penerapan budaya membaca dalam membina mutu...
TRANSCRIPT
PENERAPAN BUDAYA MEMBACA DALAM
MEMBINA MUTU AKADEMIK SMK NEGERI 48
JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk
Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Emma Yuliana Nurbaithy
1113018200015
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
PENERAPAN BUDAYA MEMBACA DALAM MEMBINA
MUTU AKADEMIK DI SMK NEGERI 48 JAKARTA
Skripsi
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada program studi Manajemen Pendidikan
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh:
Emma Yuliana Nurbaithy
NIM. 1113018200015
Di bawah Bimbingan,
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Penerapan Budaya Membaca dalam Membina Mutu
Akademik di SMK Negeri 48 Jakarta disusun oleh Emma Yuliana Nurbaithy,
NIM. 1113018200015, Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah
melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk
diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 29 September 2017
Yang mengesahkan,
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Penerapan Budaya Membaca dalam Membina Mutu
Akademik di SMK Negeri 48 Jakarta disusun oleh Emma Yuliana Nurbaithy,
NIM: 1113018200015, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus
dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 17 Oktober 2017 di hadapan dewan
penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar S1 (S.Pd) di bidang
Manajemen Pendidikan.
Jakarta, 17 Oktober 2017
Panitia Ujian Munaqasah,
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Emma Yuliana Nurbaithy
NIM : 1113018200015
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan : Manajemen Pendidikan
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul Penerapan Budaya Membaca dalam Membina
Mutu Akademik di SMK Negeri 48 Jakarta adalah benar hasil karya sendiri
dibawah bimbingan:
Pembimbing I
Nama : Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phil
NIP : 19560530 198503 1 002
Pembimbing II
Nama : Dr. Zahruddin, Lc., M.Pd
NIP : 19730602 200501 1 002
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya
sendiri.
UJI REFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi dengan judul
“Penerapan Budaya Membaca dalam Membina Mutu Akademik di SMK
Negeri 48 Jakarta” yang disusun oleh Emma Yuliana Nurbaithy NIM.
1113018200015, Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, telah diuji kebenarannya
oleh dosen pembimbing skripsi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Jakarta, 27 September 2017
i
ABSTRAK
Emma Yuliana Nurbaithy (NIM: 1113018200015), Penerapan Budaya
Membaca dalam Membina Mutu Akademik di SMK Negeri 48 Jakarta.
Skripsi Program Strata Satu (S-1) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini membahas tema tentang penerapan budaya membaca dalam
membina mutu akademik di SMK Negeri 48 Jakarta. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mendeskripsikan kegiatan budaya membaca dalam membina mutu
akademik di SMK Negeri 48 Jakarta. Metode yang digunakan ialah kualitatif
deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini ialah kepala sekolah, wakil kepala
sekolah bidang kurikulum, kepala perpustakaan, guru bidang bahasa dan siswa.
Data penelitian dianalisa secara analisa deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya membaca di SMK Negeri 48
Jakarta terbentuk melalui program membaca selama 15 menit yang dilakukan oleh
pendidik dan peserta didik di tiap-tiap kelas, penugasan yang diberikan pendidik
di dalam pembelajaran telah menuntut peserta didik untuk lebih banyak serta
adanya kebiasaan dalam penggunaan media teknologi informasi untuk membaca.
SMK Negeri 48 Jakarta mampu membina mutu akademik di sekolah. Hal ini
dibuktikan sekolah dalam kurun empat tahun terakhir telah mencapai hasil ujian
akhir dengan sangat baik dan mencapai nilai lebih dari kriteria ketuntasan
minimum. Selain itu sekolah telah memegang prinsip komitmen dan disiplin
terutama di kalangan peserta didik, serta berupaya memaksimalkan pemanfaatan
perpustakaan sekolah. Kemudian sekolah membentuk tim kerja sekolah yang
berfokus pada masing-masing bidang program. Serta pada proses pembelajaran
diupayakan untuk membentuk karakter positif peserta didik. Namun terdapat
hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya, yakni banyaknya tugas-tugas dalam
mata pelajaran, jam program literasi yang sering terlewatkan, pengerjaan tugas
yang instan, dan penggunaan media teknologi informasi belum sepenuhnya
dimanfaatkan untuk belajar.
Kata Kunci: Budaya Membaca, Program Membaca, Mutu Akademik
ii
ABSTRACT
Emma Yuliana Nurbaithy (NIM: 1113018200015), Application of Reading
Culture in Fostering Academic Quality at SMK Negeri 48 Jakarta. Thesis
Program Strata One (S-1) Faculty of Science Tarbiyah and Teacher Training
State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.
This study discusses the theme about the application of reading culture in
fostering academic quality in SMK Negeri 48 Jakarta. The purpose of this study is
to describe the activities of reading culture in fostering academic quality in SMK
Negeri 48 Jakarta. The method used is qualitative descriptive. The data sources in
this research are principal, vice principal of curriculum, library head, language
teacher and student. Research data is analyzed by descriptive analysis.
The results showed that reading culture in SMK Negeri 48 Jakarta was formed
through 15 minute reading program conducted by educators and students in each
class, the assignments given by educators in the learning have demanded the
students for more and the existence of the habit in the use media information
technology to read. SMK Negeri 48 Jakarta able to build academic quality in
school. This is evidenced by schools in the last four years has reached the final
exam results very well and achieve more value than the minimum mastery criteria.
In addition the school has held the principle of commitment and discipline
especially among learners, as well as trying to maximize the utilization of school
libraries. The school then sets up a school work team that focuses on each
program area. And in the learning process strived to form a positive character of
learners. But there are obstacles in the implementation, namely the number of
tasks in the subjects, hours of literacy programs are often missed, the execution of
an instant task, and the use of information technology media has not been fully
utilized for learning.
Keywords: Reading Culture, Reading Program, Academic Quality
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis dalam bentuk skripsi
ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi
Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan para sahabatnya.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Dalam proses penulisan skripsi yang berjudul “Penerapan Budaya
Membaca dalam Membina Mutu Akademik di SMK Negeri 48 Jakarta”, penulis
mendapat banyak bantuan, dukungan, ide dan bimbingan dari berbagai pihak.
Untuk itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan banyak rasa terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Rektor Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah
2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
3. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd., Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
4. Dr. Jejen Musfah, MA., Dosen Pembimbing Akademik yang telah
membimbing dan mengayomi selama menjadi mahasiswi.
5. Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phil., Dosen Pembimbing I penulisan skripsi, yang
telah meluangkan banyak waktu, tenaga serta pikirannya dengan penuh
kesabaran dalam membantu, membimbing dan mendukung penulis sehingga
terselesaikannya skripsi ini.
iv
6. Dr. Zahrudin, Lc., M.Pd. Dosen Pembimbing II yang selalu mendukung,
membimbing dan mengkritisi, serta meluangkan waktu dan juga pikirannya
untuk membantu penulis memahami penulisan skripsi ini.
7. Seluruh dosen dan staff Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan khususnya
Jurusan Manajemen Pendidikan yang telah memberikan ilmu, bimbingan dan
pengalamannya kepada penulis.
8. Orang tua tercinta, Ayahanda Wachidin dan Ibunda Tarmini yang senantiasa
mendoakan, membimbing, mengayomi, memberikan dukungan utama dan
terbesar baik moril dan materi yang tak terhingga, serta menjadi inspirasi serta
motivasi bagi saya untuk selalu melakukan yang terbaik
9. Kakak-kakak dan adik tersayang, Muhammad Khadafi, Saiful Jimmie
Julianto, Safarto Saddam I.J., Lukman, Handy Rizky Prima, Surani Supraptiwi
dan Afareen Zahida Sabrina yang telah memberikan dukungan terbesar serta
memberikan perjuangan yang tak terhingga untuk penulis agar dapat menulis
skripsi ini.
10. Yayah Nur Aliyah, S.Pd., Kepala SMK Negeri 48 Jakarta yang telah
mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.
11. Surnadi, M.Pd., Wakil Kepala Bidang Kurikulum SMK Negeri 48 Jakarta
yang telah membantu, mengayomi serta meluangkan waktu dan tenaga untuk
penulis dalam pelaksanaan penelitian di sekolah.
12. Seluruh Guru dan Karyawan SMK Negeri 48 Jakarta yang telah membatu dan
meluangkan waktunya serta memberikan kelancaran bagi penulis dalam
melakukan penelitian.
13. Siswa-siswi SMK Negeri 48 Jakarta yang telah bersedia untuk meluangkan
waktunya bagi penulis dalam melakukan penelitian.
14. Sahabat-sahabat terbaik Uum Durratun Najah, Faika Ramadhani, Windha
Amaliah, Siti Arimah, Khansa Nabilah, Hotimatul Mahmudah, Siti Nur
Hidayah, Nurfani Mutianah, Lusiani, yang selalu ada disaat suka dan duka
selama menjalani proses belajar di sekolah ataupun kampus.
15. Teman-teman Jurusan Manajemen Pendidikan yang bersama-sama menjalani
perjuangan dan saling mendukung untuk menyelesaikan studi di kampus ini.
v
16. Bapak, Ibu dan Kakak selaku atasan selama saya magang di Ditbelmawa
Ristekdikti yang telah memberikan ilmu dan pengalaman serta dukungan
untuk kerja keras dan melakukan yang terbaik.
17. Seluruh pihak yang turut mendukung dan memotivasi penulis untuk
mengerjakan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna untuk
sebuah karya tulis ilmiah. Oleh karena itu penulis selalu mengharapkan kritik dan
saran agar penulis dapat menuliskan yang lebih baik lagi. Namun dengan
kerendahan hati penulis sangat berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat untuk
semua pihak yang menggeluti bidang manajemen pendidikan atau bagi pihak
lainnya. Akhir kata penulis mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan dalam
penulisan skripsi ini.
Jakarta, 18 September 2017
Penulis
Emma Yuliana Nurbaithy
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT ........................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR/BAGAN ............................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ................................................................................... 6
D. Rumusan Masalah ....................................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 6
F. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Mutu Akademik .......................................................................................... 8
1. Pengertian Mutu Akademik .................................................................. 8
2. Prinsip-prinsip Mutu Akademik .......................................................... 11
3. Ruang Lingkup Mutu Akademik ........................................................ 13
4. Pembinaan Mutu Akademik ................................................................ 15
B. Budaya Membaca ...................................................................................... 19
1. Pengertian Budaya .............................................................................. 19
2. Pengertian Membaca ........................................................................... 23
3. Pengertian Budaya Membaca .............................................................. 11
4. Tujuan Budaya Membaca ................................................................... 13
5. Faktor-faktor Budaya Membaca ......................................................... 24
6. Tahapan Budaya Membaca ................................................................. 26
7. Bentuk-bentuk Budaya Membaca ....................................................... 29
vii
C. Penelitian Relevan ..................................................................................... 31
D. Kerangka Berfikir...................................................................................... 33
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 35
B. Metode Penelitian...................................................................................... 35
C. Subjek Penelitian ....................................................................................... 36
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 36
E. Teknik Analisa Data .................................................................................. 37
F. Instrumen Penelitian.................................................................................. 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil SMK Negeri 48 Jakarta .................................................................. 42
1. Sejarah SMK Negeri 48 Jakarta .......................................................... 42
2. Visi, Misi dan Tujuan SMK Negeri 48 Jakarta ................................... 43
3. Keadaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMK N 48 Jakarta ...... 43
4. Keadaan Peserta Didik SMK Negeri 48 Jakarta ................................. 48
5. Sarana dan Prasarana SMK Negeri 48 Jakarta .................................... 49
B. Deskripsi Data dan Analisa Data .............................................................. 51
1. Bentuk-Bentuk Budaya Membaca ...................................................... 51
2. Faktor-faktor Budaya Membaca ......................................................... 60
3. Strategi Pembinaan Mutu Akademik .................................................. 70
C. Temuan Hasil Penelitian ........................................................................... 82
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 84
B. Saran .......................................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 86
Lampiran-lampiran ............................................................................................ 89
Biodata Penulis .................................................................................................. 159
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1: Waktu Penelitian .................................................................................. 35
Tabel 3.2: Kisi-Kisi Wawancara ........................................................................... 38
Tabel 3.3: Kisi-Kisi Studi Dokumen ..................................................................... 40
Tabel 4.1: Daftar Nama Pendidik SMK Negeri 48 Jakarta ................................... 47
Tabel 4.2: Jumlah Peserta Didik Tahun Pelajaran 2015/2016 ............................. 48
Tabel 4.3: Jumlah Peserta Didik Tahun Pelajaran 2016/2017 .............................. 48
Tabel 4.4: Data Sarana dan Prasarana SMK Negeri 48 Jakarta ............................ 50
Tabel 4.5 : Hasil Rata-rata Nilai Ujian Nasional Tahun 2013/2014-2016/2017... 78
ix
DAFTAR GAMBAR/BAGAN
Bagan 2.1: Kerangka Berfikir Peningkatan mutu pendidikan .............................. 33
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Bimbingan Skripsi ............................................................... 90
Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian ...................................................................... 91
Lampiran 3 : Surat Keterangan Balasan Penelitian............................................. 92
Lampiran 4 : Traskip Hasil Wawancara.............................................................. 93
Lampiran 5 : Hasil Studi Dokumentasi ............................................................. 151
Lampiran 6 : Data Prestasi SMK Negeri 48 Jakarta Tahun 2014-2017 ............ 152
Lampiran 10 : Rekapitulasi Jumlah Peminjam Buku Perpustakaan
SMK Negeri 48 Jakarta .............................................................. 155
Lampiran 11: Rekapitulasi Jumlah Pengunjung Perpustakaan
SMK Negeri 48 Jakarta ............................................................... 157
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia diciptakan berbeda dari makhluk ciptaan Allah di alam
semesta ini, manusia memiliki akal dan pikiran untuk mengukur mana yang
baik dan buruk bagi dirinya serta makhluk lainnya. Oleh karena memiliki akal
dan pikiran, maka manusia mempunyai kewajiban untuk belajar dan
mempelajari apa yang ada di alam semesta. Sebagaimana yang diperintahkan
dalam Al-Qur’an, yakni:
( الذي علن با لقلن 3( اقزأ وربك االكزم )2( خلق االنسا هن علق )1أ باسن ربك الذي خلق )اقز
(5( علن االنسان ها لن يعلن )4)
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-mu yang Menciptakan (1) Dia
telah Menciptakan manusia dari segumpal darah (2) Bacalah, dan
Tuhan-mulah yang Maha Mulia (3) Yang Mengajarkan (manusia)
dengan pena (4) Dia Mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya
(5) [Q.S. Al-Alaq: 1-5]1
M. Quraish Shihab menyatakan bahwa “tujuan utama surah tersebut
ialah penekanan tentang pentingnya belajar dan meneliti demi karena Allah
SWT., karena itulah jalan meraih kebahagiaan duniawi dan akhirat.”2 Melalui
ilmu pengetahuan yang terhampar di alam semesta, manusia harus mau untuk
belajar karena setiap apa yang ada di muka bumi ini mempunyai makna, dan
kita harus jeli dalam memahami makna dan pelajaran tersebut. Dengan kata
lain pendidikan menjadi tugas dan tanggung jawab setiap manusia, dan kita
harus mengusahakan agar pendidikan itu akan selalu berlangsung sepanjang
masa.
Pendidikan berhak untuk diterima oleh setiap orang tanpa
membedakan suku, agama, ras, dan golongan. Pendidikan menjadi suatu hal
1 Departemen Agama RI, Al-Quran Tajwid & Terjemah, (Bandung: Diponegoro, 2010),
h. 597.
2 M. Quraish Shihab, Makna, Tujuan dan Pelajaran dari Surah-Surah Al-Quran,
(Ciputat: Lentera Hati, 2012), h. 687-688.
2
yang penting karena pendidikan merupakan proses mengembangkan potensi
diri tiap individu, untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupannya,
sehingga menjadi manusia yang mandiri dan bertanggung jawab. Hal tersebut
seperti tercantum dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 3 yang menyebutkan bahwa “Pendidikan nasional
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, keratif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.”3 Salah satu upaya untuk mencapai
tujuan pendidikan ialah melalui jalur pendidikan formal atau sekolah. Sekolah
menjadi wadah dilaksanakannya proses belajar mengajar yang dipimpin oleh
kepala sekolah, dan guru sebagai kunci utama dalam terlaksananya proses
pembelajaran di dalam dan di luar kelas. Dengan demikian pendidikan akan
terlaksana dengan sebagaimana mestinya serta mencapai mutu yang
memuaskan.
Tercapainya mutu di sekolah terkait erat dengan proses pembelajaran
di dalam kelas. Mutu dapat dilihat dengan prestasi peserta didik dalam
penguasaan mata pelajaran di sekolah. Selain itu juga dapat dilihat dengan
prestasi peserta didik dalam lomba-lomba akademik atau kompetisi yang
diikuti peserta didik. Semakin banyak prestasi yang dihasilkan, maka dapat
dikatakan sekolah tersebut mempunyai mutu yang baik. Anggapan masyarakat
awam akan melihat seberapa banyak prestasi sekolah tersebut, sehingga
masyarakat akan cenderung memilih dan mendukung proses pendidikan di
sekolah yang mempunyai prestasi bagus. Oleh karena itu mutu akademik
sekolah harus bisa tercapai dengan semaksimal mungkin.
Namun demikian, masih terdapat kendala pada proses pencapaian
mutu akademik saat ini yakni belum efektifnya proses pembelajaran. Masih
terbatasnya peserta didik yang terlibat dalam kompetisi akademik merupakan
3Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Bab I pasal 3, h. 4.
3
hal yang tidak bisa diabaikan. Hal ini dikarenakan kompetisi merupakan
ukuran dalam penilaian pencapaian sasaran mutu pendidikan di sekolah.
Peserta didik atau warga sekolah yang mampu berkompetisi dan mendapatkan
prestasi dapat menunjukkan mutu akademik sekolah, sebab mampu
menghasilkan peserta didik yang mempunyai kompetensi yang mumpuni
dalam bidangnya.
Peran kepala sekolah sebagai manajer sangat dibutuhkan dalam hal ini.
Namun pada pelaksanaannya terdapat kepala sekolah yang belum
menjalankan perannya secara optimal dalam menerapkan sistem manajemen
mutu. Dengan hal ini bisa dikatakan pencapaian mutu belum terpenuhi dengan
maksimal.
Selain itu, mutu akademik sekolah tidak terlepas dari bagaimana
proses pendidikan di sekolah dan keterkaitan guru sebagai pengajar. Sebab
guru yang melaksanakan pengajaran dan pendidikan kepada peserta didik di
dalam kelas. Namun sebagaimana yang dikatakan oleh Oemar Hamalik yakni
“karena tugasnya mengajar, maka dia harus mempunyai wewenang mengajar
berdasarkan kualifikasi sebagai tenaga pengajar. Sebagai tenaga pengajar,
setiap guru/pengajar harus memiliki kemampuan profesional dalam mengajar
atau pembelajaran.”4 Guru yang mengajar harus sesuai dengan kemampuan
atau kompetensi yang dimilikinya. Sehingga, peserta didik dapat mengerti dan
mampu memahami secara mendalam terhadap suatu bidang mata pelajaran
yang dipelajarinya. Akan tetapi, menjadi persoalan apabila guru yang
mengajar tidak profesional, sehingga menjadikan proses pembelajaran
menjadi tidak efektif.
Dalam pelaksanaan pembelajaran peserta didik dan seluruh warga
sekolah tentu memiliki kebiasaan yang kemudian menjadi sebuah budaya,
terlepas budaya tersebut budaya positif atau negatif. Budaya yang dibentuk
sekolah akan menentukan sejauh mana prestasi dan mutu akademik sekolah,
karena hal itu merupakan suatu ciri khas yang dimiliki masing-masing
4 Oemar Hamalik, Kurikulum dan pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 9.
4
sekolah. Untuk menciptakan budaya yang positif, dibutuhkan kesadaran dan
motivasi terutama dari diri masing-masing warga sekolah. Tujuannya agar hal
tersebut menjadi suatu kebiasaan yang terpelihara dan mendarah daging
dalam diri mereka. Salah satu budaya positif yang sudah selayaknya
ditanamkan di sekolah adalah budaya membaca oleh seluruh warga sekolah.
Budaya membaca seharusnya menjadi suatu ciri khas dari sekolah
karena kegiatan utama sekolah adalah belajar, dan belajar tidak bisa dilakukan
tanpa melalui proses membaca. Ini berarti belajar adalah membaca, membaca
ialah sedang belajar. Banyak orang-orang besar yang sukses karena suka
membaca. Mereka menumbuhkan kebiasaan membaca dan menjadikan sebuah
budaya terhadap diri mereka sendiri. Diantaranya ialah Ir. Soekarno, Bung
Hatta, Gus Dur, Obama, Jobs, Mahatma Gandi, Hassan Al-Banna, Hitler, dan
Karl Marx. Mereka semua menghabiskan sebagian besar hari-harinya untuk
membaca, bahkan menjadikan buku yang nomor satu bagi dirinya.
Demikian membaca juga dipengaruhi banyak faktor, salah satu
diantara yang paling penting ialah ketersediaan sumber referensi. Dalam hal
ini perpustakaan merupakan tempat yang semestinya menyediakan referensi
yang dibutuhkan bagi peserta didik dalam proses pembelajaran. Namun
pemanfaatan perpustakaan belum juga optimal dikarenakan keterbatasan
referensi sumber belajar yang dimiliki.
Salah satu problematika yang terjadi di Indonesia adalah rendahnya
budaya membaca. Sebagaimana yang dituliskan dalam Jurnal Akrab yakni
“berdasarkan survei UNESCO minat baca masyarakat Indonesia baru 0,001
persen. Artinya, dalam seribu masyarakat hanya ada satu masyarakat yang
memiliki minat baca. Studi Most Littered Nation In the World yang dilakukan
oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016, Indonesia
dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca.”5
Hasil penelitian diatas menjelaskan bahwa Indonesia masih berada jauh di
5 Melati Indri Hapsari, Kajian Manajemen Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di
Kabupaten Semarang, Jurnal Akrab, Vol. VII Ed. 1, 2016, h.105.
5
bawah negara-negara lain dalam hal budaya membaca. Padahal dengan
membaca kita bisa mendapatkan ilmu dan wawasan yang banyak. Membaca
menjadikan hidup tanpa ada batasan untuk menyusuri berbagai wilayah di
bumi ini.
Amartya Sen melalui karyanya Beyond the Crisis: Development
strategies in Asia dalam Suherman menjelaskan bahwa di Jepang setiap
warganya mempunyai kebiasaan membaca dimana dan kapan pun. Fakta
sebelumnya menunjukkan bahwa pada tahun 1893 sepertiga tentara yang
direkrut buta huruf, dan pada 1906 tak seorang pun yang ikut perekrutan pada
saat itu bisa membaca. Namun mereka bangkit pada pertengahan abad ke-19
dengan mulai membangun manusianya yakni dengan pemberantasan buta
huruf. Saat ini Jepang menjadi salah satu produsen buku terbesar di dunia.6
Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan membaca, manusia mampu
mengembangkan kehidupannya, dan kebiasaan membaca yang menjadi
budaya mampu menjadi kekuatan untuk membuat negara menjadi lebih maju.
Berdasarkan uraian permasalahan-permasalahan tersebut penulis
mencoba mengangkat suatu permasalahan yang akan di teliti oleh penulis
dengan judul “Penerapan Budaya Membaca dalam Membina Mutu Akademik
di SMK Negeri 48 Jakarta.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi masalah-
masalah sebagai berikut:
1. Belum optimalnya pembinaan mutu akademik
2. Belum efektifnya proses pembelajaran
3. Masih terbatasnya peserta didik yang terlibat dalam kompetisi
4. Kepala sekolah yang belum menjalankan manajemen mutu secara optimal
5. Kurang profesionalnya guru dalam mengajar.
6 Suherman, Mereka Besar karena Membaca, (Bandung: Literate Publishing, 2012), h.9-
10.
6
6. Masih terbatasnya peserta didik yang terlibat dalam kompetisi bahasa.
7. Belum optimalnya pemanfaatan perpustakaan karena keterbatasan
referensi sumber belajar
8. Masih rendahnya budaya membaca
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup masalah-masalah yang ada, maka
penulis membatasi penelitian pada masalah masih rendahnya budaya
membaca peserta didik dan belum optimalnya pembinaan mutu akademik di
SMK Negeri 48 Jakarta.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dijelaskan, maka rumusan
masalahnya adalah apakah dengan penerapan budaya membaca dalam
membina mutu akademik di SMK Negeri 48 Jakarta?
Rumusan masalah umum ini dapat diperinci menjadi:
1. Kegiatan apa saja yang dilakukan peserta didik dalam menerapkan budaya
membaca di SMK Negeri 48 Jakarta?
2. Apakah kegiatan tersebut mampu membina mutu akademik di SMK
Negeri 48 Jakarta?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mendeskripsikan berbagai kegiatan yang dilakukan peserta didik dalam
menerapkan budaya membaca di SMK Negeri 48 Jakarta.
2. Mendeskripsikan keterkaitan antara kegiatan membaca di dalam membina
mutu akademik di SMK Negeri 48 Jakarta.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat, yaitu sebagai
berikut:
7
1. Dapat mengembangkan pemikiran tentang budaya membaca dan
sumbangannya bagi pengembang ilmu pengetahuan melalui penelitian
yang dilaksanakan sehingga dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi
pengembang ilmu dan sebagai pemahaman untuk penelitian selanjutnya.
2. Memberikan usulan saran, ide, dan bahan pertimbangan dalam
mengembangkan budaya membaca dan membina mutu akademik
sekolah.
3. Memberikan pengetahuan dan memberikan kesempatan pada penulis
untuk mengaplikasikan ilmu dan teori yang telah dipelajari, khususnya
tentang masukan budaya membaca.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Mutu Akademik
1. Pengertian Mutu Akademik
Istilah mutu saat ini sudah menjadi satu kata yang tidak asing lagi
dikeseharian kita saat ini. Segala sesuatunya kita selalu menginginkan
mempunyai mutu yang baik, dan mutu menjadi perhatian yang utama bagi
kita dalam menentukan pilihan apapun itu. Misalnya saja ketika ingin
membeli laptop untuk kepentingan perkuliahan bagi mahasiswa, tentunya
sebagai akan memilih laptop yang mempunyai mutu yang baik, sebab
laptop tersebut akan dipakai dalam jangka waktu yang lama dan menjadi
keseharian bagi mahasiswa di dalam mengerjakan tugas kuliah.
Mutu sebagai suatu makna yang absolut, sesuatu yang bermutu
merupakan bagian standar yang sangat tinggi yang tidak dapat diungguli.7
Mutu sebagai konsep yang relatif, yakni memiliki dua aspek: pertama,
menyesuaikan diri dengan spesifikasi; dan kedua, memenuhi kebutuhan
pelanggan.8 Demikian konsep tersebut memiliki dua sisi yang mempunyai
satu kesatuan, ibarat sebuah koin yang mempunyai dua sisi yang berbeda
namun mempunyai nilai yang sama. Konsep absolut dan relatif dalam
mutu dipahami tergantung dari sudut pandang mana mutu itu dilihat, maka
definisi mutu dapat disamakan atau disesuaikan.
Menurut Jarome S. Arcaro, “mutu adalah sebuah proses terstruktur
untuk memperbaiki keluaran yang dihasilkan. Mutu bukanlah benda magis
7 Edward Sallis, Total Quality Management In Education, Terj. Oleh Ahmad Ali Riyadi
& Fahrurrozi, Manajemen Mutu Pendidikan, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2012), Cet. XVI, h. 52.
8 Ibid, h. 54.
9
atau sesuatu yang rumit. Mutu didasarkan pada akal sehat.”9 Artinya mutu
haruslah direncanakan dan mempunyai manajemen yang terkonsep sejak
awal, sebelum berlangsungnya proses dalam hal ini ialah pendidikan.
Tanpa rencana yang jelas, mutu tidak akan bisa tercapai dengan maksimal.
Menurut Rohiat, “Mutu atau kualitas adalah gambaran dan
karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menentukan
kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang
tersirat.”10
Artinya suatu hasil dari sebuah proses yang mempunyai kuasa
di dalam mencapai sebuah tujuan pencapaian dengan berdasarkan apa
yang diinginkan oleh penggunanya.
Dengan itu dapat disimpulkan bahwa mutu adalah kemampuan
untuk memenuhi standar yang tertinggi dan memenuhi keinginan dan
kebutuhan pelanggan atau subyek pengguna barang atau jasa tersebut.
Sedangkan untuk mencapai mutu dapat dikategorikan menjadi tiga, yakni
pengendalian mutu, penjaminan mutu dan manajemen mutu total.
Pengertian mutu telah dijelaskan sebagaimana pembahasan di atas,
demikian dapat dimengerti bahwa istilah mutu telah menjadi bagian dari
segala aspek kehidupan manusia saat ini. Salah satunya ialah dalam aspek
pendidikan di sekolah yang menjadi bagian terpenting bagi manusia di
zaman modern saat ini. Sekolah yang acap kali kita dengar dengan kata
akademik, sebagai suatu ciri khas berlangsungnya pendidikan.
Demikian menurut Ahmad Baedowi, dkk. yakni:
mutu sekolah dilihat dari penyelenggaraan pendidikan dan hasil.
Kemudian dijelaskan menurut Newman & Behler, untuk melihat
mutu peserta didik dapat diketahui dengan kemampuan akademik,
sikap kritis, kemampuan berkomunikasi secara efektif, kemampuan
menghargai budaya sendiri dan budaya orang lain, kemampuan
9 Jarome S. Arcaro, Quality in Education: An Implementation Handbook, Terj. Oleh
Yosal Iriantara, Pendidikan Berbasis Mutu : Prinsip-Prinsip Perumusan Dan Tata Langkah
Penerapan, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2007), Cet. IV, h. 75.
10 Rohiat, Manajemen Sekolah: Teori Dasar dan Praktik, (Bandung: Refika Aditama,
2008), h. 52.
10
berinteraksi dan kemampuan memahami potensi diri, kemampuan
spasial, dan keterampilan gerak.11
Dengan itu diketahui bahwa untuk mencapai mutu sekolah yang
diinginkan terdapat banyak aspek, diantaranya yang utama ialah
kemampuan akademik. Mutu sekolah dapat tercapai apabila unsur-unsur
yang ada di sekolah juga memenuhi ketentuan dari mutu itu sendiri, salah
satunya ialah mutu peserta didik. Jika peserta didik di sekolah tersebut
memiliki mutu yang baik maka sekolah akan mencapai mutu yang baik.
Salah satu standar mutu yang harus dimiliki peserta didik ialah
kemampuan akademik yang baik.
Terdapat padanan mengenai pengertian akademik yaitu academic
engagement, yakni “didasarkan pada konteks pembelajaran di kelas yang
tidak terlepas dari peran guru, yang dimaknai sebagai perilaku keterlibatan
siswa secara aktif dalam proses pembelajaran di kelas.”12
Dalam hal ini
dimengerti bahwa akademik ialah proses belajar yang berlangsung secara
teratur dan berlangsung secara aktif, berkesinambungan serta dilakukan
karena adanya subyek pemberi dan penerima dalam proses belajar, dalam
hal ini ialah pendidik dan peserta didik.
Nana Syaodih Sukmadinata menyatakan “kompetensi akademis
merupakan kecakapan, kebiasaan, keterampilan mengaplikasikan teori,
konsep, dalil, model, metode, prosedur, dan lain-lain, di dalam kenyataan.
Kecakapan, keterampilan, kebiasaan dalam satu kesatuan teori, konsep,
dalil, model, metode membentuk satu kompetensi akademis.”13
Demikian
diketahui bahwa pemahaman akademik ialah mendasarkan sesuatunya
berdasarkan urutan sistematika keilmuan atau ilmu pengetahuan yang
11
Ahmad Baedowi, dkk, Manajemen Sekolah Efektif, (Tangerang Selatan: Pustaka
Alvabert, 2015), h. 208.
12 Alimul Muniroh, Academic Engagement: Penerapan Model Problem-Based Learning
di Madrasah, (Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara, 2015), h. 19.
13 Nana Syaodih Sukmadinata, Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi, (Bandung:
Refika Aditama, 2012), h. 51.
11
kemudian dipahami dan dihayati oleh manusia, sehingga manusia tersebut
dapat mengaplikasikan ilmu itu di dalam kehidupannya.
Kemudian Jahja Umar menjelaskan bahwa “sebuah sekolah
dikatakan secara akademis bermutu jika lulusannya menguasai dengan
baik semua mata pelajaran yang diajarkan, sesuai dengan standar yang
ditetapkan.”14
Dengan ini diketahui bahwa mutu akademik merupakan
bagian dari sekolah, dimana proses akademik berlangsung dan
dilaksanakan berdasarkan standar atau ukuran yang ditetapkan dengan
sebaik-baiknya sesuai dengan kebutuhan di masyarakat, sehingga ketika
lulus peserta didik dapat memenuhi kriteria di masyarakat dan menjadikan
ilmu yang dipelajari selama sekolah dapat bermanfaat.
Berdasarkan pemaparan konsep-konsep tersebut dapat disimpulkan
bahwa mutu akademik ialah standar mutu yang harus dimiliki sesuai
dengan ketentuan akademik, kemudian untuk mencapai mutu tersebut
dilakukan melalui proses belajar yang teratur serta berlangsung secara
aktif, mendasarkan sesuatunya berdasarkan urutan sistematika keilmuan
atau ilmu pengetahuan yang kemudian dipahami dan dihayati ketika proses
akademik berlangsung, sehingga mencapai hasil yang sebaik-baiknya
sesuai dengan kebutuhan di dunia akademik.
2. Prinsip-Prinsip Mutu Akademik
Pada dasarnya, segala sesuatu yang berkaitan dengan manajemen
tentulah harus memiliki dasar, landasan atau prinsip-prinsip yang harus
dipegang teguh didalam penerapannya. Dengan demikian manajemen akan
lebih kuat dan tidak mudah goyah ketika ada sebuah permasalahan atau
kesalahan-kesalahan yang besar ataupun kesalahan yang kecil. Dalam
penerapan manajemen mutu pendidikan di sekolah terutama dalam
14
Jahja Umar, Penilaian dan Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia,(Tangerang
Selatan: UIN Jakarta PRESS, 2011), h. 44.
12
cakupan mutu akademik, prinsip-prinsip tersebut juga harus dimiliki dan
dipegang teguh, demi tercapainya mutu akademik yang unggul.
Menurut Ahmad Baedowi dalam Manajemen Sekolah Efektif,
pengembangan mutu sekolah didasarkan pada prinsip-prinsip yakni
kesamaan visi, konsistensi dengan tujuan, berkelanjutan, partisipatif dan
amanah.15
Dalam mencapai mutu sekolah terdapat prinsip-prinsip yang
harus dipegang teguh. Mutu sekolah juga tercakup di dalamnya mutu
akademik, oleh sebab itu dalam mencapai mutu akademik juga harus
berpengang teguh terhadap prinsip-prinsip peningkatan mutu sekolah.
Dalam Jarome S. Arcaro dituliskan bahwa ada 14 butir perkara
sebagai adaptasi dari konsep Deming di wilayah Amherst, Amherst New
Hampshire, yang dilakukan Sekolah Menengah Kejuruan Teknik Region 3
di Lincoln, Maine dan Soundwell College di Bristol Inggris. Kedua
sekolah tersebut berhasil menghasilkan outcome siswa dan administratif
yang baik. Diantara 14 butir perkara tersebut ialah menciptakan
konsistensi tujuan, mengadopsi filosofi mutu total, mengurangi kebutuhan
pengujian, menilai bisnis sekolah dengan cara baru, memperbaiki mutu
dan prosuktivitas serta mengurangi biaya, belajar sepanjang hayat,
kepemimpinan dalam pendidikan, mengeleminasi rasa takut,
mengeleminasi hambatan keberhasilan, menciptakan budaya mutu,
perbaikan proses, membantu siswa berhasil, komitmen dan tanggung
jawab.16
Prinsip-prinsip tersebut yang akan menentukan mutu pendidikan,
sebab jika lembaga pendidikan mempunyai prinsip maka hasilnya akan
baik. Demikian juga di dalam mencapai mutu akademik sekolah juga tidak
terlepas dari 14 butir aspek tersebut. Pendidikan tidak terlepas dari proses
akademik, oleh sebab itu mutu akademik juga harus didasarkan pada
prinsip-prinsip mutu pendidikan itu sendiri.
15
Ahmad Baedowi, dkk, op.cit., h. 406.
