bab 2 kerangka teori 2.1. media massa - uksw

20
13 BAB 2 KERANGKA TEORI 2.1. Media massa Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Media digolongkan atas empat macam, yakni media antarpribadi, media kelompok, media publik, dan media massa (Cangara, 2007:123). Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat mekanis, seperti surat kabar, film, radio, dan televisi (Cangara, 2007:127). Menurut Mc. Luhan, media massa adalah perpanjangan alat indera kita (sense extention theory; teori perpanjangan alat indera). Dengan media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita lihat atau belum pernah kita kunjungi secara langsung. Realitas yang ditampilkan oleh media massa adalah realitas yang sudah diseleksi. Kita cenderung memperoleh informasi tersebut semata-mata berdasarkan pada apa yang dilaporkan media massa. Televisi sering menyajikan adegan kekerasan, penonton televisi cenderung memandang dunia ini lebih keras, lebih tidak aman dan lebih mengerikan (Rakhmat, 1996:224). “Nilai-nilai lebih dari televisi tersebut membuat daya rangsang seseorang terhadap media televisi cukup tinggi” (Kuswandi, 1996 : 2). Karena media massa melaporkan dunia nyata secara selektif, maka sudah tentu media massa akan mempengaruhi pembentukan citra tentang lingkungan sosial yang bias dan timpang. Oleh karena itu, muncullah apa yang disebut stereotip, yaitu gambaran umum tentang individu, kelompok, profesi atau masyarakat yang tidak berubah-ubah, bersifat klise dan seringkali timpang dan tidak benar. Sebagai contoh, dalam film India, wanita sering ditampilkan sebagai makhluk yang cengeng, senang kemewahan dan seringkali cerewet. Penampilan seperti itu, bila dilakukan terus menerus, akan menciptakan stereotipe pada diri khalayak komunikasi massa tentang orang, objek atau lembaga. Disini sudah mulai terasa bahayanya media

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 KERANGKA TEORI 2.1. Media massa - UKSW

13

BAB 2

KERANGKA TEORI

2.1. Media massa

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan

pesan dari komunikator kepada khalayak. Media digolongkan atas empat

macam, yakni media antarpribadi, media kelompok, media publik, dan media

massa (Cangara, 2007:123). Media massa adalah alat yang digunakan dalam

penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan

menggunakan alat-alat mekanis, seperti surat kabar, film, radio, dan televisi

(Cangara, 2007:127).

Menurut Mc. Luhan, media massa adalah perpanjangan alat indera kita

(sense extention theory; teori perpanjangan alat indera). Dengan media massa

kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum

pernah kita lihat atau belum pernah kita kunjungi secara langsung. Realitas

yang ditampilkan oleh media massa adalah realitas yang sudah diseleksi. Kita

cenderung memperoleh informasi tersebut semata-mata berdasarkan pada apa

yang dilaporkan media massa. Televisi sering menyajikan adegan kekerasan,

penonton televisi cenderung memandang dunia ini lebih keras, lebih tidak aman

dan lebih mengerikan (Rakhmat, 1996:224). “Nilai-nilai lebih dari televisi

tersebut membuat daya rangsang seseorang terhadap media televisi cukup

tinggi” (Kuswandi, 1996 : 2). Karena media massa melaporkan dunia nyata

secara selektif, maka sudah tentu media massa akan mempengaruhi

pembentukan citra tentang lingkungan sosial yang bias dan timpang. Oleh

karena itu, muncullah apa yang disebut stereotip, yaitu gambaran umum

tentang individu, kelompok, profesi atau masyarakat yang tidak berubah-ubah,

bersifat klise dan seringkali timpang dan tidak benar. Sebagai contoh, dalam

film India, wanita sering ditampilkan sebagai makhluk yang cengeng, senang

kemewahan dan seringkali cerewet. Penampilan seperti itu, bila dilakukan terus

menerus, akan menciptakan stereotipe pada diri khalayak komunikasi massa

tentang orang, objek atau lembaga. Disini sudah mulai terasa bahayanya media

Page 2: BAB 2 KERANGKA TEORI 2.1. Media massa - UKSW

14

massa. Pengaruh media massa lebih kuat lagi, karena pada masyarakat modern

orang memperoleh banyak informasi tentang dunia dari media massa

(Rakhmat, 1996:225).

Kemudian menurut DeFleur dan McQuail (1987), selain itu media

massa juga memiliki beberapa bentuk, yang diantara nya ialah:

Cetak/Visual

Bentuk yang satu ini memiliki ciri khas dibanding media massa lainnya.

Meskipun merupakan media cetak, namun khalayak yang diterpa

bersifat aktif.

Radio/Audio

Radio merupakan media massa elektronik yang bersifat audio

(didengar).

Televisi/Audio Visual

Media ini merupakan bentuk komunikasi massa yang paling populer.

Televisi memiliki kelebihan dari media massa lainnya, yaitu bersifat

audio visual (didengar dan dilihat), sehingga pengaruh yang disebarkan

makin besar pula serta lebih efektif.

Film bioskop

Media ini memiliki fungsi dan sifat mekanik/nonelektronik, rekreatif,

edukatif, persuasif atau non informatif.

Internet

Internet merupakan media baru dimana khalayak dapat memilih sesuka

hati informasi yang mereka sukai. Internet merupakan media massa,

meskipun bersifat interaktif.

Dari penjelasan tentang pengertian media dan bentuk-bentuk media,

maka penelitian kali ini adalah membahas mengenai salah satu alat komunikasi

yang digunakan dalam media massa yaitu televisi. Penelitian ini akan melihat

bagaimana isi berita televisi tentang kasus pengeboman gereja di Metro TV.

