universitas indonesia laporan praktek kerja …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-pr-emma...

167
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP FATMAWATI CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 1 JULI – 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER EMMA RACHMANISA S, S.Farm. 1206329562 ANGKATAN LXXVII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014 Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Upload: buiphuc

Post on 06-Apr-2019

244 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP FATMAWATI

CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 1 JULI – 31 AGUSTUS 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

EMMA RACHMANISA S, S.Farm.

1206329562

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK JANUARI 2014

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP FATMAWATI

CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 1 JULI – 31 AGUSTUS 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

EMMA RACHMANISA S, S.Farm.

1206329562

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK JANUARI 2014

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

iii

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

iv

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

v

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja

Profesi Apoteker (PKPA) di RSUP Fatmawati Cilandak Jakarta Selatan. Laporan

ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan guna menyelesaikan

pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Pada

penulisan laporan ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan, arahan, bantuan, serta

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi.

2. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt., selaku Pejabat Sementara Dekan

Fakultas Farmasi sampai dengan 20 Desember 2013.

3. Dr. Harmita, Apt., sebagai Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia.

4. Dra. Magdalena Niken Oktovina., M.Si, Apt., selaku pembimbing I dari RSUP

Fatmawati yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan pengetahuan yang

bermanfaat selama melaksanakan PKPA dan penyusunan laporan ini.

5. Dra. Retnosari Andrajati, MS, PhD., Apt., selaku pembimbing II dari Fakultas

Farmasi yang telah membimbing dan memberikan bantuan kepada penulis

selama PKPA berlangsung.

6. Drs. Ahmad Subhan, M.Si, Apt selaku ketua Instalasi Farmasi RSUP

Fatmawati yang mengizinkan dan memberikan arahan selama proses PKPA

berlangsung.

7. Dra. Alfina Rianti, M.Pharm, Apt selaku ketua SFF RSUP Fatmawati yang

mengizinkan dan memberikan arahan serta membimbing selama PKPA

berlangsung.

8. Seluruh staf RSUP Fatmawati yang telah memberikan pengetahuan dan

pengalaman yang bermanfaat selama melaksanakan kegiatan PKPA.

9. Seluruh dosen dan staf tata usaha Fakultas Farmasi atas ilmu dan bantuan yang

diberikan selama menjalani pendidikan di Program Profesi Apoteker.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

vii

10. Keluarga tercinta atas dukungan, perhatian dan doanya untuk menyelesaikan

pendidikan profesi Apoteker dengan sebaik mungkin.

11. Seluruh sahabat dan teman Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi

sebagai teman seperjuangan yang telah memberikan dukungan dan semangat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan PKPA ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dibutuhkan untuk perbaikan

laporan ini. Semoga laporan PKPA ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan pada umumnya dan ilmu farmasi pada khususnya.

Penulis

2014

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

viii

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

ix

ABSTRAK

Nama : Emma Rachmanisa Subekti, S.Farm.

NPM : 1206329562

Program Studi : Profesi Apoteker

Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di RSUP

Fatmawati Periode 1 Juli – 31 Agustus 2013

Praktek Kerja Profesi Apoteker di RSUP Fatmawati bertujuan untuk memahami

peran dan tanggung jawab Apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Satuan

Farmasi Fungsional, dan Tim Farmasi dan Terapi. Sedangkan tujuan dari tugas

khusus adalah untuk mengetahui evaluasi penggunaan antibiotik bulan Mei-Juni

2013 di ICU RSUP Fatmawati secara kuantitatif dengan metode Defined Daily

Dose.

Kata kunci : Antibiotika, Defined Daily Dose, Instalasi Farmasi Rumah Sakit,

Apoteker, RSUP Fatmawati.

Tugas umum : xii + 106 halaman; 18 lampiran

Tugas khusus : v + 42 halaman; 5 tabel; 4 lampiran

Daftar Acuan Tugas Umum : 9 (2004-2012)

Daftar Acuan Tugas Khusus : 3 (2010-2012)

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

x

ABSTRACT Name : Emma Rachmanisa Subekti, S.Farm.

NPM : 1206329562

Program Study : Apothecary profession

Title : Pharmacist Internship Program at Fatmawati General

Hospital Center Period 1July to 31 August 2013

Pharmacists Professional Practice in Fatmawati general hospital center aims to

understand the role and responsibilities of Pharmacist in Hospital Pharmacy,

Pharmaceutical Functional Unit, and Tim Pharmacy and Therapeutics. While the

purpose of the special assignment is to determine the evaluation of the use of

antibiotics in May-June 2013 in the ICU Fatmawati quantitatively by the method

Defined Daily Doses.

Keywords:Antibiotics, Defined Daily Dose, Hospital pharmacy, pharmacists,

Fatmawati general hospital center

General Assignment : xii + 106 pages; 18 appendix

Specific Assignment : v + 42 pages; 5 tables; 4 appendix

Bibliography of General Assignment: 9 (2004-2012)

Bibliography of Specific Assignment: 3 (2010-2012)

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .....................................................................................i HALAMAN JUDUL .........................................................................................ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................iii HALAMAN ORISINALITAS……………………………………………………v KATA PENGANTAR .......................................................................................vi HALAMAN PUBLIKASI………………………………………………..……viii ABSTRAK……………………………………………………………………….ix ABSTRACT………………………………………………………….………….x DAFTAR ISI ……………………………………………………...……………xi DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………..……………...xii 1. PENDAHULUAN .........................................................................................1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................1 1.2 Tujuan .....................................................................................................2

2. TINJAUAN UMUM ......................................................................................3

2.1 Definisi Rumah Sakit ..............................................................................3 2.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ...............................................................3 2.3 Klasifikasi Rumah Sakit ..........................................................................3 2.4 Sejarah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati .........................................5 2.5 Tugas Pokok dan Fungsi RSUP Fatmawati ..............................................6 2.6 Visi dan Misi ............................................................................................7

3. TINJAUAN KHUSUS ...................................................................................10

3.1 Instalasi Farmasi .....................................................................................10 3.2 Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati .........................................................19 3.3 Satuan Farmasi Fungsional (SFF) .............................................................46

4. HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................61

4.1. Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati ..........................................................61 4.2. Satuan Farmasi Fungsional ....................................................................76 4.3. Tim Farmasi dan Terapi RSUP Fatmawati ...............................................83

5. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................84

5.1. Kesimpulan .............................................................................................84 5.2. Saran .......................................................................................................84

DAFTAR ACUAN ............................................................................................86

LAMPIRAN……………………………………………………………………...87

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur organisasi RSUP Fatmawati ....................................... 87 Lampiran 2. Struktur organisasi minimal instalasi farmasi ........................... 88 Lampiran 3. Struktur organisasi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati ............ 89 Lampiran 4. Struktur organisasi Satuan Farmasi Fungsional RSUP

Fatmawati ................................................................................ 90 Lampiran 5. Alur perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi ............... 91 Lampiran 6. Alur penerimaan perbekalan farmasi ........................................ 92 Lampiran 7. Alur distribusi perbekalan farmasi ............................................ 93 Lampiran 8. Alur masuk ke ruang produksi aseptik, TPN, dan sitotoksik ..... 94 Lampiran 9. Alur pelayanan obat sitostatika rawat jalan dan rawat inap ....... 95 Lampiran 10. Prosedur penyiapan obat rawat jalan secara individual

prescription .............................................................................. 97 Lampiran 11. Alur pelayanan resep di depo ASKES ...................................... 98 Lampiran 12. Alur distribusi obat secara dosis unit di Instalasi Farmasi

RSUP Fatmawati ...................................................................... 99 Lampiran 13. Alur pelayanan obat dan alat kesehatan di depo Instalasi

Bedah Sentral ........................................................................... 100 Lampiran 14. Alur pemantauan efek samping obat ......................................... 102 Lampiran 15. Alur pelayanan informasi obat .................................................. 103 Lampiran 16. Alur kegiatan pemantauan interaksi obat .................................. 104 Lampiran 17. Alur pengkajian resep .............................................................. 105 Lampiran 18. Alur penanganan limbah padat, cair, dan gas ........................... 106

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-undang nomor 36 tahun 2009 menyebutkan bahwa kesehatan

merupakan hak asasi setiap manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus

diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya bagi masyarakat diwujudkan dengan dilakukannya upaya

kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan

perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan

dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan

berkesinambungan. Penyelenggaraan upaya kesehatan harus memperhatikan

fungsi sosial, nilai, norma agama, sosial budaya, moral, dan etika profesi.

Pemerintah memiliki tanggung jawab dalam hal merencanakan, mengatur,

menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan

yang merata dan terjangkau oleh masyarakat (Daris, 2010).

Undang-undang nomor 44 tahun 2009 menyebutkan bahwa rumah sakit

merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,

rawat jalan dan gawat darurat. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan

yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar dan upaya kesehatan

rujukan dan/atau upaya kesehatan penunjang. Rumah sakit juga dapat

dipergunakan untuk kepentingan pendidikan, pelatihan, penelitian, serta

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan (Siregar,

2004).

Pelayanan farmasi merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang

menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Keputusan Menteri Kesehatan

Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit

menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak

dapat dipisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi

kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

2

Universitas Indonesia

farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Pelayanan

kesehatan farmasi di rumah sakit tidak terlepas dari adanya peran apoteker.

Apoteker merupakan tenaga kesehatan yang memiliki pendidikan, ketrampilan,

dan keahlian di bidang farmasi serta memiliki hak dalam menyelenggarakan

pekerjaan kefarmasian. Peran apoteker menjadi penting guna mewujudkan

pelayanan kefarmasian yang ideal dengan melakukan pelayanan kefarmasian yang

berorientasi kepada pasien (patient oriented).

Upaya meningkatkan wawasan, pengetahuan, ketrampilan, dan keahlian di

bidang kefarmasian, serta untuk mempersiapkan calon apoteker memasuki dunia

kerja sebagai tenaga farmasi yang profesional, maka dilaksanakan Praktek Kerja

Profesi Apoteker di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati Jakarta. RSUP Fatmawati

merupakan rumah sakit pemerintah yang berupaya memfasilitasi dan

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian diseluruh

disiplin ilmu.

1.2 Tujuan

Tujuan dilakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di RSUP

Fatmawati adalah sebagai berikut:

a. Memahami peran dan tanggung jawab apoteker di Instalasi Farmasi Rumah

Sakit (IFRS).

b. Memahami peran dan tanggung jawab apoteker di Satuan Farmasi Fungsional

(SFF).

c. Memahami peran dan tanggung jawab apoteker di dalam Tim Farmasi dan

Terapi (TFT).

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

3 Universitas Indonesia

BAB 2 TINJAUAN UMUM

2.1 Definisi Rumah Sakit

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (Undang - Undang Nomor 44 Tahun

2009, 2009).

2.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Rumah sakit bertugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna sehingga rumah sakit memiliki fungsi sebagai berikut (Undang -

Undang Nomor 44 Tahun 2009, 2009):

a.. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.3 Klasifikasi Rumah Sakit

Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis pelayanan dan

pengelolaannya (Undang - Undang Nomor 44 Tahun 2009, 2009).

2.3.1 Berdasarkan jenis pelayanan

Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit dikategorikan

dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus (Undang - Undang Nomor

44 Tahun 2009, 2009).

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

4

a. Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan

kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Klasifikasi Rumah Sakit

Umum terdiri dari:

1) Rumah Sakit Umum Kelas A

Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat)

spesialis dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua belas)

spesialis lain, dan 13 (tiga belas) sub spesialis.

2) Rumah Sakit Umum Kelas B

Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat)

spesialis dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan) spesialis

lain dan 2 (dua) sub spesialis dasar.

3) Rumah Sakit Umum Kelas C

Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat)

spesialis dasar dan 4 (empat) spesialis penunjang medik.

4) Rumah Sakit Umum Kelas D

Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis

dasar.

b. Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama

pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,

golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Klasifikasi

Rumah Sakit Khusus terdiri atas :

1) Rumah Sakit Khusus Kelas A

Rumah Sakit Khusus Kelas A adalah Rumah Sakit Khusus yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik

spesialis dan pelayanan medik sub spesialis sesuai kekhususan yang

lengkap.

2) Rumah Sakit Khusus Kelas B

Rumah Sakit Khusus Kelas B adalah Rumah Sakit Khusus yang

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

5

mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik

spesialis dan pelayanan medik sub spesialis sesuai kekhususan yang

terbatas.

3) Rumah Sakit Khusus Kelas C

Rumah Sakit Khusus Kelas C adalah Rumah Sakit Khusus yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik

spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang

minimal.

2.3.2 Berdasarkan pengelolaan

Berdasarkan pengelolaannya rumah sakit dapat dibagi menjadi Rumah

Sakit Publik dan Rumah Sakit Privat (Undang-Undang Nomor 44, 2009).

a. Rumah Sakit Publik adalah rumah sakit yang dikelola oleh Pemerintah,

Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakit

publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan

berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum

Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan. Rumah

sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah tidak dapat

dialihkan menjadi Rumah Sakit Privat.

b. Rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum

dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.

2.4 Sejarah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati

Pendirian Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati bermula dari

gagasan Ibu Fatmawati Soekarno untuk mendirikan rumah sakit tuberkulose anak

yang dikhususkan untuk penderita TBC anak dan rehabilitasinya. Dana yang

dihimpun oleh Yayasan Ibu Soekarno dan bantuan dari Yayasan Dana Bantuan

Kementerian Sosial RI dilaksanakan pembangunan Gedung Rumah Sakit Ibu

Soekarno.

Pada tanggal 15 April 1961, status dan fungsi rumah sakit tersebut berubah

menjadi rumah sakit umum dan penyelenggaraan serta pembiayaannya diserahkan

kepada Departemen Kesehatan RI sehingga tanggal tersebut ditetapkan sebagai

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

6

hari jadi Rumah Sakit Ibu Soekarno. Pada tanggal 20 Mei 1967, nama RSU Ibu

Soekarno diganti menjadi RSU Fatmawati. Selanjutnya, pada tahun 1984 RSU

Fatmawati ditetapkan sebagai pusat rujukan wilayah Jakarta Selatan dan tahun

1994 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas B Pendidikan.

Rumah Sakit Fatmawati ditetapkan sebagai Rumah Sakit Unit Swadana

Bersyarat pada tahun 1992 dan dua tahun berikutnya yakni tahun 1994

ditetapkan sebagai Rumah Sakit Unit Swadana Tanpa Syarat. Pada tahun 1997

sesuai dengan diberlakukannya UU No. 27 Tahun 1997, rumah sakit mengalami

perubahan kebijakan dari swadana menjadi PNBP (Penerimaan Negara Bukan

Pajak), selanjutnya pada tahun 2000 Rumah Sakit Fatmawati ditetapkan sebagai

RS perusahaan jawatan berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 117 tahun 2000

tentang Pendirian Perusahaan Jawatan RSUP Fatmawati Jakarta.

Pada tanggal 11 Agustus 2005 berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan

No.1243/MENKES/SK/VIII/2005, RSUP Fatmawati ditetapkan sebagai Unit

Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Kesehatan RI dengan menerapkan Pola

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLU). Penilaian Tim

Akreditasi Rumah Sakit pada tahun 1997, RS Fatmawati memperoleh Status

Akreditasi Penuh untuk 5 pelayanan. Pada tahun 2002, RSUP Fatmawati

memperoleh status Akreditasi Penuh Tingkat Lanjut untuk 12 pelayanan.

Pada tahun 2004, RSUP Fatmawati terakreditasi 16 Pelayanan dan pada

tahun 2007 memperoleh status Akreditasi Penuh Tingkat Lengkap 16

Pelayanan. RSUP Fatmawati pada tanggal 2 Mei 2008 ditetapkan oleh

Departemen Kesehatan RI sebagai Rumah Sakit Umum dengan pelayanan

Unggulan Orthopedi dan Rehabilitasi Medik sesuai dengan SK Menteri Kesehatan

No. 424/MENKES/SK/V/2008. Pada tahun 2011, RSUP Fatmawati telah

menyandang sertifikat Terakreditasi ISO 9001 : 2008 dan OHSAS 18001:

2007 dan saat ini (Mei 2013) sedang menuju untuk mendapatkan sertifikat JCI

(Joint Commission International).

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

7

2.5 Tugas Pokok dan Fungsi RSUP Fatmawati

2.5.1 Tugas Pokok RSUP Fatmawati

RSUP Fatmawati Jakarta mempunyai tugas pokok menyelenggarakan

upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara serasi,

terpadu, dan berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan dan

pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan dan menyelenggarakan pendidikan,

pelatihan, dan penelitian.

2.5.2 Fungsi RSUP Fatmawati

Fungsi RSUP Fatmawati adalah menyelenggarakan:

a. Pelayanan medis

b. Pelayanan penunjang medis dan non medis

c. Pelayanan dan asuhan keperawatan

d. Pengelolaan sumber daya manusia rumah sakit

e. Pelayanan rujukan

f. Pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan

g. Penelitian dan pengembangan

h. Administrasi umum dan keuangan

2.6 Visi dan Misi

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati memiliki visi terdepan,

paripurna dan terpercaya di Indonesia. Menurut Keputusan Direktur Utama RSUP

Fatmawati Nomor : HK.03.05/II.1/2468/2012 tentang organisasi dan tata kerja

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, yang dimaksud dengan terdepan,

paripurna, dan terpercaya di Indonesia ialah rumah sakit pelopor yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan penelitian dengan:

a. Terdepan karena ketersediaan sumber daya yang lengkap.

b. Paripurna karena memberikan pelayanan kesehatan promotif, preventif,

kuratif, rehabilitatif, dan pelayanan berkesinambungan (continuum of care)

serta tuntas.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

8

c. Terpercaya karena senantiasa mengikuti kaidah - kaidah IPTEK terkini.

d. Menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

e. Berorientasi kepada para pelanggan.

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati memiliki misi:

a. Memfasilitasi dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, pendidikan dan

penelitian di seluruh disiplin ilmu, dengan unggulan bidang orthopaedi dan

rehabilitasi medik, yang memenuhi kaidah manajemen resiko klinis.

b. Mengupayakan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

c. Mengelola keuangan secara efektif, efisien, transparan, dan akuntabel serta

berdaya saing tinggi.

d. Meningkatkan sarana dan prasarana sesuai perkembangan IPTEK terkini.

e. Meningkatkan kompetensi, pemberdayaan dan kesejahteraan sumber daya

manusia.

2.6.1 Motto dan Falsafah

Motto RSUP Fatmawati adalah “Percayakan Pada Kami”. Sedangkan

falsafah yang dianut sebagai pegangan dalam menjalankan organisasi adalah:

a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b. Menjunjung tinggi kehidupan dan nilai - nilai luhur kemanusiaan

c. Menghargai pentingnya persatuan dan kerjasama

d. Menjunjung keseimbangan dan kelestarian lingkungan

e. Kebersamaan dalam kemajuan dan kesejahteraan

2.6.2 Nilai

Nilai yang diterapkan di RSUP Fatmawati adalah jujur, profesional,

komunikatif dan ikhlas, serta peduli dalam melaksanakan tugas.

a. Jujur

Menerapkan transparansi dalam melaksanakan tugas.

b. Profesional

Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi (pengetahuan, sikap,

keterampilan, dan peka budaya).

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

9

c. Komunikatif

Mampu melaksanakan hubungan interpersonal yang asertif dan responsif.

d. Ikhlas

Selalu memegang teguh ketulusan dalam memberikan pelayanan kepada

pelanggan.

e. Peduli

Selalu tanggap terhadap kebutuhan pelanggan.

2.6.3 Tujuan

Tujuan RSUP Fatmawati adalah:

a. Terwujudnya pelayanan kesehatan prima dan paripurna yang memenuhi

kaidah keselamatan pasien (patient safety).

b. Terwujudnya pelayanan rumah sakit yang bermutu tinggi dengan tarif

yang terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.

c. Mewujudkan pengembangan berkesinambungan dan akuntabilitas bagi

pelayanan kesehatan, pendidikan, dan penelitian.

d. Terwujudnya SDM yang profesional dan berorientasi kepada pelayanan

pelanggan.

e. Terwujudnya kesejahteraan yang adil dan merata bagi seluruh sumber

daya manusia rumah sakit.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

10 Universitas Indonesia

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS

3.1 Instalasi Farmasi

Instalasi farmasi adalah bagian dari Rumah Sakit yang bertugas

menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan

pelayanan farmasi serta melaksanakan pembinaan teknis kefarmasian di Rumah

Sakit. Instalasi farmasi menjalankan sistem pelayanan satu pintu. Yang dimaksud

dengan sistem satu pintu adalah bahwa rumah sakit hanya memiliki satu kebijakan

kefarmasian termasuk pembuatan formularium pengadaan, pendistribusian alat

kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan habis pakai yang bertujuan untuk

mengutamakan kepentingan pasien (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan, 2006).

3.1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Farmasi Rumah Sakit

Tugas pokok dan fungsi farmasi rumah sakit menurut Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No.1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar

Pelayanan Farmasi Rumah Sakit adalah:

1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.

a. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional berdasarkan

prosedur kefarmasian dan etika profesi.

b. Melaksanakan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang obat.

c. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk meningkatkan

mutu pelayanan farmasi.

2. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.

3. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.

4. Memgadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.

a. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium

rumah sakit.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

11

3.1.2 Bagan Organisasi

Bagan organisasi adalah bagan yang menggambarkan pembagian tugas,

koordinasi, kewenangan dan fungsi. Bagan organisasi minimal mengakomodasi

penyelenggaraan pengelolaan perbekalan, pelayanan farmasi klinik, manajemen

mutu, selalu harus dinamis sesuai perubahan yang dilakukan yang tetap

menjaga mutu sesuai harapan pelanggan. Struktur organisasi minimal instalasi

farmasi dapat dilihat pada Lampiran 2.

3.1.3 Peran lintas terkait dalam pelayanan farmasi rumah sakit

3.1.3.1 Panitia Farmasi dan Terapi

Panitia Farmasi dan Terapi merupakan badan yang membantu pimpinan

rumah sakit dalam menetapkan kebijakan tentang obat dan penggunaan obat di

rumah sakit. Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili

hubungan komunikasi antara para staf medik dengan staf farmasi, sehingga

anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi - spesialisasi yang ada di

rumah sakit dan apoteker wakil dari Farmasi Rumah Sakit, serta tenaga kesehatan

lainnya. Panitia Farmasi dan Terapi sekurang - kurangnya terdiri dari 3 (tiga)

orang yaitu dokter, apoteker dan perawat. Untuk Rumah Sakit yang besar,

tenaga dokter bisa lebih dari 3 (tiga) orang yang mewakili semua staf medik

fungsional yang ada. Peran apoteker dalam panitia ini sangat strategis dan

penting karena semua kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan

menggunakan obat diseluruh unit di rumah sakit ditentukan dalam panitia ini.

Ketua Panitia Farmasi dan Terapi dipilih dari dokter yang ada di dalam

kepanitiaan dan jika rumah sakit tersebut mempunyai ahli farmakologi klinik,

maka sebagai ketua adalah ahli farmakologi. Sekretarisnya adalah Apoteker dari

instalasi farmasi atau apoteker yang ditunjuk. Panitia Farmasi dan Terapi harus

mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya dua bulan sekali dan untuk rumah

sakit besar rapatnya diadakan sebulan sekali. Peran apoteker sebagai sekretaris

dalam panitia farmasi dan terapi adalah mengatur segala sesuatu yang

berhubungan dengan rapat PFT (Panitia Farmasi dan Terapi).

Salah satu fungsi Panitia Farmasi dan Terapi adalah mengembangkan

formularium di Rumah Sakit dan merevisinya. Formularium adalah himpunan

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

12

obat yang diterima / disetujui oleh Panitia Farmasi dan Terapi untuk digunakan di

rumah sakit dan dapat direvisi setiap 1 tahun sekali. Komposisi formularium berisi

halaman judul, daftar nama anggota Panitia Farmasi dan Terapi, daftar isi,

Informasi mengenai kebijakan dan prosedur di bidang obat, produk obat yang

diterima untuk digunakan dan lampiran.

3.1.3.2 Panitia pengendalian infeksi rumah sakit

Panitia Pengendalian Infeksi Rumah Sakit adalah organisasi yang terdiri

dari staf medik, apoteker yang mewakili farmasi rumah sakit dan tenaga kesehatan

lainnya. Panitia Pengendalian Infeksi Rumah Sakit ini memiliki tujuan untuk

a. Menunjang pembuatan pedoman pencegahan infeksi.

b. Memberikan informasi untuk menetapkan disinfektan yang akan digunakan di

rumah sakit.

c. Melaksanakan pendidikan tentang pencegahan infeksi nosokomial di rumah

sakit.

d. Melaksanakan penelitian surveilans infeksi nosokomial rumah sakit.

3.1.3.3 Panitia lain yang terkait dengan tugas farmasi rumah sakit

Apoteker juga berperan dalam tim / panitia yang menyangkut dengan

pengobatan antara lain:

a. Panitia mutu pelayanan kesehatan rumah sakit

b. Tim perawatan paliatif dan bebas nyeri

c. Tim penanggulangan AIDS

d. Tim transplantasi

e. Tim PKMRS, dan lain - lain.

3.1.4 Analisa kebutuhan tenaga

3.1.4.1 Jenis ketenagaan

a. Untuk pekerjaan kefarmasian dibutuhkan tenaga apoteker, sarjana

farmasi, dan asisten apoteker (AMF, SMF)

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

13

b. Untuk pekerjaan administrasi dibutuhkan tenaga operator komputer/

teknisi yang memahami kefarmasian dan tenaga administrasi

c. Pembantu pelaksana

3.1.4.2 Beban kerja

Dalam perhitungan beban kerja perlu diperhatikan faktor - faktor yang

berpengaruh pada kegiatan yang dilakukan, yaitu:

1. Kapasitas tempat tidur dan BOR (Bed Occupation Rate)

2. Jumlah resep atau formulir per hari

3. Volume perbekalan farmasi

4. Idealnya 30 tempat tidur = 1 Apoteker (untuk pelayanan kefarmasian) untuk

rawat inap

3.1.4.3 Jenis pelayanan

a. Pelayanan IGD (Instalasi Gawat Darurat)

b. Pelayanan rawat inap intensif

c. Pelayanan rawat inap

d. Pelayanan rawat jalan

e. Penyimpanan dan pendistribusian

f. Produksi obat

3.1.5 Pelayanan Farmasi Rumah Sakit

Secara umum pelayanan farmasi rumah sakit memiliki dua fungsi, yaitu

pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan

obat dan alat kesehatan.

a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan.

b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.

c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah

dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.

d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan

kesehatan di rumah sakit.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

14

e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang

berlaku.

f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan

kefarmasian.

g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit.

Sedangkan fungsi pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat

kesehatan terdiri dari:

a. Mengkaji instruksi pengobatan / resep pasien.

b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat

kesehatan.

c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat

kesehatan.

d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan.

e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan serta pasien atau keluarga

pasien.

f. Memberi konseling kepada pasien.

g. Melakukan IV admixture.

h. Melakukan penanganan obat kanker.

i. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.

j. Melakukan pencatatan setiap kegiatan.

k. Melaporkan setiap kegiatan.

3.1.6 Pengelolaan perbekalan farmasi

Pengelolaan perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai

dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,

pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta

evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.

3.1.6.1 Pemilihan

Pemilihan merupakan proses identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan

dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial,

standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat. Penentuan

seleksi obat merupakan peran aktif apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

15

untuk menetapkan kualitas dan efektifitas serta jaminan purna transaksi

pembelian.

3.1.6.2 Perencanaan

Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah,

dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran untuk

menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode antara lain metode

konsumsi, metode morbiditas atau epidemiologi, dan metode kombinasi

konsumsi dan mobirditas. Metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan

dengan anggaran yang tersedia.

3.1.6.3 Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang

telah direncanakan dan disetujui, melalui pembelian, produksi / pembuatan

sediaan farmasi, maupun sumbangan / droping / hibah.

3.1.6.4 Produksi

Produksi merupakan kegiatan membuat, mengubah bentuk, dan mengemas

kembali sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kriteria obat yang diproduksi adalah :

a. Sediaan farmasi dengan formula khusus

b. Sediaan farmasi dengan harga murah

c. Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil

d. Sediaan farmasi yang tidak tersedia di pasaran

e. Sediaan farmasi untuk penelitian

f. Sediaan nutrisi parenteral

g. Rekonstitusi sediaan obat kanker

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

16

3.1.6.5 Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang

telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung,

tender, konsinyasi atau sumbangan. Pedoman dalam penerimaan perbekalan

farmasi:

a. Pabrik harus mempunyai Sertifikat Analisa.

b. Barang harus bersumber dari distributor utama.

c. Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS).

d. Khusus untuk alat kesehatan / kedokteran harus mempunyai certificate of

origin.

e. Expire date minimal 2 tahun

3.1.6.6 Penyimpanan

Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut

persyaratan yang ditetapkan dan disertai dengan sistem informasi yang selalu

menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.

3.1.6.7 Pendistribusian

Pendistribusian merupakan kegiatan menyalurkan perbekalan farmasi di

rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat

inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medik. Peranan Apoteker

dalam distribusi obat ialah dalam hal pemeriksaan kelengkapan resep dan

menganalisa resep yang menyangkut tentang 7 tepat yaitu, tepat pasien, tepat obat,

tepat dosis, tepat rute penggunaan obat, tepat waktu penggunaan obat, tepat

penyimpanan obat, dan tepat dalam memberikan informasi mengenai obat kepada

tenaga kesehatan maupun pasien.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

17

Sistem distribusi obat dibagi menjadi tiga sistem yaitu :

a. Sistem Pelayanan Terpusat (Sentralisasi)

Sentralisasi adalah sistem pendistribusian perbekalan farmasi yang

dipusatkan pada satu tempat yaitu Instalasi Farmasi. Pada sentralisasi seluruh

kebutuhan perbekalan farmasi setiap unit pemakai, baik untuk kebutuhan individu

maupun kebutuhan barang dasar ruangan disuplai langsung dari Instalasi Farmasi

tersebut.

b. Sistem Pelayanan Terbagi (Desentralisasi)

Desentralisasi adalah sistem pendistribusian perbekalan farmasi yang

mempunyai cabang di dekat unit perawatan atau pelayanan. Cabang ini dikenal

dengan istilah depo farmasi atau satelit farmasi. Pada desentralisasi, penyimpanan

dan pendistribusian perbekalan farmasi ruangan tidak lagi dilayani oleh pusat

pelayanan farmasi. Instalasi farmasi dalam hal ini bertanggung jawab terhadap

efektivitas dan keamanan perbekalan farmasi yang ada di depo farmasi.

c. Sistem kombinasi sentralisasi dan desentralisasi

1) Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap

Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap merupakan

kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien

rawat inap di rumah sakit yang diselenggarakan secara sentralisasi dan atau

desentralisasi dengan sistem persediaan lengkap di ruangan, sistem resep

perorangan, sistem unit dosis, dan sistem kombinasi oleh Satelit Farmasi.

2) Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan

Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan merupakan

kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien

rawat jalan di rumah sakit yang diselenggarakan secara sentralisasi dan atau

desentralisasi dengan sistem resep perorangan oleh Apotek rumah sakit.

3) Pendistribusian perbekalan farmasi di luar jam kerja

Pendistibusian perbekalan farmasi di luar jam kerja merupakan kegiatan

pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien di luar jam

kerja yang diselenggarakan oleh Apotek rumah sakit / satelit farmasi yang dibuka

24 jam adalah ruang rawat yang menyediakan perbekalan farmasi emergensi.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

18

3.1.7 Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan

Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan adalah

pendekatan profesional yang bertanggung jawab dalam menjamin penggunaan

obat dan alat kesehatan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien

melalui penerapan pengetahuan, keahlian, keterampilan dan perilaku apoteker

serta bekerja sama dengan pasien dan profesi kesehatan lainnya.

Kegiatan yang dilakukan antara lain:

a. Pengkajian resep

Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari skrining resep

yang meliputi seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasi dan

persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.

b. Dispensing

Dispensing merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap

validasi, interpretasi, menyiapkan / meracik obat, memberikan label / etiket,

penyerahan obat dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai sistem

dokumentasi.

c. Pemantauan dan pelaporan efek samping obat

Pemantauan dan pelaporan efek samping obat merupakan kegiatan

pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan

yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada pasien untuk tujuan

profilaksis, diagnosis dan terapi.

d. Pelayanan informasi obat

Pelayanan informasi obat merupakan pelayanan yang dilakukan oleh

Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini

kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.

e. Konseling

Konseling merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi

dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan

penggunaan obat pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.

f. Pemantauan kadar obat dalam darah

Pemantauan kadar obat dalam darah dilakukan dengan cara melakukan

pemeriksaan kadar beberapa obat tertentu atas permintaan dari dokter yang

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

19

merawat karena obat tersebut memiliki indeks terapi yang sempit.

g. Ronde / visite

Ronde / visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap

bersama tim dokter dan tenaga kesehatan lainnya.

h. Pengkajian penggunaan obat

Pengkajian pengguanaan obat merupakan program evaluasi penggunaan

obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat - obat yang

digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien.

