bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori - uksw
TRANSCRIPT
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
Berikut akan dipaparkan mengenai hakikat IPS, model pembelajaran
kooperatif antara lain model IOC dan model BD, hasil belajar, hasil penelitian
yang relevan, kerangka pikir, serta hipotesis penelitian.
2.1.1 Hakikat IPS SD
a. Pengertian
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaaran yang
diberikan mulai dari tingkat SD hingga sekolah menengah. Kajian materi SD
meliputi geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi menurut Lampiran
permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
Menurut Widiarto (2006: 6) IPS adalah telaah tentang manusia dan
dunianya. Manusia hidup bersama dengan sesamanya, sehingga manusia harus
mampu mengatasi rintangan yang timbul dari lingkungannya ataupun dari akibat
hidup bersama. Gunawan (2011: 19) menjelaskan bahwa IPS berkenaan dengan
kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya.
Mengkaji, mempelajari dan menelaah sistem kehidupan manusia di permukaan
bumi adalah hakikat yang dipelajari dalam IPS. Senada dengan pendapat para ahli
yang telah disebutkan, Sapriya (2011: 20) menjelaskan bahwa hakikat IPS di
Sekolah Dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai
integrasi dari beberapa konsep disiplin sosial, humaniora atau antar manusia, sains
bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan. Materi IPS untuk jenjang
Sekolah Dasar tidak terlihat dari aspek disiplin ilmu karena yang lebih
diutamakan adalah dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik
kemampuan berpikir siswa.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa IPS
merupakan suatu disiplin ilmu yang mengkaji tentang hubungan manusia dengan
lingkungan fisik maupun sosial.
10
Mata Pelajaran IPS di SD menurut Lampiran Permeniknas Nomor 22
Tahun 2006 bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat
serta lingkungannya.
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama serta berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk baik di tingkat lokal, nasional maupun
global.
Ruang lingkup pembelajaran IPS untuk jenjang Sekolah Dasar meliputi
berbagai aspek yang berkaitan dengan lingkungan sosial maupun lingkungan
fisiknya. Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi:
1. Manusia, Tempat dan Lingkungan
2. Waktu, Keberlanjutan dan Perubahan
3. Sistem Sosial dan Budaya
4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan
b. Kompetensi Dasar Pembelajaran IPS SD
Kecakapan atau kemahiran IPS yang diharapkan dapat tercapai dalam
belajar IPS SD yang termuat dalam Silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
2004 adalah sebagai berikut:
1. Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan
potensi lain dari daerahnya.
2. Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
3. Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi
serta pengalaman menggunakannya.
4. Mengenal permasalahan sosial di daerahnya.
11
Kemampuan IPS yang dipilih dirancang sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan siswa dengan memperhatikan perkembangan pendidikan IPS di dunia
sekarang ini. Ketercapaian kompetensi dipilih melalui materi-materi IPS dengan
memperhatikan struktur keilmuan, tingkat kedalaman materi, serta sifat esensial
materi dan keterpakaiannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara rinci, standar
kompetensi tersebut, adalah sebagai berikut:
Standar Kompetensi
2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di
lingkungan kabupaten/kota dan provinsi.
Kompetensi Dasar
2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan
potensial lain di daerahnya.
2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi.
2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar menjadi arah dan landasan
untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam penelitian ini, menggunakan
kompetensi dasar tentang mengenal perkembangan teknologi produksi,
komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya.
c. Pembelajaran IPS SD
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat,
menjadikan manusia bertindak seiring dengan tuntutan global. Manusia
memerlukan cara-cara untuk dapat berkembang dan mampu menuju ke kehidupan
yang lebih baik. Salah satu cara untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik
adalah adanya proses pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran, terjadi proses
belajar dan mengajar. Proses belajar mengajar ini akan mencapai suatu hasil
pembelajaran atau hasil belajar. Menurut Hamalik (2004: 27) belajar adalah suatu
kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan
12
tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan
hasil latihan melainkan perubahan kelakuan.
Menurut Burton (dalam Hosnan, 2014: 3) belajar merupakan suatu
perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu
dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka dapat berinteraksi dengan
lingkungannya. Kata kunci pendapat Burton adalah “interaksi”. Interaksi memiliki
makna sebagai sebuah proses. Seseorang yang melakukan kegiatan secara sadar
untuk memncapai tujuan tertentu, maka orang tersebut dikatakan sedang belajar.
Kegiatan tersebut disebut dengan aktivitas belajar.
Arti belajar menurut Kaluger (dalam Hosnan, 2014: 3-4) adalah proses
pembangunan pemahaman/pemaknaan terhadap informasi dan atau pengalaman
siswa. Senada dengan pendapat para ahli, Hosman (2014: 7) menyatakan bahwa
belajar adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu.
Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses
berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat,
mengamati dan memahami sesuatu.
Kesimpulan belajar berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli adalah
kegiatan atau proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu,
untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
IPS perlu diberikan kepada siswa sejak dini yang dimulai dari Sekolah
Dasar, guna membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis dan kritis, rasa
ingin tahu, memecahkan masalah, inkuiri dan keterampilan dalam kehidupan
sosial serta membekali kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk.
Gagne dan Briggs yang dikutip oleh Gunawan (2011: 47) mengemukakan
beberapa pendapat yang melaandasi proses pembelajaran. Pertama, pembelajaran
bertujuan untuk memberikan bantuan agar belajar siswa menjadi efektif. Guru
hanya sebagai fasilitator, bukan penentu keberhasilan atau kegagalan belajar
siswa. Kedua, pembelajaran bersifat terpogram, artinya pembelajaran dirancang
dengan tujuan jangka pendek, menengah ataupun jangka panjang. Ketiga,
pembelajaran dirancang melalui pendekatan sistem, artinya pembelajaran harus
13
dirancang secara sistematis yang dipercaya akan mempengaruhi perkembangan
murid secara individual. Keempat, Pembelajaran dirancang sesuai dengan
pendekatan sistem dan kelima, pembelajaran dirancang berdasarkan pengetahuan
tentang teori belajar.
