universitas indonesia laporan praktek …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-pr-kartika...

107
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SYDNA FARMA JL. RC. VETERAN NO. 89 BINTARO, JAKARTA SELATAN PERIODE 1 APRIL 3 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA WIDYANTY, S.Farm. 1206313261 ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013 Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Upload: vokhue

Post on 17-Sep-2018

242 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI PT. SYDNA FARMA

JL. RC. VETERAN NO. 89 BINTARO, JAKARTA SELATAN

PERIODE 1 APRIL – 3 JUNI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

KARTIKA WIDYANTY, S.Farm.

1206313261

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JUNI 2013

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI PT. SYDNA FARMA

JL. RC. VETERAN NO. 89 BINTARO, JAKARTA SELATAN

PERIODE 1 APRIL - 3 JUNI 2013

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

KARTIKA WIDYANTY, S.Farm.

1206313261

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JUNI 2013 ii

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

HALAMAN PENGESAHAN

iii

Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan oleh :

Nama : Kartika Widyanty, S. Farm.

NPM : 1206313261

Program Studi : Apoteker – Fakultas Farmasi UI

Judul Laporan : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Sydna Farma

Jalan RC. Veteran Nomor 89 Bintaro, Jakarta Selatan Periode 1

April – 3 Juni 2013

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai

bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Apoteker pada

Program Studi Apoteker, Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Dra. Nony Shilviani, Apt. ( ................................................ )

Pembimbing II : Dr. Iskandarsyah, M.S., Apt. (................................................ )

Penguji I : ................................................. (................................................ )

Penguji II : ................................................. (................................................ )

Penguji III : ................................................. (................................................ )

Ditetapkan di : Depok

Tanggal :

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanyalah untuk Allah SWT atas limpahan nikmat,

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja

Profesi Apoteker dan penyusunan laporan ini tepat waktu. Shalawat dan salam

senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan

sahabatnya. Dalam ruang yang terbatas ini, dengan segala kerendahan hati,

penulis ingin menyampaikan terima kasih dan rasa hormat kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S. selaku Dekan Fakultas Farmasi UI.

2. Bapak Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas

Farmasi UI.

3. Ibu Dra. Nony Shilviani, Apt. selaku Manajer Pabrik PT. Sydna Farma yang

telah memberikan kesempatan untuk melakukan PKPA di PT. Sydna Farma,

serta selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan,

pelatihan, ilmu dan saran kepada penulis selama peyusunan laporan PKPA.

4. Bapak Dr. Iskandarsyah, M.S., Apt. selaku pembimbing dari Fakultas Farmasi

yang telah memberikan ilmu, bimbingan, dan nasehat yang begitu bermanfaat

kepada penulis selama peyusunan laporan PKPA.

5. Ibu Arzuliana Zulkati, S.Si., Apt. selaku Manajer Mutu PT. Sydna Farma

yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, ilmu dan saran kepada

penulis selama peyusunan laporan PKPA.

6. Bapak Wisnu Hercahya, S.Si., Apt. selaku Asisten Manajer R & D PT. Sydna

Farma yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, ilmu dan saran kepada

penulis selama peyusunan laporan PKPA

7. Seluruh Manajer, Supervisor, dan staff PT. Sydna Farma yang telah

membantu dalam pelaksanaan praktek kerja profesi dan penyusunan laporan

ini.

8. Seluruh dosen dan staf tata usaha Fakultas Farmasi UI atas ilmu dan bantuan

yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan di Program Profesi

Apoteker.

9. Keluarga tercinta yang telah memberikan bantuan moril dan materil dan atas

kesabarannya, kasih sayang, dukungan, perhatian dan doa untuk

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

v

menyelesaikan pendidikan profesi Apoteker dengan sebaik mungkin.

10. Rekan-rekan PKPA di PT. Sydna Farma yang telah berbagi ilmu, pengalaman

dan juga menghibur selama pelaksanaan PKPA.

11. Seluruh sahabat dan teman Program Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi UI

selaku teman seperjuangan yang telah memberikan dukungan dan semangat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan PKPA ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima segala

kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang. Tak ada yang penulis

harapkan selain sebuah keinginan agar laporan PKPA ini dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu farmasi pada

khususnya.

Penulis

2013

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

vi

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.................................................. vi

DAFTAR ISI..................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix

BAB 1. PENDAHULUAN .............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Tujuan ......................................................................................... 2

BAB 2.

TINJAUAN UMUM ..........................................................................

3

2.1 Industri Farmasi ........................................................................... 3

2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) .................................. 6

BAB 3.

TINJAUAN KHUSUS ........................................................................

24

3.1 Profil PT. Sydna Farma ............................................................... 24

3.2 Lokasi dan Sarana Produksi ........................................................ 24

3.3 Visi dan Misi ............................................................................... 26

3.4 Nilai Utama PT. Sydna Fama ...................................................... 26

3.5 Organisasi dan Tata Kerja.............................................................. 27

3.6 Produk PT. Sydna Farma............................................................. 46

BAB 4.

PEMBAHASAN .................................................................................

47

4.1 Penerapan CPOB di Industri ..................................................... 47

4.2 Manajemen Mutu......................................................................... 47

4.3 Personalia .................................................................................... 48

4.4 Bangunan dan Fasilitas ................................................................ 49

4.5 Peralatan ...................................................................................... 56

4.6 Sanitasi dan Higiene .................................................................... 57

4.7 Produksi ....................................................................................... 59

4.8 Pengawasan Mutu........................................................................ 60

4.9 Inspeksi Diri dan Audit Mutu...................................................... 61

4.10 Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali

Produk dan Produk Kembalian.................................................... 62

4.11 Dokumentasi ................................................................................ 62

4.12 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak ............................ 63

4.13 Kualifikasi dan Validasi............................................................... 64

BAB 5.

KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................

65

5.1 Kesimpulan ................................................................................... 65

5.2 Saran ............................................................................................. 65

DAFTAR ACUAN............................................................................................. 66

vii Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Sistem Tata Udara .......................................................................... 68

Gambar 4.2 Proses Pengolahan Air Keran Menjadi Air Demineralisata ............ 69

Gambar 4.3 Proses Pengolahan Aquademineralisata Menjadi WFI ................... 70

Gambar 4.4 Sistem Pengolahan Limbah Cair di PT. Sydna Farma .................... 71

viii Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan Struktur Organisasi Pabrik PT. Sydna Farma .................. 73

Lampiran 2. Bagan Struktur Organisasi Departemen Pengadaan PT. Sydna

Farma ........................................................................................... 74

Lampiran 3. Bagan Struktur Organisasi Departemen Produksi PT. Sydna

Farma ........................................................................................... 75

Lampiran 4. Bagan Struktur Organisasi Departemen Mutu PT. Sydna

Farma ........................................................................................... 76

Lampiran 5. Bagan Struktur Organisasi Departemen Teknik Servis

dan Kesehatan Keselamatan Lingkungan PT. Sydna Farma ...... 77

ix Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri farmasi merupakan salah satu industri yang dikontrol dan diawasi

dengan ketat oleh pemerintah dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Pengontrolan tersebut ditinjau dari segi perizinan, produksi, peredaran, maupun

kualitas obat yang diedarkan. Hal tersebut dilakukan agar industri farmasi

menghasilkan produk yang memenuhi syarat mutu sehingga terwujud kesehatan

nasional.

Penerapan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) merupakan salah satu

upaya yang dilakukan oleh industri farmasi untuk meningkatkan kualitas obat

yang diproduksinya. CPOB adalah pedoman pembuatan obat bagi industri

farmasi di Indonesia yang bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara

konsisten, memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan dan sesuai dengan

tujuan penggunaannya. Melalui pedoman CPOB semua aspek yang berhubungan

dengan produksi dan pengendalian mutu obat diperhatikan dan ditentukan

sedemikian rupa sehingga tujuannya tercapai. Menurut CPOB, tidaklah cukup

bila obat jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian pengujian, tetapi yang

penting adalah bahwa mutu harus dibentuk ke dalam produk tersebut

(BPOM,2012). CPOB menyangkut berbagai aspek mulai dari manajemen mutu,

personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higienis, produksi,

pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu dan audit dan persetujuan

pemasok, penanganan keluhan terhadap obat dan penarikan kembali obat serta

obat kembalian, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, serta

kualifikasi dan validasi (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

Seorang apoteker di industri farmasi mempunyai peranan dan tanggung

jawab penting untuk menerapkan aspek-aspek yang tercantum dalam CPOB

tersebut, antara lain sebagai penanggung jawab produksi, penanggung jawab

pengawasan dan pemastian mutu. Untuk mencapai peran dan tanggung jawab

tersebut, apoteker dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan yang

memadai. Namun, pemahaman melalui teori yang didapat dari perkuliahan saja

masih kurang mencukupi, maka calon apoteker perlu dibekali dengan

1 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

2

pengetahuan dan pemahaman yang komprehensif antara teori dengan prakteknya

secara langsung.

Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI bekerja sama dengan PT.

Sydna Farma dalam menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker

(PKPA) bagi para calon apoteker guna memberikan pembekalan, pengetahuan,

pemahaman dan gambaran singkat peran dan tanggung jawab Apoteker di industri

farmasi. Pelaksanaan praktek kerja berlangsung dari tanggal 1 April–31 Mei

2013. Dengan adanya praktek kerja ini diharapkan mahasiswa calon Apoteker

dapat mengambil manfaat dan ilmu sebanyak mungkin agar nantinya dapat

diterapkan secara nyata di dunia kerja.

1.2 Tujuan

Tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Indonesia di

industri farmasi PT. Sydna Farma adalah:

a. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang segala aspek industri farmasi

yang berhubungan dengan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).

b. Melihat secara langsung proses produksi obat serta penerapan CPOB di PT.

Sydna Farma.

c. Mengetahui dan memahami tugas dan tanggung jawab seorang Apoteker di

dalam industri farmasi yang diharapkan dapat menjadi bekal untuk menghadapi

dunia kerja yang sesungguhnya

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

BAB 2

TINJAUAN UMUM

2.1 Industri Farmasi

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 1799/Menkes

/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi, industri farmasi adalah badan usaha

yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan

pembuatan obat atau bahan obat. Definisi dari obat jadi menurut Surat

Kepmenkes No. 245/MenKes/SK/V/1990 adalah sediaan atau paduan bahan-

bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelediki sistem

fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan,

penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, sedangkan

yang dimaksud dengan bahan baku obat adalah bahan baik yang berkhasiat

maupun yang tidak berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan

standar mutu sebagai bahan farmasi. Proses pembuatan obat dan/atau bahan obat

hanya dapat dilakukan oleh industri farmasi. Industri farmasi dapat melakukan

kegiatan proses pembuatan obat dan/atau bahan obat untuk semua tahapan

dan/atau sebagian tahapan. Pembuatan obat adalah seluruh tahapan kegiatan

dalam menghasilkan obat, yang meliputi pengadaan bahan awal dan bahan

pengemas, produksi, pengemasan, pengawasan mutu dan pemastian mutu sampai

diperoleh obat untuk didistribusikan (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,

2010).

2.1.1 Persyaratan usaha industri farmasi (Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia, 2010)

Perusahaan industri farmasi wajib memperoleh izin usaha industri farmasi.

Usaha industri farmasi wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Setiap pendirian industri farmasi wajib memperoleh izin industri farmasi dari

Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

b. Industri farmasi yang membuat obat dan/atau bahan obat yang termasuk

dalam golongan narkotika wajib memperoleh izin khusus untuk memproduksi

narkotika sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Adapun persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasi, antara lain:

3 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

4

Universitas Indonesia

a. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas.

b. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat.

c. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.

d. Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara

Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu,

produksi, dan pengawasan mutu.

e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung

dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian.

2.1.2 Izin usaha i ndustri farmasi (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,

2010)

Untuk memperoleh izin industri farmasi diperlukan persetujuan prinsip

yang berlaku selama 3 (tiga) tahun. Permohonan persetujuan prinsip diajukan

secara tertulis kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Dalam hal permohonan persetujuan prinsip dilakukan oleh industri Penanaman

Modal Asing (PMA) atau Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), pemohon

harus memperoleh surat persetujuan penanaman modal dari instansi yang

menyelenggarakan urusan penanaman modal sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan. Persetujuan prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan setelah pemohon memperoleh persetujuan

Rencana Induk Pembangunan (RIP) dari Kepala BPOM. Dalam hal permohonan

persetujuan prinsip telah diberikan, pemohon dapat langsung melakukan

persiapan, pembangunan, pengadaan, pemasangan dan instalasi peralatan

termasuk produksi percobaan dengan memperhatikan ketentuan perundang-

undangan.

Setiap pendirian industri farmasi wajib memenuhi ketentuan sebagaimana

diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang tata ruang dan lingkungan

hidup. Industri farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB yang dibuktikan

dengan sertifikat CPOB. Sertifikat CPOB berlaku selama 5 (lima) tahun

sepanjang memenuhi persyaratan. Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara

sertifikasi CPOB diatur oleh Kepala BPOM. Selain wajib memenuhi ketentuan

yang telah disebutkan, industri farmasi juga wajib melakukan pharmacovigilance.

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

5

Universitas Indonesia

Izin usaha industri farmasi diberikan oleh Direktur Jenderal Bina Kefarmasian

dan Alat Kesehatan dengan rekomendasi dari Kepala BPOM. Izin ini berlaku

seterusnya selama perusahaan industri farmasi tersebut berproduksi dan

memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. Industri farmasi yang akan

melakukan perubahan bermakna terhadap pemenuhan persyaratan CPOB, baik

untuk perubahan kapasitas dan/atau fasilitas produksi wajib melapor dan

mendapat persetujuan sesuai ketentuan perundang-undangan. Untuk industri

farmasi Penanaman Modal Asing (PMA) masa berlakunya sesuai dengan

ketentuan dalam UU No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan

peraturan pelaksanaannya.

Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri

wajib:

a. Menyampaikan laporan industri secara berkala mengenai kegiatan usahanya,

yaitu sekali dalam enam bulan, meliputi jumlah dan nilai produksi setiap obat

atau bahan obat yang dihasilkan serta sekali dalam satu tahun.

b. Melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam serta

pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup

akibat kegiatan industri farmasi yang dilakukannya.

c. Melaksanakan upaya yang menyangkut keamanan dan keselamatan alat,

bahan baku dan bahan penolong, proses serta hasil produksinya termasuk

pengangkutannya dan keselamatan kerja.

d. Melakukan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang berlaku

bagi jenis-jenis industri yang telah ditetapkan dan kewajiban untuk

melakukannya setelah memperoleh Izin Usaha Industri Farmasi.

2.1.3 Pelanggaran industri farmasi (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,

2010)

Pelanggaran terhadap ketentuan yang tercantum dalam peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri

Farmasi dapat dikenakan sanksi administratif berupa:

a. Peringatan secara tertulis (diberikan oleh Kepala BPOM).

b. Larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau perintah untuk

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

6

Universitas Indonesia

penarikan kembali obat atau bahan obat dari peredaran bagi obat atau bahan

obat yang tidak memenuhi standar dan persyaratan keamanan, khasiat, atau

mutu (diberikan oleh Kepala BPOM).

c. Perintah pemusnahan obat atau bahan obat jika terbukti tidak memenuhi

persyaratan keamanan, khasiat atau mutu (diberikan oleh Kepala BPOM).

d. Penghentian sementara kegiatan (diberikan oleh Kepala BPOM).

e. Pembekuan izin industri farmasi (diberikan oleh Direktur Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas rekomendasi Kepala BPOM).

f. Pencabutan izin industri farmasi (diberikan oleh Direktur Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas rekomendasi Kepala BPOM).

2.1.4 Pencabutan izin usaha industri farmasi

Izin Usaha Industri Farmasi dapat dicabut dalam hal:

a. Perusahaan Industri Farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi

melakukan pemindahtanganan hak milik Izin Usaha Industri Farmasi dan

perluasan tanpa memiliki izin sesuai dengan ketentuan dalam Surat Keputusan

ini.

b. Perusahaan Industri Farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi

tidak menyampaikan informasi industri farmasi secara berturut-turut 3 (tiga)

kali atau dengan sengaja menyampaikan informasi yang tidak benar.

c. Perusahaan Industri Farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi

melakukan pemindahan lokasi usaha industri tanpa persetujuan tertulis

terlebih dahulu dari menteri.

d. Perusahaan Industri Farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi

dengan sengaja memproduksi Obat Jadi atau Bahan Baku Obat yang tidak

memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku, obat palsu.

e. Tidak dipenuhinya ketentuan dalam Izin Usaha Industri Farmasi yang

ditetapkan dalam Surat Keputusan.

2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)

2.2.1 Ketentuan umum (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012)

Secara Prinsip, Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

7

Universitas Indonesia

menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan

dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek

produksi dan pengendalian mutu.

Pada pembuatan obat, pengendalian menyeluruh adalah sangat esensial

untuk menjamin bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi.

Pembuatan secara sembarangan tidak dibenarkan bagi produk yang digunakan

untuk menyelamatkan jiwa, atau memulihkan atau memelihara kesehatan. Suatu

produk tidak hanya lulus dari serangkaian pengujian tapi yang lebih penting

adalah bahwa mutu harus dibentuk dalam produk tersebut. Mutu obat tergantung

pada bahan awal, bahan pengemas, proses produksi dan pengendalian mutu,

bangunan, peralatan yang dipakai dan personil yang terlibat.

Tidaklah cukup bila produk jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian

pengujian, tetapi yang lebih penting adalah bahwa mutu harus dibentuk ke dalam

produk tersebut. Mutu obat tergantung pada bahan awal, bahan pengemas, proses

produksi, dan pengendalian mutu, bangunan, peralatan yang dipakai dan personil

yang terlibat. Pedoman ini juga dimaksudkan untuk digunakan oleh industri

farmasi sebagai dasar pengembangan aturan internal sesuai kebutuhan. Pemastian

mutu suatu obat tidak hanya mengandalkan pada pelaksanaan pengujian tertentu

saja, namun obat hendaklah dibuat dalam kondisi yang dikendalikan dan dipantau

secara cermat. CPOB merupakan pedoman yang bertujuan untuk memastikan agar

mutu obat yang dihasilkan sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya, bila

perlu dapat dilakukan penyesuaian pedoman dengan syarat bahwa standar mutu

obat yang telah ditentukan tetap tercapai. CPOB adalah bagian dari Pemastian

Mutu yang memastikan bahwa obat dibuat dan dikendalikan secara konsisten

untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan

dipersyaratkan dalam izin edar dan spesifikasi produk. CPOB mencakup Produksi

dan Pengawasan Mutu. Persyaratan dasar dari CPOB adalah:

a. Semua proses pembuatan obat dijabarkan dengan jelas, dikaji secara

sistematis berdasarkan pengalaman dan terbukti mampu secara konsisten

menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan mutu dan spesifikasi yang

telah ditetapkan.

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

8

Universitas Indonesia

b. Tahap proses yang kritis dalam pembuatan, pengawasan proses dan sarana

penunjang serta perubahannya yang signifikan divalidasi.Tersedia semua

sarana yang diperlukan dalam CPOB termasuk: personil yang terkualifikasi dan

terlatih, bangunan dan sarana dengan luas yang memadai, peralatan dan sarana

penunjang yang sesuai, bahan, wadah dan label yang benar, prosedur dan

instruksi yang disetujui, tempat penyimpanan dan transpor-tasi yang memadai.

c. Prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi dengan bahasa yang

jelas, tidak bermakna ganda, dapat diterapkan secara spesifik pada sarana

yang tersedia.

d. Operator memperoleh pelatihan untuk menjalankan prosedur secara benar.

e. Pencatatan dilakukan secara manual atau dengan alat pencatat selama

pembuatan yang menunjukkan bahwa semua langkah yang dipersyaratkan

dalam prosedur dan instruksi yang ditetapkan benar-benar dilaksanakan dan

jumlah serta mutu produk yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan.

Tiap penyimpangan dicatat secara lengkap dan diinvestigasi.

f. Catatan pembuatan termasuk distribusi yang memungkinkan penelusuran

riwayat bets secara lengkap, disimpan secara komprehensif dan dalam bentuk

yang mudah diakses.

g. Penyimpanan dan distribusi obat yang dapat memperkecil risiko terhadap

mutu obat.

h. Tersedia sistem penarikan kembali bets obat manapun dari peredaran.

i. Keluhan terhadap produk yang beredar dikaji, penyebab cacat mutu

diinvestigasi serta dilakukan tindakan perbaikan yang tepat dan pencegahan

pengulangan kembali keluhan.

2.2.2 Manajemen mutu (Quality Management) (Badan Pengawas Obat dan

Makanan, 2012)

Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan

tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen

izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan

penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen

bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu “Kebijakan Mutu”,

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

9

Universitas Indonesia

yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di semua

departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor.

Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan,

diperlukan sistem Pemastian Mutu yang didesain secara menyeluruh dan

diterapkan secara benar serta menginkorporasi Cara Pembuatan Obat yang Baik

termasuk Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu. Unsur dasar

manajemen mutu adalah:

a. Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi,

prosedur, proses dan sumber daya.

b. Tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan

tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang

dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

Keseluruhan tindakan tersebut disebut Pemastian Mutu.

Semua bagian sistem Pemastian Mutu hendaklah didukung dengan

ketersediaan personil yang kompeten, bangunan dan sarana serta peralatan

yang cukup dan memadai. Tambahan tanggung jawab legal hendaklah

diberikan kepada kepala Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).

2.2.3 Personalia (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012)

Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan

sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh

sebab itu, industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang

terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap

personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat.

Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB serta memperoleh pelatihan

awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenal higiene yang berkaitan

dengan pekerjaannya.

Industri farmasi hendaknya memiliki personil yang terkualifikasi dan

berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai. Tiap personil hendaklah

tidak dibebani tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindarkan risiko

terhadap mutu obat. Industri farmasi juga harus memiliki struktur organisasi.

Tugas spesifik dan kewenangan dari personil pada posisi penanggung jawab

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

10

Universitas Indonesia

hendaklah dicantumkan dalam uraian tugas tertulis. Hendaklah aspek penerapan

CPOB tidak ada yang terlewatkan ataupun tumpang tindih dalam tanggung jawab

yang tercantum dalam uraian tugas.

Personil kunci mencakup kepala bagian produksi, kepala bagian

pengawasan mutu dan kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu). Posisi

utama tersebut dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala bagian produksi dan

kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu)/kepala bagian pengawasan

mutu harus independen satu terhadap yang lain.

Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil

yang karena tugasnya harus berada di dalam area produksi, gudang penyimpanan

atau laboratorium (termasuk personil teknik, perawatan dan petugas kebersihan),

dan bagi personil lain yang kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk.

Disamping pelatihan dasar dalam teori dan praktek CPOB, personil baru

hendaklah mendapat pelatihan sesuai dengan tugas yang diberikan. Pelatihan

berkesinambungan hendaklah juga diberikan, dan efektivitas penerapannya

hendaklah dinilai secara berkala. Hendaklah tersedia program pelatihan yang

disetujui kepala bagian masing-masing dan catatan pelatihan hendaklah disimpan.

2.2.4 Bangunan dan fasilitas (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012)

Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain,

konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat

dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan

desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadinya

kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, dan memudahkan pembersihan,

sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindari pencemaran silang,

penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu

obat.

Adapun syarat-syarat bangunan dan fasilitas menurut CPOB adalah

sebagai berikut:

a. Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya

pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara,

tanah dan air serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan.

