bagi kehidupan warga negaranya. Bahkan dalam pengertian yang lebih luas kebijakan publik acapkali diartikan sebagai “apapun yang dipilih oleh pemerintah apakah untuk dilakukan atau tidak dilakukan”. Apa yang dikemukakan diatas merujuk ke semua keputusan pemerintah untuk memutuskan atau tidak memutuskan sesuatu atas masalah yang dihadapinya. Menurutnya, kebijakan pemerintan tidak hanya merujuk kepada apa yang dilakukan dan diputuskan oleh pemerintah untuk dilakukan, tatapi ketika pemerintah tidak melakukan tindakan apapun atas isu yang berkembang juga merupakan kebijakan publik dari pemerintah.

Dari beberapa definisi kebijakan publik di atas, dapat dikatakan bahwa kebijakan publik merupakan: (1) keputusan atau aksi bersama yang dibuat oleh pemilik wewenang (pemerintah); (2) berorientasi pada kepentingan publik dengan dipertimbangkan secara matang terlebih dahulu baik buruknya dampak yang ditimbulkan; (3) untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu; (4) dari hasil diskusi kelas saya menghasilkan “kebijakan publik adalah aksi pemerintah dalam mengatasi masalah dengan memperhatikan untuk siapa, untuk apa, kapan, dan bagaimana?Kebijakan publik tidak didefinisikan sebagai sesuatu yang ditetapkan secara tiba-tiba dan tanpa sesuatu sebab atau sebagai sesuatu yang aksidental, tetapi kebijakan publik adalah tindakan atau

Page 13: Defenisi Kebijakan Publik Menurut Pakar

keputusan pemerintah untuk merespon tekanan-tekanan untuk kemudian diambil tindakan tersebut.Kebijakan publik bisa dilihat sebagai sebuah fenomena gerakan sosial.• Kebijakan publik adalah membangun masyarakat secara terarah melalui pemakaian kekuasaan (doelbewuste vormgeving aan de samenleving door middle van machtsuitoefening).• Amir Santoso mengemukakan pandangannya mengenai Kebijakan Publik yakni :Pertama adalah pendapat para ahli yang menyamakan kebijaksanaan publik dengan tindakan-tindakan pemerintah. Mereka cenderung untuk menganggap bahwa semua tindakan pemerintah dapat disebut sebagai kebijaksanaan publik.Kedua adalah pendapat dari para ahli yang memberikan perhatian khusus pada pelaksanaan kebijaksanaan.• Dalam kaitan ini termasuk definisi yang dikemukakan oleh Thomas R. Dye sebagai berikut : Public Policy is whatever govertments choose to do (semua pilihan atau tindakan apa pun yang diakukan oleh pemerintah baik untuk melakukan sesuatu ataupun pilihan untuk tidak melakukan sesuatu).• Selanjutnya Nakamura dan Smallwood mengemukakan pendapat bahwa : Kebijakanaan negara adalah serentetan instruksi/pemerintah dari para pembuat kebijaksanaan yang ditujukan kepada para pelaksana kebijaksanaan yang menjelaskan tujuan-tujuan serta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut• Berkaitan dengan pendapat di atas, Edwards dan Sharkansky mengatakan bahwa : Kebijaksanaan negara adalah apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan oleh pemerintah atau apa yang tidak dilakukannya……ia adalah tujuan-tujuan sasaran-sasaran dari program-program……pelaksanaan niat dan peraturan-peraturan.• Parker, salah seorang ahli analisis kebijaksanaan publik menyebutkan bahwa : Kebijaksanaan negara itu adlah suatu tujuan tetentu atau serangkaian asas tertentu atau tindakan yang dilaksanakan oleh pemerintah pada suatu waktu tertentu dalam kaitannya dengan sesuatu subyek atau sebagai respon terhadap suatu keadan yang krisis.• William N. Dunn merumuskan kebijaksanaan publik sebagai berikut : Kebijaksanaan Publik (Public Policy) adalah pedoman yang berisi nilai-nilai dan norma-norma yang mempunyai kewenangan untuk mendukung tindakan-tindakan pemerintah dalam wilayah yurisdiksinyaKonsep kebijaksanaan publik menurut David Easton sebagai berikut : Alokasi nilai yang otoritatif untuk seluruh masyarakat akan tetapi hanya pemerintahlah yang dapat bebuat secara otoritatif untuk seluruh masyarakat, dan semuanya yang dipilih oleh pemeintah untuk dikerjakan atau untuk tidak dikerjakan adalah hasil-hasil dari alokasi nilai-nilai tersebut3.2 Proses Analis Kebijakan PublikProses kebijakan baru dimulai ketika para pelaku kebijakan mulai sadar bahwa adanya situasi permasalahan, yaitu situasi yang dirasakan adanya kesulitan atau kekecewaan dalam perumusan kebutuhan, nilai dan kesempatan( Ackoff dalam Dunn,2000:121). Dunn (2000-21) berpendapat bahwa metodologi analisis kebijakan menggabungkan lima prosedur umum yang lazim dipakai dalam pemecahan masalah manusia: definisi, prediksi, preskripsi, deskripsi, dan evaluasi. Dalam analisis kebijakan prosedur-prosedur tersebut memperoleh nama-nama khusus, yakni:1. Penyusunan AgendaAgenda setting adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis dalam realitas kebijakan publik. Dalam proses inilah memiliki ruang untuk memaknai apa yang disebut sebagai masalah publik dan prioritas dalam agenda publik dipertarungkan. Jika sebuah isu berhasil mendapatkan

Page 14: Defenisi Kebijakan Publik Menurut Pakar

status sebagai masalah publik, dan mendapatkan prioritas dalam agenda publik, maka isu tersebut berhak mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih daripada isu lain.

