universitas indonesia laporan praktek …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367088-pr-yulia...
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI PT. SINAR SOSRO PABRIK CAKUNG
JL. RAYA SULTAN AGUNG KM. 28
KELURAHAN MEDAN SATRIA
BEKASI 17132, JAWA BARAT
PERIODE 04 Maret - 28 Maret 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
YULIA ANGGRAENI, S.Farm.
1206313936
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JANUARI 2014
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI PT. SINAR SOSRO PABRIK CAKUNG
JL. RAYA SULTAN AGUNG KM. 28
KELURAHAN MEDAN SATRIA
BEKASI 17132, JAWA BARAT
PERIODE 04 Maret - 28 Maret 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
YULIA ANGGRAENI, S.Farm.
1206313936
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JANUARI 2014
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
iii
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
iv
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis mampu melaksanakan dan menyelesaikan Praktek Kerja
Profesi Apoteker di PT.Sinar Sosro Cakung. Penulis menyadari bahwa tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa praktek kerja sampai pada
penyusunan laporan ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan
ini. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si.Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi UI yang
telah memberi ijin dan kesempatan untuk melakukan Praktek Kerja Profesi
Apoteker.
2. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt., sebagai Pj.s Farmasi Fakultas
Farmasi UI sampai dengan tanggal 20 Desembaer 2013 yang telah memberi
kesempatan untuk melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker
3. Bapak Dr. Herman, MS., Selaku pembimbing yang selalu memberikan
bimbingan, saran dan wawasan yang sangat berharga selama melakukan
Praktek Kerja Profesi Apoteker hingga tersusunnya laporan ini.
4. Bapak Dr. Harmita, Apt,. Selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi UI yang selalu memberikan bimbingan, saran dan wawasan yang
sangat berharga selama melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker hingga
tersusunnya laporan ini
5. Bapak Fajar Ananto Putra., S,Gz,. Selaku Supervisor Quality Control
sekaligus Pembimbing atas ilmu dan pengalaman yang dibagi, serta atas
bimbingan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Sinar Sosro
Cakung.
6. Bapak Enung.Rosyana,. Selaku Manager Quality Control PT. Sinar Sosro
Cakung, atas izin, kesempatan, fasilitas, yang diberikan selama Praktek
Kerja Profesi Apoteker.
7. Seluruh staf dan karyawan PT. Sinar Sosro Cakung, atas bimbingan dalam
pengerjaan laporan serta pembelajaran selama Praktek Kerja Profesi
Apoteker.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
vi
8. Keluarga terutama Ibu dan kaka yang selalu memberikan dukungan, doa,
perhatian dan kasih sayang yang tak ternilai.
9. Seluruh teman-teman Apoteker Universitas Indonesia Angkatan 76 yang
saling mendukung dan bekerjasama selama perkuliahan dan pelaksanaan
PKPA.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
memberikan bantuan dan dukungan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker.
Penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini
masih belum sempurna, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.
Penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama
menjalani Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat memberikan manfaat dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan bagi para pembaca.
Penulis
2014
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
vii
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
viii
ABSTRAK
Nama : Yulia Anggraeni, S.Farm.
NPM : 1206313936
Program Studi : Profesi Apoteker
Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Sinar
Sosro Pabrik Cakung Jl.Raya Sultan Agung KM.28
Kelurahan Medan Satria Bekasi 17131, Jawa Barat Periode
4 Maret – 28 Maret 2013
Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Sinar Sosro Pabrik Cakung bertujuan untuk
mengetahui dan memahami tugas, fungsi dan tanggung jawab pada masing-
masing industri, salah satunya adalah pengawasan mutu di industri makanan dan
minuman,Selain itu mengetahui dan memahami penerapan Cara Produksi
Makanan atau Minuman yang Baik (CPMB) di PT. Sinar Sosro. Tugas khusus
yang diberikan berjudul Desain Standar Laboratorium Mikrobiologi. Tujuan dari
tugas khusus ini adalah Mengetahui Standar Laboratorium Mikrobiologi yang
baik pada suatu industri makanan dan minuman. Memberikan informasi standar
desain laboratorium mikrobiologi yang baik sesuiai Good Laboratory Practice
(GLP).
Kata Kunci : PT.Sinar Sosro Cakung, Tea in the packaging, Good Laboratory
Practice (GLP).
Tugas Umum : xii + 79 halaman; 12 lampiran.
Tugas Khusus : vi + 19 halaman; 4 lampiran; 2 tabel
Daftar Acuan Tugas Umum : 15 (1978-2008).
Daftar Acuan Tugas Khusus : 9 (2006-2013).
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
ix
ABSTRACT
Name : Yulia Anggraeni, S.Farm
NPM : 1206313936
Program Study : Apothecary Profession.
Title : Pharmacist Internship Working Program at PT. Sinar
Sosro Pabrik Cakung on Street Raya Sultan Agung KM.28
Kelurahan Medan Satria Bekasi 17131, Jawa Barat Period 4
March – 28 March 2013
Pharmacist Internship Working Program at PT. Sinar Sosro Cakung Factory aims
to identify and understand the duties, functions and responsibilities in each
industry, one of which is the quality control in the food and beverage industry,
besides knowing and understanding the application of Food or Good
Manufacturing Food Product (CPMB) in PT . Sinar Sosro. Given a special task
entitled Design Standards Laboratory of Microbiology. The purpose of this
particular task is Knowing Microbiology Laboratory Standards are good at food
and beverage industry. Provide standard information a good microbiology
laboratory design sesuiai Good Laboratory Practice (GLP).
Keywords : PT.Sinar Sosro Cakung, Tea in the packaging, Good Laboratory
Practice (GLP).
General Assignment : xii + 79 pages; 12 appendies
Specific Assignment : v + 19 pages; 4 appendies; 2 Table
Bibliography of General Assignment : 15 (1978-2008).
Bibliography of Specific Assignment : 9 (2006-2013).
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ x
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar belakang .................................................................................... 1
1.2 Tujuan ............................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN UMUM ................................................................................ 3
2.1 Tanaman Teh ...................................................................................... 3
2.2 Manfaat Teh ....................................................................................... 5
2.3 Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB) ...................................... 6
2.3.1 Lokasi ....................................................................................... 7
2.3.2 Bangunan.................................................................................. 7
2.3.3 Fasilitas dan Sanitasi ................................................................. 9
2.3.4 Alat Produksi ............................................................................ 10
2.3.5 Bahan ....................................................................................... 10
2.3.6 Proses Pengolahan .................................................................... 11
2.3.7 Produk Akhir ............................................................................ 11
2.3.8 Laboratorium ............................................................................ 11
2.3.9 Karyawan ................................................................................ 12
2.3.10 Wadah dan Pembungkusan .................................................... 12
2.3.11 Label ..................................................................................... 13
2.3.12 Penyimpanan ......................................................................... 13
2.3.13 Pemeliharaan ......................................................................... 13
2.3.14 Dokumentasi dan Pencatatan .................................................. 14
2.3.15 Penarikan Produk ................................................................... 14
2.3.16 Pelatihan dan Pembinaan ....................................................... 15
2.4 Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (Hazard
Analysis Critical Control Point/HACCP) .......................................... 16
2.4.1 Pembentukan Tim HACCP ....................................................... 17
2.4.2 Deskripsi Produk ...................................................................... 17
2.4.3 Identifikasi Rencana Penggunaan .............................................. 17
2.4.4 Penyusunan Bagan Alir ............................................................. 18
2.4.5 Konfirmasi Bagan Alir di Lapangan .......................................... 18
2.4.6 Pencatatan Semua Bahaya Potensial yang Berkaitan dengan
Setiap Tahapan ......................................................................... 18
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
xi
2.4.7 Penentuan Titik Kendali Kritis (TKK) ...................................... 19
2.4.8 Penentuan Batas-Batas Kritis Pada Tiap TKK ........................... 19
2.4.9 Penyusunan Sistem Pemantauan Untuk Setiap TKK ................. 19
2.4.10 Penetapan Tindakan Perbaikan................................................ 20
2.4.11 Penetapan Prosedur Verifikasi ................................................ 20
2.4.12 Penetapan Dokumentasi dan Pencatatan .................................. 20
2.5 Syarat-Syarat Penetapan Kualitas Air ................................................. 21
2.6 Standar Baku Air Minum .................................................................... 22
2.6.1 Persyaratan Fisisk .................................................................... 22
2.6.2 Persyaratan Kimia .................................................................... 23
2.6.3 Persyaratan Mikrobiologi ......................................................... 24
BAB 3. TINJAUAN KHUSUS ............................................................................. 25
3.1 PT. Sinar Sosro ................................................................................... 25
3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ..................................... 25
3.1.2 Visi dan Misi ............................................................................ 27
3.1.3 Struktur Organisasi ................................................................... 28
3.1.4 Lokasi dan Tata Letak Perusahaan ............................................ 31
3.1.5 Ketenagakerjaan ....................................................................... 32
3.16 Produk ....................................................................................... 33
3.2 Teknologi Proses Produksi ................................................................. 33
3.2.1 Bahan ...................................................................................... 33
3.2.2 Peralatan Produksi ................................................................... 38
3.2.3 Sumber Energi .......................................................................... 42
3.2.4 Pergudangan ............................................................................. 43
3.3 Pengawasan Mutu (Quality Control)................................................... 44
3.3.1 Pengawasan Mutu Sebelum Proses Produksi ............................. 44
3.3.2 Pengawasan Mutu Selama Proses Produksi ............................... 52
3.3.3 Pengawasan Mutu Setelah Proses Produksi ............................... 59
BAB 4. PEMBAHASAN ...................................................................................... 65
4.1 Lokasi ............................................................................................... 65
4.2 Bangunan .......................................................................................... 66
4.3 Fasilitas dan Sanitasi ......................................................................... 67
4.4 Peralatan Produksi ............................................................................. 67
4.5 Bahan ................................................................................................ 68
4.6 Proses Pengolahan .............................................................................. 69
4.7 Produk Akhir ..................................................................................... 70
4.8 Laboratorium ..................................................................................... 71
4.9 Karyawan .......................................................................................... 72
4.10 Wadah dan Pembungkus .................................................................. 72
4.11 Label ............................................................................................... 74
4.12 Penyimpanan ................................................................................... 74
4.13 Pemeliharaan dan Program Sanitasi ................................................. 75
4.14 Dokumentasi dan Pencatatan ........................................................... 76
4.15 Penarikan Produk ............................................................................. 76
4.16 Pelatihan dan Pembinaan .................................................................. 76
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
xii
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 78
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 78
5.2 Saran .................................................................................................. 78
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 79
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Persyaratan Air Minum Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No.
907/MENKES/SK/VII/II/2002.......................................................... 80
Lampiran 2. Struktur Organisasi Bagian Quality Qontrol ..................................... 85
Lampiran 3. Denah PT. Sinar Sosro Cakung ......................................................... 86
Lampiran 4. Spesifikasi Dimensi Botol …............................................................. 87
Lampiran 5. Skema Aliran Proses Pemasakan (Kitchen) ...................................... 88
Lampiran 6. Skema Aliran Proses Pembotolan (Bottling) di Lini 2....................... 89
Lampiran 7. Skema Aliran Proses Pembotolan (Bottling) di Lini 5 ...................... 90
Lampiran 8. Skema Aliran Pengolahan Limbah Cair ............................................ 91
Lampiran 9. Tabel SNI Minuman Teh dalam Kemasan......................................... 92
Lampiran 10. Tabel Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri...................... 93
Lampiran 11. Bagan Pengolahan Air (Water Treatment)........................................ 94
Lampiran 12. Standar Kualitas Water Treatment .................................................... 95
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
1 Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
PT. Sinar Sosro merupakan pelopor produk teh siap minum dalam
kemasan pertama di Indonesia. Teh merupakan salah satu minuman yang populer
di dunia dengan aroma yang harum serta rasanya yang khas, membuat minuman
ini banyak dikonsumsi, sehingga tradisi dan kegemaran masyarakat Indonesia
akan mengkonsumsi teh tersebut mencetuskan ide bisnis pengolahan teh oleh
bapak Sosrodjojo pada tahun 1940.
Seiring dengan perkembangan zaman dan permintaan akan produk teh
yang terus meningkat serta didorong oleh pengembangan inovasi produk, PT.
Sinar Sosro melakukan berbagai diversifikasi produk, diantaranya memproduksi
teh aneka rasa buah Fruit Tea, minuman teh berkarbonasi Tebs, minuman
kesehatan teh hijau Joy Tea, minuman dengan volume yang lebih besar dengan
harga ekonomis, yaitu S-Tee. Happy Jus untuk anak-anak, dan minuman jus buah
asli yang bernama Country choice.
PT. Sinar Sosro terbukti telah menjadi pemimpin atau Market leader untuk
produk minuman berbasis pengolahan teh di Indonesia. Hal ini mendorong PT.
Sinar Sosro untuk semakin ketat dalam menjaga dan meningkatkan mutu serta
keamanan produk yang dihasilkan. Hal ini diwujudkan dengan melakukan
pengawasan dan pengontrolan terhadap kegiatan yang dapat mempengaruhi mutu
produk, diantaranya pengadaan bahan baku dan bahan penunjang, proses
produksi, dan juga pengemasan produk. Kegiatan ini dilaksanakan oleh bagian
Quality Control (Pengawasan Mutu).
Pada tahun 2003 PT. Sinar Sosro meraih Sertifikat ISO 9001:2000 dan
sertifikat HACCP, yaitu sertifikat system management keamanan makanan untuk
menjamin produk yang aman bagi konsumen. Adanya penghargaan ini dapat
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap produk Sosro karena mutu
produk yang terjamin dan aman dikonsumsi. Oleh karena itu, pengawasan
terhadap seluruh tahapan proses produksi merupakan hal yang wajib dilakukan.
Selain itu, cara pembuatan makanan atau minuman yang baik (CPMB) harus
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
2
Universitas Indonesia
selalu diterapkan agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan
mutu yang ditetapkan.
Peran utama seorang apoteker di bidang obat-obatan dan alat kesehatan
semakin beragam, serta dituntut untuk memiliki pengetahuan yang luas dan
keterampilan yang memadai dengan ditunjang pengalaman praktis, meluas pada
makanan dan minuman, serta kosmetik. Oleh karena itu apoteker dapat berperan
sebagai tenaga profesional di bidang tersebut dan bertanggung jawab terhadap
penjaminan mutu dan keamanan produk-produk yang dihasilkannya.
Agar para calon Apoteker memperoleh pengetahuan mengenai fungsi dan
tanggung jawab pada masing-masing industri, salah satunya adalah pengawasan
mutu di industri minuman, maka Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia bekerjasama dengan PT. Sinar Sosro menyelenggarakan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
ini mencakup pada ruang lingkup proses produksi dan pengawasan mutu (Quality
Control) terhadap bahan baku dan produk yang diproduksi oleh PT. Sinar Sosro,
Cakung.
1.2. Tujuan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Sinar Sosro bertujuan agar calon
apoteker:
a. Mengetahui dan memahami penerapan Cara Produksi Makanan atau Minuman
yang Baik (CPMB) di PT. Sinar Sosro.
b. Mengetahui serta memahami peran dan tanggung jawab Apoteker di industri
minuman.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
3 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN UMUM
2.1. Tanaman Teh
Tanaman teh dengan nama latin Camelia sinensis, tumbuh di daerah
beriklim tropis dengan ketinggian antara 200-2000 meter diatas permukaan laut.
Suhu udara antara 14-25ºC. Ketinggian tanaman dapat mencapai hingga 9 meter
untuk teh Cina dan teh Jawa, sedangkan untuk teh jenis Assamica dapat mencapai
12-20 meter. Untuk mempermudah pemetikan daun teh untuk mendapatkan pucuk
daun muda yang baik, maka pohon teh selalu dijaga pertumbuhannya (dipotong)
sampai 1 meter. Karena tanaman teh semakin berkembang menjadi tanaman
perdagangan, maka jenis tanaman teh juga berkembang menjadi beraneka ragam.
Keragaman ini adalah hasil dari penyilangan berbagai jenis tanaman teh serta
pengaruh tanah dan iklim yang mengakibatkan hasil panen yang berbeda. Ditinjau
dari prosesnya, secara umum teh digolongkan menjadi 4 jenis yakni :
a. Teh Hitam (black tea)
Adalah daun teh yang mengalami proses fermentasi paling lama sehingga
warnanya sangat pekat dan aromanya paling kuat. Teh hitam merupakan jenis teh
yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat di dunia (khususnya oleh bangsa
Inggris). Teh Hitam lebih dipercaya memberikan banyak manfaat seperti
meningkatkan konsentrasi dan mencegah kantuk.
b. Teh Oolong (oolong tea)
Disebut sebagai teh semi fermentasi. Nama oolong diambil dari sebuah
nama pria Cina yakni Wu Long atau Oolong. Pria ini menemukan teh oolong
secara tidak sengaja ketika daun teh yang dipetiknya ditinggalkan demi mengejar
seekor kijang. Ketika kembali, teh itu telah terfermentasi. Legenda lain
menyebutkan bahwa oolong dalam bahasa Cina berarti naga hitam, karena
daunnya mirip naga hitam kecil yang tiba-tiba terbangun ketika diseduh.
Seperti halnya teh yang lain, Teh oolong juga mempunyai khasiat sehat
yang dapat membantu kinerja pencernaan, mengobati sakit kepala. Bahkan pada
penelitian modern terhadap teh oolong menunjukkan bahwa teh ini efektif
mengontrol kadar kolesterol dan membantu menurunkan kadar gula.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
4
Universitas Indonesia
c. Teh Putih (white tea)
Merupakan jenis teh yang tidak mengalami proses fermentasi. Proses
pengeringan dan penguapan juga dilakukan sangat singkat. Teh putih diambil
hanya dari daun teh pilihan yang dipetik dan dipanen sebelum benar-benar mekar.
Disebut teh putih karena ketika dipetik kuncup daunnya masih ditutupi seperti
rambut putih yang halus. Kandungan katekin pada teh putih adalah yang tertinggi
untuk menangkal radikal bebas sehingga lebih ampuh dibanding teh lainnya serta
berfungsi sebagai antioksidan dalam tubuh. Teh putih terkenal sebagai dewa
dewinya teh karena diambil dari kuncup daun terbaik dari setiap pohonnya.
d. Teh Hijau (green tea)
Teh hijau adalah jenis teh yang juga tidak mengalami proses fermentasi
akan tetapi mengalami proses pengeringan dan penguapan daun yang sedikit lebih
lama dibandingkan teh putih. Teh hijau adalah jenis teh yang juga tidak
mengalami proses fermentasi akan tetapi mengalami proses pengeringan dan
penguapan daun yang sedikit lebih lama dibandingkan teh putih. Semua jenis teh
mengandung katekin, akan tetapi saat ini teh hijau lebih populer karena
kandungan katekinya lebih tinggi dibandingkan dengan teh hitam. Sehingga teh
hijau lebih dikenal sebagai jenis teh yang dapat mencegah pertumbuhan penyakit
kanker. Manfaat lain dari teh hijau adalah untuk mencegah dan menurunkan
tekanan darah tinggi, menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL), resiko terkena
stroke dan menghaluskan kulit (Foster, 2002).
Jenis teh lainnya yang biasa dikenal di masyarakat adalah teh melati
(jasmine tea) atau disebut juga teh wangi, sangat populer di Indonesia, yaitu teh
hijau yang dicampur dengan bunga melati dan bunga gambir sehingga
menimbulkan aroma melati atau wangi yang khas. Pengolahannya dilakukan
melalui proses pencampuran atau blending. Menurut hasil riset, teh melati dapat
bermanfaat untuk menurunkan kadar kolesterol dan menyegarkan badan (Sosro,
2011).
Pengolahan teh merupakan suatu metode yang diterapkan pada pucuk
daun teh (Camellia sinensis) yang melibatkan beberapa tahapan, termasuk di
antaranya pengeringan hingga penyeduhan teh. Jenis-jenis teh dibedakan oleh
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
5
Universitas Indonesia
pengolahan yang dilalui. Di dalam bentuknya yang paling umum, pengolahan teh
melibatkan oksidasi terhadap pucuk daun, penghentian oksidasi, pembentukan teh
dan pengeringan. Dari tahapan ini, derajat oksidasi memainkan peran penting
untuk menentukan rasa teh, dengan perawatan dan pemotongan pucuk daun
memengaruhi citarasa juga turut berperan meski cukup kecil.
2.2. Manfaat Teh
Teh memiliki banyak sekali manfaat bagi kesehatan tubuh, antara lain:
a. Memperkuat Gigi & Mencegah Karies pada Gigi
Unsur flourida (F) yang cukup tinggi pada teh, dapat membantu dalam
mencegah tumbuhnya karies pada gigi serta dapat memperkuat gigi.
b. Mengurangi Resiko Keracunan Makanan
Unsur katekin (salah satu unsur dalam polifenol), telah terbukti bahwa unsur
tersebut memiliki kemampuan untuk menghentikan pertumbuhan.beberapa
bakteri yang menyebabkan keracunan makanan (menurut penelitian dari
Taiwan dan Jepang).
c. Memperkuat Daya Tahan Tubuh
Dengan adanya vitamin C dan vitamin E, maka teh dapat juga membantu
memperkuat daya tahan tubuh.
d. Menyegarkan Tubuh
Teh mengandung sejenis kafein yang berbeda dengan kopi, maka teh juga
dapat merangsang sistem syaraf tubuh kita sehingga pengambilan oksigen ke
dalam tubuh lebih lancar.
e. Mencegah Tekanan Darah Tinggi
Epigallocatechin dan epicatechin gallat yang merupakan varian dari katekin,
tenyata mampu bertindak sebagai inhibitor dari pada angiotensin transferase,
yaitu enzim penyebab tekanan darah tinggi. Lebih lanjut dapat pula
disimpulkan bahwa dengan kemampuan katekin untuk mencegah tekanan
darah tinggi, mengurangi kadar kolesterol dalam darah dan menangkal radikal
bebas, maka katekin juga bisa mengurangi resiko penyakit kardiovaskular.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
6
Universitas Indonesia
f. Menangkal Kolesterol
Katekin ternyata juga telah terbukti dapat mengurangi penimbunan kolesterol
dalam darah dan mempercepat pembuangan kolesterol melalui feses.
g. Mengoptimalkan Metabolisme Gula
Mangan (Mn), yang terkandung dalam teh bisa membantu penguraian gula
menjadi energi. Dengan demikian teh bisa membantu menjaga kadar gula
dalam darah.
h. Mencegah Pertumbuhan Kanker
Kemampuan katekin (salah satu unsur dalam polifenol) dapat menghambat
terjadinya mutasi pada sel -sel tubuh dan menetralisir radikal bebas.
2.3 Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB) (Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 23, 1978)
Cara Produksi Makanan Yang Baik (CPMB) adalah suatu pedoman yang
menjelaskan cara memproduksi makanan agar bermutu, aman, dan layak untuk
dikonsumsi. Dasar pertimbangan dibuatnya Cara Produksi Makanan Yang Baik
adalah Keputusan Menteri Kesehatan RI No.23/MenKes/SK/1978, tertanggal 24
Januari 1978 tentang Pedoman Cara Produksi yang Baik Untuk Makanan dan
Buku Pedoman Penerapan Cara Produksi Makanan Yang Baik yang dikeluarkan
oleh Direktorat Pengawasan Makanan dan Minuman Dirjen POM Depkes RI
tahun 1996.
Perkembangan teknologi saat ini mengakibatkan perubahan dalam
kebiasaan makan yang mempunyai dampak dalam perkembangan teknik produksi
dan distribusi makanan. Tujuan penerapan CPMB antara lain untuk melindungi
keselamatan dan kesehatan terhadap produksi dan peredaran makanan yang tidak
memenuhi syarat dan sebagai penuntun bagi produsen makanan dan minuman
untuk meningkatkan mutu hasil produksinya. Aspek-aspek CPMB meliputi lokasi,
bangunan, fasilitas sanitasi, alat produksi, bahan, proses pengolahan, produk
akhir, laboratorium, karyawan, wadah dan pembungkus, label, penyimpanan,
pemeliharaan, dokumentasi dan pencatatan, penarikan produk serta pelatihan dan
pembinaan.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
7
Universitas Indonesia
2.3.1 Lokasi
Lokasi pabrik harus berada di tempat yang bebas dari pencemaran. Lokasi
yang dapat menimbulkan pencemaran antara lain daerah persawahan atau rawa,
daerah pembuangan kotoran dan sampah, daerah kering dan berdebu, daerah
berpenduduk padat, daerah kotor, dan daerah penumpukan barang bekas,
perusahaan lain, tempat tinggal atau fasilitas lain yang bersamaan letak dan atau
penggunaannya dengan bangunan, pekarangan yang tidak terpelihara, timbunan
barang yang tidak teratur, tempat penimbunan sampah, tempat bersembunyi atau
berkembang biaknya serangga, binatang pengerat dan atau binatang lain, dan
tempat yang memiliki saluran pembuangan air yang buruk sehingga terdapat
genangan air.
2.3.2 Bangunan
Bangunan harus dibuat berdasarkan perencanaan yang memenuhi
persyaratan teknik dan higiene sesuai dengan jenis makanan dan minuman yang
diproduksi, sehingga memudahkan pembersihan, sanitasi, dan pemeliharaan.
Bangunan unit produksi harus terdiri atas ruangan pokok dan ruangan pelengkap
yang letaknya terpisah untuk menghindari pencemaran terhadap makanan atau
minuman yang diproduksi. Ruangan pokok harus memiliki luas yang sesuai
dengan jenis dan kapasitas produksi, jenis dan ukuran alat produksi, dan jumlah
karyawan yang bekerja. Selain itu, ruangan pokok harus mempunyai susunan
bagian yang diatur sesuai dengan urutan proses produksi. Ruangan pelengkap
harus memiliki luas sesuai dengan jumlah karyawan yang bekerja dan harus
mempunyai susunan bagian yang diatur sesuai dengan urutan proses produksi.
Lantai untuk ruangan pokok harus rapat air, tahan terhadap air, garam,
asam, atau basa, dan bahan kimia tertentu, memiliki permukaan yang rata dan
halus, serta pertemuan antara lantai dengan dinding tidak boleh membentuk sudut
mati dan harus melengkung serta rapat dengan air. Ruangan pengolahan yang
memerlukan pembilasan air, hendaknya mempunyai kelandaian yang cukup ke
arah saluran pembuangan dan mempunyai saluran tempat air mengalir atau lubang
pembuangan. Lantai ruangan pelengkap harus rapat air, tahan terhadap air, dan
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
8
Universitas Indonesia
memiliki permukaan yang rata dan halus. Ruangan untuk mandi, cuci dan sarana
toilet harus mempunyai kelandaian yang cukup ke arah saluran pembuangan.
Dinding ruangan pokok harus memenuhi syarat yaitu tidak membentuk
sudut atau landai dengan dibuat sekurang-kurangnya 20 cm ke arah mendatar
dengan lantai dan 20 cm di atas permukaan lantai. Pada permukaan bagian dalam
dinding harus halus, rata, berwarna terang, tahan lama, tidak mudah mengelupas,
mudah dibersihkan dan sekurang-kurangnya setinggi 2 m dari lantai harus rapat
air, tahan terhadap air, garam, basa atau bahan kimia lainnya. Selain itu,
pertemuan antara dinding dengan dinding dan antara dinding dengan lantai tidak
boleh membentuk sudut mati dan harus melengkung serta rapat air.
Dinding ruangan pelengkap harus memenuhi syarat yaitu tidak
membentuk sudut atau landai dengan dibuat sekurang-kurangnya 20 cm ke arah
mendatar dengan lantai dan 20 cm di atas permukaan lantai harus rapat air. Pada
permukaan bagian dalam dinding harus halus, rata, berwarna terang, tahan lama,
tidak mudah mengelupas, dan mudah dibersihkan. Ruangan untuk mandi, cuci dan
sarana toilet selain harus memenuhi syarat untuk dinding ruangan pelengkap,
sekurang-kurangnya setinggi 2 m dari lantai harus rapat air.
Atap pada ruangan pokok harus terbuat dari bahan yang tahan lama, tahan
terhadap air, dan tidak bocor. Langit-langit pada ruangan pokok harus dibuat dari
bahan yang tidak mudah melepaskan bagian-bagiannya, tidak terdapat lubang dan
tidak retak, tahan lama dan mudah dibersihkan, mempunyai tinggi dari lantai
sekurang-kurangnya 3 m, memiliki permukaan dalam yang rata, berwarna terang,
dan tidak mudah mengelupas. Untuk tempat pengolahan yang menimbulkan atau
menggunakan uap air harus rapat air. Atap pada ruangan pelengkap harus terbuat
dari bahan yang tahan lama, tahan terhadap air, dan tidak bocor. Langit-langit
pada ruangan pelengkap harus dibuat dari bahan yang tidak mudah melepaskan
bagian-bagiannya, tidak terdapat lubang dan tidak retak, tahan lama dan mudah
dibersihkan, mempunyai tinggi dari lantai sekurang-kurangnya 3 m, memiliki
permukaan dalam yang rata dan berwarna terang.
