universitas indonesia laporan praktek …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-pr-ajeng...
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk.
KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON JL M.H. THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG, BEKASI
PERIODE 17 JUNI – 16 AGUSTUS 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
AJENG ISNAINI PERMATA SARI, S. Farm.
1206329322
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK JANUARI 2014
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
ii Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON
JL M.H. THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG, BEKASI PERIODE 17 JUNI – 16 AGUSTUS 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Apoteker
AJENG ISNAINI PERMATA SARI, S. Farm. 1206329322
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK JANUARI 2014
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
iii Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
iv Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
v Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
di PT. Kalbe Farma, Tbk. dan menyelesaikan laporan PKPA ini. Pelaksanaan
PKPA dan penulisan laporan PKPA ini diajukan dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Pada penulisan laporan ini, penulis
mendapat arahan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi UI.
2. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., Apt., selaku Pejabat Sementara Dekan
Fakultas Farmasi UI sampai dengan 20 Desember 2013.
3. Dr. Harmita, Apt. selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dan
bimbingan kepada penulis dalam penulisan laporan PKPA dan selaku Ketua
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan PKPA.
4. Anne Prima Heryanti, S.Si., Apt., selaku pembimbing dan Manager
Departemen Quality Assurance PT. Kalbe Farma, Tbk., yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama melaksanakan
PKPA.
5. Asami Adma Farisa, S. Farm, Apt., selaku pembimbing dan Supervisor
Quality Assurance PT. Kalbe Farma, Tbk., yang telah memberikan arahan,
bimbingan, perhatian, ilmu, dan dukungan kepada penulis selama
melaksanakan PKPA.
6. Seluruh staf Quality Assurance dan para inspektor validasi proses PT. Kalbe
Farma, Tbk., atas ilmu dan dukungannya selama melaksanakan PKPA.
7. Seluruh staf pengajar, tata usaha dan karyawan di Program Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia atas pengajaran dan bantuan yang
diberikan selama penulis menjalani pendidikan di Program Profesi Apoteker.
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
vi Universitas Indonesia
8. Keluarga, Orang tua dan saudara atas dukungan, perhatian, dan doa yang
diberikan kepada penulis selama melaksanakan Program Profesi Apoteker di
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
9. Seluruh rekan Apoteker UI angkatan LXXVII, khususnya Arlika, Nabila,
Bulqi, Anisa, Elis, Findarti, Nurina, Ali, Riyon, Achsar dan Zetmi yang telah
melaksanakan PKPA bersama di PT. Kalbe Farma, Tbk. atas dukungan,
semangat, dan kerja samanya.
Penulis menyadari laporan PKPA ini tidak lepas dari kekurangan dalam
proses penyusunannya. Segala kritik ataupun saran terbuka untuk disampaikan
kepada penulis demi perbaikan di masa mendatang. Semoga laporan PKPA ini
berkontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu
farmasi pada khususnya.
Penulis
Januari 2014
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
vii Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
viii Universitas Indonesia
ABSTRAK Nama : Ajeng Isnaini Permata Sari, S.Farm. NPM : 1206329322 Program Studi : Profesi Apoteker Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Kalbe
Farma, Tbk. Periode 17 Juni – 16 Agustus 2013 Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Kalbe Farma, Tbk. bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai penerapan segala aspek CPOB di PT. Kalbe Farma, Tbk; memahami peran dan tugas apoteker dalam industri farmasi. Sedangkan tujuan dari tugas khusus adalah menambah pengetahuan mahasiswa mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penyusunan laporan validasi proses sediaan liquid; memahami pelaksanaan protokol validasi proses di PT. Kalbe Farma, Tbk; menambah pengetahuan mahasiswa tentang parameter kritis dan testing point yang terkait pada pelaksanaan validasi proses sediaan liquid; dan memahami pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan validasi proses. Kata kunci : PT. Kalbe Farma, Tbk., laporan validasi proses, sediaan liquid Tugas Umum : xii + 55 halaman; 1 gambar; 1 lampiran Tugas Khusus : v + 23 halaman; 1 lampiran; 1 tabel Daftar Acuan Tugas Umum : 4 (2009 - 2012) Daftar Acuan Tugas Khusus : 5 (2009 - 2012)
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
ix Universitas Indonesia
ABSTRACT Name : Ajeng Isnaini Permata Sari, S.Farm. NPM : 1206329322 Study Program : Apothecary Profession Judul : Report of Pharmacist Internship Program at PT. Kalbe
Farma, Tbk. Period June 17th – August 16th 2013
Pharmacists Professional Practice at PT. Kalbe Farma, Tbk. aims to gain knowledge and insight about the implementation of all aspects of GMP in PT. Kalbe Farma, Tbk; understand the role and duties of the pharmacist in the pharmaceutical industry. While the purpose of specific assignment is to increase knowledge of students about things related to preparation of the report validation process of liquid dosage; understand the implementation process validation protocols in PT. Kalbe Farma, Tbk; increase the knowledge of students about the critical parameters and testing points related to the implementation of the validation process of liquid dosage, and understand the parties involved in the implementation of the validation process; understand the duties and functions of pharmacists, pharmacy manager in pharmacies and pharmacist understand the activities in both technical and non-technical pharmacy activity.
Keywords : PT. Kalbe Farma, Tbk., report validation process, liquid dosage General Assignment : xii + 55 pages; 1 picture; 1 appendix Specific Assignment : v + 23 pages; 1 appendix; 1 table Bibliography of General Assignment : 4 (2009 - 2012) Bibliography of Specific Assignment : 5 (2009 - 2012)
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
x Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................iii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ..........................................iv KATA PENGANTAR ..................................................................................v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................vii ABSTRAK .....................................................................................................viii ABSTRACT ..................................................................................................ix DAFTAR ISI ................................................................................................x DAFTAR GAMBAR .....................................................................................xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................xii BAB 1. PENDAHULUAN ...................................................................................1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1 1.2 Tujuan ...........................................................................................................2
BAB 2. TINJAUAN UMUM ...............................................................................3
2.1 . Industri Farmasi ..........................................................................................3 2.2 . Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) .................................................5
BAB 3. TINJAUAN KHUSUS PT. KALBE FARMA, Tbk. ............................13
3.1. Sejarah dan Perkembangan PT. Kalbe Farma Tbk ....................................13 3.2. Visi dan Misi PT. Kalbe Farma Tbk ..........................................................15 3.3. Lokasi dan Tata Ruang PT. Kalbe Farma Tbk ..........................................15 3.4. Struktur Organisasi PT. Kalbe Farma Tbk ................................................17
BAB 4. PEMBAHASAN ......................................................................................34
4.1. Manajemen Mutu ......................................................................................34 4.2. Personalia ..................................................................................................35 4.3. Bangunan dan Fasilitas ..............................................................................36 4.4. Peralatan ...................................................................................................38 4.5. Sanitasi dan Higiene .................................................................................40 4.6. Produksi ....................................................................................................42 4.7. Pengawasan Mutu ......................................................................................44 4.8. Inspeksi Diri, Audit Mutu, dan Audit & Persetujuan Pemasok ............45
4.9. Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk dan Produk Kembalian .................................................................46
4.10.Dokumentasi ..............................................................................................48 4.11.Pembuatan dan Analisis terhadap Kontrak ...............................................49 4.12.Kualifikasi dan Validasi .............................................................................50
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................53
5.1. Kesimpulan ................................................................................................53 5.2. Saran ...........................................................................................................53
DAFTAR ACUAN ...............................................................................................54
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
xi Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Logo PT. Kalbe Farma, Tbk ................................................... 14
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
xii Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Kalbe Farma, Tbk. ........................... 55
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Obat merupakan sarana utama yang digunakan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dan bahkan untuk menyelamatkan jiwa manusia. Sesuai
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, obat
adalah salah satu sediaan farmasi yang digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penerapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan. Penyediaan obat
merupakan kewajiban pemerintah serta institusi pelayanan kesehatan publik dan
swasta, karena obat bukan hanya untuk perdagangan saja tetapi mempunyai fungsi di
bidang sosial.
Industri farmasi merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang
memegang penting dalam penyediaan obat yang bermutu. Industri farmasi sangat erat
kaitannya dengan obat karena proses pembuatan obat hanya dapat dilakukan oleh
industri farmasi. Setiap industri farmasi wajib memenuhi persyaratan Cara Pembuatan
Obat yang Baik (CPOB).
Dalam CPOB berbagai aspek telah diatur, seperti manajemen mutu;
personalia; bangunan dan fasilitas; peralatan; sanitasi dan higiene; produksi;
pengawasan mutu; pemastian mutu; inspeksi diri, audit mutu, dan audit persetujuan
pemasok; penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan kembali produk;
dokumentasi; pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak; kualifikasi dan validasi.
Setiap industri farmasi harus memenuhi pesyaratan dari semua aspek yang tercantum
dalam CPOB dan mendapatkan izin dari Menteri Kesehatan RI. Hal ini dimaksudkan
untuk menjamin bahwa obat-obatan diproduksi secara konsisten, memenuhi
persyaratan yang ditetapkan, dan sesuai dengan tujuan penggunaannya (Kementerian
Kesehatan RI, 2010).
Setiap sumber daya manusia dalam industri farmasi harus memahami prinsip
CPOB. Apoteker adalah salah satu sumber daya manusia yang mutlak diperlukan
dalam proses penerapan CPOB di suatu industri farmasi. Apoteker di industri farmasi
adalah personil kunci bidang produksi, pengawasan mutu, dan pemastian mutu.
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
2
Universitas Indonesia
Dalam memenuhi tanggung jawabnya, seorang apoteker harus memperoleh pelatihan
yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dan keterampilan manajerial
sehingga mampu mengerjakan tugasnya secara profesional (BPOM, 2012).
Salah satu sarana untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan pelaksanaan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Dengan dilaksanakannya PKPA, diharapkan
para calon apoteker dapat memperoleh pengalaman praktis dan pemahaman lebih
mengenai tugas dan fungsi apoteker di industri farmasi. Dalam rangka pembinaan
terhadap generasi baru di bidang industri farmasi, yaitu tenaga apoteker, PT. Kalbe
Farma, Tbk. memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk melaksanakan PKPA.
Pelaksanaan PKPA di PT. Kalbe Farma, Tbk. ini berlangsung dari tanggal 17 Juni
sampai dengan 16 Agustus 2013.
1.2. Tujuan
Tujuan pelaksanaan PKPA di PT. Kalbe Farma, Tbk. adalah untuk:
a. Memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai penerapan segala aspek CPOB
di PT. Kalbe Farma, Tbk.
b. Memahami peran dan tugas apoteker dalam industri farmasi
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
3
BAB 2
TINJAUAN UMUM
2.1 Industri Farmasi (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2010)
Menurut PerMenKes No 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri
Farmasi, yang dimaksud dengan industri farmasi adalah badan usaha yang
memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat
atau bahan obat. Fungsi industri farmasi adalah pembuatan obat/bahan obat,
pendidikan & pelatihan dan penelitian & pengembangan. Setiap pendirian Industri
Farmasi wajib memperoleh izin Industri Farmasi dari Direktur Jendral Kementrian
Kesehatan. Persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasi, yaitu:
a. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas
b. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat
c. Memiliki NPWP
d. Memiliki secara tetap 3 orang apoteker Warga Negara Indonesia
masingmasing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi dan
pengawasan mutu
e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung dan tidak langsung
dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian.
Agar dapat memperoleh izin usaha industri farmasi, diperlukan tahap
persetujuan prinsip. Permohonan persetujuan prinsip diajukan kepada Direktur
Jendral dengan tembusan kepada kepala Badan dan kepada kepala Dinas
Kesehatan Provinsi setelah sebelumnya mengajukan permohonan Rencana Induk
Pembangunan (RIP) kepada kepala Badan. Persetujuan prinsip diberikan kepada
industri farmasi untuk dapat langsung melakukan persiapan dan usaha
pembangunan, pengadaan, pemasangan instalasi, peralatan dan lain-lain yang
diperlukan, termasuk produksi percobaan dengan memperhatikan ketentuan
perundang-undangan di bidang obat. Persetujuan prinsip tersebut berlaku selama
jangka waktu 3 tahun dan selama jangka waktu tersebut, perusahaan yang
bersangkutan harus menyampaikan laporan informasi kemajuan pembangunan
fisik setiap 6 bulan sekali kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
4
Universitas Indonesia
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) dan Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi.
Persyaratan agar mendapatkan persetujuan prinsip, yaitu :
a. Fotokopi akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan
b. Fotokopi KTP/identitas direksi dan komisaris perusahaan
c. Susunan direksi dan komisaris
d. Pernyataan direksi dan komisaris tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan
perundang-undangan di bidang farmasi
e. Fotokopi sertifikat tanah/bukti kepemilikan
f. Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha berdasarkan Undang-Undang Gangguan
(HO)
g. Fotokopi Surat Tanda Daftar Perusahaan
h. Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan
i. Fotokopi NPWP
j. Persetujuan lokasi dari pemerintah daerah provinsi
k. Persetujuan RIP dari Kepala Badan
l. Rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat
m. Surat asli pernyataan kesediaan bekerja penuh dari masing-masing apoteker
penanggung jawab produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu
n. Fotokopi surat pengangkatan bagi masing-masing apoteker penanggung jawab
produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu
Setelah selesai melaksanakan tahap persetujuan prinsip, dapat dilakukan
permohonan izin usaha industri. Permohonan diajukan kepada Direktur Jenderal
Kementrian Kesehatan dengan tembusan kepada Kepala BPOM dan Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi setempat. Izin industri farmasi berlaku untuk seterusnya
selama industri farmasi bersangkutan masih berproduksi dan memenuhi ketentuan
peraturan perundang-undangan. Surat permohonan izin industri farmasi harus
ditandatangani oleh direktur utama dan apoteker penganggung jawab pemastian
mutu dengan kelengkapan yaitu:
a. Fotokopi persetujuan prinsip Industri Farmasi
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
5
Universitas Indonesia
b. Surat persetujuan penanaman modal untuk industri farmasi dalam rangka
Penanaman Modal Asing (PMA) atau Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN)
c. Daftar peralatan dan mesin yang digunakan
d. Jumlah tenaga kerja dan kualifikasinya
e. Fotokopi sertifikat upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan /Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
f. Rekomendasi kelengkapan administratif izin industri farmasi dari Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi
g. Rekomendasi Pemenuhan CPOB dari Kepala BPOM.
h. Daftar pustaka wajib seperti Farmakope edisi terakhir
i. Surat asli pernyataan kesediaan bekerja penuh dari masing-masing apoteker
penanggung jawab produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu
j. Fotokopi surat pengangkatan bagi masing-masing apoteker penanggung jawab
produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu dari pimpinan perusahaan
k. Fotokopi ijazah dan STRA dari masing--masing apoteker penanggung jawab
produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu
l. Surat pernyataan komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsng
maupun tidak langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di
bidang kefarmasian.
Industri farmasi yang melakukan penambahan kapasitas produksi atau
penambahan bentuk sediaan tidak memerlukan izin perluasan. Izin perluasan
diperlukan apabila perusahaan yang bersangkutan akan menambah luas area
produksi. Izin usaha industri farmasi berlaku untuk seterusnya selama perusahaan
industri farmasi yang bersangkutan berproduksi. Permohonan izin usaha industry
farmasi dapat diajukan setelah pembangunan fisik industri farmasi selesai dan
perusahaan siap melaksanakan kegiatan produksi komersial.
2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
CPOB diterapkan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai
dengan persyaratan dan tujuan penggunaan. CPOB mencakup seluruh aspek
produksi dan pengawasan mutu. CPOB merupakan pedoman yang sangat penting
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
6
Universitas Indonesia
tidak hanya bagi industri farmasi dan regulator, tetapi juga bagi konsumen dalam
memenuhi kebutuhannya akan pengobatan yang aman, berkhasiat, dan
berkualitas. Terdapat 12 aspek dalam CPOB, yaitu:
2.2.1 Manajemen Mutu
Dalam manajemen mutu, industri farmasi harus membuat obat sedemikian
rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang
tercantum dalam dokumen izin edar dan tidak menimbulkan risiko yang
membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah, atau tidak efektif.
Manajemen mutu bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu
kebijakan mutu yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di
semua departemen dalam perusahaan, para pemasok, dan distributor.
Unsur dasar manajemen mutu adalah suatu infrastruktur atau sistem mutu
yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses, dan sumber daya, serta
tindakan sistematis untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan
tinggi, sehingga produk atau jasa pelayanan yang dihasilkan akan selalu
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut
disebut pemastian mutu.
2.2.2 Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pengawasan mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar.
Industri farmasi bertanggungjawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap
personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing. Seluruh personil
hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal yang
berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan
pekerjaan.
Personil Kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian
Pengawasan Mutu dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi
utama tersebut dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
7
Universitas Indonesia
kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) / kepala bagian Pengawasan
Mutu harus independen satu terhadap yang lain.
2.2.3 Bangunan dan Fasilitas
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain,
konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat
dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan
desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi
kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, serta memudahkan
pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan
pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat
menurunkan mutu obat.
