laporan praktek kerja profesi apoteker di …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-pr-arlika...

103
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON JL M.H. THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG, BEKASI PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 14 AGUSTUS 30 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ARLIKA RAHAYU, S. Farm. 1206329392 ANGKATAN LXXVII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014 Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Upload: vukhanh

Post on 06-Feb-2018

323 views

Category:

Documents


26 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKERDI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI DELTA

SILICON JL M.H. THAMRIN BLOK A3-1, LIPPOCIKARANG, BEKASI PERIODE 17 JUNI – 12 JULI DAN

14 AGUSTUS – 30 AGUSTUS 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

ARLIKA RAHAYU, S. Farm.1206329392

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASIPROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOKJANUARI 2014

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 2: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKERDI PT. KALBE FARMA, Tbk.

KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICONJL M.H. THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG, BEKASI

PERIODE 17 JUNI – 12 JULI DAN 14 AGUSTUS – 30AGUSTUS 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

ARLIKA RAHAYU, S. Farm.1206329392

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASIPROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOKJANUARI 2014

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 3: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 4: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

iv

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 5: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA)

di PT. Kalbe Farma, Tbk. dan menyelesaikan laporan PKPA ini. Pelaksanaan

PKPA dan penulisan laporan PKPA ini diajukan dalam rangka memenuhi salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Profesi Apoteker

Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Pada penulisan laporan ini, penulis

mendapat arahan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

melaksanakan PKPA.

2. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., Apt., selaku Pj.S Dekan Fakultas Farmasi

UI sampai dengan Desember 2013

3. Dr. Harmita. Apt selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk melaksanakan PKPA.

4. Agung Martupa Bukit Leonardo Malau, S.Farm., Apt selaku pembimbing dan

Supervisor Departemen Quality Assurance PT. Kalbe Farma, Tbk., yang telah

memberikan arahan, bimbingan perhatian, ilmu, dan dukungan kepada

penulis selama melaksanakan PKPA.

5. Dr. Herman Suryadi M.S., Apt selaku pembimbing yang telah memberikan

arahan dan bimbingan kepada penulis dalam penulisan laporan PKPA.

5. Seluruh karyawan Quality Assurance PT. Kalbe Farma, Tbk., terutama

kepada Kak Ragil, dan Kak Veli atas bantuannya selama melaksanakan

PKPA.

6. Keluarga, Orang tua dan saudara atas dukungan, perhatian, dan doa yang

diberikan kepada penulis selama melaksanakan Profram Profesi Apoteker di

Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 6: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

vi

7. Seluruh rekan Apoteker UI angkatan LXXVII, khususnya Bulqi, Anisa,

Ajeng, Nabila, Findarti, Elis, Nurina, Ali, Riyon, Achsar dan Zetmi yang

telah melaksanakan PKPA bersama di PT. Kalbe Farma, Tbk. atas dukungan,

semangat, dan kerja samanya .

8. Seluruh staf pengajar, tata usaha dan karyawan di Program Profesi Apoteker

Fakultas Farmasi Universitas Indonesia atas pengajaran dan bantuan yang

diberikan selama penulis menjalani pendidikan di Program Profesi Apoteker.

Penulis menyadari laporan PKPA ini tidak lepas dari kekurangan dalam

proses penyusunannya. Segala kritik ataupun saran terbuka untuk disampaikan

kepada penulis demi perbaikan di masa mendatang. Semoga laporan PKPA ini

berkontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu

farmasi pada khususnya.

Penulis

Depok, Januari 2014

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 7: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 8: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

viii

ABSTRAK

Nama : Arlika Rahayu, S. Farm Program Studi : Apoteker Judul :.Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT. Kalbe Farma,

Tbk. Kawasan Industri Delta Silicon JL M.H. Thamrin Blok A3- 1, Lippo Cikarang, Bekasi Periode 17 Juni – 12 Juli Dan 14 Agustus – 30 Agustus 2013

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Agar obat yang dihasilkan berkualitas, mempunyai efikasi yang baik, bermutu, dan aman serta konsisten maka dibutuhkan suatu pedoman bagi industri farmasi tentang Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Apoteker dituntut untuk mempunyai wawasan, pengetahuan yang luas dan pengalaman praktis yang memadai serta kemampuan dalam memimpin agar dapat mengatasi permasalahanpermasalahan yang ada di industri farmasi. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilakukan pada 17 Juni – 12 Juli Dan 14 Agustus – 30 Agustus 2013 Di PT. Kalbe Farma, Tbk. Kawasan Industri Delta Silicon JL M.H. Thamrin Blok A3-1, Lippo Cikarang, Bekasi Dalam rangka pembinaan terhadap generasi baru di bidang industri farmasi.

Kata Kunci :. Praktek Kerja Profesi Apoteker, Industri Farmasi, Cara Pembuatan Obat yang Baik

xiii+57 halaman : 1 lampiran Daftar Pustaka : 4 (2009-2012)

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 9: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

ix

ABSTRACT

Name : Arlika Rahayu, S. Farm Study Program : Apothecary Title : Report of Pharmacist Internship Program at PT Kalbe

Farma Tbk at Delta Silicon Industrial Estate Jl. MH Thamrin Blok A3-1, Lippo Cikarang, Bekasi Period of June 17 to July 12, 2013 and August 14 to August 30, 2013

Health is good health, physically, mentally, spiritually and socially to enable more people to live socially and economically productive. Pharmaceutical Industry is an entity that has a permit from the Minister Health to the manufacture of drugs or drug ingredients. In order for the resulting drug quality, have good efficacy, quality, and safe and consistent we need a guide for the pharmaceutical industry on the Good Manufacturing Practices (GMP). Pharmacists are required to have insight, extensive knowledge and good practical experience and ability to lead in order to overcome the problems of the pharmaceutical industry. Pharmacists Internship Program (PIP) conducted on 17 June to 12 July and 14 August to 30 August 2013 at PT. Kalbe Farma Tbk. Delta Silicon Industrial Estate Jl. MH Thamrin Blok A3-1, Lippo Cikarang, Bekasi to develop the new generations in the pharmaceutical industry.

Key Words :.Pharmacists Internship Program, Pharmacy Industry, Good Manufacturing Practices

xiii+57 pages : 1 appendix Bibliography : 4 (2009-2012)

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 10: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................iiHALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ..................................................iiiHALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ivKATA PENGANTAR ......................................................................................vHALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYAILMIAH .............................................................................................................viiABSTRAK .........................................................................................................viiiABSTRACT....................................................................................................... ixDAFTAR ISI .....................................................................................................xDAFTAR GAMBAR .........................................................................................xiiDAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xiiiBAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................................1

1.1 Latar Belakang .........................................................................................11.2 Tujuan.......................................................................................................2

BAB 2. TINJAUAN UMUM ..............................................................................32.1 Industri Farmasi........................................................................................32.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)................................................6

BAB 3. TINJAUAN KHUSUS PT. KALBE FARMA, Tbk.............................143.1 Sejarah dan Perkembangan PT. Kalbe Farma Tbk..................................143.2 Visi dan Misi PT. Kalbe Farma Tbk........................................................163.3 Lokasi dan Tata Ruang PT. Kalbe Farma Tbk .......................................163.4 Struktur Organisasi PT. Kalbe Farma Tbk ..............................................18

BAB 4. PEMBAHASAN ......................................................................................364.1 Manajemen Mutu ....................................................................................364.2 Personalia .................................................................................................374.3 Bangunan dan Fasilitas.............................................................................384.4 Peralatan ..................................................................................................404.5 Sanitasi dan Higiene ................................................................................424.6 Produksi ...................................................................................................444.7 Pengawasan Mutu ....................................................................................464.8 Inspeksi Diri , Audit Mutu, dan Audit & Persetujuan

Pemasok ..................................................................................................474.9 Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali

Produk dan Produk Kembalian ...............................................................484.10 Dokumentasi ...........................................................................................504.11 Pembuatan dan Analisis terhadap Kontrak ............................................514.12 Kualifikasi dan Validasi ..........................................................................52

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................555.1. Kesimpulan ..............................................................................................555.2. Saran .........................................................................................................55

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 11: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

xi

DAFTAR ACUAN ...............................................................................................56LAMPIRAN...........................................................................................................57

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 12: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Logo PT. Kalbe Farma, Tbk..................................................... 15

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 13: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Kalbe Farma, Tbk. ............................ 57

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 14: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 36 Tahun 2009

adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Kesehatan merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan manusia sehingga

menjadi prioritas dalam pembangunan nasional suatu bangsa. Salah satu

komponen kesehatan yang sangat penting adalah tersedianya obat sebagai bagian

dari pelayanan kesehatan masyarakat. Obat merupakan bahan atau paduan bahan,

termasuk produk biologi, yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki

sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,

pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi

untuk manusia (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri

Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Produk

obat yang berkualitas yang dihasilkan industri farmasi harus memperhatikan

faktor-faktor yang terlibat dalam proses produksinya. Untuk menghasilkan produk

obat yang berkualitas tidak hanya ditentukan dari pemeriksaan bahan awal dan

produk akhir namun harus dibangun dari semua aspek produksi. Agar obat yang

dihasilkan berkualitas, mempunyai efikasi yang baik, bermutu, dan aman serta

konsisten maka dibutuhkan suatu pedoman bagi industri farmasi tentang Cara

Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).

Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) adalah cara pembuatan obat yang

bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan

persyaratan dan tujuan penggunaan. CPOB menyangkut seluruh aspek produksi

mulai dari manajemen mutu; personalia; bangunan dan fasilitas; peralatan; sanitasi

dan higiene; produksi; pengawasan mutu; pemastian mutu; inspeksi diri, audit

mutu, dan audit persetujuan pemasok; penanganan keluhan terhadap produk dan

penarikan kembali produk; dokumentasi; pembuatan dan analisis berdasarkan

kontrak; kualifikasi dan validasi.

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 15: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

2

Universitas Indonesia

Salah satu aspek dalam CPOB adalah mengenai personalia, yang salah

satunya adalah Apoteker dalam industri farmasi memegang peranan penting

dalam industri farmasi untuk menjamin mutu obat yang dihasilkan. Kedudukan

Apoteker juga diatur dalam CPOB, yaitu sebagai penanggung jawab produksi,

pengawasan mutu, dan pemastian mutu. Sehingga seorang Apoteker dituntut

untuk mempunyai wawasan, pengetahuan yang luas dan pengalaman praktis yang

memadai serta kemampuan dalam memimpin agar dapat mengatasi permasalahan-

permasalahan yang ada di industri farmasi. Dalam rangka mencapai tujuan

tersebut, calon Apoteker harus mendapatkan bekal pengetahuan dan pengalaman

praktis yang cukup yang salah satunya dapat diperoleh melalui kegiatan praktek

kerja profesi di industri farmasi. Dalam rangka pembinaan terhadap generasi baru

di bidang industri farmasi, yaitu tenaga apoteker, PT. Kalbe Farma, Tbk. memberi

kesempatan kepada calon apoteker untuk melaksanakan PKPA. Pelaksanaan

PKPA di PT. Kalbe Farma, Tbk. ini berlangsung dari tanggal 17 Juni sampai

dengan 12 Juli dan 14 Agustus sampai dengan 30 Agustus 2013.

1.2 Tujuan

Tujuan pelaksanaan PKPA di PT. Kalbe Farma, Tbk. adalah untuk:

a. Memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai penerapan segala aspek

CPOB di PT. Kalbe Farma, Tbk.

b. Memahami peran dan tugas apoteker dalam industri farmasi

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 16: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN UMUM

2.1 Industri Farmasi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010)

Menurut PerMenKes No 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri

Farmasi, yang dimaksud dengan industri farmasi adalah badan usaha yang

memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat

atau bahan obat. Fungsi industri farmasi adalah pembuatan obat/bahan obat,

pendidikan & pelatihan dan penelitian & pengembangan. Setiap pendirian Industri

Farmasi wajib memperoleh izin Industri Farmasi dari Direktur Jenderal pada

Kementerian Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang pembinaan

kefarmasian dan alat kesehatan. Persyaratan untuk memperoleh izin industri

farmasi, yaitu:

a. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas

b. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat

c. Memiliki NPWP

d. Memiliki secara tetap 3 orang apoteker Warga Negara Indonesia

masingmasing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi dan

pengawasan mutu

e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung dan tidak langsung

dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian.

Agar dapat memperoleh izin usaha industri farmasi, diperlukan tahap

persetujuan prinsip. Permohonan persetujuan prinsip diajukan kepada Direktur

Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan dan kepala Dinas Kesehatan

Provinsi setelah sebelumnya mengajukan permohonan Rencana Induk

Pembangunan (RIP) kepada kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Persetujuan prinsip diberikan kepada industri farmasi untuk dapat langsung

melakukan persiapan dan usaha pembangunan, pengadaan, pemasangan instalasi,

peralatan dan lain-lain yang diperlukan, termasuk produksi percobaan dengan

memperhatikan ketentuan perundang-undangan di bidang obat. Persetujuan

prinsip tersebut berlaku selama jangka waktu 3 tahun dan selama jangka waktu

tersebut, perusahaan yang bersangkutan harus menyampaikan laporan informasi

kemajuan pembangunan fisik setiap 6 bulan sekali kepada Direktur Jenderal pada

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 17: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

4

Universitas Indonesia

Kementerian Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang pembinaan

kefarmasian dan alat kesehatan dengan tembusan kepada Kepala Badan Pengawas

Obat dan Makanan (Badan POM) dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.

Persyaratan agar mendapatkan persetujuan prinsip, yaitu :

a. Fotokopi akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan

b. Fotokopi KTP/identitas direksi dan komisaris perusahaan

c. Susunan direksi dan komisaris

d. Pernyataan direksi dan komisaris tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan

perundang-undangan di bidang farmasi

e. Fotokopi sertifikat tanah/bukti kepemilikan

f. Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha berdasarkan Undang-Undang Gangguan

(HO)

g. Fotokopi Surat Tanda Daftar Perusahaan

h. Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan

i. Fotokopi NPWP

j. Persetujuan lokasi dari pemerintah daerah provinsi

k. Persetujuan RIP dari Kepala Badan

l. Rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat

m. Surat asli pernyataan kesediaan bekerja penuh dari masing-masing apoteker

penanggung jawab produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu

n. Fotokopi surat pengangkatan bagi masing-masing apoteker penanggung jawab

produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu

Setelah selesai melaksanakan tahap persetujuan prinsip, dapat dilakukan

permohonan izin usaha industri. Permohonan diajukan kepada Direktur Jenderal

Kementerian Kesehatan dengan tembusan kepada Kepala BPOM dan Kepala

Dinas Kesehatan Provinsi setempat. Izin industri farmasi berlaku untuk seterusnya

selama industri farmasi bersangkutan masih berproduksi dan memenuhi ketentuan

peraturan perundang-undangan. Surat permohonan izin industri farmasi harus

ditandatangani oleh direktur utama dan apoteker penganggung jawab pemastian

mutu dengan kelengkapan yaitu:

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 18: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

5

Universitas Indonesia

a. Fotokopi persetujuan prinsip Industri Farmasi

b. Surat persetujuan penanaman modal untuk industri farmasi dalam rangka

Penanaman Modal Asing (PMA) atau Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN)

c. Daftar peralatan dan mesin yang digunakan

d. Jumlah tenaga kerja dan kualifikasinya

e. Fotokopi sertifikat upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan

Lingkungan /Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

f. Rekomendasi kelengkapan administratif izin industri farmasi dari Kepala

Dinas Kesehatan Provinsi

g. Rekomendasi Pemenuhan CPOB dari Kepala BPOM.

h. Daftar pustaka wajib seperti Farmakope edisi terakhir

i. Surat asli pernyataan kesediaan bekerja penuh dari masing-masing apoteker

penanggung jawab produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu

j. Fotokopi surat pengangkatan bagi masing-masing apoteker penanggung jawab

produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu dari pimpinan perusahaan

k. Fotokopi ijazah dan STRA dari masing--masing apoteker penanggung jawab

produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu

l. Surat pernyataan komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsng

maupun tidak langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di

bidang kefarmasian.

Industri farmasi yang melakukan penambahan kapasitas produksi atau

penambahan bentuk sediaan tidak memerlukan izin perluasan. Izin perluasan

diperlukan apabila perusahaan yang bersangkutan akan menambah luas area

produksi. Izin usaha industri farmasi berlaku untuk seterusnya selama perusahaan

industri farmasi yang bersangkutan berproduksi. Permohonan izin usaha industri

farmasi dapat diajukan setelah pembangunan fisik industri farmasi selesai dan

perusahaan siap melaksanakan kegiatan produksi komersial.

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 19: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

6

Universitas Indonesia

2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)

CPOB diterapkan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai

dengan persyaratan dan tujuan penggunaan. CPOB mencakup seluruh aspek

produksi dan pengawasan mutu. CPOB merupakan pedoman yang sangat penting

tidak hanya bagi industri farmasi dan regulator, tetapi juga bagi konsumen dalam

memenuhi kebutuhannya akan pengobatan yang aman, berkhasiat, dan

berkualitas. Terdapat 12 aspek dalam CPOB, yaitu:

2.2.1 Manajemen Mutu

Dalam manajemen mutu, industri farmasi harus membuat obat sedemikian

rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang

tercantum dalam dokumen izin edar dan tidak menimbulkan risiko yang

membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah, atau tidak efektif.

Manajemen mutu bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu

kebijakan mutu yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di

semua departemen dalam perusahaan, para pemasok, dan distributor.

Unsur dasar manajemen mutu adalah suatu infrastruktur atau sistem mutu

yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses, dan sumber daya, serta

tindakan sistematis untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan

tinggi, sehingga produk atau jasa pelayanan yang dihasilkan akan selalu

memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut

disebut pemastian mutu.

2.2.2 Personalia

Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan

sistem pengawasan mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar.

Industri farmasi bertanggungjawab untuk menyediakan personil yang

terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap

personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing. Seluruh personil

hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal yang

berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan

pekerjaan.

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 20: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

7

Universitas Indonesia

Personil Kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian

Pengawasan Mutu dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi

utama tersebut dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan

kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) / kepala bagian Pengawasan

Mutu harus independen satu terhadap yang lain.

2.2.3 Bangunan dan Fasilitas

Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain,

konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat

dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan

desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi

kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, serta memudahkan

pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan

pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat

menurunkan mutu obat.

Persyaratan bangunan menurut CPOB, yaitu:

a. Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya

pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara,

tanah, dan air maupun dari kegiatan industri lain yang berdekatan

b. Bangunan dan fasilitas hendaklah dikonstruksi, dilengkapi, dan dirawat agar

memperoleh perlindungan maksimal

c. Dalam menentukan rancang bangunan dan tata letak hendaklah

dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut: kesesuaian dengan kegiatan lain,

yang mungkin dilakukan dalam sarana yang sama atau dalam sarana yang

berdampingan; tata letak ruang yang sedemikian rupa untuk memungkinkan

kegiatan produksi dilaksanakan di daerah yang letaknya diatur secara logis

dan berhubungan mengikuti urutan tahap produksi dan menurut kelas

kebersihan yang disyaratkan; luasnya ruang kerja yang memungkinkan

penempatan peralatan dan bahan secara teratur dan logis serta terlaksananya

kegiatan, kelancaran arus kerja, komunikasi dan pengawasan yang efektif;

pencegahan penggunaan kawasan industri sebagai lalu lintas umum;

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 21: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

8

Universitas Indonesia

d. Daerah pengolahan produk steril dipisahkan dari daerah produksi lain serta

dirancang dan dibangun secara khusus

e. Produk antibiotika tertentu, hormon tertentu, sitotoksik tertentu, bahan aktif

berpotensi tinggi hendaklah diproduksi di bangunan terpisah

f. Permukaan bagian dalam ruangan (dinding, lantai, dan langit-langit)

hendaklah licin, bebas dari keretakan, dan sambungan yang terbuka serta

mudah dibersihkan dan bila perlu mudah didesinfeksi

g. Saluran air limbah hendaklah cukup besar dan mempunyai bak kontrol serta

ventilasi yang baik

h. Area produksi diventilasi secara efektif dengan fasilitas pengendali udara.

2.2.4 Peralatan

Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi

yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan

tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets-ke-bets dan

untuk memudahkan pembersihan serta perawatan agar dapat mencegah

kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya

berdampak buruk pada mutu produk.