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

11

Universitas Indonesia

b. Bangunan dan fasilitas hendaklah didesain, dikonstruksi, dilengkapi dan

dirawat sedemikian agar memperoleh perlindungan maksimal terhadap

pengaruh cuaca, banjir, rembesan dari tanah serta masuk dan bersarangnya

serangga, burung, binatang pengerat, kutu atau hewan lain.

c. Desain dan tata letak ruang hendaklah memastikan kompatibilitas dengan

kegiatan produksi lain yang mungkin dilakukan di dalam sarana yang sama

atau sarana yang berdampingan dan pencegahan area produksi dimanfaatkan

sebagai jalur lalu lintas bagi personil dan bahan atau produk, atau sebagai

tempat penyimpanan bahan atau produk selain yang sedang diproses.

d. Tata letak ruang produksi sebaiknya dirancang sedemikian rupa untuk

memungkinkan kegiatan produksi dilakukan di area yang saling

berhubungan antara satu ruangan dengan ruangan lain mengikuti urutan tahap

produksi dan menurut kelas kebersihan yang dipersyaratkan; luasnya area

kerja dan area penyimpanan bahan atau produk yang sedang dalam proses

hendaklah memadai untuk memungkinkan penempatan peralatan dan bahan

secara teratur dan sesuai dengan alur proses, sehingga dapat memperkecil

risiko terjadi kekeliruan antara produk obat atau komponen obat yang

berbeda, mencegah pencemaran silang dan memperkecil risiko terlewat atau

salah melaksanakan tahapan proses produksi atau pengawasan.

e. Daerah pengolahan produk steril dipisahkan dari daerah produksi lain serta

dirancang dan dibangun secara khusus.

f. Obat yang mengandung golongan penisilin dan sefalosporin diproduksi

dalam suatu bangunan yang terpisah dilengkapi peralatan pengendali udara.

g. Permukaan dinding, lantai dan langit-langit bagian dalam ruangan di mana

terdapat bahan baku dan bahan pengemas primer, produk antara atau produk

ruahan yang terpapar ke lingkungan hendaklah halus, bebas retak dan

sambungan yang terbuka, tidak melepaskan partikulat, serta memungkinkan

pelaksanaan pembersihan (bila perlu disinfeksi) yang mudah dan efektif.

h. Saluran pembuangan air hendaklah cukup besar dan dilengkapi bak kontrol

untuk mencegah alir balik.

i. Area produksi hendaklah mendapat penerangan yang memadai, terutama di

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

12

Universitas Indonesia

mana pengawasan visual dilakukan pada saat proses berjalan .

2.2.5 Peralatan (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012)

Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi

yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan

tepat agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan

untuk memudahkan pembersihan serta perawatan agar dapat mencegah

kontaminasi silang. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal,

produk antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau

absorpsi yang dapat memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di luar batas

yang ditentukan.

Peralatan manufaktur hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah

dibersihkan, serta tidak boleh menimbulkan akibat yang merugikan terhadap

produk. Pemasangan dan penempatan peralatan diatur sedemikian rupa sehingga

proses produksi dapat berjalan secara efektif dan efisien. Peralatan hendaklah

dirawat menurut jadwal yang tepat supaya tetap berfungsi dengan baik dan

mencegah terjadinya pencemaran yang dapat mengubah identitas, mutu atau

kemurnian produk. Peralatan yang rusak harus dikeluarkan dari area produksi dan

pengawasan mutu, atau setidaknya diberi penandaan yang jelas.

2.2.6 Sanitasi dan higiene (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2006)

Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap

aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil,

bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan

segala sesuatu yang dapat merupakan sumber kontaminasi produk. Sumber

pencemaran potensial hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan

higiene yang menyeluruh dan terpadu.

Pembersihan mesin dapat mencegah adanya kontaminasi terhadap produk.

Tiap kali sebelum dipakai, kebersihan peralatan diperiksa untuk memastikan

bahwa semua produk atau bahan dari bets sebelumnya telah dihilangkan. Metode

pembersihan dengan cara vakum atau cara basah lebih dianjurkan. Penggunaan

udara bertekanan dan sikat sedapat mungkin dihindari karena dapat menambah

resiko pencemaran produk. Pembersihan dan sanitasi peralatan serta wadah

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

13

Universitas Indonesia

yang digunakan dalam pembuatan obat hendaklah tercakup dalam suatu

prosedur tertulis yang cukup rinci.

Penerapan higiene perorangan meliputi pemeriksaan kesehatan, menjaga

kebersihan diri, memakai alat pelindung diri dengan baik, menjaga kesehatan

dan beberapa peraturan lain di area produksi. Semua personil hendaklah menjalani

pemeriksaan kesehatan pada saat direkrut. Selain itu, hendaklah dilakukan juga

pemeriksaan kesehatan kerja dan kesehatan personil secara berkala.

2.2.7 Produksi (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012)

Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah

ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa

menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi

ketentuan izin pembuatan dan izin edar. Produksi obat membutuhkan sarana

gedung produksi, pengemasan, penyimpanan; material yang memenuhi

persyaratan, peralatan yang terkualifikasi dan terkalibrasi; personalia yang terlatih

dan berkualitas; proses produksi yang tervalidasi dan dokumen produksi yang sah

yang dapat ditelusuri. Mutu suatu obat tidak hanya ditentukan oleh hasil analisa.

terhadap produk akhir melainkan juga oleh mutu yang dibangun selama tahapan

proses produksi sejak pemilihan bahan awal, penimbangan, proses produksi

personalia, bangunan, peralatan kebersihan, dan higienis sampai dengan

pengemasan.

Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten.

Prosedur produksi dibuat oleh penanggung jawab produksi bersama dengan

penanggung jawab pengawasan mutu yang dapat menjamin obat yang dihasilkan

memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Prosedur kerja standar hendaklah

tertulis, mudah dipahami dan dipatuhi oleh karyawan produksi, serta

didokumentasikan. Dokumentasi setiap langkah dilakukan dengan cermat, tepat

dan ditangani oleh karyawan yang melaksanakan tugas.

2.2.8 Pengawasan mutu (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012)

Pengawasan mutu merupakan bagian yang penting dari CPOB untuk

memastikan bahwa produk yang dibuat senantiasa konsisten dan mempunyai

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

14

Universitas Indonesia

mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan komitmen

semua pihak yang berkepentingan pada semua tahap merupakan keharusan

untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai kepada

distribusi produk jadi. Pengawasan mutu hendaklah mencakup semua kegiatan

analisis yang dilakukan di laboratorium, termasuk pengambilan sampel,

spesifikasi, pengujian serta termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur

pelulusan yang memastikan bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan

dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai atau produk diluluskan untuk

dijual,sampai mutunya telah dibuktikan memenuhi persyaratan.Pengawasan mutu

tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua

keputusan yang terkait dengan mutu produk.

Tiap personil yang bertugas melakukan kegiatan laboratorium hendaklah

memiliki pendidikan, mendapat pelatihan dan pengalaman yang sesuai untuk

memungkinkan pelaksanaan tugas dengan baik. Personil hendaklah memakai

pakaian pelindung dan alat pengaman seperti masker, kacamata pelindung, dan

sarung tangan tahan asam atau basa sesuai tugas yang dilaksanakan. Peralatan,

instrumen dan perangkat lunak terkait hendaklah dikualifikasi atau divalidasi,

dirawat dan dikalibrasi dalam selang waktu yang telah ditetapkan dan

dokumentasinya disimpan. Prosedur pengujian hendaklah divalidasi dengan

memperhatikan fasilitas dan peralatan yang ada sebelum prosedur tersebut

digunakan dalam pengujian rutin.

Dokumentasi dan prosedur pelulusan yang diterapkan bagian pengawasan

mutu hendaklah menjamin bahwa pengujian yang diperlukan telah dilakukan

sebelum bahan yang digunakan dalam produksi dan produk yang disetujui

sebelum didistribusikan. Personil pengawasan mutu hendaklah memiliki akses ke

area produksi untuk pengambilan sampel dan penyelidikan yang diperlukan.

Personil, bangunan dan fasilitas, serta peralatan laboratorium hendaklah sesuai

untuk segala jenis tugas yang ditentukan dan skala kegiatan pembuatan obat.

2.2.9 Inspeksi diri dan audit utu

Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek

produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi kriteria CPOB (Badan

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

15

Universitas Indonesia

Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh

petugas yang kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan

CPOB secara obyektif (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012). Inspeksi diri

dilakukan oleh suatu tim, yang terdiri dari tiga anggota yang berpengalaman

dalam bidangnya masing-masing dan memahami CPOB serta bersifat independen

dalam melakukan inspeksi (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2006). Anggota

tim hendaklah dipilih dari bagian-bagian produksi, pengawasan mutu, pemastian

mutu, penelitian dan pengembangan dan teknik (Badan Pengawas Obat dan

Makanan, 2009).

Dalam memperoleh standar inspeksi diri hendaklah dibuat daftar periksa

selengkap mungkin sebagai rujukan untuk tim inspeksi diri dalam melaksanakan

tugasnnya. Daftar periksa ini hendaklah diperbaharui secara berkala agar selalu

mengikuti dan meliputi perubahan, peraturan pemerintah dan kebijakan

perusahaan (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2009).

Dengan melakukan inspeksi diri dapat diketahui kekurangan atas

pemenuhan CPOB, baik yang kritis, yang berdampak besar maupun yang

berdampak kecil. Penilaian terhadap kekurangan tersebut dapat dikategorikan

berdasarkan tingkat kekritisannya, antara lain (Badan Pengawas Obat dan

Makanan, 2009):

a. Kritis (C) yaitu kekurangan yang mempengaruhi mutu obat dan dapat

mengakibatkan reaksi fatal terhadap kesehatan konsumen sampai kematian.

b. Berdampak besar (M) yaitu kekurangan yang mempengaruhi mutu obat tetapi

tidak berdampak fatal terhadap kesehatan konsumen.

c. Berdampak kecil (m) yaitu kekurangan yang kecil pengaruhnya terhadap mutu

obat dan tidak berdampak terhadap kesehatan konsumen.

Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin dan pada situasi khusus,

misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi penolakan

yang berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan supaya dilaksanakan.

Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan dibuat

program tindak lanjut yang efektif (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri.

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

16

Universitas Indonesia

Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem

manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkannya. Audit mutu

umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau suatu tim

yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga

dapat diperluas terhadap pemasok dan penerima kontrak (Badan Pengawas Obat

dan Makanan, 2012).

2.2.10 Penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan

produk kembalian

Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan

terjadi kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur

tertulis. Untuk menangani semua kasus yang mendesak hendaklah disusun suatu

sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga

cacat dari peredaran secara cepat dan efektif (Badan Pengawas Obat dan

Makanan, 2012).

Keluhan atau informasi yang bersumber dari dalam industri antara lain

dapat dari bagian produksi, bagian pengawasan mutu, bagian gudang dan bagian

pemasaran, sementara dari luar industri antara lain dapat berasal dari pasien,

dokter, paramedis, klinik, rumah sakit, apotek, distributor dan Otoritas

Pengawasan Obat (OPO) (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2009).

Penanganan keluhan dan laporan suatu produk termasuk hasil evaluasi dari

penyelidikan serta tindak lanjut yang dilakukan hendaklah dicatat dan dilaporkan

kepada manajemen atau bagian yang terkait. Catatan keluhan hendaklah dikaji

secara berkala untuk mengidentifikasi hal yang spesifik atau masalah yang

berulang terjadi, yang memerlukan perhatian dan kemungkinan penarikan kembali

produk dari peredaran. Badan POM hendaklah diberitahukan apabila industri

farmasi mempertimbangkan tindakan yang terkait dengan kemungkinan kesalahan

pembuatan, kerusakan produk, pemalsuan atau segala hal lain yang serius

mengenai mutu produk (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan dari satu atau

beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari rantai distribusi karena

keputusan bahwa produk tidak layak lagi untuk diedarkan. Keputusan ini dapat

bersumber dari OPO atau dari industri (Badan Pengawas Obat dan Makanan,

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

17

Universitas Indonesia

2009). Penarikan kembali produk dilakukan oleh personil yang bertanggung

jawab untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan penarikan kembali produk

dan hendaklah ditunjang oleh staf yang memadai untuk menangani semua aspek

penarikan kembali sesuai dengan tingkat urgensinya. Personil tersebut hendaklah

independen terhadap bagian penjualan dan pemasaran (Badan Pengawas Obat

dan Makanan, 2012).

Produk kembalian adalah obat jadi yang telah keluar dari industri atau

beredar, yang kemudian dikembalikan ke industri karena kerusakan, daluarsa, atau

alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat menimbulkan

keraguan akan identitas, mutu, keamanan obat serta kesalahan administratif yang

menyangkut jumlah dan jenis (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2009).

Industri farmasi hendaklah menyiapkan prosedur untuk penahanan, penyelidikan

dan pengujian produk kembalian serta pengambilan keputusan apakah produk

kembalian dapat diproses ulang atau dimusnahkan setelah dilakukan evaluasi

secara kritis. Penanganan produk kembalian dan tindak lanjutnya hendaklah

didokumentasikan dan dilaporkan. Berdasarkan hasil evaluasi, produk kembalian

dapat dikategorikan sebagai berikut (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2006):

a. Produk kembalian yang masih memenuhi spesifikasi dan karena itu dapat

dikembalikan ke dalam persediaan.

b. Produk kembalian yang dapat diproses ulang.

c. Produk kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi dan tidak dapat diproses

ulang.

Produk kembalian yang tidak dapat diolah ulang hendaklah dimusnahkan.

Prosedur pemusnahan bahan atau pemusnahan produk yang ditolak mencakup

tindakan pencegahan terhadap pencemaran lingkungan dan penyalahgunaan

bahan atau produk oleh orang yang tidak mempunyai wewenang. Pemusnahan

produk harus didokumentasikan.

2.2.11 Dokumentasi (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012)

Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan

dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.

Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

18

Universitas Indonesia

personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga

memperkecil resiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul

karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi

Induk atau Formula Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan

catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan

dokumen adalah sangat penting.

Dokumen hendaknya didesain, disiapkan, dikaji dan didistribusikan

dengan cermat kemudian ditandatangani dan diberi tanggal oleh personil yang

sesuai dan diberi wewenang. Dokumen yang diperlukan antara lain:

a. Spesifikasi menguraikan secara rinci persyaratan yang harus dipenuhi produk

atau bahan yang digunakan atau diperoleh selama pembuatan. Dokumen ini

merupakan dasar untuk mengevaluasi mutu. Hendaklah tersedia spesifikasi

bahan awal, spesifikasi bahan pengemas, spesifikasi produk antara dan produk

ruahan, serta spesifikasi produk jadi.

b. Dokumen Produksi Induk, Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur

Pengemasan Induk (Formula Pembuatan, Instruksi Pengolahan dan Instruksi

Pengemasan) menyatakan seluruh bahan awal dan bahan pengemas yang

digunakan serta menguraikan semua operasi pengolahan dan pengemasan.

c. Prosedur berisi cara untuk melaksanakan operasi tertentu, misalnya

pembersihan, berpakaian, pengendalian lingkungan, pengambilan sampel,

pengujian, dan pengoperasian peralatan.

d. Catatan menyajikan catatan pengolahan dan pengemasan bets.

e. Prosedur dan catatan meliputi penerimaan, pengambilan sampel dan pengujian.

Spesifikasi bahan awal dan bahan pengemas mencakup deskripsi bahan,

petunjuk pengambilan sampel dan pengujian atau prosedur rujukan, persyaratan

kualitatif dan kuantitatif dengan batas penerimaan, kondisi penyimpanan dan

tindakan pengamanan, serta batas waktu penyimpanan sebelum dilakukan

pengujian kembali. Spesifikasi produk antara dan produk ruahan hendaklah

tersedia apabila produk tersebut dibeli atau dikirim, atau apabila data dari produk

antara digunakan untuk mengevaluasi produk jadi. Spesifikasi produk antara

dan produk ruahan hendaklah mirip dengan spesifikasi bahan awal atau produk

jadi sesuai keperluan. Spesifikasi produk jadi mencakup nama produk yang

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

19

Universitas Indonesia

ditentukan dan kode produk, formula atau komposisi atau rujukan, deskripsi

bentuk sediaan dan uraian mengenai kemasan, termasuk ukuran kemasan,

petunjuk pengambilan sampel dan pengujian atau prosedur rujukan, persyaratan

kualitatif dan kuantitatif dengan batas penerimaan, kondisi penyimpanan dan

tindakan pengamanan khusus, serta masa edar atau simpan. Dokumen produksi

terdiri dari:

a. Dokumen Produksi Induk y a n g berisi formula produksi dari suatu produk

dalam bentuk sediaan dan kekuatan tertentu, tidak tergantung dari ukuran bets.

b. Prosedur Produksi Induk terdiri dari Prosedur Pengolahan Induk dan

Prosedur Pengemasan Induk yang masing-masing berisi prosedur pengolahan

dan prosedur pengemasan yang rinci untuk suatu produk dengan bentuk

sediaan, kekuatan dan ukuran bets spesifik. Prosedur Produksi Induk

dipersyaratkan divalidasi sebelum mendapat pengesahan untuk digunakan.

c. Catatan Produksi Bets terdiri dari Catatan Pengolahan Bets dan Catatan

Pengemasan Bets, yang berisi semua data dan informasi yang berkaitan

dengan pelaksanaan produksi dari suatu bets produk.

Prosedur berisi cara untuk melaksanakan operasi tertentu, misalnya

pembersihan, berpakaian, pengendalian lingkungan, pengambilan sampel,

pengujian dan pengoperasian peralatan, sedangkan catatan menyajikan riwayat

tiap bets produk, termasuk distribusinya dan semua keadaan relevan yang

berpengaruh pada mutu produk akhir. Prosedur dan catatan mencakup

penerimaan, pengambilan sampel, pengujian dan lain-lain. Menurut CPOB,

hendaklah tersedia prosedur tertulis dan catatan penerimaan untuk tiap pengiriman

tiap bahan awal, bahan pengemas primer dan bahan pengemas cetak. Selain itu,

hendaklah tersedia prosedur tertulis untuk pengambilan sampel yang mencakup

personil yang diberi wewenang mengambil sampel, metode dan alat yang harus

digunakan, jumlah yang harus diambil dan segala tindakan pengamanan yang

harus diperhatikan untuk menghindarkan kontaminasi terhadap bahan atau segala

penurunan mutu. Pengujian bahan dan produk yang diperoleh dari tiap tahap

produksi juga memerlukan prosedur tertulis yang menguraikan metode dan alat

yang harus digunakan dalam pengujian.

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

20

Universitas Indonesia

2.2.12 Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak (Badan Pengawas Obat dan

makanan, 2012)

Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar,

disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat

menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan.

Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dengan penerima kontrak harus

dibuat secara jelas dalam hal tanggung jawab dan kewajiban masing-

masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan

tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh Kepala

Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).

Pemberi Kontrak bertanggung jawab untuk menilai kompetensi Penerima

Kontrak dalam melaksanakan pekerjaan atau pengujian yang diperlukan dan

memastikan bahwa prinsip dan pedoman CPOB diikuti. Pemberi Kontrak

hendaklah menyediakan semua informasi yang diperlukan kepada Penerima

Kontrak untuk melaksanakan pekerjaan kontrak secara benar sesuai izin edar dan

persyaratan legal lain. Pemberi Kontrak hendaklah memasti-kan bahwa semua

produk yang diproses dan bahan yang dikirimkan oleh Penerima Kontrak

memenuhi spesifikasi yang ditetapkan atau produk telah diluluskan oleh kepala

bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).

Penerima Kontrak harus mempunyai gedung dan peralatan yang cukup,

pengetahuan dan pengalaman, dan personil yang kompeten untuk melakukan

pekerjaan yang diberikan oleh Pemberi Kontrak dengan memuaskan. Pembuatan

obat berdasarkan kontrak hanya dapat dilakukan oleh industri farmasi yang

memiliki sertifikat CPOB yang diterbitkan oleh Badan POM. Penerima Kontrak

hendaklah memastikan bahwa semua produk dan bahan yang diterima sesuai

dengan tujuan penggunaannya.

Kontrak hendaknya dibuat antara pemberi kontrak dan penerima kontrak

dengan menetapkan masing-masing pihak yang berhubungan dengan produksi dan

pengendalian mutu produk. Aspek teknis dari kontrak hendaklah dibuat oleh

personil yang kompeten dan memiliki pengetahuan di bidang teknologi farmasi,

analisis dan CPOB.

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

21

Universitas Indonesia

2.2.13 Kualifikasi dan validasi (Badan Pengawas Obat dan makanan, 2012)

CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang

diperlukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang

dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang

dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Pendekatan dengan

kajian risiko digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi.

Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama program

validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam Rencana

Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara. RIV hendaklah merupakan dokumen

yang singkat, tepat dan jelas. RIV hendaklah mencakup sekurang-kurangnya data

sebagai berikut: kebijakan validasi; struktur organisasi kegiatan validasi;

ringkasan fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan divalidasi; format

dokumen: format protokol dan laporan validasi, perencanaan dan jadwal

pelaksanaan; pengendalian perubahan; dan acuan dokumen yang digunakan.

Protokol validasi hendaklah merinci langkah kritis dan kriteria

penerimaan. Laporan harus dibuat mengacu pada protokol kualifikasi dan/atau

protokol validasi dan memuat ringkasan hasil yang diperoleh, tanggapan terhadap

penyimpangan yang terjadi, kesimpulan dan rekomendasi perbaikan. Tiap

perubahan terhadap rencana yang ditetapkan dalam protokol hendaklah

didokumentasikan dengan pertimbangan yang sesuai.

Kualifikasi terdiri dari:

a. Kualifikasi Desain

Kualifikasi desain adalah unsur pertama dalam melakukan validasi terhadap

fasilitas, sistem atau peralatan baru.

b. Kualifikasi Instalasi

Kualifikasi Instalasi (KI) hendaklah dilakukan terhadap fasilitas, sistem dan

peralatan baru atau yang dimodifikasi. KI hendaklah mencakup, tapi tidak

terbatas pada hal berikut: instalasi peralatan, pipa dan sarana penunjang dan

instrumentasi hendaklah sesuai dengan spesifikasi dan gambar teknik yang

didesain; pengumpulan dan penyusunan dokumen pengoperasian dan

perawatan peralatan dari pemasok; ketentuan dan persyaratan kalibrasi; dan

verifikasi bahan konstruksi.

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

22

Universitas Indonesia

c. Kualifikasi Operasional

Kualifikasi operasional hendaklah dilakukan setelah kualifikasi instalasi selesai

dilaksanakan, dikaji dan disetujui. Kualifikasi operasional hendaknya

mencakup, tapi tidak terbatas pada hal berikut: pengujian yang perlu dilakukan

berdasarkan pengetahuan tentang proses, sistem dan peralatan; dan pengujian

yang meliputi satu atau beberapa kondisi yang mencakup batas operasional atas

dan bawah, yang dikenal sebagai worst case (kondisi terburuk).

d. Kualifikasi Kinerja

Pengujian yang menggunakan bahan baku, bahan pengganti yang memenuhi

spesifikasi atau produk simulasi yang dilakukan berdasarkan pengetahuan

tentang proses, fasilitas, sistem dan peralatan dan uji yang meliputi satu atau

beberapa kondisi yang mencakup batas operasional atas dan bawah.

e. Kualifikasi Fasilitas, Peralatan dan Sistem Terpasang yang telah Operasional.

Hendaklah tersedia bukti untuk mendukung dan memverifikasi parameter

operasional dan batas variabel kritis pengoperasian alat kesehatan. Selain itu,

kalibrasi, prosedur pengoperasian, pembersihan, perawatan preventif serta

prosedur dan catatan pelatihan operator hendaklah didokumentasikan.

Validasi terdiri dari:

a. Validasi Proses

Pada umumnya kegiatan validasi proses dilakukan sebelum produk dipasarkan

(validasi prospektif). Dalam hal tertentu, jika hal di atas tidak memungkinkan,

validasi dapat juga dilakukan selama proses produksi rutin dilakukan

(konkuren). Proses yang sudah berjalan, hendaknya juga divalidasi (validasi

retrospektif)

b. Validasi Pembersihan

Validasi pembersihan biasanya dilakukan hanya untuk permukaan alat yang

bersentuhan dengan produk. Interval waktu antara penggunaan alat dan

pembersihan hendaklah divalidasi demikian juga antara pembersihan dan

penggunaan kembali. Validasi prosedur pembersihan hendaklah dilakukan

dengan melaksanakan prosedur tiga kali berurutan dengan hasil yang

memenuhi syarat untuk membuktikan bahwa metode tersebut telah tervalidasi.