Ruangan pokok harus memiliki pintu yang terbuat dari bahan yang tahan
lama, memiliki permukaan yang rata, halus, berwarna terang dan mudah
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
9
Universitas Indonesia
dibersihkan, dapat ditutup dengan baik, serta membuka keluar. Pintu ruangan
pelengkap harus terbuat dari bahan yang tahan lama, memiliki permukaan yang
rata, halus, berwarna terang dan mudah dibersihkan, serta dapat ditutup dengan
baik. Jendela yang digunakan harus memenuhi syarat terbuat dari bahan yang
tahan lama, permukaan yang rata, halus, berwarna terang dan mudah dibersihkan,
sekurang-kurangnya setinggi 1 meter dari lantai, dan memiliki luas yang sesuai
dengan besarnya bangunan. Permukaan kerja dalam ruangan pokok dan ruangan
pelengkap harus memiliki penerangan yang sesuai dengan keperluan dan
persyaratan kesehatan. Ventilasi dan pengatur suhu ruangan pokok dan ruangan
pelengkap, baik secara alami maupun buatan, harus memenuhi syarat, yaitu:
a. Cukup menjamin peredaran udara dengan baik dan dapat menghilangkan uap,
gas, asap, bau, debu, dan panas yang dapat merugikan kesehatan.
b. Dapat mengatur suhu yang diperlukan.
c. Tidak boleh mencemari hasil produksi melalui udara yang dialirkan.
d. Lubang ventilasi harus dilengkapi dengan alat yang dapat mencegah
masuknya serangga dan mengurangi masuknya kotoran ke dalam ruangan
serta mudah dibersihkan.
2.3.3 Fasilitas Sanitasi
Bangunan harus dilengkapi dengan fasilitas sanitasi yang dibuat
berdasarkan perencanaan yang memenuhi persyaratan teknik dan higiene.
Bangunan harus dilengkapi dengan sarana penyediaan air yang pada pokoknya
terdiri dari sumber air, perpipaan pembawa, tempat persediaan air, dan perpipaan
pembagi. Sarana penyediaan air harus dapat menyediakan air yang cukup bersih
sesuai dengan kebutuhan produksi pada khususnya dan kebutuhan perusahaan
pada umumnya. Pemasangan dan bahan sarana penyediaan air harus memenuhi
ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bangunan harus dilengkapi dengan sarana pembuangan yang pada pokoknya
terdiri dari saluran dan tempat pembuangan sampah, tempat buangan padat, sarana
pengolahan buangan, dan sarana pembuangan buangan yang terolah. Sarana
pembuangan harus dapat mengolah dan membuang buangan padat, cair, dan gas
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
10
Universitas Indonesia
yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Pemasangan dan bahan sarana
pembuangan harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Persyaratan untuk sarana toilet antara lain:
a. Memiliki letak yang tidak terbuka langsung ke ruang proses pengolahan.
b. Dilengkapi dengan bak cuci tangan.
c. Diberi tanda pemberitahuan bahwa setiap karyawan harus mencuci tangan
dengan sabun atau deterjen sesudah menggunakan toilet serta disediakan
dalam jumlah yang cukup sesuai dengan jumlah karyawan.
Persyaratan untuk sarana cuci tangan antara lain:
a. Ditempatkan pada lokasi yang diperlukan.
b. Dilengkapi dengan air mengalir yang tidak boleh dipakai berulang kali.
dengan sabun atau deterjen, handuk untuk mengeringkan tangan dan tempat
sampah yang bertutup.
c. Disediakan dalam jumlah yang cukup sesuai dengan jumlah karyawan.
2.3.4 Alat Produksi
Alat dan perlengkapan yang dipergunakan untuk memproduksi makanan
harus dibuat berdasarkan perencanaan yang memenuhi persyaratan teknik dan
higiene, serta memenuhi syarat lain yaitu sesuai dengan jenis produksi,
permukaan yang berhubungan dengan makanan atau minuman harus halus, tidak
berlubang atau bercelah, tidak mengelupas, tidak menyerap air dan tidak berkarat,
tidak mencemari hasil produksi dengan jasad renik, unsur atau fragmen logam
yang lepas, minyak pelumas, bahan bakar, serta alatnya mudah dibersihkan.
2.3.5 Bahan
Bahan baku, bahan tambahan, dan bahan penolong yang digunakan untuk
memproduksi makanan dan minuman tidak boleh merugikan kesehatan dan harus
memenuhi standar mutu yang ditetapkan, dan sebelum digunakan harus dilakukan
pemeriksaan secara organoleptik, fisika, kimia, mikrobiologi, dan atau biologi.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
11
Universitas Indonesia
Bahan tambahan yang persyaratannya belum ditetapkan oleh menteri hanya boleh
digunakan dengan izin khusus.
2.3.6 Proses Pengolahan
Setiap jenis produk harus ada formula dasar yang menyebutkan antara
lain:
a. Jenis bahan yang digunakan (bahan baku, bahan tambahan, dan bahan
penolong) serta persyaratan mutunya.
b. Jumlah bahan untuk satu kali pengolahan.
c. Tahap-tahap proses pengolahan.
d. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama proses pengolahan.
e. Jumlah hasil yang diperoleh untuk satu kali pengolahan.
f. Uraian mengenai wadah, label, serta cara pewadahan dan pembungkusan.
g. Cara pemeriksaan bahan, produk antara dan produk akhir.
Untuk setiap satuan pengolahan harus ada instruksi tertulis dalam bentuk
protokol pembuatan yang menyebutkan antara lain nama makanan, tanggal
pembuatan dan nomor kode, jenis dan jumlah bahan yang digunakan, tahap-tahap
pengolahan dan hal-hal yang harus diperhatikan selama proses pengolahan,
jumlah hasil pengolahan dan hal lain yang dianggap perlu.
2.3.7 Produk Akhir
Produk akhir tidak boleh merugikan kesehatan dan harus memenuhi
standar mutu yang ditetapkan, dan sebelum diedarkan harus dilakukan
pemeriksaan secara organoleptik, fisika, kimia, mikrobiologi, dan atau biologi.
Produk akhir yang persyaratannya belum ditetapkan oleh menteri, persyaratannya
ditentukan sendiri oleh pabrik yang bersangkutan tetapi tetap mengacu pada
peraturan menteri kesehatan.
2.3.8 Laboratorium
Perusahaan yang memproduksi jenis makanan atau minuman tertentu yang
ditetapkan oleh menteri harus memiliki laboratorium untuk melakukan
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
12
Universitas Indonesia
pemeriksaan terhadap bahan baku, bahan tambahan, dan bahan penolong yang
digunakan, serta produk akhir. Pemeriksaan yang dilakukan harus ada protokol
yang menyebutkan nama makanan, tanggal pembuatan, tanggal pengambilan
contoh, jumlah contoh yang diambil, kode produksi, jenis pemeriksaan yang
dilakukan, kesimpulan pemeriksaan, nama pemeriksa, dan hal lain yang dianggap
perlu.
2.3.9 Karyawan
Karyawan yang bekerja di perusahaan harus memenuhi syarat antara lain:
memiliki kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan pekerjaannya; bebas dari
luka, penyakit kulit, atau hal lain yang diduga dapat mengakibatkan pencemaran
terhadap hasil produksi; diteliti dan diawasi kesehatannya secara berkala;
mengenakan pakaian kerja, termasuk sarung tangan, tutup kepala, dan sepatu yang
sesuai; mencuci tangan di bak cuci tangan sebelum melakukan pekerjaan;
menahan diri untuk tidak makan, minum, merokok, meludah atau melakukan
pekerjaan yang dapat mengakibatkan pencemaran terhadap produk makanan dan
minuman, serta tidak merugikan karyawan lain. Perusahaan yang memproduksi
makanan dan minuman harus menunjuk dan menetapkan penanggung jawab
untuk bidang produksi dan pengawasan mutu yang memiliki kualifikasi sesuai
dengan tugas dan tanggung jawabnya, serta diharapkan penanggung jawab bidang
produksi tidak merangkap sebagai penanggung jawab pengawasan mutu.
2.3.10 Wadah dan Pembungkus
Wadah dan pembungkus yang digunakan untuk makanan dan minuman
harus memenuhi persyaratan antara lain; dapat melindungi dan mempertahankan
mutu isinya terhadap pengaruh dari luar; tidak berpengaruh terhadap isi; dibuat
dari bahan yang tidak melepaskan bagian atau unsur yang dapat mengganggu
kesehatan atau mempengaruhi mutu makanan; menjamin keutuhan dan keaslian
isinya; tahan terhadap perlakuan selama pengolahan, pengangkutan, dan
peredaran; tidak boleh merugikan atau membahayakan konsumen. Sebelum
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
13
Universitas Indonesia
Digunakan, wadah harus dibersihkan dan dilakukan sanitasi, serta steril bagi jenis
produk yang diisi secara aseptik.
2.3.11 Label
Label makanan harus memenuhi ketentuan yang disebutkan dalam
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Label dan Periklanan Makanan, yang dibuat
dengan ukuran, kombinasi warna, dan atau bentuk yang berbeda untuk jenis
makanan, agar mudah dibedakan.
2.3.12 Penyimpanan
Bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong, dan produk akhir harus
disimpan terpisah dalam masing-masing ruangan yang bersih, bebas serangga,
binatang pengerat, dan atau binatang lain, cukup penerangan, memiliki peredaran
udara yang baik, dan pada suhu yang sesuai. Selain itu, bahan baku, bahan
tambahan, bahan penolong, dan produk akhir harus ditandai dan ditempatkan
sedemikian rupa, serta disimpan dengan sistem kartu. Bahan berbahaya seperti
insektisida, rodentisida, desinfektan, dan bahan yang mudah meledak harus
disimpan dalam ruangan tersendiri dan diawasi sedemikian rupa, sehingga tidak
membahayakan atau mencemari bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong,
dan produk akhir.
Wadah dan pembungkus yang akan digunakan harus disimpan secara rapi
di tempat yang bersih dan terlindung dari pencemaran. Label harus disimpan
dengan baik dan diatur sedemikian rupa untuk menghindari kesalahan dalam
penggunaan. Alat dan perlengkapan produksi, yang telah dibersihkan dan
dilakukan sanitasi, yang belum digunakan harus disimpan sedemikian rupa agar
terlindung dari debu atau pencemaran lain.
2.3.13 Pemeliharaan
Bangunan dan bagian-bagiannya harus dipelihara dan disanitasi secara
berkala, agar selalu dalam keadaan bersih dan berfungsi dengan baik. Pihak pabrik
harus melakukan usaha pencegahan masuknya serangga, binatang pengerat,
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
14
Universitas Indonesia
unggas, dan binatang lain ke dalam bangunan. Pembasmian jasad renik, serangga,
dan binatang pengerat dengan menggunakan desinfektan, insektisida, atau
rodentisida harus dilakukan dengan hati-hati, agar tidak mengganggu kesehatan
manusia dan tidak mencemari bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong, dan
produk akhir.
Buangan padat harus dikumpulkan untuk dikubur, dibakar, atau diolah,
sehingga aman bagi lingkungan. Buangan air harus diolah dahulu sebelum
dialirkan keluar pabrik, sedangkan buangan gas harus diatur atau diolah
sedemikian rupa supaya aman bagi lingkungan dan tidak mengganggu kesehatan
karyawan. Alat dan perlengkapan yang digunakan untuk memproduksi makanan
yang berhubungan langsung dengan makanan, harus dibersihkan dan disanitasi
secara teratur supaya tidak mencemari produk akhir, sedangkan alat dan
perlengkapan yang digunakan untuk memproduksi makanan yang tidak
berhubungan langsung dengan makanan harus selalu dalam keadaan bersih. Alat
pengangkutan dan alat pemindahan barang dalam bangunan unit produksi harus
dalam keadaan bersih dan tidak boleh merusak barang yang diangkut atau
dipindahkan, baik bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong yang digunakan
maupun produk akhir. Alat pengangkutan untuk mengedarkan produk akhir harus
bersih, dapat melindungi produk, baik fisik maupun mutunya, sampai ke tempat
tujuan.
2.3.14 Dokumentasi dan Pencatatan
Dokumentasi dan pencatatan yang baik bermanfaat bagi perusahaan dalam
meningkatkan jaminan mutu dan keamanan produk, mencegah produk melampaui
batas kadaluarsa, dan meningkatkan kredibilitas dan keefektifan sistem
pengawasan makanan. Perusahaan harus mempunyai dokumentasi dan pencatatan
yang lengkap mengenai hasil produksinya sebagai penelusur suatu produk.
Catatan yang diperlukan mencakup tetapi tidak terbatas pada cara produksi
atau tahap-tahap proses pengolahan, jumlah dan tanggal produksi dan distribusi
produk yang meliputi tujuan, jumlah dan lain-lain. Catatan yang lengkap dan teliti
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
15
Universitas Indonesia
sebaiknya disimpan selama suatu periode tertentu yang melebihi masa simpan
produk.
2.3.15 Penarikan Produk
Penarikan produk adalah tindakan menghentikan produk dari peredaran
dan hal ini dilakukan bila produk diduga menyebabkan timbulnya penyakit atau
keracunan makanan. Tujuan dari penarikan produk adalah mencegah timbulnya
korban yang lebih banyak karena mengkonsumsi produk yang membahayakan
kesehatan.
Produk yang diduga menimbulkan masalah penyakit atau keracunan
makanan, harus dilakukan tindakan tertentu yaitu manajer atau kepala produksi
harus sudah menyiapkan prosedur penarikan produk dari pasaran, produk lain
yang dihasilkan pada kondisi yang sama dengan produk penyebab keracunan
seharusnya juga ditarik dari pasaran, masyarakat diberi peringatan tentang
kemungkinan beredarnya produk berbahaya tersebut, produk yang ditarik tetap
diawasi sampai saat dihancurkan atau digunakan untuk keperluan lain, tetapi
bukan untuk makanan manusia, dan produk yang terbukti berbahaya atau beracun
tidak boleh diproses kembali.
2.3.16 Pelatihan dan Pembinaan
Pelatihan dan pembinaan terhadap karyawan pengolah makanan dilakukan
dengan tujuan memberikan pengetahuan kepada karyawan, baik yang
berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan makanan tentang prinsip
dan praktek pengolahan makanan sehingga mendapatkan pengetahuan yang sesuai
dengan kegiatan yang akan dilaksanakan dan meningkatkan kesadaran karyawan
mengenai cara produksi makanan yang baik dan peranannya dalam melindungi
makanan terhadap pencemaran dan penurunan mutu sebelum melaksanakan
tugasnya masing-masing.
Program pelatihan yang diberikan sebaiknya dimulai dari prinsip dasar
sampai pada praktek produksi yang baik, meliputi:
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
16
Universitas Indonesia
a. Pelatihan dasar tentang higiene pribadi dan higiene makanan kepada petugas
pengolahan makanan.
b. Prinsip dasar faktor-faktor yang menyebabkan penurunan mutu dan
kerusakan, termasuk faktor-faktor yang mendukung pertumbuhan
mikroorganisme patogen dan pembusuk dan prinsip dasar faktor-faktor yang
dapat mengakibatkan penyakit dan keracunan melalui makanan.
c. Cara produksi makanan yang baik termasuk penanganan, pengolahan,
penyimpanan, pengemasan, transportasi, serta pentingnya pengetahuan
mengenai masa simpan makanan.
d. Petugas yang menangani bahan pembersih kimiawi yang keras atau bahan
kimia berbahaya lainnya diberi petunjuk mengenai teknik penanganan yang
aman dan prinsip-prinsip dasar pembersihan dan sanitasi peralatan dan
fasilitas lainnya. (Departemen Kesehatan RI, 1978)
2.4. Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (Hazard Analysis
Critical Control Point/HACCP) (Badan Standarisasi Nasional, 1998)
Sistem analisa bahaya dan pengendalian titik kritis mengandung dua
pengertian yaitu Analisa bahaya yaitu proses pengumpulan dan penilaian
informasi mengenai keadaan bahaya sampai dapat terjadinya bahaya untuk
menentukan yang mana berdampak nyata terhadap keamanan pangan; dan
pengendalian titik kritis yaitu suatu langkah dimana pengendalian dapat dilakukan
dan mutlak diterapkan untuk mencegah atau meniadakan bahaya keamanan
pangan atau menguranginya sampai pada tingkat yang dapat diterima. HACCP
dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang dirancang untuk mengidentifikasi,
mengevaluasi dan mengendalikan bahaya yang nyata atau spesifik bagi keamanan
pangan.
Sistem HACCP terdiri dari tujuh prinsip yaitu melaksanakan analisa
bahaya, menentukan Titik Kendali Kritis (TKK), menetapkan batas kritis,
menetapkan sistem untuk memantau pengendalian TKK, menetapkan tindakan
perbaikan untuk dilakukan jika hasil pemantauan menunjukkan bahwa suatu titik
kendali kritis tertentu tidak dalam kendali, menetapkan prosedur verifikasi untuk
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
17
Universitas Indonesia
memastikan bahwa sistem HACCP bekerja secara efektif dan menetapkan
dokumentasi mengenai semua prosedur dan catatan yang sesuai dengan prinsip
prinsip sistem HACCP dan penerapannya.
Penerapan prinsip-prinsip HACCP terdiri dari tahap-tahap dan tugas-tugas
tertentu, yaitu pembentukan tim HACCP, deskripsi produk, penyusunan bagan
alir, konfirmasi bagan alir di lapangan, identifikasi rencana penggunaan,
pencatatan semua bahaya potensial yang berkaitan dengan analisa bahaya,
penentuan tindakan pengendalian, penentuan titik kendali kritis (TKK), penentuan
batas kritis untuk setiap TKK, penyusunan sistem pemantauan untuk setiap TKK,
penetapan tindakan perbaikan untuk setiap penyimpangan yang terjadi, penetapan
prosedur verifikasi, dan penetapan dokumentasi dan pencatatan.
2.4.1 Pembentukan Tim HACCP
Kegiatan operasi pangan harus menjamin bahwa pengetahuan dan keahlian
spesifik tentang produk tertentu tersedia atau dimiliki untuk pengembangan
rencana HACCP yang efektif. Hal tersebut dapat dicapai secara optimal dengan
pembentukan sebuah tim dari berbagai disiplin ilmu. Apabila tidak tersedia
pengetahuan dan keahlian dari berbagai disiplin ilmu diperlukan konsultan dari
pihak luar. Ruang lingkup dari program HACCP harus diidentifikasi dan
menggambarkan segmen-segmen mana saja dari rantai pengolahan pangan yang
terlibat dan tingkatan bahaya yang ada.
2.4.2 Deskripsi Produk
Penjelasan lengkap dari produk harus dibuat termasuk informasi mengenai
komposisi, struktur dan sifat fisika-kimia, perlakuan-perlakuan tertentu seperti
pemanasan, pembekuan, penggaraman, pengasapan, pengemasan, kondisi
penyimpanan dan daya tahan serta metode pendistribusiannya.
2.4.3 Identifikasi Rencana Penggunaan
Rencana penggunaan harus didasarkan pada kegunaan-kegunaan yang
diharapkan dari produk oleh pengguna produk atau konsumen. Dalam hal-hal
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
18
Universitas Indonesia
tertentu, kelompok-kelompok populasi yang rentan, seperti yang menerima
pangan dari institusi, mungkin perlu dipertimbangkan.
2.4.4 Penyusunan Bagan Alir
Bagan alir harus disusun oleh tim HACCP. Dalam diagram alir harus
memuat segala tahapan dalam operasional produksi. Bila HACCP diterapkan pada
suatu operasi tertentu, maka harus dipertimbangkan tahapan sebelum dan sesudah
proses tersebut.
2.4.5 Konfirmasi Bagan Alir di Lapangan
Tim HACCP sebagai penyusun bagan alir harus mengonfirmasikan
operasional produksi dengan semua tahapan dan jam operasi dan bila perlu
mengadakan perubahan bagan.
2.4.6 Pencatatan Semua Bahaya Potensial yang Berkaitan dengan Setiap Tahapan
Tim HACCP harus membuat daftar bahaya yang mungkin terdapat pada
tiap tahapan dari produksi utama, pengolahan, manufaktur, dan distribusi hingga
sampai ke konsumen saat dikonsumsi. Tim HACCP harus mengadakan analisis
bahaya untuk mengidentifikasi program HACCP, dimana bahaya yang terdapat
secara alami harus ditiadakan atau dikurangi hingga batas-batas yang dapat
diterima, sehingga produksi pangan tersebut dinyatakan aman.
Dalam menganalisis bahaya, sebaiknya mencakup tapi tidak terbatas pada
hal-hal antara lain kemungkinan timbulnya bahaya dan pengaruh yang merugikan
terhadap kesehatan; evaluasi secara kualitatif dan/atau kuantitatif dari keberadaan
bahaya; perkembangbiakan dan daya tahan hidup mikroorganisme tertentu;
produksi terus-menerus toksin-toksin pangan, unsur-unsur fisika dan kimia; dan
kondisi-kondisi yang memicu keadaaan tersebut.
Tim HACCP harus mempertimbangkan tindakan pengendalian yang dapat
dilakukan untuk setiap bahaya. Tindakan pengendalian dipersyaratkan untuk
mengendalikan bahaya-bahaya tertentu dan lebih jauh lagi, satu bahaya
dikendalikan oleh tindakan pengawasan tertentu.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
19
Universitas Indonesia
2.4.7 Penentuan Titik Kendali Kritis (TKK)
Untuk mengendalikan bahaya yang sama dapat terdapat lebih dari satu
TKK pada saat pengendalian dilakukan. Penentuan TKK pada sistem HACCP
dapat dibantu dengan menjawab pertanyaan menggunakan diagram analisa bahaya
produk. Penerapan dari diagram tersebut harus fleksibel, tergantung apakah
kegiatan tersebut produksi, pengolahan, penyimpanan, distribusi atau lainnya.
Diagram keputusan ini mungkin tidak dapat diterapkan pada setiap TKK.
Pendekatan lain dapat digunakan bila contoh pertanyaan pada diagram keputusan
tersebut tidak dapat diterapkan pada setiap situasi. Jika bahaya telah teridentifikasi
pada suatu tahap dimana pengendalian penting untuk keamanan dan tanpa
tindakan pengendalian pada tahap tersebut atau langkah lainnya maka produk atau
proses harus dimodifikasi pada tahap tersebut atau pada tahap sebelum atau
sesudahnya untuk memasukkan suatu tindakan pengendalian.
2.4.8 Penentuan Batas-Batas Kritis Pada Tiap TKK
Batas-batas kritis harus ditetapkan secara spesifik dan apabila mungkin
divalidasi untuk setiap TKK. Dalam beberapa kasus, lebih dari satu batas kritis
diuraikan pada suatu tahap khusus. Kriteria yang sering digunakan mencakup
pengukuran-pengukuran terhadap suhu, waktu, tingkat kelembaban, pH,
keberadan klorin, dan parameter-parameter sensorik seperti penampakan visual
dan tekstur.
2.4.9 Penyusunan Sistem Pemantauan Untuk Setiap TKK
Pemantauan merupakan pengukuran atau pengamatan terjadwal dari TKK
yang dibandingkan terhadap batas kritisnya. Prosedur pemantauan harus dapat
menemukan kehilangan kendali pada TKK dan memberikan informasi yang tepat
waktu untuk mengadakan penyesuaian untuk memastikan pengendalian proses
untuk mencegah pelanggaran dari batas kritis. Penyesuaian proses dapat dilakukan
pada saat hasil pemantauan menunjukkan kecenderungan ke arah kehilangan
kendali pada suatu TKK dan sebaiknya dilakukan sebelum terjadi penyimpangan.
Data yang diperoleh dari pemantauan harus dinilai oleh petugas yang diberi
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
20
Universitas Indonesia
wewenang dan memiliki pengetahuan untuk melaksanakan tindakan perbaikan
yang diperlukan. Apabila pemantauan tidak dilakukan secara berkesinambungan,
maka jumlah atau frekuensi pemantauan harus cukup untuk menjamin agar TKK
terkendali. Semua catatan dan dokumen yang terkait dengan kegiatan pemantauan
TKK harus ditandatangani oleh petugas yang melakukan pengamatan dan petugas
dalam perusahaan yang bertanggung jawab untuk melakukan peninjauan ulang.
2.4.10 Penetapan Tindakan Perbaikan
Tindakan perbaikan yang spesifik harus dikembangkan untuk setiap TKK
dan sistem HACCP agar dapat menangani penyimpangan yang terjadi. Tindakan
tindakan yang dilakukan harus memastikan bahwa TKK telah berada di bawah
kendali dan mencakup disposisi yang tepat dari produk yang dipengaruhi.
Penyimpangan dan prosedur disposisi produk harus didokumentasikan dalam
catatan HACCP.
2.4.11 Penetapan Prosedur Verifikasi
Metode audit dan verifikasi, prosedur dan pengujian termasuk
pengambilan contoh secara acak dan analisa dapat dipergunakan untuk
menentukan apakah sistem HACCP bekerja dengan baik dan benar. Frekuensi
verifikasi harus cukup untuk mengkonfirmasikan bahwa sistem HACCP bekerja
secara efektif. Kegiatan verifikasi dapat mencakup antara lain peninjauan kembali
sistem HACCP dan catatannya, peninjauan kembali penyimpangan dan
disposisiproduk, mengkonfirmasi apakah TKK dalam kendali dan lain-lain.
Kegiatan validasi harus mencakup tindakan untuk mengkonfirmasi keefektifan
semua elemen-elemen rencana HACCP.
2.4.12 Penetapan Dokumentasi dan Pencatatan
Pencatatan dan pembuktian yang efisien dan akurat sangat penting dalam
penerapan sistem HACCP. Prosedur harus didokumentasikan dan dokumentasi
serta pencatatan harus cukup memadai sesuai sifat dan besarnya kegiatan operasi.
Hal-hal yang dapat didokumentasikan dan dicatat antara lain : analisa bahaya,
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
21
Universitas Indonesia
penentuan TKK, penentuan batas kritis, kegiatan pemantauan TKK,
penyimpangan dan tindakan perbaikan yang terkait, perubahan pada sistem
HACCP dan lain-lain. Pelatihan karyawan pada industri, pemerintah dan
perguruan tinggi tentang prinsip dan penerapan HACCP serta peningkatan
kesadaran konsumen merupakan unsur penting dalam penerapan HACCP yang
efektif. Untuk membantu mengembangkan bahan pelatihan tertentu yang
mendukung rencana HACCP dapat dikembangkan instruksi kerja dan prosedur
yang menentukan tugas karyawan pelaksana yang ditempatkan pada setiap titik
kendali kritis.
2.5. Syarat-Syarat Penetapan Kualitas Air (Departemen Kesehatan RI, 1990)
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu
dilaksanakan pengawasan kualitas air secara intensif dan terus menerus. Kualitas
air yang digunakan masyarakat harus memenuhi syarat kesehatan agar terhindar
dari gangguan kesehatan. Syarat-syarat kualitas air yang berhubungan dengan
kesehatan yang telah ada perlu disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan
upaya kesehatan serta kebutuhan masyarakat dewasa ini. Sehubungan dengan hal
tersebut maka perlu ditetapkan kembali syarat-syarat dan pengawasan kualitas air
dengan Peraturan Menteri Kesehatan, yaitu Peraturan Menteri Kesehatan No.
907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air
Minum.
Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan
dapat langsung diminum. Syarat-syarat kualitas air minum harus memenuhi syarat
kesehatan yang meliputi persyaratan mikrobiologi, fisika kimia, dan radioaktif.
Pengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan
penggunaan air yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan, serta
meningkatkan kualitas air. Syarat-syarat air minum sesuai Peraturan Menteri
Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 1.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
22
Universitas Indonesia
2.6. Standar Baku Air Minum
Standar mutu air minum atau air untuk kebutuhan rumah tangga ditetapkan
berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air
Minum. Standar baku air minum tersebut disesuaikan dengan Standar
Internasional yang dikeluarkan oleh WHO (Departemen Kesehatan RI, 1990).
Standarisasi kualitas air tersebut bertujuan untuk memelihara, melindungi,
dan mempertinggi derajat kesehatan masyarakat, terutama dalam pengelolaan air
atau kegiatan usaha mengoolah dan mendistribusikan air minum untuk
masyarakat umum. Dengan adanya standarisasi tersebut, dapat dinilai kelayakan
pendistribusian sumber air untuk keperluan rumah tangga. Kualitas air yang
digunakan sebagai air minum sebaiknya memenuhi persyaratan secara fisik, kimia
dan mikrobiologi.
2.6.1 Persyaratan fisik
Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan fisik sebagai
berikut:
a. Tidak berwarna
Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti
mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan.
b. Temperaturnya normal
Air yang baik harus memiliki temperatur sama dengan temperatur udara (20-
26OC). Air yang secara mencolok mempunyai temperatur di atas atau di
bawah temperatur udara, berarti mengandung zat-zat tertentu (misalnya, fenol
yang terlarut di dalam air cukup banyak) atau sedang terjadi proses tertentu
(proses dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme yang menghasilkan
energi) yang mengeluarkan atau menyerap energi dalam air.
c. Rasanya tawar
Air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit, atau asin
menunjukan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan oleh
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
23
Universitas Indonesia
adanya garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan
adanya asam organik maupun asam anorganik.
d. Tidak berbau
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari
dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang
mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air.
e. Jernih atau tidak keruh
Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari bahan
tanah liat. Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh.
