bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori - uksw

26
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Berikut akan dipaparkan mengenai hakikat IPS, model pembelajaran kooperatif antara lain model IOC dan model BD, hasil belajar, hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir, serta hipotesis penelitian. 2.1.1 Hakikat IPS SD a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaaran yang diberikan mulai dari tingkat SD hingga sekolah menengah. Kajian materi SD meliputi geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi menurut Lampiran permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Menurut Widiarto (2006: 6) IPS adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia hidup bersama dengan sesamanya, sehingga manusia harus mampu mengatasi rintangan yang timbul dari lingkungannya ataupun dari akibat hidup bersama. Gunawan (2011: 19) menjelaskan bahwa IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. Mengkaji, mempelajari dan menelaah sistem kehidupan manusia di permukaan bumi adalah hakikat yang dipelajari dalam IPS. Senada dengan pendapat para ahli yang telah disebutkan, Sapriya (2011: 20) menjelaskan bahwa hakikat IPS di Sekolah Dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari beberapa konsep disiplin sosial, humaniora atau antar manusia, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan. Materi IPS untuk jenjang Sekolah Dasar tidak terlihat dari aspek disiplin ilmu karena yang lebih diutamakan adalah dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir siswa. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan suatu disiplin ilmu yang mengkaji tentang hubungan manusia dengan lingkungan fisik maupun sosial.

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - UKSW

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Berikut akan dipaparkan mengenai hakikat IPS, model pembelajaran

kooperatif antara lain model IOC dan model BD, hasil belajar, hasil penelitian

yang relevan, kerangka pikir, serta hipotesis penelitian.

2.1.1 Hakikat IPS SD

a. Pengertian

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaaran yang

diberikan mulai dari tingkat SD hingga sekolah menengah. Kajian materi SD

meliputi geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi menurut Lampiran

permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.

Menurut Widiarto (2006: 6) IPS adalah telaah tentang manusia dan

dunianya. Manusia hidup bersama dengan sesamanya, sehingga manusia harus

mampu mengatasi rintangan yang timbul dari lingkungannya ataupun dari akibat

hidup bersama. Gunawan (2011: 19) menjelaskan bahwa IPS berkenaan dengan

kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya.

Mengkaji, mempelajari dan menelaah sistem kehidupan manusia di permukaan

bumi adalah hakikat yang dipelajari dalam IPS. Senada dengan pendapat para ahli

yang telah disebutkan, Sapriya (2011: 20) menjelaskan bahwa hakikat IPS di

Sekolah Dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai

integrasi dari beberapa konsep disiplin sosial, humaniora atau antar manusia, sains

bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan. Materi IPS untuk jenjang

Sekolah Dasar tidak terlihat dari aspek disiplin ilmu karena yang lebih

diutamakan adalah dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik

kemampuan berpikir siswa.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa IPS

merupakan suatu disiplin ilmu yang mengkaji tentang hubungan manusia dengan

lingkungan fisik maupun sosial.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - UKSW

10

Mata Pelajaran IPS di SD menurut Lampiran Permeniknas Nomor 22

Tahun 2006 bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat

serta lingkungannya.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,

inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama serta berkompetisi

dalam masyarakat yang majemuk baik di tingkat lokal, nasional maupun

global.

Ruang lingkup pembelajaran IPS untuk jenjang Sekolah Dasar meliputi

berbagai aspek yang berkaitan dengan lingkungan sosial maupun lingkungan

fisiknya. Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi:

1. Manusia, Tempat dan Lingkungan

2. Waktu, Keberlanjutan dan Perubahan

3. Sistem Sosial dan Budaya

4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan

b. Kompetensi Dasar Pembelajaran IPS SD

Kecakapan atau kemahiran IPS yang diharapkan dapat tercapai dalam

belajar IPS SD yang termuat dalam Silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

2004 adalah sebagai berikut:

1. Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan

potensi lain dari daerahnya.

2. Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

3. Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi

serta pengalaman menggunakannya.

4. Mengenal permasalahan sosial di daerahnya.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - UKSW

11

Kemampuan IPS yang dipilih dirancang sesuai dengan kemampuan dan

kebutuhan siswa dengan memperhatikan perkembangan pendidikan IPS di dunia

sekarang ini. Ketercapaian kompetensi dipilih melalui materi-materi IPS dengan

memperhatikan struktur keilmuan, tingkat kedalaman materi, serta sifat esensial

materi dan keterpakaiannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara rinci, standar

kompetensi tersebut, adalah sebagai berikut:

Standar Kompetensi

2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di

lingkungan kabupaten/kota dan provinsi.

Kompetensi Dasar

2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan

potensial lain di daerahnya.

2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi.

2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar menjadi arah dan landasan

untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator

pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam penelitian ini, menggunakan

kompetensi dasar tentang mengenal perkembangan teknologi produksi,

komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya.

c. Pembelajaran IPS SD

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat,

menjadikan manusia bertindak seiring dengan tuntutan global. Manusia

memerlukan cara-cara untuk dapat berkembang dan mampu menuju ke kehidupan

yang lebih baik. Salah satu cara untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik

adalah adanya proses pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran, terjadi proses

belajar dan mengajar. Proses belajar mengajar ini akan mencapai suatu hasil

pembelajaran atau hasil belajar. Menurut Hamalik (2004: 27) belajar adalah suatu

kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - UKSW

12

tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan

hasil latihan melainkan perubahan kelakuan.

Menurut Burton (dalam Hosnan, 2014: 3) belajar merupakan suatu

perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu

dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka dapat berinteraksi dengan

lingkungannya. Kata kunci pendapat Burton adalah “interaksi”. Interaksi memiliki

makna sebagai sebuah proses. Seseorang yang melakukan kegiatan secara sadar

untuk memncapai tujuan tertentu, maka orang tersebut dikatakan sedang belajar.

Kegiatan tersebut disebut dengan aktivitas belajar.

Arti belajar menurut Kaluger (dalam Hosnan, 2014: 3-4) adalah proses

pembangunan pemahaman/pemaknaan terhadap informasi dan atau pengalaman

siswa. Senada dengan pendapat para ahli, Hosman (2014: 7) menyatakan bahwa

belajar adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu.

Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses

berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat,

mengamati dan memahami sesuatu.

Kesimpulan belajar berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli adalah

kegiatan atau proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu,

untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

IPS perlu diberikan kepada siswa sejak dini yang dimulai dari Sekolah

Dasar, guna membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis dan kritis, rasa

ingin tahu, memecahkan masalah, inkuiri dan keterampilan dalam kehidupan

sosial serta membekali kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan

berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk.

Gagne dan Briggs yang dikutip oleh Gunawan (2011: 47) mengemukakan

beberapa pendapat yang melaandasi proses pembelajaran. Pertama, pembelajaran

bertujuan untuk memberikan bantuan agar belajar siswa menjadi efektif. Guru

hanya sebagai fasilitator, bukan penentu keberhasilan atau kegagalan belajar

siswa. Kedua, pembelajaran bersifat terpogram, artinya pembelajaran dirancang

dengan tujuan jangka pendek, menengah ataupun jangka panjang. Ketiga,

pembelajaran dirancang melalui pendekatan sistem, artinya pembelajaran harus

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - UKSW

13

dirancang secara sistematis yang dipercaya akan mempengaruhi perkembangan

murid secara individual. Keempat, Pembelajaran dirancang sesuai dengan

pendekatan sistem dan kelima, pembelajaran dirancang berdasarkan pengetahuan

tentang teori belajar.

Pembelajaran IPS merupakan kegiatan mengubah karakteristik siswa

sebelum sebelum belajar IPS (input) menjadi siswa yang memiliki karakteristik

yang diinginkan (output). Langkah pertama dalam pembelajaran IPS adalah

perumusan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran IPS mencakup tiga aspek

yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kegiatan penelitian yang dilakukan akan

menggunakan aspek kognitif untuk mengukur respon intelektual siswa yang

diperoleh dari hasil belajar.

d. Penilaian IPS SD

Hamid (2011: 15) mengatakan bahwa penilaian adalah suatu kegiatan

pengukuran, kuantifikasi, dan penetapan mutu pengetahuan siswa secara

menyeluruh. Penilaian harus terintegrasi dalam proses pembelajaran dan

menggunakan beragam bentuk. Secara umum penilaian merupakan salah satu

proses penting dalam proses pendidikan, khususnya dalam proses belajar

mengajar.

Ollerton (2010: 91) menyebutkan bahwa asesmen sebagai bagian integral

kegiatan belajar dan mengajar IPS. Jenis asesmen formatif yang paling valid dan

berguna adalah asesmen yang:

1. Muncul selama pelajaran dan merupakan bagian alami dari banyak

interaksi yang terjadi antara siswa dan guru

2. Menginformasikann kepada siswa tentang prestasi mereka

3. Membantu guru memutuskan tingkat dukungan yang dibutuhkan seorang

siswa atau sekelompok siswa pada titik yang berbeda dalam suatu

pelajaran

4. Membantu siswa memutuskan tindakan selanjutnya untuk memecahkan

suatu soal atau tugas

Senada dengan pendapat para ahli, TGAT yang dikutip oleh Wardani

(2012: 48) asesmen mencakup seluruh cara yang digunakan untuk menilai unjuk

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - UKSW

14

kerja individual atau kelompok. Cara yang digunakan antara lain tes tertulis, tes

lisan, kuis, ulangan harian, tugas kelompok, laporan, lembar pengamatan,

pedoman wawancara, tugas rumah, dan sebagainya.

Kesimpulan pengertian penilaian dari beberapa pendapat para ahli adalah

suatu kegiatan pengukuran, kuantifikasi, dan penetapan mutu pengetahuan siswa

secara menyeluruh. Kompetensi dapat tercapai apabila guru menerapkan

bermacam-macam model pembelajaran dalam proses belajara mengajar di dalam

kelas. Model yang baik digunakan dalam pembelajaran IPS antara lain model

Inside-Outside Circle dan Bamboo Dancing.

Penilain menunjukkan hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Berikut dipaparkan mengenai hasil belajar.

1) Pengertian Hasil Belajar

Majid (2014: 28) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan suatu puncak

proses belajar. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak

pengiring. Suprijono, (2013: 5) berpendapat bahwa hasil belajar adalah pola-pola

perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan

keterampilan. Sependapat dari dua ahli yang telah disebutkan, Rusman (2012:

123) menyatakan bahwa hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh

siswa baik dalam ranah kognitif, afeftif dan psikomotorik.

Faktor-faktor hasil belajar menurut Munadi yang dikutip oleh Rusman

(2012: 124) yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal berupa

lingkungan dan sarana pembelajaran, sedangkan faktor internal berupa jasmani

dan kondisi psikologis siswa yang meliputi perhatian, minat, bakat dan daya nalar

siswa.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar merupakan puncak dari suaatu proses pembelajaran. Hasil belajar berupa

dampak pengajaran dan dampak pengiring yang bermanfaat guru maupun siswa.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - UKSW

15

2) Pengukuran Hasil Belajar IPS

Pengukuran hasil belajar dilakukan untuk mengetahui kompetensi yang

ada dalam diri siswa. Dengan melihat hasil pengukuran yang dilakukan oleh

gruru, siswa dapat mengetahui sejauh mana kemampuan yang dimiliki untuk

meningkatkan kembali hasil belajar demi memperbaiki kekurangan dalam diri

siswa.

Menurut Guilford dan Wiersma yang dikutip oleh Majid, (2014: 36)

pengukuran merupakan proses penetapan angka terhadap suatu gejala menurut

aturan tertentu yaitu berupa penilaian numerik terhadap fakta-fakta dari objek

yang hendak diukur. Sudjana (2012: 35) menjelaskan bahwa alat-alat penilaian

hasil belajar yaitu tes, baik tes uraian maupun objektif. Tes uraian terdiri dari

uraian bebas, terbatas dan berstruktur, sedangkan tes objektif berupa bentuk

pilihan benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan dan isian pendek atau

melengkapi. Penelitian ini menggunakan tes objektif berupa bentuk soal pilihan

ganda untuk mendapatkan hasil belajar dari model IOC maupun BD.

