2.1 kajian teori 2.1.1 think pair share - uksw...7 bab i i kajian pustaka 2.1 kajian teori dalam...

26
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam bagian kajian teori ini berisi tentang pustaka untuk materi Think Pair Share, pembelajaran konvensional, minat belajar, dan prestasi belajar. 2.1.1 Think Pair Share a. Hakekat Think Pair Share Think Pair Share adalah salah satu bagian dari Cooperative Learning. Oleh karena itu, sebelum membahas tentang Think Pair Share, terlebih dahulu akan dijabarkan sekilas mengenai Cooperative Learning. Pengajaran cooperative learning didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur (Lie, 2002). Yang termasuk dalam struktur yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerjasama, dan proses kelompok. Cooperatif learning atau belajar kooperatif merupakan fondasi yang baik untuk meningkatkan dorongan berprestasi siswa. Isjoni (2009) menjabarkan bahwa kooperatif berarti bekerja bersama dalam mencapai tujuan. Dalam kegiatan kooperatif, aktifitas individu adalah mencari hasil yang menguntungkan untuk semua anggota kelompok yang lain. Pembelajaran kooperatif adalah metode yang digunakan oleh kelompok kecil yang terdiri dari siswa untuk bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka sendiri dan teman teman dalam kelompok. Dia juga menyampaikan bahwa pembelajaran kooperatif mengandung arti bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif, siswa mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok. Menurut Lie (2002) pada dasarnya manusia senang berkumpul dengan yang sepadan dan membuat jarak dengan yang berbeda. Namun, pengelompokkan dengan orang sepadan dan serupa bisa menghilangkan kesempatan anggota

Upload: others

Post on 28-Mar-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Think Pair Share - UKSW...7 BAB I I KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam bagian kajian teori ini berisi tentang pustaka untuk materi Think Pair Share, pembelajaran

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Dalam bagian kajian teori ini berisi tentang pustaka untuk materi Think Pair

Share, pembelajaran konvensional, minat belajar, dan prestasi belajar.

2.1.1 Think Pair Share

a. Hakekat Think Pair Share

Think Pair Share adalah salah satu bagian dari Cooperative Learning. Oleh

karena itu, sebelum membahas tentang Think Pair Share, terlebih dahulu akan

dijabarkan sekilas mengenai Cooperative Learning.

Pengajaran cooperative learning didefinisikan sebagai sistem kerja atau

belajar kelompok yang terstruktur (Lie, 2002). Yang termasuk dalam struktur

yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal,

keahlian bekerjasama, dan proses kelompok. Cooperatif learning atau belajar

kooperatif merupakan fondasi yang baik untuk meningkatkan dorongan

berprestasi siswa.

Isjoni (2009) menjabarkan bahwa kooperatif berarti bekerja bersama dalam

mencapai tujuan. Dalam kegiatan kooperatif, aktifitas individu adalah mencari

hasil yang menguntungkan untuk semua anggota kelompok yang lain.

Pembelajaran kooperatif adalah metode yang digunakan oleh kelompok kecil yang

terdiri dari siswa untuk bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka

sendiri dan teman – teman dalam kelompok. Dia juga menyampaikan bahwa

pembelajaran kooperatif mengandung arti bekerjasama dalam mencapai tujuan

bersama. Dalam kegiatan kooperatif, siswa mencari hasil yang menguntungkan

bagi seluruh anggota kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan

kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya

dalam kelompok.

Menurut Lie (2002) pada dasarnya manusia senang berkumpul dengan yang

sepadan dan membuat jarak dengan yang berbeda. Namun, pengelompokkan

dengan orang sepadan dan serupa bisa menghilangkan kesempatan anggota

Page 2: 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Think Pair Share - UKSW...7 BAB I I KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam bagian kajian teori ini berisi tentang pustaka untuk materi Think Pair Share, pembelajaran

8

kelompok untuk memperluas wawasan dan untuk memperkaya diri, karena dalam

kelompok homogen tidak terdapat banyak perbedaan yang bisa mengasah proses

berpikir, bernegosiasi, berargumentasi, dan berkembang.

Pada pembelajaran cooperatif learning siswa dikelompokkan berdasarkan

heterogenitas (kemacamragaman). Kelompok heterogenitas bisa dibentuk dengan

memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang sosial ekonomi dan etnik,

serta kemampuan akademis. Kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk

saling mengajar dan saling mendukung, meningkatkan relasi dan interaksi dengan

orang lain, serta memudahkan pengelolaan kelas. Adapun jumlah anggota setiap

kelompok bervariasi mulai dari 2 sampai 5 orang. Anggota yang memiliki sedikit

personil dapat lebih meningkatkan partisipasi tiap anggota tetapi sedikit pula ide

yang muncul dan kesulitan memonitor. Untuk anggota yang memiliki 4 atau 5

personil dapat memperbanyak tugas yang dilakukan tetapi memakan banyak

waktu.

Suparno (2007) Cooperative Learning adalah pembelajaran dimana siswa

dibiarkan belajar dalam kelompok, saling menguatkan, mendalami, dan

bekerjasama untuk semakin menguasai bahan.

Beberapa karakteristik cooperative learning menurut Hilda K. dan

Margaretha S. Y. (2002) antara lain: (a) Individual accountability, yaitu setiap

individu dalam kelompok mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan

permasalahan yang dihadapi kelompok. (b) Social skills, meliputi seluruh hidup

sosial, kepekaan sosial dan mendidik siswa untuk menumbuhkan pengarahan diri

demi kepentingan kelompok. (c) Positive interdependence, adalah sifat yang

menunjukkan saling ketergantungan satu terhadap yang lain dalam kelompok

secara positif. (d) Group processing, proses perolehan jawaban permasalahan

dikerjakan oleh kelompok secara bersama-sama.

Fatma (2008) mengemukakan langkah-langkah cooperative learning adalah

sebagai berikut: (a) Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin

dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. (b) Guru

menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan

bacaan. (c) Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk

Page 3: 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Think Pair Share - UKSW...7 BAB I I KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam bagian kajian teori ini berisi tentang pustaka untuk materi Think Pair Share, pembelajaran

9

kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara

efisien. (d) Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka

mengerjakan tugas mereka. (e) Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi

yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil

kerjanya. (f) Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil

belajar individu dan kelompok.

Yanti (2010) menyatakan bahwa salah satu pendekatan struktur dalam

pembelajaran kooperatif yang dikembangkan untuk meningkatkan penguasaan

akademis siswa terhadap materi yang diajarkan adalah pendekatan struktural

“Think-Pair-Share”. Metode tersebut dikembangkan oleh Frank Lyman dan rekan

- rekannya dari Universitas Maryland. Pendekatan struktural “Think-Pair-Share”

memberikan siswa waktu untuk berfikir dan merespon serta saling membantu satu

sama lain, dan merupakan salah satu cara yang efektif untuk membuat variasi

suasana pola diskusi kelas.