Derajat kekeruhan dinyatakan dengan satuan unit.
f. Tidak mengandung zat padatan
Air minum yang baik tidak boleh mengandung zat padatan walaupun
jernih,air yang mengandung padatan yang terapung tidak baik digunakan
sebagai air minum. Apabila air didihkan, zat padat tersebut dapat larut
sehingga menurunkan kualitas air minum.
2.6.2 Persyaratan kimia
Kualitas air minum tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia
sebagai berikut:
a. pH netral
Derajat keasaman air minum harus netral ,tidak bersifat asam merupakan
bahasa. Air yang mempunyai pH rendah akan terasa asam. Contoh air
alamyang terasa asam adalah air gambut.Segala pH diukur dengan pH meter
atau lakmus. Air murni mempunyai pH 7. Apabila pH di bawah 7, berarti air
bersifat asam. Bila di atas 7, berarti basa (rasanya pahit).
b. Tidak mengandung bahan kimia beracun
Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia beracun seperti
sianida sulfida dan fenolik.
c. Tidak mengandung garam atau ion-ion logam
Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam atau ion logam seperti Fe,
Mg, Ca, K, Hg, Zn, Mn, D, dan Cr.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
24
Universitas Indonesia
d. Kesadahan rendah
Tingginya kesadahan berhubungan dengan garam-garam yang terlarut di
dalam air terutama garam Ca dan Mg.
e. Tidak mengandung bahan organik
Kandungan bahan organik dalam air dapat terurai menjadi zat-zat yang
berbahaya bagi kesehatan. Bahan-bahan inorganik itu seperti NH4, H2S, SO4 2-
dan NO3.
2.6.3 Persyaratan Mikrobiologi
Persyaratan mikrobiologi pada air adalah sebagai berikut:
a. Tidak mengandung bakteri patogen, misalnya bakteri golongan coli,
Salmonella typhi, Vibrio cholera. Kuman-kuman ini mudah tersebar melalui
air (transmitted by water).
b. Tidak mengandung bakteri non patogen, seperti actinomycetes, phyloplankton
coliform, dadocera.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
25 Universitas Indonesia
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS
3.1 PT. Sinar Sosro (PT Sinar Sosro, 2005)
3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Sosro merupakan pelopor produk teh siap minum dalam kemasan yang
pertama di Indonesia. Nama Sosro diambil dari nama keluarga pendirinya yakni
Sosrodjojo. Pendiri bisnis Sosro adalah Bapak Sosrodjojo (alm) disebut sebagai
generasi pertama. Nama dagang Sosro yang sudah dikenal di masyarakat
sebenarnya merupakan penggalan dari nama keluarga yaitu Sosrodjojo yang mulai
merintis usaha Teh Wangi Melati pada tahun 1940 di sebuah kota kecil di Jawa
Tengah bernama Slawi. Teh wangi Melati yang diperkenalkan pertama kali
bermerk Cap Botol.
Pada tahun 1965, Teh Wangi Melati merek Cap Botol yang sudah terkenal
di daerah Jawa mulai di perkenalkan di Jakarta. Pada waktu itu, teknik
mempromosikan Teh Wangi Melati merek Cap Botol di Jakarta dinamakan
strategi Promosi Cicip Rasa dimana secara rutin beberapa staf yang dikoordinir
oleh Bapak Soetjipto Sosrodjojo mendatangi tempat-tempat keramaian dengan
menggunakan mobil dan alat-alat propaganda seperti memutar lagu-lagu untuk
menarik perhatian dan mengumpulkan penonton.
Teknik merebus teh langsung ditempat keramaian itu ternyata
membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga menimbulkan kendala, penonton
yang sudah berkumpul menjadi tidak sabar dan banyak yang meninggalkan arena
demo sebelum sempat mencicipi seduhan teh tersebut. Untuk menangulangi
kendala tersebut maka sebelum dibawa ketempat keramaian Teh Wangi Melati
merek Cap Botol diseduh terlebih dahulu dikantor dan dimasukkan ke dalam
panci untuk kemudian di bawa dengan kendaraan menuju tempat-tempat
keramaian untuk dipromosikan.
Namun ternyata tehnik yang kedua ini juga masih mengalami kendala,
yaitu teh yang di bawa dalam panci banyak yang tertumpah sewaktu dalam
perjalanan karena kondisi kendaraan dan jalan-jalan di Jakarta pada saat itu belum
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
26
Universitas Indonesia
sebaik sekarang. Akhirnya ditempuh cara lain yaitu air teh yang telah diseduh
dikantor kemudian ditaruh di dalam boto-botol bekas limun atau kecap yang telah
dibersihkan terlebih dahulu untuk selanjutnya dibawa ketempat-tempat kegiatan
promosi cicip rasa berlangsung. Ternyata cara yang ketiga ini berjalan baik dan
terus dipakai selama bertahun-tahun.
Setelah bertahun-tahun dilakukan teknik promosi Cicip Rasa akhirnya
pada tahun 1969 muncul gagasan menjual air teh siap minum dalam kemasan
botol dengan merek Teh Botol Sosro. Pada awal tahun 1970 usaha menjual Teh
Siap Minum dalam kemasan botol ini dimulai dengan usaha industri rumah
tangga. Pada tahun 1974 perusahaan ini berdiri dengan nama PT. Sinar Sosro
yang terletak di kawasan Cakung, Bekasi, Jawa Barat yang dahulu dikenal dengan
wilayah Ujung Menteng. PT. Sinar Sosro menggunakan mesin berteknologi
canggih dari Jerman dan merupakan pabrik Teh Siap Minum pertama di Indonesi
dan pertama di dunia.
Pada masa awal, proses produksi PT. Sinar Sosro masih dilakukan secara
manual dengan kapasitas produksi sekitar 50 krat per hari. Namun usaha ini
semakin hari mengalami perkembangan sehingga PT. Sinar Sosro mendatangkan
peralatan mesin semi otomatis dari Jerman Barat yang kemudian diberi nama
mesin lini I dengan kapasitas 6000 botol per jam.
Perusahaan ini kemudian mendapatkan permintaan pasar yang lebih
meningkat lagi sehingga didatangkan mesin yang diberi nama mesin lini II dengan
kapasitas 30.000 botol per jam. PT. Sinar Sosro terus melakukan pengembangan
usaha dan diversifikasi produknya. Tahun 1980 Grup Sosro mengembangkan
usahanya dengan membangun perusahaan baru yaitu PT. Surya Sosro Kencono di
Surabaya yang memproduksi teh cair manis. Selain itu PT. Sinar Sosro juga
melakukan diversifikasi produk dengan memproduksi teh cair manis dalam
kemasan kotak.
Produksi ini dilakukan dengan menggunakan mesin tetra pak berkapasitas
4.500 pak per jam dan mulai dioperasikan tahun 1982. Mulai tahun 1987 produksi
teh dalam kemasan kotak ini dilakukan oleh PT. Union Multi Pack (UMP) yang
bertempat di Tambun, Bekasi. PT. Union Multi Pack juga memproduksi Air
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
27
Universitas Indonesia
Minum dalam Kemasan (AMDK) dengan nama Air Sosro dan Fruit Tea (teh
dengan rasa buah) dalam kemasan tetra pak. Dalam perkembangannya PT. Union
Multi Pack ini kemudian berganti nama menjadi PT. Sinar Sosro Tambun, Bekasi.
Dengan produksi yang semakin meningkat pesat, pada tahun 1982
didatangkan mesin lini III dengan kapasitas 80.000 botol per jam. Mesin yang
bekerja secara otomatis ini beri dioperasikan pada tahun 1983. Mesin lini III ini
merupakan instalasi mesin terbesar yang dimiliki perusahaan. Karena permintaan
yang cukup banyak di wilayah Medan, maka pada tahun 1984 mesin lini I
dipindahkan ke Medan. Mesin ini dioperasikan di bawah PT. Toba Sosro
Kencono yang memproduksi teh botol dengan kapasitas produksi 35.000 botol per
jam.
Pada tahun 2004 PT. Sinar Sosro mengeluarkan produk baru berupa
minuman teh berkarbonasi yang diberi nama Tebs. Untuk itu pada tahun yang
sama perusahaan ini mendatangkan mesin baru yaitu mesin lini IV untuk
memproduksi Tebs. Mesin baru juga didatangkan pada tahun 2005 untuk
memproduksi Fruit Tea dalam kemasan botol PET. Mesin yang berkapasitas 6000
botol per jam ini kemudian diberi nama mesin lini V.
3.1.2 Visi dan Misi (PT Sinar Sosro, 2005)
Visi PT. Sinar Sosro adalah menjadi perusahaan air minum yang dapat
melepaskan dahaga, kapan saja dan dimana saja serta memberikan nilai tambah
kepada semua pihak terkait (Total Beverage Company). Perusahaan ini memiliki
misi, yaitu:
a. Membangun merk Sosro sebagai merk teh yang alami, berkualitas, dan
unggul.
b. Melahirkan merk dan produk minuman baru, baik yang berbasiskan teh
maupun non-teh, dan menjadikannya pemimpin pasar dalam kategori masing-
masing.
c. Membangun dan memimpin jaringan distribusi.
d. Menciptakan dan memelihara komitmen terhadap pertumbuhan jangka
panjang, baik dalam volume penjualan maupun penciptaan pelanggan.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
28
Universitas Indonesia
e. Membangun sumber daya manusia dan melahirkan pemimpin yang sesuai
dengan nilai-nilai utama perusahaan.
f. Memberikan kepuasan kepada pelanggan.
g. Memberikan kontribusi terhadap devisa negara.
3.1.3 Struktur Organisasi (PT Sinar Sosro, 2005)
Suatu perusahaan pada umumnya memiliki struktur organisasi. Struktur
organisasi hendaknya dibuat dengan jelas agar pembagian tugas, wewenang, dan
tanggung jawab dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya, demikian pula dengan
PT. Sinar Sosro. Bagan struktur organisasi di bagian Pengawasan Mutu (Quality
Control) terlampir.
Direktur utama membawahi wakil direktur produksi dan teknik (protek),
wakil direktur penelitian dan pengembangan (research and development), wakil
direktur keuangan (finance), dan wakil direktur pembukuan (accounting).
Direktur utama juga langsung membawahi manajer pembelian (purchasing
manager), manajer sistem jaminan mutu, manajer sistem audit total kualitas (total
quality system audit manager), dan manajer pengembangan sumber daya manusia
(human resource development manager). Sedangkan untuk manajer produksi dan
tehnik langsung dikepalai oleh wakil direktur protek.
Semua perusahaan yang termasuk ke dalam Grup Sosro yang bergerak di
bidang produksi dipimpin oleh pimpinan unit pabrik yang langsung membawahi
manajer produksi (plant engineering maintenance manager/PEM), manajer
pengawasan mutu, manajer keuangan/pembukuan, manajer personalia dan umum,
kepala gudang PI/PB (Palet Isi/Palet Botol), supervisor penanganan bahan
(material handling supervisor), dan supervisor pembelian.Masing-masing jabatan
pada struktur organisasi memiliki tugasnya masing-masing yang telah ditetapkan
perusahaan. Uraian tugas masing-masing jabatan adalah sebagai berikut:
3.1.3.1 Direktur Utama (direktur Operasi)
Bertugas membantu presiden direktur dalam mengelola dan mengarahkan
serta mengkoordinir seluruh fungsi operasional demi tercapainya tujuan
perusahaan.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
29
Universitas Indonesia
3.1.3.2 Manajer Umum (General Manager)
Bertugas membantu direktur operasi dalam memastikan seluruh kegiatan
pengoperasian pabrik berlangsung secara lancar dan efisien, dalam hal ini
mencakup kegiatan produksi, pemeliharaan dan permesinan, pembelian,
pengawasan mutu, personalia dan umum, dan gudang demi tercapainya tujuan
perusahaan.
3.1.3.3 Manajer Sistem Jaminan Umum (Quality Assurrance)
Bertugas membantu direktur operasi memastikan mutu produk yang
memenuhi spesifikasi dan standar mutu yang telah ditentukan serta bertanggung
jawab atas perencanaan pengawasan mutu produk seluruh produk sosro.
3.1.3.4 Manajer Pengawasan Mutu (Quality Control)
Bertugas membantu direktur operasi dalam melaksanakan operasi
produksi yang senantiasa memenuhi spesifikasi mutu dan standar mutu yang telah
ditentukan. Selain itu manajer ini juga harus bertanggung jawab atas teknik dan
kegiatan operasional yang digunakan untuk memenuhi persyaratan mutu.
Dalam melaksanakan tugasnya, manajer ini dibantu oleh enam bidang
yang berada langsung dibawahnya dan bertanggung jawab terhadap manajer
pengawasan mutu, yaitu:
a. Inspektor Bahan Datang (Incoming material inspector)
Bagian ini bertugas mengelola dan mengawasi bahan baku dan bahan lain
(bahan pengemas) yang baru didatangkan dari perusahaan pemasok dan akan
digunakan untuk proses produksi.
b. Inspektor Lapangan (inspector manufacturing)
Bertugas mengawasi jalannya proses produksi agar senatiasa menghasilkan
produk yang terjamin mutunya dan sesuai dengan persyaratan yang telah
ditetapkan.
c. Analis Fisika dan Kimia
Bertugas menganalisa bahan baku yang menunjang jalannya produksi dan
menganalisa produk yang siap dipasarkan maupun produk non standar.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
30
Universitas Indonesia
d. Below Standard
Bertugas menerima produk-produk yang dikembalikan dari pasaran. Bagian
ini juga bertugas memusnahkan produk-produk yang dibawah standar.
e. Analis Mikrobiologi
Bertugas untuk memastikan bahwa produk yang dibuat tidak mengandung
mikroorganisme-mikroorganisme yang dapat merugikan kesehatan konsumen.
Analisis ini dilakukan pada produk yang sedang dan telah melalui masa
inkubasi.
f. Pengolahan Limbah
Bertugas untuk menangani limbah padat, gas, dan cair yang dihasilkan oleh
pabrik.
3.1.3.5 Manajer Produksi dan Maintenance
Bertugas membantu direktur operasi dalam memastikan berlangsungnya
pelaksanaan operasi produksi dan pengendalian mutu yang lancar dan efisien
dalam memenuhi target produksi yang telah ditetapkan serta membantu direktur
operasi dalam memastikan terselenggaranya pemeliharaan, perawatan dan
perbaikan mutu alat-alat pabrik serta suplai listrik secara tepat dan efisien dalam
rangka mendukung pengoperasian pabrik secara lancar dan bertanggung jawab
kepada direktur operasi.
3.1.3.6 Manajer Pembelian
Bertugas membantu direktur operasi dalam mengarahkan dan
mengkoordinasikan kegiatan pengadaan bahan baku, suku cadang dan bahan
perbaikan produksi lain agar kebutuhan produksi senantiasa dapat terpenuhi
secara optimal.
3.1.3.7 Manajer Personalia dan Umum
Bertugas untuk mengelola kegiatan bagian personalia dan umum. Selain
itu juga bertugas mengatur kelancaran kegiatan ketenagakerjaan, hubungan
industrial dan umum serta menyelesaikan masalah yang timbul dalam perusahaan.
3.1.3.8 Kepala Gudang Logistik dan Spare Part
Bagian ini bertugas dalam pengadaan bahan dasar untuk proses produksi
dan pengeluaran produk jadi untuk dipasarkan. Manager ini bertanggung jawab
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
31
Universitas Indonesia
terhadap direktur operasi. Dalam melaksanakan tugasnya dibantu beberapa bagian
yaitu:
a. Administrasi Gudang Bahan Baku
b. Bagian ini bertugas mencatat jumlah seluruh bahan yang masuk maupun yang
digunakan untuk proses.
c. Administrasi Gudang Bahan Jadi
d. Bagian ini bertugas mencatat jumlah produk yang siap dipasarkan maupun
produk yang baru selesai diproses.
e. Administrasi Gudang Suku cadang
f. Bagian ini bertugas mencatat semua alat dan suku cadang mesin serta pak
maupun stok barang yang digunakan.
g. Administrasi Gudang Umum
h. Bagian ini bertugas mencatat alat-alat dan mesin yang digunakan untuk servis
atau membuat alat dan mesin.
3.1.3.9 Kepala Bagian Gudang PB/PI
Bertugas memastikan kelangsungan kegiatan pergudangan yang terkendali
dengan baik dari kemasan/peti botol (PB) maupun produk jadi/peti isi (PI).
3.1.4 Lokasi dan Tata Letak Perusahaan (PT Sinar Sosro, 2005)
PT. Sinar Sosro berlokasi di Jalan Raya Sultan Agung Km 28 Kelurahan
Medan Satria Bekasi 17132 Jawa Barat, denah terlampir pada Lampiran. Letak ini
tepat di perbatasan antara Bekasi dan Jakarta. Luas area PT. Sinar Sosro Cakung
adalah 5,2 Ha dengan 1,7 Ha berada di wilayah DKI Jakarta dan 3,5 Ha berada di
wilayah Bekasi, Jawa Barat. Namun secara hukum perusahaan ini termasuk
wilayah DKI Jakarta karena akte pendiriannya dibuat di Jakarta.
Di PT. Sinar Sosro, pada bangunan pabrik terdapat unit pengolahan air
(water treatment), unit pemasakan (kitchen), unit pemanasan (boiler), unit
pembotolan (bottling), gudang dan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Bangunan pabrik dibangun berdasarkan perencanaan yang memenuhi persyaratan
tehnik dan higiene sesuai dengan jenis minuman yang diproduksi, dapat
dibersihkan dengan mudah, dan disanitasi dan dipelihara.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
32
Universitas Indonesia
PT. Sinar Sosro memiliki tata letak bertipe garis, yaitu mesin-mesin dan
peralatan di dalamnya disusun berdasarkan urutan proses produksi sehingga
diharapkan dapat mempermudah penanganan bahan, meningkatkan efisiensi
produksi dan menjaga kenyamanan karyawan. Wilayah perusahaan dilengkapi
dengan masjid, kantin, koperasi, ruang istirahat karyawan dan poliklinik
kesehatan untuk karyawan.
3.1.5 Ketenagakerjaan (PT Sinar Sosro, 2005)
PT. Sinar Sosro memiliki tenaga kerja yang terdiri dari karyawan tetap dan
karyawan harian. Jam kerja pada PT. Sinar Sosro sesuai dengan aturan
DEPNAKER yaitu 40 jam per minggu. Pembagian jam kerja dibedakan antara
staff office dan staff produksi. Setiap hari Senin sampai Jumat staff office bekerja
pada pukul 08.30 sampai 17.30 WIB (1 jam istirahat), sedangkan staff produksi
dibagi menjadi 3 shift. Shift 1 bekerja pada pukul 23.00 sampai 07.00 wib, shift
pukul 07.00 sampai 15.00 WIB, dan shift 3 pukul 15.00 sampai 23.00 WIB. Pada
hari Sabtu, jadwal kerja staff office dan staf produksi hanya lima jam dengan
pembagian shift menjadi empat. Shift 1 bekerja pada pukul 23.00-07.00 WIB,
shift 2 pukul 07.00-12.00 WIB, shift 3 pukul 12.00-17.00 WIB dan shift 4 pukul
17.00-22.00 WIB. Karyawan akan mengalami rotasi kerja setiap minggu sesuai
formasi kerjanya.
PT. Sinar Sosro memberikan fasilitas dan tunjangan untuk kesejahteraan
karyawan. Fasilitas yang tersedia antara lain masjid, poliklinik, tempat istirahat,
koperasi, sarana olahraga, kantin dan kamar mandi. Sedangkan tunjangan yang
diberikan meliputi perawatan kesehatan dengan biaya perawatan ditanggung
perusahaan, asuransi tenaga kerja, asuransi kesehatan, tunjangan hari raya (THR)
dan jaminan hari tua. Cuti yang dapat diambil oleh karyawan adalah cuti kerja,
cuti melahirkan, cuti nikah dan cuti bila ada anggota keluarga dalam satu rumah
yang meninggal dunia. Lamanya cuti kerja dibatasi 12 hari dalam satu tahun.
Untuk menjaga keselamatan dan kesehatan kerja maka karyawan
diwajibkan untuk menggunakan alat-alat keselamatan kerja yang telah disediakan.
Karyawan di departemen produksi diwajibkan mengenakan sepatu karet bergigi,
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
33
Universitas Indonesia
sarung tangan, penutup telinga (ear plug), dan masker. Untuk karyawan pada
laboratorium pengawasan mutu (Quality Control) diharuskan mengenakan jas
laboratorium.
3.1.6 Produk (PT Sinar Sosro, 2005)
Saat ini, PT. Sinar Sosro telah menghasilkan beberapa produk minuman
teh dalam kemasan secara umum terdiri dari produk berlogo Sosro dan produk
PT. Sinar Sosro lainnya. Produk berlogo Sosro yaitu Teh Botol Sosro (TBS), Fruit
Tea Sosro, Sosro Joy Green Tea, dan Teh Celup Sosro. Produk PT. Sinar Sosro
lainnya yaitu Happy Jus, Country Choice, TEBS, S-Tee, Prim-A. Untuk PT. Sinar
Sosro Cakung hanya memproduksi Teh Botol Sosro, Fruit Tea Sosro botol kaca
dan botol PET, Sosro Joy Green Tea, S-tee, TEBS, Teh Botol Sosro Less Sugar.
Kemasan produk dari PT. Sinar Sosro dibagi menjadi dua macam, yaitu
kemasan botol kaca dan kemasan botol plastik Polietilen Terephtalat (PET).
Khusus untuk kemasan tetra tidak dilakukan pengemasannya oleh PT. Sinar Sosro
Cakung. Kemasan botol kaca digunakan untuk produk Teh Botol Sosro (TBS)
dengan volume 220 ml, S-Tee dengan volume 318 ml, Fruit Tea Botol dengan
volume 235 ml, dan TEBS dengan volume 230 ml dan Joy Green Tea 234 ml.
Sedangkan kemasan botol PET untuk produk Fruit Tea aneka rasa buah
diantaranya rasa buah apel, blackcurant, guava dengan volume 500 ml per botol.
3.2 Teknologi Proses Produksi
3.2.1 Bahan (Departemen Kesehatan RI, 1990)
Dalam proses produksi Teh Botol Sosro, S-Tee, Fruit Tea, Tebs dan Joy
Green Tea memerlukan bahan baku utama berupa teh, gula pasir dan air.
Sedangkan bahan pembantu yang digunakan untuk produksi Fruit Tea dan Tebs
adalah asam sitrat, asam askorbat, konsentrat buah dan perasa (flavour) yang
memiliki cita rasa khas buah pada masing-masing produk. Khusus untuk produk
Tebs digunakan gas CO2 karena merupakan minuman bersoda dalam kemasan
botol.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
34
Universitas Indonesia
3.2.1.1 Bahan Baku
a. Teh
Teh yang digunakan untuk produksi Teh Botol Sosro (TBS) adalah teh
hijau kering beraroma melati kualitas Superior (SPRR) yang dipasok langsung
dari PT. Gunung Slamat, Slawi, Jawa Tengah. Sedangkan untuk produksi S-Tee
digunakan Teh Poci (TPC), produksi Fruit Tea dan Tebs digunakan Teh Hitam
(Black Tea), dan untuk produksi Joy Green Tea digunakan Teh Hijau (Green Tea),
yang dipasok oleh perusahaan yang sama. Teh dikemas dalam kantung plastik
transparan yang disebut pula sebagai ukuran satu bal. Setiap satu kantung plastik
atau satu bal masing-masing teh yaitu jenis Superior (SPRR) berkapasitas 25,5 kg,
jenis black tea berkapasitas 40 kg, jenis GS007J2 berkapasitas 25 kg, dan jenis
A2KMN berkapasitas 25 kg. Kantung plastik tersebut lalu dikemas dalam karung
goni, yang setiap karung nya terdiri dari tiga kantung plastik atau tiga bal.
b. Gula pasir
Gula pasir yang digunakan adalah gula pasir industri (refined sugar).
Untuk memenuhi kebutuhan gula pasir ini diperoleh dari pemasok lokal yaitu dari
PT. Sugar Labinta Lampung dan juga didatangkan dari Thailand (Nakorn Phet
Sugar). Gula pasir tersebut dikemas dalam karung dengan satu karung
berkapasitas 50 kg.
c. Air
Sumber air untuk proses produksi dan kebutuhan lainnya diperoleh dari
sumber air tanah berupa sumur-sumur dalam (arthesis) sebanyak sembilan buah
yang berada di lokasi pabrik dengan kedalaman 150 - 200 meter. Sumber air ini
dipompa melalui pompa bertekanan tinggi (high pressure) yang dialirkan kedalam
bak penampung (reservoar). Dari sembilan buah sumur dalam tersebut, delapan
diantaranya berada di wilayah Bekasi, Jawa Barat sedangkan satu berada di
wilayah Cakung, Jakarta Timur. Selain untuk proses produksi, air juga digunakan
untuk keperluan pembersihan peralatan produksi, lokasi produksi serta untuk
keperluan fasilitas umum kantor.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
35
Universitas Indonesia
3.2.1.2 Bahan Pembantu
Disamping bahan utama dalam proses produksi, PT. Sinar Sosro juga
menggunakan bahan pembantu yaitu bahan-bahan yang menunjang proses
produksi yang dalam hal ini adalah bahan-bahan kimia yang digunakan untuk
keperluan produksi. Bahan-bahan pembantu yang digunakan antara lain:
a. NaOCl
NaOCl atau klorin cair digunakan juga untuk mengendapkan kotoran yang
terdapat dalam bak reservoar dan mematikan kuman-kuman. Selain itu klorin pun
digunakan untuk penjernihan air limbah yang telah diolah di digestor.
b. Pasir kuarsa
Pasir kuarsa digunakan untuk menyaring partikel-partikel padat seperti
lumpur, pasir yang terbawa yang terdapat dalam air. Bahan pembantu ini
digunakan dalam sand filter.
c. Karbon aktif
Karbon aktif digunakan dalam carbon filter yang berfungsi untuk
menghilangkan warna, rasa dan bau pada air. Warna, rasa dan bau pada air yang
timbul dapat berasal dari kandungan airnya sendiri yang kurang baik atau dapat
pula berasal dari proses klorinasi yang berlangsung dalam bak reservoar.
d. HCl (32%) dan NaOH (48%)
HCl digunakan untuk regenerasi penukar kation (cation exchanger)
sedangkan NaOH digunakan untuk meregenerasi penukar anion (anion
exchanger), pencucian botol pada bottle washer dan pencucian (cleaning)
peralatan produksi.
e. NaCl
NaCl digunakan untuk regenerasi pelunak air (water softener).
f. Kiezelguhr
Kiezelguhr merupakan bahan diatomit berbentuk serbuk putih yang
terdapat pada cosmos filter dan digunakan untuk menyaring hasil ekstraksi Teh
Cair Pahit (TCP).
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
36
Universitas Indonesia
g. Soda kaustik (48%)
Soda kaustik digunakan sebagai bahan pembersih utama pada pencucian
botol karena fungsinya yang dapat mengemulsikan dan menyabunkan lemak,
menggumpalkan dan menghidrolisa protein, melarutkan karbohidrat, menguraikan
zat-zat yang sulit mengurai, dan membunuh kuman-kuman.
h. Diverbot additive (DIVO 650)
Diverbot additive digunakan pula pada pencucian botol karena fungsinya
yang dapat mengkilapkan botol.
i. Bahan-bahan lain
Bahan-bahan pembantu lain yang digunakan yaitu biru metilen untuk
menguji kejernihan botol (blooming test, spot mikrobiologi), tinta detograf untuk
mencetak kode produksi pada botol, Amercor 8760 sebagai anti korosi pada
boiler, Advantage Plus 1400 untuk memisahkan logam besi dan lumpur atau
sludge conditioner yang terkandung dalam air boiler, Adjunct H.L sebagai
pengatur pH dan pengatur kandungan hidrat alkalinitas pada boiler, Catalyzed
Sulfite untuk menghilangkan oksigen terlarut yang terdapat pada air boiler, Chain
Lube sebagai bahan pelumas pada konveyor di unit pembotolan, dan parafin untuk
mengkilapkan peralatan yang digunakan dalam proses produksi.
3.2.1.3 Bahan Pengemas
Bahan-bahan pengemas yang digunakan dalam proses produksi adalah :
a. Botol
Bahan pengemas yang digunakan oleh PT. Sinar Sosro Cakung untuk
produksinya terdiri dari pengemas primer, sekunder dan tersier yang berfungsi
untuk menjaga mutu produk, mempermudah distribusi dan untuk keperluan
promosi. Bahan pengemas primer merupakan bahan pengemas yang langsung
kontak dengan produk untuk menjaga kualitas produk. Botol merupakan
pengemas primer. Botol dipasok dari industri botol yaitu PT. Mulia Glass. Selain
itu didatangkan juga dari PT. Kangar Consolidated Indonesia. Botol yang
digunakan dalam produk Teh Botol Sosro, S-Tee, Tebs, Fruit Tea botol dan Joy
Green Tea merupakan botol kaca yang tidak berwarna, berbentuk sesuai
spesifikasi yang telah ditetapkan kecuali S-Tee dan Tebs dicantumkan logo Sosro
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
37
Universitas Indonesia
pada bagian badannya. Selain botol kaca, beberapa produk sosro dikemas dalam
botol PET. Jenis botol plastik yang digunakan sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditentukan. Jenis botol PET yang digunakan diantaranya berwarna hijau
untuk produk Joy Tea, PET berwarna coklat untuk produk TBS jenis Reguler dan
Less Sugar, PET tidak berwarna atau clear untuk produk Fruit Tea. Botol kaca
dapat digunakan berulang kali kecuali jika botol telah cacat atau kusam.