Dalam agenda setting juga sangat penting untuk menentukan suatu isu publik yang akan diangkat dalam suatu agenda pemerintah. Issue kebijakan (policy issues) sering disebut juga sebagai masalah kebijakan (policy problem). Policy issues biasanya muncul karena telah terjadi silang pendapat di antara para aktor mengenai arah tindakan yang telah atau akan ditempuh, atau pertentangan pandangan mengenai karakter permasalahan tersebut. Menurut William Dunn (1990), isu kebijakan merupakan produk atau fungsi dari adanya perdebatan baik tentang rumusan, rincian, penjelasan maupun penilaian atas suatu masalah tertentu. Namun tidak semua isu bisa masuk menjadi suatu agenda kebijakan.2.Formulasi kebijakan

Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah yang terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing slternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.3. Adopsi/ Legitimasi KebijakanTujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar pemerintahan. Jika tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh kedaulatan rakyat, warga negara akan mengikuti arahan pemerintah. Namun warga negara harus percaya bahwa tindakan pemerintah yang sah.Mendukung. Dukungan untuk rezim cenderung berdifusi - cadangan dari sikap baik dan niat baik terhadap tindakan pemerintah yang membantu anggota mentolerir pemerintahan disonansi.Legitimasi dapat dikelola melalui manipulasi simbol-simbol tertentu. Di mana melalui proses ini orang belajar untuk mendukung pemerintah.5. Penilaian/ Evaluasi KebijakanSecara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak. Dalam hal ini , evaluasi dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalh-masalah kebijakan, program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan.Dalam analisis kebijakan publik paling tidak meliputi tujuh langkah dasar. Ke tujuh langkah tersebut adalah:• Formulasi Masalah Kebijakan

Untuk dapat mengkaji sesuatu masalah publik diperlukan teori, informasi dan metodologi yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi. Sehingga identifikasi masalah akan tepat dan akurat, selanjutnya dikembangkan menjadi policy question yang diangkat dari policy issues tertentu. Teori dan metode yang diperlukan dalam tahapan ini adalah metode penelitian termasuk evaluation research, metode kuantitatif, dan teori-teori yang relevan dengan substansi persoalan yang dihadapi, serta informasi mengenai permasalahan yang sedang dilakukan studi.• Formulasi Tujuan

Suatu kebijakan selalu mempunyai tujuan untuk memecahkan masalah publik. Analis kebijakan harus dapat merumuskan tujuan-tujuan tersebut secara jelas, realistis dan terukur. Jelas, maksudnya mudah dipahami, realistis maksudnya sesuai dengan nilai-nilai filsafat dan

Page 15: Defenisi Kebijakan Publik Menurut Pakar

terukur maksudnya sejauh mungkin bisa diperhitungkan secara nyata, atau dapat diuraikan menurut ukuran atau satuan-satuan tertentu.• Penentuan Kriteria

Analisis memerlukan kriteria yang jelas dan konsisten untuk menilai alternatif-alternatif. Hal-hal yang sifatnya pragmatis memang diperlukan seperti ekonomi (efisiensi, dsb) politik (konsensus antar stakeholders, dsb), administratif ( kemungkinan efektivitas, dsb) namun tidak kalah penting juga hal-hal yang menyangkut nilai-nilai abstrak yang fundamental seperti etika dan falsafah (equity, equality, dsb)• Penyusunan Model

Model adalah abstraksi dari dunia nyata, dapat pula didefinisikan sebagai gambaran sederhana dari realitas permasalahan yang kompleks sifatnya. Model dapat dituangkan dalam berbagai bentuk yang dapat digolongkan sebagai berikut: Skematik model ( contoh: flow chart), fisikal model (contoh: miniatur), game model (contoh: latihan pemadam kebakaran), simbolik model (contoh: rumus matematik). Manfaat model dalam analisis kebijakan publik adalah mempermudah deskripsi persoalan secara struktural, membantu dalam melakukan prediksi akibat-akibat yang timbul dari ada atau tidaknya perubahan-perubahan dalam faktor penyebab.• Pengembangan Alternatif

Alternatif adalah sejumlah alat atau cara-cara yang dapat dipergunakan untuk mencapai, langsung ataupun tak langsung sejumlah tujuan yang telah ditentukan. Alternatif-alternatif kebijakan dapat muncul dalam pikiran seseorang karena beberapa hal: (1) Berdasarkan pengamatan terhadap kebijakan yang telah ada. (2) Dengan melakukan semacam analogi dari suatu kebijakan dalam sesuatu bidang dan dicoba menerapkannya dalam bidang yang tengah dikaji, (3) merupakan hasil pengkajian dari persoalan tertentu.• Penilaian Alternatif

Alternatif-alternatif yang ada perlu dinilai berdasarkan kriteria sebagaimana yang dimaksud pada langkah ketiga. Tujuan penilaian adalah mendapatkan gambaran lebih jauh mengenai tingkat efektivitas dan fisibilitas tiap alternatif dalam pencapaian tujuan, sehingga diperoleh kesimpulan mengenai alternatif mana yang paling layak , efektif dan efisien. Perlu juga menjadi perhatian bahwa, mungkin suatu alternatif secara ekonomis menguntungkan, secara administrasi bisa dilaksanakan tetapi bertentangan dengan nilai-nilai sosial atau bahkan mempunyai dampak negatif kepada lingkungan. Maka untuk gejala seperti ini perlu penilaian etika dan falsafah atau pertimbangan lainnya yang mungkin diperlukan untuk bisa menilai secara lebih obyektif.• Rekomendasi kebijakan

Penilaian atas alternatif-alternatif akan memberikan gambaran tentang sebuah pilihan alternatif yang tepat untuk mencapai tujuan-kebijakan publik. Tugas analis kebijakan publik pada langkah terakhir ini adalah merumuskan rekomendasi mengenai alternatif yang diperhitungkan dapat mencapai tujuan secara optimum. Rekomendasi dapat satu atau beberapa alternatif, dengan argumentasi yang lengkap dari berbagai faktor penilaian tersebut. Dalam rekomendasi ini sebaiknya dikemukakan strategi pelaksanaan dari alternatif kebijakan yang yang disodorkan kepada pembuat kebijakan publik.3.3 Pelaksanaan Kebijakan PublikDalam pelaksanaannya, kebijakan publik ini harus diturunkan dalam serangkaian petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang berlaku internal dalam birokrasi. Sedangkan dari sisi masyarakat, yang penting adalah adanya suatu standar pelayanan publik, yang menjabarkan pada masyarakat apa pelayanan yang menjadi haknya, siapa yang bisa mendapatkannya, apa

