universitas indonesia laporan praktek kerja …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-pr-emma...

118
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR PERIODE 17 – 28 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER EMMA RACHMANISA S, S.Farm. 1206329562 ANGKATAN LXXVII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014 Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Upload: lekiet

Post on 16-Feb-2018

258 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI

JAKARTA TIMUR PERIODE 17 – 28 JUNI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

EMMA RACHMANISA S, S.Farm.

1206329562

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK JANUARI 2014

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI

JAKARTA TIMUR PERIODE 17 – 28 JUNI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

EMMA RACHMANISA S, S.Farm.

1206329562

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK JANUARI 2014

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

iii

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

iv

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

v

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja

Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta

Timur. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan guna

menyelesaikan pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas

Indonesia. Pada penulisan laporan ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan,

arahan, bantuan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi.

2. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt., selaku Pejabat Sementara Dekan

Fakultas Farmasi sampai dengan 20 Desember 2013.

3. Dr. Harmita, Apt., sebagai Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia.

4. drg. Yuditha Enda P. M.Kes. selaku Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota

Administrasi Jakarta Timur yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk melaksanakan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur.

5. Drg. Murni Hayati, M.Si selaku Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan PKPA di

Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur.

6. Dra. Dyan Sulistyorini, Apt., selaku Pembimbing I dan Koordinator Farmasi

Makanan dan Minuman yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada

penulis selama periode PKPA.

7. Dr. Fadlina Chany Saputri, M.Si., Apt. selaku Pembimbing II yang telah

memberikan masukan selama penulisan laporan.

8. Bapak dan Ibu staf pengajar beserta segenap karyawan Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

vii

9. drg. Margaretha S.D.W., selaku Koordinator Tenaga Kesehatan yang telah

memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada penulis selama

PKPA berlangsung.

10. Seluruh staf Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur yang

telah menerima dan membantu penulis selama melaksanakan kegiatan PKPA.

11. drg. S. Sholikhah Darmawie selaku kepala Puskesmas Kecamatan Cipayung

yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melakukan PKPA.

12. Marasianna Simamora selaku koordinator diklid Puskesmas Kecamatan

Cipayung yang telah memberikan bantuan selama PKPA berlangsung.

13. Hari Sulistiyono, S.Si, Apt selaku Apoteker Puskesmas Kecamatan Cipayung

yang telah memberikan arahan selama PKPA berlangsung.

14. Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang telah menerima dan

membantu penulis selama melaksanakan kegiatan PKPA.

15. Seluruh keluarga tercinta atas kasih sayang, dukungan, perhatian, semangat

dan doa yang telah diberikan, yang senantiasa sabar dan tanpa lelah

memberikan dukungan moril dan materil serta semangat, motivasi, dan

bantuan kepada penulis.

16. Teman-teman Apoteker Angkatan 77, atas dukungan dan kerja samanya.

17. Semua pihak yang telah banyak membantu hingga terselesaikannya laporan

PKPA ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pihak

yang membaca. Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan dan

pengalaman yang diperoleh selama menjalani PKPA yang dituangkan dalam

laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Penulis

2014

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

viii

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

ix

ABSTRAK

Nama : Emma Rachmanisa Subekti, S.Farm.

NPM : 1206329562

Program Studi : Profesi Apoteker

Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas

Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur Periode 17

Juni – 28 Juni 2013

Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi

Jakarta Timur bertujuan untuk memahami tugas dan fungsi Suku Dinas Kesehatan

Kota Jakarta Timur dan juga memahami tugas pokok dan fungsi dari bagian

tenaga kesehatan, bagian standarisasi mutu kesehatan dan bagian farmasi,

makanan dan minuman yang termasuk di dalam seksi sumber daya kesehatan

(SDK). Sedangkan tujuan dari tugas khusus adalah untuk mengetahui pelayanan

kefarmasian di Puskesmas Kecamatan Cipayung periode Januari-Maret 2013.

Kata kunci : Pelayanan kefarmasian, Puskesmas, Suku Dinas Kesehatan Kota

Administrasi Jakarta Timur.

Tugas umum : xiii + 55 halaman; 2 lampiran

Tugas khusus : vii + 42 halaman; 6 tabel; 1 gambar; 4 lampiran

Daftar Acuan Tugas Umum : 21 (1999-2012)

Daftar Acuan Tugas Khusus : 16 (1989-2013)

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

x

ABSTRACT Name : Emma Rachmanisa Subekti, S.Farm.

NPM : 1206329562

Program Study : Apothecary profession

Title : Pharmacist Internship Program at Health Agency of

East Jakarta Period 17 June to 28 June 2013

Pharmacists Professional Practice in Health Agency of East Jakarta aims to

understand the duties and functions of parts of East Jakarta Health Office and also

to understand the duties and functions of the part of health personnel, parts

standardization and quality health pharmacy, food and beverage included in the

resources in the health section (SDK). While the purpose of the special

assignment is to determine the health center pharmacy service in the District

Cipayung Period January-March 2013.

Keywords:Pharmacy services, health center, Health Agency of East Jakarta

General Assignment : xiii + 55 pages; 2 appendix

Specific Assignment : vii + 42 halaman; 6 tables; 1 images; 4 appendix

Bibliography of General Assignment: 21 (1999-2012)

Bibliography of Specific Assignment: 16 (1989-2013)

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii HALAMAN ORISINALITAS…………………………………………………..v KATA PENGANTAR…………………………………………………………..vi HALAMAN PUBLIKASI……………………………………………………..viii ABSTRAK……………………………………………………………………….ix ABSTRACT…………………………………………………………………...…x DAFTAR ISI………………………………………………………………….…xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2 Tujuan ............................................................................................. 2 BAB 2. TINJAUAN UMUM .............................................................................. 4 2.1 Instansi Kesehatan ........................................................................... 4 2.2 Suku Dinas Kesehatan Kota Administratif Jakarta Timur ................ 5 2.2.1 Visi dan Misi ........................................................................ 7 2.2.2 Sasaran Mutu ........................................................................ 7 2.2.3 Struktur Organisasi .............................................................. 8 BAB 3. TINJAUAN KHUSUS ......................................................................... 15 3.1 Seksi Sumber Daya Kesehatan ...................................................... 15 3.1.1 Dasar Hukum ...................................................................... 15 3.1.2 Ruang Lingkup ................................................................... 18 3.2 Koordinator Tenaga Kesehatan ...................................................... 18 3.2.1 Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian ................. 18 3.2.2 Izin Praktik Dokter ............................................................. 21 3.3 Koordinator Standarisasi Mutu Kesehatan ..................................... 23 3.4 Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman .............................. 25 3.4.1 Apotek ................................................................................ 26 3.4.2 Toko Obat .......................................................................... 31 3.4.3 Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) ............................. 32 3.4.4 Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK) .......................... 33 3.4.5 Pangan Industri Rumah Tangga .......................................... 34 BAB 4. PEMBAHASAN .................................................................................. 36 4.1 Koordinator Tenaga Kesehatan ...................................................... 37 4.2 Koordinator Standarisasi Mutu Kesehatan ..................................... 38 4.3 Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman .............................. 39 4.3.1 Apotek ................................................................................ 41 4.3.2 Toko Obat .......................................................................... 44 4.3.3 Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) ............................. 45

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

xii

4.3.4 Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK) .......................... 46 4.3.5 Pangan Industri Rumah Tangga .......................................... 46 BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 49 5.1 Kesimpulan ................................................................................... 49 5.2 Saran ............................................................................................. 50 DAFTAR ACUAN ........................................................................................... 51 LAMPIRAN ..................................................................................................... 54

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan…………………. 54 Lampiran 2. Bagan Struktur organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur………………………………………………...………… 55

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara

sosial dan ekonomis. Setiap orang berhak atas kesehatan. Pembangunan kesehatan

bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang

produktif secara sosial maupun ekonomis (Undang-Undang No.36 Tahun 2009,

2009).

Departemen kesehatan telah menyelenggarakan serangkaian kegiatan di

bidang kesehatan guna meningkatkan pelayanan kesehatan dan menjadikannya

lebih efisien, efektif serta terjangkau oleh masyarakat. Namun, walaupun sudah

mencapai banyak kemajuan, sebagian besar masyarakat Indonesia, baik di

pedesaan maupun perkotaan, masih sulit mendapatkan pelayanan kesehatan

meskipun dalam skala minimum. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan ini

sebenarnya membutuhkan peran aktif dari seluruh anggota masyarakat dan

pemerintah (Keputusan Menteri Kesehatan No.1202/MENKES/SK/VIII/2003,

2003)

Sistem otonomi daerah menjadikan Pemerintah Pusat melakukan

pendelegasian wewenang kepada Pemerintah Daerah (Undang-Undang Nomor 22

Tahun 1999, 1999). Kewenangan pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah

harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan pembiayaan, sarana dan

prasarana serta sumber daya manusia sesuai dengan kewenangan yang diserahkan

tersebut. Salah satu pendelegasian wewenang adalah dalam hal pengelolaan

kesehatan (Peraturan Pemerintah No 25 Tahun 2000, 2000). Pembangunan

kesehatan yang diupayakan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta diatur dalam

suatu aturan yaitu Sistem Kesehatan Daerah (Peraturan Gubernur DKI Jakarta No

150 Tahun 2009, 2009).

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

2

Universitas Indonesia

Pemerintah DKI Jakarta melalui Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

No. 150 Tahun 2009 mendirikan Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) di setiap Kota

Administrasi yang berada di DKI Jakarta yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Utara,

Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur. Suku Dinas Kesehatan Jakarta

Timur merupakan perpanjangan tangan dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI untuk

mempermudah tugas dan tanggung jawabnya dalam pelaksanaan pembinaan,

pengawasan, dan pengendalian dalam kegiatan penyelenggaraan kesehatan

lingkungan, kesehatan masyarakat, dan pelayanan kesehatan baik pelayanan

kesehatan perorangan, rujukan, khusus, tradisional, maupun keahlian dimana

dalam hal ini Puskesmas termasuk di dalamnya.

Sebagai sumber daya manusia yang berperan dalam pelayanan kesehatan,

Apoteker memiliki peran dan fungsi dalam Suku Dinas Kesehatan. Peran dan

fungsi tersebut berkaitan dengan pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi cara

perizinan, serta pembinaan, pengawasan, dan pengendalian dari pelayanan

kesehatan, termasuk sarana dan tenaga kesehatan. Oleh karena itu, Fakultas

Farmasi Universitas Indonesia bekerja sama dengan Suku Dinas Kesehatan Kota

Administrasi Jakarta Timur dalam mengadakan kegiatan Praktek Kerja Profesi

Apoteker (PKPA). Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan pada

tanggal 17 - 28 Juni 2013 dengan tujuan untuk memberikan gambaran mengenai

peran profesi apoteker di Suku Dinas Kesehatan serta memberikan pengalaman.

1.2 Tujuan

Pelaksanaan PKPA (Praktek Kerja Profesi Apoteker) di Suku Dinas

Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur bertujuan agar mahasiswa calon

Apoteker:

a. Mengetahui tugas dan fungsi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi

Jakarta Timur.

b. Mengetahui bagian Seksi Sumber Daya Kesehatan Suku Dinas Kesehatan

Kota Administasi Jakarta Timur.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

3

Universitas Indonesia

c. Mengetahui tugas dan fungsi Seksi Sumber Daya Kesehatan Suku Dinas

Kesehatan Kota Administasi Jakarta Timur.

d. Mengetahui dan memahami gambaran umum Puskesmas di wilayah Kota

Administratif Jakarta Timur beserta peran dan fungsinya.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

4 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN UMUM

SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

2.1 Instansi Kesehatan

Instansi pemerintahan khusus yang menangani bidang kesehatan di

Indonesia secara hirarki dapat dibagi menjadi:

a. Kementerian Kesehatan

Kementerian kesehatan (dahulu Departemen Kesehatan) merupakan badan

pelaksana pemerintah di bidang kesehatan, dipimpin oleh Menteri Kesehatan,

Kementerian Kesehatan berada di bawah presiden, bertanggung jawab kepada

Presiden, bertugas membantu Presiden dan menyelenggarakan sebagian urusan

pemerintahan di bidang kesehatan yang berfungsi sebagai regulator di tingkat

nasional (Permenkes 1144/MENKES/PER/VIII/2010, 2010).

b. Dinas Kesehatan

Dinas Kesehatan adalah sebagai unsur pelaksana otonomi daerah di bidang

kesehatan. Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang diangkat

dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Kepala Dinas dalam

melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur

melalui Sekretaris Daerah yang berfungsi sebagai regulator di tingkat daerah DKI

Jakarta (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, 2009).

c. Suku Dinas Kesehatan

Suku Dinas Kesehatan adalah Suku Dinas Kesehatan Kota

Administrasi/Dinas Kesehatan Kabupaten Administrasi sebagai perangkat pada

tingkat kota administrasi/kabupaten administrasi di Provinsi Daerah Khusus

Ibukota Jakarta. Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Suku

Dinas yang diangkat dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Kepala Suku Dinas bertanggung

jawab secara teknis administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan dan secara

teknis operasional kepada Walikota Administratif yang berfungsi sebagai auditor

di wilayahnya (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009,

2009).

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

5

Universitas Indonesia

d. Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelayanan teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan. Puskesmas merupakan

organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat

menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima, dan terjangkau oleh masyarakat

dengan peran aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh

pemerintah dan masyarakat. Fungsi Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan

yang menyeluruh dan terpadu dengan tujuan untuk meningkatkan hidup sehat dan

derajat kesehatan yang optimal tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada

perorangan. Jumlah Puskesmas yang tercatat sampai saat ini sekitar 7.277 unit

Puskesmas Kecamatan dengan 1.818 unit diantaranya mempunyai fasilitas ruang

rawat inap, 21.587 unit Puskesmas Kelurahan, dan 5.084 unit Puskesmas keliling

untuk wilayah Jakarta Timur terdapat 10 Puskesmas Kecamatan dan 78

Puskesmas Kelurahan (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

128/MENKES/SK/II/2004, 2004).

2.2 Suku Dinas Kesehatan Kota Administratif Jakarta Timur

Perubahan sistem pemerintahan tahun 2009 dari sistem sentralisasi

menjadi sistem otonomi daerah mengakibatkan sebagian wewenang pemerintah

pusat dilimpahkan kepada pemerintah daerah, sehingga pemerintah provinsi DKI

Jakarta mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.58 Tahun 2002

tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan DKI Jakarta yang mengawali

berdirinya Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan

Masyarakat ditingkat Kotamadya, dan pada tahun 2009 dengan Peraturan Daerah

No.10 Tahun 2008 perihal peningkatan efisiensi Suku Dinas Pelayanan Kesehatan

dengan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat dilebur menjadi satu, yakni Suku

Dinas Kesehatan.

Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi merupakan unit kerja Dinas

Kesehatan pada Kota Administrasi dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan

pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

6

Universitas Indonesia

seorang Kepala Suku Dinas yang secara teknis dan adminisrasi berkedudukan di

bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan serta secara

operasional berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota.

Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi mempunyai tugas melaksanakan

kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas

Kesehatan Kota Administrasi mempunyai fungsi (Peraturan Gubernur Provinsi

DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, 2009) :

a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan dokumen pelaksanaan

Anggaran (DPA) Suku Dinas.

b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas.

c. Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian penyelenggaraan kesehatan

lingkungan, kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan perorangan, rujukan

khusus, tradisional dan keahlian.

d. Pengendalian penanggulangan kegawatdaruratan, bencana, dan Kejadian Luar

Biasa (KLB).

e. Pengendalian, pencegahan, dan pemberantasan penyakit menular atau tidak

menular.

f. Pengawasan dan pengendalian kesediaan kefarmasian.

g. Pelaksanaan surveilan kesehatan.

h. Pelaksanaan monitoring penerapan sistem manajemen mutu kesehatan.

i. Pengendalian pencapaian standarisasi prasarana dan sarana pelayanan

kesehatan baik pemerintah maupun swasta.

j. Pelaksanaan pemungutan, penatausahaan, peyetoran, pelaporan dan

pertanggung jawaban penerimaan retribusi kesehatan yang diterima Suku

Dinas.

k. Pemberian, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi perizinan atau

rekomendasi atau sertifikasi di bidang kesehatan.

l. Penegakkan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada lingkup

kota administrasi.

m. Pelaksanaan pengembangan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan

gizi dan kesehatan masyarakat.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

7

Universitas Indonesia

n. Penghimpunan, pengolahan, pemeliharaan, penyajian, pengembangan, dan

pemanfaatan data dan informasi mengenai kesehatan masyarakat, kesehatan

lingkungan, prasarana, dan sarana pelayanan kesehatan perseorangan, rujukan

khusus, tradisional dan keahlian pada lingkup Kota Administrasi.

o. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan

prasarana dan sarana kerja Suku Dinas.

p. Pengelolaan, kepegawaian, keuangan, dan barang.

q. Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggaan dan ketatausahaan.

r. Pelaksanaan kegiatan publikasi dan pengaturan acara Suku Dinas.

s. Penyiapan bahan laporan ke Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas dan

fungsi Suku Dinas.

t. Pelaporan dan pertanggung jawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Suku

Dinas.

2.2.1 Visi dan Misi

Visi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur yaitu Jakarta Timur Sehat,

Mandiri, dan Bermutu untuk semua. Misi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur

adalah (Sudinkes Jaktim, 2009) :

a. Meningkatkan kemampuan manajerial dan profesionalisme Sumber Daya

Manusia (SDM).

b. Meningkatkan kinerja organisasi dengan pendekatan tim.

c. Mengembangkan sistem informasi kesehatan sesuai dengan perkembangan

teknologi.

d. Menggalang kemitraan dengan lintas program, lintas sektor, Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM), serta organisasi terkait.

e. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan sehat.

2.2.2 Sasaran Mutu

Sasaran mutu yang ingin dicapai oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta

Timur adalah (Sundinkes Jaktim, 2009) :

a. Binwasdal (pembinaan, pengawasan, dan pengendalian) SDM Sudinkes

100% terlaksana dengan baik, benar, dan tepat waktu.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

8

Universitas Indonesia

b. Binwasdal program 100% terlaksana dengan baik, benar dan tepat waktu.

c. Pelayanan perizinan tenaga kesehatan dan sarana kesehatan 12 hari kerja,

kecuali sarana kesehatan lingkungan 25 hari kerja.

d. Keluhan pelanggan 100% ditindaklanjuti.

e. Kepuasan pelanggan dengan nilai IKM (Indeks Kepuasan Masyarakat)

minimal 2,51 atau dalam kategori baik.

2.2.3 Struktur Organisasi

Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun

2009 tentang organisasi dan tata kerja Dinas Kesehatan, organisasi Suku Dinas

Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur terdiri dari:

a. Kepala Suku Dinas

b. Subbagian Tata Usaha

c. Seksi Kesehatan Mayarakat

d. Seksi Pelayanan Kesehatan

e. Seksi Sumber Daya Kesehatan

f. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan

g. Sub Kelompok Jabatan Fungsional

2.2.3.1 Kepala Suku Dinas

Kepala suku dinas mempunyai tugas:

a. Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi Suku

Dinas.

b. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas subbagian, seksi dan subkelompok

jabatan fungsional.

c. Melaksanakan kerja sama dan koordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan atau instalasi

pemerintah atau swasta terkait, dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi

Suku Dinas.

d. Melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi

Suku Dinas.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

9

Universitas Indonesia

2.2.3.2 Subbagian Tata Usaha

Subbagian Tata Usaha merupakan satuan kerja staf Suku Dinas Kesehatan

dalam pelaksanaan administrasi umum Suku Dinas Kesehatan. Subbagian Tata

Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berkedudukan di bawah dan

bertanggungjawab kepada Kepala Suku Dinas. Subbagian Tata Usaha mempunyai

tugas:

a. Penyusunan bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen

Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai

dengan lingkup tugasnya.

c. Pengkoordinasian penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan

Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas.

d. Pelaksanaan monitoring, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan Dokumen

Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas.

e. Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang Suku Dinas.

f. Pelaksanaan kegiatan surat menyurat dan kearsipan Suku Dinas.

g. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan, dan perawatan

prasarana dan sarana kerja Suku Dinas.

h. Pemeliharaan kebersihan, keindahan, keamanan, dan ketertiban kantor.

i. Pelaksanaan pengelolaan ruang rapat atau pertemuan Suku Dinas.

j. Pelaksanaan publikasi kegiatan, upacara dan pengaturan acara Suku Dinas.

k. Penerimaan, pencatatan, pembukuan, penyetoran, dan pelaporan penerimaan

retribusi Suku Dinas Kesehatan.

l. Penyiapan bahan laporan Suku Dinas yang terkait dengan tugas Subbagian

Tata Usaha.

m. Pengkoordinasian penyusunan laporan (kegiatan, keuangan, kinerja, dan

akuntabilitas) Suku Dinas.

n. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Subbagian Tata Usaha.

