bab 1 revisi

Upload: jhon

Post on 12-Jul-2015

336 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap manusia yang telah dimulai sejak dari buaian hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap manusia wajib untuk belajar baik melalui jalur pendidikan formal, informal, maupun non formal karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa belajar maka tak ada ilmu pengetahuan yang dapat diperoleh.

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam hidup dan kehidupan. Dalam pengertian yang sederhana, Pendidikan ialah suatu usaha atau tuntunan yang dilakukan oleh pendidik dalam rangka pemberian bantuan yang diberikan kepada individu dalam mengarahkan hidupnya agar dapat menggunakan kemampuannya atau dapat mengembangkan pandangan secara maksimal pada suatu kenyataan. Hidup yang terjadi sekarang, dan yang akan datang diharapkan untuk dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya dan masyarakat merupakan konsekuensi dari keputusannya itu dalam rangka mencapai tujuan. Pendidikan merupakan tempat yang sangat dibutuhkan oleh anak didik dalam menghadapi tantangan masa depannya. Dalam hal ini yang bertanggung jawab unutk mencerdaskan kehidupan bangsa bukan hanya tanggung jawab pemerintah, sekolah, tetapi tanggung jawab seluruh masyarakat, terutama orang tua. Dengan demikian upaya pencapaian sukses belajar anak di sekolah bagaimana pun tidak terlepas dari peranan dan pengaruh orang tua dalam memberikan motivasi dan bimbingan ke arah tercapainya tujuan yang diinginkan anaknya.

Sekolah dasar adalah jenjang pendidikan paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar di tempuh dalam 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Pelajar sekolah dasar berusia 7-12 tahun (Kementrian Pendidikan Nasional, 2009 ). . Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun.

Fungsi anak bagi bangsa adalah sebagai penerus bangsa dimasa yang akan datang. Penanganan anak dengan pola asuh yang baik berfungsi untuk menentukan mutu sumber daya produktif bagi bangsa di masa yang akan datang. Anak sudah memiliki kapasitas dan modal yang akan terus berkembang secara alami tahap demi tahap. Tugas orangtua adalah memberikan kesempatan agar bakat tersebut dapat berkembang dan memandu pertumbuhan anak. Namun,bila anak di didik dan di pelihara dalam pola asuh yang salah, anak akan tumbuh, berkembang dan berperilaku tidak sesuai dengan yang di harapkan (Megawati, 2003).

Menurut Pengertian tumbuh kembang anak sebenarnya mencakup 2 hal kondisi yang berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran dan dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan. Hal ini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ dan system organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk di dalamnya adalah perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan

lingkungannya. Pertumbuhan berdampak terhadap aspek fisik sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ dan individu. Kedua kondisi tersebut terjadi sangat berkaitan dan saling mempengaruhi dalam setiap anak (Mura, 2010). Masa usia sekolah mengalami perkembangan psikososial pada tahap industri vs inferioritas. Tahap industri adalah tahap dimana anak-anak siap untuk bekerja dan berproduksi. Pada tahap ini, anak-anak sudah dapat bekerja mengerjakan tugas yang diberikan kepada mereka sampai dengan selesai. Namun, apabila standar yang diberikan kepada anak tidak dapat dipenuhi, maka mereka akan merasa tidak adekuat dan inferioritas (Wong, Eaton, Wilson, Winkelstein, &vSchwartz, 2009).

Masa usia anak sekolah adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Pada usia anak sekolah disebut juga priode intelektual, karena merupakan tahap pertama anak menggunakan sebagian waktunya untuk mengembangkan kemampuan intelektualnya. Perhatian anak sedang ditujukan kepada dunia pengetahuan tentang dunia dan alam sekelilingnya.

Mustafa (2008), keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak di sekolah berpengaruh positif untuk membantu menumbuhkan rasa percaya diri dan penghargaan pada diri sendiri, meningkatkan hubungan orang tua dan anak, membantu orang tua bersikap positif terhadap sekolah, menjadikan orang tua memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap proses pembelajaran di sekolah, serta meningkatkan prestasi belajar. Setiap orang tua pasti ingin anaknya berhasil dalam pendidikan. Keberhasilan dapat terwujud tentu saja dengan usaha dan peran dari orang tua itu sendiri. Keberhasilan pendidikan dapat diukur dengan prestasi belajar (Punsalam, 2010).