2.2. Berita Televisi

Page 3: BAB 2 KERANGKA TEORI 2.1. Media massa - UKSW

15

Televisi memiliki ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu

berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum,

sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikannya heterogen (

Effendy, 1993 :21 ). Televisi mempunyai daya tarik sampai dengan saat ini,

karena televisi mampu menyampaikan informasi kepada khalayak luas dengan

gambar dan suara secara bersamaan, sehingga dalam perkembangannya televisi

mampu menggeser radio, surat kabar, ataupun buku (Widjaja, 2008: 80-84).

Tayangan televisi dapat diartikan sebagai adanya suatu pertunjukan

acara yang ditampilkan atau disiarkan melalui media massa televisi. Tayangan

tersebut bisa bersifat hiburan, informasi, ataupun edukasi seperti tayangan

mengenai pendidikan. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering memperoleh

berbagai pengalaman. Hal ini dikarenakan terintegrasinya kelima indra yang

kita miliki, tetapi dengan menonton audiovisual, akan mendapatkan 100% dari

informasi yang diperoleh sebelumnya. Ini sebagai akibat timbulnya pengalaman

tiruan (Stimulated Experinence) dari media audiovisual tadi. (Darwanto,

2007:119)

Menurut Dean M. Lyle Spencer dalam bukunya yang berjudul News

Writing yang kemudian dikutip oleh George Fox Mott (New Survey

Journalism) mengatakan bahwa : “Berita dapat didefinisikan sebagai setiap

fakta yang akurat atau suatu ide yang dapat menarik perhatian bagi sejumlah

besar pembaca”. Sedangkan menurut Mitchel V. Charnley dalam bukunya

reporting edisi III (Holt-Reinhart & Winston, New York, 1975 : 44)

menyebutkan “Berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau

opini yang memiliki daya tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi

masyarakat luas”. (Muda, 2003 :21-22)

Berita merupakan hasil produksi dari media massa. Dr. Willard.G.

Bleyer memberikan definisi atau pengertian berita sebagai segala sesuatu yang

hangat dan menarik perhatian sejumlah pembaca. Sedangkan Mitchel V.

Charnley memberikan definisi atau pengertian berita adalah laporan tercepat

dari suatu peristiwa atau kejadian yang faktual, penting, dan menarik bagi

sebagian besar pembaca, serta menyangkut kepentingan mereka Jani Yosef

Page 4: BAB 2 KERANGKA TEORI 2.1. Media massa - UKSW

16

memberikan definisi atau pengertian berita sebagai sebuah laporan terkini

tentang fakta atau pendapat yang penting atau menarik bagi khalayak dan

disebarluaskan melalui media massa. Pengertian mengenai berita itu sendiri

bermacam-macam, namun belum ada satu pengertian yang dapat dijadikan

patokan secara mutlak. Ada pernyataan sederhana, bahwa berita itu sudah pasti

sebuah informasi, namun sebuah informasi belum tentu sebuah berita apabila

informasi tersebut tidak memiliki nilai berita atau nilai jurnalistik untuk

disebarluaskan kepada khalayak1

Berita merupakan salah satu bentuk informasi dari media massa. Entah

itu dengan media cetak, media elektronik, dan media bentuk baru (internet).

Namun, penelitian ini dikhususkan untuk meneliti tentang berita televisi.

Penulis mengambil berita televisi karena hampir sebagian masyarakat

mempunyai televisi.

Eric C. Hepwood (1996) mengemukakan, berita adalah laporan pertama

dari kejadian yang penting sehingga dapat menarik perhatian umum. Definisi

ini mengungkapkan tiga unsure berita yakni aktual, penting dan menarik.

(Harahap, 2007:3)

Sementara itu, pakar komunikasi lainnya, JB Wahyudi mengemukakan,

berita adalah laporan tentang peristiwa atau pendapat yang memiliki nilai

penting, menarik bagi sebagian khalayak, masih baru dan dipublikasikan secara

luas melalui media massa periodik. Peristiwa atau pendapat tidak akan menjadi

berita bila tidak dipublikasikan melalui media massa periodic.

Dari definisi yang dikemukakan JB Wahyudi dapat kita pahami bahwa

berita bukan hanya kejadian atau peristiwa, tetapi juga pendapat tersebut baru

dapat dikatakan sebuah berita bila sudah dipublikasikan melalui media massa

periodik: surat kabar, majalah, radio dan TV. Jadi kalau berita itu disajikan

1 http://id.shvoong.com/social-sciences/communication-media-studies/2185169-pengertian-

dan-jenis-berita/#ixzz1d4wSZauW diunduh tanggal 1 November 2011 pukul 23.21

WIB

Page 5: BAB 2 KERANGKA TEORI 2.1. Media massa - UKSW

17

melalui papan pengumuman, selebaran, leaflet atau spanduk tentu

pengertiannya bukan lagi berita. Itu adalah pengumuman atau pemberitahuan.