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

23

Universitas Indonesia

c. Validasi Ulang

Fasilitas, sistem, peralatan dan proses termasuk proses pembersihan hendaklah

dievaluasi secara berkala untuk konfirmasi keabsahannya. Jika tidak ada

perubahan yang signifikan terhadap status validasi, peninjauan dengan bukti

bahwa fasilitas, sistem, peralatan dan proses memenuhi persyaratan yang

ditetapkan akan kebutuhan revalidasi

d. Validasi Metode Analisis

Validasi metode analisis dilakukan untuk mengetahui bahwa metode analisis

sesuai dengan tujuan penggunaannya. Validasi metode analisis umumnya

dilakukan pada uji identifikasi, uji kuantitatif kandungan impuritas (impurity),

uji batas impuritas dan uji kuantitatif zat aktif dalam sampel bahan aktif obat

atau obat atau komponen tertentu dalam obat.

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

BAB 3

TINJAUAN KHUSUS PT. SYDNA FARMA

3.1 Profil PT. Sydna Farma

PT. Sydna Farma merupakan perusahaan industri farmasi yang bergerak

dalam produksi obat jadi. PT. Sydna Farma mulai beroperasi pada tanggal 1

Januari 2007 setelah beralih kepemilikan dari PT. Organon Indonesia kepada PT.

United Dico Citas pada akhir Desember 2006. Status kepemilikan perusahaaan

berubah dari Penanaman Modal Asing (PMA) atas nama PT. Organon Indonesia

menjadi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

PT. Sydna Farma sebagai industri farmasi telah memiliki sertifikat CPOB

untuk beberapa produk farmasi, diantaranya SVP (small volume parenteral),

tablet non hormon seks dan hormon seks. PT. Sydna Farma menjalankan produksi

kontrak (Toll in) untuk beberapa produk obat jadi dari industri farmasi lainnya.

PT. Sydna Farma juga memiliki lisensi dari NV Organon (Schering Plough/MSD)

untuk tetap memproduksi dan memasok produk-produk Organon tertentu pada

saat ini.

Saat ini, PT. Sydna Farma telah berhasil mengembangkan produk sendiri

yang dikembangkan oleh departemen penelitian dan pengembangan. Produk

sendiri tersebut tetap berfokus pada produk obat hormonal, atas dasar

pertimbangan pengalaman PT. Sydna Farma yang telah lama menangani proses

produksi obat hormonal. Produk sendiri tersebut adalah Sydnaginon®

dengan

komposisi levonogestrel 0,15 mg dan etinilestradiol 0,03 mg.

3.2 Lokasi dan Sarana Produksi

PT. Sydna Farma berlokasi di Jl. R.C. Veteran No.89, Bintaro, Jakarta

Selatan. Luas seluruh area pabrik yang dimiliki PT. Sydna Farma adalah 22.000

m2, dengan rincian panjang 192 m dan lebar 118 m. Bangunan pabrik PT. Sydna

Farma menempati area dengan luas tanah 3.600 m2, dengan rincian panjang 72 m

dan lebar 50 m, sedangkan bangunan kantor menempati area dengan luas tanah

600 m2.

Konstruksi bangunan PT. Sydna Farma dibangun pertama kali pada tahun

1973 dan renovasi keseluruhan diselesaikan pada tahun 1995. Beberapa bagian

24 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

25

Universitas Indonesia

pabrik, baru dibangun pada tahun 1994. Perbaikan area pabrik tahap 1 dilakukan

pada area non hormon seks dan selesai pada tahun 2008. Perbaikan area pabrik

tahap 2 pada area hormon seks dilakukan pada akhir tahun 2008 dan selesai pada

semester 1 tahun 2009. Perbaikan area parenteral dilaksanakan pada tahun 2010.

Perbaikan-perbaikan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi ketentuan

CPOB terkini.

Area PT. Sydna Farma memiliki sumber air tersendiri untuk mensuplai

seluruh kebutuhan operasional pabrik. Sumber air pabrik tersebut terdiri dari 2

buah sumur dalam yang berada dalam area pabrik. Sumber energi listrik untuk

kebutuhan operasional pabrik disuplai oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN)

dengan didukung generator diesel bila terjadi mati listrik.

3.2.1 Area gudang

Area gudang pabrik terdiri atas area-area penyimpanan yang berbeda

sesuai dengan status barang yaitu karantina, lulus, dan ditolak. Penyimpanan

untuk barang yang membutuhkan kondisi khusus, tersedia gudang dingin (cold

storage), gudang kering (dry storage), solvent storage, dan control room

temperature sesuai dengan persyaratan penyimpanan barang tersebut.

3.2.2 Area QC

Area QC meliputi laboratorium utama yang dilengkapi dengan sarana

pendukung berupa compressed air, nitrogen dan DMW. Laboratorium

mikrobiologi terletak di dalam laboratorium utama yang terpisah, dilengkapi

dengan LAF cabinet dan isolator untuk operasional pada kondisi kelas 100.

3.2.3 Area produksi

Area produksi terbagi atas empat bagian besar yaitu area parenteral, area

tablet non-estrogen, area tablet estrogen dan area pengemasan sekunder. Ruangan

produksi tersebut terbagi menjadi beberapa kelas ruangan seperti kelas 100.00,

kelas 10.00 dan kelas 100 (area parenteral). Masing-masing ruang produksi

dilengkapi dengan manometer dan termohigrometer untuk memantau suhu,

kelembaban udara dan tekanan ruangan.

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

26

Universitas Indonesia

Area produksi sediaan padat (tablet) estrogen dan non-estrogen terpisah

dan masing-masing area memiliki sistem pengendalian udara (Air Handling

Unit/AHU), ruang ganti pakaian (gowning), ruang antarkelas kebersihan atau

material air lock (MAL) yang berbeda.

3.3 Visi dan Misi PT. Sydna Farma

3.3.1 Visi

Visi PT. Sydna Farma adalah menjadi industri farmasi tingkat dunia yang

berbasis pada pengembangan ilmu pengetahuan dalam dunia farmasi dengan

sistem operasional yang unggul dalam memastikan kualitas yang tertinggi,

keamanan dan efektivitas produk dengan sistem kerja yang efisien (Sydna Farma,

2011).

3.3.2 Misi

Misi dari PT. Sydna Farma adalah selalu berusaha menyediakan obat-

obatan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.

3.4 Nilai Utama PT. Sydna Farma

PT. Sydna Farma` memiliki 5 nilai utama yang menjadi n i l a i dasar

perusahaan, yaitu (Sydna Farma, 2011):

a. Kualitas dari Pelayanan

PT. Sydna Farma selalu berupaya untuk mencari serta mencapai atau melebihi

harapan pelanggan.

b. Kualitas dari Masa Kerja

PT. Sydna Farma menyediakan lingkungan kerja yang kondusif secara terus

menerus untuk membantu perkembangan pekerja, pengetahuan, dan harmoni

pekerja serta kesejahteraan bagi para pemegang sahamnya.

c. Kemitraan

Semangat dari kerja tim dan kolaborasi yang baik akan selalu menjadi dasar

bisnis perusahaan.

d. Integritas

Selalu mengedepankan prinsip-prinsip kebenaran, keadilan, ketekunan

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

27

Universitas Indonesia

berdedikasi dan kesetiaan akan mengarahkan semua kegiatan sehari-hari semua

karyawan.

3.5 Organisasi dan Tata Kerja

PT. Sydna Farma dikepalai oleh seorang direktur dan pabrik PT. Sydna

Farma dikepalai oleh seorang manajer pabrik. Manajer pabrik bertanggung jawab

langsung kepada direktur. Manajer pabrik membawahi 4 departemen, yaitu

Departemen Pengadaan/PPIC, Departemen Produksi, Departemen Pemastian dan

Pengawasan Mutu, Departemen Teknik Servis dan Kesehatan, Keselamatan,

Lingkungan. Bagian administrasi serta penelitian dan pengembangan produk

langsung dibawahi oleh manajer pabrik.

3.5.1 Departemen pengadaan/Production Planning and Inventory Control

(PPIC)

Departemen PPIC dikepalai oleh manajer PPIC yang membawahi 3 bagian

yaitu perencanaan (planning), gudang (warehouse) dan pembelian barang

(purchasing). Penjelasan mengenai bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut:

3.5.1.1 Bagian perencanaan (Planning)

Tugas pokok bagian perencanaan adalah:

a. Membuat perencanaan kegiatan produksi

Perencanaan kegiatan produksi dibuat berdasarkan jadwal kebutuhan produk

yang diberikan oleh Organon dan perusahaan yang melakukan toll-in di PT.

Sydna Farma, untuk kemudian dikonfirmasikan dan didiskusikan dengan

departemen produksi dengan memperhatikan kapasitas mesin dan jumlah serta

ketersediaan personel di departemen produksi. Perencanaan produksi dibuat

untuk kurun waktu satu tahun ke depan. Berdasarkan perencanaan ini dibuat

kegiatan produksi bulanan. Rencana produksi bulanan diberikan kepada

departemen produksi untuk dirinci menjadi rencana mingguan.

b. Melakukan kontrol persediaan material di gudang

Bagian perencanaan bertugas untuk memastikan bahwa bahan untuk keperluan

kegiatan produksi dan pengemasan tersedia dalam jumlah yang cukup pada

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

28

Universitas Indonesia

waktu yang dibutuhkan dan dengan spesifikasi yang sesuai. Persediaan gudang

diusahakan jumlahnya selalu tepat, tidak lebih dan tidak kurang. Tugas ini

didukung oleh sistem komputer yang dimiliki PT. Sydna Farma yaitu Sistem

Axapta. Karena sebagian besar perencanaan PT. Sydna Farma berdasarkan

permintaan costumer (perusahaan pemberi lisensi dan perusahaan yang

melakukan toll-in), maka dalam melakukan pengontrolan persediaan PPIC

menerapkan prinsip bergantung pada pesanan customer. Selain itu, PPIC

bersikap proaktif dalam mencari informasi-informasi yang dibutuhkan

sehingga kebijakan yang diambil adalah berdasarkan data yang akurat dan

aktual.

3.5.1.2 Gudang (warehouse)

Bagian gudang dikepalai oleh supervisor gudang. Gudang juga

membawahi bagian penimbangan. Bagian gudang bertugas memberikan

pelayanan penerimaan dan pengeluaran barang. Bahan-bahan tersebut adalah

bahan baku, bahan pengemas, produk setengah jadi, dan obat jadi. Pelayanan

gudang bersifat internal dan eksternal.

a. Pelayanan Internal

Pelayanan internal terbagi atas pelayanan penerimaan dan pengeluaran barang.

Pelayanan penerimaan barang dibuat berdasarkan surat penyerahan barang

(Product Delivery Sheet) untuk obat jadi. Bagian gudang juga menerima

barang sisa atau rusak dari bagian produksi dan pengemasan berdasarkan

Tanda Terima Penyerahan Barang (TTPB) yang kemudian barang-barang

tersebut akan dibuang sebagai limbah. Pelayanan pengeluaran barang dari

gudang dibuat berdasarkan Surat Pesanan Barang (Material Requisition Sheet)

dari bagian-bagian lain yang membutuhkan. Untuk melayani pesanan tersebut,

bagian gudang terlebih dahulu melihat kartu stok guna mengetahui persediaan

barang. Untuk barang-barang yang perlu ditimbang, bagian gudang (petugas

bagian penimbangan) juga bertugas melakukan penimbangan di ruang

penimbangan dengan didampingi oleh seorang wakil dari bagian produksi yang

membutuhkan barang tersebut.

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

29

Universitas Indonesia

b. Pelayanan Eksternal

Pelayanan eksternal juga terbagi atas penerimaan dan pengeluaran barang yang

meliputi penerimaan bahan baku dan bahan pengemas dari pemasok dan

pengeluaran barang berupa obat jadi ke distributor. Dalam proses penerimaan

barang, bagian gudang akan mendapatkan Surat Pesanan Pembelian (Purchase

Order) dari bagian pembelian barang. Jika ada pemasok datang dengan

membawa barang yang dipesan, bagian gudang akan mencocokkan barang

dengan Surat Pesanan Pembelian kemudian melakukan pemeriksaan fisik dan

administrasi dari barang dengan melihat daftar periksa penerimaan barang. Jika

terdapat cacat fisik pada kemasan barang, bagian gudang akan membuat Berita

Acara Pemeriksaan yang nantinya akan ditindaklanjuti oleh bagian pembelian.

Untuk barang yang di-reject, bagian gudang akan memberitahukan bagian

pembelian yang nantinya akan mengeluarkan Return Order kepada pihak

gudang dan Surat Pengantar Barang ke pemasok yang dilampiri Result of

Analysis dari QC.

Dalam proses pengeluaran barang, bagian gudang akan menerima perintah

pengiriman (delivery order) dari customer yang berisi daftar obat jadi yang

dipesan oleh distributor. Selanjutnya, bagian gudang akan mengirimkan obat jadi

yang diminta ke distributor dengan disertai bukti pengeluaran berupa Delivery

Note. Pengeluaran barang yang selain untuk penjualan dilakukan dengan

Warehouse Delivery Voucher. Semua transaksi di bagian gudang

didokumentasikan dalam program Axapta.

3.5.1.3 Bagian pembelian barang (Purchasing)

Bagian pembelian bertugas :

a. Mencari supplier/pemasok dan pemasok pembanding untuk barang-barang

yang diperlukan di pabrik baik material untuk produksi (bahan baku, bahan

aktif) maupun material lain sesuai dengan Purchase Request (PR) yang dibuat

oleh masing-masing departemen. Untuk bahan baku dan bahan kemas untuk

pembuatan produk, bagian pembelian hanya dapat membelinya dari pemasok

yang sudah disetujui (approved supplier).

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

30

Universitas Indonesia

b. Melakukan negosiasi harga dengan pemasok.

c. Apabila negosiasi harga telah selesai, menyiapkan Purchase Order (PO) untuk

pemesanan barang atau material.

d. Memantau pengiriman barang ke pabrik.

3.5.2 Departemen produksi

Departemen produksi dikepalai oleh manajer produksi yang membawahi 3

bagian yaitu tabletting supervisor, parenteral supervisor, dan packaging

supervisor. Produksi adalah kegiatan yang dilakukan untuk membuat dan

menghasilkan suatu produk. Dasar dari pelaksanaan produksi di PT. Sydna Farma

adalah adanya surat perintah produksi yang disebut sebagai Manufacturing Order

(MO) dan surat perintah pengemasan atau Packaging Order (PO) yang berasal

dari PPIC. Setelah MO dan PO diterima, departemen produksi akan membuat

Material Requisition Sheet (MRS) yang merupakan permintaan material yang

ditujukan ke gudang. Bagian gudang selanjutnya akan menyiapkan barang yang

diminta. Material yang sudah disiapkan oleh gudang akan diambil oleh bagian

produksi dan selanjutnya diolah sesuai dengan prosedur pengolahan masing-

masing produk (Departemen Produksi PTSF, 2010a). Departemen produksi

terbagi menjadi 3 bagian yaitu:

3.5.2.1 Bagian tablet

Kegiatan produksi tablet di PT. Sydna Farma terbagi menjadi 2 yaitu

produksi tablet non estrogen dan tablet estrogen. Ruangan yang digunakan untuk

produk estrogen dan non estrogen dilaksanakan di ruangan yang terpisah. Bahan

atau material yang telah ditimbang di ruang penimbangan/dispensing sesuai

dengan jenis bahannya oleh bagian gudang, selanjutnya akan masuk ke dalam

ruangan yang sesuai dengan proses produksi yang akan dilakukan. Tahapan

proses produksi dan pergerakan material dilakukan sesuai dengan catatan

pengolahan bets atau disebut Batch Manufacturing Record (BMR) masing-masing

produk serta dilakukan di masing-masing ruangan sesuai dengan peruntukannya.

Ruangan-ruangan yang terdapat di bagian tablet baik estrogen maupun non

estrogen sesuai dengan proses yang dilakukan meliputi granulasi, slugging, final

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

31

Universitas Indonesia

mixing, pembuatan larutan coating, dan pencetakan tablet dimana masing-masing

ruangan terdapat spesifikasi baik suhu, tekanan maupun kelembaban. Terdapat

juga ruangan penyimpanan selama proses produksi berlangsung yaitu ruangan

work in process (WIP storage).

3.5.2.2 Bagian parenteral

Bahan (material) yang akan digunakan untuk pembuatan sediaan injeksi

meliputi bahan kemas primer yaitu ampul dan bahan baku (aktif maupun

tambahan). Untuk produksi injeksi, alur pergerakan karyawan dan material baik

ampul maupun bahan baku, dibuat jalur yang berbeda. Pembatasan dan

pengaturan alur ini bertujuan untuk menghindari pencemaran silang dalam proses

pembuatan sediaan parenteral (Departemen Produksi PTSF, 2010a).

Ruangan yang terdapat di parenteral terbagi atas 4 kelas kebersihan yaitu

(Departemen Produksi PTSF, 2010b):

a. Ruang Kelas 100 (kelas A) meliputi ruang dibawah Laminar Air Flow (LAF).

b. Ruang kelas 100 (kelas B) meliputi ruang filling dan sterilized container area.

c. Ruang kelas 10.000 (kelas C) meliputi ruang cuci ampul, ruang after washing,

ruang pencampuran, material airlock dan koridor persiapan.

d. Ruang kelas 100.000 (kelas D) meliputi ruang visual inspeksi, penyimpanan

produk semi finished, kantor supervisor, penyimpanan material, dan parenteral

coridor.

3.5.2.3 Bagian pengemasan (Packaging)

Produk yang sudah selesai dibuat, akan dikemas di bagian packaging

melalui dua tahapan pengemasan yaitu pengemasan primer dan pengemasan

sekunder. Pengemasan primer meliputi proses bottling (pengisian tablet ke dalam

botol) dan proses pemeriksaan hasil sensor counter mesin proses bottling, proses

blistering (pengisian tablet dalam blister), dan proses stripping (pengisian tablet

dalam strip). Pengemasan sekunder meliputi proses pelipatan brosur (leaflet

folding), pencetakan label (label printing), labeling ampul dan botol, pemilihan

untuk blister dan strip (sorting-out), pengemasan blister ke dalam sachet

(sachetting), dan pemasangan segel sachet dan In-Line printing sachet dengan ink-

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

32

Universitas Indonesia

jet printer, proses sleeves blister (pengemasan blister ke dalam sleeves) dan proses

cartoning dan In-Line Printing folding box dengan ink-jet printer. Untuk

mengontrol pelaksanaan proses pengemasan primer dan sekunder perlu

dilaksanakan prosedur IPC selama proses pengemasan berlangsung, agar produk

yang dihasilkan selalu memenuhi persyaratan (Departemen Produksi PTSF,

2013a).

Pengemasan merupakan tahap akhir dalam proses produksi obat jadi

setelah produk ruahan obat dinyatakan memenuhi spesifikasi yang telah

ditentukan oleh bagian QA/QC. Sebelum pelaksanaan kegiatan pengemasan

sekunder, bagian pengemasan (packaging) akan mengajukan permintaan ke QC

untuk melakukan pemeriksaan dan pengambilan sampel pada proses pengemasan

primer. Segala proses yang dilakukan selama pengemasan suatu produk tercatat

pada catatan pengemasan bets atau Batch Packaging Record (BPR). Setelah lulus

semua pemeriksaan oleh QC dan semua data sudah tercatat dalam BMR dan BPR,

maka produk tersebut dapat diluluskan untuk didistribusikan atau dikirimkan

kepada costumer. Penyimpanan produk akhir baik produk akhir dalam kemasan

primer (semi-finished) maupun produk akhir dalam kemasan sekunder (finished

good) dilakukan di bawah pengawasan bagian gudang-PPIC. Dalam pengemasan

sekunder, prosedur yang hasrus dilakukan adalah pencetakan/printing

(Departemen Produksi PTSF, 2013b).

3.5.3 Departemen mutu

Departemen Mutu di PT. Sydna Farma merupakan departemen yang

bertanggung jawab terhadap pengendalian dan penjaminan mutu produk yang

dihasilkan. Departemen mutu dikepalai oleh Manajer Mutu yang membawahi dua

bagian utama yaitu pemastian mutu (QA) dan pengawasan mutu (QC). Bagian

pemastian mutu (QA) terdiri dari bagian validasi, pemenuhan terhadap CPOB

(Compliance) dan bagian inspeksi bahan awal/produk (material/product

inspection) yang masing-masing dikepalai oleh Validation Pharmacist,

Compliance Pharmacist, dan QA Inspector. Sedangkan bagian pengawasan mutu

dikepalai oleh QC Supervisor yang membawahi laboratorium analisis kimia dan

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

33

Universitas Indonesia

mikrobiologi serta inspeksi bahan awal dan produk (Material & Product

Inspector).

3.5.3.1 Pemastian mutu (QA)

Bagian QA meliputi bagian compliance, validasi dan inspeksi bahan

awal/produk. Bagian compliance berperan dalam penjaminan pemenuhan CPOB

di PT. Sydna Farma. Tugas dan fungsi bagian compliance antara lain:

a. Pengelolaan SOP (Standard Operating Procedure)

SOP adalah dokumen yang menjelaskan tentang tahapan pelaksanaan

suatu kegiatan secara rinci agar diperoleh hasil akhir yang konsisten. Penulisan

SOP bertujuan untuk memastikan agar setiap proses dilaksanakan sesuai

ketentuan CPOB, memastikan agar setiap proses dilaksanakan dengan cara yang

sama oleh operator, memudahkan apabila terdapat pengenalan proses baru atau

perubahan proses yang telah ada, memastikan bahwa karyawan senantiasa bekerja

dengan cara yang telah ditetapkan.

b. Inspeksi Diri

Inspeksi diri adalah suatu kegiatan rutin yang dilakukan untuk meninjau

kembali apakah seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu selalu memenuhi

standar CPOB dan standar HSE (Health, Safety, Enviroment), juga harus

ditentukan tindakan yang efektif untuk mencegah dan memperbaiki

penyimpangan. Inspeksi diri dilaksanakan dengan melakukan pemantauan

langsung ke tempat kerja menggunakan suatu daftar periksa yang telah disusun.

Inspeksi diri yang dilakukan PT. Sydna Farma mencakup Routine Self Inspection

(RSI) dan General Self Inspection (GSI) (Departemen Mutu PTSF, 2012e).

b1. Routine Self Inspection (RSI)

RSI adalah peninjauan kembali departemen-departemen secara rinci dan

bergilir sesuai jadwal yang akan disiapkan. RSI dilakukan setiap bulan oleh

personil QA dan supervisor bagian terkait serta personil dari bagian lain.

b2. General Self Inspection (GSI)

GSI adalah kegiatan peninjauan kembali secara terpadu dan menyeluruh di

semua departemen yang diadakan dua kali tiap tahunnya. GSI dilakukan sesuai

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

34

Universitas Indonesia

alur pembuatan produk, dari penerimaan bahan baku/kemas di gudang, proses

produksi, pengemasan dan pengawasan mutu.

c. Audit Pemasok

Kegiatan audit dilakukan minimal satu kali per dua tahun untuk setiap

pemasok. Audit pemasok dilakukan untuk menjamin bahan baku dan bahan

pengemas yang diterima berkualitas (Departemen Mutu PTSF, 2012c).

d. Pelatihan

Dilakukan untuk memberikan informasi kepada karyawan tentang cara

melakukan pekerjaan secara tepat serta untuk menghindari terjadinya kecelakaan

kerja (Departemen Mutu PTSF, 2012b).

e. Penanganan Non Conformance Report & Request

Keadaan yang menyimpang dari keadaan normal atau tidak sesuai dengan

yang tertulis (SOP, CPOB dan referensi lainnya) disebut sebagai deviasi. Hal

tersebut dapat disebabkan oleh:

1) Permasalahan dalam suhu, kelembaban, tekanan udara, serta kualitas udara

dalam ruangan produksi.