Sedangkan botol PET merupakan kemasan sekali pakai.
b. Tutup botol (Crown Cork)
Tutup botol (Crown Cork) termasuk pengemas primer untuk produk yang
dikemas dalam botol kaca. Tutup botol kaca terbuat dari TVS tin prestil yang
dilapisi karet PVC (polivinilklorida). Pada tutup botol pun dicantumkan logo
Sosro dan nama perusahaan Sosro pembuat produk teh botol. Tutup botol
merupakan kemasan sekali pakai yang dipasok dari PT. Ancol Terang Metal
Printing Industries Jakarta (PT. ATMPI) dan PT. Cahaya Terang.
c. Screw Cap
Screw Cap adalah jenis tutup botol yang digunakan untuk produk botol
PET yang terbuat dari plastik yaitu Polypropylene. Tutup botol ini juga
merupakan kemasan sekali pakai yang di pasok dari PT. Namasindo Plas, PT Indo
Terta Abadi, dan PT. Honcuan Indonesia. Terdapat dua jenis screw cap yang
digunakan, yaitu one piece dan two piece. Pada jenis one piece, screw cap terbuat
dari bahan PET (Polietilen Terephtalat), sedangkan untuk jenis two piece, screw
cap terdiri dari bahan PET dan seal dari bahan PVC.
d. Krat
Krat merupakan bahan pengemas sekunder yang tidak kontak langsung
dengan produk. Krat terbuat dari polietilena yang disuplai dari PT. Sinar Jati
Mulya Gemilang, Tambun yang merupakan salah satu perusahaan di bawah Grup
Sosro. Satu krat dapat memuat 24 botol dan pada setiap krat dicantumkan pula
logo Sosro. Krat digunakan untuk distribusi lokal, sedangkan untuk ekspor
digunakan kardus.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
38
Universitas Indonesia
e. Palet
Palet termasuk kemasan tersier yang dipasok dari PT. Sinar Tunas
Tambun, salah satu perusahaan yang tergabung dalam Group Sosro. Palet terbuat
dari rangkaian kayu yang digunakan sebagai alas dari tumpukan peti botol (PB),
peti isi (PI) dan bahan baku. Palet digunakan untuk mempermudah dalam
pengangkutan dalam lingkungan pabrik oleh forklift dan memungkinkan krat-krat
tersusun rapi sehingga tidak menghabiskan banyak tempat pada penyimpanan.
Satu palet dapat memuat 60 krat yang setara dengan 1440 botol.
f. Label
Label merupakan pelengkap pengemas yang digunakan untuk
mencantumkan komposisi bahan-bahan serta informasi produk lainnya.
3.2.2 Peralatan Produksi
Peralatan produksi yang digunakan dalam proses produksi di PT. Sinar
Sosro adalah sebagai berikut:
a. Pompa Tekanan Tinggi (High Pressure Pump)
Pompa tekanan tinggi yang beroperasi secara otomatis ini digunakan untuk
menyedot air dari sumur dalam (arthesis) yang kemudian ditampung dalam bak
reservoar. Pompa terdiri dari enam buah dan satu buah sebagai cadangan.
b. Reservoar
Reservoar merupakan bak beton besar tempat penampungan sementara air
dari sumur yang belum diolah. Di reservoar, pengolahan air berawal melalui
tahap klorinasi. Dengan konsentrasi klorin 2-4 ppm. Tujuan penambahan klorin
adalah untuk membunuh bakteri dan mengendapkan kotoran.
c. Penyaring Pasir (Sand Filter)
Sand filter adalah tangki air yang dialirkan dari bak reservoar berisi pasir
kuarsa yang berfungsi untuk menyaring partikel-partikel padat seperti lumpur,
pasir yang terbawa yang terdapat dalam air. Sand filter yang berupa pasir silica
80% akan mengikat ion Fe+ dan Mn
+ yang ada di dalam tangki air. Jumlah Sand
filter adalah empat buah dengan tiga diantaranya dioperasikan secara bersamaan
dan satu lainnya digunakan sebagai cadangan.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
39
Universitas Indonesia
d. Penyaring Karbon I (Carbon Filter I)
Carbon filter I berisi karbon aktif yang digunakan untuk mengikat warna,
bau dan rasa serta sisa klorin (alur proses dechlorination) yang masih terdapat
pada air yang berasal dari sand filter. Carbon filter tank berjumlah dua buah yaitu
carbon filter I A dan I B yang beroperasi secara bersamaan.
e. Penukar Kation (Cation Exchanger)
Tangki cation exchanger berisi resin penukar kation yang berfungsi untuk
mengikat ion-ion positif (kation) seperti Ca2+
, Mg2+
dan Na+ yang terdapat pada
air dari carbon filter I. Pada Penukar Kation digunakan larutan HCl sebagai media
regenerasi, dimana resin akan mengikat ion H+. Cation exchanger berjumlah dua
buah dengan satu diantaranya sebagai cadangan.
f. Penukar Anion (Anion Exchanger)
Anion exchanger berisi resin yang berfungsi untuk mengikat ion-ion
negatif (anion) yang terdapat pada air dari cation exchanger. Media regenerasi
yang digunakan untuk Penukar Anion adalah larutan NaOH. Anion exchanger
berjumlah dua buah dan satu diantaranya berfungsi sebagai cadangan.
g. Penyaring Karbon II (Carbon Filter II)
Carbon filter II digunakan untuk proses penyaringan kembali sebelum air
dialirkan ke tangki penyangga sehingga air tidak lagi mengandung ion-ion yang
dapat menurunkan mutu air. Carbon filter II berjumlah dua buah, namun hanya
satu saja yang digunakan dan satu lainnya berfungsi sebagai cadangan.
h. Pelunak Air (Water Softener)
Water softener ini berisi resin yang dapat mengikat ion-ion Ca2+
dan Mg2+
yang terkandung dalam air yang dapat mengakibatkan terjadinya kesadahan tetap.
Penggantian media garam (NaCl) dapat digunakan untuk proses regenerasi pada
Water Softener untuk siap digunakan kembali.
i. Tangki Penyangga (Buffer Tank)
Tangki penyangga merupakan tempat penampungan sementara air dan
sekaligus berfungsi sebagai penyangga yang dapat menjamin ketersediaan air
untuk proses di unit pemasakan. Jumlah tangki penyangga (buffer tank) sebanyak
delapan buah, dengan satu diantaranya digunakan sebagai cadangan.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
40
Universitas Indonesia
j. Tangki Ekstraksi Teh (Tea Extraction Tank)
Tangki ekstraksi teh berjumlah lima buah dengan dua buah di antaranya
untuk ekstraksi teh untuk lini II dan tiga sisanya untuk ekstraksi teh pada lini III.
Tangki ekstraksi teh digunakan untuk mengekstraksi teh kering dengan air panas
menjadi Teh Cair Pahit (TCP). Pada proses ekstraksi teh, suhu yang dibutuhkan
adalah ± 100oC.
k. Penyaring kosmos (Cosmos Filter)
Cosmos filter terdiri dari lempengan filter dari bahan stainless steel yang
berfungsi untuk menyaring teh cair pahit dari tangki ekstraksi teh sebelum
dialirkan ke tangki pencampuran agar seduhan teh tersebut bebas dari kotoran.
Pada penyaring kosmos dibutuhkan bahan pembantu penyaringan yaitu Filter
Acid Cell Atom.
l. Tangki Pelarutan Gula (Sugar Dissolving Tank)
Tangki pelarutan gula digunakan untuk mencampur gula dari hopper
dengan air dari water softener. Suhu pada tiap Sugar Dissolving Tank berbeda,
70oC-80
oC pada kitchen untuk lini 2, 3, 5 dan 6, sedangkan pada kitchen lini 4
untuk produk Tebs sekitar 90oC.
m. Tangki Pencampuran (Mixing Tank)
Pada tahap ini, Teh Cair Pahit (TCP) hasil penyeduhan teh dan sirup gula
hasil pelarutan gula dicampur di dalam tangki ini sehingga terbentuk TCM (Teh
Cair Manis). Tangki pencampuran berjumlah delapan buah yaitu masing-masing
untuk lini II,III, IV dan V/VI. Mixing tank merupakan tangki pencampuran antara
Teh Cair Pahit (TCP) dari tangki ekstraksi teh dengan larutan gula dari tangki
pelarutan gula.
n. Plate Heat Exchanger (PHE)
Plate Heat Exchanger berfungsi sebagai memanaskan air dan pasteurisasi
teh cair manis (TCM) dari kitchen yang akan dialirkan ke mesin pengisi (filler).
Sumber panas dari PHE berasal dari uap panas boiler. Hal ini dilakukan untuk
tetap menjaga suhu steril teh cair manis.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
41
Universitas Indonesia
o. Depalletizer
Depalletizer merupakan alat yang digunakan untuk membongkar
tumpukan krat yang tersusun di atas palet. Depalletizer hanya digunakan untuk
pembongkaran krat pada lini III dan lini II.
p. Decrater
Decrater digunakan untuk memisahkan botol-botol kosong dari krat.
q. Pencuci krat (Crate Washer)
Crate washer merupakan rangkaian alat konveyor berjalan digunakan
untuk mencuci krat yang dilakukan dengan proses pembalikkan krat dan
penyemprotan dengan air panas.
r. Pencuci Botol (Bottle Washer)
Semua proses dalam bottle washer melibatkan temperatur panas
digunakan untuk mencuci botol. Bottle Washer pada lini II memiliki 29 lubang
masuk (bar feeder), sedangkan lini III memiliki 64 lubang masuk. Pada bottle
washer terdiri dari proses pre soaking (50-65oC) dan perendaman dengan soda
kaustik, proses lye 1(80oC-95
oC), lye 2 (70
oC-80
oC), lye 3 (80
oC-90
oC), hot water
1 (85oC-87
oC), hot water 2 (85
oC-95
oC) dan fresh water (95
oC-100
oC).
s. Empty Bottle Inspection (EBI)
Empty Bottle Inspection merupakan alat pendeteksi adanya kotoran, benda
asing atau keretakan yang terdapat pada dasar botol. Botol yang telah dicuci di
bottle washer diperiksa kembali kebersihannya dari pengotor dan benda asing
dengan cara melewatkannya pada EBI. Apabila terdapat botol yang masih kotor,
terdapat benda asing, basah atau tidak memenuhi standar maka secara otomatis
botol itu akan terpisah sebelum masuk kedalam filler. Pada lini II digunakan alat
optiscan, sedangkan pada lini III digunakan alat filtec dan supra yang mempunyai
daya akurasi yang paling tinggi dibandingkan optiscan.
t. Konveyor
Konveyor digunakan untuk proses pemindahan produk Teh botol, S-
Tee,Tebs, Joy Green Tea dan Fruit Tea botol pada unit pembotolan. Konveyor
yang digunakan adalah jenis konveyor sabuk (belt conveyor).
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
42
Universitas Indonesia
u. Konveyor magnetik
Konveyor magnetik merupakan konveyor magnetik berjalan digunakan
untuk proses pemindahan tutup botol (crown cork) yang diberi sinar ultraviolet
untuk menjaga kesterilan tutup botol tersebut. Konveyor magnetik yang digunakan
merupakan konveyor magnetik tertutup.
v. Forklift
Forklift merupakan alat transportasi di dalam lingkungan pabrik yang
digunakan untuk proses pemindahan palet berisi krat di lokasi gudang.
3.2.3 Sumber energi
Energi untuk keperluan proses produksi P.T Sinar Sosro berasal dari
energi listrik, energi uap, energi udara bertekanan, dan energi bahan bakar.
a. Energi Listrik
Listrik digunakan sebagai energi penggerak motor-motor produksi,
penerangan, alat-alat perkantoran, Pendingin ruangan (AC), kompresor dan lain-
lain. Sumber energi listrik utama berasal dari PLN dengan kapasitas terpasang
1750 KW dan kapasitas terpakai sekitar 1200 KW. Voltase listrik berkisar antara
380 - 400 volt. Sumber energi listrik lainnya adalah Gen Set (Generator dan Set)
yang terdiri atas turbin, diesel dan air yang berjumlah empat buah dan masing-
masing berkapasitas 330 KW serta menggunakan bahan bakar solar. Gen Set ini
digunakan jika arus listrik dari PLN padam.
b. Energi Uap
Sumber energi uap berasal dari boiler jenis pipa api yang berjumlah tiga
unit. Dua unit berkapasitas 3,2 ton per jam dan satu unit berkapasitas 10 ton per
jam. Namun yang digunakan dalam proses produksi hanya dua unit saja yaitu
yang berkapasitas 10 ton dan 3,2 ton per jam, sedangkan yang berkapasitas 3,2 ton
per jam lainnya berfungsi sebagai cadangan. Boiler ini menggunakan bahan bakar
solar. Uap dari boiler digunakan untuk unit pasteurisasi pada Plate Heat
Exchanger (PHE). Air untuk keperluan boiler berasal dari tangki pelunak air di
unit pengolahan air. Perawatan boiler dilakukan secara harian melalui boiler
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
43
Universitas Indonesia
water treatment untuk mengatur parameter air boiler dan blow down boiler untuk
menguras (shilling) air pada boiler dan membersihkan kerak yang terbentuk.
c. Energi Udara Bertekanan.
Sumber energi ini berasal dari kompresor yang berjumlah empat unit yang
digerakkan oleh energi listrik. Dua unit bertipe screw dengan kapasitas 300 m3 per
jam dan dua unit bertipe piston dengan kapasitas 225 m3 per jam dan 7 m
3 per
jam. Unit piston berkapasitas 7 m3 per jam khusus digunakan untuk video jet
printer. Energi angin ini digunakan pada unit pembotolan yaitu pada depalletizer,
decrater, crater, filler dan mesin penutup botol (crowner) serta pada blower di
unit penanganan limbah. Kompresor menghasilkan energi angin dengan suhu 40–
50 C yang kemudian didinginkan oleh pengering (dryer) sampai suhunya
mencapai 10 C agar angin tidak lagi mengandung uap air.
d. Energi Bahan Bakar.
Bahan bakar sebagai penunjang produksi diperlukan untuk menggerakan
mesin disel, kendaraan pabrik, forklift, dan ketel uap dengan menggunakan solar.
Kebutuhan rata-rata untuk mesin disel sebanyak 600 L/hari. Untuk kebutuhan
ketel uap tipe 10 ton sebanyak 1500-200 L/shift. Bahan bakar solar ini disuplai
oleh PT. Pertamina dan juga oleh PT. Petronas Malaysia. Selain itu diperlukan oli
sebagai pelumas untuk mesin produksi dan kendaraan pabrik.
3.2.4 Pergudangan
Gudang berfungsi sebagai tempat penyimpanan bahan baku yang datang
(incoming materials) dari pemasok atau supplier atau penampungan barang-
barang produk jadi. Pergudangan di PT. Sinar Sosro terbagi atas pergudangan
bahan baku, pergudangan bahan pembantu, pergudangan produk jadi, dan
pergudangan harian yang diletakkan secara terpisah agar tidak terjadi
pencampuran. Pergudangan bahan baku terdiri dari gudang teh kering dan gudang
gula pasir. Gudang bahan pembantu berisi bahan-bahan kimia yang diperlukan
untuk menunjang proses produksi. Gudang harian digunakan untuk penyimpanan
sementara bahan baku teh, gula pasir dan bahan pembantu agar dapat
memudahkan pemakaian keperluan harian.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
44
Universitas Indonesia
Pergudangan produk jadi terdiri dari gudang inkubasi produk jadi dan
gudang karantina. Gudang inkubasi produk digunakan untuk penyimpanan
sementara produk jadi sebelum produk tersebut dipasarkan. Masa inkubasi
tersebut dilakukan dalam jangka waktu tertentu dengan perkiraan bahwa waktu
tersebut cukup untuk masa pertumbuhan optimum mikroorganisme yang mungkin
terdapat dalam produk. Selama jangka waktu tersebut bagian Quality Control
melakukan uji mikrobiologi produk secara sampling. Sedangkan gudang karantina
digunakan untuk penyimpanan produk jadi yang diragukan mutunya akibat dari
penyimpangan kualitas akibat dari kesalahan operasi atau kerusakan mesin atau
yang bisa terjadi selama inkubasi yang disebabkan ditemukannya penyimpangan
pada saat dilakukan analisis fisik/kimia atau mikrobiologi terhadap sampel
inkubasi. Masa karantina tersebut pun dilakukan dalam jangka waktu tertentu
tergantung pengujian bagian engawasan Mutu (Quality Control). Jika produk
tersebut lolos uji maka akan segera dipasarkan, namun jika terjadi penurunan
mutu maka produk tersebut tidak akan dipasarkan.
Pada umumnya pergudangan tidak memerlukan persyaratan khusus namun
tetap perlu diperhatikan faktor keamanan, kebersihan, suhu, dan kelembaban
ruangan gudang. Hanya gudang teh kering yang ditempatkan secara khusus yaitu
dalam suatu ruangan yang dilapisi oleh seng pada bagian lantai dan dindingnya
untuk menjaga kestabilan kelembaban ruangan yang di dalamnya terdapat alat
higrometer untuk mengukur kelembaban didalam gudang. Hal ini dilakukan
mengingat sifat teh yang sangat mudah rusak.
3.3 Pengawasan Mutu (Quality Control)
Bagian pengawasan mutu di PT. Sinar Sosro Cakung terbagi dalam
pengawasan mutu sebelum produksi, pengawasan mutu selama produksi dan
pengawasan mutu setelah produksi. Bagian pengawasan mutu dibagi menjadi 6
sub bagian yang memiliki tugas lebih spesifik, yaitu incoming material, analisis
fisika kimia, analisis mikrobiologi, inspector manufacturing, gudang Below
Standard (BS), dan Waste Water Treatment (WWT).
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
45
Universitas Indonesia
3.3.1 Pengawasan Mutu Sebelum Proses Produksi
Pengawasan mutu sebelum proses produksi dilakukan oleh bagian
incoming material, analisis fisika kimia, dan analisis mikrobiologi. Tujuan
pengawasan pada tahap ini adalah menjamin mutu bahan serta sarana dan
prasarana yang digunakan dalam proses produksi produk.
3.3.1.1 Pengawasan Mutu Incoming Material
Pengawasan ini dilakukan untuk semua bahan baku, bahan pengemas, dan
bahan pembantu lainnya yang digunakan dalam proses produksi. Bagian incoming
material berperan penting pada awal keputusan apakah suatu bahan yang akan
digunakan selama proses produksi layak untuk digunakan, diterima (released)
atau ditolak untuk digunakan (rejected). Bahan-bahan yang ditolak akan
dikembalikan pada perusahaan pemasok (supplier).
Bahan baku berupa teh, gula pasir, konsentrat buah untuk Fruit Tea,
sedangkan bahan tambahan lain seperti natrium sitrat, asam askorbat, dan natrium
benzoat. Bahan pengemas berupa botol kaca, botol PET, tutup botol kaca (crown
cork), tutup botol PET, krat, karton, dan label. Sedangkan untuk bahan pembantu
lainnya adalah bahan-bahan kimia yang digunakan untuk menunjang proses
produksi.
Pengawasan yang dilakukan bagian incoming material berupa pengawasan
mutu bahan baku, bahan pengemas, dan bahan pembantu lainnya yang digunakan
dalam proses produksi.
1) Pengawasan mutu bahan baku
Pengawasan mutu bahan baku yang dilakukan diantaranya pemeriksaan
gula pasir. Sebelum mengambil sampel, keadaan masing-masing karung yang
baru datang harus diperiksa dan dipastikan bebas dari kebocoran dan kelembaban
(basah). Pengambilan sampel (sampling) dilakukan dengan mengambil sampel
10% dari total karung dengan sampling acak yaitu tengah, atas, bawah, kiri dan
kanan. Setelah pengambilan harus dipastikan bahwa bekas tusukan sudah rapi dan
tertutup kembali. Pemeriksaan yang dilakukan pada gula pasir adalah sebagai
berikut: Pemeriksaan kotoran, yaitu dari sampel yang telah tersedia, dilihat
penampilan fisiknya secara organoleptik mengenai jenis atau banyaknya kotoran
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
46
Universitas Indonesia
fisik yang terkandung di dalam gula. Gula ini harus bersih dengan kotoran
seminimal mungkin atau bahkan tidak ada sama sekali; Pemeriksaan
butiran/ukuran kristal, yaitu dari sampel yang telah tersedia, penampilan dilihat
secara organoleptik untuk menentukan ukuran butiran atau kristal gula.
Butirannya harus halus sampai sedang; Kadar kemanisan gula, yang
pengukurannya dilakukan dengan menggunakan refraktometer. Kadar gula
standar adalah 9,0 0Brix; Pemeriksaan warna, yaitu dari sampel yang telah
tersedia, penampilannya dilihat secara organoleptik untuk menentukan warna dari
butiran/kristal gula. Warna yang baik adalah putih bersih; Nilai pH yang
ditetapkan menggunakan pH meter yang dikalibrasi terlebih dahulu sebelum
digunakan; Kesadahan, dimana nilai kesadahan didapat dengan cara mengurangi
kesadahan larutan gula dengan kesadahan pelarut yang digunakan.
2) Pemeriksaan bahan pengemas
Pemeriksaan bahan pengemas yang dilakukan yaitu pemeriksaan botol
kaca, krat, tutup botol kaca (crown cork), botol PET (Poly Ethylene Terephtalat),
tutup botol PET (screw cap), dan karton.
Proses pemeriksaan botol baru dilakukan dengan cara pengukuran dan
pemeriksaan visual. Pemeriksaan dengan cara pengukuran dilakukan untuk
mengetahui dimensi dari botol baru, sedangkan pemeriksaan secara visual
dilakukan untuk memeriksa jenis-jenis cacat yang terdapat pada botol baru sesuai
dengan jenis cacatnya seperti yang tercantum dalam Acceptable Quality Levels
(AQL). Pengambilan sampel dilakukan secara acak sebanyak yang ditentukan
berdasarkan Acceptable Quality Level (AQL) yang disepakati oleh pabrik
pembuat botol. Pemeriksaan yang dilakukan berupa pemeriksaan dimensi botol
(diameter mulut botol, tinggi botol, berat sampel, volume botol) dan pemeriksaan
kecacatan botol. Spesifikasi dimensi untuk botol tiap produk dapat dilihat
selengkapnya pada Lampiran.
Proses pemeriksaan krat baru dilakukan dengan cara pengukuran dan
pemeriksaan visual. Pemeriksaan dengan cara pengukuran dilakukan untuk
mengetahui dimensi dari krat baru, sedangkan pemeriksaan secara visual
dilakukan untuk jenis-jenis cacat yang terdapat pada krat baru sesuai dengan jenis
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
47
Universitas Indonesia
cacatnya seperti yang tercantum pada AQL. Untuk keperluan proses pemeriksaan
krat baru, diperlukan beberapa sampel krat. Dalam pengambilan sampel krat dari
setiap kedatangan, sampel diambil secara acak (random) dengan jumlah sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam AQL yang telah disepakati oleh
pabrik pembuat krat. Pemeriksaan yang dilakukan berupa pemeriksaan dimensi
krat (panjang, lebar,tinggi, dan berat krat) dan pemeriksaan kecacatan krat secara
visual.
Untuk pemeriksaan tutup botol kaca (crown cork), pengambilan sampel
crown cork dari setiap kedatangan diambil secara acak (random) dengan jumlah
sesuai dengan AQL yang telah disepakati. Untuk crown cork yang mempunyai lot
no. yang sama dengan crown cork yang sudah diperiksa (jika tanggal
pengirimannya berbeda), crown cork tersebut tidak perlu diperiksa lagi.
Pemeriksaan yang dilakukan berupa: Pemeriksaan visual meliputi jumlah gerigi
pada crown cork (corrugation) harus 21, lekukan corrugation harus seragam,
pemeriksaan PVC crown cork, dan printing crown cork; Pemeriksaan dimensi
crown cork meliputi pengukuran diameter, tinggi crown cork, berat crown cork
dengan PVC, Berat crown cork tanpa PVC, dan ketebalan crown cork tanpa PVC;
Pemeriksaan kecacatan pada crown cork; Tumbling loss (tumbling test) yang
dilakukan untuk mengetahui berapa debuan (dusting) dan daya tahan cat terhadap
permukaan (plate) crown cork. Uji ini dilakukan terhadap 25 buah sampel.
Pemeriksaan botol PET yang dilakukan yaitu pemeriksaan dimensi dari
botol PET berupa tinggi botol PET (205-207 mm), tinggi leher (21,85-21,65 mm),
diameter leher (20,45-20,75 mm), diamater bahu (67,2-68,8 mm), diamater tubuh
botol bagian atas (66,9-68,5 mm), diameter botol bagian bawah (67,2-68,5 mm),
berat botol (27,5-28,5 g), dan volume (527,0-539,0 ml).
Pemeriksaan tutup botol PET (screw cap) yang dilakukan meliputi berat
(g), tinggi (mm), diameter luar/outer diameter (mm), dan diameter dalam/thread
diameter (mm).
Pemeriksaan karton yang dilakukan meliputi berat (g), panjang (mm),
lebar (mm), tinggi (mm), cetakan/printing (baik atau tidak), potongan (tepat atau
tidak), sambungan (melekat dengan baik atau tidak).
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
48
Universitas Indonesia
3.3.1.2 Analisis Fisika Kimia
Analisis fisika kimia juga diperlukan untuk memastikan mutu bahan
sebelum proses produksi. Analisis fisika kimia yang dilakukan yaitu pemeriksaan
hasil pengolahan air (water treatment) dan boiler.
1) Proses pengolahan air (water treatment)
Pengolahan air dilakukan untuk memperoleh kualitas air yang memenuhi
standar mutu air minum untuk industri dan sebagai bahan baku produksi yang
memenuhi syarat. Air diperoleh dari sembilan sumur artesis dalam yang dipompa
oleh pompa tekanan tinggi (High Pressure Pump). Tahapan proses pengolahan air
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran.
Tahapan proses pengolahan air yang pertama yaitu penampungan air. Bak
reservoar merupakan tempat penampungan air sementara setelah dipompa dari
sumur dalam dan sekaligus sebagai tempat pengolahan air yang pertama yaitu
pemberian klorin untuk membunuh kuman, mengendapkan kotoran, dan
mengendapkan ion Fe dan Mn yang terkandung dalam air.
Tahapan kedua yaitu penyaringan dengan pasir kuarsa (sand filter). Air
dari reservoar dialirkan ke sand filter untuk dilakukan penyaringan kotoran dan
flok-flok yang mengandung ion Fe dan Mn (demineralisasi ion Fe dan Mn)
dengan menggunakan pasir kuarsa. Hal ini dilakukan karena ion-ion Fe dan Mn
ini dapat mempengaruhi rasa dan bau air seduhan teh serta menyebabkan warna
air seduhan tersebut menjadi lebih gelap.
Penyaringan pada sand filter ini menggunakan pasir kuarsa yang terdiri
atas tiga lapisan. Pada lapisan atas digunakan pasir kuarsa berukuran 3-5 mm3
sebanyak 1.000 kg/tangki, pada lapisan tengah digunakan pasir kuarsa berukuran
1-2 mm3 sebanyak 6.000 kg/tangki dan pada lapisan bawah digunakan pasir
kuarsa dengan ukuran yang paling halus sebanyak 2.500 kg/tangki. Kecepatan
aliran air yang melewati sand filter adalah 130 m3/jam dengan tekanan maksimum
5 bar pada suhu 5-50 C.
Tahapan ketiga adalah penyaringan dengan karbon aktif I (carbon filter I).
Dari sand filter, air dialirkan ke carbon filter I yang berisi karbon aktif yang
berfungsi untuk menyerap rasa, warna dan bau air yang mungkin timbul akibat
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
49
Universitas Indonesia
pemberian klorin di reservoar sehingga diperoleh standar mutu air yang
diinginkan. Pembersihan pada carbon filter I dilakukan jika kadar keefektifan
karbon aktif telah menurun yang ditunjukkan oleh adanya perubahan mutu air
baik dari segi warna, bau maupun rasanya.
Pembersihan dilakukan dengan cara pencucian (backwashing) selama 30
menit, kemudian dibilas (rinsing) selama 15 menit dan terakhir dengan penguapan
(steaming) selama 4-8 jam. Air dari carbon filter I akan dialirkan sebagian ke
cation exchanger, sebagian lain langsung ke carbon filter II, dan sisanya dialirkan
ke water softener.
Tahapan selanjutnya adalah pengolahan dengan penukar kation (cation
exchanger). Dari carbon filter I, air dialirkan ke cation exchanger untuk
demineralisasi ion-ion positif seperti ion-ion Ca2+
, Mg2+
, dan Na+. Ion-ion tersebut
akan terikat oleh resin sehingga diharapkan alkalinitas air akan sesuai dengan
standar yang diinginkan. Regenerasi dilakukan pada cation exchanger jika resin
telah jenuh dengan kation yang berasal dari air. Regenerasi dilakukan dengan cara
perendaman dengan HCl (33%) selama satu jam, kemudian pembersihan HCl dan
terakhir dengan pencucian (backwashing) selama 30 menit.
