universitas indonesia laporan praktek kerja profesi...

101
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN JL. PERCETAKAN NEGARA NO. 23 JAKARTA PUSAT PERIODE 2-24 SEPTEMBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER BHATA BELLINDA, S.Farm. 1206329423 ANGKATAN LXXVII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014 Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Upload: others

Post on 01-Sep-2019

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKERDI DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANANJL. PERCETAKAN NEGARA NO. 23 JAKARTA PUSAT

PERIODE 2-24 SEPTEMBER 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

BHATA BELLINDA, S.Farm.1206329423

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASIPROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOKJANUARI 2014

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKERDI DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANANJL. PERCETAKAN NEGARA NO. 23 JAKARTA PUSAT

PERIODE 2-24 SEPTEMBER 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

BHATA BELLINDA, S.Farm.1206329423

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASIPROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOKJANUARI 2014

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

iii Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

iv Universitas Indonesia

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah

saya nyatakan dengan benar.

Nama : Bhata Bellinda, S.Farm.

NPM : 1206329423

Tanda Tangan :

Tanggal : 17 Januari 2014

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

v Universitas Indonesia

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan syukur kepada Allah Tritunggal Maha Kudus yang telah

memberikan penyertaanNya, anugerah, serta kasih karuniaNya yang selalu setia

mendampingi dan menuntun saya selama proses pengerjaan dan penyusunan

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Badan Pengawas Obat dan

Makanan Republik Indonesia (Badan POM RI), khususnya di Direktorat

Standardisasi Produk Pangan Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan

Bahan Berbahaya mulai tanggal 2 September s.d 24 September 2013.

Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Profesi

Apoteker untuk dapat memperoleh gelar Apoteker dan merupakan sarana untuk

memperluas wawasan mahasiswa Program Profesi Apoteker dibidang

pemerintahan.

1. Dra. Deksa Presiana, Apt., M.Kes, selaku Ka. Sub. Dit. Standardisasi Produk

Pangan, juga selaku pembimbing dari Badan Pengawas Obat dan Makanan

Republik Indonesia atas kesempatan dan bimbingan yang diberikan selama

pelaksanaan PKPA;

2. Dr. Amarila Malik, M.Si., Apt selaku Dosen Pembimbing PKPA dari Fakultas

Farmasi Universitas Indonesia yang telah berkenan menyediakan waktu dan

perhatiannya untuk memberikan bimbingan serta arahan dalam upaya

penyusunan laporan PKPA;

3. Dra. Lucky S. Slamet, M.Sc., selaku Kepala Badan Pengawas Obat dan

Makanan Republik Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada

mahasiswa untuk melakukan PKPA di Badan POM selama periode 2

September 2013 s.d. 24 September 2013;

4. Ir. Tetty H. Sihombing., MP, Direktur Standardisasi Produk Pangan Badan

Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia atas kesempatan yang

diberikan selama pelaksanaan PKPA di Direktorat Standardisasi Produk

Pangan;

5. Dr. Mahdi Jufri, M. Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Indonesia.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

vi Universitas Indonesia

6. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt., sebagai Pj.S. Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia sampai dengan 20 Desember 2013.

7. Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia sekaligus pembimbing akademik;

8. Seluruh staf dan karyawan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

Indonesia, khususnya Direktorat Standardisasi Produk Pangan Badan

Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, yang telah memberikan

bantuan dan perhatian selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker.

9. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia atas

didikan dan bantuannya selama perkuliahan di pendidikan profesi apoteker.

10. Papa, mama, dan kak Abi yang telah memberikan doa dan semangat untuk

menyelesaikan perkuliahan di pendidikan profesi apoteker.

11. Seluruh teman-teman Apoteker UI Angkatan 77 yang telah berjuang bersama-

sama melaksanakan PKPA untuk mendapatkan gelar apoteker.

12. Seluruh pihak yang telah membantu penulisan laporan PKPA yang tidak dapat

disebutkan satu-persatu.

Saya menyadari laporan PKPA ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan

demi kesempurnaan dalam penyusunan laporan ini. Semoga apa yang saya sajikan

dalam laporan ini dapat memberikan manfaat yang cukup berarti bagi

perkembangan peranan profesi Apoteker di pemerintahan pada umumnya.

Keterbatasan pada dasarnya dapat menjadi sumber pelajaran bagi perkembangan

berikutnya dan kesempatan adalah titik awal perjuangan untuk menjadi lebih baik.

Jakarta, Januari 2014

Penulis

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

vii Universitas Indonesia

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangandibawah ini:Nama : Bhata Bellinda, S.Farm

NPM : 1206329423

Program Studi : Apoteker

Fakultas : Farmasi

Jenis karya : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty

Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DIDIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN BADANPENGAWAS OBAT DAN MAKANAN JL. PERCETAKANNEGARA NO. 23, JAKARTA PUSAT PERIODE 2SEPTEMBER – 24 AGUSTUS 2013beserta perangkat yang ada (bila diperlukan) dengan Hak Bebas Royalti

Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih

media/formatkan, mengelola dalam bentuk basis data, merawat, dan

mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok

Pada Tanggal : 17 Januari 2014

Yang menyatakan

(Bhata Bellinda, S.Farm.)

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

viii Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Bhata Bellinda, S. Farm

Program Studi : Profesi Apoteker

Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Direktorat

Standardisasi Produk Pangan Badan Pengawas Obat dan

Makanan Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat Periode 2-24

September 2013

Praktek Kerja Profesi Apoteker di Direktorat Standardisasi Produk Pangan BadanPengawas Obat dan Makanan bertujuan untuk memahami tugas pokok dan fungsisecara khusus di Direktorat Standarisasi Produk Pangan, serta secara umummengenal dan memahami dari masing-masing Direktorat lain yang terdapat dalamBadan Pengawas Obat dan Makanan. Hal ini diperlukan untuk mengetahui upayapemerintah dalam menyelenggarakan suatu sistem yang mampu memberikanperlindungan bagi pihak yang memproduksi maupun yang mengkonsumsi.Sehingga meningkatkan pengetahuan dan kemampuan praktis mahasiswa calonApoteker dalam menjalankan profesinya terutama di bidang pemerintahan. Tugaskhusus yang diberikan berjudul Kajian Penyusunan Rancangan Standar NasionalIndonesia 1 (RSNI 1) Keripik Bayam, yang bertujuan mengetahui danmempelajari tujuan SNI, serta pembuatan RSNI pada terutama pada produkpangan olahan seperti keripik bayam.

Kata kunci : Praktek Kerja Profesi Apoteker, Direktorat Standardisasi Produk

Pangan Badan Pengawas Obat dan Makanan, Rancangan Standar

Nasional Indonesia

xiii + 45 halaman : 8 lampiran

Daftar Pustaka : 18 (1999-2013)

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

ix Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Bhata Bellinda, S. Farm

Study Program : Pharmacist Profession

Judul :. Report of Pharmacist Internship Program at Direktorat

Standardisasi Produk Pangan Badan Pengawas Obat dan

Makanan Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat

September 2nd - September 24th 2013 Period

Practice Pharmacist in the Directorate of Food Product Standardization Agency ofDrug and Food aims to understand the duties and functions specifically in theDirectorate of Food Product Standards and generally know and understand eachother Directorate contained in the Food and Drug Administration. It is necessaryto know the government's efforts to organize a system that is able to provideprotection for those who produce or are consumed. Thus increasing theknowledge and practical ability of candidates Pharmacists in their profession,especially in the areas of government. Special task given draft study entitledIndonesian National Standard 1 (RSNI 1) Spinach chips, which aims to discoverand learn the purpose of the SNI, and the making of RSNI on mainly on processedfood products such as spinach chips.

Key Words :. Pharmacist Internship Direktorat Standardisasi Produk Pangan

Badan Pengawas Obat dan Makanan, Rancangan Standar

Nasional Indonesia

xiii + 45 pages : 8 appendixes

Bibliography : 18 (1999-2013)

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

x Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................. v

HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI........................................... vii

ABSTRAK................................................................................................ viii

ABSTRACT.............................................................................................. ix

DAFTAR ISI ............................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR…………………………………............................ xii

DAFTAR LAMPIRAN.…………………………..……………………. xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………..……. 1

1.1 Latar Belakang………………...………………………...…….. 1

1.2 Tujuan…………...…………………………………………….. 2

1.3 Manfaat....................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN UMUM BADAN POM RI ………..….………… 3

2.1 Definisi Badan POM RI …..…...………..…………………… 3

2.2 Tujuan dan Proses Standarisasi Nasional Indonesia……..……. 3

2.3 Visi dan Misi Badan POM RI.................................................... 3

2.4 Kewenangan Badan POM RI..................................................... 4

2.5 Struktur Organisasi Badan POM RI………………………….. 5

2.6 Sistem Pengawas Obat dan Makanan (SISPOM)…………….. 8

2.7 Budaya Organisasi Badan POM RI........................................... 10

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS DIREKTORAT STANDARDISASI

PRODUK PANGAN.................................................................. 11

3.1 Visi dan Misi ………..……....................................……...…… 11

3.2 Tugas dan Fungsi …………...…………………………........... 11

3.3 Dasar Hukum Standardisasi Produk Pangan…………………. 12

3.4 Kebijakan……………………………………………………... 12

3.5 Program……………………………………………………….. 13

3.6 Kegiatan Umum………………………………………………. 13

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

xi Universitas Indonesia

3.7 Kegiatan Direktorat Standardisasi Produk Pangan Tahun

Anggaran 2013………………………………………………... 14

3.8 Struktur Organisasi…………………………………………… 15

3.9 Strategi………………………………………………………... 19

3.10 Tahap Penyusunan Regulasi atau Peraturan………………… 19

3.11 Penyusunan Standar Nasional Indonesia (SNI)……………... 20

3.12 Jenis Produk Standardisasi………………………………….. 22

3.13 Jenis Standar Pelayanan Publik Direktorat Standardisasi

Produk Pangan......................................................................... 23

BAB 4 PELAKSANAAN PKPA ………….………………………... 24

4.1 Kegiatan PKPA di Direktorat Standardisasi Produk Pangan 24

4.2 Kegiatan PKPA di SubDirektorat Standar Pangan Olahan....... 25

4.3 Kegiatan PKPA di SubDirektorat Pangan Khusus.................... 26

4.4 Kegiatan PKPA di SubDirektorat Standardisasi Bahan Baku

dan Bahan Tambahan Pangan................................................. 28

BAB 5 LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN........................... 30

5.1 Landasan Teori 30

5.2 Pembahasan 32

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………………………………… 43

6.1 Kesimpulan……………………………………………………. 43

6.2 Saran…………..………………………..……………………... 43

DAFTAR PUSTAKA………………………….……………….………. 44

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

xii Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Badan POM RI ....................................... 5

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Direktorat Standardisasi Produk Pangan 15

Gambar 3.2 Tahap Penyusunan Regulasi/Peraturan ………...……........... 19

Gambar 3.3 Tahap Perumusan SNI (Standar Nasional Indonesia)………. 21

Gambar 5.1. Logo Khusus Pangan Iradiasi ...................................………. 38

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

xiii Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Permohonan Pengkajian Keamanan, Mutu, Gizi dan

Manfaat Pangan Untuk Kategori Pangan, Label dan Iklan

Pangan................................................................................ 46

Lampiran 2 Konsultasi Terkait Proses Pengkajian Keamanan, Mutu,

Gizi dan Manfaat Pangan Untuk Kategori Pangan, Label

dan Iklan Pangan ……………...………………………… 46

Lampiran 3 Permohonan Pengkajian Keamanan, Mutu, Gizi dan

Manfaat Pangan Untuk Bahan Tambahan Pangan dan

Bahan Penolong ………………………………………..... 47

Lampiran 4 Konsultasi Terkait Proses Pengkajian Keamanan, Mutu,

Gizi dan Manfaat Pangan Untuk Bahan Tambahan

Pangan dan Bahan Penolong.………………………...….. 47

Lampiran 5 Permohonan Pengkajian Keamanan, Mutu, Gizi dan

Manfaat Pangan Untuk Klaim Gizi Dan Kesehatan,

Bahan Baku, Zat Gizi dan Nongizi ……………………… 48

Lampiran 6 Konsultasi Terkait Proses Pengkajian Keamanan, Mutu,

Gizi dan Manfaat Pangan Untuk Klaim Gizi dan

Kesehatan, Bahan Baku, Zat Gizi dan Nongizi ……….… 48

Lampiran 7 Permohonan Pengkajian Keamanan Pangan PRG .……… 49

Lampiran 8 Konsultasi Terkait Proses Pengkajian Keamanan Pangan

PRG ……………...……………………………………… 50

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang pesat telah membawa perubahan yang cepat

dan signifikan pada industri pangan di Indonesia. Kemampuan teknologi yang

berkembang memungkinkan produk-produk pangan dapat terdistribusi dan

menjangkau seluruh lapisan masyarakat dalam waktu singkat. Selain itu, pangan

termasuk kebutuhan dasar terpenting dan sangat esensial dalam kehidupan

manusia. Pangan merupakan kebutuhan alamiah manusia, seiring dengan

kemajuan teknologi manusia cenderung menyukai hal-hal yang praktis termasuk

dalam memilih pangan, sehingga banyak ditemukan produk-produk pangan

instan baik yang diproduksi oleh industri pangan atau yang dibuat oleh rumah

tangga atau biasa dikenal dengan “ Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP)”(1).

Keamanan, mutu, dan gizi pangan merupakan syarat penting yang harus

melekat pada pangan yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat.

Berdasarkan dari peraturan pemerintah yang menyatakan bahwa pangan yang

aman, bermutu dan bergizi sangat penting perannya bagi pertumbuhan,

pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan serta peningkatan kecerdasan

masyarakat. Selain dari pada itu masyarakat juga perlu dilindungi dari bahaya

pangan yang dapat merugikan atau membahayakan kesehatan(8).

Penyelenggaraan suatu sistem yang mampu memberikan perlindungan

bagi pihak yang memproduksi maupun yang mengkonsumsi pangan dianggap

sangat diperlukan sehingga konsumen mampu untuk memilah pangan yang akan

dikonsumsi terkait keamanan, mutu dan gizinya(1,8). Industri harus mampu

menjaga keamanan, mutu dan gizi produk pangan yang akan diedarkan.

Pemerintahan mempunyai tanggung jawab untuk mengawasi produk pangan yang

beredar agar senantiasa memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan gizi pangan,

instansi tersebut salah satunya di Indonesia adalah Badan Pengawas Obat dan

Makanan Republik Indonesia (Badan POM RI) yang mengawasi pangan olahan(9).

Direktorat Standardisasi Produk Pangan merupakan salah satu unit kerja

eselon II di Badan POM RI. Berdasarkan Keputusan Kepala Badan POM RI No.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

2

Universitas Indonesia

02001/SK/KBPOM tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat

dan Makanan tanggal 26 Februari 2001, maka Direktorat Standardisasi Produk

Pangan mempunyai tugas penyiapan perumusan kebijakan, penyusunan

pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian,

bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengaturan dan standardisasi produk

pangan. Salah satu praktisi yang mampu berperan dalam bidang ini haruslah

yang berkualitas, antara lain adalah Apoteker(4).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka Program Profesi Apoteker

Universitas Indonesia bekerja sama dengan Badan POM RI dalam

penyelenggaraan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Badan POM RI guna

terlahirnya lulusan Apoteker yang berkualitas, berpengetahuan luas dan berdaya

guna tinggi sehingga lebih kompeten dalam dunia kerja.

1.2 Tujuan

1. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan praktis mahasiswa calon

Apoteker dalam menjalankan profesinya terutama di bidang

pemerintahan.

2. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran dan fungsi

Badan POM RI.

3. Memahami peran apoteker khususnya di Direktorat Standarisasi

Produk Pangan Badan POM RI.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia3

BAB 2

TINJAUAN UMUM

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN(4)

2.1 Definisi Badan Pengawas Obat dan Makanan

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 166 tahun 2000 dan nomor 103

tahun 2001, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (Badan

POM RI) sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) bertanggung

jawab langsung kepada Presiden dan dalam melaksanakan tugasnya berkoordinasi

dengan Kementerian Kesehatan. Badan POM RI melaksanakan tugas pemerintah

dibidang pengawasan obat dan makanan sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

2.2 Ruang Lingkup Tugas dan Fungsi Badan POM RI

Tugas Badan POM RI adalah melaksanakan tugas pemerintah di bidang

pengawasan obat dan makanan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, Badan POM RI

menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan obat dan

makanan.

2. Pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengawasan obat dan makanan.

3. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas Badan POM RI.

4. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan instansi

pemerintah di bidang pengawasan obat dan makanan.

5. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang

perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian,

keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.

2.3 Visi dan Misi Badan POM RI

Badan POM RI sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK)

yang mempunyai kewenangan dalam hal pengawasan obat dan makanan di

Indonesia mempunyai visi dan misi sebagai berikut:

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

4

Universitas Indonesia

Visi Badan POM RI:

”Menjadi Institusi Pengawas Obat dan Makanan yang Inovatif,

Kredibel dan Diakui secara Internasional untuk Melindungi Masyarakat.”

Misi Badan POM RI:

1. Melakukan pengawasan pre-market dan post-market berstandar

internasional.

2. Menerapkan sistem manajemen mutu secara konsisten.

3. Mengoptimalkan kemitraan dengan pemangku kepentingan di berbagai

lini.

4. Memberdayakan masyarakat agar mampu melindungi diri dari obat

dan makanan yang berisiko terhadap kesehatan.

5. Membangun organisasi pembelajar (Learning Organization).

2.4 Kewenangan Badan POM RI

Dalam melaksanakan fungsinya sebagai lembaga pengawas obat dan

makanan di Indonesia, Badan POM RI memiliki kewenangan sebagai berikut:

1. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidang pengawasan obat dan

makanan.

2. Perumusan kebijakan di bidang pengawasan obat dan makanan untuk

mendukung pembangunan secara makro.

3. Penetapan sistem informasi di bidang pengawasan obat dan makanan.

4. Penetapan persyaratan penggunaan bahan tambahan (zat aditif) tertentu untuk

makanan dan penetapan pedoman pengawasan peredaran obat dan makanan.