2) Kerusakan/kegagalan fungsi dan alat-alat produksi

3) Kerusakan/kegagalan alat ukur dan alat kontrol

4) Kualitas sistem pengolahan air

5) Penyimpangan pada proses produksi

6) Permasalahan terkait kondisi penyimpanan bahan baku, produk setengah

jadi dan produk jadi

Setiap penyimpangan yang terjadi, khususnya pada saat produksi dan

memiliki kemungkinan berpengaruh terhadap kualitas obat, harus diketahui oleh

departemen mutu dan diinformasikan dalam bentuk laporan deviasi. Semua

penyimpangan tersebut harus segera dilaporkan dan ditangani agar dapat

dievaluasi seberapa jauh pengaruhnya terhadap kualitas produk serta mencegah

terulangnya kejadian di masa yang akan datang. Jenis formulir yang digunakan

untuk penanganan penyimpangan, yaitu Non Conformance Report dan Non

Conformance Request. Formulir Non Conformance Report digunakan untuk

melaporkan penyimpangan yang sudah terjadi sedangkan formulir Non

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

35

Universitas Indonesia

Conformance Request digunakan untuk menangani deviasi minor yang akan

terjadi dan tidak dapat dihindari (Departemen Mutu PTSF, 2013b).

f. Pengelolaan Change Request Procedure

Pengelolaan change request procedure merupakan sistem pengelolaan

terhadap perubahan yang terjadi dalam suatu proses, peralatan, SOP, aspek

registrasi produk dengan tujuan mencatat semua perubahan yang terjadi dan

penyebabnya sehingga setiap kemungkinan terjadinya perubahan dapat ditelusuri

dan dikontrol dampaknya. CRF (Change Request Form) merupakan bagian dari

change control procedure. Perubahan dapat berasal dari laporan deviasi,

permintaan departemen terkait aspek regulasi pemerintah (Departemen Mutu

PTSF, 2011b).

g. Penanganan Keluhan Produk (Product Complaint)

Keluhan atas produk dapat terjadi baik dari pasien, dokter, institusi

kesehatan atau internal perusahaan. Penelitian dilakukan terhadap semua keluhan

yang masuk, kemudian dilakukan evaluasi secara seksama dengan mengumpulkan

semua informasi tentang keluhan tersebut. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan

atau pengujian terhadap contoh yang diterima serta membandingkan terhadap

retained sample batch yang bersangkutan, meneliti kembali semua dan

dokumentasi yang berkaitan termasuk catatan pengolahan batch (BHF). Secara

umum, penangan product complaint di PT. Sydna Farma dengan cara penggantian

segera, investigasi penyebab, bila sifatnya kritis maka dilakukan penarikan

kembali.

h. Review Produk Tahunan (Annual Product Review)

Review produk tahunan merupakan kegiatan peninjauan produk-produk

yang telah diproduksi selama setahun berdasarkan BHF (Batch History File).

Fungsi kegiatan ini adalah untuk mengenal parameter kritis dalam pengolahan

suatu produk, memberikan bukti terdokumentasi bahwa prosedur pembuatan

dapat menghasilkan produk dengan mutu yang konsisten, dan merupakan salah

satu persyaratan yang diterima oleh negara pengekspor.

Bagian QA selain compliance adalah QA bagian validasi. Validasi adalah

suatu tindakan pembuktian bahwa suatu proses produksi dengan menggunakan

peralatan tertentu, pembersihan dan metode pemeriksaan akan selalu

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

36

Universitas Indonesia

menghasilkan produk yang selalu memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

Validasi yang dilakukan di PT. Sydna Farma antara lain:

a. Validasi proses (Departemen Mutu PTSF, 2012g).

Validasi proses adalah tindakan pembuktian bahwa suatu proses produksi

dengan menggunakan peralatan tertentu yang dapat diandalkan akan selalu

menghasilkan produk yang selalu memenuhi persyaratan. Validasi proses dapat

dilaksanakan dengan cara:

a1. Prospektif, yaitu berdasarkan pengembangan proses

Validasi prospektif adalah validasi yang dilakukan untuk produk yang baru

akan beredar di pasaran, dimana tiga bets validasi ini tidak boleh dipasarkan

sebelum seluruh kegiatan validasi selesai dilaksanakan.

a2. Konkuren, yaitu validasi bersamaan dengan proses

Validasi konkuren adalah validasi dimana suatu bets validasi dapat

dipasarkan tanpa menunggu seluruh bets validasi selesai dibuat, dievaluasi dan

disimpulkan. Validasi ini hanya berlaku untuk produk yang sudah dibuat dan

dipasarkan serta menunjukkan hasil yang konsisten. Validasi ini dilakukan

terhadap tiga bets berturut-turut.

a3. Retrospektif, yaitu validasi proses yang sudah dilakukan bertahun-tahun

Validasi retrospektif dapat digunakan sebagai alternatif jika proses

produksi sudah dilakukan cukup lama dan validasi prospektif belum pernah

dilaksanakan. Syarat utama validasi ini adalah proses produksi tersebut sudah ada

cukup lama dan berjalan secara konsisten tanpa adanya perubahan.

b. Validasi pembersihan (cleaning validation) (Departemen Mutu PTSF, 2012h)

Validasi pembersihan adalah tindakan yang dilakukan untuk membuktikan

bahwa metode pembersihan yang dilakukan telah memenuhi persyaratan yang

ditetapkan. Untuk membuktikan bahwa prosedur pembersihan peralatan cukup

efektif dalam menghilangkan sisa bahan aktif dari prosedur sebelumnya,

meminimalkan jumlah residu pengotor pada alat hingga kadar yang

diperbolehkan.

c. Validasi metode analisis

Validasi ini dilakukan melalui percobaan laboratorium dan bertujuan

untuk membuktikan bahwa karakteristik dari prosedur tersebut dapat memenuhi

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

37

Universitas Indonesia

persyaratan tertentu untuk dapat dipakai dalam kegiatan analisis rutin. Validasi ini

mencakup akurasi, presisi, spesifitas/selektivitas, batas deteksi (LOD), batas

kuantitasi (LOQ), kekuatan/ketangguhan, linearitas dan rentang serta uji kesesuain

sistem.

d. Validasi mesin dan alat (Departemen Mutu PTSF, 2012a).

Kualifikasi merupakan proses pembuktian yang terdokumentasi untuk

menunjukkan bahwa suatu mesin/peralatan baru telah terpasang dengan benar,

dapat dioperasikan sesuai spesifikasi mesin/alat yang diminta, serta menghasilkan

kinerja yang baik sesuai parameter dan kondisi yang telah ditetapkan oleh

penggunanya. Kualifikasi terdiri dari 4 tingkatan:

d1. Kualifikasi Desain (Design Qualification/DQ)

DQ/Kualifikasi Desain adalah untuk menjamin dan mendokumentasikan

bahwa sistem atau peralatan atau bangunan yang akan dipasang atau dibangun

dengan ketentuan atau spesifikasi yang diatur dalam CPOB yang berlaku. DQ

dilakukan sebelum mesin, peralatan produksi atau sarana penunjang (termasuk

bangunan untuk industri farmasi) tersebut dibeli/dipasang/dibangun.

d2. Kualifikasi Instalasi (Installation Qualification/IQ)

IQ/Kualifikasi Instalasi adalah untuk menjamin dan mendokumentasikan

bahwa sistem atau peralatan yang diinstalasi sesuai dengan spesifikasi yang tertera

pada dokumen pembelian, manual alat yang bersangkutan dan pemasangannya

dilakukan memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Jadi IQ dilaksanakan saat

pemasangan atau instalasi mesin atau peralatan produksi atau sarana penunjang.

d3. Kualifikasi Operasional (Operational Qualification/OQ)

OQ/Kualifikasi Operasional adalah untuk menjamin dan

mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang telah diinstalasi beroperasi

sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Jadi OQ dilakukan setelah

pemasangan atau instalasi mesin atau peralatan produksi atau sarana penunjang

dan digunakan sebagai test mesin/peralatan.

d4. Kualifikasi Kinerja (Performance Qualification/PQ)

PQ/Kualifikasi Kinerja adalah untuk menjamin dan mendokumentasikan

bahwa sistem/peralatan yang telah diinstalasi bekerja sesuai dengan spesifikasi

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

38

Universitas Indonesia

yang diinginkan dengan cara menjalankan sistem sesuai dengan tujuan

penggunaan.

e. Validasi Mesin Komputer

Dalam membuktikan bahwa pencatatan dokumen yang dilakukan oleh

sistem komputer dapat dipercaya, maka perlu dilakukan validasi sistem komputer.

Sistem komputer yang digunakan di PT. Sydna Farma yang berkaitan dengan

pencatatan dokumen harus sesuai dengan persyaratan seperti keamanan akses,

back-up dan recovery, validasi serta dokumentasi.

Bagian Inspeksi Bahan Awal/Produk (Material/Product Inspection)

bertugas untuk melakukan pengambilan sampel, inspeksi visual, pemeriksaan

secara fisik serta pemberian label status terhadap bahan baku, produk antara dan

produk jadi. Pekerjaan bagian inspeksi ini dimulai melalui surat permintaan

inspeksi yang dikeluarkan oleh departemen gudang atau produksi. Inspeksi

dilakukan berdasarkan SOP dan metode uji yang telah ditetapkan.

Hasil inspeksi akan didokumentasikan untuk kemudian diperiksa dan

ditandatangani oleh manajer mutu. Setelah pengujian dilakukan dan dinyatakan

lolos uji, inspektor akan melaporkan hasil inspeksinya kepada departemen terkait.

Selain itu, bagian inspeksi akan memeriksa kebenaran label status dan melakukan

pengujian ulang bila status pada label telah melampaui masa berlakunya status.

3.5.3.2 Pengawasan mutu/Quality Control (QC)

Bagian QC di PT. Sydna Farma membawahi bagian pengujian kimia dan

bagian pengujian mikrobiologi.

a. Bagian Pengujian Kimia

Kegiatan bagian pengujian kimia di PT. Sydna Farma antara lain:

b1. Pemeriksaan bahan baku, produk setengah jadi dan produk jadi

Setiap bahan baku, produk setengah jadi dan produk jadi memiliki

spesifikasi masing-masing yang merupakan syarat release bahan tersebut.

Pemeriksaan dilakukan terhadap setiap bahan baku yang datang ke PT. Sydna

Farma, baik berupa material aktif maupun eksipien. Untuk bahan baku yang

berasal dari Organon Oss (Prinsipal) sudah diluluskan oleh Organon Oss, hanya

dilakukan pemeriksaan identitas di laboratorium kimia. Sedangkan untuk bahan

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

39

Universitas Indonesia

baku dari pemasok lokal dilakukan pemeriksaan lengkap walaupun terdapat

Certificate of Analysis (COA)

b2. Pemantauan Kualitas Air

Air yang dipantau kualitasnya adalah air untuk injeksi, air demineralisasi,

air sumur dan air keran. Parameter yang diperiksa antara lain konduktivitas, pH,

mineral dan total solid. Selain pemantauan terhadap air, dilakukan juga

pemantauan terhadap kualitas air limbah yang telah diolah melalui Waste Water

Treatment, untuk menuntukan apakah air limbah tersebut aman untuk dibuang

keluar pabrik.

b3. Pemantauan Kadar Bahan Aktif di Udara (Active Pharmaceutical

Ingredient/API)

Kegiatan ini dilakukan untuk memantau secara teratur konsentrasi zat aktif

di udara. Pemantauan kadar bahan aktif di udara dimaksudkan untuk menentukan

alat pelindung diri dari karyawan, sehingga tidak mempengaruhi kesehatan

karyawan yang bekerja.

b4. Re-assay bahan baku

Re-assay bahan baku yaitu pemeriksaan kualitas bahan baku yang telah

mendekati waktu pengujian ulang. Pada saat dilakukan re-assay, semua bahan

baku dianalisis secara lengkap baik yang berasal dari Organon Oss atau lokal.

b5. Uji Stabilitas (Departemen Mutu PTSF, 2012f).

Uji stabilitas dapat dibagi menjadi dua, yaitu uji stabilitas untuk bahan

aktif atau produk baru yang bertujuan untuk mengetahui profil stabilitas dan profil

degradasi suatu produk, atau uji stabilitas untuk produk yang telah dipasarkan

(Post Marketting Surveillance Studies/PMSS)

Uji stabilitas ini bertujuan untuk membuktikan kebenaran masa edar (shelf

life) suatu produk pada kondisi penyimpanannya, sebagai dasar untuk

penambahan masa edar suatu produk dan penentuan kondisi penyimpanan yang

lebih sesuai. Sampel yang diambil harus sudah berada dalam kemasan produk

jadinya. Uji stabilitas ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1) Uji stabilitas dipercepat, yaitu uji stabilitas sampel yang disimpan pada

kondisi yang ekstrim, misal dengan suhu tinggi.

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

40

Universitas Indonesia

2) Real Time Study yaitu uji stabilitas pada kondisi yang sesuai dengan yang

tertera pada kemasan selama berlakukanya masa kaduarsa. Kondisi

penyimpanan real time study harus mewakili kondisi penyimpanan Zone IVb

(30°C; RH 75%).

b6. Penyimpanan Contoh Pertinggal (Retained Sample)

Contoh pertinggal adalah contoh dari suatu bets bahan baku dan produk

jadi yang disimpan selama 11 tahun untuk bahan baku dan selama satu tahun

setelah masa kadaluarsa untuk produk jadi. Tujuan pengambilan contoh pertinggal

adalah untuk memudahkan penelusuran dan sebagai pembanding jika terjadi

keluhan produk.

b7. Out Of Specification (OOS) Investigation

Ada kalanya hasil pemeriksaan yang dilakukan tidak memenuhi

persyaratan yang ditetapkan. Kondisi dimana pemeriksaan memberikan hasil yang

tidak memenuhi spesifikasi disebut sebagai OOS. Tujuan dari OOS adalah untuk

memastikan agar tidak terjadi kesalahan analisis atau kegiatan pembuktian bahwa

penyimpangan yang terjadi bukan merupakan kesalahan operator analisis.

c. Laboratorium Mikrobiologi

Laboratorium mikrobiologi PT. Sydna Farma memiliki tiga ruangan yaitu

ruang pembuatan media, ruang inkubasi dan ruang tes sterilisasi. Aktivitas dari

laboratorium mikrobiologi ini meliputi:

c1. Pemeriksaan sterilitas produk steril

Sterilitas merupakan persyaratan yang essensial untuk produk parenteral.

Uji sterilitas diperlukan untuk mendeteksi adanya kontaminasi dari suatu

kegagalan teknis pada proses produksi, kesalahan yang berkaitan dengan manusia,

ataupun tercampurnya produk yang sudah disterilkan dan yang belum disterilkan.

c2. Pemeriksaan batas kuman

Pemeriksaan ini dilakukan pada bahan baku dan produk jadi yang meliputi

pemeriksaan jumlah dan jenis kuman. Pemeriksaan secara mikrobiologi dilakukan

terutama pada bahan baku alamiah seperti amilum, laktosa, enzim pankreas dan

hormon. Untuk produk jadi, pemeriksaan dilakukan untuk semua jenis sediaan

yang diproduksi. Khusus untuk sediaan tablet, pemeriksaan jumlah kuman hanya

dilakukan pada tablet dengan bahan aktif hormon dan enzim. Kuman yang tidak

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

41

Universitas Indonesia

boleh ada antara lain Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, Staphylococcus

aerus, Salmonella dan Enterobacteriaceae.

c3. Pemantauan kualitas mikrobiologi air

Pemantauan kualitas mikrobiologi air dilakukan terhadap semua jenis air

yang ada di PT. Sydna Farma, yaitu air untuk injeksi (WFI), air demineralisata, air

sumur dan air keran. Pemantauan WFI dilakukan pemeriksaan endotoksin bakteri

dan jumlah kuman hidup dengan syarat harus negatif terhadap E. coli dan

Pseudomonas aeruginosa. Uji terhadap WFI dilakukan setiap sebelum produksi.

Untuk air demineralisata, air sumur dan air keran dilakukan pemeriksaan jumlah

kuman hidup dengan hasil harus negatif terhadap E. Coli. Uji ini dilakukan satu

kali setiap minggu.

c4. Bioburden Test

Bioburden test berguna untuk mengetahui berapa banyak jumlah kuman

yang terdapat pada suatu cairan (produk injeksi) sebelum dilakukan proses

sterilisasi secara filtrasi.

c5. Pemeriksaan ruangan produksi parenteral

Pemeriksaan terhadap ruangan produksi parenteral meliputi pemeriksaan

jumlah partikel, pemeriksaan kuman diudara, pemeriksaan kebersihan permukaan

alat dan ruangan, pemeriksaan kebersihan personil serta pemantauan RH dan

temperatur ruang parenteral. Pemeriksaan jumlah partikel menggunakan alat

particle counter yang diletakkan dalam ruangan selama satu menit dan dilakukan

satu kali dalam seminggu, tergantung dari jadwal produksi

Pemeriksaan kuman diudara, pada ruang parenteral dilakukan dengan

menggunakan alat Merck Air Sampler (MAS). MAS akan menyedot udara per m3

dan udara akan melewati media agar pada alat tersebur, kemudian akan terlihat

pertumbuhan kuman pada agar setelah beberapa hari. Untuk pemeriksaan kualitas

mikrobiologi udara dibawah LAF digunakan Sedimentation Plate. Pemeriksaan

tersebut dapat digunakan sebagai indikator untuk memonitor efektivitas

penyaringan udara, tekanan ruangan dan sanitasi ruangan atau personel.

Pemeriksaan kebersihan pada permukaan alat dan ruangan dilakukan

dengan menggunakan RODAC Plate yang ditempelkan pada permukaan alat atau

ruangan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui jumlah kuman yang

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

42

Universitas Indonesia

terdapat dipermukaan alat atau ruangan. Pemeriksaan kebersihan personil

dilakukan dengan touch plate method yaitu menempelkan telapak tangan pada

media agar yang kemudian di inkubasi. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk

melihat tingkat kebersihan personil yang terlibat dalam proses produksi.

c6. Uji Broth Filling Trial

Pengujian sterilitas pada sejumlah contoh yang diambil secara acak belum

memberikan jaminan bahwa seluruh ampul yang diproduksi steril, terutama pada

produk yang dibuat secara aseptis. Untuk itu perlu dilakukan suatu kegiatan untuk

membuktikan bahwa seluruh proses pembuatan sediaan steril tersebut termasuk

alat, manusia, dan fasilitas produksi memberikan jaminan bahwa produk yang

dibuat selalu steril. Uji ini merupakan simulasi proses produksi dari pencampuran

sampai pengisian dan sebagai pemeriksaan untuk melihat pengaruh operator

maupun kebersihan ruangan dan alat terhadap hasil akhir produk parenteral. Pada

uji ini, ampul kosong diisi dengan media TSB cair sebagai pengganti larutan obat

yang kemudian diinkubasi pada suhu kamar selama 14 hari. Jumlah ampul yang

terkontaminasi dipersyaratkan dibawah standar yang ditentukan dengan tingkat

kepercayaan 95%.

3.5.4 Departement teknik servis (TSD) dan kesehatan keselamatan lingkungan

(Health Service Environment)

Departemen Teknik Servis (TSD) dan HSE merupakan departemen di PT.

Sydna Farma yang bertanggung jawab terhadap perangkat keras pabrik agar

kegiatan operasional pabrik dapat berlangsung dengan lancar. Departemen ini

mempunyai bangunan yang terpisah dari pabrik.

3.5.4.1 Bagian mekanik dan elektrik

Tugas dari bagian Mekanis dan elektrik antara lain:

a. Melakukan pemeliharaan dan pemeriksaan

Pemeliharaan dan pemeriksaan dilakukan secara berkala terhadap peralatan dan

perlengkapan di pabrik. Peralatan yang ada di pabrik dapat digolongkan

menjadi 2 bagian yaitu peralatan produksi dan peralatan umum. Peralatan

produksi yang menjadi tanggung jawab Departemen TS dan HSE antara lain

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

43

Universitas Indonesia

alat destilasi air, mesin pencuci ampul, autoklaf, alat pensteril, mesin

pengayak, mesin penggiling, mesin pembuatan granul, fluid bed dryer, super

mixer, dan alat pencetak tablet. Peralatan umum yang dibutuhkan oleh seluruh

departemen, contohnya gedung, pipa, kran air, lampu dan sebagainya.

Perlengkapan yang menjadi tanggung jawab Departemen TS dan HSE antara

lain mesin pendidih air, chiller, Air Handling Unit, mesin vacum, mesin

pengumpul debu, pembangkit listrik, pendingin udara dan pengolahan airkeran.

b. Melakukan perawatan secara berkala dan perbaikan.

Perawatan secara berkala dan perbaikan dilakukan bila terjadi kerusakan pada

peralatan produksi dan peralatan umum. Bila terjadi kerusakan dalam skala

besar yang tidak bisa ditangani oleh departemen ini, maka perbaikan dilakukan

oleh kontraktor dari luar ataupun pemasok perlatan tersebut. Sedangkan bila

terjadi kerusakan pada alat-alat analitik di laboratorium QA/QC, maka

perbaikan dilakukan oleh pemasok alat tersebut.

c. Melakukan tes pendahuluan

Tes pendahuluan dilakukan terhadap kelengkapan bagian mesin, kondisi mesin

dan operasional awal mesin apabila pabrik membeli mesin baru. Perlengkapan

merupakan alat penunjang produksi yang luarannya digunakan untuk keperluan

produksi. Alat-alat tersebut antara lain sumber listrik, steam boiler (mesin didih

air), air compressor, HVAC (Heating, Ventilating and Air Conditioning),

mesin pendingin air, Air Handling Unit (AHU), Air Conditioner (AC),

Exhaust Fan, mesin pengumpul debu, air keran dan penanganan limbah cair.

3.5.4.2 Bagian Kesehatan Keselamatan Lingkungan (Health Service

Environment)

Fungsi bagian HSE dapat dibagi menjadi dua, yaitu menjaga kesehatan

karyawan dan melindungi karyawan dari kemungkinan efek kontaminasi produk

maupun kecelakaan kerja (fungsi internal) dan untuk menjaga kelestarian

lingkungan dengan cara mengurangi dampak negatif pencemaran limbah industri

ke lingkungan dan melakukan analisis resiko suatu pekerjaan (fungsi eksternal).

Tugas koordinator HSE dalam bidang kesehatan antara lain:

a. Bersama dengan dokter perusahaan memantau kesehatan karyawan melalui

pemeriksaan kesehatan karyawan secara berkala, seperti pemeriksaan

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

44

Universitas Indonesia

pendengaran untuk karyawan yang erat bekerja dengan mesin-mesin industri,

pemeriksaan mata untuk karyawan di bagian pemeriksaan visual ampul dan

pemeriksaan ginekomastia untuk karyawan yang bekerja di area produksi

estrogen.

b. Pemeriksaan kesehatan karyawan baru

c. Pemeriksaan kesehatan terhadap karyawan sekali dalam setahun atau pada

jangka waktu tertentu bekerja sama dengan dokter perusahaan.

d. Menyediakan alat pelindung diri (APD) berkoordinasi dengan supervisor

departemen terkait.

Dalam hal keselamatan kerja prinsip yang digunakan adalah tindakan

pencegahan sebelum terjadinya bahaya. Beberapa kegiatan pencegahan yang

dilakukan adalah :

a. Menaati MSDS (Material Safety Data Sheet) yang berisi penanganan bahan-

bahan berbahaya dan cara pembersihannya, cara mengatasi api yang

disebabkan oleh bahan beracun dan berbahaya, maupun cara mengatasi

kontaminasi bahan beracun dan berbahaya. MSDS ditinjau dan direvisi setiap

dua tahun. Untuk melindungi personil laboratorium disediakan fasilitas

perncuci mata, shower dan kotak PPPK.

b. Penggunaan alat pengaman pada departemen TS dan HSE seperti safety shoes,

safety helmet, masker dan sarung tangan yang harus dikenakan saat merawat

atau memperbaiki mesin, bekerja diatas plafon dan pengelasan.

c. Penempatan tabung gas dan gudang pelarut yang sangat mudah terbakar diluar

pabrik

d. Penyediaan kotak PPPK yang mudah dijangkau disetiap ruangan, penandaan

jalur khusus untuk troli dan adanya pintu darurat sebagai akses keluar bagi

karyawan jika terjadi kebakaran maupun gempa.

e. Mengadakan pelatihan PPPK dengan bekerja sama dengan dokter perusahaan

f. Melakukan pemeriksaan alarm kebakaran dan alat pemadam kebakaran

bersama dengan personel TS dan HSE.

