bab ii kajian pustaka 1.1 pembelajaran tematik 1.1 ... - uksw

30
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pembelajaran Tematik 1.1.1 Hakikat Pembelajaran Tematik Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia edisi terbaru, “tematik” diartikan sebagai “berkenaan dengan tema”; dan “tema” sendiri berarti “pokok pikiran”; dasar ceritan(yang dipercakapkan dipakai sebagai dasar mengarang, mengubah sajak, dan sebagainya)”. Pembelajaran tematiik adalah salah satu model pembelajaran terpadu pada jenjang taman kanak-kanak (TK/RA) atau sekolah dasar (SD/MI) untuk kelas awal yang di dasarkan pada tema-tema tertetu yang kontekstual dengan dunia anak (Andi, 2013:122). Pembelajaran tematik diartikan sebagai pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pelajaran bermakna kepada siswa (Mulyasa, 2014:3). Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema tertentu untuk mengaitkan antara beberapa isi mata pelajaran dan pengalaman hidup nyata sehari-hari siswa sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi siswa (Hadi Subroto, 2011:151). Pembelajaran terpadu menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka, untuk memeberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa (Kemendikbud, 2014). Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang berisi beberapa mata pelajaran dengan kehidupan sehari-hari atau kehidupan nyata yang akan memberikan siswa pengalaman dan pengetahuan yang baru. Dengan adanya pembelajaran tematik diharapkan siswa akan belajar lebih baik dan bermakna. Penelitian ini dilakukan di kelas V pada tema 8 “Lingkungan Sahabat Kita” Subtema 2 “Perubahan Lingkungan”. Adapun kompetensi dasar pada tema 8, sub tema 2 sebagai berikut:

Upload: others

Post on 25-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pembelajaran Tematik 1.1 ... - UKSW

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1.1 Pembelajaran Tematik

1.1.1 Hakikat Pembelajaran Tematik

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia edisi terbaru, “tematik” diartikan

sebagai “berkenaan dengan tema”; dan “tema” sendiri berarti “pokok pikiran”;

dasar ceritan(yang dipercakapkan dipakai sebagai dasar mengarang, mengubah

sajak, dan sebagainya)”. Pembelajaran tematiik adalah salah satu model

pembelajaran terpadu pada jenjang taman kanak-kanak (TK/RA) atau sekolah

dasar (SD/MI) untuk kelas awal yang di dasarkan pada tema-tema tertetu yang

kontekstual dengan dunia anak (Andi, 2013:122). Pembelajaran tematik diartikan

sebagai pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata

pelajaran sehingga dapat memberikan pelajaran bermakna kepada siswa (Mulyasa,

2014:3).

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema

tertentu untuk mengaitkan antara beberapa isi mata pelajaran dan pengalaman

hidup nyata sehari-hari siswa sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna

bagi siswa (Hadi Subroto, 2011:151). Pembelajaran terpadu menggunakan tema

sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran yang memadukan beberapa mata

pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka, untuk memeberikan pengalaman

yang bermakna bagi siswa (Kemendikbud, 2014).

Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah

pembelajaran yang berisi beberapa mata pelajaran dengan kehidupan sehari-hari

atau kehidupan nyata yang akan memberikan siswa pengalaman dan pengetahuan

yang baru. Dengan adanya pembelajaran tematik diharapkan siswa akan belajar

lebih baik dan bermakna.

Penelitian ini dilakukan di kelas V pada tema 8 “Lingkungan Sahabat

Kita” Subtema 2 “Perubahan Lingkungan”. Adapun kompetensi dasar pada tema

8, sub tema 2 sebagai berikut:

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pembelajaran Tematik 1.1 ... - UKSW

7

Tabel 2.1

Kompetensi Dasar Tema 8 kelas V

Tema Lingkungan Sahabat Kita Subtema Perubahan Lingkungan

Kompetensi Dasar

PPKn

1.3 Mensyukuri keberagaman sosial masyarakat sebagai anugrah Tuhan Yang

Maha Esa dalam konteks Bhinika Tunggal Ika.

2.3 Bersikap toleran dalam keberagaman sosial budaya masyarakat dalam kontek

Bhineka Tunggal Ika.

3.3 Menelaah keberagaman sosial budaya masyarakat

4.3 Menyelenggarakan kegiatan yang mendukung keberagaman sosial budaya

masyarakat.

Bahasa Indonesia

3.8 Menguraikan urutan peristiwa atau tindakan yang terdapat pada bacaan

nonfiksi.

4.8 Menyajikan kembali peristiwa atau tindakan dengan memperhatikan latar

cerita yang terdapat pada teks fiksi.

IPS

3.3 Menganalisis peran ekonomi dallam upaya menyejahterakan kehidupan

masyarakat di bidang sosial dan budaya untuk memperkuat kesatuan dan

persatuan bangsa Indonesia serta hubungannya dengan karakteristik ruang.

4.3 Menyajikan hasil analisis tentang peran ekonomi dalam upaya

menyejahterakan kehidupan masyarakat di bidang sosial dan budaya untuk

memperkuat kesatuan dan persatuan bangsa.

Sumber: Buku Guru SD/MI Tema 8 Kelas V

1.1.2 Tujuan Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik memiliki sejumlah tujuan terurtama untuk kegiatan

belajar mengajar di SD/MI. Tujuan pembelajaran tematik menurut departemen

agama berdasarkan buku Panduan Penyusunan Pembelajaran Tematik Pendidikan

Agama Islam (PAI) Sekolah Dasar yang di terbitkan tahun 2009 adalah sebagai

berikut:

1) Agar siswa mudah memusatkan perhatian pada satu tema tertentu, karena materi

disajikan delam konteks tema yang jelas.

2) Agar siswa mampu mempelajarai pengetahuan dan mengembangkan berbagai

kompetensi dasar antra aspek dalam tema sama.

3) Agar pemahaman siswa terhadap materi lebih mendalam.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pembelajaran Tematik 1.1 ... - UKSW

8

4) Agar kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik, karena mengaitkan

berbagai aspek atau topik dengan pengalaman pribadi dalam situasi nyata, yang

diikat dalam tema tertentu.

5) Agar guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan secara

sistematis dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga

pertemuan untuk pendalaman.

1.1.3 Landasan Pembelajaran Tematik

Secara filosofis kemunculan pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh

tiga aliran filsafat modern, yaitu progresivisme, kontruktivisme, dan humanisme

(Ibunu Hajar, 2013:26-27). Untuk memahami bagaimana padangan ketiga aliran

filsafat prendidikan tersebut akan dijelaskan pada masing-masing segmen yang

berbeda.

a. Progresivisme

Aliran progresivisme sebagai sebagai sebuat teori pendidikan, progresivitas

muncul untuk mereaksi pendidikan tradisional yang menekankan metode-metode

formal pengajaran, belajar mental (kejiwaan), dan kesusastraan klasik peradaban

barat.

Aliran progresivisme memandang bahwa proses pembelajaran perlu

ditekankan pada kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah

(natural), dan memperhatikan pengalaman siswa. Filsafat progresivisme menekankan

pada fungsi kecerdasan siswa (Ibnu Hajar, 2013:26). Dalam proses belajar, siswa

dihadapkan permasalahan yang menuntut pemecahan dan untuk memecahkan

masalah siswa harus memilih dan menyusun ulang pengetahuan dan pengalaman

belajar yang telah dimilikainya.

b. Kontruktivisme

Kontruktivisme merupakan salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan

bahwa pengetahuan kita adalah kontruksi (bentukan) kita sendiri (Paul Suparno,

2010:18). Dalam hal ini pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan (realitas).

Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu kontruksi kognitif kenyataan melalui

kegiatan seseorang yaitu membentuk skema, katagori, konsep, dan struktur

pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan.