Page 16: Defenisi Kebijakan Publik Menurut Pakar

persyaratannnya, juga bagaimana bentuk layanan itu. Hal ini akan mengikat pemerintah (negara) sebagai pemberi layanan dan masyarakat sebagai penerima layanan. Fokus politik pada kebijakan publik mendekatkan kajian politik pada administrasi negara, karena satuan analisisnya adalah proses pengambilan keputusan sampai dengan evaluasi dan pengawasan termasuk pelaksanaannya. Dengan mengambil fokus ini tidak menutup kemungkinan untuk menjadikan kekuatan politik atau budaya politik sebagai variabel bebas dalam upaya menjelaskan kebijakan publik tertentu sebagai variabel terikat.3.4 Isu Kebijakan Publik

Dalam agenda setting juga sangat penting untuk menentukan suatu isu publik yang akan diangkat dalam suatu agenda pemerintah. Issue kebijakan (policy issues) sering disebut juga sebagai masalah kebijakan (policy problem). Policy issues biasanya muncul karena telah terjadi silang pendapat di antara para aktor mengenai arah tindakan yang telah atau akan ditempuh, atau pertentangan pandangan mengenai karakter permasalahan tersebut. Menurut William Dunn, isu kebijakan merupakan produk atau fungsi dari adanya perdebatan baik tentang rumusan, rincian, penjelasan maupun penilaian atas suatu masalah tertentu. Namun tidak semua isu bisa masuk menjadi suatu agenda kebijakan. Ada beberapa

Kriteria isu yang bisa dijadikan agenda kebijakan publik menurut Kimber, Salesbury, Sandbach, Hogwood dan Gunn, diantaranya:1. telah mencapai titik kritis tertentu jika diabaikan, akan menjadi ancaman yang serius2. telah mencapai tingkat partikularitas tertentu berdampak dramatis;3. menyangkut emosi tertentu dari sudut kepent. orang banyak (umat manusia) dan mendapat dukungan media massa4. menjangkau dampak yang amat luas5. mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan dalam masyarakat ;6. menyangkut suatu persoalan yang fasionable (sulit dijelaskan, tetapi mudah dirasakan kehadirannya)Karakteristik : Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik. Banyak masalah tidak disentuh sama sekali, sementara lainnya ditunda untuk waktu lama. Ilustrasi : Legislator negara dan kosponsornya menyiapkan rancangan undang-undang mengirimkan ke Komisi Kesehatan dan Kesejahteraan untuk dipelajari dan disetujui. Rancangan berhenti di komite dan tidak terpilih. Penyusunan agenda kebijakan seyogianya dilakukan berdasarkan tingkat urgensi dan esensi kebijakan, juga keterlibatan stakeholder. Sebuah kebijakan tidak boleh mengaburkan tingkat urgensi, esensi, dan keterlibatan stakeholder. Formulasi kebijakan Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudia dibahas oleh para pembuat kebijakan.

Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah yang terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah. Adopsi/ Legitimasi Kebijakan Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar pemerintahan. Jika tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh kedaulatan rakyat, warga negara akan mengikuti arahan pemerintah. Namun warga negara harus percaya bahwa tindakan pemerintah yang sah.Mendukung. Dukungan untuk rezim cenderung berdifusi - cadangan dari sikap baik dan niat baik terhadap tindakan pemerintah yang membantu anggota mentolerir pemerintahan

Page 17: Defenisi Kebijakan Publik Menurut Pakar

disonansi.Legitimasi dapat dikelola melalui manipulasi simbol-simbol tertentu. Di mana melalui proses ini orang belaja untuk mendukung pemerintah. Penilaian/ Evaluasi Kebijakan

Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak. Dalam hal ini , evaluasi dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalah- masalah kebijakan, rogram- program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan.Pada situasi lain, awal dimulainya proses pembuatan kebijakan publik juga bisa berlangsung karena adanya masalah tertentu yang sudah sekian lama dipersepsikan sebagai "belum pernah tersentuh" oleh pemerintah atau ditanggulangi lewat kebijakan pemerintah. Pada titik ini kemudian mulai membangkitkan tingkat perhatian tertentu. (Wahab : 2001:35) Jadi, pada intinya isu kebijakan (policy issues) lazimnya muncul karena telah terjadi silang pendapat di antara para aktor mengenai arah tindakan yang telah atau akan ditempuh, atau pertentangan pandangan mengenai karakter permasalahan itu sendiri.

Isu kebijakan dengan begitu lazimnya merupakan produk atau fungsi dari adanya perdebatan baik tentang rumusan rincian, penjelasan, maupun penilaian atas suatu masalah tertentu (Dunn, 1990). Pada sisi lain, isu bukan hanya mengandung makna adanya masalah atau ancaman, tetapi juga peluang-peluang bagi tindakan positif tertentu dan kecenderungan-kecenderungan yang dipersepsikan sebagai memiliki nilai potensial yang signifikan (Hogwood dan Gunn, 1996).

Dipahami seperti itu, maka isu bisa jadi merupakan kebijakan-kebijakan alternatif (alternative policies) atau suatu proses yang dimaksudkan untuk menciptakan kebijakan baru, atau kesadaran suatu kelompok mengenai kebijakan tertentu yang dianggap bermanfaat bagi mereka (Alford dan Friedland, 1990: 104). Singkatnya, timbulnya isu kebijakan publik terutama karena telah terjadi konflik atau "perbedaan persepsional" di antara para aktor atas suatu situasi problematik yang dihadapi oleh masyarakat pada suatu waktu tertentu.Sebagai sebuah konsep, makna persepsi (perception) tidak lain adalah proses dengan mana seseorang atau sekelompok orang memberikan muatan makna tertentu atas pentingnya sesuatu peristiwa atau stimulus tertentu yang berasal dari luar dirinya. Singkatnya, persepsi adalah "lensa konseptual" (conceptual lense) yang pada diri individu berfungsi sebagai kerangka analisis untuk memahami suatu masalah (Allison, 1971).