2.2.3.3 Seksi Kesehatan Masyarakat

Seksi Kesehatan Masyarakat merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas

Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

10

Universitas Indonesia

masyarakat. Seksi Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala Seksi

Kesehatan Masyarakat yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab

kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas:

a. Penyusunan bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen

Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai

dengan lingkup tugasnya.

c. Pelaksanaan pengendalian mutu kegiatan pelayanan kesehatan keluarga

termasuk kesehatan ibu, bayi, anak balita, kesehatan anak prasekolah, usia

sekolah, remaja, kesehatan reproduksi, usia lanjut, keluarga berencana,

pekerja wanita dan asuhan keperawatan.

d. Pengkoordinasian sektor terkait dan masyarakat profesi untuk pencegahan

dan pengendalian program kesehatan masyarakat.

e. Pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan dan informasi.

f. Pelaksanaan bimbingan teknis tenaga kesehatan di bidang kesehatan

masyarakat.

g. Pelaksanaan kajian perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat tingkat

Kota Administrasi.

h. Pelaksanaan manajemen database kesehatan melalui sistem informasi

manajemen kesehatan yang terintegrasi.

i. Pelaksanaan pengendalian pelaksanaan program gizi dan PPSM.

j. Penerapan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG).

k. Penyiapan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas

Seksi Kesehatan Masyarakat.

l. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Seksi Kesehatan

Masyarakat.

2.2.3.4 Seksi Pelayanan Kesehatan

Seksi Pelayanan Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas

Kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Seksi Pelayanan Kesehatan

dipimpin oleh seorang Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan yang berkedudukan di

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

11

Universitas Indonesia

bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Pelayanan

Kesehatan mempunyai tugas:

a. Penyusunan bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen

Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai

dengan lingkup tugasnya.

c. Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian tata laksana

pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan.

d. Penghimpunan, pengolahan, penyajian, pemeliharaan, pengembangan,

pemanfaatan data dan informasi upaya pelayanan kesehatan.

e. Pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pengendalian penerapan standar

pelayanan kesehatan.

f. Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengawasan akreditasi sarana pelayanan

kesehatan.

g. Pemberian rekomendasi atau perizinan sarana pelayanan kesehatan.

h. Pemberian tanda daftar kepada pengobat tradisional.

i. Pelaksanaan siaga 24 jam/Pusat Pengendali Dukungan Kesehatan

(Pusdaldukkes).

j. Pengawasan terhadap pelaksanaan standar pelayanan minimal pelayanan

kesehatan.

k. Penyiapan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas

Seksi Pelayanan Kesehatan.

l. Pelaporan dan pertanggung jawaban pelaksanaan tugas Seksi Pelayanan

Kesehatan.

2.2.3.5 Seksi Sumber Daya Kesehatan

Seksi Sumber Daya Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas

Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan Sumber Daya Kesehatan.

Seksi Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi Sumber Daya

Kesehatan yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala

Suku Dinas. Seksi Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas:

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

12

Universitas Indonesia

a. Penyusunan bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen

Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai

dengan lingkup tugasnya.

c. Pelaksanaan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan dan

minuman.

d. Pemberian rekomendasi atau perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan

dan minuman.

e. Pelaksanaan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan.

f. Penyusunan peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan

berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan.

g. Pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas

kesehatan terhadap standar pelayanan.

h. Pelaksanaan kegiatan audit internal dan audit eksternal penerapan sistem

manajemen mutu.

i. Pelaksanaan survey kepuasan pelanggan kesehatan.

j. Pelaksanaan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan penetapan

sistem manajemen mutu kepada Puskesmas.

k. Pelaksanaan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator.

l. Pelaksanaan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur,

assessor dan auditor mutu pelayanan kesehatan.

m. Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelayanan

sarana pelayanan kefarmasian meliputi industri kecil obat tradisional, cabang

penyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, depo farmasi, dan industri

makanan minuman rumah tangga.

n. Pelaksanaan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat dan

persediaan cadangan obat esensial.

o. Pelaksanaan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada

lingkup Kota Administrasi.

p. Pelaksanaan monitoring dan pemetaan Sumber Daya Kesehatan.

q. Penyiapan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas

Seksi Sumber Daya Kesehatan.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

13

Universitas Indonesia

r. Pelaporan dan pertanggung jawaban pelaksanaan tugas seksi Sumber Daya

Kesehatan.

2.2.3.6 Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan

Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku

Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian masalah kesehatan.

Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi

Pengendalian Masalah Kesehatan yang berkedudukan di bawah dan bertanggung

jawab kepada Kepala Suku Dinas.

Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan mempunyai tugas:

a. Penyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen

Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

b. Pelaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai

dengan lingkup tugasnya.

c. Pelaksanaan pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular,

kesehatan jiwa masyarakat, surveilans epidemiologi, penanggulangan wabah

atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan kesehatan lingkungan.

d. Pelaksanaan kegiatan pembinan pelaksanaan kesehatan haji.

e. Penyiapan materi sosialisasi kesehatan tentang pengendalian penyakit

menular atau tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat.

f. Pelaksanaan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan teknis

peningkatan kompetensi surveilans epidemiologi, tenaga kesehatan

pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa

masyarakat.

g. Pelaksanaan kegiatan koordinasi, kerja sama dan kemitraan pengendalian

penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat dengan

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Dearah

(UKPD) dan atau instansi pemerintah/swasta/masyarakat.

h. Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan

imunisasi.

i. Penghimpunan, pengolahan, penyajian, pemeliharaan, pengembangan dan

pemanfaatan data dan informasi surveilens epidemiologi sebagai Sistem

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

14

Universitas Indonesia

j. Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) pada lingkup Kota

Administrasi.

k. Pelaksanaan kegiatan investigasi penyakit potensial Kejadian Luar Biasa

(KLB) dan dugaan wabah serta keracunan makanan.

l. Peningkatan sistem jaringan informasi wabah atau Kejadian Luar Biasa

(KLB) dan surveilans.

m. Pelaksanaan kegiatan pengendalian surveilans kematian.

n. Pelaksanaan kegiatan monitoring dan pemetaan kegiatan penanggulangan

wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans.

o. Pelaksanaan kegiatan pengendalian pelaksanaan program kesehatan

lingkungan meliputi penyehatan air minum/air bersih, penyehatan makanan

dan minuman, pengamanan limbah, pengendalian vektor, pengendalian

radiasi, penyehatan pemukiman kumuh, penyehatan di tempat-tempat umum,

tempat kerja, tempat pengelolaan pestisida termasuk pemberian rekomendasi

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), upaya pengelolaan

lingkungan/upaya pemantauan lingkungan.

p. Pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pengendalian sarana penunjang

kesehatan lingkungan.

q. Penyiapan materi pelatihan teknis dalam Bidang Kesehatan Lingkungan dan

Kesehatan Kerja.

r. Penyiapan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas

Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan.

s. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Seksi Pengendalian

Masalah Kesehatan.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

15 Universitas Indonesia

BAB 3

TINJAUAN KHUSUS

SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN SUKU DINAS KESEHATAN

KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

3.1. Seksi Sumber Daya Kesehatan

Seksi Sumber Daya Kesehatan merupakan satuan kerja lini Suku Dinas

Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan Sumber Daya Kesehatan.

Seksi Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi Sumber Daya

Kesehatan yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala

Suku Dinas.

Deskripsi kerja Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan antara lain

(Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, 2009):

a. Menyusun rencana kerja program: Standarisasi Mutu Kesehatan, Tenaga

Kesehatan dan Farmasi, Makanan dan Minuman selama 1 tahun.

b. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Program Standarisasi Mutu Kesehatan.

c. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Program Tenaga Kesehatan.

d. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Program Farmasi, Makanan dan

Minuman.

e. Membantu melaksanakan tugas-tugas dari Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota

Administrasi Jakarta Timur.

f. Pemantauan pemberantasan sarang nyamuk di wilayah kecamatan binaan.

3.1.1. Dasar Hukum

3.1.1.1 Dasar Hukum Perizinan Sarana Kesehatan

Dasar hukum yang mengatur perizinan sarana kesehatan farmasi,

makanan, dan minuman adalah sebagai berikut:

a. Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

b. Undang-undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

c. Undang-undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.

d. Undang-undang RI No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.

e. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

16

Universitas Indonesia

f. Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan.

g. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah

dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom.

h. Peraturan Pemerintah No.28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi

Pangan.

i. Kepmenkes No. 1331/MenKes/SK/X/2002 tentang Pedagang Eceran Obat.

j. Kepmenkes No. 246/MenKes/Per/V/1990 tentang Izin Usaha Industri Kecil

Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional.

k. Permenkes No. 1191/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Penyaluran Alat

Kesehatan.

l. Kepmenkes No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara

Perizinan Apotek

m. Kepmenkes No. 184/MenKes/Per/II/1995 tentang Penyempurnaan

Pelaksanaan Masa Bakti dan Ijin Kerja Apoteker.

n. Kepmenkes No. 149/MenKes/Per/II/1998 tentang Perubahan Atas

PerMenKes No. 182/MenKes/Per/II/1995 tentang Penyempurnaan

Pelaksanaan Masa Bakti dan Ijin Kerja Apoteker.

o. Keputusan Menteri Kesehatan No. 149/MenKes/Per/II/1998 tentang

Perubahan Atas PerMenKes No.184/MenKes/Per/II/1995 tentang

Penyempurnaan Pelaksanaan Masa Bakti dan Ijin Kerja Apoteker.

p. Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 970 tahun 1990 tentang Ketentuan

Penyelenggaraan Usaha Pedagang Eceran Obat di wilayah DKI Jakarta.

3.1.1.2 Dasar Hukum Perizinan Tenaga Kesehatan

Dasar hukum yang mengatur perizinan tenaga kesehatan adalah sebagai

berikut:

a. Permenkes No. 1796/MenKes/Per/VIII/2011 tentang Registrasi Tenaga

Kesehatan.

b. Kepmenkes No. 889/MenKes/Per/V/2011 tentang Izin Praktik dan Izin Kerja

Tenaga Kefarmasian.

c. Kepmenkes No. 2052/MenKes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik dan

Pelaksanaan Praktik Kedokteran.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

17

Universitas Indonesia

d. Kepmenkes No. H.K 02.02/MenKes/148/I/2001 tentang Registrasi dan

Praktik Perawat.

e. Kepmenkes No. 1392/MenKes/SK/XII/2001 tentang Registrasi dan Izin Kerja

Perawat Gigi.

f. Kepmenkes No. H.K 02.02/MenKes/149/I/2001 tentang Registrasi dan

Praktik Bidan.

g. Kepmenkes No. 357/MenKes/Per/2006 tentang Registrasi dan Izin

Radiografer.

h. Kepmenkes No. 544/MenKes/VI/2002 tentang Registrasi dan Izin Kerja

Refraksionis Optisien.

i. Kepmenkes No. 1363/MenKes/SK/XII/2001 tentang Registrasi dan Izin

Praktik Fisioterapis.

j. Kepmenkes No. 867/MenKes/Per/VIII/2004 tentang Registrasi dan Praktik

Terapis Wicara.

3.1.1.3 Dasar Hukum Mengenai Standarisasi Mutu Kesehatan

Dasar hukum mengenai Standarisasi Mutu Kesehatan menyangkut

Undang-Undang Pelayanan Publik. Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik mengatur tentang penyelenggaraan pelayanan publik yang

dilaksanakan di negara ini sehingga menjamin kepastian hukum dalam hubungan

antara masyarakat dan penyelenggara dalam pelayanan publik. Menurut undang-

undang tersebut, yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah kegiatan atau

rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas

barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh

penyelenggara pelayanan publik. Penyelenggara pelayanan publik tersebut adalah

setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen, yang

dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan

hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.

Pelayanan administratif yang dimaksud oleh undang-undang ini meliputi:

a. Tindakan administratif pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan diatur

dalam peraturan perundang-undangan dalam rangka mewujudkan

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

18

Universitas Indonesia

perlindungan pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda warga

negara.

b. Tindakan administratif oleh instansi non pemerintah yang diwajibkan oleh

negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan serta diterapkan

berdasarkan perjanjian dengan penerima pelayanan.

Undang-undang ini mengatur segala aspek penyelenggaraan pelayanan

publik, termasuk yang paling utama ialah kewajiban bagi setiap penyelenggara

pelayanan publik untuk menetapkan standar pelayanan mengenai standar

pelayanan publik yang diberikan dan hal ini diatur lagi oleh Peraturan Pemerintah.

Dengan demikian, undang-undang ini menjamin adanya diberikannya pelayanan

publik yang berkualitas bagi seluruh masyarakat.

3.1.2 Ruang Lingkup

Seksi ini membawahi tiga bagian, yaitu:

a. Koordinator Tenaga Kesehatan

b. Koordinator Standardisasi Mutu Kesehatan

c. Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman

3.2 Koordinator Tenaga Kesehatan

Ruang lingkup perizinan tenaga kesehatan di wilayah DKI Jakarta yang

proses perizinannya telah didelegasikan ke Suku Dinas Kesehatan Kota

Administrasi antara lain :

a. Surat Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian

b. Surat Izin Praktik Dokter (Dokter, Dokter Spesialis, Dokter Gigi dan Dokter

gigi spesialis)

3.2.1 Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian

Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan

kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian. Tenaga

Teknis Kefarmasian dapat berupa Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis

Farmasi atau Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker. Setiap tenaga

kefarmasian yang menjalankan pekerjaan kefarmasian harus telah terdaftar dan

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

19

Universitas Indonesia

memiliki izin kerja/praktik. Sebelumnya, Apoteker dan Asisten Apoteker yang

melakukan pekerjaan kefarmasian harus memiliki surat izin berupa Surat

Penugasan atau Surat Izin Kerja bagi Apoteker atau SIAA dan SIKAA bagi

Asisten Apoteker. Namun sejak tanggal 1 juni 2011, diberlakukan Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/Menkes/PerV/2011 tentang

Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Berdasarkan

Permenkes ini, setiap Tenaga Kefarmasian wajib memiliki surat tanda registrasi.

Surat Tanda Registrasi tersebut berupa STRA bagi Apoteker dan STRTTK bagi

Tenaga Teknis Kefarmasian. Setelah memiliki STRA atau STRTTK, Apoteker

dan Tenaga Teknis Kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga

kefarmasian bekerja. Surat izin tersebut dapat berupa SIPA atau SIKA bagi

Apoteker dan SIKTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian.

Apoteker yang telah memiliki SP atau SIK wajib mengganti SP atau SIK

dengan STRA dan SIPA/SIKA dengan cara mendaftar melalui website KFN

(Komite Farmasi Nasional). Setelah mendapatkan STRA, Apoteker wajib

mengurus SIPA dan SIKA di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan

kefarmasian dilakukan. Sementara bagi Asisten Apoteker yang telah memiliki

SIAA dan/atau SIKAA harus menggantinya dengan STRTTK dengan cara

mendaftar melalui Dinas Kesehatan Provinsi. Setelah mendapat STRTTK, Tenaga

Teknis Kefarmasian wajib mengurus SIKTTK di Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

889/Menkes/PerV/2011, 2011).

STRA dan STRTTK dikeluarkan oleh Menteri, dimana Menteri akan

mendelegasikan pemberian STRA kepada Komite Farmasi Nasional dan STRTTK

kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. STRA dan STRTTK berlaku selama

lima tahun dan dapat diregistrasi ulang selama memenuhi persyaratan. Untuk

memperoleh STRTTK, Tenaga Teknis Kefarmasian harus mengajukan

permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Surat permohonan

STRTTK harus melampirkan:

a. Fotokopi ijazah Sarjana Farmasi atau Ahli Madya Farmasi atau Analis

Farmasi atan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker;

b. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki SIP;

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

20

Universitas Indonesia

c. Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika

kefarmasian;

d. Surat rekomendasi tentang kemampuan dari Apoteker yang telah memiliki

STRA, atau pimpinan institusi pendidikan lulusan, atau organisasi yang

menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian; dan

e. Pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar dan ukuran

2 x 3 cm sebanyak dua lembar.

Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian

wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Surat izin

tersebut berupa SIPA bagi Apoteker penanggung jawab atau Apoteker

pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian, SIKA bagi Apoteker yang

melakukan pekerjaan kefarmasian di fasilitas produksi atau fasilitas

distribusi/penyaluran, atau SIKTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian yang

melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas kefarmasian.

SIPA bagi apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian

atau SIKA hanya diberikan untuk satu tempat fasilitas kefarmasian sementara

SIPA bagi apoteker pendamping dapat diberikan untuk paling banyak tiga tempat

fasilitas pelayanan kefarmasian. SIKTTK dapat diberikan untuk paling banyak

tiga tempat fasilitas kefarmasian. SIPA, SIKA, atau SIKTTK dikeluarkan oleh

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian

dilakukan.

Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan

kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian

dilaksanakan. Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan:

a. Fotokopi STRA yang dilegalisisr oleh KFN;

b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan

dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas

produksi atau distribusi/penyaluran;

c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi; dan

d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar dan 3 x 4 cm

sebanyak dua lembar.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

21

Universitas Indonesia

Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping

harus dinyatakan permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama,

kedua, atau ketiga. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan

SIPA atau SIKA paling lama dua puluh hari kerja sejak surat permohonan

diterima dan dinyatakan lengkap. Permohonan SIKTTK harus melampirkan:

a. Fotokopi STRTTK;

b. Surat pernyataan Apoteker atau pimpinan tempat pemohon melaksanakan

pekerjaan kefarmasian;

c. Surat rekomendasi dari organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis

Kefarmasian; dan

d. Pas foto berwarna berukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar dan 3 x 4 cm

sebanyak dua lembar.

Dalam mengajukan permohonan SIKTTK harus dinyatakan permintaan

SIKTTK untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua, atau ketiga. Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIKTTK paling lama dua

puluh hari sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap.

3.2.2 Izin Praktik Dokter

Praktek kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter

dan dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan. Dokter dan

dokter gigi yang dimaksud meliputi dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan

dokter gigi spesialis. Setiap dokter dan dokter gigi yang akan melakukan praktik

kedokteran wajib memiliki Surat Izin Praktik (SIP). SIP adalah bukti tertulis yang

diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada dokter dan dokter gigi

yang telah memenuhi persyaratan untuk menjalankan praktik kedokteran. Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam memberikan SIP harus

mempertimbangkan keseimbangan antara jumlah dokter dan dokter gigi dengan

kebutuhan pelayanan kesehatan (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 889/Menkes/PerV/2011, 2011).

Dokter atau dokter gigi mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota tempat praktik kedokteran dilaksanakan untuk

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

22

Universitas Indonesia

memperoleh SIP. Dokumen yang harus terlampir dalam permohonan SIP tersebut

meliputi:

a. Fotokopi Surat Tanda Registrasi (STR) dokter atau STR dokter gigi yang

diterbitkan dan dilegalisasi asli oleh Konsil Kedokteran Indonesia yang masih

berlaku;

b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik, atau surat keterangan dari

sarana pelayanan kesehatan sebagai tempat praktiknya;

c. Surat persetujuan dari atasan langsung bagi dokter dan dokter gigi yang

bekerja pada instansi/fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah atau pada

instansi/fasilitas pelayanan kesehatan lain secara purna waktu;

d. Surat rekomendasi asli dari organisasi profesi sesuai tempat praktik; dan

e. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak tiga lembar dan 3 x 4 cm

sebanyak dua lembar.

Selain dokumen tersebut, Suku Dinas Kota Administrasi Jakarta Timur

menambahkan persyaratan dokumen sebagai berikut:

a. Fotokopi SIP yang telah dimiliki;

b. Surat keterangan aktif bekerja dari atasan langsung; dan

c. Fotokopi KTP.

Fotokopi KTP ditambahkan untuk menghindari kesalahan penulisan nama

pada SIP karena terkadang tulisan dari para dokter sulit untuk dibaca oleh

petugas. Fotokopi SIP yang telah dimiliki dan surat keterangan aktif bekerja dari

atasan langsung ditambahkan sebagai tambahan pertimbangan bagi Suku Dinas

Administrasi Kota Administrasi Jakarta Timur dalam pengambilan keputusan

apakah izin akan dibuatkan atau tidak.

Dokter atau dokter gigi yang telah memenuhi persyaratan tersebut

diberikan SIP untuk satu tempat praktik. SIP dokter atau dokter gigi diberikan

paling banyak untuk tiga tempat praktik, baik pada sarana pelayanan kesehatan

milik pemerintah, swasta maupun praktik perorangan. Oleh karena itu, dalam

pengajuan permohonan SIP harus dinyatakan permintaan SIP tersebut untuk

tempat praktik pertama, kedua, atau ketiga. SIP yang diberikan berlaku selama

lima tahun sepanjang STR masih berlaku dan tempat praktik masih sesuai dengan

yang tercantum dalam SIP.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

23

Universitas Indonesia

3.3 Koordinator Standardisasi Mutu Kesehatan

Ruang lingkup kebijakan mutu Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi

Jakarta Timur adalah sebagai berikut (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

No. 150 Tahun 2009, 2009):

a. Orientasi pada kepuasan pelanggan.

b. Perbaikan/peningkatan terus menerus dan berkesinambungan (continous and

sustainable improvement).

c. Mematuhi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

d. Memberikan jasa pelayanan dan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian

(Binwasdal) bidang kesehatan yang profesional dan responsif.

Adapun sasaran mutu yang ingin dicapai dalam jasa pelayanan dan

Binwasdal yang diselenggarakan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi

Jakarta Timur adalah sebagai berikut.

a. Binwasdal Sumber Daya Manusia (SDM) Sudinkes 100 % terlaksana secara

baik, benar, dan tepat waktu.

b. Binwasdal program 100 % terlaksana secara baik, benar, dan tepat waktu.

c. Pelayanan perizinan tenaga kesehatan 12 hari kerja, kecuali sarana kesehatan

lingkungan 25 hari kerja.

d. Keluhan pelanggan 100 % ditindaklanjuti.

e. Kepuasan pelanggan dengan nilai IKM (Indeks Kepuasan Masyarakat)

minimal 2,51 atau dalam kategori baik.