16 Jarome S. Arcaro, op.cit., h. 85-89.
13
Dalam Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
dituliskan, yakni “mandiri, terstandar, akurat, sistemik dan berkelanjutan,
dilakukan terhadap keseluruhan unsur, dan terdokumentasi.”17
Prinsip
tersebut diterapkan dalam pelaksanaan berlangsungnya proses mencapai
mutu, serta menjadi pijakan yang kuat untuk mencapai mutu yang tinggi di
sekolah dasar dan menengah. Demikian prinsip-prinsip dalam mencapai
mutu akademik juga tidak terlepas dari prinsip-prinsip itu, karena mutu
akademik tercakup di dalam mutu yang ada di sekolah.
Demikian dapat disimpulkan prinsip-prinsip mutu akademik ialah
fokus terhadap keinginan dan kebutuhan pelanggan, konsistensi, pelibatan
seluruh sumber daya manusia, pengembangan yang berkelanjutan,
partisipatif dari seluruh anggota atau perangkat organisasi, dan
memperhatikan serta fokus pada nilai-nilai dalam cakupan akademik yang
berlangsung di sekolah.
3. Ruang Lingkup Mutu Akademik
Tercapainya mutu akademik yang diinginkan dan telah dibuat
ukurannya ialah dengan mengetahui aspek-aspek atau hal-hal yang
berkaitan dengan mutu akademik itu sendiri. Perihal luasnya cangkupan
mutu pendidikan itu sendiri, maka mutu akademik juga perlu diidentifikasi
ruang lingkupnya.
Menurut Dedy Mulyasana, “pendidikan yang bermutu lahir dari
sistem perencanaan yang baik dengan materi dan sistem tata kelola yang
baik dan disampaikan oleh guru yang baik dengan komponen pendidikan
yang bermutu khususnya guru.”18
Pendapat tersebut mengutarakan bahwa
cangkupan atau ruang lingkup dalam mencapai pendidikan yang bermutu
17
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Petunjuk Pelaksanaan
Penjaminan Mutu Pendidikan oleh Satuan Pendidikan, (Jakarta: Kemendikbud, 2016), h.12, di
unduh pada tanggal 1 Mei 2017 dari: http;//pmp.dikdasmen.kemendikbud.go.id.
18 Dedy Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 120.
14
ialah melalui aspek akademik, yakni mulai dari sistem perencanaan hingga
penyampaian yang dilakukan oleh guru pada proses pembelajaran. Dengan
demikian terdapat keseimbangan atau keterkaitan antara sistem-sistem
tersebut, sehingga dapat tercapai mutu yang diinginkan.
Menurut Zamroni tentang peningkatan mutu yaikni:
Salah satu teori peningkatan mutu sekolah menekankan pada peran
kultur sekolah dalam kerangka model The Total Quality
Management (TQM). Teori ini menjelaskan bahwa mutu sekolah
mencakup tiga kemampuan, yaitu kemampuan akademik, sosial
dan moral. Meski demikian, pada umumnya yang mendapatkan
penekanan adalah kemampuan akademik, yang dengan mudah
dapat diukur dievaluasi secara kuantitaif. Dua kemampuan lain
belum dilaksanakan secara eksplisit, sebab terkait dengan
pelaksanaan evaluasi yang tidak mudah. 19
Mutu dapat dikatakan berhasil yakni apabila telah mencapai tiga aspek
kemampuan tersebut. Proses berjalannya mutu dengan cara melaksanakan
dan membuat strategi terhadap tiga variabel yang ada di sekolah. Dalam
pendapat ini penekanan dalam aspek mutu ialah pada bidang akademik,
dimana kemampuan akademik dapat lebih mudah dengan digambarkan
kemudian dievaluasi melalui angka-angka. Dengan demikian mutu
akademik ialah melingkupi seberapa besar kemampuan akademik yang
dimiliki peserta didik untuk mencapai standar atau ukuran yang telah
ditetapkan.
Pengembang mutu akan mengkaji secara cermat setiap lingkup
dengan rinci diantaranya ialah mutu pembelajaran, pengelolaan sekolah,
pengembangan kemampuan profesional, dan dampingan di luar sekolah.20
Artinya dalam mengembangkan mutu di sekolah erat kaitannya dengan
lingkup secara menyeluruh segala aspek-aspek yang ada di sekolah, dan
termasuk juga di dalamnya aspek akademik atau mutu akademik.
19
Zamroni, op. cit., h.7.
20 Ahmad Baedowi dkk, op.cit., h. 406-411.
15
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa ruang
lingkup mutu akademik, yakni mutu pembelajaran, pengelolaan sekolah,
pengembangan kemampuan profesional, dan dampingan di luar sekolah,
mulai dari sistem perencanaan hingga penyampaian yang dilakukan oleh
guru pada proses pembelajaran. seberapa besar kemampuan akademik
yang dimiliki peserta didik untuk mencapai standar atau ukuran yang telah
ditetapkan.
4. Pembinaan Mutu Akademik
Sejalan dengan pengertian pendidikan, di dalam Bahasa Indonesia
terdapat beberapa kata yang memiliki makna pengertian hampir sama,
diantaranya ialah seperti kata pembinaan dan pengajaran. Terkadang kita
sulit untuk membedakan arti dan makna kata tersebut di dalam suatu
penempatan makna kalimat atau paragraf. Dalam pembahasan ini, hanya
dijelaskan pengertian kata pembinaan yang berkaitan dengan judul
masalah yang ada.
Pembinaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah “proses,
pembuatan, cara, pembaharuan, usaha dan tindakan atau kegiatan yang
dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan baik.”21
Demikian kita dapat mengetahui bahwa pembinaan ialah suatu rangkaian
tahap demi tahap yang berlangsung didalam koridor kebaikan atau untuk
mencapai hasil yang terbaik sehingga dapat pula bermanfaat bagi manusia.
Salah satu pakar pendidikan yakni Nanang Fattah menyebutkan di
dalam bukunya bahwa, “pembinaan adalah usaha, tindakan dan kegiatan
yang dilakukan secara efesien dan efektif untuk memperoleh hasil yang
lebih baik.”22
Dalam kutipan ini dapat diketahui tahapan seperti apa yang
21
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2009), cet. V, h. 152.
22 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h.
107-108.
16
dilakukan pada saat pembinaan, yaitu tahapan yang berpegang kepada
prinsip efektif dan efesien demi mencapai sebuah kebaikan.
Pendapat lain disebutkan oleh Masdar Helmi, “pembinaan adalah
segala hal usaha, ikhtiar dan kegiatan yang berhubungan dengan
perencanaan dan pengorganisasian serta pengendalian segala sesuatu
secara terartur dan terarah.”23
Dalam pendapat ini diketahui bahwa
pembinaan itu ialah melalui serangkaian aktivitas atau kegiatan yang
berpegang pada fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian
dan pengendalian, tentunya untuk mencapai tujuan dan hasil yang lebih
baik.
Kemudian menurut Akmal Hawi, “kata pembinaan dimengerti
sebagai terjemahan dari kata training yang berarti latihan, pendidikan,
pembinaan. Pembinaan menekankan manusia pada segi praktis,
pengembangan sikap, kemampuan dan kecakapan.”24
Demikian pendapat
tersebut lebih rinci menjelaskan kebaikan yang seperti apa yang ingin
dicapai di dalam sebuah pembinaan, yakni kebaikan pada aspek
pengembangan sikap, kemampuan dan kecakapan manusia di dalam
kehidupannya.
Penjelasan lain disampaikan oleh Ahmad Tanzeh, yakni
“pembinaan juga dapat diartikan sebagai bantuan dari seseorang atau
sekelompok orang yang ditujukan kepada orang atau sekelompok orang
lain melalui materi pembinaan dengan tujuan dapat mengembangkan
kemampuan, sehingga tercapai apa yang diharapkan.”25
Dalam penjelasan
ini lebih menekankan pada aspek subjek atau pelaku saat pelaksanaan itu
berlangsung, yang memiliki tujuan untuk mengembangkan kemampuan
manusia.
23
Masdar Helmi, Dakwah dalam Alam Pembangunan I, (Semarang: Toha Putra, 2008), h. 109.
24 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2013), h. 85.
25 Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta: Teras, 2009), h. 144.
17
Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa pembinaan ialah suatu rangkaian tahapan yang dilakukan oleh
subjek atau pelakuknya melalui fungsi manajemen dengan memegang
prinsip efektif dan efesien untuk mencapai tujuan di dalam
mengembangkan sikap, kemampuan, serta kecakapan manusia yang lebih
baik.
Berkaitan dengan arti kata pembinaan, maka selanjutnya ialah
memahami pembinaan dalam aspek mutu akademik. Melalui pemahaman
arti pembinaan, dapat dimengerti bahwa pembinaan mutu akademik juga
erat kaitaanya dengan dengan makna kata pembinaan itu sendiri. Jika
makna kata pembinaan ialah serangkaian tahapan untuk mencapai hasil
yang lebih baik, maka dapat dipahami bahwa pembinaan mutu akademik
merupakan serangkaian tahapan atau cara yang ditujukan agar mutu
akademik mencapai hasil yang lebih baik dan lebih baik lagi.
Menurut Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan oleh
Satuan Pendidikan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah, Kemendikbud, disebutkan bahwa “peningkatan
mutu pendidikan telah dijamin dan atur oleh pemerintah, langkah
penjaminan mutu tersebut ialah pemetaan mutu, penyusunan rencana
pemenuhan, pelaksanaan pemenuhan mutu, evaluasi/audit mutu, dan
penyusunan standar di atas SNP.”26
Untuk mencapai mutu yang lebih baik
maka terdapat tahapan dan urutan langkah yang harus dilewati dan
terpenuhi. Urutan langkah dan tersebut mempunyai unsur dalam urutan
fungsi manajemen, yakni perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
serta pengawasan dan evaluasi, yang dalam hal ini lebih ditujukan pada
pembelajaran atau akademik di sekolah.
Peningkatan mutu akademik adalah “suatu proses yang sistematis
dan terus-menerus untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar
dan faktor-faktor yang berkaitan dengan itu, agar tujuan target sekolah
26
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, op.cit, h.13.
18
dapat dicapai dengan lebih efektif dan efesien.”27
Kegiatan yang dilakukan
secara berkesinambungan yang akan menghasilkan suatu yang
memuaskan. Ibarat sebuah pribahasa ialah sedikit demi sedikit lama-lama
menjadi bukit. Dalam hal ini yang dilakukan secara berkesinambungan
ialah syarat dan prosedur dalam akademik, sampai akhirnya semua syarat
dan prosedur terpenuhi bahkan mempunyai sebuah kelebihan atau
keunikan. Demikian pembinaan mutu akademik dapat dikatakan
berlangsung.
Menurut Ridwan Abdullah Sani, Isda Pramuniarti & Anies Mucktiany,
bahwa:
Manajemen mutu sekolah yakni mengelola seluruh sumber daya
sekolah, dengan mengarahkan semua orang yang terlibat di
dalamnya untuk melaksanakan tugas sesuai standar, dengan penuh
semangat dan berpartisipasi dalam perbaikan pelaksanaan
pekerjaan sehingga menghasilkan lulusan/ jasa pendidikan yang
sesuai dengan kebutuhan pihak yang berkepentingan.28
Demikian pembinaan mutu akademik dapat tercapai apabila tahapan demi
tahapan di dalam proses akademik berlangsung dengan baik, yakni mulai
dari subjek yang memiliki wewenang tertinggi di sekolah dan juga semua
warga sekolah bekerjasama dengan baik dalam melaksanakan tugasnya,
sehingga dapat mencapai tujuan untuk menghasilkan lulusan yang terbaik
sebagai bukti adanya pembinaan mutu akdemik di sekolah.
Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pembinaan mutu akademik terkait dengan banyak faktor dan alasan yang
saling bersinergi dan berkesinambungan. Sinergi diantara faktor atau
bagian dalam pembinaan mutu akademik menentukan hasil yang ingin
dicapai yakni lulusan yang terbaik dan unggul. Urutan langkah dan
tersebut mempunyai unsur dalam urutan fungsi manajemen, yakni
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta pengawasan dan
27
Zamroni, Manajemen Pendidikan Suatu Usaha Meningkatkan Mutu Sekolah, (Jakarta:
Ombak, 2013) h. 2. 28
Ridwan Abdullah Sani, Isda Pramuniarti & Anies Mucktiany, op.cit, h. 7.
19
evaluasi, yang dalam hal ini lebih ditujukan pada pembelajaran atau
akademik di sekolah. Dalam hal ini yang dilakukan secara
berkesinambungan ialah syarat dan prosedur dalam akademik, sampai
akhirnya semua syarat dan prosedur terpenuhi bahkan mempunyai sebuah
kelebihan atau keunikan, dari subjek yang memiliki wewenang tertinggi di
sekolah dan juga semua warga sekolah bekerjasama dengan baik dalam
melaksanakan tugasnya, sehingga dapat mencapai tujuan untuk
menghasilkan lulusan yang terbaik sebagai bukti adanya pembinaan mutu
akdemik di sekolah.
B. Budaya Membaca
1. Pengertian Budaya Membaca
Istilah yang menyatakan bahwa buku adalah jendela dunia
nampaknya memang pantas diberikan untuk menjelaskan betapa
pentingnya kita membaca buku. Melalui kegiatan membaca kita telah
membuka jendela dunia kita. Lewat membaca, banyak ilmu pengetahuan
yang bisa kita dapat. Selain itu, masih terdapat banyak manfaat yang bisa
kita dapat hanya dengan meluangkan waktu untuk membaca, seperti
mencegah dari penyakit pikun, melatih kemampuan berpikir otak, serta
dapat mengurangi resiko stress.
Menurut IEA ( the International Association for the Evaluation of
Educational Achievement ) dalam Bahrul Hidayat & Suhendra Yusuf
mengatakan bahwa, “kemampuan membaca dalam arti yang sangat luas
mencakup kemampuan untuk melakukan refleksi terhadap isi bacaan dan
menggunakannya sebagai alat untuk mencapai tujuan individu dan tujuan
masyarakat pada umumnya.”29
Artinya dengan membaca akan
mendapatkan hasil atau timbal balik dari apa yang dibacanya, kemudian
apa yang didapatkannya tersebut digunakan untuk mencapai tujuannya.
29
Bahrul Hidayat & Suhendra Yusuf, Benchmark Internasional Mutu Pendidikan,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011), Cet. 2, h. 51.
20
Menurut Mortimer J. Adler & Charles Van Doren membaca
merupakan sebuah aktivitas yang aktif yakni menggerakkan mata dan
pikiran, karenanya semua kegiatan membaca harus aktif sampai tingkat
tertentu. Membaca bisa menjadi kurang atau lebih aktif, semakin aktif
membaca maka akan semakin baik. Membaca adalah seni menangkap
sebaik mungkin berbagai jenis tulisan. Tulisan adalah hal kompleks yang
bisa dipahami secara lebih atau kurang menyeluruh, mulai dari sangat
sedikit sampai dengan seluruh ide penulis.30
Membaca dapat dikategorikan
aktif apabila dapat membut pembaca menjadi lebih baik dalam membaca
dan mau untuk terus-menerus membaca. Membaca merupakan suatu
aktivitas yang memerlukan situasi yang baik serta kondusif, hal ini
bertujuan agar membaca benar-benar membawa manfaat. Artinya,
membaca itu memerlukan konsentrasi yang tinggi.
Dalam Ilzamudin Ma’mur yang berjudul Membangun Budaya Literasi
Meretas Komunikasi Global, menjelaskan bahwa:
Tindakan membaca sedikitnya ada tiga komponen yang terlibat,
yakni penulis bacaan, teks bacaan dan kita sebagai pembaca. Tidak
ada teks tulisan atau teks bacaan kalau tidak ada penulisnya, pesan
dalam teks bacaan yang dirumuskan dan dituangkan penulisnya
tidak akan tersebar dan terkomunikasikan kalau tidak ada
pembacanya.31
Membaca merupakan proses memahami makna pesan atau materi tertulis
serta menggali informasi dari teks. Tiga komponen tersebut mempunyai
korelasi yang saling berkaitan erat dalam aktivitas membaca, sehingga kita
mendapatkan sebuah pemahaman berupa informasi atau pengetahuan yang
belum kita ketahui sebelumnya.
30
Mortimer J. Adler & Charles Van Doren, How To Read A Book: Cara Jitu Mencapai
Puncak Tujuan Membaca, Terj. How To Read A Book: The Classical Guide to Intellegent Reading
oleh A. Santoso & Ajeng AP, (Jakarta: Indonesia Publishing, 2007), h. 5-7.
31 Ilzamudin Ma’mur, Membangun Budaya Literasi Meretas Komunikasi Global,
(Banten: IAIN Suhada Press, 2010), h.145.
21
Berdasarkan penjelasan tersebut penulis menyimpulkan bahwa
membaca adalah aktivitas dalam memahami tulisan atau makna tertentu
dari sebuah bahasa dan komunikasi untuk mencapai tujuan dalam
menambah sebuah pengetahuan dan informasi yang diberikan dari isi
bacaan atau sesuatu yang dibaca. Membaca bisa dilakukan dengan
mengucapkan isi bacaan atau membacanya dalam hati. Namun kategori
membaca tidak hanya membaca tulisan atau buku, melainkan juga dapat
dikatakan membaca sikap, perilaku, situasi atau kondisi dengan adanya
tanda-tanda tertentu yang mempunyai pesan dalam komunikasi. Bagi
orang yang tidak terbiasa dengan membaca, hanya perlu pembiasaan,
karena membaca merupakan suatu hal yang positif. Semakin sering
seseorang membaca maka akan semakin terbiasa pula dirinya dengan hal
positif.
Dituliskan dalam Majalah Online, Perpusnas.go.id. “Minat baca
ibarat bibit yang jika ditanam pada lahan yang tepat akan tumbuh menjadi
kebiasaan membaca dan pada waktunya akan berbuah budaya baca.
Kondisi yang dibutuhkan untuk menanam minat baca dan menumbuhkan
minat baca itu yang kemudian disebut menjadi budaya baca.”32
Budaya
membaca merupakan sebuah urutan langkah atau sebuah proses yang
membutuhkan waktu berkesinambungan.
Menurut Sunarto NS, “budaya baca seseorang ialah suatu sikap dan
tindakan atau perbuatan untuk membaca yang dilakukan secara teratur dan
berkelanjutan. Seorang yang mempunyai budaya baca adalah bahwa orang
tersebut telah terbiasa dan berproses dalam waktu yang lama dalam
hidupnya selalu menggunakan sebagian waktunya untuk membaca.”33
Budaya membaca bisa terjadi diantara orang per orang atau setiap
32
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Memaknai Hakikat Minat Baca untuk
Tujuan Praktis, Vol.13 No. 3, 2011, diunduh dari: http://www.pnri.go.id/magazine/memaknai-
hakikat-minat-baca-untuk-tujuan-praktis/, pada 20 Maret 2017.
33 Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat, (Jakarta: Sagung Seto, 2006), h.27.
22
individu, dan dapat dikatakan mempunyai budaya membaca yakni apabila
membaca telah mejadi suatu yang berlangsung secara terus-menerus dan
menjadi pola kebiasaan bagi seseorang.
Menurut Rahma Sugihartati, “aktivitas membaca merupakan
bagian dari budaya, yang tidak hanya melibatkan unsur-unsur budaya fisik
seperti buku, meja, kacamata, kertas dan sejenis, tetapi juga unsur-unsur
non fisik yaitu selera, makna dan nilai.”34
Demikian membaca merupakan
sebuah budaya, dan dapat dikatakan sebagai budaya membaca. Dalam hal
ini budaya membaca dapat berwujud sebagai aspek fisik, yakni sesuatu
yang sangat akrab dengan buku, atau dapat dikatakan mempunyai budaya
membaca kalau selalu memegang dan membawa buku kapan dan dimana
pun. Sedangkan aspek non fisik erat kaitannya budaya membaca ialah
terhadap individu-indidvidu yang mempunyai minat atau keinginan untuk
membaca apa yang disukainya. Kemudian membaca menjadi sesuatu yang
berharga bagi diri individu, sehingga ia tidak akan melewatkan
kesempatan waktunya untuk membaca.
Dalam Jurnal Khazanah Al-Hikmah UIN Alauddin Makassar, dituliskan
bahwa “berseminya budaya baca di sekolah adalah kebiasaan membaca,
sedangkan kebiasaan membaca terpelihara dengan tersedianya bahan
bacaan yang baik, bervariasi, menarik, memadai dan bermutu di
perpustakaan. Hal inilah sebagai formulasi yang secara sederhana dapat
mengembangkan minat dan budaya baca.”35
Artinya terdapat sedikit
perbedaan antara budaya membaca dengan kebiasaan membaca. Budaya
membaca mempunyai tahapan yakni diawali dengan minat membaca,
kemudian menjadi kebiasaan membaca, dan kebiasaan membaca yang
34
Rahma Sugihartati, Membaca, Gaya Hidup dan Kapitalisme, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2010), h. 29.
35 Touku Umar, Perpustakaan Sekolah dalam Menanamkan Budaya Membaca, Khazanah
Al-Hikmah UIN Alauddin Makassar, Vol.1 No. 2, 2013, h.127, diunduh dari http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/khizanah-al-hikmah/article/view/32, pada 23 maret 2017.
23
berlangsung lebih lama dan terjadi oleh ruang lingkup yang lebih besar
dan berlangsung dengan disiplin itulah yang disebut mempunyai budaya
membaca.
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa budaya
membaca ialah suatu pola dari sikap, perilaku atau kebiasaan dalam
membaca yang berlangsung secara terus-menerus. Budaya membaca
berawal dari minat individu dalam membaca apa yang disukainya,
kemudian berlanjut menjadi kebutuhan bagi kehidupannya. Membaca
menjadi budaya oleh sebab kebutuhan kehidupan akan keingintahuan di
dalam lingkungan sosialnya dan mempunyai arti tertentu bagi pembaca.
2. Tujuan Budaya Membaca
Sebuah aktivitas atau kegiatan yang dilakukan manusia tentunya
mempunyai maksud dan tujuan dalam pelaksanaannya. Maksud dan tujuan
itu dapat dikatakan pula sebagai sebuah tujuan yang akan dicapai. Salah
satunya ialah dalam penerapan budaya membaca, tentunya ada maksud
dan tujuan yang akan dicapai dalam penerapannya.
Menurut Tilaar dalam Rahma Sugihartati, “masyarakat yang gemar
membaca akan melahirkan masyarakat belajar, karena membangun
perilaku dan budaya membaca adalah kunci untuk membangun masyarakat
ilmu pengetahuan yang berbasis pada pengembangan kualitas sumber daya
manusia.”36
Demikian adanya budaya membaca bertujuan untuk membuat
masyarakat mau dan giat untuk belajar, dengan begitu kualitas masyarakat
akan semakin baik.
Menurut Supriyanto, dkk. menyebutkan bahwa “Kampus harus
dapat mendedikasikan dirinya untuk membangun budaya baca di
lingkungan perguruan tingggi. Tujuannya adalah untuk membantu
mahasiswa memperoleh pengalaman yang berhasil dalam pembelajaran
36
Rahma Sugihartati, op.cit, h.3.
24
dan agar dapat menciptakan pembelajaran seumur hidup mereka.”37
Pendapat tersebut menyiratkan bahwa budaya membaca merupakan
sebuah pengalaman yang akan berpengaruh terhadap kehidupan kita.
Dalam situs resmi milik Presiden Joko Widodo, menyebutkan
bahwa “budaya membaca akan menumbuhkan kesadaran kritis masyarakat
sebagai prasyarat tumbuhnya ekosistem budaya yang sehat. Kesadaran
kritis hanya bisa dipupuk melalui budaya membaca yang pada akhirnya
akan melahirkan masyarakat yang cerdas, memiliki daya saing tinggi dan
produktif.”38
Dalam hal ini Presiden serius untuk mengatasi persoalan di
masyarakat salah satunya ialah mengenai budaya membaca. Karena
budaya membaca diharapkan dapat membuat masyarakat menjadi kritis,
cerdas, mempunyai daya saing dan produktif.
Melalui penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa tujuan budaya
membaca ialah adalah menjadikan sumber daya manusia suatu bangsa
menjadi lebih berkompeten dan cerdas dalam menghadapi persaingan
global, mandiri serta kreatif sehingga menghasilkan produk-produk yang
berkualitas tinggi, dan mampu hidup sejahtera dan memajukan bangsa dan
negaranya.
3. Faktor-Faktor Budaya Membaca
Dalam menerapkan sebuah budaya tentunya terdapat hal-hal yang
berpengaruh di dalam penerapan tersebut. Terlepas dari itu budaya
membaca salah satunya juga mempunyai hal-hal yang berpengaruh di
dalam penerapannya. Hal-hal tersebut dapat dikatakan sebagai sebuah
faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya budaya membaca. Faktor-
37
Supriyanto, dkk, Aksentuasi Perpustakaan dan Pustakawan, (Jakarta: Sagung Seto,
2006), h.299.
38 Presiden Jokowi Dodo, Budaya Bangsa untuk Kemajuan Bangsa,
http://presidenri.go.id/perempuan-dan-anak/budaya-membaca-untuk-kemajuan-bangsa.html, 15
Maret 2017.
25
faktor tersebut dapat berupa hal-hal yang mendorong untuk melakukannya
atau bisa juga hal-hal yang menghambat dalam pelaksanaannya.
Menurut Sutarno, “faktor-faktor budaya membaca diantaranya ialah
tersedianya bahan bacaan yang memadai, bervariasi dan mudah
ditemukan, serta dapat memenuhi keinginan pembacanya.”39
Sarana
menjadi faktor penting untuk mendukung aktivitas membaca. Ketersediaan
buku-buku atau bahan bacaan lainnya merupakan alasan aktivitas
membaca akan dilakukan dengan penuh minat dan motivasi.
Menurut Fahrurrozi yang dituliskan dalam Jurnal DIMAS UIN
Walisongo, Vol. 15, yakni:
Beberapa faktor dalam meningkatkan minat baca di sekolah serta
menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi budaya membaca
diantaranya, yaitu belum lengkap dan tidak terbaharuinya bahan
bacaan yang tersedia di perpustakaan, belum terklasifikasinya buku
di perpustakaan sesuai dengan temanya, guru belum memiliki
kemampuan pembelajaran yang dapat menunjang berkembangnya
budaya baca peserta didik, dan faktor yang tidak kalah penting
ialah kemauan orang tua untuk menemani atau mendampingi
peserta didik membaca dan belajar di rumah.40
Faktor-faktor yang disebutkan tersebut sangat erat kaitannya dalam
menumbuhkan budaya membaca terutama dikalangan anak-anak atau
remaja. Dalam hal ini sekolah sangat berpengaruh dalam menumbuhkan
budaya membaca di dalam diri anak.
Disebutkan pula pendapat Lunenburg dalam Fahrurrozi yaitu:
Beberapa faktor yang turut mempengaruhi terbentuknya budaya
baca, yaitu antara lain: kebiasaan rutin, norma, nilai, filosofi,
aturan, dan perasaan. Faktor-faktor tersebut yang berperan dalam
mentransformasikan budaya baca, juga ditentukan oleh faktor lain,
misalnya: motivasi, kepemimpinan, komunikasi, sistem kontrol,
dan lain-lain.41
39
Sutarno, op.cit, h. 28
40 Fahrurrozi, Pengembangan Budaya Membaca Peserta didik Madrasah Ibtidaiyah di
Kota Semarang, Jurnal DIMAS UIN Walisongo, Vol. 15 No.2, 2015, h. 94.
41Ibid, h. 95.
26
Demikian faktor-faktor yang turut mempengaruhi budaya membaca, dan
dapat dikatakan pula faktor-faktor tersebut ialah yang berasal dalam diri
seseorang. Ataupun dapat dikatakan juga erat kaitannya dengan diri
seseorang.
Dari pemaparan tersebut dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi budaya membaca ialah faktor dari individu itu sendiri,
faktor sarana & prasarana membaca, dan faktor lingkungan sekitar. Faktor
diri sendiri adalah yang utama, bagaimana bisa membaca jika bukan
karena kemauan orang itu sendiri, sebab membaca membutuhkan sinergi
antara mata dan pikiran yang dimiliki seseorang, dengan begitu seseorang
dapat memahami isi bacaan tersebut. Kemudian faktor sarana dan
prasarana ialah yang menunjang apa yang akan dibaca oleh seseorang,
aktivitas membaca ialah dengan adanya bahan bacaan yang diwujudkan
dalam bentuk buku, majalah atau bacaan lainnya. Lalu faktor yang tidak
kalah penting ialah lingkungan sekitar, apakah mendukung seseorang
untuk membaca serta terbentuknya budaya membaca oleh masyarakat di
lingkungan tersebut, sebab membaca membutuhkan konsentrasi dan
budaya membaca dapat terwujud apabila masyarakat telah sadar akan
manfaat membaca.
4. Tahapan Budaya Membaca
Setiap hal yang ingin dicapai dengan baik dan terdapat sebuah
tujuan, tentunya mempunyai kriteria tertentu untuk mendapatkan hasil
yang maksimal. Demikian juga halnya dalam penerapan budaya membaca,
dibutuhkan kriteria-kriteria agar budaya membaca dapat terbentuk sesuai
dengan tujuan yang diinginkan.
Menurut Sutarno, ada tiga tahapan yang harus dilalui di dalam
menumbuhkan budaya membaca, yakni:
Pertama, dimulai dengan adanya kegemaran karena tertarik bahwa
buku-buku tersebut dikemas dengan menarik, baik desain, gambar,
bentuk dan ukurannya. Di dalam bacaan tertentu terdapat sesuatu
yang menyenangkan diri pembacanya. Kedua, setelah kegemaran
27
tersebut dipenuhi dengan ketersediaan bahan dan sumber bacaan
yang sesuai dengan selera, ialah terwujudnya kebiasaan membaca.
Kebiasaan itu dapat terwujud manakala sering dilakukan, baik atas
bimbingan orang tua, guru atau lingkungan di sekitarnya yang
kondusif, maupun atas keinginan anak tersebut. Ketiga, jika
kebiasaan membaca itu dapat terus dipelihara, tanpa “gangguan”
media elektronik, yang bersifat “entertainment”, dan tanpa
membutuhkan keaktifan fungsi mental. Oleh karena seorang
pembaca terlibat secara konstruktif dalam menyerap dan
memahami bacaan, maka tahap selanjutnya ialah bahwa membaca
menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi. Setelah tahap-tahap
tersebut dapat dilakui dengan baik, maka pada diri seseorang
tersebut mulai terbentuk adanya budaya baca.42
Demikian bahwa kriteria dalam budaya membaca diantaranya ialah
dimulai dengan ketertarikan untuk membaca, lalu tumbuh kebiasaan
membaca, kemudian membaca menjadi fokus dalam kegiatannya, dengan
begitu membaca akan menjadi sebuah kebutuhan dan terbentuklah budaya
membaca.
Mengutip dari jurnal yang dituliskan oleh Lera A. Kamalova &
Natal’ya D. Koletvinova yang ditambahkan terjemahan Bahasa Indonesia
yang berasal dari google translate, yakni:
The culture of reading includes: (Budaya dalam membaca terdiri
atas):
a. the rational organization of the process of reading depending
on the text, the broader context of reading and the properties of
the reader; (Pemikiran dalam proses membaca yang mengacu
pada teks, hubungan antar kata yang dalam membaca dan
pemahaman yang dimiliki pembaca)
b. deep, accurate, clear and complete understanding and
appropriation of the content of the text, accompanied by
emotional emphaty, critical analysis and creative
interpretation of the read work; (pemahaman yang lengkap,
jelas, tepat, dan dalam yang sesuai dengan isi dalam teks,
dibarengi dengan perasaan empati secara emosi, analisa kritis
dan pemahaman yang kreatif dalam membaca cepat.)
c. earch, analysis and selection of the text (books, electronic
documents, databases, search engines on internet, ect.) for
reading in accordance with the interests and capabilities of the
reader, and also for the purpose of reading; (mencari,
42
Sutarno, op.cit., h. 28-29.
28
menganalisis dan menyeleksi dalam teks (buku-buku, dokumen
elektronik, basis data, mesin pencari di internet, dll.) untuk
dibaca sesuai minat dan kemampuan si pembaca, dan juga
tujuan si pembaca.)
d. a variety of ways (oral, written) and language means saving
read work on native and foreign languages (statement,
judgment, report, plan, abstract,etc.); (Beragam cara (lisan,
tulisan) dan bahasa menyimpan hasil bacaan dalam bahasa asli
dan asing (pernyataan, penilaian, laporan, rencana, abstrak,
dll.))
e. the culture of reading of the reader is implemented in the
actions of the reader as a manifestation of his compassion, co-
thinking, co-creation with other people in society, subject to the
laws of nature and society.43
(Budaya membaca bagi pembaca
diterapkan dalam tindakan si pembaca dalam wujud belas
kasih, pemikiran bawaan, dan daya cipta dengan sesama
manusia dalam masyarakat sebagai subjek dari hukum alam
dan sosial.)
Dari poin-poin tersebut dapat diketahui bahwa budaya membaca dapat
terbentuk dengan adanya pemahaman yang di dapatkan oleh pembaca
ketika ia membaca sesuatu, kemudian membaca dilakukan tanpa paksaan
oleh si pembaca dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-harinya.
Dalam Jurnal Akrab Vol. VII Ed.1 dituliskan tahapan utama dalam
budaya membaca ialah kemampuan membaca. Selanjutnya ialah
mewujudkan gemar membaca di lingkungan masyarakat, yakni dengan
upaya membina dari lingkup terkecil masyarakat, dimulai dari
menanamkan tumbuhnya kebiasaaan untuk membaca, merintis minat baca,
hingga penyebaran dan penguatan minat baca masyarakat, termasuk
mengembalikan fungsi aktif perpustakaan, taman bacaan, rumah baca, atau
yang sejenis. Kemudian mewujudkan budaya baca di tengah masyarakat.
Budaya baca akan terwujud jika kebiasaan dan kegemaran mayoritas
masyarakat untuk membaca sudah terbentuk, dan pada proses ini regulasi
43
Lera A. Kamalova & Natal’ya D. Koletvinova, The Problem of Reading and Reading
Culture Improvement of Students-Bachelors of Elementary Education in Modern High Institution,
International Journal of Environmental & Science Education, 2016, p. 475.
29
dan perhatian pemerintah akan mempercepat capaian arus opini budaya
baca.44
Berdasarkan penjelasan dari konsep-konsep tersebut, penulis
menyimpulkan bahwa kriteria budaya membaca ialah kebiasaan atau
kegemaran untuk membaca, memiliki konsistensi untuk membaca serta
pemahaman pembaca di dalam membaca dan pemanfaatan sumber bacaan
yang dimiliki.
5. Bentuk-Bentuk Budaya Membaca
Bentuk-bentuk budaya membaca diantaranya dapat dibuktikan
dengan cara menulis, sebagaimana dijelaskan oleh Ilzamudin Ma’mur
bahwa “Penumbuhan budaya baca-tulis pendidikan pesantren seyogyanya
berujung pada pemantapan pada budaya tulisan. Dalam beberapa kajian
akademis tentang literasi disingkapkan bahwa kebiasaan atau keterampilan
membaca berkorelasi sangat signifikan dengan kebiasaan/keterampilan
menulis.”45
Kebiasaan membaca yang dilakukan oleh setiap orang itulah
yang dapat dikatakan sebuah budaya membaca dalam diri seseorang.
Budaya membaca akan menghasilkan budaya menulis dengan adanya
produk berupa buku, artikel, hasil penelitian, dan tulisan lainnya.
Menurut P. Ari Subagyo menyatakan bahwa:
Perkembangan ilmu pengetahuan semakin pesat dan terbaharukan
di segala aspek kehidupan, salah satu yang sangat cepat
perkembangannya ialah teknologi informasi yakni internet. Internet
dan dunia maya melahirkan budaya baca baru dengan empat cara,
yakni membaca di layar komputer, memahami gejala-gejala
multisemiotis (banyak tanda), berkemampuan berbahasa asing
terutama bahasa Inggris dan memiliki keberaksaraan digital.46
44
Dwi Ari Noerharijanti, Im Sodiawati & Yetty Widya KS, Program Kreatif Ayo
Membaca, Menumbuhkan Minat Baca Melalui Strategi Spiral Habits, Jurnal Akrab, Vol. VII Ed.1,
2016, h. 92.
45 Ilzamudin Ma’mur, op.cit, h. 26.
46 P. Ari Subagyo, Internet, Budaya Baca Baru dan Tantangan Bagi Perpustakaan, Jurnal
Info Persada, Vol.5, 2007, h. 8.