Sugihartono (2007: 131) menyebutkan beberapa cara untuk mengetahui

tingkat kemampuan siswa, antara lain:

1. Angka atau skor yang diperoleh kawan sekelas

2. Batas penguasaan kompetensi terendah yang harus dicapai untuk dapat

dianggap lulus

3. Prestasi siswa di masa lampau

4. Kemampuan dasar siswa

2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif

Tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik apabila pemilihan model

pembelajaran yang dipilih adalah tepat serta dibutuhkan dalam pelaksanaan suatu

proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan

karakteristik siswa SD yang suka berkelompok adalah model pembelajaran

kooperatif. Sesuai dengan namanya kooperatif artinya kerja sama. Model

kooperatif dapat membantu siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - UKSW

16

Menurut Eggen (2012: 136) pembelajaran kooperatif adalah sekelompok

strategi mengajar yang memberi peran terstruktur bagi siswa seraya merencanakan

interaksi antarsiswa. Hartono (2013: 100) mengatakan bahwa strategi

pembelajaran kooperatif atau gotong royong (cooperative learning) adalah bentuk

pengajaran siswa dalam beberapa kelompok yang bekerjasama antara satu siswa

dengan lainnya untuk memecahkan masalah. Suprijono (2013: 54) menjelaskan

bahwa model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil

belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keagamaan, dan

pengembangan keterampilan sosial.

Senada dengan pendapat para ahli tersebut, Jhonson,dkk (2010: 4)

mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah proses

belajar mengajar yang melibatkan penggunaan kelompok-kelompok kecil yang

memungkinkan siswa untuk bekerja secara bersama-sama di dalamnya guna

memaksimalkan pembelajaran mereka sendiri dan pembelajaran satu sama lain.

Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah suatu

model pembelajaran yang terdiri dari kelompok-kelompok kecil yang anggotanya

heterogen sehingga terjadi suatu kerja sama dan saling mempelajari dalam

menyelesaikan suatu permasalahan. Terdapat berbagai tipe model pembelajaran

kooperatif yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran IPS. Model-model

pembelajaran kooperatif antara lain Jigsaw, Student Teams Achievement Division,

Teams Games Turnament, Number Head Togegther, Two Stay Two Stray, Think

Pair Share, Mind Mapping, Make a Match, Inside-Outside Circle, Bamboo

Dancing, dan Learning Togather.

Berdasarkan beberapa model tersebut, peneliti memilih menggunakan

model Inside-Outside Circle (IOC) dan Bamboo Dancing (BD), karena terdapat

kegiatan bertukar informasi yang bertujuan meningkatkan keaktifan dan hasil

belajar siswa dalam mata pelajaran IPS. Model Inside-Outside Circle (IOC)

memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam mata pelajaran

IPS di SD, karena di dalam model IOC terdapat unsur kerjasama serta interaksi

yang dapat membantu siswa untuk lebih bisa memahami materi yang diberikan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - UKSW

17

oleh guru. Model Bamboo Dancing (BD) mempunyai unsur yang sama dengan

model IOC, dimana model ini juga memiliki potensi untuk meningkatkan hasil

belajar siswa melalui langkah-langkah pembelajaran yang hampir serupa.

Berkaitan dengan materi IPS yang diambil yaitu tentang Teknologi Produksi,

Komunikasi dan Transportasi, model pembelajaran IOC dan BD diharapkan dapat

memberikan kemudahan siswa dalam membangun pengetahuannya tentang materi

yang diajarkan melalui kegiatan berbagi informasi berupa materi yang mengarah

pada tujuan pembelajaran.

Penelitian mengenai model Inside Outside Circle dan Bamboo Dancing

perlu dilakukan dengan terlebih dahulu memahami hakikat model Inside Outside

Circle dan Bamboo Dancing, karakteristik, langkah-langkah, analisis komponen

dan penerapan dari model Inside Outside Circle dan Bamboo Dancing. Berikut

secara berurutan akan dipaparkan mengenai hakikat, karakteristik, langkah-

langkah, analisis komponen-komponen, serta penerapan model Inside-Outside

Circle dan Bamboo Dancing.

2.1.2.1 Model Pembelajaran Inside-Outside Circle (IOC)

a. Pengertian Inside-Outside Circle (IOC)

Model pembelajaran Inside-Outside Circle menggunakan gaya

pembelajaran dengan proses saling memberi dan menerima informasi

pembelajaran. Shoimin (2014: 88) berpendapat Inside-Outside Circle adalah

model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk melatih belajar secara

mandiri serta berbicara menyampaikan informasi kepada orang lain. Kegiatan

belajar diawali dengan pembentukan kelompok besar dalam kelas yang terdiri dari

kelompok lingkaran dalam dan kelompok lingkaran luar. Anggota kelompok luar

berdiri menghadap ke dalam. Antara anggota lingkaran dalam dan luar saling

berpasangan dan berhadap-hadapan. Siswa saling membagi informasi pada saat

yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.

Siswa yang berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa

yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - UKSW

18

sehingga masing-masing siswa mendapat pasangan baru. Informasi yang

dibagikan merupakan isi materi yang mengarah pada tujuan pembelajaran.

Pendapat Kagan yang dikutip oleh Lie, (2002: 64) menyatakan bahwa

model Inside-Outside Circle memiliki struktur yang jelas dan memungkinkan

siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.

