universitas indonesia laporan praktek kerja...

171
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT AVENTIS PHARMA JL. JEND. A. YANI, PULOMAS JAKARTA PERIODE 2 JULI - 31 AGUSTUS 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER IIN MARLIN SIMIATI, S.Farm 1106153246 ANGKATAN LXXV FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK DESEMBER 2012 Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Upload: others

Post on 22-Nov-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKERDI PT AVENTIS PHARMA

JL. JEND. A. YANI, PULOMAS JAKARTAPERIODE 2 JULI - 31 AGUSTUS 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

IIN MARLIN SIMIATI, S.Farm1106153246

ANGKATAN LXXV

FAKULTAS FARMASIPROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOKDESEMBER 2012

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKERDI PT AVENTIS PHARMA

JL. JEND. A. YANI, PULOMAS JAKARTAPERIODE 2 JULI - 31 AGUSTUS 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelarApoteker

IIN MARLIN SIMIATI, S.Farm1106153246

ANGKATAN LXXV

FAKULTAS FARMASIPROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOKDESEMBER 2012

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Laporan praktek kerja profesi apoteker ini adalah karya saya sendiri,dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Iin Marlin Simiati

NPM : 1106153246

Tanda Tangan :

Tanggal : 28 Desember 2012

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat

dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi

Apoteker (PKPA) di PT. Aventis Pharma, untuk memenuhi salah satu persyaratan

guna menyelesaikan pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas

Indonesia.

Dalam penulisan laporan ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan, arahan,

bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rajesh Kamat selaku Plant Director PT. Aventis Pharma atas izin dan

kesempatan yang diberikan sehingga terlaksananya Praktek Kerja Profesi

Apoteker di PT Aventis Pharma.

2. Ibu Dra. Yeni Suciani, Apt., selaku Head of IQC dan pembimbing PKPA di

PT. Aventis Pharma yang telah membimbing dan memberikan bantuan kepada

penulis selama PKPA berlangsung.

3. Ibu Nina Kurniawaty, S. Si., Apt., selaku quality assurance manager dan

pembimbing di PT. Aventis Pharma yang telah membimbing dan memberikan

bantuan kepada penulis selama PKPA berlangsung.

4. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, Apt., MS, selaku dekan Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia.

5. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku ketua Program Apoteker Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan

selama PKPA.

6. Bapak Dr. Iskandarsyah, M.S., Apt., selaku Pembimbing di Program Profesi

Apoteker Fakultas Farmasi UI yang telah memberikan bimbingan dan

pengarahan selama PKPA.

7. Seluruh karyawan di PT. Aventis Pharma yang telah menerima dan

membantu penulis selama melaksanakan kegiatan PKPA.

8. Seluruh staf pengajar, tata usaha, dan karyawan di Program Apoteker fakultas

farmasi UI atas segala ilmu pengetahuan, didikannya, serta bantuan dan

masukan selama ini.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

v

9. Orang tua dan keluarga ku yang selalu memberikan doa, serta dukungan moral

dan finansial kepada penulis.

10. Rekan-rekan mahasiswa Apoteker angkatan 75 yang telah berjuang bersama

dalam menyelesaikan studi di Program Profesi Apoteker di Universitas

Indonesia.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pihak

yang membaca. Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan dan

pengalaman yang diperoleh selama menjalani PKPA yang dituangkan dalam

laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Penulis

2012

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASIKARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama : Iin Marlin Simiati

NPM : 1106153246

Program Studi : Apoteker

Fakultas : Farmasi

Jenis karya : Lapran Praktek Kerja Profesi apoteker

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty

Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

1. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Kota

Administrasi Jakarta Timur Jl. Matraman Raya No. 218 Periode 11 - 29 Juni

2012

2. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A.

Yani, Pulomas Jakarta Periode 2 Juli-31 Agustus 2012

3. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No. 50 Jl.

Merdeka N0. 24, Bogor Periode 3 September – 6 Oktober 2012

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,

mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),

merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama

saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : DepokPada tanggal : 28 Desember 2012

Yang menyatakan

(Iin Marlin Simiati)

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

ABSTRAK

Nama : Iin Marlin SimiatiProgram Studi : Profesi ApotekerJudul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma

Jl. Jend. A. Yani, Pulomas Jakarta Periode 2 Juli-31 Agustus2012

Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT. Aventis Pharma bertujuan untukmengetahui dan memahami tentang pelaksanaan CPOB di industri farmasikhususnya di PT Aventis Pharma. Selain itu, diharapkan apoteker dapatmemahami tugas, fungsi, tanggung jawab dan wewenang apoteker dalam industrifarmasi. Dalam industri farmasi, apoteker mempunyai peranan dan tanggungjawab penting untuk menerapkan aspek–aspek yang tercantum dalam CPOBtersebut, antara lain sebagai penanggung jawab produksi, penanggung jawabpengawasan dan pemastian mutu. Tugas khusus yang diberikan berjudul revisidan peninjauan kembali prosedur pengolahan induk (PPI). Tugas khusus inibertujuan agar apoteker dapat memahami dan melakukan revisi terhadap dokumenprosedur pengolahan induk sesuai dengan cara pembuatan obat yang baik(CPOB). PPI akan selalu diperbarui secara berkala untuk disesuaikan denganstandar CPOB yang selalu diperbarui, disesuaikan dengan alat yang dipunyai (jikaada alat baru), dan bertujuan untuk menjaga keseragaman, serta kualitas produkyang dihasilkan dari waktu ke waktu.

Kata Kunci : PT Aventis Pharma, Prosedur Pengolahan IndukTugas Umum : ix + 113 halaman; 1 gambar; 6 tabel; 15 lampiranTugas Khusus : ii + 23 halamanDaftar Acuan Tugas Umum : 8 (1990 – 2012)Daftar Acuan Tugas Khusus : 3 (1990 - 2010)

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

ABSTRACT

Name : Iin Marlin SimiatiProgram Study : Apothecary ProfessionTitle : Apothecary Internship Report at PT. Aventis Pharma Jl. Jend.

A. Yani, Pulomas Jakarta Period July 2nd - August 31st 2012

Apothecary Internship Report in PT. Aventis Pharma aims to know andunderstand about the implementation of GMP in the pharmaceutical industry,especially in PT Aventis Pharma, Beside that, it is expected Apothecary tounderstand the duties, functions, responsibilities and authority of Apothecary inthe pharmaceutical industry. In the pharmaceutical industry, Apothecary have animportant role and responsibility to implement the aspects listed in the GMP, theyare responsible for production, responsible for quality control and qualityassurance. Given a special task called revision and reconsideration procedures ofprocessing the master document (PPI). The specific task is intended that theApothecary can understand and revise procedures of processing the masterdocument according to how well drug manufacturing (GMP). PPI will always beregularly updated to conform with the standards of GMP are always updated,adjusted with a tool that belongs to (if there is a new tool), and aims to maintainuniformity and quality of the products produced from time to time.

Keywords : PT Aventis Pharma, procedures of processing the masterdocument

General Assignment : ix + 113 pages; 1 picture; 6 tables; 15 appendicesSpecial Assignment : ii + 23 pagesBibliography of general assignment : 8 (1990 - 2012)Bibliography of general assignment : 3 (1990 - 2010)

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

vi Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................... iiiKATA PENGANTAR ......................................................................................ivDAFTAR ISI..............................................................................................................viDAFTAR GAMBAR ........................................................................................ixDAFTAR TABEL ...................................................................................................... xDAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................xi

BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................11.1 Latar belakang .............................................................................................11.2 Tujuan...............................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................32.1 Industri Farmasi....................................................................................... 32.2 Cara Pembuatan Obat Yang Baik ..............................................................5

2.2.1 Manajemen Mutu .................................................................... 62.2.2 Personalia..............................................................................62.2.3 Bangunan dan Fasilitas ........................................................... 72.2.4 Peralatan................................................................................82.2.5 Sanitasi dan Higiene ............................................................92.2.6 Produksi ................................................................................92.2.7 Pengawasan Mutu...............................................................102.2.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu ............................................... 102.2.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan

Kembali Produk, dan Produk Kembalian....................................112.2.10 Dokumentasi..................................................................................122.2.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak.......................122.2.12 Kualifikasi dan Validasi ...............................................................13

BAB 3 TINJAUAN UMUM PT AVENTIS PHARMA........................................143.1 Sejarah PT Aventis Pharma..................................................................143.2 Visi dan Misi PT Aventis Pharma .......................................................16

3.2.1 Visi PT Aventis Pharma........................................................ 163.2.2 Misi PT Aventis Pharma ....................................................... 16

3.3 Lokasi dan Sarana Produksi .................................................................163.4 Karyawan PT Aventis Pharma.............................................................163.5 Struktur Organisasi PT Aventis Pharma..............................................173.6 Produk PT Aventis Pharma ..................................................................18

BAB 4TINJAUAN KHUSUS DIVISI INDUSTRIAL AFFAIRS......................204.1 Industrial Quality and Compliance Department..................................20

4.1.1 Quality Assurance Unit (Unit Pemastian Mutu) ..................... 214.1.1.1 Penanganan Personel...........................................................214.1.1.2 Penanganan dan Pengaturan Sistem Dokumentasi .. 224.1.1.3 Menyusun dan Mengendalikan Prosedur Tetap

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

vii Universitas Indonesia

(Protap) ..............................................................................234.1.1.4 Validasi..............................................................................254.1.1.5 Mengadakan Audit Terhadap Pemasok (Vendor

Audit) .................................................................................274.1.1.6 Inspeksi Diri (self inspection)...........................................294.1.1.7 Penolakan dan Pelulusan Terhadap Obat Jadi.........314.1.1.8 Penanganan Hasil Uji di Luar Spesifikasi (Out of

Specification/OOS) ..........................................................324.1.1.9 Penanganan Penyimpangan.....................................334.1.1.10 Pengkajian/Penilaian Tahunan Terhadap Produk

(Annual Product Review/APR)........................................354.1.1.11 Penanganan Keluhan, Penarikan Kembali Obat

Jadi, dan Penanganan Obat Kembalian...........................374.1.1.12 Pengendalian Terhadap Perubahan (Change

Control)..............................................................................384.1.1.13 Penanganan Obat di Distributor ................................ 394.1.1.14 Penanganan Transfer Proses Pengolahan dan atau

Pengemasan...................................................................394.1.2 Quality Control Unit................................................................40

4.1.2.1 Chemical and Physical Control (PengawasanSecara Kimia Dan Fisika) ...................................................41

4.1.2.2 Packaging Material and Other Material Control andCalibration........................................................................44

4.1.2.3 Microbiological control ..........................................454.1.2.4 Stability Study ...................................................................48

4.2 Production Department.............................................................................504.2.1 Processing .............................................................................504.2.2 Packaging..............................................................................53

4.2.2.1 Persiapan Dokumen (Prosedur Pengemasan Induk)................................................................................................54

4.2.2.2 Permintaan Bahan-Bahan (Pengemas dan ProdukRuahan)..............................................................................54

4.2.2.3 Penanganan Bahan Pengemas dan Produk Ruahan 544.2.2.4 Persiapan Mesin dan Peralatan................................554.2.2.5 Pemeriksaan Jalur Pengemasan...............................554.2.2.6 Pengawasan dalam Pengemasan.............................55

4.3 Technical Services Department dan Health, Safety, and EnviromentDepartment .................................................................................... 584.3.1 Technical Services Department............................................... 58

4.3.1.1 Kualifikasi Peralatan, Fasilitas dan Sistem Penunjang(Utility) ......................................................................... 59

4.3.1.2 Air Handling Unit (AHU) .......................................614.3.1.3 Water Generation Plant (WGP)..............................624.3.1.4 Perawatan Fasilitas, Peralatan, dan Sarana

Penunjang (Utility)....................................................... 664.3.2 Health, Safety, and Enviroment (HSE).................................... 67

4.3.2.1 Health (Kesehatan Kerja)........................................694.3.2.2 Safety (Keselamatan kerja)......................................71

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

viii Universitas Indonesia

4.3.2.3 Environment (Lingkungan Hidup) ..........................754.4 Plant Logistic Department.......................................................................78

4.4.1 Export Section, Inter-company Section ................................... 804.4.1.1 Export Section .........................................................804.4.1.2 Intercompany Section ..............................................81

4.4.2 Warehouse (Gudang) ............................................................... 814.4.2.1 Ruangan Cold Storage.............................................824.4.2.2 Ruangan Cool Storage.............................................824.4.2.3 Ruangan dengan Suhu Kamar (Ambient

Temperature) ....................................................................834.4.3 Purchasing Department............................................................ 91

BAB 5 PENERAPAN CPOB DI PT AVENTIS PHARMA...................................935.1 Manajemen Mutu.......................................................................................955.2 Personalia....................................................................................................965.3 Bangunan dan Fasilitas..............................................................................975.4 Peralatan................................................................................................... 1005.5 Sanitasi dan Higiene ............................................................................... 1015.6 Produksi........................................................................................1025.7 Pengawasan Mutu................................................................................... 1045.8 Inspeksi Diri dan Audit Internal .........................................................1065.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk

dan Produk Kembalian.................................................................................1075.10 Dokumentasi........................................................................................... 1095.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak................................... 1095.12 Kualifikasi dan Validasi......................................................................... 110

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 1126.1 Kesimpulan.............................................................................................. 1126.2 Saran.............................................................................................112

DAFTAR ACUAN ........................................................................................... 113

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

ix Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Bagan piramida dokumen HSE...............................................................68

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

x Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Klasifikasi ruangan PT Aventis Pharma........................................... 114Tabel 4.2. Spesifikasi pemeriksaan portable water, purified water, dan

Purified water MiliQ-Plus..................................................................115Tabel 4.3. Jenis-jenis Air Handling Unit (AHU)................................................... 116Tabel 4.4. Tingkatan Occupational Exposure Band (OEB).............................. 117Tabel 4.5. Kategori produk PT Aventis Pharma berdasarkan OEB.....................117Tabel 4.6. Parameter baku mutu air kategori D................................................. 118

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

xi Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta akses PT Aventis Pharma......................................................119Lampiran 2. Peta lokasi PT Aventis Pharma..................................................... 120Lampiran 3. Struktur organisasi PT Aventis Pharma........................................121Lampiran 4. Struktur organisasi Industrial Affairs............................................122Lampiran 5. Struktur organisasi Departemen Industrial Quality and

Compliance ............................................................................. 123Lampiran 6. Diagram pengambilan keputusan terhadap hasil di luar

spesifikasi....................................................................................... 124Lampiran 7. Contoh-contoh label ............................................................... 125Lampiran 8. Alur pemeriksaan bahan baku .......................................................126Lampiran 9. Persyaratan jumlah bakteri, total koliform, dan koliform tinja

pada masing-masing jenis air .........................................................127Lampiran 10. Pembagian iklim, tipe pemeriksaan, kondisi penyimpanan dan

waktu pemeriksaan pada uji stabilitas ......................................... 128Lampiran 11. Skema purified water plant........................................................... 130Lampiran 12. Alur penanganan limbah............................................................... 131Lampiran 13. Skema waste water treatment plant............................................. 132Lampiran 14. Skema waste treatment plant ..................................................133Lampiran 15. Denah warehouse...........................................................................137

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

1 Universitas Indonesia

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun 2009

tentang pekerjaan kefarmasian, salah satu tempat pengabdian profesi apoteker

adalah industri farmasi. Tanggung jawab apoteker dalam industri farmasi tersebut

berada pada bidang pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu. Seorang

apoteker sebagai tenaga kefarmasian harus memiliki keahlian dan kewenangan

dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Dalam menjalankan tanggung

jawabnya di bidang produksi obat, apoteker harus mengikuti suatu pedoman yang

telah ditetapkan oleh pemerintah. Pedoman tersebut adalah Cara Pembuatan Obat

yang Baik (CPOB). CPOB merupakan pedoman dalam aspek dan rangkaian

kegiatan pembuatan obat jadi di industri farmasi. CPOB dibuat untuk menjamin

mutu obat yang diproduksi oleh industri farmasi sehingga sesuai dengan

spesifikasinya, aman, dan berkualitas.

Seorang apoteker di industri farmasi mempunyai peranan penting untuk

menerapkan aspek-aspek yang tercantum dalam CPOB. Aspek-aspek tersebut

dapat diterapkan melalui ilmu dan keahlian yang telah dimiliki apoteker. Oleh

karena itu, adanya tenaga farmasi yang handal mutlak diperlukan untuk

mendukung penerapan CPOB yang efektif. Dengan adanya kedua unsur tersebut,

maka suatu industri farmasi diharapkan dapat menghasilkan obat yang sesuai

persyaratan.

Obat yang bermutu, aman, dan berkhasiat menjadi syarat obat tersebut

untuk dapat beredar di masyarakat. Persyaratan obat dibuat sedemikian ketat

karena obat merupakan zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup

manusia. Aktifitasnya yang vital dalam mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh

manusia melahirkan sebuah tuntutan terhadap industri farmasi agar mampu

memproduksi obat yang berkualitas. Oleh karena itu, dengan keahlian dan

tanggung jawab seorang Apoteker serta CPOB sebagai penuntun, diharapkan

sebuah industri farmasi akan menghasilkan obat yang bermutu, aman, dan

berkhasiat untuk penggunaanya.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

2

Universitas Indonesia

Berdasarkan hal tersebut, maka seorang calon Apoteker harus memahami

tanggung jawab profesinya secara nyata serta harus memiliki pengetahuan,

keterampilan, dan pengalaman yang berkaitan dengan pekerjaan kefarmasian di

industri farmasi. Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut adalah melalui

sebuah sebuah praktek kerja profesi di industri farmasi. Oleh karena itu,

Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi Fakultas Farmasi UI

mengadakan kerjasama dengan PT Aventis Pharma dalam menyelenggarakan

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) agar dapat menjadi sarana

pembelajaran ketika memasuki dunia kerja terutama di industri farmasi bagi

para calon Apotekernya. Praktek kerja profesi ini dijalankan dari periode 2 Juli - 31

Agustus 2012.

.

1.2 Tujuan

Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di industri farmasi bagi para

calon apoteker bertujuan untuk:

1.2.1 Mengetahui dan memahami tentang pelaksanaan CPOB di industri

farmasi khususnya di PT Aventis Pharma.

1.2.2 Mengetahui dan memahami tugas, fungsi, tanggung jawab dan

wewenang apoteker dalam industri farmasi.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

3 Universitas Indonesia

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Industri Farmasi

Industri farmasi dapat didefinisikan sebagai Industri Obat Jadi dan Industri

Bahan Baku Obat, hal ini didasarkan atas Surat Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1 990 tentang Ketentuan dan Tata

cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha Industri Farmasi Bab I pasal 1. Industri

obat jadi adalah industri yang menghasilkan suatu produk yang telah melalui

seluruh tahap proses pembuatan. Proses pembuatan adalah seluruh rangkaian

kegiatan yang menghasilkan suatu obat yang meliputi produksi dan pengawasan

mutu mulai dari pengadaan bahan awal, proses pengolahan, pengemasan sampai

obat jadi dan siap untuk didistribusikan.

Obat jadi adalah sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap digunakan

untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi

dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,

peningkatan kesehatan, dan kontrasepsi. Adapun yang dimaksud dengan bahan

baku obat adalah bahan, baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang

digunakan dalam pengelolaan obat dengan standar mutu sebagai bahan farmasi.

Industri farmasi wajib memiliki Izin Usaha Industri Farmasi sebelum

memulai proses produksinya. Izin Usaha Industri Farmasi diberikan kepada

pemohon yang telah siap berproduksi sesuai persyaratan Cara Pembuatan Obat

yang Baik (CPOB). Sebelum memperoleh Izin Usaha Industri Farmasi, suatu

perusahaan harus melewati tahap persetujuan prinsip. Persetujuan prinsip

diberikan kepada industri farmasi untuk dapat langsung melakukan persiapan-

persiapan dan usaha pembangunan, pengadaan, pemasangan instalasi peralatan,

dan lain-lain yang diperlukan termasuk produksi percobaan dengan

memperhatikan ketentuan perundang-undangan di bidang obat. Persetujuan

prinsip tersebut berlaku selama jangka waktu 3 tahun dan setiap tahun perusahaan

yang bersangkutan wajib menyampaikan informasi kemajuan pembangunan

proyeknya kepada Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM).

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

4

Universitas Indonesia

Perluasan atau pengembangan pabrik diperbolehkan dengan syarat

harus mengajukan izin dan disetujui oleh Badan POM. Izin usaha industri farmasi

yang diberikan dapat berlaku untuk seterusnya selama perusahaan industri

farmasi yang bersangkutan berproduksi dan tidak melanggar ketentuan yang

telah ditetapkan dalam surat keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No. 245/MENKES/SK/V/1 990.

Beberapa persyaratan yang diperlukan industri farmasi dalam

mendapatkan Izin Usaha adalah:

a. Dilakukan oleh Perusahaan Umum, Badan Hukum berbentuk Perseroan

Terbatas, atau Koperasi.

b. Memiliki Rencana Investasi.

c. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

d. Memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) sesuai

ketentuan Pedoman CPOB 2006 (current GMP).

e. Mempekerjakan secara tetap sekurang-kurangnya tiga orang Apoteker warga

negara Indonesia, masing-masing sebagai penanggung jawab produksi

dan pengawasan mutu, sesuai persyaratan CPOB.

f. Obat jadi yang diproduksi oleh perusahaan farmasi hanya dapat diedarkan

setelah memperoleh persetujuan, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

yang berlaku.

Kewajiban lain yang harus dilakukan oleh perusahaan yang telah

memperoleh Izin Usaha Industri Farmasi, yaitu:

a. Membuat laporan jumlah dan nilai produksinya sekali dalam enam bulan,

sedangkan untuk laporan lengkap wajib disampaikan sekali dalam setahun.

b. Menyalurkan produksinya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang

berlaku.

c. Melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian serta mencegah

pencemaran lingkungan.

d. Melaksanakan keamanan dan keselamatan alat, bahan baku, proses, hasil

produksi, pengangkutan, dan keselamatan kerja.

e. Melakukan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) berupa Upaya

Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

5

Universitas Indonesia

Pencabutan Izin Usaha Industri Farmasi dilakukan bila Perusahaan

Industri Farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi:

a. Melakukan pindah tangan hak milik izin usaha industri farmasi dan perluasan

tanpa izin.

b. Tidak menyampaikan informasi industri tiga kali berturut-turut atau dengan

sengaja menyampaikan informasi yang tidak benar.

c. Melakukan pemindahan lokasi industri tanpa persetujuan tertulis terlebih

dahulu dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

d. Dengan sengaja memproduksi obat atau bahan baku obat vang tidak memenuhi

persyaratan dan ketentuan yang berlaku (obat palsu).

e. Tidak memenuhi ketentuan dalam izin usaha industri farmasi.

2.2 Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB) (Badan Pengawas Obat dan

Makanan, 2006)

Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat

dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan

tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan

pengendalian mutu. Pada pembuatan obat, pengendalian menyeluruh adalah

sangat esensial untuk menjamin bahwa konsumen menerima obat yang bermutu

tinggi.

Pembuatan secara sembarangan tidak dibenarkan bagi produk yang

digunakan untuk menyelamatkan jiwa, atau memulihkan, atau memelihara

kesehatan. Tidaklah cukup jika produk jadi hanya sekedar lulus dari

serangkaian pengujian, tetapi yang lebih penting adalah bahwa mutu harus

dibentuk ke dalam produk tersebut. Mutu obat tergantung pada bahan awal, bahan

pengemas, proses produksi dan pengendalian mutu, bangunan, peralatan yang

dipakai, dan personel yang terlibat. Pemastian mutu suatu obat tidak hanya

mengandalkan pada pelaksanaan pengujian tertentu saja, namun obat hendaklah

dibuat dalam kondisi yang dikendalikan dan dipantau secara cermat.

Aspek CPOB berdasarkan pedoman CPOB 2006 meliputi manajemen

mutu; personalia; bangunan dan fasilitas; peralatan; sanitasi dan higiene;

produksi; pengawasan mutu; inspeksi diri dan audit mutu; penanganan keluhan

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

6

Universitas Indonesia

terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk kembalian; dokumentasi;

pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak; kualifikasi &validasi.

2.2.1 Manajemen Mutu

Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan

tujuan penggunaannya dan memenuhi persyaratan yang tercantum dalam

dokumen izin edar (registrasi) serta tidak menimbulkan risiko yang

membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah, atau tidak efektif.

Manajemen bertanggung jawab untuk mencapai tujuan ini melalui suatu

kebijakan, yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di

semua departemen di dalam perusahaan, para pemasok, dan para distributor.

Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan,

diperlukan manajemen mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan

secara benar. Unsur dasar manajemen mutu adalah suatu infrastruktur atau sistem

mutu yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya.

Tindakan yang sistematis diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat

kepercayaan yang tinggi sehingga produk yang dihasilkan akan selalu memenuhi

persyaratan yang telah ditetapkan.

2.2.2 Personalia

Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan

sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh

sebab itu, industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personel yang

terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap

personel hendaknya memahami dan melaksanakan tugas dan tanggung jawab

masing-masing. Seluruh personel hendaklah memahami prinsip CPOB dan

memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai

higiene yang berkaitan dengan pekerjaan.

Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi. Tugas spesifik dan

kewenangan dari personel pada posisi penanggungjawab hendaklah dicantumkan

dalam uraian tugas tertulis. Tugas mereka boleh didelegasikan kepada wakil yang

ditunjuk serta mempunyai tingkat kualifikasi yang memadai.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

7

Universitas Indonesia

Struktur organisasi perusahaan hendaklah sedemikian rupa sehingga

bagian produksi, pemastian mutu, dan pengawasan mutu dipimpin oleh orang

yang berlainan, yang tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain.

Masing-masing hendaklah diberi wewenang penuh dan sarana pendukung yang

diperlukan untuk dapat melaksanakan tugasnya secara efektif. Hendaklah personel

tersebut tidak mempunyai kepentingan lain di luar organisasi yang dapat

menghambat atau membatasi kewajibannya dalam melaksanakan tanggung jawab

atau yang dapat menimbulkan konflik kepentingan pribadi atau finansial.

Kepala bagian produksi dan kepala bagian pengawasan mutu harus

seorang apoteker yang cakap, terlatih, dan memiliki pengalaman praktis yang

memadai di bidang industri farmasi dan keterampilan dalam kepemimpinan

sehingga memungkinkan melaksanakan tugas secara profesional. Kepala bagian

produksi hendaklah memiliki wewenang serta tanggung jawab penuh untuk

mengelola produksi obat. Kepala bagian pengawasan mutu adalah satu-satunya

yang memiliki wewenang untuk meluluskan bahan awal, produk antara, produk

ruahan, dan obat jadi bila produk tersebut sesuai dengan spesifikasinya, atau

menolaknya bila tidak cocok dengan spesifikasinya, atau bila tidak dibuat sesuai

dengan prosedur yang disetujui dan kondisi yang ditentukan.

Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personel

yang karena tugasnya harus berada di dalam area produksi, gudang penyimpanan

atau laboratorium (termasuk personel teknik, perawatan dan petugas kebersihan),

dan bagi personel lain yang kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk.

Disamping pelatihan dasar mengenai CPOB, personel baru hendaklah mendapat

pelatihan sesuai dengan tugas yang diberikan. Pelatihan berkesinambungan

hendaklah juga diberikan dan efektivitas penerapannya dinilai secara berkala.

Hendaklah tersedia program pelatihan yang disetujui kepala bagian masing

masing

.

2.2.3 Bangunan dan Fasilitas

Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain,

konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

8

Universitas Indonesia

dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak

dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko

terjadinya kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, dan memudahkan

pembersihan, sanitasi, dan perawatan yang efektif untuk menghindari

pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang

dapat menurunkan mutu obat. Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa

untuk menghindari pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti

pencemaran dari udara, tanah, dan air serta dari kegiatan industri lain yang

berdekatan. Bangunan dan fasilitas hendaklah dikonstruksi, dilengkapi, dan

dirawat dengan tepat agar memperoleh perlindungan maksimal dari pengaruh

cuaca, banjir, rembesan dari tanah serta masuk dan bersarangnya serangga,

burung, binatang pengerat, kutu, atau hewan lain. Bangunan dan fasilitas

hendaklah dibersihkan dan, dimana perlu, didesinfeksi sesuai prosedur

tertulis yang rinci.

2.2.4 Peralatan

Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi

yang tepat, ukuran yang memadai, serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan

tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan

untuk memudahkan pembersihan serta perawatan.

Peralatan hendaklah didesain dan dikonstruksikan sesuai dengan

tujuannya. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk

antara, atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi, atau absorbsi yang

dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di luar batas yang

ditentukan. Peralatan hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah

dibersihkan.

Peralatan hendaklah ditempatkan sedemikian rupa untuk memperkecil

kemungkinan terjadinya pencemaran silang antar bahan di area yang sama.

Peralatan hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk menghindari risiko

kekeliruan atau pencemaran. Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk

mencegah malfungsi atau pencemaran yang dapat mempengaruhi identitas, mutu,

atau kemurnian produk.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

9

Universitas Indonesia

2.2.5 Sanitasi dan Higiene

Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap

aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personel,

bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan

segala sesuatu yang dapat merupakan sumber pencemaran produk. Sumber

pencemaran potensial hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan

higiene yang menyeluruh dan terpadu. Selain itu, prosedur sanitasi dan higiene

hendaknya divalidasi dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa

prosedur yang diterapkan cukup efektif dan memenuhi persyaratan.

Untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran dan untuk

keamanan personel, hendaklah personel mengenakan pakaian pelindung yang

bersih dan sesuai dengan tugasnya termasuk penutup rambut. Hendaklah

dihindarkan bersentuhan langsung antara tangan operator dengan bahan awal,

produk antara dan produk ruahan yang terbuka dan juga dengan bagian peralatan

yang bersentuhan dengan produk.

2.2.6 Produksi

Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah

ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa

menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi

ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi).

Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personel yang kompeten.

Penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan karantina,

pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan,

pengemasan dan distribusi hendaklah dilakukan sesuai dengan pro sedur atau

instruksi tertulis dan bila perlu dicatat.

Aspek produksi mencakup spesifikasi bahan awal; validasi proses

(pembersihan, sterilisasi, dan lainnya); prosedur tetap; sistem penomoran bets/lot

produk ruahan atau produk jadi; penimbangan dan penyerahan bahan baku obat;

pengembalian bahan baku obat; pengolahan bahan baku menjadi produk obat jadi;

monitoring; dan dokumentasi.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

10

Universitas Indonesia

Penimbangan dan penyerahan bahan baku, bahan pengemas, produk antara

dan produk ruahan dianggap suatu bagian dari siklus produksi dan memerlukan

dokumentasi dan rekonsiliasi yang lengkap. Sebelum melakukan penimbangan

dilakukan pemeriksaan kebenaran penandaan bahan baku termasuk label

pelulusan. Kapasitas, ketepatan dan ketelitian alat timbangan dan alat ukur yang

digunakan harus sesuai dengan jumlah bahan yang ditimbang.

Semua prosedur produksi hendaknya divalidasi dengan tepat, sesuai

dengan prosedur yang telah ditentukan dan catatan hasilnya hendaknya

didokumentasikan. Perubahan yang penting dalam proses, baik itu penggantian

alat maupun penggantian asal bahan baku, hendaknya dilakukan validasi ulang.

Hal ini untuk menjamin bahwa perubahan tersebut akan tetap menghasilkan

produk yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.

2.2.7 Pengawasan Mutu

Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari CPOB untuk

memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang

sesuai dengan tujuan penggunaannya. Pengawasan mutu tidak terbatas pada

kegiatan laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang

terkait dengan mutu produk.

Pengawasan mutu hendaklah mencakup semua kegiatan analisis yang

dilakukan di laboratorium, termasuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan

pengujian bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi. Kegiatan ini

mencakup juga uji stabilitas, program pemantauan lingkungan, pengujian yang

dilakukan dalam rangka validasi, menyusun dan memperbaharui spesifikasi bahan

dan produk serta metode pengujiannya.

2.2.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu

Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek

produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB.

Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam

pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan.

Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

11

Universitas Indonesia

kompeten dari perusahaan. Ada manfaatnya bila juga menggunakan auditor luar

yang independen. Inspeksi diri dilakukan secara rutin dan pada situasi khusus,

misalnya dalam hal penarikan obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang.

Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan

dibuat program tindak lanjut yang efektif. Penyelenggaraan audit mutu berguna

sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian

semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk

meningkatkan mutu. Audit mutu umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar

atau independen atau tim yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen

perusahaan.

2.2.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk, dan

Produk Kembalian

Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan

terjadi kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur

tertulis. Laporan dan keluhan mengenai produk dapat disebabkan oleh keluhan

mengenai mutu yang berupa kerusakan fisik, kimiawi, atau biologis dari produk

atau kemasannya. Keluhan lainnya adalah karena reaksi yang merugikan seperti

alergi, toksisitas, reaksi fatal, dan reaksi medis lainnya, serta keluhan mengenai

efek terapetik seperti produk tidak berkhasiat atau respon klinis yang rendah.

Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu

atau beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari peredaran. Penarikan

kembali produk dilakukan jika ditemukan produk yang cacat mutu atau jika ada

laporan mengenai reaksi merugikan yang serius serta berisiko terhadap kesehatan.

Penarikan kembali produk dapat berakibat penundaan atau penghentian

pembuatan obat tersebut. Produk yang ditarik kembali hendaklah diberi

identifikasi dan disimpan terpisah di area yang aman sementara menunggu

keputusan terhadap produk tersebut.

Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, kemudian

dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluwarsa,

atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang menimbulkan

keraguan akan identitas, mutu, jumlah, dan keamanan obat yang bersangkutan.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

12

Universitas Indonesia

Penanganan produk kembalian dan tindak lanjutnya hendaklah didokumentasikan

dan dilaporkan. Bila produk harus dimusnahkan, dokumentasi hendaklah

mencakup berita acara pemusnahan yang diberi tanggal dan ditandatangani oleh

personel yang melaksanakan dan saksi

2.2.10 Dokumentasi

Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan

dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.

Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap

personel menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga

memperkecil resiko terjadinya salah tafsir dan kekeliruan yang timbul karena

hanya mengandalkan komunikasi lisan. Keterbacaan dokumen sangat penting.

Spesifikasi menguraikan secara rinci persyaratan yang harus dipenuhi

produk atau bahan yang digunakan atau diperoleh selama pembuatan. Dokumen

ini merupakan dasar untuk mengevaluasi mutu. Prosedur berisi cara untuk

melaksanakan operasi tertentu, misalnya pembersihan, berpakaian, pengendalian

lingkungan, pengambilan sampel, pengujian, dan pengoperasian peralatan.

Dokumen hendaklah didesain, disiapkan, dikaji, dan didistribusikan

dengan cermat. Dokumen hendaklah dikaji ulang secara berkala dan dijaga agar

selalu up to date. Bila suatu dokumen direvisi, hendaklah dijalankan suatu sistem

untuk menghindarkan penggunaan dokumen yang sudah tidak berlaku secara

tidak sengaja.

2.2.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak

Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar,

disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat

menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan.

Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak harus dibuat

secara jelas menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak.

Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk

diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu

(Pemastian Mutu).

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

13

Universitas Indonesia

2.2.12 Kualifikasi dan Validasi

CPOB menguraikan prinsip kualifikasi dan validasi yang dilakukan di

industri farmasi. CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi

validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis

dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan

dan proses yang dapat mempengruhi mutu produk hendaklah divalidasi.

Pendekatan dengan kajian risiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang

lingkup dan cakupan validasi.

Seluruh kegiatan validasi harus direncanakan terlebih dahulu. Unsur utama

program validasi dirinci dengan jelas dan didokumentasikan dalam Rencana

Induk Validasi (Validation Master Plan). Protokol validasi tertulis hendaklah

merinci kualifikasi dan validasi yang akan dilakukan. Hendaklah dibuat laporan

yang mengacu pada protokol kualifikasi validasi yang memuat ringkasan hasil

yang diperoleh, tanggapan terhadap penyimpangan yang terjadi, kesimpulan dan

rekomendasi perbaikan. Setelah kualifikasi selesai dilakukan, maka diberikan

persetujuan tertulis untuk dapat melakukan tahap kualifikasi dan validasi

selanjutnya.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

14 Universitas Indonesia

BAB 3TINJAUAN UMUM

PT AVENTIS PHARMA

3.1 Sejarah PT Aventis Pharma

PT Aventis Pharma telah beroperasi di Jakarta dan memproduksi produk-

produk farmasi sejak Agustus 1972. Beroperasinya PT Aventis Pharma disahkan

oleh Menteri Kesehatan Indonesia yang pada awalnya diberikan kepada PT

Hoechst Pharmaceutical Indonesia melalui Surat Keputusan Menkes No.

5880/A/SK/PAB/72 tanggal 30 Juni 1972, kepada PT Hoechst Marion Roussel

Indonesia melalui Surat Keputusan Menkes No. PO.01.01.2.0183 tanggal 22

Januari 1997, kemudian kepada PT Aventis Pharma melalui Surat Keputusan No.

C-00397 HT 01.04.TH 2001 pada tanggal 27 April 2001.

PT Hoechst Marion Roussel Indonesia (merupakan pendahulu PT Aventis

Pharma) berasal dari Hoechst AG yang didirikan pada tahun 1863 di Frankfurt,

Jerman dan bergerak di bidang kimia. Hoechst AG mulai memasuki bidang

farmasi pada tahun 1883 dan memberikan kontribusi dengan penemuan obat

seperti Novalgin, Novocain, dan Salvarsan.

