universitas indonesia laporan praktek …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-pr-ajeng...

93
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON JL M.H. THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG, BEKASI PERIODE 17 JUNI – 16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AJENG ISNAINI PERMATA SARI, S. Farm. 1206329322 ANGKATAN LXXVII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014 Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Upload: vuongthien

Post on 03-Feb-2018

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk.

KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON JL M.H. THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG, BEKASI

PERIODE 17 JUNI – 16 AGUSTUS 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

AJENG ISNAINI PERMATA SARI, S. Farm.

1206329322

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK JANUARI 2014

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

ii Universitas Indonesia

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON

JL M.H. THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG, BEKASI PERIODE 17 JUNI – 16 AGUSTUS 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Apoteker

AJENG ISNAINI PERMATA SARI, S. Farm. 1206329322

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK JANUARI 2014

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

iii Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

iv Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

v Universitas Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA)

di PT. Kalbe Farma, Tbk. dan menyelesaikan laporan PKPA ini. Pelaksanaan

PKPA dan penulisan laporan PKPA ini diajukan dalam rangka memenuhi salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Profesi Apoteker

Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Pada penulisan laporan ini, penulis

mendapat arahan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi UI.

2. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., Apt., selaku Pejabat Sementara Dekan

Fakultas Farmasi UI sampai dengan 20 Desember 2013.

3. Dr. Harmita, Apt. selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dan

bimbingan kepada penulis dalam penulisan laporan PKPA dan selaku Ketua

Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan PKPA.

4. Anne Prima Heryanti, S.Si., Apt., selaku pembimbing dan Manager

Departemen Quality Assurance PT. Kalbe Farma, Tbk., yang telah

memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama melaksanakan

PKPA.

5. Asami Adma Farisa, S. Farm, Apt., selaku pembimbing dan Supervisor

Quality Assurance PT. Kalbe Farma, Tbk., yang telah memberikan arahan,

bimbingan, perhatian, ilmu, dan dukungan kepada penulis selama

melaksanakan PKPA.

6. Seluruh staf Quality Assurance dan para inspektor validasi proses PT. Kalbe

Farma, Tbk., atas ilmu dan dukungannya selama melaksanakan PKPA.

7. Seluruh staf pengajar, tata usaha dan karyawan di Program Profesi Apoteker

Fakultas Farmasi Universitas Indonesia atas pengajaran dan bantuan yang

diberikan selama penulis menjalani pendidikan di Program Profesi Apoteker.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

vi Universitas Indonesia

8. Keluarga, Orang tua dan saudara atas dukungan, perhatian, dan doa yang

diberikan kepada penulis selama melaksanakan Program Profesi Apoteker di

Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.

9. Seluruh rekan Apoteker UI angkatan LXXVII, khususnya Arlika, Nabila,

Bulqi, Anisa, Elis, Findarti, Nurina, Ali, Riyon, Achsar dan Zetmi yang telah

melaksanakan PKPA bersama di PT. Kalbe Farma, Tbk. atas dukungan,

semangat, dan kerja samanya.

Penulis menyadari laporan PKPA ini tidak lepas dari kekurangan dalam

proses penyusunannya. Segala kritik ataupun saran terbuka untuk disampaikan

kepada penulis demi perbaikan di masa mendatang. Semoga laporan PKPA ini

berkontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu

farmasi pada khususnya.

Penulis

Januari 2014

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

vii Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

viii Universitas Indonesia

ABSTRAK Nama : Ajeng Isnaini Permata Sari, S.Farm. NPM : 1206329322 Program Studi : Profesi Apoteker Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Kalbe

Farma, Tbk. Periode 17 Juni – 16 Agustus 2013 Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Kalbe Farma, Tbk. bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai penerapan segala aspek CPOB di PT. Kalbe Farma, Tbk; memahami peran dan tugas apoteker dalam industri farmasi. Sedangkan tujuan dari tugas khusus adalah menambah pengetahuan mahasiswa mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penyusunan laporan validasi proses sediaan liquid; memahami pelaksanaan protokol validasi proses di PT. Kalbe Farma, Tbk; menambah pengetahuan mahasiswa tentang parameter kritis dan testing point yang terkait pada pelaksanaan validasi proses sediaan liquid; dan memahami pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan validasi proses. Kata kunci : PT. Kalbe Farma, Tbk., laporan validasi proses, sediaan liquid Tugas Umum : xii + 55 halaman; 1 gambar; 1 lampiran Tugas Khusus : v + 23 halaman; 1 lampiran; 1 tabel Daftar Acuan Tugas Umum : 4 (2009 - 2012) Daftar Acuan Tugas Khusus : 5 (2009 - 2012)

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

ix Universitas Indonesia

ABSTRACT Name : Ajeng Isnaini Permata Sari, S.Farm. NPM : 1206329322 Study Program : Apothecary Profession Judul : Report of Pharmacist Internship Program at PT. Kalbe

Farma, Tbk. Period June 17th – August 16th 2013

Pharmacists Professional Practice at PT. Kalbe Farma, Tbk. aims to gain knowledge and insight about the implementation of all aspects of GMP in PT. Kalbe Farma, Tbk; understand the role and duties of the pharmacist in the pharmaceutical industry. While the purpose of specific assignment is to increase knowledge of students about things related to preparation of the report validation process of liquid dosage; understand the implementation process validation protocols in PT. Kalbe Farma, Tbk; increase the knowledge of students about the critical parameters and testing points related to the implementation of the validation process of liquid dosage, and understand the parties involved in the implementation of the validation process; understand the duties and functions of pharmacists, pharmacy manager in pharmacies and pharmacist understand the activities in both technical and non-technical pharmacy activity.

Keywords : PT. Kalbe Farma, Tbk., report validation process, liquid dosage General Assignment : xii + 55 pages; 1 picture; 1 appendix Specific Assignment : v + 23 pages; 1 appendix; 1 table Bibliography of General Assignment : 4 (2009 - 2012) Bibliography of Specific Assignment : 5 (2009 - 2012)

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

x Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................iii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ..........................................iv KATA PENGANTAR ..................................................................................v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................vii ABSTRAK .....................................................................................................viii ABSTRACT ..................................................................................................ix DAFTAR ISI ................................................................................................x DAFTAR GAMBAR .....................................................................................xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................xii BAB 1. PENDAHULUAN ...................................................................................1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................1 1.2 Tujuan ...........................................................................................................2

BAB 2. TINJAUAN UMUM ...............................................................................3

2.1 . Industri Farmasi ..........................................................................................3 2.2 . Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) .................................................5

BAB 3. TINJAUAN KHUSUS PT. KALBE FARMA, Tbk. ............................13

3.1. Sejarah dan Perkembangan PT. Kalbe Farma Tbk ....................................13 3.2. Visi dan Misi PT. Kalbe Farma Tbk ..........................................................15 3.3. Lokasi dan Tata Ruang PT. Kalbe Farma Tbk ..........................................15 3.4. Struktur Organisasi PT. Kalbe Farma Tbk ................................................17

BAB 4. PEMBAHASAN ......................................................................................34

4.1. Manajemen Mutu ......................................................................................34 4.2. Personalia ..................................................................................................35 4.3. Bangunan dan Fasilitas ..............................................................................36 4.4. Peralatan ...................................................................................................38 4.5. Sanitasi dan Higiene .................................................................................40 4.6. Produksi ....................................................................................................42 4.7. Pengawasan Mutu ......................................................................................44 4.8. Inspeksi Diri, Audit Mutu, dan Audit & Persetujuan Pemasok ............45

4.9. Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk dan Produk Kembalian .................................................................46

4.10.Dokumentasi ..............................................................................................48 4.11.Pembuatan dan Analisis terhadap Kontrak ...............................................49 4.12.Kualifikasi dan Validasi .............................................................................50

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................53

5.1. Kesimpulan ................................................................................................53 5.2. Saran ...........................................................................................................53

DAFTAR ACUAN ...............................................................................................54

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

xi Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Logo PT. Kalbe Farma, Tbk ................................................... 14

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

xii Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Kalbe Farma, Tbk. ........................... 55

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Obat merupakan sarana utama yang digunakan untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat dan bahkan untuk menyelamatkan jiwa manusia. Sesuai

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, obat

adalah salah satu sediaan farmasi yang digunakan untuk mempengaruhi atau

menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penerapan diagnosis,

pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan. Penyediaan obat

merupakan kewajiban pemerintah serta institusi pelayanan kesehatan publik dan

swasta, karena obat bukan hanya untuk perdagangan saja tetapi mempunyai fungsi di

bidang sosial.

Industri farmasi merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang

memegang penting dalam penyediaan obat yang bermutu. Industri farmasi sangat erat

kaitannya dengan obat karena proses pembuatan obat hanya dapat dilakukan oleh

industri farmasi. Setiap industri farmasi wajib memenuhi persyaratan Cara Pembuatan

Obat yang Baik (CPOB).

Dalam CPOB berbagai aspek telah diatur, seperti manajemen mutu;

personalia; bangunan dan fasilitas; peralatan; sanitasi dan higiene; produksi;

pengawasan mutu; pemastian mutu; inspeksi diri, audit mutu, dan audit persetujuan

pemasok; penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan kembali produk;

dokumentasi; pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak; kualifikasi dan validasi.

Setiap industri farmasi harus memenuhi pesyaratan dari semua aspek yang tercantum

dalam CPOB dan mendapatkan izin dari Menteri Kesehatan RI. Hal ini dimaksudkan

untuk menjamin bahwa obat-obatan diproduksi secara konsisten, memenuhi

persyaratan yang ditetapkan, dan sesuai dengan tujuan penggunaannya (Kementerian

Kesehatan RI, 2010).

Setiap sumber daya manusia dalam industri farmasi harus memahami prinsip

CPOB. Apoteker adalah salah satu sumber daya manusia yang mutlak diperlukan

dalam proses penerapan CPOB di suatu industri farmasi. Apoteker di industri farmasi

adalah personil kunci bidang produksi, pengawasan mutu, dan pemastian mutu.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

2

Universitas Indonesia

Dalam memenuhi tanggung jawabnya, seorang apoteker harus memperoleh pelatihan

yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dan keterampilan manajerial

sehingga mampu mengerjakan tugasnya secara profesional (BPOM, 2012).

Salah satu sarana untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan pelaksanaan

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Dengan dilaksanakannya PKPA, diharapkan

para calon apoteker dapat memperoleh pengalaman praktis dan pemahaman lebih

mengenai tugas dan fungsi apoteker di industri farmasi. Dalam rangka pembinaan

terhadap generasi baru di bidang industri farmasi, yaitu tenaga apoteker, PT. Kalbe

Farma, Tbk. memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk melaksanakan PKPA.

Pelaksanaan PKPA di PT. Kalbe Farma, Tbk. ini berlangsung dari tanggal 17 Juni

sampai dengan 16 Agustus 2013.

1.2. Tujuan

Tujuan pelaksanaan PKPA di PT. Kalbe Farma, Tbk. adalah untuk:

a. Memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai penerapan segala aspek CPOB

di PT. Kalbe Farma, Tbk.

b. Memahami peran dan tugas apoteker dalam industri farmasi

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

3

BAB 2

TINJAUAN UMUM

2.1 Industri Farmasi (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2010)

Menurut PerMenKes No 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri

Farmasi, yang dimaksud dengan industri farmasi adalah badan usaha yang

memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat

atau bahan obat. Fungsi industri farmasi adalah pembuatan obat/bahan obat,

pendidikan & pelatihan dan penelitian & pengembangan. Setiap pendirian Industri

Farmasi wajib memperoleh izin Industri Farmasi dari Direktur Jendral Kementrian

Kesehatan. Persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasi, yaitu:

a. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas

b. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat

c. Memiliki NPWP

d. Memiliki secara tetap 3 orang apoteker Warga Negara Indonesia

masingmasing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi dan

pengawasan mutu

e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung dan tidak langsung

dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian.

Agar dapat memperoleh izin usaha industri farmasi, diperlukan tahap

persetujuan prinsip. Permohonan persetujuan prinsip diajukan kepada Direktur

Jendral dengan tembusan kepada kepala Badan dan kepada kepala Dinas

Kesehatan Provinsi setelah sebelumnya mengajukan permohonan Rencana Induk

Pembangunan (RIP) kepada kepala Badan. Persetujuan prinsip diberikan kepada

industri farmasi untuk dapat langsung melakukan persiapan dan usaha

pembangunan, pengadaan, pemasangan instalasi, peralatan dan lain-lain yang

diperlukan, termasuk produksi percobaan dengan memperhatikan ketentuan

perundang-undangan di bidang obat. Persetujuan prinsip tersebut berlaku selama

jangka waktu 3 tahun dan selama jangka waktu tersebut, perusahaan yang

bersangkutan harus menyampaikan laporan informasi kemajuan pembangunan

fisik setiap 6 bulan sekali kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

4

Universitas Indonesia

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) dan Kepala Dinas

Kesehatan Provinsi.

Persyaratan agar mendapatkan persetujuan prinsip, yaitu :

a. Fotokopi akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan

b. Fotokopi KTP/identitas direksi dan komisaris perusahaan

c. Susunan direksi dan komisaris

d. Pernyataan direksi dan komisaris tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan

perundang-undangan di bidang farmasi

e. Fotokopi sertifikat tanah/bukti kepemilikan

f. Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha berdasarkan Undang-Undang Gangguan

(HO)

g. Fotokopi Surat Tanda Daftar Perusahaan

h. Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan

i. Fotokopi NPWP

j. Persetujuan lokasi dari pemerintah daerah provinsi

k. Persetujuan RIP dari Kepala Badan

l. Rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat

m. Surat asli pernyataan kesediaan bekerja penuh dari masing-masing apoteker

penanggung jawab produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu

n. Fotokopi surat pengangkatan bagi masing-masing apoteker penanggung jawab

produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu

Setelah selesai melaksanakan tahap persetujuan prinsip, dapat dilakukan

permohonan izin usaha industri. Permohonan diajukan kepada Direktur Jenderal

Kementrian Kesehatan dengan tembusan kepada Kepala BPOM dan Kepala Dinas

Kesehatan Provinsi setempat. Izin industri farmasi berlaku untuk seterusnya

selama industri farmasi bersangkutan masih berproduksi dan memenuhi ketentuan

peraturan perundang-undangan. Surat permohonan izin industri farmasi harus

ditandatangani oleh direktur utama dan apoteker penganggung jawab pemastian

mutu dengan kelengkapan yaitu:

a. Fotokopi persetujuan prinsip Industri Farmasi

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

5

Universitas Indonesia

b. Surat persetujuan penanaman modal untuk industri farmasi dalam rangka

Penanaman Modal Asing (PMA) atau Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN)

c. Daftar peralatan dan mesin yang digunakan

d. Jumlah tenaga kerja dan kualifikasinya

e. Fotokopi sertifikat upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan

Lingkungan /Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

f. Rekomendasi kelengkapan administratif izin industri farmasi dari Kepala

Dinas Kesehatan Provinsi

g. Rekomendasi Pemenuhan CPOB dari Kepala BPOM.

h. Daftar pustaka wajib seperti Farmakope edisi terakhir

i. Surat asli pernyataan kesediaan bekerja penuh dari masing-masing apoteker

penanggung jawab produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu

j. Fotokopi surat pengangkatan bagi masing-masing apoteker penanggung jawab

produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu dari pimpinan perusahaan

k. Fotokopi ijazah dan STRA dari masing--masing apoteker penanggung jawab

produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu

l. Surat pernyataan komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsng

maupun tidak langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di

bidang kefarmasian.

Industri farmasi yang melakukan penambahan kapasitas produksi atau

penambahan bentuk sediaan tidak memerlukan izin perluasan. Izin perluasan

diperlukan apabila perusahaan yang bersangkutan akan menambah luas area

produksi. Izin usaha industri farmasi berlaku untuk seterusnya selama perusahaan

industri farmasi yang bersangkutan berproduksi. Permohonan izin usaha industry

farmasi dapat diajukan setelah pembangunan fisik industri farmasi selesai dan

perusahaan siap melaksanakan kegiatan produksi komersial.

2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)

CPOB diterapkan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai

dengan persyaratan dan tujuan penggunaan. CPOB mencakup seluruh aspek

produksi dan pengawasan mutu. CPOB merupakan pedoman yang sangat penting

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

6

Universitas Indonesia

tidak hanya bagi industri farmasi dan regulator, tetapi juga bagi konsumen dalam

memenuhi kebutuhannya akan pengobatan yang aman, berkhasiat, dan

berkualitas. Terdapat 12 aspek dalam CPOB, yaitu:

2.2.1 Manajemen Mutu

Dalam manajemen mutu, industri farmasi harus membuat obat sedemikian

rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang

tercantum dalam dokumen izin edar dan tidak menimbulkan risiko yang

membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah, atau tidak efektif.

Manajemen mutu bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu

kebijakan mutu yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di

semua departemen dalam perusahaan, para pemasok, dan distributor.

Unsur dasar manajemen mutu adalah suatu infrastruktur atau sistem mutu

yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses, dan sumber daya, serta

tindakan sistematis untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan

tinggi, sehingga produk atau jasa pelayanan yang dihasilkan akan selalu

memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut

disebut pemastian mutu.

2.2.2 Personalia

Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan

sistem pengawasan mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar.

Industri farmasi bertanggungjawab untuk menyediakan personil yang

terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap

personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing. Seluruh personil

hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal yang

berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan

pekerjaan.

Personil Kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian

Pengawasan Mutu dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi

utama tersebut dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

7

Universitas Indonesia

kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) / kepala bagian Pengawasan

Mutu harus independen satu terhadap yang lain.

2.2.3 Bangunan dan Fasilitas

Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain,

konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat

dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan

desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi

kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, serta memudahkan

pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan

pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat

menurunkan mutu obat.