Dokumen mutu merupakan dokumen yang ditetapkan oleh Sudinkes

Jaktim sebagai bentuk penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008. Ada

beberapa level dokumen mutu, berdasarkan tingkatan penggunaannya di

lingkungan Sudinkes Jaktim.

a. Dokumen level pertama (I), yaitu manual mutu (quality manual) yang

merupakan dokumen mutu induk yang menjadi dasar dan rujukan bagi semua

dokumen mutu lainnya dan berlaku bagi seluruh bagian Sudinkes Jaktim.

b. Dokumen level kedua (II), yaitu prosedur mutu (quality procedure) yang

merupakan penjelasan lebih rinci mengenai hal-hal tertentu yang disebutkan

dalam manual mutu serta terbagi atas prosedur yang berlaku bersama untuk

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

24

Universitas Indonesia

c. seluruh bagian Sudinkes Jaktim dan prosedur yang hanya berlaku untuk satu

seksi/subbagian saja.

d. Dokumen level ketiga (III), yaitu instruksi kerja merupakan penjelasan

mendetail mengenai hal-hal tertentu dalam prosedur mutu yang perlu

dijelaskan lebih lanjut.

e. Dokumen level keempat (IV), yaitu format gambar dan dokumen pendukung

lainnya yang dipakai dalam sistem manajemen mutu dalam berbagai kegiatan

yang berhubungan dengan kegiatan kendali mutu.

Manual mutu Suku Dinas Kota Administrasi Jakarta Timur merupakan

suatu dokumen mutu yang menjadi pedoman dan acuan dasar pelaksanaan sistem

manajemen mutu di lingkungan Sudinkes Jaktim. Hal-hal pokok yang tercantum

dalam Manual Mutu Sudinkes Jaktim adalah sebagai berikut.

a. Pengantar Sistem Manajemen Mutu Sudinkes Jaktim

b. Profil Organisasi Sudin

c. Sistem Manajemen Mutu Sudin

d. Persyaratan Umum Sistem Manajemen Mutu

e. Komitmen Mutu

f. Manajemen Sumber Daya

g. Realisasi Pelayanan

h. Pengukuran, Analisa, dan Implementasi Sistem Manajemen Mutu

Beberapa kegiatan implementasi sistem manajemen mutu di Sudinkes

Jaktim adalah sebagai berikut:

a. Audit Mutu Internal, yaitu suatu kegiatan pemeriksaan/audit yang dilakukan

oleh bagian Standarisasi Mutu Kesehatan dari Seksi Sumber Daya Kesehatan

untuk memastikan tercapainya sasaran mutu yang telah ditetapkan untuk

dicapai oleh Sudinkes Jaktim. Audit ini dilakukan minimal dua kali dalam

setahun.

b. Audit Surveilans, yaitu suatu kegiatan pemeriksaaan/audit yang dilakukan

oleh pihak luar, yakni badan sertifikasi independen yang memberikan

sertifikat terhadap implementasi Sistem Manajemen Mutu berdasarkan ISO

9001:2008 kepada Sudinkes Jaktim, untuk memastikan terpeliharanya

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

25

Universitas Indonesia

c. implementasi Sistem Manajemen Mutu tersebut. Audit ini dilakukan minimal

satu kali dalam setahun.

d. Tinjauan Manajemen, yaitu suatu kegiatan rapat seluruh bagian Sudinkes

Jaktim guna membahas hasil evaluasi pemeliharaan implementasi sistem

manajemen mutu di Sudinkes Jaktim sehingga dapat dilakukan langkah-

langkah yang diperlukan untuk memperbaiki hal tersebut sehingga

implementasi sistem manajemen mutu di Sudinkes Jaktim dapat lebih baik

lagi. Tinjauan manajemen dilakukan minimal satu kali dalam setahun.

e. Survei Kepuasan Pelanggan, yaitu survei untuk menilai terpenuhinya

kepuasan pelanggan Sudinkes terhadap pelayanan yang diberikan oleh semua

bagian (Seksi dan Subbagian) Sudinkes Jaktim. Survei ini dilaksanakan

melalui pengisian angket oleh pelanggan yang datang dan menerima

pelayanan Sudinkes, misalnya pihak yang mengurus sarana perizinan seperti

apotek dan toko obat. Selanjutnya, hasil pengisian angket ini dianalisis

sehingga nilai pemenuhan kepuasan pelanggan dapat diperoleh dan dapat

ditingkatkan lagi apabila hasil analisis menunjukkan kekurangan.

f. Pelatihan-pelatihan, misalnya pelatihan auditor pemimpin (lead auditor) dan

pelatihan kepuasan pelanggan, yang berguna untuk membantu implementasi

sistem manajemen mutu oleh segenap karyawan Sudinkes Jaktim.

3.4 Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman

Bagian Farmasi, Makanan, dan Minuman mempunyai tugas:

a. Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan dan

minuman.

b. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelayanan

sarana pelayanan kefarmasian meliputi industri kecil obat tradisional, cabang

penyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, depo farmasi, dan industri

makanan minuman rumah tangga.

c. Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat dan

persediaan cadangan obat esensial.

d. Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada

lingkup Kota Administrasi.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

26

Universitas Indonesia

Ruang lingkup perizinan sarana kesehatan farmasi, makanan, dan

minuman di wilayah DKI Jakarta yang proses perizinannya telah didelegasikan ke

Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi adalah:

a. Apotek (apotek kerja sama, apotek profesi, apotek rakyat dari toko obat dan

depo obat/ farmasi)

b. Toko Obat

c. Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT)

d. Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK)

e. Sertifikasi kelayakan olahan/produksi makanan minuman rumah tangga/

Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT)

3.4.1 Apotek

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 51 Tahun 2009 tentang

Pekerjaan Kefarmasian, Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat

dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Sedangkan, berdasarkan

Kepmenkes No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara

Pemberian Izin Apotek, apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan

pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan

lainnya kepada masyarakat.

a. Apotek Kerja sama

Apotek kerja sama adalah apotek dimana apoteker hanya sebagai Apoteker

Pengelola Apotek (APA), sedangkan Pemilik Sarana Apotek (PSA) adalah dari

pihak lain (bisa perorangan, PT, dan lain-lain).

b. Apotek Profesi

Apotek profesi adalah apotek yang Apoteker Pengelola Apotek (APA)

juga sebagai Pemilik Sarana Apotek (PSA).

c. Depo Farmasi/Depo Obat

Depo farmasi/depo obat adalah apotek yang berada di klinik, dan hanya

boleh menerima resep dari klinik tersebut.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

27

Universitas Indonesia

d. Apotek Rakyat

Apotek rakyat (apotek sederhana) adalah sarana kesehatan tempat

dilaksanakannya pelayanan kefarmasian dimana dilakukan penyerahan obat dan

perbekalan kesehatan, dan tidak melakukan peracikan, serta tidak menjual obat

golongan narkotika dan psikotropika, dimana terhitung sejak ditetapkannya

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 284/MenKes/PER/III/2007, seluruh izin dan

status apotek yang berasal dari apotek sederhana akan disesuaikan menjadi apotek

rakyat.

Secara umum persyaratan perizinan apotek adalah sebagai berikut

(Kepmenkes No. 1332/MenKes/SK/X/2002, 2002):

a. Apotek yang bekerja sama dengan pihak lain

Persyaratan perizinan apotek yang bekerja sama dengan pihak lain adalah :

1) Surat permohonan APA yang ditujukan kepada Kepala Suku Dinas

Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap di atas

materai Rp. 6.000,00;

2) Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum

dari Departemen Kehakiman dan HAM bila dalam bentuk PT yang

disahkan/terdaftar pada Departemen Kehakiman dan HAM RI;

3) Fotokopi KTP DKI dari APA;

4) Fotokopi Surat Izin Kerja (SIK)/Surat Penugasan (SP) apoteker, dengan

lampiran surat keterangan selesai masa bakti apoteker bagi non pegawai

negeri;

5) Fotokopi surat status kepemilikan tanah: Fotokopi sertifikat, bila gedung

milik sendiri; fotokopi surat perjanjian kontrak bangunan minimal 2 (dua)

tahun dan KTP pemilik bangunan yang masih berlaku minimal dua tahun,

bila kontrak/sewa;

6) Fotokopi Undang-Undang Gangguan (UUG);

7) Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB);

8) Surat keterangan domisili dari Kelurahan setempat;

9) Surat pernyataan pemohon yang menyatakan akan tunduk serta patuh kepada

peraturan perundangan yang berlaku di atas materai Rp. 6.000,00;

10) Peta lokasi dan denah ruangan;

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

28

Universitas Indonesia

11) Surat pernyataan dari pemilik sarana apotek tidak pernah terlibat dan tidak

akan terlibat dalam pelanggaran peraturan di bidang farmasi/obat dan tidak

akan ikut campur dalam pengelolaan obat di atas materai Rp. 6.000,00;

12) Surat pernyataan APA bahwa yang bersangkutan tidak bekerja pada bidang

farmasi lain di atas materai Rp. 6.000,00;

13) Surat pernyataan tidak melakukan penjualan narkotika, obat keras tertentu

tanpa resep di atas materai Rp.6000,00;

14) Struktur organisasi dan tata kerja/tata laksana (dalam bentuk Organogram);

15) Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan;

16) SIK Asisten Apoteker/D3 farmasi;

17) Rencana jadwal buka apotek;

18) Daftar peralatan peracikan obat;

19) Buku wajib peraturan perundangan di bidang farmasi;

20) Formulir pelaporan narkotika dan psikotropika;

21) Akte notaris perjanjian kerjasama APA dan PSA (asli/legalisir); dan

22) Surat izin atasan bagi apoteker Pegawai Negeri Sipil.

b. Apotek praktek profesi

Persyaratan perizinan apotek praktek profesi adalah :

1) Surat permohonan apoteker praktek profesi ditujukan kepada Kepala Suku

Dinas Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap diatas

materai Rp.6.000,00;

2) Surat rekomendasi dari Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) DKI Jakarta yang

menyatakan bahwa yang bersangkutan layak untuk melakukan apotek profesi

yang diterbitkan setiap tahun sekali;

3) Fotokopi KTP DKI Apoteker apotek praktek profesi;

4) Status kepemilikan bangunan, IMB dan surat sewa menyewa minimal 2

tahun;

5) Denah bangunan beserta peta lokasi;

6) Daftar peralatan peracikan, etiket, dll;

7) Fotokopi NPWP Apoteker;

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

29

Universitas Indonesia

8) SIK/SP apoteker dan pas foto 2x3 sebanyak 2 lembar dengan melampirkan

surat selesai masa bakti apoteker;

9) Surat pernyataan dari apotek bahwa selama buka apotek harus ada

apotekernya (bila tidak ada apotekernya maka harus tutup); dan

10) Jadwal buka apotek bersama dengan petugas/apoteker yang lain yang ikut

melakukan praktek profesi dengan melampirkan SIK dan KTP DKI Jakarta.

c. Depo obat/farmasi

Persyaratan perizinan depo obat/farmasi adalah :

1) Surat permohonan apoteker penanggung jawab depo ditujukan kepada Suku

Dinas Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap diatas

materai Rp.6.000,00;

2) Fotokopi izin klinik yang masih berlaku;

3) Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum

dari Departemen Kehakiman dan HAM bila dalam bentuk badan hukum;

4) Fotokopi KTP DKI APA;

5) Ijasah/SIK/SP Apoteker dengan melampirkan surat selesai masa bakti

Apoteker;

6) Surat pengangkatan apoteker sebagai karyawan/penanggung jawab depo

obat/farmasi;

7) Proposal untuk mendirikan depo obat/farmasi;

8) Ijazah/SIK asisten apoteker;

9) Peta lokasi dan denah bangunan seatap/sepekarangan dengan klinik serta

denah bangunan tertutup;

10) NPWP perusahaan;

11) UUG;

12) Status gedung/sertifikat gedung sewa minimal dua tahun; dan

13) Surat pernyataan apoteker hanya melayani resep dari klinik perusahaannya

(bukan dari resep umum), kecuali atas nama pasien perusahaan.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

30

Universitas Indonesia

d. Apotek Rakyat

Persyaratan perizinan apotek rakyat adalah :

1) Surat permohonan APA ditujukan kepada kepala Suku Dinas Kesehatan

setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap diatas materai

Rp.6.000,00;

2) Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum

dari Departemen Kehakiman dan HAM bila bentuk PT;

3) Salinan/fotokopi KTP DKI dari APA;

4) Fotokopi izin domisili dari Lurah;

5) Status bangunan milik sendiri lampirkan sertifikat, bila sewa, fotokopi

perjanjian kontrak bangunan dan KTP pemilik bangunan yang masih berlaku

minimal 2 (dua) tahun;

6) Pernyataan pemilik sarana lokasi hanya untuk pada sentra pasar tempat toko

obat dan tidak pindah d iluar pasar diatas materai Rp.6000,00;

7) Surat pernyataan Kepala Pasar yang menyatakan pihaknya ikut mengawasi

kegiatan apotek terhadap ketentuan per UU Farmasi yang berlaku di atas

materai Rp. 6000,00;

8) Surat keterangan domisili dari Lurah atau Kepala Pasar;

9) Surat pernyataan pemohon dan pemilik yang menyatakan akan tunduk serta

patuh kepada peraturan yang berlaku di atas materai Rp.6000,00;

10) Peta lokasi dan denah bangunan;

11) Surat pernyataan pemilik sarana apotek tidak terlibat lagi dalam pelanggaran

peraturan di bidang farmasi/obat di atas materai Rp.6000,00;

12) Surat pernyataan APA sanggup mengelola apotek/toko obat di atas materai

Rp.6000,00;

13) Surat pernyataan dari APA dan PSA tidak melakukan peracikan dan

penjualan obat narkotik, OKT baik dengan resep dokter maupun tanpa resep

dari pemilik dan apoteker di atas materai Rp.6000,00;

14) Struktur organisasi apotek dan tata kerja/tata laksana;

15) Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan dilampiri dengan SK

pengangkatan dan daftar gaji yang disetujui oleh apoteker, pemilik dan

tenaga kerja tersebut diatas materai Rp.6000,00;

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

31

Universitas Indonesia

16) Surat izin kerja/surat penugasan apoteker;

17) Surat izin kerja AA/D3 Farmasi;

18) Rencana jadwal buka apotek;

19) Daftar peralatan lainnya;

20) Daftar buku wajib peraturan per UU di bidang Farmasi; dan

21) Surat peryataan APA dan pemilik bersedia bila diperiksa ke apotek oleh

petugas kesehatan yang berwenang di atas materai Rp.6.000,00.

3.4.2 Toko Obat

Pedagang eceran obat didefinisikan sebagai orang/badan hukum di

Indonesia yang mempunyai izin untuk menyimpan obat-obat bebas (label hijau)

dan obat-obat bebas terbatas (label biru) untuk dijual secara eceran di tempat

tertentu sebagai tercantum dalam surat izin. Pedagang eceran obat harus menjaga

agar obat-obat yang dijual bermutu baik dan berasal dari pabrik-pabrik farmasi

atau pedagang besar farmasi yang mendapat izin dari Menteri Kesehatan RI. Surat

izin pendirian suatu toko obat dapat diperoleh dengan mengajukan surat

permohonan Izin Usaha kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi

setempat yaitu di Seksi Sumber Daya Kesehatan bagian Farmasi, Makanan dan

Minuman. Izin toko obat berlaku selama 2 tahun dan dapat diperpanjang kembali

dengan penanggung jawab teknis adalah seorang Asisten Apoteker (Kepmenkes

Nomor 1331/MENKES/SK/X/2002, 2002).

Adapun persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh izin usaha

toko obat antara lain :

a. Surat permohonan izin toko obat yang ditujukan kepada Kepala Sudinkes

Kotamadya setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap di atas

materai Rp. 6.000,00;

b. Fotokopi KTP DKI Jakarta pemilik toko obat;

c. Akte pendirian perusahaan bila bentuk badan hukum yang terdaftar pada

Menteri Kehakiman dan HAM;

d. Gambar denah lokasi tempat usaha dan denah ruangan;

e. Ijazah dan SIK AA, foto 2x3 sebanyak 2 lembar;

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

32

Universitas Indonesia

f. Surat pernyataan kesediaan bekerja sebagai AA penanggung jawab teknis

pada toko obat di atas materai Rp. 6.000,00;

g. Status bangunan tempat usaha milik sendiri (lampirkan sertifikat) dan bila

sewa minimal dua tahun dengan melampirkan surat sewa serta fotokopi KTP

pemilik;

h. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP); dan

i. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

3.4.3 Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT)

Menurut Permenkes No.006 tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat

Tradisional menjelaskan Usaha Mikro Obat Tradisional yang selanjutnya disebut

UMOT adalah usaha yang hanya membuat sediaan obat tradisional dalam bentuk

param, tapel, pilis, cairan obat luar dan rajangan. UMOT hanya dapat

diselenggarakan oleh badan usaha perorangan yang memiliki izin usaha sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan. Setiap industri dan usaha di bidang

obat tradisional wajib memiliki izin dari Menteri Kesehatan, kecuali untuk usaha

jamu gendong dan usaha jamu racikan. Dalam memberikan izin obat tradisional,

Menteri Kesehatan mendelegasikan kewenangan pemberian izin UMOT kepada

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Selain wajib memiliki izin, industri dan

usaha obat tradisional juga wajib memenuhi ketentuan peraturan perundang-

undangan di bidang penanaman modal (Permenkes No.006 tahun 2012, 2012).

Persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh izin UMOT adalah:

a. Surat Permohonan;

b. Fotokopi akta pendirian badan usaha perorangan yang sah sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan;

c. Susunan Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas dalam hal

permohonan bukan perseorangan;

d. Fotokopi KTP/identitas pemohon dan/atau Direksi/Pengurus dan

Komisaris/Badan Pengawas;

e. Pernyataan pemohon dan/atau Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan

Pengawas tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di

bidang farmasi;

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

33

Universitas Indonesia

f. Fotokopi bukti penguasaan tanah dan bangunan;

g. Surat Tanda Daftar Perusahaan dalam hal permohonan bukan perseorangan;

h. Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan dalam hal permohonan bukan

perseorangan;

i. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak; dan

j. Fotokopi Surat Keterangan Domisili.

3.4.4 Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK)

Cabang Penyalur Alat Kesehatan adalah badan hukum atau badan usaha

yang telah memperoleh izin usaha untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran

alat kesehatan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK) merupakan sarana yang legal yang

dapat menyalurkan alkes berbeda fungsi dari Penyalur Alkes (PAK) dimana

perusahaan yang sama namanya yang telah mendapat izin dari Depkes RI. Izin

Cabang Penyalur Alkes belaku sesuai dengan penunjukkan yang diberikan oleh

PAK pusat dan paling lama adalah 3 (tiga) tahun (Permenkes Nomor

1191/MENKES/PER/VIII/2010, 2010).

Persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh izin Cabang

Penyalur Alat Kesehatan (CPAK), antara lain:

a. Surat permohonan dari direktur/pimpinan Usaha Penyalur Alat Kesehatan

(UPAK), bukan dari CPAK, yang ditujukan kepada Sudinkes setempat

sebanyak tiga rangkap dan satu rangkap di atas materai Rp. 6000,00;

b. Surat penunjukkan dari UPAK sebagai CPAK di atas materai Rp. 6.000,00;

c. Fotokopi izin UPAK;

d. Akte perusahaan CPAK bila bentuk PT dan terdaftar pada Menteri

Kehakiman dan HAM;

e. Denah bangunan/ruangan dari CPAK;

f. Peta lokasi CPAK;

g. SIUP CPAK;

h. NPWP CPAK;

i. UUG;

j. Domisili perusahaan;

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

34

Universitas Indonesia

k. Status bangunan bila milik sendiri, lampirkan sertifikat dan bila sewa

minimal dua tahun dengan melampirkan surat sewa serta fotokopi KTP

pemilik; dan

l. Penanggung jawab teknis (AA atau SMU yang mempunyai sertifikat

pengelolaan alat kesehatan).

3.4.5 Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT)

Perusahaan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) adalah perusahaan

pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan

pengolahan pangan manual hingga semi otomatis. Sertifikasi Produksi Pangan

Industri Rumah Tangga (SPP-IRT), maka SPP-IRT bertujuan untuk (Peraturan

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor HK.03.1.23.04.12.2205

tahun 2012, 2012):

a. Meningkatkan pengetahuan produsen dan karyawan tentang pengolahan

pangan dan peraturan perundang-undangan di bidang keamanan pangan.

b. Menumbuhkan kesadaran dan motivasi produsen dan karyawan tentang

pentingnya pengolahan pangan yang higienis dan tanggung jawab terhadap

keselamatan konsumen.

c. Meningkatkan daya saing dan kepercayaan konsumen terhadap produk yang

dihasilkan PIRT.