3.2 Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati

Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati merupakan satuan kerja (satker)

satu - satunya di Rumah Sakit yang menjalankan fungsi pengelolaan perbekalan

farmasi dengan sistem satu pintu. Instalasi Farmasi berkedudukan di

bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Medik dan

Keperawatan RSUP Fatmawati. Instalasi Farmasi dipimpin oleh seorang

kepala dengan sebutan Kepala Instalasi Farmasi dan satu orang Wakil Kepala

Instalasi yang membawahi

15 (lima belas) orang Penyelia, yaitu:

a. Penyelia Depo IRJ (Lantai 1, 2, dan 3)

b. Penyelia Depo Askes

c. Penyelia Depo IGD dan IRI

d. Penyelia Depo IBS

e. Penyelia Depo Teratai – IRNA A

f. Penyelia Depo Teratai – IRNA B

g. Penyelia Depo Griya Husada

h. Penyelia Depo Gedung Prof. Soelarto

i. Penyelia Gudang Farmasi

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

20

j. Penyelia Produksi Farmasi

l. Penyelia Sistem Informasi

m. Penyelia Distribusi dan Penerimaan

n. Penyelia Perencanaan Perbekalan Farmasi

o. Penyelia Pencatatan dan Pelaporan

p. Penyelia Tata Usaha dan SDM Farmasi

Instalasi Farmasi mempunyai struktur organisasi sebagaimana tercantum

dalam Lampiran 3. Kepala Instalasi Farmasi dalam menjalankan tugasnya

berkoordinasi dengan Kepala Satuan Farmasi Fungsional RSUP Fatmawati.

3.2.1. Tugas pokok dan fungsi instalasi farmasi RSUP Fatmawati

Tugas pokok instalasi farmasi RSUP Fatmawati adalah:

a. Menjalankan pelayanan kefarmasian di RSUP Fatmawati.

b. Menjalankan pengelolaan perbekalan farmasi dengan kegiatan perencanaan,

pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian perbekalan

farmasi di RSUP Fatmawati.

c. Menjalankan integrasi dan sinkronisasi terkait dengan pelaksanaan tugas

pelayanan dan pengelolaan perbekalan farmasi di RSUP Fatmawati.

d. Turut serta menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pelatihan kefarmasian

di RSUP Fatmawati.

e. Melaksanakan kegiatan penelitian dan ikut serta dalam uji klinik obat.

f. Turut serta menyelenggarakan pembinaan etika dan pengembangan profesi

kefarmasian.

Fungsi instalasi farmasi adalah:

a. Melaksanakan koordinasi dan kerjasama dalam pelaksanaan tugas pelayanan

kefarmasian dan pengelolaan perbekalan farmasi di RSUP Fatmawati

dengan pihak - pihak tekait.

b. Melaksanakan pengawasan mutu pelayanan kefarmasian di RSUP Fatmawati.

c. Ikut serta dalam pengembangan pelayanan kefarmasian di RSUP Fatmawati

berdasarkan perkembangan kebutuhan masyarakat, ilmu pengetahuan dan

teknologi.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

21

d. Menetapkan indikator pencapaian kinerja dan pelaksanaan evaluasi serta

tindak lanjut terkait dengan pelayanan dan pengelolaan perbekalan farmasi di

RSUP Fatmawati.

3.2.2. Visi instalasi farmasi

Visi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati adalah “Terdepan, Paripurna,

Terpercaya dalam Pengelolaan dan Pelayanan Kefarmasian di Indonesia.”

3.2.3. Misi instalasi farmasi

Misi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati adalah:

a. Melaksanakan pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien.

b. Mengupayakan pencapaian rasionalisasi penggunaan obat di RSUP

Fatmawati.

c. Menjalankan pengelolaan perbekalan farmasi rumah sakit secara efektif dan

efisien.

d. Meningkatkan dan mengembangkan pelayanan farmasi terutama bidang

orthopedi dan rehabilitasi medik.

3.2.4. Tujuan instalasi farmasi

Tujuan Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati adalah:

a. Menjamin pelayanan farmasi rumah sakit yang profesional dan bertanggung.

jawab atas semua penggunaan perbekalan farmasi di rumah sakit.

b. Mewujudkan kerasionalan pengobatan yang berorientasi kepada pasien.

c. Mewujudkan farmasi rumah sakit sebagai pusat informasi obat bagi

seluruh masyarakat rumah sakit.

d. Meningkatkan peran instalasi farmasi sebagai bagian integral dari tim

pelayanan kesehatan untuk mewujudkan manfaat yang maksimal dari

pelayanan farmasi.

e. Ikut menjamin keamanan dan keselamatan kerja seluruh staf rumah sakit,

masyarakat, serta lingkungan.

f. Meningkatkan kemampuan tenaga kefarmasian melalui pendidikan dan

pelatihan.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

22

g. Menjamin pelayanan bermutu melalui pemantauan, analisa dan evaluasi

pelayanan.

h. Mengadakan penelitian dan peningkatan metode di bidang farmasi.

3.2.5. Nilai - nilai instalasi farmasi

Nilai - nilai Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati adalah:

a. Profesional

b. Benar dan aman (safety)

c. Penuh tanggung jawab

d. Jujur

e. Ramah dan peduli (care)

3.2.6. Ruang lingkup kegiatan farmasi

3.2.6.1 Gudang farmasi

Kegiatan yang dilakukan di gudang farmasi RSUP Fatmawati ialah

sebagai berikut:

a. Perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi

Perencanaan merupakan suatu proses kegiatan dalam penentuan jumlah

dan harga perbekalan farmasi sesuai dengan kebutuhan dan anggaran yang

tersedia, dengan menggunakan dasar - dasar perencanaan dan metode yang dapat

dipertanggungjawabkan, antara lain metode konsumsi, epidemiologi, kombinasi

metode konsumsi dan epidemiologi. Pengadaan merupakan suatu proses kegiatan

untuk merealisasikan kebutuhan dalam perencanaan melalui pembelian, produksi/

pembuatan sediaan farmasi, sumbangan/dropping/hibah. Di gudang farmasi

RSUP Fatmawati ada 4 orang penyelia, yaitu penyelia gudang farmasi, penyelia

sistem informasi farmasi, penyelia distribusi dan penerimaan, dan penyelia

perencanaan perbekalan farmasi.

Perencanaan dibuat paling lambat tanggal 15 pada bulan berjalan untuk

memenuhi kebutuhan bulan berikutnya. Pembuatan perencanaan kebutuhan

bulanan menggunakan gabungan metode konsumsi dan epidemiologi.

Perencanaan dibuat berdasarkan evaluasi penjualan 3 bulan sebelumnya,

terutama 1 bulan sebelumnya, melihat sisa stok obat yang ada dan melihat

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

23

anggaran yang tersedia. Data penerimaan pada sistem akan diolah, kemudian

dikombinasi dengan analisa penjualan depo - depo farmasi untuk penentuan

jumlah kebutuhan bulan berikutnya. Penyelia gudang farmasi dan penyelia depo

farmasi melakukan cross check sehingga harus ada komunikasi di antara

keduanya. Bila terdapat peningkatan kebutuhan, maka dibuat perencanaan

tambahan. Proses penyusunan perencanaan dilakukan setiap bulan untuk

kebutuhan reguler (obat formularium). Selain itu, disusun juga perencanaan

untuk kebutuhan 3 bulan (obat generik dan obat DPHO Askes) dan kebutuhan 6

bulan untuk Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD).

Perencanaan yang dibuat oleh penyelia gudang farmasi diantaranya adalah

perencanaan obat, alkes habis pakai, gas medis, reagen, bahan baku, dan bahan

untuk radiologi seperti film rontgen. Kesemua perencanaan yang dibuat merujuk

pada daftar obat dalam formularium, DPHO, DOEN, obat bebas dan generik.

Perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi yang telah dibuat oleh gudang

diajukan kepada Kepala Instalasi Farmasi untuk diminta persetujuannya dan

ditandatangani. Perencanaan kebutuhan kemudian dikirimkan ke Direksi RSUP

Fatmawati untuk mendapatkan persetujuan pengadaan. Pertama, perencanaan

dikirimkan ke Direktur Medik dan Keperawatan, yang selanjutnya dikirimkan ke

Direktur Keuangan. Direktur Keuangan mengirimkan ke Bagian Anggaran dan

dikirim kembali ke Direktur Keuangan. Direktur Keuangan selanjutnya

mengirimkan ke Direktur Utama sebagai Kuasa Pengguna Anggaran. Setelah

mendapat persetujuan pengadaan, data perencanaan disampaikan ke PPK atau

Pejabat Pembuat Komitmen. PPK akan mengirimkan ke Sekretariat PPK untuk

dibuatkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS). HPS dikirimkan kembali ke PPK dan

dikirim ke Direktur Keuangan, yang selanjutnya dikirim ke Bagian Anggaran

untuk disetujui dan dikirim kembali ke Direktur Keuangan. Oleh Direktur

Keuangan, HPS akan dikirimkan ke PPK. Bila perencanaan di bawah 200 juta,

maka diberikan kepada Pejabat Pengadaan Medik untuk dilakukan pemilihan

harga. Bila perencanaan di atas 200 juta, maka harus ke ULP (Unit Layanan

Pengadaan) untuk dilakukan lelang secara LPSE (Layanan Pengadaan Secara

Elektronik). Sekretariat PPK akan membuatkan Surat Pesanan (SP) untuk

perencanaan di bawah 50 juta, atau membuatkan Surat Perintah Kerja (SPK)

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

24

untuk perencanaan antara 50 juta sampai 200 juta, dan mengirimkan ke

distributor terkait. Alur perencanaan dan perbekalan farmasi dapat dilihat

pada Lampiran 5.

Obat Cito dapat diadakan dengan membuat disposisi untuk

meminta persetujuan Direktur Medik dan Keperawatan untuk menggunakan

kas kecil Pejabat Pengadaan Medik, sedangkan bila di luar jam kerja

menggunakan kas kecil Duty Manager. Pengiriman perbekalan farmasi oleh

distributor ke RSUP Fatmawati sesuai dengan data perencanaan, diterima oleh

Tim Penerima Barang. Serah terima perbekalan farmasi dilaksanakan dari

Tim Penerima Barang ke petugas gudang farmasi dan dilakukan input data di

Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS), kemudian dilaksanakan proses

penyimpanan di gudang farmasi.

b. Penerimaan perbekalan farmasi

Tujuan prosedur penerimaan perbekalan farmasi ialah terjaminnya

penerimaan perbekalan farmasi sesuai dengan Surat Pesanan (SP) atau

kontrak yang telah dibuat oleh Unit Layanan Pengadaan (ULP), baik dari segi

spesifikasi mutu yang telah ditetapkan, jumlah, jangka waktu kadaluarsa yang

mencukupi dan waktu kedatangan. Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan

oleh Tim Penerima Barang berdasarkan Surat Pesanan (SP) yang dibuat oleh

ULP, tender, konsinyasi (barang titipan) atau sumbangan. Prosedur penerimaan

perbekalan farmasi ialah sebagai berikut Lampiran 6:

1) Penerimaan perbekalan farmasi yang berasal dari distributor / rekanan /

rumah sakit / Apotek / donatur lain oleh Tim Penerima Barang Medik,

diserahkan ke gudang farmasi untuk disimpan. Penerimaan perbekalan

farmasi di luar jam kerja dilakukan oleh Tim Penerima Barang Medik

untuk obat / alkes yang termasuk dalam pengadaan rutin. Untuk obat / alkes

yang dibeli di apotek luar atau rumah sakit lain atau dari distributor

karena pemesanan mendadak (Cito) diterima oleh Asisten Apoteker Depo

IGD untuk selanjutnya diserahkan ke Tim Penerima Barang Medik.

2) Serah terima perbekalan farmasi yang diterima dari Tim Penerima

Barang Medik dengan Petugas Gudang Farmasi disesuaikan dengan:

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

25

a) Faktur perbekalan farmasi;

b) Kesesuaian nama perbekalan farmasi dengan SP / SPK;

c) Kondisi perbekalan farmasi;

d) Jumlah perbekalan farmasi;

e) Tanggal kadaluarsa minimal 2 tahun, kecuali untuk perbekalan

farmasi tertentu (vaksin, reagensia) bisa kurang dari 2 tahun dengan

persetujuan user;

f) Certificate of analysis untuk bahan baku obat; Certificate of origin

untuk alat kesehatan; Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk bahan

berbahaya.

3) Pelaksanaan verifikasi administrasi penerimaan barang oleh Penyelia

Gudang Farmasi berdasarkan Bukti Penyerahan Barang dari Tim

Penerima Barang Medik yang disesuaikan dengan faktur barang datang.

4) Pembuatan Bukti Penerimaan Barang oleh Penyelia Gudang Farmasi

yang akan diserahkan ke Bagian Akuntansi.

5) Pembuatan Berita Acara Penerimaan Barang oleh Tim Penerima

Barang Medik, Penyelia Gudang Farmasi, dan Kepala Instalasi Farmasi.

6) Penyimpanan perbekalan farmasi di Gudang Farmasi.

c. Penyimpanan perbekalan farmasi

Penyimpanan perbekalan farmasi merupakan proses kegiatan

menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan perbekalan farmasi

yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari kehilangan serta gangguan

fisik yang dapat merusak mutu obat. Tujuan penyimpanan perbekalan farmasi

ialah:

1) Terjaminnya mutu perbekalan farmasi selama penyimpanan.

2) Terjaminnya keamanan persediaan perbekalan farmasi selama penyimpanan.

3) Terjaminnya ketersediaan perbekalan farmasi melalui administrasi

pencatatan persediaan perbekalan farmasi.

4) Kemudahan pencarian dan pengawasan persediaan perbekalan farmasi.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

26

Prosedur penyimpanan perbekalan farmasi ialah:

a. Pelaksanaan penyimpanan perbekalan farmasi oleh petugas farmasi

dengan memperhatikan faktor - faktor sebagai berikut:

1) Jenis perbekalan farmasi harus disimpan pada tempat yang terpisah sesuai

dengan pengelompokannya, yaitu dikelompokan berdasarkan bentuk sediaan

serta jenisnya dan disusun secara alfabetis. Di RSUP Fatmawati, penyimpanan

perbekalan farmasi dibedakan menjadi empat ruang besar yaitu:

a) Ruang penyimpanan alat kesehatan

Alat kesehatan disusun berdasarkan kegunaan (fungsi) dan ukurannya.

b) Ruang penyimpanan cairan

Cairan disimpan diruang yang terpisah dengan sediaan injeksi dan alat

kesehatan. Disusun di dalam dus dan diletakkan di atas pallet.

c) Ruang penyimpanan sediaan tablet, obat injeksi dan semisolid

Sediaan tablet, obat injeksi dan semisolid disusun berdasarkan suhu

kestabilan, bentuk sediaan dan alfabetis.

d) Ruang penyimpanan gas medik

Gas medik disimpan di gedung terpisah, terletak dibelakang gedung

teratai. Penyimpanannya disusun berdasarkan jenis gas medis seperti

oksigen, helium, nitrous oksida, karbondioksida.

b. Penempatan perbekalan farmasi

1) Penempatan perbekalan farmasi dengan metode FIFO (First In First Out)

berdasarkan waktu kedatangan perbekalan farmasi, atau FEFO (First

Expired First Out) berdasarkan waktu kadaluwarsa. Metode penempatan

FIFO yaitu meletakkan perbekalan farmasi di muka atau di depan sedangkan

metode penempatan FEFO yaitu meletakkan perbekalan farmasi yang

kadaluwarsanya lebih singkat di bagian depan.

2) Perbekalan farmasi yang mencantumkan tanggal kadaluwarsa, maka

penyimpanan menggunakan sistem FEFO. Perbekalan farmasi yang tidak

mencantumkan tanggal kadaluwarsa, maka penyimpanan menggunakan

sistem FIFO.

3) Penyimpanan obat memperhatikan LASA (Look Alike Sound Alike) untuk

patient safety. Perbekalan farmasi yang bentuknya mirip dan nama/

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

27

pengucapannya mirip tidak boleh diletakkan berdekatan walaupun terletak

pada kelompok abjad yang sama, harus diselingi dengan minimal 2 obat non

kategori LASA di antaranya dan pada rak / tempat obat diberikan stiker

LASA.

4) Penempatan perbekalan farmasi yang mudah pecah di rak yang kondisinya

masih layak pakai, disusun dengan rapi sehingga tidak ada kemungkinan

jatuh karena tersenggol dan diberikan tanda peringatan “Awas Hati - Hati

Perbekalan Farmasi Mudah Pecah”.

5) Penempatan perbekalan farmasi mudah pecah atau perbekalan farmasi

masih dalam kemasan besar tidak boleh pada posisi rak yang tinggi untuk

mencegah resiko jatuh dan menimpa petugas.

6) Penempatan perbekalan farmasi dalam kemasan besar yang berat diletakkan di

lantai menggunakan alas pallet untuk menghindari kelembaban.

c. Suhu selama penyimpanan

1) Penyimpanan pada suhu kamar (25oC) untuk obat - obat, cairan infus, alat

kesehatan, pembalut, dan gas medik.

2) Penyimpanan suhu dingin (dalam lemari pendingin) pada suhu 2 - 8oC

3) Penyimpanan untuk reagensia, obat – obatan tertentu dan produk biologis

yang membutuhkan suhu dingin untuk mempertahankan stabilitasnya

sesuai dengan persyaratan penyimpanan pada etiket. Setiap hari ada petugas

yang mencatat suhu lemari pendingin pada “kartu monitor suhu”.

4) Sediaan vaksin membutuhkan “pharmaceutical refrigerator” khusus dan

harus dilindungi dari kemungkinan matinya aliran listrik menggunakan alarm

yang akan berbunyi jika aliran listrik mati.

d. Kelembaban

Kelembaban dipantau menggunakan alat higrometer atau pemantau

kelembaban udara di ruang penyimpanan perbekalan farmasi antara 65 % -

98 %.

e. Cahaya matahari

Penyimpanan obat tidak boleh terkena cahaya matahari langsung.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

28

f. Sirkulasi udara

Tempat penyimpanan perbekalan farmasi harus mempunyai ventilasi yang

cukup untuk pertukaran udara di ruangan penyimpanan.

g. Resiko kebakaran

Bahan berbahaya mudah terbakar atau mudah meledak harus disimpan pada

Gudang Tahan Api yang dilengkapi dengan APAR (Alat Pemadam Api

Ringan).

h. Kebersihan tempat dan sarana penyimpanan dari debu atau kotoran lainnya.

i. Pengaturan tata ruang gudang farmasi dengan memperhatikan kemudahan

bergerak dan mobilisasi perbekalan farmasi.

j. Pengawasan dan monitoring tempat dan fasilitas penyimpanan untuk

menjamin mutu perbekalan farmasi yang ada.

1) Pelaksanaan penyusunan persediaan perbekalan farmasi pada tempat

penyimpanan secara aman oleh petugas farmasi.

2) Pelaksanaan pencatatan pemasukan, pengeluaran, dan stok perbekalan

farmasi ke dalam kartu persediaan dan dalam Sistem Informasi Rumah

Sakit (SIRS) oleh petugas farmasi.

3) Pembuatan laporan mutasi atau distribusi perbekalan farmasi oleh

petugas farmasi.

Prosedur Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika:

a. Pencatatan obat narkotika dan psikotropika yang sudah diterima dari Tim

Penerima Barang Medik RSUP Fatmawati, dicatat pada kartu stok sesuai

jenis, jumlah, expire date, dan nama distributor khusus obat narkotika dan

psikotropika, yaitu PT. Kimia Farma.

b. Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika yang sudah

dicatat / dokumentasi dengan ketentuan:

1) Menggunakan lemari sesuai ketentuan, yaitu lemari double lock (kunci

ganda) pada dua pintu dengan susunan berlapis.

2) Kondisi kunci kedua pintu dapat berfungsi dengan baik dan dalam kondisi

terkunci guna pembatasan akses pengambilan obat.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

29

3) Lemari tersebut terpasang menempel pada dinding sehingga tidak dapat

dipindahkan kecuali dengan membongkarnya.

4) Dilengkapi dengan kartu stok.

c. Pengaturan penyimpanan obat narkotika dan psikotropika berpedoman

kepada beberapa ketentuan dan persyaratan sebagai berikut:

1) Menurut bentuk sediaan dan jenisnya.

2) Menurut suhu dan kestabilan sediaan:

a) Obat disimpan dalam lemari pendingin, yaitu suhu 2 - 8oC

b) Obat disimpan dalam suhu kamar, yaitu 15 - 25oC

3) Menurut sifatnya mudah / tidak terbakar

4) Menurut ketahanan terhadap cahaya / tidak

d. Penyusunan penyimpanan berdasarkan sistem FIFO (First In First Out)

atau berdasarkan sistem FEFO (First Expired First Out).

e. Penyusunan urutan pada lemari penyimpanan dilakukan secara alfabetis,

yaitu berdasarkan urutan abjad, dimulai dari huruf “A” sampai “Z”.

f. Pencatatan obat narkotika dan psikotropika, yaitu jumlah stok awal, jumlah

keluar, jumlah stok akhir, dan petugas yang mengambil.

g. Monitoring selama proses penyimpanan dengan melakukan

pengecekan fasilitas penyimpanan dan pengecekan kondisi fisik sediaan

dan jumlah stok narkotika dan psikotropika setiap hari.

Prosedur Identifikasi, Penandaan, dan Penyimpanan Obat High Alert:

a. Penerimaan obat high alert oleh Gudang Farmasi dari distributor melalui

Tim Penerima Barang Medik RSUP Fatmawati.

b. Pemeriksaan kebenaran obat high alert yang diterima dengan memeriksa

nama, jumlah, tanggal kadaluarsa, dan kondisi fisik obat high alert, serta

kondisi penyimpanan khusus obat high alert bila dipersyaratkan.

c. Pemberian penanda khusus (stiker) obat high alert golongan

elektrolit konsentrasi tinggi yang diterima oleh Gudang Farmasi dilakukan

pada kardus terluar obat high alert.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

30

d. Pencatatan stok obat high alert yang diterima oleh Gudang Farmasi

dilakukan dalam Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) dan kartu stok

gudang farmasi sebagai penambahan jumlah.

e. Penempatan obat high alert pada lemari penyimpanan obat yang

bertanda khusus (stiker high alert) dan tidak tercampur dengan obat

lainnya.

f. Penempatan obat high alert pada lemari penyimpanan dengan metode FIFO

dan FEFO berdasarkan urutan alfabetis dengan cara:

1) Untuk obat high alert yang dipersyaratkan disimpan pada suhu dingin,

yaitu antara 2-8oC, maka disimpan dalam lemari pharmaceutical

refrigerator dengan suhu terkendali.

2) Untuk obat high alert yang dipersyaratkan disimpan pada suhu

ruangan, yaitu 25oC, maka disimpan dalam lemari yang telah

diberikan penanda khusus.

3) Untuk obat high alert yang memenuhi kriteria LASA (Look Alike

Sound Alike), maka obat tersebut diletakkan secara terpisah dengan

memberikan selingan minimal 2 obat non kategori LASA di antaranya.

d. Pendistribusian perbekalan farmasi

Pendistribusian perbekalan farmasi oleh gudang RSUP Fatmawati yang

dilakukan ada dua macam yakni pendistribusian permintaan obat

berdasarkan permintaan dari depo-depo farmasi melalui sistem dan

pendistribusian floor stock dari ruangan secara manual atau menggunakan

formulir. Untuk pendistribusian amprahan obat dilakukan dengan sistem

komputerisasi dan dilakukan setiap hari. Alur distribusinya adalah setiap

pagi petugas gudang farmasi mengecek sistem dan akan menilai secara

keseluruhan pembagian stok ke depo-depo farmasi agar manajemen persediaan

di gudang farmasi tetap baik. Setelah perbekalan farmasi disiapkan, petugas

gudang farmasi akan memberi kabar pada petugas depo bahwa barang yang

diminta telah disiapkan. Selanjutnya dilakukan serah terima dengan petugas

depo.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

31

Saat serah terima dilakukan pengecekan volume dan tanggal kadaluarsa

perbekalan farmasi. Petugas menandatangani bila telah dilakukan

pengecekan dan telah sesuai, kemudian dilakukan penginputan ke sistem dan

di print out. Setelah itu, petugas gudang farmasi mengecek pengeluaran sesuai

atau tidak. Stok gudang farmasi akan terpotong bila telah diverifikasi.

Untuk pendistribusian floor stock, dilakukan secara manual dan jadwal

pengambilan tiap ruangan berbeda - beda untuk memudahkan kerja petugas

gudang farmasi. Alur distribusi perbekalan farmasi dapat dilihat pada Lampiran

7.

e. Pelaporan perbekalan farmasi

Pelaporan perbekalan farmasi di gudang farmasi, antara lain:

1) Buku induk penerimaan barang

2) Rekapitulasi penerimaan barang

3) Rekapitulasi pengeluaran barang

4) Rekapitulasi penerimaan dan pengeluaran gas medik

5) Laporan stok opname setiap satu bulan

6) Laporan persediaan floor stock setiap tiga bulan

7) Laporan narkotika setiap 1 bulan sekali

8) Laporan psikotropika setiap 1 tahun sekali

9) Laporan barang sumbangan

f. Prosedur retur perbekalan farmasi

Retur perbekalan farmasi merupakan proses pengembalian perbekalan

farmasi ke distributor disebabkan karena rusak, kadaluwarsa, dan

penarikan produk (recall) oleh produsen. Tujuannya ialah agar

tersedianya produk perbekalan farmasi yang bermutu di rumah sakit dan

terlindunginya pasien dari penggunaan perbekalan farmasi yang tidak bermutu.

Prosedur retur perbekalan farmasi ialah sebagai berikut:

1) Pelaksanaan pemeriksaan dan pengecekan sediaan farmasi di gudang

farmasi, depo farmasi, instalasi rawat inap untuk perbekalan farmasi floor

stock.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

32

2) Pelaksanaan item pengecekan untuk mengetahui perbekalan farmasi

yang rusak, kadaluwarsa, dan recall.

3) Pencatatan perbekalan farmasi yang diketahui rusak, mendekati tanggal

kadaluwarsa atau recall. Pencatatan dilakukan dengan mencatat nama

produk, nama pabrik, nomor batch, tanggal produksi, tanggal

kadaluwarsa, jumlah sediaan.

4) Pengembalian dan pengumpulan perbekalan farmasi yang rusak,

kadaluwarsa, atau recall dari seluruh depo farmasi dan floor stock rawat

inap ke gudang farmasi.

5) Pengumpulan perbekalan farmasi ke gudang farmasi untuk produk :

a) Rusak dan tidak dapat digunakan

b) Dalam masa 3 bulan sebelum mencapai masa kadaluwarsa

c) Recall berdasarkan surat edaran dari pabrik pembuat produk,

Kementerian Kesehatan RI, Badan Pengawas Obat dan Makanan

(BPOM), dan Tim Farmasi dan Terapi (TFT) berdasarkan hasil audit

investigasi.

6) Penyimpanan perbekalan farmasi yang tidak layak pakai di gudang farmasi

dilakukan pada lemari penyimpan khusus yang diberi label: “Penyimpanan

Obat Tidak Layak Pakai”

7) Pengembalian ke distributor untuk produk yang dapat diretur dan

dilakukan penggantian produk, dengan melengkapi dokumen faktur

pembelian, surat pesanan, dan berita acara serah terima.

8) Pemusnahan perbekalan farmasi yang telah mencapai masa tanggal

kadaluwarsa dan tidak dapat diretur ke distributor, yang akan dimusnahkan

secara bersamaan dalam waktu tertentu oleh Tim Pemusnahan Barang.

9) Pembuatan laporan oleh wakil kepala perbekalan farmasi untuk

disampaikan pada Kepala Instalasi Farmasi.

10) Penyampaian laporan ke Direksi.

3.2.6.2 Tata usaha farmasi

Kegiatan administrasi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati dilaksanakan

di Tata Usaha Farmasi. Terdapat 2 penyelia di Tata Usaha Farmasi, yaitu

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

33

Penyelia Pencatatan dan Pelaporan serta Penyelia Tata Usaha (TU) dan SDM

Farmasi. Tata cara persuratan yang dilakukan oleh Penyelia Pencatatan dan

Pelaporan di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati mencakup pencatatan surat

masuk dan surat keluar. Pengiriman surat keluar Instalasi Farmasi dalam

lingkup rumah sakit ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi, sedangkan

pengiriman surat keluar untuk lingkungan eksternal rumah sakit melalui Sub

Bagian Tata Usaha Rumah Sakit. Pembuatan laporan di Instalasi Farmasi RSUP

Fatmawati yang dilakukan oleh Penyelia Pencatatan dan Pelaporan adalah

sebagai berikut:

a. Pengambilan dan perekapan data untuk penyusunan laporan:

1) Pengambilan data dari gudang farmasi berupa catatan permintaan

barang floor stock atau pemakaian perbekalan farmasi dari semua

satuan kerja berdasarkan formulir permintaan barang setiap akhir bulan

untuk pembuatan laporan keuangan dan catatan permintaan obat /

alkes depo farmasi ke gudang farmasi untuk pembuatan laporan

pengeluaran perbekalan farmasi per depo farmasi.

2) Pengambilan data jumlah pemasukan dan pengeluaran obat - obat

narkotika dan psikotropika di gudang farmasi dan seluruh depo farmasi

oleh Kepala Perbekalan Instalasi Farmasi setiap akhir bulan untuk

narkotika dan setiap akhir tahun untuk psikotropika untuk pembuatan

laporan pemakaian obat narkotika dan laporan pemakaian obat

psikotropika.

3) Pengambilan data jumlah penulisan resep obat dengan nama generik

dan non generik dari catatan pemantauan penulisan resep obat generik di

depo - depo farmasi setiap akhir bulan untuk pembuatan laporan

pemantauan penulisan resep obat generik.

4) Pengambilan data catatan tagihan obat pasien per depo farmasi

untuk pembuatan laporan tagihan obat pasien per depo farmasi.

5) Pengambilan data dari catatan lembar dan jumlah resep depo farmasi dari

pasien rawat jalan (poliklinik) dan pasien rawat inap (ruangan) di depo

- depo farmasi untuk pembuatan laporan kegiatan instalasi farmasi.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

34

6) Pengambilan data kuitansi dan faktur pembelian perbekalan farmasi

dari catatan pemakaian kas kecil instalasi farmasi untuk pembuatan

laporan pemakaian kas kecil instalasi farmasi.

b. Penyusunan laporan bulanan di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati

oleh Penyelia Pencatatan dan Pelaporan

c. Penyusunan laporan keuangan, laporan pengeluaran perbekalan farmasi per

depo farmasi, laporan pemantauan penulisan obat generik dan non generik,

laporan tagihan obat pasien per depo farmasi, laporan kegiatan instalasi

farmasi, dan laporan pemakaian kas kecil instalasi farmasi setiap bulan.

d. Pembuatan laporan pemakaian obat narkotika setiap bulan dan laporan

pemakaian obat psikotropika setiap akhir tahun oleh Kepala Instalasi

Farmasi.

Pengiriman laporan pemakaian obat narkotika dan psikotropika

dilakukan ke Bagian Umum RSUP Fatmawati untuk dibuatkan surat

pengantar yang ditandatangani oleh Direktur Medik dan Keperawatan, lalu

dikirim ke Dinas Kesehatan Jakarta Selatan.

Pengiriman laporan keuangan, laporan pengeluaran perbekalan farmasi

per depo farmasi, laporan pemantauan penulisan obat generik dan non generik,

laporan tagihan obat pasien per depo farmasi, dan laporan kegiatan instalasi

farmasi ditujukan kepada Direktur Medik dan Keperawatan dan Kepala Instalasi

Rekam Medik dan Informasi Kesehatan. Pemisahan arsip di Instalasi Farmasi

RSUP Fatmawati didasarkan atas:

a. Arsip surat masuk / surat keluar / SK Direktur RSUP Fatmawati /

SK Kemenkes.

b. Arsip Kepegawaian terdiri dari map masing - masing pegawai Instalasi Farmasi

RSUP Fatmawati.

c. Arsip laporan - laporan.

d. Arsip resep rawat jalan dan rawat inap.

e. Arsip catatan kehadiran pegawai (absensi) di Instalasi Farmasi

RSUP Fatmawati.

f. Arsip catatan lembur pegawai Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

35

g. Arsip catatan rekapitulasi rencana pengadaan bulanan.

h. Arsip rekapitulasi rencana pengadaan bulanan.