Siswa saling bekerjasama dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak

kesempatan untuk mengolah informasi serta meningkatkan keterampilan

berkomunikasi. Menurut Huda (2013: 247) model Inside Outside Circle

memungkinkan siswa untuk saling berbagi informasi dalam waktu yang

bersamaan, dan dapat diterapkan untuk beberapa mata pelajaran, seperti ilmu

pengetahuan sosial, matematika, agama, dan bahasa. Bahan pelajaran yang cocok

digunakan dengan teknik IOC adalah bahan-bahan yang membutuhkan pertukaran

pikiran dan informasi antar siswa. Selain dapat mengolah informasi, IOC juga

dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Berdasarkan beberpa pendapat dari para ahli mengenai pengertian model

Inside-Outside Circle dapat pula disimpulkan bahwa model IOC merupakan

model kegiatan pembelajaran yang bersifat komunikatif yang diwujudkan dalam

bentuk kooperatif bertukar informasi, yang terdiri dari kelompok lingkaran kecil

dan kelompok lingkaran besar.

b. Karakteristik Model Pembelajaran Inside-Outside Circle (IOC)

Kelebihan dan kelemahan berturut-turut dari model pembelajaran Inside-

Outside Circle menurut Shoimin (2014: 90) adalah dapat membangun sifat

kerjasama siswa, tidak ada bahan khusus yang dibutuhkan untuk strategi sehingga

dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam pelajaran, dan mendapatkan informasi

yang berbeda pada saat bersamaan. Sedangkan kelemahannya antara lain

membutuhkan ruang kelas yang besar, rumit untuk dilakukan, dan membutuhkan

waktu yang lebih lama sehingga tidak berkonsentrasi serta disalahgunakan untuk

bergurau.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - UKSW

19

c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Inside-Outside Circle (IOC)

Langkah-langkah dari model pembelajaran Inside-Outside Circle menurut

Shoimin (2014: 88) antara lain:

1. Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan meliputi fase pertama yaitu persiapan. Guru

melakukan apersepsi. Guru menjelaskan tentang pembelajaran Inside-

Outside Circle, menyampaikan tujuan pembelajaran, serta memberikan

motivasi.

2. Kegiatan Inti

Kegiatan inti merupakan fase kedua yang berisi pelaksanaan pembelajaran

kooperatif tipe Inside-Outside Circle. Adapun pelaksanaan pembelajaran

yaitu:

1) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-4

orang.

2) Tiap-tiap kelompok mendapat tugas mencari informasi berdasarkan

pembagian tugas dari guru.

3) Setiap kelompok belajar mandiri, mencari informasi berdasarkan tugas

yang diberikan.

4) Setelah selesai, seluruh siswa berkumpul saling membaur (tidak

berdasarkan kelompok).

5) Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap

keluar.

6) Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama,

menghadap ke dalam.

7) Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi

informasi. Pertukaran informasi dapat dilakukan oleh semua pasangan

dalam waktu yang bersamaan.

8) Siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang

berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum

jam.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - UKSW

20

9) Giliran siswa di lingkaran besar membagi informasi. Demikian

seterusnya, sampai seluruh siswa selesai berbagi informasi.

10) Pergerakan akan dihentikan jika anggota kelompok lingkaran dalam

dan luar sebagai pasangan asal bertemu kembali.

3. Penutup

Kegiatan penutup merupakan fase ketiga atau terakhir dalam pembelajaran

Inside-Outside Circle. Kegiatan penutup terdiri dari:

1) Siswa dengan bimbingan guru membuat simpulan dari materi yang

telah didiskusikan.

2) Guru memberikan evaluasi atau latihan soal mandiri.

3) Siswa diberikan tugas rumah.

d. Analisis Komponen-komponen Model Pembelajaran Inside-Outside

Circle

Joyce, Weill dan Calhoun (2009:104-106) menyebutkan bahwa sebuah

model pembelajaran terdiri dari komponen sintaks atau struktur suatu model,

komponen prinsip reaksi atau peran guru, komponen sistem sosial atau situasi

kelas pada saat model berlangsung, daya dukung yang terdiri dari bahan dan alat

yang diperlukan untuk melaksanakan model, serta dampak instruksional yaitu

hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan dampak

pengiring sebagai akibat dari terciptanya suasana belajar dalam model tertentu.

Komponen-komponen dari model Inside-Outside Circle antara lain sebagai

berikut:

1. Sintagmatik

Sintagmatik adalah urutan langkah pengajaran. Model pembelajaran IOC

memiliki beberapa tahapan, pertama yaitu pendahuluan. Kegiatan pendahuluan

diawali dengan guru melakukan apersepsi, menjelaskan tentang pembelajaran

IOC, menyampaikan tujuan pembelajaran, serta memberikan motivasi.

Tahap kedua adalah kegiatan inti yang terdiri dari pelaksanaan

pembelajaran kooperatif tipe IOC. Pada tahap ini guru membagi kelompok yang

beranggotakan 3-4 siswa. Dalam pembagian kelompok, tidak ada unsur

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - UKSW

21

pemaksaan oleh guru, agar proses pembelajaran berjalan dengan menyenangkan

sesuai dengan keinginan siswa. Tiap-tiap kelompok mendapat tugas mencari

informasi berdasarkan pembagian tugas dari guru. Setiap kelompok belajar

mandiri, mencari informasi berdasarkan tugas yang diberikan. Setelah selesai,

seluruh siswa berkumpul saling membaur (tidak berdasarkan kelompok). Separuh

kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar. Separuh kelas

lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam.

Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi.

Pertukaran informasi dapat dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang

bersamaan. Siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang

berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam. Giliran

siswa di lingkaran besar membagi informasi. Demikian seterusnya, sampai

seluruh siswa selesai berbagi informasi. Pergerakan akan dihentikan jika anggota

kelompok lingkaran dalam dan luar sebagai pasangan asal bertemu kembali.

Tahap ketiga adalah penutup. Kegiatan penutup merupakan fase ketiga

atau terakhir dalam pembelajaran IOC. Kegiatan penutup terdiri pembuatan

simpulan dari materi yang telah didiskusikan oleh siswa atas bimbingan dari guru.

Guru memberikan evaluasi atau latihan soal mandiri, serta pemberian tugas

rumah.

2. Prinsip reaksi

Prinsip reaksi mrupakan pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana

peran guru dalam memperhatikan dan memperlakukan siswa. Peran guru dalam

model IOC sebagai seorang fasilitator yang langsung terlibat dalam proses

kelompok (membantu siswa dalam merumuskan rencana, bertindak, dan mengatur

kelompok) serta beberapa kebutuhan dalam sebuah penelitian. Selain itu, guru

berperan sebagai konselor akademik. Ketika siswa menghadapi kesulitan dalam

memahami materi, mengerjakan tugas, ataupun saat kegiatan kerja kelompok,

guru bertugas untuk membimbing agar seluruh siswa dapat memahami materi

serta dapat mengikuti aktifitas di dalam kelas dengan baik.

