bab ii kerangka teori 2.1 komunikasi massa

14
8 BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Komunikasi Massa Komunikasi merupakan suatu proses sosial di mana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal. Secara Etimologis komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio yang mana istilah ini berasal dari kata communis yang artinya sama. Kata “sama” disini yang dimaksudkan adalah kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator/pengirim pesan dan diterima oleh komunikan/penerima pesan (Effendy: 1998:10). Menurut Harold Lasswell pada dasarnya komunikasi merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa, dengan akibat apa atau hasil apa (Who Says What In Which Channel To Whom and With What Effect?) (Mulyana, 2007:69). Untuk menjelaskan komunikasi tersebut menunjukkan bahwa dalam komunikasi terdapat 5 unsur, antara lain: 1. Komunikator/ sumber (Communicator, Source, Sender) 2. Pesan (Message) 3. Media (Channel, Media) 4. Komunikan(Communicant, Receiver) 5. Efek (Effect, Impact)

Upload: others

Post on 20-Oct-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Komunikasi Massa

8

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Komunikasi Massa

Komunikasi merupakan suatu proses sosial di mana individu-individu

menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna

dalam lingkungan mereka. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan

atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada

bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat

dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu,

misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini

disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.

Secara Etimologis komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio yang

mana istilah ini berasal dari kata communis yang artinya sama. Kata “sama” disini

yang dimaksudkan adalah kesamaan makna mengenai suatu pesan yang

disampaikan oleh komunikator/pengirim pesan dan diterima oleh

komunikan/penerima pesan (Effendy: 1998:10). Menurut Harold Lasswell pada

dasarnya komunikasi merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa,

mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa, dengan akibat apa atau hasil

apa (Who Says What In Which Channel To Whom and With What Effect?)

(Mulyana, 2007:69). Untuk menjelaskan komunikasi tersebut menunjukkan

bahwa dalam komunikasi terdapat 5 unsur, antara lain:

1. Komunikator/ sumber (Communicator, Source, Sender)

2. Pesan (Message)

3. Media (Channel, Media)

4. Komunikan(Communicant, Receiver)

5. Efek (Effect, Impact)

Page 2: BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Komunikasi Massa

9

Dengan pola pikir dan hasil cipta, manusia dapat mengkomunikasikan segala

pemikiran kepada khalayak luas baik berbentuk gagasan, ide, atau opini yang di

encode ke dalam pesan komunikasi. Pesan adalah apa yang dikomunikasikan oleh

sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan

nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud dari sumber.

Pesan memiliki tiga komponen yaitu makna, simbol yang digunakan untuk

menyampaikan makna, dan bentuk atau organisasi pesan (Mulyana, 2007: 70).

Pertama, komunikator menyandi atau encode pesan yang disampaikan kepada

komunikan. Ini berarti komunikator memformulasikan pikiran dan atau

perasaannya ke dalam lambang/simbol (bahasa) yang diperkirakan akan

dimengerti oleh komunikan. Berdasarkan rujukan masa lalu, rujukan nilai,

pengetahuan, persepsi, pola pikir dan perasaan, komunikan menerima dan

menafsirkan simbol yang mengandung pikiran dan perasaan komunikator dalam

konteks pengertiannya. Proses ini disebut sebagai mengawa-sandi atau encode

(Effendy, 1998:13). Simbol sendiri adalah suatu proses komunikasi yang

dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya yang berkembang pada suatu masyarakat

(Cangara, 2006:95).

Simbol disini juga bisa merupakan pesan, dimana pesan tersebut adalah yang

paling utama dalam suatu proses komunikasi. Pesan yang disampaikan pada

proses komunikasi merupakan sesuatu yang disampaikan pengirim kepada

penerima. Pesan (message) dalam proses komunikasi, tidak bisa lepas dari apa

yang disebut simbol dan kode, karena pesan dikirim komunikator kepada

penerima terdiri dari rangkaian simbol dan kode. Pesan yang disampaikan dapat

berupa informasi, pengetahuan, hiburan, dan sebagainya. Salah satu bentuk

hiburan disini adalah sinetron.