30
Demikian kemudahan akses internet sangat memungkinkan budaya
membaca tumbuh dengan cepat, sebab tanpa disadari membaca telah
menjadi keseharian manusia yang mempunyai akses teknologi informasi.
Kebanyakan orang saat ini terbiasa untuk membaca melalui media
teknologi informasi karena kemudahan informasi yang didapatkan.
Dengan begitu budaya membaca telah terbentuk, karena kebanyakan orang
melakukan kegiatan memabaca melalui teknologi informasi tersebut.
Menurut Rahma Sugihartati, yakni:
Terlepas dari itu, membaca telah menjadi kesenangan gaya hidup
remaja urban. Meningkatnya perilaku membaca untuk kesenangan
merupakan bagian dari gaya hidup dan pilihan alternatif yang
menarik untuk mengisi waktu senggang. Membaca untuk
kesenangan ialah ketika suatu bacaan sedang menjadi perbincangan
atau populer, remaja berusaha membangun stigma agar tidak
ketinggalan jaman di kalangan sesamanya.47
Demikian budaya membaca yang ada saat ini dikalangan remaja ialah
membaca sebagai bagian dari hiburan atau hanya membaca terhadap apa
yang disenanginya saja dan membaca bacaan yang sedang populer saat itu.
Hal ini dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk budaya membaca karena
membaca telah menjadi sebuah aktifitas yang berkesinambungan dan
dilakukan oleh banyak orang.
Kemudian Rohanda menyebutkan dalam penelitiannya bahwa:
Perilaku remaja dalam mencari dan memanfaatkan media bacaan
hiburan ialah sebagai sarana rekreasi, mencari serta memperoleh
media bacaan hiburan di perpustakaan sekolah, memperoleh bacaan
tersebut dengan cara meminjam dari perpustakaan sekolah,
berkunjung ke tempat-tempat sumber bacaan hiburan, membaca di
lokasi perpustakaan dan taman bacaan atau membacanya di rumah
mereka masing-masing, dan mendapat tugas membuat resensi,
sinopsis, sanduran, serta diskusi kelompok dari guru mata pelajaran
Bahasa Indonesia.48
Demikian budaya membaca yang terdapat di dalam diri seseorang maka ia
dengan sendirinya akan menjadikan bacaan sebagai bagian dari kehidupan
47
Rahma Sugihartati, op.cit, h. 209-210.
48 Rohanda, Budaya Baca Remaja, (Bandung: UNPAD Press, 2010), h. 231-232.
31
sehari-hari mereka, yakni salah satunya sebagai hiburan. Bentuk budaya
membaca itu sendiri dapat terlihat melalui keinginan diri seseorang ketika
mau mencari bahan bacaan seperti buku atau majalah ke tempat-tempat
yang menyediakan bahan-bahan bacaan tersebut.
Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat diketahui bahwa bentuk-
bentuk budaya membaca diantaranya ialah budaya membaca melalui
internet atau teknologi informasi. Budaya membaca terlihat ketika
membaca dilakukan ketika ada bacaan yang disenanginya atau bacaan itu
sedang populer. Selain itu, budaya membaca juga dapat buktikan dengan
adanya berbagai jenis tulisan atau kebiasaan menulis, sebab menulis
merupakan bentuk curahan dari proses membaca bagi setiap orang yang
menulis.
C. Penelitian Relevan
Berdasarkan studi literatur yang penulis lakukan, terdapat penelitian
yang relevan terkait dengan penelitian ini, penelitian relevan tersebut
diantaranya ialah:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Savira Anchatya Putri berkaitan dengan
budaya membaca dengan judul penelitian “Peningkatan Minat dan
Budaya Baca Masyarakat: Upaya Forum Indonesia Membaca dalam
Bersinergi Menuju Masyarakat Melek Informasi”, Program Studi Ilmu
Perpustakaan, Universitas Indonesia, tahun 2010. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif, dengan pendekatan fokus grup,
penyebaran kuesioner secara acak dan verifikasi data. Penelitian ini
membahas mengenai peningkatan minat dan budaya baca masyarakat,
dalam hal ini ialah upaya yang dilakukan oleh Forum Indonesia Membaca
untuk mensinergikan menuju masyarakat melek informasi. Berbeda
dengan penelitian dilakukan menggunakan teknik wawancara sebagai
teknik utama dan studi dokumentasi untuk teknik pengumpulan data
lainnya. Kemudian penelitian ini membahas tentang bagaimana penerapan
32
budaya membaca dalam pencapaian mutu akademik di SMK Negeri 48
Jakarta.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Asri Wijiastuti, Siti Masitoh dan Suparti
Dosen Tetap Fakultas Ilmu Pendikan Unesa, tahun 2010, tentang budaya
membaca, yakni dengan judul penelitian “Mengkontruksi Budaya Baca-
Tulis Berbasis Balance Literacy dan Gerakan Informasi Literasi di
Sekolah Dasar”,. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model
budaya baca-tulis berbasis balance literacy dan gerakan informasi literasi
di sekolah dasar. Penelitian ini menggunakan metode Research &
Development (R&D). Berbeda dengan penelitian tersebut, penulis dalam
hal ini bertujuan untuk mendeskripsikan berbagai kegiatan yang dilakukan
peserta didik dalam menerapkan budaya membaca, mendeskripsikan
faktor-faktor yang mempengaruhi budaya membaca serta mendeskripsikan
strategi pencapaian mutu akademik di SMK Negeri 48 Jakarta. Penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Ike Herdiana dan Nur Ainy Fardhana ialah
asisten ahli Psikologi Budaya, tahun 2007, berkaitan dengan budaya
membaca, dengan judul “Budaya Membaca Versus Menonton Televisi
Pada Anak-Anak Usia Sekolah Dasar”. Penelitian ini menggunakan
metode wawancara, kemudian data dianalisis melalui content analysis,
sehingga didapatkan deskripsi tentang bagaimana pola perilaku menonton
televisi dan membaca anak-anak usia sekolah dasa, gambaran budaya
membaca dan menonton televisi dan membaca anak-anak usia sekolah
dasar, bagaimana peran orang tua dalam mengembangkan budaya
membaca pada anak-anak, dan bagaimana mengembangkan metode atau
pendekatan untuk menumbuhkan minat baca pada anak. Berbeda dengan
penelitian tersebut, penulis meneliti berkaitan apa saja yang dilakukan
peserta didik dalam menerapkan budaya membaca di SMK Negeri 48
Jakarta, apa faktor-faktor yang mempengaruhi budaya membaca di SMK
33
Negeri 48 Jakarta, serta bagaimana strategi pencapaian mutu akademik
SMK Negeri 48 Jakarta.
D. Kerangka Berfikir
Feedback
Bagan 2.1: Kerangka Berfikir Peningkatan mutu pendidikan
Berdasarkan bagan tersebut, dapat digambarkan bahwa SMK Negeri
48 Jakarta telah memiliki prestasi sekolah yang baik dan dapat dikatakan pula
Input
Proses
Output
Kondisi Nyata
1. Belum optimalnya
pembinaan mutu
akademik
2. Belum efektifnya
proses pembelajaran
3. Masih terbatasnya
peserta didik yang
terlibat dalam
kompetisi
4. Kepala sekolah yang
belum menjalankan
manajemen mutu
secara optimal
5. Kurang
profesionalnya guru
dalam mengajar.
6. Masih terbatasnya
peserta didik yang
terlibat dalam
kompetisi bahasa.
7. Belum optimalnya
pemanfaatan
perpustakaan karena
keterbatasan referensi
sumber belajar
8. Masih rendahnya
budaya membaca
9.
Masalah
Rendahnya
budaya
membaca
peserta
didik dan
belum
optimalnya
pembinaan
mutu
akademik
di SMK
Negeri 48
Jakarta.
Strategi
1. Sosialisasi
pentingnya
budaya membaca.
2. Audit mutu
terhadap proses
akademik.
3. Penerapan sistem
manajemen mutu
serta update
terhadap
penerapan SMM
ISO 9001:2015
Hasil
Terbentuknya
budaya
membaca
yang
berdampak
kepada
pembinaan
mutu
akademik.
34
mutu sekolah sudah baik. Namun di dalam perkembangannya sekolah
menghadapi kondisi nyata diantaranya ialah masih belum optimalnya
pembinaan mutu akademik, belum efektifnya proses pembelajaran, masih
terbatasnya peserta didik yang terlibat dalam kompetisi, kepala sekolah yang
belum menjalankan manajemen mutu secara optimal, kurang profesionalnya
guru dalam mengajar, masih terbatasnya peserta didik yang terlibat dalam
kompetisi bahasa, belum optimalnya pemanfaatan perpustakaan karena
keterbatasan referensi sumber belajar dan masih rendahnya budaya membaca
Demikian diharapkan akan terbentuknya budaya membaca yang
berdampak kepada pembinaan mutu akademik di sekolah tersebut.
Tercapainya hasil akan menjadi ukuran seberapa besar kebermutuan sekolah,
terutama dengan melihat dari aspek budaya membaca.
Akan tetapi jika membandingkan kondisi nyata dengan hasil yang
diinginkan penelitian ini membatasi masalah pada budaya membaca.
Penelitian ini dilakukan untuk meneliti bentuk-bentuk budaya membaca yang
terdapat di SMK 48 Jakarta kaitannya dalam peningkatan mutu pendidikan di
sekolah tersebut.
Untuk itu maka terdapat beberapa strategi yakni dengan
menyosialisasikan pentingnya budaya membaca, peningkatan kualitas guru
melalui sosialisasi pentingnya budaya membaca, audit mutu terhadap proses
akademik, dan penerapan sistem manajemen mutu serta update terhadap
penerapan SMM ISO 9001:2015.
35
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 48 Jakarta yang beralamat di
Jalan Raden Inten II No. 3 Buaran, Duren Sawit, Jakarta Timur. Adapun
waktu penelitiannya dilaksanakan selama dua bulan, yakni pada minggu ke-4
bulan Mei sampai dengan Agustus 2017.
Tabel 3.1: Waktu Penelitian
No. Kegiatan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sept Okt
1. Observasi awal
2. Perbaikan Bab
1, 2 dan 3
3. Penyerahan
Izin Penelitian
4. Pelaksanaan
Penelitian dan
Pengumpulan
Data
5. Analisis dan
Pengolahan
Data
6. Penyusunan
Laporan
Penelitian
7. Sidang Skripsi
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dalam bentuk
metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menyajikan data
yang faktual dan sistematis sesuai dengan yang terjadi di lapangan, sehingga
dengan data tersebut peneliti dapat mendeskripsikan temuannya. Data yang
diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumentasi di analisa dan
deskripsikan melalui kata-kata tertulis atau dalam bentuk paragraf naratif.
36
Berdasarkan analisa tersebut penulis dapat menarik simpulan penelitian dan
saran penelitian.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini ialah orang-orang yang dapat
memberikan informasi dan data yang dibutuhkan berkaitan dengan penerapan
budaya membaca dalam peningkatan mutu pendidikan di SMK Negeri 48
Jakarta. Peneliti membatasi subjek penelitian diantaranya ialah:
1. Kepala Sekolah
2. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
3. 4 orang Guru
4. Kepala Perpustakaan
5. 3 orang peserta didik untuk setiap jenjang kelas
Pemilihan subjek penelitian ini didasarkan atas pertimbangan orang-
orang tersebut berkaitan langsung dengan objek penelitian dan dianggap
cukup di dalam memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data ialah cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data atau informasi yang dibutuhkan. Pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan melalui dua teknik, yaitu:
1. Wawancara, ditujukan untuk mencari data tentang pandangan, konsepsi
atau alasan yang menyebabkan munculnya budaya membaca dan mutu
akademik sekolah. Wawancara dengan kepala sekolah dilakukan untuk
mendapatkan data mengenai perencanaan dan pelaksanaan budaya
membaca, faktor-faktor budaya membaca, prinsip-prinsip peningkatan
mutu akademik, ruang lingkup dan strategi peningkatan mutu akademik
sekolah. Wakil kepala bidang kurikulum untuk memperoleh data mengenai
pelaksanaan budaya membaca, budaya membaca dalam kurikulum,
37
prinsip-prinsip peningkatan mutu akademik dan prosedur peningkatan
mutu akademik sekolah. Wawancara kepada kepala perpustakaan
dilakukan untuk memperoleh data mengenai sejauhmana minat peserta
didik untuk membaca dan meminjam buku di perpustakaan serta program
yang dibuat perpustakaan untuk meningkatkan minat membaca peserta
didik. Guru diwawancarai untuk mendapatkan data mengenai upaya yang
dilakukan guru untuk menumbuhkan minat membaca peserta didik.
Kemudian wawancara kepada peserta didik dilakukan untuk mendapatkan
data mengenai bagaimana minat peserta didik untuk membaca dan
sejauhmana peserta didik membiasakan diri untuk membaca. Wawancara
dilakukan secara langsung dan terstruktur menggunakan pedoman
wawancara.
2. Studi dokumentasi, ditujukan untuk mengumpulkan data atau file yang
menjadi bukti fisik terkait program budaya membaca secara tertulis, dan
data-data prestasi akademik di SMK Negeri 48 Jakarta. Dokumen tersebut
dapat berupa dokumen tertulis, gambar ataupun elektronik. Studi
dokumentasi ini dilakukan untuk memperoleh dokumen profil SMK
Negeri 48 Jakarta, data peserta didik, data pendidik dan tenaga
kependidikan, data sarana dan prasarana sekolah, rencana kerja sekolah,
jadwal pelajaran SMK Negeri 48 Jakarta, struktur organisasi, dokumen
Kurikulum 2013, sasaran mutu, data prestasi SMK Negeri 48 Jakarta, data
pengunjung perpustakaan, data pengunjung perspustakaan dan data
peminjam buku perpustakaan. Dokumen-dokumen tersebut digunakan
untuk melengkapi data penelitian sehingga dapat ditampilkan gambaran
tentang objek penelitian secara representatif.
E. Teknik Analisa Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
klasifikasi, kategorisasi, dan interpretasi.
38
1. Klasifikasi data, yakni proses pengelompokan jawaban-jawaban sumber
informasi berdasarkan kegiatan studi wawancara dan dokumentasi yang
dilakukan.
2. Kategorisasi, yaitu proses pengelompokan jawaban jawaban sumber
informasi beberapa aspek masalah.
3. Interpretasi data ialah proses mencari perbedaan dan persamaan dari
jawaban-jawaban sumber informasi sehingga dapat dilakukan penafsiran
data yang pada gilirannya melakukan kesimpulan.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ialah digunakan sebagai pedoman dalam
mengumpulkan data penelitian. Namun instrumen ini bisa berkembang
sewaktu dalam pelaksanaan atau pencarian data ketika di lapangan. Berikut ini
adalah kisi-kisi instrumen penelitian:
Tabel 3.2: Kisi-Kisi Wawancara
Variabel Aspek Indikator
Budaya
Membaca
Pengertian Budaya
Membaca
Pandangan/definisi tentang budaya
membaca
Tujuan budaya membaca
Faktor-faktor yang mempengaruhi
budaya membaca
Kriteria budaya membaca
Bentuk Budaya
Membaca
Definisi/pandangan tentang
bentuk-bentuk budaya membaca
Jenis-jenis bacaan
Faktor-faktor di dalam membaca.
Target untuk membaca
Ketersediaan buku-buku atau
39
bahan bacaan
Pemanfaatan sumber bahan
bacaan.
Mengikuti lomba-lomba di bidang
bahasa
Penugasan membaca dalam KBM
Pemanfaatan media teknologi
informasi atau internet.
Mutu
Pendidikan
Pengertian Mutu
Pendidikan
Definisi tentang mutu pendidikan
di sekolah
Tujuan utama mutu pendidikan di
sekolah
Pemahaman tentang prinsip-
prinsip mutu pendidikan di
sekolah.
Ruang lingkup mutu pendidikan di
sekolah.
Bentuk
Peningkatan Mutu
Pendidikan
Tahapan/prosedur peningkatan
mutu pendidikan.
Strategi peningkatan mutu
pendidikan di sekolah.
Fungsi kebijakan pusat atau
birokrat dalam peningkatan mutu
pendidikan di sekolah
Fungsi visi, misi sekolah dalam
peningkatan mutu pendidikan di
sekolah.
40
Fungsi budaya membaca dan
proses belajar mengajar dalam
peningkatan mutu pendidikan di
sekolah.
Fungsi tersedianya sarana &
prasarana dalam peningkatan mutu
pendidikan di sekolah.
Tabel 3.3: Daftar Ceklis
No. Jenis Dokumen Ada Tidak
Ada
Ket.
1. Profil SMK 48 Jakarta
2. Data Peserta didik
3. Data tentang Pendidik dan Tenaga
Kependidikan
4. Data Sarana dan Prasarana Sekolah:
a. Ruang kelas
b. Meja dan bangku
c. Papan tulis
d. Perpustakaan
e. Ruang guru
f. Ruang kepala sekolah
g. Ruang Tata Usaha
h. Laboratorium Multimedia
i. Laboratorium Pemasaran
j. Ruang Bimbingan Konseling
k. Ruang UKS
l. Ruang OSIS
41
m. Lapangan
n. Toilet
5. Rencara Kerja Sekolah
6. Jadwal Pelajaran SMK 48 Jakarta
7. Struktur Organisasi
8. Dokumen Kurikulum K-13
9. Sasaran Mutu
10. Data Prestasi SMK Negeri 48 Jakarta
11. Data Pengunjung Perpustakaan
12. Data Peminjam Buku Perpustakaan
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil SMK Negeri 48 Jakarta
1. Sejarah SMK Negeri 48 Jakarta
SMK Negeri 48 Jakarta telah mengalami proses yang panjang dan
beberapa kali mengalami perubahan nama. Pada awalnya merupakan kelas
jauh dari SMEA Negeri 2 Jakarta yakni pada tahun 1979-1981 yang
dipimpin oleh Kepala Sekolah Drs. Baskoni Wahab. Pada tahun 1981-
1982 mengalami perubahan menjadi kelas jauh dari SMEA Negeri 8
Jakarta yang dipimpin oleh Drs.A.M.Harahap. Tanggal 6 Februari 1982
mengalami pergantian nama lagi yakni SMEA Negeri 30 Jakarta. Pada
tahun 1989-1992 SMEA Negeri 30 dipimpin oleh Drs. Boesri
Soeharjanto.49
Tahun 1992-2000 Kepala Sekolah kembali diganti dengan Drs.
Victor Pangaribun. Pada tanggal 7 Maret 1979 dikeluarkan SK Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 036/0/1979 yang
menyatakan bahwa dimana seluruh SMEA berganti nama menjadi SMK
(Sekolah Menengah Kejuruan) dan SMEA Negeri 30 Jakarta berubah
menjadi SMK Negeri 48 Jakarta kelompok bisnis dan manajemen. 50
Sejak tanggal 8 Desember 2000 sampai dengan 5 Mei 2005 SMK
Negeri 48 Jakarta dipimpin oleh Drs. Djoko Prihanto, BE. Lalu dipimpin
oleh Drs.Dudun Durochim, M.Pd. sejak tanggal 5 Mei 2005 sampai
dengan 30 Desember 2008. Kemudian sejak tanggal 4 Januari 2009
dipimpin oleh Drs. Waluyo Hadi.51
49
Diolah dari Dokumen Profil SMK Negeri 48 Jakarta, h.2.
50 Sejarah Singkat SMK Negeri 48 Jakarta, http://www.smkn48jkt.sch.id., diunduh pada
tanggal 1 Agustus 2017 pada pukul 20.26.
51 Dokumen Profil SMK Negeri 48 Jakarta, op.cit.
43
SMK Negeri 48 Jakarta menjadi RSBI dengan Prestasi Akademis
dan Ekstrakulikuler serta meraih LKS (Lomba Kompetisi Siswa) tingkat
Nasional dibawah kepemimpinan Drs.Waluyo Hadi yang menjabat hingga
November 2011. Namun predikat RSBI dihapuskan berdasarkan kebijakan
pemerintah, dimana pada saat itu dipimpin oleh H.Hasanudin, SE. MM.
yang menjabat pada bulan Januari 2012- Mei 2013. Hingga pada tahun
2013 dibawah kepemimpinan Drs. Petrus Hari Sasono, M.Pd. jurusan yang
terdapat di SMK Negeri 48 Jakarta ialah Akuntansi, Administrasi
Perkantoran, Penjualan, Multimedia dan Teknik Produksi dan Penyiaran
Proram Pertelevisian, dan di masa prajabatan kepemimpinan kepada
Bapak Drs.Eko Wahyu Wibowo pada tahun 2014, SMK Negeri 48 Jakarta
mendapat peringkat I UN wilayah Jakarta Timur. Terhitung tanggal 25
Februari 2015 sekolah dipimpin oleh Ibu Yayah Nur Aliyah, S.Pd. dan
sekolah mendapatkan prestasi dalam Olimpiade Sains Terpadu Nasional
dalam bidang Matematika Non Teknik tingkat DKI Jakarta.52
2. Visi, Misi dan Tujuan SMK Negeri 48 Jakarta
Berdasarkan dokumen profil sekolah diketahui bahwa visi dan misi
SMK Negeri 48 Jakarta yaitu:
Visi Mulia dalam Karakter Unggul dalam Prestasi
Misi
a) Menghasilkan tamatan yang berakhlak mulia, berjiwa
wirausaha dan memiliki kompetensi sesuai tuntutan pasar kerja
nasional dan internasional
b) Meningkatkan standar pendidik dan tenaga kependidikan yang
berakhlak mulia, memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional
c) Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan untuk
mendukung proses belajar tuntas
52
Website SMK Negeri 48 Jakarta, op.cit.
44
d) Meningkatkan pelayanan prima untuk memenuhi kepuasan
pelanggan.53
Tujuan
1) Menyiapkan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja serta
dapat mengembangkan sikap profesional.
2) Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, mampu
berkompetisi dan mampu mengembangkan diri.
3) Menyiapkan peserta didik menjadi tenaga kerja tingkat
menengah yang mandiri dan atau untuk mengisi kebutuhan
dunia kerja.
4) Menyiapkan tamatan agar menjadi warganegara yang produkif,
adaptif dan kreatif.54
Dengan adanya visi, misi serta tujuan menjadi sebuah motivasi bagi
seluruh warga sekolah untuk terus melakukan yang terbaik dan lebik baik
lagi. Motivasi yang kuat diantara seluruh warga sekolah akan menjadi
suatu energi yang kuat untuk mencapai prestasi dan keunggulan, serta
menjadi suatu arah tersendiri bagi berlangsungnya pendidikan di sekolah.
Hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Ibu Yayah, yakni:
“..... SMK Negeri 48 mempunyai visi “Mulia dalam Karakter,
Unggul dalam Prestasi” nah itukan motivasi anak, ayo tunjukkan
kita punya visi ini nih, berarti bagaimana caranya kemudian
dilanjutkan dengan misi, misinya ada beberapa kegiatan kan yang
harus dipenuhi dari segi tenaga pendidiknya harus memenuhi dari
sertifikasi, kompeten, anak-anaknya juga harus kompeten, itu kan
juga menunjang gitu, dengan adanya visi kita mempunyai tujuan
tuh, akan semakin terarah tuh arahnya mau kemana kita akan
membawa pendidikan.55
Ungkapan senada juga dinyatakan oleh Bapak Surnadi, yaitu:
“..... visi dan misi adalah tujuan kita di sekolah, artinya kita mau
apa dan arahnya mau kemana, kalau visi itu tidak jelas maka arah
dan tujuan juga tidak jelas, tapi kita mempunyai visi yan jelas
53
Dokumen Profil SMK Negeri 48 Jakarta, op.cit.
54 Dokumen Kurikulum SMK Negeri 48 Jakarta tahun 2016, Dokumen tidak
dipublikasikan, h.8.
55 Hasil Wawancara dengan Ibu Yayah Nur Aliyah, Kepala Sekolah SMK Negeri 48
Jakarta, pada 22 Agustus 2017.
45
yaitu “Mulia dalam Karakter Unggul dalam Prestasi”, artinya
ketika anak itu lulus atau sudah mengenyam beberapa waktu
pendidikan, ini artinya otomatis mempunyai karakter yang baik
kemudian prestasinya juga yang baik.56
Pernyataan yang singkat, jelas dan mudah diingat, itulah yang akan
melekat dibenak orang yang mendengarnya dan akan terus terngiang
dipikirannya, seperti itulah sebuah visi. Utamanya visi, misi serta tujuan
harus melekat betul di dalam diri para pemimpin di sekolah, karena
merekalah energi utama penggerak berlangsungnya kegiatan sekolah. Jika
hal itu sudah bisa diterapkan oleh para pemimpin, bukan tidak mungkin
jika sekolah akan menjadi unggulan dan berprestasi. SMK Negeri 48
Jakarta menjadikan visi, misi dan tujuan yang dimiliki sebagai pedoman
serta ukuran pencapaian sejauhmana kegiatan atau usaha sekolah di dalam
melaksanakan pendidikan. Pendidikan yang mempunyai daya saing
terhadap kompetisi perkembangan ilmu pengetahuan sehingga nantinya
sekolah dapat menghasilkan lulusan yang di idam-idamkan masyarakat
global.
Visi dan misi SMK Negeri 48 Jakarta menjadikan dasar substansi
untuk meningkatkan mutu akademik sekolah dan budaya membaca. Hal
ini sebagaimana yang disebutkan dalam visi sekolah yakni “unggul dalam
prestasi” menunjukkan bahwa sekolah berupaya untuk selalu memiliki
prestasi yang terbaik dengan meningkatkan mutu akademik sekolah
melalui prestasi-prestasi yang didapatkan oleh sekolah. Kemudian dalam
misinya sekolah juga mempunyai ukuran kualifikasi tehadap tenaga
pendidik dan kependidikan. Yakni dengan dimilikinya standar kualifikasi
akademik yang tinggi maka diketahui bahwa pembelajaran di sekolah
dipercaya akan lebih unggul karena diajar oleh pendidik yang pintar serta
mengusahakan untuk mencapai standar akademik pembelajaran yang
tinggi juga.
56
Hasil Wawancara dengan Bapak Surnadi, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
SMK Negeri 48 Jakarta, pada 9 Juni 2017.
46
Misi yang pertama juga erat kaitannya dengan peningkatan mutu
akademik dan budaya membaca di SMK Negeri 48 Jakarta, yakni melalui
kompetensi yang dimiliki peserta didik yang baik maka diharapkan akan
diterima dengan mudah di dalam pasar nasional maupun internasional.
Kompetisi yang dimiliki peserta didik demikian harus dibangun dengan
baik melalui proses akademik di sekolah. Dalam hal ini peserta didik harus
memiliki banyak pengetahuan mengenai kebutuhan dan kualifikasi pasar
nasional dan internasional. Maka dari itu peserta didik diharapkan banyak
membaca agar pengetahuan itu didapatkan sehingga mereka dapat terus
mengembangkan dirinya untuk memenuhi standar kualifikasi tersebut.
Demikian pula sebagaimana yang diperinci dalam tujuan sekolah, bahwa
peserta didik diupayakan mampu berkompetisi dan mengembangkan
dirinya.
3. Keadaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMK Negeri 48 Jakarta
Pendidik dan tenaga kependidikan merupakan bagian yang
terpenting untuk membangun sebuah instansi pendidikan yang baik di
dalam menghasilkan output atau lulusan. Pendidik dalam hal ini ialah guru
sebagai kunci utama di dalam mengajar, membimbing, mengayomi dengan
bidang keilmuan yang dimiliki oleh pendidik untuk mencetak lulusan yang
sesuai dengan kebutuhan zaman serta berkompetensi. Tenaga
kependidikan yakni tata usaha dan karyawan yang merupakan bagian di
dalam mengatur segala persyaratan dan bentuk administrasi di sekolah
serta melaksanakan segala bentuk kegiatan yang dapat memperlancar
keberlangsungan pendidikan di sekolah.
Bedasarkan data yang ada pada dokumen profil sekolah diketahui
bahwa tenaga pendidik di SMK Negeri 48 Jakarta berjumlah 53 orang
guru, yang meliputi 40 Guru PNS, 1 Guru DPK, dan 14 Guru UMP.
Tenaga kependidikan di SMK Negeri 48 Jakarta berjumlah 11 orang, 5
diantaranya ialah PNS, 2 orang tenaga UMP, dan 4 tenaga honorer,
47
kemudian karyawan sebagai caraka dan satpam berjumlah 8 orang.57
Melalui jumlah tenaga pendidik dan kependidikan tersebut sekolah dapat
terus melakukan aktivitasnya dan mengupayakan keberhasilan pendidikan
di sekolah. Terutama ialah pendidik yang merupakan pemimpin langsung
pada peserta didik dalam melakukan proses pembelajaran. Berikut adalah
nama-nama pendidik yang mengajar di SMK Negeri 48 Jakarta.
Tabel 4.1 : Daftar Nama Pendidik SMK Negeri 48 Jakarta
Nama Guru Nama Guru
Yayah Nuraliyah, S.Pd. Dra. Hj. Kuntari
Dra. Hj. Sri Andritati Dra. Hj. Rumini
Drs. Subagio Dra. Murniyato Sulastri
Emmy Sinaga, S.Pd. Dra. Hj. Hulistiawati
Dra. Jeanne Rolly Mamesah Umi Haniah, S.Pd.
Dra. Lilis Surnadi, M.Pd.
Dra. Endah Purwaningsih Nurbaiti Salpida G, S.Pd.
Dra. Hj. Sugiharti, MM Sri Lestari Budi S.R, S.Pd.
Drs. H. Asmin Neneng Zuhariah, S.Pd.
Drs. H. Abdul Fatah Dra. Muharmi
Dra. Indriyani Saleh Abdul Rohman, M.Pd.
Dra. Ckriswati Ronna Simatupang, M.Pd.
Dra. Rosenni Silalahi Suryanto, M.Pd.
Dra. Nurhasmi Safrudin, S.Pd.
Dra. Yayah Rokayah Lia Dwi Agustina, S.Pd.
Dra. Mashnida Ambarita Wimanuadi, S.Kom.
Dra. Rahayu Retno P Dra.Hj. Mahrani, M.Pd.
Wahyuni Budiwati, S.Pd. Onie Kuriartha, S.Sn.
Dra. Sriyani Annisa Puspitasari, S.Kom.
Drs. Sukarto, M.Si M.Iqbal, S.Kom.
Sri Juhariah, S.Pd. Arief Rahmadi, S.Pdi.
Dra. Suhartini Bambang Tri Mulyono, ST.
Chandra Dwi K.W., S.Pd. Zami, S.Pd.
Nurseha, S.Pd. Rianti Nofita, S.Pd.
Jannes R.P.Nainggolan, S.Th. Dra.Hj.Badriah, M.Pd.
Endi Wardoyo, S.Kom. Fithra Yulvina, S.Pd.
Tri Munarto, S.Pd. Sumber : Dokumen Jadwal Pelajaran SMK Negeri 48 Jakarta Tahun Pelajaran
2017/2018
Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa guru yang mengajar
telah bergelar sarjana dan ada juga yang bergelar magister. Namun
57
Dokumen Profil SMK Negeri 48 Jakarta, op.cit.
48
beberapa guru bukan berasal dari Sarjana Pendidikan, sedangkan peraturan
baru tentang guru dan dosen mengharuskan guru yang mengajar ialah
berasal dari sarjana pendidikan.
4. Keadaan Peserta Didik SMK Negeri 48 Jakarta
Peserta didik merupakan subyek pelaku utama terjadinya proses
pendidikan di sekolah, yang menjadi tujuan diadakannya pendidikan dan
pengajaran. Pendidikan tidak akan berlangsung apabila tidak ada peserta
didik, dan dalam hal ini peserta didik merupakan pelanggan yang
mendapatkan dampak langsung dengan adanya pendidikan dan pengajaran
di sekolah.
Peserta didik di SMK Negeri 48 Jakarta terdaftar melalui proses
penyeleksian sebagaimana sistem yang telah ditetapkan oleh pemerintah
karena termasuk dalam kategori sekolah negeri atau milik pemerintah,
yakni dengan berdasarkan seleksi nilai dan kuota peserta didik di sekolah.
Melalui hasil penyeleksian tersebut peserta didik yang terdaftar di SMK
Negeri 48 Jakarta cenderung signifikan dari setiap jenjang kelasnya. Ini
terlihat dari tabel jumlah peserta didik SMK Negeri 48 Jakarta yang di
dapat dari hasil studi dokumentasi. Adapun rincian jumlah peserta didik
SMK Negeri 48 Jakarta sebagaimana tabel di bawah ini.
Tabel 4.2 : Jumlah Peserta Didik Tahun Pelajaran 2015/2016
No
.
Bidang Studi Keahlian Jumlah Peserta
Didik
Jumlah
X XI XII
1. Bisnis dan Manajemen 216 211 209 636
2. Teknologi Informasi dan
Komunikasi
62 62 62 186
Total 822 Sumber : Dokumen profil SMK Negeri 48 Jakarta tahun 2015
Tabel 4.3 : Jumlah Peserta Didik Tahun Pelajaran 2016/2017
No. Bidang Studi Keahlian Jumlah Peserta Didik
Jumlah X XI XII
1. Bisnis dan Manajemen 217 208 209 634
49
2. Teknologi Informasi dan
Komunikasi
61 61 61 181
Total 817 Sumber : Data Peserta Didik Tahun 2016/2017
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa terdapat sedikit
penurunan jumlah peserta didik. Jumlah peserta didik yang diterima di
kelas X mempunyai kuota yang sama setiap tahunnya, namun jumlah dari
segi penjurusannya yang berbeda. Terlihat ada penurunan jumlah peserta
didik ketika melanjutkan ke jenjang kelas selanjutnya, artinya terdapat
peserta didik yang tidak melanjutkan atau pindah sekolah. Peserta didik
kelas X pada tahun ajaran 2015/2016 akan naik jenjang di kelas XI pada
tahun 2016/2017. Disini terlihat terdapat penurunan angka yang tadinya
216 peserta didik pada bidang studi keahlian Bisnis dan Manajemen dan
62 peserta didik pada bidang studi keahlian Teknologi Informasi dan
Komunikasi, menjadi 208 peserta didik peserta didik pada bidang studi
keahlian Bisnis dan Manajemen dan 61 peserta didik pada bidang studi
keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi. Begitupun dengan peserta
didik yang naik jenjang dari XI ke kelas XII, mengalami penurunan
jumlah dari tahun sebelumnya.
5. Sarana dan Prasarana SMK Negeri 48 Jakarta
Sarana dan prasarana di dalam pendidikan mungkin bukan bagian
yang terpenting, namun sarana dan prasarana merupakan bagian yang
penting di dalam menunjang proses berlangsungnya pendidikan dan
pengajaran di sekolah atau dimanapun berlangsungnya pendidikan
tersebut.
SMK Negeri 48 Jakarta telah berusaha memenuhi sarana dan
prasarana yang dibutuhkan di dalam proses pembelajaran di sekolah.
Sebagaimana perkembangan zaman yang semakin modern, SMK Negeri
48 Jakarta memfasilitasi proses pembelajaran dengan alat-alat dan
teknologi yang dapat mempermudah dan mempercepat transfer ilmu
50
pengetahuan serta informasi yang terbarukan. Adapun sarana dan
prasarana yang dimiliki SMK negeri 48 Jakarta dapat dilihat dalam tabel
dibawah ini.
Tabel 4.4: Data Sarana dan Prasarana SMK Negeri 48 Jakarta
No. Nama Fasilitas Jumlah Kondisi
1. Gedung 3 Lantai Baik
2. Ruang Kelas 24 Lokal Baik
3. Ruang Kepala Sekolah 1 Lokal Baik
4. Ruang Wakil Kepala Sekolah 1 Lokal Baik
5. Ruang Tata Usaha 1 Lokal Baik
6. Ruang Guru 1 Lokal Baik
7. Perpustakaan 1 Lokal Baik
8. Lab. Multimedia 1 Lokal Baik
9. Lab. Pemasaran 1 Lokal Baik
10. Ruang Komite & BKK 1 Lokal Baik
11. Ruang Kajur 1 Lokal Baik
12. Ruang OSIS 1 Lokal Baik
13. Ruang UKS 1 Lokal Baik
14. Aula 1 Lokal Baik
15. Mushalla 1 Lokal Baik
16. Toilet Lokal Baik
17. Lapangan 1 Bidang Baik
18. Mini Market 1 Lokal Baik
19. Kantin 1 Lokal Baik
20. Pos Satpam 1 Lokal Baik
Sumber : Data Sarana dan Prasarana SMK Negeri 48 Jakarta
Berdasarkan rincian sarana dan prasarana tersebut dapat diketahui
bahwa sekolah memfasilitasi peserta didik untuk belajar dengan nyaman
dan sesuai dengan bidang atau kompetensi keahlian yang diajarkan di
51
sekolah. Terlebih sekolah ini telah memasang wifi peserta didik di dalam
mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah dimilikinya.