Pusat dalam proses pembelajaran kooperatif adalah adanya keterlibatan

siswa dalam kegiatan pembelajaran. Guru bertugas menjelaskan terlebih dahulu

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - UKSW

22

langkah kerja dalam kegiatan kelompok maupun bertukar informasi yang harus

diikuti siswa dalam pelaksanaan kegiatan.

3. Sistem Sosial

Sistem sosial adalah pola hubungan guru dengan siswa ketika proses

pembelajaran berlangsung. Sistem sosial dalam model pembelajaran IOC adalah

menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan diatur oleh suatu kesepakatan yang

dikembangkan. Sistem sosial dalam model IOC berlandaskan pada proses

demokrasi dan keputusan kelompok, dengan struktur eksternal yang rendah.

Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, guru bersama siswa

bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui dan memberikan

kesempatan siswa untuk mengemukakan pendapatnya. Pada akhir pembelajaran,

guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi pelajaran yang telah

dipelajari bersama.

4. Daya Dukung

Sistem pendukung adalah segala sarana, alat dan bahan yang diperlukan

untuk menunjang terlaksananya kegiatan pembelajaran secara optimal. Sistem

pendukung model Inside-Outside Circle harus disesuaikan dengan kebutuhan

siswa pada tujuan yang diharapkan. Lingkungan harus mampu merespon berbagai

tuntutan pembelajar yang bermacam-macam. Pada pembelajaran IPS tentang

Teknologi Produksi, dibutuhkan berbagai macam alat dan bahan yang akan

mendukung terjadinya proses pembelajaran seperti contoh benda konkrit

menggunakan blender, cobek, setrika dan lain-lain. Selain contoh konkrit dari

benda asli, guru juga dapat menambahkan media gambar mengenai teknologi

berupa alat penggiling padi masa lalu dan masa kini, alat perontok padi masa lalu

dan masa kini, gambar alat transportasi masa lalu dan masa kini serta alat

komunikasi masa lalu dan masa kini.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - UKSW

23

Bagan 2.1

Dampak Pengiring dan Instruksional Model Pembelajaran Inside-Outside

Circle

5. Dampak instruksional dan dampak pengiring

Dampak instruksional adalah dampak atau hasil belajar yang dicapai

langsung dengan cara mengarahkan siswa pada tujuan yang diharapkan.

Secara khusus dampak instruksional dalam pembelajran IPS dengan materi

Teknologi melalui model pembelajaran Inside-Outside Circle adalah kemampuan

menyatakan macam-macam teknologi, membandingkan, mengelompokkan,

menunjukkan dan membedakan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi.

Dampak pengiring adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu

proses pembelajaran, sebagai akibat terciptanya susasana belajar yang dialami

langsung oleh siswa tanpa pengarahan langsung dari pengajar. Dampak pengiring

melalui model Inside-Outside Circle diharapkan dapat terbentuk kemampuan

Menghargai

orang lain

Kemampuan menyatakan macam-

macam teknologi

Kemampuan membandingkan tiga

macam teknologi (produksi,

komunikasi dan transportasi) Menyimak

Kemampuan mengelompokkan

masing-masing contoh dari ketiga

teknologi

Kerjasama

Model Inside-

Outside Circle Komunikatif

Kemampuan menunjukkan contoh

ketiga teknologi

Tanggung-

jawab

Kemampuan membedakan tiga

jenis teknologi Mandiri

Keterangan:

Dampak Instruksional

Dampak Pengiring

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - UKSW

24

menghargai orang lain, menyimak, kerjasama, komunikatif, tanggungjawab dan

mandiri.

Diharapkan timbul penghargaan terhadap martabat orang lain melalui

kerjasama dalam kelompok sehingga timbul anggapan bahwa orang lain juga

mempunyai kemampuan yang tidak dapat diremehkan, penelitian sosial sebagai

pandangan hidup, dan kehangatan yang memunculkan harapan dengan

diterapkannya model Inside-Outside Circle dalam pembelajaran IPS, siswa

mendapatkan rasa nyaman dalam belajar sehingga penilaian sikap yang positif

dapat terbentuk dengan baik.

e. Penerapan Model Pembelajaran Inside-Outside Circle (IOC) dalam

Pembelajaran IPS SD

Pembelajaran dengan model Inside-Outside Circle adalah serangkaian

aktivitas belajar dengan model Inside-Outside Circle yang sudah direncanakan

sebelumnya ke dalam bentuk langkah-langkah pembelajaran di kelas. Prosedur

yang harus ditempuh dalam pelaksanaan pembelajaran IPS dengan model Inside-

Outside Circle sebagai berikut.

Tabel 2.1 Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran IPS dengan Model Inside-

Outside Circle

Kegiatan Guru Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Peserta Didik

1. Melakukan apersepsi

sebelum

pembelajaran

dimulai

1. Apersepsi

1. Peserta didik memusatkan

perhatian kepada guru

2. Menjelaskan tentang

pembelajaran Inside-

Outside Circle

2. Penjelasan

pembelajaran

2. Memperhatikan penjelasan

guru

3. Menyampaikan

tujuan pembelajaran

3. Penyampaian

tujuan

pembelajaran

3. Menyimak penjelasan guru

4. Memberikan

motivasi

4. Motivasi belajar 4. Memperhatikan dan

menumbuhkan minat belajar

5. Membimbing

pelaksanaan kegiatan

pembelajaran

5. Pelaksanaan

kegiatan

pembelajaran

5. Mengikuti kegiatan

pembelajaran dengan sungguh-

sungguh

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - UKSW

25

6. Membimbing

membuat simpulan

dari materi yang

telah didiskusikan

6. Penyimpulan

materi pelajaran

6. Menyimpulkan materi

pelajaran yang telah dipelajari

7. Memberikan

evaluasi atau soal

mandiri

7. Evaluasi 7. Mengerjakan soal dengan

sungguh-sungguh

8. Memberikan tugas

rumah

8. Tindak lanjut 8. Mengerjakan tugas rumah

dengan sungguh-sungguh

2.1.2.2 Model Pembelajaran Bamboo Dancing (BD)

a. Pengertian Bamboo Dancing (BD)

Model pembelajara titpe Bamboo Dancing merupakan model

pembelajaran yang hampir sama dengan model Inside-Outside Cirle. Model

Bamboo Dancing bertujuan saling berbagi informasi antar siswa dengan berbeda-

beda pasangan dalam waktu singkat dan teratur. Lie (2003: 66) menjelaskan

bahwa model Bamboo Dancing merupakan hasil modifikasi Inside-Outside

Circle. Banyak ruang kelas sekolah di Indonesia ditata dengan model klasikal/

tradisional. Penataan tradisional bersifat permanen, yaitu kursi dan meja sulit

dipindahkan.