5. Pemberian izin dan pengawasan peredaran obat serta pengawasan industri

farmasi.

6. Penetapan pedoman penggunaan, konservasi, pengembangan dan pengawasan

tanaman obat.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

5

Universitas Indonesia

2.5 Struktur Organisasi Badan POM RI

Gambar 2.1

Struktur Organisasi Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia

KEPALA BADANPENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

INSPEKTORAT SEKRETARIAT UTAMA

1. Biro Perencanaan danKeuangan

2. Biro Kerjasama Luar Negeri3. Biro Hukum dan Perhubungan

Masyarakat4. Biro Umum

PusatPenyidikanObat danMakanan

PusatRiset Obat

danMakanan

PusatInformasiObat danMakanan

PusatPengujianObat danMakananNasional

DEPUTI IIIBidang PengawasanKeamanan Pangan

dan Bahan Berbahaya

1.Direktorat PenilaianKeamanan Pangan

2. Direktorat StandardisasiProoduk Pangan

3. Direktorat Inspeksi danSertifikasi Produk Pangan

4. Direktorat Surveilan danPenyuluhan KeamananPangan

5. Direktorat PengawasanProduk dan BahanBerbahaya

DEPUTI IIBidang Pengawasan

Obat Tradisional,Kosmetik dan Produk

Komplemen

1. Direktorat Penilaian ObatTradisional, SuplemenMakanan dan Kosmetika

2. Direktorat StandardisasiObat Tradisional, Kosmetikadan Produk Komplemen

3. Direktorat Inspeksi danSertifikasi Obat Tradisional,Kosmetika dan ProdukKomplemen

4. Direktorat Obat AsliIndonesia

DEPUTI IBidang PengawasanTerapetik, NarkotikaPsikotopika, dan Zat

Adiktif (NAPZA)

1. Direktorat Penilaian Obatdan Produk Biologi

2. Direktorat StandardisasiProduk Terapetik dan PKRT

3. Direktorat PengawasanProduksi Produk Terapetikdan PKRT

4. Direktorat PengawasanDistribusi Produk Terapetikdan PKRT

5. Direktorat PengawasanNAPZA

Unit PelaksanaTeknis Badan POM

Balai Besar / BalaiPOM

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

6

Universitas Indonesia

2.5.1 Kepala Badan POM RI

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (Badan

POM RI) mempunyai tugas:

a. Memimpin Badan POM RI sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

b. Menyiapkan kebijakan nasional dan kebijakan umum sesuai dengan tugas

Badan POM RI.

c. Menetapkan kebijakan teknis pelaksanaan tugas Badan POM RI yang menjadi

tanggung jawabnya.

d. Membina dan melaksanakan kerjasama lintas sektor dengan instansi dan

organisasi lain.

2.5.2 Sekretariat Utama

Sekretariat utama bertugas mengkoordinasikan perencanaan, pembinaan,

pengendalian terhadap program, administrasi dan sumber daya di lingkungan

Badan POM RI. Dalam melaksanakan tugasnya, sekretariat utama

menyelenggarakan fungsi:

a. Pengkoordinasian, sinkronisasi, dan integrasi perencanaan, penganggaran,

penyusunan laporan, pengembangan pegawai termasuk pendidikan dan

pelatihan, serta perumusan kebijakan teknis di lingkungan Badan POM RI.

b. Pengkoordinasian, sinkronisasi, dan integrasi penyusunan peraturan

perundang-undangan, kerjasama luar negeri, hubungan antar lembaga,

kemasyarakatan dan bantuan hukum yang berkaitan dengan tugas Badan POM

RI.

c. Pembinaan dan pelayanan administrasi ketatausahaan, organisasi dan

tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, perlengkapan dan rumah

tangga.

d. Pembinaan dan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan pusat-pusat dan

unit-unit pelaksana teknis di lingkungan Badan POM RI.

e. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala Badan POM RI, sesuai

dengan bidang tugasnya.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

7

Universitas Indonesia

f. Sekretariat utama membawahi Biro Perencanaan dan Keuangan, Biro

Kerjasama Luar Negeri, Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Biro Umum

dan Kelompok Jabatan Fungsional.

2.5.3 Deputi I : Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Narkotika,

Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA)

Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan NAPZA melaksanakan

penilaian dan evaluasi khasiat, keamanan dan mutu obat, produk biologi dan alat

kesehatan sebelum beredar di Indonesia dan juga produk uji klinik. Selanjutnya

melakukan pengawasan peredaran produk terapetik, narkotika, psikotropika dan

zat adiktif lainnya. Disamping itu melakukan sertifikasi produk terapetik dan

inspeksi penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik, inspeksi sarana produksi dan

distribusi, sampling, penarikan produk, public warning sampai pro justicia.

Didukung oleh antara lain Komite Nasional Penilai Obat Jadi, Komite Nasional

Penilai Alat Kesehatan dan Tim Penilai Periklanan Obat Bebas, Obat Bebas

Terbatas, Obat Tradisional dan Suplemen Makanan.

2.5.4 Deputi II : Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik, dan

Produk Komplemen

Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk

Komplemen melaksanakan penilaian dan registrasi obat tradisional, kosmetik dan

suplemen makanan sebelum beredar di Indonesia. Selanjutnya melakukan

pengawasan peredaran obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen,

termasuk penandaan dan periklanan. Penegakan hukum dilakukan dengan inspeksi

Cara Produksi yang Baik, sampling, penarikan produk, public warning sampai pro

justicia. Didukung oleh antara lain Tim Penilai Obat Tradisional dan Tim Penilai

Kosmetik.

2.5.5 Deputi III : Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Berbahaya

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

melaksanakan penilaian dan evaluasi keamanan pangan sebelum beredar di

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

8

Universitas Indonesia

Indonesia dan selama peredaran seperti pengawasan terhadap sarana produksi dan

distribusi maupun komoditinya, termasuk penandaan dan periklanan, dan

pengamanan produk dan bahan berbahaya. Disamping itu melakukan sertifikasi

produk pangan. Produsen dan distributor dibina untuk menerapkan Sistem

Jaminan Mutu, terutama penerapan Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB),

Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP), Cara Distribusi Makanan

yang Baik (CDMB) serta Total Quality Management (TQM). Disamping itu

diselenggarakan surveilan, penyuluhan dan informasi keamanan pangan dan

bahan berbahaya. Didukung antara lain oleh Tim Penilai Keamanan Pangan.

2.5.6 Unit Pelaksana Teknis Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

Indonesia (Badan POM RI)

Organisasi Unit Pelaksana Teknis Badan POM RI terdiri dari Balai Besar

POM RI dan Balai POM RI, merupakan unit organisasi yang melaksanakan tugas

dan fungsi pengawasan obat dan makanan di wilayah kerjanya, diatur dengan

keputusan Kepala Badan POM RI setelah mendapat persetujuan tertulis dari

Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara. Unit

pelaksana teknis berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan

POM RI. Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, secara teknis dibina oleh Deputi

dan secara administrasi dibina oleh Sekretaris Utama Badan. Unit pelaksana

teknis dipimpin oleh seorang Kepala Balai.

2.6 Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM)

Prinsip dasar SisPOM adalah sebagai berikut :

1. Tindakan pengamanan cepat, tepat, akurat, dan professional.

2. Tindakan dilakukan berdasarkan atas tingkat resiko dan berbasis bukti-

bukti ilmiah.

3. Lingkup pengawasan bersifat menyeluruh, mencakup seluruh siklus

proses.

4. Berskala nasional atau lintas propinsi, dengan jaringan kerja internasional.

5. Otoritas yang menunjang penegakkan supremasi hukum.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

9

Universitas Indonesia

6. Memiliki jaringan laboratorium nasional yang kohesif dan kuat yang

berkolaborasi dengan jaringan global.

7. Memiliki jaringan sistem informasi keamanan dan mutu produk.

Pengawasan obat dan makanan memiliki aspek permasalahan berdimensi

luas dan kompleks. Oleh karena itu diperlukan sistem pengawasan yang

komprehensif, semenjak awal proses suatu produk hingga produk tersebut beredar

di tengah masyarakat. Untuk menekan sekecil mungkin resiko yang biasa terjadi,

dilakukan SisPOM 3 lapis, yaitu:

a. Subsistem pengawasan konsumen

Sistem pengawasan oleh masyarakat dilakukan melalui peningkatan

kesadaran dan pengetahuan mengenai kualitas produk yang digunakan dan cara

penggunaan produk yang rasional. Pengawasan oleh masyarakat sendiri sangat

penting dilakukan karena pada akhirnya masyarakatlah yang mengambil

keputusan untuk membeli dan menggunakan suatu produk. Konsumen dengan

kesadaran dan tingkat pengetahuan yang tinggi terhadap mutu dan kegunaan

suatu produk, di satu sisi dapat membentengi dirinya sendiri terhadap

penggunaan produk yang tidak memenuhi syarat dan tidak dibutuhkan, sedang

pada sisi lain akan mendorong produsen untuk lebih menjaga kualitas.

b. Subsistem pengawasan pemerintah atau Badan POM RI

Sistem pengawasan oleh pemerintah melalui pengaturan dan standardisasi,

penilaian keamanan dan mutu produk sebelum diizinkan beredar di Indonesia,

inspeksi, pengambilan sampel dan pengujian laboratorium produk yang beredar

serta peringatan kepada publik yang didukung penegakkan hukum. Untuk

meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat konsumen terhadap mutu,

khasiat dan keamanan produk, maka pemerintah juga melaksanakan kegiatan

komunikasi, informasi dan edukasi.

c. Subsistem pengawasan produsen

Sistem pengawasan internal oleh produsen melalui pelaksanaan cara

produksi yang baik atau good manufacturing practices (GMP) agar setiap

bentuk penyimpangan dari standar mutu dapat dideteksi sedini mungkin. Secara

hukum produsen bertanggung jawab atas mutu dan keamanan produk yang

dihasilkannya. Apabila terjadi penyimpangan dan pelanggaran terhadap standar

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

10

Universitas Indonesia

yang telah ditetapkan maka produsen dikenakan sanksi, baik administratif

maupun pro justicia.

2.7 Budaya Organisasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan

POM)

Untuk membangun organisasi yang efektif dan efisien, budaya organisasi

Badan POM RI dikembangkan dengan nilai-nilai dasar sebagai berikut:

a. Professionalism

Menegakkan profesionalisme dengan integritas, obyektivitas, ketekunan dan

komitmen yang tinggi.

b. Credibility

Memiliki kredibilitas yang diakui oleh masyarakat luas, nasional dan

internasional.

c. Speed

Tanggap dan cepat dalam bertindak mengatasi masalah.

d. Teamwork

Dengan mengutamakan kerjasama tim.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia11

BAB 3

TINJAUAN KHUSUS

DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN(2)

3.1 Visi dan Misi (2)

Visi

Terwujudnya standardisasi produk pangan dalam rangka meningkatkan

perlindungan dari pangan yang tidak layak, tidak aman dan dipalsukan serta

meningkatkan efisiensi dan daya saing produk pangan nasional.

Misi

a. Melindungi kesehatan masyarakat dari produk pangan yang tidak

memenuhi syarat.

b. Mewujudkan jaminan mutu dan keamanan produk pangan.

c. Menunjang dihasilkannya produk pangan yang berdaya saing.

d. Memberdayakan sumber daya dalam negeri.

3.2 Tugas dan Fungsi (2)

Tugas

Direktorat Standardisasi Produk Pangan mempunyai tugas penyiapan

perumusan kebijakan, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan

prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang pengaturan dan standardisasi produk pangan.

Fungsi

Direktorat Standardisasi Produk Pangan menyelenggarakan fungsi :

a) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan

pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan

pengendalian, pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan

di bidang pengaturan dan standardisasi bahan baku dan bahan

tambahan pangan.

b) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan

pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

12

Universitas Indonesia

pengendalian, pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan

di bidang pengaturan dan standardisasi pangan khusus.

c) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan

pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan

pengendalian, pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan

di bidang pengaturan dan standardisasi pangan olahan.

d) Penyusunan rencana dan program standardisasi produk pangan.

e) Koordinasi kegiatan fungsional pelaksanaan kebijakan teknis di

standardisasi produk pangan.

f) Evaluasi dan penyusunan laporan standardisasi produk pangan.

g) Pelaksanaan tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan

oleh Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Berbahaya.

3.3 Dasar Hukum Standardisasi Produk Pangan

1) Undang-Undang No. 18 tahun 2012 tentang Pangan.

2) Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

3) Peraturan Pemerintah No. 102 tahun 2000 tentang Standarisasi Nasional.

4) Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan.

5) Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan

Gizi Pangan.

3.4 Kebijakan(2)

1) Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap standar dan budaya mutu dan

keamanan produk pangan.

2) Peningkatan perlindungan masyarakat dan lingkungan melalui penerapan

standar jaminan mutu dan keamanan pangan serta penegakan hukum.

3) Peningkatan perumusan standar dan penyelarasan Standar Nasional

Indonesia (SNI) produk pangan dengan Standar Internasional.

4) Peningkatan infrastruktur standardisasi produk pangan.

5) Peningkatan peran aktif dalam kerjasama standardisasi nasional, bilateral,

regional dan multilateral.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

13

Universitas Indonesia

3.5 Program(2)

1) Pengembangan sistem informasi standardisasi produk pangan.

2) Sosialisasi standardisasi produk pangan.

3) Pengembangan penerapan Cara Pengawasan yang baik atau Good

Regulatory Practice (GRP).

4) Peningkatan pemberlakuan SNI produk pangan wajib.

5) Penyusunan sistem penerapan dan pemanfaatan standar produk pangan.

6) Penyusunan dan pengembangan sistem pengawasan produk pangan.

7) Perumusan standar prioritas.

8) Penyelarasan Standar Nasional Indonesia terhadap Standar Internasional.

9) Penilaian kesesuaian standar pangan yang memperoleh pengakuan di

tingkat regional dan internasional.

10) Pengembangan kerjasama internasional untuk ketelusuran standar produk

pangan nasional.

11) Peningkatan sumber daya manusia, sarana dan prasarana standardisasi

produk pangan yang kredibel.

12) Penelitian dan pengembangan standardisasi.

13) Peningkatan kerjasama standardisasi produk pangan di tingkat nasional,

bilateral, regional dan multilateral.

14) Pengembangan saling pengakuan (Mutual Recognition Agreement).

3.6 Kegiatan Umum

1) Penyusunan dan pemantapan sistem standardisasi produk pangan.

2) Penyusunan standar produk pangan, bahan baku dan bahan tambahan

pangan, produk pangan olahan serta pangan khusus.

3) Harmonisasi standar produk pangan.

4) Evaluasi standar produk pangan.

5) Sosialisasi dan advokasi standardisasi produk pangan.

6) Seminar dan pelatihan di dalam dan luar negeri.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

14

Universitas Indonesia

3.7 Kegiatan Direktorat Standardisasi Produk Pangan Tahun Anggaran

2013

Standar

1) Penyusunan Peraturan Bahan Baku, Bahan Penolong, Cemaran, serta

Standar Mutu dan Keamanan Bahan Tambahan Pangan.

2) Pembaharuan/revisi Peraturan Kepala Badan POM RI tentang Kategori

Pangan dan Pedoman Periklanan Pangan.

3) Penyusunan Peraturan, Standar, Pedoman, Kode Praktis di Bidang

Pangan Khusus.

4) Kegiatan Kodeks Pangan.

5) Penyusunan Pedoman Cara Ritel Pangan di Pasar Tradisional.

Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

1) Pedoman PJAS untuk Pengawas/Penyuluh dan Pedoman Kandungan.

2) Pedoman PJAS untuk Anak Sekolah.

3) Pedoman PJAS untuk Komunitas Sekolah.

UMKM (Usaha Mikro, Kecil Menengah)

1) Forum Koordinasi Pelaksanan Survei Kemampuan UMKM.

2) Pelaksanaan intervensi UMKM

3) Pelaksanaan survei monitoring

4) Perumusan hasil survei

Pendukung Tupoksi (TOP)

1) Antisipasi Harmonisasi ASEAN Consultative Committee on Standards

and Quality (ACCSQ) Prepared Foodstuff Product Working Group

(PFPWG).

2) Partisipasi Aktif dalam Sidang-sidang Codex Pangan Dunia, Asia,

Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), ACCSQ, PFPWG,

Asia Pacific Economic Cooperation (APEC), dan International Life

Sciences Institute (ILSI).

3) Sosialisasi Implementasi Standardisasi Produk Pangan.

4) Intensifikasi Komunikasi dalam rangka Penerapan Standar Produk

Pangan.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

15

Universitas Indonesia

5) Perkuatan Jejaring Lintas Sektor dalam rangka Standardisasi Produk

Pangan.

6) Evaluasi dan Perencanaan Program Standardisasi Produk Pangan.

7) Peningkatan Potensi SDM Direktorat Standardisasi Produk Pangan.

8) Antisipasi Pengembangan Sistem, Manajemen Mutu (QMS) Direktorat

Standardisasi Produk Pangan.

3.8 Struktur Organisasi

Gambar 3.1

Struktur Organisasi Direktorat Standardisasi Produk Pangan

3.8.1 Subdirektorat Standardisasi Pangan Olahan

Subdirektorat Standardisasi Pangan Olahan mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan

pedoman, standar, kriteria dan prosedur, evaluasi dan pelaksanaan pengaturan dan

standardisasi pangan olahan.

Direktorat Standardisasi ProdukPangan

SubdirektoratStandardisasi Pangan

Olahan

SubdirektoratStandardisasi Pangan

Khusus

Subdirektorat StandardisasiBahan Baku dan Bahan

Tambahan Pangan

Seksi StandardisasiProduk Pangan

Seksi Kodeks Pangan

Seksi Tata Operasional

Seksi StandardisasiPangan Hasil Rekayasa

Genetika & Iradiasi

Seksi StandardisasiPangan Fungsional

Seksi StandardisasiBahan Baku

Seksi StandardisasiBahan Tambahan Pangan

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

16

Universitas Indonesia

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Subdirektorat

Standardisasi Pangan Olahan menyelenggarakan fungsi :

1) Menyusun rencana dan program standardisasi pangan olahan.

2) Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan

pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta melaksanakan pengaturan

dan standardisasi produk pangan.

3) Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan

pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta melakukan penyusunan

kodeks pangan.

4) Melakukan evaluasi dan menyusun laporan standardisasi pangan olahan.

5) Melaksanakan urusan tata operasional di lingkungan Direktorat

Standardisasi Produk Pangan.

Subdirektorat Standardisasi Pangan Olahan terdiri dari tiga seksi yaitu:

1) Seksi Standardisasi Produk Pangan

Seksi Standardisasi Produk Pangan mempunyai tugas menyiapkan bahan

perumusan kebijakan teknis, penyusunan rencana dan program,

penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, evaluasi dan

penyusunan laporan, serta melakukan pengaturan dan standardisasi produk

pangan.

2) Seksi Kodeks Pangan

Seksi Kodeks Pangan mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan

kebijakan teknis, penyusunan rencana dan program, penyusunan pedoman,

standar, kriteria dan prosedur, evaluasi dan penyusunan laporan, serta

melakukan penyusunan kodeks pangan.

3) Seksi Tata Operasional

Seksi Tata Operasional mempunyai tugas melakukan urusan tata

operasional di lingkungan Direktorat Standardisasi Produk Pangan.

3.8.2 Subdirektorat Standardisasi Pangan Khusus

Subdirektorat Standardisasi Pangan Khusus mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

17

Universitas Indonesia

pedoman, standar, kriteria dan prosedur, evaluasi dan pelaksanaan pengaturan dan

standardisasi pangan khusus.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Subdirektorat

Standardisasi Pangan Khusus menyelenggarakan fungsi :

1) Menyusun rencana dan program standardisasi pangan khusus.

2) Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan

pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengaturan dan

standardisasi pangan hasil rekayasa genetika dan iradiasi.

3) Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan

pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta melaksanakan pengaturan

dan standardisasi produk pangan fungsional.

4) Melakukan evaluasi dan menyusun peraturan laporan standardisasi pangan

khusus.

Subdirektorat Standardisasi Pangan Khusus terdiri dari :

1) Seksi Standardisasi Pangan Hasil Rekayasa Genetika dan Iradiasi

Seksi Standardisasi Pangan Hasil Rekayasa Genetika dan Iradiasi

mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis,

penyusunan rencana dan program, penyusunan pedoman, standar, kriteria

dan prosedur, evaluasi dan penyusunan laporan, serta melakukan

pengaturan dan standardisasi pangan hasil rekayasa genetika dan iradiasi.

2) Seksi Standardisasi Pangan Fungsional

Seksi Standardisasi Pangan Fungsional mempunyai tugas menyiapkan

bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan rencana dan program,

penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, evaluasi dan

penyusunan laporan, serta melakukan pengaturan dan standardisasi pangan

fungsional.

3.8.3 Subdirektorat Standardisasi Bahan Baku dan Bahan Tambahan

Pangan

Subdirektorat Standardisasi Bahan Baku dan Bahan Tambahan Pangan

mempunyai tugas melaksanakan persiapan materi perumusan kebijakan teknis,

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

18

Universitas Indonesia

penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, evaluasi serta pelaksanaan

pengaturan dan standardisasi bahan baku dan bahan tambahan pangan.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Subdirektorat

Standardisasi Bahan Baku dan Bahan Tambahan Pangan menyelenggarakan

fungsi :

1) Menyusun rencana dan program standardisasi bahan baku dan bahan

tambahan pangan.

2) Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan

pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta melaksanakan pengaturan

dan standardisasi bahan baku.

3) Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan

pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta melaksanakan pengaturan

dan standardisasi bahan tambahan pangan.

4) Melakukan evaluasi dan menyusun laporan standardisasi bahan baku dan

bahan tambahan pangan.

Subdirektorat Standardisasi Bahan Baku dan Bahan Tambahan Pangan

terdiri dari :

1) Seksi Standardisasi Bahan Baku

Seksi Standardisasi Bahan Baku mempunyai tugas menyiapkan bahan

perumusan kebijakan teknis, penyusunan rencana dan program,

penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, evaluasi dan

penyusunan laporan, serta melakukan pengaturan dan standardisasi bahan

baku.

2) Seksi Standardisasi Bahan Tambahan Pangan

Seksi Standardisasi Bahan Tambahan Pangan mempunyai tugas

menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan rencana dan

program, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, evaluasi

dan penyusunan laporan, serta melakukan pengaturan dan standardisasi

bahan tambahan pangan.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

19

Universitas Indonesia

3.9 Strategi

1) Peningkatan kemampuan sumber daya.

2) Pelaksanaan evaluasi standardisasi produk pangan.

3) Pelaksanaan harmonisasi standar produk pangan.

4) Pelaksanaan sosialisasi dan advokasi standardisasi produk pangan.

5) Peningkatan jaringan kerja antar lembaga dan pemangku kepentingan

lainnya.

3.10Tahap Penyusunan Regulasi atau Peraturan

Tahap penyusunan regulasi atau peraturan yang diterapkan di Direktorat

Standardisasi Produk Pangan, seperti gambar sebagai berikut:

Gambar 3.2

Tahap Penyusuanan Regulasi/ Peraturan

Pengumpulan Materi & KajianPustaka

Draft Awal Pengaturan ProdukPangan

Pemetaan dan Kaji Banding(Nasional, Regional, Internasional)

Draft 1 Pengaturan Produk pangan Pembahasan I (Prakonsensus)Narasumber & Stakeholder

Pembahasan II Nara Sumber &Stakeholder

Draft 2 Pengaturan ProdukPangan

Pembahasan Akhir (Konsensus)Narasumber & Stakeholder

Draft Akhir Pengaturan ProdukPangan

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

20

Universitas Indonesia

3.11 Penyusunan Standar Nasional Indonesia (SNI)(10)

Standar yang ada di Indonesia disebut Standar Nasional Indonesia. Standar

adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata cara dan

metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan

memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan lingkungan

hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman,

perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat

yang sebesar-besarnya (10).

Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan, menerapkan dan

merevisi standar, yang dilaksanakan secara tertib dan bekerjasama dengan semua

pihak (10). SNI merupakan salah satu output dari proses standardisasi. SNI adalah

Standar yang ditetapkan Badan Standarisasi Nasional yang berlaku secara

Nasional(11). Dalam proses penyusunan SNI dilaksanakan oleh Panitia Teknis

(PANTEK), yang terdiri dari wakil Pemerintah, wakil ahli/perguruan tinggi, wakil

Industri/Usaha, wakil dari konsumen yang diusulkan oleh koordinator PANTEK

dan ditetapkan oleh BSN.

Direktorat Standardisasi Produk Pangan mempunyai 2 panitia teknis untuk

menyusun SNI dibidang pangan yaitu :

1. Panitia teknis 67.01 : Pangan Olahan Tertentu

Ruang Lingkup : Pangan olahan tertentu termasuk makanan untuk bayi

(makanan dalam kemasan dan makanan siap saji untuk pangan bayi,

pangan balita, pangan ibu hamil dan menyusui, pangan orang yang

menjalankan diet khusus, pangan manula, pangan bagi penderita penyakit

tertentu).

2. Panitia teknis 67.01 : Bahan Tambahan Pangan dan Kontaminan

Ruang Lingkup:

a. Bahan tambahan pangan

b. Bahan dan benda yang bersentuhan dengan pangan.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

21

Universitas Indonesia

Gambar 3.3

Tahap Perumusan SNI (Standar Nasional Indonesia)

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

22

Universitas Indonesia

3.12 Jenis Produk Standardisasi

a. Peraturan/Regulasi

Peraturan/regulasi di Indonesia diartikan sebagai sumber hukum formal

berupa peraturan perundang-undangan yang memiliki beberapa unsur,

yaitu merupakan suatu keputusan yang tertulis, dibentuk oleh lembaga

negara atau pejabat yang berwenang, dan mengikat umum. Dalam hal ini

peraturan mengenai keamanan, mutu dan gizi pangan yang bersifat

mandatory (wajib) untuk di laksanakan karena ada perundang-

undangannya dan mengikat secara hukum. Contoh : Peraturan Kepala

BPOM RI No. HK.00.06.1.52.4011 tahun 2009 tentang Penetapan Batas

Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan(3).

b. Standar

Standar Nasional Indonesia, bersifat voluntary (sukarela), terutama untuk

acuan syarat mutu, dikecualikan untuk SNI yang wajib dan diberlakukan

dengan SK institusi terkait. Peraturan pemerintah Republik Indonesia No.

102 tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional.

c. Pedoman

Pedoman adalah hal (pokok) yg menjadi dasar (pegangan, petunjuk) untuk

menentukan atau melaksanakan sesuatu. Pedoman bersifat voluntary

(sukarela). Contohnya: Pedoman Kriteria Cemaran pada Pangan Siap Saji

dan Pangan Industri Rumah Tangga. Dimana pedoman tersebut akan

menjadi petunjuk bagi industri untuk menciptakan produk pangan yang

aman, bermutu dan bergizi.

d. Kode Praktis

Pedoman yang lebih bersifat teknis. Contohnya: Cara Iradiasi yang Baik

untuk Menghambat Pertunasan pada Umbi Lapis dan Umbi Akar atau Cara

Iradiasi yang Baik untuk Memperpanjang Masa Simpan Pisang, Mangga,

dan Pepaya yang diterbitkan tahun 2004.

e. SOP (Standar Operasional Prosedur)

Standar Operasional Prosedur adalah pedoman atau acuan untuk

melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian

kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis,

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

23

Universitas Indonesia

administratif dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan

sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. Tujuan SOP adalah

menciptakan komitmen mengenai apa yang dikerjakan oleh satuan unit

kerja instansi pemerintahan untuk mewujudkan good govermance.

3.13 Jenis Standar Pelayanan Publik Direktorat Standardisasi Produk

Pangan

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan POM RI No. 39 tahun 2013 tentang

Standar pelayanan publik di lingkungan badan pengawas obat dan makanan,

maka dalam hal pelayanan publik Direktorat Standardisasi Produk Pangan

melakukan empat (4) standar pelayanan publik antara lain :

1. Permohonan Pengkajian Keamanan, Mutu, Gizi dan Manfaat Pangan Untuk

Kategori Pangan, Label dan Iklan Pangan

2. Permohonan Pengkajian Keamanan, Mutu, Gizi dan Manfaat Pangan Untuk

Bahan Tambahan Pangan dan Bahan Penolong

3. Permohonan Pengkajian Keamanan, Mutu, Gizi dan Manfaat Pangan Untuk

Klaim Gizi dan Kesehatan, Bahan Baku, Zat Gizi dan Nongizi

4. Permohonan Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik (PRG)

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia24

BAB 4

PELAKSANAAN PKPA

Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Badan Pengawas

Obat dan Makanan Republik Indonesia (Badan POM RI) dimulai sejak tanggal 2-

24 September 2013 yang dibuka oleh Kepala Biro Umum Badan POM RI dengan

memberikan kegiatan kuliah umum tentang pengenalan Badan POM RI. Setelah

itu dilanjutkan dengan kuliah umum oleh perwakilan dari masing-masing

Direktorat, Pusat-pusat, dan Balai Besar/Balai POM RI. Kegiatan ini dilaksanakan

selama 3 hari dan bertempat di aula gedung C, Badan POM RI.

Direktorat Standardisasi Produk Pangan sebagai unit kerja PKPA kami di

Badan POM RI, dilaksanakan dari tanggal 6 September 2013 hingga 20

September 2013. Direktorat Standardisasi Produk Pangan merupakan unit kerja

eselon II di Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

(kedeputian III) yang menangani penyiapan perumusan kebijakan, penyusunan

pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian,

bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengaturan dan standardisasi produk

pangan dengan pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya. Direktorat

Standardisasi Produk Pangan memiliki tiga SubDirektorat yang mendukung tugas

pokok dan fungsinya, yaitu SubDirektorat Standardisasi Pangan Olahan,

SubDirektorat Standardisasi Pangan Khusus, serta SubDirektorat Standardisasi

Bahan Baku dan Bahan Tambahan Pangan. Berikut ini adalah kegiatan yang

dilakukan oleh kami sebagai peserta PKPA di Direktorat Standardisasi Produk

Pangan.

4.1 Kegiatan PKPA di Direktorat Standardisasi Produk Pangan

Di hari pertama kami berada di unit kerja Direktorat Standardisasi Produk

Pangan, kami diterima oleh pembimbing kami, Kepala SubDirektorat

Standardisasi Pangan Olahan. Kami diberikan penjelasan secara umum tentang

Direktorat Standardisasi Produk Pangan mulai dari tugas pokok dan fungsi di

Direktorat Standardisasi Produk Pangan, struktur organisasi Direktorat

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

25

Universitas Indonesia

Standardisasi Produk Pangan, definisi-definisi yang berhubungan dengan pangan

dan tata tertib selama PKPA.

Kami dijelaskan juga, bahwa dalam penyusunan standar dan pedoman

yang dilakukan Direktorat Standardisasi Produk Pangan selalu berdasarkan

bussiness process Badan POM RI telah tersertifikasi ISO 9001:2008 yang

merupakan standar internasional dari sistem managemen mutu. Direktorat

Standardisasi Produk Pangan masuk ke dalam POM 01 yang merupakan proses

penyusunan standar dan yang setara dengan hal tersebut dan terdiri dari berbagai

Standar Operasional Prosedur (SOP).

Setelah itu, kami diberikan penjelasan oleh Kepala Seksi Tata Operasional

terkait tugas pokok dan fungsi di Seksi Tata Operasional, pengenalan Direktur,

Kepala SubDirektorat, Kepala Seksi, dan staf yang menjabat serta tugas pokok

dan fungsinya secara umum, serta pembagian kerja kami di SubDirektorat

masing-masing.

4.2 Kegiatan PKPA di SubDirektorat Standar Pangan Olahan

1. Mendapat penjelasan dan pengarahan dari Kepala SubDirektorat Standar

Pangan Olahan mengenai tugas pokok, fungsi, struktur organisasi, dan

kegiatan yang dilakukan di SubDirektorat Standar Pangan Olahan.

2. Mendapat penjelasan dan pengarahan dari Kepala Seksi Standardisasi

Produk Pangan mengenai kategori pangan dan pedoman periklanan

pangan, dan retail pangan.

3. Mendapat penjelasan dan pengarahan dari Staf Seksi Kodeks Pangan

mengenai Codex Alimentarius Commission, tugas pokok dan kegiatan

yang dilakukan Seksi Kodeks Pangan.

4. Mempelajari mengenai “Kategori Pangan” dan “Pedoman Periklanan

Pangan” menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

Indonesia; Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012

tentang Pangan; Peraturan Pemerintahan Nomor 28 Tahun 2004 tentang

Kemanan, Mutu dan Gizi Pangan; Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun

1999 tentang Label dan Iklan Pangan; Keputusan kepala Badan POM RI

No. HK. 00.05. 52. 4040 tahun 2006 tentang Kategori Pangan; dan

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

26

Universitas Indonesia

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia

Nomor HK.03.1.23.12.11.10569 Tahun 2011 tentang Pedoman Cara Ritel

Pangan yang Baik.

5. Mencari referensi berupa landasan hukum tentang outline Pedoman Cara

Ritel Pangan pada Pasar Tradisional.

6. Membandingkan Pedoman Periklanan Pangan menurut Badan POM RI

dengan Etika Pariwara Indonesia, serta memantau iklan pangan yang telah

ditayangkan dan tidak sesuai dengan Pedoman Periklanan Pangan menurut

Badan POM RI.

7. Melakukan pengkajian definisi dan karakteristik dasar dari minuman baru

yang diimpor dari luar negeri, seperti minuman Soju, sehingga dapat

diketahui kategorinya dalam pangan.

4.3 Kegiatan PKPA di SubDirektorat Pangan Khusus

1. Mendapat penjelasan dan pengarahan dari Kepala SubDirektorat

Standardisasi Pangan Khusus mengenai struktur, tugas pokok dan standar

wajib yang dijadikan sebagai acuan pembuatan Produk Pangan Khusus.

2. Mendapat penjelasan dan pengarahan dari Kepala Seksi Standardisasi

Pangan Hasil Rekayasa Genetik (PHRG) dan Iradiasi mengenai tugas

pokok dan fungsi yang dilakukan dan Peraturan yang mengatur semua hal

yang berkaitan dengan Pangan Khusus seperti pangan fungsional, PHRG

dan Iradiasi, serta Pangan Olahan Oganik.

3. Mendapat penjelasan dan pengarahan dari Kepala Seksi Standardisasi

Pangan Fungsional mengenai tugas pokok dan fungsi, beserta kegiatan

yang dilakukan staf seksi standardisasi pangan fungsional, definisi dan

penggolongan pangan fungsional beserta regulasi yang mengatur

komposisi dan pelabelannya.

4. Mendapat penjelasan dan pengarahan dari Staf Standardisasi Pangan

Fungsional dan Staf Standardisasi PHRG dan Iradiasi mengenai tugas dan

fungsi serta pelayanan publik yang mereka lakukan.

5. Mempelajari peraturan peraturan Kepala Badan POM RI yang telah

dikeluarkan terkait dengan SubDirektorat Pangan Khusus, seperti

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

27

Universitas Indonesia

Peraturan Kepala Badan POM RI No. 30 tahun 2013 tentang Pengawasan

Formula Lanjutan, Peraturan Kepala Badan POM RI No. 31 tahun 2013

tentang Pengawasan Formula Pertumbuhan, Peraturan Kepala Badan POM

RI No. HK 03.1.23.11.11.09909 tahun 2011 tentang Pengawasan Klaim

dalam Label dan Iklan Pangan Olahan, Peraturan Kepala Badan POM RI

No. HK.03.1.23.03.12.1564 tahun 2012 tentang Pengawasan Pelabelan

Pangan Produk Rekayasa Genetika, Peraturan Kepala Badan POM RI No.

HK.03.1.23.03.12.1563 tahun 2012 tentang Pedoman Pengkajian

Keamanan Pangan Produk Hasil Rekayasa Genetika, Peraturan Kepala

Badan POM RI No. 26 tahun 2013 tentang Pengawasan Pangan Iradiasi,

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 701/MENKES/PER/VII/2009 tentang

Pangan Hasil Iradiasi, dan Peraturan Kepala Badan POM RI No.