Karena dipengaruhi oleh daya persepsi inilah, maka pemahaman, dan tentu saja perumusan atas suatu isu sesungguhnya amat bersifat subjektif. Dilihat dari sudut pandang ini, maka besar kemungkinan masing-masing orang, kelompok atau pihak-pihak tertentu dalam sistem politik yang berkepentingan atas sesuatu isu akan berbeda-beda dalam cara memahami dan bagaimana merumuskannya. Persepsi ini, pada gilirannya juga akan mempengaruhi terhadap penilaian mengenai status peringkat yang terkait pada sesuatu isu.Dilihat dari peringkatnya, maka isu kebijakan publik itu, secara berurutan dapat dibagi menjadi empat kategori besar, yaitu isu utama, isu sekunder, isu fungsional, dan isu minor (Dunn, 1990). Kategorisasi ini menjelaskan bahwa makna penting yang melekat pada suatu isu akan ditentukan oleh peringkat yang dimilikinya. Artinya, makin tinggi status peringkat yang diberikan atas sesuatu isu, maka biasanya makin strategis pula posisinya secara politis

Page 18: Defenisi Kebijakan Publik Menurut Pakar

TAHAP-TAHAP PERUMUSAN KEBIJAKAN PUBLIKPosted by ndandpcrew1970 on June 24, 2013

Sebelum anda baca artikel ini,

ada baiknya membaca artikel

pengertian kebijakan publik

terlebih dahulu

         

Pada postingan terdahulu, telah dibahas tentang pengertian dan perumusan kebijakan publik. Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang tahap-tahap perumusan kebijakan publik. Sebagaimana yang telah didinggung bahwa proses kebijakan publik cukup panjang yang diawali dari perumusan sampai dengan evaluasi.  Dalam rangka perumusan, terdapat tahap-tahap yang dilalui sehingga pada akhirnya lahirlah kebijakan publik.

Adapun tahap-tahap perumusan kebijakan publik adalah sebagai berikut :

1. Perumusan masalah (defining problem)

Sebagaimana yang telah dipaparkan di postingan terdahulu, bahwa suatu kebijakan yang diimplementasikan berawal dari perumusan atau pengidentifikasian masalah-masalah (isue-isue) publik. Ini merupakan proses yang cukup fundamental, dimana kesalahan dalam perumusan masalah akan mengakibatkan kebijakan yang dikeluarkan pun akan salah.

1. Agenda kebijakan

Setelah dilakukan perumusan atau pengidentifikasian masalah-masalah yang ada di masyarakat, langkah selanjutnya adalah menyusun agenda kebijakan. Dalam proses ini akan dilakukan analisis apakah masalah yang ada merupakan masalah publik dan pantas dimasukan ke dalam agenda kebijakan atau tidak. Tidak semua masalah yang ada masuk dalam agenda kebijakan. Masalah-masalah apa saja yang masuk dalam agenda kebijakan, tentunya adalah masalah-masalah yang memiliki syarat-syarat tertentu sehingga dikatakan masalah publik, yang perlu dibuat kebijakan. Salah satunya adalah apakah masalah tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak (rakyat) dan memiliki dampak yang luas atau tidak.

Masalah yang memenuhi syarat sebagai masalah publik yang masuk dalam agenda kebijakan akan dibawah ke lembaga ekskutif,legislatif, bahkan mungkin saja yudikatif untuk dilakukan pembahasan.

1. Pemilihan alternatif kebijakan untuk memecahkan masalah

Page 19: Defenisi Kebijakan Publik Menurut Pakar

Alternatif merupakan pilihan-pilihan pendamping pilihan utama. Alternatif yang tersedia merupakan pilihan-pilihan yang dapat dinilai dan dianalisis untuk dicari kebaikan dan keburukannya. Dalam proses perumusan kebijakan publik, maka proses pemilihan alternatif merupakan proses analisis terhadap beberapa alternatif yang terseda untuk mencari pemecahan masalah yang terbaik. Pada tahap ini akan terjadi pertarungan kepentingan antar kelompok yang relatif berbeda dasar pemikiran dan tujuannya.

1. Penetapan kebijakan

Pada tahap pemilihan alternatif kebijakan untuk pemecahan masalah berakhir, maka outputnya adalah diambilnya salah satu alternatif sebagai upaya terbaik untuk memecahkan masalah. Langkah selanjutnya (sebagai proses terakhir) adalah menetapkan kebijakan. Pada tahap ini dilakukan pengesahan kebijakan sebagai produk hukum yang memiliki kekuatan hukum dan mengikat. Penetapan yang dilakukan dapat berupa : Undang-Undang, Yurisprudensi, keputusan-keputusan organisasi, dan lain-lain.

Perumusan kebijakan publik merupakan langkah penting, untuk itu perlu dilakukan sesuai dengan tahapan proses-proses tersebut di atas.

Page 20: Defenisi Kebijakan Publik Menurut Pakar

A.   DEFINISI TEKNIK-TEKNIK PEMERINTAHAN        Teknik-teknik Pemerintahan adalah berbagai pengetahuan, Kepandaian

dan keahlian tertentu dalam cara yang dapat ditempuh atau digunakan

untuk melaksanakan dan menyelenggarakan berbagai peristiwa-peristiwa

pemerintahan.

    Untuk teknik pemerintahan di indonesia ada beberapa teknik yaitu :

Diferensiasi, Integrasi, Sentralisasi, Desentralisasi, Konsentrasi,

Dekonsentrasi, Delegasi, Perwakilan, Pembantuan, Kooperasi, Koordinasi dan

Partisipasi.

B.   PEMERINTAHAN KOORDINASI        Koordinasi Pemerintahan merupakan kegiatan-kegiatan

penyelenggaraan pemerintahan harus ditujukan ke arah tujuan yang hendak

di capai yaitu yang telah ditetapkan menjadi garis-garis besar haluan Negara

dan garis-garis besr haluan pembangunan baik untuk tigkat pusat ataupun

untuk tingkat daerah, Guna menuju kepada sasaran dan tujuan itu gerak

kegiatan harus ada pengendalian sebagai alat untuk menjamin langsungnya

kegiatan. 

1.  Pelaksanaak Koordinasi Pemrintahan

a.      Pelaksanaan untuk memantapkan pelaksanaan koordinasi, diperlukan

adanya penentuan langkah-langkah sebagai berikut :

  Identifikasi kebijakan

  Identifikasi fungsional

  Identifikasi struktural

  Penentuan Koordinasi material/operasional

  Penyusunan pola koordinasi.

b.     Mekanisme

  Penyelenggaraan koordinasi pemerintahan

  Kebijakan pelaksanaan yang berkaitan dengan penciptaan dan pemeliharaan

ketentraman dan ketertiban umum.