Page 3: BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Komunikasi Massa

10

2.2 Sinetron

Sinetron sendiri menurut Veven Sp. Wrdhana, sinetron merupakan

penggabungan dari “sinema” dan “elektronik”. Elektronik dalam sinetron

mengacu pada medium penyiarannya, yaitu televisi yang merupakan medium

elektronik (Wardhana, 1994:27). Sinetron merupakan suatu bentuk hiburan bagi

masyarakat. Sekarang ini sinetron banyak ditonton oleh masyarakat, karena

masyarakat butuh akan hiburan.

Televisi merupakan salah satu media untuk menyampaikan pesan sosial,

politik, agama, dan lainnya dengan berbagai cara seperti dakwah Islam yang

disampaikan lewat media massa televisi dengan format acara kuis, ceramah

agama, iklan dan sinetron yang bernuansa Islami. Dari sekian banyak program

acara yang ada di televisi, sinetron merupakan program acara yang mendapat

sambutan hangat dari masyarakat. Hal tersebut menandakan, jika perhatian

masyarakat terhadap sinetron sangat luar biasa dibandingkan dengan program

acara yang lain, karena ketepatannya dalam menyampaikan pesan terbukti cukup

berhasil.

Penggarapan suatu sinetron tidak terlepas dari kebutuhan masyarakat yang

heterogen. Para pembuat sinetron mencoba untuk menaksir tontonan seperti apa

yang paling disukai oleh masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat melalui rating

suatu sinetron. Semakin tinggi suatu sinetron berarti senetron tersebut dilihat

banyak orang. Atas dasar inilah banyak sinetron yang menghiasi layar kaca.

Dalam pembuatan sinetron tidak jauh berbeda dengan dengan pembuatan

film. Pada tahapan penulisan dan format naskah juga tidak jauh berbeda.

Pembuatan sinetron menggunakan kamera elektronik dengan video recorder,

bahannya berupa pita didalam kaset, penyajiannya ditayangkan dari stasiun

televisi dan diterima melalui layar kaca pesawat televisi di rumah-rumah. Sinetron

merupakan sinema elektronik tentang sebuah cerita yang didalamnya membawa

misi tertentu kepada pemirsa, misi ini dapat berbentuk pesan moral untuk pemirsa

atau realitas moral yang ada di kehidupan masyarakat sehari-hari (Kuswandi,

Page 4: BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Komunikasi Massa

11

1996:120). Isi atau Konten dalam sebuah Sinetron bermacam-macam, diantaranya

yaitu :

1. Isi Cerita atau Tema

Merupakan unsur terpenting dari sebuah cerita, hal ini dikarenakan isi cerita

merupakan unsur pokok cerita yang biasanya dapat terlihat pada saat adanya

konflik yang diceritakan dari cerita tersebut.

2. Rangkaian atau Kejadian

Pada rangkaian atau kejadian harus memiliki hubungan antara satu dan yang

lainnya (sebab-akibat), karena akan menentukan nasib suatu tokoh. Biasanya

tokoh yang mempunyai karakter negatif atau jahat (antagonis) akan

diperkenalkan atau ditampilkan terlebih dahulu.

3. Karakter Tokoh Utama

Pada sebuah sinetron terdapat tokoh-tokoh yang terbagi menjadi empat (4)

karakter, yaitu:

a. Protogonis : tokoh utama yang berkarakter positif, yang memperjuangkan

kebahagiaan.

b. Antagonis : tokoh utama yang berkarakter negatif, yang selalu mematahkan

kebahagian.

c. Tritagonis : peran pendamping bisa menjadi pendukung atau penentang

tokoh utama, tatapi bisa juga sebagai penengah atau perantara.

d. Peran Pembantu : tokoh yang dimasukan sebagai pelengkap

4. Percakapan atau Dialog

Yang dimaksud dialog adalah percakapan yang terdiri dari dua (2) orang atau

lebih sehingga menjadi dialog. Namun dalan sinetron semua itu didasari oleh

naskah. Naskah dibuat terlebih dahulu oleh pembuat naskah (script writer)

yang kemudian diberikan kepada pemeran atau tokohnya untuk dimainkan

atau ditampilkan.