Persyaratan bangunan menurut CPOB, yaitu:
a. Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya
pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara,
tanah, dan air maupun dari kegiatan industri lain yang berdekatan
b. Bangunan dan fasilitas hendaklah dikonstruksi, dilengkapi, dan dirawat agar
memperoleh perlindungan maksimal.
c. Dalam menentukan rancang bangunan dan tata letak hendaklah
dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut: kesesuaian dengan kegiatan lain,
yang mungkin dilakukan dalam sarana yang sama atau dalam sarana yang
berdampingan; tata letak ruang yang sedemikian rupa untuk memungkinkan
kegiatan produksi dilaksanakan di daerah yang letaknya diatur secara logis
dan berhubungan mengikuti urutan tahap produksi dan menurut kelas
kebersihan yang disyaratkan; luasnya ruang kerja yang memungkinkan
penempatan peralatan dan bahan secara teratur dan logis serta terlaksananya
kegiatan, kelancaran arus kerja, komunikasi dan pengawasan yang efektif;
pencegahan penggunaan kawasan industri sebagai lalu lintas umum;
d. Daerah pengolahan produk steril dipisahkan dari daerah produksi lain serta
dirancang dan dibangun secara khusus;
e. Produk antibiotika tertentu, hormon tertentu, sitotoksik tertentu, bahan aktif
berpotensi tinggi hendaklah diproduksi di bangunan terpisah;
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
8
Universitas Indonesia
f. Permukaan bagian dalam ruangan (dinding, lantai, dan langit-langit)
hendaklah licin, bebas dari keretakan, dan sambungan yang terbuka serta
mudah dibersihkan dan bila perlu mudah didesinfeksi.
g. Saluran air limbah hendaklah cukup besar dan mempunyai bak kontrol serta
ventilasi yang baik;
h. Area produksi diventilasi secara efektif dengan fasilitas pengendali udara
2.2.4 Peralatan
Pembuatan obat hendaklah menggunakan peralatan yang memiliki desain
dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan
dikualifikasi dengan tepat, sehingga mutu yang dirancang bagi tiap produk obat
terjamin secara seragam dari bets ke bets dan memudahkan pembersihan dan
perawatannya. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan baku, produk
antara, produk ruahan atau obat jadi tidak boleh bereaksi atau mengabsorpsi, yang
dapat mengubah identitas, mutu, atau kemurniannya di luar batas yang telah
ditentukan.
Hendaklah tersedia alat timbang dan alat ukur dengan rentang dan ketelitian
yang tepat untuk proses produksi dan pengawasan. Peralatan untuk mengukur,
menimbang, mencatat dan mengendalikan hendaklah dikalibrasi dan diperiksa
pada interval waktu tertentu dengan metode yang ditetapkan.
Peralatan hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah risiko
kesalahan atau kontaminasi. Antara masing-masing peralatan hendaklah
ditempatkan pada jarak yang cukup untuk menghindarkan kesesakan dan
memastikan tidak terjadi kekeliruan dan kecampurbauran produk.
Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau
pencemaran yang dapat memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk.
Peralatan dan alat bantu hendaklah dibersihkan, disimpan, dan bila perlu disanitasi
dan disterilisasi untuk mencegah kontaminasi atau sisa bahan dari proses
sebelumnya yang akan memengaruhi mutu produk.
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
9
Universitas Indonesia
2.2.5 Sanitasi dan Higiene
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap
aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil,
bangunan, peralatan, dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya dan
segala sesuatu yang dapat merupakan sumber kontaminasi produk. Sumber
kontaminasi potensial hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan
higiene yang menyeluruh dan terpadu.
Penerapan higiene perorangan meliputi pemeriksaan kesehatan, mencuci
tangan sebelum memasuki area produksi, memakai pakaian pelindung. Semua
personil hendaklah menjalani pemeriksaan kesehatan pada saat direkrut. Sesudah
pemeriksaan kesehatan awal hendaklah dilakukan pemeriksaan kesehatan kerja
dan kesehatan personil secara berkala. Tiap personil yang mengidap penyakit atau
menderita luka terbuka yang dapat merugikan mutu produk hendaklah dilarang
menangani bahan awal, bahan pengemas, bahan yang sedang diproses dan obat
jadi sampai kondisi personil tersebut dipertimbangkan tidak lagi menimbulkan
risiko. Kegiatan makan, minum dan merokok tidak diperbolehkan dalam area
gudang, laboratorium dan area produksi.
Sanitasi meliputi bangunan dan fasilitas. Tiap bangunan yang digunakan
untuk pembuatan obat hendaklah didesain dan dikonstruksi dengan tepat untuk
memudahkan sanitasi yang baik. Tiap kali sebelum dipakai, kebersihan peralatan
diperiksa untuk memastikan bahwa semua produk atau bahan dari bets
sebelumnya telah dihilangkan. Prosedur pembersihan, sanitasi dan hygiene
hendaklah divalidasi dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan efektivitas
prosedur memenuhi persyaratan.
2.2.6 Produksi
Kegiatan produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang
telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi).
Unsur-unsur produksi yang diatur oleh CPOB meliputi pembelian bahan
awal yaitu bahan baku & bahan pengemas; validasi proses; pencegahan
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
10
Universitas Indonesia
kontaminasi silang; sistem penomoran bets/ lot; penimbangan & penyerahan;
pengolahan; pengemasan; pengawasan selama proses; penanganan bahan dan
produk yang ditolak, dipulihkan & dikembalikan; karantina & penyerahan produk
jadi; catatan pengendalian pengiriman obat; penyimpanan bahan awal, bahan
kemas, produk antara, produk ruahan & produk jadi dan pengiriman &
pengangkutan.
2.2.7 Pengawasan Mutu
Kegiatan pengawasan mutu merupakan bagian yang penting dari CPOB
untuk memastikan bahwa produk yang dibuat senantiasa mempunyai mutu yang
sesuai dengan tujuan penggunaannya. Keterlibatan dan komitmen semua pihak
yang berkepentingan dalam seluruh rangkaian pembuatan adalah mutlak untuk
mencapai sasaran mutu yang ditetapkan mulai dari awal pembuatan sampai
distribusi obat jadi.
Pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus
terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. Pengawasan
Mutu hendaklah mencakup semua kegiatan analisis. Pengawasan Mutu mencakup
pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian serta termasuk pengaturan,
dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa semua pengujian
yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai atau
produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah dibuktikan memenuhi
persyaratan. Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi
juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk.
Ketidaktergantungan Pengawasan Mutu dari Produksi dianggap hal yang
fundamental agar Pengawasan Mutu dapat melakukan kegiatan dengan
memusnahkan.
2.2.8. Inspeksi Diri, Audit Mutu, dan Audit & Persetujuan Pemasok
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek
produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB
ditetapkan. Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi
kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan
yang diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
11
Universitas Indonesia
oleh petugas yang kompeten dari perusahaan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan
secara rutin dan pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali
obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Prosedur dan catatan inspeksi diri
hendaklah didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif.
Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit
mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari system
manajemen dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit mutu
umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar, independen, atau tim yang
dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan.
2.2.9 Penanganan Keluhan Terhadap Obat, Penarikan Kembali, dan Obat
Kembalian
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan
terjadi kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur
tertulis. Untuk menangani semua kasus yang mendesak hendaklah disusun suatu
sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga
cacat dari peredaran secara cepat dan efektif.
Penarikan kembali produk dapat berupa satu atau beberapa bets atau seluruh
bets produk tertentu dari semua peredaran distribusi. Hendaklah tersedia prosedur
tertulis yang diperiksa secara berkala untuk mengatur segala tindakan penarikan
kembali. Tindakan penarikan kembali produk hendaklah dilakukan segera setelah
diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi yang
merugikan. Catatan dan laporan penarikan kembali produk hendaklah
didokumentasikan dengan baik.
2.2.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil resiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul
karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, dokumen produksi
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
12
Universitas Indonesia
induk/ formula pembuatan, prosedur, metode, instruksi, laporan, dan catatan harus
bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen adalah
sangat penting.
2.2.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak dilakukan jika suatu
perusahan membuat produk di perusahaan lain atau sebaliknya. Pembuatan dan
analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan dikendalikan
untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau
pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara pemberi
kontrak dengan penerima kontrak harus dibuat secara jelas dalam hal tanggung
jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara
jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung
jawab penuh kepala bagian manajemen mutu (pengawasan mutu).
2.2.12 Kualifikasi dan Validasi
Kualifikasi dan validasi adalah bagian penting dari sistem pemastian mutu
sehingga tercantum sebagai persyaratan CPOB bagi industri farmasi. CPOB
mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu
dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang
dilakukan. Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama
program validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam
Rencana Induk Validasi (RIV). Validasi diklasifikasikan menjadi tiga, yakni
validasi pembersihan, validasi metode analisis dan validasi proses. Kualifikasi
diklasifikasikan menjadi empat, yaitu kualifikasi desain, kualifikasi instalasi
kualifikasi operasional dan kualifikasi kinerja.
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
13
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS PT. KALBE FARMA Tbk.
3.1. Sejarah dan Perkembangan PT. Kalbe Farma, Tbk.
PT. Kalbe Farma, Tbk. didirikan oleh seorang farmakolog bernama dr.
Boenjamin Setiawan pada tanggal 10 September 1966 di sebuah garasi rumah di
Jalan Simpang I No. 1, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Nama Kalbe merujuk pada
nama para pemegang saham awal, yakni Khoew Sioe Tjiang, Liem Lian Kiok dan
Boenjamin Setiawan. Tujuan pendirian PT. Kalbe Farma, Tbk. adalah turut
berpartisipasi dalam pembangunan nasional pada umumnya dan meningkatkan
kesejahteraan serta derajat kesehatan masyarakat pada khususnya, yang tercermin
dalam moto perusahaan yaitu The Scientific Pursuit of Health For A Better Life
(Mengabdikan Ilmu Untuk Kesehatan dan Kesejahteraan). Seiring waktu berjalan
PT. Kalbe Farma menjadi semakin berkembang dan kini PT. Kalbe Farma Tbk.
berada di kawasan industri Delta Silicon Jalan M.H. Thamrin Blok A3-1, Lippo
Cikarang, Bekasi 17550.
Produk pertama yang dihasilkan oleh PT. Kalbe Farma adalah obat kulit
Bioplacenton yang menjadi ciri khas PT. Kalbe Farma hingga sekarang. Produk
PT. Kalbe Farma kemudian berkembang menjadi berbagai macam produk farmasi
sesuai dengan kebutuhan konsumen yang beragam. Dalam rangka meningkatkan
pelayanan penyediaan obat sebagai tuntutan atas meningkatnya kebutuhan obat
yang berkualitas maka pada bulan April 1972, PT. Kalbe Farma melakukan
perluasan usahanya dengan memindahkan usahanya ke lokasi yang lebih luas
yaitu ke Jl. Ahmad Yani, Pulomas, Jakarta Timur. Pada tahun 1980, aktivitas
distribusi produk-produk PT. Kalbe Farma dipisahkan dari kegiatan industrinya
yaitu dengan mendirikan PT. Enseval Putra Megatrading yang bertindak sebagai
distributor tunggal PT. Kalbe Farma.
Dalam menjalankan setiap kegiatannya, PT Kalbe Farma, Tbk. senantiasa
bertujuan untuk memenuhi dan atau mencapai visi yang diterapkan perusahaan.
Visi, Misi, Motto, Goal, dan Strategi PT Kalbe Farma, Tbk. Adalah sebagai
berikut :
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
14
1. Visi PT. Kalbe Farma, Tbk.:
“Menjadi perusahaan perawatan kesehatan Indonesia terbaik yang dimotori
oleh inovasi, nama dagang yang kuat dan manajemen yang unggul”
2. Misi PT. Kalbe Farma, Tbk.:
“Meningkatkan kesehatan untuk kehidupan yang lebih baik”
3. Motto PT. Kalbe Farma, Tbk.:
“Mengabdikan ilmu di bidang kesehatan untuk kesehatan dan kesejahteraan”
Selain itu, PT Kalbe Farma, Tbk. juga membuat suatu core value (nilai inti)
yang berfungsi menunjang penerapan visi dan misi yaitu berupa Kalbe Panca
Sradha dan dijadikan landasan oleh seluruh karyawan dalam menjalankan kinerja
sehari-hari:
1. Trust is the glue of life
Saling percaya adalah perekat diantara kami.
2. Mindfulness is the foundation of our action
Kesadaran penuh adalah dasar setiap tindakan kami.
3. Innovation is the key to our success
Inovasi adalah kunci keberhasilan kami.
4. Strive to be the best
Bertekad untuk menjadi yang terbaik.
5. Interconnectedness is a universal way of life
Saling keterkaitan adalah panduan hidup kami.
Gambar 3.1 Logo PT. Kalbe Farma, Tbk.
PT. Kalbe Farma, Tbk. berhasil melakukan integrasi sertifikasi ISO
9001:2000, sertifikasi ISO 14001:2004 dan OHSAS 18001:1999.
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
15
3.2. Visi dan Misi PT. Kalbe Farma, Tbk.
Visi PT. Kalbe Farma, Tbk. adalah ”Menjadi perusahaan perawatan
kesehatan terbaik yang dimotori oleh inovasi, nama dagang yang kuat, dan
manajemen yang unggul”. Untuk mencapai visi tersebut, PT. Kalbe Farma, Tbk.
menetapkan misi perusahaan yakni “Meningkatkan kesehatan untuk kehidupan
yang lebih baik”. Misi tersebut berfokus pada tiga elemen utama, yaitu:
a. Konsumen
PT. Kalbe Farma, Tbk. mampu menyediakan produk berkualitas dengan harga
murah dan terjangkau, mudah diperoleh, serta dengan pelayanan yang prima
untuk menyenangkan hati pelanggan agar menjadi pilihan pertama konsumen.
b. Sumber Daya Manusia (SDM)
PT. Kalbe Farma, Tbk. mampu mewujudkan SDM yang sesuai dengan
kualifikasi dan tuntutan pekerjaan, memiliki dedikasi tinggi, inovatif,
berorientasi pada pelayanan dan kualitas, serta pengembangan SDM melalui
proses belajar yang berkelanjutan dan lingkungan kerja yang sehat dan
mendukung.
c. Proses dan Kualitas
PT. Kalbe Farma, Tbk. mampu meningkatkan kecepatan dan efisiensi proses
kerja melalui sistem dan prosedur kerja yang rapi sesuai dengan perencanaan,
usaha, pemeriksaan, dan aksi (plan, do, check, and action/PDCA).
Visi dan misi tersebut didukung oleh nilai-nilai utama yakni gigih untuk
mencapai yang terbaik, inovasi, kerjasama yang kokoh, lincah, memberikan
pelayanan terbaik, serta integritas. Dalam mencapai visi dan misi tersebut, PT.
Kalbe Farma, Tbk. memiliki moto The Scientific Pursuit of Health For A Better
Life (Mengabdikan Ilmu Untuk Kesehatan dan Kesejahteraan).
3.3. Lokasi dan Tata Ruang PT. Kalbe Farma, Tbk.
PT. Kalbe Farma, Tbk. terletak di Kawasan Industri Delta Silicon Jalan
M.H. Thamrin Blok A1-3, Lippo Cikarang, Bekasi. Bangunan ini terdiri dari
gedung kantor, gedung produksi, teknik, gudang dan sarana pendukung seperti
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
16
pengolahan limbah, lapangan parkir, koperasi, dan kantin. Bangunan PT. Kalbe
Farma, Tbk. terdiri dari dua bagian yaitu bangunan kantor dan bangunan pabrik.
3.3.1 Bangunan Kantor
Gedung kantor PT. Kalbe Farma, Tbk. terdiri dari empat lantai yaitu:
a. Lantai 1 meliputi bagian Departemen Human Resource Development,
Departemen Personal General Affair, Departemen Process Development,
Departemen Akuntansi, Departemen Pembelian, ruang perpustakaan, dan
kantin.
b. Lantai 1½ meliputi Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian
Persediaan Pusat, Departemen Veteriner, serta Departemen Teknologi
Informasi, Departemen Group Process Improvement.
c. Lantai 2 meliputi Departemen Keuangan dan Pemasaran, Departemen Quality
System, dan Direksi.
d. Lantai 3 meliputi Departemen Research and Development yang terdiri dari
bagian Formulation dan Analytical Development, Departemen Pemastian Mutu
(Quality Assurance), Departemen Pengawasan Mutu (Quality Control) dengan
laboratorium pengawasan mutu.
e. Lantai 4 meliputi ruangan pilot plant Departemen Research and Development.
3.3.2 Bangunan Pabrik
Gedung produksi terdiri dari tiga lantai yang masing-masing lantai
dipisahkan oleh ruang yang disebut Mezanin, yaitu ruang khusus untuk
penempatan fasilitas utilitas seperti penyedot udara, pipa-pipa, kabel listrik, dan
lain-lain. Tiap lantai terdiri dari line (jalur) produksi dengan jumlah total 10 line,
yaitu line 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8A, 8B, 9 dan 10. Pada tahun 2013, ada penambahan
kapasitas ruangan pada line produksi tertentu yaitu line 1 extension, line 5
extension, dan line 8 extension. Pembagian ruangan pada gedung produksi adalah
sebagai berikut:
a. Lantai dasar digunakan untuk ruang produksi line 9 dan 10, gudang alkohol,
Departemen Teknik, Ruang QA Facility Validation dan ruang loker karyawan.
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
17
b. Lantai 1 digunakan untuk ruang produksi line 1, line 2, line 4, line 5, gudang
bahan baku dan wadah, gudang kemas, dan gudang obat jadi.
c. Lantai 2 digunakan untuk ruang produksi line 6, line 7, line 8A, dan 8B.
d. Lantai 3 digunakan untuk ruang purified water generator, pure steam
generator, water for injection generator, dan oil free air compressor.
Lantai ruang produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk. dicat dengan cat epoksi
agar mudah dibersihkan, dibuat melengkung (tidak memiliki sudut) agar tidak
menjadi tempat berkumpulnya debu, serta bingkai jendelanya dibuat miring
dengan maksud agar mudah dibersihkan dan juga tidak menjadi tempat
berkumpulnya debu. Berdasarkan CPOB tahun 2012, ruangan di industri farmasi
dibagi menjadi 5 jenis area berdasarkan perbedaan tingkat kebersihannya, yaitu
kelas A, B, C, D dan E. Kelas A, B, C, dan D digunakan untuk produksi sediaan
steril dan kelas E untuk produksi sediaan nonsteril. PT. Kalbe Farma, Tbk. Telah
menyesuaikan kembali klasifikasi ruangan sesuai dengan pedoman CPOB 2012.
Meskipun demikian dalam kesehariannya area produksi steril (kelas A, B, C, dan
D) masih disebut sebagai area putih (white area), area produksi nonsteril (kelas E)
disebut area abu-abu (grey area), dan area pengemasan sekunder disebut area
hitam (black area).
3.4 Struktur Organisasi PT. Kalbe Farma, Tbk.
Bagan struktur organisasi PT. Kalbe Farma, Tbk. dapat dilihat pada
Lampiran 1.