B. Deskripsi Data dan Analisa Data
1. Kegiatan Budaya Membaca
SMK Negeri 48 Jakarta mengupayakan terbentuknya budaya
membaca terutama di kalangan peserta didik. Hal ini diwujudkan melalui
kurikulum sekolah, yang masuk dalam kategori pengembangan diri peserta
didik. Pengembangan diri ini dilakukan melalui kegiatan terprogram dan
kegiatan tidak terprogram. Berdasarkan dokumen kurikulum SMK Negeri
48 Jakarta diketahui bahwa “Kegiatan tidak terprogram ialah rutin dan
keteladanan. Kegiatan keteladanan, adalah kegiatan dalam bentuk perilaku
sehari-hari seperti: berpakaian rapih, berbahasa yang baik, rajin membaca,
memuji kebaikan atau keberhasilan orang lain, datang tepat waktu.”58
Demikian diketahui bahwa kegiatan membaca merupakan salah satu upaya
sekolah di dalam menumbuhkan budaya membaca. Dengan dijadikannya
membaca sebagai keteladanan di sekolah, menjadikan peserta didik
terbiasa untuk mencari pengetahuan dengan mandiri serta tidak terpaksa
untuk melakukannya dan tanpa disadari menjadi sebuah budaya di dalam
dirinya.
Budaya membaca yang terdapat di SMK Negeri 48 Jakarta
diantaranya ialah budaya membaca melalui teknologi informasi. Era
modern saat itu juga tidak terlepas dari media teknologi informasi, dimana
media teknologi informasi telah mendominasi pada seluruh aspek bidang
kehidupan saat ini. Semua telah menjadi begitu cepat dan mudah untuk
didapatkan. Begitupun halnya dengan kegiatan membaca, segala sesuatu
yang ingin kita ketahui dapat langsung dimunculkan melalui media
teknologi informasi seperti smartphone/gadjet, laptop, ipad dan lain
sebagainya yang tentunya tidak terlepas dengan jaringan internet yang
58
Ibid, h. 224.
52
semakin mudah dan terjangkau untuk didapatkan. Sebagaimana yang
dijelaskan oleh Ibu Yayah, yaitu:
“Kalau kondisi budaya membaca, itu sebenarnya anak-anak sudah
terbiasa membaca. Hanya memang berbeda dari segi cara, karena
sekarang era digital, mereka juga cenderung membacanya
informasi-informasi melalui gadjet. Karena ketika saya masuk ke
kelas-kelas, beberapa sudah mempunyai, artinya mengikuti
aplikasi disitu ada wattpad atau apa dan sebagainya itu, jadi kami
menghimbau untuk membaca, nah bahwa mereka sudah mengikuti
yang seperti itu. Jadi menurut saya itu budaya membaca memang
sudah ada, namun tidak begitu terlihat oleh guru khususnya
karena mereka tidak membaca buku tapi melihat di hp. Jadi di
mata guru tidak begitu terlihat sedang membaca, tapi kalau kita
lihat sebenarnya mereka sedang baca novel atau cerpen-cerpen itu
banyak di media-media, bukan hanya wattpad ya tapi yang saya
tahu memang itu, tapi juga ada beberapa yang mereka sering
ikuti.59
Selain itu membaca melalui media teknologi informasi juga
memiliki daya tarik tersendiri, terutama bagi anak-anak atau dalam hal ini
peserta didik. Media teknologi informasi telah memberikan berbagai
bentuk kreativitas dan inovasi dengan warna dan animasi yang begitu
menarik. Maka tidak heran apabila peserta didik lebih memilih untuk
membaca melalui media teknologi informasi. Ibu Rianti mengungkapkan
bahwa “...... dengan teknologi kan, membaca juga banyak daya tariknya
seperti yang namanya teknologi istilahnya e-book, kemudian judulnya dan
bentuk buku itu sendiri, .....”60
Semua media atau bahan bacaan saat ini
sudah bisa dijangkau melalui media teknologi informasi. Seperti halnya
saat ingin membaca buku yang tebal sekalipun, itu sudah bisa dibaca
melalui gadjet/smartphone, tanpa merasa keberatan memegang buku
tersebut. Kemudian saat ingin membaca majalah atau koran, juga dapat
membacanya melalui media teknologi informasi yang dimiliki. Dengan
59
Yayah Nur Aliyah, op.cit.
60 Hasil Wawancara dengan Ibu Rianti Nofia, Guru Bahasa Indonesia SMK Negeri 48
Jakarta, pada 31 Juli 2017.
53
media teknologi informasi juga dapat menghemat waktu dan tenaga
dibandingkan harus mencari langsung buku-buku di perpustakaan atau di
tempat lainnya.
Pernyataan dari peserta didik juga menegaskan bahwa media
teknologi informasi itu berperan di dalam kegiatan membaca dan membatu
dalam pembelajaran, sebagaimana yang dinyatakan oleh Salwa bahwa
“Kalau misalnya kira-kira di buku ada yang susah dicari, kita bisa
langsung ketik di internet terus langsung ada.”61
Demikian diketahui
bahwa budaya membaca tanpa disadari tersalurkan melalui media
teknologi informasi. Dimana semua orang tidak mempunyai batasan dalam
media informasi, serta kemudahan untuk mencari apa yang diinginkan.
Bentuk lain budaya membaca di sekolah juga dapat diketahui yakni
ketika peserta didik diberikan tugas di dalam pembelajaran di kelas. Tugas
yang diberikan oleh pendidik ialah dengan cara menyuruh peserta didik
untuk membaca materi pelajaran kemudian merangkum apa yang telah
dibaca tersebut. Tidak hanya dengan tugas merangkum, tugas dalam
bentuk lain juga menjadi upaya tersediri dalam membentuk budaya
membaca peserta didik. Melalui tugas tersebut peserta didik melakukan
aktivitas membaca, dengan demikian budaya membaca akan terbentuk
apabila pendidik sering memberikan tugas di dalam mata pelajarannya.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Bapak Surnadi yang selaku pendidik
bidang Bahasa Inggris, menyatakan:
“Penugasannya secara langsung si tidak menugaskan untuk
membaca, tetapi di dalam bentuk mengerjakan PR, kemudian buku
referensinya ini, nah disitu letak proses membacanya. Kalau hanya
untuk, kalian membaca ya.. itu dirasa tidak, kecuali itu pelajaran
Bahasa ya. Ketika memberi pelajaran tentang report (laporan)
anak harus membaca terlebih dahulu. Tetapi kalau mungkin
61
Salwa, op.cit.
54
pelajaran lain ditugaskan dalam bentuk mengerjakan PR,
kemudian untuk membaca buku-buku yang lain.”62
Ibu Retno sebagai pendidik bidang Bahasa Indonesia juga
mengungkapkan, “Kalau bentuk penugasan itu biasanya kan mereka
membaca, kemudian mereka membuat rangkuman, juga bisa membuat
resensi dan banyak lagi yang lain.”63
Kemudian hal ini juga sebagaimana yang dinyatakan oleh salah
satu peserta didik yang bernama Arlyn ketika ditanya mengenai bentuk
penugasan yang diberikan oleh pendidik yang turut untuk menumbuhkan
minat baca, ia mengatakan “Ada.. nah ngerangkum. Merangkum kadang
banyak banget, biasanya IPS itu kalau di kelas pas mata pelajarannya.“64
Ungkapan senada juga diungkapkan oleh Bagus, yakni “Mempengaruhi
banget si, karena disini bergerak membaca kalau baru disuruh sama guru.
Misalnya ada tugas agama, nah gurunya itu nyuruh, tapi kalau tidak
disuruh otomatis nilainya jelek. Nah kalau disuruh mereka baca kan
supaya nilainya bagus gitu.”65
Melalui penugasan yang diberikan oleh pendidik atau sebuah upaya
sebagai bentuk hasil dari kegiatan membaca, telah menjadikan bentuk
budaya membaca tersendiri disamping dengan adanya program literasi
yang dilaksanakan serempak di awal kegiatan sekolah. Sebab dengan
adanya tugas tersebut peserta didik akan melakukan kegiatan membaca
secara berulang untuk memahami apa yang akan mereka tuliskan di dalam
sebuah ringkasan atau resensi. Tidak hanya itu, peserta didik tentunya
62
Hasil Wawancara dengan Bapak Surnadi, Guru bidang Bahasa Inggris SMK Negeri 48
Jakarta, pada 27 Juli 2017.
63 Rahayu Retno Puji A., op.cit.
64 Hasil Wawancara dengan Arlyn Fasinta, Peserta Didik Kelas XI-PM SMK Negeri 48
Jakarta, pada 31 Juli 2017.
65 Hasil Wawancara dengan Bagus Adi Pradana, Peserta Didik Kelas XII –TP4 SMK
Negeri 48 Jakarta, pada 21 Agustus 2017.
55
akan mencari tahu lebih jauh lagi melalui referensi lain apa yang akan
mereka tuliskan terkait tugas tersebut.
Budaya membaca di SMK Negeri 48 Jakarta telah diketahui dari
hasil wawancara, bahwa sekolah telah menerapkan kegiatan membaca
secara serempak sebelum pelajaran pertama dimulai, yang dinamakan
program literasi. Kegiatan ini dilakukan oleh semua peserta didik dan juga
pendidik dengan membaca buku atau artikel-artikel selama 15 menit pada
awal jam pelajaran pertama. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Retno:
“.... di SMK N 48 sudah dilakukan literasi. Jadi, setiap pagi itu
anak-anak sebelum belajar, 15 menit untuk membaca sebuah buku.
.....” Lebih lanjut Ibu Retno mengatakan, bahwa “Kalau menurut
saya anak-anak sudah terbiasa juga, karena walaupun bukan guru
Bahasa Indonesia yang mengajar, tetapi telah menyediakan waktu
15 menit untuk membaca buku setiap hari.”66
Lalu peserta didik yang bernama Aprilia juga mengungkapkan bahwa
“....... Kalau di sekolah ada jam waktu literasi sebelum masuk kelas
membaca 15 menit, membaca novel atau sastra.”67
Begitupun halnya
dikatakan oleh Salwa, ketika ditanya mengenai budaya membaca di
sekolah, ia mengungkapkan “Sudah ada, soalnya kita dibiasakan sebelum
belajar dikasih waktu 15 menit buat baca novel atau buku yang dibawa
masing-masing dari rumah atau beberapa buku yang ada di kelas. ......”68
Program literasi merupakan salah satu bentuk upaya SMK Negeri 48
Jakarta dalam menumbuhkan budaya membaca di sekolah. Program
Literasi 15 menit ini sebenarnya merupakan gagasan umum dari Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan. Atas dasar gagasan tersebut SMK Negeri 48
Jakarta lalu mengikuti instruksi itu dan menerapkannya dalam kegiatan
66
Hasil Wawancara dengan Ibu Rahayu Retno Puji A., Guru Bahasa Indonesia SMK
Negeri 48 Jakarta, pada 31 Juli 2017.
67 Hasil Wawancara dengan Aprilia Damayanti, peserta didik kelas XII Akuntansi 1 SMK
Negeri 48 Jakarta, pada 31 Juli 2017.
68 Hasil Wawancara dengan Salwa, peserta didik kelas X Administrasi Perkantoran 2
SMK Negeri 48 Jakarta, pada 31 Juli 2017.
56
sekolah sejak tahun ajaran 2015/2016. Ini merupakan bentuk upaya untuk
mendukung program pemerintah dalam meningkatkan minat membaca
masyarakat di Indonesia.
Hal ini sebagaimana kutipan yang dituliskan dalam salah satu
artikel di website resmi milik Presiden Joko Widodo, yakni “Program 15
menit membaca yang pernah dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan jelas harus diwujudkan sebagai salah satu upaya pemerintah
untuk menumbuhkan budaya baca.”69
Demikian juga pernyataan yang
diungkapkan oleh Bapak Surnadi: “..... Program literasi ini sudah
diluncurkan pemerintah sejak tahun lalu, satu tahun yang lalu 2015/2016
dan 2017 ini sudah berlangsung 1 tahun, sekarang ini tinggal
melanjutkannya......”70
Program literasi ialah sebagaimana artikel yang dituliskan dalam
website resmi Kemendikbud, yakni Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015
tentang Penumbuhan Budi Pekerti, disebutkan ada beberapa pembiasaan
positif yang dilakukan sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Melalui
peraturan tersebut juga diatur mengenai kegiatan membaca buku
nonpelajaran sekitar 15 menit sebelum jam pelajaran pertama dimulai.71
Demikian diketahui bahwa kegiatan membaca 15 menit sebelum pelajaran
pertama dimulai ialah intruksi yang dicanangkan oleh Kementrian
pendidikan. Kemudian SMK Negeri 48 Jakarta merupakan sekolah yang
melaksanakan intruksi tersebut.
Pelaksanaannya di SMK Negeri 48 Jakarta, program literasi masuk
dalam kurikulum sekolah. Program literasi dimasukkan ke dalam kategori
pengembangan diri peserta didik yakni kegiatan tidak terprogram yang
69
Website Presiden Ir. H. Jokowi Dodo, op.cit.
70 Surnadi, op.cit., 9 Juni 2017.
71 Deslina Mulipaksi, Pendisiplinan Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti dimulai Tahun
Depan 30 Desember 2015, diunduh dari:
http://www.kemendikbud.go.id/main/blog/2015/12pendisiplinan-gerakan-penumbuhan-budi-
pekerti-dimulai-tahun-depan, pada tanggal 1 September 2017.
57
dilaksanakan langsung oleh pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah
yang diikuti oleh semua peserta didik. Sehingga budaya membaca dapat
dilakukan tanpa keterpaksaan dan dengan sendirinya akan terbentuk.
Peserta didik diperbolehkan membaca buku apa saja pada jam tersebut,
diantaranya ialah novel dan buku ilmu pengetahuan. Buku-buku tersebut
ada yang dibawa sendiri oleh peserta didik dari rumah, dan ada beberapa
buku yang disediakan dari sekolah. Namun, berbeda halnya ketika guru
yang mengajar pada jam pertama ialah Guru Bahasa Indonesia. Peserta
didik diwajibkan untuk membaca novel atau sastra lainnya saat program
literasi berlangsung. Tetapi jikalau itu sudah selesai dibaca, maka boleh
diganti dengan bacaan non fiksi.
Pada program literasi ini juga terdapat umpan balik yang ingin di
dapatkan. Hal ini salah satunya dilakukan dengan cara, peserta didik
diminta untuk mengabstraksi atau merensi isi buku yang telah mereka baca
selama 1 semester. Hal ini dibuktikan dari pernyataan Fandee yang
mengungkapkan bahwa “...... ada guru yang nugasin buat baca novel,
terus kalau sudah baca novelnya kita nyetor tuh setiap babnya, terus nanti
kita suruh dibuat resensinya gitu.”72
Dengan kata lain peserta didik
ditugaskan untuk mengumpulkan setiap bagian dari apa yang mereka baca
dengan menuliskannya dalam bentuk ringkasan atau menjadi sebuah
resensi.
Hal ini juga sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibu Yayah selaku
Kepala SMK Negeri 48 Jakarta:
“....... itu ada programnya yang sedang di gembar-gemborkan
tentang literasi, gerakan literasi sekolah. Jadi setiap sekolah harus
mempunyai program literasi. Malah beberapa sekolah-sekolah
tentu saja harus menentukan target. Misalnya dalam satu bulan
mempunya satu buku kumpulan dari karya anak-anak. Dengan
adanya gerakan literasi tersebut diharapkan anak-anak
mempunyai semangat, dengan membaca anak-anak semangat dan
72
Hasil Wawancara dengan Fandee Tsario, peserta didik kelas XII-TP4 SMK Negeri 48
Jakarta, pada 21 Agustus 2017.
58
bukti nyata kalau membacanya sudah terlaksana, tinggal hasil
karyanya, .......”73
Melalui kegiatan membaca di awal jam pelajaran, sekolah juga melakukan
upaya untuk mengetahui sejauhmana budaya membaca itu berlangsung.
Ketika kegiatan membaca dilaksanakan, peserta didik diwajibkan mencatat
apa yang ia baca dan membuat ringkasan atau resensi dari buku yang
mereka baca, dapat pula berbentuk tulisan lain, yakni berupa cerpen dan
puisi. Seperti yang dijelaskan oleh Ibu Yayah pada kutipan di atas, SMK
Negeri 48 Jakarta mulai menerapkan kegiatan tersebut sebagai satu bentuk
hasil bahwa budaya membaca di sekolah telah berlangsung.
Hal ini dijelaskan oleh Bapak Surnadi selaku Wakil Kepala
Sekolah bidang Kurikulum, yaitu “Ada budaya membaca, yaitu tadi
sebelum memulai pelajaran selama 15 menit dan hasil bacaannya itu
dibuat ringkasan terus di kumpulkan dalam satu buku untuk setiap kelas.
Ringkasan tersebut dikumpulkan setiap akhir semester atau 6 bulan sekali,
itu bisa berupa cerpen, puisi atau lainnya.74
Pada proses pelaksanaannya budaya membaca direalisasikan dan
diawasi langsung oleh pendidik bidang bahasa. Para pendidik konsisten
untuk memberikan penugasan atau umpan balik kepada peserta didik
ketika program literasi maupun pada saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Dalam hal ini Ibu Rianti selaku pendidik bidang Bahasa
Indonesia menjelaskan, bahwa:
“Kalau di SMKN 48 ini dibudayakan setiap awal pelajaran
dibiasakan 15 menit untuk literasi dengan novel sastra. Karena
saya Guru Bahasa Indonesia jadi saya arahkan untuk membaca
sastra. Kita menargetkan setiap 1 semester dua novel untuk
dibaca, kemudian dia mengabstraksi, apa si intinya.. gitu kan, lalu
di ketik sendiri, setelah itu setelah dia paham kita jelaskan seperti
iniloh novel itu dan seperti iniloh abstraksi itu seperti ini. Lalu di
produksi sendiri, dia menulis sendiri dan ada beberapa yang sudah
dibukukan, tetapi saya lupa ada dimana, sepertinya di
73
Yayah Nur Aliyah, op.cit.
74 Surnadi, op.cit., 9 Juni 2017.
59
perpustakaan ada contoh dari beberapa anak-anak yang gemar
literasi. Ada kumpulan-kumpulan cerpenya sudah ada. Kadang
setiap guru berbeda-beda ya, karena saya guru sastra. Setiap jam
pertama kan berbeda-beda kan ya, jadi setiap guru berbeda-beda
bentuk penugasannya dengan judul berbeda-beda.”75
Hasil abstraksi para peserta didik dikumpulkan kemudian
dibukukan, namun ada pula yang dibuat berupa cerpen. Jadi peserta didik
diminta untuk menuliskan apa yang telah mereka baca, baik itu berupa
resume, resensi, ataupun cerpen. Hasil tulisan tersebut selanjutnya dipilih
dan dicari yang terbaik, untuk kemudian diberikan ke Suku Dinas
Pendidikan Kotamadya Jakarta Timur, atau untuk diikutsertakan dalam
kompetisi atau perlombaan. Hal ini diketahui sebagaimana yang dikatakan
oleh Bapak Surnadi:
“Kalau di sekolah itu kebetulan ya, setiap literasi kita
mengabtraksi, kita mengumpulkan lalu anak memproduksi cerpen
atau karya sastra lain, tapi kebanyakan cerpen si ya. Kalau cerpen
yang bagus, kita akan salurkan atau kita kasih ke Dinas (SuDin),
nah nanti dari SuDin itu ada yang dinamakan reward dan akan di
terbitkan, dan reward tersebut berupa beasiswa. Jadi anak
termotivasi untuk berlomba-lomba untuk membuat karya yang
lebih bagus.”76
Rokhmin Dahuri dalam Suherman menyatakan bahwa “budaya
membaca berkorelasi positif terhadap penguasaan iptek suatu bangsa.
Semakin tinggi budaya membaca, semakin maju bangsa tersebut.”77
Budaya membaca merupakan kegiatan yang menjadi harapan akan
berdampak baik untuk masa yang akan datang serta mempunyai visi untuk
diwujudkan dan menjadikan membaca sebagai misi atau langkah yang
utama. Melalui budaya membaca seseorang dapat mempunyai cara
berpikir yang luas sehingga ia mampu menguhubungkan setiap detail
permasalah yang dihadapi untuk dicarikan solusi yang tepat.
75
Rianti Nofia, op.cit.
76 Surnadi, op.cit., 27 Juli 2017.
77 Suherman (ed.), Bacalah!, op.cit., h. 128.
60
Rahma Suhartati menerangkan bahwa “membaca sebagai aktivitas
bahasa atau komunikasi yang di dalamnya melibatkan tanda, makna, tata
cara, kode-kode yang mengaturnya, yang membentuk strata sosial, kultural
dan prestise.”78
Dengan demikian membaca dapat dilakukan dengan
adanya tanda-tanda yang telah dipahami atau kesamaan makna yang
dimiliki antara pembaca dengan isi bacaan tersebut. Seseorang akan
dengan mudah memahami isi bacaan, apabila ia telah mengetahui banyak
kosa kata dan memahami artinya. Namun apabila seseorang tidak terbiasa
membaca dan tidak mengetahui kosa kata yang jarang digunakan,
mungkin ia akan lambat dalam memahami isi bacaan tersebut. Sehingga ia
tidak dapat mengambil pengetahuan dan pelajaran dari bacaan tersebut.
Demikian dapat disimpulkan bahwa kegiatan budaya membaca di
SMK Negeri 48 Jakarta ialah budaya membaca melalui media teknologi
informasi, budaya membaca dalam bentuk penugasan yang diberikan oleh
guru, dan melalui program literasi. Demikian ialah bentuk upaya dalam
meningkatkan budaya membaca yang rendah. SMK Negeri 48 Jakarta
memiliki upaya tersendiri di dalam mengukur pelaksanaan program
tersebut apakah berjalan efektif atau tidak. Upaya yang dilakukan ialah
dengan menginstruksikan kepada peserta didik untuk membuat ringkasan
dari buku yang telah mereka baca. Sebab dengan begitu dapat terlihat
sejauhmana tujuan dari budaya membaca tercapai.
2. Faktor-Faktor Budaya Membaca
Penerapan budaya membaca tentunya terkait dengan banyak hal
oleh sebab itu perlu dipertimbangkan segala sesuatunya. Kemudian
dimasukkan dalam perencanaan, sehingga pada tahap pelaksanaannya
dapat meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan dan menghambat
ketercapaian tujuan di awal. Dengan kata lain faktor-faktor yang dapat
mendukung ataupun menghambat penerapan budaya membaca perlu
78
Rahma Sugihartati, op.cit, h. 30.
61
dianalisis sehingga dapat menjadi strategi untuk mencapai tujuan yang
diinginkan dari budaya membaca yang akan berdampak baik dalam
pendidikan.
a. Faktor Pendukung
Faktor-faktor yang mempengaruhi, yakni faktor intern dan ekstern.
Faktor intern ialah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, dalam
hal ini ialah minat membaca oleh peserta didik. Jika seseorang
mempunyai minat membaca dalam dirinya tentu dengan sendirinya ia
akan membaca tanpa disuruh dan ia akan lebih memilih untuk
membaca kapan dan dimana pun. Kemudian faktor ekstern merupakan
faktor yang berasal dari luar diri seseorang. Faktor ini bisa berasal dari
orang tua yang mempengaruhi anaknya untuk membaca dan
menerapkan kedisiplinan untuk membaca, lalu faktor lingkungan yang
dibentuk di sekolah untuk mempengaruhi siswa dalam membaca, yaitu
dengan peraturan atau program yang dibuat oleh sekolah. Hal ini
sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Surnadi, yakni:
“Faktornya bisa dari intern dan ekstern ya, yang dari intern
adalah minat dari anak sendiri, ya.. kan. Yang jelas kalau anak itu
timbul dari dalam diri sendiri maka tidak disuruh pun atau dikasih
tahu pun akan cenderung untuk membaca dan membaca. Yang
faktor eksternnya, yang pertama dari orang tua mengajarkan
anaknya disiplin membaca, orang tua mengajarkan membaca
maka dia akan membaca juga dan di sekolah sudah diwajibkan
untuk membaca dengan adanya program literasi”. 79
Faktor yang turut mempengaruhi budaya membaca yakni seperti
yang dikatakan oleh Ibu Yayah:
“Faktor-faktor yang mempengaruhi, yang pertama itu dari guru.
Guru sering memberikan tugas yang ada membacanya, mungkin
itu akan memacu anak mau tidak mau dia harus membaca. Artinya
setiap guru harusnya menugaskan membaca, misalnya dari
halaman sekian sampai sekian nanti ditanya, nah itu mungkin ada
pleasure ke anak untuk dia membaca. Kemudian yang kedua
faktor-faktor lainnya tentunya adalah fasilitas, ketika ada fasilitas
79
Surnadi, op.cit., 9 Juni 2017.
62
misalnya bukunya, atau media-media lainnya yang bisa digunakan
oleh anak-anak tentu saja minat baca akan semakin meningkat.”80
Demikian diketahui bahwa faktor yang berpengaruh dalam budaya
membaca ada dua yakni faktor dari guru dan yang kedua adalah
fasilitas untuk membaca. Dua faktor tersebut dapat memacu motivasi
peserta didik dalam membaca yang dalam waktu jangka panjang akan
terbentuk sebuah budaya membaca.
Kemudian Ibu Rianti juga menegaskan bahwa faktor yang turut
mempengaruhi ialah:
“Faktor lingkungan itu sangat menunjang sekali, di lingkungan itu
ya entah itu tempatnya atau teman, apalagi mayoritas di sekolah
lebih banyak bergaul dengan teman yang sering membaca maka
dia akan ikut membaca. Kemudian faktor orang tua juga
berpengaruh tetapi perannya hanya sekitar 10% saja, sebab
kegiatan anak-anak kebanyakan di sekolah.”81
Dalam pernyataan ini diketahui bahwa faktor yang lebih mendominasi
ialah faktor teman atau pergaulan, dan faktor orang tua juga turut
mempengaruhi namun tidak terlalu besar. Sebab peserta didik lebih
banyak melakukan aktivitasnya bersama teman, maka apabila teman
membaca ia akan turut membaca.
Faktor lainnya adalah tujuan yang dimiliki peserta didik juga
menjadi faktor untuk menumbuhkan budaya membaca. Lalu faktor
lingkungan sekitar untuk turut mendukung kegiatan membaca, dengan
adanya teknologi informasi dimana untuk mendapatkan informasi
begitu mudah namun membaca bukan menjadi pilihan utama
kebanyakan orang, tetapi kebanyakan ialah menjadikannya hanya
sebagai hiburan. Faktor lainnya yakni kebiasaan membaca yang
ditanamkan sejak kecil. Demikian sebagaimana pernyataan Ibu
Murniyati :
80
Yayah Nur Aliyah, op.cit.
81 Rianti Nofia, op.cit.
63
“Ya pertama-tama kali, sepengetahuan ibu, ya tujuan anak
tersebut. Kalau anak tersebut mempunyai tujuan hidupnya dia
akan tahu harus bagaimana, tapi kalau anak itu belum ada tujuan
yang pasti dia akan mudah dipengaruhi oleh lingkungannya,
sehingga mungkin ada informasi yang tidak seharusnya tapi
kemudian dia jadi membaca. Yang kedua mungkin pengaruh
lingkungan, karena sebetulnya kalau dia budaya bacanya tinggi
akan gampang sekali buat dia mencari ilmu pengetahuan di
internet, apa aja yang di mbah google gitu ya apa aja bisa di
pesan. Nah anak-anak kan tidak mau membaca, membaca itu kan
melelahkan ya kita harus mencari intinya, anak-anak sekarang kan
kelihatan kurang ya. Yang ketiga, kebiasaan dia di rumah, ya
kalau anak punya kebiasaan membaca dari kecil.” 82
Sarana dan prasarana merupakan salah satu aspek dari ruang
lingkup pendidikan, kemudian untuk membentuk budaya membaca
tentu dibutuhkan bahan-bahan bacaan yang mencukupi untuk dibaca
oleh sasaran dalam budaya itu sendiri. Bahan bacaan untuk
membentuk budaya membaca pada umumnya ialah buku, sebab
dengan membaca buku akan terasa lebih nyaman dan lebih fokus.
Ketersediaan bahan bacaan atau buku-buku dalam mendukung
proses pembelajaran di SMK Negeri 48 Jakarta sedikit demi sedikit
terpenuhi dan mencukupi kebutuhan peserta didik. Hal ini ditunjukkan
dengan adanya perpustakaan sekolah dan penambahan buku setiap
akhir semester. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu Masnida selaku
Kepala perpustakaan; “Setiap semester bukunya nambah, kita sengaja
buat tuntutan tugas belajar mereka. Seperti novel, terus buku agama
atau materi agama diluar buku paket gitu. Kita sengaja minta biar
diadakan. Banyak buku yang dibeli tersebut lumayan banyak si,
tergantung kebutuhan untuk siswa.”83
Sama halnya yang dikatakan oleh Bapak Surnadi yang menyatakan
bahwa:
82
Murniyati Sulastri, op.cit.
83 Hasil Wawancara dengan Ibu Masnida Ambarita, Kepala Perpustakaan SMK Negeri 48
Jakarta, pada 31 Juli 2017.
64
“Ketika anak sudah mempunyai kebiasaan membaca, kemudian
sudah mempunyai peningkatan yang baik tanpa diimbangin
dengan sarana yang baik atau sarana yang lengkap itu tidak akan
berkembang secara maksimal, dan sekolah kami sudah
menyediakan sarana yang dibutukan siswa, baik secara manual
ataupun in manual, kalau yang modern kan berupa internet, wifi
dan sebagainya dan terus-menerus tidak henti-hentinya. Ketika
anak sudah mencari dan mendapat informasi maka ia akan
siap.”84
Dengan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa sekolah telah
berusaha memaksimalkan kebutuhan peserta didik di dalam proses
pembelajaran. Sekolah berusaha memenuhi fasilitas atau sarana dan
prasarana yang dibutuhkan dengan mengikuti perkembangan zaman,
sehingga informasi dan ilmu pengetahuan akan dengan mudah di
dapatkan serta selalu mengetahui informasi yang sedang berlangsung
pada saat itu. Demikian halnya peserta didik sebagai pengguna buku-
buku atau fasilitas seperti komputer dan internet sekolah yang turut
menunjang kelancaran dalam proses pembelajaran. Dari beberapa
informan peserta didik yang di wawancarai, mereka mengatakan
bahwa ketersediaan buku-buku di sekolah sudah lumayan dan cukup
lengkap, dan hal ini memudahkan mereka untuk mengerjakan tugas
atau hanya sekedar untuk membaca. Perseta didik yang bernama Bagus
menyatakan; “Cukup, banyak-banyak banget bukunya malah.”85
Kemudian Arlyn peserta didik kelas X juga mengungkapkan “Kalau
buku-buku si sudah ya sekarang, soalnya kebanyakan yang baru si,
mungkin sudah ada yang baru datang buku-bukunya jadi setiap orang
dibagi buku satu orang satu.”86
Untuk penyediaan prasarana yang dapat menunjang kegiatan
membaca, sekolah juga telah menyediakan rak atau tempat buku
84
Surnadi, op.cit., 9 Juni 2017.
85 Bagus Adi Pradana, op.cit.
86 Arlyn Fasinta, op.cit.
65
tersendiri di setiap kelas, yang ditujukan untuk menaruh buku-buku
yang dibaca peserta didik pada saat berlangsungnya program literasi.
Dengan disediakannya rak tersebut peserta didik dapat membaca
ketika tidak membawa buku dari rumah, ataupun buku yang telah
dibawa peserta didik dapat ditaruh pada rak itu, sehingga ketika selesai
membaca ia dapat saling bertukar buku dengan yang lainnya. “...... di
sekolah sudah disiapkan yang namanya pojok literasi di setiap kelas,
disitu ada perpustakaan masing-masing di kelas disiapkan gunanya
untuk ketika ada siswa yang tidak membawa buku dan saat literasi
anak-anak bisa langsung mengambil buku-buku yang disiapkan disitu.
......” 87
Demikian dapat diketahui bahwa sekolah telah berusaha
untuk memenuhi ketersediaan buku-buku untuk menunjang
berjalannya proses pembelajaran di sekolah. Buku-buku yang
disediakan disesuaikan dengan bidang kejuruan yang diampu oleh
sekolah. Tidak hanya itu buku-buku yang disediakan juga disesuaikan
dengan apa yang menjadi minat peserta didik.
Berdasarkan pemaparan mengenai faktor-faktor pendukung budaya
membaca oleh beberapa pihak, dapat diketahui bahwa faktor
lingkungan merupakan yang utama dalam membentuk sebuah budaya
membaca. Dalam hal ini budaya membaca dibentuk melalui sekolah,
dan dapat diidentifikasi bahwa kondisi keseharian di sekolah yang
akan membawa arah dan warna untuk sebuah budaya membaca.
Diantaranya ialah guru turut merealisasikan kegiatan membaca serta
mengajak atau menyuruh peserta didik untuk membaca, kemudian
pengaruh antara teman pun sangat berperan karena saat ini kegiatan
membaca belum menjadi aktivitas unggulan dan sering kali terdapat
kesenjangan apabila aktivtas membaca dilakukan oleh salah seorang
peserta didik atau gengsi untuk membaca. Lalu fasilitas juga menjadi
faktor yang tidak kalah penting dalam mempengaruhi budaya
87
Surnadi, op.cit., 9 Juni 2017.
66
membaca. Kegiatan membaca di sekolah akan berlangsung dengan
lancar apabila cukup tersedia bahan-bahan bacaan yang dapat menarik
untuk dibaca dan yang utama adalah dibutuhkan bagi peserta didik
sebagai penunjang atau membantu proses pembelajaran di kelas.
Identifikasi faktor-faktor yang berpengaruh di dalam budaya membaca
merupakan salah satu upaya untuk mencapai tujuan dalam
meningkatkan penerapan budaya membaca di sekolah sehingga erat
kaitannya dengan peningkatan proses pembelajaran di sekolah. Jika
proses pembelajarannya berjalan dengan kondusif dan efektif maka
sekolah akan mempunyai mutu pendidikan yang baik. Demikian
peningkatan mutu pendidikan di sekolah bertujuan untuk
mempersiapkan lulusan yang berkompeten sehingga dapat terserap di
dunia usaha ataupun dunia industri.
b. Faktor Penghambat
Penerapan budaya membaca di SMK Negeri 48 Jakarta telah
melalui tahap perencanaan sebelumnya, yakni dengan dimasukkannya
kegiatan membaca di dalam kurikulum yang tercakup dalam program
pengembangan diri peserta didik. Namun dalam pelaksanaannya
ditemukan kendala atau hambatan. Hambatan-hambatan tersebut
diantaranya:
1) Banyaknya tugas-tugas dalam mata pelajaran
Sekolah telah menyosialisasikan kegiatan membaca terutama untuk
program literasi sebelum memulai pelajaran di jam pertama
sekolah. Kemudian berkoordinasi dengan para pendidik untuk turut
merealisasikan program literasi sebelum jam pelajaran pertama
dimulai. Namun dalam pelaksanaannya terjadi hambatan
dikarenakan materi pelajaran yang cukup padat sehingga ketika
seharusnya program literasi berlangsung, pendidik langsung
memulai pembelajaran. Hal ini diketahui sebagaimana yang
67
diungkapkan oleh Ibu Retno: “Kalau di sekolah si karena banyak
pelajaran, jadi mungkin pelajaran-pelajaran lain perlu juga untuk
belajar, atau banyak kegiatan diskusi, jadi memang mengambil
waktu 15 menit memang agak sulit juga.”88
Pembelajaran di kelas memiliki target-target yang harus
dicapai, terlebih dengan kurikulum yang baru, sekolah masih harus
menstrategikan agar semua target pembelajaran tercapai, sehingga
jam belajar dan materi pembahasan akan menjadi lebih padat. Itu
sebagaimana pernyataan yang diungkapkan oleh Arum selaku
peserta didik:
“Gimana ya, jadi kurikulum sekarang itu kan ya kita sekolah
sampai sore, terus belum lagi tugas, jadi ya kurang mendukung
si menurut aku. Jadi ya kita kayak tidak ada waktu luang gitu
di rumah, kita pulang udah sore kan terus belum lagi ada tugas
PR, belum lagi tugas kelompok, jadi ya tidak ada waktu luang
selain waktu baca 15 menit di sekolah.”89
Demikian disimpulkan bahwa budaya membaca di sekolah belum
menjadi begitu intensif dikarenakan peserta didik belum bisa
membagi waktu untuk mempunyai target dalam membaca buku
secara konsisten dan berkesinambungan. Sebab peserta didik masih
menyesuaikan diri dalam membagi waktunya untuk tugas-tugas
dalam mata pelajaran.