  Fasilitas penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan dan

peraturan yang berlaku

Page 21: Defenisi Kebijakan Publik Menurut Pakar

  Penyelenggaraan fasilitasi kerjasama daerah dan penyelesaian pertselisihan

daerah

  Pembinaan wilayah yang meliputi pengelola batas daerah kependudukan,

catatan sipil, kehidupan bermasyarakat, peningkatan peran serta dan

prakarsa masyarakat, karukunan daerah, dan pelaksanaan pola hubungan

kerja, antar lembaga pemerintahan disemua tingkatan, dan aktualisasi nilai-

nilai pancasila sebagai Dasar Negara dan UUD 1945 serta sosialisasi

kebijakan-kebijakan nasional di daerah.

  Pemberian fasilitas penyelenggaraan tugas dan fungsi unit-unit kerja

pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

  Kebijakan dan pelaksanaan pemberian pelayanan kepada masyarakat baik

kualitasnya maupun kuantitasnya

  Penyelenggaraan tugas-tugas umum pemerintahan lainnya yang tidak

termasuk dalam tugas suatu instansi.

2.  Jenis-jenis / Macam KoordinasiKoordinasi di daerah menuntut penjelasan resmi dari pihak eksekutif

yang menyatakan bahwa koordinasi pemerintahan sipil merupakan usaha

mengadakan kerjasama yang erat dan efektif antara dinas-dinas sipil di

daerah. Disusun dengan pembentukan-pembentukan forum-forum koordinasi

dalam segala bidang. Semuanya menunjukan bahwa memnag koordinasi

dalam pelaksanaan jalannya pemerintahan adalah vital namun dulit

dilaksanakan. Secara teoritis dapat disebutkan beberapa jeniskoordinasi

sesuai dengan lingkup dan arah jalurnya sebagai berikut :

a.  Menurut Lingkupnya, terdapat :

1.     Koordinasi Intern yaitu koordinasi antar pejabat atau antar unit dalam suatu

organisasi

2.    Koordinasi Ekstern yaitu koordinasi antar pejabat dari bagian organisasi atau

antar organisasi.

b.  Menurut Arahnya, terdapat :

1.     Koordinasi Horizontal yaitun koordinasi antar pejabat atau antar unit yang

mempunyai tingkat hierarki yang sama dalam suatu organisasi, dan agar

Page 22: Defenisi Kebijakan Publik Menurut Pakar

pejabat dari organisasi-organisasi yang sederajat atau organisasi yang

setingkat.

2.    Koordinasi Vertikal yaitu koordinasi antara apejabat- pejabat dan unit- unit

tingkat bawah oleh pejbat atasannya atau unit tingkat atasnya langsug, juga

cabang-cabang suatu organisasi oleh organisasi induknya.

3.    Koordinasi Diagonal yaitu koordinasi antar pejabat atau unit yang berbeda

fungsi dan berbeda tingkat hierarkinya

4.    Koordinasi Fungsional adalah koordinasi antar pejabat, antar unit atau antar

organisasi yang didasarkan atas kesamaan fungsi, atau karena

koordinatonya mempunya fungsi tertentu.

c.   Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 6 th 1998

1.     Koordinasi Fungsional, antara dua atau lebih instansi yang mempunyai

program yang berkaitan erat

2.    Koordinasi Instansional, terhadap beberapa instansi yang menangani suatu

urusan tertentu yang bersangkutan

3.    Koordinasi Teritorial, terhadap dua atau lebih wilayah dengan program

tertentu

Dengan pengendalian dan Koordinasi yang baik maka dalam

penyelenggaraan pemerintahan mendapatkan manfaat, antara lain :

1.      Dapat mencegah dan menghilangkan titk pertentangan

2.     Para pejabat/petugas terpaksa berfikir dan berbuat dalam hubungan sasaran

dan tujuan berasama

3.     Dapat dicgah terjadinya kesimpangsiuran dan duplikasi kegiatan

4.     Dapat mengembangakan prakarsa dan daya inprovisasi para

pejabat/petugas kareba dalam rangka koordinasi mereka mau tidak mau

harus mndapatkan cara dan jalan yangf cocok bagi pelaksanaan tugas

secara menyeluruh dan mencapai keseimbangan dan keserasian.

Maka bagi penyelenggaraan pemerintahan terutama di daerah,

koordinasi bukan hanya bekerjasama, melaikan juga integrasi dan

sinkronisasi yang mengandung keharusan penyelarasan unsur-unsur jumlah

Page 23: Defenisi Kebijakan Publik Menurut Pakar

dan penentuan waktu kegiatan di samping penyesuaian perencanaa, dan

keharusan adanya komunikasi yang teratur diantara sesama

pejabat/petugas yang bersangkutan dengan memahami dan mengindahkan

ketentuan hukum yang berlaku sebagai suatu peraturan pelaksanaan.

C.   PEMERINTAHAN PARTISIPASI

    Partisipasi berasala dari bahasa Inggris yaitu “participation” adalah

penagmbilan bagian atau pengikutsertaan. Menurut Keith Davis, partisipasi

adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian

tujuan dan ikut bertanggung jawab didalamnya. Dalam defenisi tersebut,

kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental dan emosi. Sebenarnya

partisipasi adalah suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan

dalam suatu perencanaan serta dalam pelaksanaan dan juga ikut memikul

tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat

kewajibannya. Partisipasi itu menjadi baik dalam bidang-bidang fisik maupun

bidang mental serta penentuan kebijakan.

    Jadi dari beberapa pengertian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi secara fisik

peserta dalam memberikan respon terhadap kegiatan yang melaksanakan

dalam proses belajar mengajar serta mendukung pencapaian tujuan dan

bertanggung jawab atas keterlibatannya.

1.  Bentuk-bentuk Partisipasi

Menurut Effendi, partisipasi ada dua bentuk, yaitu partisipasi vertikal dan

partisipasi horizontal

  Partisipasi vertikal adalah suatu bentuk kondisi tertentu dalam masyarakat

yang terlibat di dalamnya atau mengambil bagian dalam suatu program

pihak lain, dalam hubungan mana masyarakat berada sebagai posisi

bawahan.