Pembelajaran IPS merupakan kegiatan mengubah karakteristik siswa
sebelum sebelum belajar IPS (input) menjadi siswa yang memiliki karakteristik
yang diinginkan (output). Langkah pertama dalam pembelajaran IPS adalah
perumusan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran IPS mencakup tiga aspek
yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kegiatan penelitian yang dilakukan akan
menggunakan aspek kognitif untuk mengukur respon intelektual siswa yang
diperoleh dari hasil belajar.
d. Penilaian IPS SD
Hamid (2011: 15) mengatakan bahwa penilaian adalah suatu kegiatan
pengukuran, kuantifikasi, dan penetapan mutu pengetahuan siswa secara
menyeluruh. Penilaian harus terintegrasi dalam proses pembelajaran dan
menggunakan beragam bentuk. Secara umum penilaian merupakan salah satu
proses penting dalam proses pendidikan, khususnya dalam proses belajar
mengajar.
Ollerton (2010: 91) menyebutkan bahwa asesmen sebagai bagian integral
kegiatan belajar dan mengajar IPS. Jenis asesmen formatif yang paling valid dan
berguna adalah asesmen yang:
1. Muncul selama pelajaran dan merupakan bagian alami dari banyak
interaksi yang terjadi antara siswa dan guru
2. Menginformasikann kepada siswa tentang prestasi mereka
3. Membantu guru memutuskan tingkat dukungan yang dibutuhkan seorang
siswa atau sekelompok siswa pada titik yang berbeda dalam suatu
pelajaran
4. Membantu siswa memutuskan tindakan selanjutnya untuk memecahkan
suatu soal atau tugas
Senada dengan pendapat para ahli, TGAT yang dikutip oleh Wardani
(2012: 48) asesmen mencakup seluruh cara yang digunakan untuk menilai unjuk
14
kerja individual atau kelompok. Cara yang digunakan antara lain tes tertulis, tes
lisan, kuis, ulangan harian, tugas kelompok, laporan, lembar pengamatan,
pedoman wawancara, tugas rumah, dan sebagainya.
Kesimpulan pengertian penilaian dari beberapa pendapat para ahli adalah
suatu kegiatan pengukuran, kuantifikasi, dan penetapan mutu pengetahuan siswa
secara menyeluruh. Kompetensi dapat tercapai apabila guru menerapkan
bermacam-macam model pembelajaran dalam proses belajara mengajar di dalam
kelas. Model yang baik digunakan dalam pembelajaran IPS antara lain model
Inside-Outside Circle dan Bamboo Dancing.
Penilain menunjukkan hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Berikut dipaparkan mengenai hasil belajar.
1) Pengertian Hasil Belajar
Majid (2014: 28) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan suatu puncak
proses belajar. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak
pengiring. Suprijono, (2013: 5) berpendapat bahwa hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan
keterampilan. Sependapat dari dua ahli yang telah disebutkan, Rusman (2012:
123) menyatakan bahwa hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh
siswa baik dalam ranah kognitif, afeftif dan psikomotorik.
Faktor-faktor hasil belajar menurut Munadi yang dikutip oleh Rusman
(2012: 124) yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal berupa
lingkungan dan sarana pembelajaran, sedangkan faktor internal berupa jasmani
dan kondisi psikologis siswa yang meliputi perhatian, minat, bakat dan daya nalar
siswa.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan puncak dari suaatu proses pembelajaran. Hasil belajar berupa
dampak pengajaran dan dampak pengiring yang bermanfaat guru maupun siswa.
15
2) Pengukuran Hasil Belajar IPS
Pengukuran hasil belajar dilakukan untuk mengetahui kompetensi yang
ada dalam diri siswa. Dengan melihat hasil pengukuran yang dilakukan oleh
gruru, siswa dapat mengetahui sejauh mana kemampuan yang dimiliki untuk
meningkatkan kembali hasil belajar demi memperbaiki kekurangan dalam diri
siswa.
Menurut Guilford dan Wiersma yang dikutip oleh Majid, (2014: 36)
pengukuran merupakan proses penetapan angka terhadap suatu gejala menurut
aturan tertentu yaitu berupa penilaian numerik terhadap fakta-fakta dari objek
yang hendak diukur. Sudjana (2012: 35) menjelaskan bahwa alat-alat penilaian
hasil belajar yaitu tes, baik tes uraian maupun objektif. Tes uraian terdiri dari
uraian bebas, terbatas dan berstruktur, sedangkan tes objektif berupa bentuk
pilihan benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan dan isian pendek atau
melengkapi. Penelitian ini menggunakan tes objektif berupa bentuk soal pilihan
ganda untuk mendapatkan hasil belajar dari model IOC maupun BD.
Sugihartono (2007: 131) menyebutkan beberapa cara untuk mengetahui
tingkat kemampuan siswa, antara lain:
1. Angka atau skor yang diperoleh kawan sekelas
2. Batas penguasaan kompetensi terendah yang harus dicapai untuk dapat
dianggap lulus
3. Prestasi siswa di masa lampau
4. Kemampuan dasar siswa
2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik apabila pemilihan model
pembelajaran yang dipilih adalah tepat serta dibutuhkan dalam pelaksanaan suatu
proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik siswa SD yang suka berkelompok adalah model pembelajaran
kooperatif. Sesuai dengan namanya kooperatif artinya kerja sama. Model
kooperatif dapat membantu siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
16
Menurut Eggen (2012: 136) pembelajaran kooperatif adalah sekelompok
strategi mengajar yang memberi peran terstruktur bagi siswa seraya merencanakan
interaksi antarsiswa. Hartono (2013: 100) mengatakan bahwa strategi
pembelajaran kooperatif atau gotong royong (cooperative learning) adalah bentuk
pengajaran siswa dalam beberapa kelompok yang bekerjasama antara satu siswa
dengan lainnya untuk memecahkan masalah. Suprijono (2013: 54) menjelaskan
bahwa model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil
belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keagamaan, dan
pengembangan keterampilan sosial.