Hendaklah tersedia alat timbang dan alat ukur dengan rentang dan ketelitian

yang tepat untuk proses produksi dan pengawasan. Peralatan untuk mengukur,

menimbang, mencatat dan mengendalikan hendaklah dikalibrasi dan diperiksa

pada interval waktu tertentu dengan metode yang ditetapkan.

Peralatan hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah risiko

kesalahan atau kontaminasi. Antara masing-masing peralatan hendaklah

ditempatkan pada jarak yang cukup untuk menghindarkan kesesakan dan

memastikan tidak terjadi kekeliruan dan kecampurbauran produk.

Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau

pencemaran yang dapat memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk.

Peralatan dan alat bantu hendaklah dibersihkan, disimpan, dan bila perlu disanitasi

dan disterilisasi untuk mencegah kontaminasi atau sisa bahan dari proses

sebelumnya yang akan memengaruhi mutu produk.

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 22: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

9

Universitas Indonesia

2.2.5 Sanitasi dan Higiene

Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap

aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil,

bangunan, peralatan, dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya dan

segala sesuatu yang dapat merupakan sumber kontaminasi produk. Sumber

kontaminasi potensial hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan

higiene yang menyeluruh dan terpadu.

Penerapan higiene perorangan meliputi pemeriksaan kesehatan, mencuci

tangan sebelum memasuki area produksi, memakai pakaian pelindung. Semua

personil hendaklah menjalani pemeriksaan kesehatan pada saat direkrut. Sesudah

pemeriksaan kesehatan awal hendaklah dilakukan pemeriksaan kesehatan kerja

dan kesehatan personil secara berkala. Tiap personil yang mengidap penyakit atau

menderita luka terbuka yang dapat merugikan mutu produk hendaklah dilarang

menangani bahan awal, bahan pengemas, bahan yang sedang diproses dan obat

jadi sampai kondisi personil tersebut dipertimbangkan tidak lagi menimbulkan

risiko. Kegiatan makan, minum dan merokok tidak diperbolehkan dalam area

gudang, laboratorium dan area produksi.

Sanitasi meliputi bangunan dan fasilitas. Tiap bangunan yang digunakan

untuk pembuatan obat hendaklah didesain dan dikonstruksi dengan tepat untuk

memudahkan sanitasi yang baik. Tiap kali sebelum dipakai, kebersihan peralatan

diperiksa untuk memastikan bahwa semua produk atau bahan dari bets

sebelumnya telah dihilangkan. Prosedur pembersihan, sanitasi dan hygiene

hendaklah divalidasi dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan efektivitas

prosedur memenuhi persyaratan.

2.2.6 Produksi

Kegiatan produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang

telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa

menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi

ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi).

Unsur-unsur produksi yang diatur oleh CPOB meliputi pembelian bahan

awal yaitu bahan baku & bahan pengemas; validasi proses; pencegahan

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 23: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

10

Universitas Indonesia

kontaminasi silang; sistem penomoran bets/ lot; penimbangan & penyerahan;

pengolahan; pengemasan; pengawasan selama proses; penanganan bahan dan

produk yang ditolak, dipulihkan & dikembalikan; karantina & penyerahan produk

jadi; catatan pengendalian pengiriman obat; penyimpanan bahan awal, bahan

kemas, produk antara, produk ruahan & produk jadi dan pengiriman &

pengangkutan.

2.2.7 Pengawasan Mutu

Kegiatan pengawasan mutu merupakan bagian yang penting dari CPOB

untuk memastikan bahwa produk yang dibuat senantiasa mempunyai mutu yang

sesuai dengan tujuan penggunaannya. Keterlibatan dan komitmen semua pihak

yang berkepentingan dalam seluruh rangkaian pembuatan adalah mutlak untuk

mencapai sasaran mutu yang ditetapkan mulai dari awal pembuatan sampai

distribusi obat jadi.

Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian

serta termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan

bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan

untuk dipakai atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah

dibuktikan memenuhi persyaratan.

Pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus

terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. Pengawasan

Mutu hendaklah mencakup semua kegiatan analisis.

Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus

terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk.

Ketidaktergantungan Pengawasan Mutu dari Produksi dianggap hal yang

fundamental agar Pengawasan Mutu dapat melakukan kegiatan dengan

memuaskan.

2.2.8. Inspeksi Diri, Audit Mutu, dan Audit & Persetujuan Pemasok

Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek

produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB

ditetapkan. Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 24: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

11

Universitas Indonesia

kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan

yang diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci

oleh petugas yang kompeten dari perusahaan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan

secara rutin dan pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali

obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Prosedur dan catatan inspeksi diri

hendaklah didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif.

Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit

mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem

manajemen dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit mutu

umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar, independen, atau tim yang

dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan.

2.2.9 Penanganan Keluhan Terhadap Obat, Penarikan Kembali, dan Obat

Kembalian

Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan

terjadi kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur

tertulis. Untuk menangani semua kasus yang mendesak hendaklah disusun suatu

sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga

cacat dari peredaran secara cepat dan efektif.

Penarikan kembali produk dapat berupa satu atau beberapa bets atau seluruh

bets produk tertentu dari semua peredaran distribusi. Hendaklah tersedia prosedur

tertulis yang diperiksa secara berkala untuk mengatur segala tindakan penarikan

kembali. Tindakan penarikan kembali produk hendaklah dilakukan segera setelah

diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi yang

merugikan. Catatan dan laporan penarikan kembali produk hendaklah

didokumentasikan dengan baik.

2.2.10 Dokumentasi

Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan

dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.

Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap

personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 25: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

12

Universitas Indonesia

memperkecil resiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul

karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, dokumen produksi

induk/ formula pembuatan, prosedur, metode, instruksi, laporan, dan catatan harus

bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen adalah

sangat penting.

2.2.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak

Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak dilakukan jika suatu

perusahan membuat produk di perusahaan lain atau sebaliknya. Pembuatan dan

analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan dikendalikan

untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau

pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara pemberi

kontrak dengan penerima kontrak harus dibuat secara jelas dalam hal tanggung

jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara

jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung

jawab penuh kepala bagian manajemen mutu (pengawasan mutu).

2.2.12 Kualifikasi dan Validasi

Kualifikasi dan validasi adalah bagian penting dari sistem pemastian mutu

sehingga tercantum sebagai persyaratan CPOB bagi industri farmasi. CPOB

mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu

dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang

dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang

dapat memengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Pendekatan dengan kajian

risiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan

validasi. Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama program

validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam Rencana

Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara. RIV hendaklah merupakan dokumen

yang singkat, tepat dan jelas. RIV hendaklah mencakup sekurangkurangnya data

sebagai berikut: kebijakan validasi; struktur organisasi kegiatanvalidasi; ringkasan

fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan divalidasi; format dokumen:

format protokol dan laporan validasi, perencanaan dan jadwal pelaksanaan;

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 26: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

13

Universitas Indonesia

pengendalian perubahan; dan acuan dokumen yang digunakan. Validasi

diklasifikasikan menjadi tiga, yakni validasi pembersihan, validasi metode analisis

dan validasi proses. Kualifikasi diklasifikasikan menjadi empat, yaitu kualifikasi

desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional dan kualifikasi kinerja.

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 27: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

14 Universitas Indonesia

BAB 3

TINJAUAN KHUSUS PT. KALBE FARMA

3.1. Sejarah dan Perkembangan PT. Kalbe Farma, Tbk.

PT. Kalbe Farma, Tbk. didirikan oleh seorang farmakolog bernama dr.

Boenjamin Setiawan pada tanggal 10 September 1966 di sebuah garasi rumah di

Jalan Simpang I No. 1, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Nama Kalbe merujuk pada

nama para pemegang saham awal, yakni Khoew Sioe Tjiang, Liem Lian Kiok dan

Boenjamin Setiawan. Tujuan pendirian PT. Kalbe Farma, Tbk. adalah turut

berpartisipasi dalam pembangunan nasional pada umumnya dan meningkatkan

kesejahteraan serta derajat kesehatan masyarakat pada khususnya, yang tercermin

dalam moto perusahaan yaitu The Scientific Pursuit of Health For A Better Life

(Mengabdikan Ilmu Untuk Kesehatan dan Kesejahteraan). Seiring waktu berjalan

PT. Kalbe Farma menjadi semakin berkembang dan kini PT. Kalbe Farma Tbk.

berada di kawasan industri Delta Silicon Jalan M.H. Thamrin Blok A3-1, Lippo

Cikarang, Bekasi 17550.

Produk pertama yang dihasilkan oleh PT. Kalbe Farma adalah obat kulit

Bioplacenton yang menjadi ciri khas PT. Kalbe Farma hingga sekarang. Produk

PT. Kalbe Farma kemudian berkembang menjadi berbagai macam produk farmasi

sesuai dengan kebutuhan konsumen yang beragam. Dalam rangka meningkatkan

pelayanan penyediaan obat sebagai tuntutan atas meningkatnya kebutuhan obat

yang berkualitas maka pada bulan April 1972, PT. Kalbe Farma melakukan

perluasan usahanya dengan memindahkan usahanya ke lokasi yang lebih luas

yaitu ke Jl. Ahmad Yani, Pulomas, Jakarta Timur. Pada tahun 1980, aktivitas

distribusi produk-produk PT. Kalbe Farma dipisahkan dari kegiatan industrinya

yaitu dengan mendirikan PT. Enseval Putra Megatrading yang bertindak sebagai

distributor tunggal PT. Kalbe Farma.

Dalam menjalankan setiap kegiatannya, PT Kalbe Farma, Tbk. senantiasa

bertujuan untuk memenuhi dan atau mencapai visi yang diterapkan perusahaan.

Visi, Misi, Motto, Goal, dan Strategi PT Kalbe Farma, Tbk. Adalah sebagai

berikut :

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 28: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

15

Universitas Indonesia

1. Visi PT. Kalbe Farma, Tbk.:

“Menjadi perusahaan perawatan kesehatan Indonesia terbaik yang dimotori

oleh inovasi, nama dagang yang kuat dan manajemen yang unggul”

2. Misi PT. Kalbe Farma, Tbk.:

“Meningkatkan kesehatan untuk kehidupan yang lebih baik”

3. Motto PT. Kalbe Farma, Tbk.:

“Mengabdikan ilmu di bidang kesehatan untuk kesehatan dan kesejahteraan”

Selain itu, PT Kalbe Farma, Tbk. juga membuat suatu core value (nilai

inti) yang berfungsi menunjang penerapan visi dan misi yaitu berupa Kalbe Panca

Sradha dan dijadikan landasan oleh seluruh karyawan dalam menjalankan kinerja

sehari-hari:

1. Trust is the glue of life

Saling percaya adalah perekat diantara kami.

2. Mindfulness is the foundation of our action

Kesadaran penuh adalah dasar setiap tindakan kami.

3. Innovation is the key to our success

Inovasi adalah kunci keberhasilan kami.

4. Strive to be the best

Bertekad untuk menjadi yang terbaik.

5. Interconnectedness is a universal way of life

Saling keterkaitan adalah panduan hidup kami.

Gambar 3.1 Logo PT. Kalbe Farma, Tbk.

PT. Kalbe Farma, Tbk. berhasil melakukan integrasi sertifikasi ISO

9001:2000, sertifikasi ISO 14001:2004 dan OHSAS 18001:1999.

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 29: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

16

Universitas Indonesia

3.2. Visi dan Misi PT. Kalbe Farma, Tbk.

Visi PT. Kalbe Farma, Tbk. adalah ”Menjadi perusahaan perawatan

kesehatan terbaik yang dimotori oleh inovasi, nama dagang yang kuat, dan

manajemen yang unggul”. Untuk mencapai visi tersebut, PT. Kalbe Farma, Tbk.

menetapkan misi perusahaan yakni “Meningkatkan kesehatan untuk kehidupan

yang lebih baik”. Misi tersebut berfokus pada tiga elemen utama, yaitu:

a. Konsumen

PT. Kalbe Farma, Tbk. mampu menyediakan produk berkualitas dengan harga

murah dan terjangkau, mudah diperoleh, serta dengan pelayanan yang prima

untuk menyenangkan hati pelanggan agar menjadi pilihan pertama konsumen.

b. Sumber Daya Manusia (SDM)

PT. Kalbe Farma, Tbk. mampu mewujudkan SDM yang sesuai dengan

kualifikasi dan tuntutan pekerjaan, memiliki dedikasi tinggi, inovatif,

berorientasi pada pelayanan dan kualitas, serta pengembangan SDM melalui

proses belajar yang berkelanjutan dan lingkungan kerja yang sehat dan

mendukung.

c. Proses dan Kualitas

PT. Kalbe Farma, Tbk. mampu meningkatkan kecepatan dan efisiensi proses

kerja melalui sistem dan prosedur kerja yang rapi sesuai dengan perencanaan,

usaha, pemeriksaan, dan aksi (plan, do, check, and action/PDCA).

Visi dan misi tersebut didukung oleh nilai-nilai utama yakni gigih untuk

mencapai yang terbaik, inovasi, kerjasama yang kokoh, lincah, memberikan

pelayanan terbaik, serta integritas. Dalam mencapai visi dan misi tersebut, PT.

Kalbe Farma, Tbk. memiliki moto The Scientific Pursuit of Health For A Better

Life (Mengabdikan Ilmu Untuk Kesehatan dan Kesejahteraan).

3.3. Lokasi dan Tata Ruang PT. Kalbe Farma, Tbk.

PT. Kalbe Farma, Tbk. terletak di Kawasan Industri Delta Silicon Jalan

M.H. Thamrin Blok A1-3, Lippo Cikarang, Bekasi. Bangunan ini terdiri dari

gedung kantor, gedung produksi, teknik, gudang dan sarana pendukung seperti

pengolahan limbah, lapangan parkir, koperasi, dan kantin. Bangunan PT. Kalbe

Farma, Tbk. terdiri dari dua bagian yaitu bangunan kantor dan bangunan pabrik.

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 30: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

17

Universitas Indonesia

3.3.1 Bangunan Kantor

Gedung kantor PT. Kalbe Farma, Tbk. terdiri dari empat lantai yaitu:

a. Lantai 1 meliputi bagian Departemen Human Resource Development,

Departemen Personal General Affair, Departemen Process Development,

Departemen Akuntansi, Departemen Pembelian, ruang perpustakaan, dan

kantin.

b. Lantai 1½ meliputi Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian

Persediaan Pusat, Departemen Veteriner, serta Departemen Teknologi

Informasi, Departemen Group Process Improvement.

c. Lantai 2 meliputi Departemen Keuangan dan Pemasaran, Departemen Quality

System, dan Direksi.

d. Lantai 3 meliputi Departemen Research and Development yang terdiri dari

bagian Formulation dan Analytical Development, Departemen Pemastian

Mutu (Quality Assurance), Departemen Pengawasan Mutu (Quality Control)

dengan laboratorium pengawasan mutu.

e. Lantai 4 meliputi ruangan pilot plant Departemen Research and

Development.

3.3.2 Bangunan Pabrik

Gedung produksi terdiri dari tiga lantai yang masing-masing lantai

dipisahkan oleh ruang yang disebut Mezanin, yaitu ruang khusus untuk

penempatan fasilitas utilitas seperti penyedot udara, pipa-pipa, kabel listrik, dan

lain-lain. Tiap lantai terdiri dari line (jalur) produksi dengan jumlah total 12 line,

yaitu line 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8A, 8B, 9 dan 10. Pada tahun 2013, ada penambahan

kapasitas ruangan pada line produksi tertentu yaitu line 1 extention, line 5

extention, dan line 8 extention. Pembagian ruangan pada gedung produksi adalah

sebagai berikut:

a. Lantai dasar digunakan untuk ruang produksi line 9 dan 10, gudang alkohol,

Departemen Teknik, Ruang QA Facility Validation dan ruang loker

karyawan.

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 31: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

18

Universitas Indonesia

b. Lantai 1 digunakan untuk ruang produksi line 1, line 1 extention, line 2, line

4, line 5, gudang bahan baku dan wadah, gudang kemas, dan gudang obat

jadi.

c. Lantai 2 digunakan untuk ruang produksi line 6, line 7, line 8A, 8B, 8C dan

line 8 extention.

d. Lantai 3 digunakan untuk ruang purified water generator, pure steam

generator, water for injection generator, dan oil free air compressor.

Lantai ruang produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk. dicat dengan cat epoksi

agar mudah dibersihkan, dibuat melengkung (tidak memiliki sudut) agar tidak

menjadi tempat berkumpulnya debu, serta bingkai jendelanya dibuat miring

dengan maksud agar mudah dibersihkan dan juga tidak menjadi tempat

berkumpulnya debu. Berdasarkan CPOB tahun 2012, ruangan di industri farmasi

dibagi menjadi 5 jenis area berdasarkan perbedaan tingkat kebersihannya, yaitu

kelas A, B, C, D dan E. Kelas A, B, C, dan D digunakan untuk produksi sediaan

steril dan kelas E untuk produksi sediaan nonsteril. PT. Kalbe Farma, Tbk. Telah

menyesuaikan kembali klasifikasi ruangan sesuai dengan pedoman CPOB 2012.

Meskipun demikian dalam kesehariannya area produksi steril (kelas A, B, C, dan

D) masih disebut sebagai area putih (white area), area produksi nonsteril (kelas E)

disebut area abu-abu (grey area), dan area pengemasan sekunder disebut area

hitam (black area).

3.4 Struktur Organisasi PT. Kalbe Farma, Tbk.

Bagan struktur organisasi PT. Kalbe Farma, Tbk. dapat dilihat pada

Lampiran 1.

3.4.1 Departemen Research and Development

Departemen Research and Development (R&D) berperan antara lain

dalam pengembangan produk baru, pengatasan masalah produksi, proyek

penelitian khusus, penentuan spesifikasi bahan baku untuk manufacturing,

penyusunan metode analisa, penentuan shelf-life produk, dan penunjang data

untuk penyusunan dossier registrasi (formula, data stabilitas, dan kemasan).

Departemen R&D dipimpin oleh seorang R&D Pharma Deputy Director.

Departemen R&D mencakup tiga bagian utama, yaitu:

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 32: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

19

Universitas Indonesia

3.4.1.1 Packaging Development (Pengembangan Kemasan)

Tugas utama Packaging Development adalah melakukan penelitian dan

pengembangan material kemasan (primer dan sekunder) untuk produk baru,

melakukan penelitian dan pengembangan desain produk baru, dan menyiapkan

atau menyediakan dokumen yang terkait dengan kemasan meliputi dokumen

spesifikasi, metode analisis (MA), dan Prosedur Pengemasan Induk 3 (PPI 3).

3.4.1.2 Formulation (Pengembangan Formula)

Tugas utama Formulation adalah pengembangan produk baru, baik OTC

maupun ethical, sesuai dengan perkembangan teknologi sediaan farmasi. Proses

pengembangan produk baru ini dapat dilakukan di dalam perusahaan atau di luar

perusahaan, misalnya melalui kegiatan lisensi atau bekerja sama dengan lembaga

penelitian/ pendidikan.

3.4.1.3 Analytical Development (Pengembangan Metode Analisis)

Tugas utama Analytical Development adalah sebagai berikut:

a. Mengembangkan metode analisis suatu senyawa obat, bahan pengemas, dan

sampel produk sehingga diperoleh metode analisis yang sesuai. Untuk produk,

bahan baku, dan bahan pengemas yang akan digunakan dan diproduksi.

Metode analisis yang diperoleh selanjutnya divalidasi dan dijadikan acuan

analisis pemeriksaan rutin sehingga metode analisis tersebut menjadi valid,

efektif, dan praktis.

b. Menentukan approved manufacturer bahan baku baru yang digunakan di PT.

Kalbe Farma, Tbk.

3.4.2 Departemen Process Development

Pada awalnya Departemen Process Development merupakan bagian dari

departemen Research & Development. Pada awal tahun 2007, Process

Development dipisahkan dari Departemen R&D di mana R&D fungsinya lebih ke

arah riset pengembangan produk baru dan sedangkan NDDS (New Delivery Drug

System) sedangkan untuk Process Development lebih ke produk-produk yang

sudah ada (existing product) dan non NDDS. Secara umum Departemen Proses

Development menangani semua produk-produk yang sudah ada (existing),

menerima peralihan tanggung jawab terhadap status material yang berubah dari

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 33: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

20

Universitas Indonesia

percobaan menjadi induk, dan mengatasi masalah atau trouble shooting produksi.