Syarat- syarat Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, antara

lain:

a. Surat permohonan dari direktur/pimpinan perusahaan/perorangan yang

ditujukan kepada Kepala Sudinkes setempat sebanyak 2 (dua) rangkap dan 1

(satu) rangkap di atas materai Rp. 6.000,00;

b. Data perusahan bila dalam bentuk CV lampirkan akte notarisnya;

c. Peta lokasi, IMB;

d. Denah ruangan produksi;

e. Rancangan etiket;

f. Fotokopi KTP pemilik (DKI Jakarta);

g. Pasfoto pemilik berwarna 3x4 cm sebanyak 2 lembar;

h. Surat izin perindustrian dari Dinas/Sudin Perindustrian;

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

35

Universitas Indonesia

i. Data produk makanan yang akan diproduksi;

j. Khusus untuk pengemasan kembali, harus disertai dnegan surat keterangan

dari asal produk; dan

k. Status bangunan (sewa/milik sendiri) lampirkan fotokopi sertifikat, dan bila

sewa lampirkan surat sewa minimal 2 (dua) tahun beserta fotokopi KTP

pemilik.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

36 Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

Sistem pemerintahan berubah dari sistem sentralisasi menjadi

desentralisasi yang diatur oleh Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang

Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom.

Aturan tentang otonomi daerah memberikan kewenangan kepada Pemerintah

Daerah untuk lebih mandiri untuk mengembangkan dan mengelola daerahnya

masing-masing. Otonomi yang diberikan diaplikasikan dalam bentuk pengalihan

sebagian kewenangan dan tugas Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah.

Pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan pada Peraturan Daerah No. 10 tahun

2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Sebagai implementasi Peraturan

Daerah tersebut maka dibentuklah perangkat daerah, dengan Dinas Kesehatan

sebagai salah satu perangkat daerah yang mengurusi masalah kesehatan.

Penjelasan lebih lanjut mengenai peran dan fungsi Dinas Kesehatan sebagai

Perangkat Daerah diatur oleh Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150

tahun 2009.

Suku Dinas Kesehatan merupakan Unit Kerja Dinas Kesehatan dalam

pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Suku

Dinas Kesehatan dibentuk di setiap Kabupaten/Kota Administrasi dan dipimpin

oleh seorang Kepala Suku Dinas Kesehatan. Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi

Suku Dinas Kesehatan baik berupa pelayanan kepada masyarakat maupun

pembinaan kepada sarana kesehatan harus diketahui dan dipertanggungjawabkan

kepada Kepala Dinas Kesehatan. Sedangkan segala bentuk pembiayaan atau

anggaran yang dikeluarkan dalam melakukan kegiatan harus dilaporkan kepada

Walikota.

Struktur organisasi Suku Dinas Kesehatan terdiri dari Kepala Suku Dinas,

Subbagian Tata Usaha, Seksi Kesehatan Masyarakat, Seksi Pelayanan Kesehatan,

Seksi Sumber Daya Kesehatan, Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan, dan

Subkelompok Jabatan Fungsional. Pada laporan ini akan dibatasi pada pemaparan

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

37

Universitas Indonesia

Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK). Seksi SDK memiliki tiga koordinator yaitu

Koordinator Tenaga Kesehatan, Koordinator Standardisasi Mutu Kesehatan, serta

Koordinator Pelayanan Farmasi, Makanan dan Minuman (Farmakmin).

4.1 Koordinator Tenaga Kesehatan

Koordinator Tenaga Kesehatan memiliki tugas:

a. Memberikan rekomendasi/perizinan praktek tenaga kesehatan

b. Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan

c. Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan

berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan

d. Melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan

e. Melaksanakan pemberian perizinan tenaga kesehatan.

Koordinator Tenaga Kesahatan melakukan analisis ketersediaan serta

analisis distribusi dan pemetaan tenaga kesehatan di Puskesmas yang berada di

wilayah Jakarta Timur. Analisis ketersediaan tenaga kesehatan di Puskesmas

dilakukan berdasarkan jumlah minimal tenaga kesehatan yang harus tersedia di

Puskesmas tingkat Kecamatan dan Kelurahan. Perhitungan rasio dilakukan untuk

melihat kecukupan dan penyebaran tenaga kesehatan di masing-masing

Kecamatan dan Kelurahan dilihat dari jumlah penduduk di setiap Kecamatan dan

Kelurahan.

Analisis distribusi dan pemetaan tenaga kesehatan pada Puskesmas

Kecamatan dan Kelurahan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur dilakukan

untuk melihat ketersediaan tenaga kesehatan di puskemas. Berdasarkan data

kepegawaian dari Tata Usaha (TU) dari 10 Puskesmas Kecamatan di Jakarta

Timur didapatkan distribusi dan jumlah dari tenaga kesehatan yang tersedia di

masing-masing Puskesmas. Tenaga kesehatan yang dianalisis adalah tenaga medis

(dokter dan dokter gigi), keperawatan, bidan, kefarmasian, ahli gizi, sanitarian,

dan keteknisan medis.

Setiap tenaga kesehatan wajib memiliki izin kewenangan dan izin kerja

atau praktek. Dengan adanya otonomi daerah ada beberapa izin kerja yang

menjadi wewenang Suku Dinas Kesehatan, yaitu Surat Izin Kerja Asisten

Apoteker, Surat / Sertifikat Penanggung Jawab Industri Rumah Tangga Pangan,

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

38

Universitas Indonesia

dan Surat izin praktek tenaga medis (SIPTM), seperti Surat Izin Praktek Dokter

Umum, Surat Izin Praktek Dokter Gigi, Surat Izin Praktek Bidan, Surat Izin

Praktek Perawat, dan Surat Izin Praktek Refraksi Optisian.

4.2 Koordinator Standarisasi Mutu Kesehatan

Sejak 9 Agustus 2011, diberlakukan Peraturan Gubernur Provinsi DKI

Jakarta Nomor 74 tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu

Pintu (PTSP) pada Kota Administrasi yang menerangkan bahwa kegiatan

pelayanan perizinan dan non perizinan yang proses pengelolaannya mulai dari

tahap permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen dilakukan dalam satu

tempat melalui satu pintu, yaitu di kantor Walikota.

PTSP ini merupakan sistem dimana seluruh berkas permohonan perizinan

masuk melalui customer service yang berada di Walikota, kemudian diteruskan ke

seksi atau bagian yang bersangkutan. Sistem PTSP ini menjadikan seluruh proses

perizinan terpusat di satu tempat dan diharapkan dapat mengurangi lamanya

proses perizinan. Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah Kota Jakarta Timur

sedang dalam peralihan atau percobaan menuju sistem Pelayanan Terpadu Satu

Pintu sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta nomor 114 tahun

2011. Oleh karena itu instruksi kerja dan prosedur mutu perlu mengalami

perubahan atau dilakukan revisi.

Penyelenggaraan PTSP saat ini pada pelayanan perizinan masih belum

sepenuhnya dilakukan. Perizinan tenaga kesehatan bidan serta sarana farmasi,

makanan dan minuman, berkas permohonan dilakukan melalui customer service

unit PTSP kantor walikota, selanjutnya diserahkan ke Suku Dinas Kesehatan

Jakarta Timur untuk diproses lebih lanjut sampai surat izin disahkan atau

diterbitkan. Surat izin yang telah diterbitkan akan diserahkan ke kantor Walikota

untuk selanjutnya diambil oleh pemohon.

Salah satu tugas Koordinator Standarisasi Mutu Kesehatan adalah

mengevaluasi tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar pelayanan.

Evaluasi tersebut bertujuan untuk menjamin kualitas pelayanan publik dalam

bidang kesehatan dengan cara mengevaluasi pelayanan perizinan. Standar

pelayanan perizinan yang dilakukan di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

39

Universitas Indonesia

adalah 12 hari kerja, terhitung dari lengkapnya berkas. Pemeliharaan

implementasi Sistem Manajemen Mutu di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur

dilakukan dengan pelaksanaan audit internal dan surveilans, survei kepuasan

pelanggan, dan tinjauan manajemen, serta berbagai pelatihan seperti pelatihan

lead auditor dan pelatihan manajemen kepuasan pelanggan.

Revisi instruksi kerja perizinan dilakukan terhadap referensi yang

digunakan, dengan cara membandingkan peraturan yang sudah ada dan

menambahkan peraturan baru yang belum ada ke dalam instruksi kerja sesuai

dengan peraturan yang berlaku. Selain itu juga ditambahkan persyaratan yang

harus dipenuhi untuk melakukan perizinan baik untuk tenaga kesehatan maupun

sarana kesehatan.

Revisi quality procedure pelayanan perizinan dan sertifikasi dilakukan

terhadap referensi yang digunakan berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku saat ini. Revisi dilakukan dengan cara menambahkan peraturan baru

yang belum tercantum serta mengganti peraturan yang lama dengan peraturan

baru ke dalam quality procedure tersebut. Peraturan-peraturan baru tersebut

melengkapi peraturan lama yang telah ada pada referensi sebelumnya. Selain itu,

revisi juga dilakukan terhadap definisi, rincian prosedur, dan alur pelayanan

perizinan yang mengacu pada manual prosedur.

4.3 Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman

Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman mempunyai tugas:

a. Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan dan

minuman.

b. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelayanan

sarana pelayanan kefarmasian meliputi industri kecil obat tradisional, cabang

penyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, depo farmasi, dan industri

makanan minuman rumah tangga.

c. Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat dan

persediaan cadangan obat esensial.

d. Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada

lingkup Kota Administrasi.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

40

Universitas Indonesia

Salah satu kegiatan Koordinator Farmasi, Makanan dan Minuman dalam

pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan adalah dengan melakukan

rekapitulasi Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dari

puskesmas di wilayah Jakarta Timur. LPLPO merupakan media yang digunakan

untuk pencatatan dan pelaporan obat di puskesmas. LPLPO yang dibuat oleh

petugas puskesmas harus tepat data, tepat isi, dan dikirim tepat waktu serta

disimpan dan diarsipkan dengan baik. LPLPO juga bermanfaat untuk analisis

penggunaan, perencanaan kebutuhan obat, pengendalian persediaan dan

pembuatan laporan pengelolaan obat.

Data LPLPO merupakan kompilasi dari data LPLPO sub unit. LPLPO

dibuat 3 (tiga) rangkap, diberikan ke Suku Dinas Kesehatan melalui Instalasi

Farmasi Kabupaten/Kota untuk diisi jumlah yang diserahkan. Setelah

ditandatangani oleh kepala Dinas Suku Kesehatan, satu rangkap untuk Kepala

Suku Dinas Kesehatan, satu rangkap untuk Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota dan

satu rangkap dikembalikan ke Puskesmas. LPLPO sudah harus diterima paling

lambat tanggal 10 setiap bulannya.

Selain LPLPO, penggunaan Narkotik dan psikotropik juga harus

dilaporkan ke Suku Dinas Kesehatan. Sejak Januari 2013 diberlakukan sistem

pelaporan SIPNAP secara online. Pelaporan narkotika dan psikotropika dilakukan

paling lambat tanggal 10 tiap bulannya secara online dan juga dikirim ke Balai

Besar Pengawasan Obat dan Makanan dalam bentuk hard copy 1 rangkap dan 1

rangkap disimpan sebagai arsip Farmasi di Puskesmas.

Namun, pelaksanaan pelaporan penggunaan narkotik dan psikotropik

dengan menggunakan sistem ini belum berjalan dengan baik di seluruh Puskesmas

Kecamatan yang berada di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur. Hal ini

disebabkan karena kendala pada sistem SIPNAP dan kendala pada user. Kendala

pada sistem SIPNAP yang sering dihadapi berupa kesulitan dalam melakukan

pendaftaran akun, atau akun yang sudah terdaftar belum menerima kata sandi

(password) sehingga tidak dapat masuk ke sistem untuk melakukan

pengunggahan dokumen laporan narkotika dan psikotropika. Kendala pada user

yang umumnya terjadi adalah kurangnya pemahaman user mengenai sistem

pelaporan secara online akibat kurangnya sosialisasi. Selain itu tidak semua

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

41

Universitas Indonesia

puskesmas dilengkapi dengan fasilitas internet. Hal ini menyebabkan petugas

puskesmas masih melakukan pelaporan narkotika dan psikotropika secaramanual

ke Suku Dinas Kesehatan.

Tugas dari Koordinator Farmasi, Makanan dan Minuman berikutnya

adalah melaksanakan pelayanan perizinan. Perizinan yang diurus di Suku Dinas

Kesehatan Jakarta Timur yaitu apotek, toko obat, Usaha Mikro Obat Tradisional

(UMOT), Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK) dan sertifikasi kelayakan

olahan/produksi makanan minuman rumah tangga/ Pangan Industri Rumah

Tangga (PIRT).

4.3.1 Apotek

Pemberian izin apotek dilakukan dengan cara mengajukan surat

permohonan izin ke Suku Dinas Kesehatan dengan melengkapi persyaratan yang

telah ditetapkan. Permohonan izin apotek diajukan oleh Apoteker Pengelola

Apotek (APA). Apoteker Pengelola Apotek wajib memiliki Surat Tanda

Registrasi Apoteker (STRA) dan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA). Selain itu

SIPA juga wajib dimiliki apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian

sebagai apoteker pendamping.

Untuk mendapatkan Surat Izin Apotek (SIA), APA harus menyiapkan

tempat (lokasi dan bangunan) dan perlengkapannya termasuk obat dan perbekalan

farmasi lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. Bangunan apotek

harus mempunyai luas yang memadai, sehingga dapat menjamin kelancaran

pelaksanaan tugas dan fungsi apotek, serta memelihara mutu perbekalan

kesehatan di bidang farmasi. Bangunan apotek minimal terdiri dari ruang tunggu,

ruang peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi dan ruang kerja

apoteker, tempat pencucian alat dan toilet/WC. Bangunan apotek harus dilengkapi

sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang cukup, alat

pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik, serta ventilasi dan sistem

sanitasi yang baik. Apotek harus mempunyai papan nama apotek berukuran

minimal 40x60 cm dengan tulisan berwarna hitam (ukuran 5 cm) di atas dasar

berwarna putih yang memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA dan alamat

apotek.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

42

Universitas Indonesia

Apotek harus memiliki perlengkapan yang memadai seperti timbangan,

mortir, wadah dan etiket, tempat penyimpanan obat, termasuk lemari khusus

narkotika dan psikotropika, kartu stok, dan sebagainya. Apotek harus melaporkan

pemakaian narkotika setiap bulan kepada Suku Dinas Kesehatan Kota

Administrasi Jakarta setempat dengan tembusan kepada Balai Besar POM di DKI

Jakarta sedangkan pemakaian psikotropika harus dilaporkan maksimal setahun

sekali.

Apabila permohonan telah memenuhi persyaratan, maka Suku Dinas

Kesehatan akan mengeluarkan SIA yang berlaku seterusnya selama apotek masih

aktif melakukan kegiatan. SIA harus diperbaharui bila terjadi perubahan fisik dan

non fisik dari sarana apotek. Kriteria perubahan non fisik yakni apabila terjadi

pergantian apoteker pengelola apotek (baik karena meninggal dunia maupun hal

lainnya), terjadi pergantian pemilik sarana apotek (baik karena meninggal dunia

maupun hal lainnya), terjadi pergantian nama apotek, terjadi perubahan alamat

apotek tanpa pemindahan lokasi, dan/atau terjadi karena surat izin apotek hilang

atau rusak. Sedangkan perubahan fisik, yakni apabila terjadi perubahan denah

apotek dan terjadi perubahan lokasi apotek.

SIA dapat dicabut jika terdapat pelanggaran-pelanggaran:

a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai Apoteker Pengelola

Apotek (APA).

b. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajiban dalam pelayanan kefarmasian.

c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terus-

menerus.

d. Terjadi pelanggaran terhadap UU tentang narkotika, psikotropika, kesehatan,

dan ketentuan perundang-undangan yang lain.

e. Surat izin kerja APA dicabut.

f. Pemilik Sarana Apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-

undangan di bidang obat.

Apabila apotek memberikan pelayanan 24 jam, maka apotek tersebut harus

memiliki apoteker pendamping, dan apabila APA dan apoteker pendamping

berhalangan melakukan tugasnya, APA dapat menunjuk apoteker pengganti.

Penunjukan tersebut harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

43

Universitas Indonesia

Kabupaten/Kota, dalam hal ini kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi

setempat untuk daerah DKI Jakarta dengan tembusan kepada Kepala Dinas

Kesehatan Provinsi setempat. APA bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan

yang dilakukan oleh apoteker pendamping maupun apoteker pengganti/supervisor,

dalam pengelolaan apotek. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih

dari dua tahun secara terus-menerus, maka harus menunjuk apoteker pengganti,

sedangkan jika APA berhalangan melakukan tugasnya dalam waktu 1 – 3 bulan,

maka harus menunjuk apoteker supervisor (Keputusan Menteri Kesehatan RI

Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002, 2002).

Pada setiap pengalihan tanggung jawab kefarmasian yang disebabkan

karena penggantian APA oleh apoteker pengganti, harus diikuti dengan serah

terima resep, narkotika dan perbekalan farmasi lainnya serta kunci tempat

penyimpanan narkotika dan psikotropika. Serah terima ini harus diikuti dengan

pembuatan berita acara.

Apabila apotek melakukan pelanggaran, maka dapat diberikan teguran

secara lisan untuk segera dilakukan perbaikan. Apabila tidak ada perbaikan dari

apotek tersebut, maka diberikan peringatan tertulis kepada APA. Pelaksanaan

pencabutan SIA dapat dilakukan setelah dikeluarkan peringatan secara tertulis

kepada APA sebanyak tiga kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-

masing dua bulan atau pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-

lamanya 6 bulan. Akan tetapi, pembekuan izin ini dapat dicairkan kembali apabila

apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Apabila apotek merupakan apotek rakyat, maka apotek rakyat tersebut

harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. Apotek rakyat dalam pelayanan kefarmasian harus mengutamakan obat

generik.

b. Apotek rakyat dapat menyimpan dan menyerahkan obat-obatan yang

termasuk golongan obat keras, obat bebas terbatas, obat bebas, dan

perbekalan kesehatan rumah tangga.

c. Apotek rakyat dilarang menyediakan narkotika dan psikotropika, meracik

obat dan menyerahkan obat dalam jumlah besar.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

44

Universitas Indonesia

d. Setiap apotek rakyat harus memiliki satu orang apoteker sebagai penanggung

jawab, dan dapat dibantu oleh asisten apoteker.

e. Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, apotek rakyat yang melanggar

ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan Menteri Kesehatan dapat

dikenakan tindakan administratif berupa teguran lisan, tertulis, sampai dengan

pencabutan izin.

f. Pedagang eceran yang statusnya sudah berubah menjadi apotek sederhana

dianggap telah menjadi apotek rakyat.

4.3.2 Toko Obat

Surat izin pendirian suatu toko obat dapat diperoleh dengan mengajukan

surat permohonan Izin Usaha kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi

setempat yaitu di Seksi Sumber Daya Kesehatan bagian Farmasi, Makanan dan

Minuman. Izin toko obat berlaku selama 2 tahun dan dapat diperpanjang kembali

dengan penanggung jawab teknis adalah seorang Asisten Apoteker.

Setiap perubahan fisik maupun non fisik yang terjadi, pihak toko obat

harus mengajukan permohonan tertulis kepada Seksi Sumber Daya Kesehatan.

Perubahan non fisik yang terjadi pada toko obat antara lain: pergantian asisten

apoteker penanggung jawab teknis toko obat (baik karena meninggal dunia

maupun hal lainnya), pergantian nama toko obat, perubahan alamat toko obat

tanpa pemindahan lokasi, pergantian pemilik toko obat (baik karena meninggal

dunia maupun hal lainnya), dan surat izin toko obat hilang atau rusak. Sedangkan

perubahan fisik pada toko obat yaitu terjadi pemindahan lokasi toko obat dan

terjadi perpanjangan izin toko obat.

Toko obat harus menjalankan usahanya sesuai ketentuan dan peraturan

perundangan yang berlaku. Oleh karena itu, apabila toko obat melakukan

pelanggaran akan dikenakan sanksi baik berupa sanksi administratif maupun

sanksi pidana. Sanksi administratif yaitu mulai dari pemberian surat peringatan,

penghentian sementara kegiatan toko obat sampai pencabutan surat izin,

sedangkan untuk sanksi pidana pemilik toko obat dapat diajukan ke pengadilan.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

45

Universitas Indonesia

4.3.3 Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT)

Permohonan izin UMOT oleh pemohon diajukan kepada Suku Dinas

Kesehatan dengan menggunakan Formulir 18. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja

sejak menerima permohonan untuk izin UMOT, Kepala Suku Dinas Kesehatan

menunjuk tim untuk melakukan pemeriksaan setempat. Paling lama 7 (tujuh) hari

kerja setelah menerima penugasan, tim melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan

administrasi dan teknis, dan menyampaikan hasil pemeriksaan kepada Kepala

Suku Dinas Kesehatan dengan menggunakan Formulir 19. Paling lama 7 (tujuh)

hari kerja setelah menerima hasil pemeriksaan, Kepala Suku Dinas Kesehatan

menyetujui, menunda atau menolak permohonan untuk izin UMOT dengan

tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai setempat,

dengan menggunakan Formulir 20a, Formulir 20b, atau Formulir 20c.

Permohonan izin UMOT ditunda atau ditolak apabila ternyata belum memenuhi

persyaratan. Apabila dalam 30 (tiga puluh) hari kerja setelah surat permohonan

diterima oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan, tidak dilakukan

pemeriksaan/verifikasi, pemohon dapat membuat surat pernyataan siap

berproduksi kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan dengan menggunakan Formulir

21.

Izin UMOT diberikan kepada pemohon yang telah memenuhi persyaratan.