Page 5: BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Komunikasi Massa

12

Tujuan sinetron seperti halnya media massa lainnya, sinetron pada intinya

mempunyai tujuan tertentu yaitu memberikan pendidikan dan hiburan. Tujuan

pendidikan sebagai media komunikasi massa, sinetron merupakan salah satu

sarana untuk menyampaikan pendidikan. Nilai pendiidkan sinetron mempunyai

makna seperti pesan-pesan yang berisikan pendiidkan/ edukasi, etikan dan moral

penonton. Sinetron memberikan banyak pendiidkan bagi penontonnya tentang

bagaimana cara bergaul dengan orang lain, bersikap, dan bertingkah laku sesuai

dengan tatanan norma dan nilai budaya dalam masyarakat. Sedangkan tujuan

hiburan, sinetron banyak memberikan hiburan bagi penonton, dengan menonton

sinetron dapat menghilangkan kepenatan yang ditimbulkan dari aktivitas sehari-

hari.

2.3 Sinetron Sebagai Bentuk Komunikasi Massa

Para ahli komunikasi berpendapat bahwa komunikasi massa adalah

komunikasi melalui media massa. Menurut Bittner (Rakhmat, 1997:148),

komunikasi massa yang paling sederhana “mass communication is a message

communicated through as mass medium to a large number of people”

(komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa

pada sejumlah orang). Menurut Deddy Mulyana komunikasi massa (mass

communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak

(surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu

lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar

orang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen (Mulyana, 2007:75).

Dengan demikian psan-pesan dalam komunikasi massa disalurkan melalui meda

massa, bersifat massa, dan ditujukan pada khalayak yang luas.

Komunikasi massa merupakan bagian dari hidup manusia, karena setiap saat

manusia dipengaruhi oleh komunikasi massa. Baik media cetak maupun yang

sudah menjadi bagian penting bagi kehidupan pada umumnya. Masing- masing

Page 6: BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Komunikasi Massa

13

media tersebut memiliki karakteristik tersendiri. Menurut Nurudin

karakteristik komunikasi Massa terdiri dari (2003: 16-29) :

1. Komunikator bersifat melembaga

Terdiri dari gabungan antara berbagai macam unsur dan bekerjasama satu

sama lain dalam sebuah lembaga. Didalam komunikasi massa, komunikator

adalah lembaga media massa itu sendiri.

2. Komunikan bersifat anonim dan heterogen

Bersifat heterogen, artinya pengguna media itu beragam pendidikan, umur,

jenis kelamin, status sosial, tingkat ekonomi, latar belakang budaya,

kepercayaan yang tidak sama. Selain itu dalam komunikasi massa,

komunikator tidak mengenal komunikan (anonim) karena komunikasinya

menggunakan media dan tidak tatap muka.

3. Pesan bersifat umum

Pesan-pesan dalam komunikasi massa itu tidak ditujukan kepada satu orang

atau satu kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan-pesan itu

ditujukan kepada khalayak yang plural. Seperti televisi ditujukan dan untuk

dinikmati orang banyak, maka pesannya harus bersifat umum

4. Komunikasinya berlangsung satu arah

Komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung.

Komunikator aktif menyampaikan pesan dan komunikan pun aktif menerima

pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana

halnya dalam komunikasi antarpribadi. Dengan demikian komunikasi massa

itu bersifat satu arah.

5. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan

Dalam komunikasi massa penyebaran pesan dilakukan secara serempak.

Serempak disini berarti khalayak bisa menikmati media tersebut hampir

bersamaan.

Page 7: BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Komunikasi Massa

14

6. Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis

Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada

khalyaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis

yang dimaksud seperti pemancar untuk media elektronik. Televisi merupakan

media massa yang tidak akan lepas dari pemancar. Karena peran satelit akan

memudahkan proses pemancaran pesan yang dilakukan oleh media

elektronika seperti televisi.

7. Dikontrol oleh Gatekeeper.

Gatekeeper merupakan orang yang sangat berperan dalam penyebaran

informasi melalui media massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang

ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semau

informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. Gatekeeper juga berfungsi

untuk menginterpretasikan pesan, menganalisis, menambah atau mengurangi

pesan-pesannya.

Salah satu media massa yang hingga sekarang ini masih digemari oleh

masyarakat adalah televisi. Televisi atau televisi siaran (broadcast television)

merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki

komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga,

pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan, dan

komunikannya heterogen (Effendy, 1998:21). Televisi merupakan media

elektronik yang mempunyai efek paling besar terhadap khalayak dibanding

dengan media elektronik lainnya seperti radio, karena televisi merupakan media

audio visual yang bersifat informatif, hiburan, pendidikan, pengetahuan dan juga

alat kontrol sosial.