Dalam model struktural metode Think Pair Share, pertama siswa berpikir

dan mencatat secara individu. Kemudian mereka bekerja berdua-dua untuk

menciptakan beberapa pertimbangan untuk mendukung kedua pemikiran mereka

atas suatu masalah. Selanjutnya, dua pasangan bekerjasama untuk mendapatkan

suatu kesepakatan yang mendukung dan memurnikan beberapa pertimbangan mer

eka atas permasalahan tersebut. Akhirnya, masing-masing kelompok berbagi

kesimpulan dan argumentasi pendukungnya dengan keseluruhan kelas. (Kennedy,

2007)

Think Pair Share memiliki prosedur secara eksplisit dapat memberi siswa

waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain

Estiti (2007). Melalui cara ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling

membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara

kooperatif.

Trianto (2009) menjabarkan bahwa Think Pair Share merupakan suatu cara

yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi

bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas

secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam TPS dapat memberi

Page 4: 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Think Pair Share - UKSW...7 BAB I I KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam bagian kajian teori ini berisi tentang pustaka untuk materi Think Pair Share, pembelajaran

10

siswa banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. TPS ini

memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang

lain.

Suprijono (2009) menyatakan bahwa model pembelajaran Think Pair Share

merupakan model pembelajaran yang dapat digunakan secara efektif untuk

mengarahkan peserta didik dalam mempelajari sebuah materi pelajaran, model

pembelajaran Think Pair Share dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu thinking

(berpikir secara individu), pairing (berdiskusi dengan pasangan), dan sharing

(berbagi dengan teman).

Gunarti (2011) mengemukakan pendapatnya mengenai mengapa guru

memilih menggunakan Think Pair Share adalah karena biasanya anak usia SD

jika ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan soal yang

sulit di depan kelas akan measa malu atau takut. Jadi, untuk membangkitkan

keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar diterapkan model pembelajaran

Think Pair Share. Model ini secara tidak langsung mendidik siswa berlatih

berbicara di depan umum yaitu dengan jalan siswa mengutarakan ide atau

pendapat dengan pasangannya.

Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran Think Pair Share merupakan tipe sederhana yang memiliki

keuntungan dapat mengoptimalkan partisipasi siswa dalam mengeluarkan

pendapat, dan meningkatkan pengetahuan. Siswa meningkatkan daya pikir mereka

terlebih dahulu (thinking), kemudian mereka masuk dalam kelompok kecil atau

dalam hal ini mereka mencari satu orang teman untuk bekerja berpasangan

(pairing), dan berbagi dengan teman yang lain (sharing). Setiap siswa berbagi

pendapat, pemikiran, atau informasi yang sudah diketahui tentang masalah yang

diberikan oleh guru, kemudian bersama – sama mencari solusi.

Dalam suatu model pembelajaran tentu saja memiliki kelebihan dan

kekurangan. Begitu pula dengan model pembelajaran think pair share yang juga

memiliki kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaannya.

Lie (2008) menyatakan kelebihan dan kekurangan kelompok berpasangan.

Kelebihan Think Pair Share antara lain: (1) Meningkatkan partisipasi siswa dalam

Page 5: 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Think Pair Share - UKSW...7 BAB I I KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam bagian kajian teori ini berisi tentang pustaka untuk materi Think Pair Share, pembelajaran

11

pembelajaran. (2) Cocok digunakan untuk tugas yang sederhana. (3) Memberikan

lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok. (4)

Interaksi antar pasangan lebih mudah. (5) Lebih mudah dan cepat dalam

membentuk kelompoknya.

Sedangkan kekurangan Think Pair Share yang disampaikan oleh Lie adalah

lebih banyak kelompok yang akan melapor dan perlu dimonitor, lebih sedikit ide

yang muncul, jika ada masalah tidak ada penengah.

b. Langkah – Langkah Pembelajaran Think Pair Share

Nurhadi (2003) menggunakan langkah – langkah thinking (berpikir),

pairing(berpasangan), sharing (berbagi) dalam menerapkan pendekatan struktural

Think Pair Share. Guru memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan

pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan tersebut secara

mandiri untuk beberapa saat. Kemudian guru meminta siswa untuk berpasangan

dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada

langkah pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika

telah diajukan suatu pertanyaan atau berbagai ide jika suatu persoalan khusus

telah diidentifikasi. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.

Setelah itu, guru meminta pasangan-pasangan siswa tersebut untuk berbagi atau

bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka

diskusikan dengan cara bergantian pasangan demi pasangan dan dilanjutkan

sampai beberapa siswa telah mendapat kesempatan untuk melaporkan, paling

tidak sekitar seperempat pasangan, tetapi sesuaikan dengan waktu yang tersedia.

Pada langkah ini akan efektif apabila guru berkeliling kelas dari pasangan yang

satu ke pasangan yang lain.

Pendapat yang hampir serupa disampaikan oleh Lie (2008). Empat langkah

dalam Think Pair Share (TPS) yang diungkapkan Lie yaitu: (1) Guru membagi

siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok.

(2) Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri. (3) Siswa

berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan

pasangannya. (4) Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat.

Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada

Page 6: 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Think Pair Share - UKSW...7 BAB I I KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam bagian kajian teori ini berisi tentang pustaka untuk materi Think Pair Share, pembelajaran

12

kelompok berempat.

Dalam sebuah jurnal internasional Center for Learning and Teaching

Excellence, Susan Ledlow dalam artikelnya yang berjudul “Using Think-Pair-

Share in the College Classroom”, terdapat kalimat dalam bahasa Inggris yang di

dalamnya menyatakan bahwa Think-Pair-Share adalah sebuah strategi dengan

resiko yang kecil untuk membuat siswa menjadi aktif di dalam berbagai kelas.

Langkah-langkahnya sederhana: setelah menanyakan sebuah pertanyaan, mintalah

siswa untuk berpikir tetang jawaban mereka. Sebagai variasi, guru mungkin bisa

meminta siswa menuliskan jawaban individu mereka. ( Dalam penelitiannya

berdasarkan tingkat kesulitan soal dan berapa waktu yang guru pikir cukup untuk

aktivitas tersebut. Susan memberikan 10 detik hingga 5 menit pada siswa untuk

bekerja secara individu). Kemudian minta mereka untuk berpasangan untuk

membandingkan atau mendiskusikan jawaban atau respon mereka. Akhirnya,

panggil secara acak beberapa siswa untuk merangkum hasil diskusi dan

memberikan jawaban. Pemanggilan secara acak sangat penting untuk memastikan

bahwa setiap individu sudah berpartisipasi.

Gunarti (2011) dalam penelitiannya mengungkapkan mengenai langkah –

langkah model pembelajaran Think Pair Share. Model ini diawali oleh guru yang

menyampaikan inti materi pelajaran, kemudian siswa dimina untuk berpikir

tentang materi permasalahan yang disampaikan guru. Siswa diminta berpasangan

dengan teman sebelahnya (atau yang jaraknya terdekat (satu kelompok 2 orang)

dan mengutarakan hasil pemikiran masing – masing. Guru memimpin diskusi di

dalam kelas, kemudian setiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya. Dari

kegiatan tersebut guru menambah pembicaraan pada pokok permasalahan dan

menambah materi yang belum diungkapkan para siswa, dan hingga akhirnya guru

menyimpulkan materi pelajaran.