Berita TV bukan hanya sekedar melaporkan fakta tulisan/ narasi, tetapi

juga gambar (visual), baik gambar diam, seperti foto, gambar peta, grafis,

maupun film berita yakni rekaman peristiwa yang menjadi topik berita dan

mampu memikat pemirsa. Bagi berita TV, gambar adalah primadona atau

paling utama daripada narasi. Kalau gambar berita yang disiarkan mampu

bercerita banyak, maka narasi hanya sebagai penunjang saja. Berita TV tanpa

gambar tidak ubahnya dengan berita radio. (Harahap, 2007: 4)

Dari definisi tersebut, maka berita TV dapat kita bagi menjadi tiga jenis,

yaitu berita fakta peristiwa, berita fakta pendapat, dan berita fakta peristiwa dan

fakta pendapat. Berita fakta peristiwa adalah laporan tentang segala sesuatu

peristiwa sebagaimana adanya, misalnya, kebakaran, bencana alam, dan

kecelakaan. Berita ini disusun hanya berdasarkan pengamatan wartawan di

tempat kejadian perkara (TKP). Berita fakta pendapat adalah laporan tentang

pernyataan/ pendapat manusia mengenai segala sesuatu yang tengah aktual,

misalkan pendapat pakar mengenai implikasi kenaikan BBM, pendapat

bergbagai kalangan masyarakat mengenai 100 hari Kabinet Susilo Bambang

Yudhoyono (SBY) dan tanggapan SBY atas komentar kinerja kabinetnya.

Berita ini disusun hanya berdasarkan tanggapan saja dan tidak ada

peristiwanya. Kemudian berita fakta peristiwa dan fakta pendapat adalah

laporan tentang segala sesuatu peristiwa yang terjadi dan pendapat manusia

yang berkompeten mengenai fakta peristiwa tersebut. (Harahap, 2007: 5)

2.3. Terorisme

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) terorisme arti

penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai

tujuan (terutama tujuan politik); praktik tindakan terror.

Terorisme adalah suatu tindakan yang didasari sistem nilai dan cara

pandang dunia, sehingga untuk memahaminya memerlukan suatu kerangka dan

metodologi pemikiran yang biasa digunakan dalam tradisi filsafat.

Page 6: BAB 2 KERANGKA TEORI 2.1. Media massa - UKSW

18

Berbagai pendapat pakar dana badan pelaksana yang menangani

masalah terorisme, mengemukakan tentang perngertian terorisme secara

beragam. Terror mengandung arti penggunaan kekerasan, untuk menciptakan

atau mengkondisikan sebuah iklim ketakutan di dalam kelompok masyarakat

yang lebih luas, daripada hanya pada jatuhnya korban kekerasan. Publikasi

media massa adalah salah satu tujuan dari aksi kekerasan dari suatu terror,

sehingga pelaku merasa sukses jika kekerasan dalam terorisme serta akibatnya

dipublikasikan secara luas di mass media. Dalam perkembangannya lalu

muncul suatu konsep yang memberi pengertian, bahwa terorisme adalah cara

atau teknik intimidasi dengan sasaran sistematik, demi suatu kepentingan

politik tertentu. (Hendropriyono, 2009: 25)

Menurut Wittgenstein bahwa the language games (tata permainan

bahasa) itu meliputi bahasa perintah untuk dipatuhi, bahasa lelucon atau

komedi, bahasa pertanyaan, bahasa orang berterimakasih, bahasa berdoa,

bahasa orang memaki, dan sejenisnya. Setiap ragam permainan bahasa itu

mengandung aturan tertentu, yang mencerminkan cirri khas dari corak

permainan bahasa yang bersangkutan. Sebagaimana lazimnya dalam sebuah

permainan, orang yang terlibat dalam permainan catur misalnya, mempunyai

aturan sendiri yang tidak sama dengan permainan sepak bola, begitu pula

halnya yang terjadi dalam tata permainan bahasa, masing-masing mempunyai

aturannya sendiri-sendiri. Sebagai suatu realitas kehidupan, Terorisme adalah

ungkapan dari pemikiran atau perasaan para pelakunya sehingga merupakan

suatu bahasa yang mempunyai aturan sendiri dan tidak tunduk kepada aturan

lain yang berlaku umum atau universal. (Hendropriyono, 2009: 36-37)

Tujuan para pelaku terorisme dan motivasinya di masa lalu beragam,

yaitu demi keuntungan ekonomi (gold), memperoleh gengsi sosial (glory),

memaksakan ideology, penafsiran keyakinan atau eksploitasi agama,

kebudayaan, hegemoni, kekuasaan, dominasi cultural, ataupun pemaksaan

konsep filsafati. (Hendropriyono, 2009: 37)

Page 7: BAB 2 KERANGKA TEORI 2.1. Media massa - UKSW

19

2.4. Analisis Wacana Kritis Model Van Dijk

Model yang dipakai oleh Van Dijk ini sering disebut sebagai “kognisi

sosial”. Nama pendekatan semacam ini tidak dapat dilepaskan dari karakteristik

pendekatan yang diperkenalkan oleh van Dijk. Menurut van Dijk, penelitian

atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata,

karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Di

sini harus dilihat juga bagaimana suatu teks diproduksi, sehingga kita

memperoleh suatu pengetahuan kenapa teks bisa semacam itu. ( Eriyanto,

2001: 221)

Van Dijk membuat suatu jembatan yang menghubungkan elemen besar

berupa struktur sosial tersebut dengan elemen wacana yang mikro dengan

sebuah dimensi yang dinamakan kognisi sosial. Kognisi sosial tersebut

mempunyai dua arti. Di satu sisi ia menunjukan bagaimana proses teks tersebut

diproduksi oleh wartawan/ media, di sisi lain ia menggambarkan bagaimana

nilai-nilai masyarakat yang patriarchal itu menyebar dan diserap oleh kognisi

wartawan, dan akhirnya digunakannya untuk membuat teks berita. ( Eriyanto,

2001: 222)

Penelitian mengenai wacana tidak bias mengeksklusi seakan-akan teks

adalah bidang yang kosong, sebaliknya ia adalah bagian kecil dari struktur

besar masyarakat. Pendekatan yang dikenal sebagai kognisi sosial ini

membantu memetakan bagaimana produksi teks yang melibatkan proses yang

kompleks tersebut dapat dipelajari dan dijelaskan. ( Eriyanto, 2001: 222)

Van Dijk tidak mengeksklusi modelnya semata-mata dengan

menganalisis teks semata. Ia juga melihat bagaimana struktur sosial, dominasi,

dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi/

pikiran dan kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu.