Menurut Suprijono (2013: 98) pembelajaran Bamboo Dancing serupa

dengan model inside-Outside Circle. Pembelajaran diawali dengan pengenalan

topik oleh guru. Guru dapat menuliskan topik di papan tulis atau bertanya jawab

tentang apa yang diketahui oleh siswa melalui topik yang dibahas. Kegiatan

sumbang saran dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif yang telah

dimiliki siswa agar lebih siap menghadapi pelajaran yang baru.

Kesimpulan pembelajaran Bamboo Dancing dari pendapat beberapa para

ahli adalah model pembelajaran yang bertujuan untuk mengaktifkan siswa dalam

kegiatan pembelajaran, melatih kemampuan berkomunikasi dengan orang lain,

serta berbagi informasi dengan berbeda-beda pasangan dalam waktu singkat dan

teratur.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - UKSW

26

b. Karakteristik Model Pembelajaran Bamboo Dancing (BD)

Kelebihan model Bamboo Dancing menurut Shoimin (2014: 33) antara

lain dapat meningkatkan kecerdasan sosial dalam hal kerjasama diantara siswa,

meningkatkan toleransi antar sesama siswa, dan memudahkan untuk bertukar

pengalaman serta pengetahuan dengan sesamanya dalam proses pembelajaran.

Sedangkan kekurangan model Bamboo Dancing menurut Shoimin (2014:

33) antara lain memerlukan periode waktu yang cukup panjang, menjadikan siswa

lebih banyak bermain daripaada belajar, dan menyulitkan proses belajar mengajar

karena kelompok belajar yang terlalu gemuk.

c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Bamboo Dancing (BD)

Langkah model Bamboo Dancing menurut Lie (2003: 66-67) antara lain:

1. Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri

sejajar. Jika ada cukup ruang, mereka bisa berjajar di depan kelaas.

Kemungkinan lain adalah siswa berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara

yang kedua ini akan memudahkan pembentukan kelompok karena

diperlukan waktu yang relatif singkat.

2. Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama.

3. Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi informasi.

4. Kemudian, satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran

pindah ke ujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser.

Masing-masing siswa mendapatkan pasangan yang baru untuk berbagi.

Pergeseran dapat dilakukan terus sesuai kebutuhan

d. Analisis Komponen-komponen Model Pembelajaran Bamboo Dancing

(BD)

Joyce, Weill dan Calhoun (2009:104-106) menyebutkan bahwa sebuah

model pembelajaran terdiri dari komponen sintaks atau struktur suatu model,

komponen prinsip reaksi atau peran guru, komponen sistem sosial atau situasi

kelas pada saat model berlangsung, daya dukung yang terdiri dari bahan dan alat

yang diperlukan untuk melaksanakan model, serta dampak instruksional yaitu

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - UKSW

27

hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan dampak

pengiring sebagai akibat dari terciptanya suasana belajar dalam model tertentu.

Komponen-komponen dari model Inside-Outside Circle antara lain sebagai

berikut:

1. Sintagmatik

Sintagmatik dalam model pembelajaran Bamboo Dancing tahap pertama

yaitu pengenalan topik. Guru menuliskan topik di papan tulis dengan tujuan

mengaktifkan struktur kognitif yang dimiliki siswa agar lebih siap menghadapi

pelajaran yang baru.

Tahap kedua adalah pembagian kelompok. Separuh kelas (atau seperempat

jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri sejajar. Jika ada cukup ruang, mereka

bisa berjajar di depan kelaas. Kemungkinan lain adalah siswa berjajar di sela-sela

deretan bangku. Cara yang kedua ini akan memudahkan pembentukan kelompok

karena diperlukan waktu yang relatif singkat. Separuh kelas lainnya berjajar dan

menghadap jajaran yang pertama. Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran

berbagi informasi. Kemudian, satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu

jajaran pindah ke ujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser.

Dengan cara ini, masing-masing peserta didik mendapatkan pasangan yang baru

untuk berbagi. Pergeseran dapat dilakukan terus sesuai kebutuhan

Tahap ketiga adalah penutup. Kegiatan penutup merupakan fase ketiga

atau terakhir dalam pembelajaran Bamboo Dancing. Kegiatan penutup terdiri

pembuatan simpulan dari materi yang telah didiskusikan oleh siswa atas

bimbingan dari guru. Guru memberikan evaluasi atau latihan soal mandiri, serta

pemberian tugas rumah.

2. Prinsip reaksi

Peran guru dalam model Bamboo Dancing sebagai seorang fasilitator yang

langsung terlibat dalam proses kelompok (membantu siswa dalam merumuskan

rencana, bertindak, dan mengatur kelompok) serta beberapa kebutuhan dalam

sebuah penelitian. Selain itu, guru berperan sebagai konselor akademik. Ketika

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - UKSW

28

siswa menghadapi kesulitan dalam memahami materi, mengerjakan tugas,

ataupun saat kegiatan kerja kelompok, guru bertugas untuk membimbing agar

seluruh siswa dapat memahami materi serta dapat mengikuti aktifitas di dalam

kelas dengan baik.

3. Sistem Sosial

Sistem sosial dalam kegiatan tim berkaitan dengan materi Teknologi

berupa sikap saling menghargai pendapat yang dikemukakan oleh siswa lain dan

kerja sama dalam mengerjakan tugas ataupun saat bertukar informsi. Sehingga

melalui kegiatan kelompok, diharapkan akan memunculkan sikap demokratis,

kooperatif dan bertanggung jawab.