  Partisipasi horizontal adalah dimana masyarakatnya tidak mustahil untuk

mempunyai prakarsa dimana setiap anggota / kelompok masyarakat

Page 24: Defenisi Kebijakan Publik Menurut Pakar

berpartisipasi secara horizontal antara satu dengan yang lainnya, baik dalam

melakukan usaha bersama, maupun dalam rangka melakukan kegiatan

dengan pihak lain. menurut Effendi sendiri, tentu saja partisipasi seperti ini

merupakan tanda permulaan tumbuhnya masyarakat yang mampu

berkembang secara mandiri

2.  Prinsip-prinsip Partisipasi  Cakupan : Semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok yang terkena

dampak dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses proyek pembangunan

  Kesetaraan dan kemitraan (Equal Partnership): Pada dasarnya setiap orang

mempunyai keterampilan, kemampuan dan prakarsa serta mempunyai hak

untuk menggunakan prakarsa tersebut terlibat dalam setiap proses guna

membangun dialog tanpa memperhitungkan jenjang dan struktur masing-

masing pihak

  Transparansi :Semua pihak harus dapat menumbuhkembangkan komunikasi

dan iklim berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga menimbulkan dialog

  Kesetaraan kewenangan (Sharing Power/Equal Powership) : Berbagai pihak

yang terlibat harus dapat menyeimbangkan distribusi kewenangan dan

kekuasaan untuk menghindari terjadinya dominasi

  Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing Responsibility : Berbagai pihak

mempunyai tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses karena adanya

kesetaraan kewenangan (sharing power) dan keterlibatannya dalam proses

pengambilan keputusan dan langkah-langkah selanjutnya

  Pemberdayaan (Empowerment : Keterlibatan berbagai pihak tidak lepas dari

segala kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap pihak, sehingga melalui

keterlibatan aktif dalam setiap proses kegiatan, terjadi suatu proses saling

belajar dan saling memberdayakan satu sama lain

  Kerjasama : Diperlukan adanya kerja sama berbagai pihak yang terlibat untuk

saling berbagi kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan yang ada,

khususnya yang berkaitan dengan kemampuan sumber daya manusia

D.   PEMERINTAHAN DESENTRALISASI

Page 25: Defenisi Kebijakan Publik Menurut Pakar

    Desentralisasi adalah penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat

kepada pemerintah daerah untuk mengurusi urusan rumah tangganya

sendiri berdasarkan prakarsa dan aspirasi dari rakyatnya dalam kerangka

negara kesatuan Republik Indonesia. dengan adanya desentralisasi maka

muncullan otonomi bagi suatu pemerintahan daerah. Desentralisasi

sebenarnya adalah istilah dalam keorganisasian yang secara sederhana di

definisikan sebagai penyerahan kewenangan. Dalam kaitannya dengan

sistem pemerintahan Indonesia, desentralisasi akhir-akhir ini seringkali

dikaitkan dengan sistem pemerintahan karena dengan adanya desentralisasi

sekarang menyebabkan perubahan paradigma pemerintahan di Indonesia.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa desentralisasi berhubungan

dengan otonomi daerah. Sebab, otonomi daerah merupakan kewenangan

suatu daerah untuk menyusun, mengatur, dan mengurus daerahnya sendiri

tanpa ada campur tangan serta bantuan dari pemerintah pusat. Jadi dengan

adanya desentralisasi, maka akan berdampak positif pada pembangunan

daerah-daerah yang tertinggal dalam suatu negara. Agar daerah tersebut

dapat mandiri dan secara otomatis dapat memajukan pembangunan

nasional.

1.     Tujuan Desentralisasi

a.      mencegah pemusatan keuangan

b.     sebagai usaha pendemokrasian Pemerintah Daerah untuk mengikutsertakan

rakyat bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pemerintahan

c.      Penyusunan program-program untuk perbaikan sosial ekonomi pada tingkat

local sehingga dapat lebih realistis

2.  Bentuk kegiatan yang dilakukan desentralisasi

a.    Dekonsentrasi wewenang administratif

    Dekonsentrasi berupa pergeseran volume pekerjaan dari departemen

pusat kepada perwakilannya yang ada di daerah tanpa adanya penyerahan

atau pelimpahan kewenangan untuk mengambil keputusan atau keleluasaan

untuk membuat keputusan

Page 26: Defenisi Kebijakan Publik Menurut Pakar

b.    Delegasi kepada penguasa otorita

    Delegasi adalah pelimpahan pengambilan keputusan dan kewewenangan

manajerial untuk melakukan tugas –tugas khusus kepada suatu organisasi

yang secara langsung berada di bawah pengawasan pusat

c.    Devolusi kepada pemerintah daerah

    Devolusi adalah kondisi dimana pemerintah pusat membentuk unit-unit

pemerintahan di luar pemerintah pusat dengan menyerahkan sebagian

fungsi-fungsi tertentu kepada unit-unit itu untuk dilaksanakan secara mandiri

    Devolusi adalah bentuk desentralisasi yang lebih ekstensif untuk merujuk

pada situasi di mana pemerintah pusat mentransfer kewenangan kepada

pemerintah daerah dalam hal pengambilan keputusan , keuangan dan

manajemen

d.    Pemindahan fungsi dari pemerintah kepada swasta

    Yang di sebut sebagai pemindahan fungsi dari pemerintahan kepada

swasta atau privatisasi adalah menyerahkan beberapa otoritas dalam

perencanaan dan tanggung jawab admistrasi tertentu kepada organisasi

swasta.

3.    Dampak Positif dan Negatif Desentralisasi di berbagai Bidang

a.       Dari segi ekonomi banyak sekali keuntungan dari penerapan sistem

desentralisasi ini dimana pemerintahan daerah akan mudah untuk

mengelola sumber daya alam yang dimilikinya, dengan demikian apabila

sumber daya alam yang dimiliki telah dikelola secara maksimal maka

pendapatan daerah dan pendapatan masyarakat akan meningkat.

Tetapi, penerapan sistem ini membukan peluang yang sebesar-besarnya

bagi pejabat daerah (pejabat yang tidak benar) untuk melalukan praktek

KKN Seperti yang dimuat pada majalah Tempo Kamis 4 November 2004

(www.tempointeraktif.com) “Desentralisasi Korupsi Melalui OtonomiDaerah”.