Pemusnahan dilakukan setiap awal tahun untuk laporan - laporan dan

resep-resep yang berumur lebih dari 3 tahun serta surat masuk dan surat keluar

yang berumur 5 tahun.

3.2.6.3 Produksi farmasi

Produksi farmasi RSUP Fatmawati terbagi menjadi 2 bagian, yaitu

produksi non steril dan produksi steril. Produksi steril berada di bawah

pengawasan Satuan Farmasi Fungsional, sedangkan produksi non steril berada

di bawah pengawasan Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati. Terdapat 1 penyelia,

yaitu Penyelia Produksi Farmasi, dan 2 asisten apoteker di produksi farmasi

RSUP Fatmawati.

a. Produksi non steril

Kegiatan yang dilakukan di produksi non steril adalah pembuatan

sediaan farmasi, pengenceran sediaan, dan pengemasan kembali. Bentuk

sediaan yang diproduksi mencakup bentuk sediaan padat, sediaan cair, dan

sediaan semi padat. Semua bentuk sediaan dibuat berdasarkan master formula

RSUP Fatmawati. Di ruang produksi RSUP Fatmawati saat ini terdapat 43

master formula sebagai panduan pelaksanaan produksi farmasi. Tujuan

dilakukannya produksi di RSUP Fatmawati antara lain adalah untuk

penghematan anggaran, terdapat sediaan dengan formula khusus dan sediaan

obat dibutuhkan segera seperti rekonstitusi obat suntik dan obat kanker.

Bahan baku yang digunakan di produksi non steril diperoleh dari

gudang farmasi. Perencanaan dilakukan setiap bulan berdasarkan laporan

bulanan sebelumnya kemudian perencanaan ini dikirimkan ke gudang

farmasi untuk dilanjutkan dengan proses pengadaan. Produksi non steril

mendistribusikan produknya ke gudang farmasi. Penyimpanan di produksi

non steril terbagi menjadi 2, yaitu penyimpanan bahan baku (disusun

berdasarkan kegunaannya) dan penyimpanan produk (berdasarkan alfabetis).

Pelaporan yang dilakukan oleh produksi non steril adalah laporan jumlah

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

36

perbekalan farmasi, laporan produk yang rusak, dan laporan produk yang

kadaluwarsa.

b. Produksi steril

Kegiatan yang dilakukan di produksi steril adalah IV admixture

dan penanganan obat sitostatika. Kegiatan IV admixture yang dilakukan di

produksi steril adalah mempersiapkan injeksi tuberkulin untuk Tes

Mantoux dan mencampurkan / mengencerkan KCl ke dalam cairan normal

saline (NaCl 0,9%). Penanganan obat sitostatika adalah mempersiapkan

obat sitostatika untuk pengobatan kanker. Alur masuk ke ruang produksi

aseptik dispensing dan pelayanan obat sitostatika dapat dilihat pada Lampiran

8 dan 9. Alur penanganan limbah padat, cair, dan gas, serta alur penanganan

limbah sitostatika dapat dilihat pada Lampiran 23.

3.2.6.4 Depo Instalasi Rawat Jalan

Gedung Instalasi Rawat Jalan terdiri dari 3 lantai. Lantai 1 terdapat

poliklinik bedah, poliklinik bedah plastik, poliklinik gigi dan mulut, dan

poliklinik jantung. Lantai 2 terdapat poliklinik penyakit dalam, poliklinik

bedah saraf, poliklinik kebidanan dan kandungan, poliklinik pegawai,

poliklinik edukasi, poliklinik saraf, dan poliklinik rehabilitasi medik. Lantai 3

terdapat poliklinik paru, poliklinik PPKT (Program Pelayanan Kanker Terpadu),

poliklinik anak, poliklinik anestesi, poliklinik akupuntur, poliklinik kulit dan

kelamin, dan poliklinik jiwa. Depo farmasi terdapat di setiap lantai gedung

Instalasi Rawat Jalan. SDM di Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 1 berjumlah 7

orang yang terdiri dari 1 Apoteker, 4 Asisten Apoteker, dan 2 bagian

administrasi. SDM di Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 2 terdiri atas 1

Apoteker dan 4 Asisten Apoteker. Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 3 hanya

terdiri dari 1 Apoteker dan 2 Asisten Apoteker.

Setiap pagi masing - masing lantai depo farmasi melakukan permintaan

ke gudang farmasi. Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 1 melayani pasien

tunai, jaminan kantor, dan pasien HIV. Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 2

melayani pasien Kartu Jakarta Sehat (KJS). Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 3

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

37

melayani pasien Jamkesmas, Jamkesda Depok, Jamkesda Tangerang, dan pasien

TBC.

Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh pasien Jamkesmas,

Jamkesda Depok, dan Jamkesda Tangerang Selatan yaitu: resep asli dan 1

lembar fotokopi resep, SJP asli dan 2 lembar fotokopi SJP (Surat Jaminan

Pelayanan), fotokopi 2 lembar surat pengantar dari Dinas Kesehatan Daerah,

fotokopi 2 lembar kartu Jamkesda, Surat rujukan asli dari puskesmas, kartu

berobat di RSUP Fatmawati, fotokopi Kartu Keluarga (KK) 2 lembar, serta

fotokopi KTP atau akte bila anak di bawah umur. Persyaratan-persyaratan yang

harus dipenuhi oleh pasien KJS yaitu: resep, bukti pembayaran, SJP asli, surat

rujukan asli puskesmas, dan fotokopi KTP.

Depo Instalasi Rawat Jalan menerapkan sistem distribusi obat rawat

jalan secara individual prescription. Prosedur penyiapan obat rawat jalan

secara individual prescription merupakan tata cara dan urutan proses

kegiatan menyiapkan obat pasien rawat jalan berdasarkan resep pasien.

Jumlah obat diberikan seluruhnya sesuai yang tertera dalam resep yang telah

melalui kajian peresepan oleh Apoteker. Tujuan prosedur penyiapan obat

rawat jalan secara individual prescription adalah agar:

a. Tercapainya jaminan kebenaran dan keamanan dalam proses dispensing

obat pada pasien rawat jalan.

b. Tercapainya peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keamanan dalam

penggunaan obat.

Prosedur penyiapan obat rawat jalan secara individual prescription

Lampiran 10:

a. Penerimaan resep dari dokter / perawat ruangan oleh petugas farmasi.

b. Pelaksanaan skrining resep untuk menilai kesesuaian penulisan resep.

c. Pelaksanaan pelayanan obat pasien yang telah memenuhi persyaratan

pada skrining resep.

d. Pemeriksaan berkas kelengkapan resep untuk pasien jaminan / asuransi

(pasien ASKES, pasien Jamkesmas, pasien Jamkesda, atau pasien KJS).

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

38

e. Pembuatan billing transaksi untuk resep yang telah memenuhi persyaratan

dari skrining dan kajian peresepan obat.

f. Pembayaran resep berdasarkan billing resep untuk pasien tunai.

Pembayaran dilakukan di kasir RSUP Fatmawati.

g. Pelaksanaan permohonan ijin prinsip:

1) Resep pasien ASKES dengan verifikasi oleh penjamin ASKES,

2) Resep pasien Jamkesmas dengan verifikasi oleh penjamin Jamkesmas,

3) Resep pasien KJS dengan verifikasi oleh penjamin KJS,

4) Verifikasi ijin prinsip Direktur RSUP Fatmawati untuk perbekalan

farmasi yang tidak terjamin dalam paket pembiayaan atau menjadi

beban RSUP Fatmawati.

h. Pembuatan etiket obat dengan pemilihan etiket:

1) Etiket warna putih untuk penggunaan melalui enteral (oral / sublingual /

dan lain - lain).

2) Etiket warna biru untuk penggunaan melalui parenteral dan topikal.

Pembuatan etiket obat dengan mencantumkan nomor rekam

medik, nama pasien, nama obat, dosis obat, waktu dan frekuensi pemberian,

rute pemberian, dan tanggal kadarluarsa.

i. Pelaksanaan pembuatan copy resep untuk obat yang tidak jadi dibeli pasien

atau obat yang tidak terlayani oleh depo farmasi.

j. Pengecekan obat tentang kebenaran obat yang sudah disiapkan dengan

klarifikasi 7 benar, yaitu benar obat, benar dosis, benar waktu dan frekuensi

pemberian, benar rute pemberian, benar pasien, benar informasi, dan benar

dokumentasi.

k. Pelaksanaan penyerahan obat yang sudah disiapkan kepada pasien.

l. Pelaksanaan penyerahan obat kepada pasien rawat jalan dilakukan oleh

Tenaga Kefarmasian dengan kriteria:

1) Apoteker yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)

2) Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) yang telah mendapatkan Surat

Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK).

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

39

3) Terdaftar sebagai tenaga kefarmasian di RSUP Fatmawati

4) Selesai mengikuti masa orientasi.

m. Pemanggilan nama pasien rawat jalan melalui pengeras suara untuk

menuju loket pengambilan obat.

n. Pelaksanaan konseling obat apabila pasien membutuhkan penjelasan lebih

lanjut.

o. Pendokumentasian resep dan bukti print out dalam file sesuai dengan status

pembiayaan pasien.

3.2.6.5 Depo Askes

Depo Askes adalah depo farmasi yang khusus melayani semua pasien

rawat jalan peserta Askes dan pasien Jamkesda Bogor. Sumber daya manusia

yang terdapat di depo Askes terdiri dari 1 orang apoteker sebagai penyelia, 6

orang asisten apoteker, 1 orang juru resep, dan 5 orang petugas administrasi.

Pengadaan obat dilakukan setiap hari langsung dari Gudang Farmasi

dengan menggunakan formulir permintaan barang melalui komputer secara

online. Penyimpanan barang disusun berdasarkan obat DPHO Askes dan obat

non DPHO Askes, bentuk sediaan, dan disusun secara alfabetis. Obat narkotika

dan psikotropika disimpan dalam lemari tersendiri dan terkunci (double lock).

Obat-obat fast moving diletakkan terpisah di meja. Penyimpanan barang

menggunakan sistem FIFO dan FEFO.

Persyaratan - persyaratan yang harus dipenuhi oleh pasien untuk

mendapatkan pelayanan pengobatan pasien Askes di Depo Farmasi Askes adalah:

a. Resep Asli

b. Surat rujukan asli dari Puskesmas dengan 2 lembar fotokopi surat rujukan

c. Fotokopi kartu Askes

Dalam melayani pasien, Depo Askes mengacu pada pedoman- pedoman

yang disesuaikan dengan status pasien. Beberapa pedoman yang dapat

digunakan antara lain:

a. Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) Askes

Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) Askes merupakan acuan obat bagi

pasien peserta Askes. Dalam DPHO terdapat dua daftar obat yang dapat

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

40

diberikan kepada pasien Askes yaitu, obat peresepan umum dan obat

khusus untuk penyakit kanker. Dalam DPHO juga terdapat daftar obat

dengan batasan jumlah peresepan maksimal yang dapat diberikan.

b. Daftar Obat Inhealth

Daftar Obat Inhealth merupakan acuan yang dapat digunakan bagi

pasien peserta Inhealth.

c. Formularium Jamkesmas

Formularium Jamkesmas merupakan acuan yang dapat digunakan bagi

pasien peserta Jamkesmas.

d. Formularium Rumah Sakit

Formularium Rumah Sakit merupakan acuan yang dapat digunakan

bagi peserta Askes.

Alur pelayanan pasien di depo Askes dimulai dari masuknya resep ke

bagian penerimaan resep (bagian sortir). Pada bagian ini petugas depo Askes

akan memeriksa kelengkapan berkas yang menjadi persyaratan yang harus

dibawa oleh pasien. Apabila persyaratan yang diperlukan sudah lengkap,

selanjutnya dilakukan skrining resep. Setelah itu, pasien akan mendapatkan

nomor pengambilan obat yang sama dengan nomor yang ada pada resep.

Kemudian resep distempel dan datanya dimasukkan ke komputer. Setelah

data dimasukkan ke komputer, selanjutnya resep diberikan kepada petugas

untuk dibuatkan etiketnya. Setelah itu resep diberikan kepada petugas

penyiapan obat, baik obat jadi maupun obat racikan. Obat yang telah siap

dikemas dan diserahkan ke pasien disertai pemberian informasi singkat

mengenai penggunaan obat Lampiran 11.

Laporan - laporan yang dibuat oleh depo Askes, yaitu:

a. Laporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika.

b. Laporan penulisan obat generik dan non generik.

c. Laporan penulisan obat yang masuk DPHO Askes dan non DPHO Askes.

d. Laporan analisa penjualan.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

41

e. Laporan barang rusak dan kadaluarsa yang dibuat setiap 3 bulan.

f. Laporan jumlah lembar dan jumlah resep.

Depo Askes memiliki pasien terbanyak dengan jumlah 200 – 300 resep

per hari. Obat yang paling sering diresepkan adalah obat untuk penyakit jantung

dan penyakit dalam. Pembayaran pasien Askes dapat diklaim ke PT Askes

sedangkan pembayaran pasien Jamkesda Bogor dengan menggunakan sistem INA

CBG’s (Indonesia Case Base Groups).

3.2.6.6 Depo farmasi rawat inap (Teratai)

Depo farmasi rawat inap (Depo Teratai) berada tepat ditengah

lantai pertama gedung teratai. Gedung ini terdiri dari enam lantai dan memiliki

kapasitas 700 tempat tidur. Dengan rincian tiap lantai sebagai berikut :

a. Lantai pertama yaitu ruangan kebidanan (emergency kebidanan,

contohnya pada kondisi pre eklampsia berat) dan high care unit di selatan

Teratai.

b. Lantai kedua yaitu ruangan perawatan khusus kebidanan dan high care

unit di selatan Teratai.

c. Lantai ketiga yaitu ruangan khusus pasien anak - anak (<18 tahun) dan

high care unit di selatan Teratai.

d. Lantai keempat yaitu ruangan pasien pasca bedah dan high care unit di

utara Teratai.

e. Lantai kelima yaitu ruangan pasien penyakit dalam (internis) dan high

care unit di selatan Teratai.

f. Lantai keenam yaitu ruangan untuk pasien penyakit saraf dan

kardiovaskular dan high care unit di selatan Teratai.

Penanggung jawab depo farmasi rawat inap terdiri dari dua

penyelia. Penyelia pertama bertanggung jawab terhadap IRNA A yang terdiri

dari lantai 1, 2 dan 3, sedangkan penyelia kedua bertanggung jawab pada IRNA

B yang terdiri dari lantai 4, 5 dan 6. Jumlah SDM di depo teratai adalah

sebanyak 28 orang, dengan perincian apoteker sebanyak 4 orang, petugas

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

42

perincian (billing) sebanyak 6 orang, juru resep sebanyak 5 orang dan 13

orang merupakan tenaga teknis kefarmasian.

Sistem pengadaan obat dilakukan berdasarkan sistem satu pintu

dari Instalasi Farmasi. Setiap harinya depo rawat inap akan membuat

perincian kebutuhan yang diinput ke komputer yang online dengan sistem

di gudang farmasi. Perbekalan farmasi di depo rawat inap, disimpan terpisah

berdasarkan bentuk sediaan, obat generik, dan non generik yang disusun

berdasarkan alfabetis dan sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO

(First In First Out). Obat LASA (Look Alike Sound Alike) penyusunannya

diberi jarak 2 box antar obat LASA dan diberikan stiker LASA. Terdapat 2

refrigerator untuk penyimpanan obat-obat yang membutuhkan suhu dingin

untuk kestabilannya. Obat-obat narkotika dan psikotropika disimpan di dalam

lemari dengan double lock dan setiap obat-obat tersebut diambil maka

dilakukan pencatatan di buku penggunaan.

Sistem distribusi yang diterapkan di depo farmasi rawat inap beragam,

diantaranya adalah, sistem distribusi unit dose. Sistem ini merupakan sistem

pemberian obat pada pasien dengan menggunakan kemasan sekali pakai dalam

jangka waktu 24 jam. Sistem ini dipakai di lantai tiga untuk obat-obat injeksi,

lantai empat (ruang perawatan bedah, THT, mata, gigi, paru), lantai lima (ruang

perawatan penyakit dalam), dan lantai enam (ruang perawatan penyakit dalam,

jantung dan saraf). Alur sistem distribusi dosis unit tertera Lampiran 12. Sistem

selanjutnya yaitu sistem floor stock, dan sistem resep individual berupa resep

yang ditulis dokter untuk tiap penderita. Sistem resep individual ini

diterapkan di lantai tiga untuk pasien anak-anak yang masih mendapatkan puyer

dan lantai 2. Pelaporan yang dikerjakan di depo farmasi rawat inap sama

halnya dengan depo-depo farmasi lainnya, di antaranya adalah:

a. Laporan daftar pelunasan yang dibuat harian.

b. Laporan pemakaian narkotika dan psikotropika yang dibuat setiap bulan.

c. Laporan penulisan resep obat generik dan non generik yang dibuat setiap

bulan.

d. Laporan analisa penjualan yang dibuat setiap bulan.

e. Laporan barang rusak dan expired yang dibuat setiap 3 bulan.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

43

3.2.6.7 Depo Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Instalasi Rawat Intensif (IRI)

Instalasi Gawat Darurat merupakan salah satu pelayanan dari Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati melayani kegawatdaruratan medik selama 24

jam. Didukung oleh tenaga profesional dan tenaga ahli yang berpengalaman

lebih dari 40 orang yang bertugas secara shift dan akan memberikan

pelayanan secara maksimal mengatasi kegawat daruratan medik. IGD memiliki

pelayanan pendukung seperti laboratorium Instalasi Gawat Darurat 24 jam,

radiologi (USG, CT Scanning), kamar operasi, bank darah, Apotek, dan

ambulance 24 jam (RSUP Fatmawati, 2009).

IGD terdiri dari beberapa ruangan:

a. Ruang resusitasi (ruang merah)

Di ruang ini terdapat delapan tempat tidur, lemari emergency, dan paket

resusitasi. Pasien - pasien yang masuk ruang ini merupakan pasien dengan

kondisi yang cukup parah, sehingga jika pasien mengalami kegawatdaruratan

dan butuh penanganan segera, perawat tidak perlu berlari ke depo farmasi di

IGD untuk mengambil obat maupun alat kesehatan sehingga dapat menghemat

waktu dalam menolong pasien. Lemari emergency di cek setiap harinya dan

dilengkapi jumlahnya sesuai dengan daftar yang ditetapkan oleh RSUP

Fatmawati.

b. Ruang P2 (Ruang kuning)

Ruang ini dibagi menjadi ruang bedah dan ruang non bedah dimana di

ruang ini tidak disediakan lemari emergency.

c. Ruang Triase

Pasien yang masuk ruangan ini dalam kondisi yang tidak terlalu parah

sehingga tidak mendapat tindakan dan tidak ada paket di ruang ini.

Depo IGD dan IRI memiliki 1 orang apoteker penyelia, 1 orang

administrasi, dan 14 orang asisten apoteker. Depo IGD dan IRI buka 24 jam

dengan 3 shift dan melayani pasien rawat inap serta pasien rawat jalan. Pasien

rawat inap terdiri dari pasien yang masuk ruang Intensive Care Unit

(ICU), Neonatus Intensive Care Unit (NICU), Pediatric Intensive Care Unit

(PICU), Intensive Cardiac Care Unit (ICCU). Sedangkan pasien rawat jalan

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

44

merupakan pasien yang masuk ruang IGD seperti ruang resusitasi, ruang P2,

ruang triase, maupun poli IGD.

Depo farmasi IGD dan IRI melakukan permintaan obat dan alat kesehatan

ke gudang farmasi setiap hari secara online. Obat - obatan disusun berdasarkan

abjad dan dipisahkan menurut jenis sediaan. Untuk obat - obat yang tidak

stabil pada suhu ruang maka penyimpanannya di lemari pendingin. Obat - obat

jenis narkotika dan psikotropika ditempatkan di lemari khusus tersendiri dengan

double lock pada dua pintu dengan susunan berlapis. Lemari tersebut

terpasang menempel pada dinding sehingga tidak dapat dipindahkan

kecuali dengan membongkarnya (RSUP Fatmawati, 2012). Alat kesehatan

ditempatkan di rak tersendiri dan diberi nama pada tempat atau box alat

kesehatan tersebut. Jenis sediaan obat yang sering digunakan di Depo IGD dan

IRI adalah sediaan injeksi.

Laporan - laporan yang disiapkan oleh Depo Farmasi IGD adalah:

a. Laporan daftar pelunasan yang dibuat harian.

b. Laporan pemakaian obat–obat narkotika yang dibuat setiap bulan.

c. Laporan penulisan resep obat generik dan non generik yang dibuat setiap

bulan.

d. Laporan analisa penjualan yang dibuat setiap bulan.

e. Laporan barang rusak dan expired yang dibuat setiap 3 bulan.

f. Laporan jumlah dan lembar resep setiap bulan.

3.2.6.8 Depo Instalasi Bedah Sentral

Lantai 1 Instalasi Bedah Sentral terdapat OK Cito sebanyak 2 kamar.

Pasien yang masuk ke OK Cito merupakan pasien yang tidak direncanakan jadwal

operasinya atau yang sifatnya Cito. Pada OK Cito terdapat Paket obat dan alkes

OK Cito dan lemari emergensi. Lemari emergensi terdiri dari lemari emergensi

bedah dan lemari emergensi anestesi. Lemari emergensi bedah berisi antibiotik,

sedangkan lemari emergensi anestesi berisi obat dan alat kesehatan. Saat pasien

masuk ke OK Cito, maka penata anestesi mengambil Paket obat dan alkes OK

Cito yang telah disiapkan oleh petugas depo farmasi. Bila obat dan alat kesehatan

dalam paket kurang, maka penata anestesi dapat mengambilnya di lemari

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

45

emergensi dan mencatatnya di Lembar Pemakaian. Setelah selesai operasi,

Lembar Pemakaian dimasukkan ke dalam Paket obat dan alkes OK Cito yang

telah terpakai oleh pasien. Lemari emergensi akan dicek jumlah pemakaian, serta

diisi kembali oleh petugas depo farmasi.

Lantai 2 Instalasi Bedah Sentral terdapat OK Elektif sebanyak 8 kamar

dan 1 Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral. Pasien yang masuk ke OK Elektif

telah memiliki jadwal operasi. Sehari sebelum operasi, depo farmasi menerima

jadwal operasi pasien dan permintaan anestesi umum atau spinal. Depo farmasi

kemudian menyiapkan paket anestesi dan memberi label nama pasien pada paket

tersebut, sehingga pada hari operasi penata anestesi cukup meminta paket

berdasarkan nama pasien. Penata bedah akan mencatat permintaan di buku pada

hari operasi, kemudian paket bedah akan disiapkan oleh petugas depo farmasi.

Bila terdapat kekurangan obat dan alat kesehatan saat operasi sedang berlangsung,

maka penata bedah atau penata anestesi dapat meminta secara langsung ke depo

farmasi dengan menyebutkan nama pasien dan kamar operasi. Petugas depo

farmasi akan mencatat permintaan obat dan alat kesehatan. Bila pasien telah

selesai dioperasi, maka paket akan dikembalikan ke depo farmasi dan petugas

depo farmasi akan merekapitulasi semua penggunaan obat dan alat kesehatan ke

administrasi perincian. Perincian selanjutnya akan dikirimkan ke depo farmasi di

mana pasien dirawat. Depo Instalasi Bedah Sentral juga menyiapkan Paket Bedah

Prima yang merupakan sistem paket untuk pasien tunai. Sebelum operasi, pasien

tunai harus melunasi pembayaran terlebih dahulu. Pasien tunai dengan Paket

Bedah Prima dapat menjalankan operasi di OK Elektif atau OK Cito. Alur

pelayanan obat dan alat kesehatan di depo instalasi bedah sentral dapat dilihat

Lampiran 13.

SDM yang ada di Depo Instalasi Bedah Sentral berjumlah 1 Penyelia dan

2 Asisten Apoteker. Daftar Paket obat dan alkes OK Cito, Paket Elektif, dan Paket

Bedah Prima dapat dilihat pada Lampiran 14, 15, dan 16. Paket anestesi spinal

terdiri dari Spinocan (spinal and diagnostic puncture) 27 G x 3”, bupivacain HCl

5 mg/ml, ondansetron 4 mg/2 ml, klonidin HCl 150 µg/ml, dan ketolorac 3%.

Paket anestesi umum terdiri dari propofol 10 mg/ml, atracurium besilat, fentanyl,

ondansetron 4 mg/2ml, dan ketolorac 3%.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

46

3.3 Satuan Farmasi Fungsional (SFF)

Satuan Farmasi Fungsional (SFF) berkedudukan dibawa dan

bertanggung jawab langsung kepada Direktur Medik dan Keperawatan RSUP

Fatmawati. Satuan Farmasi Fungsional (SFF) dipimpin oleh seorang Ketua

dengan sebutan Ketua Satuan Farmasi Fungsional dan membawahi 2 (dua)

orang koordinator:

a. Koordinator Bidang Pendidikan dan Penelitian

b. Koordinator Bidang Pelayanan

Satuan Farmasi Fungsional (SFF) merupakan wadah non struktural bagi

tenaga fungsional profesi apoteker yang bekerja melayani pasien di RSUP

Fatmawati. Satuan Farmasi Fungsional (SFF) mempunyai struktur

organisasi sebagaimana tertera dalam Lampiran 3. Ketua Satuan Farmasi

Fungsional (SFF) dalam melaksanakan tugasnya berkoordinasi dengan Kepala

Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati.

3.3.1 Tugas pokok dan fungsi Satuan Farmasi Fungsional (SFF) adalah:

a. Tugas Pokok Satuan Farmasi Fungsional (SFF) adalah:

1) Meningkatkan mutu pelayanan Instalasi Farmasi dengan

melaksanakan pelayanan farmasi klinik di RSUP Fatmawati.

2) Melaksanakan kegiatan pendidikan dan pelatihan apoteker.

3) Melaksanakan kegiatan penelitian di Instalasi Farmasi.

4) Menyelenggarakan pembinaan kepribadian dan pengembangan

tenaga fungsional profesi apoteker di bidang teknis profesinya.

b. Fungsi Satuan Farmasi Fungsional (SFF) adalah:

1) Melaksanakan pengawasan mutu pelayanan pada pasien sesuai teknis

profesi apoteker kepada seluruh anggota SFF.

2) Mengembangkan pelayanan teknis profesi apoteker berdasarkan

perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

3.3.2 Visi Satuan Farmasi Fungsional (SFF)

Visi Satuan Farmasi Fungsional (SFF) adalah “Tersedianya Tenaga

Fungsional Profesi Apoteker yang terampil, professional dan berdedikasi

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

47

tinggi di RSUP Fatmawati demi peningkatan mutu pelayanan kefarmasian

kepada pasien”.

3.3.3 Misi Satuan Farmasi Fungsional (SFF)

Misi Satuan Farmasi Fungsional (SFF) adalah:

a. Melaksanakan pelayanan farmasi klinis di RSUP Fatmawati

b. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi Apoteker RSUP Fatmawati

c. Melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan obat di RSUP Fatmawati

d. Melaksanakan pembinaan apoteker di RSUP Fatmawati

3.3.4 Tujuan Satuan Farmasi Fungsional (SFF) Tujuan Satuan Farmasi

Fungsional (SFF) adalah:

a. Menjamin pelayanan farmasi klinis yang profesional kepada pasien.

b. Mewujudkan kerasionalan pengobatan yang berorientasi kepada pasien.

c. Mewujudkan farmasi rumah sakit sebagai pusat informasi obat bagi

seluruh masyarakat rumah sakit.

d. Meningkatkan peran Apoteker sebagai bagian integral dari Tim

Pelayanan Kesehatan untuk mewujudkan manfaat yang maksimal dari

pelayanan farmasi klinik.

e. Meningkatkan kemampuan Apoteker lainnya melalui pendidikan

berkelanjutan.

f. Melaksanakan penelitian dan ikut serta dalam Uji Klinik Obat.

3.3.5 Nilai - nilai Satuan Farmasi Fungsional (SFF)

Nilai - nilai Satuan Farmasi Fungsional (SFF) adalah:

a. Profesional

b. Kerjasama

c. Tanggung Jawab

d. Peduli

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

48

3.3.6 Kegiatan Satuan Farmasi Fungsional (SFF)

Kegiatan Satuan Farmasi Fungsional antara lain:

a. Pengkajian resep

b. Pengkajian penggunaan obat

c. Ronde / visite

d. Pelayanan Informasi Obat

e. Konseling

f. Edukasi farmasi

g. Pendidikan PKPA

h. Pemantauan penanganan sitostatika

i. Monitoring efek samping obat

j. Monitoring interaksi obat

3.3.6.1 Pengkajian Resep

Pengkajian resep adalah tata cara dan urutan proses kegiatan analisa dan

screening resep untuk mengetahui kesesuaian resep dengan persyaratan

administratif, farmasetis, dan klinis. Pengkajian peresepan obat dilakukan

terhadap resep pasien dengan menggunakan prosedur pengkajian resep. Untuk

resep yang telah memenuhi persyaratan, akan diberikan “penanda” berupa

stempel keterangan “Resep / Obat telah di review Farmasi” pada resep pasien.

Untuk resep yang belum dinyatakan memenuhi syarat, dilakukan komunikasi

dengan Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) untuk menemukan solusi

permasalahan yang ditemukan terkait dengan pengobatan pasien. Alur pengkajian

resep dapat dilihat pada Lampiran 21.

Prosedurnya adalah sebagai berikut :

a. Penerimaan resep oleh petugas depo farmasi dengan ketentuan:

1) Depo Farmasi Rawat Inap hanya melayani resep pasien rawat inap

internal dari RSUP Fatmawati

2) Depo Farmasi IGD dan Rawat Jalan melayani dari poli rawat jalan

RSUP Fatmawati

b. Pelaksanaan screening resep oleh Apoteker atau Penyelia Instalasi

Farmasi untuk menilai kelengkapan:

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

49

1) Persyaratan administrasi resep dengan menilai ada atau tidak :

a) Nama dokter

b) Tanggal penulisan resep

c) Tanda tangan / paraf dokter penulis resep

d) Nomor rekam medik pasien

e) Nama pasien

f) Umur pasien

g) Jenis kelamin pasien

h) Berat badan pasien

i) Nama obat

j) Jumlah yang diminta dalam resep obat

k) Instruksi pengerjaan dispensing resep

l) Aturan pemakaian obat

2) Persyaratan Farmasetis dengan menilai :

a) Bentuk sediaan

b) Kekuatan sediaan

c) Kompatibilitas / ketercampuran farmasetis

d) Stabilitas sediaan

e) Cara penyimpanan obat

3) Persyaratan Klinis dengan menilai :

a) Indikasi obat

b) Riwayat alergi obat

c) Duplikasi pengobatan

d) Interaksi obat dengan obat

e) Interaksi obat dengan makanan

f) Kontraindikasi obat

g) Biaya obat

c. Pelaksanaan kegiatan komunikasi oleh Apoteker atau Penyelia

Instalasi Farmasi dengan dokter penulis resep. Untuk konfirmasi bila

ditemukan :

1) Ketidaklengkapan pada aspek administratif resep

2) Ketidaklengkapan pada aspek farmasetik resep

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

50

3) Ketidaklengkapan pada aspek klinis resep

4) Resep tidak terbaca

5) Obat tidak tersedia

6) Temuan masalah resep lainnya

d. Klarifikasi dan problem solving

e. Klarifikasi dan komunikasi verbal langsung ke dokter penulis resep

f. Apabila terjadi hambatan jarak untuk komunikasi langsung, dilakukan

dengan komunikasi melalui telepon

g. Pelaksanaan pencatatan hasil komunikasi dengan dokter oleh Apoteker atau

h. Penyelia Instalasi Farmasi untuk penyempurnaan dan pembenaran resep.

i. Pelaksanaan penandaan resep yang telah di screening oleh Apoteker

atau Penyelia Instalasi Farmasi dengan melakukan :

1) Untuk resep yang telah memenuhi persyaratan, akan diberikan

“penanda” berupa stempel keterangan “Resep telah di review

Farmasi” pada resep pasien.