HK.00.06.52.0100 tahun 2008 tetang Pangan Olahan Oganik, Peraturan

Kepala Badan POM RI No. HK.03.1.52.08.11.07235 tahun 2011 tentang

Pengawasan Formula Bayi dan Formula Bayi untuk Keperluan Medis

Khusus.

6. Mempelajari bagaimana cara melakukan pengecekan klaim sesuai dengan

peraturan yang telah berlaku secara nasional, regional dan internasional,

seperti Food and Drug Administration (FDA), European Food Safety

Authority (EFSA), atau Codex General Guideline and Claim.

7. Melakukan pemetaan konsep dengan membandingkan secara nasional

(seperti: Undang-Undang yang berlaku) dan internasional (seperti: Codex

General Guideline and Claim) yang telah berlaku dalam menyusun

Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI).

8. Melakukan pencarian referensi mengenai makanan yang dapat

menimbulkan / pencetus alergi yang berasal dari organisasi pangan di

berbagai negara di dunia (Codex Alimentarius Commission, FDA dari US,

EU dari perhimpunan negara-negara di benua eropa, FSANZ dari

Australia).

9. Melakukan pengkajian mengenai MCT (Medium Chain Trygliceride)

sebagai zat tambahan pada pangan yang berfungsi menurunkan berat

badan.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

28

Universitas Indonesia

10. Melakukan pengkajian mengenai pasak bumi (tongkat ali) sebagai

campuran dalam kopi yang berfungsi khusus yaitu meningkatkan vitalitas

tubuh bagi pria.

4.4 Kegiatan PKPA di SubDirektorat Standardisasi Bahan Baku dan Bahan

Tambahan Pangan

1. Mendapat penjelasan dan pengarahan dari Kepala Seksi Standardisasi

Bahan Tambahan Pangan mengenai tentang tugas pokok dan fungsi di

Subdirektorat Standardisasi Bahan Baku dan Bahan Tambahan Pangan

secara umum, kegiatan seksi Standardisasi Bahan Tambahan Pangan dan

peraturan-peraturan yang mengatur semua hal yang berkaitan dengan

bahan tambahan pangan.

2. Mendapat penjelasan dan pengarahan dari Kepala Seksi Standardisasi

Bahan Baku mengenai tentang tugas pokok dan fungsi di Seksi

Standardisasi Bahan Baku secara umum, kegiatannya termasuk dalam

menyusun SNI dan peraturan-peraturan yang mengatur semua hal yang

berkaitan dengan bahan baku.

3. Mempelajari mengenai Bahan Penolong, penggolongan Bahan Tambahan

Pangan (BTP) menurut keputusan peraturan Kepala Badan POM RI.

4. Melakukan pengkajian mengenai “Bagaimana jika suatu industri ingin

menggunakan BTP yang tidak terdapat dalam Permenkes Nomor 033

Tahun 2012 ke dalam produk hasil industri.”

5. Melakukan penginputan rekapan data pengajuan izin khusus penggunaan

BTP, Bahan Baku dan Bahan Penolong dari berbagai industri produk

pangan baik itu persetujuan maupun penolakan, berikut contohnya.

6. Membuat ringkasan dan kesimpulan dari jurnal hasil penelitian yang

diajukan industri pangan untuk dikaji yang berjudul “Dampak Kesehatan

dari Penggunaan Aspartam pada Anak-Anak dan Remaja”, “Konsentrasi

Metanol pada Darah Bayi Berumur Satu Tahun yang Diberikan

Aspartam”, “ Menentukan Keamanan Pangan selama Kehamilan”, “Efek

Aspartam pada Plasma dan Konsentrasi Asam Amino Bebas Eritrosit pada

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

29

Universitas Indonesia

Bayi Berumur Satu Tahun”, dan “Efek dari Diet Tinggi Sukrosa atau

Aspartam pada Perilaku dan Kinerja Kognitif Anak” .

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia32

BAB 5

LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

5.1 Landasan Teori

Berikut adalah definisi yang berkaitan dengan Direktorat Standardisasi

Produk Pangan.

1. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk

pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan

air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai

makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan

tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan

dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau

minuman.(13)

2. Pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara

atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan.(13)

3. Kategori Pangan adalah pengelompokkan pangan berdasarkan jenis

pangan tersebut.(16)

4. Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk

mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda

lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan

manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya

masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi. (9,13)

5. Produk Rekayasa Genetik atau organisme hasil modifikasi yang

selanjutnya disingkat PRG adalah organisme hidup, bagian-bagiannya

dan/atau hasil olahannya yang mempunyai susunan genetik baru dari hasil

penerapan bioteknologi modern.(5)

6. Iradiasi pangan adalah metode penyinaran terhadap pangan, baik dengan

menggunakan zat radioaktif maupun akselerator untuk mencegah

terjadinya pembusukan dan kerusakan, membebaskan pangan dari jasad

renik patogen serta mencegah pertumbuhan tunas. (6)

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

31

Universitas Indonesia

7. Pangan iradiasi adalah setiap pangan yang dengan sengaja dikenai radiasi

pengion tanpa memandang sumber atau jangka waktu iradiasi ataupun

besar energi yang digunakan. (6)

8. Label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk

gambar, tulisan, kombinasi keduanya atau bentuk yang lain yang

disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau

merupakan bagian kemasan pangan, yang selanjutnya dalam Peraturan

Pemerintah ini disebut Label(12).

9. Iklan pangan adalah setiap keterangan atau pernyataan mengenai pangan

dalam bentuk gambar, tulisan, atau bentuk yang lain yang dilakukan

dengan berbagai cara untuk pemasaran dan atau perdagangan pangan,

yang selanjutnya dalam peraturan pemerintah ini disebut Iklan (12).

10. Pangan Fungsional adalah Pangan Olahan yang mengandung satu atau

lebih komponen pangan yang berdasarkan kajian ilmiah mempunyai

fungsi fisiologis tertentu diluar fungsi dasarnya, terbukti tidak

membahayakan dan bermanfaat bagi kesehatan. (15)

11. Klaim adalah segala bentuk uraian yang menyatakan, menyarankan atau

secara tidak langsung menyatakan perihal karakteristik tertentu suatu

pangan yang berkenaan dengan asal usul, kandungan gizi, sifat, produksi,

pengolahan, komposisi atau faktor mutu lainnya. (15)

12. Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan yang ditambahkan ke dalam

pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan.(7)

13. Bahan penolong (processing Aids) adalah bahan, tidak termasuk peralatan,

yang lazimnya tidak dikonsumsi sebagai pangan, digunakan dalam proses

pengolahan pangan untuk memenuhi tujuan teknologi tertentu dan tidak

meninggalkan residu pada produk akhir, tetapi apabila tidak mungkin

dihindari, residu dan atau turunannya dalam produk akhir tidak

menimbulkan risiko terhadap kesehatan serta tidak mempunyai fungsi

teknologi. (5)

14. Batas Maksimum adalah jumlah maksimum BTP yang diizinkan terdapat

pada pangan dalam satuan yang ditetapkan. (7)

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

32

Universitas Indonesia

5.2 Pembahasan

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan yang kemudian

diubah menjadi Badan Pengawas Obat dan Makanan dan ditetapkan sebagai

Lembaga Pemerintah Non Kementrian (LPNK) berdasarkan Keputusan Presiden

No. 103 tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen. Dengan

perubahan ini, Badan POM RI di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada

Presiden dan Badan POM RI berkoordinasi dengan Menteri Kesehatan.

berdasarkan Keputusan Kepala Badan POM RI Nomor 02001/SK/KBPOM Pasal

2 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, Badan

POM RI mempunyai tugas untuk melaksanakan tugas pemerintahan di bidang

pengawasan obat dan makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Perubahan ini diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan Badan POM RI dalam mengatasi masalah terkait pengawasan obat

dan makanan yang semakin kompleks karena berkembangnya ilmu pengetahuan

dan teknologi khususnya terkait pangan serta untuk meningkatkan kinerja Badan

POM RI dalam lingkup regional dan Internasional.

Seperti yang telah diketahui, Badan POM RI memiliki 3 kedeputian, salah

satunya kedeputian III yang membawahi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan

dan Bahan Berbahaya. Di bawah kedeputian ini terdapat 5 Direktorat yang salah

satunya adalah Direktorat Standardisasi Produk Pangan. Dalam melaksanakan

kegiatannya Direktorat Standardisasi Pangan mengacu pada standar dan regulasi

berikut :

a. Undang-Undang RI No. 18 tahun 2012 tentang Pangan

b. Undang-Undang RI No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

c. Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, dan

Gizi Pangan.

d. Peraturan Pemerintah No. 102 tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional

e. Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 199 tentang Label dan Iklan Pangan

f. Codex Alimentarius Commision

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

33

Universitas Indonesia

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Direktorat Standardisasi

Produk Pangan mempunyai tiga Subdirektorat, yaitu Subdirektorat Standardisasi

Pangan Olahan, Subdirektorat Standardisasi Pangan Khusus, dan Subdirektorat

Standardisasi Bahan Baku dan Bahan Tambahan Pangan.

5.2.1 Subdirektorat Standardisasi Pangan Olahan

Pelaksanaaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) khususnya di

Subdirektorat Standardisasi Pangan Olahan, mempelajari dan melaksanakan hal-

hal yang terkait dalam standardisasi pangan olahan.

a. Kategori Pangan(16)

Peraturan yang telah sah dan diberlakukan pihak Badan POM RI

dapat dilihat dalam Keputusan Kepala Badan POM RI No.HK.00.05.52.4040

tentang Kategori Pangan Tahun 2006. Penggolongan pangan ini berguna

sebagai acuan bagi produsen pangan untuk memproduksi dan mengedarkan

produk pangan yang aman, bermutu dan bergizi, khususnya untuk

menentukan nama jenis pangan yang akan dicantumkan pada label dan iklan

pangan. Selain itu, kategori pangan juga menjadi pedoman Badan POM RI

untuk mengawasi produk pangan baik pre market evaluation ( pengawasan

sebelum pangan beredar ) dan post market inspection ( pengawasan sesudah

pangan beredar).

b. Label Pangan(12,13)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan,

serta Peraturan Pemerintah RI No.69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan

Pangan dan Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK.03.1.5.12.11.09955

tahun 2011 tentang Pendaftaran Pangan Olahan, maka pada label produk

pangan harus mencantumkan keterangan :

1. Nama produk

2. Daftar bahan yang digunakan

3. Berat bersih atau isi bersih

4. Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan

pangan ke dalam wilayah Indonesia

5. Keterangan kedaluwarsa

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

34

Universitas Indonesia

6. Nomor pendaftaran pangan

7. Kode produksi

c. Iklan Pangan(8,13)

Iklan pangan merupakan suatu bagian dari promosi pangan yang sangat

besar pengaruhnya baik secara sosial maupun ekonomi. Oleh karena itu

diperlukan keseimbangan antara iklan produk pangan dengan manfaat yang

diperoleh konsumen. Hal ini berguna agar konsumen tidak merasa tertipu

akibat iklan produk yang mengiklankan produknya secara berlebihan dan

pengklaiman yang tidak sesuai dengan kenyataan produknya, sehingga perlu

adanya suatu pedoman yang mengatur secara teknis periklanan produk

pangan. (8)

Di tahun 2008 disusunlah Pedoman Periklanan Pangan oleh Badan

POM RI sebagai petunjuk teknis periklanan pangan yang merupakan suatu

penjabaran operasional mengenai hal-hal yang di perbolehkan atau dilarang

dalam periklanan pangan, sehingga pedoman ini bertujuan untuk

menghindarkan hal-hal yang tidak benar, menyesatkan, dan berlebihan.

Sebagai contoh yaitu pernyataan “memakan 3 buah permen setara dengan 1

gelas susu”. Hal ini dilarang dalam iklan pangan, karena pernyataan tersebut

dapat menimbulkan persepsi/gambaran yang menyesatkan mengenai pangan

yang bersangkutan.

Saat ini, perkembangan teknologi periklanan pangan sangat pesat dan

inovasi produsen untuk berkreasi menciptakan iklan-iklan yang lebih menarik

perhatian masyarakat semakin beragam, namun mengakibatkan masih

banyaknya kesalahan dalam beriklan. Dengan demikian pemerintah ( Badan

POM RI ) merasa perlu memperbaharui Pedoman Periklanan Pangan. Untuk

memperbaharui (revisi) Pedoman Periklanan Pangan, Badan POM RI juga

melihat aturan yang sudah dibuat P3I (Persatuan Perusahaan Periklanan

Indonesia) tentang Etika Pariwara Indonesia. Salah satu contoh perbedaannya

adalah di dalam EPI diatur mengenai originalitas yang berarti iklan tersebut

tidak pernah ada sebelumnya, tetapi dalam Pedoman Periklanan Pangan tidak

mengatur mengenai hal tersebut. Hal ini dikarenakan EPI lebih mengatur

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

35

Universitas Indonesia

periklanan yang bersifat umum, sedangkan Pedoman Periklanan Pangan yang

dibuat oleh Badan POM RI bersifat spesifik untuk periklanan pangan.

d. Ritel Pangan pada Pasar Tradisional

Pasar tradisional melekat pada kehidupan masyarakat di negara

Indonesia. Konon di luar negeri pasar tradisional jarang bahkan hampir tidak

dapat ditemui. Akibat kemajuan teknologi dan modernisasi zaman,

masyarakat menciptakan batasan antara pasar tradisional dan pasar modern.

Pasar modern cenderung lebih tertata rapi dalam hal manajerial

penggolongan, penempatan, penyusunan, penyimpanan barang yang dijual,

pelayanan konsumen sampai dengan penetapan harga jual tetap kepada

seluruh calon pembeli. Hal tersebut sudah tercantum di dalam Peraturan

Kepala Badan POM RI No.HK.03.1.23.12.11.10569 Tahun 2011 tentang

Pedoman Cara Ritel Pangan pada Pasar Modern. Pasar tradisional erat

kaitannya dengan rendahnya keamanan pangan, misalnya dalam hal

penyimpanan dan pengelompokkan pangan. Oleh sebab itu, maka perlu diatur

bagaimana meritel (menjual) pangan di pasar tradisional. Direktorat

Standardisasi Produk Pangan sudah membuat outline Pedoman Cara Ritel

Pangan pada pasar tradisional guna membenahi pasar tradisional yang telah

ada dan sebagai acuan untuk pedagang yang akan menyelenggarakan

penjualan pangan secara ritel di pasar tradisional.

e. Codex Alimentarius Commission (CAC)

Codex Alimentarius Commission (CAC) merupakan wadah tertinggi

Internasional yang membuat standar mengenai keamanan, mutu, label, dan

iklan. Dalam menyusun standar dan regulasi dalam hal pangan, semua

Negara termasuk Indonesia mengacu kepada standar yang dihasilkan oleh

CAC seperti Codex STAN, Guideline (GL) dan persyaratan teknis (Technical

Requirement). Acuan-acuan tersebut dapat diadopsi sebagian atau seluruhnya

tergantung kepentingan, kondisi dan keberadaan di Indonesia.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

36

Universitas Indonesia

5.2.2 Subdirektorat Standarisasi Pangan Khusus

Pelaksanaaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) khususnya di

Subdirektorat Standardisasi Pangan Khusus, kami mempelajari peraturan Kepala

BPOM RI terkait dengan Subdirektorat Pangan Khusus yang menjadi landasan

pelaksanaan secara teknis di lapangan. Peraturan-peraturan tersebut adalah terkait

hal-hal sebagai berikut :

a. Pangan Fungsional

Setiap orang saat ini mulai menyadari akan kebutuhan gizi yang

dibutuhkannya, sehingga peluang pasar telah bergeser dari kebutuhan secara

umum menjadi kebutuhan secara individual dan produsen melihat peluang

pasar tersebut. Hal ini terlihat dengan maraknya peredaran produk-produk

yang mengklaim bahwa produknya merupakan pangan fungsional.

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan POM RI No.

HK.03.1.23.11.11.09909 tahun 2011 Tentang Pengawasan Klaim Dalam

Label dan Iklan Pangan Olahan, telah memuat tentang pernyataan-pernyataan

klaim pangan antara lain mengenai “Tinggi Kalsium”, “Rendah Lemak”,

“Rendah Kolesterol” dan lain sebagainya, baik dalam bentuk jumlah dan

keterangannya.

Jenis produk dengan klaim tersebut dalam Peraturan Kepala Badan

POM RI No. HK.03.1.23.11.11.09909 tahun 2011 Tentang Pengawasan Klaim

Dalam Label dan Iklan Pangan Olahan masuk ke dalam golongan Pangan

fungsional, sehingga produk tersebut harus memenuhi persyaratan

mengandung jenis komponen pangan dalam jumlah yang sesuai dengan

batasan yang ditetapkan, memiliki karakteristik sensori seperti penampakan,

warna, tekstur atau konsistensi dan cita rasa yang dapat diterima konsumen;

dan dapat disajikan dan dikonsumsi sebagaimana layaknya makanan atau

minuman. Salah satu contoh klaim produk yang beredar adalah “No added

Sugar”, produk dengan klaim ini akan banyak dicari oleh konsumen yang

takut gemuk atau memiliki penyakit diabetes atau keturunan diabetes atau

penyakit yang masuk dalam Penyakit Tidak Menular (PTM). Hal tersebut

sudah terkait dan tercantum di dalam Peraturan Kepala Badan POM RI No.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

37

Universitas Indonesia

HK.03.1.23.11.11.09909 tahun 2011 Tentang Pengawasan Klaim Dalam

Label dan Iklan Pangan Olahan.

b. Pangan Hasil Rekayasa Genetika (5,17)

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di

bidang pangan, sekarang banyak kita temukan produk pangan yang

dibudidayakan tidak hanya dengan cara konvensional tetapi juga dengan cara-

cara lain seperti rekayasa genetik. Melalui rekayasa genetik menghasilkan

produk yang disebut Produk Rekayasa Genetik (PRG) contohnya tanaman

transgenik yang memiliki sifat baru seperti ketahanan terhadap hama,

penyakit, atau herbisida, atau peningkatan kualitas hasil. Pemanfaatan pangan

PRG ini tentunya mengundang kekhawatiran masyarakat bahwa pangan

tersebut mungkin dapat menimbulkan risiko terhadap kesehatan.