Mendidik anak dengan baik dan benar berarti menumbuh kembangkan totalitas potensi anak secara wajar. Potensi jasmaniah dan rohaniah anak diupayakan tumbuh dan berkembang secara selaras. Potensi jasmaniah anak diupayakan pertumbuhannya secara wajar melalui pemenuhan sandang, pangan, dan papan. Pola asuh yang di berikan orang tua merupakan pendidikan yang pertama kali diterima oleh anak. Dengan pola asuh yang benar akan menghasilkan karakteristik anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan yang baik dengan sesama teman, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal baru dan kooperatif terhadap orang lain (Petranto, 2006). Perlakuan/bimbingan yang diberikan oleh orang tua dapat dikatakan sebagai pola asuh. Pola asuh sebagaimana dikatakan Alsa (2002) adalah perlakuan yang diberikan kepada anak dalam rangka memberikan kasih sayang, perlakuan, bimbingan, pengarahan, dan pendidikan dalam kehidupan sehari-hari serta bagaimana sikap orangtua dalam hubungannya dengan anakanak. Menurut Baumrid (1967, dalam Petranto, 2006), ada beberapa tipe pola asuh orang tua kepada anaknya yaitu: pola asuh demokratis, pola asuh otoriter, pola asuh permisif atau manja dan pola asuh penelantar. Setiap orang tua dalam memberikan pola asuh kepada anaknya tentu berbeda pada masing-masing keluarga. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya latar belakang pendidikan orang tua, informasi yang didapat orang tua tentang cara mengasuh anak, kultur budaya, kondisi lingkungan sosial, ekonomi dan lain-lain (Petranto,2006). Menurut poerwodarminto (1997) dalam Syah(2006), yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai,dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang. Sedangkan prestasi kebutuhan-kebutuhan jasmani, seperti pemenuhan kebutuhan

belajar itu sendiri di artikan sebagai prestasi yang dicapai oleh seorang siswa pada jangka waktu tertentu dan dicatat dalam buku rapor sekolah. Aziz (2002) berpendapat, prestasi belajar adalah suatu pencapaian yang cemerlang seseorang atau sejauh mana seseorang dapat menguasai ilmu yang diberikan berdasarkan hasil penilaian tertinggi yang didapat dari seluruh nilai yang telah dikumpulkan. Ada banyak faktor yang perlu diperhatikan agar anak bisa meraih prestasi yang baik, karena dalam dunia pendidikan tidak sedikit siswa yang mengalami kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi dan kesempatan untuk meningkatkan prestasi, tapi dalam kenyataannya prestasi yang dihasilkan dibawah kemampuannya.

Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa itu, dalam kata lain bisa dari faktor lingkungan dan keluarga. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa antara lain: kesehatan, intelegensi, minat dan cara belajar. Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan antara lain: keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar (Alim, 2009).

Dari uraian di atas, maka dapat dinyatakan bahwa dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, faktor partisipasi orang tua merupakan faktor yang memegang peranan yang cukup penting. Hal ini tidak terlepas dari adanya bahwa partisipasi orang tua berperan dalam pembentukan sikap siswa dan prestasi yang cukup dan berkualitas serta sikap yang demokratis dan bijaksana dari orang tua siswa dapat meningkatkan keinginan untuk lebih giat belajar supaya dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi.

Ismeini (2009), telah melakukan penelitian yang berjudul hubungan antara emotional support, konsep diri, dan kemandirian belajar dengan prestasi belajar matematika siswa SLB-D YPAC Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan korelasional. Sampel diambil dengan menggunakan teknik Stratified Random Sampling sejumlah 30 siswa. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara emotional support dengan prestasi belajar matematika, ada hubungan positif dan signifikan antara konsep diri dengan prestasi belajar matematika, ada hubungan positif dan signifikan antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar matematika, ada hubungan positif dan signifikan antara emosional support, konsep diri, dan kemandirian belajar secara bersama-sama dengan presatasi belajar matematika.

