bab ii kajian pustaka 2.1 landasan teori 2.1.1...

14
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Cooperative Learning Cooperative mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama (Hamid Hasan, 1996). Sehubungan dengan pengertian tersebut, Slavin (1984) mengatakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang heterogen (berbeda-beda). Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individu maupun kelompok (Etin Sholihatin, 2009:4). Holubec dalam Nurhadi dkk. (2004:60) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan pendekatan pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar guna mencapai tujuan bersama. Tiap kelompok terdiri dari 4-5 anggota yang heterogen berdasarkan kemampuan akademik, jenis kelamin dan ras.(Imam Gunawan, http//metode-kooperatif-model-think-pair.html) Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok ( Etin Solihatin, 2009:4) Jadi model pembelajaran kooperatif adalah suatu kegiatan pembelajaran yang didesain secara kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang terdiri dari dua orang atau lebih atau bahkan anggotanya juga bisa 4-6 orang dengan struktur kelompok

Upload: phungphuc

Post on 28-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/779/3/T1...10 2.1.4 Think-Pair-Share (Berpikir-Berpasangan-Berbagi) Teknik Think Pair Share

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Cooperative Learning

Cooperative mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan

bersama (Hamid Hasan, 1996). Sehubungan dengan pengertian tersebut, Slavin

(1984) mengatakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran

dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif

yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang

heterogen (berbeda-beda). Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari

kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara

individu maupun kelompok (Etin Sholihatin, 2009:4).

Holubec dalam Nurhadi dkk. (2004:60) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan pendekatan pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar guna mencapai tujuan bersama. Tiap kelompok terdiri dari 4-5 anggota yang heterogen berdasarkan kemampuan akademik, jenis kelamin dan ras.(Imam Gunawan, http//metode-kooperatif-model-think-pair.html)

Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu

sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam

struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau

lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap

anggota kelompok itu sendiri. Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai

suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota

kelompok ( Etin Solihatin, 2009:4)

Jadi model pembelajaran kooperatif adalah suatu kegiatan pembelajaran yang

didesain secara kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang terdiri dari dua orang

atau lebih atau bahkan anggotanya juga bisa 4-6 orang dengan struktur kelompok

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/779/3/T1...10 2.1.4 Think-Pair-Share (Berpikir-Berpasangan-Berbagi) Teknik Think Pair Share

7

kecil (heterogen) dimana keberhasilan dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap

anggota kelompok itu sendiri dengan dipimpin atau diarahkan oleh guru.

Berdasarkan pendapat di atas, belajar dengan model cooperative learning

dapat diterapkan sebagi motivasi siswa agar berani dalam mengungkapkan

pendapatnya, mengumpulkan pendapat dari masing-masing anggota kelompok dan

dapat menghargai pendapat yang dikemukakan teman yang lainnya. Oleh sebab itu

pembelajaran cooperative learning baik digunakan dalam pembelajaran karena

pembelajaran cooperative learning ini merupakan suatu pembelajaran dengan kerja

kelompok dan anggota kelompok dapat saling membantu memecahkan masalah yang

diberikan oleh guru.

2.1.2 Karakteristik Cooperative Learning

Pada hakekatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok, oleh

sebab itu banyak guru yang mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam

cooperative learning, karena mereka menganggap telah terbiasa menggunakannya.

Walaupun cooperative learning terjadi dalam bentuk kelompok, tetapi tidak setiap

kerja kelompok dikatakan cooperative learning. Hal ini akan diperjelas lagi dalam

lima unsur dasar yang dapat membedakan cooperative learning dengan kerja

kelompok.