Hal yang paling mendasar didalam teori kontruktivisme adalah memunculkan

gagasan bahwa harus siswa sendiri yang menemukan dan mentransformasikan secara

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pembelajaran Tematik 1.1 ... - UKSW

9

mandiri suatu informasi yang kompleks apabila mereka menginginkan informasi itu

menjadi miliknya (Khoirul Ahmadi & Sofan Amri, 2011:51). Dalam hal ini

pembelajaran bermakna sendiri kaitan erat dengan kontruktivisme karena

pengetahuan dibangun individu untuk mempelajari materi berikutnya, dan

pengetahuan yang sebelunya ada salam diri siswa dapat dimanfaatkan untuk

membangun pengetahuan baru, pembelajaran bermakna tidak akan bermanfaat jika

guru hanya memberikan materi secara konvensional.

c. Humanisme

Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan atau kekhasan, potensi,

dan motivasi yang dimilikinya (Rusman, 2010:256). Selain memiliki kesamaan,

setiap siswa juga memiliki kekhasan, hal ini membuat guru harus menyikapi siswa

dengan cara yang berbeda pula. Pengalaman dan aktivitas peserta didik merupakan

prinsip penting untuk menggali potensi yang ada dalam diri masing-masing siswa,

dalam pembelajaran tematik teori humanisme memainkan peran sebagai acuan

bahwa pelajaran adalah bagian dari pendidikan yang mampu memberikan bekal yang

positif bagi siswa agar terbentuk manusia seutuhnya.

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa humanisme atau aliran humanisme

memberikan peran dalam pembelajaran tematik yaitu sebagai acuan pembentukan

sikap pada siswa. Karena setiap siswa memiliki karakter, keunikan, dan ras sehingga

perlu diatasi secara khusus sesuai dengan kebutuhan mereka.

1.1.4 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Tematik

Prinsip-prinsip pembelajaran temati diklasifikasikan ke dalam empat

kelompok yaitu prinsip penggalian tema, pengelolaan pembelajaran, evaluasi, dan

reaksi (Trianto, 2013:154-156). Untuk mengetahui lebih lanjut dari klasifikasi diatas

penjelasannya sebagai berikut:

1) Prinsip Penggalian Tema

Prinsip penggalian tema adalah prinsip utama dalam pembelajaran tematik.

Tema-tema yang tumpang tindih dan ada keterkaitan menjadi target utama dalam

pembelajaran ini. Oleh karena itu, perhatikan persyaratan berikut ini:

a. Tema hendaknya tidak terlalu luas, akan tetapi dengan mudah dapat digunakan

untuk memadukan banyak mata pelajaran.

b. Tema harus bermakna, sehingga dapat memberikan bekal bagi siswa untuk

belajar selanjutnya.

c. Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis siswa.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pembelajaran Tematik 1.1 ... - UKSW

10

d. Tema yang dikembangkan harus mewadahi sebagian besar minat siswa.

e. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa autentik

yang terjadi di dalam rentang waktu belajar.

f. Tema yang dipiih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta

harapan masyarakan (asa relevansi).

g. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.

2) Prinsip Pengelolaan Pembelajaran

Seorang guru harus mampu menempatkan sebagai fasilitator dan mediator

dalam proses pembelajaran. oleh karena itu dalam pengelolaan pembelajaran

hendaklah guru dapat berlaku sebagai berikut:

a. Guru hendaknya jangan menjadi sigle actor yang mendominasi pembicaraan

dalam proses belajar mengajar.

b. Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap

tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok.

c. Guru perlu mengakomodadasi ide-ide yang terkadang sama sekali tidak

terpikirkan dalam perencanaan.

3) Prinsip Evaluasi

Evaluasi selalu menjadi fokus dalam setiap kegiatan. Oleh karena itu dalam

melaksanakan evaluasi dalam pembelajaran tematik, dibutuhkan beberapa langkah

positif sebagai berikut:

a. Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan evaluasi diri (self-evaluation

atau self-asessment) di samping bentuk lainnya.

b. Guru perlu mengajak para siswa untuk menevaluasi perolehan belajar yang telah

dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai.

4) Prinsip Reaksi

Guru dituntut untuk mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran,

sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. guru harus bereaksi

terhadap aksi siswa dalam semua peristiwa, serta tidak mengarahkan aspek yang

sempit, tetapi ke sebuah kesatuan yang utuh dan bermakna. Pembelajaran tematik

memungkinkan hal tersebut dan guru hendaknya menemukan kiat-kiat untuk

memunculkan kepermukaan hal-hal yang dicapai melalui dampak pengiring tersebut.

1.2 Problem-Based Learning (PBL)

1.2.1 Pengertian Problem-Based Learning (PBL)

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pembelajaran Tematik 1.1 ... - UKSW

11

Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pada tahun 1969 di Fakultas

Kedokteran McMaster University di Kanada (Kelly dan Finlayson dalam Warsono

dkk, 2012:145). Model Problem-Based Learning (PBL) yaitu siswa akan belajar

masalah yang sedang hangat dan nyata yang dihadapi oleh lingkungannya, dengan

cara berorientasi pada masalah otentik dari lingkungan kehidupan siswa, maka hal

tersebut dapat merangsang siswa untuk berfikir tingkat tinggi (Bruner dam Shuhrian

(Jauhar, 2011:4-5)).

Problem-Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang

penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan,

mengajukan pertanyaan-pertanyaan, menfasilitasi penyelidikan, dan membuka dialog

(Ridwan Abdulah Sani, 2014:127). Dengan menggunakan permasalahan yang ada di

lingkungan sekitar siswa, siswa akan belajar untuk menemukan suatu hal yang baru.

Permasalahan yang menarik akan membuat siswa menjadi aktif akan bertanya

maupun aktif mengemukakan pendapat dalam sebuah kelompok. Karena dalam

proses PBL, siswa yang aktif, siswa yang memecahkan masalah, menyelesaikan

masalah, dan membuat masalah itu menjadi sesuatu yang dapat di jadikan

pembelajaran berikutnya.

Problem-Based Learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaran yang

menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar

tentang cara berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah, serta memperoleh

pengetahuan dan konsep esensial dari materi kuliah atau materi pelajaran (Hamruni,

2009:148). Dengan begitu, guru memberikan kesepatan kepada siswa untuk

menetapkan masalah meskipun guru sudah menetapkan topik masalah yang akan

diberikan kepada siswa. Pada saat proses pembelajaran guru mengarahkan siswa agar

mampu menyelesaikan masalah yang telah di tetapkan secara sistematis dan logis.

Model Problem-Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang

dirancang agar siswa mendapat pengetahuan penting, yang membuat mereka mahir

dalam memecahkan masalah, dan memiliki motode belajar sendiri serta memiliki

kecakapan berpartisipasi dalam tim (Kemendikbud, 2014). Model Problem-Based

Learning menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang siswa untuk belajar.

Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses

pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahamannya atau

penemuannya sendiri. Melalui PBL yang pengajarannya berawal dari persoalan

dalam dunia nyata diharapkan pembelajaran pada tema lingkungan sahabat kita dapat

menjadi bermakna bagi siswa, dengan demikian dapat menarik minat siswa terhadap

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pembelajaran Tematik 1.1 ... - UKSW

12

pelajaran yang disampaikan dan pada akhirnya dapat meningkatkan keaktifan dan

hasil belajarnya.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) sebagai model

pembelajaran yang di awali dengan pemberian masalah kepada siswa dimana

masalah tersebut diambil dari kehidupan nyata (pengalaman sehari-hari siswa).

Dengan menggunakan masalah yang ada di lingkungan sekitar pembelajaran yang

akan didapat akan lebih menarik dan bermakna bagi siswa.

1.2.2 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Problem-Based Learning (PBL)

Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang perlu dilakukan

adalah: (1) Memulai kelompok, kelompok di bentuk pada hari pertama pelajaran, (2)

Memonitor kelompok, untuk kelas sedikit kelompoknya peran guru sebagai tutor,

dan setiap tutor memandu sebuah kelompok, (3) Peranan kelompok, salah satu cara

untuk meningkatkan partisipasi siswa adalah dengan meminta siswa untuk

mengambil peranan dan tanggung jawab dalam kelompoknya, (4) Evaluasi,

memberikan kesempatan pada siswa untuk memberikan umpan balik yang

membangun secara verbal dan tertulis terhadap individu maupun kelompok

merupakan salah satu strategi untuk memaksimalkan sikap positif kelompok dan

memaksimalkan tanggung jawab individu (Barbara dalam Rusmono, 2014:75-76).