Wacana oleh van Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi/ bangunan:

teks,kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti analisis van Dijk adalah

menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan

analisis. Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan

strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level

Page 8: BAB 2 KERANGKA TEORI 2.1. Media massa - UKSW

20

kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi

individu dari wartawan. Sedangkan aspek ketiga mempelajari bangunan wacana

yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah. Analisis van Dijk di

sini menghubungkan analasis tekstual-yang memusatkan perhatian melulu pada

teks ke arah analisis yang komprehensif bagaimana teks berita itu diproduksi,

baik dalam hubungannya dengan individu wartawan maupun dari masyarakat.

(Eriyanto, 2001: 224-225)

Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur/ tingkatan

yang masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga

tingkatan. Pertama, struktur makro. Ini merupakan makna global/ umum dari

suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang

dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, superstruktur. Ini merupakan struktur

wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-

bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh. Ketiga, struktur mikro adalah

makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni kata,

kalimat, proposisi, anak kalimat, parafase, dan gambar. (Eriyanto, 2001: 225-

226)

Menurut van Dijk, meskipun terdiri atas berbagai elemen, semua

elemen tersebut merupakan satu kesatuan, saling berhubungan dan mendukung

satu sama lainnya. Makna global dari suatu teks (tema) didukung oleh kerangka

teks dan pada akhirnya pilihan kata dan kalimat yang dipakai. ( Eriyanto, 2001:

226)

Menurut Littejohn, antara bagian teks dalam model van Dijk dilihat

saling mendukung, mengandung arti yang koheren satu sama lain. Hal ini

karena semua teks dipandang van Dijk mempunyai suatu aturan yang dapat

dilihat sebagai suatu piramida. Makna global dari suatu teks didukung oleh

kata, kalimat, dan proposisi yang dipakai. Pernyataan/ tema pada level umum

didukung oleh pilihan kata, kalimat, atau retorika tertentu. Prinsip ini

membantu peneliti untuk mengamati bagiamana suatu teks terbangun lewat

elemen-elemen yang lebih kecil. Skema ini juga memberikan peta untuk

mempelajari suatu teks. Kita tidak cuma mengerti apa isi dari suatu teks berita,

Page 9: BAB 2 KERANGKA TEORI 2.1. Media massa - UKSW

21

tetapi juga elemen yang membentuk teks berita, kata, kalimat, paragraph, dan

proposisi. Kita tidak hanya mengetahui apa yang diliput oleh media, tetapi juga

bagaimana media mengungkapkan peristiwa ke dalam pilihan bahasa tertentu

dan bagaimana itu diungkapkan lewat retorika tertentu. ( Eriyanto, 2001: 226-

227)

Seperti yang sudah dijelaskan diatas, van Dijk melalui berbagai

karyanya, membuat kerangka analisis wacana yang dapat didayagunakan. Ia

melihat suatu wacana terdiri atas berbagai struktur/ tingkatan, yang masing-

masing bagian saling mendukung. Van Dijk membaginya kedalam tiga

tingkatan:

1. Struktur makro. Ini merupakan makna global/ umum dari suatu teks

yang dapat dipahami dengan melihat topik dari suatu teks. Tema

wacana ini bukan hanya isi, tetapi juga sisi tertentu dari suatu

peristiwa.

2. Superstruktur adalah kerangka suatu teks: bagaimana struktur dan

elemen wacana itu disusun dalam teks secara utuh.

3. Struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dengan

menganalisis kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafase yang

dipakai dan sebagainya. (Sobur, 2007: 73-74)

Struktur/ elemen wacana yang dikemukakan van Dijk ini dapat

digambarkan seperti berikut:

Tabel 2.1

Elemen Wacana Van Dijk

Struktur Wacana Hal yang diamati Elemen

Struktur makro Tematik

(apa yang dikatakan?)

Topic

Superstruktur Skematik

(bagaimana pendapat disusun dan

dirangkai? )

Skema

Struktur mikro Sematik Latar, detail, maksud,

Page 10: BAB 2 KERANGKA TEORI 2.1. Media massa - UKSW

22

(makna yang ingin ditekankan

dalam teks berita)

praanggapan,

nominalisasi

Struktur mikro Sintaksis

(Bagaimana pendapat

disampaikan? )

Bentuk kalimat,

koherensi, kata ganti

Struktur mikro Stilistik

(pilihan kata apa yang dipakai? )

Leksikon

Struktur mikro Retoris

(bagaimana dan dengan cara apa

penekanan dilakukan? )

Grafis, metafora

ekspresi

Dalam pandangan van Dijk, segala teks bisa dianalisis dengan

menggunakan elemen tersebut. Meski terdiri atas berbagai elemen, semua

elemen itu merupakan suatu kesatuan, saling behubungan dan mendukung satu

sama lainnya.

1. Tematik

Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks. Bisa

juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks.