Senada dengan pendapat para ahli tersebut, Jhonson,dkk (2010: 4)
mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah proses
belajar mengajar yang melibatkan penggunaan kelompok-kelompok kecil yang
memungkinkan siswa untuk bekerja secara bersama-sama di dalamnya guna
memaksimalkan pembelajaran mereka sendiri dan pembelajaran satu sama lain.
Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah suatu
model pembelajaran yang terdiri dari kelompok-kelompok kecil yang anggotanya
heterogen sehingga terjadi suatu kerja sama dan saling mempelajari dalam
menyelesaikan suatu permasalahan. Terdapat berbagai tipe model pembelajaran
kooperatif yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran IPS. Model-model
pembelajaran kooperatif antara lain Jigsaw, Student Teams Achievement Division,
Teams Games Turnament, Number Head Togegther, Two Stay Two Stray, Think
Pair Share, Mind Mapping, Make a Match, Inside-Outside Circle, Bamboo
Dancing, dan Learning Togather.
Berdasarkan beberapa model tersebut, peneliti memilih menggunakan
model Inside-Outside Circle (IOC) dan Bamboo Dancing (BD), karena terdapat
kegiatan bertukar informasi yang bertujuan meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar siswa dalam mata pelajaran IPS. Model Inside-Outside Circle (IOC)
memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam mata pelajaran
IPS di SD, karena di dalam model IOC terdapat unsur kerjasama serta interaksi
yang dapat membantu siswa untuk lebih bisa memahami materi yang diberikan
17
oleh guru. Model Bamboo Dancing (BD) mempunyai unsur yang sama dengan
model IOC, dimana model ini juga memiliki potensi untuk meningkatkan hasil
belajar siswa melalui langkah-langkah pembelajaran yang hampir serupa.
Berkaitan dengan materi IPS yang diambil yaitu tentang Teknologi Produksi,
Komunikasi dan Transportasi, model pembelajaran IOC dan BD diharapkan dapat
memberikan kemudahan siswa dalam membangun pengetahuannya tentang materi
yang diajarkan melalui kegiatan berbagi informasi berupa materi yang mengarah
pada tujuan pembelajaran.
Penelitian mengenai model Inside Outside Circle dan Bamboo Dancing
perlu dilakukan dengan terlebih dahulu memahami hakikat model Inside Outside
Circle dan Bamboo Dancing, karakteristik, langkah-langkah, analisis komponen
dan penerapan dari model Inside Outside Circle dan Bamboo Dancing. Berikut
secara berurutan akan dipaparkan mengenai hakikat, karakteristik, langkah-
langkah, analisis komponen-komponen, serta penerapan model Inside-Outside
Circle dan Bamboo Dancing.
2.1.2.1 Model Pembelajaran Inside-Outside Circle (IOC)
a. Pengertian Inside-Outside Circle (IOC)
Model pembelajaran Inside-Outside Circle menggunakan gaya
pembelajaran dengan proses saling memberi dan menerima informasi
pembelajaran. Shoimin (2014: 88) berpendapat Inside-Outside Circle adalah
model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk melatih belajar secara
mandiri serta berbicara menyampaikan informasi kepada orang lain. Kegiatan
belajar diawali dengan pembentukan kelompok besar dalam kelas yang terdiri dari
kelompok lingkaran dalam dan kelompok lingkaran luar. Anggota kelompok luar
berdiri menghadap ke dalam. Antara anggota lingkaran dalam dan luar saling
berpasangan dan berhadap-hadapan. Siswa saling membagi informasi pada saat
yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.
Siswa yang berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa
yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam
18
sehingga masing-masing siswa mendapat pasangan baru. Informasi yang
dibagikan merupakan isi materi yang mengarah pada tujuan pembelajaran.
Pendapat Kagan yang dikutip oleh Lie, (2002: 64) menyatakan bahwa
model Inside-Outside Circle memiliki struktur yang jelas dan memungkinkan
siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.
Siswa saling bekerjasama dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak
kesempatan untuk mengolah informasi serta meningkatkan keterampilan
berkomunikasi. Menurut Huda (2013: 247) model Inside Outside Circle
memungkinkan siswa untuk saling berbagi informasi dalam waktu yang
bersamaan, dan dapat diterapkan untuk beberapa mata pelajaran, seperti ilmu
pengetahuan sosial, matematika, agama, dan bahasa. Bahan pelajaran yang cocok
digunakan dengan teknik IOC adalah bahan-bahan yang membutuhkan pertukaran
pikiran dan informasi antar siswa. Selain dapat mengolah informasi, IOC juga
dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Berdasarkan beberpa pendapat dari para ahli mengenai pengertian model
Inside-Outside Circle dapat pula disimpulkan bahwa model IOC merupakan
model kegiatan pembelajaran yang bersifat komunikatif yang diwujudkan dalam
bentuk kooperatif bertukar informasi, yang terdiri dari kelompok lingkaran kecil
dan kelompok lingkaran besar.
b. Karakteristik Model Pembelajaran Inside-Outside Circle (IOC)
Kelebihan dan kelemahan berturut-turut dari model pembelajaran Inside-
Outside Circle menurut Shoimin (2014: 90) adalah dapat membangun sifat
kerjasama siswa, tidak ada bahan khusus yang dibutuhkan untuk strategi sehingga
dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam pelajaran, dan mendapatkan informasi
yang berbeda pada saat bersamaan. Sedangkan kelemahannya antara lain
membutuhkan ruang kelas yang besar, rumit untuk dilakukan, dan membutuhkan
waktu yang lebih lama sehingga tidak berkonsentrasi serta disalahgunakan untuk
bergurau.