UMOT wajib menyampaikan laporan secara berkala setiap 6 (enam) bulan

meliputi jenis dan jumlah bahan baku yang digunakan serta jenis, jumlah, dan

nilai hasil produksi. Laporan UMOT disampaikan kepada Kepala Suku Dinas

Kesehatan dengan tembusan kepada Kepala Balai setempat. Industri dan usaha

obat tradisional yang akan melakukan perubahan nama, alamat, Tenaga Teknis

Kefarmasian penanggung jawab, kapasitas dan/atau fasilitas produksi wajib

melapor secara tertulis kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan dengan tembusan

kepada Kepala Balai setempat dan mendapat persetujuan sesuai ketentuan.

Setiap industri dan usaha obat tradisional berkewajiban menjamin

keamanan, khasiat/manfaat dan mutu produk obat tradisional yang dihasilkan,

melakukan penarikan produk obat tradisional yang tidak memenuhi ketentuan

keamanan, khasiat/ manfaat dan mutu dari peredaran, memenuhi ketentuan

peraturan perundang-undangan lain yang berlaku. Industri dan usaha obat

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

46

Universitas Indonesia

tradisional yang akan melakukan perubahan bermakna terhadap pemenuhan Cara

Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) wajib melapor dan mendapat

persetujuan dari Kepala Badan. Setiap industri dan usaha obat tradisional dilarang

membuat segala jenis obat tradisional yang mengandung bahan kimia hasil isolasi

atau sintetik yang berkhasiat obat, obat tradisional dalam bentuk intravaginal,

tetes mata, sediaan parenteral, supositoria kecuali untuk wasir, obat tradisioanal

dalam bentuk cairan obat dalam yang mengandung etanol dengan kadar lebih dari

1% (satu persen);

4.3.4 Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK)

Perizinan CPAK dilakukan dengan memenuhi persyaratan yang telah

ditentukan. Perubahan fisik maupun non fisik pada sarana CPAK harus dilaporkan

dengan mengajukan permohonan tertulis kepada Suku Dinas Kesehatan.

Perubahan non fisik meliputi: terjadi pergantian pemilik sarana CPAK (baik

meninggal dunia maupun lainnya), terjadi pergantian nama sarana kesehatan

CPAK, terjadi perubahan alamat sarana kesehatan CPAK tanpa pemindahan

lokasi, terjadi karena surat izin sara kesehatan CPAK hilang atau rusak.

Sedangkan perubahan fisik (dilakukan pemeriksaan lapangan), meliputi: terjadi

pemindahan lokasi sarana kesehatan CPAK, terjadi perluasan sarana kesehatan

CPAK. Izin CPAK berlaku paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang

kembali bila semua persyaratan telah dipenuhi

4.3.5 Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT)

Tata cara penyelenggaraan Sertifikasi Produk Pangan Industri Rumah

Tangga (SPP-IRT) yaitu dengan mengajukan permohonan kepada Pemerintah

Daerah atau Kepala Suku Dinas Kesehatan. Pengajuan permohonan tidak dapat

dipenuhi apabila pangan yang diproduksi berupa susu dan hasil olahan, daging,

ikan, unggas yang hasil olahannya memerlukan proses dan atau penyimpanan

beku, pangan kaleng, pangan bayi, minuman beralkohol, air minum dalam

kemasan, pangan lain yang wajib memenuhi persyaratan SNI (contoh: SL, coklat

bubuk, garam yodium, AMDK, dan tepung), dan pangan lain yang ditetapkan oleh

BPOM. Untuk mendapatkan SPP-IRT, pemohon harus telah mengikuti

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

47

Universitas Indonesia

Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP) dan memenuhi pemeriksaan sarana

produksi oleh Suku Dinas Kesehatan.

Penyelenggaraan dan penyuluhan keamanan pangan dalam rangka SPP-

IRT dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atau Suku Dinas

Kesehatan DKI Jakarta. Pelaksanaannya dapat dilaksanakan secara bersama-sama

oleh beberapa Suku Dinas Kesehatan. Materi penyuluhan keamanan pangan yang

diberikan, meliputi: berbagai jenis bahaya biologis, kimia, fisik, cara menghindari

dan memusnahkannya serta pengawetan pangan; higienitas dan sanitasi sarana

dan perusahaan pangan industri rumah tangga; Cara Produksi Pangan yang Baik

(CPPB); peraturan perundangan tentang keamanan pangan, penggunaan Bahan

Tambahan Pangan (BTP), label dan iklan pangan. Materi pelengkap dapat

dikembangkan sesuai dengan kebutuhan perusahaan pangan industri rumah

tangga, misalnya pengemasan dan penyimpanan produk pangan industri rumah

tangga, pengembangan usaha perusahaan pangan industri rumah tangga termasuk

etika bisnis.

Setelah melaksanakan Penyuluhan Keamanan Pangan, petugas Suku Dinas

Kesehatan melakukan pemeriksaan ke sarana produksi PIRT. Petugas yang

melakukan pemeriksaan tersebut harus memiliki Sertifikasi Inspektur Pangan.

Laporan pemeriksaan sarana produksi IRT dengan hasil minimal cukup

merupakan salah satu persyaratan utama untuk mendapatkan SPP-IRT.

Sertifikasi produk pangan yang diterbitkan ada 2 jenis yakni sertifikasi

penyuluhan keamanan pangan dan sertifikasi produksi pangan. Sertifikasi

penyuluhan keamanan pangan diberikan kepada peserta yang telah lulus

mengikuti penyuluhan keamanan pangan, dimana semua PIRT harus mempunyai

minimal satu orang tenaga yang telah memiliki sertifikat penyuluhan keamanan

pangan. Apabila PIRT tidak mempunyai tenaga yang telah memiliki sertifikat

yang dimaksud, maka perusahaan tersebut harus menunjuk tenaga yang sesuai

dengan tugasnya untuk mengikuti penyuluhan keamanan pangan. Sertifikasi

produksi pangan diberikan pada IRT yang mempunyai tenaga yang lulus

Penyuluhan Keamanan Pangan dan telah diperiksa sarana produksinya dengan

hasil minimal cukup, dimana sertifikat ini diterbitkan untuk satu jenis pangan

produk IRT. IRT berlaku untuk selamanya selama IRT tersebut masih tetap

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

48

Universitas Indonesia

beroperasi. Penyelenggaraan SPP-IRT di Sudinkes Kota Administrasi setempat

dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dan Badan POM atau

Balai Besar POM setempat dengan melampirkan Sertifikat Penyuluhan Keamanan

Pangan dan Sertifikat Produksi Pangan IRT yang selambat-lambatnya satu bulan

setelah penyelenggaraan.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

49 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas

Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Suku Dinas Kesehatan merupakan Unit Kerja Dinas Kesehatan dalam

pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat.

Suku Dinas Kesehatan dibentuk di setiap Kabupaten/Kota Administrasi dan

dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas Kesehatan.

b. Struktur organisasi Suku Dinas Kesehatan terdiri dari Kepala Suku Dinas,

Subbagian Tata Usaha, Seksi Kesehatan Masyarakat, Seksi Pelayanan

Kesehatan, Seksi Sumber Daya Kesehatan, Seksi Pengendalian Masalah

Kesehatan, dan Subkelompok Jabatan Fungsional.

c. Seksi SDK memiliki tiga koordinator yaitu Koordinator Tenaga Kesehatan,

Koordinator Standardisasi Mutu Kesehatan, serta Koordinator Pelayanan

Farmasi, Makanan dan Minuman (Farmakmin).

Koordinator Tenaga Kesehatan memiliki tugas:

1) Memberikan rekomendasi/perizinan praktek tenaga kesehatan

2) Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan

3) Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan

berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan

4) Melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan

5) Melaksanakan pemberian perizinan tenaga kesehatan.

Ruang lingkup kebijakan mutu Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi

Jakarta Timur adalah :

1) Orientasi pada kepuasan pelanggan.

2) Perbaikan/peningkatan terus menerus dan berkesinambungan (continous

and sustainable improvement).

3) Mematuhi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

50

Universitas Indonesia

4) Memberikan jasa pelayanan dan pembinaan, pengawasan, dan

pengendalian (Binwasdal) bidang kesehatan yang profesional dan

responsif.

Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman mempunyai tugas:

1) Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan

dan minuman.

2) Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian

pelayanan sarana pelayanan kefarmasian meliputi industri kecil obat

tradisional, cabang penyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, depo

farmasi, dan industri makanan minuman rumah tangga.

3) Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat dan

persediaan cadangan obat esensial.

4) Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada

lingkup Kota Administrasi.

d. Pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan dengan melakukan

rekapitulasi Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dari

puskesmas di wilayah Jakarta Timur merupakan tugas Koordinator Farmasi,

Makanan dan Minuman. LPLPO bermanfaat untuk analisis penggunaan,

perencanaan kebutuhan obat, pengendalian persediaan dan pembuatan

laporan pengelolaan obat.

e. Penggunaan Narkotika dan psikotropika juga harus dilaporkan ke Suku Dinas

Kesehatan. Sejak Januari 2013 diberlakukan sistem pelaporan SIPNAP secara

online.

5.2 Saran

a. Sosialisasi kembali sistem pelaporan terbaru secara online yaitu dengan

SIPNAP agar penanggung jawab di Puskesmas masing-masing Kecamatan di

wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur memahami alur pelaporan dan juga

penanganan jika terjadi kendala dalam memasukkan data.

b. Segera menyempurnakan program SIPNAP sehingga dapat meminimalisir

terjadinya gangguan dalam sistem ini.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

51 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Undang-Undang No.22 Tahun 1999. (1999). Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Undang-Undang No. 36 Tahun 2009. (2009). Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Undang-Undang No. 25 Tahun 2009. (2009). Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000. (2000). Peraturan Pemerintah No. 25

Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 2009. (2009). Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Permenkes No.006 tahun 2012. (2012). Permenkes No.006 tahun 2012 tentang

Industri dan Usaha Obat Tradisional. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/Menkes/PerV/2011.

(2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/Menkes/PerV/2011 tentang Registerasi, Izin Praktek, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Permenkes Nomor 1191/MENKES/PER/VIII/2010. (2010). Permenkes Nomor

1191/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Penyaluran Alat Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 284/MenKes/PER/III/2007. (2007).

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 284/MenKes/PER/III/2007 tentang Apotek Rakyat. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

52

Universitas Indonesia

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1332/ Menkes/SK/X/2002 Tahun 2002. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1332/ Menkes/SK/X/2002 Tahun 2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1331/ Menkes/SK/X/2002 Tahun 2002.

(2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1331/ Menkes/SK/X/2002 Tahun 2002 tentang Pedagang Eceran Obat. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1202/ Menkes/SK/VIII/2003 Tahun

2003. (2003). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1202/ Menkes/SK/VIII/2003 Tahun 2003 tentang Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

128/MENKES/SK/II/2004. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik indonesia Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008. (2008). Peraturan Daerah Nomor 10

Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Jakarta: Pemerintah Daerah RI.

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor

HK.03.1.23.04.12.2205 tahun 2012. (2012). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan ndustri Rumah Tangga. Jakarta: BPOM RI.

Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009. (2009). Peraturan

Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Suku Dinas Kesehatan. Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No 74 Tahun 2011. (2011). Peraturan

Gubernur Provinsi DKI Jakarta No 74 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu pada Kota Administrasi. Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Peraturan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 114 Tahun

2011. (2011). Peraturan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 114 Tahun 2011 tentang Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

53

Universitas Indonesia

Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 58 Tahun 2002. (2002). Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 58 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. (2009). Dokumen Sistem Manajemen Mutu

Sudinkes Kodya Jakarta Timur Tahun 2009; Deskripsi Kerja Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Jakarta: Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

54

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Bagan struktur organisasi Dinas Kesehatan

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

55

Universitas Indonesia

Lampiran 2. Bagan struktur organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI

JAKARTA TIMUR PERIODE 17 – 28 JUNI 2013

PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS KECAMATAN CIPAYUNG JAKARTA TIMUR PERIODE

JANUARI - MARET 2013

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

EMMA RACHMANISA S, S.Farm.

1206329562

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK JANUARI 2014

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI

JAKARTA TIMUR PERIODE 17 – 28 JUNI 2013

PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS KECAMATAN CIPAYUNG JAKARTA TIMUR PERIODE

JANUARI-MARET 2013

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

EMMA RACHMANISA S, S.Farm.

1206329562

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK JANUARI 2014

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………….…… ii DAFTAR ISI…………………………………………………………………… iii DAFTAR TABEL………………………………………………………….….... v DAFTAR GAMBAR………………………………………………………….... vi DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………....... vii 1. PENDAHULUAN……………………………………………………….….. 1

1.1 Latar Belakang………………………………………………….……… 1 1.2 Tujuan……………………………………………………………...…... 2

2. TINJAUAN UMUM…………………………………………………....…... 4

2.1 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)…..………………..….…..... 4 2.1.1 Pengertian Puskesmas………………………………….…........... 4 2.1.2 Visi dan Misi Puskesmas…………………………....……….….. 4 2.1.3 Tugas dan Fungsi Puskesmas……………………………….…... 5 2.2 Puskesmas Kecamatan Cipayung……………...…………………...….. 6 2.2.1 Sejarah Puskesmas…………………………………………….… 6 2.2.2 Visi, Misi, dan Kebijakan Mutu………………………………… 6 2.2.3 Struktur Organisasi……………………………………………… 7 2.2.4 Demografi……………………………………………………...... 7 2.2.4.1 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk…………………... 7 2.2.4.2 Batas Wilayah………………………………………….. 8

3. TINJAUAN KHUSUS...…………………………………………………….. 9 3.1 Tenaga Kesehatan di Puskesmas………………………………………... 9 3.1.1 Defenisi Tenaga Kesehatan………………………………………. 9 3.1.2 Standar Tenaga Kesehatan di Puskesmas………………………... 9 3.2 Pengelolaan Obat di Puskesmas……………………………………….. 10 3.2.1 Perencanaan Obat di Puskesmas…………...…………………… 10 3.2.2 Pengadaan Obat di Puskesmas………………………………….. 11 3.2.3 Permintaan Obat di Puskesmas…………………………...…….. 11 3.2.4 Penerimaan Obat di Puskesmas...………………………………. 12 3.2.5 Penyimpanan Obat di Puskesmas…………………………...….. 13 3.2.5.1 Kebebasan dan Efisiensi Gerakan……………………… 14 3.2.5.2 Sistematika Penyusunan dan Ukuran Ruang...………… 15 3.2.5.3 Kapasitas……………………………………………….. 15 3.2.5.4 Kebutuhan Luas dan Volume Gudang…………………. 16 3.2.5.5 First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO)…………………………………………...…….. 16 3.2.5.6 Penyimpanan Khusus…………………………………... 16 3.2.5.7 Sirkulasi Udara dan Cahaya……………………………. 17 3.2.5.8 Pemeliharaan…………………………………………… 17 3.2.5.9 Aspek Keamanan………………………………………. 17 3.2.6 Pendistribusian Obat di Puskesmas……………………………... 17

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

iv

3.2.7 Pengendalian Obat di Puskesmas…………………………...….. 18 3.2.7.1 Sarana Pencatatan dan Pelaporan………………...….… 19 3.2.7.2 Penyelenggaraan Pencatatan di Puskesmas……….…… 20 3.2.7.3 Alur dan Periode Pelaporan……………………………. 20 3.2.8 Pelayanan Obat di Puskesmas…………………………………... 20 3.3 Pelayanan Informasi Obaat dan Konseling di Puskesmas…………….. 20 3.4 Penggunaan Obat Rasional (POR) di Puskesmas……………………... 24 3.4.1 Deskripsi……………...………………………………………… 24 3.4.2 Kriteria Penggunaan Obat Rasional…………………………….. 25

4. HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………...………….. 27 4.1 Tugas Pokok dan Fungsi Farmasi di Puskesmas……………………… 27 4.2 Pengelolaan Obat……………………………………………………… 29 4.2.1 Jumlah Kunjungan Resep………………………………………. 29 4.2.2 Sepuluh Obat Terbanyak yang Digunakan……………………... 29 4.2.3 Sepuluh Penyakit Terbanyak yang Diderita Pasien…………….. 30 4.3 PIO dan Konseling………………………………………….…………. 34 4.4 Penggunaan Obat Rasional……………………………………………. 34

5. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………. 35 5.1 Kesimpulan……………………………………………………………. 35 5.2 Saran………………………...………………………………………… 36

DAFTAR ACUAN………………………………………………………..……. 37 LAMPIRAN……………………………………………………….…..……….. 39

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

v

DAFTAR TABEL

Tabel 2.2.4.1 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kecanmatan Cipayung........ 8 Tabel 3.1.2 Standar Tenaga Kesehatan di Puskesmas..................................... 10 Tabel 4.1 Tenaga Kesehatan Sekecamatan Cipayung................................... 28 Tabel 4.2.1 Kunjungan Resep di Puskesmas Kecamatan Cipayung................ 29 Tabel 4.2.2 Sepuluh Obat yang Banyak Digunakan di Puskesmas Kecamatan Cipayung....................................................................................... 30 Tabel 4.2.3 Sepuluh Penyakit Terbanyak yang Diderita Pasien di Puskesmas Kecamatan Cipayung.................................................................... 30

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2.4 Peta Wilayah Kecamatan Cipayung.............................................. 7

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Bagan Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Cipayung…...... 39 Lampiran 2 Bagan Struktur Organisasi Farmasi Puskesmas Kecamatan Cipayung.......................................................................................... 40 Lampiran 3 Grafik Pemakaian Obat Terbanyak di Puskesmas Kecamatan Cipayung……………………………………………………..…… 41 Lampiran 4 Laporan Indikator Peresepan di Puskesmas Kecamatan Cipayung Bulan Januari - Maret 2013 ………………………………...…..… 42

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

ekonomis. Departemen Kesehatan telah menyelenggarakan serangkaian reformasi

di bidang kesehatan guna meningkatkan pelayanan kesehatan dan menjadikannya

lebih efisien, efektif, serta terjangkau oleh masyarakat. Sistem otonomi daerah

menjadikan Pemerintah Pusat melakukan pendelegasian wewenang kepada

Pemerintah Daerah. Kewenangan Pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah

harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan pembiayaan, sarana dan

prasarana, serta sumber daya manusia sesuai dengan kewenangan yang diserahkan

tersebut (Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, 2009).

Pemerintah DKI Jakarta melalui Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

No. 150 Tahun 2009 mendirikan Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) di setiap Kota

Administrasi yang berada di DKI Jakarta, yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Utara,

Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur. Suku Dinas Kesehatan Jakarta

Timur merupakan perpanjangan tangan dari Dinas Kesehatan Propinsi DKI

Jakarta untuk mempermudah tugas dan tanggung jawabnya dalam pelaksanaan

binwasdal (pembinaan, pengawasan, dan pengendalian) upaya-upaya kesehatan di

Jakarta Timur (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009,

2009).

Puskesmas merupakan salah satu sarana kesehatan yang berfungsi untuk

melakukan upaya kesehatan dasar. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas

kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Secara nasional, standar wilayah

puskesmas adalah suatu kecamatan. Visi pembangunan kesehatan yang

diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat. Kecamatan

sehat mencakup empat indikator utama, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat,

cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu, dan derajat kesehatan penduduk.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

2

Universitas Indonesia

Untuk mencapai visi tersebut, puskesmas menyelenggarakan kesehatan

perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Dalam upaya menyelengarakan

upaya kesehatan perorangan danupaya kesehatan masyarakat, puskesmas perlu

ditunjang dengan pelayanan kefarmasian yang bermutu termasuk pengelolaan

obat yang baik (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

128/MENKES/SK/II/2004, 2004).

Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah paradigmanya dari

orientasi pada obat menjadi orientasi pada pasien. Sebagai konsekuensi dari

perubahan orientasi tersebut, apoteker atau asisten apoteker sebagai tenaga

farmasi dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilakuagar

dapat berinteraksi langsung dengan pasien. Pelayanan kefarmasian meliputi

pengelolaan sumber daya (sumber daya manusia, sarana dan prasarana, sediaan

farmasi, dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan pelayanan farmasi

klinik (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat, dan

pencatatan atau penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga, dana,

prasarana, sarana, dan metode tata laksana yang sesuai dalam mencapai tujuan

yang ditetapkan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).

Peranan apoteker diantaranya adalah dalam pelayanan kefarmasian, yakni

seperti dalam pemberian informasi obat (PIO) dan pengelolaan obat (perencanaan,

pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, dan pelaporan obat). Oleh karena itu,

menjadi penting dalam memahami dan meninjau lebih jauh mengenai peran

apoteker dalam pelayanan kefarmasian. Tugas dan fungsi seorang apoteker di

puskesmas menjadi penting karena apoteker dituntut memiliki kemampuan yang

profesional dan kompeten di bidangnya, maka calon apoteker perlu dibekali

praktek kerja. Pelatihan ini dilakukan untuk memberikan kesempatan calon

apoteker untuk meningkatkan pengetahuan penerapan pelaksanan kegiatan

kefarmasian disarana kesehatan, khususnya puskesmas, baik dalam hal pelayanan

kesehatan (khususnya pemberian informasi obat) maupun pengelolaan obat.

1.2 Tujuan

a. Mahasiswa mengetahui tugas pokok dan fungsi farmasi dan persentase obat

generik yang diadakan Puskesmas Kecamatan Cipayung.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

3

Universitas Indonesia

b. Mahasiswa mengetahui alur pengelolaan obat di Puskesmas Kecamatan

Cipayung mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi, dan

pelaporan.

c. Mahasiswa mengetahui jumlah kunjungan resep, dua puluh obat terbanyak

yang digunakan, sepuluh penyakit terbanyak yang diderita pasien, PIO dan

konseling maupun POR di Puskesmas Kecamatan Cipayung.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

4 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN UMUM

2.1 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

2.1.1 Pengertian Puskesmas

Berdasarkan KEPMENKES RI No. 128/MENKES/SK/II/2004 mengenai

Kebijakan Pusat Dasar Masyarakat, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang

bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah

kerja. Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD),

puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama

serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas

merupakan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Secara nasional, standar wilayah kerja

puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih

dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas,

dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW).

Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggung jawab

langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/MENKES/SK/II/2004, 2004).

2.1.2 Visi dan Misi Puskesmas

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas

adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat.

Kecamatan Sehat adalah gambaran masayarakat kecamatan masa depan yang

ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup

dalam lingkungan dan berperilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau

pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

5

Universitas Indonesia

kesehatan yang setinggi-tingginya. Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai

mencakup 4 (empat) indikator utama yakni lingkungan sehat, perilaku sehat,

cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan derajat kesehatan penduduk

kecamatan (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

128/MENKES/SK/II/2004, 2004).

Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas

adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi

tersebut adalah (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

128/MENKES/SK/II/2004, 2004):

a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.

b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah

kerjanya.

c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan

pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan

masyarakat berserta lingkungannya.

2.1.3 Tujuan dan Fungsi Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarkan oleh puskesmas

adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat

2010. Puskesmas memiliki fungsi sebagai berikut (Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 128/MENKES/SK/II/2004, 2004):

a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.

b. Pusat pemberdayaan masyarakat.

c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.

Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab

puskesmas meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan

masyarakat.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

6

Universitas Indonesia

2.2 Puskesmas Kecamatan Cipayung

2.2.1 Sejarah Puskesmas

Puskesmas Kecamatan Cipayung berdiri pada tahun 1990 dan merupakan

pemekaran dari Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo. Pemekaran dilakukan karena

padatnya jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo.

Puskesmas Kecamatan Cipayung pertama kali beralamat di Jalan Taman Mini III

Bambu Apus dan pada tahun 1994 pindah ke Jalan Lubang Buaya Nomor 51

Jakarta Timur hingga sekarang. Puskesmas Kecamatan Cipayung terdiri dari 10

kelurahan yaitu puskesmas kelurahan Lubang Buaya, Pondok Rangon I dan II,

Bambu Apus I dan II, Cipayung, Cilangkap, Setu, Munjul, dan Ceger. Pasca

pemekaran wilayah di Puskesmas di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo gedung

Puskesmas kecamatan Cipayung baru satu kali mengalami renovasi yaitu pada

tahun 2001. Kepala Puskesmas Kecamatan Cipayung semenjak berdiri sampai

dengan sekarang telah berganti sebanyak 5 kali yaitu (Anita Y, dkk, 2013):

a. Dr. Hakim Siregar

b. Dr. Suliyandini

c. Dr. Yuniarti S. A

d. Dr. Angeliana

e. Dr. Herin Djati MK, K

f. Drg. S. Sholikhah Darmawie

2.2.2 Visi, Misi dan Kebijakan Mutu

Visi Puskesmas Kecamatan Cipayung yaitu pelayanan prima menuju

Kecamatan Cipayung sehat untuk semua. Misi Puskesmas Kecamatan Cipayung

yaitu (Anita Y, dkk, 2013):

a. Meningkatkan mutu pelayanan sesuai standar

b. Mengembangkan SDM yang profesional

c. Meningkatkan sistem manajemen puskesmas

d. Mengembangkan kemandirian masyarakat di dalam bidang kesehatan

Kebijakan mutu Puskesmas Kecamatan Cipayung yaitu meningkatkan

pelayanan kesehatan profesional yang berorientasi pada peningkatan kepuasan

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

7

Universitas Indonesia

pelanggan serta secara teru menerus melakukan peningkatan mutu pelayanan

melalui penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001.

2.2.3 Struktur Organisasi

Kepala Puskesmas Kecamatan Cipayung mempunyai tugas menerima

laporan dari (Anita Y, dkk, 2013):

a. Wakil Manajemen Mutu (MR) yang bertanggung jawab atas Kepala

Subbagian Tata Usaha dan Koordinator Pelayanan Kesehatan

b. Kepala seksi Penunjang

c. Subkelompok jabatan fungsional

d. Kepala puskesmas kelurahan

2.2.4 Demografi

Peta wilayah Kecamatan Cipayung dapat dilihat pada gambar 2.3.4 (Anita

Y, dkk, 2013):

Gambar 2.3.4 Peta wilayah kecamatan Cipayung

2.2.4.1 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk

Luas wilayah dan jumlah penduduk Kecamatan Cipayung dapat dilihat

pada tabel 2.2.4.1 (Anita Y, dkk, 2013):

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

8

Universitas Indonesia

Tabel 2.2.4.1 Luas wilayah dan jumlah penduduk kecamatan Cipayung

No Kelurahan RW RT Luas

(Ha)

Jumlah

penduduk

Laki-laki Perempuan Kepala

Keluarga

1 Lubang

Buaya

12 113 372.20 68533 35089 33444 8656

2 Setu 6 44 325.12 19627 10111 9516 3990

3 Bambu

Apus

5 65 316.50 26375 13542 12833 5617

4 Ceger 5 39 362.60 20544 10687 9857 4446

5 Cipayung 8 59 308.50 26378 13732 12646 7438

6 Cilangkap 6 45 603.54 25299 13053 12246 2890

7 Munjul 8 75 190.30 24005 12288 11717 5170

8 Pondok

Rangon

6 63 366.02 24965 12896 12096 4577

Jumlah 56 503 2844,78 235726 121398 114328 42784

2.2.4.2 Batas Wilayah

Batas wilayah kecamatan Cipayung (Anita Y, dkk, 2013):

a. Utara : Jalan Pintu I bagian barat tembok TMII, Jalan Pintu II

b. Selatan : Patok batas daerah Khusus DKI Jakarta dan Jawa Barat

c. Barat : Jalan Raya Tol Jagorawi - Kecamatan Ciracas

d. Timur : Kali Sunter ( Pilar batas nomor 125 s/d nomor 148)

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

9 Universitas Indonesia

BAB 3

TINJAUAN KHUSUS

3.1 Tenaga Kesehatan di Puskesmas

3.1.1 Definisi Tenaga Kesehatan

Menurut PP No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, yang dimaksud

dengan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang

kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan

upaya kesehatan.Tenaga kesehatan terdiri dari:

a. Tenaga medis, meliputi dokter dan dokter gigi.

b. Tenaga keperawatan, meliputi perawat dan bidan.

c. Tenaga kefarmasian, meliputi apoteker, analis farmasi, dan asisten apoteker.

d. Tenaga kesehatan masyarakat, meliputi epidemiologi kesehatan, entomolog

kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administratur

kesehatan dan sanitarian.

e. Tenaga gizi, meliputi nutrisionis dan dietisen.

f. Tenaga keterapian fisik, meliputi fisioterapis, okupasiterapis, dan terapi

wicara.

g. Tenaga keteknisan medis, meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi,

teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis, optisien, ototik

prostetik, teknisi transfusi darah dan perekam medis.

3.1.2 Standar Tenaga Kesehatan di Puskesmas

Menurut Peraturan Gubernur DKI Jakarta No.4 Tahun 2011, standar

tenaga kesehatan di puskesmas dapat dilihat pada tabel 3.1.2:

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

10

Universitas Indonesia

Tabel 3.1.2 Standar tenaga kesehatan di Puskesmas

No Tenaga Kesehatan Standar Puskesmas Kecamatan

1 Dokter Sp Anak 1

2 Dokter Sp Kandungan 1

3 Dokter Sp Penyakit Dalam 1

4 Dokter Sp Mata/ THT/ Radiologi 1

5 Dokter Umum 12

6 Dokter Gigi 4

7 Perawat 32

8 Perawat Gigi 2

9 Bidan 18

10 Apoteker 1

11 Asisten Apoteker 2

12 Pranata Laboratorium 1

13 Epidemiologi Kesehatan 1

14 Entomolog Kesehatan 1

15 Sanitarian Trampil 1

16 Sanitarian Ahli 1

17 Penyuluh Kesmas 2

18 Nutrision Trampil 1

19 Nutrision Ahli 1

20 Perekam Medis 1

21 Radiografer 1

22 Teknis Elektromedis 1

23 Fisioterapis 1

24 Terapi Wicara 1

25 Refraksionis Optisien 1

26 Pengawas FMM 1

3.2 Pengelolaan Obat di Puskesmas

3.2.1 Perencanaan Obat di Puskesmas

Perencanaan merupakan suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan

kesehatan untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan

kebutuhan obat di Puskesmas. Tujuan dilakukan perencanaan obat adalah untuk

mendapatkan perkiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang

sesuai dengan kebutuhan, meningkatkan efisiensi penggunaan obat, dan

meningkatkan penggunaaan obat rasional. Perencanaan kebutuhan obat untuk

puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh Pengelola Obat dan Perbekalan

Kesehatan di Puskesmas. Dalam proses perencanaan kebutuhan obat per tahun,

puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat dengan menggunakan

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

11

Universitas Indonesia

LPLPO. Dalam perencanaan seorang apoteker diharapkan dapat

memperhitungkan kebutuhan obat dan alat kesehatan yang tepat jenis, tepat

jumlah, dan tepat waktu. Cara menentukan kebutuhan obat dan alat kesehatan

dapat dilakukan pendekatan dengan metode (Direktorat Jenderal Pelayanan

Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2004):

a. Metode Konsumsi

Metode ini adalah perhitungan kebutuhan obat dan alat kesehatan

berdasarkan pemakaian rata-rata obat dan alat kesehatan tiap bulan dalam

setahun. Data yang dibutuhkan untuk metode ini selain pemakaian rata-rata obat

dan alat kesehatan tiap bulan dalam setahun adalah stok pengaman sekitar 10% -

20% (untuk antisipasi waktu tunggu dan kenaikan kunjungan) dan waktu tunggu

biasanya 3 - 6 bulan.

b. Metode Morbiditas

Metode ini adalah perhitungan kebutuhan obat dan alat kesehatan

berdasarkan pola penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan, stok pengaman dan

waktu tunggu.

3.2.2 Pengadaan Obat di Puskesmas

Pengadaan adalah penerimaan usulan dari bagian perencanaan.

Berdasarkan Keputusan Presiden nomor 18 tahun 2000 tentang pedoman

pelaksanaan pengadaan barang/jasa instalasi pemerintah, terdapat beberapa

metode pengadaan barang/jasa yaitu:

a. Lelang

b. Pemilihan langsung

c. Penunjukkan langsung

3.2.3 Permintaan Obat di Puskesmas

Sumber penyediaan obat di Puskesmas berasal dari Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota. Obat yang diperkenankan untuk disediakan di puskesmas adalah

obat esensial yang jenis dan itemnya telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan

dengan merujuk pada Daftar Obat Esensial Nasional. Selain itu, menurut

Keputusan Menteri Kesehatan No. 085 tahun 1989 tentang kewajiban menuliskan

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

12

Universitas Indonesia

resep dan atau menggunakan obat generik di pelayanan kesehatan milik

pemerintah dan Permenkes RI No.HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang

kewajiban menggunakan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah

maka hanya obat generik saja yang yang diperkenankan tersedia di Puskesmas.

Adapun beberapa dasar pertimbangan dari Kepmenkes tersebut adalah:

a. Obat generik sudah menjadi kesepakatan global untuk digunakan di seluruh

dunia bagi pelayanan kesehatan publik

b. Obat generik mempunyai mutu dan efikasi yang memenuhi standar

pengobatan

c. Meningkatkan cakupan dan kesinambungan pelayanan kesehatan publik

d. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi alokasi dana obat di pelayanan

kesehatan publik.

Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di masing-masing

puskesmas diajukan oleh Kepala Puskesmas kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dengan menggunakan format LPLPO, sedangkan permintaan dari

sub unit ke kepala puskesmas dilakukan secara periodik menggunakan LPLPO

sub unit.

3.2.4 Penerimaan Obat di Puskesmas

Penerimaan merupakan suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan yang

diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola di

bawahnya. Penerimaan juga dapat didefinisikan kegiatan untuk menerima

perbekalan farmasi yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian,

melalui pembelian langsung, tender, konsinyasi atau sumbangan. Proses

penerimaan obat bertujuan agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan

berdasarkan permintaan yang diajukan oleh puskesmas. Dalam penerimaan

perbekalan farmasi, pertama dilakukan pemeriksaan sesuai pesanan. Jika tidak

sesuai, dapat dikembalikan atau diganti.Setelah sesuai, diberikan Faktur/Surat

Penyerahan Barang. Lalu mengurus administrasi dan didokumentasikan pada

Kartu Persediaan & Buku Pembelian. Petugas gudang obat bertanggung jawab

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

13

Universitas Indonesia

atas pemeriksaan fisik, penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan, dan

penggunaan obat berikut kelengkapan keamanan yang menyertainya. Petugas

gudang obat mencatat setiap penambahan obat dan membukukan pada buku

penerimaan obat dan kartu stok. Setelah proses penerimaan selesai, obat akan

disimpan di gudang induk (Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat

Kesehatan, 2004).

3.2.5 Penyimpanan Obat di Puskesmas

Penyimpanan merupakan suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-

obatan yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik

maupun kimia dan mutunya tetap terjamin. Penyimpanan juga dapat didefinisikan

sebagai kegiatan pengaturan perbekalan farmasi yang menurut persyaratannya

dibedakan berdasarkan bentuk sediaan dan jenisnya, suhunya, kestabilannya,

mudah tidaknya meledak/terbakar, tahan/tidaknya terhadap cahaya disertai dengan

sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai

kebutuhan (Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan,

2004).

Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi, sanitasi, temperatur,

sinar/cahaya, kelembaban, serta ventilasi untuk menjamin mutu produk dan

keamanan petugas yang terdiri dari kondisi umum ruang penyimpanan dan

kondisi khusus ruang penyimpanan misalnya untuk obat termolabil. Fasilitas

penyimpanan dan pengiriman merupakan salah satu bagian dari sistem suplai

obat. Gudang merupakan tempat pemberhentian sementara barang sebelum

dialirkan, dan berfungsi mendekatkan barang kepada pemakai hingga menjamin

kelancaran permintaan dan keamanan persediaan. Prinsip utama pada

perancangan pembuatan atau pemakaian gudang adalah adanya ketentuan

parameter dan prasyarat untuk mencapai indeks efisiensi dan efektifitas yang

optimum, terjaminnya mutu dan jumlah obat untuk pelayanan distribusi

(Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2004).

Faktor yang mempengaruhi desain gudang adalah kebebasan dan efisiensi

gerakan, sistematika penyusunan dan ukuran ruangan, kapasitas, kebutuhan

ruangan/luas dan volume gedung, sistem sirkulasi obat, penyimpanan khusus,

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

14

Universitas Indonesia

sirkulasi udara/cahaya, pemeliharaan serta keamanan (Sub Dinas Pelayanan

Kesehatan, 2004).

3.2.5.1 Kebebasan dan Efisiensi Gerakan

Dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektifitas gudang diperlukan:

a. Penggunaan ruangan yang ada secara optimal untuk penyimpanan dan

mengurangi penggunaan ruangan untuk barang yang seharusnya tidak

disimpan di gudang.

b. Mengurangi kemungkinan adanya gerakan ataupun arus manusia/barang

yang tidak berguna selama proses penyimpanan, pelayanan distribusi atau

kegiatan lain.

c. Meningkatkan kenyamanan bagi karyawan selama bekerja di gudang.

d. Mengurangi kegiatan dan biaya pemeliharaan yang tidak perlu, mengingat

biaya pengelolaan yang tersedia terbatas.

e. Gunakan sistem satu lantai.

f. Adanya sekat akan membatasi pengaturan barang. Jika digunakan sekat

harus diperhatikan posisi dinding dan pintu untuk memudahkan gerakan.

g. Luas jalan/gang perlu diperhatikan untuk memudahkan pengambilan obat

dan untuk menjamin sirkulasi udara yang baik.

h. Memanfaatkan penggunaan ruang gudang yang tersedia dan ruangan lain

secara maksimum.

i. Memanfaatkan volume ruang yang ada secara optimum dengan

memanfaatkan tinggi ruangan dengan tetap memperhatikan ketentuan

penumpukan barang.

j. Pengaturan rak, pallet dan jarak antara rak dan pallet sedemikian rupa

sehingga arus barang / karyawan menjadi lebih cepat sehingga waktu yang

dibutuhkan untuk mutasi barang menjadi lebih singkat.

k. Kondisi kerja

Untuk meningkatkan kinerja perlu diperhatikan seperti ventilasi yang

cukup merupakan faktor penting dalam merancang gudang agar kondisi kerja

dapat lebih baik, kebersihan ruang kerja, fasilitas kebersihan, ruang istirahat.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

15

Universitas Indonesia

l. Pedoman kerja yang rinci dan mudah dipahami serta uraian tugas untuk

masing-masing petugas yang baik merupakan salah satu faktor penting

untuk meningkatkan efisiensi kerja

m. Supervisi yang berkesinambungan sehingga semua karyawan mempunyai

tanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaan yang pada akhirnya akan

meningkatkan efisiensi

n. Pelatihan baik bersifat manajerial maupun fungsional yang

berkesinambungan

Rancangan pembuatan atau pendayagunaan gudang dimaksudkan untuk

mengoptimalkan fasilitas penyimpanan. Hal ini tergantung pada keputusan yang

diambil pada kegiatan lainnya dalam sistem suplai obat, perencanaan biaya serta

distribusi.

3.2.5.2 Sistematika Penyusunan dan Ukuran Ruang

Penyusunan obat dan perbekalan farmasi lainnya merupakan faktor yang

menentukan bagaimana gudang dirancang, termasuk bagaimana pengelompokan

dilakukan. Pengelompokan berbagai jenis, jumlah, volume dan kondisi

penyimpanan khusus, dapat dilakukan berdasarkan farmakologi, kelompok

farmasetika, atau hal-hal lain. Misalnya pengaturan dilakukan berdasarkan kelas

terapi, indikasi klinis, urutan abjad, dan atau tingkat pemakaian. Pengelompokan

apapun yang dipakai, harus diperhitungkan dan diupayakan seoptimum mungkin

persentase pemakaian luas dan persentase pemakaian volume ruangan yang

terpakai. Pencapaian angka maksimal dari indeks tersebut dilakukan dengan

pengaturan dan penempatan rak dan penggunaan pallet yang tepat sekaligus akan

dapat meningkatkan sirkulasi udara dan gerakan barang.

3.2.5.3 Kapasitas

Setiap gudang mempunyai kapasitas penyimpanan yang maksimum yang

dipengaruhi oleh seberapa besar ruangan yang digunakan untuk kepentingan lain

seperti ruang administrasi, ruang karantina, ruang pelayanan dan lain sebagainya.

Setiap gudang mempunyai kondisi dan kegiatan yang berbeda, tergantung pada

lokasi dan pengelolaan gudang atau distribusi di wilayah tersebut. Keadaan ini

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

16

Universitas Indonesia

berpengaruh terhadap kapasitas yang dapat dimanfaatkan untuk penyimpanan

obat.

3.2.5.4 Kebutuhan Luas dan Volume Gudang

Jumlah obat yang akan disimpan tergantung pada rencana pengadaan,

rencana kedatangan, rencana distribusi dan kemungkinan adanya pengembalian

perbekalan dari unit pelayanan karena rusak atau alasan lainnya. Luas gudang

minimal 3 x 4 m2.

3.2.5.5 First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO)

Prinsip FIFO/FEFO dalam penerimaan dan pengeluaran obat dan

perbekalan farmasi merupakan salah satu faktor penting dalam mendesain gudang.

Gudang yang disusun untuk memudahkan proses FIFO/FEFO, harus disesuaikan

dengan cara penyimpanan yang memungkinkan dilaksanakannya proses

FIFO/FEFO. Jika prinsip FIFO yang digunakan pada desain gudang adalah

dengan menggunakan sistem rak (masuk belakang, keluar di depan; masuk di

kanan keluar di kiri) yang akan berbeda dengan sistem FIFO yang menggunakan

sistem blok (barang ditumpuk pada waktu penerimaan, kemudian dibalik atau

ditumpuk ulang dengan cara menempatkan barang yang di atas menjadi di

bawah). Kebijakan mengenai FIFO akan menentukan desain ruangan dan juga

perlengkapan penyimpanan yang digunakan seperti rak dan pallet serta fasilitas

lainnya seperti ventilasi, cahaya dan sumber daya manusia. Sedangkan mengenai

prinsip FEFO, hampir serupa dengan sistem FIFO. Dengan sistem rak, barang

yang masa kadaluwarsanya sebentar lagi, diletakan pada bagian depan dan jika

dengan sistem blok, tumpukan teratas untuk barang dengan masa kadaluwarsanya

sebentar lagi.

3.2.5.6 Penyimpanan Khusus

Beberapa jenis obat memerlukan tempat penyimpanan khusus, termasuk

diantaranya vaksin, narkotika dan bahan obat yang mudah terbakar. Vaksin

memerlukan pharmaceutical refrigerator dan harus dilindungi dari kemungkinan

putusnya aliran listrik, selain itu terdapat produk yang memerlukan kondisi

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

17

Universitas Indonesia

penyimpanan dengan akses terkontrol seperti narkotik dan psikotropik. Narkotika

dan bahan berbahaya harus disimpan dalam lemari khusus dengan kunci ganda

dan selalu dalam keadaan terkunci. Kunci harus disimpan oleh APA dan petugas

yang diberikan tanggung jawab oleh APA.