Topik menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam

pemberitaannya. Topik menunjukkan konsep dominan, sentral, dan paling

penting dari isi suatu berita. Oleh karena itu, ia sering disebut sebagai tema atau

topik. ( Eriyanto, 2001: 229)

Topik menggambarkan gagasan apa yang dikedepankan atau gagasan

inti dari wartawan ketika melihat atau memandang suatu peristiwa. Gagasan

penting van Dijk, wacana umumnya dibentuk dalam tata aturan umum

(macrorule). Teks tidak hanya didefinisikan mencerminkan suatu pandangan

tertentu atau topik tertentu, tetapi suatu pandangan umum yang koheren. Van

Dijk menyebut hal ini sebagai koherensi global (global coherence), yakni

bagian-bagian dalam teks kalau diruntut menunjuk pada suatu titik gagasan

umum, dan bagian-bagian itu saling mendukung satu sama lain untuk

Page 11: BAB 2 KERANGKA TEORI 2.1. Media massa - UKSW

23

menggambarkan topik umum tersebut. Topik menggambarkan tema umum dari

suatu teks berita, topik ini akan didukung oleh subtopik satu dan subtopik lain

yang saling mendukung terbentuknya topik umum. Subtopik ini juga didukung

oleh serangkaian fakta yang ditampilkan yang menunjuk dan menggambarkan

subtopik, sehingga dengan subbagian yang saling mendukung antara satu

bagian dengan bagian yang lain, teks secara keseluruhan membentuk teks yang

koheren dan utuh. ( Eriyanto, 2001: 230 )

Gagasan van Dijk ini didasarkan pada pandangan ketika wartawan

meliput suatu peristiwa dan memandang suatu masalah didasarkan pada suatu

mental/ pikiran tertentu. Kognisi atau mental ini secara jelas dapat dilihat dari

topik yang dimunculkan dalam berita. Karena topik di sini dipahami sebagai

mental atau kognisi wartawan, tidak mengherankan jika semua elemen dalam

berita mengacu dan mendukung topik dalam berita. Elemen lain dipandang

sebagai bagian dari strategi yang dipakai oleh wartawan untuk mendukung

topik yang ingin dia tekankan dalam pemberitaan. Peristiwa yang sama bisa

jadi dipahami secara berbeda oleh wartawan yang berbeda, dan ini dapat

diamati dari topik suatu pemeberitaan. Dan pada taraf pertama kali, hal ini

dapat diamati dari topik yang digambarkan dalam pemberitaan. Gagasan van

Dijk semacam ini membantu peneliti untuk mengamati dan memusatkan

perhatian pada bagaimana teks dibentuk oleh wartawan. (Eriyanto, 2001: 230-

231)

2. Skematik

Kalau topik menunjukkan makna umum dari suatu wacana, maka

struktur skematik atau superstruktur menggambarkan bentuk umum dari suatu

teks. Bentuk wacana umum itu disusun dengan sejumlah kategori atau

pembagian umum seperti pendahuluan, isi, kesimpulan, pemecahan masalah,

penutup, dan sebagainya. Struktur skematik memberikan tekanan: bagian mana

yang didahulukan, dan bagian mana yang bisa dikemudiankan sebagai strategi

untuk menyembunyikan informasi penting. Upaya penyembunyian itu

dilakukan dengan menempatkan bagian penting di bagian akhir agar terkesan

kurang menonjol. ( Sobur, 2007: 76 )

Page 12: BAB 2 KERANGKA TEORI 2.1. Media massa - UKSW

24

Dalam konteks penyajian berita, meskipun mempunyai bentuk dan

skema yang beragam, berita umumnya secara hipotetik mempunyai dua

kategori skema besar. Pertama, summary yang umumnya ditandai dengan dua

elemen yakni judul dan lead (teras berita). Elemen skema ini merupakan

elemen yang dipandang paling penting. Kedua, story yakni isi berita secara

keseluruhan. ( Sobur, 2007: 76 )

Judul dan lead umumnya menunjukkan tema yang ingin ditampilkan

oleh wartawan dalam pemberitaannya. Lead ini umumnya sebagai pengantar

ringkasan apa yang ingin dikatakan sebelum masuk dalam isi berita secara

lengkap. Story yakni isi berita secara keseluruhan. Isi berita ini secara hipotetik

juga mempunyai dua subkategori. Yang pertama berupa situasi yakni proses

atau jalannya peristiwa, sedang yang kedua komentar yang ditampilkan dalam

teks. (Eriyanto, 2001: 232)

Subkategori situasi yang menggambarkan kisah suatu peristiwa

umumnya terdiri atas dua bagian. Yang pertama mengenai episode atau kisah

utama dari peristiwa tersebut, dan yang kedua latar untuk mendukung episode

yang disajikan kepada khalayak. Latar umumnya dipakai untuk memberi

konteks agar suatu peristiwa lebih jelas ketika disampaikan kepada khalayak.

Sedangkan subkategori komentar yang menggambarkan bagaimana pihak-

pihak yang terlibat memberikan komentar atas suatu peristiwa secara hipotetik

terdiri atas dua bagian. Pertama, reaksi atau komentar verbal dari tokoh yang

dikutip oleh wartawan. Kedua, kesimpulan yang diambil oleh wartawan dari

komentar berbagai tokoh. (Sobur, 2007: 77-78)

Menurut van Dijk (dalam Eriyanto, 2001: 234), arti penting dari

skematik adalah strategi wartawan untuk mendukung topik tertentu yang ingin

disampaikan dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan-urutan tertentu.

Skematik memberikan tekanan mana yang didahulukan, dan bagian mana yang

bisa kemudian sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi penting.