Secara eksternal dalam hal lingkungan, koordinator HSE berperan sebagai

berikut:

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

45

Universitas Indonesia

a. Menangani limbah di PT Sydna Farma. Dalam hal ini bagian HSE bertanggung

jawab untuk :

a1. Menangani limbah secara umum seperti sisa makanan, kantong plastik yang

tidak terkontaminasi bahan aktif, kayu, sisa lempengan besi, baja, bekas

prefilter, medium filter, dan HEPA filter yang tidak mengandung bahan aktif,

box makanan sekali pakai, gelas putih transparan dan media agar bekas

setelah disterilisasi. Penanganan limbah umum melalui dinas kebersihan DKI

Jakarta.

a2. Menangani pengolahan limbah cair agar dihasilkan limbah pabrik yang ramah

lingkungan sebelum dibuang ke lingkungan luar pabrik.

a3. Menangani limbah b3, antara lain sisa serbuk, tablet yang mengandung bahan

aktif, bekas filter yang terkontaminasi bahan aktif, plastik pembungkus bahan

aktif, pelarut organik dan larutannya, blister yang sudah kontak langsung

dengan produk, pelarut atau campuran pelarut dengan air, bahan pengemas

primer yang terkontaminasi bahan aktif, sarung tangan, masker sekali pakai,

bahan aktif yang tidak memenuhi syarat, sisa sampel produk dan bahan aktif,

organik dan senyawa organik padat, komponen yang berasal dari produksi

implanon. Penanganannya melalui kontraktor pengolahan dan pembuangan

limbah b3 ke pusat pengolahan limbah (PPLI).

a4. Menangani limbah oli seperti pelumas mesin, sisa oli diesel dan oli mesin

lainnya. Penanganannya melalui kontraktor daur ulang limbah oli yang

tersertifikasi oleh pemerintah.

a5. Menangani limbah daur ulang, seperti kardus bekas, kertas botol-botol reagen

bekas setelah dibilas, box leaflet, sachet sisa produksi yang telah disobek

minimal menjadi 4 bagian. Box, leaflet, sachet produk jadi kadaluarsa atau

ditolak yang telah disobek minimal menjadi 4 bagian, bekas tali kipas,

perabotan usang, besi bekas. Penanganannya melalui kontraktor daur ulang

limbah.

a6. Menangani limbah baterai dan kartrid tinta, melalui kontraktor pihak ketiga

yang tersertifikasi oleh pemerintah

a7. Menangani limbah kebun seperti daun, ranting pohon, rumput dan lain-lain.

Penanganannya dengan cara dikomposkan di area belakang pabrik.

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

46

Universitas Indonesia

b. Memantau emisi udara, seperti pengecekkan ambient air sebelum menuju ke

pemukiman.

c. Memantau kebisingan seperti ditimbulkan oleh mesin-mesin yang mempunyai

nilai kebisingan melebihi nilai ambang batas.

3.5.4.3 Bagian Keamanan

Bagian kemananan juga merupakan bagian dari Departemen TS dan HSE.

Bagian keamanan bertugas menjaga dan mengawasi keamanan lingkungan

perusahaan baik personel maupun materil secara rutin, termasuk memantau dan

melaporkan kepada TSD bila ditemukan tanda penyimpangan pada sistem

pengaturan suhu dan tekanan ruang di area produksi.

3.6 Produk PT. Sydna Farma

Pembagian produk PT Sydna Farma secara umum dibagi menjadi dua,

yakni berdasarkan zat aktifnya dan berdasarkan peruntukkannya. Berdasarkan zat

aktif dibedakan kembali menjadi produk hormonal dan non-hormonal. Sedangkan

berdasarkan peruntukkannya di bedakan menjadi produk toller dan MSD.

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Penerapan CPOB di Industri

Pembangunan kesehatan nasional pada hakikatnya merupakan upaya

penyelenggaraan kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan yang baik.

Pemerintah melakukan upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

dengan meningkatkan sarana dan prasarana di bidang kesehatan. Selain itu,

pemerintah juga mengeluarkan peraturan-peraturan yang bertujuan untuk

menjamin masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik di bidang

kesehatan. Obat merupakan salah satu unsur yang penting demi

terselenggaranya pembangunan kesehatan, oleh karena itu obat yang dikonsumsi

oleh masyarakat harus benar-benar terjamin keamanan (safety), kualitas (quality),

dan khasiatnya (efficacy).

Badan regulasi untuk pengawasan obat dan makanan mengeluarkan Cara

Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) sebagai pedoman suatu industri farmasi

dalam membuat obat untuk dipasarkan di Indonesia. PT. Sydna Farma sebagai

salah satu Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDA) yang ada di Indonesia

dalam menjalankan proses produksinya telah menerapkan CPOB. Penerapan

CPOB dan seluruh aspek rangkaian produksi merupakan suatu langkah untuk

menjamin mutu obat jadi sehingga memenuhi persyaratan yang ditentukan sesuai

dengan tujuan penggunaannya.

Selama Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA), peserta diberi

kesempatan untuk melakukan pengamatan ke Departemen Pengadaan,

Departemen Pemastian dan Pengawasan Mutu, Departemen Produksi,

Departemen Pengembangan Produk, serta Departemen Teknik dan Servis sebagai

proses untuk memahami penjaminan mutu suatu produk di PT. Sydna Farma.

Selain itu, peserta melakukan berbagai aktivitas di bawah Departemen Pemastian

dan Pengawasan Mutu serta Departemen Pengembangan Produk.

4.2 Manajemen Mutu

Manajemen mutu yang diterapkan di PT. Sydna Farma difokuskan pada

pemenuhan persyaratan yang diberlakukan baik oleh persyaratan internal

47 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

48

Universitas Indonesia

perusahaan maupun standar yang ditetapkan oleh pemerintah, dalam hal ini

seperti yang tercantum dalam CPOB terkini.

Departemen QA/QC menerapkan beberapa program manajemen mutu

berupa monitoring, kualifikasi, kalibrasi, validasi, inspeksi diri dan pelatihan

GMP untuk karyawan secara regular.

4.3 Personalia

Dalam rangka pengembangan profesionalitas kerja karyawan, PT. Sydna

Farma menerapkan beberapa langkah dalam programnya seperti pelatihan berkala

dan penentuan tingkatan keahlian operator. Pelatihan dilakukan untuk

memberikan informasi kepada karyawan tentang cara melakukan pekerjaan secara

tepat sekaligus untuk menghindari terjadinya malpraktek atau kecelakaan kerja.

Bentuk pelatihan yang dilakukan antara lain (Departemen Mutu, 2009):

a. Basic Job Training adalah pelatihan yang harus diberikan pada tiap karyawan

agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai standar yang

ditetapkan dari perusahaan.

b. Refreshment Training adalah pelatihan yang diberikan pada karyawan sebagai

pelatihan ulang dengan tujuan untuk mengingatkan kembali aturan SOP yang

berlaku, mengingatkan standar ketrampilan yang dibutuhkan atau alasan

spesifik lainnya.

c. Incidental Training adalah pelatihan yang diberikan pada karyawan yang

tidak berhubungan secara langsung dengan pekerjaan mereka tetapi

dibutuhkan untuk memperluas pengetahuan mereka yang juga berguna di

tempat kerja, misalnya: pelatihan Pertolongan Pertama (PP) dan pelatihan

Pemadaman Api.

d. Developmental Training, diberikan sebagai upaya untuk meningkatkan

pengetahuan, keterampilan teknis dan tingkah laku yang dapat mendukung

pelaksanaan tugas secara efektif dan efisien. Umumnya pelatihan ini berupa

pelatihan di bidang manajemen seperti supervisory management, presentation

skill, dan coaching skill.

e. Training on the Job, yaitu training yang dilakukan langsung di lapangan

sekaligus dengan praktek operasionalnya. Dalam training ini dilakukan

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

49

Universitas Indonesia

penilaian untuk mengetahui kemampuan seorang operator/personel apakah

telah mampu dalam melaksanakan tugasnya.

Selain itu diciptakan lingkungan dan iklim kerja yang baik agar karyawan

dapat bekerja dengan nyaman dan maksimal.

4.4 Bangunan dan Fasilitas

4.4.1 Lokasi bangunan

PT. Sydna Farma mempunyai bangunan yang terletak di tengah kota dan

dekat dengan pemukiman penduduk. Bangunan PT. Sydna Farma memiliki

perlindungan yang memadai terhadap cuaca, banjir dengan adanya sistem drainase

yang baik, serangga dan binatang pengerat dengan adanya program pengendalian

hama (pest control) yang teratur, efektif dan terdokumentasi.

4.4.2 Ukuran, tata ruang, dan konstruksi

Lay-out bangunan PT. Sydna Farma telah mengalami beberapa kali

renovasi, dan PT. Sydna Farma telah menyelesaikan tahap renovasi fase 2.

Renovasi ini dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan (compliance) perusahaan

terhadap persyaratan CPOB terkini dan efisiensi proses kerja PT. Sydna Farma

melalui perbaikan alur proses.

PT. Sydna Farma memiliki ruangan yang terpisah untuk produksi sediaan

padat hormon estrogen dan non estrogen. Lalu lintas umum untuk barang dan

karyawan untuk masing-masing area produksi terpisah, tanpa harus melewati

ruangan produksi lainnya.

Tata letak, penempatan, bentuk dan penggunaan material bangunan

(termasuk lampu, pipa saluran udara, pipa saluran air) sudah sesuai dengan

persyaratan CPOB terkini.

4.4.3 Ruang produksi sediaan steril

Ruangan dalam area parenteral di PT. Sydna Farma dibagi menjadi

beberapa kelas yaitu:

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

50

Universitas Indonesia

a. Ruangan yang termasuk sterile area atau kelas 100 (area kritis/dibawah

LAF/zona A), meliputi ruang pengisian (filling), ruang penyimpanan wadah

steril, dan ruang ganti baju steril (sterile gowning room).

b. Ruangan yang termasuk white area atau kelas 10.000, meliputi ruang

pencucian ampul, ruang penempatan wadah atau alat produksi setelah

pencucian (after washing area) , dan ruang pencampuran bahan obat

(mixing).

c. Ruangan kelas grey area atau 100.000, meliputi ruang penyimpanan produk

setengah jadi WIP (Work in Process) sebelum dinyatakan statusnya oleh

bagian pengendalian mutu, ruang visual inspeksi, ruang penyiapan bahan

awal, serta koridor parenteral utama.

Ruang kelas 10.000 area parenteral dilengkapi penyaring udara HEPA

(High Efficiency Particulate Air) dengan efisiensi 99,995%, sedangkan ruang

kelas 100 dilengkapi dengan HEPA filter dengan efisiensi 99,997%. Tekanan

udara di ruang pengisian lebih tinggi dibanding tekanan di koridor parenteral

utama. Air lock ruang antar kelas kebersihan) antara area kelas 100.000 – 10.000

dan antara 10.000-100 memiliki system interlock yaitu sistem otomatis yang

mengunci salah satu pintu jika pintu yang lain terbuka.

4.4.4 Ruang produksi tablet

Produksi tablet terbagi atas tablet estrogen dan non estrogen yang

dilakukan di dalam grey area (ruang kelas 100.000) dan dilakukan dalam ruangan

dan sistem pengolahan udara (Air Handling Unit/AHU) yang terpisah. Ruangan

produksi tablet memiliki tekanan udara yang lebih rendah dibanding koridor

utama.

Ruangan produksi tablet non estrogen terbagi atas ruang granulasi, ruang

penyalutan tablet, ruang pencampuran akhir, ruang slugging, ruang pencetakan

tablet; sedangkan ruangan produksi tablet estrogen terbagi menjadi ruang

granulasi, ruang pencetakan tablet, ruang pencampuran bahan, dan ruang

blistering (pengemasan primer dalam blister).

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

51

Universitas Indonesia

4.4.5 Ruang pengemasan primer

Ruangan pengemasan primer memiliki tekanan udara yang lebih rendah

dibandingkan koridor utama. Lantai, langit-langit ruangan tidak terdapat

sambungan yang dapat menyebabkan pelepasan atau penumpukan partikel, serta

menjadi tempat perkembangan mikroba. Ruangan pengemasan primer untuk

produk non hormon seks dan hormon seks dilakukan dalam ruangan dan AHU

yang terpisah.

4.4.6 Gudang

Gudang terdiri dari 5 ruangan dengan kondisi berbeda untuk penyimpanan

barang, yang disesuaikan dengan kondisi penyimpanan yang dipersyaratkan untuk

masing-masing barang, yaitu :

a. Main storage (gudang utama) memiliki batasan suhu 22–30°C.

b. Controlled room temperature storage (gudang dengan suhu terkontrol)

memiliki batasan suhu 20–25°C.

c. Cold storage (gudang dingin) memiliki batasan suhu 2–8°C dan tanpa kontrol

kelembapan.

d. Dry storage (gudang kering) memiliki batasan suhu 20–25°C, dan

kelembapan relatif kurang dari 45%.

e. Solvent storage (gudang bahan mudah menguap dan mudah terbakar), tempat

penyimpanan pelarut dengan kondisi suhu ruang serta tanpa kontrol

kelembapan. Gudang ini terletak pada bangunan terpisah.

Gudang memiliki tempat penyimpanan berupa rak-rak yang dilengkapi

dengan kode lokasi. Tata letak rak diatur sedemikian rupa sehingga penempatan

untuk barang dipisahkan berdasarkan jenis dan nomor bets. Barang dengan status

ditolak, diletakkan di tempat yang terkunci. Penyimpanan label juga dilakukan

dalam tempat yang terkunci. Setiap barang yang disimpan di gudang memiliki

label kondisi penyimpanan disamping label identitas untuk memudahkan mutasi

barang. Arus barang datang dan keluar gudang terkontrol dan terdokumentasi

dengan baik. Barang datang dan keluar melalui pintu berbeda, dan setiap proses

mutasi barang terdokumentasi. Area gudang hanya dapat dimasuki oleh orang

yang terotorisasi.

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

52

Universitas Indonesia

Barang yang datang akan ditempatkan di area penerimaan dan diberi label

quarantine warna kuning. Selanjutnya bagian gudang akan menginput data

kedatangan material pada sistem komputer Axapta untuk menginformasikan

kedatangan barang tersebut ke departemen mutu agar dilakukan sampling. Setelah

disampling, barang akan dipindahkan ke ruang karantina dengan kondisi yang

sesuai. Setelah mendapatkan hasil analisis dari QC dan dinyatakan lulus, maka

label kuning tadi diganti dengan label hijau. Jika barang tidak memenuhi

persyaratan, label kuning akan diganti dengan label merah dan kemudian akan

dikembalikan ke pemasok atau dimusnahkan tergantung dari jenis cacatnya.

Bagian gudang juga bertanggung jawab terhadap ruangan penimbangan

(dispensing room). Ruangan penimbangan terbagi atas dua macam, yaitu ruangan

penimbangan bahan aktif dan ruangan penimbangan bahan non aktif. Ruang

penimbangan bahan baku aktif dibagi atas ruang penimbangan bahan baku aktif

non-estrogen dan estrogen. Ruang-ruang tersebut terdapat pada area dan dengan

sistem pengolahan udara yang terpisah. Ruangan penimbangan memiliki lantai

dan langit-lantai yang dilapisi epoksi. Exhaust (penghisap debu) diletakkan di

belakang meja penimbangan dengan tujuan agar operator tidak terpapar oleh

bahan aktif selama penimbangan berlangsung. Penimbangan untuk bahan baku

parenteral dilakukan di bawah LAF.

4.4.7 Departemen teknik, servis, kesehatan, keselamatan dan lingkungan

Departemen ini mempunyai bangunan yang terpisah dari pabrik dan

terbagi atas ruangan-ruangan sebagai berikut:

a. Bengkel untuk tempat perbaikan alat-alat yang rusak.

b. Gudang untuk tempat menyimpan peralatan dan suku cadang.

c. Engine house untuk tempat generator, boiler, dan panel-panel.

4.4.8 Sistem tata udara

AHU (Air Handling Unit) adalah unit penukar kalor yang dipakai untuk

menjaga kondisi udara di dalam ruangan sesuai dengan spesifikasi yang

ditetapkan, misalnya dalam mempertahankan tekanan udara, kelembaban dan

suhu suatu ruangan. PT. Sydna Farma memiliki 16 AHU yang merupakan satu

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

53

Universitas Indonesia

kesatuan dalam sistem tata udara yang menlayani area produksi, pengemasan dan

laboratorium. AHU berperan penting untuk menunjang proses produksi yang ada

sehingga kinerjanya harus selalu dipellihara, untuk menghindari kerusakan yang

dapat mengganggu aktivitas produksi (Departemen Teknik Servis dan Kesehatan

Keamanan Lingkungan PTSF, 2012b).

AHU dilengkapi dengan alat pengontrol kecepatan putaran blower yang

disebut inverter. Untuk ruangan yang mempunyai fasilitas penghangat ruangan

untuk menurunkan kelembaban udara, penggunaan AHU harus menyesuaikan

kondisi berdasarkan laporan dari pihak produksi. Apabila suhu ruang terlalu

rendah atau kelembabannya terlalu tinggi, maka penghangat ruangan diaktifkan.

Sebaliknya, apabila kondisi ruangan sudah tercapai atau suhu lebih tinggi atau

kelembababan terlalu rendah, maka penghangat ruangan tidak perlu diaktifkan.

Pemantauan sistem AHU dilakukan di setiap ruangan yang sumber

udaranya berasal dari AHU. Parameter pemantauan sistem AHU meliputi tekanan,

suhu dan kelembaban udara di ruangan. Pemantauan ketiga parameter ini

dilakukan oleh staf masing-masing departemen (Departemen Teknik Servis dan

Kesehatan Keamanan Lingkungan PTSF, 2012b).

Komponen utama yang dimiliki AHU adalah fan/blower, motor, cooling

coil, heating coil (jika diperlukan) dan after cooling (jika diperlukan). Komponen

pembantu antara lain prefilter, medium filter, HEPA filter dan volume damper.

Filter merupakan bagian yang berfungsi untuk mengendalikan dan mengontrol

jumlah partikel dan mikroorganisme yang mengkontaminasi udara yang masuk ke

dalam ruang produksi. Ducting merupakan saluran tertutup tempat mengalirnya

udara. Dumper merupakan bagian yang berfungsi untuk mengatur jumlah (debit)

udara yang dipindahkan ke dalam ruang produksi. Tidak semua AHU memiliki

semua komponen seperti pada bagan, tergantung pada kebutuhan kualitas udara

pada ruang produksi (Departemen Teknik Servis dan Kesehatan Keamanan

Lingkungan PTSF, 2012b).

Beberapa bagian lain yang termasuk dalam sistem tata udara adalah dust

collector dan exhaust fan. Dust collector adalah mesin yang digunakan untuk

menghisap debu obat dari ruangan yang dihasilkan oleh proses produksi.

Sedangkan exhaust fan merupakan mesin yang digunakan untuk mengeluarkan

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

54

Universitas Indonesia

udara dari dalam ruangan ke luar ruangan, berguna untuk keperluan ventilasi

udara. Sistem tata udara dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Perawatan AHU meliputi penggantian prefilter, medium filter dan HEPA

filter, pengecekan ducting dan kebocoran pada dinding AHU, pembersihan dan

pemeliharaan cooling coil dan after cooling coil, pengecekan V belt, bearing

pulley pada blower, pemeriksaan motor pada blower, pemeriksaan sistem

kelistrikan, pemeriksaan sistem elektrik heater, dan pemeriksaan sistem kontrol

suhu AHU. Pemeriksaan ini dilakukan tanpa mematikan sistem AHU

(Departemen Teknik Servis dan Kesehatan Keamanan Lingkungan PTSF, 2012b).

Penggantian prefilter dilakukan setiap dua minggu sekali dan untuk unit

yang beroperasi 24 jam dilakukan setiap minggu. Prefilter yang sudah kotor

diganti dengan prefilter yang bersih. Pembersihan prefilter dilakukan dengan

mencuci prefilter tersebut dengan air secara berlarwanan arah dengan arah aliran

udara saat filter dipakai. Penggantian media prefilter dilakukan setiap enam bulan

sekali (Departemen Teknik Servis dan Kesehatan Keamanan Lingkungan PTSF,

2012b).

AHU yang menjadi sumber udara untuk ruangan kelas 100 dan 10.000

digunakan medium filter dengan efisiensi 90-95 % dan HEPA filter dengan

efisiensi 99,997% (kelas H13). Untuk AHU yang menjadi sumber udara ruangan

kelas 100.000 digunakan medium filter dengan efisiensi 80-85% dan HEPA filter

dengan efisiensi 95% (kelas H10). Penggantian HEPA filter AHU dilakukan

berdasarkan monitoring pressure drop yang spesifikasinya telah ditetapkan oleh

internal perusahaan (Departemen Teknik Servis dan Kesehatan Keamanan

Lingkungan PTSF, 2012b).

4.4.9 Sistem air untuk produksi

Sumber air pada PT. Sydna Farma diambil dari 2 buah sumur dengan

kedalaman 200 meter. Air dari dalam tanah (deep well water) ditampung di

tempat penampungan air kapasitas 90,000 liter, kemudian dialirkan ke sand filter

untuk disaring sehingga tanah, lumpur, dan kotoran lain yang terdapat dalam air

dapat dihilangkan. Sand filter diperkirakan dapat menyaring partikel sampai

dengan ukuran 5μm. Setelah melewati sand filter, air ditampung dalam reservoir

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

55

Universitas Indonesia

untuk dialirkan ke area-area pabrik, salah satunya sebagai sumber pembuatan aqua

demineralisata. Pada akhir proses ini, air yang diperoleh disebut tap water.

Penggunaan mesin DM Water Plant, akan menghasilkan demineralized

water dari tap water. Demineralized water diperlukan sebagai bahan baku air

untuk pembuatan water for injection di Linden Aquadestiller, pembuatan steam

pada sistem generator di linden autoclave dan kebutuhan non produksi lainnya

(misalnya pencucian) (Departemen Teknik Servis dan Kesehatan Keamanan

Lingkungan PTSF, 2011).

Air dari tap water akan melewati loop 1 yang diawali dengan 2 buah filter

(prefilter) yang masing-masing berukuran 25 μm dan 5 μm sebelum melewati

sistem penukar ion untuk menghilangkan mineral-mineral yang terkandung dalam

air. Sistem penukar ion terdiri dari 3 buah tanki secara berurutan yaitu tanki

kation, tanki anion dan tangki mixed bed. Tanki ini berisi resin yang dikontrol

dengan nilai konduktiviti DM water. Setelah melewati sistem penukar ion, air

dialirkan melewati filter 2,5μm, lampu UV dan filter 1,2 μm sebelum ditampung

dalam tangki penyimpanan. Sampai pada proses ini, air yang dihasilkan beruapa

aqua demineralisata. Aqua demineralisata didalam tangki penyimpanan

didistribusikan ke area pabrik. Proses pengolahan air keran menjadi aqua

demineralisata dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Aqua demineralisata/DM water akan mengalami proses destilasi dengan

tiga tabung paralel menjadi water for injection (WFI) di dalam loop 2, dan

disimpan di penampungan. Water for injection tersebut digunakan untuk produksi

parenteral dan selama penyimpanan disirkulasikan secara kontinu pada suhu 80°C

selama 24 jam sehari guna mencegah pertumbuhan bakteri. Air untuk injeksi ini

harus bebas dari pirogen, rendah partikel, dan memiliki jumlah kuman hidup yang

rendah (low viable count). Proses pengolahan DM water menjadi WFI (water for

injection) dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Sanitasi dilakukan secara berkala pada pipa loop 1 dan loop 2 untuk

menjaga kualitas air yang dihasilkan. Sanitasi ini bertujuan untuk menjaga agar

jumlah mikroba dalam sistem DM water plant tetap memenuhi spesifikasi. Pada

DM water generator, larutan H2O2 dialirkan pada loop 1, sedangkan bagian DM

water circulating loop sistem akan melakukan sirkulasi air dengan temperatur 80 ±

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

56

Universitas Indonesia

5 °C. Pelaksanaan sanitasi dilakukan apabila hasil pemeriksaan mikroba dari

departemen QC diatas 50 cfu/ml. Penggantian prefilter 25 μm dilakukan setiap

bulan sedangkan penggantian prefilter 5 μm dilakukan setiap 3 bulan. Untuk

sanitasi loop 1 dan loop 2 dilakukan setiap 3 bulan sekali. Lampu UV dibersihkan

setiap 6 bulan sekali dan penggantian lampu UV dilakukan jika running hour UV

lamp telah mencapai 8000 jam operasi dengan toleransi 24 jam (Departemen

Teknik Servis dan Kesehatan Keamanan Lingkungan PTSF, 2011).