4. Daya Dukung

Sistem pendukung dalam model Bamboo Dancing harus disesuaikan

dengan kebutuhan siswa pada tujuan yang diharapkan. Misalnya dalam

pembelajaran IPS tentang Teknologi Produksi, dibutuhkan berbagai macam alat

dan bahan yang akan mendukung terjadinya proses pembelajaran seperti contoh

benda konkrit menggunakan tempe yang dibungkus dengan daun dan plastik

sebagai contoh teknologi produksi masa lalu dan masa kini. Selain contoh konkrit

dari benda asli, guru juga dapat menambahkan media gambar mengenai contoh-

contoh alat teknologi produksi berupa mesin perontok padi sebagai contoh

teknologi produksi masa kini sedangkan gambar lumpang dan antan sebagai

contoh teknologi produksi masa lalu, gambar teknologi komunikasi masa lalu dan

masa kini serta teknologi transportasi masa lalu dan masa kini.

Dampak instruksional dan dampak pengiring dalam model Bamboo Dancing

digambarkan dalam bagan berikut.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - UKSW

29

Bagan 2.2

Dampak Pengiring dan Instruksional Model Pembelajaran Bamboo Dancing

5. Dampak instruksional dan dampak pengiring

Secara khusus dampak instruksional dalam pembelajran IPS dengan materi

Teknologi melalui model pembelajaran Bamboo Dancing adalah kemampuan

menyatakan macam-macam teknologi, membandingkan, mengelompokkan,

menunjukkan dan membedakan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi.

Dampak pengiring adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu

proses pembelajaran, sebagai akibat terciptanya susasana belajar yang dialami

langsung oleh siswa tanpa pengarahan langsung dari pengajar. Dampak pengiring

melalui model BD diharapkan dapat terbentuk kemampuan memusatkan

perhatian, menyimak, kerjasama, komunikatif, tanggungjawab dan teliti.

Diharapkan timbul penghargaan terhadap martabat orang lain melalui

kerjasama dalam kelompok sehingga timbul anggapan bahwa orang lain juga

mempunyai kemampuan yang tidak dapat diremehkan, penelitian sosial sebagai

Kemampuan menyatakan macam-

macam teknologi Memusatkan

perhatian Kemampuan membandingkan

ketiga macam teknologi Model Bamboo

Dancing

Menyimak

Kemampuan mengelompokkan

masing-masing contoh dari ketiga

teknologi

Kerjasama

Komunikatif

Kemampuan membedakan ketiga

teknologi

Kemampuan menunjukkan contoh

ketiga teknologi Teliti

Tanggungjawab

Keterangan:

Dampak Instruksional

Dampak Pengiring

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - UKSW

30

pandangan hidup, dan kehangatan yang memunculkan harapan dengan

diterapkannya model Bamboo Dancing dalam pembelajaran IPS, siswa

mendapatkan rasa nyaman dalam belajar.

e. Penerapan Model Pembelajaran Bamboo Dancing (BD) dalam

Pembelajaran Matematika SD

Pembelajaran dengan menggunakan model Bamboo Dancing dilaksanakan

sesuai rencana sebelumnya melalui langkah-langkah pembelajaran di kelas.

Prosedur yang harus ditempuh dalam pelaksanaan pembelajaran IPS

menggunakan model Bamboo Dancing sebagai berikut.

Tabel 2.2 Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran IPS dengan Model

Bamboo Dancing

Kegiatan Guru Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Peserta Didik

1. Melakukan apersepsi

sebelum pembelajaran

dimulai

1. Apersepsi 1. Siswa memusatkan

perhatian kepada guru

2. Menjelaskan tentang

pembelajaran Bamboo

Dancing

2. Penjelasan

pembelajaran

2. Memperhatikan

penjelasan guru

3. Menyampaikan tujuan

pembelajaran

3. Penyampaian tujuan

pembelajaran

3. Menyimak penjelasan

guru

4. Memberikan motivasi 4. Motivasi belajar 4. Memperoleh dan

menumbuhkan minat

belajar

5. Membimbing

pelaksanaan kegiatan

pembelajaran

kooperatif tipe Bamboo

Dancing

5. Pelaksanaan kegiatan

pembelajaran

5. Mengikuti kegiatan

pembelajaran dengan

sungguh-sungguh

6. Membimbing membuat

simpulan dari materi

yang telah didiskusikan

6. Penyimpulan materi

pelajaran

6. Menyimpulkan materi

pelajaran yang telah

dipelajari

7. Memberikan evaluasi

atau soal mandiri

7. Evaluasi 7. Mengerjakan soal

dengan sungguh-

sungguh

8. Memberikan tugas

rumah

8. Tindak lanjut 8. Mengerjakan tugas

rumah dengan

sungguh-sungguh

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - UKSW

31

Rancangan komponen-komponen kegiatan model pembelajaran IOC dan

BD akan terlaksana dengan baik jika ada jaminan kualitas pembelajaran dengan

pengamatan. Pengamatan dilakukan dengan mengamati aktivitas guru dan siswa

selama proses pembelajaran berlangsung apakah sudah sesuai dengan langkah-

langkah model pembelajaran. Pengamatan dilakukan oleh observer yang

berpatokan pada lembar observasi yang dibuat sesaui dengan sintak model

pembelajaran IOC dan BD.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini tidak terlepas dari penelitian-penelitian terdahulu yang

relevan dilaksanakan. Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini

adalah:

a. Penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati (2013) menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan nilai rata-rata hasil belajar antara kelompok perlakuan

pembelajaran menggunakan metode Inside Outside Circle (70,15) dan

Bamboo Dancing (63,17). Nilai rata-rata metode Inside Outside Circle

memperoleh keberhasilan tertinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata

Bamboo Dancing.

b. Penelitian yang dilakukan oleh Thaibah (2015) menunjukkan bahwa tidak

ada perbedaan hasil yang signifikan terhadap perbandingan hasil belajar

IPA dalam penerapan model Inside-Outside Circle dan Bamboo Dancing

pada siswa kelas 5 Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pandak Daun Daha Utara.