Sehubungan dengan hal di atas, Badan POM RI sudah mengeluarkan

peraturan terkait dengan pangan PRG yaitu Peraturan Kepala Badan POM RI

No.HK.03.1.23.03.1563 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengkajian Keamanan

Pangan Produk Rekayasa Genetik dan Peraturan Kepala Badan POM RI

Nomor HK.03.1.23.03.12.1564 Tahun 2012 tentang Pengawasan Pelabelan

Pangan Produk Rekayasa Genetik. Berdasarkan peraturan ini, setiap pangan

PRG baik yang diproduksi di dalam negeri atau yang dimasukkan ke dalam

wilayah Indonesia, sebelum diedarkan wajib terlebih dahulu dilakukan

pengkajian keamanan pangan PRG, tetapi dikecualikan untuk bahan penolong

(processing aid) yang digunakan pada produk pangan PRG dan tidak

teridentifikasi pada produk akhir.

Dalam hal tata cara pelabelan pangan PRG telah diatur dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan

dan Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor HK.03.1.23.03.12.1564 Tahun

2012 tentang Pengawasan Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik

menyatakan bahwa wajib mencantumkan tulisan “PANGAN PRODUK

REKAYASA GENETIKA” pada produk pangan yang mengandung paling

sedikit 5% Pangan PRG, berdasarkan persentase kandungan Asam

Deoksiribonukleat (Deoxyribo Nucleic Acid/DNA) PRG terhadap kandungan

Asam Deoksiribonukleat non PRG.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

38

Universitas Indonesia

c. Pangan Iradiasi(6,13)

Penggunaan radiasi untuk kepentingan komersial perlu dikembangkan

dan dimanfaatkan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, termasuk pemanfaatannya di bidang pangan. Peraturan Kepala

Badan POM RI terkait dengan Pangan Iradiasi adalah Peraturan Kepala Badan

POM RI No. 26 tahun 2013 tentang Pengawasan Pangan Iradiasi. Peraturan

ini dibuat untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2004

tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan dan Peraturan Menteri Kesehatan

RI No. 701/Menkes/Per/VIII/2009 tentang Pangan Iradiasi.

Gambar 5.1

Logo Khusus Pangan Iradiasi (RADURA)

Tata cara pelabelan pangan iradiasi telah diatur dalam Peraturan

Pemerintah RI No.69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, serta

Peraturan Kepala Badan POM RI No. 26 tahun 2013 tentang Pengawasan

Pangan Iradiasi, dan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 701/MENKES/PER/VIII/2009 tentang Pangan Iradiasi yang

menyatakan bahwa wajib dicantumkan tulisan "PANGAN IRADIASI", dan

tujuan iradiasi. Apabila pangan tersebut tidak boleh diiradiasi ulang, maka

wajib dicantumkan tulisan “TIDAK BOLEH DIIRADIASI ULANG”. Selain

itu pada label dapat dicantumkan logo khusus seperti pada Gambar 5.

Pangan Iradiasi yang diproduksi di wilayah Indonesia untuk diedarkan

harus memiliki Sertifikat Iradiasi yang berlaku untuk batch pangan yang

bersangkutan. Peraturan ini ditetapkan untuk dapat memberikan jaminan

kepada masyarakat bahwa Pangan Iradiasi yang beredar di Wilayah Indonesia

pada khususnya memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan gizi pangan.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

39

Universitas Indonesia

5.2.3 Subdirektorat Standardisasi Bahan Baku dan Bahan Tambahan

Pangan

Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) khususnya di

Subdirektorat Standardisasi Bahan Baku dan Bahan Tambahan Pangan, kami

diberikan penjelasan dan mencari informasi terkait hal berikut yaitu bahan

tambahan pangan dan bahan penolong.

Dalam produk pangan selain bahan baku juga mengandung Bahan

Tambahan Pangan (BTP) dan Bahan Penolong (Processing Aids). Bahan

tambahan pangan ini ditujukan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk dari pangan

tetapi tidak untuk menutupi atau menghilangkan keburukannya. Dalam

penggunaannya, bahan tambahan pangan tidak hanya asal ditambahkan tetapi ada

jenis dan batas maksimum yang ditambahkan sehingga bahan tersebut menjadi

aman untuk dikonsumsi.

Di Indonesia, bahan tambahan pangan telah diatur oleh Menteri Kesehatan

dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan

Tambahan Pangan yang merupakan hasil revisi dari Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 722/Menkes/Per/IX/ 88 tentang Bahan Tambahan Makanan karena

dianggap sudah tidak sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi di bidang pangan.

Bahan Tambahan Pangan (BTP) ditambahkan ke dalam proses pembuatan

produk pangan untuk membantu mempengaruhi sifat dan atau bentuk pangan

karena BTP tersebut mempunyai fungsi teknologi sehingga pada produk akhir

BTP harus tetap ada. Contoh bahan tambahan pangan yaitu antara lain Asam

Sorbat dan Natrium Sorbat sebagai pengawet.

Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012 tentang

Bahan Tambahan Pangan memuat nama bahan tambahan pangan yang diizinkan

dan nomor INS (International Numbering System). Bahan tambahan pangan selain

diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan di atas juga diatur dalam Peraturan

Kepala Badan POM RI No. 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15,16, 17, 18, 19,

20, 21, 22, 23, 24, 25, 36, 37 dan 38 tahun 2013 tentang Batas Maksimum

Penggunaan Bahan Tambahan Pangan yang berisi nama jenis bahan tambahan

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

40

Universitas Indonesia

pangan, nomor INS, ADI (Acceptable Daily Intake), kategori pangan, dan batas

maksimum penggunaan seperti pada lampiran 1.

Dalam proses pembuatan produk pangan, selain bahan tambahan pangan,

bahan penolong (Processing Aids) juga banyak digunakan oleh industri pangan.

Bahan penolong ditambahkan untuk membantu dalam proses pembuatan, tetapi

diharapkan pada produk akhir harus hilang atau hanya tersisa dalam batas aman,

contoh Bahan Penolong adalah air di dalam proses pembuatan rempeyek kacang.

Dengan adanya peraturan tersebut maka pihak Pemerintah mempunyai

standar dan acuan dalam menentukan jumlah atau batas maksimum bahan

tambahan pangan dan batas aman untuk bahan penolong sehingga produk pangan

tersebut memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan gizi dan dapat diberikan izin

edar.

5.2.4 Pengkajian yang dilakukan Direktorat Standardisasi Produk Pangan

dalam hal Pelayanan Publik

Semakin berkembangnya teknologi yang pesat menuntut produsen untuk

berinovasi tetapi tetap menjaga keamanan, mutu, dan gizi produk pangan. Apabila

ada bahan tambahan pangan, bahan baku, bahan penolong, label, iklan, klaim,

serta kategori pangan yang akan disampaikan tetapi belum tertuang pada

peraturan-peraturan yang ada maka dapat dilakukan pengkajian. Secara umum,

proses pengkajian ini adalah sebagai berikut.

1) Pengajuan Permohonan

2) Evaluasi Kelengkapan Data

3) Pengkajian oleh Penilai dan/atau Tim Mitra Bestari

4) Rekomendasi/Hasil Kajian

5) Surat Persetujuan/ Penolakan Bahan Tambahan

Hasil pengkajian ini, digunakan oleh pemerintah dalam hal ini Badan POM

RI untuk memperoleh data baru yang dapat digunakan sebagai bahan evaluasi

untuk merevisi peraturan dan standar. Beberapa contoh pengkajian dalam rangka

pelayanan publik yaitu 1) Permohonan Pengkajian Keamanan, Mutu, Gizi dan

Manfaat Pangan Untuk Kategori Pangan, Label dan Iklan Pangan; 2) Permohonan

Pengkajian Keamanan, Mutu, Gizi dan Manfaat Pangan Untuk Bahan Tambahan

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

41

Universitas Indonesia

Pangan dan Bahan Penolong; 3) Permohonan Pengkajian Keamanan, Mutu, Gizi dan

Manfaat Pangan Untuk Klaim Gizi dan Kesehatan, Bahan Baku, Zat Gizi dan Non

gizi; dan 4) Permohonan Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik

(PRG). Beberapa contoh pengkajian dalam rangka Pelayanan Publik yaitu :

a. Kategori Pangan

Dalam menentukan jenis pangan (kategori pangan) diperlukan

beberapa hal yang dapat digunakan untuk mengkaji (menganalisis) produk

tersebut yaitu, antara lain : formula, proses produksi, penggunaan, dan target

konsumen.

Sebagai contoh pada saat kami melaksanakan PKPA, kami diajarkan

menentukan kategori minuman “soju”. Berdasarkan hal-hal di atas, minuman

“soju” merupakan minuman beralkohol yang dihasilkan melalui proses

fermentasi dan destilasi dengan atau tanpa bahan tambahan, dengan kadar

alkohol 25%-45%, sehingga dapat digolongkan dalam kategori pangan

minuman spirit, whiskey, dan arak. Untuk menentukan apakah “soju” masuk

dalam salah satu dari ketiga minuman di atas, masih diperlukan data yang

lebih spesifik lagi dari beberapa acuan regional dan Internasional.

b. Bahan Tambahan Pangan

Semakin berkembangnya teknologi, meningkatnya jumlah serta jenis

produk pangan yang dihasilkan oleh industri, terdapat jenis bahan tambahan

pangan dan bahan baku bahan yang belum diatur dalam peraturan yang telah

ada. Untuk memperlancar proses pelayanan publik terkait penggunaan bahan

tambahan pangan yang belum diatur dalam regulasi yang telah ada maka

diperlukan pengkajian bahan tambahan pangan. Informasi yang dibutuhkan

untuk pengkajian bahan tambahan pangan antara lain nama bahan, jenis

bahan, digunakan dalam produk apa, tujuan penggunaan, sumber dan referensi

yg menyatakan tujuan penggunaan contoh sebagai pengasam dalam jus, batas

maksimum, dan target konsumen.

c. Pangan Fungsional

Semakin banyaknya produk pangan yang beredar di tengah masyarakat

menciptakan tuntutan kreativitas terhadap terobosan baru produk pangan

yang mempunyai manfaat khusus, guna memenangkan persaingan pasar.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

42

Universitas Indonesia

Latar belakang tersebut menciptakan modifikasi produk pangan yang telah

beredar, salah satu contohnya produk kopi yang akan ditambahkan dengan

pasak bumi yang konon dipercaya memiliki kegunaan khusus yaitu

menambah vitalitas tubuh bagi kaum pria. Oleh sebab itu dilakukanlah

pengumpulan data keamanan dan khasiat yang akan berguna sebagai bahan

pertimbangan dalam pengkajian lebih lanjut.

d. Cemaran Mikroba dan Kimia

Dalam melakukan pengkajian salah satu hal yang dapat dilakukan

adalah menyandingkan regulasi. Sebagai contoh pada saat kami melakukan

PKPA, kami diajarkan menyandingkan Peraturan Kepala Badan POM RI

No.HK.00.06.1.52.4011 tahun 2009 tentang Penetapan Batas Maksimum

Cemaran Mikroba dan Kimia Dalam Makanan terhadap Standar Internasional

yang dibuat oleh Codex Alimentarius Comission serta beberapa Negara

lainnya seperti Eropa dan Filipina.

Indonesia merupakan salah satu anggota Codex yang telah mempunyai

peraturan mengenai batas maksimum cemaran mikroba dan kimia yang

tercantum dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

Republik Indonesia Nomor HK.00.06.1.52.4011 tentang Penetapan Batas

Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan yang ditetapkan

pada tanggal 28 Oktober 2009. Peraturan tersebut mengatur cemaran mikroba,

cemaran logam berat, kandungan mikotoksin serta cemaran kimia dalam

pangan yang dihubungkan dengan kategori pangan. Saat ini peraturan

mengenai cemaran mikroba sedang dalam tahap revisi karena adanya

perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi khususnya terkait dengan

komponen kriteria mikroba.

Tujuan menyandingkan peraturan Indonesia terhadap peraturan

regional dan Internasional adalah untuk membuat rancangan awal revisi untuk

dibahas dengan stakeholder dan Kementrian terkait.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia43

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Calon Apoteker memperoleh pendidikan dan pelatihan untuk

berkecimpung dalam dunia kerja khususnya Badan POM RI

2. Calon Apoteker mendapatkan pengetahuan mengenai Badan POM RI

dan Direktorat Standardisasi Produk Pangan:

a. Direktorat Standardisasi Produk Pangan berada dibawah pengawasan

Deputi Bidang Pengawasan Produk Pangan dan Bahan Berbahaya

merupakan unit pelaksanaan kegiatan Standardisasi Pangan di Badan

POM RI. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, direktorat ini

dibantu Subdit Standardisasi Pangan Olahan, Subdit Standardisasi

Pangan Khusus serta Subdit Standardisasi Bahan Baku dan Bahan

Tambahan Pangan.

b. Direktorat Standardisasi Produk Pangan mempunyai peran penting

antara lain :

Mewujudkan standardisasi produk pangan dalam rangka

meningkatkan perlindungan konsumen dari pangan yang tidak

layak, tidak aman dan dipalsukan serta meningkatkan efisiensi

dan daya saing produk pangan nasional.

Mewujudkan keamanan pangan dan perdagangan yang adil.

6.2. Saran

Diperlukan waktu PKPA (Praktek Kerja Profesi Apoteker) yang lebih

lama agar pengetahuan dan wawasan yang didapat selama Praktek Kerja

Profesi Apoteker lebih banyak.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia44

DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2012. Keputusan

Badan POM RI HK.03.1.23.04.12.2206 tahun 2012 tentang Cara

Produksi Pangan yang Baik Untuk Industri Rumah Tangga. Jakarta

:Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia

2. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2001. Keputusan

Badan POM RI No HK.00.05.21.4231 tentang Perubahan atas Keputusan

Kepala Badan POM No 0211/SK/KBBPOM tentang Organisasi dan Tata

Kerja Badan POM.. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan

Republik Indonesia

3. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.2009. Peraturan

Kepala BPOM RI No.HK.00.06.1.52.4011 tentang Penetapan Batas

Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan.Jakarta : Badan

Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

4. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.2013. Profil Badan

Pengawas Obat dan Makanan. Badan Pengawas Obat dan Makanan

Republik Indonesia (http//www.pom.go.id)

5. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2012. Peraturan

Kepala Badan POM RI No.HK.03.1.23.03.1563 Tahun 2012 tentang

Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik.

Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan

6. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2013. Peraturan

Kepala Badan POM RI No. 26 tahun 2013 tentang Pengawasan Pangan

Iradiasi. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

Indonesia

7. Menteri Kesehatan. 2012. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 033 tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan. Jakarta :

Menteri Kesehatan

8. Republik Indonesia. 1999. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen. Jakarta: Sekretariat Negara

9. Republik Indonesia. 2004. Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004

tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan.Jakarta :Sekretariat Negara

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

45

Universitas Indonesia

10. Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah RI No.102 tahun 2010

tentang Standardisasi Nasional Indonesia. Jakarta: Sekretariat Negara

11. Republik Indonesia.2010. Peraturan Pemerintah RI No. 53 tahun 2010

tentang Standardisasi Nasional Indonesia. Jakarta: Sekretariat Negara

12. Republik Indonesia. 1999. Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1999

tentang Label dan Iklan Pangan. Jakarta :Sekretariat Negara

13. Republik Indonesia. 2012. Undang-Undang Nomor 18 tahun 2012 tentang

Pangan. Jakarta :Sekretariat Negara

14. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2013. Peraturan

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 36 tahun 2013 tentang

Batas Maksimum Penggunaan BTP Pengawet. Jakarta: Badan Pengawas

Obat dan Makanan Republik Indonesia.

15. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2011. Peraturan

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No.

HK.03.1.23.11.11.09909 tahun 2011 Tentang Pengawasan Klaim Dalam

Label dan Iklan Pangan Olahan.Jakarta : Badan Pengawas Obat dan

Makanan Republik Indonesia.

16. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2006. Keputusan

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK.00.05.52.4040

tahun 2006 Tentang Kategori Pangan. Jakarta : Badan Pengawas Obat

dan Makanan Republik Indonesia

17. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2012. Peraturan

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK.03.1.23.03.12.1564

tahun 2012 Tentang Pengawasan Pelabelan Pangan Produk Rekayasa

Genetik.. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

Indonesia

18. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2013. Peraturan

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 39 tahun 2013 Tentang

Standar Pelayanan Publik di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan

Makanan. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

Indonesia

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

LAMPIRAN

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

46

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Permohonan Pengkajian Keamanan, Mutu, Gizi dan Manfaat

Pangan Untuk Kategori Pangan, Label dan Iklan Pangan

Lampiran 2. Konsultasi Terkait Proses Pengkajian Keamanan, Mutu, Gizi dan

Manfaat Pangan Untuk Kategori Pangan, Label dan Iklan Pangan

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

47

Universitas Indonesia

Lampiran 3. Permohonan Pengkajian Keamanan, Mutu, Gizi dan Manfaat

Pangan Untuk Bahan Tambahan Pangan dan Bahan Penolong

Lampiran 4. Konsultasi Terkait Proses Pengkajian Keamanan, Mutu, Gizi dan

Manfaat Pangan Untuk Bahan Tambahan Pangan dan Bahan Penolong

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

48

Universitas Indonesia

Lampiran 5. Permohonan Pengkajian Keamanan, Mutu, Gizi dan Manfaat

Pangan Untuk Klaim Gizi Dan Kesehatan, Bahan Baku, Zat Gizi dan Nongizi

Lampiran 6. Konsultasi Terkait Proses Pengkajian Keamanan, Mutu, Gizi dan

Manfaat Pangan Untuk Klaim Gizi dan Kesehatan, Bahan Baku, Zat Gizi dan

Nongizi

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

49

Universitas Indonesia

Lampiran 7. Permohonan Pengkajian Keamanan Pangan PRG

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

50

Universitas Indonesia

Lampiran 8. Konsultasi Terkait Proses Pengkajian Keamanan Pangan PRG

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

UNIVERSITAS INDONESIA

KAJIAN PENYUSUNAN RANCANGAN STANDARNASIONAL INDONESIA 1 (RSNI 1) KERIPIK BAYAM

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

BHATA BELLINDA, S. Farm.1206329423

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASIPROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOKJANUARI 2014

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

ii Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL …………………………....................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................ ii

DAFTAR GAMBAR………………………….…………………........... iii

DAFTAR TABEL …………………………….………..………………. iv

DAFTAR LAMPIRAN.……………………..…………………………. v

BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………..…. 1

1.1 Latar Belakang……………………………………………..….. 1

1.2 Tujuan………………………………………...……………….. 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.…………………………………..…… 3

2.1 Bayam…………………………………………………………. 3

2.1 Keripik Bayam………………………....……………………… 5

2.2 Tujuan dan Proses Standarisasi Nasional Indonesia................... 5

BAB 3 METODOLOGI TUGAS KHUSUS .......................................... 16

3.1 Waktu dan Lokasi Pelaksanaan Tugas Khusus…………...…… 16

3.2 Metode Pelaksanaan..………..…………………………........... 16

BAB 4 PEMBAHASAN………………………………………………... 17

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN………………………………… 21

5.1 Kesimpulan…….……………………………………………… 21

5.2 Saran…………..………………………………………………. 21

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………... 22

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

iii Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 (a) Tanaman bayam hijau………….......................................... 3

Gambar 2.1 (b) Tanaman bayam merah........................................................ 3

Gambar 2.2 Keripik bayam…………………………....……...……........... 5

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

iv Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kandungan Gizi Bayam dan Kangkung ...................................... 4

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

v Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rancangan Standar Nasional 1 Kripik Bayam ....................... 24

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman pangan

olahan, terutama pada jenis makanan ringan. Keripik adalah salah satu jenis

makanan ringan atau dikenal dengan istilah camilan atau snack, yang sangat

disukai masyarakat Indonesia. Selama ini, kebanyakan keripik diproduksi dari

umbi-umbian seperti kentang, singkong, ubi, dan gadung; sedangkan yang berasal

dari buah-buahan seperti pisang, nanas, nangka, dan belimbing. Sangat jarang

makanan ringan seperti keripik dibuat dari sayuran, tetapi produknya telah

ditemukan dipasaran Indonesia seperti keripik jamur kancing, keripik wortel,

maupun keripik bayam.

Bayam merupakan salah satu jenis sayuran yang kaya akan kandungan

bermanfaat seperti serat dan zat besi yang jika dikonsumsi akan memberikan

manfaat yang baik bagi tubuh. Namun, tidak semua orang suka mengkonsumsi

sayur bayam, terutama anak-anak. Maka itu, diperlukan alternatif baru dalam

mengolah sayuran ini sehingga kebutuhan tubuh akan sayur tetap bisa dipenuhi,

serta disukai anak-anak. Keripik bayam adalah salah satu cara yang mengkin

paling disukai anak-anak.

Makanan ringan ini sering dicari dan dikonsumsi pada waktu senggang

dan biasanya tidak menimbulkan rasa kenyang, sehingga jumlah atau berapa

banyak makanan ringan yang dikonsumsi per harinya menjadi sulit untuk

diketahui dengan pasti. Sedangkan tidak dapat dipungkiri dalam pembuatan

keripik ini memungkinkan penggunaan bahan tambahan pangan yang merupakan

zat kimia.

Konsumen yang mengkonsumsi keripik bukan hanya orang dewasa tetapi

juga anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan. Oleh karena itu, dalam

pembuatannya, keripik bayam haruslah terstandar agar menjamin keamanan, mutu

dan gizi bagi konsumen yang mengkonsumsi terutama anak-anak. Standardisasi

ini juga dapat mendukung Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) sebagai

produsen keripik bayam dapat bersaing dengan produk lainnya.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

2

Universitas Indonesia

Satu-satunya Badan standar yang berlaku secara nasional di Indonesia

adalah Standar Nasional Indonesia (SNI). Pembuatan Rancangan Standar

Nasional Indonesia (RSNI) ini dilakukan oleh Unit dari Kementrian terkait

dengan perihal yang akan distandar dan memiliki panitia teknis. Dalam hal

pangan olahan maka akan terkait di Direktorat Standardisasi Produk Pangan

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Jika telah diperoleh

persetujuan, maka RSNI tersebut ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional

(BSN) menjadi SNI.

1.2 Tujuan

Kajian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari tujuan SNI, serta

pembuatan RSNI pada produk pangan olahan keripik bayam.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bayam

Gambar 2.1 (a) Tanaman bayam hijau (b) Tanaman bayam merah

Tanaman bayam merupakan tanaman semak yang ukuran tingginya

bervariasi, ada yang mampu tumbuh sampai setinggi 3 m. Batangnya umumnya

tegak, tetapi ada pula jenis bayam yang batangnya menjalar, sering berupa batang

yang gemuk berdaging, tetapi ada yang batangnya bercabang-cabang adapula

yang tidak bercabang. Warna kulit batang juga bermacam-macam, ada yang hijau,

merah, kemerahan, kuning dan atau kombinasinya. Begitu pula dengan warna

daun beragam, bentuk daun juga agak beragam, ada yang berbentuk lonjong

pendek ataupun lonjong panjang, tetapi ujung daun biasanya meruncing.

Bunganya kecil-kecil, sangat banyak dan tertata rapi sepanjang tandan bunga.

Tandan bunga kebanyakan tumbuh dari ujung batang tetapi adapula yang tumbuh

baik di ujung batang maupun di ketiak daun.). Bijinya berbelah dua, warna kulit

biji hitam atau coklat tua, ukuran biji kecil, bervariasi sekitar 1200-3000 biji per

gram.

Tanaman bayam (Amaranthus spp. L.) memiliki banyak jenis, yakni

bayam cabut (Amaranthus tricolor), bayam kakap (Amaranthus hybridus), bayam

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

4

Universitas Indonesia

duri (Amaranthus spinosus), dan bayam kotok/bayam tanah (Amaranthus blitum).

Tetapi tanaman bayam jenis bayam cabut (Amaranthus tricolor L) dan bayam

petik/bayam tahunan (Amaranthus hybridus L) merupakan bayam yang

dibudidayakan untuk dikonsumsi karena rasa daunnya enak, empuk, dan

mempunyai kandungan gizi yang tinggi. Terdapat tiga varietas bayam yang

termasuk ke dalam Amaranthus tricolor, yaitu bayam hijau biasa, bayam merah

(Blitum rubrum) yang batang dan daunnya berwarna merah, dan bayam putih

(Blitum album) yang berwarna hijau keputih-putihan.

Tabel 2.1. Kandungan Gizi Bayam dan Kangkung

Kandungan GiziJumlah /100gram bahan

Bayam Kangkung

Kalori 36 kal 29 kal

Protein 3,5 gram 3,0 gram

Lemak 0,5 gram 0,3 gram

Hidrat arang 6,5 gram 5,4 gram

Vitamin B1 908 mgram 0,07 mgram

Vitamin A 6,090 SI 6,300 SI

Vitamin C 80 mgram 32 mgram

Kalsium 267 mgram 73 mgram

Fosfor 67 mgram 50 mgram

Zat besi 3,9 mgram 2,5 mgram

Air 86,9 mgram 89,7 mgram

Sumber : Direktorat Gizi, Depkes RI, (1981)

Daun Bayam merupakan sayuran yang sering digunakan sebagai bahan

dalam membuat masakan. Bayam juga memiliki banyak manfaat yang

dikandungnya, menurut Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura tahun

2003 di dalam buku Budidaya Sayuran Daun Seri Bayam dan Kangkung.

Kandungan bayam memiliki keunggulan dibandingkan dengan sayuran kangkung,

Berdasarkan Tabel 1. sayuran bayam banyak mengandung vitamin dan garam-

garam mineral penting yang diperlukan tubuh. Bayam juga memiliki kandungan

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

5

Universitas Indonesia

zat besi yang lebih tinggi dibandingkan sayuran berdaun lainnya terutama pada

tanaman bayam merah. Tanaman bayam merah yang dibandingkan dengan

tanaman bayam duri (Amaranthus spinosus), maka diketahui tanaman bayam

merah memiliki kadar zat besi lebih tinggi yaitu sekitar 2,64 mg Fe/100g,

sedangkan untuk bayam duri sekitar 1,69 mg Fe/100g.

Daun bayam yang segar dan mempunyai nilai komersial yang tinggi.

Tanaman bayam bisa tumbuh sepanjang tahun, baik di dataran rendah sampai

dataran tinggi (pegunungan). Tanaman ini dapat diusahakan secara komersial di

sawah, kebun/ tegalan, namun bisa pula secara sambilan untuk kebutuhan sehari-

hari di pekarangan yang sempit sekalipun.

2.2 Keripik Bayam

Gambar 2.2 Keripik bayam

Salah satu pengolahan daun bayam adalah menjadi keripik yang renyah

dan gurih, pengolahan dengan cara ini juga dapat membantu orang yang tidak

suka mengkonsumsi sayur bayam karena dapat menutupi rasa dari daun bayam.

Pangan olahan seperti keripik bayam juga sangat cocok untuk dijadikan sebagai

camilan kering dirumah atau dimana saja. Definisi keripik berdasarkan Pedoman

Kategori Pangan yang dikeluarkan Badan POM RI adalah produk buah, ubi,

sayur, atau bahan lainnya berbentuk pipih atau bentuk lainnya dicampur atau

tanpa dicampur dengan adonan tepung dan bumbu serta langsung digoreng.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

6

Universitas Indonesia

Daun bayam yang digunakan dapat berupa daun yang berwarna hijau

atau berwarna merah asalkan berupa daun segar dan bermutu. Hal ini sesuai

dengan definisi keripik bayam berdasarkan Pedoman Kategori Pangan yang

dikeluarkan Badan POM RI, keripik bayam adalah produk keripik yang diperoleh

dari daun bayam yang bersih dan bermutu baik, yang dilapis dengan adonan encer

tepung berbumbu, kemudian digoreng.

2.3 Tujuan dan Proses Standarisasi Nasional Indonesia

Kegiatan standardisasi sangat diperlukan untuk mengantisipasi era

globalisasi perdagangan dunia. Kegiatan ini meliputi standar dan penilaian

kesesuaian (conformity assessment) secara terpadu yang perlu dikembangkan

secara berkelanjutan khususnya dalam memantapkan dan meningkatkan daya

saing produk nasional, memperlancar arus perdagangan dan melindungi

kepentingan umum. Oleh karena itu, untuk membina, mengembangkan serta

mengkoordinasikan kegiatan di bidang standardisasi secara nasional akan menjadi

tanggung jawab Badan Standardisasi Nasional (BSN). Selain itu, kewenangan dari

BSN adalah penetapan Standar Nasional Indonesia (SNI) sebagai salah satu

output dari proses standardisasi.

Sebelum proses penyusunan SNI dilakukan penyusunan, pengusulan, dan

mengajukan Program Nasional Perumusan Standar (PNPS) kepada BSN, yang

mencakup usulan perumusan SNI baru, revisi atau amandemen SNI. Proses

penyusunan SNI dilaksanakan oleh Panitia Teknis (PANTEK) dari unit terkait

atau kementrian terkait sesuai dengan perihal yang ingin distandardisasi, yang

terdiri dari wakil Pemerintah, wakil ahli/perguruan tinggi, wakil Industri/Usaha,

wakil dari konsumen yang diusulkan oleh koordinator PANTEK dan ditetapkan

oleh BSN. Dalam hal penyusunan SNI keripik bayam Panitia Teknis yang

bertanggung jawab adalah Panitia Teknis 67.04 tentang makanan dan minuman

yang diketuai oleh Direktur Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan dari

Kementrian Perindustrian dan Sekretaris yang berasal dari Kementrian yang sama,

konseptor, serta pakar/wakil ahli yang dapat berasal dari perguruan tinggi ataupun

Badan pemerintahan lain yang memiliki keterkaitan dengan perihal yang akan

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

7

Universitas Indonesia

distandarisasi, dalam hal penyusunan SNI keripik bayam Direktorat Standardisasi

Produk Pangan Badan POM RI merupakan salah satu wakil ahli.

2.3.1 Penyusunan konsep (drafting)

Pertama-tama penyusunan SNI dilakukan dengan menyusun konsep

sebagai Rancangan Standar Nasional Indonesia 1 (RSNI 1) selama 1 bulan oleh

konseptor yaitu dari unit atau kementrian terkait. Gugus kerja ini bersifat

sementara dan tugasnya selesai setelah RSNI1 disetujui menjadi RSNI2 oleh

panitia teknis atau subpanitia teknis. Apabila diperlukan gugus kerja atau

subpanitia teknis atau panitia teknis dapat berkonsultasi dengan berbagai pihak

lain yang berkepentingan, melakukan penelitian, studi banding, dan atau

pengujian untuk memastikan agar ketentuan yang dicakup dalam RSNI 1 sesuai

dengan konteks tujuan penyusunan SNI tersebut serta kondisi yang

mempengaruhinya. Apabila menetapkan metode pengujian baru yang berdiri

sendiri atau merupakan bagian suatu standar dan metode tersebut tidak

mengadopsi atau tidak mengacu suatu standar lain yang biasa digunakan, maka

harus dilakukan validasi.

2.3.2 Rapat teknis

RSNI 1 yang disusun oleh konseptor atau gugus kerja dibahas dalam rapat

panitia teknis atau subpanitia teknis untuk mendapatkan pandangan dan masukan

dari seluruh anggota. Rapat teknis harus dihadiri oleh tiga perempat Panitia

Teknis. Apabila diperlukan dalam tahap ini dapat diundang pakar dari luar

anggota panitia teknis atau subpanitia teknis, dilakukan konsultasi dengan

berbagai pihak dan atau melakukan penelitian/pengujian sesuai dengan kebutuhan.

Hasil rapat teknis setelah diperbaiki oleh tim editor diperoleh RSNI 2. Pada tahap

ini, BSN dapat memantau pelaksanaan rapat teknis dengan menugaskan Tenaga

Ahli Standardisasi sebagai pengendali mutu (TAS-QC) perumusan SNI.

2.3.3 Rapat konsensus panitia teknis atau subpanitia teknis

Selanjutnya RSNI 2 dikonsensuskan oleh panitia teknis atau subpanitia

teknis dengan memperhatikan pandangan seluruh peserta rapat yang hadir dan

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

8

Universitas Indonesia

pandangan tertulis dari anggota panitia teknis atau subpanitia teknis yang tidak

hadir. Apabila diperlukan, dalam tahap ini dapat diundang pakar dari luar anggota

panitia teknis atau subpanitia teknis sebagai narasumber yang pendapatnya dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan oleh anggota panitia teknis atau subpanitia

teknis dalam mengambil keputusan, tetapi tidak memiliki hak suara. Rapat

konsensus hanya dapat dilakukan apabila rapat mencapai kuorum, yaitu minimal

2/3 anggota panitia teknis atau subpanitia teknis hadir dan semua pihak yang

berkepentingan terwakili. RSNI2 dapat ditetapkan menjadi RSNI 3 apabila

anggota panitia teknis atau subpanitia teknis peserta rapat consensus menyepakati

rancangan tersebut secara aklamasi. Jika dalam hal aklamasi tidak dicapai, dapat

dilakukan voting, dengan sekurang-kurangnya 2/3 dari anggota panitia teknis atau

subpanitia teknis peserta rapat konsensus menyatakan setuju. Pelaksanaan rapat

konsensus harus dihadiri oleh Tenaga Ahli Standardisasi yang ditugaskan oleh

BSN sebagai pengendali mutu (TAS-QC) perumusan SNI. Selain itu, anggota

panitia teknis atau subpanitia teknis yang tidak hadir dalam rapat berhak

memberikan pandangannya secara tertulis sebagai bahan pembahasan, namun

yang bersangkutan tidak diperhitungkan di dalam kuorum dan pemungutan suara.

Apabila peserta rapat konsensus yang menyetujui rancangan tersebut tidak

mencapai 2/3 maka RSNI 2 tersebut harus diperbaiki dengan memperhatikan

alasan dari tanggapan yang menyatakan tidak setuju. Seluruh substansi

pembahasan dalam rapat konsensus harus terekam secara lengkap, akurat serta

mudah dibaca dan dimengerti, baik merupakan catatan pada RSNI 2 maupun

rekaman terpisah. Hasil rapat konsensus harus dituangkan dalam berita acara

sesuai dengan format pada Lampiran C (yang mencakup kuorum, konsensus/tidak

konsensus, hasil voting, daftar hadir yang ditandatangani), masing-masing

sebanyak dua rangkap. Naskah asli RSNI 2 yang memuat catatan-catatan

kesepakatan rapat yang telah diparaf oleh ketua dan sekretaris panitia teknis atau

subpanitia teknis, dan rekaman rapat lainnya, naskah RSNI 3 yang telah diperbaiki

oleh tim pengedit, dalam bentuk hard copy dan e-file, serta berita acara hasil

konsensus, harus dikirimkan ke BSN dan salinannya disimpan oleh sekretariat

panitia teknis atau subpanitia teknis sampai RSNI yang dimaksud ditetapkan

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

9

Universitas Indonesia

menjadi Standar Nasional Indonesia. Naskah RSNI3 yang diserahkan ke BSN

sepenuhnya merupakan tanggung jawab panitia

2.3.4 Tahap jajak pendapat (enquiry) melalui media elektronik

Pada tahap ini RSNI3 yang dihasilkan oleh panitia teknis atau subpanitia

teknis, diserahkan ke BSN agar dapat disebarluaskan untuk mendapatkan

tanggapan dari anggota panitia teknis atau subpanitia teknis yang bersangkutan

dan anggota MASTAN kelompok minat yang relevan. Sebelum disebarluaskan,

BSN akan melakukan verifikasi terhadap kelengkapan administrasi (selambat-

lambatnya 2 bulan setelah menerima RSNI3 dari panitia teknis). Dalam hal

kelengkapan administrasi tidak dipenuhi, maka BSN mengembalikan RSNI3

kepada panitia teknis atau subpanitia teknis yang bersangkutan. Dalam proses ini,

anggota panitia teknis atau subpanitia teknis (sebagai anggota yang memiliki hak

suara) dan anggota MASTAN kelompok minat yang relevan, baik yang memiliki

atau tidak memiliki hak suara, dapat memberikan tanggapan dalam kurun waktu

dua bulan untuk menyatakan:

a) setuju terhadap RSNI3 tersebut yang dapat disertai dengan

catatan editorial dan/atau catatan teknis yang tidak bersifat

substansial,

b) tidak setuju atas semua atau sebagian ketentuan substansi RSNI3

dengan memberikan alasan yang jelas mengapa dan bagian mana

yang tidak disetujui, atau

c) abstain tanpa memberikan catatan/alasan, melalui SISNI dengan

mengisi formulir e-balloting untuk jajak pendapat sesuai F.1 dan

F.2 (untuk catatan editorial/catatan teknis) pada Lampiran F.