Ada lima tahapan dalam model pembelajaran berbasis masalah (Problem-

Based Learning-PBL) dan perilaku yang dibutuhkan oleh guru (Sugiyanto,

2010:159-160). Untuk masing-masing tahapannya disajikan pada tabel 2.2 di bawah

ini:

Tabel 2.2

Tahapan model Problem Based Learning(Sugiyanto, 2010:159-160)

Fase Perilaku Guru

Fase 1: Memberikan orientasi

tentang permasalahannya

kepada siswa

Guru membahas tujuan pembelajaran,

mendeskripsikan dan memotivasi siswa

untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi

masalah.

Fase2: Mengorganisasikan siswa

untuk meneliti

Guru membantu siswa untuk

mendefinisikan dan mengorganisasikan

tugas-tugas belajar yang terkait dengan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pembelajaran Tematik 1.1 ... - UKSW

13

permasalahannya.

Fase 3: Membantu menyelidiki

secara mandiri atau

kelompok

Guru mendorong siswa untuk

mendapatkan informasi yang tepat,

melaksanakan eksperimen, dan mencari

penjelasan dan solusi.

Fase 4: Mengembangkan dan

mempresentasikan hasil

kerja

Guru membantu siswa dalam

merencanakan dan menyiapkan hasil-hasil

yang tepat, seperti laporan, rekaman video

dan model-model yang membantu mereka

untuk menyampaikan kepada orang lain.

Fase 5: Menganalisis dan

mengevaluasi proses

mengatasi masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan

refleksi terhadap investigasinya dan

proses-proses yang mereka gunakan.

Berdasarkan tabel 2.2, tahapan model PBL menurut Sugiyanto yaitu bukan

guru yang aktif tetapi siswa yang aktif. Guru berperan sebagai fasilitator pada saat

proses pembelajaran. Tabel 2.2 pada fase 4 Guru membantu siswa dalam

merencanakan dan menyiapkan hasil-hasil yang tepat, seperti laporan, rekaman video

dan model-model yang membantu mereka untuk menyampaikan kepada orang lain.

Sedangkan menurut Arends (2009:401) telah mengemukakan sintaks

Problem Based Learningserta perilaku guru yang relevan seperti di bawah ini.

Tabel 2.3

Sintaks PBL dan Perilaku Guru yang Relevan (Arends, 2009:401)

No Fase Perilaku Guru

1. Fase 1: Melakukan orientasi

masalah kepada siswa

Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran, menjelaskan logistik

(bahan dan alat) apa yang di perlukan

bagi penyelesaian masalah serta

memberikan motivasi kepada siswa agar

menaruh perhatian terhadap aktivitas

penyelesaian masalah.

2. Fase 2: Mengorganisasikan

siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan

dan mengorganisasikan pembelajaran

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pembelajaran Tematik 1.1 ... - UKSW

14

agar relevan dengan penyelesaian

masalah.

3. Fase 3: Mendukung

kelompok investigasi

Guru mendorong siswa untuk mencari

informasi yang sesuai, melakukan

eksperimen, dan mencari penjelasan dan

pemecahan masalahnya.

4. Fase 4: Mengembangkan dan

menyajikan artefak dan

memamerkannya

Guru membantu siswa dalam

perencanaan dan perwujudan artefak

yang sesuai dengan tugas yang diberikan

seperti: laporan, video, dan model-model,

serta membantu mereka saling berbagi

satu sama lain terkait hasil karyanya.

5. Fase 5: Menganalisis dan

mengevaluasi proses

penyelesaian masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan

refleksi terhadap hasil penyelidikannya

serta proses-proses pembelajaran yang

telah dilaksanakan.

Tabel 2.3 menunjukan sintaks dan perilaku guru yang relevan yaitu (1)Pada

fase 1 melakukan orientasi, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, (2)Pada fase 2

mengorganisasikan siswa untuk belajar, guru membantu mendefinisikan dan

mengorganisasikan pembelajaran, (3)Pada fase 3 mendukung kelompok investigasi,

guru mendorong siswa untuk mencari informasi, melakukan eksperimen, dan

mencari penjelasan dan pemecahan masalah, (4)Pada fase 4 mengembangkan,

menyajikan, dan memamerkannya, guru membantu siswa dalam perencanaan dan

perwujudan artefak yang sesuai dengan tugas, dan (5)Pada fase 5 menganalisis dan

mengevaluasi pemecahan masalah, guru membantu siswa untuk melakukan refleksi

terhadap hasil penyelidikan serta proses-proses pembelajaran yang telah

dilaksanakan. Pada saat proses belajar mengajar dengan menggunakan metode PBL

guru sangat berperan penting, meskipun disini guru hanya sebagai fasilitator. Dengan

adanya guru sebagai fasilitator siswa dapat menyelesaikan masalah yang telah

ditetepkan.

1.2.3 Kelebihan model Problem-Based Learning (PBL)

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pembelajaran Tematik 1.1 ... - UKSW

15

Sebagai susatu strategi pembelajaranPromblem-Based Learning (PBL)

memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut, (Hamruni, 2009:157) :

1. Merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran.

2. Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan

pengetahuan baru bagi siswa.

3. Meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.

4. Membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami

masalah dalam dunia nyata.

5. Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung

jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.

6. Mendorong siswa untuk melakukan evaluasi sendiri, baik terhadap hasil maupun

proses belajarnya.

7. Lebih menyenangkan dan banyak disukai siswa.

8. Mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis dan kemampuan

mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.

9. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan

mereka miliki dalam dunia nyata.

10. Mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar meskipun

belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

Model PBL ini memiliki kelebihan yang sangat banyak (Kurniasih dkk,

2016:49) yaitu:

1. Mengembangkan pemikiran kritis dan ketrampilan kreatif siswa.

2. Dapat meningkatkan kemampuan memcahkan masalah para siswa dengan

sendirinya.

3. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.

4. Membantu siswa belajar untuk menstrafer pengetahuan dengan situasi yang

serba baru.

5. Dapat mendorong siswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara mandiri.

6. Mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan penyelididkan masalah yang

telah ia lakukan.

7. Dengan model pembelajaran ini akan terjadi pembelajaran yang bermakna.

8. Model ini siswa mengintegrasukan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan

dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pembelajaran Tematik 1.1 ... - UKSW

16

9. Model pelajajaran ini dapat meningkatkan kemampun berpikir kritis,

menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal dalam belajar, dan

dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

1.2.4 Kelemahan Model Problem-Based Learning (PBL)

Sebuah model selalu ada kelebihan dan kekurangannya, kelebihan di sudah di

uraikan di atas. Sehingga kekurangan model Problem-Based Learning (PBL) sebagai

berikut, (Hamruni, 2009:156) :

1. Manakala siswa tidak minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah

yang dipelajari sulit bisa dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk

mencoba.

2. Keberhasilan pembelajaran melali problem solving membutuhkan cukup waktu

untuk persiapan.

3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang

sedang dipelajari, maka mereka tidak akan apa yang mereka ingin pelajarai.

Kekurangan model Probelem-Based Learning (PBL) adalah sebagai berikut

(Kurniasih dkk, 2016:49):

1. Model ini butuh pembiasaan. Karena model ini cukup rumit dalam teknisnya

serta siswa betul-betul harus dituntut konsentrasi dan daya kreasi yang tinggi.

2. Dengan mempergunakan model ini, berarti proses pembelajaran harus

dipersiapkan dalam waktu yang cukup panjang, karena sedapat mungkin setiap

persoalan masalah yang akan di pecahkan harus tuntas, agar makananya tidak

terpotong.

3. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka

untuk belajar, terutama bagi mereka yang tidak memiliki pengalaman

sebelumnya.

4. Sering juga ditemukan kesulitan terletak pada guru, karena guru kesulitan

menjadi fasilitator dan mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan yang

tepat daripada menyerahkan mereka solusi.

1.3 Analisis Komponen-Komponen Model Pembelajaran Problem Based

Learning (PBL)

Model pembelajaran memiliki unsur-unsur berupa 1) Sintaks; 2) Prinsip

reaksi; 3) Sistem sosial; 4) Sistem Pendukung 5) Dampak Instruksional dan dampak

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pembelajaran Tematik 1.1 ... - UKSW

17

pengiring (Bruce Joyce dkk , 2009: 104-106). Berikut akan diuraikan analisis

komponen model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berdasarkan teori

Bruce Joyce di atas.