2) Penandaan cap stempel HETIP yaitu:

a) Harga (billing)

b) Etiket

c) Timbang

d) Isi

e ) Penyerahan dan pemeriksaan

3) Untuk resep yang tidak dapat dipenuhi dan tidak dapat

diklarifikasi kebenarannya atau resep tidak setuju dibeli, resep

dikembalikan kepada user (pemilik resep)

3.3.6.2 Pengkajian penggunaan obat

Menurut Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit,

pengkajian penggunaan obat merupakan program evaluasi penggunaan obat

yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat - obat yang

digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien. Tujuan

pengkajian penggunaan obat adalah :

a. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

51

pada pelayanan kesehatan / dokter tertentu.

b. Membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/dokter

satu dengan yang lain.

c. Penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik.

d. Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat.

Faktor - faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengkajian

penggunaan obat antara lain :

a. Indikator peresepan

b. Indikator pelayanan

c. Indikator fasilitas

Berdasarkan Standar Prosedur Operasional RSUP Fatmawati, pengkajian

penggunaan obat secara prospektif merupakan kegiatan penilaian

(assessment) terhadap pengobatan pasien selama pasien menjalani

pengobatan. Kegiatan pengkajian penggunaan obat secara retrospektif dilakukan

dengan mengumpulkan data dari catatan rekam medik pasien pada periode

tertentu. Kegiatan pengkajian penggunaan obat dilakukan dengan menggunakan

Standar Prosedur Operasional (SPO) pengkajian penggunaan obat. Kegiatan

dilakukan oleh apoteker dengan menilai adanya potensial drug related problem

(DRP), yaitu:

a. Kesesuaian indikasi obat dengan diagnosa

b. Ketepatan pemilihan obat

c. Dosis terlalu tinggi

d. Dosis terlalu rendah

e. Efek samping obat

f. Interaksi obat dengan obat, obat dengan makanan, obat dengan uji

laboratorium

g. Ketidakpatuhan pasien, misalnya karena obat tidak tersedia, pasien tidak

mampu mendapatkan obat yang diinginkan, pasien tidak bisa menelan obat,

pasien tidak mengerti instruksi pemberian obat, pasien lebih suka tidak

mendapatkan pengobatan atau pasien lupa dalam pengobatan.

h. Pasien menerima terapi obat yang tidak diperlukan.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

52

Apoteker yang dapat melakukan kegiatan review pengobatan adalah

apoteker yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Terdaftar sebagai tenaga apoteker di RSUP Fatmawati

b. Mempunyai Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)

c. Telah selesai mengikuti pendidikan dan pelatihan dalam orientasi internal

Pada pasien rawat inap, pengkajian resep dan penggunaan obat ditujukan

untuk evaluasi terhadap resep dan pengobatan pasien. Untuk pengobatan yang

telah memenuhi persyaratan, akan diberikan “penanda” berupa stempel

keterangan “Resep / Obat telah di review Farmasi” pada Rekam Medik (RM)

pasien. Untuk obat yang belum dinyatakan memenuhi syarat, dilakukan

komunikasi dengan DPJP untuk menemukan solusi permasalahan yang ditemukan

terkait dengan pengobatan pasien.

3.3.6.3 Visite

Pelayanan kefarmasian saat ini tidak hanya berfokus pada pengelolaan

obat, namun telah berkembang orientasinya pada pelayanan kepada pasien

(pharmaceutical care). Hal ini juga berlaku bagi apoteker yang berada dalam

lingkup rumah sakit. Apoteker rumah sakit diharapkan mampu

memberikan pelayanan kefarmasian kepada setiap individu pasien untuk

memastikan bahwa pengobatan yang diberikan kepada setiap pasien adalah

pengobatan yang rasional. Salah satu contoh kegiatan pelayanan kefarmasian

yang berorientasi kepada pasien adalah praktek apoteker ruang rawat (ward

pharmacist) dengan visite sebagai salah satu aktivitasnya.

Visite pasien oleh apoteker adalah kunjungan rutin yang dilakukan

apoteker kepada pasien di ruang rawat dalam rangka mencapai hasil terapi

yang lebih baik. Aktivitas ini dapat dilakukan secara mandiri atau kolaborasi

secara aktif dengan tim dokter dan profesi kesehatan lainnya dalam proses

penetapan keputusan terkait terapi obat pasien. Praktek visite yang dilakukan

oleh apoteker bertujuan untuk :

a. Meningkatkan pemahaman mengenai riwayat pengobatan pasien,

perkembangan kondisi klinik , dan rencana terapi secara komprehensif;

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

53

b. Memberikan informasi mengenai farmakologi, farmakokinetika, bentuk

sediaan obat, rejimen dosis, dan aspek lain terkait terapi obat pasien;

c. Memberikan rekomendasi sebelum keputusan klinik ditetapkan dalam

pemilihan terapi, implementasi dan monitoring terapi;

d. Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah terkait penggunaan

obat akibat keputusan klinik yang sudah ditetapkan sebelumnya;

Sebelum memulai praktek visite di ruang rawat, seorang apoteker perlu

membekali diri dengan berbagai pengetahuan minimal: patofisiologi,

terminologi medik, farmakokinetika, farmakologi, farmakoterapi,

farmakoekonomi, farmakoepidemiologi, interpretasi data laboratorium, dan

data penunjang diagnostik lainnya.

Di dalam melakukan pelayanan visite maka hal lain yang harus

dipertimbangkan adalah jumlah sumber daya manusia (apoteker).

Terkait keterbatasan jumlah apoteker, maka dilakukan pembatasan pasien yang

menerima pelayanan visite oleh apoteker. Beberapa kriteria pasien yang dapat

menerima pelayanan visite oleh apoteker adalah sebagai berikut:

a. Pasien baru (dalam 24 jam pertama);

b. Pasien dalam perawatan intensif;

c. Pasien yang menerima ≥ 5 macam obat;

d. Pasien yang mengalami penurunan fungsi organ terutama organ hati dan ginjal;

e. Pasien yang hasil pemeriksaan laboratoriumnya mencapai nilai kritis

(critical value), misalnya: ketidakseimbangan elektrolit, penurunan kadar

albumin;

f. Pasien yang mendapatkan obat yang mempunyai indeks terapi sempit,

berpotensi menimbulkan reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD) yang fatal.

Setelah melakukan seleksi terhadap pasien yang akan mendapatkan

pelayanan visite maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah

mengumpulkan informasi penggunaan obat. Informasi tersebut dapat diperoleh

dari rekam medik, wawancara dengan pasien / keluarga. Setelah informasi

didapatkan maka selanjutnya dilakukan pengkajian masalah terkait obat.

Pengkajian yang dilakukan yaitu pengkajian bagi pasien yang mendapatkan

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

54

obat yang memiliki risiko mengalami masalah terkait penggunaan obat baik

yang aktual (nyata terjadi) maupun yang potensial (mungkin terjadi).

Kegiatan visite dapat dilakukan oleh apoteker secara mandiri atau

kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan situasi dan

kondisi. Kegiatan visite mandiri dimulai dengan melakukan perkenalan

diri kepada pasien, mendengarkan respon yang disampaikan oleh pasien

dan identifikasi masalah, memberikan rekomendasi berbasis bukti berkaitan

dengan masalah terkait penggunaan obat, melakukan pemantauan implementasi

rekomendasi dan melakukan pemantauan efektivitas serta keamanan terkait

penggunaan obat. Sedangkan visite tim dimulai dengan memperkenalkan

diri kepada pasien dan / atau tim, mengikuti dengan seksama presentasi

kasus yang disampaikan, memberikan rekomendasi berbasis bukti

berkaitan dengan masalah terkait penggunaan obat, melakukan pemantauan

implementasi rekomendasi, dan melakukan pemantauan efektivitas dan

keamanan terkait penggunaan obat.

Setelah melakukan praktek visite, maka tahapan yang harus dilakukan

adalah pendokumentasian. Pendokumentasian merupakan hal yang harus

dilakukan dalam setiap kegiatan pelayanan farmasi. Tujuannya adalah

menjamin akuntabilitas dan kredibilitas, bahan evaluasi dan perbaikan mutu

kegiatan, dan bahan pendidikan dan penelitian kegiatan.

3.3.6.4 Monitoring efek samping obat

Setiap obat mempunyai kemungkinan untuk menyebabkan efek

samping. Pengertian efek samping menurut WHO adalah tiap respon terhadap

obat yang merugikan atau tidak diharapkan, yang terjadi pada dosis yang

digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi.

Efek samping tidak mungkin dihindari / dihilangkan sama sekali, tetapi dapat

ditekan atau dicegah seminimal mungkin dengan menghindari faktor - faktor

risiko. Masalah efek samping obat dalam klinik tidak dapat dikesampingkan

begitu saja oleh karena kemungkinan dampak negatif yang terjadi. Adanya

efek samping obat dapat meningkatkan morbiditas sehingga meningkatkan

penderitaan, meningkatkan perawatan / perpanjangan masa perawatan, dan

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

55

dapat menyebabkan kematian. Alur pemantauan efek samping obat dapat dilihat

pada Lampiran 17.

MESO dapat berguna bagi beberapa pihak, diantaranya bagi badan

pengawas obat, perusahaan obat, dan bagi akademis.

Beberapa tujuan diadakannya MESO diantaranya adalah :

a. Menemukan efek samping obat sedini mungkin, terutama yang berat,

tidak dikenal dan frekuensinya jarang

b. Menentukan frekuensi dan insiden efek samping obat baik yang sudah

dikenal dan yang baru saja ditemukan

c. Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan /

mempengaruhi timbulnya efek samping obat atau mempengaruhi angka

kejadian efek samping obat

d. Memberi umpan balik adanya interaksi pada petugas kesehatan

e. Membuat peraturan yang sesuai

f. Memberi peringatan pada umum bila dibutuhkan

g. Membuat data esensial yang tersedia sesuai sistem yang dipakai WHO

MESO dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :

a. Laporan insidentil

Jenis laporan ini biasanya dikemukakan pada pertemuan di rumah sakit atau

laporan kasus di majalah.

b. Laporan sukarela

Biasa disebut dengan laporan spontan dan dikoordinir oleh pusat.

c. Laporan intensif di RS

Data yang diperoleh untuk laporan ini berasal dari data yang

terkumpul kelompok tim di rumah sakit (dokter, perawat, ahli farmasi, dan

lain - lain). Data yang terkumpul selanjutnya dianalisa oleh tim.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

56

d. Laporan wajib

Ada peraturan yang mewajibkan setiap petugas kesehatan melaporkan efek

samping obat di tempat tugas / praktek sehari - hari.

e. Laporan catatan

3.3.6.5 Pelayanan Informasi Obat

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah

Sakit, kegiatan pelayanan informasi obat merupakan kegiatan pelayanan yang

dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias

dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan

pasien. Kegiatan pelayanan informasi obat bertujuan untuk menyediakan

informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan

rumah sakit serta untuk membuat kebijakan – kebijakan yang berhubungan

dengan obat (terutama bagi Tim Farmasi dan Terapi) untuk menunjang

terapi obat yang rasional. Luas ruangan yang dibutuhkan untuk pelayanan

informasi obat adalah:

a. 200 tempat tidur: 20 m2

b. 400 – 600 tempat tidur : 40 m2

c. 1300 tempat tidur: 70 m2

Peralatan yang terdapat di ruang informasi obat meliputi kepustakaan

yang memadai, meja, kursi, rak buku, komputer, telepon, lemari arsip, kartu

arsip. Kegiatan yang dilakukan pada pelayanan informasi obat adalah:

a. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif dan

pasif.

b. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon,

surat atau tatap muka.

c. Membuat buletin, leaflet, label obat.

d. Menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan

dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

57

e. Bersama dengan PKRS melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien

rawat jalan dan rawat inap.

f. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga

kesehatan lainnya.

g. Mengkoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian.

Alur program pelayanan informasi obat dan formulir pelayanan informasi obat

dapat dilihat pada Lampiran 18 dan 19.

3.3.6.6 Monitoring interaksi obat

Program pemantauan interaksi obat di RSUP Fatmawati adalah tata cara

melakukan pemantauan terjadinya dan upaya pencegahan terhadap interaksi

antara obat dengan obat maupun antara obat dengan makanan yang digunakan

oleh pasien di rawat inap RSUP Fatmawati. Kegiatan pemantauan interaksi obat

dilakukan dengan tahapan dari proses penilaian interaksi obat yang sedang terjadi

atau interaksi obat yang akan terjadi hingga pemberian rekomendasi

penanggulangan interaksi obat kepada dokter penanggung jawab pasien. Pada saat

mengevaluasi interaksi obat, hal yang perlu dipertimbangkan adalah level

signifikan dari interaksi yang sedang / akan terjadi. Beberapa alternatif pemecahan

masalah yang dapat digunakan adalah:

a. Penggantian dengan obat yang lebih aman.

b. Pengaturan jadwal penggunaan.

c. Penurunan dosis obat.

d. Pemberian antidot / pramedikasi sebelum penggunaan obat.

Alur kegiatan pemantauan interaksi obat menurut SPO (Standar

Prosedur Operasional) yang ada dapat dilihat pada Lampiran 20.

3.3.6.7 Konseling obat

Konseling obat adalah suatu proses yang sistematis untuk menjelaskan

dan memberikan pemahaman bagi pasien tentang pengobatan yang mereka

gunakan serta untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan pasien

berkaitan dengan penggunaan obat. Sehingga dapat meningkatkan kepatuhan

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

58

pasien dalam penggunaan obat. Prosedur konsultasi obat adalah tata cara

dalam pemberian pemahaman kepada pasien tentang cara penggunaan obat

yang benar dan aman. Seluruh penyerahan obat kepada pasien, baik rawat inap

maupun rawat jalan harus dilengkapi dengan informasi yang memadai dan dapat

menjelaskan kepada pasien atau keluarga pasien tentang obat yang digunakan

sehingga dapat menghindari kesalahan dalam penggunaan obat. Pelaksanaan

kegiatan tersebut dilakukan dengan menggunakan prosedur konsultasi obat

atau Pelayanan Informasi Obat (PIO).

Pelaksanaan konsultasi obat pada pasien rawat inap dilakukan oleh

apoteker pada pasien dengan kriteria :

a. Pasien dengan rujukan dokter untuk konsultasi obat dengan apoteker.

b. Pasien dengan keinginan sendiri untuk konsultasi obat dengan apoteker.

c. Pasien yang akan pulang. Apoteker mendapatkan informasi pasien yang

akan pulang dari perawat ruangan atau petugas depo farmasi rawat inap.

Pelaksanaan konsultasi obat pada pasien rawat inap dilakukan oleh

apoteker di ruang perawatan pasien. Pelaksanaan konsultasi obat pada

pasien rawat jalan dilakukan oleh apoteker berdasarkan kriteria pasien

tertentu diantaranya:

a. Pasien dengan rujukan dokter untuk konsultasi dengan apoteker.

b. Pasien dengan keinginan sendiri untuk konsultasi dengan apoteker.

c. Pasien dengan penggunaan obat khusus, seperti:

1) Pasien dengan pengobatan lebih dari 4 macam obat (poli farmasi).

2) Pasien dengan pengobatan kronis.

3) Pasien dengan riwayat alergi.

4) Pasien dengan penggunaan antibiotik tunggal maupun kombinasi.

5) Pasien dengan pengobatan khusus seperti pengobatan Kemoterapi,

pengobatan HIV / AIDS, pengobatan Tuberkulosis.

Pengisian data pasien dan data informasi obat dalam formulir konsultasi

dilakukan oleh apoteker secara lengkap dan benar. Pelaksanaan konsultasi obat

oleh apoteker dengan tahapan berikut:

a. Perkenalan.

b. Penilaian pemahaman pasien terhadap obatnya.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

59

c. Pemberian penjelasan dan konsultasi obat secara lengkap.

Penjelasan obat meliputi indikasi obat, cara kerja obat, dosis

penggunaan obat, cara pemakaian obat yang benar, waktu pemakaian obat,

efek samping obat yang mungkin terjadi, cara pemakaian obat yang benar,

interaksi antara obat dan makanan baik yang potensial maupun aktual, dan

informasi lain yang mendukung.

d. Pengujian pemahaman pasien atas informasi yang telah diberikan.

e. Penutup.

3.3.6.8 Edukasi farmasi

Program edukasi farmasi adalah rangkaian proses pendidikan

dan penyampaian informasi tentang obat kepada pasien, keluarga pasien

dan masyarakat. Program ini dilakukan dengan tujuan tercapainya

peningkatan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien atau

keluarga pasien, serta terwujudnya kepatuhan pasien terkait dengan

penggunaan obat secara benar. Prosedur program edukasi farmasi dilakukan

dengan pembuatan jadwal apoteker untuk kegiatan edukasi berdasarkan topik

bahasan tentang obat pada tiap bulan oleh penyelia administrasi dan SDM

Instalasi Farmasi. Pelaksanaan sosialisasi kepada petugas yang telah

ditentukan namanya dalam jadwal oleh penyelia administrasi dan SDM

Instalasi Farmasi tentang waktu pelaksanaan dan tema edukasi yang telah

dibuat melalui telepon atau copy lembar jadwal. Pelaksanaan pengumpulan

materi edukasi oleh penyelia administrasi dan SDM Instalasi Farmasi

dalam bentuk power point / makalah / lainnya dalam softcopy atau

hardcopy dari apoteker pembicara minimal dua hari sebelum pelaksanaan

kegiatan. Pelaksanaan kegiatan edukasi oleh apoteker sesuai jadwal kepada

pasien, keluarga pasien, atau masyarakat sesuai tema yang ditentukan dengan

metode :

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

60

a. Penyampaian materi presentasi terbuka dan diskusi (tanya jawab)

antara pembicara dan peserta selama waktu yang telah disepakati (minimal

selama 60 menit).

b. Seluruh peserta yang hadir mengisi daftar hadir yang akan digunakan

sebagai materi evaluasi pelaksanaan kegiatan.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

61 Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati

RSUP Fatmawati merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan.

Untuk menunjang pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada pasien, maka

dibentuk suatu badan organisasi yang disebut IFRS (Instalasi Farmasi Rumah

Sakit). IFRS dipimpin oleh seorang Apoteker dan bertanggung jawab terhadap

segala aspek hukum dan peraturan-peraturan farmasi baik terhadap pengawasan

distribusi maupun administrasi barang farmasi. Selama melakukan praktek kerja

di RSUP Fatmawati, khususnya di IFRS RSUP Fatmawati, banyak hal yang dapat

diamati, dipelajari, dan dianalisis terkait pengelolaan perbekalan farmasi dan

pelayanan farmasi. Dalam melaksanakan kegiatannya, Instalasi Farmasi RSUP

Fatmawati dibagi menjadi beberapa sub bagian, antara lain gudang farmasi, tata

usaha farmasi, produksi, depo instalasi rawat jalan, depo askes, depo instalasi

rawat inap, depo IGD/IRI, depo instalasi bedah sentral.

4.1.1 Bagan Organisasi

Struktur organisasi instalasi farmasi RSUP Fatmawati sebagaimana

tercantum dalam lampiran 3, terdiri dari Kepala Instalasi Farmasi yang

berkoordinasi dengan Kepala Satuan Farmasi Fungsional. Kepala Instalasi

Farmasi dibantu oleh seorang Wakil Kepala Instalasi yang membawahi 15 (lima

belas) orang Penyelia, yaitu:

a. Penyelia Depo IRJ (Lantai 1, 2, dan 3)

b. Penyelia Depo Askes

c. Penyelia Depo IGD dan IRI

d. Penyelia Depo IBS

e. Penyelia Depo Teratai – IRNA A

f. Penyelia Depo Teratai – IRNA B

g. Penyelia Depo Griya Husada

h. Penyelia Depo Gedung Prof. Soelarto

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

62

i. Penyelia Gudang Farmasi

j. Penyelia Produksi Farmasi

k. Penyelia Sistem Informasi

l. Penyelia Distribusi dan Penerimaan

m. Penyelia Perencanaan Perbekalan Farmasi

n. Penyelia Pencatatan dan Pelaporan

o. Penyelia Tata Usaha dan SDM Farmasi

Struktur organisasi instalasi farmasi RSUP Fatmawati jika dibandingkan

dengan struktur organisasi minimal di instalasi farmasi menurut Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1197/Menkes/SK/X/2004 tentang

Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit masih terdapat kekurangan. Menurut

standar struktur organisasi minimal IFRS terdiri dari seorang kepala IFRS yang

membawahi tiga wakil di bidang pengelolaan perbekalan farmasi, pelayanan

farmasi klinik, dan manajemen mutu. Masing-masing wakil setiap bidangnya

membawahi tiga orang penanggung jawab. Sedangkan struktur organisasi instalasi

farmasi RSUP Fatmawati menunjukkan bahwa seorang wakil kepala IFRS

membawahi lima belas orang penyelia. Hal ini dapat menimbulkan kerja dari

seorang wakil kepala IFRS dalam mengawasi dan melakukan pengendalian

terhadap bagian dibawahnya menjadi kurang maksimal yang selanjutnya dapat

berdampak pada pelayanan kepada pasien yang kurang maksimal. Sehingga,

sebaiknya struktur organisasi instalasi farmasi RSUP Fatmawati perlu dikaji

kembali agar didapatkan struktur organisasi yang lebih baik lagi sehingga nantinya

akan berdampak pada pelayanan kepada pasien yang maksimal. Salah satu hal yang

dapat dilakukan dalam perbaikan struktur ini adalah dengan adanya beberapa wakil

kepala yang membawahi tiap bidang yang berbeda.

4.1.2 Gudang Farmasi

Hasil evaluasi terhadap kondisi gudang mengenai pengaturan ruang

gudang menunjukkan hasil yaitu beberapa kondisi gudang IFRS telah sesuai

dengan standar, namun ada beberapa pula yang belum sesuai dengan standar.

Pengaturan yang telah sesuai standar yaitu untuk kemudahan dalam bergerak

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

63

gudang instalasi farmasi RSUP Fatmawati tidak menggunakan sekat bila ruangan

sempit namun arus penerimaan dan pengeluaran barang yang diatur sesuai arus I,

L dan U belum dilakukan. Sirkulasi udara dalam gudang baik dengan adanya Air

Conditioner 24 jam dan dilengkapi dengan alat pemantau suhu dan kelembapan,

tersedia rak dan palet dalam jumlah yang cukup. Narkotika dan psikotropika

ditempatkan pada lemari double lock (kunci ganda) pada dua pintu dengan

susunan berlapis. Obat high alert disimpan di lemari penyimpanan obat yang

bertanda khusus (stiker high alert) dan tidak tercampur dengan obat lainnya.

Perbekalan farmasi dalam kemasan besar ditempatkan di atas pallet. Perbekalan

farmasi tidak layak pakai (rusak, kedaluwarsa, recall) telah disimpan terpisah,

namun tidak diberi label “Penyimpanan Obat Tidak Layak Pakai”. Suhu dan

kelembaban penyimpanan dipantau di setiap ruang penyimpanan perbekalan

farmasi. Suhu penyimpanan dipertahankan sesuai dengan Standar Prosedur

Operasional, namun kelembaban tidak sesuai dengan Standar Prosedur

Operasional. Obat yang memerlukan pengendalian / pengaturan suhu disimpan

dalam pharmaceutical refrigerator. Penyimpanan perbekalan farmasi berada

dalam ruangan yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung. Bahan

berbahaya mudah terbakar / mudah meledak telah disimpan pada ruang khusus,

namun ruang tersebut bukanlah gudang tahan api. Saat ini, gudang tahan api

masih berada satu gedung dengan gedung farmasi dan belum difungsikan sesuai

dengan tujuannya. Gudang tersebut masih digunakan untuk menyimpan stok obat

yang berlebih, yaitu cairan infus. Pencatatan pemasukan, pengeluaran, dan stok

perbekalan farmasi telah dilakukan, baik ke dalam kartu persediaan, maupun ke

dalam Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIRS). Stok yang terdapat

secara fisik telah sesuai dengan catatan stok yang terdapat di kartu persediaan dan

Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Untuk pencegahan kebakaran gudang

instalasi farmasi RSUP Fatmawati telah memenuhi syarat yaitu tidak menumpuk

kardus secara berlebihan (tumpukan karton / kardus paling banyak delapan

tumpukan), tersedia alat pemadam kebakaran yang selalu diperiksa setiap saat,

dan tersedia detektor asap.

Hasil pengamatan di gudang farmasi mengenai penyusunan stok obat

ditemukan bahwa perbekalan farmasi telah disimpan pada tempat yang terpisah

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

64

sesuai dengan pengelompokannya, yaitu berdasarkan bentuk sediaan serta

jenisnya dan disusun secara alfabetis. Perbekalan farmasi disusun dengan metode

FIFO (First In First Out) atau FEFO (First Expired First Out). Obat kategori

LASA diselingi dengan 2 obat non kategori LASA (Look Alike Sound Alike) di

antaranya dan pada rak / tempat obat diberikan stiker LASA.

4.1.3 Tata Usaha Farmasi

Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati melaksanakan pencatatan, pelaporan,

dan pengarsipan secara rutin maupun tidak rutin dalam periode bulanan, triwulan,

semesteran, atau tahunan dengan menerapkan sistem informasi manajemen

berdaya guna dan tepat guna. Adanya kegiatan administrasi dalam pelayanan

kefarmasian bertujuan untuk:

a. Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi.

b. Tersedianya informasi yang akurat.

c. Tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran surat dan laporan.

d. Tersedianya data / laporan yang lengkap untuk membuat perencanaan.

e. Anggaran yang tersedia untuk pelayanan dan perbekalan farmasi terkelola

secara efisien dan efektif.

Sistem rekapitulasi data pasien masih dilakukan secara manual. Hal ini

dikarenakan belum tersedianya sistem yang memadai untuk dilakukan perekapan

secara komputerisasi.

4.1.4 Produksi

Produksi adalah kegiatan untuk membuat, merubah bentuk, dan mengemas

kembali sediaan farmasi, baik steril maupun non steril untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan di sebuah rumah sakit dengan kriteria obat yang diproduksi

sebagai berikut:

a. Sediaan farmasi dengan formula khusus.

b. Sediaan farmasi dengan harga murah.

c. Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil.

d. Sediaan farmasi yang tidak tersedia di pasaran.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

65

e. Sediaan farmasi untuk penelitian.

f. Sediaan nutrisi parenteral.

RSUP Fatmawati memiliki bagian produksi untuk sediaan farmasi non

steril dan steril pada instalasi farmasinya. Produksi sediaan farmasi yang

dilakukan merupakan produksi untuk keperluan rumah sakit itu sendiri. Kegiatan

produksi bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengadaan obat

tertentu (mendapatkan obat dengan harga yang lebih murah sehingga pasien tidak

membayar terlalu mahal untuk suatu obat dan lebih menjamin kualitas obat yang

dihasilkan). Tujuan lainnya adalah untuk memudahkan penerimaan obat oleh

pasien / tenaga kesehatan lainnya karena sudah dikemas kembali menjadi sediaan

yang telah sesuai dengan kebutuhan dan menghasilkan produk yang tidak dijual

dipasaran.

Bagian produksi non steril memiliki master formula yang berisi formula

untuk 74 item. Dari 74 item yang ada tidak semua item tersebut diproduksi karena

jumlah permintaan terhadap beberapa item sudah jarang / tidak ada lagi sehingga

jumlah item yang masih diproduksi hanya 42 item. Master formula yang terdapat

di ruang produksi non steril mengalami beberapa kali revisi, namun master

formula terdahulu masih disimpan bersama master formula yang baru. Hal ini

dapat menyebabkan kekeliruan apabila petugas menggunakan master formula

yang terdahulu untuk dijadikan acuan dalam melakukan produksi. Bagian

produksi steril hanya melakukan kegiatan IV admixture dan penanganan obat

sitostatika. Sebelumnya pernah dilakukan penyiapan nutrisi parenteral, namun

karena sudah tidak ada permintaan, maka pelayanan penyiapan nutrisi parenteral

hanya diadakan di ruang steril depo instalasi rawat inap. Bagi pasien kanker,

pelaksanaan kegiatan penitipan obat sitostatika dilakukan minimal 3 hari sebelum

obat digunakan untuk perawatan. Pada saat obat diperlukan untuk perawatan,

maka dilakukan permintaan pencampuran obat sitostatika dari ruang kemoterapi

pasien ke bagian produksi steril. Obat sitostatika harus disiapkan selalu baru

karena pada umumnya, obat sitostatika memiliki waktu kadaluwarsa selama 24

jam. Preparasi obat sitostatika dilakukan dengan cara teknik aseptik oleh tenaga

kefarmasian yang telah dilatih dan melalui pelatihan internal di Instalasi Farmasi

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

66

RSUP Fatmawati. Setelah obat selesai disiapkan, petugas produksi farmasi akan

membawa obat tersebut ke ruang kemoterapi pasien.

Beberapa pengamatan yang diperoleh dari kegiatan orientasi bagian

produksi farmasi adalah pengemasan obat kadang-kadang dibagi tidak

berdasarkan takaran menggunakan alat ukur (berdasarkan kasat mata), QC

(Quality Control) uji keseragaman bobot pada kapsul tidak dilakukan, produk dari

bagian produksi non steril tidak didistribusikan ke gudang farmasi terlebih dahulu,

tidak adanya pass box untuk memasukkan / mengeluarkan obat sitostatika, tidak

adanya particle counter, dan sudah lama tidak dilakukan usaha pemantauan

mikrobiologis di ruang produksi steril. Pengemasan obat berupa pembagian

sediaan cair bervolume besar menjadi beberapa sediaan cair bervolume kecil

terkadang tidak dilakukan dengan alat ukur. Hal ini mengakibatkan volume

produk sediaan cair yang dikemas kembali tidak terdistribusi merata.

Pengontrolan kualitas untuk menjamin keseragaman bobot pada kapsul hasil

produksi pun tidak dilakukan sehingga tidak dapat dijamin tepatnya isi tiap kasul

yang dikemas. Keterbatasan SDM di bagian produksi non steril menyebabkan

produk non steril tidak didistribusikan ke gudang farmasi terlebih dahulu. Petugas

depo farmasi yang membutuhkan produk dari bagian produksi non steril datang ke

gudang farmasi untuk mendapatkan formulir bon obat lalu datang ke bagian

produksi non steril untuk mendapatkan produknya kemudian melaporkannya ke

gudang farmasi dengan membawa formulir bon obat. Sistem distribusi produk

seperti ini dapat mendukung timbulnya kesalahan pencatatan stok produk.

Dalam penanganan obat sitostatika di bagian produksi steril, obat

dimasukkan ke dalam ruang rekonstitusi tidak melalui pass box (obat dimasukkan

hanya melalui lemari 2 pintu biasa). Penggunaan lemari biasa pada saat

memasukkan obat ke dalam ruang rekonstitusi menyebabkan seringkali terjadi

suatu keadaan dimana kedua pintu lemari dibuka bersamaan karena tidak ada

sistem interlock guard. Dengan dibukanya kedua pintu lemari, terjadi hubungan

langsung antara ruang penyiapan obat dengan ruang rekonstitusi sehingga

memungkinkan terjadinya gangguan aliran udara dan kontaminasi partikel pada

ruang rekonstitusi. Dengan tidak adanya particle counter pada bagian produksi

steril, pemantauan dan pengontrolan jumlah partikel di tiap kelas ruangan menjadi

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

67

semakin sulit untuk dilakukan. Pemantauan secara mikrobiologis dengan cawan

papar atau pengambilan sampel permukaan juga perlu dilakukan untuk

mengontrol jumlah mikroba di tiap kelas ruangan.

4.1.5 Depo Instalasi Rawat Jalan

Jumlah Apoteker di depo Instalasi Rawat Jalan lantai 1 adalah 2 orang.

Depo Instalasi Rawat Jalan telah melakukan prosedur pelayanan resep rawat jalan

secara individual prescription dengan baik. Akan tetapi, depo Instalasi Rawat

Jalan lantai 1 masih terkadang melakukan permintaan obat ke depo-depo lain

karena stok obat kosong.

Penyimpanan obat di depo Instalasi Rawat Jalan lantai 1 telah disusun

sesuai abjad. Penyimpanan obat-obat LASA di depo Instalasi Rawat Jalan lantai 1

juga telah diselingi dengan minimal 2 obat non kategori LASA di antaranya.

Kondisi blender obat di depo Instalasi Rawat Jalan lantai 1 yang kurang baik

mengakibatkan masih terdapat serpihan kasar pada serbuk obat yang dihasilkan.

Tempat pengisian kapsul di depo Instalasi Rawat Jalan lantai 1 kondisinya kurang

baik. Kapsul sering jatuh pada saat pengisian obat sehingga dosis, sanitasi, dan

efisiensi kerja berkurang.