Televisi merupakan media penyampaian pesan/informasi yang bersifat audio-

visual sehingga khalayak yang menontonnya dapat dengan mudah dan cepat

menyerap pesan yang disampaikan. Informasi yang disampaikan melalui televisi

akan lebih mudah dimengerti karena lebih jelas terdengar secara audio dan terlihat

secara visual (Kuswandi, 1996:8). Hiburan yang diinginkan masyarakat dapat

Page 8: BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Komunikasi Massa

15

terpenuhi dengan adanya media massa sebagai alat penyampaian pesan yang

semakin beragam dan berkembang dengan kehadiran televisi di setiap

rumah.Perkembangan teknologi pertelevisian saat ini sudah sedemikian pesat

sehingga dampak siarannya menyebabkan seolah-olah tidak ada lagi batas antara

satu dengan yang lainnya terlebih setelah digunakannya satelit untuk

memancarkan signal televisi.

Televisi lebih banyak mengemas dan menghadirkan program-program acara

dalam format hiburan diantaranya yaitu tayangan sinetron. Kehadiran sinetron

merupakan bentuk aktualitas komunikasi dan interaksi manusia sehari-hari yang

diolah berdasarkan alur cerita untuk mengangkat kehidupan manusia sehari-hari.

Pesan sinetron dapat mewakili aktualitas kehidupan manusia dalam realitas

sosialnya. Dengan kata lain, sinetron merupakat cerminan kehidupan nyata dari

masyarakat sehari-hari.

2.4 Toleransi Masyarakat Beragama

Di era globalisasi, umat manusia dihadapkan dengan hubungan antar umat

manusia di dunia tanpa batas, ketergantungan menjadikan manusia harus

senantiasa membuka jalan untuk menghilangkan perbedaan. Kenyataan bahwa

manusia tidak dapat hidup sendiri, tetapi memerlukan proses sosialisasi terus

menerus, terutama dengan jalan menjalin hubungan dengan antar agama.

Perbedaan agama tidak hendak menjadi sumber permusuhan antar suku dan

bangsa. Maka dalam hal ini toleransi antar umat beragama sangat perlu untuk

disosialisasikan.

Menurut W.J.S Peorwadarminta, toleransi berasal dari kata toleran yang

berarti sifat atau sikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan)

pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kelakuan dsb) yang lain atau

bertentangan dengan pendiriannya. Toleransi adalah sifat atau sikap toleran dua

kelompok yang berbeda kebudayaan itu saling berhubungan dengan penuh

(1976:1084). Menurut Soerjono Soekanto toleransi yaitu suatu sikap yang

Page 9: BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Komunikasi Massa

16

merupakan perwujudan pemahaman diri terhadap sikap pihak lain yang tidak

setuju (Soekanto, 1985:518).

Jadi toleransi beragama adalah suatu sikap manusia sebagai umat yang

beragama, untuk menghormati, menghargai, dan tidak mengganggu ibadah serta

sistem keyakinan pada penganut agama-agama lain. Toleransi berarti memberikan

keleluasaan penganut agama lain.

Dalam hubungan antar agama, toleransi dapat berupa toleransi ajaran agama

atau toleransi dogmatis dan toleransi bukan ajaran agama atau toleransi praksis

(Hardjana, 1993:115). Dengan toleransi dogmatis, maka pemeluk agama tidak

menonjolkan ajaran agamanya masing-masing, dan dengan toleransi praksis maka

pemeluk agama akan membiarkan pemeluk agama lain melaksanakan keyakinan

mereka masing-masing.

Islam mengajarkan kepada umatnya untuk menghormati, menyayangi, dan

dan mengasihi orang lain tanpa memandang latar belakang atau asal ususlnya.

Walaupun mempunyai perbedaan prinsip, ideologi, bahkan ajaran agama. Hal

tersebut sebagaimana yang ditegaskan dalam Al-Quran dalam surat Al-Hujarat

ayat 13, yang berarti “wahai kamu laki-laki dan perempuan dan kami ciptakan

kamu dalam bentuk suku dan bangsa supaya kalian saling kenal mengenal.