1. Sintaks

Sintaks adalah urutan langkah pengajaran yang terdiri pada fase-fase atau

tahap-tahap yang harus dilakukan oleh guru jika menggunakan suatu model tertentu.

1) Fase 1: memberikan orientasi tetang permasalahannya kepada siswa

Guru membahas tujuan pembelajaran, menjelaskan bahan yang

diperlukan, memotivasi siswa untuk terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.

Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih cepat dalam proses pembelajaran.

2) Fase 2: mengorganisasi siswa untuk meneliti

Siswa mendiskusikan masalah dalam sebuah masalahdalam sebuah

kelompok kecil. Mereka mengklarifikasi fakta-fakta suatu kasus kemudian

mendifinisikan sebuah masalah. Siswa mengidentifikasi apa yang mereka

butuhkan untuk menyelesaikan masalah serta apa yang mereka tidak ketahui.

Siswa juga mendesain suatu rencana tindakan untuk menggarap masalah. Guru

akan menfasilitasi tersebut, sehingga berjalan dengan lancar.

3) Fase 3: membantu menyelidiki secara mandiri atau kelompok

Guru membantu siswa dengan memberi referensi-referensi buku yang di

miliki siswa atau yang berada di perpustakaan sekolah. Guru juga sebagai

fasilitator untuk membantu setiap kelompok menyeleseaikan masalah.

4) Fase 4: mengembangkan dan mempresentasikan hasil kerja

Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan penyajian solusi

dari masalah, dan membantu untuk mereka berbagi tugas dengan temannya atau

kelompoknya. Serta mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.

5) Fase 5: menganalisis dan mengevaluasi proses penyelesain masalah

Guru melakukan refleksi dan evaluasi proses pembelajaran dari awal

sampai akhir. Evaluasi yang diberikan berupa tes tertulis dengan cara

mengarjakan secara individu, setelah dikerjakan guru dan siswa membahas hasil

tes dan guru menginput hasil tes. Tidak berdiam dengan cara begitu guru juga

melakukan tidak lanjut apabila milai siswa di bawah KKM (70). Nilai yang di

bawah 70 diberikan soal remedial dan nilai yang di atas 70 diberikan saol

pengayaan.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pembelajaran Tematik 1.1 ... - UKSW

18

2. Prinsip Reaksi

Prinsip reaksi merupakan kegiatan dimana guru sebagai fasilitator dalam

proses siswa melakukan aktivitas pemecahan masalah.

3. Sistem Sosial

Sistem sosial model Problem Based Learning ini bersifat kooperatif, yaitu

siswa bekerja sama dalam sebuah team atau kelompok kecil untuk mendiskusikan

masalah yang diberikan pada saat pembelajaran. Guru dalam hal ini berupaya dengan

cara memilih proses kegiatan yang memungkinkan guru dan siswa berkolaborasi.

Guru dan siswa mempunyai peranan yang sama yaitu pemecahan masalah, dan

interaksi kelas yang dilandasi dengan kesepakatan kelas.

4. Sistem Pendukung

Sistem pendukung adalah semua sarana, bahan dan alat yang diperlukan

untuk terlaksanaannya pada proses pembelajaran. Selain itu juga penyelesain

masalah yang hangat dan menarik untuk dibahas yang sesuai dengan keadaan

lingkungan sekitar dan bermanfaat bagi kehidupan siswa.

5. Dampak Intruksional dan Dampak Pengiring

Dampak instruksional merupakan hasil belajar yang dicapai pada materi

pembelajaran. dalam hal ini dampak yang di maksud yaitu siswa merasa senang dan

di mana guru memampukan diri untuk menfasilitasi pembelajaran yang sesuai

dengan karakteristik siswa. Penggunaan model Problem Based Learninghasil belajar

siswa yaitu pemahaman materi, transfer pengetahuan, ketrampilan berpikir kritis,

kemampuan memecahkan masalah, dan kemampuan berkomunikasi.

Dampak pengiring adalah kemampuan yang didapat siswa akibatnya

terciptanya suasana belajar dengan menggunakan suatu model. Sehingga dalam

model Problem Based Learning membuat siswa mempunyai pemaham yang baru,

dapat menstransfer pengetahuan, ketrampilan berfikir kritis, kemampuan

memecahkan masalah, dan kemampuan berkomunikasi. Dampak Intruksional dan

Dampak Pengiring Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) di jelaskan

pada gambar 2.1 sebagai berikut.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pembelajaran Tematik 1.1 ... - UKSW

19

Gambar 2.1 Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring

1.4 Skenario Pembelajaran Model Problem Based Learning (PBL)

Sebelum proses belajar mengajar dimulai, guru harus mempersiapkan

perencanaan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan

model-model yang sudah ada. Di dalam sebuah model selalu ada langkah-langkah

pembelajaran dan pemetaan sintak yang dibuat patokan pembuatan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Berikut adalah langkah-langkah dan pemetaan

sintak yang akan dilaksanakan dalam prose pembelajaran tema lingkungan sahabat

kita yang menggunakan model Problem Based Learning (PBL).

Tabel 2.4

Skenario Pelaksanaan PembelajaranModel Problem Based Learning (PBL)

Kegiatan Guru Tahapan Kegiatan Siswa

1.1 Guru menampilkan video

tentang “Jenis-Jenis Usaha

yang Dikelola Sendiri”.

1.2 Guru bertanya jawab tentang

materi pebelajaran

pembelajaran 1 tentang

jenis-jenis usaha ekonomi

dan tanya jawab tentang

jenis usaha yang dikelola

sendiri.

Usaha apa yang

memanfaatkan alam?

Jawab: pertanian,

perikanan, dan

Fase 1:

memberikan

orientasi

permasalahan

kepada siswa

1.1 Siswa menyimak

video yang di

tampilkan.

1.2 Siswa menjawab

pertanyaan dari

guru tentang

materi

pembelajran 1

tentang jenis-jenis

usaha ekonomi

dan jenis-jenis

usaha yang

dikelola sendiri.

Model Problem Based Learning

(PBL)

Dampak Instruksional

Pemahaman dalam menerima materi

Kemampuan untuk mentransfer pengetahuan

Ketrampilan dalam berfikir kritis

Kemampuan memecahkan masalah

Kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama

Dampak Pengiring

Berpikir Kritis

Kemampuan Memecahkan Masalah

Kreatif

Kemampuan Berkomunikasi

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pembelajaran Tematik 1.1 ... - UKSW

20

perkebunan.

Dari video di atas jenis

usaha apa yang kamu

lihat?

Jawab: pertanian dan

perdagangan.

1.3 Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran.

1.4 Guru mengajak siswa untuk

membaca bacaan dibuku

paket yang berjudul “Jenis

Usaha Ekonomi yang

Dikelola Sendiri”.

1.5 Guru bertanya jawab tentang

jenis-jenis usaha ekonomi

yang dikelola sendiri atau

perorangan.

Dari bacaan di atas, apa

saja jenis usaha ekonomi

yang dikelola sendiri

atau perorangan

berdasarkan macam-

macamnya?

Jawab: usaha pertanian

(padi, sayur, palawija),

usaha perdagangan

(pedagang keliling,

pedagang di pasar,

warung, dan toko

kelontong).

1.3 Siswa

mendengarkan

tujuan

pembelajaran

yang disampaikan

oleh guru.

1.4 Siswa menbaca

bacaan di buku

paket yang

berjudul “Jenis

Usaha Ekonomi

yang Dikelola

Sendiri”.

1.5 Siswa bertanya

jawab tentang

bacaan yang

berjudul “Jenis

Usaha Ekonomi

yang Dikelola

Sendiri”.

1.1 Guru membagi siswa

menjadi 4-5 siswa/kelompok

sesuai dengan urutan absensi.

1.2 Guru membagikan tugas

masing-masing kelompok.

Fase 2:

mengorganisasi

sesama untuk

meneliti

2.1 Siswa langsung

mencari tempat

duduk sesuai

dengan

kelompoknya

(urutan absensi).

2.2 Siswa

mendengarkan

tugas-tugas yang

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pembelajaran Tematik 1.1 ... - UKSW

21

harus di kerjakan

oleh setiap

kelompok.

1.1 Guru membagi lembar kerja

pada setiap kelompok.