Selain pelayanan resep, depo Instalasi Rawat Jalan lantai 1 juga melayani

konseling bagi pasien HIV. Adapun kriteria pasien HIV yang diutamakan untuk

diberikan pelayanan konseling adalah pasien HIV yang baru, pasien dengan

regimen obat yang baru, dan pasien dengan kondisi yang memburuk. Waktu yang

dibutuhkan untuk konseling per pasien adalah 15-30 menit.

Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 2 melayani pasien KJS. Penyimpanan

obat di depo Instalasi Rawat Jalan telah disusun sesuai urutan abjad, bentuk

sediaan, generik dan non generik serta ketahanan sediaan terhadap suhu udara.

Namun masih ada beberapa obat LASA yang belum diberi stiker LASA dan diberi

jarak selang dua obat yang bukan LASA. Sehingga perlu peninjauan kembali

terhadap penyimpanan obat di depo instalasi rawat jalan ini. Depo Instalasi Rawat

Jalan telah melakukan prosedur pelayanan resep rawat jalan secara individual

prescription dengan baik.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

68

Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 3 melayani pasien Jaskesmas, Jamkesda,

dan pasien TBC. Penyimpanan obat di depo Instalasi Rawat Jalan telah disusun

sesuai bentuk sediaan, generik dan non generik serta ketahanan sediaan terhadap

suhu udara. Namun masih ada beberapa obat yang telah disusun menurut urutan

abjad dan ada pula yang belum contohnya seperti sediaan obat yang berada dalam

botol dengan jumlah besar, obat-obat LASA yang belum diberi stiker LASA dan

diberi jarak selang dua obat yang bukan LASA. Sehingga perlu peninjauan

kembali terhadap penyimpanan obat di depo instalasi rawat jalan ini. Depo

Instalasi Rawat Jalan telah melakukan prosedur pelayanan resep rawat jalan secara

individual prescription dengan baik.

4.1.6 Depo ASKES

Depo Askes adalah depo farmasi yang khusus melayani semua pasien

rawat jalan peserta Askes dan pasien Jamkesda Bogor. Sumber daya manusia

yang terdapat di depo Askes terdiri dari 1 orang apoteker sebagai penyelia, 6

orang asisten apoteker, 1 orang juru resep, dan 5 orang petugas administrasi.

Pengadaan obat di depo ASKES dilakukan setiap hari langsung dari

Gudang Farmasi dengan menggunakan formulir permintaan barang melalui

komputer secara online. Penyimpanan barang disusun berdasarkan obat DPHO

Askes dan non DPHO Askes, bentuk sediaan, disusun secara alfabetis, serta

disimpan menurut ketahanan terhadap suhu ruang penyimpanan. Obat narkotika

dan psikotropika disimpan dalam lemari tersendiri dan terkunci (double lock).

Obat - obat fast moving diletakkan terpisah di meja. Penyimpanan barang

menggunakan sistem FIFO dan FEFO. Penyimpanan obat-obat LASA belum

terkendali dengan baik, masih ada obat-obat LASA yang belum diberi stiker

LASA dan diberi jarak selang dua obat dengan obat yang bukan LASA,

penyimpanan obat fast moving yang terpisah juga belum disertai dengan

penempelan stiker LASA untuk obat-obat LASA. Penyimpanan obat narkotika

dan psikotropika telah dilakukan sesuai standar. Obat narkotika dan psikotropika

disimpan di lemari khusus (double lock).

Pasien ASKES merupakan pasien yang paling banyak di RSUP Fatmawati.

Depo ASKES juga melayani pasien dengan jaminan Jamkesda Bogor. Terdapat

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

69

beberapa pedoman yang digunakan dalam melayani pasien-pasien tersebut, antara

lain DPHO ASKES, Daftar Obat Inhealth, Formularium Jamkesmas, Formularium

Rumah Sakit, dan lain-lain. Acuan tersebut digunakan untuk mengetahui obat-

obat apa saja yang dapat diberikan kepada pasien beserta batasan jumlah

maksimal yang dapat diberikan.

Alur pelayanan resep dimulai dari pasien membawa resep beserta berkas-

berkas yang diperlukan sebagai persyaratan dan diberikan kepada petugas.

Petugas akan melakukan pengecekan kelengkapan berkas dan pengecekan obat-

obat dalam resep (apakah obat-obat tersebut sesuai dengan pedoman dan dapat

diserahkan kepada pasien). Resep kemudian diinput untuk pemotongan stok obat,

lalu dilakukan pembuatan etiket, penyiapan obat, dan penyerahan obat. Masing-

masing tahap dikerjakan oleh orang yang berbeda dan akan diberikan stempel

HETIP (Harga Etiket Timbang Isi Penyerahan). Pemberian stempel tersebut

bertujuan agar dapat dilakukan pengecekan kembali apabila terjadi kesalahan.

Sebelum pembuatan etiket, petugas bagian etiket terlebih dahulu memeriksa kartu

rujukan dan menuliskan keterangan tanggal dan obat-obat yang diberikan pada

tanggal tersebut. Hal tersebut dilakukan agar dapat dilakukan pengecekan apabila

pasien sebelumnya telah mendapatkan obat yang sama atau pasien sebelumnya

telah menebus obat tersebut dengan jumlah maksimal. Pada bagian ini, petugas

juga akan membuatkan salinan resep untuk obat-obat yang tidak terdapat di depo

ASKES sehingga pasien dapat menebusnya di apotek lain. Setelah etiket dibuat,

selanjutnya petugas akan melakukan penyiapan obat, baik obat jadi maupun obat

racikan. Penyiapan obat jadi dilakukan dengan memasukkan obat ke dalam etiket

sesuai dengan jumlah yang tertera di etiket. Untuk penyiapan obat racikan,

disediakan mortir dan alu. Di Depo Askes tidak tersedia blender untuk membuat

obat racikan yang mungkin disebabkan oleh jumlah resep racikan yang tidak

terlalu banyak sehingga masih dapat dikerjakan hanya dengan mortar dan alu.

Setelah obat disiapkan, obat dibawa oleh petugas ke bagian penyerahan.

Alur penyerahan obat dimulai dengan verifikasi nomor pasien, verifikasi

identitas pasien, pemberian informasi singkat mengenai penggunaan obat,

permintaan nomor telepon pasien yang dapat dihubungi, dan diakhiri dengan

permintaan tanda tangan pasien. Informasi yang diberikan kepada pasien hanyalah

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

70

informasi mengenai indikasi dan aturan pakai obat. Keterbatasan informasi obat

yang diberikan disebabkan oleh banyaknya jumlah pasien yang harus dilayani

Depo Askes sehingga waktu pemberian informasi obat menjadi sangat singkat.

Jumlah resep yang dilayani depo ASKES dapat mencapai 200-300 resep / hari

dengan obat yang sering diresepkan adalah obat-obat kardiovaskular. Dengan

jumlah tersebut, terkadang tidak semua pasien dapat dilayani. Hal ini disebabkan

oleh kurangnya tenaga kefarmasian yang terdapat di depo ASKES. Beban kerja

yang tinggi juga seringkali menyebabkan pekerjaan yang berbeda dilakukan oleh

orang yang sama, misalnya seorang petugas dapat melakukan penyiapan obat dan

penyerahan obat dalam hari yang sama.

Depo ASKES juga melayani pelayanan obat sitostatik, namun pelayanan

yang diberikan hanya terbatas pada pelayanan administratif, yaitu hanya mengurus

berkas. Obat sitostatik dititipkan di ruang produksi steril di Gedung Instalasi

Farmasi. Selain gudang farmasi dan ruang produksi steril, tidak ada tempat yang

diizinkan melakukan penyimpanan obat-obat kemoterapi. Ketika kemoterapi akan

dilakukan, obat akan direkonstitusi dan diantarkan ke ruang kemoterapi.

Selain melayani obat DPHO, depo ASKES juga melayani obat non-DPHO

tetapi untuk obat-obat tersebut pasien dikenakan biaya. Untuk obat non-DPHO,

pembayaran dilakukan setelah penyerahan obat. Untuk pasien peserta ASKES

yang mendapatkan obat-obat DPHO, pembayaran dilakukan dengan cara

melakukan klaim ke PT. ASKES. Setelah selesai pelayanan, dilakukan input

kembali menggunakan program yang terhubung dengan PT. ASKES untuk

diklaim ke ASKES. Klaim ASKES dilakukan oleh Instalasi Penagihan Pasien

(IPP). Oleh karena itu, di depo ASKES disediakan komputer yang digunakan

untuk klaim ASKES.

Pembayaran untuk pasien peserta Jamkesda Bogor menggunakan sistem

INA CBG’s yaitu pembayaran berdasarkan paket-paket yang telah ditentukan.

Apabila tagihan pasien melebihi biaya paket yang diberikan, selebihnya akan

menjadi beban rumah sakit. Sebaliknya, bila tagihan pasien kurang dari paketnya,

kelebihan tersebut akan menjadi keuntungan rumah sakit yang dapat digunakan

untuk menutupi tagihan pasien yang menjadi beban rumah sakit. Dengan

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

71

demikian terjadi subsidi silang antara pasien yang tagihannya melebihi paket

dengan pasien yang tagihannya kurang dari paket.

Pelaporan yang dibuat oleh depo ASKES antara lain laporan analisa

penjualan, obat generik dan non generik, obat DPHO dan non-DPHO, narkotika

dan psikotropika, jumlah resep. Penghitungan jumlah resep dan jumlah R/

dilakukan untuk mengetahui jumlah pasien yang dilayani dan mengetahui beban

kerja pegawai di depo ASKES.

4.1.7 Depo Instalasi Rawat Inap Teratai (Depo Teratai)

Depo Instalasi Rawat Inap Teratai (Depo Teratai) merupakan depo yang

menyediakan perbekalan bagi pasien rawat inap gedung teratai. Depo ini memiliki

jumlah sumber daya manusia sebanyak 29 orang, dengan perincian apoteker

sebanyak 4 orang, petugas perincian (billing) sebanyak 6 orang, juru resep

sebanyak 5 orang dan tenaga teknis kefarmasian sebanyak 14 orang. Kegiatan-

kegiatan yang dilakukan di Depo Teratai meliputi pengadaan obat, penerimaan

obat, penyimpanan obat, penyiapan obat, distribusi obat dan dokumentasi.

Pengadaan obat dilakukan setiap hari, Depo Teratai akan membuat

perincian kebutuhan yang diinput ke komputer yang terhubung dengan sistem di

gudang farmasi dan selanjutnya permintaan perbekalan farmasi akan disiapkan

oleh petugas gudang farmasi. Setelah perbekalan farmasi disiapkan, maka pihak

gudang farmasi akan mengkonfirmasi pihak Depo Teratai melalui telepon untuk

pengambilan barang dan selanjutnya dilakukan serah terima barang antara petugas

gudang farmasi dan petugas Depo Teratai. Setelah dilakukan verifikasi, secara

otomatis maka stok barang yang diminta oleh pihak Depo Teratai telah menjadi

stok di Depo Teratai di dalam sistem. Dengan adanya sistem ini, maka dapat

memungkinkan stok obat di Depo Teratai (real stock) sama dengan di sistem.

Penyimpanan perbekalan farmasi di Depo Teratai telah dilakukan dengan

cukup baik. Obat disusun berdasarkan generik dan non generik, stabilitas, bentuk

sediaan dan alfabetis agar memudahkan pengambilan obat sehingga mempercepat

pelayanan obat. Obat-obat mahal dan mudah pecah disimpan di dalam lemari kaca

dan terkunci dengan tujuan mencegah kehilangan atau pecahnya obat. Sediaan

nutrisi juga disimpan rapi dan terlindung dari cahaya yang bertujuan untuk

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

72

menjaga kestabilan sediaan tersebut. Namun beberapa sediaan obat LASA masih

ada yang belum diberi jarak dua obat yang bukan LASA dan belum diberi stiker

LASA, sehingga sebaiknya dilakukan pengecekan kembali terhadap adanya obat-

obat LASA tersebut.

Sistem distribusi yang digunakan di Depo Teratai adalah resep individual

(individual prescription), floor stock serta dosis unit. Pada sistem resep individual,

resep obat akan dikirim ke depo Teratai oleh perawat. Obat disiapkan sesuai

dengan resep dan didistribusikan kepada pasien. Sistem ini diterapkan untuk

penyediaan resep puyer pasien anak-anak, sediaan cair, infus, obat yang dipakai

dalam keadaan tertentu (seperti obat diare), dan obat untuk dibawa pulang. Pada

sistem distribusi floor stock, kelompok obat dan alat kesehatan tertentu disimpan

di ruang perawatan untuk digunakan oleh seluruh pasien. Biaya penggunaan obat-

obat / alat kesehatan ini dihitung sebagai biaya perawatan. Obat yang termasuk

dalam kelompok ini adalah obat penggunaan umum yang terdiri dari obat yang

tertera dalam daftar yang telah ditetapkan oleh TFT dan IFRS yang tersedia di unit

perawat. Sistem distribusi floor stock juga diterapkan pada penggunaan obat dan

alat kesehatan yang ada di dalam lemari emergency. Depo Teratai memiliki

beberapa lemari emergency yang berisi obat dan alat kesehatan life saving.

Lemari-lemari ini disediakan di ruang HCU (High Care Unit) yang ada di setiap

lantai gedung teratai. Tiap lemari emergency berisi obat dan alat kesehatan dengan

jumlah yang telah distandardisasi. Obat dan alat kesehatan yang terdapat dalam

lemari emergency dapat langsung digunakan tanpa harus menunggu penyediaan

dari depo. Setiap penggunaan obat dan alat kesehatan dari lemari emergency akan

dicatat oleh perawat. Setiap hari, petugas Depo Teratai akan datang untuk

mengecek persediaan obat dan alat kesehatan yang ada di dalam lemari

emergency. Bila ada pengurangan jumlah obat / alat kesehatan, petugas Depo

Teratai akan mencatat nama pasien yang menggunakan beserta dengan jenis dan

jumlah obat / alat kesehatan yang digunakan di lembar insidentil pasien untuk

dimasukkam ke dalam tagihan obat dan alat kesehatan pasien. Selanjutnya,

petugas Depo Teratai akan mengisi kembali lemari emergency sesuai dengan

standar jumlah obat/alat kesehatan. Sistem distribusi terakhir adalah sistem

distribusi dosis unit, yaitu sistem distribusi obat yang diresepkan oleh dokter

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

73

untuk penderita selama 24 jam. Penyediaan obat dosis unit dilakukan dengan cara

mengemas obat-obat pasien ke dalam kemasan dosis unit tunggal yang cukup

untuk suatu waktu tertentu. Untuk penyediaan obat dosis unit, satu petugas Depo

Teratai bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien yang dirawat pada salah satu

bagian lantai (utara atau selatan) gedung teratai yang menerapkan sistem ini.

Proses penyiapan obat dosis unit dilakukan di pagi hari, dimulai dari pemilahan

obat, penyiapan obat kedalam kemasan dosis unit, pengecekkan kembali, hingga

peletakkan kemasan dosis unit di dalam troley dosis unit sesuai dengan nama

pasien. Selanjutnya, di sore hari, petugas Depo Teratai yang bertanggung jawab

akan mengantarkan obat dengan menggunakan troley dosis unit ke ruangan

perawat untuk selanjutnya dilakukan serah terima dan dilakukan pengecekkan

kembali.

Depo Teratai juga menyediakan paket-paket kebidanan untuk digunakan di

gedung teratai lantai satu (emergency kebidanan). Paket-paket ini disediakan

untuk mempercepat pelayanan obat dan alat kesehatan bagi pasien emergency

kebidanan. Sebanyak delapan jenis paket berisi obat dan alat kesehatan tersedia di

Depo Teratai, yaitu Paket Kehamilan Ektopik Terganggu (KET), Paket Ketuban

Pecah Dini (KPD), Paket Hamil Kontraksi, Paket Partus Sectio, Paket Abortus

Curetage, Paket Haemorrhagic Post Partum (HPP), Paket Preeklamsi Berat

(PEB) dan Paket Partus Normal.

Di antara ketiga sistem distribusi yang digunakan, sistem dosis unit

merupakan sistem distribusi yang paling menguntungkan. Beberapa keuntungan

dari sistem ini diantaranya adalah pasien menerima pelayanan 24 jam sehari dan

hanya perlu membayar obat yang dikonsumsinya saja, serta pengurangan beban

kerja perawat karena semua dosis yang diperlukan untuk pasien telah disiapkan

oleh petugas depo. Sistem distribusi ini juga dapat mengurangi kemungkinan

kesalahan waktu pemberian obat. Sekalipun demikian, sistem distribusi dosis unit

juga memilki beberapa keterbatasan, yaitu diperlukan teknik kerja yang cepat dan

tepat oleh karena obat harus sudah siap dikonsumsi sebelum jam makan pasien,

serta dibutuhkan tenaga kefarmasian yang lebih banyak.

Sama seperti depo farmasi lainnya, Depo Teratai juga melakukan

pencatatan dan pelaporan. Laporan yang disusun di Depo Teratai adalah laporan

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

74

analisa penjualan dan laporan tagihan pasien, laporan narkotika dan psikotropika,

laporan obat generik dan non generik, laporan jumlah resep, serta laporan

medication error.

4.1.8 Depo Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Instalasi Rawat Intensif (IRI)

Pasien-pasien yang masuk Instalasi Gawat Darurat akan dipilih atau

dipisahkan sesuai kondisi dan tingkat keparahan pasien. Pasien yang

membutuhkan penanganan segera atau dalam kondisi parah akan masuk ruangan

resusitasi untuk mendapatkan tindakan medis sesuai kebutuhan pasien. Pasien

yang membutuhkan tindakan bedah akan di bawa ke ruang P2 atau ruang kuning.

Pasien yang masuk ruang triase tidak mendapat tindakan apapun dan hanya

diperiksa tanda-tanda vital dari pasien tersebut. Pasien yang masuk ruang

Intermediate Ward (IW) merupakan pasien rawat inap yang belum mendapat

kamar di gedung rawat inap.

Depo IGD melakukan pengadaan yang juga berdasarkan sistem satu pintu

dari Instalasi Farmasi. Penyimpanan perbekalan farmasi di Depo Teratai telah

dilakukan dengan cukup baik. Obat disusun berdasarkan generik dan non generik,

stabilitas, bentuk sediaan dan alfabetis agar memudahkan pengambilan sehingga

mempercepat pelayanan obat. Penyimpanan obat narkotik dan psikotropika telah

sesuai standar yaitu menggunakan lemari terpisah dengan double lock. Obat-obat

high alert telah diberi stiker high alert. Permasalahan dalam penyimpanan

perbekalan farmasi di Depo IGD dan IRI adalah adanya obat-obat LASA yang

masih belum diberi stiker LASA dan diberi jarak selang dua obat yang bukan

LASA. Selain itu tempat penyimpanan alat-alat kesehatan kurang teratur

dikarenakan ruangan yang kurang luas untuk menyimpan alat-alat kesehatan

tersebut.

Pendistribusian obat untuk pasien rawat inap dilakukan dengan sistem

dosis unit, sedangkan untuk pasien rawat jalan dilakukan dengan sistem resep

individual. Di ruang resusitasi terdapat lemari emergency yang selalu diperiksa

setiap pergantian shift sebanyak tiga kali sehari (pagi, siang, sore). Sebaliknya, di

ruang rawat inap intensif seperti ruang ICU, NICU, dan PICU, lemari emergency

hanya diperiksa satu kali sehari. Petugas Depo IGD akan memeriksa jumlah

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

75

penggunaan dan nama pasien yang menggunakan obat dari lemari emergency pada

lembar insidensil pasien. Jika terjadi ketidaksesuaian antara jumlah obat yang

tersisa di lemari emergency dengan yang ada di lembar insidentil, petugas depo

akan mencatatnya dan mengkonfirmasikan hal tersebut kepada perawat agar

perawat segera mencari pasien yang menggunakan obat tersebut.

Paket obat dan alat kesehatan yang diterima pasien IGD bergantung pada

dimana pasien ditempatkan. Pasien yang masuk ruang P2 akan mendapat paket

berisi alat kesehatan yang diambil oleh perawat di Depo IGD. Pasien yang masuk

ruang resusitasi akan mendapatkan paket yang telah ada di ruang resusitasi

tersebut melalui perawat. Perawat akan mencatat nama pasien yang menggunakan

paket tersebut. Barang dalam paket yang tidak digunakan oleh pasien akan

dikembalikan ke Depo IGD dan dibuat perincian penagihan untuk obat dan alat

yang telah dipakai oleh pasien.

4.1.9 Depo Instalasi Bedah Sentral (Depo IBS)

Depo IBS berada di gedung IBS lantai 2. Di gedung ini, lemari emergency

hanya terdapat di kamar operasi Cito karena operasi bersifat segera. Selain itu,

paket alat kesehatan juga sudah disiapkan di kamar operasi Cito untuk

mempermudah pengambilan alat kesehatan yang diperlukan selama operasi

dilakukan di kamar operasi Cito. Berbeda dengan kamar operasi Cito, paket obat

dan alat kesehatan untuk pasien kamar operasi elektif tidak disiapkan di kamar

operasi tersebut. Penata anestesi dan penata bedah akan melakukan permintaan

obat dan alat kesehatan ke Depo IBS. Paket anestesi dan paket bedah dibedakan

dengan tujuan untuk mempermudah pendistribusian keperluan setiap penata. Pada

saat perincian biaya, permintaan obat dan alat kesehatan penata anestesi dan

penata bedah akan digabungkan. Obat di Depo IBS disimpan pada lemari yang

terpisah dari alat kesehatan, namun obat tidak disusun alfabetis sehingga

menyulitkan pengambilan obat saat diperlukan. Fasilitas lemari penyimpanan

yang sempit mengakibatkan kesulitan dalam penyusunan obat secara alfabetis.

Obat yang memerlukan suhu dingin telah disimpan di pharmaceutical refrigerator

yang dilengkapi dengan monitor suhu, namun karena ukuran pharmaceutical

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

76

refrigerator yang kurang memadai menyebabkan obat tidak tertata dengan baik

sesuai dengan urutan abjad.

4.2 Satuan Farmasi Fungsional

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Satuan Farmasi Fungsional RSUP

Fatmawati mencakup pengkajian resep, pengkajian penggunaan obat, ronde /

visite, pemantauan efek samping obat, pelayanan informasi obat, pemantauan

interaksi obat, konsultasi obat, dan edukasi farmasi. Pelaksanaan kegiatan-

kegiatan pelayanan farmasi klinik dijelaskan berikut ini.

a. Pengkajian Resep

Pengkajian resep merupakan kegiatan yang perlu dilakukan untuk

mencegah terjadinya kesalahan dalam terapi obat pasien. Tujuan akhir dari

kegiatan pengkajian resep adalah untuk mencapai rasionalisasi penggunaan obat

pasien. Kegiatan pengkajian resep mencakup seleksi persyaratan administratif,

persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis, baik untuk pasien rawat inap

maupun pasien rawat jalan. Di RSUP Fatmawati, kegiatan pengkajian resep tidak

sepenuhnya dilakukan. Hal ini terlihat dari masih adanya resep yang tidak lengkap

dari segi administrasi. Misalnya pada resep untuk pasien anak, umur pasien

seringkali tidak tertera pada lembar resep padahal info tersebut sangat diperlukan

terutama untuk menghitung dosis penggunaan obat pada pasien anak. Pada

beberapa resep bahkan hanya tertulis nama pasien dan permintaan obat. Penanda

kegiatan pengkajian resep berupa stempel keterangan “Resep telah di review

Farmasi” juga tidak terlihat pada banyak resep.

Pengkajian resep yang tidak sepenuhnya dilakukan disebabkan oleh

banyaknya resep yang harus dilayani petugas farmasi di RSUP Fatmawati. Selain

itu, kegiatan pengkajian resep secara keseluruhan membutuhkan waktu yang

cukup lama sementara pelayanan obat pasien harus dilakukan secara cepat karena

banyaknya pasien yang harus dilayani terutama untuk pasien rawat jalan.

b. Pengkajian Penggunaan Obat

Pengkajian penggunaan obat merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

mengetahui gambaran pengobatan yang diberikan kepada pasien. Pada dasarnya,

kegiatan ini dilakukan untuk menilai ada/tidaknya masalah yang berkaitan dengan

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

77

penggunaan obat pada terapi obat pasien. Di RSUP Fatmawati, kegiatan

pengkajian penggunaan obat dilakukan terhadap pasien rawat inap dengan melihat

catatan pemberian dan pemantauan obat pasien yang terdapat pada rekam medik

pasien. Data yang diperoleh dari rekam medik pasien dicatat ke dalam lembar

Formulir Terapi Pasien untuk selanjutnya dinilai ada / tidaknya masalah yang

berkaitan dengan penggunaan obat. Kegiatan pengkajian resep belum sepenuhnya

dilakukan oleh petugas farmasi RSUP Fatmawati oleh karena masalah waktu.

Banyaknya resep obat yang harus dilayani seringkali membuat petugas farmasi

tidak sempat melakukan kegiatan pengkajian penggunaan obat.

c. Visite

Visite pasien oleh apoteker adalah kunjungan rutin yang dilakukan

apoteker kepada pasien di ruang rawat dalam rangka mencapai hasil terapi yang

lebih baik. Kegiatan visite yang dilakukan apoteker di RSUP Fatmawati dilakukan

secara kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dan disesuaikan dengan situasi

dan kondisi. Tipe visite ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu dapat memperoleh

informasi terkini dan komprehensif, menjadi fasilitas pembelajaran, serta

mendiskusikan langsung masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan

mengimplemantasikan rekomendasi yang dibuat. Sekalipun demikian, tipe visite

ini juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu jadwal visite harus disesuaikan

dengan jadwal tiap peserta visite dan waktu pelaksanaan terbatas sehingga diskusi

dan penyampaian informasi selama visite menjadi kurang lengkap. Visite pasien

yang dilakukan di RSUP Fatmawati diaplikasikan pada pasien yang berada dalam

perawatan intensif dan memiliki risiko mengalami terjadinya kesalahan obat

(medication errors). Beberapa tempat dilakukanya visite oleh apoteker di RSUP

Fatmawati adalah Intensive Care Unit (ICU), Neonatal Intensive Care Unit

(NICU), Pediatric Intensive Care Unit (PICU), Intensive Cardiac Care Unit

(ICCU), High Care Unit (HCU), dan ruang perawatan pasien pra operasi dan post

operasi. Visite yang dilakukan di RSUP Fatmawati sebagian besar terjadwalkan

dan umumnya dilakukan setiap seminggu sekali contohnya pada ruang perawatan

pasien High Care Unit (HCU) IRNA Teratai dan ruang perawatan pasien pra

operasi dan post operasi. Visite pasien Intensive Care Unit (ICU) umumnya

dilakukan 3-4 kali dalam seminggu oleh karena kondisi pasien yang dirawat di

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

78

ruang perawatan tersebut merupakan pasien yang menderita penyakit komplikasi

sehingga memiliki riwayat pengobatan yang lebih kompleks dibandingkan pasien

rawat inap lainnya. Hal ini memungkinkan terjadinya masalah yang berkaitan

dengan penggunaan obat dengan prevalensi yang lebih tinggi sehingga diperlukan

visite yang lebih sering untuk memastikan keoptimalan terapi obat yang diterima

oleh pasien.

Dalam kegiatan visite, sebelum apoteker memberikan rekomendasi,

apoteker akan berdiskusi dengan anggota tim secara aktif untuk saling

mengklarifikasi, mengonfirmasi, dan melengkapi informasi penggunaan obat.

Pada saat visite secara tim, rekomendasi lebih ditujukan kepada dokter yang

merawat pasien. Berdasarkan hasil pengamatan, beberapa pertanyaan atau

rekomendasi yang diminta oleh tim visite kepada apoteker di antaranya adalah

pemilihan terapi obat (misalnya dalam pemilihan jenis dan regimen), obat

alternatif yang dapat diberikan kepada pasien, efek samping obat, interaksi obat,

dan pertimbangan obat dari sisi cost effectiveness. Setelah rekomendasi yang

diberikan oleh apoteker disetujui, selanjutnya apoteker melakukan pemantauan

pelaksanaan rekomendasi dari sisi efektifitas dan keamanan. Hal ini perlu

dilakukan untuk memastikan bahwa rekomendasi yang diterima aman bagi

pasien.Tahap akhir dari visite adalah melakukan dokumentasi praktik visite yang

dikelola dengan baik dan terjaga kerahasiaannya. Dengan adanya

pendokumentasian yang baik, maka tersedia data yang menunjukkan

terlaksananya kegiatan visite dan bahan evaluasi untuk peningkatan mutu

pelayanan.

d. Pemantauan Efek Samping Obat (MESO)

Program pemantauan efek samping obat (MESO) adalah program untuk

menganalisis kejadian efek samping obat yang terjadi pada pasien. Proses ini

merupakan kegiatan kolaboratif yang melibatkan semua tenaga kesehatan, baik

dokter, perawat, maupun apoteker yang ada di rumah sakit, dan pasien beserta

keluarganya. Di RSUP Fatmawati, kegiatan pemantauan penggunaan obat

dilakukan untuk mengetahui efek terapi dari proses pengobatan serta

kemungkinan terjadinya efek samping obat. Setiap temuan efek samping obat

akan dikaji oleh tenaga kesehatan. Seluruh kronologis kejadian efek samping obat

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

79

dan tindakan penanggulangan harus terdokumentasi dalam catatan rekam medik

pasien serta dibuatkan laporan untuk disampaikan pada Komite Mutu dan

Manajemen Risiko (KMMR) dalam waktu maksimal 48 jam setelah temuan oleh

kepala satuan kerja terkait. Prosedur pemantauan efek samping obat meliputi

Lampiran 17:

1) Pelaksanaan kegiatan pemantauan oleh tenaga kesehatan terhadap timbulnya

efek samping obat

2) Pelaksanaan penerimaan laporan kejadian efek samping obat tenagan

kesehatan, keluarga pasien atau pettugas lainnya

3) Pelaksanaan kegiatan penyusunan laporan temuan kejadian efek samping obat

dalam formulir pelaporan

4) Pelaksanaan kegiatan komunikasi / interview oleh tim kerja (tim pemantauan

efek samping obat) yang terdiri dari dokter penanggung jawab pasien (DPJP),

perawat ruangan, apoteker ruangan.

5) Pelaksanaan kegiatan analisa oleh tim pemantauan efek samping obat terhadap

hasil interview maupun laporan efek samping obat dari semua sumber

6) Pelaksanaan kegiatan diskusi sevara komperhensif sebagai media problem

solving oleh tim pemantauan efek samping obat atas hasil analisa yang telah

dilakukan

7) Pencatatan di rekam medik pasien oleh DPJP atau tim pemantauan efek

samping obat tentang kejadian efek samping obat pasien. Pencatatan terkait

bentuk kejadian efek samping obat, tindakan pengatasan efek samping obat

yang terjadi dan tindakan pencegahan efek samping obat yang akan datang.

8) Pembuatan formulasi rekomendasi oleh tim pemantauan efek samping obat.

Pilihan rekomendasi antara lain menghentikan pengobatan, mengganti obat

dengan yang lebih aman, mengatur jadwal penggunaan, menurunkan dosis

obat, memberikan antidot/premedikasi sebelum penggunaan obat, dan

membuat laporan kejadian insiden dengan mengisi formulir laporan insiden

(internal).

9) Pelaksanaan implementasi rencana tindakan pengatasan efek samping obat

10) Pelaksanaan kegiatan pemantauan dan evaluasi tingkat keberhasilan intervensi

yang dilakukan

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

80

11) Pelaksanaan diskusi lanjutan oleh tim pemantauan efek samping obat jika

diperlukan guna mencapai hasil intervensi yang telah diberikan

12) Pendokumentasian rekomendasi penanganan efek samping obat pada

formulir laporan MESO Nasional.