Persyaratan bangunan menurut CPOB, yaitu:

a. Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya

pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara,

tanah, dan air maupun dari kegiatan industri lain yang berdekatan

b. Bangunan dan fasilitas hendaklah dikonstruksi, dilengkapi, dan dirawat agar

memperoleh perlindungan maksimal.

c. Dalam menentukan rancang bangunan dan tata letak hendaklah

dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut: kesesuaian dengan kegiatan lain,

yang mungkin dilakukan dalam sarana yang sama atau dalam sarana yang

berdampingan; tata letak ruang yang sedemikian rupa untuk memungkinkan

kegiatan produksi dilaksanakan di daerah yang letaknya diatur secara logis

dan berhubungan mengikuti urutan tahap produksi dan menurut kelas

kebersihan yang disyaratkan; luasnya ruang kerja yang memungkinkan

penempatan peralatan dan bahan secara teratur dan logis serta terlaksananya

kegiatan, kelancaran arus kerja, komunikasi dan pengawasan yang efektif;

pencegahan penggunaan kawasan industri sebagai lalu lintas umum;

d. Daerah pengolahan produk steril dipisahkan dari daerah produksi lain serta

dirancang dan dibangun secara khusus;

e. Produk antibiotika tertentu, hormon tertentu, sitotoksik tertentu, bahan aktif

berpotensi tinggi hendaklah diproduksi di bangunan terpisah;

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

8

Universitas Indonesia

f. Permukaan bagian dalam ruangan (dinding, lantai, dan langit-langit)

hendaklah licin, bebas dari keretakan, dan sambungan yang terbuka serta

mudah dibersihkan dan bila perlu mudah didesinfeksi.

g. Saluran air limbah hendaklah cukup besar dan mempunyai bak kontrol serta

ventilasi yang baik;

h. Area produksi diventilasi secara efektif dengan fasilitas pengendali udara

2.2.4 Peralatan

Pembuatan obat hendaklah menggunakan peralatan yang memiliki desain

dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan

dikualifikasi dengan tepat, sehingga mutu yang dirancang bagi tiap produk obat

terjamin secara seragam dari bets ke bets dan memudahkan pembersihan dan

perawatannya. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan baku, produk

antara, produk ruahan atau obat jadi tidak boleh bereaksi atau mengabsorpsi, yang

dapat mengubah identitas, mutu, atau kemurniannya di luar batas yang telah

ditentukan.

Hendaklah tersedia alat timbang dan alat ukur dengan rentang dan ketelitian

yang tepat untuk proses produksi dan pengawasan. Peralatan untuk mengukur,

menimbang, mencatat dan mengendalikan hendaklah dikalibrasi dan diperiksa

pada interval waktu tertentu dengan metode yang ditetapkan.

Peralatan hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah risiko

kesalahan atau kontaminasi. Antara masing-masing peralatan hendaklah

ditempatkan pada jarak yang cukup untuk menghindarkan kesesakan dan

memastikan tidak terjadi kekeliruan dan kecampurbauran produk.

Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau

pencemaran yang dapat memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk.

Peralatan dan alat bantu hendaklah dibersihkan, disimpan, dan bila perlu disanitasi

dan disterilisasi untuk mencegah kontaminasi atau sisa bahan dari proses

sebelumnya yang akan memengaruhi mutu produk.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

9

Universitas Indonesia

2.2.5 Sanitasi dan Higiene

Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap

aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil,

bangunan, peralatan, dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya dan

segala sesuatu yang dapat merupakan sumber kontaminasi produk. Sumber

kontaminasi potensial hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan

higiene yang menyeluruh dan terpadu.

Penerapan higiene perorangan meliputi pemeriksaan kesehatan, mencuci

tangan sebelum memasuki area produksi, memakai pakaian pelindung. Semua

personil hendaklah menjalani pemeriksaan kesehatan pada saat direkrut. Sesudah

pemeriksaan kesehatan awal hendaklah dilakukan pemeriksaan kesehatan kerja

dan kesehatan personil secara berkala. Tiap personil yang mengidap penyakit atau

menderita luka terbuka yang dapat merugikan mutu produk hendaklah dilarang

menangani bahan awal, bahan pengemas, bahan yang sedang diproses dan obat

jadi sampai kondisi personil tersebut dipertimbangkan tidak lagi menimbulkan

risiko. Kegiatan makan, minum dan merokok tidak diperbolehkan dalam area

gudang, laboratorium dan area produksi.

Sanitasi meliputi bangunan dan fasilitas. Tiap bangunan yang digunakan

untuk pembuatan obat hendaklah didesain dan dikonstruksi dengan tepat untuk

memudahkan sanitasi yang baik. Tiap kali sebelum dipakai, kebersihan peralatan

diperiksa untuk memastikan bahwa semua produk atau bahan dari bets

sebelumnya telah dihilangkan. Prosedur pembersihan, sanitasi dan hygiene

hendaklah divalidasi dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan efektivitas

prosedur memenuhi persyaratan.

2.2.6 Produksi

Kegiatan produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang

telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa

menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi

ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi).

Unsur-unsur produksi yang diatur oleh CPOB meliputi pembelian bahan

awal yaitu bahan baku & bahan pengemas; validasi proses; pencegahan

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

10

Universitas Indonesia

kontaminasi silang; sistem penomoran bets/ lot; penimbangan & penyerahan;

pengolahan; pengemasan; pengawasan selama proses; penanganan bahan dan

produk yang ditolak, dipulihkan & dikembalikan; karantina & penyerahan produk

jadi; catatan pengendalian pengiriman obat; penyimpanan bahan awal, bahan

kemas, produk antara, produk ruahan & produk jadi dan pengiriman &

pengangkutan.

2.2.7 Pengawasan Mutu

Kegiatan pengawasan mutu merupakan bagian yang penting dari CPOB

untuk memastikan bahwa produk yang dibuat senantiasa mempunyai mutu yang

sesuai dengan tujuan penggunaannya. Keterlibatan dan komitmen semua pihak

yang berkepentingan dalam seluruh rangkaian pembuatan adalah mutlak untuk

mencapai sasaran mutu yang ditetapkan mulai dari awal pembuatan sampai

distribusi obat jadi.

Pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus

terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. Pengawasan

Mutu hendaklah mencakup semua kegiatan analisis. Pengawasan Mutu mencakup

pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian serta termasuk pengaturan,

dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa semua pengujian

yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai atau

produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah dibuktikan memenuhi

persyaratan. Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi

juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk.

Ketidaktergantungan Pengawasan Mutu dari Produksi dianggap hal yang

fundamental agar Pengawasan Mutu dapat melakukan kegiatan dengan

memusnahkan.

2.2.8. Inspeksi Diri, Audit Mutu, dan Audit & Persetujuan Pemasok

Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek

produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB

ditetapkan. Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi

kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan

yang diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

11

Universitas Indonesia

oleh petugas yang kompeten dari perusahaan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan

secara rutin dan pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali

obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Prosedur dan catatan inspeksi diri

hendaklah didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif.

Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit

mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari system

manajemen dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit mutu

umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar, independen, atau tim yang

dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan.

2.2.9 Penanganan Keluhan Terhadap Obat, Penarikan Kembali, dan Obat

Kembalian

Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan

terjadi kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur

tertulis. Untuk menangani semua kasus yang mendesak hendaklah disusun suatu

sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga

cacat dari peredaran secara cepat dan efektif.

Penarikan kembali produk dapat berupa satu atau beberapa bets atau seluruh

bets produk tertentu dari semua peredaran distribusi. Hendaklah tersedia prosedur

tertulis yang diperiksa secara berkala untuk mengatur segala tindakan penarikan

kembali. Tindakan penarikan kembali produk hendaklah dilakukan segera setelah

diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi yang

merugikan. Catatan dan laporan penarikan kembali produk hendaklah

didokumentasikan dengan baik.

2.2.10 Dokumentasi

Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan

dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.

Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap

personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga

memperkecil resiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul

karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, dokumen produksi

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

12

Universitas Indonesia

induk/ formula pembuatan, prosedur, metode, instruksi, laporan, dan catatan harus

bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen adalah

sangat penting.

2.2.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak

Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak dilakukan jika suatu

perusahan membuat produk di perusahaan lain atau sebaliknya. Pembuatan dan

analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan dikendalikan

untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau

pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara pemberi

kontrak dengan penerima kontrak harus dibuat secara jelas dalam hal tanggung

jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara

jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung

jawab penuh kepala bagian manajemen mutu (pengawasan mutu).

2.2.12 Kualifikasi dan Validasi

Kualifikasi dan validasi adalah bagian penting dari sistem pemastian mutu

sehingga tercantum sebagai persyaratan CPOB bagi industri farmasi. CPOB

mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu

dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang

dilakukan. Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama

program validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam

Rencana Induk Validasi (RIV). Validasi diklasifikasikan menjadi tiga, yakni

validasi pembersihan, validasi metode analisis dan validasi proses. Kualifikasi

diklasifikasikan menjadi empat, yaitu kualifikasi desain, kualifikasi instalasi

kualifikasi operasional dan kualifikasi kinerja.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

13

BAB 3

TINJAUAN KHUSUS PT. KALBE FARMA Tbk.

3.1. Sejarah dan Perkembangan PT. Kalbe Farma, Tbk.

PT. Kalbe Farma, Tbk. didirikan oleh seorang farmakolog bernama dr.

Boenjamin Setiawan pada tanggal 10 September 1966 di sebuah garasi rumah di

Jalan Simpang I No. 1, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Nama Kalbe merujuk pada

nama para pemegang saham awal, yakni Khoew Sioe Tjiang, Liem Lian Kiok dan

Boenjamin Setiawan. Tujuan pendirian PT. Kalbe Farma, Tbk. adalah turut

berpartisipasi dalam pembangunan nasional pada umumnya dan meningkatkan

kesejahteraan serta derajat kesehatan masyarakat pada khususnya, yang tercermin

dalam moto perusahaan yaitu The Scientific Pursuit of Health For A Better Life

(Mengabdikan Ilmu Untuk Kesehatan dan Kesejahteraan). Seiring waktu berjalan

PT. Kalbe Farma menjadi semakin berkembang dan kini PT. Kalbe Farma Tbk.

berada di kawasan industri Delta Silicon Jalan M.H. Thamrin Blok A3-1, Lippo

Cikarang, Bekasi 17550.

Produk pertama yang dihasilkan oleh PT. Kalbe Farma adalah obat kulit

Bioplacenton yang menjadi ciri khas PT. Kalbe Farma hingga sekarang. Produk

PT. Kalbe Farma kemudian berkembang menjadi berbagai macam produk farmasi

sesuai dengan kebutuhan konsumen yang beragam. Dalam rangka meningkatkan

pelayanan penyediaan obat sebagai tuntutan atas meningkatnya kebutuhan obat

yang berkualitas maka pada bulan April 1972, PT. Kalbe Farma melakukan

perluasan usahanya dengan memindahkan usahanya ke lokasi yang lebih luas

yaitu ke Jl. Ahmad Yani, Pulomas, Jakarta Timur. Pada tahun 1980, aktivitas

distribusi produk-produk PT. Kalbe Farma dipisahkan dari kegiatan industrinya

yaitu dengan mendirikan PT. Enseval Putra Megatrading yang bertindak sebagai

distributor tunggal PT. Kalbe Farma.

Dalam menjalankan setiap kegiatannya, PT Kalbe Farma, Tbk. senantiasa

bertujuan untuk memenuhi dan atau mencapai visi yang diterapkan perusahaan.

Visi, Misi, Motto, Goal, dan Strategi PT Kalbe Farma, Tbk. Adalah sebagai

berikut :

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

14

1. Visi PT. Kalbe Farma, Tbk.:

“Menjadi perusahaan perawatan kesehatan Indonesia terbaik yang dimotori

oleh inovasi, nama dagang yang kuat dan manajemen yang unggul”

2. Misi PT. Kalbe Farma, Tbk.:

“Meningkatkan kesehatan untuk kehidupan yang lebih baik”

3. Motto PT. Kalbe Farma, Tbk.:

“Mengabdikan ilmu di bidang kesehatan untuk kesehatan dan kesejahteraan”

Selain itu, PT Kalbe Farma, Tbk. juga membuat suatu core value (nilai inti)

yang berfungsi menunjang penerapan visi dan misi yaitu berupa Kalbe Panca

Sradha dan dijadikan landasan oleh seluruh karyawan dalam menjalankan kinerja

sehari-hari:

1. Trust is the glue of life

Saling percaya adalah perekat diantara kami.

2. Mindfulness is the foundation of our action

Kesadaran penuh adalah dasar setiap tindakan kami.

3. Innovation is the key to our success

Inovasi adalah kunci keberhasilan kami.

4. Strive to be the best

Bertekad untuk menjadi yang terbaik.

5. Interconnectedness is a universal way of life

Saling keterkaitan adalah panduan hidup kami.

Gambar 3.1 Logo PT. Kalbe Farma, Tbk.

PT. Kalbe Farma, Tbk. berhasil melakukan integrasi sertifikasi ISO

9001:2000, sertifikasi ISO 14001:2004 dan OHSAS 18001:1999.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

15

3.2. Visi dan Misi PT. Kalbe Farma, Tbk.

Visi PT. Kalbe Farma, Tbk. adalah ”Menjadi perusahaan perawatan

kesehatan terbaik yang dimotori oleh inovasi, nama dagang yang kuat, dan

manajemen yang unggul”. Untuk mencapai visi tersebut, PT. Kalbe Farma, Tbk.

menetapkan misi perusahaan yakni “Meningkatkan kesehatan untuk kehidupan

yang lebih baik”. Misi tersebut berfokus pada tiga elemen utama, yaitu:

a. Konsumen

PT. Kalbe Farma, Tbk. mampu menyediakan produk berkualitas dengan harga

murah dan terjangkau, mudah diperoleh, serta dengan pelayanan yang prima

untuk menyenangkan hati pelanggan agar menjadi pilihan pertama konsumen.

b. Sumber Daya Manusia (SDM)

PT. Kalbe Farma, Tbk. mampu mewujudkan SDM yang sesuai dengan

kualifikasi dan tuntutan pekerjaan, memiliki dedikasi tinggi, inovatif,

berorientasi pada pelayanan dan kualitas, serta pengembangan SDM melalui

proses belajar yang berkelanjutan dan lingkungan kerja yang sehat dan

mendukung.

c. Proses dan Kualitas

PT. Kalbe Farma, Tbk. mampu meningkatkan kecepatan dan efisiensi proses

kerja melalui sistem dan prosedur kerja yang rapi sesuai dengan perencanaan,

usaha, pemeriksaan, dan aksi (plan, do, check, and action/PDCA).

Visi dan misi tersebut didukung oleh nilai-nilai utama yakni gigih untuk

mencapai yang terbaik, inovasi, kerjasama yang kokoh, lincah, memberikan

pelayanan terbaik, serta integritas. Dalam mencapai visi dan misi tersebut, PT.

Kalbe Farma, Tbk. memiliki moto The Scientific Pursuit of Health For A Better

Life (Mengabdikan Ilmu Untuk Kesehatan dan Kesejahteraan).

3.3. Lokasi dan Tata Ruang PT. Kalbe Farma, Tbk.

PT. Kalbe Farma, Tbk. terletak di Kawasan Industri Delta Silicon Jalan

M.H. Thamrin Blok A1-3, Lippo Cikarang, Bekasi. Bangunan ini terdiri dari

gedung kantor, gedung produksi, teknik, gudang dan sarana pendukung seperti

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

16

pengolahan limbah, lapangan parkir, koperasi, dan kantin. Bangunan PT. Kalbe

Farma, Tbk. terdiri dari dua bagian yaitu bangunan kantor dan bangunan pabrik.

3.3.1 Bangunan Kantor

Gedung kantor PT. Kalbe Farma, Tbk. terdiri dari empat lantai yaitu:

a. Lantai 1 meliputi bagian Departemen Human Resource Development,

Departemen Personal General Affair, Departemen Process Development,

Departemen Akuntansi, Departemen Pembelian, ruang perpustakaan, dan

kantin.

b. Lantai 1½ meliputi Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian

Persediaan Pusat, Departemen Veteriner, serta Departemen Teknologi

Informasi, Departemen Group Process Improvement.

c. Lantai 2 meliputi Departemen Keuangan dan Pemasaran, Departemen Quality

System, dan Direksi.

d. Lantai 3 meliputi Departemen Research and Development yang terdiri dari

bagian Formulation dan Analytical Development, Departemen Pemastian Mutu

(Quality Assurance), Departemen Pengawasan Mutu (Quality Control) dengan

laboratorium pengawasan mutu.

e. Lantai 4 meliputi ruangan pilot plant Departemen Research and Development.

3.3.2 Bangunan Pabrik

Gedung produksi terdiri dari tiga lantai yang masing-masing lantai

dipisahkan oleh ruang yang disebut Mezanin, yaitu ruang khusus untuk

penempatan fasilitas utilitas seperti penyedot udara, pipa-pipa, kabel listrik, dan

lain-lain. Tiap lantai terdiri dari line (jalur) produksi dengan jumlah total 10 line,

yaitu line 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8A, 8B, 9 dan 10. Pada tahun 2013, ada penambahan

kapasitas ruangan pada line produksi tertentu yaitu line 1 extension, line 5

extension, dan line 8 extension. Pembagian ruangan pada gedung produksi adalah

sebagai berikut:

a. Lantai dasar digunakan untuk ruang produksi line 9 dan 10, gudang alkohol,

Departemen Teknik, Ruang QA Facility Validation dan ruang loker karyawan.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

17

b. Lantai 1 digunakan untuk ruang produksi line 1, line 2, line 4, line 5, gudang

bahan baku dan wadah, gudang kemas, dan gudang obat jadi.

c. Lantai 2 digunakan untuk ruang produksi line 6, line 7, line 8A, dan 8B.

d. Lantai 3 digunakan untuk ruang purified water generator, pure steam

generator, water for injection generator, dan oil free air compressor.

Lantai ruang produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk. dicat dengan cat epoksi

agar mudah dibersihkan, dibuat melengkung (tidak memiliki sudut) agar tidak

menjadi tempat berkumpulnya debu, serta bingkai jendelanya dibuat miring

dengan maksud agar mudah dibersihkan dan juga tidak menjadi tempat

berkumpulnya debu. Berdasarkan CPOB tahun 2012, ruangan di industri farmasi

dibagi menjadi 5 jenis area berdasarkan perbedaan tingkat kebersihannya, yaitu

kelas A, B, C, D dan E. Kelas A, B, C, dan D digunakan untuk produksi sediaan

steril dan kelas E untuk produksi sediaan nonsteril. PT. Kalbe Farma, Tbk. Telah

menyesuaikan kembali klasifikasi ruangan sesuai dengan pedoman CPOB 2012.

Meskipun demikian dalam kesehariannya area produksi steril (kelas A, B, C, dan

D) masih disebut sebagai area putih (white area), area produksi nonsteril (kelas E)

disebut area abu-abu (grey area), dan area pengemasan sekunder disebut area

hitam (black area).