“Setelah Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam, resmi menjadi tersangka

korupsi pembelian genset senilai Rp 30 miliar, lalu giliran Gubernur

Sumatera Barat Zainal Bakar resmi sebagai tersangka kasus korupsi

anggaran dewan dalam APBD 2002 sebesar Rp 6,4 miliar, oleh Kejaksaan

Page 27: Defenisi Kebijakan Publik Menurut Pakar

Tinggi Sumatera Barat. Dua kasus korupsi menyangkut gubernur ini, masih

ditambah hujan kasus korupsi yang menyangkut puluhan anggota Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah di berbagai wilayah di Indonesia, dengan modus

mirip: menyelewengkan APBD”.

b.      Segi Sosial Budaya

    Dengan diadakannya desentralisasi, akan memperkuat ikatan sosial

budaya pada suatu daerah. Karena dengan diterapkannya sistem

desentralisasi ini pemerintahan daerah akan dengan mudah untuk

mengembangkan kebudayaan yang dimiliki oleh daerah tersebut. Bahkan

kebudayaan tersebut dapat dikembangkan dan di perkenalkan kepada

daerah lain. Yang nantinya merupakan salah satu potensi daerah tersebut.

    Sedangkan dampak negatif dari desentralisasi pada segi sosial budaya

adalah masing- masing daerah berlomba-lomba untuk menonjolkan

kebudayaannya masing-masing. Sehingga, secara tidak langsung ikut

melunturkan kesatuan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia itu sendiri.

c.       Segi Keamanan dan Politik

    Dengan diadakannya desentralisasi merupakan suatu upaya untuk

mempertahankan kesatuan Negara Indonesia, karena dengan diterapkannya

kebijaksanaan ini akan bisa meredam daerah-daerah yang ingin

memisahkan diri dengan NKRI, (daerah-daerah yang merasa kurang puas

dengan sistem atau apa saja yang menyangkut NKRI).

    Dibidang politik, dampak positif yang didapat melalui desentralisasi

adalah sebagian besar keputusan dan kebijakan yang berada di daerah

dapat diputuskan di daerah tanpa adanya campur tangan dari pemerintahan

di pusat. Hal ini menyebabkan pemerintah daerah lebih aktif dalam

mengelola daerahnya.

    Tetapi, dampak negatif yang terlihat dari sistem ini adalah euforia yang

berlebihan di mana wewenang tersebut hanya mementingkat kepentingan

golongan dan kelompok serta digunakan untuk mengeruk keuntungan

pribadi atau oknum. Hal tersebut terjadi karena sulit untuk dikontrol oleh

pemerintah di tingkat pusat.

Page 28: Defenisi Kebijakan Publik Menurut Pakar

E.   PEMERINTAHAN DELEGASI

     Delegasi adalah suatu pelimpahan wewenang dan tanggung jawab

formal kepada orang lain untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Ada alasan

mengapa diperlukan pendelegasian, yaitu :

1.      Memungkinkan atasan dapat mencapai lebih dari pada mereka menangani

setiap tugas sendiri

2.     Agar organisasi dapat berfungsi lebih efisien

3.     Atasan dapat memusatkan tenaga kepada suatu tugas yang lebih

diprioritaskan.

4.     Dapat mengembangkan keahlian bawahan sebagai suatu alat pembelajaran

dari kesalahan.

5.     Karena atasan tidak mempunyai kemampuan yang dibutuhkan dalam

pembuatan keputusan

Prinsip-prinsip yang dapat dijadikan dasar untuk delegasi yang efektif :

1.      Prinsip scalar

2.     Prinsip kesatuan perintah

3.     Tanggung jawab, wewenang, dan akuntabilitas

Yang memungkinkan gagalnya delegasi, yaitu:1.      Atasan merasa lebih jika mereka tetap mempertahankan hak pembuatan

keputusan

2.     Atasan tidak ingin ambil resiko kalau saja bawahannya salah ataupun gagal

dalam menjalankan wewenangnya.

3.     Atasannya kurang atau tidak percaya kepada bawahannya.

4.     Atasan takut apabila seorang bawahannya melakukan tugas dengan sangat

baik dan efektif, sehingga dapat mengancam posisinya sebagai atasan

5.     Bawahan tidak menerima dengan alasan dapat menambah tanggung jawab

yang sudah diterima

6.     Bawahan takut tidak dapat menjalankan tugas – tugas dengan benar dan

dikatakan gagal

Page 29: Defenisi Kebijakan Publik Menurut Pakar

7.     Bawahan merasa tertekan apabila dilimpahkan tanggung jawab yang lebih

besar.

C.Teknik-teknik pemerintahanadalah berbagai pengetahuan, kepandaian dan keahlian tertentu dalam cara yang dapat ditempuh atau digunakan untuk melaksanakan dan menyelenggarakan berbagai peristiwa-peristiwa pemerintahan. Untuk teknik pemerintahan di Indonesia ada beberapa teknik yaitu : Diferensiasi, Integrasi, Sentralisasi, Desentralisasi, Konsentrasi,Dekonsentrasi, Delegasi, Perwakilan, Pembantuan, Kooperasi, Koordinasi dan Partisipasi.

-PEMERINTAHAN KOORDINASIKoordinasi Pemerintahan merupakan kegiatan-kegiatan penyelenggaraan pemerintahan harus ditujukan ke arah tujuan yang hendak di capai yaitu yang telah ditetapkan menjadi garis-garis besar haluan Negara dan garis-garis besr haluan pembangunan baik untuk tigkat pusat ataupun untuk tingkat daerah, Guna menuju kepada sasaran dan tujuan itu gerak kegiatan harus ada pengendalian sebagai alat untuk menjamin langsungnya kegiatan.

- PEMERINTAHAN PARTISIPASIpartisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi secara fisik peserta dalam memberikan respon terhadap kegiatan yang melaksanakan dalam proses belajar mengajar serta mendukung pencapaian tujuan dan bertanggung jawab atas keterlibatannya.

-PEMERINTAHAN DESENTRALISASIDesentralisasi adalah penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengurusi urusan rumah tangganya sendiri berdasarkan prakarsa dan aspirasi dari rakyatnya dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia. dengan adanya desentralisasi maka muncullan otonomi bagi suatu pemerintahan daerah. Desentralisasi sebenarnya adalah istilah dalam keorganisasian yang secara sederhana di definisikan sebagai penyerahan kewenangan. Dalam kaitannya dengan sistem pemerintahan Indonesia, desentralisasi akhir-akhir ini seringkali dikaitkan dengan sistem pemerintahan karena dengan adanya desentralisasi sekarang menyebabkan perubahan paradigma pemerintahan di Indonesia.