3.4.1 Departemen Research and Development
Departemen Research and Development (R&D) berperan antara lain dalam
pengembangan produk baru, pengatasan masalah produksi, proyek penelitian
khusus, penentuan spesifikasi bahan baku untuk manufacturing, penyusunan
metode analisa, penentuan shelf-life produk, dan penunjang data untuk
penyusunan dossier registrasi (formula, data stabilitas, dan kemasan). Departemen
R&D dipimpin oleh seorang R&D Pharma Deputy Director. Departemen R&D
mencakup tiga bagian utama, yaitu:
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
18
3.4.1.1 Packaging Development (Pengembangan Kemasan)
Tugas utama Packaging Development adalah melakukan penelitian dan
pengembangan material kemasan (primer dan sekunder) untuk produk baru,
melakukan penelitian dan pengembangan desain produk baru, dan menyiapkan
atau menyediakan dokumen yang terkait dengan kemasan meliputi dokumen
spesifikasi, metode analisis (MA), dan Prosedur Pengemasan Induk 3 (PPI 3).
3.4.1.2 Formulation (Pengembangan Formula)
Tugas utama Formulation adalah pengembangan produk baru, baik OTC
maupun ethical, sesuai dengan perkembangan teknologi sediaan farmasi. Proses
pengembangan produk baru ini dapat dilakukan di dalam perusahaan atau di luar
perusahaan, misalnya melalui kegiatan lisensi atau bekerja sama dengan lembaga
penelitian/ pendidikan.
3.4.1.3 Analytical Development (Pengembangan Metode Analisis)
Tugas utama Analytical Development adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan metode analisis suatu senyawa obat, bahan pengemas, dan
sampel produk sehingga diperoleh metode analisis yang sesuai. Metode analisis
yang diperoleh selanjutnya divalidasi dan dijadikan acuan analisis pemeriksaan
rutin sehingga metode analisis tersebut menjadi valid, efektif, dan praktis.
b. Menentukan approved manufacturer bahan baku baru yang digunakan di PT.
Kalbe Farma, Tbk.
3.4.2 Departemen Process Development
Pada awalnya Departemen Process Development merupakan bagian dari
departemen Research & Development. Pada awal tahun 2007, Process
Development dipisahkan dari Departemen R&D di mana R&D fungsinya lebih ke
arah riset pengembangan produk baru sedangkan untuk Process Development
lebih ke produk-produk yang sudah ada (existing product). Secara umum
Departemen Proses Development menangani semua produk-produk yang sudah
ada (existing), menerima peralihan tanggung jawab terhadap status material yang
berubah dari percobaan menjadi induk, dan mengatasi masalah atau trouble
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
19
shooting produksi. Departemen Process Development dibagi menjadi 2 bagian,
yaitu:
3.4.2.1 Formulation (Formulasi)
Tugas utama bagian formulasi adalah memperbaiki atau mengembangkan
formula-formula produk existing, mendukung bagian produksi jika ada masalah
terutama dalam hal formulasi, dan mendukung bagian pembelian (purchasing)
dalam hal diversifikasi raw material. Menyiapkan dokumen untuk bagian
produksi, seperti: Prosedur Pengolahan Induk 1 (PPI 1) yang berisi keterangan
Raw Material yang digunakan dan Prosedur Pengolahan Induk 2 (PPI 2) yang
berisi prosedur pembuatan obat dan spesifikasinya.
3.4.2.2 Packaging (Kemasan)
Tugas utama bagian kemasan adalah melakukan penelitian dan
pengembangan material kemasan, baik primer dan sekunder, penelitian dan
pengembangan tersebut juga mencakup uji stabilitas dan trial di produksi (jika
diperlukan). Selain itu bagian kemasan juga melakukan penelitian dan
pengembangan desain kemasan produk existing, mulai dari pembuatan konsep,
verifikasi sampai dengan penyiapan disket dan print-out final art work untuk
dikirim ke supplier kemasan serta menyiapkan/ menyediakan dokumen yang
terkait dengan kemasan, seperti Prosedur Pengolahan Induk (PPI) dan Production
Model (PM) Kemas. Bagian ini juga memberi dukungan terhadap bagian lain
untuk masalah-masalah yang terkait/ berhubungan dengan kemasan, seperti
pembelian mesin baru di bagian produksi, diversifikasi supplier oleh bagian
Purchasing dan permintaan penyederhanaan prosedur pemeriksaan dari bagian
QC.
3.4.3 Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan
Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan/
Production Planning and Inventory Control (PPIC) PT. Kalbe Farma, Tbk.
merupakan bagian dari grup PPIC dari empat situs perusahaan yang berada di
bawah grup Kalbe, yaitu PT. Kalbe Farma, Tbk., PT. Dankos Farma, PT.
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
20
Hexpharm Jaya, dan PT. Fima. Grup PPIC ini menjadi penghubung antara bagian
pemasaran dan distributor, yaitu PT. Enseval Putera Megatrading dengan divisi
produksi masing-masing situs. Departemen PPIC berada dibawah koordinasi
Assistant Director Plant. PPIC manager membawahi PPIC specialist, sedangkan
PPIC specialist membawahi empat bagian yaitu Inventory Plannning Control
(IPC), Production Planning Control (PPC), dan Toll Manufacturing. Secara
umum tugas dari departemen ini adalah sebagai berikut:
a) Merencanakan, mempersiapkan, dan mengendalikan proses produksi mulai dari
bahan baku sampai obat jadi.
b) Melakukan kegiatan toll manufacturing, meliputi:
1) Toll in, yaitu permintaan produksi dari perusahaan lain yang bisa dipenuhi
karena masih tersedia kapasitas.
2) Toll out, yaitu permintaan bantuan produksi ke perusahaan lain karena tidak
memiliki fasilitas produksi produk bersangkutan atau karena kapasitas tidak
mencukupi.
c) Membuat laporan ke instansi terkait, antara lain hasil produksi, pemakaian
material seperti prekursor, dan narkotik/psikotropik.
Tugas dari masing-masing bagian di Departemen PPIC adalah:
a. Inventory Planning Control (IPC):
1) Menghitung Evaluasi Kebutuhan Material (EKM) bulanan selama 6 bulan
kedepan berdasrkan Rolling Production Plan (RPP).
2) Memantau persediaan bahan baku, wadah, dan kemasan dengan
mempertimbangkan prioritas penggunaan material di bagian produksi.
3) Membuat Formulir Permintaan Barang (FPB) untuk material.
4) Memperbanyak dan menurunkan Kartu Produksi (KP) atau Prosedur
Pengolahan Induk (PPI)
b. Production Planning Control (PPC):
1) Menerjemahkan rolling forecast (ROFO) yang merupakan permintaan dari
PT. Enseval Putera Megatrading menjadi Rolling Production Plan (RPP)
dengan mempertimbangkan stock, buffer stock, work in process (WIP),
batch size, average selling out, pending order, dan day of inventory (DOI).
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
21
ROFO merupakan jumlah perkiraan penjualan selama 6 bulan mendatang
dalam satuan unit. RPP merupakan rencana produksi yang dibuat setiap 6
bulan mendatang dalam satuan batch.
2) Mengirim RPP ke bagian IPC untuk dijadikan dasar penyusunan Rencana
Pemakaian Material (RPM) setiap bulan.
3) Membuat rencana produksi bulanan (RPB) yang berisikan jumlah batch dan
target yang harus dicapai oleh Departmen Produksi selama satu bulan.
4) Mengevaluasi pencapaian rencana produksi bulan lalu untuk perencanaan
rencana produksi bulan berikutnya
c. Toll Manufacturing bertugas mengkoordinasi produk-produk toll out dan toll in
untuk menjamin agar kebutuhan sales dan marketing tetap dapat dipenuhi oleh
rekanan yang telah ditentukan oleh perusahaan apabila kapasitas produksi tidak
tersedia/ tidak mencukupi.
3.4.4 Departemen Produksi
Departemen produksi merupakan bagian Plant Department yang dipimpin
oleh Group Production Manager (GPM). GPM membawahi 4 manager produksi.
Masing-masing manager memiliki tanggung jawab terhadap mini company
produksi yang terdiri dari beberapa line produksi. Mini company promag terdiri
dari line 1 dan line 1 extension. Mini company I terdiri dari line 2, 9, dan 10. Pada
mini company I terdapat seorang manajer produksi, yaitu manajer produksi yang
mengepalai line 1, 2, 9, dan 10. Mini company II terdiri dari line 4, 5, dan 6.
Sedangkan untuk mini company III terdiri dari line 7, 8A, dan 8B. Masing-masing
line dijalankan oleh supervisor produksi atau disebut juga Penanggung Jawab Line
(PJL) yang bertanggung jawab kepada manager produksi di masing-masing mini
company. Sedangkan PJL pada masing-masing line produksi membawahi
koordinator lapangan, production engineer (PE), administrasi, operator, pembantu
operator, production helper, dan packer.
Line Produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk. Cikarang terdiri dari 10 bagian line
yaitu line 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8A, 8B, 9, dan 10. Line tersebut digolongkan menjadi
dedicated line dan non-dedicated line. Dedicated line merupakan line yang
memproduksi obat dalam jenis produk yang relatif sedikit, tapi dengan ukuran
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
22
batch yang besar. Line ini terdiri atas line 1, 4, 9. Non-dedicated line merupakan
line yang memproduksi obat dengan jenis produk relatif banyak namun dengan
ukuran batch yang relatif kecil atau sedikit. Line ini terdiri atas line 2, 5, 6, 7, 8A,
8B, dan 10. Produk obat yang diproduksi di setiap line adalah sebagai berikut:
1. Line 1: line ini memproduksi 1 jenis produk sediaan padat yaitu tablet
Promag®. Line ini juga mempunyai extension. Line 1 extension ini khusus
memproduksi tablet Promag® untuk menunjang permintaan pasar yang tidak
dapat dipenuhi oleh line 1, dan saat ini sudah beroperasi. Untuk ke depan line 1
extension ini akan membantu line 1 karena ruangan produksi tablet Promag®
akan diperbesar dan akan menggunakan mesin yang lebih baru sehingga dapat
memproduksi jumlah batch yang lebih besar dan lebih cepat.
2. Line 2: line ini terdiri atas 2 line yang merupakan gabungan dari line 2A dan
line 2B. Sebagian besar produk line 2A adalah tablet inti, sedangkan produk
line 2B adalah tablet coating. Produk line 2 antara lain: Neo Entrostop®, Xon-
Ce®, Pronicy®, Neuralgin®, Vitazym®, Zegavit®, dan Zegase®
3. Line 4: line yang memproduksi tablet inti, contoh produknya: Procold®, dan
Promag® Double Action.
4. Line 5: line yang memproduksi sediaan cair oral antara lain sirup, emulsi, dan
suspensi, seperti Cerebrofort®, Lambucid®, Salbron®, Plantacid® dan
Woods®.
5. Line 6: line ini khusus memproduksi sediaan cair steril (injeksi) seperti
Rantin®, Ulsikur®, dan Kalmethasone®.
6. Line 7: line ini memproduksi sediaan semi padat topikal seperti krim, semi
solid seperti jeli, dan salep, serta sediaan suppositoria dan ovula. Contoh
produknya adalah Bioplacenton® (gel), Mycoral® (krim), dan Kaltrofen® (gel
dan suppositoria).
7. Line 8: line yang banyak memproduksi beberapa jenis produk obat namun
volumenya kecil. Produk yang dihasilkan tersebut sebagian besar merupakan
produk ethical. Line ini dibagi menjadi 3 yaitu line 8A yang menangani proses
pembuatan produk, line 8B menangani pengemasan produk.
8. Line 9: line ini khusus memproduksi sediaan cair non oral yaitu Kalpanax®
Tincture.
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
23
9. Line 10: line ini khusus melakukan pengemasan ulang (repack) untuk produk
impor.
Tugas umum Departemen Produksi secara keseluruhan adalah melakukan
proses produksi dari raw material dan packaging material menjadi produk jadi.
Tugas dan tanggung jawab masing-masing line produksi antara lain:
a. Mencapai target produksi (kuantitas, kualitas, dan waktu yang tepat) yang
ditetapkan berdasarkan ketersediaan kapasitas mesin dan ketersediaan tenaga
kerja serta memonitor aktivitas harian dan mingguan berdasarkan Jadwal
Produksi Mingguan (JPM).
b. Mengoptimalkan dan mengontrol expense (biaya bulanan dan tahunan) yang
dipakai untuk mencapai target produksi. Sebagai contoh, biaya lembur dan gaji
karyawan, biaya toolsand supplies (selang, solvent, dan oli) dan maintenance
mesin (break down dan periodik).
c. Mencapai rendemen (yield) yang ditetapkan dengan cara meminimalkan bahan
baku yang terbuang pada setiap tahap proses dan mengusulkan penyederhanaan
proses (bekerjasama dengan R&D dan Process Development). Rendemen
sudah ditetapkan standarnya setiap tahun.
d. Memastikan ketersediaan utilitas kerja, seperti Air Handling Unit (AHU),
pengendali tekanan, Relative Humidity (RH), udara, dan suhu.
e. Memantau produktivitas kerja (orang dan mesin).
f. Mengefisienkan pemakaian kapasitas mesin dengan cara melakukan
penjadwalan yang efisien, penempatan operator yang tepat, dan perawatan
mesin.
g. Memeriksa, mengevaluasi, dan memberi approval dokumen-dokumen yang
dipakai dan dikirim ke QA.
h. Membimbing supervisor dan subordinat.
i. Memberi masukan kepada atasan, untuk perencanaan jangka panjang (misal:
perubahan lay out ruangan, penambahan mesin dan karyawan, optimalisasi
cara kerja).
j. Memastikan suasana kerja yang sehat dan memotivasi bawahan (misalnya
membantu masalah mereka dan memberi training).
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
24
k. Memastikan dipenuhinya standar atau peraturan yang berlaku (misal: CPOB,
ISO 9000, OSHAS 18000, ISO 14000, dan cGMP) dan berkomitmen untuk
mengimplementasikan kebijakan mutu, Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3), dan lingkungan.
3.4.5. Departemen Quality Operation
Quality Operation adalah departemen yang bertugas menjamin mutu produk
yang dihasilkan dengan memperhatikan seluruh aspek yang berpengaruh pada
kualitas produk. Departemen QO dipimpin oleh seorang QO Manajer yang
bertanggung jawab kepada Plant Head. Secara umum QO dibagi menjadi dua
kelompok besar yaitu Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA).
3.4.5.1 Quality Control (QC)
Secara umum bagian QC bertugas dalam:
a) Pelulusan dan pengujian terhadap material yang datang (raw material dan
packaging material), produk ruahan dan produk jadi.
b) Memberikan persetujuan pemeriksaan (retesting) dan pengerjaan ulang
(rework) suatu produk.
Bagian-bagian dalam Departemen QC:
a) Seksi Bahan Baku (Raw material)
Bagian ini bertanggung jawab dalam menganalisa semua bahan baku yang
masuk yang akan digunakan untuk proses produksi.
b) Seksi Wadah dan Kemasan (Packaging Material)
Bagian ini bertugas melakukan pemeriksaan terhadap semua wadah dan
kemasan dengan prosedur berdasarkan MA yang telah ditetapkan oleh
Departemen R&D
c) Seksi Obat Jadi
Seksi obat jadi bertugas dalam melakukan pemeriksaan dan meloloskan atau
menolak produk jadi yang akan dikemas.
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
25
d) Laboratorium Mikrobiologi
Bagian ini bertugas melakukan pemeriksaan mikrobiologi material dan obat
sesuai dengan MA yang telah ditetapkan oleh Departemen R&D. Pemeriksaan
yang dilakukan yaitu: potensi antibiotika, uji sterilitas, uji pirogen dan
endotoksin, pemeriksaan angka total mikroba, pemeriksaan untuk uji sampel
stabilitas, pemeriksaan sampel pertinggal, dan pemeriksaan hasil validasi
pembersihan mesin. Selain mendukung seksi bahan baku, seksi wadah dan
kemasan, dan seksi obat jadi, laboratorium mikrobiologi juga mendukung
bagian validasi dalam pemeriksaan ruangan.
Hubungan Departemen QC dengan departemen lain adalah sebagai berikut:
a. Departemen Logistik
Bahan baku dan bahan kemas yang diterima oleh Departemen Logistik
diperiksa oleh Departemen QC.
b. Departemen R&D
Departemen QC melakukan pemeriksaan rutin menggunakan metode analisa
yang ditetapkan oleh Analytical Development dan Packaging Development
yang merupakan bagian dari Departemen R&D. Sebelum suatu metode analisa
ditetapkan oleh Analytical Development dan Packaging Development,
dilakukan transfer metode analisa ke Departemen QC untuk menyempurnakan
metode analisa tersebut
c. Departemen Produksi
Departemen QC memeriksa kualitas produk ruahan berdasarkan sampling yang
dilakukan oleh Departemen Produksi (IPC mandiri). Untuk In Process Control
(IPC) dilakukan oleh Departemen Produksi karena bagian produksi di PT.
Kalbe Farma, Tbk. dianggap sudah mampu untuk melakukan IPC sendiri dan
Departemen QC melakukan pemeriksaan composit sample dari hasil suatu
proses produksi.
d. Departemen Pembelian (Purchasing)
Hubungan Departemen QC dengan bagian pembelian melibatkan bagian
Analytical Development dan Formulasi. Bagian pembelian akan membeli
bahan baku maupun bahan kemas dari pemasok baru setelah memperoleh
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
26
persetujuan dari bagian Analytical Development dan Formulasi. Selanjutnya,
bahan baku dan bahan kemas yang dibeli dari source baru diperiksa
kualitasnya oleh Departemen QC menggunakan metode analisa yang
ditetapkan oleh bagian Analytical Development.
e. Departemen Marketing
Departemen QC memberikan informasi ke Departemen Marketing tentang
release batch number pertama produk baru dan pemberitahuan perubahan
kemasan.
3.4.5.2 Quality Assurance (QA)
Departemen QA dipimpin oleh seorang QA Manager yang bertanggung
jawab langsung kepada QO Manager. Secara umum QA dibagi menjadi empat
kelompok besar yaitu Audit, Post Marketing, Validasi, dan GMP Compliance.
a. Audit
Bagian audit memiliki beberapa tugas, yaitu audit proses, audit produk, audit
vendor, penanganan masalah di produksi, dan monitoring penyimpangan.