3.4 Struktur Organisasi PT. Kalbe Farma, Tbk.

Bagan struktur organisasi PT. Kalbe Farma, Tbk. dapat dilihat pada

Lampiran 1.

3.4.1 Departemen Research and Development

Departemen Research and Development (R&D) berperan antara lain dalam

pengembangan produk baru, pengatasan masalah produksi, proyek penelitian

khusus, penentuan spesifikasi bahan baku untuk manufacturing, penyusunan

metode analisa, penentuan shelf-life produk, dan penunjang data untuk

penyusunan dossier registrasi (formula, data stabilitas, dan kemasan). Departemen

R&D dipimpin oleh seorang R&D Pharma Deputy Director. Departemen R&D

mencakup tiga bagian utama, yaitu:

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

18

3.4.1.1 Packaging Development (Pengembangan Kemasan)

Tugas utama Packaging Development adalah melakukan penelitian dan

pengembangan material kemasan (primer dan sekunder) untuk produk baru,

melakukan penelitian dan pengembangan desain produk baru, dan menyiapkan

atau menyediakan dokumen yang terkait dengan kemasan meliputi dokumen

spesifikasi, metode analisis (MA), dan Prosedur Pengemasan Induk 3 (PPI 3).

3.4.1.2 Formulation (Pengembangan Formula)

Tugas utama Formulation adalah pengembangan produk baru, baik OTC

maupun ethical, sesuai dengan perkembangan teknologi sediaan farmasi. Proses

pengembangan produk baru ini dapat dilakukan di dalam perusahaan atau di luar

perusahaan, misalnya melalui kegiatan lisensi atau bekerja sama dengan lembaga

penelitian/ pendidikan.

3.4.1.3 Analytical Development (Pengembangan Metode Analisis)

Tugas utama Analytical Development adalah sebagai berikut:

a. Mengembangkan metode analisis suatu senyawa obat, bahan pengemas, dan

sampel produk sehingga diperoleh metode analisis yang sesuai. Metode analisis

yang diperoleh selanjutnya divalidasi dan dijadikan acuan analisis pemeriksaan

rutin sehingga metode analisis tersebut menjadi valid, efektif, dan praktis.

b. Menentukan approved manufacturer bahan baku baru yang digunakan di PT.

Kalbe Farma, Tbk.

3.4.2 Departemen Process Development

Pada awalnya Departemen Process Development merupakan bagian dari

departemen Research & Development. Pada awal tahun 2007, Process

Development dipisahkan dari Departemen R&D di mana R&D fungsinya lebih ke

arah riset pengembangan produk baru sedangkan untuk Process Development

lebih ke produk-produk yang sudah ada (existing product). Secara umum

Departemen Proses Development menangani semua produk-produk yang sudah

ada (existing), menerima peralihan tanggung jawab terhadap status material yang

berubah dari percobaan menjadi induk, dan mengatasi masalah atau trouble

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

19

shooting produksi. Departemen Process Development dibagi menjadi 2 bagian,

yaitu:

3.4.2.1 Formulation (Formulasi)

Tugas utama bagian formulasi adalah memperbaiki atau mengembangkan

formula-formula produk existing, mendukung bagian produksi jika ada masalah

terutama dalam hal formulasi, dan mendukung bagian pembelian (purchasing)

dalam hal diversifikasi raw material. Menyiapkan dokumen untuk bagian

produksi, seperti: Prosedur Pengolahan Induk 1 (PPI 1) yang berisi keterangan

Raw Material yang digunakan dan Prosedur Pengolahan Induk 2 (PPI 2) yang

berisi prosedur pembuatan obat dan spesifikasinya.

3.4.2.2 Packaging (Kemasan)

Tugas utama bagian kemasan adalah melakukan penelitian dan

pengembangan material kemasan, baik primer dan sekunder, penelitian dan

pengembangan tersebut juga mencakup uji stabilitas dan trial di produksi (jika

diperlukan). Selain itu bagian kemasan juga melakukan penelitian dan

pengembangan desain kemasan produk existing, mulai dari pembuatan konsep,

verifikasi sampai dengan penyiapan disket dan print-out final art work untuk

dikirim ke supplier kemasan serta menyiapkan/ menyediakan dokumen yang

terkait dengan kemasan, seperti Prosedur Pengolahan Induk (PPI) dan Production

Model (PM) Kemas. Bagian ini juga memberi dukungan terhadap bagian lain

untuk masalah-masalah yang terkait/ berhubungan dengan kemasan, seperti

pembelian mesin baru di bagian produksi, diversifikasi supplier oleh bagian

Purchasing dan permintaan penyederhanaan prosedur pemeriksaan dari bagian

QC.

3.4.3 Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan

Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan/

Production Planning and Inventory Control (PPIC) PT. Kalbe Farma, Tbk.

merupakan bagian dari grup PPIC dari empat situs perusahaan yang berada di

bawah grup Kalbe, yaitu PT. Kalbe Farma, Tbk., PT. Dankos Farma, PT.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

20

Hexpharm Jaya, dan PT. Fima. Grup PPIC ini menjadi penghubung antara bagian

pemasaran dan distributor, yaitu PT. Enseval Putera Megatrading dengan divisi

produksi masing-masing situs. Departemen PPIC berada dibawah koordinasi

Assistant Director Plant. PPIC manager membawahi PPIC specialist, sedangkan

PPIC specialist membawahi empat bagian yaitu Inventory Plannning Control

(IPC), Production Planning Control (PPC), dan Toll Manufacturing. Secara

umum tugas dari departemen ini adalah sebagai berikut:

a) Merencanakan, mempersiapkan, dan mengendalikan proses produksi mulai dari

bahan baku sampai obat jadi.

b) Melakukan kegiatan toll manufacturing, meliputi:

1) Toll in, yaitu permintaan produksi dari perusahaan lain yang bisa dipenuhi

karena masih tersedia kapasitas.

2) Toll out, yaitu permintaan bantuan produksi ke perusahaan lain karena tidak

memiliki fasilitas produksi produk bersangkutan atau karena kapasitas tidak

mencukupi.

c) Membuat laporan ke instansi terkait, antara lain hasil produksi, pemakaian

material seperti prekursor, dan narkotik/psikotropik.

Tugas dari masing-masing bagian di Departemen PPIC adalah:

a. Inventory Planning Control (IPC):

1) Menghitung Evaluasi Kebutuhan Material (EKM) bulanan selama 6 bulan

kedepan berdasrkan Rolling Production Plan (RPP).

2) Memantau persediaan bahan baku, wadah, dan kemasan dengan

mempertimbangkan prioritas penggunaan material di bagian produksi.

3) Membuat Formulir Permintaan Barang (FPB) untuk material.

4) Memperbanyak dan menurunkan Kartu Produksi (KP) atau Prosedur

Pengolahan Induk (PPI)

b. Production Planning Control (PPC):

1) Menerjemahkan rolling forecast (ROFO) yang merupakan permintaan dari

PT. Enseval Putera Megatrading menjadi Rolling Production Plan (RPP)

dengan mempertimbangkan stock, buffer stock, work in process (WIP),

batch size, average selling out, pending order, dan day of inventory (DOI).

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

21

ROFO merupakan jumlah perkiraan penjualan selama 6 bulan mendatang

dalam satuan unit. RPP merupakan rencana produksi yang dibuat setiap 6

bulan mendatang dalam satuan batch.

2) Mengirim RPP ke bagian IPC untuk dijadikan dasar penyusunan Rencana

Pemakaian Material (RPM) setiap bulan.

3) Membuat rencana produksi bulanan (RPB) yang berisikan jumlah batch dan

target yang harus dicapai oleh Departmen Produksi selama satu bulan.

4) Mengevaluasi pencapaian rencana produksi bulan lalu untuk perencanaan

rencana produksi bulan berikutnya

c. Toll Manufacturing bertugas mengkoordinasi produk-produk toll out dan toll in

untuk menjamin agar kebutuhan sales dan marketing tetap dapat dipenuhi oleh

rekanan yang telah ditentukan oleh perusahaan apabila kapasitas produksi tidak

tersedia/ tidak mencukupi.

3.4.4 Departemen Produksi

Departemen produksi merupakan bagian Plant Department yang dipimpin

oleh Group Production Manager (GPM). GPM membawahi 4 manager produksi.

Masing-masing manager memiliki tanggung jawab terhadap mini company

produksi yang terdiri dari beberapa line produksi. Mini company promag terdiri

dari line 1 dan line 1 extension. Mini company I terdiri dari line 2, 9, dan 10. Pada

mini company I terdapat seorang manajer produksi, yaitu manajer produksi yang

mengepalai line 1, 2, 9, dan 10. Mini company II terdiri dari line 4, 5, dan 6.

Sedangkan untuk mini company III terdiri dari line 7, 8A, dan 8B. Masing-masing

line dijalankan oleh supervisor produksi atau disebut juga Penanggung Jawab Line

(PJL) yang bertanggung jawab kepada manager produksi di masing-masing mini

company. Sedangkan PJL pada masing-masing line produksi membawahi

koordinator lapangan, production engineer (PE), administrasi, operator, pembantu

operator, production helper, dan packer.

Line Produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk. Cikarang terdiri dari 10 bagian line

yaitu line 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8A, 8B, 9, dan 10. Line tersebut digolongkan menjadi

dedicated line dan non-dedicated line. Dedicated line merupakan line yang

memproduksi obat dalam jenis produk yang relatif sedikit, tapi dengan ukuran

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

22

batch yang besar. Line ini terdiri atas line 1, 4, 9. Non-dedicated line merupakan

line yang memproduksi obat dengan jenis produk relatif banyak namun dengan

ukuran batch yang relatif kecil atau sedikit. Line ini terdiri atas line 2, 5, 6, 7, 8A,

8B, dan 10. Produk obat yang diproduksi di setiap line adalah sebagai berikut:

1. Line 1: line ini memproduksi 1 jenis produk sediaan padat yaitu tablet

Promag®. Line ini juga mempunyai extension. Line 1 extension ini khusus

memproduksi tablet Promag® untuk menunjang permintaan pasar yang tidak

dapat dipenuhi oleh line 1, dan saat ini sudah beroperasi. Untuk ke depan line 1

extension ini akan membantu line 1 karena ruangan produksi tablet Promag®

akan diperbesar dan akan menggunakan mesin yang lebih baru sehingga dapat

memproduksi jumlah batch yang lebih besar dan lebih cepat.

2. Line 2: line ini terdiri atas 2 line yang merupakan gabungan dari line 2A dan

line 2B. Sebagian besar produk line 2A adalah tablet inti, sedangkan produk

line 2B adalah tablet coating. Produk line 2 antara lain: Neo Entrostop®, Xon-

Ce®, Pronicy®, Neuralgin®, Vitazym®, Zegavit®, dan Zegase®

3. Line 4: line yang memproduksi tablet inti, contoh produknya: Procold®, dan

Promag® Double Action.

4. Line 5: line yang memproduksi sediaan cair oral antara lain sirup, emulsi, dan

suspensi, seperti Cerebrofort®, Lambucid®, Salbron®, Plantacid® dan

Woods®.

5. Line 6: line ini khusus memproduksi sediaan cair steril (injeksi) seperti

Rantin®, Ulsikur®, dan Kalmethasone®.

6. Line 7: line ini memproduksi sediaan semi padat topikal seperti krim, semi

solid seperti jeli, dan salep, serta sediaan suppositoria dan ovula. Contoh

produknya adalah Bioplacenton® (gel), Mycoral® (krim), dan Kaltrofen® (gel

dan suppositoria).

7. Line 8: line yang banyak memproduksi beberapa jenis produk obat namun

volumenya kecil. Produk yang dihasilkan tersebut sebagian besar merupakan

produk ethical. Line ini dibagi menjadi 3 yaitu line 8A yang menangani proses

pembuatan produk, line 8B menangani pengemasan produk.

8. Line 9: line ini khusus memproduksi sediaan cair non oral yaitu Kalpanax®

Tincture.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

23

9. Line 10: line ini khusus melakukan pengemasan ulang (repack) untuk produk

impor.

Tugas umum Departemen Produksi secara keseluruhan adalah melakukan

proses produksi dari raw material dan packaging material menjadi produk jadi.

Tugas dan tanggung jawab masing-masing line produksi antara lain:

a. Mencapai target produksi (kuantitas, kualitas, dan waktu yang tepat) yang

ditetapkan berdasarkan ketersediaan kapasitas mesin dan ketersediaan tenaga

kerja serta memonitor aktivitas harian dan mingguan berdasarkan Jadwal

Produksi Mingguan (JPM).

b. Mengoptimalkan dan mengontrol expense (biaya bulanan dan tahunan) yang

dipakai untuk mencapai target produksi. Sebagai contoh, biaya lembur dan gaji

karyawan, biaya toolsand supplies (selang, solvent, dan oli) dan maintenance

mesin (break down dan periodik).

c. Mencapai rendemen (yield) yang ditetapkan dengan cara meminimalkan bahan

baku yang terbuang pada setiap tahap proses dan mengusulkan penyederhanaan

proses (bekerjasama dengan R&D dan Process Development). Rendemen

sudah ditetapkan standarnya setiap tahun.

d. Memastikan ketersediaan utilitas kerja, seperti Air Handling Unit (AHU),

pengendali tekanan, Relative Humidity (RH), udara, dan suhu.

e. Memantau produktivitas kerja (orang dan mesin).

f. Mengefisienkan pemakaian kapasitas mesin dengan cara melakukan

penjadwalan yang efisien, penempatan operator yang tepat, dan perawatan

mesin.

g. Memeriksa, mengevaluasi, dan memberi approval dokumen-dokumen yang

dipakai dan dikirim ke QA.

h. Membimbing supervisor dan subordinat.

i. Memberi masukan kepada atasan, untuk perencanaan jangka panjang (misal:

perubahan lay out ruangan, penambahan mesin dan karyawan, optimalisasi

cara kerja).

j. Memastikan suasana kerja yang sehat dan memotivasi bawahan (misalnya

membantu masalah mereka dan memberi training).

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

24

k. Memastikan dipenuhinya standar atau peraturan yang berlaku (misal: CPOB,

ISO 9000, OSHAS 18000, ISO 14000, dan cGMP) dan berkomitmen untuk

mengimplementasikan kebijakan mutu, Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(K3), dan lingkungan.

3.4.5. Departemen Quality Operation

Quality Operation adalah departemen yang bertugas menjamin mutu produk

yang dihasilkan dengan memperhatikan seluruh aspek yang berpengaruh pada

kualitas produk. Departemen QO dipimpin oleh seorang QO Manajer yang

bertanggung jawab kepada Plant Head. Secara umum QO dibagi menjadi dua

kelompok besar yaitu Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA).

3.4.5.1 Quality Control (QC)

Secara umum bagian QC bertugas dalam:

a) Pelulusan dan pengujian terhadap material yang datang (raw material dan

packaging material), produk ruahan dan produk jadi.

b) Memberikan persetujuan pemeriksaan (retesting) dan pengerjaan ulang

(rework) suatu produk.

Bagian-bagian dalam Departemen QC:

a) Seksi Bahan Baku (Raw material)

Bagian ini bertanggung jawab dalam menganalisa semua bahan baku yang

masuk yang akan digunakan untuk proses produksi.

b) Seksi Wadah dan Kemasan (Packaging Material)

Bagian ini bertugas melakukan pemeriksaan terhadap semua wadah dan

kemasan dengan prosedur berdasarkan MA yang telah ditetapkan oleh

Departemen R&D

c) Seksi Obat Jadi

Seksi obat jadi bertugas dalam melakukan pemeriksaan dan meloloskan atau

menolak produk jadi yang akan dikemas.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

25

d) Laboratorium Mikrobiologi

Bagian ini bertugas melakukan pemeriksaan mikrobiologi material dan obat

sesuai dengan MA yang telah ditetapkan oleh Departemen R&D. Pemeriksaan

yang dilakukan yaitu: potensi antibiotika, uji sterilitas, uji pirogen dan

endotoksin, pemeriksaan angka total mikroba, pemeriksaan untuk uji sampel

stabilitas, pemeriksaan sampel pertinggal, dan pemeriksaan hasil validasi

pembersihan mesin. Selain mendukung seksi bahan baku, seksi wadah dan

kemasan, dan seksi obat jadi, laboratorium mikrobiologi juga mendukung

bagian validasi dalam pemeriksaan ruangan.

Hubungan Departemen QC dengan departemen lain adalah sebagai berikut:

a. Departemen Logistik

Bahan baku dan bahan kemas yang diterima oleh Departemen Logistik

diperiksa oleh Departemen QC.

b. Departemen R&D

Departemen QC melakukan pemeriksaan rutin menggunakan metode analisa

yang ditetapkan oleh Analytical Development dan Packaging Development

yang merupakan bagian dari Departemen R&D. Sebelum suatu metode analisa

ditetapkan oleh Analytical Development dan Packaging Development,

dilakukan transfer metode analisa ke Departemen QC untuk menyempurnakan

metode analisa tersebut

c. Departemen Produksi

Departemen QC memeriksa kualitas produk ruahan berdasarkan sampling yang

dilakukan oleh Departemen Produksi (IPC mandiri). Untuk In Process Control

(IPC) dilakukan oleh Departemen Produksi karena bagian produksi di PT.

Kalbe Farma, Tbk. dianggap sudah mampu untuk melakukan IPC sendiri dan

Departemen QC melakukan pemeriksaan composit sample dari hasil suatu

proses produksi.

d. Departemen Pembelian (Purchasing)

Hubungan Departemen QC dengan bagian pembelian melibatkan bagian

Analytical Development dan Formulasi. Bagian pembelian akan membeli

bahan baku maupun bahan kemas dari pemasok baru setelah memperoleh

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

26

persetujuan dari bagian Analytical Development dan Formulasi. Selanjutnya,

bahan baku dan bahan kemas yang dibeli dari source baru diperiksa

kualitasnya oleh Departemen QC menggunakan metode analisa yang

ditetapkan oleh bagian Analytical Development.

e. Departemen Marketing

Departemen QC memberikan informasi ke Departemen Marketing tentang

release batch number pertama produk baru dan pemberitahuan perubahan

kemasan.