Selanjutnya pengolahan dengan penukar anion (anion exchanger). Air dari
kation exchanger dialirkan ke anion exchanger agar ion-ion negatif seperti CO32-
dan SO42-
dapat terikat oleh resin. Demineralisasi ion-ion negatif ini dilakukan
untuk mendapatkan kadar alkalinitas air yang diinginkan. Seperti halnya yang
terjadi pada kation exchanger, regenerasi pada anion exchanger pun dilakukan
jika resin telah jenuh dengan anion dari air. Regenerasi tersebut dilakukan dengan
cara perendaman dengan NaOH (12%) selama satu jam, pencucian (backwashing)
selama 30 menit dan kemudian dengan rinsing selama 45 menit.
Tahapan selanjutnya adalah penyaringan dengan karbon aktif II (carbon
filter II). Air dari tangki penukar anion kemudian dialirkan ke tangki carbon filter
II untuk dilakukan penyaringan kedua kalinya dengan karbon aktif. Hal ini
dilakukan agar air yang keluar dari carbon filter II ini akan bebas dari ion-ion
logam yang dapat mempengaruhi mutu air seduhan. Tidak semua air yang masuk
ke tangki carbon filter II berasal dari tangki penukar anion, namun sebagian lain
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
50
Universitas Indonesia
ada yang berasal langsung dari tangki carbon filter I. Pencampuran tersebut
dilakukan untuk memperoleh standar air dengan alkalinitas yang diinginkan.
Selain itu jika air dari tangki carbon filter I harus dialirkan semuanya ke tangki
penukar anion dulu sebelum masuk ke tangki carbon filter II, maka proses
tersebut akan kurang ekonomis. Pembersihan pada carbon filter II pun dilakukan
jika mutu air yang keluar dari carbon filter II ini tidak sesuai dengan standar yang
ditetapkan.
Kemudian dilanjtkan dengan tahap pelunakan air. Air dari tangki carbon
filter I sebagian dialirkan dari tangki penukar kation. Sebagian lain dialirkan
langsung ke tangki carbon filter II dan sebagian sisanya dialirkan ke tangki
pelunakan air untuk menghilangkan kesadahan air. Pada tangki pelunakan ini
digunakan resin yang dapat mengikat ion-ion penyebab kesadahan seperti Ca2+
dan Mg2+
.
Regenerasi pada pelunakan ini dilakukan jika terjadi penurunan mutu air.
Regenerasi dilakukan dengan cara pencucian (backwashing) selama 30 menit,
pemberian garam sebanyak 200 kg, perendaman selama satu jam dan yang
terakhir dengan rinsing. Air yang keluar dari tangki pelunakan air digunakan
untuk pembuatan larutan gula di unit pemasakan, untuk keperluan boiler dan
pencucian botol di unit pembotolan.
Tahapan terakhir yaitu air dari tangki pelunakan air lalu dialirkan ke
tangki penyangga sebagai tempat penampungan sementara sebelum dialirkan ke
unit pemasakan dan sekaligus sebagai penyangga persediaan air untuk proses
ekstraksi teh jika terjadi refenerasi di unit pengolahan air. Selain itu pula sebagian
air dari tangki penyangga ini digunakan pula untuk keperluan air minum.
2) Pemeriksaan mutu air
Adapun pemeriksaan mutu air pada unit pengolahan air (water treatment)
adalah terdiri dari pemeriksaan alkalinitas, kesadahan total (total hardness),
klorida, klorin, derajat keasaman (pH), nitrit, sianida, sulfat, fosfat, ammonium,
besi, mangan , konduktivitas, dan kekeruhan.
a) Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa
penurunan nilai pH larutan. Pada air di alam, alkalinitas sebagian besar
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
51
Universitas Indonesia
dipengaruhi oleh adanya bikarbonat, karbonat, dan hidroksida. Pada PT. Sinar
Sosro Cakung, alkalinitas pada water treatment ditentukan menggunakan
metode titrasi asam basa.
b) Kesadahan air disebabkan oleh larutnya garam kalsium dan magnesium.
Kesadahan total adalah jumlah kesadahan karbonat dan non-karbonat.
Kesadahan air biasanya dinyatakan sebagai jumlah kalsium karbonat dalam
air (bpj) atau dalam satuan derajat Jerman (odH). Pada PT. Sinar Sosro
kesadahan total dianalisis dengan metode titrimetri dengan prinsip secara
kompleksometri.
c) Klorida merupakan salah satu komponen yang berada dalam air atau buangan
air. Dalam konsentrasi berlebih dapat mengganggu cita rasa air. Penetapan
kadar klorida dilakukan dengan metode argentometri.
d) Klorin digunakan sebagai desinfektan. Zat ini digunakan dengan tujuan
mengurangi jumlah mikroorganisme pada tingkat yang tidak membahayakan
kesehatan.
e) Nilai pH menunjukan keseimbangan antara asam dan basa dalam air. Nilai
pH ditetapkan menggunakan pHmeter.
f) Nitrit (NO2-) merupakan bentuk nitrogen yang teroksidasi. Keberadaan nitrit
dalam air dimungkinkan karena aktivitas mikroorganisme pada senyawa
nitrogen amonia. Kadar nitrit ditetapkan secara kolorimetri.
g) Sianida (CN-) merupakan zat yang sangat beracun. Zat ini berada dalam air
dalam bentuk HCN. Kadar sianida ditetapkan secara kolorimetri.
h) Sulfat (SO42-
) terdapat dalam air dengan jumlah yang beragam dari sangat
sedikit hingga beberapa ribu miligram per liter. Kadar sulfat ditentukan secara
kolorimetri.
i) Fosfat, berdasarkan sifat fisiknya terdiri dari fosfat total (terlarut dan
tersuspensi) dan fosfat tersuspensi (tidak larut). Sampel air alam yang jernih
dan ditujukan untuk suatu manfaat tertentu biasanya hanya diperlukan
pemeriksaan fosfat total dan ortofosfat terlarut. Kadar fosfat ditetapkan
dengan secara kolorimetri.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
52
Universitas Indonesia
j) Amonium (NH4+) merupakan senyawa yang rasanya tidak enak sehingga
kadarnya dalam air minum harus nol. Kadar amonium dapat ditentukan secara
kolorimetri.
k) Kadar besi yang tinggi dalam air minum dapat menyebabkan rasa yang pahit,
adanya gumpalan, dan karatan pada pipa. Kadar besi ditentukan secara
kolorimetri.
l) Mangan (Mn) pada konsentrasi rendah mangan relatif bersifat toksik. Selain
itu mangan juga dapat menyebabkan masalah warna dan bau. Kadar mangan
ditentukan secara kolorimetri.
m) Konduktivitas merupakan kemampuan suatu larutan untuk menghandarkan
daya listrik yang disebabkan adanya ion-ion positif dan negatif dalam larutan
dengan jumlah yang tidak berimbang. Konduktivitas dapat ditetapkan
menggunakan konduktometer.
n) Kekeruhan (turbiditas) disebabkan karena adanya zat yang tersuspensi, oleh
karena itu air dengan konduktivitas tinggi tidak layak dikonsumsi.
Pengukuran turbiditas ditetapkan dengan alat turbidimetri.
3.3.1.3 Analisis Mikrobiologi
Analisis mikrobiologi yang dilakukan pada tahap ini adalah analisis
terhadap botol, instalasi kitchen, instalasi bottling dan air yang digunakan untuk
proses produksi. Analisis-analisis tersebut dilakukan pada awal produksi tiap
minggunya.
Analisis terhadap botol dilakukan untuk menguji kesterilan botol yang
telah keluar dari washer. Analisis terhadap instalasi kitchen dan bottling dilakukan
untuk mengetahui efektivitas kegiatan pembersihan (cleaning) dan sanitasi alat-
alat produksi. Sedangkan analisis terhadap air dilakukan untuk mengetahui
efektivitas penambahan clorin pada unit reservoar.
3.3.2 Pengawasan Mutu Selama Proses Produksi
Pengawasan mutu selama proses produksi dilakukan oleh inspektor
lapangan (field inspector) dan analis fisika kimia di bagian Quality Control. Field
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
53
Universitas Indonesia
inspector bertanggung jawab kelancaran selama proses produksi. Sedangkan
bagian analis kimia bertanggung jawab terhadap mutu produk yang dibuat
terutama sifat fisika kimia dari produk, antara lain dalam pemeriksaan Teh Cair
Manis (TCM), Teh Cair Pahit (TCP) dan Teh Cair Asam (TCA).
Secara garis besar proses produksi PT. Sinar Sosro Cakung terdiri dari dua
tahap yaitu pemasakan (kitchen), dan pembotolan (bottling).
3.3.2.1 Pemasakan (kitchen)
Pada unit pemasakan ini terjadi proses ekstraksi teh cair pahit/TCP,
pelarutan gula (sugar disolving), dan pencampuran teh cair pahit/TCP dengan
sirup gula (mixing). Skema pada unit kitchen selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran.
Proses pemasakan yang pertama yaitu proses ekstraksi teh yang dilakukan
dengan cara memasukan teh kering dan mengalirkan air dari tangki penyangga ke
dalam tangki ekstraksi. Air dari tangki penyangga dipanaskan terlebih dahulu di
dalam PHE. Air disemprotkan dari bagian bawah tangki sehingga teh kering juga
dimasukkan dari bagian bawah akan terdorong ke atas dan tercampur. Lamanya
waktu penyeduhan teh adalah sekitar 30 menit dan dilanjutkan dengan proses
sirkulasi selama sekitar 30 menit pula.
Proses kedua yaitu penyaringan teh cair pahit (TCP). Penyaringan teh cair
pahit dilakukan sebanyak tiga kali yaitu penyaringan dalam tangki ekstraksi teh,
penyaringan kasar dengan alat niagara dan penyaringan halus dengan cosmos
filter dan Kiezelguhr. Hasil ekstraksi teh cair pahit yang telah disaring di dalam
tangki ekstraksi akan disaring kembali pada niagara dan cosmos filter.
Penyaringan pada niagara dilakukan untuk menyaring partikel-partikel kotoran
yang berukuran besar, sedangkan penyaringan pada cosmos filter yang
menggunakan lempengan filter dilakukan agar teh cair pahit yang dihasilkan
bebas dari endapan dan partikel kotoran yang berukuran kecil. Proses penyaringan
pada cosmos filter ini dibantu dengan Kiezelguhr yaitu bahan diatomit berupa
serbuk putih yang dapat menyaring partikel berukuran kurang dari satu
mikrometer.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
54
Universitas Indonesia
Proses pemasakan ketiga yaitu pelarutan dan penyaringan gula. Pelarutan
gula (sugar dissolving) dilakukan dengan mencampurkan gula yang dimasukkan
melalui hopper dengan air dari tangki pelunakan air yang terdapat pada tangki
pelarutan (dissolving tank) yang telah dipanaskan di PHE. Gula terus menerus
disirkulasikan sekitar lima menit agar merata. Setelah itu larutan gula disaring
pada alat niagara untuk menyaring partikel kotoran berukuran besar dan disaring
kembali pada cosmos filter untuk menyaring endapan partikel kotoran berukuran
kecil yang terdapat pada larutan gula.
Tahapan selanjutnya yaitu pelunakan larutan gula. Larutan gula yang telah
merata dialirkan dari tangki pelarutan ke tangki pelunakan gula (sugar softener)
untuk dihilangkan bau, warna dan kesadahannya agar mutu larutan gula sesuai
standar yang diinginkan. Larutan gula dari tangki pelunakan gula lalu dialirkan ke
tangki penyangga larutan gula (sugar buffer tank) sebagai penampungan
sementara sebelum dialirkan ke tangki pencampuran (mixing tank) untuk
dicampur dengan teh cair pahit.
Selanjutnya adalah proses pencampuran teh (mixing) yang dilakukan
dengan memasukkan larutan gula dari tangki penyangga larutan gula dan Teh Cair
Pahit (TCP) dari tangki ekstraksi ke dalam tangki pencampuran yang
menggunakan pengaduk otomatis agar proses pencampuran berlangsung merata.
Untuk mempertahankan suhu Teh Cair Manis (TCM), maka tangki pencampuran
menggunakan dinding double jacket. Proses pencampuran selesai jika telah
dihasilkan teh cair manis dengan kadar tanin, tingkat kemanisan/kadar gula dan
air sesuai standar yang ditetapkan. Setelah proses pencampuran selesai, teh cair
manis kemudian dialirkan ke unit pembotolan.
Proses terakhir adalah sterilisasi teh cair manis. Sebelum dialirkan ke unit
pembotolan, teh cair manis dari unit pemasakan dialirkan terlebih dahulu ke unit
PHE untuk menjaga suhu dan kesterilan teh cair manis.
Pemeriksaan mutu dari hasil pemasakan di dapur pembuatan (kitchen):
a. Analisis Teh Cair Manis (TCM)
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
55
Universitas Indonesia
Pemeriksaan yang dilakukan adalah warna, aroma, rasa, derajat kemanisan
(oBrix, keasaman (acidity), turbiditas, kadar gula, penambahan TPC atau TCA dan
sirup gula (dalam liter), volume akhir.
b. Analisis Teh Cair Pahit (TCP)
Pemeriksaan yang dilakukan adalah volume (dalam liter) dan kadar tanin.
c. Analisis Teh Cair Asam (TCA)
Pemeriksaan yang dilakukan adalah volume (dalam liter), turbiditas, kadar
tanin, keasaman, dan penambahan asam sitrat.
3.3.2.2 Pembotolan (bottling)
Pada proses pembotolan, field inspector melakukan pengawasan setiap
satu jam sekali dengan mengambil dua sampel (sampel-sampel yang tersebut
diambil setiap 10 menit sekali ketika proses produksi) untuk dilakukan pengujian
secara analisis kimia dan analisis mikrobiologi, dan pengawasan setiap akhir shift
dengan mengambil sampel TBS yang akan diinkubasi untuk dibawa ke
laboratorium quality control.
Dalam melaksanakan tugasnya, inspektor dibantu oleh beberapa operator
unit-unit pada bagian produksi. Yang pertama adalah operator unit pengolahan air
(water treatment) untuk membawa sampel-sampel air pada pengolahan air ke
laboratorium analisis kimia untuk diuji. Selain itu inspektor juga dibantu operator
unit pembuatan (kitchen) untuk menyerahkan sampel dari tanki pencampuran
(mixing tank) ke laboratorium analisis kimia untuk diperiksa derajat kemanisan/
0Brix untuk setiap batch pembuatan. Selain itu operator unit ini juga menyerahkan
sampel produk untuk diperiksa kadar tanin dan tes panel untuk setiap batch
pemasakan. Operator pencucian botol (bottle washer) juga bertugas menyerahkan
sampel untuk pengujian soda kaustik yang digunakan pada pencucian botol.
Unit pembotolan mencakup proses pembongkaran palet (depalletizer),
pembongkaran krat (decrater), pencucian krat, pencucian botol, pengisian produk
ke botol, penutupan botol, pemasukan botol isi ke krat (crater), Penyusunan krat
ke palet (palletizer). Semua Proses tersebut sudah full automatic guna
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
56
Universitas Indonesia
meningkatkan efisiensi kerja dan kapasitas produksi. Skema pada unit bottling
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran.
a. Pembongkaran palet (depalletizer)
Pembongkaran palet dilakukan untuk membongkar tumpukan krat yang
tersusun di atas palet. Palet akan dibawa ke bagian penumpukan palet, sedangkan
krat akan dibawa ke bagian pembongkaran krat (decrater) dengan konveyor.
Proses pembongkaran palet ini ditunjang dengan alat-alat berupa photocell dan
reflector yang dapat mengawasi jika terdapat krat atau palet yang letaknya tidak
normal. Depalletizer digerakkan oleh tenaga angin dari kompresor.
b. Pembongkaran krat (decrater)
Pembongkaran krat dilakukan untuk mengeluarkan botol kosong dari
dalam krat. Decrater pada lini II dapat membongkar tiga krat setiap kali
pembongkaran dan decrater pada lini III dapat membongkar delapan krat pada
tiap bongkaran. Krat akan dibawa dengan konveyor ke bagian pencucian krat
(crate washer), sedangkan botol-botol akan dibawa ke bagian pencucian botol
(bottle washer) dengan konveyor pula. Proses pembongkaran krat ini juga
dilengkapi dengan photocell dan reflector yang berfungsi untuk mengawasi jika
terdapat letak botol atau krat yang tidak normal. Proses pembongkaran krat ini
dilakukan dengan bantuan energi angin dari kompresor.
c. Pencucian krat
Krat dari decrater dibawa masuk oleh konveyor ke crate washer dan
dibalikkan letaknya pada saat pencucian untuk memudahkan penghilangan
kotoran. Pencucian dilakukan dengan penyemprotan air panas ke segala arah. Air
yang digunakan adalah cleaning water yang berasal dari hasil penanganan limbah
yang telah dipanaskan pada unit PHE.
d. Pencucian botol
Botol yang telah terpisah dari kratnya di decrater dibawa masuk oleh
konveyor ke mesin bottle washer melalui lubang masuk (bar feeder). Pada lini II
terdapat 29 lubang masuk, sedangkan pada lini III terdapat 64 lubang masuk.
Botol masuk dari bar feeder dibersihkan dengan menggunakan soda kaustik
(48%). Pada proses ini disebut dengan proses pre-soaking. Suhu Pre-soaking
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
57
Universitas Indonesia
sesuai standar operasional adalah bersuhu 50-65oC. Selain soda kaustik, pada
proses pencucian botol pun digunakan bahan additif Divo 650 yang berfungsi
untuk mengkilapkan botol.
Botol dicuci dalam keadaan terbalik untuk memudahkan penghilangan
kotoran dalam botol. Proses pencucian botol ini terdiri dari tahap perendaman,
pencucian, dan pembilasan. Tahap awal adalah perendaman pada tangki pre
soaking yaitu terjadinya proses perendaman botol agar tidak terjadi thermal shock
yang dapat menyebabkan botol pecah. Pada lini II terdapat dua bak pre soaking,
sedangkan lini III memiliki tiga bak pre soaking.
Tahap selanjutnya adalah pencucian yang dilakukan pada tangki lye. Botol
direndam pada ketiga bak lye yang masing-masing memiliki konsentrasi soda
kaustik dan suhu air yang berbeda-beda. Dimana lye 1 memiliki konsentrasi
kaustik 0,95-1,25 % dengan suhu 80 - 95oC. Lye 2 bersuhu 70 - 80
oC dan lye 3
bersuhu 80 - 87oC.
Tahap akhir adalah pembilasan yang dilakukan dengan penyemprotan air
dengan pipa semprot (nozzle) pada tekanan 0,4–0,5 kg/cm2 selama lima detik.
Nozzle berjumlah enam buah dengan empat diantaranya digunakan untuk
menyemprot mulut botol dan dua sisanya digunakan untuk menyemprot bagian
pocket. Penyemprotan dimulai dengan menggunakan hot water 1 yang bersuhu 85
– 87oC, kemudian dengan hot water 2 yang bersuhu 85- 95
oC, dan terakhir dengan
fresh water dengan suhu 95-100oC.
Botol yang keluar dari washer harus dalam keadaan bersih, steril,
mengkilap, tidak buram, bebas kaustik, bebas benda asing, bebas karat dan utuh
atau tidak pecah atau retak dengan suhu minimum 800C guna menjaga kesterilan
botol agar memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan.
e. Pendeteksian botol
Setelah botol dicuci, botol kemudian mengalami pendeteksian. Pada
proses pendeteksian botol ini digunakan alat optiscan pada lini II, sedangkan pada
lini III digunakan alat filtec dan supra yang memiliki ketelitian pendeteksian
kotoran yang lebih tinggi dibandingkan dengan optiscan. Pendeteksian botol
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
58
Universitas Indonesia
dilakukan untuk memisahakan secara otomatis botol yang berisi air, atau terdapat
kotoran atau terdapat keretakan.
Botol diperiksa melalui vaccum strawheel dan melewati bagian bawah
inspection head untuk diperiksa oleh sistem inspeksi botol kosong (EBI/empty
bottle inspection).
Untuk botol yang tidak memenuhi standar maka akan mengalami
pencucian ulang yaitu untuk botol yang roboh, terisi benda asing, berkarat atau
kotor yang masih dapat dibersihkan. Namun ada pula botol yang langsung
dimusnahkan yaitu seperti botol yang sudah usang melebihi batas masa pakainya
atau juga bisa terisi semen atau cat.
f. Pengisian teh cair manis
Teh cair manis dari unit pemasakan yang telah dilewatkan dari unit
pasteurisasi maka akan dialirkan ke mesin pengisi (filler). Filler akan memasukan
teh cair manis ke dalam botol. Filler pada lini II memiliki 50 titik pengisian,
sedangkan lini III yang memiliki dua filler, terdiri dari 72 titik pengisian.
Botol masuk melalui infeed worm menuju entry star wheel untuk diletakan
di tengah support pada elemen pengangkat sampai botol menekan elemen
pengisian. Cylinder table akan berputar sampai retraction rooler pada elemen
pengangkat bergerak sepanjang retracting cam dan menekan piston rod dan bottle
support secara mekanis. Setelah itu botol akan keluar daru star wheel dan pegas
akan menarik elemen pengangkat sampai botol-botol berikutnya masuk.
Filler bekerja dalam kondisi vakum dengan adanya exhauster yang
menghisap udara dalam botol dan teh kemudian akan mengalir kedalam botol
akibat adanya tekanan statis pada filler. Saat botol dilepas, kevakuman akan
menghisap kembali teh yang terdapat pada pipa dalam filler sehingga tidak ada
teh yang menetes saat proses berlangsung.
g. Penutupan botol
Penutupan botol yang telah keluar dari filler dilakukan oleh crowner.
Putaran filler sama dengan putaran pada crowner. Seperti halnya filler, crowner
pun digerakkan oleh meja silinder (cylinder table). Tutup botol (crown cork)
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
59
Universitas Indonesia
mengalami proses pensterilan dengan sinar ultraviolet dan kemudian dibawa ke
cylinder table melalui konveyor magnit tertutup.
Tutup botol kemudian dilewati ke bagian bawah sealing cylinder sampai
tepat di tengah dengan dibantu oleh gaya magnit. Bagian atas crowner terdiri dari
rotating support flange yang memiliki 15 sealing cylinder pada lini II dan 18
sealing cylinder pada lini III dan fixed lifting curve yang akan menggerakkan
sealing cylinder naik turun. Standar ukuran crown cork, untuk over all diameter
6,50 mm – 6,80 mm ; outside diameter 31,80 mm – 32,20 mm; inside diameter
26,60 mm – 26,90 mm ; ketebalan 0,20 mm – 0,23 mm ; berat film (pvc) 275 mg –
315 mg.
h. Pemeriksaan dengan lampu (Light Inspection)
Setelah botol ditutup, botol dilewatkan melalui bagian light inspection
dengan konveyor untuk diperiksa ukuran volume dan warna teh cair manis, tutup
botol dan keadaan botol. Pemeriksaan ini dilakukan secara manual oleh petugas
selector sebanyak dua kali. Botol yang lolos seleksi akan dilewatkan ke bagian
penulisan kode produksi, sedangkan botol yang tidak lolos akan dibawa ke bagian
pendaurulangan (recycling).
i. Penulisan kode produksi
Setelah botol lolos dari light inspection, botol akan melewati bagian
penulisan kode produksi. Tinta disemprotkan oleh video jet printer jenis ink jet
yang bekerja dengan bantuan tenaga angin dari kompresor dan kode produksi
akan dituliskan pada bagian atas botol. Printer akan mencetak kode produksi saat
alat sensornya dilewati botol. Kode produksi mencakup tanggal, bulan dan tahun
kadaluarsa, jenis mesin filler, jam produksi dan formasi kerja selector.
j. Pengkratan
Pengkratan dilakukan untuk meletakkan botol-botol ke dalam krat.
Sebelum diangkat oleh crater, botol-botol diatur jaraknya oleh crating head agar
sesuai dengan jarak pada crater. Proses pengkratan pun menggunakan tenaga
angin dari kompresor.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
60
Universitas Indonesia
k. Pemuatan ke palet
Setelah botol-botol dimasukkan ke dalam krat maka kemudian dibawa
oleh konveyor ke palletizer untuk ditempatkan ke atas palet. Proses pemuatan ke
palet ini sudah dilakukan secara otomatis. Sebelum dibawa ke palletizer, krat
melewati selector yang bertugas untuk melengkapi jika terjadi kekurangan jumlah
botol dalam krat. Satu krat berisi 24 botol dan satu palet berisi 60 krat. Krat-krat
di atas palet lalu dibawa oleh forklift ke gudang produk jadi.
3.3.3 Pengawasan Mutu Setelah Proses Produksi
3.3.3.1 Analisis Fisika dan Kimia
Analisis yang dilakukan pada bagian ini meliputi pemeriksaan terhadap
Mutu dari hasil inkubasi produk jadi. Pemeriksaan yang dilakukan untuk produk
jadi hasil inkubasi adalah warna (dilihat dengan latar belakang lampu putih),
coding, head space (area kosong pada bagian atas botol produk jadi), ukuran
crown cork, derajat kemanisan, keasaman (untuk produk yang memiliki rasa
asam), pH, turbiditas, volume, dan kadar CO2 (khusus untuk Tebs). Pemeriksaan
mutu coding video jet dan head space antara lain:
a. Pengecekan mutu coding, memiliki tiga kategori mutu: Baik (jelas terbaca),
terdiri dari dua kategori lagi yaitu tidak terhapus dan mudah terhapus; Jelek,
pecah-pecah; Tanpa coding.
b. Pengecekan posisi coding yaitu: Jarak antara tutup botol sampai coding,
memiliki dua kategori yaitu standar (25-35 mm) dan tidak standar; Tinggi
huruf dan angka, memiliki dua kategori yaitu standar (2-3 mm) dan tidak
standar.
c. Pengecekan head space memiliki dua kategori yaitu standar dan tidak standar
(lebih atau kurang), dimana standar head space untuk Teh Botol Sosro yaitu
4,25 ± 0,25 cm, untuk Tebs yaitu 5,0 ± 0,25 cm, untuk Fruit Tea, Joy Green
Tea, dan S-Tee yaitu 4,75 – 5,25 cm.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
61
Universitas Indonesia
3.3.3.2 Analisis Mikrobiologi
Analisis mikrobiologi sangat penting untuk membuktikan bahwa produk
yang dibuat tidak mengandung mikroorganisme-mikroorganisme yang dapat
merugikan kesehatan konsumen.
Analisis dilakukan pada produk yang sedang dan telah melalui masa
inkubasi. Selama masa inkubasi produk diperiksa penampilan fisiknya untuk
memastikan tidak adanya perubahan organoleptik yang disebabkan oleh kerja
mikroorganisme. Setelah masa inkubasi barulah produk di kultur di beberapa
media sesuai.
Ada tiga macam media yang digunakan yaitu Nutrient Agar (NA), Yeast
Extract Agar (YEA), dan Orange Serum Agar (OSA). OSA digunakan untuk
memeriksa keberadaan jamur dalam produk jadi yang memiliki rasa asam seperti
Fruit Tea. YEA digunakan untuk memeriksa keberadaan bakteri dan kapang, dan
NA digunakan untuk memeriksa keberadaan jamur pada produk jadi yang
memiliki rasa manis.
Analisis mikrobiologi dilakukan menggunakan metode standard plate
count (standar jumlah lempeng) untuk mengetahui banyaknya jumlah bakteri
(maksimal 100 koloni per 5 ml sampel), yeast atau kapang (maksimal 5 koloni per
5 ml sampel), mold atau jamur (maksimal 5 koloni per 5 ml sampel), dan bakteri
colioform (maksimal tidak ada koloni pada tiap 100 ml sampel). Analisis
mikrobiologi dilakukan pada produk-produk sampel yang memiliki beda waktu
pembuatan 10 menit.
3.3.3.3 Below Standard
Bagian ini bertugas untuk memeriksa kelayakan botol dan krat yang
datang dari konsumen. Jika masih memenuhi standar maka botol-botol dan krat-
krat tersebut dapat digunakan kembali, namun jika tidak maka akan langsung
dihancurkan untuk dikirim kembali ke pabrik pemasok. Bagian ini juga bertugas
untuk menangani masalah keluhan terhadap produk yang tidak sesuai standar dari
konsumen. Keluhan ini dapat berupa produk yang telah melewati batas
kadaluarsa, produk palsu, produk basi, produk bekas dibuka, produk dengan tutup
yang cacat (miring atau tidak merekat sempurna), produk dengan benda asing
didalamnya, dan lain sebagainya.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
62
Universitas Indonesia
3.3.3.4 Pengolahan Limbah
Secara umum limbah di PT. Sinar Sosro Cakung terdiri dari tiga macam,
yaitu limbah padat, gas, dan cair. Skema pengolahan limbah cair pada Lampiran.
a. Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan berupa ampas teh, pecahan botol, dan
sedotan (straw). Botol yang tidak layak pakai dipecahkan dahulu sebelum
dikembalikan ke PT. Mulia Glass yang telah memasok botol tersebut, sedangkan
sedotan dibuang ke tempat pembuangan akhir.
b. Limbah Gas
Limbah gas limbah gas langsung dibuang dan setiap tahun dilakukan
pemeriksaan komposisi terhadap gas yang dibuang. Limbah gas bersumber dari
sumber bergerak seperti gas dari foklift dan gas tidak bergerak dari boiler.
c. Limbah Cair
Pada PT. Sinar Sosro Cakung, limbah cair akan diolah pada instalasi
pengolahan limbah cair (waste water treatment). Bagan kerja instalasi pengolahan
limbah cair ini dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran. Limbah cair bisa
berasal dari bottle washer, bilasan tangki, dari kitchen, dan cleaning. Pada
instalasi ini terdapat beberapa bagian yaitu pump pit, cooling tower, bak
ekualisasi, bak aerasi, clarifier, digestor, divider, thickener, dan bak penampung.