Tahun 1950 Hoechst AG mulai melakukan kegiatan penjualan obat di

Indonesia dengan membuka perwakilan perdagangannya yang berpusat di Hotel

Des Indes (sekarang Duta Merlin/Carrefour), Jakarta. Tahun 1954 perwakilan

perdagangan Hoechst di Indonesia ini berlanjut dengan nama PT Hoechst

Indonesia dan berkantor di sebuah paviliun Gedung Jasa Indonesia Jl. Nusantara

(sekarang Jl. Majapahit), Jakarta. Pada tahun 1957 atas lisensi dari Hoechst AG,

beberapa produk Hoechst AG mulai diproduksi oleh PT Abdi yang beralamat di

Jl. Percetakan Negara II, Jakarta. Sementara itu kantor PT Hoechst Indonesia

pindah ke Jl. Cikini Raya No 97 Jakarta.

Pada tahun 1969, Hoechst AG membentuk perusahaan patungan bersama

dengan Bapak Zainil Abidin (Alm.) dengan nama Hoechst Pharmaceuticals of

Indonesia PT (HPI PT) yang berlokasi di Pulo Mas Jakarta Timur, yaitu lokasi

kantor dan pabrik PT Aventis Pharma sekarang. Perusahaan ini memperoleh izin

dari Departemen Kesehatan RI pada tanggal 3 Juni 1972 untuk memproduksi dan

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

15

Universitas Indonesia

memasarkan obat-obat yang diproduksinya. Pabrik HPI PT diresmikan pada

tanggal 3 Mei 1973 dan pembuatan obat yang selama ini diproduksi oleh PT Abdi

dialihkan ke HPI PT.

Pada tahun 1974 Hoechst AG menjadi pemilik saham terbesar dari

Roussel Uclaf, suatu perusahaan farmasi Perancis terkemuka dengan produk-

produk golongan antibiotika (Sofratule, Rulid) dan steroidnya (Dimetriose). Pada

tahun 1977 hingga tahun 1978 HPI PT membangun sebuah pabrik serba guna

untuk membuat bahan baku farmasi. Bahan baku yang diproduksi adalah garam

kinin dipiron dengan bahan dasar kinin sulfat. Produksi garam kinin dipiron

dihentikan pada tahun 1982 dan mulai memproduksi tetrasiklin basa dari

tetrasiklin kasar yang diimpor dari Hoechst AG. Produksi tetrasiklin basa ini juga

akhirnya dihentikan karena dinilai tidak efisien dan terlalu mahal.

Pada tahun 1992 dalam rangka penyederhanaan, perusahaan ini mengganti

nama menjadi PT Hoechst Pharma Indonesia (PT HPI). Pada tahun 1995 Hoechst

AG mengakuisisi Marion Merrel Dow, yaitu suatu perusahaan farmasi Amerika

Serikat dan bersamaan dengan itu Hoechst AG mendirikan perusahaan divisi

farmasinya, yaitu Hoechst Marion Roussel AG (HMR AG). Karena perubahan

tersebut, setahun kemudian PT HPI berubah nama menjadi PT Hoechst Marion

Roussel Indonesia.

Pada akhir tahun 1999 Hoechst AG (pemilik Hoechst Marion Roussel AG)

bergabung dengan Rhone-Poulenc Rorer SA, suatu perusahaan kimia-farmasi

Perancis, membentuk Aventis SA (suatu Holding Company) yang berkedudukan

di Strassbourg, Perancis. Aventis SA mempunyai anak-anak perusahaan baru,

antara lain Aventis Pharma AG yang berkedudukan di Frankfrut, Jerman. Di

Indonesia, penggabungan antara PT Hoechst Marion Roussel Indonesia dengan

PT Rhone-Poulenc Rorer diresmikan pada tanggal 3 Mei 2001 dengan nama PT

Aventis Pharma. Saat ini saham Aventis Global 95,47% telah dimiliki oleh

Sanofi-Synthelabo, dengan nama baru Sanofi Group.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

16

Universitas Indonesia

3.2 Visi dan Misi PT Aventis Pharma (Aventis Pharma, 2012)

3.2.1 Visi PT Aventis Pharma

Visi PT Aventis Pharma adalah menjadi perusahaan terkemuka yang

didorong oleh inovasi, mampu memanfaatkan kesempatan-kesempatan dalam

bidang ilmu kehidupan (Life Sciences) yang tengah berkembang pesat saat ini,

bertekad untuk berperan utama dalam peningkatan kualitas kehidupan manusia

dan turut bersumbangsih kepada pembangunan dunia, khususnya dengan

mengatasi dan menangani berbagai penyakit melalui teknik diagnosa, terapi

vaksin, dan cara pengobatan yang inovatif.

3.2.2 Misi PT Aventis Pharma

Misi PT Aventis Pharma yaitu Aventis Pharma adalah perusahaan farmasi

global yang memiliki tekad untuk memberi arti bagi para pasien, pemilik saham,

karyawan, dan masyarakat luas dengan menemukan, mengembangkan, dan

memasarkan produk-produk farmasi inovatif yang akan dapat memenuhi

kebutuhan medis yang belum teratasi serta menuju pelayanan kesehatan dengan

biaya lebih rendah. Perusahaan juga mempunyai tekad untuk menjadi pemimpin

dalam era di mana perubahan-perubahan terjadi dengan cepat di industri ini.

3.3 Lokasi dan Sarana Produksi (Aventis Pharma, 2012)

PT Aventis Pharma berlokasi di Jalan Jenderal Ahmad Yani, Pulo Mas,

Jakarta Timur yang merupakan kawasan industri ringan dan berdekatan dengan

daerah pemukiman penduduk serta beberapa industri farmasi lainnya. PT Aventis

Pharma berdiri di atas tanah seluas 37.500 m2 (150m x 250m) dan berupa

lapangan berumput seluas 24.000 m2. Fasilitas bangunan yang dimiliki PT

Aventis Pharma terbagi atas beberapa fasilitas antara lain gedung perkantoran,

laboratorium pengawasan mutu, gedung produksi, gudang, gedung pemasok

energi dan instalasi pengolahan purified water. Peta lokasi PT Aventis Pharma

dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2.

3.4 Karyawan PT Aventis Pharma

Dari 65.000 karyawan di 100 negara, lebih dari 500 orang karyawan PT

Aventis Pharma berada di Indonesia, mereka berprestasi bersama mendukung dan

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

17

Universitas Indonesia

membentuk Aventis Pharma untuk menjadi salah satu perusahaan farmasi

terkemuka di dunia. PT Aventis Pharma mengangkat calon-calon karyawan dari

lulusan terbaik dan berbakat dari berbagai universitas dan institusi pendidikan lain

di Indonesia. Mereka kemudian mendapat kesempatan untuk dilatih diberbagai

disiplin industri, seperti teknik, kesehatan, keuangan, pemasaran, dan teknologi

informasi. Perusahaan juga mendorong budaya kewirausahawan yang berorientasi

pada pasar dan yang diinspirasi oleh fleksibilitas, kerjasama, dan pembuatan

keputusan berdasarkan data, bukan tradisi. Kelangsungan kegiatan operasi

merupakan hal yang diutamakan di PT Aventis Pharma. Demikian juga dengan

pengakuan terhadap kepentingan yang sejajar antara pelanggan dan kesejahteraan

karyawan. Di samping mempertahankan hubungan yang baik dengan serikat

pekerja, kesejahteraan karyawan juga dijamin oleh berbagai program menarik,

seperti penggantian biaya kesehatan karyawan, kompensasi yang kompetitif,

bonus, serta paket tunjangan hari tua. Penghargaan diberikan berdasarkan

keberhasilan individu dan tim. Semua ini menciptakan lingkungan kerja yang

menyajikan tantangan sekaligus produktif dan membanggakan.

3.5 Struktur Organisasi PT Aventis Pharma (Aventis Pharma, 2012)

PT Aventis Pharma dipimpin oleh seorang Presiden Direktur yang

membawahi 3 Business Unit (BU) dan 5 Divisi, yaitu:

a. Business Unit terdiri dari:

1. Hospital and Oncology BU

2. Cardiovascular and Metabolism BU

3. Respiratory and Antiinflamatory BU

b. Divisi yaitu:

1. Medical and Regulatory Division

2. Finance and Information System Division

3. Human Resource Division

4. Industrial Affairs Division

5. Institution, Market Development and Sales Training Division.

Bagan struktur organisasi PT Aventis Pharma dapat dilihat pada Lampiran 3.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

18

Universitas Indonesia

3.6 Produk PT Aventis Pharma

PT Aventis Pharma dikenal sebagai perusahaan farmasi yang

menghasilkan obat-obat sesuai dengan kebutuhan bidang kesehatan di Indonesia.

Aventis Pharma Global akan mendukung dan mempertahankan predikat tersebut

melalui penerapan teknologi tinggi dalam pengembangan solusi untuk

menghadapi berbagai penyakit yang diderita masyarakat Indonesia. Melalui

penelitian di bidang kardiovaskuler, penyakit infeksi, asma, alergi, diabetes,

radang sendi, kanker serta di bidang vaksin dan protein terapetik (therapeutic

proteins), Aventis Pharma yakin bahwa produk-produk yang dihasilkan akan

memainkan peranan penting dalam membantu masyarakat Indonesia mengatasi

masalah kesehatan di Indonesia. Produk PT Aventis Pharma diperoleh dengan

berbagai cara, antara lain dengan memproduksi obat tersebut menggunakan

fasilitas produksi yang tersedia, kontrak dengan perusahaan farmasi lain (toll

manufacturing), dan mengimpor baik produk ruahan untuk dikemas akhir (re-

pack) maupun produk jadi yang telah dikemas namun masih memerlukan

pelabelan (penempelan stiker). Produk PT Aventis Pharma secara garis besar

dapat dibagi menjadi enam, yaitu:

a. Produk yang diproduksi sendiri di pabrik (Jakarta site) untuk keperluan lokal

(dalam negeri) dan ekspor.

b. Produk impor dari Aventis Global yang dikemas ulang (repackaging) di

pabrik (Jakarta site).

c. Produk impor yang berupa finished goods.

d. Produk yang bulk-nya diimpor dan kemudian dikemas di pabrik (Jakarta site)

untuk keperluan lokal dan ekspor.

e. Produk toll manufacturing yang dibuat oleh PT Boehringer-Ingelheim

Indonesia untuk PT Aventis Pharma.

f. Produk toll manufacturing yang dibuat oleh PT Aventis Pharma untuk pabrik

lain.

Berkat dukungan dari sumber daya yang profesional, manajemen dan

pimpinan perusahaan yang penuh komitmen, serta R&D dengan anggaran terbesar

di industri sejenis, Aventis Pharma telah menghasilkan serangkaian obat-obat

inovatif untuk pengobatan pasien yang menderita beraneka ragam penyakit serius.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

19

Universitas Indonesia

Upaya riset Aventis Pharma difokuskan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

medis yang belum teratasi dan diarahkan pada 7 bidang utama, yaitu:

a. anti infeksi : pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan jamur

b. radang sendi/tulang : radang sendi dan osteoporosis

c. kardiologi/trombosis : infark jantung, penyakit jantung koroner dan kelainan

jantung lainnya

d. sistem saraf pusat : berbagai penyakit degeneratif otak dan tulang belakang

e. metabolisme : diabetes dan penyakit metabolisme lainnya

f. onkologi : tumor ganas

g. respiratori : asma dan alergi

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

20 Universitas Indonesia

BAB 4TINJAUAN KHUSUS

DIVISI INDUSTRIAL AFFAIRS

Berdasarkan struktur organisasi, Divisi Industrial Affairs (Industrial

Affairs/IA Division) berada langsung dibawah Presiden Direktur PT Aventis

Pharma, yang dikepalai oleh Head of Industrial Affairs Division. Berikut ini

adalah departemen yang dibawahi oleh IA Division:

a. Industrial Quality and Compliance Department

b. Production Department

c. Technical Services Department dan Health, Safety, and Environment

Department (TSD & HSE Dept.)

d. Plant Logistic Department

Struktur organisasi Industrial Affairs Division dapat dilihat pada Lampiran 4.

4.1 Industrial Quality and Compliance Department (Prosedur Tetap IQC,

2012)

Industrial Quality and Compliance (IQC) Department adalah salah satu

bagian dari IA Division yang bertanggung jawab terhadap pengendalian mutu

menyeluruh dalam arti pengendalian mutu terhadap produk yang dihasilkan sejak

bahan awal, produk setengah jadi (termasuk In Process Control / IPC), sampai

dengan produk jadi yang siap digunakan, termasuk didalamnya penilaian terhadap

pemasok dan distributor. Untuk menjamin mutu produk yang dihasilkan serta

menjamin ketelitian pemeriksaan perlu dilakukan pengecekan, validasi, dan

kalibrasi dari alat dan ruangan yang digunakan untuk memeriksa produk. IQC

Department juga perlu melakukan pemeriksaan stabilitas untuk memonitor secara

tidak langsung mutu obat yang telah beredar. Departemen ini dipimpin oleh

seorang Head of IQC yang membawahi dua unit kerja, yaitu Quality Assurance

Unit (QA Unit) dan Quality Control Unit (QC Unit). Struktur organisasi dari IQC

Department dapat dilihat pada Lampiran 5. Berikut ini penjelasan mengenai QA

Unit dan QC Unit.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

21

Universitas Indonesia

4.1.1 Quality Assurance Unit (Unit Pemastian Mutu)

Unit ini bertanggung jawab dalam menjamin mutu suatu produk mulai dari

pemesanan bahan baku dan kemasan obat sampai obat siap dikonsumsi

konsumen, termasuk didalamnya pemilihan pemasok dan distributor. Sistem mutu

di PT Aventis Pharma ditetapkan berdasarkan CPOB, Sanofi Global Quality

Standards dan Global IQC Directive. Pengendalian mutu dilakukan terhadap

semua faktor yang dapat mempengaruhi mutu obat yaitu mulai dari bahan awal,

bahan pengemas, proses pembuatan, bangunan, peralatan, dan personalia. Unit ini

dipimpin oleh seorang QA Manager yang bertanggung jawab kepada Head of

IQC. Aspek-aspek yang ditangani oleh unit ini adalah:

4.1.1.1 Penanganan personel

Unit Pemastian Mutu bertanggung jawab terhadap koordinasi perencanaan

dan penyelenggaraan pelatihan karyawan bidang operasional. Menurut CPOB,

seluruh karyawan yang langsung ikut serta dalam kegiatan pembuatan obat dan

yang karena tugasnya mengharuskan mereka masuk ke daerah pembuatan obat

hendaklah dilatih mengenai kegiatan tertentu yang sesuai dengan tugasnya

maupun mengenai prinsip CPOB. Sejalan dengan hal itu, standar Health, Safety,

and Environment juga mensyaratkan pelatihan yang memadai bagi seluruh

karyawan di bidang HSE (HSE Department).

Secara garis besar pelatihan dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Pelatihan dasar, meliputi teori dan praktek CPOB, pengenalan mikroorganisme,

keselamatan kerja, dan lain-lain.

b. Pelatihan tambahan, misalnya keluar masuk di cold storage room yang ada di

warehouse, pelatihan khusus tentang pengoperasian suatu alat/mesin.

QA bertanggung jawab untuk memastikan bahwa program pelatihan yang

disiapkan sesuai dengan aturan-aturan pemerintah maupun Global HSE Standard

serta memonitor pelaksanaannya. Pelatihan dilakukan secara kontinu untuk

menjamin personel terbiasa dengan persyaratan CPOB yang berkaitan dengan

tugasnya dan untuk menjaga agar sistem yang telah ditetapkan berjalan sesuai

dengan yang diharapkan.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

22

Universitas Indonesia

Setiap awal tahun masing-masing departemen harus merencanakan

program pelatihan untuk satu tahun mendatang untuk departemennya yang

mencakup topik pelatihan, waktu pelaksanaan, peserta, serta instrukturnya.

Pelatihan yang dilakukan diutamakan untuk prosedur tetap (protap) baru atau

protap yang diubah atau direvisi karena suatu temuan pada saat inspeksi diri atau

temuan pada suatu failure investigation (penyelidikan terhadap kegagalan),

kecelakaan kerja, dan sebagainya. Khusus untuk karyawan baru selain mengikuti

pelatihan dasar mengenai teori dan praktek dari CPOB atau HSE, mereka juga

harus menerima pelatihan yang sesuai atau berkaitan dengan tugasnya baik umum

maupun khusus.

Untuk mengevaluasi efektifitas dari pelatihan, dilakukan dengan pelatihan

pemahaman karyawan terhadap materi pelatihan dengan menggunakan metode

scoring (berdasarkan hasil tertulis) maupun dengan pengamatan langsung

terhadap karyawan dalam melaksanakan SOP tersebut. Contohnya: Pada saat

pelatihan pengunaan alat tertentu, karyawan langsung diminta untuk

mendemonstrasikan cara menggunakan alat. Hal ini kemudian dinilai oleh pelatih.

4.1.1.2 Penanganan dan pengaturan sistem dokumentasi

Tugas QA Unit adalah menangani dokumen yang berlaku, baik dalam hal

penyimpanannya, fotokopi dokumen induk, serta penanganan dokumen yang

sudah tidak berlaku. Dokumen adalah segala sesuatu berupa catatan tertulis atau

tercetak, seperti instruksi, raw data, formulir, panduan dan kebijakan yang

berhubungan dengan proses pengembangan, pembuatan, pemeriksaan, distribusi

obat, yang diperlukan untuk pemenuhan persyaratan CPOB, Sanofi directives dan

peraturan pemerintah yang berhubungan yang digunakan di PT Aventis Pharma.

Yang termasuk dalam dokumen adalah General Manufacturing Instruction, Test

method (produk, bahan baku dan bahan pengemas), Test Method Validation,

Stability Study, Global IQC Directive, Global HSE, Drug Surveillance Action

Plan (DSAP), dan dokumen registrasi. Termasuk di dalamnya pula adalah

dokumen pembuatan obat yang merupakan bagian manajemen sistem informasi

yang meliputi spesifikasi, prosedur pembuatan, metode pemeriksaan, serta laporan

lain yang diperlukan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

23

Universitas Indonesia

seluruh rangkaian kegiatan pembuatan obat atau seluruh dokumen yang

dipersyaratkan dalam CPOB.

Jenis dokumen ada 2 macam, yaitu:

a. Batch related document, contohnya: PPI (Prosedur pengolahan atau

pengemasan induk); catatan pengolahan/pengemasan bets; Spesifikasi dan

catatan hasil pemeriksaan bahan baku, bahan pengemas, produk antara, produk

ruahan, obat jadi (termasuk kromatogramnya); raw data; test method, protap,

catatan distribusi obat.

b. Non batch related document, contohnya: kualifikasi dan validasi, penelitian

terhadap kegagalan (FIR), catatan pembersihan dan sanitasi, program stabilitas,

pengendalian hama, audit, registrasi, change control, gambar teknik,

pemeriksaan dan kalibrasi alat, penanganan keluhan, obat kembalian,

pemantauan lingkungan, log book, pelatihan pegawai, technical agreement, dan

dokumen lainnya.

4.1.1.3 Menyusun dan mengendalikan prosedur tetap (protap)

Menurut CPOB dan ketentuan dari Global IQC Directives maupun Global

Health Safety and Environment (HSE) untuk setiap kegiatan yang dilakukan

hendaklah disiapkan suatu prosedur tertulis berupa Protap. Prosedur Tetap

(Protap), atau yang juga dikenal sebagai Standard Operating Procedure (SOP)

adalah prosedur tertulis yang telah disahkan oleh pejabat berwenang dan berisi

instruksi untuk pelaksanaan tugas yang tidak khusus berkaitan dengan suatu

produk atau bahan tertentu, tetapi lebih bersifat umum, misalnya pengoperasian,

pemeliharaan dan pembersihan mesin, kalibrasi, validasi, pembersihan gudang

dan pengendalian kondisi lingkungan, pengambilan contoh (sampling), dan

inspeksi diri.

Protap dimaksudkan untuk:

a. Memastikan bahwa semua proses setiap kali dilakukan dengan cara yang

sama oleh petugas.

b. Memastikan bahwa proses dilakukan sesuai dengan ketentuan CPOB dan

HSE.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

24

Universitas Indonesia

c. Memudahkan pengendalian proses baru atau perubahan dari proses yang telah

berlaku.

d. Membantu melatih karyawan baru.

Protap ada dua macam, yaitu:

1) Protap umum, yang berisi hal-hal umum

a) Berguna untuk menjelaskan dan mendokumentasikan sistem QA pada IA

Division dalam bidang CPOB dan HSE.

b) Suatu bagian dari buku pedoman dari sistem penjaminan mutu atau protap

panduan mutu.

c) Sangat tidak cocok digunakan sebagai protap di “lapangan” meskipun

berbagai operasi yang dilukiskan adalah bersifat umum.

2) Protap khusus, yang berisi hal-hal khusus

a) Berguna untuk menjelaskan dan mendokumentasikan sistem QA dan HSE

dalam masing-masing lingkungan departemen dan lingkungan kelompok

pada IA Division.

b) Mengatur seluruh kegiatan yang berkaitan dengan CPOB dan HSE yang

bersifat spesifik bagi departemen atau kelompok unit tertentu.

c) Bermanfaat sebagian untuk digunakan sebagai protap di “lapangan”

apabila protap tersebut merinci departemen terkait.

Pada dasarnya tiap protap dibuat oleh departemen atau unit yang

bersangkutan dengan bekerjasama dan berkonsultasi dengan IQC Department atau

QA Unit dan departemen lain yang berhubungan. IQC Department bertanggung

jawab mengkoordinir penyiapan, penerbitan, dan implementasi semua protap yang

ada. Protap dikaji ulang minimal setiap tiga tahun sekali.

Protap diperiksa oleh QA Manager, Department Manager yang

bersangkutan dan Department Manager yang berkaitan, serta disetujui oleh Head

of IQC. Bila penerbitan protap dimaksudkan untuk mengganti protap yang telah

ada, maka Department Manager yang bersangkutan harus menarik dokumen lama

dan salinannya dengan Formulir Penarikan Salinan Protap. Salinan protap

kemudian dimusnahkan seluruhnya dengan membuat Berita Acara Pemusnahan

Protap, sedangkan protap asli disimpan dalam dokumen khusus selama lima tahun

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

25

Universitas Indonesia

sebelum akhirnya dimusnahkan oleh QA Unit. Formulir Penarikan Salinan Protap

dan Berita Acara Pemusnahan Protap dilampirkan pada protap asli yang berlaku.

4.1.1.4 Validasi

Menurut CPOB, validasi berarti suatu tindakan pembuktian dengan cara

yang sesuai bahwa setiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan,

atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa

mencapai hasil yang diinginkan.

a. Validasi proses

Menurut Aventis Pharma, validasi proses adalah cara pemastian dan

memberi pembuktian terdokumentasi bahwa proses berlangsung dalam parameter

desain yang telah ditentukan mampu dan dapat dipercaya menghasilkan produk

sesuai dengan kualitas yang diinginkan dan memiliki tingkat keterulangan yang

tinggi. Validasi proses dilakukan dengan cara yang berbeda tergantung pada status

produk, yaitu dapat dilakukan dengan cara:

1) Prospective

Validasi yang dilakukan terhadap produk baru sebelum dipasarkan atau bila

ada perubahan (pada pabrik atau proses pembuatan) yang akan

mempengaruhi kualitas produk. Untuk validasi ini, minimal dilakukan

terhadap 3 bets sebelum produk tersebut dipasarkan.

2) Concurrent

Validasi ini hampir sama dengan validasi prospective kecuali pemasaran

produk tidak menunggu proses validasi hingga selesai. Validasi ini dilakukan

bila terdapat perubahan yang direncanakan yang sedikit berpengaruh terhadap

produk.

3) Retrospective

Validasi yang didasarkan pada pengumpulan data yang diperoleh dalam

proses produksi dan pemeriksaan pada produk yang sudah dipasarkan/dibuat.

Validasi dari proses ini tetap memerlukan protokol yang memanfaatkan data

historis sehingga bukti terdokumentasi. Jenis validasi ini tidak dianjurkan

untuk digunakan dan PT Aventis Pharma tidak menggunakan validasi ini.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

26

Universitas Indonesia

4) Revalidasi

Validasi yang dilakukan secara internal dalam bentuk evaluasi kembali.

Revalidasi dapat dilakukan jika terjadi perubahan:

a) Bahan baku (sifat fisik misalnya viskositas, ukuran partikel, dan lain-

lain).

b) Pabrik pembuat bahan baku.

c) Bahan pengemas primer, misal botol, alutube.

d) Proses, misalnya waktu pencampuran, suhu pengeringan.

e) Peralatan, misalnya alat menjadi otomatis.

f) Area produksi dan sistem penunjang, misalnya tata letak berubah.

Validation Steering Team yang telah dibentuk Head of IQC yang akan

menyusun protokol validasi untuk produk yang akan divalidasi. Protokol validasi

merupakan bagian dari validasi yang berupa panduan kerja dalam melakukan

validasi. Tim validasi bekerja sama dengan departemen yang bersangkutan akan

menyusun rincian kegiatan validasi mencakup kualifikasi peralatan

(Installation/Operational/Performance Qualification), validasi metode analisis,

dan pelatihan karyawan yang terlibat dalam kegiatan validasi. Kegiatan validasi

akan dilakukan oleh departemen yang bersangkutan, dimonitor, dan

didokumentasikan oleh tim validasi. Setiap akhir validasi harus dibuat suatu

laporan validasi sebagai pertanggungjawaban.

Protokol validasi dibuat berdasarkan data-data dari laporan

optimalisasi/pengembangan produk (jika ada) atau prosedur pengolahan, dengan

harus memperhatikan aspek penting dari suatu validasi sebagai berikut:

a) Karakteristik produk

b) Spesifikasi produk

c) Desain pabrik dan keterbatasannya

d) Desain proses, kemungkinan dan keterbatasannya

e) Metoda analisis dan spesifikasi

f) Mikrobiologi

g) Pembersihan

h) Quality Assurance

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

27

Universitas Indonesia

b. Validasi pembersihan untuk ruangan dan peralatan

Ruangan dan peralatan setelah selesai digunakan untuk membuat atau

mengemas akan segera dibersihkan. Untuk mendapatkan ruangan dan peralatan

yang bersih dan memenuhi syarat yang sudah ditetapkan, maka cara pembersihan,

deterjen, dan desinfektan yang digunakan, serta frekuensi desinfeksi harus sesuai

dengan protap pembersihan dan sanitasi yang sudah ditetapkan. Untuk itu

prosedur pembersihan dan sanitasi yang digunakan tersebut harus divalidasi.

Validasi pembersihan ruangan dan peralatan bertujuan untuk memastikan

dan membuktikan bahwa prosedur untuk pembersihan yang dilakukan sesuai

dengan protap yang telah ditetapkan dapat menghilangkan residu bahan aktif dan

deterjen serta mengurangi jumlah cemaran mikroba sesuai dengan persyaratan

yang telah ditetapkan.

Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam melakukan validasi ini

adalah:

1) karakteristik bahan aktif

2) desain ruangan

3) jenis/tipe desinfektan yang digunakan

4) prosedur pembersihan dan sanitasi

5) metode analisis yang digunakan

4.1.1.5 Mengadakan audit terhadap pemasok (Vendor Audit)

Pemasok yang dimaksud meliputi pabrik pembuat, pemasok bahan yang

mempunyai gudang, atau pemasok yang tidak mempunyai gudang (sale

agent/broker). Penilaian terhadap pemasok dilakukan oleh tim yang terdiri dari

IQC, Production, Plant Logistic Department dan diketuai oleh QA Manager.

Pada kasus tertentu anggota tim dapat diperluas dengan mengikutsertakan QC

Unit, Technical Unit, Medical and Regulatory, dan departemen lain yang terkait.

Hal-hal yang perlu dinilai dari pemasok adalah proses pengadaan bahan baku,

proses pembuatan, pemeriksaan, penyimpanan bahan baku dan produk jadi,

penanganan pesanan, dokumentasi, dan lain-lain.

Sertifikasi pemasok dimulai dari urutan status “not approved”,

“approved”, dan “certified”. Sertifikasi status “not approved” atau belum disetujui

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

28

Universitas Indonesia

merupakan sertifikasi untuk pemasok yang baru yang akan dijadikan pemasok

tetap. Sertifikasi status “approved” atau disetujui diberikan kepada pemasok yang

telah memenuhi persyaratan menurut standar kualitas PT Aventis Pharma dan

menjadi pemasok tetap. Sedangkan sertifikasi status “certified” atau tersertifikasi

diberikan kepada pemasok tetap yang konsisten dalam hal kualitasnya.

Pemasok dengan status belum disetujui, masih dalam tahap penilaian

mengenai kualitas produk yang akan dipasok. Pada saat proses pre-approval,

maka supplier harus menyerahkan minimum tiga bets material untuk diperiksa

oleh PT Aventis Pharma. Setelah pre-approval, status pemasok dapat meningkat

menjadi approved supplier yang telah disetujui secara formal sebagai pemasok

yang dapat memasok material atau servis tertentu. Untuk selanjutnya bahan awal

hanya boleh didapatkan dari pemasok berstatus disetujui ini. Selanjutnya pemasok

yang telah disetujui ini dimasukkan dalam Daftar Pemasok Disetujui atau List

Approved Supplier.

Apabila suatu pemasok yang disetujui menunjukkan kualitas serta kinerja

yang konsisten, maka pemasok tersebut dapat ditingkatkan statusnya menjadi

“pemasok tersertifikasi” atau “certified supplier”. Pemasok tersertifikasi

diputuskan melalui program evaluasi terhadap hasil analisa dan penerapan aspek

kualitas, regulasi dan penilaian kinerja. Evaluasi tersebut dilakukan terhadap

setiap pengiriman pemasok yang menggambarkan konsistensi pemasok untuk

menghasilkan material yanng memenuhi syarat yang ditentukan. Penilaian ini

dilakukan oleh divisi QA, QC, pembelian dan produksi.

Pemasok yang dapat menjadi pemasok tersertifikasi adalah pemasok yang

telah disetujui minimal selama dua tahun dan telah mengirimkan minimal sepuluh

bets. Evaluasi konsistensi supplier dalam mengirimkan material yang memenuhi

syarat. Evaluasi ini harus didasarkan pula pada kriteria kritis seperti out of

specification atau penyimpangan kritis lainnya yang dilaporkan selama sepuluh

bets pengiriman terakhir.

Pada proses peningkatan status menjadi pemasok tersertifikasi, harus

dilakukan juga perbandingan antara metoda analisa pemasok dan PT Aventis

Pharma. Hasilnya harus menunjukkan bahwa supplier memiliki persamaan

metoda analisa dengan PT Aventis Pharma. Jika terdapat perbedaan, maka harus

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

29

Universitas Indonesia

dilakukan validasi untuk membandingkan bahwa metoda tersebut dapat diterima

oleh PT Aventis Pharma. Hasil uji pemasok tersebut juga harus mendekati dengan

hasil uji yang dilakukan oleh PT Aventis Pharma.

4.1.1.6 Inspeksi diri (Self inspection)

Inspeksi diri adalah cara meninjau kembali seluruh tata kerja diri sendiri

dari setiap segi yang mungkin berpengaruh terhadap produk. Tujuan dari inspeksi

diri ini adalah untuk menilai apakah seluruh aspek produksi dan pengawasan mutu

selalu memenuhi CPOB. Dalam melaksanakan inspeksi diri tidak cukup hanya

mengenali cacat dan kelemahan, melainkan harus pula dapat menetapkan cara

yang efektif untuk mencegah dan memperbaikinya. PT Aventis Pharma Indonesia

mempunyai internal audit sistem (self inspection) untuk meyakinkan kesesuaian

yang berhubungan dengan CPOB, GMP, regulatory requirement, dan Company

Global Quality Standard. Inspeksi diri yang dilakukan meliputi:

a. Inspeksi di bidang GMP

1) Inspeksi diri tri wulanan (quarterly GMP self inspection)

Inspeksi ini dilakukan setiap 3 bulan sekali pada minggu kedua/ketiga bulan

Januari, April, Juli, dan November. Tim ini terdiri atas anggota tetap Head of IQC

(ketua tim), Plant Logisitic Manager, Production Manager, TSD Manager dan

QA Manager, serta anggota pendamping yaitu QC Supervisor,

Processing/Packaging Supervisor, factory administration, warehouse pharmacist.

Pada inspeksi ini dilakukan pemeriksaan terhadap lingkungan pabrik,

warehouse, processing, packaging, social facilities, QC laboratory and

microbiology, technical service, purchasing, dan information system.

2) Inspeksi diri Semester (IDS)

Ruang Lingkup IDS yaitu aspek keselamatan kerja Aventis dengan mengacu

pada GMP dan HSE Guideline. IDS dilakukan paling sedikit selama 3 hari. IDS

dilakukan setiap 6 (enam) bulan pada bulan Juni dan Desember. Dalam

pelaksanaan IDS terdapat anggota tetap dan anggota pendamping. Anggota tetap

meliputi Head of IQC (sebagai ketua), QA Manager, HSE Manager, TSD

Manager, Production Manager, Plant Logistic Manager. Anggota pendamping

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

30

Universitas Indonesia

meliputi Processing Supervisor, Packaging Supervisor, TSD Supervisor, HSE

Supervisor, Warehouse Supervisor. Anggota tetap melakukan inspeksi diri di

setiap unit didampingi oleh anggota pendamping dari masing- masing unit.

Pemeriksaan di lapangan dilakukan dengan urutan sebagai berikut: lingkungan

pabrik, warehouse, processing, packaging kelas 2 dan 3, gowning area,

laboratosrium QC dan mikrobiologi, technical services (purified water plant,

AHU areas, workshop, utilities, dsb), purchasing, dan Information System (IS).

Jika selama IDS ada temuan penyimpangan maka dicatat dan selanjutnya

berdasarkan temuan tersebut, QA akan menyusun GMP CAPA (Correction Action

and Preventive Action) yang mencakup Observation, Corrective/Preventive

Action, Dead-line dan Responsible Person. Setelah laporan IDS disetujui oleh

Head of IQC, maka didistribusikan kepada Department Head dan Unit yang

bersangkutan untuk ditindak lanjuti.

3) Audit CPOB (GMP audit)

Audit CPOB (GMP Audit) dilakukan 1 kali dalam setahun pada minggu

terakhir bulan November atau Desember. GMP audit mencakup seluruh aspek

CPOB di seluruh unit dan pemeriksaan tersebut dilakukan berdasarkan GMP

ASET (Annual Site Evaluation Tool). Pada GMP audit tidak harus mengevaluasi

ke masing-masing area tetapi dapat dilakukan hanya pada pertemuan reguler.

4) Audit CPOB internasional (International GMP audit)

Audit CPOB internasional dilakukan dua tahun sekali atau sesuai jadwal audit

internasional. GMP audit mencakup seluruh aspek CPOB beserta temuan tim

audit sebelumnya serta GMP ASSET. Tim audit terdiri dari anggota audit

internasional Sanofi Group dan didampingi oleh Department Manager dan

Quality Assurance Unit. Audit dilaksanakan langsung di lapangan dan observasi

penting untuk didiskusikan selama audit termasuk tindak lanjut hasil audit

sebelumnya.

5) Audit dari badan otoritas (Badan POM, Badan Sertifikasi ISO, dan lain-lain)

Jadwal audit tergantung pada jadwal badan otoritas. Audit mencakup seluruh

aspek CPOB atau aspek yang terkait serta hasil temuan sebelumnya dari badan

otoritas yang bersangkutan. Anggota tim inspeksi badan otoritas didampingi oleh

kepala departemen atau unit yang terkait.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

31

Universitas Indonesia

b. Inspeksi di bidang HSE

Inspeksi yang diadakan 3 bulan sekali ini dilakukan untuk mengetahui apakah

karyawan sudah bekerja memenuhi standar HSE perusahaan, dilakukan untuk

melihat langsung ke lapangan penyesuaian antara training HSE yang pernah

dilakukan dan pelaksanaannya sehari-hari sebagai suatu cara untuk menilai

keberhasilan suatu training. Keluaran yang diharapkan adalah sebuah perbaikan

yang terus menerus, sehingga yang tidak benar menjadi benar, dan yang sudah

benar tetap dijaga agar pelaksanaannya selalu benar.

Temuan di lapangan yang berkaitan dengan HSE dibagi menjadi 2 yaitu

unsafe act dan unsafe condition. Tim inspeksi diri ini dilakukan oleh bagian HSE

bersama pihak yang berkompeten dan berwenang di departemen tersebut, wakil

dari TSD. Hasil inspeksi diri ini dicatat dan dilaporkan kemudian didistribusikan

ke departemen-departemen terkait. Selain inspeksi triwulanan, HSE juga

mengadakan dan mengupayakan self inspection yang diadakan sewaktu-waktu,

atau temuan yang ditemukan ketika sedang berkunjung ke lapangan (langsung

diberitahukan kepada Manager).

4.1.1.7 Penolakan dan pelulusan terhadap obat jadi

Obat jadi adalah bentuk sediaan obat yang telah selesai dikemas yang telah

siap dipasarkan setelah lulus dari pemeriksaan. Pengambilan keputusan untuk

meluluskan/menolak obat jadi dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan dan

evaluasi yang meliputi hasil pemeriksaan selama proses pengolahan dan

pengemasan, pemantauan lingkungan (jika ada), pemeriksaan produk ruahan,

pemeriksaan kelengkapan bahan pengemas produk jadi, atau pemeriksaan

dokumen catatan pengolahan dan pengemasan bets, serta dokumen-dokumen lain

jika ada, seperti Failure Investigation Report atau Out of Specification (OOS).

Pelulusan atau penolakan obat jadi dilakukan oleh QA Manager dan disetujui oleh

Head of IQC.