3.4.5.2 Quality Assurance (QA)

Departemen QA dipimpin oleh seorang QA Manager yang bertanggung

jawab langsung kepada QO Manager. Secara umum QA dibagi menjadi empat

kelompok besar yaitu Audit, Post Marketing, Validasi, dan GMP Compliance.

a. Audit

Bagian audit memiliki beberapa tugas, yaitu audit proses, audit produk, audit

vendor, penanganan masalah di produksi, dan monitoring penyimpangan.

Audit proses dilakukan untuk memastikan proses produksi berjalan sesuai

dengan prosedur yang telah ditetapkan. Proses yang dimaksud bukan hanya

proses pembuatannya, tetapi mulai dari penerimaan bahan baku. IPC (In

Process Control) juga termasuk dalam audit proses ini. Inspektor akan datang

ke bagian gudang dan produksi secara langsung untuk mengamati apakah pada

proses yang dilakukan terdapat penyimpangan atau tidak. Kegiatan ini

dilakukan secara berkala. Audit produk dilakukan pada setiap jalur produksi

(line). Audit produk ini bertujuan untuk mengetahui dan memastikan bahwa

produk yang telah dirilis benar-benar layak atau memenuhi persyaratan. Selain

itu, audit produk ini juga bertujuan untuk memastikan bahwa sistem yang telah

dibuat berjalan dengan baik di lapangan. Audit vendor yang dilakukan ada 2,

yaitu audit vendor bahan baku dan audit vendor produk toll out. Audit vendor

yang dilakukan serupa dengan audit proses. Penanganan masalah di produksi

dilakukan dengan sampling produk yang mengalami masalah tersebut.

Hasilnya dapat berupa rilis, diproses ulang, atau musnah. Penyimpangan yang

terjadi, beserta penyebab dan usulan perbaikannya dilaporkan pada lembar

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

27

deviation report. Bagian audit saat ini juga berperan dalam sistem Total

Productive Maintenance (TPM).

b. Post Marketing

Post Marketing bertugas melakukan pemantauan atau pengawasan terhadap

kualitas produk jadi setelah produk tersebut diproduksi dan dipasarkan. Tugas

dari post marketing adalah menangangi keluhan pelanggan (product

complaint), menangani recall dan returned product, dan post marketing

stability testing.

c. Validasi

Validasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap

bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang

digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil

yang diinginkan. Bagian Validasi di PT. Kalbe Farma, Tbk memiliki bagian

validasi proses, validasi pembersihan, validasi fasilitas dan utilitas, validasi

computer, dan annual product review.

d. GMP Compliance

1) Kalibrasi dan Kualifikasi

Tujuan dilakukan kalibrasi untuk memastikan semua peralatan yang

digunakan untuk pengukuran selalu memenuhi persyaratan yang telah

ditetapkan sehingga menjamin ketelitian pengukuran berada dalam batas

yang diijinkan. Sebagai parameter digunakan suatu kalibrator yang spesifik

untuk setiap instrumen. Kualifikasi adalah tindakan untuk memastikan

kelayakan dari suatu mesin atau peralatan. kualifikasi yang dilakukan

meliputi: Design Qualification (DQ), Installation Qualfication (IQ),

Operational Qualification (OQ), dan Performance Qualification (PQ).

Kalibrasi merupakan bagian dari kualifikasi, dengan interval pengujian yang

lebih sempit (misalnya, kalibrasi dilakukan per 6 bulan, sedangkan

kualifikasi dilakukan minimal 3 tahun bila tidak ada perubahan yang

signifikan).

2) Evaluasi Catatan Bets (Evaluation Batch Record/ EBR)

Bagian ini bertanggung jawab menangani batch record, yaitu memeriksa

kelengkapan batch record serta menyatukan data-data dari produksi dan

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

28

hasil analisa dari departemen QC. EBR diperlukan sebagai dokumentasi dan

untuk memastikan produk sebelum di-release telah dievaluasi dengan benar

termasuk penelusuran masalah jika terjadi penyimpangan.

3) Pengendalian Perubahan (Change Control)

Tujuan Change Control adalah agar setiap perubahan yang berkaitan dengan

mutu, lingkungan dan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dievaluasi

dahulu dampaknya terhadap mutu, lingkungan, dan K3 serta sesuai pada

ketentuan, peraturan atau undang-undang terkait sebelum

diimplementasikan. Jika terjadi suatu perubahan, misalnya terjadi

penggantian mesin, maka departemen tersebut akan mengajukan usulan

perubahan, kemudian perubahan tersebut diamati dan dipelajari oleh tiap

departemen yang terkait, apakah perubahan memberikan dampak atau tidak.

3.4.6. Departemen Quality System

Quality System (QS) mempunyai fungsi utama memastikan standar atau

pedoman yang ada senantiasa berjalan dengan baik. QS bertugas memelihara dan

mengembangkan sistem di PT. Kalbe Farma, Tbk. Secara keseluruhan, sistem

yang dibuat telah memasukkan unsur-unsur CPOB/c-GMP, ISO 9001: 2000, ISO

14001:2004, dan OHSAS 18001.

a. System Compliance

Bagian ini memiliki tanggung jawab dalam Management Review, Audit

Development, Corrective Action/Preventive Action (CAPA), dan Standard

Development.

b. Document Compliance

Secara umum tugas QS dalam Document Compliance adalah apabila terdapat

dokumen baru atau perubahan pada dokumen lama, dokumen baru atau

dokumen yang telah diubah tersebut harus dikaji terlebih dahulu oleh QS.

Selanjutnya QS akan mengkaji dampak perubahan terhadap departemen lain.

Setelah dokumen diperbaiki disetujui oleh QS, perlu dilakukan pelatihan pada

semua personil yang terkait. Setelah itu, dokumen tersebut baru bisa

didistribusikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

29

c. Occupational Health, Safety & Environment (OHSE) compliance

OHSE dikoordinasi oleh System Compliance yang bertugas untuk memastikan

kinerja sistem manajemen K3 & lingkungan telah diterapkan dengan baik.

Selain itu OHSE juga bertugas untuk melakukan identifikasi, mencegah, dan

mengatasi hazard (bahaya) yang akan timbul akibat tidak memahami standar

prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Cara yang dilakukan antara

lain: eliminasi, substitusi, engineering control, visual control dan

administration Control, alat pelindung diri (APD).

d. Plan Do Check Action (PDCA)

Divisi ini bertugas untuk memeriksa setiap kegiatan kerja yang akan

dilaksanakan oleh departemen-departemen yang ada di PT. Kalbe Farma, Tbk.

Pada umumnya mereka akan mengikuti setiap rapat kerja yang ada dan

mengevaluasi kinerja program serta status kemajuannya.

e. Continual Improvement Program Development

Bagian Program Development memiliki tugas yang terbagi menjadi dua, yaitu

Program Development & Maintenance dan Training Development

Maintenance. Bagian ini bertanggung jawab untuk merancang dan

melaksanakan sistem pelatihan bagi karyawan, khususnya karyawan baru,

sebagai sarana untuk meningkatkan budaya kualitas karyawan sehingga

tercipta produk yang berkualitas. Program-program pengembangan yang

dilaksanakan antara lain 5R, Ko HASE, serta CONIM (Continual

Improvement). Setiap kebijakan CONIM yang telah dibuat oleh Group Process

Improvement (GPI) kemudian diteruskan kepada divisi ini untuk kemudian

dirancang pelaksanaannya.

3.4.7. Departemen Logistik

Logistik atau Warehouse adalah departemen yang bertanggung jawab atas

penerimaan, penyimpanan, pengeluaran bahan baku, wadah, bahan kemas, dan

produk jadi. Secara struktural departemen logistik dipimpin oleh seorang Manager

Logistik yang membawahi empat Kasi (kepala seksi) gudang, yaitu Kasi gudang

bahan baku (raw material) dan wadah (primary packaging material), Kasi gudang

penimbangan, Kasi gudang kemasan sekunder (secondary packaging material)

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

30

dan Kasi gudang produk jadi (finished goods). Bagian Logistik memiliki peranan

penting dalam kegiatan penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran bahan baku,

wadah, kemasan, maupun produk. Dalam menjalankan peran tersebut,

Departemen Logistik terkait dengan beberapa bagian, yaitu bagian QA/QC, R&D,

Purchasing, PPIC, Produksi, dan Teknik. Fungsi dan tugas dari masing-masing

seksi adalah sebagai berikut:

a. Seksi gudang bahan baku/ wadah

Gudang bahan baku dan wadah mempunyai beberapa ruang penyimpanan

dengan suhu ruangan yang berbeda-beda, yaitu ruang suhu kamar (25-30°C),

ruang AC/ cool room (20-25°C), dan ruang pendingin/cold storage (2-8°C)

untuk penyimpanan bahan baku yang rentan terhadap suhu. Untuk ruang AC,

terdapat ruangan AC untuk penyimpanan material halal, penyimpanan essence

dan flavouring, penyimpanan bahan kemas primer (foil), serta ruang AC untuk

penyimpanan berbagai macam bahan baku dan wadah. Selain itu, terdapat

beberapa area atau ruang yang penting seperti:

1. Area khusus prekursor serta tempat khusus penyimpanan bahan baku yang

bersifat prekursor narkotika dan psikotropika. Area ini selalu terkunci dan

akses ke area ini harus mendapat persetujuan supervisor dan mengisi log

book.

2. Ruang sampling QC, ruang khusus untuk proses sampling bahan baku dan

wadah yang baru datang untuk diuji kualitasnya sebelum digunakan.

3. Ruang tolak, ruangan atau area yang terpisah yang menyimpan bahan baku

dan wadah yang ditolak oleh QC.

Penataan barang di gudang bahan baku dan wadah menggunakan system

racking secara alfabetis dan numerik dimana setiap rak terdapat beberapa level

(tingkat vertikal) dan beberapa kolom (horizontal), serta didata secara

komputerisasi menggunakan sistem Oracle yang memuat lokasi peletakan

material dalam rak. Cara penyimpanan barang di gudang pada dasarnya disusun

antara lain berdasarkan hal-hal berikut:

1. kondisi penyimpanan yang dipersyaratkan (suhu, cahaya, dan kelembaban).

2. kedekatan dengan pelanggan (gudang timbang atau produksi).

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

31

3. bentuk material dan sifat bahan baku (flammable atau non flammable).

4. untuk barang-barang toll out didekatkan area toll out.

5. berdasarkan status (karantina, baik, atau tolak).

b. Seksi gudang penimbangan

Gudang timbang adalah tempat berlangsungnya proses penimbangan dan

penyediaan bahan baku dan wadah yang dibutuhkan oleh produksi berdasarkan

JPM (Jadwal Produksi Mingguan). Bahan baku dan wadah yang ditimbang dan

disediakan sesuai dengan Prosedur Pengolahan Induk yang diturunkan yaitu:

PPI 1A, 1B dan 3A. Bahan baku dan wadah ditimbang dan disediakan dengan

sistem First Expired First Out (FEFO) oleh gudang timbang, kemudian dikirim

ke produksi sesuai line yang membutuhkan.

c. Seksi gudang kemasan

Gudang kemas memiliki tanggung jawab melayani permintaan kemasan

sekunder berupa master box, dus, brosur, dan label kemudian mengirimkannya

ke setiap line produksi berdasarkan PPI 3B. Kemasan sekunder yang dikirim

oleh vendor akan diperlakukan sama seperti bahan baku dan wadah, yaitu akan

dikarantina terlebih dahulu untuk pengujian kualitas kemasan tersebut. Jika QC

menyatakan status kemasan adalah “BAIK” maka kemasan yang sesuai dengan

PPI 3B akan dikirim ke produksi. Sistem FEFO juga diterapkan untuk

pengiriman kemasan sekunder untuk produksi.

d. Seksi gudang produk

Ruang lingkup, fungsi, dan tugas seksi gudang produk adalah sebagai berikut:

1) Menerima, memeriksa produk dan dokumen, serta memasukkan data.

2) Menata dan menyimpan produk.

3) Mengirimkan produk untuk pelanggan (distributor, ekspor, dan sebagainya)

atas Sales Order/Shipping Instruction Internal dari marketing atau Formulir

Kebutuhan Barang (FKB).

4) Melaksanakan cycle count produk.

5) Menerima, memeriksa, dan memasukkan data produk retur.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

32

3.4.8. Departemen Teknik

Departemen Teknik menunjang proses produksi dengan cara memelihara

dan melakukan perawatan semua mesin di semua departemen. Walaupun tidak

berperan secara langsung dalam kegiatan produksi, namun Departemen Teknik

merupakan pendukung utama kegiatan produksi di industri farmasi. Departemen

Teknik memiliki tanggung jawab dalam pengadaan, perbaikan dan pemeliharaan

gedung, sarana penunjang dan mesin-mesin yang digunakan di industri farmasi.

Secara umum, Departemen Teknik dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Utilitas Tugas dan tanggung jawab dari Manajer Utilitas adalah:

a. Memastikan tersedianya energi listrik, air, udara dingin, tekanan udara/uap

dan sarana penunjang lain untuk keperluan produksi dan operasi perusahaan

sehari-hari.

b. Memastikan perawatan terhadap mesin-mesin utilitas agar produksi dapat

berjalan secara efisien.

2. Pemeliharaan Tugas dan tanggung jawab dari Manager Pemeliharaan yaitu:

a. Menyusun dan mengimplementasikan rencana perawatan atau perbaikan

mesin dan peralatan.

b. Mengevaluasi hasil yang sudah dicapai.

c. Mengontrol pelaksanaan instalasi baru, pemeliharaan berkala mesin yang

mengalami kerusakan dan penyediaan suku cadang agar dapat menunjang

kelancaran proses produksi.

Kerja pemeliharaan dibagi menjadi dua, yakni pemeliharaan preventif dan

penanganan kerusakan. Pemeliharaan preventif merupakan kegiatan pemeliharaan

yang dilakukan untuk menjamin agar mesin-mesin produksi dan sarana penunjang

lainnya selalu dalam keadaan optimum dan dapat dioperasikan secara optimal.

Sementara itu penanganan kerusakan adalah perawatan mesin yang mengalami

kerusakan dan harus segera diperbaiki agar tidak mengganggu proses produksi.

3. Teknisi Suku Cadang

Bagian ini bertanggung jawab dalam penyediaan stok suku cadang untuk mesin

mesin yang ada baik untuk Produksi maupun untuk bagian lain. Suku cadang

yang disediakan adalah suku cadang dari mesin-mesin yang sangat penting

yang harus terus berjalan atau merupakan suku cadang yang pemesanannya

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

33

membutuhkan waktu lama, sehingga jika terjadi kerusakan dapat segera

ditangani.

4. Administrator

Bagian ini bertanggung jawab dalam melaksanakan urusan administrasi di

Bagian Teknik.

5. Koordinator Pekerjaan Sipil

Bagian ini bertanggung jawab dalam melaksanakan suatu proyek pembangunan

baru, misalnya membuat ruangan baru, membuat gedung baru.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

34

BAB 4

PEMBAHASAN

PT. Kalbe Farma, Tbk. senantiasa mengembangkan diri melalui inovasi,

nama dagang yang kuat, dan manajemen yang unggul. Hal tersebut dilakukan agar

PT. Kalbe Farma, Tbk. untuk menjadi perusahaan perawatan kesehatan terbaik.

PT. Kalbe Farma, Tbk. memiliki komitmen membantu masyarakat mewujudkan

kesehatan dan kehidupan yang lebih baik. Dalam mewujudkan komitmennya,

berbagai hal telah dilakukan, salah satunya melalui penerapan Cara Pembuatan

Obat yang Baik (CPOB) dalam setiap aspek pembuatan obat di PT. Kalbe Farma,

Tbk. Jaminan kualitas produk PT. Kalbe Farma, Tbk. telah diakui melalui

berbagai standar internasional, antara lain dengan diperolehnya sertifikat ISO

9001 (2001) untuk sistem manajemen, sertifikat ISO 14001 untuk jaminan

terhadap sistem lingkungan, dan sertifikat OHSAS 18001/SMK3 untuk jaminan

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

4.1 Manajemen Mutu

Untuk menjamin pembuatan obat yang sesuai dengan tujuan

penggunaannya, memenuhi syarat izin edar, dan bermutu dan tidak menimbulkan

risiko berbahaya dalam penggunaannya maka diperlukan suatu sistem, yaitu

manajemen mutu. Konsep dasar pengawasan mutu, CPOB, dan pemastian mutu

adalah aspek manajemen mutu yang saling terkait.

Kegiatan manajemen mutu di PT. Kalbe Farma, Tbk. sudah memenuhi

CPOB. Pengelolaan manajemen mutu di PT. Kalbe Farma, Tbk. Dilaksanakan

oleh bagian Quality Operation (QO). QO terdiri dari dua departemen, yaitu

Quality Assurance (QA)dan Quality Control (QC). Ruang lingkup QA adalah

pemastian mutu, sedangkan QC merupakan pengawasan mutu. Pemastian mutu

adalah totalitas semua pengaturan yang bertujuan memastikan bahwa obat

dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Pengawasan

mutu bertugas untuk mengontrol kualitas dari bahan awal (bahan baku dan bahan

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

35

kemas) hingga ke produk jadi yang siap dipasarkan. Pemeriksaan yang dilakukan

meliputi pemeriksaan fisik, kimia, dan mikrobiologi.

Pemastian mutu yang dilaksanakan bertujuan untuk menghindari atau

meminimalisasi resiko terhadap produk. Pelaksanaan CPOB itu sendiri dipastikan

dengan melakukan pengawasan mutu. Pengawasan mutu ini meliputi berbagai

macam aspek seperti produk yang sesuai standar, bangunan dan fasilitas yang

memadai, dan sebagainya.

4.2 Personalia

Dalam suatu industri farmasi, personil yang terlibat dalam industri tersebut

harus memenuhi persyaratan, baik secara kuantitas maupun kualitas. CPOB

mensyaratkan jumlah personil yang memadai dan terkualifikasi untuk

melaksanakan semua tugas. Setiap personil harus memiliki kesehatan mental dan

fisik yang baik sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara professional.

Sikap dan kesadaran tinggi setiap personil juga diperlukan dalam mewujudkan

pelaksanaan CPOB.

PT. Kalbe Farma, Tbk. Memiliki personil yang terlatih secara teknis dengan

jumlah memadai untuk melaksanakan kegiatan produksi, pengawasan dan

pemastian mutu. Kegiatan dilakukan mengikuti prosedur dan spesifikasi yang

telah ditentukan secara efektif dan efisien. Departemen produksi, QA, dan QC

dipimpin oleh apoteker yang bersifat independen. Apoteker-apoteker ini diberi

wewenang penuh dan sarana yang cukup untuk dapat melaksanakan tugasnya

secara efektif.