Departemen Process Development dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:

3.4.2.1 Formulation (Formulasi)

Tugas utama bagian formulasi adalah memperbaiki atau mengembangkan

formula-formula produk existing, mendukung bagian produksi jika ada masalah

terutama dalam hal formulasi, dan mendukung bagian pembelian (purchasing)

dalam hal diversifikasi raw material. Menyiapkan dokumen untuk bagian

produksi, seperti: Prosedur Pengolahan Induk 1 (PPI 1) yang berisi keterangan

Raw Material yang digunakan dan Prosedur Pengolahan Induk 2 (PPI 2) yang

berisi prosedur pembuatan obat dan spesifikasinya.

3.4.2.2 Packaging (Kemasan)

Tugas utama bagian kemasan adalah melakukan penelitian dan

pengembangan material kemasan, baik primer dan sekunder, penelitian dan

pengembangan tersebut juga mencakup uji stabilitas dan trial di produksi (jika

diperlukan). Selain itu bagian kemasan juga melakukan penelitian dan

pengembangan desain kemasan produk existing, mulai dari pembuatan konsep,

verifikasi sampai dengan penyiapan disket dan print-out final art work untuk

dikirim ke supplier kemasan serta menyiapkan/ menyediakan dokumen yang

terkait dengan kemasan, seperti Prosedur Pengolahan Induk (PPI) dan Production

Model (PM) Kemas. Bagian ini juga memberi dukungan terhadap bagian lain

untuk masalah-masalah yang terkait/ berhubungan dengan kemasan, seperti

pembelian mesin baru di bagian produksi, diversifikasi supplier oleh bagian

Purchasing dan permintaan penyederhanaan prosedur pemeriksaan dari bagian

QC.

3.4.2.3 Analytical Development

a. Pengembangan metode, dan membantu dalam deversifikasi. Trouble solution

jika ada masalah analisa

b. Studi pre-marketing percobaan pilot Process Development

3.4.3 Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan

Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan/

Production Planning and Inventory Control (PPIC) PT. Kalbe Farma, Tbk.

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 34: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

21

Universitas Indonesia

merupakan bagian dari grup PPIC dari empat situs perusahaan yang berada di

bawah grup Kalbe, yaitu PT. Kalbe Farma, Tbk., PT. Dankos Farma, PT.

Hexpharm Jaya, dan PT. Fima. Grup PPIC ini menjadi penghubung antara bagian

pemasaran dan distributor, yaitu PT. Enseval Putera Megatrading dengan divisi

produksi masing-masing situs. Departemen PPIC berada dibawah koordinasi

Assistant Director Plant. PPIC manager membawahi PPIC specialist, sedangkan

PPIC specialist membawahi empat bagian yaitu Inventory Plannning Control

(IPC), Production Planning Control (PPC), dan Toll Manufacturing. Secara

umum tugas dari departemen ini adalah sebagai berikut:

a) Merencanakan, mempersiapkan, dan mengendalikan proses produksi mulai dari

bahan baku sampai obat jadi.

b) Melakukan kegiatan toll manufacturing, meliputi:

1) Toll in, yaitu permintaan produksi dari perusahaan lain yang bisa dipenuhi

karena masih tersedia kapasitas.

2) Toll out, yaitu permintaan bantuan produksi ke perusahaan lain karena tidak

memiliki fasilitas produksi produk bersangkutan atau karena kapasitas tidak

mencukupi.

c) Membuat laporan ke instansi terkait, antara lain hasil produksi, pemakaian

material seperti prekursor, dan narkotik/psikotropik.

Tugas dari masing-masing bagian di Departemen PPIC adalah:

a. Inventory Planning Control (IPC):

1) Menghitung Evaluasi Kebutuhan Material (EKM) bulanan selama 6 bulan

kedepan berdasrkan Rolling Production Plan (RPP).

2) Memantau persediaan bahan baku, wadah, dan kemasan dengan

mempertimbangkan prioritas penggunaan material di bagian produksi.

3) Membuat Formulir Permintaan Barang (FPB) untuk material.

4) Memperbanyak dan menurunkan Kartu Produksi (KP) atau Prosedur

Pengolahan Induk (PPI)

b. Production Planning Control (PPC):

1) Menerjemahkan rolling forecast (ROFO) yang merupakan permintaan dari

PT. Enseval Putera Megatrading menjadi Rolling Production Plan (RPP)

dengan mempertimbangkan stock, buffer stock, work in process (WIP),

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 35: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

22

Universitas Indonesia

batch size, average selling out, pending order, dan day of inventory (DOI).

ROFO merupakan jumlah perkiraan penjualan selama 6 bulan mendatang

dalam satuan unit. RPP merupakan rencana produksi yang dibuat setiap 6

bulan mendatang dalam satuan batch.

2) Mengirim RPP ke bagian IPC untuk dijadikan dasar penyusunan Rencana

Pemakaian Material (RPM) setiap bulan.

3) Membuat rencana produksi bulanan (RPB) yang berisikan jumlah batch dan

target yang harus dicapai oleh Departmen Produksi selama satu bulan.

4) Mengevaluasi pencapaian rencana produksi bulan lalu untuk perencanaan

rencana produksi bulan berikutnya

c. Toll Manufacturing bertugas mengkoordinasi produk-produk toll out dan toll in

untuk menjamin agar kebutuhan sales dan marketing tetap dapat dipenuhi oleh

rekanan yang telah ditentukan oleh perusahaan apabila kapasitas produksi tidak

tersedia/ tidak mencukupi.

3.4.4 Departemen Produksi

Departemen produksi merupakan bagian Plant Department yang dipimpin

oleh Group Production Manager (GPM). GPM membawahi 4 manager produksi.

Masing-masing manager memiliki tanggung jawab terhadap mini company

produksi yang terdiri dari beberapa line produksi. Mini company promag terdiri

dari line 1 dan line 1 extension. Mini company I terdiri dari line 2, 9, dan 10. Mini

company II terdiri dari line 4, 5, dan 6. Sedangkan untuk mini company III terdiri

dari line 7, 8A, dan 8B. Masing – masing mini company di pimpin oleh seorang

manager produksi. Masing-masing line dijalankan oleh supervisor produksi atau

disebut juga Penanggung Jawab Line (PJL) yang bertanggung jawab kepada

manager produksi di masing-masing mini company. Sedangkan PJL pada masing-

masing line produksi membawahi koordinator lapangan, production engineer

(PE), administrasi, operator, pembantu operator, production helper, dan packer.

Line Produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk. Cikarang terdiri dari 10 bagian

line yaitu line 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8A, 8B, 9, dan 10. Line tersebut digolongkan

menjadi dedicated line dan non-dedicated line. Dedicated line merupakan line

yang memproduksi obat dalam jenis produk yang relatif sedikit, tapi dengan

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 36: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

23

Universitas Indonesia

ukuran batch yang besar. Line ini terdiri atas line 1, 4, 9. Non-dedicated line

merupakan line yang memproduksi obat dengan jenis produk relatif banyak

namun dengan ukuran batch yang relatif kecil atau sedikit. Line ini terdiri atas line

2, 5, 6, 7, 8A, 8B, dan 10. Produk obat yang diproduksi di setiap line adalah

sebagai berikut:

1. Line 1: line ini memproduksi 1 jenis produk sediaan padat yaitu tablet

Promag®. Line ini juga mempunyai extension. Line 1 extension ini khusus

memproduksi tablet Promag® untuk menunjang permintaan pasar yang tidak

dapat dipenuhi oleh line 1. Saat ini line 1 extention sudah beroperasi. Dan

sudah dapat membantu line 1 karena ruangan produksi tablet Promag® akan

diperbesar dan akan menggunakan mesin yang lebih baru sehingga dapat

memproduksi jumlah batch yang lebih besar dan lebih cepat.

2. Line 2: line ini terdiri atas 2 line yang merupakan gabungan dari line 2A dan

line 2B. Sebagian besar produk line 2A adalah tablet inti, sedangkan produk

line 2B adalah tablet coating. Produk line 2 antara lain: Neo Entrostop®, Xon-

Ce®, Pronicy®, Neuralgin®, Cypron®, Vitazym®, Zegavit®, dan Zegase®

3. Line 4: line yang memproduksi tablet inti, contoh produknya: Procold®, dan

Promag® Double Action.

4. Line 5: line yang memproduksi sediaan cair oral antara lain sirup, emulsi, dan

suspensi, seperti Cerebrofort®, Plantacid® dan Woods®.

5. Line 6: line ini khusus memproduksi sediaan cair steril (injeksi) seperti

Rantin®, Ulsikur®, dan Kalmethasone®.

6. Line 7: line ini memproduksi sediaan semi padat topikal seperti krim, semi

solid seperti jeli, dan salep, serta sediaan suppositoria dan ovula. Contoh

produknya adalah Bioplacenton® (gel), Mycoral® (krim), dan Kaltrofen® (gel

dan suppositoria).

7. Line 8: line yang banyak memproduksi beberapa jenis produk obat namun

volumenya kecil. Produk yang dihasilkan tersebut sebagian besar merupakan

produk ethical. Line ini dibagi menjadi 2 yaitu line 8A yang menangani proses

pembuatan produk, line 8B menangani pengemasan produk.

8. Line 9: line ini khusus memproduksi sediaan cair non oral yaitu Kalpanax®

Tincture.

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 37: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

24

Universitas Indonesia

9. Line 10: line ini khusus melakukan pengemasan ulang (repack) untuk produk

impor.

Tugas umum Departemen Produksi secara keseluruhan adalah melakukan

proses produksi dari raw material dan packaging material menjadi produk jadi.

Tugas dan tanggung jawab masing-masing line produksi antara lain:

a. Mencapai target produksi (kuantitas, kualitas, dan waktu yang tepat) yang

ditetapkan berdasarkan ketersediaan kapasitas mesin dan ketersediaan tenaga

kerja serta memonitor aktivitas harian dan mingguan berdasarkan Jadwal

Produksi Mingguan (JPM).

b. Mengoptimalkan dan mengontrol expense (biaya bulanan dan tahunan) yang

dipakai untuk mencapai target produksi. Sebagai contoh, biaya lembur dan gaji

karyawan, biaya toolsand supplies (selang, solvent, dan oli) dan maintenance

mesin (break down dan periodik).

c. Mencapai rendemen (yield) yang ditetapkan dengan cara meminimalkan bahan

baku yang terbuang pada setiap tahap proses dan mengusulkan penyederhanaan

proses (bekerjasama dengan R&D dan Process Development). Rendemen

sudah ditetapkan standarnya setiap tahun.

d. Memastikan ketersediaan utilitas kerja, seperti Air Handling Unit (AHU),

pengendali tekanan, Relative Humidity (RH), udara, dan suhu.

e. Memantau produktivitas kerja (orang dan mesin).

f. Mengefisienkan pemakaian kapasitas mesin dengan cara melakukan

penjadwalan yang efisien, penempatan operator yang tepat, dan perawatan

mesin.

g. Memeriksa, mengevaluasi, dan memberi approval dokumen-dokumen yang

dipakai dan dikirim ke QA.

h. Membimbing supervisor dan subordinat.

i. Memberi masukan kepada atasan, untuk perencanaan jangka panjang (misal:

perubahan lay out ruangan, penambahan mesin dan karyawan, optimalisasi

cara kerja).

j. Memastikan suasana kerja yang sehat dan memotivasi bawahan (misalnya

membantu masalah mereka dan memberi training).

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 38: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

25

Universitas Indonesia

k. Memastikan dipenuhinya standar atau peraturan yang berlaku (misal: CPOB,

ISO 9000, OSHAS 18000, ISO 14000, dan cGMP) dan berkomitmen untuk

mengimplementasikan kebijakan mutu, Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(K3), dan lingkungan.

3.4.5. Departemen Group Process Improvement (GPI)

Departemen Group Process Improvement adalah departemen yang

terbentuk pada tahun 2006. Departemen ini bertujuan untuk mengadakan

continual improvement agar perusahaan dapat terus berkembang menjadi lebih

baik. Misi GPI adalah untuk mengarahkan perbaikan berkesinambungan agar

tumbuh menjadi budaya di lingkungan Kalbe Group serta untuk memfasilitasi

kegiatan tersebut di empat operasi bisnis agar dapat tumbuh secara bersama.

Tugas dan tanggung jawab dari departemen GPI antara lain adalah:

1. Energy Cost Saving

2. Standar Minimal Spesifikasi Mesin

3. Focus Plant

4. Proyek Lean

5. Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin (5R)

6. Continual improvement

Dalam melakukan perbaikan proses dengan metode Continual Improvement

ada enam tahapan yaitu:

a. Understand the customer

Memahami pernyataan end customer terkait tentang keinginan, kebutuhan,

harapan terhadap suatu produk atau jasa yang dijadikan sebagai persyaratan.

Untuk memenuhi persyaratan tersebut, perusahaan harus mengukur

kemampuan dan mengidentifikasi adanya gap.

b. Analisis Efisiensi

Fokus pada pemenuhan kebutuhan dan harapan pelanggan internal, minimasi

biaya, minimasi variasi, dan waktu siklus.

c. Analyze the Process

Pada tahap analisis, amati kondisi proses exsisting, proses yang tidak efektif,

tidak efisien, dan proses yang buruk.

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 39: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

26

Universitas Indonesia

d. Improve the Process

Aktivitas improvement tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Continual

Improvement membentuk pemahaman yang fundamental pada customer

requirement, kapabilitas proses, dan root cause gap yang terjadi. Contohnya

dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas produk atau jasa, maka aktivitas

improvement yang dilakukan adalah berfokus pada pengurangan variasi, error,

serta cacat.

e. Implement changes

f. Standardize and monitor

3.4.6. Departemen Quality Operation

Quality Operation adalah departemen yang bertugas menjamin mutu produk

yang dihasilkan dengan memperhatikan seluruh aspek yang berpengaruh pada

kualitas produk. Departemen QO dipimpin oleh seorang QO Manajer yang

bertanggung jawab kepada Plant Head. Secara umum QO dibagi menjadi dua

kelompok besar yaitu Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA).

3.4.6.1 Quality Control (QC)

Secara umum bagian QC bertugas dalam:

a) Pelulusan dan pengujian terhadap material yang datang (raw material dan

packaging material), produk ruahan dan produk jadi.

b) Memberikan persetujuan pemeriksaan (retesting) dan pengerjaan ulang

(rework) suatu produk.

Bagian-bagian dalam Departemen QC:

a) Seksi Bahan Baku (Raw material)

Bagian ini bertanggung jawab dalam menganalisa semua bahan baku yang

masuk yang akan digunakan untuk proses produksi.

b) Seksi Wadah dan Kemasan (Packaging Material)

Bagian ini bertugas melakukan pemeriksaan terhadap semua wadah dan

kemasan dengan prosedur berdasarkan MA yang telah ditetapkan oleh

Departemen R&D

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 40: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

27

Universitas Indonesia

c) Seksi Obat Jadi

Seksi obat jadi bertugas dalam melakukan pemeriksaan dan meloloskan atau

menolak produk jadi yang akan dikemas.

d) Laboratorium Mikrobiologi

Bagian ini bertugas melakukan pemeriksaan mikrobiologi material dan obat

sesuai dengan MA yang telah ditetapkan oleh Departemen R&D. Pemeriksaan

yang dilakukan yaitu: potensi antibiotika, uji sterilitas, uji pirogen dan

endotoksin, pemeriksaan angka total mikroba, pemeriksaan untuk uji sampel

stabilitas, pemeriksaan sampel pertinggal, dan pemeriksaan hasil validasi

pembersihan mesin. Selain mendukung seksi bahan baku, seksi wadah dan

kemasan, dan seksi obat jadi, laboratorium mikrobiologi juga mendukung

bagian validasi dalam pemeriksaan ruangan.

Hubungan Departemen QC dengan departemen lain adalah sebagai berikut:

a. Departemen Logistik

Bahan baku dan bahan kemas yang diterima oleh Departemen Logistik

diperiksa oleh Departemen QC.

b. Departemen R&D

Departemen QC melakukan pemeriksaan rutin menggunakan metode analisa

yang ditetapkan oleh Analytical Development dan Packaging Development

yang merupakan bagian dari Departemen R&D. Sebelum suatu metode analisa

ditetapkan oleh Analytical Development dan Packaging Development,

dilakukan transfer metode analisa ke Departemen QC untuk menyempurnakan

metode analisa tersebut

c. Departemen Produksi

Departemen QC memeriksa kualitas produk ruahan berdasarkan sampling yang

dilakukan oleh Departemen Produksi (IPC mandiri). Untuk In Process Control

(IPC) dilakukan oleh Departemen Produksi karena bagian produksi di PT.

Kalbe Farma, Tbk. dianggap sudah mampu untuk melakukan IPC sendiri dan

Departemen QC melakukan pemeriksaan composit sample dari hasil suatu

proses produksi.

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 41: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

28

Universitas Indonesia

d. Departemen Pembelian (Purchasing)

Hubungan Departemen QC dengan bagian pembelian melibatkan bagian

Analytical Development dan Formulasi. Bagian pembelian akan membeli

bahan baku maupun bahan kemas dari pemasok baru setelah memperoleh

persetujuan dari bagian Analytical Development dan Formulasi. Selanjutnya,

bahan baku dan bahan kemas yang dibeli dari source baru diperiksa

kualitasnya oleh Departemen QC menggunakan metode analisa yang

ditetapkan oleh bagian Analytical Development.

e. Departemen Marketing

Departemen QC memberikan informasi ke Departemen Marketing tentang

release batch number pertama produk baru dan pemberitahuan perubahan

kemasan.

3.4.6.2 Quality Assurance (QA)

Departemen QA dipimpin oleh seorang QA Manager yang bertanggung

jawab langsung kepada QO Manager. Secara umum QA dibagi menjadi empat

kelompok besar yaitu Audit Proses, Post Marketing, Validasi, dan GMP

Compliance.

a. Audit Proses

Bagian audit memiliki beberapa tugas, yaitu audit proses, audit produk, audit

vendor, penanganan masalah di produksi, dan monitoring penyimpangan.

Audit proses dilakukan untuk memastikan proses produksi berjalan sesuai

dengan prosedur yang telah ditetapkan. Proses yang dimaksud bukan hanya

proses pembuatannya, tetapi mulai dari penerimaan bahan baku. IPC (In

Process Control) juga termasuk dalam audit proses ini. Inspektor akan datang

ke bagian gudang dan produksi secara langsung untuk mengamati apakah pada

proses yang dilakukan terdapat penyimpangan atau tidak. Kegiatan ini

dilakukan secara berkala. Audit produk dilakukan pada setiap jalur produksi

(line). Audit produk ini bertujuan untuk mengetahui dan memastikan bahwa

produk yang telah dirilis benar-benar layak atau memenuhi persyaratan. Selain

itu, audit produk ini juga bertujuan untuk memastikan bahwa sistem yang telah

dibuat berjalan dengan baik di lapangan. Audit vendor yang dilakukan ada 2,

yaitu audit vendor bahan baku dan audit vendor produk toll out. Audit vendor

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 42: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

29

Universitas Indonesia

yang dilakukan serupa dengan audit proses. Penanganan masalah di produksi

dilakukan dengan sampling produk yang mengalami masalah tersebut.

Hasilnya dapat berupa rilis, diproses ulang, atau musnah. Penyimpangan yang

terjadi, beserta penyebab dan usulan perbaikannya dilaporkan pada lembar

deviation report. Bagian audit saat ini juga berperan dalam sistem Total

Productive Maintenance (TPM).

b. Post Marketing

Post Marketing bertugas melakukan pemantauan atau pengawasan terhadap

kualitas produk jadi setelah produk tersebut diproduksi dan dipasarkan. Tugas

dari post marketing adalah menangangi keluhan pelanggan (product

complaint), menangani recall dan returned product, dan post marketing

stability testing.

c. Validasi

Validasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap

bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang

digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil

yang diinginkan. Bagian Validasi di PT. Kalbe Farma, Tbk memiliki bagian

validasi proses, validasi pembersihan, validasi fasilitas dan utilitas, validasi

computer, dan annual product review.

d. GMP Compliance

1) Kalibrasi dan Kualifikasi

Tujuan dilakukan kalibrasi untuk memastikan semua peralatan yang

digunakan untuk pengukuran selalu memenuhi persyaratan yang telah

ditetapkan sehingga menjamin ketelitian pengukuran berada dalam batas

yang diijinkan. Sebagai parameter digunakan suatu kalibrator yang spesifik

untuk setiap instrumen. Kualifikasi adalah tindakan untuk memastikan

kelayakan dari suatu mesin atau peralatan. kualifikasi yang dilakukan

meliputi: Design Qualification (DQ), Installation Qualfication (IQ),

Operational Qualification (OQ), dan Performance Qualification (PQ).