Pemeriksaan yang harus dilakukan sebelum memutuskan status produk

adalah sebagai berikut:

a. Penyerahan Catatan Hasil Pemeriksaan (CHP) produk jadi lokal maupun

impor yang telah disahkan oleh QC Supervisor kepada QA Manager.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

32

Universitas Indonesia

b. Penyerahan CHP selama proses pengolahan (IPC) atau pengemasan yang

telah dilengkapi TT755 dan atau fotokopi CoA (Certificate of Analysis)

produk ruahan impor, Catatan Pengolahan Bets, atau Catatan Pengemasan

Bets yang telah diperiksa dan ditandatangani oleh Production Manager atau

wakilnya kepada QA Manager.

c. QA Manager akan mengkaji kelengkapan dokumen dari obat jadi tersebut.

d. Hasil pemeriksaan terhadap produk jadi tersebut dicatat pada formulir “Daftar

Pemeriksaan Pelulusan Produk Jadi”. QA Manager akan memutuskan apakah

produk jadi tersebut diluluskan atau ditolak, lalu menandatangani catatan

pemeriksaan beserta tanggal pelulusan/penolakkan produk tersebut.

Pelulusan/penolakan obat jadi juga dilakukan pada sistem SAP (System

Application Product).

4.1.1.8 Penanganan hasil uji di luar spesifikasi (Out of Specification/OOS)

Mutu suatu produk ditentukan oleh yang membuat produk tersebut dalam

arti tahapan proses pembuatan suatu produk akan sangat mempengaruhi hasil

akhir dari mutu produk. Untuk menguji apakah produk yang dibuat memenuhi

persyaratan, perlu dilakukan pemeriksaan di laboratorium baik secara kimia,

fisika, maupun mikrobiologi. Ada kalanya hasil pemeriksaan suatu produk tidak

memenuhi persyaratan atau hasil pemeriksaan mendekati batas spesifikasi yang

telah ditetapkan. Salah satu kemungkinan ketidaksesuaian tersebut diakibatkan

oleh cara pemeriksaannya. Oleh karena itu, sebelum diambil keputusan akhir

mengenai status produk yang bersangkutan perlu dilakukan penyelidikan yang

seksama dimana ketidaksesuaian tersebut terjadi. Penyelidikan hasil di luar

spesifikasi (Out of Specification/OOS) atau dapat juga dianggap sebagai atypical

test result (Out of Trend/OOT) yang berlaku untuk hasil pemeriksaan kalibrasi

alat dan pemeriksaan kalibrasi alat dan pemeriksaan stabilitas produk. Sumber

ketidaksesuaian hasil harus diteliti secara sistematis.

Apabila terjadi penyimpangan hasil di luar spesifikasi pada saat analisis

maka hal yang harus dilakukan adalah segera menyiapkan laporan tertulis

mengenai insiden/kegagalan yang terjadi baik kegagalan pemeriksaan secara

kimia, fisika, atau mikrobiologi. Cara kerja pada saat mempersiapkan contoh

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

33

Universitas Indonesia

untuk pemeriksaan, alat yang digunakan harus diperiksa kembali. Bila hasilnya

masih menyimpang baik itu OOS dari pemeriksaan kimia, fisika, atau

mikrobiologi maka dibuat laporan Failure Investigation Report (FIR).

Tindak lanjut yang dapat diambil sesuai dengan hasil pemeriksaan yang

didapat, antara lain:

a. Dilakukan pemeriksaan ulang terhadap contoh yang sama dan produk yang

sudah released.

b. Dilakukan pemeriksaan ulang terhadap contoh yang sama oleh pemeriksa

yang berbeda.

c. Dilakukan pemeriksaan ulang terhadap contoh baru oleh pemeriksa yang

pertama (bila perlu).

d. Membandingkan hasil pemeriksaan ulang diatas dengan persyaratan test

method dan farmakope (EP, USP, dan FI).

e. Contoh untuk pemeriksaan ulang tersebut diambil sebanyak 2 kali dari

pemeriksaan normal.

Apabila dianggap perlu, dilakukan pemeriksaan terhadap prosedur

pengolahan bets produk yang bersangkutan. Apabila diduga penyimpangan

tersebut berasal dari test method atau sebab-sebab lain yang tidak diketahui dapat

dikonsultasikan dengan mother plant.

Perincian urutan pengambilan keputusan terhadap pemeriksaan di luar

spesifikasi dapat dilihat pada Lampiran 6. Penyelidikan terhadap OOS harus

diselesaikan maksimal 30 hari.

4.1.1.9 Penanganan Penyimpangan

Penyimpangan adalah suatu kejadian atau pelanggaran yang tidak

direncanakan terhadap suatu prosedur atau spesifikasi yang telah ditetapkan. Head

of IQC dan QA Manager harus menilai dan memeriksa prosedur yang harus

dilakukan menurut bidang dan tanggung jawabnya untuk memenuhi spesifikasi

yang ditetapkan. Mereka yang bertanggung jawab agar proses penyelesaian

berlangsung cepat dan kembali kepada pengirim untuk ditindak lanjuti.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

34

Universitas Indonesia

Menurut tingkat kekritisannya, penyimpangan dikategorikan menjadi:

a. Critical Deviation

Adalah kekurangan material, produk obat, alat kesehatan, sistem atau jasa

yang dapat secara signifikan mempengaruhi kualitas, keamanan atau efikasi dari

obat/alat kesehatan atau yang dapat menyebabkan kondisi yang mengancam jiwa.

Pengertian lainnya adalah kekurangan apapun yang dapat menyebabkan produk

obat/alat kesehatan menjadi non compliant atau menyebabkan terjadinya situasi

yang dapat dikategorikan sebagai critical oleh badan regulasi. Contoh:

kesalahan/penyimpangan dalam melaksanakan suatu tahap proses pembuatan,

kesalahan dalam pemakaian bahan/material, kesalahan dalam penimbangan atau

tercampur dengan bahan lain, hasil uji stabilitas diluar spesifikasi.

b. Major Deviation

Penyimpangan yang tidak termasuk kritikal, yang secara potensial dapat

mempengaruhi kualitas, keamanan, efikasi atau pemenuhan persyaratan CPOB

dari suatu produk obat atau alat kesehatan. Salah satu contoh major deviation

adalah kesalahan dalam melaksanakan suatu protap misalnya protap sanitasi dan

penyimpangan-penyimpangan yang tidak ditanggulangi secara sepihak tanpa

mengikutsertakan atau memperoleh informasi tambahan dari depertemen lain

seperti kesalahan pencetakan nomor bets, tanggal daluarsa, tapi produk belum

diluluskan.

c. Minor Deviation

Deviasi yang tidak termasuk kritikal atau major, yang secara potensial

berdampak pada sistem GMP, utilities, peralatan, bahan, komponen, lingkungan

atau dokumentasi, tetapi tidak mempengaruhi kualitas, keamanan atau efikasi dari

produk obat atau alat kesehatan. Salah satu contoh minor deviation adalah batas

penyimpanan maksimum produk terlampaui dan perekatan label tidak sempurna.

Sedangkan menurut golongan, kegagalan atau penyimpangan dibagi

menjadi dua yaitu:

1) General Failure: Semua penyimpangan yang terjadi di site dan hal tersebut

tidak berhubungan secara langsung dengan suatu produk tertentu, misalnya

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

35

Universitas Indonesia

penyimpangan pada persiapan produk, penyimpangan sistem pengolahan air

dan sebagainya.

2) Batch deviation: Semua penyimpangan yang terjadi pada proses pembuatan

atau pengemasan suatu produk, misalnya kegagalan salah satu tahapan proses,

pengemasan dan sebagainya.

Apabila terjadi kegagalan, tindakan yang pertama kali diambil adalah

penghentian proses dan produk tersebut dikarantina. Kegagalan tersebut kemudian

dilaporkan ke Manager bagian bersangkutan diteruskan ke Head of IQC yang

akan memeriksa dan mengevaluasi serta mengambil keputusan tindakan yang

harus dilakukan. Terhadap semua penyimpangan, baik besar maupun kecil, akan

diambil langkah selanjutnya oleh IQC Department. Bila dianggap perlu, IQC

Department akan mengundang departemen yang bersangkutan dan departemen

lain yang terkait untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul. Hasil penilaian

terhadap langkah yang telah atau yang akan dilakukan oleh departemen produksi,

departemen IQC, atau departemen lainnya yang terkait akan dikirimkan kembali

ke departemen yang bersangkutan. Apabila proses dapat dilanjutkan, maka

departemen produksi harus segera mencatat tindakan yang diambil pada catatan

pengolahan bets/catatan pengemasan bets dari produk yang bersangkutan. Apabila

produk tersebut dapat diolah ulang, departemen produksi harus segera membuat

prosedur pengolahan ulang atau apabila produk tersebut harus dihancurkan maka

harus disiapkan proses penghancuran terhadap produk tersebut.

4.1.1.10 Pengkajian/penilaian tahunan terhadap produk (Annual Product

Review/APR)

Setiap tahun Departemen Produksi memproduksi berbagai macam

sediaan farmasi baik berupa sediaan padat maupun sediaan semipadat. Data

mengenai produk yang dihasilkan selama satu tahun, termasuk peralatan yang

digunakan, proses produksi, cara dan hasil pemeriksaan dikumpulkan untuk

dievaluasi sehingga dapat disimpulkan atau dihasilkan suatu saran yang berguna

untuk mempertahankan atau memperbaiki mutu produk.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

36

Universitas Indonesia

Isi dari APR adalah:

a. Gambaran dari suatu produk yang dibuat ditest

b. Parameter kritis dalam In Process Control (IPC)

c. Evaluasi dari semua batch yang tidak memenuhi syarat beserta

investigasinya.

d. Keluhan (Product Technical Complaint)

e. Penarikan produk

f. Produk kembalian

g. Tren analisis dari data pelulusan beserta analisa data secara statistik

h. Tren analisis dari data stabilitas

i. Perubahan yang terjadi dari proses produksi, pengemasan, pemeriksaan dan

lainnya (seperti supplier, peralatan, dan lain-lain)

j. Status validasi yang dilakukan (validasi proses dan pengemasan)

k. Rekomendasi dari hasil audit BPOM dan regulatory issue

l. Formula

m. Pengumpulan parameter kritis pada proses produksi

n. Pengumpulan parameter kritis dari produk yang diperiksa di laboratorium

o. Seluruh data yang akan dirangkum menjadi satu dalam raw data APR, dibuat

grafik tren analisa dan diolah secara statistik

p. Evaluasi dari APR berupa kesimpulan

q. Tindakan selajutnya yang direncanakan sebagai akibat dari evaluasi

Peninjauan dan penilaian tahunan terhadap produk merupakan suatu

bentuk komunikasi antara bagian produksi, quality, dan regulatory. Penyiapan

APR dibagi menjadi dua gelombang yaitu untuk sediaan solid dilakukan dalam

interval Januari hingga Januari tahun selanjutnya dan sediaan semisolid pada

bulan Juni sampai Juni tahun selanjutnya. QA akan mengambil data yang

dibutuhkan untuk APR dari raw data template untuk hasil analisa QC dan Batch

Record untuk parameter produksi dan hasil In Process control (IPC). Tim kerja

pembuatan APR adalah Supervisor Processing, Supervisor Packaging, Supervisor

QC, QA Officer dan QA Manager.

Tindakan-tindakan selanjutnya yang direncanakan sebagai hasil evaluasi

dapat berupa peningkatan proses produksi, perbaikan formulasi, perbaikan metode

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

37

Universitas Indonesia

pemeriksaan, review spesifikasi semi finished/finished product, revalidasi, atau

penarikan obat jadi. Laporan APR kemudian diperiksa dan ditandatangani oleh

QA Manager dan disetujui oleh Head of IQC. Laporan APR harus diselesaikan

dalam waktu 60 hari dari waktu akhir tahun penilaian. APR yang asli disimpan

oleh QA yang sebelumnya telah disirkulasikan kepada Head of Industrial Affairs,

Production Manager, dan Technical Services Manager. Ringkasan APR adalah

bagian dari laporan tahunan IQC Department.

4.1.1.11 Penanganan keluhan, penarikan kembali obat jadi, dan penanganan obat

kembalian

Keamanan obat yang dikonsumsi masyarakat merupakan tanggung jawab

setiap perusahaan farmasi. Keamanan obat erat kaitannya dengan masalah efek

samping obat dan masalah kualitas obat. Oleh karena itu, keluhan yang

menyangkut efek samping obat maupun keluhan kualitas obat harus diselidiki dan

dievaluasi serta diambil tindak lanjut yang sesuai guna mencari penyelesaian yang

sebaik mungkin. Keluhan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Keluhan yang menyangkut Efek Samping Obat (ESO)

b. Keluhan yang menyangkut Keluhan Teknis Kualitas Obat (KTKO).

Untuk keluhan yang berhubungan dengan medis maka pelaporan ditujukan

ke Medical and Regulatory Division sedangkan yang menyangkut pharmaceutical

atau KTKO akan ditujukan ke IQC Department. Keluhan digolongkan menjadi:

a. Kelas I

Kerusakan pada produk yang dapat mengancam jiwa atau mengakibatkan

resiko besar terhadap kesehatan. Misalnya kesalahan penempelan label dan

tercampurnya satu produk dalam satu pengemas.

b. Kelas II

Kerusakan pada produk yang dapat menyebabkan sakit pada pasien dan

menyebabkan kegagalan proses penyembuhannya. Misalnya kesalahan

informasi pada leaflet, kontaminasi kimia maupun fisik.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

38

Universitas Indonesia

c. Kelas III

Kerusakan pada produk yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan yang

tidak major, hanya menimbulkan gangguan kesehatan minor pada pasien

dalam hal penggunaan produk. Misalnya tidak rapatnya bahan pengemas,

kesalahan penulisan expired date.

d. Kelas IV

Kerusakan pada produk yang tidak mengancam jiwa manusia namun hanya

menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien ketika menggunakan produk

tersebut sehingga menyebabkan rusaknya nama baik perusahaan. Misalnya

tablet pecah atau retak, hilangnya blister dalam folding box.

Hasil penyelidikan mengenai asal keluhan, jenis keluhan, dan tindak

lanjut dilaporkan ke Head of IQC atau Medical and Regulatory Division. Tindak

lanjut yang dilakukan dapat berupa penggantian produk atau penarikan produk

(recall). Penarikan obat jadi dapat dilakukan karena keinginan produsen (misalnya

karena stabilitas obat tidak baik atau mau mengganti bahan pengemas) atau

keinginan Badan POM. Produk kembalian yang ditarik akan disimpan di gudang.

Penanganan selanjutnya dapat dihancurkan, dijadikan stok kembali (misalnya jika

produk masih baik dan sudah diperiksa di QC), atau diolah kembali.

4.1.1.12 Pengendalian terhadap perubahan (Change control)

Perubahan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang terjadi pada proses

pembuatan atau pemeriksaan produk yang telah diproduksi, dapat meliputi tata

cara pembuatan obat termasuk bahan bakunya, control test, protap, perubahan

terhadap sistem pendukung seperti mesin, ruang, tata udara, dan sebagainya, serta

mencakup juga bila terjadi perubahan supplier baik untuk bahan baku maupun

bahan pengemas.

Sasaran dari pengendalian terhadap perubahan ini adalah untuk

menjamin bahwa perubahan yang dilakukan terhadap proses produksi, jenis bahan

baku yang digunakan, termasuk sistem pendukung (alat, ruangan, mesin-mesin,

prosedur pemeriksaan, cara penyimpanan), maupun perubahan protap yang

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

39

Universitas Indonesia

mendukung proses secara keseluruhan tidak akan menimbulkan dampak negatif

terhadap mutu produk yang dihasilkan maupun terhadap kondisi HSE.

Perubahan didokumentasikan dengan sistem manajemen perubahan

(GIMC) yang merupakan suatu sistem komputerisasi yang akan digunakan untuk

mengatur pembuatan perubahan. Sistem ini mengatur alur perubahan mulai dari

pengajuan, evaluasi, hingga persetujuan perubahan.

Rancangan perubahan dibuat oleh departemen yang bersangkutan yang

akan mengadakan perubahan dan diinformasikan kepada IQC Department. IQC

Department bersama-sama dengan departemen terkait akan merencanakan dan

memutuskan tindakan apa yang harus dilakukan dalam menanggapi perubahan

tersebut.

4.1.1.13 Penanganan obat di distributor

Mutu produk obat jadi sangat dipengaruhi antara lain oleh cara

penanganan mulai dari penerimaan, penyimpanan, dan penyerahan produk kepada

konsumen. Penanganan obat di distributor meliputi masalah:

a. Penerimaan obat jadi (disertai delivery note resmi)

b. Penyimpanan obat jadi (harus sesuai kondisi yang dipersyaratkan)

c. Pengiriman obat jadi (harus sesuai kondisi yang dipersyaratkan)

d. Penanganan keluhan

e. Penanganan bahan obat yang pecah atau tumpah

f. Obat kembalian dan penarikan kembali obat jadi

g. Penanganan Taxotere (penerimaan, pengiriman, dan penyimpanan)

h. Pelatihan

Audit pada distributor yang dilakukan secara berkala setiap 2 tahun

sekali, kecuali jika dianggap segera perlu untuk dilakukan. Audit tersebut meliputi

tata cara penerimaan, penyimpanan, dan pengiriman.

4.1.1.14 Penanganan transfer proses pengolahan dan atau pengemasan

Transfer proses produksi adalah suatu jenis proses alih teknologi dan

pembuatan dan atau pengemasan produk dari suatu pabrik ke pabrik lainnya.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

40

Universitas Indonesia

Transfer proses pengolahan dan pengemasan tersebut meliputi:

a. Golongan 1: produk-produk Aventis Pharma yang sudah atau akan diproduksi

dan telah dipasarkan, ditetapkan suatu produk Aventis Pharma sebagai produk

induknya (mother plant).

b. Golongan 2: produk-produk Aventis Pharma yang ada saat ini diproduksi di

beberapa negara/region, tetapi tidak mempunyai pabrik induk. Seperti Avil,

Sofradex yang dilakukan antara Aventis Pharma ke Aventis Pharma lain, dari

Aventis Pharma ke toll manufacturing Aventis Pharma, kontraktor ke

kontraktor lain.

c. Golongan 3: produk yang hanya diproduksi atau dipasarkan oleh 1 pabrik

Aventis Pharma di suatu negara/region. Transfer produk golongan 3

dikoordinasikan oleh regional manufacturing/regional Quality Operations dan

dilakukan antara Aventis Pharma ke Aventis Pharma, dari Aventis Pharma ke

toll manufacturing Aventis Pharma, kontraktor ke kontraktor lain.

4.1.2 Quality Control Unit

Quality Control Unit dikepalai oleh seorang Quality Control Supervisor.

Unit ini bertanggung jawab kepada Head of IQC. QC Supervisor bertanggung

jawab terhadap pelaksanaan dan pengendalian dalam kegiatan

pengambilancontoh; pemeriksaan contoh bahan baku, bahan pengemas, produk

ruahan, dan produk jadi; memberikan pelatihan yang berhubungan dengan QC;

menyusun,merevisi, serta memuktahirkan protap di QC; memeriksa dan

memastikan kebersihan ruangan dan peralatan yang digunakan; serta melakukan

uji stabilitas.

Untuk melaksanakan pemeriksaan, QC membuat prosedur analisis yang

disebut test method. Test method untuk bahan baku berasal dari Farmakope

Indonesia, Farmakope Eropa, USP, Farmakope Perancis, dan prosedur dari

mother site. Test method ditangani sama dengan prosedur tetap (protap) dan

dibuat dalam Bahasa Indonesia agar mudah dalam pengendalian, pengawasan,

serta memudahkan penelusuran apabila terjadi kesalahan. Prosedur pemeriksaan

yang digunakan harus sudah divalidasi. Untuk prosedur dari farmakope tidak

perlu divalidasi, hanya perlu diverifikasi yaitu kesiapan penggunaan prosedur

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

41

Universitas Indonesia

analisis tersebut sesuai dengan yang dipersyaratkan. Untuk prosedur yang berasal

dari mother site walaupun sudah divalidasi tetapi perlu dilakukan validasi

kembali.

Dalam pelaksanaan tugasnya, QC Unit dibagi dalam 4 bagian, yaitu,

Chemical and Physical Control (bahan baku, produk ruahan, produk jadi),

Packaging Material and Other Material Control and Calibration,

Microbiological Control dan Stability Study.

4.1.2.1 Chemical and physical control (Pengawasan secara kimia dan fisika)

Bagian ini bertugas untuk melakukan pemeriksaan bahan baku, produk

ruahan, produk jadi secara kimia dan fisika sesuai dengan spesifikasinya.

a. Bahan baku (raw material)

Bahan baku adalah semua bahan, baik yang berkhasiat maupun tidak, yang

berubah maupun tidak berubah, yang digunakan dalam pengolahan obat walaupun

tidak semua bahan tersebut masih terdapat di dalam produk ruahan. Setiap bahan

baku yang datang harus selalu disertai dengan sertifikat analisisnya. Sertifikat

analisis tersebut penting karena dipakai sebagai acuan pada pemeriksaan bahan

tersebut.

Bahan baku yang baru datang akan diperiksa sesuai dengan spesifikasi.

Setelah itu dibuat slip penerimaan barang (Good Receipt Slip/GRS) oleh bagian

gudang. Bahan baku tersebut akan masuk ke gudang dengan status quarantine.

Gudang akan mengirimkan GRS ke bagian QC. Berdasarkan GRS yang diterima,

QC melakukan pengambilan contoh (sampling) terhadap bahan tersebut.

Pengambilan contoh untuk semua bahan aktif dan bahan pembantu harus disertai

dengan lembar permintaan material (Material Request Form).

Pengambilan contoh bahan baku secara benar merupakan faktor/langkah

penting karena hanya dari contoh yang terjamin kebenarannya, informasi/data

pemeriksaan bahan baku dapat dipertanggungjawabkan. Pengambilan contoh

dilakukan di bawah Laminar Air Flow (LAF) di ruang sampling yang berada di

gudang pada suhu tidak lebih dari 25oC, perbedaan tekanan diatas 7,5 Pa dan

kelembaban 30-60%. Wadah untuk contoh harus dilengkapi dengan data-data

mengenai contoh yang diambil yang meliputi kode barang, nomor bets, tanggal

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

42

Universitas Indonesia

kadaluarsa, dan tanggal pengambilan contoh. Wadah bahan baku yang telah

diambil contohnya harus disegel kembali secara khusus dan diberi label kuning

SAMPLE TAKEN. Setelah proses sampling selesai, semua alat-alat yang telah

digunakan untuk sampling dibungkus dengan plastik dan tempelkan label

kotor/merah pada alat yang sudah digunakan untuk memberitahu agar

dibersihkan.

Hasil pemeriksaan fisika, kimia, maupun mikrobiologi bahan-bahan ditulis

dalam suatu Catatan Hasil Pemeriksaan (CHP) dan kemudian dibuatkan formulir

rangkap tiga TT755 yang menyatakan bahwa bahan baku yang diterima telah

diluluskan (released) atau ditolak (rejected). CHP, formulir TT755, dan label

RELEASED atau REJECTED diserahkan ke QC untuk diperiksa dan disahkan.

Setelah diperiksa dan disahkan oleh QC Supervisor, formulir tersebut

didistribusikan ke QC, Warehouse, Factory, Plant Logistic Department.

Sedangkan label RELEASED atau REJECTED diserahkan ke analis untuk

ditempelkan pada wadah bahan baku yang telah diperiksa/diambil contohnya.

Label RELEASED (warna hijau) ditempelkan menutupi label QUARANTINE pada

wadah bahan baku yang diluluskan dan jika bahan baku tidak memenuhi

persyaratan maka ditempel label REJECTED (warna merah) beserta label yang

menyatakan penanganan selanjutnya. Bahan baku yang ditolak (rejected) akan

ditempatkan pada area rejected yang ada di gudang dan ditutupi dengan jaring.

Label RELEASED, SAMPLE TAKEN, QUARANTINE, dan REJECTED dapat

dilihat pada Lampiran 7.

Sebagian contoh bahan baku yang sudah dinyatakan lulus disimpan sebagai

contoh pertinggal (retained sample) sebanyak yang diperlukan untuk pemeriksaan

satu kali dan tiga kali pengulangan. Bahan baku yang tidak mencantumkan masa

daluarsa dan masa simpannya tidak tertera di CA harus diperiksa ulang (retest)

setiap 6 bulan atau 2 tahun sekali. Untuk bahan baku yang mencantumkan waktu

uji ulang/masa simpan pada CA, pengujian ulang dilakukan sesuai waktu uji ulang

tersebut dan untuk bahan baku yang mempunyai masa daluarsa tercantum pada

CA tidak dilakukan uji ulang karena masa pakainya sesuai dengan masa daluarsa

tersebut.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

43

Universitas Indonesia

Pengujian kembali dilakukan terhadap semua produk yang tidak mempunyai

waktu daluarsa untuk semua bahan-bahan yang telah jatuh tempo tanggal uji

ulangnya yang tersimpan di gudang. Pengambilan contoh untuk pengujian

kembali dilakukan sesuai dengan yang direkomendasikan pada “Daftar Daluarsa

Bahan dan Obat Jadi” yang diterbitkan oleh QA setiap bulannya.

Ketentuan yang harus diperhatikan dalam pengujian ulang yaitu:

1) Untuk bahan baku tanpa waktu daluwarsa dengan retest tiap 2 tahun sekali

mempunyai masa pakai 8 tahun dengan kata lain pengujian kembali hanya

dapat dilakukan maksimum 3 kali.

2) Untuk bahan baku tanpa waktu daluwarsa dengan retest tiap 6 bulan sekali

mempunyai masa pakai 2 tahun dengan kata lain pengujian kembali hanya

dapat dilakukan maksimum 3 kali.

Pemeriksaan penuh (Full Analysis) diberlakukan untuk seluruh bahan baku

yang akan diuji ulang baik yang berasal dari Mother Company maupun dari

pemasok luar. Pada Form TT755 harus diberi catatan mengenai beberapa kali

bahan baku tersebut telah diuji ulang sebagai informasi kepada bagian gudang –

Plant Logistic. Jika dari hasil pengujian ulang tersebut dinyatakan lulus, maka

dibuatkan sertifikat analisisnya dan bahan boleh digunakan untuk produksi. Jika

tidak lulus maka bahan tersebut harus dimusnahkan. Alur pemeriksaan bahan

baku dapat dilihat pada Lampiran 8.

b. Produk ruahan (semi finished goods)

Produk ruahan adalah produk yang telah selesai diolah dan siap untuk

dikemas. Terdapat 2 jenis produk ruahan di PT Aventis Pharma, yaitu produk

ruahan hasil produksi PT Aventis Pharma sendiri dan produk ruahan impor.

Pengambilan contoh dilakukan pada saat pembuatan berlangsung yaitu pada awal,

tengah, dan akhir proses (oleh bagian produksi); setelah semi finished goods

diterima di gudang (untuk produk ruahan impor) oleh petugas QC. Cara

pengambilan contoh (sampling) sama dengan yang dilakukan pada bahan baku.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

44

Universitas Indonesia

Produk ruahan harus segera diperiksa sesuai dengan spesifikasi masing-

masing produk yang telah ditetapkan dan hasilnya dicatat dalam CHP. Jika dalam

pemeriksaan ditemukan hasil yang menyimpang dari spesifikasi, maka dilakukan

penyelidikan terhadap hasil di luar spesifikasi (Out of Spesification/OOS). Pada

produk setengah jadi impor yang belum dikemas dalam kemasan primer dilakukan

pemeriksaan sesuai dengan spesifikasi dan prosedur pemeriksaannya. Semua hasil

pemeriksaan dicatat dalam CHP.

c. Produk jadi (finished goods)

Produk jadi adalah produk yang telah melewati seluruh tahapan produksi,

termasuk pengemasan, dan telah siap untuk didistribusikan. Terdapat dua macam

produk jadi di PT Aventis Pharma yaitu produk jadi hasil produksi sendiri (lokal)

dan produk jadi impor. Untuk produk jadi lokal, pengambilan contoh dilakukan

pada proses pengemasan yaitu pada awal, tengah, dan akhir proses pengemasan.

Pengambilan contoh dilakukan oleh petugas proses pengemasan untuk dikirim ke

QC. Terhadap produk jadi dilakukan pemeriksaan:

1) Tanggal penerimaan

2) Nomor batch lengkap

3) Jumlah contoh pertinggal

4) Waktu kadaluarsa

5) Informasi tentang produk, semi finished good, bahan pengemas

6) Kelengkapan kemasan (jumlah isi, cetakan, kode bets, dan tanggal

kadaluarsa).

Hasil pemeriksaan dicatat dalam CHP. Untuk obat jadi impor dilakukan

pemeriksaan kelengkapan pengemas yang digunakan beserta sertifikat analisa

(CoA) yang menyertainya. Penerbitan label released/rejected atau label

penandaan lainnya untuk obat jadi impor harus diparaf oleh QC Supervisor.

4.1.2.2 Packaging material and other material control and calibration

Tugas dari bagian ini adalah mengambil contoh dan memeriksa bahan

pengemas serta barang lain sesuai dengan spesifikasi dan prosedur yang telah

ditetapkan. Barang lain yang diperiksa adalah bahan-bahan pelengkap yang tidak

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

45

Universitas Indonesia

terlibat langsung dalam proses produksi obat, seperti masker, sarung tangan, dan

sebagainya.

Bahan pengemas digolongkan dalam 2 jenis, berdasarkan kontak atau

tidaknya dengan produk, yaitu:

a. Bahan pengemas primer (Primary Packaging Materials), yaitu bahan

pengemas yang berhubungan langsung dengan produk seperti PVC-foil untuk

blister, alufoil untuk strip dan blister, cold forming foil, ampul, botol, dan tube

aluminium.

b. Bahan pengemas sekunder (Secondary Packaging Materials), yaitu bahan

pengemas yang tidak bersentuhan langsung dengan produknya, seperti folding

box, packing insert, label, dan lain-lain.

Sebelum bahan dipesan, film untuk bahan pengemas tercetak disiapkan

berdasarkan artwork yang disetujui. Setelah bahan pengemas dipesan, bagian ini

akan melakukan sampling terhadap bahan pengemas yang datang. Pada waktu

pengambilan contoh kemasan primer, dilakukan di ruang sampling di bawah LAF.

Untuk kemasan sekunder pemeriksaannya dapat langsung dilakukan di gudang.

Pengambilan contoh (sampling) kemasan dilakukan secara random sesuai dengan

prosedur yang berlaku.

Pemeriksaan packaging material meliputi pemeriksaan terhadap primary

packaging material, packing insert, dan folding box. Hasil pemeriksaan dicatat di

CHP dan proses selanjutnya sama dengan proses terhadap bahan baku. Sejumlah

contoh bahan pengemas primer yang telah lulus disimpan sebagai contoh

pertinggal sesuai dengan ketentuan lengkap dengan identitasnya.

4.1.2.3 Microbiological control

Microbiological control bertanggung jawab dalam mendukung

pengawasan mutu dalam hal mikrobiologi seperti permeriksaan mikrobiologi

bahan baku, produk ruahan, dan produk jadi; pemeriksaan cemaran partikel dan

mikroba di ruang produksi dan laboratorium mikrobiologi; serta pemeriksaan

mutu air. Kegiatan yang dilakukan oleh bagian ini, antara lain:

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

46

Universitas Indonesia

a. Pemeriksaan mikrobiologi bahan baku, produk ruahan, dan produk jadi

Pemeriksaan bahan baku disini meliputi bahan baku yang berasal dari

nabati (tepung jagung, sukrosa) serta bahan baku yang berasal dari hewani

(gelatin). Bahan baku yang harus diuji mikrobiologinya, yaitu sugar crystal,

maize starch, lactose, gummi arabicum, avicel PH 102, Mg stearat, glucose

anhydrous, gelatine, talcum, starch syrup, pregelatinized starch, carestar

snowflake, kollidon. Uji batas cemaran mikroba dilakukan terhadap produk-

produk non steril, termasuk bahan baku, bahan pengemas, produk ruahan, dan

produk jadi yang tidak mensyaratkan steril. Produk-produk tersebut harus bebas

dari beberapa jenis mikroba seperti Staphylococcus aureus, Pseudomonas

aeruginosa, Salmonella sp., dan E. coli atau mikroba lain sesuai spesifikasi.

b. Pemeriksaan cemaran partikel dan mikroba di ruang produksi dan laboratorium

mikrobiologi

Ruang produksi yang ada di PT Aventis Pharma adalah ruang produksi

non steril. Ruang produksi ini diklasifikasikan menjadi ruang kelas 3, kelas 2, dan

kelas 1. Setiap ruang memiliki persyaratan yang berbeda dalam hal jumlah

partikel dan jumlah mikrobanya, seperti dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Pemeriksaan harus segera dilakukan jika terjadi hal-hal yang dapat

menyebabkan kondisi ruangan berubah, misalnya perbaikan Air Handling Unit

(AHU), perbaikan atau penggantian HEPA filter, dan lain-lain. Pemeriksaan

cemaran yang dilakukan antara lain:

1) Pemeriksaan cemaran partikel

Pemeriksaan cemaran partikel di udara dilakukan dengan menggunakan alat

penghitung partikel yaitu particle counter HIAC-ROYCO 245A. Pemeriksaan

tersebut dilakukan terhadap:

a) Ruangan LAF dan ruangan-ruangan produksi

b) HEPA filter

2) Pemeriksaan cemaran mikroba di udara

Pemeriksaan cemaran mikroba di udara dilakukan secara:

a) Passive settle plate (sedimentasi), dengan menggunakan lempeng agar

yang dibiarkan 4 jam di ruangan. Tujuannya adalah untuk memonitor

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

47

Universitas Indonesia

mikroba yang jatuh bebas dan mengendap di lantai. Media yang

digunakan adalah TSA (Tryptone Soya Agar). Jumlah mikroba yang

muncul merupakan indikasi kebersihan suatu ruangan.

b) Active air sample dengan menggunakan alat MAS-100. MAS-100

digunakan untuk memantau jumlah mikroba yang ada di udara (per m

udara) dengan cara menghisap sejumlah udara tertentu dan dihembuskan

ke permukaan media padat (TSA) pada cawan petri yang diletakkan

dalam alat MAS. Penggunaan alat MAS di kawasan kelas 3 adalah

selama 2 menit untuk 200 ml udara.

3) Pemeriksaan cemaran mikroba di permukaan

Pemeriksaan cemaran mikroba di permukaan dilakukan secara apus (swab)

dan atau secara tempel contact plate menggunakan swab test atau RODAC test.

Pemeriksaan ini dilakukan pada permukaan lantai, meja, dinding, alat kerja, dan

lain-lain.

Hasil pemantauan jumlah mikroba dan partikel di ruangan produksi dicatat

di lembar pemantauan bakteri dan partikel di udara area produksi; hasil

pemantauan ruang mikrobiologi dicatat pada lembar pemantauan bakteri dan

partikel di udara laboratorium mikrobiologi. Sedangkan hasil pemeriksaan

masing-masing HEPA-filter dicatat pada lembar LAF vertikal ruang pengemasan,

LAF horizontal laboratorium mikrobiologi, LAF untuk sampling. Hasil

pemeriksaan yang sudah disahkan oleh Head of IQC disirkulasikan ke QA, TSD,

dan departemen produksi sebagai informasi. Lembar hasil pemeriksaan tersebut

kemudian disimpan sebagai arsip di laboratorium mikrobiologi.

c. Pemeriksaan terhadap mutu air

Dalam proses pembuatan obat, air merupakan salah satu bahan yang selalu

digunakan dalam proses pengolahan, baik sebagai salah satu komponen produk

maupun sebagai pencuci. Oleh sebab itu, air tersebut harus memenuhi syarat yang

telah ditetapkan, antara lain standar terhadap kadar kimia, cemaran partikel dan

mikroba. Pemeriksaan mutu air dilakukan terhadap semua jenis air yang

digunakan meliputi air sumur, PAM, potable water, purified water, dan purified

water yang berasal dari MiliQ-plus. Pemeriksaan ini bertujuan untuk meyakinkan

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

48

Universitas Indonesia

bahwa air yang digunakan untuk proses pembuatan dan analisis obat sesuai

dengan standar yang ditetapkan. Persyaratan pada masing-masing jenis air dapat

dilihat pada Lampiran 9 dan Tabel 4.2.

Jadwal pemeriksaan contoh air adalah:

1) Air PAM dilakukan sebulan sekali

2) Pemeriksaan air sumur dilakukan 6 bulan sekali

3) Pemeriksaan potable water seminggu sekali terhadap total cemaran

mikrobanya dan sebulan sekali diperiksa secara kimia, total cemaran

koliform, dan koliform tinja

4) Pemeriksaan terhadap purified water dilakukan setiap minggu secara kimia

dan total cemaran mikroba

Bila hasil pemeriksaan potable water, purified water melebihi alert dan

action limit yang telah ditentukan, maka tindakan selanjutnya adalah

menerbitkan OOS dan FIR, dengan melakukan evaluasi secara sistematis

damenyelidiki dimana, kapan, dan apa penyebab penyimpangan tersebut.

4.1.2.4 Stability Study

Tujuan dilakukannya pemeriksaan stabilitas adalah untuk:

a. Mengetahui perubahan dan penguraian bahan aktif sehingga dapat

digunakauntuk menentukan batas waktu kadaluarsa atau batas waktu

penyimpanannya

b. Memastikan bahwa produk yang dipasarkan stabil sampai tanggal

kadaluarsayang tercantum pada label.

c. Memenuhi persyaratan registrasi obat jadi.

d. Menentukan jenis kemasan yang tepat pada kondisi penyimpanan.

e. Mengetahui apakah cara pembuatan dari setiap bets sama.

Menurut Global Quality Standard Sanofi Group, dikenal 5 jenis

pemeriksaan stabilita yaitu:

1) Tipe 0: Bets preformulasi

Tipe 0 adalah bets untuk merancang formulasi produk baru. Stability studyini

dilakukan untuk memutuskan komposisi akhir dari formula tersebut.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

49

Universitas Indonesia

Sampeldisimpan dalam kondisi dipercepat (accelerated testing condition)

selama 3 bulan.