Peningkatan kesadaran dan pemahaman karyawan terhadap CPOB di PT.

Kalbe Farma, Tbk. dilakukan melalui program pelatihan Kualitas Lima Aspek

(KUA LIMA) yang meliputi K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja), dan 5R

(Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). Aspek KUA LIMA meliputi produk,

manusia, bahan dan peralatan, metode, serta lingkungan kerja. Uraian lima aspek

dalam KUA LIMA adalah:

a. produk yang senantiasa berorientasi pada pasar

b. sumber daya manusia yang selalu mengutamakan kualitas

c. peralatan, bahan, dan teknologi yang memadai

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

36

d. proses, prosedur, dan metode kerja yang efisien

e. lingkungan kerja yang mendorong prestasi

Untuk menjamin kepuasan terhadap semua pelanggan, baik internal maupun

eksternal PT. Kalbe Farma Tbk. melakukan berbagai upaya antara lain dengan

menerapkan Kalbe Service Exellence (KSE). Setiap karyawan harus

melaksanakan sebelas perilaku KSE, yaitu senyum tulus, wajah hangat dan

bersemangat, pelanggan adalah orang penting, dengarkan kebutuhannya,

menyebut namanya, bahasa tubuh positif, membicarakan yang diminati

pelanggan, bahasa yang halus dan tepat, memberitahukan proses yang

sudah/sedang/akan dikerjakan, pengetahuan akan produk, serta tampil dengan

rapi.

4.3 Bangunan dan Fasilitas

PT. Kalbe Farma, Tbk. berlokasi di kawasan industri Delta Silicon I,

Cikarang. Lokasi pabrik terletak cukup jauh dari pemukiman penduduk. Hal

tersebut bertujuan untuk meminimalisasi resiko pencemaran, baik dari pabrik ke

lingkungan maupun dari lingkungan ke pabrik. Gedung dilengkapi dengan sarana

dan prasarana yang ditujukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi yang

berasal dari udara, tanah, air, maupun dari kegiatan di sekitarnya, seperti debu dari

industri lain, rembesan air, serangga, binatang pengerat, dan sebagainya. PT.

Kalbe Farma, Tbk. Memiliki instalasi pengolahan limbah sebagai upaya

pencegahan terjadinya pencemaran terhadap lingkungan. Pengolahan limbah

pabrik ini bekerja sama dengan pihak luar.

PT. Kalbe Farma Tbk. memiliki bangunan dengan ukuran, rancang bangun,

konstruksi, dan tata letak yang secara umum telah memadai sesuai dengan

persyaratan CPOB. Hal ini dilakukan dalam rangka menunjang pelaksanaan kerja,

pembersihan, dan pemeliharaannya. Rancang bangun dan tata letak ruang

produksi PT. Kalbe Farma, Tbk. dibagi menjadi beberapa kelompok sehingga

kegiatan-kegiatan dapat berlangsung tanpa harus berhubungan dengan daerah

luar. Ruang ganti pakaian berhubungan langsung dengan area produksi dan

dipisahkan oleh pintu yang hanya dapat diakses dengan menggunakan kartu akses

karyawan. Pergerakan barang dan manusia diatur dalam lalu lintas yang berbeda

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

37

untuk mencegah kemungkinan terjadinya kontaminasi silang. Penghubung antar

ruang atau kelas yang berbeda adalah ruang buffer atau ruang antara, sedangkan

untuk barang digunakan penghubung berupa kotak penghubung (pass box).

Khusus perpindahan antara grey area dengan white area terdapat air lock yang

dilengkapi air shower. Setiap ruang produksi memiliki koridor sebagai lalu lintas

umum karyawan atau bahan. Pada area produksi terdapat ruang staging yang

digunakan sebagai tempat penyimpanan kemasan dan bahan baku. Selain itu,

terdapat pula ruang work in process (WIP) untuk staging produk ruahan dan

produk antara.

Desain pada permukaan lantai, dinding, langit-langit, dan pintu dibuat

sedemikian rupa adar kedap air, tidak terdapat sambungan, dan mudah untuk

dibersihkan. Permukaan lantai ruang produksi menggunakan beton yang dilapisi

epoksi, sudut-sudut ruangan dibuat melengkung, sambungan dilapisi oleh silicon

rubber, dinding dan langitlangitnya dilapisi cat minyak. Penutup fitting lampu,

titik ventilasi, dan instalasi lainnya dibuat rata dengan langit-langit sehingga

meminimalkan adanya celah yang dapat menahan debu. Sarana-sarana penunjang

produksi, seperti Heating, Ventilating, and Air Conditioning (HVAC), pipa

saluran air, Air Handling Unit (AHU), kabel listrik diletakkan di ruangan khusus

di antara setiap lantai ruangan produksi yang disebut mezzanine. Beberapa

ruangan juga dilengkapi dengan pengumpul debu (dust collector) untuk

mengendalikan jumlah partikel sesuai dengan kelas ruangan masing-masing.

Bangunan pada PT. Kalbe Farma, Tbk. menerapkan sistem line (jalur

produksi). Satu line mencakup semua tahap pengolahan sampai dengan

pengemasan produk sehingga kontaminasi silang dapat dihindari. Ruang produksi

di PT. Kalbe Farma, Tbk. diklasifikasikan sesuai dengan ASEAN GMP, yaitu

kelas I dan II (white area), kelas III (grey area), dan kelas IV (black area).

Apabila dikaitkan dengan CPOB, kelas black area merupakan kelas E, kelas grey

area merupakan kelas C (untuk produksi steril), D (untuk produksi non-steril),

dan kelas white area merupakan kelas A, B (produksi steril). Sebagai penghubung

antara kelas ruangan yang satu dengan yang lain disediakan ruang antara atau

ruang buffer dan loker karyawan. Setiap kelas ruangan memiliki persyaratan

jumlah partikel dan jumlah mikroba tertentu, serta tekanan udara yang berbeda

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

38

untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang. Pengaturan perbedaan tekanan

udara ini dilakukan dengan membedakan volume udara yang dimasukkan ke

dalam ruangan oleh AHU. White area memiliki tekanan udara paling tinggi dan

black area memiliki tekanan udara yang paling rendah, sedangkan tekanan udara

di grey area berada diantaranya.

Black area ditandai dengan lantai yang dicat epoksi berwarna hijau dan

dinding yang dicat minyak berwarna kuning muda. Area ini meliputi ruang

penanggung jawab line produksi, ruang pengemasan sekunder, dan ruang ganti

pakaian untuk menuju grey area. Grey area memiliki lantai berwarna biru tua dan

dinding berwarna kuning muda. Area ini meliputi daerah-daerah yang

berhubungan langsung dengan proses produksi, seperti gudang timbang, koridor

penghubung gudang timbang dengan ruang proses produksi, ruang proses

produksi, ruang pengemasan primer, serta ruang penyangga atau buffer. Lantai

white area berwarna biru muda dengan dinding berwarna kuning muda. Area ini

khusus memproduksi sediaan steril, meliputi ruang penyangga, ruang ganti

pakaian, ruang penyemprot udara (air shower), dan ruang pengisian (filling). Pada

area ini dilengkapi pula penyaring HEPA yang dapat menyaring udara yang

masuk ke dalam ruangan sehingga dapat membatasi jumlah dan ukuran partikel,

serta jumlah bakteri yang ada di ruangan tersebut.

Gudang bahan baku dan wadah, gudang kemas, dan gudang produk jadi

disusun sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam penyimpanan dan

penelusuran barang. Penyimpanan barang yang baru datang, karantina, atau

barang ditolak diletakkan terpisah. Gudang penyimpanan bahanbahan mudah

terbakar atau mudah meledak diletakkan terpisah. Selain itu, juga terdapat sarana

gudang dengan kondisi khusus, yaitu suhu dan kelembaban ruangan yang

terkendali, misalnya penyimpanan pada suhu 2-8OC.

4.4 Peralatan

Peralatan yang digunakan untuk produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk.

memiliki rancang-bangun dan konstruksi yang kuat, ukuran yang memadai, serta

ditempatkan pada posisi yang tepat. Masing-masing alat diberi penandaan agar

memudahkan dalam identifikasinya. Pemasangan dan penempatan peralatan diatur

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

39

sedemikian rupa sehingga proses produksi dapat berjalan secara efektif dan

efisien. Bahan yang digunakan untuk peralatan selama proses produksi sebagian

besar adalah baja tahan karat (stainless steel). Peralatan yang digunakan selalu

dirawat secara berkala agar tetap berfungsi dengan baik dan konsisten serta

mencegah terjadinya pencemaran yang dapat merubah identitas dan mutu atau

kemurnian produk.

Peralatan yang digunakan pada tiap line produksi disesuaikan dengan

produk yang dihasilkan dan ukuran bets dari masing-masing produk. Penempatan

peralatan produksi dilakukan mengikuti alur proses kerja sehingga produksi dapat

dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Pemisahan peralatan dilakukan untuk

menghindari kontaminasi silang antara produk satu dengan produk yang lain.

Pencegahan terhadap kontaminasi debu yang dihasilkan pada saat proses produksi

dilakukan dengan menggunakan pengumpul debu. Peralatan juga diberi

penandaan status penggunaan alat tersebut untuk menghindari kesalahan

penggunaan alat.

Tiap mesin diletakkan dalam ruang sesuai dengan proses yang sedang

berlangsung. Bila terdapat lebih dari satu alat dalam satu ruangan maka peralatan

diletakkan tidak berdekatan agar proses kerja dilakukan dengan leluasa dan

mencegah terjadinya kontaminasi silang dan pencampuran antar bahan maupun

produk ruahan.

Keakuratan peralatan selalu dijaga dengan melakukan validasi, kalibrasi,

dan kualifikasi secara teratur oleh Departemen Pemastian Mutu bekerja sama

dengan lembaga metrologi setempat. Peralatan dan mesin baru harus melalui

tahapan kualifikasi terlebih dahulu, yaitu kualifikasi instalasi, kualifikasi operasi

dan kualifikasi kinerja. Pada peralatan lama dilakukan kualifikasi secara periodik,

yaitu setiap 3 tahun. Kalibrasi dilakukan pada periode tertentu yang sudah

ditetapkan dan tercatat dalam Jadwal Kalibrasi Alat. Kalibrasi dilakukan terhadap

peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, dan menguji. Sertifikat

Penerimaan dikeluarkan untuk mesin yang telah melewati tahapan-tahapan

tersebut dan menyatakan bahwa mesin tersebut telah memenuhi syarat.

Pemeliharaan peralatan menjadi tanggung jawab Departemen Produksi

dan Departemen Teknik, yaitu Bagian Perencanaan Perawatan. Bagian ini

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

40

melakukan perawatan pencegahan yang meliputi pengecekan, penggantian

bagian-bagian dari mesin yang rusak, pembersihan, dan lubrikasi mesin secara

periodik. Kegiatan perawatan dan pencegahan dilakukan dengan

mempertimbangkan jadwal produksi sehingga tidak mengganggu jalannya proses

produksi. Umumnya kegiatan ini dilakukan setiap bulan.

4.5 Sanitasi dan Higiene

Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi harus dijaga pada setiap aspek

pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene, meliputi personalia,

bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan hal-

hal lainnya yang dapat menjadi sumber pencemaran produk. Oleh karena itu,

diperlukan suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu.

Prosedur sanitasi dan hygiene harus divalidasi, serta dievaluasi secara berkala

untuk selalu memastikan bahwa hasilnya efektif dan memenuhi persyaratan.

Setiap personil PT. Kalbe Farma, Tbk. harus menjalani pemeriksaan

kesehatan, baik sebelum diterima menjadi karyawan maupun selama bekerja.

Karyawan yang bertugas sebagai pemeriksa visual diharuskan menjalani

pemeriksaan mata secara berkala untuk memastikan fungsi mata masih bekerja

secara optimal. Tiap karyawan yang mengidap suatu penyakit yang dapat

merugikan kualitas produk dilarang menangani bahan baku, bahan pengemas,

bahan yang sedang dalam proses, dan obat jadi sampai karyawan tersebut

dinyatakan telah sembuh.

Setiap personil tidak diperbolehkan makan dan merokok di dalam gedung

produksi maupun kantor, khususnya di daerah yang berhubungan dengan produk,

seperti daerah produksi dan gudang. Toilet, tempat cuci tangan, kotak P3K, dan

ruang minum (pantry) yang terpisah dari ruang kerja dan ruang produksi. Hal ini

merupakan salah satu bentuk sarana penunjang pelaksanaan sanitasi dan higiene.

Kantin dan koperasi ditempatkan dalam lokasi yang strategis, namun tidak

berhubungan langsung dengan kantor maupun area produksi.

Pada setiap grey area bagian produksi terdapat ruang pencucian untuk

mencuci alat-alat yang telah selesai digunakan untuk proses produksi. Sanitasi

line 5 dilakukan setiap akan menggunakan peralatan. Sanitasi ruangan line 5

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

41

dengan cara dilakukan fogging 1 bulan sekali. Sedangkan peralatan pada line 6,

ada yang disterilisasi, tidak hanya disanitasi. Sanitasi di ruangan line 6 dilakukan

setiap 24 jam sekali dengan cara fogging selama 4 jam. Sanitasi peralatan

dilakukan setiap terjadi pergantian jenis produk. Pembersihan rutin juga dilakukan

pada alat yang sudah lama tidak digunakan. Peralatan yang dapat dipindahkan

dicuci di ruang pencucian pada grey area, sedangkan peralatan yang tidak dapat

dipindahkan dicuci di ruangan tempat peralatan tersebut berada. Ruangan tersebut

telah dilengkapi dengan saluran khusus untuk pembuangan limbah dari pencucian

alat. Pembersihan alat dan mesin tersebut dilakukan berdasarkan prosedur tetap

yang telah ditetapkan oleh Pemastian Mutu.

Semua ruang di line produksi memiliki status tertentu yang diwujudkan

dalam bentuk tulisan yang ditempelkan pada pintu ruangan, meliputi label

”TELAH DIBERSIHKAN”, ”SEDANG PROSES”, atau ”UNTUK

DIBERSIHKAN”. Hanya ruang dengan label ”TELAH DIBERSIHKAN” yang

dapat digunakan untuk proses produksi. Sedangkan, label untuk alat/mesin

meliputi label ”SIAP PAKAI”, ”SEDANG PROSES”, ”UNTUK

DIBERSIHKAN”, atau ”SEDANG RUSAK”. Hanya alat berlabel ”SIAP

PAKAI” saja yang dapat digunakan untuk proses produksi.

Pada black area pakaian yang digunakan terdiri dari baju dan celana

berwarna putih yang dilengkapi dengan penutup kepala dan sandal karet. Untuk

masuk ke grey area ataupun white area, karyawan melalui ruang penyangga di

mana tekanan udara di ruang buffer lebih kecil daripada ruang produksi sehingga

mencegah adanya kontaminasi. Perlengkapan yang digunakan selama berada di

grey area berupa baju terusan yang dilengkapi dengan penutup kepala yang

dirangkap pada baju black area, masker, dan sepatu khusus dengan bagian depan

tertutup atau menggunakan penutup sepatu (shoes cover). Sarung tangan

digunakan jika bersentuhan langsung dengan produk, sedangkan penutup telinga

digunakan untuk operator yang bekerja dengan mesin-mesin yang mengeluarkan

bunyi bising. Khusus grey area pada line 6 baju terusan yang digunakan berwarna

merah muda, sedangkan pada line lainnya berwarna putih. Pada white area, hanya

karyawan yang sudah terkualifikasi yang boleh masuk ke area ini. Pada saat

memasuki white area, baju grey area dilepas, diganti dengan baju white area

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

42

yaitu baju terusan bebas serat dengan penutup kepala, sarung tangan, masker,

penutup mata, dan sepatu khusus. Pakaian kotor disimpan terpisah dalam wadah

tertutup dan dicuci secara berkala dua kali dalam seminggu. Peraturan ini berlaku

untuk semua orang, termasuk pimpinan dan tamu pabrik.

4.6 Produksi

Departemen Produksi bertanggung jawab untuk memproduksi produk sesuai

dengan target dan JPB (Jadwal Produksi Bulanan) yang ditetapkan bersama

dengan Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan. Proses

produksi dilaksanakan berdasarkan Prosedur Pengolahan Induk (PPI) yang

disusun oleh R&D dan Process Development, yang dikeluarkan oleh Departemen

Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan. Formula dan proses yang

digunakan telah tervalidasi melalui beberapa tahap, seperti percobaan pada skala

laboratorium dan produksi, pravalidasi, dan validasi. Penggunaan PPI bertujuan

untuk memberikan jaminan bahwa produk senantiasa dibuat melalui prosedur

yang tetap dan tervalidasi sehingga kualitas produk selalu terjaga. Selain itu,

penggunaan PPI juga ditujukan untuk memudahkan penelusuran pada proses

produksinya jika ditemukan masalah pada suatu produk. Semua proses produksi

dikerjakan sesuai dengan PPI dan bila ada perubahan dalam proses dilaporkan

dalam Deviation Report (DR) di dalam Catatan Produksi Bets (CPB). Untuk

produk yang telah rilis, pengolahan ulang produk dilakukan melalui pengajuan

Formulir Usulan Pengolahan Ulang (FUPU) dengan persetujuan dari QA.

Pencegahan terjadinya pencemaran silang dan pencampuran bahan

diupayakan melalui pembagian proses produksi dalam line produksi. Proses

dikerjakan dalam ruang yang terpisah sesuai dengan tahapan proses dan terdapat

ruang penyangga di antara kelas yang berbeda. Setiap line produksi mempunyai

ruang timbang yang terpisah. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pencemaran

di ruang timbang. Setiap line juga dilengkapi dengan AHU, pengumpul debu, dan

pengaturan tekanan dalam upaya pencegahan pencemaran, baik kimia maupun

mikroba. Selain itu, terdapat persyaratan penggunaan pakaian yang berbeda-beda

pada tiap kelas.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

43

Kontrol selama proses oleh bagian produksi dilakukan untuk menjamin

kualitas produk. Kontrol ini dilakukan melalui pemeriksaan terhadap parameter-

parameter kritis kualitas produk. Laboratorium kontrol selama proses terletak di

setiap line produksi dan dilengkapi dengan alat penguji semua sediaan yang

diproduksi. Kontrol selama proses bertujuan mendeteksi langsung penyimpangan

yang terjadi sehingga solusi dapat segera diupayakan. Kontrol proses ini

mengikuti Prosedur Pengolahan Induk (PPI), meliputi jenis uji yang dilakukan,

banyaknya sampel yang diambil, frekuensi pengambilan sampel, titik-titik

pengambilan sampel, dan batas-batas yang masih memenuhi syarat untuk setiap

spesifikasi uji yang dilakukan. Pengawasan mutu produk antara dan produk jadi

juga dilakukan oleh Departemen Pengawasan Mutu. Produk antara boleh di kemas

hanya jika sudah dinyatakan memenuhi persyaratan dan dirilis oleh Departemen

Pengawasan Mutu.