1.2 Guru memberikan masalah

pada setiap kelompok.

Siklus 1: Usaha Ekonomi

yang Dikelola

Perorangan.

Siklus 2: Usaha Ekonomi

yang Dikelola

Kelompok.

1.3 Guru sebagai fasilitator untuk

membantu setiap kelompok

menyelesaikan masalah yang

diberikan.

Fase 3: membantu

menyelidiki

secara mandiri

atau kelompok

3.1 siswa mengisi

nama kelompok

dan nama

anggotanya.

3.2 Siswa bersama

kelompoknya

mendiskusikan

masalah yang

telah diberikan

oleh guru.

3.3 Siswa bertanya

kepada guru

tentang kesulitan

dalam memcahan

masalah.

4.1 Guru menunjuk salah satu

kelompok untuk

mempresentasikan hasil

diskusi bersama

kelompoknya di depan kelas.

Fase 4:

mengembangkan

dan

mempresentasikan

hasil kerja

4.1 Setiap perwakilan

kelompok satu

siswa untuk

mempresentasikan

hasil diskusinya di

depan kelas.

5.1 Guru mengajak siswa untuk

menyimpulkan pelajaran hari

ini.

5.2 Guru memberikan evaluasi

tes tertulis pada siswa:

Siswa mengerjakan tes

secara individu.

Siswa dan guru bersama-

sama membahas hasil

tes.

Guru mengadakan

penilaian.

Guru menginput hasil tes

di daftar nilai.

Fase

5:menganalisi dan

mengevaluasi

proses

pembelajaran

penyelesaian

5.1 Siswa

menyimpulkan

tentang materi

yang dipelajari

hari ini.

5.2 Siswa

mengerjakan

soal evaluasi

yang diberikan

oleh guru.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pembelajaran Tematik 1.1 ... - UKSW

22

5.3 Guru memberikan tindak

lanjut:

Siswa yang mendapat

nilai di bawah 70

diberikan soal perbaikan

dan siswa yang

mendapat nilai di atas 70

diberikan soal

pengayaan.

Guru berikan saran

untuk siswa supaya

belajar lebih baik lagi

untuk pelajaran

berikutnya.

5.3 Siswa yang

mendapat nilai di

atas 70

mengerjakan

soal perbaikan

dan siswa yang

mendapat nilai di

bawah 70

mengerjakan

soal remedial.

1.5 Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar

1.5.1 Keaktifan Belajar

Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan

kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Proses pembelajaran

yang dilakukan di dalam kelas merupakan aktivitas metransformasikan pengetahuan,

sikap, dan ketrampilan (Martinis Yamin, 2007:75). Siswa yang haruskan untuk

bekerja sendiri atau menemukan masalah sendiri untu menjawab rasa ingin tahu yang

dimilikinya, sehingga posisi guru hanya sebagai fasilitator. Ketrampilan yang

dimiliki siswa dioleh sehingga menjadi karakteristik yang dapat bertanggung jawab

tentang apa yang di berikan.

Dierch yang dikutip Hanifah dan Cucu Suhana (2009:24), menyatakan bahwa

kegiatan belajar dibagi ke dalam kelompok, yaitu sebagai berikut:

1. Kegiatan-kegiatan visual yaitu membaca, melihat gambar, mengamati

eksperimen, demontrasi, pameran, dan mengamati orang lain berkerja atau

bermain.

2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral), yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsi,

menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran,

mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi, dan interupsi.

3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yaitu ,mendengarkan penyajian bahan,

mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu

permainan, atau mendengarkan radio.

4. Kegiatan-kegiatan menulis, yairtu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa

karangan, bahan-bahan copy, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan

mengisi angket.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pembelajaran Tematik 1.1 ... - UKSW

23

5. Kegiatan-kegiatan menggambar, yaitu menggambar, membuat grafik, chart,

diagram, peta, dan pola.

6. Kegiatan-kegiatan metrik, yaitu melakukan percobaan, mamilih alat-alat,

melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permaian, serta

menari dan berkebun.

7. Kegiatan-kegiatan mental, yaitu merenungkan, mengingat, memecahkan

masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat

keputusan.

8. Kegiatan-kegiatan emosional, yaitu minat, membedakan, berani, dan tenang.

Penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran para siswa (Oemar

Hamalik, 2011:173)adalah sebagai berikut:

1. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.

2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara

integral.

3. Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa.

4. Para siswa bekerja menurut dan kemampuan sendiri.

5. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis.

6. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara orang tua

dengan guru.

7. Pengajaran diselenggarakan secara realitas dan konkret sehingga

mengembangkan pemahaman dab berpikir kritis serta menghindarkan verbalitis.

8. Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di

masyarakat.

Aktivitas pembelajaran merujuk pada sistem pendidikan dalam memfasilitasi

pendidik untuk menjadi agen perubahan melalui pengalaman, pengetahuan,

ketrampilan, dan kemampuan yang dilakukannya sendiri serta memperoleh metode

untuk belajare mandiri (Konzulin Gindis dkk, 2003). Sedangkan menurut European

Commission, 2006 “aktifitas pembelajaran adalah kegiatan apa saja dari individu

yang dikelola dengan maksud untuk memperbaiki ketrampilan, pengetahuan, dan

kompetensi.

Kurangnya kemampuan siswa untuk aktif saat proses belajar mengajar

berdampak pada hasil belajar siswa tersebut. Dengan menggunakan sebuah model

diharapkan terciptanya sebuah pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan dari siswa

yang muncul. Aktifitas belajar berdapampak dengan hasil belajar siswa harus di

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pembelajaran Tematik 1.1 ... - UKSW

24

rancang secara khusus yaitu dengan cara sebagai berikut : (1) penguatan dan

remediasi atau pengayaan, (2) tugas untuk menambah pemahaman terhadap konsep-

konsep yang sulit, (3) untuk menatap persiapan peserta didik dalam menerima

pembelajaran dan turorial, serta pendalaman dan penunjang bahan belajar ( Nortcote

dkk, 2001 (dalam Yaumi, 2012:33).

1.5.2 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah

mengalami aktivitas belajar (Fathurrohman dan Sutikno, 2007:180). Kemampuan

yang dimiliki antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda

karena pengalaman belajar yang dialami antara peserta didik yang satu dengan yang

lain berbeda-beda. Di sekolah hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan peserta

didik terhadap mata pelajaran yang ditempuhnya. Selain penguasaan materi juga

dapat dilihat dari perubahan tingkah laku siswa. Perubahan tingkah laku yang

dialami siswa setelah mengalami aktivitas belajar akan lebih baik dari sebelumnya.

Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya

salah satu aspek potensi kemanusaiaan saja. Perubahan perilaku siswa dapat berupa

perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan (Suprijono, 2012:7). Perubahan

pengetahuan siswa biasanya akan menjadi lebih baik dari pengetahuan yang dimiliki

sebelumnya misalnya siswa dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak

mengerti menjadi mengerti dan lain sebagainya. Perubahan pengetahuan siswa

biasanya dilihat dari nilai siswa setelah mengerjakan soal evaluasi. Perubahan sikap

siswa dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya misalnya dari yang tidak sopan

menjadi sopan. Perubahan keterampilan juga dapat lebih baik dari sebelumnya

misalnya dari yang tidak bisa melakukan sesuatu menjadi bisa melakukan sesuatu.

Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor.

Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension

(pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), aplication (menerapkan), analysis

(menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan,

merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain

afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing

(nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi) (Bloom dalam

Suprijono, 2012:6). Psikomotor juga mencakup kererampilan produktif, teknik, fisik,

sosial, manajerial dan intelektual.