2) Jam program Literasi yang sering terlewatkan
Demikian waktu yang seharusnya digunakan untuk
mengembangkan diri peserta didik melalui kegiatan membaca,
tertunda karena mengutamakan pembelajaran dalam kelas yang
harus memenuhi target dalam kurikulum. Pernyataan senada pula
seperti yang dikatakan oleh Arum, yakni: “Ada sebenernya,
88
Rahayu Retno Puji A, op.cit.
89 Hasil Wawancara dengan Arum Puspitarini, Peserta Didik Kelas XI-PM SMK Negeri
48 Jakarta, pada 31 Juli 2017.
68
pokoknya setiap pagi harus diwajibin banget minimal 15 menit
walaupun nantinya literasinya tidak ditulis minimal udah baca.
Cuma ya kadang-kadang gitu kalau tidak diingetin, kitanya juga
suka tidak ada kesadaran sendiri buat baca.”90
Peserta didik
belum responsif untuk bertindak lebih jauh ketika gurunya lupa
atau tidak merealisasikan program literasi. Kegiatan membaca
nampaknya belum menjadi pilihan utama bagi kebanyakan orang
dan sama halnya dalam hal ini ialah yang terjadi di sekolah.
Utamanya peserta didik yang menjadi subyek penerima
pendidikan dimana semestinya lebih akrab dengan aktivitas
membaca. Pernyataan yang diungkapkan oleh Aprilia: “Belum si,
kadang-kadang ada si yang males baca, paling kalau baca
pengetahuan atau novel itu males kan. Kalau jam literasi kadang-
kadang ada yang baca ada yang tidak, apalagi kalau sebelumnya
ada tugas terus belum selesai dan ngerjainnya di sekolah disaat
itu.”91
Dari ungkapan tersebut dapat diketahui bahwa pelaksanaan
kegiatan program literasi yang telah direalisasikan untuk
membentuk budaya membaca peserta didik, masih terganggu
fokusnya oleh tugas-tugas yang belum dikerjakan peserta didik.
3) Pengerjaan tugas yang instan
Persepsi peserta didik yang belum terbiasa dengan jadwal
pembelajaran yang padat, membuat fokus mereka dalam belajar
menjadi terpecah untuk membagi waktu dalam mengerjakan tugas-
tugas yang ada. Demikian Arlyn selaku peserta didik
mengungkapkan: “Yahh.. kalau budaya membaca mungkin tidak
ya, soalnya Kurikulum 2013 itu lebih ke presentasi-presentasi,
90
Ibid.
91 Aprilia Damayanti, op.cit.
69
jarang baca karena mungkin orang sudah males, soalnya sudah
presentasi terus baca lagi. Jadi mungkin dia sudah capek jadi
cuma copy paste copy paste, tapi mungkin kalo buat
ngerangkumnya, mungkin.92
Tugas yang mereka kerjakan kurang
maksimal dalam pengerjaannya disebabkan kondisi peserta didik
yang sudah lelah dengan banyaknya tugas yang harus mereka
kerjakan.
Disamping itu terdapat peserta didik masih berasumsi bahwa
mengerjakan tugas yang penting selesai dan hanya mengerti materi
yang diberi tugas itu saja. Ini terlihat sebagaimana ungkapan
Ridwan: “Tidak si, kadang banyak tugas yang diberikan guru
malah buat cuma fokus sama tugas itu, yang penting selesai dan
selebihnya kita cuma baca dan paham tugas itu."93
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa tugas
mata pelajaran yang diberikan di sekolah belum berpengaruh
banyak terhadap motivasi peserta didik untuk membaca. Peserta
didik hanya fokus dan mengerti pada tugas yang diberikan. Mereka
masih terbebani untuk menyelesaikan tugas tersebut agar lebih
cepat selesai, sebab masih ada tugas-tugas di mata pelajaran
lainnya. Belum lagi apabila peserta didik mempunyai kegiatan di
dalam organisasi sekolah ataupun ekstrakulikuler, yang menjadi
tanggung jawab mereka walaupun itu termasuk dalam kategori
yang tidak wajib untuk mendapatkan nilai bagus di dalam
kurikulum sekolah.
4) Penggunaan media teknologi informasi belum sepenuhnya
dimanfaatkan untuk belajar
92
Arlyn Fasinta, op.cit.
93 Hasil Wawancara dengan Muhammad Ridwan, Peserta Didik Kelas XI-PM SMK
Negeri 48 Jakarta, pada 31 Juli 2017.
70
Kemudahan yang diberikan oleh media teknologi informasi di
dalam proses pembelajaran pun juga memiliki dampak dapat
menghambat proses berlangsungnya budaya membaca.
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Bapak Surnadi:
“Peran teknologi dalam hal ini sangat mendukung sekali,
terutama dengan adanya internet yang siap dibuka untuk anak-
anak, namun juga ada sisi negatifnya, ketika waktu membaca
sudah selesai anak-anak terbiasa untuk membuka hal-hal yang
berkaitan dengan entertain mereka, sedangkan ilmu yang
didapatkannya dari membaca di internet paling sekitar 40-
50%.”94
Penggunaan media teknologi informasi di sekolah belum
mendominasi untuk mencari pengetahuan yang belum diketahui
oleh peserta didik. Teknologi tersebut masih cenderung digunakan
untuk bermain game atau untuk penggunaan media sosial.
demikian juga pernyataan oleh salah seorang peserta didik, yakni
Fandee menyatakan: “Belum. Karena ya, masih banyak yang...
kalau misalnya ada waktu luang ni ya, kadang saya sama sebelah
saya ni ya suka baca ya saya baca cuma sama dia. Kadang ada
yang main laptop, main game, main hp gitu kan. Paling pada baca
pas program literasi aja.”95
Demikian diketahui bahwa peserta didik masih mendominasi
penggunaan media tekonologi informasi dalam keseharian di
sekolah, namun penggunaan media tersebut ialah hanya sebagai
hiburan belaka yang tidak ada hubungannya dengan ilmu
pengetahuan.
3. Strategi Pembinaan Mutu Akademik
Pendidikan di sekolah harus memiliki urutan langkah atau
manajemen yang baik dan konsisten. Proses manajemen itu harus dimulai
94
Surnadi, op.cit., 27 Juli 2017.
95 Fandee Tsario, op.cit.
71
dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan
evaluasi pada tahap input, proses, dan output. Proses manajemen
berlangsung di setiap aspek ruang lingkup sekolah, mulai dari skala
terbesar hingga skala yang sangat kecil sekalipun. Dalam meningkatkan
mutu sekolah, terdapat sebuah manajemen mutu pemdidikan. Manajemen
mutu di dalamnya terdapat strategi untuk meningkatkan mutu.
Prinsipnya, untuk mengetahui sejauh mana mutu sekolah ialah
dapat dilihat melalui proses pendidikan di sekolah, prestasi dan hasil
belajar peserta didik. SMK Negeri 48 Jakarta mempunyai prinsip untuk
meningkatkan mutu sekolah, yaitu mempunyai komitmen serta
menerapkan budaya disiplin dan sopan santun. Ketiga prinsip tersebut
yang selalu dipegang oleh seluruh lapisan warga sekolah. Hal ini
sebagaimana yang disampaikan oleh Kepala Sekolah SMK Negeri 48
Jakarta, yakni Ibu Yayah:
“Prinsip-prinsip dalam peningkatan mutu pendidikan tentu saja
harus ialah harus mempunyai komitmen yang sama antara seluruh
warga sekolah, itu mempunyai komitmen yang sama untuk
kemajuan bersama. Yang kemudian itu juga menerapkan budaya,
banyak budaya sekolah yang harus selalu dibiasakan, mulai dari
hal disiplinnya, kemudian sopan santunnya atau tata krama di
sekolah, dan sebagainya terutama tata tertib yang harus dipatuhi
seluruh warga sekolah, itu yang menjadi prinsip di sekolah. Ketika
prinsip-prinsip tersebut sudah dilaksanakan maka sekolah akan
berjalan dengan baik”96
SMK Negeri 48 Jakarta membentuk tim kerja untuk mengatur
seluruh kegiatan pembelajaran di sekolah. Sebagaimana yang diungkapkan
oleh Ibu Yayah yakni:
“Prosedurnya yaitu yang pertama tentu saja kita membentuk tim,
tim yang akan mencapai suatu target. Ketika telah terbentuk tim,
tim itu membuat program-program kerja, artinya program-
program apa si yang dapat meningkatkan mutu sekolah. Misalnya
terdiri dari pokja-pokja, ada kegiatan praktek kerja industri nah
itu berarti ada orang yang mengelola itu, tujuannya agar praktek
96
Yayah Nur Aliyah, op.cit.
72
kerja industri dapat berjalan lancar sesuai dengan harapan.
Kemudian ada lagi pokja kurikulum, kita membahas tuh
bagaimana pelaksanaan kurikulum di sekolah agar terlaksana
dengan baik yang sesuai tuntutan kurikulum 2013 dan yang lain-
lainnya.”97
Dengan demikian sekolah mempunyai prosedur atau urutan kerja di dalam
mengatur kegiatan di sekolah. Sekolah telah membuat tim kerja atau divisi
kerja pendidik dan tenaga kependidikan untuk melaksanakan program
kegiatan yang telah dituliskan pada tahap perencanaan di awal setiap tahun
ajaran baru. Pada tahap perencanaan tersebut terdapat target-target yang
akan dicapai untuk suatu program kegiatan. Kemudian pada
pelaksanaannya tim kerja tersebutlah yang bertanggung jawab terhadap
setiap program yang telah dibuat.
Program yang dibuat sekolah salah satu yang paling utama ialah
proses pembelajaran, yang merupakan inti dari pendidikan di sekolah
tertentunya harus memiliki strategi agar target dalam pembelajaran
tercapai. Tidak hanya itu pembelajaran juga di strategikan agar mencapai
hasil yang maksimal atau suatu yang bermanfaat bagi peserta didik setelah
lulus dari sekolah. SMK Negeri 48 Jakarta mengupayakan agar
terbentuknya karakter yang positif bagi peserta didik. Salah satu
pendidikan karakter yang dilakukan ialah dengan cara menyrategikannya
menyatu dalam proses pembelajaran ketika di kelas. Sebagaimana yang
dikatakan oleh Ibu Murniyati:
“Strateginya kita mengajar tidak hanya mengajar mata pelajaran
saja, tetapi juga life skill ya pokoknya mengajarkan karakter atau
hal-hal yang baik. Karena kita sadar juga bahwa yang kita
butuhkan tidak cuma materi, tapi juga karakter dia dan
kemampuannya. Kadang-kadang ada anak yang sangat baik itu
yang mempunyai nilai yang plus. Jadi strateginya ialah
mengkombinasikan pelajaran dengan karakter yang baik.”98
97
Yayah Nur Aliyah, op.cit.
98 Murniyati Sulastri, op.cit.
73
Jadi selain kemampuan kognitif yang harus dimiliki peserta didik juga
harus mempunyai karakter yang baik, atau dalam kategori kemampuan
afektif yang baik. Peserta didik harus dapat menggunakan kemampuan
kognitif dan intelektualitasnya agar dapat bermanfaat bagi dirinya dan juga
orang lain. Sebab dengan karakter positif yang dimilikinya, ia akan
menggunakan kemampuan intelektualitasnya dengan sebaik-baiknya dan
bermanfaat bagi orang lain.
Salah satu strategi sekolah untuk peningkatan mutu ialah
pemanfaatan perpustakaan oleh peserta didik dengan sebaik-baiknya.
Peserta didik mau membaca dan meminjam buku di perpustkaan. Sebab
perpustakaan telah menyediakan buku-buku yang disesuaikan dengan
kebutuhan belajar peserta didik di sekolah. Namun peserta didik juga dapat
meminjam buku selain yang berkaitan dengan pelajarannya di sekolah,
karena di perpustakaan juga disediakan buku-buku non fiksi yang
ditujukan sebagai hiburan dan menarik minat mereka di dalam membaca.
Upaya yang dibuat oleh divisi kerja bidang perpustakaan ialah
mengharuskan setiap kelas untuk membaca di perpustakaan pada saat
minggu tenang sebelum ataupun setelah ujian tengah semester. Hal ini
diketahui berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Ibu
Masnida, yakni:
“Ada.. kalau habis ulangan umum, kan ada waktunya untuk class
meeting, terus siswa dianjurkan untuk membaca ke perpustakaan,
terus juga sebelum ulangan umum, menjelang terima raport. Kan
mereka banyak, jadi kita buat jadwalnya misalnya kelas seminggu
ini kelas X. Misalnya seminggu ini sesudah ulangan sudah tidak
belajar kan, ada yang remedial kan, jadi ibu suruh setiap jurusan
disuruh kesini.”99
Demikian perpustakaan mempunyai aktivitas yang lebih intensif dan
terukur dalam pembentukan budaya membaca peserta didik. Meskipun
waktu yang disediakan belum mendominasi selama pembelajaran selama
99
Masnida Ambarita, op.cit.
74
satu tahun di sekolah, tapi setidaknya ada upaya yang rutin sehingga
peserta didik akan menjadi terbiasa untuk membaca ke perpustakaan
selama ia sekolah disitu.
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa
strategi peningkatan mutu pendidikan di sekolah salah satunya melalui
peningkatan budaya membaca di kalangan peserta didik yakni upaya
memaksimalkan pemanfaatan perpustakaan sekolah. Langkah utama
sekolah dalam meningkatan mutu sekolah ialah membentuk tim kerja
sekolah yang berfokus pada masing-masing bidang program. Kemudian
pada proses pembelajaran harus diupayakan untuk membentuk karakter
positif peserta didik.
Prestasi merupakan salah satu indikator dalam mencapai mutu
pendidikan di sekolah. Sebab melalui prestasi sekolah yang baik, dapat
menarik minat dan kesan yang baik di masyarakat sehingga mau
menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut. Prestasi yang didapat bisa
berupa prestasi akademik maupun non akademik. SMK Negeri 48 Jakarta
telah memiliki sejarah panjang perihal prestasi yang diraihnya.
Diantaranya sekolah berhasil mencetak peserta didiknya meraih prestasi
lomba-lomba atau kompetisi serta sukses dalam peraihan nilai UN (Ujian
Nasional).
Dari hasil studi dokumentasi prestasi SMK Negeri 48 Jakarta
berhasil meraih berbagai juara di berbagai bidang lomba yang diikutinya.
Tidak hanya itu, sekolah berhasil mempertahankan juara untuk beberapa
bidang lomba baik tingkat Provinsi maupun Jabodetabek. Namun dalam
pembahasan ini hanya dimunculkan data prestasi yang erat kaitannya
dengan kegiatan membaca. Beberapa prestasi tersebut diantaranya ialah:
a. Juara I Lomba Debat Bahasa Indonesia tingkat Nasional pada tahun
2014
b. Juara Harapan I Secretary Lomba Kompetisi Siswa (LKS) SMK
tingkat Jakarta Timur pada tahun 2015
75
c. Juara I Bilingual Secretary Lomba Kompetisi Siswa (LKS) SMK
tingkat Jakarta Timur pada tahun 2016
d. Juara III Bilingual Secretary Lomba Kompetisi Siswa (LKS) SMK
tingkat Jakarta Timur pada tahun 2016
e. Juara Harapan II Cipta Baca Puisi Festival & Lomba Seni Siswa
Nasional (FLS2N) SMK pada tahun 2017.100
Peraihan prestasi dalam lomba-lomba menjadi bukti bahwa sekolah
mempunyai metode pembelajaran yang berhasil mencetak peserta didiknya
mempunyai kompetensi yang tinggi. Namun demikian dapat diketahui
pula bahwa peserta didik di sekolah ini mempunyai budaya membaca
dalam dirinya sehingga mereka mampu untuk belajar lebih banyak dan
memenangkan kompetisi yang diikutinya. Di sekolah pun mereka telah
dibiasakan dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat kompetitif, yakni
kegiatan lomba-lomba yang diadakan ketika acara peringatan hari-hari
tertentu atau hari besar. Ibu Rianti mengungkapkan:
“Biasanya kita kalau di sini kebetulan kalau bulan Agustus atau
Desember kita ada lomba debat, itu ada di kelas XI, jadi dari kelas
X kita sudah mencari bibit-bibit unggulan. Bagaimana cara
berbahasanya kemudian nilai-nilai akademiknya seperti apa,
terusnya pergaulannya seperti apa, kita bisa melihatnya dari
situ.”101
Demikian sekolah memiliki strategi untuk mencari peserta didik yang
mempunyai bakat-bakat unggulan yang mampu berkompetisi membawa
harum nama sekolah. Dipilihnya bakat unggulan sejak jenjang kelas awal
dapat mempercepat dalam melatih peserta didik agar lebih terarah dan siap
dalam berkompetisi.
Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Bapak Surnadi, yakni:
“Semua kegiatan yang berbau bahasa diikutkan untuk mendukung
atau mengembangkan bakat anak-anak. Bahkan di sekolah sendiri
pun sering diadakan perlombaan dalam menumbuh kembangkan
100
Diolah dari dokumen Data Prestasi SMK Negeri 48 Jakarta.
101 Rianti Nofia, op.cit.
76
bakat anak. Lomba puisi, lomba cerpen, lomba membaca undang-
undang, kemudian menemukan informasi-informasi yang baru,
itu... banyak sekali yang dikembangkan dalam membaca.” 102
Lomba-lomba yang diadakan sekolah ditujukan dalam mempersiapkan
peserta didiknya untuk mempunyai kompetensi. Hal demikian pun dapat
membiasakan peserta didiknya untuk tampil unggul dalam menampilkan
kemampuannya, dan menjadi motivasi tersendiri bagi mereka untuk terus
melatih diri dan melakukan yang terbaik. Khususnya pada bidang bahasa
yang merupakan modal utama mereka untuk mencapai prestasi, karena
mampu mengomunikasikan dengan baik pengetahuan mereka. Tidak
hanya itu, lomba-lomba yang diadakan sekolah juga bertujuan untuk
mengembangkan bakat yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Sebab
setiap peserta didik mempunyai bakatnya masing-masing dan bakat
tersebut harus terus diasah agar setiap anak dapat menemukan jalan
kesuksesannya masing-masing. Mereka dapat mengenali diri pribadi
sendiri dan menjadi pribadi yang percaya diri serta optimis.
Peserta didik yang telah terpilih untuk mengikuti lomba-lomba atau
kompetisi kemudian dipersiapkan untuk diberikan pelatihan dan mengasah
kemampuannya, agar ketika berkompetisi mereka lebih siap dan percaya
diri. Sebagaimana halnya dalam kompetisi Bahasa Inggris, Ibu Murniyati
menjelaskan:
“Kalau lomba-lomba Bahasa Inggris kan seperti lomba debat,
menulis essay, jadi yang pertama kami persiapkan adalah melatih
anak untuk bisa berbicara dan mempunyai respon dengan cepat.
Karena kalau kita debat, kita dikasih problem sama lawan terus
kita bisa kasih dia umpan balik, dia bisa merespon dengan baik dan
cepat. Kemudian kalau essay, harus menguasai topik yang
diberikan. Caranya dengan melatih anak dengan berbagai topik
bacaan, kemudian dia baca dan dia rangkum dengan kata-katanya
sendiri, seperti itu ya kalau Bahasa Inggris.”103
102
Surnadi, op.cit., 27 Juli 2017.
103 Murniyati Sulastri, op.cit.
77
Dalam hal ini, pendidik mempersiapkan peserta didik yang akan mengikuti
kompetisi ialah dengan melatih mereka untuk terbiasa membaca dan
memahami isi bacaan, kemudian mereka dapat responsif sesuai dengan
pokok permasalahan dalam lomba. Mereka juga harus tertata dalam
berkomunikasi sehingga jelas dan tegas dalam menyampaikan informasi
atau pengetahuan yang diketahuinya.
Tidak hanya itu, sekolah juga menyiapkan tutor atau pengajar
tambahan dari luar sebagai salah satu upaya untuk mempersiapkan peserta
didik yang akan mengikuti kompetisi. Tutor pengajar tersebut berasal dari
instansi swasta atau perusahaan yang telah menjalin kerjasama dengan
sekolah. Hal ini diketahui sebagaimana yang dinyatakan oleh Ibu Yayah:
“Dalam peningkatan mutu diantaranya ialah dengan kegiatan-
kegiatan pelatihan untuk guru. Kemudian siswa diberikan
pendalaman materi, kemudian sering mengikuti kegiatan lomba-
lomba, diantaranya dengan meraih juara-juara baik di tingkat
DKI ataupun tingkat nasional. Itu juga merupakan lambang mutu
dari sekolah, sebab banyak siswa yang mempunyai prestasi.
Upayanya selain gurunya yang mengajar, ada juga narasumber
atau guru tamu lah, guru yang mengedrill anak-anak untuk
persiapan lomba,itu biasanya dari instansi atau perusahaan
swasta, yang kalau misalnya dari gurunya kurang, bisa ada
tambahan dari guru tersebut.”104
Upaya ini dilakukan untuk terus meningkatkan mutu sekolah agar lebih
baik lagi. Utamanya pendidik ialah sebagai fasilitator sekaligus
pembimbing dalam pembelajaran di sekolah. Pendidik juga harus terus
belajar dan diberikan pelatihan dalam mengajar dan juga mengembangkan
pengetahuan terutama di bidang ilmu yang ia ajarkan. Terlepas dari itu,
peserta didik yang akan mengikuti lomba atau kompetisi juga harus
diberikan pelatihan yang terbaik dan maksimal. Jika pendidik di sekolah
dirasa belum cukup untuk melatih peserta didik yang akan mengikuti
lomba, maka perlu ditambahkan tutor pengajar dari luar sekolah.
104
Yayah Nur Aliyah, op.cit.
78
Prestasi yang didapatkan melalui lomba-lomba atau kompetisi
merupakan bentuk peningkatan mutu yang dilakukan selama peserta didik
melaksanakan proses pendidikan di sekolah. Kemudian hasil dari
pendidikan itu dapat dilihat melalui nilai-nilai yang di dapatkan peserta
didik diakhir atau ketika mereka dinyatakan lulus dari sekolah. Hasil
penilaian yang didapatkan peserta didik SMK Negeri 48 Jakarta ialah
cukup bagus dan memuaskan. Berikut adalah perolehan nilai rata-rata
Ujian Nasional dalam waktu empat tahun terakhir.
Tabel 4.5 : Hasil Rata-rata Nilai Ujian Nasional Tahun 2013/2014-
2016/2017
Rata-Rata
Nilai UN
Bahasa
Indonesia
Bahasa
Inggris
Mate-
matika
Kom-
petensi
Jumlah
Nilai
2013/2014 87,40 78,50 86,60 89,70 342,20
2014/2015 84,94 80,01 85,81 87,45 338,21
2015/2016 80,57 78,51 78,46 84,81 322,35
2016/2017 82,21 68,15 73,89 85,04 309,29 Sumber: Dokumen Laporan Hasil Sekolah Ujian; Nasional SMK Negeri 48 Jakarta
Tahun 2013/2014 sampai dengan 2016/2017
Melalui data tersebut dapat diketahui bahwa SMK Negeri 48
Jakarta telah memperoleh hasil Ujian Nasional yang baik. Terutama hasil
perolehan di bidang mata pelajaran Bahasa Indonesia dan kompetensi
keahlian yang cenderung signifikan. Tetapi perolehan nilai rata-rata
cenderung menurun selama 4 tahun terakhir, yakni di bidang mata
pelajaran Bahasa Inggris dan Matematika. Namun demikian hasil nilai
rata-rata ujian nasional tersebut tidak mewakilkan bahwa semua nilai
peserta didik sama dengan nilai rata-rata tersebut.
Sebagai salah satu bukti ialah perolehan nilai UN tahun 2016/2017.
Perolehan nilai UN tahun 2016/2017 pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia dengan nilai tertinggi ialah nilai 96,0 dan terendah dengan nilai
54,0. Mata Pelajaran Bahasa Inggris nilai tertinggi yang diraih yakni 96,0
dan terendah 28,0. Mata pelajaran Matematika meraih nilai tertinggi 100
79
dan terendah 17,5. Mata Pelajaran Kompetensi dengan nilai tertinggi 92,8
dan terendah 69,0.105
Demikian pula dapat diidentifikasi bahwa dua mata pelajaran yakni
Bahasa Indonesia dan Kompetensi Keahlian merupakan pelajaran yang
menuntut peserta didik untuk lebih banyak membaca dan memahami
berbagai aspek materi pembahasan yang sebagian besar berupa teks
bacaan. Sekalipun kompetensi keahliah akuntansi yang erat kaitannya
dengan angka-angka atau perhitungan, harus mengetahui dasar-dasar
materi pembahasan atau konsep materi yang kemudian berhubungan
dengan analisis dalam perhitungan itu sendiri. Sedikit berbeda dengan
mata pelajaran Bahasa Inggris dan matematika yang menuntut peserta
didik untuk mengetahui dan menghafal terlebih dulu setiap kosa kata
dalam Bahasa Inggris dan rumus-rumus perhitungan dalam mata pelajaran
matematika. Jadi sekalipun mereka banyak membaca di dalam mata
pelajaran Bahasa Inggris dan matematika, tetapi mereka juga harus lebih
dulu paham setiap kata dan konsep pada setiap materi pembahasan.
Namun bukan tidak mungkin dengan seringnya melakukan kegiatan
membaca, mereka sedikit demi sedikit akan tahu dan paham setiap
konsepnya.
Namun yang tidak kalah penting ialah input/masukan yang akan
menjadi peserta didik di sekolah harus dipilih melalui proses seleksi. Jika
input peserta didik yang diterima mempunyai kualitas yang baik atau
dengan kata lain melalui proses seleksi, maka akan memudahkan dalam
proses pendidikan dalam mencetak bakat-bakat unggulan di sekolah.
Sebagaimana ungkapan dari Ibu Retno, yakni “Terbentuknya untuk
meningkatkan mutu, banyak faktor ya, mulai dari siswanya, apa namanya,
untuk menyeleksi yang akan masuk, setelah itu bisa meningkatkan mutu,
jika mendapat anak yang berkemampuan dasarnya memang sudah bagus,
105
Diolah dari Dokumen Laporan Hasil Sekolah Ujian Nasional SMK Negeri 48 Jakarta,
Tahun 2016/2017, h. 1. Dokumen tidak dipublikasikan.
80
jadi tidak terlalu sulit itu.”106
Sekolah hanya tinggal mempersiapkan
strategi-strategi untuk mengasah kemampuan peserta didik yang sudah
bagus. Meskipun bukan tidak mungkin selama proses pendidikan di
sekolah terdapat kendala atau hambatan, dan sekolah juga harus
mempersiapkan strategi untuk menghadapi kendala tersebut.
Prestasi yang di dapatkan oleh peserta didik tentunya didapat
melalui proses belajar yang tekun dan giat. Proses belajar harus erat
kaitannya dengan aktivitas membaca, dimana untuk mengetahui semua
bidang ilmu yang akan di kompetisikan mereka harus membaca dan
berlatih dengan tekun dan giat. Peserta didik harus memahami setiap
materi pembahasan untuk mengikuti lomba, dan tidak hanya itu mereka
juga harus berkesinambungan untuk terus membaca materi tersebut.
Dengan demikian artinya peserta didik harus mempunyai komitmen,
menerapkan kedisiplinan serta santun di dalam belajar. Sebab dengan
begitu mereka akan menjadi lebih siap dan tangguh untuk menghadapi
kompetisi. Ketika kesiapan telah dimiliki maka mereka akan mempunyai
rasa percaya diri dan siap menerima kemenangan atau kekalahan dalam
berkompetisi.
Untuk meningkatkan prestasi tidak hanya dari sisi peserta didik,
namun juga dari sisi pendidik. Sekolah harus memberi kesempatan bagi
pendidik untuk mengembangkan diri melalui pelatihan-pelatihan. Dalam
hal ini, kepala sekolah lah yang harus bisa mengelola agar pelatihan untuk
pendidik dapat berlangsung dengan baik, sebab salah satu fungsi kepala
sekolah ialah sebagai mentor sekaligus koordinator. Demikian semestinya
agar tugas kepala sekolah dapat berjalan dengan baik, karena diantara
tugas kepala sekolah ialah:
1) Menyusun program kerja sekolah
2) Menyusun rencana strategis pengembangan sekolah
3) Mengarahkan dan memotivasi guru/karyawan
4) Mengoordinasikan kegiatan dan pembagian tugas guru/karyawan
106
Murniyati Sulastri, op.cit.
81
5) Mengendalikan pelaksanaan program melalui kegiatan mentoring
dan evaluasi
6) Melaporkan keterlaksanaan program Penerimaan Siswa Baru, Ujian
Nasional serta laporan Triwulan kepada Kepala Dinas melalui
Kepala Suku Dinas Kotamadya.107
Melalui tugas yang ada kepala sekolah dapat terus melakukan perbaikan
mutu terhadap sekolah yang dibuktikan dengan adanya prestasi-prestasi di
berbagai bidang dan ruang lingkup sekolah. Kemudian tidak kalah penting
ialah pengawasan, kepala sekolah harus terus melakukan pengawasan dan
menjalankan fungsinya sebagai supervisor sekolah.
Kepala sekolah mempunyai fungsi sebagai motivator yaitu
memotivasi warga sekolah untuk terus semangat dan bekerja keras serta
melakukan yang terbaik. Salah satu motivasi yang harus kepala sekolah
berikan ialah sebagaimana ungkapan Ibu Yayah:
“........ Kalau sekolah negeri itu kan ada target-target yang harus
dipenuhi oleh sekolah sehingga dia akan mendapatkan
penghargaan, artinya penghargaan berkaitan dengan tunjangan
kinerja daerah dari pimpinan. Ketika sekolah itu mempunyai
prestasi maka tunjangan kinerjanya akan mengikuti dari hasil
prestasinya, ketika sekolah melakukan suatu pelanggaran misalnya
ada tawuran, itu imbasnya pun ada. Jadi kebijakan dari
pemerintah itu juga sangat mempengaruhi kinerja kita. Manakala
kita ingin bahwa tidak mempengaruhi tunjangan ya, apakah kita
akan berusaha semaksimal mungkin membuat sekolah kita menjadi
bagus.”108
Motivasi berupa reward merupakan salah satu yang paling tepat diberikan
kepada warga sekolah terutama pendidik. Sebab pendidik adalah pelaksana
utama dalam pendidikan, tanpa pendidik sekolah tidak akan pernah bisa
diberlangsungkan. Sekolah juga akan mendapatkan reward dari
pemerintah apabila mempunyai prestasi yang unggul.
Pemerintah juga berperan dalam peningkatan pendidikan agar lebih
baik dan lebih baik lagi. Selain dengan memberikan reward atau
107
Dokumen Pedoman Mutu SMK Negeri 48 Jakarta, dokumen tidak dipublikasikan.
108 Yayah Nur Aliyah, op.cit.
82
penghargaan, pemerintah juga berperan dalam memberikan evaluasi dan
perbaikan. Diantara evaluasi dan perbaikan yang dilakukan oleh
pemerintah ialah salah satunya sebagai berikut:
“Peran pemerintah adalah selalu memberikan ujian-ujian untuk
pemetaan anak-anak, artinya pemerintah memberikan ujian seperti
TKM (Tes Kendali Mutu) maka nilai itu dibutukan untuk pemetaan
anak-anak dan ketika anak-anak prestasinya menurun maka akan
menugaskan untuk memberikan evaluasi untuk meningkatkan
prestasi anaknya, seperti workshop, beasiswa atau program-
program yang disediakan untuk menunjang ketika ia bekerja, tes
TOIEC dan sebagainya, itu dari pemerintah.”109
Pemerintah mempunyai upaya tersendiri untuk mengetahui peserta didik
yang mempunyai prestasi dan kemampuan yang unggul. Upaya-upaya
tersebut diantaranya ialah berupa tes atau ujian, pelatihan dan wokrshop,
serta beasiswa. Melalui upaya tersebut akan memudahkan pemerintah
dalam mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan pendidikan di
sekolah-sekolah. Hal ini merupakan keuntungan bagi sekolah-sekolah
unggulan karena mempunyai kesempatan untuk terus mengembangkan
kemampuan peserta didiknya untuk lebih baik lagi dan mencapai prestasi
yang lebih baik.
C. Temuan Hasil Penelitian
Berdasarkan deskripsi data dan analisis data penelitian yang
dilakukan, dapat diketahui bahwa keterkaitan antara budaya membaca
dalam peningkatan mutu pendidikan di SMK Negeri 48 Jakarta ialah
sebagai berikut:
1. Program membaca 15 menit di luar jam pelajaran merupakan bentuk
upaya dalam meningkatkan budaya membaca yang rendah. Kemudian
SMK Negeri 48 Jakarta memiliki upaya tersendiri di dalam mengukur
pelaksanaan program tersebut apakah berjalan efektif atau tidak.
109
Surnadi, op.cit., 9 Juni 2017.
83
Upaya yang dilakukan ialah dengan menginstruksikan kepada peserta
didik untuk membuat ringkasan dari buku yang telah mereka baca.
2. Hambatan-hambatan dalam penerapan budaya membaca ialah
banyaknya tugas-tugas dalam mata pelajaran, jam program literasi
yang sering terlewatkan, pengerjaan tugas yang instan, dan
penggunaan media teknologi informasi belum sepenuhnya
dimanfaatkan untuk belajar.
3. Bentuk-bentuk peningkatan mutu pendidikan di sekolah salah satunya
melalui peningkatan budaya membaca di kalangan peserta didik
dengan memegang prinsip komitmen dan disiplin, serta berupaya
memaksimalkan pemanfaatan perpustakaan sekolah. Langkah utama
sekolah dalam meningkatan mutu sekolah ialah membentuk tim kerja
sekolah yang berfokus pada masing-masing bidang program.
Kemudian pada proses pembelajaran harus diupayakan untuk
membentuk karakter positif peserta didik.
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan-temuan mengenai penerapan budaya membaca
dalam mutu akademik di SMK Negeri 48 Jakarta, dapat ditarik kesimpulan:
1. Budaya membaca di SMK Negeri 48 Jakarta terbentuk melalui program
membaca selama 15 menit yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik
di tiap-tiap kelas, penugasan yang diberikan pendidik di dalam
pembelajaran telah menuntut peserta didik untuk lebih banyak serta
adanya kebiasaan dalam penggunaan media teknologi informasi untuk
membaca.
2. SMK Negeri 48 Jakarta mampu membina mutu akademik di sekolah. Hal
ini dibuktikan sekolah dalam kurun empat tahun terakhir telah mencapai
hasil ujian akhir dengan sangat baik dan mencapai nilai lebih dari kriteria
ketuntasan minimum. Selain itu sekolah telah memegang prinsip
komitmen dan disiplin terutama di kalangan peserta didik, serta berupaya
memaksimalkan pemanfaatan perpustakaan sekolah. Kemudian sekolah
membentuk tim kerja sekolah yang berfokus pada masing-masing bidang
program. Serta pada proses pembelajaran diupayakan untuk membentuk
karakter positif peserta didik. Namun terdapat hambatan-hambatan dalam
pelaksanaannya, yakni banyaknya tugas-tugas dalam mata pelajaran, jam
program literasi yang sering terlewatkan, pengerjaan tugas yang instan,
dan penggunaan media teknologi informasi belum sepenuhnya
dimanfaatkan untuk belajar.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diberikan saran sebagai
berikut:
1. Pada pelaksanaan program literasi sebaiknya dilaksanakan untuk lebih
disiplin dan konsisten, yakni melalui kedisiplinan dan konsistensi pendidik
85
untuk mengajak anak membaca pada waktu program literasi berlangsung
atau pada jam lain terkait mata pelajaran yang diajarkan.