19
c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Inside-Outside Circle (IOC)
Langkah-langkah dari model pembelajaran Inside-Outside Circle menurut
Shoimin (2014: 88) antara lain:
1. Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan meliputi fase pertama yaitu persiapan. Guru
melakukan apersepsi. Guru menjelaskan tentang pembelajaran Inside-
Outside Circle, menyampaikan tujuan pembelajaran, serta memberikan
motivasi.
2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan fase kedua yang berisi pelaksanaan pembelajaran
kooperatif tipe Inside-Outside Circle. Adapun pelaksanaan pembelajaran
yaitu:
1) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-4
orang.
2) Tiap-tiap kelompok mendapat tugas mencari informasi berdasarkan
pembagian tugas dari guru.
3) Setiap kelompok belajar mandiri, mencari informasi berdasarkan tugas
yang diberikan.
4) Setelah selesai, seluruh siswa berkumpul saling membaur (tidak
berdasarkan kelompok).
5) Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap
keluar.
6) Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama,
menghadap ke dalam.
7) Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi
informasi. Pertukaran informasi dapat dilakukan oleh semua pasangan
dalam waktu yang bersamaan.
8) Siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang
berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum
jam.
20
9) Giliran siswa di lingkaran besar membagi informasi. Demikian
seterusnya, sampai seluruh siswa selesai berbagi informasi.
10) Pergerakan akan dihentikan jika anggota kelompok lingkaran dalam
dan luar sebagai pasangan asal bertemu kembali.
3. Penutup
Kegiatan penutup merupakan fase ketiga atau terakhir dalam pembelajaran
Inside-Outside Circle. Kegiatan penutup terdiri dari:
1) Siswa dengan bimbingan guru membuat simpulan dari materi yang
telah didiskusikan.
2) Guru memberikan evaluasi atau latihan soal mandiri.
3) Siswa diberikan tugas rumah.
d. Analisis Komponen-komponen Model Pembelajaran Inside-Outside
Circle
Joyce, Weill dan Calhoun (2009:104-106) menyebutkan bahwa sebuah
model pembelajaran terdiri dari komponen sintaks atau struktur suatu model,
komponen prinsip reaksi atau peran guru, komponen sistem sosial atau situasi
kelas pada saat model berlangsung, daya dukung yang terdiri dari bahan dan alat
yang diperlukan untuk melaksanakan model, serta dampak instruksional yaitu
hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan dampak
pengiring sebagai akibat dari terciptanya suasana belajar dalam model tertentu.
Komponen-komponen dari model Inside-Outside Circle antara lain sebagai
berikut:
1. Sintagmatik
Sintagmatik adalah urutan langkah pengajaran. Model pembelajaran IOC
memiliki beberapa tahapan, pertama yaitu pendahuluan. Kegiatan pendahuluan
diawali dengan guru melakukan apersepsi, menjelaskan tentang pembelajaran
IOC, menyampaikan tujuan pembelajaran, serta memberikan motivasi.
Tahap kedua adalah kegiatan inti yang terdiri dari pelaksanaan
pembelajaran kooperatif tipe IOC. Pada tahap ini guru membagi kelompok yang
beranggotakan 3-4 siswa. Dalam pembagian kelompok, tidak ada unsur
21
pemaksaan oleh guru, agar proses pembelajaran berjalan dengan menyenangkan
sesuai dengan keinginan siswa. Tiap-tiap kelompok mendapat tugas mencari
informasi berdasarkan pembagian tugas dari guru. Setiap kelompok belajar
mandiri, mencari informasi berdasarkan tugas yang diberikan. Setelah selesai,
seluruh siswa berkumpul saling membaur (tidak berdasarkan kelompok). Separuh
kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar. Separuh kelas
lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam.
Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi.
Pertukaran informasi dapat dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang
bersamaan. Siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang
berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam. Giliran
siswa di lingkaran besar membagi informasi. Demikian seterusnya, sampai
seluruh siswa selesai berbagi informasi. Pergerakan akan dihentikan jika anggota
kelompok lingkaran dalam dan luar sebagai pasangan asal bertemu kembali.
Tahap ketiga adalah penutup. Kegiatan penutup merupakan fase ketiga
atau terakhir dalam pembelajaran IOC. Kegiatan penutup terdiri pembuatan
simpulan dari materi yang telah didiskusikan oleh siswa atas bimbingan dari guru.
Guru memberikan evaluasi atau latihan soal mandiri, serta pemberian tugas
rumah.
2. Prinsip reaksi
Prinsip reaksi mrupakan pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana
peran guru dalam memperhatikan dan memperlakukan siswa. Peran guru dalam
model IOC sebagai seorang fasilitator yang langsung terlibat dalam proses
kelompok (membantu siswa dalam merumuskan rencana, bertindak, dan mengatur
kelompok) serta beberapa kebutuhan dalam sebuah penelitian. Selain itu, guru
berperan sebagai konselor akademik. Ketika siswa menghadapi kesulitan dalam
memahami materi, mengerjakan tugas, ataupun saat kegiatan kerja kelompok,
guru bertugas untuk membimbing agar seluruh siswa dapat memahami materi
serta dapat mengikuti aktifitas di dalam kelas dengan baik.
Pusat dalam proses pembelajaran kooperatif adalah adanya keterlibatan
siswa dalam kegiatan pembelajaran. Guru bertugas menjelaskan terlebih dahulu
22
langkah kerja dalam kegiatan kelompok maupun bertukar informasi yang harus
diikuti siswa dalam pelaksanaan kegiatan.
3. Sistem Sosial
Sistem sosial adalah pola hubungan guru dengan siswa ketika proses
pembelajaran berlangsung. Sistem sosial dalam model pembelajaran IOC adalah
menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan diatur oleh suatu kesepakatan yang
dikembangkan. Sistem sosial dalam model IOC berlandaskan pada proses
demokrasi dan keputusan kelompok, dengan struktur eksternal yang rendah.
Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, guru bersama siswa
bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui dan memberikan
kesempatan siswa untuk mengemukakan pendapatnya. Pada akhir pembelajaran,
guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi pelajaran yang telah
dipelajari bersama.
4. Daya Dukung
Sistem pendukung adalah segala sarana, alat dan bahan yang diperlukan
untuk menunjang terlaksananya kegiatan pembelajaran secara optimal. Sistem
pendukung model Inside-Outside Circle harus disesuaikan dengan kebutuhan
siswa pada tujuan yang diharapkan. Lingkungan harus mampu merespon berbagai
tuntutan pembelajar yang bermacam-macam. Pada pembelajaran IPS tentang
Teknologi Produksi, dibutuhkan berbagai macam alat dan bahan yang akan
mendukung terjadinya proses pembelajaran seperti contoh benda konkrit
menggunakan blender, cobek, setrika dan lain-lain. Selain contoh konkrit dari
benda asli, guru juga dapat menambahkan media gambar mengenai teknologi
berupa alat penggiling padi masa lalu dan masa kini, alat perontok padi masa lalu
dan masa kini, gambar alat transportasi masa lalu dan masa kini serta alat
komunikasi masa lalu dan masa kini.
23
Bagan 2.1
Dampak Pengiring dan Instruksional Model Pembelajaran Inside-Outside
Circle
5. Dampak instruksional dan dampak pengiring
Dampak instruksional adalah dampak atau hasil belajar yang dicapai
langsung dengan cara mengarahkan siswa pada tujuan yang diharapkan.
Secara khusus dampak instruksional dalam pembelajran IPS dengan materi
Teknologi melalui model pembelajaran Inside-Outside Circle adalah kemampuan
menyatakan macam-macam teknologi, membandingkan, mengelompokkan,
menunjukkan dan membedakan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi.
Dampak pengiring adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu
proses pembelajaran, sebagai akibat terciptanya susasana belajar yang dialami
langsung oleh siswa tanpa pengarahan langsung dari pengajar. Dampak pengiring
melalui model Inside-Outside Circle diharapkan dapat terbentuk kemampuan
Menghargai
orang lain
Kemampuan menyatakan macam-
macam teknologi
Kemampuan membandingkan tiga
macam teknologi (produksi,
komunikasi dan transportasi) Menyimak
Kemampuan mengelompokkan
masing-masing contoh dari ketiga
teknologi
Kerjasama
Model Inside-
Outside Circle Komunikatif
Kemampuan menunjukkan contoh
ketiga teknologi
Tanggung-
jawab
Kemampuan membedakan tiga
jenis teknologi Mandiri
Keterangan:
Dampak Instruksional
Dampak Pengiring
24
menghargai orang lain, menyimak, kerjasama, komunikatif, tanggungjawab dan
mandiri.
Diharapkan timbul penghargaan terhadap martabat orang lain melalui
kerjasama dalam kelompok sehingga timbul anggapan bahwa orang lain juga
mempunyai kemampuan yang tidak dapat diremehkan, penelitian sosial sebagai
pandangan hidup, dan kehangatan yang memunculkan harapan dengan
diterapkannya model Inside-Outside Circle dalam pembelajaran IPS, siswa
mendapatkan rasa nyaman dalam belajar sehingga penilaian sikap yang positif
dapat terbentuk dengan baik.
e. Penerapan Model Pembelajaran Inside-Outside Circle (IOC) dalam
Pembelajaran IPS SD
Pembelajaran dengan model Inside-Outside Circle adalah serangkaian
aktivitas belajar dengan model Inside-Outside Circle yang sudah direncanakan
sebelumnya ke dalam bentuk langkah-langkah pembelajaran di kelas. Prosedur
yang harus ditempuh dalam pelaksanaan pembelajaran IPS dengan model Inside-
Outside Circle sebagai berikut.
Tabel 2.1 Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran IPS dengan Model Inside-
Outside Circle
Kegiatan Guru Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Peserta Didik
1. Melakukan apersepsi
sebelum
pembelajaran
dimulai
1. Apersepsi
1. Peserta didik memusatkan
perhatian kepada guru
2. Menjelaskan tentang
pembelajaran Inside-
Outside Circle
2. Penjelasan
pembelajaran
2. Memperhatikan penjelasan
guru
3. Menyampaikan
tujuan pembelajaran
3. Penyampaian
tujuan
pembelajaran
3. Menyimak penjelasan guru
4. Memberikan
motivasi
4. Motivasi belajar 4. Memperhatikan dan
menumbuhkan minat belajar
5. Membimbing
pelaksanaan kegiatan
pembelajaran
5. Pelaksanaan
kegiatan
pembelajaran
5. Mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan sungguh-
sungguh
25
6. Membimbing
membuat simpulan
dari materi yang
telah didiskusikan
6. Penyimpulan
materi pelajaran
6. Menyimpulkan materi
pelajaran yang telah dipelajari
7. Memberikan
evaluasi atau soal
mandiri
7. Evaluasi 7. Mengerjakan soal dengan
sungguh-sungguh
8. Memberikan tugas
rumah
8. Tindak lanjut 8. Mengerjakan tugas rumah
dengan sungguh-sungguh
2.1.2.2 Model Pembelajaran Bamboo Dancing (BD)
a. Pengertian Bamboo Dancing (BD)
Model pembelajara titpe Bamboo Dancing merupakan model
pembelajaran yang hampir sama dengan model Inside-Outside Cirle. Model
Bamboo Dancing bertujuan saling berbagi informasi antar siswa dengan berbeda-
beda pasangan dalam waktu singkat dan teratur. Lie (2003: 66) menjelaskan
bahwa model Bamboo Dancing merupakan hasil modifikasi Inside-Outside
Circle. Banyak ruang kelas sekolah di Indonesia ditata dengan model klasikal/
tradisional. Penataan tradisional bersifat permanen, yaitu kursi dan meja sulit
dipindahkan.