Penyampaian laporan efek samping obat yang terjadi dilakukan segera

oleh tim pemantauan efek samping obat kepada kepala satuan kerja tempat temuan

kejadian efek samping obat. Selanjutnya, dibuat laporan yang ditujukan kepada

Tim Farmasi dan Terapi (TFT) dan Komite Mutu dan Keselamatan Pasien

(KMKP) dalam waktu 48 jam; bila kejadian efek samping obat masuk dalam

kategori kejadian tidak diharapkan (KTD) dan Sentinel.

e. Pelayanan Informasi Obat

RSUP Fatmawati telah melakukan pelayanan informasi obat yang

dilakukan oleh apoteker selama 24 jam atau on call. Berbagai bentuk kegiatan

pelayanan informasi obat seperti yang ada pada Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan

Farmasi telah dilakukan di RSUP Fatmawati. Pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan meliputi pertanyaan yang berkaitan dengan identifikasi, stabilitas, harga,

efek samping, dosis, interaksi, kompatibilitas, ketersediaan, kontraindikasi,

farmakokinetik/farmakodinamik, toksisitas, cara pemakaian, cara penyimpanan,

cara pemberian, komposisi, indikasi, dan keracunan dari suatu obat, serta

pertanyaan lain-lain. Untuk dapat menjawab setiap pertanyaan dengan tepat, maka

dilakukan usaha penggalian informasi penanya mengenai identitas pasien, riwayat

penyakit pasien, riwayat pengobatan pasien, dan riwayat alergi/efek samping obat

yang pernah dialami pasien. Berbagai literatur telah digunakan di pelayanan

informasi obat RSUP Fatmawati, baik literatur primer, sekunder, maupun tersier.

Alur proses menjawab pertanyaan pada kegiatan pelayanan informasi obat di

RSUP Fatmawati dapat dilihat pada Lampiran 18.

Pada kegiatan pelayanan informasi obat di RSUP Fatmawati juga dilakukan

dokumentasi yang bertujuan untuk:

1) Mengingatkan apoteker tentang informasi pendukung yang diperlukan dalam

menjawab pertanyaan dengan lengkap.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

81

2) Sebagai sumber informasi apabila ada pertanyaan serupa.

3) Sebagai catatan yang mungkin akan diperlukan kembali oleh penanya.

4) Sebagai media pelatihan tenaga farmasi.

5) Sebagai basis data penelitian, analisis, evaluasi, dan perencanaan pelayanan.

6) Sebagai bahan audit dalam melaksanakan quality assurance dari pelayanan

informasi obat.

Contoh Formulir Pelayanan Informasi Obat dapat dilihat pada Lampiran

19. Evaluasi yang dilakukan terkait dengan pelayanan informasi obat mencakup

penilaian/pengukuran keberhasilan pelayanan informasi obat dengan cara

membandingkan tingkat keberhasilan sebelum dan sesudah dilaksanakan

pelayanan informasi obat serta pemberian masukan kepada pimpinan dalam

membuat kebijakan di waktu mendatang. Selama tahun 2012 sempat terjadi

penurunan tajam pada jumlah pertanyaan di pelayanan informasi obat. Sekalipun

demikian, setiap pertanyaan tersebut berhasil dijawab oleh apoteker. Kecepatan

menjawab pertanyaan juga telah diusahakan untuk segera dijawab (< 1 jam).

Masalah yang masih dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan informasi

obat adalah keterbatasan jumlah literatur, literatur yang tidak terkini (tidak up to

date), apoteker yang tidak selalu di ruang pelayanan informasi obat, dan jumlah

pertanyaan yang masih sedikit.

f. Pemantauan Interaksi Obat

Kegiatan pemantauan interaksi obat di RSUP Fatmawati telah dilakukan

seiring dengan dilakukannya pemantauan terapi obat untuk menemukan masalah

yang berkaitan dengan penggunaan obat. Menurur SPO yang ada, kegiatan

pemantauan interaksi obat dilakukan dengan menggunakan software interaksi

obat, namun pada pelaksanaannya kegiatan analisis masih menggunakan literature

pustaka sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dalam menemukan

interaksi obat yang berpotensi terjadi. Kegiatan pemantauan interaksi obat juga

tidak dilakukan dengan rutin oleh karena kesibukkan apoteker pelaksana di

pelayanan kefarmasian lainnya sehingga seringkali kegiatan pemantauan interaksi

obat yang dilakukan tidak sampai pada pemberian rekomendasi penanggulangan.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

82

g. Konsultasi Obat

Konsultasi obat yang dilakukan oleh apoteker di RSUP Fatmawati diawali

dengan tahap perkenalan diri kepada pasien. Selanjutnya, apoteker mulai

menanyakan masalah yang dihadapi pasien terkait penggunaan obatnya. Apoteker

akan berusaha menggali informasi terkait penggunaan obat dari pasien sebagai

bahan pertimbangan dalam memberikan jawaban untuk masalah yang dialami

pasien. Apabila informasi telah cukup, apoteker mulai menjelaskan/memberikan

solusi atas obat-obat yang diterima pasien. Setelah pasien mendapat penjelasan

tentang obatnya, apoteker akan meminta pasien untuk mengulangi penjelasan

yang telah diberikan sebelumnya untuk memastikan info yang telah diberikan

telah dipahami dengan tepat oleh pasien. Jika pasien masih kurang memahami

penjelasan yang diberikan, maka apoteker akan mengulang kembali penjelasan

tersebut dan meminta pasien untuk mengulang kembali penjelasan dari apoteker.

Setelah pasien memahami dengan tepat apa yang dijelaskan apoteker, maka

apoteker akan menanyakan kembali apakah ada masalah lain yang dialami pasien.

Apabila pasien sudah tidak memiliki pertanyaan, maka sesi konsultasi obat

dinyatakan selesai.

Dalam melakukan konsultasi obat, apoteker RSUP Fatmawati terkadang

kurang menggali informasi pasien seperti adakah obat/vitamin/obat tradisional

yang pernah atau sedang dikonsumsi pasien.Apoteker juga tidak menanyakan

apakah pasien memiliki riwayat alergi. Apoteker terkadang hanya memberikan

informasi tentang obat yang ditanyakan oleh pasien.

h. Edukasi Farmasi

Program edukasi farmasi di RSUP Fatmawati dilakukan dengan

mengumpulkan sejumlah orang dalam ruangan tertentu untuk mendengarkan

penjelasan dari apoteker mengenai tema tertentu, misalnya tentang penggunaan

dan penyimpanan obat yang benar. Kegiatan tersebut dilaksanakan kurang lebih

satu jam, dimulai dengan presentasi dari apoteker kemudian dilanjutkan dengan

sesi tanya jawab. Peserta diperkenankan bertanya mengenai masalah apa pun

mengenai obat, seperti cara pakai, penyimpanan, dan masalah-masalah terkait obat

lainnya. Untuk melakukan kegiatan edukasi farmasi diperlukan fasilitas penunjang

seperti LCD, layar, laptop, mikrofon, dan lain-lain. Kegiatan edukasi pada saat itu

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

83

dilaksanakan di ruang rapat Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati disampaikan

langsung oleh kepala instalasi farmasi.

4.3 Tim Farmasi dan Terapi RSUP Fatmawati

Salah satu tugas Tim Farmasi dan Terapi (TFT) RSUP Fatmawati adalah

menyusun formularium obat rumah sakit yang menjadi pedoman penggunaan obat

di rumah sakit. Salah satu cara untuk mengetahui berjalan atau tidaknya TFT

rumah sakit adalah dengan melihat edisi formularium yang digunakan. Evaluasi

atau review untuk penyempurnaan formularium dilakukan tiap 6 bulan atau

maksimal 1 tahun. Di RSUP Fatmawati, formularium obat tidak dapat direvisi

setiap setahun oleh karena masalah biaya untuk mencetak formularium terbaru

dan kesulitan untuk mengumpulkan anggota TFT. Oleh karena itu, revisi

formularium obat dilakukan oleh TFT RSUP Fatmawati setiap 3 tahun sekali.

Adanya kesinambungan proses revisi menunjukkan bahwa TFT RSUP

Fatmawati sudah berjalan dengan baik. Selain formularium obat, RSUP

Fatmawati juga menyusun formularium alat kesehatan habis pakai, namun

formularium ini masih belum diterbitkan.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

84 Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan diatas, terdapat beberapa kesimpulan yang

dapat diambil, yakni :

a. Peran dan tanggung jawab apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit

(IFRS) Fatmawati yaitu melakukan kegiatan pengelolaan perbekalan

farmasi dan pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan perbekalan farmasi

dimulai dari proses pemilihan, perencanaan, pengadaan, penyimpanan hingga

pendistribusian dengan menggunakan sistem satu pintu.

b. Peran dan tanggung jawab Satuan Farmasi Fungional (SFF) adalah

menjamin berjalannya fungsi farmasi klinik yang profesional, antara lain

melakukan visite pasien, monitoring / review penggunaan obat, monitoring

efek samping obat, pemberian edukasi bagi staf farmasi.

c. Peran dan tanggung jawab Tim Farmasi dan Terapi (TFT) adalah menyusun

formularium yang menjadi dasar dalam penggunaan obat dan alkes habis

pakai di Rumah Sakit, melaksanakan pengawasan, pengendalian dan

evaluasi penggunaan obat dan alkes, serta melaksanakan edukasi bagi staf

farmasi dan profesi lain tentang perbekalan farmasi.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama melakukan praktek kerja

di RSUP Fatmawati Jakarta, terdapat beberapa saran yang dapat menjadi

pertimbangan dalam mengelola dan mengembangkan kegiatan farmasi di RSUP

Fatmawati Jakarta ke depannya, diantaranya adalah:

a. Pelayanan Informasi Obat

1) Penambahan jumlah literatur yang terkini.

2) Peran aktif apoteker dalam membuat dan menyebarkan bulletin/ leaflet

obat sehingga keberadaan kegiatan pelayanan informasi obat semakin

diketahui oleh banyak pihak.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

85

b. Konseling Obat kepada Pasien

Kegiatan konseling obat kepada pasien dengan lebih teliti dan dipandu oleh

apoteker sehingga efek terapi obat optimal.

c. Produksi Farmasi Non Steril

1) Sebaiknya pengemasan obat dibagi berdasarkan takaran menggunakan

alat ukur, tidak berdasarkan kasat mata.

2) Pada setiap kegiatan produksi di ruang produksi IFRS sebaiknya dibuat

sampel per tinggal.

d. Depo Instalasi Rawat Jalan

1) Penyimpanan obat-obat LASA di Depo Instalasi Rawat Jalan lantai

1 sebaiknya diselingi dengan minimal 2 obat non kategori LASA

di antaranya.

2) Blender seharusnya dibersihkan terlebih dahulu untuk

menghindari terjadinya interaksi obat.

e . Gudang

Sebaiknya dibuat gudang tahan api yang terpisah dari gudang utama.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Universitas Indonesia

86

DAFTAR ACUAN

Daris, Azwar. (2010). Suplemen Himpunan Peraturan Perundan- undangan

Kefarmasian. Jakarta: ISFI.

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Kesehatan RI. (2006).

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di

Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Pemerintah Republik Indonesia. (2009).Undang-Undang No.36 tahun 2009

Tentang Kesehatan. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.

Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44

Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta: Sekretariat Negara.

RSUP Fatmawati. (2009). Sejarah Singkat. 03 Mei 2013.

http://www.fatmawatihospital.com/mode1.php?id=1&mode=2

RSUP Fatmawati. (2009). Pelayanan Rawat Darurat. 03 Mei

2013. http://www.fatmaweatihospital.com/mode2.php?id=8&mode=3

RSUP Fatmawati. (2012). Keputusan Direktur Utama No.

HK.03.05/II.1/779/2012 tentang Penyimpanan Narkotika Dan

Psikotropika. Jakarta: RSUP Fatmawati.

RSUP Fatmawati. (2012). Keputusan Direktur Utama Nomor:

HK.03.05/II.1/2468/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati. Jakarta : RSUP Fatmawati.

Siregar, Charles J.P. (2004). Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan.

Jakarta: EGC

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

LAMPIRAN

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

87

Lampiran 1. Struktur Organisai RSUP Fatmawati

UU

niv

ers

itas

Ind

on

es

ia

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

88

Universitas Indonesia

Lampiran 2. Stuktur organisasi minimal instalasi farmasi

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

89

Universitas Indonesia

Lampiran 3. Stuktur organisasi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati

Direktur Utama

Direktur Medik dan Keperawatan

Satuan Farmasi Fungsional Kepala dan Wakil Kepala Instalasi

Penyelia IRJ lantai 1,2 dan 3 Penyelia Gudang Farmasi

Penyelia Depo ASKES dan Pegawai Penyelia Produksi Farmasi

Penyelia Depo IGD dan IRI Penyelia Sistem Informasi Farmasi

Penyelia Depo IBS Penyelia Distribusi dan Penerimaan

pppppPPPPPenerimaanPenerimaan

Penyelia Depo Teratai IRNA A Penyelia Perencanaan Perbekalan Farmasi

Penyelia Depo Teratai IRNA B Penyelia Pencatatan dan Pelaporan

Penyelia Depo Griya Husada Penyelia Tata Usaha ( TU ) dan SDM

Farmasi

Penyelia Depo Gedung Prof. Soelarto

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

90

Universitas Indonesia

Lampiran 4. Struktur organisasi Satuan Farmasi Fungsional RSUP Fatmawati

Direktur Utama

Direktur Medik dan Keperawatan

Ketua Satuan Farmasi

Fungsional

Koordinator Bidang Pendidikan dan Penelitian

Koordinator Bidang

Pelayanan

Apoteker

Instalasi Farmasi

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Lampiran 5. Alur perencanaan dan pengada

Gudang Farmasi Kepala

Instalasi Farmasi

PPK Sekretariat PPK Harga Perkiraan Sendiri (HPS)

Direktur Keuangan

BagianAnggaran

UU

niv

ers

itas

Ind

on

es

ia

aan perbekalan farmasi

Instalasi

Direktur Medik dan

Keperawatan

Direktur Keuangan

PPK raan PS)

Pejabat Pembuat Komitmen

(PPK)

Direktur Utama (Kuasa Pengguna

Anggaran)

Bagian Anggaran

Direktur

Keuangan PPK

ULP (diatas 200 juta); lelang

91

1

Bagian Anggaran

Direktur Keuangan

Pejabat Pengadaan

Medik (<200 juta)

200 Sekretariat PPK: Surat Pesanan (< 50 juta); Surat Perintah Kerja (50-200 juta); kirim ke distributor

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Lampiran 6. Alur pener

Berita Acara Penerimaan Barang oleh Tim Penerima Barang Medik,

Bukti Penerimaan Barang oleh Penyelia Gudang Farmasi

Penyesuaian Bukti Penyerahan Barang dengan faktur

Certificate of analysis berbahaya) bila diperlukan atau dicurigai.

Serah terima Tim Penerima Barang Medik dan Petugas Gudang Farmasi.

Cek: faktur; SP/SPK; kondisi; jumlah; tanggal kedaluwarsa (minimal 2 tahun);

Penerimaan oleh Tim Penerima Barang Medik

Universitas

rimaan perbekalan farmasi

Penyimpanan perbekalan farmasi

Berita Acara Penerimaan Barang oleh Tim Penerima Barang Medik, Penyelia Gudang Farmasi, dan Kepala Instalasi Farmasi

Bukti Penerimaan Barang oleh Penyelia Gudang Farmasi

Penyesuaian Bukti Penyerahan Barang dengan faktur oleh Penyelia Gudang Farmasi

Certificate of analysis (bahan baku obat), Certificate of origin (alkes), MSDS (bahan berbahaya) bila diperlukan atau dicurigai.

Serah terima Tim Penerima Barang Medik dan Petugas Gudang Farmasi.

Cek: faktur; SP/SPK; kondisi; jumlah; tanggal kedaluwarsa (minimal 2 tahun);

Penerimaan oleh Tim Penerima Barang Medik

92

sitas Indonesia

Penyelia Gudang

oleh Penyelia Gudang Farmasi

(alkes), MSDS (bahan

Serah terima Tim Penerima Barang Medik dan Petugas Gudang Farmasi.

Cek: faktur; SP/SPK; kondisi; jumlah; tanggal kedaluwarsa (minimal 2 tahun);

92

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

93

Lampiran 7. Alur distribusi perbekalan farmasi

Permintaan (sistem/manual)

Print out

Petugas gudang

farmasi cek sistem

Input ke sistem

Serah terima petugas gudang farmasi dan petugas depo farmasi. Cek:

• Volume • Expired date

Tanda tangan

Stok gudang

farmasi terpotong

Verifikasi

Cek Pengeluaran

UU

niv

ers

itas In

do

ne

sia

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

94

Universitas Indonesia

Lampiran 8. Alur masuk ke ruang produksi aseptik TPN dan sitotoksik

94

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

95

Universitas Indonesia

Lampiran 9. Alur pelayanan obat sitostatika rawat jalan dan rawat inap

Rawat Jalan

95

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

96

Universitas Indonesia

(Lanjutan)

Rawat Inap

96

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

977

Lampiran 10. Prosedur penyiapan obat rawat jalan secara individual prescription

Penerimaan resep dari dokter/perawat

ruangan oleh petugas farmasi

Pelaksanaan skrining resep untuk menilai

kesesuaian penulisan resep

Pelaksanaan pelayanan obat pasien yang telah memenuhi persyaratan

pada skrining peresepan

Pemeriksaan berkas kelengkapan resep

untuk pasien jaminan/asuransi

Pembuatan billing transaksi untuk resep yang telah memenuhi

persyaratan dari skrining dan kajian

peresepan obat

Pemanggilan nama pasien dengan pengeras suara dan penyerahan

obat kepada pasien oleh tenaga kefarmasian

dengan verifikasi dan klarifikasi 7 benar

Pengecekan obat

tentang kebenaran obat yang sudah disiapkan dengan klarifikasi 5 benar

Pembuatan etiket obat dan copy resep bagi obat yang tidak jadi

dibeli pasien ataupun tidak terlayani oleh

depo farmasi

Pelaksanaan

permohonan ijin prinsip untuk pasien

jaminan

Pembayaran resep berdasarkan billing resep untuk pasien

tunai

Pelaksanaan konseling obat apabila pasien

membutuhkan penjelasan lebih lanjut

Pendokumentasian resep dan bukti print out dalam file sesuai

dengan status pembiayaan pasien

UU

niv

ers

itas

Ind

on

es

ia

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

98

Universitas Indonesia

Lampiran 11. Alur pelayanan resep di depo ASKES

Penerimaan Resep

Pemeriksaan kelengkapan berkas

Pasien mendapatkan nomor

Input data ke komputer

Penulisan etiket

Penyiapan Obat

Penyerahan + informasi singkat

98

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

99

Universitas Indonesia

Lampiran 12. Alur distribusi obat secara dosis unit di Instalasi Farmasi RSUP

Fatmawati

99

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Lampiran 13. Alur pelayanan obat dan alat kesehatan di Depo Instalasi Bedah Sentral

UU

niv

ers

itas

Ind

on

es

ia

100

OK Cito

Pasien masuk ke OK Cito

Penata mengambil Paket Obat dan Alkes OK Cito yang telah

disiapkan oleh petugas depo farmasi.

Bila kurang, maka penata anastesi / bedah dapat

mengambilnya di lemari emergensi dan mencatatnya

di Lembar Pemakaian.

Petugas Depo IBS menyiapkan kembali Paket Obat dan Alkes dan OK Cito, serta melengkapi

lemari emergensi.

Depo IBS melakukan perincian biaya pasien dan mengirimkan

ke depo farmasi di mana pasien dirawat

Lembar Pemakaian dimasukkan ke dalam Paket Obat dan Alkes OK Cito yang

telah terpakai oleh pasien

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

(lanjutan)

UU

niv

ers

itas

Ind

on

esia

101

OK Elektif

Sehari sebelum operasi, Depo IBS menerima jadwal operasi dan

permintaan anestesi umum atau spinal

Perincian selanjutnya dikirimkan ke depo

farmasi di mana pasien dirawat.

Petugas depo farmasi menyiapkan paket

anestesi dan memberi label nama pasien pada

paket tersebut

Setelah operasi, paket dikembalikan ke depo

farmasi IBS dan petugas depo farmasi

merekapitulasi semua penggunaan obat dan alat

kesehatan ke bagian perincian

Pada hari operasi, penata bedah mencatat

permintaan di buku pada hari operasi dan paket bedah disiapkan oleh petugas depo farmasi

Petugas depo farmasi mencatat permintaan

obat dan alat kesehatan.

Pada hari operasi, penata bedah dan penata

anestesi meminta paket masing-masing ke Depo

IBS

Bila kekurangan obat dan alat kesehatan saat operasi sedang berlangsung, maka

penata anastesi / bedah dapat meminta secara

langsung ke depo farmasi dengan menyebutkan nama pasien dan kamar operasi.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

105

Universitas Indonesia

Lampiran 14. Alur pemantauan efek samping obat

102

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

106

Universitas Indonesia

Lampiran 15. Alur program pelayanan informasi obat

User (pasien/lainnya)

Menyampaikan pertanyaan secara lisan/tertulis

Apoteker

1. Menerima pertanyaan 2. Penilaian penanya dan pertanyaan sesungguhnya

Tidak Ok

Ok

Apoteker

1. Pencatatan pertanyaan pada formulir pelayanan informasi obat. 2. Penelusuran jawaban atas pertanyaan dalam literatur. 3. Penyusunan jawaban dalam formulir pelayanan informasi obat. 4. Penyampaian jawaban kepada user.

User

1. Menerima jawaban pertanyaan 2. Memberi respon atas informasi yang telah diberikan.

Tidak Ok

Ok

Selesai

103

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

108

Universitas Indonesia

Lampiran 16. Alur kegiatan pemantauan interaksi obat

Apoteker

1. Entry data pasien dalam software interaksi obat. 2. Entry data pengobatan pasien dalam software

interaksi obat. 3. Penilaian informasi data interaksi obat dari

software (penilaian level signifikansi)

Signifikan Tidak Signifikan

Apoteker

1. Penyusunan rekomendasi dalam formulir rekomendasi farmasi klinik untuk penanganan interaksi obat.

2. Penyampaian rekomendasi pada tenaga kesehatan.

Dokter/SMF

Instruksi perbaikan terapi

Tidak Ok

Ok

Apoteker/Asisten Apoteker

Perubahan instruksi terapi

Selesai

104

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

105

Lampiran 17. Alur Pengkajian Resep

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

106

Lampiran 18. Alur penanganan limbah padat, cair, dan gas

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 120: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP FATMAWATI

PERIODE 1 JULI – 31 AGUSTUS 2013

DDD (DEFINED DAILY DOSE) ANTIBIOTIKA MEI-JUNI 2013 DI RUANG ICU (INTENSIVE CARE UNIT)

RSUP FATMAWATI

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

EMMA RACHMANISA S, S.Farm.

1206329562

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK JANUARI 2014

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 121: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP FATMAWATI

PERIODE 1 JULI – 31 AGUSTUS 2013

DDD (DEFINED DAILY DOSE) ANTIBIOTIKA MEI-JUNI 2013 DI RUANG ICU (INTENSIVE CARE UNIT)

RSUP FATMAWATI

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

EMMA RACHMANISA S, S.Farm. 1206329562

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK JANUARI 2014

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 122: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................ iii DAFTAR TABEL ........................................................................................ iv DAFTAR LAMPIRAN ……………...………………………….………..….…v 1. PENDAHULUAN……………………………………………………......…...1

1.1 Latar Belakang………………………………………………………...….1 1.2 Tujuan………………………………………………………………..…....2

2. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………..…..….3

4.1 Antibiotika………………………………………………………..……...3 4.2 Intensive Care Unit ……………………………………………...……..10 4.3 Defined Daily Dose ……………………………………………....…....12

3. PELAKSANAAN TUGAS AKHIR ………………………………………….14

5.1 Lokasi dan Waktu ………………………………………….................14 5.2 Jenis dan Sumber Data ………………………………………...............14

4. HASIL PENGAMATAN …………………………………………………….15

4.1 DDD Antibiotik Mei 2013………………………………………………..15 4.2 DDD Antibiotik Juni 2013……………………………………………….16

5. PEMBAHASAN……………………………………………………….……...17

6. KESIMPULAN…………………………………………….………………….18

6.1 Kesimpulan……………………………………………………….........18 6.2 Saran……………………………………………………………………..18

DAFTAR ACUAN …………………………………………………….............19 LAMPIRAN…………………………………………………………………...…20

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 123: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.1 Antibiotika Golongan Penisilin............................................………….. 4 Tabel 2.2.2 Antibiotika Golongan Sefalosporin...................................................…. 5 Tabel 2.3 Nilai DDD Antibiotik………………...............................................….12 Tabel 4.1 Tabel DDD antibiotika di Ruang ICU RSUP Fatmawati bulan Mei 2013…………………………………………………………….........15 Tabel 4.2 Tabel DDD antibiotika di Ruang ICU RSUP Fatmawati bulan Juni 2013...........................................................................................................16

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 124: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. DDD Antibiotika Mei 2013…………………………………..….20 Lampiran 2. DDD Antibiotika Juni 2013………………………………..….…33 Lampiran 3. Grafik Rekapitulasi DDD antibiotik Mei 2013 di ruang ICU RSUP Fatmawati………………...…………………………………….41 Lampiran 4. Grafik Rekapitulasi DDD antibiotik Mei 2013 di ruang ICU RSUP Fatmawati…………………………………………………….…42

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 125: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Salah satu obat

andalan untuk mengatasi masalah tersebut adalah antimikroba antara lain

antibakteri/antibiotik, antijamur, antivirus, antiprotozoa. Antibiotik merupakan

obat yang paling banyak digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri.

Berbagai studi menemukan bahwa sekitar 40-62% antibiotik digunakan secara

tidak tepat antara lain untuk penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak

memerlukan antibiotik. Pada penelitian kualitas penggunaan antibiotik di berbagai

bagian rumah sakit ditemukan 30 % sampai dengan 80 % tidak didasarkan pada

indikasi (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

2406/MENKES/PER/XII/2011, 2011).

Intensitas penggunaan antibiotik yang relatif tinggi menimbulkan berbagai

permasalahan dan merupakan ancaman global bagi kesehatan terutama resistensi

bakteri terhadap antibiotik. Selain berdampak pada morbiditas dan mortalitas,

juga memberi dampak negatif terhadap ekonomi dan sosial yang sangat

tinggi.Pada awalnya resistensi terjadi di tingkat rumah sakit, tetapi lambat laun

juga berkembang di lingkungan masyarakat, khususnya Streptococcus

pneumoniae (SP), Staphylococcus aureus, dan Escherichia coli. Beberapa kuman

resisten antibiotik sudah banyak ditemukan di seluruh dunia, yaitu Methicillin-

Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA), Vancomycin-Resistant Enterococci

(VRE), Penicillin-Resistant Pneumococci, Klebsiella pneumoniae yang

menghasilkan Extended-Spectrum Beta-Lactamase (ESBL), Carbapenem-

Resistant Acinetobacter baumannii dan Multiresistant Mycobacterium

tuberculosis (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

2406/MENKES/PER/XII/2011, 2011).

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 126: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

2

Universitas Indonesia

Kuman resisten antibiotik tersebut terjadi akibat penggunaan antibiotik

yang tidak bijak dan penerapan kewaspadaan standar (standard precaution) yang

tidak benar di fasilitas pelayanan kesehatan. Hasil penelitian Antimicrobial

Resistant in Indonesia (AMRIN-Study) terbukti dari 2494 individu di masyarakat,

43% Escherichia coli resisten terhadap berbagai jenis antibiotik antara lain:

Ampisilin (34%), Kotrimoksazol (29%) dan Kloramfenikol (25%). Hasil

penelitian 781 pasien yang dirawat di rumah sakit didapatkan 81% Escherichia

coli resisten terhadap berbagai jenis antibiotik, yaitu Ampisilin (73%),

Kotrimoksazol (56%), Kloramfenikol (43%), Siprofloksasin (22%), dan

Gentamisin (18%) (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

2406/MENKES/PER/XII/2011, 2011).

Berdasarkan uraian di atas, penggunaan antibiotik perlu mendapat

perhatian khusus seperti halnya di ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUP

Fatmawati. Oleh karena itu, evaluasi penggunaan antibiotik dilakukan secara

kuantitatif maupun kualitatif. Evaluasi secara kuantitatif dapat dilakukan dengan

penghitungan DDD per 100 hari rawat untuk mengevaluasi jenis dan jumlah

antibiotik yang digunakan. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pengendalian

terhadap penggunaan antibiotik agar tepat dalam penggunaannya di ruang ICU

RSUP Fatmawati.

1.1 Tujuan

Tugas khusus ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik

bulan Mei-Juni 2013 di ICU RSUP Fatmawati secara kuantitatif dengan metode

DDD (Defined Daily Dose).

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 127: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Antibiotika

Infeksi bakteri terjadi bila bakteri mampu melewati barrier mukosa atau

kulit dan menembus jaringan tubuh. Pada umumnya, tubuh berhasil

mengeliminasi bakteri tersebut dengan respon imun yang dimiliki, tetapi bila

bakteri berkembang biak lebih cepat daripada aktivitas respon imun tersebut maka

akan terjadi penyakit infeksi yang disertai dengan tanda-tanda inflamasi. Terapi

yang tepat harus mampu mencegah berkembang biaknya bakteri lebih lanjut tanpa

membahayakan host. Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mengatasi

infeksi bakteri. Antibiotik bisa bersifat bakterisid (membunuh bakteri) atau

bakteriostatik (mencegah berkembang biaknya bakteri). Pada infeksi di lokasi

yang terlindung (misalnya pada cairan cerebrospinal), maka antibiotik bakterisid

harus digunakan (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

2406/MENKES/PER/XII/2011, 2011).

Penggolongan antibiotik berdasarkan mekanisme kerja:

a. Obat yang menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri

1) Antibiotik Beta-Laktam

Antibiotik beta-laktam terdiri dari berbagai golongan obat yang

mempunyai struktur cincin beta-laktam, yaitu penisilin, sefalosporin,

monobaktam, karbapenem, dan inhibitor beta-laktamase. Obat-obat antibiotik

betalaktam umumnya bersifat bakterisid, dan sebagian besar efektif terhadap

organisme Gram -positif dan negatif. Antibiotik beta-laktam mengganggu sintesis

dinding sel bakteri, dengan menghambat langkah terakhir dalam sintesis

peptidoglikan, yaitu heteropolimer yang memberikan stabilitasmekanik pada

dinding sel bakteri.

a) Penisilin

Golongan penisilin diklasifikasikan berdasarkan spektrum aktivitas

antibiotiknya. Golongan penisilin dapat dilihat pada tabel 2.1.1:

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 128: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

4

Universitas Indonesia

Tabel 2.1.1 Antibiotika golongan Penisilin

Golongan Contoh Aktivitas

Penisilin G dan penisilin V

Penisilin G dan Penisilin V

Sangat aktif terhadap kokus Grampositif,tetapi cepat dihidrolisis oleh penisilinase atau beta-laktamase,

sehingga tidak efektif terhadap S.aureus.

Penisilin yangresisten

terhadap Beta-laktamase/

penisilinase

Metisilin, nafsilin,

oksasilin, kloksasilin, dan Dikloksasilin

Merupakan obat pilihan utama untuk terapi S. aureus yang memproduksi penisilinase. Aktivitas antibiotik kurang poten terhadap mikroorganisme yang sensitif

terhadap penisilin G.

Aminopenisilin Ampisilin, Amoksisilin

Selain mempunyai aktivitas terhadap bakteri Gram-positif, juga mencakup mikroorganisme Gram-

negatif, seperti Haemophilus influenzae, Escherichiacoli, dan

Proteus mirabilis. Obat-obat ini sering diberikan bersama inhibitor betalaktamase (asam klavulanat, sulbaktam, tazobaktam) untuk mencegah hidrolisis

oleh betalaktamase yang semakin banyak ditemukan pada bakteri Gram-negatif ini.

Karboksipenisilin Karbenisilin, Tikarsilin

Antibiotik untuk Pseudomonas, Enterobacter, dan Proteus. Aktivitas antibiotik lebih rendah dibanding ampisilin terhadap kokus Gram- positif, dan kurang

aktif dibanding piperasilin dalam melawan Pseudomonas. Golongan ini dirusak oleh

betalaktamase.

Ureidopenislin Mezlosilin, azlosilin,

danpiperasilin

Aktivitas antibiotik terhadap Pseudomonas, Klebsiella, dan Gram negatif lainnya. Golongan ini

dirusak oleh beta-laktamase.

b) Sefalosporin

Sefalosporin menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan mekanisme

serupa dengan penisilin. Golongan Sefalosporin dapat dilihat pada tabel 2.2.2:

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 129: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

5

Universitas Indonesia

Tabel 2.2.2 Antibiotika golongan Sefalosporin

Generasi Contoh Aktivitas

I Sefaleksin, sefalotin, sefazolin, sefradin, sefadroksil

Antibiotik yang efektif terhadap Gram-positif dan memiliki aktivitas sedang

terhadap Gram-negatif.

II Sefaklor, sefamandol, sefuroksim, sefoksitin, sefotetan, sefmetazol,

sefprozil.

Aktivitas antibiotik Gram-negatif yang lebih tinggi daripada generasi-I.