Penelitian yang dilakukan oleh Parulian (2009), tentang hubungan pola asuh orang tua terhadap karakteristik anak didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan karakteristik anak. Disain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah studi korelasi (Correlation Study) yang menelaah hubungan anatara dua variabel pada situasi atau sekelompok objek yang dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel satu dengan yang veriabel yang lain. Serta penelitian terkait lainnya yang dilakukan oleh Punsalan (2010), tentang hubungan antara perhatian orang tua dengan prestasi siswa didik, yang dilakukan terhadap 40 murid Madrasah Tsanawiyah Negeri Cimerak. Diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara perhatian orang tua terhadap prestasi belajar peserta didik di Madrasah Tsanawiyah Negeri Cimerak. Adapun alasan untuk memilih pokok masalah di atas adalah karena anak adalah tunas bangsa yang akan menerima tongkat estafet perjuangan dan cita-cita bangsa, untuk itu anak memerlukan bimbingan, arahan dan didikan dari orang tua sejak dini, sebagai

persiapan untuk menghadapi masa yang akan datang. Selain itu, keluarga adalah masyarakat terkecil yang paling inti, dari keluargalah anak mulai memperoleh pendidikan sebelum memasuki pendidikan secara formal di sekolah, oleh karena itu pola asuh orang tua dalam mendidik anak akan mempengaruhi keberhasilan anak adalam belajar. Atas dasar pemikiran di atas, penulis merasa tertarik untuk membahas masalah tersebut khususnya yang berkenaan dengan pola asuh dalam lingkungan keluarga untuk itu penulis mengajukan skripsi dengan judul hubungan pola asuh orang tua dengan prestasi belajar siswa kelas V di SD N 008 Langgam. B.Perumusan Masalah Orang tua bertugas memberikan pola asuh yang baik sehingga anak mampu mempersiapkan kedewasaannya serta meraih masa depan yang baik dengan prestasi yang diperolehnya. Untuk itu diperlukan pola asuh yang baik agar anak bisa meraih prestasi sesuai dengan keinginan orang tua nya. Selain itu, penelitian terkait pola asuh orang tua dengan prestasi belajar belum ada yang peneliti temukan di siswa Sekolah Dasar. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada siswa Sekolah Dasar. Berdasarkan latar belakang di atas dapat dibuat rumusan masalah yaitu bagaimana hubungan pola asuh orangtua dengan prestasi belajar siswa-siswi kelas V di SDN 008 Langgam? C.Tujuan Penelitian Mengetahui bagaimana hubungan pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar siswa kelas V di SDN 008 Langgam. D.Manfaat Penelitian 1. Bagi orang tua

Penelitian ini akan menambah wawasan serta informasi tentang pentingnya pola asuh terhadap prestasi belajar.

2. Bagi tempat penelitian Sebagai masukan bagi pihak Sekolah Dasar Negeri 008 Langgam, untuk membuat berbagai perencanaan, seperti melakukan pertemuan bulanan antara guru dengan orang tua murid untuk membicarakan tentang perkembangan pendidikan murid. 3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan Dapat meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya pola asuh dalam meningkatkan sumber daya manusia yang dapat dilihat dari prestasi belajar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Konsep pola asuh a. Pengertian pola asuh Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan orang tua kepada anaknya dan bersifat relatif dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapar dirasakan anak, baik dari segi positif mau pun negatif (Petranto, 2006). Pola asuh yang diberikan orang tua kepada anak, berperan penting dalam membentuk sikap, perilaku serta prestasi anak dikemudian hari. Pola asuh yang

diberikan oleh orang tua merupakan pendidikan yang pertama kali diterima oleh seorang anak. Dengan pola asuh yang benar akan menghasilkan prestasi anak yang baik dimasa depan. Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dengan anak, yaitu bagaimana sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak, termasuk cara menerapkan aturan, mengajarkan nilai/norma, memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan perilkau yang baik sehingga dijadikan contoh/panutan bagi anaknya (Theresia, 2008). Peranan orang tua sangat tinggi dalam menentukan prestasi siswa, dalam hal ini orang tua yang memperhatikan pendididkan anaknya tentu a k a n

selalu

memperhatikan

kebutuhan

belajar

anakn ya.