Menurut Suprijono (2013: 98) pembelajaran Bamboo Dancing serupa
dengan model inside-Outside Circle. Pembelajaran diawali dengan pengenalan
topik oleh guru. Guru dapat menuliskan topik di papan tulis atau bertanya jawab
tentang apa yang diketahui oleh siswa melalui topik yang dibahas. Kegiatan
sumbang saran dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif yang telah
dimiliki siswa agar lebih siap menghadapi pelajaran yang baru.
Kesimpulan pembelajaran Bamboo Dancing dari pendapat beberapa para
ahli adalah model pembelajaran yang bertujuan untuk mengaktifkan siswa dalam
kegiatan pembelajaran, melatih kemampuan berkomunikasi dengan orang lain,
serta berbagi informasi dengan berbeda-beda pasangan dalam waktu singkat dan
teratur.
26
b. Karakteristik Model Pembelajaran Bamboo Dancing (BD)
Kelebihan model Bamboo Dancing menurut Shoimin (2014: 33) antara
lain dapat meningkatkan kecerdasan sosial dalam hal kerjasama diantara siswa,
meningkatkan toleransi antar sesama siswa, dan memudahkan untuk bertukar
pengalaman serta pengetahuan dengan sesamanya dalam proses pembelajaran.
Sedangkan kekurangan model Bamboo Dancing menurut Shoimin (2014:
33) antara lain memerlukan periode waktu yang cukup panjang, menjadikan siswa
lebih banyak bermain daripaada belajar, dan menyulitkan proses belajar mengajar
karena kelompok belajar yang terlalu gemuk.
c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Bamboo Dancing (BD)
Langkah model Bamboo Dancing menurut Lie (2003: 66-67) antara lain:
1. Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri
sejajar. Jika ada cukup ruang, mereka bisa berjajar di depan kelaas.
Kemungkinan lain adalah siswa berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara
yang kedua ini akan memudahkan pembentukan kelompok karena
diperlukan waktu yang relatif singkat.
2. Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama.
3. Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi informasi.
4. Kemudian, satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran
pindah ke ujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser.
Masing-masing siswa mendapatkan pasangan yang baru untuk berbagi.
Pergeseran dapat dilakukan terus sesuai kebutuhan
d. Analisis Komponen-komponen Model Pembelajaran Bamboo Dancing
(BD)
Joyce, Weill dan Calhoun (2009:104-106) menyebutkan bahwa sebuah
model pembelajaran terdiri dari komponen sintaks atau struktur suatu model,
komponen prinsip reaksi atau peran guru, komponen sistem sosial atau situasi
kelas pada saat model berlangsung, daya dukung yang terdiri dari bahan dan alat
yang diperlukan untuk melaksanakan model, serta dampak instruksional yaitu
27
hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan dampak
pengiring sebagai akibat dari terciptanya suasana belajar dalam model tertentu.
Komponen-komponen dari model Inside-Outside Circle antara lain sebagai
berikut:
1. Sintagmatik
Sintagmatik dalam model pembelajaran Bamboo Dancing tahap pertama
yaitu pengenalan topik. Guru menuliskan topik di papan tulis dengan tujuan
mengaktifkan struktur kognitif yang dimiliki siswa agar lebih siap menghadapi
pelajaran yang baru.
Tahap kedua adalah pembagian kelompok. Separuh kelas (atau seperempat
jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri sejajar. Jika ada cukup ruang, mereka
bisa berjajar di depan kelaas. Kemungkinan lain adalah siswa berjajar di sela-sela
deretan bangku. Cara yang kedua ini akan memudahkan pembentukan kelompok
karena diperlukan waktu yang relatif singkat. Separuh kelas lainnya berjajar dan
menghadap jajaran yang pertama. Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran
berbagi informasi. Kemudian, satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu
jajaran pindah ke ujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser.
Dengan cara ini, masing-masing peserta didik mendapatkan pasangan yang baru
untuk berbagi. Pergeseran dapat dilakukan terus sesuai kebutuhan
Tahap ketiga adalah penutup. Kegiatan penutup merupakan fase ketiga
atau terakhir dalam pembelajaran Bamboo Dancing. Kegiatan penutup terdiri
pembuatan simpulan dari materi yang telah didiskusikan oleh siswa atas
bimbingan dari guru. Guru memberikan evaluasi atau latihan soal mandiri, serta
pemberian tugas rumah.
2. Prinsip reaksi
Peran guru dalam model Bamboo Dancing sebagai seorang fasilitator yang
langsung terlibat dalam proses kelompok (membantu siswa dalam merumuskan
rencana, bertindak, dan mengatur kelompok) serta beberapa kebutuhan dalam
sebuah penelitian. Selain itu, guru berperan sebagai konselor akademik. Ketika
28
siswa menghadapi kesulitan dalam memahami materi, mengerjakan tugas,
ataupun saat kegiatan kerja kelompok, guru bertugas untuk membimbing agar
seluruh siswa dapat memahami materi serta dapat mengikuti aktifitas di dalam
kelas dengan baik.
3. Sistem Sosial
Sistem sosial dalam kegiatan tim berkaitan dengan materi Teknologi
berupa sikap saling menghargai pendapat yang dikemukakan oleh siswa lain dan
kerja sama dalam mengerjakan tugas ataupun saat bertukar informsi. Sehingga
melalui kegiatan kelompok, diharapkan akan memunculkan sikap demokratis,
kooperatif dan bertanggung jawab.