Kalibrasi merupakan bagian dari kualifikasi, dengan interval pengujian yang

lebih sempit (misalnya, kalibrasi dilakukan per 6 bulan, sedangkan

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 43: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

30

Universitas Indonesia

kualifikasi dilakukan minimal 3 tahun bila tidak ada perubahan yang

signifikan).

2) Evaluasi Catatan Bets (Evaluation Batch Record/ EBR)

Bagian ini bertanggung jawab memeriksa kelengkapan batch record serta

menyatukan data-data dari produksi dan hasil analisa dari departemen QC.

EBR diperlukan sebagai dokumentasi dan untuk memastikan produk

sebelum di-release telah dievaluasi dengan benar termasuk penelusuran

masalah jika terjadi penyimpangan.

3) Pengendalian Perubahan (Change Control)

Tujuan Change Control adalah agar setiap perubahan yang berkaitan dengan

mutu, lingkungan dan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dievaluasi

dahulu dampaknya terhadap mutu, lingkungan, dan K3 serta sesuai pada

ketentuan, peraturan atau undang-undang terkait sebelum

diimplementasikan. Jika terjadi suatu perubahan, misalnya terjadi

penggantian mesin, maka departemen tersebut akan mengajukan usulan

perubahan, kemudian perubahan tersebut diamati dan dipelajari oleh tiap

departemen yang terkait, apakah perubahan memberikan dampak atau tidak.

3.4.7. Departemen Quality System

Quality System (QS) mempunyai fungsi utama memastikan standar atau

pedoman yang ada senantiasa berjalan dengan baik. QS bertugas memelihara dan

mengembangkan sistem di PT. Kalbe Farma, Tbk. Secara keseluruhan, sistem

yang dibuat telah memasukkan unsur-unsur CPOB/c-GMP, ISO 9001: 2000, ISO

14001:2004, OHSAS 18001, dan juga dalam Best Practice yang ada di Kalbe.

a. System Compliance

Bagian ini memiliki tanggung jawab dalam Management Review, Audit

Development, Corrective Action/Preventive Action (CAPA), dan Standard

Development.

b. Document Compliance

Secara umum tugas QS dalam Document Compliance adalah apabila terdapat

dokumen baru atau perubahan pada dokumen lama, dokumen baru atau

dokumen yang telah diubah tersebut harus dikaji terlebih dahulu oleh QS.

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 44: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

31

Universitas Indonesia

Selanjutnya QS akan mengkaji dampak perubahan terhadap departemen lain.

Setelah dokumen diperbaiki disetujui oleh QS, perlu dilakukan pelatihan pada

semua personil yang terkait. Setelah itu, dokumen tersebut baru bisa

didistribusikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

c. Occupational Health, Safety & Environment (OHSE) compliance

OHSE dikoordinasi oleh System Compliance yang bertugas untuk memastikan

kinerja sistem manajemen K3 & lingkungan telah diterapkan dengan baik.

Selain itu OHSE juga bertugas untuk melakukan identifikasi, mencegah, dan

mengatasi hazard (bahaya) yang akan timbul akibat tidak memahami standar

prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Cara yang dilakukan antara

lain: eliminasi, substitusi, engineering control, visual control dan

administration Control, alat pelindung diri (APD).

d. Plan Do Check Action (PDCA)

Divisi ini bertugas untuk memeriksa setiap kegiatan kerja yang akan

dilaksanakan oleh departemen-departemen yang ada di PT. Kalbe Farma, Tbk.

Pada umumnya mereka akan mengikuti setiap rapat kerja yang ada dan

mengevaluasi kinerja program serta status kemajuannya.

e. Continual Improvement Program Development

Bagian Program Development memiliki tugas yang terbagi menjadi dua, yaitu

Program Development & Maintenance dan Training Development

Maintenance. Bagian ini bertanggung jawab untuk merancang dan

melaksanakan sistem pelatihan bagi karyawan, khususnya karyawan baru,

sebagai sarana untuk meningkatkan budaya kualitas karyawan sehingga

tercipta produk yang berkualitas. Program-program pengembangan yang

dilaksanakan antara lain 5R, Ko HASE, serta CONIM (Continual

Improvement). Setiap kebijakan CONIM yang telah dibuat oleh Group Process

Improvement (GPI) kemudian diteruskan kepada divisi ini untuk kemudian

dirancang pelaksanaannya.

3.4.8. Departemen Logistik

Logistik atau Warehouse adalah departemen yang bertanggung jawab atas

penerimaan, penyimpanan, pengeluaran bahan baku, wadah, bahan kemas, dan

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 45: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

32

Universitas Indonesia

produk jadi. Secara struktural departemen logistik dipimpin oleh seorang Manager

Logistik yang membawahi empat Kasi (kepala seksi) gudang, yaitu Kasi gudang

bahan baku (raw material) dan wadah (primary packaging material), Kasi gudang

penimbangan, Kasi gudang kemasan sekunder (secondary packaging material)

dan Kasi gudang produk jadi (finished goods). Bagian Logistik memiliki peranan

penting dalam kegiatan penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran bahan baku,

wadah, kemasan, maupun produk. Dalam menjalankan peran tersebut,

Departemen Logistik terkait dengan beberapa bagian, yaitu bagian QA/QC, R&D,

Purchasing, PPIC, Produksi, dan Teknik. Fungsi dan tugas dari masing-masing

seksi adalah sebagai berikut:

a. Seksi gudang bahan baku/ wadah

Gudang bahan baku dan wadah mempunyai beberapa ruang penyimpanan

dengan suhu ruangan yang berbeda-beda, yaitu ruang suhu kamar (25-30°C),

ruang AC/ cool room (20-25°C), dan ruang pendingin/cold storage (2-8°C)

untuk penyimpanan bahan baku yang rentan terhadap suhu. Untuk ruang AC,

terdapat ruangan AC untuk penyimpanan material halal, penyimpanan essence

dan flavouring, penyimpanan bahan kemas primer (foil), serta ruang AC untuk

penyimpanan berbagai macam bahan baku dan wadah. Selain itu, terdapat

beberapa area atau ruang yang penting seperti:

1. Area khusus prekursor serta tempat khusus penyimpanan bahan baku yang

bersifat prekursor narkotika dan psikotropika. Area ini selalu terkunci dan

akses ke area ini harus mendapat persetujuan supervisor dan mengisi log

book.

2. Ruang sampling QC, ruang khusus untuk proses sampling bahan baku dan

wadah yang baru datang untuk diuji kualitasnya sebelum digunakan.

3. Ruang tolak, ruangan atau area yang terpisah yang menyimpan bahan baku

dan wadah yang ditolak oleh QC.

Penataan barang di gudang bahan baku dan wadah menggunakan system

racking secara alfabetis dan numerik dimana setiap rak terdapat beberapa level

(tingkat vertikal) dan beberapa kolom (horizontal), serta didata secara

komputerisasi menggunakan sistem Oracle yang memuat lokasi peletakan

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 46: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

33

Universitas Indonesia

material dalam rak. Cara penyimpanan barang di gudang pada dasarnya disusun

antara lain berdasarkan hal-hal berikut:

1. kondisi penyimpanan yang dipersyaratkan (suhu, cahaya, dan kelembaban).

2. kedekatan dengan pelanggan (gudang timbang atau produksi).

3. bentuk material dan sifat bahan baku (flammable atau non flammable).

4. untuk barang-barang toll out didekatkan area toll out.

5. berdasarkan status (karantina, baik, atau tolak).

b. Seksi gudang penimbangan

Gudang timbang adalah tempat berlangsungnya proses penimbangan dan

penyediaan bahan baku dan wadah yang dibutuhkan oleh produksi berdasarkan

JPM (Jadwal Produksi Mingguan). Bahan baku dan wadah yang ditimbang dan

disediakan sesuai dengan Prosedur Pengolahan Induk yang diturunkan yaitu:

PPI 1A, 1B dan 3A. Bahan baku dan wadah ditimbang dan disediakan dengan

sistem First Expired First Out (FEFO) oleh gudang timbang, kemudian dikirim

ke produksi sesuai line yang membutuhkan.

c. Seksi gudang kemasan

Gudang kemas memiliki tanggung jawab melayani permintaan kemasan

sekunder berupa master box, dus, brosur, dan label kemudian mengirimkannya

ke setiap line produksi berdasarkan PPI 3B. Kemasan sekunder yang dikirim

oleh vendor akan diperlakukan sama seperti bahan baku dan wadah, yaitu akan

dikarantina terlebih dahulu untuk pengujian kualitas kemasan tersebut. Jika QC

menyatakan status kemasan adalah “BAIK” maka kemasan yang sesuai dengan

PPI 3B akan dikirim ke produksi. Sistem FEFO juga diterapkan untuk

pengiriman kemasan sekunder untuk produksi.

d. Seksi gudang produk

Ruang lingkup, fungsi, dan tugas seksi gudang produk adalah sebagai berikut:

a. Menerima, memeriksa produk dan dokumen, serta memasukkan data.

b. Menata dan menyimpan produk.

c. Mengirimkan produk untuk pelanggan (distributor, ekspor, dan sebagainya)

atas Sales Order/Shipping Instruction Internal dari marketing atau Formulir

Kebutuhan Barang (FKB).

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 47: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

34

Universitas Indonesia

d. Melaksanakan cycle count produk.

e. Menerima, memeriksa, dan memasukkan data produk retur.

3.4.9 Departemen Teknik

Departemen Teknik menunjang proses produksi dengan cara memelihara

dan melakukan perawatan semua mesin di semua departemen. Walaupun tidak

berperan secara langsung dalam kegiatan produksi, namun Departemen Teknik

merupakan pendukung utama kegiatan produksi di industri farmasi. Departemen

Teknik memiliki tanggung jawab dalam pengadaan, perbaikan dan pemeliharaan

gedung, sarana penunjang dan mesin-mesin yang digunakan di industri farmasi.

Secara umum, Departemen Teknik dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Utilitas Tugas dan tanggung jawab dari Manajer Utilitas adalah:

a. Memastikan tersedianya energi listrik, air, udara dingin, tekanan udara/uap

dan sarana penunjang lain untuk keperluan produksi dan operasi perusahaan

sehari-hari.

b. Memastikan perawatan terhadap mesin-mesin utilitas agar produksi dapat

berjalan secara efisien.

2. Pemeliharaan Tugas dan tanggung jawab dari Manager Pemeliharaan yaitu:

a. Menyusun dan mengimplementasikan rencana perawatan atau perbaikan

mesin dan peralatan.

b. Mengevaluasi hasil yang sudah dicapai.

c. Mengontrol pelaksanaan instalasi baru, pemeliharaan berkala mesin yang

mengalami kerusakan dan penyediaan suku cadang agar dapat menunjang

kelancaran proses produksi.

Kerja pemeliharaan dibagi menjadi dua, yakni pemeliharaan preventif dan

penanganan kerusakan. Pemeliharaan preventif merupakan kegiatan pemeliharaan

yang dilakukan untuk menjamin agar mesin-mesin produksi dan sarana penunjang

lainnya selalu dalam keadaan optimum dan dapat dioperasikan secara optimal.

Sementara itu penanganan kerusakan adalah perawatan mesin yang mengalami

kerusakan dan harus segera diperbaiki agar tidak mengganggu proses produksi.

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 48: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

35

Universitas Indonesia

3. Teknisi Suku Cadang

Bagian ini bertanggung jawab dalam penyediaan stok suku cadang untuk mesin

mesin yang ada baik untuk Produksi maupun untuk bagian lain. Suku cadang

yang disediakan adalah suku cadang dari mesin-mesin yang sangat penting

yang harus terus berjalan atau merupakan suku cadang yang pemesanannya

membutuhkan waktu lama, sehingga jika terjadi kerusakan dapat segera

ditangani.

4. Administrator

Bagian ini bertanggung jawab dalam melaksanakan urusan administrasi di

Bagian Teknik.

5. Koordinator Pekerjaan Sipil

Bagian ini bertanggung jawab dalam melaksanakan suatu proyek pembangunan

baru, misalnya membuat ruangan baru, membuat gedung baru.

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 49: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

36 Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

PT. Kalbe Farma, Tbk. memiliki komitmen membantu masyarakat

mewujudkan kesehatan dan kehidupan yang lebih baik. Dalam mewujudkan

komitmennya, berbagai hal telah dilakukan, salah satunya melalui penerapan Cara

Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam setiap aspek pembuatan obat di PT.

Kalbe Farma, Tbk. Jaminan kualitas produk PT. Kalbe Farma, Tbk. telah diakui

melalui berbagai standar internasional, antara lain dengan diperolehnya sertifikat

ISO 9001 (2001) untuk sistem manajemen, sertifikat ISO 14001 untuk jaminan

terhadap sistem lingkungan, dan sertifikat OHSAS 18001/SMK3 untuk jaminan

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

4.1 Manajemen Mutu

Untuk menjamin pembuatan obat yang sesuai dengan tujuan

penggunaannya, memenuhi syarat izin edar, dan bermutu dan tidak menimbulkan

risiko berbahaya dalam penggunaannya maka diperlukan suatu sistem, yaitu

manajemen mutu. Konsep dasar pengawasan mutu, CPOB, dan pemastian mutu

adalah aspek manajemen mutu yang saling terkait.

Kegiatan manajemen mutu di PT. Kalbe Farma, Tbk. sudah memenuhi

CPOB. Pengelolaan manajemen mutu di PT. Kalbe Farma, Tbk. Dilaksanakan

oleh bagian Quality Operation (QO). QO terdiri dari dua departemen, yaitu

Quality Assurance (QA)dan Quality Control (QC). Ruang lingkup QA adalah

pemastian mutu, sedangkan QC merupakan pengawasan mutu. Pemastian mutu

adalah totalitas semua pengaturan yang bertujuan memastikan bahwa obat

dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Pengawasan

mutu bertugas untuk mengontrol kualitas dari bahan awal (bahan baku dan bahan

kemas) hingga ke produk jadi yang siap dipasarkan. Pemeriksaan yang dilakukan

meliputi pemeriksaan fisik, kimia, dan mikrobiologi.

Pemastian mutu yang dilaksanakan bertujuan untuk menghindari atau

meminimalisasi resiko terhadap produk. Pelaksanaan CPOB itu sendiri dipastikan

dengan melakukan pengawasan mutu. Pengawasan mutu ini meliputi berbagai

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 50: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

37

Universitas Indonesia

macam aspek seperti produk yang sesuai standar, bangunan dan fasilitas yang

memadai, dan sebagainya.

4.2 Personalia

Dalam suatu industri farmasi, personil yang terlibat dalam industri tersebut

harus memenuhi persyaratan, baik secara kuantitas maupun kualitas. CPOB

mensyaratkan jumlah personil yang memadai dan terkualifikasi untuk

melaksanakan semua tugas. Setiap personil harus memiliki kesehatan mental dan

fisik yang baik sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara professional.

Sikap dan kesadaran tinggi setiap personil juga diperlukan dalam mewujudkan

pelaksanaan CPOB.

PT. Kalbe Farma, Tbk. Memiliki personil yang terlatih secara teknis

dengan jumlah memadai untuk melaksanakan kegiatan produksi, pengawasan dan

pemastian mutu. Kegiatan dilakukan mengikuti prosedur dan spesifikasi yang

telah ditentukan secara efektif dan efisien. Departemen produksi, QA, dan QC

dipimpin oleh apoteker yang bersifat independen. Apoteker-apoteker ini diberi

wewenang penuh dan sarana yang cukup untuk dapat melaksanakan tugasnya

secara efektif.

Peningkatan kesadaran dan pemahaman karyawan terhadap CPOB di PT.

Kalbe Farma, Tbk. dilakukan melalui program pelatihan Kualitas Lima Aspek

(KUA LIMA) yang meliputi K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja), dan 5R

(Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). Aspek KUA LIMA meliputi produk,

manusia, bahan dan peralatan, metode, serta lingkungan kerja. Uraian lima aspek

dalam KUA LIMA adalah:

a. Produk yang senantiasa berorientasi pada pasar

b. Sumber daya manusia yang selalu mengutamakan kualitas

c. Peralatan, bahan, dan teknologi yang memadai

d. Proses, prosedur, dan metode kerja yang efisien

e. Lingkungan kerja yang mendorong prestasi

Untuk menjamin kepuasan terhadap semua pelanggan, baik internal

maupun eksternal PT. Kalbe Farma Tbk. melakukan berbagai upaya antara lain

dengan menerapkan Kalbe Service Exellence (KSE). Setiap karyawan harus

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 51: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

38

Universitas Indonesia

melaksanakan sebelas perilaku KSE, yaitu senyum tulus, wajah hangat dan

bersemangat, pelanggan adalah orang penting, dengarkan kebutuhannya,

menyebut namanya, bahasa tubuh positif, membicarakan yang diminati

pelanggan, bahasa yang halus dan tepat, memberitahukan proses yang

sudah/sedang/akan dikerjakan, pengetahuan akan produk, serta tampil dengan

rapi.

4.3 Bangunan dan Fasilitas

PT. Kalbe Farma, Tbk. berlokasi di kawasan industri Delta Silicon I,

Cikarang. Lokasi pabrik terletak cukup jauh dari pemukiman penduduk. Hal

tersebut bertujuan untuk meminimalisasi resiko pencemaran, baik dari pabrik ke

lingkungan maupun dari lingkungan ke pabrik. Gedung dilengkapi dengan sarana

dan prasarana yang ditujukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi yang

berasal dari udara, tanah, air, maupun dari kegiatan di sekitarnya, seperti debu dari

industri lain, rembesan air, serangga, binatang pengerat, dan sebagainya. PT.

Kalbe Farma, Tbk. Memiliki instalasi pengolahan limbah sebagai upaya

pencegahan terjadinya pencemaran terhadap lingkungan. Pengolahan limbah

pabrik ini bekerja sama dengan pihak luar.

PT. Kalbe Farma Tbk. memiliki bangunan dengan ukuran, rancang

bangun, konstruksi, dan tata letak yang secara umum telah memadai sesuai

dengan persyaratan CPOB. Hal ini dilakukan dalam rangka menunjang

pelaksanaan kerja, pembersihan, dan pemeliharaannya. Rancang bangun dan tata

letak ruang produksi PT. Kalbe Farma, Tbk. dibagi menjadi beberapa kelompok

sehingga kegiatan-kegiatan dapat berlangsung tanpa harus berhubungan dengan

daerah luar. Ruang ganti pakaian berhubungan langsung dengan area produksi dan

dipisahkan oleh pintu yang hanya dapat diakses dengan menggunakan kartu akses

karyawan. Pergerakan barang dan manusia diatur dalam lalu lintas yang berbeda

untuk mencegah kemungkinan terjadinya kontaminasi silang. Penghubung antar

ruang atau kelas yang berbeda adalah ruang buffer atau ruang antara, sedangkan

untuk barang digunakan penghubung berupa kotak penghubung (pass box).

Khusus perpindahan antara grey area dengan white area terdapat air lock yang

dilengkapi air shower. Setiap ruang produksi memiliki koridor sebagai lalu lintas

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 52: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

39

Universitas Indonesia

umum karyawan atau bahan. Pada area produksi terdapat ruang staging yang

digunakan sebagai tempat penyimpanan kemasan dan bahan baku. Selain itu,

terdapat pula ruang work in process (WIP) untuk staging produk ruahan dan

produk antara.

Desain pada permukaan lantai, dinding, langit-langit, dan pintu dibuat

sedemikian rupa agar kedap air, tidak terdapat sambungan, dan mudah untuk

dibersihkan. Permukaan lantai ruang produksi menggunakan beton yang dilapisi

epoksi, sudut-sudut ruangan dibuat melengkung, sambungan dilapisi oleh silicon

rubber, dinding dan langit-langitnya dilapisi cat minyak. Penutup fitting lampu,

titik ventilasi, dan instalasi lainnya dibuat rata dengan langit-langit sehingga

meminimalkan adanya celah yang dapat menahan debu. Sarana-sarana penunjang

produksi, seperti Heating, Ventilating, and Air Conditioning (HVAC), pipa

saluran air, Air Handling Unit (AHU), kabel listrik diletakkan di ruangan khusus

di antara setiap lantai ruangan produksi yang disebut mezzanine. Beberapa

ruangan juga dilengkapi dengan pengumpul debu (dust collector) untuk

mengendalikan jumlah partikel sesuai dengan kelas ruangan masing-masing.

