bab 1 revisi

9
PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MASASE PUNGGUNG TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI UPT PSLU PUGER JEMBER Oleh: Aris Kurniawan 1.1 Latar Belakang Proses menua merupakan proses yang terus menerus berkelanjutan secara alamiah dan umumnya akan dialami oleh semua makhluk hidup (Nugroho, 2008). Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari. Menurut tinjauan sudut pandang sosial, lansia merupakan kelompok sosial tersendiri dan memiliki peran tersendiri. Menurut sebagian masyarakat, lansia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh masyarakat. Lansia secara psikologis dipandang telah menyelesaikan seluruh tugas perkembangan yang ada dan telah menyelesaikan seluruh kewajiban yang ada. Idealnya seseorang yang telah mencapai masa lansia harusnya telah menyelesaikan seluruh tanggungan hidupnya dan mencapai hidup yang tenang untuk mempersiapkan kematian yang tenang atau indah. Namun pada kenyataannya, fakta yang sering kita temui di lapangan adalah bahwa banyak individu yang mengalami masalah saat memasuki masa lansia. Masalah yang timbul dapat berupa masalah penurunan kondisi fisik dan masalah psikososial. Lansia seharusnya telah mencapai

Upload: aris-kurniawan

Post on 10-Nov-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

riset

TRANSCRIPT

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MASASE PUNGGUNG TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI UPT PSLU PUGER JEMBER

Oleh: Aris Kurniawan

1.1 Latar Belakang

Proses menua merupakan proses yang terus menerus berkelanjutan secara alamiah dan umumnya akan dialami oleh semua makhluk hidup (Nugroho, 2008). Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari. Menurut tinjauan sudut pandang sosial, lansia merupakan kelompok sosial tersendiri dan memiliki peran tersendiri. Menurut sebagian masyarakat, lansia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh masyarakat. Lansia secara psikologis dipandang telah menyelesaikan seluruh tugas perkembangan yang ada dan telah menyelesaikan seluruh kewajiban yang ada. Idealnya seseorang yang telah mencapai masa lansia harusnya telah menyelesaikan seluruh tanggungan hidupnya dan mencapai hidup yang tenang untuk mempersiapkan kematian yang tenang atau indah. Namun pada kenyataannya, fakta yang sering kita temui di lapangan adalah bahwa banyak individu yang mengalami masalah saat memasuki masa lansia. Masalah yang timbul dapat berupa masalah penurunan kondisi fisik dan masalah psikososial. Lansia seharusnya telah mencapai ketenangan hidupnya ketika memasuki tahap lansia, akan tetapi banyak diantara lansia tersebut yang masih belum dapat mencapai ketenangan hidup karena berbagai hal seperti faktor kesepian, ketergantungan, dan kurang percaya diri. Masalah tersebut akhirnya akan memicu terjadinya masalah mental yang sering dialami lansia yang salah satu contohnya adalah timbulnya masalah kecemasan atau ansietas. Lansia mengalami kecemasan karena banyak faktor dan apabila tidak dapat diatasi maka akan menimbulkan masalah lain seperti depresi. Kecemasan tidak sejalan dengan kehidupan dan berlangsung terus-menerus dalam waktu lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian (Stuart & Sundeen, 1998).

Menurut World Health Organisation (WHO), di kawasan Asia Tenggara populasi Lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2050 diperkirakan populasi Lansia meningkat 3 kali lipat dari tahun ini. Pada tahun 2000 jumlah Lansia sekitar 5.300.000 (7,4%) dari total populasi sedangkan pada tahun 2010 jumlah Lansia 24.000.000 (9,77%) dari total populasi dan tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia mencapai 28.800.000 (11,34%) dari total populasi. Sedangkan di Indonesia sendiri pada tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia sekitar 80.000.000 (Kemenkes, 2013). Jumlah lanjut usia (di atas 60 tahun) di dunia pada tahun 2000 adalah 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (605 juta) (World Health Organization, 2012). Menurut perkiraan Biro Pusat Statistik di kutip oleh Nugroho (2012), pada tahun 2005 di Indonesia terdapat 18.283.107 penduduk lanjut usia. Jumlah ini akan melonjak hingga 33 juta orang lanjut usia (12% dari total penduduk) pada tahun 2020 dengan umur harapan hidup kurang lebih 70 tahun. Menurut hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh I Dewa Made Ruspawan dkk pada 15 orang lanjut usia di Banjar Belong Gede Denpasar Utara tanggal 17 Februari 2011 yang termuat pada Jurnal Skala Husada Volume 9 Nomor 1 April 2012 : 1-9 menunjukkan bahwa didapatkan delapan orang mengalami kecemasan ringan (53,3%), satu orang mengalami kecemasan sedang (6,67%) dan enam orang tidak mengalami kecemasan (40%). Menurut hasil studi pendahuluan diatas menunjukkan bahwa lanjut usia yang mengalami kecemasan cukup banyak walaupun dukungan keluarga didapatkan secara optimal dan ketersediaan hiburan di masyarakat cukup tinggi (Ruspawan, 2011)