3.2.5.7 Sirkulasi Udara dan Cahaya

Salah satu faktor penting dalam merancang gudang adalah adanya

sirkulasi udara yang cukup di dalam gudang. Sirkulasi udara yang baik akan

memaksimalkan umur hidup dari obat. Idealnya dalam gudang terdapat AC,

alternatifnya adalah penggunaan kipas angin yang apabila tidak mencukupi perlu

dibuat ventilasi melalui atap.

Lampu yang dipasang harus diperhatikan, baik kekuatan cahaya maupun

letak. Lampu harus ditempatkan di atas gang atau jalan sehingga tidak terhalang

oleh rak/lemari penyimpanan.

3.2.5.8 Pemeliharaan

Ruangan harus dirancang agar mudah dibersihkan.

3.2.5.9 Aspek Keamanan

a. Gudang harus dilengkapi dengan akses kontrol yang baik untuk menghindari

pencurian.

b. Tersedianya sistem penjagaan 24 jam.

c. Adanya CCTV (Close Circuit Television) pada tempat-tempat strategis.

d. Adanya peralatan dan system pengamanan terhadap kebakaran seperti detektor

asap dan APAR.

3.2.6 Pendistribusian Obat di Puskesmas

Distribusi/penyaluran adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat

secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan

kesehatan antara lain ke sub unit pelayanan kesehatan di lingkungan puskesmas,

puskesmas pembantu, puskesmas keliling, posyandu, dan puskesdes. Dalam

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

18

Universitas Indonesia

melakukan kegiatan distribusi obat, terdapat tiga hal yang menjadi fokus

perhatian, yaitu menentukan frekuensi distribusi, menentukan jumlah dan jenis

obat yang diberikan, dan melaksanakan penyerahan obat dan penerimaan sisa obat

dari sub-sub unit. Pada tahapan menentukan frekuensi distribusi, yang perlu

dipertimbangkan adalah jarak sub unit pelayanan dan biaya distribusi yang

tersedia.Dengan mempertimbangkan kedua hal tersebut diharapkan mampu

menentukan frekuensi pendistribusian obat yang efektif dan efisien.

Tahapan selanjutnya setelah menentukan frekuensi distribusi yaitu

menentukan jumlah dan jenis obat yang diberikan. Dalam menentukan jumlah

obat perlu dipertimbangkan:

a. Pemakaian rata-rata per periode untuk setiap jenis obat.

b. Sisa stok

c. Pola penyakit

d. Jumlah kunjungan di masing-masing sub unit pelayanan kesehatan.

Tahapan terakhir dalam proses distribusi obat di puskesmas yaitu

melaksanakan penyerahan obat dan menerima sisa obat dari sub-sub unit.

Penyerahan obat dapat dilakukan dengan cara:

a. Puskesmas menyerahkan atau mengirimkan obat dan diterima di sub unit

pelayanan.

b. Obat diambil sendiri oleh sub-sub unit pelayanan. Obat diserahkan bersama-

sama dengan formulir LPLPO sub unit yang ditandatangani oleh penanggung

jawab sub unit pelayanan puskesmas dan kepala puskesmas sebagai

penanggung jawab pemberi obat dan lembar pertama disimpan sebagai tanda

bukti penerimaan obat.

3.2.7 Pengendalian Obat di Puskesmas

Pengendalian obat di Puskesmas terdiri dari pengendalian persediaan,

pengendalian penggunaan, dan penanganan obat hilang. Pengendalian dilakukan

dengan cara pencatatan dan pelaporan data obat. Pencatatan dan pelaporan data

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

19

Universitas Indonesia

obat di puskesmas merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka penatalaksanaan

obat-obatan secara tertib, baik obat-obatan yang diterima, disimpan,

didistribusikan dan digunakan di puskesmas dan atau unit pelayanan lainnya.

Puskesmas bertanggung jawab atas terlaksananya pencatatan dan peleporan obat

yang tertib dan lengkap serta tepat waktu untuk mendukung pelaksanaan seluruh

pengelolaan obat. Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah:

a Bukti bahwa suatu kegiatan telah dilakukan

b Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian

c Sumber data untuk perencanaan kebutuhan

d Sumber data untuk pembuatan laporan

3.2.7.1 Sarana Pencatatan dan Pelaporan

Sarana yang digunakan untuk pencatatan dan pelaporan obat di puskesmas

adalah laporan pemakaian dan lembar permintaan obat (LPLPO) dan kartu stok.

LPLPO yang dibuat oleh petugas puskesmas harus tepat data, tepat isi dan dikirim

tepat waktu serta disimpan dan diarsipkan dengan baik. LPLPO juga

dimanfaatkan untuk analisi penggunaan, perencanaan kebutuhan obat,

pengendalian persediaan dan pembuatan laporan pengelolaan obat.

Selain itu terdapat SIPNAP yang merupakan sistem pelaporan narkotika

dan psikotropika di unit pelayanan kesehatan termasuk Puskesmas wajib

membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan

dan/atau pengeluaran narkotika dan psikotropika sesuai dengan ketentuan dalam

Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika dan Undang - Undang No.

5 tahun 1997 tentang Psikotropika. Sistem pelaporan Laporan Penggunaan

Narkotika dan Psikotropika di DKI Jakarta dilakukan paling lambat tanggal 10

setiap bulannya ke Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Data penggunaan

narkotika dan psikotropika di Puskesmas juga dapat terlihat pada Laporan

Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) Puskesmas Kecamatan.

Program Sipnap hardcopy diarsip dan dikirim ke BPOM.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

20

Universitas Indonesia

3.2.7.2 Penyelenggaraan Pencatatan di Puskesmas

Terdapat tempat-tempat atau lokasi yang menyelenggarakan pencatatan

baik di dalam puskesmas itu sendiri maupun di luar puskesmas, yaitu:

a Gudang puskesmas

b Kamar obat

c Kamar suntik

d Puskesmas keliling, puskemas pembantu, dan puskesdes

3.2.7.3 Alur dan Periode Pelaporan

Data LPLPO merupakan kompilasi dari data LPLPO sub unit. LPLPO

dibuat 3 (tiga) rangkap, diberikan ke Dinkes Kabupaten/Kota melalui Instalasi

Farmasi Kabupaten/Kota, untuk diisi jumlah yang diserahkan. Setelah

ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, satu rangkap untuk

Kepala Dinas Kesehatan, satu rangkap untuk Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota

dan satu rangkap dikembalikan ke puskesmas. LPLPO sudah harus diterima oleh

Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota paling lambat tanggal 10 setiap bulannya.

3.2.8 Pelayanan Obat di Puskesmas

Pelayanan obat adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan

nonteknis yang harus dikerjakan mulai dari menerima resep dokter sampai

penyerahan obat kepada pasien. Semua resep yang telah dilayani oleh Puskesmas

harus disimpan minimal 2 tahun dan harus diberi tanda:

a. “Umum” untuk resep umum

b. “Askes” untuk resep yang diterima oleh peserta asuransi kesehatan

c. “Gratis” untuk resep yang diberikan kepada pasien yang dibebaskan dari

pembiayaan retribusi

3.3 Pelayanan Informasi Obat dan Konseling di Puskesmas

Pelayanan Informasi Obat (PIO) didefinisikan sebagai kegiatan

penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat,

lengkap, terkini oleh tenaga kefarmasian yang kompeten kepada pasien, tenaga

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

21

Universitas Indonesia

kesehatan, masyarakat maupun pihak yang memerlukan (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia). PIO bertujuan untuk menyediakan dan memberikan

informasi obat kepada pasien, tenaga kesehatan, masyarakat maupun pihak lain

untuk menunjang ketersediaan dan penggunaan obat yang rasional (Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, 2010).

Sasaran pelayanan informasi obat di puskesmas antara lain (Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, 2010):

a. Pasien dan/atau keluarga pasien

b. Tenaga kesehatan: dokter, dokter gigi, apoteker, perawat, bidan, asisten

apoteker, dll

c. Pihak lain: manajemen, tim/kepanitian klinik, dll

Sarana dan prasarana PIO disesuaikan dengan kondisi sarana pelayanan

kesehatan. Jenis dan dan jumlah perlengkapan bervariasi tergantung ketersediaan

dan perkiraan kebutuhan dalam pelaksanaan PIO. Sarana ideal untuk PIO

sebaiknya disediakan antara lain (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

2010):

a. Ruang pelayanan

b. Kepustakaan

c. Komputer dan jaringan internet

d. Telepon dan faks

Kegiatan PIO yang dapat dilaksanakan di puskesmas, meliputi

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010):

a. Menjawab pertanyaan

b. Mengkaji dan menyampaikan informasi bagi yang memerlukan

c. Menyiapkan materi dan membuat bulletin, brosur, leaflet, dll

Informasi obat yang lazim diperlukan pasien menurut Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010, adalah:

a. Waktu penggunaan obat; misalnya berapa kali obat digunakan dalam sehari,

apakah di waktu pagi, siang, sore, atau malam. Dalam hal ini termasuk

apakah obat diminum sebelum atau sesudah makan

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

22

Universitas Indonesia

b. Lama penggunaan obat; apakah selama keluhan masih ada atau harus

dihabiskan meskipun sudah terasa sembuh. Sebagai contoh, antibiotik harus

dihabiskan untuk mencegah timbulnya resistensi

c. Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan

pengobatan. Oleh karena itu pasien harus mendapat penjelasan mengenai cara

penggunaan obat yang benar terutama untuk sediaan farmasi tertentu seperti

obat oral, obat tetes mata, obat salep mata, obat tetes hidung, obat semprot

hidung, obat tetes telinga, suppositoria, dank rim/salep rektal, dan tablet

vagina.

d. Efek yang akan timbul dari penggunaan obat; misalnya berkeringat,

mengantuk, kurang waspada, tinja berubah warna, air kencing berubah

warna, dsb.

e. Hal-hal lain yang mungkin timbul; misalnya interaksi obat dengan obat lain

atau makanan tertentu dengan diet rendah kalori, kehamilan, dan menyusui

serta kemungkinan terjadinya efek obat yang tidak dikehendaki.

Pelayanan informasi obat harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat,

tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini dalam upaya penggunaan obat yang rasional

oleh pasien dan tenaga kesehatan. Oleh karena itu semua pustaka yang dijadikan

sebagai sumber informasi diusahakan terbaru dan disesuaikan dengan tingkat dan

tipe pelayanan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010).

Pustaka digolongkan dalam 3 (tiga) kategori, yaitu:

a. Pustaka Primer

Artikel asli yang dipublikasikan penulis atau peneliti, informasi yang

terdapat didalamnya berupa hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah.

Contoh pustaka primer: laporan hasil penelitian, laporan kasus, studi evaluatif dan

laporan deskriptif.

b. Pustaka Sekunder

Berupa sistem indeks yang umumnya berisi kumpulan abstrak dari

berbagai macam artikel jurnal. Sumber informasi sekunder sangat membantu

dalam proses pencarian informasi yang terdapat dalam sumber informasi primer.

Sumber informasi ini dibuat dalam berbagai data base.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

23

Universitas Indonesia

c. Pustaka Tersier

Pustaka tersier berupa buku teks atau data base, kajian artikel, kompendia

dan pedoman praktis. Pustaka tersier umumnya berupa buku referensi yang berisi

materi yang umum, lengkap dan mudah dipahami, seperti IONI, ISO, DOEN,

DOI, MIMS, Buku Saku Pelayanan Kefarmasian, dll.

Selain sumber informasi diatas, informasi obat juga dapat diperoleh dari

setiap kemasan atau brosur obat yang berisi:

a. Nama dagang obat jadi.

b. Komposisi.

c. Bobot, isi atau jumlah tiap wadah.

d. Dosis pemakaian.

e. Cara pemakaian.

f. Indikasi atau khasiat atau kegunaan.

g. Kontra indikasi (bila ada).

h. Tanggal kadaluarsa.

i. Nomor ijin edar/nomor registrasi.

j. Nomor kode produksi.

k. Nama dan alamat industri.

Semua kegiatan pelayanan informasi obat harus didokumentasikan.

Manfaat dokumentasi adalah sebagai sumber informasi apabila ada pertanyaan

serupa, untuk memprioritaskan penyediaan sumber informasi yang diperlukan

dalam menjawab pertanyaan, sebagai media pelatihan tenaga farmasi, dan sebagai

basis data pencapaian kinerja, penelitian, analisis, evaluasi perencanaan layanan.

Hal-hal yang perlu dimuat dalam kegiatan dokumentasi adalah:

a. Tanggal dan waktu pertanyaan dimasukkan.

b. Nama dan umur pasien.

c. Informasi yang diberikan.

Sebagai tindak lanjut terhadap pelayanan informasi obat, harus dilakukan

pemantauan dan evaluasi kegiatan secara berkala. Evaluasi ini digunakan untuk

menilai/mengukur keberhasilan pelayanan informasi obat itu sendiri dengan cara

membandingkan tingkat keberhasilan sebelum dan sesudah dilaksanakan

pelayanan informasi obat.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

24

Universitas Indonesia

Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan dengan mengumpulkan data dari

awal dan mendokumentasikan pertanyaan–pertanyaan yang diajukan, serta

jawaban dan pelayanan yang diberikan kemudian dibuat laporan tahunan. Laporan

ini dievaluasi dan berguna untuk memberikan masukan kepada pimpinan dalam

membuat kebijakan di waktu mendatang. Untuk mengukur tingkat keberhasilan

tersebut harus ada indikator yang digunakan.Indikator tersebut bersifat dapat

diukur dan valid (tidak cacat). Indikator keberhasilan pelayanan informasi obat

mengarah kepada pencapaian penggunaan obat secara rasional di Puskesmas itu

sendiri. Indikator dapat digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilanpenerapan

pelayanan informasi obat antara lain:

a. Meningkatnya jumlah pertanyaan yang diajukan.

b. Menurunnya jumlah pertanyaan yang tidak dapat dijawab.

c. Meningkatnya kualitas kinerja pelayanan.

d. Meningkatnya jumlah produk yang dihasilkan (leaflet, buletin, ceramah).

e. Meningkatnya pertanyaan berdasar jenis pertanyaan dan tingkat kesulitan.

f. Menurunnya keluhan atas pelayanan.

Selain PIO juga dilakukan konseling di Puskesmas untuk mengetahui

riwayat pasien baik tentang penyakit maupun penggunaan obat. Konseling ini

dilakukan di suatu ruangan yang tertutup dan nyaman. Konseling dilakukan agar

pelayanan kesehatan dasar dapat berjalan dengan baik khususnya untuk pelayanan

informasi mengenai obat untuk membuat pengobatan menggunakan obat yang

rasional.

3.4 Penggunaan Obat Rasional (POR) di Puskesmas

3.4.1 Deskripsi

Penggunaan Obat Rasional (POR) adalah apabila (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2010):

a. Pasien menerima obat yang sesuai dengan kebutuhannya

b. Periode waktu yang adekuat

c. Harga yang terjangkau

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

25

Universitas Indonesia

3.4.2 Kriteria Penggunaan Obat Rasional

Batasan POR terkait erat dengan kriteria dalam penggunaan obat agar

rasional ketika dikonsumsi oleh pasien. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan

kriteria penggunaan obat rasional yaitu meliputi (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2010):

a. Tepat diagnosis

Obat yang tepat diagnosis adalah obat diberikan sesuai dengan diagnosis.

Apabila diagnosis penyakit yang diderita pasien tidak ditegakkan dengan benar

maka pemilihan obat pun dapat salah.

b. Tepat indikasi penyakit

Obat yang tepat indikasi penyakit adalah obat yang diberikan harus yang

tepat atau sesuai bagi suatu penyakit yang diderita oleh pasien.

c. Tepat pemilihan obat

Pemilihan obat yang tepat yaitu jika obat yang dipilih memiliki efek terapi

sesuai dengan penyakit.

d. Tepat dosis

Dosis, jumlah, cara, waktu dan lama pemberian obat harus tepat. Apabila

salah satu dari empat hal tersebut tidak dipenuhi menyebabkan efek terapi tidak

tercapai.

e. Tepat Jumlah

Jumlah obat yang diberikan harus dalam jumlah yang cukup.

f. Tepat cara pemberian

Cara pemberian obat yang tepat adalah obat Antasida seharusnya dikunyah

dulu baru ditelan. Demikian pula antibiotik tetrasiklin tidak boleh dicampur

dengan susu karena akan membentuk ikatan sehingga menjadi tidak dapat

diabsorpsi dan menurunkan efektifitasnya.

g. Tepat interval waktu pemberian

Cara pemberian obat hendaknya dibuat sederhana mungkin dan praktis

agar mudah ditaati oleh pasien. Makin sering frekuensi pemberian obat per hari

(misalnya 4 kali sehari) semakin rendah tingkat ketaatan minum obat. Obat yang

harus diminum 3 x sehari harus diartikan bahwa obat tersebut harus diminum

dengan interval setiap 8 jam.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

26

Universitas Indonesia

h. Tepat lama pemberian

Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya masing-masing.

Untuk Tuberkulosis lama pemberian paling singkat adalah 6 bulan, sedangkan

untuk kusta paling singkat 6 bulan. Lama pemberian kloramfenikol pada demam

tifoid adalah 10 – 14 hari.

i. Tepat penilaian kondisi pasien

Penggunaan obat disesuaikan dengan kondisi pasien yaitu antara lain harus

memperhatikan kontraindikasi obat, komplikasi, kehamilan, menyusui, lanjut usia

atau bayi.

j. Waspada terhadap efek samping

Obat dapat menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak diinginkan yang

timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi, seperti timbulya mual, muntah,

gatal-gatal, dan lain sebagainya.

k. Mutu obat baik dan terjangkau

Obat yang efektif, aman, mutu terjamin, tersedia setiap saat, dan harga

terjangkau dapat dicapai misalnya dengan membeli obat melalui jalur resmi.

l. Tepat tindak lanjut (follow up)

Apabila pengobatan sendiri telah dilakukan, bila sakit berlanjut

konsultasikan ke dokter.

m. Tepat penyerahan obat (dispensing)

Penggunaan obat rasional melibatkan penyerah obat dan pasien sendiri

sebagai konsumen. Resep yang dibawa ke apotek atau tempat penyerahan obat di

Puskesmas akan dipersiapkan obatnya dan diserahkan kepada pasien dengan

informasi yang tepat.

n. Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan

Dalam pengobatan pasien hendaknya patuh terhadap perintah pengobatan

yang diberikan. Namun, adakalanya ketidakpatuhan pasien terhadap penggunaan

obat terjadi. Ketidakpatuhan minum obat tersebut dapat terjadi dengan alasan

yaitu jenis sediaan obat beragam, jumlah obat terlalu banyak, frekuensi pemberian

obat per hari terlalu sering, pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi,

pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai cara menggunakan

obat, timbulnya efek samping.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

27 Universitas Indonesia

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tugas Pokok dan Fungsi Farmasi di Puskesmas

Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

kesehatan termasuk upaya pengobatan di wilayah kecamatan. Upaya pengobatan

di Puskesmas bertujuan meningkatkan mutu pelayanan dan menjaga tingkat

ketersediaan obat pada semua unit pelayanan yang ada di wilayahnya.

Pengelolaan obat di Puskesmas menjadi tugas bagian farmasi sehingga perlu

diketahui tugas pokok dan fungsi farmasi di Puskesmas. Tugas pokok dan fungsi

farmasi di Puskesmas adalah:

a. Petugas menerima obat dari gudang farmasi Kabupaten/Kota sesuai slip

penerimaan obat

b. Petugas menyimpan obat sesuai dengan bentuk sediaan kemudian abjad nama

obat dengan memperhatikan waktu kadaluarsa.

c. Petugas mencatat setiap jenis obat dalam kartu stok

d. Petugas mendistribusikan obat ke unit pelayanan dalam bentuk buku register

harian

e. Petugas membuat Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)

dan SIPNAP setiap akhir bulan.

Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi farmasi di Puskesmas

tersedianya sumber daya kesehatan menjadi sangat penting. Data sumber daya

kesehatan sekecamatan Cipayung ditunjukkan pada tabel 4.1:

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

28

Universitas Indonesia

Tabel 4.1 Tenaga kesehatan sekecamatan Cipayung

No. Tenaga Kesehatan Jumlah Tenaga Kesehatan

1 Dokter Sp Anak -

2 Dokter Sp Kandungan -

3 Dokter Sp Penyakit Dalam -

4 Dokter Sp Mata/ THT/ Radiologi -

5 Dokter Umum 23

6 Dokter Gigi 14

7 Perawat 42

8 Perawat Gigi 4

9 Bidan 32

10 Apoteker 1

11 Asisten Apoteker 9

12 Pranata Laboratorium 2

13 Epidemiologi Kesehatan -

14 Entomolog Kesehatan -

15 Sanitarian Trampil 1

16 Sanitarian Ahli 1

17 Penyuluh Kesmas 3

18 Nutrision Trampil 1

19 Nutrision Ahli 1

20 Perekam Medis -

21 Radiografer -

22 Teknis Elektromedis -

23 Fisioterapis -

24 Terapi Wicara -

25 Refraksionis Optisien -

26 Pengawas FMM -

Ketersediaan sumber daya kesehatan Puskesmas sekecamatan Cipayung

sudah cukup memadai termasuk dalam tenaga kefarmasian. Ketersediaan tenaga

kesehatan memungkinkan pelayanan kesehatan di Puskesmas dapat berjalan baik

begitu pula dengan tenaga kefarmasiaan yang cukup memungkinkan pelayanan

kefarmasian berjalan dengan baik. Fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di

Puskesmas Kecamatan Cipayung adalah Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga

Berencana, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Pencegahan dan Pemberantasan

Penyakit, Pengobatan termasuk Pelayanan Gawat Darurat, Penyuluhan Kesehatan

Masyarakat, Kesehatan Sekolah, Perawatan Kesehatan Masyarakat, Kesehatan

Kerja, Kesehatan Gigi dan Mulut, Kesehatan Jiwa, Kesehatan Mata, Laboratorium

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

29

Universitas Indonesia

sederhana, Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas, Kesehatan Usia Lanjut,

Pembinaan Pengobatan Tradisional, Kesehatan Remaja.