Bangunan pada PT. Kalbe Farma, Tbk. menerapkan sistem line (jalur

produksi). Satu line mencakup semua tahap pengolahan sampai dengan

pengemasan produk sehingga kontaminasi silang dapat dihindari. Ruang produksi

di PT. Kalbe Farma, Tbk. diklasifikasikan sesuai dengan ASEAN GMP, yaitu

kelas I dan II (white area), kelas III (grey area), dan kelas IV (black area).

Apabila dikaitkan dengan CPOB, kelas black area merupakan kelas E, kelas grey

area merupakan kelas C (untuk produksi steril), D (untuk produksi non-steril),

dan kelas white area merupakan kelas A, B (produksi steril). Sebagai penghubung

antara kelas ruangan yang satu dengan yang lain disediakan ruang antara atau

ruang buffer dan loker karyawan. Setiap kelas ruangan memiliki persyaratan

jumlah partikel dan jumlah mikroba tertentu, serta tekanan udara yang berbeda

untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang. Pengaturan perbedaan tekanan

udara ini dilakukan dengan membedakan volume udara yang dimasukkan ke

dalam ruangan oleh AHU. White area memiliki tekanan udara paling tinggi dan

black area memiliki tekanan udara yang paling rendah, sedangkan tekanan udara

di grey area berada diantaranya.

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 53: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

40

Universitas Indonesia

Black area ditandai dengan lantai yang dicat epoksi berwarna hijau dan

dinding yang dicat minyak berwarna kuning muda. Area ini meliputi ruang

penanggung jawab line produksi, ruang pengemasan sekunder, dan ruang ganti

pakaian untuk menuju grey area. Grey area memiliki lantai berwarna biru tua dan

dinding berwarna kuning muda. Area ini meliputi daerah-daerah yang

berhubungan langsung dengan proses produksi, seperti gudang timbang, koridor

penghubung gudang timbang dengan ruang proses produksi, ruang proses

produksi, ruang pengemasan primer, serta ruang penyangga atau buffer. Lantai

white area berwarna biru muda dengan dinding berwarna kuning muda. Area ini

khusus memproduksi sediaan steril, meliputi ruang penyangga, ruang ganti

pakaian, ruang penyemprot udara (air shower), dan ruang pengisian (filling). Pada

area ini dilengkapi pula penyaring HEPA yang dapat menyaring udara yang

masuk ke dalam ruangan sehingga dapat membatasi jumlah dan ukuran partikel,

serta jumlah bakteri yang ada di ruangan tersebut.

Gudang bahan baku dan wadah, gudang kemas, dan gudang produk jadi

disusun sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam penyimpanan dan

penelusuran barang. Penyimpanan barang yang baru datang, karantina, atau

barang ditolak diletakkan terpisah. Gudang penyimpanan bahan-bahan mudah

terbakar atau mudah meledak diletakkan terpisah. Selain itu, juga terdapat sarana

gudang dengan kondisi khusus, yaitu suhu dan kelembaban ruangan yang

terkendali, misalnya penyimpanan pada suhu 2-8OC.

4.4 Peralatan

Peralatan yang digunakan untuk produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk.

memiliki rancang-bangun dan konstruksi yang kuat, ukuran yang memadai, serta

ditempatkan pada posisi yang tepat. Masing-masing alat diberi penandaan agar

memudahkan dalam identifikasinya. Pemasangan dan penempatan peralatan diatur

sedemikian rupa sehingga proses produksi dapat berjalan secara efektif dan

efisien. Bahan yang digunakan untuk peralatan selama proses produksi sebagian

besar adalah baja tahan karat (stainless steel). Peralatan yang digunakan selalu

dirawat secara berkala agar tetap berfungsi dengan baik dan konsisten serta

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 54: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

41

Universitas Indonesia

mencegah terjadinya pencemaran yang dapat merubah identitas dan mutu atau

kemurnian produk.

Peralatan yang digunakan pada tiap line produksi disesuaikan dengan

produk yang dihasilkan dan ukuran bets dari masing-masing produk. Penempatan

peralatan produksi dilakukan mengikuti alur proses kerja sehingga produksi dapat

dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Pemisahan peralatan dilakukan untuk

menghindari kontaminasi silang antara produk satu dengan produk yang lain.

Pencegahan terhadap kontaminasi debu yang dihasilkan pada saat proses produksi

dilakukan dengan menggunakan pengumpul debu. Peralatan juga diberi

penandaan status penggunaan alat tersebut untuk menghindari kesalahan

penggunaan alat.

Tiap mesin diletakkan dalam ruang sesuai dengan proses yang sedang

berlangsung. Bila terdapat lebih dari satu alat dalam satu ruangan maka peralatan

diletakkan tidak berdekatan agar proses kerja dilakukan dengan leluasa dan

mencegah terjadinya kontaminasi silang dan pencampuran antar bahan maupun

produk ruahan.

Keakuratan peralatan selalu dijaga dengan melakukan validasi, kalibrasi,

dan kualifikasi secara teratur oleh Departemen Pemastian Mutu bekerja sama

dengan lembaga metrologi setempat. Peralatan dan mesin baru harus melalui

tahapan kualifikasi terlebih dahulu, yaitu kualifikasi instalasi, kualifikasi operasi

dan kualifikasi kinerja. Pada peralatan lama dilakukan kualifikasi secara periodik,

yaitu setiap 3 tahun. Kalibrasi dilakukan pada periode tertentu yang sudah

ditetapkan dan tercatat dalam Jadwal Kalibrasi Alat. Kalibrasi dilakukan terhadap

peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, dan menguji. Sertifikat

Penerimaan dikeluarkan untuk mesin yang telah melewati tahapan-tahapan

tersebut dan menyatakan bahwa mesin tersebut telah memenuhi syarat.

Pemeliharaan peralatan menjadi tanggung jawab Departemen Produksi dan

Departemen Teknik, yaitu Bagian Perencanaan Perawatan. Bagian ini melakukan

perawatan pencegahan yang meliputi pengecekan, penggantian bagian-bagian dari

mesin yang rusak, pembersihan, dan lubrikasi mesin secara periodik. Kegiatan

perawatan dan pencegahan dilakukan dengan mempertimbangkan jadwal produksi

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 55: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

42

Universitas Indonesia

sehingga tidak mengganggu jalannya proses produksi. Umumnya kegiatan ini

dilakukan setiap bulan.

4.5 Sanitasi dan Higiene

Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi harus dijaga pada setiap aspek

pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene, meliputi personalia,

bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan hal-

hal lainnya yang dapat menjadi sumber pencemaran produk. Oleh karena itu,

diperlukan suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu.

Prosedur sanitasi dan hygiene harus divalidasi, serta dievaluasi secara berkala

untuk selalu memastikan bahwa hasilnya efektif dan memenuhi persyaratan.

Setiap personil PT. Kalbe Farma, Tbk. harus menjalani pemeriksaan

kesehatan, baik sebelum diterima menjadi karyawan maupun selama bekerja.

Karyawan yang bertugas sebagai pemeriksa visual diharuskan menjalani

pemeriksaan mata secara berkala untuk memastikan fungsi mata masih bekerja

secara optimal. Tiap karyawan yang mengidap suatu penyakit yang dapat

merugikan kualitas produk dilarang menangani bahan baku, bahan pengemas,

bahan yang sedang dalam proses, dan obat jadi sampai karyawan tersebut

dinyatakan telah sembuh.

Setiap personil tidak diperbolehkan makan dan merokok di dalam gedung

produksi maupun kantor, khususnya di daerah yang berhubungan dengan produk,

seperti daerah produksi dan gudang. Toilet, tempat cuci tangan, kotak P3K, dan

ruang minum (pantry) yang terpisah dari ruang kerja dan ruang produksi. Hal ini

merupakan salah satu bentuk sarana penunjang pelaksanaan sanitasi dan higiene.

Kantin dan koperasi ditempatkan dalam lokasi yang strategis, namun tidak

berhubungan langsung dengan kantor maupun area produksi.

Pada setiap grey area bagian produksi terdapat ruang pencucian untuk

mencuci alat-alat yang telah selesai digunakan untuk proses produksi. Sanitasi line

5 dilakukan setiap mau dipakai alatnya.Sanitasi ruangan line 5 di fogging 1 bulan

sekali. Peralatan line 6 ada yang disterilisasi, tidak hanya sanitasi. Sanitasi

ruangan di line 6 dilakukan 24 jam sekali dengan cara fogging selama 4 jam.

Sanitasi peralatan dilakukan setiap terjadi pergantian jenis produk. Pembersihan

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 56: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

43

Universitas Indonesia

rutin juga dilakukan pada alat yang sudah lama tidak digunakan. Peralatan yang

dapat dipindahkan dicuci di ruang pencucian pada grey area, sedangkan peralatan

yang tidak dapat dipindahkan dicuci di ruangan tempat peralatan tersebut berada.

Ruangan tersebut telah dilengkapi dengan saluran khusus untuk pembuangan

limbah dari pencucian alat. Pembersihan alat dan mesin tersebut dilakukan

berdasarkan prosedur tetap yang telah ditetapkan oleh Pemastian Mutu.

Semua ruang di line produksi memiliki status tertentu yang diwujudkan

dalam bentuk tulisan yang ditempelkan pada pintu ruangan, meliputi label

”TELAH DIBERSIHKAN”, ”SEDANG PROSES”, atau ”UNTUK

DIBERSIHKAN”. Hanya ruang dengan label ”TELAH DIBERSIHKAN” yang

dapat digunakan untuk proses produksi. Sedangkan, label untuk alat/mesin

meliputi label ”SIAP PAKAI”, ”SEDANG PROSES”, ”UNTUK

DIBERSIHKAN”, atau ”SEDANG RUSAK”. Hanya alat berlabel ”SIAP

PAKAI” saja yang dapat digunakan untuk proses produksi.

Pada black area pakaian yang digunakan terdiri dari baju dan celana

berwarna putih yang dilengkapi dengan penutup kepala dan sandal karet. Untuk

masuk ke grey area ataupun white area, karyawan melalui ruang penyangga di

mana tekanan udara di ruang buffer lebih kecil daripada ruang produksi sehingga

mencegah adanya kontaminasi. Perlengkapan yang digunakan selama berada di

grey area berupa baju terusan yang dilengkapi dengan penutup kepala yang

dirangkap pada baju black area, masker, dan sepatu khusus dengan bagian depan

tertutup atau menggunakan penutup sepatu (shoes cover). Sarung tangan

digunakan jika bersentuhan langsung dengan produk, sedangkan penutup telinga

digunakan untuk operator yang bekerja dengan mesin-mesin yang mengeluarkan

bunyi bising. Khusus grey area pada line 6 baju terusan yang digunakan berwarna

merah muda, sedangkan pada line lainnya berwarna putih. Pada white area,

personel yang diperbolehkan masuk ke ruangan white area hanyalah personel

yang telah terkualifikasi. Personel yang akan masuk ke white area harus

mengganti baju grey area dengan baju white area dengan baju terusan bebas serat

dengan penutup kepala, sarung tangan, masker, penutup mata, dan sepatu khusus.

Pakaian kotor di simpan terpisah dalam wadah tertutup dan di cuci secara berkala

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 57: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

44

Universitas Indonesia

dua kali dalam seminggu. Peraturan ini berlaku untuk semua orang, termasuk

pimpinan dan tamu pabrik.

4.6 Produksi

Departemen Produksi bertanggung jawab untuk memproduksi produk

sesuai dengan target dan JPB (Jadwal Produksi Bulanan) yang ditetapkan bersama

dengan Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan. Proses

produksi dilaksanakan berdasarkan Prosedur Pengolahan Induk (PPI) yang

disusun oleh R&D dan Process Development dan dikeluarkan oleh Departemen

Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan. Formula dan proses yang

digunakan telah tervalidasi melalui beberapa tahap, seperti percobaan pada skala

laboratorium dan produksi, pravalidasi, dan validasi. Penggunaan PPI bertujuan

untuk memberikan jaminan bahwa produk senantiasa dibuat melalui prosedur

yang tetap dan tervalidasi sehingga kualitas produk selalu terjaga. Selain itu,

penggunaan PPI juga ditujukan untuk memudahkan penelusuran pada proses

produksinya jika ditemukan masalah pada suatu produk. Semua proses produksi

dikerjakan sesuai dengan PPI dan bila ada perubahan dalam proses dilaporkan

dalam Deviation Report (DR) di dalam Catatan Produksi Bets (CPB). Untuk

produk yang telah rilis, pengolahan ulang produk dilakukan melalui pengajuan

Formulir Usulan Pengolahan Ulang (FUPU) dengan persetujuan dari QA.

Pencegahan terjadinya pencemaran silang dan pencampuran bahan

diupayakan melalui pembagian proses produksi dalam line produksi. Proses

dikerjakan dalam ruang yang terpisah sesuai dengan tahapan proses dan terdapat

ruang penyangga di antara kelas yang berbeda. Setiap line produksi mempunyai

ruang timbang yang terpisah. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pencemaran

di ruang timbang. Setiap line juga dilengkapi dengan AHU, pengumpul debu, dan

pengaturan tekanan dalam upaya pencegahan pencemaran, baik kimia maupun

mikroba. Selain itu, terdapat persyaratan penggunaan pakaian yang berbeda-beda

pada tiap kelas.

Kontrol selama proses oleh bagian produksi dilakukan untuk menjamin

kualitas produk . Kontrol ini dilakukan melalui pemeriksaan terhadap parameter-

parameter kritis kualitas produk. Laboratorium kontrol selama proses terletak di

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 58: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

45

Universitas Indonesia

setiap line produksi dan dilengkapi dengan alat penguji semua sediaan yang

diproduksi. Kontrol selama proses bertujuan mendeteksi langsung penyimpangan

yang terjadi sehingga solusi dapat segera diupayakan. Kontrol proses ini

mengikuti Prosedur Pengolahan Induk (PPI), meliputi jenis uji yang dilakukan,

banyaknya sampel yang diambil, frekuensi pengambilan sampel, titik-titik

pengambilan sampel, dan batas-batas yang masih memenuhi syarat untuk setiap

spesifikasi uji yang dilakukan. Pengawasan mutu produk antara dan produk jadi

juga dilakukan oleh Departemen Pengawasan Mutu. Produk antara boleh di kemas

hanya jika sudah dinyatakan memenuhi persyaratan dan dirilis oleh Departemen

Pengawasan Mutu.

Pada proses pengemasan produk PT. Kalbe Farma, Tbk. dapat dilakukan

secara manual maupun otomatis. Hal ini disesuaikan dengan mesin yang

digunakan pada masing-masing line produksi. Setelah produk dikemas, kemudian

dilakukan pemeriksaan oleh Bagian Penjaminan Mutu untuk menentukan apakah

produk dapat dirilis atau tidak. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan hasil bahwa

produk tidak dapat dirilis, akan dilakukan tindakan lebih lanjut, baik berupa

pengolahan ulang, rilis dengan perubahan spesifikasi, ataupun pemusnahan.

Pengolahan ulang untuk produk yang belum dirilis bisa dilakukan bila ada

pengajuan Deviation Report yang disetujui oleh Departemen Produksi, R&D, dan

Pemastian Mutu. Pengolahan ulang produk yang telah rilis dilakukan melalui

pengajuan Formulir Usulan Pengolahan Ulang dengan persetujuan dari

Departemen Pemastian Mutu.

Produk jadi, baik yang dalam status karantina maupun rilis, disimpan di

gudang obat jadi yang terhubung langsung dari ruang produksi sesuai dengan

kondisi penyimpanan yang tertera pada label klaim. Contoh pertinggal (retained

sample) dan PPI dikirim ke bagian Evaluasi Catatan Bets.

Apoteker memegang peranan penting dalam proses produksi. Seorang

apoteker yang menjadi manajer produksi bertanggung jawab terhadap pelaksanaan

pembuatan obat. Obat dibuat sesuai Cara Pembuatan Obat yang Baik dan

memenuhi spesifikasi kualitas yang ditetapkan dalam batas waktu dan biaya yang

telah ditentukan. Apoteker yang menjadi supervisor produksi akan mengatur dan

memastikan obat dibuat menurut prosedur pembuatan yang telah ditentukan dan

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 59: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

46

Universitas Indonesia

sesuai jadwal; memeriksa catatan pengolahan batch telah diisi dengan benar; serta

membimbing karyawan dalam bidang teknis dan mengatur ketertiban atau disiplin

karyawan.

4.7 Pengawasan Mutu

Pelaksanaa pengawasan mutu di PT. Kalbe Farma, Tbk. dilakukan oleh

bagian Pengawasan Mutu (QC) yang berada di bawah departemen Quality

Operation (QO). Pengawasan mutu bertujuan untuk memastikan bahwa tiap obat

yang dibuat senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang sesuai dengan tujuan

penggunaannya. Sesuai dengan yang tertera pada CPOB pula, bagian ini

sebaiknya independen dan terpisah dari produksi.

Tugas utama bagian pengawasan Mutu adalah mengontrol kualitas dari

bahan awal (bahan baku dan bahan kemas) sejak masuk ke gudang hingga

menjadi produk jadi yang siap dipasarkan. Pemeriksaan di bagian Pengawasan

Mutu meliputi pemeriksaan bahan baku, produk ruahan, produk jadi, dan bahan

kemas. Pemeriksaan yang dilakukan berupa pemeriksaan fisik, kimia, dan

mikrobiologi. Bagian ini bertanggung jawab dalam menganalisa semua bahan

baku dan produk jadi menggunakan metode analisis yang telah disusun oleh

bagian Analytical Development, departemen R&D. Selain itu, bagian Pengawasan

Mutu juga melakukan pemeriksaan bahan kemas dan wadah menggunakan

metode analisis tertentu yang ditetapkan oleh bagian Packaging Development.

Kalibrasi peralatan dan validasi metode analisis dilakukan sesuai jadwal

untuk menjamin agar peralatan dan metode analisa yang digunakan memberikan

hasil pengukuran yang tepat. Peralatan yang digunakan untuk analisis selalu

dalam keadaan terkalibrasi. Jika ada alat yang belum dikalibrasi, alat tersebut

tidak boleh digunakan. Pada setiap alat ditempel label yang menandakan kondisi

alat, tanggal kalibrasi terakhir, dan tanggal kalibrasi selanjutnya. Dengan adanya

label tersebut, dapat dicegah penggunaan alat yang tidak terkalibrasi. Prosedur

Tetap (protap) disediakan untuk semua alat di Laboratorium Pengawasan Mutu

dan diletakkan di dekat alat untuk memudahkan operator atau personel lain dalam

menggunakan alat yang bersangkutan.

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 60: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

47

Universitas Indonesia

Alat pelindung diri (APD) disediakan untuk keselamatan personil, seperti

masker, kaca mata pelindung, sarung tangan, dan pembasuh mata. Baku

pembanding disimpan dalam kondisi yang sesuai. Pada wadahnya terdapat label

informasi mengenai nama zat, nama penyalur, kadar, tanggal bahan datang, dan

jenis stok. Hal ini telah sesuai dengan aturan CPOB.

Ruang laboratorium untuk pemeriksaan di bagian Pengawasan Mutu telah

sesuai dengan aturan CPOB, seperti persyaratan spesifikasi ruangan, desain

ruangan, dan tempat pembuangan limbah. Laboratorium memiliki letak yang

terpisah dengan ruang produksi. Ruang laboratorium mikrobiologi juga terpisah

dari ruang laboratorium lainnya. Pada laboratorium ini disediakan peralatan yang

ditujukan untuk pengujian mutu obat.

4.8. Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Audit & Persetujuan Pemasok

Untuk menilai kesesuaian seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu

dalam industri farmasi dengan ketentuan CPOB serta mengevaluasi dan

menentukan tindakan apa yang harus diambil sebagai langkah korektif jika terjadi

suatu penyimpangan, maka diperlukan adanya langkah mandiri dari industri

tersebut, yaitu dengan melaksanakan inspeksi diri dan audit mutu. CPOB

mensyaratkan agar kegiatan ini dilakukan secara teratur.

PT. Kalbe Farma, Tbk. telah melaksanakan program inspeksi diri melalui

Departemen Pemastian Mutu. Inspeksi tersebut mencakup kesesuaian dengan

sistem atau regulasi yang berlaku dan penilaian aspek produksi melalui inspeksi

proses yang dilakukan secara berkala. Pelaksanaan inspeksi diri di PT. Kalbe

Farma, Tbk. diwujudkan dalam bentuk audit internal yang dilakukan secara rutin.