2) Tipe I: Bets skala laboratorium

Pemeriksaan awal terhadap stabilitas dari bahan aktif dan produk

ataucampuran dari excipient dan bahan aktif. Pemeriksaan ini sebaiknya

dilakukapada kondisi dipercepat (accelerated testing condition) atau under

stress.

3) Tipe II: Bets skala pilot

Penyelidikan lanjutan atas stabilitas bahan aktif atau obat jadi seteladilakukan

scale up Production.

4) Tipe III: Bets komersial

Pemeriksaan stabilitas dari bahan aktif atau obat jadi yang akan dipasarkan

untuk mendapatkan atau mencari waktu kadaluarsanya.

5) Tipe IV: Post marketing studies

Untuk pemeriksaan stabilitas rutin terhadap produk yang telah

dipasarkaPemeriksaan dilakukan satu bets per tahun mulai dari 0 bulan

kemudian setiatahun hingga waktu kadaluarsa tercapai.

6) Tipe V: Follow up stability testing

Yang dilakukan terhadap bahan aktif atau produk yang mengalami beberapa

perubahan, misalnya perubahan bahan baku, perubahan proses, dan

sebagainya.

7) Tipe khusus : Studi yang tidak termasuk dalam kategori di atas.

Pada umumnya pemeriksaan stabilitas tipe 0, I, II, dan III dilakukan oleh

mother plant, sedangkan tipe IV dan V dilakukan oleh Jakarta Site. Perubahan

yang dimaksud pada uji stabilitas tipe V ada dua jenis yaitu minor changes

dan major changes. Perubahan kecil (minor changes) merupakan perubahan

yang tidak memberikan dampak berarti pada kestabilan obat, contohnya

perubahan kecil pada sintesa bahan aktif, perubahan jumlah bahan pembantu

sesuai dengan kisaran tertentu yang telah dipersyaratkan, perubahan pemasok

bahan pembantu, dan lain sebagainya. Perubahan besar (major changes)

merupakan perubahan yang secara potensial dapat memberikan dampak

terhadap kestabilan obat, contohnya setiap perubahan baik kualitatif maupun

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

50

Universitas Indonesia

kuantatif dari setiap bahan pembantu yang sedikit mengubah sifat obat,

perubahan pemasok bahan aktif, dan lain sebagainya. Pembagian iklim, tipe

pemeriksaan, kondisi penyimpanan dan waktu pemeriksaan pada uji stabilitas

dapat dilihat pada Lampiran 10.

Parameter pemeriksaan stabilitas yang dilakukan meliputi pemeriksaan

wadah seperti keadaan botol, keutuhan segel, kondisi label, dan lain-lain; dan

pemeriksaan sifat fisik dan kimia yang meliputi pemerian, berat rata-rata obat,

waktu hancur, kekerasan, kadar air, keseragaman kadar, kemurnian, pH, dan lain-

lain.

4.2 Production Department (Prosedur Tetap Production, 2010)

Secara umum, Production Department dibagi menjadi dua unit yaitu

Processing dan Packaging.

4.2.1 Processing

Kegiatan di bagian Processing secara umum dibagi menjadi dua yaitu

pengolahan untuk produk solid (tablet polos dan tablet salut selaput) dan

pengolahan untuk produk semi solid (cream, ointment, suppositoria, dan ovule).

Kegiatan ini berlangsung di kawasan kelas 3. Karyawan di kawasan kelas 3

memakai pakaian biru muda, penutup kepala putih, dan sepatu putih dan biru

muda.

Bangunan di bagian produksi PT Aventis Pharma Indonesia memiliki

rancang bangun yang memudahkan pelaksanaan kerja, pembersihan, dan

pemeliharaan, serta dilengkapi sarana kerja yang memadai sehingga dapat

menghindari terjadinya kesalahan dan pencemaran silang yang mempengaruhi

mutu obat, keselamatan, dan kesehatan kerja karyawan. Bangunan juga didesain

untuk melindungi kegiatan maupun produk dari pengaruh cuaca, banjir, dan

rembesan air tanah.

PT Aventis Pharma Indonesia mengacu pada standar GMP tertinggi dari

Amerika, Jepang, dan Eropa yang terdapat dalam standar GMP dari Aventis

Pharma induk (Mother Company) yang dikenal sebagai Sanofi Global Guidelines.

Standar ini secara berkala selalu diperbaharui dan ditingkatkan dalam rangka

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

51

Universitas Indonesia

meningkatkan kualitas proses dan produk yang dihasilkan oleh PT Aventis

Pharma Indonesia.

Bangunan PT Aventis Pharma Indonesia di ruang produksi, sebagian

gudang, dan QC memiliki konstruksi sebagai berikut:

a. Dinding: Hebel, yaitu batu bata putih ringan, anti api, diplester dengan

campuran pasir dan semen dan cat dinding epoksi.

b. Flavon/langit-langit: Eterpan board (anti api) dan cat acrylic paint.

c. Lantai: beton bertulang dan cat epoksi mortar (anti gores, anti bakteri). Pada

area kelas 3 dilapisi dengan cat epoksi sedangkan pada area kelas 2 dilapisi

dengan cat acrylic paint. Lantai epoksi bangunan merupakan lantai kedap air

yang digunakan untuk mencegah rembesan air tanah. Lantai tersebut harus

dijaga supaya tidak tergores dan rusak karena dapat mengurangi fungsinya

dan dapat menjadi tempat akumulasi debu/partikel. Upaya yang dilakukan

untuk menghindari kerusakan pada lantai antara lain dengan penggunaan

sepatu khusus yang beralaskan karet. Bentuk-bentuk sudut pada dinding,

langit-langit, maupun lantai sebaiknya dihilangkan dengan mengganti bentuk

lengkungan yang mencegah terjadinya akumulasi debu/partikel sehingga

memudahkan pembersihan.

Ruangan produksi dibagi menjadi 2 lantai yaitu:

a. First floor digunakan untuk kegiatan-kegiatan sosial (social activites) yaitu

ruangan untuk ganti pakaian dan sepatu sebagai persiapan sebelum masuk ke

area kelas 3 dan kelas 2.

b. Ground floor digunakan sebagai area untuk Processing maupun Packaging.

Persyaratan di ruang produksi meliputi kebersihan ruangan (jumlah partikel

dan cemaran mikroba), suhu, RH, intensitas cahaya, serta perbedaan tekanan

udara.

Sebelum dipakai untuk kegiatan produksi ruangan harus bersih. Setiap

ruangan yang telah dibersihkan diberi label “BERSIH” berwarna hijau, dan jika

ruangan telah selesai digunakan dipasang label “UNTUK DIBERSIHKAN” yang

berwarna merah. Ruangan tersebut maksimal harus sudah dibersihkan dalam

waktu 1 minggu, tetapi biasanya setelah digunakan ruangan segera dibersihkan.

Pembersihan ruangan dilakukan oleh cleaner, akan tetapi pembersihan alat,

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

52

Universitas Indonesia

mesin, dan utilitasnya dibersihkan oleh operator yang menggunakannya, untuk

kemudian label bersih itu ditandatangani oleh yang membersihkan dan disetujui

bersih oleh foreman atau supervisor di bidang masing-masing (solid dan

semisolid). Masa berlaku label bersih berlaku adalah 1 bulan. Jika waktu tersebut

terlampaui, maka ruangan perlu dibersihkan kembali.

Setiap kegiatan yang berkaitan dengan produksi baik itu Processing

maupun Packaging harus selalu mengikuti pedoman yang disebut PPI (Prosedur

Pengolahan/Pengemasan Induk) yang selalu diperbaharui secara berkala untuk

disesuaikan dengan standar GMP, disesuaikan dengan alat yang dipunyai (jika ada

alat baru), dan untuk menjaga keseragaman serta kualitas produk yang dihasilkan

dari waktu ke waktu.

Prosedur Pengolahan Induk berisi cara pembuatan atau pengolahan obat

tahap demi tahap. PPI disusun oleh Supervisor perbagian (solid, semisolid, dan

packaging) yang diperiksa oleh Production Manager dan QA Manager serta

disetujui oleh Head of IQC. Selain PPI ada juga pedoman yang disebut Protap

yang juga harus dilaksanakan oleh pihak yang bersangkutan. Kedua pedoman ini

harus dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh

karyawan di bagian produksi.

Sebelum digunakan, ruangan di Processing harus selalu dicek RH 30-

60%, temperatur 19-25°C, dan perubahan tekanan (∆P) minimal 7,5 Pa. Untuk

memudahkan pemeriksaan kelengkapan dan kesiapan ruangan di masing-masing

bagian produksi dibuatkan check list yang dijadikan 1 berkas dengan PPI produk

yang akan dibuat. Pengecekan dilakukan oleh operator, dan ditandatangani /

disetujui oleh foreman atau Supervisor bagian produksi.

Setiap kali hendak melakukan produksi, maka dilakukan process order

(PO) untuk memesan bahan yang diperlukan berdasarkan pada formula induk (bill

of material/master recipe). PO yang diterbitkan diterima oleh warehouse yang

akan menyiapkan material yang diperlukan. Material ini didatangkan dari

warehouse melalui airlock dan disimpan sementara di material transit room.

Warehouse merupakan ruangan kelas 1 sehingga airlock tersebut dilengkapi

sistem interlock untuk meminimalkan kontaminasi ruangan produksi. Dalam

material transit room, bahan baku yang diberikan dari gudang diperiksa jumlah,

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

53

Universitas Indonesia

jenis, tanggal kadaluarsa, dan label released yang tertera. Selanjutnya dilakukan

pengecekan bets.

Setelah itu, dilakukan batch determination pada SAP, bahwa material

sudah diambil dari batch yang dikirim. Stock adjustment dilakukan untuk

memastikan jumlah bahan yang ada. Setelah batch determination selesai, maka

PO direlease untuk kemudian dibuat Good Issue. Good Issue ini menggambarkan

jumlah barang yang benar-benar digunakan.

Setelah dihasilkan bulk product, dikeluarkan GRS untuk

menginformasikan jumlah produk yang berhasil diproduksi. Pada tahap

selanjutnya dilakukan konfirmasi working hour (labour hour dan machine hour)

untuk memudahkan evaluasi terhadap produktivitas kegiatan produksi.

Setelah proses produksi selesai, maka diberi keterangan TeCo (Technically

Completed) pada sistem untuk menandai bahwa produksi produk tersebut telah

diselesaikan.

4.2.2 Packaging

Proses pengemasan berlangsung di kawasan kelas 3 dan kelas 2, yaitu

kelas 3 untuk pengemasan primer dan kelas 2 untuk pengemasan sekunder.

Karyawan di kawasan kelas 3 memakai pakaian biru muda, penutup kepala putih

dan sepatu putih dan biru muda. Karyawan di kawasan kelas 2, memakai pakaian

biru tua dan penutup kepala putih serta sepatu biru. Loker bagi karyawan yang

hendak ke area kelas 3 dan kelas 2 dibuat terpisah.

Persiapan proses pengemasan perlu dilakukan dengan seksama agar tidak

terjadi kekeliruan dalam penggunaan produk ruahan dan atau bahan pengemas,

salah penandaan atau cross contamination antar produk maupun antar bets.

Kegiatan pengemasan meliputi:

a. Persiapan dokumen (Prosedur Pengemasan Induk)

b. Permintaan bahan-bahan (Pengemas dan Produk Ruahan)

c. Penanganan bahan pengemas dan produk ruahan

d. Persiapan mesin dan peralatan

e. Pemeriksaan jalur pengemasan

f. Pengawasan dalam pengemasan

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

54

Universitas Indonesia

4.2.2.1 Persiapan Dokumen (Prosedur Pengemasan Induk)

Siapkan Catatan Pengemasan Bets dari kopian Prosedur Pengemasan

Induk (PPI) untuk bets yang bersangkutan. Dalam Catatan Pengemasan Bets

berisi tentang nama produk, jumlah bets, material yang dibutuhkan beserta

jumlahnya, dan lain-lain. Pembuatan atau revisi dan sirkulasi Prosedur

Pengemasan Induk dilakukan oleh bagian produksi. Penyimpanan Prosedur

Pengemasan Induk asli disimpan di ruang QA Manager dan setiap peminjaman

atau fotokopi harus dengan izin QA Manager. Penggunaan dokumen tersebut

harus dicatat dalam buku Catatan Pemakaian Prosedur Pengemasan Induk.

Prosedur Pengemasan Induk disusun oleh Packaging Supervisor, diperiksa oleh

Production Manager dan QA Manager, serta disetujui oleh Head of IQC.

4.2.2.2 Permintaan Bahan-Bahan (Pengemas dan Produk Ruahan)

Permintaan bahan-bahan ke gudang dilakukan dengan mencetak material

list dari SAP yang mencantumkan nama bahan, nomor kode bahan dan jumlah,

serta diberikan keterangan tambahan nomor bets produk jadi yang akan dibuat dan

nomor PO. Bahan-bahan yang dapat dikeluarkan oleh gudang ke bagian produksi

adalah semua bahan yang telah diberi label hijau “RELEASED”.

4.2.2.3 Penanganan Bahan Pengemas dan Produk Ruahan

Tiap bahan pengemas yang diterima, diperiksa dan dipastikan telah

diluluskan oleh bagian QC dengan penandaan label hijau “RELEASED”. Tiap

bahan pengemas diperiksa dan dipastikan cetakan yang diterima telah dicocokkan

dan sesuai dengan spesifikasi yang ada pada display bahan pengemas yang

berlaku. Pada tahap ini juga dipastikan dan diperiksa bahwa jumlah setiap bahan

sesuai dengan permintaan. Penerimaan bahan tersebut termasuk nomor betsnya

dicatat dalam Catatan Pengemasan Bets.

a. Bahan Pengemas Primer

Bahan-bahan pengemas primer seperti tube dipindahkan ke dalam keranjang

aluminium di ruang transit antara gudang dan ruang pengemasan kelas 3.

Alufoil, PVC foil, cold forming, dan rotoplast dikeluarkan dari kardusnya,

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

55

Universitas Indonesia

diperiksa keutuhan core dan pembungkus plastiknya kemudian dibawa ke

ruang penyimpanan bahan pengemas primer di kawasan kelas 3.

b. Bahan Pengemas Sekunder

Bahan pengemas yang telah dikirimkan oleh bagian gudang diletakkan pada

ruang Air Lock Secondary Packaging Material yang kemudian dipindahkan

ke atas pallet plastik yang bersih dan diteruskan ke ruang persiapan untuk

ditangani sesuai dengan instruksi Prosedur Pengemasan Induk. Hasil cetakan

pertama (folding box dan master box) ditunjukkan pada Supervisor dan

dimintakan paraf serta tanggal persetujuannya oleh operator. Pembuatan

folding box mengacu kepada persyaratan global PT Aventis Pharma.

c. Produk Ruahan

Pada produk ruahan dilakukan pemeriksaan terhadap segel wadah. Wadah

bagian terluar dibersihkan dan diperiksa batas waktu pengemasan yang tertera

pada produk ruahan. Produk ruahan disimpan di bulk staging pada ruang

kelas 1 sebelum dikemas.

4.2.2.4 Persiapan Mesin dan Peralatan

Dilakukan pemeriksaan kebersihan alat dan mesin yang akan digunakan

oleh Supervisor.

4.2.2.5 Pemeriksaan Jalur Pengemasan

Jalur pengemasan dibersihkan dari sisa produk ruahan, bahan pengemas,

dan dokumen bets sebelumnya. Label “BERSIH” berwarna hijau yang melekat

pada mesin dan jalur diambil dan ditempelkan pada Catatan Pengemasan Bets

yang bersangkutan. Pemeriksaan jalur pengemasan dilakukan untuk mencegah

mix-up antar produk jadi dalam proses pengemasan dan juga untuk memeriksa

kebenaran alat kontrol isi folding box.

4.2.2.6 Pengawasan dalam Pengemasan

Pengawasan dalam proses pengemasan bertujuan untuk mengontrol atau

mencegah terjadinya kesalahan dalam setiap tahap dalam proses pengemasan.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

56

Universitas Indonesia

Hal-hal yang dilakukan dalam pengawasan tersebut meliputi:

a. Pengawasan yang pertama kali dilakukan adalah pada saat ganti pakaian di

ruang ganti.

b. Pemeriksaan persiapan jalur pengemasan (Packaging line). Apabila dalam

satu hari kerja jalur pengemasan dipakai untuk mengemas dua jenis produk

berturut-turut, maka sebelum digunakan untuk produk kedua harus dilakukan

pemeriksaan jalur pengemasannya.

c. Pemeriksaan kesesuaian display dan catatan pengemasan produk yang

meliputi nama produk, batch number, batch size, tanggal mulai pengemasan,

tanggal kadaluarsa, tanggal pengambilan contoh, dan tanggal selesai

pengemasan.

d. Pemeriksaan dalam proses pengemasan dilakukan minimal 3 kali setiap hari

kerja dan apabila terjadi penyimpangan proses segera dihentikan dan

dilaporkan kepada Supervisor dan jika tidak dapat diselesaikan dilaporkan

kepada Production Manager dan QC untuk diambil langkah selanjutnya.

e. Pemeriksaan kebocoran blister atau rotoplast dengan menggunakan leakage

tester instrumen oleh bagian pengemasan.

f. Pengambilan contoh bahan pengemas (folding box dan packing insert yang

telah dicap) dan produknya di awal, tengah, dan akhir pada setiap hari

pengemasan dengan mencatat jumlah contoh, tanggal pengambilan, dan paraf

pada Catatan Pengemasan Bets yang bersangkutan. Petugas QC akan

mengambil contoh tersebut setiap harinya.

Bagian pengemasan primer dibagi menjadi 4 jalur (line) yaitu line 1, line 2, line 3,

dan line 4.

a. Line 1 untuk pengemasan PVC-alu atau Alu-alu blister

Di kawasan kelas 3, dilakukan pengemasan primer menggunakan blister

yang terbuat dari bahan PVC dan aluminium atau alumunium dan alumunium.

Bagian atas blister yang datar disebut alupush terbuat dari aluminium dan bagian

bawah (tempat tablet) disebut genotherm terbuat dari PVC atau cold forming foil

terbuat dari aluminium. Untuk menampung produk ruahan yang akan dialirkan ke

dalam hopper pada proses pemblisteran, digunakan alat stainless steel countener

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

57

Universitas Indonesia

“MUELLER”. Mesin blister yang digunakan adalah “Marchesini LB421”. Mesin

ini mempunyai sensor colour camera untuk memeriksa dan memastikan

kebenaran serta kelengkapan blister.

Sampah yang dihasilkan pada line ini ditimbang, diberi label dan

dilaporkan. Sampah yang dihasilkan diberi label set-up waste untuk blister kosong

yang telah dicetak; re-blister waste untuk blister yang telah sampai ke secondary

packaging tetapi dikembalikan, kemudian isi diambil, dan dikemas kembali;

running waste untuk sisa potongan blister pada tepian; dan reject waste untuk

blister yang di-reject sebelum sampai ke secondary packaging.

Pada kawasan kelas 2, tablet yang telah diblister dikemas dalam folding box

dan dimasukkan packing insert kedalamnya, kemudian folding box yang sudah

berisi blister dan packing insert dijalankan pada line packaging untuk dicetak

nomor bets dan expired date-nya dengan alat Domino. Masing-masing folding box

ditimbang menggunakan Checkweigher. Hal ini dilakukan untuk mencegah

terjadinya kekurangan blister atau packing insert. Kemudian folding box

dimasukkan ke dalam master box dan disegel sebelum dikirim ke bagian gudang.

Sebelum masuk gudang, masing-masing master box ditimbang dengan timbangan

“Mettler Toledo” yang kapasitas maksimalnya 30 kg. Hasil penimbangan harus

memenuhi batas yang telah ditentukan. Jika tidak memenuhi batas maka master

box dibuka kembali untuk memeriksa jumlah folding box-nya. Jika ada sisa tablet

dalam blister yang tidak penuh dan dimasukkan dalam folding box, maka sisa

tablet ini dilaporkan dan kemudian dihancurkan. Sedangkan pada master box yang

tidak penuh, pada sisi luar folding box ditulis (incomplete) jumlah isi sebenarnya.

Beberapa obat yang dikemas dengan menggunakan mesin ini diantaranya adalah

Amaryl 2 mg, Amaryl 4 mg, Daonil 5 mg, Trental 400 mg, dan Lasix 40 mg.

b. Line 2 untuk pengemasan alu-alu blister

Di kawasan kelas 3 dilakukan pengemasan pimer yang semuanya terbuat

dari aluminium. Bagian atas blister yang datar disebut alupush dan bagian bawah

(tempat tablet) disebut cold forming foil. Mesin yang digunakan pada line ini

adalah “Uhlmann UPS 300/955”. Mesin ini mempunyai sensor mekanik yang

dapat mendeteksi blister yang kosong. Mesin ini dapat digunakan untuk

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

58

Universitas Indonesia

mengemas berbagai obat dengan mengganti spare parts yang sesuai. Beberapa

obat yang dikemas dengan menggunakan mesin ini diantaranya adalah Telfast 60

mg, Telfast 120 mg, Telfast 180 mg, Telfast plus, dan Cardace 2,5 mg.

c. Line 3 untuk pengemasan PVC-alu atau Alu-alu blister

Di kawasan kelas 3 dilakukan pengemasan pimer menggunakan bahan dari

aluminium, PVC, atau tripleks. Bagian atas blister yang datar disebut alupush dan

bagian bawah (tempat tablet) disebut cold forming foil. Mesin yang digunakan

pada line ini adalah “Uhlmann B1240”. Mesin ini mempunyai kamera yang dapat

mendeteksi blister yang kosong. Mesin ini dapat digunakan untuk mengemas

berbagai obat dengan mengganti spare parts yang sesuai Beberapa obat yang

dikemas dengan menggunakan mesin ini diantaranya adalah Sandoz fexal 180 mg,

Telfast 180 mg, dan Triatec 2,5 mg.

d. Line 4 untuk pengisian krim ke dalam tube

Di kawasan kelas 3 dilakukan pengemasan pimer untuk krim. Mesin

“Axomatic Optima 900” digunakan untuk mengisikan krim ke dalam tube, untuk

melipat bagian ujung tube yang kosong dan untuk mencatat penandaan berupa

nomor bets dan tanggal kadaluarsa pada lipatan tube.

4.3 Technical Services Department dan Health, Safety, and Enviroment

Department

4.3.1 Technical Services Department (TSD) (Prosedur Tetap TSD, 2009)

Technical Services Department (TSD) dipimpin oleh seorang Manager

yang membawahi dua orang Supervisor yaitu Utility and Site Facility Supervisor

serta Manufacturing Facility Supervisor.

Beberapa hal yang menjadi tanggung jawab TSD adalah kualifikasi

peralatan, fasilitas, dan sistem penunjang (utility); Air Handling Unit (AHU);

Water Generation Plant (WGP); serta perawatan fasilitas, peralatan, dan sarana

penunjang.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

59

Universitas Indonesia

4.3.1.1 Kualifikasi Peralatan, Fasilitas dan Sistem Penunjang (Utility)

Kualifikasi adalah pembuktian secara tertulis yang menunjukkan bahwa

suatu alat, fasilitas, sistem penunjang, komputer, dan proses pengemasan secara

otomatis bekerja sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan sehingga secara

konsisten dapat menghasilkan produk dengan standar mutu yang ditetapkan.

Kualifikasi hanya dilakukan sekali yaitu pada saat awal penggunaan alat, mesin,

maupun sarana penunjang.

Kualifikasi mencakup:

a. Design Qualification (DQ)

Dokumen Design Qualification berisi tinjauan tentang persyaratan spesifik

yang diinginkan user menyangkut desain alat, spesifikasi, konstruksi, dan hasil

yang akan dicapai alat bersangkutan. Dokumen ini disusun sebelum alat

bersangkutan dibeli. DQ hanya dilakukan untuk Prospective Qualification yaitu

untuk alat atau sistem baru dan harus disiapkan sebelum Installation Qualification

(IQ), tidak dilakukan untuk mesin lama. Ada beberapa hal yang harus diuraikan

dalam DQ, yaitu:

1) User Requirement Specification (URS)

URS berisi deskripsi detail dari user mengenai hal-hal apa saja yang

diperlukan dalam proyeknya. Selain itu URS mengandung informasi yang

diperlukan oleh perancang guna memulai deskripsi teknis yang ditemukan

pada spesifikasi fungsional dan digunakan sebagai dasar untuk Performance

Qualification (PQ).

2) Functional Specification (FS)

FS berisi uraian teknis yang diperlukan untuk mencapai URS. FS diperlukan

untuk menyiapkan Operation Qualification (OQ).

3) Technical Specification (TS).

TS menjelaskan persyaratan yang harus dipenuhi dalam rangka mewujudkan

FS, sehingga TS adalah FS yang lebih detail. TS memberi landasan dan daftar

item yang harus diverifikasi saat IQ.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

60

Universitas Indonesia

Jika diperlukan, audit pemasok dilakukan untuk melengkapi DQ. DQ

dibuat oleh tim TSD, unit IQC, dan pengguna alat tersebut. Setelah DQ

terdefinisikan, dilakukan pengesahan DQ kemudian diikuti dengan FAT (Factory

Acceptance Test). Dokumen FAT diperoleh dari pembuat alat tersebut. FAT

adalah dokumen released dari produsen untuk meyakinkan bahwa

alat/mesin/utilitas berjalan sebagaimana mestinya. Pada saat proses released

tersebut, pihak pembeli, dalam hal ini PT Aventis Pharma Indonesia, diundang

untuk datang. Saat FAT dapat dilakukan perubahan/modifikasi sesuai keinginan

perusahaan.

b. Installation Qualification (IQ)

Installation Qualification adalah pembuktian secara tertulis bahwa peralatan

bersangkutan dibuat dan dipasang dengan benar, semua komponen, serta

sistemnya ada dan sesuai DQ. IQ menguji atribut statis dari suatu alat atau sistem.

Dokumen IQ meliputi identifiers; engineering specification; utility and

installation testing; instrument calibration; preventive maintenance; change

parts, tooling and software; service documents; special procedures; serta final

engineering drawings.

Pemasangan instalasi dilakukan bersama dengan wakil/teknisi pemasok. Pada

saat pemasangan mesin biasanya disertai dengan pelatihan secara langsung dari

teknisi pemasok tentang pemasangan, pemeliharaan, dan perbaikan.

c. Operation Qualification (OQ)

Operation Qualification adalah pembuktian secara tertulis bahwa peralatan

bersangkutan dapat beroperasi sesuai kriteria/desain yang telah ditentukan, yang

kebenaran kerjanya dapat dibandingkan dari criteria penerimaannya. OQ menguji

atribut dinamis dari suatu alat atau sistem. Mesin tersebut dikualifikasi dalam

keadaan dijalankan/running untuk mengetahui apakah mesin beroperasi sesuai

fungsinya.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

61

Universitas Indonesia

d. Performance Qualification (PQ)

Performance Qualification adalah pembuktian secara tertulis bahwa peralatan

atau suatu product contact utility dapat secara konsisten memberikan kinerja yang

baik. Hal ini dimaksudkan agar alat dapat menghasilkan produk sesuai dengan

standar mutu yang telah ditetapkan. Protokol PQ meliputi critical parameters,

acceptance parameters and acceptable ranges, serta test methods/procedures to

complete the test of critical parameters.

4.3.1.2 Air Handling Unit (AHU)

Air Handling Unit (AHU) merupakan peralatan yang digunakan untuk

mengkondisikan udara di dalam suatu ruangan. AHU digunakan agar semua

parameter kritis dari kualitas udara dapat dikontrol sesuai dengan kelas

ruangannya menurut Global Engineering Guideline. Parameter kritis dari kualitas

suatu udara adalah suhu, tekanan, kelembaban (RH, air change per hour, jumlah

partikel, dan jumlah mikroba.

Technical Services Department merupakan divisi yang bertugas

memonitor sistem AHU. AHU hanya diterapkan di pabrik (Warehouse,

Processing, dan Packaging) dan tidak di ruangan kantor. Sistem yang mengontrol

AHU adalah Building Management System (BMS). BMS merupakan sistem yang

menempatkan sensor pada tiap ruangan dan AHU itu sendiri. Dari sistem ini akan

dikontrol baik kondisi udara yang terdapat pada AHU serta yang dihasilkan di

ruangan.

Ada 14 tipe AHU yang berada di area gudang dan di area produksi baik

pengolahan (kawasan kelas 3) maupun pengemasan (kawasan kelas 3 dan kelas

2). Jenis-jenis AHU beserta ruang yang disuplai dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Setiap 6 bulan sekali dilakukan kualifikasi terhadap sistem AHU. Setiap ruangan

mempunyai return line dan supply line yang berbeda sehingga selalu tersedia

udara bersih dalam ruangan. Pada ruangan Processing dan Primary Packaging

juga dilengkapi dengan exhauster yang berfungsi untuk membuang udara keluar

(tidak mengalami resirkulasi).

AHU yang ada merupakan AHU yang bertingkat dimana AHU yang

pertama mengambil udara segar dari luar yang disebut dengan AHU-FA (AHU

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

62

Universitas Indonesia

Fresh Air), kemudian udara tersebut akan dialirkan ke AHU. AHU bertingkat

dimaksudkan untuk mengurangi beban kerja AHU dalam mendinginkan udara

sehingga akan meningkatkan masa kerja dari AHU tersebut. Udara pada AHU

mengalir dari intake module kemudian didinginkan oleh cooling coil di dalam coil

module. Sistem pendinginan pada cooling coil ini berasal dari chilled water. Akan

tetapi ada juga AHU yang sumber dinginnya berasal dari refrigerant, sering juga

disebut dengan Direct Expantion AHU (DX AHU). Tujuan pendinginan ini

adalah untuk menurunkan suhu dan menurunkan kelembaban dengan

mengembunkan uap air yang ada di dalam udara. Sensor suhu (Pt 100) dipasang

pada pipa suplai dan return chilled water, sehingga perubahan suhu pada chilled

water dapat dipantau/dimonitor setiap saat sesuai dengan kebutuhan.

Udara dihisap melalui fan module, setelah didinginkan oleh cooling coil

kemudian didorong oleh supply fan untuk masuk ke ruangan-ruangan yang

disuplai. Sebelum keluar, udara disaring untuk mengurangi partikel dan bakteri

yang ada menggunakan filter. Udara yang masuk ke AHU akan mengalami

penyaringan berkali-kali. Ada 3 jenis filter dalam sistem AHU, yaitu pre filter

(efisiensi 30%), medium filter (efisiensi 80-95%) dan HEPA filter (efisiensi

99,995%). Tidak semua AHU dilengkapi dengan HEPA filter. AHU yang

memiliki HEPA filter, yaitu AHU-02, AHU-03, AHU-04, AHU-05A, AHU-05B,

AHU-06, dan AHU-DX03. Differential pressure dipasang pada medium

filter dan HEPA filter untuk mengetahui besarnya perbedaan tekanan di filter dan

memudahkan untuk mengetahui kondisi keabsahan filter tersebut.

4.3.1.3 Water Generation Plant (WGP)

Dalam kegiatan industri yang dijalankan PT Aventis Pharma, terdapat

berbagai macam tingkat air yang digunakan. Dalam proses produksi, pencucian,

serta kegiatan lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan uji laboratorium,

PT Aventis Pharma menggunakan purified water. Untuk uji laboratorium (kimia

dan mikrobiologi) digunakan ultra purified water, hasil pengolahan purified water

diperoleh dari alat MilliQ-Plus. Sumber utama purified water adalah potable

water (air PAM yang telah melewati sand filter dan mengalami klorinasi). Sumber

purified water dapat juga dari air sumur (well water) jika air PAM (drinking

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

63

Universitas Indonesia

water) tidak mengalir. Purified water di area produksi disuplai dari water

generation plant, sedangkan untuk laboratorium QC disuplai dari alat Milli RX

75. Pemeriksaan purified water dilakukan setiap hari Senin, salah satunya adalah

pemeriksaan terhadap filter.

Dalam sistem Water Generation Plant, ada 3 bagian penting yang

semuanya berlangsung dan dikontrol secara otomatis (computerized), yaitu:

a. Osmotron berkapasitas 500 L/jam, yaitu sistem pengolahan air melalui reverse

osmosis (RO) dan electro de ionization (EDI).

b. Water tank, yaitu tempat penampungan purified water setelah melalui RO.

c. Loopo, yaitu sistem sirkulasi dan distribusi purified water dari water tank ke

pengguna (user point).

Tahap-tahap pengolahan purified water dapat dilihat pada Lampiran 11

dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Air mengalir dari sumber air ke WGP system (letaknya disamping ruang

office di pharma factory dengan pintu khusus). Sumber air ada 2 yaitu air

PAM/drinking water (akan diubah menjadi potable water) dan well water.

Well water dipakai jika air PAM tidak mengalir.

b. Air akan menuju multimedia filter yang berfungsi untuk menyaring partikel-

partikel besar. Filter ini memiliki mekanisme pembersihan secara otomatis

(diprogram setiap jam 11 malam melalui metode backwashing).

c. Kemudian air akan disaring lagi dalam backwash filter (proses pembersihan

diri terjadi secara otomatis dan kontinyu, diatur supaya air masuk dan kotoran

langsung dibuang ke drain).

d. Selanjutnya, air masuk ke dalam water softener yang di dalamnya terdapat

resin. Di sini kesadahan air (water hardness) dikurangi dengan mekanisme

pengikatan ion, sehingga kandungan ion dalam air berkurang (konduktivitas

air belum diukur). Pada proses ini diinjeksikan NaCl sebagai pengikat ion, ion

positif akan diikat oleh Na+ dan sebaliknya oleh Cl-. Terdapat 2 tanki

softener pada proses ini, di dalamnya terdapat resin (mediator pengikat ion)

yang perlu diregenerasi secara berkala. Dua tanki softener bertujuan untuk

meringankan beban kerja (1 tanki sudah dapat memberikan kontribusi 100%,

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

64

Universitas Indonesia

dengan adanya 2 tanki beban kerja itu dibagi). Ketika tanki 1 diregenerasi

maka katup pada tanki 1 tertutup dan proses softening dilakukan oleh tanki

yang lain. Air selalu mengalir dari tanki 1 ke tanki 2 karenanya perbandingan

regenerasi tanki 1 dan tanki 2 adalah 3:1. Regenerasi dilakukan dengan

mencuci ion-ion yang ada pada resin (resin berumur kerja 5 tahun). Air yang

telah melalui water softener kemudian dideteksi tingkat kesadahannya dengan

residual hardness meter. Tingkat konduktivitas air sampai tahap ini adalah

sekitar 1400 µS/cm. Konduktivitas air PAM berkisar antara 1600 µS/cm. Air

yang telah mengalami water softening disebut soft water.

e. Soft water akan mengalir ke filter 5 µm. Disini terjadi penginjeksian sodium

bisulfit yang digunakan untuk mengikat kelebihan ion Cl maupun Cl bebas.

f. Selanjutnya, soft water akan mengalami proses RO. Disini terjadi proses

desalinasi untuk menghilangkan kandungan garam dari soft water. Hasil RO

dari soft water disebut permeate, sedangkan sisanya (concentrate) akan

dibuang. Pada osmotron terdapat water conversion factor (WCF) yang

mengatur perbandingan soft water dan permeate menjadi 75%. Semua air

buangan yang ditampung dalam drain diolah di WWTP. Permeate memiliki

nilai konduktivitas sebesar 10 µS/cm.

g. Selanjutnya permeate akan mengalami electric de ionization (EDI) dalam

septron. Pada proses EDI terjadi pertukaran ion dengan bantuan stimulasi

listrik (dengan sengaja dialirkan listrik pada air, sehingga molekul akan pecah

menjadi ion-ion yang reaktif, selanjutnya air terstimulasi ini digunakan untuk

mencuci permeate). RO dan EDI bertujuan untuk menurunkan konduktivitas

air. Hasil pengolahan permeate dalam septron disebut diluted purified water

yang memiliki nilai konduktivitas sebesar 0,09 µS/cm3 (limit yang

dipersyaratkan 1,3 µS/cm3), selanjutnya air akan ditampung dalam water

tank.

h. Water tank dilengkapi dengan valve dan switch level. Jika water tank sudah

penuh akan mengaktifkan switch level untuk menutup valve, sehingga

purified water tidak masuk lagi ke dalam water tank. Air akan tersirkulasi

kembali dan bergabung dengan soft water untuk diolah kembali (WCF yang

tadinya 75% menjadi 90%). Mode operation system-nya berubah dari

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

65

Universitas Indonesia

operation menjadi circulation dimana volume dan kecepatan pompa diatur

(computerized). Purified water harus selalu mengalir dan kecepatan alirannya

dijaga untuk menghindari pertumbuhan bakteri.

i. Purified water kemudian didistribusikan ke user points dengan loopo

distribution system. Pada sistem ini terdapat heat and cooling exchanger yang

berguna untuk mengubah suhu air sehingga sesuai dengan parameter purified

water. Suhu setelah keluar dari water tank adalah 30°C, setelah dilewatkan

dalam exchanger dan terjadi penyeimbangan kalor (asas Black) suhu menjadi

25°C. Pendingin dalam exchanger berasal dari chilled water (5°C).

j. Setelah beberapa waktu akan muncul lapisan biofilm di permukaan dalam

pipa, dibersihkan dengan loopo sanitation system. Air dari water tank

dipanaskan sampai 85°C selama 90 menit dalam exchanger dengan

menggunakan superheated water (120°C bertekanan 6 bar dan berwujud

cair). Ketika sanitasi dilakukan water tank berisi 24%, valve tidak boleh

dibuka, sehingga mode yang berjalan adalah sirkulasi seperti ketika water

tank penuh, chilled water valve tertutup otomatis, sementara di user points

tidak boleh ada karyawan untuk alasan HSE. Proses sanitasi di loopo system

ini dilakukan 2 kali setahun.

k. Pembersihan yang dilakukan di osmotron dilakukan dengan menggunakan

H2O2 (desinfektan) yang diinjeksikan selama 15 menit ke pipa sebelum tanki

softener, setelah air dibiarkan dalam keadaan diam selama 3 jam (ada waktu

kontak dengan permukaan pipa/wadah/RO membrane/EDI) agar proses

desinfeksi efektif. Setelah proses pencucian otomatis, air sisa pembersihan

dibuang. Pembersihan osmotron juga dilakukan 2 kali setahun (Juni dan

Desember).

l. Tanki NaOH 5% hanya diinjeksikan jika sumber air yang dipakai adalah well

water karena banyak mengandung logam berat dan bakteri. NaOH

diinjeksikan ke pipa sebelum membran 5 µm secara otomatis dan terus-

menerus selama well water dipakai. Dengan well water maka WCF yang

dipakai pada proses RO adalah 50%.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

66

Universitas Indonesia

4.3.1.4 Perawatan Fasilitas, Peralatan, dan Sarana Penunjang (Utility)

Semua fasilitas, peralatan, dan utility yang digunakan dalam kegiatan

produksi perlu dirawat menurut sistem yang memadai. Sistem maintenance di PT

Aventis Pharma dikontrol secara terkomputerasi dengan Maintenance

Management System (MMS).