Dari beberapa langkah – langkah Think Pair Share yang telah dikemukakan

para ahli di atas, langkah – langkah pembelajaran TPS yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) siswa mendengarkan dengan seksama

tujuan pembelajaran yang akan dicapai yang disampaikan oleh guru. (2) guru

menyampaikan pentingnya belajar matematika. (3) siswa diarahkan untuk

Page 7: 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Think Pair Share - UKSW...7 BAB I I KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam bagian kajian teori ini berisi tentang pustaka untuk materi Think Pair Share, pembelajaran

13

mempersiapkan handout dan buku paket serta sumber lainnya. (4) siswa mendapat

soal untuk dikerjakan secara individual pada tahap Think. (5) siswa mengerjakan

soal secara berpasangan (Pair) dan menuliskan jawaban tahap pair pada format

LKS Pair. (6) guru meminta beberapa kelompok secara acak mempresentasikan

hasil diskusi di depan kelas dan ditanggapi oleh teman satu kelas yang lainnya. (7)

guru dan siswa melakukan diskusi untuk penarikan kesimpulan. (8) pasangan

siswa yang aktif mendapat hadiah. (9) semua hasil diskusi dicatat oleh siswa.

Pengembangan tahap – tahap Think Pair Share dapat dimodifikasi sesuai

dengan kreatifitas guru yang akan menggunakan metode ini. Dapat juga

menggunakan variasi media pembelajaran untuk memudahkan siswa dalam

menangkap materi.

2.1.2 Pembelajaran Konvensional

a. Pengertian dan Karakteristik Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional merupakan suatu pembelajaran yang sering

digunakan oleh para guru dan pembelajaran ini memiliki kekhasan tertentu,

misalnya lebih mengutamakan hafalan daripada pengertian, menekankan pada

ketrampilan berhitung, mengutamakan hasil daripada proses dan pembelajaran

berpusat pada guru. Paradigma yang menjadi acuan dari pembelajaran

konvensional ini adalah paradigma mengajar.

Dalam pembelajaran menggunakan metode konvensional, kegiatan belajar

mengajar didominasi oleh guru. Evi M.N. (2007) menyatakan bahwa

“pembelajaran konvensional cenderung meminimalkan keterlibatan siswa

sehingga guru nampak lebih aktif dan suasana belajar di kelas menjadi sangat

monoton dan kurang menarik”. Guru memegang peranan penting dalam kegiatan

pembelajaran, bahkan dapat dikatakan guru sebagai subjek yang memegang peran

utama dalam menentukan sisi dan urutan langkah dalam menyampaikan materi

pelajaran kepada siswa. Dalam kegiatan belajar – mengajar seperti ini,

keterlibatan siswa seringkali diabaikan. Hal ini menyebabkan keaktifan siswa

dalam mengikuti pelajaran sangat berkurang, siswa kurang inisiatif, kurang

memiliki minat untuk mengetahui sesuatu hal dengan lebih mendalam, siswa

mejadi bergantung pada guru.

Page 8: 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Think Pair Share - UKSW...7 BAB I I KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam bagian kajian teori ini berisi tentang pustaka untuk materi Think Pair Share, pembelajaran

14

b. Pembelajaran Konvensional pada Matematika

Guru matematika seringkali mengajar matematika dengan menggunakan

pembelajaran konvensional karena pembelajaran ini dianggap oleh guru sangat

efektif dan efisien untuk menyelesaikan kurikulum. Guru biasanya menjelaskan

materi, memberikan contoh soal dan cara penyelesaiannya, dan memberikan

tugas/latihan soal. Pengajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran

konvensional lebih menekankan pada hasil dibandingkan dengan proses. Selain

itu, da vlam usaha menyelesaikan materi di kurikulum, guru lebih cenderung pada

pemberian hafalan, drill, dan ceramah serta cara yang digunakan oleh guru

mayoritas adalah pengerjaan soal-soal yang terdapat dalam LKS. Dalam

pembelajaran matematika ini, aktivitas siswa tidak tampak dan yang menonjol

adalah aktivitas guru yang mendominasi pembelajaran. Matematika yang

merupakan human activity belum diperhatikan dalam pendekatan pembelajaran

ini.

Dalam pengajaran matematika, pembelajaran konvensional yang digunakan

guru sering disebut pula metode ekspositori. Hal ini sesuai dengan pendapat

Purwoto (2003) yang mengatakan bahwa cara mengajar matematika yang pada

umumnya digunakan para guru matematika adalah lebih tepat dikatakan sebagai

menggunakan metode ekspositori. Penggunaan metode ekspositori diawali dengan

guru menerangkan materi kemudian memberi contoh soal dan jawabannya serta

diakhiri dengan pengejarjaan latihan soal oleh para siswa.

Purwoto (2003) mengatakan bahwa kelebihan dan kekurangan metode

konvensional adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan metode konvensional antara lain: (1) Dapat menampung kelas besar,

tiap murid mendapat kesempatan yang sama untuk mendengarkan dan

karenanya biaya yang diperlukan menjadi relative lebih murah. (2) Bahan

pengajaran atau keterangan dapat diberikan secara lebih urut oleh guru.

Konsep-konsep yang disajikan secara hirarki akan memberikan fasilitas belajar

pada siswa. (3) Guru dapat memberikan tekanan terhadap hal-hal yang penting,

sehingga waktu dan energi dapat digunakan sebaik mungkin. (4) Isi silabus

dapat diselesaikan dengan lebih mudah, karena guru tidak harus menyesuaikan

Page 9: 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Think Pair Share - UKSW...7 BAB I I KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam bagian kajian teori ini berisi tentang pustaka untuk materi Think Pair Share, pembelajaran

15

dengan kecepatan belajar siswa. (5) Kekurangan atau tidak adanya buku

pelajaran dan alat bantu pelajaran tidak menghambat dilaksanakannya

pelajaran dengan metode ini.

b. Adapun Kelemahan metode konvensional antara lain: (1) Pelajaran berjalan

membosankan siswa dan siswa menjadi pasif, karena tidak berkesempatan

untuk menemukan sendiri konsep yang diajarkan. Siswa hanya aktif membuat

catatan. (2) Kepadatan konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat siswa

tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan. (3) Pengetahuan yang diperoleh

melalui metode ini lebih cepat terlupakan. (4) Ceramah menyebabkan belajar

siswa menjadi “belajar menghafal” (rote learning) yang tidak mengakibatkan

timbulnya pengertian.

Meskipun metode konvensional berpusat pada guru dan kurang

memperhatikan kreatifitas dan keaktifan siswa, namun pada kenyataannya ada

banyak kelebihan yang dimiliki metode ini. Sehingga metode konvensional dapat

sesekali digunakan dalam kegiatan belajar sehari – hari.

2.1.3 Minat Belajar Matematika

a. Hakekat Minat

Ada banyak penelitian mengenai minat yang dilakukan oleh berbagai ahli

psikologi. Apa yang dikemukakan tampaknya mmberikan pengertian yang

berbeda – beda mengenai minat. Namun demikian, secara umum banyak yang

mengaitkan minat dengan motivasi.

Menurut pengertian yang paling mendasar, minat berarti sibuk, tertarik, atau

terlibat sepenuhnya dengan suatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan

itu. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan sesuatu hubungan antara diri

sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut

semakin besar minat.