4.2 Pengelolalaan Obat

Perencanaan obat yang dilakukan Puskesmas Kecamatan Cipayung adalah

metode kombinasi yaitu gabungan antara kebutuhan obat berdasarkan metode

konsumsi dan morbiditas. Kedua metode ini digunakan untuk mencegah

kekosongan obat dan menjaga agar pelayanan kesehatan khususnya pelayanan

kefarmasian dapat berjalan baik. Metode konsumsiyang direncanakan pada

Puskesmas Kecamatan Cipayung memerlukan stok pengaman sebanyak 10 - 20 %

sedangkan pada metode morbiditas stok pengaman yang dibutuhkan adalah 40 –

50 %. Apabila metode kombinasi yang digunakan maka stok pengaman yang

digunakan di Puskesmas Kecamatan Cipayung sekitar 40 - 50 %.

4.2.1 Jumlah Kunjungan Resep

Jumlah kunjungan resep di Puskesmas Kecamatan Cipayung pada bulan

Januari - Maret 2013 dapat dilihat pada tabel 4.2.1:

Tabel 4.2.1 Kunjungan resep di Puskesmas Kecamatan Cipayung

Bulan Jumlah Kunjungan Resep

Januari 2013 2679

Februari 2013 2604

Maret 2013 2308

4.2.2 Sepuluh Obat Terbanyak yang Digunakan

Sepuluh obat yang banyak digunakan di Puskesmas Kecamatan Cipayung

dapat dilihat pada tabel 4.2.2:

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

30

Universitas Indonesia

Tabel 4.2.2 Sepuluh obat yang banyak digunakan di Puskesmas Kecamatan

Cipayung

No Nama Obat Jumlah

1 Paracetamol tab 500 mg 197.946

2 CTM 4 mg 112.543

3 Amoksisilin 500 mg 107.642

4 Vit B komplex 91.280

5 Gliseril guailakolat 88.086

6 Vit C 79.190

7 Vit B6 54.430

8 Antasida doen tab 53.216

9 Vit B1 49.236

10 Deksametason 0,5 tab 45.037

4.2.3 Sepuluh Penyakit Terbanyak yang Diderita Pasien

Sepuluh penyakit terbanyak yang diderita pasien di Puskesmas Kecamatan

Cipayung ditunjukkan pada tabel 4.2.3:

Tabel 4.2.3 Sepuluh penyakit terbanyak yang diderita pasien di Puskesmas

Kecamatan Cipayung

No Jenis Penyakit

1 Infeksi saluran pernapasan bagian atas

2 Infeksi saluran pencernaan

3 Penyakit persendian

4 Anemia

5 Hipertensi

6 Gangguan pada gigi

7 Diabetes

8 Gout (asam urat)

9 Diare

10 Kolesterol

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

31

Universitas Indonesia

Pengadaan yang dilakukan Puskesmas Kecamatan Cipayung apabila dana

yang digunakan lebih dari 200 juta adalah sistem lelang. Sistem lelang biasanya

digunakan berdasarkan dana APBD dikarenakan dana besar untuk pengadaan

obat. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang kewenangan provinsi

sebagai daerah otonom, proses pengadaan Puskesmas Kecamatan Cipayung

dilakukan oleh Puskesmas Kecamatan sendiri dimana mengajukan proposal

pengadaan obat kepada Pemda Provinsi DKI Jakarta. Selain itu apabila dana yang

digunakan kurang dari 200 juta maka pengadaan yang digunakan adalah

pengadaan langsung. Pengadaan obat dengan dana yang lebih kecil ini bersumber

dari BLUD (Badan Layanan Umum daerah).

Menurut Permenkes RI No HK. 02.02/Menkes/068/I/2010 tentang

kewajiban menggunakan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan

pemerintah. Permenkes ini dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas dan

efisiensi alokasi dana obat di pelayanan kesehatan publik. Selain itu, obat generik

sudah menjadi kesepakatan global untuk digunakan di seluruh dunia untuk

pelayanan kesehatan publik. Jumlah persentase obat generik yang diadakan

Puskesmas Kecamatan Cipayung adalah 93 % dan ini masih kurang dari target

Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta yaitu 98 % obat generik.

Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di masing-masing

Puskesmas termasuk Puskesmas Kecamatan Cipayung diajukan oleh Kepala

Puskesmas kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan

menggunakan format LPLPO sedangkan permintaan dari sub unit ke kepala

Puskesmas dilakukan secara periodik mengguanakan LPLPO sub unit.

Penerimaan obat harus disesuaikan dengan permintaan yang diajukan oleh

Puskesmas. Petugas penerima apabila menerima obat harus mengisi dokumen

LPLPO dan ditandatangani petugas diketahui Kepala Puskesmas. Penerima obat

wajib mencatat di buku penerimaan obat dan kartu stok. Kartu stok belum

mencantumkan nomor batch dan tanggal kadaluarsa.

Obat yang diterima kemudian disimpan di gudang dimana tata letak obat

berdasarkan abjad. Penyimpanan obat dipisah antara tablet, sirup, tetes mata, tetes

telinga maupun salep mata. Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika

menggunakan lemari tertutup dengan kunci serta tertanam di dalam tanah.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

32

Universitas Indonesia

Penyimpanan obat selain di gudang terdapat pula di apotek dan di pelayanan 24

jam. Penyimpanan obat harus disertai dengan penandaan waktu kadaluarsa.

Penandaan waktu kadaluarsa pada kemasan yang digunakan yaitu merah untuk

obat yang kadaluarsanya 1 tahun atau kurang, kuning untuk obat yang

kadaluarsanya lebih dari 1 tahun, dan hijau untuk obat yang kadaluarsanya lebih

dari 2 tahun.

Gudang induk Puskesmas Kecamatan Cipayung terdapat pada Puskesmas

Kelurahan Bambu Apus 2. Gudang sudah memenuhi persyaratan yaitu rak obat

yang tertanam di dalam tanah. Pintu gudang yang terkunci ganda. Gudang obat

yang berteralis besi serta ventilasi yang cukup baik. Dalam menaruh obat lantai

gudang terlapisi dengan triplek sehingga tidak langsung menyentuh tanah. Pallet

yang digunakan di gudang yaitu pallet kayu. Rak-rak pada gudang obat tertanam

dalam tanah. Luas gudang adalah 6 x 8 m2. Gudang masih memiliki sudut

sehingga tidak mudah dibersihkan. Lantai gudang pun ada yang pecah dan belum

diperbaiki. Kekurangan pada gudang induk adalah tidak adanya alat pengontrol

suhu, lantai yang retak-retak serta ruangan yang bersudut sehingga dapat

menyulitkan dalam membersihkan gudang tersebut. Pada Puskesmas Kecamatan

Cipayung tidak ditemukan refrigerator pharmaceutical untuk menyimpan vaksin,

suppositoria, dan ovula.

Pendistribusian obat berdasarkan sistem FEFO untuk meminimalkan obat

yang kadaluarsa. Penyimpanan obat pun menggunakan sistem FEFO. Dalam

pendistribusian obat setiap penerimaan dan pengeluaran barang dari gudang induk

harus terdokumentasi di kartu stok begitu pula pendistribusian di apotek dan

pelayanan 24 jam. Pendistribusian obat dari gudang induk ke Puskesmas

Kelurahan harus menggunakan Formulir Permintaan Obat-Obatan/Alkes Pakai

Habis dan Surat Bukti Barang Keluar. Pendistribusian ini dapat dilakukan 3 bulan

sekali.

Pengendalian obat dilakukan pencatatan secara berkala per bulan dan

dilaporkan per bulan pula untuk LPLPO dan SIPNAP. Pengendalian obat di

Puskesmas Kecamatan Cipayung sudah terdokumentasi dengan baik dari proses

penerimaan, penyimpanan, dan pendisribusian obat dalam bentuk softcopy namun

untuk hardcopy belum terdokumentasi dengan baik. Pelaporan LPLPO harus

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

33

Universitas Indonesia

terdokumentasi dengan baik karena sebagai sumber acuan untuk melakukan

perencanaan obat untuk 1 tahun yang akan datang. Pengendalian obat dilakukan

secara berkala untuk mencegah kehilangan obat seperti dilakukan stok opname

per bulan untuk mengetahui stok obat di apotek, gudang maupun pelayanan 24

jam.

Pelayanan obat di Puskesmas Kecamatan Cipayung dimulai dengan

penerimaan resep. Dalam penerimaan resep, langkah-langkah yang dilakukan

adalah:

a. Resep yang terletak paling bawah akan dilayani terlebih dahulu dan resep

diatasnya kemudian.

b. Resep tersebut di cek ulang nama penderita dan usianya apakah sudah sesuai

yang sebenarnya dan apabila tidak ada usianya dicatat pada resep serta apabila

nama dan usia tidak akurat diperbaiki.

c. Apabila obat pada resep tidak tersedia di apotek maka petugas menghubungi

dokter yang bersangkutan apakah akan mengganti dengan obat yang sejenis

yang ada di Puskesmas atau memberikan resep luar pada pasien

d. Siapkan etiket obat sesuai dengan resep kemudian racik obat.

Proses selanjutnya adalah peracikan obat. Dalam peracikan obat apabila

obat puyer diharapkan pelayanan selama 30 menit sedangkan apabila obat non

puyer selama 10 menit. Pemberian etiket pada obat tidak boleh terlupa dan dicek

kembali untuk mengantisipasi kesalahan. Selanjutnya adalah penyerahan obat

dimana dalam penyerahan obat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pemanggilan pasien untuk penyerahan obat yang telah selesai

diracik/disiapkan petugas berdasarkan nama dan urutannya

b. Periksa kelengkapan obat, jenis, jumlahnya, dan kesesuaian dosis

c. Salep diterangkan langsung ke pasien dan sirup ditulis pakai spidol.

d. Sebelum penyerahan obat pastikan terlebih dahulu bahwa yang akan

menerima obat adalah betul-betul orang yang berhak belum datang/tidak

berada di tempat, maka petugas harus menyimpan dengan baik obat tersebut.

e. Apabila pada saat pemanggilan orang yang berhak belum datang/tidak berada

di tempat, maka petugas harus menyimpan dengan baik obat tersebut.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

34

Universitas Indonesia

f. Petugas akan memanggil ulang nama dan menanyakan umur pasien beberapa

saat kemudian.

g. Jelaskan cara minum obat/cara pemakaian obat kepada pasien atau

keluarganya.

h. Petugas tidak akan menyerahkan obat bila yang datang mengambil obat adalah

anak-anak di bawah umur 10 tahun.

4.3 PIO dan Konseling

PIO di Puskesmas Kecamatan Cipayung belum berjalan pada bulan

Januari-Maret 2013 di Puskesmas Kecamatan Cipayung begitu pula dengan

kegiatan konseling. PIO yang diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan

khususnya kefarmasian agar pasien dapat mengerti mengenai pengobatan yang

dilakukannya terkendala dengan ruangan yang tidak memadai begitu pula dengan

konseling. Proses konseling belum berjalan di Puskesmas Kecamatan Cipayung.

4.4 Penggunaan Obat Rasional

Penggunaan obat rasional di Puskesmas Kecamatan Cipayung dilakukan

untuk memberikan gambaran pola peresepan di puskesmas atas pasien dengan

diagnosa tertentu antara lain penggunaan antibiotik pada ISPA Non-Pneumonia,

penggunaan antibiotik pada Diare Non-Spesifik, dan penggunaan sediaan injeksi

pada pengobatan myalgia. Adapun persentase penggunaan obat rasional di

Puskesmas Kecamatan Cipayung dapat dilihat pada Lampiran 4. Penggunaan

antibiotik kepada diagnosis penyakit ISPA Non-Pneumonia dan Diare Non-

Spesifik tidak rasional dikarenakan kedua penyakit tidak disebabkan oleh bakteri

melainkan virus sehingga penggunaan antibiotik tidak tepat. Pada penderita

Myalgia penggunaan injeksi sudah rasional karena tidak ada penggunaan.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

35 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Tugas pokok dan fungsi farmasi di Puskesmas Kecamatan Cipayung adalah :

1) Petugas menerima obat dari gudang farmasi Kabupaten/Kota sesuai slip

penerimaan obat

2) Petugas menyimpan obat sesuai dengan bentuk sediaan kemudian abjad

nama obat dengan memperhatikan waktu kadaluarsa.

3) Petugas mencatat setiap jenis obat dalam kartu stok

4) Petugas mendistribusikan obat ke unit pelayanan dalam bentuk buku

register harian

5) Petugas membuat Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat

(LPLPO) dan SIPNAP setiap akhir bulan.

b. Obat generik yang diadakan di Puskesmas Kecamatan Cipayung berdasarkan

dana APBD adalah 93 %.

c. Alur pengelolaan obat pada Puskesmas Kecamatan Cipayung sesuai dengan

alur pengelolaan obat di Puskesmas pada umumnya yaitu mulai dari

perencanaan, pengadaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi,

pengendalian (pencatatan dan pelaporan), dan pelayanan kesehatan.

d. Jumlah kunjungan resep di Puskesmas Kecamatan Cipayung pada Bulan

Januari - Maret 2013 sejumlah 2679 pada bulan Januari, 2604 pada bulan

Februari, dan 2308 pada bulan Maret.

e. Sepuluh obat terbanyak yang digunakan di Puskesmas Kecamatan Cipayung

Bulan Januari - Maret 2013 secara berurutan yaitu Paracetamol tab 500 mg,

CTM 4 mg, Amoksisilin 500 mg, Vit B complex, Gliseril guailakolat, Vitamin

C, Vitamin B6, Antasida doen tablet, Vit B1, Dexamethason 0,5 tablet.

f. Sepuluh penyakit yang banyak diderita pasien di Puskesmas Kecamatan

Cipayung bulan Januari - Maret 2013 secara berurutan yaitu infeksi saluran

pernapasan bagian atas, infeksi saluran pencernaan, penyakit persendian,

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

36

Universitas Indonesia

anemia, hipertensi, gangguan pada gigi, diabetes, gout (asam urat), diare, dan

kolesterol.

g. PIO dan konseling di Puskesmas Kecamatan Cipayung belum berjalan dengan

baik pada bulan Januari-Maret 2013 karena ruangan yang belum memadai.

h. Penggunaan obat rasional di Puskesmas Kecamatan Cipayung bulan Januari -

Maret 2013 dilihat dari persen pengunaan antibiotik pada ISPA non

pneumonia, persen penggunaan antibiotika pada diare non-spesifik, persen

penggunaan injeksi pada Myalgia serta rerata item/lembar resep pada ISPA,

diare, Myalgia dan rata-rata dari ketiganya (ISPA, diare, dan Myalgia). Persen

penggunaan antibiotik pada ISPA non pneumonia sejumlah 89% pada bulan

Januari, 93,2% pada bulan Februari, dan 86,7% pada bulan Maret. Persen

penggunaan antibiotika pada diare non-spesifik adalah 44,4% pada bulan

Januari, 41,7% pada bulan Februari, dan 46,2% pada bulan Maret. Persen

penggunaan injeksi pada Myalgia pada bulan Januari, Februari, dan Maret

adalah 0. Rerata item/lembar resep pada ISPA adalah 4 pada bulan Januari dan

Februari dan pada bulan Maret adalah 5. Rerata item/lembar resep pada diare

adalah 4 pada bulan Januari, Februari serta Maret. Rerata item/lembar resep

pada Myalgia adalah 4 pada bulan Januari dan Maret serta pada bulan Februari

adalah 3. Rerata item/lembar resep pada ketiganya (ISPA, diare, dan Myalgia)

adalah 4 pada bulan Januari, Februari serta Maret.

5.2 Saran

a. Pengadaan obat generik di Puskesmas Kecamatan Cipayung kurang mencapai

target Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta yaitu 98 % obat generik

sehingga penambahan pengadaan obat generik menjadi penting.

b. Sebaiknya diadakan ruangan untuk PIO dan konseling agar PIO dan konseling

dapat berjalan dengan baik.

c. Penggunaan obat antibiotik khususnya untuk ISPA Non-Pneunomia dan Diare

Non-Spesifik di Puskesmas Kecamatan Cipayung pada Bulan Januari-Maret

2013 masih tinggi sehingga perlu sosialisasi penggunaan antibiotik kepada

dokter yang menulis resep.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

37 Univeritas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Undang-Undang No. 36 Tahun 2009. (2009). Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Undang-Undang No. 35 tahun 2009. (2009). Undang-Undang No. 35 tahun 2009

tentang Narkotika. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Undang-Undang No. 5 tahun 1997. Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang

Psikotropika. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996. (1996). Peraturan Pemerintah No. 32

Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000. (2000). Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Keputusan Presiden nomor 18 tahun 2000. (2000). Keputusan Presiden nomor 18

tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa

Instalasi Pemerintah. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Permenkes RI No. HK.2.02/MENKES/068/I/2010. (2010). Permenkes RI No. HK.

02.02 /MENKES/ 068/I/2010 tentang Kewajiban Menggunakan Obat

Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI.

Keputusan Menteri Kesehatan No. 085 tahun 1989. (1989). Keputusan Menteri

Kesehatan No. 085 tahun 1989 tentang Kewajiban Menuliskan Resep dan

atau Menggunakan Obat Generik di Pelayanan Kesehatan Milik

Pemerintah. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/MENKES/SK/II/2004. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik indonesia Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009. (2009). Peraturan

Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Suku Dinas Kesehatan. Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

38

Universitas Indonesia

Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 4 Tahun 2011. (2011). Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 4 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Pedoman Pelayanan

Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 7-29, 58-64.

Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2004). Pedoman

Pengelolaan Obat Publik dan perbekalan Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1-42.

Sub Dinas Pelayanan Kesehatan. (2004). Modul Pelatihan

Pengelolaan/Pelayanan Kefarmasian Puskesmas. Jakarta: Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 28-66.

Anita Y, dkk. (2013). Laporan Makalah Kesehatan Anak Sekolah Praktik Lapangan Keperawatan Komunitas II di Puskesmas Kecamatan Cipayung. Jakarta: Poltekkes Kemenkes Jakarta III.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

LAMPIRAN

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

39 Universitas Indonesia

Lampiran 1. Bagan struktur organisasi Puskesmas Kecamatan Cipayung

Kepala Puskesmas Kecamatan

Cipayung

Drg. S. Solikhah Darmawie

Wakil Manajemen Mutu

Maslina Yani, SKM

Sub Kelompok Jabatan

Fungsional

Kepala Subbag Tata

Usaha

Wasis, SAP

Membawahi urusan

perencanaan,

kepegawaian,

keuangan, umum, dan

perlengkapan

Kepala Puskesmas

Kelurahan

Koordinator Pelayanan

Kesehatan

Dr. Uty

Kumalaningtyas

Membawahi satuan

pelayanan kesehatan:

- Medis Umum

- Kesehatan Gigi dan

Mulut

- Kesehatan Ibu dan

Anak

- Pelayanan Gawat

Darurat

Ka. Sie Penunjang

Dr. Dina Nurdjanah

Membawahi satuan

pelayanan penunjang:

- Pelayanan Gizi

- Pelayanan

Laboratorium

- Pelayanan Farmasi

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

40

Universitas Indonesia

Lampiran 2. .................. Bagan struktur organisasi farmasi Puskesmas Kecamatan Cipayung

Penanggung Jawab

Gudang Farmasi

Herlina

Koordinator Farmasi

Hari Sulistiyono

Penanggung Jawab Kamar Obat

Andjar Sugiasih

Staf

Keny Inkemaris

Staf

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

41

Universitas Indonesia

Lampiran 3. Grafik Pemakaian Obat terbanyak di Puskesmas Kecamatan

Cipayung

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

Jum

lah

Ob

at

Nama Obat

Grafik Pemakaian Obat Terbanyak di Puskesmas Kecamatan Cipayung

Januari 2013

Februari 2013

Maret 2013

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367085-PR-Emma Rachmanisa-Laporan... · Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cipayung yang ... (Keputusan

Lampiran 4. Laporan indikator peresepan di Puskesmas Kecamatan Cipayung bulan Januari - Maret 2013

Bulan % Penggunaan Antibiotik

pada ISPA Non-Pneumonia % Penggunaan Antibiotik pada Diare Non-Spesifik

% Penggunaan Injeksi pada Myalgia

Rerata Item/Lembar Resep

ISPA Diare Myalgia Rata-rata

Jan 89,0 44,4 0 4 4 4 4

Feb 93,2 41,7 0 4 4 3 4

Mar 86,7 46,2 0 5 4 4 4

U U

niv

ers

itas

Ind

on

es

ia

4242

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014