Bannet (1995) dalam bukunya Isjoni (2011:41-43) menyatakan ada lima

unsur dasar yang dapat membedakan cooperative learning dengan kerja kelompok,

yaitu:

1. Positive Interdepedence

Merupakan hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama

atau perasaan diantara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang

merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya. Untuk menciptakan

suasana tersebut guru perlu merancang struktur dan tugas-tugas kelompok yang

memungkinkan setiap siswa untuk belajar, mengevaluasi dirinya dan teman

kelompoknya dalam penguasaan dan kemampuan memahai bahan pelajaran.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/779/3/T1...10 2.1.4 Think-Pair-Share (Berpikir-Berpasangan-Berbagi) Teknik Think Pair Share

8

Kondisi seperti ini memungkinkan setiap siswa merasa adanya ketergantungan

sacara positif pada anggota kelompok lain, dalam mempelajari dan

menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya, yang endorong

setiap anggota kelompok untuk bekerja sama.

2. Interaction Face to face

Merupakan interaksi yang langsung terjadi antara siswa tanpa adanya perantara.

Tidak adanya penonjolan kekuatan individu, yang ada hanya pola interaksi dan

perubahan yang bersifat verbal diantara siswa yang ditingkatkan oleh adanya

hubungan timbal balik yang bersifat positif sehingga dapat mempengaruhi hasil

pendidikan dan pengajaran.

3. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota

kelompok.

Dengan adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam

anggota kelompok siswa termotivasi untuk membantu temannya, karena tujuan

dalam cooperative learning adalam menjadikan setiap anggota kelompoknya

menjadi lebih kuat pribadinya.

4. Membutuhkan keluwesan

Yaitu menciptakan hubungan antar pribadi, mengembangkan kemampuan

kelompok dan memelihara hubungan kerja yang efektif.

5. Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses

kelompok).

Yaitu tujuan terpenting yang diharapkan dapat dicapai dalam cooperative

learning adalah siswa belajar keterampilan bekerja sama dan berhubungan ini

adalah keterampilan yang penting dan sangat diperlukan di masyarakat. Para

siswa mengetahui tingkat keberhasilan dan efektifitas kerjasama yang telah

dilakukan.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/779/3/T1...10 2.1.4 Think-Pair-Share (Berpikir-Berpasangan-Berbagi) Teknik Think Pair Share

9

2.1.3 Tujuan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-

tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al

(Isjoni, 2011: 27) yaitu:

1. Hasil belajar akademik

Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga

memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya.

Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa

memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan

bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai

siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan

hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil

belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa

kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan

tugas-tugas akademik.

2. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas

dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial,

kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi

peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja

dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur

penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

3. Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada

siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan

sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih

kurang dalam keterampilan sosial.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/779/3/T1...10 2.1.4 Think-Pair-Share (Berpikir-Berpasangan-Berbagi) Teknik Think Pair Share

10

2.1.4 Think-Pair-Share (Berpikir-Berpasangan-Berbagi)

Teknik Think Pair Share dikembangkan oleh Frank Lyman dan rekan-

rekannya dari Universitas Maryland. Teknik ini memberi siswa kesempatan bekerja

sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan dari teknik ini adalah

optimalisasi partisipasi siswa, yaitu memberi kesempatan delapan kali dan lebih

banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka

kepada orang lain (Isjoni, 2011:78).

Agus Suprijono (2009:91) mengemukakan langkah-langkah think-pair-share

adalah sebagai berikut:

1. Tahap pertama : Think (berpikir)

Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran untuk

dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberikan kesempatan untuk memikirkan

jawabannya.

2. Tahap kedua : Pairing (berpasangan)

Guru meminta peserta didik berpasang-pasang. Beri kesempatan kepada

pasangan-pasangan untuk berdiskusi. Diharapkan diskusi ini dapat

memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkannya melalui

intersubjektif dengan pasangannya.

3. Tahap ketiga : Sharing (berbagi)

Pada tahap ini, hasil diskusi intersubjektif di tiap-tiap pasangan hasilnya

dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Dalam kegiatan ini diharapkan

terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengonstruksian pengetahuan secara

integratif. Peserta didik dapat menemukan struktur dari pengetahuan yang

dipelajari.