Minat sebagai salah satu faktor internal psikologis yang mempengaruhi

kualitas pencapaian prestasi belajar, minat tidak muncul dengan sendirinya, akan

tetapi banyak faktor yang menyebabkan minat dalam diri siswa itu timbul

terhadap beberapa mata pelajaran yang diajarkan oleh guru bidang studi. Beberapa

faktor yang mempengaruhi minat antara lain adalah motivasi, belajar, bahan

Page 10: 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Think Pair Share - UKSW...7 BAB I I KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam bagian kajian teori ini berisi tentang pustaka untuk materi Think Pair Share, pembelajaran

16

pelajaran, guru, keluarga, dan pengaruh teman sebaya atau teman sepergaulan.

Faktor lainnya yaitu bahan pelajaran. Bahan pelajaran yang menarik minat

siswa, akan sering dipelajari oleh siswa yang bersangkutan. Dan sebaliknya bahan

pelajaran yang tidak menarik minat siswa tentu akan dikesampingkan oleh siswa

sebagaimana dikemukakan oleh Slameto (2003) bahwa minat mempunyai

pengaruh yang sangat besar terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang

dipelajari tidak sesuai dengan minat, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik

– baiknya karena tidak ada daya tarik baginya.

Guru juga aspek penting dalam merangsang minat belajar siswa. Guru yang

baik, pandai, ramah, dan disiplin serta disenangi banyak murid sangat besar

pengaruhnya dalam membangkitkan minat siswa.

Pihak lain yang juga berpengaruh adalah orangtua dan teman sebaya.

Orangtua adalah orang yang terdekat dalam keluarga, oleh karenanya keluarga

sangat besar pengaruhnya dalam menentukan minat dalam diri siswa terhadap

mata pelajaran. Di sisi lain, melalui pergaulan, seorang siswa dapat terpengaruh

arah minatnya. Siswa yang bergaul dengan teman – teman yang memiliki minat

akan cenderung terbawa memiliki minat sebesar teman – temannya yang lain juga.

Minat adalah suatu pemusatan perhatian yang tidak sengaja yang terlahir

dengan penuh kemauan dan yang tergantung dari bakat dan lingkungan. Dalam

pembelajaran diperlukan suatu pemusat perhaitan agar apa yang dipelajari dapat

dipahami sehingga siswa dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat

dilakukan (Burhanuddin&Suejoto, 2006)

Berdasarkan berbagai definisi yang diuraikan oleh para ahli tentang minat

tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa minat merupakan rasa

ketertarikan, rasa lebih suka, tanpa adanya tekanan, suruhan, dan adanya

kecenderungan serta kegairahan seseorang terhadap suatu kegiatan.

b. Belajar dan Faktor–Faktor yang Mempengaruhinya

Pengertian belajar sudah banyak disampaikan oleh para ahli psikologi

termasuk ahli psikologi pendidikan. Menurut pengertian secara psikologis, belajar

adalah proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi

dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto, 2003).

Page 11: 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Think Pair Share - UKSW...7 BAB I I KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam bagian kajian teori ini berisi tentang pustaka untuk materi Think Pair Share, pembelajaran

17

Hal ini mengindikasikan bahwa apapun pengalaman yang terjadi dalam kehidupan

manusia merupakan suatu pembelajaran.

Pengertian belajar menurut Zanikhan (2008), adalah proses yang dengan

sengaja menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang

ditimbulkan sebelumnya. Belajar merupakan perubahan yang diperlihatkan dalam

tingkah laku, yang keadaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam

situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang sempurna itu. Hal ini searah

dengan pendapat yang dikemukakan Fauzi (2004) yang menyatakan bahwa belajar

merupakan suatu proses dimana suatu tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki

melalui serentetan aksi atas situasi (atau rangsangan) yang terjadi. Menurut

Sardiman (2008), belajar merupakan usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan

yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.

Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar itu

menimbulkan suatu perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan perubahan itu

dilakukan lewat kegiatan, atau usaha yang disengaja.

c. Minat Belajar Matematika

Djaali (2006) dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan

mengatakan bahwa didalam proses belajar banyak faktor yang mempengaruhinya,

antara lain motivasi, sikap, minat, kebiasaan belajar, dan konsep diri. Minat dapat

diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai

suatu hal daripada hal yang lainnya.

Hakikat minat belajar adalah suatu kecenderungan atau kegairahan yang

tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu yang ingin dicapai (Syah, 2006)

Peran guru dalam membangkitkan minat belajar adalah dengan pemilihan

bahan pengajaran yang berarti pada siswa, menciptakan kegiatan belajar yang

dapat memberikan dorongan untuk menemukan, menerjemahkan apa yang

diajarkan. Suatu bahan pengajaran disajikan sesuai dengan tingkat kemampuan

berpikir anak dan disampaikan dalam bentuk yang banyak melibatkan aktivitas

anak dalam proses belajar. System ntuk membangkitakan minat belajar yang

sekarang sedang dikembangkan adalah meritocracy yang merupakan system

pengajaran yang menekankan pada kompetensi atau adanya persaingan. Dalam

Page 12: 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Think Pair Share - UKSW...7 BAB I I KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam bagian kajian teori ini berisi tentang pustaka untuk materi Think Pair Share, pembelajaran

18

system pengajaran ini, siswa mempunyai kesempatan maju terus sesuai dengan

prestasi belajar yang telah dicapainya.

Dalam system meritocracy, siswa yang pandai dapat berkembang pesat,

jauh meninggalkan teman-temanya. Sebaliknya anak yang kurang pandai akan

ketinggalan. Sistem pengajaran ini dapat menimbulkan minat bagi anak yang

pandai, sebaliknya dapat mematahkan semangat bagi anak yang kurang pandai.

Adanya kebaikan dan kelemahan system meritocracy ini dapat dikontrol dengan

adanya perencanaan pengajaran yang matang dan menyenangkan yang disiapkan

oleh guru. Minat belajar siswa juga merupakan salah satu factor keberhasilan

pencapaian kompetensi belajar tertentu (Djamarah, 2008).

Minat belajar adalah suatu penerimaan akan suatu hubungan antara diri

sendiri dengan sesuatu di luar diri. Seseorang memiliki minat terhadap subjek

tertentu cenderung untuk memberikan perhatian lebih besar terhadap subjek

tertentu (Djamarah, 2008)

Menurut Slameto (2003) siswa yang berminat dalam belajar mempunyai

ciri-ciri sebagai berikut: (1) Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk untuk

memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.(2)

Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.(3) Memperoleh suatu

kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati. Ada rasa keterikatan pada

sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati.(4) Lebih menyukai suatu hal yang

menjadi minatnya daripada yang lainnya. (5) Dimanifestasikan melalui partisipasi

pada aktivitas dan kegiatan.