Audit proses dilakukan untuk memastikan proses produksi berjalan sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan. Proses yang dimaksud bukan hanya
proses pembuatannya, tetapi mulai dari penerimaan bahan baku. IPC (In
Process Control) juga termasuk dalam audit proses ini. Inspektor akan datang
ke bagian gudang dan produksi secara langsung untuk mengamati apakah pada
proses yang dilakukan terdapat penyimpangan atau tidak. Kegiatan ini
dilakukan secara berkala. Audit produk dilakukan pada setiap jalur produksi
(line). Audit produk ini bertujuan untuk mengetahui dan memastikan bahwa
produk yang telah dirilis benar-benar layak atau memenuhi persyaratan. Selain
itu, audit produk ini juga bertujuan untuk memastikan bahwa sistem yang telah
dibuat berjalan dengan baik di lapangan. Audit vendor yang dilakukan ada 2,
yaitu audit vendor bahan baku dan audit vendor produk toll out. Audit vendor
yang dilakukan serupa dengan audit proses. Penanganan masalah di produksi
dilakukan dengan sampling produk yang mengalami masalah tersebut.
Hasilnya dapat berupa rilis, diproses ulang, atau musnah. Penyimpangan yang
terjadi, beserta penyebab dan usulan perbaikannya dilaporkan pada lembar
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
27
deviation report. Bagian audit saat ini juga berperan dalam sistem Total
Productive Maintenance (TPM).
b. Post Marketing
Post Marketing bertugas melakukan pemantauan atau pengawasan terhadap
kualitas produk jadi setelah produk tersebut diproduksi dan dipasarkan. Tugas
dari post marketing adalah menangangi keluhan pelanggan (product
complaint), menangani recall dan returned product, dan post marketing
stability testing.
c. Validasi
Validasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap
bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang
digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil
yang diinginkan. Bagian Validasi di PT. Kalbe Farma, Tbk memiliki bagian
validasi proses, validasi pembersihan, validasi fasilitas dan utilitas, validasi
computer, dan annual product review.
d. GMP Compliance
1) Kalibrasi dan Kualifikasi
Tujuan dilakukan kalibrasi untuk memastikan semua peralatan yang
digunakan untuk pengukuran selalu memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan sehingga menjamin ketelitian pengukuran berada dalam batas
yang diijinkan. Sebagai parameter digunakan suatu kalibrator yang spesifik
untuk setiap instrumen. Kualifikasi adalah tindakan untuk memastikan
kelayakan dari suatu mesin atau peralatan. kualifikasi yang dilakukan
meliputi: Design Qualification (DQ), Installation Qualfication (IQ),
Operational Qualification (OQ), dan Performance Qualification (PQ).
Kalibrasi merupakan bagian dari kualifikasi, dengan interval pengujian yang
lebih sempit (misalnya, kalibrasi dilakukan per 6 bulan, sedangkan
kualifikasi dilakukan minimal 3 tahun bila tidak ada perubahan yang
signifikan).
2) Evaluasi Catatan Bets (Evaluation Batch Record/ EBR)
Bagian ini bertanggung jawab menangani batch record, yaitu memeriksa
kelengkapan batch record serta menyatukan data-data dari produksi dan
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
28
hasil analisa dari departemen QC. EBR diperlukan sebagai dokumentasi dan
untuk memastikan produk sebelum di-release telah dievaluasi dengan benar
termasuk penelusuran masalah jika terjadi penyimpangan.
3) Pengendalian Perubahan (Change Control)
Tujuan Change Control adalah agar setiap perubahan yang berkaitan dengan
mutu, lingkungan dan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dievaluasi
dahulu dampaknya terhadap mutu, lingkungan, dan K3 serta sesuai pada
ketentuan, peraturan atau undang-undang terkait sebelum
diimplementasikan. Jika terjadi suatu perubahan, misalnya terjadi
penggantian mesin, maka departemen tersebut akan mengajukan usulan
perubahan, kemudian perubahan tersebut diamati dan dipelajari oleh tiap
departemen yang terkait, apakah perubahan memberikan dampak atau tidak.
3.4.6. Departemen Quality System
Quality System (QS) mempunyai fungsi utama memastikan standar atau
pedoman yang ada senantiasa berjalan dengan baik. QS bertugas memelihara dan
mengembangkan sistem di PT. Kalbe Farma, Tbk. Secara keseluruhan, sistem
yang dibuat telah memasukkan unsur-unsur CPOB/c-GMP, ISO 9001: 2000, ISO
14001:2004, dan OHSAS 18001.
a. System Compliance
Bagian ini memiliki tanggung jawab dalam Management Review, Audit
Development, Corrective Action/Preventive Action (CAPA), dan Standard
Development.
b. Document Compliance
Secara umum tugas QS dalam Document Compliance adalah apabila terdapat
dokumen baru atau perubahan pada dokumen lama, dokumen baru atau
dokumen yang telah diubah tersebut harus dikaji terlebih dahulu oleh QS.
Selanjutnya QS akan mengkaji dampak perubahan terhadap departemen lain.
Setelah dokumen diperbaiki disetujui oleh QS, perlu dilakukan pelatihan pada
semua personil yang terkait. Setelah itu, dokumen tersebut baru bisa
didistribusikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
29
c. Occupational Health, Safety & Environment (OHSE) compliance
OHSE dikoordinasi oleh System Compliance yang bertugas untuk memastikan
kinerja sistem manajemen K3 & lingkungan telah diterapkan dengan baik.
Selain itu OHSE juga bertugas untuk melakukan identifikasi, mencegah, dan
mengatasi hazard (bahaya) yang akan timbul akibat tidak memahami standar
prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Cara yang dilakukan antara
lain: eliminasi, substitusi, engineering control, visual control dan
administration Control, alat pelindung diri (APD).
d. Plan Do Check Action (PDCA)
Divisi ini bertugas untuk memeriksa setiap kegiatan kerja yang akan
dilaksanakan oleh departemen-departemen yang ada di PT. Kalbe Farma, Tbk.
Pada umumnya mereka akan mengikuti setiap rapat kerja yang ada dan
mengevaluasi kinerja program serta status kemajuannya.
e. Continual Improvement Program Development
Bagian Program Development memiliki tugas yang terbagi menjadi dua, yaitu
Program Development & Maintenance dan Training Development
Maintenance. Bagian ini bertanggung jawab untuk merancang dan
melaksanakan sistem pelatihan bagi karyawan, khususnya karyawan baru,
sebagai sarana untuk meningkatkan budaya kualitas karyawan sehingga
tercipta produk yang berkualitas. Program-program pengembangan yang
dilaksanakan antara lain 5R, Ko HASE, serta CONIM (Continual
Improvement). Setiap kebijakan CONIM yang telah dibuat oleh Group Process
Improvement (GPI) kemudian diteruskan kepada divisi ini untuk kemudian
dirancang pelaksanaannya.
3.4.7. Departemen Logistik
Logistik atau Warehouse adalah departemen yang bertanggung jawab atas
penerimaan, penyimpanan, pengeluaran bahan baku, wadah, bahan kemas, dan
produk jadi. Secara struktural departemen logistik dipimpin oleh seorang Manager
Logistik yang membawahi empat Kasi (kepala seksi) gudang, yaitu Kasi gudang
bahan baku (raw material) dan wadah (primary packaging material), Kasi gudang
penimbangan, Kasi gudang kemasan sekunder (secondary packaging material)
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
30
dan Kasi gudang produk jadi (finished goods). Bagian Logistik memiliki peranan
penting dalam kegiatan penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran bahan baku,
wadah, kemasan, maupun produk. Dalam menjalankan peran tersebut,
Departemen Logistik terkait dengan beberapa bagian, yaitu bagian QA/QC, R&D,
Purchasing, PPIC, Produksi, dan Teknik. Fungsi dan tugas dari masing-masing
seksi adalah sebagai berikut:
a. Seksi gudang bahan baku/ wadah
Gudang bahan baku dan wadah mempunyai beberapa ruang penyimpanan
dengan suhu ruangan yang berbeda-beda, yaitu ruang suhu kamar (25-30°C),
ruang AC/ cool room (20-25°C), dan ruang pendingin/cold storage (2-8°C)
untuk penyimpanan bahan baku yang rentan terhadap suhu. Untuk ruang AC,
terdapat ruangan AC untuk penyimpanan material halal, penyimpanan essence
dan flavouring, penyimpanan bahan kemas primer (foil), serta ruang AC untuk
penyimpanan berbagai macam bahan baku dan wadah. Selain itu, terdapat
beberapa area atau ruang yang penting seperti:
1. Area khusus prekursor serta tempat khusus penyimpanan bahan baku yang
bersifat prekursor narkotika dan psikotropika. Area ini selalu terkunci dan
akses ke area ini harus mendapat persetujuan supervisor dan mengisi log
book.
2. Ruang sampling QC, ruang khusus untuk proses sampling bahan baku dan
wadah yang baru datang untuk diuji kualitasnya sebelum digunakan.
3. Ruang tolak, ruangan atau area yang terpisah yang menyimpan bahan baku
dan wadah yang ditolak oleh QC.
Penataan barang di gudang bahan baku dan wadah menggunakan system
racking secara alfabetis dan numerik dimana setiap rak terdapat beberapa level
(tingkat vertikal) dan beberapa kolom (horizontal), serta didata secara
komputerisasi menggunakan sistem Oracle yang memuat lokasi peletakan
material dalam rak. Cara penyimpanan barang di gudang pada dasarnya disusun
antara lain berdasarkan hal-hal berikut:
1. kondisi penyimpanan yang dipersyaratkan (suhu, cahaya, dan kelembaban).
2. kedekatan dengan pelanggan (gudang timbang atau produksi).
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
31
3. bentuk material dan sifat bahan baku (flammable atau non flammable).
4. untuk barang-barang toll out didekatkan area toll out.
5. berdasarkan status (karantina, baik, atau tolak).
b. Seksi gudang penimbangan
Gudang timbang adalah tempat berlangsungnya proses penimbangan dan
penyediaan bahan baku dan wadah yang dibutuhkan oleh produksi berdasarkan
JPM (Jadwal Produksi Mingguan). Bahan baku dan wadah yang ditimbang dan
disediakan sesuai dengan Prosedur Pengolahan Induk yang diturunkan yaitu:
PPI 1A, 1B dan 3A. Bahan baku dan wadah ditimbang dan disediakan dengan
sistem First Expired First Out (FEFO) oleh gudang timbang, kemudian dikirim
ke produksi sesuai line yang membutuhkan.
c. Seksi gudang kemasan
Gudang kemas memiliki tanggung jawab melayani permintaan kemasan
sekunder berupa master box, dus, brosur, dan label kemudian mengirimkannya
ke setiap line produksi berdasarkan PPI 3B. Kemasan sekunder yang dikirim
oleh vendor akan diperlakukan sama seperti bahan baku dan wadah, yaitu akan
dikarantina terlebih dahulu untuk pengujian kualitas kemasan tersebut. Jika QC
menyatakan status kemasan adalah “BAIK” maka kemasan yang sesuai dengan
PPI 3B akan dikirim ke produksi. Sistem FEFO juga diterapkan untuk
pengiriman kemasan sekunder untuk produksi.
d. Seksi gudang produk
Ruang lingkup, fungsi, dan tugas seksi gudang produk adalah sebagai berikut:
1) Menerima, memeriksa produk dan dokumen, serta memasukkan data.
2) Menata dan menyimpan produk.
3) Mengirimkan produk untuk pelanggan (distributor, ekspor, dan sebagainya)
atas Sales Order/Shipping Instruction Internal dari marketing atau Formulir
Kebutuhan Barang (FKB).
4) Melaksanakan cycle count produk.
5) Menerima, memeriksa, dan memasukkan data produk retur.
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
32
3.4.8. Departemen Teknik
Departemen Teknik menunjang proses produksi dengan cara memelihara
dan melakukan perawatan semua mesin di semua departemen. Walaupun tidak
berperan secara langsung dalam kegiatan produksi, namun Departemen Teknik
merupakan pendukung utama kegiatan produksi di industri farmasi. Departemen
Teknik memiliki tanggung jawab dalam pengadaan, perbaikan dan pemeliharaan
gedung, sarana penunjang dan mesin-mesin yang digunakan di industri farmasi.
Secara umum, Departemen Teknik dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
1. Utilitas Tugas dan tanggung jawab dari Manajer Utilitas adalah:
a. Memastikan tersedianya energi listrik, air, udara dingin, tekanan udara/uap
dan sarana penunjang lain untuk keperluan produksi dan operasi perusahaan
sehari-hari.
b. Memastikan perawatan terhadap mesin-mesin utilitas agar produksi dapat
berjalan secara efisien.
2. Pemeliharaan Tugas dan tanggung jawab dari Manager Pemeliharaan yaitu:
a. Menyusun dan mengimplementasikan rencana perawatan atau perbaikan
mesin dan peralatan.
b. Mengevaluasi hasil yang sudah dicapai.
c. Mengontrol pelaksanaan instalasi baru, pemeliharaan berkala mesin yang
mengalami kerusakan dan penyediaan suku cadang agar dapat menunjang
kelancaran proses produksi.
Kerja pemeliharaan dibagi menjadi dua, yakni pemeliharaan preventif dan
penanganan kerusakan. Pemeliharaan preventif merupakan kegiatan pemeliharaan
yang dilakukan untuk menjamin agar mesin-mesin produksi dan sarana penunjang
lainnya selalu dalam keadaan optimum dan dapat dioperasikan secara optimal.
Sementara itu penanganan kerusakan adalah perawatan mesin yang mengalami
kerusakan dan harus segera diperbaiki agar tidak mengganggu proses produksi.
3. Teknisi Suku Cadang
Bagian ini bertanggung jawab dalam penyediaan stok suku cadang untuk mesin
mesin yang ada baik untuk Produksi maupun untuk bagian lain. Suku cadang
yang disediakan adalah suku cadang dari mesin-mesin yang sangat penting
yang harus terus berjalan atau merupakan suku cadang yang pemesanannya
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
33
membutuhkan waktu lama, sehingga jika terjadi kerusakan dapat segera
ditangani.
4. Administrator
Bagian ini bertanggung jawab dalam melaksanakan urusan administrasi di
Bagian Teknik.
5. Koordinator Pekerjaan Sipil
Bagian ini bertanggung jawab dalam melaksanakan suatu proyek pembangunan
baru, misalnya membuat ruangan baru, membuat gedung baru.
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
34
BAB 4
PEMBAHASAN
PT. Kalbe Farma, Tbk. senantiasa mengembangkan diri melalui inovasi,
nama dagang yang kuat, dan manajemen yang unggul. Hal tersebut dilakukan agar
PT. Kalbe Farma, Tbk. untuk menjadi perusahaan perawatan kesehatan terbaik.
PT. Kalbe Farma, Tbk. memiliki komitmen membantu masyarakat mewujudkan
kesehatan dan kehidupan yang lebih baik. Dalam mewujudkan komitmennya,
berbagai hal telah dilakukan, salah satunya melalui penerapan Cara Pembuatan
Obat yang Baik (CPOB) dalam setiap aspek pembuatan obat di PT. Kalbe Farma,
Tbk. Jaminan kualitas produk PT. Kalbe Farma, Tbk. telah diakui melalui
berbagai standar internasional, antara lain dengan diperolehnya sertifikat ISO
9001 (2001) untuk sistem manajemen, sertifikat ISO 14001 untuk jaminan
terhadap sistem lingkungan, dan sertifikat OHSAS 18001/SMK3 untuk jaminan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
4.1 Manajemen Mutu
Untuk menjamin pembuatan obat yang sesuai dengan tujuan
penggunaannya, memenuhi syarat izin edar, dan bermutu dan tidak menimbulkan
risiko berbahaya dalam penggunaannya maka diperlukan suatu sistem, yaitu
manajemen mutu. Konsep dasar pengawasan mutu, CPOB, dan pemastian mutu
adalah aspek manajemen mutu yang saling terkait.
Kegiatan manajemen mutu di PT. Kalbe Farma, Tbk. sudah memenuhi
CPOB. Pengelolaan manajemen mutu di PT. Kalbe Farma, Tbk. Dilaksanakan
oleh bagian Quality Operation (QO). QO terdiri dari dua departemen, yaitu
Quality Assurance (QA)dan Quality Control (QC). Ruang lingkup QA adalah
pemastian mutu, sedangkan QC merupakan pengawasan mutu. Pemastian mutu
adalah totalitas semua pengaturan yang bertujuan memastikan bahwa obat
dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Pengawasan
mutu bertugas untuk mengontrol kualitas dari bahan awal (bahan baku dan bahan
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
35
kemas) hingga ke produk jadi yang siap dipasarkan. Pemeriksaan yang dilakukan
meliputi pemeriksaan fisik, kimia, dan mikrobiologi.
Pemastian mutu yang dilaksanakan bertujuan untuk menghindari atau
meminimalisasi resiko terhadap produk. Pelaksanaan CPOB itu sendiri dipastikan
dengan melakukan pengawasan mutu. Pengawasan mutu ini meliputi berbagai
macam aspek seperti produk yang sesuai standar, bangunan dan fasilitas yang
memadai, dan sebagainya.
4.2 Personalia
Dalam suatu industri farmasi, personil yang terlibat dalam industri tersebut
harus memenuhi persyaratan, baik secara kuantitas maupun kualitas. CPOB
mensyaratkan jumlah personil yang memadai dan terkualifikasi untuk
melaksanakan semua tugas. Setiap personil harus memiliki kesehatan mental dan
fisik yang baik sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara professional.
Sikap dan kesadaran tinggi setiap personil juga diperlukan dalam mewujudkan
pelaksanaan CPOB.
PT. Kalbe Farma, Tbk. Memiliki personil yang terlatih secara teknis dengan
jumlah memadai untuk melaksanakan kegiatan produksi, pengawasan dan
pemastian mutu. Kegiatan dilakukan mengikuti prosedur dan spesifikasi yang
telah ditentukan secara efektif dan efisien. Departemen produksi, QA, dan QC
dipimpin oleh apoteker yang bersifat independen. Apoteker-apoteker ini diberi
wewenang penuh dan sarana yang cukup untuk dapat melaksanakan tugasnya
secara efektif.
Peningkatan kesadaran dan pemahaman karyawan terhadap CPOB di PT.