Metode TPS (Think Pair Share ) ini siswa dilatih bernalar dan dapat berpikir

kritis untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Guru juga memberikan

kesempatan siswa untuk menjawab dengan asumsi pemikirannya sendiri, kemudian

berpasangan untuk mendiskusikan hasil jawabannya kepada teman sekelas untuk

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/779/3/T1...10 2.1.4 Think-Pair-Share (Berpikir-Berpasangan-Berbagi) Teknik Think Pair Share

11

dapat didiskusikan dan dicari pemecahannya bersama-sama sehingga terbentuk suatu

konsep.

Suatu metode itu mempunyai kelebihan dan kelemahannya, karena suatu

metode tidak ada yang sempurna, adapun kelebihan dan kelemahan dari metode think

piar share ini antara lain dalam bukunya Anita lie (2002:45), adalah sebagai berikut.

Kelebihan model cooperative learning tipe TPS

1. Meningkatkan partisipasi siswa. Siswa saling bekerja sama antara satu dengan

yang lainnya dalam pasangan.

2. Cocok untuk tugas sederhana.

3. Lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok.

4. Interaksi lebih mudah.

5. Membentuk kelompoknya lebih mudah dan lebih cepat. Karena siswa dapat

berpasangan dengan teman sebangku.

Kelemahan model cooperative learning tipe TPS

1. Lebih sedikit ide yang masuk. Alasannya karena anggota kelompok hanya

terdiri dari dua siswa saja.

2. Jika ada perselisihan, tidak ada penengah dari siswa dalam kelompok yang

bersangkutan. Hal ini bisa terjadi karena anggota kelompok hanya terdiri dari

dua siswa.

3. Banyak kelompok yang melapor dan dimonitor.

Berdasarkan uaraian di atas, think pair share itu adalah tipe pembelajaran

kooperatif dengan berpikir secara mandiri, berpasangan dengan teman satu bangku

untuk berpikir bersama, dan berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah

dipikirkan bersama dengan pasangan.

2.1.5 Belajar

2.1.5.1 Pengertian Belajar

Slameto menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/779/3/T1...10 2.1.4 Think-Pair-Share (Berpikir-Berpasangan-Berbagi) Teknik Think Pair Share

12

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya

dengan lingkungannya (Djamarah, 2011:13). Jadi dari pengertian ini pengalaman

suatu individu dapat berpengaruh dalam perubahan tingkah laku.

Cronbach dalam bukunya Agus Suprijono (2009:2) menyatakan bahwa

learning is shown by change in behavior as a result of experience. Maksudnya

bahwa belajar adalah suatu perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Dapat

diartikan perubahan dari perilaku seseorang merupakan hasil pengalaman yang telah

dialami oleh diri individu tersebut.

R. Gagne seperti yang di kutip oleh ( Slameto, 2010: 13) dalam bukunya

Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, memberikan dua definisi belajar,

yaitu:

1. Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,

keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.

2. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari

instruksi.

Howard L. Kingskey mengatakan bahwa learning is the process by which

behavior ( in the broader sense) is originated or changed through practice or

training. Maksudnya bahwa belajar adalah proses tingkah laku (dalam arti luas) yang

ditimbulkan atau diubah melalui praktik atau latihan ( Djamarah 2011:13).

Teori-teori belajar yang dikemukakan di atas, dapat dirangkum bahwa belajar

merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu yang diperoleh dari

instruksi, pengalaman dan latihan yang ditampakkkan dalam bentuk kualitas dan

kuantitas tingkah laku seperti sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan dan lain-

lain.

2.1.5.2 Hasil Belajar

Dimyati dan Mudjiono (2009:17) mengemukakan, hasil belajar merupakan

hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi

siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/779/3/T1...10 2.1.4 Think-Pair-Share (Berpikir-Berpasangan-Berbagi) Teknik Think Pair Share

13

dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut

terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi

guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom dalam bukunya Dimyati dan Mudjiono

(2009:201) dikemukakan bahwa ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar

siswa secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 3, yakni: ranah kognitif, ranah

afektif, dan ranah psikomotor.