4.4.10 Uap air (steam boiler)

PT. Sydna Farma memiliki 2 buah boiler. Uap air (steam) berfungsi

sebagai sumber panas yang digunakan untuk operasional mesin produksi seperti

drying oven, mesin coating, dan aquadestiller. Selain itu digunakan pula untuk

memanaskan air (dengan menggunakan double jacket). Uap air yang digunakan

dalam proses sterilisasi autoklaf dan yang bersentuhan langsung dengan produk

terutama produk steril, memenuhi persyaratan sebagai uap murni (clean steam).

4.4.11 Udara tekan (compressed air)

Compressed air dihasilkan oleh mesin compressor. PT. Sydna Farma

memiliki 2 buah compressor oil free. Compressed air dapat digunakan untuk

menggerakkan/ menjalankan peralatan & mesin-mesin tertentu. Untuk

compressed air yang bersentuhan langsung dengan produk, maka sistem udara

tekan akan dilengkapi dengan penyaring udara yang sesuai. Disamping digunakan

untuk menjalankan mesin-mesin dan peralatan, tekanan angin juga dipakai untuk

membantu proses pembersihan ruangan dan mesin.

4.5 Peralatan

Peralatan-peralatan yang ada di PT. Sydna Farma memiliki desain

konstruksi, dan ukuran sesuai dengan spesifikasinya, serta dikualifikasi dan

ditempatkan dengan tepat sehingga memudahkan dalam pemakaian, perawatan

dan pembersihan. Setiap peralatan diberi nomor pengenalan/inventaris guna

keperluan penelusuran, misalnya untuk keperluan kalibrasi, dan kualifikasi.

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

57

Universitas Indonesia

Setiap alat telah dilengkapi dengan SOP (Standard Operating Procedure)

yang meliputi pengoprasian, pembersihan, perawatan dan perbaikan alat.

Penetapan SOP tersebut diperlukan sebagai pedoman tiap personel yang terkait

supaya dapat melaksanakan prosedur tersebut dengan benar dan konsisten. SOP

direvisi setiap 3 tahun sekali untuk melihat kesesuaian SOP dengan kondisi yang

ada. SOP juga direvisi bila pada peralatan dilakukan perubahan.

Pembersihan, pemeliharaan, dan kalibrasi alat dilakukan secara rutin

sesuai jadwal dalam SOP. SOP pemeliharaan dan kalibrasi peralatan tersebut

bertujuan agar alat dapat difungsikan dengan baik. Alat yang telah dikalibrasi

akan diberi label kalibrasi, demikian pula alat yang telah dibersihkan akan diberi

label bersih. Label bersih alat berlaku hingga jadwal pembersihan selanjutnya

selama alat belum digunakan (Departemen Mutu PTSF, 2012d)

4.6 Sanitasi dan Higiene

4.6.1 Sanitasi

Untuk menghindari pencemaran terhadap lingkungan dari limbah dan

mempermudah penanganannya, limbah di PT. Sydna Farma dibagi menjadi dua

yaitu limbah domestik dan limbah B3. PT. Sydna Farma hanya mempunyai sistem

pengolahan limbah domestik saja karena limbah yang termasuk ke dalam

golongan B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) tidak diolah sendiri tetapi dikirim

ke PPLI guna diolah lebih lanjut. Skema pengolahan limbah domestik dapat

dilihat pada Gambar 4.4.

Sistem pengolahan limbah terdiri dari wadah pemasukan yang

menampung semua limbah cair. Dari wadah pemasukan, limbah cair akan masuk

ke dalam tangki aliran rata-rata. Cairan yang berada di atas mengalir ke dalam

saringan dasar (trickling filter) dan akan terjadi kontak antara limbah cair dan

bakteri. Air disalurkan ke saringan dasar melalui sistem mekanik berupa saluran

pembagi lalu jatuh melalui lubang-lubang yang ada secara gravitasi. Saringan

tersebut terdiri dari batu-batuan yang menyebar pada seluruh permukaan sebagai

tempat pertumbuhan bakteri. Bakteri-bakteri yang digunakan untuk pengolahan

limbah cair ini adalah bakteri aerob dan anaerob. Dalam lingkungan yang sedikit

oksigen, bakteri-bakteri tersebut menurunkan nilai BOD dan COD limbah cair.

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

58

Universitas Indonesia

Pada dasar batuan, air ditampung dan dialirkan ke sumur pompa. Dari sumur

pompa, limbah cair dipompa ke wadah pengeluaran. Pompa tersebut dilengkapi

dengan meteran yang mengukur jumlah limbah cair yang meninggalkan pabrik

melalui wadah pengeluaran menuju ke sungai (Departemen Teknik Servis dan

Kesehatan Keselamatan Lingkungan PTSF, 2011b).

Tingkat sanitasi peralatan di PT. Sydna Farma juga telah dilakukan dengan

baik. Setelah selesai suatu proses produksi, peralatan yang digunakan segera

dibersihkan dan dicuci. Batas waktu status bersih alat juga ditentukan.

Pada area produksi parenteral, sanitasi area bersih sangatlah penting. Area

produksi parenteral dibersihkan secara menyeluruh sesuai program yang tertulis.

Penggunaan desinfektan untuk pembersihan dipantau dan hasil pengenceran

ditempatkan dalam wadah yang telah dicuci bersih dan hanya boleh disimpan

dalam jangka waktu yang tertentu, desinfektan yang digunakan tersebut telah

disterilkan terlebih dahulu dan setiap bulannya digunakan desinfektan yang

berbeda untuk mencegah resistensi. Fumigasi juga dilakukan jika ditemukan

jamur.

4.6.2 Higiene

Semua personalia yang memasuki area pabrik harus menjaga higiene

perorangan. Higiene perorangan di untuk kelas 100 dan 10.000 antara lain

personel yang sakit (mata, flu, kelainan pada lambung, luka kulit) tidak boleh

memasuki area steril, personel wanita yang menstruasi tidak boleh memasuki

kelas 100 dan 10.000, jumlah personel yang bekerja di area steril harus seminimal

mungkin, menghindari gerakan yang tidak perlu dan berbicara keras, tidak

menyentuh bagian ampul yang terbuka, tidak menggunakan jumpsuit yang kotor

(Departemen Produksi PTSF, 2010b).

Semua personel yang hendak memasuki dan meninggalkan area produksi

harus mencuci tangan. Untuk area tertentu (area tablet estrogen) diwajibkan untuk

mandi bila hendak meninggalkan area tersebut (Departemen Produksi PTSF,

2011b). Setiap personel wajib menggunakan pakaian yang sesuai area kerja

tertentu bila hendak memasuki area kerja tersebut. Alat pelindung diri (APD)

khusus diperlukan untuk kegiatan-kegiatan tertentu. Tiap bagian departemen

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

59

Universitas Indonesia

produksi memiliki warna pakaian yang spesifik (Departemen Produksi PTSF,

2010b).

Bagi personel yang bekerja di area produksi tablet, APD dust mask harus

dikenakan saat proses tabletting berlangsung guna menghindari terhirupnya debu

zat aktif. Personel yang bekerja dengan paparan tinggi terhadap bahan aktif

diwajibkan untuk mengenakan cartridge mask atau full face mask. Penentuan

tingginya paparan bahan aktif terhadap personel ditentukan berdasarkan hasil

pemantauan API (Active Pharmaceutical Ingredients). Personel yang bekerja di

area granulation tablet estrogen, wajib menggunakan compressed air masks saat

menangani granulat bahan aktif. Personel yang melakukan proses coating harus

menggunakan vapour cartridge mask (Departemen Produksi PTSF, 2011b).

Personel yang bekerja di area kelas 100 dan kelas 10.000 harus

menggunakan pakaian overall bebas serat/partikel dan disterilkan. Sebagai

tambahan, sarung tangan karet steril dan sepatu boots steril harus digunakan.

Pakaian overall hanya dapat digunakan sekali dan diganti setelah shift berakhir

atau saat akhir waktu kerja (Departemen Produksi PTSF, 2010b).

Dalam usaha memelihara dan meningkatkan kesehatan para karyawan,

pihak perusahaan telah melakukan program General Check-Up satu tahun sekali.

Selain itu ada pemeriksaan mata untuk karyawan visual inspector tiap 6 bulan,

pemeriksaan pendengaran, dan pemeriksaan ginekomastia bagi karyawan yang

bekerja di produksi hormon seks setahun sekali. PT. Sydna Farma berusaha

menjalankan program higiene perusahaan dan melaksanakan program higiene

perorangan serta adanya pembatasan terhadap karyawan yang memasuki daerah

produksi (Departemen Teknik Servis dan Kesehatan Keselamatan Lingkungan

PTSF, 2012a).

4.7 Produksi

PT. Sydna Farma dalam melaksanakan proses produksi mengikuti

prosedur yang telah ditetapkan dalam Batch Manufacturing Record (BMR) dan

Batch Packaging Record (BPR) untuk menjamin mutu obat agar memenuhi

spesifikasi yang telah ditentukan. Untuk mendapatkan bahan baku dan bahan

kemas, PT. Sydna Farma terlebih dahulu melakukan penilaian terhadap pemasok

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

60

Universitas Indonesia

(vendor approval system) yang dilakukan oleh bagian QA, sehingga bahan baku

yang dibeli memiliki spesifikasi sesuai dengan yang diinginkan (Departemen

Mutu PTSF, 2012c).

In Process Control yang dilakukan bertujuan untuk menjaga kualitas

produk agar sesuai dengan ketentuan CPOB. Untuk produksi parenteral IPC yang

dilakukan adalah pemeriksaan pH pada saat proses mixing, pemeriksaan

keseragaman volume pada saat proses filling (Departemen Produksi PTSF, 2012).

Untuk produksi tablet IPC yang dilakukan pada proses pembuatan granul adalah

pengukuran LOD (lost on drying) atau susut pengeringan, MC (moisture contents)

atau kadar kelembaban dan kadar air granulat. Pada proses pencetakan tablet

dilakukan IPC meliputi pemeriksaan keseragaman bobot, kekerasan, ketebalan

tablet dan pemeriksaan visual tablet. Pada proses penyalutan diperiksa IPC yaitu

pemeriksaan penampilan tablet tersalut, berat tablet rata-rata sebelum penyalutan

dan berat tablet rata-rata setelah penyalutan (Departemen Produksi PTSF, 2011a).

Setelah proses produksi selesai kemudian produk yang dihasilkan merupakan

produk ruahan yang kemudian akan diserahterimakan ke bagian packaging untuk

dilakukan pengemasan. Dokumen berupa BMR akan diperiksa oleh manajer

produksi dan manajer mutu. (Departemen Produksi PTSF, 2011a).

Selama produksi dilakukan, semua peralatan dalam keadaan baik, bersih,

dan telah dikalibrasi. Kondisi lingkungan produksi senantiasa dijaga agar sesuai

dengan spesifikasinya dan selalu dilakukan pengendalian. Kondisi lingkungan

yang harus dikendalikan antara lain, kualitas air, jumlah partikel dan mikroba,

suhu, tekanan, dan kecepatan sirkulasi udara pada ruangan produksi, tergantung

dari sediaan yang dibuat (Departemen Produksi PTSF, 2011a; Departemen

Produksi PTSF, 2012).

4.8 Pengawasan Mutu

Pengawasan mutu dilaksanakan dengan sistem yang terencana dan terpadu

sehingga menjamin barang yang diproduksi sesuai dengan prosedur yang ada.

Pengawasan selama berlangsungnya proses pengolahan bertujuan untuk

mencegah produksi obat yang tidak memenuhi spesifikasi. Bagian pengawasan

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

61

Universitas Indonesia

mutu memiliki wewenang khusus untuk memberikan keputusan akhir atas mutu

obat ataupun hal lain yang mempengaruhi mutu obat.

Pengawasan mutu di PT. Sydna Farma dilakukan mulai dari barang

datang, selama proses hingga produk dihasilkan, yang meliputi pemeriksaan pada

raw material, packaging material, bulk material dan finished goods. Selain itu

juga dilakukan validasi prosedur, kalibrasi, dan kualifikasi alat. Untuk

pemeriksaan mikrobiologi dilakukan di laboratorium mikrobiologi yang terpisah

dengan laboratorium fisika kimia.

4.9 Inspeksi Diri Dan Audit Mutu

Inspeksi diri yang dilakukan di PT. Sydna Farma adalah (Departemen

Mutu PTSF, 2012e) :

a. Routine self inspection (RSI)

RSI dilakukan pada 1-2 departemen setiap bulannya berdasarkan jadwal

pelaksanaan yang disiapkan. Tim inspeksi terdiri dari 1 orang manajer,

compliance pharmacist, HSE dan 1 orang auditor yaitu supervisor bagian

terkait dari bagian lain yang dipilih secara acak. Jadwal pelaksanaan inspeksi

diri ini didistribusikan ke setiap departemen yang terkait setiap semester

(Departemen Mutu PTSF, 2012e).

b. General Self Inspection (GSI)

GSI merupakan kegiatan inspeksi diri ke seluruh departemen oleh tim inspeksi

yang terdiri dari manajer pabrik, manajer QA/QC, manajer produksi, manajer

TSD, manajer PPIC dan supervisor QA. Kegiatan ini dilakukan 2 kali dalam

setahun. Pada GSI akan ditinjau sejauh mana implementasi CPOB dan HSE

secara umum. GSI dilakukan sesuai alur pembuatan produk, dari penerimaan

bahan baku/kemas di gudang, proses produksi, pengemasan dan pengawasan

mutu serta pemantauan implementasi di TSD, kantor dan keamanan.

Bersamaan dengan jadwal RSI, jadwal dan pelaksanaan GSI akan

didistribusikan ke tiap departemen terkait setiap semester (Departemen Mutu

PTSF, 2012e). Selain itu terdapat juga kegiatan audit pemasok dan distributor

yang dilakukan dua tahun sekali untuk semua pemasok Departemen Mutu

PTSF. (2012c).

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

62

Universitas Indonesia

4.10 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk

dan Produk Kembalian (Departemen Mutu PTSF, 2011a)

Penanganan terhadap keluhan dan dokumentasi dilakukan oleh bagian QA

(Compliance pharmacist). Bersama komite keluhan (Compliant committee) akan

dilakukan penelusuran terhadap bets yang bersangkutan, mencari penyebab

masalah dan mencari solusinya, menetapkan tindakan perbaikan yang akan

diambil, membuat laporan keluhan dengan lengkap dan baik. Setelah itu laporan

ini akan diteruskan kembali ke pengirim keluhan.

Keluhan dikategorikan menjadi 2 jenis yaitu Product Quality Complaint

(PQC) dan adverse event (AE). Product Quality Complaint merupakan keluhan

produk cacat, termasuk keluhan yang berkaitan dengan efek samping obat.

Sedangkan AE adalah kejadian medis yang tidak diinginkan pada pasien atau

pada subjek investigasi kliniks yang menggunakan produk, yang seharusnya tidak

terjadi. AE dapat berupa efek yang tidak diinginkan dan tidak dimaksudkan untuk

terjadi, gejala atau penyakit yang terjadi sementara berhubungan dengan tujuan

penggunaan suatu obat. Semua keluhan dan tanggapan terhadap keluhan yang

dilakukan dicatat dan disimpan oleh departemen mutu dan bila perlu semua

tindakan pencegahan terulangnya keluhan ditentukan sebagai pencegahan

terhadap keluhan serupa di waktu yang akan datang.

Secara umum, penanganan keluhan produk di PT. Sydna Farma dan

produk toller diawali dengan pencatatan keluhan pada Form Pelaporan Keluhan

yang kemudian diteruskan ke Departemen Mutu dan departemen terkait untuk

dilakukan tindak lanjut sampai diperoleh jawaban mengenai keluhan tersebut.

Selanjutnya ntuk produk PT. Sydna Farma jawaban dari keluhan tersebut

disampaikan kepada pelapor. Sedangkan untuk produk toller, setelah ditangani

oleh Departemen Mutu dan departemen terkait, maka laporan keluhan

disampaikan kepada pemberi toller terkait keluhan. Pada akhirnya pihak toller

yang akan memberikan jawaban kepada pelapor.

4.11 Dokumentasi

Dokumen digunakan sebagai acuan pelaksanaan suatu kegiatan, untuk

memonitor pelaksanaan suatu kegiatan sebagai sumber informasi mengenai

riwayat mesin, perizinan dan lainnya serta digunakan sebagai dasar untuk

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

63

Universitas Indonesia

pelulusan produk. Setelah produk jadi dipasarkan, dokumen juga digunakan

sebagai acuan untuk penelusuran kembali sejarah suatu produk apabila diterima

keluhan produk dari konsumen (Departemen Mutu PTSF, 2013a).

Sistem dokumentasi merupakan bagian dari sistem informasi manajemen

yang harus dipersiapkan dalam kegiatan pembuatan obat. Sistem ini mencakup

informasi pemerian, spesifikasi catatan yang mungkin ada ataupun tidak ada

hubungan dengan batch. Dokumen sangat penting untuk memastikan bahwa setiap

petugas mendapat instruksi secara rinci dan jelas mengenai bidang tugas yang

harus dilaksanakan sehingga akan memperkecil resiko terjadinya salah tafsir dan

kekeliruan yang biasanya timbul karena mengandalkan komunikasi lisan. Sistem

dokumentasi mampu mencatat semua riwayat lengkap setiap batch produk jadi

dari awal sampai akhir.

Sistem dokumentasi di PT. Sydna Farma sudah baik karena setiap kegiatan

yang dilakukan sekecil apapun semua terdokumentasi dengan baik. Adanya

pendokumentasian yang baik akan memudahkan penelusuran jika terjadi masalah,

sehingga tidak menghambat proses kegiatan yang lain dan tidak menimbulkan

kerugian besar bagi perusahaan. Sistem dokumentasi di PT. Sydna Farma juga

mencakup pengendalian terhadap perubahan meliputi CRF (Change control

Request Form) yang akan direview oleh departemen Mutu untuk menentukan

tindakan apa yang harus dilakukan sehubungan dengan perubahan yang akan

dilakukan. Semua perubahan yang ada, didokumentasikan dan datanya disimpan

selama kurun waktu tertentu. Selain pengendalian perubahan, PT. Sydna Farma

juga memiliki dokumentasi terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi

selama proses produksi melalui non-conformance request dan non-conformance

report (Departemen Mutu PTSF, 2013b).

4.12 Pembuatan dan Analisis berdasarkan Kontrak

PT. Sydna Farma menerima kontrak pembuatan obat dari perusahaan

farmasi lain, tetapi tidak melakukan kontrak keluar perusahaan lain. Sampai saat

ini, sebagian besar produk yang dibuat di PT Sydna Farma merupakan obat

kontrak dari perusahaan lain atau lisensi dari perusahaan NV. Organon Belanda.

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

64

Universitas Indonesia

Beberapa analisis yang tidak dapat dilakukan di laboratorium QC PT. Sydna

Farma dikontrakkan ke laboratorium lain nyang telah tersertifikasi.

4.13 Kualifikasi dan Validasi

PT. Sydna Farma mempunyai rencana induk validasi (RIV) yang berisikan

rencana validasi hingga 5 tahun mendatang dan diperbaharui tiap tahun. Kegiatan

validasi yang dilakukan oleh PT. Sydna Farma meliputi validasi proses, validasi

proses pembersihan, validasi metode analisis, validasi sistem komputer,

kualifikasi fasilitas penunjang dan kualifikasi peralatan yang berupa DQ, IQ, OQ

dan PQ. Dalam RIV, pelaksanaan kualifikasi diprioritaskan pada mesin-mesin

atau peralatan yang berdampak kritis pada kualitas produk (Departemen Mutu

PTSF, 2012g).

Jika terjadi perubahan pemasok bahan aktif, PT. Sydna Farma melakukan

validasi proses concurrent. Proses validasi ini dilakukan dengan 3 batch berturut-

turut dengan mengawasi perubahan kritis yang terjadi selama proses serta

pengambilan jumlah sampel yang lebih banyak (Departemen Mutu PTSF 2012c).

Validasi proses pembersihan dilakukan untuk mencegah kontaminasi dari satu

produk ke produk lain. Pada validasi proses pembersihan dilakukan identifikasi

titik kritis pengambilan sampel, menentukan metode pengambilan sampel,

menentukan worst case product serta menentukan batas penerimaan yang diambil

dari literatur. Kegiatan validasi dan kualifikasi dikoordinasikan oleh Validation

pharmacist yang dibantu dengan departemen yang terkait (Departemen Mutu

PTSF, 2012h).

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. PT. Sydna Farma telah menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)

terkini dalam tiap aspek dan rangkaian proses produksinya sehingga dapat

menjamin kualitas produk dan proses produksi secara keseluruhan sesuai

persyaratan CPOB.

b. Dalam industri farmasi seorang apoteker berperan dan bertanggung jawab

sebagai tenaga profesional yang ikut dalam menentukan kualitas produk yang

dihasilkan melalui keahliannya dalam dunia kefarmasian.

c. PT. Sydna Farma berusaha untuk selalu menjamin kesehatan, keselamatan

kerja karyawan, dan kelestarian lingkungan dengan menggunakan standar

HSE (Health, Safety and Environment).

5.2 Saran

Perlu tenaga ahli bidang penanganan perangkat lunak dan keras komputer

di PT. Sydna Farma yang dapat mengawasi dan menangani seluruh proses terkait

sistem teknologi informasi sehari-hari.

65 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

66

DAFTAR ACUAN

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2012). Pedoman Cara Pembuatan Obat

yang Baik. Jakarta.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2009). Petunjuk Operasional Penerapan

Cara Pembuatan Obat yang Baik 2006. Jakarta.

Departemen Kesehatan. (2008). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

nomor 1010/MENKES/PER/XI/2008 tentang registrasi obat. Jakarta.

Departemen Mutu PTSF. (2011a). Penanganan terhadap Keluhan Produk (SOP

600-ga-32-05-B). Jakarta: PTSF.

Departemen Mutu PTSF. (2011b). Prosedur Change Control (SOP 600-ga-31-08-

B). Jakarta: PTSF.

Departemen Mutu PTSF. (2012a). Kualifikasi Mesin dan Peralatan (SOP 610-

val-01-02-B). Jakarta: PTSF.

Departemen Mutu PTSF. (2012b). Pelatihan (SOP 600-ga-08-08-B). Jakarta:

PTSF.

Departemen Mutu PTSF. (2012c). Penilaian terhadap Pemasok (Supplier) (SOP

600-ga-56-06-B). Jakarta: PTSF.

Departemen Mutu PTSF. (2012d). Prosedur Umum Kalibrasi Mesin dan

Peralatan (SOP 610-val-16-01-B). Jakarta: PTSF.

Departemen Mutu PTSF. (2012e). Self Inspection (SOP 600-ga-09-08-B). Jakarta:

PTSF.

Departemen Mutu PTSF. (2012f). Uji Stabilitas Produk (SOP 610-anl-55-07-B).

Jakarta: PTSF.

Departemen Mutu PTSF. (2012g). Validasi Proses (SOP 610-val-15-01-B).

Jakarta: PTSF.

Departemen Mutu PTSF. (2012h). Validasi Prosedur Pembersihan (SOP 610-val-

09-02-B). Jakarta: PTSF.

Departemen Mutu PTSF. (2013a). Dokumentasi (SOP 600-ga-81-06-B). Jakarta:

PTSF.

Departemen Mutu PTSF. (2013b). Laporan Ketidaksesuaian Proses (Non

conformance report/request) (SOP 600-ga-30-08). Jakarta: PTSF.

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

67

Departemen Produksi PTSF. (2010a). Alur Pergerakan Personel, Material dan

Alat di Departemen Produksi (SOP 600-pro-08-03-B). Jakarta: PTSF. Departemen

Produksi PTSF. (2010b). Higiene Perorangan dan Prosedur Gowning

Kelas 10.000 dan 100 (SOP 611-inj-01-05-B). Jakarta: PTSF. Departemen

Produksi PTSF. (2011a). In Process Control di Produksi Tablet (SOP

612-tab-02-04-B). Jakarta: PTSF.

Departemen Produksi PTSF. (2011b). Prosedur Memasuki Ruangan Produksi

(SOP 600-ga-58-03-B). Jakarta: PTSF.