Alasan dilakukan pemeliharaan terhadap alat-alat maupun utility adalah

agar:

a. Alat maupun utility yang digunakan tidak membahayakan keselamatan kerja

dari karyawan.

b. Alat maupun utility yang digunakan tetap menghasilkan produk dengan

kualitas terjamin.

c. Masa/umur penggunaan alat dan utility berlangsung lama.

Maintenance alat maupun utility di perusahaan ada 2 macam yaitu:

a. Preventive maintenance, bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan

sehingga mengurangi jumlah kerusakan alat maupun utility.

b. Currative maintenance, bertujuan untuk memperbaiki peralatan maupun

utility yang rusak.

Dengan adanya MMS, semua tugas-tugas maintenance dapat dilaksanakan

dan dimonitor secara efektif dan efisien. Hal ini dimungkinkan dengan MMS

karena tugas-tugas maintenance akan diterbitkan secara otomatis menurut interval

melalui suatu dokumen yang dinamakan Work Order (WO).

Sasaran MMS adalah menjamin bahwa kinerja sistem, peralatan, dan

utility tetap dalam batas-batas yang dapat diterima, supaya tidak menyebabkan

terganggunya tingkat produktivitas karena terhentinya mesin atau terganggunya

kualitas dan kemurnian produk ataupun timbulnya bahaya bagi kesehatan dan

keselamatan kerja.

Critical equipment yang harus diamati, ditentukan di installation

qualification. Ketika critical equipment dimasukkan dalam MMS maka setiap

minggu akan diperoleh keluaran berupa WO (work order). WO akan diserahkan

pada mekanik sesuai dengan pekerjaan pada WO oleh Supervisor. Ketika

menjalankan WO, maka mekanik akan membuat report dari apa yang

dikerjakannya. Dalam form tersebut dituliskan finished jika telah selesai

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

67

Universitas Indonesia

dikerjakan, cancelled jika tidak dikerjakan, overdue jika dilakukan tetapi mundur

dari jadwal yang telah ditentukan. Alasan suatu WO di-cancelled dapat berupa:

a. Capacity: jika jumlah orang yang mengerjakan kurang.

b. Production priority: mengutamakan kegiatan produksi.

c. Lack of parts: tidak adanya spare parts dari alat tersebut, dan sebagainya.

Dari laporan ini maka akan dibuat laporan bulanan dan laporan tahunan

dari kegiatan maintenance.

4.3.2 Health, Safety, and Enviroment (HSE) (Prosedur Tetap HSE, 2011)

Health, Safety, and Enviroment (HSE) merupakan aspek yang mendasari

semua kegiatan di PT Aventis Pharma selain CPOB. HSE PT Aventis Pharma

Indonesia berada di bawah Industrial Affairs Division yang bertanggung jawab

menangani masalah kesehatan (health), keselamatan (safety), dan lingkungan

(environment) di PT Aventis Pharma. Sebelumnya departemen ini bernama EHS

(Environment, Health, and Safety), kemudian diubah menjadi HSE karena di

suatu industri farmasi pengolahan, timbulnya gangguan kesehatan bagi personel

yang terkait merupakan kemungkinan yang terbesar dibandingkan kedua aspek

HSE lainnya. HSE dikepalai oleh seorang Manager yang membawahi bagian

yang menangani lingkungan hidup dan kesehatan dan bagian yang menangani

keselamatan kerja. Tujuan HSE adalah:

a. Untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja, mencegah dan

menanggulangi segala macam bahaya yang mengancam seluruh karyawan,

kontraktor, dan tamu.

b. Untuk meminimalkan pencemaran lingkungan selama proses produksi dari

mulai penanganan bahan baku hingga setelah produk jadi dihasilkan.

c. Mencegah kontaminasi selama proses produksi terhadap personel terkait.

d. Meminimalkan kontaminasi produk sampingan terhadap lingkungan.

e. Mencegah kontaminasi terhadap produk baik dari lingkungan maupun

karyawan.

Dasar yang digunakan oleh PT Aventis Pharma dalam melaksanakan HSE

adalah Global HSE Standar, HSE guidelines, HSE key requirement, dan peraturan

negara mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang dikeluarkan oleh

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

68

Universitas Indonesia

Departemen Tenaga Kerja (Depnaker), serta Upaya Kesehatan Kerja yang

dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan (Depkes). K3 kemudian lebih dikenal

sebagai LHK3 (Lingkungan Hidup, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja).

Berdasarkan global HSE, hierarki dokumen HSE dari tingkatan tertinggi

sampai tingkatan terendah berturut-turut adalah sebagai berikut:

a. Kebijakan HSE (HSE Policy)

b. Persyaratan Utama (Key requirements)

c. Standard (Standard)

d. Panduan (Guidelines)

e. Prosedur Tetap (Standard Operating Procedures/SOP)

Semua dokumen tersebut kecuali Prosedur Tetap (Protap) disusun oleh

Aventis Global untuk dilaksanakan di seluruh Aventis site. Sementara itu, protap

disusun di masing-masing Aventis site untuk dilaksanakan di site yang

bersangkutan. Key requirements HSE merupakan elemen esensial minimum yang

harus diterapkan di suatu site. Standar HSE menjelaskan hal-hal yang perlu

dilakukan oleh site saat menerapkan Key requirements. Guidelines adalah

dokumen yang umumnya berisi informasi teknis dalam bentuk protap.

Gambar 4.1. Bagan piramida dokumen HSE

Sasaran kebijakan program HSE di PT Aventis Pharma berpedoman pada

prinsip pengembangan yang berkesinambungan yaitu:

a. Secara aktif berusaha mencegah dampak yang merugikan terhadap udara, air

tanah, sumber daya alam, dan kesehatan manusia.

Standard Operating Procedures

HSE Guidelines

HSE Standards

HSE Key requirements

HSE Policy

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

69

Universitas Indonesia

b. Menghindarkan terjadinya cedera pada semua karyawan, kontraktor, dan

masyarakat sekitar.

c. Memberi perhatian pada aspek HSE dalam perancangan pabrik, perancangan

dan pengembangan produk baru, serta mengelola resiko HSE dari semua

produk.

d. Mengatasi dampak lingkungan yang timbul.

e. Mengukur kinerja dan menyampaikan hasilnya secara terbuka untuk

membangkitkan keyakinan dan pengakuan pada semua pihak yang

berkepentingan.

Untuk menjamin realisasi tujuan HSE dan memastikan program-program

HSE terselenggara, diperlukan sistem pengelolaan HSE yang komprehensif.

Sistem managemen HSE mencakup pengembangan kebijakan, pengorganisasian,

perencanaan dan implementasi, pengukuran kinerja, evaluasi kinerja, dan

pengauditan. Proses sistem manajemen tersebut berlangsung secara berulang dan

berkesinambungan.

4.3.2.1 Health (Kesehatan Kerja)

Kebijakan yang dimiliki oleh PT Aventis Pharma dalam bidang

kesehatan, yang menjadi tanggung jawab HSE adalah dalam pelaksanaan

Industrial Hygiene (IH) dan Occupational Health (OH). Untuk melaksanakan IH,

harus dilakukan terlebih dahulu identifikasi bahaya dan faktor yang dapat

membahayakan keamanan pekerja dan alat kerja di tempat itu. Faktor resiko yang

perlu diwaspadai adalah prosedur kerja, material, serta proses dan alat kerja yang

dipakai.

Upaya untuk melindungi pekerja terhadap bahaya kontaminasi produk

adalah dengan exposure monitoring terutama terhadap bahan OEB level 3 dan 4.

Tujuan exposure monitoring adalah untuk meyakinkan bahwa lingkungan kerja

aman dan tidak mengganggu kesehatan, sehingga hak karyawan terhadap

kesehatannya ketika tidak lagi bekerja di perusahaan ini dapat dijamin, serta

terjadinya penyakit akibat kerja dan kontaminasi pada lingkungan oleh produk

dapat dihindari. Langkah-langkah dalam exposure monitoring:

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

70

Universitas Indonesia

a. Sampling, alat yang digunakan adalah sampling plump yang alirannya (flow)

disesuaikan dengan wujud zat aktif yaitu high flow (2 L/menit) untuk dust, dan

low flow (0,75 L/menit) untuk favour gas. Collecting media yang spesifik

untuk menampung partikel bahan aktif dan filter untuk menyaring udara yang

masuk sehingga udara bersih bisa dikeluarkan kembali.

b. Hasil sampling dikirim ke Global Hygiene Laboratory di Bridgewater,

Amerika Serikat.

Selanjutnya, dilakukan program penanggulangan bahaya. Program ini

harus jelas mencantumkan judul, tujuan, jadwal kegiatan, biaya, penanggung

jawab, dan ukuran keberhasilannya (cara evaluasi). Setelah itu, program yang

telah disusun tersebut dilaksanakan dengan memperhatikan aspek komunikasi

(sosialisasi kepada karyawan) dan persyaratan administratif (meninjau kembali

apakah persyaratan sertifikasi peralatan, kualifikasi operator, zoning daerah resiko

tinggi, dan sebagainya telah dilaksanakan sesuai dengan standar yang berlaku).

Pada akhir pelaksanaan program, dilakukan evaluasi yang mencakup

aspek teknis dan mutu, biaya, serta waktu pelaksanaan. Penilaian terhadap

suksesnya pelatihan dilakukan dengan diadakannya inspeksi diri sewaktu-waktu

terhadap aspek HSE. Peningkatan self awareness karyawan terhadap HSE adalah

dengan usaha safety talk, briefing, dan training.

Dalam pemantauan kesehatan kerja perlu diperhatikan nilai ambang batas

pemaparan yang lebih dikenal dengan istilah OEB (Occupational Exposure Band)

dan OEL (Occupational Exposure Limit). Penggolongan OEB diperoleh dari OEL

yang disederhanakan. Aventis mengkategorikannya berdasarkan konsentrasi

paparan aktif yang dipercaya aman untuk kesehatan karyawan. OEB adalah

paparan yang dapat diterima 8 jam kerja per hari atau 40 jam kerja seminggu.

Dengan mengetahui nilai OEB suatu senyawa, kesehatan dan keamanan

kerja karyawan dapat ditingkatkan. Tingkatan OEB dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Kategori produk PT Aventis Pharma berdasarkan OEB dapat dilihat pada Tabel

4.5. Nilai ambang batas pemaparan lain yang harus diperhatikan adalah

kebisingan dan paparan gas. Batas pemaparan suara yang dapat menyebabkan

kebisingan adalah 85 dB. Contohnya mesin GUK di bagian Packaging memiliki

pemaparan suara 90 dB sehingga diperlukan usaha noise reduction dengan

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

71

Universitas Indonesia

menggunakan earpug dan earmuf. Paparan gas beracun banyak terjadi di

laboratorium dan usaha untuk mengatasinya adalah dengan pembuatan protap,

pelatihan penggunaan lemari asam, dan pemisahan jenis limbah cair di

laboratorium.

4.3.2.2 Safety (Keselamatan kerja)

Tanggung jawab HSE dalam bidang keselamatan (safety) sangat besar

dalam rangka menjamin keselamatan pekerja, tamu, dan kontraktor. Program yang

dilakukan dalam rangka pelaksanaan keselamatan kerja antara lain:

a. Pelaksanaan inspeksi diri dan risk assesment di tempat kerja.

b. Penerapan hasil risk assesment .

c. Penggunaan tangga dan pintu darurat.

d. Pengadaan sistem izin kerja dan izin penggunaan peralatan untuk semua

pekerjaan yang dilakukan di lingkungan perusahaan.

e. Sosialisasi program-program HSE dan pelatihan bagi karyawan.

Tanggung jawab HSE diantaranya adalah menyiapkan fire protection

untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran, antisipasi banjir, emergency

preparedness, dan training. Yang termasuk dalam fire protection adalah smoke

detector, fire extinguisher, hydrant, sprinkler, dan foam cart (untuk kebakaran

yang disebabkan karena bahan kimia). Fasilitas lain adalah emergency exit di

setiap ruangan untuk memudahkan orang keluar saat terjadi bahaya yang secara

otomatis akan mengaktifkan alarm. Untuk mengantisipasi keluarnya air yang

sudah terkontaminasi bahan berbahaya dan beracun (B3) dari gudang ke luar

daerah gudang dipasang water barrier (Blobel Water Retention BL/BED-PM) di

Warehouse. Pemasangan dilakukan di warehouse karena di tempat inilah sebagian

besar inventory pabrik disimpan, sehingga jika terjadi kontaminasi pada daerah

warehouse air tidak akan terbawa keluar area gudang. Emergency preparedness

adalah suatu drill evakuasi (terhadap kebakaran dilakukan 3 bulan sekali) yang

dilakukan sebagai latihan evakuasi jika suatu waktu tertentu terjadi hal-hal yang

tidak diinginkan di pabrik, seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, teror, atau

sabotase, dan sebagainya. Untuk meningkatkan partisipasi seluruh departemen

dalam menjaga keselamatan kerja, maka HSE mengadakan program LTI (Lost

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

72

Universitas Indonesia

Time Injury) atau IWLT (Injury Without Lost Time). LTI adalah suatu cedera yang

menyebabkan hilangnya hari kerja. Sedangkan IWLT adalah keadaan dimana

cedera yang ditimbulkan tidak menyebabkan kehilangan hari kerja, walaupun

membutuhkan medical treatment seperti dijahit, pingsan, dan lain-lain. Setiap

departemen memiliki papan untuk mencantumkan jumlah hari yang telah dilewati

tanpa terjadinya LTI dan jumlah hari tanpa IWLT. Sehingga bila ada bagian yang

jumlah LTI atau IWLT-nya di atas rata-rata dapat langsung diketahui, dievaluasi,

dan diambil langkah-langkah pencegahan yang paling sesuai. Training dilakukan

untuk memperkenalkan aturan-aturan di pabrik sehingga dalam bekerja dapat

terjamin keamanan dan keselamatan kerja. Training ini dilakukan terhadap

karyawan baru dan kontraktor yang akan bekerja di pabrik. Kontraktor juga perlu

diberi training (safety orientation) karena pada suatu waktu terjadi persentase

kecelakaan kerja kontraktor lebih tinggi daripada karyawan (misal pada saat

renovasi pabrik). Program HSE untuk karyawan baru adalah dengan memberikan

booklet tentang HSE dan pelatihan yang diadakan di bawah departemen masing-

masing. Dalam HSE dikenal adanya hierarchy of control (hierarki pengendalian),

dimana upaya yang dilakukan dalam mengendalikan seluruh aspek yang

berhubungan dengan HSE dilakukan menurut prioritas utama terlebih dahulu.

Apabila prioritas utama tidak mungkin diterapkan, baru dipertimbangkan

untuk mengambil langkah berikutnya. Misalnya untuk mengurangi paparan bahan

aktif yang berlebihan dapat dicari solusi dengan menerapkan hierarki

pengendalian sebagai berikut:

a. Eliminasi

Prosedur ini dilakukan dengan menghilangkan faktor yang menjadi sumber

permasalahan, misalnya menghilangkan bahan atau alat yang berbahaya.

b. Subtitusi

Prosedur ini dilakukan dengan mengganti faktor yang menjadi sumber

permasalahan dengan bahan lain yang lebih aman.

c. Engineering control

Cara ini dilakukan dengan mengatur variabel mesin/peralatan menjadi lebih

aman untuk digunakan, misalnya mendesain dan memodifikasi alat,

merancang sebuah bentuk alat, mesin, dan sarana penunjang apapun yang

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

73

Universitas Indonesia

bersifat ergonomis (penyesuaian terhadap anatomi tubuh dan kebiasaan

bersikap dalam bekerja) yang dapat memudahkan suatu pekerjaan untuk

dilakukan sehingga karyawan merasa nyaman dalam bekerja dan tidak mudah

merasa lelah.

d. Administrative control

Dilakukan dengan cara menerapkan SOP atau mengatur waktu paparan

pekerja terhadap faktor yang membahayakan, misalnya dengan mengatur shift

kerja karyawan.

e. Penggunaan alat pelindung diri (APD)

Langkah ini dilakukan sebagai upaya terakhir yang dilakukan untuk

melindungi karyawan atau bisa juga diterapkan sebagai solusi sementara pada

saat engineering approach masih didesain, misalnya penggunakan, earpug,

masker, dan sarung tangan.

Dalam rangka pengukuran kinerja HSE, pencegahan pengulangan

kejadian setiap kecelakaan dan nyaris celaka harus diselidiki dan dilaporkan.

Finding kecelakaan dibedakan menjadi 3 yaitu:

a. Critical (harus diselesaikan hari itu juga)

b. Major (diberi waktu 2 hari dalam penyelesaiannya)

c. Minor

Keselamatan kerja dipengaruhi oleh 2 aspek yaitu perilaku yang tidak

aman dan lingkungan kerja yang tidak aman. Finding dalam perilaku kerja harus

diselesaikan saat itu juga, sedangkan untuk kondisi kerja diselesaikan dalam

waktu 2 hari.

Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki berupa benturan

antara dua massa/energi sehingga timbul kerusakan, cedera, dan kerugian. Near

miss adalah suatu kejadian dimana dua massa/energi hampir bersentuhan sehingga

tidak sampai menimbulkan kerugian fisik. Arti penting dari kejadian near miss

adalah kecelakaan dapat terjadi dengan situasi dan kondisi yang sama dengan

kejadian ini. Oleh karena itu dengan melakukan investigasi terhadap near miss

dapat berguna untuk mencegah terjadi kecelakaan di kemudian hari. Prioritas

kecelakaan yang perlu diinvestigasi adalah:

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

74

Universitas Indonesia

a. Jatuh dari ketinggian

b. Penanganan dan penggunaan bahan kimia, termasuk jika terjadi tumpahan

bahan kimia. Tumpahan bahan kimia dapat tergolong keadaan darurat jika

tumpahan bervolume 200 L atau lebih

c. Berhubungan dengan mesin dan alat kerja

d. Menyebabkan cedera berat

e. Kecelakaan berulang

f. Pelanggaran peraturan.

Tim investigasi terdiri dari kepala unit/departemen tempat kejadian, staf

HSE, Human Resource Administration, wakil serikat kerja, dan Technical

Production/IQC sebagai pengkaji laporan. Laporan hasil investigasi dibuat paling

lambat 2×24 jam setelah kejadian dan ditujukan kepada Depnaker dan

Global/Regional Aventis. Laporan tersebut berupa:

a. Immediate reporting untuk kecelakaan besar.

b. Real time reporting untuk Lost Time Injuries dan Injury Without Lost Time.

c. Monthly reporting untuk karyawan dan kontraktor.

Tim investigasi melakukan investigasi dengan sistematika sebagai

berikut:

a. Melakukan evaluasi menyeluruh di tempat kejadian (situasi tempat kerja,

mesin dan alat kerja yang dipakai, prosedur kerja, dan urutan kejadian).

b. Mengambil gambar/foto sebelum tempat kejadian dibersihkan.

c. Membuat sketsa dan ukuran situasi di tempat kejadian.

d. Mencatat semua saksi dan melakukan wawancara untuk evaluasi.

Program lain dari HSE adalah:

a. Menciptakan sistem pengumpulan Material Safety Data Sheet (MSDS) yang

efektif dan efisien terhadap semua bahan kimia yang dipergunakan di kawasan

Aventis Pharma

b. Menetapkan sistem yang menjamin bahwa MSDS yang tersedia adalah valid

dan MSDS yang berlaku tersebut tersimpan baik dan mudah ditemukan saat

diperlukan oleh yang membutuhkan.

Material Safety Data Sheet adalah suatu bentuk info tertulis yang pada

umumnya memuat data mengenai identifikasi produk kimia dan perusahaan

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

75

Universitas Indonesia

pembuat, identifikasi bahaya, pertolongan pertama pada kecelakaan, langkah

penanganan bila terbuang ke lingkungan secara tidak sengaja, penanganan dan

penyimpanannya, serta pengendalian pemaparan dan perlindungan dari personel.

Selain itu MSDS juga berisi data mengenai sifat-sifat fisika dan kimia bahan,

stabilitas dan reaktivitas, toksikologi, dan informasi lainnya. Alur pengumpulan

dan penyimpanan MSDS bahan produk Aventis Pharma dapat dilihat pada

Lampiran 12.

4.3.2.3 Environment (Lingkungan Hidup)

Dalam bidang lingkungan, tanggung jawab HSE department adalah

dalam hal:

a. Environmental Management System (EMS)

Meliputi seluruh sistem pendokumentasian standar lingkungan yang

berada di PT Aventis Pharma Indonesia. Laporan implementasi Rencana Kegiatan

Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan lingkungan (RPL) disusun oleh

perusahaan untuk dilaporkan ke Badan Pemeriksa Lingkungan Hidup Daerah

(BPLHD) tiap 3 bulan sekali.

b. Environmental Risk Assessment (ERA)

Environmental Risk Assessment (ERA) merupakan program yang

mencakup analisis dampak lingkungan hidup bagi seluruh karyawan PT Aventis

Pharma. Program ini mencakup segala kegiatan dan aspek-aspeknya, fasilitas, dan

lingkungan yang dapat memberikan dampak bagi kesehatan dan keselamatan

karyawan.

c. Waste Management System

Merupakan usaha dalam pengelolaan sampah, dengan melakukan waste

minimizing maupun reduction dengan cara eliminasi/reduksi, daur ulang, dan

disposal (insinerasi atau ditanam). Limbah yang dihasilkan ini harus dikelola agar

tidak mencemari lingkungan di sekitarnya. Jenis limbah dari PT Aventis Pharma

adalah limbah padat, limbah cair, limbah suara, dan limbah gas. Alur penanganan

limbah dapat dilihat pada Lampiran 13.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

76

Universitas Indonesia

Limbah padat ada dua macam, yaitu:

a. Limbah padat B3

Pengelolaan limbah padat B3 (misalnya hasil pemeriksaan laboratorium,

produk expired, produk rejected, bahan padat yang kontak langsung dengan bahan

obat maupun obat jadi, dan debu obat dari dust collector), dilakukan oleh PPLI

(Prasadha Pamunah Limbah Industri). Limbah tersebut disimpan di waste storage,

kemudian dibawa ke PPLI setelah 90 hari.

b. Limbah padat non B3 (bahan berbahaya dan beracun)

Limbah padat non B3, misalnya sampah dari kantor, pengelolaannya

adalah dengan dijual atau dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir oleh petugas

seminggu 2 kali.

Limbah cair ada tiga macam, yaitu:

a. Limbah cair B3

Limbah cair B3 seperti limbah dari laboratorium berupa zat organik,

anorganik, alkohol, asam, garam, juga dari TSD seperti NaOH untuk pembuatan

purified water, air aki, dan sodium metabisulfit dikelola di PPLI. Limbah cair B3

disimpan dalam waste storage. Limbah cair B3 yang beratnya <50 kg/hari boleh

disimpan lebih dari 90 hari, tetapi jika beratnya >50 kg/hari tidak boleh disimpan

lebih dari 90 hari.

b. Limbah cair non B3

Limbah cair non B3 seperti limbah cair domestik (air cucian, septic tank,

kantin, dan kantor) dikelola melalui IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) atau

waste water treatment plant (WWTP), karena menurut peraturan pemerintah

limbah cair harus diolah dulu sebelum dibuang.

c. Limbah cair berupa oli

Limbah cair berupa oli yang digunakan untuk perawatan kompresor dan

genset disimpan dalam waste storage untuk kemudian dikirimkan ke pengolah

limbah PT Nirmala Tipa. Pengolah limbah cair yang lain adalah PT Dongwoo,

tapi PT Dongwoo juga mengirimkan limbah padat hasil olahannya ke PPLI

sebagai satu-satunya pengolah limbah B3 maupun non B3 baik cair maupun

padat.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

77

Universitas Indonesia

Menurut Keputusan Gubernur Kepala DKI Jakarta No. 582/1995 tentang

Penetapan Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai/Baku Badan Air Serta Baku

Mutu Limbah Cair di Wilayah DKI Jakarta dan Keputusan Gubernur DKI Jakarta

N0.299/1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Peruntukan dan Baku

Mutu Air Sungai/Badan Air Serta Baku Mutu Limbah Cair di Wilayah DKI

Jakarta, maka ditetapkan buangan limbah cair PT Aventis Pharma Indonesia

dibuang ke kali Sunter dimana peruntukannya adalah untuk pertanian dan usaha

perkantoran. Buangan limbah cair tersebut sebelum dibuang harus diperiksa dan

parameternya harus memenuhi persyaratan yang dapat dilihat pada Tabel 4.6.

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) atau WWTP (Waste Water Treatment

Plant) digunakan untuk mengolah air (limbah cair non B3) sebelum dibuang ke

lingkungan. Air yang berasal dari pabrik ini harus diolah terlebih dahulu karena

masih mengandung zat-zat yang berbahaya yang dapat mencemari lingkungan.

Bagan WWTP dapat dilihat pada Lampiran 14.

Pada intinya, prinsip dari WWTP adalah sebagai berikut:

a. Limbah dari office building 1 dan 2 akan masuk ke dalam septic tank,

kemudian airnya dialirkan masuk ke Collecting pit (CP) 1. Limbah dari Multi

Purpose Building (MPB), Quality control (QC), dan Workshop akan masuk

septic tank, kemudian airnya dialirkan masuk CP 2. Limbah dari factory

masuk ke dalam septic tank kemudian airnya dialirkan ke CP 3. Air dari CP 1,

CP 2, dan CP 3 akan masuk dengan menggunakan switch level, jika tinggi

permukaan cairan di masing-masing CP sudah mencapai batas maka pompa

akan secara otomatis mengalirkan cairan ke equalization tank (di atasnya

terdapat perforated screen/penyaring kotoran seperti daun, plastik, dan lain-

lain).

b. Di equalization tank, dimana air dengan berbagai konsentrasi dan kondisi dari

ketiga collecting pit tersebut mengalami ekualisasi sehingga parameter variatif

dapat disetarakan untuk meringankan beban aerasi. Kapasitas equalization tank

adalah 50 m3 dan aliran yang terjadi per harinya adalah 100 m, proses ini

memakan waktu 8 jam, sementara total pengolahan air adalah 24 jam.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

78

Universitas Indonesia

c. Selanjutnya, air masuk ke dalam aeration tank dengan menggunakan switch

level dimana terjadi aerasi untuk memberikan udara (oksigen) yang cukup bagi

bakteri pengurai (sebagai syarat aerasi) dan menghilangkan bau. Dalam proses

aerasi ini digunakan proses biologik aerobik dengan menggunakan bakteri

aerob (pembiakan bakteri sebesar 50 m3yang dibiakkan dan dibiarkan selama

kurang lebih 10 jam).

d. Selanjutnya aliran limbah menuju sedimentation tank. Bakteri yang mati,

kotoran, tanah, partikel padat akan tersedimentasi (proses overflow tanpa

pompa) menjadi sludge dan diendapkan dalam sedimentation tank yang

berbentuk kerucut di dasar, sludge mengendap ke bawah sementara air bersih

berada di atas. Dari sedimentation tank, air akan dialirkan ke clean water tank

yang sebelumnya telah mengalami klorinasi dengan hipoklorit NaOCl 12%

untuk membunuh sisa bakteri yang belum tersedimentasi (kecepatan tetesan

diatur) kemudian dialirkan ke sungai. Sebelum air dibuang ke sungai, harus

dilakukan pemeriksaan BOD, COD, pH, total nitrogen, TSS (Total Suspended

Solid), KMnO, antibiotika, dan kadar fenol terlebih dahulu setiap 24 jam

sekali. Pemeriksaan dilakukan menggunakan instrumen dan reagen khusus

sesuai protap.

e. Sludge (lumpur) yang telah diendapkan dalam sedimentation tank akan masuk

ke sludge tank dengan menggunakan pompa. Kemudian sludge dikeringkan

dalam sludge drying bed. Sludge kering selanjutnya dibawa ke PPLI untuk

proses lebih lanjut.

f. Khusus untuk limbah cair yang berasal dari sisa mencuci alat yang

mengandung antibiotik dipisahkan, kemudian diproses terlebih dahulu dalam

pre-treatment tank untuk merusak struktur molekul antibiotik sehingga tidak

mengganggu proses aerasi karena antibiotik dapat membunuh bakteri yang

ditumbuhkan dalam aeration tank.

4.4 Plant Logistic Department (Prosedur Tetap Plant Logistic, 2010)

Plant Logistic Department ini terdiri dari 2 bagian, yaitu warehouse dan

planning. Planning membawahi Inter-company Section, Export Section, dan

External manufacturing Section. Plant Logistic Department di PT Aventis Pharma

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

79

Universitas Indonesia

Indonesia ini dapat dipahami fungsinya sebagai departemen yang menjembatani

komunikasi antara bagian produksi dan pemasaran.

Plant Logistic Department bertugas untuk melakukan perencanaan

pengadaan material yang akan dipakai pada proses produksi obat, penyusunan

jadwal proses produksi di pabrik, dan mengendalikan persediaan bahan baku dan

produk jadi yang ada di gudang.

Tugas Plant Logistic adalah menerima forecast yang telah dibuat oleh

bagian pemasaran untuk kemudian dianalisis dengan mempertimbangkan

prioritas, Plant Cycle Time, dan Track Record dari pemasaran, kemudian bersama

bagian produksi menyusun rencana produksi. Demikian pula dengan pengadaan

barang di gudang dibuat dengan dasar perkiraan (forecast) terhadap penjualan

obat jadi atau distribusi obat jadi ke supplier atau Pedagang Besar Farmasi (PBF).

Rencana produksi disusun berdasarkan kebutuhan pasar akan barang-barang, stok

barang di gudang, dan berdasarkan jadwal penggunaan mesin untuk produksi obat

lain.

Forecast dari pemasaran tidak diterima begitu saja oleh Plant Logistic,

pemasaran harus memberikan presentasi dan argumen yang kuat berkaitan

dengan forecast yang dibuatnya serta estimasi kemampuannya untuk memasarkan

produk. Karena tidak selamanya forecast yang diberikan pemasaran disertai

kemampuan untuk memasarkannya, perlu bagi Plant Logistic untuk menganalisis

lebih lanjut. Jumlah permintaan berdasarkan forecasting sangat tergantung dari

kegiatan pemasaran bulan itu misalnya sedang ada kegiatan sosial atau advertising

dimana dimungkinkan jumlah penjualan besar yang harus ditunjang oleh

produksi. Tetapi harus tetap dijaga untuk mencegah terjadinya over stock.

Sosialisasi forecast dijabarkan dalam Sales and Operation Planning (S&OP) yang

terbagi menjadi 2 level yaitu:

a. S&OP Level Satu, merupakan pertemuan dengan pemasaran yang

mempertimbangkan pengaruh eksternal (pemasaran)

1) S&OP level 1A

Data permintaan atau forecast serta rencana penjualan didasarkan pada

informasi stok dari distributor (ex distributor)

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

80

Universitas Indonesia

2) S&OP level 1B

Forecast didasarkan pada stok yang ada di factory (ex factory).

b. S&OP Level Dua, merupakan pertemuan yang mempertimbangkan masalah

internal secara umum, yang berkaitan dengan industrial pada bulan tertentu.

Pertemuan ini bersifat strategik, yang dilakukan untuk mengoptimalkan faktor-

faktor yang ada di produksi. S&OP level II merupakan meeting yang dihadiri

oleh seluruh kepala dan Manager yang termasuk dalam Industrial Affairs dan

dipimpin oleh Plant Logistic Department.

Hasil pertemuan ini dibawa ke pertemuan mingguan dalam weekly meeting,

dihadiri oleh production department, technical service department, industrial

quality and complience. Pertemuan ini dipimpin oleh Plant Logistic untuk

membahas penjabaran yang bersifat operasional untuk menetapkan weekly

schedule. Plant Logistic memimpin pertemuan ini dengan membawa semua data

yang dimiliki (posisi persediaan di gudang maupun di distributor, yang statusnya

harus released) untuk kemudian membicarakan final forecasting yang harus

dipenuhi oleh bagian produksi. Di sini juga dibicarakan isu-isu yang berkaitan

dengan produksi, misalnya akan adanya mesin/alat baru atau renovasi yang dapat

menyebabkan kegiatan produksi berhenti dan pabrik juga kosong, juga jika ada

trial terhadap mesin atau kondisi baru di pabrik dan kapan pabrik bisa beroperasi

lagi. Jika ada masalah yang tidak bisa ditemukan solusinya, masalah dapat dibawa

ke rapat S&OP.

4.4.1 Export Section, Inter-company Section

4.4.1.1 Export Section

Seksi ini menangani produk-produk yang akan diekspor ke berapa negara

seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, dan Filipina. Tujuan ekspor

adalah selalu interco Aventis di negara-negara yang dimaksud. Kinerja seksi ini

dilihat dari Customer Service Level (CSL). Jika delivery date (yang telah

disepakati antara PT Aventis Pharma Jakarta site dan interco tujuan) di salah satu

negara tersebut tidak tepat/terlambat akan berakibat menurunnya nilai CSL

(missed). Customer Level Service dari PT Aventis Pharma Indonesia diukur oleh

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

81

Universitas Indonesia

Sanofi Global berdasarkan delivery date within minus 7 dalam bulan yang sama

(working days).

Jika keterlambatan terus terjadi, dapat mengakibatkan site Jakarta tidak

lagi dipercaya oleh interco di negara-negara tersebut yang kemudian dapat

mengalihkan pesanannya ke site Aventis lain selain Indonesia.

4.4.1.2 Intercompany Section

Seksi ini melakukan tugasnya dalam hal procurement receptionist, dan

menangani produk-produk yang didatangkan dari Aventis site yang lain

(intercompany atau sering disebut sebagai interco) mulai dari pemesanan sampai

dengan barang datang. Produk-produk yang sering didatangkan dari interco

adalah active materials. Interco yang dituju sebagai produsen active materials

yang dimaksud, merupakan site rujukan yang telah ditetapkan oleh mother

company dalam rangka menjamin konsistensi mutu dan kualitas produk yang

dihasilkan. Untuk produk yang dibeli dari pihak luar (third party) ditangani oleh

Purchasing Department. Intercompany PT Aventis Pharma Indonesia antara lain:

a. Aventis Limited India

b. Aventis Pharma Deutschland GmbH

c. Aventis Pharma Inc. Kansas City, USA

d. Aventis Pharma SA

e. Aventis Pharma Sp A, Scoppito Italia

f. Aventis Pharma, Doma France

g. Fison Pharmaceutical

h. HMR Interphar

i. Hoescht Procurement Int. Trading & Services (HPI, T&S)

j. Nippon Aventis Service

4.4.2 Warehouse (Gudang)

Gudang adalah tempat penerimaan, penyimpanan, dan distribusi barang

berupa bahan baku, bahan pengemas, produk ruahan, obat jadi, dan bahan lain

yang dibutuhkan untuk membantu kelancaran proses produksi maupun proses

pengemasan, yang mempunyai nilai ekonomis, sehingga perlu ditangani secara

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

82

Universitas Indonesia

khusus agar barang yang disimpan tersebut senantiasa sesuai secara kuantitatif

antara stok secara fisik (aktual) dengan stok secara administratif (stok di SAP).

Mutu suatu produk sangat dipengaruhi oleh cara penanganan bahan awal, mulai

dari penerimaan, penyimpanan, dan distribusi ke bagian pengolahan maupun

pengemasan.

Alur keluar masuknya barang di Warehouse PT Aventis Pharma diatur

sedemikian rupa sehingga berjalan satu arah. Barang masuk dan barang keluar

melalui pintu yang berbeda dan begitu barang masuk akan langsung berada di area

karantina. Setiap ada penerimaan barang dari supplier, selalu dilakukan

pengecekan fisik barang dan dokumen yang menyertainya termasuk ada tidaknya

label supplier pada master box. Demikian juga untuk distribusi barang, baik

internal (Processing, Packaging, QC) maupun eksternal (distributor), harus

diperiksa kelengkapan dokumennya (Material Request Note dan Sales Order).

Denah warehouse PT Aventis Pharma dapat dilihat pada Lampiran 15.

Gudang PT Aventis Pharma termasuk dalam area kelas 1 (setara dengan black

area) yang menurut suhunya dibagi menjadi tiga daerah yaitu:

4.4.2.1 Ruangan cold storage

Ruangan ini mempunyai suhu antara 2°-8°C. Ruangan ini digunakan untuk

penyimpanan bahan-bahan yang tidak tahan terhadap suhu tinggi seperti vaksin

(produk Aventis Pasteur). Jika pegawai masuk ke ruangan ini harus dilengkapi

dengan pakaian khusus yang melindungi karyawan dari suhu ini. Ruangan ini

dikunci dengan pengawasan khusus. Pada ruangan ini terdapat alat kontrol

khusus, dimana jika suhu di bawah 2°C atau di atas 8°C maka alarm akan

berbunyi secara otomatis.