-PEMERINTAHAN DELEGASIDelegasi adalah suatu pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal kepada orang lain untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Ada alasan mengapa diperlukan pendelegasian, yaitu :1. Memungkinkan atasan dapat mencapai lebih dari pada mereka menangani setiap tugas sendiri2. Agar organisasi dapat berfungsi lebih efisien

Page 30: Defenisi Kebijakan Publik Menurut Pakar

3. Atasan dapat memusatkan tenaga kepada suatu tugas yang lebih diprioritaskan.4. Dapat mengembangkan keahlian bawahan sebagai suatu alat pembelajaran dari kesalahan.5. Karena atasan tidak mempunyai kemampuan yang dibutuhkan dalam pembuatan keputusan

Page 31: Defenisi Kebijakan Publik Menurut Pakar

KONSEP SENTRALISASI, DESENTRALISASI, DEKONSENTRASI, DAN TUGAS PEMBANTUAN

KONSEP SENTRALISASI, DESENTRALISASI, DEKONSENTRASI, DAN TUGAS

PEMBANTUAN

Pemerintah menerapkan konsep Otonomi Daerah dalam penyelenggaraan

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan harapan agar

pemerintah daerah dapat mengelola daerahnya sendiri dengan lebih baik, efisien, adil,

dan merata untuk mencapai tujuan negara. Selain itu, otonomi daerah juga diterapkan

dalam rangka tercapainya suatu bangsa yang lebih demokratis dan sistem

pemerintahan yang lebih responsif. Dimana dalam pelaksanaannya, otonomi daerah

tidak akan terlepas dari konsep sentralisasi, desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas

pembantuan yang keseluruhannya merupakan satu rangkaian kesatuan (kontinum).

A.   Sentralisasi

Sentralisasi adalah pemusatan semua kewenangan pemerintahan (politik dan

administrasi) pada pemerintah pusat. Dimana kewenangan administrasi adalah

kewenangan melaksanakan kebijakan, sedangkan kewenangan politik, yaitu

kewenangan membuat kebijakan.

B.   Desentralisasi

Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Bab I Pasal

1 ayat 7, Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah

kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam

sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

JHA Logemann membagi desentralisasi menjadi dua macam, yaitu:

1.    Dekonsentrasi atau desentralisasi jabatan, yaitu pelimpahan kekuasaan dari alat

perlengkapan negara tingkatan lebih atas kepada bawahannya guna melancarkan

tugas pemerintah. Misalnya, pelimpahan menteri kepada gubernur, dari gubernur

kepada bupati/walikota, dan seterusnya secara berjenjang.

2.    Desentralisasi ketatanegaraan atau desentralisasi politik, yaitu pelimpahan kekuasaan

perundangan dan pemerintahan kepada daerah-daerah otonom dalam lingkungannya.

Page 32: Defenisi Kebijakan Publik Menurut Pakar

Dalam desentralisasi politik rakyat dengan menggunakan dan memanfaatkan saluran-

saluran tertentu (perwakilan) ikut serta di dalam pemerintahan, dengan batas wilayah

masing-masing.  Desentralisasi ini dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Desentralisasi Teritorial (Kewilayahan), yaitu penyerahan kekuasaan untuk mengatur

dan mengurus rumah tangganya sendiri (autonomie), batas pengaturannya adalah

daerah. Desentralisasi teritorial mengakibatkan adanya otonomi pada daerah yang

menerima penyerahan. Dimana daerah otonom tersebut dapat menentukan sendiri

kebijakan daerahnya, kecuali kebijakan dalam bidang:

1.    Politik Luar Negeri

2.    Pertahanan

3.    Keamanan

4.    Peradilan

5.    Moneter

6.    Fiskal

7.    Agama

yang merupakan kajian wewenang pemerintah pusat.

b. Desentralisasi Fungsional, yaitu pelimpahan kekuasaan untuk mengatur dan mengurusi

fungsi tertentu. Batas pengaturan ini adalah jenis fungsi.

Konsep desentralisasi secara umum dapat dikategorikan ke dalam dua

perspektif utama, yakni perspektif desentralisasi politik dan perspektif desentralisasi

administratif (desentralisasi birokrasi). Perspektif desentralisasi politik mendefinisikan

desentralisasi sebagai devolusi kekuasaan (devolution of power), dari pemerintah pusat

kepada pemerintah daerah. Sementara perspektif desentralisasi administrasi

mendefinisikan desentralisasi sebagai delegasi wewenang administratif (administrative

authority), dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah atau disebut juga dengan

dekonsentrasi. Adanya perbedaan antara kedua perspektif dalam mendefinisikan

desentralisasi tersebut, telah memiliki implikasi pada perbedaan dalam merumuskan

tujuan utama yang hendak dicapai. Perspektif desentralisasi politik menekankan bahwa

tujuan utama dari desentralisasi adalah untuk mewujudkan demokratisasi di tingkat

lokal sebagai persamaan politik, akuntabilitas lokal, dan kepekaan lokal. Di sisi lain,

Perspektif desentralisasi administrasi lebih menekankan pada aspek efisiensi

Page 33: Defenisi Kebijakan Publik Menurut Pakar

penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan ekonomi di daerah, sebagai

tujuan utama dari desentralisasi. Selain memiliki beberapa perbedaan mendasar,

Perspektif desentralisasi politik dan desentralisasi administrasi juga memiliki

persamaan, yakni kedua perspektif desentralisasi tersebut mendudukkan Pendapatan

Asli Daerah (PAD) sebagai bagian dari faktor penentu bagi pencapaian tujuan

desentralisasi.

            Menurut Smith (1985) desentralisasi memiliki ciri-ciri:

1.    Penyerahan wewenang untuk melaksanakan fungsi pemerintahan tertentu dari

pemerintah pusat kepada daerah otonom.

2.    Fungsi yang diserahkan dapat dirinci atau merupakan fungsi yang tersisa (residual

function).

3.    Penerima wewenang adalah daerah otonom.

Sumber:

Arenawati. 2011. Bahan Ajar Administrasi Pemerintahan Daerah: Sejarah, Konsep, dan Praktik

Otonomi Daerah. Serang.

Romli, Lili. 2007. Potret Otonomi Daerah dan Wakil Rakyat di Tingkat Lokal. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Widjaja, HAW. 2007. Penyelenggaraan otonomi di Indonesia dalam rangka Sosialisasi UU No. 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta: RajaGrafindo Persada.