bab 1 revisi
DESCRIPTION
jkTRANSCRIPT
BAB I
1.1 Latar Belakang
Penyakit diabetes melitus ( DM ) adalah suatu penyakit yang disebabkan karena adanya
peningkatan kadar glukosa darah ( hiperglikemi) akibat kekurangan insulin baik absolut maupun
relatif. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif dengan sifat kronis yang
jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Diabetes adalah salah satu penyakit tidak
menular yang akan meningkat jumlahnya di masa mendatang. Diabetes merupakan salah satu
ancaman utama bagi kesehatan manusia. World Health Organization ( WHO ) memperkirakan
tahun 2000 jumlah pengidap diabetes di atas umur 20 tahun berjumlah 150 juta dan dalam kurun
waktu 25 tahun kemudian pada tahun 2025, jumlah itu akan menjadi 300 juta orang ( Sudoyo,
2009). International Diabetes Federation (IDF) juga memperhitungkan angka kejadian DM
di dunia pada tahun 2012 adalah 371 juta jiwa, tahun 2013 meningkat menjadi 382 juta
jiwa dan diperkirakan pada tahun 2035 DM akan meningkat menjadi 592 juta jiwa.
Ulkus diabetikum merupakan suatu komplikasi dari DM akibat neuropati atau
iskemia perifer, atau keduanya sehingga terjadinya ulkus bahkan gangrene ( Utami T R et al,
2014 ). Kejadian tahunan ulkus diabetes ini terjadi 2% diantara pasien dengan diabetes dan
sekitar 5-7% dari semua pasien dengan neuropati perifer (Boulton J.M A, et al, 2002). Sekitar
14-24% di antara penderita ulkus diabetik tersebut memerlukan tindakan amputasi (Cahyono JB
S, 2007). Di samping resiko kematian dan kecacatan, ulkus diabetes juga memerlukan perawatan
yang lama dan biaya yang sangat besar ( Sudoyo, 2009). Biaya pengobatan DM dan
komplikasinya pada tahun 2007 di Amerika Serikat mencapai 116 miliar dolar, dimana 55 miliar
dolar dari biaya tersebut berkaitan dengan pengobatan ulkus kaki diabetik ( Berlangga J, 2013 ).
DM dengan ulkus diabetes merupakan penyakit kronik sehingga diperlukan pengelolaan
yang terus menerus agar tidak terjadi komplikasi yang dapat berakibat pada penurunan
kualitas hidup pasien gangrene ( Utami T R et al, 2014 ). Ini menunjukkan bahwa pencegahan
dan menajemen yang tepat pada ulkus diabetik teramat penting.
Perawatan awal ulkus diabetik yaitu dilakukan pembersihan luka dengan menggunakan
antiseptik seperti povidone iodine, hydrogen peroxide, acetic acid dan chlorohexadine karena
kandungan antiseptiknya tersebut dapat membantu dalam proses penyembuhan awal dari tubuh.
Povidone iodine telah digunakan secara luas dan efektif dalam desinfeksi dan pembersihan kulit
untuk penatalaksanaan luka. Povidone iodine 1% dapat membantu dalam proses penyembuhan
karena kemampuannya sebagai antibakteri. Namun, jika antiseptik diberikan secara berlebihan
dapat membunuh leukosit yang dapat membunuh bakteri patogen dan jaringan fibroblast yang
membentuk jaringan kulit baru (Kristiyaningrum, 2013 ).