4.4.2.2 Ruangan cool storage

Ruangan ini merupakan ruangan dengan suhu terkendali yaitu antara 16°-

25°C. Ruangan dengan suhu ini terdapat dua area yaitu:

a. Starting material cool storage untuk menyimpan raw material (bahan baku

dan bahan pengemas primer) dan semi finished goods.

b. Finished material cool storage untuk menyimpan produk jadi.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

83

Universitas Indonesia

4.4.2.3 Ruangan dengan suhu kamar (ambient temperature)

Ruangan ini mempunyai suhu sesuai dengan kondisi ruangan tanpa adanya

pengendalian suhu. Ruangan yang temasuk pada kategori ruangan dengan suhu

kamar adalah:

a. Ruang penerimaan barang, dimana ruangan ini berfungsi untuk penerimaan

barang dari distributor maupun supplier yang lain.

b. Ruang pengeluaran barang, dimana ruangan ini berfungsi khusus untuk

pengeluaran barang.

c. Ruang khusus rejected material untuk menyimpan barang yang direject.

Ruangan ini dibatasi dari ruangan lain dengan teralis besi dengan warna

merah. Ruangan ini dikunci dengan pemegang kunci hanyalah orang-orang

tertentu yang bertanggung jawab terhadap barang yang ada di dalamnya.

d. Rak returned goods untuk menyimpan produk-produk kembalian yang

dikarantina.

e. Rak untuk pengemas sekunder, rak ini digunakan untuk menyimpan

bahanbahan pengemas sekunder. Area ini dibagi menjadi area karantina

dengan batas garis berwarna kuning dan area released dengan batas garis

berwarna hijau.

f. Lemari terkunci untuk menyimpan packing insert. Packing insert ini

dimasukkan dalam lemari terkunci agar tidak tertukar satu dengan yang lain.

g. Ruang transit 1 untuk mengirim bahan baku dari gudang ke bagian

pengolahan (kawasan kelas 3).

h. Ruang transit 2 untuk mengirim produk ruahan dan pengemas primer dari

gudang ke bagian pengemasan yang ada pada kawasan kelas 3.

i. Ruang transit 3 untuk mengirim pengemas sekunder (folding box dan master

box), packing insert, dan produk repacking dari gudang ke bagian pengemas

di kawasan kelas 2.

j. Ruang transit 4 untuk mengirim finished goods dari bagian pengemasan di

kawasan kelas 2 ke bagian gudang untuk disimpan.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

84

Universitas Indonesia

Selain ruangan-ruangan tersebut masih ada ruang untuk pengambilan

contoh atau disebut ruang sampling. Ruangan ini merupakan ruangan dengan

kategori kelas 3, dimana suhu, tekanan, dan kelembabannya diatur sesuai dengan

prosedur yang telah ditetapkan untuk ruang kelas 3 dan dilengkapi dengan LAF.

Ruang sampling digunakan oleh bagian QC untuk mengambil contoh bahan baku

dan bahan pengemas primer. Sedangkan untuk bahan baku yang disimpan di

gudang ruang cold storage, pengambilan contoh dilakukan di ruangan cold

storage. Sedangkan untuk pengambilan contoh pengemas sekunder dilakukan

pada ruang dengan suhu kamar.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di gudang, antara lain:

a. Penerimaan barang

1) Penerimaan barang dari pemasok

Pada saat penerimaan barang dari pemasok, dilakukan pemeriksaan

kelengkapan dokumen, antara lain surat pengantar pemasok, invoice, CoA. Bahan

yang tidak terdapat dalam Purchase Order (PO) dari PT Aventis Pharma hanya

dapat diterima jika ada persetujuan dari Plant Logistic dan selanjutnya dibuatkan

Goods Receipt Slip (GRS) ke dalam SAP setelah dibuatkan PO oleh purchasing.

Bahan yang datang dicocokkan dengan PO, apakah sesuai dengan jumlah dan

waktu pemesanan. Bahan yang datang diperiksa keutuhan kemasan dan kebenaran

label yang melekat pada wadahnya, antara lain nama bahan, nomor batch atau lot

dari pabrik atau supplier, nama pembuat/pemasok, jumlah bahan, nomor PO,

tanggal kadaluwarsa.

Untuk memeriksa kuantitasnya, dilakukan pemeriksaan berat atau jumlah

dengan menimbang atau menghitung. Apabila terdapat dokumen yang tidak

lengkap, kemasan rusak, berat/jumlah tidak sesuai, harus memberitahukan ke

Plant Logistic, IQC, dan purchasing, serta diinformasikan dalam GRS yang

dibuat.

Untuk bahan baku, produk ruahan, produk jadi impor, dan produk toll

manufacturing diperiksa setiap wadahnya. Untuk bahan pengemas diperiksa

sejumlah vn+1, dengan n adalah jumlah wadah yang diterima. Dalam penerimaan

bahan aktif, bulk, semi finished goods, dan finished goods harus dilakukan

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

85

Universitas Indonesia

pemeriksaan silang oleh foreman. Untuk produk yang disimpan dalam gudang

dingin dimasukkan ke gudang dingin dan diperiksa di sana.

Surat pengantar dari pemasok ditandatangani dan diberi stempel

perusahaan. Barang pengantar yang sudah diperiksa diberi label karantina dengan

ketentuan:

a) Untuk raw material, semi finished goods import dan packaging material

siapkan label sesuai dengan jumlah wadah yang diterima.

b) Untuk finished goods dan repacked semi finished goods, setiap pallet ditutup

dengan penutup atau jaring kemudian diberi satu label per pallet. Tempatkan

bahan pada area karantina atau rak karantina dengan memperhatikan

persyaratan penyimpanan.

Untuk barang yang belum diberi label karantina tetapi harus masuk ruang

karantina karena alasan tertentu, misalnya: karena barang datang pada malam hari

maka dapat dimasukkan atau disimpan di area karantina dan diberi label karantina

sementara. Kemudian alamat bahan dicatat pada buku penerimaan atau karantina.

2) Penerimaan bahan dan produk jadi dari processing dan packaging

Pemeriksaan dokumen yang menyertai penyerahan produk yaitu GRS.

Produk jadi yang diserahkan harus ditutup dengan jaring untuk menghindari

terjatuh atau bercampur/tertukar dengan produk jadi yang lain. Dilakukan

pemeriksaan penandaan label pada wadah yang mencakup nama produk, nomor

bets, berat bersih/jumlah satuan kemasan, label ”SAMPLE TAKEN” dari QC,

petunjuk penyimpanan khusus. Produk yang diterima diperiksa dengan

menghitung atau menimbang satu persatu kemudian disimpan di rak

penyimpanan.

3) Penerimaan obat kembalian

Obat kembalian adalah obat jadi yang kembali setelah diserahterimakan

dari PT Aventis Pharma ke pihak ke tiga (distributor, ekspedisi) dan dikembalikan

lagi ke gudang PT Aventis Pharma dengan alasan:

a) Masalah keabsahan atau salah kirim

b) Penarikan produk dan/atau pack size dari pasaran

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

86

Universitas Indonesia

c) Kerusakan obat dan pengemasnya (setelah keluar dari gudang PT Aventis

Pharma) selama pengiriman atau penyimpanan

d) Kelainan dari segi kualitas obat (kualitas obat/kualitas bahan pengemas)

PT Aventis Pharma menerima obat kembalian yang berasal dari:

a) Gudang yang sudah diawasi oleh PT Aventis Pharma

b) Gudang distributor yang sudah diawasi oleh PT Aventis Pharma

c) Gudang distributor yang tidak diawasi oleh PT Aventis Pharma termasuk

lembaga rumah sakit, apotek, dan lain-lain.

Adapun prosedur dalam penanganan obat kembalian adalah:

a) Surat pengantar dari distributor ditandatangani sebagai bukti bahwa barang

telah diterima di gudang.

b) Data dimasukkan dalam SAP kemudian dilakukan posting goods issue untuk

mencatat obat kembalian yang diterima ke dalam SAP, selanjutnya penyerahan

surat jalan berupa GRS sebagai bukti penerimaan obat kembalian kepada QC

setelah ditambahkan semua informasi yang diperlukan QC.

c) Tempelkan label QUARANTINE pada produk yang bersangkutan dan disimpan

pada area karantina, terpisah dari produk lain (dalam keranjang yang terkunci)

sesuai dengan kondisi penyimpanan yang dipersyaratkan.

b. Penyimpanan bahan dan produk jadi

Sistem penyimpanan menggunakan zoning system, dimana material

disimpan dengan memperhatikan:

1) Sebelum penyimpanan material, periksa petunjuk mengenai cara

penyimpanan dengan melihat status, jenis material, dan suhu penyimpanan.

2) Tempatkan material pada rak penyimpanan sesuai jumlah yang diperlukan

dan dilakukan pencatatan alamat rak bahan, nama produk, jumlah, nomor

batch pada buku alamat (address card).

3) Pisahkan pallet berisi bahan yang sedang ditahan (blocked) dan ditempatkan

pada area karantina sambil menunggu penanganan lanjut sesuai disposisi dari

IQC Departemen atau Purchasing Department.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

87

Universitas Indonesia

4) Tempatkan bahan yang ditolak (rejected) pada material rejected area.

5) Tempatkan debu produksi (garbage) pada waste area.

6) Penyimpanan produk Toll-in diberi tanda pada rak.

c. Pengeluaran barang

1) Pengeluaran bahan baku

Warehouse pharmacist/foreman mencari dan menentukan bahan/bets yang

akan dikeluarkan dengan prebatch determination pada sistem SAP. Untuk bahan

baku yang akan diproses dan bahan pengemas, harus ada label ”RELEASED”

yang disahkan dengan adanya nomor CoA dan diparaf oleh QC Unit.

Bahan yang lebih dulu waktu kadaluarsanya (First Expired First

Out/FEFO) merupakan pilihan pertama yang lebih dulu dikeluarkan dan barang

yang lebih dulu diterima (First In First Out/FIFO) merupakan pilihan kedua.

Bilamana kedua hal di atas sama maka bahan dalam jumlah terkecil harus

dikeluarkan lebih dahulu.

Petugas mengambil bahan yang disimpan dengan mencari alamat di

address card. Bahan-bahan dipisahkan sesuai dengan material list yang diterima

dari bagian produksi (satu pallet diperuntukkan satu PO).

Dari hasil catatan lakukan posting transfer dari warehouse oleh warehouse

pharmacist atau wakilnya ke Production Supply Area (PSA). Penyerahan bahan

hanya dapat dilakukan atas permintaan Supervisor atau foreman dengan

menyertakan transfer slip yang telah ditandatangani oleh pelaksana dan mendapat

paraf Supervisor dan foreman.

2) Pengeluaran produk ruahan dan bahan pengemas atas permintaan

packaging/processing

Warehouse pharmacist/foreman mencari dan menentukan bahan/bets yang

akan dikeluarkan dengan prebatch determination pada SAP. Untuk bahan baku

yang akan diproses dan bahan pengemas, harus ada label ”RELEASED” yang

disahkan dengan adanya nomor CoA dan diparaf oleh QC Unit.

Bahan yang lebih dahulu waktu kadaluarsanya (FEFO) merupakan pilihan

pertama yang lebih dulu dikeluarkan dan barang yang lebih dulu diterima (FIFO)

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

88

Universitas Indonesia

merupakan pilihan kedua. Jika mana kedua hal di atas sama maka bahan dalam

jumlah terkecil harus dikeluarkan lebih dahulu.

Petugas mengambil bahan yang disimpan dengan mencari alamat di

address card. Bahan-bahan dipisahkan sesuai dengan material list yang diterima

dari bagian produksi (satu pallet diperuntukkan satu process order). Penyerahan

bahan hanya dapat dilakukan atas permintaan Supervisor atau foreman dengan

menyertakan transfer slip yang telah ditandatangani oleh pelaksana dan mendapat

paraf Supervisor dan foreman.

Produk ruahan ex-import hanya boleh dikirim ke bagian Packaging setelah

diluluskan IQC departemen dan ditempelkan label ”RELEASED”. Produk ruahan

ex-lokal boleh langsung dikirim tanpa menunggu label ”RELEASED” kecuali ada

produk yang berlabel ”QUARANTINE”.

3) Pengeluaran produk jadi

Pengeluaran produk jadi dapat terjadi untuk dijual, diserahkan ke bagian

yang bertanggung jawab dalam distribusi, untuk diambil contohnya, dikembalikan

ke bagian produksi untuk suatu proses tertentu, dan untuk dimusnahkan.

Hanya yang berlabel released yang boleh dikeluarkan untuk dijual,

diserahkan ke bagian yang bertanggung jawab dalam distribusi. Warehouse

pharmacist atau wakilnya memerintahkan pengambilan produk jadi dengan

mencatat Picking List yang dilengkapi alamat tempat penyimpanan produk.

Bahan yang lebih dahulu waktu kadaluarsanya (FEFO) merupakan pilihan

pertama yang lebih dahulu dikeluarkan dan barang yang lebih dahulu diterima

(FIFO) merupakan pilihan kedua. Bilamana kedua hal di atas sama maka bahan

dalam jumlah terkecil harus dikeluarkan lebih dahulu. Surat jalan dibuat dan

diparaf oleh Warehouse pharmacist/wakilnya untuk menyerahkan produk jadi

yang bersangkutan ke distributor. Di sini dilakukan pemeriksaan jumlah dan

nomor betsnya. Pengiriman produk jadi ke distributor/ekspor selama perjalanan

harus memperhatikan kondisi penyimpanan yang dipersyaratkan. Untuk produk

yang harus disimpan pada suhu 2°-8°C dikemas pada box dari styrofoam dan

ditempatkan pada ice packed atau menggunakan sarana transportasi yang

memiliki fasilitas pendingin sehingga persyaratan suhu terpenuhi.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

89

Universitas Indonesia

4) Pengeluaran bahan di luar keperluan produksi dan penjualan

Pengeluaran bahan untuk keperluan di luar produksi dan penjualan harus

dibuat material request form yang disahkan oleh Supervisor atau kepala

departemen dari departemen yang bersangkutan termasuk pengeluaran bahan

Operating Supplies (OS) yang digunakan untuk keperluan produksi atau produk

jadi untuk contoh pertinggal.

d. Penanganan bahan yang tersimpan lama

Bahan yang tersimpan lama di gudang dengan permintaan dari IQC untuk

diretesting akan dipindahkan ke area karantina. Label karantina disiapkan sesuai

informasi yang tertera pada label released. Barang ini setelah diuji oleh QC dan

memenuhi syarat maka akan menjadi bahan released kembali dan jika tidak

memenuhi syarat maka akan menjadi bahan rejected.

e. Penanganan bahan yang tidak digunakan lagi

Plant Logistic Department menerbitkan scrap form yang menyebutkan

nama material, nomor material, dan jumlah material yang tidak digunakan lagi.

Scrap form harus ditandatangani oleh Head of Industrial Affairs. Untuk bahan

rusak selama penyimpanan di gudang, Plant Logistic Department akan membuat

scrap form berdasarkan laporan dari gudang.

f. Penanganan bahan yang kadaluarsa

Setiap satu bulan sekali IQC Department akan memberikan daftar produk

yang kadaluarsa maupun produk-produk yang hampir kadaluarsa dan

didistribusikan ke gudang. Setelah menerima daftar tersebut, bagian gudang akan

mengganti label bahan tersebut dengan label “QUARANTINE”. Selanjutnya dari

QC akan melakukan test ulang terhadap produk-produk tersebut apakah masih

bisa dipakai lagi atau tidak.

Apabila bagian QC menyatakan produk-produk tersebut masih memenuhi

syarat maka akan kembali digunakan dengan diberi label “RELEASED” lagi.

Akan tetapi jika hasil retest menyatakan sudah tidak memenuhi syarat maka

produk-produk tersebut akan diberi label “REJECTED”.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

90

Universitas Indonesia

g. Penanganan bahan yang ditolak (rejected)

Bahan yang di-rejected dari IQC Department, pada setiap kemasan diberi

label “REJECTED” dan dipindahkan ke area rejected. Apabila bahan rejected

merupakan tanggung jawab:

1) Perusahaan, maka bahan tersebut dikeluarkan dari stok dengan membuat scrap

form.

2) Supplier/vendor, maka dilakukan proses return to vendor.

3) Packaging material yang di-rejected harus dihancurkan oleh PT Aventis

Pharma.

h. Penanganan bahan yang tumpah

Penanganan bahan yang tumpah secara umum adalah dengan

mengumpulkannya dengan vacuum cleaner yang dilengkapi dengan HEPA filter

(untuk bahan padat kering) dan menggunakan lap kering atau chemical absorbent

(untuk bahan cair). Isi vacuum cleaner dimasukkan ke dalam wadah yang diberi

label yang mencakup nama isi (generik), jumlah, dan tandai dengan “untuk

dikirim ke PPLI”. Penanganan untuk bahan berbahaya seperti Claforan dan

Taxotere ditangani sesuai dengan sifat masing-masing material.

i. Penanganan limbah

Limbah pabrik diberi identitas dan status (untuk dimusnahkan) dan

disimpan di tempat penyimpanan limbah. Limbah dan rejected material hanya

boleh disimpan di waste/rejected area maksimal 90 hari dan selanjutnya harus

sudah dimusnahkan atau dikirim ke PPLI.

j. Inventory Stock Taking

Stock Taking merupakan pengecekan jumlah dan jenis seluruh barang yang

ada digudang. Tujuannya adalah untuk mengetahui adanya

penyimpangan/perbedaan stock secara fisik dan administratif dan melakukan

koreksi atas perbedaan stock tersebut, sehingga stock yang ada mencerminkan

keadaan sebenarnya, serta untuk mencegah secara dini penyimpangan akibat salah

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

91

Universitas Indonesia

guna dan dalam proses kerja. Kegiatan ini dilakukan minimal 1 tahun sekali. Jika

terdapat perbedaan antara aktual dan SAP dilakukan adjustment yang dibuat oleh

accounting Department dan didistribusikan ke Plant Logistic Department,

warehouse unit.

k. Pemeriksaan stock barang secara acak

Pemeriksaan alamat bahan dan perhitungan stok barang secara acak

minimal 5 item berbeda setiap hari untuk setiap Packaging material, raw

material, dan finished good.

l. Pelaksanakan program Health, Safety, and Environment (HSE)

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika bekerja di Warehouse,

yaitu safety dan dilakukannya pemantauan lingkungan. Safety harus diperhatikan

karena pekerjaan di warehouse selalu berhubungan dengan alat berat, untuk itu

saat bekerja di warehouse harus memakai helm dan sepatu khusus. Selain itu,

untuk proteksi dari suhu dingin, maka personel yang masuk ke cold storage harus

memakai pakaian khusus. Untuk safety di warehouse sendiri, maka warehouse

harus dilengkapi dengan hydrant, fire extinguisher, sprinkler (untuk mengatasi

kemungkinan kebakaran), water barrier, dan emergency exit. Pemantauan

lingkungan yang dilakukan adalah pemantauan suhu, kelembaban, dan tekanan.

4.4.3 Purchasing Department

Selain bagian-bagian di atas, terdapat pula Purchasing Department yang

terkait erat dengan divisi Industrial Affairs. Purcashing department dipimpin oleh

seorang manajer yang bertanggung jawab kepada Plant Director dan membawahi

dua orang officers. Purcashing department bertanggung jawab terhadap

pembelian (barang dan layanan) dan memastikan bahwa proses pembelian sesuai

dengan prinsip-prinsip kebijakan perusahaan, peraturan setempat, dan standar

etika.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

92

Universitas Indonesia

Barang-barang yang dibeli oleh purcashing meliputi:

a. Stock Items Industrial Affairs (COGS)

Stock item disebut juga inventory items atau COGS (cost of goods sold).

Yang termasuk kategori barang-barang ini adalah bahan-bahan yang akan

digunakan dalam produksi obat di Aventis Jakarta, berupa bahan baku obat dan

bahan pengemas. Disebut stock items IA (Industrial Affairs) karena bahan-bahan

ini hanya dipergunakan di bagian Industrial Affairs (factory). Dalam pembelian

bahan tersebut, Purcashing Department juga bertanggung jawab dalam izin

maupun surat impor yang diperlukan. Untuk barang-barang stock items ini proses

pengadaannya melalui vendor evaluation dan audit yang dilakukan bersama

dengan Quality Assurance. Pembelian barangbarang ini harus mengikuti daftar

pemasok resmi yang dikeluarkan oleh Quality Assurance.

b. Non Stock Items IA (non COGS)

Yang termasuk dalam kategori ini adalah barang atau jasa yang diperlukan

dalam Industrial Affairs namun bukan merupakan stock items. Contohnya adalah

technical and spare parts, project/machinery, factory and laboratory supplies.

c. Non Stock Items Commercial Operations

Barang dan jasa dalam kategori ini adalah barang yang diperlukan oleh

bukan hanya Industrial Affairs Division tetapi juga oleh semua divisi dalam PT

Aventis Pharma. Yang termasuk dalam kategori ini adalah barang dan jasa

seperti travel dan hotel, stationery, office equipment, motor, dan mobil (Prosedur

Tetap Purchasing, 2005).

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

93 Universitas Indonesia

BAB 5PENERAPAN CPOB DI PT AVENTIS PHARMA

PT Aventis Pharma yang telah beroperasi di Jakarta dan memproduksi

produk-produk farmasi sejak Agustus 1972, telah melalui empat kali proses

penggabungan. Proses yang terakhir tersebut adalah antara PT Aventis Pharma

Indonesia dengan PT Sanofi Synthelabo dengan nama baru Sanofi Group. Sebagai

industri farmasi, PT Aventis Pharma berkewajiban memenuhi ketentuan Cara

Pembutan Obat yang Baik (CPOB) yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan

RI melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 43/Menkes/SK/II/1988 tentang

Pedoman CPOB dan ditindaklanjuti dengan ditetapkannya SK Dirjen POM No.

05411/A/SK/XII/1989 tentang penerapan CPOB pada industri farmasi. Hal ini

bertujuan untuk memberikan jaminan bahwa produk obat yang dihasilkan selalu

memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan

penggunaannya.

PT Aventis Pharma Indonesia merupakan bagian dari Sanofi Global,

sehingga untuk mendapatkan kualitas produk obat yang selalu konsisten PT

Aventis Pharma Indonesia selalu berpedoman kepada Global Quality Standard

yaitu standar mutu yang ditetapkan oleh induk perusahaannya dan

dikombinasikan dengan standar mutu CPOB. Standar yang digunakan merupakan

standar yang sesuai dengan CPOB, GMP dan persyaratan lain yang dibuat lebih

ketat.

Dalam menentukan suatu pabrik memenuhi persyaratan CPOB atau tidak

dapat dilihat melalui lima aspek utama yang menjadi pilar CPOB, yaitu:

a. Spesifikasi

Semua peralatan, bangunan, ruangan, bahan baku, dan segala sesuatu yang

berhubungan dengan proses pembuatan obat sampai terbentuk sediaan obat jadi

yang siap dipasarkan harus memenuhi kriteria dan persyaratan yang telah

ditetapkan.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

94

Universitas Indonesia

b. Prosedur Tetap (Standard Operating Procedure)

Setiap pekerjaan yang dilakukan, yang berkaitan secara langsung maupun tidak

langsung dengan proses pembuatan obat, harus dilakukan mengikuti suatu

standar tertentu untuk menjamin suatu keseragaman kerja.

c. Validasi

Semua peralatan maupun prosedur tetap yang dipakai harus dapat dibuktikan

kebenaran atau kesesuaiannya dengan persyaratan yang telah ditetapkan.

d. Monitoring

Sebelum melakukan proses produksi, harus selalu dilakukan pengecekan secara

rutin terhadap semua aspek produksi untuk menjamin proses produksi

terlaksana sesuai dengan persyaratan yang ditentukan.

e. Dokumentasi

Semua kegiatan yang dilakukan dalam penerapan CPOB tersebut, harus selalu

dicatat atau didokumentasikan sebagai bukti bahwa hal tersebut memang benar

telah dilakukan.

Setelah melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT

Aventis Pharma dan mengamati penerapan kelima pilar utama CPOB, ternyata

kelima pilar CPOB tersebut telah dipenuhi oleh PT Aventis Pharma dalam setiap

tahapan yang berhubungan dengan proses pembuatan obat. Untuk meyakinkan hal

ini maka dapat dilihat secara garis besar melalui aspek hardware, software dan

humanware yang tervalidasi dan terkualifikasi. Hardware terdiri dari equipment

(peralatan), facility (bangunan), dan utility (air, listrik, AHU system). Hardware

ini tidak bisa berjalan apabila tidak ada software sehingga diperlukan adanya

software seperti prosedur tetap, manual instruction, dan lain-lain. Selain itu,

terdapat humanware yaitu personel atau manusia yang juga harus dikendalikan

agar dapat menjamin kualitas produk konsisten dari waktu ke waktu. Oleh karena

itu, industri farmasi harus menyediakan personel yang memenuhi kualifikasi

tertentu serta terlatih melalui program pelatihan berkesinambungan dan seluruh

prosedur tetap yang berlaku harus dilatihkan terlebih dahulu kepada karyawan.

PT Aventis Pharma telah mendapatkan sertifikat CPOB untuk seluruh

produk atau bentuk sediaan yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh

aspek CPOB yang tertuang di dalam Pedoman CPOB telah dipenuhi oleh PT

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

95

Universitas Indonesia

Aventis Pharma Indonesia. Aspek CPOB ini telah dilakukan secara menyeluruh

terhadap setiap tahapan dari proses pembuatan obat mulai dari pemilihan pemasok

bahan awal sampai penilaian terhadap distributor yang akan menyalurkan produk

PT Aventis Pharma hingga ke tangan konsumen.

Berikut ini adalah hasil pengamatan selama Praktek Kerja Profesi

Apoteker (13 Februari-12 April 2012) mengenai penerapan 12 aspek CPOB 2006

di PT Aventis Pharma.

5.1 Manajemen Mutu

Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan

tujuan penggunaannya dan memenuhi persyaratan yang tercantum dalam

dokumen izin edar (registrasi) serta tidak menimbulkan risiko yang

membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif.

Manajemen bertanggung jawab untuk mencapai tujuan ini melalui suatu

kebijakan, yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di

semua departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor.

Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan,

diperlukan manajemen mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan

secara benar. Unsur dasar manajemen mutu adalah suatu infrastruktur atau sistem

mutu yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya.

Tindakan yang sistematis diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat

kepercayaan yang tinggi sehingga produk yang dihasilkan akan selalu memenuhi

persyaratan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan pengamatan selama PKPA, PT Aventis Pharma telah

menerapkan aspek manajeman mutu yang meliputi pengawasan dan pemastian

mutu dengan konsep dasar CPOB. Dalam struktur organisasi PT Aventis Pharma,

terdapat IQC Departement yang bertanggung jawab terhadap pengendalian mutu

menyeluruh dalam arti pengendalian mutu terhadap produk yang dihasilkan sejak

bahan awal, termasuk penilaiannya terhadap pemasok atau supplier bahan awal,

produk setengah jadi (termasuk In Process Control/IPC), sampai dengan produk

jadi yang siap digunakan. Untuk produk jadi, manajemen mutu dilakukan sampai

kepada penilaian distributor.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

96

Universitas Indonesia

5.2 Personalia

Berdasarkan CPOB, personalia dalam industri farmasi harus memiliki

pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sesuai dengan tugasnya, juga

memiliki kesehatan mental dan fisik yang baik sehingga mampu melaksanakan

tugasnya secara profesional. Selain itu mereka harus mempunyai sikap dan

kesadaran tinggi untuk mewujudkan CPOB.

Industri farmasi hendaklah memiliki personel yang terkualifikasi dan

berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai sehingga tiap personel tidak

dibebani tugas dan tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindari resiko

terhadap mutu obat. Industri farmasi juga harus memiliki struktur organisasi

dengan pembagian tugas spesifik dan kewenangan dari masing-masing personel

sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam penerapan CPOB.

Dalam melaksanakan sistem manajemen mutu, PT Aventis Pharma

didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai. SDM

dikelompokkan dalam bidang-bidang tertentu dan memiliki tugas serta tanggung

jawab masing-masing. Dari struktur organisasi dapat dilihat bahwa Production

Departement dan IQC Departement masing-masing dipimpin oleh apoteker yang

berbeda dan tidak saling bertanggung jawab satu dengan yang lain dan memiliki

wewenang serta tanggung jawab yang penuh dalam melaksanakan tugasnya

masing-masing.

Seluruh personalia yang langsung ikut serta dalam kegiatan pembuatan

obat dan yang karena tugasnya mengharuskan mereka masuk ke daerah

pembuatan obat hendaklah mendapat pelatihan mengenai kegiatan tertentu yang

sesuai dengan tugasnya maupun mengenai prinsip CPOB. Pelatihan tersebut harus

dilakukan secara berkesinambungan dengan frekuensi yang memadai untuk

menjamin agar personalia terbiasa dengan persyaratan CPOB yang berkaitan

dengan tugasnya. Catatan pelatihan personalia mengenai CPOB harus disimpan

dan efektivitas program pelatihan harus dinilai secara berkala. Dan setelah

mengadakan pelatihan, prestasi personalia perlu dinilai untuk menentukan apakah

mereka memiliki kualifikasi yang memadai untuk melaksanakan tugas yang

menjadi tanggung jawabnya.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

97

Universitas Indonesia

Pelatihan personel yang dilakukan oleh PT Aventis Pharma secara garis

besar terdiri dari dua jenis, yaitu:

a. Pelatihan umum CPOB

Pelatihan ini mencakup teori dan praktek CPOB secara umum, pengenalan

mikroorganisme, HSE, personnel hygiene, safety awareness dan prosedur.

b. Pelatihan khusus CPOB

Pelatihan ini diberikan sesuai dengan tugas spesifik yang diberikan pada

personalia tersebut untuk dilaksanakan dalam area spesifik seperti area bersih,

dan area steril, dll.

QA Unit bertanggungjawab untuk memastikan bahwa program pelatihan

yang disiapkan telah sesuai dengan persyaratan dari pemerintah maupun Global

Quality Standard serta bertanggung jawab memonitor pelaksanaan dari pelatihan

tersebut agar selalu memenuhi persyaratan. Frekuensi pelatihan tergantung pada

setiap departemen. Departemen harus yakin bahwa setiap karyawan mengerti

mengenai ketentuan-ketentuan CPOB. Apabila terdapat perubahan prosedur tetap

atau adanya prosedur tetap baru, maka pelatihan tambahan harus diatur oleh

departemen yang bersangkutan. Para partisipan yang terlibat dalam prosedur,

dilatih oleh supervisor divisi yang bersangkutan.

5.3 Bangunan dan Fasilitas

PT Aventis Pharma telah ditunjang oleh gedung, sarana dan fasilitas yang

memadai. Bangunan di PT Aventis Pharma didesain berdasarkan Sanofi Global

Quality Standard dan Sanofi Global Engineering yang terdiri dari pabrik, kantor,

gudang, dan laboratorium. Bangunan ini telah memiliki desain, ukuran dan letak

yang memudahkan pelaksanaan kerja, pembersihan dan pemeliharaannya.

Desain dan tata letak ruang produksi telah sesuai dengan ketentuan yang

disyaratkan dalam CPOB. Desain dan tata letak ruang produksi dibangun dengan

mengelompokkan kegiatan produksi sesuai jenis produk, sehingga dapat

menghindari terjadinya kesalahan dan pencemaran silang yang mempengaruhi

mutu obat, keselamatan dan kesehatan kerja. Selain itu, kegiatan produksi dapat

berlangsung tanpa harus berhubungan dengan daerah di luar kegiatannya sehingga

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

98

Universitas Indonesia

seluruh karyawan dan arus kerja dapat berjalan lancar, komunikasi dan

pengawasan dapat berjalan secara efektif.

Gedung produksi dan gudang dibuat terpisah tetapi terdapat beberapa

akses keluar masuk yang ketat dari gudang ke ruang produksi dan sebaliknya.

Area penyimpanan barang di gudang dikelompokkan berdasarkan status material

yang bersangkutan (quarantine, released, atau rejected), suhu penyimpanan, dan

tipe material (bahan baku, produk jadi, bahan pengemas). Ruangan gudang terdiri

dari area penerimaan, pengeluaran, karantina, penyimpanan material (packaging

material, raw material, semifinished product, dan finished product) dan ruang

administrasi.

Persyaratan ruang produksi meliputi kebersihan ruangan (terhadap partikel

dan cemaran mikroba), suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan perbedaan

tekanan udara. Ruang produksi PT Aventis Pharma, permukaan lantai, dinding,

langit-langit dan pintu dibuat kedap air, tidak terdapat sambungan untuk

mengurangi pelepasan atau pengumpulan partikel dan mencegah pertumbuhan

mikroba. Lantai tersebut dilapisi dengan cat epoksi agar mudah dibersihkan dan

untuk mencegah terjadinya perembesan air tanah. Lantai harus dijaga agar tidak

tergores dan rusak karena dapat mengurangi fungsinya dan dapat menjadi tempat

akumulasi debu serta kotoran. Untuk menghindari kerusakan pada lantai maka

seluruh personalia yang berada di ruang tersebut harus menggunakan sepatu

khusus yang beralaskan karet. Bentuk-bentuk sudut pada dinding, langit-langit

maupun lantai dihilangkan dan menggantinya menjadi bentuk lengkungan untuk

mencegah akumulasi debu dan kotoran serta memudahkan pembersihan.

Area di PT Aventis Pharma terbagi menjadi tiga kelas, yaitu ruang kelas

1, kelas 2, dan kelas 3. Pembagian kelas area ini mengikuti aturan Global Quality

Standard Sanofi group yang penamaannya berbeda dengan klasifikasi area

menurut CPOB. Ruang kelas 3 di PT Aventis Pharma lebih bersih dibanding

ruang kelas 2, demikian pula ruang kelas 2 lebih bersih dibanding ruang kelas 1.

Ruang kelas 3 setara dengan kelas kebersihan E yang digunakan sebagai ruang

produksi (processing) dan pengemasan primer (primary packaging). Sementara

itu, ruang kelas 2 yang setara dengan kelas kebersihan F merupakan ruang

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

99

Universitas Indonesia

pengemasan sekunder (secondary packaging), dan ruang kelas 1 diperuntukkan

untuk gudang.

Pada ruang-ruang tertentu, terdapat airlock yang berfungsi untuk

mencegah kontaminasi silang antar ruangan, seperti di ruang granulasi, tabletting,

penyalutan, serta ruang antara gudang dan processing. Untuk proses pengolahan

obat yang berbahaya, disediakan peralatan dan perlakuan khusus tersendiri,

contohnya adalah turret untuk proses cetak tablet Rovamycine. Saat pengolahan

Rovamycine, operator juga harus mengenakan pakaian khusus yang dapat

melindungi dari pengaruh buruk Rovamycine.

Antara gudang dan area produksi terdapat ruang transit untuk

memindahkan barang atau suplai bahan. Hal ini bertujuan untuk menghindari

penyebaran debu dari gudang ke area produksi. Selain itu, terdapat gowning area

untuk meminimalkan terjadinya pengotoran oleh partikel debu yang terbawa oleh

karyawan. Di area produksi terdapat empat ruang transit, yaitu:

a. Ruang transit 1 untuk mengirim bahan baku dari gudang ke bagian processing

yang ada di area kelas 3.

b. Ruang transit 2 untuk mengirim produk ruahan dan primary packaging

material dari gudang ke bagian pengemasan primer yang ada di area kelas 3.

c. Ruang transit 3 untuk mengirim secondary packaging material dari gudang ke

bagian pengemasan sekunder di area kelas 2

d. Ruang transit 4 untuk mengirim finished product dari bagian packaging di area

kelas 2 ke bagian gudang untuk disimpan.

Seluruh bangunan PT Aventis Pharma terawat dengan baik, senantiasa

dalam keadaan bersih dan rapi serta dilengkapi dengan peralatan dan utilitas untuk

menunjang pelaksanaan kegiatan dengan memprioritaskan pada terciptanya

sanitasi, higiene, keamanan dan keselamatan kerja serta kelestarian lingkungan

sekitar. Selain itu, setiap bangunan PT Aventis Pharma dilengkapi dengan pintu

emergency untuk keadaan darurat. Pintu ini selalu ditutup rapat untuk mencegah

pencemaran.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

100

Universitas Indonesia

5.4 Peralatan

Semua peralatan di PT Aventis Pharma memiliki dokumen kualifikasi,

prosedur tetap untuk operasional, pembersihan dan pemeliharaan, serta log book

untuk kalibrasi dan pemakaian alat. Peralatan-peralatan tersebut ditempatkan

dengan benar sehingga memudahkan pembersihan, perawatan dan perbaikan.

Peralatan dipilih dan diletakkan sesuai dengan fungsinya. Peralatan juga

dibersihkan secara teratur, sesuai prosedur pembersihan alat yang tercantum

dalam prosedur tetap, untuk mencegah kontaminasi yang dapat merubah identitas,

kualitas atau kemurnian suatu produk. Validasi pembersihan dilakukan pada

setiap peralatan yang critical untuk menyediakan verifikasi bahwa prosedur

pembersihan tersebut reprodusibel.

Tiap peralatan utama memiliki nomor identifikasi. Nomor tersebut dipakai

pada semua instruksi kerja dan pada catatan pengolahan dan pengemasan bets

yang menunjukkan bahwa alat tersebut digunakan pada proses tertentu. Seluruh

peralatan utama dan kritis yang digunakan harus dikualifikasi terlebih dahulu

meliputi kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional, dan kualifikasi kinerja.

Pelaksanaan kualifikasi di PT Aventis Pharma telah diuraikan dalam prosedur

tetap kualifikasi peralatan.