(Sobur, 2007: 78)

Page 13: BAB 2 KERANGKA TEORI 2.1. Media massa - UKSW

25

3. Semantik

Semantik dalam skema van Dijk dikiategorikan sebagai makna vocal

(local meaning), yakni makna yang muncul dari hubungan antarkalimat,

hubungan antarproposisi yang membangun makna tertentu dalam suatu

bangunan teks. Analisis wacana banyak memusatkan perhatian pada dimensi

teks seperti makna yang eksplisit maupun implisit, makna yang sengaja

disembunyikan dan bagaimana orang menulis atau berbicara mengenai hal itu.

Dengan kata lain, semantik tidak hanya mendefinisikan bagian mana yang

penting dari struktur wacana tetapi juga menggiring ke arah sisi tertentu dari

suatu peristiwa. (Sobur, 2007: 78)

Latar merupakan elemen wacana yang dapat menjadi alasan pembenar

gagasan yang diajukan dalam suatu teks. Latar peristiwa dipakai untuk

menyediakan latar belakang hendak kemana makna suatu teks itu dibawa. Ini

merupakan cerminan ideologis, dimana komunikator dapat menyajikan latar

belakang dapat juga tidak, bergantung pada kepentingan mereka. Latar

merupakan bagian berita yang bisa mempengaruhi semantic (arti kata) yang

ingin ditampilkan. (Sobur, 2007: 79)

Seorang wartawan ketika menulis berita biasanya mengemukakan latar

belakang atas peristiwa yang ditulis. Latar yang dipilih menentukan kearah

mana pandangan khalayak hendak dibawa. Oleh karena itu, latar membantu

menyelidiki bagaimana seseorang memberi pemaknaan atas suatu peristiwa. (

Eriyanto, 2001: 235)

Latar teks merupakan elemen yang berguna karena dapat membongkar

apa maksud yang ingin disampaikan oleh wartawan. Kadang maksud atau isi

utama tidak dibeberkan dalam teks, tetapi dengan melihat latar apa yang

ditampilkan dan bagaimana latar tersebut disajikan, kita bisa mengalisis apa

maksud tersembunyi yang ingin dikemukakan oleh wartawan seseungguhnya.

(Eriyanto, 2001: 235-236)

Bentuk lain dari strategi semantik adalah detail suatu wacana. Elemen

wacana detail berhubungan dengan control informasi yang ditampilkan

seseorang (komunikator). Komunikator akan menampilkan secara berlebihan

Page 14: BAB 2 KERANGKA TEORI 2.1. Media massa - UKSW

26

informasi yang menguntungkan dirinya atau citra yang baik. Sebaliknya, ia

akan menampilkan informasi dalam jumlah sedikit (bahkan kalau perlu tidak

disampaikan) kalau hal itu merugikan kedudukannya. (Sobur, 2007: 79)

Informasi yang menguntungkan komunikator, bukan hanya ditampilkan

secara berlebihan tetapi juga dengan detail yang lengkap kalau perlu dengan

data-data. Detail yang lengkap dan panjang lebar merupakan penonjolan yang

dilakukan secara sengaja untuk menciptakan citra tertentu khalayak. Detail

yang lengkap itu akan dihilangkan kalau berhubungan dengan sesuatu yang

menyangkut kelemahan atau kegagalan dirinya. Hal yang menguntungkan

komunikator/pembuat teks akan diuraikan secara detail dan terperinci,

sebaliknya fakta yang tidak menguntungkan, detail informasi akan dikurangi.

(Eriyanto, 2001: 238)

Elemen detail merupakan strategi bagaimana wartawan mengekpresikan

sikapnya dengan cara yang implisit. Sikap atau wacana yang dikembangkan

oleh wartawan kadangkala tidak perlu disampaikan secara terbuka, tetapi dari

detail bagian mana yang dikembangkan dan mana yang diberitakan dengan

detail yang besar, akan menggambarkan bagaimana wacana yang

dikembangkan oleh media. (Eriyanto, 2001: 238)

Kemudian bentuk lain strategi semantic adalah elemen maksud. Elemen

wacana maksud, hampir sama dengan elemen detail. Dalam detail, informasi

yang menguntungkan komunikator akan diuraikan dengan detail panjang.

Elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan komunikator akan

diuraikan secara eksplisit dan jelas. Sebaliknya, informasi yang merugikan akan

diuraikan secara tersamar, implisit, dan tersembunyi. Tujuan akhirnya adalah

public hanya disajikan informasi yang menguntungkan disajikan secara jelas,

dengan kata-kata yang tegas, dan menunjuk langsung pada fakta. Sementara itu,

informasi yang merugikan disajikan dengan kata tersamar, eufemistik, dan

berbeli-belit. Dengan semantik tertentu, seorang komunikator dapat

menyampaikan secara implisit informasi atau fakta yang merugikan dirinya,

sebaliknya secara eksplisit akan menguraikan informasi yang menguntungkan

dirinya. (Eriyanto, 2001: 240)

Page 15: BAB 2 KERANGKA TEORI 2.1. Media massa - UKSW

27

4. Sintaksis

Strategi untuk menampilkan diri sendiri secara positif dan lawan secara

negative, itu juga dilakukan dengan manipulasi politik menggunakan sintaksis

(kalimat) seperti pada pemakaian kata ganti, aturan tata kata, pemakaian

kategori sintaksis yang spesifik, pemakaian kalimat aktif atau pasif, peletakan

anak kalimat, pemakaian kalimat yang kompleks dan sebagainya. (Sobur, 2007:

