bab ii kajian pustaka a. metode diskusi 1 ... - uksw

16
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau pertanyaan yang harus diselesaikan berdasarkan pendapat atau keputusan secara bersama. Cara mengajar dengan metode diskusi ini berarti ada proses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat saling tukar menukar pengalaman, maupun informasi, untuk memecahkan masalah. Pelaksanaan metode diskusi dalam proses belajar mengajar akan dapat mempertinggi partisipasi siswa secara individual dan mengembangkan rasa sosial. Selain itu juga merupakan pendekatan yang demokratis serta mengembangkan kepemimpinan. (Soedarno, dkk, 1998). Pendapat Muhibbin Syah (2000), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation). Selama ini banyak guru yang merasa keberatan untuk menggunakan metode diskusi dalam proses pembelajaran. Diskusi merupakan metode yang sulit diprediksi hasilnya oleh karena interaksi antar siswa muncul secara spontan, sehingga hasil arah diskusi sulit ditentukan. Diskusi biasanya memerlukan waktu yang cukup panjang, padahal waktu pembelajaran di dalam kelas sangat terbatas. Menurut Suryobroto (2002: 179) metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau penyusun berbagai alternatif pemecahan atas sesuatu masalah. Selain itu 6

Upload: others

Post on 14-Apr-2022

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1 ... - UKSW

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Metode Diskusi

1. Pengertian Diskusi

Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara

mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu

problema atau pertanyaan yang harus diselesaikan berdasarkan pendapat

atau keputusan secara bersama.

Cara mengajar dengan metode diskusi ini berarti ada proses interaksi

antara dua atau lebih individu yang terlibat saling tukar menukar

pengalaman, maupun informasi, untuk memecahkan masalah. Pelaksanaan

metode diskusi dalam proses belajar mengajar akan dapat mempertinggi

partisipasi siswa secara individual dan mengembangkan rasa sosial. Selain

itu juga merupakan pendekatan yang demokratis serta mengembangkan

kepemimpinan. (Soedarno, dkk, 1998).

Pendapat Muhibbin Syah (2000), mendefinisikan bahwa metode

diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan

memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut

sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama

(socialized recitation). Selama ini banyak guru yang merasa keberatan

untuk menggunakan metode diskusi dalam proses pembelajaran. Diskusi

merupakan metode yang sulit diprediksi hasilnya oleh karena interaksi

antar siswa muncul secara spontan, sehingga hasil arah diskusi sulit

ditentukan. Diskusi biasanya memerlukan waktu yang cukup panjang,

padahal waktu pembelajaran di dalam kelas sangat terbatas.

Menurut Suryobroto (2002: 179) metode diskusi adalah suatu cara

penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para

siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan

ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau

penyusun berbagai alternatif pemecahan atas sesuatu masalah. Selain itu

 6

 

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1 ... - UKSW

 

menurut pendapat lain metode diskusi adalah cara pelaksanaan proses

belajar mengajar dengan jalan siswa mengemukakan pendapat atau

pandangan secara bergantian untuk memecahkan masalah atau persoalan

tertentu (Hendyat Soetopo, 2005: 156). Dari pendapat para ahli di atas

maka dapat disimpulkan bahwa metode diskusi adalah cara pelaksanaan

proses belajar dimana guru memberikan kesempatan kepada para siswa

untuk berkelompok mengadakan perbincangan ilmiah, saling

mengemukakan pendapatnya dan membuat kesimpulan untuk

memecahkan masalah tertentu.

Tujuan dari diskusi adalah untuk melatih siswa mengemukakan

pendapat secara teratur dalam forum bersama-sama dan memecahkan

persoalan atau masalah tertentu. Forum diskusi dapat diikuti oleh semua

siswa di dalam kelas dapat pula dibentuk kelompok-kelompok kecil. Yang

perlu mendapat perhatian ialah hendaknya para siswaP dapat berpartisipasi

secara aktif didalam forum diskusi. Semakin banyak siswa yang terlibat

menyumbangkan pikirannya, semakin banyak pula yang dapat mereka

pelajari.

Menurut Davies (1984: 239) keunggulan metode diskusi terletak

pada efektivitasnya untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran tingkat

tinggi dan tujuan pembelajaran ranah afektif. Metode diskusi adalah

metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan.

Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan,

menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa,

serta untuk membuat suatu keputusan (Killen, 1998).

2. Tujuan Diskusi

Pemecahan masalah merupakan tujuan utama dari diskusi (Maier,

dalam Depdikbud, 1983: 29). Masalah-masalah yang tepat untuk

pembelajaran dengan metode diskusi adalah masalah yang menghasilkan

banyak alternatif pemecahan. Dan juga masalah yang mengandung banyak

variabel. Banyaknya alternatif dan variabel tersebut dapat memancing

 

 

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1 ... - UKSW

 

anak untuk berfikir. Oleh karena itu masalah untuk diskusi yang

pemecahannya tidak menuntut anak untuk berfikir, misalnya hanya

menuntut anak untuk menghafal, maka masalah tersebut tidak cocok untuk

didiskusikan.