III Sefotaksim, seftriakson, seftazidim, sefiksim, sefoperazon, seftizoksim,

sefpodoksim, moksalaktam.

Aktivitas kurang aktif terhadapkokus Gram-postif dibanding generasi-I, tapi

lebih aktif terhadap Enterobacteriaceae, termasuk strain yang memproduksi

betalaktamase. Seftazidim dan sefoperazon juga aktif terhadap P.aeruginosa, tapi

kurang aktif dibanding generasi-III lainnya terhadap kokus Gram-positif.

IV Sefepim, sefpirom Aktivitas lebih luas dibanding generasi-III dan tahan terhadap beta-laktamase.

c) Monobaktam (beta-laktam monosiklik)

Contoh dari monobaktam adalah aztreonam. Aktivitas dari aztreonam

resisten terhadap beta-laktamase yang dibawa oleh bakteri Gram- negatif.

Aktivitasnya sangat baik terhadap Enterobacteriacease, P. aeruginosa, H.

influenzae dan gonokokus. Pemberian aztreonam adalah parenteral, terdistribusi

baik ke seluruh tubuh, termasuk cairan serebrospinal. Waktu paruh dari aztreonam

adalah 1,7 jam. Ekskresi aztreonam sebagian besar obat diekskresi utuh melalui

urin.

d) Karbapenem

Karbapenem merupakan antibiotik lini ketiga yang mempunyai aktivitas

antibiotik yang lebih luas daripada sebagian besar beta-laktam lainnya. Golongan

karbapenem adalah imipenem, meropenem dandoripenem. Spektrum aktivitas

karbapenem adalah menghambat sebagian besar Gram-positif, Gram negatif, dan

anaerob. Ketiganya sangat tahan terhadap beta-laktamase. Efek samping

karbapenem adalah paling sering adalah mual dan muntah, dan kejang pada dosis

tinggi yang diberi pada pasien dengan lesi SSP atau dengan insufisiensi ginjal.

Meropenem dan doripenem mempunyai efikasi serupa imipenem, tetapi lebih

jarang menyebabkan kejang.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 130: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

6

Universitas Indonesia

e) Inhibitor beta-laktamase

Inhibitor beta-laktamase melindungi antibiotik beta-laktam dengan cara

menginaktivasi beta-laktamase. Golongan inhibitor beta-laktamase adalah asam

klavulanat, sulbaktam, dan tazobaktam. Asam klavulanat merupakan suicide

inhibitor yang mengikat betalaktamase dari bakteri Gram-positif dan Gram-

negatif secara ireversibel. Obat ini dikombinasi dengan amoksisilin untuk

pemberian oral dan dengan tikarsilin untuk pemberian parenteral. Sulbaktam

dikombinasi dengan ampisilin untuk penggunaan parenteral. Kombinasi ini aktif

terhadap kokus Gram-positif, termasuk S.aureus penghasil beta-laktamase, aerob

Gram-negatif (tapitidak terhadap Pseudomonas) dan bakteri anaerob. Sulbaktam

kurangpoten dibanding klavulanat sebagai inhibitor beta-laktamase. Tazobaktam

dikombinasi dengan piperasilin untuk penggunaan parenteral. Waktu paruhnya

memanjang dengan kombinasi ini dan ekskresinya melalui ginjal.

2) Basitrasin

Basitrasin adalah kelompok yang terdiri dari antibiotik polipeptida,

yangutama adalah basitrasin A. Berbagai kokus dan basil Gram-positif, Neisseria,

H. influenzae, dan Treponema pallidum sensitif terhadap obat ini. Basitrasin

tersedia dalam bentuk salep mata dan kulit, serta bedak untuk topikal. Basitrasin

jarang menyebabkan hipersensitivitas. Pada beberapa sediaan, sering dikombinasi

dengan neomisin dan/atau polimiksin. Basitrasin bersifat nefrotoksik bila

memasuki sirkulasi sistemik.

3) Vankomisin

Vankomisin merupakan antibiotik lini ketiga yang terutama aktif terhadap

bakteri Gram-positif. Vankomisin hanya diindikasikan untuk infeksi yang

disebabkan oleh S. aureus yang resisten terhadap metisilin (MRSA). Semua basil

Gram-negatif dan mikobakteria resisten terhadap vankomisin. Vankomisin

diberikan secara intravena, dengan waktu paruh sekitar 6 jam. Efek sampingnya

adalah reaksi hipersensitivitas, demam, flushing dan hipotensi (pada infus cepat),

serta gangguan pendengaran dan nefrotoksisitas pada dosis tinggi.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 131: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

7

Universitas Indonesia

b. Obat yang memodifikasi atau menghambat sintesis protein

Obat antibiotik yang termasuk golongan ini adalah aminoglikosid,

tetrasiklin, kloramfenikol, makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin),

klindamisin, mupirosin, dan spektinomisin.

1) Aminoglikosid

Golongan ini menghambat bakteri aerob Gram negatif. Obat ini

mempunyai indeks terapi sempit, dengan toksisitas serius pada ginjal dan

pendengaran, khususnya pada pasien anak dan usia lanjut. Efek samping golongan

ini adalah toksisitas ginjal, ototoksisitas, blokade neuromuskular (lebih jarang).

2) Tetrasiklin

Antibiotik yang termasuk ke dalam golongan ini adalah tetrasiklin,

doksisiklin, oksitetrasiklin, minosiklin, dan klortetrasiklin. Antibiotik golongan ini

mempunyai spektrum luas dan dapat menghambat berbagai bakteri Gram-positif,

Gram-negatif, baik yang bersifat aerob maupun anaerob, serta mikroorganisme

lain seperti Ricketsia, Mikoplasma, Klamidia, dan beberapa spesies mikobakteria.

3) Kloramfenikol

Kloramfenikol adalah antibiotik berspektrum luas, menghambat bakteri

Gram positif dan negatif aerob dan anaerob, Klamidia, Ricketsia, dan

Mikoplasma. Kloramfenikol mencegah sintesis protein dengan berikatan pada

subunit ribosom 50S. Efek samping golongan ini adalah supresi sumsum tulang,

grey baby syndrome, neuritis optik pada anak, pertumbuhan kandida di saluran

cerna, dan timbulnya ruam.

4) Makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin)

Makrolida aktif terhadap bakteri Gram-positif, tetapi juga dapat

menghambat beberapa Enterococcus dan basil Gram-positif. Sebagian besar

Gram-negatif aerob resisten terhadap makrolida, namun azitromisin dapat

menghambat Salmonela. Azitromisin dan klaritromisin dapat menghambat H.

influenzae, tapi azitromisin mempunyai aktivitas terbesar. Keduanya juga aktif

terhadap H. pylori. Makrolida mempengaruhi sintesis protein bakteri dengan cara

berikatan dengan subunit 50s ribosom bakteri, sehingga menghambat translokasi

peptida.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 132: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

8

Universitas Indonesia

a) Eritromisin dalam bentuk basa bebas dapat diinaktivasi oleh asam, sehingga

pada pemberian oral, obat ini dibuat dalam sediaan salut enterik. Eritromisin

dalam bentuk estolat tidak boleh diberikan pada dewasa karena akan

menimbulkan liver injury.

b) Azitromisin lebih stabil terhadap asam jika dibanding eritromisin. Sekitar 37%

dosis diabsorpsi, dan semakin menurun dengan adanya makanan. Obat ini

dapat meningkatkan kadar SGOT dan SGPT pada hati.

c) Klaritromisin diabsorpsi per oral 55% dan meningkat jika diberikan bersama

makanan. Obat ini terdistribusi luas sampai ke paru, hati, sel fagosit, dan

jaringan lunak. Metabolit klaritromisin mempunyai aktivitas antibakteri lebih

besar daripada obat induk. Sekitar 30% obat diekskresi melalui urin,

dansisanya melalui feses.

d) Roksitromisin

Roksitromisin mempunyai waktu paruh yang lebih panjang dan aktivitas

yang lebih tinggi melawan Haemophilus influenzae. Obat inidiberikan dua kali

sehari. Roksitromisin adalah antibiotik makrolida semisintetik. Obat ini memiliki

komposisi, struktur kimia dan mekanisme kerja yang sangatmirip dengan

eritromisin, azitromisin atau klaritromisin. Roksitromisin mempunyai spektrum

antibiotik yang mirip eritromisin, namun lebih efektif melawan bakteri gram

negatif tertentu seperti Legionella pneumophila. Antibiotik ini dapat digunakan

untuk mengobati infeksi saluran nafas, saluran urin dan jaringan lunak.

Roksitromisin hanya dimetabolisme sebagian, lebih dari separuh senyawa induk

diekskresi dalam bentuk utuh. Tiga metabolit telah diidentifikasi di urin dan feses

dengan metabolit utama adalah deskladinosaroksitromisin, dengan N-mono dan

N-di-demetil roksitromisin sebagai metabolit minor. Roksitromisin dan ketiga

metabolitnya terdapat di urindan feses dalam persentase yang hampir sama.Efek

samping yang paling sering terjadi adalah efek pada saluran cerna diare, mual,

nyeri abdomen dan muntah. Efek samping yang lebih jarang termasuk sakit

kepala, ruam, nilai fungsi hati yang tidak normal dan gangguan pada indera

penciuman dan pengecap.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 133: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

9

Universitas Indonesia

e) Klindamisin menghambat sebagian besar kokus Gram-positif dan sebagian

besar bakteri anaerob, tetapi tidak bisa menghambat bakteri Gram-negatif

aerob seperti Haemophilus, Mycoplasma dan Chlamydia. Efek samping

golongan ini adalah diare dan enterokolitis pseudomembranosa.

f) Mupirosin merupakan obat topikal yang menghambat bakteri Gram-positif

dan beberapa Gram-negatif. Mupirosin tersedia dalam bentuk krim atau salep

2% untuk penggunaan di kulit (lesi kulittraumatik, impetigo yang terinfeksi

sekunder oleh S. aureus atau S. pyogenes) dan salep 2% untuk intranasal. Efek

samping golongan ini adalah iritasi kulit dan mukosa.

g) Spektinomisin diberikan secara intramuskular. Spektinomisin digunakan

sebagai obat alternatif untuk infeksi gonokokus bila obat lini pertama tidak

dapat digunakan. Obat ini tidak efektif untuk infeksi Gonore faring. Efek

samping golongan ini adalah nyeri lokal, urtikaria, demam, pusing, mual, dan

insomnia.

c. Obat antimetabolit yang menghambat enzim-enzim esensial dalam

metabolisme folat

1) Sulfonamid dan Trimetoprim

Sulfonamid bersifat bakteriostatik. Trimetoprim dalam kombinasi dengan

sulfametoksazol, mampu menghambat sebagian besar patogen saluran kemih,

kecuali P. aeruginosa dan Neisseria sp. Kombinasi ini menghambat S. aureus,

Staphylococcus koagulase negatif, Streptococcus hemoliticus, H .influenzae,

Neisseria sp, bakteri Gram-negatif aerob (E. coli dan Klebsiella sp), Enterobacter,

Salmonella, Shigella, Yersinia, P. carinii.

d. Obat yang mempengaruhi sintesis atau metabolisme asam nukleat

1) Kuinolon

a) Asam nalidiksat menghambat sebagian besar Enterobacteriaceae.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 134: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

10

Universitas Indonesia

b) Fluorokuinolon

Golongan fluorokuinolon meliputi norfloksasin, siprofloksasin, ofloksasin,

moksifloksasin, pefloksasin, levofloksasin, dan lain-lain. Fluorokuinolon bisa

digunakan untuk infeksi yang disebabkan oleh Gonokokus, Shigella, E. coli,

Salmonella, Haemophilus, Moraxella catarrhalis serta Enterobacteriaceae dan P.

aeruginosa.

c) Nitrofuran

Nitrofuran meliputi nitrofurantoin, furazolidin, dan nitrofurazon. Absorpsi

melalui saluran cerna 94% dan tidak berubah dengan adanya makanan. Nitrofuran

bisa menghambat Gram-positif dan negatif, termasuk E. coli, Staphylococcus sp,

Klebsiella sp, Enterococcus sp, Neisseria sp, Salmonellasp, Shigella sp, dan

Proteus sp.

2.2 Intensive Care Unit (ICU)

Intensive Care Unit (ICU) umumnya disebut juga dengan Departemen

Rawat Intensif atau Critical Care. ICU merupakan bagian internal rumah sakit

yang merawat pasien dengan kondisi mengancam jiwa, yang sedang menjalani

resusitasi, perawatan intensif dan membutuhkan pemantauan ketat serta yang

didalamnya terdapat peralatan maupun obat-obatan yang berguna untuk menjaga

fungsi tubuh seperti normal. ICU mempunyai staf yang terdiri dokter dan perawat

yang terlatih dalam ilmu kedokteran perawatan intensif (intensive care medicine).

Pada awalnya ICU digunakan untuk menangani pasien bedah karena pasien bedah

pelu diawasi sampai sadar dan stabil fungsi vitalnya serta bebas dari sisa obat

anestesi. Pada masa sekarang ICU tidak ditujukan untuk pasien pasca

pembedahan tetapi melayani pelayanan yang mendukung Indikasi pasien yang

masuk ke ICU adalah pasien dalam keadaan yang terbatas, pasien yang

memerlukan terapi intensif (prioritas 1) lebih didahulukan dibandingkan dengan

pasien yang hanya memerlukan pemantauan intensif (prioritas 3). Penilaian

objektif atas berat dan prognosis penyakit hendaknya digunakan sebagai dasar

pertimbangan dalam menentukan prioritas masuk ke ICU (Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No.1778/MENKES/SK/XII/2010, 2010).

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 135: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

11

Universitas Indonesia

a. Golongan pasien prioritas 1 (satu)

Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan

terapi intensif dan tertirasi, seperti: dukungan/ bantuan ventilasi, alat penunjang

fungsi organ/ sistem yang lain, infus obat obat vasoaktif/ inotropik, obat anti

aritmia, serta pengobatan lainnya secara kontinyu dan tertitrasi. Terapi pada

pasien prioritas 1 tidak mempunyai batas.

b. Golongan pasien prioritas 2 (dua)

Golongan ini memerlukan memerlukan pelayanan pemantauan canggih di

ICU, sebab sangat berisiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera, misalnya

pemantauan intensif menggunakan pulmonary arterial catheter atau pasien yang

mengalami pembedahan mayor. Terapi pada pasien prioritas 2 tidak mempunyai

batas karena kondisi mediknya senantiasa berubah.

c. Golongan pasien prioritas 3 (tiga)

Pasien golongan ini merupakan pasien sakit kritis, yang tidak stabil status

kesehatan sebelumnya, yang disebabkan oleh penyakit yang mendasarinya, atau

penyakit akutnya, secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan

atau manfaat terapi di ICUpada golongan ini sangat kecil. Pasien golongan ini di

ICU untuk mengatasi kegawatan akutnya saja dan usaha terapi mungkin tidak

sampai melakukan intubasi atau resusitasi jantung paru.

Prioritas pasien dipindahkan dari ICU berdasarkan pertimbangan medis

oleh kepala ICU dan atau tim yang merawat pasien, antara lain:

a. Penyakit atau keadaan pasien telah membaik dan cukup stabil, sehingga tidak

memerlukan terapi atau pemantauan yang intensif lebih lanjut.

b. Secara perkiraan dan perhitungan terapi atau pemantauan intensif tidak

bermanfaat atau tidak memberi hasil yang berarti bagi pasien. Apalagi pada

waktu itu pasien tidak menggunakan alat bantu mekanis khusus.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 136: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

12

Universitas Indonesia

2.3 Defined Daily Doses (DDD)

Defined Daily Doses (DDD) adalah dosis rata – rata yang dianjurkan

untuk suatu obat per hari yang digunakan atas indikasi pada orang dewasa.

Berikut ini adalah formula pengukuran kuantitas penggunaan antibiotik dengan

DDD (World Health Organization, 2012):

DDD/100 pasien setiap harinya = [penggunaan antibiotik per tahunnya (g) × 100] /[DDD (g/d) × angka kunjungan × peresepan tiap harinya.

DDD (Defined Daily Dose) digunakan dalam studi penggunaan obat untuk

menggambarkan data penggunaan obat secara statistik, mengukur intensitas

penggunaan obat dalam suatu negara dan memperbaiki kualitas penggunaan obat.

WHO mengakui metode ini sebagai standar penggunaan obat yang dapat

diaplikasikan secara internasional. Berikut adalah data DDD dari beberapa

antibiotik terlihat pada tabel 2.3:

Tabel 2.3 Nilai DDD antibiotik

No Antibiotika DDD antibiotik Oral Parenteral

1 Amikacin - 1 2 Amoxicillin + Clavulanic acid 1 3 3 Azithromycin 0.3 0.5 4 Cefepime - 4 5 Cefoperazone Sulbactam - 4 6 Cefotaxim - 4 7 Cefpirome - 4 8 Ceftazidime - 4 9 Ceftriaxone - 2

10 Chloramphenicol 3 3 11 Ciprofloxacin 1 0.5 12 Erithromycin 1 1 13 Ethambutol 1.2 1.2 14 Fluconazole 0.2 0.2 15 Fosfomycin 3 8 16 Gentamycine - 0.24 17 Isoniazid 0.3 0.3 18 Levofloxacine 0.5 0.5

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 137: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

13

Universitas Indonesia

(Lanjutan)

(Sumber: World Health Organization, 2012)

No Antibiotika DDD antibiotik Oral Parenteral

19 Meropenem - 2 20 Metronidazole 2 1.5 21 Micafungin - 0.1 22 Netilmycin Sulfat 0.35 0.35 23 Ofloxacin 0.4 0.4 24 Pyrazinamide 1.5 - 25 Rifampicin 0.6 0.6 26 Streptomycin - 1

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 138: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

14 Universitas Indonesia

BAB 3

PELAKSANAAN TUGAS AKHIR

3.1 Lokasi dan Waktu

Pembuatan laporan ini dilakukan pada tanggal 12 - 31 Juli 2013 di RSUP

Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Penelitian termasuk dalam penelitian analitik yang dilakukan secara

retrospektif. Data yang digunakan adalah data primer yang berasal dari instruksi

harian pasien di Intensive Care Unit. Evaluasi pengggunaan antibiotika dilakukan

secara kuantitatif dengan metode DDD (Defined Daily Dose)

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 139: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

15 Universitas Indonesia

BAB 4

HASIL PENGAMATAN

4. 1 DDD Antibiotik Mei 2013

Hasil pengamatan DDD antibiotika di ruang ICU (Intensive Care Unit)

RSUP Fatmawati bulan Mei 2013 dapat dilihat pada tabel 4.1:

Tabel 4.1 Tabel DDD antibiotika di Ruang ICU RSUP Fatmawati bulan Mei

2013

No Antibiotik DDD

1 Flukonazole 48.2

2 Meropenem 47.07

3 Ceftriaxone 36.04

4 Ceftazidime 19.6

5 Metronidazole 14.26

6 Levofloxacine 9.35

7 Amikasin 6.49

8 Gentamycin 4.95

9 Fosfomycin 4

10 Netilmycin Sulfat 3.85

11 Isoniazid 3.72

12 Rifampicin 2.82

13 Ethambutol 2.01

14 Ciprofloxacin 1.98

15 Streptomycin 1.69

16 Chloramphenicol 1.2

17 Vancomycin 1.13

18 Pyrazinamide 1.11

19 Cefepime 0.9

20 Cefoperazone Sulbactam 0.68

21 Micafungin 0.68

22 Amoxicillin+ Asam klavulanat 0.59

23 Erithromycin 0.34

24 Ofloxacin 0.23

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 140: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

16

Universitas Indonesia

4. 2 DDD Antibiotik Juni 2013

Hasil pengamatan DDD Antibiotika di ruang ICU RSUP Fatmawati bulan

Juni 2013 dapat dilihat pada tabel 4.2:

Tabel 4.2 Tabel DDD antibiotika di Ruang ICU RSUP Fatmawati bulan Juni

2013

No Antibiotik DDD

1 Meropenem 58.11

2 Flukonazole 50.45

3 Ceftriaxone 46.17

4 Metronidazole 18.02

5 Azithromycin 8.11

6 Ceftazidime 7.83 7 Levofloxacin 6.76 8 Ciprofloxacin 6.13

9 Amikasin 4.73

10 Gentamycin 3.45

11 Fosfomycin 2.76

12 Isoniazid 2.48

13 Ethambutol 1.31

14 Rifampicin 1.18

15 Vancomycin 1.13

16 Pyrazinamide 1.05 17 Micafungin 0.9 18 Ofloxacin 0.68

19 Streptomycin 0.34

20 Cefotaxim 0.3

21 Cefpirom 0.23

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 141: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

17 Universitas Indonesia

BAB 5

PEMBAHASAN

Pemakaian antibiotik pada bulan Mei 2013 di ICU RSUP Fatmawati

sebanyak 24 antibiotik. Antibiotik yang digunakan terdapat Six Gun antibiotik

(Meropenem, Ceftazidime, Cefepime, Cefoperazone, Imipenem + Cilastatin, dan

Piperacillin + Tazobactam) yang merupakan antibiotik cadangan yang tidak boleh

digunakan tanpa rekomendasi. Pemakaian terbanyak pada bulan Mei adalah

Fluconazole. Six Gun antibiotik yang banyak digunakan bulan Mei 2013 adalah

Meropenem kemudian Ceftazidime.

Pemakaian antibiotik pada bulan Juni 2013 di ICU RSUP Fatmawati

sebanyak 21 antibiotik. Antibiotik yang digunakan terdapat Six Gun antibiotik

(Meropenem, Ceftazidime, Cefepime, Cefoperazone, Imipenem + Cilastatin, dan

Piperacillin + Tazobactam) yang merupakan antibiotik cadangan yang tidak boleh

digunakan tanpa rekomendasi. Pemakaian terbanyak pada bulan Juni adalah

Meropenem. Six Gun antibiotik yang banyak digunakan bulan Mei 2013 adalah

Meropenem kemudian Ceftazidime. Selain itu terdapat Ceftriaxone,

Metronidazole, Azitromycin yang pemakaiannya cukup banyak di bulan ini.

DDD (Defined Daily Dose) antibiotik tinggi apabila dosis antibiotik yang

digunakan besar. Selain itu lama terapi obat yang panjang juga dapat

menyebabkan DDD antibiotik tinggi. Penemuan DDD Six Gun antibiotik yang

cukup tinggi juga diakibatkan resistensi antibiotik yang cukup tinggi di

masyarakat. Hal ini disebabkan penggunaan antibiotika yang tidak tepat lama

terapinya sehingga perlu edukasi yang baik pada masyarakat mengenai

penggunaan antibiotika agar rasional dan tepat.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 142: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

18 Universitas Indonesia

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. DDD Antibiotik Bulan Mei 2013di ruang ICU RSUP Fatmawati tertinggi

adalah Flukonazole.

2. DDD Antibiotik bulan Juni 2013 di ruang ICU RSUP Fatmawati tertinggi

adalah Meropenem.

5.2 Saran

Evaluasi penggunaan antibiotik di ruang ICU RSUP Fatmawati diperlukan

penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan antibiotika berdasarkan diagnosa

agar penggunaan antibiotika tepat dan rasional.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 143: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

19 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

2406/MENKES/PER/XII/2011. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia nomor 2406/MENKES/PER/XII/2011 tentang

Pedoman Umum Penggunaan Antibiotika. Jakarta: Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1778/MENKES/SK/XII/2010. (2010). Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit di Rumah Sakit. Jakarta:

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

World Health Organization. DDD Alteration. December 12th, 2012.

http://www.whocc.no/atc_ddd_index/?code=J02A.

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 144: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

LAMPIRAN

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 145: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Lampiran 1. DDD Antibiotik Mei 2013

No Nama Pasien RM Umur

Jenis Kelamin

Nama Obat

Dosis Lama Lama

Total DDD

Sehari Terapi Rawat

(g) (hari) (hari)

1

Mamat S 01233665 62 L

Ceftazidime 2 x 2 g 6 5 8 30 7.5

Metronidazole 1 x 1.5 g 1.5 3

4.5 3

Fluconazole 1 x 400 mg 0.4 1 0.4 2

Fluconazole 2 x 200 mg 0.4 2 0.8 4

Meropenem 3 x 2 g 2 2 4 2

2 Hardiman Jumadi 0071027 40 L Ceftriaxone 1 x 2 g 2 3 4 6 3

3

Arum Lestari 1233683 24 P

Streptomycin 1 x 750 mg 0.75 3

3

2.25 2.25

Ceftriaxime 2 x 2 g

4 2 8 4

(Ceftriaxone)

Ciprofloxacine 2 x 400 mg

0.8 2 1.6 3.2

Ethambutol 1 x 750 mg 0.75 3 2.25 1.875

Rifampicin 1 x 450 mg 0.45 3 1.35 2.25

Isoniazide 1 x 300 mg 0.3 3 0.9 3

Pyrazinamide 1 x 1 g 1 3 3 2

Meropenem 3 x 1 g 1 1 1 0.5

4 Juriah Sutardjo 393304 63 P Ceftazidime 2 x 2 g 4 1 2 4 1

5

Tanwin Basri 01234000 58 L Ceftriaxone 2 x 2 g 4 3

3 12 6

Amikacin 1 x 1 g 1 1 1 1

UU

niv

ers

itas

Ind

on

esia

4220

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 146: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

(Lanjutan)

No Nama Pasien RM Umur

Jenis Kelamin

Nama Obat Dosis Lama Lama

Total DDD

Sehari Terapi Rawat

(g) (hari) (hari)

6

Jerida Siregar 882054 65 P Meropenem 3 x 1 g 3 3

3 9 4.5

Fluconazole 2 x 400 mg 0.4 2 0.8 4

7 Diah Anggraeni 00679924 41 P Cefriaxone 2 x 1 g 1 2 2 2 1

8

Adnan Ahmad J 01227180 49 L Meropenem 3 x 2 g 2 1

2 2 1

Streptomycin 1 x 750 mg 0.75 1 0.75 0.75

9

Warsad Walim 112316 62 L

Fosfomycin 2 x 2 g 4 5

8

20 2.5

Metronidazole 2 x 500 mg 0.5 2 1 0.667

Metronidazole 1 x 1.5 g 1.5 4 6 4

Meropenem 3 x 2 g 6 1 6 3

Meropenem 3 x 1 g 3 2 6 3

10

Supri Arisandi 01230457 37 L

Meropenem 3 x 1 g 1 1

9

1 0.5

Meropenem 3 x 2 g 6 2 12 6

Gentamycine 1 x 480 mg 0.48 1 0.48 2

Fluconazole 2 x 400 mg 0.8 1 0.8 4

Fluconazole 2 x 200 mg 0.4 1 0.4 2

Ceftazidime 3 x 2 g 2 1 2 0.5

11

Siti Chalifah 01224258 41 P Ceftriaxone 1 x 2 g 2 1

4 2 1

Ceftazidime 3 x 2 g 6 3 18 4.5

UU

niv

ers

itas In

do

ne

sia

4221

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 147: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

(Lanjutan)

No Nama Pasien RM Umur

Jenis Kelamin

Nama Obat

Dosis Lama Lama

Total DDD

Sehari Terapi Rawat

(g) (hari) (hari)

12

Sudarmi Ningsih 1228596 49 P

Ceftazidime 3 x 2 g 6 3

12

18 4.5

Fluconazole 2 x 200 mg 0.4 11 4.4 22

Fosmidex (Fosfomycin) 2 x 2 g

4 8 32 4

Amikacin 1 x 1 g 1 1 1 1

Meropenem 3 x 2 g 6 2 12 6

13

Mutiara Mahdalena 01199546 76 P

Meropenem 3 x 1 g 3 3

26

9 4.5

Fluconazole 2 x 400 mg 0.8 2 1.6 8

Ceftazidime 3 x 2 g 6 6 36 9

Amikacin 1 x 1 g 1 5 5 5

14

Wulandari Herman 01230086 19 P

Ceftriaxone 1 x 2 g 2 2

3

4 2

Streptomycin 1 x 750 mg 0.75 2 1.5 1.5

Levofloxacine 1 x 750 mg 0.75 2 1.5 3

Meropenem 3 x 2 g 2 1 2 1

Ethambutol 1 x 1 g 1 2 2 1.667

Rifampicin 1 x 450 mg 0.45 2 0.9 1.5

Pyrazinamide 1 x 1 g 1 2 2 1.333

Isoniazide 1 x 300 mg 0.3 2 0.6 2

15

Sutinem Mento 01232082 67 P Ciprofloxacine 2 x 200 mg 0.4 3

4 1.2 2.4

Ceftazidime 3 x 2 g 6 3 18 4.5

UU

ni v

ers

itas

Ind

on

esia

4222

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 148: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

(Lanjutan)

No Nama Pasien RM Umur

Jenis Kelamin

Nama Obat Dosis Lama Lama

Total DDD

Sehari Terapi Rawat

(g) (hari) (hari)

16 Heni Larasati 1233354 46 P Ceftriaxone 1 x 2 g 2 3 5 6 3

17

Neni Irawati 01232082 67 P Ceftriaxone 2 x 2 g 4 3

3 12 6

Metronidazole 3 x 500 mg 1.5 3 4.5 3

18

Atikah H 1228663 55 P

Ceftriaxone 1 x 2 g 2 2

5

4 2

Ceftriaxone 2 x 2 g 2 1 2 1

Ciprofloxacine 2 x 400 mg 0.8 2 1.6 3.2

Fosfomycin 2 x 2 g 2 1 2 0.25

19

Sarifudin Mursyid 00791668 30 L Ceftriaxone 2 x 2 g 4 3

11 12 6

Ceftazidime 3 x 2 g 6 5 30 7.5

20

Suryadi Pulan 01225512 55 L

Ceftriaxone 1 x 2 g 2 2

18

4 2

Meropenem 3 x 1 g 3 5 15 7.5

Fluconazole 2 x 400 mg 0.4 2 0.8 4

Fluconazole 2 x 200 mg 0.4 6 2.4 12

Vancomycine 2 x 1 g 2 4 8 4

Metronidazole 1 x 1.5 g 1.5 5 7.5 5

Amikacin 1 x 1 g 1 2 2 2

21

Poppy Sukatimah 00812601 79 P

Ceftriaxone 1 x 2 g 2 2 12

4 2

Fluconazole 2 x 200 mg 0.4 4 1.6 8

Meropenem 3 x 1 g 3 4 12 6

22 Nunung N 01228256 54 P Ceftriaxone 1 x 2 g 2 2 5 4 2

UU

niv

ers

itas In

do

ne

sia

4223

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 149: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

(Lanjutan)

No Nama Pasien RM Umur Jenis Kelamin Nama Obat

Dosis Lama Lama Total DDD

Sehari Terapi Rawat

(g) (hari) (hari)

23

Matridi Nizam 01228331 54 L

Ceftriaxone 1 x 2 g 2 4

11

8 4

Fluconazole 2 x 400 mg 0.4 1 0.4 2

Fluconazole 2 x 200 mg 0.4 4 1.6 8

Meropenem 3 x 1 g 1 1 1 0.5

24 Arti Kartawi 1219291 44 P Ceftriaxone 1 x 2 g 2 2 3 4 2

25 Arti Kartawi 1219291 44 P Ceftriaxone 2 x 2 g 4 4 12 16 8

26

Baharudin 853845 65 L Ceftriaxone 2 x 2 g 4 1

2 4 2

Amikacin 1 x 1.8 g 1.8 1 1.8 1.8

27 Hartawan Marsil 1230181 59 L Ceftriaxone 1 x 2 g 2 1 1 2 1

28 AlimahRudi 420000 73 P Lacedim (Ceftazidime) 3 x 1 g 3 4 5 12 3

29

Shedys Afondus 1228614 42 L

Ethambutol 1 x 1 g 1 1

3

1 0.833

Ofloxacin 1 x 400 mg 0.4 1 0.4 1

Ceftriaxone 3 x 2 g 6 2 12 6

Isoniazide 1 x 300 mg 0.3 1 0.3 1

Levofloxacine 1 x 500 mg 0.5 1 0.5 1

Rifampicin 1 x 300 mg 0.3 1 0.3 0.5

30

Dede Budi Ningsih 01226937 35 P

Ceftriaxone 1 x 2 g 2 1

3

2 1

Levofloxacine 1 x 500 mg 0.5 1 0.5 1

Ceftriaxone 3 x 1 g 2 2 4 2

UU

niv

ers

itas

Ind

on

esia

4224

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 150: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

(Lanjutan)

No Nama Pasien RM Umur Jenis

Kelamin Nama Obat

Dosis Lama Lama Total DDD

Sehari Terapi Rawat

(g) (hari) (hari)