1. Ranah Kognitif

Bloom dalam Dimyati dan Mudjiyono (2009:202) mengemukakan adanya

6 aspek kelas/tingkatan yaitu

a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari

dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta,

peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, atau metode.

b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal

yang dipelajari.

c. Penerapan

d. Analisis (menguraikan, menentukan hubungan),

e. Sintesis (mengorganisasikan, merencanakan membentuk bangunan baru)

f. Penilaian

2. Ranah afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang

kemampuan yaitu

a. Sikap menerima (penerimaan),

b. Menjawab atau reaksi (partisipasi),

c. Penilaian dan penentuan sikap,

d. Organisasi

e. Pembentukan pola hidup.

Penilaian ranah afektif pada penelitian ini menggunakan motivasi belajar

siswa. Dengan mengetahui tingkat motivasi belajar siswa akan lebih mudah

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/779/3/T1...10 2.1.4 Think-Pair-Share (Berpikir-Berpasangan-Berbagi) Teknik Think Pair Share

14

menilai hasil belajar siswa pada ranah afektif. Karena siswa yang motivasi

belajarnya baik, maka hasil belajar pada ranah kognitif dan ranah psikomotor

juga akan lebih baik.

1) Motivasi Belajar

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada

peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku.

Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah dan

kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang

penuh energi, terarah dan bertahan lama (Agus Suprijono, 2009:163).

Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai

dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi

memiliki komponen dalam dan komponen luar. Ada kaitan yang erat antara

motivasi dan kebutuhan, serta drive dengan tujuan dan insentif ( Zainal Aqib,

2010:50)

Pengertian motivasi diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar

adalah suatu proses perubahan energi yang memberikan semangat, arah dan

kegigihan perilaku untuk mencapai tujuan.

2) Aspek-aspek Motivasi Belajar

Mc Clleland dalam Henry Widya Arfiandi (2011:13) mengemukakan 6

(enam) aspek motivasi belajar pada individu :

a) Tanggung jawab pribadi terhadap tugas, yaitu individu yang mempunyai

motivasi belajar yang tinggi kan selalu bertanggung jawab terhadap

pekerjaannya dan selalu menerima tugas dengan senang hati.

b) Umpan balik atau perbuatan (tugas) yang dilakukannya, yaitu individu akan

selalu mengharapkan hasil atau feedback dari setiap pekerjaan yang

dilakukannya.

c) Tugas yang bersifat moderat yang tingkat kesulitannya tidak terlalu sulit

tetapi juga tidak terlalu mudah, yang penting adanya tantangan dalam tugas,

serta dimungkinkan diraih dengan hasil yang memuaskan, yaitu individu

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/779/3/T1...10 2.1.4 Think-Pair-Share (Berpikir-Berpasangan-Berbagi) Teknik Think Pair Share

15

akan tertarik dengan tugas yang menantang serta memberikan hasil yang

maksimal.

d) Tekun dan ulet dalam bekerja, yaitu individu yang mempunyai motivasi

belajar tinggi akan selalu berusaha melakukan tugas pekerjaannya sebaik

mungkin dan pantang menyerah.

e) Dalam melakukan tugas penuh pertimbangan dan perhitungan (spekulasi

dan untung-untungan), yaitu individu yang mempunyai motivasi belajar

tinggi akan menghindari pekerjaan yang asal-asalan atau berspekulasi

karena setiap tugas yang dikerjakan penuh dengan pertimbangan.

f) Keberhasilan tugas merupakan faktor yang penting bagi dirinya yang akan

meningkatkan aspirasi dan tetap bersifat relisties, yaitu individu yang

mempunyai motivasi belajar tinggi akan selalu bersikap realistis dan

mengutamakan keberhasilan dalam tugas.

3. Ranah Psikomotor meliputi

a. Persepsi

b. Kesiapan

c. Gerakan terbimbing

d. Gerakan terbiasa

e. Gerakan kompleks

f. Penyesuaian pola gerakan

g. Kreativitas

Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan dari pada afektif dan psikomotor

karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus

menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.

Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Howard Kingsley membagi 3 macam hasil belajar : a. Keterampilan dan kebiasaan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/779/3/T1...10 2.1.4 Think-Pair-Share (Berpikir-Berpasangan-Berbagi) Teknik Think Pair Share

16

b. Pengetahuan dan pengertian c. Sikap dan cita-cita

Pendapat dari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut. (http://www.infogue.com/viewstory/2009/06/13/hasil_belajar_pengertian_dan_definisi_/?url=http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-definisi.html)

Hasil belajar dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah suatu perubahan tingkah laku yang terjadi pada siswa yang terdiri dari ranah

kognitif, afektif, dan psikomotor setelah siswa mengalami proses atau pengalaman

belajar secara berulang-ulang. Serta pengalaman tersebut akan tersimpan dalam

jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya dalam kehidupan

siswa tersebut. Yang diungkap dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas V

Sekolah Dasar Gugus Hasanudin Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.

2.2 Kajian Hasil yang Relevan

Danang Oktarizal (2010/2011) dalam penelitiannya “Efektifitas Penggunaan

Metode Cooperative Learning Tipe TPS (Think Pair And Share) terhadap hasil

belajar siswa pada pelajaran ipa kelas V SD Negeri 3 Bangsari Kecamatan Geyer

Kabupaten Grobogan”. Menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

untuk pembelajaran dengan menggunakan metode cooperative learning tipe TPS

dengan pembelajaran konvensional. Dengan melihat group statistic, dari hasil nilai

post-test, untuk kelas eksperimen memiliki means 69,71 dan pada kelompok kontrol

memiliki nilai means 59,00 sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai means kelas

eksperimen lebih tinggi, oleh sebab itu penggunaan metode cooperative learning tipe

TPS (Think-Pair-Share) efektif terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 3

Bangsari tahun pelajaran 2010/2011.

Stevanus Oki Rudy Susanto (2009/2010) dalam penelitiannya “Upaya

Peningkatan Hasil Belajar IPS melalui Penggunaan Model Pembelajaran TPS (Think-

Pair-Share) bagi siswa kelas IV SD Negeri Sinduagung Selomerto Wonosobo

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/779/3/T1...10 2.1.4 Think-Pair-Share (Berpikir-Berpasangan-Berbagi) Teknik Think Pair Share

17

Semester II Tahun 2009/2010”. Menyimpulkan bahwa dengan menggunakan model

pembelajaran TPS dan non TPS diperoleh hasil bahwa dari 31 siswa diperoleh hasil

skor tes pada pembelajaran non TPS ada 18 siswa belum tuntas (58,06 %), pada

siklus I ada 26 siswa telah tuntas (83,72 %), dan pada siklus II ada 30 siswa telah

tuntas (96,78%). Jadi ada peningkatan belajar sebesar 28,7 2% dari kondisi pra siklus

(awal) ke siklus I dan 13,06 % dari siklus I ke siklus II. Dilihat dari rata-rata kelas

menunjukkan hasil belajar pada pra siklus, siklus I, dan siklus II berturut-turut 54,51;

67,74; 80,96 dengan KKM 60. Ada peningkatan rata-rata kelas dari pra siklus ke

siklus I sebesar 13,23 dan dari siklus I ke siklus II sebesar 13,22 hal ini disebabkan

adanya tindakan di dalam proses pembelajaran yaitu menggunakan model

pembelajaran TPS. Dilihat dari skor minimal dan skor maksimal,maka hasil belajar

pada pra siklus diperoleh skor 20 dan 80, siklus I diperoleh skor 30 dan 90, dan

siklus II diperoleh skor 40-100. Ini berarti dari perolehan skor minimal mengalami

kenaikan 50 % dan 33,33 %, dan skor maksimal mengalami kenaikan 12,5 % dan

11,11 % .