Tabel 2.5

Kata Kerja Operasional (Taksonomi Bloom)

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pembelajaran Tematik 1.1 ... - UKSW

25

Berdasarkan tabel di atas, guru menggunakan Kata Kerja Operasional (KKO)

untuk membuat kisi-kisi sebelum masuk penyusunan silabus dan RPP. Menurut

Bloom, tujuan dibagi menjadi 3 ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah

psikomotor. Penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil belajar

disebut kemampuan. Hasil belajar dihasilkan dari aktivitas siswa setelah melakukan

aktivitas belajar yang berupa perubahan dalam hal kognitif yang berhubungan

dengan pengetahuan, afektif yang berhubungan dengan sikap dan psikomotorik yang

berhubungan dengan keterampilan. Masing-masing dari jenis hasil belajar dapat

diterapkan dengan bahan pembelajaran yang sesuai. Keaktifan siswa terdapat pada

saat proses pembelajaran, di harapkan dengan menggunakan model Problem Based

Learning (PBL) siswa dapat berpikir kritis dan memecahkan masalah. Kata Kerja

Operasional (KKO) yang di gunakan yaitu C4- Analisis (mengeanalisis,

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pembelajaran Tematik 1.1 ... - UKSW

26

memecahkan, dan menyimpulkan) dan C5- Evaluasi (menyimpulkan, mengkritik,

memutuskan, dan mamilih).

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak

mengajar. Hasil belajar siswa di dapat dari siswa setelah mengalami proses

pembelajaran (Dimyati dan Mudjiyono, 2009:3). Hasil belajar siswa dapat berupa

perubahan perilaku yang dimiliki seseorang baik berupa pengetahuan, sikap dan

keterampilan. Perubahan perilaku yang dimiliki siswa akan lebih baik dari

sebelumnya misalnya perubahan dalam hal pengetahuan yaitu dari yang tidak tahu

menjadi menjadi tahu dan sebagainya. Perubahan dalam hal sikap yaitu yang yang

tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya serta perubahan dalam hal keterampilan

yaitu dari yang tidak bisa melakukan sesuatu menjadi bisa melakukan sesuatu dan

sebagainya. Merujuk pada pemikiran Gagne (Suprijono, 2012:5), hasil belajar

berupa:

1. Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk

bahasa, baik lisan maupun tertulis.

2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan

lambang.

3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas

kognitifnya sendiri.

4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani

dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian

terhadapat objek tersebut.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas hasil belajar merupakan kemampuan

yang dimiliki peserta didik setelah mengalami aktivitas belajar berupa perubahan

perilaku siswa yang mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.

Perubahan kemampuan kognitif berhubungan dengan pengetahuan, peribahan

psikomotor berhubungan dengan keterampilan dan perubahan afektif berhubungan

dengan sikap. Perubahan perilaku siswa setelah mengalami proses pembelajaran

akan lebih baik dari sebelumnya misalnya perubahan dalam hal pengetahuan dari

yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti dan

sebagainya, perubahan dalam hal keterampilam misalnya dari yang tidak bisa

melakukan sesuatu menjadi bisa melakukan sesuatu dan sebagainya serta perubahan

dalam hal sikap dari yang tidak patuh menjadi patuh dan sebagainya.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pembelajaran Tematik 1.1 ... - UKSW

27

1.6 Penelitian yang Relevan

Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Aktivitas

dan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan PKn Siswa SDN 22 Dauh Puri. Dalam

penelitian ini, Putu Ayu Widyasari mengatakan bahwa tujuan penelitian ini adalah

(1) meningkatkan aktivitas belajar melalui penerapan model Problem Based

Learning kelas IVB SDN 22 Dauh Puri Denpasar Utara tahun ajaran 2015/2016 dan

(2) meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan PKn melalui model Problem

Based Learning kelas IVB SDN 22 Dah Puri Denpasar Utara tahun ajaran

2015/2016. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IVB SDN 22 Dauh Puri

Denpasar Utara sebanyak 36 siswa yang terdiri dari 19 laki-laki dan 17 siswa

perempuan. Data tentang aktivitas belajar dan penguasaan kompoetensi pengetahuan

PKn dikumpulkan menggunakan metode observasi dan metode tes. Data yang

terkumpul kemudian dianalisis dengan statis deskriptif dan deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) terjadi peningkatan aktivitas belajar dari

persentase rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 68,6% yang tergolong sedang

pada siklus I, meningkat menjadi 80% yang tergolong tinggi pada siklus II; dan (2)

terjadi peningkatan penguasaan kompetensi PKn pada siklus I sebesar 71,02% yang

berada pada katagori sedang dengan ketuntasan belajar secara klasikal 47,22% atau

sebanyak 17 siswa yang tuntas dari 36 siswa. Sedangkan pada siklus II rata-rata

persentase pengasaan kompetensi PKn sebesar 83% yang berada pada katagori tinggi

dengan ketuntasan belajar secara klasikal 94,44% atau sebanyak 34 siswa yang

tuntas dari jumlah siswa yaitu 36 siswa. Derdasarkan hasil penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan

aktivitas belajar dan penguasaan kompetensi PKn siswa kelas IVB SDN 22 Dauh

Puri Denpasar Utara tahun ajaran 2015/2016 (Putu Ayuna Widyasari, 2015)

Penerapan Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas V. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada mata

pelajaran Matematika melalui penerapan model pembelajaran Problem Based learnig

(PBL). Subjek pada penelitian ini berjumlah 28 orang. Data yang dikumpulkan

dalam penelitian ini adalah data tentang kemampuan pemecahan masalah matematika

dengan metode observasi dan tes. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan

model pembelajaran Problem Based learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah yakni dari siklus I ke siklus II sebesar 16,42% dari kriteria

sedang menjadi tinggi. Hasil penelitian menunjukan bahwa model pembelajaran

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pembelajaran Tematik 1.1 ... - UKSW

28

Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah pada mata pelajaran Matematika (Gede Gunantara dkk, 2014)

Penerapan model problem based learning (PBL) untuk meningkatkan

pembelajaran IPA siswa kelas V SDN Pringapus 2 kecamatan Dongko Kabupaten

Trenggalek. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan (1) penerapan model

PBL untuk meningkatkan pembelajaran IPA, (2) aktivitas siswa selama pembelajaran

dengan model PBL, (3) hasil belajar siswa setelah diterapkan model PBL. Penelitian

ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Jenis Penelitian Tindakan

Kelas ini menggunakan model kolaboratif partisipatoris. Pengumpulan data

dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, tes, dokumentasi dan catatan

lapangan. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu lembar observasi

penyusunan RPP, lembar observasi pelaksanaan pembelajaran model PBL, lembar

observasi aktivitas siswa, soal tes, dan lembar catatan lapangan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran PBL untuk meningkatkan

pembelajaran IPA siswa kelas V SDN Pringapus 2 dapat dilaksanakan sesuai harapan

peneliti. Hal ini ditunjukkan dengan adanya skor keberhasilan guru dalam penerapan

model PBL, pada siklus I yaitu 76,65 dan meningkat pada siklus II menjadi 93,3.

Aktivitas siswa meningkat, siklus I diperoleh 58,6 dan pada siklus II menjadi 71,4.

Hasil belajar juga meningkat dari rata-rata 63,4 pada siklus I menjadi rata-rata 80,94.

Kesimpulan penelitian menyatakan bahwa penerapan model PBL dapat

meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa di SDN Pringapus 2. Hasil penelitian

ini memiliki saran agar model PBL dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bagi

guru dalam penilaian untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar khususnya pada

mata pelajaran IPA di SD (Rahmawati Linda, 2011)

Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran IPA (Studi Pada

Siswa Kelas V SDN Pengambangan 6 Bajarmasin). Penelitian ini bertujuan untuk

meningkatkan hasil belajar IPA dengan menggunakan model Problem Based

Learning dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning. Jenis penelitian ini

adalah penelitian tindakan kelas dengan pendekatan kualitatif yang dilaksanakan

dengan dua siklus dengan dua pertemuan di setiap siklusnya. Subjek penelitian

adalah siswa kelas V SDN Pengambangan 6 Banjarmasin tahun ajaran 2014/2015.

Instrumen penelitian yang digunakan yaitu lembar observasi aktivitas siswa dan tes

tertulis untuk mengetahui hasil belajar siswa setiap akhir pertemuan. Hasil penelitian

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pembelajaran Tematik 1.1 ... - UKSW

29

menunjukan 1) keaktifan siswa selalu meningkat hingga mencapai kriteria aktif, 2)

hasil belajar siswa terus meningkat mencapai indikator keberhasilan (Dede

Dewantara, 2016).