2. Pendidik lebih responsif terhadap peserta didik di dalam pembelajaran atau
ketika memberi penugasan. Pendidik mengetahui sejauhmana pemahaman
peserta didik terhadap tugas yang telah diberikan. Sebaiknya pendidik
membuat strategi untuk mengonstruksi minat membaca dan belajar peserta
didik melalui media teknologi informasi. Yakni membaca jurnal-jurnal
online ataupun membuat mindmap dalam balajar.
3. Peran orang tua dalam menumbuhkan budaya membaca dalam anak
sangatlah penting. Oleh sebab itu orang tua sebaiknya turut mendukung
serta mengontrol anaknya untuk banyak membaca. Salah satu caranya
ialah orang tua turut menerapkan budaya membaca di rumah dan atau
menyediakan buku-buku bacaan di rumah.
86
DAFTAR PUSTAKA
Adler, Mortimer J. & Charles Van Doren. How To Read A Book: Cara Jitu
Mencapai Puncak Tujuan Membaca. Terj. oleh A. Santoso & Ajeng AP.
How To Read A Book: The Classical Guide to Intellegent Reading.
(Jakarta: Indonesia Publishing, 2007).
Arcaro, Jarome S.. Quality in Education: An Implementation Handbook. Terj.
Oleh Yosal Iriantara. Pendidikan Berbasis Mutu : Prinsip-Prinsip
Perumusan Dan Tata Langkah Penerapan. (Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2007)., Cet. IV.
Baedowi, Ahmad dkk. Manajemen Sekolah Efektif. (Tangerang Selatan: Pustaka
Alvabert, 2015).
Departemen Agama RI. Al-Quran Tajwid & Terjemah. (Bandung: Diponegoro,
2010).
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Petunjuk Pelaksanaan
Penjaminan Mutu Pendidikan oleh Satuan Pendidikan. (Jakarta:
Kemendikbud, 2016). di unduh pada tanggal 1 Mei 2017 dari:
http;//pmp.dikdasmen.kemendikbud.go.id.
Fahrurrozi. Pengembangan Budaya Membaca Peserta didik Madrasah Ibtidaiyah
di Kota Semarang. Jurnal DIMAS UIN Walisongo. Vol. 15 No.2. 2015.
Fattah, Nanang. Landasan Manajemen Pendidikan. (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009).
Hamalik, Oemar. Kurikulum dan pembelajaran. (Jakarta: Bumi Aksara, 2014).
Hapsari, Melati Indri. Kajian Manajemen Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di
Kabupaten Semarang, Jurnal Akrab, Vol. VII Ed. 1, 2016.
Hawi, Akmal. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2013).
Helmi, Masdar. Dakwah dalam Alam Pembangunan I. (Semarang: Toha Putra,
2008).
87
Hidayat, Bahrul & Suhendra Yusuf. Benchmark Internasional Mutu Pendidikan.
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011). Cet. 2.
Kamalova, Lera A. & Natal’ya D. Koletvinova. The Problem of Reading and
Reading Culture Improvement of Students-Bachelors of Elementary
Education in Modern High Institution, International Journal of
Environmental & Science Education. 2016.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
(Jakarta: Balai Pustaka, 2009). Cet. V.
Ma’mur, Ilzamudin. Membangun Budaya Literasi Meretas Komunikasi Global.
(Banten: IAIN Suhada Press, 2010).
Mulyasana, Dedy. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011).
Muniroh, Alimul. Academic Engagement: Penerapan Model Problem-Based
Learning di Madrasah. (Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara, 2015).
Noerharijanti, Dwi Ari., Im Sodiawati & Yetty Widya KS. Program Kreatif Ayo
Membaca, Menumbuhkan Minat Baca Melalui Strategi Spiral Habits.
Jurnal Akrab. Vol. VII Ed.1. 2016.
NS, Sutarno. Perpustakaan dan Masyarakat. (Jakarta: Sagung Seto, 2006).
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Memaknai Hakikat Minat Baca untuk
Tujuan Praktis. Vol.13 No. 3, 2011. diunduh dari:
http://www.pnri.go.id/magazine/memaknai-hakikat-minat-baca-untuk-
tujuan-praktis/, pada 20 Maret 2017.
Presiden Jokowi Dodo. Budaya Bangsa untuk Kemajuan Bangsa,
http://presidenri.go.id/perempuan-dan-anak/budaya-membaca-untuk-
kemajuan-bangsa.html, 15 Maret 2017.
Rohanda. Budaya Baca Remaja. (Bandung: UNPAD Press, 2010).
Rohiat. Manajemen Sekolah: Teori Dasar dan Praktik. (Bandung: Refika
Aditama, 2008).
Sallis, Edward. Total Quality Management In Education. Terj. Oleh Ahmad Ali
Riyadi & Fahrurrozi. Manajemen Mutu Pendidikan. (Yogyakarta:
IRCiSoD, 2012).
88
Shihab, M. Quraish. Makna, Tujuan dan Pelajaran dari Surah-Surah Al-Quran.
(Ciputat: Lentera Hati, 2012).
Subagyo, P. Ari Internet. Budaya Baca Baru dan Tantangan Bagi Perpustakaan.
Jurnal Info Persada. Vol.5. 2007.
Sugihartati, Rahma. Membaca, Gaya Hidup dan Kapitalisme. (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2010).
Suherman. Mereka Besar karena Membaca. (Bandung: Literate Publishing,
2012).
Sukmadinata, Nana Syaodih. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi.
(Bandung: Refika Aditama, 2012).
Supriyanto, dkk. Aksentuasi Perpustakaan dan Pustakawan. (Jakarta: Sagung
Seto, 2006).
Tanzeh, Ahmad. Pengantar Metode Penelitian. (Yogyakarta: Teras, 2009).
Umar, Jahja. Penilaian dan Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia.
(Tangerang Selatan: UIN Jakarta PRESS, 2011).
Umar, Touku. Perpustakaan Sekolah dalam Menanamkan Budaya Membaca.
Khazanah Al-Hikmah UIN Alauddin Makassar. Vol.1 No. 2, 2013, h.127.
diunduh darihttp://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/khizanah-al-
ikmah/article/view/32, pada 23 maret 2017.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Bab I pasal 3.
Zamroni. Manajemen Pendidikan Suatu Usaha Meningkatkan Mutu Sekolah.
(Jakarta: Ombak, 2013). .
93
Lampiran 4
Transkip Hasil Wawancara
Nama : Yayah Nur Aliyah, S.Pd.
Jabatan : Kepala Sekolah
Tempat Wawancara : Ruang Kepala Sekolah
Hari/Tanggal : Selasa, 22 Agustus 2017
Peneliti : Sejauhmana kondisi budaya membaca yang terdapat di sekolah
ini?
Informan : Kalau kondisi budaya membaca, itu sebenarnya anak-anak sudah
terbiasa membaca. Hanya memang berbeda dari segi cara,
karena sekarang era digital, mereka juga cenderung
membacanya informasi-informasi melalui gadjet. Karena ketika
saya masuk ke kelas-kelas, beberapa sudah mempunyai, artinya
mengikuti aplikasi disitu ada wattpad atau apa dan sebagainya
itu, jadi kami menghimbau untuk membaca, nah bahwa mereka
sudah mengikuti yang seperti itu. Jadi menurut saya itu budaya
membaca memang sudah ada, namun tidak begitu terlihat oleh
guru khususnya karena mereka tidak membaca buku tapi melihat
di hp. Jadi di mata guru tidak begitu terlihat sedang membaca,
tapi kalau kita lihat sebenarnya mereka sedang baca novel atau
cerpen-cerpen itu banyak di media-media, bukan hanya wattpad
ya tapi yang saya tahu memang itu, tapi juga ada beberapa yang
mereka sering ikuti.
Peneliti : Apa sekolah mempunyai program tersendiri untuk menumbuhkan
budaya membaca?
Informan : Kalau program tentu saja ada. Artinya gini, setiap awal masuk,
biasanya urutannya misalnya sambil menunggu itu mereka ada
kewajiban membaca. Tempo hari memang ada program, kita
94
harus buat laporan, nanti dikumpulkan laporan itu, misalnya apa
yang dia baca, judul bukunya apa, halaman berapa sampai
berapa, inti sarinya apa. Nah itu nanti harus diketahui
khususnya oleh wali kelas, laporannya kayak laporan harian ya.
Tapi saya belum mengecek langsung apakah memang sudah
berjalan atau belum gitu. Rencanya si memang waktu itu kita
punya program seperti itu, khususnya dengan guru Bahasa
Indonesia. Program itu sudah di rencanakan sejak semester lalu.
Peneliti : Menurut Ibu apa tujuan dari adanya budaya membaca?
Informan : Tujuan membaca pertama tentu saja menambah wawasan,
artinya dengan banyak membaca mereka akan terbuka
wawasannya. Kemudian yang kedua juga, dengan pendekatan
membaca mereka akan cenderung menyenangi belajar gitu,
karena dengan hobinya membaca dengan pelajaran pun mereka
akan cenderung belajar dan mereka mau untuk membaca.
Peneliti : Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi budaya membaca?
Informan : Faktor-faktor yang mempengaruhi, yang pertama itu dari guru.
Guru sering memberikan tugas yang ada membacanya, mungkin
itu akan memacu anak mau tidak mau dia harus membaca.
Artinya setiap guru harusnya menugaskan membaca, misalnya
dari halaman sekian sampai sekian nanti ditanya, nah itu
mungkin ada pleasure ke anak untuk dia membaca. Kemudian
yang kedua faktor-faktor lainnya tentunya adalah fasilitas, ketika
ada fasilitas misalnya bukunya, atau media-media lainnya yang
bisa digunakan oleh anak-anak tentu saja minat baca juga akan
semakin meningkat.
Peneliti : Sejauhmana kurikulum 2013 mengatur tentang budaya
membaca?
Informan : Kurikulum 2013 tentu itu ada programnya yang sedang di
gembar-gemborkan tentang literasi, gerakan literasi sekolah.
Jadi setiap sekolah harus mempunyai program literasi. Malah
95
beberapa sekolah-sekolah tentu saja harus menentukan target.
Misalnya dalam satu bulan mempunya satu buku kumpulan dari
karya anak-anak. Dengan adanya gerakan literasi tersebut
diharapkan anak-anak mempunyai semangat, dengan membaca
anak-anak semangat dan bukti nyata kalau membacanya sudah
terlaksana, tinggal hasil karyanya, jadi ada kaitannya dengan
kurikulum 2013 menciptakan siswa-siswi yang mampu untuk
mencipta, nah salah satunya itu.
Peneliti : Bagaimana pemahaman Ibu tentang prinsip-prinsip peningkatan
mutu pendidikan di sekolah?
Informan : Prinsip-prinsip dalam peningkatan mutu pendidikan tentu saja
ialah harus mempunyai komitmen yang sama antara seluruh
warga sekolah, itu mempunyai komitmen yang sama untuk
kemajuan bersama. Yang kemudian itu juga menerapkan budaya,
banyak budaya sekolah yang harus selalu dibiasakan, mulai dari
hal disiplinnya, kemudian sopan santunnya, tata krama di
sekolah, dan sebagainya terutama tata tertib yang harus dipatuhi
seluruh warga sekolah, itu yang menjadi prinsip di sekolah.
Ketika prinsip-prinsip tersebut sudah dilaksanakan Insya Allah
sekolah akan berjalan dengan baik
Peneliti : Apa tujuan utama peningkatan mutu pendidikan di sekolah?
Informan : Tujuan utamanya peningkatan mutu, ya tentu saja tercapainya
keberhasilan. Misalnya kita berupaya untuk meningkatkan mutu
pembelajaran, diharapkan hasilnya juga pembelajaran akan
semakin membaik oleh hasil yang baik bagi anak-anak, seperti
itu.
Peneliti : Apa saja ruang lingkup peningkatan mutu pendidikan di sekolah?
Informan : Ruang lingkup peningkatan mutu adalah kita selalu mengadakan
pelatihan-pelatihan, mengadakan lomba-lomba, baik pelatihan
kepada siswa atau pelatihan untuk guru, untuk meningkatkan
prestasi itu, kemudian kita tidak alergi dengan informasi-
96
informasi yang nuansanya baru karena dengan informasi-
informasi itu kita dapat menerapkannya kepada peserta didik.
Peneliti : Menurut Ibu bagaimana prosedur dalam peningkatan mutu di
sekolah?
Informan : Prosedurnya yaitu yang pertama tentu saja kita membentuk tim,
tim yang akan mencapai suatu target. Ketika telah terbentuk tim,
tim itu membuat program-program kerja, artinya program-
program apa si yang bertujuan meningkatkan mutu sekolah.
Misalnya terdiri dari pokja-pokja, ada misalnya kegiatan praktek
kerja industri nah itu berarti ada orang yang mengelola itu,
tujuannya agar praktek kerja industri dapat berjalan lancar
sesuai dengan harapan. Kemudian ada lagi pokja kurikulum, kita
membahas tuh bagaimana pelaksanaan kurikulum di sekolah
agar terlaksana dengan baik yang sesuai tuntutan kurikulum
2013 dan yang lain-lainnya.
Peneliti : Apakah sekolah mempunyai strategi dalam peningkatan mutu
sekolah?
Informan : Dalam peningkatan mutu diantaranya ialah dengan kegiatan-
kegiatan pelatihan untuk guru. Kemudian siswa diberikan
pendalaman materi, kemudian sering mengikuti kegiatan lomba-
lomba, diantaranya dengan meraih juara-juara baik di tingkat
DKI ataupun tingkat nasional. Itu juga merupakan lambang
mutu dari sekolah, sebab banyak siswa yang mempunyai
prestasi. Upayanya selain gurunya yang mengajar, ada juga
narasumber atau guru tamu lah, guru yang mengedrill anak-
anak untuk persiapan lomba, itu biasanya dari instansi atau
perusahaan swasta, yang kalau misalnya dari gurunya kurang,
bisa ada tambahan dari guru tersebut.
Peneliti : Apa fungsi kebijakan pusat dalam peningkatan mutu pendidikan
di sekolah?
97
Informan : Fungsi kebijakan pusat, tentunya sangat berfungsi apalagi kita
sekolah negeri tentunya mempunyai target. Kalau sekolah negeri
itu kan ada target-target yang harus dipenuhi oleh sekolah
sehingga dia akan mendapatkan penghargaan, artinya
penghargaan berkaitan dengan tunjangan kinerja daerah dari
pimpinan. Ketika sekolah itu mempunyai prestasi maka
tunjangan kinerjanya akan mengikuti dari hasil prestasinya,
ketika sekolah melakukan suatu pelanggaran misalnya ada
tawuran, itu imbasnya pun ada. Jadi kebijakan dari pemerintah
itu juga sangat mempengaruhi kinerja kita. Manakala kita ingin
bahwa tidak mempengaruhi tunjangan ya, apakah kita akan
berusaha semaksimal mungkin membuat sekolah kita menjadi
bagus.
Peneliti : Apa fungsi visi dan misi dalam peningkatan mutu pendidikan di
sekolah?
Informan : Fungsinya tentunya memberi motivasi, misalnya visi dari SMK
Negeri 48 mempunyai visi “Mulia dalam Karakter, Unggul
dalam Prestasi” nah itukan motivasi anak, ayo tunjukkan kita
punya visi ini nih, berarti bagaimana caranya kemudian
dilanjutkan dengan misi, misinya ada beberapa kegiatan kan
yang harus dipenuhi dari tenaga pendidiknya harus memenuhi
dari sertifikasi, kompeten, anak-anaknya juga harus kompeten,
itu kan juga menunjang gitu, dengan adanya visi kita mempunyai
tujuan tuh, akan semakin terarah tuh arahnya mau kemana kita
akan membawa pendidikan.
Peneliti : Apa program budaya membaca merupakan intruksi dari
pemerintah?
Informan : Intruksi dari pemerintah tentu saja ada, kalau tidak salah di
selipkan dalam kurikulum yang baru, ada program literasi. Jadi
setiap sekolah harus bisa menerjemahkan program itu. Kalau
standarnya, sebelum mulai belajar ada kegiatan membaca
98
selama sekian menit lah, kemudian dilanjutkan dengan
menyanyikan lagu wajib Indonesia Raya. Nah itu dikurikulum
sudah ada, tapi untuk mengetahui anak membaca Sekolah 48
mempunyai program dengan adanya laporan, setiap anak baca
judul bukunya apa, halaman berapa, inti sarinya apa nah
ditandatangani guru. Kadang juga diadakan lomba-lomba,
misalnya seperti 17 Agustus kemarin ada lomba membuat puisi
yang disesuaikan temanya yaitu tentang pahlawan, kemudian
hari Kartini temanya tentang perempuan, kemudian hari
lingkungan hidup temanya tentang lingkungan. Jadi anak selalu
termotivasi untuk terus berkarya.
99
Transkip Hasil Wawancara
Nama : Surnadi, S.Pd.
Jabatan : Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
Tempat Wawancara : Ruang Wakil Kepala Sekolah
Hari/Tanggal : Jumat, 9 Juni 2017
Peneliti : Sejauhmana kondisi budaya membaca yang terdapat di sekolah
ini?
Informan : Sekolah sudah menerapkan program literasi artinya seluruh
siswa ketika jam sesudah membaca doa dan selesai menyanyikan
lagu Indonesia Raya ada waktu 15 menit untuk membaca buku,
bukunya apa saja yang dia miliki, dan di sekolah sudah
disiapkan yang namanya pojok literasi di setiap kelas, disitu ada
perpustakaan masing-masing di kelas disiapkan gunanya untuk
ketika ada siswa yang tidak membawa buku dan saat literasi
anak-anak bisa langsung mengambil buku-buku yang disiapkan
disitu. Program literasi ini sudah diluncurkan pemerintah sejak
tahun lalu, satu tahun yang lalu 2015/2016 dan 2017 ini sudah
berlangsung 1 tahun, sekarang ini tinggal melanjutkannya.
Peneliti : Menurut Bapak apa tujuan dari adanya budaya membaca?
Informan : Membiasakan anak untuk gemar membaca, mengetahui informasi
yang sedang berkembang saat ini, menambah wawasan
pengetahuan yang ia miliki.
Peneliti : Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi budaya membaca?
Informan : Faktornya bisa dari intern dan ekstern ya, yang dari intern
adalah minat dari anak sendiri, ya kan. Yang jelas kalau anak itu
timbul dari dalam diri sendiri maka tidak disuruh pun atau
dikasih tau pun akan cenderung untuk membaca dan membaca.
Yang faktor eksternnya, yang pertama dari orang tua
100
mengajarkan anaknya disiplin membaca, orang tua mengajarkan
membaca maka dia akan membaca juga dan di sekolah sudah
diwajibkan untuk membaca dengan adanya program literasi.
Peneliti : Apa saja aturan sekolah yang dibuat tentang budaya membaca?
Informan : Ada budaya membaca, yaitu tadi sebelum memulai pelajaran
selama 15 menit dan hasil bacaannya itu dibuat ringkasan terus
di kumpulkan dalam satu buku untuk setiap kelas. Ringkasan
tersebut dikumpulkan setiap akhir semester atau 6 bulan sekali,
itu bisa berupa cerpen, puisi atau lainnya.
Peneliti : Sejauhmana pemanfaatan bahan-bahan bacaan atau sumber
bacaan di sekolah yang Bapak ketahui?
Informan : Ketika anak sudah mempunyai kebiasaan membaca, kemudian
sudah mempunyai peningkatan yang baik tanpa diimbangi
dengan sarana yang baik atau sarana yang lengkap itu tidak
akan berkembang secara maksimal, dan sekolah kami sudah
menyediakan sarana yang dibutuhkan siswa, baik secara manual
ataupun in manual, kalau yang modern kan berupa internet, wifi
dan sebagainya dan terus-menerus tidak henti-hentinya. Ketika
anak sudah mencari dan mendapat informasi maka ia akan siap.
Peneliti : Menurut Bapak apa saja bentuk-bentuk dari budaya membaca itu
sendiri di sekolah?
Informan : Budaya membaca itu kan banyak sekali ya jenisnya, ada yang
jenisnya dengan kolosal artinya anak-anak serempak bareng,
ada yang sendiri-sendiri atau individual, SMK 48 memberi ruang
dan waktu untuk membaca di jam-jam istirahat.
Peneliti : Sejauhmana sekolah pernah mengikuti lomba-lomba akademik
terutama di bidang bahasa?
Informan : Kalau lomba membaca sudah banyak ya, seperti lomba membaca
puisi, lomba cerpen dan lainnya, baik tingkat Provinsi atau
Jabodetabek, itu sudah ada di data prestasi akademik.
101
Peneliti : Bagaimana peran media teknologi informasi dalam
menumbuhkan budaya membaca?
Informan : Sangat mempengaruhi, tetapi dalam bentuk audio visualnya ya
kan, karena sekarang anak-anak cenderung gemar membaca
ketika ada colour full nya, ada gambar-gambarnya. Kalau untuk
memegang buku secara penuh bacaan keseluruhan tanpa ada
warna-warna atau gambar-gambar, kecenderungan membaca itu
kurang atau menurun.
Peneliti : Sejauhmana kurikulum 2013 mengatur perihal kegiatan membaca
atau membentuk budaya mambaca?
Informan : Kurikulum 2013 sudah memberikan waktu tadi waktu 15 menit
sebelum pelajaran untuk semua siswa dan di waktu istirahat juga
diberikan internet, untuk siapa pun untuk membaca, ditambah
setiap akhir pulang sekolah. Pulang sekolah kan jam 3, berarti
masih ada alokasi waktu 2 jam untuk membaca dan mencari
ilmu-ilmu yang ia emban atau yang di tugaskan untuk guru itu
sendiri. Sebetulnya kurikulum 2013 tidak mengalokasikan waktu
1 jam pelajaran untuk membaca, tetapi kebijakan pemerintah
membudayakan kebiasaan membaca, karena Indonesia tidak
hanya generasinya tetapi terkadang kita malas untuk membaca
dan cenderung melihat dan mendengar. Ini yang digalakkan
Presiden kita Bapak Jokowi, agar silakan budayakan membaca
dan bekerja.
Peneliti : Menurut Bapak apa saja jenis bacaan yang dapat meningkatkan
wawasan warga sekolah dalam meningkatkan mutu sekolah?
Informan : Sebetulnya semua bacaan, yang penting bacaan yang positif tidak
berbau negatif, dan semua buku artinya semua buku yang dapat
menunjang kegiatan belajar mengajar, kegiatan materi dan
sebagainya.
Peneliti : Bagaimana pemahaman Bapak tentang prinsip-prinsip
peningkatan mutu pendidikan di sekolah?
102
Informan : Yang pertama adalah kedisiplinan, ketika kita menerapkan
kedisiplinan otomatis kita akan mengacu kepada peningkatan
mutu pendidikan, ya semua kedisiplinan dari mulai waktu belajar
termasuk waktu untuk memberi materi tambahan atau waktu
pulang, yang penting diterapkan faktor untuk disiplin.
Peneliti : Apa saja ruang lingkup peningkatan mutu pendidikan di sekolah?
Informan : Ruang lingkup peningkatan mutu adalah kita selalu mengadakan
pelatihan-pelatihan, mengadakan lomba-lomba, baik pelatihan
kepada siswa atau pelatihan untuk guru, untuk meningkatkan
prestasi itu, kemudian kita tidak alergi dengan informasi-
informasi yang nuansanya baru karena dengan informasi-
informasi itu kita dapat menerapkannya kepada peserta didik.
Peneliti : Apa tujuan utama peningkatan mutu pendidikan di sekolah?
Informan : Tujuan dari peningkatan mutu adalah sekolah menerapkan
lulusan yang siap pakai artinya anak bisa dibekali dengan
kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Ketika mutu
yang dimiliki bagus dan dibekali dengan kemampuan
keterampilan dan sikap, maka hasil dari lulusan itu bisa terserap
secara maksimal baik di dunia industri maupun di perguruan
tinggi.
Peneliti : Menurut bapak bagaimana prosedur dalam peningkatan mutu di
sekolah?
Informan : Prosedur dari awal kita telah memberikan tes potensial akademik
bagi anak-anak peserta didik yang baru, kemudian melakukan
memberikan pembinaan bakat dan kemampuan, kalau
kemampuan itu berupa non akademik disalurkan dalam bentuk
ekstrakulikuler tapi kalau dalam bidang akademik dilakukan
dengan inovasi-inovasi yang berkaitan dengan program
pembelajaran di sekolah.
Peneliti : Apakah sekolah mempunyai strategi dalam peningkatan mutu
sekolah?
103
Informan : Ya pengawasan aja, dengan adanya pengawasan maka program-
program akan berjalan dengan lancar. Jadi selalu dilihat
progres kerjanya dari setiap tim tersebut.
Peneliti : Apa fungsi kebijakan pusat dalam peningkatan mutu pendidikan
di sekolah?
Informan : Peran pemerintah adalah selalu memberikan ujian-ujian untuk
pemetaan anak-anak, artinya pemerintah memberikan ujian
seperti TKM (Tes Kendali Mutu) maka nilai itu dibutukan untuk
pemetaan anak-anak dan ketika anak-anak prestasinya menurun
maka akan menugaskan untuk memberikan evaluasi untuk
meningkatkan prestasi anaknya, seperti worksop, beasiswa atau
program-program yang disediakan untuk menunjang ketika ia
bekerja, tes TOIEC dan sebagainya, itu dari pemerintah.
Peneliti : Apa fungsi visi dan misi dalam peningkatan mutu pendidikan di
sekolah?
Informan : Sangat mempunyai peranan, karena visi dan misi adalah tujuan
kita di sekolah, artinya kita mau apa dan arahnya mau kemana,
kalau visi itu tidak jelas maka arah dan tujuan juga tidak jelas,
tapi kita mempunyai visi yan jelas yaitu “Mulia dalam Karakter
Unggul dalam Prestasi”, artinya ketika anak itu lulus atau sudah
mengenyam beberapa waktu pendidikan, ini artinya otomatis
mempunyai karakter yang baik kemudian prestasinya juga yang
baik.
Peneliti : Apa fungsi budaya membaca dan proses belajar mengajar dalam
peningkatan mutu pendidikan di sekolah?
Informan : Fungsinya seperti tadi meningkatkan dalam bidang kemampuan
dan pendidikan, karena itu membaca otomatis wawasannya lebih
luas, ketika anak sudah terbiasa dengan kegiatan membaca,
otomatis akan familiar dengan kehidupan sehari-hari, artinya
informasi yang sekarang lagi in ia tidak lagi ketinggalan
informasi, bahkan ia lebih unggul dari anak-anak yang tidak
105
Transkip Hasil Wawancara
Nama : Dra. Masnida Ambarita
Jabatan : Kepala Perpustakaan
Tempat Wawancara : Perpustakaan
Hari/Tanggal : Senin, 31 Juli 2017
Peneliti : Sejauhmana kondisi budaya membaca yang terdapat di sekolah
ini?
Informan : Ya.. Interesting mereka termotivasi untuk membaca, karena
kadang ada tugas mata pelajaran, terus juga kalau mereka ada
jam kosong, mau untuk masuk kesini membaca materi-materi
lain, karena disini juga ada fiksi dan non fiksi.
Penelti : Seberapa besar minat baca siswa untuk membaca di
perpustakaan?
Informan : Semuanya senang dan berminat tapi terkadang waktunya yang
kurang. Kalau misalnya mereka ingin membaca mereka
diperbolehkan meminjam. Jadi memang banyak juga yang
sengaja ingin membaca berbagai macam buku yang non fiksi itu
ya. Mereka diperbolehkan meminjam buku selama satu minggu,
tetapi kalau buku-buku pelajaran dipinjamkan selama satu
tahun.
Peneliti : Menurut Ibu /Bapak apa tujuan dari adanya budaya membaca?
Informan : Ya untuk menambah pengetahuan mereka, terus yang tadinya
mereka belum begitu mengerti tentang suatu pelajaran di
sekolah, terus tentang yang di luar pelajaran sekolah mereka
jadi mereka bisa mencari-cari tahu lagi disini dan tambah
mengerti.
Peneliti : Menurut anda apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi budaya
membaca?
106
Informan : Faktor yang mempengaruhi budaya membaca itu lingkungan,
kalau mereka ada waktu dari itu guru selalu menyarankan kalau
kamu membaca akan menambah banyak pengetahuan.
Peneliti : Apa saja kriteria yang dibutuhkan untuk membentuk sebuah
budaya membaca?
Informan : Kriterianya itu kesempatan kapan waktunya untuk bisa membaca.
Terus banyak ingin tahu tentang sesuatu ya dia bisa membaca.
Terus tahu tentang berita up to date karena disini ada koran
ataupun majalah mereka bisa membaca.
Peneliti : Jenis bacaan apa yang menjadi minat dalam membaca siswa?
Informan : Jenis bacaan... ya surat kabar, majalah siswa ada di lingkungan
Jakarta Timur, ada setiap bulan, fiksi dan, non fiksi. Yang
kebanyakan dipinjam siswa itu novel, karena ada tuntutan tugas
untuk pelajaran Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris mereka
disuruh membaca novel, terus kamus juga.
Peneliti : Menurut Bapak/Ibu apa faktor penghambat untuk membaca?
Informan : Ya.. kurang waktu, sempit waktunya untuk membaca. Nahh...
karena kurangnya waktu tersebut kami menyarankan untuk
meminjam buku. Boleh diambil pagi saat kita baru datang,
karena jam 7.30 kita sudah buka. Jadi pas pelajaran pertama
diambil, kemudian pas waktu pergantian atau waktu luang
mereka baca buku tersebut. Terus disini kan dua kali istirahat,
nah disitu kalau berminat ingin menambah pengetahuan tentang
pelajaran, ya disitu kamu baca.
Peneliti : Sejauhmana ketersediaan bahan-bahan bacaan atau sumber
bacaan di sekolah?
Informan : Setiap semester bukunya nambah, kita sengaja buat tuntutan
tugas belajar mereka. Seperti novel, terus buku agama atau
materi agama diluar buku paket gitu. Kita sengaja minta biar
diadakan. Banyak buku yang dibeli tersebut lumayan banyak si,
tergantung kebutuhan untuk siswa.
107
Peneliti : Apa-apa saja pengaruh utama dari kegiatan membaca atau
budaya membaca terhadap peningkatan mutu sekolah?
Informan : Ya.. mereka mudah mengerjakan tugas, mencari-cari apa supaya
rajin kan, dia paham karena dia sudah banyak membaca atau
mengerjakan materi itu mereka mudah untuk mengerjakan tugas.
Jadi dengan begitu nilai mereka jadi bagus.
Peneliti : Apakah budaya membaca telah terbentuk di sekolah ini?
Informan : Ya.. sudah terbentuk. Apapun disarankan mereka untuk
membaca.. membaca.. kalau ada upacara selalu dianjurkan
untuk membaca.
Peneliti : Apa terdapat program khusus yang dibuat perpustakaan untuk
menumbuhkan budaya membaca di sekolah ini?
Informan : Ada.. kalau habis ulangan umum, kan ada waktunya untuk class
meeting, terus siswa dianjurkan untuk membaca ke
perpustakaan, terus juga sebelum ulangan umum, menjelang
terima raport. Kan mereka banyak, jadi kita buat jadwalnya
misalnya kelas seminggu ini kelas X. Misalnya seminggu ini
sesudah ulangan sudah tidak belajar kan, ada yang remedial
kan, jadi ibu suruh setiap jurusan disuruh kesini.
Peneliti : Sejauhmana peran teknologi informasi di dalam menumbuhkan
budaya membaca?
Informan : Dengan teknologi itu kan mereka juga membaca kan. Ada juga
siswa yang kurang puas, tapi sebenernya semuanya di teknologi
itu sudah ada ya, kayak buku-buku pun ada itu ya di google. Tapi
anak-anak itu ya tetap senang baca disini, karena ya dia juga
nyaman kan untuk baca di perpustakaan ini, suasanya juga
hening kan.
Peneliti : Sejaumana peran perpustakaan di dalam meningkatkan mutu
sekolah?
Informan : Ya, selalu melayani dengan baik, menganjurkan kapan saja siswa
membaca kesini, ya kita tetap melayani dengan baik.
108
Transkip Hasil Wawancara
Nama : Surnadi, M.Pd.
Jabatan : Guru Bahasa Inggris
Tempat Wawancara : Ruang Guru
Hari/Tanggal : Kamis, 27 Juli 2017
Peneliti : Sejauhmana kondisi budaya membaca yang terdapat di sekolah
ini?
Informan : Kegiatan membaca di sekolah sebenarnya tidak terbatas. Cuma
ada namanya program literasi, literasi itu diwajibkan untuk
semua siswa, yaitu dimulai ketika awal pelajaran setelah
menyanyikan lagu Indonesia Raya, dikasih waktu antara 15-20
menit, nah.. itu, untuk semua siswa dan bukunya bermacam-
macam dan kita di sekolah sudah menyediakan konter atau pojok
literasi di setiap kelas.
Peneliti : Bagaimana kondisi budaya membaca dikalangan siswa?
Informan : Akhir-akhir ini minat baca anak-anak sedikit menurun ya,
ketimbang beberapa tahun yang lalu karena budaya cenderung
untuk bermain handpone, bermain internet dan sebagainya.
Tapi, kita sekolah sebisa mungkin menyadarkan bahwa minat
baca itu harus dibudayakan dari kelas X dan kelas XI sampai
kelas XII. Karena otomatis dengan membaca wawasannya akan
berkembang dan lebih baik.
Peneliti : Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi budaya membaca?
Informan : Banyak faktornya, ada intern dan ekstern. Kalau dari anak itu
sendiri tidak ada jenuh untuk menambah ilmu dan ingin terus
membaca. Kalau faktor eksternnya adalah ketidaktersediaan
ruang lingkup membaca yang memadai untuk diri anak sendiri,
baik di lingkungan maupun di rumah, bahkan terkadang di
109
sekolah. Di sekolah hanya menyediakan sebatas perpustakaan,
oleh karena itu SMK 48 membuka sudut pojok literasi di setiap
kelas.
Peneliti : Menurut Bapak apa tujuan budaya membaca?
Informan : Pertama, membiasakan anak untuk gemar membaca. Kedua,
untuk mengetahui informasi yang mungkin sedang berlangsung
saat ini. Ketiga, menambah wawasan dalam pengetahuan yang
dia miliki karena dengan membaca dunia akan terbuka. Yang
jelas adalah habitual reading, membiasakan membaca atau
dibudayakan, karena sekarang anak-anak bukan gemar
membaca melainkan melihat.
Peneliti : Menurut Bapak kapan waktu yang tepat untuk melakukan
kegiatan membaca?
Informan : Membaca bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja ya, tidak
terbatas oleh waktu. Kalau kita mempunyai kesempatan waktu
untuk membaca dan ingin membaca, ya kita akan membaca saat
itu juga.
Peneliti : Bagaimana cara dalam mempersiapkan siswa untuk mengikuti
lomba-lomba akademik?
Informan : Semua kegiatan yang berbau bahasa diikutkan untuk mendukung
atau mengembangkan bakat anak-anak. Bahkan di sekolah
sendiri pun sering diadakan perlombaan dalam menumbuh
kembangkan bakat anak. Lomba puisi, lomba cerpen, lomba
membaca undang-undang, kemudian menemukan informasi-
informasi yang baru, itu... banyak sekali yang di kembangkan
dalam membaca.
Peneliti : Bagaimana peran media teknologi informasi dalam
menumbuhkan budaya membaca?
Informan : Peran teknologi dalam hal ini sangat mendukung sekali, terutama
dengan adanya internet yang siap dibuka untuk anak-anak,
namun juga ada sisi negatifnya, ketika waktu membaca sudah
110
selesai anak-anak terbiasa untuk membuka hal-hal yang
berkaitan dengan entertain mereka, sedangkan ilmu yang
didapatkannya dari membaca di internet paling sekitar 40-50%.
Peneliti : Apa saja kriteria budaya membaca yang diterapkan dalam
pembelajaran bahasa?
Informan : Kriteria dalam pelajaran membaca yang pertama adalah ia tahu
dulu apa isi bacaannya. Kemudian setelah ia tahu dan paham
barulah ia mengungkapkan apa isi bacaannya kepada orang
lain apa yang ia baca. Yang ketiga ia kemudian mengetahui
kaidah-kaidah Bahasa yang baku, yang mungkin selama ini kita
berbicara Bahasa Indonesia tetapi tidak baku, yang hanya
bahasa-bahasa biasa ya, bahasa-bahasa informal. Yang dipakai
anak-anak sekarang adalah bahasa-bahasa yang sembarangan,
yang lebih mudah dimengerti, tidak sesuai dengan kaidah. Nah
diharapkan setelah membaca dari literasi ini, harus ada
karakter-karakter yang bisa diterapkan di dalam membaca
bahasa itu. Artinya ia tahu bahasa yang harus dipakai dan
bahasa yang tidak dipakai. Sedangkan kalau kriteria budaya
membaca itu sendiri itu anak cenderung untuk pergi ke
perpustakaan, anak selalu membawa buku-buku referensi, anak
selalu haus untuk berkeinginan-keinginan yang baru, gitu..
dengan demikian sarana dan prasarana di sekolah yang
mendukung kegiatan membaca sudah di sediakan seperti
perpustakaan, e-library, internetnya, dan buku referensi-
referensi lainnya.