4. Daya Dukung
Sistem pendukung dalam model Bamboo Dancing harus disesuaikan
dengan kebutuhan siswa pada tujuan yang diharapkan. Misalnya dalam
pembelajaran IPS tentang Teknologi Produksi, dibutuhkan berbagai macam alat
dan bahan yang akan mendukung terjadinya proses pembelajaran seperti contoh
benda konkrit menggunakan tempe yang dibungkus dengan daun dan plastik
sebagai contoh teknologi produksi masa lalu dan masa kini. Selain contoh konkrit
dari benda asli, guru juga dapat menambahkan media gambar mengenai contoh-
contoh alat teknologi produksi berupa mesin perontok padi sebagai contoh
teknologi produksi masa kini sedangkan gambar lumpang dan antan sebagai
contoh teknologi produksi masa lalu, gambar teknologi komunikasi masa lalu dan
masa kini serta teknologi transportasi masa lalu dan masa kini.
Dampak instruksional dan dampak pengiring dalam model Bamboo Dancing
digambarkan dalam bagan berikut.
29
Bagan 2.2
Dampak Pengiring dan Instruksional Model Pembelajaran Bamboo Dancing
5. Dampak instruksional dan dampak pengiring
Secara khusus dampak instruksional dalam pembelajran IPS dengan materi
Teknologi melalui model pembelajaran Bamboo Dancing adalah kemampuan
menyatakan macam-macam teknologi, membandingkan, mengelompokkan,
menunjukkan dan membedakan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi.
Dampak pengiring adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu
proses pembelajaran, sebagai akibat terciptanya susasana belajar yang dialami
langsung oleh siswa tanpa pengarahan langsung dari pengajar. Dampak pengiring
melalui model BD diharapkan dapat terbentuk kemampuan memusatkan
perhatian, menyimak, kerjasama, komunikatif, tanggungjawab dan teliti.
Diharapkan timbul penghargaan terhadap martabat orang lain melalui
kerjasama dalam kelompok sehingga timbul anggapan bahwa orang lain juga
mempunyai kemampuan yang tidak dapat diremehkan, penelitian sosial sebagai
Kemampuan menyatakan macam-
macam teknologi Memusatkan
perhatian Kemampuan membandingkan
ketiga macam teknologi Model Bamboo
Dancing
Menyimak
Kemampuan mengelompokkan
masing-masing contoh dari ketiga
teknologi
Kerjasama
Komunikatif
Kemampuan membedakan ketiga
teknologi
Kemampuan menunjukkan contoh
ketiga teknologi Teliti
Tanggungjawab
Keterangan:
Dampak Instruksional
Dampak Pengiring
30
pandangan hidup, dan kehangatan yang memunculkan harapan dengan
diterapkannya model Bamboo Dancing dalam pembelajaran IPS, siswa
mendapatkan rasa nyaman dalam belajar.
e. Penerapan Model Pembelajaran Bamboo Dancing (BD) dalam
Pembelajaran Matematika SD
Pembelajaran dengan menggunakan model Bamboo Dancing dilaksanakan
sesuai rencana sebelumnya melalui langkah-langkah pembelajaran di kelas.
Prosedur yang harus ditempuh dalam pelaksanaan pembelajaran IPS
menggunakan model Bamboo Dancing sebagai berikut.
Tabel 2.2 Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran IPS dengan Model
Bamboo Dancing
Kegiatan Guru Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Peserta Didik
1. Melakukan apersepsi
sebelum pembelajaran
dimulai
1. Apersepsi 1. Siswa memusatkan
perhatian kepada guru
2. Menjelaskan tentang
pembelajaran Bamboo
Dancing
2. Penjelasan
pembelajaran
2. Memperhatikan
penjelasan guru
3. Menyampaikan tujuan
pembelajaran
3. Penyampaian tujuan
pembelajaran
3. Menyimak penjelasan
guru
4. Memberikan motivasi 4. Motivasi belajar 4. Memperoleh dan
menumbuhkan minat
belajar
5. Membimbing
pelaksanaan kegiatan
pembelajaran
kooperatif tipe Bamboo
Dancing
5. Pelaksanaan kegiatan
pembelajaran
5. Mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan
sungguh-sungguh
6. Membimbing membuat
simpulan dari materi
yang telah didiskusikan
6. Penyimpulan materi
pelajaran
6. Menyimpulkan materi
pelajaran yang telah
dipelajari
7. Memberikan evaluasi
atau soal mandiri
7. Evaluasi 7. Mengerjakan soal
dengan sungguh-
sungguh
8. Memberikan tugas
rumah
8. Tindak lanjut 8. Mengerjakan tugas
rumah dengan
sungguh-sungguh
31
Rancangan komponen-komponen kegiatan model pembelajaran IOC dan
BD akan terlaksana dengan baik jika ada jaminan kualitas pembelajaran dengan
pengamatan. Pengamatan dilakukan dengan mengamati aktivitas guru dan siswa
selama proses pembelajaran berlangsung apakah sudah sesuai dengan langkah-
langkah model pembelajaran. Pengamatan dilakukan oleh observer yang
berpatokan pada lembar observasi yang dibuat sesaui dengan sintak model
pembelajaran IOC dan BD.
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian ini tidak terlepas dari penelitian-penelitian terdahulu yang
relevan dilaksanakan. Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini
adalah:
a. Penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati (2013) menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan nilai rata-rata hasil belajar antara kelompok perlakuan
pembelajaran menggunakan metode Inside Outside Circle (70,15) dan
Bamboo Dancing (63,17). Nilai rata-rata metode Inside Outside Circle
memperoleh keberhasilan tertinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata
Bamboo Dancing.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Thaibah (2015) menunjukkan bahwa tidak
ada perbedaan hasil yang signifikan terhadap perbandingan hasil belajar
IPA dalam penerapan model Inside-Outside Circle dan Bamboo Dancing
pada siswa kelas 5 Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pandak Daun Daha Utara.
Hasil belajar kelompok Inside-Outside Circle 76,52 pada nilai rata-rata
posttest, sedangkan hasil belajar kelompok Bamboo Dancing 75,42 pada
nilai rata-rata posttest, dengan selisih masing-masing hanya1,1.