Hasil belajar kelompok Inside-Outside Circle 76,52 pada nilai rata-rata

posttest, sedangkan hasil belajar kelompok Bamboo Dancing 75,42 pada

nilai rata-rata posttest, dengan selisih masing-masing hanya1,1.

2.3 Kerangka Pikir

Model Inside-Otside Circle dan Bamboo Dancing terdiri dari kegiatan

kelompok dan pertukaran informasi selama proses pembelajaran. Proses

kebersamaan diharapkan dapat menyelesaikan suatu permasalahan. Penemuan dan

pemahaman konsep-konsep yang sulit dalam pelajaran dapat didiskusikan

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - UKSW

32

bersama teman sekelompoknya serta melalui kegiatan bertukar informasi.

Konsep-konsep penting akan membantu siswa dalam menerapkan apa yang

diperolehnya dari pengalaman belajar langsung ke dalam kehidupan sehari-hari.

Penelitian dengan menerapkan kedua model bertujuan untuk mengetahui

perbedaan hasil belajar IPS siswa.

Penerapan model pembelajaran Inside-Otside Circle dan Bamboo Dancing

dapat menjadikan siswa lebih mudah dalam kegiatan pembelajaran, karena siswa

mengalami langsung proses penerimaan informasi melalui kegiatan bertukar

informasi dengan siswa yang lain.

Model pembelajaran Inside-Otside Circle mempunyai beberapa langkah

pembelajaran yang dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa.

Uraian manfaat dari masing-masing langkah antara lain: tahap pertama,

pendahuluan. Dalam kegiatan pendahuluan guru melakukan apersepsi,

menjelaskan tentang pembelajaran Inside-Outside Circle, menyampaikan tujuan

pembelajaran, serta memberikan motivasi. Tahap ini diharapkan dapat

memusatkan perhatian siswa pada kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan,

serta membangun minat belajar.

Tahap kedua adalah kegiatan inti yang terdiri dari pelaksanaan

pembelajaran kooperatif tipe Inside-Outside Circle. Tahap ini dapat memberikan

informasi berupa materi pelajaran yang disampaikan melalui kegiatan bermain

lingkaran besar dan lingkaran kecil. Tahap ketiga adalah penutup. Kegiatan

penutup merupakan fase ketiga atau terakhir dalam pembelajaran Inside-Outside

Circle. Kegiatan ini berisi evaluasi, penyimpulan, serta tindak lanjut yang

diharapkan dapat memberikan penguatan materi terhadap siswa.

Model pembelajaran Bamboo Dancing mempunyai beberapa langkah yang

juga diharapkan dapat berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa. Uraian

langkah-langkah dan manfaatnya yaitu tahap pertama yaitu pengenalan topik.

Guru menuliskan topik di papan tulis atau mengadakan tanya jawab tentang apa

yang diketahui peserta didik mengenai materi Teknologi. Kegiatan saling bertukar

pikiran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif yang dimiliki siswa

agar lebih siap menghadapi pelajaran yang baru.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - UKSW

33

Tahap kedua adalah pembagian kelompok dan kegiatan pembelajaran.

Tahap ini bertujuan agar siswa dapat berpartisipasi aktif melakukan kegiatan

pembelajran melalui bertukar informasi. Tahap ketiga adalah penutup yang

merupakan fase terakhir dalam pembelajaran Bamboo Dancing. Kegiatan penutup

terdiri pembuatan simpulan dari materi yang telah didiskusikan oleh siswa atas

bimbingan dari guru. Guru memberikan evaluasi atau latihan soal mandiri, serta

pemberian tugas rumah. Tahap ini diharapkan mampu memberikan penguatan

materi kepada siswa.

Berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran Inside-Outside Circle

dan Bamboo Dancing, siswa aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Penerapan

model pembelajaran Inside-Outside Circle dan Bamboo Dancing diharapkan

mampu mempengaruhi kualitaas hasil belajar IPS yang diperoleh siswa. Berikut

gambar bagan kerangka berpikir penggunaan model pembelajaran Inside-Outside

Circle dan Bamboo Dancing.

Sintak/Langkah-langkah

Keterangan:

Dampak instruksional

Dampak pengiring

Bagan 2.3

Bagan Kerangka Berpikit Model Inside-Outside Circle

Mampu menyatakan

macam-macam teknologi Model Inside-Outside Ciecle

Mampu membandingkan

3 jenis teknologi

Minat siswa

muncul

Pendahuluan Hasil

belajar

Mampu mengelompokkan

contoh ketiga teknologi

Kerjasama

Belajar Tim Mampu menunjukkan

contoh ketiga teknologi Disiplin

Tanggung jawab

Komunikatif

Kesimpulan Mampu membedakan

ketiga teknologi Penguatan

Mandiri Evaluasi dan Tindak

Lanjut

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - UKSW

34

Sintak/Langkah-langkah

Keterangan:

Dampak instruksional

Dampak pengiring

Bagan 2.4

Bagan Kerangka Berpikit Model Bamboo Dancing

2.4 Hipotesis/ Produk Hipotetik

Berdaasarkan kerangka berpikir di atas maka dirumuskan suatu hipotesis

sebagai berikut.

H0: Tidak ada perbedaan hasil belajar IPS siswa yang signifikan dalam

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Inside-Outside Circle dan

Bamboo Dancing pada peserta didik kelas 4 SD Gugus Mawar Suruh.

Ha: Ada perbedaan hasil belajar IPS siswa yang signifikan dalam penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe Inside-Outside Circle dan Bamboo

Dancing pada peserta didik kelas 4 SD Gugus Mawar Suruh.

Model Bamboo Dancing

Mampu menyatakan

macam-macam

teknologi

Minat siswa

muncul

Pendahuluan

Mampu

membandingkan 3

jenis teknologi Kerjasama Belajar Tim

Tanggung jawab

Mampu

mengelompokkan

contoh ketiga teknologi

Hasil

belajar

Menghargai

orang lain

Kesimpulan

Komunikatif Evaluasi dan Tindak

Lanjut Mampu menunjukkan

contoh ketiga teknologi Penguatan

Teliti Mampu membedakan

ketiga teknologi