Peneliti : Bagaimana penugasan untuk membaca di dalam proses belajar
mengajar di kelas?
Informan : Penugasannya secara langsung si tidak menugaskan untuk
membaca, tetapi di dalam bentuk mengerjakan PR, kemudian
buku referensinya ini, nah disitu letak proses membacanya.
Kalau hanya untuk, kalian membaca ya.... itu dirasa tidak,
111
kecuali itu pelajaran Bahasa ya. Ketika memberi pelajaran
tentang report (laporan) anak harus membaca terlebih dahulu.
Tetapi kalau mungkin pelajaran lain ditugaskan dalam bentuk
mengerjakan PR, kemudian untuk membaca buku-buku yang
lain.
Peneliti : Seberapa besar minat siswa dalam membaca ?
Informan : Alhamdulillah di SMK 48 sudah mulai membaik dan mengalami
peningkatan sekitar 70-80%, tetapi tetap masih mendominasi
budaya melihat dan mendengar. Karena mungkin pengaruh dari
teknologi yang mungkin sekarang sudah tak bisa dibendung.
Peneliti : Menurut Bapak apa yang menjadi prinsip di dalam meningkatkan
mutu pendidikan di sekolah?
Informan : Mutu pendidikan itu tercermin ketika, satu anak sudah terbiasa
dengan budaya tertibnya dan prestasinya kemudian ketika dia
lulus sudah bisa diterima di dunia industri dan dunia usaha, dan
dunia perguruan tinggi.
Peneliti : Bagaimana tahapan dalam mengatur kegiatan belajar mengajar
untuk mencapai sasaran mutu di sekolah?
Informan : Kalau di sekolah itu kebetulan ya, setiap literasi kita
mengabtraksi, kita mengumpulkan lalu anak memproduksi
cerpen atau karya sastra lain, tapi kebanyakan cerpen si ya.
Kalau cerpen yang bagus, kita akan salurkan atau kita kasih ke
Dinas (SuDin), nah nanti dari SuDin itu ada yang dinamakan
reward dan akan di terbitkan, dan reward tersebut berupa
beasiswa. Jadi anak termotivasi untuk berlomba-lomba untuk
membuat karya yang lebih bagus
Peneliti : Apa strategi yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi dan
tercapainya sasaran mutu di sekolah?
Informan : Strateginya dengan mengantisipasi kemampuan yang dimiliki
anak-anak sejak dari kelas X, XI dan XII untuk prestasinya
dipertahankan apakah meningkat atau bakan menurun, itu
112
dilihat dari hasil rekapitulasi nilai yang diperoleh setiap tahun,
artinya selama satu tahun ada tes yang skalanya berbentuk
semester ganjil dan semester genap, itu yang akan menentukan
untuk mencapai kriteria peningkatan nilai, dari itu kita bisa liat
apakah ada peningkatan yang signifikan atau tidak.
113
Transkip Hasil Wawancara
Nama : Dra. Rianti Nofia
Jabatan : Guru Bahasa Indonesia
Tempat Wawancara : Ruang Guru
Hari/Tanggal : Kamis, 27 Juli 2017
Peneliti : Sejauhmana kondisi budaya membaca yang terdapat di sekolah
ini?
Informan : Kalau di SMKN 48 ini dibudayakan setiap awal pelajaran
dibiasakan 15 menit untuk literasi dengan novel sastra. Karena
saya Guru Bahasa Indonesia jadi saya arahkan untuk membaca
sastra. Kita menargetkan setiap 1 semester dua novel untuk
dibaca, kemudian dia mengabstraksi, apa si intinya.. gitu kan,
lalu di ketik sendiri, setelah itu setelah dia paham kita jelaskan
seperti iniloh novel itu dan seperti iniloh abstraksi itu seperti ini.
Lalu di produksi sendiri, dia menulis sendiri dan ada beberapa
yang sudah dibukukan, tetapi saya lupa ada dimana, sepertinya
di perpustakaan ada contoh dari beberapa anak-anak yang
gemar literasi. Ada kumpulan-kumpulan cerpenya sudah ada.
Kadang setiap guru berbeda-beda ya, karena saya guru sastra.
Setiap jam pertama kan berbeda-beda kan ya, jadi setiap guru
berbeda-beda bentuk penugasannya dengan judul berbeda-beda.
Peneliti : Bagaimana kondisi budaya membaca dikalangan siswa?
Informan : Sejauh ini si lumayan bagus ya, karena difasilitasi dengan wifi,
internet itu kan ya, dia bisa membuka situs web seperti cerpen, e-
book kayak gitu si, jadi gak mesti bawa buku atau novel ke kelas
atau dimana dia bisa membaca. Alhamdulillah sudah lumayan
bagus.
Peneliti : Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi budaya membaca?
114
Informan : Faktor lingkungan itu sangat menunjang sekali, di lingkungan itu
ya entah itu tempatnya atau teman, apalagi mayoritas di sekolah
lebih banyak bergaul dengan teman yang sering membaca maka
dia akan ikut membaca. Kemudian faktor orang tua juga
berpengaruh tetapi perannya hanya sekitar 10 % saja, sebab
kegiatan anak-anak kebanyakan di sekolah.
Peneliti : Menurut Ibu apa tujuan budaya membaca?
Informan : Memberi wawasan kepada anak, dari yang dia tidak tahu
menjadi tahu, kemudian menambah ilmu dengan melihat dunia
luar seperti apa si dengan tidak mengunjungi tetapi bisa
mengetahui seperti apa dunia luar, jadi kita bisa membedakan,
ohh kondisi di luar negeri seperti iniloh.. beda dengan kita, terus
kita bisa membedakan pendidikan di sini dengan di luar negeri,
apa yang di lakukan pendidikan di luar negeri, jadi kita bisa
membandingkan.
Peneliti : Menurut Ibu kapan waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan
membaca?
Informan : Menurut saya membaca itu bisa dilakukan kapan saja, kapan saja
ada waktu luang ya.. bisa dilakukan untuk membaca.
Peneliti : Bagaimana cara dalam mempersiapkan siswa untuk mengikuti
lomba-lomba akademik?
Informan : Biasanya kita kalau di sini kebetulan kalau bulan Agustus atau
Desember kita ada lomba debat, itu ada di kelas XI, jadi dari
kelas X kita sudah mencari bibit-bibit unggulan. Bagaimana cara
berbahasanya kemudian nilai-nilai akademiknya seperti apa,
terusnya pergaulannya seperti apa, kita bisa melihatnya dari
situ.
Peneliti : Bagaimana peran media teknologi informasi dalam
menumbuhkan budaya membaca?
Informan : Sangat membantu ya, karena dengan teknologi kan, membaca
juga banyak daya tariknya seperti yang namanya teknologi
115
istilahnya e-book, kemudian judulnya dan bentuk buku itu
sendiri, terkadangkan kita melihat buku saja sudah pusing kan
ya.
Peneliti : Apa saja kriteria budaya membaca yang diterapkan dalam
pembelajaran bahasa?
Informan : Kriteria yang pertama adalah bahasanya ya, karena kita
istilahnya kita bahasanya santun di sini. Seandainya ada
gambar, gambarnya itu yang sopan. Jangankan di SMK, kadang
aja ada di buku SD kan ya, ada bahasa dan gambarnya yang
tidak seharusnnya ada, gitu ya.
Peneliti : Bagaimana penugasan untuk membaca di dalam proses belajar
mengajar di kelas?
Informan : Penugasanya itu, kalau saya itu saya targetkan 1 orang dalam
satu semester untuk membaca 2 novel, di analisis apa si . dan itu
di luar mata pelajaran siswa.
Peneliti : Seberapa besar minat siswa dalam membaca ?
Informan : Minat membaca siswa di sekolah ini, Alhamdulillah minat
membaca di sini sekitar 80 %. Kita bisa melihat seperti ini,
misalnya ada jam kosong seperti waktu istrirahat atau di jam
lain mereka lebih baik membaca daripada ia bermain, gitu.
Peneliti : Seberapa besar pemanfaatan teknologi informasi atau internet di
dalam menumbuhkan budaya membaca?
Informan : Oh kebetulan kami disini selama proses belajar baik entah itu
gurunya atau anaknya kita harus bisa menggunakan laptop. Kita
itu setiap pelajaran ada yang namanya presentasi, menyuruh
anak untuk presentasi materinya seperti ini, kamu cari bahan-
bahannya bisa di media internet atau media lainnya. Jadi sangat
berperan pentingnya teknologi itu.
Peneliti : Menurut Ibu apa yang menjadi prinsip di dalam meningkatkan
mutu pendidikan di sekolah?
116
Informan : Prinsipnya kita harus disiplin, jujur itu baik gurunya ataupun
peserta didiknya, dan menguasai materinya.
Peneliti : Bagaimana tahapan dalam mengatur kegiatan belajar mengajar
untuk mencapai sasaran mutu di sekolah?
Informan : Kita sudah ada tahapan-tahapannya seperti yang tertulis dalam
RPP. Seperti awal kita berdoa, lalu mengabsen, kita review
materi sebelumnya bagaimana si pelajaran yang kita pelajari
minggu kemarin apakah masih ingat atau sudah paham dan
setelah tuntas kita lanjutkan ke materi selanjutnya, setelah itu
diberikan nilai.
Peneliti : Apa strategi yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi dan
tercapainya sasaran mutu di sekolah?
Informan : Strateginya setiap guru berbeda-beda, tetapi kalau saya
strateginya adalah dengan memberikan point, kalau kamu bisa
menjawab pertanyaan yang diberikan akan diberikan point kalau
kamu tidak bisa point yang sebelumnya diberikan akan
dikurangkan satu point, point itu berupa nilai.
117
Transkip Hasil Wawancara
Nama : Dra. Rahayu Retno Puji A.
Jabatan : Guru Bahasa Indonesia
Tempat Wawancara : Ruang Guru
Hari/Tanggal : Senin, 31 Juli 2017
Peneliti : Sejauhmana kondisi budaya membaca yang terdapat di sekolah
ini?
Informan : Kebetulan kalau di SMK N 48 sudah dilakukan literasi. Jadi,
setiap pagi itu anak-anak sebelum belajar, 15 menit untuk
membaca sebuah buku. Buku yang dibaca terkait dengan
pelajaran yang saya ajarkan Bahasa Indonesia, yakni novel atau
sastra. Tetapi jika buku tersebut sudah selesai dibaca, bisa
diganti dengan non fiksi.
Peneliti : Bagaimana kondisi budaya membaca dikalangan siswa?
Informan : Kalau menurut saya anak-anak sudah terbiasa juga, karena
walaupun bukan guru Bahasa Indonesia yang mengajar, tetapi
telah menyediakan waktu 15 menit untuk membaca buku setiap
hari.
Peneliti : Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi budaya membaca?
Informan : Kalau di sekolah si karena banyak pelajaran, jadi mungkin
pelajaran-pelajaran lain perlu juga untuk belajar, atau banyak
kegiatan diskusi, jadi memang mengambil waktu 15 menit
memang agak sulit juga.
Peneliti : Menurut Ibu apa tujuan budaya membaca?
Informan : Tentunya untuk semua pelajaran manfaatnya itu, kalau mereka
sudah terbiasa membaca, termasuk untuk pelajaran lain. Jadi
kalau budaya membaca tidak ada kendalanya, kan yang
dibacakan apa saja termasuk buku-buku pelajaran dan tentunya
118
untuk prestasi belajar mereka. Jadi ya untuk membantu prestasi
belajar mereka.
Peneliti : Menurut Ibu kapan waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan
membaca?
Informan : Pagi hari, jadi dibiasakan sebelum belajar untuk terbiasa
membaca buku.
Peneliti : Bagaimana cara dalam mempersiapkan siswa untuk mengikuti
lomba-lomba akademik?
Informan : Karena bahasa ada kaitannya dengan membaca, menulis, jadi
memang kalau mereka sudah terbiasa literasi, mereka sudah
mempunyai karya-karya. Dalam literasi juga ada mencipta puisi,
juga bisa menulis, membuat cerpen. Jadi dari kegiatan itu pun
bisa langsung terlihat mana anak yang mampu untuk mengikuti
lomba-lomba di bidang Bahasa Indonesia.
Peneliti : Bagaimana peran media teknologi informasi dalam
menumbuhkan budaya membaca?
Informan : Sangat itu... sangat membantu, jadi apalagi kalau yang mereka
kesulitan untuk mencari di buku, itu kan dari internet juga bisa
dan ada, jadi bisa membaca di internet itu.
Peneliti : Apa saja kriteria budaya membaca yang diterapkan dalam
pembelajaran bahasa?
Informan : Kalau sastra betul-betul memang judulnya, tema-temanya, ada
kaitannya sesuai dengan SMK, bahasanya juga dilihat.
Peneliti : Bagaimana penugasan untuk membaca di dalam proses belajar
mengajar di kelas?
Informan : Kalau bentuk penugasan itu biasanya kan mereka membaca,
kemudian mereka membuat rangkuman, juga bisa membuat
resensi dan banyak lagi yang lain.
Peneliti : Seberapa besar minat siswa dalam membaca ?
119
Informan : Jadi minat mereka sudah mulai ya terbangun. Mereka sudah
mempunyai motivasi sendiri dengan cepat mereka selesai
membaca mereka membaca buku lagi yang lain.
Peneliti : Seberapa besar pemanfaatan teknologi informasi atau internet di
dalam kegiatan belajar mengajar?
Informan : Sangat berperan banget teknologi tersebut. Karena setiap materi,
setiap KD, itu kan pastinya memerlukan internet untuk mencari
sumber-sumber belajarnya itu, tidak hanya di buku saja,
pastinya juga internet. Tentunya untuk presentasi juga, bahan
presentasi itu dicari dengan internet.
Peneliti : Menurut Ibu apa yang menjadi prinsip di dalam meningkatkan
mutu pendidikan di sekolah?
Informan : Terbentuknya untuk meningkatkan mutu, banyak faktor ya, mulai
dari siswanya, apa namanya, untuk menyeleksi yang akan
masuk, setelah itu bisa meningkatkan mutu, jika mendapat anak
yang berkemampuan dasarnya memang sudah bagus, jadi tidak
terlalu sulit itu.
Peneliti : Bagaimana tahapan dalam mengatur kegiatan belajar mengajar
untuk mencapai sasaran mutu di sekolah?
Informan : Kalau mengatur itu ya, di samping motivasi siswanya itu bagus di
dalam belajar, gurunya juga. Keaktifan gurunya, harus rajin,
cara mengajarnya, fasilitas juga, buku yang disediakan sekolah.
Harus dibangun budaya membacanya dimulai dari guru
kemudian siswa.
Peneliti : Apa strategi yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi dan
tercapainya sasaran mutu di sekolah?
Informan : Kalau strategi, tergantung dari gurunya juga. Nah metodenya
baagaimana cara yang mudah dan disenangi siswa. Selain
motivasi, belajar siswa yang bagus, tapi gurunya dalam
menyampaikan juga harus bagus.
120
Transkip Hasil Wawancara
Nama : Dra. Murniyati Sulastri
Jabatan : Guru Bahasa Inggris
Tempat Wawancara : Ruang Guru
Hari/Tanggal : Senin, 31 Juli 2017
Peneliti : Sejauhmana kondisi budaya membaca yang terdapat di sekolah
ini?
Informan : Budaya baca anak-anak sekarang kalau ibu bandingkan dengan
zaman ibu si sangat beda jauh ya, makanya sekarang ada sistem
baru kebijakan literasi di awal pelajaran terus membangkitkan
kembali harapan itu dengan adanya budaya literasi tiap awal
pelajaran. Itu bisa menumbuhkan minat membaca siswa biar
sama kayak kami-kami dulu, karena dengan membaca kita bisa
mengerti segalanya, anak-anak sekarang kan bilang, kan
membaca yang banyak, ya main hp.
Peneliti : Bagaimana kondisi budaya membaca dikalangan siswa?
Informan : Hampir sama kayak tadi ya, hampir sama kayak tadi ibu
sampaikan. Anak-anak sekarang, tapi gak semuanya ya, ada
sebagian yang suka membaca tapi itu juga minoritas. Sebagian
besar anak-anak yang ibu ajar, kan ketahuan ya dari hasil
belajar dia ya. Kalau dia banyak membaca, pasti dia nilai tesnya
akan bagus tentunya karena dia suka membaca.
Peneliti : Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi budaya membaca?
Informan : Ya pertama-tama kali, sepengetahuan ibu, ya tujuan anak
tersebut. Kalau anak tersebut mempunyai tujuan hidupnya dia
akan tahu harus bagaimana, tapi kalau anak itu belum ada
tujuan yang pasti dia akan mudah dipengaruhi oleh
lingkungannya, sehingga mungkin ada informasi yang tidak
121
seharusnya tapi kemudian dia jadi membaca. Yang kedua
mungkin pengaruh lingkungan, karena sebetulnya kalau dia
budaya bacanya tinggi akan gampang sekali buat dia mencari
ilmu pengetahuan di internet, apa aja yang di mbah google gitu
ya apa aja bisa di pesan. Nah anak-anak kan tidak mau
membaca, membaca itu kan melelahkan ya kita harus mencari
intinya, anak-anak sekarang kan kelihatan kurang ya. Yang
ketiga, kebiasaan dia di rumah, ya kalau anak punya kebiasaan
membaca dari kecil.
Peneliti : Menurut Ibu apa tujuan budaya membaca?
Informan : Meningkatkan kemauan dan kemampuan siswa di dalam
membaca. Kalau siswa tidak senang-senang membaca, kemudian
diingatkan lagi dengan budaya literasi membaca tadi. Kemudian
tidak semua orang bisa membaca dengan sukses, makanya
dengan membaca terus akan terasah kemampuannya. Karena
membaca sukses itu ialah membaca dengan baik dan benar.
Peneliti : Menurut Ibu kapan waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan
membaca?
Informan : Menurut ibu waktu yang tepat untuk membaca beda-beda orang
ya, karena setiap orang itu berbeda-beda. Kalu ibu si, yang ibu
rasakan si membaca itu bagusnya malam, ya gini ketika orang-
orang udah pada tidur sekitar jam 2 lah kita membaca akan
lebih tenang. Karena membaca itu mesti fokus, agar pikiran kita
tidak kemana-mana.
Peneliti : Bagaimana cara dalam mempersiapkan siswa untuk mengikuti
lomba-lomba akademik?
Informan : Kalau lomba-lomba Bahasa Inggris kan seperti lomba debat,
menulis essay, jadi yang pertama kami persiapkan adalah
melatih anak untuk bisa berbicara dan mempunyai respon
dengan cepat. Karena kalau kita debat, kita dikasih problem
sama lawan terus kita bisa kasih dia umpan balik, dia bisa
122
merespon dengan baik dan cepat. Kemudian kalau essay, harus
menguasai topik yang diberikan. Caranya dengan melatih anak
dengan berbagai topik bacaan, kemudian dia baca dan dia
rangkum dengan kata-katanya sendiri, seperti itu ya kalau
Bahasa Inggris.
Peneliti : Bagaimana peran media teknologi informasi dalam
menumbuhkan budaya membaca?
Informan : Perannya sangat mendukung sekali ya, itu dari good side ya.
Sekarang kan sangat pesat ya kemajuannya, kita bisa mencari
dengan cepat apapun yang kita mau, kita bsia cari di internet.
Luar biasa dan sangat bagus apabila anak-anak bisa menyadari
dan bisa memanfaatkan kesempatan itu dengan baik, dia akan
melejit, karena semua yang dicari ada. Ibarat kata behind the
man on the gun , ini senjatanya kalau kita menggunakannya
dengan baik maka kita akan baik.
Peneliti : Apa saja kriteria budaya membaca yang diterapkan dalam
pembelajaran bahasa?
Informan : Kalau sastra betul-betul memang judulnya, tema-temanya, ada
kaitannya sesuai dengan SMK, bahasanya juga dilihat.
Peneliti : Bagaimana penugasan untuk membaca di dalam proses belajar
mengajar di kelas?
Informan : Kalau bentuk penugasan itu biasanya kan mereka membaca,
kemudian mereka membuat rangkuman, juga bisa membuat
resensi dan banyak lagi yang lain. Walaupun kalau disini itu
minoritas, ya kelihatan ya dari buku catatannya rapih, itulah
anak-anak yang suka membaca. Ada anak-anak yang catatannya
berantakan, terus dia jawab selalu salah, itulah karena
membacanya kurang.
Peneliti : Seberapa besar minat siswa dalam membaca ?
Informan : Kalau menurut ibu kurang ya sekarang ini, tapi akhir-akhir ini
mulai meningka step by step, karena anak dipaksa membaca
123
dengan budaya literasi itu. Anak akan membaca atau dia akan
meneruskan diam-diam saja, jadi mesti dipaksa karena minat
bacanya tidak tumbuh dengan sendirinya.
Peneliti : Seberapa besar pemanfaatan teknologi informasi atau internet di
dalam kegiatan belajar mengajar?
Informan : Sangat berperan banget teknologi tersebut, untuk presentasi,
bahan presentasi itu dicari dengan internet.
Peneliti : Menurut Ibu apa yang menjadi prinsip di dalam meningkatkan
mutu pendidikan di sekolah?
Informan : Terbentuknya untuk meningkatkan mutu, banyak faktor ya, mulai
dari siswanya, apa namanya, untuk menyeleksi yang akan
masuk, setelah itu bisa meningkatkan mutu, jika mendapat anak
yang berkemampuan dasarnya memang sudah bagus, jadi tidak
terlalu sulit itu.
Peneliti : Bagaimana tahapan dalam mengatur kegiatan belajar mengajar
untuk mencapai sasaran mutu di sekolah?
Informan : Tahapannya diawal tentu kami harus membuat perangkat
belajar, perangkat itu kami buat untuk pembelajaran selama
satu semester, tentunya disitu ada alokasi waktu dan materinya.
Kemudian tesnya juga tapi juga ada remedial kalau nilainya
kurang.
Peneliti : Apa strategi yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi dan
tercapainya sasaran mutu di sekolah?
Informan : Strateginya kita mengajar tidak hanya mengajar mata pelajaran
saja, tetapi juga life skill ya pokoknya mengajarkan karakter
atau hal-hal yang baik. Karena kita sadar juga bahwa yang kita
butuhkan ga cuma materi, tapi juga karakter dia dan
kemampuannya. Kadang-kadang ada anak yang sangat baik itu
yang mempunyai nilai yang plus. Jadi strateginya ialah
mengkombain pelajaran dengan karakter yang baik.
124
Transkip Hasil Wawancara
Nama : Syafira Berliani
Kelas : XI- Administrasi Perkantoran
Tempat Wawancara : Minimarket Sekolah
Hari/Tanggal : Kamis, 27 Juli 2017
Peneliti : Apa arti kegiatan membaca dan seberapa penting kegiatan
membaca bagi Anda?
Informan : Untuk menambah ilmu dalam bidang membaca dan supaya
pendidikan itu luas.
Peneliti : Menurut Anda faktor apa saja yang mempengaruhi minat untuk
membaca?
Informan : Faktor lingkungan, keluarga dan sekolah. Faktor lingkungan itu
bisa dari masyarakat dan ketika di sekolah, dan ketika dirumah
faktor orang tua juga berpengaruh karena menyuruh kita untuk
belajar dan membaca.
Peneliti : Menurut anda tujuan apa yang ingin didapatkan dari kegiatan
membaca?
Informan : Untuk menambah ilmu dan lain-lain.
Peneliti : Jenis bacaan apa yang menjadi minat dalam membaca?
Informan : Novel fiksi dan novel non fiksi.
Peneliti : Menurut anda kapan waktu yang tepat untuk membaca?
Informan : Setelah pulang sekolah, saat liburan atau saat jam kosong.
Peneliti : Apakah anda mempunyai target di dalam membaca?
Informan : Tidak punya si, paling kalau waktu luang aja. Kalo baca novel
paling kalau lagi niat dan novelnya seru, dalam 1 atau 2 hari
selesai.
Peneliti : Menurut anda apakah budaya membaca sudah terbentuk di
kalangan teman-teman sekolah?
125
Informan : Belum si, belum banyak, karena faktor film yang lebih disukai.
Peneliti : Bagaimana ketersediaan buku-buku atau bahan bacaan?
Informan : Ketersediaannya si lumayan lengkap, tetapi tidak dikasih waktu
luang untuk membaca. Maksudnya kalau lagi ada waktu luang
tidak digunakan untuk membaca.
Peneliti : Apakah sumber bacaan tersebut memberikan manfaat atau
kemudahan di dalam membaca?
Informan : Memberikan kemudahan.
Peneliti : Apakah menurut anda bentuk penugasan yang diberikan guru
turut mempengaruhi di dalam menumbuhkan minat membaca?
Informan : Iya pengaruh.
Peneliti : Sejauhmana pemanfaatan teknologi informasi atau internet untuk
membaca atau membantu kegiatan belajar?
Informan : Tergantung yang makainya gimana dimanfaatkan atau tidak.
Peneliti : Apakah kegiatan membaca/budaya membaca yang anda miliki
mempunyai pengaruh terhadap prestasi akademik atau hasil
belajar anda?
Informan : Pengaruhnya juga ada. manfaatnya juga ada.
Peneliti : Apakah K-13 mendorong budaya membaca dikalangan siswa?
Informan : Engga juga si, kurikulum 2013 malah menambah beban bagi
murid-murid juga, dalam jam pelajaran dan jam pulangnya, jadi
ga ada waktu buat keluarga juga.
126
Transkip Hasil Wawancara
Nama : Desi Fatmawati
Kelas : XI- Pemasaran
Tempat Wawancara : Minimarket Sekolah
Hari/Tanggal : Kamis, 27 Juli 2017
Peneliti : Apa arti kegiatan membaca dan seberapa penting kegiatan
membaca bagi Anda?
Informan : Membaca itu penting.
Peneliti : Menurut Anda faktor apa saja yang mempengaruhi minat untuk
membaca?
Informan : Faktor diri sendiri dan orang lain.
Peneliti : Menurut anda tujuan apa yang ingin didapatkan dari kegiatan
membaca?
Informan : Biar nambah ilmu, terus pengetahuan juga jadi luas.
Peneliti : Jenis bacaan apa yang menjadi minat dalam membaca?
Informan : Sejarah, soalnya kita bisa mengenang peristiwa di masa lalu gitu
Peneliti : Menurut anda kapan waktu yang tepat untuk membaca?
Informan : Kalau jam kosong, tidak ada guru
Peneliti : Apakah anda mempunyai target di dalam membaca?
Informan : Tidak si, paling kalo disuruh doang. Jarang baca. Baca sejarah
paling pas pelajarannya terus kalau di rumah, kalau lagi mau
baca.
Peneliti : Menurut anda apakah budaya membaca sudah terbentuk di
kalangan teman-teman sekolah?
Informan : Engga si, belum. Baca paling kalo disuruh doang.
Peneliti : Bagaimana ketersediaan buku-buku atau bahan bacaan?
Informan : Cukup
127
Peneliti : Apakah sumber bacaan tersebut memberikan manfaat atau
kemudahan di dalam membaca?
Informan : Memberi kemudahan dalam belajar, kalo mau presentasi. Paling
kalau yang produktif doang, kayak pemasaran, disini tidak ada
bukunya.
Peneliti : Apakah menurut anda bentuk penugasan yang diberikan guru
turut mempengaruhi di dalam menumbuhkan minat membaca?
Informan : Iya. Kadang diberikan guru buat baca keluar di ulangan, atau
hari-harian kayak lisan gitu, ada juga buat tugas.
Peneliti : Sejauhmana pemanfaatan teknologi informasi atau internet untuk
membaca atau membantu kegiatan belajar?
Informan : Supaya mudah dalam mencari-cari lagi pelajarannya di internet
gitu, di buku kan kadang suka tidak ada.
Peneliti : Apakah kegiatan membaca/budaya membaca yang anda miliki
mempunyai pengaruh terhadap prestasi akademik atau hasil
belajar anda?
Informan : Tidak si, tidak berpengaruh.
Peneliti : Apakah K-13 mendorong budaya membaca dikalangan siswa?
Informan : Membaca si, lebih menyuruh buat banyak baca.
128
Transkip Hasil Wawancara
Nama : Aprilia Damayanti
Kelas : XII- Akuntansi 1
Tempat Wawancara : Masjid Sekolah
Hari/Tanggal : Senin, 31 Juli 2017
Peneliti : Apa arti kegiatan membaca dan seberapa penting kegiatan
membaca bagi Anda?
Informan : Membaca itu penting untuk mengetahui dunia luar yang tidak kita
tahu. Misalnya seperti kayak dunia luar angkasa, itu kan kita
gak tahu gimana, nah dari buku itu kita bisa tahu apa sih dunia
luar angkasa itu kayak gimana, jadi kayak jendela dunia gitu.
Peneliti : Menurut Anda faktor apa saja yang mempengaruhi minat untuk
membaca?
Informan : Faktor yang mempengaruhi itu, biar kita banyak pengetahuan
gitu si, soalnya kadang-kadang pengetahuan itu penting
misalnya kalau ada lomba pengetahuan umum gitu, jadi
menambah wawasan kita.
Peneliti : Menurut anda tujuan apa yang ingin didapatkan dari kegiatan
membaca?
Informan : Menambah ilmu, menambah wawasan, membaca itu pelajaran
juga si.
Peneliti : Jenis bacaan apa yang menjadi minat dalam membaca?
Informan : Membaca buku-buku pelajaran dan novel.
Peneliti : Menurut anda kapan waktu yang tepat untuk membaca?
Informan : Kalau habis magrib atau habis isya, malam membaca pelajaran.
Nah kalau baca novel itu hari sabtu dan minggu. Kalau di
sekolah ada jam waktu literasi sebelum masuk kelas membaca 15
menit, membaca novel atau sastra.
129
Peneliti : Apakah anda mempunyai target di dalam membaca?
Informan : Punya si target, kalau hari sabtu atau minggu baca novel, novel
itu seru nih, kita jadi penasaran jadi selesaikannya hari sabtu
minggu. Paling dalam sebulan membaca 2 buku novel.
Peneliti : Menurut anda apakah budaya membaca sudah terbentuk di
kalangan teman-teman sekolah?
Informan : Belum si, kadang-kadang ada si yang males baca, paling kalau
baca pengetahuan atau novel itu males kan. Kalau jam literasi
kadang-kadang ada yang baca ada yang tidak, apalagi kalau
sebelumnya ada tugas terus belum selesai dan ngerjainnya di
sekolah disaat itu.
Peneliti : Bagaimana ketersediaan buku-buku atau bahan bacaan?
Informan : Iya, cukup tersedia.
Peneliti : Apakah sumber bacaan tersebut memberikan manfaat atau
kemudahan di dalam membaca?
Informan : Iya, bermanfaat.
Peneliti : Apakah menurut anda bentuk penugasan yang diberikan guru
turut mempengaruhi di dalam menumbuhkan minat membaca?
Informan : Iya berpengaruh.
Peneliti : Sejauhmana pemanfaatan teknologi informasi atau internet untuk
membaca atau membantu kegiatan belajar?
Informan : Hmm.. misalnya ni kak, dalam pelajaran sejarah, nah terus kita
dari bacaan buku gitu. Kita kurang dalam buku-bukunya dan
kurang materinya, terus boleh buat PR dan nyari di internet
untuk minggu kedepannya, pelajaran di minggu depan tugasnya
di baca dan di rangkum.
Peneliti : Apakah kegiatan membaca/budaya membaca yang anda miliki
mempunyai pengaruh terhadap prestasi akademik atau hasil
belajar anda?
130
Informan : Iya mempengaruhi. Karena misalnya kalau membaca buku
pelajaran kalau malam itu sebelum gurunya ngejelasin kita udah
tahu, jadi nilainya nambah gitu.
Peneliti : Apakah K-13 mendorong budaya membaca dikalangan siswa?
Informan : Iya, karena dengan budaya literasi itu, kita jadi membaca.
131
Transkip Hasil Wawancara
Nama : Salwa
Kelas : X- Administrasi Perkantoran 2
Tempat Wawancara : Tempat Recepcionist
Hari/Tanggal : Senin, 31 Juli 2017
Peneliti : Apa arti kegiatan membaca dan seberapa penting kegiatan
membaca bagi Anda?
Informan : Membaca itu bisa menghilangkan kejenuhan, terus yang tadinya
kita gak tahu jadi tau, terus menambah kosa kata juga, kosa kata
Bahasa Indonesia yang ada di buku.
Peneliti : Menurut Anda faktor apa saja yan mempengaruhi minat untuk
membaca?
Informan : Membaca bisa dipengaruhi dari diri kita atau orang lain. Salah
satunya, kalau diajak sama orang tua buat ke toko buku, terus
orang tua menyuruh kita untuk membaca.
Peneliti : Menurut anda tujuan apa yang ingin didapatkan dari kegiatan
membaca?
Informan : Tujuan membaca banyak si, untuk menambah pengetahuan. Tapi
yang utama itu untuk menghilangkan bosen.
Peneliti : Jenis bacaan apa yang menjadi minat dalam membaca?
Informan : Novel, macam-macam jenisnya. Salah satunya tentang khayalan,
atau kayak “Sharelock Home” gtu tentang detektif.
Peneliti : Menurut anda kapan waktu yang tepat untuk membaca?
Informan : Untuk baca itu paling kalau libur, kalau tidak ada kegiatan apa-
apa, kalo di rumah tidak ngapa-ngapain.
Peneliti : Apakah anda mempunyai target di dalam membaca?
Informan : Tidak ditarget si berapa bukunya, semaunya aja.
132
Peneliti : Menurut anda apakah budaya membaca sudah terbentuk di
kalangan teman-teman sekolah?
Informan : Sudah ada, soalnya kita dibiasakan sebelum belajar dikasih
waktu 15 menit buat baca novel atau buku yang dibawa masing-
masing dari rumah atau beberapa buku yang ada di kelas. Baca
bukunya, buku apa aja yang penting bukan komik.
Peneliti : Bagaimana ketersediaan buku-buku atau bahan bacaan?
Informan : Buku-buku disini udah komplit si lumayan, udah bagus.
Peneliti : Apakah sumber bacaan tersebut memberikan manfaat atau
kemudahan di dalam membaca?
Informan : Iya manfaat buat pelajaran, terus menghibur juga.
Peneliti : Apakah menurut anda bentuk penugasan yang diberikan guru
turut mempengaruhi di dalam menumbuhkan minat membaca?
Informan : Iya
Peneliti : Sejauhmana pemanfaatan teknologi informasi atau internet untuk
membaca atau membantu kegiatan belajar?
Informan : Kalau misalnya kira-kira di buku ada yang susah dicari, kita bisa
langsung ketik di internet terus langsung ada.
Peneliti : Apakah kegiatan membaca/budaya membaca yang anda miliki
mempunyai pengaruh terhadap prestasi akademik atau hasil
belajar anda?
Informan : Iya tergantung bacaannya ya, kalau yang dibaca novel ya belum
tentu. Kalau aku si lebih suka baca untuk hiburan doang, itu juga
keseringan novel yang dibaca.
Peneliti : Apakah K-13 mendorong budaya membaca dikalangan siswa?
Informan : Kalo Kurikulum 2013 kan muridnya lebih aktif jadi lebih sering
kerja kelompok terus muridnya juga yang disuruh nerangin. Iya
si, numbuhin minat baca, soalnya kan sebelum gurunya nerangin
jadi kita sering buka buku, terus apalagi kalo disuruh bikin
power point jelasin teorinya.
133
Transkip Hasil Wawancara
Nama : Arum Puspitarini
Kelas : X- Administrasi Perkantoran 1
Tempat Wawancara : Tempat Recepcionist
Hari/Tanggal : Senin, 31 Juli 2017
Peneliti : Apa arti kegiatan membaca dan seberapa penting kegiatan
membaca bagi Anda?