Rini, R., & Mawardi, M. (2015), Peningkatan Keterampilan Proses Saintifik

dan Hasil Belajar Siswa Kelas 4 Sdn Slungkep 02 Tema Peduli Terhadap Makhluk

Hidup Menggunakan Model Problem Based Learning. Penerapan model PBL dapat

meningkatkan keterampilan proses saintifik dan hasil belajar siswa ditunjukkan pada

aktivitas mengajar guru pada siklus I mencapai kategori baik (83), dan siklus II

dengan kategori baik (90). Aktivitas belajar siswa pada siklus I mencapai Kategori

cuku baik (79) dan siklus II dengan kategori baik sekali (91). Peningkatan

keterampilan proses saintifik siklus I dengan kategori tinggi (71,6%) dan siklus II

berada pada kategori sangat tinggi (83%). Hasil belajar muatan Bahasa Indonesia

meningkat menjadi 78 pada siklus I dan 84 pada siklus II dengan ketuntasan belajar

pada kategori tinggi (74%) dan sangat tinggi (83%). Hasil belajar muatan

Matematika meningkat pada siklus I menjadi 77 dan ketuntasan belajar pada kategori

tinggi (74%). Pada siklus II hasil belajar menjadi 79 dengan ketuntasan belajar pada

kategori tinggi (78%). Hasil belajar IPA pada siklus I meningkat menjadi 77 dengan

ketuntasan belajar pada kategori tinggi (70%) dan siklus II sebesar 86 dengan

ketuntasan belajar pada kategori sangat tinggi (87%).

Asriningtyas, A. N., Kristin, F., & Anugraheni, I. (2018), Penerapan Model

Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir

Kritis dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 4 Sd. Tujuan dari penelitian ini

adalah mendeskripsikan penerapan PBL untuk meningkatkan kemampuan berpikir

kritis dan hasil belajar, mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa,

dan mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Jenis penelitian ini adalah Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) dengan dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 4

SD Negeri Suruh 01 yang berjumlah 36 siswa. Teknik pengumpulan data

menggunakan tes dan non tes. Instrumen penelitian ini menggunakan soal cerita,

wawancara, lembar kuesioner dan observasi. Analisis data yang digunakan adalah

analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan

model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan

berpikir kritis dan hasil belajar dalam menyelesaikan soal cerita pada mata pelajaran

matematika di kelas 4 SD Negeri Suruh 01. Hal tersebut dapat dibuktikan dari

meningkatnya kemampuan berpikir kritis siswa dari kondisi awal (pra siklus) yaitu

60,82 (tidak kritis) menjadi 74,21 (cukup kritis) pada kondisi akhir siklus II.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pembelajaran Tematik 1.1 ... - UKSW

30

Peningkatan juga terjadi pada hasil belajar siswa dari nilai rata-rata hasil belajar pada

kondisi awal 61,85 meningkat pada siklus I menjadi 69 dan pada siklus II menjadi

80. Persentase jumlah siswa yang mencapai KKM meningkat dari kondisi awal

44,84%, meningkat menjadi 69,44% pada evaluasi siklus I dan menjadi 88,89% pada

evaluasi siklus II.

Model Problem Based Learning (PBL) Berbasis Media Interaktif Untuk

Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Pada Sub Tema

Lingkungan Tempat Tinggalku Kelas 4 Sd, jenis penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas. Tujuan dari penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan berpikir

kritis dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik dengan menerapkan model

Problem Based Learning. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model

Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil

belajar siswa. Tingkat kemampuan berpikir kritis pada kategori cukup dengan rata-

rata pada siklus I adalah 2,71, meningkat di siklus II menjadi 2,98. Ketercapaian

ketuntasan hasil belajar siswa pada pra siklus adalah 19%, meningkat di siklus I

menjadi 50%, kembali mengalami peningkatan di siklus II menjadi 78% (Ardyanto,

Y., Koeswati, H. D., & Giarti, S. (2018)).

Wardani, F. I. P., Mawardi, M., & Astuti, S. (2018), Perbedaan Hasil Belajar

Matematika Kelas 4 SD dalam Pembelajaran Menggunakan Model Discovery

Learning dan Problem Based Learning. Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk

menguji ada tidaknya perbedaan secara signifikan hasil belajar matematika kelas 4

SD dalam pembelajaran menggunakan model discovery learning dan problem based

learning di Gugus Slamet Riyadi Ampel-Boyolali. Jenis penelitian ini adalah

penelitian eksperimen semu (quasi experimental) dengan desain Nonequivalent

Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 4 SD

Gugus Slamet Riyadi Ampel-Boyolali. Sampel penelitian yang diambil yaitu siswa

kelas 4 SDN 1 Kaligentong (SD inti), siswa kelas 4 SDN 2 Urutsewu dan siswa kelas

4 SDN 3 Urutsewu. Instrumen pengumpulan data menggunakan lembar observasi

dan soal tes. Teknik analisis data menggunakan Uji-T. Berdasarkan hasil penelitian

serta analisis data, disimpulkan bahwa hasil belajar menggunakan model discovery

learning lebih tinggi secara signifikan dibanding model pembelajaran problem based

learning. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil uji thitung sebesar -2,282 dengan

diperoleh signifikasi sebesar 0,026 lebh kecil dari α = 0,05 (0,026 < 0,05), karena

nilai signifikasi (2-tailed) pada independent sample t test lebih kecil dari 0,05 maka

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pembelajaran Tematik 1.1 ... - UKSW

31

Ho ditolak dan Ha diterima. Oleh karena model discovery learning lebih efektif maka

guru disarankan mengunakan model tersebut guna meningkatkan hasil belajar siswa.

Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Melalui Model

Problem Based Learning Siswa Kelas V Sd Negeri 5 Kutosari. Peningkatan

Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika melalui Model Problem Based Learning

Siswa Kelas V SD Negeri 5 Kutosari. Tujuan penelitian ini adalah (1)

mendeskripsikan langkah-langkah penerapan model Problem Based Learning, (2)

meningkatkan keaktifan, dan (3) meningkatkan hasil belajar matematika. Penelitian

ini menggunakan teknik Penelitian Tindakan Kelas kolaboratif. Subjek penelitian ini

adalah siswa kelas V berjumlah 16 siswa. Prosedur penelitian tindakan kelas berupa

perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan

dalam dua siklus masing-masing siklus tiga pertemuan. Teknik pengumpulan data

yang digunakan adalah observasi, wawancara, angket, dan tes. Validitas data

menggunakan teknik triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Analisis data

menggunakan teknik analisis kuantitatif dan kualitatif, meliputi reduksi data, sajian

data, dan verifikasi data. Hasilnya menunjukkan bahwa penerapan model Problem

Based Leaning dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika pada

siswa kelas V Sekolah Dasar (Vitasari, R., 2013).

Gunantara, G., Suarjana, I. M., & Riastini, P. N. (2014), Penerapan Model

Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas V. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada mata pelajaran

Matematika melalui penerapan model pembelajaran Problem Based learnig (PBL).

Subjek pada penelitian ini berjumlah 28 orang. Data yang dikumpulkan dalam

penelitian ini adalah data tentang kemampuan pemecahan masalah matematika

dengan metode observasi dan tes. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan

model pembelajaran Problem Based learning (PBL) dapat meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah yakni dari siklus I ke siklus II sebesar 16,42% dari

kriteria sedang menjadi tinggi. Hasil penelitian menunjukan bahwa model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah pada mata pelajaran Matematika.

Sochibin, A., Dwijananti, P., & Marwoto, P. (2009), penelitian tindakan kelas

ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa terhadap

pokok bahasan air dan sifatnya, selain itu juga untuk mengetahui pertumbuhan dan

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pembelajaran Tematik 1.1 ... - UKSW

32

perkembangan keterampilan bepikir kritis siswa kelas IV semester gasal SDN

Sekaran 01 Gunungpati Semarang tahun ajaran 2008/2009. Metode dokumentasi,

metode tes, dan metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data. Data hasil

pemahaman konsep diperoleh dengan mengadakan tes setelah selesai pembelajaran

baik siklus I maupun siklus II, sedangkan untuk data keterampilan berpikir kritis

diadakan observasi pada saat pembelajaran berlangsung. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa model pembelajaran Inquiry terpimpin dapat meningkatkan

pemahaman konsep siswa dan menumbuhkembangkan keterampilan berpikir kritis

siswa kelas IV SD pokok bahasan air dan sifatnya.