Pump pit berfungsi untuk memisahkan air limbah yang masuk ke instalasi
dengan limbah padat dan limbah cair selain air seperti minyak yang terbawa
bersama air limbah. Pump pit berkapasitas 10 m3 dan bekerja dengan mekanisme
skrinning, flotasi, dan sedimentasi. Air limbah yang masuk memiliki suhu yang
masih tinggi (sekitar 50oC), pH sekitar 10, dan kadar COD yang juga masih tinggi
yaitu sekitar >1000 ppm.
Dari pump pit, air limbah kemudian dipompa menuju cooling tower yang
bekerja otomatis dan memiliki alat sensor. Ada dua pompa yang digunakan
dengan kapasitas 60 m3/jam. Pada bagian ini suhu air limbah diturunkan hingga
sekitar 30oC. Namun pH tidak mengalami perubahan.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
63
Universitas Indonesia
Dari cooling tower, air kemudian dialirkan ke bak ekualisasi yang
merupakan penanganan primer limbah cair. Pada bak ini ditumbuhkan bakteri
aerobik. Oleh karena itu pada bak ini dilakukan pemberian oksigen dengan
menggunakan motor turbo oksigen untuk pertumbuhan bakteri tersebut. Bak
ekualisasi sudah mengalami perpanjangan aerasi (extended aeration) sehingga
dapat meringankan kerja aerator.
Air limbah dari bak ekualisasi kemudian dipompa menuju bak aerasi
melalui selokan dengan debit air 25 m3/jam. Tempat ini merupakan penanganan
sekunder limbah cair yang mengandung lumpur aktif (activated sludge). Pada
bagian ini dilakukan pemberian oksigen menggunakan blower. Hal ini
dimaksudkan agar pemberian oksigen menjadi lebih efisien. Selain itu pada bak
ini juga dilakukan penyebaran TSP (Tri Sodium Phosphate) dan urea sebagai
nutrisi bagi bakteri aerobik yang dikandung dan berfunsi untuk mengendapkan
lumpur aktif dan menjernihkan air.
Air limbah yang mengandung lumpur aktif kemudian dialirkan ke
clarifier. Pada clarifier ini kemudian lumpur aktif dipisahkan dengan air dan
lumpur akan mengendap. Sebagian lumpur akan dialirkan kembali ke bak
ekualisasi dan juga ke divider agar terjadi keseimbangan bakteri dalam lumpur
aktif dan peningkatan efisiensi penggunaan lumpur aktif. Air limbah yang jernih
akan mengalir (over flow) ke permukaan dan sebagian akan dialirkan ke digestor
dan sebagian lagi akan langsung dibuang ke badan air. Pada clarifier dipelihara
ikan sebagai indikator keamanan air.
Pada digestor, air dari divider akan dipisahkan dengan Lumpur dan
endapkan kotorannya. Setelah itu akan dipompa ke thickner untuk diendapkan
lagi.
Divider berfungsi untuk membagi lumpur aktif dari clarifier menjadi dua
bagian, yaitu sebagian dialirkan kembali ke bak aerasi dan sebagian lagi dialirkan
ke digestor.
Thickener berfungsi untuk memekatkan lumpur dari clarifier. Kemudian
lumpur akan dipompa ke filter press dan kemudian dibuang sebagai limbah padat.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
64
Universitas Indonesia
Sebagian kecil dari lumpur tersebut digunakan juga sebagai pupuk kompos
tanaman.
Air dari clarifier kemudian dimasukkan ke bak penampung dan diberi
klorin untuk mematikan kuman dan mengendapkan kotoran. Setelah itu akan
dipompa ke sand filter I dan II. Kemudian air dapat digunakan sebagai cleaning
water dalam membersihkan peralatan produksi dan lokasi produksi.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
65 Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
Sejak tahun 2003 setelah memperoleh sertifikat ISO 9001:2000, PT. Sinar
Sosro telah menerapkan Total Quality Control yang dapat menjamin bahwa
produk yang dihasilkan itu bermutu, layak dikonsumsi, dan aman bagi kesehatan
konsumennya dengan memperhatikan aspek-aspek CPMB (Cara Pembuatan
Makanan dan Minuman Yang Baik. Dengan diterapkannya CPMB, diharapkan
mutu produk dapat dibangun mulai dari awal, selama berlangsungnya proses
hingga akhir produksi, sehingga diharapkan penggunaan alat dan waktu yang
dibutuhkan selama proses produksi akan lebih efisien.
Dengan demikian keaslian dan mutu produk PT. Sinar Sosro telah diakui
sebagai salah satu industri minuman di Indonesia yang diatur oleh pemerintah
yaitu Badan POM sebagai pengawas sediaan farmasi, kosmetik dan makanan serta
minuman.
Pada Praktek kerja profesi Apoteker di PT.Sinar Sosro Cakung, dilakukan
pengamatan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan proses pembuatan
minuman dan kemudian dibandingkan dengan CPMB. Ruang lingkup CPMB,
antara lain: desain dan fasilitas pabrik (lokasi dan lingkungan, bangunan dan
ruangan, fasilitas umum dan sanitasi serta alat produksi), bahan, proses
pengolahan, produk akhir, laboratorium dan pemeriksaan, karyawan, wadah dan
pembungkus, label, penyimpanan, pemeliharaan, dokumentasi dan pencatatan,
penarikan produk, pelatihan dan pembinaan.
4.1 Lokasi
PT. Sinar Sosro yang berlokasi di Jalan Raya Sultan Agung Km 28
Kelurahan Medan Satria Bekasi 17132 Jawa Barat, Jakarta Timur merupakan
sentra daerah industri di kawasan timur Jakarta, yang dipilih berdasarkan segi
pendekatan konsumen di wilayah Jabodetabek dengan ketersediaan sumber air
yang baik dan dekat dengan industri pendukung. Selain itu PT. Sinar Sosro berada
dikawasan Industri yang jauh dari pemukiman penduduk.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
66
Universitas Indonesia
4.2 Bangunan
PT. Sinar Sosro memiliki desain bangunan, konstruksi dan letak yang
memadai serta sudah disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik. Bangunan
dan fasilitas yang ada juga telah menjamin bahwa makanan dan minuman selama
proses produksi tidak tercemar oleh bahaya fisik, biologis dan kimia, serta mudah
dibersihkan dan disanitasi.
Permukaan seluruh ruangan yang ada di area produksi (dinding dan langit-
langit) PT. Sinar Sosro telah didesain Sesuai dengan persyaratan sanitasi ruang
produksi, pertemuan antara lantai dengan dinding di setiap ruang produksi PT.
Sinar Sosro dibuat melengkung dan kedap air sehingga kotoran yang berbentuk
padat mudah dibersihkan dan menghindari genangan air. Permukaan lantainya
juga halus dan tidak kasar, berpori serta bergerigi, agar mudah dibersihkan dan
tidak merupakan sumber mikroorganisme.Lantai pada bangunan merupakan lantai
epoksi, yang merupakan lantai kedap air yang dapat mencegah masuknya
rembesan air tanah. Lantai ini harus dijaga agar tidak retak, agar tidak terjadi
akumulasi kotoran dan air tidak dapat masuk ke dalam ruangan. Lantai di setiap
ruang pengolahan yang memerlukan pembilasan air, mempunyai kelandaian ke
arah saluran pembuangan dan mempunyai saluran tempat air mengalir atau lubang
pembuangan.
PT. Sinar Sosro memiliki laboratorium fisika/kimia terpisah dari
laboratorium mikrobiologi/biologi, dan terpisah secara fisik dari produksi. Selain
itu juga terdapat ruang yang terpisah untuk timbangan dan instrumentasi, agar
terhindar dari vibrasi dan kelembaban.
Pada PT. Sinar Sosro Cakung terdapat unit pengolahan air (water
treatment), unit pemasakan (kitchen), unit pemanasan (boiler), unit pembotolan
(bottling), gudang dan Instalasi Penanganan Air Limbah (IPAL). Setiap unit
tersebut dilengkapi dengan saluran air yang dibuat agak miring dengan lantainya,
sebagai tempat pengaliran air jika terjadi botol yang pecah atau produk yang
tumpah, sehingga air tidak menggenang dalam ruangan tersebut.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
67
Universitas Indonesia
4.3 Fasilitas dan Sanitasi
Pengadaan air PT. Sinar Sosro untuk proses produksi telah diatur
sedemikian rupa sehingga air selalu tersedia dalam jumlah yang cukup. Selain itu,
air yang digunakan juga telah melalui pengolahan tertentu sehingga air (baik yang
digunakan untuk produksi maupun yang digunakan untuk fasilitas umum)
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Standar mutu air minum yang
digunakan di PT. Sinar Sosro memenuhi persyaratan air minum yang ditetapkan
Kementerian Kesehatan. Program sanitasi dijalankan bukan untuk mengatasi
masalah kotornya lingkungan atau kotornya pemrosesan bahan, tetapi untuk
menghilangkan kontaminan pada produk dan mesin pengolahan serta mencegah
terjadinya kontaminasi kembali maupun kontaminasi silang. Sarana pembersih
dan fasilitas higiene tersedia secara baik dan lengkap. Sarana pembuangan juga
tersedia dan memenuhi ketentuan yang ditetapkan.
Kegiatan higiene dan sanitasi diperusahaan ini dilakukan secara rutin,
sarana pembersih dan fasilitas higiene tersedia secara baik dan lengkap. Sanitasi
peralatan produksi dilakukan setiap kali sebelum memulai kegiatan produksi,
terutama bila terjadi pergantian rasa. Sanitasi untuk lingkungan pabrik dilakukan
setiap hari. Di PT. Sinar Sosro Cakung terdapat instalasi pengolahan limbah cair.
Limbah yang dihasilkan akan diolah sedemikian rupa sehingga tidak
membahayakan kesehatan dan aman untuk dilepas ke lingkungan. Pabrik telah
dilengkapi dengan sistem pembuangan air dan limbah yang baik berupa saluran-
saluran air yang dirancang dan dibangun sedemikian rupa sehingga tidak
mencemari sumber air bersih.
4.4 Peralatan Produksi
Pada PT. Sinar Sosro tata letak kelengkapan ruang produksi diatur agar
tidak terjadi kontaminasi silang. Peralatan produksi yang kontak langsung dengan
makanan dan minuman didesain, dikonstruksi dan diletakkan sedemikian rupa
untuk menjamin mutu dan keamanan makanan dan minuman yang dihasilkan.
Selain itu, masin-mesin ini rutin disanitasi sehingga terjamin kebersihannya.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
68
Universitas Indonesia
Mesin-mesin dan peralatan di dalam pabrik disusun berdasarkan urutan proses
produksi sehingga diharapkan dapat mempermudah penanganan bahan,
meningkatkan efisiensi produksi dan menjaga kenyamanan karyawan.
Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, menguji dan
mencatat dilakukan kalibrasi secara rutin agar fungsinya berjalan dengan baik dan
tepat serta akurat. Peralatan yang dilengkapi dengan penunjuk ukuran seperti
timbangan, termometer, pengukur tekanan, pengukur aliran udara dan sebagainya
dikalibrasi setiap periode waktu tertentu agar data yang dihasilkan akurat. Setiap
peralatan memiliki protap yang terdiri dari spesifikasi alat, panduan operasional
penggunaan, cara pembersihan dan cara kalibrasi.
Semua sistem penunjang seperti sistem pemanas, ventilasi, air minum,
pemurnian air, penyulingan air, uap, udara bertekanan dan gas divalidasi untuk
memastikan bahwa sistem tersebut selalu berfungsi sesuai tujuannya. Setiap
kegiatan yang berkaitan dengan peralatan terdokumentasi dengan baik. Kalibrasi
alat di PT. Sinar Sosro dilakukan satu tahun sekali, yang dilakukan oleh pihak luar
(Balai Besar Industri Agro), kalibrasi ini bertujuan untuk memastikan alat ukur
memberikan hasil yang akurat sebelum digunakan, ditandai dengan adanya
sertifikat kalibrasi. Alat ukur yang dikalibrasi misalnya timbangan analitik dan
jangka sorong. Kalibrasi dilakukan di Laboratorium PT. Sinar Sosro Cakung,
dengan suhu 25,7 °C, dan kelembaban 55 % RH.
4.5 Bahan
Bahan baku, bahan tambahan dan bahan pembantu yang digunakan tidak
boleh membahayakan kesehatan, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan
memenuhi pengujian standar mutu. Bahkan PT. Sinar Sosro tidak menggunakan
pengawet pada sebagian besar produk-produknya, terutama produk-produk yang
menjadi unggulannya. Selain itu, bahan baku dipastikan bebas dari bahan
berbahaya seperti bakteri patogen, pestisida dan bahan beracun.
PT. Sinar Sosro sangat mengutamakan kepuasan pelanggan. Keamanan
dan kualitas dari produk-produknya merupakan salah satu faktor utama untuk
mencapai kepuasan pelanggan. Semua bahan yang datang dari perusahaan
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
69
Universitas Indonesia
pemasok dan akan digunakan dalam proses produksi diperiksa terlebih dahulu
pada bagian pengawasan mutu bahan baku dan pengemas (Quality Control
incoming material). Jika hasil pemeriksaan memenuhi standar yang ditetapkan
maka bahan-bahan tersebut akan diterima (released) dan disimpan di gudang.
Sebaliknya jika tidak memenuhi syarat maka akan dikembalikan ke perusahaan
pemasok.
4.6 Proses Pengolahan
Setiap jenis produk PT. Sinar Sosro memiliki formula standar yang
menjelaskan setiap jenis bahan yang digunakan serta persyaratan mutunya, jumlah
bahan yang digunakan untuk satu kali pengolahan, tahapan proses pengolahan,
langkah-langkah yang harus diperhatikan selama proses agar produk akhir
terbebas dari penguraian, pembusukan, kerusakan dan pencemaran; jumlah hasil
yang diperoleh untuk satu kali pengolahan; dan uraian mengenai wadah, label,
serta cara pembungkusan.
Untuk setiap satuan pengolahan terdapat instruksi tertulis yang
menyebutkan nama produk, tanggal pembuatan dan nomor kode, jenis dan jumlah
bahan yang digunakan, tahapan pengolahan serta hal yang perlu diperhatikan
selama proses (terutama kontaminasi bahan, kontaminasi silang dan dapat
memakai sistem HACCP). Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
merupakan suatu sistem manajemen yang menjamin mutu dan keamanan pangan
berdasarkan konsep pendekatan yang rasional, sistematis dan komprehensif dalam
mengidentifikasi dan mengontrol bahaya yang beresiko terhadap mutu dan
keamanan produk pangan. Semua kegiatan dari proses pengolahan terdokumentasi
dengan baik dan rapi.
PT. Sinar Sosro Cakung memiliki SOP (Standard Operating Procedure)
atau protap yang jelas untuk semua yang berkaitan dengan proses pengolahan
termasuk untuk formula dasar dan prosedur pembuatan. Secara garis besar proses
produksi produk teh Sosro terdiri dari tiga tahap yaitu pengolahan air (water
treatment), pemasakan (kitchen) dan pembotolan (bottling). Jika terdapat
penyimpangan terhadap prosedur yang telah ditetapkan pada setiap tahap proses
tersebut akan didokumentasikan dalam catatan bets.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
70
Universitas Indonesia
4.7 Produk Akhir
Produk akhir pada PT. Sinar Sosro harus memenuhi syarat standar mutu
dan persyaratan yang ditetapkan. Selain itu juga harus mencantumkan kode
produksi dan tanggal kadaluarsa secara jelas dan tidak boleh merugikan atau
membahayakan pengguna (konsumen). PT. Sinar Sosro memiliki standar mutu
yang harus dipenuhi oleh semua produk sebelum diedarkan ke pasaran. Mutu
produk PT. Sinar Sosro selalu dilakukan pengawasan mulai awal air yang akan
digunakan hingga menjadi produk jadi.
Pengawasan mutu produk PT. Sinar Sosro dilakukan pada awal produksi
(pre process control), selama proses produksi (in process control), setelah proses
produksi (post process control). Pengawasan pada awal produksi (pre process
control) oleh PT. Sinar Sosro dilakukan oleh bagian yang menerima barang
datang (incoming material) yaitu pemeriksaan kualitas teh, gula, dan bahan-bahan
tambahan lainnya yang diperlukan untuk membuat produk, finishing supplies,
bahan penolong produksi, serta bahan pembantu yang digunakan oleh water
treatment. Pemeriksaan kualitas dilakukan baik secara fisik misalnya bentuk,
warna, bau dan secara kimia misalnya pemeriksaan kadar tanin dalam teh.
Selanjutnya jika bahan-bahan tersebut memenuhi persyaratan akan diproses untuk
pembuatan produk yang diinginkan. Pengawasan mutu sebelum proses juga
dilakukan terhadap air yaitu dilakukan pemeriksaan parameter-parameter kimia
air. Pemeriksaan kualitas air selalu dilakukan setiap awal shift sebelum memulai
proses produksi oleh bagian Kimia Fisika Pengawasan Mutu (Quality Control).
Pengawasan selama proses produksi (in process control) dilakukan oleh
bagian Kimia Fisika Pengawasan Mutu (Quality Control). Bagian dapur (kitchen)
akan menyerahkan sampel produk setengah jadi kepada analis untuk diperiksa
kesesuaian sampel dengan standar yang telah ditetapkan. Pemeriksaan selama
proses produksi terdiri dari pemeriksaan fisik yaitu warna; aroma/rasa; kadar gula
(°brix); dan kejernihan (turbiditas), dan secara kimia yaitu pemeriksaan kadar
tanin (ppm), dan acidity (%) khusus untuk produk asam. Jika produk belum
memenuhi standar maka bagian pengawasan mutu (Quality Control) akan
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
71
Universitas Indonesia
memberikan saran yang harus dilakukan kepada bagian dapur (kitchen). Jika
produk telah memenuhi syarat maka proses produksinya akan terus berlanjut
hingga produk dikemas dalam botol atau kemasan lain yang dinginkan.
Setelah melalui seluruh proses produksi, produk jadi yang dihasilkan akan
diperiksa kembali dengan cara mengambil beberapa sampel produk jadi tiap
waktu yang telah ditentukan, yang disebut sampel inkubasi. Analisa sampling
inkubasi produk terdiri dari data: jam produk diproduksi, warna, kejernihan (bebas
endapan), kualitas coding, ukuran head space, ukuran crown cork, kadar gula
(°brix), aroma/rasa, pH, turbidity (NTU), % acidity khusus untuk produk asam,
dan kadar CO2 (g/L) khusus untuk produk berkarbonasi (Tebs). Selain
pemeriksaan fisika dan kimia diatas, dilakukan juga pemeriksaan mikrobiologis
untuk menjamin sterilitas dari produk. Produk yang memenuhi standar kualitas
(fisika, kimia dan mikrobiologi) dapat dilepas untuk dipasarkan.
Untuk pemeriksaan di mikrobiologi, produk jadi diinkubasi terlebih
dahulu sesuai dengan jenis produknya (untuk teh botol sosro, S-tee, dan lainnya
diinkubasi selama 1 hari sedangkan Tebs selama 7 hari). Selama masa inkubasi
produk diperiksa penampilan fisiknya untuk memastikan tidak adanya perubahan
organoleptik yang disebabkan oleh kerja mikroorganisme. Setelah masa inkubasi
barulah produk di kultur di beberapa media sesuai. Ada tiga macam media yang
digunakan yaitu Nutrient Agar (NA), Yeast Extract Agar (YEA), dan Orange
Serum Agar (OSA). NA digunakan untuk memeriksa keberadaan jamur dalam
produk jadi yang memiliki rasa asam dan manis. YEA digunakan untuk
memeriksa keberadaan bakteri dan kapang pada produk manis, sedangkan OSA
digunakan untuk memeriksa keberadaan bakteri dan jamur pada produk jadi yang
memiliki rasa asam (SOP Bagian QC Analis Mikrobiologi, 1996)
4.8 Laboratorium
PT. Sinar Sosro memiliki laboratorium fisika-kimia dan mikrobiologi
untuk bagian pegawasan mutu. Laboratorium-laboratorium ini dilengkapi dengan
alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk menganalisis bahan-bahan awal
yang digunakan, produk selama proses produksi dan juga produk akhir atau
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
72
Universitas Indonesia
produk jadi. Peralatan-peralatan yang digunakan dikalibrasi secara berkala agar
berfungsi dengan baik. Peralatan di kalibrasi baik secara internal maupun
eksternal. Untuk yang dikalibrasi dari internal dilakukan selama tiga bulan sekali
sedangkan yang dari eksternal dilakukan selama setahun sekali dan akan
mendapatkan sertifikat kalibrasinya.
4.9 Karyawan
Karyawan merupakan adalah operasional perusahaan yang merupakan
elemen penting pada perusahaan dalam menjamin mutu produk. Jumlah personil
PT. Sinar Sosro Cakung saat ini memadai dengan kualifikasi yang sesuai. Jam
kerja dibagi menjadi 3 shift yang masing-masing shift adalah 8 jam sehingga
produksi dapat dilaksanakan selama 24 jam non stop. Para karyawan tersebut
dalam sebuah organisasi. Misalnya dalam struktur organisasi departemen Quality
Control. Pimpinan adalah Manager QC yang dibantu oleh supervisor, analis dan
tenaga pembantu lainnya yang dibekali pengetahuan yang memadai di bidang
industri minuman. Para karyawan adalah karyawan yang sehat jasmani dan
rohani, kemudian baik dalam hal pendidikan ditunjang dengan kemampuan yang
sesuai dengan tugasnya masing-masing. Keterampilan dan kemampuan yang
memadai dari karyawan tidak terlepas dari usaha PT. Sinar Sosro untuk terus
melakukan pelatihan-pelatihan untuk para karyawan. Pelatihan terhadap karyawan
berdampak baik dalam peningkatan dan pemeliharaan mutu. Program pelatihan
karyawan pada PT. Sinar Sosro dilaksanakan oleh setiap departemen serta dinilai
oleh Bagian Personalia dan Umum setiap tahunnya. Melalui pelatihan-pelatihan
tersebut PT. Sinar Sosro berusaha membentuk karyawan untuk memiliki tanggung
jawab dalam penerapan mutu. Pelatihan-pelatihan yang telah dilakukan antara lain
: Sample Handling, HACCP, ISO Training, 5 R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat,
Rajin), Peltihan Kehalalan, dll.
Kesehatan dan higiene karyawan yang baik yaitu yang dapat menjamin
pekerja yang kontak langsung maupun tidak langsung dengan makanan dan
minuman tidak menjadi sumber pencemaran. Oleh karena itu karyawan, terutama
yang berhubungan dengan proses produksi dipastikan dalam keadaan sehat.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
73
Universitas Indonesia
Selama melakukan pekerjaannya karyawan diwajibkan untuk tidak makan dan
minum atau melakukan pekerjaan yang dapat mengakibatkan pencemaran
terhadap produk, misalnya merokok. Semua area di PT. Sinar Sosro merupakan
area dilarang merokok. Setiap karyawan diwajibkan untuk mencuci tangan pada
saat akan memulai dan mengakhiri pekerjaan. Tempat pencucian tangan tersedia
disetiap tempat kerja karyawan sehingga dapat menghindarkan kontaminasi dari
benda-benda asing yang berbahaya bagi kesehatan karyawan maupun
mempengaruhi kualitas produk.
Karyawan diberikan jaminan kesehatan oleh perusahaan. Pada PT. Sinar
Sosro terdapat sebuah klinik sebagai fasilitas kesehatan untuk para karyawan.
Selain itu juga terdapat fasilitas olahraga. Untuk menjaga keselamatan dan
kesehatan kerja maka karyawan diwajibkan untuk menggunakan alat-alat
keselamatan kerja yang telah disediakan. Karyawan di departemen produksi
diwajibkan mengenakan sepatu karet bergigi, sarung tangan, alat penutup telinga
(ear plug), penutup kepala, dan masker. Untuk karyawan pada laboratorium
pengawasan mutu (Quality Control) diharuskan mengenakan jas laboratorium.
Selain itu kebersihan di PT. Sinar Sosro sangat diutamakan, termasuk kebersihan
para karyawan.
Untuk alat pelindung diri untuk bagian produksi, personil yang wajib
menggunakan ear plug yaitu personil yang berada di area produksi suara sangat
bising dan bisa mengganggu kesehatan telinga, yaitu pada lini dengan kemasan
botol kaca (lini 2, 3 dan 4), sedangkan lini dengan kemasan botol PET (lini 5dan
6) tidak wajib menggunakan ear plug. Nilai ambang batas kebisingan yang
diperbolehkan menurut Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, selama 8
jam kerja maksimal 85 dB.
4.10 Wadah dan Pembungkus
Wadah dapat melindungi dan mempertahankan mutu isinya terhadap
pengaruh dari luar. Hal ini adalah ketentuan yang dipersyaratkan oleh CPMB.
Pada PT Sinar Sosro Cakung, wadah kemasan yang digunakan adalah botol kaca
dan botol pet. Kedua jenis wadah ini terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
74
Universitas Indonesia
kestabilan isi yaitu kaca dan plastik. Botol kaca dan pet juga tahan terhadap
perlakuan selama pengolahan seperti terhadap suhu panas, adanya gesekan atau
benturan antar botol atau dengan alat produksi.
Standar mutu wadah dan pembungkus semuanya diperiksa oleh bagian
Incoming Material. Pada saat produksi keduanya melalui tahap sterilisasi terlebih
dahulu sebelum diisi oleh produk minuman. Untuk botol kaca, dilakukan
pencucian yang melalui beberapa tahap menggunakan suatu mesin pencuci botol
(bottle washer). Setelah pencucian tersebut kemudian dilakukan pendeteksian
terhadap botol-botol kosong yang telah dicuci yang disebut EBI (Empty Bottle
Inspection). Untuk botol baru, sebelum digunakan harus melalui proses
pengawasan mutu terlebih dahulu di bagian Incoming Material.
4.11 Label
Label minuman harus jelas dan informatif untuk memudahkan konsumen
memilih, menyimpan, mengolah dan mengkonsumsi suatu minuman. Kode
produksi makanan dan minuman diperlukan untuk penarikan produk, jika
diperlukan.
Pada PT. Sinar Sosro Cakung, produk-produk dalam kemasan yang akan
dipasarkan harus melalui pemeriksaan terhadap kelengkapan label terlebih dahulu.
Label yang tercantum harus sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Label-label yang digunakan untuk setiap jenis produk memiliki
ukuran, kombinasi warna maupun bentuk tulisan yang berbeda-beda sebagai
identitas produk untuk menarik minat konsumen.
4.12 Penyimpanan
Penyimpanan yang baik dapat menjamin mutu dan keamanan bahan dan
produk makanan dan minuman. Pada PT Sinar Sosro Cakung, penyimpanan atau
pergudangan terbagi atas pergudangan bahan baku, pergudangan bahan pembantu,
pergudangan produk jadi, dan pergudangan harian yang diletakkan secara terpisah
agar tidak terjadi pencampuran.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
75
Universitas Indonesia
Pada umumnya pergudangan tidak memerlukan persyaratan khusus namun
tetap perlu diperhatikan kebersihan, suhu, dan kelembaban ruangan gudang.
Hanya gudang teh kering yang ditempatkan secara khusus yaitu dalam suatu
ruangan yang dilapisi oleh seng pada bagian lantai dan dindingnya untuk menjaga
kestabilan kelembaban ruangan. Hal ini dilakukan mengingat sifat teh yang sangat
mudah rusak. Aliran keluar-masuk bahan baku dan bahan pengemas ldiatur
dengan menggunakan sistem FIFO (First In First Out). Sistem ini merupakan
sistem yang mengatur bahan yang masuk dan yang keluar. Pada FIFO bahan yang
pertama kali masuk akan dikeluarkan terlebih dahulu sehingga memperkecil
jumlah bahan yang kadaluarsa yang karena terlalu lama tidak digunakan.
4.13 Pemeliharaan dan Program Sanitasi
Bangunan dan bagian lain harus dipelihara dan dibersihkan secara berkala
dan teratur sehingga selalu dalam keadaan bersih dan berfungsi dengan baik.
Begitu juga dengan pencegahan masuknya binatang harus dilakukan pencegahan
masuknya serangga, binatang pengerat, unggas, dan binatang lain ke dalam
bangunan. Pembasmian jasad renik, serangga, dan binatang pengerat (pest
control). Perlakuan pest control harus dilakukan secara hati-hati dan dijaga agar
tidak menganggu terhadap kesehatan dan tidak mencemari bahan maupun produk
akhir yang pada akhirnya akan menurunkan mutu dan keamanan produk. PT Sinar
Sosro melakukan pemeliharaan atau maintenance terhadap bangunan dan
peralatan secara rutin.