Perhatian

t e r s e b u t d a p a t b e r b e n t u k bimbingan belajar dirumah baik yang dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Pada tataran mikro dapat kita lihat bahwa siswa yang m e m p u n y a i orang tua yang memberikan

p e r h a t i a n t i n g g i t e r h a h a p kebutuhan untuk pendidikan anaknya kuat kemungkinannya untuk dapat mencapai prestasi yang lebih baik. Menurut Ismira (2008), pola asuh orang tua merupakan gambaran tentang sikap, perilaku orang tua dalam berinteraksi dengan anak dan cara berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pola asuh orangtua adalah pola perilaku yang ditetapkan pada anak bersifat relatif dan konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi negatif maupun positif (Siswanty, 2006). Pola asuh orang tua terhadap anak-anaknya adalah pola asuh yang berdasarkan kepada rasa kasih sayang terhadap anak-anak dan yang diterima dari kodrat. Orang tua adalah pendidik sejati, pendidik karena kodratnya. Maka kasih sayang orang tua terhadap anak-anak hendaklah kasih sayang yang sejati pula. Yang berarti pendidik atau orang tua mengutamakan kepentingan dan kebutuhan anak-anak dengn mengesampingkan keinginan dan kesenangan sendiri. b. Macam-macam pola asuh Menurut Baumrid (1967, dalam Petranto, 2006), terdapat 4 macam pola asuh orang tua: 1. Pola asuh demokratis Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini

bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiranpemikiran. Orang tua pada tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu

tindakan dan pendekatan kepada anaknya bersikap hangat. Karakteristik anak anak dengan pola asuh ini akan menghasilkan anak dengan karakteristik mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal baru dan dapat kooperatif terhadap orang lain. 2. Pola asuh otoriter Pola asuh otoriter sebaliknya cenderung menetapkan standar yang mutlak harus di turuti anak, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe otoriter ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya. Karakteristik anak dengan tipe pola asuh ini adalah anak menjadi penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cermas dan menarik diri. 3. Pola asuh permisif atau manja Orang tua dengan tipe pola asuh permisif atau pemanja biasanya memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan kepada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anaknya apabila anak sedang dalam bahaya dan

sedikit memberikan bimbingan kapada anak mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga sering kali di sukai oleh anak. Pola asuh dengan tipe ini akan menghasilkan anak dengan karakteristik anak impulsif, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, dan kurang matang secara sosial. 4. Pola asuh tipe penelantar Orang tua pada tipe ini umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak diperlukan untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja dan juga kadang kala biaya pun di hemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantaran anak secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Pola asuh ini akan menghasilkan anak karakteristik yang moody, impulsive, agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah , self esteem ( harga diri) yang rendah, sering bolos dan sering bermasalah dengan teman (Astuti, 2004). 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh Setiap orang mempunyai sejarah sendiri sendiri dan latar belakang yang seringkali sangat jauh berbeda. Perbedaan ini sangat memungkinkan terjadinya pola asuh yang berbeda terhadap anak. Menurut Maccoby & Mc loby ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua yaitu:1. 2.

Sosial ekonomi Lingkungan sosial berkaitan dengan pola hubungan sosial atau pergaulan yang dibentuk oleh orang tua maupun anak dengan lingkungan sekitarnya. Anak yang sosial ekonaminya rendah cenderung tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi

atau bahkan tidak pernah mengenal bangku pendidikan sama sekali karena terkendala oleh status ekonomi.3.

Pendidikan: Pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Latar belakang pendidikan orang tua dapat mempengaruhi pola pikir orang tua baik formal maupun non formal kemudian juga berpengaruh pada aspirasi atau harapan orang tua kepada anaknya. Dengan demikian, perbedaan antara orang tua yang tingkat pendidikannya

rendah dengan orang tua yang tingkat pendidikanya lebih tinggi (menengah) baik dalam hal membimbing anak dalam belajar, menyediakan fasilitas belajar maupun membantu anak dalam kesulitan belajar dapat mempengaruhi motivasi belajar anak, meskipun dalam hal ini tidak luput dari faktor lain. Orang tua yang mempunyai pendidikan yang tinggi yang dapat memberikan motivasi kepada anak-anaknya dalam masalah belajar, sehingga mereka diharapkan bisa menjadi anak yang rajin belajar baik di sekolah maupun di rumah (Sugiharto, 2010).4.

Nilai-nilai agama yang dianut orang tua: Nilai nilai agama juga menjadi salah satu hal yang penting yang ditanamkan orang tua pada anak dalam pengasuhan yang mereka lakukan sehingga lembaga keagamaan juga turut berperan didalamnya.

5.