Audit internal dilakukan dua kali dalam setahun oleh suatu tim internal PT. Kalbe

Farma, Tbk. yang telah terlatih dan tersertifikasi. Pelaporannya meliputi hasil

audit, penilaian dan kesimpulan, serta usulan tindakan perbaikan. Berdasarkan

laporan audit, manajemen perusahaan akan mengevaluasi dan mengambil

tindakan perbaikan yang diperlukan.

Audit eksternal dilakukan oleh auditor dari Badan Sertifikasi Nasional

yang menilai kelayakan penerapan ISO 9001. Saat ini, PT. Kalbe Farma, Tbk.

telah berhasil melakukan resertifikasi ISO 9001 sekaligus memperoleh sertifikasi

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 61: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

48

Universitas Indonesia

ISO 14001 dan OHSAS 18001/SMK3 yang merupakan sertifikasi terhadap

system manajemen lingkungan dan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan

kerja. Sertifikat lain yang dimiliki adalah sertifikat CPOB. Inspeksi mendadak

oleh Badan POM dapat dilakukan sewaktu-waktu dalam rangka memberikan

bimbingan dan pengawasan terhadap pelaksanaan CPOB. Namun, inspeksi sendiri

dapat dilakukan internal PT. Kalbe Farma, Tbk. Hasil audit disusun dalam

rangkuman audit yang memuat usulan mengenai langkah-langkah/ tindakan

perbaikan.

Bahan awal dan bahan pengemas di PT. Kalbe Farma, Tbk. berasal dari

pemasok yang memenuhi spesifikasi dan telah disetujui oleh bagian Pemastian

Mutu. Pemasok yang telah lulus penilaian atau evaluasi akan disetujui. Evaluasi

ini mempertimbangkan riwayat pemasok dan sifat bahan yang dipasok.

4.9 Penanganan Keluhan terhadap Produk dan Penarikan Kembali

Produk dan Produk Kembalian

Keluhan dapat menyangkut mutu produk, efek samping yang merugikan,

atau masalah efek terapetik dan dapaat berasal dari dalam maupun luar

perusahaan. Keluhan dari dalam perusahaan dapat berasal dari semua pihak yang

berkaitan dengan kegiatan produksi, sedangkan keluhan dari luar dapat berasal

dari distributor, dokter, pasien, apoteker, rumah sakit/klinik, dan pemerintah.

Keluhan dapat disampaikan secara lisan maupun tulisan melalui bagian

pemasaran. Laporan sebaiknya disampaikan dengan menyertakan contoh yang

dikeluhkan. Setiap keluhan dicatat dalam Formulir Keluhan Pelanggan (FKP) atau

Surat Keluhan Pelanggan (SKP) yang kemudian dikirim ke bagian

Pascapemasaran. FKP berisi keterangan antara lain: tanggal penerimaan, nama

dan alamat pengirim, produk yang dikeluhkan (nama produk dan nomor bets)

serta isi keluhan. Bagian ini menangani keluhan dengan cara melihat batch record

dan pengujian terhadap contoh pertinggal akan dilakukan apabila diperlukan.

Catatan tertulis mengenai semua keluhan dibuat dan ditangani oleh bagian yang

terkait sesuai dengan jenis keluhan yang diterima. Misalnya keluhan menyangkut

mutu ditangani oleh bagian Pengawasan Mutu, sedangkan keluhan dan laporan

mengenai efek samping dan reaksi obat ditangani oleh bagian medis di bagian

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 62: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

49

Universitas Indonesia

pemasaran. Atas dasar hasil evaluasi dan penelitian terhadap keluhan yang ada,

bagian Pascapemasaran membuat jawaban atas keluhan dan bila perlu meminta

saran dari pihak terkait. Tindak lanjut yang dilakukan adalah tindakan

perbaikan/pencegahan atau bila ternyata keluhan yang dikirimkan dapat

merugikan pelanggan bisa dilakukan penarikan kembali. Hasil evaluasi dan tindak

lanjut yang dilakukan kemudian dilaporkan kepada bagian terkait dalam

perusahaan antara lain: Bagian Pemasaran, Bagian Pengawasan Mutu, Bagian

Produksi dan direksi.

Penarikan kembali obat dapat berupa penarikan kembali satu atau lebih

bets atau seluruh obat jadi tertentu. Penarikan kembali produk bisa dilakukan

sebagai tindak lanjut dari evaluasi terhadap adanya keluhan. Penarikan

berdasarkan evaluasi dilakukan bila produk tidak memenuhi persyaratan mutu

atau atas dasar pertimbangan efek samping. Selain itu, penarikan kembali produk

bisa terjadi karena adanya Surat Perintah Penarikan Produk yang dikeluarkan oleh

Badan POM (SPPP BPOM). Dengan adanya SPPP BPOM maka perlu dilakukan

evaluasi terhadap contoh pertinggal (retained sample) sesuai nomor bets yang

dimaksud. Jika hasil evaluasi sesuai dengan SPPP BPOM, bagian Pengawasan

Mutu akan menindaklanjuti pelaksanaan penarikan yaitu pembuatan SPPP ke

pelanggan yang dilakukan dalam waktu satu minggu. Setelah penarikan produk,

dilakukan tindak lanjut berupa pemusnahan ataupun pengerjaan ulang. Selain itu

perlu dibuat laporan penarikan produk yang ditujukan ke Badan POM. Penarikan

produk dari produsen dilakukan dengan prosedur yang sama dengan penarikan

karena adanya SPPP BPOM. Pemusnahan produk hasil penarikan dilaksanakan

dengan memakai jasa pihak dari luar PT. Kalbe Farma, Tbk.

Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian

dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluwarsa,

atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat menimbulkan

keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang bersangkutan.

Produk obat yang dikembalikan akan diganti oleh PT. Kalbe Farma, Tbk. Jika

setelah dilaksanakan evaluasi ternyata kerusakan tersebut diakibatkan oleh

kesalahan dari pihak perusahaan atau produk yang dikembalikan belum melewati

batas waktu pengembalian yang telah ditetapkan yaitu 1 bulan sebelum atau 4

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 63: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

50

Universitas Indonesia

bulan setelah tanggal kadaluwarsa. Selain itu semua produk kembalian harus

masih berada dalam kemasan aslinya. Semua obat kembalian tersebut akan

dikarantina di gudang obat jadi sambil menunggu hasil evaluasi dari

pascapemasaran untuk menentukan apakah obat kembalian tersebut dapat

dikembalikan ke persediaan gudang, dikemas ulang, diolah ulang, atau ditolak.

Obat kembalian yang ditolak mendapatkan tanda ditolak berdasarkan surat

penolakan oleh bagian pengawasan mutu. Pemusnahannya tidak dilakukan sendiri

oleh PT. Kalbe Farma, Tbk, tetapi melibatkan pihak dari luar.

4.10 Dokumentasi

Dokumentasi adalah aspek esensial dalam industri farmasi dalam rangka

memenuhi persyaratan CPOB. PT. Kalbe Farma, Tbk membagi dokumentasi

menjadi empat tingkatan yaitu manual perusahaan, prosedur perusahaan, dokumen

pendukung, dan rekaman perusahaan. Dokumentasi di PT. Kalbe Farma, Tbk

dibuat dan disusun oleh departemen yang berkaitan dengan jenis dokumen yang

dibuat. Dokumentasi seperti spesifikasi dan metode analisa pemeriksaan bahan

atau produk disusun oleh Departemen R&D bagian Analytical Development,

sedangkan dokumen hasil pemeriksaan mutu dibuat oleh Departemen Pengawasan

Mutu (QC). Dokumen formula, prosedur, metode, dan instruksi dalam proses

produksi disusun oleh bagian Departemen R&D dalam bentuk PPI. Pelaksanaan

proses produksi didokumentasikan oleh departemen produksi yang ditulis dalam

PPI yang telah disediakan. Dokumen pelaksanaan produksi akan diperiksa oleh

bagian Penjaminan Mutu (QA) dan rekaman bets akan ditangani oleh bagian

Pemastian Mutu (QA) dalam bentuk Catatan Pengolahan Bets (CPB). Dokumen

rekaman bets ini harus disimpan minimal 1 tahun setelah waktu kadaluarsa produk

jadi.

Penataan dokumen secara sistematis telah dilakukan oleh PT. Kalbe

Farma, Tbk. Penataan ini dilakukan untuk memudahkan dalam pencarian

dokumen. Penataan dan pengelolaan dokumen dilakukan oleh Departemen

Quality System (QS) dan juga oleh departemen lain yang terkait. Di samping

sistem dokumen secara manual, PT. Kalbe Farma, Tbk. juga menggunakan system

dokumen yang dibangun dalam suatu sistem jaringan komputer yang terintegrasi

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 64: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

51

Universitas Indonesia

antarbagian sehingga mudah diakses oleh masing-masing bagian yang

membutuhkan. Sistem dokumentasi ini dinamakan Oracle.

Oleh karena banyaknya dokumen dan keterbatasan tempat, PT. Kalbe

Farma, Tbk. menggunakan jasa eksternal dokumentasi PT. Arsip Geoservis

Indonesia (AGI). Bila suatu saat dibutuhkan, dokumen dapat dipanggil

berdasarkan nomor kotak dan nomor bets. Waktu pengiriman yang diperlukan

juga tidak terlalu lama. Bila pemanggilan dilakukan pada pagi hari, maka di siang

harinya dokumen yang diperlukan tersebut sudah datang.

4.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak

Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dilakukan secara benar,

disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat

menyebabkan pekerjaan atau produk yang dihasilkan tidak memiliki mutu yang

memuaskan. Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak harus

dibuat secara jelas untuk menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-

masing pihak.

Dalam pelaksanaannya, PT. Kalbe Farma, Tbk. bertindak baik sebagai

Pemberi Kontrak dalam produksi tol keluar maupun Penerima Kontrak dalam

produksi tol masuk. Pelaksanaan tol masuk dan tol keluar bergantung pada

kontrak pemanufakturan, misalnya kontrak dimana pabrik lain memberikan

produk ruahan dan PT. Kalbe Farma, Tbk. hanya memproses tahap

pengemasannya atau kontrak yang menyangkut proses awal higga akhir produksi.

Begitu pula halnya dengan tol keluar dari PT. Kalbe Farma, Tbk. ke pabrik lain.

Sebelum melakukan tol keluar, PT. Kalbe Farma, Tbk. terlebih dahulu

melakukan seleksi rekanan tol keluar. Tujuan dari seleksi ini adalah agar produk

tol keluar yang dihasilkan memenuhi persyaratan kualitas PT. Kalbe Farma, Tbk.

Tahapan seleksi ini dimulai dari pengajuan rekanan tol keluar ke Manager

Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan yang selanjutnya

diteruskan ke Manajer Departemen Pemastian Mutu untuk dilakukan audit. Untuk

memantau kualitas produk yang dihasilkan oleh rekanan tol keluar maka

dilakukan Audit Rekanan tol keluar secara berkala.

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 65: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

52

Universitas Indonesia

Audit merupakan syarat kerjasama untuk perusahaan yang akan menerima

tol keluar PT. Kalbe Farma, Tbk. Audit dilaksanakan dua tahun sekali bila

diperlukan. Evaluasi prestasi rekanan tol keluar pemanufakturan dilakukan setiap

enam bulan sekali agar dapat mengevaluasi kinerja rekanan sesuai dengan

keinginan perusahaan. Evaluasi ini meliputi penyerahan, penyimpangan kualitas

dan kelengkapan dokumen.

4.12 Kualifikasi dan Validasi

Kualifikasi dan validasi di PT. Kalbe Farma, Tbk dikoordinasi oleh bagian

Pemastian Mutu (QA). Kualifikasi yang dilakukan oleh PT. Kalbe Farma, Tbk.

meliputi kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional dan

kualifikasi kinerja. Keempat kualifikasi tersebut dilaksanakan terhadap instrument

baru pada periode tertentu yang sudah ditetapkan yaitu 3 tahun. Pelaksanaan

kualifikasi tersebut dicatat dan didokumentasikan dalam jadwal kualifikasi alat.

Pelaksanaan kualifikasi mengacu pada prosedur perusahaan pada periode minimal

3 tahun sekali, sedangkan kalibrasi dilakukan 6 bulan sekali bila tidak ada

perubahan signifikan. Kalibrasi dan kualifikasi dapat dilaksanakan di luar jadwal,

yaitu jika diperkirakan terdapat masalah dengan alat.

Dalam melaksanakan validasi, perusahaan mengacu pada Rencana Induk

Validasi (RIV). RIV merupakan dokumen yang merangkum filosofi perusahaan

secara keseluruhan dan pendekatan yang digunakan untuk mengembangkan

kinerja yang baik. Secara garis besar, organisasi validasi terdiri dari tim pengkaji

dan tim pelaksana. Tim pengkaji terdiri dari manajer Departemen R&D, Produksi,

Pemastian Mutu/ Pengawasan Mutu dan Teknik. Sedangkan, tim pelaksana terdiri

dari pengawas, pelaksana, operator, teknisi dan analis dari setiap departemen.

Validasi yang dilakukan di PT. Kalbe Farma, Tbk. meliputi validasi

proses, validasi fasilitas dan sarana penunjang, validasi pembersihan serta validasi

komputer. Pelaksanaan validasi sesuai dengan urutan prioritas yang tercantum

dalam analisis risiko. Jika terdapat pertimbangan tertentu, seperti terjadinya

penyimpangan signifikan yang harus segera ditindaklanjuti, pelaksanaan validasi

dapat tidak sesuai dengan analisis risiko. Validasi pembersihan dilakukan

terhadap mesin atau peralatan setelah digunakan untuk proses produksi produk

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 66: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

53

Universitas Indonesia

tertentu atau pengambilan sampel bahan baku tertentu yang ditentukan

berdasarkan analisis resiko. Tiap line produksi memiliki berbagai macam

mesin/alat yang dipakai untuk memproduksi berbagai macam produk dengan

spesifikasi yang berbeda, sehingga terdapat kemungkinan

terjadinya satu mesin digunakan untuk lebih dari satu macam produk. Analisis

risiko dalam menentukan skala prioritas produk diperlukan dalam melaksanakan

validasi pembersihan ini. Validasi fasilitas dan sistem penunjang dilakukan

terhadap sistem pemanas, ventilasi dan pendingin udara, sistem air, system

kompresi udara, sistem pengumpul debu, sistem gas, sistem pabrik, listrik,

fasilitas dan peralatan.

Untuk memperoleh status valid, suatu proses harus secara konsisten

memenuhi spesifikasi pada semua tahap melalui prosedur yang telah ditetapkan

pada sedikitnya tiga kali pengujian berturut-turut. Jika terjadi modifikasi ataupun

perubahan pada proses, sistem, dan peralatan yang digunakan, revalidasi perlu

dilakukan. Validasi proses harus dapat membuktikan kelayakan suatu proses pada

skala produksi untuk menjamin konsistensi kualitas produk. Validasi proses

terhadap produk-produk baru, dilaksanakan setelah diperoleh formula yang

optimal hasil pra-validasi oleh Departemen Research dan Development. Validasi

proses terbagi menjadi empat macam, yaitu validasi prospektif, validasi konkuren,

validasi retrospektif dan validasi ulang.

Validasi prospektif merupakan validasi yang dilakukan terhadap proses

pembuatan produk baru. Pada proses pembuatan produk baru dapat mengalami

perubahan yang dapat berakibat terhadap karakteristik produk sebelum produk

tersebut didistribusikan atau dipasarkan. Perubahan yang terjadi ini dipantau

selama proses validasi prospektif. Validasi prospektif menyajikan bukti

terdokumentasi bahwa suatu proses, prosedur, kegiatan, sistem, peralatan atau

mekanisme yang digunakan dalam pembuatan obat sesuai dengan tujuannya.

Validasi konkuren merupakan validasi yang dilakukan sambil melakukan

produksi rutin untuk dijual. Jika ada perubahan, baik dari segi sumber bahan baku

serta mesin yang digunakan, dilakukan jenis validasi ini untuk membuktikan

ketangguhan prosesnya berdasarkan parameter validasi yang diujikan. Keputusan

untuk melakukan validasi konkuren harus didokumentasikan dan disetujui oleh

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 67: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

54

Universitas Indonesia

personil yang berwenang. Persyaratan dokumentasi untuk validasi konkuren

adalah sama seperti yang disebutkan dalam dokumentasi validasi prospektif.

Fasilitas, peralatan dan metode analisa yang digunakan harus sudah tervalidasi

dan terkualifikasi sebelumnya. Pada pelaksanaan validasi prospektif dan konkuren

sendiri memerlukan tiga bets yang memenuhi syarat hasil validasi secara berturut

turut.

Validasi retrospektif merupakan validasi proses pembuatan produk yang

telah dipasarkan yang dilaksanakan berdasarkan data pembuatan, pengujian dan

pengawasan data bets yang dikumpulkan. Validasi retrospektif hanya dapat

diterima untuk proses yang telah tertata dengan baik dan akan tidak sesuai ketika

telah terjadi perubahan dalam komposisi produk, prosedur operasi atau peralatan.

Validasi proses tersebut harus berdasarkan riwayat produk, yang disertai protocol

spesifik dan laporan hasil pengkajian data yang memuat kesimpulan dan suatu

rekomendasi. Jenis validasi proses ini tidak diberlakukan dalam kegiatan

penjaminan mutu di PT. Kalbe Farma, Tbk.

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 68: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

55 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

a. Telah memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai penerapan segala

aspek CPOB di PT. Kalbe Farma, Tbk. yang telah menerapkan Cara

Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam rangkaian pembuatan obatnya,

yaitu dalam aspek manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas,

peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri, audit

mutu, audit dan persetujuan pemasok, penanganan keluhan terhadap produk

dan penarikan kembali produk, dokumentasi, pembuatan dan analisis

berdasarkan kontrak, kualifikasi dan validasi.

b. Seorang apoteker dalam industri farmasi memiliki peranan yang penting, yaitu

sebagai kepala bagian produksi, kepala bagian pengawasan mutu dan kepala

bagian pemastian mutu. Ilmu dan keterampilan yang dimiliki apoteker harus

dibaktikan secara menyeluruh dalam pekerjaan profesinya di suatu industri

farmasi. Penerapan ilmu dan keterampilan apoteker secara total akan

meningkatkan kualitas produk obat yang dihasilkan oleh industri farmasi

semakin baik dari waktu ke waktu.

5.2. Saran

a. PT. Kalbe Farma, Tbk yang telah menerapkan sistem yang baik, terutama

dalam manajemen proses produksi, pengawasan mutu, dan pemastian mutunya

sebaiknya terus meningkatkan pengkajian dan evaluasi terhadap efektivitas

sistem yang dikelola PT. Kalbe Farma, Tbk. Dengan demikian, kinerja setiap

bagian dalam perusahaan dapat ditingkatkan lebih baik.

b. PT. Kalbe Farma, Tbk. sebaiknya terus meningkatkan pemahaman setiap

karyawannya akan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam kaitannya

dengan bidang kerjanya dan secara mendasar. Pemahaman ini pun harus terus

diperbaharui menyesuaikan dengan pembaharuan dari lembaga regulator, yaitu

Badan POM.

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 69: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

56 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2012). Peraturan Kepala Badan PengawasObat dan Makanan RI No HK. 03.1.33.12.12.8195 Tentang PenerapanPedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan MenteriKesehatan Republik Indonesia No 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentangIndustri Farmasi. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNo 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.

PT. Kalbe Farma, Tbk. (2011). Laporan Tahunan PT. Kalbe Farma. Jakarta

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 70: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

LAMPIRAN

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 71: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

LAMPIRAN

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 72: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

57 Universitas Indonesia

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Kalbe Farma, Tbk.