Limbah cair diolah di instalasi pengolahan limbah cair sebelum dialirkan
keluar pabrik. Limbah padat seperti pecahan botol, kardus, krat, bekas sedotan
akan dikumpulkan lalu dikirim ke pabrik pemasok untuk didaur ulang. Alat
pengangkutan dan alat pemindahan barang dalam bangunan unit produksi dijaga
dalam keadaan bersih dan tidak boleh merusak barang yang diangkut atau
dipindahkan, baik bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong yang digunakan
maupun produk akhir. Alat pengangkutan untuk mengedarkan produk akhir dijaga
kebersihannya, dapat melindungi produk, baik fisik maupun mutunya, sampai ke
tempat tujuan.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
76
Universitas Indonesia
4.14 Dokumentasi dan Pencatatan
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil resiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul
karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Semua kegiatan produksi,
pengujian dan analisa sampel, selalu didokumetasikan dengan baik. Pencatatan
tersebut penting untuk meningkatkan keefektifan sistem pengawasan makanan.
Catatan ini akan disimpan selama periode yang melebihi masa simpan produk
untuk menelusuri jika terdapat keluhan di kemudian hari.
4.15 Penarikan Produk
Penarikan produk adalah tindakan menghentikan produk dari peredaran
dan hal ini dilakukan bila produk diduga merupakan penyebab timbulnya penyakit
atau keracunan makanan. Tujuan dari penarikan produk adalah mencegah
timbulnya korban yang lebih banyak karena mengkonsumsi produk yang
membahayakan kesehatan. Selama ini produk PT. Sinar Sosro belum pernah
ditarik karena alasan tersebut. Produk kembalian disebabkan karena adanya
penurunan kualitas seperti produk basi, kadaluarsa, atau tutup berkarat. Produk
kembalian tersebut akan masuk ke bagian Below Standard untuk diinvestigasi
penyebab rusaknya produk. Selain itu, dilakukan pemeriksaan terhadap sampel di
gudang dokumen, yaitu sampel yang sesuai dengan tanggal pembuatan produk
yang bermasalah, untuk kemudian diperiksa oleh petugas laboratorium Quality
Control.
4.16 Pelatihan dan Pembinaan
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan makanan dan minuman
yang benar. Pelatihan dan pembinaan terhadap karyawan pengolah makanan
dilakukan dengan tujuan memberikan pengetahuan kepada karyawan, baik yang
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
77
Universitas Indonesia
berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan makanan tentang prinsip-
prinsip dan praktek pengolahan makanan sehingga mendapatkan pengetahuan
yang sesuai dengan kegiatan yang akan dilaksanakan dan meningkatkan kesadaran
karyawan mengenai cara produksi makanan yang baik dan peranannya dalam
melindungi makanan terhadap pencemaran dan penurunan mutu sebelum
melaksanakan tugasnya masing-masing. Untuk meningkatkan kompetensi
karyawan di PT. Sinar Sosro Cakung maka dilakukan pembinaan mulai dari
ketika karyawan diterima bekerja maupun pelatihan rutin di tiap bagian masing-
masing.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
78
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan selama PKPA di PT. Sinar Sosro,
dapat disimpulkan :
a. PT. Sinar Sosro Cakung telah memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan
untuk industri minuman dengan menerapkan Cara Produksi Makanan dan
Minuman yang Baik dalam berbagai aspek meliputi lokasi, bangunan,
fasilitas sanitasi, alat produksi, bahan, proses pengolahan, produk akhir,
laboratorium, karyawan, wadah dan pembungkus, label, penyimpanan dan
pemeliharaan.
b. Apoteker dapat berperan sebagai tenaga profesional dalam pengembangan
produk dan pegawasan kualitas produk di industri minuman antara lain
sebagai Kepala Unit Pengawasan Mutu, Kepala Unit Produksi dan Kepala
Unit Penelitian dan Pengembangan.
5.2 Saran
a. Kedisiplinan dan tanggung jawab masing-masing personil perlu ditingkatkan,
khususnya yang berperan langsung dalam proses produksi dan analisis mutu
produk melalui pelatihan-pelatihan mengenai CPMB secara
berkesinambungan agar pengetahuan dan keahlian personil dapat terus
berkembang.
b. Kelengkapan kerja dan alat pelindung diri para pekerja di bagian produksi
seperti sarung tangan, masker, penutup telinga, penutup kepala dan di bagian
pengawasan mutu seperti jas lab dan sarung tangan harus lebih diperhatikan
dan selalu digunakan selama bekerja untuk menghindari segala macam
kemungkinan timbulnya bahaya karena tidak adanya perlindungan diri dan
mencegah tejadinya kontaminasi oleh pekerja.
c. PT Sinar Sosro harus terus menjaga komitmen terhadap mutu produk agar
tetap menjadi market leader pada industri minuman teh dalam kemasan.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
79
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. (1978). Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
23/MenKes/SK/1978 tentang Pedoman Cara Produksi yang Baik untuk
Makanan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. (2002). Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Minum. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
PT. Sinar Sosro. (1996). Standard Operation Procedure Bagian Quality Control
Incoming Material. Jakarta: PT. Sinar Sosro.
PT. Sinar Sosro. (1996). Standard Operation Procedure Bagian Produksi.
Jakarta: PT. Sinar Sosro.
PT. Sinar Sosro. (1996). Standard Operational Procedure Bagian Quality Control
Inspector Manufacturing. Jakarta: PT Sinar Sosro.
PT. Sinar Sosro. (1996). Standard Operational Procedure Bagian Quality Control
Below Standard. Jakarta: PT Sinar Sosro.
PT. Sinar Sosro. (1996). Standard Operational Procedure Bagian Quality Control
Analis Mikrobiologi. Jakarta: PT Sinar Sosro.
PT. Sinar Sosro. (1996). Standard Operational Procedure Bagian Quality Control
Analis. Jakarta: PT Sinar Sosro.
PT. Sinar Sosro. (1996). Standard Operational Procedure Bagian Quality Control
Waste Water Treatment. Jakarta: PT Sinar Sosro.
Fulder, S. (2004). Khasiat Teh Hijau. Jakarta: PT Prestasi Pustakarya.
Hartoyo, A. (2003). Teh & Khasiatnya Bagi Kesehatan, Sebuah Tinjauan Ilmiah.
Yogyakarta: Kanisius.
Pambudi, J. (2006). Potensi Teh Sebagai Sumber Zat Gizi Dan Perannya Dalam
Kesehatan. Jakarta: Lembaga Riset Perkebunan Indonesia.
PT Sinar Sosro. (2005). Company and Product Knowledge. Jakarta: PT Sinar
Sosro.
Sejarah Teh Dunia. (2008). 7 Februari 2010. http://www.sosro.com.
Winarno, F.G., & Surono. (2004). GMP Cara Pengolahan Pangan yang Baik.
Bogor:M-BrioPress.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
78 Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
80 Universitas Indonesia
Lampiran 1. Persyaratan Air Minum Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan
No. 907/MENKES/SK/VII/II/2002
I. BAKTERIOLOGIS
Parameter Satuan Kadar Maksimum
yang Diperbolehkan
Keterangan
1 2 3 4
a. Air minum
E. coli atau fecal coli
b. Air yang masuk
sistem distribusi
E. coli atau fecal coli
Total Bakteri Coliform
c. Air pada sistem
distribusi
E. coli atau fecal coli
Total Bakteri Coliform
Jumlah per 100 ml
sampel
Jumlah per 100 ml
sample
Jumlah per 100
sampel
Jumlah per 100 ml
sampel
Jumlah per 100 ml
sampel
0
0
0
0
0
II. KIMIA
A. Bahan-bahan Inorganik (yang memiliki pengaruh langsung pada kesehatan)
Parameter Satuan Kadar Maksimum
yang Diperbolehkan
Keterangan
1 2 3 4
Antimony
Air raksa
Arsenic
Barium
Boron
Cadmium
Kromium
Tembaga
Sianida
Fluoride
Timah
Molybdenum
Nikel
Nitrat (sebagai NO3-)
Nitrit (sebagai NO2-)
Selenium
(mg/liter)
(mg/liter)
(mg/liter)
(mg/liter)
(mg/liter)
(mg/liter)
(mg/liter)
(mg/liter)
(mg/liter)
(mg/liter)
(mg/liter)
(mg/liter)
(mg/liter)
(mg/liter)
(mg/liter)
(mg/liter)
0,005
0,001
0,01
0,7
0,3
0,003
0,05
2
0,07
1,5
0,01
0,07
0,02
50
3
0,01
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
81 Universitas Indonesia
B. bahan-bahan Inorganik (yang kemungkinan dapat menimbulkan keluhan pada
konsumen)
Parameter Satuan Kadar Maksimum
yang Diperbolehkan
Keterangan
1 2 3 4
Ammonia
Alumunium
Klorida
Copper
Kesadahan
Hidrogen sulfida
Besi
Mangan
pH
Sodium
Sulfate
Total padatan terlarut
Seng
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
-
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
1,5
0,2
250
1
500
0,05
0,3
0,1
6,5-8,5
200
250
1000
3
C. Bahan-bahan Organik (yang memiliki pengaruh langsung pada kesehatan)
Parameter Satuan Kadar Maksimum
yang Diperbolehkan
Keterangan
1 2 3 4
Clorinated alkanes
Carbon tetrachloride
Dichloromethane
1,2-dichloroethane
1,1,1-trichloroethane
Chlorinated ethenes
Vinyl chloride
1,1-dichloroethene
1,2-dicloroethene
Trichloroethene
Tetrachloroethene
Aromatic
hydrocarbons
Benzene
Toluene
Xylenes
Benzo(a)pyren
Chlorinated benzenes
Monochlorobenzene
1,2-dichlorobenzene
1,4-dichlorobenzene
Trichlorobenzene
(total)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
2
20
30
2000
5
30
50
70
40
10
700
500
0,7
300
1000
300
20
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
82 Universitas Indonesia
Lain-lain
Di(2-ethylexyl)adipat
Di(2-ethyl)phtalate
Acrylamide
Epichlorohdrin
Hexachlorobutadiene
Edetic acid (EDTA)
Tributyltin oxide
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
80
8
0,5
0,4
0,6
200
2
D. Bahan-bahan Organik (yang kemungkinan dapat menimbulkan keluhan pada
konsumen)
Parameter Satuan Kadar Maksimum
yang Diperbolehkan
Keterangan
1 2 3 4
Toluene
Xylene
Ethylbenzene
Styrene
Monochlorobenzene
1,2-dichlorobenzene
1,4-dichlorobenzene
Trichlorobenzene
Desinfektan dan hasil
sampingnya
Chlorine
2-chlorophenol
2,4-dicholrophenol
2,4,6-trichlorophenol
µg/l
µg/l
µg/l
µg/l
µg/l
µg/l
µg/l
µg/l
µg/l
µg/l
µg/l
µg/l
24-170
20-1800
2-200
4-2600
10-120
1-10
0,3-30
5-50
600-1000
0,1-10
0,3-40
2-300
E. Pestisida
Parameter Satuan Kadar Maksimum
yang Diperbolehkan
Keterangan
1 2 3 4
Alachlor
Aldicarb
Aldrin/dieldrin
Atrazine
Bentazone
Carbofuran
Chlordane
Chlorotoluran
DDT
1,2-dibromo-3-
chloropropane
2,4-D
1,2-dichloropropene
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
20
10
0,03
2
30
5
0,2
30
2
1
30
20
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
83 Universitas Indonesia
1,3-dichloropropene
Heptachlor and
heptachlor epoxide
Hexachlorobenzene
Isoproturon
Lindane
MCPA
Metholachlor
Metolachlor
Molinate
Pendimethalin
Pentacholrophenol
Permethrin
Propanil
Pyridate
Simazine
Trifluralin
Chlorophenoxy
herbicides selain 2,4-
D dan MCPA
2,4-D
Dichlorprop
Fenoprop
Mecoprop
2,4,5-T
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
20
0,03
1
9
2
2
20
10
6
20
9
20
20
100
2
20
90
100
9
10
9
F. Desinfektan dan Hasil Sampingnya
Parameter Satuan Kadar Maksimum
yang Diperbolehkan
Keterangan
1 2 3 4
Monochloramine
Chlorine
Bromate
Chlorite
Cholrophenol
2,4,6-triclorophenol
Formaldehyde
Trihalomethanes
Bromoform
Dibromochloromethane
Bromodichloromethane
Chloroform
Chlorinated acetic acids
Dichloroacetic acid
Trichloroacetic acid
Chloral hydrate
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
3
5
25
200
200
900
100
100
60
200
50
100
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
84 Universitas Indonesia
(trichloroacetal-dehyde)
Halogenated acetonitriles
Dichloroacetonitrile
Dibromoacetonitrile
Trichloracetonitrile
Cyanogen chloride
(sebagai CN)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
(µg/liter)
10
90
100
1
70
IV. FISIK
Parameter Satuan Kadar Maksimum
yang Diperbolehkan
Keterangan
1 2 3 4
Parameter fisik
Warna
Rasa dan bau
Temperatur
Kekeruhan
TCU
-
°C
NTU
15
-
Suhu udara ±3°C
5
Tidak berbau dan berasa
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
85 Universitas Indonesia
Lampiran 2. Struktur Organisasi Bagian Quality Qontrol
General Manager
Manajer QC
Supervisor QC
Field Insp Insp
IncoMat
Analis Adm QC
Op WWTP
Kapok Gd BS
Selektor
Cleaner QC
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
86 Universitas Indonesia
Lampiran 3. Denah PT. Sinar Sosro Cakung
Lampiran 4. Spesifikasi Dimensi Botol
Keterangan : 1. Ruang produksi
2. Ruang pengawasan mutu
3. Kantor HIMP
4. Logistik
5.Tempat material handling
6. Spare part
7. Pusat energi
8. Gudang induk
9. Gudang botol dan kemasan
10. Kantin
11. Pengolahan limbah
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
87 Universitas Indonesia
Spesifikasi Standar TBS FTB S-tee Tebs
Tinggi botol (mm) Maximum
Normal
Minimum
221,9
220,7
219,5
207,2
206
204,4
246,2
245,0
24.3,8
219,2
218,0
216,0
Diameter mulut botol dalam
(mm)
Maximum
Normal
Minimum
17,07
16,57
16,07
17,07
16,57
16,07
17,07
16,57
16,07
17,07
16,57
16,07
Diameter mulut botol luar
(mm)
Maximum
Normal
Minimum
26,99
26,67
26,36
26,99
26,67
26,36
26,99
26,67
26,36
26,99
26,67
26,36
Volume botol (ml) Maximum
Normal
Minimum
234,6
232,0
229,4
254,0
247,0
240,0
341,0
334,0
327,0
254,0
247,0
240,0
Diameter dasar botol (mm) Maximum
Normal
Minimum
56,6
55,5
54,4
59,2
58,0
56,8
61,2
60,0
58,8
57,2
56,2
55,0
Berat botol kosong (g) Maximum
Normal
Minimum
310
300
290
310
300
290
365,0
355,0
345,0
325,0
315,0
305,0
Keterangan:
TBS = Teh Botol Sosro
FTB = Fruit Tea Botol
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
88 Universitas Indonesia
Lampiran 5. Skema Aliran Proses Pemasakan (Kitchen)
Pelarutan
Gula
PHE
Air
Softener
Cosmos Filter
Tangki
Penyangga
Tangki
Pencampur
Cosmos Filter
Ekstraksi Teh
PHE
Tangki
Penyangga
Boiler
Teh Kering
Pasteurisasi
Gula
Hopper
QC QC
Turbidity
: NOT OK QC
Derajat
Kemanisan
: NOT OK
Pengisian
(filling)
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
89 Universitas Indonesia
Lampiran 6. Skema Aliran Proses Pembotolan (Bottling) di Lini 2
Paletizer
Unit
Pasteurisasi
Crater
Crate Washer
Krat
Coding (Video Jet)
Crowner Box Crowner
OPI Scan
Buffer Tank
(TCM)
Filler
Bottle Washer
Botol
Decrater
Depaletizer
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
90 Universitas Indonesia
Lampiran 7. Skema Aliran Proses Pembotolan (Bottling) di Lini 5
Packaging
Decrater
Coding
Mesin Perekat
Label
Labeling
Buffer Tank
(TCM)
Sprayer
Cooling Tunnel
Tilting
Capper Box Capper
Filler
Rinser
Loading Botol
(manual)
Unit
Pasteurisasi
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
91 Universitas Indonesia
Lampiran 8. Skema Aliran Pengolahan Limbah Cair
Bak PumpPit
Bak Ekualisasi Bak Aerasi Bak Clarifier
Effluent Sand Filter Carbon Filter
Limbah Cair
Pabrik
Cooling
Tunnel
Devider Digestor Filter Press
Cl2
Air Untuk
Cleaning
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
92 Universitas Indonesia
Lampiran 9. Tabel SNI Minuman Teh dalam Kemasan
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
93 Universitas Indonesia
Lampiran 10. Tabel Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
94
Lampiran 11. Bagan Pengolahan Air (Water Treatment)
Sumur arthesis
Reservoar
Sand Filter I,II,III,IV
Carbon Filter I,II
Cation I, II Softener Kation III
Header
buffer
TBS
Header
buffer
TBS
Carbon Filter 3 Carbon Filter 4
Buffer TBS Buffer STB
Buffer L-4
Tekanan Tinggi
Anion
Carbon Filter
Buffer
Buffer softener
Pendingin TCA
Laboratorium
Lini 4
Kitchen
Ketel
Konveyor Lini 3
Botlle Washer Lini 2,3
Pasteuriser L-5
Konveyor Lini 4
Pasteuriser L-6
Sirup
CF 6
Mesin pengisi
UV
Kitchen Lini 4
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
95
Lampiran 12. Standar Kualitas Water Treatment
PARAMETER SATUAN
TAHAPAN PROSES
RSV S.F C.F I/II
CAT.
I/II/III ANION C.F III C.F. IV BUFF
BUFF
S-TEE SOFT
P-alkalinitas mg/l - - - 0 0 0 0 0 0 -
M-alkalinitas mg/l - - - 0 <30 250-350 150-250 250-350 150-250 -
pH - 6,5-8,5 - - <4,5 5,0-7,5 6,5-7,5 6,0-7,5 6,5-7,5 6-7,5 6,5-7,5
total hardness dH <10 - - <0,1 <1 *2-4 *1-2 *2-4 *1-2 <0,2
besi (fe) mg/l - <0.3 - - - - - <0,3 <0,3 -
mangan (Mn) mg/l - <0,1 - - - - - <0,1 <0,1 -
khlorida (cl-) mg/l <250 - - - <20 <50 <50 <50 <50 -
khlorin (cl2) mg/l 0,5-2 - 0 - - 0 0
nitrit (NO2) mg/l <10 - - - <0,05 <0,05 <0,05 <0,05 <0,05 -
sianida (CN-) mg/l - - - - - - - <0,07 <0,07 -
conductivity µs/cm - - - - <100 - - <900 - -
turbidity NTU - <4 <2 - <2 - - <2 - <2
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
78
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
i
UNIVERSITAS INDONESIA
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI PT. SINAR SOSRO PABRIK CAKUNG
JL. RAYA SULTAN AGUNG KM. 28 KELURAHAN MEDAN
SATRIA BEKASI 17132, JAWA BARAT
PERIODE 4 Maret - 28 Maret 2013
DESAIN STANDAR LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
OLEH :
YULIA ANGGRAENI, S.Farm.
1206313936
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JANUARI 2014
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI PT. SINAR SOSRO PABRIK CAKUNG
JL. RAYA SULTAN AGUNG KM. 28 KELURAHAN MEDAN
SATRIA BEKASI 17132, JAWA BARAT
PERIODE 4 Maret - 28 Maret 2013
DESAIN STANDAR LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Apoteker
OLEH :
YULIA ANGGRAENI, S.Farm.
1206313936
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JANUARI 2014
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ vi
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ...................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................. 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3
2.1 Good Laboratory Practice (GLP) ......................................................... 3
2.2 Laboratorium Mikrobiologi .................................................................. 3
2.3 Klasifikasi Laboratorium Mikrobiologi ................................................. 3
2.4 Persyaratan Laboratorium Mikrobiologi Untuk Pengembangan Agen
Pengendali Hayati (APH)..................................................................... 4
2.5 Hal Dasar Dalam Desain Laboratorium Mikrobiologi ........................... 5
2.5.1 Gedung ...................................................................................... 5
2.5.2 Tingkat Biosafety ........................................................................ 6
2.5.3 Aliran Udara ............................................................................... 7
2.5.4 Lantai ......................................................................................... 9
2.6 Desain atau konstruksi standar laboratorium ......................................... 9
2.7 Standart Operasional Praktek di Laboratorium Mikrobiolog ............................ 11
BAB 3. PEMBAHASAN ...................................................................................... 13
3.1 Ruangan Laboratorium Mikrobiologi ................................................... 14
3.2 Sanitasi dan Hygiene ........................................................................... 16
BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 18
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
iv
4.1 Kesimpulan .......................................................................................... 18
4.2 Saran .................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jenis lantai yang di sarankan ................................................................. 9
Tabel 2. Infrastruktur dasar persyaratan fisik untuk laboratorium pengujian
mikrobiologi .......................................................................................... 10
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Contoh desain lantai epoxy ............................................................... 20
Lampiran 2. Contoh desain jendela penyekat diruang laboratorium mikrobiologi.. 20
Lampiran 3. Layout tata letak laboratorium mikrobiologi makanan dan minuman
skala kecil ........................................................................................ 21
Lampiran 4. Layout tata letak peralatan pengujian di laboratorium mikrobiologi
untuk pengujian skala kecil ............................................................... 22
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
1 Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Laboratorium merupakan bagian dari organisasi yang memiliki
kewenangan, fungsi dan dapat diminta pertanggung jawaban secara legal terhadap
pengujian produk. Laboratorium yang baik menjadi penting untuk sebuah industri,
baik Obat, makanan atau minuman, produk kosmetik serta produk lainnya yang
berkaitan dengan kebutuhan manusia. Fungsi Laboratorium dalam industri
sebagai pengawasan mutu produk sangat di tunjang dengan fasilitas yang
memadai untuk berlangsungnya proses pengujian yang berkualitas. Salah satu
laboratorium yang penting dimiliki oleh sebuah industri obat, makanan atau
minuman adalah laboratorium mikrobiologi. Pada awalnya laboratorium
mikrobiologi hanya digunakan sebagai sarana penunjang diagnosis. Dengan
semakin majunya ilmu pengetahuan maka fungsi laboratorium semakin
meningkat, tidak hanya untuk diagnosis tetapi mencakup bidang makanan dan
minuman.
Dalam mengembangkan laboratorium mikrobiologi diperlukan prinsip-
prinsip keamanan dan keselamatan kerja, mengingat bekerja dengan
mikroorganisme juga mempunyai resiko yang sama bahayanya dengan
penggunaan bahan kimia maupun radioaktif. Dalam beberapa studi kasus
dilaboratorium ada sekitar 20% dari seluruh kasus yang terjadi di laboratorium,
hal tersebut terjadi dikarenakan terinfeksi oleh mikroorganisme yang merugikan,
oleh karena itu dalam bekerja di laboratorium perlu berhati-hati dan diperlukan
prosedur standar dan peralatan standar yang dapat menjamin keamanan dan
keselamatan personil laboratorium.
Standar laboratorium mikrobiologi yang baik menurut USP adalah
laboratorium yang kegiatannya bergantung pada beberapa prinsip yaitu teknik
aseptik, memiliki kontrol media, kontrol strain uji, kontrol peralatan, dokumentasi
dan evaluasi data, serta pelatihan untuk staf atau karyawan laboratorium. Hal
tersebut merupakan macam-macam istilah yang digunakan dalam data
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
2
Universitas Indonesia
mikrobiologi. Kehandalan dan kemampuan untuk memproduksi
tergantung pada penggunaan metode yang sesuai. Adapun teknis penunjang
pelaksanaan pengujian di laboratorium mikrobiologi harus memenuhi syarat
standar laboratorium yang telah di tentukan.
Maka dari itu pada kesempatan ini penulis akan mengangkat tema tugas
khusus tentang standar laboratorium mikrobiologi yang baik, untuk mengetahui
seberapa pentingnya desain yang baik dalam pembangunan laboratorium
mikrobiologi di PT.Sinar Sosro Cakung.
1.2. Tujuan
Praktek kerja profesi apoteker (PKPA) di PT.Sinar Sosro bertujuan untuk :
a. Mengetahui Standar Laboratorium Mikrobiologi yang baik.
b. Memberikan Saran tentang Standar Desain Laboratorium Mikrobiologi Yang
Baik di PT.Sinar Sosro Cakung.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
3 Universitas Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Good Laboratory Practice (GLP)
Good Laboratory Practice (GLP) adalah suatu sistem mutu yang berkaitan
dengan sebuah proses dan kondisi kesehatan non-klinik dan keselamatan
lingkungan yang di mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
penyimpanan, dokumentasi dan pelaporan. Prinsip GLP adalah untuk
mempromosikan pengembangan uji kualitas data dan menyediakan alat untuk
memastikan pendekatan suara ke manajemen laboratorium penelitian, termasuk
perilaku, pelaporan dan pengarsipan. (WHO.2009)
Prinsip GLP dianggap sebagai standar untuk memastikan kualitas,
kehandalan dan integritas penelitian, kesimpulan pelaporan yang diverifikasi dan
ketertelusuran data. Prinsip-prinsip GLP mewajibkan lembaga untuk menetapkan
peran dan tanggung jawab kepada staf untuk memastikan manajemen operasional
yang baik, pemahaman serta fokus pada aspek-aspek pelaksanaan studi
(perencanaan, monitoring, perekaman, pelaporan, pengarsipan). (WHO.2009)
2.2. Laboratorium Mikrobiologi
Laboratorium mikrobiologi adalah Laboratorium yang mempelajari
tentang mikroorganisme, baik yang bersel satu dan kelompok, tidak terlihat
dengan mata telanjang sebagai organisme individu. Mempelajari tentang
mikroorganisme dalam makanan dan minuman merupakan hal penting, karena
pengaruh mikroorganisme yang dapat merusak produk makanan dan minuman
yang akan menimbulkan reaksi patogen pada manusia dan hewan.
2.3. Klasifikasi Laboratorium Mikrobiologi (Z, Linar, 2011)
Klasifikasi Laboratorium Mikrobiologi Berdasarkan resiko infeksi,
mikroorganisme diklasifikasikan ke dalam 4 (empat) kategori.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
4
Universitas Indonesia
a. Kategori risiko 1 : tidak menimbulkan resiko/resiko sangat rendah
(individu, masyarakat), tidak menyebabkan penyakit (manusia/ternak).
b. Kategori resiko 2: menimbulkan resiko sedang (individu), resiko rendah
(masyarakat), dapat menimbulkan sakit akan tetapi tidak menimbulkan
bahaya yang serius. Infeksi yang terjadi dapat dicegah dan resiko
penyebaran terbatas.
c. Kategori resiko 3 : menimbulkan resiko tinggi (individu), resiko rendah
(masyarakat), dapat menimbulkan sakit serius tetapi tidak menyebar,
tersedia tindakan pencegahan dan pengobatan efektif.
d. Kategori resiko 4 : menimbulkan resiko tinggi (individu, mayarakat), dapat
menimbulkan sakit serius, sangat menular dan belum tersedia tindakan
pencegahan dan pengobatan yang efektif.
Berdasarkan Tingkat Keamanan Biologis laboratorium diklasifikasikan
sebagai berikut :
a. Laboratorium Tingkat keamanan Biologis I : Menyelenggarakan kegiatan
dengan kelompok mikroorganisme kategori Resiko 1.
b. Laboratorium Tingkat keamanan Biologis II : Menyelenggarakan kegiatan
dengan kelompok mikroorganisme resiko II.
c. Laboratorium Tingkat Keamanan Biologis III : Menyelenggarakan kegiatan
dengan mikroorganisme resiko III.
d. Laboratorium Tingkat Keamanan Biologis IV : Menyelenggarakan kegiatan
dengan kelompok mikroorganisme resiko IV
2.4. Persyaratan Laboratorium Mikrobiologi Untuk Pengembangan Agen
Pengendali Hayati (APH) (Z, Linar, 2011)
Dalam mengembangkan Agen Pengendalian Hayati (APH) di
laboratorium diperlukan persyaratan tertentu sesuai dengan standart laboratorium
tingkat keamanan Biologis I dan II. Persyaratan laboratorium tingkat keamanan
Biologis I meliputi : pintu yang dapat digunakan untuk akses masuk dan keluar,
terdapat bak cuci tangan, disediakan jas laboratorium dan rak penyimpanannya,
ruangan mudah dibersihkaan, kedap air, perabotan kokoh, jendela dilengkapi
saringan debu, Biological Safety Cabinet (BSL), autoclave untuk sterilisasi alat,
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
5
Universitas Indonesia
bahan maupun sterilisasi sisa-sisa kultur/isolat yang tidak terpakai sebelum
dibuang.