Departemen Produksi PTSF. (2012). In Process Control di Produksi Parenteral

(SOP 611-inj-38-06-B). Jakarta: PTSF.

Departemen Produksi PTSF. (2013a). Prosedur In Process Control di Packaging

(SOP 613-pac-13-07-B). Jakarta: PTSF.

Departemen Produksi PTSF. (2013b). Prosedur Pengemasan di Bagian

Packaging Sekunder (SOP 613-pac-19-05-B). Jakarta: PTSF.

Departemen Teknik Servis dan Kesehatan Keselamatan Lingkungan PTSF.

(2011a). Pengoperasian dan Perawatan DM Water Plant (SOP 615-tsd-49-

07-B). Jakarta: PTSF.

Departemen Teknik Servis dan Kesehatan Keselamatan Lingkungan PTSF.

(2011b). Pengoperasian dan Perawatan Instalasi Pengolahan Air Limbah

di PTSF (SOP 615-tsd-38-03). Jakarta: PTSF.

Departemen Teknik Servis dan Kesehatan Keselamatan Lingkungan PTSF.

(2012a). Pemantauan Kesehatan Karyawan (SOP 600-hse-05-02-B).

Jakarta: PTSF.

Departemen Teknik Servis dan Kesehatan Keselamatan Lingkungan PTSF.

(2012b). Pengoperasian dan Pemeliharaan AHU di PT. Sydna Farma (SOP

615-tsd-08-09-B). Jakarta: PTSF.

Kementrian Kesehatan. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang industri farmasi. Jakarta:

Departemen Kesehatan

Sydna Farma. (2011). Site master file. Jakarta: PTSF.

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

68

Air dingin dari Chiller

Setelah pendingin- an

Air keluar

Pemanas

Ducting/Saluran udara sirkulasi

[Sumber: Departemen Teknik Servis dan Kesehatan Keselamatan Lingkungan PTSF, 2012b, telah

diolah kembali].

Keterangan : PF=Prefilter (luar); PF’=Prefilter (dalam); MF=Medium Filter (luar); MF’=Medium

Filter (dalam); MF’’=Medium Filter (luar); HF=HEPA filter (luar); CC=Cooling

coil; CF=Centrifugal Fan; BF=Booster Fan; AF=After cooling; VD=Volume

damper (pengatur udara)

Gambar 4.1 Sistem tata udara.

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

69

[Sumber: Departemen Teknik Servis dan Kesehatan Keselamatan Lingkungan PTSF, 2011a, telah

diolah kembali].

Gambar 4.2 Proses pengolahan air keran menjadi air demineralisata.

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

70

[Sumber: Departemen Teknik Servis dan Kesehatan Keselamatan Lingkungan PTSF, 2012b, telah

diolah kembali].

Gambar 4.3 Proses pengolahan aquademineralisata menjadi WFI.

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

71

[Departemen Teknik Servis dan Kesehatan Keselamatan Lingkungan PTSF, 2011b, telah diolah

kembali]

Gambar 4.4 Sistem pengolahan limbah cair di PT. Sydna Farma.

Keterangan gambar dan proses:

1. Bak kontrol 1: tangki pengontrol aliran air limbah dan air limbah social yang

berasal dari kantin dan toilet.

2. Bak equalisasi: tangki tempat bercampurnya over flow cairan limbah social

dari septic tank dengan limbah cair dari pabrik yang bersumber dari

laboratorium maupun dari pembersihan ruangan dan proses produksi di dalam

pabrik.

3. Bak proses anaerobik (tricking filter): tangki berisi batuan berpori tempat

berlangsungnya proses penguraian air limbah oleh bakteri.

4. Tangki penampungan: tangki ini secara paralel berhubungan dengan bak

proses anaerobic sehingga level air di dalamnya sama. Setelah air limbah

mencapai ketinggian tertentu, secara otomatis akan dipompakan ke tangki

selanjutnya.

5. Tangki pengeluaran: dalam tangki ini air limbah ditampung beberapa saat

hingga mencapai ketinggian maksimal lalu secara otomatis dibuang ke saluran

air umum.

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

72

6. Bak kontrol 2: bak penampungan pembuangan limbah cair sebagai

bioindikator kualitas limbah cair yang dibuang.

A. Gutter pembagi: saluran yang terbuat dari plat galvanis anti karat, berfungsi

untuk mendistribusikan air limbah secara merata ke permukaan bebatuan

berpori yang terdapat dibawahnya dalam tangki trickling filter.

B. Pompa submersible No.1

C. Pompa submersible No.2 : pompa celup yang bekerja otomatis memompakan

air limbah dan dikontrol oleh Level switch pada masing-masing tangki

D. Blower aerasi : blower yang berfungsi memberikan udara ke air limbah

dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas limbah cair.

E. Panel kontrol.

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

73

Lampiran 1. Bagan Struktur Organisasi Pabrik PT. Sydna Farma

Direktur

Manajer Pabrik

Bagian Umum

dan Administrasi

Pabrik

Manajer

Pengadaan

Ass. Manajer

Bag. Penelitian

dan

Pengembangan

Produksi

Manajer

Produksi

Manajer

Mutu

Manajer Teknis

Servis dan

Kesehatan

Keselamatan

Lingkungan

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

74

Lampiran 2. Bagan Struktur Organisasi Departemen Pengadaan PT. Sydna

Farma

Manajer Pengadaan

Pengawas Gudang Bagian Perencanaan Bagian Pembelian

Petugas penimbangan

Staf bagian gudang

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

75

Lampiran 3. Bagan Struktur Organisasi Departemen Produksi PT. Sydna

Farma

Manajer Produksi

Pengawas Bagian Tablet

Pengawas Bagian Pengemasan

Pengawas Bagian Parenteral

Ass. Pengawas Bag. Non Esterogen

Ass. Pengawas Bag. Esterogen

Ass. Pengawas Bag. Pengemasan

Primer

Ass. Pengawas Bag. Pengemasan

Sekunder

Ass. Pengawas Bagian Parenteral

Operator Granulasi

Operator Granulasi

Operator Bag.Esterogen

Operator Bag. Pencetakkan dan

Pelipatan

Operator Bagian Pengisian

Operator Pembuatan Tablet

Operator Pembuatan Tablet

Operator Bag. Non-Esterogen

Bag. Pengemasan Operator Bagian Pencucian Ampul

Operator Pembuatan Tablet

Selaput Tipis

Operator Bagian Pencampuran

Inspektur

Pemeriksaan Visual Ampul

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

76

Lampiran 4. Bagan Struktur Organisasi Departemen Mutu PT. Sydna Farma

Manajer Mutu

Farmasis Pemastian Mutu

Farmasis Pengawasan Mutu

Petugas Pengontrolan

Proses

Pengawas Laboratorium

Staf Laboratorium Mikrobiologi

Farmasis bagian

Pemenuhan Sistem mutu

Farmasis bagian

Validasi

Analis Kimia

Petugas Penerimaan

Barang

Mikrobiologis

/ analis

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

77

Teknisi Adm. Operator Bag. Bag. Bag.Perbaikan Bag.Perbaikan Perlengkapan Pemeliharaan

Peralatan Peralatan Umum Kebun

Lampiran 5. Bagan Struktur Organisasi Departemen Teknik Servis dan

Kesehatan Keselamatan Lingkungan

Manajer Teknik Servis dan Kesehatan Keselamatan Lingkungan

Pengawas Bag.Perbaikan

Peralatan

Pengawas Bag. Perlengkapan Umum

Koordinator HSE

Kepala Bagian Keamanan

Penjaga

Keamanan

Teknisi

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

KAJIAN PELAKSANAAN

PENGKAJIAN PRODUK TAHUNAN (ANNUAL PRODUCT REVIEW) TABLET EXLUTON PRODUKSI TAHUN 2012

DI PT SYDNA FARMA

KARTIKA WIDYANTY, S.Farm.

1206313261

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM STUDI APOTEKER

DEPOK JUNI 2013

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ ii

DAFTAR ISI............................................................................................................. iii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ iv

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................ 1 1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2. Tujuan...................................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 3 2.1. Tablet Exluton ......................................................................................... 3 2.2. Pengkajian Mutu Produk ......................................................................... 3

2.3. Dokumentasi Produksi PT Sydna Farma ................................................ 5

2.4. Prosedur Evaluasi Produk Secara Berkala PT Sydna Farma .................. 6

2.5. Isi dari Annual Product Review PT Sydna Farma................................... 9

BAB 3 METODOLOGI TUGAS KHUSUS........................................................... 14

3.1. Waktu dan Tempat ................................................................................. 14 3.2. Metode Pengkajian .................................................................................. 14

BAB 4 PEMBAHASAN ........................................................................................... 15

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 18 4.1 Kesimpulan.............................................................................................. 18 4.2 Saran ........................................................................................................ 18

DAFTAR ACUAN.................................................................................................... 19

ii Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap industri farmasi dalam memproduksi sediaan farmasi harus

menerapkan Good Manufacturing Practices (GMP) atau Cara Pembuatan Obat

yang Baik (CPOB) dalam rangka menjamin mutu, khasiat dan keamanan produk

yang dihasilkan. Implementasi CPOB dalam Industri Farmasi bertujuan untuk

menghindarkan atau meminimalkan risiko, misalnya kontaminasi silang dan

tercampur baurnya produk (mixed up), yang tidak dapat dideteksi melalui

serangkaian uji (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2009).

Salah satu elemen dasar dari CPOB adalah manajemen mutu. Manajemen

mutu merupakan suatu aspek fungsi manajemen yang menentukan arah dan

mengimplementasikan kebijakan tentang mutu. Dalam menjamin mutu suatu

produk obat, tidak dapat hanya mengandalkan pelulusan produk berdasarkan

serangkaian pengujian, tetapi hendaknya dibangun mutu produk sejak awal (build

in quality). Mutu obat tergantung dari bahan awal, proses pembuatan dan

pengawasan mutu, bangunan dan peralatan yang digunakan, serta semua personil

yang terlibat. Selain itu, semua produk obat hendaknya dibuat dalam kondisi yang

dikendalikan dan dipantau dengan cermat agar obat yang dihasilkan dapat selalu

memenuhi persyaratan (Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2009).

Sesuai konsep manajemen mutu tersebut, harus dilakukan evaluasi secara

berkala terhadap mutu produk yang dihasilkan sebagai acuan untuk memperbaiki

mutu produk. Pengkajian mutu produk dilakukan dengan tujuan untuk

membuktikan konsistensi suatu proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal,

bahan pengemas dan obat jadi, untuk melihat tren (trend analysis), evaluasi perlu

atau tidaknya revalidasi dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk

peningkatan kualitas produk dan proses (Badan Pengawas Obat dan Makanan,

2012).

Pengkajian mutu produk dilakukan secara berkala, umumnya dilakukan

tiap tahun dan dituangkan dalam dokumen Pengkajian Produk Tahunan (Annual

Product Review). Annual Product Review dilakukan oleh bagian Pemastian Mutu

atau Quality Assurance (QA) dan dibantu oleh bagian Pengawasan Mutu atau

1 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

2

Quality Control (QC) serta bagian Produksi. Annual Product Review (APR)

dilakukan untuk setiap produk berdasarkan pengkajian risiko untuk menetapkan

proritas produk yang dikaji (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2009).

PT. Sydna Farma merupakan industri farmasi yang memproduksi sediaan

farmasi berupa tablet estrogen dan non estrogen, serta sediaan parenteral berupa

ampul. Secara berkala, seluruh bets produk yang telah diproduksi selama satu

periode tertentu harus dievaluasi untuk memberikan gambaran stabilitas proses

yang terjadi dalam periode tersebut (Sydna Farma, 2012a). Pada awal hingga

akhir tahun 2012, terdapat 26 bets produksi tablet Exluton yang mengandung zat

aktif Linestrenol 0,5 mg. Dalam laporan tugas khusus Praktek Kerja Profesi

Apoteker ini, diuraikan mengenai pembuatan dan penyusunan Annual Product

Review (APR) tablet Exluton (Linestrenol 0,5 mg) yang diproduksi PT. Sydna

Farma sepanjang tahun 2012.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penyusunan laporan tugas khusus Praktek Kerja Profesi

Apoteker di PT. Sydna Farma ini antara lain:

1. Mengetahui dan memahami tahapan menyusun laporan pengkajian dan

penilaian mutu produk tahunan (Annual Product Review) tablet Exluton

periode 2012.

2. Menilai pelaksanaan penyusunan laporan pengkajian dan penilaian mutu

produk tahunan (Annual Product Review) tablet Exluton periode 2012

dibandingkan dengan ketentuan CPOB.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tablet Exluton

Tablet Exluton yang diproduksi oleh PT. Sydna Farma mengandung zat

aktif Linestrenol 0,5 mg dan memiliki dua kemasan untuk tujuan yang berbeda.

Tablet Exluton merupakan tablet yang dijual untuk umum serta tablet Andalan

Laktasi yang diproduksi untuk program pemerintah yaitu mendukung program

Badan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Kedua kemasan ini mengandung

tablet yang sama yaitu Linestrenol 0,5 mg dan diproduksi dengan tahapan yang

sama namun dalam pengemasan mengacu pada dokumen kemasan masing-masing

produk (Departemen Mutu PTSF, 2013).

2.2 Pengkajian Mutu Produk

Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap

semua obat terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan untuk membuktikan

konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan

produk jadi, untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan

untuk produk dan proses. Pengkajian mutu produk secara berkala biasanya

dilakukan tiap tahun dan didokumentasikan, dengan mempertimbangkan hasil

kajian ulang sebelumnya dan hendaklah meliputi paling sedikit:

a. Kajian terhadap bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan untuk

produk, terutama yang dipasok dari sumber baru;

b. Kajian terhadap pengawasan selama proses yang kritis dan hasil pengujian

produk jadi;

c. Kajian terhadap semua bets yang tidak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan

dan investigasi yang dilakukan;

d. Kajian terhadap semua penyimpangan atau ketidaksesuaian yang signifikan,

dan efektivitas hasil tindakan perbaikan dan pencegahan;

e. Kajian terhadap semua perubahan yang dilakukan terhadap proses atau

metode analisis;

3 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

4

Universitas Indonesia

f. Kajian terhadap variasi yang diajukan, disetujui, ditolak dari dokumen

registrasi yang telah disetujui termasuk dokumen registrasi untuk produk

ekspor;

g. Kajian terhadap hasil program pemantauan stabilitas dan segala tren yang

tidak diinginkan;

h. Kajian terhadap semua produk kembalian, keluhan dan penarikan obat yang

terkait dengan mutu produk, termasuk investigasi yang telah dilakukan;

i. Kajian kelayakan terhadap tindakan perbaikan proses produk atau peralatan

yang sebelumnya;

j. Kajian terhadap komitmen pasca pemasaran dilakukan pada obat yang baru

mendapatkan persetujuan pendaftaran dan variasi persetujuan pendaftaran;

k. Status kualifikasi peralatan dan sarana yang relevan misal sistem tata udara

(Heating, Ventilation and Air Conditioning/HVAC), air, gas bertekanan, dan

lain-lain; dan

l. Kajian terhadap kesepakatan teknis untuk memastikannya selalu mutakhir.

Industri farmasi hendaklah melakukan evaluasi terhadap hasil kajian, dan

suatu penilaian hendaklah dibuat untuk menentukan apakah tindakan perbaikan

dan pencegahan ataupun validasi ulang hendaklah dilakukan. Alasan tindakan

perbaikan hendaklah didokumentasikan. Tindakan pencegahan dan perbaikan

yang telah disetujui hendaklah diselesaikan secara efektif dan tepat waktu.

Hendaklah tersedia prosedur manajemen untuk manajemen yang sedang

berlangsung dan pengkajian aktivitas serta efektivitas prosedur tersebut yang

diverifikasi pada saat inspeksi diri. Bila dapat dibenarkan secara ilmiah,

pengkajian mutu dapat dikelompokkan menurut jenis produk, misal sediaan padat,

sediaan cair, produk steril, dan lain-lain (Badan Pengawas Obat dan Makanan,

2012).

Pengkajian mutu produk dilakukan secara berkala, umumnya dilakukan

tiap tahun dan dituangkan dalam dokumen Pengkajian Produk Tahunan (Annual

Product Review). Annual Product Review dilakukan oleh bagian Pemastian Mutu

atau Quality Assurance (QA) dibantu oleh bagian Pengawasan Mutu atau Quality

Control (QC) dan bagian Produksi. Annual Product Review hendaklah dilakukan

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

5

Universitas Indonesia

untuk tiap produk berdasarkan pengkajian risiko untuk menetapkan proritas

produk yang dikaji (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2009).

2.3 Dokumentasi Produksi PT. Sydna Farma (Departemen Mutu PTSF,

2012b)

Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen meliputi

spesifikasi, prosedur, metode, instruksi, laporan dan catatan yang dibutuhkan

untuk perencanaan, kontrol dan evaluasi dari keseluruhan proses di perusahaan

farmasi.

Dokumentasi sangat penting untuk memastikan bahwa setiap petugas

mendapat instruksi secara rinci dan jelas mengenai bidang tugas yang harus

dilakasanakannya sehingga memperkecil resiko terjadinya salah tafsir dan

kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan.

Dokumen produksi antara lain meliputi Batch Manufacturing Record

(BMR), Batch Packaging Record (BPR), Production Document (PD) dan

Packaging Guidance (PG). BMR adalah catatan proses produksi suatu produk

yang berisi tentang tahapan pembuatan obat secara jelas dan terperinci serta

terdapat kolom-kolom untuk mengisi informasi yang diperlukan selama proses

produksi. BPR adalah catatan pengemasan suatu produk yang berisi tentang

tahapan pengemasan obat secara jelas dan terperinci serta terdapat kolom-kolom

untuk mengisi informasi yang diperlukan selama proses pengemasan. PD adalah

dokumen acuan proses produksi suatu produk yang berasal dari pusat. PD

digunakan sebagai acuan dalam pembuatan BMR, sedangkan acuan pembuatan

BPR adalah PG. BMR dan BPR digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan

tahapan proses yang akan dilakukan dalam produksi dan setelah selesai dikerjakan

keduanya disatukan menjadi satu dokumen yaitu Batch History File (BHF).

Good Manufacturing Practice/GMP mensyaratkan adanya penanganan

(mulai dari pembuatan, penerbitan, pencatatan data, penyimpanan hingga

penarikan) dari dokumen PD, PG, BMR dan BPR yang terkontrol dengan baik.

Prosedur penanganan ini bertujuan untuk menghindarkan terjadinya penggunaan

dokumen yang sudah tidak berlaku; memastikan setiap proses dilakukan

berdasarkan prosedur yang benar, sah, dan terkini; menghindarkan terjadinya

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

6

Universitas Indonesia

penyalahgunaan dokumen produksi serta menghindari penggunaan dokumen

produksi oleh personil yang tidak berhak dan berkepentingan. PT. Sydna Farma

telah menetapkan prosedur penanganan baik master dan copy dokumen produksi

untuk tujuan tersebut dalam Standard Operating Procedure (SOP) Prosedur

Penanganan Master BMR, BPR dan PD serta SOP Prosedur Penanganan

Packaging Guidance (PG).

2.4 Prosedur Evaluasi Produk Secara Berkala PT. Sydna Farma

(Departemen Mutu PTSF, 2012a)

Secara berkala, seluruh dari sejumlah bets produk yang telah diproduksi

selama satu periode tertentu harus dievaluasi untuk memberikan gambaran

stabilitas proses yang terjadi dalam periode tersebut. Kegiatan ini disebut sebagai

Product Review atau evaluasi produk secara berkala.

Product Review dilakukan setelah seluruh parameter kritis dari suatu

prosedur standar pembuatan produk ditetapkan sebagai hasil dari validasi

prospektif, konkuren ataupun retrospektif, sehingga kesimpulan akhir yang akan

didapatkan dari Product Review ini adalah kekonsistenan suatu produk untuk

memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan, bila seluruh parameter kritis selama

proses pembuatan produk tersebut dipenuhi dan dipertahankan.

Product Review juga dapat menjadi peringatan awal jika suatu proses

menunjukkan kecenderungan (trend) ke arah penyimpangan hasil spesifikasi,

sehingga penyebabnya dapat segera dievaluasi dan ditangani dengan baik, yang

pada akhirnya mencegah terjadinya bets produk tidak memenuhi syarat. Periode

evaluasi berkala produk yang dilakukan di PT. Sydna Farma adalah setiap satu

tahun sekali (Annual Product Review).

Secara umum prosedur pelaksanaan Annual Product Review atau

pengkajian mutu produk di PT. Sydna Farma meliputi prosedur evaluasi dan

perhitungan indeks kapabilitas.

2.4.1 Prosedur Evaluasi

Pelaksanaan evaluasi dalam pembuatan Product Review di PT. Sydna

Farma mengikuti prosedur sebagai berikut:

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

7

Universitas Indonesia

a. Evaluasi produk dilakukan setiap tahun (annual) terhadap produk yang

diproduksi sebelumnya (dari Januari hingga Desember).

b. Buat penjadwalan evaluasi produk yang akan dievaluasi pada awal periode

(misalnya pada awal tahun).

c. Catat jumlah bets yang akan dievaluasi pada periode tersebut, informasi dapat

diperoleh dari bagian perencanaan atau dari inspektor pengawasan mutu yang

melaksanakan dokumentasi BHF (Batch History File). Berdasarkan jumlah

bets yang didapatkan, lakukan pengumpulan data yang diperlukan untuk

evaluasi dari seluruh BHF yang diproduksi pada periode tersebut.

d. Jumlah bets yang dievaluasi adalah minimum tiga bets. untuk produksi

produk yang kurang dari tiga bets per tahunnya, maka evaluasi dilakukan

dengan mengambil data minimal tiga bets dari tahun sebelumnya.

e. Buat laporan evaluasi produk, menggunakan format laporan yang telah

ditetapkan PT. Sydna Farma. Format bentuk lain dapat dipergunakan sesuai

dengan kesepakatan pihak lain jika ada (misalnya pihak pemberi toll).

f. Evaluasi setiap parameter kritis yang penting dari dari produk berdasarkan

data yang sudah diperoleh dari laporan validasi proses (prospektif, konkuren

atau retrospektif), menggunakan contoh parameter yang harus dievaluasi dari

PT. Sydna Farma.

g. Lakukan perhitungan indeks kapabilitas proses (Cp dan Cpk) dari setiap

paramater kritis, untuk mengetahui stabilitas dan konsistensi dari proses

produksi selama periode yang bersangkutan dari produk tersebut.

h. Berdasarkan perhitungan indeks kapabilitas proses, buat rekomendasi

perbaikan yang diperlukan terhadap suatu parameter kritis tertentu.

i. Beri nomor laporan berdasarkan SOP yang terkait.

2.4.2 Perhitungan Indeks Kapabilitas

Indeks kapabilitas proses (Cp dan Cpk) merupakan indeks kemampuan

sederhana yang mengaitkan rentang batas spesifikasi yang diperkenankan, yaitu

Upper Specification Limit dan Lower Specification Limit (USL – LSL) dengan

hasil pengukuran variasi proses yang sebenarnya dinyatakan oleh 6 sigma, dimana

sigma merupakan nilai taksir simpangan baku proses.

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

8

Universitas Indonesia

Cpk = atau =

a. Rumus perhitungan Cp

Cp = (USL – LSL)/6σ .....................................................................................(1)

Keterangan:

USL : Upper Specification Limit

LSL : Lower Specification Limit

σ (Sigma) : Simpangan baku standar dari rata-rata nilai parameter kritis (SD)

b. Interpretasi nilai Cp

Cp <1 berarti variasi proses melebihi spesifikasi, sehingga akan terjadi jumlah

defek yang signifikan, dan proses tersebut tidak stabil.

Cp =1 berarti bahwa proses tersebut dapat memenuhi spesifikasi. Terjadi

jumlah defek sebanyak 0,3% dan lebih banyak lagi apabila proses tidak

ditengah-tengah.