Menurut Maiyer (Depdikbud, 1983: 29) dalam diskusi kelompok

kecil, dapat meningkatkan siswa untuk berpartisipasi dalam memecahkan

masalah. Untuk itu, bilamana guru menginginkan keterlibatan anak secara

maksimal dalam diskusi, maka jumlah anggota kelompok diskusi perlu

diperhatikan guru. Jumlah anggota kelompok diskusi yang mampu

memaksimalkan partisipasi anggota adalah antara 3 – 7 anggota. Dari hasil

pengamatan kelompok diskusi yang jumlah anggotanya antara 3 – 7 itu

saja, anggota yang diduga kurang berpartisipasi penuh sekitar 1 – 2 orang.

Dalam diskusi dengan jumlah anggota yang relatif kecil memungkinkan

setiap anak memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi. Masalah yang

dijadikan topik diskusi hendaknya yang relevan dengan minat anak.

Masalah diskusi yang cocok dengan minat anak dapat mendorong

keterlibatan mental dan keterlibatan emosional siswa secara optimal.

Melalui penggunaan metode diskusi, siswa juga mendapat

kesempatan untuk latihan keterampilan berkomunikasi dan keterampilan

untuk mengembangkan strategi berfikir dalam memecahkan masalah.

3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Diskusi

a. Kelebihan

1) Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif,

khususnya dalam memberikan gagasan atau ide-ide.

2) Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam

mengatasi setiap permasalahan.

3) Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau

gagasan secara verbal. Disamping itu diskusi juga melatih siswa

untuk menghargai pendapat orang lain.

 

 

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1 ... - UKSW

 

b. Kelemahan

1) Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi yang dikuasai oleh 2 atau

3 orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara.

2) Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga

kesimpulan menjadi kabur.

3) Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak

sesuai dengan yang direncanakan.

4) Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat

emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya ada pihak yang merasa

tersinggung, sehingga dapat mengganggu suasana pembelajaran.

4. Jenis Diskusi

Terdapat bermacam-macam jenis dikusi yang dapat digunakan dalam

proses pembelajaran, antara lain:

a. Diskusi Kelompok Kecil

Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi siswa dalam

kelompok-kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3 – 5 orang.

Pelaksanannya dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara

umum, kemudian masalah tersebut dibagi-bagi ke dalam sub masalah

yang harus dipecahkan oleh setiap kelompok kecil. Selesai diskusi

dalam kelompok kecil, ketua kelompok menyajikan hasil diskusinya.

b. Diskusi Kelas

Diskusi kelas atau disebut juga diskusi kelompok adalah proses

pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai

peserta diskusi. Prosedur yang digunakan dalam jenis diskusi inis

adalah:

1) Guru membagi tugas sebagai pelaksanaan diskusi, misalnya siapa

yang akan menjadi moderator, siapa yang menjadi penulis.

2) Sumber masalah (guru, siswa atau ahli tertentu dari luar)

memaparkan masalah yang harus dipecahkan selama 10 – 15

menit.

 

 

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1 ... - UKSW

10 

 

3) Siswa diberi kesempatan untuk menanggapi permasalahan setelah

mendaftar pada moderator.

4) Sumber masalah memberi tanggapan.

5) Moderator menyimpulkan hasil diskusi.

c. Diskusi Panel

Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan

oleh beberapa orang panelis yang biasanya tediri dari 4 – 5 di hadapan

audiens. Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi lainnya. Dalam

diskusi panel audiens tidak terlibat secara langsung, tetapi berperan

hanya sekedar peninjau para panelis yang sedang melaksanakan

diskusi. Oleh sebab itu, agar diskusi panel efektif perlu digabungkan

dengan metode lain, misalnya dengan metode penugasan. Siswa

disuruh merumuskan hasil pembahasan dalam diskusi.

d. Simposium

Simposium adalah metode mengajar dengan diskusi membahas

suatu persoalan dilaksanakan dari berbagai sudut pandang berdasarkan

keahlian. Simposium dilakukan untuk memberikan wawasan yang luas

kepada siswa. Setelah para penyaji memberikan pandangannya tentang

masalah yang dibahas, maka simposium diakhiri dengan pembacaan

kesimpulan hasil kerja tim perumus yang telah ditentukan sebelumnya.

5. Langkah-langkah Melaksanakan Diskusi

Agar penggunaan diskusi berhasil dengan efektif, maka perlu

dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Langkah Persiapan

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi di antaranya:

1) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat

umum maupun tujuan khusus.

2) Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai.

3) Menetapkan masalah yang akan dibahas.