Kalbe Farma, Tbk. dilakukan melalui program pelatihan Kualitas Lima Aspek
(KUA LIMA) yang meliputi K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja), dan 5R
(Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). Aspek KUA LIMA meliputi produk,
manusia, bahan dan peralatan, metode, serta lingkungan kerja. Uraian lima aspek
dalam KUA LIMA adalah:
a. produk yang senantiasa berorientasi pada pasar
b. sumber daya manusia yang selalu mengutamakan kualitas
c. peralatan, bahan, dan teknologi yang memadai
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
36
d. proses, prosedur, dan metode kerja yang efisien
e. lingkungan kerja yang mendorong prestasi
Untuk menjamin kepuasan terhadap semua pelanggan, baik internal maupun
eksternal PT. Kalbe Farma Tbk. melakukan berbagai upaya antara lain dengan
menerapkan Kalbe Service Exellence (KSE). Setiap karyawan harus
melaksanakan sebelas perilaku KSE, yaitu senyum tulus, wajah hangat dan
bersemangat, pelanggan adalah orang penting, dengarkan kebutuhannya,
menyebut namanya, bahasa tubuh positif, membicarakan yang diminati
pelanggan, bahasa yang halus dan tepat, memberitahukan proses yang
sudah/sedang/akan dikerjakan, pengetahuan akan produk, serta tampil dengan
rapi.
4.3 Bangunan dan Fasilitas
PT. Kalbe Farma, Tbk. berlokasi di kawasan industri Delta Silicon I,
Cikarang. Lokasi pabrik terletak cukup jauh dari pemukiman penduduk. Hal
tersebut bertujuan untuk meminimalisasi resiko pencemaran, baik dari pabrik ke
lingkungan maupun dari lingkungan ke pabrik. Gedung dilengkapi dengan sarana
dan prasarana yang ditujukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi yang
berasal dari udara, tanah, air, maupun dari kegiatan di sekitarnya, seperti debu dari
industri lain, rembesan air, serangga, binatang pengerat, dan sebagainya. PT.
Kalbe Farma, Tbk. Memiliki instalasi pengolahan limbah sebagai upaya
pencegahan terjadinya pencemaran terhadap lingkungan. Pengolahan limbah
pabrik ini bekerja sama dengan pihak luar.
PT. Kalbe Farma Tbk. memiliki bangunan dengan ukuran, rancang bangun,
konstruksi, dan tata letak yang secara umum telah memadai sesuai dengan
persyaratan CPOB. Hal ini dilakukan dalam rangka menunjang pelaksanaan kerja,
pembersihan, dan pemeliharaannya. Rancang bangun dan tata letak ruang
produksi PT. Kalbe Farma, Tbk. dibagi menjadi beberapa kelompok sehingga
kegiatan-kegiatan dapat berlangsung tanpa harus berhubungan dengan daerah
luar. Ruang ganti pakaian berhubungan langsung dengan area produksi dan
dipisahkan oleh pintu yang hanya dapat diakses dengan menggunakan kartu akses
karyawan. Pergerakan barang dan manusia diatur dalam lalu lintas yang berbeda
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
37
untuk mencegah kemungkinan terjadinya kontaminasi silang. Penghubung antar
ruang atau kelas yang berbeda adalah ruang buffer atau ruang antara, sedangkan
untuk barang digunakan penghubung berupa kotak penghubung (pass box).
Khusus perpindahan antara grey area dengan white area terdapat air lock yang
dilengkapi air shower. Setiap ruang produksi memiliki koridor sebagai lalu lintas
umum karyawan atau bahan. Pada area produksi terdapat ruang staging yang
digunakan sebagai tempat penyimpanan kemasan dan bahan baku. Selain itu,
terdapat pula ruang work in process (WIP) untuk staging produk ruahan dan
produk antara.
Desain pada permukaan lantai, dinding, langit-langit, dan pintu dibuat
sedemikian rupa adar kedap air, tidak terdapat sambungan, dan mudah untuk
dibersihkan. Permukaan lantai ruang produksi menggunakan beton yang dilapisi
epoksi, sudut-sudut ruangan dibuat melengkung, sambungan dilapisi oleh silicon
rubber, dinding dan langitlangitnya dilapisi cat minyak. Penutup fitting lampu,
titik ventilasi, dan instalasi lainnya dibuat rata dengan langit-langit sehingga
meminimalkan adanya celah yang dapat menahan debu. Sarana-sarana penunjang
produksi, seperti Heating, Ventilating, and Air Conditioning (HVAC), pipa
saluran air, Air Handling Unit (AHU), kabel listrik diletakkan di ruangan khusus
di antara setiap lantai ruangan produksi yang disebut mezzanine. Beberapa
ruangan juga dilengkapi dengan pengumpul debu (dust collector) untuk
mengendalikan jumlah partikel sesuai dengan kelas ruangan masing-masing.
Bangunan pada PT. Kalbe Farma, Tbk. menerapkan sistem line (jalur
produksi). Satu line mencakup semua tahap pengolahan sampai dengan
pengemasan produk sehingga kontaminasi silang dapat dihindari. Ruang produksi
di PT. Kalbe Farma, Tbk. diklasifikasikan sesuai dengan ASEAN GMP, yaitu
kelas I dan II (white area), kelas III (grey area), dan kelas IV (black area).
Apabila dikaitkan dengan CPOB, kelas black area merupakan kelas E, kelas grey
area merupakan kelas C (untuk produksi steril), D (untuk produksi non-steril),
dan kelas white area merupakan kelas A, B (produksi steril). Sebagai penghubung
antara kelas ruangan yang satu dengan yang lain disediakan ruang antara atau
ruang buffer dan loker karyawan. Setiap kelas ruangan memiliki persyaratan
jumlah partikel dan jumlah mikroba tertentu, serta tekanan udara yang berbeda
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
38
untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang. Pengaturan perbedaan tekanan
udara ini dilakukan dengan membedakan volume udara yang dimasukkan ke
dalam ruangan oleh AHU. White area memiliki tekanan udara paling tinggi dan
black area memiliki tekanan udara yang paling rendah, sedangkan tekanan udara
di grey area berada diantaranya.
Black area ditandai dengan lantai yang dicat epoksi berwarna hijau dan
dinding yang dicat minyak berwarna kuning muda. Area ini meliputi ruang
penanggung jawab line produksi, ruang pengemasan sekunder, dan ruang ganti
pakaian untuk menuju grey area. Grey area memiliki lantai berwarna biru tua dan
dinding berwarna kuning muda. Area ini meliputi daerah-daerah yang
berhubungan langsung dengan proses produksi, seperti gudang timbang, koridor
penghubung gudang timbang dengan ruang proses produksi, ruang proses
produksi, ruang pengemasan primer, serta ruang penyangga atau buffer. Lantai
white area berwarna biru muda dengan dinding berwarna kuning muda. Area ini
khusus memproduksi sediaan steril, meliputi ruang penyangga, ruang ganti
pakaian, ruang penyemprot udara (air shower), dan ruang pengisian (filling). Pada
area ini dilengkapi pula penyaring HEPA yang dapat menyaring udara yang
masuk ke dalam ruangan sehingga dapat membatasi jumlah dan ukuran partikel,
serta jumlah bakteri yang ada di ruangan tersebut.
Gudang bahan baku dan wadah, gudang kemas, dan gudang produk jadi
disusun sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam penyimpanan dan
penelusuran barang. Penyimpanan barang yang baru datang, karantina, atau
barang ditolak diletakkan terpisah. Gudang penyimpanan bahanbahan mudah
terbakar atau mudah meledak diletakkan terpisah. Selain itu, juga terdapat sarana
gudang dengan kondisi khusus, yaitu suhu dan kelembaban ruangan yang
terkendali, misalnya penyimpanan pada suhu 2-8OC.
4.4 Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk.
memiliki rancang-bangun dan konstruksi yang kuat, ukuran yang memadai, serta
ditempatkan pada posisi yang tepat. Masing-masing alat diberi penandaan agar
memudahkan dalam identifikasinya. Pemasangan dan penempatan peralatan diatur
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
39
sedemikian rupa sehingga proses produksi dapat berjalan secara efektif dan
efisien. Bahan yang digunakan untuk peralatan selama proses produksi sebagian
besar adalah baja tahan karat (stainless steel). Peralatan yang digunakan selalu
dirawat secara berkala agar tetap berfungsi dengan baik dan konsisten serta
mencegah terjadinya pencemaran yang dapat merubah identitas dan mutu atau
kemurnian produk.
Peralatan yang digunakan pada tiap line produksi disesuaikan dengan
produk yang dihasilkan dan ukuran bets dari masing-masing produk. Penempatan
peralatan produksi dilakukan mengikuti alur proses kerja sehingga produksi dapat
dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Pemisahan peralatan dilakukan untuk
menghindari kontaminasi silang antara produk satu dengan produk yang lain.
Pencegahan terhadap kontaminasi debu yang dihasilkan pada saat proses produksi
dilakukan dengan menggunakan pengumpul debu. Peralatan juga diberi
penandaan status penggunaan alat tersebut untuk menghindari kesalahan
penggunaan alat.
Tiap mesin diletakkan dalam ruang sesuai dengan proses yang sedang
berlangsung. Bila terdapat lebih dari satu alat dalam satu ruangan maka peralatan
diletakkan tidak berdekatan agar proses kerja dilakukan dengan leluasa dan
mencegah terjadinya kontaminasi silang dan pencampuran antar bahan maupun
produk ruahan.
Keakuratan peralatan selalu dijaga dengan melakukan validasi, kalibrasi,
dan kualifikasi secara teratur oleh Departemen Pemastian Mutu bekerja sama
dengan lembaga metrologi setempat. Peralatan dan mesin baru harus melalui
tahapan kualifikasi terlebih dahulu, yaitu kualifikasi instalasi, kualifikasi operasi
dan kualifikasi kinerja. Pada peralatan lama dilakukan kualifikasi secara periodik,
yaitu setiap 3 tahun. Kalibrasi dilakukan pada periode tertentu yang sudah
ditetapkan dan tercatat dalam Jadwal Kalibrasi Alat. Kalibrasi dilakukan terhadap
peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, dan menguji. Sertifikat
Penerimaan dikeluarkan untuk mesin yang telah melewati tahapan-tahapan
tersebut dan menyatakan bahwa mesin tersebut telah memenuhi syarat.
Pemeliharaan peralatan menjadi tanggung jawab Departemen Produksi
dan Departemen Teknik, yaitu Bagian Perencanaan Perawatan. Bagian ini
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
40
melakukan perawatan pencegahan yang meliputi pengecekan, penggantian
bagian-bagian dari mesin yang rusak, pembersihan, dan lubrikasi mesin secara
periodik. Kegiatan perawatan dan pencegahan dilakukan dengan
mempertimbangkan jadwal produksi sehingga tidak mengganggu jalannya proses
produksi. Umumnya kegiatan ini dilakukan setiap bulan.
4.5 Sanitasi dan Higiene
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi harus dijaga pada setiap aspek
pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene, meliputi personalia,
bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan hal-
hal lainnya yang dapat menjadi sumber pencemaran produk. Oleh karena itu,
diperlukan suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu.
Prosedur sanitasi dan hygiene harus divalidasi, serta dievaluasi secara berkala
untuk selalu memastikan bahwa hasilnya efektif dan memenuhi persyaratan.
Setiap personil PT. Kalbe Farma, Tbk. harus menjalani pemeriksaan
kesehatan, baik sebelum diterima menjadi karyawan maupun selama bekerja.
Karyawan yang bertugas sebagai pemeriksa visual diharuskan menjalani
pemeriksaan mata secara berkala untuk memastikan fungsi mata masih bekerja
secara optimal. Tiap karyawan yang mengidap suatu penyakit yang dapat
merugikan kualitas produk dilarang menangani bahan baku, bahan pengemas,
bahan yang sedang dalam proses, dan obat jadi sampai karyawan tersebut
dinyatakan telah sembuh.
Setiap personil tidak diperbolehkan makan dan merokok di dalam gedung
produksi maupun kantor, khususnya di daerah yang berhubungan dengan produk,
seperti daerah produksi dan gudang. Toilet, tempat cuci tangan, kotak P3K, dan
ruang minum (pantry) yang terpisah dari ruang kerja dan ruang produksi. Hal ini
merupakan salah satu bentuk sarana penunjang pelaksanaan sanitasi dan higiene.
Kantin dan koperasi ditempatkan dalam lokasi yang strategis, namun tidak
berhubungan langsung dengan kantor maupun area produksi.
Pada setiap grey area bagian produksi terdapat ruang pencucian untuk
mencuci alat-alat yang telah selesai digunakan untuk proses produksi. Sanitasi
line 5 dilakukan setiap akan menggunakan peralatan. Sanitasi ruangan line 5
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
41
dengan cara dilakukan fogging 1 bulan sekali. Sedangkan peralatan pada line 6,
ada yang disterilisasi, tidak hanya disanitasi. Sanitasi di ruangan line 6 dilakukan
setiap 24 jam sekali dengan cara fogging selama 4 jam. Sanitasi peralatan
dilakukan setiap terjadi pergantian jenis produk. Pembersihan rutin juga dilakukan
pada alat yang sudah lama tidak digunakan. Peralatan yang dapat dipindahkan
dicuci di ruang pencucian pada grey area, sedangkan peralatan yang tidak dapat
dipindahkan dicuci di ruangan tempat peralatan tersebut berada. Ruangan tersebut
telah dilengkapi dengan saluran khusus untuk pembuangan limbah dari pencucian
alat. Pembersihan alat dan mesin tersebut dilakukan berdasarkan prosedur tetap
yang telah ditetapkan oleh Pemastian Mutu.
Semua ruang di line produksi memiliki status tertentu yang diwujudkan
dalam bentuk tulisan yang ditempelkan pada pintu ruangan, meliputi label
”TELAH DIBERSIHKAN”, ”SEDANG PROSES”, atau ”UNTUK
DIBERSIHKAN”. Hanya ruang dengan label ”TELAH DIBERSIHKAN” yang
dapat digunakan untuk proses produksi. Sedangkan, label untuk alat/mesin
meliputi label ”SIAP PAKAI”, ”SEDANG PROSES”, ”UNTUK
DIBERSIHKAN”, atau ”SEDANG RUSAK”. Hanya alat berlabel ”SIAP
PAKAI” saja yang dapat digunakan untuk proses produksi.
Pada black area pakaian yang digunakan terdiri dari baju dan celana
berwarna putih yang dilengkapi dengan penutup kepala dan sandal karet. Untuk
masuk ke grey area ataupun white area, karyawan melalui ruang penyangga di
mana tekanan udara di ruang buffer lebih kecil daripada ruang produksi sehingga
mencegah adanya kontaminasi. Perlengkapan yang digunakan selama berada di
grey area berupa baju terusan yang dilengkapi dengan penutup kepala yang
dirangkap pada baju black area, masker, dan sepatu khusus dengan bagian depan
tertutup atau menggunakan penutup sepatu (shoes cover). Sarung tangan
digunakan jika bersentuhan langsung dengan produk, sedangkan penutup telinga
digunakan untuk operator yang bekerja dengan mesin-mesin yang mengeluarkan
bunyi bising. Khusus grey area pada line 6 baju terusan yang digunakan berwarna
merah muda, sedangkan pada line lainnya berwarna putih. Pada white area, hanya
karyawan yang sudah terkualifikasi yang boleh masuk ke area ini. Pada saat
memasuki white area, baju grey area dilepas, diganti dengan baju white area
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
42
yaitu baju terusan bebas serat dengan penutup kepala, sarung tangan, masker,
penutup mata, dan sepatu khusus. Pakaian kotor disimpan terpisah dalam wadah
tertutup dan dicuci secara berkala dua kali dalam seminggu. Peraturan ini berlaku
untuk semua orang, termasuk pimpinan dan tamu pabrik.
4.6 Produksi
Departemen Produksi bertanggung jawab untuk memproduksi produk sesuai
dengan target dan JPB (Jadwal Produksi Bulanan) yang ditetapkan bersama
dengan Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan. Proses
produksi dilaksanakan berdasarkan Prosedur Pengolahan Induk (PPI) yang
disusun oleh R&D dan Process Development, yang dikeluarkan oleh Departemen
Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan. Formula dan proses yang
digunakan telah tervalidasi melalui beberapa tahap, seperti percobaan pada skala
laboratorium dan produksi, pravalidasi, dan validasi. Penggunaan PPI bertujuan
untuk memberikan jaminan bahwa produk senantiasa dibuat melalui prosedur
yang tetap dan tervalidasi sehingga kualitas produk selalu terjaga. Selain itu,
penggunaan PPI juga ditujukan untuk memudahkan penelusuran pada proses
produksinya jika ditemukan masalah pada suatu produk. Semua proses produksi
dikerjakan sesuai dengan PPI dan bila ada perubahan dalam proses dilaporkan
dalam Deviation Report (DR) di dalam Catatan Produksi Bets (CPB). Untuk
produk yang telah rilis, pengolahan ulang produk dilakukan melalui pengajuan
Formulir Usulan Pengolahan Ulang (FUPU) dengan persetujuan dari QA.
Pencegahan terjadinya pencemaran silang dan pencampuran bahan
diupayakan melalui pembagian proses produksi dalam line produksi. Proses
dikerjakan dalam ruang yang terpisah sesuai dengan tahapan proses dan terdapat
ruang penyangga di antara kelas yang berbeda. Setiap line produksi mempunyai
ruang timbang yang terpisah. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pencemaran
di ruang timbang. Setiap line juga dilengkapi dengan AHU, pengumpul debu, dan
pengaturan tekanan dalam upaya pencegahan pencemaran, baik kimia maupun
mikroba. Selain itu, terdapat persyaratan penggunaan pakaian yang berbeda-beda
pada tiap kelas.