Cp >1 berarti variasi proses lebih kecil dari spesifikasi, namun defek dapat

terjadi jika proses tidak ditengah-tengah (harga tengah proses tidak berimpitan

dengan nilai sasaran)

c. Rumus perhitungan Cpk

USL - X X - LSL ......................................................................(3)

3σ 3σ

Keterangan:

: Nilai rata-rata

USL : Upper Spesification Limit

LSL : Lower Specification Limit

σ (Sigma) : Simpangan baku standar dari rata-rata nilai parameter kritis (SD)

d. Interpretasi nilai Cpk

Nilai Cpk Interpretasi

Cpk ≥ 1,67 Sangat memadai

1,67 ≥ ≥ 1,33 Memadai

1,33 ≥ ≥ 1,00 Biasa-biasa saja

1,00 ≥ ≥ 0,67 Tidak memadai

0,67 ≥ Buruk

Rekomendasi perbaikan harus dilakukan apabila nilai Cp < 1,00 dan nilai Cpk

< 1,00.

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

9

Universitas Indonesia

2.5 Isi dari Annual Product Review PT. Sydna Farma (Departemen Mutu

PTSF, 2012a)

Dokumen peninjauan dan penilaian tahunan terhadap produk (Annual

Product Review) PT. Sydna Farma berisi kajian-kajian antara lain:

2.5.1 Pendahuluan

Berisi definisi Product Review, yaitu evaluasi rutin secara berkala yang

dilakukan untuk memastikan bahwa proses dan prosedur produksi yang telah

digunakan selama periode waktu tertentu tetap memberikan hasil yang sesuai

dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Selain itu, kegiatan Product Review juga

berfungsi sebagai tanda ketika terdapat kecenderungan produk yang mengalami

penyimpangan dari spesifikasi sehingga tindakan perbaikan dengan cepat dapat

dilakukan dan menghindari penolakan bets yang diproduksi.

2.5.2 Tujuan

Berisi mengenai tujuan APR yaitu untuk memberikan analisis tren (trend

analysis) produk selama produksi waktu tertentu sehingga kecenderungan

terhadap penyimpangan dapat terlihat dan diselesaikan dengan jelas.

2.5.3 Ringkasan dan Kesimpulan Akhir

Berisi ringkasan dan kesimpulan mengenai produk yang dikaji, antara lain

kesimpulan akhir apakah produk telah menghasilkan produk yang selalu

memenuhi spesifikasi atau tidak; serta keterangan tambahan lain yang dilampirkan

jika ada.

2.5.4 Ringkasan Produk yang Dievaluasi

Ringkasan produk berisi nama produk, periode evaluasi, total jumlah bets

yang diproduksi, jumlah bets yang ditolak, jumlah penyimpangan yang terjadi,

perubahan selama periode pengkajian, jumlah investigasi kegagalan (Failure

Investigation), jumlah keluhan (Pharmaceutical Technical Complaints) dan

penarikan kembali produk (Product Recall).

2.5.5 Bahan dan Metode

Berisi mengenai semua data produk mulai dari komposisi per tablet dan

per bets produksi, gambaran umum proses dan prosedur pembuatan, besar bets

yang diproduksi, metode dan mesin-mesin yang digunakan selama proses

produksi dan parameter kritis dari setiap tahapan produksi.

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

10

Universitas Indonesia

2.5.6 Hasil

Hasil dalam APR meliputi aspek produksi dan pengujian QC. Pada aspek

produksi terdiri dari pengkajian dan penilaian parameter kritis, parameter yang

diuji selama proses produksi. Sedangkan untuk aspek pengujian QC terdiri dari

pengujian rutin dan spesifikasi serta hasil dari pengujian QC.

2.5.7 Pembahasan

Aspek yang ditinjau di pembahasan meliputi:

2.5.7.1 Jumlah penolakan bets yang terjadi selama periode evaluasi.

Jumlah penolakan bets berisi mengenai data keterangan dan jumlah bets

yang ditolak selama produksi jika terdapat produk yang ditolak.

2.5.7.2 Penyimpangan yang terjadi selama periode evaluasi.

Penyimpangan yang terjadi atau ketidaksesuaian selama proses maupun

hasil dicatat sebagai laporan dan didokumentasikan sebagai Non Conformance

(NC) Report. NC yang terjadi selama tahun tersebut berisi NC number dan

penjelasan mengenai NC yang terjadi serta langkah perbaikan yang diambil.

Status NC yang selesai dinyatakan dengan NC Closed. Sifat penyimpangan juga

harus dinilai dari ketiga kategori yang sudah ditetapkan yaitu kategori 1

berdasarkan pengaruh terhadap mutu dan keamanan produk, pekerja dan fasilitas

produksi; kategori 2 berdasarkan penyebab terjadinya penyimpangan; serta

kategori 3 yang merupakan penjelasan dari kategori 2 (Departemen Mutu, 2013b).

Penyimpangan kategori 1 dibedakan menjadi kritis, mayor dan minor:

a. Kritis: penyimpangan yang dapat memengaruhi terjadinya penarikan produk

karena beresiko terhadap kesehatan pasien. Dari aspek K3 (Kesehatan dan

Keselamatan Lingkungan Kerja), dampak ini dapat mengancam kesehatan dan

keamanan pekerja. Contoh penyimpangan kategori kritis adalah produk

mixed-up, penandaan yang salah, kontaminasi silang, hasil sterilitas diluar

spesifikasi.

b. Mayor: penyimpangan yang dapat memengaruhi terjadinya kerusakan produk

sehingga mengurangi waktu paruh akan tetapi resiko kesehatan dapat

dipertimbangkan sesuai resikonya. Dari aspek K3, penyimpangan dapat

berpengaruh terhadap kesehatan dan keamanan pekerja tapi tidak mengancam

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

11

Universitas Indonesia

kesehatan. Contoh penyimpangan kategori mayor adalah kadaluarsa/status

label kalibrasi, pemantauan mikroba diluar spesifikasi.

c. Minor: penyimpangan yang hanya memiliki dampak kecil pada mutu produk.

Dari aspek K3, penyimpangan ini hanya memiliki dampak yang sangat kecil

terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja. Contoh penyimpangan kategori

minor adalah pencahayaan pada area produksi yang tidak mencukupi.

Penyimpangan kategori 2 dibedakan berdasarkan akar masalah/penyebab

terjadinya penyimpangan, yaitu dari aspek kedisiplinan/kesalahan manusia, aspek

sistem, serta aspek infrastruktur atau fasilitas.

a. Aspek kedisiplinan/kesalahan manusia: penyimpangan yang berasal dari

perseorangan (kesalahan manusia/human error). Contohnya adalah tidak

konsistennya dokumentasi dari logbook.

b. Aspek sistem: penyimpangan yang berasal dari kurangnya petunjuk/pedoman

atau prosedur yang tidak berlaku lagi di CPOB maupun instruksi kerja lain

yang ditemukan saat kalibrasi, validasi atau saat perencaanan. Contohnya

adalah mesin yang belum tervalidasi atau tidak adanya SOP untuk suatu mesin

dan peralatan.

c. Fasilitas/infrastruktur: penyimpangan yang berasal langsung dari suatu

fasilitas/infrastruktur di pabrik. Contohnya adalah kerusakan pada dinding

pabrik, peralatan alat pelindung diri operator yang tidak tersedia maupun

mesin yang telah rusak.

Penyimpangan kategori 3 merupakan penjelasan dari kategori 2, yaitu:

a. Aspek Kedisiplinan: aspek pelabelan/labelling (L), aspek dokumentasi (D)

dan aspek kebersihan area kerja/cleanliness working area (C).

b. Aspek Sistem: masalah perencanaan/planning (P), masalah kurangnya

prosedur (P) dan masalah pada kalibrasi/calibration (C) atau validasi (V).

c. Aspek Fasilitas: berkaitan dengan bangunan (B), mesin (M) dan peralatan

pendukung/supporting equipment (S).

d. Lain-lain: penyimpangan atau ketidaksesuaian yang berasal dari aspek lain

yang telah ditentukan.

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

12

Universitas Indonesia

2.5.7.3 Perubahan yang terjadi selama periode evaluasi.

Perubahan yang terjadi dan mempengaruhi mutu produk dicatat sebagai

Change Request Form (CRF). CRF adalah suatu formulir usulan perubahan yang

digunakan sabagai bukti terdokumentasi untuk pengusulan dan pelaksanaan

perubahan. Tingkat perubahan yang terjadi dibagi menjadi (Departemen Mutu

PTSF, 2013c):

a. Major change (perubahan signifikan): perubahan yang berpengaruh terhadap

status validasi, regulatori/registrasi, dan kualitas produk jadi.

b. Minor change: perubahan yang tidak berpengaruh langsung terhadap kualitas

produk dan status validasi, kualifikasi, registrasi dan prinsipal. Contohnya

perubahan prosedur kerja yang tidak memerlukan revalidasi, sehingga tidak

berdampak pada komitmen dan dokumen yang diajukan ke regulatori.

2.5.7.4 Evaluasi terhadap investigasi kegagalan (Failure Investigation)

Investigasi atau penyelidikan kegagalan diperlukan ketika ditemukan hasil

uji di luar spesifikasi (HULS) atau out of specification (OOS). Prosedur

penanganan HULS bertujuan untuk mengetahui sumeber kesalahan untuk

kemudian dapat ditentukan prosedur analisa ulangnya. Evaluasi hasil pemeriksaan

mutu meliputi bahan baku, produk antara dan produk jadi serta pemeriksaan

stabilitas di laboratorium kimia. Prosedur analisa ulang hanya berlaku untuk

pemeriksaan kimia secara umum. Sedangkan untuk pemeriksaan keseragaman

kadar, uji disolusi dan waktu hancur, prosedur analisa ulangnya dilakukan sesuai

dengan ketentuan pada farmakope. Investigasi kegagalan pemeriksaan dilakukan

oleh QC Supervisor dan dilaporkan kepada Manajer Mutu untuk mengevaluasi

penyelidikan lengkap dan pengambilan keputusan akhir mengenai status produk

yang bersangkutan (Departemen Mutu PTSF, 2011a).

2.5.7.5 Keluhan atau Pharmaceutical Technical Complaints

Keluhan produk di PT. Sydna Farma (PTSF) mencakup penanganan

keluhan produk karena cacat kualitas atau disebut juga Product Quality

Complaints (PQC) dan keluhan yang berkaitan dengan aspek medis atau Medical

Complaints yaitu Adverse Event (AE) baik untuk produk PTSF, produk lisensi

maupun toll manufacturing. PQC merupakan keluhan produk cacat termasuk

keluhan mengenai dugaan pemalsuan produk. PQC tidak mencakup keluhan yang

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

13

Universitas Indonesia

berkaitan dengan efek samping obat. Klasifikasi keluhan produk dilakukan oleh

QA Supervisor berdasarkan diskusi dengan Manajer Mutu. Klasifikasi keluhan

produk tersebut dibagi menjadi tiga kelas, yaitu (Departemen Mutu PTSF, 2011b):

a. Kelas I: mengakibatkan resiko serius bagi pasien atau kematian. Contohnya

adalah overdosis atau tidak bekerjanya efek terapi dari bahan aktif atau

senyawa urainya.

b. Kelas II: menyebabkan efek samping serius yang bersifat sementara atau yang

bersifat reversible.

c. Kelas III: tidak berakibat terhadap aspek kesehatan pasien. Contohnya volume

pengisian yang tidak benar (preparat multidosis), tidak lengkap jumlah

tablet/kapsul/blister/strip/ampul dalam sauatu kemasan, serta kerusakan minor

dari kemasan yang tidak berpengaruh terhadap kualitas produk.

2.5.7.6 Penarikan kembali produk yang terjadi selama periode evaluasi.

Keputusan penarikan kembali produk dapat berasal dari keluhan

pelanggan ataupun evaluasi internal. Klasifikasi penarikan kembali produk

dibedakan menjadi tiga kelas, yaitu (2011c):

a. Kelas I: keadaan dimana ada kemungkinan yang beralasan saat

penggunan/pemakaian produk cacat dapat mengancam kesehatan dan atau

menyebabkan resiko serius terhadap kesehatan bahkan kematian.

b. Kelas II: keadaan dimana saat penggunaan/pemakaian produk cacat

menyebabkan penyakit tapi tidak tergolong dalam kelas I.

c. Kelas III: keadaan dimana terdapat kemungkinan dan resiko saat

penggunaan/pemakaian suatu produk yang tidak termasuk kelas I dan II tapi

tidak menyebabkan bahaya signifikan terhadap kesehatan, namun

menyebabkan penarikan untuk alasan lainnya.

2.5.7.7 Investigasi stabilitas yang terjadi selama periode evaluasi.

Investigasi dilakukan sesuai data pengujian stabilitas oleh QC.

2.5.7.8 Perhitungan kapabilitas proses potensial (Cp) dan Indeks Kapabilitas

Proses (Cpk) terhadap semua parameter kritis dan interpretasinya.

Perhitungan dan interpretasi sesuai dengan perhitungan indeks kapabilitas.

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

BAB 3

14 Universitas Indonesia

14

METODOLOGI TUGAS KHUSUS

3.1 Waktu dan Tempat

Tugas khusus di Departemen Mutu PT. Sydna Farma adalah menyusun

laporan Peninjauan dan Penilaian Mutu Produk Tahunan (Annual Product

Review) terhadap produk tablet Exluton (Linestrenol 0,5 mg) periode 2012.

Kegiatan penyusunan Annual Product Review (APR) ini dilakukan selama bulan

April – Mei 2013.

3.2 Metode Pengkajian

Pengkajian/review dilakukan terhadap 26 bets tablet Exluton yang

diproduksi pada periode sepanjang tahun 2012. Analisis dan pengkajian terhadap

proses produksi dilakukan berdasarkan Batch History File (BHF) yang berisi

Batch Manufacturing Record (BMR) dan Batch Packaging Record (BPR),

sedangkan pengkajian terhadap pemeriksaan pengawasan mutu/Quality Control

(QC) dilakukan berdasarkan Control of Specification (CS) baik eksternal maupun

internal (Departemen Mutu PTSF, 2012c dan Departemen Mutu PTSF 2012d).

Pada 26 bets produk tablet Exluton, semua proses produksi dari 26 bets

mengacu pada BMR-tab-090-05 serta dokumen BPR-pac-095-L-06 untuk Exluton

dan BPR-pac-091-L-06 untuk Andalan Laktasi. Sedangkan untuk analisis QC

semua 26 bets produk diperiksa dengan mengacu pada CS nomor 050829-05.

Pembuatan APR dimulai dengan menyusun raw data yang diperoleh dari Batch

Record, pembuatan trend analysis dari parameter-parameter kritis IPC serta

pembuatan perhitungan statistik control limit dari parameter kritis untuk

mengetahui kapabilitas proses. Pembuatan APR ini mengacu pada Prosedur

Evaluasi Produk Secara Berkala di PT. Sydna Farma.

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

BAB 4

15 Universitas Indonesia

15

HASIL DAN PEMBAHASAN

Di dalam konsep manajemen mutu di dalam Cara Pembuatan Obat yang

Baik (CPOB), semua produk obat hendaknya dibuat dalam kondisi yang

dikendalikan dan harus dilakukan evaluasi secara berkala terhadap mutu produk

yang dihasilkan agar produk dapat selalu memenuhi persyaratan serta sebagai

acuan untuk memperbaiki mutu produk. Pengkajian mutu produk dilakukan secara

berkala, umumnya dilakukan tiap tahun dan dituangkan dalam dokumen

Pengkajian Produk Tahunan (Annual Product Review/APR) (Badan Pengawas

Obat dan Makanan, 2012). Sesuai CPOB tersebut, PT. Sydna Farma telah

melaksanakan kegiatan evaluasi produk secara berkala (Product Review) yaitu

seluruh bets produk yang telah diproduksi selama satu periode tertentu secara

berkala harus dievaluasi untuk memberikan gambaran stabilitas proses yang

terjadi (Departemen Mutu PTSF, 2012a).

Penyiapan APR dilakukan oleh bagian pemastian mutu PT. Sydna Farma

setiap tahun sekali. Jika bets yang diproduksi dalam 1 tahun kurang dari 10 bets,

maka pengkajian dan penilaian terhadap mutu produk dilakukan berdasarkan data

produk 2 atau 3 tahun produksi. Pelaksanaan APR di PT. Sydna Farma telah

sesuai dengan CPOB 2012, yaitu dilaksanakan setiap tahun untuk setiap produk

oleh bagian pemastian mutu dengan dibantu oleh bagian pengawasan mutu dan

bagian produksi.

Secara umum, tim kerja pembuatan APR di PT. Sydna Farma adalah

Compliance Pharmacist (membuat laporan produk secara berkala, membuat

kesimpulan akhir dan rekomendasi perbaikan proses berdasarkan hasil evaluasi

serta mendokumentasikan laporan evaluasi produk secara berkala): Production

Manager dan Factory Manager (memeriksa laporan evaluasi produk secara

berkala dan mengambil langkah-langkah perbaikan proses produksi apabila

diperlukan bersama-sama dengan Quality Manager); serta Manajer Mutu/Quality

Manager (meneyetujui laporan evaluasi secara berkala dan memutuskan tindakan

perbaikan proses produksi apabila diperlukan berdasarkan laporan evaluasi

produk tersebut (Departemen Mutu PTSF, 2012a).

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

16

Universitas Indonesia

Kegiatan penyusunan APR tablet Exluton periode 2012 dilakukan pada

bulan Mei – Juni 2013. Penyusunan laporan APR ini mengacu pada Prosedur

Operasional Standar PT. Sydna Farma mengenai Prosedur Evaluasi Produk secara

Berkala (Product Review). Tujuan dari product review adalah untuk meninjau dan

memastikan konsistensi dari suatu proses, mengevaluasi tren hasil produksi untuk

akhirnya dapat memutuskan perlu atau tidaknya dilakukan perbaikan suatu proses,

perubahan spesifikasi, dan kemungkinan revalidasi.

Penyusunan APR dimulai dengan penyusunan raw data yang datanya

diperoleh dari BMR dan BPR. BMR terdiri atas catatan pengolahan bets dan

catatan hasil pemeriksaan QC, sedangkan BPR terdiri atas catatan pengemasan

bets primer dan sekunder. Data dari parameter-parameter IPC (berat rata-rata,

keseragaman kandungan, kekerasan, keregasan, assay, waktu hancur, dan laju

disolusi), yield granulate, yield tablet dan yield pengemasan dalam raw data

tersebut diolah secara statistik sehingga diperoleh nilai minimal dan maksimal,

nilai rata-rata, dan simpangan baku relatif. Setelah itu, dibuat trend analysis dari

parameter-parameter tersebut. Trend analysis dimaksudkan untuk menganalisis

apakah nilai dari parameter-parameter tersebut masih berada di dalam spesifikasi

yang telah ditetapkan atau tidak, serta untuk melihat kecenderungan tren atau

persebaran data terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan.

Setelah dilakukan trend analysis, dibuat perhitungan statistik control limit

dari parameter kritis untuk mengetahui kapabilitas proses. Kapabilitas proses

menjadi hal terpenting untuk dikaji dalam APR. Tujuan dari mengetahui

kapabilitas proses dari parameter-parameter kritis produksi dan IPC adalah untuk

melihat kecenderungan persebaran data dan mengukur konsistensi proses dalam

menghasilkan produk sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.

Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, tim kerja penyusunan APR akhirnya dapat

memutuskan perlu atau tidaknya dilakukan perbaikan suatu proses, perubahan

spesifikasi, dan kemungkinan revalidasi. Indeks kapabilitas tablet Exluton

diperoleh dari nilai Cp dan Cpk dari parameter kadar air granulat, yield granulat

dasar, yield granulat aktif, keseragaman bobot rata-rata, keseragaman kandungan

dan assay, waktu hancur, kekerasan, ketebalan tablet dan laju disolusi, serta yield

pengemasan. Jika terdapat parameter yang kapabilitas prosesnya tidak memenuhi

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

17

Universitas Indonesia

syarat, harus dianalisis penyebabnya serta pada bagian ringkasan dan kesimpulan

akhir evaluasi dapat dicantumkan rekomendasi untuk meningkatkan nilai

kapabilitas proses tersebut pada periode selanjutnya.

Selain trend analysis dan kapabilitas proses, dalam laporan APR tablet

Exluton juga dilakukan pengkajian terhadap produk selama periode 2012, antara

lain mencakup:

a. Pendahuluan.

b. Tujuan.

c. Ringkasan dan Kesimpulan Akhir.

d. Ringkasan Produk.

e. Bahan dan Metode.

f. Hasil.

g. Pembahasan.

h. Jumlah penolakan bets yang terjadi selama periode evaluasi.

i. Penyimpangan yang terjadi selama periode evaluasi.

j. Perubahan yang terjadi selama periode evaluasi.

k. Evaluasi terhadap investigasi kegagalan (Failure Investigation).

l. Keluhan atau Pharmaceutical Technical Complaints.

m. Penarikan kembali produk yang terjadi selama periode evaluasi.

n. Investigasi stabilitas yang terjadi selama periode evaluasi.

o. Perhitungan kapabilitas proses potensial (Cp) dan indeks kapabilitas.

Isi dari laporan APR tablet Exluton periode 2012 yang disebutkan di atas

telah memenuhi ketentuan CPOB 2012 mengenai hasil-hasil yang perlu dikaji

dalam pengkajian mutu produk yang dilakukan secara berkala.

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

Universitas Indonesia 18

18

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a Penyusunan laporan pengkajian dan penilaian produk tahunan atau Annual

Product Review (APR) tablet Exluton PT. Sydna Farma periode 2012

dilakukan dengan tahapan menyusun raw data, membuat trend analysis dari

parameter-parameter kritis selama produksi dan In process Control (IPC),

serta yield pengemasan, kemudian menyusun Annual Product Review dengan

mengacu pada Prosedur Tetap Prosedur Evaluasi Produk Secara Berkala PT.

Sydna Farma (Annual Product Review).

b Penyusunan laporan pengkajian dan penilaian tahunan (Annual Product

Review) tablet Exluton periode 2012 telah dilakukan dengan hasil-hasil yang

dikaji dalam laporan tersebut telah sesuai dengan ketentuan CPOB 2012.

5.2 Saran

PT. Sydna Farma hendaknya mempertahankan kinerja yang telah sesuai

dengan CPOB yang berlaku yaitu dengan melakukan penyusunan laporan Annual

Product Review terhadap produk-produknya setiap tahun agar dapat

mempertahankan mutu produk, serta dengan selalu mengikuti prosedur tetap

untuk proses produksi dan pengujian serta dokumentasi untuk mendukung hasil

yang konsisten untuk mutu, khasiat dan keamanan produk yang akan dilepas di

pasaran.

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351445-PR-Kartika Widyanty-Laporan... · HALAMAN PENGESAHAN iii . Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan

Universitas Indonesia 19

19

DAFTAR ACUAN

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2009). Petunjuk Operasional pedoman

Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: BPOM RI.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2012). Pedoman cara pembuatan obat

yang baik. Jakarta: BPOM RI.

Departemen Mutu PTSF. (2013a). Annual Product Review Exluton Tablet 2012 –

2013.Jakarta: PTSF.

Departemen Mutu PTSF. (2013b). “Non Conformance Report/Request” (SOP

600-ga-30-08). Jakarta: PTSF.

Departemen Mutu PTSF. (2013c). Prosedur “Change Control” (SOP 600-ga-31-

09-B). Jakarta: PTSF.

Departemen Mutu PTSF. (2012a). Prosedur evaluasi produk secara berkala (SOP

600-ga-73-04-B). Jakarta: PTSF.

Departemen Mutu PTSF. (2012b). Prosedur penanganan dokumen BMR, BPR

dan PD (SOP 600-ga-96-04-B). Jakarta: PTSF.

Departemen Mutu PTSF. (2012c). Kontrol Spesifikasi Eksternal (Dokumen

050829-05-EXT). Jakarta: PTSF.

Departemen Mutu PTSF. (2012d). Kontrol Spesifikasi Internal (Dokumen

050829-05-INT). Jakarta: PTSF.

Departemen Mutu PTSF. (2011a). Penanganan HUDS (Hasil Uji Diluar

Spesifikasi) pada laboratorium kimia (SOP-610-anl-36-09-B). Jakarta:

PTSF.

Departemen Mutu PTSF. (2011b). Penanganan terhadap Keluhan Produk (SOP-

610-ga-32-05-B). Jakarta: PTSF.

Departemen Mutu PTSF. (2011c). “Recall Procedure” (SOP-610-ga-38-04).

Jakarta: PTSF.

Laporan praktek…., Kartika Widyanti, FF, 2013