Pada proses pengemasan produk PT. Kalbe Farma, Tbk. dapat dilakukan

secara manual maupun otomatis. Hal ini disesuaikan dengan mesin yang

digunakan pada masing-masing line produksi. Setelah produk dikemas, kemudian

dilakukan pemeriksaan oleh Bagian Penjaminan Mutu untuk menentukan apakah

produk dapat dirilis atau tidak. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan hasil bahwa

produk tidak dapat dirilis, akan dilakukan tindakan lebih lanjut, baik berupa

pengolahan ulang, rilis dengan perubahan spesifikasi, ataupun pemusnahan.

Pengolahan ulang untuk produk yang belum dirilis bisa dilakukan bila ada

pengajuan Deviation Report yang disetujui oleh Departemen Produksi, R&D, dan

Pemastian Mutu. Pengolahan ulang produk yang telah rilis dilakukan melalui

pengajuan Formulir Usulan Pengolahan Ulang dengan persetujuan dari

Departemen Pemastian Mutu.

Produk jadi, baik yang dalam status karantina maupun rilis, disimpan di

gudang obat jadi yang terhubung langsung dari ruang produksi sesuai dengan

kondisi penyimpanan yang tertera pada label klaim. Contoh pertinggal (retained

sample) dan PPI dikirim ke bagian Evaluasi Catatan Bets.

Apoteker memegang peranan penting dalam proses produksi. Seorang

apoteker yang menjadi manajer produksi bertanggung jawab terhadap pelaksanaan

pembuatan obat. Obat dibuat sesuai Cara Pembuatan Obat yang Baik dan

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

44

memenuhi spesifikasi kualitas yang ditetapkan dalam batas waktu dan biaya yang

telah ditentukan. Apoteker yang menjadi supervisor produksi akan mengatur dan

memastikan obat dibuat menurut prosedur pembuatan yang telah ditentukan dan

sesuai jadwal; memeriksa catatan pengolahan batch telah diisi dengan benar; serta

membimbing karyawan dalam bidang teknis dan mengatur ketertiban atau disiplin

karyawan.

4.7 Pengawasan Mutu

Pelaksanaa pengawasan mutu di PT. Kalbe Farma, Tbk. dilakukan oleh

bagian Pengawasan Mutu (QC) yang berada di bawah departemen Quality

Operation (QO). Pengawasan mutu bertujuan untuk memastikan bahwa tiap obat

yang dibuat senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang sesuai dengan tujuan

penggunaannya. Sesuai dengan yang tertera pada CPOB pula, bagian ini

sebaiknya independen dan terpisah dari produksi.

Tugas utama bagian pengawasan Mutu adalah mengontrol kualitas dari

bahan awal (bahan baku dan bahan kemas) sejak masuk ke gudang hingga

menjadi produk jadi yang siap dipasarkan. Pemeriksaan di bagian Pengawasan

Mutu meliputi pemeriksaan bahan baku, produk ruahan, produk jadi, dan bahan

kemas. Pemeriksaan yang dilakukan berupa pemeriksaan fisik, kimia, dan

mikrobiologi. Bagian ini bertanggung jawab dalam menganalisa semua bahan

baku dan produk jadi menggunakan metode analisis yang telah disusun oleh

bagian Analytical Development, departemen R&D. Selain itu, bagian Pengawasan

Mutu juga melakukan pemeriksaan bahan kemas dan wadah menggunakan

metode analisis tertentu yang ditetapkan oleh bagian Packaging Development.

Kalibrasi peralatan dan validasi metode analisis dilakukan sesuai jadwal

untuk menjamin agar peralatan dan metode analisa yang digunakan memberikan

hasil pengukuran yang tepat. Peralatan yang digunakan untuk analisis selalu

dalam keadaan terkalibrasi. Jika ada alat yang belum dikalibrasi, alat tersebut

tidak boleh digunakan. Pada setiap alat ditempel label yang menandakan kondisi

alat, tanggal kalibrasi terakhir, dan tanggal kalibrasi selanjutnya. Dengan adanya

label tersebut, dapat dicegah penggunaan alat yang tidak terkalibrasi. Prosedur

Tetap (protap) disediakan untuk semua alat di Laboratorium Pengawasan Mutu

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

45

dan diletakkan di dekat alat untuk memudahkan operator atau personel lain dalam

menggunakan alat yang bersangkutan.

Alat pelindung diri (APD) disediakan untuk keselamatan personil, seperti

masker, kaca mata pelindung, sarung tangan, dan pembasuh mata. Baku

pembanding disimpan dalam kondisi yang sesuai. Pada wadahnya terdapat label

informasi mengenai nama zat, nama penyalur, kadar, tanggal bahan datang, dan

jenis stok. Hal ini telah sesuai dengan aturan CPOB.

Ruang laboratorium untuk pemeriksaan di bagian Pengawasan Mutu telah

sesuai dengan aturan CPOB, seperti persyaratan spesifikasi ruangan, desain

ruangan, dan tempat pembuangan limbah. Laboratorium memiliki letak yang

terpisah dengan ruang produksi. Ruang laboratorium mikrobiologi juga terpisah

dari ruang laboratorium lainnya. Pada laboratorium ini disediakan peralatan yang

ditujukan untuk pengujian mutu obat.

4.8. Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Audit & Persetujuan Pemasok

Untuk menilai kesesuaian seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu

dalam industri farmasi dengan ketentuan CPOB serta mengevaluasi dan

menentukan tindakan apa yang harus diambil sebagai langkah korektif jika terjadi

suatu penyimpangan, maka diperlukan adanya langkah mandiri dari industri

tersebut, yaitu dengan melaksanakan inspeksi diri dan audit mutu. CPOB

mensyaratkan agar kegiatan ini dilakukan secara teratur.

PT. Kalbe Farma, Tbk. telah melaksanakan program inspeksi diri melalui

Departemen Pemastian Mutu. Inspeksi tersebut mencakup kesesuaian dengan

sistem atau regulasi yang berlaku dan penilaian aspek produksi melalui inspeksi

proses yang dilakukan secara berkala. Pelaksanaan inspeksi diri di PT. Kalbe

Farma, Tbk. diwujudkan dalam bentuk audit internal yang dilakukan secara rutin.

Audit internal dilakukan dua kali dalam setahun oleh suatu tim internal PT. Kalbe

Farma, Tbk. yang telah terlatih dan tersertifikasi. Pelaporannya meliputi hasil

audit, penilaian dan kesimpulan, serta usulan tindakan perbaikan. Berdasarkan

laporan audit, manajemen perusahaan akan mengevaluasi dan mengambil

tindakan perbaikan yang diperlukan.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

46

Audit eksternal dilakukan oleh auditor dari Badan Sertifikasi Nasional

yang menilai kelayakan penerapan ISO 9001. Saat ini, PT. Kalbe Farma, Tbk.

telah berhasil melakukan resertifikasi ISO 9001 sekaligus memperoleh sertifikasi

ISO 14001 dan OHSAS 18001/SMK3 yang merupakan sertifikasi terhadap

system manajemen lingkungan dan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan

kerja. Sertifikat lain yang dimiliki adalah sertifikat CPOB. Inspeksi mendadak

oleh Badan POM dapat dilakukan sewaktu-waktu dalam rangka memberikan

bimbingan dan pengawasan terhadap pelaksanaan CPOB. Namun, inspeksi sendiri

dapat dilakukan internal PT. Kalbe Farma, Tbk. Hasil audit disusun dalam

rangkuman audit yang memuat usulan mengenai langkah-langkah/ tindakan

perbaikan.

Bahan awal dan bahan pengemas di PT. Kalbe Farma, Tbk. berasal dari

pemasok yang memenuhi spesifikasi dan telah disetujui oleh bagian Pemastian

Mutu. Pemasok yang telah lulus penilaian atau evaluasi akan disetujui. Evaluasi

ini mempertimbangkan riwayat pemasok dan sifat bahan yang dipasok.

4.9 Penanganan Keluhan terhadap Produk dan Penarikan Kembali

Produk dan Produk Kembalian

Keluhan dapat menyangkut mutu produk, efek samping yang merugikan,

atau masalah efek terapetik dan dapaat berasal dari dalam maupun luar

perusahaan. Keluhan dari dalam perusahaan dapat berasal dari semua pihak yang

berkaitan dengan kegiatan manufaktur, sedangkan keluhan dari luar dapat berasal

dari distributor, dokter, pasien, apoteker, rumah sakit/klinik, dan pemerintah.

Keluhan dapat disampaikan secara lisan maupun tulisan melalui bagian

pemasaran. Laporan sebaiknya disampaikan dengan menyertakan contoh yang

dikeluhkan. Setiap keluhan dicatat dalam Formulir Keluhan Pelanggan (FKP) atau

Surat Keluhan Pelanggan (SKP) yang kemudian dikirim ke bagian

Pascapemasaran. FKP berisi keterangan antara lain: tanggal penerimaan, nama

dan alamat pengirim, produk yang dikeluhkan (nama produk dan nomor bets)

serta isi keluhan. Bagian ini menangani keluhan dengan cara melihat batch record

dan pengujian terhadap contoh pertinggal akan dilakukan apabila diperlukan.

Catatan tertulis mengenai semua keluhan dibuat dan ditangani oleh bagian yang

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

47

terkait sesuai dengan jenis keluhan yang diterima. Misalnya keluhan menyangkut

mutu ditangani oleh bagian Pengawasan Mutu, sedangkan keluhan dan laporan

mengenai efek samping dan reaksi obat ditangani oleh bagian medis di bagian

pemasaran. Atas dasar hasil evaluasi dan penelitian terhadap keluhan yang ada,

bagian Pascapemasaran membuat jawaban atas keluhan dan bila perlu meminta

saran dari pihak terkait. Tindak lanjut yang dilakukan adalah tindakan

perbaikan/pencegahan atau bila ternyata keluhan yang dikirimkan dapat

merugikan pelanggan bisa dilakukan penarikan kembali. Hasil evaluasi dan tindak

lanjut yang dilakukan kemudian dilaporkan kepada bagian terkait dalam

perusahaan antara lain: Bagian Pemasaran, Bagian Pengawasan Mutu, Bagian

Produksi dan direksi.

Penarikan kembali obat dapat berupa penarikan kembali satu atau lebih bets

atau seluruh obat jadi tertentu. Penarikan kembali produk bisa dilakukan sebagai

tindak lanjut dari evaluasi terhadap adanya keluhan. Penarikan berdasarkan

evaluasi dilakukan bila produk tidak memenuhi persyaratan mutu atau atas dasar

pertimbangan efek samping. Selain itu, penarikan kembali produk bisa terjadi

karena adanya Surat Perintah Penarikan Produk yang dikeluarkan oleh Badan

POM (SPPP BPOM). Dengan adanya SPPP BPOM maka perlu dilakukan

evaluasi terhadap contoh pertinggal (retained sample) sesuai nomor bets yang

dimaksud. Jika hasil evaluasi sesuai dengan SPPP BPOM, bagian Pengawasan

Mutu akan menindaklanjuti pelaksanaan penarikan yaitu pembuatan SPPP ke

pelanggan yang dilakukan dalam waktu satu minggu. Setelah penarikan produk,

dilakukan tindak lanjut berupa pemusnahan ataupun pengerjaan ulang. Selain itu

perlu dibuat laporan penarikan produk yang ditujukan ke Badan POM. Penarikan

produk dari produsen dilakukan dengan prosedur yang sama dengan penarikan

karena adanya SPPP BPOM. Pemusnahan produk hasil penarikan dilaksanakan

dengan memakai jasa pihak dari luar PT. Kalbe Farma, Tbk.

Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian

dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluwarsa,

atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat menimbulkan

keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang bersangkutan.

Produk obat yang dikembalikan akan diganti oleh PT. Kalbe Farma, Tbk. Jika

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

48

setelah dilaksanakan evaluasi ternyata kerusakan tersebut diakibatkan oleh

kesalahan dari pihak perusahaan atau produk yang dikembalikan belum melewati

batas waktu pengembalian yang telah ditetapkan yaitu 1 bulan sebelum atau 4

bulan setelah tanggal kadaluwarsa. Selain itu semua produk kembalian harus

masih berada dalam kemasan aslinya. Semua obat kembalian tersebut akan

dikarantina di gudang obat jadi sambil menunggu hasil evaluasi dari

pascapemasaran untuk menentukan apakah obat kembalian tersebut dapat

dikembalikan ke persediaan gudang, dikemas ulang, diolah ulang, atau ditolak.

Obat kembalian yang ditolak mendapatkan tanda ditolak berdasarkan surat

penolakan oleh bagian pengawasan mutu. Pemusnahannya tidak dilakukan sendiri

oleh PT. Kalbe Farma, Tbk, tetapi melibatkan pihak dari luar.

4.10 Dokumentasi

Dokumentasi adalah aspek esensial dalam industri farmasi dalam rangka

memenuhi persyaratan CPOB. PT. Kalbe Farma, Tbk membagi dokumentasi

menjadi empat tingkatan yaitu manual perusahaan, prosedur perusahaan, dokumen

pendukung, dan rekaman perusahaan. Dokumentasi di PT. Kalbe Farma, Tbk

dibuat dan disusun oleh departemen yang berkaitan dengan jenis dokumen yang

dibuat. Dokumentasi seperti spesifikasi dan metode analisa pemeriksaan bahan

atau produk disusun oleh Departemen R&D bagian Analytical Development,

sedangkan dokumen hasil pemeriksaan mutu dibuat oleh Departemen Pengawasan

Mutu (QC). Dokumen formula, prosedur, metode, dan instruksi dalam proses

produksi disusun oleh bagian Departemen R&D dalam bentuk PPI. Pelaksanaan

proses produksi didokumentasikan oleh departemen produksi yang ditulis dalam

PPI yang telah disediakan. Dokumen pelaksanaan produksi akan diperiksa oleh

bagian Penjaminan Mutu (QA) dan rekaman bets akan ditangani oleh bagian

Pemastian Mutu (QA) dalam bentuk Catatan Pengolahan Bets (CPB). Dokumen

rekaman bets ini harus disimpan minimal 1 tahun setelah waktu kadaluarsa

produk jadi.

Penataan dokumen secara sistematis telah dilakukan oleh PT. Kalbe

Farma, Tbk. Penataan ini dilakukan untuk memudahkan dalam pencarian

dokumen. Penataan dan pengelolaan dokumen dilakukan oleh Departemen

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

49

Quality System (QS) dan juga oleh departemen lain yang terkait. Di samping

sistem dokumen secara manual, PT. Kalbe Farma, Tbk. juga menggunakan system

dokumen yang dibangun dalam suatu sistem jaringan komputer yang terintegrasi

antarbagian sehingga mudah diakses oleh masing-masing bagian yang

membutuhkan. Sistem dokumentasi ini dinamakan Oracle.

Oleh karena banyaknya dokumen dan keterbatasan tempat, PT. Kalbe

Farma, Tbk. menggunakan jasa eksternal dokumentasi PT. Arsip Geoservis

Indonesia (AGI). Bila suatu saat dibutuhkan, dokumen dapat dipanggil

berdasarkan nomor kotak dan nomor bets. Waktu pengiriman yang diperlukan

juga tidak terlalu lama. Bila pemanggilan dilakukan pada pagi hari, maka di siang

harinya dokumen yang diperlukan tersebut sudah datang.

4.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak

Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dilakukan secara benar,

disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat

menyebabkan pekerjaan atau produk yang dihasilkan tidak memiliki mutu yang

memuaskan. Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak harus

dibuat secara jelas untuk menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-

masing pihak.

Dalam pelaksanaannya, PT. Kalbe Farma, Tbk. bertindak baik sebagai

Pemberi Kontrak dalam produksi tol keluar maupun Penerima Kontrak dalam

produksi tol masuk. Pelaksanaan tol masuk dan tol keluar bergantung pada

kontrak pemanufakturan, misalnya kontrak dimana pabrik lain memberikan

produk ruahan dan PT. Kalbe Farma, Tbk. hanya memproses tahap

pengemasannya atau kontrak yang menyangkut proses awal higga akhir produksi.

Begitu pula halnya dengan tol keluar dari PT. Kalbe Farma, Tbk. ke pabrik lain.

Sebelum melakukan tol keluar, PT. Kalbe Farma, Tbk. terlebih dahulu

melakukan seleksi rekanan tol keluar. Tujuan dari seleksi ini adalah agar produk

tol keluar yang dihasilkan memenuhi persyaratan kualitas PT. Kalbe Farma, Tbk.

Tahapan seleksi ini dimulai dari pengajuan rekanan tol keluar ke Manager

Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan yang selanjutnya

diteruskan ke Manajer Departemen Pemastian Mutu untuk dilakukan audit. Untuk

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

50

memantau kualitas produk yang dihasilkan oleh rekanan tol keluar maka

dilakukan Audit Rekanan tol keluar secara berkala.

Audit merupakan syarat kerjasama untuk perusahaan yang akan menerima

tol keluar PT. Kalbe Farma, Tbk. Audit dilaksanakan dua tahun sekali bila

diperlukan. Evaluasi prestasi rekanan tol keluar pemanufakturan dilakukan setiap

enam bulan sekali agar dapat mengevaluasi kinerja rekanan sesuai dengan

keinginan perusahaan. Evaluasi ini meliputi penyerahan, penyimpangan kualitas

dan kelengkapan dokumen.

4.12 Kualifikasi dan Validasi

Kualifikasi dan validasi di PT. Kalbe Farma, Tbk dikoordinasi oleh bagian

Pemastian Mutu (QA). Kualifikasi yang dilakukan oleh PT. Kalbe Farma, Tbk.

meliputi kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional dan

kualifikasi kinerja. Keempat kualifikasi tersebut dilaksanakan terhadap instrument

baru pada periode tertentu yang sudah ditetapkan yaitu 3 tahun. Pelaksanaan

kualifikasi tersebut dicatat dan didokumentasikan dalam jadwal kualifikasi alat.