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 73: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

UNIVERSITAS INDONESIA

PENETAPAN PRODUK DAN ZAT AKTIF TERBURUKBERDASARKAN HASIL ANALISIS RESIKO SEBAGAIBAHAN VALIDASI PEMBERSIHAN MESIN MIXING

DIOSNA P-250

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

ARLIKA RAHAYU, S. Farm.1206329392

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASIPROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOKJANUARI 2014

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 74: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................iDAFTAR ISI .................................................................................................... iiDAFTAR TABEL ............................................................................................ iiiDAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ivBAB 1. PENDAHULUAN ...................................................................................1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................11.2 Tujuan.................................................................................................2

BAB 2. TINJAUAN UMUM ...............................................................................22.1 Pengertian Validasi............................................................................22.2 Validasi Pembersihan........................................................................22.3 Prosedur Pembersihan.......................................................................4

BAB 3. METODOLOGI PENGKAJIAN. .........................................................123.1 Waktu Pelaksanaan Tugas Khusus ...................................................123.2 Metode Penentuan Produk dan Zat Aktif Terburuk.....................12

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................134.1 Hasil...................................................................................................134.2 Pembahasan ......................................................................................16

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................205.1 Kesimpulan........................................................................................205.1 Saran ..................................................................................................20

DAFTAR ACUAN ...............................................................................................21LAMPIRAN...........................................................................................................22

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 75: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Produk yang Diproduksi oleh Mesin Mixing Diosna P- 250.......... 13Tabel 4.2 Analisis Resiko Produk.................................................................... 15

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 76: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

iv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Analisis Resiko. ............................................................. 22

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 77: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap industri farmasi harus memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat

yang Baik (CPOB) untuk menjamin agar obat dibuat secara konsisten, memenuhi

persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Aspek

yang diatur dalam CPOB yaitu manajemen mutu; personalia; bangunan dan

fasilitas; peralatan; sanitasi dan higiene; produksi; pengawasan mutu; inspeksi

diri, audit mutu, dan audit persetujuan pemasok; penanganan keluhan terhadap

produk dan penarikan kembali produk; dokumentasi; pembuatan dan analisis

berdasarkan kontrak dan kualifikasi dan validasi. Aspek tersebut mencakup

seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu karena mutu obat terbentuk dari

sepanjang proses pembuatan obat (BPOM, 2012).

Salah satu aspek dalam cara pembuatan obat yang baik adalah mengenai

kualifikasi dan validasi. CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk

mengidentifikasi validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian

terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Validasi yang dipersyaratkan

oleh CPOB antara lain mengenai validasi proses, validasi pembersihan, dan

validasi metode analisis.

Salah satu validasi yang di lakukan oleh PT. Kalbe Farma. Tbk adalah

validasi pembersihan dimana validasi pembersihan adalah tindakan pembuktian

yang didokumentasikan bahwa prosedur pembersihan yang disetujui akan

senantiasa menghasilkan peralatan bersih yang sesuai untuk pengolahan obat

(Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012). Validasi pembersihan ini penting

karena bertujuan untuk menghindari terjadinya pencemaran silang antara produk

sebelumnya terhadap produk selanjutnya yang pada umumnya dibuat

menggunakan peralatan yang sama dan juga digunakan untuk memproduksi

berbagai macam produk lain.

Prosedur dalam melakukan validasi pembersihan ini adalah dengan

melakukan analisis resiko berdasarkan kategori kelarutan zat aktif dalam air,

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 78: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

2

Universitas Indonesia

kategori berdasarkan jumlah bahan aktif, kategori berdasarkan kemudahan

dibersihkan dan kategori berdasarkan LD50.

Salah satu mesin yang menjadi objek validasi pembersihan untuk di

tentukan produk dan zat aktif yang terburuk di PT. Kalbe Farma Tbk. adalah

mesin mixing Diosna P-250 di Line 8 extention yang memproduksi sediaan solid.

1.2 Tujuan

Tujuan pembuatan tugas khusus ini adalah menentukan produk dan zat aktif

terburuk pada mesin mixing Diosna P-250.

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 79: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN UMUM

2.1 Pengertian Validasi

Berdasarkan CPOB 2012 validasi adalah suatu tindakan pembuktian

dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem,

perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan

akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan. CPOB mensyaratkan industri

farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti

pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan

signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang dapat memengaruhi mutu

produk hendaklah divalidasi. Pendekatan dengan kajian risiko hendaklah

digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi. Seluruh

kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama program validasi

hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam Rencana Induk

Validasi (RIV) atau dokumen setara.

2.2 Validasi Pembersihan

Validasi pembersihan adalah tindakan pembuktian yang didokumentasikan

bahwa prosedur pembersihan yang disetujui akan senantiasa menghasilkan

peralatan bersih yang sesuai untuk pengolahan obat. (Badan Pengawas Obat dan

Makanan, 2012).

Pada prinsipnya produk farmasi dan bahan aktif farmasi dapat

terkontaminasi oleh produk farmasi lainnya dan juga mikroorganisme atau oleh

material lainnya. Prosedur pembersihan ini sangatlah penting karena pada

beberapa kasus adanya penggunaan bersamaan alat atau mesin untuk produk

farmasi atau bahan aktif farmasi yang berbeda (PIC/S, 2007).

Pembersihan adalah penghilangan kontaminan dari permukaan yang

hendak dibersihkan. Kontaminan ini dapat berasal dari bahan lain, produk

intermediate, detergen, mikroorganisme, debu atau lubrikan. Mekanisme

pembersihan meliputi kelarutan, solubilisasi, emulsifikasi, dispersi, pembasahan,

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 80: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

4

Universitas Indonesia

hidrolisis, oksidasi, penghilangan secara fisik dan berdasarkan kerja antimikroba

(LeBlanc, 2000).

Tujuan validasi pembersihan adalah verifikasi keefektifan proses

pembersihan untuk menghilangkan residu produk, degradasi produk atau bahan

pembersih sehingga monitoring analisis dapat diminimalkan pada fase rutin

(PIC/S, 2007).

Berdasarkan CPOB 2012 validasi pembersihan hendaklah dilakukan untuk

konfirmasi efektivitas prosedur pembersihan. Penentuan batas kandungan residu

suatu produk, bahan pembersih dan pencemaran mikroba, secara rasional

hendaklah didasarkan pada bahan yang terkait dengan proses pembersihan, dalam

melakukan validasi pembersihan hendaklah digunakan metode analisis tervalidasi

yang memiliki kepekaan untuk mendeteksi residu atau cemaran. Batas deteksi

masing-masing metode analisis hendaklah cukup peka untuk mendeteksi tingkat

residu atau cemaran yang dapat diterima.

2.3 Prosedur Pembersihan

Biasanya validasi prosedur pembersihan dilakukan hanya untuk

permukaan alat yang bersentuhan langsung dengan produk. Pada prosedur validari

permbersihan ini hendaklah dipertimbangkan juga untuk bagian alat yang tidak

bersentuhan langsung dengan produk. Interval waktu antara penggunaan alat dan

pembersihan hendaklah divalidasi demikian juga antara pembersihan dan

penggunaan kembali. Hendaklah ditentukan metode dan interval pembersihan.

(Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

Revalidasi diperlukan bila sering terjadi Out of Specification (OOS) dan

deviasi, adanya perubahan mesin, adanya produk baru, adanya perubahan proses

manufaktur dan adanya perubahan bahan baku. Hal ini diperlukan karena bahan

baku yang berasal dari supplier berbeda mungkin mempunyai sifat fisika dan

profil ketidakmurnian berbeda.

Prosedur pembersihan untuk produk dan proses yang sangat mirip tidak

perlu divalidasi secara terpisah tetapi dipilih produk dan proses yang mewakili

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 81: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

5

Universitas Indonesia

untuk justifikasi program validasi. Pemilihan produk dan proses berdasarkan

pertimbangan worst case (PIC/S, 2007).

2.3.1 Dokumentasi

Protokol validasi pembersihan harus mencakup (PIC/S, 2007)

1. Tujuan proses validasi

2. Tanggung jawab dalam melakukan dan persetujuan studi validasi

3. Deskripsi mesin yang digunakan

4. Interval antara akhir proses produksi dan mulainya proses pembersihan

5. Prosedur pembersihan yang digunakan untuk masing-masing produk,

masing-masing sistem manufaktur atau masing-masing bagian mesin

6. Jumlah siklus pembersihan yang dilakukan

7. Persyaratan monitoring rutin

8. Proses sampling termasuk penjelasan rasional mengenai metode sampling

tertentu digunakan

9. Tempat sampling yang jelas

10. Recovery studi bila diperlukan

11. Metode analisis termasuk LOD dan LOQ

12. Batas penerimaan termasuk penjelasan rasional dalam menetapkan batas

spesifik

13. Produk lain, proses dan mesin yang direncanakan menggunakan konsep

bracketing

14. Jadwal revalidasi

Protokol tersebut harus disetujui oleh Plant Management untuk menjamin

bahwa protokol telah diketahui dan disetujui oleh management. Departemen

Quality Assurance harus terlibat dalam persetujuan protokol dan laporan.

2.3.2 Metode Sampling (PIC/S, 2007)

Sampling harus dilakukan sesuai protokol validasi pembersihan. Ada dua

metode sampling yang digunakan yaitu swabbing (penyekaan) dan rinsing

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 82: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

6

Universitas Indonesia

(bilasan). Kombinasi dari kedua metode merupakan kombinasi yang paling

diharapkan.

a. Swabbing

Sampling dengan metode swabbing ini kesesuaian bahan yang akan

digunakan untuk sampling dan media sampling harus ditentukan.

Kemampuan untuk recovery sampel yang akurat mungkin akan

terpengaruh oleh pemilihan sampling bahan. Hal ini penting untuk

memastikan bahwa media sampling dan pelarut bisa mudah digunakan.

b. Rinsing

Sampling dengan metode rinsing memungkinkan sampling pada area yang

lebih luas. Selain itu, metode ini dapat digunakan untuk bagian mesin yang

tidak bisa diakses dengan tangan. Namun perlu dipertimbangkan akan

kelarutan kontaminan dalam medium bilasan.

2.3.4 Kriteria Penerimaan

1. Batas Penerimaan Residu Kimia

Batas residu yang ditetapkan harus dapat dicapai dan dapat diverifikasi

(PIC/S, 2007). Penetapan batas residu tidak bisa secara cukup berfokus

hanya kepada bahan utama saja karena mungkin saja terjadi dekomposisi

bahan yang mungkin lebih sulit untuk dihilangkan. Pendekatan dalam

menentukan batas :

a. Spesifik untuk produk

b. Dikelompokkan dalam famili produk dan memilih produk worst case

c. Mengelompokkan ke dalam kelompok resiko (produk yang sangat

mudah larut, potensi mirip, produk dengan toksisitas tinggi, produk

yang sulit untuk dideteksi).

Batas penerimaan (APIC, 2000) :

a. Berdasarkan dosis terapeutik/ Therapeutic Daily Dose (TDD)

Prinsipnya adalah bahwa zat tidak terkontaminasi pada proporsi tertentu

(biasanya 1/1000 bagian) zat sebelumnya. Metode ini hanya digunakan bila

dosis terapeutik harian diketahui.

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 83: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

7

Universitas Indonesia

= ××MACO : Maximum Acceptable Carry Over (jumlah

maksimum produk sebelumnya yang diizinkan

berada di produk berikutnya)

TDD sebelumnya : Therapeutic Daily Dose sebelumnya (dosis

terapeutik harian produk sebelumnya

MBS : Maximum Batch Stage (jumlah bets maksimum

untuk produk berikutnya)

SF : Safety factor

MTDD selanjutnya : Maximum Therapeutic Daily Dose sebelumnya

(dosis terapeutik harian produk sebelumnya)

Bila menggunakan rumus di atas, maka MACO untuk tiap produk akan

berbeda. Oleh sebab itu, untuk produk dengan SF sama, perhitungan MACO

menggunakan konsep worst case, yaitu menggunakan TDD zat aktif yang paling

rendah (zat paling poten) dan perbandingan antara jumlah bets terkecil untuk

seluruh produk dan TDD maksimum.

b. Berdasarkan data toksikologis

Bila dosis terapeutik tidak diketahui (misalnya untuk bahan intermediate atau

untuk detergen), dapat digunakan data toksisitas untuk menghitung MACO

= 50 × 702000= ××

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 84: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

8

Universitas Indonesia

NOEL : No Observed Effect Level (dosis yang tidak

menimbulkan efek farmakologis yang terlihat)

LD 50 : Dosis letal 50 dalam g/kg hewan coba

70 : berat rata-rata dewasa (kg)

2000 : Konstanta

Nilai SF bervariasi tergantung rute administrasi obat:

1. Topikal (10-100)

2. Oral (100-1000)

3. Parenteral (1000-10000)

c. General Limit

Jika metode berdasarkan dosis terapi atau data toksikologi menghasilkan angka

carryover sangat tinggi atau tidak relevan, atau data toksikologi untuk

intermediet tidak dikenal, dapat digunakan cara berikut ini. General limit ini

sering ditetapkan sebagai batas atas untuk konsentrasi maksimum

(MAXCONC) suatu zat yang dapat mencemari pada batch berikutnya.

Konsentrasi zat yang dapat diterima pada batch berikutnya, menurut

perhitungan sebagai berikut: == ×

MACO : Maximum Acceptable Carry Over (jumlah

maksimum produk sebelumnya yang diizinkan

berada di produk berikutnya). Dihitung dari data

toksikologi dan dosis terapetik.

MACOppm : Maximum Acceptable Carry Over (jumlah

maksimum produk sebelumnya yang diizinkan

berada di produk berikutnya). Dihitung dari batas

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 85: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

9

Universitas Indonesia

ppm umum

CONC : Konsentrasi (kg / kg atau ppm) dari produk

sebelumnya pada batch berikutnya. Berdasarkan

MACO dihitung dari dosis terapi dan / atau

Data toksikologi.

MAXCONC : Konsentrasi maksimum (kg/kg or ppm) yang

diijinkan pada produk sebelumnya untuk berada di

batch berikutnya

MBS : Minimum Batch Size untuk produk berikutnya

Batas general limit 10 ppm atau 100 ppm (tergantung kebijakan masing -

masing institusi). (APIC, 2000)

d. Swab Limit

Jika distribusi homogen diasumsikan berada pada semua permukaan, nilai yang

direkomendasikan dapat ditetapkan untuk digunakan dalam swab. Hal ini dapat

digunakan sebagai informasi dasar untuk persiapan metode analisis dan batas

deteksi. Cara menetapkan nilai batas swab menggunakan cara:Target value [ μgdm ] = [ ][dm ]2. Batas Penerimaan Residu Mikrobiologi

Penetapan batas penerimaan untuk kontaminasi mikroba lebih sulit

daripada penetapan batas residu kimia. Berbeda dengan batas penetapan batas

residu kimia, tidak ada panduan resmi untuk penetapan batas residu mikrobiologi.

Batas umum untuk residu mikrobiologi yaitu sebesar 50 CFU/contact plate

berdasarkan pedoman CPOB 2012 mengenai batas mikroba untuk ruang kelas D.

Persyaratan batas mikroba menurut CPOB 2012 :

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 86: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

10

Universitas Indonesia

Kelas Jumlah mikroba (CFU/plate)

A <1

B 5

C 25

D 50

Batas penerimaan residu mikrobiologi untuk air bilasan mengacu kepada

persyaratan USP, yaitu Purified water mempunyai angka mikroba ≤100 CFU/ml

dan mempunyai hasil negatif terhadap uji E.coli dan Pseudomonas.

2.3.5 Metode untuk Mendeteksi Hasil Pembersihan (ISPE, 2011)

Ada beberapa metode untuk deteksi residu proses. Metode tersebut

seperti pemeriksaan visual, konduktivitas, TOC dan metode analisis spesifik zat.

a. Pemeriksaan visual

Pemeriksaan visual memungkinkan deteksi kontaminan pada konsentrasi

kecil yang mungkin tidak dapat dideteksi dengan metode analisis lain.

Semua permukaan harus bersih secara visual. Metode visual ini adalah

metode paling sesuai untuk produk dengan resiko rendah atau produk

dengan resiko tinggi yang dapat dideteksi mudah secara visual.

b. Konduktivitas

Metode ini digunakan untuk mendeteksi residu senyawa bermuatan.

Metode ini sesuai untuk produk dengan resiko rendah tetapi juga untuk

produk dengan resiko tinggi bila telah dijustifikasi secara saintifik.

c. Total Organic Carbon (TOC)

Metode ini bersifat sederhana, cepat dan dapat mendeteksi residu dengan

kadar rendah. TOC adalah metode deteksi pilihan pertama ketika

dilakukan sampling dengan metode swabbing. TOC sesuai untuk proses

pembersihan senyawa dengan resiko rendah hingga tinggi.

d. HPLC

HPLC merupakan metode yang sensitif dan banyak digunakan dalam studi

validasi pembersihan. HPLC merupakan metode yang spesifik dan dapat

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 87: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

11

Universitas Indonesia

memberikan mengenai residu yang spesifik. HPLC dipilih ketika metode

visual dan TOC tidak dapat digunakan.

2.3.6 Worst Case Rating (Satinder et al, 2012)

a. Kelarutan zat aktif

b. Toksisitas maksimum

c. Dosis terapetik minimun

d. Kemudahan dalam membersihkan

e. Batas terendah dari dosis terapetik/ data toksisitas, ukuran batch, luas

permukaan, dan lain – lain

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 88: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

Universitas Indonesia12

BAB 3

METODOLOGI PENGKAJIAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus

Tugas khusus dilaksanakan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker periode

14 Agustus - 30 Agustus di Departemen Quality Assurance, PT. Kalbe Farma,

Tbk. yang berlokasi di jalan M. H. Thamrin Blok A1-3, kawasan industri Delta

Silicon, Lippo Cikarang, Bekasi.

3.2 Metode Penentuan Produk dan Zat Aktif Terburuk

Urutan langkah dalam menentukan produk dan zat aktif terburuk adalah

sebagai berikut :

1. Mendata semua produk yang diproduksi oleh mesin tersebut

2. Mendata zat aktif dari masing-masing produk

3. Mendata data toksisitas LD50 untuk masing – masing zat aktif

4. Mendata kelarutan masing – masing zat aktif dalam air

5. Mendata jumlah zat aktif

6. Mendata kemudahan dibersihkan masing – masing zat aktif

7. Pemberian skor terhadap toksisitas LD50, kelarutan masing – masing zat

aktif dalam air, jumlah zat aktif, dan kemudahan dibersihkan masing –

masing zat aktif

8. Melakukan analisis risiko berdasarkan kategori toksisitas LD50, kategori

kelarutan zat aktif dalam air, kategori berdasarkan jumlah bahan aktif, dan

kategori berdasarkan kemudahan dalam membersihkan masing – masing

zat aktif.

9. Menetapkan produk dan zat aktif terburuk berdasarkan hasil analisis risiko

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 89: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

13 Universitas Indonesia

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Pendataan Produk yang Diproduksi oleh Mesin Diosna P-250

Mesin Mixing Diosna P-250 di Line 8 extention adalah mesin yang

memproduksi beberapa sediaan tablet. Produk sediaan yang diproduksi oleh

mesin ini yaitu :

Tabel 4.1 Produk yang Diproduksi oleh Mesin Mixing Diosna P-250

NO NAMA Zat Aktif

1 Angioten Tablet Losartan potassium ;50 mg2 Cholestat 10 mg Simvastatin; 10 mg3 Cravit 500 mg Tablet Levofloxacin anhydrat; 500 mg4 Facid 20 mg Tablet Famotidine; 20 mg

5Hexer150 mg Tablet

Ranitidine HCl equivalen dengan Ranitidine;150 mg

6 Hextrofen 100 mg Tablet Ketoprofen; 100 mg7 Ifen 400 mg Tablet Ibuprofen; 400 mg8 Kaltrofen 50 mg Tablet Ketoprofen; 50 mg9 Kaltrofen 100 mg Tablet Ketoprofen; 100 mg10 Losartan 50 mg Tablet Losartan potassium; 50 mg11 Svt 20 mg Tablet Simvastatin; 20 mg12 Tarivid 200 mg Tablet Ofloxacin; 200 mg13 Tarivid 400 mg Tablet Ofloxacin; 400 mg14 Divoltar 50 mg Tablet Diclofenac Sodium; 50 mg15 Glunor 850 mg Tablet Metformin HCl; 850 mg16 Mycoral 200 mg Tablet Ketoconazole; 200 mg

17Rantin 150 mg Tablet

Ranitidine HCl equivalen dengan Ranitidine;300 mg

18 Spasmacine KapletHyosine N-butylbromide 10 mgParacetamol 500 mg

19 Cravit 250 mg Tablet Levofloxacin anhydrat; 250 mg

20CPG 75 mg Tablet

Clopidogrel bisulfate 97,69 mg setara denganClopidogrel basa 75 mg

21 Ferofort FC TabletFerronyl - Iron ;84.7-83 mgAscorbic Acid ;150 mgFolic Acid ;1 mg

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 90: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

14

Universitas Indonesia

NO NAMA Zat Aktif

Vit B12 (Cyanocobalamin) ;10 mgVit B1 (Thiamine HCl) ;3 mgVit B2 (Riboflavine) ;3 mgVit B6 (Pyridoxine HCl) ;5 mgNiacinamide ;30 mgCalcium Pantothenate ;15 mgZnSO4.H2O - Zinc ;41.2-15 mgLysine

22 Fexofed Kaplet Fexofenadine HCl 60 mgPseudoephedrine HCl 120 mg

23 Mucosulvan Tablet Bromhexine HCl ;8 mg24 Pospargin 0,125 mg Tablet Methylergometrine Maleate ;0.125 mg25 Reotal 400 mg Tablet Pentoxifylline ;400 mg26 Vasdalat 10 mg Tablet Nifedipine ;10 mg27 Vasdalat 20 mg Tablet Nifedipine ;20 mg

28 Vitalene FilcoTabletB-carotene ;25 mgVitamin E ;200 IUVitamin C ;500 mg

29 Zofredal 1 mg Tablet Risperidone ;1 mg30 Zofredal 2 mg Tablet Risperidone ;2 mg31 Zofredal 3 mg Tablet Risperidone ;3 mg

4.1.2 Impact

Impact A : Kategori produk berdasarkan LD 50

Impact B : Kategori produk berdasarkan kelarutan (dalam air)

Impact C : Kategori produk berdasarkan jumlah bahan aktif

Impact D : Kategori produk berdasarkan kemudahan dibersihkan

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 91: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

15

Universitas Indonesia

Tabel 4.2 Analisis Resiko Produk

Impact Subject Kategori Skor

A

0 – 2000 mg/Kg bb Very High 5

2001 – 4001 mg/Kg bb High 4

4002 – 6002 mg/Kg bb Medium 3

6003 – 8003 mg/Kg bb Low 2

> 8004 mg/Kg bb Very Low 1

B

Praktis tidak larut air (1 : > 10000) Very High 5

Sangat sukar larut air (1 : 1001 –10000)

High 4

Sukar larut air (1 : 101 – 1000) Medium 3

Agak sukar larut air (1 : 31 – 100) Low 2

Larut air (1 : 1 – 30) Very Low 1

C

> 72,52 Kg Very High 5

54,39 – 72,51 Kg High 4

36,26 – 54,38 Kg Medium 3

18,13 – 36,25 Kg Low 2

0 – 18,12 Kg Very Low 1

D

Sangat sukar dibersihkan Very High 5

Sukar dibersihkan Medium 3

Mudah dibersihkan Very Low 1

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 92: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

16

Universitas Indonesia

Hasil analisis risiko terdapat di Lampiran 1. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa produk terburuk adalah Mycoral Tablet dengan zat aktif kondisi

Ketoconazole.