Persyaratan laboratorium tingkat keamanan Biologis II yaitu : pintu dapat
menutup sendiri, tersedia bak cuci tangan (steinless steel), perabotan kokoh,
jendela dilengkapi saringan debu, dilengkapi dengan Biological Safety Cabinet
(BSL)/Laminar flow menggunakan filter udara yang dapat mengalirkan ulang
udara yang tersaring, membuang sebagian udara ke atmosfer dan memasukkan
udara melalui bagian depan cabinet. Cahaya/penerangan cukup, membatasi lalu
lintas orang maupun barang ketika personil laboratorium sedang bekerja.
2.5. Hal Dasar Dalam Desain Laboratorium Mikrobiologi: (Sugiharta,
R.Sandi)
Beberapa hal mendasar dalam membangun laboratorium mikrobiologi,
diantaranya adalah :
2.5.1 Gedung
Secara umum pembagian ruangan berdasarkan fungsi
a. Ruang kantor (Office)
b. Ruang penerimaan sampel
c. Ruang loker atau ruang ganti personil (analis)
d. Ruang penyimpanan media dan sampel yang akan di uji
e. Ruang pembuatan media
f. Ruang penyimpanan biakan standar (reference culture) dan penyimpanan
biakan kerja (working culture).
g. Ruang penyimpanan alat instrumen
h. Ruang steril, yang digunakan untuk pengujian harian
i. Ruang inkubator
j. Ruang cuci
Dalam pembagian ruangan diperlukan desain lay out yang tepat, yaitu:
a. Desain lampu dan ventilasi,
b. Saklar lampu yang tertutup
c. Epoxy pada lantai dan dinding. Lantai vinyl tahan uap panas, dengan di tutup
atau dilapisi epoxy. Mudah dibersihkan, didisinfeksi
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
6
Universitas Indonesia
d. Furniture khusus dengan bahan stainless steel
e. Atap yang digunakan bukan terbuat dari asbes ataupun triplek
f. air lock sebagai ruang atau daerah transfer
g. Pass Box, dengan mekanisme tutup buka yang di gunakan sebagi ruang antara
produk
h. Aliran Udara, satu arah positif atau negatif
i. Sesuai SNI 7388:2009 batas maksimum mikroba dalam pangan.
2.5.2 Tingkat Biosafety
Istilah Biosafety adalah aplikasi dari kombinasi petunjuk dan prosedur
laboratorium, fasilitas laboratorium, dan pengendalian keamanan ketika bekerja
dengan mikroorganisme yang berpotensi menyebabkan infeksi.
a. Biosafety Level 1
Digunakan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan agen biologi
berkarakter yang sudah dikenal.
Contoh mikroorganisme : Bacillus Subtilus, Pseudomonas putida, Naegleria
gruberi, Infectious Canine Hepatitis Virus.
Peralatan keselamatan : Tidak ada, meja kerja terbuka
Perlengkapan : bak terbuka untuk mencuci tangan
b. Biosafety Level 2
Tempat bekerja yang melibatkan agen biologi yang sudah diidentifikasi.
Untuk pencegahan telah tersedia vaksin dan jika terinfeksi telah tersedia
antibiotik.
Contoh mikroorganisme : Salmonella sp., E. coli, Bacillus anthracis,
Bordetella perrtussis, Brucella spp, Clostridium Botulinum, Clostridium
Tetani, Heliobacter Pylori, Salmonella Spp, Yersinia Pestis, Shigella spp.
Peralatan keselamatan yang dibutuhkan.: Bio Safety ruang kelas I atau II,
Baju/Jas Laboratorium, Sarung tangan, masker .
Perlengkapan : Meja terbuka ditambah Kabinet Biosafety (KB) untuk aerosol
yang berbahaya
c. Biosafety Level 3
Tempat untuk bekerja menggunakan agen biologi infeksius yang bisa
menyebabkan potensi penyakit serius atau kematian (Avian flu, Virus St.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
7
Universitas Indonesia
Louis encephalitis, Coxiella burnetii, Mycobacterium tuberculosis) Contoh
mikroorganisme : Mycobacterium Tuberculosis, Vesicular Stomatitis Virus,
Yellow Fever Virus, Francisella tularensis, Coxiella burnetti, Avian flu, Virus
St. Louis encephalitis
Perlengkapan Keselamatan yang dibutuhkan : Bio Safety ruang kelas I atau
II, Baju/ Jas Laboratorium, Sarung tangan, masker, ruangan terkontrol.
Perlengkapan : Open Bench top, washing sink, autoclave, akses koridor yg
terpisah, akses pintu khusus, exhaust tidak di resirkulasi, negatif airflow
d. Biosafety Level 4
Tempat untuk bekerja dengan agen biologi berbahaya dan eksotik yang
beresiko tinggi menimbulkan penyakit yang mematikan.
Contoh mikroorganisme : Smallpox virus, Ebola Virus, Hemorrhagic Fever
Viruses, HIV.
Perlengkapan Keselamatan yang dibutuhkan : Bio Safety Cabinet Class I or
II, Baju/ Jas Laboratorium, sarung tangan, masker, ruang terkontrol,
dekontaminasi semua limbah dan material , dekontaminasi baju sebelum di
cuci, baju diganti sebelum masuk, shower.
Perlengkapan : Open Bench top, washing sink, autoclave, ruang koridor yang
terpisah, pintu khusus, exhaust tidak di resirkulasi, negatif airflow, ruangan
laboratorium dalam terpisah atau terisolasi, system supplai dan exhaust
khusus.
2.5.3 Aliran Udara
Ruang pengujian produk steril membutuhkan tekanan positif, posisi pintu
terbuka keluar, dengan pintu airlock yang terbuka keluar. Tekanan udara di jaga
selalu positif – ditunjukkan dengan pressure gauge atau indikator. Memaksa aliran
udara hanya Keluar dari cleanroom, sehingga aliran udara luar yang kotor tidak
bisa masuk ke dalam.
Ruang patogen harus berada dalam kondisi tekanan negatif, posisi pintu
terbuka kedalam, dengan pintu airlock terbuka kedalam. Aliran udara bergerak
dari area yang tidak berbahaya ke area yang sangat berbahaya. Supply cadangan
udara (90% dari keluaran) harus cukup tersedia di laboratorium. Air lock
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
8
Universitas Indonesia
dibutuhkan dilaboratorium untuk meminimalkan volum udara yang masuk dan
untuk kontrol tekanan negatif.
2.5.3.1 Pengendalian kontaminasi
Suhu harus selalu dijaga untuk mengurangi pertumbuhan (virus, spora,
fungi, bakteri) Kenyamanan pekerja. Kelembaban Mengendalikan pertumbuhan
mikroba Pengaruh pada produk.
2.5.3.2 Air Conditioner (AC)
a. Air Conditioner (AC) Split
1) Tidak direkomendasikan penggunaan nya di Laboratorium Mikrobiologi.
2) Berpotensi besar sebagai sumber kontaminasi mikrobiologi
3) Apabila terpaksa, lakuka pencucian dan pembersihan rutin (antibakteri,
antijamur)
b. Air Conditioner (AC) Central
1) Direkomendasikan penggunaannya dengan dilengkapi lapisan penyaring
(HEPA).
2) Aliran udara laminer adalah udara yang mengalir lurus satu arah
(unidirectional)
3) Tanpa dihalangi atau dibelok- belokkan. Aliran udara ini terus menerus
dipertahankan
4) Melalui suatu saluran udara laminer yang mengarahkan udara lurus dari atas
ke bawah
2.5.3.3 HEPA Filter (High Efficiency Particulate Air)
HEPA Filter berfungsi sebagai alat kontrol kontaminasi. HEPA filter
digunakan untuk menghilangkan partikel dan mikroorganisme dari pasokan
udara ke manufaktur atau kamar pengisian, tudung aliran laminar, lemari
biosafety, dll.
HEPA Fact: HEPA filter terbuat dari microfibers boron silikat dibentuk
menjadi lembaran datar dengan proses yang sama dengan pembuatan kertas.
Lembaran datar lipit untuk meningkatkan luas permukaan keseluruhan. Sebuah
filter HEPA mampu menjebak 99,99% dari partikel diameter yang lebih besar
dari atau sama dengan 0,3 mikron.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
9
Universitas Indonesia
2.5.4 Lantai (PO CPOB 2009)
Jenis lantai yang di sarankan di laboratorium adalah :
Tabel 1. Jenis lantai yang di sarankan
Jenis Deskripsi Fungsi
Beton dilapisi lembar vinyl Ketahanan bahan kimia
terbatas
Mudah tergores
Sambungan di “sealed”
agar kedap air
Untuk beban sedang
Laboratorium
Beton dilapisi epoxi atau
polyurethane
Permukaan tidak berpori
Mudah tergores
Ruang steril
Ubin keramik Tahan terhadap bahan
kimia dan goresan
Celah perlu ditutup
Licin bila basah
Laboratorium
2.6. Desain atau konstruksi standar laboratorium
Pedoman umum untuk desain laboratorium kimia berlaku untuk
laboratorium mikrobiologi juga. Namun, desain laboratorium mikrobiologi
membutuhkan perhatian khusus karena sifat dari bahan uji yang ditangani. Desain
laboratorium mikrobiologi perlu memperhatikan karakteristik umum dari
mikroorganisme diantaranya mikroorganisme tidak terlihat, bisa muncul di udara,
pada bagian permukaan atau terbawa oleh personil yang bekerja di laboratorium,
dan mereka bisa tumbuh menjadi populasi yang besar.
Ketika pengujian mikroorganisme, laboratorium harus memberikan
kondisi yang sangat nyaman untuk pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu,
Laboratorium perlu mengembangkan teknik dalam pengelolaan area populasi
mikroba, kontrol pencegahan kontaminasi ke lingkungan, dan mekanisme untuk
mencegah kontaminasi kearea aseptik. Desain awal dari sebuah laboratorium
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
10
Universitas Indonesia
mikrobiologi yaitu perlunya pemisahan ruang sesuai fungsi dengan persyaratan
lingkungannya. Persyaratannya dapat dilihat dalam Tabel 2.
Tabel 2. Infrastruktur dasar persyaratan fisik untuk laboratorium pengujian
mikrobiologi
Ruang dan
ukuran (m2)
[min-max]
Fungsi Persyaratan Khusus
Lab Pengujian [30-
50]
Pengujian sampel
Mengontrol Suhu dan kelembaban;
menjaga kualitas udara dari
mikroba spesifik; digunakan hanya
untuk pengujian; permukaan
lantai,kursi dibersihkan setiap hari;
peralatan pengujian saja.
Ruang Preparat
media [15-25]
Untuk mempersiapkan
Pembuatan Media
Mikrobiologi &
Penyimpanan
Harus memenuhi persyaratan
pengujian laboratorium, hanya
untuk peralatan pembuatan media,
termasuk untuk menyimpan media
mikrobiologi yang tidak terpakai
Ruang Inkubator
[15-25]
Ruang Inkubasi
Suhu tetap dijaga dibawah 33oC;
suhu untuk pemakaian inkubasi
antara 10oC-45
oC; sirkulasi udara
hanya perlu dimonitor
Ruang Kultur [10]
Untuk penyimpanan
kultur
Kontrol suhu dan kelembaban;
sirkulasi udara; hanya untuk kultur;
permukaan lantai dan peralatan
dibersihkan sebelum dan sesudah
bekerja; terdapat lemari pendingin
(kulkas)
Ruang
Dekontaminasi
[15-25]
(ruang cuci)
Untuk mencuci peralatan
yang terkait dengan
pengujian
Ruang hanya untuk mencuci
peralatan setelah selsai pengujian;
dilakukan setiap hari setelah
pengujian.
Ruang Penerimaan
sampel [15-25]
Untuk tempat menyimpan
sementara sampel
Letak lokasi mudah untuk akses
karyawan; letak jauh dari ruang
pengujian; terdapat lemari
pendingin (kulkas)
Ruang
penyimpanan
sampel uji[15-20]
Untuk penyimpanan
sementara sampel uji
Letaknya jauh dari ruang pengujian
dan dilengkapi lemari pendingin
(kulkas)
Ruang
penyimpanan
Media[0-10]
Untuk menyimpan media
Suhu diatur sekitar 15oC; dapat
menggunakan lemari kecil (untuk
skala laboratorium kecil)
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
11
Universitas Indonesia
2.7 Standart Operasional Praktek di Laboratorium Mikrobiologi
Selain peralatan pendukung laboratorium, juga diperlukan Standart
Operasional dalam praktek di laboratorium mikrobiologi. Standart operasional
tersebut harus dilakukan oleh setiap personil tanpa terkecuali. Aturan-aturan
standart keamanan dan keselamatan di laboratorium sebagai berikut :
a. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun disinfektan ketika memasuki
dan meninggalkan ruangan laboratorium.
b. Tidak diperbolehkan menyimpan, meletakkan makanan, minuman
dilaboratorium, tidak boleh merokok di area laboratorium.
c. Di dalam lokasi laboratorium sebaikknya menggunakan jas laboratorium
berlengan panjang dengan kancing di bagian depan agar mudah dibuka.
d. Sebaiknya didalam laboratorium menggunakan sepatu kusus, disesuaikan
dengan kondisi laboratorium.
e. Singkirkan barang-barang yang tidak perlu dari area kerja. (sebaiknya tas,
dompet, dsb. tempatkan pada rak tersendiri).
f. Bersihkan area kerja dengan menggunakan alkohol sebelum maupun setelah
bekerja.
g. Pemberian label pada media/isolat/dll harus secara jelas, agar tidak terjadi
kekeliruan.
h. Botol-botol reagen, botol kultur (isolat) harus tertutup rapat dan jangan
dibuka kalau tidak diperlukan.
i. Peralatan inokulasi disterilisasi terlebih dulu dengan api bunsen sebelum
dan sesudah digunakan.
Kantor [15-25]
Untuk kegiatan
Administrasi
Ruangan harus dapat menyimpan
semua dokumen yang terkait dengan
pengujian mikrobiologi; perlu
adanya lemari/loker pengaman
untuk dokumen rahasia.
Ruang karyawan
[20- 35]
Untuk ruang
karyawan/analis
Ruangan digunakan untuk
karyawan; dilengkapi dengan meja
kerja.
Ruang ganti [10-
15]
Untuk menggunakan
perlengkapan
laboratorium
Pada bagian saat akan masuk ruang
pengujian
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
12
Universitas Indonesia
j. Perlakukan semua mikroorganisme sebagai pathogen yang berpotensi
(beresiko bagi kesehatan) dan gunakan cara perlindungan yang sesuai.
k. Gunakan sarung tangan apabila bekerja dengan mikroorganisme yang
berpotensi menyebabkan penyakit.
l. Sterilisasi seluruh bahan dan peralatan laboratorium.
m. Jangan pernah menggunakan pipet dengan mulut.
n. Pertimbangkan selalu setiap bahaya yang ada, autoclave terlebih dahulu
cairan sisa culture yang tidak terpakai sebelum membuangnya.
o. Buang semua materi limbah padat kedalam kantong dan diautoclave
sebelum kemudian dibuang ke tempat sampah.
p. Kenali letak alat-alat keselamatan di laboratorium (P3K,shower, pemadam
api).
q. Laporkan setiap terjadi kecelakaan sekecil apaun di laboratorium (zat kimia,
culture/ isolat tumpah rusak).
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
13 Universitas Indonesia
BAB III
PEMBAHASAN
Laboratorium adalah suatu tempat untuk memberikan kepastian informasi,
menentukan hubungan sebab akibat, serta memverifikasi konsep dan teori. Dalam
industri obat, makanan dan minuman serta kosmetik peran laboratorium sangat
penting karena laboratorium merupakan hal yang mutlak dan sangat vital karena
ditempat inilah dilakukan setiap pengujian dan pemeriksaan untuk pengawasan
mutu produk. Di PT.Sinar Sosro terdapat laboratorium fisika-kimia dan
laboratorium mikrobiologi yang memiliki fungsi untuk pengawasan mutu.
Laboratorium-laboratorium ini dilengkapi dengan alat-alat dan bahan-bahan yang
dibutuhkan untuk menganalisis bahan-bahan awal yang digunakan, produk selama
proses produksi, dan juga produk akhir atau produk jadi.
Untuk menunjang kelancaran dalam proses produksi makanan dan
minuman tidak hanya dari alat serta bahan yang dibutuhkan saja, tetapi bangunan
dan fasilitas ruangan laboratorium harus dirancang sedemikian rupa untuk
menjamin hasil pengujian yang terkait dengan produk yang dihasilkan. Fungsi
dari bangunan laboratorium harus sesuai dengan peruntukannya, yaitu hanya
untuk kegiatan laboratorium saja. Bentuk bangunan laboratorium harus permanen
dengan bahan bangunan yang disesuaikan dengan jenis aktivitas laboratorium
diantaranya bahan bangunan laboratorium tidak boleh berubah bentuk atau rusak
karena bahan kimia atau aktivitas di laboratorium.
Luas, tinggi bangunan, lantai, intensitas cahaya, sirkulasi udara harus
disesuaikan dengan jenis aktivitas laboratorium, untuk fasilitas laboratorium
mikrobiologi dengan laboratorium fisika-kimia harus dibedakan berdasarkan
standar bangunan laboratorium. Untuk laboratorium mikrobiologi kelembaban
sangat berpengaruh terhadap analisa mikrobiologi, sehingga dinding bangunan
harus dilapisi oleh bahan anti lembab (porselin) sedangkan sisa dari ruangan dicat
dengan warna terang dan tahan air. Ruangan tidak boleh terkena sinar matahari
secara langsung. Lantai atau dinding sebaiknya terbuat dari bahan yang mudah
dibersihkan dan tahan bahan kimia. Selain itu untuk keamanan laboratorium
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
14
Universitas Indonesia
hendaklah dekat dengan penyediaan air bersih serta adanya saklar listrik yang
terpusat untuk memudahkan menghentikan semua aliran listrik atau gas jika ada
kecelakaan dalam menggunkan peralatan listrik atau gas. Laboratorium juga harus
memiliki peralatan keselamatan yang memadai untuk meningkatkan taraf
keselamatan dan keamanan di laboratorium. Oleh karena itu sejumlah peraturan
diperlukan untuk diketahui, dipelajari dan ditaati oleh semua yang terlibat di
pekerjaan di dalam laboratorium.
3.1 Ruangan Laboratorium Mikrobiologi
PT. Sinar Sosro memiliki laboratorium mikrobiologi yang terletak di lantai
dua tepat di atas ruang laboratorium fisika-kimia. Letak laboratorium kurang
memadai dengan luas ruangan yang terbatas. Di PT Sinar Sosro laboratorium
mikrobiologi terdiri dari ruang inokulasi, ruang sterilisasi, ruang inkubasi, ruang
antara dan ruang cuci. Pembagian ruangan laboratorium tersebut sudah memenuhi
syarat standar laboratorium mikrobiologi. Hanya saja ruangan khusus untuk ruang
preparasi, ruang ganti serta kantor sebaiknya dipisahkan dari ruangan yang ada.
Hal tersebut di karenakan untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang.
Pemisahan antar ruang sebaiknya terpisah dengan jelas.
Lantai dan dinding laboratorium mikrobiologi sebaiknya terbuat dari
bahan yang mudah di bersihkan, dinding berplester dan poliakrilik, epoksi atau
keramik yang tidak membentuk sudut, sehingga dapat menghindari timbunan
kotoran yang dapat menimbulkan kontaminasi produk dan hasil pengujian, tidak
ada retakan serta memudahkan untuk membersihkan ruangan. Atap atau langit-
langit laboratorium sebaiknya tidak terbuat dari asbestos. Penyinaran di
laboratorium mikrobiologi PT.Sinar Sosro sangat diperhatikan, karena dengan
penyinaran yang baik maka proses analisa akan berjalan dengan baik. Untuk
ruangan sebaiknya terhindar dari sinar matahari langsung.
Tata letak peralatan harus di simpan di tempat yang sesuai dengan
fungsinya. Untuk alat atau barang-barang yang tidak berkaitan dengan proses
analisis sebaiknya di simpan di satu ruang yang memiliki fungsi dari alat atau
barang tersebut. Dibersihkan dan dirawat, hal ini untuk menghindari terjadinya
kontaminasi silang yang akan timbul dari peralatan dengan media analisa maupun
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
15
Universitas Indonesia
hasil analisa. Sebagai pemeliharaan sebaiknya alat yang rutin digunakan
dikualifikasi kinerjanya, dikalibrasi secara berkala, dirawat serta diperbaiki jika
terjadi kerusakan. Untuk data hasil analisa sebaiknya disimpan di satu lemari
khusus untuk dokumentasi yang dilengkapi dengan kunci lemari, sehingga akan
terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan misalnya data akan tercecer atau
hilang.
Ruang preparasi di laboratorium mikrobiologi sangat dibutuhkan,
diruangan ini analis akan mempersiapkan media kultur dan sampel yang diterima
yang akan digunakan untuk pengujian (tahap inokulasi). Peralatan seperti cawan
petri, labu erlenmeyer, pipet volum, dan alat-alat yang dibutuhkan untuk analisa
dapat disimpan di ruang preparasi. Penyimpanan peralatan di laboratorium
mikrobiologi PT. Sinar Sosro masih kurang tertata rapi, penyimpanan sampling
(produk yang akan di uji dan sudah di uji) serta alat-alat pengujian masih
tersimpan di sembarang tempat, hal tersebut karena keterbatasan tempat atau
ruangan yang ada. Sebagai pencegahan terjadinya kekeliruan maupun kontaminasi
sebaiknya untuk sampling yang telah di uji di beri label (telah di uji beserta diberi
tanda tgl, dan waktu uji).
Pemisahan setiap ruang yang ada di laboratorium mikrobiologi bertujuan
untuk menghindari kontaminasi silang antar ruang. Ruang yang terdapat di
laboratorium mikrobobiologi PT.Sinar Sosro diantaranya adalah Ruang sterilisasi,
ruang inkubasi, ruang antara, ruang cuci. Ruang steril dilengkapi dengan LAF
(Laminar Air Flow) bekerja secara aseptis karena mempunyai pola pengaturan
dan penyaring aliran udara sehingga menjadi steril dengan aplikasi sinar UV
beberapa jam sebelum digunakan. Ruang inkubasi digunakan untuk proses
inkubasi menumbuhkan bakteri, jamur dan kapang pada media setelah proses
inokulasi, pengaturan suhu ruangan disesuaikan dengan jenis media dan jenis
mikrobiologi yang tumbuh. Tetapi ruang-ruang yang terdapat di laboratorium
mikrobiologi ini belum memiliki sistem tata udara yang baik atau sering di sebut
dengan HVAC (Heating, Ventilation system dan Air Conditioning) dimana
tujuannya untuk mengkondisikan suatu lingkungan kerja agar sesuai dengan
proses kerja yang diinginkan. Kriteria sistem tata udara dimaksudkan dapat
mengatur dan menyesuaikan temperatur, kelembaban udara, memberikan
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
16
Universitas Indonesia
pertukaran udara yang baik dan mengedarkan kembali udara dalam ruangan, serta
menyaring dan membersihkan udara. Karena ruangan laboratorium ini berkaitan
dengan mikroba yang sensitif terhadap adanya air tempat tumbuhnya mikroba
sehingga dapat mempengaruhi hasil analisis, dengan demikian pemilihan sistem
tata udara ini harus tepat guna dan disesuaikan dengan fungsi ruangan, proses
kerja, peralatan yang terdapat dalam ruangan yang merupakan sumber panas
(misalnya autoclav dan oven) yang harus dikondisikan udaranya.
Ruang antara di laboratorium mikrobiologi PT.Sinar Sosro masih belum
berfungsi sebagaimana mestinya, ruang antara hanya dipergunakan untuk
menyimpan sampel dan terkesan hanya sebagai pembatas saja. Hal tersebut
menyimpang dari fungsi yang sebenarnya dari ruang antara. Ruang antara
merupakan hal penting yang memisahkan dua ruangan dengan tingkat kebersihan
yang berbeda. Setiap bahan, alat dan personil akan masuk atau keluar melalui
ruang antara, sehingga tidak ada hubungan langsung antara udara bersih dengan
udara kotor.
3.2 Sanitasi dan Hygiene
Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan
kegiatannya kepada usaha-usaha kesehatan lingkungan hidup manusia sedangkan
hygiene adalah bagaimana cara orang memelihara dan juga melindungi diri agar
tetap sehat. Hygiene menyangkut dua aspek yaitu individu (personal hygiene) dan
lingkungan (environment). Prosedur hygiene perorangan termasuk mengenakan
pakaian laboratorium serta perlengkapannya sudah diberlakukan untuk karyawan.
Dimana hal tersebut untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran
pakaian kerja yang kotor karena membawa debu dari luar laboratorium. Setiap
karyawan harus diinstruksikan supaya menggunakan sarana mencuci tangan
sebelum dan sesudah melakukan pengujian. Tidak diperbolehkan membawa
makanan atau minuman ke area pengujian, karena hal tersebut dapat menimbulkan
kontaminasi silang baik terhadap personil/karyawan maupun produk atau sampel
uji.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
17
Universitas Indonesia
Untuk sanitasi bangunan dan fasilitas di laboratorium mikrobiologi
PT.Sinar Sosro masih kurang memadai, hal ini terlihat tidak disediakannya
fasilitas sarana untuk menyimpan pakaian personil dan milik pribadinya ditempat
yang tepat. Pembersihan dan sanitasi peralatan di laboratorium setelah
menggunakan kemudian dibersihkan, sudah dilakukan sesuai dengan prosedur.
Setelah dilakukan pembersihan, sebaiknya penyimpanan peralatan ditempat yang
dapat dipindah-pindahkan yang dilaksanakan dalam ruangan yang terpisah dari
ruang pengelolaan atau pengujian. Untuk prosedur pembersihan, sanitasi dan
higiene hendaklah di validasi dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan
evektifitas prosedur memenuhi persyaratan.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
18 Universitas Indonesia
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data pengamatan yang dilakukan selama
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Laboratorium Mikrobiologi PT.Sinar Sosro,
dapat disimpulkan :
a. Laboratorium mikrobiologi yang ada di PT.Sinar Sosro Cakung masih belum
memenuhi standar laboratorium, antara lain terbatasnya luas bangunan, tata
ruang yang belum tepat, yang menyebabkan ruang gerak di laboratorium
mikrobiologi menjadi terbatas.
b. Untuk menjamin hasil pengujian di laboratorium mikrobiologi PT.Sinar
Sosro Cakung, perlu adanya penataan ulang tiap ruangan yang di perlukan di
laboratorium mikrobiologi. Selain itu tata letak alat yang digunakan
dilaboratorium mikrobiologi agar disusun sesuai dengan standar laboratorium
mikrobiologi dan Good Laboratory Practice (GLP).
4.2 Saran
a. Perlu dilakukan perbaikan kondisi ruangan, terutama ruang steril yang ada
agar sesuai dengan standar laboratorium, diantaranya penataan tata udara dan
suhu ruangan.
b. Perlu adanya ruangan untuk kantor (office) dan ruang ganti yang dilengkapi
dengan lemari, ruang karantina sampel dan ruang antara yang digunakan
sesuai dengan fungsiny untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang
antara personil dan produk pengujian.
c. Perlu dilakukan peningkatan hygiene personil dan sanitasi lingkungan
laboratorium. Serta adanya penandaan menggunakan label untuk loker-loker
yang ada sesuai dengan fungsinya.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
19 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2009. Petunjuk
Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik. Badan
Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2006. Pedoman
Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik. Badan Pengawasan Obat dan
Makanan: Jakarta
Sugiharta, R.Sandi. Lima Hal Mndasar Dalam Desain Laboratorium
Mikrobiologi. Training Laboratorium.
United State Pharmacopoeia 30 – National formulary 25 (2007). USA: The
United State Pharmacopeial Convention.
WHO.2009. Handbook Good Laboratory Practice (GLP) Quality practices for
regulated non-clinical research and development. 2nd Edition.
Z, Linar, 2011. Perancangan Laboratorium dan Peralatan Mikrobiologi, RC
Chem Learning Centre.
Randall E.Hicks.Microbiology Lab Practices and Safety Rules diunggah dari
http://www.d.umn.edu/~rhicks1/diversity/Microbiology%20Lab%20Safety.
pdf , di unggah pada tanggal 20 Maret 2013, jam 19.15 wib.
http://tsffarmasiunsoed2012.wordpress.com/2012/06/13/cpob-sanitasi-dan-
higiene/ , di unggah pada tanggal 20 Maret 2013, jam 22.30 wib
http://www.labnetwork.org/en/microbiology-lab/114-design-development-and-
layout, di unggah pada tanggal 21 Maret 2013, pukul 20.15 wib.
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
Lampiran
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
20
Universitas Indonesia
Lampiran 1. Contoh desain lantai epoxy
Lampiran 2. Contoh desain jendela penyekat diruang laboratorium
mikrobiologi
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
21
Universitas Indonesia
Lampiran 3. Layout tata letak laboratorium mikrobiologi skala kecil
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014
22
Universitas Indonesia
Lampiran 4. Layout tata letak peralatan pengujian di laboratorium
mikrobiologi untuk pengujian skala kecil
Laporan praktek….., Yulia Anggraeni, FF UI, 2014