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
43
Kontrol selama proses oleh bagian produksi dilakukan untuk menjamin
kualitas produk. Kontrol ini dilakukan melalui pemeriksaan terhadap parameter-
parameter kritis kualitas produk. Laboratorium kontrol selama proses terletak di
setiap line produksi dan dilengkapi dengan alat penguji semua sediaan yang
diproduksi. Kontrol selama proses bertujuan mendeteksi langsung penyimpangan
yang terjadi sehingga solusi dapat segera diupayakan. Kontrol proses ini
mengikuti Prosedur Pengolahan Induk (PPI), meliputi jenis uji yang dilakukan,
banyaknya sampel yang diambil, frekuensi pengambilan sampel, titik-titik
pengambilan sampel, dan batas-batas yang masih memenuhi syarat untuk setiap
spesifikasi uji yang dilakukan. Pengawasan mutu produk antara dan produk jadi
juga dilakukan oleh Departemen Pengawasan Mutu. Produk antara boleh di kemas
hanya jika sudah dinyatakan memenuhi persyaratan dan dirilis oleh Departemen
Pengawasan Mutu.
Pada proses pengemasan produk PT. Kalbe Farma, Tbk. dapat dilakukan
secara manual maupun otomatis. Hal ini disesuaikan dengan mesin yang
digunakan pada masing-masing line produksi. Setelah produk dikemas, kemudian
dilakukan pemeriksaan oleh Bagian Penjaminan Mutu untuk menentukan apakah
produk dapat dirilis atau tidak. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan hasil bahwa
produk tidak dapat dirilis, akan dilakukan tindakan lebih lanjut, baik berupa
pengolahan ulang, rilis dengan perubahan spesifikasi, ataupun pemusnahan.
Pengolahan ulang untuk produk yang belum dirilis bisa dilakukan bila ada
pengajuan Deviation Report yang disetujui oleh Departemen Produksi, R&D, dan
Pemastian Mutu. Pengolahan ulang produk yang telah rilis dilakukan melalui
pengajuan Formulir Usulan Pengolahan Ulang dengan persetujuan dari
Departemen Pemastian Mutu.
Produk jadi, baik yang dalam status karantina maupun rilis, disimpan di
gudang obat jadi yang terhubung langsung dari ruang produksi sesuai dengan
kondisi penyimpanan yang tertera pada label klaim. Contoh pertinggal (retained
sample) dan PPI dikirim ke bagian Evaluasi Catatan Bets.
Apoteker memegang peranan penting dalam proses produksi. Seorang
apoteker yang menjadi manajer produksi bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
pembuatan obat. Obat dibuat sesuai Cara Pembuatan Obat yang Baik dan
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
44
memenuhi spesifikasi kualitas yang ditetapkan dalam batas waktu dan biaya yang
telah ditentukan. Apoteker yang menjadi supervisor produksi akan mengatur dan
memastikan obat dibuat menurut prosedur pembuatan yang telah ditentukan dan
sesuai jadwal; memeriksa catatan pengolahan batch telah diisi dengan benar; serta
membimbing karyawan dalam bidang teknis dan mengatur ketertiban atau disiplin
karyawan.
4.7 Pengawasan Mutu
Pelaksanaa pengawasan mutu di PT. Kalbe Farma, Tbk. dilakukan oleh
bagian Pengawasan Mutu (QC) yang berada di bawah departemen Quality
Operation (QO). Pengawasan mutu bertujuan untuk memastikan bahwa tiap obat
yang dibuat senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang sesuai dengan tujuan
penggunaannya. Sesuai dengan yang tertera pada CPOB pula, bagian ini
sebaiknya independen dan terpisah dari produksi.
Tugas utama bagian pengawasan Mutu adalah mengontrol kualitas dari
bahan awal (bahan baku dan bahan kemas) sejak masuk ke gudang hingga
menjadi produk jadi yang siap dipasarkan. Pemeriksaan di bagian Pengawasan
Mutu meliputi pemeriksaan bahan baku, produk ruahan, produk jadi, dan bahan
kemas. Pemeriksaan yang dilakukan berupa pemeriksaan fisik, kimia, dan
mikrobiologi. Bagian ini bertanggung jawab dalam menganalisa semua bahan
baku dan produk jadi menggunakan metode analisis yang telah disusun oleh
bagian Analytical Development, departemen R&D. Selain itu, bagian Pengawasan
Mutu juga melakukan pemeriksaan bahan kemas dan wadah menggunakan
metode analisis tertentu yang ditetapkan oleh bagian Packaging Development.
Kalibrasi peralatan dan validasi metode analisis dilakukan sesuai jadwal
untuk menjamin agar peralatan dan metode analisa yang digunakan memberikan
hasil pengukuran yang tepat. Peralatan yang digunakan untuk analisis selalu
dalam keadaan terkalibrasi. Jika ada alat yang belum dikalibrasi, alat tersebut
tidak boleh digunakan. Pada setiap alat ditempel label yang menandakan kondisi
alat, tanggal kalibrasi terakhir, dan tanggal kalibrasi selanjutnya. Dengan adanya
label tersebut, dapat dicegah penggunaan alat yang tidak terkalibrasi. Prosedur
Tetap (protap) disediakan untuk semua alat di Laboratorium Pengawasan Mutu
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
45
dan diletakkan di dekat alat untuk memudahkan operator atau personel lain dalam
menggunakan alat yang bersangkutan.
Alat pelindung diri (APD) disediakan untuk keselamatan personil, seperti
masker, kaca mata pelindung, sarung tangan, dan pembasuh mata. Baku
pembanding disimpan dalam kondisi yang sesuai. Pada wadahnya terdapat label
informasi mengenai nama zat, nama penyalur, kadar, tanggal bahan datang, dan
jenis stok. Hal ini telah sesuai dengan aturan CPOB.
Ruang laboratorium untuk pemeriksaan di bagian Pengawasan Mutu telah
sesuai dengan aturan CPOB, seperti persyaratan spesifikasi ruangan, desain
ruangan, dan tempat pembuangan limbah. Laboratorium memiliki letak yang
terpisah dengan ruang produksi. Ruang laboratorium mikrobiologi juga terpisah
dari ruang laboratorium lainnya. Pada laboratorium ini disediakan peralatan yang
ditujukan untuk pengujian mutu obat.
4.8. Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Audit & Persetujuan Pemasok
Untuk menilai kesesuaian seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu
dalam industri farmasi dengan ketentuan CPOB serta mengevaluasi dan
menentukan tindakan apa yang harus diambil sebagai langkah korektif jika terjadi
suatu penyimpangan, maka diperlukan adanya langkah mandiri dari industri
tersebut, yaitu dengan melaksanakan inspeksi diri dan audit mutu. CPOB
mensyaratkan agar kegiatan ini dilakukan secara teratur.
PT. Kalbe Farma, Tbk. telah melaksanakan program inspeksi diri melalui
Departemen Pemastian Mutu. Inspeksi tersebut mencakup kesesuaian dengan
sistem atau regulasi yang berlaku dan penilaian aspek produksi melalui inspeksi
proses yang dilakukan secara berkala. Pelaksanaan inspeksi diri di PT. Kalbe
Farma, Tbk. diwujudkan dalam bentuk audit internal yang dilakukan secara rutin.
Audit internal dilakukan dua kali dalam setahun oleh suatu tim internal PT. Kalbe
Farma, Tbk. yang telah terlatih dan tersertifikasi. Pelaporannya meliputi hasil
audit, penilaian dan kesimpulan, serta usulan tindakan perbaikan. Berdasarkan
laporan audit, manajemen perusahaan akan mengevaluasi dan mengambil
tindakan perbaikan yang diperlukan.
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
46
Audit eksternal dilakukan oleh auditor dari Badan Sertifikasi Nasional
yang menilai kelayakan penerapan ISO 9001. Saat ini, PT. Kalbe Farma, Tbk.
telah berhasil melakukan resertifikasi ISO 9001 sekaligus memperoleh sertifikasi
ISO 14001 dan OHSAS 18001/SMK3 yang merupakan sertifikasi terhadap
system manajemen lingkungan dan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan
kerja. Sertifikat lain yang dimiliki adalah sertifikat CPOB. Inspeksi mendadak
oleh Badan POM dapat dilakukan sewaktu-waktu dalam rangka memberikan
bimbingan dan pengawasan terhadap pelaksanaan CPOB. Namun, inspeksi sendiri
dapat dilakukan internal PT. Kalbe Farma, Tbk. Hasil audit disusun dalam
rangkuman audit yang memuat usulan mengenai langkah-langkah/ tindakan
perbaikan.
Bahan awal dan bahan pengemas di PT. Kalbe Farma, Tbk. berasal dari
pemasok yang memenuhi spesifikasi dan telah disetujui oleh bagian Pemastian
Mutu. Pemasok yang telah lulus penilaian atau evaluasi akan disetujui. Evaluasi
ini mempertimbangkan riwayat pemasok dan sifat bahan yang dipasok.
4.9 Penanganan Keluhan terhadap Produk dan Penarikan Kembali
Produk dan Produk Kembalian
Keluhan dapat menyangkut mutu produk, efek samping yang merugikan,
atau masalah efek terapetik dan dapaat berasal dari dalam maupun luar
perusahaan. Keluhan dari dalam perusahaan dapat berasal dari semua pihak yang
berkaitan dengan kegiatan manufaktur, sedangkan keluhan dari luar dapat berasal
dari distributor, dokter, pasien, apoteker, rumah sakit/klinik, dan pemerintah.
Keluhan dapat disampaikan secara lisan maupun tulisan melalui bagian
pemasaran. Laporan sebaiknya disampaikan dengan menyertakan contoh yang
dikeluhkan. Setiap keluhan dicatat dalam Formulir Keluhan Pelanggan (FKP) atau
Surat Keluhan Pelanggan (SKP) yang kemudian dikirim ke bagian
Pascapemasaran. FKP berisi keterangan antara lain: tanggal penerimaan, nama
dan alamat pengirim, produk yang dikeluhkan (nama produk dan nomor bets)
serta isi keluhan. Bagian ini menangani keluhan dengan cara melihat batch record
dan pengujian terhadap contoh pertinggal akan dilakukan apabila diperlukan.
Catatan tertulis mengenai semua keluhan dibuat dan ditangani oleh bagian yang
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
47
terkait sesuai dengan jenis keluhan yang diterima. Misalnya keluhan menyangkut
mutu ditangani oleh bagian Pengawasan Mutu, sedangkan keluhan dan laporan
mengenai efek samping dan reaksi obat ditangani oleh bagian medis di bagian
pemasaran. Atas dasar hasil evaluasi dan penelitian terhadap keluhan yang ada,
bagian Pascapemasaran membuat jawaban atas keluhan dan bila perlu meminta
saran dari pihak terkait. Tindak lanjut yang dilakukan adalah tindakan
perbaikan/pencegahan atau bila ternyata keluhan yang dikirimkan dapat
merugikan pelanggan bisa dilakukan penarikan kembali. Hasil evaluasi dan tindak
lanjut yang dilakukan kemudian dilaporkan kepada bagian terkait dalam
perusahaan antara lain: Bagian Pemasaran, Bagian Pengawasan Mutu, Bagian
Produksi dan direksi.
Penarikan kembali obat dapat berupa penarikan kembali satu atau lebih bets
atau seluruh obat jadi tertentu. Penarikan kembali produk bisa dilakukan sebagai
tindak lanjut dari evaluasi terhadap adanya keluhan. Penarikan berdasarkan
evaluasi dilakukan bila produk tidak memenuhi persyaratan mutu atau atas dasar
pertimbangan efek samping. Selain itu, penarikan kembali produk bisa terjadi
karena adanya Surat Perintah Penarikan Produk yang dikeluarkan oleh Badan
POM (SPPP BPOM). Dengan adanya SPPP BPOM maka perlu dilakukan
evaluasi terhadap contoh pertinggal (retained sample) sesuai nomor bets yang
dimaksud. Jika hasil evaluasi sesuai dengan SPPP BPOM, bagian Pengawasan
Mutu akan menindaklanjuti pelaksanaan penarikan yaitu pembuatan SPPP ke
pelanggan yang dilakukan dalam waktu satu minggu. Setelah penarikan produk,
dilakukan tindak lanjut berupa pemusnahan ataupun pengerjaan ulang. Selain itu
perlu dibuat laporan penarikan produk yang ditujukan ke Badan POM. Penarikan
produk dari produsen dilakukan dengan prosedur yang sama dengan penarikan
karena adanya SPPP BPOM. Pemusnahan produk hasil penarikan dilaksanakan
dengan memakai jasa pihak dari luar PT. Kalbe Farma, Tbk.
Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian
dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluwarsa,
atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat menimbulkan
keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang bersangkutan.
Produk obat yang dikembalikan akan diganti oleh PT. Kalbe Farma, Tbk. Jika
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
48
setelah dilaksanakan evaluasi ternyata kerusakan tersebut diakibatkan oleh
kesalahan dari pihak perusahaan atau produk yang dikembalikan belum melewati
batas waktu pengembalian yang telah ditetapkan yaitu 1 bulan sebelum atau 4
bulan setelah tanggal kadaluwarsa. Selain itu semua produk kembalian harus
masih berada dalam kemasan aslinya. Semua obat kembalian tersebut akan
dikarantina di gudang obat jadi sambil menunggu hasil evaluasi dari
pascapemasaran untuk menentukan apakah obat kembalian tersebut dapat
dikembalikan ke persediaan gudang, dikemas ulang, diolah ulang, atau ditolak.
Obat kembalian yang ditolak mendapatkan tanda ditolak berdasarkan surat
penolakan oleh bagian pengawasan mutu. Pemusnahannya tidak dilakukan sendiri
oleh PT. Kalbe Farma, Tbk, tetapi melibatkan pihak dari luar.
4.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah aspek esensial dalam industri farmasi dalam rangka
memenuhi persyaratan CPOB. PT. Kalbe Farma, Tbk membagi dokumentasi
menjadi empat tingkatan yaitu manual perusahaan, prosedur perusahaan, dokumen
pendukung, dan rekaman perusahaan. Dokumentasi di PT. Kalbe Farma, Tbk
dibuat dan disusun oleh departemen yang berkaitan dengan jenis dokumen yang
dibuat. Dokumentasi seperti spesifikasi dan metode analisa pemeriksaan bahan
atau produk disusun oleh Departemen R&D bagian Analytical Development,
sedangkan dokumen hasil pemeriksaan mutu dibuat oleh Departemen Pengawasan
Mutu (QC). Dokumen formula, prosedur, metode, dan instruksi dalam proses
produksi disusun oleh bagian Departemen R&D dalam bentuk PPI. Pelaksanaan
proses produksi didokumentasikan oleh departemen produksi yang ditulis dalam
PPI yang telah disediakan. Dokumen pelaksanaan produksi akan diperiksa oleh
bagian Penjaminan Mutu (QA) dan rekaman bets akan ditangani oleh bagian
Pemastian Mutu (QA) dalam bentuk Catatan Pengolahan Bets (CPB). Dokumen
rekaman bets ini harus disimpan minimal 1 tahun setelah waktu kadaluarsa
produk jadi.
Penataan dokumen secara sistematis telah dilakukan oleh PT. Kalbe
Farma, Tbk. Penataan ini dilakukan untuk memudahkan dalam pencarian
dokumen. Penataan dan pengelolaan dokumen dilakukan oleh Departemen
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
49
Quality System (QS) dan juga oleh departemen lain yang terkait. Di samping
sistem dokumen secara manual, PT. Kalbe Farma, Tbk. juga menggunakan system
dokumen yang dibangun dalam suatu sistem jaringan komputer yang terintegrasi
antarbagian sehingga mudah diakses oleh masing-masing bagian yang
membutuhkan. Sistem dokumentasi ini dinamakan Oracle.
Oleh karena banyaknya dokumen dan keterbatasan tempat, PT. Kalbe
Farma, Tbk. menggunakan jasa eksternal dokumentasi PT. Arsip Geoservis
Indonesia (AGI). Bila suatu saat dibutuhkan, dokumen dapat dipanggil
berdasarkan nomor kotak dan nomor bets. Waktu pengiriman yang diperlukan
juga tidak terlalu lama. Bila pemanggilan dilakukan pada pagi hari, maka di siang
harinya dokumen yang diperlukan tersebut sudah datang.
4.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dilakukan secara benar,
disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat
menyebabkan pekerjaan atau produk yang dihasilkan tidak memiliki mutu yang
memuaskan. Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak harus
dibuat secara jelas untuk menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-
masing pihak.
Dalam pelaksanaannya, PT. Kalbe Farma, Tbk. bertindak baik sebagai
Pemberi Kontrak dalam produksi tol keluar maupun Penerima Kontrak dalam
produksi tol masuk. Pelaksanaan tol masuk dan tol keluar bergantung pada
kontrak pemanufakturan, misalnya kontrak dimana pabrik lain memberikan
produk ruahan dan PT. Kalbe Farma, Tbk. hanya memproses tahap
pengemasannya atau kontrak yang menyangkut proses awal higga akhir produksi.
Begitu pula halnya dengan tol keluar dari PT. Kalbe Farma, Tbk. ke pabrik lain.
Sebelum melakukan tol keluar, PT. Kalbe Farma, Tbk. terlebih dahulu
melakukan seleksi rekanan tol keluar. Tujuan dari seleksi ini adalah agar produk
tol keluar yang dihasilkan memenuhi persyaratan kualitas PT. Kalbe Farma, Tbk.
Tahapan seleksi ini dimulai dari pengajuan rekanan tol keluar ke Manager
Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan yang selanjutnya
diteruskan ke Manajer Departemen Pemastian Mutu untuk dilakukan audit. Untuk
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
50
memantau kualitas produk yang dihasilkan oleh rekanan tol keluar maka
dilakukan Audit Rekanan tol keluar secara berkala.
Audit merupakan syarat kerjasama untuk perusahaan yang akan menerima
tol keluar PT. Kalbe Farma, Tbk. Audit dilaksanakan dua tahun sekali bila
diperlukan. Evaluasi prestasi rekanan tol keluar pemanufakturan dilakukan setiap
enam bulan sekali agar dapat mengevaluasi kinerja rekanan sesuai dengan
keinginan perusahaan. Evaluasi ini meliputi penyerahan, penyimpangan kualitas
dan kelengkapan dokumen.
4.12 Kualifikasi dan Validasi
Kualifikasi dan validasi di PT. Kalbe Farma, Tbk dikoordinasi oleh bagian
Pemastian Mutu (QA). Kualifikasi yang dilakukan oleh PT. Kalbe Farma, Tbk.
meliputi kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional dan
kualifikasi kinerja. Keempat kualifikasi tersebut dilaksanakan terhadap instrument
baru pada periode tertentu yang sudah ditetapkan yaitu 3 tahun. Pelaksanaan
kualifikasi tersebut dicatat dan didokumentasikan dalam jadwal kualifikasi alat.