Kepribadian: Dalam mengasuh anak orang tua bukan hanya mampu mengkomunikasikan fakta, gagasan dan pengetahuan saja, melainkan membantu menumbuhkembangkan kepribadian anak (Riyanto, 2002). Pendapat tersebut merujuk pada teori Humanistik yang menitikberatkan pendidikan bertumpu pada peserta didik, artinya anak perlu mendapat perhatian dalam membangun sistem pendidikan. Apabila anak telah menunjukkan gejalagejala yang kurang baik, berarti mereka sudah tidak menunjukkan niat belajar yang

sesungguhnya. Kalau gejala ini dibiarkan terus akan menjadi masalah di dalam mencapai keberhasilan belajarnya.6.

Jumlah anak: Jumlah anak yang dimiliki keluarga akan mempengaruhi pola asuh yang diterapkan orang tua. Semakin banyak jumlah anak dalam keluarga, maka ada kecenderungan bahwa orang tua tidak begitu menerapkan pola pengasuhan secara maksimal pada anak karena perhatian dan waktunya terbagi antara anak yang satu dengan anak yang lainnya, (Okta Sofia, 2009).

2.

Konsep Prestasi Belajar 1. Pengertian prestasi belajar Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar . Prestasi belajar adalah hasil yang telah di capai oleh seseorang setelah melakukan pembelajaran baik di sekolah maupun di luar sekolah. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya di tunjukkan dengan nilai yang diberikan guru (Arya, 2010). Usia sekolah adalah rentang kahidupan yang dimulai dari usia 6 tahun sampai mendekati usia 12 tahun. Periode ini dimulai dengan masuknya seorang anak ke lingkungan sekoah. Hal ini yang akan memberikan dampak terhadap perkembangan dan hubungan dengan orang lain (Wong, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2009).

Prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai test atau angka yang ditunjukkan oleh guru. Peranan orang tua sangat tinggi dalam menentukan prestasi siswa, dalam hal ini orang tua yang memperhatikan pendididkan anaknya tentu a k a n s e l a l u m e m p e r h a t i k a n k e b u t u h a n belajar ana kn ya. Perhatian tersebut dapat berbentuk

bimbingan belajar dirumah baik yang dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Pada tataran mikro dapat kita lihat bahwa siswa

yangm e m p u n y a i o r a n g t u a y a n g m e m b e r i k a n p e r h a t i a n tinggi t e r h a d a p kebutuhan untuk pendidikan anaknya kuat

kemungkinannya untuk dapat mencapai prestasi yang lebih baik. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: 1. Aspek kognitif Aspek yang berkaitan dengan kegiatan berpikir. Aspek ini juga berkaitan erat dengan tingkat inteligensi (IQ) atau tingkat berpikir peserta didik. Sejak dulu aspek kognitif selalu jadi perhatian utama dalam sistem pendidikan formal. Hal itu dapat dilihat dari metode penilaian di sekolah-sekolah negeri kita dewasa ini sangat mengedepankan kesempurnaan pada aspek kognitif. 2. Aspek afektif Aspek afektif adalah aspek yang berkaitan dengan nilai dan sikap. Penilaian pada aspek ini dapat dilihat dari kedisiplinan, sikap hormat terhadap guru, kepatuhan dal lain sebagainya. Aspek afektif berkaitan dengan kecerdasan emosi (EQ) peserta didik.

3. Aspek psikomotorik Aspek psikomotorik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kemampuan gerak fisik yang mempengaruhi sikap mental. Jadi sederhana nya aspek ini menunjukkan kemampuan atau keterampilan (skill) peserta didik setelah menerima sebuah pengetahuan (Ahira, 2011).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu yang berasal dari dalam orang yang belajar (faktor internal) dan ada pula yang berasal dari luar orang yang belajar (faktor eksternal). Menurut Slameto (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu: 1. Faktor internal terdiri dari: a. Faktor jasmaniah adalah faktor (fisiologi), yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini ialah panca indera yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar tubuh yang membawa kelainan tingkah laku. b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas: 1. Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang dimiliki.