2.3 Kerangka Pikir
Model Inside-Otside Circle dan Bamboo Dancing terdiri dari kegiatan
kelompok dan pertukaran informasi selama proses pembelajaran. Proses
kebersamaan diharapkan dapat menyelesaikan suatu permasalahan. Penemuan dan
pemahaman konsep-konsep yang sulit dalam pelajaran dapat didiskusikan
32
bersama teman sekelompoknya serta melalui kegiatan bertukar informasi.
Konsep-konsep penting akan membantu siswa dalam menerapkan apa yang
diperolehnya dari pengalaman belajar langsung ke dalam kehidupan sehari-hari.
Penelitian dengan menerapkan kedua model bertujuan untuk mengetahui
perbedaan hasil belajar IPS siswa.
Penerapan model pembelajaran Inside-Otside Circle dan Bamboo Dancing
dapat menjadikan siswa lebih mudah dalam kegiatan pembelajaran, karena siswa
mengalami langsung proses penerimaan informasi melalui kegiatan bertukar
informasi dengan siswa yang lain.
Model pembelajaran Inside-Otside Circle mempunyai beberapa langkah
pembelajaran yang dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa.
Uraian manfaat dari masing-masing langkah antara lain: tahap pertama,
pendahuluan. Dalam kegiatan pendahuluan guru melakukan apersepsi,
menjelaskan tentang pembelajaran Inside-Outside Circle, menyampaikan tujuan
pembelajaran, serta memberikan motivasi. Tahap ini diharapkan dapat
memusatkan perhatian siswa pada kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan,
serta membangun minat belajar.
Tahap kedua adalah kegiatan inti yang terdiri dari pelaksanaan
pembelajaran kooperatif tipe Inside-Outside Circle. Tahap ini dapat memberikan
informasi berupa materi pelajaran yang disampaikan melalui kegiatan bermain
lingkaran besar dan lingkaran kecil. Tahap ketiga adalah penutup. Kegiatan
penutup merupakan fase ketiga atau terakhir dalam pembelajaran Inside-Outside
Circle. Kegiatan ini berisi evaluasi, penyimpulan, serta tindak lanjut yang
diharapkan dapat memberikan penguatan materi terhadap siswa.
Model pembelajaran Bamboo Dancing mempunyai beberapa langkah yang
juga diharapkan dapat berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa. Uraian
langkah-langkah dan manfaatnya yaitu tahap pertama yaitu pengenalan topik.
Guru menuliskan topik di papan tulis atau mengadakan tanya jawab tentang apa
yang diketahui peserta didik mengenai materi Teknologi. Kegiatan saling bertukar
pikiran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif yang dimiliki siswa
agar lebih siap menghadapi pelajaran yang baru.
33
Tahap kedua adalah pembagian kelompok dan kegiatan pembelajaran.
Tahap ini bertujuan agar siswa dapat berpartisipasi aktif melakukan kegiatan
pembelajran melalui bertukar informasi. Tahap ketiga adalah penutup yang
merupakan fase terakhir dalam pembelajaran Bamboo Dancing. Kegiatan penutup
terdiri pembuatan simpulan dari materi yang telah didiskusikan oleh siswa atas
bimbingan dari guru. Guru memberikan evaluasi atau latihan soal mandiri, serta
pemberian tugas rumah. Tahap ini diharapkan mampu memberikan penguatan
materi kepada siswa.
Berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran Inside-Outside Circle
dan Bamboo Dancing, siswa aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Penerapan
model pembelajaran Inside-Outside Circle dan Bamboo Dancing diharapkan
mampu mempengaruhi kualitaas hasil belajar IPS yang diperoleh siswa. Berikut
gambar bagan kerangka berpikir penggunaan model pembelajaran Inside-Outside
Circle dan Bamboo Dancing.
Sintak/Langkah-langkah
Keterangan:
Dampak instruksional
Dampak pengiring
Bagan 2.3
Bagan Kerangka Berpikit Model Inside-Outside Circle
Mampu menyatakan
macam-macam teknologi Model Inside-Outside Ciecle
Mampu membandingkan
3 jenis teknologi
Minat siswa
muncul
Pendahuluan Hasil
belajar
Mampu mengelompokkan
contoh ketiga teknologi
Kerjasama
Belajar Tim Mampu menunjukkan
contoh ketiga teknologi Disiplin
Tanggung jawab
Komunikatif
Kesimpulan Mampu membedakan
ketiga teknologi Penguatan
Mandiri Evaluasi dan Tindak
Lanjut
34
Sintak/Langkah-langkah
Keterangan:
Dampak instruksional
Dampak pengiring
Bagan 2.4
Bagan Kerangka Berpikit Model Bamboo Dancing
2.4 Hipotesis/ Produk Hipotetik
Berdaasarkan kerangka berpikir di atas maka dirumuskan suatu hipotesis
sebagai berikut.
H0: Tidak ada perbedaan hasil belajar IPS siswa yang signifikan dalam
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Inside-Outside Circle dan
Bamboo Dancing pada peserta didik kelas 4 SD Gugus Mawar Suruh.
Ha: Ada perbedaan hasil belajar IPS siswa yang signifikan dalam penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Inside-Outside Circle dan Bamboo
Dancing pada peserta didik kelas 4 SD Gugus Mawar Suruh.
Model Bamboo Dancing
Mampu menyatakan
macam-macam
teknologi
Minat siswa
muncul
Pendahuluan
Mampu
membandingkan 3
jenis teknologi Kerjasama Belajar Tim
Tanggung jawab
Mampu
mengelompokkan
contoh ketiga teknologi
Hasil
belajar
Menghargai
orang lain
Kesimpulan
Komunikatif Evaluasi dan Tindak
Lanjut Mampu menunjukkan
contoh ketiga teknologi Penguatan
Teliti Mampu membedakan
ketiga teknologi