Sesungguhnya diantara kamu yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling

bertakwa diantara kamu. Sungguh Allah Maha Tahu dan Maha Waspada” (Al-

Quran dan terjemahannya, 2006:517). Ayat tersebut dengan jelas menerangkan,

bahwa Tuhan menghendaki penciptaan manusia yang beragam. Keberagaman

sengaja diciptakan sebagai media untuk saling mengenal, berdialog, dan

bekerjasama akan memunculkan kedamaian dan ketentraman dalam kehidupan.

Dalam buku “Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama”, Alwi

Shihab menegaskan ada dua komitmen penting dalam menumbuh kembangkan

kehidupan antar agama guna menciptakan keharmonisan, yaitu toleransi dan

pluralisme (1997:41). Pada lintasan sejarah, dari praktik Nabi Muhammad SAW,

bisa dilihat bagaimana toleransi terhadap umat lain ditegakkan, dengan

Page 10: BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Komunikasi Massa

17

melindungi minoritas dalam melaksanakan Ibadah sesuai dengan keyakinanya

(Spencer, 2003:226)

2.4.1 Toleransi menurut Negara

1. Landasan Idiil, yaitu Pancasila (sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha

Esa)

2. Landasan Konstitusional, yaitu Undang-Undang Dasar 1945, pasal 29 ayat

1 : “Negara berdasar atas Ketuhanan yang Maha Esa”. Dan pasal 29 ayat 2:

“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk

agamanya dan kepercayaannya itu” (MPR RI, 76:2007)

3. Landasan Strategis, yaitu Ketetapan MPR No. IV tahun 1999 tentang Garis-

garis Besar Haluan Negara. GBHN dan pembangunan Nasional tahun 2000,

dinyatakan bahwa sasaran pembangunan bidang agama adalah terciptanya

suasana kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap Ketuhanan Yang

Maha Esa, yang penuh keimanan ketaqwaan, penuh kerukunan yang

dinamis antar umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa, secara bersama-sama makin memperkuat landasan spiritual, moral, dan

etika bagi pembangunan nasional, yang tercermin dalam suasana kehidupan

yang harmonis, serta dalam kukuhnya persatuan dan kesatuan bangsa selaras

dengan penghayatan dan pengamalan Pancasila

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang sudah dilakukan adalah penelitian Veronica Dian

Anggraeni mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi Universitas

Kristen Satya Wacana, yang berjudul Ketika Toleransi Sedang Dipertanyakan?

(Analisis Wacana Kritis Pada Film Tanda Tanya “?”) pada tahun 2012. Tujuan

dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana representasi wacana

toleransi yang di bawa oleh film Tanda Tanya “?”. Film ini merupakan film yang

mengangkat toleransi agama sebagai ide cerita. Film ini gagal tayang di Bioskop

karena mendapat pencekalan dari FPI karena dianggap memberikan makna

Page 11: BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Komunikasi Massa

18

toleransi yang salah. Dalam penelitian tersebut menggunakan pendekatan analisis

wacana kritis model Teun A. Van Djik dalam menganalisis representasi wacana

toleransi pada film Tanda Tanya “?”. Hasil penelitiannya bahwa film Tanda

Tanya “?” tidak berhasil memberikan makna toleransi, karena terdapat sebuah

dominasi Islam dan pencitraan diri dari agama Islam yang dikemas sutradara

dengan tema toleransi. Sehingga hasil penelitiannya tentang toleransi tidak dapat

diwujudkan dalam kerangka kehidupan multikultural, yang direpresantasikan

dalam film Tanda Tanya “?”.