80)

Salah satu strategi pada level semantik ini adalah dengan pemakaian

koherensi. Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam

teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat

dihubungkan sehingga tampak koheren. Sehingga fakta yang tidak

berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seseorang

menghubungkannya. ( Eriyanto, 2001: 242)

Strategi pada level sintaksis yang lain adalah dengan menggunakan

bentuk kalimat. Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang mana ia menanyakan

apakah A menjelaskan B, ataukah B yang menjelaskan A. logika kausalitas ini

kalau diterjemahkan ke dalam bahasa menjadi susunan subjek (yang

menerangkan) dan predikat (yang diterangkan). Bentuk kalimat ini bukan

hanya persoalan teknis kebenaran tata bahasa, tetapi menentukan makna yang

dibentuk oleh susunan kalimat. (Sobur, 2007: 81)

Elemen lain adalah kata ganti. Kata ganti merupakan elemen untuk

memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Adalah

suatu gejala universal bahwa dalam berbahasa sebuah kata yang mengacu

kepada manusia, benda, atau hal, tidak akan dipergunakan berulang kali dalam

sebuah konteks yang sama. Untuk menghindari segi-segi yang negative dari

pengulangan itu, maka setiap bahasa di dunia ini memiliki cara dengan

memakai kata ganti. Kata ganti ini timbul untuk menghindari pengulangan kata

tadi (yang disebut anteseden) dalam kalimat-kalimat berikutnya. (Sobur, 2007:

81-82)

Page 16: BAB 2 KERANGKA TEORI 2.1. Media massa - UKSW

28

5. Stilistik

Pusat perhatian stilistika adalah style, yaitu cara yang digunakan

seorang pembicara atau penulis untuk menyatakan maksudnya dengan

menggunakan bahasa sebagai sarana. Dengan demikian style dapat

diterjemahkan sebagai gaya bahasa. (Sobur, 2007: 82)

Pada dasaranya elemen leksikon ini menandakan bagaimana seseorang

melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Suatu

fakta umumnya terdiri atas beberapa kata yang merujuk pada fakta. Kata

“meninggal”, misalnya, mempunyai kata lain: mati, tewas, gugur, meninggal,

terbunuh, menghembuskan nafas terakhir, dan sebagainya. Di antara beberapa

kata itu seseorang dapat memilih di antara pilihan yang tersedia. Dengan

demikian pilihan kata yang dipakai tidak semata hanya karena kebetulan, tetapi

juga secara ideologis menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap

fakta/ realitas. ( Eriyanto, 2001: 255)

6. Retoris

Strategi dalam level retoris di sini adalah gaya yang diungkapkan ketika

seseorang berbicara atau menulis. Misalnya, dengan pemakaian kata yang

berlebihan (hiperbolik), atau bertele-tele, retoris mempunyai fungsi persuasif

dan berhubungan erat dengan bagaimana pesan itu ingin disampaikan kepada

khalayak. Pemakaiannya, di antaranya dengan menggunakan gaya repetisi

(pengulangan), aliterasi (pemakaian kata-kata yang permulaannya sama

bunyinya seperti sajak), sebagai suatu strategi untuk menarik perhatian, atau

untuk menekankan sisi tertentu agar diperhatikan oleh khalayak. Bentuk gaya

retoris lain adalah ejekan (ironi) dan metonomi. Tujuannya adalah melebihkan

sesuatu yang positif mengenai diri sendiri dan melebihkan keburukan pihak

lawan. (Sobur, 2007: 83-84)

Di dalam suatu wacana, seorang komunikator tidak hanya

menyampaikan pesan pokok, tetapi juga kiasan, ungkapan, metafora, yang

dimaksudkan sebagai ornament atau bumbu dari suatu teks. Tetapi, pemakaian

metefora tertentu boleh jadi menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna

suatu teks. Metafora tertentu dipakai oleh komunikator secara strategis sebagai

Page 17: BAB 2 KERANGKA TEORI 2.1. Media massa - UKSW

29

landasan berpikir, alasan pembenar atas pendapat atau gagasan tertentu kepada

public.

Wacana terakhir yang menjadi strategi dalam level retoris ini adalah

dengan menampilkan grafis. Grafis merupakan bagian untuk memeriksa apa

yang ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh

seseorang yang dapat diamati dari teks.

2.5. Hegemoni

Teori hegemoni merupakan sebuah teori politik paling penting abad

XX. Teori ini dikemukakan oleh Antonio Gramsci (1891-1937). Antonio

Gramsci dapat dipandang sebagai pemikir politik terpenting setelah Marx.

Gagasanya yang cemerlang tentang hegemoni, yang banyak dipengeruhi oleh

filsafat hukum Hegel, dianggap merupakan landasan paradigma alternatif

terhadap teori Marxis tradisional mengenai paradigma base-superstructure

(basis-suprastruktur). Teori hegemoni dibangun di atas preis pentingnya ide dan

tidak mencukupinya kekuatan fisik belaka dalam kontrol sosial politik.

Hegemoni dalam bahasa Yunani kuno disebut “eugemonia”, sebagaimana

dikemukakan Encyclopedia Britanica dalam prakteknya di Yunani, diterapakan

untuk menunjukkan dominasi posisi yang diklaim oleh negara-negara kota

(polis atau citystates) secara individual, misalnya yang dilakukan oleh negara

kota Athena dan Sparta, terhadap Negara-negara lain yang sejajar (Hendarto,

1993:73).