Setiap peralatan yang digunakan selalu dilengkapi catatan yang

menerangkan pemeliharaan, penggunaan, kalibrasi, dan perbaikan dalam satu

kesatuan pencatatan. Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur,

menguji, dan mencatat selalu diperiksa ketelitiannya secara teratur dan dikalibrasi

berdasarkan jadwal dan prosedur tetap kalibrasi. Setiap peralatan yang akan

digunakan untuk pengujian harus dipastikan bahwa jadwal kalibrasi peralatan

tersebut masih berlaku, sehingga hasil yang diperoleh dari pengujian

menggunakan peralatan tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan menunjukkan

hasil yang sebenarnya.

Peralatan untuk proses produksi obat, sebelum digunakan harus dipastikan

terlebih dahulu bahwa alat tersebut telah dibersihkan sebelumnya. Setiap peralatan

produksi mempunyai prosedur validasi pembersihan peralatan yang bertujuan

untuk memastikan dan membuktikan bahwa prosedur untuk pembersihan yang

dilakukan dapat menghilangkan residu bahan aktif dan deterjen serta mengurangi

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

101

Universitas Indonesia

jumlah cemaran mikroba. Setelah dibersihkan, maka peralatan diberi label

“BERSIH”. Hal ini bertujuan untuk menghindari kontaminasi produk oleh produk

yang dibuat sebelumnya.

5.5 Sanitasi dan Higiene

Sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam CPOB, PT Aventis

Pharma menerapkan tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi, meliputi personalia,

bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya dan setiap

hal yang dapat menjadi sumber pencemaran produk. Mutu produk harus selalu

dijaga agar terbebas dari kontaminasi akibat pengaruh lingkungan maupun

karyawan. Oleh karena itu, penerapan sanitasi dan higiene karyawan mutlak

diperlukan dalam proses pembuatan obat.

PT Aventis Pharma sangat memprioritaskan kesehatan dan keselamatan

kerja karyawan dan lingkungannya agar terhindar dari paparan produk yang

berbahaya. Untuk itu, PT Aventis Pharma melaksanakan seluruh kegiatannya

menggunakan standar yang ditetapkan oleh HSE dengan berpedoman kepada

Global HSE Standard, yaitu suatu standar yang bertujuan untuk meminimalkan

bahaya paparan produk terhadap karyawan dan lingkungan.

Tindakan nyata yang telah dilaksanakan oleh HSE adalah pelatihan yang

menyangkut kesehatan, keselamatan kerja, dan lingkungan. Program sanitasi dan

higiene personalia yang diterapkan antara lain program pemeriksaan kesehatan,

dan penerapan kebersihan perorangan seperti cuci tangan sebelum memasuki

ruang produksi, penggunaan pakaian bersih, serta kebiasaan higienis seperti

dilarang makan di ruang produksi. Di bidang kesehatan, setiap tahun dilaksanakan

pemeriksaan kesehatan pada seluruh personalia untuk mengetahui hubungan

antara jenis kegiatan yang dilakukan dengan perkembangan kesehatannya.

Evaluasi hasil pelaksanaan program HSE berdasarkan pada laporan terjadinya

kecelakaan kerja.

Pada daerah produksi, terdapat ruang loker pria maupun wanita (berlokasi

di lantai pertama), semua personel melepaskan pakaian dan sepatu yang

dipakainya sejak dari rumah dan menyimpannya di dalam loker pakaian dan loker

sepatu individual. Kemudian personel baru diperbolehkan memasuki area abu-abu

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

102

Universitas Indonesia

pada ruang loker melalui ruang pencucian, dimana mereka diharuskan untuk

mencuci tangan mereka.

Untuk menjamin keamanan karyawan dan melindungi produk dari

pencemaran, maka karyawan menggunakan pakaian pelindung badan yang bersih,

dan juga alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan dan kacamata. Personel

yang bekerja pada bagian processing menggunakan pakaian seragam (biru muda)

sedangkan personel yang bekerja di ruang packaging mengenakan seragam kerja

(biru tua). Perlengkapan ini dikenakan di gowning room sebelum karyawan

memasuki daerah produksi atau laboratorium. Pada gowning room di daerah

produksi terdapat wastafel untuk mencuci tangan. Kegiatan makan dan minum

tidak boleh dilakukan di daerah produksi dan laboratorium, oleh karena itu

disediakan ruangan khusus yaitu pantry untuk kegiatan tersebut.

Personel yang hendak meninggalkan area pekerjaannya, seperti makan

siang, mereka harus mengganti pakaiannya dengan pakaian yang mereka pakai

dari rumah dengan mengikuti prosedur kebalikan dari prosedur di atas. Para

karyawan harus mengganti pakaian kerja mereka secara teratur setidaknya dua

kali dalam seminggu. Ruangan-ruangan dan lemari untuk menyimpan pakaian

kerja yang bersih termasuk sepatu diatur sesuai dengan prosedur tetap yang ada.

Bangunan di PT Aventis Pharma dilengkapi dengan toilet, tempat cuci

tangan dalam jumlah yang cukup dan letaknya terjangkau dari tempat kerja

karyawan. Semua peralatan yang digunakan, dibersihkan menurut prosedur yang

telah ditetapkan serta dijaga dan disimpan dalam kondisi yang bersih. Sebelum

dipakai, kebersihannya harus selalu diperiksa ulang untuk memastikan bahwa

seluruh produk atau bahan di bets sebelumnya telah dihilangkan. Catatan

mengenai pelaksanaan pembersihan dan sanitasi disimpan dengan baik. Selain itu,

prosedur sanitasi dan higiene dievaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa

hasil penerapan prosedur yang bersangkutan cukup efektif dan selalu memenuhi

persyaratan.

5.6 Produksi

Suatu proses produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur

yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB agar dapat menghasilkan

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

103

Universitas Indonesia

produk yang memenuhi persyaratan mutu serta ketentuan izin pembuatan dan izin

edar (registrasi). Mutu obat yang dihasilkan tidak hanya ditentukan pada hasil

akhir analisa obat tetapi juga ditentukan sejak kedatangan material hingga

keseluruhan proses produksi selesai, sehingga terdapat prosedur baku untuk tiap

langkah proses beserta persyaratan yang harus diikuti dengan konsisten seperti

yang tercantum dalam prosedur pengolahan induk dan prosedur pengemasan

induk, sehingga dapat menjamin mutu obat yang diproduksi sesuai spesifikasi

yang telah ditentukan.

Di PT Aventis Pharma, semua bahan awal yang digunakan dalam kegiatan

produksi telah dinyatakan lulus oleh QC Unit. Pemindahan barang dari gudang ke

area kelas 2 dan kelas 3 melewati ruang transit material menggunakan sistem

airlock untuk menghindari pencemaran ke area produksi. Sebelum proses

pengolahan, dilakukan check list terhadap suhu, kelembaban dan tekanan udara

dan semua hasil pemeriksaan tersebut dicatat. Semua peralatan yang digunakan

dalam proses produksi harus diperiksa sebelum digunakan. Selain itu juga

dilakukan line clearance oleh supervisor maupun foreman untuk mencegah mix

up dari produk sebelumnya.

Selama proses produksi maupun pengemasan selalu dilakukan In Process

Control (IPC) sebagai suatu bentuk pengawasan mutu produk. IPC dilakukan

melalui kerjasama antara Production Department dengan QC Unit. Selama proses

IPC, dilakukan evaluasi parameter-parameter kritis, diantaranya adalah

keseragaman bobot, kekerasan, keregasan, waktu hancur, dan lain-lain. Sampling

dilakukan oleh Production Department, sedangkan pemeriksaannya dilakukan

bersama-sama oleh bagian produksi dan QC. Production Department hanya

melakukan pemeriksaan keseragaman bobot, keregasan, kekerasan, dan waktu

hancur, sedangkan pemeriksaan kadar zat aktif tablet dan uji disolusi dilakukan

oleh QC. Apabila pada suatu proses ditemukan adanya kelainan atau kegagalan

maka harus diselidiki, diatasi, dan didokumentasikan.

Proses pengemasan dilakukan di dua kelas, yaitu pengemasan primer

dilakukan di area kelas 3, sedangkan pengemasan sekunder dilakukan di area

kelas 2. Proses pengemasan dilaksanakan dengan pengawasan yang ketat untuk

menjamin identitas, keutuhan, kelengkapan, dan kualitas produk yang telah

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 120: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

104

Universitas Indonesia

dikemas. Sebelum pengemasan dimulai, dipastikan bahwa peralatan dan ruangan

atau jalur pengemasan dalam keadaan bersih dan bebas dari produk lain yang

tidak diperlukan dalam pengemasan. Penandaan pada label, dus ataupun

komponen lain dengan nomor bets, tanggal kadaluarsa, dan informasi lain diawasi

secara ketat pada setiap tahap pengemasan.

Bentuk pengawasan mutu dalam pengemasan ini adalah pemeriksaan

kebocoran blister yang dilakukan pada awal, tengah, dan akhir proses

pengemasan. Pemeriksaan kebocoran pengemas ini dilakukan dengan

menggunakan alat vakum, dengan cara merendam produk yang telah dikemas

dalam methylene blue. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan bahwa

produk obat tersebut tetap memenuhi spesifikasi yang ditentukan mulai dari

pengemasan hingga dikonsumsi oleh konsumen.

Sisa produk atau produk yang rusak selama pengemasan, dihitung, dicatat

kemudian dihancurkan. Selanjutnya, produk jadi dikirim ke gudang untuk

dikarantina. Keputusan bahwa produk bersangkutan dapat dipasarkan atau tidak

(released atau rejected) tergantung hasil pemeriksaan dari QC Unit.

5.7 Pengawasan Mutu

Pengawasan mutu merupakan bagian yang essensial dari CPOB untuk

memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang

sesuai dengan tujuan pemakaiannya dan kualitas obat yang dihasilkan selalu

konsisten memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Keterlibatan dan komitmen

semua pihak yang berkepentingan pada semua tahap merupakan keharusan untuk

mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai kepada distribusi

produk jadi. Pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi

juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk.

Pengawasan mutu di PT Aventis Pharma secara menyeluruh dilakukan

oleh IQC Department. Pengawasan mutu ini dilakukan terhadap bahan awal,

produk setengah jadi sampai dengan produk jadi yang siap digunakan, termasuk di

dalamnya penilaian terhadap pemasok dan distributor. IQC Department

membawahi dua unit kerja, yaitu Quality Assurance Unit (QA Unit) dan Quality

Control Unit (QC Unit). QA Unit bertanggung jawab penuh terhadap mutu obat

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 121: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

105

Universitas Indonesia

yang dihasilkan mulai dari bahan awal, proses produksi, environtment monitoring,

dokumentasi, validasi, stabilitas, kualifikasi dan kalibrasi, penanganan

penyimpangan dan hasil uji diluar spesifikasi, inspeksi diri dan audit internal,

pengendalian terhadap perubahan, pelatihan personalia, audit pemasok,

penanganan distribusi obat jadi, penangan keluhan dan penangan sample tertahan.

Di lain hal, QC Unit bertanggung jawab penuh pada pemeriksaan spesifikasi

bahan awal, produk antara dan produk jadi.

QC Unit di PT Aventis Pharma telah memiliki sarana laboratorium

pemeriksaan yang sangat baik. Laboratorium dilengkapi dengan peralatan yang

lengkap. Ada tiga laboratorium di departemen ini, yaitu laboratorium kimia,

laboratorium instrumen, dan laboratorium mikrobiologi. Laboratorium instrumen

memiliki peralatan yang memadai dalam pengujian. Peralatan dikalibrasi menurut

jadwal yang telah ditetapkan. Seluruh peralatan juga dilengkapi dengan prosedur

tetap untuk pengoperasiannya yang diletakkan di dekat instrumen atau peralatan

bersangkutan.

Di laboratorium kimia, pereaksi yang dibuat diberi label yang sesuai,

seperti nama pereaksi, konsentrasi, waktu pembuatan, batas waktu penggunaan

dan tanda tangan analis yang membuat pereaksi yang bersangkutan. Dengan

demikian identitas seluruh pereaksi yang digunakan dapat diketahui dengan jelas

guna menjamin kebenaran hasil pengujian. Selain itu, terdapat pula baku

pembanding yang disimpan secara rapi menurut kondisi penyimpanannya. Dalam

melakukan tugasnya, seluruh personel diwajibkan untuk memakai pakaian

pelindung dan alat pengaman seperti masker, kacamata, dan sarung tangan yang

disesuaikan dengan keperluannya.

Pengawasan mutu terus dilakukan meskipun proses produksi telah selesai

dilaksanakan yang diwujudkan dalam bentuk pemeriksaan hasil akhir dari

masing-masing tahapan proses. Hasil pemeriksaan dituangkan dalam Catatan

Hasil Pemeriksaan (CHP) dan pengesahan status produk dilakukan oleh QC

Supervisor. QA Unit harus dapat menjamin bahwa obat yang dibuat dan

dipasarkan telah memenuhi persyaratan CPOB, HSE dan Global Quality

Standard. Mutu produk tidak hanya diperoleh dari serangkaian pengujian yang

dilakukan terhadap produk akhir tetapi mutu harus dibentuk ke dalam produk

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 122: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

106

Universitas Indonesia

sejak awal. Oleh karena itu, QA selalu mengontrol setiap langkah dalam proses

produksi, melakukan analisa bila terjadi kegagalan, serta melakukan audit

terhadap supplier dan semua aspek yang mempengaruhi mutu produk.

5.8 Inspeksi Diri dan Audit Internal

Inspeksi diri dilakukan untuk menilai kesesuaian antara seluruh aspek

produksi dan pengendalian mutu dalam industri farmasi dengan ketentuan CPOB,

serta untuk mengevaluasi dan menentukan tindakan apa yang harus diambil

sebagai langkah korektif jika terjadi suatu penyimpangan. Program inspeksi diri

merupakan langkah peninjauan kembali sarana, prasarana dan seluruh tata kerja

pabrik yang mungkin dapat berpengaruh pada jaminan mutu. Dengan adanya

inspeksi diri maka dapat dilakukan perbaikan terus menerus terhadap berbagai

kelemahan yang mungkin timbul. Inspeksi diri juga bertujuan untuk mengetahui

cacat kritis, berdampak kecil, berdampak besar. Dengan demikian langkah-

langkah pencegahan dan perbaikan cacat tersebut dapat segera ditentukan.

Inspeksi diri adalah kegiatan penilaian yang dilakukan secara regular, sistematis,

dan objektif. Reguler berarti rutin, terdapat jadwal pelaksanaan inspeksi diri

dalam jangka waktu tertentu untuk menjamin tercapainya kesesuaian secara

kontinyu. Inspeksi juga harus dilakukan secara sistematis, dalam artian terdapat

langkah-langkah pengerjaan yang jelas dan daftar hal-hal yang harus diperiksa

untuk mendapatkan standar inspeksi yang seragam. Sementara objektif artinya

inspeksi dilakukan oleh seseorang yang tidak terkait dengan departemen yang

sedang diperiksa. Inspeksi diri harus dilakukan oleh suatu tim auditor yang

kompeten serta memahami peraturan atau regulasi yang terkait secara teoritis

maupun praktis. Laporan inspeksi diri mencakup hasil, penilaian, kesimpulan dan

usulan tindakan perbaikan. Hasil dari inspeksi diri ini dapat dijadikan sebagai

bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan baru, agar penyimpangan yang

terjadi tidak terulang kembali.

Inspeksi diri di PT Aventis Pharma dilakukan oleh tim inspeksi diri yang

terdiri atas orang-orang yang berkompeten dalam perusahaan untuk menjaga

standar mutu sesuai persyaratan perusahaan. Tim inspeksi diri diketuai oleh QA

Manager dan beranggotakan manajer atau supervisor departemen terkait. Program

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 123: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

107

Universitas Indonesia

ini dilakukan secara berkala dan rutin, yaitu setiap bulan, tiga bulan, setahun

sekali dan dua tahun sekali. Inspeksi yang menyeluruh terhadap aspek-aspek

CPOB dilakukan setiap tahun sekali. Standar yang digunakan untuk inspeksi

adalah Quality Manual Aventis, GMP Internasional, serta CPOB yang ada di

Indonesia. Semua prosedur, catatan, dan laporan inspeksi diri di PT Aventis

Pharma didokumentasikan dan disimpan oleh QA Unit. Laporan inspeksi ini

selanjutnya dilaporkan kepada Head of IQC. Head of IQC akan mengevaluasi

laporan dan menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan agar penyimpangan

yang terjadi tidak terulang dimasa mendatang (Corrective Action Plan). Laporan

inspeksi selanjutnya juga dilaporkan kepada Aventis Pharma Global yang

selanjutnya akan melakukan penilaian terhadap PT Aventis Pharma Indonesia.

5.9 Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk,

dan Produk Kembalian

Keluhan terhadap produk obat dibagi menjadi dua, yaitu keluhan yang

menyangkut Efek Samping Obat (ESO) dan menyangkut Keluhan Teknis Kualitas

Obat (KTKO). Keluhan terhadap obat dapat berasal dari dalam maupun luar

perusahaan. Keluhan dari dalam perusahaan dapat berasal dari semua pihak yang

berhubungan dengan kegiatan manufaktur. Sedangkan keluhan dari luar

perusahaan dapat berasal dari distributor, dokter, pasien, apoteker, Rumah Sakit

(RS) atau klinik, pemerintah (Badan POM), dan media massa. Bila terdapat

keluhan terhadap obat produksi PT Aventis Pharma, maka sampel obat segera

diperiksa dan diadakan diskusi dengan departemen terkait untuk dilakukan

perbaikan. Investigasi dan penyelesaian kasus harus diselesaikan dalam waktu

satu bulan kemudian dibuat surat tanggapan atas keluhan kepada konsumen atau

pelapor. Keluhan yang berhubungan dengan medis ditujukan ke Medical &

Regulatory Division, sedangkan yang menyangkut KTKO ditujukan ke IQC

Department. Tindak lanjut dari keluhan tersebut dapat berupa penggantian produk

atau penarikan produk.

Penarikan Kembali Obat Jadi (PKOJ) dilakukan bila ditemukan ada

produk obat yang tidak memenuhi persyaratan mutu atau atas dasar pertimbangan

adanya efek samping obat yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan. Penarikan

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 124: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

108

Universitas Indonesia

obat jadi ini dapat dilakukan atas keinginan produsen (misalnya karena stabilitas

obat tidak baik) atau keinginan Badan POM (keluhan dari segi medis dan

farmasi). PKOJ harus dilakukan segera setelah evaluasi laporan dan bila perlu

setelah didapatkan hasil pemeriksaan contoh pertinggal (retained sample) di

laboratorium QC.

Upaya yang dilakukan oleh PT. Aventis Pharma untuk menjaga mutu

produk agar setelah keluar dari pabrik dapat terjamin mutunya hingga sampai ke

konsumen adalah melakukan audit kepada distributor yang akan dipilih. Salah

satu penilaiannya adalah distributor harus mempunyai suatu sistem distribusi yang

baik artinya mengetahui kemana saja produk tersebut didistribusikan.

PKOJ diselidiki hingga tingkat mana produk tersebut ada pada jaringan

distribusi. Tingkat PKOJ ditentukan berdasarkan luas dan jauhnya obat jadi

tersebut beredar di pasaran, yakni:

a. Tingkat I : bila obat baru mencapai distributor pusat.

b. Tingkat II : bila obat sudah mencapai sub-distributor (di daerah).

c. Tingkat III : bila obat sudah didistribusikan dan sudah mencapai sarana

pelayanan obat seperti apotek, rumah sakit, poliklinik dan toko obat.

d. Tingkat IV : bila obat sudah didistribusikan secara luas dan telah mencapai

konsumen seperti dokter, serta pemakai akhir yaitu pasien.

Obat kembalian adalah obat jadi yang kembali setelah diserahterimakan

dari PT Aventis Pharma ke pihak ketiga (distributor) dan dikembalikan ke gudang

PT Aventis Pharma dengan alasan masalah keabsahan maupun salah kirim,

penarikan produk dan atau pack size dari pasaran, kerusakan obat atau

pengemasnya selama pengiriman atau penyimpanan dan kelainan dari segi

kualitas obat maupun bahan pengemasnya. Obat yang sudah kadaluarsa di

distributor dan dikembalikan ke PT Aventis Pharma tidak termasuk dalam

penggolongan obat kembalian karena pada prinsipnya PT Aventis Pharma tidak

menerima pengembalian obat yang sudah kadaluarsa. Ada prosedur tetap dalam

menyelidiki dan menganalisis obat yang dikembalikan serta menetapkan apakah

obat tersebut dapat diolah kembali atau dimusnahkan. Obat kembalian disimpan

di gudang pada tempat khusus dan menunggu keputusan QC, apakah akan

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 125: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

109

Universitas Indonesia

dikemas ulang, di-rework, atau dimusnahkan. Obat kembalian yang tidak dapat

diolah kembali akan dimusnahkan dan dibuat Berita Acara Pemusnahan.

5.10 Dokumentasi

Salah satu hal yang sangat fundamental dalam pengoperasian suatu

perusahaan farmasi agar dapat memenuhi persyaratan CPOB adalah dokumentasi.

Sistem dokumentasi yang dirancang atau digunakan hendaknya mengutamakan

tujuannya yaitu menentukan, memantau atau mencatat mutu dari seluruh aspek

produksi dan pengendalian mutu. Dokumentasi ini diperlukan pula untuk

memastikan bahwa setiap petugas mendapat instruksi secara rinci dan jelas

mengenai bidang tugas yang harus dilaksanakan, sehingga memperkecil risiko

kekeliruan yang biasanya timbul apabila hanya mengandalkan komunikasi lisan.

Hal ini dikarenakan sistem dokumentasi menggambarkan riwayat lengkap dari

setiap bets atau lot suatu produk, sehingga memungkinkan penyelidikan serta

penelusuran terhadap bets atau lot produk yang bersangkutan. Selain itu, sistem

dokumentasi digunakan pula dalam pemantauan dan pengendalian kondisi

lingkungan, perlengkapan, dan personalia.

Semua kegiatan di setiap departemen PT Aventis Pharma sudah memiliki

dokumentasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan fungsi dan tugasnya

masing-masing. Semua dokumen disahkan oleh departemen terkait, atas

persetujuan IQC Department. Semua dokumen mempunyai sistem penomoran

yang memudahkan penelusuran apabila diperlukan dan dijaga agar selalu aktual

sehingga setiap dokumen ditinjau ulang secara berkala atau dilakukan perbaikan

bila diperlukan yang diatur dalam protap penanganan dokumen. Protap asli

disimpan, didistribusikan dan dipantau jika sewaktu-waktu terjadi perubahan oleh

QA Unit. Segala bentuk modifikasi terhadap dokumen dikendalikan melalui

prosedur change control. Semua dokumen secara jelas mempunyai judul, tujuan

dan isi, serta semua dokumen harus dijaga dan didistribusikan secara confidential.

5.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak

Adakalanya suatu produk tidak dapat dibuat di dalam pabrik itu sendiri

karena suatu alasan tertentu (misalnya keterbatasan fasilitas) sehingga produk

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 126: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

110

Universitas Indonesia

tersebut dibuat oleh pabrik lain yang ditunjuk. Dalam hal ini, semua kontraktor

atau pabrik yang ditunjuk untuk membuat produk harus disetujui status GMP dan

standar mutunya sebelum kontrak untuk memproduksi obat tersebut disetujui

bersama. Terdapat beberapa kategori perjanjian kerjasama (kontrak). Kategori

tersebut adalah kontrak dasar dan quality agreement. Pada quality agreement, di

samping hal-hal yang mencakup perjanjian dasar, kontrak tersebut harus

mencakup persetujuan tentang pharmaceutical quality. Persetujuan tersebut harus

mencerminkan semua aktifitas GMP pada proses pengolahan, pengemasan,

analisa, penyimpanan, dan distribusinya baik yang mencakup keseluruhan

aktifitas maupun sebagian. Ketentuan mengenai kerjasama kontrak ini diatur

dalam prosedur tetap Contract Manufacturer.

PT Aventis Pharma menjalin kontrak kerjasama dengan PT Boehringer-

Ingelheim Indonesia (PT BII). PT BII membuat produk toll manufacturing yang

ditujukan untuk PT Aventis Pharma. Selain itu, PT Aventis Pharma menjalin

kontrak dengan PT Indofarma, dimana PT Aventis Pahrma membuat produk toll

manufacturing untuk PT Indofarma. Produk yang dibuat adalah carbamazepin

tablet, acyclovir cream dan bacitracin cream.

5.12 Kualifikasi dan Validasi

Kualifikasi dan validasi merupakan salah satu aspek penting CPOB yang

wajib diterapkan dalam setiap industri farmasi sebagai bukti pengendalian

terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap

fasilitas, peralatan dan proses yang dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah

divalidasi. Validasi proses adalah salah satu jenis validasi yang dilakukan untuk

memastikan dan memberi pembuktian terdokumentasi bahwa proses (berlangsung

dalam parameter desain yang telah ditentukan) mampu dan dapat dipercaya

menghasilkan produk sesuai dengan kualitas yang diinginkan dan memiliki

tingkat keberulangan yang tinggi. Terdapat tiga jenis proses validasi, yaitu

validasi prospektif, validasi konkuren dan validasi retrospektif.

Selain validasi, dilakukan juga kualifikasi, yaitu pembuktian secara tertulis

berdasarkan data yang menunjukkan bahwa suatu peralatan, fasilitas sistem

penunjang (utility) komputer dan proses pengemasan secara otomatis bekerja

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 127: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

111

Universitas Indonesia

sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan sehingga secara konsisten dapat

menghasilkan produk dengan standar mutu yang telah ditetapkan. Kualifikasi

terdiri atas empat tahap, yaitu Design Qualification (DQ), Instalation

Qualification (IQ), Operational Qualification (OQ) dan Performance

Qualification (PQ). Keempat tahapan kualifikasi dilakukan untuk peralatan dan

sistem baru, sedangkan untuk peralatan dan sistem yang dimodifikasi tidak

dilakukan tahap Design Qualification.

Di PT Aventis Pharma telah dilakukan validasi dan kualifikasi terhadap

aspek fasilitas, sistem, proses, dan peralatan sesuai dengan standar yang

ditetapkan oleh PT Aventis Pharma dalam Global Quality Standard. Berdasarkan

objek yang divalidasi, PT Aventis Pharma melakukan validasi terhadap proses

produksi (process validation) dan pembersihan (cleaning validation) baik untuk

ruangan maupun peralatan. Semua aktivitas kualifikasi dan validasi dituangkan

dalam Validation Master Plan (VPM). VPM harus dikaji ulang minimal setiap dua

tahun sekali atau jika ada perubahan jadwal secara signifikan.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 128: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

112 Universitas Indonesia

BAB 6KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

6.1.1 PT Aventis Pharma secara umum telah menerapkan CPOB dengan baik dan

mengacu pada Sanofi Global Standard untuk menjamin kualitas produk

yang dihasilkannya.

6.1.2 Apoteker memiliki peran penting di industri farmasi sebagai pendorong dan

pengarah dalam penerapan CPOB, terutama di bidang manufacturing

(Production Department) dan pengawasan mutu (Industrial Quality and

Compliance Department). PT Aventis Pharma telah memaksimalkan fungsi

industrial apoteker dengan baik. Hal ini terlihat dari jumlah tenaga apoteker

yang cukup dan terkulaifikasi serta penempatannya pada posisi-posisi

strategis yang mendukung proses produksi berjalan sesuai dengan tujuan

penggunaanya.

6.2 Saran

6.2.1 Penerapan aspek-aspek CPOB di PT Aventis Pharma perlu terus

dipertahankan dan ditingkatkan untuk menjamin konsistensi mutu produk

yang dihasilkan.

6.2.2 PT Aventis Pharma sebaikanya terus berusaha meningkatkan kesadaran

para karyawan akan pentingnya penerapan CPOB dalam segala aspek

yang berkaitan dengan produksi

6.2.3 Pengembangan produk dapat dilakukan oleh manufaktur di Indonesia

dengan membentuk bagian penelitian dan pengembangan atau Research

& Development (R&D) di PT Aventis Pharma.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 129: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

113 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Aventis Pharma. (2005). Prosedur Tetap Purchasing Department. Jakarta:Aventis Pharma.

Aventis Pharma. (2012). Prosedur Tetap IQC Department : Quality Assurance &Quality Control Unit. Jakarta: Aventis Pharma.

Aventis Pharma. (2009). Prosedur Tetap Technical Service Department. Jakarta:Aventis Pharma.

Aventis Pharma. (2010). Prosedur Tetap Plant Logistic Department. Jakarta:Aventis Pharma.

Aventis Pharma. (2010). Prosedur Tetap Production Department : Processingand Packaging Unit. Jakarta: Aventis Pharma.

Aventis Pharma. (2011). Prosedur Tetap HSE Department. Jakarta: AventisPharma.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2006). Pedoman Cara Pembuatan ObatYang Baik, Edisi 2006. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Keputusan MenteriKesehatan Republik Indonesia No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentangKetentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha IndustriFarmasi. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 130: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

1

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 131: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

117

Tabel 4.1. Klasifikasi Ruangan PT Aventis Pharma

Kelas

Jumlah cemaran mikroorganisme(beroperasi)

Jumlah cemaranpartikel

Perbedaantekananudara

Pergantianudara

Suhu Kelembaban

AirSample

SedimentasiSwab Test

/ RodacPlate

HIAC ROYCO 245 A

TidakBeroperasi

BeroperasiPa

kali perjam

°C % RHLimit(Koloni /

m3)

Limit(Koloni /

m3)

Limit(Koloni /

m3) ≥ 0,5 µm ≥ 5,0 µmKelas 3 ≤ 500 ≤ 100 ≤ 80 3.500.000 20.000 ≥ 7,5 ≥ 10 19 - 25 30 - 60

Kelas 2Tidak

ditetapkanTidak

ditetapkanTidak

ditetapkanTidak

ditetapkanTidak

ditetapkan≥ 0

Sesuaikebutuhan

19 - 25Sesuai

kebutuhan

Kelas 1Tidak

ditetapkanTidak

ditetapkanTidak

ditetapkanTidak

ditetapkanTidak

ditetapkan-

Sesuaikebutuhan

Sesuaikebutuhan

Sesuaikebutuhan

135

114

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 132: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

115

Tabel 4.2. Spesifikasi Pemeriksaan Portable Water, Purified Water, dan PurifiedWater MiliQ-Plus

Potable water Purified water Purified water MiliQ-PlusPemeriksaan Spesifikasi Pemeriksaan Spesifikasi Pemeriksaan Spesifikasi

Pemerian

Larutanjernih tidakberwarna,

tidak berbau,tidak berasa

Pemerian

Larutanjernih tidakberwarna,

tidak berbau,tidak berasa

Pemerian

Larutanjernih tidakberwarna,

tidak berbau,tidak berasa

Konduktivitas 1,3 µS/cm Partikel

Larutanharus jernih

(bebaspartikel)

Partikel

Larutanharus jernih

(bebaspartikel)

Jumlah zatterlarut

≤ 1000 ms/L pH 5-7 pH 5-7

Seng ≤ 5,0 mg/ml Konduktivitas 1,3 µS/cm Konduktivitas 1,3 µS/cm

Krom≤ 0,05mg/ml

Resapan

400-200 200 190

Zat yangmudah

teroksidasi

Larutantetap

berwarnamerah muda

Alumunium ≤ 0,2 mg/ml ≤ 0,05mg/ml

KloridaLarutan

tidak keruh

Besi ≤ 0,3 mg/ml ≤ 0,01mg/ml Nitrat ≤ 0,2 mg/ml

KesadahanCaCO3

≤ 500 mg/ml ≤ 0,01mg/ml Sulfat

Tidak terjadikekeruhan

Klorida ≤ 250 mg/mlZat yangmudah

teroksidasi

Larutantetap

berwarnamerah muda

Kalsium danmagnesium

Tidak terjadiwarna biru

Mangan ≤ 0,1 mg/ml Klorida≤ 0,05mg/ml Ammonium ≤ 0,1 mg/ml

Nitrat sebagaiN

≤ 10,0mg/ml Nitrat ≤ 0,2 mg/ml Logam berat

Pb≤ 0,1 mg/ml

Nitrit sebagai N ≤ 1,0 mg/ml SulfatTidak terjadikekeruhan

Zat padattotal

≤ 1 mg/100ml

Ph 6,5-8,5 Ammonium ≤ 0,2 mg/ml CO2Campurantetap jernih

Sianida ≤ 0,1 mg/ml Kalsium danmagnesium

≤ 0,1mg/ml

Sulfat ≤ 400 mg/ml KalsiumTidak terjadiwarna biru

Sulfida≤ 0,05mg/ml

Logam beratPb

Tidak terjadikekeruhan

Tembaga ≤ 1,0 mg/ml Zat padattotal

≤ 0,3mg/100ml

Timbal≤ 0,05mg/ml CO2

Campuranjernih

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 133: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

116

Tabel 4.3. Jenis-Jenis Air Handling Unit (AHU)

Jenis AHU Ruang yang disuplai

AHU-FA 01 Mensuplai AHU-01, AHU-02, dan AHU-06.AHU-FA 02 Mensuplai AHU-03, AHU-04, AHU-05A, AHU-05B.

AHU 01 Secondary Packaging (area kelas 2).AHU 02 Corridor, staging bulk, workshop & tools, primary packaging

material transit, staging primary packaging material transit,primary packaging line 1, primary packaging line 2, primarypackaging line 3, primary packaging line 4, LAF, corridor class3 between line 3 & 4, corridor class 3 between line 1 & 2.

AHU 03 Coating, technical area of coating, dirty container staging andwashing.

AHU 04 Corridor productin wet granulation, lubrication, washing,semisolid, sundry, office (processing), production manager,punches and die.

AHU 05A Weighing, remaining material, broken material, staging.AHU 05B IPC, tabletting korsch, tabletting fette 1200, granulating and

staging, filling suppositoryAHU 06 Gowning area

AHU 07 dan 08 WarehouseDX AHU 01 Quarantine raw and packaging material cool storage (<250 C).DX AHU 02 Released raw and packaging material cool storage (<250 C).DX AHU 03 Airlock sampling area, sampling raw material, change room,

airlock & personal entrance/ exit.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 134: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

117

Tabel 4.4. Tingkatan Occupational Exposure Band (OEB)

KategoriNilai OEL(mcg/m3)

Karakteristik Senyawa

OEB 1 1000-5000Tidak berbahaya, tidak iritatif dan/atau memilikiaktivitas farmakologi yang rendah

OEB 2 100-1000Berbahaya/ iritatif dan/atau dengan aktivitasfarmakologi sedang

OEB 3 10-100Agak toksik dan/atau dengan aktivitas farmakologitinggi

OEB 4 1-10Toksik, mungkin korosif atau genotoksik dan/ataudengan aktivitas farmakologi yang sangat tinggi

OEB 5 < 1Sangat toksik, mungkin korosif atau genotoksikdan/atau dengan aktivitas farmakologi yang sangattinggi

Tabel 4.5. Kategori Produk PT Aventis Pharma Berdasarkan OEB

Kategori Contoh nama produk

OEB 1 Batrafen (Ciclopirox olamine)Trental (Pentoxifylline)

OEB 2 Avil (Pheniramine maleat)Lasix (Furosemide)

Novalgin (Metamizole sodium)Profenid Suppo (Ketoprofene)

Rulid (Roxithromycin)Urbason (Methyl Prednisolon)

OEB 3 Amaryl (Glimepiride)Daonil (Glyburide)

Dermatop (Prednicarbate)Esperson (Desoximethasone)

Flagyl Forte, flagyl Suppo (Metronidazole)Flagystatin Ovule (Metronidazole+Nystatin)

Frisium (Clobazam)Triatec ( Ramipril)

OEB 4 Rovamycin (Spiramycin)OEB 5 -

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 135: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

118

Tabel 4.6. Parameter Baku Mutu Air Kategori D

ParameterSintesis Formulasi

Kadar max(mg/L)

Beban limbah max(kg/L)

Kadar max(mg/L)

BOD (5 hari, 20°C) 75 1,875 75COD (bichromat) 100 2,5 100TSS (padatantersuspensi total)

60 1,5 60

Fenol 0,5 0,0125 0,5Total nitrogen 30 0,75 30PH 6-9 - 6-9Zat organik (KmnO4) 85 2,125 85Tes antibiotik - - -

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 136: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 137: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

119

Lampiran 1. Peta Akses PT Aventis Pharma

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 138: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

120

Lampiran 2. Peta Lokasi PT Aventis Pharma

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 139: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

121

Lampiran 3. Struktur Organisasi PT Aventis Pharma

Communication & GovernmentRelation Director

Sales Director

Chief Financial Officer

Human Resources Director

General Manager-VaccineDivision

Business Development Director

Business Unit Director

Medical & Regulatory Director

Business Support Director

Marketing Director

Executive Assistant

General Manager

Plant Director

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 140: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

122

Lampiran 4. Struktur Organisasi Industrial Affairs, April 2012

Production PlanningSupervisor

Vice President IA, Aspac & Japan Region

IA HR Manager IA Assistant

IA Controller Procurement Manager

Cost AccountingSupervisor

Production ManagerHead of IQC Head of Logistics TS & HSE Manager

QA Manager

QC Supervisor

ProcessingSupervisor

PackagingSupervisor

Plant LogisticsManager

WarehouseSupervisor

ManufacturingFacility Supervisor

HSE Supervisor

PLOT SECURITY

Plant Director

Procurement Officer Procurement Officer

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 141: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

123

Lampiran 5. Struktur Organisasi Departemen Industrial Quality and Compliance

Head of Industrial Quality andCompliance (IQC)

Quality Control Supervisor Quality Assurance Manager

Microbiological Control

Chemical & PhysicalControl (SFG, FG)

Chemical & PhysicalControl (raw material)

AMD & Stability Study

Lab Service, Calibration &Packaging Material

General Worker – Sampler(RM, SFG)

QC Analyst Support Telfast &

Offensive Generic

QA Officer

Compliance and Investigation

QA Officer

CAPA, project Progress andArtwork

QA Officer

Release, Documentation, Training,APR

Sampling-Testing PM & FGRetained Sample

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 142: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

124

Lampiran 6. Diagram Pengambilan Keputusan terhadap Hasil di Luar

Spesifikasi

Hasil TMS

Periksa kondisi analisis(Gunakan daftar periksa)

Ditemukankesalahan

Tidak ditemukankesalahan

Investigasi diperluasLakukan Perbaikan

Hasil OOS tidakberlaku

Cek ulang

Investigasi BatchRecord/Prod atau

kesalahan bets

Periksa carasampling (gunakan

daftar periksa)

Kesalahan tidakditemukan

Ditemukankesalahan

Kesalahanditemukan

Bets ditolak Lakukanperbaikan

Evaluasi dan menentukanrancang strategi yang tepat

Variabel: Persiapancontoh/ ganti analis/alat /periksa contoh thd contoh

yg sudah diluluskan

Kesalahanditemukan

Kesalahantidak

ditemukan

Betsdiluluskan

Bets ditolak

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 143: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

125

Lampiran 7. Contoh-Contoh Label

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 144: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

126

Lampiran 8. Alur Pemeriksaan Bahan Baku

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 145: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

127

Lampiran 9. Persyaratan Jumlah Bakteri, Total Koliform, dan Koliform Tinja

pada Masing-Masing Jenis Air

NoJenis

cemaranAir

sumurAir PAM

Potablewater

Purifiedwater

MiliQ-plus

1Jumlah bakteri tidak

ditetapkan100

(kol/ml)100

(kol/ml)100

(kol/ml)100

(kol/ml)

2 total koliform <10 0 (kol/ml) 0 (kol/ml) - -3 koliform tinja - - 0 (kol/ml) - -

Keterangan:

1. Air sumur adalah air yang diperoleh langsung dari sumur artris tanpa

pengolahan awal. Air sumur diperiksa setiap 6 bulan sekali

2. Air PAM adalah air yang berasal dari olahan PAM city water. Air PAM

diperiksa setiap 1 bulan sekali

3. Potable water adalah air yang diperoleh dari pengolahan air sumur/PAM. Air

ini dapat digunakan sebagai bahan baku untuk purified water. Potable water

diperiksa setiap 1 bulan sekali.