Dari beberapa pendapat ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa minat

merupakan kecenderungan hati untuk terlibat pada suatu objek. Siswa yang

memiliki minat belajar matematika berarti mempunyai usaha dan kemauan untuk

mempelajari matematika. Sehingga dapat dirumuskan beberapa indikator yang

dapat digunakan untuk mengetahui tingkat minat siswa terhadap pelajaran

matematika adalah sebagai berikut: (1) sikap siswa terhadap pelajaran

matematika. (2) kebiasaan belajar siswa. (3) usaha siswa untuk meningkatkan

hasil belajar matematika siswa. (4) kesadaran siswa akan manfaat dan kegunaan

matematika dalam kehidupan sehari-hari maupun kehidupannya di masa yang

Page 13: 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Think Pair Share - UKSW...7 BAB I I KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam bagian kajian teori ini berisi tentang pustaka untuk materi Think Pair Share, pembelajaran

19

akan datang. (5) kecenderungan siswa untuk selalu siap pada kegiatan

pembelajaran matematika. (6) tanggung jawab siswa terhadap tugas – tugas pada

mata pelajaran matematika.

Minat berpengaruh terhadap bagaimana sikap dan tanggung jawab

seseorang terhadap sesuatu hal. Jika seorang siswa memiliki minat yang tinggi

terhadap satu mata pelajaran tertentu, siswa akan memiliki tanggung jawab yang

lebih untuk mencapai prestasi yang maksimal pada pelajaran tersebut.

2.1.4 Hasil Belajar Matematika

a. Hakekat Hasil Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) hasil belajar adalah

penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata

pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh

guru.

Menurut Sudjana (2005) dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan

pendidikan baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan

klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar

membaginya menjadi 3 ranah yaitu, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari

enam aspek. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat tendah dan keempat

aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi (Sudjana, 2005). Enam aspek

itu yaitu: (1) pengetahuan, mencakup ingatan akan hal – hal yang pernah

dipelajari dan disimpan dalam ingatan berupa fakta, kaidah, dan prinsip serta

metode yang diketahui; (2) pemahaman, mencakup kemmapuan untuk menangkap

makna dan arti dari bahan yang dipelajari; (3) penerapan atau aplikasi, mencakup

kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu

kasus atau problem yang konkret dan baru; (4) analisis, mencakup kemamuan

untuk menerima suatu kesatuan ke dalam bagian – bagian sehingga struktur

keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik; (5) sintesis,

mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan pola baru, bagian –

bagian dihubungkan satu sama lain sehingga tercipta suatu bentuk baru; (6)

evaluasi, mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai

Page 14: 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Think Pair Share - UKSW...7 BAB I I KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam bagian kajian teori ini berisi tentang pustaka untuk materi Think Pair Share, pembelajaran

20

sesuatu atau beberapa hal bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu yang

berdasarkan suatu kriteria tertentu.

Sementara itu, Sudjana (2005) mengungkapkan hal – hal yang berkenaan

dalam ranah afektif ada 2 (dua) hal yang perlu dinilai, yaitu kompetensi afektif

dan sikap serta minat siswa terhadap mata pelajaran dan proses pembelajaran. Ada

5 tingkatan dalam ranah afektif ini, yaitu: (1) penerimaan, yakni semacam

kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar yang datang kepada siswa dalam

bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain – lain; (2) respon atau jawaban, yakni

reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar, (3)

penilaian, berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus;

(4) organisasi, yakni pengembangan dari nilai kedalam suatu sistem organisasi,

termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas yang

dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

Sedangkan yang ketiga adalah ranah psikomotorik yang tampak dalam bentuk

keterampilan dan kemampuan bertindak individu.

Abdurrahman (2003) mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan

yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Dalam kegiatan belajar yang

terprogram dan terkontrol yang disebut kegiatan pembelajaran atau kegiatan

instruktusional, tujuan belajar telah ditetapkan lebih dahulu oleh guru. Anak yang

berhasil belajar adalah anak yang berhasil mencapai tujuan – tujuan pembelajaran

atau tujuan – tujuan instruktusional.

Hasil belajar menurut Anni (2004) merupakan perubahan perilaku yang

diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Pendapat lain

mengatakan hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah

mengalami pengalaman belajar (Sudjana, 2009).

Abidin (2012) mengungkapkan hasil belajar sebagai hasil yang dicapai oleh

siswa yang telah mengikuti proses belajar mengajar. Hasil pada dasarnya

merupakan sesuatu yang diperoleh dari suatu aktivitas, sedangkan belajar

merupakan suatu proses yang mengakibatkan perubahan pada individu, yakni

perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun

aspek sikapnya. Hasil belajar merupakan istilah yang digunakan untuk

Page 15: 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Think Pair Share - UKSW...7 BAB I I KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam bagian kajian teori ini berisi tentang pustaka untuk materi Think Pair Share, pembelajaran

21

menunjukkan tingkat keberhasilan yang dicapai siswa dalam bidang studi tertentu

setelah mengikuti proses belajar mengajar.

Sudjana (2009) juga menjabarkan hasil belajar dapat dibagi menjadi 3

macam, yakni keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan

cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah

ditetapkan dalam kurikulum. Di sisi lain terdapat lima kategori hasil belajar, yakni

informasi verbal, ketrampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan ketrampilan

motoris. Dalam sistem pendidikan nasonal rumusan tujuan pendidikan, baik

tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil

belajar dari Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yaitu

ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari

enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,

sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan

keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni

penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah

psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan

bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni gerakan reflex, ketrampilan

gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan

ketrampilan kompleks, serta gerakan ekspresif dan interpretatif.

Rifa’i (2003) mendefinisikan hasil belajar sebagai suatu hasil yang

diharapkan dari pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rumusan perilaku

tertentu sebagai akibat dari proses belajarnya.

Sebenarnya hasil belajar merupakan realisasi pemekaran dari kecakapan

atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar dari seseorang

dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan

pengetahuan, keterampilan berpikir, maupun keterampilan motorik

(Sukmadinata,2003)

Menurut Susanto (2006) belajar merupakan proses di mana otak atau pikiran

mengadakan reaksi terhadap kondisi luar dan reaksi itu dapat dimodifikasi dengan

Page 16: 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Think Pair Share - UKSW...7 BAB I I KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam bagian kajian teori ini berisi tentang pustaka untuk materi Think Pair Share, pembelajaran

22

pengalaman-pengalaman yang dialami sebelumnya. Belajar dapat berlangsung

secara efektif apabila hasil belajar yang dicapai mendekati atau sama dengan

tujuan belajar yang diharapkan.

Bagi seorang guru, menilai belajar siswa sebenarnya juga menilai hasil

usahanya sendiri. Menilai hasil belajar siswa berfungsi untuk dapat membantu

guru dalam menilai kesiapan anak pada suatu mata pelajaran, mengetahui status

anak dalam kelas, membantu guru dalam usaha memperbaiki metode belajar

mengajar.