Hegemoni adalah sebuah rantai kemenangan yang didapat melalui

mekanisme konsensus ketimbang melalui penindasan terhadap klas sosial

lainnya. Ada berbagai cara yang dipakai, misalnya melalui institusi yang ada di

masyarakat yang menentukan secara langsung atau tidak struktur-struktur

kognitif dari masyarakat. Karena itu hegemoni pada hakekatnya adalah upaya

untuk menggiring orang agar menilai dan memandang problematika sosial

dalam kerangka yang ditentukan (Patria, 2003: 120-121).

Hegemoni membangun suatu teori yang menekankan bagaimana

penerimaan kelompok yang didominasi terhadap kehadiran kelompok dominan

berlangsung dalam suatu proses yang damai, tanpa tindakan kekerasan. Media

Page 18: BAB 2 KERANGKA TEORI 2.1. Media massa - UKSW

30

menjadi sarana dimana suatu kelompok mengukuhkan posisinya dan

merendahkan kelompok lain. Seperti dikatakan Raymond William

(Eriyanto,2001:104) hegemoni bekerja melalui dua saluran : ideologi dan

budaya dimana nilai-nilai itu bekerja. Melalui hegemoni, ideologi kelompok

dominan dapat disebarkan, nilai dan kepercayaan dapat ditukarkan.

Menurut Gramsci, agar yang dikuasai mematuhi penguasa, yang

dikuasai tidak hanya harus merasa mempunyai dan menginternalisasi nilai-nilai

serta norma penguasa, lebih dari itu mereka juga harus memberi persetujuan

atas subordinasi mereka. Inilah yang dimaksud Gramci dengan “hegemoni”

atau menguasai dengan “kepemimpinan moral dan intelektual”. Dalam konteks

ini, Gramci secara berlawanan mendudukan hegemoni, sebagai satu bentuk

supermasi satu kelompok atau beberapa kelompok atas yang lainnya, dengan

bentuk supermasi lain yang ia namakan “dominasi” yaitu kekuasaan yang

ditopang oleh kekuatan fisik (Sugiono, 1999:31)

Gramsci menjelaskan bahwa hegemoni merupakan sebuah proses

penguasaan kelas dominan kepada kelas bawah, dan kelas bawah juga aktif

mendukung ide-ide kelas dominan. Di sini penguasaan dilakukan tidak dengan

kekerasan, melainkan melalui bentuk-bentuk persetujuan masyarakat yang

dikuasai. Bentuk-bentuk persetujuan masyarakat atas nilai-nilai masyarakat

dominan dilakukan dengan penguasaan basis-basis pikiran, kemampuan kritis,

dan kemampuan-kemampuan afektif masyarakat melalui konsensus yang

menggiring kesadaran masyarakat tentang masalah-masalah sosial ke dalam

pola kerangka yang ditentukan lewat birokrasi (masyarakat dominan). Di sini

terlihat adanya usaha untuk menaturalkan suatu bentuk dan makna kelompok

yang berkuasa.

Pendek kata, hegemoni satu kelompok atas kelompok-kelompok lainnya

dalam pengertian Gramscian bukanlah sesuatu yang dipaksakan. Hegemoni itu

harus diraih melalui upaya-upaya politis, kultural dan intelektual guna

menciptakan pandangan dunia bersama bagi seluruh masyarakat. Teori politik

Gramsci penjelasan bagaimana ide-ide atau ideologi menjadi sebuah instrumen

Page 19: BAB 2 KERANGKA TEORI 2.1. Media massa - UKSW

31

dominasi yang memberikan pada kelompok penguasa legitimasi untuk berkuasa

(Sugiono, 1999: 31).

2.6. Kerangka Pikir Penelitian

Gambar 2.1

Kerangka Pikir Penelitian

Isu Sosial

Persepsi tentang Islam

1. Pembicaraan tentang Islam

2. Banyak film tentang Islam

3. Pembahasan Islam di Indonesia

Padangan Negatif tentang

Islam

Berita Televisi

Mengenai kasus terorisme yang terjadi di Indonesia,

terutama kasus pengeboman GBIS Kepunton di Solo

Analisis Wacana Kritis Model Van Djik

1. Tematik (topik)

2. Skematik (skema)

3. Sematik (latar, detail, maksud,

praanggapan, nominalisasi)

4. Sintaksis (bentuk kalimat, koherensi, kata

ganti)

5. Stilistik (leksikon)

6. Retoris (Grafis, metafora ekspresi)

Bagaimana Media Massa

Mengemas sebuah berita.

Page 20: BAB 2 KERANGKA TEORI 2.1. Media massa - UKSW

32

Penjelasan:

Berangkat dari banyaknya pandangan tentang Islam, bagaimana Islam

dibentuk dari berbagai media dan juga kejadian-kejadian yang berkaitan dengan

Islam, sebagian masyarakat berpandangan negatif tentang Islam. Dari psikologi

sosial yang sudah terbentuk dalam masyarakat, sebuah berita media masa

dibuat juga dari psikologi wartawan tentang sebuah pandangan tentang Islam.

Dalam psikologi wartawan, sebuah berita dibentuk untuk membangun persepsi

atau pandangan sebagaian masyarakat, seperti berita tentang bom gereja di

Solo. Penulis kemudian menganilisa bagaimana sebuah berita kasus bom gereja

di Solo yang ada dalam media televisi yaitu Metro TV dengan menggunakan

analisis wacana kritis Van Dijk. Dalam analisis ini penulis juga mengetahui

bagaimana sebuah berita bisa membuat persepsi masyarakat tentang sebuah

kejadian.