2. faktor non intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri. c. Faktor kematangan fisik maupun psikis, faktor yang berasal dari diri sendiri (Internal), seperti intelegensi, minat, sikap dan kesempatan dalam belajar. 1. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar. Intelegensi merupakan dasar potensial bagi pencapaian hasil belajar, artinya hasil belajar yang dicapai akan bergantung pada tingkat inteligensi. Dan hasil belajar yang dicapai tidak akan melebihi tingkat intelegensinya. Semakin tinggi tingkat intelegensi, makin tinggi pula kemungkinan tingkat hasil belajar yang dapat dicapai. Jika intelegensinya rendah, maka kecenderungan hasil yang dicapainyapun rendah. Meskipun demikian, tidak boleh dikatakan bahwa taraf prestasi belajar disekolah kurang, pastilah Inteligensinya kurang, karena banyak faktor lain yang mempengaruhinya. 2. Minat yaitu kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Oleh karena itu minat dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar dalam mata pelajaran tertentu. 3. Sikap adalah gejala Internal yang berdimensi afektif, berupa kecenderungan untuk merespon dengan cara yang relatif tetap tehadap obyek orang, barang dan sebagainya baik secara positif maupun negatif. 4. Selain faktor di atas yang mempengaruhi, prestasi belajar juga dipengaruhi oleh waktu dan kesempatan. Waktu dan kesempatan yang dimiliki oleh setiap individu berbeda sehingga akan berpengaruh terhadap perbedaan kemampuan peserta didik. Dengan demikian peserta didik yang memiliki banyak waktu dan

kesempatan untuk belajar cenderung memiliki prestasi yang tinggi dari pada yang hanya memiliki sedikit waktu dan kesempatan untuk belajar. 2 .Faktor eksternal terdiri dari: a. Faktor keluarga adalah faktor eksternal dalam lingkungan keluarga baik langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar peserta didik. Adanya hubungan yang baik serta komunikasi yang baik antara orang tua dan anak dapat mempengaruhi prestasi dan motifasi anak dalam belajar. Keadaan rumah yang tenang dan nyaman juga dapat berpengaruh terhadap peroses belajar anak. b. Faktor sekolah. Di antara beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar ialah peranan faktor guru atau fasilitator. Dalam sistem pendidikan dan khususnya dalam pelajaran yang berlaku dewasa ini peranan guru dan keterlibatannya masih menempati posisi yang penting. Dalam hal ini efektivitas pengelolahan faktor bahan, lingkungan, dan instrumen sebagai faktorfaktor utama yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar, hampir keseluruhannya bergantung pada guru. c. Faktor masyarakat. Hubungan antar manusia yang terjadi dalam situasi sosial. Termasuk lingkungan keluarga, sekolah, teman dan masyarakat pada umumnya. Bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar

mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa (Ridwan, 2008).

Pola asuh yang diterapkan orang tua di rumah diharapkan mampu membantu anak dalam mencapai prestasi yang baik di sekolah. Karena pola asuh yang diterapkan orang tua sangat mempengaruhi bagaimana karakteristik anak, dan ini juga artinya akan berpengaruh dengan prestasi yang akan di capai anak. Sebagai pendidik yang pertama bagi anak, orang tua harus mampu memberikan pola asuh yang baik tehadap anaknya. Ketika seorang anak memiliki prestasi yang bagus, orang tua memiliki kewajiban untuk menasihati anak agar mempertahankan prestasi belajar. Selain itu orang tua juga bisa memberikan semacam hadiah untuk mendorong semangat belajar dam menambah minat belajar bagi anak itu sendiri.namun jika prestasi anak itu jelek atau kurang bagus, maka tanggung jawab orang tua untuk memberikan motivasi atau dukungan kepada anak untuk lebih giat belajar ( Punsalam, 2010). Berikut beberapa yang harus dilakukan orang tua agar anak bisa berprestasi di sekolah: 1. Perhatian orang tua. Orang tua sebaiknya memberikan perhatian pada anaknya, memberikan pengalaman dan pemahaman tentang nilai dan tujuan pendidikan. Ada usaha dari orang tua mengetahui perkembangan anak di sekolah, misalnya dengan berkunjung ke sekolah atau mengetahui lingkungan sekolah. Orang tua memberikan sarana dan mendukung minat anak, sehingga