Kuorum dihitung berdasarkan hak suara yang dimiliki oleh anggota

panitia teknis atau subpanitia teknis, dan anggota MASTAN dari kelompok minat

yang relevan berdasarkan status keanggotaan dalam pemberian suara. Jajak

pendapat dinyatakan sah atau kuorum apabila tanggapan yang diterima dari

anggota yang memiliki hak suara lebih dari 50% dari total hak suara. Apabila

batas minimum tidak tercapai, jajak pendapat dapat diperpanjang selama satu

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

10

Universitas Indonesia

bulan dan hasil jajak pendapat dinyatakan sah. BSN akan menghitung hasil jajak

pendapat yang sah dengan ketentuan sebagai berikut:

Perhitungan hasil jajak pendapat dilakukan terhadap tanggapan

yang menyatakan setuju dan tidak setuju, sedangkan tanggapan

yang menyatakan abstain atau tanggapan yang menyatakan tidak

setuju tanpa alasan yang jelas tidak dihitung.

Apabila 2/3 atau lebih anggota yang memiliki hak suara dan ikut

memberikan suara menyatakan setuju, dan yang menyatakan

tidak setuju dengan alasan yang jelas tidak lebih ¼ dari seluruh

tanggapan yang diterima (dari anggota yang memiliki dan tidak

memiliki hak suara), maka RSNI3 tersebut dinyatakan disetujui.

Apabila kondisi ini dipenuhi dan tidak ada satupun pihak yang

menyatakan tidak setuju (0%), maka RSNI3 tersebut dianggap

telah disepakati oleh pihak yang berkepentingan sehingga dapat

diproses langsung menjadi RASNI tanpa melalui tahap

pemungutan suara. Sedangkan apabila ada pihak yang

menyatakan tidak setuju, RSNI3 tersebut diproses`lebih lanjut

menjadi RSNI4 untuk memasuki tahap pemungutan suara.

Apabila 2/3 dari anggota yang memiliki hak suara dan ikut

memberikan suara menyatakan setuju tetapi lebih dari ¼ dari

seluruh tanggapan yang diterima (anggota yang memiliki dan

tidak memiliki hak suara) menyatakan tidak setuju dengan alas an

yang jelas atau apabila yang menyatakan setuju tidak mencapai

2/3 dari anggota yang memiliki hak suara maka RSNI3 tersebut

tidak layak untuk dilanjutkan ke tahap pemungutan suara dan

dikembalikan ke panitia teknis untuk diperbaiki dengan

mempertimbangkan alasan dari tanggapan yang menyatakan tidak

setuju dan disepakati oleh anggota panitia teknis atau subpanitia

teknis.

RSNI3 yang telah diperbaiki dapat diajukan kembali untuk jajak

pendapat. Apabila setelah dua kali pengulangan jajak pendapat

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

11

Universitas Indonesia

tidak mendapatkan persetujuan maka RSNI3 tersebut dinyatakan

gugur. Usulan RSNI ini dapat diprogramkan kembali

Pelaksanaan jajak pendapat diatur dalam PSN 04-2006 tentang Jajak

Pendapat dan Pemungutan Suara dalam Rangka Perumusan Standar Nasional

Indonesia (SNI). RSNI3 yang telah disetujui untuk dijadikan RSNI4 perlu

diperbaiki oleh panitia teknis atau subpanitia teknis dengan atau tanpa perubahan

yang bersifat substansial dengan proses sebagai berikut:

BSN akan mengirimkan seluruh tanggapan yang diperoleh dalam

tahap jajak pendapat dan hasil perhitungan jajak pendapat kepada

panitia teknis atau subpanitia teknis.

Dalam memperbaiki RSNI3, catatan editorial atau catatan teknis

dari tanggapan yang menyatakan setuju atau tidak setuju harus

diperhatikan dan hasilnya diperbaiki oleh panitia teknis atau

subpanitia teknis untuk menjadi RSNI4. Jika terdapat perubahan

yang bersifat substansial, maka hal tersebut dituangkan dalam

berita acara yang ditandatangani oleh Ketua dan sekretaris panitia

teknis atau subpanitia teknis

RSNI4 yang dihasilkan dikirimkan ke BSN dalam bentuk

hardcopy yang telah ditandatangani oleh ketua dan sekretaris

panitia teknis atau subpanitia teknis dan efile disertai dengan

rekaman perubahan-perubahan terhadap RSNI3 yang telah

dilakukan (termasuk berita acara) untuk diproses ke tahap

pemungutan suara melalui SISNI.

RSNI3 yang langsung disetujui menjadi RASNI tanpa melalui tahap

pemungutan suara, perlu diperbaiki oleh panitia teknis atau subpanitia teknis tanpa

perubahan yang bersifat substansial dengan proses sebagai berikut:

BSN akan mengirimkan seluruh tanggapan yang diperoleh dalam

tahap jajak pendapat dan hasil perhitungan jajak pendapat kepada

panitia teknis atau subpanitia teknis.

Dalam memperbaiki dan mengedit RSNI3 menjadi RASNI,

catatan editorial dari tanggapan yang menyatakan setuju harus

diperhatikan.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

12

Universitas Indonesia

RASNI yang dihasilkan dikirimkan ke BSN untuk ditetapkan

menjadi SNI.

Ketua panitia teknis/subpanitia teknis menyerahkan RASNI ke

BSN dalam bentuk efile dan hard copy yang telah ditanda tangani

oleh ketua dan sekretaris panitia teknis atau subpanitia teknis,

disertai dengan rekaman perubahan-perubahan terhadap RSNI3

yang dilakukan.

2.3.5 Tahap pemungutan suara (voting) melalui media elektronik

Pada tahap ini RSNI4 yang dihasilkan oleh panitia teknis atau subpanitia

teknis, diserahkan ke BSN agar dapat disebarluaskan untuk mendapatkan

tanggapan dari anggota panitia teknis atau subpanitia teknis yang bersangkutan

dan anggota MASTAN kelompok minat yang relevan. Sebelum disebarluaskan,

BSN akan melakukan verifikasi terhadap perubahan yang dilakukan. Dalam hal

perubahan tidak dilaksanakan tanpa alasan yang jelas, maka BSN mengembalikan

RSNI4 kepada panitia teknis atau subpanitia teknis yang bersangkutan untuk

diperbaiki. BSN menyebarluaskan RSNI4 melalui SISNI untuk memperoleh

tanggapan dari seluruh anggota panitia teknis atau subpanitia teknis dan anggota

MASTAN kelompok minat yang relevan untuk mendapatkan persetujuan melalui

pemungutan suara dalam kurun waktu dua bulan. Pada tahap ini anggota panitia

teknis atau subpanitia teknis dan anggota MASTAN kelompok minat yang relevan

dapat menyatakan setuju tanpa catatan, tidak setuju dengan alasan yang jelas, atau

abstain, dengan mengisi formulir eballoting untuk pemungutan suara sesuai F.3

dan F.2 (untuk catatan teknis) pada Lampiran F.

Kuorum dihitung berdasarkan hak suara yang dimiliki oleh anggota

panitia teknis atau subpanitia teknis, dan anggota MASTAN dari kelompok minat

yang relevan berdasarkan status keanggotaan dalam pemberian suara. Pemungutan

suara dinyatakan sah atau kuorum apabila tanggapan yang diterima dari anggota

yang memiliki hak suara lebih dari 50% dari total hak suara. Apabila batas

minimum tidak tercapai, maka pemungutan suara diperpanjang selama satu bulan

dan hasil pemungutan suara dinyatakan sah. BSN akan menghitung hasil

pemungutan suara yang sah dengan ketentuan sebagai berikut:

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

13

Universitas Indonesia

Perhitungan hasil pemungutan suara dilakukan terhadap

tanggapan yang menyatakan setuju dan tidak setuju, sedangkan

tanggapan yang menyatakan abstain atau tanggapan yang

menyatakan tidak setuju tanpa alasan yang jelas tidak dihitung.

Apabila 2/3 atau lebih anggota yang memiliki hak suara dan ikut

memberikan suara menyatakan setuju, dan yang menyatakan

tidak setuju dengan alasan yang jelas tidak lebih ¼ dari seluruh

tanggapan yang diterima (dari anggota yang memiliki dan tidak

memiliki hak suara), maka RSNI4 tersebut disetujui menjadi

RASNI.

Apabila 2/3 dari anggota yang memiliki hak suara menyatakan setuju

tetapi lebih ¼ dari seluruh tanggapan yang diterima menyatakan tidak setuju

dengan alasan yang jelas atau apabila yang menyatakan setuju tidak mencapai 2/3,

maka RSNI4 tersebut tidak layak untuk ditetapkan menjadi SNI dan dikembalikan

ke panitia teknis atau subpanitia teknis bersama hasil perhitungan pemungutan

suara dan tanggapan dari peserta pemungutan suara. Dalam keadaan tersebut

panitia teknis atau subpanitia

teknis dapat mengajukan RSNI4 tersebut sebagai Dokumen Teknis (DT) dengan

cara

sebagai berikut:

Mengajukan RSNI4 tersebut ke BSN untuk ditetapkan sebagai

DT setelah disepakati oleh 2/3 atau lebih dari anggota panitia

teknis atau subpanitia teknis.

DT berlaku selama maksimum 5 (lima) tahun dan dalam jangka

waktu tersebut panitia teknis atau subpanitia teknis dapat

meninjau kembali DT tersebut. Apabila telah dicapai konsensus

PT/SPT bahwa DT akan diproses kembali, maka panitia teknis

atau subpanitia teknis dapat mengusulkan DT tersebut sebagai

RSNI3 kepada BSN untuk diproses menjadi SNI melalui tahap

jajak pendapat dan selanjutnya diproses sesuai ketentuan yang

berlaku.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

14

Universitas Indonesia

Panitia teknis atau subpanitia teknis dapat mengajukan RSNI3

siap jajak pendapat untuk ditetapkan sebagai DT, mengingat

kebutuhan yang mendesak. Sementara itu tahapan perumusan SNI

selanjutnya tetap berjalan sesuai ketentuan.

RSNI4 yang diadopsi identik dari standar internasional

ISO/IEC/ITU yang tidak mendapat persetujuan tidak dapat

menjadi DT, tetapi dapat diusulkan kembali untuk dilakukan

pemungutan suara setelah PT melakukan pengkajian.

2.3.6 Penetapan SNI dan DT

RSNI yang telah mencapai tahap RASNI atau DT akan dialokasikan

penomorannya oleh BSN. Tata cara penomoran SNI dan DT diatur dalam PSN

06:2007 tentang Tata Cara Penomoran Standar Nasional Indonesia dan Dokumen

Teknis. BSN menetapkan RASNI menjadi SNI atau amandemen SNI dan RSNI4

atau RSNI3 menjadi DT tanpa adanya perubahan atau editing dengan menerbitkan

surat keputusan kepala BSN. BSN menyampaikan Surat Keputusan penetapan

SNI atau DT kepada secretariat panitia teknis atau subpanitia teknis, disertai e-file

dari SNI/DT terkait.

2.3.7 Pemeliharaan SNI

Panitia teknis atau subpanitia teknis berkewajiban memelihara SNI

dengan melaksanakan kaji ulang sekurang-kurangnya satu kali dalam 5 (lima)

tahun setelah ditetapkan, untuk menjaga kesesuaian SNI terhadap kebutuhan pasar

dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam rangka memelihara

dan menilai kelayakan dan kekinian SNI. Panitia teknis harus melaporkan

program kaji ulang setiap akhir tahun bersamaan dengan usulan PNPS. Dalam hal

suatu SNI terdapat kondisi tertentu yang memerlukan perubahan sebelum 5 tahun

maka kaji ulang terhadap SNI tersebut dapat diusulkan kepada BSN atau panitia

teknis untuk ditindaklanjuti. Hasil kaji ulang dapat ditindaklanjuti dengan

menerbitkan ralat, amandemen, revisi, abolisi atau tetap tanpa perubahan terhadap

SNI tersebut. Jika hasil kaji ulang:

a) menunjukkan adanya kesalahan redaksional maka dilakukan ralat.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

15

Universitas Indonesia

b) menunjukkan keperluan perbaikan atau penambahan substansi yang

sifatnya terbatas maka dilakukan amandemen SNI. Amandemen dapat

dilakukan sebanyak-banyaknya dua kali, setelah itu terhadap SNI yang

mengalami perbaikan tersebut dilakukan revisi.

c) menunjukkan keperluan perubahan substansi yang cukup luas atau

menyeluruh maka dilakukan revisi SNI.

d) menunjukkan bahwa SNI tersebut tidak diperlukan lagi, maka dilakukan

abolisi SNI.

e) menunjukkan bahwa SNI tersebut tetap tanpa perubahan, maka SNI

tersebut tetap berlaku.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia16

BAB 3

METODOLOGI TUGAS KHUSUS

3.1 Waktu dan Lokasi Pelaksanaan Tugas Khusus

Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilaksanakan pada

periode 2 September sampai dengan 24 September 2013 di Direktorat Standarisasi

Produk Pangan, Badan Pengawas Obat dan Makanan yang terletak di Jalan

Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat.

3.2 Metode Pelaksanaan

Tugas khusus dilaksanakan dengan menyusun konsep sebagai Rancangan

Standar Nasional Indonesia 1 menggunakan studi literatur mengenai keripik

bayam, atau Standar Nasional Indonesia (SNI) dari produk sejenis, setelah itu

dilakukan pengkajian mengenai regulasi dan pedoman produk pangan olahan di

Direktorat Standarisasi Produk Pangan Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia17

BAB 4

PEMBAHASAN

Standar Nasional Indonesia (SNI) perlu dikembangkan secara

berkelanjutan khususnya dalam memantapkan dan meningkatkan daya saing

produk nasional, memperlancar arus perdagangan dan melindungi kepentingan

umum. Seperti pada produk keripik bayam yang merupakan produk pangan

olahan yang juga merupakan salah satu jenis makanan ringan yang sangat disukai

masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, produk keripik bayam ini perlu dibuat

standar agar semakin memantapkan dan meningkatkan daya saing produk nasional

serta melindungi masyarakat dari produk pangan yang tidak aman, produk yang

berkualitas dan bergizi.

Bayam adalah komoditi sayuran yang tumbuh di daerah tropis maupun

subtropis, sehingga tanaman bayam dapat ditemukan tidak hanya di daerah

Indonesia, tetapi juga di wilayah Asean. Mengingat tahun 2015 akan diadakan

Harmonisation Asean yakni Asean Ekonomic Comunity, dimana semua produk

luar negeri dapat dengan bebas masuk dan dijual di Indonesia, tidak terkecuali

pada produk keripik bayam. Oleh karena itu, pengusaha Indonesia dapat terpuruk

karena perbedaan syarat mutu produk ataupun memiliki media promosi yang lebih

gencar pada produk luar negeri. Disinilah SNI dapat berfungsi sebagai

barier/membatasi semua produk luar negeri yang akan masuk Indonesia. SNI ini

membuat produk yang akan masuk Indonesia harus sesuai/memenuhi dengan

standar yang berlaku di Indonesia.

Dalam penyusunan SNI dilakukan dengan terlebih dahulu menyusun

konsep sebagai Rancangan Standar Nasional Indonesia 1 (RSNI 1). Proses

penyusunan ini didasarkan atas peraturan atau pedoman pangan yang telah

berlaku di Indonesia serta mengacu pada SNI dari produk sejenis lainnya seperti

SNI keripik singkong dan SNI keripik tempe. Pedoman/peraturan yang berlaku di

Indonesia pada dasarnya mengacu pada Codex Alimentarius Commission (CAC)

yang merupakan wadah tertinggi Internasional dalam membuat standar mengenai

keamanan, mutu, label, dan iklan. Dalam menyusun standar dan regulasi dalam

hal pangan, semua Negara termasuk Indonesia mengacu kepada standar yang

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

18

Universitas Indonesia

dihasilkan oleh CAC seperti Codex STAN, Guideline (GL) dan persyaratan teknis

(Technical Requirement). Acuan-acuan tersebut dapat diadopsi sebagian atau

seluruhnya tergantung kepentingan, kondisi dan keberadaan di Indonesia.

Pembuatan konsep RSNI berisikan tujuan pembuatan SNI keripik bayam,

acuan-acuan yang menjadi landasan pembuatan SNI keripik bayam, ruang

lingkup, definisi dan istilah, komposisi keripik bayam, syarat mutu, cara

pengambilan contoh, cara uji, syarat lulus uji, higiene, cara pengemasan, dan

syarat penandaan. Di dalam SNI inilah diatur atau distandardisasi suatu produk

dari mulai pemilihan dan penggunaan bahan baku, kondisi pembuatan hingga cara

pengemasan dan penandaan yang baik dalam suatu produk yang akhirnya dapat

mempengaruhi standar mutu dari produk.