Beberapa definisi hasil belajar yang dikutip dalam sebuah blog milik

Munawar (2010) menjabarkan pengertian hasil belajar menurut para ahli yaitu

hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa

dan dari sisi guru. Dari siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan

mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat

perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis – jenis ranah kognitif, afektif,

dan psikomotorik. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat

terselesaikannya bahan pelajaran. Di sisi lain hasil belajar adalah bila seseorang

telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya

dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil makna dari hasil belajar

bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui

kegiatan belajar baik berupa pengetahuan, sikap maupun keterampilan yang

intinya adalah sebuah perubahan. Siswa dikatakan mempunyai hasil belajar

matematika tinggi jika dapat mengerjakan soal dan mendapat hasil yang baik,

menguasai kompetensi – kompetensi yang ada, mampu menyelesaikan tugas atau

masalah dalam belajar dengan baik, haus akan ilmu pengetahuan, menyukai dan

sering mengikuti berbagai perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan,

mampu secara tepat menarik suatu generalisasi, cepat dalam menerima, mengolah,

memahami dan menguasai pembelajaran, cepat mengerjakan tugas dengan hasil

baik, cepat dan tepat dalam bertindak. Jadi yang dimaksud dengan hasil belajar

matematika dalam penelitian ini adalah skor berupa angka yang diperoleh siswa

setelah menyelesaikan proses pembelajaran matematika yang diukur melalui tes.

Page 17: 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Think Pair Share - UKSW...7 BAB I I KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam bagian kajian teori ini berisi tentang pustaka untuk materi Think Pair Share, pembelajaran

23

b. Hasil Belajar Matematika

Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang penting baik dari segi

teoritis maupun aplikatif di dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat beberapa

hakekat atau pengertian dari matematika. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2005) disebutkan bahwa matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan,

hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam

penyelesaian masalah mengenai bilangan.

Purwoto (2003) mengemukakan bahwa matematika adalah pengetahuan

tentang pola keteraturan pengetahuan tentang struktur yang terorganisasi mulai

dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke unsur-unsur yang didefinisikan ke

aksioma dan postulat dan akhirnya ke dalil.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah

cabang ilmu pengetahuan eksak tentang bilangan, kalkulasi, penalaran, logik,

fakta-fakta kuantitatif, masalah ruang dan bentuk, aturan-aturan yang ketat, dan

pola keteraturan serta tentang struktur yang terorganisir.

Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung,

mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan

dalam kehidupan sehari – hari melalui materi geometri, aljabar, dan trigonometri.

Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan

gagasan dengan bahasa melalui model matematika yang berupa kalimat dan

persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel. (Depdiknas 2004)

Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar

matematika adalah suatu proses perubahan kemampuan yang berupa pengetahuan,

ketrampilan, dan pengalaman baru yang diperoleh melalui proses interaktif dalam

proses pembelajaran matematika antara peserta didik dengan lingkungannya dan

dapat diukur melalui tes serta hasilnya dihitung dengan menggunakan analisis

statistik.

Jadi yang dimaksud dengan hasil belajar matematika dalam penelitian ini

adalah skor berupa angka yang diperoleh siswa setelah menyelesaikan proses

pembelajaran matematika yang diukur melalui tes serta hasilnya dihitung dengan

menggunakan analisis statistik.

Page 18: 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Think Pair Share - UKSW...7 BAB I I KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam bagian kajian teori ini berisi tentang pustaka untuk materi Think Pair Share, pembelajaran

24

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar dari siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa hal. Menurut

Purwanto (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi atau hasil belajar

matematika dibedakan menjadi dua golongan, yaitu: (1) Faktor intern, yaitu faktor

yang ada pada diri organisme itu sendiri. Faktor dari dalam ini antara lain adalah

perhatian, kesehatan, intelegensi, minat, motivasi, aktivitas belajar dan cara

belajar. (2) Faktor ekstern, yang termasuk ke dalam faktor ekstern antara lain

faktor keluarga keadaan awal, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang

digunakan dalam pembelajaran, kurikulum, dan lingkungan sekolah. Dalam

penelitian ini, akan dilihat dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu

metode pembelajaran (cara guru mengajar) dan minat belajar siswa.

d. Jenis-jenis Penilaian Hasil Belajar Matematika

Dalam penilaian hasil belajar siswa dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu

penilaian tes dan penilain non tes.

1) Tes

Tes hasil belajar menurut Purwanto (2009) merupakan tes penguasaan,

karena tes ini mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh

guru atau dipelajari oleh siswa. Tes diujikan setelah siswa memperoleh sejumlah

materi sebelumnya dan pengujian dilakukan untuk mengetahui penguasaan siswa

atas materi tersebut. Macam-macam tes menurut Purwanto (2009) yaitu:

a) Tes formatif

Tes formatif dimaksudkan sebagai tes yang digunakan untuk mengetahui

sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti proses belajar-

mengajar.Setiap pokok bahasan membentuk perilaku tertentu sebagaimana

dirumuskan dalam tujuan pembelajarannya.

b) Tes sumatif

Tes sumatif dimaksudkan sebagai tes yang digunakan untuk mengetahui

penguasaan siswa atas semua jumlah materi yang disampaikan dalam satuan

waktu tertentu seperti semester.

c) Tes diagnostik

Tes diagnostik digunakan untuk mengidentifikasikan siswa-siswa yang

Page 19: 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Think Pair Share - UKSW...7 BAB I I KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam bagian kajian teori ini berisi tentang pustaka untuk materi Think Pair Share, pembelajaran

25

mengalami masalah dan menelusuri jenis masalah yang dihadapi.

d) Tes penempatan

Tes penempatan adalah pengumpulan data tes hasil belajar yang diperlukan

untuk menempatkan siswa dalam kelompok siswa sesuai dengan minat dan

bakatnya.

2) Non Tes

Penilaian non tes merupakan prosedur yang dilalui untuk memperoleh

gambaran mengenai karakteristik minat, sifat, dan kepribadian melalui:

a) Pengamatan, yakni alat penilaian yang pengisiannya dilakukan oleh guru

atas dasar pengamatan terhadap perilaku siswa, baik perorangan maupun

kelompok, dikelas maupun diluar kelas.

b) Skala sikap, yaitu penilaian yang digunakan untuk mengungkapkan sikap

siswa melalui pengerjaan tugas tertulis dengan soal-soal yang lebih mengukur

daya nalar atau pendapat siswa

c) Angket, yaitu alat penilaian yang menyajikan tugas-tugas atau

mengerjakan dengan cara tertulis

d) Catatan harian, yaitu catatan mengenai perilaku siswa yang dipandang

mempunyai kaitan dengan perkembangan pribadinya

e) Daftar cek, yaitu suatu daftar yang dipergunakan untuk mengecek terhadap

perilaku siswa telah sesuai dengan yang diharapkan atau belum. (Purwanto,

2009)

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian test dengan menggunakan

pretest dan posttest. Pretest merupakan penilaian yang dilakukan guru secara rutin

pada setiap akan memulai penyajian materi baru, dengan tujuan untuk

mengidentifikasi tarap pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan disajikan.

Adapun instrumen yang digunakan dapat lisan, dapat tertulis, sedangkan yang

biasa digunakan adalah lisan, karena pretest ini pelaksanaannya berlangsung

secara singkat dan biasanya pretest ini hanya mengambil sampel beberapa siswa

yang sekiranya dapat mewakili kemampuan siswa yang lain.

Kebalikan dari pretest adalah posttest, yakni penilaian yang dilakukan

setelah pelaksanaan kegiatan belajar. Tujuannya untuk mengetahui tarap

Page 20: 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Think Pair Share - UKSW...7 BAB I I KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam bagian kajian teori ini berisi tentang pustaka untuk materi Think Pair Share, pembelajaran

26

penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang baru saja dipelajari. Hasil post-

test ini digunakan sebagai tolok ukur guru untuk melanjutkan ke materi

selanjutnya atau pun kalau banyak siswa yang belum memahami atau hasil post-

test rendah maka guru perlu untuk mengulangi kegiatan belajarnya.