Informan : Menurut aku kegiatan baca itu kayak, apa ya, sebenernya udah
jarang dilakuin apa lagi anak-anak jaman sekarang lebih milih
gadjet, dan sebenernya tuh baca-baca buku itu sangat penting ya
kak. Harusnya anak-anak zaman sekarang tu lebih minat
membaca ke arah gadjet. Kalau aku sendiri si... jujur ya, lebih
sering di gadjet. Cuma kalau ada guru yang nyuruh literasi, ya..
itu baca buku saat literasi.
Peneliti : Menurut Anda faktor apa saja yang mempengaruhi minat untuk
membaca?
Informan : Sebenernya emang ada programnya 15 menit kalau baru awal
masuk, cuma kadang-kadang gurunya suka lupa gitu
ngebilangin, yang jam awal masuk ngajar. Tapi kadang-kadang
ada juga yang emang jam masuknya abis istirahat, dia tetep
nerapin walaupun ga di jam pertama atau awal jam itu. Terus
faktor lingkungannya juga, kalau misalnya sekelas semua baca,
terus gurunya juga ikut baca dan memberi motivasi, terus
fasilitas yang memberikan kelengkapan buku.
Peneliti : Menurut anda tujuan apa yang ingin didapatkan dari kegiatan
membaca?
134
Informan : Kalau menurut aku tujuan membaca itu, apa ya kayak membuat
tambah tinggi ilmu kita ga tahu tentang hal sesuatu itu, jadi tahu
kalau kita baca
Peneliti : Jenis bacaan apa yang menjadi minat dalam membaca?
Informan : Kalau aku si lebih suka novel. Tidak tergantung si novel apa,
novel apa aja. Cuma kalo yang lebih seru, yang novelnya tuh
tentang roman atau yang lagi populer.
Peneliti : Menurut anda kapan waktu yang tepat untuk membaca?
Informan : Waktu yang tepat untuk membaca terutama kita sebagai pelajar,
paling tepat malam kali ya sebelum dia sebelum tidur atau beres-
beres buku, sama kalau waktu berangkat pagi di sekolah.
Peneliti : Apakah anda mempunyai target di dalam membaca?
Informan : Kalau target si tidak ada ya, itu juga novel paling kalau kadang-
kadang di rumah lagi ingin baca gitu. Jadi tidak ada target buat
baca berapa buku hari ini, kayak gitu.
Peneliti : Menurut anda apakah budaya membaca sudah terbentuk di
kalangan teman-teman sekolah?
Informan : Kalau menurut aku si.. gimana ya, dibilang udah terbentuk juga
belum, tapi dibilang belum terbentuk juga sudah ada. Jadi
dikalangan kita ni pelajar cuma ada beberapa orang yang minat
bacanya masih tinggi gitu. Sedangkan yang lain-lain ya gitu
lebih mengarah ke gadjet. Kalau di kelas paling ada 5 atau 10
orang yang bener-bener suka baca.
Peneliti : Bagaimana ketersediaan buku-buku atau bahan bacaan?
Informan : Hhmmm... aku si tidak tahu pasti ya sudah lengkap apa belum.
Tapi kalau diliat di kelas itu ada pembagian buku, masih ada
yang belum dapat, gitu. Kalau di kelas ada buku-buku, tapi itu
dari setiap orang di kelas itu bawa satu buku satu buat dibaca di
kelas, nah nanti ditaruh di situ terus bacanya ganti-gantian.
Buku-bukunya si banyak ya jenisnya, ada novel ada buku-buku
tentang pelajaran juga.
135
Peneliti : Apakah sumber bacaan tersebut memberikan manfaat atau
kemudahan di dalam membaca?
Informan : Kalau untuk aku si iya ada manfaatnya, kalo misalnya baca novel
itu ada manfaatnnya kita bisa ngambil pengalaman dari cerita
itu, oh.. disini ada pengalaman kayak gini, nah kita bisa ngambil
pengalaman dari situ. Kalau buku-buku pelajaran sudah pasti ya
banyak manfaatnya, banyak banget.
Peneliti : Apakah menurut anda bentuk penugasan yang diberikan guru
turut mempengaruhi di dalam menumbuhkan minat membaca?
Informan : Ada sebenernya, pokoknya setiap pagi harus diwajibin banget
minimal 15 menit walaupun nantinya literasinya tidak ditulis
minimal udah baca. Cuma ya kadang-kadang gitu kalo tidak
diingetin, kitanya juga suka tidak ada kesadaran sendiri buat
baca.
Peneliti : Sejauhmana pemanfaatan teknologi informasi atau internet untuk
membaca atau membantu kegiatan belajar?
Informan : Hhhmmm.. sejauhmana ya, sebenernya ngebantu banget. Apalagi
kan guru-guru tu lebih suka pakai infokus, laptop, buat nampilin
bahan pelajaran video yang mengandung pelajaran-pelajaran
dari materi yang guru itu.
Peneliti : Apakah kegiatan membaca/budaya membaca yang anda miliki
mempunyai pengaruh terhadap prestasi akademik atau hasil
belajar anda?
Informan : Sebenernya iya, penting ya kak, jadi maksudnya kalau orang
yang suka baca terus dia kalau pagi suka baca apalagi baca
buku-buku pelajaran, tentunya ada pengaruh ke prestasinya.
Peneliti : Apakah K-13 mendorong budaya membaca dikalangan siswa?
Informan : Gimana ya, jadi kurikulum sekarang itu kan ya kita sekolah
sampe sore, terus belum lagi tugas, jadi ya kurang mendukung si
menurut aku. Jadi ya kita kayak tidak ada waktu luang gitu di
rumah, kita pulang udah sore kan terus belum lagi ada tugas PR,
137
Transkip Hasil Wawancara
Nama : Arlyn Fasinta
Kelas : X- Administrasi Perkantoran 1
Tempat Wawancara : Tempat Recepcionist
Hari/Tanggal : Senin, 31 Juli 2017
Peneliti : Apa arti kegiatan membaca dan seberapa penting kegiatan
membaca bagi Anda?
Informan : Kalau saya si membaca buku itu sebagai ajang menambah
pengetahuan, jadi sekarang ini udah ada internet jadi anak-anak
cenderung lebih ke internet. Jarang dibaca juga, jadi tinggal
copy paste selesai.
Peneliti : Menurut Anda faktor apa saja yang mempengaruhi minat untuk
membaca?
Informan : Kalau misalnya faktor pendorong supaya suka baca itu yang
pertama salah satunya buku yang menarik. Kalau saya sendiri
paling suka itu baca buku yang ada gambar-gambarnya, apalagi
penuh warna, suka banget walaupun sudah besar. Tapi kalau
misalnya bukunya lebih berwarna, gambar-gambarnya juga, itu
kan yang bacanya juga jadi lebih ngefans. Tapi kalau novel suka
aja gitu walaupun tidak ada gambarnya atau dari segi
penampilannya biasa aja.
Peneliti : Menurut anda tujuan apa yang ingin didapatkan dari kegiatan
membaca?
Informan : Yaa.. untuk menambah wawasan.
Peneliti : Jenis bacaan apa yang menjadi minat dalam membaca?
Informan : Kalau aku suka baca novel, jenis novelnya itu roman sama yang
berbau horor gitu.
Peneliti : Menurut anda kapan waktu yang tepat untuk membaca?
138
Informan : Kalau saya si.. jujur ni ya, kalau saya emang orangnya tidak
bisa belajar kalau misalnya ada ulangan terus baru baca hari
ini, itu tidak bisa. Tapi kalau saya sudah aja apa yang diinget
saat itu yang sudah dipelajari sebelumnya biasanya ingat
sendiri, atau kalau tidak bangun pagi jam 4 terus baca-baca
sebentar catatan sebelumnya, gitu si.
Peneliti : Apakah anda mempunyai target di dalam membaca?
Informan : Kalau aku si paling satu hari satu buku, ya bisa satu hari satu
novel, atau kalau ada KKPK (Kecil-Kecil Punya Karya) gitu.
Pokoknya tidak enak deh, kalau lagi baca terus dijeda-jeda, itu
tidak bisa kayak gitu.
Peneliti : Menurut anda apakah budaya membaca sudah terbentuk di
kalangan teman-teman sekolah?
Informan : Nahh.. kalau budaya membaca itu sendiri menurut saya ya,
terbentuk engga, gak terbentuk juga engga, jadi tengah-tengah
gitu. Soalnya ya ada beberapa yang masih suka membaca, ada
beberapa juga yang lebih milih ke gadjet.
Peneliti : Bagaimana ketersediaan buku-buku atau bahan bacaan?
Informan : Kalau buku-buku si sudah ya sekarang, soalnya kebanyakan yang
baru si, mungkin sudah ada yang baru datang buku-bukunya jadi
setiap orang dibagi buku satu orang satu.
Peneliti : Apakah sumber bacaan tersebut memberikan manfaat atau
kemudahan di dalam membaca?
Informan : Ya.. kalau memberi manfaat pasti ya, karena kan kita tadinya gak
tau terus dengan membaca jadi tau.
Peneliti : Apakah menurut anda bentuk penugasan yang diberikan guru
turut mempengaruhi di dalam menumbuhkan minat membaca?
Informan : Ada... nah ngerangkum. Merangkum kadang banyak banget,
biasanya IPS itu kalau di kelas pas mata pelajarannya.
Peneliti : Sejauhmana pemanfaatan teknologi informasi atau internet untuk
membaca atau membantu kegiatan belajar?
139
Informan : Pokoknya sudah... bermanfaat banget deh, lebih,. Lebih, anak-
anak tuh senang banget sesuatu itu di gadjet. Misalnya ada
beberapa pelajaran yang nyuruh cari aja di google, jadi anak-
anak sudah aja nyari di google dari pada nyari di buku.
Peneliti : Apakah kegiatan membaca/budaya membaca yang anda miliki
mempunyai pengaruh terhadap prestasi akademik atau hasil
belajar anda?
Informan : Kalau misalnya ya, budaya baca itu pengaruh banget, apalagi
buat lomba-lomba cerdas cermat gitu kan. Kalau kita tidak baca
kita tidak bakalan tahu. Kalau saya sendiri si ya, tidak bisa tuh
baca pas udah mau ujian, udah aja apa yang ada di otak yang
udah dipelajarin atau dijelasin sebelum-sebelumnya.
Peneliti : Apakah K-13 mendorong budaya membaca dikalangan siswa?
Informan : Yahh.. kalau budaya membaca mungkin tidak ya, soalnya
Kurikulum 2013 itu lebih ke presentasi-presentasi, jarang baca
karena mungkin orang sudah males, soalnya sudah presentasi
terus baca lagi. Jadi mungkin dia sudah capek jadi cuma copy
paste copy paste, tapi mungkin kalo buat ngerangkumnya,
mungkin.
140
Transkip Hasil Wawancara
Nama : Muhammad Ridwan
Kelas : XI- Pemasaran 1
Tempat Wawancara : Tempat Recepcionist
Hari/Tanggal : Senin, 31 Juli 2017
Peneliti : Apa arti kegiatan membaca dan seberapa penting kegiatan
membaca bagi Anda?
Informan : Menurut saya membaca itu buat menambah ilmu pengetahuan.
Sebenernya membaca itu penting, karena ilmu kita jadi
bertambah dengan membaca.
Peneliti : Menurut Anda faktor apa saja yang mempengaruhi minat untuk
membaca?
Informan : Ya itu, acara televisi, main handpone gitu. Kalau saya sendiri
jarang-jarang si, saya lebih suka main dan lebih ke gadjet.
Peneliti : Menurut anda tujuan apa yang ingin didapatkan dari kegiatan
membaca?
Informan : Ya itu tadi buat nambah pengetahuan. Terus sebenernya dengan
baca kita jadi lebih banyak tahu dan ilmu kita tinggi.
Peneliti : Jenis bacaan apa yang menjadi minat dalam membaca?
Informan : Buku cerita paling, cerita-cerita rakyat paling.
Peneliti : Menurut anda kapan waktu yang tepat untuk membaca?
Informan : Malam si, ya walaupun tidak setiap malam juga si baca buku,
kalau lagi ingin aja.
Peneliti : Apakah anda mempunyai target di dalam membaca?
Informan : Tidak si, paling kalau lagi ingin saja bacanya itu juga jarang-
jarang.
Peneliti : Menurut anda apakah budaya membaca sudah terbentuk di
kalangan teman-teman sekolah?
141
Informan : Saya kurang tahu si, cuma temen-temen banyak si yang suka
baca, dibanding yang tidak suka baca lebih banyak yang suka
baca si.
Peneliti : Bagaimana ketersediaan buku-buku atau bahan bacaan?
Informan : Mencukupi si sebenernya, kalau ada tugas-tugas bukunya sudah
dapat dari sekolah.
Peneliti : Apakah sumber bacaan tersebut memberikan manfaat atau
kemudahan di dalam membaca?
Informan : Iya si memberi manfaat.
Peneliti : Apakah menurut anda bentuk penugasan yang diberikan guru
turut mempengaruhi di dalam menumbuhkan minat membaca?
Informan : Tidak si, kadang banyak tugas yang diberikan guru malah buat
cuma fokus sama tugas itu, yang penting selesai dan selebihnya
kita cuma baca dan paham tugas itu.
Peneliti : Sejauhmana pemanfaatan teknologi informasi atau internet untuk
membaca atau membantu kegiatan belajar?
Informan : Teknologi informasi terutama internet itu ada manfaatnya kalau
disuruh buat browsing, disuruh nyari tugas atau cerita-cerita
gitu. Kalau saya sendiri si gunain internet untuk nyari tugas dari
guru sama untuk main game.
Peneliti : Apakah kegiatan membaca/budaya membaca yang anda miliki
mempunyai pengaruh terhadap prestasi akademik atau hasil
belajar anda?
Informan : Mempengaruhi si, kalau banyak baca berarti banyak belajar. Ya
kita jadi banyak tahu tentang pelajaran terus nilai kita bisa jadi
naik karena sudah belajar. Ya walaupun saya sendiri masuk
dalam kategori cukup baik dalam prestasi, ya memenuhi KKM
lah pokoknya.
Peneliti : Apakah K-13 mendorong budaya membaca dikalangan siswa?
142
Informan : Lebih mempengaruhi buat membaca kurikulum 2013, karena
siswanya yang aktif bukan gurunya yang aktif, kita jadi lebih
banyak membacanya si.
143
Transkip Hasil Wawancara
Nama : Bagus Adi Pradana
Kelas : XII- TP4
Tempat Wawancara : Ruang Kelas
Hari/Tanggal : Senin, 21 Agustus 2017
Peneliti : Apa arti kegiatan membaca dan seberapa penting kegiatan
membaca bagi Anda?
Informan : Membaca, kegiatan membaca itu mencari tahu sesuatu ilmu yang
belum kita ketahui gitu. Ya penting si membaca itu. Karena
dengan membaca kita jadi tahu apa yang kita tidak tahu.
Peneliti : Menurut Anda faktor apa saja yang mempengaruhi minat untuk
membaca?
Informan : Pertama si.. apa ya, judulnya mungkin, temanya. Terus juga
mungkin kayak tugas sekolah, karena dengan tugas sekolah kan
otomatis kita jadi baca, kan siswa-siswa.
Peneliti : Menurut anda tujuan apa yang ingin didapatkan dari kegiatan
membaca?
Informan : Tujuannnya si, misalnya kita ada tugas sekolah terus kita tidak
tahu terus otomatis kita di sekolah mencari tahu apa yang belum
kita ketahui. Ya supaya menambah wawasan gitu.
Peneliti : Jenis bacaan apa yang menjadi minat dalam membaca?
Informan : Saya si sukanya buku-buku tentang history, sejarah gitu.
Peneliti : Menurut anda kapan waktu yang tepat untuk membaca?
Informan : Malam si, malam jam 8-an karena mengisi waktu luang juga si
sebelum tidur.
Peneliti : Apakah anda mempunyai target di dalam membaca?
144
Informan : Tidak si, paling ya kalau misalnya baca buku, misalnya bukunya
tebel terus ingin selesain, tapi kalau sudah kelar ya.. sudah kelar
gitu aja, tidak punya target spesifik.
Peneliti : Menurut anda apakah budaya membaca sudah terbentuk di
kalangan teman-teman sekolah?
Informan : Budaya baca si kayaknya belum deh, karena dari yang saya lihat
si, orang-orang belum banyak yang baca. Kalau misalnya ni pas
program literasi pada baca si, cuma bukan dari buku paling
baca artikel-artikel dari internet gitu aja.
Peneliti : Bagaimana ketersediaan buku-buku atau bahan bacaan?
Informan : Cukup, banyak-banyak banget bukunya malah.
Peneliti : Apakah sumber bacaan tersebut memberikan manfaat atau
kemudahan di dalam membaca?
Informan : Iya si memberi manfaat.
Peneliti : Apakah menurut anda bentuk penugasan yang diberikan guru
turut mempengaruhi di dalam menumbuhkan minat membaca?
Informan : Mempengaruhi banget si, karena disini bergerak membaca kalau
baru disuruh sama guru. Misalnya ada tugas agama, nah
gurunya itu nyuruh, tapi kalau tidak disuruh otomatis nilainya
jelek. Nah kalau disuruh mereka baca kan supaya nilainya bagus
gitu.
Peneliti : Sejauhmana pemanfaatan teknologi informasi atau internet untuk
membaca atau membantu kegiatan belajar?
Informan : Mempengaruhi banget ya, karena anak sekarang baca bukan dari
buku, tapi dari internet.
Peneliti : Apakah kegiatan membaca/budaya membaca yang anda miliki
mempunyai pengaruh terhadap prestasi akademik atau hasil
belajar anda?
Informan : Punya si, misalnya kayak kita lomba, saya kan lomba broadcast
ya, FLS2N. Nah dengan membaca saya jadi tahu cara-cara
berbicara di depan umum jadi kayak nambah kosakata juga gitu.
145
FLS2N itu lomba seni, tapi kalau saya si lomba film pendek. Nah
strategi buat lomba itu, ya.. kerjain sebagus-bagusnya, jadi pas
presentasi tinggal bagus gitu.
Peneliti : Apakah K-13 mendorong budaya membaca dikalangan siswa?
Informan : Saya rasa si, iya mempengaruhi juga. Karena guru kan tidak
ngajar terus, jadi kita nyari tahu sendiri gitu.
146
Transkip Hasil Wawancara
Nama : Fandee Tsario
Kelas : XII- Multimedia
Tempat Wawancara : Ruang Kelas
Hari/Tanggal : Senin, 21 Agustus 2017
Peneliti : Apa arti kegiatan membaca dan seberapa penting kegiatan
membaca bagi Anda?
Informan : Membaca itu menurut saya, lebih untuk mengambil imu dan
menambah wawasan. Membaca itu penting si, apalagi kita
khususnya pelajar kan kita, karena membaca itu belajar dan
menambah ilmu.
Peneliti : Menurut Anda faktor apa saja yang mempengaruhi minat untuk
membaca?
Informan : Pertama dengan adanya literasi kan ya. Itu aja si kayaknya kak.
Hobi juga si, tergantung orangnya.
Peneliti : Menurut anda tujuan apa yang ingin didapatkan dari kegiatan
membaca?
Informan : Ya itu tadi kak, untuk menambah ilmu dan wawasan.
Peneliti : Jenis bacaan apa yang menjadi minat dalam membaca?
Informan : Kalau saya si lebih suka baca-baca novel, kayak Dilan, gitu kak.
Terus sama buku sekolah paling kak.
Peneliti : Menurut anda kapan waktu yang tepat untuk membaca?
Informan : Biasanya kalau lagi weekend si kak. Kalau hari biasa gini si
tidak.
Peneliti : Apakah anda mempunyai target di dalam membaca?
Informan : Target ada. Kalau tahun ini si saya ingin baca 15 buku si kak.
Targetnya saya list di website saya si kak. Tergantung si kak
147
kalau saya, kadang saya cuma baca satu hari satu bab, ya jadi
gitu tidak begitu ketat gitu.
Peneliti : Menurut anda apakah budaya membaca sudah terbentuk di
kalangan teman-teman sekolah?
Informan : Belum. Karena ya, masih banyak yang... kalau misalnya ada
waktu luang ni ya, kadang saya sama sebelah saya ni ya suka
baca ya saya baca cuma sama dia. Kadang ada yang main
laptop, main game, main hp gitu kan. Paling pada baca pas
program literasi aja.
Peneliti : Bagaimana ketersediaan buku-buku atau bahan bacaan?
Informan : Belum si masih belum. Masih banyak yang kurang di
perpustakaanya,
Peneliti : Apakah sumber bacaan tersebut memberikan manfaat atau
kemudahan di dalam membaca?
Informan : Memberi manfaat tentunya, tapi kalau untuk memberi kemudahan
dalam belajar si tidak juga si, soalnya kita masih lebih banyak
nyari dari luar.
Peneliti : Apakah menurut anda bentuk penugasan yang diberikan guru
turut mempengaruhi di dalam menumbuhkan minat membaca?
Informan : Iya. Ada guru yang nugasin buat baca novel, terus kalau udah
baca novelnya kita nyetor tuh setiap babnya, terus nanti kita
suruh dibuat resensinya gitu.
Peneliti : Sejauhmana pemanfaatan teknologi informasi atau internet untuk
membaca atau membantu kegiatan belajar?
Informan : Cukup penting si, dengan adanya e-book, pdf, internet gitu, di
laptop jadi bisa baca-baca kita.
Peneliti : Apakah kegiatan membaca/budaya membaca yang anda miliki
mempunyai pengaruh terhadap prestasi akademik atau hasil
belajar anda?
Informan : Iya mempengaruhi.
Peneliti : Apakah K-13 mendorong budaya membaca dikalangan siswa?
148
Informan : Mempengaruhi banget. Jadi kan, murid harus lebih aktif dalam
Kurtilas ini ya, jadi otomatis lebih sering baca, lalu kalau ada
yang kita tidak tahu dari buku tersebut kita bisa tanya kepada
guru kitu. Ya gitu.
149
Transkip Hasil Wawancara
Nama : Fikri Bayu Aji
Kelas : X- TP4
Tempat Wawancara : Ruang Kelas
Hari/Tanggal : 21 Agustus 2017
Peneliti : Apa arti kegiatan membaca dan seberapa penting kegiatan
membaca bagi Anda?
Informan : Membaca itu memahami suatu tulisan. Membaca itu penting
banget soalnya buat menambah wawasan.
Peneliti : Menurut Anda faktor apa saja yang mempengaruhi minat untuk
membaca?
Informan : Faktor-faktor itu kayak ingin tahu. Kalau saya sendiri si kurang
suka baca si ya.
Peneliti : Menurut anda tujuan apa yang ingin didapatkan dari kegiatan
membaca?
Informan : Ya untuk supaya kita lebih tahu dan lebih tahu lagi, jadi
pengetahuan kita bertambah.
Peneliti : Jenis bacaan apa yang menjadi minat dalam membaca?
Informan : Komik.
Peneliti : Menurut anda kapan waktu yang tepat untuk membaca?
Informan : Biasanya habis pulang sekolah.
Peneliti : Apakah anda mempunyai target di dalam membaca?
Informan : Kalau baca si tidak ada. Paling kalau program literasi di
sekolah.
Peneliti : Menurut anda apakah budaya membaca sudah terbentuk di
kalangan teman-teman sekolah?
Informan : Belum si. Masih kurang, tidak tahu ya kenapa, tapi sekarang kan
ada gadjet jadi lebih suka ke gadjetnya.
150
Peneliti : Bagaimana ketersediaan buku-buku atau bahan bacaan?
Informan : Cukup si.
Peneliti : Apakah sumber bacaan tersebut memberikan manfaat atau
kemudahan di dalam membaca?
Informan : Iya membari manfaat.
Peneliti : Apakah menurut anda bentuk penugasan yang diberikan guru
turut mempengaruhi di dalam menumbuhkan minat membaca?
Informan : Iya kalau menurut saya iya. Soalnya kan tadinya ga tahu terus
dikasih tahu.
Peneliti : Sejauhmana pemanfaatan teknologi informasi atau internet untuk
membaca atau membantu kegiatan belajar?
Informan : Apa ya, kalau menurut saya si buat menarik minat buat baca ya
lebih karena ada animasi atau variasinya, jadi lebih menarik
untuk membaca.
Peneliti : Apakah kegiatan membaca/budaya membaca yang anda miliki
mempunyai pengaruh terhadap prestasi akademik atau hasil
belajar anda?
Informan : Mempengaruhi si, kan soalnya kalau kita baca kita jadinya tahu.
Peneliti : Apakah K-13 mendorong budaya membaca dikalangan siswa?
Informan : Kalau menurut saya si biasanya, msih biasa. Iya lebih naik
sedikit gimana si, kayak ada peningkatan sedikit si. Soalnya kan
sekalian sering nulis jadinya kan bacanya lebih sering si.
151
Lampiran 5
HASIL STUDI DOKUMENTASI
No. Jenis Dokumen Ada Tidak
Ada
Ket.
1. Profil SMK 48 Jakarta
2. Data Peserta didik
3. Data tentang Pendidik dan Tenaga
Kependidikan
4. Data Sarana dan Prasarana Sekolah:
a. Ruang kelas
b. Meja dan bangku
c. Papan tulis
d. Perpustakaan
e. Ruang guru
f. Ruang kepala sekolah
g. Ruang Tata Usaha
h. Laboratorium Multimedia
i. Laboratorium Pemasaran
j. Ruang Bimbingan Konseling
k. Ruang UKS
l. Ruang OSIS
m. Lapangan
n. Toilet
5. Rencana Kerja Sekolah
6. Jadwal Pelajaran SMK 48 Jakarta
7. Struktur Organisasi
8. Dokumen Kurikulum K-13
9. Sasaran Mutu
10. Data Prestasi SMK Negeri 48 Jakarta
11. Data Pengunjung Perpustakaan
12. Data Peminjam Buku Perpustakaan
152
Lampiran 6
DATA PRESTASI SMK NEGERI 48 JAKARTA
TAHUN 2014-2017
No. Tahun Jenis Lomba Peringkat Institusi
1 2014 Lomba Debat Bahasa
Indonesia Tingkat Nasional
Juara I Unit Pengelola
Museum Joang 45
2 2014 Lomba Fotografi “Ini
Inspirasiku”
Juara II Unit Pengelola
Museum Joang 45
3 2014 Lomba Fotografi “Pahlawan
Tanpa Tanda Jasa”
Juara I Unit Pengelola
Museum Joang 45
4 2014 Lomba Fotografi “Pahlawan
Tanpa Tanda Jasa”
Juara II Unit Pengelola
Museum Joang 45
5 2015 International Children
ASIAN
Japan
6 2015 Grafic Design Tecnology
LKS
Juara I Suku Dinas
Pendidikan
Jakarta Timur
7 2015 Secretary Lomba Kompetisi
Siswa (LKS)
Juara
Harapan I
Suku Dinas
Pendidikan
Jakarta Timur
8 2015 Web Design Lomba
Kompetisi Siswa (LKS)
Juara
Harapan II
Suku Dinas
Pendidikan
Jakarta Timur
9 2015 Accounting Competition
2015
7th
Winner Trisakti School of
Management
10 2015 Teather Festival & Lomba
Seni Siswa Nasional
(FLS2N) SMK
Juara II Suku Dinas
Pendidikan
Jakarta Timur
11 2015 Matematika Non Tecnologi
Olimpiade Sains Terapan
Siswa SMK Tingkat
Provinsi DKI Jakarta
Juara I Provinsi DKI
Jakarta
12 2015 Matematika Non Tecnologi
Olimpiade Sains Terapan
Siswa SMK Tingkat
Provinsi DKI Jakarta
Juara II Provinsi DKI
Jakarta
13 2015 Matematika Non Tecnologi
Olimpiade Sains Terapan
Siswa SMK Tingkat
Provinsi DKI Jakarta
Juara III Provinsi DKI
Jakarta
14 2016 Kegiatan Kampanye Green Sertifikat UNJ
153
Indonesia For The World
15 2016 Film Pendek Festival &
Lomba Seni Siswa Nasional
(FLS2N) SMK
Film Terbaik
1
Suku Dinas
Pendidikan
Jakarta Timur
16 2016 Web Design Lomba
Kompetisi Siswa (LKS)
Harapan II Suku Dinas
Pendidikan
Jakarta Timur
17 2016 Bilingual Secretary Lomba
Kompetisi Siswa (LKS)
Juara I Suku Dinas
Pendidikan
Jakarta Timur
18 2016 Accounting Lomba
Kompetisi Siswa (LKS)
Juara I Suku Dinas
Pendidikan
Jakarta Timur
19 2016 Grafic Design Tecnologi
Festival & Lomba Seni
Siswa Nasional
(FLS2N)SMK
Harapan II Suku Dinas
Pendidikan
Jakarta Timur
20 2016 Lomba Sayembara Film
Pendek Bernuansa HAM
Juara II Kementerian
Hukum & HAM
RI Direktorat
Jenderal HAM
21 2016 Grafic Design Tecnologi
Lomba Kompetisi Siswa
(LKS)
Juara III Suku Dinas
Pendidikan
Wilayah I Jakarta
Timur
22 2016 Accounting Lomba
Kompetisi Siswa (LKS)
Juara III Suku Dinas
Pendidikan
Wilayah I Jakarta
Timur
23 2016 Bilingual Secretary Lomba
Kompetisi Siswa (LKS)
SMK
Juara III Suku Dinas
Pendidikan
Wilayah I Jakarta
Timur
24 2017 Solo Gitar Klasik Festival &
Lomba Seni Siswa Nasional
(FLS2N)SMK
Juara I Suku Dinas
Pendidikan
Jakarta Timur
25 2017 Menyanyi Solo Festival &
Lomba Seni Siswa Nasional
(FLS2N) SMK
Juara II Suku Dinas
Pendidikan
Jakarta Timur
26 2017 Badminton Kategori Ganda
Campuran O2SN SMK
Juara I Suku Dinas
Pendidikan
Wilayah I Jakarta
Timur
27 2017 Desain Poster Penegak
Tingkat Jawa Barat, DKI
Juara II SMA 1 Bekasi
154
Jakarta & Banten
28 2017 Film Pendek
Festival & Lomba Seni
Siswa Nasional
(FLS2N)SMK
Juara I Suku Dinas
Pendidikan
Jakarta Timur
29 2017 Badminton Kategori
Tunggal Putera
O2SN SMK
Juara I Suku Dinas
Pendidikan
Wilayah I Jakarta
Timur
30 2017 Basket Puteri
Softy Cup
Juara II Kementerian
Pemuda &
Olahraga RI
31 2017 Depat PAI Team Pentas
Pendidikan Agama Islam
(PAI)
Harapan I Kementerian
Agama Jakarta
Timur
32 2017 Cipta Baca Puisi Festival &
Lomba Seni Siswa Nasional
(FLS2N)SMK
Juara
Harapan II
Suku Dinas
Pendidikan
Jakarta Timur
33 2017 Lomba Ceramah “Ninety
One Islamic Skill Event”
Tingkat SMA/Sederajat Se-
Jakarta Timur
Juara II ROHIS SMAN 91
Jakarta
34 2017 Lomba MTQ Tingkat
SMA/Sederajat Se-Jakarta
Timur
Juara III ROHIS SMAN 91
Jakarta
35 2017 Lomba MTQ Tingkat
SMA/Sederajat Se-Jakarta
Timur
Juara II ROHIS SMAN 91
Jakarta
36 2017 Kompetisi MTQ & Murotal
Kompetisi Rohis antar
Sekolah Se-Jabotabek
Juara I SMK Negeri 25
Jakarta
37 2017 Kompetisi Hadroh
Kompetisi ROHIS antar
Sekolah Se-Jabaotabek
Juara II SMK Negeri 25
Jakarta
38 2017 Festival Film Pendek SMA
Se-Jakarta
Juara II Koordinatorist
Wartawan Balai
Kota-DPRD DKI
Jakarta
155
Lampiran 7
REKAPITULASI JUMLAH PEMINJAM BUKU
PERPUSTAKAAN
SMK NEGERI 48 JAKARTA
Keterangan:
AK = Akuntansi
AP = Administrasi Perkantoran
PM = Pemasaran
MM = Multimedia
TP4 = Teknik Produksi dan Penyiaran Program Pertelevesian
Tahun 2014/2015
Bulan AK AP PM MM TP4
Juli - - - - -
Agustus 69 9 21 12 9
September 18 5 20 7 6
Oktober 39 24 19 - 2
November 43 22 25 2 6
Desember 71 85 46 8 39
Januari 25 10 30 16 7
Februari 30 22 12 - 2
Maret 8 14 6 16 -
April 15 4 19 1 -
Mei 9 4 20 - 12
Juni 4 2 - - -
Total 331 201 218 62 83
Tahun 2015/2016
156
Juli - - 4 - 1
Agustus 79 56 6 61 56
September 28 73 61 29 9
Oktober 33 68 26 12 22
November 18 105 42 21 19
Desember 5 6 11 - 3
Januari 3 62 17 - -
Februari 25 35 38 2 -
Maret 187 94 62 4 13
April 141 40 102 15 10
Mei 52 114 107 - 48
Juni 46 121 25 - -
Total 617 836 501 144 181
Tahun 2016/2017
Juli 15 26 - 3 8
Agustus 29 24 16 - 13
September 141 41 26 3 5
Oktober 115 24 229 11 6
November 69 93 30 37 8
Desember 81 108 30 5 8
Januari 26 17 19 - 10
157
Lampiran 8
REKAPITULASI JUMLAH PENGUNJUNG PERPUSTAKAAN
SMK NEGERI 48 JAKARTA
Keterangan:
AK = Akuntansi
AP = Administrasi Perkantoran
PM = Pemasaran
MM = Multimedia
TP4 = Teknik Produksi dan Penyiaran Program Pertelevesian
Tahun 2014/2015
Bulan AK AP PM MM TP4
Juli - - - - -
Agustus - 33 - 39 -
September 133 140 67 19 25
Oktober 179 68 188 9 32
November 86 73 186 19 22
Desember 173 80 91 44 13
Januari 74 33 49 43 92
Februari 122 71 87 56 30
Maret 25 63 18 8 38
April 74 42 118 31 -
Mei 45 42 68 12 8
Juni 6 15 27 - -
Total 917 660 899 280 260
Tahun 2015/2016
158
Juli - - - - -
Agustus 43 17 13 2 21
September 68 35 33 9 29
Oktober 64 66 46 11 -
November 51 93 28 15 19
Desember 73 70 51 36 7
Januari 75 33 72 - -
Februari 57 87 13 - 2
Maret 33 58 31 22 2
April 53 51 91 15 -
Mei 39 20 21 3 4
Juni 20 23 - - -
Total 576 553 399 113 84
Tahun 2016/2017
Juli 61 20 12 18 14
Agustus 86 35 42 12 15
September 9 37 41 2 5
Oktober 39 23 32 2 3
November 30 60 1 2 12
Desember 17 4 1 2 -
Januari 16 5 4 - -
159
BIODATA PENULIS
Emma Yuliana Nurbaithy, lahir di Jakarta
pada tanggal 8 Juli 1995. Penulis merupakan
anak kelima dari enam bersaudara dari Bapak
Wachidin dan Ibu Tarmini. Penulis menempuh
pendidikan di SD Negeri 23 Petang Pulo
Gebang Jakarta Timur sejak tahun 2001-2007,
SMP Negeri 284 Jakarta pada tahun 2007-2010,
MA Negeri 8 Jakarta dari tahun 2010-2013, dan
melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan
tinggi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan
Manajemen Pendidikan pada tahun 2013.
Penulis akhirnya memilih berkontribusi di
bidang pendidikan atas dasar keprihatinan penulis terhadap anak-anak yang belum
mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Terlebih
kesenjangan yang sangat jauh berbeda antara pendidikan yang berada di kota
dengan di daerah pedesaan atau kampung. Melalui jenjang pendidikan ini penulis
sangat besar berharap bisa mengontribusikan diri untuk memajukan pendidikan di
Indonesia dan bermanfaat bagi orang banyak. Penulis meyakini bahwa tidak ada
yang sesuatu yang sia-sia sekalipun itu adalah yang paling buruk yang pernah ada.
Penulis bercita-cita menjadi founder penggiat pendidikan dan seorang
socialpreneur di dunia terutama di Indonesia.
Melalui skripsi ini, penulis berharap dapat bermanfaat bagi siapapun yang
ingin mengetahui tentang pendidikan ataupun sedang menggeluti diri dalam
bidang pendidikan. Skripsi yang berjudul “Penerapan Budaya Membaca dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan di SMK Negeri 48 Jakarta” merupakan sebagian
kecil perihal dunia pendidikan, yang menjadi fokus penulis untuk meraih gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd).
Motto: Innama asyku batsi wa huzni ilallah.