2.3 Kerangka Berpikir

Setelah penulis mengupas pengertian model Cooperative Learning tipe

Think Pair Share seperti dikemukakan oleh para ahli di dalam kajian pustaka dapat

disimpulkan bahwa:

Pembelajaran cooperative learning merupakan suatu kegiatan pembelajaran

yang didesain secara kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang terdiri dari dua

orang atau lebih atau bahkan anggotanya juga bisa 4-6 orang dengan struktur

kelompok kecil (heterogen) dimana keberhasilan dipengaruhi oleh keterlibatan dari

setiap anggota kelompok itu sendiri dengan dipimpin atau diarahkan oleh guru.

Model cooperative learning tipe TPS (Think-Pair-Share) merupakan metode

pembelajaran yang didesain secara kelompok untuk mencapai tujuan bersama

dimana siswa dituntut untuk berpikir secara mandiri, berpasangan dengan teman

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/779/3/T1...10 2.1.4 Think-Pair-Share (Berpikir-Berpasangan-Berbagi) Teknik Think Pair Share

18

satu bangku untuk berpikir bersama, dan berbagi dengan seluruh kelas tentang apa

yang telah dipikirkan bersama dengan pasangan.

Dari uraian kajian teori dan kajian yang relevan dapat dirumuskan kerangka berfikir sebagai berikut :

Gambar 2.1. Skema Kerangka Berpikir

Psikomotor : siswa aktif bergerak dan berkreativitas

Kognitif: siswa mampu berpikir secara individu dan kelompok, mengeluarkan pendapat

Afektif : siswa aktif, saling bekerja sama dan membantu, menghargai pendapat, saling bergantung dalam kelompok kecil,dan bertanggung jawab.

Siswa saling bekerja sama dan saling membantu

Siswa mampu berekspresi/mengeluarkan pendapat

Siswa mampu berpikir secara individu dan kelompok

Siswa aktif

Siswa saling bergantung dalam kelomok-kelompok kecil

Siswa saling menghargai pendapat dari teman

Siswa bertanggungjawab terhadap tugas

Metode TPS (Think-Paire-Share)

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/779/3/T1...10 2.1.4 Think-Pair-Share (Berpikir-Berpasangan-Berbagi) Teknik Think Pair Share

19

2.4 Hipotesis Penelitian

Kerangka berpikirnya dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini

sebagai berikut:

Hipotesis akan diuji di dalam penelitian dengan pengertian bahwa uji statistik

selanjutnya yang akan membenarkan atau menolaknya. Adapun hipotesis dalam

penelitian ini yaitu :

1. Ho1 : µ1 = µ2 (model Cooperative Learning tipe TPS (Think-Pair-Share)

tidak efektif terhadap hasil belajar kognitif bagi siswa kelas V SD).

Ha1 : µ1 ≠ µ2 (model Cooperative Learning tipe TPS (Think-Pair-Share)

efektif terhadap hasil belajar kognitif bagi siswa kelas V SD).

2. Ho2 : µ3 = µ4 (model Cooperative Learning tipe TPS (Think-Pair-Share)

tidak efektif terhadap hasil belajar afektif bagi siswa kelas V SD).

Ha2 : µ3 ≠ µ4 (model Cooperative Learning tipe TPS (Think-Pair-Share)

efektif terhadap hasil belajar afektif bagi siswa kelas V SD).

3. Model cooperative learning tipe TPS (Think-Pair-Share) efektif terhadap

hasil belajar ranah psikomotor kelas V SD dengan aspek mengidentifikasi

macam-macam bangun dan menggambar bangun, menentukan bangian-

bagian suatu bangun ruang, dan menentukan jaring-jaring suatu bangun ruang

jika hasil penilaian unjuk kerja > 22.

Keterangan:

μ1 = Rata-rata hasil belajar kognitif siswa yang belajar menggunakan metode

TPS (Think-Pair-Share).

μ2 =Rata-rata hasil belajar kognitif siswa yang belajar menggunakan metode

konvensional.

μ3 = Rata-rata hasil belajar afektif siswa yang belajar menggunakan metode TPS

(Think-Pair-Share).

μ4 =Rata-rata hasil belajar afektif siswa yang belajar menggunakan metode

konvensional.