Evaluasi atau penilain formatif, yakni penilaian yang dilaksanakn pada

setiap akhir pelajaran satuan pelajaran. Tujuannya untu kmemperoleh umpan balik

dalam pembelajaran yang telah dilakukan, yakni mengetahui kesulitan atau

mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang belum dikuasai siswa.

Penilaian sumatif, yakni penilaian yang dilakukan untuk mengukur

kemampuan siswa yang dilakukan setiap akhir semester, atau akhir tahun

pelajaran. Hasil dari penilaian sumatif ini digunakan sebagai laporan kemampuan

siswa pada orang tua.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pretest untuk mengukur

kemampuan awal siswa dan post-test untuk mengukur kemampuan akhir siswa

setelah diberi perlakuan. Penilaian berupa pemberian soal tes berjenis pilihan

ganda yang sebelumnya sudah divalidasi.

2.1.5 Hubungan antara Model, Minat, dan Hasil Belajar Matematika

Telah diuraikan bahwa minat merupakan ketertarikan akan sesuatu hal yang

dilihatnya atau yang dikerjakannya berdasarkan kegunaannya untuk kebutuhan

dalam dirinya. Minat yang tinggi terhadap pelajaran dapat meningkatkan hasil

belajar tinggi pula, sehingga minat sangat diperlukan.

Matematika merupakan pelajaran yang sulit bahkan ada yang mengatakan

sangat menyeramkan. Bukan saja dari anak SD, sampai ke perguruna tinggi pun

masih ada yang merasa takut. Bahkan mereka yang di perguruan tinggi sampai

mengambil jurusan yang tidak ada hubungannya dengan matematika

Cara mengajar guru sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Beberapa guru hanya mengajar dengan satu model yang kebetulan tidak cocok

dan sulit dimengerti siswa. Oleh karena itu, guru seharusnya dapat menguasai

bermacam - macam model pembelajaran sehingga dapat memilih model yang

tepat untuk suatu materi yang akan disampaikan.

Selain model, tinggi rendahnya minat siswa untuk mengikuti pelajaran juga

Page 21: 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Think Pair Share - UKSW...7 BAB I I KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam bagian kajian teori ini berisi tentang pustaka untuk materi Think Pair Share, pembelajaran

27

berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa. Minat memegang peranan

peran penting dan sangat erat hubungannya dengan belajar. Belajar tanpa minat

akan terasa menjemukan, dalam kenyataannya tidak semua siswa belajar dengan

dorongan minatnya sendiri, ada yang mengembangkan minatnya terhadap materi

pelajaran dikarenakan pengaruh dari gurunya, temannya, dan atau tuntutan

orangtuanya. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawab

sekolah untuk menyediakan situasi dan kondisi yang bisa merangsang minat siswa

untuk belajar.

Salah satu cara merangsang dan meningkatkan minat belajar siswa adalah

dengan menciptakan kondisi yang menyenangkan pada saat kegiatan belajar

mengajar. Penciptaan kondisi ini salah satunya adalah dengan menggunakan

variasi metode yang merangsang keaktifan dan kreatifitas siswa. Kecenderungan

siswa untuk bertanya pada teman sebayanya memunculkan metode Think Pair

Share yang diharapkan mampu meningkatkan minat belajar siswa. Meningkatnya

minat belajar diharapkan juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran matematika.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Terdapat beberapa penelitian pendahulu yang meneliti tentang Think Pair

Share yaitu penelitian Giyastutik (2009), Triyastuti (2010), Gunarti (2011).

Penelitian Giyastutik (2009) yang berjudul Penerapan Pembelajaran

Kooperatif Think-Pair-Share untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa

Kelas VII A SMP Negeri 3 Karanganyar Tahun Pelajaran 2007/2008. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif metode Think-

Pair-Share dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran.

Peningkatan hasil belajar diukur dari evaluasi siklus I dan siklus II dengan rata-

rata capaian kognitif pada siklus I sebesar 72,13% dan pada siklus II sebesar

80,46%. Capaian rata-rata afektif pada siklus I sebesar 71,52% dan pada siklus II

sebesar 80,61%. Capaian rata-rata psikomotor siswa yang bersikap positif pada

siklus I sebesar 73,33% dan pada siklus II sebesar 87,5%. Sebagai data

pendukung, capaian kepuasan siswa terhadap penggunaan metode Think- Pair-

Share pada siklus I 68,77% dan pada siklus II menjadi 78,01% serta performance

Page 22: 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Think Pair Share - UKSW...7 BAB I I KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam bagian kajian teori ini berisi tentang pustaka untuk materi Think Pair Share, pembelajaran

28

guru pada siklus I sebesar 72,06% menjadi 80,26% pada siklus II. Berdasarkan

hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif

metode Think-Pair-Share dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VII

A SMP Negeri 3 Karanganyar tahun pelajaran 2007/2008.

Penelitian Tutut Febru Triyastuti (2010) yang berjudul Upaya Peningkatan

Hasil Belajar Ekonomi/ Akuntansi Dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

(Think Pair Share) Pada Kelas Xi Ips 5 Sma Negeri 2 Surakarta Tahun Pelajaran

2009/ 2010 (Penelitian Tindakan Kelas). Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2010. Hasil

penelitian ini yaitu penerapan pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat

meningkatkan hasil belajar ekonomi/ akuntansi pada kelas XI IPS 5 SMA Negeri

2 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/ 2010. Hal tersebut didukung oleh faktafakta

sebagai berikut: (1) Keaktifan siswa dalam apersepsi meningkat sebanyak 14%.

Hasil tersebut ditunjukkan pada siklus 1 sebesar 58% (21 siswa) dan pada siklus 2

sebesar 72% (26 siswa); (2) Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran

kooperatif tipe TPS meningkat sebanyak 16%. Hasil tersebut ditunjukkan pada

siklus 1 sebesar 61% (22 siswa) dan pada siklus 2 sebesar 77% (28 siswa); (3)

Keaktifan siswa dalam diskusi berpasangan/ kelompok meningkat sebanyak 20%.

Hasil tersebut ditunjukkan pada siklus 1 sebesar 61% (22 siswa) dan pada siklus 2

sebesar 81% (29 siswa); (4) Ketuntasan hasil belajar meningkat sebesar 15%.

Hasil tersebut ditunjukkan pada siklus 1 sebesar 68% (23 siswa) dan pada siklus 2

sebesar 83% (29 siswa); (5) Keaktifan siswa dalam diskusi mengalami

peningkatan terbesar dibandingkan dengan keaktifan dan ketuntasan hasil belajar

siswa lainnya.

Penelitian Ratna Gunarti (2011) dengan judul Peningkatan Pemahaman

Konsep Pecahan Melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share

(TPS) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Jeron Nogosari Boyolali Tahun Pelajaran

2010/2011. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam

dua siklus dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran

Think Pair Share dapat meningkatkan pemahaman konsep pecahan pada siswa

kelas IV SD Negeri Jeron Nogosari Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011.