akan berkembang kemampuan anak selain itu juga akan berpengaruh pada aktivitas anak di sekolah. 2. Kerja sama dengan guru. Sebaiknya orang tua mengenal dan menjalin hubungan yang baik dengan guru. Orang tua menunjukkan sikap bahwa pendidikan itu penting untuk anak untuk kehidupannya. Hadiri setiap undangan ke sekolah, karena saat itu orang tua bisa berkomunikasi dengan guru. Menanyakan perkembangan anaknya dan mengetahui prestasi belajar anak. Jangan menunggu setelah terjadi masalah pada anak baru menghubungi guru. Informasikan juga mengenai anak Anda jika berada di rumah kepada gurunya. 3. Menyediakan waktu untuk anak. Akan lebih baik jika setiap pulang sekolah anak bisa langsung bertemu dengan orang tuanya. Pada saat pulang ke rumah biasanya anak membawa beban pikiran baik itu karena pelajaran atau hubungan dengan teman. Anak suka bercerita tentang apa yang terjadi di sekolah, mengeluarkan beban dan keluhan kepada orang tua. Misalnya jika anak menceritakan kenakalan teman orang tua bisa langsung memberikan pengertian dan bimbingan. 4. Awasi kegiatan belajar anak di rumah. Orang tua bisa mengingatkan anak untuk belajar, membuat jadwal kegiatan, menanyakan apakah ada PR dan sudah mengerjakannya. Orang tua bisa mengendalikan kegitan anak yang kurang bermanfaat, misalnya membatasi menonton tv atau bermain game. Periksalah buku-buku anak Anda.

5.

Ajarkan Disiplin dan Tanggung Jawab. Berlakukan disiplin dan tegas tapi dengan penuh kasih sayang. Jika orang tua selalu menuruti keinginan anak akan membuat mereka manja dan tidak bertanggung jawab. Biasanya di sekolah anak diberikan tugas untuk dikerjakan di rumah. Ajarkan anak untuk mengejarkan tugasnya sendiri. Selain itu berikan pekerjaan rumah secara rutin, misalnya menyapu halaman dan sebagainya. Disiplin dan tanggung jawab akan menjadi kunci sukses anak di masa depan.

6. Jaga Kesehatan anak. Berikan gizi yang seimbang bagi anak. Dengan keadaan anak yang sehat akan membuatnya mudah dalam menerima pelajaran. Ajak untuk berolah raga secara teratur bersama keluarga. Atur istirahat anak secara teratur. Hindari makanan cepat saji, selain tidak baik untuk kesehatan anak juga berpengaruh pada konsentrasi atau kecerdasan anak.Keberhasilan dalam mendidik anak banyak dipengaruhi oleh peran orang tua. (Suharni, 2010). Untuk dapat memperoleh hasil yang baik dalam belajar, seorang siswa tentunya harus melakukan aktivitas belajar yang maksimal, baik di sekolah maupun di rumah. Dalam melakukan aktivitas belajar tersebut, bimbingan dari orang tua sangatlah dibutuhkan siswa. Karena bimbingan orang tua terhadap belajar siswa akan dapat menjadi pendorong atau motivasi baginya untuk lebih giat belajar dan mencapai hasil yang maksimal. 3. Kerangka Konsep Kerangka konsep adalah suatu abstrak ,logika secar teliti, secara arti harfiah, akan membantu peneliti dalam menghubungkan hasil penemuan dengan ilmu

pengetahuan. Kerangka konsep merupakan taori yang biasa di ukur yang telah dikembangkan dalam keperatwatan atau disiplin ilmu lain (Nursalam, 2003). Kerangka konsep dapat di artikan sebagai kerangka hubungan antara konsepkonsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoadmodjo, 2005). Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengamati variabel yang berhubungan dengan prestasi belajar siswa Sekolah Dasar berhubungan dengan pola asuh orang tua. Maka kerangka konsep pada penelitian ini adalah:

Skema 2.1 Kerangka Konsep Penelitian \ Pola Asuh Orang tua 1.Pola asuh demokratis - Dukungan dan control tinggi - Responsif terhadap kebutuhan anak - Komunikasi dua arah (antara orang tua dan anak - Adanya bimbingan 2.Pola asuh otoriter - Dukungan rendah,kontrol tinggi - Adanya hukuman fisik - Bersikap mengomando (mengharuskan) - Bersikap kaku (keras) - Emosional dan menolak - Komunikasi satu arah (orang tua) 3. Pola asuh permisif - Dukungan tinggi,control rendah - Memberikan kebebasan -Sedikit bimbingan -Komunikasi satu arah(anak) 4. Pola asuh penelantar - Tidak ada dukungan dan control -Tidak respon terhadp anak -Sedikit biaya dan waktu - Jarang ada komunikasi Prestasi Belajar - Tinggi - Sedang - Rendah

4. Hipotesis Hipotesis didefinisikan sebagai sebuah pernyataan tentang hubungasn yang diharapakn antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris (Notoadmodjo, 2005). Berdasarkan uraianm teoritis tersebut, maka hipotesis pada penelitian ini yaitu: 1. Hipotesis Nol (Ho) Tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar pada siswa kelas V di SD N 008 Langgam. 2. Hipotesis Alternatif (Ha) Ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar siswa kelas V di SD N 008 Langgam.