Laurentia Helena melakukan penelitian yang berjudul Media dan Kekuasaan

(Studi Analisis Wacana Kritis Metro Xin Wen terhadap Etnis Tionghoa) pada

tahun 2012. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana wacana

pemberitaan Metro Xin Wen terhadap citra etnis Tionghoa di Indonesia

merupakan bagian dari Bangsa Indonesia. Dalam penelitiannya memberikan hasil

bahwa wacana yang terkandung merupakan konstruksi dari citra yang diinginkan

Metro Xin Wen tentang etnis Tinghoa yaitu sebagai bagian dari Bangsa

Indonesia. Upaya memproduksi wacana untuk sampai pada citra etnis Tionghoa

sebagai bagian dari Bangsa Indonesia dilakukan dengan dekonstruksi wacana

pada konteks sosial mengenai hubungan antara etnis Tionghoa dengan masyarakat

Indonesia yang selama ini menjadi penghambat. Wacana tersebut dikatakan

mendekonstruksi, dengan pengkajian konteks sosial mengenai wacana yang

ditanamkan oleh penguasa dan kognisi sosial dari berbagai pendapat yang

mengakibatkan hubungan tidak harmonis antara etnis Tionghoa dengan

masyarakat Indonesia. Wacana yang mendekonstruksi berupaya agar tidak terjadi

stereotipe dan prasangka buruk yang menjadi penghalang kehidupan pluralisme

yang harmonis, yang kemudian wacana diarahkan pada wawasan solidaritas dan

keharmonisan antar budaya, agama, dan etnis. Upaya Metro Xin Wen

mengarahkan adanya persatuan ditunjukkan dengan pencitraan etnis Tionghoa

yang merupakan bagian dari Bangsa Indonesia.

Page 12: BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Komunikasi Massa

19

Uraian diatas merupakan penelitian yang sudah dilakukan berkaitan dengan

representasi wacana toleransi yang dibawa oleh suatu film dan wacana

pemberitaan pada program Metro Xin Wen yang berkaitan dengan etnis Tionghoa

dan analisisnya menggunakan pendekatan analisis wacana kritis Teun A. Van

Dijk. Sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana makna

wacana toleransi dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji The Series episode 439-

441. Oleh karena itu analisis yang akan dilakukan pada penelitian ini dalam

konteks wacana toleransi yang disampaikan dalam sinetron Tukang Bubur Naik

Haji The Series episode 439-441 yang mengangkat konsep mengenai perayaan

tahun baru Imlek, serta menggunakan pendekatan analisis wacana kritis Teun A.

Van Dijk untuk menganalisisnya.

Page 13: BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Komunikasi Massa

20

2.6 Kerangka Pikir Penelitian

Gambar 1

Media massa terdiri dari media cetak dan dan media elektronik. Salah satu

media elektronik yang hingga saat ini masih mendapat sambutan hangat dan

digemari oleh masyarakat adalah televisi. Perkembagnan televisi semakin pesat

dengan menyuguhkan berbagai macam program acara. Sinetron merupakan salah

satu program acara yang banyak disuguhkan stasiun televisi. RCTI merupakan

Media Massa

Televisi

Sinetron Tukang Bubur

Naik Haji The Series

episode 439-441

Pesan

Wacana

toleransi

Mengetahui wacana

toleransi sinetron

Tukang Bubur Naik Haji

The Series episode 439-

441

Analisis wacana model

Van Djik

- Teks

- Kognisi sosial

- Konteks sosial

Page 14: BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Komunikasi Massa

21

salah satu stasiun televisi yang menyuguhkan sinetron kepada masyarakat yaitu

sinetron Tukang Bubur Naik Haji The Series. Sinetron ini banyak disukai oleh

masyarakat hal tersebut terlihat dari perolehan rating yang sering menduduki

posisi pertama. Dalam episode 439-441 dimunculkan karakter keluarga

berketurunan Tionghoa yaitu keluarga Wan Wan. Pada episode tersebut

digambarkan Wan Wan dan keluarganya merupakan warga baru. Sebagai warga

baru, keluarga Wan Wan dikenal sebagai keluarga yang baik hati dan ramah.

Menjelang perayaan tahun baru Imlek, keluarga Wan Wan berencana

mengadakan pementasan Barongsai di kampung tempat tinggalnya yang baru.

Dimana dalam hidup bersosial Wan Wan dan keluarganya ingin memberikan

hiburan kepada para warga. Selain itu juga sinetron ini sudah tayang lebih dari

500 episode. Sinetron ini tentunya tidak hanya memberikan hiburan saja namun

juga terkandung pesan-pesan yang ingin disampaikan, salah satunya wacana

toleransi. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan analisis yang

mendalam mengenai wacana toleransi yang disampaikan sinetron Tukang Bubur

Naik Haji The Series pada episode 439-441. Untuk mengetahui wacana toleransi

yang disampaikan sinetron ini, akan dianalisis dengan Anlisis Wacana Kritis

model Van Dijk.