Page 23: 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Think Pair Share - UKSW...7 BAB I I KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam bagian kajian teori ini berisi tentang pustaka untuk materi Think Pair Share, pembelajaran

29

Peningkatan pemahaman konsep pecahan dapat dibuktikan dengan meningkatnya

nilai evaluasi matematika dalam materi pecahan setiap siklusnya yaitu: sebelum

tindakan nilai rata-rata evaluasi matematika 62,7 dimana siswa yang mendapat

nilai di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 60 sebanyak 20 siswa (53%)

pada siklus I nilai rata-rata evaluasi matematika meningkat menjadi 68 sebanyak

26 siswa memperoleh nilai di atas KKM (68%) dan siklus II nilai rata-rata

evaluasi matematika meningkat menjadi 74,5 sebanyak 32 siswa memperoleh

nilai di atas KKM (84%).

Kelebihan dari keempat penelitian di atas dapat memaparkan bahwa dengan

TPS dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas pembelajaran dengan baik.

Adapun kekurangannya sampel yang digunakan di tingkat pendidikan menengah

dan membutuhkan waktu penelitian yang relatif lama.

Penelitian lain yang erat kaitannya dengan minat adalah penelitian Didik

Triyono (2010) dengan judul Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan

Metode Penemuan Terbimbing Menggunakan Media Power Point dan Lembar

Kerja Siswa Ditinjau Dari Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Hasil

penelitiannya dapat disimpulkan bahwa: (1) pembelajaran matematika pada pokok

bahasan balok dan kubus dengan metode penemuan terbimbing menggunakan

media Power Point dan lembar Kerja Siswa (LKS) dapat menghasilkan prestasi

belajar matematika yang lebih baik, dapat dilihat pada rataan marginal yaitu

rataan prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode

penemuan terbimbing yaitu 69,1633 lebih besar dari rataan prestasi siswa yang

mengikuti pembelajaran dengan metode ekspositori yaitu 45,8359. Ada pengaruh

metode pembelajaran terhadap prestasi belajar dengan tingkat signifikansi 5%. (2)

tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan minat belajar tinggi dan

sedang, tetapi prestasi belajar dengan minat belajar sedang lebih baik

dibandingkan siswa dengan minat belajar rendah. Ada pengaruh tingkat minat

belajar terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan balok dan kubus. (3)

tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dan minat belajar matematika

siswa terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan balok dan kubus dengan

tingkat signifikansi 5%.

Page 24: 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Think Pair Share - UKSW...7 BAB I I KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam bagian kajian teori ini berisi tentang pustaka untuk materi Think Pair Share, pembelajaran

30

Berdasarkan penelitian – penelitian sebelumnya dan berdasarkan fenomena

yang terjadi dalam pembelajaran matematika di SD, maka dibuatlah penelitian

yang bertujuan untuk mengetahui keefektifan penggunaan Think Pair Share

terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini hanya sebatas untuk mengetahui

Think Pair Share berpengaruh atau tidak terhadap prestasi belajar siswa terutama

pada siswa kelas III SDN Salatiga 06. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian

di atas, penelitian ini melihat pengaruh Think Pair Share terhadap peningkatan

prestasi belajar di tingkat Sekolah Dasar (SD) serta waktu penelitian yang

dibutuhkan relatif singkat.

2.3 Kerangka Pikir

Selama ini penggunaan model pembelajaran konvensional dalam mengajar

seringkali menyebabkan siswa pasif dan kurang berpikir kreatif. Padahal banyak

model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa sehingga siswa lebih

termotivasi untuk belajar dan proses belajar mengajar dapat berlangsung lebih

berkualitas. Salah satu model yang dapat digunakan adalah pembelajaran

matematika dengan pendekatan struktural “Think-Pair-Share”. Dalam penelitian

ini digunakan dua model yaitu model pembelajaran konvensional (untuk kelas

kontrol) dan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural “Think-

Pair-Share” (untuk kelas eksperimen).

Dalam model pembelajaran ini, siswa dapat menyelesaikan masalah dalam

matematika dengan bekerja sama dengan pasangannya yang diawali dengan

pemikiran secara individu. Sehingga siswa dapat menggali potensi yang

dimilikinya dan dapat didiskusikan pada kelompok. Sehingga model pembelajaran

matematika dengan pendekatan struktural “Think-Pair-Share” dapat

menghasilkan hasil belajar matematika daripada penggunaan model pembelajaran

konvensional. Dalam proses pembelajaran dibutuhkan keterlibatan siswa dan

keaktifan siswa. Tingkat keterlibatan dan keaktifan ini dapat menunjukkan minat

siswa terhadap mata pelajaran matematika yang diprediksi akan turut

mempengaruhi hasil belajar siswa.

Pada tahap thinking, siswa diberi kesempatan untuk memikirkan pemecahan

dari suatu soal secara mandiri. Ketika minat mereka besar, kegiatan itu akan

Page 25: 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Think Pair Share - UKSW...7 BAB I I KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam bagian kajian teori ini berisi tentang pustaka untuk materi Think Pair Share, pembelajaran

31

sangat membuat mereka bertanya-tanya sehingga akhirnya akan timbul interaksi

yang kuat antara mereka dengan materi.

Begitu juga pada tahap pairing dan sharing, siswa perlu melakukan diskusi

dengan teman dalam satu kelompok dan teman sekelas mengenai pemecahan soal

yang telah dipikirkan sebelumnya secara mandiri oleh masing-masing siswa.

Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran kooperatif dengan model TPS dan minat belajar matematika

berperan dalam menentukan hasil belajar matematika siswa. Dari pemikiran

pemikiran di atas dapat digambarkan kerangka berpikir dalam penelitian ini

sebagai berikut.

Gambar 2.1. Kerangka berpikir penelitian

Kelas Eksperimen

Think Pair Share

-Berpikir individu (Thinking)

-Berdiskusi dengan

pasangan (Pairing)

-Berbagi dengan teman

diluar kelompok (Sharing)

Post-test

Hasil Belajar

Think Pair Share

Kelas Kontrol

Konvensional /

Ekspositori

Post- test

PBM

Pre-test

Hasil Belajar

Konvensional

Minat Belajar

Matematika

(Angket)

Hasil

Homogen

Hasil

Homogen

Page 26: 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Think Pair Share - UKSW...7 BAB I I KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam bagian kajian teori ini berisi tentang pustaka untuk materi Think Pair Share, pembelajaran

32

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah dan tinjauan pustaka serta kerangka

pemikiran di atas maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai

berikut:

1. Model pembelajaran Think-Pair-Share berpengaruh positif terhadap hasil

belajar Matematika siswa kelas III Semester II Tahun 2011/2012 di SDN

Salatiga 06

2. Model pembelajaran Think-Pair-Share berpengaruh positif terhadap hasil

belajar Matematika siswa dintinjau dari minat belajar siswa kelas III

Semester II Tahun 2011/2012 di SDN Salatiga 06

3. Ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran dan minat belajar

siswa terhadap hasil belajar matematika siswa kelas III Semester II Tahun

2011/2012 di SDN Salatiga 06.