Ketika perawatan dengan antiseptik tidak maksimal atau tidak sembuh, kemungkinan
akan terjadi infeksi pada ulkus diabetik. Infeksi pada kaki adalah komplikasi yang sering dan
merupakan salah satu penyebab pasien harus rawat inap dan penyebab utama dari amputasi
ekstremitas bawah. Infeksi pada kaki diabetes membutuhkan perawatan luka yang tepat dan
dengan antibiotik yang tepat. Terapi antibiotik harus didasarkan pada hasil kultur bakteri dan
kemampuan toksisitas antibiotika tersebut (Doupis J, Veves A, 2008) . Namun, sebelum hasil
kultur dan sensitifitas kuman tersedia antibiotika harus segera diberikan secara empiris pada
ulkus diabetes yang terinfeksi (Lipsky B A et al, 2004). Uji klinis telah menunjukkan efektivitas
dari antibiotik dalam mengobati ulkus diabetik adalah ofloksasin yang merupakan antimikroba
spektrum luas dari golongan fluorokuionlon ( Ayundi G, 2014 ).
Faktor pertumbuhan ( growth factor ) juga memegang peranan penting dalam terjadinya
komplikasi diabetes dan pada penderita DM produksinya meningkat. Saat ini telah dibuktikan
terdapatnya hubungan peningkatan beberapa growth factor dengan terjadinya komplikasi
diabetes melitus. Maka dari itu di gunakan substansi kaya growth factor untuk penyembuhan
luka yang sudah kronis , seperti platelet rich plasma (PRP) atau platelet rich fibrin (PRF).
Fase inflamasi pada kaki diabetikum akan memanjang dan dengan pemberian faktor
pertumbuhan akan mampu mempercepat fase inflamasi sehingga dapat masuk ke fase
pembentukan jaringan granulasi (Gallager K, 2007). Platelet Rich Fibrin ( PRF ) adalah fraksi
plasma darah dengan konsentrasi trombosit 3-5 kali diatas nilai normal (konsentrasi trombosit
pada whole blood) yang terdiri dari faktor pertumbuhan, berbagai sitokin, dan kemokin. PRF
berfungsi sebagai mediator interaksi sel sel dan sel-matriks yang memicu proliferasi sel punca
dan mesenkimal di daerah luka sehingga bermanfaat untuk menimbulkan jaringan granulasi pada
fase awal penyembuhan luka kronis ( Satriyo A, 2011 ).
Berdasarakan cara perawatan dan pengobatan yang sudah dijelaskan diatas, maka penulis
termotivasi untuk melakukan penelitian kombinasi pengobatan Platelet Rich Fibrin (PRF),
antibiotik & antiseptik dalam proses penyembuhan ulkus diabetik pada tikus yang diinduksi
diabetes.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh dari kombinasi PRF , antibiotik dan antiseptik dalam proses penyembuhan
luka pada tikus yang diinduksi diabetes?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh dari kombinasi PRF, antibiotik dan antiseptik dalam proses
penyembuhan luka pada tikus yang diinduksi diabetes.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengaruh PRF dalam proses penyembuhan luka pada tikus yang diinduksi
diabetes.
2. Mengetahui pengaruh kombinasi PRF dan antibiotik pada proses penyembuhan luka
pada tikus yang diinduksi diabetes.
3. Mengetahui pengaruh kombinasi PRF dan antiseptik pada proses penyembuhan luka
pada tikus yang diinduksi diabetes.
4. Mengetahui pengaruh kombinasi antibiotik antiseptik pada proses penyembuhan luka
pada tikus yang diinduksi diabetes.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Mengetahui pengaruh kombinasi PRF, antibiotik dan antiseptik pada proses penyembuhan luka
diabetes.
1.4.2 Bagi Institusi
1. Mewujudkan Tri Dharma Pendidikan
2. Memberikan data awal yang dapat digunakan sebagai dasar penelitian lanjutan mengenai
pengaruh kombinasi PRF, antibiotik dan antiseptik pada proses penyembuhan luka pada tikus
yang diinduksi diabetes.
1.4.3 Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan informasi mengenai cara
perawatan luka diabetes yang lebih efektif dalam proses penyembuhan luka dengan waktu yang
lebih singkat dan biaya yang lebih murah.
BAB 3
3.1 Kerangka Konsep
Diabetes Melitus
Luka
Terganggu
Ulkus kronik
Infeksi
PRF
Antiseptik
Antibiotik