Penurunan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan dan stres lingkungan sering menyebabkan gangguan psikososial pada lansia termasuk didalamnya masalah yang sering timbul yaitu kecemasan. Penyebab kecemasan yang sering dialami lansia adalah kondisi lingkungan atau tempat tinggal seseorang, emosi yang ditekan, dan sebab-sebab fisik. Menurut Savitri Ramaiah (2003:11) ada beberapa faktor yang menunujukkan reaksi kecemasan, diantaranya yaitu emosi yang ditekan. Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan keluar untuk perasaannya sendiri dalam suatu hubungan personal, terutama jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama. Manifestasi dari menekan emosi tersebut akhirnya timbul respon kecemasan seperti gelisah, palpitasi, tekanan darah meningkat, gugup, mudah tersinggung, tidak sabar, gelisah, tegang, nervus, ketakutan, alarm, terror. Perlu dilakukan upaya untuk mendistraksi perasaan dari akumulasi emosi yang ditekan oleh lansia. Upaya yang dapat dilakukan untuk mendistraksinya salah satunya adalah melakukan relaksasi. Relaksasi dilakukan agar lansia dapat lebih rileks dan mampu untuk mendistraksi perasaan yang muncul akibat emosi yang ditekan

Relaksasi merupakan tindakan yang harus dilakukan untuk menurunkan tingkat kecemasan lansia . Kondisi tubuh yang relaks akan menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah sehingga akan menyebabkan tekanan darah turun dan kembali normal sehingga perasaan cemas dapat berkurang. Untuk membuat tubuh menjadi rileks dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti terapi musik klasik, yoga, tehnik nafas dalam, dan terapi masase. (Muttaqin, 2009, hlm.117).Teknik-teknik terapi masase yang dapat dilakukan yaitu : masase leher, masase kepala, masase kaki, dan masase punggung. Masase punggung adalah tipe masase yang melibatkan gerakan yang panjang, perlahan dan halus. Berdasar beberapa riset menunjukkan masase punggung memiliki kemampuan untuk menghasilkan respon relaksasi. Gosokan punggung sederhana selama 3-5 menit dapat meningkatkan kenyamanan dan relaksasi, serta memiliki efek positif pada parameter kardiovaskuler seperti tekanan darah, frekuensi denyut jantung, dan frekuensi pernafasan. Massase punggung bermanfaat melancarkan peredaran darah dimana kelebihan masase punggung daripada terapi lain adalah dengan masase punggung selama 3-5 menit dapat memberikan efek relaksasi pada tubuh, selain itu masase punggung juga dapat merangsang pengeluaran hormon endhorpin, hormon ini dapat memberikan efek tenang pada pasien dan terjadi vasodilatasi pada pembuluh darah sehingga pembuluh darah pun menjadi rileks dan akan terjadi penurunan tekanan darah (Labyak & Smeltzer, 1997 dalam Kozier & erb,2002, hlm.339).

Berdasarkan teori, manfaat masase punggung memiliki efek positif yang memberikan efek relaksasi. Efek relaksasi ini nantinya akan dapat membantu klien untuk menjadi rileks dan dapat menurunkan rasa kecemasannya sehingga pasien menjadi lebih tenang. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh dari massage punggung pada tingkat kecemasan pada lansia di UPT PSLU Puger Jember

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah yang ada diatas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana pengaruh massage punggung pada tingkat kecemasan pada klien hipertensi di UPT PSLU Puger?

1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan UmumTujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian masase punggung terhadap tingkat kecemasan pada lansia di UPT PSLU Puger Jember

1.3.2 Tujuan KhususTujuan khusus dari penelitian ini yaitu :a. Mengidentifikasi karakteristik lansia yang menghuni UPT PSLU Puger Jemberb. Mengidentifikasi tingkat kecemasan sebelum dilakukan pemberian terapi masase punggung pada lansia di UPT PSLU Puger Jemberc. Mengidentifikasi tingkat kecemasan setelah dilakukan pemberian terapi masase punggung pada lansia di UPT PSLU Puger Jember.d. Membandingkan tingkat kecemasan sebelum dan setelah dilakukan pemberian terapi masase punggung pada lansia di UPT PSLU Puger Jembere. Mengidentifikasi hubungan karakteristik lansia dengan tingkat kecemasan setelah pemberian terapi masase punggung

1.4 Manfaat1.4.1 Bagi lembaga UPT PSLUHasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi standar operasional prosedur yang diterapkan di UPT PSLU sebagai salah satu intervensi untuk mengurangi kecemasan lansia dengan menggunakan terapi masase punggung

1.4.2 Bagi KeperawatanHasil penelitian ini diharapkan menambah sumbangan pengetahuan yang dapat dipraktekkanoleh perawat sebagai intervensi untuk mengurangi tingkat kecemasanpada lansia dengan menggunakan terapi masase punggung dan sebagai dasar penelitian keperawatan selanjutnya

1.4.3 Bagi Institusi pendidikanHasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan dan menambah kepustakaanbagi mahasiswa mengenai terapi non farmakologis dengan terapi masase punggung untuk mengurangi kecemasan pada lansia

1.4.4 Bagi MasyarakatHasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan pengetahuan dan informasi kepada masyarakat terkait penggunaan terapi masase punggung untuk mengurangi kecemasan

1.4.5 Bagi PenelitiHasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti terutama terkait pemberian terapi masase punggung dan mengetahui bagaimana intervensi yang bisa diterapkan untuk menurunkan tingkat kecemasan pada lansia

1.5 Keaslian PenelitianPenelitian sebelumnya yang membahas tentang topic ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Neno et.al (2013), penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi masase punggung terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi bedah mayor. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimental dengan rancangan penelitian one group pre test and post test design. Teknik sampling yang digunakan adah dengan teknik accidental sampling dengan menggunakan uji paired sample T-test. Hasilnya menunjukkan adanya pengaruh signifikan sebelum dan setelah dilakukan terapi masase punggung dengan p =0,000 atau < 0,05Penelitian ini direncanakan untuk menggunakan desain adalah quasi eksperimental dengan rancangan penelitian one group pre test and post test design. Namun penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu bahwa penelitian ini menggunakan subjek penelitian yaitu lansia dan diadakan UPT PSLU Puger Jember