Pelaksanaan kualifikasi mengacu pada prosedur perusahaan pada periode minimal
3 tahun sekali, sedangkan kalibrasi dilakukan 6 bulan sekali bila tidak ada
perubahan signifikan. Kalibrasi dan kualifikasi dapat dilaksanakan di luar jadwal,
yaitu jika diperkirakan terdapat masalah dengan alat.
Dalam melaksanakan validasi, perusahaan mengacu pada Rencana Induk
Validasi (RIV). RIV merupakan dokumen yang merangkum filosofi perusahaan
secara keseluruhan dan pendekatan yang digunakan untuk mengembangkan
kinerja yang baik. Secara garis besar, organisasi validasi terdiri dari tim pengkaji
dan tim pelaksana. Tim pengkaji terdiri dari manajer Departemen R&D, Produksi,
Pemastian Mutu/ Pengawasan Mutu dan Teknik. Sedangkan, tim pelaksana terdiri
dari pengawas, pelaksana, operator, teknisi dan analis dari setiap departemen.
Validasi yang dilakukan di PT. Kalbe Farma, Tbk. meliputi validasi proses,
validasi fasilitas dan sarana penunjang, validasi pembersihan serta validasi
komputer. Pelaksanaan validasi sesuai dengan urutan prioritas yang tercantum
dalam analisis risiko. Jika terdapat pertimbangan tertentu, seperti terjadinya
penyimpangan signifikan yang harus segera ditindaklanjuti, pelaksanaan validasi
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
51
dapat tidak sesuai dengan analisis risiko. Validasi pembersihan dilakukan
terhadap mesin atau peralatan setelah digunakan untuk proses produksi produk
tertentu atau pengambilan sampel bahan baku tertentu yang ditentukan
berdasarkan analisis resiko. Tiap line produksi memiliki berbagai macam
mesin/alat yang dipakai untuk memproduksi berbagai macam produk dengan
spesifikasi yang berbeda, sehingga terdapat kemungkinan
terjadinya satu mesin digunakan untuk lebih dari satu macam produk. Analisis
risiko dalam menentukan skala prioritas produk diperlukan dalam melaksanakan
validasi pembersihan ini. Validasi fasilitas dan sistem penunjang dilakukan
terhadap sistem pemanas, ventilasi dan pendingin udara, sistem air, system
kompresi udara, sistem pengumpul debu, sistem gas, sistem pabrik, listrik,
fasilitas dan peralatan.
Untuk memperoleh status valid, suatu proses harus secara konsisten
memenuhi spesifikasi pada semua tahap melalui prosedur yang telah ditetapkan
pada sedikitnya tiga kali pengujian berturut-turut. Jika terjadi modifikasi ataupun
perubahan pada proses, sistem, dan peralatan yang digunakan, revalidasi perlu
dilakukan. Validasi proses harus dapat membuktikan kelayakan suatu proses pada
skala produksi untuk menjamin konsistensi kualitas produk. Validasi proses
terhadap produk-produk baru, dilaksanakan setelah diperoleh formula yang
optimal hasil pra-validasi oleh Departemen Research dan Development. Validasi
proses terbagi menjadi empat macam, yaitu validasi prospektif, validasi konkuren,
validasi retrospektif dan validasi ulang.
Validasi prospektif merupakan validasi yang dilakukan terhadap proses
pembuatan produk baru. Pada proses pembuatan produk baru dapat mengalami
perubahan yang dapat berakibat terhadap karakteristik produk sebelum produk
tersebut didistribusikan atau dipasarkan. Perubahan yang terjadi ini dipantau
selama proses validasi prospektif. Validasi prospektif menyajikan bukti
terdokumentasi bahwa suatu proses, prosedur, kegiatan, sistem, peralatan atau
mekanisme yang digunakan dalam pembuatan obat sesuai dengan tujuannya.
Validasi konkuren merupakan validasi yang dilakukan sambil melakukan
produksi rutin untuk dijual. Jika ada perubahan, baik dari segi sumber bahan baku
serta mesin yang digunakan, dilakukan jenis validasi ini untuk membuktikan
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
52
ketangguhan prosesnya berdasarkan parameter validasi yang diujikan. Keputusan
untuk melakukan validasi konkuren harus didokumentasikan dan disetujui oleh
personil yang berwenang. Persyaratan dokumentasi untuk validasi konkuren
adalah sama seperti yang disebutkan dalam dokumentasi validasi prospektif.
Fasilitas, peralatan dan metode analisa yang digunakan harus sudah tervalidasi
dan terkualifikasi sebelumnya. Pada pelaksanaan validasi prospektif dan konkuren
sendiri memerlukan tiga bets yang memenuhi syarat hasil validasi secara berturut
turut.
Validasi retrospektif merupakan validasi proses pembuatan produk yang
telah dipasarkan yang dilaksanakan berdasarkan data pembuatan, pengujian dan
pengawasan data bets yang dikumpulkan. Validasi retrospektif hanya dapat
diterima untuk proses yang telah tertata dengan baik dan akan tidak sesuai ketika
telah terjadi perubahan dalam komposisi produk, prosedur operasi atau peralatan.
Validasi proses tersebut harus berdasarkan riwayat produk, yang disertai protocol
spesifik dan laporan hasil pengkajian data yang memuat kesimpulan dan suatu
rekomendasi. Jenis validasi proses ini tidak diberlakukan dalam kegiatan
penjaminan mutu di PT. Kalbe Farma, Tbk.
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
53 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.1.1. PT. Kalbe Farma, Tbk. telah menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB) dalam rangkaian pembuatan obatnya, yaitu dalam aspek
manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan
higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri, audit mutu, audit dan
persetujuan pemasok, penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan
kembali produk, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak,
kualifikasi dan validasi.
5.1.2. Seorang apoteker dalam industri farmasi memiliki peranan yang penting,
yaitu sebagai kepala bagian produksi, kepala bagian pengawasan mutu dan
kepala bagian pemastian mutu. Ilmu dan keterampilan yang dimiliki
apoteker harus dibaktikan secara menyeluruh dalam pekerjaan profesinya di
suatu industri farmasi. Penerapan ilmu dan keterampilan apoteker secara
total akan meningkatkan kualitas produk obat yang dihasilkan oleh industri
farmasi semakin baik dari waktu ke waktu.
5.2. Saran
5.2.1. PT. Kalbe Farma, Tbk yang telah menerapkan sistem yang baik, terutama
dalam manajemen proses produksi, pengawasan mutu, dan pemastian
mutunya sebaiknya terus meningkatkan pengkajian dan evaluasi terhadap
efektivitas sistem yang dikelola PT. Kalbe Farma, Tbk. Dengan demikian,
kinerja setiap bagian dalam perusahaan dapat ditingkatkan lebih baik.
5.2.2. PT. Kalbe Farma, Tbk. sebaiknya terus meningkatkan pemahaman setiap
karyawannya akan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam
kaitannya dengan bidang kerjanya dan secara mendasar. Pemahaman ini
pun harus terus diperbaharui menyesuaikan dengan pembaharuan dari
lembaga regulator, yaitu Badan POM.
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
54 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2012). Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No HK.
03.1.33.12.12.8195 Tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik. Jakarta.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri
Farmasi. Jakarta.
Presiden Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.
PT. Kalbe Farma, Tbk. (2011). Laporan Tahunan PT. Kalbe Farma. Jakarta.
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
LAMPIRAN
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
55 Universitas Indonesia
Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Kalbe Farma, Tbk.
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
TUGAS KHUSUS
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk.
KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON JL. M. H. THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG, BEKASI
PERIODE 17 JUNI – 16 AGUSTUS 2013
PEMBUATAN LAPORAN VALIDASI PROSES SEDIAAN LIQUID (LINE 5)
AJENG ISNAINI PERMATA SARI, S.Farm. 1206329322
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK
JANUARI 2014
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
ii Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
TUGAS KHUSUS
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk.
KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON JL. M. H. THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG, BEKASI
PERIODE 17 JUNI – 16 AGUSTUS 2013
PEMBUATAN LAPORAN VALIDASI PROSES SEDIAAN LIQUID (LINE 5)
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Apoteker
AJENG ISNAINI PERMATA SARI, S.Farm. 1206329322
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK JANUARI 2014
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
iii Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... iv DAFTAR TABEL ......................................................................................... v BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1 1.2. Tujuan ....................................................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 4 2.1. Validasi ..................................................................................... 4 2.2. Kualifikasi................................................................................. 5 2.3. Protokol Validasi Proses ............................................................ 6 2.4. Laporan Validasi Proses ............................................................ 6
BAB 3. METODE PENGKAJIAN ............................................................. 8 3.1. Waktu dan Tempat Pengkajian .................................................. 8 3.2. Metode Pengumpulan Data........................................................ 8
BAB 4. PEMBAHASAN .............................................................................. 9 BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 12
5.1. Kesimpulan ............................................................................... 12 5.2. Saran ......................................................................................... 12
DAFTAR ACUAN ....................................................................................... 13
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
iv Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Contoh laporan validasi proses .......................................... 14
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
v Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Isi protokol validasi proses sediaan liquid .......................... 10
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia 1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan
untuk menunjang keberhasilan pembangunan bangsa dalam hal kesehatan. Dalam
hal ini obat-obatan merupakan salah satu faktor pendukung kesehatan. Sesuai
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan,
obat adalah salah satu sediaan farmasi yang digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penerapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan.
(Pemerintah RI, 2009)
Industri farmasi merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang
memegang peranan penting dalam penyediaan obat yang bermutu. Industri farmasi
sangat erat kaitannya dengan obat karena proses pembuatan obat hanya dapat
dilakukan oleh industri farmasi. Dalam melakukan pembuatan obat, setiap industri
farmasi wajib melaksanakan 12 aspek yang terdapat didalam CPOB serta memiliki
sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Menurut Peraturan BPOM
Nomor HK.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012 tentang penerapan pedoman cara
pembuatan obat yang baik, Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) merupakan
cara pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang
dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaan. 12 aspek yang
terdapat di dalam CPOB yaitu manajemen mutu; personalia; bangunan dan
fasilitas; peralatan; sanitasi dan higiene; produksi; pengawasan mutu; inspeksi diri,
audit mutu dan audit & persetujuan pemasok; penanganan keluhan terhadap produk
dan penarikan kembali produk; dokumentasi; pembuatan dan analisis berdasarkan
kontrak; kualifikasi dan validasi. (BPOM RI, 2012)
Pembuatan obat dilakukan oleh industri farmasi yang telah memiliki izin
dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat
sesuai dengan PERMENKES Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang
industri farmasi. Pembuatan obat yang dimaksud oleh PERMENKES Nomor
1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang industri farmasi, merupakan seluruh
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
2
tahapan kegiatan dalam menghasilkan obat, yang meliputi pengadaan bahan awal
dan bahan pengemas, produksi, pengemasan, pengawasan mutu, dan pemastian
mutu sampai diperoleh obat untuk didistribusikan. (Depkes RI, 2010)
Salah satu kegiatan yang dilaksanakan industri farmasi dalam memenuhi
CPOB adalah kegiatan kualifikasi dan validasi. CPOB mensyaratkan industri
farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti
pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan
signifikan terhadap fasilitas, perlatan, dan proses yang mempengaruhi mutu produk
seharusnya dilakukan proses validasi. (BPOM RI, 2012)
Validasi – Kualifikasi merupakan bagian CPOB yang memberikan jaminan
aspek Quality, Safety dan Efficacy, sehingga bila terdapat perubahan yang
signifikan terhadap fasilitas, maka peralatan dan proses yang dapat mempengaruhi
mutu produk dilakukan validasi. (BPOM RI, 2012)
Menurut buku Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang
Baik tahun 2009, disebutkan bahwa kegiatan validasi meliputi kualifikasi (personil,
peralatan, dan sistem), kalibrasi (instrumen dan alat ukur) dan validasi (prosedur
dan proses). Kualifikasi adalah langkah pertama dalam pelaksanaan seluruh
validasi di industri, sedangkan validasi merupakan suatu tindakan pembuktian
dengan cara yang sesuai untuk memberi kepastian bahwa semua bahan, prosedur,
kegiatan, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan
pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan. (BPOM RI, 2009)
Salah satu validasi yang dilakukan oleh PT. Kalbe Farma, Tbk. adalah
validasi proses pengolahan dan proses pengemasan primer yang merupakan
tindakan pembuktian bahwa prosedur pengolahan dan pengemasan primer yang
digunakan akan senantiasa menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan sesuai
dengan spesifikasi/ kriteria penerimaan yang dicantumkan dalam protokol validasi
proses pengolahan dan pengemasan primer. PT. Kalbe Farma, Tbk. secara
konsisten melakukan validasi ulang setiap 5 tahun sekali, namun jika terjadi
perubahan pada proses pengolahan obat seperti cara kerja atau produsen
bahan-bahan yang digunakan berbeda dari yang sebelumnya maka produk
tersebut harus segera dilakukan validasi. Hal tersebut dilakukan untuk
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
3
memastikan bahwa setiap produk yang dihasilkan memberikan khasiat dan mutu
yang konsisten.
Setiap bentuk sediaan, memiliki protokol validasi proses yang
berbeda-beda. Dalam tugas khusus ini akan dijabarkan mengenai laporan validasi
proses dari pelaksanaan protokol validasi proses sediaan liquid. Pembuatan
protokol validasi proses mengacu pada master batch (proses pengolahan induk dan
proses pengemasan induk).
1.2. Tujuan
1.2.1 Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan penyusunan laporan validasi proses sediaan liquid.
1.2.2 Memahami pelaksanaan protokol validasi proses di PT. Kalbe Farma, Tbk.
1.2.3 Menambah pengetahuan mahasiswa tentang parameter kritis dan testing
point yang terkait pada pelaksanaan validasi proses sediaan liquid.
1.2.4 Memahami pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan validasi proses.
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Validasi
Validasi merupakan suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai
bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau
mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa
mencapai hasil yang diinginkan.
Di dalam buku Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik tahun 2012,
terdapat tiga pendekatan validasi, yaitu validasi prospektif, validasi retrospektif dan
validasi konkuren. Validasi proses (VP) adalah bukti terdokumentasi yang
menunjukkan bahwa proses yang dioperasikan dalam parameter yang ditetapkan
dapat terlaksana secara efektif dan reprodusibel untuk memproduksi produk antara
atau bahan aktif obat (BAO) yang memenuhi spesifikasi dan atribut mutu yang
telah ditetapkan sebelumnya. Validasi prospektif adalah pendekatan yang
diutamakan, tetapi ada pengecualian jika pendekatan lain dapat digunakan. Validasi
prospektif dilaksanakan pada proses pembuatan BAO, sebelum pelaksanaan
produksi rutin dari produk yang akan dipasarkan. Validasi retrospektif adalah
validasi dari suatu proses untuk suatu produk yang telah dipasarkan berdasarkan
akumulasi data produksi, pengujian dan pengendalian bets. Pendekatan validasi
retrospektif dapat digunakan untuk atribut mutu dan parameter proses kritis telah
diidentifikasi; kriteria penerimaan dan pengawasan selama proses telah ditetapkan
dengan tepat; tidak ada kegagalan proses/ produk bermakna yang bukan disebabkan
oleh kesalahan operator atau kegagalan peralatan yang tidak berhubungan dengan
kesesuaian peralatan dan profil impuritis BAO telah ditetapkan. Bets yang dipilih
untuk validasi retrospektif merupakan representasi untuk semua bets yang
diproduksi selama periode pengkajian, termasuk bets yang tidak memenuhi
spesifikasi dan jumlahnya cukup untuk menunjukkan konsistensi proses. Sampel
pertinggal dapat diuji untuk memperoleh data untuk memvalidasi proses secara
retrospektif. Validasi konkuren adalah validasi yang dilakukan pada saat
pembuatan rutin produk untuk dijual. Validasi konkuren dapat diterapkan jika data
dari replikasi produksi yang sudah dibuat tidak tersedia karena jumlah bets BAO
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
5
yang telah diproduksi terbatas, bets BAO yang jarang diproduksi atau bets BAO
yang diproduksi dengan proses tervalidasi yang telah dimodifikasi.
Sebelum melakukan validasi, terlebih dahulu melakukan perencanaan
kegiatan validasi dengan terperinci serta mendokumentasikan rencana kegiatan
validasi ke dalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen sementara. RIV
merupakan dokumen yang singkat, tepat dan jelas, yaitu mencakup kebijakan
validasi; struktur organisasi kegiatan validasi; ringkasan fasilitas, sistem, peralatan
dan proses yang akan divalidasi; format dokumen, format protokol dan laporan
validasi, perencanaan dan jadwal pelaksanaan; pengendalian perubahan; dan acuan
dokumen yang digunakan.
Laporan validasi mengacu kepada protokol validasi yang merangkum hasil
yang diperoleh, memberikan komentar terhadap penyimpangan yang ditemukan
dan menarik kesimpulan yang tepat, termasuk memberikan rekomendasi perubahan
untuk memperbaiki kekurangan.
2.2. Kualifikasi
Sebelum dilakukan validasi proses, kualifikasi yang tepat terhadap
peralatan kritis dan sistem penunjang harus dilaksanakan. Kualifikasi biasanya
dilaksanakan dengan melakukan beberapa kualifikasi, yaitu Kualifikasi Desain
(KD), Kualifikasi Instalasi (KI), Kualifikasi Operasional (KO) dan Kualifikasi
Kinerja (KK).