Definisi dan istilah mengenai keripik bayam telah ada dalam Keputusan

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia

No.HK.00.05.52.4040 Tahun 2006 tentang Kategori Pangan yakni pada kategori

berapa 04.2.2.8 tentang Sayur dan Rumput Laut yang Dimasak dinyatakan bahwa

keripik bayam adalah produk keripik yang diperoleh dari daun bayam yang bersih

dan bermutu baik, yang dilapis dengan adonan encer tepung berbumbu, kemudian

digoreng. Sedangkan yang dimaksud dengan tepung berbumbu didalamnya adalah

campuran tepung, serpihan atau hancuran serealia atau biji-bijian yang jika

dikombinasikan dengan bahan lain dapat digunakan sebagai pelapis ikan, daging

unggas, dan pangan lainnya. Hal ini perlu diketahui, agar terjadi persamaan

definisi dan istilah antar semua pihak yang terkait dengan pembuatan keripik

bayam.

Keripik bayam yang akan dijual di masyarakat baiknya memiliki syarat

mutu yang baik seperti pada aspek bau dan rasa dari keripik bayam yang normal,

warna kuning hijau sampai kuning kecoklatan, dan tekstur yang renyah. Selain itu,

syarat mutu keripik bayam yang baik juga mengatur persentase keutuhan, kadar

air, kadar abu, dan kadar asam lemak yang dihitung sebagai asam laurat yang

aspek ini dapat mengacu dari SNI keripik sejenis lainnya yang telah berlaku di

masyarakat. Sedangkan dalam hal cemaran yang ada di keripik bayam dapat

mengacu dalam Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

Indonesia No.HK.00.06.1.52.4011 Tahun 2009 tentang Penetapan Batas

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

19

Universitas Indonesia

Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan yakni dalam pangan

olahan lainnya. Syarat mutu ini perlu distandardisasi agar menjadi standar

minimum mutu untuk produk keripik bayam yang dijual dipasaran.

Produk pangan olahan seperti keripik bayam tidak akan terlepas dari

penggunaan bahan tambahan pangan seperti bahan pengawet. Dalam RSNI tidak

mengatur bahan tambahan pangan yang boleh untuk digunakan serta jumlah

bahan tambahan pangan yang diijinkan, karena diharapkan industri produk pangan

olahan dapat berkreasi dan melakukan inovasi pada produknya. Akan tetapi

penggunaan bahan tambahan pangan yang digunakan, diharapkan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan dan peraturan yang

secara teknis mengatur batas maksimum penggunaannya juga dapat menjadi

acuan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 36 tahun 2013

tentang Batas Maksimum Penggunaan BTP Pengawet pada produk yang ingin

menggunakan bahan pengawet.

Cara pengambilan contoh dan cara uji keadaan yang dapat dilakukan

pada produk keripik bayam telah masing-masing diatur dalam SNI 19-0428-1989

tentang Pengambilan contoh padatan dan SNI 01-2891 – 1992 tentang Cara uji

makanan dan minuman. Sedangkan cara uji bahan tambahan pangan sesuai SNI

01-2895-1992 tentang Cara uji pewarna makanan dan SNI 01-2894-1992 tentang

Cara uji bahan pengawet makanan dan bahan tambahan yang dilarang untuk

makanan. Pada pengujian cemaran logam sesuai dengan SNI 19-2896-1992

tentang Cara uji cemaran logam. Setiap uji yang dilakukan harus dinyatakan lulus

uji dari syarat mutu produk keripik bayam. Agar setiap syarat dapat terpenuhi

diperlukan cara memproduksi produk keripik bayam yang higienis termasuk cara

penyiapan bahan awal dan penanganannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku

tentang Pedoman Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik.

Label dan iklan pangan merupakan sarana dalam kegiatan perdagangan

pangan yang memiliki arti penting, sehingga perlu diatur dan dikendalikan agar

informasi mengenai pangan yang disampaikan kepada masyarakat adalah benar

dan tidak menyesatkan. Perlu diingat bahwa masyarakat berhak untuk

memperoleh informasi yang benar dan tidak menyesatkan mengenai pangan yang

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

20

Universitas Indonesia

akan dikonsumsinya, khususnya yang disampaikan melalui label dan iklan dan

pangan. Maka dari itu, syarat penandaan yang ada dalam RSNI keripik bayam

harus sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label

dan Iklan Pangan untuk melindungi hak dari konsumen seperti yang diatur dalam

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Cara Pengemasan dari produk keripik bayam sebaiknya dikemas dalam

wadah yang tertutup rapat, tidak dipengaruhi dan mempengaruhi isi, serta aman

selama penyimpanan dan pengangkutan. Hal ini diatur agar menjaga kualitas dari

produk hingga mencapai masa kadaluarsa produk atau sampai ke tangan

konsumen.

Setiap aspek tersebut mempengaruhi mutu dan keamanan dari produk

keripik bayam. Oleh karena itu, aspek-aspek tersebut perlu distandardisasi sebagai

upaya dalam memantapkan dan meningkatkan daya saing produk nasional,

memperlancar arus perdagangan dan melindungi kepentingan konsumen.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia21

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. SNI keripik bayam berguna sebagai standar produk yang dapat

memantapkan dan meningkatkan daya saing produk nasional,

memperlancar arus perdagangan dan melindungi kepentingan umum

2. Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia 1 (RSNI 1) keripik

bayam diperlukan untuk memperoleh konsep awal yang dapat dibuat

berdasarkan mengacu suatu standar lain yang biasa digunakan dan

diharapkan RSNI 1 dapat sesuai dengan konteks tujuan penyusunan SNI

tersebut serta kondisi yang mempengaruhinya.

3. RSNI 1 yang disusun dapat menjadi dasar pegangan untuk Rapat teknis

yang hasil dari rapat teknis setelah diperbaiki oleh tim editor akan

diperoleh RSNI 2.

5.2 Saran

1. Melakukan pengajuan RSNI 1 keripik bayam sebagai draft awal dalam

Rapat teknis yang selanjutnya dapat diperoleh SNI keripik bayam sehingga

dapat menjamin keamanan dan meningkatkan kualitas produk, serta

diharapkan produk pangan keripik bayam juga memiliki nilai gizi.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia22

DAFTAR PUSTAKA

Badan Stadardisasi Nasional. 2007. Pedoman Standardisasi Nasional (PSN)

01:2007 tentang Pengembangan Standar Nasional Indonesia. Jakarta:

Badan Stadardisasi Nasional.

Badan Stadardisasi Nasional. 2007. Pedoman Standardisasi Nasional (PSN)

02:2007 tentang Pengelolaan Panitia Teknis Perumusan Standar Nasional

Indonesia. Jakarta: Badan Stadardisasi Nasional.

Badan Stadardisasi Nasional. 1996. Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-4305-

1996 tentang Keripik Singkong. Jakarta: Badan Stadardisasi Nasional.

Badan Stadardisasi Nasional. 1992. Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-2602-

1992 tentang Keripik Tempe Goreng. Jakarta: Badan Stadardisasi

Nasional.

Badan Stadardisasi Nasional. 1992. Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-2895-

1992 tentang Cara uji pewarna makanan. Jakarta: Badan Stadardisasi

Nasional.

Badan Stadardisasi Nasional. 1992. Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-2894-

1992 tentang Cara uji bahan pengawet makanan dan bahan tambahan yang

dilarang untuk makanan. Jakarta: Badan Stadardisasi Nasional.

Badan Stadardisasi Nasional. 1992. Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-2891-

1992 tentang Cara uji makanan dan minuman. Jakarta: Badan Stadardisasi

Nasional.

Badan Stadardisasi Nasional. 1992. Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-2896-

1992 tentang Cara uji cemaran logam. Jakarta: Badan Stadardisasi

Nasional.

Badan Stadardisasi Nasional. 1989. Standar Nasional Indonesia (SNI) 0119-0428-

1989 tentang Pengambilan Contoh Padatan. Jakarta: Badan Stadardisasi

Nasional.

Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. 2003. Budidaya Sayuran Daun

Seri Bawang Daun, Bayam, Kangkung. Jakarta: Departemen Pertanian

Republik Indonesia.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

23

Universitas Indonesia

Direktorat Standardisasi Produk Pangan. 2006. Keputusan Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan No. HK.00.05.52.4040 tahun 2006 Tentang

Kategori Pangan. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

Indonesia

Direktorat Standardisasi Produk Pangan. 2009. Peraturan Kepala BPOM RI

No.HK.00.06.1.52.4011 tentang Penetapan Batas Maksimum Cemaran

Mikroba dan Kimia dalam Makanan. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan

Makanan Republik Indonesia.

E Siong T., Swan-Choo K., & Mizura, S. 1989. Determination of Iron in Foods by

the Atomic Absorbtion Spectrometric and Colorimetric Methods. Kuala

Lumpur, Malaysia: Pertanika.

Menteri Kesehatan. 2012. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 033 tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan. Jakarta :

Menteri Kesehatan

Republik Indonesia. 1999. Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1999 tentang

Label dan Iklan Pangan. Jakarta :Sekretariat Negara

Republik Indonesia. 1999. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen. Jakarta: Sekretariat Negara

Sahat, S., dan Hidayat, I. M. 1996. Bayam: Sayuran Penyangga Petani di

Indonesia Monograf 04. Bandung: Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

RSNI1Rancangan Standar Nasional Indonesia 1

ICS 67.04 Badan Standarisasi Nasional

RSNI1 …..:2013

Keripik Bayam

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

RSNI1 …..:2013

i

Daftar isi

Daftar isi ................................................................................................................................. i

Prakata .................................................................................................................................. ii

1 Ruang lingkup……………………………………………………………………………………..1

2 Definisi dan Istilah............................................. ………………………………………..…….1

3 Komposisi ........................................................................................................................ 1

4 Syarat Mutu ..................................................................................................................... 2

5 Cara Pengambilan Contoh............................................................................................... 2

6 Cara Uji............................................................................................................................ 3

7 Syarat Lulus Uji…………………………………………………………………………………...5

8 Higiene…………………………………………………………………………………………….5

9 Syarat Penandaan ......................................................................................... ……………5

10 Cara Pengemasan………………………………………………………………………………..5

Bibliografi………………………………………………………………………………………………6

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

RSNI1 …..:2013

ii

Prakata

Standar ini merupakan standar baru yang disusun dengan tujuan :- Meningkatkan mutu produk dan melindungi konsumen serta mendorong ekspor

produk dalam negeri.- Mengembangkan inovasi usaha terutama pada industri sayur-sayuran

Standar ini dibuat dengan mengacu pada:1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan3. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan4. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi

Pangan5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan

Pangan6. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-IND/PER/7/2010 tentang Pedoman

Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik7. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia

No.HK.00.05.52.4040 Tahun 2006 tentang Kategori Pangan.8. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia

No.HK.00.06.1.52.4011 Tahun 2009 tentang Penetapan Batas Maksimum CemaranMikroba dan Kimia dalam Makanan

Standar ini dirumuskan oleh Panitia Teknis 67-04 Makanan dan Minuman, yang telahdibahas melalui rapat teknis, dan disepakati dalam rapat konsensus pada tanggal…,bulan…,tahun… di Jakarta. Hadir dalam rapat tersebut wakil dari pemerintah, konsumen, produsen,lembaga pengujian, lembaga ilmu pengetahuan dan teknologi, perguruan tinggi dan instansiterkait lainnya.

Standar ini telah melalui proses jajak pendapat pada tanggal...................... sampai dengantanggal..........................dengan hasil akhir.......................................................................... .......

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

RSNI1 …..:2013

1 dari 6

Keripik Bayam

1. Ruang Lingkup

Standar ini meliputi, definisi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji,

syarat penandaan dan cara pengemasan Keripik Bayam.

2. Definisi dan Istilah2.1 Keripik bayam

Produk keripik yang diperoleh dari daun bayam (Amaranthus spp. L.) yang

bersih dan bermutu baik, yang dilapis dengan adonan encer tepung

berbumbu, kemudian digoreng.

2.2 Tepung berbumbuCampuran tepung, serpihan atau hancuran serealia atau biji-bijian yang jika

dikombinasikan dengan bahan lain dapat digunakan sebagai pelapis ikan,

daging unggas, dan pangan lainnya.

3. Komposisi3.1 Bahan Baku

Daun bayam hijau dan atau merah

Tepung berbumbu

3.2 Bahan Lain

Rempah, seperti kemiri, bawang putih, bawang merah, kunyit, dan lain-

lain.

3.3 Bahan Tambahan PanganBahan tambahan pangan yang diizinkan sesuai dengan ketentuan peraturan

yang berlaku.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

RSNI1 …..:2013

2 dari 6

4. Syarat MutuSyarat mutu keripik bayam sesuai Tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Syarat mutu keripik bayam

No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan

1. Keadaan

1.1 Bau - Normal

1.2 Rasa - Normal

1.3 Warna - Kuning hijau sampai kuning

kecokelatan

1.4 Tekstur - Renyah

2. Keutuhan, b/b % tidak kurang dari 70

3. Air, b/b % tidak lebih dari 3

4. Abu, b/b % tidak lebih dari 2

5. Asam lemak bebas (dihitungsebagai asam laurat)

% tidak lebih dari 0

6. Cemaran

6.1 Cemaran Logam

6.1.1 Timbal (Pb) mg/kg tidak lebih dari 0,25

6.1.2 Merkuri (Hg) mg/kg tidak lebih dari 0,03

6.1.3 Kadmium (Cd) mg/kg tidak lebih dari 0,2

6.1.4 Arsen mg/kg tidak lebih dari 0,25

6.2 Cemaran Mikroba

6.2.1 Angka lempeng total koloni/g tidak lebih dari 104

6.2.2 Escherichia coli APM/g < 3

6.2.3 Staphylococcus aureus koloni/g tidak lebih dari 1 x 102

6.2.4 Kapang koloni/g tidak lebih dari 5 x101

5. Cara Pengambilan ContohCara pengambilan contoh sesuai dengan SNI 19-0428-1989, Pengambilancontoh padatan.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

RSNI1 …..:2013

3 dari 6

6. Cara Uji6.1 Persiapan contoh uji kimia

Cara persiapan contoh sesuai SNI 01-2891 - 1992, Cara uji makanan dan

minuman, butir 4.

6.2 KeadaanCara uji keadaan sesuai SNI 01-2891-1992, Cara uji makanan dan

minuman, butir 1.2.

6.3 KeutuhanCara Uji :

Buka bungkus/kemasan dan timbang berat keseluruhan keripik bayam

Pisahkan keripik bayam yang tidak utuh dan timbang

W - W1 Keutuhan = ----------------------- x 100%

WKeterangan :

W = Bobot Keseluruhan Keripik Bayam (g)

W1 = Bobot keripik bayamyang tidak utuh (g)

6.4 AirCara uji air sesuai SNI 01-2891 - 1992, Cara uji makanan dan minuman, butir

5.1.

6.5 AbuCara uji abu sesuai SNI 01-2891 - 1992, Cara uji makanan dan minuman,

butir 6.1.

6.6 Asam lemak bebas6.6.1 Prinsip

Pelarutan contoh lemak/minyak dalam pelarut organik dilanjutkan dengan

penitaran KOH.

6.6.2 Pereaksi

Alkohol 96% netral

Indikator PP

Larutan KOH, 0,1 N

6.6.3 Peralatan

Erlenmeyer 300 ml

Buret mikro 10 ml

Neraca analitis

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

RSNI1 …..:2013

4 dari 6

6.6.4 Prosedur

Timbang 5 sampai dengan 10 gram contoh uji yang digiling

Tambahkan 50 ml alkohol 96% netral dibiarkan selama 1 jam sambil

sekali-sekali dikocok

Kemudian disaring

Tambahkan beberapa tetes indikator PP

Titar dengan KOH 0,1 N hingga warna merah jambu (tidak berubah

selama 15 detik)

6.6.5 PerhitunganW1 x V x N

Asam lemak bebas = ---------------W

Keterangan :

V = KOH yang diperlukan untuk pemitaran (ml)

N = Normalitas contoh (g)

W = Bobot contoh (g)

W1 = Bobot molekul asam lemak (dari minyak kelapa sebagai asam laurat =

200)

6.7 Bahan tambahan makanan6.7.1 Pewarna

Cara uji pewarna sesuai SNI 01-2895-1992, Cara uji pewarna makanan.

6.7.2 PengawetCara uji pengawet sesuai SNI 01-2894-.1992, Cara uji bahan pengawet

makanan dan bahan tambahan yang dilarang untuk makanan.

6.8 Cemaran logam6.8.1 Timbal

Cara uji timbal sesuai SNI 19-2896-1992, Cara uji cemaran logam, butir 4.1.

6.8.2 TembagaCara uji tembaga sesuai SNI 19-2896-1992, Cara uji cemaran logam, butir

4.2.

6.8.3 SengCara uji seng sesuai SNI 19-2896-1992, Cara uji cemaran logam, butir 4.3.

6.8.4 RaksaCara uji raksa sesuai SNI 19-2896-1992, Cara uji cemaran logam, butir 5.

6.9 Arsen

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

RSNI1 …..:2013

5 dari 6

Cara uji arsen sesuai SNI 19-2896 - 1992, Cara uji cemaran logam, butir 6.

6.10 Cemaran mikrobaCara uji cemaran mikroba sesuai SNI 19-2897-1992, Cara uji cemaran

mikroba.

7. Syarat lulus ujiProduk dinyatakan lulus uji apabila memenuhi syarat mutu pada pasal 4.

8. HigieneCara memproduksi produk yang higienis termasuk cara penyiapan dan

penanganannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku tentang Pedoman

Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik.

9. Cara PengemasanProduk dikemas dalam wadah yang tertutup rapat, tidak dipengaruhi dan

mempengaruhi isi, aman selama penyimpanan dan pengangkutan.

10 Syarat PenandaanSyarat penandaan sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999

tentang Label dan Iklan Pangan.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367061-PR-Bhata Bellinda.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

RSNI1 …..:2013

6 dari 6

Bibliografi

SNI 01-0222-1987, Bahan tambahan makanan dan revisinya

SNI 19-0428-1989, Petunjuk pengambilan contoh padatan

SNI 01-2891-1992, Cara uji makanan dan minuman

SNI 01-2894-1992, Cara uji bahan pengawet makanan dan bahan tambahanyang dilarang untuk makanan.

SNI 19-2896-1992, Cara uji cemaran logam makanan

SNI 19-2897-1992, Cara uji cemaran mikroba

SNI 01-3555-1994, Cara uji minyak dan lemak.

Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014