4. Purified water adalah air yang diperoleh dari hasil pengolahan pengolahan

potable water dengan cara deionisasi, reverse osmosis, polishing (mixed bed

procedure), electro-deionisasi/kombinasi, reverse osmosis dengan electrto-

deionisasi. Purified water diperiksa setiap 1 minggu sekali.

5. Purified water MiliQ-Plus adalah air yang diperoleh dari hasil pengolahan

purified water dengan alat MiliQ-Plus.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 146: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

128

Lampiran 10. Pembagian Iklim, Tipe Pemeriksaan, Kondisi Penyimpanan dan

Waktu Pemeriksaan pada Uji Stabilitas

Pada dasarnya pembagian iklim dibagi atas:

Zona iklimZona I

(sedang)

Zona II(subtropis dengan

kelembaban tinggi)

Zona III(panas kering)

Zona IV(panas

lembab)Suhu rata-rata

tahunan< 25oC 25oC 30oC >30oC

Suhu nyata25o±2oC 25o±2oC 30o ±2oC 30o ±2oC

RH rata-rata ≤40%±5% 60%±5% ≤40%±5%70% ± 5%75% ± 5%*

*) Asean Stability study

Post Marketing Studies (Tipe IV)

Zona iklimKondisi penyimpanan

Suhu/RH

Frekuensi pengujian (bulan)

0 12 24 36 48 60

II <25oC/50%-90%* X X X x x xIV <30oC (25o-33oC)/50-90% X X X x x x

Catatan:

Untuk perbandingan pengujian pada umumnya dilakukan follow up stability

test pada climatic zone II dan IV.

Periode pengujian tergantung pada daluarsa atau sesuai dengan rencana

pemeriksaan yang dibuat

Kondisi penyimpanan (suhu dan RH) sesuai dengan kondisi yang sebenarnya

*) sesuai dengan rata-rata data suhu dan kelembaban ruang penyimpanan

contoh pertinggal

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 147: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

129

(Lanjutan)

Follow up stability testing (Tipe V)

Zonaiklim

Kondisi penyimpananSuhu/RH

Frekuensi pengujian (bulan)

0 3 6 9 1218

2436

Kondisisebenarnya

II

IV

+25oC±2oC/60%±5%

+30oC±2oC/70%±5%

+30oC±2oC/75%±5%*)

X

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

Kondisidipercepat

+40oC±2oC/75%±5% X x x - - - - -

Catatan:

Pengujian dilakukan hingga batas waktu daluarsa

Zona II : untuk produk yang akan dipasarkann di zona I dan II

Zona IV : untuk produk yang akan dipasarkan di zona II dan IV

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 148: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

130

Drain Drain Drain

Potable water or Well water

Multimedia Filter

PumpSample

Softener 1

Softener 2

Filter5 μm

HighPresurePump RO

ElectroDelonizationModule

NaCL forRegenera-tion

SodiumMetabisul-fit

NaOH Duly withWell water

Drain

CHIRST OSMOTRON – 500 L / h

CT

Storage Tank 3000 L

T,CF TOC

PrinterCHRISTLOOPO

Recorder

CirculationPump

Cooler /HeatExchanger

SuperheatedWaterChilled Water

SuperheatedWaterChilled Water

12345678

U S

Washung (411) FBD Filter

U S

WashingCorner 412

U S

SolutionPreparation 440

U S

WetgraNulation 440

U S

Coating Ex 434

U S

Oinment 432

U S

Technical Area ofcoating 606

U S

Central Washing Corner 428

H2O2 forDesinfec-tion

Y Y Y Y

U : User PointS : Sampling PointC : ConductivityT : TemperatureF : FlowTOC : Total Organic Carbon

< 25 °C

Y Drain

Lampiran 11. Skema Purified Water Plant

130

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 149: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

131

Lampiran 12. Alur Penanganan Limbah

Daftar Bahan (Masihdiproduksi)

Daftar Bahan(Produk Baru)

Informasikan kepada HSE staff dan QA unit

Cari MSDS dariintranet, internet/HSE

global

Simpan file elektronikMSDS

Print MSDS

Kirim copy MSDSke QA

Simpan file MSDS difolder I

Update daftar bahan kimiadan distribusikan ke

manager departemen yangberkaitan

Dilakukan oleh HSE staff

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 150: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

132

Lampiran 13. Skema Waste Water Treatment Plant

DOMESTIK

CAIR PADAT

MCK KANTIN

SEPTIKTANK

PONDREMBESAN

WWTP

TEMPATSAMPAH

BAKPENAMPUNG

SAMPAH

DINASKEBERSIHAN

DKI

JAKARTA

CAIR PADAT

BATERAIGENERATOR

DEBU DUSTCOLLECTOR

PRODUKREJECT, OBATKEMBALIAN,

RETAINEDSAMPLE DAN

OBAT JADIKADALUARSA

CAIRANKONTAMINA

SI

BAHANPRODUKSI,OLI BEKAS/CECERAN

SOLAR

TIMBANG,CATAT DI

CHP

SIMPAN DALAM WADAHTIDAK MUDAH PECAH DAN

TIDAK MUDAH BOCOR

PPLI

B3

132

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 151: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

133

Lampiran 14. Skema Waste Water Treatment Plant

Office building,security,

packaging,warehouse,

kantin, dapur

Multi purposebuilding

Production,purified water

Antibiotik waste

Collecting pit 3Collecting pit 2

Perforated bath stream

Equalization tank

Aeration tank

Sedimentation tank

Sludge tank Clean water tank

Sludge drying bed River Connect to WWTPoperator room forsampling purposes

Dry sludge Effluent/water

PPLI

Sludge Water

+ hipoklorit

Collecting pit 1

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 152: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

134

Lampiran 15. Denah Warehouse

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 153: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKERDI PT. AVENTIS PHARMA

JL. JEND. A. YANI, PULOMAS JAKARTAPERIODE 2 JULI - 31 AGUSTUS 2012

REVISI DAN PENINJAUAN ULANG PROSEDURPENGOLAHAN INDUK (PPI)

IIN MARLIN SIMIATI, S.Farm1106153246

ANGKATAN LXXV

FAKULTAS FARMASIPROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOKDESEMBER 2012

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 154: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

ii Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................. ii

BAB 1. PENDAHULUAN ....................................................................... 11.1 Latar Belakang ...................................................................... 11.2 Tujuan ................................................................................... 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................. 32.1 Dokumentasi ......................................................................... 32.2 Dokumen............................................................................... 42.3 Dokumen Prosedur Pengolahan Induk (PPI) atau Master

Batch Manufacturing Record (MBMR) .............................. 92.4 Penanganan Prosedur Pengolahan Induk (PPI)..................... 11

BAB 3. PELAKSANAAN TUGAS KHUSUS........................................ 123.1 Pemeriksaan Kesesuaian dengan PPI Edisi sebelumnya ...... 123.2 Pemisahan Bagian Formulasi Produk ................................... 123.3 Peninjauan Kembali Terhadap Hasil Revisi PPI................... 12

BAB 4. PEMBAHASAN .......................................................................... 13

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN................................................... 155.1 Kesimpulan ........................................................................... 155.2 Saran...................................................................................... 15

DAFTAR ACUAN.................................................................................... 16

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 155: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

1 Universitas Indonesia

BAB IPENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Industri farmasi sebagai Industri Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat,

hal ini berdasarkan atas Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 145/Menkes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan

Pemberian Izin Usaha Industri Farmasi. Industri farmasi wajib memiliki izin

Usaha Industri Farmasi sebelum memulai proses produksinya. Izin Usaha Industri

Farmasi diberikan kepada pemohon yang telah siap berproduksi sesuai

persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) (Menteri Kesehatan, 1990).

Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat

dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan

tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan

pengendalian mutu. Pada pembuatan obat, pengendalian menyeluruh adalah

sangat esensial untuk menjamin bahwa konsumen menerima obat yang bermutu

tinggi.

Aspek CPOB berdasarkan pedoman CPOB 2006 meliputi manajemen

mutu; personalia; bangunan dan fasilitas; peralatan; sanitasi dan higiene;

produksi; pengawasan mutu; inspeksi diri dan audit mutu; penanganan keluhan

terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk kembalian; dokumentasi;

pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak; kualifikasi & validasi (BPOM,

2006).

Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi menajemen dan

dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.

Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap

personel menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga

memperkecil resiko terjadinya salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul

karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Dokumen yang jelas dan mudah

dibaca sangat penting. Dokumen hendaklah dikaji ulang secara berkala dan dijaga

selalu up to date. Bila suatu dokumen direvisi, hendaklah dijalankan suatu sistem

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 156: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

2

Universitas Indonesia

untuk menghindarkan penggunaan dokumen yang sudah tidak berlaku secara

tidak sengaja (BPOM, 2006)

Salah satu dokumen yang ada di Aventis Pharma adalah Prosedur

Pengolahan Induk (PPI) yang berisi setiap kegiatan yang berkaitan dengan

pengolahan. Produksi obat harus dilaksanakan sesuai prosedur pengolahan atau

pengemasan yang telah ditentukan, sehingga menjamin obat yang dibuat sesuai

spesifikasi yang telah ditentukan. Prosedur Pengolahan Induk merupakan

prosedur khusus yang digunakan untuk kegiatan pengolahan obat. Pembuatan PPI

tersebut mengacu kepada prosedur tetap (protap) Pembuatan Prosedur Pengolahan

Induk dan Prosedur Pengemasan Induk No. AG000-03/K. Perubahan pada protap

yang diacu, yang mengakibatkan perubahan pada isi PPI, berdampak pada

perubahan PPI tersebut.

PPI akan selalu diperbarui secara berkala untuk disesuaikan dengan

standar GMP yang selalu diperbarui, disesuaikan dengan alat yang dipunyai (jika

ada alat baru), dan untuk menjaga keseragaman, serta kualitas produk yang

dihasilkan dari waktu ke waktu. PPI disusun oleh Production Supervisor,

diperiksa oleh Production Manager dan Quality Assurance Supervisor, serta

disetujui oleh IQC Manager (Prosedur Tetap Produksi, 2010). Pada akhirnya,

diharapkan agar melalui penanganan dan pengaturan sistem dokumentasi dapat

tercipta kondisi pembuatan obat yang akan selalu terpantau dan terkendali

sehingga kualitas obat terus terjaga.

1.2. Tujuan

Tugas khusus ini bertujuan untuk :

1.2.1 Mengetahui dan memahami cara melakukan revisi dan peninjauan ulang

terhadap hasil perubahan dari Prosedur Pengolahan Induk (PPI)

1.2.2 Mengetahui tujuan dari melakukan revisi dan peninjauan ulang terhadap

Prosedur Pengolahan Induk (PPI)

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 157: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

3 Universitas Indonesia

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dokumentasi (BPOM, 2006)

Dokumentasi merupakan bagian dari sistem manajemen informasi yang

meliputi spesifikasi, prosedur, metode penandaan, penandaan instruksi kerja,

catatan dan laporan serta jenis dokumentasi lain yang diperlukan dalam

perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi seluruh aktivitas.

Menurut CPOB, secara umum penanganan dokumen di industri farmasi

antara lain sebagai berikut :

a. Setiap dokumen harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis.

Dokumen juga harus mudah dibaca.

b. Dokumen harus disetujui, ditandatangani dan diberi tanggal oleh personil yang

sesuai dan diberi wewenang.

c. Isi dokumen tidak boleh berarti ganda. Judul, sifat dan tujuannya harus

dinyatakan dengan jelas.

d. Penampilan dokumen harus rapi dan mudah dicek.

e. Dokumen hasil reproduksi (fotokopi) harus jelas dan terbaca. Reproduksi

dokumen kerja dari dokumen induk tidak boleh menimbulkan kekeliruan yang

disebabkan proses reproduksi.

f. Dokumen sebaiknya dikaji ulang secara berkala dan dijaga agar selalu up-to-

date. Bila suatu dokumen direvisi, maka harus dijalankan suatu sistem untuk

menghindarkan penggunaan dokumen yang sudah tidak berlaku secara tidak

sengaja.

g. Dokumen sebaiknya tidak ditulis tangan. Namun bila dokumen memerlukan

pencatatan data, maka pencatatan ini hendaklah ditulis-tangan dengan jelas,

terbaca dan tidak dapat dihapus. Hendaklah disediakan ruang yang cukup

untuk mencatat data.

h. Semua perubahan yang dilakukan terhadap pencatatan pada dokumen harus

ditandatangani dan diberi tanggal. Perubahan yang ada harus tetap

memungkinkan pembacaan informasi semula, dan jika perlu alasan perubahan

hendaklah dicatat.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 158: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

4

Universitas Indonesia

i. Pencatatan harus dibuat atau dilengkapi pada tiap langkah yang dilakukan dan

sedemikian rupa sehingga semua aktivitas yang signifikan mengenai

pembuatan obat dapat ditelusuri.

j. Catatan pembuatan hendaklah disimpan selama paling sedikit satu tahun

setelah tanggal daluarsa produk jadi.

2.2 Dokumen

Menurut CPOB, dokumen yang diperlukan di industri farmasi diantaranya:

(BPOM, 2006).

a. Dokumen Spesifikasi

Suatu Industri Farmasi hendaklah tersedia dokumen spesifikasi bahan awal,

bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan, serta produk jadi yang

disahkan dengan benar dan diberi tanggal.

b. Dokumen Produksi

Dokumen yang esensial dalam produksi adalah:

1) Dokumen Produksi Induk

Berisi formula produksi dari suatu produk dalam bentuk sediaan dan kekuatan

tertentu, tidak tergantung dari ukuran bets.

2) Prosedur Produksi Induk

Terdiri dari Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk, yang

masing-masing berisi prosedur pengolahan dan prosedur pengemasan yang

rinci untuk suatu produk dengan bentuk sediaan, kekuatan dan ukuran bets

spesifik. Prosedur Produksi Induk dipersyaratkan divalidasi sebelum mendapat

pengesahan untuk digunakan.

3) Catatan Produksi Bets

Terdiri dari Catatan Pengolahan Bets dan Catatan Pengemasan Bets, yang

merupakan reproduksi dari masing masing Prosedur Pengolahan Induk dan

Prosedur Pengemasan Induk, dan berisi semua data dan informasi yang

berkaitan dengan pelaksanaan produksi dari suatu bets produk. Kadang-kadang

pada Catatan Produksi Bets, prosedur yang tertera dalam Prosedur Produksi

Induk tidak lagi dicantumkan secara rinci.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 159: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

5

Universitas Indonesia

c. Dokumen Produksi Induk

Dokumen Produksi Induk yang disahkan secara formal hendaklah

mencakup nama, bentuk sediaan, kekuatan dan deskripsi produk, nama penyusun

dan bagiannya, nama pemeriksa serta daftar distribusi dokumen dan berisi hal

sebagai berikut:

1) Informasi bersifat umum yang menguraikan jenis bahan pengemas primer yang

harus digunakan atau aternatifnya, pernyataan mengenai stabilitas produk,

tindakan pengamanan selama penyimpanan dan tindakan pengamanan lain

yang harus dilakukan selama pengolahan dan pengemasan produk;

2) Komposisi atau formula produk untuk tiap satuan dosis dan untuk satu sampel

ukuran bets;

3) Daftar lengkap bahan awal, baik yang tidak akan berubah maupun yang akan

mengalami perubahan selama proses;

4) spesifikasi bahan awal;

5) daftar lengkap bahan pengemas;

6) Spesifikasi bahan pengemas primer;

7) Prosedur pengolahan dan pengemasan;

8) Daftar peralatan yang dapat digunakan untuk pengolahan dan pengemasan;

9) Pengawasan selama proses pengolahan dan pengemasan; dan

10) Masa edar/simpan.

d. Prosedur Pengolahan Induk

Prosedur Pengolahan Induk yang disahkan secara formal hendaklah

tersedia untuk tiap produk dan ukuran bets yang akan dibuat. Prosedur

Pengolahan Induk hendaklah mencakup:

1) Nama produk dengan kode referen produk yang merujuk pada spesifikasinya;

2) Deskripsi bentuk sediaan, kekuatan produk dan ukuran bets;

3) Daftar dari semua bahan awal yang harus digunakan, dengan menyebutkan

masing-masing jumlahnya, dinyatakan dengan menggunakan nama dan referen

(kode produk) yang khusus bagi bahan itu hendaklah dicantumkan apabila ada

bahan yang hilang selama proses;

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 160: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

6

Universitas Indonesia

4) Pernyataan mengenai hasil akhir yang diharapkan dengan batas penerimaan,

dan bila perlu, tiap hasil antara yang relevan;

5) Pernyataan mengenai lokasi pengolahan dan peralatan utama yang harus

digunakan;

6) Metode atau rujukan metode yang harus digunakan untuk mempersiapkan

peralatan kritis (misalnya pembersihan, perakitan, kalibrasi, sterilisasi);

7) Instruksi rinci tahap proses (misalnya pemeriksaan bahan, perlakuan awal,

urutan penambahan bahan, waktu pencampuran, dan suhu);

8) Instruksi untuk semua pengawasan selama proses dengan batas penerimaannya;

9) Bila perlu syarat penyimpanan produk ruahan termasuk wadah, pelabelan dan

kondisi penyimpanan khusus dan

10) Semua tindakan khusus yang harus diperhatikan.

e. Prosedur Pengemasan Induk

Prosedur Pengemasan Induk yang disahkan secara formal hendaklah

tersedia untuk tiap produk dan ukuran bets serta ukuran dan jenis kemasan.

Dokumen ini umumnya mencakup atau merujuk pada hal berikut:

1) Nama produk;

2) Deskripsi bentuk sediaan dan kekuatannya;

3) Ukuran kemasan yang dinyatakan dalam angka, berat atau volume produk

dalam wadah akhir;

4) Daftar lengkap semua bahan pengemas yang diperlukan untuk satu bets

standar, termasuk jumlah, ukuran dan jenis bersama kode atau nomor referen

yang berkaitan dengan spesifikasi tiap bahan pengemas;

5) Contoh atau reproduksi dari bahan pengemas cetak yang relevan dan spesimen

yang menunjukkan tempat untuk mencetak nomor bets dan tanggal daluwarsa

bets;

6) Tindakan khusus yang harus diperhatikan, termasuk pemeriksaan secara cermat

area dan peralatan untuk memastikan kesiapan jalur (line clearance) sebelum

kegiatan dimulai;

7) Uraian kegiatan pengemasan, termasuk segala kegiatan tambahan yang

signifikan serta peralatan yang harus digunakan;

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 161: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

7

Universitas Indonesia

8) Pengawasan selama proses yang rinci termasuk pengambilan sampel dan batas

penerimaan.

f. Catatan Pengolahan Bets

Catatan Pengolahan Bets hendaklah tersedia untuk tiap bets yang diolah.

Dokumen ini hendaklah dibuat berdasarkan bagian relevan dari Prosedur

Pengolahan Induk yang berlaku. Metode pembuatan catatan ini hendaklah

didesain untuk menghindarkan kesalahan transkripsi. Catatan hendaklah

mencantumkan nomor bets yang sedang dibuat. Sebelum suatu proses dimulai,

hendaklah dilakukan pemeriksaan yang dicatat, bahwa peralatan dan tempat kerja

telah bebas dari produk dan dokumen sebelumnya atau bahan yang tidak

diperlukan untuk pengolahan yang direncanakan, serta peralatan bersih dan sesuai

untuk penggunaannya.

g. Dokumen Catatan Pengemasan Bets

Catatan Pengemasan Bets hendaklah tersedia untuk tiap bets yang dikemas.

Dokumen ini hendaklah dibuat berdasarkan bagian relevan dari Prosedur

Pengemasan Induk yang berlaku dan metode pembuatan catatan ini, hendaklah

didesain untuk menghindari informasi kesalahan transkripsi. Catatan hendaklah

mencantumkan nomor bets dan jumlah produk jadi yang direncanakan akan

diperoleh. Sebelum suatu kegiatan pengemasan dimulai, hendaklah dilakukan

pemeriksaan yang dicatat, bahwa peralatan dan tempat kerja telah bebas dari

produk dan dokumen sebelumnya atau bahan yang tidak diperlukan untuk

pengemasan yang direncanakan, serta peralatan bersih dan sesuai untuk

penggunaannya.

h. Dokumen Prosedur dan Catatan Penerimaan

Hendaklah tersedia prosedur tertulis dan catatan penerimaan untuk tiap

pengiriman tiap bahan awal, bahan pengemas primer dan bahan pengemas cetak.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 162: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

8

Universitas Indonesia

i. Dokumen Pengambilan Sampel

Hendaklah tersedia prosedur tertulis untuk pengambilan sampel yang

mencakup personil yang diberi wewenang mengambil sampel, metode dan alat

yang harus digunakan, jumlah yang harus diambil dan segala tindakan

pengamanan yang harus diperhatikan untuk menghindarkan kontaminasi terhadap

bahan atau segala penurunan mutu.

j. Dokumen Pengujian

Hendaklah tersedia prosedur tertulis untuk pengujian bahan dan produk

yang diperoleh dari tiap tahap produksi yang menguraikan metode dan alat yang

harus digunakan. Pengujian yang dilaksanakan hendaklah dicatat.

Menurut Protap Penanganan Dokumen, jenis dokumen digolongkan ke dalam

2 kelompok :

a. Batch related document, antara lain:

1) PPI (Prosedur Pengolahan dan Pengemasan Induk).

2) Catatan Pengolahan/Pengemasan Bets.

3) Spesifikasi dan Catatan Hasil Pemeriksaan (CHP) bahan baku, bahan

pengemas, produk antara, produk ruahan dan obat jadi (termasuk

kromatogramnya dan sebagainya).

4) Raw data.

5) Test Method.

6) Protap.

7) Catatan Distribusi Obat.

b. Non Batch related document, antara lain:

1) Kualikasi dan validasi.

2) Penelitian terhadap Kegagalan (FIR = Failure Investigation Report).

3) Catatan Pembersihan dan Sanitasi.

4) Program Stabilitas.

5) Pengendalian Hama (Pest Control).

6) Audit.

7) Registrasi.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 163: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

9

Universitas Indonesia

8) Change Control.

9) Gambar teknik.

10) Pemeliharaan dan kalibrasi alat.

11) Penanganan keluhan, obat kembalian dan PKOJ.

12) Pemantauan lingkungan.

13) Log book.

14) Pelatihan Pegawai.

15) Technical agreement.

16) Dokumen lainnya.

Semua dokumen disetujui, ditandatangani oleh Industrial Quality &

Compliance (IQC) Manager dan diberi tanggal serta dilakukan pelatihan efektif

terhadap pelaksanaan prosedur/dokumen tersebut. Pencatatan dilakukan dan

dilengkapi pada saat operasi tersebut dilakukan.

Terdapat prosedur produksi induk untuk semua formula dan besar bets,

spesifikasi semua bahan yang digunakan, metode pengujian untuk semua

pengujian yang dilakukan dan prosedur tetap untuk semua kegiatan. Dokumen-

dokumen ini terkendali, sehingga ada suatu versi yang berlaku dan sesuai dengan

persyaratan yang berlaku baik internal maupun peraturan pemerintah setempat.

Modifikasi dokumen dilakukan melalui suatu prosedur change control

(pengendalian terhadap perubahan).

Salah satu kategori perubahan, menurut protap Pengendalian terhadap

Perubahan No. AO000-04/O, adalah perubahan bahan pengemas, perubahan

Master Recipe pada SAP, perubahan masa hidup (shelf life) produk, dan

perubahan-perubahan mendasar untuk protap (misalnya isi dari prosedur

pelaksanaan).

2.3 Dokumen Prosedur Pengolahan Induk (PPI) atau Master Batch

Manufacturing Record (MBMR) (Prosedur Tetap Pembuatan Master Recipe

dan Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk, 2010).

Prosedur Pengolahan Induk (Master Batch Manufacturing Record-

MBMR) dan Prosedur Pengemasan Induk (Master Batch Packaging Record-

MBPR) adalah suatu prosedur tetap khusus yang digunakan untuk kegiatan

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 164: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

10

Universitas Indonesia

pengolahan dan pengemasan obat dibuat berdasarkan Herstellungsvorschriften

(HV) atau Manufacturing Techniques atau Genral Manufacturing Instructions

(GMI) masing-masing dan divalidasi dengan peralatan yang dipakai pada besar

batch yang akan dibuat. Prosedur-prosedur tersebut dirancang bangun sedemikian

rupa sehingga fotokopinya, disamping dapat digunakan sebagai prosedur tetap,

juga dapat dipakai sebagai pencatatan pelaksana protap dan penandatanganan

(bukti pelaksana dan identitas pelaksana). Dalam pembuatan PPI juga

diperhatikan Master Recipe yang dibuat dalam SAP, seperti halnya PPI, Master

Recipe harus dibuat, diperiksa dan kemudian disetujui sebelum dipakai. Prosedur

Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk harus diberi nomor identitas

dan nomor versi sebagai identifikasinya.

Tujuan pembuatan Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan

Induk adalah Menyeragamkan rancang bangun dan cara penyampaian instruksi

serta pemberian nomor dan tanggal berlaku bagi Prosedur Pengolahan Induk dan

Prosedur Pengemasan Induk. Pembuatan revisi dan sirkulasi dokumen PPI ini

dilakukan oleh bagian produksi. PPI disimpan di bagian Quality Assurance (QA),

untuk setiap duplikasi/perbanyakan dari PPI harus dicatat di log book dan diberi

paraf pada tiap lembarnya.

PPI/MBMR terbagi menjadi beberapa bagian, antara lain :

a. Kepala

Pada bagian ini berisi mengenai Nomor PPI, nomor produk, nomor

batch, besar batch, nomor pengolahan induk, tanggal dimulainya pengolahan,

tanggal pengolahan selesai, tanggal dan tanda tangan Quality Assurance (QA)

dan nama produk.

Bagian kepala ini terletak pada bagian paling atas pada setiap

lembar PPI/MBMR.

b. Dasar

Bagian dasar terletak pada setiap halaman PPI/MBMR dan posisi

paling bawah. Bagian ini berisi tanda tangan dan nama penyusun,

departement yang memeriksa dan manager yang menyetujui. Pada setiap

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 165: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

11

Universitas Indonesia

tanda tangan harus mencantumkan tanggal dimana orang yang bersangkutan

menandatangani dokumen tersebut.

c. Isi

Pada bagian ini berisi mengenai kegiatan tahapan produksi yang

dijelaskan secara mendetail dan menyeluruh. Penggunaan tata bahasa

dalam isi dari PPI tidak boleh menimbulkan makna ambigu. Pada setiap

proses yang terjadi harus ditandatangani oleh setiap operator yang

bersangkutan. Dan untuk setiap proses, ditempelkan bukti yang akurat

mengenai kegiatan proses tersebut (contoh: struk penimbangan, struk

LOD, dsb).

2.4 Penanganan Prosedur Pengolahan Induk (PPI)

a. Pembuatan PPI

1). Pembuatan atau revisi dan sirkulasi PPI dilakukan oleh bagian Produksi

2). Penyimpanan PPI asli disimpan di ruang Quality Assurance (QA) dan setiap

peminjaman dan fotokopi harus dengan izin Quality Assurance (QA) supervisor.

Dokumen tersebut harus dicatat pada buku catatan pemakaian PPI.

b. Reproduksi PPI

1). Setelah jadwal mingguan Produksi diperoleh, maka penggandaan PPI

dilakukan oleh Production di QA Unit dan di bawah pengawasan QA Unit.

2). Catat juga nomor produk, versi PPI, nama produk, nomor batch dan jumlah

yang difotokopi pada buku PPI

3). Hasil fotokopi diperiksa serta diberi paraf dan tanggal oleh QA pada halaman

pertama sedangkan halaman berikutnya hanya diberi paraf.

4). Bagian produksi akan mengambil fotokopi PPI yang telah disetujui dengan

menggunakan buku catatan pemakaian PPI.

c. Pemusnahan PPI yang tidak berlaku

1). PPI yang tidak berlaku dipisahkan dari yang tidak berlaku

2). PPI yang tidak berlaku disimpan selama 6 tahun waktu revisi PPI

produk tersebut tidak dibuat lagi.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 166: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

12

Universitas Indonesia

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 167: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

12 Universitas Indonesia

BAB 3PELAKSANAAN TUGAS KHUSUS

Tugas khusus ”Revisi dan Peninjauan Ulang Prosedur Pengolahan Induk

(PPI)” dilakukan selama bulan Juli- Agustus selama melakukan Kerja Praktek di

PT Aventis Pharma, Jakarta. Tugas ini bertujuan untuk menjaga keseragaman dan

kualitas produk yang dihasilkan dari waktu ke waktu sesuai dengan Pedoman Cara

Pembuatan Obat Yang Baik 2006, yaitu dokumen hendaklah dikaji ulang secara

berkala dan dijaga agar selalu up to date. Tahapan melakukan Revisi dan

Peninjauan Ulang Prosedur Pengolahan Induk (PPI) :

3.1 Pemeriksaan Kesesuaian dengan PPI Edisi Sebelumnya

PPI yang akan direvisi dan dilakukan peninjauan ulang diperiksa secara

manual dengan mencocokkan dengan PPI edisi sebelumnya.

3.2 Pemisahan Bagian Formulasi produk

Formulasi produk yang terdapat di dalam PPI di pisahkan dengan cara di

buat pada halaman tersendiri.

3.3 Peninjauan Kembali Terhadap Hasil Revisi PPI

Peninjauan kembali secara manual hasil revisi PPI yang telah di koreksi

oleh Departemen Produksi dan QA Unit dan disesuaikan PPI sebelumnya. PPI

yang ditinjau kembali hasil revisinya terdiri dari enam puluh tiga produk PT.

Aventis Pharma. Hal-Hal yang yang mengalami perubahan pada hasil revisi

tersebut diantaranya :

a. Nama Bahan Baku adalah nama bahan yang digunakan pada dokumen

baku yaitu Product Master List

b. Nomor yang menunjukkan nomor material produk

c. Jumlah dibutuhkan adalah jumlah yang diperlukan secara teoritis, dimana

produk ruahan dianggap 100% diperoleh.

d. Pada bagian penyusun, pemeriksa, dan yang menyetujui dokumen

Prosedur Pengolahan Induk (PPI)

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 168: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

13 Universitas Indonesia

BAB 4PEMBAHASAN

Prosedur Pengolahan Induk (PPI) merupakan protap khusus yang

digunakan dalam kegiatan pengolahan. Salah satu bagian dari rancang bangun PPI

adalah “isi” yang mencantumkan instruksi-instruksi persiapan dan pelaksanaan

pengolahan. Seiring dengan dijalankannya instruksi pada PPI, petugas yang

bertanggung jawab dalam mengisi PPI melakukan pencatatan pada tempat yang

tersedia di halaman PPI, sesuai dengan instruksi yang ada. Instruksi-instruksi yang

berupa pengoperasian alat, pengujian, serta pembersihan dilakukan oleh operator.

Bila instruksi mudah dicerna, maka instruksi dapat dijalankan sesuai dengan yang

diharapkan, sehingga proses pengolahan berlangsung sebagaimana mestinya, dan

dapat dihasilkan produk jadi yang memenuhi kriteria kualitas.

Serangkaian instruksi dalam PPI sangat mempengaruhi keberhasilan

persiapan maupun pelaksanaan pengolahan. Penyampaian instruksi yang mudah

dipahami dalam PPI akan membantu petugas dalam mengisi PPI serta

mendelegasikan tugas kepada operator-operator terkait. Karena itu perlu

dilakukan pengkajian dan revisi terhadap PPI, terkait dengan kemudahan dalam

memahami instruksi dalam PPI, yang dapat berdampak pada kemudahan dalam

mengisi PPI, dan pelaksanaan pengisian PPI di lapangan, serta juga untuk

menjaga keseragaman dan kualitas produk yang dihasilkan dari waktu ke waktu

Tugas khusus pada divisi Quality Assurance di PT. Aventis Pharma kali

ini adalah melakukan Revisi dan Peninjauan ulang Dokumen Prosedur

Pengolahan Induk (PPI) atau Master Batch Manufacturing Record (MBPR). Hal

ini dilakukan berdasarkan Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik 2006, yaitu

bahwa dokumen hendaklah dikaji ulang secara berkala dan dijaga agar selalu up

to date. Bila suatu dokumen direvisi, hendaklah dijalankan suatu sistem untuk

menghindarkan penggunaan dokumen yang sudah tidak berlaku secara tidak

sengaja. Semua perubahan yang dilakukan terhadap pencatatan pada dokumen

harus ditandatangani dan diberi tanggal. Perubahan yang ada harus tetap

memungkinkan pembacaan informasi semula, dan jika perlu alasan perubahan

hendaklah dicatat dan pencatatan harus dibuat atau dilengkapi pada tiap langkah

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 169: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

14

Universitas Indonesia

yang dilakukan dan sedemikian rupa sehingga semua aktivitas yang signifikan

mengenai pembuatan obat dapat ditelusuri.

Pembuatan atau revisi dan sirkulasi PPI di PT. Aventis Pharma dilakukan

oleh bagian produksi untuk kemudian dikaji oleh bagian pemastian mutu.

Program revisi PPI yang dilakukan oleh PT. Aventis Pharma kali ini adalah

perubahan format yaitu pada bagian formulasi produk dipisahkan yaitu dibuat

pada halaman tersendiri, perubahan pada bagian penyusun, pemeriksa dan yang

menyetujui prosedur pengolahan induk (PPI), perubahan ini dilakukan terhadap

semua produk PT. Aventis Pharma, selain itu juga dilakukan perubahan terhadap

besar batch produk dan perubahan nomor material produk, dan perubahan tesebut

tidak dilakukan pada semua produk tetapi hanya pada produk tertentu.

Peninjauan kembali terhadap revisi Prosedur Pengolahan Induk (PPI) pada

PT. Aventis Pharma dapat disimpulkan telah sesuai dengan CPOB yang berlaku

berdasarkan petunjuk operasional cara pembuatan obat yang baik, yaitu dokumen

Prosedur Pengolahan Induk (PPI) PT. Aventis Pharma ditinjau ulang secara

berkala dan dilakukan perbaikan jika ada perubahan yang diperlukan, serta dijaga

agar selalu aktual. Semua perubahan yang dilakukan terhadap pencatatan pada PPI

ditandatangani dan diberi tanggal dan setiap terjadi perubahan pada PPI selalu

dibuat alasan perubahan yang ditulis pada bagian sejarah pada PPI.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 170: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

15 Universitas Indonesia

BAB 5KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Revisi dan peninjauan ulang terhadap hasil perubahan dari Prosedur

Pengolahan Induk (PPI) telah dilakukan dan telah sesuai dengan pedoman

Cara Pembuatan Obat yang Baik 2006.

5.1.2 Tujuan dilakukan revisi terhadap dokumen Prosedur Pengolahan Induk

yaitu menjaga keseragaman dan kualitas produk yang dihasilkan dari

waktu ke waktu sesuai dengan Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik

2006.

5.2 Saran

PT. Aventis Pharma supaya mempertahankan kinerja yang telah sesuai

dengan CPOB yang berlaku yaitu dengan selalu meng- up date dokumen Prosedur

Pengolahan Induk (PPI) sesuai dengan Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik

2006.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013

Page 171: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20351838-PR-Iin...Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl. Jend. A. Yani,

16 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Aventis Pharma. (2010). Prosedur Tetap Pembuatan Master Recipe dan ProsedurPengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk Nomor AG000-03/L.Jakarta : Aventis Pharma

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obatyang Baik. Edisi 2006. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Keputusan MenteriKesehatan Republik Indonesia No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentangKetentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha IndustriFarmasi. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Laporan praktek ..., Iin Marlin Simiati, FFar UI, 2013