 

 

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1 ... - UKSW

11 

 

4) Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis

pelakanaan diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala

fasilitasnya, petugas-petugas diskusi seperti moderator, notulis, dan

tim perumus, manakala diperlukan.

b. Pelaksanaan Diskusi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi

adalah:

1) Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat mempengaruhi

kelacaran diskusi.

2) Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya

menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi

sesuai dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan.

3) Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah

ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memperhatikan

suasana atau iklim belajar yang menyenangkan, misalnya tidak

tegang, tidak saling menyudutkan, dan lain sebagainya.

4) Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi

untuk mengeluarkan gagasan atau ide-idenya.

5) Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang

dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya

arah pembahasan menjadi melebar dan tidak fokus.

c. Menutup Diskusi

Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi hendaklah

dilakukan hal-hal sebagai berikut:

1) Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai

dengan hasil diskusi.

2) Mereview jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh

peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.

 

 

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1 ... - UKSW

12 

 

B. Prestasi Belajar

1. Pengertian Belajar

Sebelum membicarakan pengertian prestasi belajar, terlebih dahulu akan

dikemukakan apa yang dimaksud dengan belajar. Para pakar pendidikan

mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, namun

demikian selalu mengacu pada prinsip yang sama, yaitu setiap orang yang

melakukan proses belajar akan mengalami suatu perubahan dalam dirinya.

Menurut Slameto (1995:2) belajar adalah “suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.” Selanjutnya Winkel (1996: 53) belajar adalah “suatu aktivitas

mental/psikhis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan,

yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,

keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstant”.

Kemudian Hamalik (1983: 28) mendefinisikan belajar adalah “suatu pertumbuhan

atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah

laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.”

2. Pengertian Prestasi Belajar

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam

memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam

belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi

yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Adapun

prestasi dapat diartikan hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang

telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan

belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu.

Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap

pengetahuan. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia.

Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada sesuatu yang mendorong

pribadi yang bersangkutan.

 

 

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1 ... - UKSW

13 

 

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan

belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan

hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar

harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli

mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang

mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik

persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986: 28)

memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang

dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”

Pendapat Winkel (1996: 162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah

suatu bukti keberhasilan atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan

kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Sedangkan menurut S.

Nasution (1996: 17) prestasi belajar ialah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang

dalam berfikir, merasa dan berbuat.” Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila

memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya

dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi

target dalam ketiga kriteria tersebut.

a. Aspek kognitif

Aspek kognitif adalah aspek yang berkaitan dengan kegiatan berfikir,

dan sangat berkaitan erat dengan tingkat intelegensi (IQ) atau kemampuan

berfikir peserta didik. Sejak dahulu aspek kognitif selalu menjadi perhatian

utama dalam sistem pendidikan formal. Hal itu dapat dilihat dari metode

penilaian pada sekolah-sekolah yang ada di negeri kita dewasa ini sangat

mengedepankan kesempurnaan pada aspek kognitif.

b. Aspek afektif

Aspek afektif adalah aspek yang berkaitan nilai dan sikap. Penilaian

pada aspek ini dapat terlihat pada kedisiplinan, sikap hormat terhadap guru,

kepatuhan dan lain sebagainya. Aspek afektif berkaitan erat dengan

kecerdasan emosi (EQ) peserta didik.

 

 

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1 ... - UKSW

14 

 

c. Aspek psikomotorik

Aspek psikomotorik menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah segala

sesuatu yang berkaitan dengan kemampuan gerak fisik yang mempengaruhi

sikap mental. Jadi sederhananya aspek ini menunjukkan kemampuan atau

keterampilan (skill) peserta didik setelah menerima sebuah pengetahuan.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa hasil

belajar merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki siswa dalam menerima,

menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar

mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan dalam

mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai raport setiap

mata pelajaran setelah mengalami proses pembelajaran.

Hasil belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari

evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar

siswa.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Untuk mencapai hasil belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka

perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain;

faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari

luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak

bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain

adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.

a. Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu

sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu

kecerdasan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.

1) Kecerdasan/intelegensi

Kecerdasan adalah kamampuan belajar disertai kecakapan untuk

menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini

sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu

menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya.

 

 

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1 ... - UKSW

15 

 

Kadang-kadang perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang

berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang

anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih

tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa

aktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan

belajar mengajar. Menurut Kartono (1995: 1) kecerdasan merupakan salah

satu aspek yang penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya belajar

sesesorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal

atau di atas normal maka secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang

tinggi. Slameto (1995: 56) mengatakan bahwa tingkat intelegensi yang

tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi

yang rendah. Muhibbin (1999: 135) berpendapat bahwa semakin tinggi

kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya

untuk meraih sukes. Sebaliknya semakin rendah kemampuan intelegensi

seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.

Dari pendapat di atas jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau kecerdasan

yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi seseorang anak

dalam usaha belajar.