Pelaksanaan kualifikasi mengacu pada prosedur perusahaan pada periode minimal

3 tahun sekali, sedangkan kalibrasi dilakukan 6 bulan sekali bila tidak ada

perubahan signifikan. Kalibrasi dan kualifikasi dapat dilaksanakan di luar jadwal,

yaitu jika diperkirakan terdapat masalah dengan alat.

Dalam melaksanakan validasi, perusahaan mengacu pada Rencana Induk

Validasi (RIV). RIV merupakan dokumen yang merangkum filosofi perusahaan

secara keseluruhan dan pendekatan yang digunakan untuk mengembangkan

kinerja yang baik. Secara garis besar, organisasi validasi terdiri dari tim pengkaji

dan tim pelaksana. Tim pengkaji terdiri dari manajer Departemen R&D, Produksi,

Pemastian Mutu/ Pengawasan Mutu dan Teknik. Sedangkan, tim pelaksana terdiri

dari pengawas, pelaksana, operator, teknisi dan analis dari setiap departemen.

Validasi yang dilakukan di PT. Kalbe Farma, Tbk. meliputi validasi proses,

validasi fasilitas dan sarana penunjang, validasi pembersihan serta validasi

komputer. Pelaksanaan validasi sesuai dengan urutan prioritas yang tercantum

dalam analisis risiko. Jika terdapat pertimbangan tertentu, seperti terjadinya

penyimpangan signifikan yang harus segera ditindaklanjuti, pelaksanaan validasi

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

51

dapat tidak sesuai dengan analisis risiko. Validasi pembersihan dilakukan

terhadap mesin atau peralatan setelah digunakan untuk proses produksi produk

tertentu atau pengambilan sampel bahan baku tertentu yang ditentukan

berdasarkan analisis resiko. Tiap line produksi memiliki berbagai macam

mesin/alat yang dipakai untuk memproduksi berbagai macam produk dengan

spesifikasi yang berbeda, sehingga terdapat kemungkinan

terjadinya satu mesin digunakan untuk lebih dari satu macam produk. Analisis

risiko dalam menentukan skala prioritas produk diperlukan dalam melaksanakan

validasi pembersihan ini. Validasi fasilitas dan sistem penunjang dilakukan

terhadap sistem pemanas, ventilasi dan pendingin udara, sistem air, system

kompresi udara, sistem pengumpul debu, sistem gas, sistem pabrik, listrik,

fasilitas dan peralatan.

Untuk memperoleh status valid, suatu proses harus secara konsisten

memenuhi spesifikasi pada semua tahap melalui prosedur yang telah ditetapkan

pada sedikitnya tiga kali pengujian berturut-turut. Jika terjadi modifikasi ataupun

perubahan pada proses, sistem, dan peralatan yang digunakan, revalidasi perlu

dilakukan. Validasi proses harus dapat membuktikan kelayakan suatu proses pada

skala produksi untuk menjamin konsistensi kualitas produk. Validasi proses

terhadap produk-produk baru, dilaksanakan setelah diperoleh formula yang

optimal hasil pra-validasi oleh Departemen Research dan Development. Validasi

proses terbagi menjadi empat macam, yaitu validasi prospektif, validasi konkuren,

validasi retrospektif dan validasi ulang.

Validasi prospektif merupakan validasi yang dilakukan terhadap proses

pembuatan produk baru. Pada proses pembuatan produk baru dapat mengalami

perubahan yang dapat berakibat terhadap karakteristik produk sebelum produk

tersebut didistribusikan atau dipasarkan. Perubahan yang terjadi ini dipantau

selama proses validasi prospektif. Validasi prospektif menyajikan bukti

terdokumentasi bahwa suatu proses, prosedur, kegiatan, sistem, peralatan atau

mekanisme yang digunakan dalam pembuatan obat sesuai dengan tujuannya.

Validasi konkuren merupakan validasi yang dilakukan sambil melakukan

produksi rutin untuk dijual. Jika ada perubahan, baik dari segi sumber bahan baku

serta mesin yang digunakan, dilakukan jenis validasi ini untuk membuktikan

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

52

ketangguhan prosesnya berdasarkan parameter validasi yang diujikan. Keputusan

untuk melakukan validasi konkuren harus didokumentasikan dan disetujui oleh

personil yang berwenang. Persyaratan dokumentasi untuk validasi konkuren

adalah sama seperti yang disebutkan dalam dokumentasi validasi prospektif.

Fasilitas, peralatan dan metode analisa yang digunakan harus sudah tervalidasi

dan terkualifikasi sebelumnya. Pada pelaksanaan validasi prospektif dan konkuren

sendiri memerlukan tiga bets yang memenuhi syarat hasil validasi secara berturut

turut.

Validasi retrospektif merupakan validasi proses pembuatan produk yang

telah dipasarkan yang dilaksanakan berdasarkan data pembuatan, pengujian dan

pengawasan data bets yang dikumpulkan. Validasi retrospektif hanya dapat

diterima untuk proses yang telah tertata dengan baik dan akan tidak sesuai ketika

telah terjadi perubahan dalam komposisi produk, prosedur operasi atau peralatan.

Validasi proses tersebut harus berdasarkan riwayat produk, yang disertai protocol

spesifik dan laporan hasil pengkajian data yang memuat kesimpulan dan suatu

rekomendasi. Jenis validasi proses ini tidak diberlakukan dalam kegiatan

penjaminan mutu di PT. Kalbe Farma, Tbk.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

53 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

5.1.1. PT. Kalbe Farma, Tbk. telah menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik

(CPOB) dalam rangkaian pembuatan obatnya, yaitu dalam aspek

manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan

higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri, audit mutu, audit dan

persetujuan pemasok, penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan

kembali produk, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak,

kualifikasi dan validasi.

5.1.2. Seorang apoteker dalam industri farmasi memiliki peranan yang penting,

yaitu sebagai kepala bagian produksi, kepala bagian pengawasan mutu dan

kepala bagian pemastian mutu. Ilmu dan keterampilan yang dimiliki

apoteker harus dibaktikan secara menyeluruh dalam pekerjaan profesinya di

suatu industri farmasi. Penerapan ilmu dan keterampilan apoteker secara

total akan meningkatkan kualitas produk obat yang dihasilkan oleh industri

farmasi semakin baik dari waktu ke waktu.

5.2. Saran

5.2.1. PT. Kalbe Farma, Tbk yang telah menerapkan sistem yang baik, terutama

dalam manajemen proses produksi, pengawasan mutu, dan pemastian

mutunya sebaiknya terus meningkatkan pengkajian dan evaluasi terhadap

efektivitas sistem yang dikelola PT. Kalbe Farma, Tbk. Dengan demikian,

kinerja setiap bagian dalam perusahaan dapat ditingkatkan lebih baik.

5.2.2. PT. Kalbe Farma, Tbk. sebaiknya terus meningkatkan pemahaman setiap

karyawannya akan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam

kaitannya dengan bidang kerjanya dan secara mendasar. Pemahaman ini

pun harus terus diperbaharui menyesuaikan dengan pembaharuan dari

lembaga regulator, yaitu Badan POM.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

54 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2012). Peraturan

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No HK.

03.1.33.12.12.8195 Tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat

yang Baik. Jakarta.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri

Farmasi. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.

PT. Kalbe Farma, Tbk. (2011). Laporan Tahunan PT. Kalbe Farma. Jakarta.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

LAMPIRAN

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

55 Universitas Indonesia

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Kalbe Farma, Tbk.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS KHUSUS

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk.

KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON JL. M. H. THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG, BEKASI

PERIODE 17 JUNI – 16 AGUSTUS 2013

PEMBUATAN LAPORAN VALIDASI PROSES SEDIAAN LIQUID (LINE 5)

AJENG ISNAINI PERMATA SARI, S.Farm. 1206329322

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK

JANUARI 2014

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

ii Universitas Indonesia

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS KHUSUS

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk.

KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON JL. M. H. THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG, BEKASI

PERIODE 17 JUNI – 16 AGUSTUS 2013

PEMBUATAN LAPORAN VALIDASI PROSES SEDIAAN LIQUID (LINE 5)

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Apoteker

AJENG ISNAINI PERMATA SARI, S.Farm. 1206329322

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK JANUARI 2014

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

iii Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... iv DAFTAR TABEL ......................................................................................... v BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1 1.2. Tujuan ....................................................................................... 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 4 2.1. Validasi ..................................................................................... 4 2.2. Kualifikasi................................................................................. 5 2.3. Protokol Validasi Proses ............................................................ 6 2.4. Laporan Validasi Proses ............................................................ 6

BAB 3. METODE PENGKAJIAN ............................................................. 8 3.1. Waktu dan Tempat Pengkajian .................................................. 8 3.2. Metode Pengumpulan Data........................................................ 8

BAB 4. PEMBAHASAN .............................................................................. 9 BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 12

5.1. Kesimpulan ............................................................................... 12 5.2. Saran ......................................................................................... 12

DAFTAR ACUAN ....................................................................................... 13

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

iv Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Contoh laporan validasi proses .......................................... 14

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

v Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Isi protokol validasi proses sediaan liquid .......................... 10

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan

untuk menunjang keberhasilan pembangunan bangsa dalam hal kesehatan. Dalam

hal ini obat-obatan merupakan salah satu faktor pendukung kesehatan. Sesuai

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan,

obat adalah salah satu sediaan farmasi yang digunakan untuk mempengaruhi atau

menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penerapan

diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan.

(Pemerintah RI, 2009)

Industri farmasi merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang

memegang peranan penting dalam penyediaan obat yang bermutu. Industri farmasi

sangat erat kaitannya dengan obat karena proses pembuatan obat hanya dapat

dilakukan oleh industri farmasi. Dalam melakukan pembuatan obat, setiap industri

farmasi wajib melaksanakan 12 aspek yang terdapat didalam CPOB serta memiliki

sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Menurut Peraturan BPOM

Nomor HK.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012 tentang penerapan pedoman cara

pembuatan obat yang baik, Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) merupakan

cara pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang

dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaan. 12 aspek yang

terdapat di dalam CPOB yaitu manajemen mutu; personalia; bangunan dan

fasilitas; peralatan; sanitasi dan higiene; produksi; pengawasan mutu; inspeksi diri,

audit mutu dan audit & persetujuan pemasok; penanganan keluhan terhadap produk

dan penarikan kembali produk; dokumentasi; pembuatan dan analisis berdasarkan

kontrak; kualifikasi dan validasi. (BPOM RI, 2012)

Pembuatan obat dilakukan oleh industri farmasi yang telah memiliki izin

dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat

sesuai dengan PERMENKES Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang

industri farmasi. Pembuatan obat yang dimaksud oleh PERMENKES Nomor

1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang industri farmasi, merupakan seluruh

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

2

tahapan kegiatan dalam menghasilkan obat, yang meliputi pengadaan bahan awal

dan bahan pengemas, produksi, pengemasan, pengawasan mutu, dan pemastian

mutu sampai diperoleh obat untuk didistribusikan. (Depkes RI, 2010)

Salah satu kegiatan yang dilaksanakan industri farmasi dalam memenuhi

CPOB adalah kegiatan kualifikasi dan validasi. CPOB mensyaratkan industri

farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti

pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan

signifikan terhadap fasilitas, perlatan, dan proses yang mempengaruhi mutu produk

seharusnya dilakukan proses validasi. (BPOM RI, 2012)

Validasi – Kualifikasi merupakan bagian CPOB yang memberikan jaminan

aspek Quality, Safety dan Efficacy, sehingga bila terdapat perubahan yang

signifikan terhadap fasilitas, maka peralatan dan proses yang dapat mempengaruhi

mutu produk dilakukan validasi. (BPOM RI, 2012)

Menurut buku Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang

Baik tahun 2009, disebutkan bahwa kegiatan validasi meliputi kualifikasi (personil,

peralatan, dan sistem), kalibrasi (instrumen dan alat ukur) dan validasi (prosedur

dan proses). Kualifikasi adalah langkah pertama dalam pelaksanaan seluruh

validasi di industri, sedangkan validasi merupakan suatu tindakan pembuktian

dengan cara yang sesuai untuk memberi kepastian bahwa semua bahan, prosedur,

kegiatan, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan

pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan. (BPOM RI, 2009)

Salah satu validasi yang dilakukan oleh PT. Kalbe Farma, Tbk. adalah

validasi proses pengolahan dan proses pengemasan primer yang merupakan

tindakan pembuktian bahwa prosedur pengolahan dan pengemasan primer yang

digunakan akan senantiasa menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan sesuai

dengan spesifikasi/ kriteria penerimaan yang dicantumkan dalam protokol validasi

proses pengolahan dan pengemasan primer. PT. Kalbe Farma, Tbk. secara

konsisten melakukan validasi ulang setiap 5 tahun sekali, namun jika terjadi

perubahan pada proses pengolahan obat seperti cara kerja atau produsen

bahan-bahan yang digunakan berbeda dari yang sebelumnya maka produk

tersebut harus segera dilakukan validasi. Hal tersebut dilakukan untuk

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

3

memastikan bahwa setiap produk yang dihasilkan memberikan khasiat dan mutu

yang konsisten.

Setiap bentuk sediaan, memiliki protokol validasi proses yang

berbeda-beda. Dalam tugas khusus ini akan dijabarkan mengenai laporan validasi

proses dari pelaksanaan protokol validasi proses sediaan liquid. Pembuatan

protokol validasi proses mengacu pada master batch (proses pengolahan induk dan

proses pengemasan induk).

1.2. Tujuan

1.2.1 Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan penyusunan laporan validasi proses sediaan liquid.

1.2.2 Memahami pelaksanaan protokol validasi proses di PT. Kalbe Farma, Tbk.

1.2.3 Menambah pengetahuan mahasiswa tentang parameter kritis dan testing

point yang terkait pada pelaksanaan validasi proses sediaan liquid.

1.2.4 Memahami pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan validasi proses.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Validasi

Validasi merupakan suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai

bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau

mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa

mencapai hasil yang diinginkan.

Di dalam buku Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik tahun 2012,

terdapat tiga pendekatan validasi, yaitu validasi prospektif, validasi retrospektif dan

validasi konkuren. Validasi proses (VP) adalah bukti terdokumentasi yang

menunjukkan bahwa proses yang dioperasikan dalam parameter yang ditetapkan

dapat terlaksana secara efektif dan reprodusibel untuk memproduksi produk antara

atau bahan aktif obat (BAO) yang memenuhi spesifikasi dan atribut mutu yang

telah ditetapkan sebelumnya. Validasi prospektif adalah pendekatan yang

diutamakan, tetapi ada pengecualian jika pendekatan lain dapat digunakan. Validasi

prospektif dilaksanakan pada proses pembuatan BAO, sebelum pelaksanaan

produksi rutin dari produk yang akan dipasarkan. Validasi retrospektif adalah

validasi dari suatu proses untuk suatu produk yang telah dipasarkan berdasarkan

akumulasi data produksi, pengujian dan pengendalian bets. Pendekatan validasi

retrospektif dapat digunakan untuk atribut mutu dan parameter proses kritis telah

diidentifikasi; kriteria penerimaan dan pengawasan selama proses telah ditetapkan

dengan tepat; tidak ada kegagalan proses/ produk bermakna yang bukan disebabkan

oleh kesalahan operator atau kegagalan peralatan yang tidak berhubungan dengan

kesesuaian peralatan dan profil impuritis BAO telah ditetapkan. Bets yang dipilih

untuk validasi retrospektif merupakan representasi untuk semua bets yang

diproduksi selama periode pengkajian, termasuk bets yang tidak memenuhi

spesifikasi dan jumlahnya cukup untuk menunjukkan konsistensi proses. Sampel

pertinggal dapat diuji untuk memperoleh data untuk memvalidasi proses secara

retrospektif. Validasi konkuren adalah validasi yang dilakukan pada saat

pembuatan rutin produk untuk dijual. Validasi konkuren dapat diterapkan jika data

dari replikasi produksi yang sudah dibuat tidak tersedia karena jumlah bets BAO

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

5

yang telah diproduksi terbatas, bets BAO yang jarang diproduksi atau bets BAO

yang diproduksi dengan proses tervalidasi yang telah dimodifikasi.

Sebelum melakukan validasi, terlebih dahulu melakukan perencanaan

kegiatan validasi dengan terperinci serta mendokumentasikan rencana kegiatan

validasi ke dalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen sementara. RIV

merupakan dokumen yang singkat, tepat dan jelas, yaitu mencakup kebijakan

validasi; struktur organisasi kegiatan validasi; ringkasan fasilitas, sistem, peralatan

dan proses yang akan divalidasi; format dokumen, format protokol dan laporan

validasi, perencanaan dan jadwal pelaksanaan; pengendalian perubahan; dan acuan

dokumen yang digunakan.

Laporan validasi mengacu kepada protokol validasi yang merangkum hasil

yang diperoleh, memberikan komentar terhadap penyimpangan yang ditemukan

dan menarik kesimpulan yang tepat, termasuk memberikan rekomendasi perubahan

untuk memperbaiki kekurangan.

2.2. Kualifikasi

Sebelum dilakukan validasi proses, kualifikasi yang tepat terhadap

peralatan kritis dan sistem penunjang harus dilaksanakan. Kualifikasi biasanya

dilaksanakan dengan melakukan beberapa kualifikasi, yaitu Kualifikasi Desain

(KD), Kualifikasi Instalasi (KI), Kualifikasi Operasional (KO) dan Kualifikasi

Kinerja (KK).