Daftar pustaka Syah, M.(2006). Psikologi pendidikan dengan suatu pendekatan baru. (ed.12). Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Megawati. (2003). Pola asuh anak,diperoleh tanggal 20 oktober 2008 dari http://www.pola asuh anak.com Alsa, A. (2002).Pola pengasuhan untuk meningkatkan IQ anak dalam Seminar Pola Asuh Mencerdaskan Anak. Yogyakarta: PSW Lembaga Penelitina UII. Petranto,I. (2006). Percaya diri adalah pantulan pola asuh orangtuanya,diperoleh tanggal 15 oktober 2008.dari http://dwptrijenewe. Issuesse.com. Aziz,Y. (2002). Hubungan kecerdasan emosinal dengan prestasi. Diperoleh 28 november 2009 dari http://search pdf-books.com/download/1-hubungan-kecerdasan-emosional-dengan-

pencapaian-akademik-...-6916971.html. Ismeini, f. (2009). Hubungan antara emotional support, konsep diri, dan kemandirian be;lajar dengan prestasi belajar matematika siswa SLB-D TPAC Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Diperoleh tanggal 3 desember 2010 dari http://digilib.uns.ac.id/abstrak_12420_hubungan-antaraemotional-support,-konsep-diri-dan-kemandirian-belajar-dengan-prestasi-belajar-matematikasiswa-slb-d-ypac-surakarta--tahun-ajaran-20092010.html. Yusuf, S.(2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya. Siswanty, D. (2008). Hubungan Pola Asuh Orangtua Dalam Keluarga dengan Perilaku Merokok Pada Pelajar di SLTP Negeri 18 Pekanbaru. Pekanbaru:PSIK UNRI. Ahkmadi. (2009) . Dukungan Keluarga. Diperoleh pada tanggal 25 november http://www.rajawana.com/artikel/pendidikan-umum/391-konsep-keluarga.html. 2010 dari

Friedman, M.M, Browmen, V.R, & Jones, E.G. (2003). Family Nursing. New jersey: Pearson Education. Nawwaf, U. (2010). Kita adalah sahabat mereka. Diperoleh pada tanggal 7 januari 2011 dari http://majalahnh.com/index.php/kolom-keluarga/232-kita-adalah-sahabat-terbaik-mereka.html Kementerian Pendidikan Nasional. (2011). Sekolah Dasar. Diperoleh pada tanggal 6 maret 2011 dari http://www.kompasiana.com/bisnis/2011/03/14/kualitas-sdm-indonesia-di-dunia/ Punsalam, D. (2010). Hubungan perhatian keluarga dengan prestasi belajar peserta didik. Diperoleh pada tanggal 06 januari 2011 dari http://pangandaraninfo.com/2010/04/12/hubunganantara-perhatian-orangtua-dengan-prestasi-belajar-peserta-didik/ Wong, D.L., Eaton, M. H., Wilson, D., Winkelatein, M.L., & Schwartz, P. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik (A. Sutarna, N.Juniarti & H.Y. Kuncara, Terj). Jakarta: EGC. Nursalam. (2003). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Notoadmoj, S. (2005). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Habibi, M. (2007). Pola bimbingan orang tua dalam penerapan pola asuh untuk meningkatkan kematangan sisial anak. Diperoleh tanggal 19 juli 2010, dari

file://localhost/C:Documents%20and%20settings/BENQ/My%20Documents/pola%20asuhbahan2.htm. Arya. (2010). Pengertian prestasi belajar. Psikologi anak. Diperoleh pada tanggal 16 desember 2010 dari http://belajarpsikologi.com/pengertian-prestasi-belajar/ Theresia, S. (2008). Pola asuh efektif pola asuh anak dengan cinta. Diperoleh pada tanggal 20 juli 2010, dari http://www.pewarta-kabarindonesia.com

Alim, M.B. (2009). Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak. Diperolah pada tanggal 30 desember 2010 dari http://www.psikologizone.com/faktor-yang-mempengaruhi-prestasibelajar-anak