2) Bakat

Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang

sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang

dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1986: 28) bahwa “bakat dalam hal

ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti

kecakapan”, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu.

Kartono (1995:2) menyatakan bahwa “bakat adalah potensi atau

kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui

belajar akan menjadi kecakapan yang nyata”. Menurut Syah Muhibbin,

(1996: 136) mengatakan “bakat diartikan sebagai kemampuan individu

untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan

dan latihan”.

 

 

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1 ... - UKSW

16 

 

Dari pendapat di atas jelaslan bahwa tumbuhnya keahlian tertentu

pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan

dengan bahan ini dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar

pada mata pelajaran tertentu. Dalam proses belajar terutama keterampilan,

bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan

prestasi yang baik. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya

untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya, maka akan

merusak keinginan anak tersebut.

3) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang

diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang. Menurut

Winkel (1996: 24) minat adalah kecenderungan yang menetap dalam

subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang

berkecimpung dalam bidang itu. Selanjutnya Slameto (1995: 57)

mengemukakan bahwa minat adalah “kecenderungan yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan yang diminati seseorang,

diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang”.

Kemudian Sardiman (1992:76) mengemukakan minat adalah “suatu

kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara

situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-

kebutuhannya sendiri”.

Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar

pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang

menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat

menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seseorang siswa

didalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat

mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang

telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat

tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan hal

 

 

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1 ... - UKSW

17 

 

tersebut sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan

keinginannya.

4) Motivasi

Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal

tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk

melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah

bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula

dalam kegiatan belajar mengajar seorang anak didik akan berhasil jika

mempunyai motivasi untuk belajar.

Nasution (1995: 73) mengatakan motivasi adalah “segala daya yang

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.” Sedangkan Sardiman

(1995: 77) mengatakan bahwa “motivasi adalah menggerakkan siswa

untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.”

Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua

macam yaitu (a) motivasi intrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi

intrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri

seseorang yang atas dasarnya kesaaran sendiri untuk melakukan sesuatu

pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan

motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan

siswa tersebut melakukan kegiatan belajar.

Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan

segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada

sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul

inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk

membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat melakukan

kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif.

b. Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi

belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-

pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya.

 

 

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1 ... - UKSW

18 

 

Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak

memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995: 60) faktor

ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah “keadaan keluarga, keadaan

sekolah dan lingkungan masyarakat.”

1) Keadaan Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat

seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh

Slameto, bahwa: “Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan

utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi

bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara

dan dunia.”

Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan

seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong

untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu

kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.

Dalam hal ini Hasbulah (1994: 46) mengatakan: “Keluarga

merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga

inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan,

sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai

peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.”

Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan

dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan.

Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan

kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam

usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu

ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh perhatian yang serius

tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan

dorongan dan motivasi sehingga anak dapat berjalan dengan tekun. Karena

anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.

 

 

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1 ... - UKSW

19 

 

2) Keadaan Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat

penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu

lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih

giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru

dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru

dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.

Menurut Kartono (1995 : 6) mengemukakan “guru dituntut untuk

menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku

yang tepat dalam mengajar.” Oleh karena itu, guru harus dituntut untuk

menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang

tepat dalam mengajar.

3) Lingkungan Masyarakat

Disamping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor

yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalam proses

pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar

pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan

sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana

anak itu berada. Dalam hal ini Kartono (1995: 5) berpendapat: Lingkungan

masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-

anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-

anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak

mereka. Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan kumpulan

anak-anak nakal yang berkeliruan tiada menentukan anakpun dapat

terpengaruh pula.

Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk

kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan

selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya.

Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat di suatu lingkungan

temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan

 

 

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1 ... - UKSW

20 

 

membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar

sebagaimana temannya.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah penggunaan Metode

Diskusi dapat meningkatkan pemahaman siswa mata pelajaran Matematika di

SD. Perhatikan gambar 1. Apabila metode diskusi digunakan secara efektif

maka akan menghasilkan peningkatan prestasi belajar Matematika. Secara

skematis uraian digambarkan kerangka pemikirannya sebagai berikut :

KONDISI AWAL

TINDAKAN

Guru : Pembelajaran

dengan metode Ceramah

Pembelajaran menggunakan

metode Diskusi

Siswa : Nilai Matematika

rendah

SIKLUS I, II Penggunaan

metode Diskusi secara kelompok

Menggunakan metode Diskusi dapat meningkatkan Pemahaman

Siswa pada Mata Pelajaran Matematika kelas V semester I

tahun pelajaran 2011/2012

KONDISI AKHIR

Gambar 1.Kerangka Berpikir.

 

 

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1 ... - UKSW

21 

 

D. Hipotesis

Berdasarkan masalah, landasan teori dan kerangka berpikir di atas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut :

“Penggunaan metode diskusi dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas V

dalam pembelajaran Matematika.