Kualifikasi Desain (KD) merupakan dokumen yang memverifikasikan
bahwa dari fasilitas, sistem dan peralatan yang sesuai untuk tujuan yang diinginkan,
yang telah memenuhi ketentuan CPOB. Kualifikasi Instalasi (KI) adalah
dokumentasi yang memverifikasikan bahwa seluruh aspek kunci dari instalasi
peralatan atau sistem telah sesuai dengan tujuan desainnya dan mengikuti
rekomendasi yang diberikan oleh industri pembuat. Yang termasuk kedalam KI
adalah instalasi peralataan, pipa dan sarana penunjang dan instrumentasi yang
sesuai dengan spesifikasi dan gambar teknik yang didesain; pengumpulan dan
penyusunan dokumen pengoperasian dan perawatan peralatan dari pemasok;
ketentuan dan persyaratan dari pemasok; ketentuan dan persyaratan kalibrasi dan
verifikasi bahan konstruksi. Kualifikasi Operasional (KO) adalah dokumentasi
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
6
yang memverifikasikan bahwa fasilitas, sistem dan peralatan, yang telah terpasang
dan difungsikan, dapat bekerja secara efektif dan memberi hasil yang dapat
terulang, berdasarkan metode proses dan spesifikasi yang disetujui. Untuk
melakukan KO, sebelumnya telah dilaksanakan KI, telah dikaji dan disetujui. KO
mencakup pengujian yang perlu dilakukan berdasarkan pengetahuan tentang
proses, sistem dan peralatan; pengujian yang meliputi satu atau beberapa kondisi
yang mencakup batas operasional atas dan bawah, sering dikenal sebagai kondisi
terburuk (worst case). Kualifikasi Kinerja (KK) adalah verifikasi terdokumentasi,
dengan peralatan dan sistem penunjang yang terhubung secara bersama, dapat
bekerja secara efektif dan reprodusibel berdasarkan metode proses dan spesifikasi
yang disetujui. KK dilaksanakan setelah dilakukan KI dan KO, yang telah dikaji
dan disetujui. KK mencakup pengujian dengan menggunakan bahan baku, bahan
pengganti yang memenuhi spesifikasi atau produk simulasi yang dilakukan
berdasarkan pengetahuan tentang proses, fasilitas, sistem dan peralatan.
2.3. Protokol Validasi Proses
Protokol merupakan suatu panduan untuk melakukan validasi proses
pengolahan sediaan farmasi, meliputi pengawasan parameter kritis pada proses
pembuatan, pengambilan sampel yang tepat, kriteria penerimaan sampel, pengujian
selama pengolahan serta rincian kualifikasi dan validasi yang akan dilakukan.
Protokol validasi proses disusun oleh QA Supervisor dan disetujui oleh
Formulation Process Manager, Production Manager, dan QA Manager.
Protokol validasi merinci langkah proses kritis dan kriteria penerimaan serta
tipe validasi yang akan dilaksanakan (misal retrospektif, prospektif, konkuren) dan
jumlah proses produksi.
2.4. Laporan Validasi Proses
Laporan validasi mengacu kepada protokol validasi yang merangkum hasil
yang diperoleh, memberikan komentar terhadap penyimpangan yang ditemukan
dan menarik kesimpulan yang tepat, termasuk memberikan rekomendasi perubahan
untuk memperbaiki kekurangan.
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
7
Laporan validasi proses terdiri dari cover laporan validasi proses, ringkasan,
hasil, evaluasi (kesesuaian dengan protokol validasi proses dan perbandingan
dengan kriteria keberhasilan), kesimpulan, revalidasi, dan persetujuan. Cover
laporan validasi proses tercantum judul laporan validasi proses, nama produk, kode
produk, dan no. protokol. Ringkasan diisi dengan keterangan mengenai hasil
pelaksaan validasi proses. Hasil diisi dengan keterangan mengenai hasil
pelaksanaan validasi proses. Evaluasi diisi dengan keterangan mengenai kesesuaian
dengan protokol validasi proses produk dan perbandingan hasil dengan kriteria
keberhasilan. Kesimpulan diisi dengan kesimpulan hasil pelaksanaan validasi.
Revalidasi diisi dengan keterangan mengenai rencana pelaksanaan validasi ulang.
Persetujuan diisi dengan tanda tangan QA Supervisor (yang menyusun), tanda
tangan R&D Manager/Process Dev. Manager/Formulation Process Manager,
tanda tangan Production Manager, dan tanda tangan QA Manager (yang
menyetujui) seperti tertera pada lampiran.
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia 8
BAB 3
METODOLOGI PENGKAJIAN
3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian
Penulisan literatur tentang laporan validasi proses pada produksi line 5
yaitu sediaan liquid pada tanggal 17 Juni – 16 Agustus 2013, bertempat di
bagian Quality Assurance, PT. Kalbe Farma, Tbk.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penulisan laporan validasi proses pada
sediaan liquid, yakni melalui penelusuran/studi literatur dari PT. Kalbe Farma,
Tbk. dan literatur lainnya.
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
9 Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
Validasi dilakukan berdasarkan protokol yang telah disusun sebelumnya. Pada
protokol validasi proses tercantum semua personel yang terlibat beserta tanggung
jawabnya masing-masing untuk memastikan bahwa prosedur dijalankan sesuai
dengan protokol dan seluruh data terdokumentasi dengan baik. Protokol validasi
proses disusun oleh Departemen QA. Pembuatan protokol validasi proses disahkan
oleh Manager Produksi, Manager QA, Manager R&D/Formulation Process Manager.
PT. Kalbe Farma melakukan validasi proses untuk setiap produk baru dan
produk existing dan secara continue melakukan revalidasi setiap 5 tahun sekali.
Produk baru yang akan diproduksi dibuat master batchnya oleh departemen R&D
yang berisi formula pengolahan dan pengemasan batch serta proses pengolahan
induknya. Dari master batch tersebut akan dibuat protokol validasi prosesnya oleh
Departemen QA yang berisi spesifikasi-spesifikasi yang ditentukan sesuai
persyaratan. Pembuatan protokol selain mengacu pada master batch juga akan
mengacu pada lembar SPOJ (Spesifikasi Pemeriksaan Obat Jadi) yang dibuat oleh
Departemen QC yang berisi spesifikasi-spesifikasi yang tidak tercantum dalam master
batch, seperti kadar. Protokol tersebut akan dipakai untuk melakukan validasi proses
dan tidak boleh diubah selama kegiatan validasi proses berlangsung. Selama proses
validasi, setiap spesifikasi yang tercantum dalam protokol akan disesuaikan dengan
yang sebenarnya terjadi selama proses produksi dan penyimpangan yang terjadi juga
akan dicatat. Validasi proses akan dilakukan pada 3 batch berturut-turut. Hasil dari
validasi akan dimasukkan dalam laporan validasi proses oleh Departemen QA.
Validasi proses bertujuan untuk membuktikan bahwa proses pengolahan
sampai dengan pengemasan primer produk obat yang dilakukan dalam batas
parameter yang ditetapkan dapat menghasilkan produk dengan kualitas yang
konsisten dan reprodusibel serta sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. PT.
Kalbe Farma, Tbk. melakukan validasi proses pada produk baru dengan pendekatan
validasi konkuren pada tiga batch berurutan.
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
10
Universitas Indonesia
Pada protokol validasi proses tercantum dokumen acuan, komposisi, tujuan,
penanggung jawab, ruang lingkup, pemeriksaan raw material, deskripsi proses,
deskripsi alat, sistem penunjang, komposisi, kriteria penerimaan,dan revalidasi.
Tabel 1. Isi protokol validasi proses sediaan liquid
Tahap Parameter Kritis Testing Point Validasi Mixing Kecepatan Pengadukan Keseragaman Kadar
Waktu Pengadukan Viskositas Jumlah Aqua Purificata yang Ditambahkan pH Suhu Aqua Purificata Microbial Count Suhu Larutan BJ Alat/Turbomixer yang Digunakan Yield
Filling Mesin Filling yang Digunakan Volume Individu Kecepatan Pengadukan Awal Pengisian Viskositas Waktu Pengadukan Awal Pengisian pH Waktu Pengambilan sampel Microbial Count BJ Yield Penetapan Kadar
Labelling Mesin Labelling yang Digunakan Coding etiket Kecepatan Labelling Waktu Pengambilan sampel
Pelaksanaan validasi mencakup seleksi dan evaluasi parameter – parameter
kritis proses dengan melakukan uji di setiap tahap proses. Parameter kritis dan
pengujian yang dilakukan tercantum dalam protokol validasi proses. Selama
pelaksanaan validasi tidak diperbolehkan melakukan perubahan terhadap protokol
validasi proses yang telah disetujui.
Pengambilan sampel untuk sediaan liquid dilakukan saat pencampuran akhir
dan proses pengisian. Pada protokol untuk pengambilan sampel pada sirup ditambah
dengan pengambilan sampel label pada botol sirup saat proses coding. Sampel yang
akan diambil ditentukan sama seperti pengambilan sampel sirup pada proses
pengisian, berbeda hanya pada lama proses tersebut berjalan dan interval pengambilan
sampel selama proses berjalan.
Fungsi laporan validasi proses adalah merangkum dan menyimpulkan hasil
pelaksanaan validasi proses yaitu pada tahap pencampuran, pengisian, dan labelling
suatu produk sebanyak 3 batch berturut-turut berdasarkan data-data yang diperoleh
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
11
Universitas Indonesia
dan memastikan bahwa proses pembuatan tersebut tervalidasi dan sesuai dengan
kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.
Laporan dibuat dengan cara menginput data-data dari protokol validasi proses
yang sudah diisi oleh inspektor yang melakukan validasi proses tersebut. Data yang
diperoleh berupa data parameter kritis dan testing point validasi.
Beberapa data yang didapat dari validasi proses sediaan liquid adalah data
volume individu dan test torque. Tidak seperti data lainnya, data ini diolah dengan
cara statistik menggunakan software minitab untuk menghitung kapabilitasnya.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Masukkan data volume individu / tes torque 3 BN berturut-turut
2. Pilh menu Statistik
3. Kemudian pilih Quality tools
4. Lalu klik menu Capability sixpack
5. Pilih menu normal (untuk melihat distribusi data yang dihasilkan normal/tidak)
6. Jika P<0,005, maka dilanjutkan dengan Capability sixpack non normal,
langkahnya sama seperti di atas, 2-5 lalu pilih non normal.
Hasil dari laporan validasi proses menunjukkan bahwa proses pencampuran,
pengisian, dan labelling suatu produk adalah valid berdasarkan protokol terlampir
untuk 3 batch berturut-turut yang sudah dilengkapi dengan data hasil pengujian serta
telah sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Beberapa penyimpangan
yang terjadi dijelaskan dan dijustifikasi dalam laporan penyimpangan validasi proses.
Validasi proses akan dilakukan revalidasi apabila terjadi perubahan yang
berkaitan dengan perubahan supplier / manufacture bahan baku, perubahan proses,
perubahan mesin yang digunakan serta perubahan bahan kemas. Berdasarkan hal
diatas PT. Kalbe Farma telah melakukan validasi proses produksi sesuai ketentuan
dari CPOB.
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia 12
BAB 5
KESIMPULAN dan SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Protokol validasi proses sediaan liquid disusun sebagai pedoman pelaksanaan
validasi proses pengolahan dan validasi proses pengemasan primer yang akan
direvalidasi kembali setiap 5 tahun.
5.1.2 Laporan validasi proses dibuat dengan mengacu kepada protokol validasi yang
merangkum hasil yang diperoleh, memberikan komentar terhadap
penyimpangan yang ditemukan dan menarik kesimpulan yang tepat, termasuk
memberikan rekomendasi perubahan untuk memperbaiki kekurangan.
5.1.3 PT. Kalbe Farma, Tbk. melakukan validasi proses pengolahan dan proses
pengemasan primer dilakukan untuk produk existing terutama yang jika dapat
mempengaruhi mutu produk.
5.1.4 Pihak yang telibat dalam pelaksanaan validasi proses adalah Departemen
Produksi, Departemen R&D, Departemen QC, Departemen QA.
5.2 Saran
Sebaiknya peserta PKPA diikutsertakan dalam pengamatan dan penilaian
validasi proses pengolahan dan pengemasan untuk setiap line produksi di Kalbe
Farma, Tbk.
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia 13
DAFTAR ACUAN
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2009). Petunjuk
Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik. 2009. Jakarta:
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2012a). Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012 tentang penerapan pedoman cara
pembuatan obat yang baik. Jakarta: Badan Pengawasan Obat dan
Makanan Republik Indonesia.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2012b). Pedoman
Cara Pembuatan Obat yang Baik. 2012. Jakarta: Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799 Tahun 2010 tentang industri
farmasi. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Pemerintah Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan. Jakarta: Pemerintah Republik
Indonesia.
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
LAMPIRAN
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
14
Lampiran 1. Contoh Laporan Validasi Proses
LAPORAN VALIDASI PROSES
NAMA PRODUK
KODE PRODUK
No. Protokol : VP-E XXXXX A
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
15
Nama Produk (Kode Produk)
LAPORAN VALIDASI PROSES
LINE 5
NAMA PRODUK KODE PRODUK
Bentuk Sediaan : Liquid Ukuran Batch : ...... L (....... botol) No. Batch : 524XXX, 524XXX, 524XXX Skala : Produksi Kategori : Obat No. Protokol : VP – E XXXXX A Tanggal : ………………….. 1. RINGKASAN
Laporan validasi proses ini dibuat dengan tujuan untuk merangkum dan menyimpulkan hasil pelaksanaan validasi proses yaitu pada tahap pencampuran, pengisian, dan labelling XXX (kode produk) sebanyak 3 batch berturut-turut berdasarkan data-data yang diperoleh dan memastikan bahwa proses pembuatan tersebut tervalidasi dan sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.
2. HASIL
Proses pencampuran, pengisian, dan labelling XXX (kode produk) telah dilakukan validasi dengan status valid berdasarkan protokol terlampir untuk 3 BN berturut-turut yaitu terhadap BN 524XXX, 524XXX dan 524XXX (proses pencampuran, pengisian dan labelling). Protokol terlampir sudah dilengkapi dengan data hasil pengujian serta telah sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Beberapa penyimpangan yang terjadi dijelaskan dan dijustifikasi dalam laporan penyimpangan validasi proses.
3. EVALUASI
1. Kesesuaian dengan protokol validasi proses pembuatan XXX (kode produk) Terdapat perbedaan proses validasi XXX dari protokol awal yang sudah ditetapkan.
2. Perbandingan dengan kriteria keberhasilan
Hasil dari review dan analisa terhadap seluruh parameter kritis dan “testing point validation” (parameter pengujian produk) 3 batch berturut-turut XXX (kode produk) tidak menunjukkan adanya penyimpangan yang signifikan dari kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
16
Nama Produk (Kode Produk)
Hasil perhitungan process capability index untuk 3 BN validasi sebagai berikut :
No. Testing point Cpk Ppk Keterangan
1 Volume Individu XXX XXX Peta kendali → terkendali/tidak terkendali; Distribusi data normal/tidak normal
2 Tes Torque XXX XXX Peta kendali → terkendali/tidak terkendali; Distribusi data normal/tidak normal
Hasil pengujian beberapa parameter uji validasi untuk 3 BN berturut-turut sebagai berikut:
No. Testing point Syarat Hasil Keterangan
1 pH SSI X X Memenuhi syarat/Tidak
2 BJ SSI X g/ml X g/ml Memenuhi syarat/Tidak
3 Keseragaman Kadar SSI
X % RSD X %
X % RSD X %
Memenuhi syarat/Tidak
4 Microbial Count SSI
Angka Mikroba : X cfu/ml
Angka Mikroba : X cfu/ml
Memenuhi syarat/Tidak
Angka Jamur & Ragi : X cfu/ml
Angka Jamur & Ragi : X cfu/ml
Memenuhi syarat/Tidak
E.Coli : X E.Coli : X Memenuhi syarat/Tidak
5 Volume Individu X ml X ml Memenuhi syarat/Tidak
6 pH Tahap Isi X X Memenuhi syarat/Tidak
7 BJ Tahap Isi X g/ml X g/ml Memenuhi syarat/Tidak
8 Penetapan Kadar X % X % Memenuhi syarat/Tidak
9 Microbial Count Tahap Isi
Angka Mikroba : X cfu/ml
Angka Mikroba : X cfu/ml
Memenuhi syarat/Tidak
Angka Jamur & Ragi : X cfu/ml
Angka Jamur & Ragi : X cfu/ml
Memenuhi syarat/Tidak
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
17
Nama Produk (Kode Produk)
E.Coli : XXX E.Coli : XXX Memenuhi syarat/Tidak
No. Testing point Syarat Hasil Keterangan
10 Test Torque X lbs X lbs Memenuhi syarat/Tidak
11 Test Kebocoran X % X % Memenuhi syarat/Tidak
Hasil evaluasi terhadap seluruh parameter kritis dan parameter uji menunjukkan bahwa terjadi penyimpangan. Berdasarkan hasil perhitungan kapabilitas proses mengindikasikan bahwa process performance proses pengisian belum dapat menghasilkan performa proses yang baik.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan analisa terhadap point 2 dan 3, dapat disimpulkan bahwa proses pembuatan XXXXXX (kode produk) dengan no. Prosedur Pengolahan Induk : XX - XX (kode produk) dan no. Prosedur Pengemasan Induk : XX - XX (kode produk) telah tervalidasi yang mengacu pada protokol validasi yang telah disetujui sebelumnya.
5. REVALIDASI
Pelaksanaan validasi ulang mengacu pada pengendalian terhadap perubahan yang terdapat di dalam RIV.
6. PERSETUJUAN
Nama Jabatan Tanda tangan Tanggal
Disusun Oleh :
XXX Quality Assurance Supervisor
Disetujui Oleh :
XXX Formulation Process Manager
XXX Production Manager
XXX Quality Assurance Manager
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
18
Nama Produk (Kode Produk)
LAPORAN PENYIMPANGAN VALIDASI PROSES
Produk : XXXXXXXX Kode : XXXXXXXX No. Batch : 524XXX, 524XXX, 524XXX PENYIMPANGAN 1. ....................................................................................... 2. ....................................................................................... 3. .......................................................................................
Supervisor QA
JUSTIFIKASI UNTUK MENERIMA*/ TIDAK MENERIMA* PENYIMPANGAN (*) coret yang tidak berlaku 1. ............................................................................................................. 2. ............................................................................................................. 3. .............................................................................................................
Supervisor QA
REKOMENDASI TINDAKAN KOREKTIF
1. ...................................................................................................... 2. ...................................................................................................... 3. ......................................................................................................
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014
19
Nama Produk (Kode Produk)
Supervisor QA DAMPAK TERHADAP PROSES Sebelum tindakan preventif - Sesudah tindakan preventif -
Supervisor QA
KOMENTAR
QA MANAGER
Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014