Kualifikasi Desain (KD) merupakan dokumen yang memverifikasikan

bahwa dari fasilitas, sistem dan peralatan yang sesuai untuk tujuan yang diinginkan,

yang telah memenuhi ketentuan CPOB. Kualifikasi Instalasi (KI) adalah

dokumentasi yang memverifikasikan bahwa seluruh aspek kunci dari instalasi

peralatan atau sistem telah sesuai dengan tujuan desainnya dan mengikuti

rekomendasi yang diberikan oleh industri pembuat. Yang termasuk kedalam KI

adalah instalasi peralataan, pipa dan sarana penunjang dan instrumentasi yang

sesuai dengan spesifikasi dan gambar teknik yang didesain; pengumpulan dan

penyusunan dokumen pengoperasian dan perawatan peralatan dari pemasok;

ketentuan dan persyaratan dari pemasok; ketentuan dan persyaratan kalibrasi dan

verifikasi bahan konstruksi. Kualifikasi Operasional (KO) adalah dokumentasi

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

6

yang memverifikasikan bahwa fasilitas, sistem dan peralatan, yang telah terpasang

dan difungsikan, dapat bekerja secara efektif dan memberi hasil yang dapat

terulang, berdasarkan metode proses dan spesifikasi yang disetujui. Untuk

melakukan KO, sebelumnya telah dilaksanakan KI, telah dikaji dan disetujui. KO

mencakup pengujian yang perlu dilakukan berdasarkan pengetahuan tentang

proses, sistem dan peralatan; pengujian yang meliputi satu atau beberapa kondisi

yang mencakup batas operasional atas dan bawah, sering dikenal sebagai kondisi

terburuk (worst case). Kualifikasi Kinerja (KK) adalah verifikasi terdokumentasi,

dengan peralatan dan sistem penunjang yang terhubung secara bersama, dapat

bekerja secara efektif dan reprodusibel berdasarkan metode proses dan spesifikasi

yang disetujui. KK dilaksanakan setelah dilakukan KI dan KO, yang telah dikaji

dan disetujui. KK mencakup pengujian dengan menggunakan bahan baku, bahan

pengganti yang memenuhi spesifikasi atau produk simulasi yang dilakukan

berdasarkan pengetahuan tentang proses, fasilitas, sistem dan peralatan.

2.3. Protokol Validasi Proses

Protokol merupakan suatu panduan untuk melakukan validasi proses

pengolahan sediaan farmasi, meliputi pengawasan parameter kritis pada proses

pembuatan, pengambilan sampel yang tepat, kriteria penerimaan sampel, pengujian

selama pengolahan serta rincian kualifikasi dan validasi yang akan dilakukan.

Protokol validasi proses disusun oleh QA Supervisor dan disetujui oleh

Formulation Process Manager, Production Manager, dan QA Manager.

Protokol validasi merinci langkah proses kritis dan kriteria penerimaan serta

tipe validasi yang akan dilaksanakan (misal retrospektif, prospektif, konkuren) dan

jumlah proses produksi.

2.4. Laporan Validasi Proses

Laporan validasi mengacu kepada protokol validasi yang merangkum hasil

yang diperoleh, memberikan komentar terhadap penyimpangan yang ditemukan

dan menarik kesimpulan yang tepat, termasuk memberikan rekomendasi perubahan

untuk memperbaiki kekurangan.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia

7

Laporan validasi proses terdiri dari cover laporan validasi proses, ringkasan,

hasil, evaluasi (kesesuaian dengan protokol validasi proses dan perbandingan

dengan kriteria keberhasilan), kesimpulan, revalidasi, dan persetujuan. Cover

laporan validasi proses tercantum judul laporan validasi proses, nama produk, kode

produk, dan no. protokol. Ringkasan diisi dengan keterangan mengenai hasil

pelaksaan validasi proses. Hasil diisi dengan keterangan mengenai hasil

pelaksanaan validasi proses. Evaluasi diisi dengan keterangan mengenai kesesuaian

dengan protokol validasi proses produk dan perbandingan hasil dengan kriteria

keberhasilan. Kesimpulan diisi dengan kesimpulan hasil pelaksanaan validasi.

Revalidasi diisi dengan keterangan mengenai rencana pelaksanaan validasi ulang.

Persetujuan diisi dengan tanda tangan QA Supervisor (yang menyusun), tanda

tangan R&D Manager/Process Dev. Manager/Formulation Process Manager,

tanda tangan Production Manager, dan tanda tangan QA Manager (yang

menyetujui) seperti tertera pada lampiran.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia 8

BAB 3

METODOLOGI PENGKAJIAN

3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian

Penulisan literatur tentang laporan validasi proses pada produksi line 5

yaitu sediaan liquid pada tanggal 17 Juni – 16 Agustus 2013, bertempat di

bagian Quality Assurance, PT. Kalbe Farma, Tbk.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penulisan laporan validasi proses pada

sediaan liquid, yakni melalui penelusuran/studi literatur dari PT. Kalbe Farma,

Tbk. dan literatur lainnya.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

9 Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

Validasi dilakukan berdasarkan protokol yang telah disusun sebelumnya. Pada

protokol validasi proses tercantum semua personel yang terlibat beserta tanggung

jawabnya masing-masing untuk memastikan bahwa prosedur dijalankan sesuai

dengan protokol dan seluruh data terdokumentasi dengan baik. Protokol validasi

proses disusun oleh Departemen QA. Pembuatan protokol validasi proses disahkan

oleh Manager Produksi, Manager QA, Manager R&D/Formulation Process Manager.

PT. Kalbe Farma melakukan validasi proses untuk setiap produk baru dan

produk existing dan secara continue melakukan revalidasi setiap 5 tahun sekali.

Produk baru yang akan diproduksi dibuat master batchnya oleh departemen R&D

yang berisi formula pengolahan dan pengemasan batch serta proses pengolahan

induknya. Dari master batch tersebut akan dibuat protokol validasi prosesnya oleh

Departemen QA yang berisi spesifikasi-spesifikasi yang ditentukan sesuai

persyaratan. Pembuatan protokol selain mengacu pada master batch juga akan

mengacu pada lembar SPOJ (Spesifikasi Pemeriksaan Obat Jadi) yang dibuat oleh

Departemen QC yang berisi spesifikasi-spesifikasi yang tidak tercantum dalam master

batch, seperti kadar. Protokol tersebut akan dipakai untuk melakukan validasi proses

dan tidak boleh diubah selama kegiatan validasi proses berlangsung. Selama proses

validasi, setiap spesifikasi yang tercantum dalam protokol akan disesuaikan dengan

yang sebenarnya terjadi selama proses produksi dan penyimpangan yang terjadi juga

akan dicatat. Validasi proses akan dilakukan pada 3 batch berturut-turut. Hasil dari

validasi akan dimasukkan dalam laporan validasi proses oleh Departemen QA.

Validasi proses bertujuan untuk membuktikan bahwa proses pengolahan

sampai dengan pengemasan primer produk obat yang dilakukan dalam batas

parameter yang ditetapkan dapat menghasilkan produk dengan kualitas yang

konsisten dan reprodusibel serta sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. PT.

Kalbe Farma, Tbk. melakukan validasi proses pada produk baru dengan pendekatan

validasi konkuren pada tiga batch berurutan.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

10

Universitas Indonesia

Pada protokol validasi proses tercantum dokumen acuan, komposisi, tujuan,

penanggung jawab, ruang lingkup, pemeriksaan raw material, deskripsi proses,

deskripsi alat, sistem penunjang, komposisi, kriteria penerimaan,dan revalidasi.

Tabel 1. Isi protokol validasi proses sediaan liquid

Tahap Parameter Kritis Testing Point Validasi Mixing Kecepatan Pengadukan Keseragaman Kadar

Waktu Pengadukan Viskositas Jumlah Aqua Purificata yang Ditambahkan pH Suhu Aqua Purificata Microbial Count Suhu Larutan BJ Alat/Turbomixer yang Digunakan Yield

Filling Mesin Filling yang Digunakan Volume Individu Kecepatan Pengadukan Awal Pengisian Viskositas Waktu Pengadukan Awal Pengisian pH Waktu Pengambilan sampel Microbial Count BJ Yield Penetapan Kadar

Labelling Mesin Labelling yang Digunakan Coding etiket Kecepatan Labelling Waktu Pengambilan sampel

Pelaksanaan validasi mencakup seleksi dan evaluasi parameter – parameter

kritis proses dengan melakukan uji di setiap tahap proses. Parameter kritis dan

pengujian yang dilakukan tercantum dalam protokol validasi proses. Selama

pelaksanaan validasi tidak diperbolehkan melakukan perubahan terhadap protokol

validasi proses yang telah disetujui.

Pengambilan sampel untuk sediaan liquid dilakukan saat pencampuran akhir

dan proses pengisian. Pada protokol untuk pengambilan sampel pada sirup ditambah

dengan pengambilan sampel label pada botol sirup saat proses coding. Sampel yang

akan diambil ditentukan sama seperti pengambilan sampel sirup pada proses

pengisian, berbeda hanya pada lama proses tersebut berjalan dan interval pengambilan

sampel selama proses berjalan.

Fungsi laporan validasi proses adalah merangkum dan menyimpulkan hasil

pelaksanaan validasi proses yaitu pada tahap pencampuran, pengisian, dan labelling

suatu produk sebanyak 3 batch berturut-turut berdasarkan data-data yang diperoleh

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

11

Universitas Indonesia

dan memastikan bahwa proses pembuatan tersebut tervalidasi dan sesuai dengan

kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.

Laporan dibuat dengan cara menginput data-data dari protokol validasi proses

yang sudah diisi oleh inspektor yang melakukan validasi proses tersebut. Data yang

diperoleh berupa data parameter kritis dan testing point validasi.

Beberapa data yang didapat dari validasi proses sediaan liquid adalah data

volume individu dan test torque. Tidak seperti data lainnya, data ini diolah dengan

cara statistik menggunakan software minitab untuk menghitung kapabilitasnya.

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

1. Masukkan data volume individu / tes torque 3 BN berturut-turut

2. Pilh menu Statistik

3. Kemudian pilih Quality tools

4. Lalu klik menu Capability sixpack

5. Pilih menu normal (untuk melihat distribusi data yang dihasilkan normal/tidak)

6. Jika P<0,005, maka dilanjutkan dengan Capability sixpack non normal,

langkahnya sama seperti di atas, 2-5 lalu pilih non normal.

Hasil dari laporan validasi proses menunjukkan bahwa proses pencampuran,

pengisian, dan labelling suatu produk adalah valid berdasarkan protokol terlampir

untuk 3 batch berturut-turut yang sudah dilengkapi dengan data hasil pengujian serta

telah sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Beberapa penyimpangan

yang terjadi dijelaskan dan dijustifikasi dalam laporan penyimpangan validasi proses.

Validasi proses akan dilakukan revalidasi apabila terjadi perubahan yang

berkaitan dengan perubahan supplier / manufacture bahan baku, perubahan proses,

perubahan mesin yang digunakan serta perubahan bahan kemas. Berdasarkan hal

diatas PT. Kalbe Farma telah melakukan validasi proses produksi sesuai ketentuan

dari CPOB.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia 12

BAB 5

KESIMPULAN dan SARAN

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Protokol validasi proses sediaan liquid disusun sebagai pedoman pelaksanaan

validasi proses pengolahan dan validasi proses pengemasan primer yang akan

direvalidasi kembali setiap 5 tahun.

5.1.2 Laporan validasi proses dibuat dengan mengacu kepada protokol validasi yang

merangkum hasil yang diperoleh, memberikan komentar terhadap

penyimpangan yang ditemukan dan menarik kesimpulan yang tepat, termasuk

memberikan rekomendasi perubahan untuk memperbaiki kekurangan.

5.1.3 PT. Kalbe Farma, Tbk. melakukan validasi proses pengolahan dan proses

pengemasan primer dilakukan untuk produk existing terutama yang jika dapat

mempengaruhi mutu produk.

5.1.4 Pihak yang telibat dalam pelaksanaan validasi proses adalah Departemen

Produksi, Departemen R&D, Departemen QC, Departemen QA.

5.2 Saran

Sebaiknya peserta PKPA diikutsertakan dalam pengamatan dan penilaian

validasi proses pengolahan dan pengemasan untuk setiap line produksi di Kalbe

Farma, Tbk.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

Universitas Indonesia 13

DAFTAR ACUAN

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2009). Petunjuk

Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik. 2009. Jakarta:

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2012a). Peraturan

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor

HK.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012 tentang penerapan pedoman cara

pembuatan obat yang baik. Jakarta: Badan Pengawasan Obat dan

Makanan Republik Indonesia.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2012b). Pedoman

Cara Pembuatan Obat yang Baik. 2012. Jakarta: Badan Pengawas Obat

dan Makanan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799 Tahun 2010 tentang industri

farmasi. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Pemerintah Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan. Jakarta: Pemerintah Republik

Indonesia.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

LAMPIRAN

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

14

Lampiran 1. Contoh Laporan Validasi Proses

LAPORAN VALIDASI PROSES

NAMA PRODUK

KODE PRODUK

No. Protokol : VP-E XXXXX A

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

15

Nama Produk (Kode Produk)

LAPORAN VALIDASI PROSES

LINE 5

NAMA PRODUK KODE PRODUK

Bentuk Sediaan : Liquid Ukuran Batch : ...... L (....... botol) No. Batch : 524XXX, 524XXX, 524XXX Skala : Produksi Kategori : Obat No. Protokol : VP – E XXXXX A Tanggal : ………………….. 1. RINGKASAN

Laporan validasi proses ini dibuat dengan tujuan untuk merangkum dan menyimpulkan hasil pelaksanaan validasi proses yaitu pada tahap pencampuran, pengisian, dan labelling XXX (kode produk) sebanyak 3 batch berturut-turut berdasarkan data-data yang diperoleh dan memastikan bahwa proses pembuatan tersebut tervalidasi dan sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.

2. HASIL

Proses pencampuran, pengisian, dan labelling XXX (kode produk) telah dilakukan validasi dengan status valid berdasarkan protokol terlampir untuk 3 BN berturut-turut yaitu terhadap BN 524XXX, 524XXX dan 524XXX (proses pencampuran, pengisian dan labelling). Protokol terlampir sudah dilengkapi dengan data hasil pengujian serta telah sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Beberapa penyimpangan yang terjadi dijelaskan dan dijustifikasi dalam laporan penyimpangan validasi proses.

3. EVALUASI

1. Kesesuaian dengan protokol validasi proses pembuatan XXX (kode produk) Terdapat perbedaan proses validasi XXX dari protokol awal yang sudah ditetapkan.

2. Perbandingan dengan kriteria keberhasilan

Hasil dari review dan analisa terhadap seluruh parameter kritis dan “testing point validation” (parameter pengujian produk) 3 batch berturut-turut XXX (kode produk) tidak menunjukkan adanya penyimpangan yang signifikan dari kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

16

Nama Produk (Kode Produk)

Hasil perhitungan process capability index untuk 3 BN validasi sebagai berikut :

No. Testing point Cpk Ppk Keterangan

1 Volume Individu XXX XXX Peta kendali → terkendali/tidak terkendali; Distribusi data normal/tidak normal

2 Tes Torque XXX XXX Peta kendali → terkendali/tidak terkendali; Distribusi data normal/tidak normal

Hasil pengujian beberapa parameter uji validasi untuk 3 BN berturut-turut sebagai berikut:

No. Testing point Syarat Hasil Keterangan

1 pH SSI X X Memenuhi syarat/Tidak

2 BJ SSI X g/ml X g/ml Memenuhi syarat/Tidak

3 Keseragaman Kadar SSI

X % RSD X %

X % RSD X %

Memenuhi syarat/Tidak

4 Microbial Count SSI

Angka Mikroba : X cfu/ml

Angka Mikroba : X cfu/ml

Memenuhi syarat/Tidak

Angka Jamur & Ragi : X cfu/ml

Angka Jamur & Ragi : X cfu/ml

Memenuhi syarat/Tidak

E.Coli : X E.Coli : X Memenuhi syarat/Tidak

5 Volume Individu X ml X ml Memenuhi syarat/Tidak

6 pH Tahap Isi X X Memenuhi syarat/Tidak

7 BJ Tahap Isi X g/ml X g/ml Memenuhi syarat/Tidak

8 Penetapan Kadar X % X % Memenuhi syarat/Tidak

9 Microbial Count Tahap Isi

Angka Mikroba : X cfu/ml

Angka Mikroba : X cfu/ml

Memenuhi syarat/Tidak

Angka Jamur & Ragi : X cfu/ml

Angka Jamur & Ragi : X cfu/ml

Memenuhi syarat/Tidak

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

17

Nama Produk (Kode Produk)

E.Coli : XXX E.Coli : XXX Memenuhi syarat/Tidak

No. Testing point Syarat Hasil Keterangan

10 Test Torque X lbs X lbs Memenuhi syarat/Tidak

11 Test Kebocoran X % X % Memenuhi syarat/Tidak

Hasil evaluasi terhadap seluruh parameter kritis dan parameter uji menunjukkan bahwa terjadi penyimpangan. Berdasarkan hasil perhitungan kapabilitas proses mengindikasikan bahwa process performance proses pengisian belum dapat menghasilkan performa proses yang baik.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan analisa terhadap point 2 dan 3, dapat disimpulkan bahwa proses pembuatan XXXXXX (kode produk) dengan no. Prosedur Pengolahan Induk : XX - XX (kode produk) dan no. Prosedur Pengemasan Induk : XX - XX (kode produk) telah tervalidasi yang mengacu pada protokol validasi yang telah disetujui sebelumnya.

5. REVALIDASI

Pelaksanaan validasi ulang mengacu pada pengendalian terhadap perubahan yang terdapat di dalam RIV.

6. PERSETUJUAN

Nama Jabatan Tanda tangan Tanggal

Disusun Oleh :

XXX Quality Assurance Supervisor

Disetujui Oleh :

XXX Formulation Process Manager

XXX Production Manager

XXX Quality Assurance Manager

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

18

Nama Produk (Kode Produk)

LAPORAN PENYIMPANGAN VALIDASI PROSES

Produk : XXXXXXXX Kode : XXXXXXXX No. Batch : 524XXX, 524XXX, 524XXX PENYIMPANGAN 1. ....................................................................................... 2. ....................................................................................... 3. .......................................................................................

Supervisor QA

JUSTIFIKASI UNTUK MENERIMA*/ TIDAK MENERIMA* PENYIMPANGAN (*) coret yang tidak berlaku 1. ............................................................................................................. 2. ............................................................................................................. 3. .............................................................................................................

Supervisor QA

REKOMENDASI TINDAKAN KOREKTIF

1. ...................................................................................................... 2. ...................................................................................................... 3. ......................................................................................................

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367010-PR-Ajeng Isnaini-Laporan.pdf · General Assignment : xii + 55 pages; 1 pi cture; 1 appendix Specific

19

Nama Produk (Kode Produk)

Supervisor QA DAMPAK TERHADAP PROSES Sebelum tindakan preventif - Sesudah tindakan preventif -

Supervisor QA

KOMENTAR

QA MANAGER

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014