Agustin, V. N. (2013), hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 01 Wanarejan

tahun 2010/2011 masih rendah karena penyampaian materi didominasi metode

ceramah, guru kurang mengaitkan penyampaian materi dengan permasalahan nyata,

siswa kurang aktif dalam belajar. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil

dan aktivitas belajar siswa kelas IV serta performansi guru pada materi pecahan

melalui model PBL di SD Negeri 01 Wanarejan Pemalang. Penelitian ini

menggunakan desain penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus.

Setiap siklusnya terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan

refleksi. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui tes (tes formatif) dan non tes

(observasi dan dokumentasi). Hasil penelitian pada siklus I, nilai rata-rata mencapai

68,14 dan persentase tuntas belajar klasikal 70,59%. Pada siklus II nilai rata-rata

meningkat menjadi 84,31 dan persentase tuntas belajar klasikal menjadi 92,16%.

Rata-rata kehadiran siswa pada siklus I 97,39% dan siklus II tetap 97,39%.

Keterlibatan siswa dalam pembelajaran siklus I 66,28% (tinggi) dan meningkat pada

siklus II menjadi 76,50% (sangat tinggi). Nilai performansi guru pada siklus I 82,25

(AB) dan meningkat pada siklus II menjadi 93,58 (A). Dapat disimpulkan bahwa

model PBL dapat meningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa serta performansi

guru dalam pembelajaran matematika materi pecahan di kelas IV SD Negeri 01

Wanarejan Pemalang.

Wulandari, E. (2012), tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan proses

dan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri Mudal dengan

menerapkan model PBL. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas ( PTK ).

Penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan,

pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas V

SD Negeri Mudal yang berjumlah 21 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pembelajaran Tematik 1.1 ... - UKSW

33

penerapan model PBL dapat meningkatkan proses dan hasil belajar IPA siswa kelas

V SD Negeri Mudal.

Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk meningkatkan aktivitas belajar IPA

melalui penerapan Model Problem Based Learning , siswa kelas IV SD Negeri 8

Kesiman (2) Untuk meningkatkan hasil belajar IPA melalui penerapan Model

Problem Based Learning , siswa kelas IV SD Negeri 8 Kesiman. Penelitian ini adalah

penelitian tindakan kelas (PTK). PTK atau classroom action research merupakan

penelitian yang bersifat aplikasi (terapan), terbatas, segera, dan hasilnya untuk

memperbaiki dan menyempurnakan program pembelajaran yang sedang

berjalan.Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri 8 Kesiman Tahun Ajaran

2012/2013, sebanyak 30 siswa. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan metode (1) observasi, (2) tes. Data yang didapatkan melalui

metode observasi adalah data tentang aktivitas belajar IPA siswa. Data tersebut

kemudian dianalisis dengan teknik deskriptif-kuantitatif. Data yang didapatkan

melalui metode tes adalah data tentang hasil belajar IPA. Data tersebut kemudian

dianalisis dengan teknik deskriptif-kuantitatif. Hasil penelitian pada aktivitas dan

hasil belajar IPA menunjukkan bahwa (1) terjadi peningkatan persentase skor rata-

rata aktivitas belajar IPA sebesar 13,9% dari 57,4% pada siklus I menjadi 71,3%

pada siklus II. (2) terjadi peningkatan skor rata-rata hasil belajar IPA sebesar 30%

dari 66,33 pada siklus I menjadi 81,67 pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian

tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan Model Problem Based Learning dalam

mata pelajaran IPA khususnya di kelas IV SD Negeri 8 Kesiman dapat meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar IPA (Manuaba, I. S., & Meter, I. G. (2013)).

Nuraini, F. (2017), tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

mendiskripsikan langkah-langkah penerapan model PBL dalam meningkatkan hasil

belajar IPA siswa kelas 5 SD. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) dilaksanakan dalam 2 siklus. Pengumpulan data menggunakan teknik tes dan

non tes, data dianalisis menggunakan teknik diskriptif. Subyek penelitian adalah

kelas 5 SDN Krandon Lor 01 Suruh berjumlah 16 siswa. Hasil penelitian

menunjukkan, hasil belajar kognitif yang tuntas dari pra siklus 7 siswa (44%)

meningkat menjadi 12 siswa (76%) pada siklus I dan meningkat menjadi 16 siswa

(100%) pada siklus II. Hasil belajar afektif pada siklus I dan siklus II menunjukkan

rata-rata sikap menghormati 88 meningkat menjadi 97, partisipasi 77 meningkat

menjadi 91, bekerjasama 78 meningkat menjadi 86, tanggung jawab 83 meningkat

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pembelajaran Tematik 1.1 ... - UKSW

34

menjadi 89. Hasil belajar psikomotor pada siklus I dan siklus II rata-rata aspek

ketrampilan membawa alat dan bahan 72 meningkat menjadi 89, mengoprasikan alat

81 meningkat menjadi 89, ketelitian 81 menjadi 91, dan mendemonstrasikan 83

meningkat menjadi 97. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model

Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar IPA, baik hasil

belajar kognitif, afektif dan psikomotorik.

Lamalelang, E. (2017), bertujuan untuk menerapkan strategi pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam

pembelajaran PKn kelas IV SDN Sawit, Sewon Bantul. Penelitian ini merupakan

jenis penelitian tindakan kelas dengan model Kemmis Taggart. Subjek penelitian

adalah siswa kelas IV yang berjumlah 33 siswa. Teknik pengumpulan data

menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data

menggunakan deskripsi kuantitatif dan deskripsi kualitatif. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa adanya peningkatan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran

PKN kelas IV melalui penerapan strategi pembelajaran PBL. Peningkatan tersebut

dapat dilihat dari hasil observasi dengan persentasi partisipasi aktif siswa pratindakan

42% menjadi 67% pada siklus I, kemudian meningkat pada siklus II menjadi 85%.

1.7 Kerangka Berfikir

Berdasarkan kajian teori yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan

model pembelajaran Problem-Based Learning pada tema lingkungan sahabat kita

dapat meningkatkan keaktifan belajar dan hasil belajar siswa. Dengan pemikiran jika

menggunakan model pembelajaran Proble-Based Learning diharapkan siswa akan

mampu meningkatkan keaktifan belajar dan hasil belajar yang semula rendah akan

menjadi tinggi. Kemudian, siswa juga sadar akan pentingnya tujuan pembelajaran

yang akan dicapai, bukan hanya sadar namun juga harus termotivasi dalam

mengikuti pembelajaran di kelas.

Selanjutnya melalui model pembelajaran Probelm-Based Learning ini peserta

didik diharapkan dapat aktif dan bekerjasama dalam kelompok. Dalam pembelajaran

PBL siswa terlibat aktif dalam memecahkan masalah melalui kegiatan diskusi. Hal

yang paling mendasari dalam model pembelajaran Problem-Based Learning yaitu

dengan menggunakan strategi tutor sebaya, diharapkan siswa akan lebih memahami

materi pelajaran karena siswa di ajar dengan temannya sendiri menggunakan gaya

bahasa yang setara dan tidak merasa sungkan dalam bertanya tentang hal-hal yang

belum dipahami. Pembelajaran model pembelajaran Problem-Based Learningjuga

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pembelajaran Tematik 1.1 ... - UKSW

35

dapat mengaktifkan siswa sehingga siswa akan mempunyai keinginan untuk

membatu temannya sehingga akan tercipta suasana yang aktif, menyenangkan,

inovatif dan kondusif yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar. Dalam

penyampaian materi pelajaran, model pembelajaran Problem-Based Learning

diharapkan siswa akan lebih tertarik mengikuti pembelajaran tema lingkungan

sahabat kita dengan baik sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

1.8 Hipotesa Tindakan

Mengacu pada keseluruhan pemaparan kajian pustaka dan kerangka berfikir,

maka menjadi hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah:

1. Model Pembelajaran Problem-Based Learning (PBL) dapat meningkatkan

keaktifan belajar siswa pada tema lingkungan sahabat kita di kelas V SD Negeri

Salatiga 10 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester II Tahun Pelajaran

2017/2018.

2. Model pembelajaran Problem-Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil

belajar pada tema lingkungan sahabat kita di kelas V semester SD Negeri

Salatiga 10 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga semester II tahun 2017/2018.