4.2 Pembahasan

PT. Kalbe Farma, Tbk merupakan perusahaan yang memiliki komitmen

untuk membantu masyarakat mewujudkan kesehatan dan kehidupan yang lebih

baik. Dalam mewujudkan komitmennya, PT. Kalbe Farma, Tbk telah menerapkan

Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam setiap aspek pembuatan obat,

salah satu aspek CPOB yang telah diterapkan oleh PT. Kalbe Farma, Tbk adalah

mengenai kualifikasi dan validasi dimana salah satu validasi yang dilakukan oleh

PT. Kalbe Farma, Tbk adalah validasi pembersihan. Adapun tujuan dilakukannya

validasi pembersihan tersebut adalah untuk memastikan bahwa validasi

pembersihan tersebut memberikan bukti tertulis dan terdokumentasi bahwa cara

pembersihan yang digunakan tepat dan dapat dilakukan berulang-ulang. Peralatan

atau mesin yang dicuci tidak terdapat pengaruh yang negatif karena adanya efek

pencucian.

Line 8 extention adalah line di PT. Kalbe Farma, Tbk yang menghasilkan

sediaan solid berupa tablet, kaplet, atau kapsul. Salah satu mesin yang terdapat di

line 8 extention ini mencakup mesin mixing yang digunakan untuk beberapa

produk. Pada pelaksanaan tugas khusus ini, dilakukan pengkajian analisis resiko

untuk menentukan worst case dari produk dan zat aktif untuk salah satu mesin

mixing di line 8 extention yang bernama mesin mixing Diosna P-250.

Tujuan dilakukannya validasi pembersihan mesin ini adalah agar

pembersihan mesin dilakukan dengan benar sehingga diperoleh mesin yang bebas

dari cemaran dari sisa produk sebelumnya. Pembersihan rutin untuk mesin ini

dilakukan setiap hari setelah selesai proses bila tidak ada pergantian produk,

sedangkan untuk pembersihan berkala dilakukan jika ada pergantian produk,

mesin yang digunakan untuk produk yang sama terus–menerus selama 1 minggu,

dan bila mesin selesai proses dan tidak digunakan lagi maksimal selama 3 hari,

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 93: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

17

Universitas Indonesia

sedangkan untuk pembersihan ulang dilakukan jika mesin akan dioperasikan lagi

setelah tidak dipakai (idle) selama lebih dari 1 minggu.

Sebelum melaksanakan validasi pembersihan harus disusun terlebih

dahulu protokol validasi pembersihan dimana protokol ini berfungsi sebagai suatu

rencana tertulis mengenai pelaksanaan program validasi yang akan dilaksanakan

termasuk parameter pengujian dan batas pengambilan keputusan terhadap hasil uji

yang dapat diterima. Tujuan pembuatan protokol ini yaitu untuk membuktikan

bahwa prosedur pembersihan mesin dengan produk worst case dan zat marker

setelah dianalisis dengan metode analisis yang telah tervalidasi senantiasa

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Protokol ini disusun oleh Supervisor

Departemen Quality Assurance (QA) dan harus mendapat persetujuan Manager

Departemen QA, Research and Development (R&D) dan Produksi. Protokol

validasi pembersihan ini harus diterapkan pada 3 batch produk worst case

berturut-turut. Apabila hasil pembersihan dari 3 batch berturut-turut menghasilkan

tingkat pembersihan yang dapat diterima, barulah proses pembersihan ini dapat

diaplikasikan pada proses pembersihan rutin. Setelah protokol validasi ini

disusun, bila ada perubahan parameter kritis, maka prosedur mesin perlu

divalidasi ulang. Namun bila tidak ada perubahan parameter kritis, maka tetap

perlu dilakukan validasi ulang setiap 3 tahun sekali. Parameter kritis pembersihan

merupakan parameter–parameter kritis yang harus dipenuhi dari proses

pembersihan dan merupakan parameter yang memastikan bahwa seluruh kegiatan

berada dalam batas–batas yang termonitor dan terkontrol. Parameter kritis yang

dimaksud mencakup perubahan volume bilasan, waktu proses pembersihan, suhu

air, perubahan sumber bahan baku dan penambahan atau pengurangan produk

yang diproduksi oleh mesin tersebut.

Testing point validasi merupakan pengujian–pengujian yang dilakukan

untuk memastikan bahwa pembersihan yang dilakukan senantiasa memenuhi

spesifikasi, konsisten dan reprodusibel. Contoh dalam testing point validasi antara

lain kadar residu, kadar TOC, jumlah mikroba, dan lain sebagainya.

Kriteria penerimaan yang dilakukan di PT. Kalbe Farma, Tbk dimana hasil

pengujian terhadap 3 kali proses pembersihan memenuhi persyaratan yang telah

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 94: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

18

Universitas Indonesia

ditentukan. Persyaratan validasi pembersihan di PT. Kalbe Farma, Tbk adalah

sebagai berikut:

1. Visual, secara visual bersih, tidak ditemukan kontaminasi sisa produk

sebelumnya. Tidak ditemukan partikel dan serat yang tertinggal

2. Kontaminasi mikroba, total kontaminasi mikroba pada alat dengan metode

swab test tidak lebih dari 50 CFU per cm2 dan dengan metode rinse test

kontaminasi mikroba tidak lebih dari 100 CFU per ml.

3. Residu TOC bahan aktif, merupakan marker tidak larut air, dengan metode

swab test dan rinse test tidak lebih dari MACO dan / atau general limit (10

ppm)

Dalam penyusunan protokol validasi pembersihan juga dilakukan analisis

resiko. Langkah awal dalam analisis resiko adalah mendata produk yang

diproduksi oleh mesin tersebut dan mendata zat aktif produk tersebut.

Selanjutnya ditentukan produk dan zat aktif worst case menggunakan pembagian

kategori berdasarkan kelarutan zat aktif dalam air, jumlah zat aktif, kemudahan

dibersihkan dan LD50 untuk melihat impact produk tersebut dan untuk pemberian

skor untuk melihat marker produk. Dalam analisis risiko, diperlukan data

kelarutan zat aktif masing-masing produk tersebut dalam air karena proses

pembersihan menggunakan media air. Semakin tidak larut zat dalam air, maka

semakin tinggi skor risikonya. Selain itu, semakin tinggi jumlah zat aktif dalam

produk, maka semakin tinggi skor resikonya. Untuk parameter kemudahan

dibersihkan, semakin sulit dibersihkan, maka semakin tinggi skor risikonya. Skor

1 diberikan untuk produk mudah dibersihkan, skor 3 diberikan untuk produk

mudah sulit dibersihkan dan skor 5 diberikan untuk produk yang sangat sulit

dibersihkan. Sedangkan dari data toksikologi, jika LD50 semakin tinggi maka

semakin rendah resikonya. Dari hasil analisis risiko mesin mixing Diosna P-250

dapat disimpulkan bahwa produk worst case adalah Mycoral tablet yang

mengandung Ketoconazole, dimana dilihat dari kategori LD50 produk ini

memiliki data toksikologi 166 mg/kg pada oral rat yang mendapatkan skor 5

dengan kategori very high, sedangkan berdasarkan kelarutan dalam air produk ini

praktis tidak larut dalam air sehingga skornya adalah 5 dengan kategori very high,

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 95: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

19

Universitas Indonesia

untuk jumlah zat aktif produk ini yaitu sebesar 66 kg sehingga skornya adalah 4

dengan kategori high dan secara kemudahan dibersihkan produk ini memiliki skor

5 dengan kategori very high yang artinya sangat sukar dibersihkan. Hasil analisis

risiko dapat dilihat di Lampiran 1.

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 96: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

20 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Produk terburuk untuk mesin mixing Diosna P-250 adalah Mycoral Tablet

dengan zat aktif adalah Ketoconazole.

5.2. Saran

Perlu dilanjutkan dengan pembuatan protokol validasi pembersihan untuk

mesin Diosna P-250 serta keterlibatan mahasiswa dalam proses validasi

pembersihan di lapangan.

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 97: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

21 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Active Pharmaceutical Ingredients Committee. (2000). Guidance on Aspects of

Cleaning Validation in Active Pharmaceutical Ingredient Plants. Brussels.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2012). Peraturan Kepala Badan Pengawas

Obat dan Makanan RI No HK. 03.1.33.12.12.8195 Tentang Penerapan

Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta.

LeBlanc, Destin A. (2000). Cleaning Technologies for Pharmaceutical

Manufacturing. USA : CRC Press.

Pharmaceutical Inspection Convention Pharmaceutical Inspection Co-operation

Scheme. (2007). Recommendations on Validation Master Plan,

Installation and Operational Qualification, Non-Sterile Process

Validation, Cleaning Validation. Geneva.

Walsh, Andrew. (November/Desember 2011). Cleaning Validation for the 21st

Century : Overview of New ISPE Cleaning Guide. Pharmaceutical

Enginnering, 1-7.

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 98: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

LAMPIRAN

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 99: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

Lampiran 1. Hasil Analisis Risiko

NO NAMA API Kategori ASKOR

IMPACTA

Kategori BSKOR

IMPACTB

Kategori CSKOR

IMPACTC

Kategori DSKOR

IMPACTD

TOTALSKOR

1 Angioten TabletLosartan potassium ;50 mg

1000 mg/kg [oral , rat]5

Sangat mudah larut1

252

Mudah dibersihkan1 9

2

Cholestat 10 mgSimvastatin; 10 mg 4438 mg/kg [oral , rat] 3

Tidak larut5

2.61

Sangat sukardibersihkan 5 14

3 Cravit 500 mg TabletLevofloxacin anhydrat; 500mg

1507 mg/kg [oral , rat]5

Tidak mudah larut2

54.92

Sukar dibersihkan3 12

4

Facid 20 mg TabletFamotidine; 20 mg 4049 mg/kg [oral , rat] 3

Sangat sukar larut4

31

Sangat sukardibersihkan 5 13

5 Hexer150 mg TabletRanitidine HCl equivalendengan Ranitidine ;150 mg

4190 mg/kg [oral , rat]3

Sangat mudah larut1

41.63

Mudah dibersihkan1 8

6

Hextrofen 100 mg TabletKetoprofen; 100 mg 62.4 mg/kg [oral , rat] 5

Praktis tidak larut5

111

Sangat sukardibersihkan 5 16

7

Ifen 400 mg TabletIbuprofen; 400 mg 636 mg/kg [oral , rat] 5

Praktis tidak larut5

604

Sangat sukardibersihkan 5 19

8

Kaltrofen 50 mg TabletKetoprofen; 50 mg 62.4 mg/kg [oral , rat] 5

Praktis tidak larut5

7.51

Sangat sukardibersihkan 5 16

9

Kaltrofen 100 mg TabletKetoprofen; 100 mg 62.4 mg/kg [oral , rat] 5

Praktis tidak larut5

111

Sangat sukardibersihkan 5 16

10 Losartan 50 mg TabletLosartan potassium; 50 mg

1000 mg/kg [oral , rat]5

Sangat mudah larut1

252

Mudah dibersihkan1

9

22

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 100: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

NO NAMA API Kategori ASKOR

IMPACTA

Kategori BSKOR

IMPACTB

Kategori CSKOR

IMPACTC

Kategori DSKOR

IMPACTD

TOTALSKOR

11

Svt 20 mg TabletSimvastatin; 20 mg 4438 mg/kg [oral , rat] 3

Tidak larut5

2.61

Sangat sukardibersihkan 5 14

12Tarivid 200 mg Tablet

Ofloxacin; 200 mg 3590 mg/kg [oral , rat] 4Sukar larut

350

3Sukar dibersihkan

3 13

13 Tarivid 400 mg TabletOfloxacin; 400 mg

3590 mg/kg [oral , rat]4

Sukar larut3

642

Sukar dibersihkan3 12

14

Divoltar 50 mg TabletDiclofenac Sodium; 50 mg

53 mg/kg [oral , rat]5

Larut dalam airdingin 1

151

Mudah dibersihkan1 8

15 Glunor 850 mg TabletMetformin HCl; 850 mg

1000 mg/kg [oral , rat]5

M udah larut1

90.65

Mudah dibersihkan1 12

16

Mycoral 200 mg TabletKetoconazole; 200 mg

166 mg/kg [oral , rat]5

Praktis tidak larut5

664

Sangat sukardibersihkan 5 19

17Rantin 150 mg Tablet Ranitidine HCl equivalen

dengan Ranitidine ;300 mg4190 mg/kg [oral , rat]

3Sangat mudah larut

141.6

3Mudah dibersihkan

1 8

18 Spasmacine Kaplet

Hyosine N-butylbromide 10mg

980 mg/kg [oral, rat]5

M udah larut1

0.61

Mudah dibersihkan1 8

Paracetamol 500 mg 1944 mg/kg [oral , rat] 5Larut dalam air

mendidih 1Mudah dibersihkan

1 7

19 Cravit 250 mg TabletLevofloxacin anhydrat; 250mg

1507 mg/kg [oral , rat]5

Tidak mudah larut2

10.81

Sukar dibersihkan5 13

20 CPG 75 mg TabletClopidogrel bisulfate 97,69mg setara denganClopidogrel basa 75 mg

1914 mg/kg [ oral ,rat] 5

Praktis tidak larut5

21.62 Sangat sukar

dibersihkan5

17

23

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 101: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

NO NAMA API Kategori ASKOR

IMPACTA

Kategori BSKOR

IMPACTB

Kategori CSKOR

IMPACTC

Kategori DSKOR

IMPACTD

TOTALSKOR

21

Ferofort FC Tablet

Ferronyl - Iron ;84.7-83 mg30.000 mg/kg [oral ,

rat] 1Tidak larut

51.38

1Sangat sukardibersihkan 5 12

Ascorbic Acid ;150 mg11.900 mg/kg [oral ,

rat] 1Mudah larut

11.36

1Mudah dibersihkan

1 4

Folic Acid ;1 mg> 8000 mg/kg [oral ,

rat] 2Sangat sukar larut

42.18

1 Sukar dibersihkan 3 10

Vit B12 (Cyanocobalamin);10 mg

115 mg/kg [oral , rat]5

Larut1

21.82

Mudah dibersihkan1 9

Vit B1 (Thiamine HCl) ;3 mg3710 mg/kg [oral , rat]

4Mudah larut

113.1

1Mudah dibersihkan

1 7

Vit B2 (Riboflavine) ;3 mg980 [oral, rat]

5Sangat sukar larut

46.53

1Sukar dibersihkan

3 13

Vit B6 (Pyridoxine HCl) ;5mg

4000 [oral, rat]4

Larut1

9.051

Mudah dibersihkan1 7

Niacinamide ;30 mg3500 mg/kg [oral , rat]

4Sangat mudah larut

117.9

1Mudah dibersihkan

1 7

Calcium Pantothenate ;15 mg>10000 mg/kg [oral ,

rat] 1Sangat mudah larut

1Mudah dibersihkan

1 3

ZnSO4.H2O - Zinc ;41.2-15mg

1710 mg/kg [oral , rat]5

Mudah larut1

Mudah dibersihkan1 7

Lysine10000 mg/kg [oral , rat]

1Mudah larut

1Mudah dibersihkan

1 3

22 Fexofed KapletFexofenadine HCl 60 mg

980 [oral, rat]5

Sukar larut3

Sukar dibersihkan3

11

24

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 102: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

NO NAMA API Kategori ASKOR

IMPACTA

Kategori BSKOR

IMPACTB

Kategori CSKOR

IMPACTC

Kategori DSKOR

IMPACTD

TOTALSKOR

Pseudoephedrine HCl 120 mg660 [oral, rat]

5Sangat mudah larut

113.8

1Mudah dibersihkan

1 8

23 Mucosulvan TabletBromhexine HCl ;8 mg

6000mg/kg [oral , rat]3

Sukar larut3

7.21

Sukar dibersihkan3 10

24Pospargin 0,125 mgTablet

Methylergometrine Maleate;0.125 mg

93 mg/kg [oral , rat]5

Sukar larut3

0.0361

Sukar dibersihkan3 12

25 Reotal 400 mg TabletPentoxifylline ;400 mg

1772 mg/kg [oral , rat]5

Larut1

362

Mudah dibersihkan1 9

26

Vasdalat 10 mg TabletNifedipine ;10 mg 1022 mg/kg [oral , rat] 5

Tidak larut5

21

Sangat sukardibersihkan 5 16

27

Vasdalat 20 mg TabletNifedipine ;20 mg 1022 mg/kg [oral , rat] 5

Tidak larut5

4.81

Sangat sukardibersihkan 5 16

28 Vitalene FilcoTablet

B-carotene ;25 mg5000 mg kg [oral , rat]

3Tidak larut

5Sangat sukardibersihkan 5 13

Vitamin E ;200 IU4000 mg/kg [oral , rat]

4Tidak larut

518.7

2Sangat sukardibersihkan 5 16

Vitamin C ;500 mg11.900 mg/kg [oral ,

rat] 1Mudah larut

113.8

1Mudah dibersihkan

1 4

29

Zofredal 1 mg TabletRisperidone ;1 mg 980 mg/kg [oral, rat] 5

Praktis tidak larut5

0.0751

Sangat sukardibersihkan 5

16

Universitas Indonesia

25

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014

Page 103: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366859-PR-Arlika Rahayu-Laporan... · universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

NO NAMA API Kategori ASKOR

IMPACTA

Kategori BSKOR

IMPACTB

Kategori CSKOR

IMPACTC

Kategori DSKOR

IMPACTD

TOTALSKOR

30

Zofredal 2 mg Tablet

Risperidone ;2 mg 980 mg/kg [oral, rat] 5Praktis tidak larut

50.3

1Sangat sukardibersihkan 5 16

31

Zofredal 3 mg TabletRisperidone ;3 mg 980 mg/kg [oral, rat] 5

Praktis tidak larut5

0.151

Sangat sukardibersihkan 5 16

Keterangan :

Kategori A : Kategori berdasarkan LD50

Kategori B : Kategori berdasarkan kelarutan dalam air

Kategori C : Kategori berdasarkan jumlah zat aktif tiap produk

Kategori D : Kategori berdasarkan kemudahan dibersihkan

26

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014