31

Mad Soleh 01225098 57 L

Cefepime 3 x 2 g 4 2

2

8 4

Meropenem 3 x 2 g 2 1 2 1

Fluconazole 2 x 400 mg 0.8 2 1.6 8

Amikacin 1 x 1 g 1 1 1 1

32

Apriani Siti Rahmawati 01221390 24 P

Ceftriaxone 1 x 2 g 2 2 3

4 2

Hypobhac 2 x 1 g 2 3 6 17.14

(Netilmicin Sulfate)

33

Luwis Rahadi 01231604 27 L

Ceftazidime 2 x 2 g 4 6 6

24 6

Kemicetine (Chloramphenicol) 4 x 1 g

4 4 16 5.333

34

Gunarti 01223553 48 P

Ceftazidime 3 x 2 g 6 3 8

18 4.5

Metronidazole 1 x 1.5 g 1.5 4 6 4

Fosmycin (Fosfomycin) 2 x 2 g 4 3 12 1.5

35

Siti Aisah 01043231 57 P

Ceftriaxone 2 x 2 g 2 1 2

2 1

Metronidazole 3 x 500 mg 0.5 1 0.5 0.333

Ceftazidime 3 x 2 g 2 1 2 0.5

36

Apriansah Ali 012305234 20 L

Ceftriaxone 1 x 2 g 1 2

6

2 1

Streptomycin 1 x 750 mg 0.75 4 3 3

Meropenem 3 x 1 g 3 5 15 7.5

Rifampicin 1 x 450 mg 0.45 4 1.8 3

Isoniazide 1 x 300 mg 0.3 4 1.2 4

Ethambutol 1 x 1 g 1 4 4 3.333

UU

niv

ers

itas In

do

ne

sia

4225

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 151: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

(Lanjutan)

No Nama Pasien RM Umur

Jenis Kelamin

Nama Obat Dosis Lama Lama

Total DDD

Sehari Terapi Rawat

(g) (hari) (hari)

37

Rosiva Helmi 01232610 43 P

Ceftriaxone 1 x 2 g 2 1

5

2 1

Rifampicin 1 x 450 mg 0.45 5 2.25 3.75

Isoniazide 1 x 300 mg 0.3 5 1.5 5

Ceftazidime 3 x 2 g 6 4 24 6

38

Nani Muhani Al Hadad

01235209 61 P Meropenem 3 x 1 g 3 5 5 15 7.5

39

Supartinah Padi S 01179208 59 P

Ceftriaxone 2 x 2 g 4 4

7

16 8

Levofloxacine 1 x 750 mg 0.75 6 4.5 9

Meropenem 3 x 2 g 6 3 18 9

Fluconazole 2 x 400 mg 0.8 1 0.8 4

Fluconazole 2 x 200 mg 0.4 2 0.8 4

40

Idris Sapei 01218447 21 L

Ceftriaxone 1 x 2 g 2 2

3

4 2

Isoniazide 1 x 225 mg 0.225 2 0.45 1.5

Rifampicin 1 x 450 mg 0.45 2 0.9 1.5

Pyrazinamide 1 x 1.2 g 1.2 2 2.4 1.6

Ethambutol 1 x 725 mg 0.725 2 1.45 1.208

41

Syahrial Nasution 1230182 62 L

Ceftriaxone 1 x 2 g 2 1

8

2 1

Meropenem 3 x 2 g 6 7 42 21

Amikacin 1 x 1 g 1 3 3 3

Metronidazole 3 x 500 mg 1.5 3 4.5 3

42 Marzuki M 00591140 58 L Fosmycin (Fosfomycin) 2 x 2 g 4 4 4 16 2

4226

UU

ni v

ers

itas

Ind

on

esia

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 152: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

(Lanjutan)

No Nama Pasien RM Umur Jenis

Kelamin Nama Obat

Dosis Lama Lama Total DDD Sehari Terapi Rawat

(g) (hari) (hari)

43

Mangasa Siregar

01230489 64 L Ceftriaxone 1 x 2 g 2 1

1 2 1

Levofloxacine 1 x 750 mg 0.75 1 0.75 1.5 Ceftazidime 3 x 2 g 6 1 6 1.5

44

Muhajir Zubaidi 01228354 25 L

Ceftriaxone 1 x 2 g 2 1

14

2 1 Meropenem 3 x 1 g 3 3 9 4.5 Fluconazole 2 x 400 mg 0.8 1 0.8 4

Fosmydex (Fosfomycin) 2 x 2 g

4 8 32 4

Fluconazole 2 x 200 mg 0.4 13 5.2 26 Metronidazole 1 x 1.5 g 1.5 6 9 6 Ceftazidime 3 x 2 g 6 1 6 1.5 Amikacin 1 x 1 g 1 8 8 8

45 Sri Tusini 01231760 30 P Ceftriaxone 1 x 2 g 2 1 2 2 1 46 Christina M 1208280 27 P Ceftriaxone 1 x 2 g 2 3 3 6 3

47

Rusdiyanto 1231186 40 L

Ceftriaxone 1 x 2 g 2 6

12

12 6 Levofloxacine 2 x 500 mg 1 3 3 6 Levofloxacine 1 x 1 g 1 1 1 2 Ceftazidime 3 x 1 g 3 5 15 3.75 Metronidazole 3 x 1 g 3 1 3 2 Metronidazole 1 x 2 g 2 1 2 1.333 Metronidazole 1 x 1 g 1 3 3 2 Fluconazole 2 x 200 mg 0.4 4 1.6 8

UU

ni v

ers

itas In

do

nesia

4227

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 153: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

(Lanjutan)

No Nama Pasien RM Umur

Jenis Kelamin

Nama Obat

Dosis Lama Lama

Total DDD

Sehari Terapi Rawat

(g) (hari) (hari)

48

Adriyanto Adnan 1234661 19 L Meropenem 3 x 1 g 3 6

6 18 9

Metronidazole 1 x 1.5 g 1.5 6 9 6

49 Abdul Rohim 1133550 48 L Ceftriaxone 1 x 2 g 2 2 2 4 2

50

Iwan Novianto 1229983 42 L

Ceftriaxone 2 x 2 g 4 3

18

12 6

Ceftazidime 3 x 2 g 6 2 12 3

Fluconazole 2 x 400 mg 0.8 1 0.8 4

Fluconazole 2 x 200 mg 0.4 14 5.6 28

Meropenem 3 x 1 g 3 9 27 13.5

Amikacin 1 x 1 g 1 3 3 3

Levofloxacine 1 x 1 g 1 7 7 14

51

Demy Nugrahani 01226485 21 P

Ceftriaxone 2 x 2 g 4 2

13

8 4

Vancomycine 2 x 1 g 2 1 2 1

Fosmydex (Fosfomycin) 2 x 1 g

2 8 16 2

52

Yayah Rohaedi 01233236 41 P

Meropenem 3 x 2 g 6 4

7

24 12

Ceftriaxone 1 x 2 g 2 1 2 1

Metronidazole 3 x 500 mg 1.5 1 1.5 1

Metronidazole 1 x 1.5 g 1.5 2 3 2

Ceftazidime 3 x 2 g 6 2 12 3

53

Dr Trisnawati Isa 193590 80 P Levofloxacine 1 x 500 mg 0.5 1

2 0.5 1

Meropenem 3 x 1 g 3 2 6 3

54 Dwi Ningsih 00139890 48 P Ceftriaxone 1 x 2 g 2 1 1 2 1

4228

UU

niv

ers

itas In

do

ne

sia

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 154: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

(Lanjutan)

No Nama Pasien RM Umur

Jenis Kelamin

Nama Obat

Dosis Lama Lama

Total DDD

Sehari Terapi Rawat

(g) (hari) (hari)

55

Wiwin Novita 1236020 35 P Ceftriaxone 1 x 2 g 2 1

1 2 1

Metronidazole 1 x 1.5 g 1.5 1 1.5 1

56 Tunem Muchtar 01235728 73 P Ceftazidime 3 x 1 g 3 3 3 9 2.25

57

Sumarsih K 1214644 61 P Ceftriaxone 1 x 2 g 2 1

3 2 1

Ceftriaxone 2 x 2 g 4 1 4 2

58

Purwati Kustomo 01234659 42 P

Gentamycine 1 x 1.6 g 1.6 2

3

3.2 13.33

Ceftriaxone 1 x 2 g 2 2 4 2

Amoxiclav (Amoxicillin + Asam klavulanat) 3 x 625 mg

1.875 1 1.88 0.625

59

Sujitno S 36744 54 L Ceftriaxone 1 x 2 g 2 1

2 2 1

Meropenem 3 x 1 g 3 1 3 1.5

60

Wulan Winarni 1231839 26 P

Ceftriaxone 1 x 2 g 2 2

6

4 2

Metronidazole 3 x 500 mg 1.5 1 1.5 1

Metronidazole 1 x 1.5 g 1.5 1 1.5 1

Meropenem 3 x 2 g 6 5 30 15

Amikacin 1 x 1 g 1 3 3 3

61

Sukarno Tahir 01230025 51 L

Ceftriaxone 1 x 2 g 2 1

4

2 1

Ceftriaxone 2 x 2 g 4 2 8 4

Meropenem 3 x 1 g 3 2 6 3

Fluconazole 2 x 400 mg 0.8 1 0.8 4

Fluconazole 2 x 200 mg 0.4 1 0.4 2

UU

niv

ers

itas In

do

nesia

4229

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 155: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

(Lanjutan)

No Nama Pasien RM Umur

Jenis Kelamin

Nama Obat Dosis Lama Lama

Total DDD

Sehari Terapi Rawat

(g) (hari) (hari)

62

Namah Icung 1219110 66 P

Ceftriaxone 1 x 2 g 2 5

6

10 5

Metronidazole 1 x 1.5 g 1.5 2 3 2

Fluconazole 2 x 400 mg 0.8 1 0.8 4

Meropenem 3 x 2 g 6 1 6 3

Erythromycin 3 x 500 mg 1.5 1 1.5 1.5

63 Edy Sutisna 1233523 58 L Ronem (Meropenem) 3 x 1 g 3 1 2 3 1.5

64

Dahlan Saputra 1110855 27 L

Ceftriaxone 1 x 2 g 2 1

5

2 1

Meropenem 3 x 2 g 6 5 30 15

Fluconazole 2 x 200 mg 0.4 5 2 10

Levofloxacine 1 x 1 g 1 1 1 2

65 Hj Siah 01226309 83 P

Amoxiclav (Amoxicillin + Asam klavulanat) 3 x 1 g

3 2 2 6 2

66

Suparlan Sukar 1052317 54 L Ceftriaxone 1 x 2 g 2 1

1 2 1

Gentamycine 2 x 80 mg 0.16 1 0.16 0.667

67 Sri Rusparyati 1217942 58 P Ceftazidime 3 x 2 g 6 4 4 24 6

68

Octania Budi 1221871 24 P

Ceftriaxone 1 x 2 g 2 2

13

4 2

Metronidazole 3 x 500 mg 1.5 2 3 2

Metronidazole 1 x 1.5 g 1.5 7 10.5 7

Meropenem 3 x 1 g 3 10 30 15

Fluconazole 2 x 400 mg 0.8 2 1.6 8

Fluconazole 2 x 200 mg 0.4 4 1.6 8

UU

niv

ers

itas

Ind

on

esia

30

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 156: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

(Lanjutan)

No Nama Pasien RM Umur

Jenis Kelamin

Nama Obat Dosis Lama Lama

Total DDD

Sehari Terapi Rawat

(g) (hari) (hari)

69

Rinawati Suparijunto

1227692 36 P

Ceftriaxone 2 x 2 g 2 2

4

4 2

Gentamycine 2 x 80 mg 0.16 4 0.64 2.667

Ceftazidime 3 x 2 g 6 2 12 3

Metronidazole 1 x 1.5 g 1.5 1 1.5 1

70 Wilham Pratama 1230897 14 L Ceftriaxone 2 x 1 g 2 2 2 4 2

71 Sidah Ajat 1226740 34 L Fosmycin (Fosfomycin) 2 x 2 g 4 2 2 8 1

72 Kusnijah S 1229032 81 P Levofloxacine 1 x 500 mg 0.5 1 1 0.5 1

73 Sumini Supriyadi 1228594 45 P Ceftriaxone 2 x 2 g 4 2 3 8 4

74

Ratu Sumiatini 00144013 53

P Ceftriaxone 1 x 2 g 2 1

3 2 1

Ceftriaxone 2 x 2 g 4 2 8 4

75

Sugiarti Eddy 0132405 60 P

Cefoperazone Sulbactame 2 x 2 g

4 3 3

12 3

Metronidazole 1 x 1.5 g 1.5 1 1.5 1

76

Fyrlanda Septian 1233714 30 P

Metronidazole 1 x 1.5 g 1.5 2

6

3 2 Meropenem 3 x 1 g 3 3 9 4.5

Fluconazole 2 x 400 mg 0.4 1 0.4 2

Fluconazole 2 x 200 mg 0.4 3 1.2 6

Meropenem 3 x 2 g 6 2 12 6

77 Lia Nuraini 01199945 14 P Ceftriaxone 2 x 1 g 2 3 3 6 3

31

UU

niv

ers

itas

Ind

on

esia

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 157: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

(Lanjutan)

No Nama Pasien RM Umur

Jenis Kelamin

Nama Obat

Dosis Lama Lama

Total DDD

Sehari Terapi Rawat

(g) (hari) (hari)

78

Ahmad Saich 1235345 77 L

Ceftriaxone 2 x 2 g 2 1

4

2 1

Meropenem 3 x 1 g 3 3 9 4.5

Fluconazole 2 x 400 mg 0.4 2 0.8 4

79 Siti Mulya 1201172 35 P Ceftriaxone 1 x 2 g 2 4 5 8 4

80 Apid Adung 1233644 30 L Ceftriaxone 1 x 2 g 2 2 4 4 2

81

M Berliana S 01231415 53 P Fosfomycin 2 x 1 g 2 2

2 4 0.5

Gentamycine 2 x 80 mg 0.16 2 0.32 1.333

82

Zam Zam Sani 01069153 70 L Ceftriaxone 2 x 2 g 4 3

3 12 6

Gentamycine 2 x 80 mg 0.16 3 0.48 2

83

Kasmini Pujiono 01215673 49 P Ceftazidime 2 x 2 g 4 4

8 16 4

Metronidazole 1 x 1.5 g 1.5 2 3 2

84

Tjen Jin Kian 01215369 60 P

Mycamine (Micafungine) 1 x 100 mg

0.1 1

4

0.1 1

Mycamine (Micafungine) 2 x 50 mg

0.1 2 0.2 2

Meropenem 3 x 1 g 3 4 12 6

UU

niv

ers

itas In

do

ne

sia

32

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 158: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Lampiran 2. DDD Antibiotik Juni 2013

No Nama Pasien RM Umur

Jenis Kelamin

Dosis Lama Lama

Total DDD Nama Obat Sehari Terapi Rawat

(g) (hari) (hari)

1 Kasminah Warno 1218729 52 P Lacedim (Ceftazidime) 2 x 1 g 2 3 3 6 1.5

2 Hamim Suhi 01241043 59 L

Ceftazidime 2 x 1 g 2 2

4

4 1 Metronidazole 3 x 500 mg 1.5 1 1.5 1 Ceftazidime 3 x 2 g 6 3 18 4.5 Metronidazole 1 x 1.5 g 1.5 3 4.5 3

3 Yaya Sunarya 1217087 62 L Ceftriaxone 2 x 2 g 4 6

5 24 12

Gentamycine 2 x 80 mg 0.16 6 0.96 4

4 Abdul Gani 1235320 25 L Metronidazole 1 x 1.5 g 1.5 3

6 4.5 3

Cefxon (Ceftriaxone) 1 x 2 g 2 4 8 4 Ciprofloxacin 2 x 400 mg 0.8 3 2.4 4.8

5 Supriyanto 1236994 38 L Ceftriaxone 1 x 2 g 2 7

7 14 7

Fluconazole 2 x 400 mg 0.8 5 4 20

6 Wastinah 1238416 60 P Ceftriaxone 1 x 2 g 2 2

6 4 2

Ceftriaxone 2 x 2 g 4 3 12 6

7 Ngaliman Ahmad S 1234167 42 L

Ceftriaxone 1 x 2 g 2 1

20

2 1 Metronidazole 1 x 1.5 g 1.5 1 1.5 1 Meropenem 3 x 2 g 6 8 48 24 Flucan (Fluconazole) 1 x 400 mg 0.4 1 0.4 2 Diflucan (Fluconazole) 2 x 200 mg 0.4 11 4.4 22 Ceftriaxone 2 x 2 g 4 2 8 4 Levofloxacine 1 x 1 g 1 3 3 6 Amikacin 1 x 1 g 1 5 5 5 Levofloxacine 2 x 500 mg 1 2 2 4

8 Widia Indah 1238595 17 P Ceftriaxone 1 x 2 g 2 3 3 6 3

33

UU

niv

ers

itas In

do

nesia

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 159: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

(Lanjutan)

No Nama Pasien RM Umur Jenis

Kelamin

Dosis Lama Lama

Total DDD Nama Obat Sehari Terapi Rawat

(g) (hari) (hari)

9

Supriyadi 1246192 36 L

Ceftriaxone 1 x 2 g 2 7

7

14 7

Metronidazole 1 x 1.5 g 1.5 7 10.5 7

Renator (Ciprofloxacin) 2 x 400 mg

0.8 6 4.8 9.6

10 Tasriah 1232152 31 P Ceftriaxone 1 x 2 g 2 4 4 8 4

11

Muh Soefi 840521 27 L Ceftazidime 3 x 2 g 6 5

5 30 7.5

Metronidazole 1 x 1.5 g 1.5 1 1.5 1

12

Nurnas Agus Rizal 00542451 36 P Ceftriaxone 1 x 2 g 2 1

4 2 1

Ceftriaxone 2 x 2 g 4 3 12 6

13 Sri Wahyuni 1003440 18 P Ceftriaxone 1 x 2 g 2 3 4 6 3

14

Wijaya Tukimin 1237361 49 L

Ronem (Meropenem) 3 x 1 g 3 2

6

6 3

Fluconazole 2 x 400 mg 0.8 1 0.8 4

Meropenem 3 x 2 g 6 2 12 6

Ceftriaxone 1 x 2 g 2 1 2 1

Ceftriaxone 2 x 2 g 4 3 12 6

Fluconazole 2 x 200 mg 0.4 3 1.2 6

15 Juriah Sutarjo 0039330 63 P Ceftazidime 2 x 1 g 2 5 4 10 2.5

16

Ninik Ellya 01238569 55 P

Meronem (Meropenem) 3 x 1 g 3 4

5

12 6

Metronidazole 1 x 1.5 g 1.5 3 4.5 3

Fluconazole 2 x 400 mg 0.8 2 1.6 8

Fluconazole 2 x 200 mg 0.4 1 0.4 2

17 Kotong Syafei 881837 74 L Ceftriaxone 2 x 2 g 4 2 2 8 4

18

Maryohan 012384 65 L Ceftriaxone 1 x 2 g 2 2

2 4 2

Meropenem 3 x 2 g 6 2 12 6

UU

ni v

ers

itas In

do

nesia

4234

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 160: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

(Lanjutan)

No Nama Pasien RM Umur Jenis

Kelamin

Dosis Lama Lama

Total DDD Nama Obat Sehari Terapi Rawat

(g) (hari) (hari)

19

Tuminah 140234 62 P Ceftriaxone 1 x 2 g 2 4

11 8 4

Meropenem 3 x 1 g 3 7 21 10.5

20

Umi Kulsum 1239575 55 P Meropenem 3 x 2 g 6 2

5 12 6

Fluconazole 2 x 400 mg 0.8 2 1.6 8 Ceftriaxone 2 x 2 g 4 4 16 8

21 Siti Mufrodah 00740938 35 P Trijec (Ceftriaxone) 2 x 2 g 4 2 2 8 4 22 Ibnu Bayu Ardi 328313 23 L Ceftriaxone 1 x 2 g 2 2 2 4 2 23 Prof Dr Muhajir 00784278 82 L Lapirom (Cefpirome) 2 x 1 g 2 2 2 4 1

24

Sadiyah Dadang 1236030 58 P Ceftriaxone 2 x 2 g 4 4

11 16 8

Meropenem 3 x 2 g 6 7 42 21 Fluconazole 2 x 400 mg 0.8 6 4.8 24

25

Sri Utami 1232637 55 P Ceftriaxone 1 x 2 g 2 3

7 6 3

Penemac (Meropenem) 3 x 1 g 3 4 12 6

26

Harris Munandar 1238483 74 L

Levofloxacine 1 x 750 mg 0.75 4

10

3 6 Ceftazidime 3 x 1 g 3 2 6 1.5 Fluconazole 1 x 400 mg 0.4 1 0.4 2 Fluconazole 2 x 200 mg 0.4 6 2.4 12 Ronem (Meropenem) 3 x 1 g 3 6 18 9 Metronidazole 1 x 1.5 g 1.5 6 9 6

27

Muhyar Herman 1240863 15 L Ceftriaxone 1 x 2 g 2 5

7 10 5

Meropenem 3 x 1 g 3 1 3 1.5

28 Tatin W 1239164 46 P Meropenem 3 x 2 g 6 6

7 36 18

Fluconazole 2 x 400 mg 0.8 2 1.6 8 Metronidazole 1 x 1.5 g 1.5 1 1.5 1

UU

niv

ers

itas

Ind

on

esia

4235

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 161: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

(Lanjutan)

No Nama Pasien RM Umur Jenis

Kelamin

Dosis Lama Lama

Total DDD Nama Obat Sehari Terapi Rawat

(g) (hari) (hari)

29 Kusmono Tamidjo 1206586 30 L Ceftazidime 2 x 1 g 2 1

6 2 0.5

Ceftazidime 3 x 1 g 3 5 15 3.75 Metronidazole 1 x 1.5 g 1.5 4 6 4

30

Tasmoro B Tardjo 1238027 19 L

Ceftriaxone 1 x 2 g 2 1

2

2 1 Metronidazole 3 x 500 mg 1.5 2 3 2 Ceftriaxone 2 x 2 g 4 2 8 4 Metronidazole 1 x 1.5 g 1.5 2 3 2

31 Hadimulyo Harjosasmito 00254841 62 L Meropenem 3 x 2 g 6 2 2 12 6 32 Marlis Darama 00214365 72 L Ceftriaxone 1 x 2 g 2 3 3 6 3

33 Tariah 01235537 52 P Ceftriaxone 3 x 1 g 3 2

5 6 3

Ceftriaxone 1 x 2 g 2 3 6 3 Levofloxacine 1 x 750 mg 0.75 2 1.5 3

34 Fahmi Tarisin 1036340 63 L

Levofloxacine 1 x 500 mg 0.5 3

11

1.5 3 Metronidazole 1 x 1.5 g 1.5 4 6 4 Fluconazole 2 x 200 mg 0.4 7 2.8 14 Fluconazole 2 x 400 mg 0.8 1 0.8 4 Metronidazole 1 x 1.5 g 1.5 6 9 6 Isoniazide 1 x 300 mg 0.3 6 1.8 6 Rifampicin 1 x 450 mg 0.45 6 2.7 4.5 Pyrazinamide 1 x 1 g 1 6 6 4 Levofloxacine 1 x 1 g 1 3 3 6 Ethambutol 1 x 750 mg 0.75 4 3 2.5 Streptomycine 1 x 750 mg 0.75 2 1.5 1.5 Meropenem 3 x 1 g 3 5 15 7.5

4236

UU

ni v

ers

itas

Ind

on

esia

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 162: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

(Lanjutan)

No Nama Pasien RM Umur Jenis

Kelamin

Dosis Lama Lama

Total DDD Nama Obat Sehari Terapi Rawat

(g) (hari) (hari)

35 Harry Suharto 1194807 57 L Fosmycine (Fosfomycine) 2 x 1 g 2 3 3 6 0.75 36 Nurul Inayah 01227890 19 P Ceftriaxone 1 x 2 g 2 3 3 6 3

37 Sumiati Sarmin 1239934 18 P Ceftriaxone 1 x 2 g 2 2

2 4 2

Metronidazole 1 x 1.5 g 1.5 2 3 2

38 Ika Prihatini 1238615 28 P Ceftriaxone 1 x 2 g 2 4

6 8 4

Fluconazole 2 x 400 mg 0.8 2 1.6 8 Meropenem 3 x 2 g 6 2 12 6

39 Bona H Maja 1238947 47 P Ceftriaxone 2 x 2 g 4 2 2 8 4

40 Bahtiar B B S Kayo 855940 63 L Meropenem 3 x 2 g 6 5

5 30 15

Fluconazole 2 x 400 mg 0.8 1 0.8 4

41 Hasan Al Kaff 1237104 70 L Meropenem 3 x 2 g 6 1

1 6 3

Fluconazole 2 x 400 mg 0.8 1 0.8 4

42 Linawati Tulot 1239920 75 P Ceftazidime 3 x 1 g 3 5

5 15 3.75

Fluconazole 2 x 400 mg 0.8 2 1.6 8 Fluconazole 2 x 200 mg 0.4 2 0.8 4

43 Casminah Dulyamin 1237383 57 L Ceftriaxone 1 x 2 g 2 4

8 8 4

Meropenem 3 x 1 g 3 4 12 6

44 Barkah M Iwan 1235237 64 L Ceftriaxone 1 x 2 g 2 2

3 4 2

Ceftriaxone 2 x 1 g 2 2 4 2 45 Paino Sahid 01238367 67 L Ceftriaxone 1 x 2 g 2 3 3 6 3 46 Rukiyah Usu P 01222938 48 P Ceftriaxone 1 x 2 g 2 4 4 8 4

47 Sustarti 1237242 67 P Ceftriaxone 2 x 2 g 4 2

4 8 4

Meropenem 3 x 1 g 3 4 12 6

4237

UU

niv

ers

itas In

do

nesia

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 163: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

(Lanjutan)

No Nama Pasien RM Umur Jenis

Kelamin

Dosis Lama Lama

Total DDD Nama Obat Sehari Terapi Rawat

(g) (hari) (hari)

48 Muchtar Efendi 01221608 60 L Meropenem 3 x 2 g 6 5

6 30 15

Metronidazole 1 x 1.5 g 1.5 4 6 4

49 Aming Supriyadi 1235326 71 L Fosmycine (Fosfomycine) 2 x 2 g 4 6

6 24 3

Mycamine (Micafungine) 2 x 50 mg 0.1 4 0.4 4

50 Abdul Rohman 1228358 49 L

Meronem (Meropenem) 3 x 1 g 3 7

7

21 10.5 Fluconazole 1 x 400 mg 0.8 1 0.8 4 Fluconazole 2 x 200 mg 0.4 6 2.4 12 Ciprofloxacine 2 x 400 mg 0.8 4 3.2 6.4

51 Abdul Rohim 1236177 60 L Fosmycine (Fosfomycine) 2 x 2 g 4 2 2 8 1

52 Argani Aip 01238625 56 L Ceftriaxone 1 x 2 g 2 4

9 8 4

Ceftazidime 3 x 1 g 3 5 15 3.75 Metronidazole 1 x 1.5 g 1.5 8 12 8

53 Rika Tarmini 1238922 37 P

Ceftriaxone 1 x 2 g 2 2

2

4 2 Gentamycine 2 x 80 mg 0.16 2 0.32 1.333 Ethambutol 1 x 1000 mg 1 1 1 0.833 Rifampicin 1 x 450 mg 0.45 1 0.45 0.75 Isoniazide 1 x 300 mg 0.3 1 0.3 1 Pyrazinamide 1 x 1 g 1 1 1 0.667

54 Saman Nirin 01193138 72 L Ceftriaxone 1 x 2 g 2 3 4 6 3

55 Emiatun Tukirin 850372 51 P

Ceftriaxone 1 x 2 g 2 3

4

6 3 Ofloxacin 1 x 400 mg 0.4 3 1.2 3 Isoniazide 1 x 400 mg 0.4 3 1.2 4 Ethambutol 2 x 500 mg 1 3 3 2.5

56 Mantik Manamt 1233638 52 P Ceftriaxone 1 x 2 g 2 2 2 4 2

4238

UU

ni v

ers

itas

Ind

on

esia

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 164: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

(Lanjutan)

No Nama Pasien RM Umur Jenis

Kelamin

Dosis Lama Lama

Total DDD Nama Obat Sehari Terapi Rawat

(g) (hari) (hari)

57 Sukirman 289281 43 L Ceftriaxone 2 x 2 g 4 3

4 12 6

Ceftriaxone 3 x 2 g 6 1 6 3 58 Nunuk Sudarmi 1239528 63 P Meropenem 3 x 1 g 3 2 2 6 3

59 Yusuf Maulana 1228492 39 L

Meropenem 3 x 2 g 6 8

20

48 24 Fluconazole 2 x 400 mg 0.8 1 0.8 4 Fluconazole 2 x 200 mg 0.4 13 5.2 26 Amikacin 1 x 1 g 1 8 8 8 Fosmydex (Fosfomycine) 2 x 2 g 4 6 24 3 Vancomycine 2 x 1 g 2 5 10 5

60 Hasan Basri 725295 58 L Ceftriaxone 1 x 2 g 2 2

3 4 2

Levofloxacine 1 x 500 mg 0.5 2 1 2 Meropenem 3 x 2 g 6 1 6 3

61 Partini Slamet 1235316 47 P Meropenem 3 x 1 g 3 2

2 6 3

Metronidazole 1 x 1.5 g 1.5 1 1.5 1 62 Hendra Mustari 01198009 45 L Ceftazidime 3 x 2 g 6 3 3 18 4.5 63 Soedarto Wiro 88316 83 L Ronem (Meropenem) 3 x 1 g 3 3 3 9 4.5

64 Abdul Rohim 1133550 49 L Meropenem 3 x 2 g 6 2

2 12 6

Ceftriaxone 1 x 2 g 2 1 2 1

65

Suwandi Sakib 0123990 34 L Ceftriaxone 2 x 2 g 4 4

4 16 8

Meropenem 3 x 1 g 3 1 3 1.5

4239

UU

niv

ers

itas In

do

nesia

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 165: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

(Lanjutan)

No Nama Pasien RM Umur Jenis

Kelamin

Dosis Lama Lama

Total DDD Nama Obat Sehari Terapi Rawat

(g) (hari) (hari)

66

Sardjiman Prawirodihardjo

1241064 76 L

Ceftriaxone 1 x 2 g 2 1

7

2 1 Zycin (Azithromycine) 4 x 1.5 g 6 3 18 36 Metronidazole 3 x 500 mg 1.5 2 3 2 Metronidazole 1 x 1.5 g 1.5 6 9 6 Meropenem 3 x 2 g 6 5 30 15

67 Muhammad Galantra 01237044 10 L Cefotaxime 3 x 600 mg 1.8 3 5 5.4 1.35

68

Rasmani Salam 01236027 55 L

Ceftriaxone 1 x 2 g 2 4

15

8 4 Meropenem 3 x 2 g 6 2 12 6 Amikacin 1 x 1 g 1 8 8 8 Fosmydex (Fosfomycine) 2 x 2 g 4 9 36 4.5 Fluconazole 2 x 400 mg 0.8 1 0.8 4 Fluconazole 2 x 200 mg 0.4 5 2 10

69

Husenuddin 1239156 45 L

Ceftriaxone 1 x 2 g 2 1

17

2 1 Metronidazole 3 x 500 mg 1.5 1 1.5 1 Metronidazole 1 x 1.5 g 1.5 12 18 12 Ceftriaxone 2 x 2 g 4 6 24 12 Gentamycine 1 x 400 mg 0.4 6 2.4 10 Ciprofloxacine 2 x 400 mg 0.8 4 3.2 6.4

40

UU

niv

ers

itas In

do

nesia

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 166: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Lampiran 3. Grafik Rekapitulasi DDD Antibiotik Mei 2013 di ruang ICU RSUP Fatmawati

0

10

20

30

40

50

60

Nila

i DD

D A

nti

bio

tik

Antibiotik

DDD ANTIBIOTIK MEI 2013

DDD

UU

niv

ers

itas

Ind

on

esia

424

1

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014

Page 167: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367079-PR-Emma Rachmanisa-Laporan.pdf · ii universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker

Lampiran 4. Grafik Rekapitulasi DDD Antibiotik Juni 2013 di ruang ICU RSUP Fatmawati

0

10

20

30

40

50

60

70

Nila

i DD

D A

nti

bio

tik

Antibiotik

DDD ANTIBIOTIK JUNI 2013

DDD

UU

niv

ers

itas

Ind

on

esia

424

2

Laporan praktek….., Emma Rachmanisa, FFar UI, 2014